Ceritasilat Novel Online

Misteri Pulau Neraka 2


Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long Bagian 2



Misteri Pulau Neraka Karya dari Gu Long

   

   Mendadak Oh put kui menghentikan perjalanannya.

   Si pengemis tua Lok Jin ki juga segera turut berhenti, bahkan berdiri dengan mata mendelong.

   Ternyata di depan pintu gerbang perkampungan Tang mo san ceng telah muncul manusia-manusia tak dikenal ketiga orang itu berdiri tetap di depan pintu.

   Yang berada di sebelah tengah adalah seorang manusia berwajah kuning seperti orang penyakitan, alis matanya gundul, rambutnya pendek, matanya memancarkan sinar dingin yang menyeramkan, sebilah pedang tersoren di punggungnya, dia adalah seorang kakek yang ceking.

   Di sebelah kiri berdiri seorang lelaki setengah umur yang tubuh kekar, penuh bercabang, bermata besar, bermulut lebar dari mengenakan pakaian ringkas berwarna hijau, Di bawah ketiak lelaki itu tergantung sebilah pedang aneh yang amat lebar, sedangkan di sebelah kanannya adalah seorang gadis berusia dua puluh tahunan, wajahnya amat cantik Cuma sayang membawa hawa pembunuhan yang menyeramkan.

   Dia memakai baju merah, ketika terhembus angin, ujung bajunya berkibar-kibar, Oh put kui tidak kenal dengan ketiga orang ini, lain dengan si pengemis tua, paras mukanya segera berubah hebat setelah menjumpai kemunculan orang-orang itu.

   "Haaahhh.....rupanya ke tiga orang gembong iblis ini......"

   Suara seruan dari pengemis tua, pada hakekatnya jauh lebih tak sedap dari pada suara menangis.

   Mendengar seruan itu, sebelum ketiga orang gembong iblis itu buka suara, Oh Put kui telah menegur dengan suara dingin.

   "Mengapa kalian menghalangi jalan pergiku?"

   Sepasang matanya memancarkan cahaya tajam yang menggidikkan hati, agaknya kakek ceking berbaju merah itu merupakan pemimpin dari mereka bertiga bentaknya dengan kening berkerut .

   "Apa kedudukanmu dalam perkampungan ini?"

   Oh Put kui tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya malah tertawa terbahak-bahak.

   "Aku bukan anggota perkampungan ini, adalah kalian telah menghadang jalan pergiku, tolong tanyakan maksud kalian yang sebenarnya?"

   Kakek berbaju merah itu segera berkerut kening, tapi sebelum dia berkata nona berbaju merah itu sudah tertawa cekikikan, sambil menuding ke arah Oh put kui katanya .

   "Kalau bukan anggota perkampungan ini, ada urusan apa pula datang kemari?"

   Oh Put kui memandang sinis ke arahnya lalu tertawa dingin.

   "itu urusan pribadiku sendiri, tak usah banyak bertanya."

   Paras muka gadis berbaju merah itu segera berubah hebat, kontan dampratnya.

   "Benar-benar manusia yang tak tahu diri!"

   Sementara itu, si kakek berbaju merah itu telah membentak dengan mata melotot besar "Jika kau bukan anggota perkampungan ini, lebih baik cepat enyah dari sini!"

   Setelah itu sambil menyelinap ke depan, serunya lagi sambil menuding ke arah si pengemis pikun.

   "Pengemis Lok, beritahu kepada Hoa Tay siu, lohu perintahkan kepadanya untuk menghapuskan nama Tang mo san ceng, kalau tidak lohu segera akan mencuci tempat ini dengan darah."

   Sewaktu menyelinap ke depan tadi, dalam anggapan kakek berbaju merah itu, tak nanti anak muda tersebut dapat menghalangi niatnya untuk memasuki pintu gerbang perkampungan.

   Siapa tahu ketika badannya mencapai tengah jalan, dan ucapannya sampai separuh jalan, tiba-tiba saja dia merasakan munculnya segulung tenaga tak berwujud yang menghalang jalan majunya.

   Kontan saja dia menjadi terperanjat, sambil mundur tiga langkah dengan sempoyongan serunya.

   "Kau .....kau ......bocah keparat, kau sudah bosan hidup di dunia ini heh?!"

   Kelihayan dari anak muda itu telah mencekam perasaan si kakek berbaju merah itu.

   Sementara itu, lelaki kekar berusia pertengahan itu telah melirik sekejap ke arah si nona berbaju merah itu segera menunjukkan mimik wajah yang sangat aneh.

   Sebaliknya sikap Oh Put kui tenang sekali sekulum senyuman malah menghiasi ujung bibirnya.

   "Dari mana kau bisa tahu kalau aku sudah bosan hidup?"

   Katanya tiba-tiba, kemudian sambil memandang wajah kakek ceking itu, lanjutnya dengan nada hambar.

   "Kau telah hidup tujuh delapan puluh tahun lamanya sedangkan aku baru berusia dua puluh tahun, seandainya ada yang sudah bosan hidup, sudah pasti orang itu bukan aku"

   Berkilat sepasang mata kakek ceking itu, tapi dia masih mencoba untuk menahan kobaran hawa amarahnya, kembali ia membentak .

   "Bocah keparat, siapa namamu? Benarkah kau bukan anggota perkampungan ini...? "Aku adalah Oh Put kui dari bukit Inta san tebing cing peng gay !"

   Baru saja dia habis berkata, si nona berbaju merah itu sudah menyindir sambil tertawa merdu. "Huuuh.....gayanya, soknya......."

   Oh put kui segera berpaling dan melotot sekejap ke arah gadis itu. Paras muka gadis itu segera berubah menjadi merah padam, dengan tersipu dia menundukkan kepalanya dan tak berbicara lagi.

   "Hmmm....rupanya kau hanya manusia tak bernama !"

   Terdengar kakek ceking itu mengengek tapi dia tahu meski tak ternama, anak muda itu memiliki ilmu silat yang sangat lihay, buktinya dia sanggup menahan gerak maju tubuhnya, Maka dengan nada yang berbeda, bentaknya keras-keras .

   "Bocah keparat, siapa gurumu?"

   "Aku tak punya guru"

   Sahut anak muda itu sambil menggelengkan kepalanya Pengemis tua yang hanya bersembunyi di belakang Oh Put kui tiba-tiba menongol kan kepalanya sambil berseru.

   "Suma Hian, gurunya bocah ini adalah nenek moyang angkatan ke sepuluh...."

   Begitu selesai berkata, dia lantas bersembunyi lagi ke belakang Oh Put kui.

   Kalau dibilang pikun, kenyataannya pengemis itu tidak pikun.

   Coba kalau dia tidak menyembunyikan diri dengan cepat, bisa jadi batok kepalanya sudah kena dihajar keras-keras oleh serangan lawan.

   Kakek ceking yang disebut Suma Hian tadi menjadi gusar sekali setelah mendengar ejekan tersebut, dengan mata memancarkan sinar berapi-api, dia melancarkan sebuah pukulan ke depan.

   Tenaga pukulan yang disertakan dalam serangan itu benar- benar merupakan suatu kepandaian sakti yang jarang dijumpai dalam dunia persilatan.

   Seketika itu juga, terasa ada segulung hawa pukulan yang amat panas bagaikan kobaran api dahsyat meluncur tiba.

   Oh Put kui mendengus dingin, dengan cepat dia sambit datangnya ancaman maut itu dengan kekerasan pula.

   Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar Hoa Tay siu membentak keras.

   "Lote, cepat mundur, itulah pukulan Tok gan mi sim ciang (pukulan api beracun pembingung sukma) dari ci ih mo kiam (pedang iblis berbaju merah) Suma Hian, jangan sampai tersentuh badan...hei, lote mengapa kau begitu gegabah......"

   Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, tampak sesosok bayangan manusia menerjang tiba dengan kecepatan luar biasa.

   Cuma saja ketika bayangan manusia itu tiba tak jauh dari belakang tubuh Oh put kui, gerakan mana segera terbendung dan tubuhnya terjatuh kembali ke tanah.

   Seakan-akan di sana muncul selapis dinding baja yang tak berwujud saja, ternyata terjangan orang itu tak berhasil menembusinya.

   Dengan perasaan terperanjat, bayangan manusia yang tak lain adalah Hoa tay siu itu segera berseru.

   "Lote kehebatanmu benar-benar membuat lohu merasa terkejut sekali ..."

   Oh Put kui masih tetap berdiri di situ dengan tenang, bukan saja dia tidak terpengaruh oleh serangan pukulan api beracun dari Suma hian malahan sekulum senyuman menghiasi bibirnya.

   "Terima kasih banyak cengcu atas perhatianmu!"

   Katanya kemudian dengan suara hambar. Setelah hening sejenak, mendadak dia berpaling lagi ke arah pedang iblis berbaju merah, kemudian tegurnya! "Apakah kau adalah pemimpin dari empat pengawal pedang dari gedung Tong tian kui hu dimasa lalu?"

   Kakek ceking itu tertawa seram.

   "Benar, lohu adalah pedang iblis berbaju merah Suma Hian, pemimpin dari empat pengawal pedang tanpa tandingan dari Kui ong yang termasyhur dimasa lalu, bocah keparat kau ketakutan?"

   "Haaaaahhhh.....

   Haaaaahhhh.....

   Haaaaahhhh.....

   Aku memang sedikit merasa takut,"

   Sahut Oh put kui sambil tertawa seram.

   "tapi yang membuatku ketakutan bukanlah kau sebagai pengawal pedang tanpa tandingan, melainkan karena takut akan mendapat malu....."

   "Hei bocah keparat, dia sudah mendapat malu..."

   Seru si pengemis pikun tiba-tiba sambil tertawa.

   Agaknya pengemis pikun ini merasa takut sekali terhadap pedang iblis berbaju merah Suma Hian, begitu selesai berkata dengan cepat dia menyembunyikan diri lagi.

   Pada waktu itu kemarahan dari pedang iblis berbaju merah Suma Hian telah mencapai berbaju merah suma hian telah mencapai pada puncaknya, sambil tertawa dingin tiada hentinya dia berkata .

   "Lok Jin ki, hati-hati kalau kau sampai terjatuh habis- habisan ......."

   "Ciss, jangan sombong dulu", ejek si pengemis pikun sambil menongolkan kepalanya dan tertawa.

   "tak mungkin kau si iblis tua bakal mendapatkan kesempatan seperti ini."

   "Bangsat, kau ingin mampus!"

   Dengan mata melotot besar Suma Hian segera mata melotot besar Suma Hian segera menerjang ke depan cepat pengemis pikun menyembunyikan dirinya kembali di belakang tubuh Oh put kui.

   Pada dasarnya dia memang mempunyai perawakan tubuh yang cebol lagi ceking, maka begitu bersembunyi di belakang Oh put kui, otomatis terjangan dari Suma Hian ini menjadikan tubuh Oh put kui sebagai sasarannya.

   Dengan kening berkerut Oh put kui segera tertawa dingin, jengeknya sinis.

   "Lebih baik kau tak usah repot-repot!"

   Tangan kanannya segera diayunkan ke depan melancarkan sebuah pukulan yang berhawa lunak dan dingin.

   Ketika tubuh si pedang iblis berbaju merah Suma Hian mencapai ditengah udara, seketika itu juga ia merasakan badannya menjadi kencang, seakan-akan ada segulung angin berbau harum menerpa hidungnya, seketika itu juga tenaga serangannya menjadi buyar, Dalam keadaan terkejut, buru-buru dia menghimpun sisa tenaganya untuk mengerem gerakan tubuhnya itu.

   Begitu tubuhnya mencapai kembali permukaan tanah, paras muka Suma Hian telah berubah menjadi pucat pias seperti mayat.

   "Bocah .....

   bocah .....

   keparat ......kau......telah berhasil melatih ilmu Cian tham thian liong siang kang?"

   Ucapan dari si Pedang iblis berbaju merah Suma Hian ini segera menggemparkan pula semua jago persilatan yang telah berkumpul di depan perkampungan Tang mo san ceng itu.

   Benarkah pemuda she oh ini telah berhasil menguasai ilmu tenaga dalam nomor satu dari kalangan Buddha? Kenyataan ini benar-benar membuat orang sukar untuk mempercayainya dengan begitu saja.

   Dengan membelalakkan sepasang matanya lebar-lebar, nona berbaju merah itu bergumam tiada hentinya.

   "Tidak mungkin, tidak mungkin....." Tapi kenyataan telah membuktikan segala sesuatunya, sekalipun tidak percaya, mau tak mau juga harus dipercayai.

   Sementara itu Hoa tay siu sudah maju ke depan dengan langkah lebar, sebab dia percaya kalau anak muda itu benar- benar berhasil menyakini kepandaian tersebut.

   Kalau bukan demikian, mana mungkin Oh put kui yang masih ingusan sanggup membantai beberapa orang gembong iblis sekaligus? Dengan cepat Hoa tay siu memburu ke depan Oh put kui serunya kemudian.

   "Lote, siapkah gurumu? Bersediakah kau untuk memberitahukan kepada kami, agar lohu tak sampai kurang hormat kepadamu!"

   Ucapan ini amat diplomatis dan membuat orang sukar untuk menampik permintaannya.

   Akan tetapi, jawaban dari Oh put kui justru lebih jitu lagi .

   "Guruku mengaku sebagai seorang pendeta liar yang terlepas dari dunia persilatan, dengan sobat-sobat persilatanmu jarang yang kenal.

   Hoa cengcu tak usah kuatir kalau sampai kurang hormat, apalagi usia yang berada di atas diriku semuanya memang ku anggap sebagai cianpweku!"

   "Kalau memang begitu, bagaimana kalau lohu memanggil lote kepadamu?"

   Ucap Hoa Tay siu dengan wajah berseri. Oh put kui segera tertawa "Aku tak berani menerima sebutanmu yang menghormati itu....."

   Senyum di wajah Hoa Tay siu semakin menebal, baru saja dia bersiap-siap mengucapkan sesuatu lagi, si lelaki bercambang yang datang bersama si pedang iblis berbaju merah Suma Hian telah membentak dengan suara keras .

   "Hoa tay siu masih kenal dengan aku ?" Hoa tay isu berkerut kening, kemudian sahutnya sambil tertawa .

   "Sudara Kiong, nama besarmu Giok kiam sin mo (iblis sakti pedang kemala) Kiong hua sik sudah lama kukenal, masa aku orang she Hoa berani melupakannya? Aku toh hanya ingin mengajak lote ini berbincang-bincang beberapa patah kata. Mengapa Kiong heng merasa dengki dan tak senang hati kepadaku?"

   Ketika mendengar kata-kata tersebut, tanpa terasa Oh put kui mengamati pula lelaki bercambang itu sekejap.

   Tampaknya diapun seorang gembong iblis yang luar biasa.

   Tanpa terasa sorot matanya beralih kembali ke wajah nona berbaju merah itu, setelah memandangnya sekejap dia lantas berpikir.

   "Usia nona ini belum begitu besar, apakah diapun seorang gembong iblis perempuan..........."

   Tampaknya Giok kiam sin mo Kiong hua sik adalah seorang manusia yang berhati lurus, pertanyaan balik dari Hoa tay siu itu kontan membuat dia menjadi gelagapan.

