Ceritasilat Novel Online

Dendam Sejagad 16


Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung Bagian 16



Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya dari Khu Lung

   

   Mendadak..

   sepasang kakinya bergetar sebentar ditengah udara lalu melayang turun kembali ke atas permukaan tanah.

   Bersamaan dengan sepasang kakinya menempel tanah, tiba-tiba Ku See hong menerjang maju ke depan dan menyusup ke tengah gulungan angin pukulan yang dilepaskan ke empat orang gembong iblis itu kemudian sepasang telapak tangannya direntangkan ke kiri dan ke kanan..

   'Sreet! Sreet!' dua desingan tajam bergema..

   Disaat yang amat kritis, tiba-tiba terdengar manusia berkerudung itu berteriak keras.

   "Kalian berempat cepat..."

   Belum sempat karta "mundur"

   Diutarakan, manusia berkerudung itu sudah melepaskan sebuah pukulan dari kejauhan, segulung angin pukulan yang sangat aneh pun seperti jaring langit langsung mengurung tubuh Ku See hong dan ke empat gombong iblis dari Tang hay to.

   Disaat inilah dua gulung cahaya putih secepat petir sudah menyergap jalan darah Thian si hiat dibagaian bawah tubuh dua orang gembong iblis.

   Jurus serangan yang dipergunakan itu tak lain adalah gerakan ke tiga dari jurus Ho han seng huan yang bernama Tee jian hun gi (tanah musnah sukma neraka)' Sekalipun manusia berkerudung itu sudah melancarkan sebuah pukulan aneh dengan cepat untuk memunahkan hawa yang maha dahsyat tersebut, namun tak urung toh mengakibatkan ke dua orang gembong iblis itu menderita luka dalam yang cukup parah.

   Terdengar dua kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecah kan keheningan...

   Dua orang gembong iblis itu kena terhantam sampai mencelat sejauh dua kaki lebih dari posisi semula dan jatuh terduduk diatas tanah, sementara gumpalan darah menyembur keluar dari balik lubang kecil dibalik topeng tenggorokan tersebut, lalu tubuh mereka yang terduduk itupun pelan-pelan roboh terjengkang ke tanah.

   Dua orang gembong iblis lainnya seakan-akan tak tahu diri saja, sambil memutar sepasang lengannya, mereka melancarkan serangan lagi dengan amat dahsyat.

   Napsu membunuh Ku See hong segera berkobar, tanpa terasa perdengarkan suara tertawa dingin yang amat sinis.

   Tiba-tiba sepasang lengannya diputar lagi secara aneh, rupanya dia hendak melukai musuhnya lagi dengan gerakan kedua jurus Ho han seng huan.

   Pada saat itulah manusia berkerudung itu sudah menerjang datang ke arah belakang Ku See hong bagaikan sukma gentayangan, segulung hawa pukulan yang berhawa dingin pun turut meluncurkan ke depan secepat sambaran petir.

   Ku See hong amat terkesiap, dengan mengeluarkan gerakan tubuh Mi ki biau tiong mendadak saja dia menyelinap ke luar secara 900 aneh, telapak tangan kanannya cepat diulurkan ke belakang punggungnya..

   "Cri ing!"

   Dentingan nyaring bergema memecahkan keheningan...

   Tahu-tahu pedang mestika Hu thian seng kiam sudah diloloskan dari sarungnya..

   Kaki kiri Ku See hong segera bertekuk ke belakang sementara kaki kanannya diluruskan ke muka, gagang pedang dalam tangan kanannya diayun ke belakang, sementara jari telunjuk dan jari tengah tangan kirinya melakukan gerakan aneh.

   Serentetan cahaya tajam yang membetot sukma memancarkan keluar dari balik mata pemuda ini, keningnya berkerut, tanpa terasa tercerminlah suatu kewibawaan yang luar biasa.

   Sementara itu.

   kawanan jago dari Hiat mo bun yang sebetulnya berdiri berjajar menghadang dihadapan kawanan jago itu dengan cepat membalikkan tubuhnya setelah mendengar dua kali dengusan mengerikan tadi, Akan tetapi mereka segera merasa bergidik setelah menyaksikan Ku See hong meloloskan pedang mestika bercahaya merah itu sambil melakukan gerak serangan, tak seorangpun diantara mereka yang berani maju untuk melancarkan serangan.

   Sebab dari balik gaya serangan yang diambil Ku See hong sekarang, terbentuklah segulung hawa pembunuhan yang mengeri kan, barang siapa berani melakukan serangan secara gegabah, niscaya dia akan tewas secara mengerikan ditangan Ku See hong.

   Dari balik mata sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si segera memancar keluar rasa kaget yang tebal, sepasang telapak tanganya segera diangkat sejajar dada kemudian selangkah demi selangkah pelan-pelan berjalan mendekati Ku See hong.

   "Ho Buncu, jangan bertindak gegabah!"

   Manusia berkerudung itu segera memperingatkan.

   "orang ini mempunyai riwayat yang luar biasa, coba kau saksikan pedang tersebut..."

   Pada saat yang bersamaan, kawanan jago persildatan yang berdiri disamping jebmbatan bambu itu sudah terjadi kegaduhan. kemudian terdengar ada orang menjerit kaget.

   "Pedang Ang soat kiam! Pedang Ang soat kiam, pedang yang berada ditangan Leng hun koay seng adalah pedang Ang soat kiam!"

   Yaa, pedang Ang soat kiam merupakan pedang yang digandrungi oleh setiap umat persilatan, ketika pedang tersebut berada ditangan Si hong lo jin dulu, senjata itulah yang telah menetapkan nasibnya yang tragis, membunuh istri sendiri, membunuh putra sendiri, membunuh kakak sendiri, membunuh adik sendiri...

   Dua orang gembong iblis diri Tang hay to yang berhasil lolos dari ancaman maut jurus Ho han seng huan dari Ku See hong tadi, kembali membentak keras setelah mendengar senjata ditangan anak muda itu adalah pedang Ang soat kiam, bagaikan sukma gentayangan saja mereka langsung menubruk ke arah Ku See hong.

   Serentetan cahaya pedang bergetar keras, dua kali dengusan tertahan segera berku-mandang memecahkan keheningan...

   Rupanya bahu kiri dari ke dua orang gembong iblis itu sudah kena tersambar robek hingga muncul sebuah mulut luka sepanjang tiga inci lebih, darah segar sedang memancar keluar dengan amat derasnya dari mulut luka tersebut.

   Ku See hong masih tetap berdiri pada posisi semula, berwajah angker dan sekulum senyuman keji tersungging di ujung bibirnya.

   Dia seakan akan sedang mengejek, seperti juga...

   Tapi yang pasti sikapnya pada saat itu sangat angkuh! Waktu itu sudah terdapat belasan orang jago persilatan yang semula mengepung telaga itu berlarian mendekat dan siap merampas pedang Ang soat kiam dari tangan Ku See hong.

   Tapi setelah menyaksikan jurus pedangnya yang begitu aneh ketika melukai lawan, hati mereka menjadi bergidik dan serentak 902 orang-orang itu menghentikan langkahnya, tak seorang pun diantara mereka yang berani maju lagi.

   Kembali Ku See hong tertawa sadis, ujarnya kemudian dengan suara yang amat menyeramkan.

   "Wahai kawanan jago persilatan, dengarkan baik baik! Bila kalian bermaksud untuk merebut pedang ini, jangan salahkan aku orang she Ku akan melakukan pembantaian secara kejam dan tidak mengenal ampun"

   Selesai memperingatkan kawanan jago silat itu, kembali Ku See hong berpaling ke arah manusia berkerudung itu, kemudian, seru nya. 'Siapa lagi diantara jago jago Hiat mo bun kalian yang ingin menjajal kepandaianku?"

   Dari balik mata Sastrawan berbaju perlente Hoa Siang si segera mencorong keluar sinar amarah yang tebal, serunya dengan suara dingin dan ketus.

   `Ku See hong! Tak kusangka kalau kau begitu kasar dan sombong, baik lohulah yang akan mencoba kehebatanmu itu!"

   Selesai berkata, sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si melangkah menuju ke posisi Tiong kiong dan menyongsong ke ujung pedang Hu thian seng kiam tersebut.

   Tatkala tubuhnya maju ke depan tadi jubah yang dikenakannya nampak bergetar keras, Ku See hong segera merasakan muncul nya gulungan hawa murni yang tak berwujud mendesak dan menekan ke arah dadanya.

   Sementara si anak muda itu sedang tertegun, sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si telah mengebaskan telapak tangan kirinya.

   "Cri ingg..!"

   Tahu-tahu pedang Hu thian seng kiam yang berada ditangan Ku See hang sudah kena dihantam oleh sebilah pedang kecil Jui sim kiam hingga miring ke samping.

   Dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat itulah, sastrawan berbaju perlente itu sudah mementangkan ke lima jari tangan kanannya dan menyambar ke arah perge-langan tangan kanan Ku See hong yang menggenggam pedang itu.

   Menghadapi ancaman tersebut, Ku See hong menjadi sangat terperanjat, segera pikirnya "Sungguh tidak kusangka kalau orang ini memiliki tenaga dalam yang begitu lihay"

   Dalam terkesiapnya, tubuh Ku See hong segera berputar setengah arah, lalu pergelangan tangan kanannya diangkat ke atas secara aneh sekali.

   tahu-tahu mata pedang tersebut sudah membabat pergelangan tangan kanan Hoa Siong si yang sedang melancarkan serangan mencengkeram.

   Jurus pedang ittu benar-benar memiliki perubahan yang luar biasa dan sama sekali tak terduga oleh siapa pun.

   Hampir semua gerakanya merupakan jurus-jurus maut yang tertuju untuk menyerang dan menghabisi lawan secara ganas, keji dan sadis.

   Sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si menggerakkan bahu kanannya ke samping, kemudian tubuhnya mundur setengah langkah ke belakang, agaknya dia bermaksud untuk berganti jurus sembari melancarkan serangan berikutnya.

   Tapi pada saat itulah pedang Hu thian seng kiam yang berada ditangan Ku See hong telah menggertakan selapis cahaya pelangi yang memeningkan kepala orang, seolah-olah muncul seribu batang bayangan pedang yang bersama-sama mengurung seluruh tubuh sastrawan berbaju perlente Hoa Siang si.

   Menyaksikan datangnya gerakan pedang tersebut, dengan suatu gerakan yang sangat cepat tiba-tiba saja Hoa Siong si berputar keluar ke sisi sebelah kanan.

   Tapi pedang Hu thian seng kiam yang berada ditangan Ku See hong itu segera memperdengarkan suara gemerincing yang amat nyaring.

   Serentetan hawa pedang yang lembut tapi tajamnya bukan kepalang hagaikan sambar-an petir menyambar ke jalan darah Khi hay hiat di tubuh Hoa Siong si.

   Serangan hawa pedang itu datangnya cepat dan sama sekali belum pernah di jumpai dikolong langit.

   Mendadak manusia berkerudung itu membentak keras.

   "Cepat melejit ke atas!"

   Waktu itu Sastrawan berbaju perlente Hoa song si sedang terkesiap dan berpekik dalam hati. 'Habis sudah riwayatku kali ini!"

   Maka begitu mendengar suara peringatan itu, serta merta tubuhnya melejit ke tengah udara sejauh delapan sembilan depa lebih. Ku See hong kembali membentak dengan suara dingin.

   "Siapa yang bisa lolos dari serangan mautku ini?"

   Ditengah seruan mana, tiba-tiba saja pedang Hu thian seng kiam tersebut kembali berubah arah dan langsung menusuk ke jalan darah Tong suan hiat di dasar telapak kaki kiri Hoa Siong si.

   Jalan darah yong swan hiat dan Pek hway hiat merupakan dua buah jalan darah mematikan ditubuh manusia, terutama bagi kawanan jago yang ilmu silatnya telah mencapai tingkatan yang luar biasa, asal kedua buah jalan darah tersebut kena terserang orang, niscaya jiwa mereka akan lenyap tak berbekas.

   Perubahan jurus pedang dari Ku See hong ini diputar secara aneh dan cepat sekali, mimpipun Hoa Siong si tidak menyengka kalau perubahan tersebut bisa dilakukan dengan kecepatan seperti ini, disaat dia hendak berkelit ke samping inilah, segulung desingan hawa pedang yang tajam telah tiba di dasar telapak kakinya.

   Sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si segera tertawa seram, tampaknya dia bermaksud untuk melancarkan jurus ampuh untuk mengajak Ku See hong beradu jiwa.

   Sewaktu manusia berkerudung itu memberikan peringatan yang pertama kali tadi, dia sudah berada disisi Ku Se hong maka ketika dilihatnya si anak muda itu sama sekali tidak berperasaan bahkan bersiap melancarkan serangan keji, tiba-tiba saja katanya sambil menghela napas sedih.

   "Ku See hong apakah kau berhati begitu kejam?"

   Disaat pembicaraan tersebut berlangsung, jalan darah Thian ci dan ciang tay hiat ditubuh Ku See hong telah kena ditekan pelan oleh jari tangan si manusia berkerudung yang lembut dan halus itu.

   Ketika Ku See hong menyaksikan kedua jari tangannya yang putih halus dan mendengar perkataan itu.

   hatinya terkesiap buru-buru dia menarik kembali pedangnya sambil melompat mundur sejauh lima enam langkah dengan terkejut, dengan sorot mata yang sedih dan murung dia mengawasi manusia berkerudung itu termangu..

   "Kau... kau.. adalah.."

   Sebelum kata "adik Seng diucapkan, manusia berkerudung itu sudah membentak nyaring. `Ku See hong, barusan kau telah terkena ilmu menotok jalan darahku... Hmm sekarang, kau pun boleh merasakan bagaimana enaknya menghadapi kematian!"

   Bentakan yang keras serta pancaran sinar matanya yang kejam dab buas ibaratnya guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, kontan saja membuat Ku See hong menelan kembali kata "adik Seng"

   Yang belum sempat diutarakan itu.

   Serentak sorot mata yang dingin dan mengerikan pun segera memancar pula dari balik matanya, masih tetap mengambil posisi dengan jurus pedang yang tangguh, dia berkata dingin.

   `Hmmm, kalau kudengar dari kemampuan mu untuk memecah jurus pedangku tadi, nampaknya kepandaian silatmu sangat tinggi pula, mengapa tidak turun tangan sendiri untuk menjajal kemampuanku? Kalau toh aku sudah terkena serangan gelapmu.

   Baik lah, akan kugunakan sisa nyawaku yang pendek ini untuk membacok mampus dirimu!"

   Secara diam-diam Ku See hong telah mencoba untuk memeriksa hawa murni dalam tubuhnya, ternyata dia tidak menemu kan sesuatu gejala yang tak beres, maka dia lantas menduga kalau serangan kejinya itu belum sampai menyebabkan luka tersebut kambuh...

