Ceritasilat Novel Online

Misteri Pulau Neraka 5


Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long Bagian 5



Misteri Pulau Neraka Karya dari Gu Long

   

   "Empek.

   aku masih belum menerangkan kepada keponakan akan jejak dari orang tuaku"

   "Nak, bagaimana sih kau ini ?"

   Tay-gi Sangjin berkerut kening.

   "seandainya aku bersedia memberitahukan kepadamu, buat apa menunggu sampai kau mengajukan pertanyaan? "

   "Empek.

   bukankah kau sering berkata asalkan ananda mau menjelajahi dunia, maka tak sulit untuk menemukan mereka?"

   "Asal kau bersedia untuk berbuat demikian, hal mana lebih baik lagi, paling tidak toh akan banyak melatih diri."

   Oh Put Kui merasa gelisah juga diliputi perasaan kecewa. Ditatapnya wajah Tay-gi sangjin lekat-lekat, sementara tubuhnya sama sekali tak berkutik. Melihat itu, Thian-hiang Hui-cu kembali berkata sambil tertawa.

   "sian-heng, ilmu silat yang dimiliki bocah ini sudah hebat, buat apa kau mesti merasa kuatir lagi? Beritahukan saja kepadanya, coba kau lihat tampangnya yang mengenaskan........"

   Mendengar perkataan itu, Tay-gi sangjin menjadi termangu- mangu, lama kemudian akhirnya dia baru menghela napas seraya berkata.

   "Hong-nio, kau benar-benar berbaik hati."

   "Sian-heng, beritahukanlah kepada bocah itu. orang bilang dendam kesumat orang tua lebih dalam dari samudra, apakah kau suruh bocah itu hidup selama dua puluh tahun lebih dengan sia-sia belaka tanpa mengetahui siapa pembunuh ibunya?"

   Bagitu mendengar perkataan tersebut, oh Put Kui menjadi terkesiap sehingga peluh dingin jatuh bercucuran.

   "Ibu.....ibuku telah ter..... terbunuh......?"

   Serunya dengan suara gemetar. Tay-gi sangjin menghela napas dengan suara dalam.

   "Aaaai.... benar nak, ibumu memang telah dibunuh orang "

   Sepasang mata oh Put Kui segera memancarkan cahaya berapi api yang penuh dengan hawa pembunuhan.

   "Siapa? siapakah yang telah membunuh ibuku ?"

   Teriaknya keras-keras. Dengan cepat Tay-gi sangjin menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "siapa yang tahu?"

   Jawaban itu kontan saja membuat oh Put Kui menjadi tertegun, serunya kemudian.

   "

   Empek, masa kau orang tuapun tidak tahu ?"

   Tay-gi sangjin menghela napas panjang.

   "Aaaai, andaikata empek tahu, apakah aku tak membalaskan dendam bagi ibumu sejak dulu-dulu?" "

   Lantas ayahku sendiri?"

   Teriak oh Put Kui.

   "Dia sendiripun tidak tahu."

   "Empek, saat ini ayahku berada dimana?"

   Kembali pemuda itu bertanya dengan sedih.

   "Di pulau neraka"

   "Apa? Di Pulau neraka ? siapakah dia empek? Apakah oh lojin?"

   "Yaa benar, oh Ceng-thian adalah ayahmu....."

   Tiba-tiba saja oh Put Kui menangis tersedu-sedu, ia benar- benar merasa sedih.

   Dia teringat dengan janjinya kepada oh Lojin, berjanji akan mencarikan putranya dan diapun telah menyanggupi.

   siapa tahu dialah putra yang ditunggu-tunggu, bahkan setelah ayah dan anak saling bersuapun mereka tidak saling mengenal.

   Ia teringat kembali dengan gardu menanti putra.

   Diapun teringat dengan tebing penantian putra.

   Terutama sekali wajah ayah yang penuh pengharapan, kurus, sayu dan menyedihkan hati.

   Dapatkah ia tak sedih? Dapatkah dia tak usah menangis? Tiba-tiba terdengar Thian-hiang Hui-cu berbisik dengan lirih.

   "Nak, buat apa kau menangis ? Kau sudah seharusnya merasa gembira."

   "Ya benar nak, kau harus gembira.

   Karena kau telah berjumpa dengan ayahmu."

   Tay-gi sangjin menambahkan.

   oh Put Kui segera menyeka air matanya lalu berkata.

   "Empek.

   diatas pulau neraka ayah telah mendirikan sebuah gardu penantian, dia menantikan kedatanganku, tapi aku.....

   ternyata aku tidak mengetahuinya....."

   "Jite juga kelewat batas"

   Tay-gi sangjin menggeleng.

   "nak. satu-satunya yang terpenting bagimu sekarang adalah latihlah ilmu silatmu dengan sebaik-baiknya, karena musuh besar ibumu hingga kini masih belum diketahui siapa orangnya....."

   Dengan air mata bercucuran oh Put Kui mengangguk. Thian-hiang Hui-cu ikut berkata pula sambil tertawa.

   "Nak. aku masih ada satu permintaan yang ingin kuajukan kepadamu, harap kau sudi mengabulkannya "

   "

   Katakanlah locianpwe"

   Dengan wajah bersungguh-sungguh Thian-hiang Hui-cu ikut berkata.

   "Sebelum hari Tiong- yang depan, lebih baik kau jangan pergi kepulau neraka lagi, karena ilmu silat yang dimiliki ayahmu bertujuh tinggal selangkah lagi mencapai tingkat kesempurnaan, bila kau kesana, itu berarti janji mereka telah berakhir dan mereka pasti akan balik kembali kedaratan Tionggoan..

   nak.

   kau harus mengabulkan permintaan yang kuajukan ini "

   Walaupun dalam hati kecilnya oh Put Kui merasa berat untuk mengabulkan permintaan itu namun dia juga tahu kalau Thian-hiang Hui-cu bisa berkata demikian, hal ini pasti disebabkan oleh hal-hal tertentu, karena jika tidak mempunyai maksud yang mendalam tak mungkin perempuan itu berkata demikian akhirnya diapun mengangguk.

   -oOdwOooOdwOooOdwOooOdwOooOdwOoo- salju turun dengan derasnya diwilayah Hoo-say, ditengah udara yang dingin dan menusuk tulang, tampak dua ekor kuda berlarian kencang memasuki pintu kota.

   Dua orang penunggangnya meski harus menempuh perjalanan ditengah badai salju, namun wajahnya kelihatan masih segar bugar.

   setelah masuk kedalam kota, mereka berdua melarikan kudanya menuju kerumah makan Tay-pek-ki yang paling termashur disitu.

   Waktu itu tengah hari telah menjelang.

   Dan saat saat seperti ini merupakan saat ramainya orang bersantap dan minum arak.

   Kedua orang itu melompat turun dari kudanya didepan pintu rumah makan, salah seorang diantaranya segera membisikkan sesuatu kepada pelayan, kemudian naik keatas loteng tingkat kedua.

   setelah memilih sebuah sudut ruangan yang tidak gampang diperhatikan orang, setelah melepaskan mantel mereka dan penutup kepalanya, maka tampaklah raut wajah mereka yang sebenarnya.

   Ternyata mereka adalah Long-cu-koay-hiap (pendekar aneh sipengembara) oh Put Kui serta sipengemis pikun Lok Jin-ki.

   Mereka telah meninggalkan kota Kim-leng dan menempuh perjalanan sejauh beberapa ribu li sebelum tiba disana.

   sikap oh Put Kui masih tetap santai dan tenang.

   sekalipun dia sudah mengetahui asal usulnya, tahu kalau ayahnya bernama Lie-hun-mo-kiam oh Ceng-thian, tahu kalau ibunya bernama Pek ih-hong-hud (kebutan merah berbaju putih) Lan Hong.

   Diapun tahu kalau ibunya telah dibunuh oleh seorang musuh tangguh.

   Tapi, dia masih tetap akan bersikap acuh tak acuh, seakan- akan tiada persoalan yang membuatnya pusing.

   sipengemis pikun malah nampak lebih segar dan bersemangat, mungkin hal ini dikarenakan dia telah berganti dengan pakaian baru.

   Waktu itu mereka sedang minum arak sambil berbincang- bincang dengan suara lirih.

   @oodwoo@

   Jilid 10 Kalau dilihat dari sikap mereka, seakan-akan ada seseorang yang sedang dinantikan kedatangannya .

   Dalam kenyataan mereka memang sedang menunggu orang disitu.

   Seperminum teh kemudian, dari bawah loteng muncul seorang petani tua yang berusia lima puluh tahunan.

   Setelah celingukan sebentar, akhirnya sambil tertawa dia berjalan menghampiri oh Put Kui.

   "Oh Kongcu, kau sudah datang lebih duluan?"

   Sapanya. oh Put Kui tertawa.

   "Merepotkan saudara Kou saja, silahkan duduk!"

   Petani tua itu tertawa, dia segera menjura pada pengemis pikun seraya berkata.

   "Tecu memberi hormat buat tianglo"

   "Tak usah banyak adat, silahkan duduk."

   Setelah petani tua itu duduk. oh Put Kui baru berbicara lagi sambil tertawa.

   "Bagaimana? Tentunya perjalanan Kou loko kali ini tidak sia-sia belaka bukan?"

   "Untung lohu tak sampai menyalahi perintah....."

   Belum habis dia berkata, Pengemis pikun telah menimbrung lebih dulu sambil tertawa "Kou cun-jiu, keparat Cilik Kau berani menyebut saudara terhadap saudaranya tianglomu?"

   Rupanya petani tua yang nampaknya sederhana itu tak lain adalah Tongcu propinsi shia-kam dari perguruan Kay-pang yang disebut orang sebagai si petani tua dari Hoo-say, Kou Cun-jiu.

   sekilas pandangan Kou Cun-jiu nampaknya sudah berusia lima puluh tahunan, padahal kalau dibandingkan dengan si pengemis pikun, dia masih muda dua puluh tahun lebih, dalam kedudukan diperkumpulanpun kedudukannya jauh dibawah kedudukan si pengemis pikun.

   Maka begitu ditegur si pengemis pikun, dia benar benar merasa terkejut sekali.

   "Tecu tidak berani......"

   Buru-buru serunya. Kemudian dengan wajah memerah katanya lebih jauh.

   "Kongcu, maafkan keteledoran aku si tua tadi, harap jangan menjadi gusar."

   Oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali, serunya sambil tertawa.

   "Kou loko, kau tak usah mendengarkan perkataannya, kita toh berhubungan secara terpisah, terserah saja pada kehendakmu sendiri"

   "siau-loji tidak berani,"

   Kata petani tua dari Hoo-say itu sambil tertawa.

   "Kongcu...."

   "Hei bocah muda, tak usah berputar kayuh lagi, berbicara saja hal-hal yang penting,"

   Timbrung pengemis pikun lagi.

   "Baik, tecu turut perintah."

   "Nah saudara Kou, apakah Lam kiong Ceng berada dirumah?"

   Petani tua dari Hoo say mengangguk.

   "Ada, perkampungan siu ning-cengnya ramai sekali beberapa hari belakangan ini."

   "Ooh, apakah ada suatu peristiwa besar?"

   "Yaaa benar, dia sedang menarik menantu"

   "siapa? Lam kiong Ceng mencarikan bini buat putranya?"

   "Bukan, Lam kiong Ceng mencari bini buat dirinya sendiri"

   "Oooh.....

   rupanya Lam kiong Ceng belum kawin....."

   Seru pengemis pikun sambil tertawa. satu ingatan segera melintas dalam benak oh Put Kui, katanya sambil tertawa.

   "saudara Kou, siapakah pihak perempuannya?"

   "Pihak perempuannya mempunyai nama besar yang jauh lebih termashur daripada Lam kiong Ceng sendiri"

   "Ooooh tampaknya Lam kiong Ceng berhasil mendapatkan mertua yang hebat?"

   Kata pengemis pikun tertegun.

   "Perkataan tianglo memang benar, sebab yang dikawini Lam kiong Ceng adalah putri sulung dari Jiang-li-hu-siu , kakek seribu li menyendiri Leng siau-thian, pocu dari benteng nomor wahid dalam dunia persilatan"

   "ooh, kau maksudkan Hian-peng-kui-li (perempuan setan dari tanah dingin)...."

   "Benar, memang dia."

   "Bagus sekali, bila Lam kiong Ceng bisa mempersunting perempuan semacam ini, maka keadaanya ibarat harimau yang tumbuh sayap"

   "Lok tua,"

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kata oh Put Kui sambil tertawa.

   "tampaknya keramaian ini tak boleh kita lewatkan dengan begitu saja, siapa tahu dalam pesta perkawinan Lam kiong Ceng kita bisa menemukan sesuatu yang menguntungkan?"

   "Betul, betul, aku si pengemis memang berpendapat demikian."

   Setelah meneguk araknya, oh Put Kui segera bertanya lagi.

   "saudara Kou, kapan sih perkawinan itu diselenggarakan?"

   "Bulan dua belas, tanggal sepuluh."

   "Hari ini tanggal delapan, berarti tinggal dua hari lagi,"

   Seru oh Put Kui tertawa.

   "saudara, kesulitannya telah datang "

   Seru pengemis pikun dengan kening berkerut.

   "Kesulitan apa Lok tua?" "Kadonya Kalau tinggal dua hari, kita mesti kemana untuk menyiapkan kadonya?"

   "soal itu mah gampang, Lok tua, kita beli saja dikota nanti"

   Tapi dengan cepat pengemis pikun menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "saudara, kau anggap si Lam kiong Ceng itu manusia apa ? Kalau kita membeli kado secara sembarangan, niscaya dia akan menuduh kita sebagai orang pelit....."

   Setelah berhenti sejenak.

   dia segera tertawa tergelak.

   katanya lebih jauh.

   "saudaraku,jangan kau lihat aku si pengemis berasal dari perkumpulan kaum pengemis, kalau soal kado atau tanda mata, aku tak pernah memberi yang jelek sehingga ditertawakan orang...."

   "Benar, perkataan Lok tua memang benar......"

   Kou Cun-jiu ikut menimbrung.

   "Kongcu, untuk memberi kado, tampaknya sudah tak sempat lagi...."

   "Maksudmu?"

   Pengemis pikun melototkan sepasang matanya bulat-bulat.

   Kou Cun-jiu segera tertawa.

   "Lam kiong Ceng adalah congpiau pocu dari orang orang Liok lim utara sungai besar, kalau cuma soal kado biasa, tak mungkin dia akan memandang sebelah matapun..."

   "Hei, kalau mau berbicara, katakan saja terus terang jangan berputar kayu tiada hentinya...."

   Tegur pengemis pikun sambil berkerut kening.

   Kou Cun-jiu agak terkejut lalu mengiakan berulang kali.

   "Menurut pendapat tecu, asal oh Kongcu menulis sendiri beberapa patah kata ucapan selamat dan mencantumkan nama besarmu, aku rasa dengan nama besar dari oh Kongcu dalam dunia persilatan dewasa ini, Lam kiong Ceng pasti akan dibikin gelagapan sendiri saking senangnya" Mendengar usul tersebut, pengemis pikun segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahhh....haaaahhhh....haaahhhh, tepat sekali Tepat sekali Bagus betul usulmu itu..."

   "Lok tua, aku pikir usulnya itu kurang tepat,"

   Ujar oh Put Kui tiba-tiba sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Kenapa?"

   Tanya sang pengemis dengan mata melotot.

   "Aku kuatir kalau tindakan ini akan merupakan sesuatu tindakan memukul rumput mengejutkan ular"

   Mendengar itu, kembali pengemis pikun tertawa.