   "Saudara Hoa"

   Serunya kemudian.

   "Siaute merasa tidak seharusnya kau pandang rendah kami sekalian....."

   Ternyata dia memang seorang lelaki yang polos, buktinya kata-kata semacam itupun dapat dia utarakan. Hoa tay si segera tertawa terbahak-bahak "Haaaahhhh....... Haaaahhhh.......Kiong heng, siapa bilang kalau lohu memandang rendah kalian bertiga....a"

   Sorot matanya segera dialihkan ke wajah nona berbaju merah itu, kemudian sambil menjura tegurnya.

   "Nona Siau un, belakangan ini apakah siacu (pemilik benteng) berada dalam keadaan baik-baik ?"

   Ketika Oh put kui menemukan sikap Hoa tay siu yang agak munduk-munduk kembali itu, tanpa terasa keningnya segera berkerut, pikirnya .

   "Mungkinkah gadis ini mempunyai asal usul yang jauh lebih besar dari pada kedua orang gembong iblis itu? Sementara dia masih berpikir, nona berbaju merah itu sudah berkata sambil tertawa.

   "Ayahku selalu berada dalam keadaan sehat, cuma belakangan ini dia seringkali pusing kepala...."

   "Aaaah, masa sia cu pun bisa diidapi penyakit sakit kepala? Apakah sudah makan obat?"

   Kata Hoa tay siu sambil tersenyum.

   Dengan cepat nona berbaju merah itu menggelengkan kepalanya berulang kali "Untuk menyembuhkan sakit kepala dari ayahku ini, berbagai macam obat telah dicoba, namun sama sekali tiada sama sekali kemanjurannya, kecuali kalau aku pulang dengan hasil sukses kali ini, penyakit ayahku rasanya sulit untuk disembuhkan.

   "Benarkah itu?".

   satu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Hoa Tay siu.

   "tolong tanya, mengapa penyembuhan dari penyakit yang diderita siacu tergantung pada sukses atau tidaknya perjalanan nona? Dan lagi ....nona siau un, kesuksesan apakah yang bisa kau raih dari perjalanannmu kali ini?"

   Nona berbaju merah itu tersenyum.

   "Dalam kota kematian di lembah Sin mo kok milik ayahku telah kekurangan beberapa orang jago lihay sebagai pelindung hukum, bila aku berhasil mendapatkan jago-jago lihay tersebut dan mengajaknya pulang, sudah pasti sakit kepala dari ayahku akan sembuh dengan sendirinya!"

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Aku rasa nona pasti telah berhasil mengundang orang- orang itu bukan .............?"

   Dengan cepat nona berbaju merah itu menggelengkan kepalanya berulang kali. "Belum, aku belum berhasil mengundang kedatangan usahamu itu!"

   Tiba-tiba nona berbaju merah itu tertawa merdu serunya .

   "Jadi paman cengcu telah meluluskan permintaanku?"

   "Aku?"

   Hoa Tay su benar -benar dibuat tertegun oleh perkataan orang sehingga untuk beberapa saat lamanya dia menjadi termangu-mangu dan tak tahu apa yang mesti dilakukan.

   Oh put kui pun ikut tergerak hatinya setelah mendengar perkataan tersebut.

   Karena dari nama Lembah Sin mo kok dan kota kematian, lamat-lamat dia sudah dapat menduga asal usul dari nona berbaju merah ini.

   Dia tahu lembah sin mo kok kota kematian dihuni oleh seorang gembong iblis yang keterangannya tidak berada di bawah kepopuleran pemilik gedung Tong thian kui hu ceng thian kui ong (raja setan penggentar langit) Wi thian yang orang menyebut pemilik kota kematian ini sebagai Ban mo ci mo Tay lek kiam sin 'Raja diraja dari selaksa iblis pedang sakti bertenaga raksasa' Kit Put sia.

   Itu berarti nona berbaju merah yang berada di hadapan matanya sekarang adalah si iblis perempuan yang disebut orang sebagai Thian mo giok li' gadis suci iblis langit Kit Siau un.

   Andaikata apa yang diduganya ini benar, dus berarti asal- usul dari nona itu memang besar sekali.

   Berpikir sampai di situ, tanpa terasa dia mengamati iblis perempuan itu beberapa kejap lagi.

   Mendadak .....pipinya terasa panas dan jantungnya berdebar keras, ternyata kit siau un pun sedang mengawasinya ketika itu.

   Sejak dilahirkan dari rahim ibunya, pemuda ini boleh dibilang tak pernah berhubungan dengan perempuan.

   Dalam kehidupannya selama dua puluhan tahun, diapun belum pernah berbicara dengan perempuan, meski semasa kecilnya dulu dia punya teman, namun orang itupun tak bisa dianggap perempuan .

   Sejak berusia lim tahun, ia telah diajak gurunya berdiam di tebing Cing peng gay, dan sejak itu pula dia hampir tak pernah mempunyai hubungan dengan dunia luar.

   Gurunya sebagai orang pendeta yang disebut manusia paling aneh dalam dunia ini lebih-lebih tak suka mengadakan hubungan dengan kaum perempuan, maka tanpa terasa terwujudlah suatu perasaan takut dan ngeri dalam hati pemuda itu untuk mengadakan hubungan dengan lawan jenisnya.

   Tapi suatu keanehan telah dialaminya hari ini, ternyata reaksi yang timbul dalam hatinya sekarang jauh berbeda dengan keadaan di waktu-waktu sebelumnya.

   Tiba-tiba saja dia merasa kalau perempuan itu sesungguhnya tidak lebih mengerikan dari pada apa yang dibayangkan semula, malah sebaliknya justru mendatangkan suatu rangsangan aneh yang menimbulkan suatu perasaan yang tek terlukiskan dengan kata-kata .........Akhirnya merah padam selembar wajahnya lantaran jengah.

   Sementara itu kit siau un telah berkata lagi sambil tertawa cekikikan dengan suara yang merdu.

   "Paman cengcu, kau perlu tahu, sumber sakit kepala yang menyerang ayahku justru letaknya pada dirimu."

   Tiba-tiba saja Hoa Tay siu menjadi paham dengan apa yang dimaksudkan noa itu, tanpa terasa dia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak- bahak.

   "Haaahhh....

   Haaahhh....

   Haaahhh....nona Siau un tampaknya ayahmu benar-benar memandang tinggi akan diriku!" Thian mo giak li segera memalingkan kepalanya sambil tertawa manis, katanya kemudian "

   Paman cengcu, dapatkah kau menyuruh teman-temanmu pun mengabulkan permintaan kami ini?"

   "Ooh, nona Apakah kau mengira Lohu bersedia mengabulkan permintaan itu?"

   "Tentu saja kau mengabulkan kalau tidak mengapa kau katakan kalau keponakan pasti akan berhasil?"

   "Lohu tak pernah mengabulkan permintaanmu.

   "seru Hoa Tay siau dengan kening berkerut.

   "nona harap, kau sampaikan kepada ayahmu, perkampungan Tang mo san ceng kami ini tak pernah memandang ayahmu sebagai musuh....."

   Tiba-tiba Kit siau un menghela napas panjang.

   "Aaaaa..............paman cengcu, ayahkupun berkata demikian!"

   "Ternyata ayahmu cukup memahami diriku....."

   Dengan cepat Kit Siau un menggelengkan kepalanya berulang kali, sehingga mutiara yang menghiasi sanggulnya bergoyang keras.

   "Paman cengcu, walaupun ayahku tidak memandang dirimu sebagai musuh tandingannya, tapi....."

   Mendadak sekali lagi dia menghela napas panjang, terusannya.

   "Tapi....anak buah dari ayahku justru tak mau berpendapat demikian..."

   Paras muka Hoa Tay siu segera berubah menjadi berat dan sangat serius, agaknya masalah ini segera menjadi beban pikirannya.

   Setelah berhenti sebentar, sambil menuding ke arah Suma hian dan Kiong Hua sik, Kit Siau un berkata lebih jauh.

   "Misalkan saja paman Suma dan Kiong toako, mereka tak akan menyetujui hal ini!"

   Mendadak mencorong sinar tajam dari balik mata Hoa Tay siu, serunya kemudian .

   "Apakah kalian berduapun telah lari ke kota kematian?"

   Sinar matanya yang menyapu lewat di atas wajah si pedang iblis berbaju merah Suma Hian dan si iblis sakti pedang kemala Kiong Hua sik pada hakekatnya jauh lebih tajam daripada sebilah pisau belati, seolah-olah sorot mata itu hendak menembusi ulu hati mereka.

   Pedang iblis berbaju merah Suma Hian segera mendengus dingin.

   "Kit siacu adalah raja diraja dari selaksa iblis, manusia- manusia macam lohu yang terhitung pula sebagai iblis, tentu saja harus bergabung dengannya agar iblis hidup bersama iblis pula."

   Pengemis pikun yang turut mendengarkan pembicaraan itu, tiba-tiba bersiul berulang kali, kemudian teriaknya keras-keras .

   "Huuuh.........bau , bau! Siapa lagi yang kentut.............siapa lagi yang kentut?"

   Sebaliknya Hoa tay siu merasakan hatinya amat terperanjat, dengan wajah serius dia lantas berkata .

   "Saudara Suma, ucapanmu itu agak sedikit tidak benar.

   "Kalau ucapanku salah, bukankah ucapan Tang mo 'pembasmi iblis' yang cengcu pergunakan lebih keliru lagi? Tolong tanya, pernahkah perkampungan Tang mo san ceng mu ini mengalami penyerbuan dari kawanan gembong- gembong iblis..."

   Hoa Tay siu segera tersenyum "Yaa, tampaknya kawan-kawan dari kalangan hitam memang masih memberi muka kepada lohu," Tidak menunggu Hoa Tay siu menghabiskan perkataannya, sambil tertawa dingin Suma Hian telah berseru.

   "Sayang sekali kau Hoa cengcu justru tidak memandang sebelah matapun terhadap sahabat-sahabat dari golongan hitam, bukan saja mendirikan perkampungan Tang mo san ceng, bahkan mendirikan pula papan pengumuman pembasmi iblis, bukankah tindakan dari Hoa cengcu ini sangat keterlaluan sekali!?"

   Apa yang dikatakan olehnya itu memang kedengarannya sangat beralasan dan bisa diterima dengan akal sehat.

   Tapi dari pembicaraan tersebut, dapat ditarik kesimpulan pula bahwa para penjahat dari golongan hitampun berpendapat bahwa mereka sebagai warga persilatan sudah sewajarnya kalau mempunyai seperti yang mereka senangi.

   Hoa Tay siu segera tertawa, sambil menuding ke arah kawanan jago yang berdiri di belakang tubuhnya, dia berkata.

   "Saudara Suma, percayakah kau bahwa teman- temanku ini pun sependapat dengan aku orang she Hoa?"

   "Haaahhh.....

   Haaahhh.....

   Haaahhh.....aku rasa kalian tak lebih setali tiga uang!"

   Sahut Suma Hian sambil mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

   Perkataan ini kontan saja membangkitkan kemarahan dari Wan ciu beng.

   Dengan wajah dingin seperi salju, dia maju dengan langkah lebar dan menghampiri gembong iblis itu.

   "Suma Hian! Tempat ini bukan tempat bagimu untuk mengumbar kekasaran dan kebuasanmu,"

   Hardiknya keras- keras.

   Pedang iblis berbaju merah Wan ciu beng, lalu tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaah....

   Haaaahhh....

   Haaaahh....

   Wan lote, sewaktu berada di depan Teng sim tong di bukit Thian cu hong bukit Hia san, lohu pun pernah berbuat kasar dan kurang ajar, apakah saudara menganggap kemampuanmu jauh lebih hebat dari pada gurumu Bwe Tiang hong?"

   Sepasang alis mata Wan ciu beng berkenyit kencang, tampaknya dia merasa gusar sekali, Mendadak ia membentak keras, sambil mengayunkan tangannya sudah serangan jari tangan telah dilancarkan.

   Wan ciu beng bergelar Kim ci butek atau jari emas yang tiada tandingannya, bisa dibayangkan kepandaiannya didalam ilmu jari benar -benar telah mencapai puncak kesempurnaan.

   Serentetan hawa desingan yang tajam dengan cepat membelah angkasa dan langsung menyergap jalan darah penting di atas tenggorokan Suma Hian.....

   Berubah hebat paras muka pedang iblis berbaju merah Suma Hian ketika menyaksikan serangan maut Kim ci sin kang dari Wan ciu beng telah menyambar tiba dengan kecepatan luas biasa.

   Tahu akan dahsyatnya ancaman, cepat-cepat ia menarik kembali kesombongan dan ketinggian hatinya.

   Oh Put Kui yang menonton jalannya peristiwa dari sisi arena, diam-diam lantas mengangguk pikirnya.

   "Tampaknya gembong iblis ini, benar-benar mempunyai kemampuan yang melebihi orang lain, pandai sekali melihat gelagat,"

   Sementara itu, ancaman jari tangan dari Wan ciu beng sudah hampir menempel di atas tubuh lawan.

   Suma Hian segera tertawa seram, telapak tangannya dengan cepat diayunkan ke atas membabat tubuh lawan.

   Serentetan cahaya berwarna merah dengan cepat menyelimuti angkasa, sementara kekuatan serangan dari ajari tangan tersebut segera punah tak berbekas.

   Inilah ilmu pukulan Tok gan ciang 'pukulan api beracun' yang maha dahsyat dan disegani oleh setiap orang persilatan.

   Paras muka Wan ciu beng berubah hebat sambil mendengus dingin secara beruntun dia lepaskan tiga buah serangan jari.

   Ketiga buah serangan jari itu dilancarkan makin lama semakin tajam dan dahsyat bagaimanapun dahsyatnya ancaman tersebut, Suma Hian sedikitpun tak gentar, diam sih tetap mempergunakan ilmu pukulan untuk memunahkan serangan Kim ci sin kang yang tiada tandingannya dari Wan Ciu beng tersebut.

   Dalam waktu singkat Wan cin beng sudah didesak berada di bawah angin, ia betul-betul merasa keteter hebat.

   Wajahnya yang dingin dan berwarna kehijau-hijauan itu, sekarang telah berubah menjadi merah membara.

   Oh Put kui merasa amat tak tega menyaksikan Wan ciu beng mendapat malu di hadapan orang banyak, sebab menurut anggapannya meski keangkuhan orang ini menggemaskan, sesungguhnya dia merupakan seorang manusia yang berhati lurus.

   Dengan sinar mata memancarkan cahaya tajam.

   Segera bentaknya suara rendah.

   "Benar-benar ilmu pukulan yang hebat, tapi masih dalam perkampungan Tang mo san ceng ini. Selama ini, sesungguhnya yang menjadi bahan rasa kuatir dari pedang iblis berbaju merah Suma Hian adalah campur tangannya pemuda ini, sebab didalam serangannya tadi ia telah mengetahui sampai dimanakah taraf kesempurnaan yang dimiliki musuhnya tersebut. Maka begitu Oh put kui tampilkan dirinya, Suma Hian segera dibikin tertegun "Bukankah kau menyebut dirimu sebagai orang yang terlepas dari perkampungan Tang mosan ceng?" Tampaknya pedang iblis berbaju merah Suma Hian tak ingin berselisih dengan sang pemuda yang lihay, maka dia berusaha kalau bisa menghindarkan diri dari suatu pertarungan yang tak berguna. Justru pada waktu itu Oh Put kui mempunyai pendapat yang bertolak belakang dengannya, sambil tertawa hambar ia menjawab .

