Ceritasilat Novel Online

Munculnya Seorang Pendekar 2


Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id Bagian 2



Munculnya Seorang Pendekar Karya dari Tjan Id

   

   Bwee San Bin menarik napas panjang, sambil memotong perkataan orang itu dia berkata .

   "Kali ini memang benar aku telah berhasil hidup kembali. Mereka ini benar telah melakukan satu pertempuran yang seru sekali denganku. Kau tidak boleh membiarkan mereka membuat sesuatu bahaya. Masih adakah Biu Kiu Nio ?"

   Orang kurus setengah umur itu tampak seperti kehilangan semangat, dengan tetap tidak bergerak, lalu berkata .

   "Kau legakanlah hatimu, aku tidak pernah membiarkan mereka mengalami penderitaan sedikitpun. Tapi Biu Kiu Nio, begitu mendengar kau dapat bahaya, lantas malam2 itu juga dia melarikan diri, sampai sekarang aku tidak tahu kemana dia pergi."

   Bwee San Bin manggut2 beberapa kali, dengan suara yang tawar sekali dia lalu berkata .

   "Bagus, bagus, begitupun baik juga."

   Lie Siauw Hiong mendengar percakapan mereka sedikitpun dia tidak mengerti apa maksudnya, dengan melongo dia lihat Bwee San Bin.

   Bwee San Bin yang menundukkan kepala melihatnya lalu menarik tangan pemuda itu, sambil menunjuk kearah orang kurus setengah umur itu dia berkata .

   "Dia ini adalah saudaraku, selanjutnya baik kau panggil dia Hauw Jie-siok saja. Asal saja dia merasa senang terhadapmu, dibelakang hari pasti kau akan memperoleh kebaikan yang tidak kecil artinya."

   Lie Siauw Hiong mengangkat mukanya memandang pada orang kurus setengah umur itu sambil memanggilnya dengan suara yang perlahan .

   "Hauw Jie-siok."

   Hauw Jie-siok hanya memandangnya dengan tajam.

   Lie Siauw Hiong merasa yang Hauw Jie-siok ini orangnya tidak.

   seramah Bwee Sari Bin, lekas2 dia menundukkan kepalanya, sambil tersenyum Bwee San Bin lalu meng-usap2 pundaknya dan berkata pada orang kurus setengah umur itu .

   "Kau tetap mengurus pekerjaanmu sendiri dan kau boleh menyuruh Loo Jie menyediakan makanan. Bila kau tidak mempunyai urusan yang sangat penting, kau pun jangan pergi, aku kuatir yang aku beberapa tahun ini pasti tidak dapat mengurus pekerjaan itu."

   Orang kurus setengah umur itu menganggukkan kepalanya mengiakan, tiba2 dia lalu memandang pada Bwee San Bin dengan tajamnya, lalu berkata.

   "Aku melihat kepulanganmu sekali ini, rasanya ada sesuatu yang tidak beres, apakah gerangan barangkali ... ?"

   Bwee San Bin sekali lagi menarik napas panjang lalu berkata .

   "Baiklah hal itu akan kututurkan per-lahan2, kemudianpun kau akan mengetahuinya."

   Sehabis berkata begitu, dia lalu mengajak Lie Siauw Hiong keruangan tamu, sudah itu mereka balik lagi menuju kekamar buku yang sangat bersih sekali, dengan menggunakan tangannya dia lalu me-raba2 para2 buku yang agak dekat ketembok yang disana terdapat gambar sekuntum bunga mawar.

   Para2 buku itu bergeser sedikit dan kemudian tampak sebuah terowongan yang menjurus kebawah tanah, undak2kan yang terdiri dari batu itu terus menjurus kesebelah bawah.

   Melihat hal itu, tidak terasa lagi Lie Siauw Hiong jadi melongo, Bwee San Bin lalu menarik tangan Lie Siauw Hiong dibawa turun kebawah undakan batu tersebut, kemudian sambil menekan kembali, para2 buku itu lalu menjadi tertutup kembali, tapi jalan dibawah tanah itu tidak menjadi gelap sebab tertutupnya para2 buku tersebut.

   Melihat hal itu Lie Siauw Hiong menjadi heran sekali, tapi nyalinya sangat besar, sebaliknya ia yakin bahwa Bwee Siok-sioknya ini pasti tidak mengandung maksud jahat, karenanya tanpa ragu2 lagi, ia mengikuti Bwee San Bin menuruni undakan2 batu itu.

   Siapa duga dibawah undakan2 batu itu, terdapat tanah yang luas sekali.

   Semua barang yang ada disana tampaknya indah sekali, sukar dilukiskan dengan kata2, jika dibandingkan dengan beberapa kamar disebelah atasnya.

   Bwee San Bin mengajak Lie Siauw Hiong mengitari tempat tersebut, ternyata dibawah tanah itu terdapat tujuh buah kamar, setiap kamar masing2 sangat indah sekali tampaknya.

   (Oo-dwkz-oO)

   Jilid 3 Lie Siauw Hiong merasakan pandangan matanya sangat kabur sekali, dalam hatinya diam2 dia merasa sangat girang melihat tempat yang sangat indah sekali pemandangannya, dengan tak di-duga2 Bwee San Bin mengajaknya masuk kesebuah kamar.

   Begitu Lie Siauw Hiong memasuki kamar tersebut; segera dia merasakan ada hawa yang sangat dingin sekali menyerang dirinya.

   Dalam kamar tersebut hanya terdapat sebuah ranjang di-tengah2 kamar itu.

   Semua kamar yang ada disitu terbuat dari batu, keempat penjuru temboknya terbuat dari batu yang berwarna biru dan diatas tembok tersebut tergantung sebatang pedang panjang.

   Disamping pedang itu tergantung pula sebuah kantong.

   Didekat itu diatas meja terdapat beberapa buku, selain itu dalam kamar ini tidak terdapat beraneka ragam barang2 lainnya.

   Sambil tertawa Bwee San Bin lalu berkata pada Lie Siauw Hiong .

   "Mulai hari ini, kau terus harus berdiam dalam kamar ini."

   Mendengar hal itu, Lie Siauw Hiong dalam hatinya merasa kaget sekali, diam2 dia berpikir .

   "Dibawah tanah ini terdapat banyak sekali kamar2, mengapa justeru dia inginkan aku tinggal dalam kamar ini ... ?"

   Dalam hatinya, dia sangat menyesalkan perbuatan Bwee San Bin ini, tapi dimukanya tidak diperlihatkannya, ia mengangguk terpaksa saja. Bwee San Bin sampai begitu jauh menyelami apa yang terkandung dihati pemuda itu, lalu dia berkata .

   "Aku tahu yang kau amat menyesalkan aku mengapa aku inginkan kau tinggal dalam kamar ini, tapi kau harus tahu, bila orang lain ingin tinggal dalam beberapa kamar lainnya itu masih terbitung mudah, tapi bila mereka ingin tinggal dalam kamar yang ini, yang kuuntukkan buat kau, hmmm....., lebih sulit rasanya bila dibandingkan dengan naik kelangit."

   Lie Siauw Hiong lalu memandang pada pedang yang tergantung diatas tembok itu, kemudian ia menjawab pandangan tajam Hauw Jie-siok dengan kata2 .

   "Aku sangat senang tinggal dikamar ini."

   Bwee San Bin tersenyum, matanya lalu memandang kesekitar kamar ini, lalu dengan suara yang menghibur dia berkata .

   "Sejak hari ini, kau dengan batu ini ternyata sudah berjodoh satu sama lain. Sekalipun kau mempunyai bakat2 yang luar biasa, tapi bisakah aku menurunkan ilmu yang 'Tujuh' itu kepadamu ? Hal itu masih tergantung dengan latiban kerasmu kelak."

   Dengan perasaan heran sekali Lie Siauw Hiong lalu bertanya .

   "Chit-gee ?."

   Sambil tertawa Bwee San Bin menjawab .

   "Benar, Chit- gee, bila kau dapat mempelajari semuanya ilmu yang 'Tujuh' itu, masakan sakit hatimu tidak bisa terbalas ?"

   Sehabis mengucapkan perkataan tersebut, matanya lalu memandang pada rumah beratap genteng diseberangnya, sambil menarik napas dia berkata .

   "Bukan saja sakit hatimu akan terbalas himpas, juga sakit hatiku akan terbalas sendirinya."

   Lie Siauw Hiong lalu memandang pada Bwee San Bin dengan penuh perhatian setelah ia mendengarkan perkataan itu, ia baru sadar bahwa Bwee Siok-siok orang yang tampaknya begitu lemah yang kini berdiri dibadapannya, adalah justeru seorang aneh dikalangan Kang-ouw.

   Semenjak dia mengikuti Bwee San Bin kembali kerumahnya, banyak hal2 yang sangat aneh2 telah dialaminya dan telah mengetahui pula bahwa Bwee San Bin adalah seorang yang luar biasa adatnya.

   Sejak hari itu pula telah ditunjukkan sebuah kamar batu untuknya, yang letaknya dibawah tanah, yang perabotnya terbikin dari batu pula dan berhawa sangat sejuk.

   Diwaktu malam saat ia mau tidur, Lie Siauw Hiong merasakan hawa dingin itu sukar dilawannya.

   Setelah beberapa lama, Lie Siauw Hiong dapat menyesuaikan dirinya dengan hawa dingin tersebut.

   Selama berada disitu setiap hari, dia tak pernah menjumpai orang lain, selain orang yang selalu mengantarkan makanan dan minuman untuknya.

   Sampai pada Bwee San Bin sendiri hampir tidak pernah dilihatnya lagi.

   Waktu senggangnya dipergunakannya untuk membaca sembarang buku2 tebal yang ada didalam peti kamar itu yang diberikan Bwee San Bin padanya, sekalipun dibanyak bagian dia tidak begitu mengerti, tapi dia terus membacanya dengan penuh ketelitian.

   Buku2 tersebut dalam waktu singkat hampir habis seluruhnya dibacanya.

   Bwee San Bin sendiri se-waktu2 memberikan penjelasan yang mana dia tidak mengerti.

   Hari2 yang dilewatinya cepat sekali berganti hari, tanpa merasa Lie Siauw Hiong telah membaca banyak sekali buku2 tersebut.

   Ia adalah seorang anak yang berotak sangat cerdas, ditambah pula dengan banyak bacaan yang telah dibacanya, akhirnya dia telah menjadi seorang yang pintar dalam ilmu surat.

   Pada suatu hari sewaktu dia habis membaca sebuab buku, tidak ada lagi buku lainnya yang diberikan kepadanya, kecuali satu buku yang sangat tipis sekali.

   Lie Siauw Hiong melihat dikulit buku itu tertulis huruf2 'Am Gin Pu Hiang', menyatakan bahwa isi buku tersebut mengandung pelajaran dasar dari orang yang harus melatih dirinya dalam ilmu tenaga dalam.

   Oleh karena itu dia sadar yang dia sudah mulai belajar pelajaran Bwee San Bin yang paling banyak memakan tenaga yaitu ilmu,Am Eng Pu Hiang.

   Lie Siauw Hiong sendiri tidak mengetahui sampai dimana kemajuan yang telah dicapainya, kecuali Bwee San Bin tak ada yang mengetahuinya dengan jelas.

   Lie Siauw Hiong yang berbakat lagi cerdas otaknya itu, telah belajar didalam kamar batu tersebut dengan sepenuh hati.

   Tidak berapa lama kemudian dia sudah merasakan yang hawa yang mengalir dalam tubuhnya se-akan2 telah berbentuk sesuatu, seperti yang dia inginkan, tambahan pula badannya dirasakan sangat ringan sekali, seringkali asal saja dia menghempos semangatnya lantas dia rasakan seperti ada semacam tenaga yang mendorongnya keatas.

   Sampai akhirnya dia telah membaca ilmu Am Eng Pu Hiang pada bagian Kiu Cie Kiam Kiap.

   Sinar didalam kamar itu se- akan2 tambah hari tambah gelap.

   Hingga pada saat itu, Lie Siauw Hiong telah berdiam dalam kamar batu itu tepat lima tahun lamanya.

   Dalam jangka lima tahun ini, Lie Siauw Hiong telah menjadi pemuda dewasa yang berumur tujuh belas tahun, perasaan hatinya sudah mulai ber-golak2, akhirnya dia menjadi seorang yang luar biasa tenangnya.

   Dari seorang biasa ia telah berubah menjadi seorang yang luar biasa.

   Tapi Bwee San Bin sendiri selama beberapa tahun ini, dia telah banyak berubah, menjadi lebib tua, rambutnyapun telah memutih semua, tapi hatinya tetap bergembira ria.

   Kalau dia yang melihat Lie Siauw Hiong telah mencapai dewasa, se-akan2 dia merasakan dia sendirilah yang telah berganti jiwanya.

   Dia merasa segalanya itu telah ada yang menggantikannya.

   Enam tahun, tujuh tahun ...

   hari lewatnya pesat sekali, Lie Siauw Hiong yang telah menjadi seorang pemuda yang dewasa.

   se-akan2 sudah lupa pada dunia luar.

   Kini ia sudah dapat mengetahui sampai dimana kemajuannya dalam ilmu silat.

   Dalam gaya apapun badannya dapat dia kendalikan dengan sempurna untuk melompat dan lain2, diatas tembok dan batu yang licin sekalipun dia juga dapat menancapkan kakinya sesuka hatinya dimana dia inginkan.

   Dikamarnya bila keadaan sudah gelap, diapun masih dapat membuat gambar, hanya yang dia tidak ketahui adalah ilmu pedangnya dan tenaga kepalannya sudah sampai pada tingkat mana, sebab selama dia masih berada dalam kamar batu itu, dia tidak dapat membuktikan sampai dimana tenaga kekuatan ilmu pedangnya dan kepalannya.

   Ia tak menyangka waktu sepuluh tahun telah berlalu demikian cepatnya, hanya dia menyangka belum berapa lama berada dikamar batu itu, lalu dia berpikir, mungkin karena kesibukannya belajar setiap hari tanpa istirahat itu, maka ia merasa demikian, sehingga pengharapan dan kegembiraannya terangsang.

   Yang paling penting dan yang merupakan pengharapannya adalah, dia bakal menjadi seorang yang sangat luar biasa.

   Karena banyak sekali pekerjaan yang meminta penyelesaiannya, hal itu membutubkan seorang yang luar biasa, karena jika orang biasa saja tak mungkin kiranya ia dapat melaksanakan hal tersebut dengan tabah.

   Akhirnya, Bwee San Bin mengakui bahwa Lie Siauw Hiong sudah sampai dipuncaknya dalam pelajaran silatnya, karena untuk itu dia sudah tidak sanggup lagi untuk mengajari Lie Siauw Hiong lebih lanjut.

   Beberapa bagian sewaktu mudanya tidak dapat dicapainya, tapi Lie Siauw Hiong telah berhasil mencapainya.

   Oleh sebab itu, lalu dia bawa Lie Siauw Hiong keluar dari kamar batu dimana selama sepuluh tahun dia berdiam didalamnya.

   Sewaktu Lie Siauw Hiong telah keluar dari dasar tanah tersebut, untuk pertama kalinya pula dia telah melihat sinar matahari, perasaan hatinya tak terperikan, yaitu perasaan antara sedih, girang, asing, dan heran.

