Ceritasilat Novel Online

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 4


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung Bagian 4


ipi Ciok Ciu Lan terlihat rona merah.

   "Buat apa kau tanya bagaimana aku bisa datang ke tempat ini? Orang..."

   Dia malu mengakui bahwa sebetulnya dia mengikuti Yok Sau Cun Matanya mengerling ke arah pemuda itu sekilas.

   "Semalam kau menyewa kamar di rumah Hu toanio Tadinya aku tidak tahu kalau Hu toanio ini adalah pentolan golongan hitam yang sangat terkenal di wilayah Kiang pak. Julukannya Pok hua popo jNenek penepuk bungaj. Kemudian setelah kau tertidur, aku kira tidak akan terjadi apa-apa lagi, maka aku pun pergi mencari rumah penduduk lainnya untuk beristirahat...".

   "Rupanya semalam Ciok kouwnio sudah melihat cayhe. Mengapa kau tidak menyapa saja?"

   Tanya Yok Sau Cun. Ciok Ciu Lan tidak memperdulikan kata-katanya.

   "Sampai tadi, aku seperti sedang bermim pi Dalam mimpi itu aku mendengar perca kapan laki-laki dan perempuan Terdengar laki-laki itu berkata. 'Siau cui, cepat kau tolong Yok siangkong Aku akan pulang memberi laporan' Mendengar katakata itu aku tersentak bangun. Rupanya aku bukan bermimpi Aku juga tahu bahwa telah terjadi sesuatu dengan dirimu Aku mengintil di belakang Siau cui, ternyata kau sudah diantar kembali oleh Hu toanio Kisah selanjutnya kau sudah tahu sendiri ".

   "Sekarang Siau cui pasti dibawa lakifaki she Yu itu ke Wi su kan, di mana aku juga disekap tadi malam Menolong jiwa seseorang lebih penting Man kita pergi'"

   Ajaknya. Ciok Ciu Lan menatapnya dengan heran.

   "Apskah markas mereka terletak di Wi su kan? Bagaimana kau bisa mengetahuinya?"

   Tadi malam dia menyewa kamar di rumah penduduk yang lain Apa yang terjadi pada diri Yok Sau Cun tentu sa|a belum diketahumya.

   Yok Sau Cun mencentakan bagaimana dia bertemu dengan laki-laki she Yu yang purapura terluka, lalu dititipkan surat rahasia untuk diantarkan kepada Song loya cu Dia juga mencentakan bahwa orang tua itu terkena racun jahat Lalu bagaimana dirinya dibius dan dibawa ke markas mereka Gadis yang bernama Tiong kouwnio ternyata salah.

   mengenatinya sebagia orang kepercayaan Hong locianpwe Oleh sebab itu, tengah malam itu juga dia diantar kembali.

   Ciok Ciu Lan terkejut sekali.

   "Ternyata tadi malam kau sudah diculik mereka lalu dikembalikan lagi Untung saja mereka salah mengenali orang. Kalau tidak. kemana aku. ."

   Katakatanya tidak dilanjutkan.

   Sebetulnya dia ingin mengatakan 'kemana aku dapat menemukan dirimu'?' Dia segera mengalihkan bahan pembicaraan "Yok Siangkong Menurut ceritamu tadi, kau dibius dulu baru dibawa pergi, tenlu demikian Juga ketika diantar kembali Bagaimana kau bisa tahu kalau markas orang-orang jahat itu berada di wilayah Wi su kan?'.

   Yok Sau Cun tersipu-sipu.

   "Harap Ciok kouwnio jangan menertawakan Sebetulnya sejak kecil Cia su melatih cayhe ilmu meiancarkan jalan darah Jadi cayhe tidak khawatir kalau tertotok orang.".

   "Jadi dia tidak berhasil menotok Yok Siangkong,"

   Kata Ciok Ciu Lan.

   "Baiklah. Kita sudah boleh berangkat sekarang,"

   Ujar Yok Sau Cun.

   "Tidak boleh jadi Sekarang hari sudah pagi. Kalau kita kesana saat ini, pasti tidak bisa turun tangan menofong orang Dalam keadaan terang seperti ini, kita toh tidak mungkin memanjat tembok rumah orang?"

   Kata Ciok Ciu Lan mengmgatkan.

   "Menolong jiwa orang seperti memadamkan kebakaran Kita tidak perlu memanjat tembok. Kita terangterangan sa|a datang meminta orang ". Mata Ciok Ciu Lan berkedip kedip Dia mengerling sekilas kepada Yok Sau Cun Bibirnya mencibir.

   "Tampaknya kau sangat memperhatikan gadis itu,"

   Sindirnya. Wajah Yok Sau Cun merah padam men dengar katakatanya.

   "Ciok kauwnio mana boleh berkata begitu Jangan kata kedatangan Siau cui kouwnio adalah untuk menolong aku, andai kata tidak, kita juga tetap harus menolongnya. Apalagi orang-orang itu sangat kejam,"

   Sahutnya. Ciok Ciu Lan merasa malu sendiri.

   "Aku hanya bergurau. Mengapa begitu saja kau sudah marah""'.

   "Tidak Cayhe sama sekali tidak marah.". Ciok Ciu Lan merapikan rambutnya yang tertiup angin.

   "Kalau kau sudah bertekad mendatangi mereka secara terangterangan Man' Aku temani kau ke sana. Meskipun sarang naga ataupun kandang harimau, kita bikin mereka kucar kacir!"

   Katanya. Yok Sau Cun menatap ke alas langit Matahan sudah tinggi sekali Dia menganggukkan kepalanya.

   "Baik, kita berangkat sekarang juga ". Kedua orang itu jalan bennngan Mereka langsung menuju Wi su kan Tempat yang mereka lalui adalah jalan raya Pagi nan seperti ini sangat rarnai Para pelayan toko sudah mulai menurunkan cantang Yok Sau Cun dan Be hua mocu, Ciok Ciu Lan tidak berani mengerahkan ginkang karena takut menarik perhatian penduduk setempat. Mereka terpaksa berjalan dengan langkah lebar. Jarak antara Hu kian dan Wi su kan kurang lebih dua puluh li. Kira-kira tengah hari baru bisa sampai di tujuan. Wi su kan tidak dapat disebut kota kecil. Baru masuk kota itu saja sudah terlihat banyak gedung-gedung mewah. Yok Sau Cun mengaJak Ciok Ciu Lan melewati beberapa gang sempit, Sampai ke ujung tenggara, terlihat sebuah rumah besar dengan tembok tinggi mengelilinginya. Keadaannya seperti sebuah benteng yang tertutup. Kedua orang itu melalui sebuah padang rumput yang luas, kemudi.an menuju pintu masuk Pintu gerbang itu terbuat dari besi yang kokoh. Pada saat itu, keadaannya sedang tertutup rapat. Yok Sau Cun tidak perduli. Dia maju selangkah dan menggedor pintu itu dengan keras.

   "Bum Bum! Bum". Tidak terdengar sahutan dan sebelah datarn. Yok Sau Cun rnenungu sesaat Tidak ada orang yang rnernbukakan pintu tersebut. Dia rnenggedor lagi beberapa kali Mulutnya bertenak lantang.

   "Apakah ada orang di dalam?". Kali ini terdengar langkah kaki yang berat mendatangi dengan tergopohgopoh. Kedua belah pintu best berwarna hitam pekat itupun terkuak sedikit. Dari dalam muncul seorang. laki-laki berusia lanjut. Wajahnya beriubanglubang seperti bekas penyakit cacar Dia memperhatikan Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan.

   "Siangkong hendak mencan siapa?"

   Tanyanya dengan suara parau. Wajah orang tua itu sudah berkenput. Rambutnya sudah berubah putih. Begitu juga jenggotnya. Punggungnya bungkuk. Persis seperti kakekkakek yang sudah pantas dimasukkan dalam rumah jompo.

   "Lao cang... Cayhe Yok Sau Cun Cayhe ingin bertemu dengan Tiong kouwnio,"

   Sapanya sopan.

   "Mungkin Siangkong salah alamat Lao cujin kami she Cin Bukan she Tiong,"

   Sahut orang tua itu.

   "Cayhe tidak tahu apakah majikanmu she Cin atau bukan Cayhe ingin mencari Tiong kouwnio. Dia mengenakan rok pendek berwarna...".

   "Siangkong pasti salah alamat. Majikan rumah ini beserta keluarganya sedang keluar kota Di sini hanya aku seorang diri. Mana ada yang bernama Tiong kouwnio?"

   Tukas orang tua itu.

   "Semalam cayhe sempat berbincangbincang dengan Tiong kouwnio di taman bunga. Tiong kouwnio sendiri yang menyuruh anak buahnya mengantarkan cayhe pulang. Bagaimana bisa keliru?"

   Yok Sau Cun tetap berkeras.

   "Kalau aku bilang tidak ada, pasti tidak ada. Buat apa aku berbohong kepadamu?"

   Seru orang tua itu kesal Dia tidak memperdulikan Yok Sau Cun Pintu gerbang itu hampir dirapatkannya kembali Yok Sau Cun menahan sebetah tangannya di pintu gerbang itu.

   "Tunggu dulu,"

   Katanya. Mata orang tua itu menyorotkan sinar kemarahan.

   "Apa lagi yang Siangkong ingin tanyakan?".

   "Kalau Lao koan ke tidak bersedia melaporkan kedatangan kami Biar kami masuk sendiri ke dalam,"

   Kata Yok Sau Cun. Kakinya langsung maju dua langkah.

   "Aku lihat Siangkong ini seperti seorang pelajar. Siapa tahu demikian tidak tahu aturan? Aku sudah mengatakan berkali-kali Di sini cuma ada aku orang tua sendirian. Tidak ada orang lainnya Mengapa Siangkong tetap memaksa juga?"

   Bentaknya kesal. Ciok Ciu Lan memperhatikan sepasang mata orang tua itu Tampaknya biasabiasa saja Tidak seperti orang yang pernah belajar iimu siiat, hatinya menjadi cunga Dia menarik lengan baju Yok Sau Cun dan bertanya dengan suara rendah.

   "Apakah Yok Siangkong tidak salah mengenali tempat?".

   "Cayhe mengingatnya dengan jelas. Sudah tidak salah lagi,"

   Sahut Yok Sau Cun.

   "Siangkong ini past! salah alamat."

   Orang tua itu tetap pada pendiriannya.

   "Yok Siangkong memastikan tempat ini yang didatanginya semalam. Fasti tidak salah lagi."

   Dia menoleh kembali kepada pemuda itu.

   "Yok Siangkong Kita masuk ke dalam dan memeriksa sendiri.". Tubuh orang itu bergetar karena menahan marah.

   "Tengah han bolong kalian berani.

   ". Ciok Ciu Lan tidak memberi kesempatan kepada orang tua itu untuk bicara lebih lanjut.

   "Kami hanya ingin mencari seseorang. Mengapa kau begitu panik?"

   Tangannya bergerak dengan cepat. Urat nadi bagian leher orang itu telah tertotok. Dia menutup kembah pintu gerbang tersebut.

   "Yok Siangkong, mari kita masuk,"

   Katanya. Yok Sau Cun memperhatikan orang tua yang sudah jatuh terkulai itu.

   "Apakah Ciok kouwnio menotok jalan darahnya?".

   "Kalau tidak, bagaimana mungkin dia akan membiarkan kita masuk ke daiam?"

   Sahut Ciok Ciu Lan sambil tersenyum.

   Mereka segera masuk ke dalam.

   Pertamatama mereka melewati halaman depan yang berbatu.

   Oi kedua tepinya terdapat berbagai tanaman hijau Di hadapan mereka ada sebuah pendopo berpintu tinggi.

   Di atasnya terdapat papan besar dengan huruf-huruf indah "Su li coan cia" (Rumah kaum pelajar) Yok Sau Cun tersenyum smis melihat tulisan tersebut Pintu itu juga berwarna hitam dan terbuat dari bahan besi Yok Sau Cun mendorongnya.

   Mereka melangkah lagi ke dalam.

   Sekarang mereka berada di sebuah ruangan besar yang kemungkinan besar di gunakan sebagai ruang tamu Di sudut kiri terdapat sebuah meja sembahyang.

   Yok Sau Cun menunjuk ke sebelah kanan.

   Ciok Ciu Lan mengikutinya Tempat itu adalah sebuah iorong panjang Mereka berjalan terus Sekarang mereka sampai ke pusat rumah itu.

   Di kiri kanan terdapat beberapa kamar tidur.

   Yok Sau Cun tidak masuk ke dalam salah satu kamar itu, tapi dia mengambil jalan sebelah kanan dan belok ke sebuah ruangan yang berukuran sedang.

   Dari sana mereka menikung lagi ke kiri Dia berhenti di depan sebuah taman.

   Tempat itu tadinya sangat rapi dan bersih.

   Bahkan ada beberapa bangku kayu yang biasa digunakan untuk duduk di sore hari.

   Tapi apa yang dilihat Yok Sau Gun sangat berlainan Tempat itu berubah menjadi kotor dan berdebu Tidak ada sebuah bangku pun yang menghiasi taman itu.

   Bahkan tirai yang menjuntai di depan koridor pun tidak terlihat lagi Yok Sau Cun ingat kemarin ada lima pot kembang berisi bunga knsan yang tergantung di kedua sisi taman itu Sekarang semuanya menghilang bagai gaib.

   Giok Ciu Lan mengikuti di belakang Yok Sau Cun Dia melihat pemuda itu melongok ke kanan kiri Seakan ada sesuatu yang dicannya Tapi sejak tadi ia tidak berkata apaapa Clok Ciu Lan tidak dapat menahan rasa ingin tahunya.

   "Yok Siangkong, apa yang kau cari?"

   Tanyanya.

   "Aku bukan sedang mencari sesuatu Kemarin malam, terangterangan dayang cHik itu membawa cayhe kemari. Kain penutup mata cayhe juga dibuka di sini Di taman mi juga terdapat potpot berisi bunga knsan kuning,"

   Kata Yok Sau Cun menjelaskan.

   "Tampaknya ruangan ini sudah lama tidak pernah digunakan pemiliknya,"

   Ujar Ciok Ciu Lan . Yok Sau Cun tertawa dingin.

   "Seandainya ruangan ini sudah lama tidak dipergunakan, pasti rumputrumput yang ada di taman sudah tinggi dan serabutan,"

   Katanya. Ciok Ciu Lan ikut tertawa.

   "Apakah kau menduga mereka sengaja mengatur semua ini?".

   "Rumputrumput yang rapi itu paling sulit disembunyikan Sedangkan kotoran dan debu mudah sekali Asalkan kita mengambil pasir halus atau tanah merah lalu diulaskan di atas meja dan sekitar ruangan, tentu sudah jauh berlainan,' kaTa Yok Sau Cun. Ciok Ciu Lan menganggukkan kepalanya beberapa kali.

   "Yok Siangkong, sungguh tidak terduga, baru dua hari kita tidak bertemu. Pengalamanmu tentang dunia kangouw sudah |auh bertambah,"

   Katanya. Dia memandang Yok Sau Cun sambii ter senyum Tiba-tiba ada sesuatu yang melintas di benaknya.

   "Man kita selidiki lagi rumah ini". Yok Sau Cun berjalan di depan Dia menunjuk ke dinding sebelah kiri.