   "saudaraku, bukannya aku sipengemis pikun hendak menjelekkan dirimu, tapi kalau kita tidak mengusik ular tersebut kini, sampai kapankah kau baru bisa menyelidiki wajah musuh besarmu itu?"

   Oh Put Kui termenung sebentar, kemudian katanya.

   "Jadi menurut pendapatmu, ular ini lebih baik diusik saja agar terkejut jadinya?"

   "Benar, kalau tidak begitu, musuh besarmu tak akan munculkan diri dan kau tak akan mengetahui selamanya siapakah pihak lawan dan berada dimanakah dia."

   Dia seperti mempunyai suatu keyakinan yang besar, kembali katanya.

   "Apalagi bila musuh besarmu itu mengetahui dirimu, dia pasti tak merasa tenteram lagi, siapa tahu dia bakal mendahului dirimu dengan datang mencari gara-gara lebih dahulu?"

   Cara yang dipikirkan pengemis pikun memang bagus sekali, hanya saja dia belum berpikir bagaimana seandainya pihak lawan mengambil keputusan untuk acuh tak acuh? Agaknya oh Put Kui telah berpikir sampai disitu, katanya kemudian.

   "Lok tua, andaikata pihak lawan acuh tak acuh dan sama sekali tidak menggubris, bukankah cara kita ini akan sia-sia belaka?"

   "saudaraku, bila pihak lawan memang tidak menggubris, kita toh belum terlambat untuk mencari akal lain?"

   Kata pengemis pikun sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan tertawa. Kembali oh Put Kui termenung sesaat, akhirnya dia manggut-manggut, katanya sambil tertawa.

   "Baiklah, kalau begitu kita bertindak demikian saja"

   OOdwOooOdwOo Bulan dua belas tanggal sepuluh.

   Suasana disebuah perkampungan yang luasnya seratus bau diluar kota sebelah barat Cui-swan-sia tampak ramai sekali.

   Sejak fajar menyingsing, lalu lintas yang melewati jalan raya didepan perkampungan itu sudah dipadati oleh kereta serta beraneka ragam manusia dengan aneka ragam hadiah.

   Hampir semua jago dan orang gagah dari enam propinsi diutara sungai besar telah berkumpul disitu.

   Bagi umat Liok-lim, perkampungan siu-ning-ceng memang merupakan sebuah tempat suci.

   Kepala kampungnya Pek kim kong, Thi wan kek (raksasa penyakitan,jago pergelangan tangan baja) Lam kiong Ceng selain berilmu tinggi, juga merupakan pentolan dari kaum Liok- lim di enam propinsi sebelah utara sungai besar.

   Dihari hari biasa saja banyak orang yang menyambangi tempat itu, apalagi pada hari pernikahannya, tak heran kalau lautan manusia hampir berkumpul semua disitu.

   Hampir disetiap sudut ruangan dalam perkampungan siu- ning ceng dipenuhi para tamu yang tersenyum simpul.

   Cong koan dari perkampungan, Nao heng-si-ci (utusan panca unsur) Tong Tiong-peng dengan pakaian berwarna keemas-emasannya berdiri didepan pintu dan menyambut tamunya dengan penuh senyuman-^ -oOdwOooOdwOoo- Upacara perkawinan telah ditetapkan akan diselenggarakan selewatnya tengah hari.

   Kini tengah hari sudah makin dekat, tapi Ngo-heng-si-ci Tong Tiong-peng belum menyambut kedatangan seorang jago yang benar- benar mempunyai nama besar dan kedudukan tinggi dalam dunia persilatan.

   Peristiwa ini terntu saja membuat hatinya gelisah bercampur cemas.

   Dia merasa bila dalam perkawinan congpiau pocunya tak seorangpun jago kenamaan atau pendekar besar dunia persilatan yang hadir, hal ini akan dianggap sebagai suatu peristiwa yang amat kehilangan muka.

   saat tengah hari sudah hampir lewat......

   Pada saat itulah dari depan perkampungan sana muncul serombongan manusia, rombongan itu terdiri dari lima puluhan orang.

   sebagai orang pertama adalah seorang hwesio bermuka penuh welas kasih.

   Mencorong sinar tajam dari balik mata Ngo-heng-si-ci Tong Tiong-peng setelah menyaksikan hal itu, dengan langkah cepat dia segera memburu kedepan untuk menyambut kedatangannya .

   "Tong Tiong-peng, cong koan dari perkampungan siau- ning-ceng menyambut kedatangan dari ciangbujin sekalian...."

   Rupanya hwesio itu tak lain adalah Hui seng taysu, ciangbunjin dari siau-lim-pay.

   Dibelakangnya mengikuti tiga orang ciangbunjin dari tiga partai besar lainnya.

   Mereka adalah Hian-leng tootiang dari Butongpay, Bwee Kun-peng dari partai Hoa-san serta Cui-sian sangjin dari Go-bi pay.

   Dibelakang keempat orang ciangbunjin itu mengikuti pula Han-sian-hui-kiam atau pedang dingin Wi ci Ming, tianglo dari Kaypang.

   Dari kelima partai besar yang ada dalam dunia persilatan dewasa ini, hanya ketua Kay-pang, Lok seng-tui-hun-siu atau kakek bintang pengejar sukma Kong-sun Liang yang tak hadir.

   Hal ini disebabkan belakangan ini Kongsun Liang sedang menutup diri disuatu tempat untuk melatih semacam ilmu sakti, maka segala persoalan mengenai kepartaian telah diserahkan kepada Wici Ming untuk mengatasinya.

   Dengan demikian wici Ming boleh dibilang mempunyai kedudukan yang hampir sederajat dengan seorang ketua partai.

   Dalam pesta perkawinan Lam kiong Ceng, ternyata ketua dari partai besar itu turut hadir, peristiwa ini jauh diluar dugaan Ngo-heng-si-ci.

   Baru saja kelima orang ciangbunjin dari lima partai besar datang, Tong Tiong-peng dihadapkan lagi dengan suatu peristiwa yang menggetarkan hatinya.

   Ternyata gembong iblis nomor satu dari dunia persilatanpun hadir disana....

   Pat-huang-it-koay, lian-sim-kui-siu (kakek setan berhati cacad, manusia aneh dari Pat huang) siau Lun ternyata datang tanpa diundang.

   Ketika Tong-tiong-peng membaca kartu namanya itu, hampir saja ia tak percaya dengan apa yang dilihat.

   Tapi, mau tak mau dia harus percaya juga.

   Karena itu dia segera menyambut kedatangannya.

   seorang kakek berambut putih yang berwajah dingin, berambut panjang sebahu dan berwajah menyeramkan berdiri didepan pintu siapa lagi orang itu kalau bukan siau Lun? Buru- buru dia maju kedepan, kemudian sambil menjatuhkan diri berlutut serunya.

   "Tong-tiong-peng menyampaikan salam hormat untuk siau locianpwe"

   Siau Lun segera tertawa hambar, katanya sambil mengulapkan tangan.

   "Tak usah banyak adat, lohu sudah bukan siau Lun yang dulu, kalian tak usah banyak adat....."

   Sambil berkata dia lantas masuk kedalam perkampungan dengan langkah lebar.

   Kehadiran kakek ini dalam ruangan upacara dengan Cepat menggetarkan hati lima orang ciangbunjin dari lima partai besar.

   Hui-sin taysu dari siau lim-pay segera bangkit berdiri sambil menjura, katanya.

   "siau lo-sicu, sudah lama kau mengundurkan diri dari keramaian dunia.

   Hari ini bisa berjumpa lagi, hal ini sungguh merupakan suatu kebanggaan buat boanpwe sekalian......"

   Siau Lun tertawa terbahak-bahak. diamatinya wajah kelima orang itu sekejap kemudian sambil tertawa katanya.

   "Ooh rupanya ciangbunjin sekalian sudah datang? Besar betul pamor dari Lam kiong Ceng....."

   Terkesiap juga Hui-sin taysu mendengar perkataan ini, buru-buru dia berseru.

   "Lam kiong sicu adalah seorang gagah, sudah sepantasnya kalau boanpwe sekalian ikut memberi selamat kepadanya"

   Sekilas senyuman menghiasi wajah siau Lun, dia segera manggut-manggut berulang kepada Ngo-heng-si-ci Tong Tiong-peng yang menghantar dirinya dia lantas mengulapkan tangannya sembari berkata.

   "silahkan saja kau melayani orang lain, lohu hendak berbincang-bincang dengan kelima orang lote ini....."

   Tong Tiong-peng segera menjura dan mengundurkan diri Baru tiba dipintu depan, seorang anggota perkampungan telah berlari mendekati dengan wajah gugup, Dengan kening berkerut Tong-tiong-peng segera menegur.

   "Persoalan apa yang membuat kau gugup?"

   "Lapor congkoan, didepan pintu muncul seorang tamu aneh...."

   Ujar orang itu dengan wajah gugup bercampur gembira.

   "Tamu aneh macam apa?"

   "Tecu tidak kenal, dia mengatakan ingin berjumpa dengan majikan....."

   "Hmmm, manusia takebur darimanakah yang telah datang ?"

   Seru Tong-tiong-peng sambil tertawa dingin.

   Dengan langkah cepat dia memburu kedepan pintu.

   Tapi apa yang kemudian terlihat kontan membuat dia berdiri tertegun, karena tamu aneh itu sangat dikenal olehnya.

   Dia tak lain adalah say-siang-li si perempuan pintar dari bilik barat, Leng seng-luan, seorang perempuan bertangan keji yang banyak membuat orang persilatan pusing kepala.

   -oOdwOooOdwOooOdwOo- Buru-buru Tong-tiong-peng meredakan hawa amarahnya, lalu dengan senyuman yang dibuat-buat menyongsong kedatangan tamunya.

   "Nona Leng, baik-baikkah kau? Tong-tiong-peng menghunjuk hormat untukmu....."

   Serunya.

   Ternyata yang datang adalah seorang gadis muda berbaju putih yang berambut panjang dan berwajah cantik, tapi sikapnya dingin, kaku dan menyeramkan, dia sedang memandang kearah pintu perkampungan sambil tertawa tiada hentinya.

   Tapi setelah mendengar ucapan dari Tong-tiong-peng itu, hawa marahnya sedikit agak mengendor, ujarnya kemudian.

   "Tong cong koan, tampaknya pamor dari saudara Lam kiong makin lama semakin bertambah besar".

   Terkesiap juga Tong Tiong-peng setelah mendengar perkataan itu, buru-buru dia berkata.

   "Hari ini adalah perkawinan Lam kiong toako, sedang dia sedang berganti pakaian, maka tak bisa menyambut kedatanganmu harap nona Leng sudi memaafkan "

   "Oh.... kalau begitu akulah yang telah salah menegurnya..."

   Leng-seng-luan tertawa dingin.

   seraya dia berkata dia lantas melangkah masuk kedalam pintu perkampungan.....

   Baru saja Tong-tiong-peng hendak memimpin jalan, Leng- seng-luan telah menggoyangkan tangannya sambil berkata.

   "Tong congkoan, lebih baik kau berdiri disini saja, biar anak buahmu yang membawa jalan bagiku "

   "Kalau begitu terpaksa aku harus menurunkan derajat nona........."

   Ujar Tong cong koan sambil tertawa. Dengan cepat dipanggilnya seorang anak buahnya, kemudian memerintahkan.

   "Cepat ajak Leng lihiap menuju keruangan tamu "

   Orang itu mengiakan dan mengajak Leng seng-luan memasuki perkampungan, Memandang bayangan punggung Leng seng-luan yang berlalu, diam-diam Tong-tiong-peng menghela napas panjang.

   Pada saat itulah dari luar perkampungan telah muncul empat orang tamu aneh.

   Keempat orang itu ialah Kaucu dari perkumpulan pay-Kay yang disebut orang Jui-sim-huan-im-kek, (jago tanpa bayangan penghancur hati) Ciu It-cing konon orang ini murid Hua-im cinjin Li Kim-siu yang menjadi cikal bakal partainya.

   Lalu orang kedua adalah Mo-kiam-huang-say (singa latah pedang iblis) Kit Hu-seng yang merupakan toa kongcu dari benteng kematian di lembah sin-mo-kok.

   orang ketiga adalah Lan-san-gin-kiam atau si pedang perak berbaju biru seebun Jiu, salah seorang dari empat jago pedang utama dibawah pimpinan Ceng-thian-kui-ong atau raja setan penggetar langit wi Thian-yang dari istana Tong-thian- kui-hu di lembah Kiu yu kok.

   Dan terakhir adalah putra dari sian- hong-pat- ciang, Wan- sim-seng-sin atau kakek suci berhati mulia, delapan pukulan angin puyuh Nyo Thian-wi, pemilik istana siau- hong- hu bernama Yu-liong-kuay-kiam atau pedang kilat naga perkasa Nyo Ban-bu.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   sekalipun keempat manusia ini bukan ketua partai, namun nama besar mereka serta kelihaian ilmu silat mereka jauh diatas kemampuan dari para ciangbunjin berbagai partai besar.

   Dikunjungi manusia- manusia seperti ini sudah tentu Tong Tiong-peng tak berani berayal lagi, dengan sikap hormat dia lalu menghantar tamunya memasuki ruangan upacara.

   sementara itu tengah hari sudah lewat, irama musik mulai diperdengarkan pertanda upacara pernikahan segera akan diselenggarakan.

   Tamu yang mencapai seribu orang lebih hampir boleh dibilang memadati seluruh ruangan siu ning-ceng dan lapangan berlatih silat yang luasnya dua puluh bau lebih.

   Akhirnya pengantinpun masuk kedalam ruangan upacara.

   Lam kiong ceng nampak bertubuh tegap dan kekar seperti seorang malaikat, sebaliknya sinona lemah gemulai seperti perempuan setan yang sama sekali tidak berhawa kehidupan.

   Jian-li-hu-siu Leng siau-thian duduk ditengah ruangan upacara dengan senyum dikulum.

   sedang dari pihak wali pengantin pria adalah seorang kakek pendek yang berkepala botak.

   orang itu duduk diatas tempat duduk Leng siau-thian dengan wajah yang dingin.

   Wajah orang itu sedemikian tak sedapnya dipandang, seakan akan kehadirannya disana bukan untuk menyelenggarakan pesta perkawinan, melainkan menghadiri suatu upacara kematian.

   siapakah kakek pendek berkepala botak itu? Anehnya ternyata tak seorang manusiapun yang hadir dalam ruangan yang mengenali dirinya.

   Pelbagai ingatan berkecamuk dalam benak masing-masing, bahkanada pula yang berpikir.

   "Mungkinkah gembong iblis tua ini adalah suhunya Lam kiong Ceng?"

   Siau Lun, si gembong iblis nomor wahid dari kolong langit turut berkerut kening. Tiab-tiba Leng seng-luan yang berada disisi yang menegur.

   "siau kongkong, kenalkah kau dengan orang tua itu?"

   Siau Lun segera tertawa seraya manggut-manggut.

   "Bukan cuma kenal saja, kami kan sahabat karib"

   Sahutnya.

   "oh.... siapakah dia?"

   Seru Leng seng-luan terkejut.

   "Nona, pernahkah kau mendengar ucapanperkataan begini.

   Lebih baik bertcmu raja akhirat, daripada berjumpa sepasang hati?"

   "Yaa, aku pernah mendengar perkataan itu, bukankah kau orang tua yang dimaksudkan sebagai sepasang hati?"

   Siau Lun lantas tertawa.

   "Lohu hanya dianggap sebagai satu hati, sedangkan hati yang lain adalah dia."

   Katanya. Leng seng-luan menjadi kesima setelah mendengar ucapan itu, lalu serunya cepat.