   Manusia berkerudung itu tidak menggubris pertahanan dari Ku See hong lagi, Sembari berpaling ke arah anggota Hiat mo bun nya, dia berseru.

   "Segenap anggota Hiat mo bun segera mundur dari lembah Yu cui kok! Hoa hu buncu biar aku yang menghadapi orang ini, kau segera pimpin segenap anggota perguruan untuk mundur dari sini!' 'Buncu, kita akan berjumpa lagi dimana?"

   Tanya sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si. Manusia berkerudung itu segera berpaling ke arah bocah berkerudung topeng tengkorak itu sembari berseru. 'Adik Khi, bawa semua angggota perguruan menuju ke tempat itu!"

   Dari balik mata Kho It khi segera terpancar keluar serentetan sinar yang amat lembut, ditatapnya perempuan itu, lalu ujarnya dengan pelan.

   "Cici, kau harus bekerja dengan berhati-hati!' Selesai berkata, dia menyelinap kembali ke depan hiolo tersebut, lalu sambil membopong hiolo kemala tadi teriaknya.

   "Kawan-kawan dari hiat mo bun, mari kita mundur!"

   Sementara itu kawanan jago lihay dunia persilatan yang berada disekeliling tempat itu telah membentak keras.

   serentak mereka menyerbu ke muka, ada yang mengejar orang-orang Hiat mo bun, ada juga yang mengerubut Ku See hong.

   Dengan suara nyaring kembali manusia berkerudung itu membentak.

   "Semua anggota Hiat mo bun mundur, biar aku yang menghadapi keadaan disini!"

   Ditengah pembicaraan mana, tubuhnya seperti sukma gentayangan telah menerjang masuk ke dalam rombongan manusia tersebut.

   Serentetan suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati pun bergema diseluruh lembah tersebut.

   Dalam waktu singkat, berapa puluh orang jago persilatan yang sedang menyerbu ke arah orang-orang Hiat mo bun itu sudah menemui ajalnya di ujung telapak tangan manusia berkerudung yang amat lihay itu.

   Sebaliknya Ku See hong juga tidak ambil diam, cahaya pedang nampak bergetar keras dan darah serta daging manusia pun beterbangan memenuhi seluruh angkasa.

   Ditengah jeritan ngeri yang memekikkan telinga, secara beruntun dia telah membacok mati tujuh delapan orang.

   Semut saja masih ingin hidup apalagi manusia.

   Pembantaian secara keji dan sadis itu seketika membuat kawanan jago persilatan lainnya sama sama mundur ke belakang dengan wajah ngeri, seram dan takut.

   Tapi apa pula yang bisa mereka lakukan? Yang dapat lakukan hanya membenci atas ketidak kemampuan diri sehingga mereka hanya bisa menyaksikan anggota Hiat mo bun mengundurkan diri dari situ dengan mata melotot tanpa bisa berbuat apa-apa.

   Mereka pun hanya bisa membelalakkan mata sambil mengawasi pedang mestika Hu thian seng kiam di tangan Ku See hong.

   Dipihak lain, Jian hun kim ciang Tu Pak kimpun sedang melangsungkan suatu pertempuran yang amat sengit melawan Thian kun tee ciang Khong Tang lun.

   Sekalipun Thian kun tee ciang Khong Tang lun merupakan seorang pendekar besar yang sudah termashur namanya semenjak dua puluh tahun berselang diluar perbatasan, tapi dibawah serangan gencar dari Jian hun kimi ciang Tu Pak kim yang keji dan ganas, dia kena dipaksa juga sampai tubuhnya sempoyongan dan pakaiannya robek beberapa bagian disana sini..

   "Khong tayhiap, cepat mundur dari situ, biar aku yang menghadapi dirinya!"

   Tiba-tiba manusia berkerudung itu membentak keras.

   Sementara tubuhnya berkelebat, tahu-tahu ia sudah menerjang ke tengah-tengah tubuh kedua orang itu, jari tangan kirinya dari suatu sudut posisi yang sengat aneh langsung menyerang ketubuh Jian hun kim Ciang Tu Pak kim.

   Thian kun tee ciang Khong Tang lun segera berpekik nyaring dengan suara yang memilukan hati, lalu secepat sambaran petir berkelebat dari situ.

   Seperti diketahui, Jian hun kim ciang Tu Pak kim adalah murid Bun ji koan su, kelihayan ilmu silatnya bisa dibayangkan, siapa sangka dalam satu gebrakan saja dia sudah kena dipaksa mundur oleh manusia berkerudung tersebut.

   Begitu manusia berkerudung tersebut melancarkan serangan dengan tangan kirinya, sepasang kakinya turut diayunkan pula ke depan, sementara telapak tangannya melancarkan serangkaian pukulan berantai.

   Dalam waktu singkat, sodokon jari tangan, tendangan maupun pukulan telapak tangan sudah dilontarkan semua secara beruntun.

   Bagaikan malaikat bertangan banyak saja, tahu-tahu dia sudah melancarkan dua belas buah pukulan dan delapan buah tendangan kilat.

   Telapak tangannya seperti gulungan samberan petir dan curahan hujan badai nelanda ke depan dengan sangat hebatnya.

   Ganasnya serangan dan kejinya ancaman ibarat bendungan yang ambrol diterjang air bah, keadaannya benar-benar mengerikan hati.

   Kendatipun ilmu silat yang dimiliki Jian hun kim ciang Tu Pak kim sangat lihay dan luar biasa, tak urung dia didesak juga sampai gugup dan kalang kabut tak karuan.

   Jurus-jurus serangan ampuh segera dilontarkan berulang kali, dengan mengim-bangi segulung angin puyuh yang amat dahsyat segera melakukan penghadangan demi penghadangan.

   Begitulah, didalam waktu singkat ke dua orang itu sudah terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru, jurus serangan yang tangguh dan dahsyat pun dilontarkan berulang kali, meski seru dan ramai, namun jurus-jurus ampuh yang digunakan cukup membuat para penonton lantas memutar otak dengan keras.

   Tiba-tiba Ku See hong membentak nyaring, pedang Hu thian seng kiam yang berada ditanganya berubah menjadi serentetan cahaya pelangi yang dengan cepat mengurung seluruh badan manusia berkerudung itu.

   Melihat datangnya ancaman dari Ku See hong, manusia berkerudung itu segera menggerakkan bahunya dan menyelinap keluar.

   Jian hun kim ciang Tu Pak kim segera memanfaatkan peluang tersebut untuk mengundurkan diri.

   Setelah berhasil mendesak mundur manusia berkerudung itu, Ku See hong juga juga tidak melakukan pengejaran lebih jauh, ia segera menghentikan gerakkannya.

   Jian hun kim ciang Tu Pak kim segera tertawa terkekeh-kekeh dengan liciknya, lalu berseru.

   ' Ku sute, banyak terima kasih atas bantuan untuk membebaskan aku dari kepungan"

   "Tu Pak kim!"

   
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Ucap Ku See hong dengan suara dingin.

   "sekarang aku membantumu untuk meloloskan diri dari bahaya karena tadi kaupun membantu aku, sekarang hutang kita sudah impas dan kau tetap merupakan musuh besar pembunuh guruku."

   "Cuma kali ini aku bersedia melepaskan dirimu untuk sementara waktu, bila lain waktu kita bersua lagi, saat itulah merupakan saat naas bagimu!` Mendadak terdengar manusia berkerudung itu berteriak keras. `Ku See hong, malam ini kau sudah banyak melukai anggota Hiat mo bun kami, dendam sakit hati ini harus kita selesaikan pada saat ini juga..' "Alangkah baiknya kalau kita bisa menyelesaikan pada detik ini juga disini!"

   "Tempat ini kurang leluasa. lebih baik kita berpindah ke tempat yang lebih terpencil"

   "Baik, terserah bamampuanmu! "' Tiba-tiba Jian hun kim ciang Tu Pak kim tertawa licik, kemudian berseru.

   "Ku sute, jangan sampai tertipu oleh akal muslihatnya' "Bajingan goblok, kau jangan mencoba untuk mencari keuntungan di air keruh"

   Hardik manusia berkerudung itu dengan suara dingin."

   "Mana-mana... tak ada salah nya untuk dicoba,"

   Jengek Jian hun kim ciang Tu Pak kim sambil tertawa. Mencorong sinar tajam penuh hawa napsu membunuh dari balik mata manusia berkerudung itu, segera bentaknya keras-keras.

   "Kau benar-benar ingin mampus?"

   Ku See hong mendengus dingin, tiba-tiba selanya.

   "Saudara lebih baik tak usah membuang banyak waktu lagi!"

   Kemudian sambit berpaling ke arah Jian hun kim ciang Tu Pak kim.. bentaknya pula.

   "Tu Pak kim, kau tak usah berpura-pura dan bermain sandiwara terus dihadapanku, terus terang saja kuberitahukan kepadamu, aku orang she Ku sudah cukup memahami watak busuk kalian manusia-manusia munafik yang berhianat, dendam sakit hati di antara kita selamanya tak akan pernah berakhir, keadaan kita kita tak ubahnya seperti api dengan air.

   "Hari ini, aku orang she Ku tidak melakukan pembersihan terhadap perguruan karena aku menginginkan kau untuk hidup beberapa saat lagi, jika kau tetap menginginkan kematian secara tragis. baik! Tak ada salahnya bagimu untuk segera maju sekarang juga.. Terdengar manusia berkerudung itu kembali berseru dengan suara lantang.

   "Ku See hong! Ayo kita segera berangkat' Suaranya amat merdu tapi nyaring dan penuh dengan pancaran kewibawaan yang hebat. Tubuhnya melambung dan berputar satu lingkaran ditengah udara, gerakkannya enteng, lincah dan indah, kemudian dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya langsung meluncur ke sisi tebing dimana air terjun tersebut berada. Kelihayan ilmu meringankan tubuhnya benar-benar mengagumkan setiap orang yang memandangnya. Diam-diam Ku See hong pun mengagumi kelihayan ilmu meringankan tubuh lawan, dia segera berpekik nyaring. Tubuhnya mendadak melejit pula ditengah udara, lalu diantara berkibarnya ujung baju seperti kilauan cahaya tajam menyusul ke arah mana perempuan itu berlalu. Tatkala para jago persilatan lainnya yang berkumpul dalam lembah Yu cui kok menyaksikan ke dua orang itu sudah pergi jauh, serentak mereka pun bersama-sama menyebarkan diri. Mendadak... pada saat itulah. Pendeta tua berbaju Lhasa yang semula bersembunyi diatas pohon siong dimana Ku Se hong bersembunyi tadi, dengan suatu gerakan yang sangat enteng melayang turun keatas tanah. Pada saat yang bersamaan pula, dari atas dahan pohon dari balik selat bukit yang sempit berlompatan keluar tujuh delapan orang, diantara pekikan nyaring semua orang segera mengerahkan ilmu meringankan tubuh masing-masing untuk meluncur pula ke depan. Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki beberapa orang itupun amat lihay, tak kalah dengan gerakan tubuh dari seorang ketua dari suatu perguruan besar' Dalam waktu singkat rombongan manusia-manusia berilmu tinggi itu telah lenyap ditengah kabut fajar.. Tiba tiba.... Dari balik selat sempit itu meluncur kembali sesosok bayangan manusia bagaikan sukma gentayangan, orang itu tak lain adalah Jian hun Kim ciang Tu Pak kim yang licik seperti rase itu. Tampak dia mendongakkan kepalanya lalu tertawa terkekeh- kekeh dengan amat seram nya. Ketika suara tertawa aneh itu berakhir, bayangan tubuhnya juga turut lenyap di balik lembah sempit tersebut. Pelan-pelan matahari fajar muncul dari ufuk timur, menembusi kabut nan tebal dan memancarkan sinrar keemas-emasannya ke seluruh lembah Yu cui rkok. Pemandangan alam yang dulunya indah menawan dan mempersonakan hati itu, kini berubah sama sekali, berubah oleh suasana yang menyeramkan, berubah karena mayat-mayat yang bergelimpangan diatas tanah.... Angin menembus lewat terasa dingin di badan, noda darah yang berceceran dimana-mana kelihatan lebin menyolok di bawah pantulan sinar yang tajam. Tempat itu menjadi sepi, hening, tapi bertambah mengerikan dan menyeramkan. Sementara itu, manusia berkerudung warna warni dan Ku See hong dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang amat sempurna, secara beruntun telah melewati beberapa buah bukit dan jurang. Kelihayan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki ke dua orang ini hampir boleh di bilang sukar dibedakan mana yang lebih unggul dan mana lebih rendah. Pemandangan alam disekelilingnya melin-tas lewat dalam sekejap mata, tubuh ke dua orang itu meluncur lewat seolah-olah tidak menjamah permukaan tanah. -oo0dw0oo- BAB 44 SELAMA ini, Ku See hong tetap mempertahankan jaraknya berada tiga kaki di belakang perempuan itu, dengan sikap maupun gerak geriknya yang begitu santai dan lembut, jelas terlihat kalau dia belum mengerahkan segenap tenaganya untuk berlari. Kurang lebih seperminum teh kemudian, ke dua orang itu sudah mendaki ke atas sebuah bukit, diatas bukit tiada pepohonan yang besar, empat penjuru sekeliling sana hanya ada aneka bunga rerumputan yang lembut. Ditengah hembusan angin pagi yang silir semilir, lamat-lamat terendus bau harum bunga yang semerbak. Bukit itu tingginya mencapai tiga puluh kaki, tatkala manusia berkerudung itu mencapai dipuncak tebing tersebut, tiba-tiba saja dia menghentikan pula gerakan tubuh nya yang cepat. Pada jarak dua kaki dibelakang perempuan tersebut, Ku See hong menghentikan pula gerakan tubuhnya. Kini mereka berdua saling berhadap-hadapan dan membungkam dalam seribu bahasa, namun ke empat mata mereka yang dingin dan tajam justru saling bertatapan pandangan. Dibalik biji mata Ku See hong sebenarnya terbawa hawa, napsu membunuh yang dingin dan menyeramkan, tapi mengikuti berlalunya sang waktu, hawa napsu itu kian lama kian bertambah pudar. Kini hanya selapis kabut kebingungan, selapis kabut kebimbangan yang menyelimuti wajahnya, selapis kesedihan dan kemu-rungan yang terpercik dibalik kebimbangan nya. Setitik harapan tiba-tiba muncul dan terlihat dari balik hati kecilnya .... Dan harapan inipun lambat laun dari yang kecil berubah semakin besar, dan berubah semakin meyakinkan... Tentu saja dia berharap kalau orang yang berada dihadapannya sekarang adalah Keng Cin sin dari istana Huan mo kiong di Lam hay. Mendadak Ku See hong memecahkan keheningan yang mencekam di sekeliling tempat itu, dengan suara yang bernada agak gemetar dia bertanya. ' Ssii ...sia...siapakah kau?'' Dari balik sepasang mata manusia berkerudung yang jeli tiba-tiba mencorong ke luar serentetan cahaya tajam yang menggidikkan hati, sahutnya dengan suara yang dingin hingga merasuk ke tulamg sum-sum.