   "Tadinya di sini ada sebuah lukisan Di depan kondor Juga ada tirai yang menjuntai.". Mereka melangkah ke dalam Kemarin malam ada sebuah jendela besar yang dapat menembus cahaya Sekarang jendela itu juga masih ada. Namun sudah kotor dan berdebu Sedangkan meja dan kursi di mana dia duduk bersama Tiong kouwnio sudah menghilang entah kemana Ruangan itu kosong melompong. Seakan apa yang dialaminya hanya dalam mimpi Tapi Yok Sau Cun berani memastikan bahwa ruangan ini adalah tempat di mana dia berada tadi malam. Ciok Ciu Lan memperhatikan seluruh ruangan itu dengan seksama.

   "Yok Siangkong, apakah kau menemukan sesuatu''"

   Tanyanya. Yok Sau Cun menggoyangkan tangannya.

   "Segala perabotan yang ada pun sudah menghilang Apa lagi yang dapat cayhe te mukan?". Ciok Ciu Lan tersenyum manis.

   "Aku justru menemukan dua hal .."

   Sahutnya. Meskipun warna kulitnya agak kehitaman, namun apabila dia tersenyum, dua deret giginya yang putih bersih ditambah lagi bola maianya yang bening membuat wajahnya menjadi rupawan dan mempesona.

   "Apa yang kau temukan''"

   Tanya Yok Sau Cun. Ciok Ciu Lan meluruskan jari telunjuknya.

   "Pertama, ketika aku masuk ke dalam ru mah ini, aku melihat hanya ruangan depan dan sini yang terdapat banyak debu dan kotoran, iya bukan?".

   "Tidak salah,"

   Sahut Yok Sau Cun.

   "Ini yang dikatakan menutupi kebenaran,"

   Kata Ciok Ciu Lan.

   "Hal kedua". 'Kedua kaiau ruangan ini sudah lama tidak pernah digunakan, ketika kita masuk tadi, pasti akan tercium bau apek. Tapi yang kita ternui tidak demikian, bukan? Aku justru menciurn bau harum bedak yang san r,"

   Sahut Ciok Ciu Lan tersenyum. 'Kau mencium bau harum?"

   Tanya Yok Sau Cun.

   "Betul. Bau harum itu sangat samar Namun aku dapat merasakannya Itu adalah bau haiurn dari bedak pupur buatan Hang ciu yang sangat terkenal Hal ini membuktikan bahwa orang terakhir yang berada dalam ruangan ini adalah seorang gadis Pupur yang dipakainya adalah pupur buatan Hang ciu Lagipula waktunya pasti belum berapa lama,"

   Kata Ciok Ciu Lan. 'Ciok kouwnio, apa yang kau katakan me mang tidak salah. Waktu aku duduk bersamanya tadi malam, aku sempat mencium bau harum yang terpancar dari dirinya,"

   Sahut Yok Sau Cun. Mata Ciok Ciu Lan menatapnya penuh arti. Bibirnya mencibir lagi.

   "Jarak duduk kalian pasti sangat dekat,"

   Katanya.

   "Tempat duduk kami hanya dihalangi sebuah meja bundar,"

   Sahut Yok Sau Cun tanpa merasa ada udang di balik batu dalam pernyataan gadis ini.

   
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Cantikkah dia"?"

   Tanya Ciok Ciu Lan de ngan gaya acuh tak acuh. Rasa hangat menjalar di pipi Yok Sau Cun.

   "Apa yang dimaksud Ciok kouwnio?".

   "Aku toh hanya bertanya apakah dia ter masuk gadis yang cantik? Memangnya tidak boleh'?"'sahut Ciok Ciu Lan dengan bibir bersungut-sungut. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki berjalan ke ruangan di mana mereka berada Tampaknya bukan satu orang saja.

   "Ada orang datang "

   Kata Yok Sau Cun.

   "Lebih bagus kalau ada yang datang Bukankah kita ingin mencan Tiong kouwnio'?"

   Sahut Ciok Ciu Lan. Perkataannya baru selesai, seseorang te lah menerJang masuk seperti banteng yang sedang mengamuk Orang itu mengenakan pakaian berwarna biru langit. Ketika melihat Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan Dia tampak terpana.

   "Rupanya Yok heng ada di sini"

   Suaranya datar dan kaku. Yok Sau Cun melihat orang yang datang adalah Song Bun Cun. Dia segera menyapa dengan ramah.

   "Ternyata Song heng.". Sinar mata Song Bun Cun menatapnya tajam Bibirnya tersenyum mengejek. 'Kalian menebarkan debu di ruangan mi, apakah telah bernJal kabur?". Yok Sau Cun terpana mendengar katakatanya.

   "Song heng salah paham. Cayhe dan Ciok kouwnio juga baru datang ".

   "Ha..ha. ha "

   Song Bun Cun tertawa terbahakbahak Bola matanya berputar pertama dia memandana Ciok Ciu Lan, kemudian beralih kepada Yok Sau Cun Tatapannya berhenti pada din anak muda itu.

   "Manusia she Yok. Kau sungguh pandai memainkan perananmu Dengan sengaja kau meracuni ayahku. Kemudian memutarbalikkan persoalan dan mengarang cerita yang dapat diterima akal sehingga ayahku mempercayaimu. Tanpa mendapat kesulitan apa- apa kau diijinkan meninggalkan Tian Hua san ceng Sekarang kedokmu telah terbuka. Apalagi yang ingin kau katakan?". Yok Sau Cun makm bingung mendengar tuduhan pemuda itu.

   "Bagaimana Song heng bisa mempunyai pikiran seperti itu? Cahye ".

   "Tidak usan banyak bicara Keluarkan pedangmu"

   Bentak Song Bun Cun tanpa memberi kesempatan kepada Yok Sau Cun untuk menjelaskan.

   "Aih.. semua inj hanya salah paham Bagaimana cayhe harus menjelaskan supaya Song heng mau mengerti". Song Bun Cun menghunus pedangnya Dia memandang Yok Sau Cun dengan pandangan dingin.

   "Biar bagaimana caramu menjelaskannya, aku juga tidak akan percaya lagi Lebjh baik kau keluarkan pedangmu dan duel dengan Kongcumu ini".

   "Biarpun harus bertarung, kau juga mesti memberi kesempatan kepada Yok Siangkong untuk menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya,"

   Kata Ciok Ciu Lan kesal. Song Bun Gun mengerlingnya sekilas.

   "Siapa kau?"

   Tanyanya datar.

   "Aku adalah aku Manusia di kolong langit mi diciptakan justru"untuk membereskan persoalan sesamanya. Bagaimanapun di dunia mi masih ada peraturan!"

   Seru Ciok Ciu Lan sambii mendelik. 'Ciok kouwnio, Song heng adalah putra tunggal Song loya cu dari Tian Hua san ceng "

   Kata Yok Sau Cun menerangkan. Ada apa kalau memang orang dan Tian Hua san ceng Meskipun putra kaisar saat ini juga harus mengerti etiket"

   Sahut Ciok Ciu Lan garang. Song Bun Cun tertawa tergelak gelak "Terhadap orang kasar seperti kalian, buat apa pakai etiket segala macam?"

   Sindirnya. Pedang di tangannya digetarkan Dia berkata lebih lanjut "Manusia she Yok Kalau kau masih tidak mau mengeluarkan pedangmu jangan salahkan kalau Kongcumu tidak segansegan lagi". Mata Yok Sau Cun mulai membara.

   "Song heng selalu mendesak aku Sebe. tulnya ada dendam apa di antara kita?"

   Tanyanya lantang.

   "Dendam apa? Kau meraeuni ayahku ".

   "Tutup mulut'"

   Yok Sau Cun benar benar marah sekarang "Ketika pert'ama kali Song heng mengundang aku ke rumah penstirahatan di perbatasan kota, apakah karena aku meraeuni ayahmu juga? Apalagi pens tiwa racun itu cayhe sudah menerangkan bahwa cayhe hanya diperalat orang Bahkan cayhe sudah mengucapkan sumpah bahwa meskipun harus menenang sarang naga ataupun kandang hanmau cayhe tetap akan mencari obat pemunah itu sampai dapat Kedatangan Song heng ini sepertinya ingin mengambil nyawa cayhe baru puas SebetuI nya antara kita ada permusuhan apa?".

   "Karena perbuatan busukmu telah terbongkar Kongcu harus membunuhmu. Tidak boleh tidak"

   Sahut Song Bun Cun.

   "perbuatan busuk apa yang tetah terbongkar? Coba jelaskan". Terdengar suara seseorang menukas pembicaraan mereka.

   "Kongcu, serahkan saja dia kepada Lao siu ". Terlihat seorang laki-laki tua bertubuh tinggi besar masuk ke dalam ruangan tersebut Siapa lagi kalau bukan Cong koan dan Tian Hua san ceng, Ciek Ban Cing. Di belakangnya masih adaenam orang laki-laki berpakaian pengawal dengan pedang panjang di tangan masing masing Begitu masuk, mereka segera menyebar menjadi dua baris dengan tiga orang di kin kanan. Bola mata Ciek Ban Cing melirik kesekitar ruangan itu dan berhenti pada diri Yok Sau Cun.

   "Manusia she Yok, apakah keu masih tidak mau mengakui bahwa engkau memang sengaja datang ke Tian Hua san ceng untuk meracuni Lo ceng cu kami?"

   Tanyanya garang.

   "Ciek Cong koan juga menuduh cayhe sengaja meracuni Song loya cu Apakah ada buktinya?"

   Tanya Yok Sau Cun.

   "Kalau Lao siu tidak mempunyai bukti, mana mungkin menuduh langsung?"

   Sahut Ciek Ban Cing sambil tertawa sumbang.

   "Mengapa Ciek Cong koan tidak mengatakannya saja biar cayhe tahu?".

   "Tadi malam kau menginap di rumah Hu toanio Kemudian mereka membiusmu dan membawa kau pergi ke suatu tempat. Menjelang subuh mereka mengantarkan kau kembali bukan?"

   Tanya Ciek Ban Cing.

   "Tidak salah,"

   Sahut Yok Sau Cun.

   "Kalau kau bukan komplotan mereka, mana mungkin mereka akan melepaskan dirimu"

   Tanya Ciek Ban Cing.

   "Hal itu karena mereka salah menduga cayhe sebagai orang kepercayaan seseorang yang mereka sebut Hong Lo cianpwe Oleh karena itu mereka segera melepaskan din cayhe kembali,"

   Sahut Yok Sau Cun.

   "Lao siu telah mengikuti Lo ceng cu selama berpuluh tahun Hampir seluruh dunia pernah dijelajahl Lao siu Apakah sepatah dua patah katamu itu dapat menipu Lao siu?' tanyanya sambil tertawa terbahak-bahak.

   "Bagaimana dugaan Ciek Cong koan sen din'?"

   Tanya Yok Sau Cun.

   "pada saat itu Hu toanio belum tahu asal usulmu Melihat kau datang dan Tian Hua san ceng, dia sengaja membiusmu dan membawamu ke tsmpat ini pada tengah malam Tetapi pemimpin pergerakan itu sendiri tahu siapa dirimu, malah meminta engkau meneruskan sandiwara yang telah kau perankan Mereka mengantar kau kembali supaya menjadi matamata bagi mereka,"

   Sahut Ciek Ban Cing. Hati Yok Sau Cun panas sekali. Dia tertawa dingin.

   "Apa yang dikatakan Ciek Cong koan hanya berdasarkan dugaan saia Apakah masih ada bukti lain yang tebih konkret?".

   "Tentu saja Lao siu masih ada bukti lainnya Yaitu perkataan yang keluar dari mulut Hu toanio sendiri bahwa kau adalah orang sendiri. Apakah aku hanya mengada-ada?".

   "Dari siapa kau dengar centa itu?"

   Tanya Yok Sau Cun.

   "Kau tidak perlu tanya siapa yang mengatakannya Lao siu hanya mgin tahu apakah benar Hu toanio pernah mengucapkan katakata itu?".

   "Tidak salah. Hu toanio memang pernah mengatakannya.". Yok Sau Cun terdiam sesaat Dia mengerti urusan sudah semakin runyam. Waktu itu Siau cui kouwnio sedang menyadarkan aku, namun ketahuan oleh Hu toanio Dia sengaja mengucapkan katakata. itu di depan Siau cui kouwnio. Mana boleh dipercaya begitu saja?"

   Sahut Yok Sau Cun.

   "Kalau katakata Hu toanio tidak dapat dipercaya, lalu katakatamu memang bisa dipercaya?"

   Tanya Ciek Ban Cing ketus "Apalagi kami bernasil menemukan dirimu di tempat ini".

   "Cayhe dan Ciok kouwnio justru datang untuk menolong Siau cui yang dibawa oleh Hu toanio.".

   "Orang dan Tian Hua san ceng tidak perlu dikhawatirkan kalian berdua,"

   Kata Ciek Ban Cing. Ciok Ciu Lan tidak dapat menahan kekesalannya lagi.

   "Yok Siangkong kalau orang tidak membutuhkan perhatian kita. iebih baik kita pergi saja,"

   Katanya. Mata Ciek Ban Cing tajam menusuk.

   "Pergi? Apakah kalian pikir begitu mudah?". Ciok Ciu Lan mencibirkan bibirnya,.

   "Apa yang kalian kehendaki?". 'Kalian berdua Iebih baik ikut Lao siu kembati ke Tian Hua san ceng untuk diadili"

   Sahut Ciek Ban Cing. Yok Sau Cun berusaha keras mehahan hatinya yang sudah marah sekali.

   "Bagaimana kalau cayhe tidak mau ikuf?"

   Tanyanya dingin.

   "Keputusan itu bukan di tangan kalian,"

   Sahut Ciek Ban Cing. Yok Sau Cun merasakan seakan dadanya hampir meledak.

   "Keturunan Yok tidak Terima dihina orang!"

   Teriaknya.

   "Kalau kau sudah Lao siu lumpuhkan nanti, lihat apa kau masih bisa berkeras?"

   Kata Ciek Ban Cing garang Begitu perkataannya setesai, tangan kanannya segera terulur Lima jannya berbentuk cakar, mencengkeram ke arah dada Yok Sau Cun.

   "Yok Siangkong, hati hati' Kirn ka sin adalah jago nomor satu dari perguruan Eng jiau buni"

   Tenak Ciok Ciu Lan cemas. Rupanya julukan Ciek Ban Cing adalah Kirn Ka sin (Dewa berjari emas).

   "Tidak apaapa Cayhe tidak perduli seberapa tinggi ilmunya itu,' sahut Yok Sau Cun sambil menggeser tubuhnya menghindari serangan tersebut.

   "Kalau tidak perduli, mengapa kau tidak membalas"

   Teriak Ciek Ban Cing Sekali lagi jannya direntangkan dan menerjang ke arah bahu pemuda itu.

   Kali mi Yok Sau Cun tidak sungkan lagi Dia segera mengeluarkan pedang lentuylya Tubuhnya mencelat setinggi satu depa Serangan Ciek Ban Cing luput lagi Namun dengan kecepatan yang sulit diuraikan dia memutar tubuhnya dan mengambil posisi setengah jongkok Bagaikan seekor harimau yang siap menerkam kedua kakmya dihentakkan, tubuhnya menerjang Yok Sau Cun Pemuda itu kelabakan Dia menjatuhkan din nya tiarap di atas tanah Dengan gaya seekor ular melata dia menyelusup ke depan.

   Terkaman Ciek Ban Cing melewati arah kepalanya Yok Sau Cun menekuk kedua lututnya dan sekali loncat dia sudah berdiri kembali.