   "Lantas, siapa..... siapakah dia?" Cui-sian sangjin, ketua Go-bi-pay yang waktu itu kebetulan berada disisi LEng seng-luan nampak berubah wajahnya sesudah mendengar perkataan itu, dengan cepat dia berbisik kepada kakek setan berhati cacad siau Lun.

   "Locianpwe, apakah kakek botak itu adalah Tuan-cong-si- sim-sin atau kakek usus putus kehilangan hati Hui Lok yang disebut orang sebagai siang-sim atau sepasang hati dan mengangkat nama bersama-sama dirimu itu?"

   "Benar, memang dia "

   Sekarang Leng Seng-luan baru mengerti, nama si kakek usus putus kehilangan hati memang cukup menggetarkan hatinya.

   sekarang dia baru tahu kalau Lam kiong Ceng adalah muridnya gembong iblis itu.

   Tak heran kalau semua jago Liok-lim bersama sama tunduk dan takluk kepadanya, sekalipun umurnya belum mencapai usia pertengah, rupanya dia mempunyai seorang suhu yang cukup menggetarkan hati setiap orang.

   Dalam kesedihan yang mencekam perasaan Leng seng- luan, tiba-tiba dia tertawa sendiri, karena sekarang dia merasa hatinya agak lega.

   Dulu, dia telah menyerahkan seluruh kasih sayang dan cinta kasihnya untuk Lam kiong Ceng, tapi kenyataannya Lam kiong Ceng memandang sinis kepadanya, bahkan meninggalkannya dan mempersunting Leng Lin-lin.

   Gara-gara peristiwa itu, dia pernah bersedih hati dan melelehkan air mata banyak.

   Tapi sekarang dia baru mengerti, ternyata dia adalah muridnya Hui Lok.

   murid dari musuh besar gurunya.

   Apa lagi yang mesti dirisaukan? Tak ada lagi, Maka diapun hanya bisa tersenyum dengan perasaan sedih, dan bahagia.......

   sepasang pengantin telah melakukan upacara dan perjamuan telah dilangoungkan.

   suasana bertambah semarak dan ramai, hidangan lewat muncul tiada hentinya.

   Mendadak seorang anggota perkampungan muncul membawa sebuah gulungan kain dan masuk kedalam.

   siapa lagi yang mempersembahkan hadiah untuk sepasang pengantin itu? Tak lama kemudian gulungan kain itu sudah dibuka danpara hadirinpada berdiri untuk membaca tulisan tersebut.

   Ternyata tulisan itu berisikan sebuah bait syair Yang-cun- lok yang termashur.

   Diatas syair tersebut tertera beberapa huruf yang berbunyi.

   "Peringatan hari perkawinan Lam kiong tayhiap dengan Hian-peng-li-si "

   Sedangkan dibawahnya bertuliskan .

   "Dipersembahkan oleh . Cing-peng-long-cu oh Put Kui "

   Oh Put Kui..... sebuah nama yang menggetarkan sukma setiap orang, tanpa sadar Lam kiong Ceng segera berseru.

   "Aah, mungkinkah oh Put Kui yang berjulukan Long cu- koay-hiap atau pendekar aneh gelandangan ?"

   Paras muka Hian-peng-kui-li atau setan perempuan berhawa dingin Leng Bin-pin berubah hebat pula, katanya cepat.

   "Kau kenal dengannya? Bukankah dia telah berkunjung kepulau neraka ?"

   "Aku tidak kenal dengannya,"

   Seru Lam kiong Ceng sambil menggelengkan kepala.

   Hui Lok si kakek berkepala botak yang selama ini membungkam, mendadak berseru dingin.

   "Kalau ada tamu terhormat yang datang, silahkan saja untuk masuk......" Tampaknya orang itu tak pernah tertawa, maka wajahnya selalu diliputi oleh hawa pembunuhan yang dingin dan mengerikan.

   "suhu, maksudmu mengundangnya masuk....."

   Bisik Lam kiong Ceng. Dengan cepat dia berpaling kearah anak buahnya sambil menambahkan .

   "suruh Tong cong koan mengundangnya masuk. dan suruh orang pasang tulisan itu keatas dinding "

   Orang itu mengiakan dan segera berlalu.

   sementara dua orang lelaki maju untuk menyambut tulisan tersebut dan segera menggantungkannya diatas dinding.

   Dengan demikian, semua anggota persilatan yang hadir dalam ruangan itu dapat membaca tulisan mana dengan jelas.

   Selesai membaca tulisan itu, Hui-sin siansu ketua dari siau- lim-pay segera berkata sambil tertawa.

   "Hian leng toheng, agaknya bakal ada pertunjukan menarik dalam perjamuan kali ini "

   "Apakah taysu kenal dengan orang itu ?"

   Tanya Hian-leng tootiang sambil tertawa pula.

   Dengan cepat Hui-sin taysu menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Tidak.

   belum pernah ketemu, tapi lolap pernah menerima surat dari Hui-leng sute, dalam surat itu dikatakan kalau pemuda tersebut pernah berkunjung ke perkampungan Tang- mo-san-ceng untuk menghantar batok kepala dari empat orang iblis, bahkan memukul mundur pula Tiang- bi-siau-siu (kakek tertawa beralis panjang)........."

   "Yaa, soal itu memang pernah kudengan dari laporan Hian- pek sute......"

   Kata Hian-leng tootiang kemudian mengangguk. Ketua Hoa-san-pay si kakek pedang pengejar angin Bwee Kun-peng ikut menimbrung .

   "Lohupun pernah mendengar Wan sute menyinggung tentang bocah ini, konon dia adalah murid dari Thian-liong taysu, kepandaian silatnya telah memperoleh warisan dari taysu......"

   Sementara beberapa orang ketua itu sedang berbisik-bisik, oh Put Kui telah berjalan masuk kedalam ruangan.

   Menyusul dibelakangnya sipengemis pikun Lok Jin-ki.

   sedangkan sipetani tua dari Hoo-san Kou Cun-jin jauh sebelumnya sudah datang duluan, karena sebagai Tongcu dari kantor cabang Kay-pang untuk wilayah shia-kam, bagaimanapun juga dia harus menghadiri kejadian besar tersebut.

   Dengan wajah penuh senyuman oh Put Kui berjalan masuk kedalam ruangan upacara.

   Buru-buru Lam kiong Ceng bangkit berdiri sambil berseru.

   "saudara oh kah disitu ? siaute Lam kiong Ceng......."

   Oh Put Kui tertawa, sambil menjura tukasnya .

   "Aku datang tanpa diundang, harap kau sudi memaafkan.........."

   Kemudian setelah menatap sekejap wajah orang itu, lanjutnya .

   "saudara Lam kiong, Leng lihiap. kuucapkan selamat berbahagia untuk kalian berdua semoga bisa hidup rukun sampai kakek nenek........"

   Lam kiong Ceng segera tertawa terbahak bahak.

   "Haaaahhh..... haaahhhhh...... haaaahhhh..... terima kasih saudara oh....."

   "Gagah betul lelaki ini......"

   Pikir oh Put Kui. sedangkan Leng Pin-pin dengan wajah memerah turut menjura.

   "Terima kasih oh tayhiap......"

   Setelah itu Lam kiong Ceng baru berpaling kearah pengemis pikun yang berada dibelakang oh Put Kui sambil berkata.

   "Lok tianglo, selamat berjumpa......." Pengemis pikun tertawa tergelak.

   "Haaaahhhh..... haaaaahhhh..... haaahhhhh.....pada hari perkawinan lote, ternyata aku si pengemis pikun datang terlambat, bagiamana kalau menghukum aku dengan tiga puluh cawan arak? sudah hampir setahun lebih aku si pengemis pikun tak pernah beradu minum arak dengan lote....."

   Sambil berkata dia lantas menyambar cawan arak didepan Lam kiong Ceng dan meneguk isinya sampai habis.......

   Dia minum dengan cepat ternyata dimuntahkan lebih cepat, coba kalau bukan oh Put Kui berkelit dengan cepat, niscaya seluruh tubuhnya sudah kena sembur.

   "Hei kenapa kau? Araknya terlalu keras?"

   Tak tahan oh Put Kui menegur sambil tertawa tergelak. Dengan suara keras pengemis pikun segera berteriak.

   "saudara sekalian, kalian tertipu, yang diminum Lam kiong lote bukan arak melainkan air teh......"

   Paras muka Lam kiong Ceng seketika berubah menjadi merah padam karena jengah.

   "Loko, bayangkan saja. Hari ini siaute mana boleh minum arak sampai mabuk....."

   Serunya cepat. Tentu saja pengemis pikun tak ambil perduli soal semacam itu, kembali dia berteriak.

   "Tidak bisa, kita tak bisa membiarkan pengantin lakinya minum air teh, saudara sekalian, bukankah kalianpun berharap pengantinnya minum arak sungguhan......."

   Seruan mana segera disambut gegap gempita oleh tamu yang lain, sehingga suasana menjadi ramai sekali. Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Lam kiong Ceng tertawa.

   "Baik, baiklah,"

   Katanya kemudian.

   "siaute akan menggantinya dengan arak sungguhan......" Kemudian sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya kepada pengemis pikun "Lo ko, kau harus membantunku, janganlah memaksa aku minum arak terus, atau paling tidak kau mesti mewakili aku....."

   Pengemis pikun menjadi girang sekali setelah mendengar perkataan itu, serunya cepat.

   "Baik, kau memang berhasil menemukan orang yang benar......"

   Semabri begitu dia lantas duduk dikursi dekat pengantin lelaki tersebut....

   Tindakan mana kontan saja menggusarkan seseorang, akan tetapi karena hari ini adalah hari baik muridnya, maka amarah tersebut hanya bisa disimpan dalam hati saja.

   Tentu saja si pengemis pikun tidak akan mengetahui hal itu.

   Bukan cuma dia bahkan oh Put Kui pun tidak menyangka kalau dalam ruangan tersebut hadir pula gembong iblis lain yang bernama besar sejajar dengan nama kakek setan berhati cacad siau Lun- sementara itu, Lam kiong Ceng telah mengundang oh Put Kui untuk menempati meja tuan ruma, tapi dengan cepat oh Put Kui menggelengkan kepalanya.

   "Jangan"

   Demikian ia berkata.

   "

   Aku masih mempunyai beberapa kenalan lama."

   Padahal dia tidak mempunyai kenalan kecuali siau Lun, ia menampik tawaran tersebut karena dia telah menyaksikan kehadiran siau Lun disitu.

   Begitulah, selesai berbicara ia lantas berjalan menuju kemeja perjamuan sebelah kiri Dalam meja perjamuan itu, selain hadir siau Lun, dan terdapat pula Yu-liong-kuay-kiam (pedang kilat naga perkasa) Nyoo Ban-bu, Mo-kiam-huang-say atau singa latah pedang iblis Kit Hu-seng, see-siang-li-si atau pendekar wanita dari bilik barat Leng seng-luan dan Jui-sim-huan-im-kek atau tamu penghancur hati tanpa bayangan ciu It-kim.

   selain kakek setan berhati cacad siau Lun empat orang lainnya boleh dibilang jago-jago top dari kaum muda.

   Baru saja pemuda itu berjalan mendekat, siau Lun telah berseru sambil tertawa.

   "Hei bocah muda, aku tahu kalau kau bakal datang "

   "Kakek siau, akupun tahu kalau kau pun bakal datang....."

   Sahut oh Put Kui dengan cepat.

   Kemudian mereka berdua saling berpandangan dan tertawa terbahak bahak, Kontan saja adegan tersebut membuat para jago lainnya menjadi tertegun dan berdiri melongo, siapapun tidak menyangka kalau oh Put Kui bukan cuma kenal saja dengan siau Lun, bahkan tampaknya hubungan mereka cukup akrab dan hangat.

   setelah duduk dan memperkenalkan keempat orang pemuda lainnya, siau Lun baru berkata lagi sambil tertawa.

   "Anak muda, mengapa kau datang terlambat?"

   "

   Kakek Siau, masa kau tidak mengerti......"

   Sahut oh Put Kui sambil melototkan matanya dan tertawa.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Bagus, bagus, tampaknya kau hendak jual mahal kepadaku ?"

   "Boanpwe tidak berani."

   "Kalau memang tidak berani, mengapa tidak cepat kau katakan ?"

   "Kakek siau,"

   Bisik pemuda itu kemudian.

   "inilah yang dinamakan memanfaatkan kesempatan untuk menarik perhatian "

   "Bagus anak muda, tampaknya makin lama akal busukmu semakin bertambah banyak saja....." "Yaaa, apa boleh buat ? untuk menghadapi orang-orang semacam ini mau tak mau mesti gunakan akal busuk....."

   "Bagus sekali......"

   Kembali siau Lun tertawa terbahak- bahak.

   oOdwOooOdwOoo Dalam pada itu, singa latah pedang iblis Kit Hu-seng yang duduk disampingnya telah mengangkat cawannya dan berkata kepada oh Put Kui sambil tertawa .

   "saudara oh, belakangan ini aku sering kali mendengar nama Long-cu-koay-hiap disebut orang, hari ini dapat berjumpa muka, hal ini benar- benar merupakan suatu peristiwa yang menggembirakan....."

   Dia mendongakkan kepalanya dan mengangguk kering isi cawannya, kemudian ujarnya lebih jauh.

   "Aku orang she Kit menghormati secawan arak untuk saudara, harap saudara oh sudi memberi muka."

   Oh Put Kui tertawa hambar dan lalu mengangkat cawannya untuk meneguk sampai habis.

   "Kehebatan saudara Kit sudah lama siaute kagumi"

   Katanya cepat.

   "Haahh....haaahhh...... saudara oh Put Kui sangat mengagumkan hati, aku orang she Kit bersedia untuk berteman denganmu "

   Dia berjulukan singa latah pedang iblis, seperti juga namanya, gerak gerik orang ini ternyata mencerminkan kehebatan dirinya. Diam-diam oh Put Kui tertawa geli, pikirnya.

   "

   Orang ini adalah pemilik muda lembah Bin-mo-kok. namun nyatanya tidak terpengaruh sama sekali oleh hawa iblis, kegagahan dan kebesaran jiwa orang ini sungguh mengagumkan......."

   Sementara dia masih berpikir, sipedang kilat naga perkasa Nyoo Ban-hu telah mengangkat pula cawan araknya seraya berkata.

   "saudara oh, siautepun ingin menghormati kau dengan secawan arak "

   Walaupun oh Put Kui tidak banyak berkenalan dengan orang tapi dia memiliki suatu firasat tajam yang aneh.

   Terhadap sipedang kilat naga perkasa yang tampan dan gagah ini, dia justru merasa mempunyai suatu perasaan muak dan tak senang.

   Jika terhadap Kit Hu-seng tadi ia meneguk araknya dengan tulus hati diiringi gelak tertawa, maja terhadap Nyoo Ban-hu justru hanya berpura-pura minum dengan wajah senyum tak senyum.

   "Takaran minum siaute kurang baik, biarlah maksud baik saudara Nyoo kuterima dalam hati saja....."

   Dia segera menempelkan bibirnya pada cawan, kemudian sambil tertawa meletakkannya kembali kemeja.

   Berkilat sepasang mata sipedang kilat naga perkasa Nyoo Ban-hu setelah menyaksikan kejadian ini, serunya sambil tertawa.

   "saudara oh, apakah kau tidak pandang sebelah mata kepada siaute ?"

