Ceritasilat Novel Online

Misteri Pulau Neraka 6


Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long Bagian 6



Misteri Pulau Neraka Karya dari Gu Long

   

   Belum sempat Hui Lok berbicara, sipengemis pikun telah berteriak secara tiba-tiba.

   "Yaa, benar, buat apa bersilat lidah melulu seperti lagi adu berkentut saja, jika memang pingin berkelahi, labrak saja habis-habisan, dengan begitu aku sipengemis pikun pun akan turut mencuci mata..."

   Sekalipun ucapan tersebut diutarakan dalam keadaan mabuk.

   tapi justru amat cocok dengan selera beribU orang jago yang hadir dalam ruangan pesta itu.

   Disuatu pihak adalah Cheng-thian- kui-ong (raja setan yang menggetarkan langit) Wi Thian-yang.

   sedangkan dipihak lain adalah Jian-li-hu-siu (si kakek sebatang kara seribu li) Leng siau-thian.

   Berbicara soal kepandaian silat yang dimiliki kedua orang ini, boleh dibilang mereka termashur dalam kolong langit dan dikenal setiap manusia, seandainya mereka sampai bertarung sungguhan dalam kesempatan ini, maka boleh dibilang kejadian tersebut merupakan suatu tontonan langka yang amat menarik hati.

   oleh sebab itu begitu pengemis pikun menyelesaikan perkataannya, serentak kawanan jago lainnya bertepuk tangan menyambut usul tersebut dengan gembira.

   Dengan gemas si kakek botak Hui Lok melotot sekejap kearah pengemis pikun dengan sorot mata yang penuh kebencian, benar-benar suatu sorot mata yang mengerikan hati.

   Kontan saja pengemis pikun tersadar sebagian dari pengaruh alkoholnya, melihat keadaan tidak menguntungkan, bulu kuduknya pada bangun berdiri, dia tahu kalau kepandaiannya tak mungkin bisa menandingi kelihayan gembong iblis tua tersebut.

   Pikir punya pikir, akhirnya dia merasa mengambil langkah seribu merupakan suatu tindakan yang paling tepat.

   Apa lagi dalam ruangan tersebut memang penuh dengan manusia, maka dalam dua tiga langkah saja, bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik kerumUnan orang banyak...

   Rupanya dia sudah kabur kembali di sisi oh Put Kui, begitu munculkan diri dibalik meja perjamuan, sepasang matanya yang melotot besar segera dialihkan ke wajah Hui Lok dan menatapnya dengan wajah termangu...

   Hanya saja Hui Lok tidak menaruh perhatian kepadanya, karena pada waktu itu segenap perhatiannya sedang ditujukan kearah Wi Thian-yang.

   Dalam pada itu, Ceng-thian- kui-ong Wi Thian-yang telah mundur sejauh lima langkah dari posisi semula.

   Dengan demikian dia berdiri persis ditengah-tengah ruangan.

   Leng siau-thian dengan rambut putih yang berdiri semua bagaikan landak berdiri lebih kurang beberapa kaki dihadapannya.

   Wi Thian-yang segera berseru sambil tertawa nyaring.

   "Leng siau-thian, lohu akan mengalah tiga jurus kepadamu, daripada kawan-kawan Liok-lim di enam propinsi diutara sungai besar mengatakan aku Ceng-thian- kui-ong sengaja memeras dan mempermainkan angkatan muda..."

   Perkataan itu amat besar lagaknya, membuat paras muka Leng siauw-thian kontan saja berubah menjadi hijau membesi.

   "Wi Thian-yang, kau betul- betul kelewat latah,"

   Teriaknya penuh kegusaran. sesudah berhenti sejenak. mendadak dia menerjang kemuka sambil melancarkan serangan, bentaknya.

   "Lohu akan suruh kau rasakan bahwa aku orang she Leng bukan seorang manusia yang bisa dipermainkan dengan begitu saja "

   Segulung angin pukulan yang maha dahsyat, dengan cepat meluncur keluar berbareng dengan getaran telapak tangan itu. mendadak suatu bentakan nyaring berkumandang memecahkan keheningan.

   "Gak-hu, silahkan mundur..."

   Serentetan cahaya merah yang membara dengan cepat meluncur ketengah arena...

   Ternyata orang itu tak lain adalah pengantin pria, Lamkiong Ceng adanya.

   Perawakan tubuhnya yang tinggi besar hampir seimbang dengan perawakan tubuh dari Ceng-thian- kui-ong wi Thain- yang, hanya saja potongan badannya tidak segemuk tubuh si Raja setan "Wi locianpwe, kau kelewat menghina orang..."

   Tampaknya Lamkiong Ceng benar-benar sudah dibuat marah sekali, sehingga nada pembicaraannya pun kedengaran agak gemetar.

   Wi Thian yang memperhatikan wajah Lamkiong Ceng beberapa saat lamanya, kemudian berkata sambil tertawa .

   "saudara, kau benar-benar seorang lelaki sejati "

   "Aku tak sudi menerima pujian dan sanjungan dari saudara"

   Tukas Lamkiong Ceng dengan marah.

   Nada panggilannya berubah semakin keras, dari sebutan locianpwe kini telah menjadi sebutan saudara.

   Tampaknya Wi Thian-yang sama sekali tidak ambil perduli akanpersoalan itu, dia masih menengadah sambil tertawa terbahak bahak.

   "Haahhh...

   haaahhh...

   haahhh...

   lote, hari ini adalah hari perkawinanmu,pantang untuk berkelahi dengan orang Lebih baik cepatlah menyingkir dari situ, jangan sampai menunda malam perkawinanmu...

   "

   Sambil berkata, kembali dia mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak bahak. Lamkiong Ceng melototkan sepasang matanya bulat- bulat, kemudian berseru dengan marah.

   "Bila saudara ingin mengajUkan sUatu permintaan, aku akan melayani semUanya..."

   Sementara Lamkiong Ceng menerjang ke depan tadi, Leng siau Thian telah menarik kembali serangannya sambil mundur setengah langkah.

   Tapi setelah mendengar Lamkiong Ceng menantang musuhnya untuk bertarung, dia menjadi amat kuatir, bagaimanapun juga pemuda itu adalah menantunya...

   "cengji, cepat mundur,"

   Segera teriaknya "persoalan ini merupakan persoalan diriku..."

   Tapi Lamkiong ceng segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Gak-hu "ayah mertua", selama berada dalam perkampungan Siu-ning-ceng ini, pelbagai persoalan yang terjadi merupakan tanggung jawab dari siau-say "menantu"..."

   Belum habis dia berkata, pengantin perempuan telah memburu pula kesana.

   "Ayah, apa yang dikatakan engkoh Ceng memang betul,"

   Serunya pula.

   "persoalan dalam perkampungan siu-ning-ceng ini merupakan tanggung jawab putrimu serta engkoh Ceng, lebih baik kau orang tua menyingkir saja kesamping..."

   Sekulum senyuman segera tersungging di ujung bibir Leng siau Thian...

   Cuma dia hanya merasa lega dan gembira karena putrinya dan menantunya telah menunjukkan rasa bakti mereka, sementara soal bertarung, tentu saja dia tak rela membiarkan kedua anak itu menyerempet bahaya.

   Dia cukup mengetahui betapa lihaynya Ceng-thian-ku-ong tersebut "Anak Lin, cepat ajak Ceng-li mundur"

   Segera teriaknya keras-keras.

   "jangan lupa siapakah musuh kalian itu, ilmu silat yang dimiliki Wi Thian-yang amat tangguh, kalian tak mungkin bisa menangkan dirinya, tapi aku, aku tak akan jeri kepadanya..."

   "Tidak..."

   Tolak Leng Lin-lin sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. Leng siau-thian menjadi marah, segera hardiknya .

   "Budak, apakah kau tidak mau mengerti perkataanku?"

   "Ayah, mengapa hari ini kau memaki aku..."

   Seru Leng Lin lin dengan manja. Dengan cepat Leng siau-thian menggeleng.

   "Lin-ji, cepatlah kalian menyingkir dari situ..."

   Dia segera menyelinap kedepan dan berebut untuk berdiri dihadapan Raja setan yang menggetarkan langit, kemudian teriaknya .

   "Wi Thian-yang, segala urusan lebih baik berurusanlah langsung dengan lohu"

   "Heeehhh...

   heeehhh...

   heeehhh...

   memangnya urusan ini adalah urusanmu"

   Sahut Ceng-thian- kui-ong Wi Thian-yang sambil tertawa seram. Mendorong sinar tajam dari balik mata Leng siau-thian, mendadak sepasang telapak tangannya diayunkan ke depan.

   "Wi Thian-yang, sambutlah sebuah pukulan ini"

   Teriaknya.

   "Haaahhh...

   haaahhh...

   haaahhh...

   sudah lama kudengar tentang ilmu Hu-liong-siang ciang, kini ingin kusaksikan sampai dimanakah kelihayannya Leng siau Thian, bila kau mengerahkan segenap tenaga yang kau miliki, mungkin sulit bagimu untuk meloloskan diri dari bencana ini" sembari berkata dia segera bergerak ke samping untuk menghindarkan diri dari ancamam kedua buah pukulan dari Leng siau-thian itu "Leng siau Thian"

   Serunya kemudian.

   "sebelum pertarungan berlangsung, aku hendak menerangkan lebih dahulu, pertarungan yang berlangsung hari ini hanya terbatas sepuluh gebrakan belaka,jika kau kalah, maaf, terpaksa pedang Hianpeng-kiam tersebut harus kau kembalikan kepadaku..."

   "Jika kau yang kalah..

   .?^ bentak Leng siau-thian tanpa menghentikan serangan yang dilancarkan- Wi Thian-yang segera tertawa terbahak bahak.

   "Lohu yakin seratus persen tak bakal menderita kekalahan ditanganmu..."

   Serunya.

   "Manusia laknat..."

   Wi Thian-yang sama sekali tidak menggubris terhadap makian "manusia laknat"

   Tersebut. kembali ujarnya sambil tertawa .

   "Leng siau-thian, sekali lagi kuberitahukan keuntungan bagimu"

   "Lohu tak sudi menerima kebaikan hatimu itu"

   Teriak Leng siau-thian amat gusar.

   "Mau diterima atau tidak. itu adalah urusanmu. Dalam sepuluh gebrakan mendatang, bila lohu tak bisa menangkan dirimu, lohu tak akan membicarakan tentang pedang Hian- peng-kiam lagi "

   Sekilas perasaan girang melintas diatas wajah Leng siau- thian, tapi diluarnya dia tetap berseru dengan gusar .

   "Wi Thian-yang lihat serangan"

   Ditengah ayunan telapak tangannya, secara beruntun dia melepaskan lima buah serangan berantai.

   serangan-serangan itu semuanya dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, membuat kawan jago yang berada diluar maupun dalam ruangan sama-sama menjulurkan lidah.

   oh Put Kui sendiripun menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya pelan .

   "Tampaknya ilmu yang dimiliki tua bangka itu termasuk lumayan juga..."

   "Yaa, cepat bagaikan kilat, berat bagaikan batu karang, baik bergerak maupun berhenti semuanya dilakukan tanpa kalut barang sedikitpun juga,"

   Kata Kit Hu-seng tertawa.

   "bahkan sepasang telapak tangannya dilancarkan berbareng, ilmu pukulan ini benar-benar merupakan pukulan yang maha daysyat"

   "Saudara Kit, aku rasa ilmu pukulan ini mana lamban, kurang cekatan lagi"

   Timbrung Nyoo Ban-bu dari sisi arena.

   "Benarkah begitu?"

   Seru Kit-Hu-seng tertegun.

   "

   Apakah saudara Nyoo pernah menyaksikan ilmu pukulan yang jauh lebih baik daripada ilmu pukulan ini?"

   "Tentu saja pernah"

   "

   Ilmu pukulan apakah itu?"

   "sian-hong-pat-ciang (delapan pukulan angin puyuh) "

   Mendengar itu, Kit Hu-seng segera tertawa terbahak- bahak.

   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... rupanya ilmu pukulan dari keluarga saudara Nyoo sendiri?"

   "Benar"

   "Apakah saudara Nyoo tidak merasa sudah terlampau mengibul?"

   Nyoo Ban-bu tertawa.

   "Jika saudara Kit tidak percaya, dikemudian hari kau boleh membuktikan sendiri"

   "Heeehhh...

   heeehhh...

   heeehhh...

   siaute percaya suatu ketika aku pasti akan membuktikan kehebatanmu itu, moga- moga saja jangan membuat siaute kecewa." "Tentu saja tak akan kecewa..."

   Kata Nyoo Ban-bu sambil tertawa dingin sementara pembicaraan masih berlangsung, pertarungan yang berlangsung di arena telah mencapai pada puncak pertempuran tersebut.

   Akhirnya sepuluh gebrakan sudah terpenuhi.

   Mendadak terdengar Ceng Thian Kui ong wi Thian-yang tertawa tergelak, sedangkan Jian-li-hu-sin Leng siau Thian mengundurkan diri sejauh lima depa dari posisi semula, peluh dingin tampak membasahi seluruh tubuhnya.

   Kalau dilihat dari lengan kirinya yang tergantung lemas kebawah, bisa diketahui kalau dia sudah menderita luka.

   sementara itu sepasang pengantin baru telah berdiri dikedua belah samping Leng-siau-thian.

   sambil menarik kembali senyumannya, Ceng Thian Kui ong wi-thian-yang telah berkata dingin.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"

   Leng-siau-thian, tampaknya ilmu pukulan Hui-liong-siang- ciang mu tak lebih cuma kepandaian seperti itu, sungguh membuat hati orang merasa kecewa..."

   Sesudah berhenti sejenak. katanya lebih jauh.

   "Mana pedang Hian-peng-kiam tersebut? Cepat serahkan kembali kepada lohu"

   Leng-siau-thian memejamkan matanya rapat-rapat, sambil menggigit bibir dia lantas berseru.

   "Lin-ji ambil pedang Hiam peng kiam tersebut"

   "Ayah... kau tidak apa-apa bukan?"

   Kata Leng Lin-lin dengan wajah sedih. Leng-siau-thian berkerut kening, kemudian bentaknya.

   "Aku hanya menderita luka ringan cepat ambil pedang tersebut, aku tak boleh mengingkari janji...

   "

   Dengan wajah sedih Leng- lin-lin membalikkan badandan berjalan menuju keruangan dalam.

   sementara itu, Leng-cui-cui yang selama ini hanya duduk belaka, mendadak menghampiri Leng Lin-lin, kemudian bisiknya lirih.

   "Toa-ci, kau tak usah masuk.

   biar aku yang mengambilkan bagimu"

   Leng Lin-lin mengangguk.

   "Kalau begitu cepatan sedikit..."

   Bicara sampai disitu, tak tahan lagi air mata segera jatuh berlinang, dia segera membalikkan badan dan beranjak dari situ.

   Tak selang berapa saat kemudian, dia telah muncul sambil membawa sebilah pedang berwarna hitam, dengan langkah cepat dia menghampiri ayahnya.

   Ketika Leng-siau-thian menyaksikan putri bungsunya membawa keluar pedang antik yang telah dipergunakan sebagai mas kawin bagi putri sulungnya itu, mendadak hatinya merasa sedih sekali, hingga tanpa terasa dengan titik air mata bercucuran dia menerima angsuran pedang itu.

   Kemudian sambil menyentil pedang itu dia menghela napas panjang, gumamnya.

   "Oo...

   pedang...

   wahai pedang...