   "Sekalipun aku bukan anggota perkampungan ini, tapi aku adalah sahabat Hoa cengcu, oleh karena itu.........."

   Mendadak ia berhenti sebentar, kemudian sambil menarik muka lanjutnya dengan serius .

   "Aku melarang siapapun berbuat semena-mena ditempat ini!"

   Pendang iblis berbaju merah Suma Hian segera berkerut kening, kemudian mendengus kening.

   Sebagai seorang manusia yang berakal panjang dan licik, dia tak ingin melangsungkan pertarungan yang kira-kiran tidak memberikan keuntungan baginya.

   Maka walaupun dia mendengus dingin berulang kali, tiada tanggapan apapun yang diutarakan.

   Pengemis pikun tidak menyia-nyiakan kesempatan yang sangat bagus itu untuk mengejek lawannya, dia segera menongolkan dirinya dan bertepuk tangan sambil tertawa tergelak ejeknya .

   "Hei Suma si cucu iblis, kali ini kau benar- benar sudah berjumpa dengan cousu yaya mu! Hayo cepat menyembah dua kali dengan hormat kemudian mengundurkan diri asal kau bersedia untuk melakukannya, siapa tahu aku si pengemis tua dapat mintakan ampun bagimu dari cousu yaya kecil, kita ini"

   Sekalipun Pedang iblis berbaju merah Suma Hian terdiri dari manusia lumpurpun tentu akan berang setelah mendengar perkataan itu, apalagi dia merupakan manusia yang terdiri dari darah daging.

   Sepasang matanya segera melotot besar cahaya tajam yang menggidikkan hati memencarkan ke empat penjuru.

   Pengemis pikun menjadi ngeri sendiri, sambil menjulurkan lidahnya cepat-cepat dia menyembunyikan dirinya kembali.

   Kalau Suma Hian masih bisa menahan diri untuk tidak bertindak semua hatinya sendiri, berbeda dengan Kiong Hua sik.

   Mendengar ejekan-ejekan tersebut, hatinya menjadi berang, cambangnya pada berdiri semua bagaikan kawat, sorot matanya memancarkan sinar berapi api yang menggidikkan hati, sambil meloloskan pedang raksasanya.

   diiringi suara bentakan yang menggelegar.

   Dengan cepat Oh put kui menghalangi jalan perginya, lalu menegur sambil tertawa.

   "Saudara, hendak pergi kemana kau ?"

   Giok Kiam sin kiam (pedang kemala iblis sakti) Kiong sin adalah seorang manusia yang berhati lurus, ia menjadi tertegun setelah mendengar pertanyaan tersebut.

   "Mau apa? Tentu saja untuk pergi mengajar pengemis tua itu,"

   Sahutnya kemudian Oh put kui segera tersenyum dia memang paling suka berhubungan dengan manusia berhati lurus seperti itu.

   Maka sambil menarik kembali serangannya, ia berkata dengan suara hambar.

   "persoalan ini sama sekali tak ada hubungannya dengan dirimu, bagaimana kalau saudara menunggu sebentar lagi?"

   Kembali ke kota kematian, sampaikan juga kepada ayahmu agar selanjutnya jangan mencoba-coba untuk menyusahkan orang-orang yang berada dalam perkampungan tang mo san ceng ini, kalau tidak ..............Hm, aku pasti akan ..."

   Belum habis dia berkata, Thian mo giok li kit siau un telah mendepak-depakkan kakinya ketas tanah seraya menukas.

   "Besar amat lagakmu, apa yang kau andalkan untuk mencampuri urusan ini?"

   Oh put kui segera tertawa terbahak-bahak. Haaahh.... Haaah.... Haaahh melenyapkan kaum iblis dari muka bumi merupakan kewajiban dari setiap orang, nona lebih baik turuti saja perkataanku tadi.."

   "Hmmm, aku sengaja tak mau menurut, mau apa kau ?"

   Seru Kit siau un dengan alis mata berkenyit. Jawaban ini membuat Oh put kui tertegun, kemudian serunya.

   "Nona, apakah kau berhasrat untuk memusuhi diriku?"

   "Terserah apapun yang kau pikirkan, pokoknya aku bilang tidak .........tidak ........."

   Dengan perasaan agak serba salah Oh put kui segera menundukkan kepalanya, ia menjadi termenung dan tak tahu apa yang mesti dilakukan.

   Kalau menyuruh dia taklukkan gadis ini dengan kekerasan, sesungguhnya ia merasa agak keberatan.

   "Tiba-tiba Kit siu un melompat kehadapan Oh put Kui kemudian dengan lantang dia berseru.

   "Bebaskan jalan darah panas Suma yang tertotok!"

   Teriakan tersebut pada hakekatnya merupakan suatu perintah yang tampaknya tak bisa dibantah lagi.

   Oh put kui kembali menjadi tertegun haruskah dia menuruti perkaranya itu? "Tidak, kau tak boleh menuruti perintah dari seorang iblis perempuan yang masih asing bagiku......"

   Tiba-tiba terdengar si pengemis pikun itu berseru dengan suara lantang .

   "Hei, bocah keparat, jangan kau turuti perkataan dari iblis perempuan itu, kalau tidak kau akan menyesal sampai tua........."

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Namun, di dunia ini memang seringkali terdapat kejadian- kejadian yang justru berada di luar dugaan setiap orang.

   Tanpa mengucapkan sepatah katapun Oh put kui mendekati pedang iblis berbaju merah, kemudian segera menepuk bebas jalan darahnya yang tertotok.

   Begitu jalan darahnya bebas, buru-buru Suma Hian masukkan pedangnya ke dalam sarungnya lalu mundur sejauh satu kaki lebih, terhadap pemuda ini boleh dibilang dia sudah menaruh perasaan takut yang luar biasa.

   Thian mo giok li kit siau un sendiripun sama sekali tidak menyangka kalau Oh Put kui bakal menuruti permintaannya, dan benar-benar membebaskan jalan darah si pedang iblis berbaju merah yang sudah tertotok itu.

   Tak heran kalau untuk berapa saat lamanya dia menjadi berdiri tertegun dan hampir saja dia menjadi berdiri tertegun dan hampir saja tidak percaya dengan apa yang dilihatnya di depan mata.

   Beberapa saat kemudian dia baru berkata sambil tertawa manis .

   "Oh Kongcu, ternyata kau sangat baik!"

   Oh put kui tertawa hambar, sahutnya dengan suara rendah.

   "pergilah dari sini nona, jangan membuat aku benar-benar menjadi gusar sekali..............."

   Kit siau un tertawa manis sekali.

   "Kau suruh aku pergi?"

   "Benar, mumpung aku belum ingin membuat kesalahan terhadap kesalahan terhadap nona, aku minta kalian bisa cepat-cepat meninggalkan tempat ini......"

   Setelah berhenti sebentar, dengan suara yang amat dingin tiba-tiba dia berkata lagi. selesai berkata, tanpa menunggu jawaban dari Kiong Hua sik lagi, segera ujarnya pula kepada Suma Hian.

   "Aku telah berkata tadi, bahwa kau adalah pemimpin dari empat pengawal pedangnya Beng Thian kui ong wi thian yang, sejak wi thian yang tewas di tangan di kakek malaikat konon kalian berempat pun telah hidup mengasingkan diri, tak kusangka rupanya kalian telah membuat keonaran kembali dengan bercokol dalam kota kematian!" Sesungguhnya si pedang iblis berbaju merah Suma Hian sudah diliputi oleh hawa amarah, apalagi setelah mendengar ucapan tersebut, kemarahannya semakin berkobar napsu membunuhnya segera menyelimuti di dalam benaknya..... Mendadak ia meloloskan pedangnya, kemudian ke arah Oh put kui, bentaknya dengan gusar.

   "Urusan lohu lebih baik jangan kau campuri, hmmm....kalau kau bersikeras ingin mencampuri terus, terpaksa lohu harus menjagal kau lebih dulu sebelum membasmi perkampungan Tang mo san ceng yang tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi ini!"

   Oh put Kui segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haahh...... Haaah..... Haaahh... memang perkataan inilah yang kutunggu-tunggu!"

   Begitu selesai berkata, mendadak ia menerjang ke depan dengan kecepatan bagaikan kilat. Lengan kanannya segera diayunkan ke depan, sebuah serangan jari dengan cepat dilancarkan.

   "Thian liong ci!"

   Mendadak terdengar si pengemis pikun berteriak tertahan.

   Sesungguhnya tatkala menyaksikan Oh put kui menyerbu datang tadi, pedang iblis berbaju merah Suma Hian telah mempersiapkan senjatanya, malah dia masih menertawakan musuhnya yang terlalu memandang rendah pedang iblis miliknya itu, dan tidak tahu betapa buas dan berbahayanya senjata maut tersebut.

   Akan tetapi mendengar teriakan dari pengemis pikun tersebut, sekujur tubuhnya baru bergetar keras lantaran kaget/.

   Mendadak ia menarik kembali pedangnya yang memancarkan cahaya kemerah merahan itu, menyusul kemudian tubuhnya yang ceking juga ikut melompat mundur sejau tiga kaki lebih.

   "Bocah keparat...kau....kau adalah muridnya Thian liong sang jin...?"

   Suara teriakan dari Suma Hian itu kedengaran gemetar keras.

   "Thian liong sanjin?"

   Sahut Oh put kui dengan mata mendelik.

   "Nama itu terasa asing bagi pendengaranku....."

   Walaupun dimulut dia berbicara, serangan maupun gerakan tubuhnya sama sekali tidak menjadi lamban, bahkan kalau dilihat dari mimik wajahnya jelas dia tidak berniat untuk mengurungkan serangannya.

   Maka, baru saja Suma Hian berseru, tahu-tahu dia sudah berada dihadapannya sambil berseru.

   "Suma Hian, berdirilah di sini dengan tenang...."

   Belum habis Oh put kui berkata, dengan menurut sekali Suma Hian sudah berdiri kaku di sana.

   Jelas si pedang iblis berbaju merah ini tidak berhasil menghindarkan diri dari serangan jari yang dilancarkan Oh put kui tersebut.

   Dugaan itu memang tidak salah, rupanya jalan darah Hoa kau hiat di depan dadanya sudah kena ditotok oleh Oh put kui sehingga membuat gembong iblis tersebut meski merasa gusar sekali, akan tetapi tak mampu banyak berkutik.

   Oh put kui segera membalikkan badannya, kepada Thian mo giok li yang sedang berdiri dengan wajah kaget bercampur tercengang, ujarnya dingin.

   "hari ini aku sedang matamu di perkampungan Tang mo san ceng, aku tak ingin membunuh orang maka lebih baik nona ajak pendekar ini untuk membunuh Suma Hian "Beritahu kepada ayahmu, seperti apa yang telah kukatakan tadi, harap nona jangan melupakannya!"

   Sepasang alis mata kit siau un segera berkenyit, serunya dengan suara merdu.

   "Seandainya aku tidak bersedia?" "Kau tidak bersedia?"

   Oh put kui agak termangu untuk beberapa saat lamanya. Dengan cepat dia berpikir .

   "Aku telah membebaskan jalan darah dari pedang iblis berbaju merah Suma Hian, itu berarti aku telah memberi muka kepadamu, masa kau tidak mau memberi muka pula kepadaku?"

   Darimana dia tahu kalau perasaan perempuan memang paling susah diraba oleh manusia? Terdengar Kit siau un tertawa cekikikan.

   "Aku datang karena mendapat perintah dari ayahku, atas dasar apakah kau hendak menghalangi niatku ini? Apalagi bila ayah ku tidak berhasil melenyapkan perkampungan Tang mo san ceng ini maka lembah Sin mo kok akan mengalami."

   Mendadak ia tidak melanjutkan perkataan itu, setelah memandang sekejap ke arah anak muda itu, lanjutnya dengan nada sedih.

   'Oh kongcu, katakanlah, sebagai seorang putri yang berbakti, harus kah aku memikirkan keselamatan dari ayah ibuku?"

   "Tampaknya nona bersikeras ingin memusuhi diriku?"

   Kata Oh put kui sambil tertawa rawan.

   Dengan cepat kit siau un menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Tidak aku tidak berniat untuk memusuhi dirimu........"

   "Kalau memang nona tak ingin bermusuhan dengan diriku, harap kau suka menuruti perkataanku dan segera mengajak Suma sian seng dan kiong cuangcu untuk kembali ke lembah sin mo kok."

   "Tidak mungkin!"

   Seru Kit siau un sambil menggelengkan kembali kepalanya. Lama kelamaan naik darah juga Oh put kui menghadapi kejadian tersebut, dengan cepat dia berseru.

   "Nona, bila kau bersikeras hendak melangsungkan suatu pertarungan denganku, terpaksa aku harus bertindak kasar.........."

   Untuk ketiga kalinya kit siau un menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Tidak aku tak ingin berkelahi denganmu, sebab aku tak ingin berkelahi denganmu, sebab aku datang kemari untuk mencari paman Hoa......"

   Oh put Kui mengerutkan dahinya kemudian mendengus dingin, tapi kali ini dia tidak berbicara lagi.

   Si bocah dewa kebahagiaan Hoa Tau siu segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh.........

   Haaahh....

   Haaahh....

   keponakanku, persoalan lain mungkin saja lohu dapat mengabulkannya, tapi hanya permintaan paksaan dari ayahmu ini yang tak mungkin bisa lohu kabulkan dengan begitu saja......"

   Senyuman yang semula menghiasi wajah kit siau un dengan cepat lenyap tak berbekas, suara pembicaraannya juga berubah menjadi dingin seperti es, katanya .

   "Paman Hoa, bagaimanapun juga kau harus meluluskan permintaanku hari ini........"

   "Lohu tidak percaya!"

   "Ayahku meras pusing kepala oleh karena tulisan "pembasmi iblis"

   Yang paman Hoa pergunakan itu, bila nama itu belum kau hapuskan, tak mungkin beliau bisa beristirahat dengan tenang dan makan dengan enak oleh karena itu...."

   Sorot matanya segera dialihkan ke arah kawanan jago yang berdiri di belakang Hoa Tay siu, kemudian melanjutkan .

   "Kedatangan tit li kali ini sudah disertai dengan rencana yang matang, bila paman Hoa tahu gelagat, paling baik jika tak usah saling bentrok dengan kekerasan........."

   Gertakan demi gertakan yang diutarakan Thian mo giok li disertai ancaman ini tanpa terasa membangkitkan kembali semangat Hoa Tay siu untuk melenyapkan kaum iblis dari muka bumi.

   Dia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.

   "Haaahh.....

   Haaahh...

   Haaahh.....