   Dengan cepat oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Aaaaah, mengapa saudara Nyoo berkata demikian? Apakah hal ini bukan sama artinya dengan memandang asing diriku? saudara Nyoo merupakan putra kakek suci, siapapun manusia didunia ini ingin membaiki saudara Nyoo, sebaliknya aku tak lebih hanya seorang gelandangan, masa aku berani memandang rendah saudara Nyoo....."

   Sepintas lalu perkataan tersebut kedengarannya memang sedap didengar, namun bagi pendengaran Nyoo Ban-hu justru membuatnya tak bisa tertawa, tak bisa pula mendongkol, untuk sesaat dia hanya bisa berdiri termangu-mangu sambil melototi wajah pemuda itu.

   Untung saja Hui-sim-huan-im-kek Ciu It-cing segera mengangkat cawan araknya untuk menghilangkan kejengahan yang meliputi sipedang kilat naga perkasa Nyoo Ban-hu.

   "saudara oh, aku orang she Ciu pun ingin menghormatimu dengan secawan arak...."

   "Terima kasih saudara Ciu....."

   Sahut oh Put Kui sambil mengangkat cawannya dan segera meneguk isinya sampai habis.

   Tampaknya Ciu It-kim adalah seorang yang jujur, melihat itu dia lantas berkata sambil tertawa.

   "saudara oh, kalau toh takaran arakmu kurang baik, lebih baik kurangi saja arakmu"

   Oh Put Kui menaruh kesan baik terhadap Ciu It-kim, dia merasa Jui-sim-huan-im-kek yang meneruskan jabatan ketua Pay-kau itu adalah seorang pemuda sederhana serta jujur.

   "Terima kasih atas perhatian dari saudara Ciu"

   Buru-buru ia menyahut sambil tertawa.

   Menyusul kemudian Leng seng-luan turut menghormati arak kepadanya.

   oh Put Kui menyambut sambil tertawa, ia merasa gadis itu cantik sekali, hanya sayang wajahnya kelihatan murung sekali.

   la paling takut dekat sama perempuan, apalagi gadis yang kelihatan murung dan mempunyai rahasia hati, maka jauh sebelumnya dia sudah berusaha menghindari diri dari tatapan matanya.

   Leng seng-luan sendiri sama sekali tidak mempunyai ingatan lain, dia hanya merasa Long-cu-koay-hiap oh Put Kui seperti memiliki suatu daya tarik yang luar biasa, membuat ia tak terasa teringat akan dirinya.

   "Terima kasih nona"

   Katanya kemudian hambar. setelah meletakkan kembali cawan araknya, ia berbisik kepada siau Lun.

   "

   Kakek siau, siapa dua orang kakek yang duduk semeja dengan Lam kiong Ceng itu?" "Bocah muda, sungguh hebat ketajaman matamu,"

   Puji siau Lun sambil tertawa.

   "

   Begitu banyak tamu yang hadir dalam ruangan itu dan begitu banyak ciangbunjin serta jago kenamaan yang hadir, tapi yang kau tanyakan hanya kedua orang iblis tua itu....."

   "Aah, boanpwe kan belajar banyak dari kau orang tua ?"

   "Betul, lohu memang pernah mengajari banyak hal kepadamu.....jangan perhatikan keningnya, jangan dilihat sorot matanya, tapi perhatikan tarikan napasnya.

   Bagaimana? Cocok bukan? Lohukan tidak membohongi dirimu....."

   Setelah berhenti sejenak, kakek itu berkata lebih jauh.

   "sikakek berambut putih itu adalah ayah dari pengantin perempuan....."

   "Leng siau Thian?"

   Sambung oh Put Kui sambil tertawa.

   "Benar, tidak gampang untuk dihadapi bukan?"

   "Lantas siapa yang satunya lagi?"

   Mencorong sinar terang dari balik mata kakek itu, mendadak bisiknya lirih.

   "sedangkan si kakek yang berkepala botak itu adalah seorang jago yang mengangkat nama bersama lohu."

   Oh Put Kui agak termenung setelah mendengar perkataan itu, kemudian ujarnya tersenyum.

   "Kakek siau, aku rasa hal ini tak mungkin terjadi."

   "Mengapa tidak?"

   Kata kakek siau sambil tertawa.

   "

   Kau pernah mendengar seorang jago yang bernama Toan-ceng-si- sim-siu (kakek pemutus usus pelenyap hati) Hui Lok?"

   "Hui Lok? orang yang pernah kau katakan itu?"

   Jerit oh Put Kui kemudian dengan terperanjat.

   "Yaa, benar.

   Memang dia" Kali ini oh Put Kui benar- benar dibikin tertegun oleh ucapan tersebut, belum pernah dia meras akan terperanjat seperti apa yang dialaminya saat ini.

   Mimpipun dia tak pernah menyangka kalau sikakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok masih hidup didunia ini.

   "Bagaimana anak muda? Kau tak pernah menyangka bukan?"

   Kata siau Lun sambil tertawa hambar. oh Put Kui manggut.

   "Ya. Mimpipun aku tak pernah menyangka"

   Tiba-tiba siau Lun menghela napas, kemudian berkata.

   "Anak muda, terhadap siapapun kau boleh bertindak tekebur atau jumawa, tapi jangan mencoba-coba berbuat demikian terhadap si kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok, kalau tidak kau bisa menderita kerugian yang amat besar...."

   "Terima kasih banyak atas petunjukmu itu "

   Seru oh Put Kui sambil tertawa. siau Lun tertawa lalu menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Anak muda, tampaknya kau kurang percaya dengan perkataan lohu?"

   Katanya tiba-tiba.

   "Boanpwe percaya, cuma boanpwe memang ada niat buat bertarung melawan dia."

   "Kau sudah gila?"

   "Tidak.

   Boanpwe dapat merasakan hal ini, cepat atau lambat suatu pertarungan sudah pasti akan berkobar antara aku dengannya."

   "Hei anak muda, mengapa kau bisa mempunyai jalan pikiran seperti ini?"

   Kata siau Lun sambil menggelengkan kepalanya.

   "Apakah kau tidak memperhatikan paras muka dari Hui Lok?" Mendengar perkataan itu, siau Lun lantas berpaling kearah Hui Lok.

   Begitu melihat apa yang terjadi, kakek itu berseru dengan perasaan terperanjat.

   "Hei, sebenarnya apa yang telah terjadi?"

   Ternyata si kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok sedang melotot kearahnya dengan sinar mata yang mengerikan.

   sambil tertawa oh Put Kui segera berkata.

   "Antara lurus dan sesat tak bisa dipersatukan, siau tua, dia hendak mencari gara-gara denganmu "

   "Huuuh, dia mah tidak pantas"

   Seru siau Lun sambil tertawa geli.

   "Yaa benar, dia memang tidak pantas"

   Si singa latah pedang iblis Kit Hu-seng yang berada disampingnya mendadak menimbrung.

   "Jika Hui Lok berani mencari gara-gara dengan siau locianpwe, Kit Hu-seng lah yang pertama-tama tak akan mengampuni dirinya"

   "aaah, kalian anak- anak muda lebih baik jangan kelewat emosi,"

   Kata siau Lun sambil tertawa.

   "sekalipun Hui Lok mempunyai keberanian yang melampaui bataspun, tak nanti ia berani menantang lohu........"

   Belum habis dia berkata, mendadak tampak Hui Lok yang berada dimeja utama sana telah bangkit berdiri.

   Bukan cuma bangkit berdiri saja, bahkan berjalan menuju kearah meja perjamuan mereka.

   oh Put Kui segera tertawa hambar setelah menyaksikan kejadian itu, katanya kemudian-"Bagaimana, kakek siau?"

   "Bocah muda, tunggu saja tanggal mainnya....."

   Dalam pada itu si kakek pemut usus pelenyap hati telah tiba didepan meja perjamuan, setelah memandang sekejap kearah enam orang yang berada dimeja itu, dia lantas menyapa siau Lun- "Kehadiran saudara siau sama sekali tak kuketahui, bila mana dalam penyambutan kurang memadai, harap saudara siau sudi memaafkan"

   Siau Lun memandang sekejap kearah oh Put Kui, lalu menjawab.

   "Aaah, mana.......

   lohu pun sama sekali tak tahu kalau saudara Hui adalah gurunya Lam kiong lote, kalau tidak begitu, sudah seharusnya lohu siapkan kado yang lebih baik untukmu...."

   "Aaah, mengapa saudara siau berkata begitu? saudara Siau bersedia menghadiri pesta perkawinan muridku saja sudah merupakan suatu kehormatan bagi kami, masa masih memikirkan soal kado?"

   Siau Lun segera tertawa terbahak- bahak.

   "Haaahhh...haaahh....haaahhh....

   sanjungan saudara Hui sungguh membuat lohu seolah olah lagi terbang diatas awan- sebagai tuan rumah, janganlah gara-gara lohu membuat masalah lain terbengkalai, silahkan saudara Hui balik ketempat dudukmu "

   Diatas wajah Hui Lok yang sinis terlintas sekulum senyuman yang aneh.

   "Kalau begitu, harap saudara siau suka minum arak lebih banyak....."

   Katanya. Selesai berkata dia lantas menjura dan balik kembali ketempat duduknya. sepeninggal gembong iblis itu, oh Put Kui baru bertanya dengan kening berkerut.

   "Kakek siau, sebenarnya apa yang telah terjadi ?"

   "Aaah, bukankah kau telah menyaksikan segala sesuatunya dengan mata kepalamu sendiri ?"

   Kata siau Lun tertawa. Dengan cepat oh Put Kui menggelengkan kepalanya.

   "sayang aku bodoh sekali sehingga tidak mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi."

   Kembali siau Lun tertawa.

   "Tak mungkin Hui Lok akan mencari gara-gara dengan lohu."

   "Tapi boanpwe lihat dia sedang marah, mengapa setelah mengucapkan beberapa patah kata yang penuh rasa sungkan, kemudian membalikkan badan dan berlalu dengan begitu saja?"

   Siau Lun tertawa terbahak-bahak.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Haaaahhh...haaaahhh...haaaahhhh... bocah muda, tahukah kau dia sedang marah kepada siapa?"

   "Tentunya bukan lagi marah kepada boanpwe bukan?"

   "

   Tepat sekali, justru tua bangka itu sedang marah kepadamu"

   "Aaah....

   mana mungkin? Boanpwe toh tidak kenal dengannya, masa dia bisa marah kepadaku?"

   "Waah....

   tampaknya kau sibocah muda ada kalanya pintar, ada kalanya menjadi bodoh sekali"

   "Mungkin memang begitu, toh sebagai seorang manusia kita tak bisa selalu pintar bukan"

   "Tepat sekali "

   Siau Lun tertawa.

   "Bocah muda, tahukah kau siapakah yang mempunyai nama yang paling termashur dalam dunia persilatan belakang ini ?"

   "Boanpwe selamanya tak pernah mempersoalkan nama maupun kedudukan...."

   Tukas oh Put Kui menggeleng.

   "sekalipun kau tidak mengharapkan, tapi perbuatan yang kau lakukan telah mendatangkan nama serta kedudukan sendiri untukmu Nah, bocah muda, kau harus tahu, nama julukanmu Long-cu-koay-hiap boleh dibilang jauh lebih termashur daripada nama lohu."

   Oh Put Kui segera menggelengkan kepalanya dengan cepat.

   "Locianpwe, bila kau bermaksud untuk mentertawakan diriku, tidak seharusnya kau ucapkan sindiran tersebut dihadapan teman-teman yang baru saja kukenal...." si kakek setan berhati cacad siau Lun memandang sekeliling tempat itu, lalu katanya sambil tertawa.

   "Bocah muda, lohu tidak bermaksud mempermainkan dirimu atau mencemoohkan dirimu, bila kau kurang perCaya, beberapa orang lote ini akan menjadi saksi bagi perkataanku tadi."

   Si singa latah pedang iblis Kit Hu-seng segera menimbrung sambil tertawa lebar.

   "saudara oh, apa yang dikatakan siau locianpwe memang benar, belakangan ini nama besar saudara oh boleh dibilang dihormati dan disanjung orang melebihi malaikat."

   "oh ya? siaute benar- benar tidak menduga."

   Seru oh Put Kui dengan kening berkerut.

   sejaktadi, sipedang kilat naga perkasa Nyoo Ban-hu sudah mendongkolnya setengah mati, begitu melihat ada kesempatan untuk mengutarakan kemendongkolannya, dengan cepat dia menimbrung sambil tertawa dingin.

   @oodwoo@

   Jilid 11

   "Saudara oh, persoalan yang diluar dugaan masih banyak sekali, menurut berita dalam dunia persilatan, konon bukan saja saudara oh pernah berkunjung ke pulau neraka, lagipula......."

   Tiba-tiba dia tertawa seram, setelah itu sambungnya.

   "Konon saudara oh merupakan jago lihay dari Hud-mo- siang-siu (sepasang manusia sakti Buddha dan iblis) "

   "Hud-mo-siang-siu ?"

   Seru oh Put Kui terperanjat.

   "apa maksudmu? Mengapa saudara Nyoo tidak mengutarakan dengan blak-blakan?" Nyoo Ban-hu tertawa sinis, katanya.

   "Saudara Oh, buat apa kau mesti berlagak pilon lagi?"

   Oh Put Kui benar-benar dibikin tidak habis mengerti oleh perkataan orang itu.

   "Saudara Nyoo, sejak dilahirkan didunia ini aku selalu berusaha untuk jujur dan tak berbicara bohong walau sepatah katapun, tapi kini saudara Nyoo menuduhku berlagak pilon, sebenarnya apa yang kau maksudkan ?"

   Nyoo Ban-hu memandang pemuda itu sekejap, kemudian tertawa dingin tiada hentinya.

   "Heeehhhh... heeehhhh.... heeeehhhh.... saudara oh, masa apa yang kau lakukan tidak kau pahami sendiri?"

   "Saudara Nyoo, sebenarnya apa maksudmu?"

   Seru oh Put Kui semakin naik pitam. Tiba-tiba Nyoo Ban-hu tertawa.

   "saudara oh, apakah pulau neraka yang berada dilautan timur adalah suatu tempat yang bisa dikunjungi oleh sembarang orang?"

   "Tentu saja bukan setiap orang dapat kesitu."

   "Bagaimana dengan umat persilatan?"

   "Setiap orang boleh berkunjung kesitu"

   Nyoo Ban-hu segera mengalihkan sorot matanya kewajah setiap orang yang berada disana, lalu katanya sambil tertawa.

   "Percayakah kau dengan perkataan itu?"

   Kit Hu-seng segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "saudara oh, ucapanmu itu tidak benar"

   "Tapi.... saudara Kit, aku berbicara sejujurnya"

   "Bukan sejujurnya"

   Kata Kit Hu-seng sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "saudara oh, dalam dunia persilatan dewasa ini, kecuali kau, belum pernah ada orang yang dapat berhasil mencapai pulau neraka, oleh karena itu siaute rasa kau tidak berbicara sejujurnya." oh Put Kui segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahhhh... hhaaaahhh... haaaahhhh... tapi paling tidak, si nelayan sakti dari lautan timur cin-poo-tion dan si pengemis pikun Lik Jin-ki dua orang tua pernah pula berkunjung kepulau neraka"

   "Apakah mereka berangkat kesana bersama sama saudara oh?"

   Tanya Nyoo Ban-hu sambil tertawa.

   "Yaaa benar, mereka memang berangkat kesana bersama- sama aku"

   Mencorong sinar tajam dari balik mata Nyoo Ban-hu, dia segera tertawa dingin tiada hentinya.

   "

   Ucapanmu itu bukankah berarti ucapan yang sama sekali tak ada gunanya? Mereka kalau berangkat bersama saudara oh, berarti sang kelinci berjalan mengikuti rembulan, mereka membonceng dirimu, tentu saja hal ini tak bisa dimasukkan hitungan."

