Ceritasilat Novel Online

Kesatria Berandalan 5


Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong Bagian 5



Kesatria Berandalan Karya dari Ma Seng Kong

   

   Memang Yo Siau-ling patut mati dan tidak perlu dikasihani.

   To Giam-Lian dengan dingin memandang Yo Siau-ling yang ngap-ngapan itu berkata.

   "Orang jahat ini pantas mendapat ganjaran seperti ini!"

   Pui Han dengan suara keras penuh penghinaan berkata.

   "Orang ini terlalu kejam. Entah berapa banyak gadis suci yang hancur ditangannya. Mulai sekarang dia sudah tidak bisa berbuat kejahatan lagi!"

   Yo Siau-ling yang sedang meregang nyawa itu tiba-tiba membuka ke 2 matanya yang redup memandang Kie Yam-ke. Bibir bergetar dengan suara terputus-putus berkata.

   "Kau....kau tadi.......menggunakan jurus.... apa yang dapat.....mengatasi....jurusku."

   Dengan dingin Kie Yam-ke berkata.

   "Dengar baik-baik, agar kau matipun tidak penasaran, jurus itu bemama"Yu-tu-coan-kong"(Kelinci kumala bergantung diudara). Yo Siau-ling berguman mengulang dengan suara yang sangat kecil.

   "Yu-tu-coan-kong, kau mau....."

   Tiba-tiba dia batuk-batuk lalu memuntahkan darah dari mulutnya.

   Kaki tangannya kejang-kejang.

   Dada yang melesak turun naik dengan cepat.

   Dia batuk darah lagi sekali.

   Kepalanya miring kesisi, semua gerakkannya tiba-tiba berhenti.

   Mati.

   Penjahat penggoda wanita, sekarang sudah lenyap.

   5 orang ini terdiam berdiri disitu sebentar.

   To Giam-Lian, Lie Goan dan Pui Han bertiga menggali sebuah lubang untuk mengubur mayat Yo Siau-ling.

   ooo0dw0ooo BAB Teman yang sehati dan sehaluan Bersama-sama menggulingkan Sin-hwee-kau.

   Ternyata kampung halaman To Giam-Lian ada di kota Ki-lam ini.

   Rumahnya berhalaman kecil berwuwung tiga.

   Kie Yam-ke tidak kuasa menolak kebaikan To Giam-Lian, terpaksa menurut saja membawa Jit-ih tinggal di rumah To Giam-Lian untuk sementara waktu.

   To Giam-Lian sudah berumur setengah baya tapi belum beristri, hidup sebatang kara, bebas dan tenang.

   Lie Goan dan Pui Han adalah teman karibnya, mereka juga orang Ki-lam, punya rumah punya tanah tapi selalu tinggal dirumah To Giam-Lian agar mudah minum-minum dan mengobrol.

   Untuk menyatakan selamat datang.

   To Giam-Lian sengaja mengadakan pesta penyambutan Kie Yam-ke dan Jit-ih di ruang dalam.

   Setelah minum tiga cawan.

   To Giam-Lian tersenyum-senyum memandang Kie Yam-ke katanya.

   "Adik, kau kemari menengok aku, apa ada yang perlu dibantu?"

   Kie Yam-ke mengangguk.

   "Kenapa To Toako bisa tahu?"

   "Melihat keningmu sering berkerut dan rupa banyak pikiran, orang yang sedikit memperhatikan pasti merasakan keadaan ini."

   Kie Yam-ke tersenyum, berkata.

   "To Toako memang hebat. Benar-benar orang yang tua di sungai telaga. Aku tidak bisa dibandingkan denganmu, memang aku ada masalah mau berunding dengan Toako."

   To Giam-Lian memandang Lie Goan dan Pui Han berkata.

   "Katakan saja, tidak apa-apa Lie Goan dan Pui Han pun teman baikku."

   Dengan tegas Kie Yam-ke berkata.

   "To Toako, Lie Toako, Pui Toako, apa kalian pernah mendengar nama Sin-hwee-kau?"

   Mereka bertiga saling berpandangan. Lalu bersama-sama menggelengkan kepala.

   "Sin-hwee-kau? Baru pertama kali mendengar."

   To Giam-Lian menyambung.

   "Mendengar namanya, tampak bukan perkumpulan besar yang lurus, mungkin perkumpulan sesat?"

   Kie Yam-ke mengangguk.

   "Memang perkumpulan sesat, menurut yang aku tahu, mereka dari See-ih dan masuk ke Tionggoan."

   Pui Han berkata.

   "Mungkin mereka baru, kalau tidak masa kita sampai belum pernah mendengar!"

   Kie Yam-ke menggeleng kepala, berkata.

   "Pui Toako, terus terang saja. Sin-hwee-kau ini berdiri di Tionggoan sudah 2 tahun, karena segala kegiatan perkumpulan ini berjalan diam-diam dan amat rahasia, maka jarang ada orang yang mengetahuinya."

   Lie Goan ikut bertanya.

   "Menurut perkataanmu mungkin mereka punya maksud tertentu?."

   Kie Yam-ke dengan tegas berkata.

   "Betul. Mereka melakukan begitu memang punya maksud tertentu! Dalam 2 tahun ini semua dirahasiakan, sebab tenaga mereka belum kuat untuk melawan perkumpulan atau aliran Bu-lim di Tionggoan. Diam-diam mereka sedang merekrut jago-jago untuk memperkuat perkumpulan mereka. Nanti kalau sudah cukup kuat baru mengumumkan keberadaan perkumpulan itu."

   Dia berhenti sejenak, berkata lagi.

   "Tujuan sebenarnya perkumpulan ini, ingin menguasai dunia persilatan dan merajai seluruh Bu-lim di Tionggoan". To Giam-Lian bertiga terkejut sekali.

   "Sungguh besar ambisinya!". Cepat-cepat To Giam-Lian bertanya.

   "Adik, kenapa kau bisa mengetahui masalah perkumpulan itu dengan jelas?"

   Dengan muka serius Kie Yam-ke berkata.

   "Terus terang saja To Toako. Kami suami istri adalah orang perkumpulan Sin-hwee-kau, istriku sejak kecil diurus oleh Kaucu sampai besar!"

   To Giam-Lian tidak yakin, dia membelalakan matanya, bertanya.

   "Adik, apa betul semua ini?"

   Dengan yakin Kie Yam-ke mengangguk.

   "Betul. Kalau tidak percaya tanya saja Jit-ih."

   Jit-ih menyambung dengan suara halus berkata.

   "Yang dikatakan Yam-ko tidak bohong. Kami suami istri memang orang Sin-hwee-kau!"

   Lie Goan berkata dengan mimik berubah.

   "Saudara Kie, percuma saja kau seorang jago tapi mengikuti perkumpulan sesat. Sekarang anggap saja aku tidak mengenal kalian!"

   Dia langsung meninggalkan tempat perjamuan. Pui Han pun dengan marah berkata.

   "Anggap saja kami tidak punya mata, salah bertemu denganmu!"

   Juga meninggalkan tempat. To Giam-Lian cepat-cepat menahan keduanya.

   "Lie Toako, Pui Toako, sabar dulu, mungkin saudara Kie bukan tipe orang yang mau membantu orang asing berbuat jahat untuk membinasakan kita yang sehati dan sehaluan."

   Lalu dia memandang Kie Yam-ke bertanya.

   "Saudara Kie, kapan kejadiannya?"

   Kie Yam-ke melihat Lie Goan dan Pui Han bereaksi amat keras, diam-diam dia merasa senang.

   "Kira-kira 10 hari yang lalu."

   Dahi To Giam-Lian berkerut.

   "Adik kau mengikuti perkumpulan itu pasti dengan hati tidak rela dan punya keluhan lain bukan?"

   Kie Yam-ke mengangguk dengan tegas berkata.

   "To Toako memang hebat. Betul aku mengikuti perkumpulan itu memang punya rencana tersendiri."

   "Ceritakan bagaimana kau masuk perkumpulan itu."

   "Aku akan memberitahukan masalah ini."

   Kie Yam-ke memandang Lie Goan dan Pui Han, tampaknya muka keduanya sudah tidak marah. Seperti semula. Dia mulai menceriterakan. asal-usul dan sebab dia masuk perkumpulan. Dengan jelas dibeberkan, terakhir dia tertawa berkata.

   "Tidak disangka begitu aku masuk Sin-hwee-kau langsung diberi kedudukan yang lumayan sebagai "Gwa-si-tong"

   Tong-cu (Ketua devisi bagian luar) khusus berhubungan dengan orang Bu-lim yang sehati dan sehaluan, dan membujuk mereka bergabung dengan perkumpulan itu."

   "Bagaimana rencanamu kedepan?"

   Tanya To Giam-lian. Dengan tegas Kie Yam-ke berkata.

   "Terus terang saja pada kalian bertiga. Waktu itu aku betul-betul diancam harus masuk Sin-hwee-kau. Belakangan aku berpikir, kenapa tidak pura-pura saja masuk, lalu diam-diam menghancurkan perkumpulan sesat yang berambisi tinggi ini? Maka aku menerima saja kedudukan itu, menggunakan fasilitas dari kedudukan ini kemana-mana menghubungi orang-orang sehati dan sehaluan, bersama-sama membubarkan dan menghancurkan Sin-hwee-kau!"

   Setelah To Giam-Lian dan teman-temannya mendengar perkataan ini, salah pengertian pada Kie Yam-ke jadi lenyap. Mereka salut sekali berkata pada Kie Yam-ke, katanya.

   "Saudara Kie, mohon maaf kami tadi salah sangka padamu. Ayo, kami bersulang untukmu."

   Mereka berlima minum lagi sepuas-puasnya. To Giam-Lian menaruh cawan. Matanya tertuju pada Jit-ih yang duduk disamping Kie Yam-ke. Ingin berkata tapi ragu-ragu.

   "Adik. Istrimu......"

   Kie Yam-ke berkata dengan maklum.

   "Toako bertiga jangan kuatir., Memang Jit-ih dibesarkan oleh Sin-hwee-kau. Tapi dia sekarang adalah istriku. Aku sudah meyakinkan dia agar mau melepaskan diri dari Sin-hwee-kau."

   Berhenti sejenak lalu berkata lagi.

   "kalau diceriterakan kalian belum tentu percaya. Jit-ih sebenarnya diutus oleh Sin-hwee-kau untuk mengawasi aku."

   Tanpa sadar Pui Han berkata.

   "Keji sekali Sin-hwee Kaucu itu. Tapi dia tidak akan menduga, orangnya berubah menjadi orangmu."

   Perkataan yang belakangan itu membuat muka Kie Yam-ke dan Jit-ih menjadi merah. Cepat-cepat To Giam-Lian berkata.

   "Adik, kalau Sin-hwee-kau masuk Tionggoan dan sewajarnya mendirikan perkumpulan. Itu boleh-boleh saja, tapi kalau berambisi ingin menguasai dunia persilatan, jangan harap. Kalau ambisi mereka berhasil, seluruh Bu-lim akan banjir darah dan bau anyir darah akan terjadi dimana-mana, demua akan dirusak oleh mereka. Sekarang sudah mengetahui masalah ini kita tidak boleh duduk berdiam diri. Tapi harus mencari akal untuk mencegah mereka! Saudara Kie, kau tahu paling banyak masalah Sin-hwee-kau. Coba katakan cara terbaik apa untuk mengatasi mereka."

   Kie Yam-ke berpikir sejenak, katanya.

   "Toako bertiga, sementara ini adik belum punya akal yang terbaik. Menurut pemikiranku, kita menggunakan jabatanku, terang-terang merekrut anggota demi Sin-hwee-kau, sebenarnya diam-diam menghubungi orang-orang yang sehati dan sehaluan, bersama-sama menghancurkan dan membasmi Sin-hwee-kau. Kalau kalian punya cara yang lebih akurat, silahkan katakan saja untuk bahan rembukan."

   Pertama Lie Goan berkata.

   "Sin-hwee-kau selama ini bergerak diam-diam., kita pun tidak boleh mengambil tindakan dengan terang-terangan, dengan diam-diam kita pun tindak mereka. Cara saudara Kie baik sekali, menurutku kita harus membagi tugas, masing-masing menghubungi teman-teman yang sehaluan. Cara ini lebih baik dan lebih cepat dari pada hanya saudara Kie yang bekerja sendiri. Bagaimana menurut kalian?"

   To Giam-Lian pertama yang setuju.

   Tujuan utama Kie Yam-ke mencari To Giam-Lian adalah mau minta bantuan dia bergerak ke 4 penjuru sungai telaga memberitahu pada orang-orang sehati dan sehaluan.

   Menceritakan masalah berdirinya Sin-hwee-kau dengan penuh rahasia dan berambisi tinggi ingin menguasai seluruh dunia persilatan.

   Meminta To Giam-lian menyatukan orang sehaluan, melawan dan membasmi Sin-hwee-kau.

   Sekarang mendengar Lie Goan dan teman-temannya mau sendiri-sendiri menghubungi untuk menyatukan teman-teman sehaluan, dia tentu saja setuju.

   Pui Han pun tidak berpendapat beda, maka ditetapkan dengan cara ini mereka mulai bekerja.

   "Toako, masih ada masalah kecil yang aku belum katakan, Kim-gin Tong-cu yang khusus mengumpulkan dan mengatur keuangan Sin-hwee-kau. Jati dirinya masih rahasia. Jit-ih saja tidak pernah melihatnya. Menurut Sin-hwee Tong-cu, dia sepanjang tahun berada diluar jarang sekali pulang ke markas pusat. Menurut dugaanku orang ini pasti menyamarkan diri untuk bergerak di sungai telaga. Kalian harus hati-hati agar kita tidak terjebak."

   Kie Yam-ke memperingati mereka. To Giam-Lian berkata.

   "Sekarang kami sudah mengetahuinya. Nanti kami pasti lebih seksama."

   Pui Han tidak sabar.

   "Masalah ini berkaitan dengan seluruh dunia persilatan menurut aku, kita semua besok segera berangkat, bagaimana?"

   Kie Yam-ke pertama setuju.

   "Betul kata Pui Toako, lebih cepat membasmi Sin-hwee-kau lebih baik, makin lama khawatir kekuatan mereka bertambah kuat , jadi sulit mengatasinya. Aku setuju besok segera berangkat, masing-masing bergerak."

   To Giam-Lian bertiga mengangguk setuju. Kie Yam-ke dengan suara rendah berkata pada To Giam-Lian bertiga.

