Misteri Pulau Neraka 5
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long Bagian 5
t berhasil dibereskan nyawanya.
Menurut penuturan salah seorang murid dari delapan iblis yang menyaksikan jalannya pertarungan tersebut dengan mata kepala sendiri, selama pertarungan berlangsung, Thian- yang-yu-cu oh sian hanya mengeluarkan delapan jurus serangan untuk membereskan kedelapan orang iblis tersebut.
Tapi semenjak peristiwa itu pula, jejaknya tahu-tahu sudah lenyap tak berbekas.
Sekalipun demikian, hampir semua jago dari angkatan tua rata-rata mengetahui akan peranan jago lihay tersebut.
Pengemis pikunpun pernah mendengar soal ini dari gurunya, maka dia pun tahu.
"Apakah kau maksudkan pendekar besar yang secara beruntun membinasakan kedelapan orang gembong iblis dibukit Thay-san itu ?"
Tanyannya kemudian dengan ragu.
"Yaa, betul. Dialah yang kumaksudkan", sahut Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa.
"Boanpwe pernah mendengar guruku menceritakan tentang soal ini, cuma kemunculan pendekar besar itu konon hanya singkat sekali, tak sampai setahun ia muncul dalam dunia persilatan, tahu-tahu jejaknya sudah lenyap tak berbekas "
"Haaahhhh..... haaaahhhh.....ha^ahhhh.... siapa bilang dia lenyap tak berbekas ?"
Seru Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa tergelak "
Dia tak lebih hanya mencukur rambutnya menjadi pendeta "
"Jadi maksudmu..... Tay-gi sangjin sesungguhnya adalah oh tayhiap......"
Kata pengemis pikun terperanjat.
"Yaa, memang dia "
Pengemis pikun segera berpaling kearah oh Put Kui, kemudian serunya dengan cepat.
"Bocah muda, gurumu benar-benar adalah seorang manusia yang sangat aneh tapi sakti......."
Oh Put Kui hanya berdiri terbengong, dia tak tahu bagaimanakah perasaan hatinya waktu itu. selang berapa saat kemudian, ia baru berkata sambil tertawa .
"Lok tua, terima kasih banyak atas pujianmu......."
Sementara itu Thian-hiang Hui-cu telah berkata lagi sambil tertawa ramah .
"Nak. gurumu tak lain adalah Thian-yang-yu- cu oh sian yang amat termashur itu. Bahkan dia bukan cuma gurumu saja, diapung merupakan empek kandungmu sendiri....."
"sungguh ?"
Seru oh Put Kui dengan perasaan bergetar keras.
"
Kalau begitu locianpwej uga mengetahui akan asal usul boanpwe ?"
Mendengar pertanyaan itu, berganti Thian- hiang Hui-cu yang menjadi tertegun, serunya keheranan .
"Aya?Jadi gurumu tak pernah memberitahukan tentang asal usulmu itu kepadamu ?"
"Yaa, belum pernah.........."
Oh Put Kui menggeleng.
"Waaah, kalau begitu lucu sekali......"
Setelah berhenti sejenak. dengan cepat dia menambahkan kembali "Tapi mungkin juga gurumu mempunyai tujuan lain- ....."
Selama ini oh Put Kui boleh dibilang gelap sama sekali terhadap asal-usulnya, maka setelah menemukan setitik cahaya terang tanpa disengaja, tentu saja dia enggan melepaskannya dengan begitu saja, buru-buru katanya lagi .
"Locianpwe, tentunya kau tahu bukan siapakah ayah ibu boanpwe?"
"Yaa, tentu saja aku tahu "jawab Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa.
"Dapatkah kau orang tua memberitahukan kepada boanpwe?"
"Maaf nak. aku tak dapat memberitahukan kepadamu "
"Mengapa ?"
Tanya oh Put Kui.
"Apakah kau......"
"Nak, kalau toh gurumu tidak bersedia memberitahukan kepadamu, itu berarti dibalik kesemuanya itu pasti ada sebabnya, mungkin juga karena saatnya belum tiba, jika kuutarakan kepadamu sekarang, apakah gurumu tak akan marah kepadaku?"
Tiba-tiba sepasang oh Put Kui menjadi merah, pintanya .
"Oh locianpwe, sejak dilahirkan didunia ini boanpwe sudah tak punya keluarga lagi, aku hanya hidup bersama dengan guruku selama ini. Baru kali ini kuketahui kalau suhu sebenarnya empek boanpwe sendiri, tapi sekarang locianpwe enggan mengatakan siapakah ayah ibuku, hal ini membuat boanpwe bersedih hati......"
Ketika berbicara sampai disitu, titik air mata segera jatuh berlinang membasahi pipinya . Thian-hiang Hui-cu segera menghela napas panjang.
"Nak. kau tak usah bersedih hati, cepat atau lambat gurumu pasti akan memberitahukan hal ini kepadamu "
Kemudian setelah tertawa dan berhenti sejenak. kembali dia berkata .
"Nak. apakah kau ingin mendengar kisah cerita tentang diriku dan gurumu ?"
Oh Put Kui tahu, sekalipun dia bertanya lagi sekarang, Thian-hiang Hui-cu juga tak akan menceritakan asal usulnya, terpaksa dia mengiakan .
"Boanpwe bersedia mendengarkan "
Thian-hiang Hui-cu menarik napas panjang, lalu setelah tertawa katanya .
"Sebelum mencukur rambutnya menjadi pendeta dulu, gurumu adalah kakak seperguruanku.
"
"Oooh........"
Oh Put Kui baru mengerti sekarang. Thian- hiang Hui-cu manggut - manggut, kembali lanjutnya.
"Gurumu dan aku adalah saudara seperguruan, sebenarnya hubungan kami selama ini baik sekali......"
Sikap jengah seorang gadis, sekali lagi menghiasi wajah Thian-hiang Hui-cu, sesudah berhenti sejenak. lanjutnya.
"Cuma, kebetulan sekali akupun menpunyai seorang adik perempuan yang benar benar tak becus...."
"ooh, ternyata kembali ada perempuan yang masuk dalam lingkaran hidup mereka........"
Pikir oh Put Kui. Tiba-tiba Thian-hiang Hui-cu menghela napas panjang, katanya lagi .
"Adik kandungku ini berasal dari Mo-kau, sejak bertemu dengan gurumu, dia menjadi tergila-gila dan mengejarnya terus menerus akhirnya karena desakan yang kelewat batas, gurumu memutuskan untuk mencukur rambut menjadi pendeta dan tidak mencampuri urusan keduniawian lagi......"
Sesudah menghela napas panjang, ia menambahkan .
"Dan akupun terpaksa harus hidup seorang diri pula hingga setua ini......"
Ketika mengucapkan kata-kata yang terakhir itu, mendadak matanya berkaca-kaca.
"Apakah locianpwe tidak membenci adikmu itu ?"
Tanya oh Put Kui dengan kening berkerut. Thian-hiang Hui-cu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Bagaimana aku bisa membencinya? Dia adalah adik kandungku sendiri, yaaa......... apa boleh buat ? Terpaksa aku harus menerima kenyataan tersebut sebagai nasib "
"Aaaai.... apakah kejadian ini bukan suatu peristiwa tragis yang paling mengenaskan didunia ini ?"
Sela pengemis pikun sambil menghela napas pula.
"besar benar jiwamu, coba kalau berganti orang lain, mungkin-..... aaai, kamu memang malaikat suci yang berjiwa besar....."
Sikap si pengemis tua itu selain telah berubah menjadi lebih manusiawi, bahkan diapun bersikap begitu menaruh hormat terhadap Thian-hiang Hui-cu.....
Thian-hiang Hui-cu tertawa rawan- "Kejadian lampau sebagai impian, sekalipun disinggung kembali juga sama sekali tak ada gunanya.....
nak.
apakah kau datang kemari mencariku adalah bermaksud agar aku jangan merecoki gurumu lagi?"
Merah padam selembar wajah oh Put Kui karena jengah, dia menyesal karena sudah menaruh prasangka yang salah terhadap perempuan ini.
Walaupun masih ada hal hal yang masih membingungkan hatinya, seperti kenapa keempat orang dayang Thian-hiang Hui-cu Ki Yan-hong menjadi pelacur-pelacur kenamaan- Mengapa namanya dalam dunia persilatan begitu jelek sehingga dianggap sebagai iblis perempuan yang berhati keji ? Tetapi dalam keadaan yang seperti ini, ia merasa tak sanggup untuk mengutarakannya kembali.
"Boanpwe memang datang kemari dengan maksud demikian-...."
Dia mengakui.
"cuma sekarang, boanpwe sudah berubah pendapat. Boanpwe tak ingin memohon apa apa lagi kepada kau orang tua."
Dia memang tak dapat memohon apa apa lagi.
Seandainya apa yang dikatakan Thian-hiang Hui-cu merupakan kenyataan, maka penderitaan yang dialaminya didalam kehidupan ini sudah kelewat berat, bahkan jauh lebih berat daripada penderitaan manapun yang pernah dialami kaum wanita.
Bila oh Put Kui sampai mengajukan sesuatu permohonan lagi kepadanya, hal ini sama artinya dengan kelewat memaksanya untuk menerima suatu kenyataan.
Ketika mendengar perkataan tersebut, Thian-hiang Hui-cu segera tertawa, katanya .
"Nak. aku merasa sangat berterima kasih sekali kepadamu karena kau dapat memahami perasaanku....."
Sesudah berhenti sebentar, dia mendehem pelan, lalu melanjutkan .
"Nak. mungkin dalam hatimu masih ada persoalan persoalan yang mencurigakan hatimu bukan ?"
Oh Put Kui tertawa hambar.
"Boanpwe tak ingin banyak bertanya,"
Sahutnya.
"Anak baik, kalian orang orang dari keluarga oh memang semuanya merupakan orang-orang aneh."
Sekali lagi oh Put Kui merasa terkejut sesudah mendengar perkataan itu, pikirnya.
"Kalau didengar dari nada pembicaraannya itu, dia seperti mengenal sekali dengan ayah ibuku......"
Dian ingin bertanya lagi..... tapi diapun tak ingin ketanggor batunya lagi. Thian-hiang Hui-cu menatap sekejab kearahnya, lalu sambil tertawa dia menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya.
"Nak. aku tahu persoalan yang tidak kaupahami adalah mengapa namaku dalam dunia persilatan bisa sebegitu jeleknya, mengapa siau-hong sekalian budak menjadi pelacur di sarang pelacuran? Tapi apa yang kau dengar ternyata tidak sesuai dengan apa yang kau saksikan sekarang, bukankah demikian ?"
Merah padam selembar wajah oh Put Kui karena jengah, sahutnya agak tergagap.
"Boanpwe..... hal ini pasti dikarenakan cianpwe mempunyai sesuatu rahasia yang tak bisa diutarakan-...."
Mendadak mencorong sinar terang dari balik mata Thian- hiang Hui-cu, bagaikan seorang malaikat suci, ia menatap wajah oh Put Kui sambil tertawa hambar dan manggut- manggut, sahutnya pelan- "Nak, tahukah kau akan asal usulku? Aku adalah seorang yang berasal dari marga cu......." -oOdwOooOdwOooOdwOo- Begitu Thian-hiang Hui-cu mengatakan kalau dia she Cu, oh Put Kui dan pengemis pikun Lok Jin-ki segera saling berpandangan muka dengan wajah berubah hebat.
Dengan cepat mereka teringat akan kompleks pekuburan raja-raja "Siau-leng"
Ini.
Bukankah Ming-tay-cu adalah seorang dari keluarga Cu? Mungkinkah Thian-hiang Hui-cu ada hubungannya dengan kaisar dari ahala yang lain? Tampaknya Thian-hiang Hui-cu dapat menebak jalan pemikiran kedua orang itu, sambil tersenyum dia lantas berkata.
"Nak, apa yang sedang kalian pikirkan? Apakah ada sangkut pautnya dengan kompleks pekuburan siau Leng ini ?"
"Boanpwe memang sedang menduga demikian, harap cianpwe bersedia memberi petunjuk."
Kata oh Put Kui dengan wajah serius. Thian-hiang Hui-cu menghela napas panjang, katanya pelan.
"Nak, sesungguhnya aku tak lain adalah adik kandung dari Kaisar si-tiong-liat......"
Tercekat oh Put Kui mendengar ucapan itu, buru-buru dia bertekuk lutut dan segera menyembah keatas tanah. Pengemis pikun Lok Jin-kipun ikut melompat bangun dan menyembah keatas sambil berseru keras .
"Lok Jin-ki murid Kay-pang menjumpai tuan putri....."
Tadi Thian-hiang Hui-cu mencegah mereka untuk melakukan penyembahan, tapi sekarang dia membiarkan mereka melaksanakan penyembahan tersebut sebanyak tiga kali, setelah itu sambil mengulapkan tangan kanannya, dia berseru sambil tertawa rawan.
"Nak, Lok Jin-ki, bangunlah orang yang sudah kehilangan negeri tak perlu menerima penghormatan besar lagi, bangunlah sekarang......"
Segulung hembusan angin lembut dengan cepat mengangkat kedua orang itu untuk bangun berdiri. Dengan wajah serius dengan sikap yang sangat menghormat, oh Put Kui berbisik.
"Terima kasih Tuan putri "
Sekali lagi Thian-hiang Hui-cu menghela napas panjang, tukasnya .