   "Aku adalah Hiat mo Buncu, manusia berkerudung warna warni, ada apa kau menanyakan persoalan ini kepadaku?"

   "'Kau tak usah membohongi aku, kau adalah adik Sin..."

   "Tutup mulut!"

   Bentak manusia berkeru-dung itu.

   "siapakah yang menjadi adik Sin mu?"

   Pikiran Ku See hong kembali menjadi kacau dan kalut.. dia terjerumus kembali dalam lamunan .... Selang berapa saat kemudian, mendadak dia bertanya lagi.

   "Sewaktu aku orang she Ku terkena pukulan Hou kut jian hun im kang, apakah kau yang telah menyelamatkan jiwaku?"

   "Betul, ada apa?"

   Jawab manusia berkerudung warna warni itu dengan suara dingin.

   "Mengapa kau hendak menolong aku?"

   Manusia berkerudung itu segera tertawa dingin.

   "Heeeehhh-heeeehhh..heeeehhh...menolong mereka yang membutuhkan bantuan merupakan cita-cita dari kami orang-orang perguruan Hiat mo bun"

   "Tatkala aku orang she Ku dua kali mendapat sergapan senjata rahasia dari anggota Hiat mo bun tadi, apakah kau yang memperingatkan aku dengan ilmu menyampaikan suara sehingga jiwaku lolos dari ancaman mara bahaya?"

   Manusia berkerudung warna warni itu nampak agak tertegun, sesudah termangu beberapa saat dia menjawab.

   "Yaa betul .Memang aku!"

   Bagaikan seorayg hakim yang sedang memeriksa pesakitan saja, Ku See hong segera mendesak lebih jauh.

   "Mengapa kau harus melanggar peraturan dari perguruanmu sendiri untuk membantu aku meloloskan diri dari bahaya."

   "Pertanyaan yang kau ajukan ini apakah tidak merasa sedikit kelewatan?"

   Ku See hong menghela napas sedih.

   "Aaaai... selama hidup, aku orang she Ku paling pantang menerima bantuan orang, sungguh tidak kusangka tiap kali harus menerima bantuan dan budi kebaitkan darimu, justru karena itulah aku ingin mencari tahu dimanakah alasannya sehingga kau berbuat demikian, sebab sebelum teka-teki ini bisa kupecahkan, hatiku tak pernah akan menjadi tenteram. 'Sekarang aku orang she Ku ingin bertanya lagi kepadamu, mengapa kau membantuku berulang kali?"

   "Hmmm, kau anggap karena kutolong dirimu, berarti aku sayang kepadamu?-Haha! Benar-benar manusia tekebur yang tak tahu malu, terus terang, ai! kuberitahukan kepadamu, aku menolongmu hanya mengharapkan kau lebih banyak membunuh kawanan manusia laknat dari dunia persilatan sehingga bisa turut andil dalam menegakkan keadilan dan kebenaran didunia ini.

   "Sungguh tak kusangka kalau kau adalah seorang manusia yang tak kenal budi, bukan saja tak membalas budi kami, malahan secara beruntun telah melukai beberapa orang jago lihay dari perguruan Hiat mo bun, nah katakan sendiri sekarang, hukuman apa yang pantas dijatuhkan untukmu?"

   Ucapan tersebut kontan saja membuat Ku See hong membungkam dalam seribu bahasa, dia menjadi tertegun dan berdiri termangu-mangu.

   Mendadak....

   Satu ingatan melintas didalam benaknya, dari sakunya Ku See hong mengeluarkan kertas surat tersebut dan membacanya setengah bergumam.

   "Adik Im Yan cu, Luka Hou kut jian hun im kang yang diderita olehnya akan sembuh kembali esok pagi, dia akan menjadi seorang enghiong yang jauh lebih tangguh dari pada sewaktu-waktu berselang.

   "Dia amat berterima kasih atas budimu dan mencintaimu, semoga kau pun mencintainya, melindunginya, agar hatinya yang terluka dan pedih bisa memperoleh sedikit kehangatan dan hiburan. Kumohon kepadamu untuk merahasiakan surat ini. jangan sampai diketahui olehnya, sebab bila ia sampai tahu, sudah pasti hal mana akan merugikan dia dan aku sendiri. Seorang bernasib jelek dari seberang lautan sana mengucapkan semoga kalian berbahagia. Dalam waktu singkat Ku See hong telah membaca habis isi surat tersebut. Disaat membaca surat tadi, dengan sepasang matanya yang jeli secara diam-diam mengamati terus perubahan mimik wajahnya, tapi pemuda itu segera kecewa, sebab sorot mata dibalik kelopak matanya itu begitu dingin, kaku dan tanpa emosi. Ku See hong menghela napas panjang, katanya kemudian.

   "Isi surat ini mengungkapkan suatu perasaaa sedih dan mendalam serta cinta kasih tak terlukiskan, setelah bukti di depan mata, apakah kau masih berusaha untuk mengelabuhi diriku lagi? "Adik Sin! tahukah kau betapa cintaku kepadamu? Kau..kau akuilah, katakanlah kepadaku bahwa kau adalah adik Keng Cin sin.

   "Adik Sin! Tahukah kau betapa sedih dan hancurnya hatiku tatkala mendengar suara jeritan ngerimu sewaktu berada di pulau Huan mo to dulu, waktu itu aku ingin sekali menyusulmu, tapi karena dendam berdarah ku belum dibalas, maka terpaksa aku harus melanjutkan hidup terus di dunia ini..

   "Waktu itu, aku tidak percaya kalau kau bakal mati, karena kau nampak begitu anggun dan saleh, Thian pasti akan menyayangi dirimu, Thian tidak akan merenggut selembar nyawamu dengan begitu saja...

   "Justru karena setiap saat setiap detik, aku tak pernah dapat melupakan dirimu, maka sewaktu bertemu dengan adik Him J i im dibukit Soat hong tempo hari, aku telah salah mengira dia sebagai dirimu, dan akibatnya terjadilah peristiwa yang menyedihkan itu...yaa..peristiwa itu terjadi karena wajah nya terlampau mirip dengan wajahmu...

   "Tapi sekarang, kau yang asli telah muncul didepan mataku, tapi kau justru menutupi raut wajah aslimu yang lembut dan anggun itu dengan selembar kain kerudung berwarna warni...

   "Adik Sin, aku tahu, kau tak ingin berjumpa denganku karena dalam hati kecilmu tentu ada suatu peristiwa yang membuat kau amat sedih dan pedih.

   "Sedang peristiwa yang membuat hatiku pedih itu semuanya gara-garaku adik Sin, katakanlan! Katakanlah! Aku selalu menanti kan ucapanmu, cepatlah katakan ...... Ku See hong seperti orang gila saja, berbicara dan bergumam terus tiada hentinya. Tapi justru dari balik ucapannya mana, dapat terungkap betapa suci dan agungnya cinta kasih yang berakar dalam hatinya. Bagaimanapun kerasnya hati pemuda ini, toh ia dibuai dan dikuasahi pula oleh luapan rasa cinta. Namun manusia berderudung warna-warni itu justru memperdengarkan suara tertawa panjangnya yang keras, tajam dan memekik kan telinga. Dari balik gelak tertawanya itu terselip pula pelbagai ungkapan perasaan yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Tapi yang pasti rasa sedih dan dukalah yang mempengaruhi gelak tertawa mana, suatu kepedihan dan kedukaan yang amat luar biasa.. Mendadak... Perempuan itu menghentikan tertawanya, ia kemudian sambil tertawa dingin ia berkata.

   "Ku See hong, tahukah kau mengapa aku menulis surat itu! terus terang saja ku beritahukan kepadamu! "Secungguhriya persoalan ini merupakan persoalan yang selama ini merupakan rahasia dalam hatiku, orang lain tak boleh mengetahui akan hal ini, tapi aku merasa bosan melihat sikap dan desakanmu yang tak ada ujung pangkalnya itu, aku hanya merasa gemas kepada diriku sendiri, mengapa telah salah menilai dirimu"

   Ketika selesai, mendengar ucapan tersebut, harapan Ku See hong semula berkobar-kobar tiba-tiba saja menjadi dingin separuh, dengan perasaan kaget serunya.

   "Masa kau benar-benar bukan Keng C in sin?..

   "Bukan"

   Jawab manusia berkerudung itu ketus. Setelah berhenti sejenak , dia berkata lagi.

   "Dimasa lalu, aku telah mengalami suatu musibah yang mengenaskan, seorang yang ku cintai telah terbunuh oleh kawanan manusia laknat, akibatnya kami harus berpisah, kemudian aku memperoleh se

   Jilid kitab pusaka dan berhasil mempelajari ilmu silat yang amat lihay.

   namun sukmaku yang dulu sudah turut terkubur bersama manusia laknat tersebut, aku tak punya muka untuk bertemu lagi dengannya.

   tapi aku selalu mencarinya dimana-mana, dalam rumah penginapan itulah aku telah salah mengira kau sebagai bekas kekasihku dulu.

   itulan sebabnya aku lantas menolongmu dan meninggalkan surat tersebut.

   "Kemudian, kutemukan kalau kau bukan kekasihku itu, tapi aku amat mencintainya meski kau bukan dia, tapi bentuk badanmu mirip sekali dengannya, maka dengan segala usaha aku selalu membantumu, aku berbuat demikian tak lain karena ingin mencurahkan rasa cintaku dulu terhadapnya, Nah, sekarang persoalan yang sesungguhnya sudah kuterangkan, dendam kesumat diantara kita pun harus segera diselesaikan ditempat ini"

   Walaupun dia telah membeberkan duduknya persoalan secara jelas, namun Ku See hong masih tetap menganggapnya sebagai Keng Cin sin, sebab banyak bagian dari perempuan itu yang terlalu mirip dengan dirinya...

   Nada suaranya, potongan badannya dan terutama sekali sepasang biji matanya yang jeli itu ..

   Ku See hong menghela napas sedih pintanya kemudian.

   "Bersediakah kau untuk memperlihatkan raut wajah aslimu itu kepadaku...? Manusia berkerudung itu segera mendengus dingin. 'Hmmm, bila l mu silatmu bisa mengungguli aku, setiap saat kau boleh melepaskan kain kerudung mukaku ini!. cuma ku peringatkan kepadamu, lebih baik jangan terlalu mengharapkan hal itu"

   "Aku harus melihat dahulu raut wajah aslimu sebelum dapat memadamkan keinginanku ini.

   "Berulang kali aku orang she Ku telah menerima budi kebaikanmu, sepantasnya aku memang tak boleh melukai orang- orang Hiat mo bun kalian, sekarang aku akan meminta maaf kepadamu dan moga-moga kau sudi mengampuninya...

   "Apalagi dalam pertemuan kali ini, aku tak boleh mengajakmu untuk bertarung lagi, namun untuk membuktikan apakah kau adalah adik Sin ku atau bukan terpaksa mau tak mau aku harus menyalahi dirimu kali ini. ' Dalam suatu pertarungan, menang atau kalah, terluka atau cedera sudah merupakan suatu kejadian yang lumrah, tapi bila kau bersedia menghilangkan pertarungan tersebut dengan memperlihatkan raut wajahmu sehingga aku orang she Ku bisa melihat wajah asli mu, hal ini tentu saja jauh lebih baik lagi, Setelah kejadian ini orang she Ku sudah pasti tak akan melupakan budi kebaikanmu ini"

   Manusia berkerudung itu segera tertawa dingin.

   "Heeehh ...

   heeeehhh...

   heeeehhh...

   tiada kejadian yang bisa tercapai dengan begitu gampang di dunia ini, kau telah melukai orang-orang Hiat mo bun kami, dendam kesumat ini dalamnya melebihi lautan, kau anggap masalahnya bisa diselesaikan hanya berdasarkan dua patah kata saja?"

   Sebagai seorang lelaki yang berjiwa tinggi hati, Ku See hong segera berseru setelah mendengar ucapan mana.

   "Apabila kau bersikeras hendak melangsungkan juga pertarungan ini, terpaksa aku orang she Ku akan mempertaruhkan selembar nyawaku untuk melayani keinginanmu itu"

   "Mengapa kau tidak mencabut keluar pedang Ang soat kiam mu?"

   Jengek manusia berkerudung itu dingin. Ku See hong segera tertawa.

   "Pertarungan yang berlangsung toh bukan suatu pertarungan yang mempertaruhkan jiwa raga kita, maaf kalau aku tak akan mencabut keluar pedang tersebut' "Sekalipun kau bertangan kosong belum tentu keinginanmu itu dapat terkabul, bahkan bisa jadi akan kehilangan selembar nyawamu diujung telapak tanganku' Kembali Ku See hong tertawa getir.

   "Seandainya sampai menemui ajalnya ditanganmu, sudah pasti aku orang she Ku tak akan menggerutu"

   "Baik! Ini berarti kau sendiri yang mencari katian buat dirimu sendiri..."

   Begitu ucapan terakhir diutarakan, tubuhnya seperti sukma gentayangan saja segera menerjang ke depan, segulung tenaga pukulan yang amat dahsyat dengan membawa hawa yang dingin merasuk tulang kontan saja menggulung ke dopan.

   Ku See hong segera menggeserkan kakinya ke samping menghindarkan diri dari sergapan pukulannya itu, kemudian tangan kirinya secepat kilat menyambar kain kerudung diwajahnya, sementara tangan kanannya dengan jari tangan yang kaku seperrti tombak langsung menyodok jalan darah Ki hay hiat dilambung perempuan itu.

   Jurus serangan tersebut selain ampuh juga sama sekali diluar dugaan orang.

   Manusia berkerudung itu membentak nyaring, cepat kepalanya dimiringkan ke samping menghindari ancaman lawan, kemudian telapak tangan kirinya yang tajam seperti pisau membacok pergelangan tangan kanan Ku See hong, sedangkan telapak tangan kanannya secara beruntun melepas kan tiga buah serangan berantai.

   Setiap serangannya hampir semuanya tertuju ke bagian yang berbahaya di tubuh lawan, angin pukulan yang berputar bagai kan roda secepat kilat menyambar kian kemari..

   Karena dipaksa sehingga apa boleh buat, terpaksa Ku See hong membuyarkan ancamannya sambil melompat mundur ke belakang.

   Perempuan berkerudung itu membentak nyaring, tubuhnya mendesak lebih ke depan, sepasang tangannya seperti kupu-kupu yang menari di tengah aneka bunga, berputar dan menyambar kian kemari.