   Bwee San Bin lalu menunjuk kearah sebuah kursi yang berlengan untuk Lie Siauw Hiong duduk, yang memang berada didalam kamar buku tersebut, kemudian sambil tertawa dia berkata .

   "Selama tahun2 belakangan ini, aku kira perasaan sengsara yang kau alami tidak terbuang dengan percuma saja, bukan ?"

   Dengan perasaan terharu sekali Lie Siauw Hiong hanya dapat menundukkan kepalanya saja, dan dengan suara yang perlahan sekali dia menjawab .

   "Kesemuanya itu adalah berkat hasil didikan jerih payah Bwee Siok-siok."

   Sambil tertawa Bwee San Bin berkata lagi .

   "Bagus, bagus, bila kau sudah mengetahui hal itu, baiklah."

   Berkata sampai disitu lalu dia memiringkan tubuhnya untuk berkaca pada kaca tembaga yang ada disitu dan lalu berkata lagi .

   "Kau bandingkanlah aku sewaktu berjumpa denganmu dilembah gunung itu dengan sekarang, tampak kini aku jauh lebih tua."

   Lie Siauw Hiong lalu memandang pada rambut Bwee San Bin yang telah memutih itu, mukanyapun sudah pada kisut2.

   Benar nian bila dibandingkan serasa sewaktu dia berjumpa dengan gurunya dilembah gunung dengan keadaannya sekarang berbeda jauh sekali, maka dengan hati2 sekali dia menjawab .

   "Siok-siok benar nampak lebih tua, tapi aku lihat badanmu bila dibandingkan dengan dahulu, sekarang jauh lebih segar."

   Bwee San Bin lalu meraba kulitnya yang sudah keriput itu. Dengan menghela napas lalu dia berkata .

   "Ayah ibumupun termasuk salah satu dari sembilan jago dari Kwan-tiong, pernahkah kau mendengarnya ? Jago2 di Kwan-tiong berjumlah sembilan orang, di Ho Liok hanya terdapat sebatang pedang, di Hay-lwee ada Chit-biauw, diluar langit ada tiga dewa! Pernahkah kau mendengar kata2 itu ?"

   Lie Siauw Hiong berpikir sebentar, lalu menggelengkan kepalanya. Bwee San Bin melanjutkan perkataannya .

   "Hal inipun sukar disalahkan padamu, waktu itu kau masih kecil, sekalipun kau pernah mendengarnya, cepat kau sudah melupakannya kembali, cuma sekarang baik aku beritahukan kepadamu, kata2 tadi berarti didaerah Kwan- tiong ada sembilan jagoan, dibagian Ho-liok ada seorang jago pedang tunggal yaitu Tan-kiam-toan-hun Gouw Ciauw In, sedangkan didaerah Hay-lwee orang harus menghormati seseorang, yaitu Bwee San Bin, kesemuanya itu adalah nama2 yang sangat tenar sekali dikalangan Kang-ouw pada saat itu, disamping mana masih ada tiga makhluk yang luar biasa lagi, dikalangan rimba persilatan orang hanya mendengar namanya saja, siapapun belum pernah menjumpainya, semua orang menyebut mereka Tiga Dewa Diluar Dunia, untuk menjuluki ketiga manusia yang luar biasa itu."

   Sinar matanya yang tajam menatap muka Lie Siauw Hiong yang menunjukkan muka yang luar biasa, agaknya dia tengah meng-ingat2 kejadian masa lampau. Lie Siauw Hiong tidak berani mengganggunya, hanya dengan tenang mendengarkan ceritanya.

   "Sekarang kesembilan jago Kwan-tiong telah pada bubar, Tan-kiam-toan-hun Gouw Ciauw In pun telah binasa dibawah tangan keji dari kaum rimba persilatan yang sangat hina sekali, orang yang patut dihormati didaerah Hay-lwee, yaitu Chit-biauw-sian-kun, orang yang sekarang sedang duduk dihadapanmu, yaitu aku."

   Dengan mata yang dipentang lebar2 lalu dia menatap muka orang yang berada dihadapannya itu, dia tidak pernah berpikir bahwa orang yang demikian lemahnya seperti anak sekolah itu, yaitu Bwee Siok-siok, seorang yang sedemikian hebatnya itu.

   Bwee San Bin dengan tenang meng-usap2 janggutnya, Sambil menghela napas lalu berkata .

   "Setahuku dikalangan Kang-ouw ini, orang yang tidak pernah jatuh adalah hanya Tiga Dewa luar Dunia saja, tapi aku menganggap, sekalipun demikian, kepandaiannya yang begitu tinggi itu hanya dipendam digunung, bukankah itu sayang sekali ?"

   Dengan cermat Lie Siauw Hiong mendengarkan cerita orang tua itu.

   Dalam hatinya banyak sekali yang dia pikirkan, hingga kejadian sepuluh tahun yang lalu, dalam waktu yang sekejap lalu muncul kembali.

   Kini terpikir olehnya bahwa ia sudah berhasil mempelajari ilmu silat dan dalam ilmu silatnya ia sudah boleh menerjunkan dirinya dalam kalangan rimba persilatan.

   Pikirannya yang timbul dalam hati ini, yaitu bagaimana dia bersusah-payah selama sepuluh tahun meyakinkan ilmunya dibawah tanah dalam kamarnya itu, sudah membeku se-akan2 mukanya sangat pucat sekali, tapi mata Bwee San Bin yang sangat tajam itu, dapat menerka apa yang tengah dipikirkan oleh anak muda ini.

   Bwee San Bin lalu berkata pula .

   "Kau harus ketahui, aku yang telah mengajakmu datang kemari selainnya disebabkan yang aku sangat simpati atas kejadian yang kau telah alami, adalah juga untuk membantumu dalam usahamu membalas sakit hati orang tuamu, tapi yang paling penting adalah karena aku melihat kau mempunyai bakat yang baik sekali, yang terbukti dengan tulangmu yang sangat baik ini, bila kau mendapat didikan yang baik, pasti kau akan menjadi seorang yang berguna sekali dikemudian hari. Dan hal ini kau tentu tidak akan mengecewakan pengharapanku. Dengan kepandaian yang kau miliki sekarang ini, kau sudah boleh disebut jagoan didalam kalangan rimba persilatan dan kau adalah Chit-biauw-sin- kun yang kedua, pekerjaan yang belum sempat aku selesaikan dahulu, kau harus mewakilkan aku menyelesaikannya satu per satu, dan mulai hari ini pula, Chit-biauw-sin-kun sekali lagi akan muncul dalam rimba persilatan."

   Berkata sampai disitu, tiba2 dalam pekarangan tersebut terdengar suara langkah kaki yang perlahan sekali, langkah itu menunjukkan bahwa orang itu tentu sangat tinggi ilmu tenaga dalamnya, tapi kesemuanya itu tidak dapat menggentarkan Lie Siauw Hiong yang telah belajar selama sepuluh tahun dalam kamar batu itu.

   Begitu dia mendengar suara yang sangat perlahan itu, dengan membangkitkan semangatnya dengan cepat sekali seperti ikan yang melompat tubuhnya melayang keluar melalui jendela, tapi dalam pekarangan tersebut ternyata kosong melompong, tidak satu bayanganpun tampak.

   Dengan cepat Lie Siauw Hiong mengelilingi pekarangan itu satu kali, tapi dia tidak berhasil menemukan hal2 yang mencurigakan, maka dengan perasaan putus asa dia lalu kembali kedalam kamar buku tadi, maka begitu dia masuk kembali dalam kamar buku itu, dia melibat ditempat dimana dia duduk tadi, telah diduduki oleh orang lain.

   Waktu dia masuk kembali melalui jendela itu, orang yang menduduki kursinya tidak memandang padanya, maka dengan tenang dia duduk kembali ditempatnya.

   Dengan perasaan heran lalu dia mengeluarkan suara '....ihhh', tapi sewaktu dia perhatikan orang itu ternyata adalah orang yang pertama kali dia jumpai sewaktu dia datang ketempat itu, yaitu Hauw Jie-siok, diam2 dia menyesalkan kegugupannya sendiri.

   Sambil membungkukkan diri dia berseru .

   "Hauw Jie-siok."

   Muka Hauw Jie-siok yang senantiasa nampaknya dingin itu akhirnya menunjukkan senyuman juga dan lalu berkata .

   "Sekali berpisah sudah sepuluh tahun lamanya, ternyata kepandaian Hiantit sudah luar biasa. Hal itu sungguh tepat dikatakan, bahwa ombak belakang mendorong ombak dimukanya (maksudnya kurang lebih sama dengan murid sudah melampaui kepandaian gurunya), kaum yang tua, sudah digantikan oleh angkatan muda."

   Lie Siauw Hiong tadi dengan pesat sekali melesatkan badannya melompat keluar melalui jendela, tapi orang lain dengan tenang saja sudah berduduk didalam kamar, saking merasa malu lalu dia hanya dapat menundukkan kepalanya saja.

   
Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Bwee San Bin pun berkata .

   "Ah, biar bagaimanapun yang tua jauh lebih menang dari yang muda, sebab yang muda pengalamannya masih dangkal."

   Sehabis berkata begitu, lalu dia bertanya pada Hauw Jie-siok .

   "Keadaan sekarang bagaimana perkembangannya ?"

   Hauw Jie-siok menyahut .

   "Se-gala2nya sudah aku atur dengan beres dan sempurna, didaerah Bu-han dan didaerah pantai sekitar kota besar di Tiang-kang, aku sudah pasang merek toko San Bwee Cu Poo Hoo, disamping itu aku sudah pergi pada ketigabelas tempat, asal saja sudah dapat perintah, Hiong Jie boleh pergi mengurusnya."

   Bwee San Bin manggut2, lalu dia berkata pada Lie Siauw Hiong .

   "Sekali ini aku mengirimkan kau untuk pergi mengembara dikalangan Kang-ouw. Aku tidak inginkan kau untuk saling memperebutkan nama didalam dunia rimba persilatan itu. Aku sudah membuat suatu dasar untuk kau laksanakan, Hauw Jie-siok didaerah Kang-lam, sudah mewakilkan kau membuka beberapa toko, sekarang kau boleh menjadi tauwkee dari toko2 tersebut. Aku berbuat demikian ini, adalah untuk pertama meringankan penderitaanmu, disamping itu hal yang harus kau kerjakan dalam kalangan Kang-ouw banyaknya bukan buatan. Hal itu bukan dengan uang saja dapat dikerjakan bila kau mempunyai uang, aku akan menyuruh kau mewakilkan aku membuat suatu pekerjaan, hal itu banyak lebih menguntungkan. Kepergianmu sekali ini, pekerjaan apapun kau boleh kerjakan, asal saja kau jangan se-kali2 melukakan rakyat jelata, kecuali Hay-thian-siang-sat yang kau harus hadapi, lima jago dikalangan Bu-lim (rimba persilatan) kaupun boleh menantangnya dengan keras."

   Berkata sampai disitu, lalu dia memukulkan tangannya pada meja, sambil berkata dengan penuh kemarahan .

   "Orang2 macam mereka ini hanya pandai ber-pura2 saja untuk berlaku baik, dengan memakai nama Keturunan asli dari kaum Bu-lim, mereka khusus melakukan segala pekerjaan yang hina dina dan busuk, terhadap mereka kau harus berlaku sangat hati2."

   Dengan penuh semangat Lie Siauw Hiong membenarkan perkataan gurunya. Disamping itu, Hauw Jie-siokpun tidak ketinggalan memberikan wewenangnya .

   "Itu ahli pedang Li Gok, sekarang adalah pemimpin dari kalangan rimba persilatan di Tiong-goan. Didalam kalangan Kang-ouw bila ada undangan dari Ahli pedang nomor wahid didunia, maka pekerjaan yang bagaimana besarpun dapat diselesaikannya dengan segera. Ai,... aku bila tidak terluka berat tempo hari, sehingga sepasang tanganku ini tidak bertenaga sama sekali, aku sungguh ingin sekali menempur mereka, untuk menetapkan siapa antaranya yang lebih jantan. Sekarang hal ini aku serahkan saja pada Hiong Jie untuk mengurusnya."

   Mendengar hal itu, Lie Siauw Hiong hanya ter-heran2 saja. Sambil tertawa Bwee San Bin berkata .

   "Kau sekarang akan memulai pengembaraanmu dikalangan rimba persilatan, ternyata kau masih terlampau hijau sekali dalam pengalaman, disamping itu dengan segala toko2 yang menjual maupun yang membeli barang2 berharga seperti mas, intan, mutiara dan sebagainya, kaupun tidak mempunyai hubungan sama sekali. Untuk lebih melancarkan hubungan ini, aku sudah menyuruh Hauw Jie- siok menemanimu, hal itu dapat juga dianggap yang dia telah menjadi penanggungjawab darimu, dia akan memanggil kau dengan sebutan Siauw-ya (majikan muda) dan dia tentu saja tidak boleh memanggilmu dengan panggilan Hiong Jie bukan ?"

   Dengan perasaan amat ragu2 Lie Siauw Hiong menjawab .

   "Hal ini ..."

   Hauw Jie-siok lalu menyahut .

   "Aku minta kau jangan terlampau memusingkan dirimu tentang hal itu. Mulai sekarang kau boleh panggil aku dengan panggilan Hauw Jie saja."

   Pada hari itu dijalan besar dipesisir kota Han-kouw, sejak pagi buta sudah banyak sekali kaum pedagang yang memakai baju dari sutera dengan celana panjang yang bersih sekali mulai melakukan pekerjaannya se-hari2.

   Mereka ini bila diperhatikan, orang akan menduga bahwa mereka sedikitnya adalah majikan dari toko2 yang mereka buka, masing2 memakai pakaian yang mahal2 sekali harganya, sedangkan semangat merekapun tampak dengan gagahnya.

   Kesemuanya ini adalah orang yang mendengar bahwa didaerah mereka akan dibuka satu toko barang permata baru dengan nama "San Bwee Hoo", mereka ini datang ber-bondong2 karena ingin menyambut majikan mereka.

   Sesudah lewat satu jam antaranya, dari sungai tampak mendatangi satu kapal besar, bukan saja kapal itu catnya masih baru, bahkan diperlengkapi dengan alat2 mentereng sekali.

   Dikepala kapal diatas teng-loleng (semacam pelita yang dibungkus dengan kertas) tertulis huruf San Bwee dua huruf.

   Orang banyakpun sudah maklum, itu menandakan bahwa majikan dari toko San Bwee Cu Poo Hoo sudah datang, orang2 yang bersangkutan yang menantikan dikedua pinggiran jalan, lebih2 hormat sekali tampaknya menunggu kedatangan dari majikan toko tersebut.

   Sesudah kapal itu merapat dipelabuhan, tangga lalu dipasangkan, sedang orang2 diatas kapal itu lalu mulai turun kedarat.

   Yang mendatangi ini tampak dua orang.