   Mendengar perkataan itu, oh Put Kui merasa sangat tidak senang hati, katanya.

   "saudara Nyoo, kau sangat pandai untuk memutar balikkan- persoalan guna mencari menangnya sendiri "

   "Aaaah, siapa bilang siaute hanya ingin mencari menangnya sendiri,"

   Nyoo Ban-hu tertawa.

   "

   Apa lagi toh bukan aku saja yang berkata demikian, setiap umat persilatan telah mengabarkan kalau saudara oh mempunyai hubungan yang erat dengan kawanan iblis yang berdiam dipulau neraka, aku lihat apa yang dikabarkan itu bukan kabar bohong belaka"

   Paras muka oh Put Kui berubah hebat, dia benar-benar dibikin naik pitam.

   "Nyoo Ban-hu,"

   Serunya.

   "pandai sekali kau memfitnah orang dengan kata-kata seperti itu" -oOdwOoo- "Jangan marah saudara oh,"

   Kata Nyoo Ban-hu dengan mata berkilat tajam.

   "aku toh mendengar kabar itu dari berita yang tersiar dalam dunia persilatan."

   Oh Put Kui tertawa dingin.

   "Heeehhh...

   heeehhhh...

   heeeehhhh...

   pandai benar saudara bersilat lidah, tolong tanya siapa saja yang berdiam dipulau neraka dan pernahkah kau melihat mereka?"

   "Aku toh belum pernah kesitu, mana mungkin aku bisa tahu?"

   "Hmm, itu bukan kesimpulan yang tepat.Jikalau kau memang belum pernah menjumpai mereka, dari mana kau bisa tahu kalau diatas pulau tersebut berdiam gembong iblis?"

   "saudara oh,"

   Kata Nyoo Ban-hu sambil tertawa dingin.

   "tentunya kau pernah mendengar bukan tentang empat peristiwa besar yang telah terjadi dalam dunia persilatan berapa tahun berselang?"

   "Aku bukan seorang yang tuli, masa tidak tahu akan peristiwa besar tersebut?"

   "Ayahku adalah salah seorang korban dari pembunuhan biadab tersebut....."

   Seru Nyoo Ban-hu secara tiba-tiba dengan nada penuh kebencian.

   "Oooh....

   nasibmu sungguh tragis"

   "Itulah sebabnya aku sangat menaruh perhatian terhadap pulau kecil tersebut....."

   "Bukan hanya kau seorang, setiap umat persilatan rata-rata menaruh perhatian terhadap pulau kecil itu"

   "Tapi siaute berbeda dengan orang lain, karena siaute curiga kalau keempat peristiwa besar itu kemungkinan besar dilakukan oleh gembong-gembong iblis yang tinggal diatas pulau tersebut, maka dari itu, siaute ingin menyelidiki hal ini dengan lebih jelas lagi "

   Sekujur tubuh oh Put Kui segera gemetar keras saking gusarnya menahan luapan emosi, segera pikirnya. "Bocah keparat, kau hendak memfitnah aku dengan tuduhan-tuduhan tanpa dasar itu?"

   Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, tapi hanya sebentar saja ingatan tersebut telah lenyap kembali tak berbekas, keningnya kontan saja berkerut.

   sementara itu Nyoo Ban-hu telah berkata lagi setelah berhenti sebentar.

   "saudara oh, tadi kau mengatakan bisa masuk keluar dari pulau neraka dengan leluasa, hal ini membuktikan kalau saudara oh telah bersekongkol dengan para iblis yang menghuni dipulau tersebut"

   Oh Put Kui segera tertawa dingin, dia tak ingin membantah ataupun mendebat, dia sedang memikirkan persoalan lainnya.... Mendadak terdengan si singa latah pedang iblis berteriak pula dengan suara lantang.

   "Benar ucapan dari saudara Nyoo memang sangat masuk diakal"

   Sambil tertawa dingin kembali Nyoo Ban-hu berkata.

   "Ilmu silat yang dimiliki saudara oh amat lihay, konon kau pernah memukul mundur Tiang-sian-sin-ang Beng Pek tim ketika berada diperkampungan Tang-mo-san-ceng, siaute rasa bukan mustahil saudara oh yang melaksanakan keempat peristiwa besar dalam daratan Tionggoan itu..."

   "Benar, saudara oh memang berkemungkinan hal ini,"

   Sambung Kit Hu-seng dengan suara dalam.

   Perkataan itu diutarakan dengan nada tegas dan penuh keyakinan- Cuma saja ia tidak mengerti apa sebabnya oh Put Kui tidak berusaha untuk menyangkal? sementara itu Jui-sim-huan-im-kek 'tamu bayangan semu penghancur hati' berkata pula sambil tertawa.

   "saudara Nyoo, aku rasa dugaan dari saudara Kit kurang sesuai dan tidak masuk akal." "Jadi saudara ciu menganggap saudara oh telah difitnah?"

   Tanya Nyoo Ban-hu tertawa.

   "Yaa, siaute memang berpendapat demikian"

   "Dapatkah saudara Ciu memberikan penjelasan?"

   Ciu It Kim tertawa.

   "Tak perlu dijelaskan lagi, karena perkataan dari saudara Nyoo hanya jalan pemikiran sepihak"

   Terkesiap juga Nyoo Ban-hu setelah mendengar perkataan itu, diam-diam ia lantas berpikir.

   "

   Orang she Ciu ini tak boleh dipandang enteng....."

   Sementara diluaran dia berkata sambil tertawa.

   "saudara Ciu, dari mana kau bisa mengatakan kalau ucapanku hanya jalan pemikiran sepihak? Bukankah saudara oh tidak menyangkal? Apakah hal ini bukan berarti kalau dia sudah mengakui kalau apa yang siaute ucapkan tadi adalah suatu kenyataan?"

   "Benar"

   Sambung Kit Hu-seng sambil bertepuk tangan.

   "

   Bukankah ia telah mengakui secara diam-diam?"

   "

   Tapi siaute justru tidak percaya "

   Kata Ciu It Kim tertawa. Nyoo Ban-hu segera tertawa dingin.

   "Heeehhh....heeehhhh....hehhhh.... saudara Ciu tidak percaya adalah urusan saudara ciu sendiri....."

   Belum habis dia berkata, Siau Lun telah menengadah dan tertawa terbahak-bahak.

   "siau Locianpwe, mengapa kau tertawa?"

   Tegur Nyoo Ban- hu dengan sorot mata berkilat. Mencorong sinar aneh dari balik mata Siau Lun setelah mendengar ucapan itu, katanya sambil tertawa.

   "Apakah lohu tak boleh tertawa?"

   Terkesiap perasaan Nyoo Ban-hu, buru-buru dia berseru.

   "Bila kau orang tua ingin tertawa, tentu saja boanpwe sekalian tak berani menghalanginya......"

   "Hmmm, jika mengikuti adat lohu dimasa lampau, dengan ucapanmu itu, kau sudah bisa mampus"

   "Boanpwe benar-benar terlalu gegabah...."

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Nyoo Ban-hu segera menjulurkan lidahnya.

   siau Lun tertawa.

   "Kau bukan sembrono, lohu tahu kau lebih cerdik daripada orang lain....

   bocah muda, mengertikah kau akan perkataan yang berbunyi.

   orang pintar malah dijadikan bahan pembicaraan oleh orang pintar?"

   "Aaah, jadi siau locianpwe menganggap boanpwe berlagak sok pintar....?"

   Ucap Nyoo Ban-hu sambil tertawa hambar.

   siau Lun kembali tertawa seram.

   "Hmmm, bocah muda, berada dihadapan beribu orang jago silat yang berkumpul disini, kau menganggap dalam bagian yang manakah lebih cerdik daripada orang lain? Lebih baik simpan saja kejumawaanmu itu."

   Kemudian setelah berhenti sejenak. katanya kepada Kit Hu-seng.

   "Kau sibocah tolol tak lebihpun merupakan seorang telur busuk yang tak tahu mana yang benar mana yang salah"

   Si singa latah pedang iblis Kit Hu-seng yang didamprat menjadi tertegun dibuatnya.

   "siau locianpwe......"

   "Kau tak usah banyak bicara, lebih baik banyak minum arak,"

   Tukas siau Lun sambil mengulapkan tangannya.

   "lain kali jika ingin berteman, lebih baik berhati-hatilah, bedakan mana yang baik mana yang jahat, daripada terperangkap oleh siasat lawan."

   Sekali lagi si singa latah pedang iblis Kit Hu- seng merasakan hatinya terperanjat.

   sorot matanya yang menatap wajah oh Put Kui, pelan-pelan dialihkan pula kewajah Nyoo Ban-hu.....

   Mendadak dia seperti memahami sesuatu, ia merasa apa yang dikatakan sikakek setan hati cacad siau Lun seakan- akan merupakan sesuatu petunjuk....

   Dalam pada itu, Nyoo Ban-hu juga sedang mengawasi wajah Kit Hu-seng dengan sepasang matanya yang jeli dan tajam.

   "saudara Nyoo"

   Tiba-tiba terdengar Kit Hu-seng berkata.

   "secara tiba-tiba siauwte merasa bahwa saudara oh tidak mirip manusia seperti apa yang kau katakan, mungkin apa yang saudara Nyoo dengar dan utarakan tadi, terdapat banyak kesalahan atau salah pengertian....."

   Mendengar perkataan itu, si kakek setan berhati cacad segera tertawa, si tamu bayangan semu penghancur hati Ciu It-kim juga tertawa.

   Hanya Nyoo Ban-hu seorang yang tak bisa tertawa, katanya setelah menghela napas panjang.

   "Sungguh tak kusangka saudara Kit pun menaruh kesalah pahaman terhadap siaute....."

   "Apa yang diuraikan saudara Nyoo tadi memang masuk diakal,"

   Kata Kit Hu-seng sambil tertawa.

   "tapi andaikata saudara oh benar-benar mempunyai hubungan atau bersekongkol dengan kawan gembong iblis di pulau neraka, ia toh tak perlu mengajak si pengemis pikun dan nelayan sakti dari lautan timur untuk melakukan perjalanan bersama hingga rahasianya ketahuan orang banyak?"

   Jangan dilihat tampang dan perawakan tubuhnya yang kasar bagaikan singa, seakan-akan seorang lelaki yang tak berotak.

   namun nyatanya apa yang dikatakan justru mematikan.

   Nyoo Ban-hu kontan saja dibuat tertegun sehingga tak mampu berbuat apa-apa.

   Tiba-tiba oh Put Kui tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaaahhhh.....haaahhh.....haaahhh...

   kakek siau, boanpwe telah memahami akan sesuatu hal " "Oya ? Persoalan besar apakah yang membuat kau harus memutar akal memeras otak?"

   Tanya siau Lun sambil tertawa. oh Put Kui memandang sekejap wajah Nyoo Ban-hu, lalu ujarnya sambil tersenyum.

   "Sekarang belum waktunya untuk diutarakan, maaf kalau aku terpaksa harus jual mahal"

   "Haaahhhh....haaaahhhh.....haaaahhhh.... bocah muda kau, lagi-lagi hendak bermain setan denganku...."

   "Tidak, kali ini boanpwe bukan lagi bermain setan, tapi keadaan dan situasinya tidak mengijinkan bagiku untuk membocorkan rahasia tersebut, lebih baik kau orang tua menunggu selama beberapa hari lagi...."

   Balum habis dia berkata, sinona Leng Seng-luan yang selama ini hanya minum arak sambil membungkam telah melirik sekejap kearah pemuda itu sambil berbisik.

   "sttt.... sang pengantin sedang menghormati arak untuk tamu- tamunya......"

   Ketika semua orang berpaling, tampaklah Lamkiong Ceng dan Leng Lin-lin diiringi HHui Lok, Leng siau-thian, Lok Jin-ki serta Leng Cu-cui yakni adik perempuan Leng Lin-lin sedang beranjak dari tempat duduknya dan langsung berjalan menuju kemeja perjamuan yang ditempati siau Lun.

   Rentetan mercon terdengar berkumandang dengan ramainya diluar ruangan upacara.

   Ditengah dentuman mercon, sepasang pengantin baru itu menghormati oh Put Kui sekalian dengan secawan arak.

   Waktu itu sipengemis pikun juga sudah dipengaruhi oleh lima bagian alkohol.

   sewaktu rombongan pengantin bergerak menuju kemeja perjamuan yang ditempati ketua dari lima partai besar, tiba- tiba pengemis pikun berbisik kepada oh Put Kui.

   "Lote, sudah kau perhatikan?"

   "Perhatikan apa?"

   Oh Put Kui tertegun- "si tua bangka berkepala botak itu merasa sangat tak senang terhadap kehadiranmu?"

   "Kau maksudkan Hui Lok?"

   Tanya oh Put Kui tersenyum setelah mendengar ucapan tersebut.

   "Lote, jadi kau sudah tahu siapakah dia?"

   Oh Put Kui manggut-manggut.

   "Yaa, sudah tahu Loko, kau tak usah menguatirkan aku, kau sendiri yang seharusnya berhati-hati, kalau tidak- Hui Lok tak akan melepaskan dirimu dengan begitu saja."

   "Aku tahu, aku sipengemis tua memang tak berani menghadapi gembong iblis tersebut....."

   "Asalkan loko mempunyai pendapat demikian, siautepun akan berlega hati......"

   Pengemis pikun segera tertawa lebar, sambil mengangkat cawan araknya dia berkata sambil tertawa tergelak.

   "Terima kasih atas kesudian lote memberi muka, aku sipengemis tua harus mewakili pengantin lelaki minum arak.

   maaf tak akan kutemani lebih lama lagi....."

   Seusai berkata, dia segera memburu kemeja perjamuan lain dengan langkah cepat.

   Menyaksikan hal itu, siau Lun segera berkata sambil tertawa.

   "Waaah, tampaknya pengemis pikun ini semakin lama semakin bertambah cerdik saja."

   "siapa bilang kalau dia itu pikun.....?"

   Belum habis perkataan itu diutarakan, mendadak dari seratus kaki diluar ruangan terdengar suara pekikan nyaring yang amat menusuk pendengaran.....

   suara pekikan itu amat kuat dan nyaring meski di ruangan hadir seribu orang tamu yang bersuara hiruk pikuk.

   namun tak sanggup untuk membendung suara pekikan yang amat nyaring itu Dalam waktu singkat, suara pekikan tadi semakin lama semakin mendekati ruang upacara.

   sementara para jago yang berada dalam ruangan itu masih tertegun, suara pekikan tersebut sudah berada ditengah udara.

   oh Put Kui merasa amat terperanjat, bisiknya tanpa terasa.

   "Kakek siau, sungguh cepat gerakan tubuh orang ini...."

   Dengan wajah terkejut siau Lun manggut-manggut.

   "Yaa, tampaknya tenaga dalam yang dimiliki orang ini sama sekali tidak berada dibawah kepandaianku.... siapakah dia?"

   Belum habis dia berkata, suara pekikan panjang tadi sudah lenyap tak berbekas.

   Tampak sesosok bayangan manusia bagaikan bayangan merah melayang turun dimuka ruangan tengah.

   oh Put Kui kembali merasa terkejut setelah menyaksikan gerakan tubuh orang itu, pikirnya.

   "

   Cepat benar gerakan tubuh orang ini, jarak sejauh berapa ratus kaki ternyata ditempuh dalam waktu singkat."

   Singa latah pedang iblis Kit Hu-seng melototkan pula sepasang matanya bulat-bulat.