   Serangan yang dilancarkan perempuan ini seakan-akan sama sekali tidak beraturan dan menyerang secara mengawur, namun kein-dahan dan kehebatan jurus serangannya, ditambah pula dengan kesempurnaan tenaga pukulannya cukup membuat orang merasa bergetar hatinya.

   Mendadak Ku See hong menggeserkan kaki kanannya ke samping, kemudian seluruh tubuhnya bergerak miring ke samping, tapi pada saat itulah kaki kirinya diayunkan ke depan menjejak tubuh lawan yang sedang menerjang datang.

   Jejakan ini sama sekali diluar dugaan dan kecepatannya luar biasa, arah yang di jejakpun merupakan satu-satunya tempat terbuka dari seluruh tubuhnya.

   bila tidak di atasi dengan segera, niscaya jejakan tersebut akan bersarang secara telak.

   Namun ilmu silat yang dimiliki manusia berkerudung benar-benar telah mencapai puncak kesempurnaan, baru saja kaki kiri Ku See hong melepaskan jejakan, badannya yang ramping tahu-tahu sudah mengikuti sisi kakinya seperti seokor ular lincah, kemudian kaki kirinya balas menggaet tekukan lutut pada kaki sebelah kiri Ku See hong yang sedang di julurkan ke depan itu.

   Begitu gagal dengan jejaknya, Ku See hong tahu bakal celaka, dengan cepat dia menarik kembali kaki kirinya.

   yang melancarkan jejakan tersebut.

   Tapi gaetan yang dilancarkan perempnan itu ternyata dilakukan dengan kecepatan yang berlipat kali lebih cepat.

   Ku See hong segera merasakan datangnya segulung tenaga dahsyat yang membuat seluruh tubuhnya terlempar sejauh berapa kaki dari semula.

   Untung saja ditengah jalan dia sudah berhasil mengerahkan tenaganya untuk menguasahi keseimbangan badannya, kalau tidak, bisa jadi dia akan jatuh terlentang dengan empat kaki menghadap ke atas.

   Sekali lagi manusia berkerudung itu menerjang tiba bagaikan bayangan setan, lengan kirinya diputar sambil diayunkan hingga menciptakan serentetan cahaya bintang yang berkilauan, bagaikan serenteng mercon saja.

   segera meledak-ledak ditengah adara.

   Mencorong sinar tajam diri balik mata Ku See hong, dia mendengus, lalu dengan suatu gerakan cepat lengan kanannya diayunkan ke muka melepaskan sebuah pukulan yang sangat dahsyat, dia berniat untuk menyambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras.

   Manusia berkerudung itu tertawa dingin, mendadak tangan kirinya dibetot ke belakang.

   Ku See hong segera merasakan tenaga pukulan yang dilancarkan olehnya tadi kena dipancing sampai tergusur ke samping, rasa kagetnya benar-benar tak terlukiskan dengan kata-kata.

   Sementara itu manusia berkerudung yang berhasil membawa serangannya itu segeta melepaskan sebuah pukulan lagi, dengan telapak tangan kanannya menghajar tubuh Ku See hong.

   -ooo0dw0ooo-

   Jilid 28 SERANGAN yang dilepaskan olehnya ini aneh sekali, dimana serangannya dilepaskan segera terasa deruan angin pukulan yang kedahsyatannya bagaikan amukan gelom-bang samudra, langsung menggulung ke arah depan...

   Ku See hong berkerut kening, dengan cepat lengan kirinya membuat satu lingkaran busur dan secepat sambaran kialt didorong ke depan menyongsong datangnya ancaman tersebut, segulung hawa murni yang lembut tanpa menimbulkan sedikit suara pun langsung menyongsong datangnya ancaman lawan.

   ' Blaaammm...!' suatu benturan nyaring segera bergema memecahkan keheningan.

   Hawa murni yang menggulung segera menyebar ke empat penjuru dengan membawa suara yang menderu-deru.

   Ku See hong menjerit tertahan, kemudian dengan tubuh sempoyongan mundur se jauh tiga empet langkah.

   Setelah dua tiga kali mengalami pukulan yang dahsyat, akhirnya membara juga hawa amarahnya, dengan suara menggeledek dia segera membentak nyaring.

   "Sekarang, sambutlah sebuah gerak serangan Ho han seng huanku yang bernama Thian ciu cuan im ini!"

   Ditengah seruan tersebut, sepasang lengan Ku See hong berputar secara aneh, diantara berputarnya sepasang lengan tersebut, terlihatlah pancaran hawa murni yang memancarkan keluar dari seluruh tubuhnya.

   Tatkala manusia berkerudung itu menyaksikan Ku see hong hendak mengeluarkan gerak serangan Thian ciu cuan im dari jurus Hoa han seng huan, mendadak dari balik matanya memancar keluar sinar, murung yang diliputi kesedihan, sepasang telapak tangannya yang putih muluspun mendadak diangkat, dan disilangkan di depan dada, namun sama sekali tidak melakukan gerak serangan apapun.

   Menyaksikan sorot matanya yang murung dari sedih itu, Ku See hong merasakan hatinya bergetar keras, sepasang lengannya yang sedang berputar aneh pun tiba-tiba berhenti bergerak dan ia tidak jadi mengeluarkan ilmu Ho han seng huan yang terdiri dari tiga jurus serangan maha dahsyat itu.

   Mendadak manusia berkerudung itu membentak keras.

   `'Ku See hong, cepat menyingkir.."

   Ditengah bentakan tersebut, sepasang lengannya yang semula berhenti di depan dada itu melancarkan sebuah cengkeraman yang aneh sekali...' "Blaaam! Blaaamm! Blaaammm....!` Seretatetan suara benturan yang amat nyaring dan memekikkan telinga segera bergema memecahkan keheningan.

   Ku See hong muntahkan darah segar secara tiba-tiba, paras mukanya pucat pias seperti mayat, selangkah demi selangkah dia mundur kebelakang Sehingga akhirnya tubuh itu terkulai lemas ke atas tanah.

   Manusia berkerudung itu segera berpekik sedih.

   "Kau... mengapa kau tidak mempergunakan jurus Thian cin cuan im.."

   Secepat kilat tubuhnya menerjang ke muka, lalu tangannya yang lembut digunakan untuk memayang bangun tubuh Ku See hong yang terkulai lemas...

   Ternyata, sewaktu manusia berkerudung itu mengangkat telapak tangannya ke depan dada itu, segulung tenaga pukulan yang maha sakti segera menyebar keluar tanpa menimbulkan sedikit suara pun.

   Dia cukup tahu kalau ke tiga gerakan serangan dari jurus Ho han seng huan dari Ku See hang tersebut amat jahat dan dahsyat, dan bermaksud untuk mematah kan, gerak serangan tersebut dengan pukulan hawa murni.

   siapa tahu Ku See hong tidak jadi mempergunakan Thian ciu cuan im tersebut untuk melancarkan serangan, padahal hawa murninya yang dipancarkan keluar sudah terlanjur meluncur ke depan...

   Maka dia lantas berteriak agar Ku See hong cepat menyingkir, sementara dia sendiri melepaskan kembali beberapa buah pukulan hawa murni untuk memunahkan kedahsyatan dari serangan tersebut.

   Tapi kenyataannya, Ku See hong sama sekali tidak menghindar, tubuhnya segera terkena sisa hawa pukulannya yang memancar ke mana-mana itu...

   Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Untung saja Ku See hong memiliki hawa khikang Kan kun mi siu kang khi untuk melindungi badan, kendatipun begitu, toh ia tak tahan juga menghadapi gempuran tenaga yang amat dahsyat tersebut.

   Hawa darah didalam rongga dadanya segera bergolak keras, isi perutnya pun terasa sakit sekali.

   Dengan sorot yang sayu Ku See hong mengawasi tatapan mata lawan yang berkaca-kaca itu, kulit wajahnya segera mengejang karena menahan penderitaan, lalu ujarnya sedih.

   "Kau...benarkahr kau adalah adik Sin? Katakan terus terang..."

   Manusia berkerudung itu tidak menjawab pertanyaannya, tapi berseru pula dengan cemas.

   "Parahkah lukamu?' "Bila kau adalah adik Sin, luka seringan ini sudah pasti masih dapat kupertahankan!' Tampaknya manusia berkerudung itu di buat terharu sekali oleh luapan rasa cinta Ku See hong yang begitu dalam dan sangat terhadap Keng Cin sin, dia berpekik sedih, mendadak dipeluknya Ku See hong, kencang-kencang.

   Dari balik kelopak matanya yang jeli nampak titik air mata jatuh bercucuran dengan derasnya.

   "Aku ...aku bukan...Keng Cin sin"

   Sahutnya kemudian dengan suara yang memilukan hati. Ditinjau dari tubuhnya yang gemetar keras, terasa nada suaranya yang sedih dan gemeter, bisa diduga betapa penderitanya dia sewaktu mengutarakan ucapan tersebut. Ku See hong menghela napas sedih.

   "Adik Sin, mengapa aku harus membohongi dirimu? Bolehkah kulepaskan kain kerudungmu itu?"

   Sementara berbicara, sepasang kakinya gemetar keras, manusia berkerudung yang sedang memeluk tubuhnya pun ikut jatuh ke tanah dan berada dalam pelukan anak muda tersebut.

   Apabila seorang gadis bukan sedang berhadapan dengan kekasih hatinya, tidak mungkin dia akan berbuat seperti ini.

   Manusia berkerudung itu menghela napas sedih, katanya kemudian dengan suara lembut.

   "Benarkah kau hendak memeriksa raut wajahku?"

   Paras muka Ku See hong pucat pias seperti mayat, bahkan ada kalanya mengejang keras penuh penderitaan, sehingga membuat siapa pun akan beriba hati bila menyaksikan keadaan itu.

   Dengan sorot mata yang sayu, dia menatap perempuan itu lekat- lekat, kemudian me-ngangguk.

   "Benar! Aku harus melihat jelas paras muka aslimu!."

   Manusia berkerudung itu nampak lebih sedih lagi, katanya kembali dengan suara lirih.

   "Seandainya aku bukan orang yang kau bayangkan, apa pula yang hendak kau lakukan?"

   Sekulum senyuman segera menghiasi wajah Ku See hong yang pucat pias itu.

   "Kau sudah pasti adalah adik Sin, aku yakin seratus persen pasti benar...!"

   Manusia berkerudung itu segera menghela napas sedih.

   "Aaaaai...kalau begitu, lepaslah!"

   Pelan-pelan Ku See hong mengangkat tangan kanannya yang nampak gemetar sangat keras, dia seperti merasa ketakutan? Atau mungkin disebabkan oleh luka dalamnya yang parah? Padahal perasaan Ku See hong waktu itu pun berat sekali, napasnya seolah-olah terhenti, untuk sesaat, sementara sepasang matanya mengawasi ke depan tanpa berkedip.

   "Sreeeet...!"

   Akhirnya kain kerudung tengkorak putih dengan dua belas kuntum bunga bwee itu berhasil disingkap juga... 'Haaaahh..?"

   Suatu jeritan kaget bergema memecahkan keheningan.

   "Kau.. benar kau benar bukan...bukan Keng Cin sin?"

   Seru Ku See hong kemudian dengan perasaan pedih.

   Ternyata paras mukanya amat memucat, tiada hawa darah, dingin, kaku dan mengerikan.

   inilah sebuah wajah yang jelek dan menyeramkan siapa pun yang melihatnya.

   Tentu saja berbeda sekali dengan wajah cantik dan lembut dari Keng Cin sin yang berada di istana Huan mo kiong di Lam hay.

   Beberapa tetes air mata segera jatuh berlinang membasahi wajah perempuan itu, kemudian sesudah menghela napas sedih, bisiknya dengan lembut.

   "Tentunya wajahku amat jelek dan mengerikan hati bukan?' Dalam hati kecil Ku See hong masih tetap terkandung setitik harapan, dia segera bertanya lagi.

   "Apakah kau adalah adik Sin? Bila kau benar benar adik Sin, sekalipun wajahmu telah berubah menjadi begini rupa, aku tetap masih akan mencintaimu, katakanlah kepadaku secara berterus terang, apakah kau adalah Keng Cin sin"

   Ada kalanya, paras muka seseorang dapat berubah menjadi jelek dan susah dipandang lantaran menelan obat beracun, sebab ditinjau dari sudut mana pun dia sama sekali mirip total dengan Keng Cing sin dari istana Huan mo kiong di Lam hay, itulah sebabnya Ku See hong lantas menganggap dia sebagai Keng Cin sin.

   Sekarang, walaupun Ku See hong sudah melihat jelas paras mukanya dan terbukti kalau dia bukanlah Keng Cin sin yang dulu, namun tatkala dia terbayang kembali dengan tulisan yang tercantum dalam kertas surat tersebut, kemudian menghubungkan dengan kepedihan hati yang dimaksudkan, siapa tahu kalau gadis itu takut bertemu dengan nya lantaran paras mukanya telah berubah menjadi jelek? ' Sebaliknya manusia berkerudung itu merasa makin sedih lagi sesudah mendengar perkataan Ku See hong yang penuh dengan pancaran rasa cinta yang tak terhingga itu, titik-titik air mata segera jatuh bercucuran membasahi wajahnya terkena air mata tersebut, secara lamat-lamat segera tampak ada selapis kulit tipis yang terkelupas.

   Mungkin kulit yang terkelupas itu amat kecil, atau mungkin pikiran dan perasaan Ku See hong waktu itu kelewat kalut, ternyata dia tidak menemukan pertanda yang mencurigakan itu.

   Sementata itu, perempuan tersebut telah mengenakan kembali kain kerudungnya untuk menutupi kembali paras makanya yang menyeramkan itu, kemudian katanya pelan.

   "Ku See hong, paras muka asliku telah berhasil kau saksikan dengan amat jelas, apakah kau masih belum dapat menentukan aku adalah Keng C in itu atau bukan? Aaaai .. Setelah berhenti sejenak, terusnya.

   "Bila aku teringat kembali dengan kekasih hatiku di masa lalu, dia pun begitu cinta kepadaku seperti apa yang kau lakukan sekarang, tapi meski cintanya sedalam lautan, namun setiap perubahan yang terjadi di dunia ini sungguh membuat orang sukar untuk mengingatnya...

   "Dahulu, setelah aku berpisah dengannya, tak lama kemudian aku telah dinodai oleh manusia-manusia laknat, peristiwa itu membuat aku menjadi ternoda, bila aku benar-benar bersua kembali dengan kekasihku. aku benar-benar tak punya muka lagi untuk berjumpa dengannya.

   "Ku See hong, kau harus percaya dengan perkataanku, aku bukan Keng Cin sin yang sedang kau cari, tapi oleh karena wajah maupun gerak gerikmu amat mirip dengan nya, maka diantara kita berdua baru terjadi kesalahan paham seperti ini, sekarang adalah saat bagi kita untuk menyelesaikan kesa-lahan paham tersebut"

   Ku See hong mendongakkan kepalanya memandang awan yang sedang bergerak di angkasa, kemudian menghela napas sedih.