   Satu diantaranya adalah seorang yang berusia kurang lebih lima puluh tahun dengan tubuhnya yang kurus kering, mereka mengenali yang dia adalah majikan lama dari toko tersebut, sedangkan orang yang lainnya adalah pemuda tampan yang berusia kurang lebih dua puluh tahun, dia ini memakai pakaian yang mentereng dan semangatnyapun tampak luar biasa sekali, kelihatannya dia sangat gagah.

   Orang banyak mengetahui yang dia ini tentunya adalah majikan dari toko tersebut, juga mereka berpendapat bahwa dia ini tentunya pedagang muda yang kaya raya, melihat orang yang masih muda belia ini, lalu mereka mulai berunding dipesisir itu, Kedua orang ini tanpa dikatakan pun sudah diketahui, ialah orang yang untuk pertama kali menerjunkan dirinya didalam kalangan Kang-ouw, yaitu Lie Siauw Hiong dan Hauw Jie-siok yang menyamar sebagai pelayannya.

   Begitu naik kedarat, kedua orang ini dengan cermat sekali lalu dijemput oleh tamu2 yang menyambutnya, lalu mereka naik kekereta yang sudah disediakan terlebih dahulu, untuk kemudian memasuki kota.

   Pada sore hari itu, Lie Siauw Hiong sebagai majikan dari toko San Bwee Cu Poo Hoo yang baru saja datang kesitu, lalu mengirimkan surat undangan kepada para Poo-piauw (pendekar2 yang pekerjaan se-hari2nya mengantarkan barang2 berharga yang menjadi tanggungjawab mereka) dari kota Bu Han Sam Cin, yang dia undang ini kebanyakan adalah orang2 yang ternama didaerah itu.

   Pada malam keesokannya, dirumah makan Gak-yang-lauw, satu2nya rumah makan terbesar dikota tersebut, para pendekar diundang makan disitu, malahan merekapun diwajibkan, bila tidak ada halangan yang sangat penting sifatnya, datang kesitu untuk makan malam.

   Sebagai majikan dari tokonya, Lie Siauw Hiong boleh dikatakan dengan kaum Bu-lim tidak mempunyai hubungan apa2.

   Pada hari pertama sejak kedatangannya, dia tidak mengundang para pemilik dari toko2 yang menjual barang2 berharga, tapi malahan mengundang orang2 dikalangan rimba persilatan.

   Hal ini benar2 sangat luar biasa dan aneh sekali.

   Orang2 yang menerima surat undangan, semuanya tidak kenal pada pihak yang mengundang mereka, setelah mereka menyelidiki, barulah mereka tahu bahwa orang yang mengundang mereka adalah seorang pedagang, tidak ayal lagi kalau mereka merasa amat heran sekali waktu mereka saling menanyakan pada kawan2 mereka.

   Mereka inipun menyatakan keheranannya pula, malahan ada diantara pemimpin kaum Bu-lim dan poo-piauw semuanya sudah pada datang.

   Orang2 yang membuka, pekerjaan poo- piauw dengan para pedagang barang2 berharga memang mempunyai hubungan.

   Mereka ini mempunyai hubungan disebabkan yang pedagang2 itu ingin mengirimkan barangnya, tapi terhadap kejadian seperti hari itu adalah untuk pertama kalinya.

   Dari jalan pikiran yang sehatpun dapat diduga, bukan ? Kemudian yang biasanya dengan para poo-piauw tidak mempunyai hubungan apa2, malahan ada diantara para pendekar dikalangan Bu-lim yang sudah setengah mengundurkan diri, sama sekali tidak dapat menduga apa maksud sebenarnya dari undangan itu.

   Diantara mereka yang saling berkenalanpun hanya dapat saling menduga saja, tapi biar bagaimanapun mereka tidak dapat menduganya, setelah mereka saling berunding, akhirnya mereka mengambil keputusan untuk pergi saja melihat keadaan.

   Pada malam hari keduanya, dirumah makan Gak-yang- lauw pedagang2 kaki lima dan kereta pada berkumpul ramai sekali, sedangkan orang2 yang pada datang memenuhi undangan tersebut rata2 orang yang sudah ternama, malahan ada beberapa orang yang paling terkemuka yang biasanya menganggap dirinya luar biasa, seperti pemimpin kantor angkutan Bu Wie Piauw Kiok, yaitu Kim-kiong-sin-tan Hwan Tie Seng, pemimpin Sin Yang Piauw Kiok Gin-chio Beng Pek Kie dan lain2, semuanya datang kesitu.

   Diatas loteng dari rumah makan Gak-yang-lauw sudah diatur beberapa puluh meja kursi, mereka yang datang itu rata2 pada waktunya yang sudah ditetapkan, tapi sampai saat itu mereka belum melihat bayangan dari majikan dari toko yang baru dibuka itu, hanya tampak beberapa pedagang dari barang2 berharga yang tampak melayani mereka.

   Hal mana, membuat para pendekar dari kalangan Kang- ouw pada tidak sabar lagi menantikan orang yang mengundang mereka, yang sampai pada saat ini masih belum menampakkan batang hidungnya, maka dengan susah payah sekali para pedagang itu akhirnya pada berseru .

   "Tuan rumah sudah datang, Tuan rumah sudah datang !"

   Pada saat itu dianak tangga terdengar suara tindakan kaki orang yang mendatang, pada sinar mata para pendekar tampak ke-heran2an, karena mereka tidak pernah mengira yang Tuan rumah yang mengundang mereka ini adalah pemuda tampan yang masih berusia sangat muda sekali, dalam keheranan, kemarahan mereka karena lama menantikan itu akhirnya sudah banyak berkurang.

   Begitu Lie Siauw Hiong naik tangga, dengan muka ber- seri2 sambil merangkapkan sepasang tangannya dia berkata.

   "Para hadirin yang terhormat sudah lama menantikan kedatangan saya, hal itu saya minta maaf se-banyak2nya dari para hadirin, Siauw-tee (membahasakan diri sendiri) karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan sendiri, maka baru dapat datang pada saat ini, maka untuk itu, sekali lagi saya minta maaf."

   Sehabis berkata begitu, lalu dia menghampiri satu per satu para hadirin sambil memperkenalkan dirinya, mereka berkenalan sambil berjabatan tangan dengan penuh kemesraan.

   Setelah segala diatur beres, pestapun segera dimulai, Lie Siauw Hiong mempersilahkan para hadirin duduk ditempatnya masing2, setelah tiga kali arak diedarkan orang, dengan suara yang nyaring dia tampak berkata .

   "Walaupun Siauw-tee adalah seorang pedagang kecil yang masih belum berpengalaman sama sekali, tapi sejak kecil Siauw-tee sudah sering bergaul dengan para pendekar dikalangan Kang-ouw. Pada kali ini Siauw-tee membuka toko Siauw-tee yang baru, maksudnyapun ingin saling memperluas pergaulan antara Siauw-tee dengan saudara2 sekalian, kali ini tanpa mempertimbangkan diri Siauw-tee sendiri, Siauw-tee telah mengundang datang para saudaraa sekalian kemari. Sebenarnya Siauw-tee sudah lama mendengar nama saudara2 sekalian yang terkenai dikalangan Kang-ouw, apa lagi murid2 dari partai Bu-tong, masing2 murid2 dari partai tersebut mempunyai kepandaian yang tinggi sekali, Siauw-tee sudah lama sekali ingin berkenalan dengan orang2 macam demikian"

   Sehabis berkata begitu, matanya disapukan pada para hadirin yang hadir dalam perjamuan tersebut, waktu dia melihat ada diantara para hadirin yang bukan keluaran dari partai Bu-tong, orang2 tersebut menunjukkan muka yang kurang puas, dalam hatinya merasa girang sekali, sambil tertawa lalu dia berkata .

   "Siauw-tee sekalipun tidak bisa bu- gee (ilmu silat), tapi sedikit2 mengerti juga, kemudian bila memang kita berjodoh, Siauw-tee hanya ingin minta petunjuk2 dari saudara2 sekalian, apa lagi mengenai ilmu pedang dari partai Bu-tong, Siauw-tee sudah lama mendengarnya."

   Siauw Hiong sudah dua kali me-nyinggung2 partai Bu- tong, hal itu memang disengaja olehnya untuk membuat kemarahan orang2 yang bersangkutan, yang mempunyai dendam dengan partai tersebut, sampai saat itu, dia belum me-nyinggung2 empat ketua dari Tiong Goan, para pendekar yang menghadiri perjamuan tersebut, memang merasa tidak puas, sambil mengangkat cangkir araknya, Lie Siauw Hiong berkata lagi .

   "Hari ini arakku yang pertama ini, adalah khusus untuk disuguhkan pada murid Bu-tong, Kiu-kiong-kiam Thio Tay-hiap. Mari, mari, mari, Thio Tay- hiap, kita mengeringkan cangkir arak kita ini."

   Orang yang dipanggil Kiu-kiong-kiam Thio Tie Hoa, memang benar anak murid dari partai Bu-tong, tapi didaerah Bu Han Sam Cin dia tidak termasuk salah seorang yang terkemuka, maka waktu dia melihat Lie Siauw Hiong per-tama2 sudah memberi penghormatan dengan jalan memberikan cangkir arak itu padanya, tidak terasa lagi dia menjadi kaget sekali.

   Sambil mengangkat cangkir araknya, dia segera berdiri dan berkata .

   "Melihat saudara Lie memandang tinggi sekali terhadap partai kami Bu-tong, aku Thio Tie Hoa sebenarnya merasa terharu sekali. Aku Thio Tie Hoa sekalipun tidak mempunyai kepandaian yang berarti sama sekali, tapi partai kami Bu-tong, adalah sebenarnya sebagai pemimpin dari kalangan rimba persilatan. Siauw-tee terpaksa, dengan menebalkan muka, tidak ada jalan lain daripada mengiringi permintaan saudara Lie, yaitu sama2 mengeringkan secangkir arak ini."

   Baru saja perkataannya itu habis diucapkan, tiba2 terdengar suara 'trang', ternyata cangkir arak yang berada dalam tangan Thio Tie Hoa sudah terpukul hancur.

   Sebenarnya Thio Tie Hoa pada saat itu sedang merasa bangga sekali, cangkir arak yang ada ditangannya se- konyong2 terdengar 'trang' lalu hancur, sedangkan arak yang ada dalam cangkir itu sudah tumpah membasahi sebagian besar baju birunya, para pendekar yang ada dalam meja perjamuan tersebut matanya sangat awas sekali, siang2 mereka sudah tahu orang yang memukul pecah cangkir arak itu adalah orang muka kuning yang duduk disamping pemimpin Piauw Kiok Gin-chio Beng Pek Kie, dia menggunakan kesempatannya sedang Thio Tie Hoa dengan perasaan bangganya yang memuncak tengah memuji partai Bu-tong, tampak tangannya berkelebat, sebatang sumpit gading yang ada dalam tangannya se- konyong2 melesat dan memukul hancur cangkir arak itu.

   Tenaga melesatnya sumpit gading itu bukan buatan kencangnya, setelah ia menghancurkan cangkir itu terus ia terbang dan 'teng' terdengar satu suara, ternyata sumpit gading itu sudah masuk kedalam tembok.

   Thio Tie Hoa yang cangkir araknya kena dipukul hancur oleh orang lain, mukanya tampak berubah, lalu dia memandang keempat penjuru.

   Dia melihat mata orang banyak yang sedang dengan perasaan heran memandang pada wajah yang berkulit kuning tersebut.

   Dalam hatinya merasa heran sekali, waktu dia ketahui bahwa cangkir araknya itu kena dipukul hancur oleh orang ini, tapi dia sendiri belum pernah rasanya berkenalan dengan dia, dia yang sudah ber-tahun2 tinggal di Bu Han merasa sangsi bahwa orang tersebut bukan jago dari daerahnya, oleh karena itu, dia bertambah heran mengapa orang tersebut mengeluarkan tangan yang jail untuk mempersulit keadaan dengan memecahkan cangkir arak itu, maka harus diketahui, bahwa urusan tersebut sangat memalukan orang, urusan yang paling disegani dalam kalangan Kang-ouw justeru adalah hal ini, karena bila terjadi urusan seperti sekarang ini, penyelesaiannya pasti tidak ada jalan lain daripada harus turun tangan untuk mengukur tenaga siapa yang lebih jantan.

   Muka Thio Tie Hoa menjadi pucat bagaikan salju, dan dengan penuh kemarahan dia lalu berkata .

   "Hai, saudara, apakah artinya ini ? Bukankah itu berarti yang saudara terang2an menantang pada aku, orang she Thio, bila demikian halnya, silahkan kau keluar dan sebutkan cara2 kita bertempur, aku orang she Thio pasti akan menyambutnya dengan tanpa bersyarat."

   Lie Siauw Hiong yang melihat orang tersebut sekali turun tangan saja sudah berhasil menghancurkan cangkir arak Thin Tie Hoa, diam2 dia merasa girang sekali, dalam hatinya berpikir .

   benar saja tidak meleset dari dugaanku semula, malahan terjadinya lebih cepat lagi, sebenarnya aku sendiripun telah menduga sedikit meleset.

   Tapi dengan muka yang pura2 berlaku gugup sekali tampaknya, lalu dia mengulapkan sepasang tangannya sambil berkata .

   "Bila ada apa2 yang hendak dibicarakan, jangan se-kali2 lekas naik darah, hal itu hanya membuat Siauw-tee merasa tidak enak saja."

   Pemuda muka kuning itu dengan sepasang tangannya lalu memberi hormat pada Lie Siauw Hiong sambil berdiri.

   Waktu dia melakukan hal ini, matanya sedikitpun tidak dilirikkan kepada Thin Tie Hoa, se-olah2 terhadapnya dia tidak memandang sebelah mata sama sekali.

   Melihat kejadian tersebut, kemarahan Thio Tie Hoa semakin memuncak, walaupun dikalangan Kang-ouw dia bukan seorang yang ternama, tapi dimuka orang banyak tentu saja dia merasa terhina sekali, malahan dia dipandang demikian ringannya oleh lawannya.

   Dengan kemarahan dan kebencian yang ber-golak2 dia memandang muka orang itu, tapi orang tersebut tampaknya sedikitpun tidak melihat padanya Tampak dia bicara dengan Lie Siauw Hiong .

   "Aku yang rendah bernama Ie It Hui, dan aku tengah jalan2 didaerah Bu Han, sewaktu mendengar orang2 mempercakapkan tentang saudara, hatiku merasa sangat tertarik sekali, jika sekiranya aku telah mengganggu tamu2 lainnya, aku mohon dimaafkan saja hendaknya."

   Lie Siauw Hiong begitu mendengar jawaban orang tersebut, hatinya bertambah girang, diam2 dia berkata pada dirinya sendiri, Ie It Hui ini barangkali satu diantara tiga jago pedang dari partai Kong-tong yang pernah dituturkan oleh Hauw Jie-siok yaitu Tee-coat-kiam.

   Bila hari ini dialah yang per-tama2 memulai melakukan pertempuran itu lebih bagus.

   Sewaktu hatinya sedang berpikir ini, mulutnya lekas menjawab .

   "Hari ini Siauw-tee mengundang saudara2 sekalian maksud yang sebenarnya adalah untuk mengikat tali persaudaraan dengan saudara2 sekalian dari daerah Bu Han. Ie Tay-hiap yang sudah sudi datang memenuhi undangan Siauw-tee, sebenarnya telah membuat Siauw-tee girang bukan kepalang."