   "Demi mendapat kepercayaan Kaucu, adik akan mencantumkan nama kalian bertiga ke markas pusat Sin-hwee-kau. Menurut kalian bagaimana?"

   To Giam-Lian langsung berkata.

   "Kalau berguna bagi kedudukanmu di Sin-hwee-kau kami setuju-setuju saja."

   "Kenapa kita tidak membalikkan siasat lawan untuk menghantamnya? Laporkan saja semua nama orang sealiran yang sudah kita hubungi itu ke pusat perkumpulan Sin-hwee-kau. Dan saat pelantikan ketika bertemu Kaucu, kesempatan itulah kita menghancurkan dan membasmi aliran sesat itu."

   Lie Goan mengajukan pemikirannya.

   "Pemikiran ini hebat sekali. Tapi mesti menunggu kita beres menghubungi teman-teman, setelah melihat kondisi dan situasi baru kita putuskan."

   Kata Pui Han.

   
Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Batas waktu kita 30 hari, nanti kita bertemu lagi di rumah To Toako ini,"

   Kata Kie Yam-ke.

   "Kita lihat bisa menghubungi berapa banyak orang yang sepaham, cukup tidak tenaga untuk membasmi Sin-hwee-kau, baru menentukan langkah berikutnya."

   Semua orang sudah setuju. Tiba-tiba To Giam-Lian terpikir sesuatu, dia menatap Kie Yam-ke berujar.

   "Aku hampir lupa memberitahu, entah sebab apa, kalangan pejabat tiba-tiba menarik kembali perintah pengangkapan dirimu. Pengumuman yang ditempel di tembok gerbang kota pun sudah dicabut. Aku mendapatkan kabar ini dari seorang teman yang aktif bergerak di pemerintahan."

   Kie Yam-ke bagaikan terlepas dari belenggu yang mengikat, dengan riang berkata.

   "Bagus, mulai sekarang aku tidak perlu menghindar kaki tangan-tangan pemerintahan lagi."

   "Masih ada orang-orang dijalan yang berkata. Kian Jit-san juga membatalkan memberi hadiah 100 ribu tail perak buat menangkapmu!"

   To Giam-Lian dengan gembira berkata pada Kie Yam-ke. Kie Yam-ke senang sekali berkata.

   "Kemaren sebelum bertarung dengan Yo Siau-ling. Di Tay-beng-lou dia pernah berkata begitu. Waktu itu aku mengira dia sembarangan berkata, jadi tidak aku tanggapi, ternyata beritanya betul. Pantas ketika di jalan aku bertemu dengan orang-orang Bu-lim, tidak ada yang mencari masalah, ternyata begitu ceritanya!"

   To Giam-Lian dengan akrab menepuk-nepuk bahu Kie Yam-ke berkata.

   "Adik ke depan kau bisa bebas berkelana kemana-mana!"

   Lie Goan, Pui Han juga ikut gembira demi Kie Yam-ke, terlebih lebih Jit-ih.

   "Ada satu yang aku belum mengerti, kenapa Kian Jit-san tiba-tiba membatalkan hadiah 100 ribu tail itu, boleh di artikan dia sayang uang sebesar itu dihamburkan begitu saja. Tapi kenapa pemerintah tidak ada alasan juga mencabut perintah penangkapan ini?"

   Pui Han sekaligus mengutarakan kecurigaannya.

   "Apa ada kecurangan?"

   To Giam-Lian dan Lie Goan bersama-sama mengangguk menyetujui pendapat Pui Han. Hanya Kie Yam-ke yang mengerti. Dia tertawa-tertawa berkata.

   "Toako Menurutku disini tidak ada kecurangan."

   Tiga orang itu bersama-sama bertanya.

   "Kenapa saudara Kie yakin begitu?"

   Kie Yam-ke berkata.

   "Sebab aku tahu penyebab pemerintah mencabut penangkapan dan Kian Jit-san membatalkan pemberian hadiah itu."

   Tiga orang itu dengan aneh bertanya.

   "Kenapa kau bisa tahu?"

   "Inilah kelebihan yang luar biasa dari Sin-hwee-kau!"

   Kie Yam-ke menceriterakan pada mereka bertiga saat pertama kali bertemu Sin-hwee Kaucu.

   "Sin-hwee Kaucu pernah berkata padaku, kalau aku bergabung dengan Sin-hwee-kau, dijamin pemerintah pasti mencabut perintah penangkapan, Kian Jit-san juga membatalkan pemberian hadiah 100 ribu tail perak itu! Hanya aku tidak habis berpikir besar amat pengaruh Sin-hwee-kau, dan cepat sekali pekerjaan ini telah selesai."

   "Mungkin saja dalam perkumpulan Sin-hwee-kau itu ada orang-orang pemerintahan,"

   Lie Goan mengajukan kecurigaannya.

   "Kemungkinannya besar!"

   Pui Han langsung berkata. Cuma To Giam-Lian tidak bereaksi. Hanya memandang Kie Yam-ke saja.

   "Sepertinya tidak mungkin begitu,"

   Kie Yam-ke menggelengkan kepala.

   "Menurut dugaanku, mungkin pejabat pemerintah disogok dengan uang oleh Sin-hwee-kau."

   "Tapi bagaimana dengan Kian Jit-san?"

   Kata Pui Han "Kian Jit-san sendiri banyak uang!"

   "Kalau yang ini aku tidak mengerti."

   Kata Kie Yam-ke.

   "Tapi nanti juga akan ketahuan."

   "Sudahlah ini tidak terlalu penting. Nanti pelan-pelan kita baru mencari tahu,"

   To Giam-Lian mengangkat kepala memandang keluar.

   "Sudah malam, besok harus berangkat, kita harus istirahat lebih awal."

   Hari esoknya 5 orang itu membagi 4 jurusan masing-masing berangkat, untuk menghubungi orang-orang sungai telaga yang sehaluan.

   Sebentar saja 30 hari sudah berlalu.

   Pada saat ini, Sin-hwee-kau pernah mengutus orang menghubungi Kie Yam-ke dan Jit-ih 5-6 kali.

   Pengutusnya secara rahasia pernah menginterogasi Jit-ih.

   Karena Jit-ih amat mencintai Kie Yam-ke dan berniat melepaskan diri dari Sin-hwee-kau, maka dia mengatakan pada orang itu apa-apa yang pernah Kie Yam-ke ajarkan padanya.

   Sin-hwee Kaucu sama sekali tidak menyangka Jit-ih mengkhianati dirinya.

   Dia jadi percaya sekali.

   Pada Kie Yam-ke melalui pengutus memuji Kie Yam-ke, berharap Kie Yam-ke bekerja dengan giat, setelah berhasil semua ada imbalannya.

   Dia yakin sekali pada daftar nama fiktif yang dibuat Kie Yam-ke itu, juga memuji daya kerja Kie Yam ke.

   Dia mana tahu daftar nama yang dilaporkan itu adalah tenaga inti untuk mengganyang Sin-hwee-kau! Setelah mendapat kepercayaan Sin-hwee Kaucu, pergerakkan Kie Yam-ke tambah leluasa.

   Dalam kurun waktu itu pula.

   Demi mengetahui keadaan ekonomi Sin-hwee-kau dan memang butuh uang.

   Kie Yam-ke menggunakan sekeping Sin-hwee-leng-pai (Plat tanda perintah api sakti) pernah beberapa kali mengambil uang di bank Ban-tong yang berada di beberapa tempat.

   Ternyata keuangan Sin-hwee-kau sangat kuat dan melimpah.

   Tiap bank menyimpan uang dalam jumlah besar sekali tarik 200 ribu tail perakpun tidak menjadi masalah.

   Kie Yam-ke dengan alasan keperluan operasional sudah menarik 700 ribu tail perak untuk menolong orang-orang miskin, lapor ke pusat perkumpulan untuk memberi dukungan orang-orang Bu-lim dimana-mana.

   Darimana Sin-hwee-kau mendapat uang sebanyak itu? Kie Yam-ke tidak habis pikir.

   Akhirnya Kie Yam-ke bertemu lagi dengan To Giam-Lian, Lie Goan dan Pui Han di rumah To Giam-Lian dalam kota Ki-lam.

   Hasil perjalanan ke 3 orang ini lumayan, memang tidak berhasil merekrut orang dunia persilatan yang bernama besar dan aliran besar.

   Tapi kebanyakan orang dunia persilatan begitu mendengar Sin-hwee-kau ingin menguasai Tionggoan, tidak ragu-ragu lagi beramai-ramai segera menyatakan mau bergabung untuk membasmi Sin-hwee-kau.

   Semua kira-kira ada 70 orang.

   Orang-orang ini adalah teman To Giam-Lian, Lie Goan dan Pui Han bertiga, atau teman mereka pula.

   Mereka saling berhubungan semua tidak banyak bicara langsung setuju saja.

   Diantaranya ada 10 orang yang namanya agak terkenal di dunia persilatan.

   "It-kiam-toan-lim" (Pedang pemutus aliran) Kuo Tong-cun.

   "Thiat-to" (Pisau besi) Tai Gwat.

   "Ben-ma"(Kuda lari) Goan Ie.

   "Cong-thian-po"(meriam meletus) Sie Hong-seng.

   "Thiat-Koan"(Tinju besi) Hong Kun.

   "Jit-si To-jin" (Tosu 7 jari) Su Se.

   "Kim-jiang"(Tombak emas) Kao Li-kun.

   "It-hoan-jit-seng"(satu lingkaran 7 bintang) Ti Pu-hui.

   "Toan-hun-pian" (Cambuk pemutus sukma) Gai Kwi.

   "Siau Hweesio"(Hweesio tertawa)"

   Ki Can.

   "It-to-liang-tan" (Satu pisau dua keberanian) Ho Ku-tiong. Sebelas jagoan ini, kemahiran mereka sudah sampai taraf tertinggi. Kie Yam-ke sendiri telah menghubungi 20 orang lebih. Setelah semua dikumpulkan kira-kira ada 100 orang, kekuatannya sudah lumayan besar. Tapi untuk melawan Sin-hwee-kau tenaga seperti ini dirasakan masih belum cukup. Menurut Pui Han, dengan adanya gabungan ratusan orang Bu-lim ini, saat menemui Sin-hwee-kau, adalah saat menghancurkan perkumpulan itu. Tapi Lie Goan tidak setuju. Dia merasa kekuatannya belum cukup. Dia berpendapat menghubungi lagi lebih banyak orang baru leluasa untuk membasmi Sin-hwee-kau. To Giam-Lian merasa pendapat keduanya tidak salah. Tapi karena dia belum mendapatkan jalan yang lebih baik, maka hanya diam saja, dia memandang Kie Yam-ke terus. Kie Yam-ke berpikir sejenak. Lalu memandang sekali pada ketiganya berkata.

   "Menurutku, pendapat Lie Toako menghubungi lebih banyak orang lebih baik, tapi kalau kurang hati-hati rahasia ini akan bocor keluar. Jangan lupa disana masih ada Kim-gin Tong-cu Sin-hwee-kau yang sedang bergerak secara rahasia dalam sungai telaga. Orang ini lihay sekali, dia dapat mengumpulkan uang begitu banyak untuk Sin-hwee-kau, sehingga Sin-hwee-kau mendapat cukup dukungan dana, maka jika saatnya diulur lebih lama hanya menguntungkan Sin-hwee-kau. Karena kita tidak punya regu dan perangkat untuk mengatur tiap orang, terpaksa kita bertindak sesegera mungkin saat semangat setiap orang sangat tinggi, baru bisa mendapatkan hasil yang gemilang. Kalau menurut maksud Pui Toako, tenaga kita memang tidak cukup untuk mambasmi Sin-hwee-kau......."

   To Giam-Lian memotong perkataan Kie Yam-ke, cepat berkata.

   "Adik, katakan saja kalau punya akal yang lebih baik!"

   Mereka berempat saat ini sedang dalam ruangan rahasia di rumah To Giam-Lian. Kie Yam-ke tersenyum-senyum berkata.

   "Baiklah, aku akan mengutarakan rencanaku untuk kita rembukan bersama."

   Melirik 3 orang itu dia lalu berkata lagi.

   "Kalau tenaga kita tidak cukup untuk membasmi semua, kenapa tidak basmi sebagian saja dulu? Lalu mengikuti arus itu, baru membasmi semua Sin-hwee-kau itu!"

   Pertama Pui Han bertepuk tangan memuji.

   "Akal ini baik sekali, kenapa aku tidak terpikir kesana?"

   To Giam-Lian menggoyang-goyangkan tangan pada Pui Han berkata.

   "Dengar dulu adik Kie meneruskan perkataannya."

   Kie Yam-ke berkata.

   "Cara kongkritnya begini, orang-orang yang telah kita hubungi diam-diam kita kumpulkan di kota Ki-lam, lalu aku melaporkan ke pusat perkumpulan dengan alasan ada sebagian orang mengingkari janji. Bukan saja mau mengundurkan diri juga mau membuka semua rahasia Sin-hwee-kau ke dunia persilatan. Ketua Sin-hwee-kau pasti murka. Dia pernah berkata kepadaku, supaya membunuh habis tanpa kecuali semua orang yang mengetahui rahasia Sin-hwee-kau tapi menolak masuk ke perkumpulannya, maka dia pasti mengutus orang-orangnya untuk membunuh mereka. Saat itu kita bisa mengepung dan membasmi mereka, kekuatan Sin-hwee-kau sudah kita papas sebagian."

   Lie Goan sangat kagum, berkata.

   "Adik Kie, siasatmu memamg hebat. To Toako kau setuju tidak?"

   Dengan kagum To Giam-Lian memandang Kie Yam-ke.

   "Siasat yang baik begini, tentu sangat setuju!"

   "Aku pun setuju sekali!"

   Pui Han berkata keras sekali.

   "Aku kagum sekali padamu adik Kie!"

   Kie Yam-ke merendah segera berkata.

   "Pui Toako terlalu memuji!"

   "Menurut pendapatmu mereka akan mengirim berapa banyak orang?"

   To Giam-Lian memandang Kie Yam-ke.

   "Aku berharap mereka mengirim lebih banyak orang datang, untuk membasmi, mungkin saja Sin-hwee Tong-cu sendiri yang memimpin operasi ini,"

   Kie Yam-ke menjelaskan lagi.

   "Sin-hwee Tong-cu ini bermarga Ang, dalam Sin-hwee-kau, Sin-hwee Tong-cu ini bertanggung jawab atas semua operasi di luar dan di dalam perkumpulan."