   Di dengar dari helaan napas tersebut, jelas terdengar betapa kecewa dan sedih hatinya.

   Kemudian terdengar dia bergumam seorang diri seperti orang yang sedang mengigau saja.

   "Lagi-lagi suatu impian kosong belaka... Ooh, adik Sin! Benarkah kau sudah tiada di dunia ini lagi? "Oooh, adik Sin! Tahukah kau betapa tidak percayaku kalau Thian bisa merenggut nyawamu dengan begitu saja...? Sepasang mata si manusia berkerudung itu telah basah oleh air mata, dia pun seperti bergumam.

   "Yang hidup apa faedahnya? Yang mati apa menderitanya? Bila seorang mempunyai tubuh tanpa roh, apa bedanya pula dengan suatu kematian... -oo0dw0oo- BAB 43 UNTUK beberapa saat lamanya, susana menjadi sepi, hening dan tak kedengaran sedikit suara pun, ke dua belah pihak sama-sama membungkam diri dalam seribu bahasa. Mendadak manusia berkerudung itu ber bisik lirih. 'Ku See hong, kalau toh ia sudah tiada di dunia ini lagi, mengapa kau tidak melupakan saja kehadirannya dalam hatimu?"

   "Tidak! Tidak! Sampai matipun aku tak akan melupakan dia, seperti pula sikapmu terhadap kekasih hatimu, meskipun kau tak ingin bertemu dengannya, tapi bukankah siang dan malam selalu mencari dirinya? "Dia dapat menempati seluruh hatimu, karena cintanya kepadamu tidak bisa di-tawar-tawar lagi, begitu pula keadaan Keng Cin sin bagiku, bayangan tubuhnya sudah melekat dalam-dalam dihatiku!"

   Manusia berkerudung itu menghela napas panjang, kembali dia berkata.

   'Manusia yang sudah mati tak bisa hidup kembali, tapi kesedihan yang melampaui batas justru akan merugikan kesehatan badanmu sendiri...' Dengan cepat Ku See hong menukas kata-kata selanjutnya yang belum selesai di utarakan itu, teriaknya keras.

   "Dia belum mati! Dia belum mati! Aku tidak percaya kalau dia sudah mati ......

   "Sudah begini lama kau mencarinya, namun tak pernah menemukan kabar beritanya, apalagi bukankah kan pernah berkata. Dengan mata kepala sendiri kau saksikan tewas ditangan kawanan manusia laknat sewaktu berada di istana Huan mo kiong? Apakau kau menganggap dia belum mati?"

   Sesudah mendengar perkataan tersebut, tiba-tiba saja Ku See hong seperti mendengar suara teriakan yang memilukan hati itu, hatinya terasa perih sekali, sakit dan seakan-akan mengucurkan darah.

   Seperminum teh kemudian, Ku See hong baru berkata kembali.

   "Seandainya dia benar-benar mati, maka selesai kubalas dendam kesumat tersebut, aku pun tak akan hidup lebih lama lagi di dunia ini"

   Mendadak manusia berkerudung itu menegur dengan suara yang dingin bagaikan es.

   "Sebagai seorang lelaki sejati, tidak seharusnya kau sembarangan mengorbankan diri hanya disebabkan masalah perempuan, paling tidak, kau harus melakukan suatu pekerjaan yang menggemparkan dalam dunia persilatan, dengan demikian baru bisa terpancar jiwa dan semangatmu sebagai seorang lelaki yang jantan!"

   Ku See hong tertawa sedih.

   "Aaaah terus terang saja aku sudah sama sekali tidak berteriak lagi oleh masalah-masalah kemanusiaan seperti itu lagi.

   "Sebenarnya aku menganggap cinta muda-mudi hanya suatu cinta yang palsu belaka, cinta yang lain dimulut lain dalam hati, tapi sejak aku berjumpa dengannya, dia telah memberikan cinta yang suci dan murni ke padaku, dan telah mengorbankan diri untuk diriku, untuk menyelamatkan selembar jiwaku.

   "Tatkala aku mendengar jeritan ngerinya menjelang saat kematian itu tiba, sebenarnya aku sudah tak punya keinginan lagi untuk hidup lebih jauh, waktu itu, seandainya tiada api dendam kesumat yang menunjang diriku, mungkin aku sudah tidak berada di dunia ini lagi. 'Sejak saat itu juga, dalam hatiku aku telah mengambil keputusan, bila dendam kesumat ku sudah berhasil dibalas, dan terbukti kalau ia mati karena aku, maka aku pun akan mengorbankan pula selembar jiwaku sebagai pernyataan rasa cintaku kepadanya"

   Tatkala manusia berkerudung itu mendengar ucapan tersebut, dia segera memperdengarkan suara helaan napasnya yang sedih dan sukar dilukiskan dengan kata-kata. Mendadak ia bertanya.

   "Ku See hong! Bila kau mengorbankan nyawamu demi kekasihmu yang telah mati itu, lantas bagaimana dengan seorang gadis lemah lainnya? Bagaimana cara mereka untuk melanjutkan kembali hidupnya? 'Bila kau berbuat demikian, apakah kau tidak merasa terlampau mementingkan diri sendiri? Kau harus tahu. sekarang kau sudah tak bisa berbuat sekehendak hati sendiri seperti dulu, mau berbuat apa lantas berbuat apa.

   "Sebab saat ini kau telah mempunyai dua orang perempuan lagia Him Ji im ....antara kau dengannya telah mengadakan hubungan suami istri, dengan In Yan cu... betapa dalamnya dia mencintaimu.

   "Apakah kau akan meninggalkan mereka semua dengan begitu saja, meninggalkan mereka secara keji sehingga menbiarkan mereka menderita sepanjang masa?"

   Bagaikan baru sadar dari impianrya, Ku See hong segera berseru bagaikan orang kalap.

   "Ku See hong, wahai Ku See hong.... mengapa nasibmu begitu tragis...? Mengapa nasibmu begitu tidak menguntungkan!"

   "Benarkah kau akan nekad? Tidak! Kau tidak boleh benar-benar berbuat demikian! "Boleh!... dengan Him Ji im dan Im Yan cu aku telah mempunyai hubungan suami istri sekarang aku sudah mempunyai tanggung jawab..Tiba-tiba manusia berkerudung itu menjerit kaget.

   "Apa? Im Yan cu... kau telah merenggut pula kehormatan dari Im Yan Cu.. Merah padam selembar wajah Ku See hong karena jengah, sesudah menghela napas sahutnya.

   "Dia... dia sudah hampir mati...' "Ku See hong!"

   Manusia berkerudung itu segera berseru dengan perasaan cemas "kemarin malam bukankah kau datang mencariku untuk memohonkan pengobatan baginya? Yaa, mengapa aku begitu pikun hanya bersantai-santai denganmu saja sehingga melalaikan persoalan yang maha penting tersebut"

   Dalam pada itu, kesadaran Ku See hong pun sudah menjadi terang kembali, ketika menyaksikan kepanikan dan kecemasan dari perempuan berkerudung itu, selintas rasa heran dan tidak habis mengerti kembali meliputi wajahnya, dia tak habis mengerti apa sebabnya orang itu demikian memper-hatikan dirinya, Him Ji im serta Im Yan cu? Seandainya diantara mereka semua tidak saling mengenal sebelumnya, mengapa pula dia bersedia memperlihatkan semuanya itu? Ku See hong menghela napas pelan, lalu ujarnya.

   "Sekarang Im Yan cu telab dibawa pergi oleh gurunya, untuk sementara waktu sukar buat kita untuk menemukannya, Sekarang, aku orang she Ku ingin bertanya kepadamu, apakah engkau dapat mengobati luka akibat racun tersebut?"

   "Cepat katakanlah, racun apakabh yang telah menyerang tubuhnyaa?` Ku See honbg agak ragu sejenak, tapi akhirnya menjawab juga.

   "Dia telan dipaksa oleh seorang manusia laknat untuk menelan pil beracun Im hwee si hun wan...

   "Apa? Pil beracun Im hwee si hun wan"

   Manusia berkerudung itu menjerit kaget.

   Dilihat dari jeritan kagetnya, Ku See hong sudah tahu kalau perempuan berkerudung inipun tidak mampu untuk menyembuhkan luka beracun mana, suatu firasat tak enak segera melintas di dalam benaknya.

   Sesudah bergumam sejenak, akhirnya dia ber kata.

   "Benar, pil Im hwee si hun wan! Disaat yang paling kritis itulah kebetulan aku datang, akibatnya... akibatnya aku pun mengadakan hubungan dengannya... sebab bila aku tidak berbuat demikian. maka dia..dia akan mati karena nadinya pecah"

   Sesudah mendengar perkataan tersebut, manusia berkerudung itu berdiri termangu-mangu, tampaknya dia sedang berusaha memutar otak untuk menemukan cara rahasia untuk mengobati luka keracunan tersebut.

   Selama beberapa saat kemudian, dia baru tertawa lagi dengan perasaan sedih...

   ' Apakah gurunya dapat menyembuhkan luka beracun dari pil jahat tersebut?'? Ku See hong menjadi gelisah, bukan menjawab, dia malah balik bertanya.

   "Jadi kaupun tidak sanggup untuk menyembuhkan racun cabul ini?"

   "Barusan aku telah memikirkan isi kitab pusaka yang pernah kupelajari, dalam halaman buku yang mencantumkan masalah Im hwee si hun wan tersebut, buku itu berkata demikian.

   "Racun obat ini merupakan semacam obat perangsang bersifat keras yang amat keji, berhubung racun itu kelewat ganas dan janat maka sewaktu kitab tersebut di tulis, cara pembuatan obat Im hwee si hun wan tersebut sudah hilang dari peredaran dunia' "Kalau begitu, di dalam kitab tersebut tidak terdapat catatan mengenai obat penawar nya?"

   Tanya Ku See hong sedih.

   'Padahal menurut apa yang kudengar Im hwee si hun wan merupakan semacam obat cabul yang tidak mempunyai obat penawar nya.

   'Tapi aku percaya di dunia ini sudah pasti terdapat semacam obat yang bisa menandingi keganasan racunr tersebut, hanya kita masih beqlum mengetahui saja apa nama dari obat tersebut"

   Tatkala mendengar perkataannya yang terakhir itu, tiba tiba saja Ku See hong teringat kembali dengan rumput Im cu cau yang pernah di katakan Thi bok sin kiam Cu Pok kepadanya tempo hari.

   "Yaa, siapa tahu kalau rumput Im cu cau tersebut dapat digunakan untuk menyembuh kan luka racun tersebut?"

   Demikian dia berpikir kemudian. Berpikir sampai disitu, Ku See hong segera berkata.

   "Kalau begitu, kau benar benar tak mampu untuk menyembuhkan dirinya? Dia-apakah dia harus ...."

   Kata-kata selanjutnya tak berani dia utarakan lagi, sebab kematian Im Yan cu baginya tak kalah pentingnya dengan Keng Cin sin, hal tersebut akan memberikan pukulan batin yang amat berat baginya.

   Sebab, bagaimanapun juga dia tetap mencintai gadis tersebut, sedangkan gadis itu pun tampak begitu suci bersih dan menaruh cinta yang begitu mendalam terhadap dirinya.

   Terdengar manusia berkerudung itu berkata lagi.

   "Walaupun dalam kitab tidak dicantumkan tentang obat penawar dari racun Im hwee si hun wan, namun aku yakin masih bisa disembuhkan dengan suatu cara pengobatan yang istimewa, paling tidak dapat memper-panjang saat kambuhnya, kemudian aku baru akan pergi mencarikan obat yang bisa memunahkan racun itu.

   "Ban sia kaucu Ceng Lan hiang memiliki se

   Jilid kitab Ban sia cin keng, dan pil tersebut dibuat olehnya berdasarkan catatan dalam kitab itu, aku rasa kemungkinan besar dia pun mengerti apa obat penawar dari racun itu"

   Segera muncul kembali setitik harapan dalam hati Ku See hong, perasaannya yang tegang pun segera mengendor kembali, sekalipun harapan tersebut masih amat kecil, namun jauh lebih baik daripada sama sekali tiada harapan lagi.

   Ku See hong segera berkata pelan.

   "Nona bolehkah aku tahu, mengapa kau bersikap begitu baik terhadap kami? Aku orang she Ku benar-benar merasa amat menyesal, dimana kemarin malam aku telah mengganggu ketenangan kalian."

   Manusia berkerudung itu menghela napas sedih.

   "Sebagai sesama umat persilatan, sudah sewajarnya apabila kita saling bantu membantu, hal ini tidak terhitung seberapa.

   "Terus terang saja kukatakan! Aku memang melindungi dan memperhatikan dirimu jauh melebihi yang lain, sebab wajahmu mirip sekali dengan kekasihku dulu. Sekalipun dalam hidupkuini aku bakal kehilangan cintaku terhadapnya, tapi aku bersedia untuk membantu cinta kasih orang lain, dengan demikian paling tidak aku akan memperoleh sedikit pembayaran cintaku yang hilang"

   Ku See hong benar-benar merasakan hati nya bergolak keras sesudah mendengar ucapan tersebut, perempuan ini benar-benar mirip sekali dengan Keng Cin sin, terutama sekali keanggunan dan kebesaran jiwanya.

   Tampaknya manusia berkerudung itu seperti lagi menunjukkan sesuata, kembali ia berkata.

   "Padahal cinta yang sebenarnya bukan cinta yang menguasahi, melainkan suatu pemberian.

   `Seandainya aku berhasil menemukan yang dulu, dan menyasikan dia seperti juga kau sekarang, telah mempunyai dua orang kekasih yang lain, maka aku pun akan membantunya pula agar mereka dapat hidup berbahagia"

   "Aaaai, banyak persoalan di dunia ini yang tak bisa dibayangkan dan dipikirkan dengan begitu mudah"

   Ku See hong turut menghela napas panjang ..'Aaaai, aku orang she Ku telah berkenalan lagi dengan seorang perempuan sejati, apabila tidak keberatan aku ingin sekali mendapat tahu siapa nama nona."

   Mendengar permintaan tersebut, perem-puan berkerudung itu merasakan hatinya bergetar keras, segera berpikir..'Aku tidak dapat bergaul lagi dengannya lebih jauh, manusia adalah makhluk yang kaya akan perasaan, bila aku seringkali bbergaul denganndya maka batasana-batasan perasaban yang kuatur selama ini, pada akhirnya bisa berantakan tidak karuan, aku sudah tidak memiliki tubuh yang suci dan bersih lagi untuk menyambut datangnya cinta dari dia..."

   Berpikir demikian, cepat-cepat katanya dengan suara sedingin es.