   "Yaa, kelihayan ilmu silat yang dimiliki orang ini pada hakekatnya belum pernah ku jumpai sepanjang hidup."

   Katanya.

   "Aaaah, hal ini salah saudara Kit sendiri yang tidak banyak melihat....."

   Ejek Nyoo Ban-hu sambil tertawa hambar.

   Mendengar perkataan itu, sepasang mata Kit Hu-seng segera memancarkan sinar tajam.

   Belum lagi dia mengumbar hawa amarahnya, bayangan merah itu sudah munculkan diri didepan mata.

   Ternyata dia adalah seorang kakek yang berperawakan tinggi besar.

   Begitu kakek itu munculkan diri, suasana dalam arena seketika itu juga berubah menjadi hening, setiap orang mengalihkan sorot matanya kewajah tamu yang tak diundang.

   Dalam keadaan seperti ini, Kit Hu-seng seperti telah melupakan peristiwa barusan hingga hawa amarah yang hendak diumbar keluarpun segera terusungkan.

   Perawakan tubuh kakek berbaju merah itu tinggi sekali, tingginya mencapai delapan depa lebih, dia mengenakan sebuah jubah merah bersulamkan naga emas dengan kepalanya mengenakan mahkota tersebut dari emas, alis matanya amat tebal dengan sepasang biji mata sebesar gundu, hidung besar muka lebar dan keren sekali.

   Waktu itu dia sedang berdiri diatas undak-undakan baru didepan ruangan tengah tanpa bergerak.

   sementara sorot matanya yang tajam memperhatikan setiap orang yang berada dihadapannya dengan keren dan penuh kewibawaan.

   seolah-olah seribu orang jago persilatan yang berada didalam ruangan itu semuanya adalah anak buahnya saja.

   "Benar- benar seorang kakek yang gagah dan perkasa"

   Kit HHu-seng menghela napas pelan oh Put Kui berkerut kening, dia hanya memperhatikan kakek berjubah merah itu dengan wajah termangu-mangu.

   sebaliknya sekulum senyuman aneh yang tidak dipahami apa artinya telah menghiasi wajah Nyoo Ban-hu.

   Mendadak kakek berjubah merah itu menengadah dan tertawa terbahak bahak, suaranya keras dan nyaring bagaikan suara guruh.

   "Haaahhh....

   haaahhhh....

   haaaahhhh...

   saudara Hui, didalam perkawinan muridmu, mengapa kau tidak mengirim selembar kartu undangan kepadaku? Jangan-jangan saudara Hui mengira aku benar-benar sudah mampus.....?" suaranya menggeledek seperti genta yang dibunyikan bertalu-talu, sedemikian kerasnya suara itu sehingga membikin telinga orang serasa bergetar keras.

   Kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok sebagai wali dari pengantin lelaki itu segera mengerutkan dahinya rapat- rapat, setelah itu dia mendehem berulang kali.

   "Wi Loko......"

   Belum habis seruan itu, dari meja perjamuan yang ditempati lima orang ketua dari lima partai besar telah melompat keluar sesosok bayangan tubuh dan langsung menuju kedepan kakek berjubah merah itu.

   Dia tak lain adalah Lan-san-gin-kiam (pedang perak berbaju biru) seebun Jin.

   Begitu tiba dihadapan kakek berjubah merah itu, orang itu sambil membungkukkan badan sambil menjura dalam-dalam.

   "

   Hamba menjumpai majikan...."

   Sekali lagi suasana dalam ruangan upacara digemparkan oleh ucapan tersebut, paras muka semua orang berubah hebat.

   setiap orang tahu kalau si pedang perak berbaju hijau seebun Jin adalah salah satu diantara empat orang pengawal pedang Ceng-thian-kui-ong 'raja setan penggetar langit' Wi Thian-yang.

   Lantas, mengapakah dia memanggil kakek berjubah merah itu sebagai majikannya? apakah dia? Mungkinkah kakek berjubah merah itu adalah Ceng-thian- kui-ong Wi Thian-yang yang ditakuti setiap orang bagaikan melihat ular berbisa dan pernah mengobrak-abrik dunia persilatan pada empat puluh tahun berselang? Bukankah dia sudah mati? Mengapa kini bisa muncul kembali? sungguh merupakan suatu peristiwa yang sama sekali tak masuk diakal.

   Padahal setiap umat persilatan tahu kalau dia telah tewas diujung telapak tangan Wan-sim-seng-siu 'kakek malaikat berhati suci'.

   Tapi sekarang, mengapa dia hidup kembali? Kemana saja perginya selama empat puluh tahun terakhir ini? Dengan munculnya kembali si Raja setan dalam dunia persilatan, hal ini akan merupakan suatu rejeki atau bencana bagi umat persilatan? serentetan pertanyaan yang penuh tanda tanya ini negara berkecamuk dalam benak setiap orang.....

   suasana diluar maupun didalam ruangan berubah menjadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.

   sedemikian heningnya sampai jatuhnya sebatang jarum keatas lantaipun dapat terdengar dengan amat jelas.

   Yaa, kalau manusia punya nama, pohon punya bayangan.

   Bukan saja nama besar wi Thian-yang kelewat termashur didalam dunia persilatan, lagipula kelewat mengerikan hati....

   sedemikian ngerinya sehingga orang lebih ngeri melihat dia daripada menerima surat undangan dari Raja akhirat.

   Tak heran kalau suasana menjadi hening dan semua orang terbungkam dalam seribu bahasa......

   Kakek berjubah merah itu memandang sekejap kewajah pedang perak berbaju biru seebun Jin, kemudian menengadah dan tertawa tergelak-gelak.

   serunya lantang.

   "Tak usah banyak adat..... baik-baikkah kalian berempat?"

   "Baik sekali"

   Sahut seebunJin sambil menjura dan tertawa.

   "Haaahhhh....haaahhh....haaahhhh.... masih tinggal bersama menjadi satu tempat?"

   Seebun Jin menggeleng.

   "saudara suma berdiam dilembah sin-mo-kok...."

   "Apa? suma Hian telah bergabung dengan Kit Put-sia?"

   Kakek berbaju merah itu melototkan matanya bulat-bulat. "Bukan- bukan bergabung, sekarang suma heng tinggal disana sebagai pemilik benteng"

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Bagus sekali, bagaimana dengan kalian?"

   Kakek itu manggut-manggut.

   "Hamba beserta Hui dan The dua orang saudara berdiam di Tiong-lam"

   Kakek berjubah merah itu segera tertawa hambar.

   "Apakah mereka masih berada di Tiong-lam-san-...."

   "saudara Hui dan saudara The masih tinggal dibukit Tiong- lam-san.."

   Mencorong sinar tajam dari balik mata kakek berbaju merah itu, mendadak ujarnya dengan suara dingin.

   "Beritahu kepada mereka, lohu sudah munculkan diri kembali dalam dunia persilatan, suruh mereka datang menghadap kepadaku"

   "Hamba akan segera berangkat......"

   Sahut seebun jin- Tapi sebelum beranjak. ia nampak agak sangsi, kemudian katanya lagi.

   "

   Hamba sekalian akan berjumpa dengan majikan dimana?"

   "Cin-si"

   Sahut sikakek sambil mengulapkan tangannya. seebunJin segera menjura dalam-dalam.

   "Hamba akan turut perintah....."

   Tampak bayangan biru berkelebat lewat, tahu-tahu bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas.

   Benar-benar suatu tindakan yang kurang ajar, bukan saja tidak meminta diri kepada rekan-rekan semejanya, bahkan kepada tuan rumahpun tidak dilakukan-....

   Terutama sekali tanya jawab mereka tadi pada hakekatnya tak pandang sebelah matapun terhadap segenap jago yang hadir diruangan tersebut, tentu saja peristiwa ini selain membuat tuan rumah Hui Lok menjadi tak senang hati, bahkan oh Put Kuipun menunjukkan wajah penuh kegusaran- Kakek setan berhati cacad siau Lun yang menyaksikan kejadian itu, segera berbisik kepada oh Put Lui.

   "Bocah muda, jangan marah.

   Tunggu saja sebentar lagi, pertunjukan lain akan segera berlangsung"

   "Hmm, raja setan ini benar-benar tak tahu aturan........"

   Oh Put Kui mendengus dingin.

   Dalam pada itu, kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok dan sikakek sebatang kara Leng siau-thian telah mendekati Ceng-thian-kui-ong Wi Thian-yang dengan langkah lebar.

   sementara Wi Thian-yang masih tetap berdiri tegak ditempat semula.

   Ia memandang sekejap keatas wajah Jian-li-hu-siu Leng siau-thian, kemudian sambil tertawa terbahak-bahak katanya "Leng lote, apakah kau yang sedang mengawinkan anak perempuan?"

   "Wi-heng, sungguh amat panjang usiamu....."

   Kata Leng siau-thian dengan kening berkerut.

   "dalam upacara perkawinan siawii, ternyata Kui ong bersedia menghadirinya. Hal ini sungguh merupakan suatu kehormatan bagi kami"

   Ceng-thian-kui-ong mengebaskan jubah merahnya lalu tertawa seram.

   "Heeehhh.... heeehhhh.... heeeehhh..... mana, mana, tampaknya teknik memaki yang lote kuasai, makin lama semakin hebat saja"

   Kakek yang tinggi besar itu tertawa tergelak lagi, setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh.

   "Leng siau-thian, kalau tidak salah, bukankah kau masih berhutang budi kepada lohu?"

   Jin-li-hu-siau Leng siau-thian agak tertegun setelah mendengar perkataan itu, segera katanya. "Lohu berhutang budi apa kepada saudara Wi?"

   "Lote benar-benar seorang pelupa,"

   Kata Ceng-thian-kui- ong sambil tertawa.

   "seandainya lohu belum mati, mungkin selama hidup Leng lote tak akan teringat oleh budiku itu....."

   Leng siau-thian segera berkerut kening.

   "Saudara Wi, sejelek-jeleknya aku orang she Leng. Aku masih bisa membedakan mana budi dan mana dendam"

   Kembali Ceng-thian-kul-ong tertawa seram.

   "Haaaahhhh....haaaahhh....haaahhh....

   lihatlah, kau Leng lote adalah orang yang jujur sedangkan lohu tak lebih hanya raja setan, bukankah begitu? Barusan lohu bilang, cara lote memaki orang benar-benar memaki sampai kelihatan tulangnya......"

   Berbicara sampai disitu, kembali dia tertawa seram.

   Kontan saja paras muka Leng siau-thian berubah sangat hebat.

   sedangkan sikakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok merasakan hatinya tergerak.

   cepat dia menjawil ujung baju Jian-li-hu-siu Leng siau-thian dan mencegahnya agar jangan marah dulu, kemudian dengan suara dingin dia berkata lagi.

   "saudara Wi, hari ini adalah hari perkawinan muridku, jauh- jauh kemari saudara Wi adalah tamu, silahkan duduk.

   Bila ada persoalan bagaimana kalau dibicarakan seusainya upacara perkawinan ini?"

   Ceng-thian-kui-ong menengadah dan tertawa terbahak- bahak.

   "Haaaahhhh.....haaahhh....haaahhhh .... saudara Hui, tentu saja lohu akan menghormati secawan arak untukmu......"

   Setelah memandang sekejap wajah Leng siau-thian, katanya lebih jauh sambil tertawa dingini "Leng lote, persoalan dlantara kita lebih baik dibicarakan nanti saja......"

   Kemudian tanpa menunggu dipersilahkan tuan rumah, dia segera melangkah kemeja perjamuan yang ditempati pengantin serta tuan rumah tadi dengan langkah lebar dan mulai makan minum dengan lahap.

   sikap yang acuh seakan-akan tak memandang sebelah matapun terhadap orang lain ini kontan saja membuat Kit Hu- seng merasa kagum sekali......

   "Ceng-thian-kui-ong benar benar merupakan seorang manusia yang amat gagah,"

   Tanpa serasa dia bergumam.

   "Benar,"

   Nyoo Ban-hu menanggapi,"

   Kui-ong locianpwe memang seorang enghiong yang luar biasa....."

   Jui-sim-huan-im-kek Ciu It Kim yang menyaksikan hal itu segera tertawa dingin tiada hentinya.

   "Heeeehhh....heeehhhh....heeehhhh.... nampaknya kalian berdua amat mengagumi gembong iblis ini?"

   Ciu It Kim menggelengkan kepalanya dengan cepat.

   "Perbedaam antara lurus dan sesat dijelaskan secara tegas saudara Kit, walaupun ayahmu bergelar Ban-mo-ci-mo, Tay- lek-sin-kiam 'Ibiis sakti diantara selaksa iblis, pedang sakti berkekuatan raksasa', namun ayahmu belum pernah melakukan suatu perbuatan jahat"

   "Haaahhh.....hhaaaahhhhh.....haaaahhhh....

   tentu saja,"

   Kit Hu-seng tertawa tergelak.

   "ayahku adalah seorang jago yang berhasil menaklukkan kawan iblis, karena keberhasilannya itulah dia baru mendapat gelar kehormatan tersebut."

   "Nah, itulah dia..... saudara Kit, kau harus mengetahui masa lalu dari si Raja setan ini selama hidup orang ini boleh dibilang tak pernah melakukan perbuatan baik barang sebuahpun......" "saudara Ciu, dari mana kau bisa tahu kalau orang lain tak pernah melakukan perbuatan baik?"

   Tiba-tiba Nyoo Ban-hu tertawa dingin.

   "saudara Nyoo, tampaknya dalam setiap persoalan kau seperti mempunyai cara berpandangan yang berbeda dengan orang lain?"

   Ciu It Kim berkerut kening.

   Nyoo Ban-hu tertawa.

   "Bukannya begitu, aku rasa dalam kehidupannya Wi Thian- yang pernah juga melakukan beberapa macam perbuatan baik,....

   toh seseorang tak mungkin akan selalu melakukan perbuatan jahat"

   "Benar, ucapan saudara Nyoo memang benar"

   Kit Hu-seng segera menanggapi sambil tertawa. Ciu It-kim tertawa dingin.

   "saudara Kit, jalan pemikiranmu sungguh amat polos....."

   "Yaa,jalan pikiran siaute memang selamanya begini, maklumlah watak manusia memang sukar berubah....."

   Sementara ketika orang itu melangsungkan tanya jawab, maka Ceng-thian-kui-ong wi Thian-yang duduk seorang diri sambil makan minum dengan lahap.

   tak selang berapa saat kemudian tiga guci arak sudah berpindah kedalam perutnya.

   setelah itu dia baru mengalihkan sorot matanya dan memperhatikan sekeliling tempat itu.

   Mendadak sorot matanya terhenti.....

   rupanya dia menemukan sikakek setan berhati cacad siau Lun berada disitu.

   Kemudian diiringi gelak tertawa yang amat nyaring, si Raja setan yang tinggi besar itu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kedepan- "siau loko, kaupun ikut datang kemari?"

   Tegurnya.

   orang itu benar-benar tidak sungkan, begitu sampai disitu, dia lantas duduk disisi oh Put Kui.

   Kakek setan berhati cacad siau Lun mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak.

   "Haaahhhh.....haaaahhhh....haaaahhhh.....

   Kui-ong saja sudah tiba disini masa aku sikakek setan tidak ikut hadir pula disini?"

   Ceng-thian-kui-ong segera mengangkat sebuah guci arak dan tertawa tergelak.

   "Waaah..... setelah mendengar ucapan dari loko itu, wajah siaute menjadi merah padam rasanya lantasan malu......"

   "siapa suruh kau memakai julukan Kui-ong untuk namamu?"

   Setelah berhenti sejenak, dia menuding kearah oh Put Kui dan berkata kembali.