   Hian tit li, tak kusangka kau begitu pandai berbicara, sayang sekali semenjak dilahirkan lohu tak pernah tunduk kepada segala macam gertak sambal yang tak ada gunanya, sebab aku lebih percaya dengan kenyataan,"

   Baru selesai berkata, si pengemis pikun telah melanjutkan .

   "Benar, aku si pengemis tua nomor satu yang percaya paling dulu terhadap ucapan dari Hoa Siau ko, Hei budak kit, lebih baik turuti saja perkataan kami dan pulanglah sebelum terlanjur kiamat!"

   Kit Siau un melototkan sepasang matanya bulat-bulat, kemudian setelah tertawa dingin serunya.

   "Paman Lok, apakah kau ingin mencari bencana buat dirimu sendiri?"

   "Aaah......tidak, tidak ...."

   Sahut si pengemis sambil menjulurkan lidahnya dengan ketakutan.

   "Heeehhh..... Heeehhh..... Heeehhh kalau memang tidak berani, lebih baik jangan berbicara lagi!"

   Pengemis pikun segera menggelengkan kepalanya berulang kali sambil mengomel.

   "Mulut toh berada di tubuhku sendiri, mau berbicara atau tidak apa sangkut pautnya dengan dia? Apalagi, aku toh tidak menantangmu untuk berkelahi.....masa marah?"

   Ki siau un tidak memperdulikan omelan dari si pengemis pikun lagi, dia segera mengalihkan sorot matanya ke arah Hoa tay siu, kemudian setelah tertawa ujarnya.

   "Paman Hoa, tit li mohon kepadamu agar berpikir tiga kali lebih dulu sebelum mengambil tindakan!"

   "Tak usah dipikirkan lagi!" Kit siau un segera tersenyum.

   "Paman Hoa, kau harus tahu kendatipun kekuatan dari lima partai besar digabungkan menjadi satupun belum tentu mampu untuk menandingi para jago lihay kalangan hitam yang berkumpul dalam kota kematiannya ayahku, buat apa paman Hoa mesti berkorban demi kepentingan orang lain ..."

   Belum habis dia berkata, mendadak Hoa, kau harus tahu kendatipun kekuatan dari lima partai besar digabungkan menjadi satupun belum tentu mampu untuk menandingi para jago lihay kalangan hitam yang berkumpul dalam kota kematiannya ayahku, buat apa paman Hoa mesti berkorban demi kepentingan orang lain..."

   Belum habis dia berkata, mendadak Oh put kui yang selama ini berdiri disamping arena, tertawa dingin tiada hentinya. Kit siau un segera berpaling seraya menegur.

   "Oh kongcu, apa yang kau tertawakan?"

   "Aku menertawakan dirimu yang kelewat berkhayal, seolah- olah dunia ini milikmu seorang."

   Kit siau un segera menghela napas panjang katanya .

   "Oh kongcu, apa yang kuucapkan adalah kata-kata yang sejujurnya, aku sama sekali tidak berniat untuk membohong atau menggertak kalian."

   Kembali Oh put kui tertawa dingin.

   "Tapi sayang apa yang kau katakan sebagai ucapan yang sejujurnya itu justru merupakan kata-kata bualan belaka bagi pendengaranku"

   Dengan sedih kti siau un memandang sekejap ke arahnya, lalu menggelengkan kepalanya berulang kali, kepada Hoa Tay siu kembali dia berkata .

   "Paman Hoa, percayakah kau?"

   Hoa Tay siu segera tertawa. "Lohu mah percaya dengan apa yang diucapkan nona...."

   Jawaban ini sungguh berada diluar dugaan Oh put kui, tanpa terasa dia memandang sekejap ke arah Tay siu. Hoa Tay siu segera memahami keheranan anak muda itu, sambil tertawa ia lantas berpaling ke arah Oh put kui, kemudian ujarnya.

   "Lote kau harus tahu, dalam kota kematian memang penuh dengan jago-jago yang berilmu tinggi, aku tahu apa yang diucapkan nona kit bukan gertak sambal belaka, kendatipun lima partai besar bergabung menjadi satu, belum tentu kekuatan kami bisa menandingi mereka ..........."

   "Hoa cengcu merasa putus asa?"

   Seru Oh Put kui dengan kening berkerut kencang. Hoa Tay siu segera tertawa lebar.

   "Buat seorang ksatria, darah lebih baik mengalir daripada kehormatan dicemooh orang!"

   Mendengar jawaban tersebut, dengan perasaan OH put kui segera manggut-manggut, Ucapan dari Hoa tay siu itu sudah cukup jelas artinya, dia lebih baik mat di di medan laga, dari pada menghianati cita- cita sendiri.

   Para muka kit siau un segera berubah hebat.

   "Paman Hoa, kau sungguh-sungguh tidak bersedia untuk mengabulkan permintaanku?"

   Serunya.

   "Sudah berulang kali lohu menerangkan pendirianku, apakah Hian tit li mesti beritanya beberapa kali lagi?"

   Mendengar jawaban tersebut, mendadak kit siau un berpaling dan memandang sekejap kearah Oh put kui, lalu tanyakan.

   "Oh Kongcu, kau berdiri dipihak yang mana?"

   "tentu saja di pihak perkampungan Tang mo san ceng !" Jawaban yang amat tegas ini seketika itu juga membuat Kit siau un merasa muak bila melihat ada orang lelaki yang menyanjung dan memuji-mujinya, diapun muak oleh sikap sok gagah-gagahan dari kaum lelaki.

   Oleh karena itu, setelah menyaksikan kesederhanaan dan kepolosan pemuda itu, hatinya segera berdebar keras dan diam-diam ia telah menaburkan benih cinta kepadanya..

   Sayang benih cinta yang mulai tumbuh dalam hatinya itu harus berumur amat pendek.

   Dalam waktu singkat, suatu pertumpahan darah yang mengerikan akan segera berlangsung di sana.

   Untuk berapa saat lamanya dia menjadi termangu-mangu seperti orang yang kehilangan, tapi akhirnya gadis itupun menghela napas panjang.

   Pelan-pelan dia merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah bom udara, kemudian sekali lagi dia mendongakkan kepalanya dan memandang kerah Oh put kui dengan sinar mata keputus-asaan, ujarnya kemudian .

   "Oh kongcu, kau bekal menyesal....."

   Sejak Thian mo giok li kit siau un termenung sambil melamun tadi, Oh put kui hanya bergendong tangan belaka sambil memandang awan diangkasa setelah mendengar ucapan tersebut tertawa hambar dan berkata.

   "Aku tak akan menyesal, jika nona mempunyai suatu tindakan yang telah dipersiapkan, silahkan saja kau pergunakan kepadaku!"

   Para muka kit siau un segera berubah menjadi dingin seperti es, sambil menggertak dingin seperti es, sambil menggertak gigi, bom udara itu dengan cepat dilepaskan ke tengah udara.....

   Sekilas cahaya merah yang menyilaukan mata dengan cepat membumbung tinggi ke angkasa, lalu meledak dengan kerasnya beribu-ribu titik cahaya bintang yang berwarna warni dengan cepat menyebar ke empat penjuru.

   Menyusul suara ledakan bom udara tersebut, dari sekeliling perkampungan Tang mo san ceng tersebut segera bermunculan beratus-ratus sosok bayangan manusia yang segera mengurung sekitar tempat itu dengan ketat.

   Pada saat itulah Kit Siau un baru tertawa dingin, serunya.

   "Paman Hoa, apakah kau benar-benar hendak memaksa tit li untuk turun tangan mempergunakan kekerasan?"

   Setelah menyaksikan ledakan bom udara yang dilepaskan kit siau un tadi, Hoa tay siu segera mengundurkan diri tiga langkah ke belakang.

   Diam-diam ia merasa terkejut sekali karena kehadiran begitu banyak ibis dari Mo kau disekitar telaga Kiu liong tham tanpa diketahui oleh mata-matanya, hal ini menunjukkan kalau kepandaian silat yang dimiliki musuh-musuhnya luar biasa sekali.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tapi sekarang kenyataan sudah berada di depan mata, sekalipun merasa kaget atau takut, apalah gunanya? Begitu ki siau un menyelesaikan perkataannya, Hoa Tay siu segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaah....

   Haaah...

   Haaah....

   tak kusangka kalau Hian tit li begitu lihay, cara untuk menggertak aku, bahkan sekarang telah bersiap-siap untuk menggigit diriku pula .....

   Dia lantas berpaling ke arah Juragan perahu dari Sam siang Hee ji beng, kemudian perintahnya.

   "Hee Lote, harap beritahu kepada para pemanah kita untuk bersiap-siap menghadapi serbuan !"

   Juragan perahu dari Sam sian Hee Jibeng segera mengiakan dan buru-buru meninggalkan tempat itu.

   Tak lama kemudian terdengar bunyi lonceng yang bertalu- talu bergema memecahkan keheningan.

   Thiam mo giok li kit Siau un memutar biji matanya memandang sekejap ke sekeliling tempat itu, kemudian sambil tertawa terkekeh kekeh katanya dengan lantang .

   "Paman Hoa, tampaknya jumlah jagoan yang berada dalam perkampunganmu tak sedikit jumlahnya....."

   Walaupun ucapan tersebut diutarakan dengan santai, padahal dalam hati kecilnya merasa terkejut sekali, keyakinannya untuk berhasil memenangkan pertarungan inipun menjadi tipis sekali.

   Dalam waktu singkat dari atas dinding pekarangan di sekeliling perkampungan Tang mo san ceng telah bermunculan lelaki kekar berbusur otomatis yang membawa obor.

   Pemanah-pemanah tersebut telah mempersiapkan busur masing-masing uang berpegas tinggi, bahkan anak panah yang telah dipersiapkan itu lambat-lambat memancarkan cahaya biru yang menggidikkan hati.

   Itulah ciri khas dari panah-panah berapi! Anak panah biasa saja sudah merupakan ancaman yang mengerikan, apalagi panah-panah berapi, siapakah yang sanggup menahan serangan panah berapi itu dengan anggota tubuhnya? Tanpa terasa gadis itu segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Pedang iblis berbaju merah serta iblis sakti pedang kemala.

   Dua orang gembong iblis ini pun saling berpandangan sekejap dengan perasaan terkesiap, kemudian sambil tertawa getir mereka menggelengkan kepalanya berulang kali.

   Dalam pada itu, ratusan orang jago lihay dari lembah Sin mo kok telah mengurung sekeliling perkampungan tersebut.

   Asal Thian mogiok li melepaskan bom udara untuk kedua kalinya maka serentak merasa akan maju untuk melancarkan serangan.

   Tapi sampai lama sekali Thian mo giok li belum juga melepaskan tanda tersebut.

   Dalam pada itu, suara genta emas yang dibunyikan bertalu- talu telah mengejutkan Hoa hujin yang berada di perkampungan bagian belakang.

   Pendekar perempuan yang menamakan dirinya Yau ti sian li (Dewi cantik dari warna) lan tin go ini bukan saja orangnya cantik, ilmu silatnya juga sangat lihay, dan kelihayannya, tak berada di bawah suaminya.

   @oodwoo@

   Jilid 4 SEKARANG, di bawah iringan putrinya Hoa Pek lian dan menantunya Pek bin kimkong (raksasa berawajah seratus) Ku Cu Jeng telah berjalan keluar dari dalam perkampungan.

   Dengan cepat Oh Put kui menjumpai bahwa beberapa orang tianglo dari partai-partai besar tersebut bersikap menghormati sekali terhadap Hoa hujin ini, bahkan jauh lebih menghormati dari pada sikap mereka terhadap Hoa tay siu.

   Selain dari pada itu, diapun menemukan meski usia Hoa hujin telah mencapai lima puluh tahunan, namun rambutnya telah beruban semua sehingga sepintas lalu dia nampak seperti seorang nenek yang telah berusia tujuh puluh tahunan.

   Tanpa terasa pikirnya didalam hati.

   "Sepasang suami istri benar-benar hebat sekali, yang satu lebih tua sedang yang lain tampak lebih muda, belum pernah kujumpai kejadian semacam ini sebelumnya....."

   Pelan-pelan Yau ti sian li Lan tin go berjalan ke samping Ho tay siu, setelah memandang sekejap ke arah Thian mogiok li Siau un, pedang iblis berbaju merah dan iblis sakti pedang kemala, ujarnya kemudian.

   "Siangkong, persoalan apakah yang menyebabkan lonceng tanda bahaya dibunyikan?"

   Hoa Tay siu segera tersenyum.

   "Kau baru sembuh dari penyakit yang diderita, mengapa harus turut keluar? Cukup aku seorang pun persoalan di sini sudah bisa dibereskan, aku menyuruh Hee lote membunyikan lonceng tanda bahaya karena ingin memberitahukan kepada para pemanah agar bersiap-siap menghadapi serbuan lawan...."

   Mendengar keterangan tersebut, Lau Tin go baru merasa agak lega, katanya kemudian .

   "Siangkong, bukankah dia adalah Siau un titli dari keluarga Kit? "Benar dan keponakan perempuan kita inilah yang telah membawa kesulitan untuk kita!"

   Baru saja Yau ti siau li Lan Tin go berseru tertahan, Kit Siau un telah maju mendekat dan memberi hormat kepada Lan Tin go, kemudian ujarnya dengan lembut .

   "Bibi, kuucapkan selamat untuk kesehatan badanmu.

   "Apakah belakangan ini Sia cu berada dalam keadaan baik-baik ? Nona, mengapa tidak masuk ke dalam perkampungan untuk duduk-duduk dulu?"

   Kita Siau un segera tertawa.

   "Sebenarnya titli ingin menyambangi bibit ke dalam perkampungan, tapi paman Hoa justru bersikeras hendak mengajak titli untuk bermusuhan, maka dari itu....coba lihatlah, akibatnya kita pun mesti bentrok dan harus bermusuhan malah..."

   Lan tin go berkerut kening, kemudian kepada Hoa tau siu katanya.

   "Siangkong, sebenarnya apa..."

   "Tin go,"

   Kata Hoa Tay siu dengan wajah membesi.

   "Kit Put sia hendak menyapu perkampungan tang mo san ceng kita dengan darah, coba kau lihat...."

   Sambil menuding ke arah kawanan manusia berbaju hitam yang mengelilingi sekitar tempat itu, lanjutnya sambil tertawa dingin.

   "Orang-orang ini semua adalah kawanan jago dari lembah Sin mo kok yang sengaja di kirim kemari, jelek-jelek perkampungan Tang Mo san ceng terhitung jasa suatu perkampungan yang kenamaan dalam dunia persilatan apakah kita akan biarkan mereka menginjak-injak di atas kepala kita....Apakah kita tak akan melakukan perlawanan?" Lan Tin go tertawa hambar, sorot matanya segera dialihkan ke wajah Kit Siau Uu, kemudian ujarnya.

   "Nona, benarkah ayahmu hendak berbuat demikian?"

   Kit Siau Un segera tersenyum.

   "Selama kata Tang mo tida dihapuskan, siang malam ayahku tak akan merasa tenang..."

   Senyuman yang semula menghiasi ujung bibir Lan Tin go segera lenyap tak berbekas, katanya kemudian.

   "Nona, benarkah ayahmu begitu tak memandang sebelah matapun terhadap kami?"