   "Ku See hong! Namaku telah hilang lenyap bersama-sama dengan jiwaku, maaf bila aku tak dapat memberitahukan soal tersebut kepadamu"

   Mendengar ucapan mana, Ku See hong segera tahu kalau dia tak ingin berkenalan dengannya, tanpa terasa ia menghela papas sedih.

   "Berulang kali nona telah memberikan cinta kasih kepada aku orang she Ku, budi kebaikan ini tak akan kulupakan untuk selamanya. suatu ketika budi kebaikan itu pasti akan kubayar.

   "Sekarang, apabila nona mempunyai sesuatu tugas untuk menyuruhku. Katakan lah segera! Meskipun harus terjun ke lautan api sekalipun, aku orang she Ku tak akan menampik" ' Aku membantumu karena aku teringat kembali dengan kekasihku dahulu, aku sama sekali tidak mengharapkan balas jasamu, harap kau jangan mempersoalkan hal ini di dalam hati"

   Ku See hong merasa semakin sedih.

   "Selama hidup aku orang she Ku tak pernah menerima budi kebaikan orang lain, tapi Kini, tanpa sebab musabab aku telah berulang kali menerima kebaikanmu, lama kelamaan hatiku menjadi tidak tenteram sendiri... Sebelum ia menyelesaikan kata-katanya, perempuan berkerudung itu sudah menukas.

   "Ku See hong, bila kau masih memikirkan budi kebaikanku itu, baiklah! Aku pun akan memohon beberapa persoalan kepadamu"

   "Harap nona sampaikan, aku orang she Ku sudan pasti akan menerimanya tanpa membantah" 'Pertama. harap kau jangan memusuhi orang-orang dari perguruan Hiat mo bun kami lagi. Kedua. Harap kau segera pergi meninggal kan aku"

   Ucapan mana pada hakekatnya merupakan suatu pengusiran secara paksa, kontan saja membuat paras muka Ku See hong berubah hebat, sebagai pemuda yang tinggi hati, ia merasa amat gusar dan mendongkol seteblah diusir secadra demikian.

   Coba kalau bukan Ku See hong sudah terlanjur dibikin kagum atas perempuan tersebut dalam pembicaraan tadi, mungkin suatu pertarungan sudah pasti tak bisa dicegah lagi.

   Dengan sedih dia menghela napas panjang, katanya kemudian.

   
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
' Entah kejelekan apakah yang dipunyai itu orang she Ku, sehingga kau bersikap begitu tak berperasaan kepadaku? Harap nona suka memberi petunjuk yang jelas'` Manusia berkerudung itu menghembuskan napas panjang.

   "Ku Se-hong, aku harap kau jangan mendekati aku, apakah hanya soal ini saja tak dapat kau kabulkan? Aaaai... ' Terus terang saja kuberitahukan kepadamu, berhu-bung kau kelewat mirip dengan kekasihku, maka setiap kali bertemu dengan kau, aku lantas teringat akan dirinya, terutama cinta kasihnya dahulu, kau harus tahu, penderitaan semacam itu paling sukar ditahan, maka itulah aku terpaksa harus bersikap kurang sopan dan tak berperasaan kepadamu, tentang soal ini, aku harap kau sudi memaafkan"

   Apabila nona memang bersikeras untuk berbuat demikian, tentu saja aku orang she Ku tidak akan menyusahkan orang, namun selama hidup aku pun tak ingin menerima budi kebaikan orang dengan begitu saja, sekarang aku telah bertekad untuk melaku kan suatu pekerjaanuntuk nona.

   "Aku akan mencarikan kekasihmu yang dahulu itu sampai ketemu, harap kau bersedia memberitahukan kepadaku nama dari kekasih hatimu itu..."

   Mendengar ucapan tersebut, manusia berkerudung itu tak dapat mengendalikan rasa pedihnya lagi, pancaran sinar kepedihan segera mencorong keluar dari balik matanya itu.

   Dia benar-benar tak dapat mengendalikan perasaannya lagi, tapi teringat betapa kotor nya tubuh sendiri yang telah dinodai orang, dengan cepat ia mengendalikan kembali perasaannya yang sedang bergolak tersebut...

   Begitu dalam cintanya kepada pemuda ini, tapi dia merasa rendah diri, serendah-rendahnya sampai tak berani menunjukkan wajah aslinya, dia rela menerima siksaan tersebut daripada mengungkap hal yang sesungguhnya.

   Setelah menghela napas sedih, katanya kemudian.

   `Ku See hong! Maksud baikmu biar ku terima di dalam hati saja.

   "Kau harus tahu, betapa sedihnya dan hancurnya hatiku bila dapat berdua kembali dengan kekasihku itu, rasa sedih tersebut sudah pasti tak akan terlukiskan dengan kata-kata, Kau.... kau tak usah bersusah payah untukku lagi.

   "Padahal, sekalipun kau hendak mencari kekasihku itu sampai ke ujung langit pun, jangan harap bisa kau temukan jejaknya... 'Apakah dia sudah mati..?'` tanya Ku See hong dengan perasaan tidak hampir mengerti. ' Tidak. dia belum mati! Kuharap kau jangan bertanya lagi, bersedia bukan? Kau ... kau harus selekasnya meninggalkan tempat ini!"

   Dari balik matanya yang jeli sudah mengembang air mata yang setiap saat berpisah kembali untuk selamanya.

   Tapi..

   tapi kenapa? Karena mahkota kehormatannya sebagai seorang gadis telah dinodai oleh sekawanan manusia laknat.

   Keadaan waktu itu benar-benar membuat nya menjadi amat mengenaskan, bukan dinodai oleh seorang saja waktu itu, melainkan oleh berpuluh-puluh orang secara bergilir, tak ubahnya seperti seorang pelacur yang sedang melayani langganannya saja, selesai satu datang yang lain, demikian seterusnya tiap hari...

   Maka dia tak ingin lagi mempersembahkan tubuh dan jiwanya yang telah ternoda itu untuk kekasih hatinya.

   Dia tahu bakal kehilangannya selama hidup, dia membenci! Membenci ketidak adilan Thian, membenci kawanan manusia laknat yang telah menghancurkan kesucian tubuhnya, ia menggigit bibir menahan diri, dan harus membunuh kawanan manusia laknat tersebut.

   Tiada berperasaan! Kejam, penuh dengan genangan darah kental...

   Telah menjadi prinsip hidupnya semenjak peristiwa itu, dan bersumpah hendak membasmi kawanan manusia laknat tersebut dengan darah mereka sendiri, menggunakan darah dan mayat untuk mencuci bersih tubuh dan jiwanya yang ternoda tersebut.

   Tapi kesemuanya itu hanya untuk kesejahteraan hidup umat manusia, sedang dia sendiri akan selamanya terjerumus dalam jurang penderitaan dan siksaan..sukmanya yang bernoda tak pernah akan menjadi bersih kembali.

   kendatipun dicuci dengan segenap air yang mengalir di sungai Tiangkang sekali pun.

   Padahal jiwanya tak pernah ikut ternoda, dia masih tetap anggun dan suci bersih.

   Ia tidak berbeda jauh dengan keadaan dahulu, tetap dikagumi dan dihormati setiap orang.

   Memandang kepedihan hati yang mence-kam perasaan si nona.

   Ku See hong merasakan hatinya bergetar keras.

   tanpa terasa, pikirnya lagi.

   "Biji matanya begitu mirip dengan adik Sin, aaaai ....benarkah manusia ciptaan Thian bisa dibentuk dengan kesamaan yang persis sama antara yang satu dengan lainnya? Kalau perasaan mungkin saja bisa sama, tapi panca indera, tubuh, suara dan gerak geriknya tak mungkin bisa sama antara yang satu dengan lainnya, dia benarkah Keng C in sin...? Berpikir sampai disitu, Ku See hong meng-hela napas sedih, pelan-pelan dia berkata. 'Nona! Aku orang she Ku akan melaksana kan seperti apa yang kau inginkan, tapi sebelum pergi, harap kau perlihatkan wajah aslimu sekali lagi, agar terbentik sedikit kenangan dalam hatiku dimasa mendatang"

   Setelah mendengar ucapan mana, dari balik mata manusia berkerudnng itu mencorong kembali setitik cahaya tajam, secara beruntun ia mundur sejauh tiga langkah ke belakang, kemudian katanya dengan suara dingin lagi ketus.

   'Tidak usah! ?paling baik kalau kau bisa segera melupakan aku" 'Kau...kau adalah Keng Cin sin..."

   Tiba-tiba manusia berkerudung itu mengangkat kepalanya lalu memperdengar kan suaranya tertawanya yang keras, tajam dan menusuk pendengaran..

   Kemudian selang berapa saat kemudian, dia baru menghentikan suara tertawanya dan berkata dengan suara yang dingin hinggba merasuk ke tudlang.

   "Kau benar-benar tak bibsa dinasehati, sudah dibilang aku bukan Keng Cin sin, kau masih saja nekad menuduhku dengan yang bukan-bukan. Hmmm! Jika kau masih saja bersikeras mengatakan yang bukan . bukan, jangan salahkan kalau aku tak akan bersikap sungkan-sungkan lagi terhadap dirimu. Ketika mendengar perkataan yang dingin tak berperasaan itu, sekali lagi Ku See hong berpikir.

   "Tidak! Tidak! Sikap semacam ini jelas tak akan pernah dilakukan oleh adik Keng Cin sin, dia bukan adik Sin! Dia bukan adik Sin..."

   Perasaan hatinya saat ini sungguh amat gundah, perasaan bertentangan serasa berkecamuk di dalam benaknya.

   adakalanya dia merasa gadis itu sebagai Keng Cin sin, ada-kalanya ia justru menyangkal perasaan nya tersebut.

   Akhirnya sekilas rasa sedih dan senyuman getir menghiasi raut wajah Ku See hong, katanya kemudian.

   "Nona! Kalau begitu, aku harus merepot kan dirimu sekali lagi untuk menyembuhkan penyakit yang diderita Im Yan cu. Semua budi kebaikanmu kepadaku selama ini, asal aku orang she Ku masih dapat bernapas selamanya tidak akan pernah kulupakan' `Tentang soal Im Yan cu aku pasti akan berusaha dengan sepenuh tenaga untuk membantunya.. harap kau jangan merisaukan, tukas manusia berkerudung itu cepat.

   "cuma dimanakah ia berada saat ini?"

   Ku See hong menjadi terperanjat sesudah mendengar pertanyaan itu, segera pikirnya.

   "Sekarang ia telah dibawa pergi oleh gurunya. --Seng sim cian li Yap Soat kun, ke manakah aku harus pergi mencarinya? Aaaai.-.! Mungkin gurunya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan luka tersebut.' Berpikir demikian, diapun, lantas berkata.

   "Im Yan cu telah dibawa pergi oleh gurunya, ia tidak mengatakan hendak ke mana. tapi dia pernah bilang, Jika ia gagal menyembuhkan penyakit itu, maka dia ia akan segera datang mencariku, mungkin mereka masih berada didalam kota"

   Mendengar jawaban mana..

   manusia berkerudung itu menghela napas panjang.

   `Benar-benar pikun! Langit dan jagad begini lebar, kau hendak ke mana untuk mencarinya' ' Sekalipun gurunya merupakan seorang tokoh persilatan yang berilmu tinggi, namun setelah menghadapi racun cabul Im hwee si hun wan, sudah pasti racun tersebut tak akan mampu di sembuhkan olehnya, cuma aku pikir dia pasti berkemampuan untuk mencegah menjalarnya racun itu serta menunda saat kambuhnya selama beberapa hari.

   "Begini saja? Bila ia datang mencarimu atau kau berhasil menemukan mereka, suruhlah mereka menungguku di rumah penginapan Yang tang"

   "Nona, apakah kau hendak mengunjungi markas besar Ban sia kau seorang diri?.` "Cepat atau lambat kami, orang-orang Hiat mo bun sudah pasti akan melangsungkan suatu pertarungan antara mati dan hidup dengan pihak Ban sia kau, sekarang mumpung ada kasus tentang Im Yan cu ini, maka aku harus mengunjungi markas besar Ban sia kau, kalau bisa akan kucuri kitab pusaka Ban sia cinkeng milik Ceng Lan hiang tersebut"

   "Nona! persoalan ini toh merupakan masalahku, soal mencuri kitab ban sia cinkeng lebih baik serahkan kepadaku untuk mengerjakannya!"

   "Kau tidak boleh ke situ?"

   Jawab manusia berkerudung itu dingin.

   "andaikata racun cabul yang berada ditubuh nona Im kambun kembali, apa yang harus kau lakukan? Sekarang, paling baik kalau kau pergi mencarinya lebih dahulu, kemudian setiap saat setiap detik mendampinginya"

   "Nona, dapatkah kau menunggu satu hari lagi sebelum berkunjung ke markas besar Ban sia kau?" 'Tentu boleh saja, sampai waktunya mungkin aku bisa menduga disaat nona Im kau kambuh untuk kedua kalinya itu apakah dia sudah menerima pengobatan dari gurunya atau belum, kemudian baru pergi mencari kitab Ban sia cinkeng.."'Biasanya, apabila racun cabul itu sudah kambun untuk ke dua kalinya, maka racun mana akan lebih sukar untuk disembuhkan, sekalipun bisa dipunahkan pengaruh racun cabul itu, namun dia sendiri menderita akan kerugian yang amat besar, keselamatan jiwanya pun akan terancam bahaya besar. Mendengar ucapan mana, Ku See hong menjadi semakin pedih hatinya, dia segera berpikir.

   "Kalau begitu aku harus segera berangkat ke bukit Im cu san untuk mencari rumput Im cu cau, siapa tahu kalau rumput tersebut dapat menyembuhkan racun cabul itu?"

   Setelah mengambil keputusan, dia pun berkata dengan sedih.

   "Kini, waktunya sudah amat mendesak, terpaksa aku orang she Ku harus mohon diri lebih dahulu, besok pagi aku akan menunggu mu dl rumah penginapan Yang tang saat Im Yan cu dan gurunya tolong kau sudi mencarikan..."

   "Harap kau jangan kuatir, keselamatan Im Yan cu.."

   Sebenarnya dia hendak berkata bahwa keselamatan lm Yan cu mempunyai arti yang sangat penting baginya. Tapi karena kuatir Ku See hong akan menaruh curiga kepadanya, terpaksa ia membungkam dalam seribu bahasa.

   "Nona!"

   Kata Ku See hong lagi.."kita berjumpa lagi lain waktu, sekarang aku hendak mohon diri lebih dahul Ku See hong, sekarang kau hendak ke mana?"

   Tiba-tiba manusia berkerudung itu bertanya.

   "Aku hendak mencari semacam obat, paling lambat besok pagi pasti sudah kembali ke rumah penginapan Yang tang' Selesai berkata, dengan suatu gerakan yang amat cepat Ku See hong meluncur ke depan sejauh dua puluhan kaki lebih.