"Nak. kalian tak usah mempergunakan sebutan semacam itu "
"Sebutan tak boleh ditinggalkan dalam suatu tata kenegaraan, Tuan putri siau-bin (rakyat kecil) menganggap soal panggilan tak boleh disebut secara sembarangan "
Thian-hiang Hui-cu segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya dengan cepat .
"Nak, aku adalah seorang anggota persilatan, bukan berada dalam suatu istana kenegaraan, mengapa kalian harus menggunakan sebutan seperti itu? Apalagi kerajaan telah runtuh, dinastiku telah berakhir. Penggunaan sebutan hanya akan menimbulkan kesedihan dalam hatiku saja. Nak. kau tak usah menolak lagi, bila kau tetap berkeras kepala, terpaksa aku akan memerintahkan untuk mengusir kalian......"
Terpaksa oh Put Kui mengiakan.
"Kalau begitu terpaksa boanpwe harus menurut perintah daripada membantah terus."
"Bilamana siau-bin telah melakukan kesalahan tadi, harap kau orang tua sudi memaafkan...."
Kata pengemis pikun pula dengan hormat. Thian-hiang Hui-cu tertawa.
"Tampaknya pengemis pikun sesuai juga dengan namanya, tentu saja aku tak akan menyalahkan dirimu "
Dalam pada itu, siau Hong telah munculkan diri menghidangkan tiga cawan air teh.
Sekarang oh Put Kui telah merubah sikapnya setelah mengetahui siapa gerangan tuan rumah tempat itu, maka metelah menerima teh wangi, dia lantas berkata kepada nona siau Hong dengan suara yang lembut dan ramah .
"Merepotkan nona saja " @oodwoo@
Jilid 9 Nona Siau-hong tertawa manis, ditatapnya sekejap dengan penuh arti yang dalam, kemudian bisiknya .
"Kongcu, asal kau tidak menaruh kesalah pahaman terhadap budak sekalian. Budak sudah merasa gembira sekali "
Selesai berkata, dia lantas ngeloyor pergi. Tergerak hati oh Put Kui setelah mendengar perkataan itu, pikirnya .
"Nona ini sungguh menarik hati........"
Dalam pada itu, Thian-hiang Hui-cu telah mengalihkan kembali sorot matanya kewajah kedua orang itu, kemudian katanya sambil tertawa.
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nak, konon kau telah berkunjung ke Pulau Neraka, benarkah berita tersebut ?"
Oh Put Kui tidak menyangka kalau secara tiba-tiba dia akan mengajukan pertanyaan tersebut, buru-buru sahutnya.
"Atas dorongan emosiku sebagai anak muda, boanpwe memang telah berkunjung kesana."
"Menyerempet bahaya memang merupakan kesukaan anak muda, hal ini tak bisa dibilang sebagai dorongan emosi. Nak, apakah kau telah berjumpa dengan ketujuh orang tua yang menghuni di pulau tersebut ?"
Mendengar pertanyaan itu, oh Put Kui menjadi tertegun. Bukankah Thian-hiang Hui-cu telah hidup terpencil didasar tanah dalam kuburan ? Mengapa setiap persoalan yang terjadi dalam dunia persilatan diketahui olehnya ? Tapi ia toh menjawab juga .
"Yaa, sudah bertemu "
Thian-hiang Hui-cu kembali tertawa.
"Apakah kau juga telah menyaksikan kepandaian silat yang mereka miliki?"
"
Yaa, sudah kusaksikan, kepandaian mereka memang luar biasa sekali....."
Thian-hiang Hui-cu kembali tertawa.
"Apakah kau juga telah menyaksikan kepandaian silat yang mereka miliki......"
"Yaa, sudah kusaksikan, kepandaian mereka memang luar biasa sekali...."
Thian-hiang Hui-cu segera tersenyum.
"sepuluh tahun lebih melatih diri secara tekun, tentu saja kemajuan yang berhasil mereka capai luar biasa sekali."
Sesudah berhenti sebentar, tiba-tiba Thian-hiang Hui-cu berkata dengan wajah serius .
"Nak, apakah dalam hatimu masih terdapat persoalan yang mencurigakan dirimu?"
Sejak oh Put Kui tahu kalau Thian-hiang Hui-cu adalah tuan putri dari dinasti Ming yang terakhir, dalam hati kecilnya sudah tidak mempunyai perasaan curiga lagi.
Ia percaya, setiap perbuatan yang dilakukan perempuan ini sudah pasti mempunyai maksud yang mendalam.
oleh karena itu, setelah mendengar ucapan tersebut segera sahutnya .
"Boanpwe sama sekali tidak mencurigai apa apa "
"Tidak, kau jangan bohong,"
Seru Thian-hiang Hui-cu sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
"janganlah dikarenakan kau sudah tahu kalau aku adalah tuan putri dari dinasti Ming, maka kau telah merubah jalan pikiranmu, sekalipun tidak kau tanyakan, akupun akan memberitahukan kepadamu......"
Terkesiap juga hati oh Put Kui setelah mendengar pernyataan tersebut.
"Locianpwe begitu memandang tinggi diri boanpwe, hal ini sungguh membuat boanpwe merasa tidak tenang "
"Nak, bukankah kau ingin tahu mengapa keempat orang dayangku Liu Im, Khi Cui, Wi Hiang dansiau Hong menjadi perempuan penghibur dirumah pelacuran Yan-hiang-lo ?"
"Boanpwe bodoh dan tak berani menduga secara sembarangan "
"Kota Kim leng merupakan pusat dari tujuh propinsi diwilayah selatan, banyak pembesar penting dari kerajaan Ching yang berkumpul ditempat ini, maka aku menyuruh mereka berusaha menggunakan segala akal dan daya upaya untuk menarik mereka agar berpihak ke kita......."
"Locianpwe, dengan berbuat demikian, apakah rahasiamu tak akan menjadi terbongkar? Misalnya pihak lawan pada dasarnya memang berjiwa budak, apakah hal mana tak akan merusak rencana besar ?"
Dia tahu, Thian-hiang Hui-cu berusaha untuk menyuap pembesar kerajaan Ching dengan maksud hendak mengenyahkan penjajah bangsa Boan dari muka bumi serta membangun kembali kerajaan Ming yang jaya.
Tapi dia menganggap mencari orang lewat ruma pelacuran bukankah suatu cara yang bisa dipercaya keberhasilannya.
selamanya dia memang memandang rendah soal perempuan penghibur dan kehidupan malam seperti itu.
Thian-hiang Hui-cu segera tertawa hambar.
"Nak, keempat orang dayangku ini mempunyai ketajaman firasat yang melebihi orang lain. Kalau tidak berjumpa dengan orang-orang yang rasanya bisa dibujuk untuk berpihak kepada kita, mereka tak pernah akan membuang tenaga dengan percuma."
Diam-diam oh Put Kui manggut- manggut setelah mendengar perkataan itu, tapi secara tiba tiba ia teringat kembali akan satu persoalan. Maka katanya kemudian dengan wajah bersungguh-sungguh.
"Locianpwe, boanpwe ingin memohon maaf kepadamu tentang satu hal yang maha penting "
Tertegun Thian-hiang Hui-cu menyaksikan keseriusan orang.
"Persoalan apa ? seriuskah ?"
"oleh karena boanpwe tak tahu jelas keadaan kau orang tua yang sebenarnya, maka boanpwe telah banyak mempercayai berita yang tersiar dalam dunia persilatan dan benar benar menganggap kau sebagai seorang gembong iblis dari dunia persilatan......"
"Kau tidak salah nak"
Tukas Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa.
"nama Thian-hiang Hui-cu memang merupakan suata nama yang penuh dengan dosa, karena nama tersebut selalu digunakan orang lain untuk melakukan perbUata yang tak senonoh."
"walaupun cianpwe berkata demikian, tapi boanpwe masih tetap merasa tidak tenang......"
Oh Put Kui menggeleng. sepasang alis mata Thian-hiang Hui-cu segera berkenyit, serunya cepat.
"Nak, kau berulang kali mohon ampun, sesungguhnya kesalahan besar apakah yang telah kau lakukan ?"
"Boanpwe..... boanpwe telah salah mencelakai seorang dayang locianpwe....."
"OOOo, benarkah itu? Itu mah tidak menjadi soal....."
"Tapi..... tapi...... boanpwe telah membunuhnya "
"Siapa yang telah kau bunuh ?"
Seru Thian-hiang Hui-cu agak kaget.
"Han Yan "
Mendengar nama tersebut, tiba-tiba Thian-hiang Hui-cu tertawa tergelak.
"Jadi Han Yan mati ditanganmu ?"
"Benar, boanpwe telah salah membunuhnya "
Dengan cepat Thian-hiang Hui-cu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya.
"Nak, kau tidak salah membunuh......."
"Kau orang tua tak akan menegur boanpwe ?"
Seru oh Put Kui setelah tertegun beberapa saat lamanya.
"Ilmu silat yang dimiliki Han Yan memang sangat lihay, dalam kami dia sudah terhitung seorang jago lihay kelas wahid, kecuali kau, rasanya memang tak ada orang yang sanggup membinasakan dirinya lagi."
"
Kepandaian silat yang dimiliki Han Yan memang sangat lihay,"
Ucap oh Put Kui dengan perasaan ragu.
"seandainya boanpwe tidak mengeluarkan ilmu jari Thian-liong-ci, hampir saja aku yang kena dipecundangi olehnya, cuma waktu itu boanpwe tidak tahu kalau dia adalah seorang pembela tanah air yang berjiwa ksatria, aku telah menghilangkan nyawa seorang pahlawan perempuan. .......
"
Mendadak Thian-hiang Hui-cu tertawa dingin, tukasnya .
"Nak, dia tidak pantas disebut sebagai seorang pahlawan perempuan "
Setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya .
"Nak, apakah kau telah menemukan dia sedang melakukan suatu perbuatan biadab yang memalukan sebelum turun tangan melenyapkannya dari muka bumi"
Oh Put Kui mengangguk.
"Yaa, boanpwe berhasil memergoki dia sedang berunding dengan Jian-tok-coa-sin (dewa ular selaksa bisa) It bun seng untuk mencelakai seorang tokoh persilatan, maka akupun turun tangan lebih dulu untuk membereskan nyawa mereka "
Thian-hiang Hui-cu merasa terkejut setelah mendengar perkataan itu, serunya "Benarkah itu ? siapa yang hendak mereka celakai ?"
"Locengcu dari perkampungan Ang-yap-san-ceng, Pat- hong-koay-siu kakek aneh delapan penjuru Liu Thian-cong "
"Ternyata bajingan tersebut adalah bajingan tua itu........"
Seru Thian-hiang Hui-cu dengan gemas. Tiab-tiba ia berhenti sebentar, lalu katanya lagi .
"Nak. kau memang tidak salah membunuh, Han Yan memang beralasan untuk menerima kematiannya "
"Kau orang tua benar-benar tak akan menyalahkan diriku ?"
"Nak, sekalipun kau tidak membunuhnya, aku juga akan menghabisi nyawa perempuan itu......."
"ooh....."
Tiba-tiba oh Put Kui menjadi paham, kemungkinan besar Han Yan adalah seorang mata-mata dari kerajaan ching. Berbeda dengan pengemis pikun, dia merasa tidak habis mengerti.
"Locianpwe konon diantara keempat orang dayangmu itu Han Yan adalah dayang yang paling kau percayai, sebab itu pula dayang tersebut paling sukar dihadapi dalam dunia persilatan, entah mengapa kau selalu mengatakan bahwa dia memang pantas mati ?"
"Pikun, pikun, kau si pikun cilik ternyata menjadi pikun kembali....."
Seru Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa. Pengemis pikun jadi tersipu-sipu.
"Boanpwe memang bodoh......"
Bisiknya. Thian-hiang Hui-cu tak dapat menahan gelinya, dia segera tertawa tergelak, kemudian baru katanya perlahan .
"Dia adalah seorang mata-mata "
"seorang mata-mata ? Waaaah....... kalau begitu dia pantas dibunuh......"
"Itulah sebabnya, sekalipun bocah ini tidak membunuhnya, akupun akan turun tangan membereskan dirinya "
"Waaah, jika locianpwe selalu berkata demikian, boanpwe jadi merasa malu sendiri....."
Seru oh Put Kui sambil tertawa. Thian-hiang Hui-cu ikut tertawa.
"Nak, kau telah membantuku melenyapkan penghianat, sudah seharusnya aku berterima kasih kepadamu "
"Aaah, boanpwe tak berani menerima rasa terima kasih dari cianpwe, ucapan terima kasihmu hanya membuat boanpwe malu......"
"Aaaai....., nak. kau tak usah sungkan-sungkan......"
Thian- hiang Hui-cu menghela napas pelan. setelah berhenti sebentar, tiba-tiba sorot matanya berubah menjadi amat sedih, lanjutnya .
"Apakah kau ingin mengetahui jejak adik kandungku yang memalukan itu ?"
Tentu saja oh Put Kui ingin mengetahuinya, tapi dia merasa rikuh untuk bertanya secara langsung, maka bukan menjawab, dia hanya tertawa jengah.
Thian-hiang Hui- cu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya kemudian "Selama ini dia selalu mencatut namaku untuk berbuat segala macam kejahatan dalam dunia persilatan, ada kalanya aku menjadi marah dan ingin sekali memberi hukuman atau peringatan kepadanya."
"Yaa, betul, kau orang tua memang harus berbuat demikian"
Seru pengemis pikun tanpa sadar. Tapi Thian-hiang Hui-cu kembali menggelengkan kepalanya berulang kali, serunya lebih jauh.