   Leng siau thian tak becus dan tak mampu untuk melindungi benda mestika dari leluhur, peristiwa ini sungguh memalukan leluhur keluarga Leng saja...

   sebetulnya aku harus menggorok leher untuk menebus dosa ini, tapi..."

   Setelah memandang pedang Hian-peng-kiam itu sekejap.

   kemudian memandang pula putrinya sekejap.

   akhirnya sambil menghela napas panjang katanya lebih jauh.

   "Kini, aku orang she Leng masih mempunyai banyak tugas yang belum diselesaikan, apa daya...

   apa daya...

   Ooh pedang, dalam sepuluh tahun mendatang, jika kau belum dapat kembali lagi ke dalam keluarga Leng, Leng siau-thian pasti akan menebus dosa ini dengan kematian..." seorang kakek berambut putih berdiri dengan wajah murung dan air mata bercucuran, kejadian semacam ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang sangat mengharukan.

   Selesai mengucapkan perkataan itu, Leng siau-thian segera mencengkeram pedang itu dan berjalan ke hadapan Wi-thian-yang.

   Kemudian kambali menggetarkan tangannya, pedang berikut sarungnya diangsurkan ke depan- "Wi-thian-yang"

   Serunya keras.

   "pedang Hianpeng-kiam kuserahkan kepadamu untuk sementara waktu, tapi dalam sepuluh tahun mendatang, lohu pasti akan berusaha untuk merebutnya kembali... kau harus menyimpannya secara baik- baik"

   Wi-thian-yang tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... bagus sekali, semoga lohu bisa memenuhi harapanmu itu sepuluh tahun kemudian- .."

   Dia lantas mengulurkan tangannya dan menerima pedang itu.

   siapa tahu, baru saja pedang itu akan tersentuh oleh tangannya, tiba-tiba saja pedang Hian-peng-kiam itu melesat ke udara dan terlepas dari genggamannya.

   sementara Wi Thian-yang masih tertegun, tahu-tahu pedang Hian-peng-kiam itu sudah berpindah tangan- Peristiwa ini sama sekali tidak disangka siapa pun, termasuk juga diluar dugaan wi Thian-yang sendiri Serta merta raja setan yang menggetarkan langit ini melejit ke tengah udara dan siap untuk mencengkeramnya.

   sayang tubrukannya itu kembali mengenai sasaran kosong, pedang mana sudah terjatuh ke tangan orang lain- Rasa terkejut yang dialami Wi Thian yang saat ini sungguh tak terlukiskan dengan kata kata.

   "siapa gerangan yang bisa merebut pedang itu dari tanganku?"

   Demikian dia berpikir.

   orang pertama yang dituju olehnya adalah Kakek setan berhati cacad siau Lun.

   Kecuali siau lojin dalam perkampungan siu-ning-ceng saat ini, termasuk Kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok.

   selain tak berkemampuan untuk berbuat demikian, mereka pun tak akan bernyali untuk berbuat begitu terhadapnya.

   Dengan sepasang mata melotot besar, Wi Thian-yang segera mengalihkan sorot matanya kedepan, tapi apa yang kemudian terlihat membuatnya menjadi tertegun- "Bocah keparat, rupanya kau? Hmmm...

   kau benar-benar sudah makan nyali beruang rupanya..."jerit Ceng Thian- kui- ong kemudian dengan penuh kegusaran.

   Rupanya pedang Hian peng-kiam tersebut kini sudah terjatuh ketangan oh Put Kui.

   Agaknya oh Put Kui telah menggunakan tenaga dalamnya yang sempurna dan luar biasa itu untuk menghisap pedang Hian peng-kiam yang berada ditangan Ceng-thian- kui-ong wi Thian-yang itu sehingga mencelat ketengah udara dan terjatuh ketangannya.

   Maksud dari perbuatannya itu memang tak lain ingin membuat malu si Raja setan ini.

   "Wi Thian-yang,"

   Terdengar pemuda itu berseru.

   "hari ini adalah hari perkawinan Kiong cong piauw pacu, setiap orang yang datang kemari sudah seharusnya membawa maksud untuk menyampaikan selamat, kedatanganmu seharusnya juga tak boleh terkecuali, tapi perbuatanmu sekarang terlalu mengada ada, selain membuat malu tuan rumah, juga memaksa tuan rumah untuk memenuhi keinginanmu, tindakan semacam ini sungguh merupakan suatu tindakan yang keterlaluan..."

   Ucapan tersebut kedengarannya memang bisa diterima dengan akal sehat dan sesuai dengan kenyataan.

   Kontan saja Wi Thian yang dibuat melototkan matanya bulat- bulat sesudah mendengar perkataan dari oh Put Kui tersebut, dari malu dia menjadi naik pitam.

   sekalipun dia tahu, kedua orang guru bocah itu bukan musuh yang bisa dianggap enteng, namun dalam keadaan seperti ini, dia betul-betul tak sanggup untuk mengendalikan emosinya lagi.

   Dengan suara yang keras bagaikan geledek, dia segera membentak nyaring.

   "Manusia jumawa, tahukah kau bahwa perbuatanmu tersebut melanggar pantangan lohu?"

   Oh Put Kui segera tertawa.

   "Berbicara soal perbuatanku, aku merasa apa yang telah kulakukan tidak ada satupUn yang salah, sedang soal melanggar pantanganmU atau tidak. hal ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan diriku"

   Jawaban yang amat tepat tersebut dengan cepat disambut oleh siau Lun dengan sekulum senyuman- sementara pengemis Pikun segera menggumam.

   "Rasain sekarang, akau kulihat apa yang hendak dilakukan oleh kau si raja setan sekarang..."

   Dalam pada itu, si raja setan yang menggetarkan langit, wi Thian yang telah berseru lagi dengan kening berkerut .

   "oh Put Kui, cepat kembalikan pedang lohu"

   Tampaknya dia tahu tak bakalan bisa menangkan oh Put Kui bila diajak bersilat lidah, maka dia melangsungkan pembicaraan tersebut pada tujuan yang sebenarnya.

   "Apakah pedang ini milikmu?"

   Tanya oh Put Kui sambil tertawa.

   "Tentu saja"

   Sahut Wi Thian-yang tertawa dingin.

   Mendengar itu, oh Put Kui segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh...

   haaahhh...

   haaahhh...

   saudara, sungguh tebal kulit mukamu Perkataan dari Leng siau-thian tadi paling tidak didengar oleh seribu orang, bagaimana ceritamu pedang Hian- peng-kiam ini secara tiba-tiba bisa berubah menjadi milikmu?"

   Paras muka Wi Thian-yang kontan saja berubah hebat, serunya dengan penuh kegusaran.

   "Bocah keparat, kau hanya mendengar ucapan satu pihak."

   "siapa bilang aku hanya mendengarkan perkataan satu pihak?"

   Oh Put Kui tertawa.

   "Wi Thian-yang, aku harap kau sudi menjawab sebuah pertanyaanku saja, benarkah pedang Hian-peng-kiam ini merupakan benda warisan dari keluarga Leng?"

   "Betul, pedang Hian-peng-kiam memang merupakan benda warisan milik keluarga Leng"

   Jawab Wi Thian yang sambil tertawa seram.

   Raja setan yang menggetarkan langit memang tak malu disebut seorang pemimpin dunia persilatan, apa yang diucapkan memang merupakan perkataan yang sejujurnya.

   oh Put Kui tertawa.

   "Kau memang tak malu disebut Raja setan, kau berani berterus terang,"

   Serunya.

   "Hmmm, selama hidup lohu tak pernah membohong"

   "Aku percaya dengan perkataanmu itu, cuma sayang tindakan saudara dalam merampas pedang mustika itu dari tangan Leng tua kelewat dipaksakan sehingga mendatangkah perasaan tidak puas bagi setiap orang."

   "Bocah muda, tahukah kau kalau pedang Hian-peng-kiam ini dipinjam oleh Leng siau-thian dariku? Lagipula setelah Leng siau-thian meminjam pedang itu, baru saja dia melewatkan suatu musibah kematian?"

   "Apa hubungannya dengan peristiwa pada hari ini?"

   Tanya oh Put Kui sambil menggelengkan kepalanya. "Tak ada hubungannya?"

   Wi Thian-yang segera melototkan matanya besar-besar.

   "Bocah keparat, kau benar-benar kurang ajar..."

   Hampir setiap jago liok-lim yang hadir disitu pada keheranan dibuatnya, sebab watak dari Ceng thian-kui-ong Wi Thian-yang saat ini sama sekali berbeda dengan apa yang tersiar dalam dunia persilatan, bahkan dia nampak begitu sabar menghadapi si anak muda tersebut.

   sementara itu, setelah berhenti sejenak.

   kembali Wi Thian yang berkata sambil tertawa seram .

   "Seandainya Leng Siau-thian tidak meminjam pedang lohu, buat apa lohu datang kemari pada hari ini?"

   Oh Put Kui segera tertawa tergelak.

   "saudara, berbicara pulang pergi, kau selalu mengatakan kalau pedang itu diperoleh dari meminjam kepadamu, tapi aku rasa pedang itu kalau toh merupakan benda mestika dari leluhur keluarga Leng, tidak sepantasnya bila saudara berniat untuk mengangkanginya"

   "Jadi menurut pendapatmu, pedang tersebut harus kukembalikan dtngan begitu saja kepada Leng siau-thian?"

   "Bila saudara tidak mau memberikan secara gratis, toh paling tidak bisa mengajukan penawaran."

   "Tepat sekali,"

   Suara Wi Thian-yang dengan sorot mata berkilat.

   "Lohu memang harus mengajukan suatu penawaran, kalau tidak maka pedang tersebut harus kau kembalikan kepadaku."

   Oh Put Kui tertawa.

   "Jika saudara ingin mengajukan penawaran, utarakan saja, aku akan mendengarkannya dengan seksama."

   Sambil tertawa dingin Wi Thian-yang segera berseru.

   "sewaktu lohu mendapatkan pedang ini aku pernah membayar dengan nyawa sepuluh orang jago" "Ooh... suatu hawa pembunuhan yang amat tebal..."

   Wi Thian yang tertawa nyaring.

   "Nah bocah muda,"

   Terusnya.

   "bila Leng Siau-thian menginginkan kembali pedangnya, paling tidak dia harus membayar dengan nilai yang sama pula..."

   "Ooh, kalau begitu pedang itu membawa firasat yang jelek..."

   Sembari berkata tangannya digetarkan keras keras, pedang Hian-peng-kiam berikut sarungnya segera menancap keatas tanah.

   setelah itu katanya lebih jauh sambil tertawa dingin.

   "Dimasa lalu saudara sudah banyak melakukan pembunuhan berdarah, dalam kemunculanmu dalam dunia persilatan kali ini, sudah sepantasnya jika banyak melakukan perbuatan amal, hari ini merupakan suatu kesempatan yang baik sekali untukmu, mengapa tidak kau pergunakan peluang itu dengan sebaik baiknya?"

   Walaupun dia cuma mengayunkan pedang tersebut sekenanya, pedang Hian-peng-kiam tersebut berhasil menembusi permukaan tanah sedalam satu depa setengah.

   Padahalpermukaan lantai berupa batu hijau yang sangat keras, sedangkan pedang itu masih bersarung, kalau dilihat kenyataannya pedang berikut sarung itu bisa menancap sedemikian dalamnya, bisa diketahul kalau tenaga dalam yang dimiliki oh Put Kui betul betul mengerikan sekali.

   Wi Thian-yang merasa terkejut sekali setelah menyaksikan kejadian itu, segera ujarnya sambil tertawa.

   "Bocah keparat, tampaknya tenaga sambitan mu cukup hebat, entah kesempatan macam apakah yang kau persiapkan untuk lohu? Bocah muda, ketahuilah kejadian seperti ini merupakan kejadian yang baru pertama kali ini kujumpai."

   Oh Put Kui tertawa hambar, katanya.

   "Bagaimana kalau sepuluh lembar nyawa ditukar dengan suatu pertaruhan kecil.Bila darijarak tiga depa kau berhasil mencabut keluar pedang itu maka aku tak akan mencampuri urusan ini, sebaliknya bila saudara tak mampu mencabut pedang ini, terpaksa aku akan "meminjam bunga untuk menyembah Buddha"

   Dengan menghadiahkan pedang ini untuk sang pengantin perempuan..."

   Mendapat tantangan tersebut, Wi Thian-yang segera menengadah dan tertawa terbahak-bahak.

   "Bagus, bagus sekali, lohu amat setuju dengan tantangan semacam itu..."

   Kembali oh Put Kui tertawa, ujarnya.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Walaupun kemampuan saudara menghisap benda di udara kosong memiliki kekuatan seribu kati, tapi aku hendak memberitahukan kepada saudara, bila pedang tersebut berada lima depa dihadapanku, maka ilmu penghisap benda diudara kosongmu itu pasti tak berdaya..."

   Seandainya dia tak mengucapkan perkataan itu, mungkin keadaannya masih agak mendingan, tapi begitu ucapan tersebut diutarakan, kontan saja Wi Thian yang dibikin terpojok.

   Berbicara dari kedudukan serta nama besarnya dalam dunia persilatan, seandainya pedang Hian-peng-kiam yang menancap di tanah pun gagal dihisap keluar, maka kejadian tersebut benar-benar merupakan suatu kejadian yang memalukan sekali.

   sekalipun pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benak Wi Thian-yang namun diluar dia tetap berkata sambil tertawa tergelak "Kau tak usah mengatakan apa-apa lagi, toh asam garam yang kumakan jauh lebih banyak daripada dirimu."

   Kemudian selesai berkata mendadak dia mundur sejauh tiga depa lebih, setelah itu bentaknya.

   "Bocah keparat, lihat saja kelihayanku ini " Mendadak sepasang tangannya diayunkan ke depan, kesepuluh jari tangannya dengan memancarkan tenaga hisapan yang besar langsung menghisap ke arah pedang itu. Tapi begitu cengkeramannya selesai dilancarkan, tiba-tiba saja wajah Ceng-thian- kui-ong berubah hebat. Rupanya pedang tersebut sama sekali tidak bergerak barang sedikitpun juga. Padahal Ceng-thian kui ong cukup memahami bahwa tenaga yang keluar dari kesepuluh jari tangannya itu paling tidak berbobot ribuan kati, tapi mengapa pedang tersebut tak berhasil dicengkeram olehnya? Kejadian tersebut sungguh membuat orang tidak habis mengerti. Bukan Wi Thian-yang sja yang tak percaya dengan kenyataan tersebut, bahkan siau Lun serta Hui Lokpun turut berubah wajahnya setelah menyaksikan adegan tersebut. Akhirnya siau Lun tak kuasa menahan diri lagi, sambil tertawa tergelak serunya.

   "Hei bocah muda, tampaknya Thian-liong siau-kang mu benar-benar telah berhasil dengan sempurna..."

   Gelak tertawa siau Lun itu tidak terlampau keras, tapi justru suaranya berhasil menindih suara kawanan jago lainnya.

   Usianya masih begitu muda akan tetapi telah berhasil mencapai tingkat kedudukan yang begitu tinggi dalam kepandaian silatnya, andaikata tidak disaksikan dengan mata kepala sendiri, setiap orang tak akan mempercayai hal itu, tak heran kalau suasana dalam ruangan itu berubah menjadi hening sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.

   Dalam pada itu, Ceng Thian- kui-ong telah mengerahkan hawa murni untuk kedua kalinya.

   Hawa marah yang sangat tebal dengan cepat memancar keluar dari balik matanya.

   Tatkala kesepuluh jari tangannya diayunkan ke depan, segera terlihatlah sepuluh buah gulung cahaya hijau memancar keluar...

   "sreet...

   sreeet..."

