Ceritasilat Novel Online

Dendam Sejagad 21


Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung Bagian 21



Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya dari Khu Lung

   

   Tak terlukiskan rasa kaget dan ngeri Keng Cin sin setelah mendengar perkataan ini, berbicara dari hal ini, semakin jelaslah sudah kalau dia tak akan mampu mengungguli dirinya.

   Perlu diketahui Ceng Lan hiang adalah istri Bun ji koan su Him Ci sin, sudah barang tentu segenap ilmu silat yang dipelajari Him Ci sin melalui kitab pusaka Cang ciong pit kip dapat di pelajari pula olehnya.

   Padahal ilmu silat yang berhasil dicuri belajar oleh Ceng Lan hiang adalah ilmu silat yang termuat dalam kitab pusaka Cang ciong pit kip bagian atas, sedangkan ilmu silat yang dipelajari Keng Cin sin sebagian besar berasal dari ilmu silat yang tercantum dalam kitab pusaka bagian bawah.

   Meskipun diantaranya terdapat pelbagai persamaan dalam gerak serangannya, namun sesungguhnya berbeda sekali didalam kenyataannya.

   Kalau dibilang Ceng Lan hiang ingin menaklukannya dalam sepuluh gebrakan saja sudah jelas ucapan itu hanya bersifat gertak sambal belaka, sebab dalam ratusan gebrakan kemudianpun belum tentu hal ini bisa dilakukan.

   Dengan suara sedingin es Keng C in sin berkata.

   "Tokoh nomor wahid dikolong langit belakangan ini sudah muncul kembali di dalam dunia persilatan, dia bukan lain adalah pendekar wanita yang pernah termashur dikolong langit pada lima puluh tahun berselang, Seng sim cian li (gadis suci berhati malaikat) Hoa Soat kun adanya"

   Begitu mendengar nama Seng sim cian li Hoa Soat kun, paras muka Ceng Lan hiang seketika itu juga berubah hebat tapi hanya 1217 sejenak kemudian telah pulih kembali seperti sedia kala, dia tertawa dingin lalu berkata.

   "Heeehh... heeh... heeh... jangan lagi Seng sim cian li Hoa Soat kun, sekalipun si tua bangka Bun ji koan su hidup kembali pun belum tentu dia mampu menandingiku"

   Mendengar perempuan itu mengumpat gurunya, Ku See hong menjadi gusarnya bukan kepalang, segera bentaknya keras-keras.

   "Ceng Lan hiang, kau benar-benar seorang wanita bedebah yang tak berperasaan"

   "Mengapa kau mengatakan aku tak berperasaan?"

   Ceng Lan hiang tertawa merdu.

   "andaikata aku tak berperasaan, mungkin kau sudah mati di tanganku sedari dulu. kaulah yang tidak berperasaan dengan segala kelembutan dan kasih sayang kulindungi dan kubelai dirimu, tapi kau...kau telah membalas air susu dengan air tuba...."

   "Kau... kau benar-benar manusia tak berperasaan"

   Kembali Ku See hong berseru.

   "mengapa tidak kau bayangkan kalau guruku Him C i sin adalah suamimu? Tapi kenyataannya kau telah mencelakainya dengan tipu muslihat, kau telah menghianatinya .."

   Ceng Lan hiang kembali tertawa seram.

   "Antara aku dengannya sama sekali tidak terjalin hubungan suami dan istri, dia adalah musuh besarku. Andaikata orang tuamu terbunuh apakah dendam sakit hati itu tak boleh dibalas? Apa salahnya kalau kubunuh dirinya?"

   "Ayahmu adalah seorang manusia laknat yang licik, rendah dan tak tahu malu, guruku membunuhnya karena ingin melenyapkan bibit bencana dari muka bumi"

   "Hmmm, aku ingin bertanya kepadamu"

   Kata Ceng Lan hiang dengan suara dingin "dalam pandangan umat persilatan dari seluruh kolong langit, mereka bilang Bun ji koan su sebagai manusia laknat? Ataukah ayahku si Thi kiam kim ciang ceng it huang (pedang baja telapak tangan emas yang menggetarkan jagad) sebagai manusia laknat ....?"

   "Tentu saja Pedang baja telapak tangan emas menggetarkan jagad sebagai manusia laknat!"

   Sahut Ku See hong tak kalah gusarnya. Tiba-tiba Pedang sakti kayu baja Cu pok tertawa dingin, lalu timbrungnya.

   "Ku sute, aku ingin bertanya kepadamu, apa sebabnya segenap umat persilatan didunia ini ingin membunuh Bun ji koan su"

   "Murid durhaka manusia laknat, kau pernah menerima budi kebaikan sedalam lautan darinya, tapi kenyataannya kau telah menghianatinya. bahkan menuduh guru sendiri sebagai manusia laknat, kau.... sesungguhnya kau ini manusia atau binatang"

   Sambil tertawa Jian hun kim ciang (Telapak tangan emas sukma cacad) Tu Pak kim menimbrung.

   "Di dalam pandangan orang, baik si pedang baja telapak tangan emas yang menggetarkan jagad maupun Bun ji koan su sama-sama merupakan guru kami, tentu saja kami berbicara menurut keadilan dan kebenaran tanpa bermaksud berat sebelah dengan membelai salah satu pihak. Waktu itu Bun ji koan su kasar dan jahat, berbuat sewenang- wenang tanpa tahu diri, coba bayangkan saja manusia macam itukah yang kau maksudkan sebagai orang baik? Hari ini kalau dibicarakan yang sesungguhnya kita semua masih terikat hubungan, asal kau bersedia untuk menggabungkan diri dengan perkumpulan Ban sia kau kami, sudah pasti aku berusaha untuk mendamaikan persoalan ini dan menyingkirkan segala pertentangan yang terjalin diantara kita selama ini"

   Mendengar ucapan tersebut Ku See hong segera mendengus dingin dengan nada sinis dan menghina.