"Tidak. aku tidak sanggup untuk turun tangan...."
Setelah mendongakkan kepalanya, dengan mata berkaca- kaca dia menghela napas panjang, ujarnya lebih jauh.
"Negara hancur rumah berantakan, sakit hati leluhur belum lagi terbalas, bagaimana mungkin aku bisa turun tangan terhadap sanak keluargaku sendiri......? oleh karena itu...... aaai, segala sesuatunya terpaksa membiarkan dia bertindak sesuka hati, dia bisa seperti sekarang, boleh dibilang akulah yang paling berdosa...... cuma sayang menyesalpun telah terlambat......"
"Kau orang tua tak usah terlalu menyalahkan diri sendiri "
Ujar oh Put Kui sambil tertawa.
"Aaai....nak. kau mana tahu, coba kalau aku tidak mewariskan ilmu silat ku secara diam-diam kepadanya, mana mungkin dia bisa mencelakai umat persilatan dan melakukan banyak kejahatan kejahatan besar bagi umat manusia.....?"
Oh Put Kui segera terbungkam dan tak sanggup berbicara lagi.
Agaknya semua akibat ini bisa terjadi karena gara-gara perasaan kasih dan sayang yang berlebihan dari Thian-hiang Hui-cu terhadap adiknya.
Thian-hiang Hui-cu memandang sekejap kearah oh Put Kui, kemudian berkata lagi.
"Nak, namaku yang sebenarnya adalah Cu Yu-hong, sedangkan adikku bernama Cu Yu-hun setelah negaraku musnah, akupun merubah namaku menjadi Ki Yan-hong, sedangkan diapun berganti nama menjadi Ki Yan-hun. Akan tetapi orang persilatan tiada yang tahu kalau Thian-hiang Hui- cu sebetulnya bukan cuma satu orang......"
Setelah tertawa, lanjutnya.
"Tentu saja selain gurumu "
"sekarang boanpwe dan Lok-lopun mengetahui akan hal ini "
Kata oh Put Kui sambil tertawa.
"Benar, aku merasa persoalan ini memang sudah saatnya untuk diketahui orang lain aku berharap kau sudi melakukan suatu pekerjaan bagiku, nak, bersediakah kau ?"
"
Harap kau memberikan perintah "
"Nak, bantulah aku untuk membekuk Cu Yu-hun dan seretlah kemari "
Oh Put Kui menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, lama kemudian baru katanya.
"Bukankah kau orang tua enggan untuk melukai........ Ji- kuncu ?"
Dia tak dapat menyebut nama Cu Yu-hun secara langsung, maka disebutnya sebagai tuan putri kedua. Thian-hiang HHul-cu menghela napas panjang.
"Aaaai.... aku hanya tak ingin membekuknya dengan tanganku sendiri Nak, seandainya kau dapat membekuknya besok. akupun tak akan mencelakai jiwanya, cuma akupun melarang dia untuk melakukan kejahatan lagi Toh tindakanmu merupakan suatu tindakan menguntungkan bagi gurumu? Nak, masa kau tidak mau?"
Oh Put Kui termenung sebentar, kemudian katanya.
"Baik, boanpwe bertekad akan membakti demi cianpwe"
Thian-hiang Hui-cu segera tertawa.
"Nak, dia tinggal di....."
Belum selesai perkataan itu diutarakan mendadak terdengar gelak tertawa yang amat nyaring menggelegar memotong ucapan Thian-hiang Hui-cu yang belum selesai. Menyusul gelak tertawa tersebut, terdengar seseorang membentak dengan suara nyaring.
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hong-nio, jangan berbuat demikian......"
OOdwOo Mendengar seruan tersebut, Thian-hiang Hui-cu agak tertegun, kemudian sambil tertawa tegurnya.
"sian-heng kah disitu ?"
Suara tertawa nyaring segera menggema lagi.
"Tak nyana Hong-nio masih dapat mengenali suaraku, benar-benar Budha maha pengasih........"
Belum selesai perkataan itu diutarakan sesosok bayangan manusia telah meluncur datang. sambil melompat bangun, oh Put Kui segera menyongsong kedatangan orang itu sembari berseru .
"suhu....."
Sambil berlutut dia memeluk sepasang kaki orang itu dengan wajah yang binal.
Ketika pengemis pikun berpaling, dia segera saksikan orang yang baru saja munculkan diri itu adalah seorang hwesio tua berambut putih, berjubah abu-abu dan berwajah penuh senyuman.
Mungkinkah pendeta ini adalah si pendeta sinting Tay-gi sangjin ? Pengemis pikun benar-benar menjadi pikun, untuk sesaat dia sampai berdiri termangu-mangu.
Dalam pada itu, sipendeta sinting telah membelai kepala oh Put Kui seraya berkata.
"Ayohlah bangun, jangan seperti bocah umur tiga lagi, nanti kau bisa ditertawakan orang "
"Tidak"
Kata oh Put Kui sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
"suhu, teecu tak akan bangun "
"Mengapa? sudah begini besar masih mengambek?"
Oh Put Kui segera tertawa.
"Suhu, kau harus mengabulkan sebuah permintaanku dulu sebelum tecu mau bangun-"
"Soal apa ?"
Pendeta itu memicingkan matanya.
"Ijinkan aku untuk mengganti panggilanku terhadapmu"
"Kenapa ? Apakah kau sudah tak ingin menjadi muridku lagi ?"
Seru pendeta sinting sambil tertawa terbahak-bahak.
"Tentu saja"
Jawaban tersebut kembali membuat pendeta sinting menjadi tertegun.
"Bocah keparat, sudah merasa sayapnya mulai tumbuh, kau lantas melupakan asal usulmu? Gurumu sudah dipanggil pendeta sinting, apakah kau ingin disebut orang sebagai bocah sinting pula? Hayo cepat bangun."
"Tidak, tidak. Kecuali kalau kau mengabulkan aku memanggilmu sebagai empek......"
Ketika mendengar ucapan tersebut, sekujur badan pendeta sinting itu segera bergetar keras, senyuman yang semula menghiasi wajahnyapun seketika lenyap tak berbekas. Dia menundukkan kepalanya dan menatap oh Put Kui lekat lekat.....
"Empek....."
Oh Put Kui segera memanggil dengan mesra.
Tiba-tiba sorot mata pendeta itu memancarkan sinar kesedihan, tapi hanya sebentar kemudian, senyuman manis kembali menghiasi ujung bibirnya.
Ditatapnya sekejap wajah Thian-hiang Hui-cu sorot mata yang ramah dan penuh welas kasih, setelah itu dia bertanya.
"Hong-nio, kau yang memberitahukan hal ini kepadanya ?"
Thian-hiang Hui-cu segera tertawa.
"Sian-heng aku hanya memberitahukan hal ini saja, yang lain akupun tidak tahu"
Suatu pemberitahuan yang sangat cantik, Pendeta sinting segera tertawa, ditepuknya kepala oh Put Kui, lalu bisiknya lirih.
"Bangun, kukabulkan permintaanmu itu "
Oh Put Kui segera bersorak gembira dan melompat bangun. selama ini sorot mata Thian-hiang Hui-cu tak pernah beralih dari tubuh pendeta sinting. Begitu oh Put Kui bangkit berdiri, perempuan itu baru berseru lagi sambil tertawa.
"sian-heng, silahkan duduk"
Dia tidak bangkit berdiri, melainkan hanya sedikit membungkukkan badan, Pendeta itu segera tertawa.
"Lolap sepanjang hari tak pernah meninggalkan kasur duduk. persiapan dari sicu benar-benar amat sempurna."
Tiab-tiba saja dia merubah panggilannya. Inilah yang menyebabkan dirinya disebut sinting ? Tak tahan lagi Thian-hiang Hui-cu segera tertawa terbahak- bahak.
"Haaaaahhhh......haaahhhh....haaaahhhh.... Sian-heng....."
"sicu, lolap Tay-gi"
Kata pendeta sinting dengan sinar mata berkilat tajam. Thian-hiang Hui-cu segera tertawa rawan, katanya dengan nada suara rendah .
"Yaa benar, kau adalah Tay-gi..... sayang sekali, kesintinganmu belum juga berakhir......"
Sementara itu Tay-gi sangjin telah duduk diatas kasur yang semula ditempati oh Put Kui, ketika mendengar perkataan itu dia segera merangkap tangannya sambil memberi hormat, kemudian sambil tertawa tergelak ucapnya pelan.
"sicu, ada sebab pasti ada akibat, karena sebab dan akibat selalu saling berkaitan, bila tiada akibat, bukanlah hal itu ajaib namanya ?"
"Aaai..... saudara sian, aah tidak, sangjin, pandanganmu benar-benar amat terbuka"
Bisik Thian-hiang Hui-cu sambil menghela napas rendah.
"Buddha mengajarkan empat kekosongan yang terutama, mengapa lolap tak bisa berpandangan terbuka?"
"Kalau begitu kuucapkan selamat untuk suheng......"
"Terima kasih sicu......"
Selama ini si pengemis pikun berdiri menanti disamping arena untuk maju memberi hormat, akan tetapi berhubung sipendeta sinting berbicara terus dengan Thian-hiang Hui-cu, maka diapun tak berkesempatan untuk ikut menimbrung.
Karenanya begitu mendengar pendeta tersebut mengeluarkan kata yang terakhir, dia tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dengan begitu saja, dengan cepat tubuhnya maju kedepan untuk menyembah.
"Boanpwe Lok Jin-ki dari Kay-pang menjumpai sangjin"
Sekalipun lagi berpejam mata, ternyata pendeta itu dapat melihat semua gerak gerik dari pengemis pikun itu dengan jelas. Baru saja pengemis pikun menbungkukkan badannya sambil tertawa terbahak-bahak serunya .
"Tidak berani, tidak berani, sicu tak usah banyak adat....."
Walaupun pendeta itu tidak menggerakkan badannya ataupun tidak mengebaskan ujung bajunya, akan tetapi nyatanya sipengemis pikun tak sanggup untuk berlutut lebih jauh.
MEnghadapi keadaan seperti ini, dengan wajah memerah karena jengah terpaksa pengemis pikun hanya menjura belaka.
saat itulah pendeta sinting baru mengulurkan tangannya seraya berkata pelan.
"sicu, harap duduk kembali ketempat dudukmu "
"Tidak berani, ada cianpwe berdua disini Lok Jin-ki lebih baik berdiri saja disini "
Mendengar itu, pendeta sinting segera tertawa terbahak- bahak.
"Haaaaahhhh.....haaaahhhh..haaahhhh.. tidak usah, tidak usah, silahkan duduk"
Tay-gi sangjin tertawa.
"
Orang sering bilang kalau dalam kaypang terdapat seorang pengemis yang disebut pengemis pikun, dia kadang kala pikun kadang kala pintar, ada kalanya sinting ada kalanya latah, kaukah orangnya?"
Dengan wajah memerah karena jengah, pengemis pikun menyahut.
"Yaa, benar, memang boanpwe...."
"Kau tidak mirip....."
Ujar Tay-gi sangjin sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
Menghadapi jawaban tersebut, sipengemis pikun agak tertegun untuk beberapa saat lamanya dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
sekali lagi pendeta sinting tertawa tergelak.
katanya.
"seorang enghiong yang sejati adalah seorang manusia yang berwatak sejati, tidak banyak bertingkah, bila kau tak bisa menunjukkan watak aslinya, buat apa pula hidup sebagai manusia?"
Pengemis pikun menjadi terkesiap. sekarang dia baru merasa kalau dia sudah kehilangan watak sejatinya. Bagaimana dia adalah seorang jago lihay yang sudah termasyur banyak tahun, mendengar perkataan itu dia segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahhhh..... haaahhhhh.... haaaahhhhh...... teguran locianpwe memang tepat sekali, boanpwe tahu kesalahan dan pasti akan merubahnya."
"Nah, begitu baru benar....."
Thian-hiang Hui-cu yang menyaksikan kejadian itu menjadi geli, serunya sambil tertawa.
"Pendeta sinting, pengemis pikun, kalian memang merupakan pasangan yang paling cocok didunia ini......"
"sicu memang berbicara benar.... itulah yang lolap harapkan-"
Tingkah laku kedua orang itu segera menimbulkan gelak tertawa oh Put Kui dan Thian-hiang Hui-cu sekalipun Thian-hiang Hui-cu sudah tua, ternyata wajahnya masih kelihatan cantik dan daya tariknya masih nampak besar.
Pendeta sinting yang menyaksikan kejadian itu segera bergidik, serunya sambil tertawa.
"sicu benar benar memiliki ilmu awet muda, meskipun usiamu sudah seratus tahun namun wajahmu masih nampak muda, lolap ucapkan selamat untuk itu"
Thian-hiang Hui-cu mendongakkan kepalanya kembali, suatu perasaan girang yang tak terlukiskan dengan kata segera melintas diatas wajahnya.
"saudara sian...."
"sicu...."
Pendeta itu segera berkerut kening. Melihat itu, Thian-hiang Hui-cu segera menghela napas sedih, tapi hanya sebentar kemudian ia sudah tertawa kembali, katanya.
"Bukankah sangjin berusia lebih tua daripada diriku ? Apakah kau nampak sudah tua ?"
"Yaah, rambutku sudah putih, jenggotku sudah beruban, lolap berbeda jauh dari sicu."
Setelah berhenti sejenak, mendadak katanya dengan wajah serius.
"Sicu, tentang soal adikmu, bagaimana kalau kau suka memandang diatas wajah lolap untuk menyudahi sampai disini saja ?"