   "Jika Sin-hwee-tong terbasmi, apa berarti inti Sin-hwee-kau sudah terbasmi?"

   To Giam-Lian bertanya.

   "Harusnya begitu.

   "

   Kie Yam-ke menjawab.

   "Sebab tadinya Sin-hwee-kau hanya ada 2 devisi masing-masing terdiri dari 4 bendera, Sin-hwee-tong bertanggung jawab atas pengoperasian, Kim-gin-tong mengurus keluar masuknya uang. Aku sebagai ketua devisi urusan luar yang baru di dirikan. Seorang anak buahpun tidak punya boleh dikata sebatang kara".

   "Bisa membasmi kekuatan inti Sin-hwee-kau dulu, sampai waktunya membasmi keseluruhan Sin-hwee-kau menjadi mudah. Adik Kie jalankan saja rencanamu,"

   To Giam-Lian berkata dan bangun berdiri. Kie Yam-ke tetap duduk tidak bergerak.

   "Toako bertiga, ada satu hal aku hampir lupa memberitahu kalian, Sin-hwee-tan (Bom Sin-hwee) dari Shin-hwee-tong sangat dahsyat, tidak mudah mengatasinya!"

   "Sin-hwee-tan? Apakah itu semacam amunisi?"

   To Giam-Lian duduk kembali.

   "Betul, itu amunisi, aku sudah beberapa kali menyaksikan kehebatannya,"

   Dia lalu menceritakan semua kejadian ketika melihat kehebatan Sin-hwee-tan. Ketiganya jadi terkejut To Giam-Lian mengerenyit kan dahi berkata.

   "Sin-hwee-tan ini sangat menakutkan. Kalau saat ini mereka semua melempar Sin-hwee-tan betul-betul sukar untuk mengatasinya! Mungkin saja tidak bisa membasmi mereka malah kita habis mati akibat ledakan Sin-hwee-tan itu. Bagaimana pun harus mencari akal untuk mengatasinya!"

   "Masalah ini rumit sekali, untuk sementara memang belum terpikirkan dengan akal apa mengatasi masalah ini,"

   Dua alis Pui Han berkerut, berpikir keras.

   "Mungkinkah mencari akal untuk membasmi Sin-hwee-tan mereka?"

   Lie Goan bergumam sendiri.

   "Ada akal!"

   Pui Han keras-keras menepuk pahanya.

   "Kita cari akal membujuk mereka masuk ke dalam air, Pasti Sin-hwee-tan mereka akan basah semua!"

   Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Hmmm. Siasat ini boleh juga!"

   To Giam-Lian berkata.

   "Kalau tidak meninggalkan jejak, harusnya bisa dipikirkan."

   "Kita harus mencari akal bagaimana membujuk mereka terjerumus masuk ke dalam kolam air."

   Kata To Giam-Lian.

   Semua rencana sudah disusun baik.

   Hari ke 2 Kie Yam-ke dan To Giam-Lian berempat menjelaskan pada 11 orang wakil Bu-lim sealiran yang mengikuti To Giam-Lian bertiga datang ke kota Ki-lam.

   Mereka akan membuat perdebatan dan pemikiran yang seksama akhirnya semua menyetujuinya.

   Semua rencana mengikuti prosedur masing-masing dijalankan.

   Pertama mengutus orang kemana-mana memberi-tahu orang-orang Bu-lim yang setuju mengikuti untuk cepat-cepat berkumpul di kota Ki-lam secara sembunyi-sembunyi, lalu Kie Yam-ke belakangan akan tiba meninggalkan tanda-tanda untuk berhubungan dengan Sin-hwee-kau.

   Tidak lama segera ada penghubung dari Sin-hwee-kau mencari Kie Yam-ke.

   Kie Yam-ke tidak berkata apa-apa hanya menitipkan sepucuk surat padanya agar menyampaikan pada Sin-hwee Kaucu secepatnya.

   Setelah penghubung itu menyimpan surat itu secepat kilat kembali ke pusat perkumpulan.

   Setelah menerima kabar, orang-orang Bu-lim sealiran berturut-turut datang ke kota Ki-lam.

   Secara terpisah tinggal di dalam dan di luar kota Ki-lam.

   Sama sekali tidak mencurigakan pun tidak meninggalkan jejak.

   Suatu hari Kie Yam-ke menerima berita untuk bertemu.

   Dia segera membawa Jit-ih bersama To Giam-Lian, Lie Goan berdua mengikuti tanda-tanda, sampailah di sebuah kuil rusak yang terbengkalai di bagian selatan kota.

   Berdiri di depan kuil rusak mereka mengamat-amati dinding kuil, apakah ada ciri-ciri tertentu? Tapi belum lagi melihat jelas, dari dalam kuil sudah melayang keluar segumpal lidah api.

   "Kie Tong-cu, lama tidak bertemu,"

   Ternyata Sin-hwee Tong-cu Ang Lie-hwee!.

   Sekujur tubuh Ang Lie-hwee tampak merah menyala, menyelinap keluar dari dalam kuil rusak, sekilas terlihat bagaikan segumpal lidah api.

   Kie Yam-ke tidak menyangka orang yang harus ditemui adalah Ang Lie-hwee.

   Dengan hadirnya Ang Lie-hwee berarti Sin-hwee Kaucu amat mementingkan laporan Kie Yam-ke beberapa hari yang lalu.

   Kalau tidak mana mungkin mengutus Ang Lie-hwee datang untuk berunding.

   Kie Yam-ke cepat-cepat merangkapkan kedua tangannya.

   "Ang Tong-cu. Anda yang datang?"

   Ang Lie-hwee melihat sekali To Giam-Lian dan Lie Goan.

   "Kaucu sangat marah atas masalah yang kau laporkan, maka mengutus aku kemari untuk berembuk denganmu. Untuk menghukum para pembelot!"

   Saat ini Jit-ih maju memberi salam.

   "Hamba memberi salam pada Ang Tong-cu."

   Cepat-cepat Ang Lie-hwee berkata.

   "Tidak perlu. Kau sudah menjadi orang Kie Tong-cu, lain kali tidak perlu banyak peraturan begini lagi."

   Jit-ih mengiyakan dan mundur. Kie Yam-ke menunjuk To Giam-Lian dan Lie Goan berkata.

   "Ang Tong-cu. Dua orang ini adalah yang paling pertama bergabung dengan perkumpulan kita. To Giam-Lian dan Lie Goan ini paling banyak mengajak teman-temannya masuk perkumpulan kita."

   To Giam-Lian dan Lie Goan pintar bersandiwara. Sama-sama maju membungkuk memberi salam.

   "Senang sekali berjumpa Ang Tong-cu!"

   "Kalian berdua berjasa besar telah membantu perkumpulan kami membawa banyak orang. Kaucu puas atas kemampuan kalian, nanti pada waktu peresmian tentu ada penghargaan. Harap kalian bekerja lebih giat lagi."

   "Terima kasih Kaucu, Harap Ang Tong-cu banyak membimbing,"

   Permainan To Giam-Lian dan Lie Goan sangat luwes. Sepertinya Ang Lie-hwee puas pada mereka berdua.

   "Asal kalian berdua setia pada perkumpulan. Aku akan mempromosikannya pada Kaucu nanti."

   "Terima kasih Ang Tong-cu,"

   Dua orang itu bersamaan menyahut, lalu mundur sambil membungkukkan tubuh. Ang Lie-hwee memutar tubuhnya, berkata pada Kie Yam-ke.

   "Mari kita bercakap-cakap di dalam kuil!"

   Sambil memutar tubuh, berjalan masuk. Kie Yam-ke berempat mengikuti dari belakang.

   "Kie Tong-cu, bagaimana bisa ada 30 orang begini baru masuk perkumpulan sudah mau mundur lagi? Kaucu amat murka terhadap masalah ini, rupanya pun kurang puas pada kinerjamu!"

   Ang Lie-hwee dengan suara rendah berkata pada Kie Yam-ke.

   "Ang Tong-cu, Kaucu ada petunjuk apa?"

   Kie Yam-ke berlagak seperti takut sekali.

   "Petunjuk Kaucu. Orang-orang itu kalau tidak mau, demi kerahasiaan perkumpulan kita, bunuh saja semua!"

   Dengan muka yang susah Kie Yam-ke berkata.

   "Salahku, waktu itu kurang cermat mencari orang-orang itu masuk perkumpulan. Akhirnya terjadilah masalah ini. Mereka tampak bandel sekali dan bersikeras mau keluar, sulit diatasi. Mereka banvak hingga tidak gampang membunuh mereka. Kalau sampai ada yang kabur, lebih repot lagi!"

   Ang Lie-hwee pun merasa berat, dengan suara keras berkata.

   "Kaucu mengutus aku kemari, justru untuk berunding denganmu mencari jalan keluar yang terbaik. Apa pendapatmu?"

   Kie Yam-ke sementara tidak menjawab, balik bertanya.

   "Ang Tong-cu, apa punya cara yang terbaik?"

   Ang Lie-hwee menggeleng-geleng kepala.

   "Aku tidak tahu kondisi orang-orang itu, sulit untuk mendapatkan cara yang terbaik. Kie Tong-cu, orang itu dibawamu masuk perkumpulan kita. Kau lebih mengetahui perihal mereka. Kau sajalah yang pikirkan cara terbaik!"

   To Giam-Lian menyela.

   "Tong-cu berdua, terpikir oleh hamba sebuah akal, apa anda berdua punya minat mendengarkan?"

   Kie Yam-ke diam saja, memandang Ang Lie-hwee seolah-olah meminta pendapatnya. Ang Lie-hwee ragu-ragu sebentar dia berkata.

   "Kalau terpikir olehmu sebuah akal katakan saja, untuk bahan kita berunding, mungkin bisa digunakan."

   To Giam-Lian berkata.

   "30 orang yang mau mengundurkan diri itu kungfunya hebat-hebat. Tempat tinggal mereka juga terpencar dimana-mana, kalau mau satu-satu dibunuh, repot sekali. Kalau sampai kabarnya bocor, atau ada 1-2 orang bersembunyi. Saat itu mau mencari mereka lebih sulit lagi. Menurut pendapat hamba, lebih baik mencari sebuah alasan, memanggil dan mengumpulkan mereka di suatu tempat, lalu kita memusatkan tenaga menumpas mereka sekaligus, cepat hasilnyapun lebih maksimal."

   Ang Lie-hwee mendengar.

   "Wah, ini akal yang sempurna, kumpulkan dulu lalu dibunuh, akalmu itu memang baik."

   Lalu memandang dan bertanya pada Kie Yam-ke yang pura-pura diam termenung.

   "Kie Tong-cu, apa pendapatmu tentang akal ini?"

   Kie Yam-ke berpikir lagi sebentar baru berkata.

   "Baik juga. Tapi ada 2 masalah yang harus dijalankan."

   Agak gusar Ang Lie-hwee bertanya.

   "Dua masalah apa? Coba Kie Tong-cu katakan,"

   "Ke 1, dengan alasan apa untuk mengumpulkan mereka,"

   Kie Yam-ke melanjutkan perkataannya.

   "Ke 2, dimana tempat yang paling ideal untuk berkumpul."

   Ang Lie-hwee termenung sejenak berkata.

   "Yang kesatu gampang, bisa dengan alasan Kaucu mau mengumumkan penghapusan nama dan membubarkan mereka lepas dari perkumpulan kita. Yang kedua agak sulit sebab aku jarang meninggalkan pusat perkumpulan, benar-benar tidak terpikir tempat mana yang paling ideal."

   Kie Yam-ke memandang Lie Goan berkata.

   "Saudara Lie, kau orang sini. Apa sekitar sini ada tempat yang cocok?"

   Lie Goan berpikir sejenak.

   "Tay-beng-ouw (Danau Tay-beng) jika malam hari sudah tidak ada pengunjung. Disebelah barat daya danau itu ada sebuah tanah lapang melingkari danau. Di luarnya ada hutan pohon besar menutupi. Kumpulkan semua pembelot itu disana, orang-orang kita terlebih dahulu bersembunyi di dalam hutan. Bukankah sekali kerja terbunuhlah semua pembelot-pembelot itu."

   "Hmmm, ini tempat yang paling cocok. Danau untuk menghalangi jalan mundur mereka. Hutan untuk orang-orang kita bersembunyi. Pembelot-pembelot itu bersayap pun sulit untuk terbang, Kie Tong-cu, menurutmu bagaimana?"

   Kie Yam-ke berkata.

   "Kalau menurut Ang Tong-cu cocok, kita ambil keputusan begitu saja"

   Lalu berkata lagi.

   "Tapi ada satu hal, malam itu kita harus mengerahkan berapa banyak kekuatan?"

   Bola mata Ang Lie-hwee diam sejenak.

   "Mereka sekitar 30 orang, kalau orang kita sedikit takut tidak cukup mengatasi pembelot-pembelot itu. Demi keselamatan, aku akan mengerahkan orang-orang 2 bendera, bendera merah dan kuning yang berada di bawah pengawasan Sin-hwee-tongku, Kie Tong-cu. Menurutmu cukup tidak?"

   Kie Yam-ke dengan tertawa berkata.

   "Jika Ang Tong-cu merasa cukup. Aku tidak keberatan."

   Dengan tertawa Ang Lie-hwee berkata.

   "Kalau begitu aku segera pulang ke pusat, melaporkan semua rencana kita pada Kaucu. Asal nanti para pembelot sudah kumpul di kota Ki-lam Qi Tong-cu segera melapor ke pusat. Aku pasti dalam waktu yang ditetapkan membawa bawahanku datang bergabung denganmu untuk bergerak!"

   Kie Yam-ke merangkapkan tangannya berkata.

   "Kalau Ang Tong-cu ingin cepat-cepat pulang ke pusat. Kami pun tidak akan menahan. Nanti setelah urusan ini usai kami undang minum sepuasnya."

   To Giam-Lian dan Lie Goan juga merangkapkan tangan.

   "Ang Tong-cu hati-hati di jalan."

   Jit-ih pun memberi salam. Ang Lie-hwee berkata.

   "Sampai jumpa lagi!"

   Jubah merah mengebut, sekelebat sudah keluar dari kuil usang itu.

   Empat orang itu segera meninggalkan kuil usang.

   Berpuluh-puluh meter jauhnya.

   Ang Lie-hwee seperti segumpal awan berapi melayang terus menjauh.

   Di belakangnya diikuti 8 orang pengikut Sin-hwee-kau.

   Malam ini gelap tidak berbulan tapi berbintang.

   Malam ini malam beroperasi.