   "Hei, apa nama rumput itu?"

   Teriak manusia berkerudung itu dengan keras-keras.

   "Rumput Im Cu cau!?"

   Jawaban itu melayang tiba secara lamat-lamat, sementara tubuhnya dengan cepat sudah meluncur naik keatas sebuah puncak bukit dan sekejap kemudian telah lenyap dibalik lapisan bukit tersebut.

   Memandang bayangan punggung sang pemuda yang menjauh, perempuan itu segera bergumam.

   "Rumput Im cu cau! Rumput Im cu cau.. Yaa. di dalam kitab pusakaku memang pernah disebut tentang rumput aneh itu, tapi rumput tersebut sangat sulit ditemukan, hendak ke manakah dia mencari rumput Im cu cau tersebut? Mungkinkah rumput terse-but bisa menawarkan racun cabul tersebut? Aaaai..."

   Dia manghela napas panjang.

   Sorot matanya yang jeli pelan-pelan di alihkan ke tengah udara, memandang mega yang melayang terhembus angin, dibawan sorot cahaya matahari, tampak beberapa tetes air mata sempat membasahi matanya.

   Dengan perasaan yang pedih, kembali dia bergumam.

   "Engkoh Hong, maafkanlah daku! Aku tahu kau sangat mencintaiku, tapi... aku ...aku sudah tak dapat menerima cinta kasihmu lagi."

   "Dia! Seperti yang kau duga, telah mati, selama hidup kau tak akan pernah bisa berjumpa lagi dengannya. 'Oooh Thian! Mengapa begitu jeleknya nasibku ini..."

   Bergumam sampai disitu, tak tahan lagi dia menangis tersedu- sedu, menangis dengan sangat sedihnya.

   Yaa, sesungguhnya nasib gadis ini memang tragis dan mengibakan hati...

   Sebenarnya ia sudah tak ingin hidup terus di dunia ini semenjak terjadinya peristiwa yang mengenaskan itu.

   Tapi, kobaran api dendam dan bencinya yang menyala-nyala membuat gadis itu berusaha keras untuk mengendalikan diri, terutama sekali betapa besarnya keinginan gadis itu untuk dapat berjumpa muka sekali lagi dengannya, maka sambil menahan malu dia melanjutkan hidupnya sampai kini...

   Sungguh tidak disangka, justru karena tekadnya itu, tanpa disengaja ia telah menemukan sesuatu keajaiban, dia menemu bkan kitab pusakda yang berisikaan ilmu silat ambat lihay yang mana membuatnya berubah menjadi seorang perempuan berilmu tinggi.

   Ternyata Buncu dari perguruan Hiat mo bun ini atau yang lebih dikenal sebagai manusia berkerudung warna warni ini, bukan lain adalah Keng C in sin dari Istana Huan mo kiong di lautan Lain hay, Keng Cin sin, saat ini ia sedang menangis tersedu sedu, menangis dengan amat pedih nya..

   Suara isak tangis yang memilukan itu mengalun dan menyebar ditengah bukit yang hening itu.

   Suasana begitu sedih, begitu mengenas kan, membuat hati siapa pun terasa pilu.

   Dia telah melampiaskan seluruh rasa sedih dan pilunya dalam isak tangis yang memedihkan hati tersebut.

   Suaranya seperti suara teriakan monyet dari selat wu shia, begitu memilukan, begitu mengibakan hati, membuat siapa saja merasa turut beriba hati.

   Peristiwa mengerikan yang pernah di alaminya dimasa lalu, kini terlintas kembali dalam benaknya...

   (Berikut ini akan dikisahkan musibah yang telah menimpa Keng Cin sin serta penemuan yang dialaminya) Peristiwa itu terjadi pada setahun berselang di istana Huan mo kiong laut lam hay, diawali pada senja yang kelabu tersebut.

   Waktu itu, Keng Cin sin seorang diri harus menghadang melawan Kim kiam (si pedang emas) Cia Tiong giok sekalian belasan orang jago-jago lihay.

   Demi kekasihnya Ku See hong agar bisa lolos dari tempat tersebut dengan memperta-ruhkan jiwa raganya dia melakukan perlawanan dengan sepenuh tenaga.

   Apabila seseorang sudah berada diujung tanduk, dimana keselamatan jiwanya dijadikan taruhan, kekuatan yang terpancar keluar dari tubuhnya memang selalu diluar dugaan siapa saja.

   Keadaan Keng Cin sin ketika itu ibaratnya seekor harimau betina yang sedang kalap, dia menerjang ke sana melompat kesini, dengan sekuat tenaga mencegat terjangan orang-orang itu.

   Dengan kegarangannya, dalam waktu singkat dia telah berhasil merobohkan bebe-rapa orang, akan tetapi pakaian yang dikenbakan juga telahd hancur dan robaek-robek, darahb segar bercucuran dimana-mana, namun dia masih mencoba mengerahkan sisa kekuatan yang dimilikinya untuk melancarkan serangan.

   Suatu ketika dia berhasil melukai si pedang emas Cia Tiong giok dan merebut pedang emasnya.

   Mendadak, pada saat itulah...

   Tubuhnya pun secara beruntun terkena beberapa buah pukulan dahsyat yang membuat nya memuntahkan darah segar.

   Berada dalam keadaan begini sadarlah gadis lersebut bahwat dia tak akan mampu untuk bertahan lebih jauh, sudah pasti dia akan ditawan mereka dan mengalami siksaan yang paling keji..

   Maka sambil memperdengarkan jeritan ngeri yang memilukan hati, dia segera mengayunkan pedangnya untuk bunuh diri.

   Siapa tahu saat yang tepat inilah Cia Tiong giok telah menyambitkan senjata rahasia untuk merontokkan pedang emas ditangan gadis itu, kemudian dengan suatu gerakan cepat menotok beberapa buah jalan darahnya.

   Begitulah, diapun mengalami nasib yang paling tragis di dalam kehidupannya.

   Dia pun harus mengalami kejadian memalukan yang membuatnya amat sakit hati.

   Ternyata si Pedang emas Cia Tiong giok sangat mencintai Keng Cin sin, secara diam-diam dia telah menganggap gadis itu sebagai istrinya sendiri, sungguh tak pernah di sangka olehnya kalau gadis itu akan menghianati dirinya.

   Pada dasarnya si Pedang emas Cia Tiong giok memang seorang manusia yang kejam, buas dan sama sekali tak berperasaan.

   Pada saat itu dia sudah amat membenci terhadap Keng Cin sin, dia hendak mengguna kan semacam siksaan yang paling keji dan paling buas untuk menyiksa gadis tersebut.

   Maka dengan menggunakan semacam obat beracun yang dapat membuat ke empat anggota badan orang menjadi lemas, dia cekoki obat tersebut ke mulut Keng Cin Sin agar supaya gadis itu tak mampu melakukan usaha bunuh diri.

   Setelah itu dia perkosa Keng Cin sin sampai puluhan kali banyaknya, ketika ia sudah mulai bosan, maka ia serahkan Keng Cin sin kepada anak buahnya agar diperkosa secara beramai-ramai.

   Begitulah, sekuntum bunga yang sangat indah, akhirnya dirusak dan dilalap oleh kawanan manusia laknat itu sehingga tak karuan lagi bentuknya.

   Berada dalam keadaan seperti ini, Keng Cin sin sama sekali tak berkemampuan lagi untuk melakukan perlawanan, dia harus menghadapi siksaan dan penderitaan tersebut dengan tabah, terpaksa dia pun harus menerima perkosaan tersebut sekali demi sekali secara bergilir ....

   Alat rahasia dibawah tubuhnya boleh di bilang sudah digagahi mereka hingga robek, terluka dan mengucurkan darah, setiap kali dia tentu jatuh tak sadarkan diri karena sakitnya.

   Namun semua penderitaan tersebut hanya penderitaan lahiriah, sementara siksaan dan penderitaan hatinya entah berapa puluh ribu kali jauh lebih berat.

   Dia ingin hidup sayang tak bertenaga, ingin mati sayang tak berkemampuan.

   oooOdwOooo BAB 44 BEGITULAH seterusnya, selama satu bulan penuh, hampir setiap hari setiap waktu harus menerima siksaan yang tak berperi kemanusiaan itu, hampir setiap waktu dia digagahi oleh kawanan manusia laknat tersebut secara bergilir.

   Akhirnya karena sering dan terlalu banyak nya orang yang menggagahi dia, gadis itu kejangkitan penyakit kotor, penyakit kelamin yang entah ditularkan oleh siapa.

   Tubuhnya yang berkulit putih dan bersih itu mulai tumbuh luka- luka bernanah yang mengeluarkan bau busuk.

   seluruh tubuhnya menjadi busuk baunya dan rasa sakitnya tak terlukiskan lagi dengan kata-kata.

   Namun, tak seorang manusia pun yang menaruh simpatik kepadanya, tiada orang yang berbelas kasihan kepadanya.

   Si pedang emas Cia Tiong giok sesungguh nya berbuat demikian diluar pengetahuan ayahnya Han thian it kiam Cia Cu kim, oleh sebab itu Cia Cu kim sama sekali tak tahu kalau Keng Cin sin telah mengalami siksaan dan penderitaan sehebat itu.

   Ahirnya, setelah seluruh tubuh Keng Cin sin kejangkitan penyakit kotor dan baunya busuk sekali, orang mulai mencampakkan dia, orang tak sudi menjamah tubuhnya lagi, ia pun dinaikkan ke atas sebuah sampan kecil kemudian di lepaskan ditengah samudra yang luas seorang diri...

   Waktu itu, racun dari penyakit kelamin yang dideritanya sudah menjalar hampir menyeliputi seluruh bagian tubuhnya.

   Kesadarannya sudah menjadi kabur..

   keadaan gadis itu boleh dibilang berada dalam keadaan sadar tak sadar, dia sendiri sama sekali tak tahu kalau tubunya telah diletakkan diatas sebuah sampan dan dilepaskan di tengah samudra.

   Dengan penyakit kotor yang begitu parah menyerang tubuh Keng Cin sin, tubuhnya dilepaskan pula ditengah samudra luas dan dibiarkan terapung entah ke mana..

   pada hakekatnya tiada harapan sama sekali baginya untuk hidup lebih jauh.

   Tapi mati hidup manusia didunia ini semuanya telah diatur oleh suatu kekuatan yang maha besar yang jauh diatas langit sana.

   Setelah terombang ambing selama sehari semalam, lambat laut Keng Cin sin menjadi sadar kembali.

   Sekujur tubuhnya terasa amat sakit, ia membenci langit karena memberikan siksaan dan penderitaan yang begitu keji kepadanya.

   Ditengah samudra yang begitu luas tak bertepian, berteriak kelangit tiada yang menyahut, menjerit ke bumi tiada yang menggubris, beberapa kali dia hendak terjun ke laut untuk bunuh diri, namun setiap kali teringat kembali dengan dendam kesumat yang membara di dalam dadanya, keinginan nya untuk hidup segera tumbuh kembali.

   Selain itu, dia ingin bertemu sekali lagi dengan kekasih hatinya, agar dia tahu betapa keji dan mengenaskannya musibah yang telah menimpa dirinya.

   Namun kesemuanya itu hanya berupa suatu lamunan belaka, sebab dia tahu, keselamatan jiwanya hanya bisa bertahan selama sepuluh hari saja.

   Saat itu, tengah malam sedang menjelang tiba, cahaya rembulan dan bintang yang redup menyoroti diatas sampan yang terombang ambing ditengah lautan.

   Pakaian yang dikenakan Keng Cin sin sudah hancur dan compang camping tak karuan bentuknya.

   Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   kulit badannya merah membengkak, pada hakekatnya ia sudah tersiksa hingga tak berwujud manusia lagi, wajah nya pucat bias seperti mayat, rambutnya awut-awutan tak karuan, bau busuk amat menusuk hidung.

   Cahaya rembulan memancarkan sinarnya di atas permukaan laut dan memantulkan raut wajahnya yang mengerikan seperti kuntilanak, dia mencoba untuk meronta bangun, namun seluruh tubuhnya terasa sakit dan mengejang keras.

   Sepasang matanya yang merah membeng-kak mengucurkan titik-titik darah kental...

   Ia tahu tiada harapan lagi baginya untuk melanjutkan hidup, soal membalas dendam, meski dia tahu bahwa kekasihnya akan mewakilinya untuk menuntut balas, namun dia tetap tak ingin mati dengan begitu saja, oleh karena itu dengan menghimpun sisa kekuatan yang dimilikinya, dia harus bertarung melawan maut.

   Ia menangkap ikan-ikan segar yang berlompatan diatas permukaan laut untuk mengisi perutnya yang lapar, tiada air tawar maka diapun menggunakan isi perut ikan serta darah untuk menghilangkan rasa dahaga tersebut...

   Hidup seorang diri ditengan samudra yang begini luas, boleh dibilang sungguh berat dan payah.

   Tapi dengan tabah dia menahan penderitaan tersebut, dia harus menahan hembusan angin laut yang kencang, ditam-bah lagi tubuhnya yang penuh dengan luka bernanah, penderitaan dan rasa sakit yang dialaminya jelas berapa puluh kali lipat lebih menyiksa...

   Tanpa terasa dia telah sepuluh hari sepuluh malam melakukan pergulatan seru menentang maut, hidup tersiksa ditengah samudra luas seorang diri...

   Akhirnya Keng Cin sin berhasil mengung-guli, karena kesadarannya berangsur-angsur pulih kembali, namun siksaan dan penderitaan pada tubuhnya justru hari demi hari semakin bertambah menghebat.

   Hari ini adalah hari kesebelasan dia bertarung menentang maut ditengah samudra luas, matahari senja sudah mulai tenggelam dilangit sebelah barat.

   Dengan termangu-mangu ia memandang matahari merah yang makin lama tenggelam semakin kebawah diujung langit sana, dia tak tahu berapa hari lagi dia hidup terombang-ambing ditengah samudra yang luas tersebut...

   Rupanya sampan tersebut bukan saja tidak dilengkapi dengan alat pendayung, layar pun tiada, maka perahu itu hanya bisa bergerak mengikuti arus...dia tak tahu akhirnya dia akan terbawa arus sampai ke mana...? Dalam keadaan ini, dia hanya pasrah pada nasib, yaa sesungguhnya bagaimana mungkin dia bisa menentang nasib dan takdir yang telah mengatur segala sesuatunya itu? .

   Keng Cin sin, si gadis yang bernasib jelek sekali lagi harus menghadapi perjuangannya menentang maut.

   Kiranya setelah matahari senja tenggelam tak lama dibalik laut...

   Mendadak seluruh angkasa diliputi oleh kabut hitam yang amat tebal, angin puyuh bagaikan berjuta-juta prajurit berkuda, secepat kilat menggulung tiba dengan amat dahsyatnya.