   Gulungan pedang masih tergenggam di tangannya Dia merasa kurang sopan mela wan orang tua dengan senjata tajam, sedangkan Ciek Ban Cing sendiri hanya bertangan kosong.

   Ciek Ban Cing semakin penasaran Dia menjulurkan tangan untuk menangkap pergelangan tangan Yok Sau Cun.

   Dia sudah berhasil menyentuh tangan itu, ketika Yok Sau Cun menendang dadanya dengan kekuatan penuh Untung saja dia berhasil mundur satu langkah sebelum tendangan itu sampaj Tapi dengan demikian ia juga tidak berhasil memegang pergelangan tangan Yok Sau Cun Hatinya sempat tercekat.

   Dia tahu tipuan yang digunakan Yok Sau Cun tadi adalah sebuah jurus dari Butong pai yang bernama Kung ciok san bue (Burung merak mengibaskan ekor) "Apakah pemuda ini murid Butong pai'?"

   Pikirnya dalam hati.

   Tapi dia tidak ingin berpikir lebih lantut Kini dia merentangkan kembali kedua tangannya serta mengkepakkepak Gerakan tubuhnya cepat bukan main seperti seekor burung elang di angkasa Yok Sau Cun mengeluarkan serangan kaget Dia segera mengerahkan ginkangnya untuk menghindarkan diri Kedua orang itu saling menyerang dengan hebat Ciek Ban Cing mendapat kenyataan bahwa Yok Sau Cun bukan saja dapat bergerak cepat namun ilmu silatnya juga campur aduk.

   Jurus yang digunakannya berlainan terus.

   Kadangkadang dia menyerang dengan Jurus Siaulim pai.

   Kadang dia berkelit dengan jurus Hua san pai.

   Lalu Kong to tong pal Pat kua, bahkan ada beberapa jurus dari golongan hitam seperti Mo kauw Namun jurus itu sudah banyak mengalami perubahan sehingga tidak begitu keJi dan ganas.

   Pada saat itu, Yok Sau Cun baru sadar bahwa apa yang dikatakan suhunya memang benar "Belajar ilmu silat bukan hanya penting menyerang sa|a Yang terutama ia lah bagaimana mengelakkan diri dan serangan lawan Suhu mengajarkan berbagai macam cara menangkis dan meloloskan diri dalam keadaaan terancam, sedangkan bagaimana kau membalasnya, hal itu akan terlatih sendiri bila kau senng melakukan pertarungan Asa! kau bisa menguasai dengan baik semua ajaran Suhu ini, maka kau tidak usah ragu lagi menginjakkan kaki dalam dunia Kangouw".

   Yok Sau Cun justru mengandalkan dmu mengelakkan diri ini untuk melawan Houw jiau Sun.

   Song Bun Cun bahkan Song Cng San Dansekarang melawan Ciek Ban Ong Orang tua yang satu ini sudah lama mengikuti Song Ceng San llmu silatyang dimilikinya saat mi, boleh dikatakan sLidah termasuk jago kelas satu datam duma Bulim Yok Sau Cun dapat mengimbangmya sudah termasuk lumayan Apalagi dia kalah dalam pengalaman.

   Ciek Ban Cing meloncat ke depan dan sekali melompat tubuhnya melambung ke alas dan menyerang Yok Sau Cun dengan terkaman kedua kaki depan yang kuat Yok Sau Cun yang sejak .tadi waspada cepat mengeiak dan menyusup di bawah perut laki-laki itu.

   Tubrukan yang luput itu membuat Ciek Ban Cing semakin marah Dia menggereng keras Tubuhnya memutar bagai angin puyuh Yok Sau Cun merasa matanya berkunang Dia segera mengumpulkan hawa murni dalam tubuhnya dan memejamkan mata Dia mempertaJam pendengaran nya Ciek Ban Cing masih dengan gerakan memutar menyapu ke arahnya Yok Sau Cun membuka matanya seketika Dia metesat ke kin sebanyak lima langkah Tubuhnya membalik.

   Tinju sebelah kanannya dihantamkan kepada Ciek Ban Cing dengan nekat.

   Sungguh tidak sangka kalau cara berkelahi yang asalasalan itu malah membawa hasil.

   "Duk!!!!"

   Tubuh Ciek Ban Cing berputar beberapa kali kemudian berubah fadi lambat.

   Ketika akhirnya terhenti, kakinya masih tidak dapat berdiri dengan mantap.

   Gerakannya masih limbung, dia menatap Yok Sau Cun dengan terpesona Dia tahu, seandai nya Yok Sau Cun bermaksud jahat Pasti dadanya yang akan terhantam dan dia tentu sudah terluka dalam Namun sasaran pemuda itu hanya mengenai bahunya dan hanya memmbulkan sedikit rasa sakit.

   "Manusia she Yok Jurus tadi hebat sekali Dengan kata lain Lao siu mengaku kalah denganmu ".

   "Kalau kau memang mengaku kalah, biarkan kami pergi dan sini,"

   Kata Ciok Ciu Lan.

   "Katakata Lao siu masih betum selesai Meskipun kalah. Lao siu belum mau sudah Apalagi hal irn menyangkut keselamatan Lao ceng cu,"

   Sahut Ciek Ban Cing. Ciok Ciu Lan kesal sekali Matanya merah membara.

   "Ciek Ban Cing, apakah kau masih mem punyai rasa malu'?"

   Teriaknya.

   "Apa pun yang kouwnio katakan, tetap tidak akan mecubah keputusan mi."

   Dia menenangkan perasaannya sesaat Kakinya kembali memasang kudakuda untuk menyerang.

   "Ciok kouwnio, biarkan Ciek Congkoan bertarung sampai puas,"

   Kata Yok Sau Cun.

   Dia menanti sambil berdiri dengan tenang Melihat tubuh lawannya mulai bergerak, matanya memandang dengan awas Beberapa kali pertarungan telah membuat pengalamannya bertambah Otaknya juga berpikir lebih cepat.

   Sekarang dia segera dapat terpikir jurus apa yang akan digunakannya untuk menangkis serangan lawan Sekarang telapak tangan Ciek Ban Cing difulurkan keduaduanya Dia tidak menggunakan jurus cakar elangnya lagi Mungkin inilah Jurus andalannya selama mi.

   Yok Sau Cun mengerahkan smkana dan menyambut serangan itu dengan kekerasan.

   "Blam'i'"

   Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Keduanya termundur beberapa langkah Memang Yok Sau Cun masih kalah sedikit dalam hal Iwekang, namun dia lebih meraih keuntungan dari usianya Dia masih muda Daya tahannya dalam pertempuran lebih kuat dibandingkan dengan Ciek Ban.

   Cing Dia termundur sejauh empat langkah, sedangkan Ciek Ban Cing hanya dua langkah.

   Tetapi nafasnya masih tersengal sengal Yok Sau Cun sendiri sudah mulai kembali seperti biasa.

   Keduanya terhenti sejenak.

   Tiba-tiba mata Ciek Ban Cing bersmar terang.

   "Coba kau terima lagi beberapa serangan Lao siu mi'"

   Teriaknya.

   Tadi dia dilawan dengan kekerasan oleh pemuda itu, ternyata Iwekangnya cukup tinggi Ciek Ban Cing lebih berhatihati seka rang Dia tahu sulit mengalahkan Yok Sau Cun, tapi rasa setianya kepada Song Lao ceng cu mengharuskan dirinya mengadu jiwa dengan anak muda tersebut Sekarang tenaga dalam yang sudah dilatihnya selama berpuluh tahun dihimpun pada kedua tetapak.

   Dengan seruan lantang, dia meneriang Terlihat kedua tangannya bergerak cepat Sekaligus delapan jurus dikeluarkannya Jurus ini sangat hebat Angin yang ditimbulkan oleh kedua telapak itu menerbitkan suara menderuderu Dapat dibayangkan betapa kuat tenaga yang terkandung di dalamnya.

   Dia adalah seorang tokoh dalam dunia Bulim.

   Berpuluh tahun pula dia menyertai Song loya cu Tentunya kirn Ka sin bukan hanya sekedar nama kosong seperti apa yang terlihat sekarang.

   Yok Sau Cun dibuatnya kalang kabut Dia bagaikan seeker cacing kepanasan yang menggeliat geliat Hatinya bingung seksli menghadapi serangan yang gencar itu Dia tahu kalau tidak cepatcepat mencan jalan pemecahannya, dia pasti akan segera terhantam oleh telapak tangan laki-laki itu Pikirannya dipusatkan kepada lawan Sambil berkelit ke sana ke man, otaknya bekerja Tiba-tiba sesuatu terlintas di benaknya.

   Dia ingat langkah ajaib yang diajarkan oleh gurunya itu Siapa tahu bisa dipakai untuk menyelamatkan diri'? Kakinya segera mundur tiga langkah Dengan penuh keyakinan dia mulai mengatur langkah pertama Tampaknya hatinya jauh lebih tenang sekarang Dia meneruskan gerakannya tanpa perduli kemana pun lawan menyerangnya.

   Mata Ciek Ban Cing bersinar aneh Sambil menyerang, dia memperhatikan gerakan yang dilakukan anak muda itu.

   Hatinya tergetar Serangannya menjadi perlahan .

   "Kau adalah ".

   "Ciek Cong koan, tidak perlu banyak bicara dengannya,"

   Kata Song Bun Cun dengan nada tidak sabar. Siapa tahu, Ciek Ban Cing malah menarik kembali telapak tangannya.

   "Kongcu, Lao siu sedang berpikir, kalau Lao ceng cu sudah melepaskan Yok Siang kong, tentu pandangannya tidak akan salah Lebih baik biarkan saja dia pergi,"

   Sahutnya. Ciok Ciu Lan terpana Nada bicara Ciek Ban Cing tiba tiba saja berubah Otaknya memang sangat cerdas Diamdiam dia ber pikir dalam hati.

   "Ciek Ban Cing tadi hanya mengatakan dua patah "Kau adalah "

   Kata kata selanjutnya tidak sempat diteruskan.

   Sekarang nada bicaranya menjadi lunak.

   Mungkinkah dia sudah mengenali asalusul Yok Siangkong'"'.

   Wajah Song Bun Cun berubah kaku Dia memandang Ciek Ban Cing dengan dingin.

   Bibirnya menyunggingkan senyum meng ejek.

   "Ciek Congkoan, sekian lama bertarung toh belum kelihatan hasilnya Lebih baik kau mundur dan biarkan kongcu yang membereskannya".

   "Kongcu, setelah dipikirpikir, kita tidak boleh menyalahgunakan perkataan yang sudah dmcapkan oleh Lao ceng cu ".

   "Tidak usah banyak bicara lag;,"

   Kata Song Bun Cun sambjl mengangkat tangannya 'Sudan terang dia sekomplotan dengan manusia jahat itu Masa kita harus membiarkan dia pergi begitu saja?". Wajah Ciek Ban Cing memperlihatkan perasaan serba salah.

   "Hal ini masih belum pasti bukan?". Song Bun Cun tidak memperduhkannya [agi Dia rnaju beberapa langkah Pedangnya diangkat ke atas dan ditudingkan kepada Yok Sau Cun.

   "Urusan kita di rumah peristirahatan itu juga belum selesai Sekarang kita teruskan dan lihat siapa di antara kita yang ilmunya lebih tinggi Lihat pedangi"

   Bentaknya sambij langsung menyerang. Yok Sau Cun mundur beberapa langkah.

   "Song heng .."

   Panggilnya.

   "Manusia she Yok, tidak perlu mengoceh lagi Kecuali bila kau bersedia menyerah dan membiarkan kami membawa kau dan nona itu pulang ke Tian Hua san ceng,"

   Kata Song Bun Cun. Yok Sau Cun hilang kesabarannya. Dia tertawa dingin.

   "Song heng, kalau cayhe sudah menemukan obat pemunah itu, dengan sendirinya akan cayhe antarkan ke Tian Hua san ceng Tidak ada seorang pun yang dapat memaksa cayhe Sedangkan cayhe tidak mungkin me nyerah Perlu Song heng ketahui, cayhe hanya enggan bergebrak dengan Song heng karena memandang wajah Song loya cu, sama sekali bukan karena takuti' serunya. Song Bun Cun tertawa terbahak-bahak.

   "Bagus sekali kata kata mutiaramu Tidak ingin bergebrak dengan Kongcu, tapi juga tidak mau menyerah Kalau kau keluar dari sini dengan merangkak seperti seekor anjing, mungkin Kongcu akan membiarkannya.".

   "Kongcu .!"

   Panggil Ciek Ban Cing yang merasa perkataan Kongcunya sungguh tidak sopan. Yok Sau Cun menatapnya dengan mata merah membara. Kesabarannya sudah habis sama sekali.

   "Song Bun Cun! Jangan menghina sampai keterlaluan!'' teriaknya.

   "Cringji!'"

   Pedang lenturnya dihentakkan. Kaku seperti sebatang pinsil besi Ciok Ciu Lan terkejut melihat pedang itu.

   "Yok Siangkong Bagaimana pedangmu bisa putus ujungnya?". Yok Sau Cun sama sekali tidak tahu bahwa Song foya cu berhasil menebas pedangnya tempo hari Ha! itu disebabkan dirinya yang melayang dan jatuh terduduk Dia tidak sempat metihatnya dan langsung memasukkannya kembali ke balik pakaian Sampai saat mi baru digunakannya lagi Dia sendiri terkejut mendengar katakata Ciok Ciu Lan.

   "Kemungkinan besar pedang ini tertebas ketika cayhe bertandmg dengan Song loya cu Cayhe merasa tidak enak telah merusak Ran pedang pusaka Ciok kouwnio,"

   Sahut Yok Sau Cun sambil tertunduk dengan wajah tersipu sipu. Wajah Ciok Ciu Lan juga merah padarn.

   "Yok Siangkong Jangan berkata demikian Pedang itu telah kuberikan kepadamu Apapun yang terjadi dengan pedang itu, tidak ada sangkut pautnya lagi denganku,"

   Katanya. Song Bun Cun kesal melihat kedua ocang itu.

   "Manusia she Yok di sini bukan tempat untuk kalian berkasih-kasihan. Kongcumu ini juga tidak mempunyai kesabaran sebanyak itu Lihat pedangi". Pergelangan tangannya berputar. Pedangnya ditudingkan ke depan Gerakannya ini hanya tipuan belaka Dia hanya ingin menunjukkan bahwa dia akan segera mulai menyerang. Pedang Yok Sau Cun juga sudah tergenggam di tangan, tapi dia belum bergerak Matanya menatap Song Bun Cun dengan tajam.

   "Kalau Song heng berkeras ingin bergebrak juga, cayhe tentu akan menemani Tapi ada satu hal yang perlu dijelaskan terlebih dahulu Kelau sudah saling menyerang, apa lagi dengan senjata tajam, tentu ada yang akan terluka. Bukankah terlalu tidak berharga?"

   Katanya.

   "Kau masih mau mungkir? Kau membawa surat beracun dan membuat ayahku celaka, sesudah itu kau masih bersilat lidah memperdaya ayahku sehingga percaya kepadamu dan melepaskan dirimu begitu saja Tapi Siau cui terang terangan mendengar Hu toanio mengatakan bahwa kau adalah orang sendiri Ketika kami cepat- cepat menyusul kemari, kau bahkan ada di markas penjahat ini. Apakah di dunia ini ada begitu banyak kebetulan?"