   Semua sudah berjalan menurut rencana.

   Di pinggir danau Tay-beng di depannya ada sebuah hutan dan tanah lapang, Bayangan orang-orang bergoyang-goyang sudah berkumpul sekitar 30 orang yang disebut Kie Yam-ke sebagai "Pembelot itu.

   Tentu saja diantaranya ada Kie Yam-ke, Jit-ih, To Giam-Lian, Lie Goan dan Pui Han.

   Tidak bersuara sedang menunggu kedatangan Ang Lie-hwee.

   Kira-kira habis menghisap sekantong tembakau, dari jalan kecil sebelah barat yang melingkari danau.

   7 -8 ada bayangan orang dengan cepat menuju ke samping, Kie Yam-ke, Jit-ih, To Giam-Lian dan lainnya cepat-cepat menghampiri.

   Yang datang memang Ang Lie-hwee yang membawa 7 orang pengikut Sin-hwee-tong.

   2 pihak itu saling menggangguk.

   Kie Yam-ke membawa Ang Lie-hwee berjalan ke depan "Pembelot"

   Secepat itu pula, semua sorotan mata "Pembelot"

   Terpusat pada diri Ang Lie-hwee. Ang Lie-hwee tidak bicara, sepasang matanya bagaikan api membara menyorotkan sinar yang amat keras, menatap tajam satu persatu "Pembelot"

   Itu. Kie Yam-ke mendehem, dengan suara rendah berkata.

   "Saudara-saudara karena Kaucu berhalangan, jadi tidak dapat hadir disini, khusus mengutus Ang Tong-cu dari Sin-hwee-tong mewakilinya untuk mengumumkan masalah-masalahnya setelah kalian meninggalkan perkumpulan kami, harap kalian dengar baik-baik."

   Satupun tidak ada yang bersuara, semua menunggu Ang Lie-hwee bicara. Ang Lie-hwee maju selangkah, sorotan matanya seperti menyapu sekali semua "Pembelot". Dengan suara keras berkata.

   "Apa saudara-saudara semua bersikeras mau mundur diri dari perkumpulan kami?"

   Para "Pembelot"

   Dengan suara keras berkata.

   "Betul, kami mau lepas dari Sin-hwee-kau"

   Ang Lie-hwee bertanya lagi.

   "Apa masih ada yang berubah pikiran?"

   
Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Semua "Pembelot"

   Bersama-sama lagi berkata.

   "Tidak ada!"

   Ang Lie-hwee menunggu sebentar baru berkata.

   "Baiklah aku hanya mewakili Kaucu mengumumkan pada kalian...."

   Tiba-tiba Ang Lie-hwee memekik keras.

   "Bunuh....!"

   Kata "Bunuh"

   Baru keluar dari mulut, segera melompat keluar dari dalam hutan puluhan bayangan manusia, menyebar ke semua penjuru membentuk menjadi setengah bulatan, mendesak "pembelot"

   Itu ke pinggir danau. Saat ini Kie Yam-ke berkata dengan keras.

   "Sekarang mau berubah pikiran masih keburu!"

   "Pembelot"

   Yang di desak ke pinggir danau tidak ada yang buka suara.

   Keadaan begini, bumi dan langit terasa gelap, pembunuhan sudah diambang pintu.

   Ang Lie-hwee memerintahkan anak buahnya yang jumlahnya 2 x lipat lebih banyak dari "Pembelot"itu.

   Maju mendesak selangkah demi selangkah terus memperkecil lingkaran pengepungan, mendesak mereka sampai sudut danau.

   Tiba-tiba meraung keras.

   "Bunuh!"

   Sekitar 60 orang anak buah Sin-hwee-kau segera berseru, mengayunkan pisau, tombak menyerbu "pembelot-pembelot"

   Yang terdesak ke pinggir danau sedikit lagi sudah akan masuk ke dalam danau.

   Dua belah pihak mulai berperang.

   Begitu kedua belah pihak bentrok, tiba-tiba dari dalam hutan diam-diam berkerumun keluar puluhan bayangan orang, tiap orang membawa obor.

   Sebentar saja seluruh tanah lapang menjadi terang benderang!.

   Begitu melihat, Ang Lie-hwee terkejut sekali, belum lagi dia bereaksi, dia pihak yang berperang, salah satu pihak sudah ada yang memutar tubuh "plung plung plung"

   Mulai masuk ke dalam danau, yang terlihat hanya kepala orang saja satu persatu mengambang diatas air. Orang-orang Sin-hwee-kau melihat "Pembelot-pembelot"

   Begitu bertemu.

   Semua melompat ke dalam danau, mereka merasa heran, satu persatu bengong berdiri di tepi danau entah harus berbuat bagaimana!.

   Begitu situasi berubah Ang Lie-hwee terkejut sejenak, lalu secepatnya dia sadar, apa yang terjadi.

   Dengan marah meraung keras.

   "Sin-hwee-tan". Dia memerintah anak buahnya melempar Sin-hwee-tan pada orang-orang yang membawa obor!. Tapi orang-orang yang belakangan melompat keluar dari dalam hutan, ternyata sudah bersiap-siap sejak awal. Saat "pembelot-pembelot"

   Itu terjun ke dalam danau, dan Ang Lie-hwee belum memekik keras itulah mereka ramai-ramai melempar obornya ke tubuh orang yang membawa Sin-hwee-tan, tapi masih bengong entah harus berbuat apa itu.

   Saat orang-orang Sin-hwee-kau sadar dengan suara pekikan Ang Lie-hwee.

   Baru saja mau menjulurkan tangan ke dalam kantongnya mengambil Sin-hwee-tan, berpuluh-puluh buah obor seperti cahaya bergoyang-goyang seperti akan membakar, lalu hujan api pun berjatuhan ke tubuh mereka dan tanah di sekitarnya, api segera menjalar dan membara, membuat puluhan orang perkumpulan itu berloncatan sambil memadamkan api.

   Suasana menjadi kacau balau, sehingga lupa untuk melemparkan Sin-hwee-tan!.

   Ang Lie-hwee tidak menyangka orang-orang yang memegang obor bisa berbuat dengan cara keras melawan keras, melemparkan obor kepada anak buahnya.

   Bila diantaranya anak buahnya ada yang terbakar bajunya, tentu akan menyulut Sin-hwee-tan.

   Hal itu sama dengan melempar sebuah bom ke tumpukan mesiu, akibatnya tidak dapat dibayangkan.

   "Kie Tang.........Kie Yam-ke, kau......kau kejam sekali!"

   Ang Lie-hwee geram dan marah sampai tidak bisa berkata-kata. Dia menunjuk Kie Yam-ke.

   "Ternyata kau yang benar-benar pembelot, semua itu sengaja dirancang olehmu!"

   Kie Yam-ke, To Giam-Lian, Jit-ih, Lie Goan diam-diam sudah lebih dulu merubah posisi. Ang Lie-hwee sudah dikurung oleh mereka.

   "Ang Lie-hwee, sekarang kau sudah tahu, tapi sudah terlambat!"

   Kie Yam-ke berjaga-jaga khawatir Ang Lie-hwee tiba-tiba menyerang, dia pun memperhatikan keadaan di tepi danau.

   "Sejak kau memaksa aku masuk perkumpulan mu, aku sudah berniat mau menumpas Sin-hwee-kau!"

   Sorotan mata Ang Lie-hwee seperti bara api membakar, dia membelalakkan mata berkata.

   "Kaucu sangat baik kepadamu, kenapa kau berbuat begini?"

   Dengan mantap Kie Yam-ke berkata.

   "Es batu dan bara api tidak bisa bersatu dalam pembakaran. Sin-hwee-kau adalah perkumpulan sesat di luar Tionggoan, berambisi seperti binatang buas, ingin merajai dunia persilatan dan mau menginjak-nginjak seluruh Tionggoan. Aku sebagai salah satu orang persilatan mana bisa berdiam diri melihat dunia persilatan Tionggoan mau ditindas oleh kaum luar!"

   Perkataan Kie Yam-ke ini membuat Ang Lie-hwee tidak bisa berkata-kata. Jubah merahnya bergoyang, dia segera menyerbu Kie Yam-ke.

   "Bummm Bummm Bummm"

   Dalam dentuman dan abu asap yang beterbangan, serentetan ledakan membuat malam itu bergetar.

   Bumi pun bergoncang, cahaya api yang berkilau-kilau bagaikan bintang-bintang terus meledak di langit yang gelap.

   Suara pilu dan pekikan yang menjerit minta tolong semua tertutup oleh suara ledakan yang dahsyat.

   Seperti gunung meletus dan bumi membelah.

   Setelah serentetan ledakan berlalu.

   Tiba-tiba serentetan ledakan yang lebih mengerikan.

   Dan lebih dahsyat, menggetarkan bumi dan langit terdengar lagi.

   Dibawah terang api terlihat darah dan daging beterbangan, bayangan manusia berloncatan, ingin secepatnya meninggalkan lokasi ledakan.

   Orang-orang Sin-hwee-kau yang membawa Sin-hwee-tan mati semua oleh bom yang dibawanya.

   Sisanya dalam ledakan seperti belalang berloncatan ingin kabur dari tempat kebakaran, berusaha mempertahankan nyawanya! Sungguh Sin-hwee-tan dahsyat sekali, seorang anggota Sin-hwee-kau yang terlempar obor.

   Bajunya terbakar di bagian depan saat dia sibuk memadamkan api di depan dada, tidak terasa Sin-hwee-tan yang disimpan dalam pelukannya ikut terbakar dan meledak.

   Sekali meledak merembet pada temannya yang terdekat, sebentar saja ledakan demi ledakan terdengar terus menerus.

   Suara ledakan masih terus membahana, banyak pengikut Sin-hwee-kau demi menyelamatkan nyawanya terpaksa berlompatan masuk ke dalam danau, dan orang yang membawa bom itu begitu masuk ke dalam danau bomnya menjadi basah dan tidak bisa di gunakan, juga begitu masuk danau mereka sama dengan masuk neraka.

   Dalam keadaan darurat begini mereka lupa bahwa sebelumnya sudah ada sekelompok "Pembelot-pembelot"

   Yang terjun ke dalam danau, begitu mereka meloncat ke danau ingin menyelamatkan diri, semua menjadi makanan empuk bagi pembelot-pembelot itu, mereka semua di bunuh lalu santapan lezat ikan dan udang di dalam danau.

   Saat ini, beberapa puluh orang persilatan yang mundur dan bersembunyi, sekarang sudah melompat keluar, lalu menyebar ke tepi danau yang masih terdengar ledakan dan memerahkan langit.

   Mereka menghadang dan membunuh orang-orang Sin-hwee-kau yang berusaha kabur kemana-mana.

   Boleh dikata orang-orang Sin-hwee-kau sudah terperangkap ke dalam jaringan maut.

   Walau tidak mati oleh bom yang dipegang sendiri juga terbunuh oleh jago-jago persilatan yang ada di dalam danau dan di darat satupun tidak ada yang tersisa.

   Pembantaian di tepi danau ini jarang terjadi di dunia persilatan, menakjubkan dan amat sadis.

   Suara ledakan-ledakan yang terdengar itu membuat tubuh Ang Lie-hwee yang menyerbu Kie Yam-ke jadi tertahan, dia membalikkan kepala menenggok ke arah tanah lapang dan tepi danau yang dimalam hari terang benderang oleh suara ledakan yang tidak putus-putusnya.

   Tampak anak buahnya tidak dapat melukai musuhnya, malah kacau balau oleh ledakan Sin-hwee-tan yang dibawa sendiri.

   Tangisan dan raungan hanya terjadi dalam waktu sekejap, 60 orang anak buahnya, dalam 10 orang 7 sudah mati oleh dahsyatnya Sin-hwee-tan.

   Sisanya berlarian dan meloncat masuk ke dalam danau.

   Tapi juga habis dibunuh oleh jago-jago Bu-lim yang berada di dalam danau dan di darat.

   Semua mati berantakan.

   "Okkkk"

   Ang Lie-hwee sudah tidak tahan, dia membuka mulut langsung muntah darah, selembar muka yang bengis ditambah sorotan sinar api persis seperti hantu, sekujur tubuhnya bagaikan segumpal api membara. Dia melotot dan meraung-raung.

   "Bangsat kau Kie Yam-ke, aku habisi kau dulu!"

   Sosok tubuhnya bergoyang-goyang bagaikan lidah api bergulir memenuhi udara.

   Dia langsung menyerang Kie Yam-ke.

   Kie Yam-ke berdiri tidak bergerak, dengan dingin memandang Ang Lie-hwee yang bagaikan anjing gila datang menyerbu, dia sudah siap-siap akan melawan.

   Siapa sangka tubuh Ang Lie-hwee tiba-tiba bergerak miring, tahu-tahu menyerang kepala Lie Goan dengan telapak tangannya.

   Kie Yam-ke tidak mengira Ang Lie-hwee bisa pura-pura menyerang, lalu memukul ke arah lain.

   Dia jadi terkejut sesaat, segera tubuhnya bergerak meng-hadiing Ang Lie-hwee! Lie Goan yang tiba-tiba mendapat serangan terkejut tidak kepalang, hatinya bergetar keras, dia mengangkat tangan ingin menahan tapi terlambat.

   "Poppppp!"

   Kepala Lie Goan sudah tersapu oleh tangan Ang Lie-hwee, terdengar suara "Cisssss, Cissss, Chissss"

   Kepala Lie Goan yang tersabet itu mengeluarkan asap putih.

   Kepalanya hancur menjadi layu dan kering, akhirnya berubah seperti arang hitam!.

   Kie Yam-ke terlambat sedikit, dia tidak sempat menolong Lie Goan, jadi tidak bisa berbuat apa-apa melihat Lie Goan terbunuh! Sambil membentak, Kie Yam-ke segera melepaskan pukulan dan mencengkram, telapaknya memukul leher belakang Ang Lie-hwee, jarinya mencengkram pundaknya.

   Ang Lie-hwee mendehem, dia bergeser selangkah secara vertikal.

   "Huhh"

   Lalu tubuhnya berputar keras hingga mencopot kepala Lie Goan yang sudah mati, mayatnya disabetkan pada Kie Yamke, karena jarak kedua belah pihak amat dekat, tampak Kie Yam-ke akan tersapu oleh mayat Lie Goan!.

   Dalam keadaan sangat gawat itu.

   Tiba-tiba Kie Yam-ke mengambil napas dalam-dalam, tubuhnya bagaikan kapas melayang mundur bermeter-meter jauhnya, sehingga terhindar dari sabetan Ang Lie-hwee yang menggunakan mayat Lie Goan.