   "Aaaaah bibi, hal ini toh gara-gara dari kalian lebih dulu...."

   "Hmmm., benar-benar selembar bibir yang tajam.

   "dengus Lan Tin go.

   "sudah hampir empat puluh tahunan lamanya aku mendirikan perkampungan Tang Mo San Ceng ini, mengapa sampai sekarang ayahmu baru teringat? Kit Siau un tertawa terkekeh-kekeh.

   "Hal ini disebabkan karena sampai sekarang ayahku baru bermaksud untuk membangun kembali kejayaan dari Mo kau, oleh sebab itu dalam dunia persilatan tidak boleh sampai ada kata Tang mo Pembasmi iblis yang dipergunakan !"

   "Bagus, bagus sekali!"

   Seru Lan Tin go dengan marah, rambutnya yang berubah berdiri semua bagaikan landak.

   "akan kulihat sampai dimanakah kemampuan kalian untuk mencuci bersih perkampungan kami dengan darah!"

   Seusai berkata mendadak ia menyerbu ke muka dan melepaskan sebuah pukulan dahsyat.

   Jangan dilihat usianya yang tua, lagi pula baru sembuh dari sakit, namun serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar ini benar-benar cepat bagaikan sambaran kilat.

   Menghadapi ancaman tersebut, Kit Siau un segera tertawa terkekeh, Kit Siau un segera tertawa terkekeh, kemudian dengan cekatan menyingkir ke samping.

   Dia cukup menyadari kalau Yau ti sian li adalah seorang jagoan perempuan yang sukar ditandingi.

   Begitu serangannya mencapai sasaran yang kosong, kemarahan Lan Tin go semakin membara, bentaknya lantang .

   "Kit Siau un, aku bersumpah akan membekukmu sampai dapat......"

   Dengan suatu gerakan cepat ia menyerbu ke depan dan mendekati Kit Siau un lagi.

   Hoa Tay siu dia menghalangi gerakan dari istrinya ini dan berkata sambil tertawa.

   "Tin go jangan sampai membuang tenaga dengan percuma, kau jangan melakukan sendiri serangan tersebut...."

   Ternyata dia memeluk tubuh Lan Tin go dan membopongnya mundur ke belakang Merah padam selembar wajah Lau Tin go lantaran jengah, bisiknya dengan suara lirih .

   "Cepat lepaskan tanganmu......"

   Agaknya Hoa Tay siu juga menyadari akan kekhilafannya itu, dengan wajah merah pada seperti kepiting rebus, buru- buru dia melepaskan rangkulannya.

   Mendadak dari kejauhan san berkumandang datang suara gelak tertawa seseorang yang amat lantang, menyusul kemudian seorang berseru.

   "Si muka bocah membopong si rambut beruban, cerita ini sudah diketahui setiap umat persilatan, Lan siancu, kenapa mukamu menjadi merah.....yang memalukan justru adalah Kit Siau un si budak sialan ini, baru melihat pemuda tampan sudah kehilangan semangat,......

   coba kalau lohu tidak datang, sudah pasti masalah besar akan menjadi terbengkalai."

   Walaupun orang itu masih berada beberapa li jauhnya dari sana, namun setiap patah kata yang diutarakan olehnya dapat didengar setiap orang dengan amat jelas, kejadian ini dengan cepat mengejutkan semua jago yang hadir di arena.

   Selain itu, dari pembicaraan tersebut mereka juga dapat menangkap kalau orang itu berpihak pada golongan iblis dari kota kematian, ini semua membuat mereka makin tercengang.

   Oh put kui sendiripun diam-diam berkerut kening, ia dibuat terkejut juga oleh kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki orang itu.

   Thian mo giok li Kit siau un yang paling malu diantara sekian banyak orang yang hadir di situ dengan wajah merah padam lantaran jengah ia menundukkan kepalanya rendah- rendah.

   Namun terlintas juga rasa gembira dibalik wajahnya yang merah itu.

   Dari sini semakin terbuktilah kalau orang yang bertenaga dalam amat sempurna itu adalah seorang jagoan lihay dari golongan hitam.

   Ki lok sia tong Hoa Tay su mengerutkan dahinya rapat- rapat, sambil memandang ke tempat jauhan, dia menghimpun tenaga dalamnya kemudian tertawa terbahak-bahak.

   "Jago lihat dari manakah yang telah berkunjung datang ? mengapa tidak segera menampilkan diri untuk bertemu...."

   Gelak tertawa panjang kembali berkumandang dari atas puncak bukit itu.

   "Haaaaahhh.... haaaahh.... haaahh.... sekalipun Hoa lote tidak mengundang, lohu juga tetap akan datang....."

   Menyusul perkataan itu, dari atas bukit nampak sesosok bayangan putih berkelebat datang dengan kecepatan bagaikan kilat.

   Benar- benar cepat sekali gerakan tubuh dari orang itu.

   Jarak yang beberapa li itu dilalui orang itu hanya diam sekejap mata saja.

   Bagaikan sekuntum awan putih dengan cepatnya orang itu melayang turun di atas tanah.

   Ternyata dia adalah seorang kakek gemuk yang berbadan cebol.

   Kakek cebol ini mempunyai kepala yang botak, bundar dan besar, tinggi badanya tidak melebihi separuh kepala pengemis pikun, tapi gemuknya justru dua kali lipat dibandingkan si pengemis pikun.

   Alis panjang yang dikenakannya berwarna putih salju, kakinya yang besar menggunakan sepatu terbuat dari rumput.

   Senyuman lebar selalu menghiasi wajahnya yang cerah.

   Oh Put kui tidak kenal siapakah kakek itu, tapi orang lain semaunya kenal, meski tidak kenal secara langsung, namun dapat mengenalinya dari bentuk wajah serta potongan badannya.

   Bukan hanya Hoa Tay siu saja yang menjura kepada orang itu, serentak hampir semua jago yang berada di sana sama- sama memberi hormat kepadanya.....

   Tergerak hati Oh Put kui dia tahu kakek ini sudah pasti mempunyai asal usul yang amat besar.

   "Aku orang she Hoa mengira ada jago lihay darimanakah yang telah datang, sehingga suara yang berada berapa li jauhnya kedengaran seperti berada di depan mata, rupanya Beng Sin ang yang telah datang, maaf jika aku orang she Hoa suami istri tidak menyambut kedatanganmu dari kejauhan....."

   Selesai berkata, suami istri berdua itu segera menjura dalam- dalam.

   Oh Put kui yang mendengar perkataan itu baru merasa terkejut, pikirannya kemudian .

   "Ternyata tua bangka ini adalah gembong iblis yang paling sukar dihadapi dalam dunia ini, salah seorang dari dua manusia aneh menangis dan tertawa yang ditakuti umat persilatan, Tiang siau sin ang 'kakek sakti gelak tertawa' beng Pek tim adanya...." Ketika ia mencoba untuk mengawasi wajahnya dengan seksama, maka terasa olehnya kalau wajah orang ini memang mirip sekali dengan Siau mo lek si Buddha tertawa.

   Rupanya sebelum berbicara sudah tertawa panjang lebih dulu merupakan ciri khas dari kakek sakti ini.

   Bukan saja gelak tertawanya memekikkan telinga.

   Juga amat membetot sukma.

   "Saudara Hoa"

   Katanya kemudian.

   "tampaknya belakangan ini nama besar kalian suami istri berdua sudah amat termasyhur dalam dunia persilatan, sampai-sampai aku si Tiang siau sin ang pun sudah tidak berada dalam pandangan mata kalian berdua.!"

   "Sin ang mengapa kau menyindir kami suami istri berdua,"

   Kota Hoa Tay siu sambil tersenyum.

   "entah didalam hal apakah aku telah melakukan kesalahan terhadap Sian ang? Tiang siau sin ang Beng Pek tim tertawa tergelak.

   "Mana, mana, masa kalian berdua akan melakukan kesalahan kepada lohu?"

   "mungkin lohulah yang telah melakukan kesalahan terhadap saudara Hoa, harap kalian suka memberi kemurahan kepada kami "Mendadak si Pengemis pikun mengintip dari balik celah- celah kerumunan manusia, lalu panggilnya sambil tertawa cekikikan.

   "Beng toako!"

   Sekarangj Tiang Siu sin ang baru menemukan kehadiran pengemis pikun di sana, dia segera tertawa terbahak -bahak.

   "Haaaahhh...

   haaaaahh...

   haaahhh....

   saudara pikun, rupanya kaupun berada di sini sungguh tidak kuduga!"

   "Aku datang belum lama, Beng toako, ada urusan apa kau datang ke tempat ini?" "Pikun, masa kau belum dapat melihatnya? Beng toako mu dianggap sahabat-sahabat persilatan sebagai anggota kaum hitam, tentu saja akupun merasa tak senang dengan penggunaan kata pembasmi iblis tersebut.!"

   Sambil menggelengkan kepalanya pengemis pikun tertawa keras.

   "Beng toako,"

   Katanya.

   "kata pembasmi iblis yang digunakan Hoa cengcu toh bukan secara khusus ditujukan kepadamu, yaa, sudah pasti delapan puluh persen kau kena hasutan orang lain."

   Oh Put Kui yang menjumpai kejadian itu diam-diam tertawa geli pikirannya.

   "kala dibilang pengemis ini pikun tampaknya diapun tidak terlampau pikun, bukti nya dia bisa mengucapkan kata-kata semacam itu."

   Dalam pada itu, Tia siau sin ang sudah tertawa tergelak.

   "Siapa yang dapat menghasut lohu? Hei, pikun.

   Kau jangan membantu saudara Hoa untuk berbicara, pokoknya setelah lohu datang kemari, nama dari perkampungan Tang mo san ceng ini harus diganti dengan menggunakan nama lain."

   Sepasang matanya yang sipit memandang sekejap ke seluruh arena dengan pandangan hambar, kemudian ia mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak lagi. Melihat iti, si pengemis pikun menjadi tertegun.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Hal ini mana boleh?"

   Serunya.

   "Beng toa ko, kan........"

   "Tak usah banyak bicara,"

   Tukas Tiang siau sin ang sambil tertawa tergelak.

   "Pikun kecil, kau jangan menampilkan kemarahanku, kalau tidak jangan salahkan kalau bahkan kaupun akan turut menjadi sial...."

   Pengemis pikun menjadi terperanjat sekali, kemudian dengan cepat dia memandang ke arah Oh Put kui dan menggelengkan kepadanya berulang kali, setelah menghela napas.

   "Kecuali Sin ang untuk membunuh kami berdua...."

   Hoa Tay siu menegaskan dengan serius.

   Perkataan ini diutarakan dengan sikap yang gagah dan nada yang berjiwa ksatria membuat hati orang terasa bergetar keras.

   Tiang siau sing ang sedikitpun tidak terpengaruh oleh sikap gagah orang, dia berkata lagi.

   "Selamanya lohu hanya mengenal prinsip siapa menuruti kehendakku hidup, siapa menentang keinginanku mati, jangan toh baru membunuh kalian berdua, sekalipun harus mencuci bersih seluruh perkampungan dengan darahpun, lohu anggap kejadian ini sebagai suatu permainan kanak-kanak belaka.

   Oh Put kui yang mendengar perkataan itu segera mendengus dingin tiada hentinya.

   Sementara kawanan jago yang berada di belakangan Hoa Tay siu segera memancarkan sinar mata berapi api.

   Hanya si Pengemis pikun saja yang memperlihatkan senyuman aneh, diam-diam ia membisikkan sesuatu ke sisi telinga Oh Put Kui, sikapnya sama sekali tidak kelihatan tegang.

   Oh put kui segera tersenyum, lalu manggut-manggut.

   Dalam pada itu, Thian mo giok li kit siau un juga sedang membisikkan sesuatu kepada Tiang siau sia ang kemudian tampak kakek itu menggelengkan kepalanya.

   Sedangkan Hoa tay siu berbisik lirih dengan kawanan jagonya.

   Agaknya suatu pertempuran berdarah yang mengerikan segera akan berlangsung di sana,.....

   Tiba-tiba Oh Put Kui tampil ke depan, kemudian katanya.

   "Aku Oh Put Kui ingin memohonkan keringanan bagi orang- orang ini, entah bersediakah kakek Beng mengabulkannya?"

   Tiang siau sing ang memperhatikan sekejap anak muda yang berada dihadapannya, kemudian membentak.

   Dap boanpwe maka hari ini akupun atk akan mengusik dirimu, bila benar-benar sampai membangkitkan kemarahan lohu, akupun tak akan berpikir lebih panjang lagi....."

   "Ucapanmu itu memang tepat sekali, sebab aku memang berhasrat untuk mengajakmu bertarung.

   Akhirnya Tiang siau sin ang tak kuasa untuk menahan diri lagi, dia mendongakkan kepalanya dan tertawa keras.

   Bukan hanya Tiang siau sin ang saja yang tertawa tergelak, bahkan Thian mo giok li, pedang iblis berbaju merah dan iblis sakti pedang kemalapun turut mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak.

   Sebaliknya Hoa tay siu suami istri sekalian para jago merasa terkejut bercampur terkesiap, meraka merasa anak muda ini selain gegabah juga sangat tak tahu diri.

   "Hei, bocah keparat !"

   Kata Tiang siau sin ang kemudian sambil tertawa keras "Kau benar-benar seorang manusia yang tak tahu diri, jangankan kau, sekalipun gurumu atau sucoumu juga belum tentu berani mengucapkan perkataan semacam itu kepadaku."

   Sekalipun dia dapat menangkap nada gagah dan tak gentar dibalik ucapan dari Oh Put Kui tersebut, namun dia tak mungkin merupakan seorang jagoan lihay, bahkan mungkin saja anak muda itu hanya anak murid dari suatu perguruan besar.

   Tak heran kalau dia anggap ucapan dari pemuda berbaju putih itu sebagai latah dan tak tahu diri.

   Oh Put Kui sama sekali tidak mau menunjukkan kelemahannya, diapun tertawa terbahak-bahak.

   "Si tua Beng, kalau berbicara kaupun harus sedikit tahu diri, kalau tidak, akhirnya kau pasti akan merasa menyesal."

   "Lohu uakin tak akan menyesal."

   "Tapi aku yakin kau pasti akan menyesal pada akhirnya!"

   "Bocah keparat, bukan lohu sengaja menyombongkan diri, kalau kau ingin berbuat demikian, baiklah, aku akan memberi batas sepuluh jurus untukmu, bila dalam sepuluh gebrakan kau sanggup untuk mempertahankan diri tak sampai kalah, maka lohu akan memenuhi permintaanmu itu, bagaimana? Berani tidak?"

   Oh Pu kui tertawa hambar.

   "Aaaah sepuluh jurus kelewat sedikit tidak adil!"

   Ucapan dari si anak muda itu benar-benar membuat Tiang sian ang Beng pek tim sangat berang, kemarahannya boleh dibilang sudah memuncak sampai ke dalam benaknya Sambil meraung keras, teriaknya.

   "Bocah keparat, lohu kagum atas keberanianmu, kau memang cukup berani, cukup tinggi hati, lohu merasa kagum dan memuji akan kehebatanmu, justru karena itu aku bersedia memberi kemurahan kepadamu coba dalam kesempatan lain.