   Ombak pun mulai membukit dan menghempaskan setiap benda yang berada di sekeliling tempat itu.

   Keng Cin sin amat terkejut.

   dia sadar habis sudah riwayatnya kali ini...

   Sebuah sampan yang kecil, bagaimana mungkin bi a menentang hembusan angin puyuh serta gulungan ombak yang membukit? Suara deruan angin yang memekikkan telinga, membuat hati orang menjadi ngeri dan seram, bulu kuduk pada bangun berdiri semua...

   "Oooh Thian!"

   Pekik Keng Cin sin di dalam hati.

   "mengapa kau bersikap begitu keji terhadap diriku? "Dosa besar apakah yang kuperbuat dalam penitisanku yang lalu? Belum cukupkah siksaan dan penderitaan yang kau berikan kepadaku selama ini? "Mengapa kau hendak merenggut pula sisa kehidupan yang kumiliki ini.."

   "Aku harus hidup! Aku hidup, hidup untuk selamanya... aku harus menuntut balas, membalas sakit hatiku yang membara ini. Teriakan tersebut memilukan hati siapa pun yang mendengar, namun sayang jeritan tersebut segera tenggelam dibalik deruan angin puyuh yang amat dahsyat itu... Keng Cin sin duduk kaku diatas sampannya, dengan sorot mata yang merah membara dan memancarkan sinar penuh dendam dan sakit hati, ia menatap awan hitam yang menyeli-muti angkasa itu tanpa berkedip.. Angin puyuh yang tajam menyambar pakaiannya yang compang camping dan mengoyak pakaiannya yang sudah hancur itu, dalam waktu singkat, ia berada dalam keadaan telanjang bulat, rambutnya yang hitam terurai tak karuan dimainkan angin. Sekarang, keadaannya tak berbeda dengan seorang setan perempuan yang telenjang bulat. Wajah ,yang menyeramkan tapi menegas kan membuat orang merasa seram, namun juga beriba hati...simpatik... Entah Thian terharu oleh jeritannya yang memilukan hati, entah karena apa, akhirnya awan hitam yang menyelimuti angkasa itu tersapu lenyap dari angkasa dan hilang lenyap tak berbekas. Ombak putih yang menggulung-gulung di permukaan samudra pun mulai mengocok dunia dan bergulung gulung dengan hebatnya. Dimainkan oleh ombak yang deras, sampan yang ditumpangi Keng Cin sin itu segera meluncur ke depan dengan cepatnya, mengikuti arus laut meluncur ke arah depan. Keng Cin sin sendiri karena luka dan penyakit yang dideritanya, kini berada dalam keadaan tak sadarkan diri, tubuhnya yang telanjang terkapar diatas sanpan tak bisa berkutik. Menanti dia sadar kembali, dari pingsannya... Meskipun Keng C in cin masih mendengar suara gulungan ombak yang memecah te-pian, suara ombak samudra yang menggelegar masih mendengung disisi telinga nya.. Namun dia merasa seakan-akan sudah tidak berada diatas sampan lagi, melainkan berbaring diatas permukaan tanah yang basah, bukan pasir, melainkan batu karang yang keras dan licin. Keng Cin sln sedikit kurang percaya kalau dia masih bisa hidup di dunia yang penuh dosa ini..Ia mencoba untuk menggerakkan tubuh nya, sekujur badan segera terasa sakit, terutama tulang belulangnya, rasanya linu dan sakit nya seperti pada retak. Akan tetapi, rasa sakit dalam tubuhnya terasa tersapu lenyap oleh rasa gembira didalam hatinya, pelan-pelan dia membuka matanya, kemudian berteriak dengan suara parau.

   "Aku masih hidup! Aku masih hidup! Benar aku masih hidup?"

   Ia mendongakkan kepalanya dan meman-dang ke depan sana.

   Tiba-tiba muncul suatu kejadian didepan matanya.

   Ia saksikan sebuah bangunan kuil muncul disana, sebuah bangunan kuil yang kokoh dan megah...

   Kuil tersebut, berdiri tegak di tengah gulungan ombak yang menggulung-gulung.

   Saat itu malam sudah menjelang tiba, rembulan bersinar dengan terangnya di angkasa.

   Tiada hembusan angin yang berhembus lewat, namun ombak laut masih saling menggulung dengan kencangnya.

   Suara ombak yang memecah ditepi pantai, menimbulkan suara getaran yang memekik kan telinga.

   Tapi anehnya, meskipun kuil tersebut di kelilingi oleh ombak yang menggulung- gulung, namun sepuluh kaki disekelilingnya, air laut justru amat tenang, lembut tanpa ombak.

   Peristiwa itu benar-benar jauh diluar dugaan siapa pun...

   Keng Cin sin menghela napas sedih, gumamnya.

   "Aku masih berada di alam semesta? Ataukah sedang berada dalam alam impian.?"

   Tidak, segala sesuatunya merupakan kenyataan, kadangkala apa yang berada dihadapannya memang sukar dipercaya oleh siapa pun.

   Nun jauh disana tampak bukit yang berlapis-lapis dengan hutan yang lebat, siapa pun tak akan menyangka kalau dibalik bukit di tepi samudra dengan ombak yang deras, terdapat sebuah kuil dalam bentuk sedemikian anehnya.

   Sekeliling kuil itu penuh dengan batu karang berwarna hitam yang berkilauan.

   Dalam keadaan bugil, Kang Cin sin berbaring diatas batu karang itu...

   Mendadak...

   Gadis itu menjerit kaget...paras dukanya yang pucat pias berubah menjadi semu merah.

   Rupanya dia baru menyadari kalau ia sedang berada dalam keadaan bugil, tanpa secuwil kainpun yang melekat ditubuhnya.

   Kendatipun ia pernah bertelanjang bulat, seluruh bagian tubuhnya pernah dilihat dan dinikmati oleh kawanan manusia laknat, pernah di perkosa dan melewati kehidupan bagaikan seorang pelacur selama hampir sebulan lamanya....

   Namun kesemuanya itu bukan terjadi atas kehendaknya sendiri, dia tak mampu memberikan perlawanan.

   Tapi sekarang dia telah melepaskan diri dari penderitaan tersebut sudah lolos dari garang iblis yang melakukan itu.

   Sekaramg dia masih tetap merupakan seorang gadis yang suci bersih.

   Karenanya setelah mengetahui kalau dirinya berada dalam keadaan telanjang bulat, tentu saja ia merasa malu sekali.

   Memandang bisul-bisul bernanah yang memenuhi seluruh tubuhnya yang telanjang, Keng Cin sin merasa amat sedih sekali, titik air mata tanpa terasa jatuh bercucuran membasahi pipinya.

   -oo0dw0oo-

   Jilid 29 SAMBIL menggertak gigi, dia berseru dengan penuh perasaan dendam.

   "Aku harus membalas dendam, akan ku bunuh seluruh manusia laknat dari istana Huan mo kiong di lautan Lam hay..."

   Terbayang kembali musibah yang menimpa dirinya, kembali dia menangis terisak dengan amat sedihnya.

   Suara tangisan Keng Cin sin kedengaran begitu lemah dan parau...

   Ini semua membuktikan kalau hawa murninya sudah banyak yang hilang, ia tak lebih hanya seorang manusia yang sudah tak jauh dari saat kematiannya...

   Isak tangis yang begitu sedih dan memedihkan hatinya membuat kesadaran Keng Cin sin kembali terlelap dalam keadaan sadar tak sadar.

   Untuk kesekian kalinya dia jatuh tidak sadarkan diri.

   Menanti ia sadar kembali, tengbah hari sudah ldewat.

   Cahaya maatahari meneranbgi seluruh tubuh nya yang bugil, ia mendongakkan kepalanya, memandang bangunan kuil di atas bukit tersebut, namun suasana masih tetap hening, seakan-akan tiada berpenghuni.

   "Mungkin tiada orang yang berdiam dalam kuil itu..."

   Guman gadis itu lirih.

   "tapi seandai nya ada penghuninya. bila mereka saksikan aku muncul dengan tubuh bugil... Ia tak berani membayangkan lebih jauh, diam-diam dia hanya bisa berdoa didalam hati.

   "Moga-moga saja tiada orang dalam kuil itu...."

   Kendatipun begitu, dia tak berani mendaki keatas bukit itu, apalagi memasuki bangunan kuil tersebut, sebab dia berada dalam keadaan telanjang bulat, ia malu bila sampai bertemu orang lain.

   Padahal kuil itu kosong tanpa penghuni, andaikata ada orang yang berdiam disitu, maka setelah berdiam selama sehari semalam disini, tentu saja jejak Keng Cin sin sudah diketahui oleh penghuni 959 kuil tersebut.

   Keng Cin sin tidak mempunyai keberanian untuk merangkak masuk ke dalam kuil dalam keadian beginilah dia menanti terus hingga matahari tenggelam dan senja menjelang tiba.

   Dalam keadaan demikian, akhirnya gadis itu mulai berpikir.

   "Kalau aku harus berada dalam keadaan begini terus, akhirnya pasti akan mati kelaparan, daripada mati, lebih baik aku menahan rasa malu untuk melongok ke dalam..."

   Berpikir demikian, ia mulai menggerakkan tubuhnya siap bergerak ke atas bukit, tapi begitu badannya bergerak, ia segera merintih karena kesakitan.

   Jelas luka yang berada didalam tubuhnya menjadi pecah dan menimbulkan rasa sakit yang bukan kepalang hebatnya.

   Keng Cin sin menggertak giginya kencang-kencang, lalu merangkak maju beberapa langkah ke depan, sementara rintihan kesakitan bergema tiada hentinya dari mulutnya...

   Tulang belulangnya bagaikan dipatah-patahkan orang, kulit tubuhnya terasa panas dan sakitnya bukan kepalang.

   Setiap kali merangkak tiga langkah, Keng Cin sin segera berhenti beristirahat sebentar, wajahnya yang memucat seperti setan natpak mengejang keras penuh penderitaan.

   Rintihan kesakitan dan dengusan tertahan, berkumandang tiada hentinya dari bibir si nona yang pucat itu...

   Wajahnya, tubuhnya basah kuyup oleh peluh sebesar kacang kedelai yang bercu-curan amat deras.

   Untung saja permukaan tanah dari bukit itu merupakan batu karang yang hitam dan halus, kalau tidak.

   sudah dapat dipastikan seluruh badan Keng Cin sin akan terluka lecet dan berdarah.

   Kurang lebih setengah jam kemudian, akhirnya Keng Cin sin berhasil mendaki bukit yang empat kaki panjangnya itu.

   Dengan menempelkan tubuh bagian bawah serta dadanya diatas bermukaan tanah didepan pintu kuil, dia mendongakkan kepalanya dan menatap ke dalam ruang kuil dengan sayu.

   Terasa olehnya kuil tersebut amat sepi, hening, dan tak kedengaran sedikit suara pun.

   "Ada orangkah dalam kuil?"

   Dengan suara yang parau Keng Cin sin berteriak.

   Suaranya parau lagi lemah, namun suasana dalam ruangan kuil itu masih tetap hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suara pun.

   Setengah perminum teh sudah lewat, Keng Cin sin yang berbaring diatas tanah pun sudah terengah-engah.

   namun belum juga terdengar suara sahutan.

   Maka dia berteriak lagi.

   "Adakah seseorang didalam ruangan?"

   Suasana tetap hening, sepi dan tak kedengaran suara apapun.

   "Aaah, mungkin tiada orang didalam sana..."

   Pikir Keng Cin sin kemudian.

   Sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, dia merangkak masuk ke dalam ruangan kuil itu.

   Setelah melalui pintu, disana terlihal sebuah ruangan yang amat besar, dalam ruangan tampak beberapa patung pemujaan, tapi lantaran sudah dimakan usia, maka meskipun patung itu masih utuh, namun warnanya sudah luntur.

   Permukaan lantai berupa lapisan batu bata merah, semuanya berada dalam keadaan bersih, Sekeliling dinding ruangan tampak pula butiran mutiara yang memancarkan selapis cahaya lembut.

   Melihat betapa bersihnya ruangan itu, selain tanpa debu, sarang laba-laba pun tak ada, kembali Keng Cin sin berpikir.

   "Sudah jelas ada penghuninya disini, kalau tidak, mengapa ruangan disini tampak begitu bersih?!' Berpikir sampai disitu, tanpa terasa, dia memandang kembali tubuh sendiri yang berada dalam keadaan bugil, merah padam selembar wajahnya yang memucat karena jengah.

   Berapa saat kemudian ia berseru lagi dengan sedih.

   "Ada orangkah disini? Adakah orang yang sedang bertapa ditempat ini? Harap sudi ke luar sebentar dan menolong aku si perempuan yang bernasib jelek..."

   Kecuali suara sendiri yang memantul dari empat dinding, take kedengaran sedikit suara pun bahkan dikala suaranya sirap, sekeliling ruangan itu kembali dicekam keheningan.

   Secara beruntun Keng C in sin berteriak lagi sampai beberapa kali, tapi suasana di sekeliling tempat itu masih tetap sepi tak kedengaran sedikit suara pun.

   pada hakekat nya tempat itu merupakan sebuah kuil yang tak berhuni.

   Melihat hal itu, si nona lantas berpikir.

   "Aaaah, mungkin tokoh silat itu sedang pergi atau mungkin juga kuil ini memang kosong tak berpenghuni... Dia meronta untuk bangun dan berlutut didepan altar, kemudian gumamnya dengan lirih. Sin ceng sekalian, maafkan aku Keng Cin sin gadis yang bernasib jelek, karena sudah mengotori ruangan sucimu dengan tubuhku yang telanjang..`. Kemudian dengan susah payah dia mendekati meja altar itu dan berusaha keras untuk merangkak bangun dan berdiri. Ketika ia berhasil berdiri tegak, dengan cepat hidungnya mengendus bau harum semerbak yang membuat tubuh orang menjadi segar kembali. Di dalam ruangan tengah kuil terdapat mutiara yang memancarkan sinar terang bagi pengamatan orang persilatan, cahaya mutiara tersebut sudah cukup menerangi seluruh ruangan tersebut bagaikan di siang hari saja, dengan cepat Keng Cin sin mengamati meja altar tersebut... Diatas altar terdapat sebuah hiolo yang terbuat dari tembaga, bau harum semerbak tadi muncul dari dalam hiolo tersebut. Sebagaimana diketahui, selama beberapa hari ini Keng Cin Sin hanya menggunakan ikan mentah untuk mengisi perutnya yang lapar, maka dikala ia mengendus bau harum semerbak, perutnya segera menjadi geruyukan karena lapar. Berbicara sesungguhnya, sekarang dia merasa lapar sekali.

   


Golok Bulan Sabit -- Khu Lung /Tjan Id Pusaka Pedang Embun -- Sin Liong Legenda Pendekar Ulat Sutera -- Huang Ying

Cari Blog Ini