   Saat ini To Giam-Lian sudah melihat Lie Goan mati di tangan Ang Lie-hwee, dia sedih luar biasa, pedang panjangnya segera dikeluarkan dari sarungnya.

   Diam-diam membawa pedang menyabet pundak kanan Ang Lie-hwee! Mendengar ada angin keras di belakangnya, Ang Lie-hwee tahu ada musuh menyerangnya, segera dia menggunakan mayat Lie Goan sebagai senjata, diputarnya dengan keras, menghantam To Giam-Lian yang berada di belakang, bersamaan saat itu juga tanpa bersuara sebelah telapaknya ikut melepaskan pukulan.

   Saat itu pundak Ang Lie-hwee hampir terkena sabetan pedang, tidak di sangka tiba-tiba tubuh Ang Lie-hwee berputar sambil menyapu dengan mayat Lie Goan.

   To Giam-Lian tidak tega, dia mengambil napas cepat-cepat merobah gerakannya dan menarik tangannya, sebab mayat Lie Goan bisa tertusuk pedang, dirinya pun akan tersapu oleh mayat Lie Goan! Meskipun terhindar oleh sapuan mayat Lie Goan, tapi sebelah telapak Ang Lie-hwee pun sudah tiba.

   To Giam-lian mau menghindar tapi tidak keburu.

   "Plakkk"

   Serangan itu tepat mengenai lengannya, terasa lengannya sakit seperti terbakar api.

   Dia mengerang, berturut-turut mundur 5-6 langkah baru bisa berdiri tetap, dengan penerangan api yang ada, dia melihat lengannya sudah menjadi hitam, dan bajunya pun terbakar, dagingnya hancur, pada bagian lukanya berbunyi "Shittt, shittt, shittt"

   Dan mengepul sedikit asap, menyebarkan bau gosong yang menyengat! Inilah pukulan yang dahsyat dan sesat!.

   Saat ini Kie Yam-ke sudah datang menyerbu, telapak dan kepalannya bersama-sama digunakan, berturut-turut menyerang Ang Lie-hwee hingga mundur beberapa langkah!.

   Setelah mundur beberapa langkah Ang Lie-hwee meraung keras, lalu mayat Lie Goan digunakan sebagai senjata untuk menyerang Kie Yam-ke.

   Kie Yam-ke tidak tega melukai mayat Lie Goan, menjadikan dia tidak bisa melawan dengan seenaknya, setelah dia diserang membabi buta oleh Ang Lie-hwee, dia sampai mundur 2 langkah.

   Tiba-tiba terdengar seruan dan pekikan, ratusan jago-jago Bu-lim setelah membunuh habis penganut Sin-hwee-kau yang terakhir, mereka beramai-ramai datang menyerang Ang Lie-hwee yang sedang bertarung melawan Kie Yam-ke.

   Yang mempelopori adalah "Ben-ma"

   Sie Goan-ya.

   "Cong-thian-po"

   Sie Hong-seng dan lain-lain, 11 orang jago yang hebat-hebat di dunia persilatan!.

   Begitu melihat ratusan orang persilatan datang menyerang dirinya, Ang Lie-hwee tahu, anak buahnya telah binasa, kalau dia sekarang tidak melarikan diri, mungkin sudah tidak ada kesempatan lagi selamanya.

   Dia menggaur keras, mendesak mundur Kie Yam-ke 2 langkah lalu memutar tubuh, tangannya melemparkan mayat Lie Goan pada Sie Hong-seng, Goan Ie dan lain-lain.

   Ketika orang yang paling depan menyerangnya, dia melompat dengan rubuh miring melejit ke atas, mencari jalan untuk kabur! Melihat keadaan yang mengejutkan, Jago-jago itu cepat-cepat menghindar, Goan le karena berlari terlalu cepat, buru-buru membungkuk, mayat Lie Goan yang dilemparkan Ang Lie-hwee terbang lewat di atas kepalanya.

   Sie Hong-seng pun meloncat menghindar ke samping, beberapa orang di belakang sudah tidak keburu menghindar.

   Mereka ditabrak oleh mayat Lie Goan hingga bergelimpangan di tanah, menghalangi orang di belakang yang ingin mengejar.

   Baru saja Ang Lie-hwee melejit ke atas, tiba-tiba dari udara melesat datang sebuah bayangan manusia menghadang, tubuhnya masih di udara sebuah telapak sudah menghantam! Ang Lie-hwee terpaksa menangkis, dia pun menyongsong dengan sebelah telapaknya.

   Dua telapak itu beradu dengan keras "Poppp"

   Kedua tubuh itu bersalto di udara, lalu masing-masing jatuh ke tanah.

   Baru saja kaki Ang Lie-hwee menapak tanah, dia melihat dengan mata yang penuh sorotan api membara, ternyata yang menghadang dia di tengah udara adalah Kie Yam-ke.

   Gigi Ang Lie-hwee berbunyi keras, sambil meng-gaur kesal dia bertanya.

   "Kau mau apa Kie Yam-ke?"

   Kie Yam-ke berdiri beberapa meter jauhnya dari Ang Lie-hwee dengan suara lantang berkata.

   "Hanya ingin menahanmu disini!"

   Sambil memekik bagaikan suara geledek Ang Lie-hwee menghardik.

   Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Jangan Harap!". Begitu memandang terlihat Jit-ih berdiri di samping, dia melototi Jit-ih dengan suara bengis berkata.

   "Jit-ih, ayo cepat bertindak, apa kau pun mau mengkhianati Kaucu?"

   Jit-ih mengangkat kepalanya berkata.

   "Betul! Sejak aku melangkah keluar dari pusat Sin-hwee-kau, sudah memutuskan melepaskan diri dari Sin-hwee-kau dan mengikuti suamiku!"

   "Pelayan kurang ajar! Kau tahu apa akibat mengkhianati Kaucu?"

   Ang Lie-hwee memekik keras dengan sengit.

   "Tahu!!! tapi kalian tidak akan bisa berbuat apa-apa, sebab Yam-ko akan melindungiku".

   "Ang Lie-hwee, keadaan sudah sampai begini, kau masih tetap tidak insaf!"

   Kie Yam-ke melototi Ang Lie-hwee.

   "Kalau kau mau melepaskan diri dari Sin-hwee-kau, kami akan segera melepaskanmu!"

   Ang Lie-hwee mengamati orang-orang persilatan yang mengepung rapat-rapat dirinya, amarahnya agak mengendur, katanya.

   "Kau tidak khawatir aku pulang memberi kabar pada Kaucu?"

   "Kalau kau setuju meninggalkan Sin-hwee-kau. Kau pun tidak akan berani kembali ke pusat perkumpulan!"

   Kata Kie Yam-ke.

   "Bagaimana sudah dipikir baik-baik?".

   "Sudah!"

   Tubuhnya tiba-tiba meloncat ke atas, bersalto di tengah udara, lalu menyerbu orang-orang yang paling banyak mengurung, sepasang tangan dengan seenaknya memukul dan mencakar, bagaikan macan masuk ke dalam kawanan kambing, tempat yang dilalui, di terjangnya sampai lintang pukang, dengan paksa dia membuka sebuah jalan penuh bahaya!.

   Kie Yam-ke terkejut sekali, dengan marah dia meraung keras, tubuhnya bagai anak panah terlepas, mengejar dan menyerbu Ang Lie-hwee.

   Orang-orang persilatan lainnya, bersahutan dan memekik, menggulung dan menyerbu ke tempat Ang Lie-hwee mendarat.

   Yang paling parah adalah orang-orang yang paling depan, seperti disapu angin topan, belum ke buru bereaksi, sudah ada 2 orang persilatan yang di cakar dan seorang yang dipukul.

   Tempat yang dipukul dan dicakar seperti terluka bakar, kulit kering daging pun gosong!.

   Serombongan orang persilatan sekitar 20-30 orang tidak kuat menahan Ang Lie-hwee yang seperti macan gila, tempat yang dilaluinya semua berjatuhan, dengan kekerasan dia dapat lolos dari kepungan!.

   Sesudah lolos dari kepungan, dia membalikan tubuhnya lagi, merobohkan 3 orang yang berani mengejar, lalu dia meraung panjang, tubuhnya sudah bersiap-siap mau menerjang masuk ke dalam hutan! Jika Ang Lie-hwee berhasil menerjang masuk ke dalam hutan, tentu dia bisa dengan mudah kabur.

   Baru saja tubuh Ang Lie-hwee terangkat ke atas.

   Tiba-tiba terasa diatas kepalanya ada angin keras menyerang, terpaksa dia menjatuhkan diri ke tanah.

   Baru saja kakinya menapak di tanah, di atas sudah ada bayangan orang berkelebat, orang itu seperti meteor jatuh meluncur cepat dan turun ke tanah, tepat menghalangi jalan Ang Lie-hwee kabur.

   Orang ini bukan siapa-siapa, dia Kie Yam-ke.

   "Kie Yam-ke, kau lagi!"

   Ang Lie-hwee melotot pada orang yang mendesak dia turun ke tanah, yang menghadang jalan kaburnya adalah Kie Yam-ke, emosi dan kemarahannya segera memuncak sehingga janggut, kumis dan rambutnya berdiri semua, matanya melotot besar dan dia memekik keras.

   "Ang Lie-hwee, tidak perlu berteriak-teriak, bagaimana pun kau tidak akan bisa lolos!"

   Kata Kie Yam-ke tenang-tenang saja. Dia dengan dingin memandang Ang Lie-hwee yang sedang gemetaran karena emosinya yang meluap.

   "Kie Yam-ke, kau brengsek sekali, kalau pun aku harus mati, tapi kau pun harus menjadi pengganjal punggungku!"

   Tiba-tiba Ang Lie-hwee menjulurkan sebuah telapak, di tengah telapak ada benda seperti bara api merah mengkilap.

   "Yam-ko, hati-hati!"

   Jit-ih yang berdiri 1,5 tombak jauhnya dari Ang Lie-hwee, berseru terkejut.

   "Itu Sin-hwee-ciang (telapak api sakti) yang amat beracun!"

   "Pelayan busuk, tunggulah, setelah aku telah bunuh Kie Yam-ke, baru aku pelan-pelan membuat perhitungan denganmu, orang hina yang makan dalam tapi membantu orang luar!"

   Ang Lie-hwee membentak, saat itulah telapak kanannya sudah merah mengkilap seperti bara api.

   "Saudara-saudara semua mundur dulu, jangan sampai menjadi korban yang tidak berarti!"

   Kie Yam-ke berseru pada orang-orang persilatan yang selangkah demi selangkah mendesak maju.

   "Biar Cayhe saja yang menghadapinya!"

   Orang-orang persilatan sudah 2 kali melihat Kie Yam-ke menghadang Ang Lie-hwee, sedikitpun tidak cedera, mereka sangat salut padanya.

   Tambah lagi To Giam-Lian yang cedera juga ikut membujuk, semua mundur puluhan meter.

   Diam menonton Kie Yam-ke seorang diri melawan Ang Lie-hwee.

   Sekejap saja jubah merah menyala Ang Lie-hwee menggelembung, seluruh tubuhnya seperti segumpal api.

   "Hoppp"

   Telapaknya menghantam "Cess"

   Segumpal lidah api muncul dari telapaknya dibarengi aliran panas menyerbu pada Kie Yam-ke!.

   Orang-orang persilatan ini mana pernah melihat ilmu aneh begini, begitu telapak tangan yang menyerang, segumpal api mengikuti dari belakang.

   Semua terkesima, dan terkejut, diam-diam menguatirkan keselamatan Kie Yam-ke.

   Kie Yam-ke tidak menyambut pukulannya, tubuh-nya berputar menghindari aliran panas yang datang menyerbu, dengan tubuh yang gemulai membalas serangan, jari telunjuknya terjulur.

   "Cess"

   Memecah udara menotok ke tengah telapak Ang Lie-hwee!.

   Ang Lie-hwee merubah posisi pergelangannya, totokan telunjuk Kie Yam-ke jadi meleset.

   Ang Lie-hwee berturut-turut menyerang lagi 7-8 pukulan, 7-8 gumpalan lidah api seperti kunang-kunang menyerbu ke sekujur tubuh Kie Yam-ke.

   Dengan nafas memburu Kie Yam-ke merubah gerakan jarinya menjadi telapak, menyongsong 7-8 gumpalan lidah api yang datang menyembur dengan pukulan berturut-turut.

   Kalau diceritakan memang sulit orang bisa percaya, 7-8 gumpalan lidah api Ang Lie-hwee begitu menyala langsung padam oleh pukulan telapak Kie Yam-ke, persis seperti Ni-gu-cu-hai (sapi tanah masuk ke laut.) Orang-orang dunia persilatan terus-terusan menahan napas, diam-diam mengkhawatirkan Kie Yam-ke, melihat dia secara ajaib telah mengatasi Sin-hwee-ciang Ang Lie-hwee yang aneh dan sesat ini.

   Tidak terasa semua berseru dan bersorak-sorak.

   Hati Jit-ih yang gelisah pun kembali tenang!.

   Ang Lie-hwee jadi bengong, dia bingung agak lama lalu berkata.

   "Siapa kau sebenarnya, bagaimana dapat mengatasi Sin-hwee-ciang ku?"

   Kie Yam-ke tertawa, berkata.

   "Aku adalah aku. Sekarang kau bisa menerima nasib bukan?"

   Ang Lie-hwee dengan risau memandang Kie Yam-ke agak lama, melirik sekali pada orang-orang dunia persilatan, setelah menghela napas panjang putus asa, berkata.

   "Di dunia ini hanya aku yang bisa menguasai Sin-hwee-ciang, tapi tidak disangka ternyata kau bisa mengatasinya. Sin-hwee-kau sudah takdir dibasmi oleh yang diatas. Apa boleh dikata!"

   Kie Yam-ke membujuk.

   "Kau belum terlambat kalau sekarang ingin meninggalkan Sin-hwee-kau!"

   "Hidup sebagai orang Sin-hwee-kau, mati pun akan menjadi hantu Sin-hwee-kau!"

   Ang Lie-hwee menggaur keras, membalikan tangan dengan telapaknya menghantam kepalanya sendiri.

   "Bletuk"

   Batok kepalanya hancur, bersamaan itu di sekujur tubuh bagian atas dan bawah meledak "Bemmm"

   Segumpal lidah api membakar dengan dahsyatnya.