   Bentak Song Bun Cun.

   Semakin berkata, hatinya semakin marah.

   Pedang di tangannya digetarkan "Sudah.

   Kongcu telah mengatakan semuanya.

   Lihat pedang!".

   Serangannya kali ini bukan tipuan lagi Pedangnya mengeluarkan cahaya yang menyllaukan mata Terlihat pedang bergetar keras bagaikan sebuah kipas besar Serangan itu tepat menyerah ke jantung Yok Sau Cun.

   "Piauko.

   "

   Dan luar berkumandang teriakan yang mengandung kekesalan Kemudian disusul dengan .

   "Cringh"

   Pedang Song Bun Cun yang sedang meluncur di tengah jalan terkibas ke samping.

   Di antara Yok Siangkong dan Song Bun Cun sudah bertambah seorang gadis dengan sebilah pedang di tangan Pakaiannya berwarna hijau.

   Dialah yang mengibas pe dang Song Bun Cun tadi Dia tentu saja Hui Fei Cin kouwnio Di belakangnya terlihat Siau cui yang melangkah dengan tenang Pakaiannya juga berwarna hijau Di pinggangnya terselip sebilah pedang pendek Tampaknya kedua orang itu melakukan perjalanan dengan tergesa gesa Nafas mereka masih memburu.

   Song Bun Cun menarik pedangnya kernball.

   Bibirnya menyunggmgkan senyurnan.

   "Piau moi' Bagairnana kau juga bisa datang ke tempat mi?"

   Tanyanya. Hui Fei Cin memasukkan kembali pedangnya.

   "Piauko Mengapa kau demikian keras kepala? Baru mendengar sepatah perkataan Siau cui, langsung memaksa Yok Sau Cun bergebrak Mengapa kau tidak berpikir, apa sebabnya Hu toanio yang sudah berhasil meringkus Siau cui, melepaskannya kembali'? Ha! ini membuktikan bahwa dia memang sengaja membiarkan Siau cui menyebarkan apa yang didengarnya Dengan demikian, kalau kita tidak berhasil menemukan Hua toanio, kita pasti akan mencari Yok Siangkong. Bukankah biasanya kau sangat cerdik dan berpikiran panjang? Mengapa kali inii bisa tertipu siasat manusia-manusia jahat itu?"

   Kata-katanya tajam dan ketus sekali Siapa pun yang mendengarnya, akan segera tahu bahwa hatinya memang sangat marah. Song Bun Cun tampaknya sangat takut kepada piaumoinya itu Dia tersenyum lebar.

   "Aku dan Ciek Cong koan bergegas datang ke tempat ini Kami menemukan markas manusia Jahat itu Tidak tahunya kedua orang ini juga ada di sini Tentu saja kami curiga "

   Sahutnya. Hui Fei Cin melink sekilas kepada Ciok Ciu Lan Dia tidak membiarkan Song Bun Cun meneruskan perkataannya.

   "Apakah piauko sudah menanyakan kepada Yok Siangkong atau nona ini, mengapa mereka bisa berada di tempat ini?".

   "Menurut Yok heng, mereka datang untuk menolong Siau cui Tentu saja kata- katanya tidak bisa dipercaya,"

   Sahut Song Bun Cun.

   "Mengapa tidak dapat dipercaya"? Justru karena Siau cui ingin menolong Yok Siangkong, maka ia kena ditawan oleh Hu toanio Yok Siangkong bergegas kemari unluk menolongnya, memangnya salah? Ini malah membuktikan bahwa Yok Siangkong adalah seorang manusia yang mengingat budi orang lain Justru karena Piauko terlalu percaya kepada diri sendiri dan tidak pernah mempercayai orang lain maka terjadi hal seperti ini'"

   Katanya ketus.

   "Apa yang dikatakan Piau siocia memang ada benarnya "

   Kata Ciek Ban Cing yang berdiri di samping. Hui Fei Cin menofehkan kepalanya.

   "Ciek Congkoan, apakah kau sudah me meriksa bahwa tempat mi benar benar tidak ada orang lam?"

   Tanyanya.

   "BetuI Lao siu sudah memenksa seluruh ruangan dalam rumah ini Tampaknya sudah tidak ditinggali orang lagi Dan karena kita menemukan nona ini dan Yok Siangkong, maka terjadi salah paham,"

   Sahutnya.

   "Waktu Ciek Congkoan masuk ke rumah ini, apakah melihat seorang kakek yang su~ dah tua renta'?"

   Tanya Yok Sau Cun.

   "Ketika lao siu masuk ke rumah ini, tidak melihat seorang pun,"

   Sahut Ciek Ban Cing dengan tegas.

   "Aneh sekali, ketika kami masuk tadi ada seorang penjaga rumah yang sudah tua sekali Dia tidak membiarkan kami masuk sehingga Ciok kouwnio terpaksa menotoknya. Bagaimana dia bisa menghilang?' kata Yok Sau Cun. Sekali lagi Hui Fei Cin melink ke arah Ciok Ciu Lan.

   "Apakah Yok Siangkong masih menemukan halhal yang lain'?"

   Tanyanya.

   "Tidak .. Orangorang di rumah ini tampaknya sudah kabur semua Keadaannya jauh berlaman dengan kemann malam Tetapi ada beberapa |ejak yang tertinggal Ketika cayhe sedang memenksa lebih lanjut, Ciek Congkoan dan Song heng masuk ke man,"

   Sahut Yok Sau Cun.

   "Oh ya .. Lao siu mendengar dan centa Siau cui bahwa Yok Siangkong semalam dibawa ke man oleh Hu toanio Sebetulnya apa yang terjadi?"

   Tanya Ciek Ban Cing.

   "Rupanya Ciek Congkoan belum menanyakan dengan jelas langsung menyerang Yok Siangkong, sindir Hui Fei Cin sambil mencibirkan bibirnya. Wajah Ciek Ban Cing merah seketika Dia mengelapkan tangannya dan berkata "Harap Piau siocia mau memaafkan Lao siu adalah orang kasar sehmgga tidak memakal peraturan,"

   Sahutnya. Yok Sau Cun kemudian menceritakan sekali lagi apa yang dialaminya tadi malam Ciek Ban Cing sampai terpana dibuatnya.

   "Kalau begitu, tempat ini memang markas para penjahat Kemungkinan besar karena kedok Hu toanio telah terbuka, maka mereka bergegas memnggalkan tempat ini,"

   Katanya.

   "Yok Siangkong, tadi kau mengatakan bahwa orang yang bersama-sama dengan Hu toanio tadi adalah laki-laki she Yu yang menitipkan surat berisi racun kepadamu,' tanya Hui Fei Cin.

   "Tidak salah Meskipun cayhe tidak sempat melihat jelas raut mukanya namun dari nada suaranya, cayhe bisa mengenali"

   Sahut Yok Sau Cun. 'Hm "

   Hui Fei Cin menganggukkan kepalanya berkali-kali "

   Kern ungki nan besar keberadaannya bersama Hu toanio di Hu kian adalah untuk mendengar gerakgerik yang teriadi di Tian Hua san ceng Tempat mi memang markas mereka Sedangkan Tiong kouwnio yang ditemui Yok Siangkong kemann malam pasti salah satu pentolan mereka "

   Matanya mengerfing sekali "Yok Siangkong, menurut centamu, kau dibawa mereka dalam keadaan mata tertutup Apakah ini tempat di mana kau bertemu dengan Tiong kouwnio itu'?".

   'BetuI Cayhe ingat dengan jelas Di tempat ini tadmya ada sebuah meja bundar dan beberapa kursi Sekarang tentu sudah dipindahkan Bahkan di lantai mi sengaja ditaburkan kotoran dan debu Tapi cayhe pasti tidak keliru,"

   Sahut Yok Sau Cun yakin.

   "Ciek Congkoan, kau bawa beberapa orang untuk memenksa daerah sekitar sini. Kemungkinan rombongan penjahat itu masih bersembunyi dan belum pergi,"

   Kata Song Bun Cun. Ciek Ban Cing menganggukkan kepalanya.

   "Baik. Lao siu segera melaksanakan,' sahutnya. Dia segera mengajak enam laki-laki tinggi besar yang berpakaian pengawal menyertainya Song Bun Cun menoleh ke arah Hui Fei Cin.

   "Piaumoi apakah kita perlu berpencar untuk ikut mencari?".

   "Semalam ketika Yok Siangkong tersadar dia menemukan dirinya dikurung dalam se buah ruangan bawah tanah Kalau saja kita dapat menemukan ruang bawah tanah tersebut, kemungkinan bisa menemukan jejak lain yang tertinggal,"

   Sahut Hui Fei Cin.

   "Piaumoi sungguh cerdas, kalau kau tidak mengemukakannya aku sendiri tentu tidak akan terpikirkan,"

   Kata Song Bun Cun.

   "Sayangnya mata Yok Siangkong sedang tertutup saat itu, entah apakah Yok Siangkong masih bisa mengingatnya?"

   Kata Hui Fei Cin.

   "Memang mata cayhe sedang tertutup saat itu, namun diamdiam cayhe berusaha mengingatnya dalam hati Kalau tidak salah, cayhe meiewati dua lorong panjang, menembus lima pintu Seluruhnya berjumlah limaratus tuiuh puluh tiga tindak "

   Sahut Yok Sau Cun.

   "Yok Siangkong benar-benar orang yang penuh perhatian terhadap segala hal"

   Kata Ciok Ciu Lan sambil tertawa Entah dia bermaksud menyindir atau memang mengatakan hal yang sebenarnya?.

   'Cayhe hanya menuruti nasehat suhu Ka tanya, jadi manusia itu harus tenang dalam keadaan segenting apa pun Meskipun hal yang kecil, tetap tidak boleh diremehkan Ketika itu mata cayhe sedang tertutup jadi tidak tahu berada di tempat apa Hanya bisa mengingat secara diamdiam dengan harapan dapat menemukan jalan untuk melarikan diri Oleh karena itu, cayhe berusaha mengingat jalan keluar itu,"

   Sahutnya tersipu sipu.

   Dan pembicaraan kedua orang itu, Hui Fei Cin dapat merasakan bahwa hubungan mereka sangat dekat, namun dia tidak enakhati menanyakan di mana mereka terkenalan Oleh sebab itu, dia melanjutkan perkataannya tentang hal yang sedang diselidiki.

   
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Bagus sekali kalau Yok Siangkong masih mengingatnya Mari kita selidiki sekarang juga". Semua orang meninggalkan taman tersebut. Song Bun Cun mengibaskan telapak tangannya.

   "Yok heng, silahkan,"

   Katanya.

   "Cayhe harus bertindak sebagai penunjuk jalan, maaf cayhe mendahului ' sahut Yok Sau Cun sambi! mendahului mereka berjalan di muka. Ciok Ciu Lan ]uga tidak sungkan lagi Dia segera mengikuti di belakang Yok Sau Cun Hati Hui Fei Cin merasa tidak enak Tapi dia juga tidak banyak bicara, hanya menginngi di belakang gadis itu Sedangkan Siau cui adalah pelayan Hui Fei Cin, sudah pasti dia mengintili nonanya Dengan demikian Song Bun Cun terpaksa berjalan di bansan paling akhir Tetapi, karena di sisi Yok Sau Cun sekarang ada Ciek kouwnio maka perasaannya lebih lega Dengan tangan menggeng' gam pedang, dia berjalan di barisan paling ujung Tampangnya terlihat gagah dan tampan. Beberapa orang itu melewati lorong panjang Tiba-tiba di tikungan depan, Yok Sau Cun berhenti Matanya menatap ke dinding sebelah kanan. Bibirnya tersenyum lebar Ciok Ciu Lan yang beijalan di belakangnya menjadi heran.

   "Yok Siangkong, apa yang sedang kau perhatikan?"

   Tanyanya. 'Ketika cayhe keiuar dari ruang bawah tanah dengan mata tertutup serta duringi oieh seorang gadis bergaun pendek, cayhd merasa tangannya menarik ke arah kin,"

   Sahutnya.

   "Apa hubungannya dengan perhatianmu pada dinding ini?"

   Tanya Ciok Ciu Lan.

   "Kalau dia menarik sebelah tangan Cayhe, bukankah masih ada tangan sebelahnya yang nganggur?"

   Sahut Yok Sau Cun. Ciok Ciu Lan kebingungan namun Hui Fei Cin mengeluarkan suara kaget.

   "Apakah Yok Siangkong meninggalkan suatu tanda di dinding ini'"

   Tanya Hui Fei Cin.

   "BetuI,"

   Sahut Yok Sau Cun sambil menganggukkan kepalanya "Ketika cayhe ditarik oleh gadis itu, secara sembunyi-sembunyi cayhe menggoreskan ujung kuku ke dinding sebelah kanan Hal mi membuktikan bahwa semalam cayhe memang dibawa melalui lorong ini".

   Semua orang ikut melihat ke dinding yang ditunjuk oleh Yok Sau Cun Ternyata me mang ada guratan kuku yang cukup dalam tertera di sana Kalau SBJB tidak dijelaskan lebih dahulu, tentu tidak akan ada orang yang memperhatikannya karena guratan itu hanya samarsamar.

   "Yok Siangkong ternyata orang yang berpikiran panjang,"

   Kata Hui Fei Cin.

   "Hui Siocia terlalu memuji Cayhe sendiri tidak sengaja melakukannya siapa sangka han mi akan bermanfaat"

   Sahut Yok Sau Cun. Ciok Ciu Lan tidak ingin melihat Yok Sau Cun banyak bicara dengan Hui Fei Cin Dia segera menukas.

   "Yok Siangkong, sekarang kita tel,ah menemukan sebuah petunjuk Dengan demikian waktu kita jadi tidak terbuang siasia Man kita lanjutkan penyelidikan ini". Yok Sau Cun tidak berkata apa-apa lagi. Dengan mengikuti goresan kuku pada dinding itu, mereka berjalan terus Sampai di Ujungnya mereka membelok ke sebuah gang yang sempit, kemudian menembus Ke belakang Di dindmg sebelah kanan, kembali terlihat guratan kuku Karena lorong itu tidak mempunyai pintu penghubung maka mereka tidak perlu mencari tapi hanya maju sampai ujungnya Di sana ada sebuah pintu besar Bahkan di depannya terlihat sebuah rantai yang dikaitkan dengan gembok.

   "Tadi kau mengatakan bahwa ada lima pintu yang kau lewati, ini adalah pintu kelima,"

   Kata Ciok Ciu Lan. Yok Sau Cun mengangguk kecil Diamenjulurkan tahgan dan mematahkan gembok tersebut Pintu dibukanya. Terdengar seruan dari mulut Ciok Ciu Lan.

   "Rupanya pintu ini menembus ke taman belakang,"

   Katanya.

   "BetuI Ruang bawah tanah itu memang dibangun dalam taman ini"

   Sahut Yok Sau Cun.

   "Wah Kalau begini jadi sulit. Seandainya lorong tadi yang kau lalui semalam tidak heran, kau masih meninggalkan tanda karena jalannya yang sempit sekali Tidak heran kau bisa menjulurkan tangan untuk menggores dinding tersebut Namun di sini adalah sebuah taman yang luas. Tentu kau tidak bisa meninggalkan tanda apaapa Bagaimana kita bisa menemukan ruang bawah tanah itu'?"

   Kata Ciok Ciu Lan. Yok Sau Cun tertawa lebar.