   Desingan angin tajam yang menderu deru serasa menusuk pendengaran.

   Ketika hawa hijau tersebut menyentuh gagang pedang Hian-peng-kiam yang menancap diatas tanah, ternyata senjata itu bergetar amat keras kemudian berayun ke kiri dan kanan- Anehnya ternyata pedang mustika itu belum juga bergeser dari tempatnya semula.

   Kopiah emas yang dikenakan Raja setan yang menggetarkan langit hampir saja menerjang ke udara, jelas gembong iblis tua ini telah mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya.

   Wajah oh-put-kui sama sekali tidak berubah, pelan-pelan dia memejamkan kembali matanya.

   Ketika kejadian tersebut dipandang oleh beberapa orang tokoh persilatan yang hadir disitu, semua orang mengerti kalau oh-put- kui telah mengerahkan pula segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk melawan kekuatan yang terpancar ke luar dari tubuh Wi Than-yang.

   setengah perminum teh lewat tanpa terasa sementara itu seluruh jidat Ceng Thian- kui-ong telah dibasahi oleh air keringat.

   Akan tetapi kedua belah pihak masih tetap berdiri kaku ditempat semula tanpa bergerak barang sedikitpun jua.

   Kini getaran yang semula tampak pada ujung pedang Hian- peng-kiam, kini sudah lenyap tak berbekas.

   Tampaknya Ceng Thian- kui-ong Wi Thian-yang sudah menunjukkan tanda tanda akan menderita kekalahan.

   seperminum teh kembali lewat...

   Mendadak terdengar Ceng Thian Kui-ong berpekik panjang, suara pekikan tersebut begitu keras dan nyaringnya hingga menggetarkan kayu belandar diatas wuwungan rumah.

   "Kau menang..."

   Jerit Wi-thian yang dengan suara seperti orang menangis. sepasang mata oh Put Kui melotot besar dan memancarkan cahaya tajam, ucapnya kemudian sambi tertawa .

   "Maaf..."

   Belum habis dia berkata, mendadak terdengar wi Thian- yang tertawa terbahak-bahak, kemudian serunya.

   "Bocah keparat, cobakau lihat..."

   "criiiit..."

   Ternyata dikala oh Put Kui sedang berbicara itulah, pedang Hian-peng-kiam yang semula menancap diatas tanah itu tahu- tahu sudah meluncur ketangan kanan Raja setan yang menggetarkan langit Wi Thian-yang.

   Tindakan semacam ini jelas merupakan suatu tindakan yang rendah dan sangat memalukan.

   Paras muka oh Put Kui kontan saja berubah hebat, serunya sambil tertawa dingin .

   "Apakah kau anggap pedang itu berhasil kau dapatkan?"

   "Hmmm, memangnya tak masuk hitungan?"

   Oh Put Kui segera menengadah dan tertawa terbahak- bahak. Dari kejauhan sana terdengar pengemis pikun segera mengejek .

   "Huuuh... manusia yang tak tahu malu Ternyata Wi-thian- yang tak lebih cuma manusia pengecut yang tak tahu malu"

   Dengan penuh kegusaran wi Thian-yang membalikkan badannya lalu tertawa seram .

   "Lok Jin-ki, kaukah yang sedang ngebacot disitu?" Buru-buru pengemis pikun menjulurkan lidahnya sambil menggelengkan kepala.

   "Entahlah..."

   Dasar pengemis ini memang gentong nasi, keberanian untuk mengakusaja tidak dipunyai.

   sambil tertawa dingin Wi Thian-yang berseru .

   "Lok Jin-ki, kau tak usah berlagakpikun, dalam pandangan mata lohu tidak kemasukan pasir tahu?"

   "Betul, yang disebut sebagai Raja setan tentu saja memiliki sepasang mata yang jeli..."

   Kemudian setelah menggelengkan kepalanya dan tertawa getir, sambungnya lebih jauh.

   "Saudara, buat apa kau mencari gara-gara dengan aku sipengemis? Sobat-sobat yang punya nama dan kedudukan banyak hadir di sini.

   lebih baik simpan tenagamu untuk menghadapi mereka."

   Ucapan itu betul- betul membuat Wi Thian-yang ketanggor batunya, sorot matanya mencorong sinar tajam, tampaknya dia hendak mengumbar hawa amarahnya.

   oh Put Kui juga menarik kembali suara tertawanya ketika itu, dengan gusar dia berseru kepada Wi Thian-yang .

   "Manusia she Wi, kau betul- betul seorang manusia yang tak tahu malu, manusia bermuka tebal"

   "Dalam hal apa lohu tak tahu malu?"

   Sahut Ceng-thian-kul- ong seraya berpaling. oh Put Kui tertawa dingin- "Hmm. setelah mengaku kalah masih main serobot, apakah tindakan semacam ini bukan suatu perbuatan yang tak tahu malu?"

   Mendengar perkataan tersebut, wi Thian-yang segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... bocah keparat, apakah kita tentukan batas waktu dalam saat pengambilan pedang itu? " "Tidak"

   Jawab oh Put Kui setelah agak tertegun-Wi Thian- yang kembali tertawa tergelak.

   "

   Kalau toh tiada batas waktunya, mengapa lohu tak boleh mengambil pedang itu?"

   "Betul, sebetulnya kau memang boleh mengambil pedang itu setiap saat, tapi tidak seharusnya kau lakukan setelah menderita kekalahan,"

   Kata oh Put Kui dengan kening berkerut.

   "saudara, apakah kau tak berniat untuk melindungi nama baikmua?"

   "Heeehhh^ heeehhh...

   heeehhh...

   selamanya lohu hanya tahu bekerja untuk mencapai tujuan, aku tidak memperdulikan cara apapun yang harus kulakukan." @oodwoo@

   Jilid 13

   "Ooh ..... kalau begitu nama busukmu itu berhasil kau dapatkan dengan cara yang pengecut dan tak tahu malu ? "jengek Oh Put Kui sambil tertawa dingin. Paras muka Wi Thian yang segera berubah hebat setelah mendengar ucapan itu, dia segera tertawa seram.

   "Aku tidak ambil perduli apacah cara itu rendah, pengecut atau memalukan, lohu ......"

   Belum habis dia berbicara, mendadak tampak sesosok bayanan manusia berkelebat lewat hadapannya.

   Dengan perasaan terkesiap buru-buru Ceng-thian-kui-ong melayang mundur kebelakang .

   Tangan kanannya segera diangkat dan diayun menghajar bayangan tubuh manusia yang berkelebat lewat situ ......

   "Weeeesss..........! Tenaga serangan bagaikan menghantam diatas tumbukan kapas, sama sekali tak sanggup menimbulkan kekuatan apa-apa.

   Dalam terkejutnya Ceng-thian-kui-ong segera perpikir .

   "Siapakah orang itu ? Mengapa rang ini tidak takut dengan tenaga pukulanku ? Mungkinka orang itu .....".

   Saking cepatnya gerakan tubuh orang itu membuat Wi- thian-yang tak sempat melihat jelas siapakah gerangan orang itu.

   Didalam kaget dan herannya, sekali lagi dia mundur setlah langkah dari posisi semula.

   Mendadak Ceng-thian-kui-ong merasakan tangan kirinya bergetar keras sekali.

   Pedang hian-peng-kian yang berhasil direbutnya dengan akal muslihat tadi ternyata berhasil direbut orang lagi.

   Berbareng itu pula ia mendengar suara Oh Put Kui yang sedang tertawa tergeletak.

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh....

   W-thiang-yang, maafkan aku bila aku terpaksa harus menirukan cara kerjamu tadi untuk menghadapi dirimu sekarang...."

   Paras muka wi Thian-yang segera berubah menjadi merah padam bagikan hati babi setelah mendengar ucapan itu, dia benar-benar dibuat marah dan mendongkol.

   Sambil mengawasi Oh Put Kui yang berdiri lima depa dihadapinya sambil memegang pedang, akhirnya dia tak tahan dan meraung keras, kemudian secepat kilat menerjang ke muka.

   Tangannya diayunan berulang kali, secara beruntun dia lepaskan tujuh buah serangan berantai.

   Oh Put Kui tertawa tergelak, sepasang kakinya berputar, tahu-tahu dia sudah lolos dari ancaman serangan yang dilancarkan oleh si Raja setan yang menggetakkan langit itu.

   "Aaah...ilmu langkah Tay-siu-huam impoh..."

   Dengan terperanjat Wi Thian-yang menjerit.

   "Bocah keparah, apa hubunganmu dengan Mi-sian-kui-to ?". Rupanya tanpa sengaja Oh Put-kui telah menggunakan ilmu langkah Tay-siu-huan-impoh ajaran Mi-sim-kui-to (tosu setan pembingung hati), bukan saja berhasil meloloskan diri dari serangan yang dilancarkan Wi Thian-yang, bahkan memancing pula bentakan kaget dari Wi Thian-yang. Pemuda itu tahu, semestinya antara Wi Thian-yang dan Mi- sim-kui-to terikat suatu hubungan tertentu, maka dia tertawa hambar setelah mengar pertanyaan tersebut.

   "Sobat..... ."

   Dengan sinar mata memancarkan cahaya dingin yang menggidikkan hati, Wi Thian-yang membentuk keras.

   "Omong kosong ! seandainya Mi-sim kui-to hanya sahabatamu, masa dia bersedia mewarisi kepandaian silat andalan kepadamu ? Kau anggap lohu adalah seorang bocah berusia tiga tahun yang muda ditipu ?"

   Oh Put Kui segera tersenyum.

   "Aku bicara terus terang, seandainya saudara tidak percaya, yaa....

   Apa boleh buat lagi?".

   Dari sorot mata anak muda tersebut.

   Wi Thian-yang tahu kalau Oh Put bukan lagi berbohong, dengan kening berkerut segera ujarnya.

   "Bocah muda, dimanakah kah telah berjumpa dengan Tosu setan pembingung hati itu ?"

   Hampir saja Oh Put Kui mengutarkaan itu.

   Tapi, anak muda itu sempat menangkap sorot mata penuh perasaan benci dan dendam dibalik mata Ceng-thian-kui-ong Wi Thian-yang tersebut, maka dia segera meningkatkan kewaspadaannya.

   Sambil tertawa dia menggalengkan kepalanya berulang kali, katanya.

   "Maaf, aku tak bisa mengutarakan kepadamu!".

   "Jadi kau sudah tidak teringat?"

   Seru Wi Thian-yang dengan wajahh agak tertegun.

   "Aku masih ingat !"

   "Masih ingat?"

   Seru Wi Thian-yang yang penuh kegusaran.

   "mengapa tiak kau utarakan ?"

   Oh Put Kui terbahak-bahak.

   "Haaaahhh....haaaahhh.... haaaahhh.... kau anggap saudara dapat memerintah aku dengan sekehendak hatimu? Hmmm, andaikata aku tak tersedia mengutarakan kepadamu, kau mau apa?"

   Wi Thian-yang benar-benar dibuat kehabisan daya oleh perkataan tersebut ......

   Seandainya berganti orang lain, bisa jadi dia akan mempergunakan kekerasan ataupun siksaan untuk memaksanya mengaku.

   Namun terhadap Oh Put Kui yang begitu lihay, dia merasa tidak berkemampuan untuk melakukan perbuatan semacam itu.

   Dengan mata terbelalak lebar-lebar, Wi thian-yang berdiri termangu untuk beberapa saat lamanya, sampai setengah harian lamanya dia tak tahu apa yang mesti diucapkan.

   Oh Put Kui sama sekali tidak menggubris si apunya itu, sambil membawa pedang pendek tersebt dia menghampiri Leng Lin-lia.

   "Nona, aku telah berhasil merebut kembali pedang Hian- peng-kian ini, anggap saja sebagai hadiahnya atas hari pernikahan nona..." Sembari berkata.

   Dia angsurkan pedang Hian-peng-kiam tersebut ke tangan nona itu.

   Dengan rasa terharu Leng Liu-lin menggelengkan kepalanya berulangkali, seraya .

   "Hal ini mana boleh jadi....

   Oh tayhiap .............

   "

   Dasar pengantin perempuan, saking malunya dia sampai tak mampu melanjutkan kembali kata-katanya.

   Leng Cui-cui, adik pengantin perempuan yang kebetulan berada disisinya segera tersenyum, dengan sikap yang supel ia berseru .

   "Biarlah aku mewakili cici mengucapkan banyak terima kasih kepada Oh Kong-cu !"

   Tanpa sungkan dia lantas menerima sodoran pedang Hian peng-kian tersebut.

   Dalam pada itu, totokan jalan darah pada lengan kiri Jian-li- hu-siu (kakek menyendiri dari seribu li) Leng-Siau-thian telah bebas, dengan penuh rasa haru dan terima kasih, dia menjuru kepada Oh Put kui.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Oh kong-cu ! katanya.

   "Budi kebaikanmu yang telah merebutkan kembali pedang Hian-peng-kian dari tangan lawan, tak akan kami lupakan selamanya. Budi ini dikemudian hari pasti akan kubalas ! Kongcu bila di kemudian hari kau membutuhkan bantuan, utarakanla terus terang, sekalipun harus terjun kelautan api, lohu tak akan menolak!"

   Oh Put-kui tertawa.

   "Ucapan locianpwe terlampau serius ! Menolong sesuatu yang tak adil sudah merupakan kewajiban kita semua ! Apalagi sebagai tamu yang tak diundang pada hari ini, bisa menyumbangkans edikit tenaga dan jasa bagi tuan rumah, hal mana sudah merupakan suatu keharusan...."

   Kemudian setelah menjuru, ujarnya lagi . "Bila locianpwe berterima kasih lagi. Hal mana sudah merupakan suatu sikap tak memberi muka kepadaku !"

   Pada dasarnya Leng Siau-thian memang seorang jago yang gagah, mendengar perkataan itu dia lantas tertawa tergelak.

   "Haaaahhh....haaaahhh.... haaaahhh.... Kalau memang begitu, lohu akan menerimanya ........"

   Oh Put kui tersenyum.

   Kepada Leng Cui-cui katanya .

   "Nona, cepat bawa pedang tersebut kedalam, daripada menimbulkan incaran lagi dari orang-orang yang rakus sehingga mendatangkan kesulitan yang tak terhingga bagi kalian!".

   Leng Cui-cui tertawa lirih dan menyahut.

   "Terima kasih atas perhatian kongcu........."

   Sambil tersenym dan mengerling sekejap kearah pemuda itu, dia membalikkan badan dan beranjak dari dri sana.

   Oleh kerlingan mata yang indah tersebut, Oh Put Kui mrasakan hatinya bergetar keras, hampir saja dia akan berteriak keras .

   "Kau amat cantik......"

   Tentu saja dia tidak berbuat demikian, apalagi ketika itu Ceng-thian-kui-ong telah menghampirinya.

   "Bocah muda,"

   Terdengar berseru.

   "anggap saja pedang Hian-peng-kian itu lohu, hadiahkan untukmu!"

   Betul-betul suatu tindakan yang tak tahu malu, dari sini pul dapat diketahui betapa tebalnya muka Wi-thian-yang. Oh Put Kui tertawa.

   "Saudara, kau memang benar-benar berjiwa sosial! Perlukan kuucapkan terima kasih ku kepadamu?"

   Perkataan ini berterus terang dan blak-blakan, sama sekali tak mengenal arti sungkan. Anehnya ternyata Ceng-thian-kui-ong tidak menjadi gusar karena ucapan mana.

   "Lote,"

   Dia berkata.

   "masa kau berterima kasih kepadaku? Kau pedang itu berhasil kau rebut sendiri?"