   Kie Yam-ke tidak menyangka Ang Lie-hwee yang begitu bengis bisa bunuh diri, dia tidak bisa apa-apa melihat Ang Lie-hwee yang jatuh terduduk lalu sekujur tubuhnya dilalap api.

   Orang-orang dunia persilatan itu pun tidak mengira tiba-tiba Ang Lie-hwee bunuh diri, mereka terkejut dan berseru, dengan bengong memandang seluruh tubuh Ang Lie-hwee terbakar api yang berkobar-kobar.

   Muka Jit-ih tampak hikmat sekali, melihat Ang Lie-hwee yang membakar dirinya, dia menundukkan kepala bersujud dan menyembah.

   Satu kali sembahyang meloncat-loncat 3 x lalu berhenti.

   Ini adalah penguburan api sakti yang paling agung di Sin-hwee-kau! Jit-ih menghampiri Kie Yam-ke.

   Kie Yam-ke memandang mayat Ang Lie-hwee seperti segumpal api terbakar, dengan suara rendah berkata .

   "Jit-ih, inilah iblis yang menakutkan". Dalam pertarungan di tepi Danau Tay-beng ini, para jago persilatan sudah menumpas tenaga inti Sin-hwee-kau yang paling kuat yaitu Sin-hwee-Tong-cu dan bawahannya, regu merah dan regu kuning. Pihak orang-orang persilatan, yang mati 8 orang, luka-luka 17 orang, dibanding mereka kerugian lebih minim. Setelah Kie Yam-ke, To Giam-Lian dan teman-temannya berunding, mereka memutuskan langsung menggempur pusat perkumpulan Sin-hwee-kau, dan menumpasnya, sebab khawatir malam panjang banyak mimpinya, kalau sampai Sin-hwee Kaucu mendapat kabar dan kabur duluan sulit untuk mencarinya. Maka para jago langsung bergerak, di bawah bimbingan Kie Yam-ke dan Jit-ih, di bagi beberapa kelompok, berangsur-angsur menuju pusat perkumpulan Sin-hwee-kau. Mereka berbuat begini agar tidak terjadi 'menggebuk rumput mengagetkan ular'. ooo0dw0ooo Di dalam pusat perkumpulan Sin-hwee-kau, Sin hwee Kaucu yang dipanggil Sin-hwee-mo-kun (Tuan besar api sakti) sedang duduk di atas kursi besar, 8 orang gadis cantik mengenakan gaun tipis berwarna merah dan samar-samar tampak bagian tubuh di bawah gaun itu, membawa kipas bulu bergagang panjang, berbaris menjadi sebuah partisi, berwarna merah berdiri rapih di belakang kursi, kondisinya persis ketika pertama kali Kie Yam-ke melihat mereka. Tapi sekarang yang sedang Sin-hwee-mo-kun terima bukan Kie Yam-ke tapi seorang laki-laki tua dan seorang perempuan muda. Laki-laki tua itu bukan orang lain, tapi "Jian-kian-gan-kai "(melihat harta mata membelalak) Toan Keng-cai. Sedangkan yang perempuan muda itu sudah pasti adalah "Thian-cu-ih-ki" (anggrek suci rupawan) Toan Ki-ji yang ayu bagaikan dewi kahyangan dan genit menawan itu. Siapa yang menyangka 2 orang ini pun ternyata orang Sin-hwee-kau! Dan bisa di terima langsung oleh Sin-hwee-mo-kun, tentu kedudukannya tidak rendah!.

   "Toan Tong-cu, Toan Hu-tong-cu (ketua devisi Dwan, wakil ketua devisi Toan) aku puas pada kalian. Coba ceritakan baru-baru ini demi perkumpulan, kalian sudah mengumpulkan berapa banyak kekayaan!"

   Muka Sin-hwee-mo-kun ketika tertawa seperti bara api berkobar.

   Ternyata dua orang marga Toan ini yang mengurus keuangan dan kekayaan Sin-hwee-kau, sebagai ketua dan wakit ketua Kim-gin-tong (Devisi emas perak)!.

   Sengan membungkukkan tubuh Toan Keng-cai menjawab.

   "Lapor Kaucu, baru-baru ini ada pemasukan keuangan untuk perkumpulan kita, harta itu antara lain dari, Benteng naga hijau Tan Cen-liong, hartanya 803.100 tail perak. San-si-tai-goan hartawan Lie Tong jumlah harta 1.594.000 tail. Ho-lam-pai-fu Tong-cu harta yang dikumpulkan dihitung ke uang perak menjadi 466.000 tail. Terakhir adalah pedagang kaya raya di Yang-ciu, Kian Jit-san 3.270.000 tail perak!"

   Toan Ki-ji menyambung.

   "Lapor Kaucu. Semua jumlahnya 6.073.100 tail perak, potong sogok orang pemerintahan untuk menghapus perintah penangkapan devisi bagian luar Kie Tong-cu sebesar 100 ribu tail perak, sebenarnya bertambah 5.973.100 tail perak ke dalam kas"

   Sin-hwee-mo-kun mengangguk puas.

   "Hmmm, cukup banyak hasilnya, perkumpulan kita sekarang keuangannya sudah kuat. Cukup untuk menghadapi dunia persilatan Tionggoan. Ketua Toan, bagus hasil kerja kalian berdua, demi menyatakan penghargaan aku sekarang mengumumkan kedudukan Toan Tong-cu naik sebagai wakil Kaucu, wakil Tong-cu naik menjadi Kim-gin Tong-cu."

   Toan Keng-cai, Toan Ki-ji merasa gembira karena tersanjung. Mereka cepat-cepat berlutut dan bersujud .

   "Terima kasih Kaucu atas karunianya!". Tiba-tiba Kaucu bertanya.

   "Harta Kian Jit-san bisa masuk semua ke perkumpulan kita, tentu ini cara tindak Toan Tong-cu bukan?"

   Toan Ki-ji dengan suara genit berkata.

   "Terima kasih atas pujian Kaucu. Hamba bertindak atas petunjuk Kaucu, hanya dibarengi sedikit daya upaya, Kian Jit-san sendiri melihat kecantikanku sukmanya seperti melayang, bukan saja mencabut hadiah untuk menangkap Kie Tong-cu hartanya pun disumbangkan semua pada perkumpulan kita!"

   Sin-hwee Kaucu amat bersemangat bertanya.

   "Toan Tong-cu apakah dia?".

   "Lapor Kaucu. Ringkas dan bersih dia telah dihabisi!"

   Ketika Toan Ki-ji menceritakan masalah ini mimiknya enak-enak saja bagaikan mematikan seekor semut saja.

   Toan Ki-ji benar-benar seorang wanita yang menakutkan, memanfaatkan kemolekan dirinya untuk merampas harta benda dan membunuh orang, pantas saja banyak orang dunia persilatan yang keluarganya dan kuat ekonominya hancur lebur, namanya pun jatuh olehnya.

   Ternyata semua dikeduk oleh Sin-hwee-kau untuk dana merajai dunia persilatan Tionggoan! Kian Jit-san yang mengagumi kecantikannya pun dibunuh, dan harta kekayaannya masuk ke kocek Sin-hwee-kau, boleh dikatakan dia mati sia-sia!.

   Sin-hwee-mo-kun dengan senang memandang Toan Ki-ji.

   "Toan Tong-cu, malam ini boleh melayaniku ke ruangan dalam, aku ada hadiah untukmu!"

   "Terima kasih Kaucu!"

   Kata Toan Ki-ji berseri-seri. Toan Keng-cai pura-pura tidak melihat juga tidak mendengar.

   "Lapor Kaucu, kenapa tidak melihat Ang Tong-cu, apa sedang keluar?"

   Toan Keng-cai menatap Sin-hwee-mo-kun. Muka Sin-hwee-mo-kun tampak murung.

   "Betul Ang Tong-cu sedang keluar bersama Kie Tong-cu, membasmi pembelot-pembelot yang baru bergabung karena minta mundur lagi," 2 alisnya berkerut, berkata lagi.

   "Kie Tong-cu ceroboh sekali bisa terjadi masalah begini. Sekarang kekuatan kita belum cukup kuat untuk muncul di dunia persilatan, kalau ada salah satu orang membocorkan rahasia kita keluar, orang-orang Tionggoan beramai-ramai akan menyerang kita, berbahaya sekali bagi perkumpulan kita!"

   "Betul sekali perkataan Kaucu, Sin-hwee-kau ingin merajai seluruh dunia persilatan Tionggoan, menguasai seluruh pesilat Tionggoan, semua ini tidak bisa diterima oleh kita."

   "Hari ini adalah hari kehancuran Sin-hwee-kau!"

   Tiba-tiba seseorang yang berdiri tegap, muncul di dalam ruangan besar perkumpulan.

   "Kie Tong-cu........kau......"

   Sin-hwee-mo-kun begitu melihat, emosi sampai membuat sekujur tubuhnya gemetar.

   "berani betul kau berkata begitu padaku, apa kau sudah gila?"

   Toan Keng-cai dan Toan Ki-ji sama-sama meneliti, tidak kuasa memekik.

   "Kie Yam-ke........Kie Tong-cu!"

   Yang berdiri tegap diruangan besar itu adalah Kie Yam-ke!.

   "Aku tidak gila!"

   Dengan mantap Kie Yam-ke berkata lagi.

   "Sin-hwee-mo-kun, biar aku berkata satu kali lagi, Sin-hwee-kau akan hancur!"

   "Pemberontak! Kie Tong.....Kie Yam-ke, apa maumu?"

   Sin-hwee-mo-kun marah besar sampai berdiri dari kursi besarnya, tetapi kemudian dia duduk kembali.

   "Betul, aku pemberontak!"

   Kie Yam-ke berkata dengan tenang.

   "Sejak hari aku masuk perkumpulan aku sudah bersiap sekuat tenagaku akan menumpas habis Sin-hwee-kau, sebab aku tidak mau melihat pesilat sealiran di Tionggoan mendapat perlakukan jahat dan dikendalikan oleh orang asing dan tersesat. Ternyata kami tidak sendirian, orang-orang persilatan sekali diseru semua, mengikuti, sekarang sudah terkumpul ratusan orang-orang persilatan bersama-sama akan menumpas kalian!". Muka merah Sin-hwee-mo-kun berubah menjadi ungu hijau, marah oleh perkataan Kie Yam-ke. Sambil menunjuk Kie Yam-ke, bibirnya gemetaran, sepatah kata pun tidak sanggup diucapkan. Mimik Toan Keng-cai dan Toan Ki-ji pun berubah, mereka menghardik.

   "Kie Yam-ke, pembelot yang harus dibunuh!"

   
Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Bersama-sama mereka meloncat menerkam Kie Yam-ke.

   "Sabar! Aku masih mau bertanya!"

   Akhirnya Sin-hwee-mo-kun masih bisa menahan hawa amarah, mengangkat tangan menahan Toan ayah dan anak. Sin-hwee-mo-kun mengambil napas, dengan suara garang bertanya.

   "Bagaimana keadaan Ang Tong-cu?"

   Sebenarnya dia sudah terpikir keadaannya, dia bertanya hanya ingin kepastian dan kebuktian saja.

   "Ang Lie-hwee dan semua anak buahnya sudah habis dibasmi?"

   Kie Yam-ke mengatakan pelan-pelan. Ayah dan putri Toan terkejut dan mau menyerbu lagi, tapi ditahan lagi oleh Sin-hwee-mo-kun. Sin-hwee-mo-kun mengambil napas dalam-dalam dan memaksakan diri untuk tenang, tanyanya.

   "Kesemua ini apa kau yang merancang dan melaksanakannya?"

   Dengan suara datar Kie Yam-ke berkata.

   "Aku tidak sehebat itu, semua ini hasil perundingan teman-teman sealiran!"

   "Kie Yam-ke, kau sangat berani, apa tidak takut mati?"

   Tiba-tiba Sin-hwee-mo-kun berdiri dengan penuh kegagahan dan garang, seperti segera akan bertindak!. Sambil tersenyum datar Kie Yam-ke berkata.

   "Takut mati? Kalau takut mati aku tidak akan datang, aku kemari untuk menangkap atau membunuhmu, agar dikemudian hari kau tidak bisa berbuat macam-macam lagi!"

   "Kurang ajar!"

   Toan Keng-cai dan Toan Ki-ji sama-sama menghardik. Tapi Sin-hwee-mo-kun menjadi lesu dan duduk kembali ke kursi besar itu.

   "Jit-ih bagaimana? Kau membunuh dia juga?"

   "Dia sudah istriku, tidak mungkin aku membunuhnya,"

   Kie Yam-ke tertawa dan menyambung lagi.

   "Apa lagi dia sudah memutuskan melepaskan diri dari Sin-hwee-kau." ! "Pelayan kurang ajar!"

   Sin-hwee-mo-kun murka.

   "Si bangsat berani menghianati aku! Kalau bukan karena dia, kau mana bisa berhasil, akan kulumatkan dia!"

   "Betul, karena Jit-ih menghianatimu rencana kami baru bisa terlaksana. Kalau tidak "Duri"

   Besar yang kau simpan disisiku akan merusak urusan, benar-benar harus berterima kasih pada Jit-ih yang mengerti kebajikan, memilih dengan bijaksana!"

   Kie Yam-ke berkata dengan lancar.

   Tiba-tiba di luar ruangan terdengar suara ramai orang dan suara senjata beradu, tapi tidak lama sudah sunyi kembali.

   Sin-hwee-mo-kun, Toan Keng-cai dan Toan Ki-ji semua terkejut, dan memandang terus keluar ruangan, tapi apapun tidak terlihat.

   "Huhhh"

   Sambil berdiri dari kursi besar, Sin-hwee-mo-kun dengan suara bengis penuh hawa membunuh berkata.

   "Anak berengsek, hari ini kau membawa berapa banyak orang?"

   Kie Yam-ke membuka mulut tertawa.

   "Banyak sekali, cukup membasmi orang-orang disini!"

   Sin-hwee-mo-kun geregetan, dan mengayunkan tangan.

   "Toan Hu-kaucu, coba lihat keluar, pimpin semua orang, bunuh semua orang yang menerjang masuk!"

   "Kaucu tidak usah menyuruh dia melihat keluar, kalau aku tidak salah menduga, orang-orangmu yang tertinggal disini sudah dibereskan sampai rapih oleh orang-orang yang aku bawa!"

   Dengan nada mencemooh Kie Yam-ke berkata lagi.

   "Lihat bukankah mereka baik-baik saja pada berdiri diluar?"