   "Tanda yang ada di sini tentu bukan guratan kuku,"

   Sahutnya.

   "Apakah kau juga meninggalkan tanda di sini''"

   Tanya Ciok Ciu Lan dengan mata terbelalak.

   "Ketika cayhe dibawa melalui taman mi, cayhe merasakan tanahnya agak lunak ".

   "Pada kentungan pertama tadi malam me mang turun huian lebat"

   Sahut Ciok Ciu Lan menerangkan.

   "Karena menginjak tanah lunak itu maka cayhe berpikir pasti tidak sedikit je.iak kaki cayhe yang tertinggal di sini Oleh k'arena itUi setiap beberapa langkah, cayhe sengaia me nambah tenaga pada telapak kaki supaya meninggalkan jejak yang dalam. Seharusnya sampai sekarang masih ada ".

   "Yok heng ternyata memang banyak akal,"

   Kata Song Bun Cun.

   Semuanya masuk ke dalam taman itu.

   Baru berjalan beberapa langkah, pada tanah yang agak lembab ternyata memang ada jeiak kaki yang tertinggal.

   Karena waktu itu adalah tengah hari, maka jetak kaki itu se makin jelas.

   Taman itu sangat luas Untung saja ada |ejak kaki sebagai petunjuk Tidak berapa jauh melangkah.

   mereka sampai pada sebuah jembatan kecil.

   Di bawahnya ada sebuah aliran air Kemudian mereka sampai pada gunung buatan yang banyak menghias rumahrumah besar Di atasnya tertanam pohon pohon palem berukuran sedang Membuat pemandangan semakin indah Di depan gunung buatan itu terdapat padang rumput yang luas Karena sekarang hampir rnasuk musim dingin maka rumput rumput itu berwarna kekuningan.

   "Tanah lunak yang pertama dunjak Yok heng pasti rumput rumput ini,"

   Kata Song Bun Cun sambil menunjuk dengan ujung kakinya. Yok Sau Cun maju beberapa langkah Dia berdiri dan memperhatikan sekitarnya Kemudian kepalanya dianggukkan.

   "Betul. Pertamatama keluar dari ruang bawah tanah, cayhe sempat mendengar getaran daun yang tertiup angin,' sahut Yok Sau Cun.

   "Kalau begitu kemungkinan besar ruangan bawah tanah itu terletak di bawah gunung buatan,"

   Kata Ciok Ciu Lan.

   "Man' Kita penksa tempat ini,"

   Ajak Song Bun Cun.

   Dia mendahului yang lain memenksa gu nung buatan itu Di samping kanan ternyata ada sebuah goa Mereka memasukinya Di dalamnya terdapat sebuah gang kecil yang sempit sekali Mereka berjalan menelusunnya Di bagian Ujung ada sebuah pintu Song Bun Cun membuka pintu tersebut Tempat itu adalah sebuah ruang tamu.

   Di tengah tengah ada sebuah meja segi delapan Di sudut ada sebuah pintu lagi Rumah itu ternyata demikian ruwet Entah siapa yang membangunnya? Sekali lagi.

   Song Bun Cun mendahuiui yang lainnya membukakan pin tu Terdengar seruan kekecewaan dan mulut beberapa orang.

   Termasuk Yok Sau Cun sendiri Di balik pintu itu ternyata hanya ada sebuah dapur.

   Mereka memperhatikan sekitar ruangan Jtu sejenak.

   Tampaknya tidak ada yang mencun'gakan Mereka pun mundur kembali ke ruang tamu tadi.

   Di bagian kin ada sebuah jendela bundar yang dapat melihat pemandangan di taman Mereka berpencar untuk mencari ruang bawah tanah yang dikatakan Yok Sau Cun Namun semuanya berkumpul kembafi ke ruang tamu itu tanpa hasil apaapa Akhirnya mereka keluar dan goa itu.

   Song Bun Cun memandangi gunung buatan itu dengan termangumangu Kemudian dia menoleh kepada Yok Sau Cun.

   "Coba Yok heng ingatingat lagi Apakah tempatnya tidak salah'? Mengapa kita tidak berhasil menemukannya?".

   "Cayhe tidak mungkin salah ingat Dari jejak yang cayhe tmggalkan, sudah ]elas ruangan bawah tanah itu terletak di sekitar tempat ini,"

   Sahut Yok Sau Cun.

   "Kita sejak tadi menelusun jejak yang ditinggalkan Yok heng. tapi sampai batas jembatan ini tidak ada jejak lagi Mungkinkah ruangan bawah tanah itu tidak berada di 'sekitar sini?"

   Tanya Song Bun Cun.

   "Meskipun mata cayhe semalam tertutup, tapi tanah lunak yang diinjak cayhe tidak saiah lagi rumputrumput ini. Di jembatan memang tidak ada jeiak Hal ini disebabkan tenaga dalam cayhe yang kurang tinggi sehingga tidak sanggup meninggalkan jejak di alas batu Tapi menurut cayhe, ruangan bawah tanah itu pasti ada di sini Hanya saja kita befum menemukan pintu masuknya "

   Sa hut Yok Sau Cun. Mereka terdiam sekian lama Masing ma sing sibuk ikut berpikir Tiba tiba Yok Sau Cun mengeluarkan seruan terkejut.

   "Ah... cayhe ingat ketika dibawa keluar dari ruang bawah tanah semalam hanya berjalan beberapa langkah saja sudah tercium udara segar Berarti ruang bawah tanah itu pasti berada di sekitar gunung buatan ini "

   Katanya.

   "Man kita cari sekali lagi"

   Ajak Ciok Ciu Lan. Mereka berpencar sekali lagi. Setiap pohon disibak oleh mereka namun tetap tidak ada hasilnya.

   "Di sekitar sini pasti ada pintu rahasia,"

   Kata Ciok Ciu Lan.

   "Pintu rahasia apa'?"

   Tanya Hui Fei Cin.

   "Aku pernah dengar cerita dart ibuku, bahwa ada beberapa komplotan terselubung yang takut gerakgenk mereka' diketahui orang Biasanya komplotan ini mempunyai tempat pertemuan dengan pintu rahasia Kalau bukan anggota mereka sendiri, tentu tidak tahu di mana letaknya pintu rahasia tersebut Sedangkan untuk membuka pintu rahasia, setalu ada tombol yang tersembunyi. Asal kita dapat menemukan tombol tersebut maka pintu rahasia itu akan terbuka sendiri,"

   Sahut Ciok Ciu Lan menjelaskan.

   "Kalau begitu. kita coba masuk kembali ke dalam goa. Sejak tadi kita hanya mencari pintu menuju ruang bawah tanah, sama sekali tidak memperhatikan tombol apa pun Siapa tahu apa yang dikatakan Ciok kouwnio ada benarnya."

   Kata Song Bun Cun memberi saran. Beramai-rarnai mereka kembali ke dalam goa Hampir sepeminuman teh mereka meraba ke sana ke man tapi masih juga tidak ada hasilnya Hui Fei Cin hampir putus asa.

   "Di mana tombol itu sebenarnya? Apa lagi tempat ini tidak tertembus cahaya sehingga remangremang Lagipula kita tidak mempunyai korek api, untuk melihat jelas saja sulit. Piauko. mungkin lebih baik kita ajak Ciek Congkoan ke mari saja Dia sudah berpengalaman di dunia kangouw. Siapa tahu dia bisa menemukan tombol pembuka pintu rahasia itu,"

   Katanya.

   "Aku punya korek api,"

   Sahut Ciok Ciu Lan. Dia mengeluarkan sebuah korek api dari ikat pinggangnya.

   "Ces!"

   Dinyalakannya api itu dan diangkatnya untuk menymari dinding goa tersebut.

   Ditelusun dan kin ke kanan Lalu dinding sebelahnya lagi Bagian ujung dinding goa itu merupakan tempat yang tergelap karena letaknya yang di p0j0k Ciok Ciu Lan melihat sebuah lekukan di dalam dinding tersebut.

   "Mungkin di sini tombolnya ". Tangannya segera menyusup ke dalam lekukan yang cukup dalam itu Terasa tangannya meraba sebuah gelang besi Dia berusaha menariknya Terdengar suara deritan samarsamar di telinga mereka.

   "Dentan itutampaknya berasal dari bawah tanah,"

   Kata Yok Sau Cun.

   Baru saja ucapannya selesai terdengar suara benda berat yang bergeser.

   Mata mereka semua menoleh ke arah sumber suara itu Dinding batu sebelah kanan tibatlba berputar dan terbuka.

   Di dalamnya gelap gulita, namun t'erlihat ada tangga yang menuju ke bawah.

   "Ciok kouwnio sungguh pandai Kalau tidak ada engkau, mungkin untuk selamanya kita juga tidak bisa menemukan tempat mi,"

   Kata Hui Fei Cin.

   "Hui Siocia terlalu memandang tinggi aku."

   Sahut Ciok Ciu Lan Korek api di tangannya diangkat tinggitinggi "Biar aku berjalan di muka agar ada penerangan ".

   Perlu diketahui korek api zaman itu lain dengan zaman sekarang Korek yang ada di tangan Ciok Ciu Lan dapat bertahan lama seperti sebuah obor.

   "Ciok kouwnio, lebih baik cayhe yang terjalan di depan ' kata Yok Sau Cun menawarkan diri. Ciok Ciu Lan tersenyum manis.

   "Tidak apaapa Aku yang jalan lebih dahulu juga sama saja,"

   Sahutnya. Dia segera menuruni tangga batu itu Yok Sau Cun takut terjadi apa-apa pada gadis itu, maka dia segera mengikuti di belakangnya. Begitu Juga yang lain, tiba-tiba ada sesuatu hal yang terlintas di benak Hui Fei Cin.

   "Siau cui, kau tinggal di smi saja Jangan sampai kita terkurung di dalam. Kalau terjadi sesuatu atau ada orang yang tidak kenal datang, maka kau harus bertenak memanggil kami, mengerti'?"

   Katanya.

   "Baik,"

   Sahut Siau cui Dia naik kembali ke atas.

   Tangga batu itu tidak terlalu panjang Di sebelah kiri terdapat dua buah pintu besi Keduanya tidak terkunci Mereka mendorong pintu yang pertama Rupanya hanya sebuah gudang tempat penyimpanan botol botol arak yang sudah kosong Mereka se gera membuka pintu satunya lagi.

   Ruangan ini juga gudang namun yang tersimpan di dalamnya adalah berbagai keperluan rumah tangga yang sudah tidak terpakai.

   Di sudut dalam terdapat sebuah pintu lagi.

   Mereka membuka pintu itu Dalamnya kosong melompong.

   "Dalam ruangan inilah cayhe disekap tadi malam,"

   Kata Yok Sau Cun. Ciok Ciu Lan mendahului mereka masuk ke dalam. Diedarkannya api itu ke sekeliling ruangan.

   "Di sini tidak ada patunjuk apa pun. Tarnpaknya komplotan para penjahat itu memang sudah kabur.".

   "Rasanya ini bukan markas mereka. Kemungkinan hanya tempat pertemuan sementara,"

   Kata Yok Sau Cun kecewa.

   "Kalau memang bukan markas mereka, mengapa harus dipasang tombol rahasia?"

   Tanya Hui Fei Cin. Song Bun Cun tersenyum lebar.

   "Ini bukan termasuk hal yang mengherankan Banyak orang kaya yang takut harta bendanya dirampok, ada juga yang membangun ruang rahasia untuk penyimpanan harta tersebut Hanya berdasarkan ruang bawah tanah ini, kita belum dapat memastikan bahwa mi markas mereka ' katanya menjelaskan.

   "Kalau demikian kita naik kembali saja,"

   Sahut Hui Fei Cin.

   Keempat orang itu naik ke alas dan meninggalkan ruang bawah tanah tersebut.

   Tampak Siau cui masih berdiri di tempat semuia dengan pedang pendek di tangan.

   Dia tidak menemukan apaapa Hal ini membuktikan bahwa Tiong kouwnio bersama komplotannya memang sudah kabur.

   Mereka keluar dari gunung buatan Dari kejauhan tampak bayangan tinggi besar Ciek Ban Cing mendatangi dengan tergopo- gopoh.

   "Apakah Ciek Cong koan menemukan sesuatu hal yang genting?"

   Tanya Song Bun Cun sambil menghampin dengan langkah lebar.

   Hui Fei Cin Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan juga memburu ke sana Setelah melewati aliran air Ciek Ban Cing sampal pada jernbatan kecil Dia menghentikan langkahnya dan membungkuk dengan sikap hormat.

   "Kongcu, Piau Siocia, ternyata kalian ber ada di sini,"

   Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sapanya.

   "Apakah Ciek Cong koan menemukan sesuatu'?"

   Tanya Song Bun Cun.

   "Lao sm sudah memeriksa seluruh rumah dan daerah sekitar Tidak ada apaapa yang mencurigakan. Tetapi Lao ceng cu meng utus Song hin menyusu! ke mari dan menyuruh Kongcu serta Piau siocia segera kembali ke Tian Hua san ceng,"

   Sahut Ciek Ban Cing.

   "Apakah Song hin tahu mengapa Tia meminta kami kembali?"

   Tanya Song Bun Cun cemas.

   "Menurut Song hin, ada tamu yang datang dan Yang ciu,"

   Sahutnya.

   "Siapa yang datang dari rumahku?"

   Tanya Hui Fei Cin.

   "Lao siu tidak tahu. Song hin hanya mengatakan bahwa Lao ceng cu memmta Kongcu dan Piau siocia kembali aegera. Tampaknya ada persoalan mendesak yang Lao ceng cu ingin rundingkan dengan kalian berdua,"

   Sahutnya.

   "Kalau begitu, Piau moi man kita berangkat segera,"

   Ajak Song Bun Cun sambil mendahului jalan di muka. Hui Fei Cin menganggukkan kepalanya dan menoleh kepada Yok Sau Cun.

   "Yok Siangkong, jangan lupa |anjimu untuk berkunjung ke Yang ciu,"

   Katanya.

   Katakata itu diucapkan dengan nada berbisik.

   Mungkin hanya Yok Sau Cun seorang yang bisa mendengamya karena dia berdirl tepat di sisi Yok Sau Cun Belum lagi anak muda itu memberikan jawaban, Hui Fei Cin, Siau cui dan Ciek Ban Cing sudah mengikuti Song Bun Cun melangkah keluar.

   Tetapi di telinga Yok Sau Cun masih terasa berkumandang suara lembut dan penuh harapan itu!.

   "Yok Siangkong orangnya sudah pergi Apa lagi yang kau renungkan'?"

   Sindir Ciok Ciu Lan. Yok Sau Cun terkejut "Eh ... Apa yang kau katakan?"

   "Aku lihat sebelum pergi tadi, Hui Siocia itu mengucapkan sesuatu kepadamu,"

   Kata Ciok Ciu Lan dengan bibir mencibir. Terhhat rona merah di pipi Yok Sau Cun "Tidak .. tidak ada apaapa. Dia hanya mengucapkan selamal tinggal,"

   Sahutnya gugup.

   "Tidak usah mengatakannya. Apa yang diucapkannya kepadamu, tidak seharusnya aku tanyakan. Hm... man kita pergi,"

   Ajak Ciok Ciu Lan. Setelah meninggalkan gedung beaar itu, Yok Sau Cun melihat ke sekitarnya Tidak tampak satu orang pun.

   "Ciok kouwnio, aku tetap beranggapan bahwa gedung ini mencungakan.".