   "Kalau saudara sudah mengerti, memang hal ini lebih baik lagi..."

   Kata Oh Put Kui sambil tertawa.

   Kemudian setelah berhenti sejenak, dengan wajah serius dia berkata lebih lanjut.

   "Wi tua, kita berdua sudah cukup lama mengganggu jalannya pesta pernikaan ini, apalagi akupun sudah merasa haus sekali, bagaimana kalau kita mengesampingkan dahulu semua persoalan untuk menghadiri jalannya pesta pernikahan ini lebih dulu ?"

   "Jangan terburu-buru,"

   Tukas Wi Thian-yang sambil tertawa.

   "lote, lohu ingin mengucapkan sepatah kata lagi, kemudian akan segera mohon diri...."

   "Berbicara denganku?"

   "Benar!"

   "Apa yang hendak kau bicarakan ? Katakan saja!"

   Wi-thian-yang mengebaskan jubah naganya yang berwarna merah lalu, berkata sambil tertawa.

   "Lote, beritahu kepada lohu, saat ini Mi-sim-kui-to berada di mana ?"

   Pertanyaan itu kontan saja membuat Oh Put Kui menjadi tertegun dan berdiri termangu.

   Secara langsung dia dapat merasakan bahwa Ceng-thian- kui-ong Wi Thian yang seperti ada urusan penting hendak mencari Misim-kui-to, bahkan delapan puluh persen hal tersebut menyangkut soal pembalasan dendam.

   Untuk sesaat lamanya Oh Put Kui jadi termenung dan memutar otaknya keras-keras.

   Wi Thian yang sendiri sebetulya merasa gelisah sekali, akan tetapi kegelisahannya tersebut tak sampai diutarkaan pada wajahnya dengan senyuman dikulum kembali dia berkata.

   "Lote, kini loohu hanya menantikan jawabanmu?"

   Oh Put Kui memandang sekejap kearah lawannya, kemudian bertanya sambil tertawa.

   "Ada urusan apa kau mencari Mi-sim-kui.

   "Tentu saja ada urusan penting!"

   "Dapatkah beritahu kepadaku, persoalan penting apakah itu ?"

   Tanya Oh Put Kui lagi sambil tertawa.

   "Lote, jadi kau baru bersedia memberitahukan tempat persembunyian Mi-sim-kui-to kepada loohu setelah mengetahui karena persoalan apakah loohu hendak pergi mencarinya?".

   "Memang begitulah maksud hatiku!"

   Wi-thian-yang tersenyum.

   "Antara loohu dengannya boleh dibilang mempunyai suatu perselisihan yang harus diselesaikan!"

   "Soal pembalasan dendam?"

   "Boleh dibilang begitu ! Loohu hendak mengajaknya berkelahi !".

   Mendadak Oh Put Kui tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh.....

   saudaraku, lebih baik pertarungan ini jangan dilanjutkan !"

   "Kenapa ?"

   Tanya Wi thian-yang.

   "Apakah si tosu setan itu sudah mampus ? Reaksinya memang cukup cepat, hanya sayang dugaagnya itu keliru besar.

   "Dia belum mati.

   "kata Oh Put-kui sambil tertawa.

   "hanya saja kau sudah bukan tandingannya lagi !" "Lote, soal menang atau kalah adalah masalah kecil. Memenuhi janji adalah masalah yang paling utama !"

   Betul-betul sepatah kata yang tepat sekali, ucapan mana segera menggerakkan hati Oh Put-kui.

   "Baik!"

   Kata On Put kui kemudian sambil tertawa.

   "cukup mendengar pertakaanmu itu, aku bersedia memberitahukan tempat tinganya kepadamu,"

   "Haaaahhh....haaaahhh.... haaaahhh....., kalau begitu lohu mengucapkan terima kasih lebih dulu!"

   "Itu mah tak perlu !"

   Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lagi . Wi tua, pernahkah kau mendengar orang persilatan mengatakan kala dialautan timar sana yang tak pernah dikunjungi orang?"

   "Kau maksukan pulau neraka ?"

   Seru Wi thian-yang termangu setelah mendengar ucapan itu "Pulau itu sesungguhnya bukan bernama pulau neraka !"

   "Benar!"

   Kta Ceng thian-kui-ong Wi Thian-yang dengan kening berkerut.

   "Bocah keparat, akupun tahu kalau kau adalah satu-satunya orang yang bisa kembali dengan selamat dari atas pulau tersebut !"

   Dengan cepat Oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali, serunya kembali .

   "Maksudku pulau itu bukan bernama Pulau Negara, melainkan mempunyai nama lainnya !"

   Setelah berhenti sejenak, dia menyaksikan kawanan jagi yang berada di tempat penjuru sedang memasang telinya baik-baik untuk turut mendengarkan perkataan itu.

   Menyaksikan semua itu, diam-diam dia menghela napas panjang, pikirnya .

   "Beginilah watak orang orang dunia persilatan.

   Mereka aman suka mencampuri urusan dunia persilatan."

   Berpikir sampai di situ dia lalu berkata .

   "Wi tua, pulau itu sebenarnya bernama Jit-hu-to (pulau tujuh kesepinah....)"

   "Jiu-hu-to ?"

   Wi Thian-yang tertegun.

   "Ehmmm di atas pulau itu berdiam tujuh orang kakek yang hidup kesepian, itulah sebabnya pulau itu dinamakan pulau tujuh kesepian!"

   Sebuah berita besar yang belum pernah terdengar oleh setiap umat persilatan, tak heran kalau berita itu segera menggemparkan setiap orang yang mendengarnya.

   Walaupun Nelayan sakti dari lautan timur Cin Poo-tiong telah menyiarkan berita tentang kehadirat Pendekat aneh Oh Put Kui di pulau neraka ke dalam dunia persilatan, namun dia tidak pernah membicarakan tentang siapa siapa yang berda di pulau itu dan apa nama yang sebenarnya dari pulau tersebut.

   Oleh karena itu, hingga kini orang persilatan masih menamakan pulau kecil yang cukup membuat orang bertegang syaraf tersebut sebagai pulau neraka.

   Tapi hari ini, ada orang telah mengungkapkan nama yang sebenarnya dari pulau tersebut, tak heran kalau suara helaan napas panjang segera memenui seluruh arena begitu Oh Put Kui menyeleaikan perkataannya....

   "Tujuh orang kakek maksudmu ?"

   Seru Ceng-thian-kui-ong Wi-thian-yang dengan pasar muka berubah hebat.

   "Benar! Tujuh orang kakek yang mempunyai riwayat besar ...."

   Kata Oh Put Kui sambil tertawa.

   "Lote,"

   Kata Ceng-thian-kui-ong lagi dengan wajah sedih.

   "ke tujuh orang itu pastilah Bu-lim-jit-sat yang termashur dimasa lalu......

   Dengan cepat Oh Put Kui menggeleng.

   "Aku tidak mengetahui apakah benar atau tidak, namun mereka nebut diri mereka sebagai Bu-lim-jit-sat (tujuh orang yang kesepian dari dunia persilatan)!"

   Tiba-tiba Ceng-thian-kui-ong Wi-thian-yang menengadah dan tertawa terbahak-bahak dengan seramanya .

   "Haaaahhh....haaaahhh.... haaaahhh....., rupanya mereka, sudah padsti mereka ......"

   Gelak tertawanya itu amat tak sedap di dengar, Siapa pun tidak menyangka kalau sikap maupun elak tertawa Ceng-thian-kui-ong Wi-thian-yang dapat berubah menjadi begitu dingin dan menyeramkan waktu singkat.

   Oh Put Kui agak tertegun menyaksikan keadaan lawanya, dengan cepat dia bertanya .

   "Wi tua, kau kenal dengan mereka ?"

   "Kenal! Semuanya kukenal .....

   ?"

   Setelah berhenti sebentar, dia menghela napas rendah, kemudian melanjutkan .

   "Lote tepat sekali perkataan itu, ohu memang tak perlu mencari si Tosu setan lagi..,"

   Dia nampak seperti putus asa, sikapnya yang lemah itu amat tak cocok dengan julakannya sebagai Raja setan. Sambil tersnyum Oh Put Kui berkata.

   "Wi cua jangan lupa. soal mengingkar janji adalah soal benar!"

   Sekujur badan Ceng-thian.kui-ong Wi-Thian-yang bergetar keras sesudah mendengar ucapan itu.

   Ditatapnya Oh Put Kui lekat lekat, mulutnya membungkam dalam seribu bahasa, diam diam pikirnya sambil menggertak gigi.

   "Sebelum bocah keparat ini dilenyapkan dari muka bumi, lohu tak akan memperoleh ketenangan di dalam hidupku!"

   Dalam hati dia berpikir demikian, diluaran dia menghela napas panjang, katanya.

   "Bila ke tujuh orang manusia aneh ini hadir semua disana, sekalipun lohu kesitu juga percuma !"

   Setelah berhenti sejenak, dia manggut-manggut dan berkata sambil tertawa.

   "Benar, mengingkar janji adalah masalah besar, loohu memang barus melakukan perjalanan kesitu."

   Perawakan tubuhnya yang tinggi besar itu segera berputar sorot matanya dialihkan ke datam ruangan dan memandang sekejap kawanan jago disitu.

   kemudian ujarnya sambil tertawa nyaring.

   "Sekiranya loohu telah mengganggu kegembiraan kalian semua, harap saudara semua sudi memaafkan !"

   Bayangan nerah tampak berkelebat cepat, tahu-tahu dia sudah melambung ketengah udara.

   Benar-benar suatu gerakan tubuh yang sangat cepat bagaikan sambaran kilat.

   Ceng-Thian.kui-ong telah berlalu, namun dari kejauhan sana masih terdengar suaranya yang bergema tiba-tiba.

   "Hui Lok lote, soal pembunuhan yang kau lakukan terhadap Nyoo Thian Wi pasti akan lohu perhituugkan lagi di kemudian hari! Tunggu saja kedatanganku nanti !"

   Kalau didengar suaranya, orang itu jelas berada beberapa Ii dari tempat itu.

   Namun ucapannya yang terakhir ibaratnya dinamit yang meledak secara tiba-tiba.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Seketika itu juga suasana dalam ruangan menjadi gempar, paras muka semua orang jago yang hadir didalam maupun diluar ruangan sama-sama berubah hebat.

   Terutama sekali kelima orang Ciangbujin dan lima partai besar serentak mereka mereka melompat bangun.

   Benarkah si Kakek pelenyap hati pemutus usus Hui Lok yang melakukan pembunuhan keji itu? Pembunuhan atas Hu mo-sutay dan Tohong Sutay dan Pek-siu-an.,..

   Nyawa dari Kirn-teng-sin-yu serta Wan-song-siu....,..

   Keluarga Leng-hong-biu suami isteri dikebun Ci-wi-wan ...

   ..

   Nyatanya peristiwa pembunuhan itu dilakukan oleh Hui Lok .....

   Saking terperanjatnya, kelima orang ciang bunjin itu sampai membelalakkan matanya lebar-lebar.

   mereka mengawasi wajah Kakek pemutus usus pelenyap hati lekat-lekat.

   Bagaimana dengan Hui Lok sendiri? Iblis tua berkepala botak ini nampak diliputi kemarahan yang meluap luap, hawa napsu membunuh yang amat tebal tebal telah menyelimuti wajahnya ...

   Dalam anggapan lima orang ciang bunjin dan lima partai besar gembong Iblis tersebut sudah berniat untuk melakukan pembunuhan guna membungkamkan mulut mereka.

   Padahal yang sebetulnya.

   Kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok sedang dibikin kegusaran oleh sikap dan ucapan Wi thian-yang tersebut...

   Mimpipun dia tak menyangka kalau Ceng Thian-kui-ong bakal menfitnahnya sesaat sebelum meninggalkan tempat itu, bahkan fitnahan tersebut merupakan suatu fitnahan yang membuatnya sulit untuk membebaskan diri dengan begitu saja.

   Untuk mengejar iblis keparat tersebut......rasanya mustahil! Hui Lok mengerti ilmu silatnya masih berada dalam taraf seimbang dengan kepandaian si1at yang dimiliki Wi-thian- yang.

   Mau memberi penjelasan? Rasanya tindakan tersebut dianggap sebagai suatu tindakan yang berlebihan, tak nanti orang lain mau mempercayai penjelasannya.

   Oleh karena itu si Kakek pemutus usus pelenyap hati Huk Lok hanya bisa mangkel dihati, andaikata bukan berada dalam swasana pesta pernikahan, sudah pasti ia telah mencaci maki kalang kabut.

   Pada saat itulah ada seorang yang sedang tertawa tergelak didalam hatinya.

   Orang itu tak lain adalah Nyoo Ban-bu! Penampilan sikap maupun mimik wajahnya amat aneh dan luar biasa, seperti lagi senyum tak senyum dan gembira melihat yang lain tertimpa bencana, iapun menunjukkan sikap seperti merasa gembira karena dari menyaksikan dua harimau segera akan tempur ..........

   Selama ini Oh Put Ki mengawasi terus gerak geriknya terutama saat ini .....

   Oh Put Kui telah menemukan.

   Dikala ia memberi kesulitan dan mempelajari kepada Wi Thiau-yang tadi, putra Nyoo Thian-wi ini justru menunjukkan sikap gelisah bercampur gusar.

   Sebaliknya dika'a wi Thian-yang merasa bangga dan gembira, Nyoo Ban-bu turut tertawa gembira pula.

   Mengapa dia besikap demikian? Hanya ada satu kemungkinan dia bisa bersikap demikian, yakni antara dia dengan wi Thian-yang telah menjalin suatu hubungan yang istimewa.

   Tapi, hal ini merupakan suatu yang sangat tak masuk diakal? Sudah selama hampir empatpuluh, tahun Ceng-thian.kui ong disekap didalam gunung, sebaliknya Nyoo Ban-bu baru berusia tiga puluhan tahun.

   Mustahil mreka saling mengenal, apalagi Wi Thian-yang sendiripun belum lama lolos dari kurungan, pada hakekatnya antara mereka berdua tidak terdapat kesempatan untuk saling bersua.

   Semakin dipikir Oh Put Kui merasa pikirannya semakin kalut dan kebingungan.

   Ia merasa makiti dipikir persoatan itu makin aneh, sama sekali tak dipahami olehnya alasan dibalik peristiwa itu.............

   Namun dia masih juga berpikir terus.

   Hingga akhirnya lima orang ciangbunjin dan lima partai besar itu berjalan mendekatinya Oh Put Kui tidak kenal dengan mereka, maka diapun merasa tak perlu untuk menyampai, Merski dia sudah mengetahui sejak tadi kalau kelima orang itu adalah kotua dan a partai besar.

   Tatkala kelima orang itu berada beberapa kaki di hadapannya, mendadak Oh Put-kui menyelinap ke samping dan mundur sejauh tiga langkah, setelah itu membalikkan tubuh berjalan menuju ke tempat duduknya.

   Lima orang ciang bujin itu berlagak seotah olah tidak melihat, mereka tetap melanjutkan perjalanannya menuju ke depan.

   Jalan torus ke depan tiada hentinya.,..,.

   Mereka borjalan hingga ko depan Kakek pemutus usus penyeap hati Hui Lok sebelum berhenti.

   Sorot mata Hui Lok dengan ketajaman bagaikan kilat mengawasi kelima orag dengan tak berkedip.

   Sementara kolima orang ciang bujin b1as melotot pula ke arah Hui Lok.

   Mendadak Hui Lok menengadah dan tawa terbahak-bahak Mengapa ia tertawa ? Ataukah berasa benci ? Gelak tawa tersebut peuuh meugandung hawa murninya yang diatih hingga mencapai seratus tahun itu.