   Berkata sampai disitu, ekor matanya dilirikkannya pada Thio Tie Hoa, ternyata muka Thio Tie Hoa nampaknya tidak sedap dipandang, bahkan tampaknya dia merasa tidak tenteram sekali.

   Sewaktu diketahuinya bahwa lawannya itu adalah Ie It Hui, dia merasa kaget bukan kepalang, begitu dia takut berurusan, se-konyong2 secara diam2 dihatinya sudah merencanakan sesuatu.

   Oleh karena itu, Siauw Hiong pun berkata .

   "Thio Tay- hiap ini, adalah jago dari partai Bu-tong. Mungkinkah diantara Ie Tay-hiap dengan Thio Tay-hiap terdapat sesuatu ganjalan hati ? Menurut pandangan Siauw-tee yang picik, lebih baik hal ini disudahi disini saja hendaknya."

   Dalam perkataannya itu, sedikit banyaknya mengandung pembelaan terhadap Bu-tong. Mendengar itu Ie It Hui tertawa besar, kemudian dengan perasaan bangga sekali dia berkata .

   "Aku orang she Ie sekalipun tidak mempunyai kepandaian yang berarti, tambahan lagi bila dikatakan aku orang she Ie ada menaruh dendam terhadap orang she Thio tersebut, adalah tidak benar. Mendengar omong besarnya itu membuat aku merasa tidak puas, karenanya maka aku terpaksa keluar untuk memberi pelajaran kepadanya."

   Para hadirin yang duduk dalam perjamuan itu, mengetahui bahwa urusan ini tidak dapat didamaikan lagi.

   Tee-coat-kiam Ie It Hui adalah salah satu ahli pedang dalam kalangan Kang-ouw, dia adalah murid nomor dua dari Kiam-sin Li Gok, bersama dengan Thian-coat-kiam Cu-kat Beng dan Jin-coat-kiam Souw Eng Swat adalah tiga jago pedang dari partai Kong-tong, yang namanya sudah menggetarkan kalangan rimba persilatan.

   Thio Tie Hoa walaupun dikalangan Kang-ouw namanya tidak begitu tenar, tapi dia adalah salah seorang murid dari partai Bu-tong yang sudah terkenal, salah satu partai nomor wahid dalam kalangan Kang-ouw.

   Murid2 dari partai tersebut sebagian ada juga yang sudah ternama, oleh karena itu, mana ia mau dimuka orang banyak menerima penghinaan semacam itu.

   Tanpa memikirkan apa yang akan terjadi, orang banyak dengan mata yang tajam tengah menantikan perkembangan lebih lanjut dari persoalan ini, tidak seorangpun yang ingin mendamaikan urusan tersebut.

   Thio Tie Hoa yang berdiri disatu pihak, mukanya tampak sebentar biru sebentar pucat, karena ia tahu bahwa tenaga dalamnya bukanlah lawan yang setimpal dari Ie It Hui, tapi dia sendiri didaerah Bu Han sedikit banyak mempunyai juga sedikit kepintaran, oleh karena itu, walau bagaimanapun dia harus berdayaupaya untuk menjaga jangan sampai dia kehilangan muka alias mendapat malu.

   Setelah berpikir se-matang2nya, akhirnya Thio Tie Hoa dapat satu akal yang baik, kemudian dengan laku yang marah sekali, dia menggebrak meja sambil berteriak .

   "Orang she Ie, kau jangan terlampau bertingkah, orang lain mungkin akan takut pada tiga jago pedang, tapi aku Thio Tie Hoa ingin menguji kepandaianmu, bagaimana sebenarnya keistimewaan kepandaianmu itu, maka kau begitu sombong sekali ?"

   Berkata sampai disitu, para hadiriri memperlihatkan muka yang ke-heran2an, karena mereka sama tahu betul, menurut biasa, dia seringkali berlaku pura2 jago, tapi apabila menghadapi satu perkara, lantas dia menyembunyikan dirinya, tidak disangka hari ini sewaktu berhadapan dengan Ie It Hui, tampaknya sedikitpun dia tidak takut sama sekali.

   Orang tidak tahu yang Thio Tie Hoa mempunyai rencananya sendiri.

   Sebetulnya Thio Tie Hoa ini sangat takut terhadap Ie It Hui, tapi baginya sendiri, bila sampai ia kalah, itu berarti yang antara partai Bu-tong dan Kong-tong akan terjadi satu pertempuran yang sengit, sebab walau bagaimanapun juga, partainya, Bu-tong, pasti akan keluar membelanya, sedang terhadap pribadinya, sedikitpun tidak mendapat kerugian apa2.

   Begitulah dia memperhitungkan persoalannya.

   Hal itu memang yang diinginkan oleh Lie Siauw Hiong, tapi Lie Siauw Hiong dengan tenang sekali lalu pura2 memisahkan sambil berkata .

   "Buat apa kita berbuat demikian, Thio Tay- hiap ..."

   Thio Tie Hoa mendorong Lie Siauw Hiong yang menghalanginya sambil berkata .

   "Saudara Lie tidak usah banyak bicara, aku Thio Tie Hoa, persoalan yang sulit ini bisa kuselesaikan sendiri. Orang she Ie, jika kau benar2 seorang jantan, kelak sesudah tiga hari, tepat seperti waktu ini, kau dan aku boleh melakukan pertempuran dibawah loteng Oey-hok-lauw."

   Ie It Hui lalu mendelikkan matanya, kemudian sinar matanya yang sangat tajam memandang pada Thio Tie Hoa.

   Hati Thio Tie Hoa menjadi kecut sekali, karena dia insyaf, bila Ie It Hui sekali saja turun tangan, dirinya pasti menderita cedera besar sekali, oleh karena itu, dengan laku yang sangat geram sekali dan ter-gopoh2 dia turun kebawah loteng.

   Sambil tertawa dingin Ie It Hui berkata .

   "Tidak disangka murid Bu-tong yang namanya terkenal itu, tidak lebih dari seorang pengecut yang memalukan sekali !"

   Lie Siauw Hiong yang melihat Thio Tie Hoa sudah pergi, dalam hatinya merasa lucu sekali, tapi sambil meng- geleng2kan kepala seperti orang yang merasa menyesal tampak dia berkata pada Ie It Hui .

   "Ai, aku tidak sangka aku masih mengira ..."

   Berkata sampai disitu, sengaja dia tidak teruskan, lalu sambil mengalihkan perkataannya dia berkata .

   "Ie Tay-hiap begitu gagah sekali. Ie Tay-hiap murid dari partai mana gerangan ?"

   Mendengar perkataan Lie Siauw Hiong ini, Ie It Hui merasa bangga sekali, dengan segala senang hati dia menjawab .

   "Ah, saudara Lie terlampau memuja sekali, Siauw-tee tidak pandai, guru Siauw-tee adalah seorang yang sangat dihormati orang sampai pada saat ini. Sebagai seorang yang gemar akan ilmu silat, pernahkah saudara Lie mendengar sebutan ahli pedang nomor satu ?"

   Lie Siauw Hiong lalu menepuk dahinya seperti orang yang baru sadar tampaknya dan lalu berkata .

   "Siauw-tee sungguh bodoh, mendengar nama besar Ie Tay-hiap, siang2 aku sudah menduga yang saudara pasti murid dari ahli pedang nomor satu didunia Li Tay-hiap, yang menggetarkan dunia Kang-ouw dengan sebutan Tiga Pendekar Pedang dari Kong-tong."

   Sehabis berkata, dia lalu mengangkat cangkir arak kemulutnya, kemudian melanjutkan sambil tertawa .

   "Tidak mengetahui ini, Siauw- tee harus dihukum satu cangkir arak."

   Lalu dia mengangkat poci arak sambil menuangkan satu cangkir arak lagi, dia memandang pada keempat penjuru sambil berkata .

   "Saudara2, jangan karena disebabkan urusan kecil ini, merasa kehilangan kegembiraan untuk minum arak, hari ini tidak diizinkan siapapun juga akan pulang, bila tidak minum sampai mabok. Silahkan saudara sekalian minum secangkir arak ini."

   Pesta pada kali ini membuat semua hadirin merasa puas.

   Kemudian dengan penuh kepuasan mereka pada bubaran.

   Hanya ada beberapa orang yang masih belum bubar.

   Setelah itu, Lie Siauw Hiong lalu memandang pada Hwan Tie Seng, Beng Pek Kie dan Ie It Hui, sambil diam2 dia berkata pada dirinya sendiri .

   "Hasilku malam ini tidak sedikit membawa manfaat bagiku, bila Bwee Siok-siok mengetahuinya, diapun pasti girang bukan kepaiang."

   Beng Pek Kie lalu berkata .

   "Hari ini kita dapat berkenalan dengan orang macam saudara Lie ini, aku sungguh girang sekali, dikemudian hari bila saudara Lie tinggal ditempat ini, Siauw-tee pasti akan datang mengunjunginya."

   Hwan Tie Sengpun tidak mau ketinggalan lalu berkata .

   "Hal ini sudah barang tentu, sekalipun saudara Lie tidak mengundangpun, Siauw-tee pasti menebalkan muka akan bertandang pada saudara."

   Dengan tertawa Lie Siauw Hiong berkata .

   Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Hari ini saudara mungkin merasa kurang puas, setelah lewat dua hari Siauw-tee pasti akan mengundang lagi pada saudara2 untuk menikmati kepuasan yang sempurna."

   Dengan penuh ramah-tamah Lie Siauw Hiong mengantarkan dua tamunya ini sampai dibawah loteng, kemudian sambil membalikkan badannya dia berkata pada Ie It Hui .

   "Bila Ie Heng tidak merasa keberatan, sudi apalah kiranya menginap ditempat Siauw-tee saja."

   Ie It Hui lalu menjawab .

   "Siauw-tee hanya secara kebetulan lewat ditempat ini, maksud Siauw-tee ialah ingin pergi ke Bu-tong untuk mengambil sesuatu, malam ini juga Siauw-tee harus pergi, tidak disangka yang Siauw-tee dapat saling berkenalan dengan Lie Heng."

   Berkata sampai disitu, tampak ia mengerutkan keningnya, mukanya tampak berangasan, lalu berkata lagi .

   "Apa lagi tiga hari lagi Siauw-teepun masih mempunyai urusan yang belum diselesaikan, untuk tidak mengecewakan Lie Heng terpaksa Siauw-tee memenuhi permintaan Lie Heng barang tiga atau lima malam saja."

   Lie Siauw Hiong segera berkata .

   "Ie Heng sudah sudi tinggal ber-sama2 Siauw-tee, Siauw-tee sungguh merasa girang sekali, selama tiga hari ini Siauw-tee pasti akan melayani keperluan Ie Heng dengan se-baik2nya, hanya sesudah tiga hari ini, Ie Heng harus berlaku sangat hati2, orang she Thio itu pasti akan mengundang kawannya banyak2. Ai, Siauw-tee merasa malu sekali karena diri Siauw-tee tidak berguna, sehingga tenaga untuk mengikat ayampun Siauw-tee tidak punyai. Siauw-tee menyesal sekali tidak dapat membantu Ie Heng dalam hal ini."

   Sambil tertawa dan me-nepuk2 pundak Lie Siauw Hiong kemudian Ie It Hui berkata lagi .

   "Lie Heng, tenteramkan saja hatimu, Siauw-tee sesedikitpun tidak memandang sebelah matapun pada orang2 semacam mereka."

   Lie Siauw Hiong berkata pula .

   "Aku dengar bahwa partai Bu-tong dan Kong-tong sebenarnya saling bekerjasama, hanya tindakan Ie Heng sekali ini, bukankah...."

   Sambil mengeluarkan suara Hmm dari lobang hidungnya, Ie It Hui berkata selanjutnya .

   "Siauw-tee bila bukannya sebab partai Bu-tong pada sepuluh tahun yang lalu masih terdapat sedikit perhubungan dengan guru Siauw-tee, malam ini tentu Siauw-tee tidak membiarkan orang she Thio itu pergi begitu saja."

   "Lie Heng masakan tidak tahu,"

   Ia melanjutkan.

   "bahwa partai Bu-tong dengan julukan ahli nomor satu dari kalangan Kang-ouw hanya terlampau di-besar2kan saja, sedangkan sebenarnya murid2 mereka adalah bakul nasi semuanya. Guru Siauw-tee pernah berpesan pada Siauw- tee, dimusim rontok sewaktu akan diadakan pertempuran perebutan pedang dipuncak gunung Thay-san, ia mengatakan jangan se-kali2 membuat permusuhan dengan murid2nya. Tapi setelah terjadinya peristiwa hari ini, Siauw-tee justeru ingin per-tama2 menggempur mereka, sekalipun guru Siauw-tee akan menyesalkan dan menghukum Siauw-tee."

   Lie Siauw Hiong lalu bertanya pula .

   "Pertempuran perebutan pedang dipuncak Thay-san adalah dikepalai oleh kelima jago dari masing2 partai. Orang2 yang diundang untuk menghadiri pertempuran itu adalah orang2 yang sudah ternama. Bila demikian halnya, bukankah lebih baik tidak diadakan pertempuran saja, karena seperti diketahui, saat ini siapa yang dapat memenangkan guru Ie Heng ?"

   Dengan perasaan bangga Ie It Hui lalu tertawa dan berkata .

   "Hal itu sudah barang tentu, pertemuan digunung Thay-san diadakan dalam sepuluh tahun sekali. Sepuluh tahun yang lampau guruku dengan sebatang pedangnya pernah mengalahkan pendekar2 didunia, dengan demikian dia memperoleh gelaran Ahli pedang nomor wahid didunia, hingga Kouw-am-siang-jin dari Go-bie dan Cek Yang Too-tiang dari partai Bu-tong tidak dapat menimpalinya. Hanya pertemuan digunung Thay-san sekali ini sudah ditetapkan satu peraturan, yaitu . barang siapa yang pernah turut dalam pertemuan sepuluh tahun yang lampau, sekali ini tidak diizinkan turut serta. Oleh karena itu, pertemuan sekali ini, adalah golongan kita yang akan menjagoinya."

   Diam Lie Siauw Hiong menjengekinya, tapi dimulutnya dengan sopan-santunnya dia berkata .

   "Tiga jago pedang dari Kong-tong, namanya sudah terkenal sekali dikalangan Kang-ouw, tampaknya gelar ahli pedang nomor satu didunia ini sekali lagi mungkin akan jatuh kedalam tangan partai Kong-tong."

   Ie It Hui tertawa besar, se-akan2 dia membenarkan perkataan Lie Siauw Hiong ini, tapi diam2 didalam hati Lie Siauw Hiong- mengejeknya.

   Matanya memperlihatkan satu sinar yang cemerlang sekali.

   Tapi Ie It Hui tidak memperhatikan hal ini, sambil mengikuti kereta Lie Siauw Hiong ia tampak girang bukan buatan, se-akan2 dia sedang memegang pedang, berdiri dipuncak gunung Thay-san setelah mendapat gelar ahli pedang nomor wahid didunia.