   "Oleh sebab itu, kita harus segera pergi dan sini,"

   Sahut Ciok Ciu Lan tersenyum.

   "Apa yang nona maksudkan?"

   Tanya Yok Sau Cun.

   "Kalau kita pergi berarti kita tidak menaruh cunga apaapa pada gedung ini".

   "Apakah kita perlu kembali lagi nanti?"

   Lanya Yok Sau Cun.

   "Tentu saja harus Namun bukan sekarang,"

   Sahut Ciok Ciu Lan "Kapan'?". Ciok Ciu Lan mendongakkan kepalanya "Ssst Ada yang datang "

   Katanya Dan arah depan terlihat seorang laki laki dengan dandanan penduduk biasa mendatangi Yok Sau Cun tidak berkata apaapa i lagi Mereka melewati jalan setapak dan berjalan menuju kota Senja han mereka sudah sampai di sana.

   "Kita cari tempat untuk beristirahat Malam nanti kita kembali lagi,"

   Kata Ciok Ciu Lan. Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya Tiba-tiba terdengar suara seseorang berseru.

   "Man... mari..Saudara berdua, kemarilah! Duduk sebentar agar kita dapat berbincang-bincang.". Yok Sau Cun menolehkan wajahnya ke arah suara itu. Tampak di tikungan jalan besar, ada seorang laki-laki yang duduk di belakang sebuah meja Di atas kepalanya tergantung secank kain bertuliskan Peramal sakti Tidak tepat tak usah bayar! Wajah laki-laki tua itu kurus kecil seperti kepala tikus. Di atas bibirnya menjuntai dua buah kumis panjang Usianya hampir enam puluh an. Matanya sipit, hidungnya pesek, giginya agak tonggos Wajahnya kekuningan Ku rusnya tinggal tulang dibungkus kulit Dia mengenakan pakaian yang warnanya sudah pudar. Tangannya memegang sebuah kipas yang besar dan lebar. Dia sedang menunjuk kepada Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan Wajahnya menampilkan senyuman yang lebih mirip senngai seekor tikus.

   "Manusia berpatok pada kata jodoh Seng mia lo (Peramal tua) dan kalian dapat bertemu di sini juga karena ada jodoh He..he... he . saudara berdua berjatan dengan tergesa-gesa Pasti ada hal yang genting di depan mata. Marl duduk di sini sebentar. Kita berbincangbincang sejenak Seng mia lo kirn jui (Mulut emas memiliki ramalan yang selalu tepat). Tidak tepat, saudara berdua boleh segera angkat kaki,"

   Katanya. Yok Sau Cun tidak memperdulikannya. Ciok Ciu Lan terpana mendengar peramal itu berkata.

   "Saudara berdua berjalan dengan tergesa-gesa, pasti ada hal yang genting di depan mata"

   Oia menjadi tertarik Kakinya berhenti melangkah Dia menoleh ke arah Yok Sau Cun.

   "Yok Siangkong, bagaimana kalau kita cobacoba?"

   Katanya.

   "Orang-orang semacam itu semuanya hanya menipu untuk mencari makan Buat apa mencoba?"

   Sahut Yok Sau Cun.

   "Coba kita tanyakan hal genting apa yang membuat kita tergesa-gesa'?"

   Kata Ciok Ciu Lan. Terdengar suara tawa dari mulut peramal itu.

   "Apa yang dikatakan kouwnio itu memang benar Orang meramal untuk mencegah musibah, bukan bertanya tentang rezeki saja. Siapa tahu dapat dijadikan patokan apabila hendak melaksanakan suatu rencana"

   Sahutnya. Ciok Ciu Lan melangkah menghampirinya. '.

   "Bagaimana kau bisa tahu kalau ada persoalan gawat yang sedang kami hadapi"

   Tanyanya.

   "Seng mia lo melihatnya dan wajah kalian berdua,"

   Sahutnya.

   "Coba kau lihat, apakah persoalan ini dapat diselesaikan dengan baik?"

   Tanya Ciok Ciu Lan.

   "Kouwnio tampaknya sedang menguji Seng mia lo Bagaimana kalau kouwnio mengambil sebuah ciam si (Sumpil yang ada tulisannya, biasanya terdapat di kelenleng)?".

   "Tidak Ciam si kadang-kadang bisa diatur. Bagaimana kalau menuliskan satu huruf saja?"

   Tanya Ciok Ciu Lan.

   "Boleh boleh Silahkan kouwnio menulis huruf apa saja Nanti Seng mia lo berusaha meramalnya.".

   "Yok Siangkong, kira kira huruf apa yang harus kululis?"

   Tanya Ciok Ciu Lan. Yok Sau Cun mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu. Matanya melihat sebuah pedati yang ditarik seekor sapi Dia menyahut sekenanya.

   "Tulis saja huruf Gu (sapi).".

   "Seng mia lo, bagaimana?"

   Tanya Ciok Ciu Lan.

   "Boleh . Tapi karena huruf itu dipilih oleh Siangkong ini, maka Seng mia lo akan meramalnya lebih dahulu,"

   Sahut peramal Itu.

   "Coba katakan,"

   Ujar Ciok Ciu Lan.

   "Huruf yang dipilih oleh Siangkong ini adalah 'Gu' Kalau garis alasnya dibuang maka yang terbaca adalah huruf Wu'. Kalau dari huruf 'Gu' tadi ditambahkan sebuah kumis di bawahnya. akan terbaca huruf 'Sit' (hilang). Huruf 'Wu' artinya siang Namun karena hufuf itu diambil dari huruf 'Gu' tanpa kepala, berarti bukan siang tapi malam Sedangkan huruf 'sit' didapatkan dan huruf Gu' yang ditambah segaris. Apakah artinya bahwa ada orang yang menghitang kemann malam? Sedangkan 'Gu' yang dilihat Siangkong tadi, diinngi oleh seseorang Hal ini berarti hilangnya orang tersebut kemarin malam karena dibawa orang. Dan apabila huruf 'Gu' tadi ditambah segaris iagi di bawahnya, maka akan terbaca huruf 'Seng' (Hidup) Hal ini berarti bahwa orang yang menghilang tadi malam meskipun dibawa oleh seseorang tapi sekarang dalam keadaan baikbaik saja,"

   Kala peramal itu menjelaskan.

   Yok Sau Cun lerpana mendengar keterangan tersebut, Apakah peramal ini benar- benar bermulut emas sehingga apa yang ditebaknya selalu tepat Kalau tidak, bagaimana dia bisa tahu bahwa tadi malam dia dibawa oleh seseorang namun berhasil kembali dengan selamat Tetapi, pikiran lain melintas Iagi di benaknya Apakah peramal ini merupakan satu komplolan dengan para penjahat itu.

   "Hai..Seng mia lo, aku yang meminta diramalkan, seharusnya kau menghitung perkiraanku."

   Sahut Ciok Ciu Lan.

   "Baiklah... Seng mia lo lihat ada beberapa hal yang sama dengan Siangkong ini Tapi karena huruf 'Gu' tadi dipilih oleh Siangkong ini, maka Seng mia lo berani memastikan bahwa yang hilang semalam bukan kouwnio tapi Siangkong ini. Sedangkan 'Gu' yang dipilih kouwnio bila ditambah satu kumis juga menjadi kata sin Tapi karena huruf itu sebelulnya pilihan Siangkong ini maka berarti sin yang disebut di sini bukan bermakna hilangnya dan kouwnio tapi memberi makna bahwa kouwnio akan kehilangan sesuatu. Sedangkan huruf Gu' yang dibuang kepalanya menjadi Wu' (Malam) Namun karena kejadian semalam dialami lebih dahulu oleh Siangkong ini dan baru diketahui kouwnio kemudian, maka berarti bukan malam kemarin tapi malam ini".

   "Maksudmu, aku akan kehilangan sesuatu malam ini'?"

   Tanya Ciok Ciu Lan terkejut. 'Betul Namun ada suatu hal lagi yang perlu diketahui kouwnio Apabila kouwnio menernui kesulitan apapun, ambillah jalan menuju arah barat Dengan demikian, jiwa kouwnio masih dapal dipertahankan,"

   Katanya lebih lanjut.

   "Sudahlah. Kau mengoceh sembarangan Aku yang mendengar juga tidak perlu dimasukkan daiam hati."

   Dia merogoh saku bajunya dan mengeluarkan uang beberapa sen. Diletakkannya di atas meja dan mengajak Yok Sau Cun meninggalkan tempat peramal itu. Baru saja dia berjalan beberapa langkah, terdengar si peramal berseru "Kouwnio, berhenti dulu'".

   "Apalagi . Bukankah ongkosnya sudah kubayar"

   Bentak Ciok Ciu Lan. Peramal itu lersenyum lebar.

   "Apa yang kouwnio berikan tadi masih jauh dari cukup "

   Sahutnya. Ciok Ciu Lan menjadi marah mendengar perkataannya.

   "Berapa yang kau pinta?".

   "Paling sedikit lima tail,"

   Sahut peramal itu.

   "Lima tail'? Bukankah sama saja kau menipu?"

   Bentak Ciok Ciu Lan.

   "Kalau Siangkong ini, Seng mia lo meramal dengan gratis Tapi lain dengan kouwnio Seng mia lo sudah memberikan jalan untuk menghindarkan diri dan marabahaya, maka bayarannva tidak dapat disamakan dengan orang lain ".

   "Kau.

   "

   Mata Ciok Ciu Lan mendelik Karena marah.

   "Sudahlah "

   Kata Yok Sau Cun sambil merogoh sakunya dan mengeluarkan uang sebanyak lima tail Dia segera mengajak Ciok Ciu Lan meninggalkan tempat itu. Selelah agak jauh, Ciok Ciu Lan berpaling sekali lagi kepada laki-laki tukang ramal tadi.

   "Tampaknya dia bukan peramal biasa,"

   Katanya.

   Yok Sau Cun mengangkat tubuhnya.

   Mereka mengisi perut di sebuah kedai bakmi di perbatasan kota Setelah itu bergegas menuju Cang ciu.

   Mereka memmla dua kamar di penginapan Hinlong Pelayan membawakan leko berisi teh dan dua baskom air hangat unluk mencuci muka Kemudian dia rnengundurkan diri.

   Yok Sau Cun sudah mencuci muka Dia duduk sambil menikmali teh hangat Dia melihat Ciok Ciu Lan berjalan ke kamarnya Dia segera berdiri dan membukakan pintu.

   "Ciok kouwnio, apakah kita harus berma lam di sini?"

   Tanyanya Ciok Ciu Lan menulupkan kembali pinlu kamar Dia menyahut dengan suara rendah.

   "Siapa yang bilang kita akan bermalam di sini'?"

   Malam ini kita harus cepat-cepat kembali ke Wi su kan Kita akan memeriksa sekali lagi gedung besar itu,"

   Sahutnya. Yok Sau Cun menuangkan secangkir teh unluk gadis itu.

   "Kalau begitu, buat apa kita datang ke tempat yang begini jauh'?"

   Tanya pemuda itu tidak mengerti.

   "Tuan besar. Ini yang dinamakan siasat "Perangkap tikus"

   Kemungkinan besar mereka mengulus orang unluk mengikuti kita Kalau mereka lihat kita pergi sedemikian jauh, mereka tentu mengira kita tidak menaruh curiga lagi pada gedung itu Seandainya tempat itu memang markas mereka maka komplolan itu akan kembali ke sana dengan hati lapang Mereka pasli tidak menyangka kita bakal kembali lagi Oleh sebab itu, malam mi kita balik tanpa sepengetahuan siapa pun Tapi, kepergian kita ini hanya unluk mencari bukti yang berharga atau petunjuk di mana kita bisa mendapalkan obat penawar bagi Song loya cu Sekali-kali jangan turun tangan tidak perlu,"

   Kata Ciok Ciu Lan mengingatkan Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya berkali-kali.

   "Ciok kouwnio memang banyak pengalaman Cayhe berhasil memetik hasilnya dari pengalaman kouwnio". Ciok Ciu Lan tertawa lebar.

   "Aku sejak kecil sudah sering mengikuti ibu berkelana Tidak pernah menjadi kutu buku seperti dirimu,"

   Katanya.

   "Karena ingin memenuhi permintaan Cia su, cayhe sekarang |uga berkecimpung di dunia Bulim Kelak masih mengharapkan bimbingan Kouwnio ". Mala Ciok Ciu Lan menjadi cerah sekelika Dia memandang Yok sau Cun dengan seksama. 'Asal kau tidak keberatan, aku tentu de ngan senang hati memberitahukan apa yang aku ketahui"

   Dia menarik napas sekali "Yok Siangkong, tadi kau mengatakan bahwa kau ingin rnemenuhl permintaan suhumu Apa sebelulnya permintaan itu'?".

   Yok Sau Cun tidak menutupi.

   Dia menceritakan apa kedua permintaan suhunya dan bagaimana dia berusaha memenuhinya.

   "Menilik dan ceritamu, permintaaan suhumu yang pertama adalah menemukan putra tunggalnya yang menghilang enambelas tahun yang lampau Pada waktu itu usianya baru duabelas tahun, berarti sekarang sudah tumbuh dewasa. Dia mempunyai tahi lalat merah di alis sebelah kanan Panggilannya kelika kecil adalah Liong Koan. Selain itu, tidak ada pelunjuk lagi Aih.. Dunia ini begitu luas Ke mana kau hendak mencarinya Sedangkan permintaan kedua lebih sulit lagi Song loya cu akan memenuhi permintaan itu kalau kau sanggup menerima satu jurus ilmu pedangnya Tetapi Song loya cu mendapat gelar Bulim it kiam' yaitu jago pedang nomor satu di Bulim Satu jurus ilmu pedangnya lebih sulit ditandingi daripada seratus jurus ilmu pedang jago lain."

   Kata Ciok Ciu Lan. Yok Sau Cun tertawa gelir Ciok Ciu Lan kasihan melihatnya.

   "Oh ya . Yok Siangkong, kalau menurut pendapatku, tampaknya Song loya cu dan suhumu saling kenal Mengapa waktu itu kau tidak mencoba bertanya kepadanya, apa permintaan kedua suhumu itu?"

   Tanyanya.

   
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Tidak perlu bertanya Cayhe tidak sanggup menerima satu jurus ilmu pedang Song loya cu Tanya pun tidak ada gunanya Pada suatu hari, kalau cayhe sanggup menerima satu jurus ilmunya itu Tanpa ditanyakan dia juga akan menjelaskannya kepadaku,"

   Sahut Yok Sau Cun.

   "Apa yang kau katakan ada benarnya juga,"

   Kata Ciok Ciu Lan Dia merenung sejenak Sekali tagi dia menarik nafas panjang.

   "Namun . aih, Jago-jago Bulim yang dikenal ibuku memang banyak, tapi tidak ada seorang pun yang sanggup menandingi Song loya cu. Kalau tidak, ibu mungkin bisa memohon mereka membimbingmu '.

   "Tidak. , Cayhe yakin suatu han pasti sanggup menerima satu jurus itu, namun yang paling penling adalah memunahkan racun dalam lubuh Song loya cu, cayhe sudah berjanji akan menemukan obal pemunah itu sampai dapat,"

   Sahut Yok Sau Cun legas.