   "Wi lote, mari lohu perkenalkan teman muda ini kepadamu"

   "Dia?"

   Seru Ceng-thian-kui-ong wi Thian-yang sambil berpaling dan memandang wajah Put Kui. Siau Lun tertawa.

   "orang ini she oh bernama Put Kui, dia adalah ahli waris dari Tay-gi dan Thian-liong dua orang sengjin"

   Sebenarnya WiThian Yang sedang memandang kearah oh Put Kui dengan pandangan menghina.

   Tapi begitu mendengar nama Tay-gi dan Thian-liong disebut, kontan saja paras mukanya berubah hebat.

   Mencorong sinar tajam dari balik matanya yang besar dan bulat, kemudian ia menegur.

   "Lote, baik- baiklah kedua orang gurumu?"

   Oh Put Kui merasa muak sekali menyaksikan sikap tengik si gembong iblis tersebut, dia hanya tertawa hambar.

   "Baik"

   Begitu mendengar kata yang begitu singkat, sekali lagi Wi Thian-yang merasakan hatinya bergetar keras. "Benar-benar amat jumawa bocah keparat ini, masa dihadapan lohupun berani bertindak begini kasar?"

   Demikian berpikir. Akan tetapi, Kui-ongpun mempunyai kelebihan yang sangat mengagumkan, kendatipun disindir oleh oh Put Kui dihadapan siau Lun, akan tetapi kemarahan mana tak sampai diumbar keluar.

   "Lote"

   Kembali dia berkata.

   "sudah hampir empat puluh tahun lamanya lohu belum pernah bersua muka dengan kedua orang padri suci itu, bila berjumpa dengan kedua orang padri suci nanti, jangan lupa sampaikan salam lohu untuknya"

   "Aku tak akan melupakan-...."

   Oh Put Kui tertawa.

   Pemuda ini benar-benar seorang yang luar biasa kalau tadi masih menyebut diri sebagai "boanpwe", tapi sekarang dia sudah membasahai sendiri aku.

   Akan tetapi Wi Thian-yang belum juga mengumbar amarahnya, bahkan dia bersikap seakan-akan tidak merasakan hal itu, senyuman masih menghiasi ujung bibirnya.

   siau Lun yang menyaksikan kejadian itu merasa amat girang, dengan cepat ia berpaling lagi kearah Wi Thian-yang sembari bertanya.

   "wi lote, apakah wan-sim-seng-siu tidak berhasil melukai dirimu dimasa lalu?"

   "Haaaahhhh....

   haaaahhhh....

   dengan kemampuan yang dia miliki mana mungkin berhasil melukai aku? siau loko, hal ini salahkan siaute yang bertindak salah selangkah sehingga selama empat puluh tahun aku harus hidup terpencil ditengah gunung yang sepi."

   "Lote, bagaimana ceritanya sehingga kau mengatakan salah bertindak.....?"

   "siaute menilai kelewat tinggi perangai serta watak dari Nyoo Thian-wi..." "Ada apa?"

   Siau Lun agak tertegun- "Permainan setan apakah yang telah dilakukan Wan-sim-seng-siu? "

   Wi Thian- yang tertawa dingin "Kakek suci apa?"

   Serunya "dalam pandangan siaute, tak lebih cuma kentut anjing...."

   Oh Put Kui segera mengalihkan sorot matanya memandang kearah Nyoo Ban-hu.

   Tapi sikap Nyoo Ban-hu ternyata kelihatan aneh sekali, dia sama sekali tidak memperlihatkan rasa gusar, bahkan rasa kagetpun sama sekali tidak nampak.

   orang ini nampaknya sangat pandai menguasai diri sehingga perubahan wajahnya sama sekali tak terlihat......

   "Lote, kau nampak begitu marah, tentunya Nyoo Thian-wi telah melakukan suatu perbuatan yang telah menyakiti hatimu"

   Wi Thian-yang tertawa dingin.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Heeeehhhh....

   heeehhhh...

   ternyata tua bangka itu telah menyembunyikan sebatang jarum Bwe-hoa-tok ciam (jarum beracun bunga bwe) diantara pukulan telapak tangannya, siaute yang kurang teliti menjadi terkecoh, hampir saja selembar jiwaku turut menjadi korban akibat kecurangannya itu."

   Siau Lun menjadi amat terperanjat setelah mendengar perkataan itu, segera pikirnya.

   "Aah... masa Nyoo Thian-wi mempergunakan racun?"

   Ia sangat tidak percaya akan kenyataan tersebut, karenanya kembali dia berkata.

   "Lote, tujuan dari seng-sin memang hendak membinasakan dirimu diujung telapak tangannya."

   "Benar,"

   Kata Wi Thian-yang sambil tertawa.

   "bila dia bisa menangkan siaute dalam pukulan atau tendangan, tentu saja siaute tak bisa berkata apa apa lagi, tapi kalau dia ingin menggunakan perbuatan keji dan licik untuk mencelakai siaute, sampai matipun siaute tidak akan rela."

   "Kau bisa menemukan jarum Bwe-hoa-ciam yang disembunyikan dalam telapak tangan lawan, hitung-hitung hal ini merupakan suatu keberuntungan bagimu"

   "saudara siau, jangan lupa kalau siaute adalah seorang yang pandai didalam mempergunakan jarum beracun"

   Seru Wi Thian-yang tertawa.

   "Aaah benar, kenapa lohu bisa melupakan hal ini? Tapi mengapa kau membutuhkan waktu selama empat puluh tahun untuk mengobati luka beracun tersebut....?"

   Dengan penuh kebencian wi Thian-yang segera memaki.

   "Disinilah letak kekejian dari Nyoo Thian-wi si anjing tua tersebut Racun yang dipoleskan diujung jarumnya itu bukan saja amat berbahaya dan mematikan, bahkan racunnya dapat membuat otot-otot manusia menjadi layu dan menyusut."

   "Aaah...

   masa sedemikian lihaynya?"

   Siau Lun menjerit dengan perasaan kaget.

   "siapa bilang tidak?"

   Sahut Wi Thian-yang "karena terlalu gegabah maka siaute keracunan, dalam keadaan begitu aku berusaha untuk menyembuhkan luka itu, nyatanya seketika itu juga aku telah berhasil menyembuhkan luka beracun itu..."

   Setelah berhenti sejenah, dengan sorot mata tak tenang dia melanjutkan lebih jauh.

   "siapa tahu ketika siaute sedang bersiap sedia hendak mencari Nyoo Thian-wi untuk membuat perhitungan, tiba-tiba saja kutemukan peredaran darah didalam tubuhku mulai menyusut...."

   "Tampaknya Wan-sim-seng-siu benar-benar merupakan seorang manusia yang amat licik"

   Kata siau Lun dengan kening berkerut.

   "Maka dari itu, terpaksa siaute harus menyembunyikan diri diatas bukit yang terpencil untuk menyembuhkan luka itu, dengan mempergunakan waktu selama empat puluh tahun lebih, akhirnya dengan tenaga murni sam-moay-cin-hwee, aku berhasil menembusi segenap otot dan nadiku dari gumpalan darah akibat keracunan tersebut...."

   Setelah berhenti sejenak mendadak dia melanjutkan dengan suara rendah.

   "Siau tua , sebentar siaute akan mencari si botak Hui untuk menuntut keadilan, aku akan membunuhnya untuk mewakili Nyoo Thian-wi, aku harap engkoh tua jangan menghalangi niatku tersebut".

   Mendengar kalau Mo-thian- kui-ong wi Thian-yang hendak menuntut keadilan dari si kakek pemutus usus pelenyap hati, sambil tertawa siau Lun segera bertanya.

   "Wi lote, apakah kau mempunyai dendam sakit hati dengan orang itu....?"

   Tampaknya dia tak jelas terhadap maksud hati Wi Thian-yang berkata demikian tadi.

   "

   Engkoh tua, dia telah membunuh Nyoo Thian-wi"

   Ucap Wi Thian-yang sambil berkerut kening.

   "Apa?"

   Siau Lun benar-benar dibuat tertegun.

   Bukan cuma dia seorang yang tertegun, bahkan hampir segenap orang yang duduk semeja dengannya turut tertegun pula.

   Apakah keempat buah peristiwa pembunuhan yang menghebohkan dunia persilatan selama ini adalah hasil perbuatan dari Hui Lok? siapapun tidak menduga sampai kesitu, tapi kenyataan menunjukkan kalau hal itu kemungkinan memang begitu.

   Apalagi berbicara soal ilmu silat, Hui Lok memiliki kemampuan untuk berbuat demikian.

   Ketika Wi Thian-yang menyaksikan semua orang dibuat terkesiap oleh kejadian itu, sambil tertawa segera katanya.

   "

   Engkoh tua, tentunya kalian sama sekali tak mengira bukan?"

   "Bukan cuma sama sekali tak mengira, pada hakekatnya hal tersebut tak pernah melintas didalam benakku"

   "Keesokkan harinya setelah luka beracun yang siaute derita telah sembuh, aku berangkat menuju kekota Peking dengan maksud untuk mencari Nyoo Thian-wi dan membalas dendam atas perbuatannya pada empat puluh tahun berselang yang mengakibatkan aku harus menderita......."

   Sesudah harus menghela napas panjang, dia menggelengkan kepalanya berulang kali sambil melanjutkan.

   "siapa tahu Nyoo Thian-wi telah mati dibunuh orang"

   "Ya, kenyataan memang begitu,"

   "WAktu itu siaute amat sedih dan menderita sekali, sebab bila aku melampiaskan rasa dendamku kepada turunannya, hal ini akan memperlihatkan jiwaku yang sempit...."

   "Yaa benar,"

   Seru siau Lun cepat.

   "ayah yang melakukan, tidak seharusnya anaknya yang menanggung"

   Wi Thian- yang manggut-manggut.

   "Itulah sebabnya, siaute lantas berusaha untuk mencari si pembunuh tersebut."

   "Buat apa? Kau hendak membalas dendam bagi kematian Nyoo Thian-wi..."

   Tanya siau Lun sambil tertawa. Mendengar pertanyaan itu, wi Thian-yang segera tertawa dingin.

   "Heeehhh... heeehhhh.... engkoh tua, siaute bukan seorang yang suci dan baik hati."

   "Kalau memang begitu buat apa kau mencari musuh besar pembunuh Nyoo Thian-wi?"

   "Siaute hendak membunuh orang ini untuk melampiaskan rasa mangkel dan dendamku" "Ooh, peristiwa semacam ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang amat jarang terjadi....."

   Oh Put Kui sendiripun diam-diam merasa amat geli, diapun berpikir.

   "Masa dikolong langit terdapat cara pembalasan dendam dengan sistem semacam ini?"

   Tapi sedikit banyak oh Put Kui merasa kuatir juga bagi keselamatan jiwa Nyoo Ban-hu.

   seandainya gembong iblis tua ini sampai mencari gara-gara dengan ahli waris Nyoo Thian-wi, sudah pasti Nyoo Ban-hu tak akan sanggup untuk menahan sepuluh gebrakan serangan dari Ceng-thian-kui-ong.....

   sementara itu, siau Lun telah menarik kembali senyumannya, kemudian berkata.

   "Lote, apakah kau telah berjumpa dengan keturunan dari keluarga Nyoo.....?"

   "

   Engkoh tua, siaute tak pernah mencari gara-gara dengan kaum muda atau angkatan muda......"

   "Haaaahhhh....haaaahhhhh.....haaaahhhh..... bagus sekali lote, tak kusangka kau masih tetap gagah......"

   Oh Put Kui, Kit Hu-seng maupun Leng Seng-luan diam- diam turut merasa kagum akan kebesaran jiwa orang ini.

   Cuma, oh Put Kui segera menyusul suatu rencana bagus....

   dia ingin mencoba apakah wi Thian-yang benar-benar merupakan seorang yang berjiwa besar seperti apa yang barusan dia katakan, Dengan kening berkerut oh Put Kui segera menimbrung dari samping.

   "Wi tua, apakah kau tahu jika putra sulung dari Nyoo Thian- wi juga duduk semeja dengan kita semua?"

   Ucapan itu dengan cepat membuat Siau Lun tertegun, Kit Hud seng berkerut kening sedang ciu It-kim cuma tertawa belaka.

   Agaknya Wi Thian-yang pun dibikin tertegun oleh perkataan tersebut, dengan cepat dia berseru.

   "oh lote, kau bilang apa?"

   "Keturunan dari Nyoo Thian-wipun hadir disini"

   Kata oh Put Kui sambil tertawa.

   Begitu perkataan tersebut diulang sekali lagi, mau tak mau diam diam Nyoo Ban-hu harus berkerut kening juga.

   oh Put Kui yang mengawasi terus sejak tadi, menjadi tidak habis mengerti dibuatnya.

   Dia merasa reaksi yang diperlihatkan Nyoo Ban-hu ini sangat aneh dan luar biasa sekali.

   seandainya berbicara menurut keadaan pada umumnya, seandainya dia tidak kaget, pasti akan menunjukkan wajah gusar.

   Akan tetapi perubahan mimik wajah yang diperlihatkan Nyoo Ban-hu sekarang sama sekali tidak termasuk kedua hal tersebut.

   oh Put Kui benar-benar dibikin bingung dan tidak habis mengerti.

   sementara itu Wi Thian-yang telah bertanya sambil mengerutkan dahinya.

   "Lote, siapakah yang merupakan putra Nyoo Thian-wi?"

   "Wi tua, apakah kau hendak turun tangan kepadanya?"

   Tanya oh Put Kui sambil tertawa. Wi Thian-yang segera tertawa tergelak sesudah mendengar perkataan itu, serunya cepat.

   "Lote, kau anggap lohu adalah seorang yang berbicara mencle-mencle, ludah yang sudah kubuang kujilat kembali?"

   Diam-diam oh Put Kui menganggak. baru saja dia hendak mengatakan siapakah yang merupakan keturunan dari Nyoo Thian-wi, Kit Hu-seng telah berteriak dengan penuh kegusaran "saudara oh, sungguh rendah amat perbuatanmu"

   Oh Put Kui tertawa hambar.

   "saudara Kit, aku sudah tahu kalau kau bakal mengucapkan perkataan tersebut, tapi siaute hendak memberikan kepada saudara Kit, andaikata disini ada orang menghina nama Kit Put-shia, bagaimana reaksimu.....? Kit Hu-seng agak tertegun sejenak setelah mendengar perkataan itu, kemudian sahutnya.

   "sederhana sekali, siaute akan beradu jiwa dengannya"

   "Itulah dia."

   Seru oh Put Kui lagi sambil tertawa.

   "saudara Kit, seandainya disini ada orang memaki dan menghina Nyoo Thian-wi, apakah putra Nyoo Thian-wi tak akan menunjukkan satu reaksi?"

   "Betul, betul sekali,"

   Seru Kit Hu-seng dengan kening berkerut.

   "saudara Nyoo..."

   Dia berpaling kearah Nyoo Ban-hu dan berkata lebih jauh.

   "Mengapa kau begitu sabar dan tenang? Apakah kau bukan putra Nyoo Thian-wi?"

   "Itulah sebabnya, aku ingin membongkar rahasianya,"

   Sambung oh Put Kui lebih jauh.

   sementara itu Kit Hu-seng sedang mengawasi wajah Nyoo Ban-hu lekat-lekat, mendengar perkataan itu, dia lantas manggut-manggut.

   "saudara oh, siaute telah salah menegur......aai, saudara Nyoo, apakah kau adalah seorang manusia pengecut yang bernyali kecil dan takut urusan? Ketahuilah nama orang tua bukan suatu yang boleh dihina atau dicemooh"

   Nyoo Ban-hu tertawa, belum lagi dia berbicara, Wi Thian- yang telah menegur dengan lantang.