   Paling banter lohu hanya akan memberi kesempatan sebanyak lima jurus belaka....."

   Oh Put kui memandang sekejap ke arah kawanan jago yang berada di belakannya, penampilan mimik wajah dari orang-orang itu segera membuatnya menjadi percaya.

   Sebab termasuk juga Hoa tay siu, setiap orang sedang memandang ke arahnya dengan pandangan gelisah dan cemas, hal ini menunjukkan kalau dalam hati kecil mereka pun diliputi oleh perasaan yang amat gelisah serta tidak tenang.

   Pemuda itu segera tersenyum, ia sama sekali tidak terpengaruh oleh keadaan bahkan sikapnya seperti sama sekali tidak gentar, hal mana membuat Tiang siau sin ang diam-diam menjadi kaget.

   Oh Put kui manggut pelan, kemudian ujarnya sambil ketawa .

   "Si tua Beng, aku percaya dengan ucapanmu itu, tapi akupun yakin dalam sepuluh gebrakanpun aku tak menderita kekalahan,......."

   "Bagus sekali.

   "tukas Tiang siau sin ang sambil tertawa.

   "Lohu ingin mencoba, apa yang kau andalkan sehingga berani mengibul di hadapanku! Begini saja, lohu akan meluluskan sebuah syarat lagi, bila dalam sepuluh gebrakan kau tak sampai menderita kalah, bukan saja lohu akan menuruti janjiku dengan mengundurkan diri dari pertikaian ini bahkan akupun akan melarang pemilik kota kematian Kit Pus sia mengusik perkampungan tang mo sanceng lagi"

   Sekian lama Oh Put kui membakar hati lawan, yang ditunggu-tunggu justru adalah perkataan ini.

   Sekarang, setelah tujuannya tercapai tentu saja dia tak ingin membuang waktu dengan percuma lagi.

   Sambil tersenyum di lantas menjura, kemudian katanya.

   "Kakek Beng, kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih dulu kepadamu....."

   Tiang siau sia ang tertawa terkekeh-kekeh dengan seramnya.

   "Bocah keparat, kau betul-betul memiliki selembar bibir yang pandai bersilat lidah,"

   Katanya kemudian.

   "baiklah, lohu menyerah kalah, mari kita selesaikan dengan beradu tenaga saja!"

   "Turut perintah!"

   Oh Put kui lantas menurunkan buntalannya dan pedang berkarat itu, kemudian sambil mengayunkan telapak tangan tunggalnya, dia lepaskan sebuah pukulan keras.

   Tiba - tiba Tiang siau sin ang berpaling ke arah pengemis pikun sambil serunya.

   "Hei, si pikun cilik, kau yang menjadi tukang hitung....."

   Seraya berkata, tubuhnya segera melompat mundur sejau tiga depan dari posisi semula.

   Ketika dilihantnya tenaga yang dilancarkan Oh Put kui amat sederhana biasa, sama sekali tak menyolok, tanpa sadar ia menjadi lengah, bahkan menyempatkan diri untuk berpaling dan bercakap-cakap dengan si pengemis pikun.

   Siapa tahu belum habis ucapan tersebut diutarakan, mendadak dadanya terasa kencan, tahu-tahu tenaga pukulan Oh Put kui yang dingin dan lembut itu seperti ambruknya bukit karang segera menindih datang.

   Masih untung ilmu silat yang dimilikinya cukup tangguh sehingga ia masih sempat menolong diri.

   dengan tergopoh gopoh badannya mundur sejauh depan lebih.

   Nyaris dia menderita kerugian besar dan terluka di ujung telapak tangan lawan......

   "Bocah keparat, tak nyana kau punya lima simpanan juga....."

   Ditengah gelak tertawa nyaring dari Tiang siau sin ang dengan cepat dia mengayunkan pula telapak tangannya melepaskan sebuah serangan balasan.

   Mencorong sinar tajam dari balik mata Oh Put kui menyaksikan serangan musuh yang melanda tiba, pikirannya.

   "Ehmmmm, lihay sekali tua bangka ini!"

   Sepasang telapak tangannya segera dirangkap menjadi satu dengan jurus san cay pay hud 'Orang saleh menyembah Budha, dia bungkukkan badan sambil rentangkan tangannya ke muka, sebuah pukulan dahsyat segera memusnahkan tibanya ancaman mau dari musuh.

   Melihat serangannya kembali gagal, Tiang siau sin ang terkesiap, ia segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaaahhh...haaaahhh...haaaahhh.....bagus, bagus sekali bocah muda, kau adalah satu -satunya pemuda paling lihay yang pernah lohu jumpai selama ini....."

   Walaupun dimulut dia tertawa tergelak tiada hentinya, gerak serangannya tidak menjadi kendor karena itu.

   Dalam sekali kelebatan saja.

   Secepat kilat dia sudah melancarkan tiga buah seranngan berantai.

   Ketiga buah pukulan itu semuanya merupakan ilmu maut yang paling diandalkan Tiang siau sin ang selama ini, orang persilatan menyebutnya sebagai siau thian tui mia sam ciang (tiga pukulan pengejar nyawa).

   Hampir seluruh umat persilatan, kecuali beberapa orang locianpwe angkatan paling tua belum ada seorang manusia pun yang sanggup meloloskan diri dari ketiga buah serangannya itu tanpa menderita kekalahan sayang, kebiasaan semacam itu justru tidak berlaku pada hari ini.

   Bukan Cuma dapat dihindari, bahkan masih mampu untuk melancarkan serangan balasan.

   Dikala Tinag siau sin ang sudah bersiap-siap melancarkan ketiga buah pukulan mautnya tadi, secara diam-diam Oh put kui telah mempersiapkan jalan mundur serta kesempatan untuk melancarkan serangan balasannya secara jitu dan sempurna.

   Begitu ia tahu akan musuhnya tak lain adalah Tiang siau sin ang (kakek sakti tertawa panjang) Beng Pek Lim, serta merta dia pun terbayang yang paling diandalkan.

   Oleh sebab itu, sekalipun tenaga serangan dari Tiang siau sin ang amat menggetarkan sukma serangan itu pun dilepaskan secara cepat dan aneh, namun toh gagal untuk melukai lawannya.

   Ditengah serangan yang begitu dahsyat dan menggetarkan sukma itu, bahkan Oh Put Kui sempat melepaskan dua buah serangan balasan.

   Kenyataan ini mau tak mau membuat Tiang Siau sin ang terkesiap juga sampai termangu.

   "Hei, anak muda, siapa gurumu?"

   Ia segera hentikan serangannya sambil menegur. Dengan cepat Oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Pertarungan sepuluh jurus belum habis maaf aku tak bisa menjawab pertanyaan ini, lihat serangan!"

   Tangan kirinya membuat gerakan melingkar, sementara telapak tangan kanannnya tiba-tiba menerobos dari bawah tangan kiri sambil melepaskan pukulan.

   Waktu itu, batas sepuluh jurus sudah separuh diantaranya lewat.

   Tiba-tiba mencorong sinar tajam dari balik mata Tiang siau sin ang sambil tertawa terbahak-bahak serunya.

   "Inilah pukulan Hwee sian ciang, hai bocah muda, bukankah kau adalah anak murid Liu Thian cong?"

   Tangannya segera diangkat untuk menyambut datangnya ancaman dari Oh Put kui itu, kemudian katanya lagi.

   "Pat hong pay siu 'kakek aneh delapan penjuru' bisa mendidik seorang murid seperti kau, kejadian ini benar-benar membuat lohu menjadi amat gembira...."

   Belum selesai dia berkata secara beruntung ia lepaskan kembali dua buah serangan berantai .

   Kedua buah serangan ini jau berbeda dengan kehebatan Siau thian ini mia sam ciang tadi.

   Tenaga pukulan ini telah membentuk menjadi satu kekuatan yang nyata yang jauh lebih keras dari pada batu kemala, hampir saja seluruh tubuh Oh Put kui terkurung dibalik lapisan hawa pukulan yang amat dahsyat itu.

   Menjumpai keadaan seperti ini.

   Oh Put kui merasa terkejut bukan kepalang.

   Sebenarnya dia tak ingin mengeluarkan kepandaian asli dari perguruannya bilamana keadaan tidak mendesak kalau bisa dia hendak mengandalkan pengetahuannya tentang berbagai ilmu silat lain guna menghadapi Tiang siau sin ang.

   Tapi sekarang, dia sudah mulai merasa bahwa Tiang siau sin ang Beng Pek tim benar-benar merupakan musuh paling tangguh yang pernah dijumpainya selama hidup.

   Dalam keadaan kepepet, mau tak mau dia harus menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk menggunakan ilmu Cian tham thian liong sian kang pukulan naga langit berbau harum.

   Dimana segulung angin pukulan yang berbau sangat harum berhembus lewat, dua buah pukulan dari Tiang siau sin ang yang disertai dengan tenaga penuh itu langsung tersapu lenyap tak berbekas.

   Sekujur badan Tiang siau sin ang gemetar keras, tanpa sadar dia mundur dua langkah ke belakang.

   Oh Put Kui kembali tertawa tergelak, bentaknya.

   "Lihat serangan!"

   Bersama dengan berkumandangnya bentakan itu, Oh Put kui mengayunkan tangan kanannya melepaskan sebuah totokan maut.

   Paras muka Tiang siau sin ang kembali berubah hebat, tergopoh gopoh dia melesat mundur hebat, tergopoh gopoh dia melesat mundur sejauh satu kaki lebih.

   "Bocah muda, inilah ilmu Thian liong ci!"

   Serunya sambil tertawa nyaring Oh Put kui tertawa ewa. "Bagus sekali, kakek Beng, tampaknya kau memang mengenal nilai barang......"

   Mendadak ia berpaling ke arah pengemis pikun sambil serunya.

   "Saudaranya Lok, sudah penuh kah jumlah sepuluh jurus?"

   "Haaahhh.... haaahhh.... haaaahhhh..... kebetulan persis genap sepuluh jurus, tidak kelebihan juga tidak kurang,"

   Jawab pengemis pikun sambil tertawa tergelak. Oh Put kui ikut tertawa tergelak.

   "Nah kakek Beng !Sekali lagi kuucapkan banyak terima kasih atas kesediaanmu untuk mengalah!"

   Setelah suasana berubah.

   Hoa Tay siu sekalian baru bisa menghembuskan napas lega.

   Sebaliknya Thiang siau sin ang pun untuk pertama kalinya sejak kemunculannya, berhenti tertawa.

   Dengan wajah penuh rasa hormat, ia maju mendekati Oh Put kui lalu tegurnya.

   "Lote, apakah kau muridnya Thian Liong Sangjin?"

   Kalau gembong iblis tua yang kepandaian silatnya hampir tak terkalah pun sudah merubah sebutannya. Bisa dibayangkan bertapa lihaynya anak muda kita ini. Oh put Kui segera tertawa.

   "Kau keliru"

   Katanya.

   "Thian liong sang jin bukan guruku!"

   Sebelum Oh Pu kui menjawab, pengemis pikun sudah menimbrung lebih dahulu.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Beng toako, bukankah ucapan itu macam ucapan kentut? Thian liong ci adalah ilmu andalah Thian liong Sang jin.

   Kalau bukan sangjin sendiri yang mewariskan ilmu itu kepadanya, siapa lagi yang bisa menggunakan kepandaian tersebut?" "Haaahhh....

   haaahhh...

   haaaahhh....tepat, tepat sekali!"

   Thian siau sin ang tertawa terbahak-bahak.

   "Hei si pikun, agaknya kau sudah semakin pintar sekarang!"

   "Aaa,....masa kau belum tahu? Sekarang toh aku sudah berganti nama menjadi si pengemis cerdik....."

   Sambil mengoceh, dengan bangganya dia menggoyangkan kepalanya kesana kemari persis keriangan.

   "Yaaa, memang perlu dirubah memang perlu dirubah!"

   Thian siau sin ang manggut-manggut "Lohu yang pertama- tama setuju paling dulu...."

   Setelah berhenti sejenak, dia baru berkata lagi kepada Oh Put Kui sambil tertawa.

   Saudara cilik bila sadari tadi kau katakan kalau pandai ilmu Thian liong ci, sudah pasti pertarungan sepuluh jurus itu tak akan pernah berlangsung barusan lohu betul-betul telah berbuat ceroboh...."

   "Aaaah, justru kesediaanmu untuk mengalah itulah membuat aku merasa amat berterima kasih ....."

   Thiang siau sin segera tertawa terbahak-bahak "Haaahhh....

   haaahhh...

   haaahhh....

   aku pernah berhutang budi kepada Thian liong sangjin dimasa lalu, meski lote enggan mengaku sebagai muridnya tapi dilihat dari kemampuan lote menggunakan ilmu Thian Liong ci serta ilmu Cian tham thian liong sian kang dapat diketahui kalau kau punya hubungan yang erat dengan sangjin, atas dasar ini lohu mana berani bertindak ceroboh?"

   Setelah berhenti sebentar, sambil tertawa ia menggelengkan kepalanya berulang kali "Dengan ilmu si at lote yang begitu lihat serta usiamu yang masih begitu muda, seandainya bukan murid Thian liong sanjin jago silat manakah dalam dunia persilatan dewasa ini yang sanggup memberi pendidikan kepadamu?" Oh Put kui segera tertawa, sambil mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain katanya kemudian .

   "Beng lo apakah kau bersedia menyelesaikan persoalan di sini secara damai?"

   Tampaknya dia enggan untuk mengungkapkan asal usul perguruannya, maka pokok pembicaraan sengaja dialihkan ke masalah lain.

   Mendengar ucapan tersebut sudah barang tentu Tinag siau sin ang merasa tak enak untuk mendesak lebih jauh, ia segera tertawa kering.

   "Jangan toh lote adalah orang dekatnya sangjin, sekalipun bukan dengan kekalahan ku dalam pertarungan sepuluh jurus tadi sudah sepantasnya kalau lohu mesti menepati janji...."

   Tiba-tiba Thian mo giok li gadis suci iblis langit kit siau un yang semenjak melihat Oh Put kui berhasil menangkan pertarungan sepuluh jurus merasa girang tapi juga kesal itu berseru dengan suara gelisah .

   "Beng kongkong benarkah kau akan mengundurkan diri dari sini?"

   Tiang siau sin ang segera tertawa terbahak-bahak .

   'Haaahhh....

   haaahhh...

   haaahhh...

   tentu saja bukan cuma hari ini saja kalian mesti mundur, sejak detik ii kalianpun tak boleh mencari gara-gara lagi dengan pihak perkampungan Tang mo san ceng entah dengan alasan apapun!"

   "Tidak bisa jadi!"

   Teriak Thian mo giok li dengan wajah berubah.

   "Ayah tidak memperkenankan kami pulang dengan tangan hampa......"

   "Aku yang akan menanggung!"

   Seru Tiang siau sin ang sambil tertawa dingin, mencorong sinar tajam dari balik matanya. Tiba-tiba ia menuding ke arah Cu ih mokiam pedang iblis berbaju merah Suma Hian sambil bentaknya. "Mengapa kalian tak cepat pergi? Apakah ingin memusuhi lohu?"