Berkilat sepasang mata Thian-hiang Hui-cu.
"Kau....... kau tidak kuatir akan mengganggu ketenanganmu?"
"Aaah, tidak Tidak takut, adikmu masih belum memiliki kemampuan seperti itu."
Oh Put Kui yang berada disisinya segera menimbrung.
"Empek. bukankah kau melarikan diri dari gua karena hendak menghindari dirinya?"
Dengan cepat Tay-gi sangjin menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Anak bodoh, kau anggap aku benar benar menyembunyikan diri karena dirinya?"
"Lantas surat yang kau tinggalkan itu?"
"Surat itu sengaja kutinggalkan agar dibaca olehnya."
Jawab Tay-gi sangjin sambil tertawa.
"Ananda tidak mengerti."
"Tentu saja kau tak akan mengerti, maksudku agar dia matikan hatinya itu."
Seraya berkata sorot matanya dialihkan ke wajah Thian-hiang Hui-cu. Melihat itu, Thian-hiang Hui cu segera tertawa, tertawanya kelihatan manis sekali.
"Terima kasih banyak.."
Bisiknya. Mengapa dia berterima kasih ? oh Put Kui masih saja tidak mengerti. setelah tertawa hambar, kembali Tay-gi sangjin berkata.
"sicu, tak usah berterima kasih..... lolaplah biang keladi dari dosa ini....."
"Aku akan mengikutimu"
Kata Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa manis. Tay-gi sangjin menghela napas panjang.
"Aaai.... perkataan itu telah mencelakai sepanjang hidupmu.... Hong..."
Mendadak ia menutup mulutnya kembali. Thian-hiang Hui-cu tertawa.
"sangjin kelewat kukuh diri sendiri, padahal cinta adalah sesuatu yang agung....."
"Bukan begitu, apakah sicu lupa kalau lolap sudah menjadi pendeta, aku sudah melepaskan diri dari segala macam ikatan."
Berbicara sampai disitu, Thian-hiang Hui-cu hanya bisa manggut-manggut sambil tertawa rawan.
"Yaa benar, tapi aku tetap akan menurutimu "
Demikian ia berbisik. Tanpa terasa Tay-gi sangjin menghela napas panjang.
"sicu, lolap tak akan melupakan budimu itu untuk selamanya....."
"Bisa mendengar perkataanmu itu, aku merasa puas sekali...."
Mendadak Tay-gi sangjin tertawa tergelak. serunya.
"Seorang yang berkedudukan terhormat, terseret masuk didalam dunia persilatan,oohh tuan putri..... kaupun seorang yang tolol seperti lolap sendiri..."
Diantara gelak tertawanya itu, kelihatan air matanya turut jatuh bercucuran, sedang Thian-hiang Hui-cu sendiripun telah bercucuran air mata pula karena sedih.
Menyaksikan keadaan seperti ini, sipengemis pikun hanya bisa memandang dengan wajah kebingungan.
sedangkan oh Put Kui ikut merasa amat sedih, karena secara tiba-tiba ia teringat pula akan asal usulnya sendiri "Empek"
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Akhirnya dia berbisik. Waktu itu Tay-gi sangjin sedang tertawa tergelak. Ia baru terperanjat setelah mendengar seruan itu, tanyanya dengan cepat.
"Nak, ada urusan apa?"
"Bagaimana dengan ayahku?"
"Tak usah ditanyakan"
Tay-gi sangjin mengelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak. empek aku harus bertanya. Bagaimana pula dengan ibuku, aku ingin berjumpa dengan mereka"
"Nak. belum sampai waktunya....."
Kata pendeta itu sambil tetap menggeleng.
"Empek. mengapa kau tidak bersedia memberitahukan hal itu kepadaku? Apakah ayah adan ibuku telah melakukan suatu perbuatan jahat yang amat berdosa ? Ataukah karena mereka adalah....."
Dia tak jadi melanjutkan kembali kata-katanya, karena bagaimanapun juga ia merasa sungkan untuk mengeritik orang tua sendiri Mendadak Tay-gi sangjin berteriak keras.
"Nak, kau tak boleh menduga sembarangan"
"Empek..... kalau kau tidak mengatakan, ananda tentu akan terus menduga duga."
Ujar oh Put Kui dengan air mata bercucuran. Thian-hiang Hui-cu yang menyaksikan hal itu dari samping, segera menimbrung sambil tertawa.
"Yaaa, aku tahu....."
Tay-gi sangjin menghela napas.
"Yaa benar, kau toh tak bisa mencegah bocah itu untuk tidak menduga duga secara sembarangan "
Tay-gi sangjin menghela napas panjang, kemudian katanya.
"Nak, ayah dan ibumu adalah orang baik semua. Mereka adalah orang terbaik didunia ini"
"Sungguh ?"
Senyuman segera menghiasi wajah oh Put Kui.
"Buat apa aku mesti membohongi dirimu ?"
Sahut Tay-gi sangjin dengan wajah bersungguh sungguh.
"Tapi dimanakah? Aku hendak pergi menjumpai mereka..... empek. kau pasti tahu bukan betapa sedihnya keponakan selama banyak tahun ini........"
"
Empek. kalau toh sudah tahu, mengapa kau tidak bersedia memberitahukan kepada keponakan?"
Sekali lagi pendeta itu menghela napas.
"Belum waktunya....."
"Empek. sampai kapan hal ini baru bisa kau beritahukan kepadaku?"
Seru oh Put Kui dengan gelisah.
"Disaat kau sukses dan berhasil"
Oh Put Kui menjadi tertegun- "
Kenapa? Apakah takut aku berpikiran cabang?"
"Benar"
OOdwOo "Ananda tak mungkin akan berpikiran cabang, apalagi kalau aku bisa bertemu dengan ayah ibuku, aku dapat memusatkan segenap perhatianku untuk memperdalam ilmu silatku agar bisa menggirangkan hati orang tuaku......"
Mendadak Tay-gi sangjin tertawa tergelak.
"Tidak mungkin nak. pikiranku pasti bercabang, karena......"
Agaknya dia merasa kalau telah salah berbicara sehingga buru-buru dia membungkam kembali. oh Put Kui tak mau lepas tangan dengan begitu saja, dia segera mendesak lebih jauh.
"Mengapa begitu empek ? Mengapa kau tak mau berbicara ?"
Tay-gi sangjin segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Nak. bukannya aku enggan berbicara, tetapi sesungguhnya dibalik kejadian itu masih ada persoalan lainnya."
Tiba-tiba Thian-hiang Hui-cu menimbrung.
"sian-heng, bocah itu pernah berkunjung kepulau neraka "
Mendengar perkataan itu, sekujur badan Tay-gi sangjin bergetar amat keras. Dengan cepat sorot matanya dialihkan kewajah Thian- hiang Hui-cu, kemudian serunya.
"Hong-nio, kau bilang apa ?"
"Dia telah berkunjung kepulau neraka dan bertemu dengan ketujuh orang tua itu"
Dengan kening berkerut Tay-gi sangjin segera berpaling kembali kewajah oh Put Kui, setelah menatapnya lekat-lekat, ujarnya lebih jauh.
"Nak.jadi kau telah berkunjung kepulau neraka yang dikenal orang persilatan sebagai pulau yang bisa dikunjungi tak bisa kembali itu?"
"Ya benar, ananda telah berkunjung kesana."
"Apa saja yang dikatakan ketujuh orang tua itu kepadamu ?"
Tanya pendeta sinting itu dengan wajah agak tegang.
"Ananda pergi bersama Lok lo dan Nelayan sakti dari lautan timur Cin Poo-tiong, agaknya ketujuh orang tua itu sangat suka dengan ku, kami sudah berdiam beberapa hari dipulau tersebut "
Mendengar perkataan itu, paras muka Tay-gi sangjin berubah menjadi amat berat dan serius.
"Nak. aku ingin bertanya kepadamu, apa saja yang mereka katakan kepadamu ?"
"Mereka mengira aku adalah muridnya Thian- liong susiok. maka dari itu mereka mengajakku membicarakan banyak peristiwa yang menyangkut diri Thian- liong susiok dalam dunia persilatan dimasa lalu..."
"Tidak menyinggung soal aku ?"
"Pernah, tapi ananda berlagak tidak tahu....."
"Bagus sekali,"
Seru Tay-gi sangjin sambil tersenyum.
"apalagi yang mereka bicarakan ?"
"Mereka semua mewariskan semacam kepandaian silatnya untuk ananda "
"Haaaahhhh.... haaaaahhhhh.... haaahhhhh.... bagus sekali,"
Tay-gi sangjin tertawa terbahak-bahak."hei bocah, nampaknya rejekimu cukup besar juga...."
"Kesemuanya ini adalah berkat doa restu dari empek."
Sahut oh Put Kui tertawa.
"seandainya empek tidak memelihara keponakan hingga dewasa, bagaimana mungkin aku bisa mempunyai kesempatan untuk merasakan rejeki besar itu ?"
Perasaan Tay-gi sangjin yan semula tegang tampaknya jauh lebih mengendor lagi sekarang, katanya kemudian sambil tertawa.
"Bagus sekali nak. kaupun mulai sungkan sungkan terhadap empek......"
Thian-hiang Hui-cu ikut berkata sambil tertawa.
"sebutnya sih sudah sebut, cuma...."
"Nak, apakah kau telah berhasil mempelajari ketujuh macam ilmu silat tersebut. Apakah kau juga mengetahui siapakah nama dari ketujuh orang itu....?"
"Aku tidak tahu "
"Waaah, siapa suruh kau bergaul dengan si pengemis pikun,"
Seru Tay-gi sangjin sambil tertawa.
"tak heran kalau kaupun ketularan penyakit pikunnya....."
Oh Put Kui segera tersenyum.
"Bukannya keponakan tak mau bertanya, hanya sungkan rasanya untuk mengajukan pertanyaan itu....."
"Masa mereka tidak menyebutkan nama mereka sendiri ?"
Tanya Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa. Kontan merah padam selembar wajah oh Put Kui.
"Haaaahhhh....haaaahhhh....hhhhaaaah..... anak muda apakah karena namanya kelewat banyak maka kau lantas melupakan nama mereka itu..."
Seru Tay-gi sangjin sambil tertawa.
"
Keponakan memang telah melupakan....."
Setelah berhenti sejenak, ujarnya lagi.
"Cuma aku masih teringat nama dari dua orang diantara mereka."
"siapakah dua orang ang kau maksudkan?"
"Yang pertama adalah Lei-hun-mo-kiam oh Ceng-thian, dia merupakan seorang kakek kurus, maka keponakan mempunyai kesan yang dalam terhadapnya. selain itu ilmu pedang yang dimilikinya juga sangat lihay sekali, sama sekali tidak kalah dengan empek....."
Sewaktu mendengar nama oh Ceng-thian, paras Tay-gi sangjin kontan berubah hebat. Thian-hiang Hui-cu juga menunjukkan sikap yang amat tegang. Tapi selesai mendengar ucapan dari oh Put Kui, mereka segera tertawa kembali.
"siapa pula yang lain ?"
Tanya mereka hampir berbareng.
"Yang seorang lagi bernama Ciat-cing suseng Leng To.... aaaah, keponakan teringat cula dengan seorang lagi yang bernama Toan-kiam-huang-seng Liong Hui-thian...."
"Benar, ketiga nama itu memang benar, tapi masih ada empat orang lagi....."
"Boanpwe ingat nama mereka....."
Timbrung pengemis pikun tiba-tiba sambil tertawa. Thian-hiang Hui-cu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhhh....haaaahhh....hahhhh.... nak, kau tak bisa menandingi si pikun cilik "
"Bukan begitu, karena boanpwe pernah mendengar nama mereka dimasa lalu...."
Cepat-cepat pengemis pikun menambahkan sambil tertawa jengah. setelah berhenti sejenak, terusnya.
"Empat orang lainnya adalah It-gi-ki-su Ku Put-beng,jian-gi siausu, Mi-sim-kui-to dan Tiang-pek-cui-sin "
"Lok tua, hebat benar daya ingatmu "
Puji oh Put Kui cepat. Tay-gi sangjin iut tertawa, tanyannya tiba-tiba.
"Nak. kepandaian apakah yang mereka wariskan kepadamu, bagaimana pula dengan hasil latihanmu?"
"Ku tua mewariskan ilmu Hong-hwe kun (pukulan angin api)nya kepadaku....."
"Waah, itu mah ilmu andalannya,"
Sela Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa.
"nak. selama hidup dia memusatkan perhatiannya untuk melatih ilmu pukulan ciptaannya itu sudah pasti luar biasa dahsyatnya."
"Hong-nio, kalau bukan begitu masa dia dianggap orang sebagai si manusia gila dari ilmu pukulan ?"
Sambung Tay-gi sangjin- "sedangkan oh lojin mewariskan ilmu pedang Lui-im-kiam pedang irama gunturnya kepadaku,"
Oh Put Kui menambahkan sambil tertawa.
"Ooh, ilmu pedang Lui-im-kiam?"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Tay-gi sangjin- "Yaa, ilmu pedang Lui-im-kiam, ketika oh lojin menggunakan ilmu pedang tersebut, suara angin dan gemuruh yang menyertai ancaman itu amat memekikkan telinga dan menggidikkan hati....."
Tay-gi sangjin segera menghela napas panjang.
"Aaai...Ji..... akhirnya dia berhasil juga....."