   Didalam kereta Lie Siauw Hiong dan Ie It Hui, sedang memikirkan persoalannya masing2, yang terdengar hanyalah roda kereta yang berputar.

   Se-konyong2 diatas kereta terdengar satu suara yang gemuruh sekali, se-akan2 ada barang yang berat jatuh dari atas.

   Lie Siauw Hiong dan Ie It Hui terperanjat sekali.

   Tiba2 dari atas kereta terdengar satu suara yang merdu dari seorang wanita, dengan napas yang ter-sengal2 kedengarannya ia berkata .

   "Lekas jalan, lekas jalan, tidak boleh berhenti !"

   Kemudian disusul dengan melesatnya kereta maju kedepan dengan cepat, se-akan2 kusir kereta itu telah dipengaruhi oleh wanita itu, hingga menyebabkan dia tidak boleh tidak mempercepat larinya kereta tersebut.

   Kedua orang yang berada didalam kereta, masing2 adalah orang2 yang berkepandaian sangat tinggi.

   Lie Siauw Hiong yang pura2 tidak mengetahui silat, pada saat itu tidak terasa lagi dia mengerutkan keningnya.

   Dalam hati dia sangat heran sekali atas terjadinya peristiwa ini, maka dia berpikir .

   "Mungkinkah orang ini sedang mencegat jalan untuk melakukan perampokan, tapi demi mendengar suara jatuhnya badan wanita diatas kereta itu, terang menunjukkan bahwa wanita itu kepandaiannya hanya biasa saja. Kedengaran napasnya yang ter-engah2 ini, se-olah2 sedang dikejar orang."

   Ie Ht Hui lalu menarik tubuh Lie Siauw Hiong kesuatu sudut, dengan suara yang perlahan dia berkata .

   "Lie Heng, wanita ini tentu tidak mengetahui siapa yang berada dikereta sebenarnya, karena tampaknya ia ingin berbuat sesuatu atas kereta kita. Bila terjadi sesuatu, Siauw-tee akan mempermainkan wanita ini, untuk memberi kesenangan kepada Lie Heng."

   Begitu perkataannya habis diucapkan, lalu sebelah tangannya menekan jendela kereta tersebut, dengan mengeluarkan sedikit tenaga sadia, seperti ikan yang sedang berenang tubuhnya melayang keluar melalui jendela kereta.

   Pergerakan tangan yang begitu cepat, nyata tidak memalukan dia sebagai seorang yang sudah mempunyai nama yang terkenal juga dikalangan Kang- ouw.

   Lie Siauw Hiong lalu mendengar suara teriakan kaget dari wanita itu, sambil membentak terdengar ia berkata .

   "Kau ini manusia busuk ..."

   Sebelum habis perkataannya diucapkan, lantas terdiam.

   Lie Siauw Hiong tahu bahwa wanita itu telah dibekuk Ie It Hui.

   Benar saja dari luar jendela kereta itu kedengaran Ie It Hui melemparkan tubuh wanita itu masuk melalui jendela kereta.

   Lie Siauw Hiong sudah ingin mengulurkan tangannya untuk menyambut tubuh wanita itu, tapi tiba2 ia teringat yang dirinya tengah bersandiwara pura2 tidak bisa silat, oleh karena itu, dengan mengikuti jatuhnya tubuh wanita itu, ia turut sama2 jatuh kelantai kereta.

   Setelah Lie Siauw Hiong me-raba2, kini ia baru yakin dan pasti, bahwa tubuh tersebut benar2 tubuh seorang wanita.

   Secara kebetulan sekali kini muka mereka saling berhadapan.

   Dalam cahaya yang remang2 itu, ternyata wanita itu sangat cantik sekali.

   Lie Siauw Hiong merasa papas mukanya, setelah diketahuinya bahwa wanita itu pasti sudah ditotok jalan darahnya oleh Ie It Hui, tapi semangat wanita itu tampak me-nyala2, waktu ia melihat dirinya, menempel pada badan seorang laki2, dan muka mereka saling beradu, karena ia tidak dapat bergerak sedikitpun, saking malunya ia hanya dapat merapatkan matanya saja.

   Ie It Hui kemudian dengan gesit sekali tampak masuk kekereta.

   Waktu dia melihat kedua orang itu tengah ber- hempit2an disuatu pojok yang sempit, tidak terasa lagi dia tertawa besar, dengan gerak yang cepat seperti kera, lalu dia mengangkat tuhuh wanita itu.

   Pada saat itu, barulah Lie Siauw Hiong me-ronta2 untuk bangun, sambil menghela napas dia berkata .

   "Apakah barangkali Ie Heng tidak mengetahui yang tenaga Siauw-tee sangat lemah, Siauw-tee mana dapat menyambutinya ?"

   Dengan matanya yang tajam, dilihatnya bahwa wanita itu sudah didudukkan dikursi oleh Ie It Hui, dan sambil tertawa kedengaran Ie It Hui berkata .

   "Lie Heng harus merasa berterima kasih terhadap Siauw-tee barulah tepat, wanita yang begini cantik sudah diberikan kepada Lie Heng, masalah kau sebaliknya menyesalkan kepadaku ?"

   Siauw Hiong melihat sekalipun rambut wanita itu awut2an, dan bajunya kusut sekali, tapi tampaknya tetap cantik.

   Pada saat ia memejamkan matanya tadi, Lie Siauw Hiong membayangkan Peristiwa itu, tidak terasa lagi mukanya terasa sedikit panas.

   Lie Siauw Hiong setelah menelan ludah dan pura2 berlaku sangat sopan sekali dia bertanya .

   "Nona ini bagaimana dimalam hari dapat melompat keatas kereta kita ? Cobalah mohon nona terangkan."

   Wanita muda itu sewaktu mendengar dirinya ditanya, segera ia membuka matanya.

   Pandangannya diarahkannya pada diri Lie Siauw Hiong dan Ie It Hui, se-akan2 ia merasa kedua orang yang didepannya itu bukanlah seperti orang yang dibayangkannya, hatinya merasa sedikit lega, sedangkan mukanya tampak tersenyum sedikit.

   Baru saja ia ingin membuka mulutnya untuk bicara, seluruh badannya tidak bertenaga dan untuk bicara saja ia tidak mampu lakukan.

   Lie Siauw Hiong melihat Ie It Hui telah menotok wanita itu, sehingga keadaannya seperti itu, tapi wanita itu tidak terluka sama sekali.

   Tidak terasa lagi dia mempunyai kesan yang baik terhadap Ie It Hui ini, karena diketahuinya bahwa kawannya ini dapat mengerjakan sesuatu berdasarkan keperluannya.

   Ie It Hui lalu tertawa, sambil mengulurkan tangannya kepunggung wanita itu, yang kemudian ditepuknya sekali, lantas terlihat wanita itu dapat menghembuskan napasnya dengan lancar kembali, sedangkan tangannyapun dapat diangkat sesuka hatinya, badannya kini sudah dapat bergerak pula.

   Pada saat itu kereta tersebut jalannya sangat perlahan sekali, jalanan tampak sepi sekali, pedagang2 sudah pada menutup tokonya masing2, sebagian lampu sudah pada dipadamkan.

   Se-konyong2 terdengar suara yang kaku dan kasar yang berteriak..

   "Kawan, lekas naik, tawanan kita ada didalam kereta !"

   Ie It Hui merasa terkejut juga, mendengar suara teriakan itu, wanita muda yang duduk berlutut diatas lantai kereta memohon .

   "Tuan berdua walau bagaimanapun harus menolongku. Mereka adalah orang2 jahat, mereka ..."

   Mukanya wanita itu tampak merah, sedangkan perkataannyapun tidak dapat diteruskannya.

   Tapi Lie Siauw Hiong dan Ie It Hui sudah maklumi apa yang terkandung dalam perkataan yang hendak dikatakannya itu.

   Ie It Hui biar bagaimanapun adalah seorang ksatria sejati, mendengar hal itu, dia menjadi marah sekali dan lalu berkata .

   "Orang2 kejam seperti mereka sangat keterlaluan, sekalipun dikota mereka masih saja berani melakukan perbuatan biadab dan liar."

   Berkata sampai disitu, lalu dia bertanya pada wanita itu .

   "Mereka itu siapa, apakah kau mengenal mereka ?"

   Wanita itu menggelengkan kepalanya. Baru saja wanita muda itu menggelengkan kepalanya, diluar jendela kereta dijalanan terdengar suara "ser, ser !"

   Beberapa kali, laksana orang2 yang lompat turun dari atas rumah saja dan kemudian melompat kekereta. Kusir kereta kemudian berseru kaget, lalu disusul dengan suara orang yang serak lagi kasar membentak .

   "Hei, keretamu ini lekas2 diberhentikan !"

   Walaupun Lie Siauw Hiong sendiri tidak bisa turun tangan, tapi dia cukup mengetahui sampai dimana kepandaian Ie It Hui ini, bila harus menghadapi beberapa perampok kasar seperti mereka ini, ia merasa gampang sekali, oleh karena itu, tampaknya dia tenang2 saja.

   Dia ingin lihat Ie It Hui bagaimana harus menghadapi mereka ini, juga dia ingin menyaksikan sampai dimana kelihayannya permainan pedang Ie It Hui ini.

   (Oo-dwkz-oO)

   Jilid 4 Kereta itu berhenti, sedangkan wanita muda itu dengan gugup dan ketakutan bersembunyi dipojok kereta, matanya dengan penuh kecemasan memandang keluar kereta.

   Lie Siauw Hiongpun lalu mengulurkan kepalanya untuk memandang keluar jendela.

   Didepan kereta dilihatnya berdiri tujuh atau delapan orang yang masing2 memegang senjata tajam yang ber-kilau2an sinarnya.

   Salah satu diantara orang yang memegang golok Tanto (golok tunggal) berseru .

   "Hei, orang yang ada didalam kereta, dengarlah ! Kami adalah saudara dari pemimpin perairan dan daratan Siauw-liong-sin Ho Sin, yang berkedudukan didaerah sebelah bawah sungai Tiang-kang, hari ini kami lewat disini, dan kami tidak bermaksud mencelakai rakyat jelata, hanya tadi ada seorang wanita muda yang telah melarikan diri dari kapal kami, ia sudah lari masuk kedalam kereta ini, harap lekas kalian keluarkan dia, agar tidak mendatangkan sengketa."

   Dengan mengeluarkan suara "hm"

   Dari hidungnya, Ie It Hui lalu membuka pintu kereta dan kemudian lalu turun dari kereta dan membentak .

   "Tidak ada wanita dalam kereta ini, sekalipun ada, pasti tidak akan kuserahkan pada kalian !"

   Ketika itu Ie It Hui keluar dari kereta dengan memegang sebatang pedang.

   Orang yang bersuara kasar tadi tampak sedang berunding dengan kawan2nya, tidak tahu apa yang sedang mereka percakapkan.

   Orang yang mula2 berbicara tadi, mungkin juga pemimpin mereka, kemudian tampak ia datang, tiba2 sambil merangkapkan kepalannya dia berkata .

   "Tuan tampaknya satu golongan dengan kami, dari itu aku harap Tuan sudi mengeluarkan orang tawanan kami. Jika permintaanku kali ini tuan kabulkan, dibelakang hari kami pasti akan membalas kebaikan budi tuan."

   Dengan tertawa dingin Ie It Hui berkata .

   "Apa yang kau katakan ini, perhubungan ? Aku tak mempan dengan bujuk rayumu yang keji itu !"

   Mula2 orang itu mengira bahwa perkataannya itu akan ditaati oleh Ie It Hui. Sangkanya semua orang akan dapat digertaknya, dan disentaknya dengan sifat angkuhnya. Mendengarkan kata2 Ie It Hui ini, saking marahnya dia berteriak .

   "Tampaknya tuan sudah bosan hidup barangkali."

   Kemudian sehabis teriaknya, ia melangkah maju dan berkelebat dengan goloknya, lalu ia membacokkan goloknya dari atas kebawah.

   Ie It Hui yang melihat kedatangan golok itu, lalu mengulurkan tangan.

   Dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya, ia menjepit ujung golok lawannya tersehut, sedang tangan kirinya dikibaskannya keorang itu sambil berseru .

   "Rebahlah !"

   Sehabis Ie It Hui berkata demikian, orang itu benar saja mengikuti kibasan tangan Ie It Hui, tubuhnya jatuh terguling ditanah.

   Lie Siauw Hiong yang berada dalam kereta, melihat orang itu begitu tidak berguna, hingga ia merasa agak kecewa.

   Sebenarnya ia mengharapkan agar terjadi satu pertempuran yang seru untuk melihat kepandaian pedang kawannya ini, tapi sekali Ie It Hui turun tangan, membuat lawannya tak berdaya lagi.

   Mereka ini hanya mengerti tiga jurus silat saja, sedikitpun mereka belum dapat dikatakan pandai silat, hanya dengan mengandalkan jumlah mereka yang banyak, maka mereka gampang saja menghina orang yang lemah, tapi jika menghadapi lawan berat seperti Ie It Hui ini, mereka menjadi kecele.

   Mereka lalu melakukan pengeroyokam.

   Dengan tujuh atau delapan orang yang bersenjatakan golok mereka mengeroyok dan hendak membunuh Ie It Hui, tapi sekali gebrak saja mereka sudah terpukul sampai tunggang-langgang.

   Jangankan Ie It Hui hendak dijatuhkannya, bajunya saja tidak dapat mereka menyentuhnya.

   Orang yang pertama kalinya jatuh tadi, merayap bangun kembali, kemudian se-konyong2 berseru .

   "Sudahlah, sudahlah ! Kedua pemimpin kita sudah datang, kawa2 berhentilah ! Kini kita ingin melihat apakah bocah ini dapat mempertunjukkan keganasannya pada kedua pemimpin kita itu !"

   Kemudian setelah orang2 itu mendengar seruan kawannya itu, lalu menghentikan penyerangan mereka.

   Tiba2 tampak seorang yang jangkung ber-lari2 bagaikan terbang cepatnya ketempat pertarungan itu.

   Waktu dilihatnya kawan2nya pada bergulingan ditanah, maka ia berdiri disebelah pinggiran tempat pertarungan itu sambil memandang pada Ie It Hui yang berdiri dipinggir kereta dengan tenangnya.

   Sambil mengerutkan keningnya orang jangkung itu lalu berjalan menghampiri Ie It Hui dan berkata .

   "Kawan, kami tak ubahnya laksana air sumur yang tidak pernah mengganggu air kali. Bersangkut-pautkah sandara dengan wanita itu, sehingga saudara ingin bertentangan dengan kami, dan membalaskan sakit hatinya ? Jikalau memang benar saudara ada sangkut-paut dengannya, aku Kang-lie- pek-liong akan segera mengangkat kaki dan wanita itupun terserah pada saudara !"

   Ie It Hui begitu mendengar nama Kang-lie-pek-liong, diapun sudah maklum bahwa orang ini juga sangat ternama dalam kalangan rimba persilatan.