   Siapa yang berani memusuhi pentolan iblis tua ini? Suma Hian merasa hanya bernyawa satu, sudah barang tentu dia tak berani bermain-main dengan selembar jiwanya itu.

   Ternyata Cu ihmo kiam sangat menurut mendengar perintah itu ia segera menyahut dengan hormat .

   "Boanpwee alam turut perintah !"

   Sambil membalikkan badan, dia lantas menarik tangan giok kiam sin mo iblis sakti berpedang kemala dan berlalu dari situ dengan langkah lebar....

   Baru saja thian mo giok lie hendak menghardik mereka sambil tertawa seram Tiang siau sin ang sudah berseru lebih dulu.

   "Budak cilik, bila kau tidak menuruti perkataanku lagi, jangan salahkan kalau aku akan turun tangan terhadapmu!"

   Kit siau un tampak sangat murung dengan wajah sedih ia memandang sambil cemberut. Akhirnya Tiang siau sin ang naik darah segera bentaknya.

   "Hayo jalan!"

   Dengan wajah yang amat sedih Kit siau un memandang sekejap ke arah Oh Put Kui lalu dengan perasaan apa boleh buat pelan-pelan dia membalikkan badannya dan berlalu dari sana.

   Tiang siau siu ang sama sekali tidak menggubris sikap munduk-munduk dari Hoa Tay sia sekalian sambil tertawa katanya kepada Oh Put Kui.

   "Lote, bila berjumpa dengan Sangjin, jangan lupa sampaikan salam lohu kepadanya."

   Bayangan putih berkelebat lewat, dia lantas berlalu dari sana. "Boanpwe pasti akan menyampaikan salam mu itu...."

   Oh Put kui mengiakan sambil tertawa.

   -- SUATU ancaman bencana besar, akhirnya dapat diatasi dalam suasana yang serba aneh Oh Put kui dengan pengemis pikun pun berangkat meninggalkan perkampungan Tang mo san ceng.

   Kini, dalam saku pengemis pikun telah di penuhi oleh delapan ribu tahil emas murni, seakan-akan ditindih oleh delapan ton emas batangan saja, pengemis pikun dibuat selalu panik dan tak tenang.

   Setelah melangkah keluar dari wilayah Lusan, Oh Put kui melanjutkan perjalanannya menuju ke timur.

   Kemudian setelah melewati An hwei, menyeberangi bukit Hong san, menembusi Thian bok dan Thian tay....."

   Akhirnya sampailah mereka di sebelah utara bukit Gan tang sun. Pada saat itulah, tak tahan pengemis pikun tersebut segera bertanya.

   "Hei bocah muda, kita akan menuju ke rumahmu?"

   Pengemis pikun jadi tertegun.

   "Lantas mau apa kita datang ke bukit gan tang san ini Lok lo kita Cuma melewati tempat ini saja....."

   "Jadi kita masih akan melanjutkan perjalanan?"

   Pengemis pikun mulai menggaruk-garuk kepalanya.

   "Tapi....jika perjalanan dilanjutkan, kita akan sampai di samudra bebas!"

   "Yaaa, benar kita memang akan berpesiar ke tengah samudra..."

   Kali ini, pengemis pikun benar-benar berdiri bodoh.

   Bila ia disuruh pergi kemanapun, ia pasti berani untuk mendatanginya.

   Tapi kalau dia disuruh pergi ke laut Tang hay...sampai matipun ia tak berani kesana.

   Sebab.....

   Jangankan disebutkan untuk membayarkan saja tak berani.

   Pulau Neraka! Suatu nama yang betul-betul menggetarkan hati siapa pun.

   Mendadak ia membalikkan badan, laau melarikan diri terbirit-birit.

   Sayang gerakan tubuh Oh Put Kui jauh lebih cepat daripada gerakannya, sekali melompat tahu tahu dia sudah menghadang di hadapannya si pengemis pikun itu.

   "Mau apa kau ?"

   Pengemis pikun segera menjerit keras.

   'bocah muda kau ingin merampas kembali uang emasmu? Nih, semuanya kukembalikan kepadamu, aku si pengemis tua memang sudah ditakdirkan miskin sepanjang hidup, mengantongi uang emas sebanyak ini Cuma akan membuat jantung berdebar hati kuatir melulu...."

   Sambil berkata, ia benar-benar mengeluarkan ke empat lembar uang kertas emas itu dan disodorkan ke muka Oh Put Kui, kemudian katanya lagi .

   "Bocah muda, leluhur mudaku, siau uaua ku kemana pun kau akan pergi, aku pasti akan menemanimu, tapi janganlah menyewa perahu untuk berpesiar ke lautan timur, aku si pingin tua masih pingin hidup masih pingin makan bakso, makan ayam panggang jangan kau suruh aku mengorbankan nyawaku......"

   Tampaknya ia benar-benar merasa takut untuk pergi menghantar nyawa.....takut pergi mampus..... Oh Put Kui tak kuasa menahan rasa gelinya lagi, dia segera tertawa terbahak-bahak.

   "Saudara Lok, mau mungkin juga percuma......."

   Katanya.

   "Ketika berada di perkampungan Tang mo san ceng. Kau toh bilang sendiri, kemanapun aku Oh put kui pergi, kau akan selalu mengikuti diriku....."

   Pengemis pikun segera mencak-mencak macam kambing kebakaran jenggot, segera teriaknya keras-keras .

   "Haaah, aku betul-betul pernah bilang begitu? Ooh Lok jin ki .......wahai lok in ki kau sungguh-sungguh seorang manusia goblok, kau betul-betul pikun seratus persen ......mengapa kau bersedia mengikuti seorang bocah keparat yang tak tahu asal usulnya untuk pergi......"

   Sambil berteriak sambil melompat, akhirnya sampai air matapun turut jatuh bercucuran.

   Dari sakunya Oh Put Kui mengeluarkan secarik sapu tangan kumal untuk menyeka air matanya, lalu ujarnya sambil tertawa.

   "Lok tua, bila sudah berjanji dengan seorang janganlah sekali kali ingkar janji, apa lagi kalau ucapan itu diutarakan oleh seorang pendekar besar yang sudah lama termasyhur seperti kau, setiap ucapannya mesti dituruti, kalau tidak tentu kau akan ditertawakan oleh semua orang yang ada dikolong langit."

   Setelah berhenti sebentar, dia lantas sodorkan saputangan kumal itu kepadanya.

   "Nah, sudahlah, jangan menangis terus kalau kau masih menangis saja, tentu orang akan menganggap kau sebagai pengemis pikun yang tidak pintar lagi!"

   Ternyata pengemis pikun menurut sekali setelah mendengar perkataan itu, dia menerima saputangan kumal itu untuk menyeka air mata dan ingusnya.

   Sebentar saja saputangan itu sudah berubah menjadi hitam pekat dan kotor sekali.

   Oh Put kui mendongakkan kepalanya memeriksa keadaan cuaca, lalu dia mengambil selembar kertas uang yang bernilai seribu tahil emas, setelah itu ujarnya lagi .

   "Lok tua, mari kita ke kota Giok huan sian sia lebih dulu untuk menukar selembar uang kertas emas ini!"

   Pengemis pikun segera tertawa kembali sambil membuang saputangan kumal itu jauh-jauh serunya.

   "Betul ! Kita mesti menukar dengan uang agar bisa dipakai untuk membeli sesaji guna menghormati kuil perut kita!"

   Ketika selesai bersantap, Pengemis pikun sudah ada tujuh bagian dipengaruhi oleh arak.

   Selesai membereskan rekening, Oh Put kui segera mengajak pengemis pikun keluar dari kota giok huan sia menuju ke dermaga kali ini ternyata pengemis pikun tidak menunjukkan ulahnya lagi.

   Tapi setibanya di dermaga, penyakit lamanya kembali kambuh.

   Sebab dia sudah melihat air samudra yang luas sedang menggulung-gulung di depan matanya.

   "Bocah muda, dimanakah kita sekarang?"

   Tanpa terasa pengemis konyol itu bertanya.

   "Di pantai lautan timur!"

   Oh Put Kui tertawa hambar.

   "Mau apa datang kemari?"

   "Membeli sebuah perahu dan kita akan berpesiar ke tengah samudra !"

   "Jangan ..... jangan .....aku .....aku tak mau ikut .....aku tak mau turut ke tengah laut....."

   Tanpa membuang waktu, dia segera putar badan dan mengambil langkah seribu...... Oh Put kui segera tertawa terbahak-bahak, dicengkeramnya tubuh pengemis itu sambil berseru.

   "Tidak mau ikut? Sayang sudah terlambat Lok tua, kau wajib mengikuti diriku!"

   Pengaruh arak dalam benaknya kontan rontok separuh bagian, pengemis tua kembali berkaok-kaok. "Hei bocah munyuk, kau sudah bosan hidup?"

   "Haaahhh.... haaahhh.... haaaahhhh... dalam lima puluh tahun mendatang, aku masih belum pingin mampus!"

   Pemuda itu tergelak Dengan gemas pengemis pikun meludah ke tanah, sumpahnya.

   "Tapi aku lihat, kau tak bakal bisa hidup melewati besok siang!"

   Oh Put kui Cuma tertawa tanpa memperdulikan ocehan pengemis pikun, Cuma tangannya saja yang masih menggenggamnya kencang-kencang dan menyeretnya menuju ke dermaga untuk bertanya apakah ada perahu yang akan dijual .

   Ketika pemilik-pemilik perahu itu mendengar kalau mereka hendak menuju ke lautan ditengah malam, hampir sebagian besar menolak menyewakan perahu mereka atau menjualnya kepada kedua orang itu.

   Menghadapi keadaan seperti ini, mau tak mau Oh Put kui mesti berkerut kening.

   Sebaliknya si pengemis pikun segera berjingkrak dan menari-nari karena kegirangan suara tertawanya yang keras hampir membelah keheningan malam yang mencekam.

   "Ooh.....Lo thianya betul-betul punya mata....."

   Gumannya.

   "Hai bocah muda, tampak nasib aku si pengemis tua masih agak mujur, umurku masih diberkahi usia panjang."

   Oh Put kui hampir tidak menggubris seruan-seruan dari pengemis pikun itu, dia masih saja berputar kian kemari disekitar dermaga sambil berusaha untuk menemukan pemilik perahu yang mungkin ingin mencari keuntungan besar.

   Sesudah bersusah payah hampir setengah harian lamanya, pada akhirnya apa yang diharapkan Oh Put kui dapat tercapai juga.

   Tapi ongkos sewa yang diajukan betul-betul mengejutkan hari siapa pun jua.

   Untuk lima belas hari lamanya, ongkos sewa perahu itu mencapai seribu tahil emas murni.

   Nilai tersebut betul-betul menjirat leher sebab berbicara menurut nilai uang waktu itu, seribu tahil emas murni bisa digunakan untuk membeli lima ratus buah sampan kecil tapi tanpa berpikir panjang, oh Put kui segera menerima tawaran gila itu.

   Dia berjanji akan berangkat menuju ke samudra pada kentongan pertama malam nanti, bahkan minta kepada si nenek pemilik perahu agar mencarikan dua orang pendayung dengan ongkos yang diperhitungkan di luar beaya.

   Sudah barang tentu, transaksi ini membuat si pengemis pikun sakit dan marah.

   Buangkan saja, masa uang emas seribu tahil mesti diserahkan dengan begitu saja kepada orang lain? Bahkan dia masih bersedia membayar tukang pendayung di luar beaya tersebut, peraturan darimanakah yang menetapkan cara macam begitu? Makin memikir si pengemis pikun merasa makin tak karuan hatinya, tak tahan dia lantas berteriak.

   "Hei bocah muda, rupanya kau jauh lebih pikun dari pada aku si pengemis tua...."

   Begitu selesai berkata, dia lantas tertawa terbahak-bahak.

   Ia tertawa sampai terpingkal-pingkal hingga air mata pun turut jatuh bercucuran entah apapun yang diucapkan Oh Put kui, dia masih tertawa saja tiada hentinya.

   Agaknya dia seperti baru merasa kalau di dunia ini masih terdapat seorang lain yang jauh lebih pikun dari pada dirinya, maka saking gembiranya dia sampai tertawa tiada hentinya.

   Ombak yang menggulung tiba dan memecah ketika menumbuk perahu, menerbitkan suara yang keras dan amat tak sedap di dengar Pengemis pikun sedang melingkar menjadi satu dan bersembunyi dalam ruangan perahu, sedangkan Oh Put kui dengan tenang berdiri di atas geladak perahu tanpa berkutik, sepasang matanya yang tajam sedang mengawasi tempat kejauhan sana, lautan luas yang dicekam oleh kegelapan.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Pendayungnya ada dua orang, seorang tua dan seorang muda.

   Yang tua sudah berusia tujuh puluh tahun, berambut putih mukanya penuh keriput, mungkin karena tiap hari kerjanya berada di laut maka kulitnya hitam pekat seperti arang, tapi kekuatannya masih tetap sehat bugar.

   Yang muda adalah seorang bocah lelaki berusia dua puluh tahunan, otot-otot badannya pada menonjol keluar semua, agaknya dia adalah seorang jago silat.

   Sejak berada di atas perahu itu.

   Oh put kui sudah menemukan kalau kedua orang pendayung itu adalah manusia-manusia luar biasa, namun dia tak ambil perduli.

   Dia percaya dalam dunia persilatan dewasa ini, paling banter hanya ada tujuh delapan orang jago saja yang mampu mengancam keselamatan jiwanya.

   Oleh sebab itu, dia selamanya tak pernah mengenal apa arti rasa takut itu.

   Justru karena itu pula, dia baru bertekat untuk menyelidiki Pulau Neraka yang ditakuti setiap orang itu.

   "Pulau Neraka disebut pula pulau bis pergi tak akan kembali......hmmm, benarkah bisa pergi tak akan kembali?"

   Diam-diam dia tertawa sendiri karena geli.

   Sekalipun orang lain bisa pergi tak akan kembali namun dia akan menciptakan bisa pergi bisa pula kembali.

   Selamanya dia tak percaya dengan tahayul tentu saja diapun tidak percaya dengan segala macam dongeng yang tersiar dalam dunia persilatan.

   Sampan cepat itu melesat dengan cepatnya ke depan, menembusi ombak yang menggulung dengan hebatnya.

   Kentongan kedua sudah lewat, dari kejauhan sana nampak bayangan sebuah bukit muncul dari balik kegelapan.

   Itulah sebuah pulau! Pulau neraka yang diliputi keanehan, keseraman dan kemisteriusan, perasaan Oh put kui mulai bergelora keras, dia merasakan jantungnya berdebar keras.

   Pengemis pikun seperti melongokkan kepalanya dan menengok sekejap ke depan, kepalanya dan menengok sekejap ke depan kemudian seperti burung unta, cepat-cepat dia sembunyikan kembali kepalanya.

   Melihat kejadian itu, Oh put kui jadi tertawa geli, pikirnya kemudian dalam hati .

   "Heran, masa kau tak bisa dibandingkan dengan kedua orang nelayan ini.........? jelek- jelek kau toh seorang jagoan juga?"