   "Persoalan ini tidak terlalu sulit. Asal malam ini kita bisa membuktikan bahwa yang meracuni Song loyacu adalah komplotan ini, maka aku akan meminia ibu mengambilkan obal pemunah tersebut. Kemungkinan besar, dengan menghargai ibuku, mereka akan memberikannya' sahut Ciok Ciu Lan. Tiba-tiba Yok Sau Cun teringat sesuatu.

   "Peramal yang kita temui hari ini sangat aneh Tampaknya dia sudah tahu apa yang kita rencanakan malam ini,"

   Katanya.

   "Orang itu hanya penipu Kata-katanya hanya berdasarkan dugaan,"

   Sahut Ciok Ciu Lan.

   "Bukankah kau sendiri yang memaksa mendengar apa yang akan dikatakannya?"

   Goda Yok Sau Cun.

   "Aku loh bukan orang bodoh Siapa yang bisa percaya ocehan seorang peramal pemeras seperii itu? aku hanya penasaran mendengar dia berkata bahwa kita sedang menghadapi persoalan gawal Rasanya dia bukan satu komplolan dengan para penjahal itu,"

   Kata Ciok Ciu Lan sambil tertawa.

   "Aku letap merasa curiga "

   Sahut Yok Sau Cun.

   "Pembicaraan kita tidak akan ada habisnya kalau berdebal seperti ini Aku ke mari unluk mengalakan bahwa matam ini kita harus kembali lagi ke Wi sukan Sekarang masih ada cukup banyak waktu. Lebih balk kita memulihkan tenaga untuk berjaga- jaga kalau terjadi sesuatu nanti,' kata Ciok Ciu Lan. Tidak menunggu Yok Sau Cun menyahut, dia segera kembali ke kamarnya sendiri Yok Sau Cun naik ke atas tempat tidurnya Dia duduk dengan sikap bersila. Tidak lama kemudian, pikirannya sudah kosong dan tenang. Entah berapa lama sudah berlalu. Kelika dia membuka matanya, ruangan kamarnya gelap-gulita Sudah waktunya menyalakan penerangan Dan depan kamar lerdengar seorang pelayan menyapa.

   "Kek kuan..kalian ingin makan di luar alau Siaujin pesankan beberapa macam hidangan unluk diantarkan ke dalam kamar?". Yok Sau Cun turun dan lempal lidur Belum lagi dia menjawab, terdengar suara Ciok Ciu Lan mendahuluinya.

   "Kami tidak ke mana mana Suruh lukang masak memilihkan beberapa macam hidangan yang lezal dan aniarkan ke dalam kamar."

   Pelayan itu mengiakan dan mengundurkan diri Pintu kamar dibuka Ciok Ciu Lan melangkah masuk Dia tersenyum melihat Yok Sau Cun yang sudah duduk di kursi.

   "Ternyata Yok Siangkong sudah bangun. Aku gembira kau masih bermimpi".

   "Apakah kau sempat tidur tadi'?"

   Tanya Yok Sau Cun. Ciok Cin Lan menggelengkan kepalanya.

   "Aku tidak bisa lidur kalau pikiran sedang kaiul,"

   Sahutnya. Pelayan tadi masuk kembali sambil membawakan teko berisi air teh Yok Sau Cun menunggu pelayan itu keluar, baru benanya.

   "Apakah kita langsung berangkat sehabis makan nanti?".

   "Masih terlalu pagi Jangan sampai ada yang tahu Lebih baik menunggu sampai kentungan perlama ' kata Ciok Ciu Lan.

   "Cayhe menurut saja apa kata kouwnio,"

   Sahut Yok Sau Cun. Kali ini pelayan masuk membawa beberapa macam sayuran dan nasi Dia meletakkannya di alas me|a dan mempersilahkan kedua lamu itu menikmatinya. Mereka makan dengan cepal. Setelah selesai, Ciok Ciu Lan bangkit.

   "Aku kembali ke kamar sekarang Kau juga pura pura memadamkan lilin lalu lidur Kentungan pertama nanti kau keluar melalui jendela samping. Aku menunggumu di ujung jalan. Tinggalkan saja beberapa tail untuk pembayaran kamar dan makanan,"

   Katanya. Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya.

   "Cayhe sudah mengerti.".

   "Dan jendela samping, ada dua cumah penduduk. Kau harus lewat tempat itu karena keadaannya iebih gelap Di sana ada sebuah gang kecil. Bila kau jalan terus maka akan menembus ujung jalan,"

   Kaia Ciok Ciu Lan menjelaskan Sekali lagi Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya.

   'Cayhe sudah mengingalnya".

   Ciok Ciu Lan membuka pmlu kamar dan keluar Yok Sau Cun merapatkan kembali pintu tersebut dan meniup lilin supaya padam Keadaan di dalam kamar itu gelap kembaii Dia naik ke alas tempat tidur tanpa berganti pakaian.

   Yok Sau Cun adalah turunan lerpelajar Dia belum pernah menjadi Ya heng jin (Orang yang berjalan malam) Hatinya agak tegang Seperti mendapatkan mainan baru Lama sekali rasanya waktu berlaiu Tepat kenlungan pertama berbunyi, dia meloncat bangun Dan sakunya dia mengambil dua pecahan uang perak dan diletakkan di atas meja Dengan hati hati dia membuka Jendela samping Selelah melongok ke kiri dan kanan, dia melompali jendela tersebut Kemudian ia merapatkannya kembali.

   Sejak kecil dia sudah berlatih silal.

   Ginkangnya tentu saja sudah cukup tinggi Dia hanya belum berpengalaman menjadi Ya heng jin.

   Dengan sigap dia meloncat ke atap rumah penduduk Langkah kakinya nngan sekali.

   Seperti sehelai daun yang tertiup angin dan hinggap di atas rumah orang.

   Dia turun kembali ketika melihat gang kecil yang disebutkan Ciok Ciu Lan tadi Dengan mengendap endap, dia berjalan terus Di u]ung jalan lerlihat sesosok bayangan tinggi kurus Bukankah itu Ciok Ciu Lan?.

   Gadis itu juga sudah melihat kedatangannya Dia segera maju mendekati.

   "Apakah ada yang melihat dirimu?"

   Tanyanya.

   "Tidak'"

   Sahut Yok Sau Cun tegas "Tadi ada sesosok bayangan yang muncul dari atap rumah seberang Aku hampir saja menduga dirimu Tapi dia mengambil arah utara Gerak tubuhnya sangat cepat Kemudian aku melihat kau rnuncul dari gang kecil itu, maka aku segera tahu bahwa yang tadi bukan engkau Ginkang orang itu sangat tinggi Entah dia melihat engkau tidak barusan'?"

   Kata Ciok Ciu Lan.

   "Rasanya tidak Waktu cayhe metewali gang kecil, tidak merasa adanya orang lain,"

   Sahut Yok Sau Cun.

   "Untunglah... Mari kita berangkal sekarang,"

   Ajak Ciok Ciu Lan. Mereka melangkah dengan tergesa-gesa Sebentar saja sudah sampai di bawah tembok perbatasan kota. Ciok Ciu Lan mengajak Yok Sau Cun ke tempat yang sepi.

   "Man kita naik,"

   Katanya.

   Kedua tangannya menempel di tembok.

   Dengan sigap merayap ke atas Jurus yang digunakannya adalah Cecak merayap Yok Sau Cun juga menempeikan kedua tangannya ke tembok itu Tapi dia menyalurkan lenaga ke telapak tangannya dan sekali hentak melayang meloncali tembok tersebut llmu yang digunakannya adalah Burung walel mencari sarang.

   "Yok Siangkong, ginkangmu linggi seka li,"

   Kata Ciok Ciu Lan kagum.

   "llmu Ciok kouwnio juga luar biasa,"

   Sahut Yok Sau Cun. Ciok Ciu Lan melirik sambil tersenyum.

   "Kalau dibandingkan dengan Yok Siangkong, masih terpaut jauh ". Dia memberi isyarat dengan tanganny agar melanjutkan perjalanan Mereka melesat menuju luar kota.

   "Dari sini Wi su kan hanya memerlukan waktu setengah kentungan. Umumnya Ya heng jin, dua ketungan sebelumnya sudah bergerak Lebih beik kita sampai di sana lebih dim, agar tidak kepergok orang lain Di depan gedung itu ada padang rumput yang luas. Tidak ada tempat untuk menyembu nyikan diri Di sana memang terdapst be nyak pohon Namun jaraknya terlalu jauh sehingga tidak dapat mengintai dengan je las Aku rasa, sebaiknya kita masuk dan laman belakang Tempat itu lebih sesuai un tuk pengintaian "

   Kata Ciok Ciu Lan.

   "Cayhe sudah menyatakan akan menurut apa kata Ciok kouwnio,"

   Sahut Yok Sau Cun. Mata Ciok Ciu Lan yang bening menatapnya dengan penuh perhatian. Ada sinar ce merlang terpancar dari mala itu.

   "Kata-kataku belum selesai Kedatangan kita malam ini hanya untuk menyelidiki Ja ngan sampai ada yang tahu Teriebihlebih jangan bergebrak dengan siapapun juga"

   Katanya.

   "Apakah cayhe ada tampang suka mencan keributan'?"

   Tanya anak muda itu sambil tersenyum.

   "Aku hanya mengingatkan bahwa kedatangan kita bukan untuk berkelahl,"

   Kata Ciok Ciu Lan sambil mencibirkan bibirnya. Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya.

   "Cayhe sudah tahu Man kita melanjulkan perjalanan,"

   Sahutnya.

   Ciok Ciu Lan tersenyum sekilas dia melesat mendahului anak muda itu Yok Sau Cun mengikuti di belakangnya Dia juga segera mengerahkan ginkang Dua sosok bayangan bagai burung yang lerbang di malam hari Satu di depan satu lagi di belakang Tidak sampai setengah kentungan mereka sudah liba di Wi su kan.

   Ciok Ciu Lan menghindan jalan besar Dia mengambil jalan kecil Selelah menempuh dua li Dia berhenti.

   "Sudah sampai,"

   Katanya dengan nada berbisik.

   "

   Mata Yok Sau Cun memandang ke depan Dalam kegelapan, samarsamar lerlihat gedung yang besar itu Jarak antara mereka dan gedung itu kirakira masih ada setengah li.

   Dengan pandangan mereka yang tajam, mereka dapat melihat tidak ada sedikit pun penerangan yang nyala di dalam gedung itu.

   Hati Yok Sau Cun Jadi curiga.

   "Apakah kawanan penjahal itu benarbenar sudah pergi'? Mengapa tidak ada penerangan sama sekali?". Ciok Ciu Lan menggelengkan kepalanya.

   "Tidak ada penerangan juslru menandakan bahwa mereka sudah mempunyai ren cana lertentu,"

   Sahutnya.

   "Apakah mereka sudah menduga kalau kita akan datang kembali malam harinya'?"

   Tanya Yok Sau Cun. Ciok Ciu Lan tertawa kecil.

   "Apa yang mereka persiapkan bukan untuk menghadapi kita. Mari. tempat ini tidak aman kalau berdiam terlalu lama,"

   Sahutnya.

   Dia mengajak Yok Sau Cun mengikutinya Mereka menghindan pintu depan.

   Dengan mengambil arah berputar, mer'eka tiba di laman belakang.

   Jaraknya memang belum terlalu dekat.

   Kebetulan di sana banyak terdapat pohon buah Karena hari gelap dan daun-daun pohon itu sangat rimbun Maka tidak mudah kepergok orang Ci0k Ciu Lan memberi isyarat dengan tangan Sekejap kemudian mereka sudah menyelinap di dalam hutan buah itu.

   Yok Sau Cun melihat Ciok Ciu Lan sangat berhati-hati Dia berjalan dengan mengendapendap Ditelusurmya pohon pohon yang lebat agar bayangannya tidakterpantui oleh cahaya rembulan Kirakira setengah )alan, Ci0k Ciu Lan menghentikan langkah kakinya.

   "Jarak dan sini ke taman belakang gedung itu tidak terlalu jauh Kita menunggu dulu sejenak baru menyelinap kesana ,"

   Katanya.

   Yok Sau Cun tidak berani terlalu besar hati melihat sikap Ciok Ciu Lan yang demikian waspada Dia melangkah maju beberapa tindak Dia juga menghindari tempat yang dapat memantulkan bayangannya Di arahkannya pandangan ke depan Di bagian luar hutan buah merupakanpadang rumput Tembok belakang taman itu sangat tinggi bagai sebuah benteng yang kokoh.

   Kecuali suara jangkrik, hanya kesenyapan yang menyelimuti suasana sekitar.

   Tiba-tiba hatinya tergetar, telmganya menangkap suara sayup sayup percakapan dua orang manusia Tidak lama kemudian menyusul tubuh yang nngan melayang turun di tengah hutan buah Perlu diketahui bah wa sejak kecil dia sudah berlatih Iwekang aliran murni Walaupun sedikit suara atau gerakan sa)a Panca mderanya segera akan membenkan reaksi Cuma sa)a dirinya sen diri tidak menduga kalau Iwekang yang dimilikinya telah mencapai tahap sedemikian tinggi.

   Begitu perasaannya tergugah, dia segera menjawil lengan baju Ci0k Ciu Lan.

   "Cepat menunduk! Ada orang datang,"

   Katanya. Ciok Ciu Lan sama sekali tidak mendengarapaapa Hatinya merasaheran Namun dia menuruti juga permintaan anak muda itu. Dalam waktu sekejap saja, terdengar suara "Sret'"

   Yang nngan Sesosok bayangan melayang turun.

   Jaraknya tiga depa dengan mereka.

   Dalam kegelapan.

   tampak orang itu bertubuh pendek kecil Kepalanya memakai kopiah warna hitam, pakaiannya seperti seOrang tosu Warnanya hitam pula.

   Di punggungnya terselip sebatang pedang panjang Tangannya menggenggam sebuah tasbih berwarna putih berkilauan, Melihat gerakannya ketika melayang turun tadi Kecepatannya bagai petir yang menyambar Mereka dapat menduga bahwa ilmu silat orang itu pasti sangat tinggi Tapi penampilannya menunjukkan dia bukan orang baik- baik.

   Baru saja orang itu melayang turun, di belakangnya menyusul sesosok bayangan kurus meioncat ke sisinya Tubuh orang yang kedua ini tinggi kurus,.

   "Suhu .!"

   Panggil orang yang kedua.

   Rupanya suara orang ini yang tadi menggetarkan hati Yok Sau Cun Begitu dia membuka mulut, Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan segera mengenalinya.

   Dia adalah pemuda berwajah hitam yang ada di kedai makan milik Houw jiau Sun tempo hari.

   Orang yang berpakaian itu bersiehem sekali.

   "Murid.,. apakah gedung Ini yang kau katakan'?".

   "BetuI Gedung besar ini,"

   Sahut anak muda itu.

   "Kau mengatakan bahwa Hek Houw Sin Cao Kuang Tu )uga menaruh hormat ketika bertemu dengan bocah she Tiong itu?"

   Tanyanya kembali. Anak muda berwajah hitam itu mengiakan kembali.

   "Aneh sekali Siapa sebetulnya gadis itu'?".

   "Apakah Suhu juga tidak tahu'?". Orang berpakaian hitam itu tertawa terkekehkekeh.

   "Suhu toh tidak melihat orangnya, bagaimana bisa mengenah? Tetapi kalau dia berhasil menawan Hui taihiap, tampaknya ilmu silatnya tinggi juga,"

   Katanya. Hati Yok Sau Cun tergetar. Diam-diam dia berpikir dalam hati.