   Didaerah Tiang-kang, kaum Liok-lim dibagian air (kaum perampok disungai dan telaga, artinya termasuk pendekar busuk) walaupun semuanya mengangkat Siauw-liong-sing Ho Sin sebagai pemimpin mereka, tapi tiap perkara baik besar maupun kecil semuanya diurus oleh Kang-lie-pek-liong Sun Tiauw Wan sebagai kepalanya.

   Su Tiauw Wan bukan saja mempunyai kepandaian yang tinggi baik didarat maupun diair, iapun sangat pintar sekali.

   Namanya sangat tenar sekali didaerah Tiang-kang, sedangkan Ie It Hui juga sudah pernah mendengar nama tersebut.

   Sewaktu Ie It Hui melihat pada Sun Tiauw Wan, yang orangnya bertubuh tinggi kurus dan matanya bersinar terang sekali, tampaknya memang mempunyai kepandaian yang tinggi, maka dia lalu menyahut .

   "Terus terang kukatakan, wanita muda itu tidak mempunyai sangkut-paut apapun dengan aku orang she Ie, hanya aku orang she Ie paling tidak senang melihat seorang wanita diperlakukan demikian rupa. Dalam hati aku menganggap Sun Tong-kee sebagai seorang pemimpin yang mempunyai nama terkenal, tapi mengapakah dengan gigih sekali me-ngejar2 seorang wanita muda ?"

   Ie It Hui sendiri sebenarnya bukan ingin secara sungguh2 menolong wanita itu.

   
Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kata2nya yang keras dan baru diucapkannya pada Sun Tiauw Wan adalah karena terdorong rasa kemarahanya, maka ia hendak membela wanita itu.

   Tapi kemudian setelah direnungkannya sejenak, kata2nya yang telah terhambur keluar itu, ia agak menyesal juga.

   Karena mengurus soal2 remeh itu, dengan sendirinya ia telah menanam bibit permusuban dengan orang she Sun itu.

   Hal mana, sangat tidak menguntungkan sekali baginya.

   Oleh karena itu, timbul pengharapannya agar supaya orang she Sun itu tidak memperpanjang persoalan wanita itu, hingga mereka segera pergi agar tidak sampai terjadi hal2 yang tak diingini.

   Dengan penuh keheranan Sun Tiauw Wan lalu memandang pada Ie It Hui dan lalu berkata .

   "Oh, ternyata tuan ini adalah salah seorang Kong Tong Sam Coat Kiam (tiga ahli pedang dari partai Kong Tong) yang bernama Ie Jie-ya Ie It Hui. Jika Ie Jie-ya meminta, kitapun tidak berhalangan untuk melepaskan perempuan itu."

   Ie It Hui mendengar perkataan Sun Tiauw Wan ini, merasa girang sekali, didalam hatinya dia pikir, bahwa orang she Sun ini ternyata mempunyai pengalaman yang sudah sangat luas sekali. Sun Tiauw Wan melanjutkan perkataannya .

   "Hanya harus diketahui, bahwa wanita muda itu bukan barang yang begitu berharga, tapi sungguhpun demikian wanita itu ada orang lain yang ingin menjaganya. Aku yang rendah tidak berani mengganggu kegembiraan orang itu. Aku kira Ie Jie- ya pun pasti mengenali orang yang kumaksudkan itu. Oleh karena itu, aku yakin kaupun tidak akan membuat sesuatu yang dapat mengganggu perhubungan baik antara kita sama kita bukan ?"

   Dengan lekas Ie It Hui bertanya .

   "Siapakah gerangan orang yang kau maksudkan itu ?"

   Sun Tiauw Wan sambil tertawa lalu memandang ketempat yang jauh sekali, sambil menudingkan jerijinya kesana ia berkata .

   "Nah, dialah orangnya !"

   Ie It Hui setelah melihat kearah yang ditunjukkan padanya, se-konyong2 mukanya berubah. Setelah berdiam diri sejurus lamanya, Ie It Hui berkata .

   "Bila memang wanita itu adalah kepunyaan orang tersebut, sudah tentu aku tidak akan menahannya."

   Kemudian Ie It Hui menunjuk kedalam kereta seraya berkata lagi .

   "Nah, wanita itu ada dalam kereta, kau boleh berurusan sendiri dengannya."

   Lie Siauw Hiong yang mendengar percakapan diantara kedua orang itu dari dalam kereta, lebih2 merasa terkejut sekali.

   Diam2 dia berpikir .

   Tee-coat-kiam Ie It Hui ini, namanya cukup terkenal, kepandaiannyapun tidak lemah, apalagi diapun mempunyai pendukung yang dapat diandalkan, yaitu Kiam-sin Li Gok, sifatnya suka membanggakan diri, sekarang mengapa hanya dengan tudingan jari Sun Tiauw Wan kearah orang yang jauh itu, ia jadi menurut saja akan permintaan orang she Sun itu ? Mungkinkah orang itu mempunyai kepandaian yang lihay dan luar biasa ? Dan siapakah gerangan orang itu ? Wanita muda itu waktu melihat Ie It Hui dengan gampang menakluk kepada lawannya, ia menjadi sangat terkejut, karena tadinya ia mengira bahwa le It Hui pasti akan menolong dirinya.

   Tapi siapa menyangka suatu perubahan mendadak telah terjadi, dengan mata yang penuh permohonan dipandangnya muka Lie Siauw Hiong.

   Si pemuda yang melihat pandangan wanita muda itu bagaikan menembus jantungnya, tanpa menghiraukan sesuatu lagi dia harus pergi keluar untuk menolongnya, tapi tiba2 dia terpikir dengan perintahnya sendiri yang belum sempat lagi dijalankan, disamping itu terhadap pekerjaannya sendiri dikemudian hari belum lagi dapat dipastikan, bagaimana perkembangannya kelak, terasa padanya adanya satu tenaga kuat sekali mengekang perasaan yang tengah ber-golak2 itu.

   Dalam sekejap saja Sun Tiauw Wan sudah menghampiri kereta tersebut.

   Ia menjengukkan kepalanya masuk kedalam kereta lalu tertawa haha hihi kepada wanita muda itu dan berkata .

   "Phui Kho-nio (nona Phui) lebih baik kau ikut saja dengan kami, karena tak ada gunanya melarikan diri. Dengan mengandalkan kepandaian yang kau miliki itu, kau ingin melarikan diri, tapi itu agaknya takkan berhasil."

   Wanita muda itu semakin menyurukkan badannya kepojok kereta itu. Melihatnya hati Lie Siauw Hiong sangat sedih, tetapi setelah berpikir sejurus ia berkata .

   "Pergilah lekas mengikuti orang itu, bila tidak ..."

   Wanita muda itu ketika mendengar Lie Siauw Hiong bicara demikian, dengan penuh perasaan benci, ia memandang pada Lie Siauw Hiong.

   Pandangannya betul2 mengandung kebencian dan kedongkolan yang amat memuncak.

   Dalam hati Lie Siauw Hiong tak sampai hati melepaskan wanita ketangan manusia biadab itu.

   Tapi dalam saat perjalanannya kali ini, ia harus menekan se-keras2nya perasaan hatinya itu, agar rahasianya tidak diketahui oleh Ie It Hui.

   Sun Tiauw Wan mengulurkan tangannya memegang pinggang wanita muda itu untuk ditarik keluar, sambil mengibaskan tangannya dengan menguatkan hatinya supaya jangan sampai wanita muda itu menangis.

   Dengan penuh kebencian ia berkata .

   "Jalan, ya, jalan, bila kau memaksa aku, maka tanpa segan2 lagi aku akan memakimu !"

   Ia berdiri lalu berjalan keluar tanpa memandang lagi pada Lie Siauw Hiong.

   Sun Tiauw Wan memberi isyarat pada kawan2nya, sesudah itu dua orang pemuda yang kasar dari kiri dan kanan lalu memegang sebelah seorang tangan wanita muda itu.

   Ia me-ronta2, tapi tentu ia tak dapat melawan tenaga yang besar dan kuat kedua pemuda kasar itu.

   Sun Tiauw Wan kemudian merangkapkan kedua tangannya dan berkata pada Ie It Hui .

   "Ie Tay-hiap yang mempunyai kepandaian tinggi, bukan saja aku orang she Sun merasa terharu tidak habis2nya, begitu pula Cee-cu (pemimpin pasanggerahan) dan pemimpin kami pasti takkan lupa akan kebaikan Ie Tay-hiap untuk hal itu, aku berani memastikan yang mereka akan berusaha membalasnya. Nah, sampai disini saja dulu dan sampai ketemu lagi."

   Begitu dia habis mengucapkan perkataannya, lalu dia pergi sambil me-lambai2kan tangannya. Ie It Hui sendiri lalu naik kereta kembali, dengan memaksakan dirinya tertawa pada Lie Siauw Hiong dan berkata .

   "Hari ini benar kita menemui kesialan, tanpa sebab kita mencari penyakit sendiri. Ai, jika bukannya pemimpin tersebut, masih tidak mengapa, tidak tahunya adalah dia sendiri !"

   Lie Siauw Hiong lalu bertanya .

   "Sebenarnya dia itu siapa, Siauw-tee sangat ingin sekali mengetahuinya."

   Ie It Hui tampak menggelengkan kepalanya sambil berkata .

   "Segala urusan yang ditimbulkan dalam kalangan Kang-ouw, Lie Heng pasti tidak dapat memahaminya. Kelak bila kita dapat berjumpa kembali, barulah kita mempercakapkan soal itu."

   Lie Siauw Hiong tahu yang dia tidak suka memberitahukan soal itu, karena tentu dia sudah mempunyai rencana sendiri, diapun tidak ingin banyak bertanya lagi.

   Kereta itu dengan cepat sekali sudah sampai ditoko dimana Lie Siauw Hiong bertugas, yaitu ditoko San Bwee Cu Poo Hoo.

   Tampaknya toko tersebut sangat besar sekali.

   Kusir kereta itu yang baru saja menjumpai peristiwa yang tidak diinginkannya itu, merasa sangat jengkel, bila mungkin sudah tadi2 ia memecut kudanya supaya lekas2 sampai ditempat tujuannya, karena matanya sudah sangat mengantuk.

   Tak lama antaranya sampailah mereka, buru2 kusir itu melompat turun dari keretanya dan lalu mengetuk pintu.

   Saat ia mengetuk pintu toko itu, pelayan toko tersebut tengah tidur nyenyak.

   Maka waktu ia mendengar pintu diketuk orang, dengan suara mengandung kemarahan dia bertanya .

   "Siapakah tengah malam buta kesini mengetuk pintu orang ?"

   Sambil tertawa kusir itu menjawab .

   "Majikan sudah kembali."

   Suara itu lantas berubah menjadi lembut lalu menyahut .

   "Ya, tunggu, saya bukakan."

   Ie It Hui setelah mengalami peristiwa tadi, mukanya tampak redup dengan kelesuan, dia lalu masuk kedalam rumah.

   Lie Siauw Hiong lalu menyuruhnya pergi tidur.

   Malam semakin larut, dari dalam toko San Bwee Cu Poo Hoo se-konyong2 tampak berkelebat sesosok tubuh manusia, yang lari dengan gesitnya menuju kepantai.

   Ilmu kepandaian mengentengkan tubuh yang demikian sempurnanya, sesungguhnya jarang sekali dapat dijumpai, karena dengan mengenjotkan kakinya beberapa kali saja, dia sudah melesat jauh sekali, sehingga bila dipandang tampak seperti segulungan sinar saja, tapi kita tidak dapat melihatnya dengan jelas.

   Dalam waktu yang sekejap mata saja, bayangan orang itu sudah sampai dipantai, tapi waktu itu tampaknya dia ragu2, kemana dia harus pergi.

   Tujuannya belum pasti, hanya dengan pesatnya dia pulang balik ber-kali2 didaerah pantai untuk men-cari2 sesuatu agaknya.

   Disana beberapa kapal yang sedang berlabuh dipantai sudah mematikan lampunya, hanya yang tampak lampu sebuah kapal penangkap ikan yang berada di-tengah2 sungai itu, yang memancarkan sinar yang berkelap-kelip dimalam hari itu.

   Dalam gelap kelihatan lampu kapal itu menyinarkan cahaya yang kuning suram.

   Orang ini agak sedikit kecewa.

   Setelah berdiam sejurus lamanya, se-konyong2 bagaikan elang cepatnya dia meloncat dan hinggap diatas salah satu kapal dagang yang agak besar, dengan mempergunakan ilmu kepandaian meringankan tubuh yang sangat tinggi.

   Dengan cermatnya dia memeriksa keempat penjuru kapal dagang itu.

   Kemudian dia melanjutkan pemeriksaannya pada kapal dagang itu.

   Kemudian dia melanjutkan pemeriksaannya pada kapal dagang yang kedua dan yang ketiga, tapi apakah yang sebenarnya sedang dicarinya ? Kemudian dia meloncat pada dua buah kapal besar lainnya yang agak jauh jaraknya dengan pantai, ketika itu pada saat yang berbareng salah satu diantara kapal itu lampunya secara tiba2 menyala terang.

   Dari jauh kelihatan dari jendela kaca kapal beberapa bayangan orang yang sedang ber-gerak2 tak henti2nya.

   Jarak kedua kapal tersebut dari pantai kurang lebih ada dua puluh tombak.

   Jarak tersebut memang cukup jauh.

   Angin disungai itu bertiup dengan kerasnya, menyebabkan lampu yang tergantung diatas tiang kapal ber- goyang2.

   Orang itu tiba2 mengulurkan tangannya dan mengambil sebuah lampu yang tergantung itu, setelah dia memeriksa sesaat lamanya se-akan2 dia mendapat ilham dengan per-lahan2 dia turun kebawah, sambil memegang tali lampu itu yang kemudian diikatkannya pada kakinya lalu dia menghembus semangatnya.

   Tampak badannya melompat cepat sekali menuju ke-tengah2 sungai itu.

   Lompatannya itu paling sedikit ada lima atau enam tombak jauhnya.

   Sewaktu tubuhnya hendak jatuh keair, lalu lampu yang tergantung dikakinya ditepukkan kepermukaan air sungai itu, sehingga tubuhnya mumbul dan berhasil melompat kembali kemuka sejauh tiga atau empat tombak jauhnya, kemudian sewaktu tubuhnya berada di-tengah2 udara dia menghempos semangatnya sekali lagi dan dengan sekali jungkir balik saja ia sudah berhasil melepaskan lampu yang tergantung pada kakinya.

   Pada saat ia melayang kekapal yang sebuah lagi yang berjarak kira2 lima atau enam tombak itu, kelihatan tubuhnya maju dengan pesat sekali.

   Kemudian sewaktu tubuhnya tampak hendak jatuh diatas air, segera ia buru2 meringankan tubuhnya dan pada saat itu pula tangannya ditepukkannya keatas air.

   Sesudah itu kelihatan badannya bagaikan capung yang menotol air, kemudian melesat kedepan dan jatuh persis diatas kapal itu tanpa menerbitkan suara berisik.

   Lalu dia membetulkan pedangnya yang berbentuk agak kuno itu dan tergantung dipunggungnya.

   Dengan membungkuk ia berjalan menuju kejendela kapal itu yang masih terdapat cahaya lampunya, kemudian dari celah2 jendela itu dia mengintip.