   Dalam watu singkat dua per tiga dan tamu yang berada di dalam maupun di ruangan sama-sama meuntupi telinga dan mernegang dada sendiri keras-keras, bahkan seperti orang yang sedang mabuk segera roboh bergelimpangan ke tanah.

   Mereka tak sauggup menghadapi suara gelak tertawanya yang amat memekakkan telinga itu.

   Tak kuasa lagi Oh Put-kui berkerut kening dan teguraya "Siau tua, bila gelak tertawa dan Hui Lok tiiak segera diakhini, kemungkinan besar sebagai dan kawan-kawan.

   Liok- lim yang berada di sini akan rnenderita luka parah !"

   Siau lojin egera tertawa.

   "Biarkan dia berbuat sepuas-puasnya! Toh orang orang itu ada1ah tamunya sendiri !"

   Tapi dengan cepat Oh Put kui menggelengkan kepaanya berulaug kali, sertanya "Siau tua-kui memang tak main disebut manusia paling buas dan berhati kejam di didunia ini !"

   "Bocah muda, bukanlah bisa yang sudah terjadi merupakan uruan yang lewat, buat ape ka mesti mencampurinya ?"

   "Lantas mengapa kau orang tua tidak menghalangi Hui Lok untuk segera meng hentikan gelak tertawanya 7"

   Sian lojin segera tertawa. "Bocah muda bukankah kau sendirianpun sanggup untuk mencegah dia tertawa terus ? Mengapa kau tidak melakukannya ?"

   Oh Pur Kui menjadi tertegun mendengar perkataan itu, untuk sesaat dia tak mampu untuk menjawab.

   Benar juga perkataan itu, bukankah dia sendiripun memiliki kemampuan untuk berbuat begitu ? Tak tahan lagi dia segera tertawa tergelak.

   "Benar juga perkataan kau orang tua,"

   Katanya.

   "baik, boanpwe akan memaksakan din untuk mencobanya!"

   Baru saja uca pan terakhir dirtarakan, dan tengah arena telah berkumandang suara ben takan nyaning.

   "Hhaaaitt,...!"

   Inilah lirnu Auman singa dan kalangan Buddha yang amat tersohor itu.

   Rupanya Hui-seng taysu, ketua dad Sian-tim-si sudah tak taha menyastkan keadaan tersebut berlaugsung terus menerus.

   Begitu auman singanya dilontarkan,s egera itu juga Hui Lok berhenti tertawa.

   Sedangkan kawanan jago Liok lim yang berada didalam ruangan maupun diluar ruangan segera merasakan daya tekanannya berkurang seteah gelak tertawa itu terhenti semua orang dapat berdiri tegak kembali dengan dada lapang dan napas lega.

   oOdwOoOOdwOo "HUI SICU, apakah kau tidak kuatir melukai para jago yang menghadiri perjmuan ini?"

   Tegur Huiseng taysu kemudjan. Kekek pemutus usus pelenyap hati Hul Lok seperli merasa tertegun, kemudian bergumam.

   "Melukai mereka ?" "Sicu,"

   Kembali Hui-seng taysu berkata dengan kening berkerut "bila kau himpun tenaga dalam rangka latih selama puluhan tahun kedaam gelak tertawa bagaimaia mungkin beribu orang jago yang berada disini bisa menahan diri?"

   Sekaraug Hui Lok baru mengerti apa yang dimaksudkan, katanya dengan suara lirih .

   "Ciangbunjin, tadi apakah yang telah memperdengarkan ilmu auman singa dan kalangan Buddha?"

   Hui-sin taysu tertawa.

   "Betul, memang itulah perbuatan lolap."

   Tiba-tiba Hui Lok menjuara seraya berkata.

   "Terima kasih banyak atas teguran ciangbunjin yang telah menyadarkan loohu.,.

   Sikap yang ditampilkan Hui Lok segera membuat kelima orang cianbunjin tersebut diam-diam merasa kaget.

   Hian-leng tootiang dan Bu.tong.pay menjura dan tertawa pula, katanya kemudian.

   "Hui toyu, apakah barusan kau tertawa tergelak lantaran Ceng-thian.kui.ong Wi Thian-yang berhasil membongkar rahasia kebusukanmu?"

   Pertanyaan yang diajukan secara blakblakan ini amat tak sedap didengar, bisa di duga pertanyaan itu tentu akan menimbulkan hawa amarah lawannya.

   Betul juga, Kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok yang sebenarnya sudah agak reda kemarahannya, segera bermurung muka lagi setelah mendengar perkataan itu.

   "Hian leng, apa maksudmu berkata demikian?"

   Tegurnya.

   "kau anggap Nyoo Thian-wi benar-benar mati terbunuh ditangan lohu?" "Haaahhh....haaahhh...haaahhh..Wi Thian-yang telah berkata demikian, apakah toyu bermaksud untuk menyangkal?"

   Seru Hian tootiang lagi sambil tertawa panjang.

   Kontan saja Hui-lok melototkan matanya bulat-bulat, segera bentaknya keras-keras .

   "Andaikata Wi Thian-yang mengatakan si hidung kerbau yang membunuh Nyeo Thian-wi, lohu ingin bertanya, apakah kau si hidung krbau bersedia untuk mengakuinya ?"

   Hian-leng tootiang segera tertawa, ujarnya sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Pinto ta pernah melakukan perbuatan semacam ini, mana mungkin Wi Thian-yang akan menuduh pinto?"

   Dari ucapan tersebut bisa disimpulkan kalau dia sudah mempercayai perkataan dari Wi Thian-yang tadi. Tak heran kalau kemarahan Hui Lok semakin berkobar sehingga sapasang matanya memancarkan cahaya berapi- api.

   "Hian-leng!"

   Teriaknya dengan marah.

   "lohu akan memperingatkan kepadamu agar bertindak lebih waspada, ketahuilah Wi Thian-yang sedang menggunakan siasat melimpahkan bencana kepada orang lain untuk menfitnah diriku! Cuma saja..."

   Setelah mendongakkan kepalanya dan tertawa dingin, dia melanjutkan .

   "Andaikata kalian menganggap lohu yang telah membunuh Nyoo Thian-wi, lohu pun tak akan ambil perduli !"

   Hiang-leng totiang menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, serunya keheranan .

   "Wi Thian-yang sedang menfitnah dirimu ?"

   "Heeehgh....heeehhh.....heeehh..... mengapa tidak kau tanyakan sendiri kepada Wi Thian-yang?"

   Hui Lok tertawa dingin tiada hentinya dengan perasaan gemas. "Sayang Wi Thian-yang telah pergi !"

   Hiang-leng totiang menggelengkan kepalanya berulang kali.

   Han-sian-hui-kim (pedang suci) Wi Min duri Kay-pang yang berada disisinya segera berkerut kening setelah mendengar jawaban dari Hian-leng totiang itu.

   Hiang-leng toheng, kau benar benar teramat jujur sehingga mudah ditipu orang!"

   Tegurnya. Hiang-leng totiang berpaling sambil tertawa.

   "Pinto memang tak pernah berbohong !"

   Wici Min kembali tertawa getir.

   "Toheng, sudah kau dengar jelas bukan apa yang diucapkan oleh Hui tua tadi ?"

   "Haaaahhh....haaaahhh.... haaaahhh....., pinto tidak tuli tidak bisu, mengapa tidak jelas ?"

   Toheng, kalau toh kau mendengar jelas semuanya itu, buat apa lagi kau ribut terus dengan Hi tua tersebut ?"

   Hian-leng totiang segera berkerut kening setelah mendengar perkataan itu, katanya .

   Merecki bagaimana maksudmu ? Wici Min menggelengkan kepalana berulang kali, katanya .

   "To-heng, mengapa kau tidak pikirkan masalahnya dengan lebih teliti dan seksama lagi ....

   ?"

   Sesudah berhenti sejenak, sambil berpaling ke arah Hui Lok lanjutnya lebih jauh.

   "Hui tua, siasat menfitnah dan melimpahkan bencana kepada orang lain yang diperbuat Wi Thian-yang memang terhitung cukup lihay.

   Hanya saja akupun ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada Hui tua ......."

   Hui Lok tertawa dingin, "Heeehhh....heeehhh....

   heeehhh....., aku tahu bahwa kalian tak akan menyerah dengan begitu saja, katakanlah!"

   "Hui tua, apakah dimasa lampau kau mempunyai ikatan dendam atau sakit hati dengan Wi Thian-yang?"

   "Kalau toh tiada ikatan dendam atau sakit hati, mengapa Wi Thian-yang melimpahkan bencana kepadamu ?"

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh....., soal ini harus ditanyakan sendiri kepada Wi Thian-yang!"

   Sahut Hui Lok sambil tertawa terbahak bahak. Wici Min turut tertawa.

   "Hui Lok, kalau memang begitu jawaban mu tadi merupakan suatu jawaban yang terdesak!"

   Mencorong sinar tajam dari balik mata Hui Lok, katanya setelah termenung sebentar .

   "Wici Min, terserah kepada jalan pikiran mu sendiri. Apa yang ingin kau pikirkan, pikir saja demikian!"

   "Jadi saudara telah mengaku telah memnbunuh Nyoo Thian-wi?"

   Kata Wici Min sambil tertawa dingin.

   "Aku tak pernah mengakui masalah ini, Toh kau sendiri yang mengatkaan begitu."

   Wici Min tertawa dingin pula.

   "Aku tidak percaya kalau tanpa sebab tanpa musabab Wi Thian-yang akan memfitnah dirimu."

   Mendengar ucapan mana, Hui Lok mengalihkan wajahnya ke atas wajah kelima orang ciangbujin tersebut, kemudian katanya .

   "Apakah kalian berlima menganggap peristiwa mana hasil karya lohu ?"

   Baru saja Wici Min tertaw dingin Hui-sin tasyu telah berkata lebih dahulu . "Lolap sekalian sama sekali tidak bermaksud untuk berbuat begitu !"

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Hmmm!"

   Hui Lok mendengar.

   "tampaknya kau si whesio cilik masih cukup tahu urusan!"

   Waktu itu, Hui-sin taysu selain merupakan ketua dari suatu perguruan besar lagi pula merupakan seorang yang sudah lanjut usia, akan tetapi Hui Lok telah memanggilnya sebagai whesio cilik, kenyataan tersebut kontan saja membuatnya menjadi menangis tak bisa tertawa pun tak dapat, yang bisa dilakukan hanya meringis belaka.

   "Sicu, pincang sekalian berlima merupakan orang orang yang muncul paling awal ditempat terjadinya peristiwa berdarah itu."

   Demikian ia berkata kemudian.

   "Maka demi menegakkan keadilan dan kebenaran didalam dunia persilatan, mau tak mau pincang sekalian harus melakukan penyelidikan atas siapa gerangan pembunuh tersebut .....

   "

   "Heeehhh....heeehhh.... heeehhh....., maksud tujuannya memang mulia, tak malu menjadi ketua dari perguruan lurus !"

   Ejek Hui Lok sambil tertawa dingin. Hui-sin taysu segera merangkap tangannya di depan dada sambil tertawa.

   "Sicu, sewaktu keempat peristiwa pembunuhan berdarah itu berlangsung, sicu berada dimana ?"

   Tanyanya.

   Dengan diutarakannya perkataan itu, berarti dia menunjukkan sikap tidak percayanya kepada Hui Lok.

   Mendengar perkataan itu, Hui Lok segera tertawa seram.

   "Heeehhh....heeehhh....

   heeehhh....., Hui-sia, untuk apa kau mengurusi gerak gerikku ?"

   "Pinceng percaya kalau lo-sicu bukan pembunuhanya, dan aku percaya ketika peristiwa pembunuhan itu berlangsung, lo sicu tak mungkin hadir di arena ...."

   "Itu pun belum tentu ! Hui Lok tertawa seram.

   Setelah berhenti sejenak, dia berpaling ke arah Kakek setan berhati cacad, kemudian melanjutkan .

   "Siau loko bisa menjadi saksi, keuasan lohu tak akan lebih rendah dariada kakek setan berhati cacad !"

   Sui-sin taysu terpaksa menyimpulkan senyuman getirnya diujung bibirnya, katanya .

   "Hui lo si-cu, nampaknya kau tidak bermaksud untuk melepaskan diri dari segala tuduhan yang dilimpahkan kepadamu?"

   Mendengar perkataan tersebut, Hui Lok tertawa terbahak- bahak.

   "Haaaahhh....haaaahhh.... haaaahhh..... lohu harus melepaskan diri dari apa ? Kentua Hoa-san-pay Tui-hong-kiam-siu "Kakek pedang pengejar angin"

   Bwe Kumpang yang selama ini membungkam dalam seribu bahaa tiba-tiba berkerut kening, lalu setelah tertawa dingin bentaknya dengan suara gusar .

   "Hui Lok, apakah kau tidak merasa bahwa ucapanmu itu kelewat latah .... ?"

   Hui Lok tertawa seram.

   "Bwee Kun-peng. Ucapan itu kau tujukan kepada lohu ? Hmmm, ayahnya Bwee Tiang-hong pun tak berani bersikap begitu kasar kepadaku ..... tampaknya jaman sekarang sudah jaman terbalik ....."

   Berbicara sampai disitu, kembali dia mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak, Merah padam selembar wajah Bwee Kun-peng karena jengah, tapi hawa amarahnya justru semakin berkobar, katanya dengan gusar "Hui Lok, kalau kau bernyali untuk melakukan, mengapa tak bernyali untuk mengakui ? Perbuatan yang melempar batu sembunyi tangan semacam kau itu bukan termasuk perbuatan seorang enghiong ! Hmm terhitung lelaki macam apakah dirimu itu ?"

   Hawa pembunuhan dengan cepat menyelimuti seluruh wajah Hui Lok, katanya .

   "Jadi apa maksudmu sekarang ?"

   "Jika kau memang seorang pembunuh kami akan membekukmu !"

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh.....

   baik ! Terlepas apakah lohu seorang pembunuh atau bukan, mengapa kalian tidak mencoba coba lebih kemampuan kalian untuk menangkap seorang pembunuh ?"

   Bwee Kun-peng segera berkerut kening, lalu sambil berpaling kearah Hui sia taysu katanya .

   "Tyasu, tampaknya suatu pertempuran sengit tak bisa dihindari lagi ....

   ! Hu-sin taysu memandang sekejap darah Hui Lok, kemudian katanya "Hui sicu apakah seorang pembunuh atau bukan, sampai ini kita belum bisa memastikan, lebih baik kita jangan bertindak terlalu gegabah."

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh.....

   kalian tak perlu ragu lagi,"

   Kata Hui Lok tiba-tiba sambil tertawa tergelak,"

   "hei hwosio kecil, lohu ingin menyaksikan kemampuan dan pantas untuk memimpin suatu perguruan besar, mari ! Maju saja bersama-sama .... !"

   Keadaan sudah bertambah kritis, tampaknya walaupun kelima orang ciangbunjin itu enggan turun tangan pun terpaksa harus turun tangan juga. Cui-sian Sangjin dari Go-bi-pay segera tertawa terbahak bahak. "Sicu, lolap akan bertarung dulu melawanmu!"

   Serunya lantang.

   Diantara lima orang ciangbunjin, usianya paling tua, berbicara soal tingkatkan kedudukan diapun setingkat lebih tinggi dari pada ke empat orang lainnya, ilmu Tay-seng- siangkang yang dimiliki telah mencapai tingkatan yang luar biasa, hal mana membuat dia sangat hambar terhadaps egala macam perebutan nama maupun kedudukan, setiap menghadapi persoalan pun dia jarang turun tangan lebih dahulu.