   Sementara itu, nelayan tua yang telah berubah itu meletakkan alat pendayungnya secara tiba-tiba, kemudian selangkah demi selangkah berjalan menuju ke geladak perahu.

   "Siangkong, apakah kau hendak menuju ke Pulau neraka?"

   Tegurnya kemudian. Suara teguran dari nelayan tua itu amat nyaring, lantang dan tajam didengar. Oh put kui segera manggut-manggut "Yaa, bukankah pulau itu disebut pula pulau bisa pergi tak bisa kembali...........?"

   Bisiknya. Nelayan tua itu segera tertawa.

   "Aaaah, itu kan sebutan orang persilatan terhadap pulau tersebut, sedang buat kami nelayan disekitar tempat ini, pulau tersebut masih tetap bernama pulau neraka!"

   "Boleh aku tahu, siapa nama margamu?"

   Oh put kui menegur lagi sambil tertawa hambar "Lohan she cin!" Berkilat sepasang mata Oh put kui, sambil tertawa dia lantas berpaling seraya ujarnya.

   "Apakah Cin po tiong, cin locianpwe?"

   Mendadak sekujur badan nelayan tua itu bergetar keras, dengan suara gemetar sahutnya.

   "Loo...... Lohan ....... lohan ....."

   Tapi, bagaimana mungkin sikapnya itu bisa mengelabuhi ketajaman mata dari Oh put kui.

   Disamping itu, pertanyaan langsung dari Oh put kui yang dilontarkan secara berterus terang ini justru merupakan cara yang paling jitu untuk menghadapi para jago persilatan yang enggan memberitahukan nama aslinya.

   "Cin tua!"

   Kembali Oh put kui berkata "Nama besarmu sebagai Tang hau hi ang nelayan sakti dari lautan timur' sudah lama kukagumi, sungguh beruntung hari ini aku bisa berkenalan dengan istrimu, bahkan mesti merepotkan pula dirimu untuk mendayung perahu buat kami, peristiwa ini boleh di bilang benar-benar merupakan suatu peristiwa besar .........."

   Karena rahasianya sudah terbongkar, terpaksa kakek berambut putih itu hanya bisa tertawa getir sambil menggelengkan kepala berulang kali.

   "Saudara cilik, ketajaman matamu benar-benar lihay sekali!"

   Kembali Oh Put Kui tertawa "Sebenarnya persoalan ini mudah ditebak, andaikata bukan si Nelayan sakti dari lautan timur Cin po tiong siapakah yang berani keluar lautan ditengah malam buta begini?"

   Dengan cepat Nelayan sakti dari lautan timur Cin po tiong manggut-manggut.

   "Betul, agaknya lohu sudah lupa memikirkan persoalan ini........." Setelah berhenti sejenak, kembali ia bertanya.

   "Saudara cilik, siapa namamu?"

   "Aku Oh put kui 'Oh tidak kembali!"

   Dengan kening berkerut Cin Po tiong memandang sekejap ke arahnya, kemudian tanyanya lagi .

   "Kau sendirikah yang memberikan nama itu kepadamu?"

   "Bukan nama itu pemberian guruku!"

   "Waah, kalau begitu suhu mu pastilah seorang tokoh sakti yang luar biasa sekali kata Cin po tiong setelah tertegun sejenak Oh put kui segera tertawa.

   "Aaaah, dia hanya seorang pendeta gunung, maaf namanya tak dapat kusebutkan kepadamu!"

   "Sudah empat kali lohu pergi kesana menyerempet bahaya...."

   Tiba-tiba dia berkata lagi sambil menuding ke arah bayangan pulau ditempat kejauhan sana. Mencorong sinar tajam dari balik mata Oh put kui setelah mendengar perkataan itu, serunya cepat.

   "Kau orang tua pernah kesana?"

   "Belum!"

   Jawaban ini cepat membuat Oh put kui kembali termangu.

   Agaknya Cin po tiong bisa memahami keheranan orang, mendadak dengan wajah menunjukkan rasa kaget bercampur kuatir, bisiknya leb"

   "Empat kali sebelum lohu tiba di tepi itu setiap kali aku sudah dibikin kabur oleh orang karena kaget dan ngeri...."

   Cin po tiong menundukkan kepalanya dan berpikir sebentar, begitu tahu kalau tiada harapan baginya untuk mengetahui hal-hal lebih detail, diapun segera tertawa "Cin tua, siapkah yang telah membunuhmu kabur dengan perasaan kaget bercampur ngeri?"

   Tanya Oh put kui sambil melototkan matanya bulat-bulat .

   Mendengar pertanyaan tersebut, con po tiong segera menunjukkan perasaan malu dan menyesal, sahutnya setelah menghela napas panjang .

   "Aaaai.......kalau dijawab yang sesungguhnya, mungkin kau tak akan percaya, pada hakekatnya lohu tak pernah menyaksikan bayangan tubuh dari orang itu!"

   Tentu saja jawaban ini membuat Oh put kui tidak percaya sebab kejadian itu sama sekali tak masuk diakal. @oodwoo@

   Jilid 5 BERBICARA soal ilmu silat yang dimiliki si Nelayan sakti dari lautan Timur Cin Po-tiong dalam dunia persilatan sesungguhnya kepandaiannya tidak berada di-bawah kepandaian silat para ciangbunjin dari pelbagai partai, tapi kenyataannya dia toh kena dipukul mundur oleh seseorang yang tak pernah disaksikan bayangan tubuh-nya.

   Sambil menuding pulau kecil ditempat ke jauhan sana, Cin Po-tiong tertawa getir, katanya.

   "Saudara cilik, sudah empat kali loohu ke sana, arah yang kuambil pun selalu berubah-ubah, tapi kejadian yang kualami selalu sama saja.

   kegagalan selalu menghantui diriku ..."

   "Cin tua.

   dengan cara apakah mereka mengundurkan dirimu?"

   Tanya Oh Put Kui kemudian sambil tertawa, Terlintas perasaan takut dan ngeri dalam sorot mata Cin Po-tiong, sahutnya setelah itu dengan suara dalam.

   "Oleh semacam ilmu silat yang sangat aneh!"

   Oh Put Kui jadi tertegun, Kalau toh dipukul mundur oleh semacam ilmu silat yang- sangat lihay, mengapa tidak nampak bayangan tubuh musuhnya ? Dengan termangu-mangu diawasinya wajah Tang-hay-ang Cin poo-tioug tanpa berkedip.

   "Cin tua, yakinkah kau kalau orang itu telah memukul mundur dirimu dengan ilmu silat?"

   Cin Poo-tiong mengangguk "Lohu rasa tak bakal salah lagi, memang beberapa macam ilmu silat aneh yang dipergunakan."

   Oh Put Kui termenung dan berpikir sebentar, tiba-tiba katanya lagi sambil tertawa.

   "Cin-tua, dapatkah kau mengisahkan kepadaku ke empat kisah pengalamanmu itu?"

   Cin Poo-tiong memperhatikan sejenak lelaki yang memegang kemudi itu, kemudian memperhatikan arah anginnya, setelah dilihatnya perahu itu melaju ke depan mengikuti hembusan angin, dia baru tertawa lega.

   "Saudara cilik."

   Ua berkata.

   "empat kali lohu kesana, empat kali pula kujumpai empat macam ilmu silat yang jarang dijumpai di dalam dunia persilatan, kalau tidak, mana aku orang she Cin sampai dipukul mundur dengan ketakutan?"

   "Benar, dengan nama besar Cin tua, kepandaian silat yang biasa sudah pasti tak akan menakutkan dirimu."

   "Ucapan itu segera mengejutkan hati Cin Poo-tiong. Sekulum senyumanpun segera menghias wajahnya yang tua .

   "Pertama kali datang kemari, baru saja perahu lohu mencapai jarak sejauh tiga kaki dari pantai ...,...."

   "Dari jarak sejauh ini, seharusnya kau dapat melompat naik keatas pantai."

   Kata Oh Put Kui sambil tertawa. "Tidak bisa,"

   Sahut kakek itu tersenyum.

   "Bila lohu sampai melompat kedarat dan tiba-tiba disergap, bisa jadi aku akan tewas seketika itu juga "

   Oh Put Kui segera manggut-manggut.

   "Yaa, betul, kewaspadaan memang perlu ditingkatkan !"

   "itulah sebabnya, lohu segera mengincar umpat pendaratan yang paling baik serta mendayung sampai menuju kesasaran, siapa tahu pada saat itulah mendadak dari pulau berkumandang suara nyanyian yang keras sekali."

   "Hmmm, kalau begitu diatas pulau tersebut benar-benar ada penghuninya."

   Ucap Oh Put Kui sambil manggut- manggut.

   "Tentu saja ada penghuninya ! Cuma ilmu silat yang mereka miliki sudah mencapai tarap yang amat tinggi."

   Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan "Baru saja lohu tertegun karena mendengar suara nyanyian itu, mendadak badanku terasa lemas dan kesadaranku menjadi hilang, lalu tergeletaklah aku diatas perahu, Ketika mendusin kembali, perahu itu sudah berapa li meninggalkan pulau !"

   "0ooh..., sungguh tak kusangka ,."

   Setelah berhenti sebentar pemuda itu melanjutkan.

   "Cin tua, apakah kedua kalinya kau pun dipukul mundur oleh suara nyanyian itu?"

   Cin Poo-tiong menggeleng.

   "Sewaktu datang lagi untuk kedua kalinya, lohu telah memperhatikan keanehan dari suara nyanyian tersebut, oleh sebab itu hawa murniku selalu kuhimpun untuk melindungi pikiran dan perasaan."

   Tiba-tiba ia menghela napas dan membungkam.

   "Mengapa tidak kau lanjutkan ceritamu?"

   Tanya Oh Put Kui kemudian sambil tertawa. Cin Poo-tiong menggelengkan kepalanya berulang kali. "Aaaai, lohu tak pernah menyangka kalau dunia persilatan terdapat seorang jago yang begitu lihay."

   Setelah menghela napas dengan suara rendah, lanjutnya.

   "Waktu itu lohu hanya teringat untuk melindungi jantungku dan pikiranku, tapi teledor untuk berwas-was terhadap datangnya serangan langsung.

   "Kau berhasil menyaksikan pihak lawan?"

   "Tidak, aku tidak berhasil menjumpainya,"

   Kakek itu menggeleng.

   "Tapi tenaga pukulan yang begitu dahsyatnya itu benar-benar belum pernah menjumpai sebelumnya."

   "Kalau begitu kau kena dilukai."

   "Terluka sih tidak, Cuma serangan lawan yang dilancarkan dari jarak sepuluh kaki itu ternyata bisa menghajar telak jalan darah pingsan di tubuh lohu, kenyataan ini bila tidak kualami sendiri, memangnya lohu bisa dibikin percaya?"

   "Irama seruling itu memiliki kesanggupan untuk membetot sukma, sebab itu walaupun lohu telah melindungi jantung dan pikiranku, namun tak dapat melindungi sukma sendiri, akhirnya aku pingsanketika berada lima kaki dari pantai."

   "Bagaimana dengan pengalamanmu yang keempat kalinya?"

   Pemuda itu tertawa hambar. Keadaanku makin parah dalam kesempatan yang keempat kalinya itu!"

   Perasaan ngeri kembali terlintas diwajahnya.

   "Masa di dunia ini masih terdapat ilmu silat lain yang jauh lebih lihay dari pada ke tiga macam kepandaian tersebut?"

   Kakek itu manggut-manggut.

   "Yaa, ke empat kalinya datang kesana, lohu telah dihadapkan dengan ilmu pedang terbang seperti apa yang sering kita dengar."

   "Sungguh?" Tampaknya ilmu pedang terbang itu cukup menarik perhatian serta kegembiraan Oh Put Kui.

   "Masa ilmu pedang terbang yang sudah lama punah dari dunia persilatan itu bisa mun cuI kembali disini?"

   Katanya lebih jauh.

   "Siapa bilang tidak? waktu itu perahu lohu berada dua puluh kaki jauhnya, tapi aku telah bertemu dengan..."

   Sambil menggelengkan kepala pemuda itu menghela napas panjang.

   "Waaah tenaga serangan ilmu pedang terbang itu sangat kuat, buktinya dapat mencapai kejauhan dua puluh kaki lebih!"

   Selanya.

   "Yaa, benar.

   Kalau dihitung dari jarak antara pantai dengan perahu yang lohu tumpangi, jaraknya memang dua puluh kaki, tapi kalau dihitung dari tempat persembunyian orang itu, sesungguhnya jarak tersebut mencapai dua puluh lima kaki lebih."

   "Cin tua, apakah kau terluka?"

   Pemuda itu menaruh rasa kuatirnya.

   Cin Poo-tiong segera menggeleng.

   "Tidak, aku tak sampai terluka, sejak ketika lohu saksikan ada sekilas cahaya tajam menyambar datang dari pantai, pada mulanya kukira sebangsa senjata rahasia dalam ukuran besar, maka kuangkat dayangku untuk menangkis."

   "Delapan puluh persen dayungmu lantas patah dan hancur berkeping-keping."

   Entah sedari kapan, ternyata sipengemis pikun telah duduk pula disitu sambil menimbrung.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Cin Poo tiong berpaling dan memandang pengemis itu sekejap, kemudian sambil tertawa ia manggut-manggut.

   "Perkataan saudara Lok memang benar, dayung besi ini seketika hancur dan jadi beberapa keping." "Hei, kau kenal dengan aku si pengemis tua?"

   Tiba-tiba pengemis pikun itu berteriak.

   "Haaaa...

   haaa...

   haaa...

   saudara Lok, salahmu sendiri mempunyai tampang sejelek ini, tampangmu itulah yang telah membocorkan asal-usulmu."

   "Ooh...

   kalau begitu aku si pengemis tua perlu menyaru untuk merahasiakan wajahku."

   Oh Put Kui turut tertwa, katanya.

   "Lok tua, asal perbuatan seorang lelaki sejati tulus dan jujur, mengapa takut dikenali orang?"

   Mendengar perkataan itu, pengemis pikun segera bertepuk tangan sambil bersorak sorai.

   "Hei bocah keparat, kau benar-benar cacing dalam perutku, apa saja yang kupikir, kau selalu dapat menebaknya dengan jitu..."

   Oh Put Kui tersenyum, tiba-tiba katanya kepada Cin Poo- tiong.

   "Cin tua, setelah dayung itu patah, apakah hawa pedang itu mengundurkan diri dari situ?"

   "Tenaga dalam yang dimiliki orang itu sangat lihay, setelah dayung itu patah, cahaya bianglala yang memancarkan sinar tajam itu segera berputar sebanyak sepuluh kali lingkaran diatas udara tepat diatus perahuku."

   "Ooh, sungguh hebat!"

   Paras muka Oh Put Kui turut berubah hebat.

   Tiba-tiba saja dia menjumpai kalau tenaga dalam yang dimiliki si pelepas pedang terbang itu hampir setaraf dengan tenaga dalam yang dimiliki gurunya.

   


Anggrek Tengah Malam -- Khu Lung Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Kilas Balik Merah Salju -- Gu Long

Cari Blog Ini