"sian-heng, kuucapkan selamat kepadamu "
Thian-hiang Hui-cu menambahkah sambil tertawa. oh Put Kui tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, tapi dia dapat merasakan betapa besarnya perhatian empeknya itu terhadap oh Ceng-thian-.... Maka tanpa berpikir panjang lagi, dia berkata lebih jauh .
"Leng loji mewariskan ilmu seruling Liu-hou-siau kepadaku, sedangkan Jiang-gi siansu mewariskan ilmu jari Ban-hud-ci"
"Waaah, semuanya merupakan ilmu paling top didunia ini "
Thian-hiang Hui-cu komentar.
"sedangkan Liong lojin mewariskan ilmu pukulan Im-sat- ciang, Mi-sim-toojin mengajarkan ilmu gerak badan Tay-siu- heng-poh, sebaliknya To lojin mewariskan ilmu senjata rahasia terutama menggunakan arak sebagai anak panah "
"Nak. kau benar-benar seorang manusia yang hebat, hampir semua ilmu silat paling top yang ada didunia ini telah kau pelajari semua."
"sian heng, belum komplit rasanya...."
Tiba-tiba Thian-hiang Hui-cu menyela. Mendengar perkataan itu, Tay-gi sangjin segera berseru sambil tertawa "Hong-nio, kau..... kaupun hendak membuatnya bertambah komplit....?"
"Mengapa tidak? Kalian orang lain bisa.... Mengapa aku tak dapat ?"
Sahut perempuan itu sambil tertawa.
"Aku toh tidak mengatakan kau tak dapat?"
Thian-hiang Hui-cu tertawa.
"Kalau memang begitu kaupun tak usah mewariskan kepandaian apa-apa kepadanya, aku hanya ingin menghadiahkan semacam barang untuknya."
Sembari berbicara dari sakunya dia mengeluarkan sebutir mutiara sebesar buah kelengkeng yang berwarna warni serta memancarkan cahaya yang gemerlapan. Melihat benda itu, dengan heran Tay-gi sangjin segera berseru.
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hong-nio, kau hendak menghadiahkan mutiara penghindar hawa sesat untuknya?"
"Tentu saja, barang lain toh tak ada gunanya diberikan kepadanya ?"
Sahut perempuan itu tersenyum.
"Aaai.... Hong-nio, kau kelewat baik terhadap bocah ini......"
Setelah berhenti sejenak katanya kepada oh Put Kui.
"Nak, selain mutiara itu bisa dipakai untuk menghindari hawa sesat, juga bisa memunahkan racun, bisa menghindari air bah dan kebakaran, benda tersebut merupakan salah satu diantara tujuh benda mustika dari dunia persilatan-"
Sementara itu Thian-hiang Hui-cu telah menghadiahkan mutiara tersebut oh Put Kui sembari berkata .
"Nak, mutiaraku ini akan sangat bermanfaat bagimu dikemudian hari, ambillah"
Sebenarnya oh Put Kui hendak menampik, tapi dia merasa apa yang dikatakan memang benar, apalagi dalam keadaan seperti ini. Karena itu dengan sikap hormat dia lantas menerima pemberian tersebut.
"Terima kasih banyak locianpwe,"
Katanya kemudian. Perempuan itu kemudian tertawa.
"Tak usah berterima kasih, baik- baiklah mempergunakannya, asal kau bersedia untuk menerimanya, aku sudah sangat gembira sekali"
Dengan sangat berhati-hati oh Put Kui menyimpan mutiara mestika itu kedalam saku lalu mengundurkan diri ketempat semula, setelah itu tanyanya kepada Tay-gi sangjin.
"Empek. aku masih belum menerangkan kepada keponakan akan jejak dari orang tuaku"
"Nak, bagaimana sih kau ini ?"
Tay-gi Sangjin berkerut kening.
"seandainya aku bersedia memberitahukan kepadamu, buat apa menunggu sampai kau mengajukan pertanyaan? "
"Empek. bukankah kau sering berkata asalkan ananda mau menjelajahi dunia, maka tak sulit untuk menemukan mereka?"
"Asal kau bersedia untuk berbuat demikian, hal mana lebih baik lagi, paling tidak toh akan banyak melatih diri."
Oh Put Kui merasa gelisah juga diliputi perasaan kecewa. Ditatapnya wajah Tay-gi sangjin lekat-lekat, sementara tubuhnya sama sekali tak berkutik. Melihat itu, Thian-hiang Hui-cu kembali berkata sambil tertawa.
"sian-heng, ilmu silat yang dimiliki bocah ini sudah hebat, buat apa kau mesti merasa kuatir lagi? Beritahukan saja kepadanya, coba kau lihat tampangnya yang mengenaskan........"
Mendengar perkataan itu, Tay-gi sangjin menjadi termangu- mangu, lama kemudian akhirnya dia baru menghela napas seraya berkata.
"Hong-nio, kau benar-benar berbaik hati."
"Sian-heng, beritahukanlah kepada bocah itu. orang bilang dendam kesumat orang tua lebih dalam dari samudra, apakah kau suruh bocah itu hidup selama dua puluh tahun lebih dengan sia-sia belaka tanpa mengetahui siapa pembunuh ibunya?"
Bagitu mendengar perkataan tersebut, oh Put Kui menjadi terkesiap sehingga peluh dingin jatuh bercucuran.
"Ibu.....ibuku telah ter..... terbunuh......?"
Serunya dengan suara gemetar. Tay-gi sangjin menghela napas dengan suara dalam.
"Aaaai.... benar nak, ibumu memang telah dibunuh orang "
Sepasang mata oh Put Kui segera memancarkan cahaya berapi api yang penuh dengan hawa pembunuhan.
"Siapa? siapakah yang telah membunuh ibuku ?"
Teriaknya keras-keras. Dengan cepat Tay-gi sangjin menggelengkan kepalanya berulang kali.
"siapa yang tahu?"
Jawaban itu kontan saja membuat oh Put Kui menjadi tertegun, serunya kemudian.
"
Empek, masa kau orang tuapun tidak tahu ?"
Tay-gi sangjin menghela napas panjang.
"Aaaai, andaikata empek tahu, apakah aku tak membalaskan dendam bagi ibumu sejak dulu-dulu?"
"
Lantas ayahku sendiri?"
Teriak oh Put Kui.
"Dia sendiripun tidak tahu."
"Empek, saat ini ayahku berada dimana?"
Kembali pemuda itu bertanya dengan sedih.
"Di pulau neraka"
"Apa? Di Pulau neraka ? siapakah dia empek? Apakah oh lojin?"
"Yaa benar, oh Ceng-thian adalah ayahmu....."
Tiba-tiba saja oh Put Kui menangis tersedu-sedu, ia benar- benar merasa sedih.
Dia teringat dengan janjinya kepada oh Lojin, berjanji akan mencarikan putranya dan diapun telah menyanggupi.
siapa tahu dialah putra yang ditunggu-tunggu, bahkan setelah ayah dan anak saling bersuapun mereka tidak saling mengenal.
Ia teringat kembali dengan gardu menanti putra.
Diapun teringat dengan tebing penantian putra.
Terutama sekali wajah ayah yang penuh pengharapan, kurus, sayu dan menyedihkan hati.
Dapatkah ia tak sedih? Dapatkah dia tak usah menangis? Tiba-tiba terdengar Thian-hiang Hui-cu berbisik dengan lirih.
"Nak, buat apa kau menangis ? Kau sudah seharusnya merasa gembira."
"Ya benar nak, kau harus gembira. Karena kau telah berjumpa dengan ayahmu."
Tay-gi sangjin menambahkan. oh Put Kui segera menyeka air matanya lalu berkata.
"Empek. diatas pulau neraka ayah telah mendirikan sebuah gardu penantian, dia menantikan kedatanganku, tapi aku..... ternyata aku tidak mengetahuinya....."
"Jite juga kelewat batas"
Tay-gi sangjin menggeleng.
"nak. satu-satunya yang terpenting bagimu sekarang adalah latihlah ilmu silatmu dengan sebaik-baiknya, karena musuh besar ibumu hingga kini masih belum diketahui siapa orangnya....."
Dengan air mata bercucuran oh Put Kui mengangguk. Thian-hiang Hui-cu ikut berkata pula sambil tertawa.
"Nak. aku masih ada satu permintaan yang ingin kuajukan kepadamu, harap kau sudi mengabulkannya "
"
Katakanlah locianpwe"
Dengan wajah bersungguh-sungguh Thian-hiang Hui-cu ikut berkata.
"Sebelum hari Tiong- yang depan, lebih baik kau jangan pergi kepulau neraka lagi, karena ilmu silat yang dimiliki ayahmu bertujuh tinggal selangkah lagi mencapai tingkat kesempurnaan, bila kau kesana, itu berarti janji mereka telah berakhir dan mereka pasti akan balik kembali kedaratan Tionggoan.. nak. kau harus mengabulkan permintaan yang kuajukan ini "
Walaupun dalam hati kecilnya oh Put Kui merasa berat untuk mengabulkan permintaan itu namun dia juga tahu kalau Thian-hiang Hui-cu bisa berkata demikian, hal ini pasti disebabkan oleh hal-hal tertentu, karena jika tidak mempunyai maksud yang mendalam tak mungkin perempuan itu berkata demikian akhirnya diapun mengangguk.
-oOdwOooOdwOooOdwOooOdwOooOdwOoo- salju turun dengan derasnya diwilayah Hoo-say, ditengah udara yang dingin dan menusuk tulang, tampak dua ekor kuda berlarian kencang memasuki pintu kota.
Dua orang penunggangnya meski harus menempuh perjalanan ditengah badai salju, namun wajahnya kelihatan masih segar bugar.
setelah masuk kedalam kota, mereka berdua melarikan kudanya menuju kerumah makan Tay-pek-ki yang paling termashur disitu.
Waktu itu tengah hari telah menjelang.
Dan saat saat seperti ini merupakan saat ramainya orang bersantap dan minum arak.
Kedua orang itu melompat turun dari kudanya didepan pintu rumah makan, salah seorang diantaranya segera membisikkan sesuatu kepada pelayan, kemudian naik keatas loteng tingkat kedua.
setelah memilih sebuah sudut ruangan yang tidak gampang diperhatikan orang, setelah melepaskan mantel mereka dan penutup kepalanya, maka tampaklah raut wajah mereka yang sebenarnya.
Ternyata mereka adalah Long-cu-koay-hiap (pendekar aneh sipengembara) oh Put Kui serta sipengemis pikun Lok Jin-ki.
Mereka telah meninggalkan kota Kim-leng dan menempuh perjalanan sejauh beberapa ribu li sebelum tiba disana.
sikap oh Put Kui masih tetap santai dan tenang.
sekalipun dia sudah mengetahui asal usulnya, tahu kalau ayahnya bernama Lie-hun-mo-kiam oh Ceng-thian, tahu kalau ibunya bernama Pek ih-hong-hud (kebutan merah berbaju putih) Lan Hong.
Diapun tahu kalau ibunya telah dibunuh oleh seorang musuh tangguh.
Tapi, dia masih tetap akan bersikap acuh tak acuh, seakan- akan tiada persoalan yang membuatnya pusing.
sipengemis pikun malah nampak lebih segar dan bersemangat, mungkin hal ini dikarenakan dia telah berganti dengan pakaian baru.
Waktu itu mereka sedang minum arak sambil berbincang- bincang dengan suara lirih.
@oodwoo@
Jilid 10 Kalau dilihat dari sikap mereka, seakan-akan ada seseorang yang sedang dinantikan kedatangannya .
Dalam kenyataan mereka memang sedang menunggu orang disitu.
Seperminum teh kemudian, dari bawah loteng muncul seorang petani tua yang berusia lima puluh tahunan.
Setelah celingukan sebentar, akhirnya sambil tertawa dia berjalan menghampiri oh Put Kui.
"Oh Kongcu, kau sudah datang lebih duluan?"
Sapanya. oh Put Kui tertawa.
"Merepotkan saudara Kou saja, silahkan duduk!"
Petani tua itu tertawa, dia segera menjura pada pengemis pikun seraya berkata.
"Tecu memberi hormat buat tianglo"
"Tak usah banyak adat, silahkan duduk."
Setelah petani tua itu duduk. oh Put Kui baru berbicara lagi sambil tertawa.
"Bagaimana? Tentunya perjalanan Kou loko kali ini tidak sia-sia belaka bukan?"
"Untung lohu tak sampai menyalahi perintah....."
Belum habis dia berkata, Pengemis pikun telah menimbrung lebih dulu sambil tertawa "Kou cun-jiu, keparat Cilik Kau berani menyebut saudara terhadap saudaranya tianglomu?"
Rupanya petani tua yang nampaknya sederhana itu tak lain adalah Tongcu propinsi shia-kam dari perguruan Kay-pang yang disebut orang sebagai si petani tua dari Hoo-say, Kou Cun-jiu.
sekilas pandangan Kou Cun-jiu nampaknya sudah berusia lima puluh tahunan, padahal kalau dibandingkan dengan si pengemis pikun, dia masih muda dua puluh tahun lebih, dalam kedudukan diperkumpulanpun kedudukannya jauh dibawah kedudukan si pengemis pikun.
Maka begitu ditegur si pengemis pikun, dia benar benar merasa terkejut sekali.
"Tecu tidak berani......"
Buru-buru serunya. Kemudian dengan wajah memerah katanya lebih jauh.
"Kongcu, maafkan keteledoran aku si tua tadi, harap jangan menjadi gusar."
Oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali, serunya sambil tertawa.