   Apa yang dikatakan Kie Yam-ke memang betul., halaman luas di luar ruangan itu, ratusan wanita laki-laki penganut Sin-hwee-kau semua berdiri di satu sisi dijaga oleh jago-jago persilatan, satu persatu bengong seperti ayam kayu, hilang daya perlawanannya.

   Semua anggota Sin-hwee-kau telah ditotok jalan darahnya.

   "Adik Kie, orang-orang kita sudah menguasai keadaan, disini bagaimana?"

   To Giam-Lian, Pui Han, Tai Gwat dan puluhan jago tidak perduli, dengan leluasa menerobos masuk ke dalam ruangan, dengan semangat menggebu-gebu berjalan menuju Kie Yam-ke.

   Sama sekali tidak memandang Sin-hwee Kaucu bertiga.

   Sin-hwee Kaucu, Toan Keng-cai dan Toan Ki-ji melalui pintu bisa melihat dari jauh salah satu sudut halaman dan penganut-penganut Sin-hwee-kau yang di tawan, muka mereka berubah dan hati terguncang, mereka paham kejayaan mereka sudah berlalu.

   Dalam hati masing-masing berusaha mencari jalan untuk kabur.

   "Kie Yam-ke, disini dijaga ketat, dengan cara apa kau bisa membawa orang banyak menerobos masuk tanpa diketahui?"

   Sin-hwee-mo-kun tetap mau mencari tahu masalah ini.

   "Gampang sekali, dengan status sebagai ketua devisi bagian luar Sin-hwee-kau, aku berkata kepada penjaga, membawa pengikut baru untuk bertemu dengan Kaucu, jadi kami bisa lolos dari rintangan ini,"

   Kie Yam-ke dengan tertawa berkata lagi.

   "Jangan lupa, aku masih ketua devisi bagian luar Sin-hwee-kau!"

   Kemarahan Sin-hwee Kaucu ini memuncak hampir saja dia muntah darah.

   Selembar muka yang merah ungu mengembung jadi ungu kehitam-hitaman, rambut merah yang terurai dan berantakan seperti lidah ap bergerak-gerak, kepalannya dipukulkan pada kursi besar hingga hancur dan terbakar, 8 orang gadis yang berdiri di belakang kursi terkejut dan sibuk berlarian.

   "Kurang ajar!"

   Sin-hwee-mo-kun memekik keras, tubuhnya bagaikan sekuntum awan merah meloncat naik keatas, menyerbu Kie Yam-ke.

   "Toan Hu-kaucu, Toan Tong-cu, bunuh habis mereka!"

   Toan Keng-cai menurut, tubuhnya membentang menyerbu orang-orang persilatan.

   To Giam-Lian dengan lainnya segera maju menghadapi Toan Keng-cai berdua.

   Tapi Toan Ki-ji berputar-putar mata cantiknya, tubuh gemulai melonjak ke udara, dia bukan menyerbu jago-jago persilatan untuk beradu jiwa, tapi menuju ruang belakang yang bertirai terjuntai.

   Dia paham, keadaan sudah nyata sekali, kalau melawan terus hanya mencari mati.

   Dia belum mau mati, terpaksa dia kabur!.

   Baru saja tubuhnya menyelinap masuk.

   Tiba-tiba terpelanting lagi kembali ke ruangan luar.

   Waktu menginjak lantai tubuhnya oleng hampir saja tidak kuat berdiri, sepasang mata ayu dengan terkejut memandang belakang tirai sutra.

   Ketika tirai tersingkap, dengan santai berjalan keluar satu orang tosu dan seorang hweesio.

   Hweesio tertawa, tosu tidak, mereka bersama-sama berjalan menuju Toan Ki-ji.

   Hweesio dan tosu ini bukan siapa-siapa, Hweesio yang tinggi besar tertawa berseri itu adalah "Siau Hweesio"

   Ki Can. Sedang tosu yang kurus pendek bermuka tidak tersenyum., dia adalah "Jit-ci-to-su" (Tosu 7 jati) Su Se. Tadi mereka berdua yang menjaga di ruangan dalam, mendesak Toan Ki-ji yang berniat kabur kembali lagi ke ruangan luar.

   "Siau Hweesio "

   Malah telah memberi hadiah sebuah tempelengan.

   Toan Ki-ji ingin kabur, itulah impian dia tapi orang-orang persilatan sudah mengepung ruangan besar itu rapat-rapat, setiap orang berjaga-jaga ditiap sudut.

   Ingin kabur rasanya lebih sulit dari pada naik ke langit.

   Tangan Toan Keng-cai mengayunkan tongkat emasnya, dia sudah bertarung sengit dengan To Giam-Lian dan Kuo Tong-cun yang ahli pedang.

   Saking hebatnya sampai sulit dibedakan dan sulit diurai.

   Setelah 50 jurus "Si-jit-kiam"

   To Giam-Lian dan "It-kiam-toan-lim"

   Kuo Tong-cun tidak main-main lagi, 2 orang itu menyerang dan bertahan di lakukan saling berganti, kerjasamanya sangat kompak.

   Yang satu menggulung tongkat emas Toan Keng-cai, yang satunya lagi terus menyerang tempat-tempat penting di tubuh Toan Keng-cai.

   Toan Keng-cai jadi terjepit dan sibuk, maut terus mengintai, dia mundur terus-terusan, sekuat tenaga bertahan.

   Karena luka di lengan To Giam-Lian sudah sembuh, maka pedangnya bisa dimainkan dengan leluasa, jurus mautnya terus dikeluarkan, Toan Keng-cai tidak mampu memainkan tongkat emasnya dengan leluasa, kaki tangan terasa tanggung.

   Menggunakan kesempatan ini Kuo Tong-cun menyerang keras, gerakan pedangnya ganas, tiap jurus yang dilancarkan aneh dan susah diduga arahnya.

   Kalau Toan Keng-cai kurang hati-hati dia bisa terkena tusukan pedang yang manapun dan akan mati saat itu juga.

   Oleh sebab itu Toan Keng-cai terpaksa terus menghindar dan mengelak cepat, dia tampak kewalahan sekali!.

   Satu jurus "Houw-ih-si-jit" (Houw-ih memanah matahari) To Giam-Lian dengan pedang panjang mencungkil miring ke atas.

   "Shuttt"

   Pedangnya menempel di tongkat emas Toan Keng-cai, memapas dan menusuk dada sebelah kanan, bersamaan waktu itu tenaga di atas pedang ditambah, menempel di tongkat emas terus, memaksa dia membuat lowongan besar.

   Kuo Tong-cun tidak mau melepaskan kesempatan baik ini.

   "Cess"

   Pedang panjang seperti ular sakti keluar lobang, lurus menusuk tenggorokan Toan Keng-cai!.

   Air muka Toan Keng-cai berubah, karena tongkat emasnya menempel oleh pedang panjang To Giam-Lian dia tidak bisa menghindar, dia memekik, tangan kanannya memukul ujung pedang panjang Kuo Tong-cun.

   "Penggg"

   Pedang panjang Kuo Tong-cun patah terpukul olehnya, potongan ujungnya pedang jatuh ke lantai.

   Toan Keng-cai berhasil menyelamatkan diri, tapi sebuah lengannya terpapas putus oleh To Giam-Lian.

   Lengan bersama tongkat emasnya jatuh di lantai, muka Toan Keng-cai menjadi kejang-kejang karena sakit.

   Dia merintih, tempat dimana lengannya terpapas menyembur hujan darah seperti pancuran.

   Tergopoh-gopoh dia mundur! Dia tetap ingin mempertahankan nyawanya.

   Sayang, karena terluka, hatinya menjadi kalut dia tidak keburu menghindar serangan susulan lawannya, pedang yang sudah buntung itu di lemparkan oleh Kuo Tong-cun, tepat mengenai dada kanannya, pedang buntung itu terbenam ke dalam dadanya hingga tinggal pegangannya! Darah pun menyembur.

   Toan Keng-cai sudah tidak tahan, tubuhnya oleng dan terhempas jatuh ke lantai, sepasang matanya melotot karena murka, dengan bengis melototi To Giam-Lian dan Kuo Tong-cun, lalu meronta-ronta ingin berdiri.

   Tapi apa boleh buat minyak sudah kering, nyala lampupun akan padam, kekuatan sudah tidak bisa mengikuti keinginan.

   Dia muntah darah, menyandar miring di lantai dan putuslah nyawanya.

   To Giam-Lian, Kuo Tong-cun melihat Toan Keng-cai sudah mati, mereka membiarkannya, balik membantu 2 kelompok orang yang masih bertarung sengit.

   Pertarungan Toan Ki-ji dengan Tosu 7 jari dan Hweesio tertawa juga berat sebelah, kungfu dia dan Toan Keng-cai termasuk baik, termasuk no.

   1 tapi bukan no.

   1 yang paling utama.

   Sekarang setelah bertarung dengan Tosu 7 jari dan Hweesio Tertawa, gabungan 2 orang jago.

   Segera terlihat yang unggul dan yang payah, menang dan kalah sudah bisa dipastikan.

   Pedang Toan Ki-ji tidak bisa berkembang, dia terdesak oleh tenaga telapak Hweesio tertawa.

   Tenaga yang mendesak bertubi-tubi membuat gaya pedangnya melemah.

   Sulit sekali diputar, keadaan seperti ini persis memainkan pedang dalam air.

   Sedang pedang panjang Tosu 7 jari yang kurus kecil bagaikan bambu, terus mencari celah untuk masuk, tiap jurusnya ganas dan sulit ditangkis.

   Keadaan begini, menjadikan Toan Ki-ji kalah d Jin mundur setahap-setahap, dia sudah tidak mampu melawan, hanya dapat menjaga diri saja.

   Dalam keadaan begini Toan Ki-ji tetap ingin melarikan diri, arah yang dia inginkan tetap arah ruangan belakang yang dijuntai tirai sutra itu.

   Tosu 7 jari dan Hweesio tertawa adalah orang yang berpengalaman di sungai telaga, tidak mungkin tidak mengerti apa yang diinginkan Toan Ki-ji, mereka selalu lebih awal satu langkah menutup jalan mundurnya, dan mendesak dia bergerak maju ke tengah ruangan.

   Bertarung dengan seorang tosu dan seorang hweesio, Toan Ki-ji punya seabrek kegenitanpun tidak bisa dimanfaatkan, dia kesal sampai geregetan.

   Tapi dia tetap ingin membuat perlawanan yang terakhir, dengan mengerahkan seluruh tenaga yang ada, pedangnya menutup pedang Tosu 7 jari sembari menjulurkan telapak kanannya, secara berani menyongsong telapak Hweesio Tertawa.

   "Phlak"

   Toan Ki-ji di hantam terbang mundur ke belakang oleh telapak Hweesio Tertawa.

   Sampai berputar melayang miring jatuh ke lantai.

   Mukanya yang cantik bagaikan sekuntum bunga itu menjadi pucat pasi.

   Di sudut mulutaya ada sebaris bercak darah mengalir.

   Dadanya naik turun dan cepat, jelas terlihat dia telah luka dalam yang serius oleh pukulan telapak tangan Hweesio Tertawa, tetapi muka pucatnya tampak ter-sungging tawa yang penuh kebencian!.

   Setelah Hweesio Tertawa beradu pukulan dengan Toan Ki-ji.

   Tiba-tiba dia terasa sedikit sakit bagaikan digigit semut.

   Mula-mula dia tidak ambil pusing, tapi tidak begitu lama kemudian, telapak tangannya terasa gatal-gatal, dia jadi terkejut dan tahu dirinya telah terjebak, cepat-cepat dia mengangkat telapak melihat, di tengah telapaknya sudah berobah berwarna hitam ungu.

   Seperti ada garis benang hitam, racun dari tengah telapak mengikuti pergelangan tangan terus menjalar ke bagian atas lengan.

   Hweesio Tertawa mulai merasa kepalanya menjadi pusing, dan mulai merasa tidak kuat bertahan lagi.

   Hweesio Tertawa paham, racun ini amat keras, dia segera mengambil keputusan, mengangkat telapaknya sekali gerak, lengan yang terkena racun mulai dari bawah bahu telah dipapasnya, membiarkan darah segar seperti air mancur menyembur keluar.

   Mula-mula darahnya berwarna ungu kehitam-hitaman, lembat laun menjadi merah.

   Hweesio Tertawa sudah tidak kuat lagi, dia jatuh terduduk di lantai, menjulurkan jarinya menotok beberapa kali, menutup aliran darah seputar lengan yang putus, menahan darah agar jangan mengucur terus sambil mengeluarkan obat luka untuk dibubuhi.

   Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Dua orang laki-laki segera mendekat, secara cepat membantu Hweesio Tertawa membalut lukanya.

   Saat itu juga Tosu 7 jari seperti bayangan mengikuti tubuhnya meloncat tiba.

   Pedang panjangnya menunjuk Toan Ki-ji, muka yang beku seperti papan kayu bereksperesi kemarahan yang memuncak katanya.

   "Kejam sekali kau!"

   Ternyata, Toan Ki-ji berani mengadu telapak dengan Hweesio Tertawa, karena dia sudah ada perhitungan, diam-diam menyimpan sebuah jarum beracun di atas telapaknya, waktu beradu pukulan dengan Hweesio Tertawa dia menusuknya. Toan Ki-ji tertawa senang.

   "Tosu apa kau tidak pernah tahu, yang paling kejam adalah hati wanita, sambil berkata sambil mengayunkan tangan yang ada sinar ungu di tengah telapaknya. Jarum beracun itu seperti benang ungu menyembur ke tengah-tengah diantara kedua alis tosu 7 jari."

   Dua alis tosu 7 jari berkerut, pedangnya digetarkan.

   Bunga pedang sebesar mangkuk tampak melindungi mukanya, sinar ungu begitu bertemu dengan gulungan sinar pedang langsung rontok dan jatuh.

   Siapa tahu setelah melepaskan jarum beracun, Toan Ki-ji mengayunkan kedua lengan bajunya, mula-mula lengan baju kanannya menebarkan tepung beracun seperti kabut, lalu lengan baju kiri menyemburkan jarum beracun halus seperti bulu kerbau, berpuluh-puluh banyaknya.

   Baru saja Tosu 7 jari menepuk jatuh jarum beracun itu.

   Tepung beracun yang seperti kabut sudah datang mengepung, dia cepat-cepat menahan napas dan mundur! Karena tepung beracun sudah menghalangi pandangan Tosu 7 jari, saat puluhan jarum beracun muncul dari balik kabut, Tosu 7 jari menjadi kalang kabut.