   "Apakah kau adalah putra Nyoo-thian-wi?" "Aku Nyoo Ban-hu Wan-sim-seng-siu memang ayahku"

   Jawab Nyoo Ban-hu dengan sorot mata berkilat.

   Dengan sorot mata yang tajam, Wi Thian-yang memperhatikan seluruh tubuh Nyoo Ban-hu dari atas hingga kebawah lekat-lekat.

   Leng seng-luan yang menyaksikan kejadian itu, diam-diam mengucurkan keringat dingin karena merasa kuatir bagi keselamatan jiwa orang itu.....

   Tampaknya selama ini mereka berdua dapat berbicara amat cocok satu sama lainnya, sehingga Leng seng luan menaruh perasaan yang amat kuatir terhadap keselamatan jiwanya.

   Dia benar-benar kuatir kalau dalam gusarnya Wi Thian- yang akan mengayunkan telapak tangannya untuk melancarkan serangan mematikan-....

   siapa tahu, setelah mengawasinya berapa waktu, mendadak Wi Thian-yang menengadah dan tertawa terbahak- bahak.

   "Haaaahhhh.....haaahhhhh.....haaahhhh...

   Nyoo Thian-wi wahai Nyoo Thian-wi, sekalipun kau sudah mati, kau bisa mati dengan mata yang meram"

   Setelah mendengar perkataan itu, diam-diam semua orang merasa amat lega hati, sebab dibalik perkataannya itu, dia sama sekali tidak menyertakan nada yang bermaksud jahat.

   "Apakah mendiang ayahku akan mati dengan mata meram atau tidak, rasanya itu bukan urusanmu dan tak usah kau campuri"

   Ucap Nyoo Ban-hu dengan alis mata berkenyit.

   Benar-benar suatu ungkapan perkataan yang amat bernyali.

   oh Put Kui yang menyaksikan kejadian itu menjadi geli sekali dan ingin tertawa.

   Dia tak menyangka kalau Nyoo Ban-hu bukan seorang manusia yang gampang dihadapi @oodwoo@

   Jilid 12 Cheng-Thian-Kui-ong sendiri sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa-apa sekalipun sudah disemprot oleh pemuda tersebut dengan kata-kata yang pedas.

   Dia hanya menggelengkan kepalanya sambil tertawa, lalu berkata .

   "Bocah muda, kau benar-benar pantas disebut sebagai putranya Seng-siu...

   Hari ini lohu tak akan menyusahkan dirimu, tapi mengharapkan kau bisa melanjutkan cita-cita ayahmu dan mengangkat tinggi nama besar ayahmu di masa lalu..."

   Apa yang diucapkan ternyata adalah kata kata semacam itu, peristiwa mana benar-benar merupakan suatu kejadian yang sama sekali diluar dugaan siapapun. Untuk sesaat lamanya Nyoo Ban-bu menjadi tertegun, kemudian serunya dengan Cepat .

   "Apa maksud saudara dengan mengucapkan perkataan semacam itu ?"

   Wi Thiau-yang tertawa terbahak bahak.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Haaah...

   haaahh...

   haaahh..

   menanti kau sudah mempunyai nama dan kedudukan separti Wan-sim-seng-siu dahulu, lohu pasti akan mencarimu dan menantangmu untuk berduel.

   Bocah muda, apakah kau belum memahami maksudku?"

   Paras muka Nyoo Ban-bu berubah hebat.

   "Saudara. kau tak usah menunggu lebih lama lagi, kalau ingin bertarung maka sekarang juga aku akan melayani keinginanmu itu,"

   Serunya dengan lantang.

   Kit Ha-seng segera bersorak sambil bertepuk tangan.

   "Benar saudara Nyoo, kau benar-benar bersemangat" sedangkan si Kakek setan berhati cacad hanya menundukkan kepala sambil minum arak, dia berlagak seolah- olah sama sekali tidak mendengar pembicaraan tersebut.

   "sobat kecil, apa yang kau ucapkan memang benar,"

   Kata Wi-thian-yang kemudlan dengan suara lirih.

   "kau memang benar-benar punya semangat jantan..."

   Setelah berhenti sejenak, mendadak dia menengadah dan tertawa terbahak bahak.

   "Haahh....

   haaahh...

   haaahhh...

   sayang sekali keberanianmu yang membabi buta itu hanya akan merugikan dirimu sendiri, bahkan bisa merembet pada keselamatan jiwamu.

   Coba kalau menuruti tabiat lohu dimasa lalu, nyawamu itu sudah melayang semenjak tadi..."

   "Heehhh...

   heehhh...

   heeehhh...

   asal nama baik bisa dijaga keutuhannya, sekalipun mati juga tak mengapa,"

   Kata Nyoo Ban-bu sambil tertawa dingin.

   Raja setan yang menggetarkan langit Wi-thian-yang yang mendengar perkataan itu, diam-diam mengangguk, ucapnya.

   "Perkataanmu memang benar, tapi tak bermanfaat bagiseorang manusia sejati...

   bocah muda, kesetiaan yang bodoh, kebaktian yang bodoh, keberanian yang bodoh dan menjaga nama bodoh merupakan perbuatan-perbuatan bodoh yang hanya dilakukan oleh manusia manusia tak berotak..."

   Sesudah bernhenti sebentar, sambil menggelengkan kepala dan menghela napas, terusnya.

   "Bilamana kau memiliki kemampuan untuk menahan sabar dan menunggu sampai mendapat kesuksesan dikemudian hari, maka segala sesuatunya bisa berjalan dengan sukses, sebaliknya bisa kau tak mampu menahan gejolak perasaanmu sekarang, meski dikemudian hari mencapai suatu keberhasilan tak mungkin keberhasilan itu akan mengejutkan orang, apalagi menandingi keberhasilan ayahmu"

   Nyoo Ban-bu yang mendengar perkataan itu segera merasakan seluruh badannya gemetar keras, untuk beberapa saat lamanya dia tak sanggup untuk mengucapkan sepatah katapun. Wi Thian-yang tertawa, sambil berpaling kearah siau Lun katanya kemudian.

   "siau loko, siaute ingin mohon diri dulu"

   "Apakah kau hendak mencari Hui Lok?"

   Tanya siau Lun sambil meletakkan sumpitnya keatas meja.

   "Tidak, aku hendak mencari Leng siau-thian lebih dulu"

   "Masa situa bangka itupun pernah mencari gara-gara denganmu?"

   Tanya siau Lun tertawa.

   "Bukan saja dia berani mengusikku, bahkan dimasa lalu pun pernah berhutang kepadaku."

   "Aaai... yang lewat biarkan saja lewat, lote, bilamana bisa lepas tangan lebih baik lepaskan saja..."

   Kata siau Lun sambil menggelengkan kepalanya.

   "siaute bukannya tidak punya maksud demikian Cuma..."

   Mendadak sorot matanya terbentur dengan senyUman aneh yang menghiasi ujUng bibir oh Put Kut, hatinya kontan saja tergerak pikirnya dengan Cepat.

   "Tampaknya bocah ini sedikit rada aneh..."

   Siau Lun seperti tidak menaruh perhatian terhadap apa yang sedang dipikirkan Wi-thian-yang, sambil tertawa kembali dia berkata.

   "Lote, bila persoalan tentang Leng siau-thian bisa dilewatkan, lebih baik lepaskan saja, toh kita semua sudah sama sama tua dan hampir mendekati akhirnya masa hidup..."

   Ucapan dari siau Lun itu kontan saja membuat hatinya terkesiap.

   perkataan itu sama sekali diluar dugaannya...

   sudah tua? Mendekati masa hidupnya....? Tapi baginya, meski masa tua merupakan suatu masa yang patut disedihkan, namun persoalan itu hanya sebentar saja melintas dalam benaknya, sementara ambisinya untuk menguasai dunia persilatan tak boleh menjadi tawar karenanya.

   sambil tersenyum dia lantas beranjak, kemudian katanya .

   "siau-loko, memandang diatas wajahmu, siaute berjanji tak akan bertindak kelewat batas."

   "Kalau begitu, lohu akan mewakili Leng siau thian mengucapkan banyak terima kasih dulu kepadamu."

   Si Raja setan yang menggetarkan langit tertawa hambar, dengan langkah lebar dia lantas berjalan menuju ke depan meja Leng siau-thian.

   sebelum pergi dia tak lupa untuk memandang sekejap kearah oh Put Kui...

   Dengan wajah yang tenang dan mantap.

   oh Put Kui memandang sekejap ke arah wajah si setan yang disegani banyak orang itu dan tertawa hambar.

   sedangkan dalam hati kecilnya dia berpikir .

   "Kau jumawa, aku bisa lebih jumawa lagi daripada dirimu..."

   Leng siau-thian telah melompat dari tempat duduknya. Kini wi Thian-yang telah berdiri dihadapannya dengan wajah penuh kegusaran.

   "Leng siau-thian, kau harus memberi keadilan bagiku"

   Teriaknya dengan suara lantang.

   Jian-li-hua-siu (kakek kesepian dari seribu li) Leng siau- thian tertawa terbahak-bahak.

   "Haahah...

   haaahh...

   haaahhh...

   Wi Thian-yang, orang lain mungkin takut kepadamU, tapi lohu tak akan jeri kepadamu"

   "Yaa, benar, kau orang she Leng memang tidak takut kepada lohu,"

   Kata Wi Thian-yang sambil tertawa dingin.

   "kalau bukan demikian, kenapa barang yang kau dapat pinjam dari lohu, sampai sekarang belum juga dikembalikan kepada pemiliknya?"

   Tiba-tiba Leng siau-thian mengerutkan alis matanya yang putih, kemudian balas tertawa dingin.

   "Wi Thian-yang, masih ingatkah kau bahwa pedang Hian peng-kiam merupakan benda keluarga lohu yang berhasil kau rebut dengan mengandalkan kekerasan? sekarang lohu telah mendapatkannya kembali, apakah hal ini bisa dianggap sebagai meminjam?"

   Wi Thian-yang tertawa seram.

   "Heeehhh...

   heeehhh...

   heeehhh...

   bukan didapat dengan meminjam? Leng siau-thian, percuma kau menjadi seorang tokoh persilatan di dunia ini, pedang Hian-peng-kiam tersebut berhasil kudapatkan bukan lewat tanganmu, tentunya kau juga mengetahui bukan tentang persoalan ini ?"

   "Hmmm.

   lohu tidak ambil perduli kau dapatkan dari mana, yang pasti adalah benda itu merupakan warisan keluargaku, maka aku harus menggunakan cara apapun juga untuk mendapatkannya kembali"

   Tiba-tiba Wi Thian-yang tersenyum.

   "Leng siau-thian, ucapanmu barusan memang tepat sekali..."

   Katanya.

   "Jadi kaupun sudah mengerti?"

   Ucap Leng siau-thian pula sambil tersenyum.

   "Tentu saja mengerti"

   "Kalau sudah mengerti, hal itu lebih baik lagi"

   "Mengapa tidak?"

   Seru Wi Thian yang.

   "seandainya kau tidak mengingatkan lohu, aku masih tak tahu bagaimana caranya untuk meminta kembali pedang tersebut, tapi sekarang, lohu sudah tahu"

   "Mau apa kau?"

   Seru Leng siau thian tertegun.

   Wi-thian- yang segera tertawa.

   "Aku akan meniru caramu dengan mempergunakan cara apapun untuk mendapatkan kembali benda tersebut, Leng siau-thian, kau anggap perbuatan lohu ini benar atau tidak?" Leng siau-thian yang mendengar perkataan itu segera melototkan sepasang matanya bulat bulat, serunya dengan penuh kegusaran.

   "Kalau memang merasa mampu, tak ada salahnya untuk kau coba"

   "Tentu saja lohu akan mencobanya,"

   Sahut Wi Thian-yang sambil tertawa seram.

   setelah berhenti sejenak.

   sambil tertawa tergelak serunya lanjut.

   "Leng siau thian, tahukah kau dengan meminjam pedang Hian-peng-kiam tersebut berarti kau telah berhutang budi kepadaku? Hari ini, bukan saja lohu akan merebut kembali pedang itu, bahkan akan menagih pula jasa dari budi yang telah kulepaskan itu"

   "Wi Thian yang lohu akan menantikan kedatanganmu..."

   Seru Leng Siau-thian teramat gusar. Wi Thian-yang tertawa seram.

   "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... manusia yang lupa budi, paling tidak aku harus memberikan pelajaran yang setimpal kepadamu hari ini..."

   Berbicara sampai disitu, mencorong serentetan sinar merah yang tajam menggidikkan hati dari balik matanya.

   Ini pertanda kalau hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh wajah Ceng-thian-kui-ong .

   si kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok yang menjumpai kejadian itu ikut merasa terkesiap.

   buru-buru dia menjura sembari berkata.

   "saudara Wi, siaute mempunyai sepatah dua patah kata yang hendak diutarakan, apakah saudara Wi bersedia untuk memberi muka kepadaku?"

   Mendengar ucapan itu, sinar mata merah membara yang menggidikkan hati itu segera lenyap tak berbekas, kata Ceng- thian- kui-ong kemudian sambil tertawa.

   "Kalau ingin berbicara, katakan saja berterus terang."

   Hui Lok tertawa.

   "saudara Wi, hari ini adalah hari perkawinan adalah putri sulung saudara Leng dengan muridku Lam kiong Ceng, apakah saudara Wi bersedia untuk meredakan amarahmu untuk sementara waktu? Bilamana ada persoalan bagaimana kalau kita bicarakan lagi selewatnya hari ini?"

   Mendengar perkataan itu, Wi-thian-yang segera menengadah dan tertawa terbahak bahak.

   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... setelah Hui lote berkata demikian, sepantasnya bila siaute segera mengabulkan..."

   "Terima kasih saudara Wi"

   Mendadak meneorong sinar tajam dari balik mata Wi Thian- yang, sambil tertawa dingin serunya .

   "saudara Hui, kau tak usah buru-buru mengucapkan terima kasih kepadaku, ketahuilah selama hidup perbuatan jahat macam apapun sudah pernah kulakukan, termasUk jUga perbUatan mengacaU hari perkawinan orang lain, toh persoalan semacam ini bukan suatu hal biasa oleh karena itu maafkan kalau lohu tak sanggup permintaan darimu itu..."

   Hui Lok menjadi tertegUn, dia sama sekali tidak menyangka kalau Wi Thian-yang bakal berkata demikian.

   seandainya Hui Lok tidak berpikir kalau musuhnya adalah seorang musuh yang sukar dihadapi disamping dia merupakan tuan rumah pesta perkawinan kali ini, mUngkin sedari tadi dia sudah akan beradU jiwa dengan si Raja setan yang menggetarkan langit Wi Thian-yang.

   setelah tertawa tersipu-sipu, katanya kemudian.

   "Jadi saudara Wi tidak bersedia memberi muka?"

   Wi Thian yang tertawa.

   "Bukan lohu enggan memberi muka kepadamu, tapi dalam kenyataan Leng siau-thian terlampau menghina orang..."

   Ucap Wi Than-yang sambil tertawa. sementara itu Leng siau thian telah berpaling dan memandang sekejap kearah Hui Lok, kemudian ujarnya sambil tertawa .

   "Jin-keh (besan), tak usah bersilat lidah lagi dengan orang itu..."

   


Setan Harpa -- Khu Lung/Tjan Id Rahasia Iblis Cantik -- Gu Long Kaki Tiga Menjangan -- Chin Yung

Cari Blog Ini