   Tapi hari ini, setelah menjumpai seperti itu, dia tak bisa bersembunyi lagi.

   Begitu selesai berkata, tubuhnya segera melesat kemuka mendekati Hui Lok.

   Hui Lok segera tertawa tergelak.

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh.....

   Cui hwesio, kalau hanya seorang diri, kau tak bakal mampu untuk menahan diri !"

   Blaamm.....blaammm....."

   Dua kali benturan keras menggema diangkasa, kedua belah pihak kembali mundur selangkah.

   "Sicu, hebat sekali tenaga pukulanmu itu !"

   Seru cui-sian sangjin tertawa keras. Hui Lok tertawa seram pula..

   "Cui hweso, aku lihat kau pun bukan seorang manusia yang terlampau bodoh..."

   Bayangan abu-abu berkelebat lewat, mendadak dia menyerobot maju kedepan dengan kecepatan luar biasa, teriaknya keras keras .

   "Suruh mereka maju bersama, kalau tidak kau tak akan sanggup menghadapi seratua gebrakan serangan lohu !" Sambil melancarkan serangan balasan, Cui-siau sangjin tertawa terbahak-bahak.

   Tidak usah..."

   Katanya.

   "bila lolap tak sanggup menahan diri nanti, mereka toh akan maju dengan sendirinya!"

   Ditengah deruan angin pukulan yang memekikkan telinga, sepuluh jalur gulungan angin tajam segera memancar kemana-mana!.

   Bagi kawan-kawan jago Liok-lim yang berkepandaian silat agak cetek, saat itu mereka hanya sempat menyaksikan ada dua sosok bayangan manusia yang saling bergumul menjadi satu.

   Dalam waktu singkat, kedua belah pihak telah saling menyerang dua puluh jurus lebih.

   Oh Put Kui yang menonton jalannya pertarungan itu segera berkata sambil sambil tertawa.

   "Siau tua, tampaknya ilmu pukulan yang dimiliki Hui Lok tidak terlampau tinggi!"

   "Keliru besar jika kau berpendapat dimikian,"

   Kata Siau lojin sambil tertawa.

   "bocah muda, Cui-sian sangjin adalah seorang tokoh tua dan tingkatan yang lebih tiuggi! Seandainya berganti dengaa ciangbunjin liannya kau akan menyaksikan kelahayan Hui Lok yang sebenarnya!"

   Seperti baru memahami akan Put Kui segera tertawa.

   "Siau tua, kalan kudengar dan cara pembicaraanmu tadi, maksudmu ilmu silat dari Cui-sian sangjin memang tidak lebih rendah dani pada kepandaian yang dimiliki Kakek pemutus usus pelenyap hati"

   Sian lojin rnanggut-manggut.

   "Yaa benar, Cui-sian memang tak pernah memikirkan persoalan lain kecuali ilmu silat, oleh sebab itu kepandaian silat yang dimilikinya lihay sekali, cuma jarang sekali orang persilatan meugetahui akan persoalan ini !" "Dari mana kau bisa tahu?"

   Tanya Oh Put Kui kemudian sambil tertawa,"

   Gurumu yang mengatakan !"

   Oh Put Kui menjadi tertegun.

   "Apa hubungan antara guruku dengan dia?"

   Dia tahu kalau gurunya Tay-gi sangjin! Sangat jarang bergaul dengan orang lain, itu berarti dia pun jarang mempunyai teman. Siau lojin segera tertawa. Bocah muda, Cui-sian sangjin nasih termasuk murid terdaftar dan gurumu !"

   "Ooooh ......?"

   Perkataan tersebut semakin membuat Oh Put Kui menjadi tertegun.

   "Bukankah dia adalah seorang ciangbujin dari Go-bi-pay? Mengapa dia bisa menjadi muridnya guruku ?"

   "Apa salahnya menjadi murid terdaftar seseorang ?"

   Setelah berhenti sebentar dia berkata lagi .

   "Sang Budha maha pengasih hanya bertujuan mewariskan pelajarannya kepada umat manusia tanpa membedakan antara kelompok dan perguruan. Mengapa pula dia harus menitik beratkan pada soal perguruan ?"

   Sekarang boanpwe sudah mengerti !"

   "Kau sudah mengert ? Kalau begitu kau tahu bukan bahwa Cui-sian sangjin tidak bakal menderita kekalahan !"

   Belum habis Oh Put-kui berbicara, mendadak dari arah arena sudah berkumandang suara bentakan nyaring.

   Menyusul kemudian nampak dua sosok bayangan manusia saling berpisah satu dan yang lainnya.

   Cui-sian sangjin masih berdiri di tempat semula dengan senyuman dikulum.

   Sebaliknya Kakek pemutus usus penyelap hati Hui Lok berdiri lima depa dari tempat semula dengan wajah terkejut bercampur keheranan.

   Diawasinya wajah Cui- sian sangjin dengan termangu-mangu, kemudian baru berteriak penuh kegusaran .

   "Cui hwesio, semenjak kapan kau melatih ilmu Thian-liong- ci ?"

   Dengan cepat Cui-sian sangjin menggeleng.

   "Hui sicu.

   Ilmu jari yang kugunakan barusan bukanlah ilmu jari Thian-liong-ci !"

   "Heeehhh....heeehhh....

   heeehhh.....

   bukan Thian-liong.ei ? Kau ingin membohongi lohu ?"

   "Tidak, aku tidak membohongi dirimu, karena ilmu jari yang gunakan adalah ilmu jari It-ing-ci."

   "It-ing-ci ? Mengapa ilmu jari ini jauh lebih lihay daripada ilmu jari Thian-liong-ci ?.

   Mencorong sinar tajam dari mata Hui Lok, katanya lagi .

   "Cui whesio, dari mana kau bisa mencuri ilmu silang yang dimiliki Tay-gi sangjin ?"

   "Omintohut !"

   Cui-sian sangjin segera merangkap tangannya di depan dada.

   "Sebagai sesama murid Baddha, tiada perbedaan antara partai yang satu dengan partai lainnya. Pinceng memang bernasib baik sehingga mendapat kesempatan untuk memperoleh petunjuk dari Tay-gi sangjin Apa yang harus diherankan dalam peristiwa ini ?"

   Hampir tidak percaya Hui Lok setelah mendengar perkataan itu.

   Sepasang alis matanya segera berkerut kening.

   "Cui hweesio.

   Kau adalah seorang ciang bunjin dari suatu perguruan besar, kecuali ilmu silat dari Go-bi-pay, mana boleh kau pergunakan ilmu silat lain ? Apakah kau tidak kuatir jika perbuatanmu itu telah melanggar aturan dari leluhurmu ?"

   Cui-sian sangjin segera tertawa terbahak-bahak setelah mendengar perkataan itu.

   "Hui sicu, sejak partai Go-bi didirikan oleh Kay-ti taysu, tiada peraturan perguruan yang melarang anggotanya mempelajari ilmu silat dari perguruan lain, sicu ! Jika suatu saat kau sudah bosan dengan kehiduan keduniawian, lolap bersedia untuk mengundang sicu masuk kedalam perguruan Buddha....,....

   "

   Tampaknya dia bermaksud untuk mengajak iblis ini kembali ke jalan yang benar dan mengabdikan diri untuk sang Buddha.

   Mendengar perkataan tersebut.

   Hui Lok segera menggelengkan kepalanya berulang kali sambil tertawa terbahak-bahak.

   "Cuci hwesio, tampaknya kau memang sudah terlalu mendalami pelajaran agamamu sehingga dalam tiga patah katamu pasti ada sepatah kata yang menyinggung soal agama!"

   "Omintohud! Buddha maha pengasih tak pernah menlak orang yang bertobat....

   Sicu, bagaimana kalau pertarungan pada hari ini kita akhiri sampai disini saja ?"

   Ia cukup memahami keadaan yang terbentang didepan mata saat ini, Cui-sian-sangjin telah mendapat warisan ilmu silat dari Tay-gi sangjin, itu berarti tipis sekali kemungkinan baginya untuk menangkan pertarungan tersebut .......

   Oleh karena itu, bagi Cui-sian sangjin mengusulkan untuk menghentikan pertarungan tersebut, dengan cepat dia menyatakan akur.

   Tapi Bwe Kuan-peng tidak setuju kalau persoalan diakhiri sampai disitu saja, dengan cepat dia berseru .

   "Cui taysu, kalau memang Hui Lok adaah seorang pembunuh kejam, mengapa taysu ...."

   Belum habis berkata, Cui-sian sangjin telah tertawa tergelak sembari menukas .

   "Keliru besar, Bwee sicu, kau anggap keliru besar jika menuduh Hui sicu sebagai seorang pembunuh keji !" "Cui taysu, darimana kau bisa tahu kalau dia bukan seorang pembunuh ...."

   Bwee Kunpeng tidak percaya.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Benar, darimana dia bisa tahu ?"

   Persoalan ini merupakan persoalan yang ingin diketahui oleh setiap umat persilatan yang berada disitu.

   Cui-sian sangjin segera tertawa.

   "Sebab Hui sicu masih belum memiliki kemampuan untuk membinasakan Nyoo thian-wi!"

   "Cui taysu, apakah hal itu bisa digunakan sebagai bukti ?"

   Sela Wici Min tiba-tiba.

   "Ilmu silat kalau tak dipakai sebagai bukti, maka kita akan bergunakan apa sebagai tanda bukti ? Ilmu silat yang dimiliki Hui Lok memang sangat lihay, tapi dia tak lebih hebat daripada kedua rang suthay dari kuil Pek-siu-sian, apalagi kalau dibandingkan dengan Kim-teng-sin yu kepandaian mereka berimbang, apalagi jika dibangikan dengan Nyoo Thian-wi ...."

   Setelah tertawa dan berhenti sejenak, tambahnya .

   "Hui Lok masih kalah satu tingkat !"

   "Apakah dia tak bisa melancarkan serangan dengan cara menyergap ?"

   Seru Wict Min sambil menggeleng.

   Kembali cui-sian, andaikata ada yang berilmu silat lebih cetek daripadmau yang cara diam-iam mendekati dan ingin mencelakaimu, dapatkah kau merasakan gerak geriknya ?"

   "Tentu saja dapat !"

   "Nah itulah dia, kalau memang demikian coba pikirkan lagi dengan seksama ...."

   Wici Min segera menundukkan kepalanya dan berpikir sebentar, setelah itu ia baru berseru dan sambil tertawa terbahak-bahak.

   "Sangjin, sekarang benseng sudah mengerti." "Kalau sudah mengerti, bagus sekali ....,"

   Sampai disitu.

   Cui-sian sangjin lantas merangkap tangannya didepan dada dan berkata kepada Hui Lok .

   "Hui sicu, bila kami telah menaruh kesalah paham terhadapmu tadi, lolap mewakili lima partai besar memohon maaf yang sebesar-besarnya kepadamu, harap Hui sicu tidak menjadi tersinggung adanya!" @oodwoo@

   Jilid 14 Sekalipun Hui-Lok merasa mendongkl didalam hati, namun setelah dihadapkan pada Cui-sian sangjin, rasa mendongkolnya itu tak bisa diutarakan keluar.

   Akhirnya dia berkata sambil tertawa .

   "Sangjin terlalu sungkan! Kalau toh kesalahan paham sudah dapat diatasi, silahkan kalian berlima untuk kembali ke meja perjamuan masing-masing...."

   Cui-sian sangjin tidak berbicara apa-apa lagi, dia lantas membalikkan badan dan berjalan kembali dulu ke meja perjamuannya.

   Hui-sin taysu, Hian-leng totiang.

   Bwe Kuan-peng serta Wici Min terpaksa harus mengikuti pula di belakangnya.

   Suatu ancaman hujan badai yang maha dahsyat pun menjadi buyar dengan begitu saja.

   Namun dibalik kesemuanya itu, suatu ancaman yang lebih besar semakin melandar mengancam hati setiap orang ....

   0000d0w0000 Sementara itu, dimaja lain Oh Pu Kui telah mengangkat cawannya dan berkata kepada Nyoo ban-bu sambil tertawa.

   "Saudara Nyoo, apakah sebeum ini kau kenal dengan Ceng-thian-kui-ong Wi-thian-yang?"

   Agak terkejut Nyoo Ban-bu setelah mendengar perkataan itu, buru-buru sahutnya .

   "Tidak kenal ! Sewaktu siaute dilahirkan di dunia ini, Wi- thian-yang sudah disekap ditengah bukit, mana mungkin suaute kenal dengannya ?"

   "Aaah, betul juga! Kalau begitu siaute telah salah ngomong!"

   Kit Hui-seng yang berada disampingnya segera menegur pula sambil tertawa geli .

   "Saudara Oh, mengapa kau punya pikiran seaneh itu secara tiba-tiba ?"

   Oh Put Kui tertawa.

   "Saudara Kit, siaute hanya secara tiba-tiba saja berpikir demikian sebab kulihat saudara Nyoo pernah memuni Ceng- Thian-kui-ong, oleh karena itu siaute mengira saudara Nyoo kenal dengan kakek itu!.

   "Saudara Oh, bukankah akupun telah memuji Wi-thian- yang?"

   Kata Kit Hu-seng sambil tertawa.

   "mengapa saudara Oh tidak mengajukan pertanyaan tersebut kepada siaute ? Mungkin saudara Oh sudah mempunyai pandangan tertentu terhadap saudara Nyoo?"

   Oh Put Kui segera tertawa terbahak bahak.

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh.....

   siaute bisa salah ngomong pun hanya satu kali, saudara Kit, andaikata siaute bertanya sekali lagi, bukankah hal ini memperhatikan kalau siaute adalah serang manusia yang tahu diri ? Dengan kening berkerut Kit Hu-seng manggut-manggut.

   "Yaa, siaute tak sampai berpikir kesitu !" "Saudara Kit adalah seorang polos dan jujur, tentu saja dia tak akan memikirkan soal soal yang aneh seperti itu."

   Kata Nyoo Banbu sambil tertawa.

   "saudara Ciu, benar bukan pandangan siaute ini ?"

   Ciu It Kim memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian berkata sambil tertwa.

   "Saudara Kit adalah seorang yang jujur, paling baik kalau saudara Nyoo jauan menyindir dirinya !"

   Merah padam selembar wajah Nyoo banbu karena jengah. Siapa bilang kalau siaute sedang menyindir saudara Kit ? Tentunya saudara ciu salah paham !"

   Serunya cepat.

   "Kalau siaute mah tak pernah menaruh kesalahan paham terhadap orang lain ..."

   Ujar Ciu It Kim hambar.

   Satu ucapan yang amat diplomatis, tidak entengpun tidak berat, tapi sangat mengena di hati Nyoo Ban-bu sehingga membuatnya tak sanggup berbicara untuk beberapa saat.

   See-siang-li-si Leung-luan memandang sekejap wajah Nyoo Ban-bu, kemudian seperti membantu pemuda itu untuk melepaskan diri dari kejengahan, ia tersenyum dan berkata rendah .

   "Saudara Nyo, Ciu tayhiap adalah seorang jujur, kau tak usah bersedih hati."

   Ditatap dengan sorot mata yang begitu indah, Nyoo Ban-bu merasakan hatinya bergetar keras, Ia segera menengadah dan tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahhh....haaaahhh.... haaaahhh..... nona, masa aku akan bersedih hati ?"

   Tiba-tiba ia mengangkat cawan kemalanya dan berkata lebih jauh sambil tertawa .