   "Bukankah Hui taihiap itu ayah dan Hui fei Cin sio cia'?".

   "BetuI"

   Terdengar sahutan dari mulut anak muda itu "Bahkan dia hanya menggunakan tiga jurus untuk melumpuhkannya ". Sekali Yok Sau Cun terkejut.

   Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Ayah Hui fei Cin siocia adalah seorang tokoh dunia persilatan temanteman dunia kangouw men)ulukinya Wi yang taihiap Tetapi dia berhasil dikalahkan oleh tiong kouwnio dalam tiga jurus saja Kalau memang benar, Jmu manusia she Yu yang menitipkan .surat kepadanya untuK disampaikan kepada Song lo ya cu lebih mengerikan lagi ' katanya dalam hati.

   "Suhu, apakah kita perlu masuk ke dalam?"

   Tanya anak muda itu.

   "Kita toh sudah sampai di sini tentu saja harus masuk ke dalam "

   Sahut orang tua berpakaian hitam itu. Dia segera mengedarkan pandangannya ke gedung besar tersebut.

   "Muridku, mari kita masuk "

   Ajaknya.

   Baru saja perkataannya selesai tanpa ada gerakan sedikit pun, tubuhnya mencelat hinggap di atas tembok gedung itu dan , menghilang Pemuda berwajah hitam itu mengikuti di belakang suhunya.

   Namun ilmu meringankan tubuhnya masih terpaut jauh.

   Ketika melesat meninggalkan tempat itu terdengar suara gemerisik rumput yang diinjaknya.

   Ciok Ciu Lan memandangi kedua orang itu sampai menghilang di balik tembok gedung tersebut.

   "Yok Siangkong, tahukah kau siapa Hek pao tojin (Pendeta berpakaian hitam) itu?"

   Tanyanya.

   "Cayhe belum pernah berkelana di dunia kangouw, mana mungkin bisa tahu siapa orang itu? Kalau mendengar dan nada bicara Ciok Kouwnio tampaknya tojin itu mempunyai nama besar"

   Sahut Yok Sad Cun.

   'Dia bernama Hek I cun yang (Penggapai matahan berpakaian hitam) Nama aslinya Kongsun Kian Oh ya pemuda berwajah hitam tadi bukankah anak muda yang pernah bertemu dengan kita di Kwa ciu? Waktu itu kita masih belum tahu asatusulnya Ternyata dia merupakan anak mund Hek t cun yang Berarti dia yang disebut Hek hai ji (Bocah hitam)"

   Kata Ciok Ciu Lan.

   "Apakah kita juga ikut masuk sekarang?"

   Tanya Yok Sau Cun.

   "Tampaknya kau begitu ingin masuk ke dalam. Sebetulnya ada tokoh yang berilmu demikian tinggi seperti Hek I cun yang, yang mewakiii kita menyelidiki keadaan di dalam dan kita menunggu hasil di sini, merupakan jalan pemecahan yang terbaik "

   Kata Cio Ciu Lan.

   "Kita bersembunyi di sini sedangkan di hadapan kita ada tembok tinggi sebagai penghalang. Apa yang terjadi di dalam tidak kita ketahui Kalau kita menyelinap ke gunung buatan yang kita datangi kemann, pasti bisa melihat segalanya dengan jelas Lagipula di sana banyak pohon siong yang menutupf diri kita sehingga tidak mungkin kepergok orang lain,"

   Sahut Yok Sau Cun. Ciok Ciu Lan merapikan rambutnya yang tergerai.

   "Kalau kau memang mendesak ingin masuk Marii"

   Sahutnya.

   "Biar cayhe yang jalan di depan,"

   Kata Yok Sau Cun.

   Dengan gerakan ringan, dia segera menyelinap keluar dan hutan buah tersebut Kakinya dihentakkan, tubuhnya melayang ke atas tembok tanpa suara sedikit pun Kemudian dia meloncat ke gunung buatan tersebut.

   ilmu menngankan tubuh Ciok Ciu Lan tidak setinggi Yok Sau Cun Dia harus me nutui tiga kali baru sampai di belakangnya.

   "Yok Siangkong, cepat kemari' panggilnya. Yok Sau Cun menghampirinya.

   "Gunung buatan ini lebih tinggi dari tembok gedung itu Memang semua pemandangan dalam taman dapat terlihat jelas namun tempat ini juga paling dicurigai orang. Lebih baik kita can tempat persembunyian yang lain saja '. Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya Mereka mengendap endap sekitar tempat itu Akhirnya mereka menemukan sebuah batu besar yang terhalang oleh pohon pohon yang nmbun Tempat itu pas untuk dua orang sa|a dan mereka dapat melihat keadaan sekitar dengan jelas dan batu ter sebut. Jangan kata saat itu tengah malam, dan keadaan sekitar sangat gelap Biar pun siang hari juga susah ditemukan Orang Belum lama kedua orang itu berjongkok menyembunyikan diri, tiba tiba terdengar suara.

   "Srseet! Sesosok bayangan entah melayang turun dan sebelah mana, persis hinggap di alas gunung buatan. Otak Ciok Ciu Lan bekerja dengan cepat. Dia menarik Yok Sau Cun agar menunduk kan kepalanya Pemuda itu menurut Hatinya kagum sekali kepada kesigapan gadis itu.

   "Untung saja Ciok kouwnio tadi memper ingatkan Tampaknya gunung buatan itu mempunyat fungsi yang banyak Kalau kami tadi tidak segera menemukan tempat ini, pasti sudah kepergok oleh orang ' katanya dalam hati. Tempat persembunyian mereka memang sangat sempit Begitu keduanya menundukkan kepala wajah mereka )adi saiing menempe! Seumur hidupnya Yok Sau Cun be lum pernah berdekatan dengan perempuan Hatinya berdebar debar Dia dapat mencium harum yang terpancar dan rambut Ciok Ciu Lan Perasaannya melayanglayang Hampir saja dia lupa bahwa di dekat gunung buatan itu ada seseorang yang entah kawan atau lawan. Ya heng jin itu tampaknya tidak mengetahui ada dua orang yang sedang menyembunyikan diri di batik batu besar itu Dia memandang sekitarnya sekilas lalu melon cat menurum gunung. Ciok Ciu Lan mengangkat kepalanya memperhatikan orang tersebut Kelihatan nya orang itu bertubuh sedang Di pung gungnya terseiip sebatang pedang panjang Dia tecus menurum bagian aliran sungai Tiba-tiba tangannya terangkst ke atas dan menepuk satu kali Kemuoian dia melesat dan menghilang dalam kegelapan. Tepa! pada saat itu dan bagian kin dan Ranan gunung buatan meloncat ketuar dua orang Mereka segera mengikuti orang per tama tadi dan juga menghilang dalam hutan kecil Karena keadaan sangat gelap Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan tidak sempat melihat wajah kedua orang itu Namun dan caranya yang melongok ke kanan kin dan mengerahkan gmkang ketika melayang. tentunya tujuan mereka juga menyehdiki ge dung ini.

   "llmu yang dimiliki tiga orang tadi cukup tmggi. Tampaknya orang yang menyatroni gedung ini tidak sedikit Juga,"

   Kata Ciok Ciu Lan.

   Dia menolehkan kepalanya.

   Ketika itu, dia baru tersadar bahwa pipi mereka sangat dekat sehingga ketika menoleh sempat saling menyentuh sekilas Yok Sau Cun semakm terpesona.

   Natas Ciok Ciu Lan yang harum menerpa hidungnya, membuat hatinya semakin berdegupdegup Gadis itu malu sekafi, dia segera menolehkan wajahnya kembali.

   Yok Sau Cun sama sekali tidak mendengar apa yang dikatakannya Sampai wajah gadis itu berpaling kembali dia baru sadar Wajahnya yang tampan menjadi merah pa dam seketika.

   "Ciok kouwnio apa yang kau katakan?"

   Tanyanya.

   "Aku sedang berbicara kepadamu, pikiranmu sendiri melayang ke mana?".

   "Cayhe cayhe sedang berpikir. apakah kita perlu masuk ke dalam'?"

   Sahut Yok Sau. Cun gugup.

   "Kau lihat keadaan dalam taman sunyi senyap, sedikit gerakan pun tidak ada Kalau apa yang kuterka tidak salah, kemungkinan besar sejak tadi dalam kegelapan sudah ada yang mengintai,"

   Kata Ciok Ciu Lan sambil mencibir.

   Tepat pada saat itu, terlihat dua titik sinar melayang di kejaunan Perlu diketahui, bagi seorang yang melatih ilmu silat, diperlukan mata Ya heng jin, yaitu dapat melihat jauh meski dalam kegelapan Sekarang tiba-tiba ada dua titik sinar, tentu saja makin kentara.

   Ternyata yang terlihat itu adalah dua buah lentera.

   Tentunya ada orang yang menenteng Lentera itu berjumlah dua buah Dapat dipastikan orang yang datang berjumlah dua Yok Sau Cun menaiamkan matanya Dan kejauhan terlihat langkah mereka yang gemulai Pemuda itu dapat memastikan bah wa yang datang adalah dua orang gadis.

   "Ciok kouwnio. kedua orang yang menenteng lentera itu adalah anak gadis,"

   Katanya. Iwekang Ciok Ciu Lan lebih cetek Dia baru dapat menangkap dua titik sinar saia Belum terlihat bayangan manusianya.

   "Tampaknya kedua gadis itu menuju kemari Kemungkinan besar mereka adalah pe layan Tiong kouwnio itu Hitung hitung kedatangan kita malam ini tidak sia sia juga,"

   Sahutnya.

   Kedua lentera Itu menembus jalan setapak di antara pepohonan.

   Terkadang cahayanya bergoyanggoyang karena tiupan angin.

   Terkadang menghilang sejenak dalam nmbunnya pohon tetapi makin lama makin mendekat.

   Tidak lama kemudian, kedua orang itu sudah sampai di bagian aliran air Kali ini Ciok Ciu Lan dapat melihat dengan jelas.

   Ternyata yang membawa lentera adalah dua orang gadis yang mengenakan rok pendek.

   Mereka beqalan berdampingan Tangan yang satunya membawa lentera Sedangkan tangan yang lainnya membawa sebuah keranjang Entah apa isi keranjang tersebut Sekarang mereka sudah sampai di atas jembatan.

   "Rasanya tujuan mereka tidak mungkin gunung buatan itu,"

   Kata Ciok Ciu Lan sambii menggefengkan kepalanya.

   "Aneh .. orang yang pertama tama masuk ke taman ini adalah Hek i tojin dan mundnya Mengapa mereka tidak terlihat lagi?".

   "Kalau sampai saat inl mereka belum menunjukkan diri, kemungkinan besar mereka fuga sedang bersembunyi,"

   Sahut Ciok Ciu Lan.

   Kedua gadis itu menuruni jembatan Mereka berhenti di tempat itu.

   Lentera yang mereka bawa digantungkan di atas ranting pohon.

   Keranjangnya juga diletakkan di tanah Seteiah itu, mereka mengeluarkan sebuah kam lap dan membersihkan meja per segi yang terdapat di samping jembatan Seteiah itu mereka membuka keranjang yang terletak di tanah Yang seorang mengeluarkan sebuah teko terbuat dan emas dan beberapa cawan dari bahan yang sama Juga beberapa macam peralatan makan se perti sumpit mangkok dan yang lainlam Gadis yang satunya lagi mengeluarkan se buah tempat pedupaan Dia meletakkannya di sisi jembatan dan dinyalakannya Sekejap saja sudah tercium harum yang menyegarkan.

   Ciok Ciu Lan tertawa dingin.

   "Gadis yang bernama Tiong kouwnio ini sungguh banyak lagaknya". Pada saat itu. lubang gua yang kemann mereka periksa muncul dua buah lentera iagi Namun langkah kaki kedua orang ini lebih cepat dari yang tadi Dalam waktu seke)ap saja mereka sudah tiba di sisi jembatan. Yang membawa lentera itu juga dua orang gadis Yang satunya membawa sebatang pedang, sedangkan gadis yang lainnya membawa sebuah kurungan minp kandang, Di belakang mereka terlihat seorang gadis yang )uga mengenakan rok pendek Langkahnya anggun sekali. 'Dialah Tiong kouwnio,"

   Bisik Yok Sau Cun.

   Di belakang Tiong kouwnio masih ada seorang nenek tua renta yang berjalan dengan pinggang membungkuk.

   Siapa lagi kalau bukan Hu toanio.

   Kedua gadis yang berjalan dimuka segera menggantungkan lentera yang dibawa mereka Suasana )adi terang dan semarak dengan adanya keempat lentera tersebut.

   Ditambah lagi beberapa gadis yang sibuk kian keman membuet pemandangan itu bagaikan sebuah lukisan hidup Tiong kouwnio dengan langkah lemah gemulai berfalan ke sisi )embatan.

   Dia duduk di atas sebuah kursi yang telah tersedia di sana.

   Gadis yang membawa sebuah kurungan segera menghampiri Tiong kouwnio Dia membuka ku rungan tersebut Isinya ternyata sebuah harpa besar.

   Kedua orang yang sedang bersembunyi itu sampai termangu mangu Aneh sekali Seumur hidupnya belum pernah mereka melihat orang membawa harpa dalam kurungan seperti kandang itu Gadis itu meletakkan harpa tersebut di samping Tiong kouwnio Ciok Ciu Lan memperhatikan gadis itu Usia nya pasti tidak lebih dan duapuluh Begitu tafsirannya Alisnya berbentuk indah namun agak tipis Raut wa)ahnya cantik )elita Sayangnya mimik wajah itu terlalu kaku dan dingira Gadis itu bagaikan putri es yang rupawan.

   "Sudah terang komplotan penjahat lagaknya dibuat seperti putri kaum terpelajar Memetik harpa menikmati malam Thian justru tidak mengabulkan Malam ini tidak berbintang bahkan gelap bagai kuburan "

   Pikir Ciok Ciu Lan dalam hati.

   Tapi, meskipun malam tidak berbintang dan suasana gelap.

   Apalagi kalau tidak ada lentera yang dibawa para gadis pelayan itu, Tiong kouwnio tampaknya sangat menikmati keindahan malam Dia mengangkat harpa tersebut dan diletakkan di pangkuannya.

   "Tingi Tengi Tong!"

   Dia menjentikkan jarinya yang halus di atas senar harpa itu.

   Memang umumnya kalau seseorang ingin memamkan harpa, mereka pasti menyesuaikan nadanya terlebih dahulu Namun bunyi yang dijentikan oleh )ari Tiong kouwnio itu bukan hanya penyesuaian nada sebab bagi telinga Ciok Ciu Lan terasa bagaikan petir yang menyambar.

   Tidak' Masih lumayan kalau suara petir menyambar Suara harpa ini membuat hatinya berdegupdegup Keringat dmgin mengucur Serta kepalanya berat bagai dibebani sebuah batu yangbesar Yok Sau Cun terkejut Dia segera mengulurkan tangan memapahnya.

   "Ciok kouwnio, apa yang terjadi'?". Tangan Ciok Ciu Lan mendekap dadanya Matanya berkerut kerut.

   "Yok Siangkong, suara harpa ini aneh sekali,"

   Sahutnya. 'Bagaimana anehnya?"

   Tanya Yok Sau Cun.

   "Apakah


Imbauan Pendekar -- Khu Lung Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Rahasia Mo-kau Kaucu -- Khu Lung

Cari Blog Ini