   Di-dalam kapal itu terlihat sebuah Pat-sian-toh (media yang berisi delapan), sedang dipinggir media tersebut duduk dua orang yang sedang minum arak.

   Dia masih kenal satu diantara kedua orang itu, yaitu Sun Tiauw Wan, kemudian dalam hatinya dia berkata pada dirinya sendiri .

   Orang yang satu lagi ini tentulah Siauw- liong-sin Ho Sin adanya.

   Kemudian dia pergi mengintp kejendela berikutnya, tapi disitu tidak terdapat sedikit sinar lampupun yang menyala, tapi berkat sorotan sinar lampu dari kamar lainnya yang menembus kekamar yang tak berlampu itu, ia dengan nyata dapat melihat segala apa yang berada dalam kamar yang gelap itu.

   Tiba2 matanya terbentur pada seorang wanita yang sedang berbaring miring diatas sebuah ranjang.

   Matanya yang besar itu tanpa berkesip memandang pada papan jendela.

   Tampaknya ia sedang berpikir.

   Kemudian dia menempelkan tangannya pada kaca jendela itu, hingga sebentar saja kaca jendela itu yang kena hawa panas dari tangan orang tersebut, menjadi pecah sebagian besar.

   Wanita yang berbaring itu masih saja berpikir, sehingga apa yang terjadi saat itu tidak diketahuinya.

   Tanpa menghiraukan apa yang akan terjadi atas perbuatannya ini, ia lalu mendobrak pinta jendela itu hingga hancur.

   Dengan gesit sekali ia lalu melompat masuk kedalam.

   Setibanya diranjang, lalu dia menotok jalan darah Yong-coan-hiat pada tubuh wanita itu, sehingga wanita itu tidak dapat bergerak maupun bersuara.

   Pada saat itu kedua orang yang sedang duduk minum arak dikamar sebelah tadi, tiba2 berlari masuk kedalam kamar sambil berseru .

   "Siapa ?"

   Orang yang memegang wanita itu dengan bergerak sedikit saja, ternyata sudah berhasil lobos lewat diantara kedua orang itu, dan dengan tenang sekali dia lalu duduk diatas sebuah kursi, sedangkan tubuh wanita itu disenderkan dipinggir meja itu digeladak kapal.

   Kedua orang itu memang benar pemimpin perairan dan daratan dari sungai Tiang-kang, yaitu yang bernama Ho Sin dan Sun Tiauw Wan.

   Kedua orang ini juga mempunyai kepandaian silat yang tinggi sekali, tapi dalam waktu sekejap itu ternyata ada orang lain yang dapat mengelabuinya.

   Setelah diketahuinya hal ini, alangkah terperanjatnya mereka itu.

   Dengan lebih hati2 lagi kedua orang jago itu men-cari2 orang yang dicurigainya itu, kemudian tampak oleh mereka orang tadi duduk digeladak kapal.

   Keadaan orang ini sedikitpun tidak tampak tanda2 bahwa dia hendak melarikan diri, setelah diketahuinya orang telah menampaknya.

   Ho Sin merasa gemas sekali melihatnya dan lalu membentak .

   "Siapakah kau ? Dan apakah pula maksudmu datang kemari ?"

   Orang yang dibentak menengadahkan kepalanya sambil terawa dengan geramnya, kemudian sambil menunjuk kearah kain penutup mukanya yang terlukiskan bunga Bwee itu dia berkata .

   "Apakah kalian tidak mengenal ini ?"

   Sewaktu mereka memperhatikan kain penutup muka orang itu, ternyata diatasnya bersulamkan gambar tujuh batang bunga Bwee, Ho Sin dan Sun Tiauw Wan yang sudah mengembara dikalangan Kang-ouw sepuluh tahun lamanya, tiba2 mereka mencoba memutar otak untuk memikirkannya.

   Tapi orang itu sudah melenyapkan dirinya kurang lebih sudah ada sepuluh tahun lamanya, malahan menurut kabar angin yang tersiar, mengatakan bahwa Bwee San Bin sudah mati dibawah tangan empat jago pantai2 yang ahliwaris bersangkutan (baca arangan dimuka), mengapa pada saat ini dia serta-merta muncul kembali ? Ho Sin merasa ragu2 dan lalu berkata .

   "Mungkinkah kau ini ...?"

   Orang itu tertawa lagi, dan sambil memutuskan omongan Ho Sin dengan suaranya yang nyaring ia berkata .

   "Hay Lwee Cun Chit Biauw (Dalam lingkungan lautan menjunjung Tujuh Ilmu Kepandaian)."

   Belum lagi habis perkataannya diucapkannya, tiba2 dari punggungnya ia mencabut sebuah pedang yang panjang lalu di-putar2kannya.

   Sinar pedang itu berkeredepan.

   Terlihatlah pada sinar2 itu merupakan tujuh Lingkaran dari bunga Bwee.

   Setelah itu secara tiba2 dia telah menarik pedangnya itu.

   Semenjak ia mencabut pedangnya sampai ia habis memainkan pedangnya, se-akan2 hanya memakan waktu sedetik saja.

   Ho Sin dan Sun Tiauw Wan yang melihatnya, hanya merasakan tujuh kuntum sinar dari bunga Bwee itu menyilau dimukanya, kemudian hilang tak berkesan.

   Maka tanpa ragu2 pula mereka berseru .

   "Chit-biauw-sin-kun !"

   Seketika itu mereka merasa tubuh mereka telah menjadi lemas dan tak berdaya.

   Menurut kenyataan, Ho Sin dan Sun Tiauw Wan sebagai pemimpin dari kaum Liok-lim didaerah sungai Tiang-kang dan juga dikalangan Bu-lim, nama mereka sudah terkenal sekali, mengapa sewaktu disebutkannya Chit-biauw-sin- kun saja, mereka lantas menjadi kaget demikian rupa ? Harus diketahui, bahwa nama Chit-biauw-sin-kun itu sangat kesohor sekali, baik kedudukan maupun kepandaiannya, boleh dikatakan jarang ada tandingannya.

   Chit-biauw-sin-kun telah meninggalkan kalangan Kang- ouw sepuluh tahun lamanya, pada detik itu secara se- konyong2 muncul diatas kapal kedua orang ini.

   Hal itu, cara bagaimana tidak membuat kaget sekali kedua orang itu? Pada saat itu muka Chit-biauw-sin-kun ditutupi dengan sapu-tangan.

   Sun Tiauw Wan dan Ho Sin hanya mendengar dia tertawa dingin, tapi mereka tidak dapat melihat wajahnya, maka tidak terasa lagi keringat dingin telah keluar membasahi dahi mereka.

   Biasanya Sun Tiauw Wan sangat cerdik sekali, setelah berdiam sejurus lamanya, ia melihat pada wanita she Phui yang ada disamping tubuh Chit-biauw-sin-kun itu, maka hatinya sudah mengetahui, bahwa orang aneh ini datang adalah disebabkan soal ini, hingga dalam hatinya dia berpikir .

   Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Aku sudah lama mendengar Chit-biau-sin-kun mempunyai chit gee, (tujuh keahlian istimewa), keahlian yang terakhir ini ialah seek, dan sekarang dia datang untuk mengambil wanita ini. Kini biarlah aku lepas tangan dan tidak mau campur lagi urusan ini. Aku tunggu sampai orang itu datang menanyakan wanita itu."

   Setelah berpikir demikian, hatinya mulai tenteram, sambil memberi hormat, dia berkata .

   "Sin-kun sudah lama berpisah dengan kalangan Kang-ouw, tidak disangka hari ini Boan-pwee (merendahkan nama sendiri terhadap orang yang lebih tua tingkatannya) dapat bertemu dengan Sin-kun disini, maka Boan-pwee memberanikan diri untuk menerka, kalau2 kedatangan Sin-kun sekali ini, bukanlah disebabkan karena wanita ini ?"

   Dengan tertawa dingin Chit-biauw-sin-kun lalu berkata .

   "Kau ini memang pintar sekali !"

   Dengan tertawa getir Sun Tiauw Wan lalu menyahut .

   "Sekalipun Sin-kun mempunyai maksud demikian, Boan- pwee mana berani menghalang-halanginya ? Mengenai wanita ini, Boan-pwee disuruh oleh orang lain ..."

   Sambil mengeluarkan suara jengekan dari lobang hidungnya tampak Chit-biauw-sin-kun lalu melanjutkan kata2nya .

   "Orang lain menyerahkan wanita ini kepadamu untuk maksud apa ? Apakah barangkali kau anggap aku tidak mampu membawa pergi wanita ini dari sini ?"

   Sun Tiauw Wan segera menjawab .

   "Boan-pwee pikir, bila Cian-pwee (orang yang tingkatannya lebih tinggi daripada orang yang sedang dibicarakan dengannya) dapat meninggalkan sesuatu barang sebagai bukti kami disini dapat menunjukkan itu pada orang yang bersangkutan, bila orang itu menanyakan pada Boan-pwee tentang orang perempuan ini."

   Sambil berkata begitu, Sun Tiauw Wan mengeluarkan keringat dingin saking takutnya, karena dia tahu tabiat Chit- biauw-sin-kun yang sangat aneh sekali, khawatir kalau2 perkataannya itu akan menyinggung perasaan orang.

   Hal mana, diapun telah melakukan itu karena sangat terpaksa.

   Dengan begitu, dia dapat melepaskan tanggungjawabnya, bila nanti orang lain menanyakan tentang orang perempuan tersebut.

   Siapa sangka setelah berdiam sejurus lamanya, dari dalam dadanya Chit-biauw-sin-kun mengeluarkan sebuah tanda dari emas yang kemudian dilemparkannya diatas meja sambil berkata .

   "Tanda ini adalah barang yang paling kusayangi, bila nanti ada orang yang merasa tidak puas terhadap aku Chit-biauw-sin-kun, kau boleh keluarkan tanda itu, bila dia tidak mau mencari aku, maka akulah yang akan mencarinya !"

   Sun Tiauw Wan dan Ho Sin hanya mengharapkan demikian, tapi mereka tidak pernah menduga bahwa dia dapat meluluskan demikian mudahnya, maka dalam hati mereka tidak terasa lagi timbul suatu pertanyaan, yaitu orang2 dikalangan Kang-ouw pernah mengatakan, bahwa Chit-biauw-sin-kun ini sangat aneh dan ditakuti sekali, tapi kenyataannya tidaklah tepat seperti apa yang dikatakan orang, hingga dalam hal ini tentunya dia mempunyai maksud lain.

   Tapi mungkinkah Chit-biauw-sin-kun ini sudah bersalin rupa dengan yang sepuluh tahun yang lampau itu.

   Dengan kegirangan mereka memandang pada tanda emas diatas meja itu, yang ternayta diatas sepotong emas itu terdapat ukiran gambar tujuh kuntum bunga Bwee.

   Sehabis berkata begitu, lalu Chit-biauw-sin-kun mengempit wanita itu untuk dibawanya pergi.

   Mula2 Chit-biauw-sin-kun memandang pada air sungai didepannya, dalam hatinya ia merasa ragu2, karena pada saat itu ditangannya mengempit seseorang.

   Cara bagaimana dia bisa meringankan tubuhnya seperti tadi, melampaui jarak sungai yang jauhnya dua puluh tombak lebih itu ? Kemudian dia memandang ketengah sungai itu, dia melihat lampu yang dia gunakan tadi dalam usahanya melompati sungai itu kini sudah mengapung terpisah dari kapal kira2 enam tombak jauhnya, ia lalu berpikir .

   "Bila aku menggunakan tipu Hiang-bun-sip-lie dari jurus Am Eng Pu Hiang untuk menyeberangi sungai ini, yang baru saja aku pelajarinya sewaktu berada dalam kamar batu, ilmu itu sebenarnya belum pernah aku coba lakukan dalam praktek. Oleh karena itu, apakah aku dapat mempergunakannya dengan sempurna ?"

   Harus diketahui, bahwa ilmu Am Eng Pu Hiang dari Chit-biauw-sin-kun sekalipun latihan itu mengandalkan tenaga-dalam, suatu cara yang termasuk juga ilmu meringankan tubuh yang paling tinggi dan tersulit, tapi tak mungkin dapat dicapai hingga puncak yang paling sempurna, tanpa melakukan teori dan praktek dengan secara berbareng.

   Maka walaupun ia mahir dalam teorinya, apakah ia dapat juga mempraktekkannya dengan se- sempurna2nya ? Pikiran itu terlintas dikepalanya, pada saat Sun Tiauw Wan dan Ho Sin datang mendekatinya.

   Sambil membungkukkan diri Ho Sin merangkapkan tangannya dan berkata .

   "Sin-kun datang dan pergi dengan ter-gesa2, hingga Boan-pwee belum lagi mengunjuk hormat kepada Sin-kun sebagaimana mestinya, tapi diharap saja dikemudian hari kita bertemu kembali. Pada waktu itu, kami akan meminta petunjuk2 lebih jauh dari Sin-kun."

   Chit-biauw-sin-kun lalu melambaikan tangannya sedang didalam hatinya dia berkata .

   "Melihat mereka begitu menghormati aku, hal itu sudah jelas membuktikan bahwa Chit biauw sin-kun mempunyai kedudukan yang hebat sekali dalam kalangan Kang-ouw. Oleh karena itu, sejak hari ini baiklah aku perkembangkan pula keagungan nama julukan itu selanjutnya."

   Kemudian tanpa me-nimbang2 lagi, tangannya lantas mendorong pergi tubuh wanita itu lurus kedepan.

   Tenaga dalamnya memang mengejutkan orang, apa lagi sekarang dia melakukan dengan sepenuh tenaga, maka tubuh wanita muda itu dengan pesat sekali meluncur kemuka bagaikan anak panah cepatnya.

   Sun Tiauw Wan dan Ho Sin merasa tercengang sekali, tidak tahu mengapa dia melakukan tindakan tersebut.

   Mereka melihat tubuh wanita itu terbang kemuka, kemudian disusul oleh orang yang mendorongnya.

   Pergerakannya jauh lebih gesit daripada yang pertama.

   Kakinya tampak menutul pada lampu yang mengambang dipermukaan air sungai, pada saat tubuh wanita tersebut maju lagi kedepan.

   Sepasang tangannya lantas mendorong tubuh wanita itu kembali, sedangkan tubuhnya sendiri sambil menotol lampu tersebut, sekali lagi tubuhnya maju kemuka dengan gerakan yang terlebih pesat.

   Sun dan Ho berdua memandang dari kejauhan dengan perasaan amat kagum.

   Begitulah, dengan gerakan secepat kilat, Chit-biauw-sin- kun meluncur dipermukaan air sungai yang jauhnya kurang lebih sepuluh tombak itu, hingga sekejap saja dapat dilampauinya, dan sekarang terpisah dari daratan hanya tinggal enam atau tujun tombak lagi saja jauhnya.

   Oleh sebab ini, tidak terasa lagi hatinya menjadi sangat girang, karena ia telah dapat laksanakan peryakinan ilmu yang termasuk paling tinggi dari kaum ahli silat.

   Sewaktu ilmu ini dipergunakan, perhatian orang yang menggunakannya sedikitpun tidak boleh bercabang.