   Saudara Ciu, tadi siaute telah salah bicara, aku harus didenda dengan secara arak!" Ditengah gelak tertawa yang keras, ia meneguk isi cawannya hingga mengering habis.

   Terima kasih banyak saudara Nyoo!"

   Ucap Ciu It-kim sambil mengangkat cawannya pula. Pada saat itulah Oh Put kui berkata lagi sambil tertawa .

   "Saudara Nyoo, tentang peristiwa terbunuhnya ayahmu, apakah saudara Nyoo telah berhasil menemukan suatu tanda yang jelas ?"

   Mendengar perkataan itu, Nyoo Ban-bu tertegun untuk kesekian kalinya.

   Tapi sesaat kemudian, terlintas rasa murung dan gusar diwajahnya, ia menyahut .

   "Siaute tidak becus, dengan berdarah ayah ku masih merupakan tanda tanya besar, hingga kini siaute belum berhasil menyelidiki siapa gerangan pembunuh tersebut !"

   Setelah berhenti sebentar, tiba-tiba bisiknya lagi dengan nada misterius .

   "Saudara Oh. Siaute tetap menaruh perasaan curiga terhadap kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok. Aku kuatir perkataan dari Cui-sian sangjin tadi tak bisa dipercaya!"

   Tergerak hati Oh Put Kui setelah mendengar perkataan itu, ujarnya sambil tertawa. Menurut pendapat saudara Nyoo, kemungkinan besar Hui Lok adalah pembunuh yang telah melakukan peristiwa berdarah itu ? "Yaa, kemungkinan besar!"

   Jawab Nyoo Ban-bu tiba-tiba sambil mencorongkan sinar kebuasan dari balik matanya.

   See-siang-li-see Leng Seng-luan berada di sampingnya, tiba-tiba turut menmbrung .

   "Aku puun ikut merasakan jika persoalan ini tidak begitu sederhana, tak nanti Ceng Thian-kui ong Wi Thian-yang melakukan tuduhan tanpa dasar, apalagi secara terus terang menuduh Hui Lok sebagai pembunuhnya !"

   "Nona betul-betul seorang gadis yang cerdas ! Nyoo ban-bu segera sambil tertawa bangga.

   "Nona Leng,"

   Kata Oh Put kui pula sambil tertawa.

   "menurut pendapatku, Hui Lok sudah pasti bukan pembunuhnya !"

   "Saudara Oh, kau seperti cacing di dalam perut Hui Lok saja. Masa setiap perbuatan-nya kau ketahui ? Leng Seng- luan menyindir sambil tertawa. Oh Put-kui segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahhh....haaaahhh.... nona, aku baru pertama kali ini berjumpa dengan Hui Lok!"

   "Apalagi saudara Oh baru pertama kali ini bersua dengan Hui Lok, darimana kau bisa memastikan kalau Hui Lok bukan pembunuhnya ?"

   Oh Put-kui memandang wajah Myoo Ban-bu sekejap, kemudian katnaya sambil tertawa .

   "Nona, Hui Lok memang seorang pembunuh ! tapi aku rasa Hui Lok bukan pembunuh dari keempat peristiwa besar yang menggemparkan dunia persilatan.

   Selain itu, aku rasa ...."

   Setelah berhenti sebentar, tiba tiba ia berkata lagi sambil tertawa dingin .

   "Saudara Nyoo, dendam kesumat terbunuhnya orang tua lebih dalam dari samudra.

   Kalau saudara menganggap Hui Lok seseorang yang mencurigakan, mengapa kau tidak berniat membalas dendam ?"

   Begitu pertanyaan tersebut diutarakan, kontan saja Nyoo Ban-bu tertawa berbahak-bahak.

   Kit Hu-seng mengangguk tiada hentinya, sedangkan Ciu It- kim dingin.

   Leng Seng-huan membelalakkan sepasang matanya, ia seperti agak tertegun.

   Pertanyaan tersebut memang diucapkan amat beralasan.

   Pengemis pikun yang menyaksikan kejadian itu segera menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berseru .

   "Saudara, ucapanmu benar-benar sangat mengena, sebuah tususan yang amat telak !"

   Paras muka Oh Put-kui berubah menjadi amat sinis, dia menunggu sambil Nyoo Ban-bu menghentikan tertawanya, kemudian baru berkata .

   "Saudara Nyoo, kau memang seorang yang amat cermat !"

   Dengan paras muka tak berubah Nyoo Ban-bu tertawa, katanya .

   "Ooh...sampai perubahan perasaan sinuate pun di perhatikan saudara Oh terus menerus, hal ini sungguh membuat siaute merasa gembira sekali ! Cuma saudara O jangan melupakan nasehat lama ...

   "

   Diam-diam Oh Put Kui merasa terperanjat, pikirnya.

   "Manusia ini betul betul licik dan sangat berbahaya ...."

   Berpikir demikian, dia lantas menyebut dengan dingin . Nyoo-heng pun terhitung seorang yang berakal panjang, benar-benar sangat mengagumkan !"

   "Saudara O,"

   Ujar Nyoo Ban-bu kemudian dengan kening berkerut.

   "Selmanya siaute tidak melakukan perbuatan yang tidak menyakinkan! Ilmu silat yang dimiliki Hui Lok sibajingan itu sangat lihay, siaute tak mampu untuk menandinginya, karena itu apa gunanya melakukan perbuatan yang merugikan diri "

   Baru sekali dia berkata, Leng Seng-luan telah berkata sambil tersenyum .

   "Benar, apa yang dikatakan saudara Nyoo memang benar !"

   "Aaah....jadi saudara Nyoo benar-benar mempunyai pikiran ini, sungguh membuat hati orang kagum ! kata Oh Put Kui lagi sambil tertawa.

   Nyoo Ban-bu tersenyum.

   "Saudara Oh terlalu memuji ..."

   Belum habis dia berkata, mendadak dari luar pintu gedung berkumandang suara rentetan mercon yang gegap gempita.

   "Blaaamm...... blaaamm....."

   Ditengah dentuman nyaring, seorang canteng berlarian masuk dengan langkah tergesa- gesa.

   Ngo-hong-si-ci Tu-tiong-peng sebagai congkoan dari perkampungan Siu-ning-ning-ceng segera menyelinap keluar dan menghadang jalan pergi orang itu, tegurnya dengan suara dalam .

   "Persoalan apa yang membuatmu begitu tergesa-gesa?"

   "Diluar pintu....

   Diluar pintu telah kedatangan se......

   sekelompok manusia berkuda...."

   Kata orang itu dengan wajah terkejut dan suara gemetar.

   "Manusia berkuda? Kalau hanya persoalan itu saja, perlu apa kau merasa gugup macam begitu?"

   Tegur Tu Tiong-peng lagi dengan kening berkerut.

   "Mereka adalah Kanglam...."

   Begitu mendengar kata "Kanglam". Tu Tiong-peng segera merasakan hatinya terkesiap, segera bentaknya .

   "Minggir kau....."

   Dengan langkah tergesa-gesa dia menerobos keluar dari pintu perkampungan.

   Sementara itu paras muka semua tamu yang hadir dalam ruangan telah berubah hebat, bahkan sang pengantin lelaki, Lamkiong Ceng pun turut berubah muka setelah mendengar kata tersebut.

   Cepat dia membisikkan sesuatu ke sisi telinga pengantin perempuan, kemudian dia beranjak dan ke luar dari perkampungan.

   Di depan pintu perkambungan benar-benar telah muncul sepasukan manusia berkuda.

   Di atas kuda duduklah lelaki-lelaki kekar dan perkasa.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Mereka mengenakan pakaian berwarna hijau kebiru-biruan dengan sekumtum bunga putih di dada, bersepatu laras, ikat kepala dan menggenggam seekor kuda berwarna putih.

   Dandanan mereka benar-benar menggetarkan sukma.

   Sebagai pemimpinnya adalah seorang sastrawan berusia pertengahan.

   Sastrawan berusia pertengahan ini mengenakan jubah panjang berwarna biru langit, rambutnya tidak diikat dan dibiarkan terurai sepanjang bahu.

   Dia mempunyai wajah yang bersih dengan sepasang mata memancarkan cahaya berkilat.

   Sepasang alisnya tebal dan berwajah tampan, jelas kelihatan kalau dia adalah orang yang gagah perkasa.

   Kuda yang ditunggangi adalah seekor kuda berwana hitam.

   Di antara kelompok kuda putih terlihat seekor kuda hitam, warna tersebut nampak menyolok sekali.

   Beberapa kaki dihadapan rombongan kuda itu, dua orang lelaki kekar sedang memasang serentengan besar mercon.

   Suara berdentuman tersebut tak lain berasal dari atas bahu kedua orang lelaki kekar itu, nampaknya mercon tersebut belum setengahnya yang terbakar habis.

   Begitu Ngo-heng-si ci Tu Tiong-peng sampai di muka pintu perkampungan dan menyaksikan adedan tersebut, hatinya segera menjadi menjadi tenggelam rasanya, diam-diam dia terpekik .

   "Aduh celaka, ternyata benar-benar bajingan ini !"

   Sekalipun hatinya terperanjat dan segan untuk bersua dengan sastrawan berusia pertengahan itu, tapi setelah orang lain datang, tentu saja ia tak bisa mendiamkan saja.

   Terpaksa sambil menggertak gigi ia mejura dalam-dalam, kemudian sapanya.

   "Rupanya Im tayhiap yang telah datang.

   Maaf, maaf .....

   Sastrawan setengah umur itu tertawa hambar.

   "Saudara Tu, congpiaupacu kalian benar-benar tidak memberi muka kepada siaute,"

   Katanya.

   "mengapa kalian tak mengirim undangan kepada siauto untuk turud menghadiri pesta perkawinan yang begini meriahnya ini ?"

   Tu-tiong-peng segera tertawa setelah mendengar ucapan itu.

   "Im tayhiap banyak urusan dan seorang yang terhormat karena itu Lamkiong-heng tak berani menganggu Im tayhiap serta mengirim surat undangan bagimu......, tapi setelah Im tayhiap datang, hal ini benar benar merupakan suatu keberuatungan bagi perkampungan kami....."

   Tiba-tiba sastrawan setengah umur itu tertawa dingin.

   "Mana, mana....saudara Tu, mana Lamkiong ?"

   Tu tiong-peng terseuyum, baru saja akan menjawab, dari dalam perkampungan telah muncul seseorang berseru dengan suara latang.

   "Im-heng, siaute telah datang ...."

   Bayangan manusia berkelebat lewat dan balik pintu perkampuagan, sambil tertawa tergelak orang itu berseru lagi.

   "Saudara Im, bila siaute Lamkiong Ceng terlambat menyambutmu, harap saudara Im sudi memaafkan!" Tampaknya Lamkioug Ceng telah datang menyambut sendiri kedatangan orang itu.

   Paras muka sastrawam setengah umur itu berubah agak membaik, katanya sambil tertawa "Saudara Lamkiong, begini baru memberi muka kepada siaute!"

   Lamkiong Ceng tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh....haaahhh......haaahhh.....

   teguran saurara Im memang tepat sekali, siauwto mengaku salah! Silahkan, silahkan, silahkan, saudara Im turun dari kuda dan turut siauw termasuk kedalam, bagaimana kalau aku di hukum minum tiga cawan arak?"

   Setelah berhenti sejenak, kepada Tu-tiong peng katanya lagi .

   "Saudara Tu, bagaimana kalau apak buah saudara Im biar di jamu oleh saudara Tu?"

   Buru buru Tu-tiong-peng membungkukkan badan sambil mengiakan.

   "Baik, hamba akan turut perintah!"

   Dengan langkah lebar dia berjalan menghampiri rombongan manusia berkuda itu.

   Tapi sastrawan setengah umur itu tidak turun dari kuda, mendengar perkataan itu dia tertawa hambar.

   "Tunggu sebentar saudara Lamkiong, siaute telah membawa sebuah hadiah untukmu, harap saudara Lamkiong jangan mentertawakan ....."

   Sesudah berhenti sebentar, tiba tiba dia berpaling sambil berseru dengan antang.

   "Bawa kemari hadiahnya!" "Diiringi suara ringkikan kuda yang amat keras,s egera nampak enam ekor kuda putih memunculkan diri dan melewati semua orang.

   Lelaki lelaki yang duduk di atas kuda tersebut, masing- masing membawa sebuah peti besi yang luasnya dua depa.

   Lamgkiong Ceng segera berkerut kening, lalu ujarnya sambil tertawa.

   "Aaaah....

   Kurang baik kalau saudara Im mesti membuang banyak uang untuk kami!"

   Sastrawan setengah umur itu tersenyum.

   "Tak usah sungkan, barang barang itu tak ada harganya, hanya turut menyemarakkan suasana saja."

   Kemudian setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan. Perlukah peti peti itu di buka dan periksa isinya ?"

   Cepat Lamkiong Ceng menggeleng.

   "Hadiah dari saudara Im kubuka dan kunikmati nanti saja, sadara Im ! Silahkan turun dari kuda dan masuk ke dalam ruangan!"

   Sastrawan setengah umur itu tertawa hambar, dengan suatu gerakan ringan ia melompat turun ke atas tanah.

   Seorang anggota perkampungan segera maju ke depan siap menuntun kuda tunggangannya.

   Mendadak sastrawan setengah umur itu menggoyangkan tangannya sambil menukas .

   "Tak usah repot-repot, anak buahku bisa mengurusi kuda itu sendiri....

   Sementara sastrawan setengah umur itu masih bicara, dari barisan kuda putih telah muncu dua orang lelaki yang segera menerim tali les kuda emas tersebut dari tangan anggota perkampungan.

   Lamkiong ceng yang menyaksikan kejadian tersebut, kembali merasakan hatinya bergetar keras, akan tetapi diapun tidak memberi komentar apa-apa, hanya ujarnya sambil mempersilahkan tamunya masuk.

   "Saudara Im, silahkan masuk kedalam."

   Dengan angkuh dan langkah lebar sastrawan setengah umur itu menuju kepintu perkampunan.

   Sedang Lamkiong Ceng mendampingi disisinya.

   Setelah melalui ruang tengah, dia langsung berjalan menuju kemeja yang ditempati tuan rumah.

   Sikap sombong dan terkebur dari sastrawan setengah umur yang sama sekali tak pandang sebelah mata terhadap orang lain ini dengan cepat menimblkan kesan jelek bagi kebanyakan tamu dalam ruangan, sebagian besar diantaranya segera berkerut kenning dan diam diam mendengus dingin.

   Namun, tampaknya sastrawan setengah umur itu mempunyai nama dan kedudukan yang tinggi.

   Buktinya kendatipun begitu banyak orang merasa tak puas dengan sikapnya, namun mereka hanya berani marah dalam hati dan tak berani mengutarakannya secara terus terang.

   Sebaliknya sahabat-sahabat dari golngan Liok-lim yang berada diluar ruangan, saat itu sudah menjadi gempar, rata- rata mereka merasa hatinya amat terperanjat.

   "Aaaah, rupanya dia? Im Tiong-hok?"

   "Ooh dia, Thian-be kim ciong (kuda langit tombak emas)? "Jadi dialah Liok-lim-pacu dari tujuh propinsi di selatan sungai besar ?"

   Aaaah, kenapa diapun datang ......"

   Suara bisikan, helaan napas, jeritan kaget dalam waktu singkat berkumandang dari empat arah delapan penjuru.

   Hampir setiap anggota Liok-lim mengenali dia, karena orang itu adalah Kuda langit tombak emas Im-tiong-hok yang angkat nama bersama-sama.

   Pia-kim-kong-thi-wankek (raksasa penyakitan tau bertangan baja).