"Kou loko, kau tak usah mendengarkan perkataannya, kita toh berhubungan secara terpisah, terserah saja pada kehendakmu sendiri"
"siau-loji tidak berani,"
Kata petani tua dari Hoo-say itu sambil tertawa.
"Kongcu...."
"Hei bocah muda, tak usah berputar kayuh lagi, berbicara saja hal-hal yang penting,"
Timbrung pengemis pikun lagi.
"Baik, tecu turut perintah."
"Nah saudara Kou, apakah Lam kiong Ceng berada dirumah?"
Petani tua dari Hoo say mengangguk.
"Ada, perkampungan siu ning-cengnya ramai sekali beberapa hari belakangan ini."
"Ooh, apakah ada suatu peristiwa besar?"
"Yaaa benar, dia sedang menarik menantu"
"siapa? Lam kiong Ceng mencarikan bini buat putranya?"
"Bukan, Lam kiong Ceng mencari bini buat dirinya sendiri"
"Oooh..... rupanya Lam kiong Ceng belum kawin....."
Seru pengemis pikun sambil tertawa. satu ingatan segera melintas dalam benak oh Put Kui, katanya sambil tertawa.
"saudara Kou, siapakah pihak perempuannya?"
"Pihak perempuannya mempunyai nama besar yang jauh lebih termashur daripada Lam kiong Ceng sendiri"
"Ooooh tampaknya Lam kiong Ceng berhasil mendapatkan mertua yang hebat?"
Kata pengemis pikun tertegun.
"Perkataan tianglo memang benar, sebab yang dikawini Lam kiong Ceng adalah putri sulung dari Jiang-li-hu-siu , kakek seribu li menyendiri Leng siau-thian, pocu dari benteng nomor wahid dalam dunia persilatan"
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"ooh, kau maksudkan Hian-peng-kui-li (perempuan setan dari tanah dingin)...."
"Benar, memang dia."
"Bagus sekali, bila Lam kiong Ceng bisa mempersunting perempuan semacam ini, maka keadaanya ibarat harimau yang tumbuh sayap"
"Lok tua,"
Kata oh Put Kui sambil tertawa.
"tampaknya keramaian ini tak boleh kita lewatkan dengan begitu saja, siapa tahu dalam pesta perkawinan Lam kiong Ceng kita bisa menemukan sesuatu yang menguntungkan?"
"Betul, betul, aku si pengemis memang berpendapat demikian."
Setelah meneguk araknya, oh Put Kui segera bertanya lagi.
"saudara Kou, kapan sih perkawinan itu diselenggarakan?"
"Bulan dua belas, tanggal sepuluh."
"Hari ini tanggal delapan, berarti tinggal dua hari lagi,"
Seru oh Put Kui tertawa.
"saudara, kesulitannya telah datang "
Seru pengemis pikun dengan kening berkerut.
"Kesulitan apa Lok tua?"
"Kadonya Kalau tinggal dua hari, kita mesti kemana untuk menyiapkan kadonya?"
"soal itu mah gampang, Lok tua, kita beli saja dikota nanti"
Tapi dengan cepat pengemis pikun menggelengkan kepalanya berulang kali.
"saudara, kau anggap si Lam kiong Ceng itu manusia apa ? Kalau kita membeli kado secara sembarangan, niscaya dia akan menuduh kita sebagai orang pelit....."
Setelah berhenti sejenak. dia segera tertawa tergelak. katanya lebih jauh.
"saudaraku,jangan kau lihat aku si pengemis berasal dari perkumpulan kaum pengemis, kalau soal kado atau tanda mata, aku tak pernah memberi yang jelek sehingga ditertawakan orang...."
"Benar, perkataan Lok tua memang benar......"
Kou Cun-jiu ikut menimbrung.
"Kongcu, untuk memberi kado, tampaknya sudah tak sempat lagi...."
"Maksudmu?"
Pengemis pikun melototkan sepasang matanya bulat-bulat. Kou Cun-jiu segera tertawa.
"Lam kiong Ceng adalah congpiau pocu dari orang orang Liok lim utara sungai besar, kalau cuma soal kado biasa, tak mungkin dia akan memandang sebelah matapun..."
"Hei, kalau mau berbicara, katakan saja terus terang jangan berputar kayu tiada hentinya...."
Tegur pengemis pikun sambil berkerut kening. Kou Cun-jiu agak terkejut lalu mengiakan berulang kali.
"Menurut pendapat tecu, asal oh Kongcu menulis sendiri beberapa patah kata ucapan selamat dan mencantumkan nama besarmu, aku rasa dengan nama besar dari oh Kongcu dalam dunia persilatan dewasa ini, Lam kiong Ceng pasti akan dibikin gelagapan sendiri saking senangnya"
Mendengar usul tersebut, pengemis pikun segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahhh....haaaahhhh....haaahhhh, tepat sekali Tepat sekali Bagus betul usulmu itu..."
"Lok tua, aku pikir usulnya itu kurang tepat,"
Ujar oh Put Kui tiba-tiba sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kenapa?"
Tanya sang pengemis dengan mata melotot.
"Aku kuatir kalau tindakan ini akan merupakan sesuatu tindakan memukul rumput mengejutkan ular"
Mendengar itu, kembali pengemis pikun tertawa.
"saudaraku, bukannya aku sipengemis pikun hendak menjelekkan dirimu, tapi kalau kita tidak mengusik ular tersebut kini, sampai kapankah kau baru bisa menyelidiki wajah musuh besarmu itu?"
Oh Put Kui termenung sebentar, kemudian katanya.
"Jadi menurut pendapatmu, ular ini lebih baik diusik saja agar terkejut jadinya?"
"Benar, kalau tidak begitu, musuh besarmu tak akan munculkan diri dan kau tak akan mengetahui selamanya siapakah pihak lawan dan berada dimanakah dia."
Dia seperti mempunyai suatu keyakinan yang besar, kembali katanya.
"Apalagi bila musuh besarmu itu mengetahui dirimu, dia pasti tak merasa tenteram lagi, siapa tahu dia bakal mendahului dirimu dengan datang mencari gara-gara lebih dahulu?"
Cara yang dipikirkan pengemis pikun memang bagus sekali, hanya saja dia belum berpikir bagaimana seandainya pihak lawan mengambil keputusan untuk acuh tak acuh? Agaknya oh Put Kui telah berpikir sampai disitu, katanya kemudian.
"Lok tua, andaikata pihak lawan acuh tak acuh dan sama sekali tidak menggubris, bukankah cara kita ini akan sia-sia belaka?"
"saudaraku, bila pihak lawan memang tidak menggubris, kita toh belum terlambat untuk mencari akal lain?"
Kata pengemis pikun sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan tertawa. Kembali oh Put Kui termenung sesaat, akhirnya dia manggut-manggut, katanya sambil tertawa.
"Baiklah, kalau begitu kita bertindak demikian saja"
OOdwOooOdwOo Bulan dua belas tanggal sepuluh.
Suasana disebuah perkampungan yang luasnya seratus bau diluar kota sebelah barat Cui-swan-sia tampak ramai sekali.
Sejak fajar menyingsing, lalu lintas yang melewati jalan raya didepan perkampungan itu sudah dipadati oleh kereta serta beraneka ragam manusia dengan aneka ragam hadiah.
Hampir semua jago dan orang gagah dari enam propinsi diutara sungai besar telah berkumpul disitu.
Bagi umat Liok-lim, perkampungan siu-ning-ceng memang merupakan sebuah tempat suci.
Kepala kampungnya Pek kim kong, Thi wan kek (raksasa penyakitan,jago pergelangan tangan baja) Lam kiong Ceng selain berilmu tinggi, juga merupakan pentolan dari kaum Liok- lim di enam propinsi sebelah utara sungai besar.
Dihari hari biasa saja banyak orang yang menyambangi tempat itu, apalagi pada hari pernikahannya, tak heran kalau lautan manusia hampir berkumpul semua disitu.
Hampir disetiap sudut ruangan dalam perkampungan siu- ning ceng dipenuhi para tamu yang tersenyum simpul.
Cong koan dari perkampungan, Nao heng-si-ci (utusan panca unsur) Tong Tiong-peng dengan pakaian berwarna keemas-emasannya berdiri didepan pintu dan menyambut tamunya dengan penuh senyuman-^ -oOdwOooOdwOoo- Upacara perkawinan telah ditetapkan akan diselenggarakan selewatnya tengah hari.
Kini tengah hari sudah makin dekat, tapi Ngo-heng-si-ci Tong Tiong-peng belum menyambut kedatangan seorang jago yang benar- benar mempunyai nama besar dan kedudukan tinggi dalam dunia persilatan.
Peristiwa ini terntu saja membuat hatinya gelisah bercampur cemas.
Dia merasa bila dalam perkawinan congpiau pocunya tak seorangpun jago kenamaan atau pendekar besar dunia persilatan yang hadir, hal ini akan dianggap sebagai suatu peristiwa yang amat kehilangan muka.
saat tengah hari sudah hampir lewat......
Pada saat itulah dari depan perkampungan sana muncul serombongan manusia, rombongan itu terdiri dari lima puluhan orang.
sebagai orang pertama adalah seorang hwesio bermuka penuh welas kasih.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Ngo-heng-si-ci Tong Tiong-peng setelah menyaksikan hal itu, dengan langkah cepat dia segera memburu kedepan untuk menyambut kedatangannya .
"Tong Tiong-peng, cong koan dari perkampungan siau- ning-ceng menyambut kedatangan dari ciangbujin sekalian...."
Rupanya hwesio itu tak lain adalah Hui seng taysu, ciangbunjin dari siau-lim-pay.
Dibelakangnya mengikuti tiga orang ciangbunjin dari tiga partai besar lainnya.
Mereka adalah Hian-leng tootiang dari Butongpay, Bwee Kun-peng dari partai Hoa-san serta Cui-sian sangjin dari Go-bi pay.
Dibelakang keempat orang ciangbunjin itu mengikuti pula Han-sian-hui-kiam atau pedang dingin Wi ci Ming, tianglo dari Kaypang.
Dari kelima partai besar yang ada dalam dunia persilatan dewasa ini, hanya ketua Kay-pang, Lok seng-tui-hun-siu atau kakek bintang pengejar sukma Kong-sun Liang yang tak hadir.
Hal ini disebabkan belakangan ini Kongsun Liang sedang menutup diri disuatu tempat untuk melatih semacam ilmu sakti, maka segala persoalan mengenai kepartaian telah diserahkan kepada Wici Ming untuk mengatasinya.
Dengan demikian wici Ming boleh dibilang mempunyai kedudukan yang hampir sederajat dengan seorang ketua partai.
Dalam pesta perkawinan Lam kiong Ceng, ternyata ketua dari partai besar itu turut hadir, peristiwa ini jauh diluar dugaan Ngo-heng-si-ci.
Baru saja kelima orang ciangbunjin dari lima partai besar datang, Tong Tiong-peng dihadapkan lagi dengan suatu peristiwa yang menggetarkan hatinya.
Ternyata gembong iblis nomor satu dari dunia persilatanpun hadir disana....
Pat-huang-it-koay, lian-sim-kui-siu (kakek setan berhati cacad, manusia aneh dari Pat huang) siau Lun ternyata datang tanpa diundang.
Ketika Tong-tiong-peng membaca kartu namanya itu, hampir saja ia tak percaya dengan apa yang dilihat.
Tapi, mau tak mau dia harus percaya juga.
Karena itu dia segera menyambut kedatangannya.
seorang kakek berambut putih yang berwajah dingin, berambut panjang sebahu dan berwajah menyeramkan berdiri didepan pintu siapa lagi orang itu kalau bukan siau Lun? Buru- buru dia maju kedepan, kemudian sambil menjatuhkan diri berlutut serunya.
"Tong-tiong-peng menyampaikan salam hormat untuk siau locianpwe"
Siau Lun segera tertawa hambar, katanya sambil mengulapkan tangan.
"Tak usah banyak adat, lohu sudah bukan siau Lun yang dulu, kalian tak usah banyak adat....."
Sambil berkata dia lantas masuk kedalam perkampungan dengan langkah lebar.
Kehadiran kakek ini dalam ruangan upacara dengan Cepat menggetarkan hati lima orang ciangbunjin dari lima partai besar.
Hui-sin taysu dari siau lim-pay segera bangkit berdiri sambil menjura, katanya.
"siau lo-sicu, sudah lama kau mengundurkan diri dari keramaian dunia. Hari ini bisa berjumpa lagi, hal ini sungguh merupakan suatu kebanggaan buat boanpwe sekalian......"
Siau Lun tertawa terbahak-bahak. diamatinya wajah kelima orang itu sekejap kemudian sambil tertawa katanya.
"Ooh rupanya ciangbunjin sekalian sudah datang? Besar betul pamor dari Lam kiong Ceng....."
Terkesiap juga Hui-sin taysu mendengar perkataan ini, buru-buru dia berseru.
"Lam kiong sicu adalah seorang gagah, sudah sepantasnya kalau boanpwe sekalian ikut memberi selamat kepadanya"
Sekilas senyuman menghiasi wajah siau Lun, dia segera manggut-manggut berulang kepada Ngo-heng-si-ci Tong Tiong-peng yang menghantar dirinya dia lantas mengulapkan tangannya sembari berkata.
"silahkan saja kau melayani orang lain, lohu hendak berbincang-bincang dengan kelima orang lote ini....."