   Dalam kegirangan yang tiba2 itu, kakinya menjadi berat dan tubuhnya berat seperti juga hendak tenggelam, hingga dia insyaf bahwa perhatiannya sudah bercabang, maka tiba2 pula hatinya menjadi kecut sekali.

   Sesaat itu juga, dia merasa lampu yang kian tenggelam itu mumbul kembali keatas.

   Ternyata orang yang sudah mencapai ilmu meringankan tubuh yang paling sempurna, hanya dengan pertolongan tenaga yang kecil saja dapat membuat badannya melompat keatas pula.

   Badannya lalu mengikuti mumbulnya lampu itu, kemudian dengan badannya yang separuh melengkung seperti busur panah, lalu melayang kemuka sambil mengempit wanita itu.

   Ketika tubuhnya berada ditengah udara, badannya begitu kukuh dan sempurna tampaknya.

   Bajunya yang lebar itu ketika ditiup oleh angin sungai, ber-kibar2, menambah indah dipandang mata.

   Sejurus kemudian tubuhnya jatuh kembali kebawah, ternyata dia sudah sampai didaratan.

   Tampaknya ia sudah agak kecapaian.

   Tapi setelah mengaso sebentar dan mengatur pernapasannya sehingga teratur kembali, lalu dia menyekal tangan wanita itu, lalu lari menuju kedalam kota.

   Dalam beberapa kali lompat saja bayangannya sudah lenyap ditelan oleh kegelapan malam.

   Sewaktu wanita itu siuman kembali, ia sudah berada didalam sebuah kamar yang indah dan mentereng.

   Seumurnya belum pernah ia melihat kemewahan seperti yang terdapat dalam kamar itu.

   Ranjang yang ditidurinya, terasa begitu empuk dan hangat.

   Pada ranjang terpasang kelambu yang indah pula, sepreinyapun terbikin dari kain yang mahal.

   Pendeknya segala perabotan yang berada dalam kamar itu, orang biasa takkan dapat memiliki karena barang2 tersebut terhitung sebagai barang2 mewah yang sangat mahal harganya.

   Dengan perasaan yang segar sekali, lalu ia menggerakkan kaki dan tangannya.

   Dan dalam waktu ia siuman ini, segala sesuatunya se-akan2 berada dalam impian saja.

   Kemudian se-konyong2 ia ingat yang dirinya baru saja dibekuk dalam kapal, kemudian muncul seseorang dikamar dimana ia ditawan.

   Orang itu serta-merta menotok jalan darahnya, hingga selanjutnya ia tidak mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya.

   Tapi mengapa kini ia berada dan telah berbaring dalam kamar mewah ini ? Lalu ia meng-ingat2 peristiwa yang dialaminya selama dua bulan ini.

   Jika dibandngkan keadaannya kini dengan hari2 yang telah dilewatinya selama hidupnya, jauh berbeda sekali.

   Kemudian pikirannya melayang jauh pada rumahnya.

   Sebenarnya ia pernah menuntut penghidupan yang aman dan damai, ayahnya bernama Phui In Kie, yang membuka sebuah rumah perguruan silat.

   Muridnya tiga sampai empat puluh orang.

   Sekalipun keluarganya tidak tergolong sebagai keluarga yang kaya, tapi hidupnya serba cukup.

   Penduduk di-kota2 kecil terhadap mereka sangat hormat sekali.

   Tapi pada suatu hari, datang seorang pemuda yang berpakaian mentereng ke-tengah2 kepenghidupannya, hingga akhirnya ia kehilangan penghidupan yang tenteram, dan damai itu.

   Tapi walaupun demikian, Phui In Kie sendiri sangat girang sekali menerima pemuda tersebut.

   Dia menyuruh anak perempuannya panggil Koko (kakak) si pemuda itu, kemudian menyuruhnya memanggil dia Ie Ko.

   Phui In Kie memberitahukan, bahwa dia bernama Kim Ie dan adalah anak laki2 ayahnya yang telah lenyap sepuluh tahun lamanya.

   Phui In Kie memberitahukannya, anaknya ini selama sepuluh tahun, mengalami ber-macam2 hal yang aneh2, hingga dia mempunyai kepandaian yang sangat tinggi sekali, yang mana sudah berhasil dimilikinya.

   Akhirnya entah bagaimana si nona menjadi jemu dan benci sekali pada Ie Ko itu, yang wajahnya selalu tampak dingin, kedua matanya tampak beringas dan garang sekali.

   Bila dia memandang pada orang lain, maka matanya itu tampak se-akan2 ingin menelan orang saja layaknya.

   Tapi kesemuanya ini belum dapat dikatakan suatu hal yang sangat buruk.

   Pada suatu hari, se-konyong2 Phui In Kie memberitahukan kepada si nona, bahwa ia harus mengawini Ie Ko.

   Mendengar hal ini, ia menjadi kaget bukan kepalang.

   Masakan seorang adik perempuan dibolehkan kawin dengan kakaknya sendiri ? Kemudian barulah Phui In Kie memberitahukan kepada si nona, bahwa nona itu bukanlah anak perempuannya sendiri.

   Diberitahukannya pula, bahwa Ie Ko-nya ini mempunyai kepandaian yang sangat tinggi dan dibeberapa tempat dia mempunyai kedudukan yang tinggi pula.

   Si nona tidak mau mengabulkan permintaannya itu, walau bagaimanapun ia tidak mau, hingga Phui In Kie menjadi marah dan berkata .

   "Tidak, kau harus kawin juga !"

   Waktu itu sikapnya se-olah2 sudah berubah terhadapnya, begitu benci dan kejam terhadapnya, dan karena dalam gugupnya ia menangis ter-sedu2.

   Pada waktu itu si nona sangat benci sekali terhadapnya, dan benci juga terhadap ayahnya, yang telah memaksa ia supaya mau kawin dengan kakaknya sendiri.

   Dengan perasaan marah sekali ia lalu berkata .

   "Kalau kau dapat membunuh ayah dan ibuku, aku baru mau kawin denganmu !"

   Ie Ko itu lalu berdiri sejurus, kemudian dia pergi keluar.

   Perkataan yang ia ucapkan tadi sebenarnya diucapkannya karena ia sedang marah sekali, siapa tahu setelah sejurus lamanya, ternyata Ie Ko menenteng kepala ayah dan ibunya berjalan masuk kekamarnya, sambil dilemparkannya kepala ibu dan ayahnya keatas tanah.

   Si nona buru2 pergi melihat.

   Ternyata benar2 dia sudah membunuh ayah dan ibunya! Begitu kagetnya ia sampai tidak bisa bicara, ia tidak pernah menduga yang dia dapat berlaku demikian kejamnya serta tak berperikemanusiaan sama sekali.

   Lalu dia menangis dan memaki, tapi Ie Ko tetap berdiri disitu dengan dinginnya, sepatah katapun tidak diucapkannya.

   Sekarang si nona tahu, kecuali mati, tidak ada jalan lain baginya untuk melarikan diri.

   Oleh karena itu, lalu diambilnya sebilah golok hendak membunuh diri, tapi tanpa diketahuinya, sekali bergerak saja, goloknya itu sudah berpindah kedalam tangan Ie Ko.

   Begitulah walaupun ia ingin mati tapi tak dapat dilaksanakan, tapi walaupun demikian, ia sudah mengambil keputusan yang pasti meski bagaimanapun juga, ia tidak sudi kawin dengan pemuda itu.

   Pada suatu hari Ie Ko berkata kepadanya .

   "Kau jangan mengira yang aku tidak berdaya menghadapimu, sesungguhnya, bila aku menotokmu sekali saja, aku akan dapat berbuat sesuka hatiku, tapi karena aku terlampau mencintaimu, sehingga aku tidak mau mengambil tindakan kekerasan serupa itu!"

   Setiap hari Ie Ko menilik tingkah lakunya, pada suatu hari dimalam hari, dia mendengar suara yang aneh, seperti suara burung, tapi mirip seperti pekikan monyet, sewaktu mendengar suara itu mukanya berubah jelek sekali, sehingga tidak sedap dipandang orang.

   Pada malam hari itu, se-malam2an Ie Ko tidak dapat tidur, dia terus berpikir, keesokan harinya dia mengajak si nona pergi.

   Ia tahu si nona tidak mau turut, ia lalu mengambil tindakan kekerasan, hingga dengan sangat terpaksa nona itupun turut juga.

   Mereka berjalan setengah hari lamanya, sesampai ditepi sungai Tiang-kang, lalu Ie Ko pergi kesana-kemari mencari sebuah kapal kecil.

   Sejurus kemudian dari pinggir sungai itu datang dua buah kapal besar.

   Belum lagi kapal itu rapat betul, tetapi Ie Ko sudah mengempit nona itu meloncat kekapal tersebut.

   Orang diatas kapal sewaktu melihat Ie Ko ini, tampaknya mereka kaget dan bergidik.

   Sesampainya dikapal, Ie Ko meninggalkan si nona diatas kapal itu, sambil menyuruh beberapa orang untuk menjaganya.

   Mereka semua berlaku sopan-santun, kemudian Ie Ko sendiri berlalu entah kemana perginya.

   Setelah dua hari berada dikapal itu, baru diketahui bahwa kapal itu adalah milik perampok.

   Salah seorang pemimpinnya dipanggil Siauw-liong-sin, dan yang seorang lagi dipanggil she Sun.

   Mereka ini memperlakukan si nona dengan hormat sekali, mereka menyuruh seorang perampok yang penuh berewokkan siang malam menjaganya, sambil dipesan jangan berlaku kurang ajar.

   Pada suatu malam, siberewok karena terlampau banyak minum susu macan, dengan secara se-konyong2 lalu menubruk dan hendak memperkosa si nona.

   Justeru orang she Sun itu pun datang, hingga ia mengutuk siberewok, yang kesudahannya disusul dengan perkelahian.

   Dan selagi orang she Sun dan siberewok bertempur dengan hebatnya, si nona segera mengambil kesempatan itu melarikan diri dari kapal tersebut.

   Tapi akhirnya iapun tertangkap juga, setelah ditengah jalan berjumpa dengan dua orang yang kelihatannya seperti pendekar2 yang gagah perkasa tapi tidak tahunya mereka tidak berguna sama sekali, lebih2 yang satunya itu.

   Selama si nona dalam tangkapan dan berada kembali diatas kapal, kawanan perampok lalu membuang sauh tepat ditengah sungai itu, hingga si nona yang ketahui hal itu, tidak berdaya sama sekali.

   Apa lagi sekarang orang she Sun itu sendiri yang menjaganya.

   Tapi mengapa sekarang ia berada ditempat ini ? Mungkinkah tempat ini sarang perampok tersebut ? Sekarang si nona terbaring diatas ranjang.

   Peristiwa yang sudah lewat dirasakannya seperti mimpi saja, satu per satu terlintas dikepalanya.

   Wanita muda sebatang kara itu pada saat ini sedang merasa putus asa dan pedih memikirkan nasibnya, hingga tanpa terasa lagi ia menangis diatas ranjang itu.

   Se-konyong2 dari belakangnya terdengar suara orang batuk2, begitu kagetnya sehingga ia berloncat dan duduk diatas ranjang untuk melihat orang yang mendatangi itu.

   Ternyata orang itu yang ia pernah menjumpai didalam kereta, malahan ia kenali dia sebagai orang yang ia sangka paling tidak berguna sama sekali.

   Dia itu bukan lain daripada Lie Siauw Hiong ! Sambil tertawa si pemuda berkata padanya .

   "Kho-nio (nona), kau sudah bangun ?"

   Keheranannya bertambah, karena mengapa secara tiba2 pemuda ini bisa muncul disitu.

   Mungkinkah rumah ini adalah rumahnya ? Mungkinkah pemuda ini yang telah menolongnya ? Sesaat ia tercengang, sehingga ia tidak dapat mengeluarkan sepatah katapun.

   Sambil tertawa lagi pemuda itu berkata.

   "Kho-nio jangan curiga, sekalipun aku tidak berguna, namun aku dapat melakukan sesuatu demi kepentingan sahabatku. Dari atas kapal aku sudah berhasil menolong nona. Sekarang baiklah nona beristirahat disini barang beberapa hari. Disini adalah tempat yang tenang sekali, hingga cocok untuk nona mengasoh. Aku berani pastikan tidak ada orang yang akan berani mengganggu nona."

   Sehabis berkata demikian, Lie Siauw Hiong tidak menunggu lagi jawaban nona itu, lalu membalikkan badannya dan berjalan pergi.

   Setelah melalui beberapa kamar dan satu ruangan besar, dilihatnya Ie It Hui tengah duduk minum teh.

   
Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Sewaktu melihat pemuda itu, buru2 dia berdiri dan berkata seraya tertawa .

   "Mengapa Lie Heng datangnya begitu terlambat sekali ? Siauw-tee sudah mundar-mandir diruangan depan satu kali, malahan sudah dengar pelayan toko membicarakan suatu kejadian yang sangat aneh sekali."

   Sambil tertawa, Lie Siauw Hiong pun berkata .

   "Siauw- tee mana dapat dibandingkan dengan Ie Heng ? Hari ini aku bangun pagi2 sekali."

   Kemudian ia bertanya pula .

   "Perkara aneh apa itu yang Ie Heng dengar tadi ?"

   Ie It Hui lalu berkata .

   "Semalam dipantai ada beberapa penangkap ikan mengatakan, bahwa dari tengah2 sungai keluar Liong Ong (raja naga), kedatangannya diatas permukaan air, pagi ini sudah tersiar luas keseluruh kota Bu Han."

   Lie Siauw Hiong hanya berkata .

   "Oh,"

   Tapi dalam hatinya diam2 ia merasa geli sekali, karena dia tahu bahwa dia sendirilah yang semalam timbul diatas permukaan sungai tengah mengeluarkan kepandaiannya. Ie It Hui lalu berkata pula .

   "Menurut pandangan Siauw- tee, hal itu mungkin hanya orang biasa saja yang tengah mengeluarkan kepandaian meringankan tubuh dan lalu berjalan diatas permukaan sungai itu, hanya tidak tahu dari mana datangnya orang itu. Juga apa perlunya tengah malam buta dia mengeluarkan kepandaiannya itu ?"

   Dengan sengaja Lie Siauw Hiong berkata .

   "Bila ada orang yang dapat berjalan diatas permukaan sungai, kepandaiannya untuk meringankan tubuh sudah mencapai tingkat seperti terbang saja."

   Dan sambil tertawa Ie It Hui berkata .

   "Apakah Lie Heng percaya, bahwa orang itu dapat berjalan sesuka hatinya diatas sungai ? Siauw-tee kira hal itu adalah ceritera dongeng penangkap2 ikan belaka ! Tetapi biar bagaimanapun, orang itu memang mempunyai kepandaian yang tinggi, tapi apa maksudnya orang itu muncul secara se-konyong2 dikota Bu Han. Apakah barangkali sengaja ingin menantangku ?"

   Sambil menaban tertawanya, Lie Siauw Hiong lalu berkata .

   


Romantika Sebilah Pedang -- Gu Long/Tjan Id Anak Berandalan -- Khu Lung Keajaiban Negeri Es -- Khu Lung

Cari Blog Ini