   Selain itu, diapun mempunyai nama yang jauh lebih termashur daripada Lamkiong Cong sendiri.

   Sebab dia mempunyai ambisi untuk menyatukan seluruk Liok tim, memiliki kemampuan untuk melaksanakan cita- citanya itu.

   Lantas, mengapa ia datang kemari ? Mengapa ia takut datang kesana...? Benarkan tujuannya kesitu hanya untuk menghadiri pesta perkawinan sambil menyampaikan selamat ? Atau mungkin maksud tujuan dari kedatangan tamu ini bukan hanya untuk menyampaikan "selamat"

   Saja? Setiap anggota Liok-lim mauun jago silat lainnya yang tertinggal dienam propinsi sebelah utara sungai besar mulai memeras otak sambil memikirkan masalah tersebut.

   Dalam pada itu, sastrawan setengah umur itu sudah mengambil tempat duduk disisi tuan rumah.

   Tampaknya terhadap kakek pemutus usus pelenyap hati Hai Lok serta Jian-li-hu-siu Leng Siau-leng pun dia tak menaruh muka barang sedikitpun, tanpa mengucapkan sepatah katapun, begitu duduk ia lantas meneguk arak dengan lahap.

   Setelah tiga cawan arak perpindah perut, dia baru berkata kepada Lam kiong ceng sambil tertawa .

   "Saudara Lamkiong, aku telah datang terlambar maka sudah sepantasku dihukum tida cawan arak,"

   Setelah berhenti sesaat, sinar matanya segera dialihkan ke wajah pengantin perempuan Leng Lin-lin serta ditatapnya lekat-lekat, lalu melanjutkan .

   "Mari, mari, mari, biar siaute menghormati saudara Lamkiong dan enso dengan secawan arak pula."

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh.....

   terima kasih saudara Im !"

   Lamgkiong Ceng tertawa tergelak.

   Setelah ketiga orang itu menegak arak, tiba-tiba Im Tiong- hok berkata lagi sambil tertawa.

   "Saudara Lamkiong, mengapa kau tidak membuka hadiah dari siaute agar enso pun bisa turut menyaksikan ?"

   "Kado dari saudara Im pasti barang yang luar biasa sudah sepantasnya kalau dibuka di depan umum !"

   Dia lantas menitahkan orang untuk menggotong masuk keenam buah peti besi itu.

   Oh Put-kui yang menyaksikan peristiwa itu, segera berkata dengan kening berkerut .

   "Siau tua, tindak tanduk sastrawan ini aneh sekali !"

   "Anak muda, orang itu bernama Im Tiong-hok.

   Dia adalah Liok-lim Pacu dari tujuh propinsi di selatan sungai besar, ambisinya sangat besar.

   Selama ini dia selalu bercita-cita untuk menyatukan seluruh Liok lim, aku lihat kedatangannya hari ini tidak bermaksud baik."

   "Lelihay-lihaynya seseorang, tak mungkin dia berani mendatangi markas musuh dengan begitu saja.

   Kendatipun dia bernyali besar, masa orang itu berani bertindak nekad?".

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh.....

   bocah muda, kau terlalu memandang enteng orang ini, tahukah kau dia itu murid siapa ?"

   "Boanpwe belum pernah mendengarnya."

   "Kau pernah mendengar tentang tida dewa dari luar angkasa ?"

   "Ooh...

   kau maksudkan Han-san-ya-ceng, we pernah mendengar nama mereka dari Thian-liong susiok .....," Siau lojin segera tertawa.

   "Nah, itulah dia, boocah itu murid mereka bertiga,"

   Serunya.

   "Oooh....."

   Oh Put Kui segera tertawa lirih.

   "tak heran kalau orang itu sombongnya bukan kepalang, sampai sampai Hui Lok pun tidak diberi muka,"

   "Bocah muda, kendatipun Im Tiong-hok orangnya sombong dan rada, jumawa, tapi dia adalah seorang lelaki sejati yang berhati lurus, seandainya kau ingin mencari teman, manusia macam Im Tiong-hok itulah rekan yang sejati !"

   "Akan boanpwe ingat nasehatmu itu,"

   Oh Put Kui tersenyum.

   Sementara itu Lam-kiong Ceng sudah menuju keruang tengah dan membuka salah satu diantara peti-peti besi tersebut.

   Biasanya jika peti dibuka maka akan terpancar keluar sinar gemerlapan yang menyilaukan mata, sebab isi peti besi pada umumnya adalah intan permata dan mutu umumnya adalah intan permata dan mutu manikam yang tak terlukiskan harganya.

   Tapi kenyataannya sekarang tidaklah demikian.

   Begitu tutup peti besi itu dibuka, senyuman yang semula menghiasi wajah Lamkiong Ceng seketika berubah menjadi kaku, kemudian dengan perasaan ngeri mundur selangkah.

   Selang sesaat kemudian dia baru menuding kearah Im Tiong hong-hok sambil membentuk.

   "Saudara Im, apa maksudmu?"

   Semua jago ikut tertegun oleh sikap tuan rumah, tanpa terasa semua orang turut melongok kedalam peti besi itu.

   Apa yang terlihat ? Ternyata isinya adalah sebutir batok kepala manusia ....

   ! Kepala manusia yang masih berbelepotan darah.

   Tak heran kalau Lamkong Ceng dibuat terkejut dan marahnya bukan kepalang.

   Im Tiong-hok masih tetap bersikap tenang malah sekulum senyman segera menghiasi ujung bibirnya.

   "Saudara Lamkiong, apakah kau merasa hadiah kepala manusiaku ini kuran gmemadahi? Siaute ras intan permata tak ebih hanya merupakan benda sampingan, hanya nyawa manusialah baru merupakan hadiah yang benar sangar berharga, itulah sebabnya siaute telah bekerja keran untuk mencari enam butir kepala manusia dan dipakai sebagai kado bagimu."

   Paras muka Lamkiong Ceng telah berubah menjadi amat tak sedap dipandang, terdengar ia berseru lagi dengan suara dalam.

   "Saudara Im. Tahukh kau batok kepala siapakah itu ?"

   Im Tiong-ho-tertawa.

   "Batok itu adalah kado yang siaute bawa, sudah barang tentu siaute mengetahuinya."

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Batok kepala siapakah itu ?"

   "Yang kau saksikan sekarang adalah batokl kepala dari Pat-pit-na-cha (Na Cha berlengan delapan) Ki-tiong"! Mendengar tersebut, hampir saja Lamkiong Ceng melompat bangun saking terperanjatnya.

   Sementara itu para jago liok-lim dari enam propinsi di utara sungai besar telah melompat bangun dan sama-sama menunjukkan kemarahan yang berkobar-kobat.

   "Im Tiong hok.

   Tahukah kau Ki Tiong itu aak buah siapa?"

   Bbentuk Lamkiong Ceng lagi dengan suara menggeledak.

   Im Tiong-hok kembali tertawa.

   "Bukankah dia adalah anak buah saudara Lamkiong, pemimpin dari enam toa-cycu lainnya?" "Heeehhh....heeehhh....

   heeehhh.....

   jika saudara Im sudah tahu, hal ini lebih baik lagi."

   Seru Lamkiong ceng sambil tertawa seram.

   Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, dengan perasaan terkesiap teriaknya lagi.

   "Im Tion-hok, apakah isi dalam ke lima buah peti lainnya juga batok kepala manusia ?"

   "Tepat sekali !"

   "Siapakah kelima orang itu ?"

   Bentak Lam-kiong Ceng marah. Im Tiong-hok tertawa terbahak-bahak, dia mengeluarkan secarik kertas putih dan pelan-pelan dibaca .

   "menurut urutan yang tercantum dikertas ini, mereka adalah Bian-ciang "pukulan lembek"

   Ban Sun, Thi-sim kian "pedang hati baja"

   Baja"

   Teng Beng-hui, Jit-hay-kim-ciau "ular emas "toya tiga unsur"

   Sian Cun kun serta Cu-bu-teng "paku siang ma'mum"

   Li Toa khi !"

   Setiap kali Im Tiong-hok menyebut nama satu orang.

   Lamkiong Ceng segera mendengus satu kali.

   Sebaliknya para jago Liok-lim yang berkumpul diluar ruangan sama-sama bermandikan keringat dingin.

   Tatkala Im tiong-hok selesai membaca nama dari kelima orang itu, Lamkiong Ceng sudah ber kaok-kaok karena kegusaran.

   Sebaliknya para jag yang tergabung di bawah pimpinan Lamkiong Ceng berdiri dengan hati kebar kebit.

   Peluh hampir membasahi seluruh pakaian yang mereka kenakan.

   Im-tiong-hok memandang sekejap kearah Lamkiong Ceng, lalu ujarnya sambil tertawa.

   "Saudara Lamkiong, bukankah kado siaute ini luar biasa bagusnya? Betul bukan? "Im-tiong-hok,"

   Teriak Lamkiong Ceng sambil menggigit bibirnya kencang-kencang.

   "tampaknya kau sudah merasa bosan didunia ini, mama ingin mencari mampus saja......."

   "Haaaahhh....haaaahhh.... haaaahhh..... saudara Lamkiong, dapatkah kau menunggu sebentar lagi sebelum kau teruskan marah-marahmu itu ?. Waktu itu kemarahan Lamkiong Ceng telah membuat kesadarannya hampir saja punah, mendengar perkataan tersebut, dia segera berteriak keras.

   "Kentut busuk!"

   Im-tiong-hok berkerut kening, dia lantas berpaling ke arah Leng Lin-lin dan melanjutkan.

   "Enso baru, bersediakah kau membujuknya agar jangan marah dulu ? Perkataan siaute, bersediakah kau membujuknya agar jangan marah dulu ? Perkataan siaute belum habis diucapkan!"

   Mendengar perkataan itu, Leng Lin-liu berpaling dan memandang sekejap kearah ayahnya.

   Leng Siau-thian segera manggut-manggut tanda setuju.

   Setelah memperoleh persetujuan dari ayahnya.

   Leng Lin-lin baru maju menghampiri Lamkiong Ceng seraya membujuk .

   "Engkoh Ceng, mengapa kau mesti marah marah ? Biarlah dia menyelesaikan perkataannya lebih dulu!"

   Lamkiong Ceng hanya mendelik besar, sepatah karapun tidak diucapkan ........

   Tampaknya kematian dar enam orang Toa cay-cu anak buahnya telah membuat orang ini sewot dan darah tinggi.

   Im-tiong-hok masih tetap tersenyum simpul, pelan pelan dia berkata.

   "Saudara Lamkong, orang persilatan mengutamakan soa kesetiaan kawan, untuk mencegah agar saudara jangan sampai tertimpa musibah yang tidak diinginkan maka situate membantu mu untuk membinasakan manusia manusia laknat tersebut, kemudian menggunakan batok kepala laknat laknat tadi sebagai kado perkawinanmu, buat apa saudara Lamkiong malah marah marah kepadaku ?"

   Ucapan itu diutarakan dengan santai dan seenaknya, seakan-akan keenam orang yang dibunuhnya itu adalah pengkhianat-pengkhianat yang hendak merugikan Lamkiong Ceng, sedang dia turun tangan membantu Lamkiong Ceng demi keadilan.

   Meski sedang marah besar, namun Lamkiong Cang dapat mendengar semua perkataan lawan dengan jelas.

   Dengan gemas dan penuh kebencian dia lantar berteiak .

   "Ki Tiong, Ban-sun sekalian enam saudara adalah anak buahku, kejahatan yang mereka lakukan sudah sepantasnya kalau di hukum olehku sendiri.

   Atas dasar apa kau mencampuri urusan ini dan membinasakan mereka ?"

   Im Tiong-hok tertawa.

   "Aku hanya merasa tak puas oleh perbuatan mereka sehingga membantumu atas dasar keadilan, apalagi antara saudara Lamkiong dengan siaute mempunyai tugas yang sama, yakni menjadi congpiaupacu dari orang-orang Liok-lim utara dan selatan sungai besar.

   Kini siaute Lamkiong telah melakukan kejahatan, bila siaute Cuma berpeluk tangan belaka, bukankah hal ini menunjukkan kalau siaute Cuma berpeluk tangan belaka, bukankah hal ini menunjukkan kalau siaute tidak bersahabat ?"

   Perkataan itu memang masuk di akal dan bisa diterima dengan akal sehat setiap orang.

   Akan tetapi Lamkiong Ceng makin lama merasa semakin tak sedap, akhirnya karena tak tahan lagi diapun membentuk .

   "Im Tiong-hok, kau benar-benar keterlaluan, kau membuatku kehilangan muka saja !" "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh.....benarkah begitu ?"

   Im Tiong-hok tertawa tergelak.

   Lamkiong Ceng tertawa seram,.

   "Im-tiong-hok, kau jangan menganggap dirimu sebagai orang baik, baik atau buruknya caycu anak buahku, masa aku orang she Lamkiong tidak lebih mengerti daripada dirimu? Kemudian setelah melotot sekejap Wajah musuhnya, dia melanjutkan .

   "Ada separuh diantara saudara-saudara dari ke enam benteng tersebut hadir disini sekarang, aku yakin mereka pasti marah sekali setelah menyaksikan caycu mereka mati ditanganmu, apakah kau tidak kuatir mereka akan mencari balas kepadamu ?"

   "Benar-benar suatu kejadian aneh !"

   Seru Oh Put Kui sambil tertawa geli setelah mengikuti pembicaraan mana.

   "aku tak menyangka kalau Lamkiong Ceng yang berperawakan tinggi besar dan kekar, ternyata tak lebih dari tikus bernyali kecil yang tak berkemampuan apa-apa ....!"

   "Yaa, itulah yang dinamakan anggota badan berkembang besar, otaknya Cuma berisi kotoran manusia...."

   Sambung Pengemis sinting sambil tertawa.

   "Saudara Lamkiong, apakah kau hendak menyuruh anak buah mereka untuk membalas dendam?"

   Lamkiong Ceng segera tertawa tergelak.

   "Aku orang she Lamkiong tak sampai berbuat demikian ... ... ."

   Belum habis dia berkata, puluhan orang jago Liok-lim yang berada diluar ruangan telah bangkit berdiri.

   "Kembalikan nyawa caycu kami ....."

   "Benar, kita harus menuntut kembali nyawa dari Caycu kita ....." "Siapa membunuh orang dia harus memyambar dengan nyawa sendiri ...

   ."

   "Orang she Im, locu akan beradu jiwa denganmu...."

   Untuk sesaat suasana diluar ruangnn menjadi sangat gaduh, masing-masing oratg berteriak mengutarakan kemarahannya.

   Mencorong sinar tajam dan batik mata Im-tiong-hok, serunya kernudian sesudah tertawa terbahak-bahak.

   "Haahhh...haaahhh ...

   haaahhh..

   nampaknya kalian penurut sekali...."

   Kemudian setelah berhenti tertawa, lanjutnya mendadak dengan setengah membentak .

   "Caycu kalian mati ditangan aku orang she Im, jika kalian ingin membalas dendam, aku orang she Im akan menanti kedatangan kalian disini ! Paling baik lagi jika kalian maju bersama sama.

   sebab aku orang she Im tak ingin repot repot.

   Suatu ucapan yang amat tegas, amat gagah dan penuh mengandung hawa pembunuhai yang bisa menggetarkan sukma, Para jago Liok-lim yang semula membuat kegaduhan dengan teriak-teriakannya, kini berdiri kaku di tempat semula.

   


Duel Di Butong -- Khu Lung Laron Pengisap Darah -- Huang Yin /Tjan Id Legenda Bunga Persik -- Gu Long

Cari Blog Ini