Tong Tiong-peng segera menjura dan mengundurkan diri Baru tiba dipintu depan, seorang anggota perkampungan telah berlari mendekati dengan wajah gugup, Dengan kening berkerut Tong-tiong-peng segera menegur.
"Persoalan apa yang membuat kau gugup?"
"Lapor congkoan, didepan pintu muncul seorang tamu aneh...."
Ujar orang itu dengan wajah gugup bercampur gembira.
"Tamu aneh macam apa?"
"Tecu tidak kenal, dia mengatakan ingin berjumpa dengan majikan....."
"Hmmm, manusia takebur darimanakah yang telah datang ?"
Seru Tong-tiong-peng sambil tertawa dingin.
Dengan langkah cepat dia memburu kedepan pintu.
Tapi apa yang kemudian terlihat kontan membuat dia berdiri tertegun, karena tamu aneh itu sangat dikenal olehnya.
Dia tak lain adalah say-siang-li si perempuan pintar dari bilik barat, Leng seng-luan, seorang perempuan bertangan keji yang banyak membuat orang persilatan pusing kepala.
-oOdwOooOdwOooOdwOo- Buru-buru Tong-tiong-peng meredakan hawa amarahnya, lalu dengan senyuman yang dibuat-buat menyongsong kedatangan tamunya.
"Nona Leng, baik-baikkah kau? Tong-tiong-peng menghunjuk hormat untukmu....."
Serunya.
Ternyata yang datang adalah seorang gadis muda berbaju putih yang berambut panjang dan berwajah cantik, tapi sikapnya dingin, kaku dan menyeramkan, dia sedang memandang kearah pintu perkampungan sambil tertawa tiada hentinya.
Tapi setelah mendengar ucapan dari Tong-tiong-peng itu, hawa marahnya sedikit agak mengendor, ujarnya kemudian.
"Tong cong koan, tampaknya pamor dari saudara Lam kiong makin lama semakin bertambah besar". Terkesiap juga Tong Tiong-peng setelah mendengar perkataan itu, buru-buru dia berkata.
"Hari ini adalah perkawinan Lam kiong toako, sedang dia sedang berganti pakaian, maka tak bisa menyambut kedatanganmu harap nona Leng sudi memaafkan "
"Oh.... kalau begitu akulah yang telah salah menegurnya..."
Leng-seng-luan tertawa dingin. seraya dia berkata dia lantas melangkah masuk kedalam pintu perkampungan..... Baru saja Tong-tiong-peng hendak memimpin jalan, Leng- seng-luan telah menggoyangkan tangannya sambil berkata.
"Tong congkoan, lebih baik kau berdiri disini saja, biar anak buahmu yang membawa jalan bagiku "
"Kalau begitu terpaksa aku harus menurunkan derajat nona........."
Ujar Tong cong koan sambil tertawa. Dengan cepat dipanggilnya seorang anak buahnya, kemudian memerintahkan.
"Cepat ajak Leng lihiap menuju keruangan tamu "
Orang itu mengiakan dan mengajak Leng seng-luan memasuki perkampungan, Memandang bayangan punggung Leng seng-luan yang berlalu, diam-diam Tong-tiong-peng menghela napas panjang.
Pada saat itulah dari luar perkampungan telah muncul empat orang tamu aneh.
Keempat orang itu ialah Kaucu dari perkumpulan pay-Kay yang disebut orang Jui-sim-huan-im-kek, (jago tanpa bayangan penghancur hati) Ciu It-cing konon orang ini murid Hua-im cinjin Li Kim-siu yang menjadi cikal bakal partainya.
Lalu orang kedua adalah Mo-kiam-huang-say (singa latah pedang iblis) Kit Hu-seng yang merupakan toa kongcu dari benteng kematian di lembah sin-mo-kok.
orang ketiga adalah Lan-san-gin-kiam atau si pedang perak berbaju biru seebun Jiu, salah seorang dari empat jago pedang utama dibawah pimpinan Ceng-thian-kui-ong atau raja setan penggetar langit wi Thian-yang dari istana Tong-thian- kui-hu di lembah Kiu yu kok.
Dan terakhir adalah putra dari sian- hong-pat- ciang, Wan- sim-seng-sin atau kakek suci berhati mulia, delapan pukulan angin puyuh Nyo Thian-wi, pemilik istana siau- hong- hu bernama Yu-liong-kuay-kiam atau pedang kilat naga perkasa Nyo Ban-bu.
sekalipun keempat manusia ini bukan ketua partai, namun nama besar mereka serta kelihaian ilmu silat mereka jauh diatas kemampuan dari para ciangbunjin berbagai partai besar.
Dikunjungi manusia- manusia seperti ini sudah tentu Tong Tiong-peng tak berani berayal lagi, dengan sikap hormat dia lalu menghantar tamunya memasuki ruangan upacara.
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sementara itu tengah hari sudah lewat, irama musik mulai diperdengarkan pertanda upacara pernikahan segera akan diselenggarakan.
Tamu yang mencapai seribu orang lebih hampir boleh dibilang memadati seluruh ruangan siu ning-ceng dan lapangan berlatih silat yang luasnya dua puluh bau lebih.
Akhirnya pengantinpun masuk kedalam ruangan upacara.
Lam kiong ceng nampak bertubuh tegap dan kekar seperti seorang malaikat, sebaliknya sinona lemah gemulai seperti perempuan setan yang sama sekali tidak berhawa kehidupan.
Jian-li-hu-siu Leng siau-thian duduk ditengah ruangan upacara dengan senyum dikulum.
sedang dari pihak wali pengantin pria adalah seorang kakek pendek yang berkepala botak.
orang itu duduk diatas tempat duduk Leng siau-thian dengan wajah yang dingin.
Wajah orang itu sedemikian tak sedapnya dipandang, seakan akan kehadirannya disana bukan untuk menyelenggarakan pesta perkawinan, melainkan menghadiri suatu upacara kematian.
siapakah kakek pendek berkepala botak itu? Anehnya ternyata tak seorang manusiapun yang hadir dalam ruangan yang mengenali dirinya.
Pelbagai ingatan berkecamuk dalam benak masing-masing, bahkanada pula yang berpikir.
"Mungkinkah gembong iblis tua ini adalah suhunya Lam kiong Ceng?"
Siau Lun, si gembong iblis nomor wahid dari kolong langit turut berkerut kening. Tiab-tiba Leng seng-luan yang berada disisi yang menegur.
"siau kongkong, kenalkah kau dengan orang tua itu?"
Siau Lun segera tertawa seraya manggut-manggut.
"Bukan cuma kenal saja, kami kan sahabat karib"
Sahutnya.
"oh.... siapakah dia?"
Seru Leng seng-luan terkejut.
"Nona, pernahkah kau mendengar ucapanperkataan begini. Lebih baik bertcmu raja akhirat, daripada berjumpa sepasang hati?"
"Yaa, aku pernah mendengar perkataan itu, bukankah kau orang tua yang dimaksudkan sebagai sepasang hati?"
Siau Lun lantas tertawa.
"Lohu hanya dianggap sebagai satu hati, sedangkan hati yang lain adalah dia."
Katanya. Leng seng-luan menjadi kesima setelah mendengar ucapan itu, lalu serunya cepat.
"Lantas, siapa..... siapakah dia?"
Cui-sian sangjin, ketua Go-bi-pay yang waktu itu kebetulan berada disisi LEng seng-luan nampak berubah wajahnya sesudah mendengar perkataan itu, dengan cepat dia berbisik kepada kakek setan berhati cacad siau Lun.
"Locianpwe, apakah kakek botak itu adalah Tuan-cong-si- sim-sin atau kakek usus putus kehilangan hati Hui Lok yang disebut orang sebagai siang-sim atau sepasang hati dan mengangkat nama bersama-sama dirimu itu?"
"Benar, memang dia "
Sekarang Leng Seng-luan baru mengerti, nama si kakek usus putus kehilangan hati memang cukup menggetarkan hatinya.
sekarang dia baru tahu kalau Lam kiong Ceng adalah muridnya gembong iblis itu.
Tak heran kalau semua jago Liok-lim bersama sama tunduk dan takluk kepadanya, sekalipun umurnya belum mencapai usia pertengah, rupanya dia mempunyai seorang suhu yang cukup menggetarkan hati setiap orang.
Dalam kesedihan yang mencekam perasaan Leng seng- luan, tiba-tiba dia tertawa sendiri, karena sekarang dia merasa hatinya agak lega.
Dulu, dia telah menyerahkan seluruh kasih sayang dan cinta kasihnya untuk Lam kiong Ceng, tapi kenyataannya Lam kiong Ceng memandang sinis kepadanya, bahkan meninggalkannya dan mempersunting Leng Lin-lin.
Gara-gara peristiwa itu, dia pernah bersedih hati dan melelehkan air mata banyak.
Tapi sekarang dia baru mengerti, ternyata dia adalah muridnya Hui Lok.
murid dari musuh besar gurunya.
Apa lagi yang mesti dirisaukan? Tak ada lagi, Maka diapun hanya bisa tersenyum dengan perasaan sedih, dan bahagia.......
sepasang pengantin telah melakukan upacara dan perjamuan telah dilangoungkan.
suasana bertambah semarak dan ramai, hidangan lewat muncul tiada hentinya.
Mendadak seorang anggota perkampungan muncul membawa sebuah gulungan kain dan masuk kedalam.
siapa lagi yang mempersembahkan hadiah untuk sepasang pengantin itu? Tak lama kemudian gulungan kain itu sudah dibuka danpara hadirinpada berdiri untuk membaca tulisan tersebut.
Ternyata tulisan itu berisikan sebuah bait syair Yang-cun- lok yang termashur.
Diatas syair tersebut tertera beberapa huruf yang berbunyi.
"Peringatan hari perkawinan Lam kiong tayhiap dengan Hian-peng-li-si "
Sedangkan dibawahnya bertuliskan .
"Dipersembahkan oleh . Cing-peng-long-cu oh Put Kui "
Oh Put Kui..... sebuah nama yang menggetarkan sukma setiap orang, tanpa sadar Lam kiong Ceng segera berseru.
"Aah, mungkinkah oh Put Kui yang berjulukan Long cu- koay-hiap atau pendekar aneh gelandangan ?"
Paras muka Hian-peng-kui-li atau setan perempuan berhawa dingin Leng Bin-pin berubah hebat pula, katanya cepat.
"Kau kenal dengannya? Bukankah dia telah berkunjung kepulau neraka ?"
"Aku tidak kenal dengannya,"
Seru Lam kiong Ceng sambil menggelengkan kepala. Hui Lok si kakek berkepala botak yang selama ini membungkam, mendadak berseru dingin.
"Kalau ada tamu terhormat yang datang, silahkan saja untuk masuk......"
Tampaknya orang itu tak pernah tertawa, maka wajahnya selalu diliputi oleh hawa pembunuhan yang dingin dan mengerikan.
"suhu, maksudmu mengundangnya masuk....."
Bisik Lam kiong Ceng. Dengan cepat dia berpaling kearah anak buahnya sambil menambahkan .
"suruh Tong cong koan mengundangnya masuk. dan suruh orang pasang tulisan itu keatas dinding "
Orang itu mengiakan dan segera berlalu.
sementara dua orang lelaki maju untuk menyambut tulisan tersebut dan segera menggantungkannya diatas dinding.
Dengan demikian, semua anggota persilatan yang hadir dalam ruangan itu dapat membaca tulisan mana dengan jelas.
Selesai membaca tulisan itu, Hui-sin siansu ketua dari siau- lim-pay segera berkata sambil tertawa.
"Hian leng toheng, agaknya bakal ada pertunjukan menarik dalam perjamuan kali ini "
"Apakah taysu kenal dengan orang itu ?"
Tanya Hian-leng tootiang sambil tertawa pula. Dengan cepat Hui-sin taysu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak. belum pernah ketemu, tapi lolap pernah menerima surat dari Hui-leng sute, dalam surat itu dikatakan kalau pemuda tersebut pernah berkunjung ke perkampungan Tang- mo-san-ceng untuk menghantar batok kepala dari empat orang iblis, bahkan memukul mundur pula Tiang- bi-siau-siu (kakek tertawa beralis panjang)........."
"Yaa, soal itu memang pernah kudengan dari laporan Hian- pek sute......"
Kata Hian-leng tootiang kemudian mengangguk. Ketua Hoa-san-pay si kakek pedang pengejar angin Bwee Kun-peng ikut menimbrung .
"Lohupun pernah mendengar Wan sute menyinggung tentang bocah ini, konon dia adalah murid dari Thian-liong taysu, kepandaian silatnya telah memperoleh warisan dari taysu......"
Sementara beberapa orang ketua itu sedang berbisik-bisik, oh Put Kui telah berjalan masuk kedalam ruangan.
Menyusul dibelakangnya sipengemis pikun Lok Jin-ki.
sedangkan sipetani tua dari Hoo-san Kou Cun-jin jauh sebelumnya sudah datang duluan, karena sebagai Tongcu dari kantor cabang Kay-pang untuk wilayah shia-kam, bagaimanapun juga dia harus menghadiri kejadian besar tersebut.
Dengan wajah penuh senyuman oh Put Kui berjalan masuk kedalam ruangan upacara.
Buru-buru Lam kiong Ceng bangkit berdiri sambil berseru.
"saudara oh kah disitu ? siaute Lam kiong Ceng......."
Oh Put Kui tertawa, sambil menjura tukasnya .
"Aku datang tanpa diundang, harap kau sudi memaafkan.........."
Kemudian setelah menatap sekejap wajah orang itu, lanjutnya .