   Dalam keadaan sibuk ini, dia masih mampu memainkan pedang, sinar pedangnya dapat menahan jarum-jarum beracun itu tapi tetap saja ada 3 buah yang menancap di betis kakinya.

   Perasaan gatal segera terasa dari pangkal betis paha menjalar keatas.

   Tosu 7 jari diam-diam memekik "Celaka"

   Sepasang kaki sudah tidak bisa bergerak, sudah tidak bisa diperintah lagi.

   Jarum beracun yang sangat ganas, dengan menggigit bibir, Tosu 7 jari tahu dia tidak bisa bertahan lagi.

   Sebab aliran beracun itu berjalan sangat cepat, setengah tubuh ke bawah sebentar saja terasa gatal.

   Tidak bisa bergerak dan mulai mati rasa, dia memekik keras, lengan baju kanan dia mengibas, menyapu pergi kabut tepung beracun, lalu terlihat tubuh Toan Ki-ji sedang meloncat, menerobos ke tempat tirai yang terjuntai sana! Toan Ki-ji kelihatan ingin melarikan diri! "Coba saja, kalau kau mampu kabur!"

   Tosu 7 jari memekik sekuatnya bagaikan geledek, menggetarkan seluruh ruangan besar.

   Sambil mengangkat seluruh tenaga melemparkan pedang panjangnya pada tubuh Toan Ki-ji yang sedang berada di udara!.

   Hati Toan Ki-ji memang sudah gentar, ditambah tersentak oleh suara seperti geledek dari Tosu 7 jari, hatinya tambah terguncang.

   Tubuhnya tersendat sebentar, dalam tersendat itulah.

   "Puppp"

   Pedang panjang yang dilempar musuhnya, terbenam masuk dari belakang menusuk jantungnya.

   Secuil ujung pedang menembus keluar ke dada depannya.

   Darah menyembur keluar, Toan Ki-ji hanya memekik kesakitan, tubuhnya terbawa tenaga padang menubruk kedepan, membuat selembar tirai itu tertubruk robek-robek "Brukkk"

   Menghantam sebuah tiang lalu terbanting jatuh ke lantai, seperti seekor anjing mati terkapar di bawah.

   Tosu 7 jari menyedot udara dan membuka sunra mengeluarkan suara keras seperti geledek, tepung beracun telah banyak terhisap mana bisa dia hidup leluasa Dengan gontai dan oleng dia pelan-pelan roboh ke lantai, racun telah menyerang jantungnya.

   Matanya lalu menutup lalu meninggal.

   Kepala, muka dan dua tangan yang tidak tertutup oleh baju terlihat ungu kehitam hitaman.

   Pertarungan yang paling sengit adalah antara Sin-hwee-mo-kun dan Kie Yam-ke.

   Sin-hwee-mo-kun tidak menduga Kie Yam-ke mampu menangkis telapak Sin-hwee-kang yang dahsyat dengan baik-baik saja dan selamat.

   Dia merasa aneh.

   "Hai, anak muda, kau hebat juga!". Kekuatan hantaman telapak Sin-hwee-mo-kun lalu di tingkatkan, sebelah telapaknya diayunkan ke depan, sasarannya dada Kie Yam-ke. Ketika telapak Sin-hwee-mo-kun memukul. Di tengah telapak menyembur segumpal lidah api sebesar baskom, terbang menyerbu Kie Yam-ke. Semua orang yang menyaksikan keadaan ini berteriak terkejut. Memang mereka pernah melihat Ang Lie-hwee melancarkan ilmu aneh ini di tepi danau Tay-beng. Tapi lidah api yang disemburkan oleh Sin-hwee-mo-kun sekali lipat lebih besar dari Ang Lie-hwee. Aliran panas yang mengalir pun jauh lebih besar, orang yang berdiri agak dekat merasa bagaikan berada dalam pembakaran. Panas luar biasa sampai tidak tertahankan, mereka beramai-ramai mundur 4 tombak baru tidak merasa panas lagi. Kie Yam-ke tidak mau ceroboh terhadap pukulan Sin-hwee-mo-kun ini, dia mengambil napas dalam-dalam, sekuat tenaga menyambutnya.

   "Poppp"

   Terdengar suara enteng, gumpalan lidah api di tengah jalan tertolak tenaga pukulan Kie Yam-ke, lidah api itu seperti kembang api pecah, berpencar kemana-mana di tengah udara, lalu semua padam.

   Kali ini Sin-hwee-mo-kun betul-betul terkejut, tidak sadar memekik.

   "Berengsek, ilmu apa itu?"

   Kie Yam-ke menarik telapaknya menjawab.

   "Pek-giok-kang"(Ilmu Kumala putih). Air muka Sin-hwee-mo-kun berubah drastis, dengan terkejut bertanya.

   "Apa hubunganmu dengan Pek-giok-lo-jin?"

   "Guruku"

   Jawab Kie Yam-ke dengan penuh rasa hormat.

   "Pek-giok-lo-jin"

   Yang dikatakan Sin-hwee-mo-kun, adalah orang aneh no.

   1 di Tionggoan selama ratusan tahun belakangan ini, ilmu silatnya tinggi tidak terukur, sangat hebat.

   Jejaknya tidak menentu, bagaikan Sin-liong-cian-thou-put-cian-wie (Naga sakti terlihat kepala tidak tampak ekornya), orang yang pernah melihatnya sedikit sekali, semua orang persilatan tentu pernah mendengar nama besarnya, dia pernah seorang diri melawan penerus-penerus aliran Siauwtlim dan Bu-tong, tidak saja tidak kalah, malah telah mengalahkan 2 penerus aliran yang sudah diakui kehebatannya sebagai 2 jago terkuat di dunia persilatan, hal yang menggemparkan seluruh dunia persilatan.

   Tapi tidak ada orang tidak mengetahuinya.

   20 tahun kebelakang ini, jarang ada yang mendengar lagi dia muncul di sungai telaga lama kelamaan namanya dilupakan orang-orang persilatan, kalau sekarang dia masih hidup masih hidup, dia dulu sudah berumur 80 tahun-an.

   Siapapun tidak akan menyangka "Pek-giok Lo jin"

   Yang sudah 20 tahun tidak pernah muncul ini malah menjadi guru Kie Yam-ke. Kie Yam-ke yang berambil adalah murid "Pek-giok-lo-jin"

   Orang aneh No. 1 di kolong langit! Semua orang tercengang dan gembira mendengar Kie Yam-ke mengaku sebagai murid "Pek giok-lo-jin"

   Sorotan mata Sin-hwee-mo-kun tampak berapi api, dengan geram dia berkata.

   "Tidak sangka tua bangka itu belum mati, malah menerima kau sebagai muridnya. Baik! Baiklah! Aku mau melihat "Pek-giok-kang"

   Mu lebih lihay atau "Sin-hwee-kang"

   Aku yang lebih hebat!"

   Perkataannya belum selesai, tiba-tiba gulungan api besar menyambar Kie Yam-ke, 5 gulung di sebelah kanan, 8 gulung di sebelah kiri 8.

   dan 13 pukulan menerjang sekujur tubuh Kie Yam-ke dari atas ke bawah.

   13 gulungan api mengikuti telapak yang menyembur seperti bola api terbang melanda Kie Yam-ke!.

   Sekejap saja Kie Yam-ke seperti berada dalam lautan api! Sekujur tubuh Sin-hwee-mo-kun pun seperti menyembur api merah yang menyala!.

   Kie Yam-ke mengeluarkan siulan.

   Sekujur tubuh sekilas bagaikan kumala putih bening mengkilat.

   Kepalannya memukul telapaknya memapas, berturut turut menyambut 13 pukulan telapak itu.

   13 buah bola api yang terkena pukulan telapak dan kepalan semua pecah berhamburan, sekejap saja sudah padam.

   Sin-hwee-mo-kun menggaur keras, tubuhnya seperti segulung lidah api mengurung tubuh Kie Yam-ke bergelinding dan berputar, saat telapak tangannya mengayun, beratus-ratus beribu gumpalan bola api seperti laron kecil terbang mengerbu Kie Yam-ke, Kie Yam-ke sudah di bungkus dalam "sangkar api".

   Semua orang yang menonton tidak ada yang tidak terkejut dan tergetar hatinya, semuanya berdiri bengong ditempatnya! Kie Yam-ke sudah berada dalam "Sangkar api"

   Yang bola apinya berseliweran, dia berubah bagaikan tiang kumala berputar seperti angin puyuh, tubuhnya seperti dilapisi aliran udara yang tipis mengkilap transparan bagaikan kumala putih.

   Bola-bola api begitu menyentuh aliran udara mengeluarkan suara "Cesss, cesss, cesss"

   Bagaikan api dicelupkan kedalam air dan langsung padam! Mereka berdua bertarung sampai puncaknya.

   Orang-orang sudah tidak dapat melihat sosok tubuh mereka, hanya tampak satu bola api besar, mengelilingi sebuah tiang kumala putih yang beputar, tidak henti-hentinya menyemburkan bola api, terbang, menyambar tiang kumala!.

   Ketika bola api mengenai tiang kumala, seperti sapi tanah masuk ke dalam laut lenyap tidak berbekas.

   Tapi tiang kumala dilanda bola api seperti air menguap, menciut dan mengecil.

   Semula "Tiang kumala"

   Yang gemuk besar seperti pohon yang bisa dipeluk 2 orang, lalu menciut menjadi sebesar tubuh manusia.

   Tapi keadaannya tambah bening dan tambah putih mengkilap.

   Tubuh Sin-hwee-mo-kun yang menjadi segumpal lidah api lama-lama gerakannya menjadi pelan.

   Bola api yang dimuntahkan pun menjadi jarang dan sedikit.

   Tidak seperti mula-mula bertarung begitu kerap bagaikan untaian manik-manik.

   Saat inilah "Tiang Kumala"

   Yang berputar di tempat tiba-tiba terbang, berputar miring horizontal, menubruk "Gumpalan Api"

   Yang tidak berhenti-hentinya terbang berkeliling.

   "Tiang Kumala"

   Dan "Gumpalan api"

   Lalu bentrok mengeluarkan suara "Puppp"

   Ledakan yang keras "Gumpalan api"

   Yang terkena "Tiang Kumala"

   Api besarnya buyar menyembur kemana-mana, balik terbang ke tempat tirai sutra berjuntaian, tirai sutra begitu terkena api jadi terbakar.

   "Tiang Kumala"

   Yang bentrok "Gumpalan api"

   Itu pun terbang mencelat sejauh puluhan meter menubruk tembok dan tubuh Kie Yam-ke pun terlihat! Disana.

   "Gumpalan api"

   Yang mengenai tirai sutra berjuntai, jatuh di lantai ruangan dalam.

   Begitu apinya padam terlihatlah tubuh Sin-hwee-mo-kun.

   Sekujur tubuhnya mengeras seperti balok es batu, bergerak pun tidak, terlentang di lantai, mata membelalak mulut menganga, romannya bengis seperti genderowo! Orang-orang persilatan segera berlarian ke depan, memapah Kie Yam-ke.

   Air muka Kie Yam-ke tampak sendu dan payah, romannya terlihat kelelahan sekali, sekujur tubuhnya penuh dengan keringat, sampai rambut bulu matanya pun basah.

   Baju di seluruh tubuhnya penuh debu.

   Sobek berkeping keping dan sudah tidak bisa menutup tubuhnya.

   To Giam-Lian cepat-cepat melepas baju luarnya dan ditutupkan ke tubuh Kie Yam-ke, tergesa-gesa bertanya.

   "Adik Kie, kau baik-baik saja?"

   Kie Yam-ke menghela napas beberapa kali, baru berkata dengan suara agak kesat.

   "Tidak apa-apa, tenagaku terkuras habis-habisan. Sin-hwee-kang iblis itu sungguh lihay, aku hampir saja tidak bisa mengalahkannya,"

   Berhenti sebentar bertanya lagi.

   "Bagaimana keadaan iblis itu?"

   Beberapa orang yang berjalan dari tempat Sin-hwee-mo-kun, cepat-cepat menjawab.

   "Iblis itu sudah putus napasnya!"

   Kie Yam-ke tertawa lega, dia sudah tidak tahan lagi, di bawah papahan orang banyak dia pun pingsan.

   Sin-hwee-mo-kun dibawah serangan bersama Kie Yam-ke, To Giam-Lian dan kelompok orang-orang dunia persilatan akhirnya bisa di hancurkan.

   Ambisi yang menggebu-gebu ingin mencaplok seluruh dunia persilatan menjadi impian kosong.

   Dunia persilatan Tionggoan akhirnya terhindar dari pertumpahan darah!.

   Setelah pertarungan ini, nama besar Kie Yam-ke jadi menggemparkan seluruh dunia persilatan.

   Banyak pintu perguruan dan aliran besar ternama, tokoh-tokoh besar persilatan, beramai-ramai mendatangi kota Ki-lam ingin melihat wajah asli Kie Yam-ke sambil berkenalan.

   Berapa orang yang bisa menjadi Swat-tiong-song-tan? (memberi pertolongan di tengah kesusahan), berapa orang yang bisa membuat dunia damai dan bahagia (kim sang-thian-hoa)! Pikirkan, saat Kie Yam-ke mendapat kesusahan, ada berapa banyak orang mau membantunya? Yang ada hanya mau membunuh dan menangkapnya, untuk ditukarkan dengan uang 100 ribu tail perak, orang-orang dunia persilatan kebanyakan begitu.....

   Tapi.....

   nanti dulu, ada satu orang, dialah Lie Ta-gu yang tinggal di kota kecamatan, dia anak berandal yang tidak punya pekerjaan tetap!.

   Makanya Kie Yam-ke memutuskan membawa istrinya Jit ih pergi ke kota kecamatan itu, mencari Lie Ta-gu untuk minum-minum.

   Sebab itu orang-orang dunia persilatan yang ingin menambah kebahagian dalam keadaan damai, beramai-ramai datang ke kota Ki-lam bertemu dengan Kie Yam-ke.

   Di bawah kaki gunung Tai-san, di jalanan kecil menuju kota kecamatan, Kie Yam-ke menggandeng tangan Jit-ih berjalan dengan santai............

   ...........

   .....................Lie Ta-gu berada di kota kecil itu.

   Tamat

   

   

   

   

Pisau Terbang Li -- Gu Long Golok Bulan Sabit -- Khu Lung /Tjan Id Bakti Pendekar Binal Karya Khu Lung

Cari Blog Ini