"saudara Lam kiong, Leng lihiap. kuucapkan selamat berbahagia untuk kalian berdua semoga bisa hidup rukun sampai kakek nenek........"
Lam kiong Ceng segera tertawa terbahak bahak.
"Haaaahhh..... haaahhhhh...... haaaahhhh..... terima kasih saudara oh....."
"Gagah betul lelaki ini......"
Pikir oh Put Kui. sedangkan Leng Pin-pin dengan wajah memerah turut menjura.
"Terima kasih oh tayhiap......"
Setelah itu Lam kiong Ceng baru berpaling kearah pengemis pikun yang berada dibelakang oh Put Kui sambil berkata.
"Lok tianglo, selamat berjumpa......."
Pengemis pikun tertawa tergelak.
"Haaaahhhh..... haaaaahhhh..... haaahhhhh.....pada hari perkawinan lote, ternyata aku si pengemis pikun datang terlambat, bagiamana kalau menghukum aku dengan tiga puluh cawan arak? sudah hampir setahun lebih aku si pengemis pikun tak pernah beradu minum arak dengan lote....."
Sambil berkata dia lantas menyambar cawan arak didepan Lam kiong Ceng dan meneguk isinya sampai habis.......
Dia minum dengan cepat ternyata dimuntahkan lebih cepat, coba kalau bukan oh Put Kui berkelit dengan cepat, niscaya seluruh tubuhnya sudah kena sembur.
"Hei kenapa kau? Araknya terlalu keras?"
Tak tahan oh Put Kui menegur sambil tertawa tergelak. Dengan suara keras pengemis pikun segera berteriak.
"saudara sekalian, kalian tertipu, yang diminum Lam kiong lote bukan arak melainkan air teh......"
Paras muka Lam kiong Ceng seketika berubah menjadi merah padam karena jengah.
"Loko, bayangkan saja. Hari ini siaute mana boleh minum arak sampai mabuk....."
Serunya cepat. Tentu saja pengemis pikun tak ambil perduli soal semacam itu, kembali dia berteriak.
"Tidak bisa, kita tak bisa membiarkan pengantin lakinya minum air teh, saudara sekalian, bukankah kalianpun berharap pengantinnya minum arak sungguhan......."
Seruan mana segera disambut gegap gempita oleh tamu yang lain, sehingga suasana menjadi ramai sekali. Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Lam kiong Ceng tertawa.
"Baik, baiklah,"
Katanya kemudian.
"siaute akan menggantinya dengan arak sungguhan......"
Kemudian sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya kepada pengemis pikun "Lo ko, kau harus membantunku, janganlah memaksa aku minum arak terus, atau paling tidak kau mesti mewakili aku....."
Pengemis pikun menjadi girang sekali setelah mendengar perkataan itu, serunya cepat.
"Baik, kau memang berhasil menemukan orang yang benar......"
Semabri begitu dia lantas duduk dikursi dekat pengantin lelaki tersebut....
Tindakan mana kontan saja menggusarkan seseorang, akan tetapi karena hari ini adalah hari baik muridnya, maka amarah tersebut hanya bisa disimpan dalam hati saja.
Tentu saja si pengemis pikun tidak akan mengetahui hal itu.
Bukan cuma dia bahkan oh Put Kui pun tidak menyangka kalau dalam ruangan tersebut hadir pula gembong iblis lain yang bernama besar sejajar dengan nama kakek setan berhati cacad siau Lun- sementara itu, Lam kiong Ceng telah mengundang oh Put Kui untuk menempati meja tuan ruma, tapi dengan cepat oh Put Kui menggelengkan kepalanya.
"Jangan"
Demikian ia berkata.
"
Aku masih mempunyai beberapa kenalan lama."
Padahal dia tidak mempunyai kenalan kecuali siau Lun, ia menampik tawaran tersebut karena dia telah menyaksikan kehadiran siau Lun disitu.
Begitulah, selesai berbicara ia lantas berjalan menuju kemeja perjamuan sebelah kiri Dalam meja perjamuan itu, selain hadir siau Lun, dan terdapat pula Yu-liong-kuay-kiam (pedang kilat naga perkasa) Nyoo Ban-bu, Mo-kiam-huang-say atau singa latah pedang iblis Kit Hu-seng, see-siang-li-si atau pendekar wanita dari bilik barat Leng seng-luan dan Jui-sim-huan-im-kek atau tamu penghancur hati tanpa bayangan ciu It-kim.
selain kakek setan berhati cacad siau Lun empat orang lainnya boleh dibilang jago-jago top dari kaum muda.
Baru saja pemuda itu berjalan mendekat, siau Lun telah berseru sambil tertawa.
"Hei bocah muda, aku tahu kalau kau bakal datang "
"Kakek siau, akupun tahu kalau kau pun bakal datang....."
Sahut oh Put Kui dengan cepat.
Kemudian mereka berdua saling berpandangan dan tertawa terbahak bahak, Kontan saja adegan tersebut membuat para jago lainnya menjadi tertegun dan berdiri melongo, siapapun tidak menyangka kalau oh Put Kui bukan cuma kenal saja dengan siau Lun, bahkan tampaknya hubungan mereka cukup akrab dan hangat.
setelah duduk dan memperkenalkan keempat orang pemuda lainnya, siau Lun baru berkata lagi sambil tertawa.
"Anak muda, mengapa kau datang terlambat?"
"
Kakek Siau, masa kau tidak mengerti......"
Sahut oh Put Kui sambil melototkan matanya dan tertawa.
"Bagus, bagus, tampaknya kau hendak jual mahal kepadaku ?"
"Boanpwe tidak berani."
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau memang tidak berani, mengapa tidak cepat kau katakan ?"
"Kakek siau,"
Bisik pemuda itu kemudian.
"inilah yang dinamakan memanfaatkan kesempatan untuk menarik perhatian "
"Bagus anak muda, tampaknya makin lama akal busukmu semakin bertambah banyak saja....."
"Yaaa, apa boleh buat ? untuk menghadapi orang-orang semacam ini mau tak mau mesti gunakan akal busuk....."
"Bagus sekali......"
Kembali siau Lun tertawa terbahak- bahak. oOdwOooOdwOoo Dalam pada itu, singa latah pedang iblis Kit Hu-seng yang duduk disampingnya telah mengangkat cawannya dan berkata kepada oh Put Kui sambil tertawa .
"saudara oh, belakangan ini aku sering kali mendengar nama Long-cu-koay-hiap disebut orang, hari ini dapat berjumpa muka, hal ini benar- benar merupakan suatu peristiwa yang menggembirakan....."
Dia mendongakkan kepalanya dan mengangguk kering isi cawannya, kemudian ujarnya lebih jauh.
"Aku orang she Kit menghormati secawan arak untuk saudara, harap saudara oh sudi memberi muka."
Oh Put Kui tertawa hambar dan lalu mengangkat cawannya untuk meneguk sampai habis.
"Kehebatan saudara Kit sudah lama siaute kagumi"
Katanya cepat.
"Haahh....haaahhh...... saudara oh Put Kui sangat mengagumkan hati, aku orang she Kit bersedia untuk berteman denganmu "
Dia berjulukan singa latah pedang iblis, seperti juga namanya, gerak gerik orang ini ternyata mencerminkan kehebatan dirinya. Diam-diam oh Put Kui tertawa geli, pikirnya.
"
Orang ini adalah pemilik muda lembah Bin-mo-kok. namun nyatanya tidak terpengaruh sama sekali oleh hawa iblis, kegagahan dan kebesaran jiwa orang ini sungguh mengagumkan......."
Sementara dia masih berpikir, sipedang kilat naga perkasa Nyoo Ban-hu telah mengangkat pula cawan araknya seraya berkata.
"saudara oh, siautepun ingin menghormati kau dengan secawan arak "
Walaupun oh Put Kui tidak banyak berkenalan dengan orang tapi dia memiliki suatu firasat tajam yang aneh.
Terhadap sipedang kilat naga perkasa yang tampan dan gagah ini, dia justru merasa mempunyai suatu perasaan muak dan tak senang.
Jika terhadap Kit Hu-seng tadi ia meneguk araknya dengan tulus hati diiringi gelak tertawa, maja terhadap Nyoo Ban-hu justru hanya berpura-pura minum dengan wajah senyum tak senyum.
"Takaran minum siaute kurang baik, biarlah maksud baik saudara Nyoo kuterima dalam hati saja....."
Dia segera menempelkan bibirnya pada cawan, kemudian sambil tertawa meletakkannya kembali kemeja. Berkilat sepasang mata sipedang kilat naga perkasa Nyoo Ban-hu setelah menyaksikan kejadian ini, serunya sambil tertawa.
"saudara oh, apakah kau tidak pandang sebelah mata kepada siaute ?"
Dengan cepat oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Aaaaah, mengapa saudara Nyoo berkata demikian? Apakah hal ini bukan sama artinya dengan memandang asing diriku? saudara Nyoo merupakan putra kakek suci, siapapun manusia didunia ini ingin membaiki saudara Nyoo, sebaliknya aku tak lebih hanya seorang gelandangan, masa aku berani memandang rendah saudara Nyoo....."
Sepintas lalu perkataan tersebut kedengarannya memang sedap didengar, namun bagi pendengaran Nyoo Ban-hu justru membuatnya tak bisa tertawa, tak bisa pula mendongkol, untuk sesaat dia hanya bisa berdiri termangu-mangu sambil melototi wajah pemuda itu.
Untung saja Hui-sim-huan-im-kek Ciu It-cing segera mengangkat cawan araknya untuk menghilangkan kejengahan yang meliputi sipedang kilat naga perkasa Nyoo Ban-hu.
"saudara oh, aku orang she Ciu pun ingin menghormatimu dengan secawan arak...."
"Terima kasih saudara Ciu....."
Sahut oh Put Kui sambil mengangkat cawannya dan segera meneguk isinya sampai habis. Tampaknya Ciu It-kim adalah seorang yang jujur, melihat itu dia lantas berkata sambil tertawa.
"saudara oh, kalau toh takaran arakmu kurang baik, lebih baik kurangi saja arakmu"
Oh Put Kui menaruh kesan baik terhadap Ciu It-kim, dia merasa Jui-sim-huan-im-kek yang meneruskan jabatan ketua Pay-kau itu adalah seorang pemuda sederhana serta jujur.
"Terima kasih atas perhatian dari saudara Ciu"
Buru-buru ia menyahut sambil tertawa.
Menyusul kemudian Leng seng-luan turut menghormati arak kepadanya.
oh Put Kui menyambut sambil tertawa, ia merasa gadis itu cantik sekali, hanya sayang wajahnya kelihatan murung sekali.
la paling takut dekat sama perempuan, apalagi gadis yang kelihatan murung dan mempunyai rahasia hati, maka jauh sebelumnya dia sudah berusaha menghindari diri dari tatapan matanya.
Leng seng-luan sendiri sama sekali tidak mempunyai ingatan lain, dia hanya merasa Long-cu-koay-hiap oh Put Kui seperti memiliki suatu daya tarik yang luar biasa, membuat ia tak terasa teringat akan dirinya.
"Terima kasih nona"
Katanya kemudian hambar. setelah meletakkan kembali cawan araknya, ia berbisik kepada siau Lun.
"
Kakek siau, siapa dua orang kakek yang duduk semeja dengan Lam kiong Ceng itu?"
"Bocah muda, sungguh hebat ketajaman matamu,"
Puji siau Lun sambil tertawa.
"
Begitu banyak tamu yang hadir dalam ruangan itu dan begitu banyak ciangbunjin serta jago kenamaan yang hadir, tapi yang kau tanyakan hanya kedua orang iblis tua itu....."
"Aah, boanpwe kan belajar banyak dari kau orang tua ?"
"Betul, lohu memang pernah mengajari banyak hal kepadamu.....jangan perhatikan keningnya, jangan dilihat sorot matanya, tapi perhatikan tarikan napasnya. Bagaimana? Cocok bukan? Lohukan tidak membohongi dirimu....."
Setelah berhenti sejenak, kakek itu berkata lebih jauh.
"sikakek berambut putih itu adalah ayah dari pengantin perempuan....."
"Leng siau Thian?"
Sambung oh Put Kui sambil tertawa.
"Benar, tidak gampang untuk dihadapi bukan?"
"Lantas siapa yang satunya lagi?"
Mencorong sinar terang dari balik mata kakek itu, mendadak bisiknya lirih.
"sedangkan si kakek yang berkepala botak itu adalah seorang jago yang mengangkat nama bersama lohu."
Oh Put Kui agak termenung setelah mendengar perkataan itu, kemudian ujarnya tersenyum.
"Kakek siau, aku rasa hal ini tak mungkin terjadi."
"Mengapa tidak?"
Kata kakek siau sambil tertawa.
"
Kau pernah mendengar seorang jago yang bernama Toan-ceng-si- sim-siu (kakek pemutus usus pelenyap hati) Hui Lok?"
"Hui Lok? orang yang pernah kau katakan itu?"
Jerit oh Put Kui kemudian dengan terperanjat.
"Yaa, benar. Memang dia"
Kali ini oh Put Kui benar- benar dibikin tertegun oleh ucapan tersebut, belum pernah dia meras akan terperanjat seperti apa yang dialaminya saat ini.
Mimpipun dia tak pernah menyangka kalau sikakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok masih hidup didunia ini.
"Bagai
Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Rahasia Peti Wasiat -- Gan K L Pedang Kayu Cendana Karya Gan KH