   "Hmmmm, diantara kita terjalin dendami sakit hati yang lebih dalam dari pada samudra, sudahlah, tak usah banyak berbicara lagi, kalian kawanan manusia laknat yang berhati busuk, tak pantas untuk hidup terus didunia ini, aku telah bertekad hendak membunuh kalian semua."

   "Kalau toh kau keras kepala terus, apa boleh buat, ini berarti kau sendirilah yang mencari penyakit untuk diri sendiri"

   Kata telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim cepat. Ceng Lan hiang tertawa cabul, kembali dia berkata.

   "Saudara cilik, lebih baik kau menyerah saja untuk masuk ke dalam pelukanku, pokoknya kujamin kau tak akan menderita kerugian barang seujung rambutpun"

   Ku See hong benar-benar merasa gusar sekali, dia tak menyangka kalau dikolong langit terdapat perempuan yang begitu tak tahu malu seperti ini, saking gusarnya perasaan pemuda ini malah menjadi jauh lebih tenang, dengan suara dingin dia lantas berkata.

   "Ceng Lan hiang, kau nampaknya sudah tak dapat merubah sifatmu, kecabulanmu tak ada obatnya lagi kecuali dibunuh sampai mampus."

   "Saudara cilik, mengapa sih kau menuduh aku sebagai perempuan cabul? Kau masa belum tahu hingga sekarang aku belum pernah kawin secara resmi dengan siapa pun"

   Kata Ceng Lan hiang sambil tertawa cekikikan. Benar-benar tak disangka kalau perkataan semacam inipun dapat di utarakan olehnya, boleh dibilang perempuan semacam ini merupakan perempuan paling tak tahu malu didunia ini ....

   "Ceng Lan hiang!"

   Keng Cin sin segera menegur dengan suara dingin.

   "Perempuan macam kau hanya akan merusak martabat perempuan-perempuan lainnya, malam ini aku bersumpah hendak melenyapkan dirimu dari muka bumi"

   Ceng Lan hiang segera tertawa dingin.

   "Heehh ..heehh. .. heehh .... dengan mengandalkan kemampuan yang kau miliki itu, kau ingin mengusik seujung rambutku! Hmmm, jangan bermimpi disiang hari bolong, hal ini akan lebih sulit kau lakukan ketimbang memanjat ke atas langit"

   "Ceng Lan hiang, walaupun kau tidak menghormati Bun ji koan su sebagai suami mu, masa kaupun tidak mencintai putri kandungmu sendiri?"

   Rupanya Keng Cin sin yang memperhatikan keadaan situasi hari ini segera menyadari betapa minimnya kekuatan mereka berdua, andaikata dia dan Ku See hong harus melangsungkan pertarungan secara kekerasan dengan mereka, sudah jelas kemenangan tak mungkin bisa diperoleh.

   Apalagi kalau sampai tertangkap oleh musuh, sudah pasti penderitaan dan siksaan kembali akan dialaminya, malahan bukan jadi peristiwa tersebut akan merembet pula pada diri Him ji im pula serta Im Yan cu sekalian.

   Itulah sebabnya dia ingin mengungkap sedikit sifat dari Ceng Lan hiang atau lebih tepatnya dikatakan hendak mengetuk hati perempuan ini melalui putrinya untuk memancing kembali munculnya sifat baik darinya.

   Sambil tertawa Ceng Lan hiang segera berkata.

   "Dia termasuk separuh dari darah dagingku, tentu saja aku sangat mencintai nya, kalau tidak masa dia dapat tumbuh menjadi dewasa..."

   "Tahukah kau bahwa putrimu sudah menjadi istrinya Ku See hong ...."

   Mendengar perkataan itu, paras muka Ceng Lan hiang berubah hebat, sekalipun dia cabul dan jalang, akan tetapi terhadap Him ji im boleh dibilang masih mempunyai perasaan cinta seorang ibu terhadap anaknya, dan perasaan ini sebagai perasaan alami manusia.

   Itulah sebabnya dia menjadi sangat terkejut setelah mendengar perkataan itu, tapi rasa kaget tersebut hanya berlangsung sekejap saja, sebab napsu birahinya yang makin berkobar telah menutupi kesadarannya itu.

   Yaa, sifat jalang perempuan ini memang sudah mencapai taraf yang tak dapat diohati lagi.

   Sambil tertawa dingin Ceng Lan hiang segera berkata.

   "Dia adalah putriku, dengan siapa dia akan kukawinkan, dia akan kawin pula dengan siapa"

   "Hmm! Mengapa kau secara ngawur mengatakan kalau dia adalah istri Ku See hong? Memangnya kau adalah ibunya"

   "Putrimu sangat mencintai Ku See hong, mereka pun sudah melangsungkan hubungan sebagaimana layaknya suami dan istri, andaikata kau masih mempunyai perasaan cinta sebagai seorang ibu terhadap anaknya, maka kau sudah seharusnya menjodohkan mereka, jika watak jahatmu ini belum juga kau rubah, suatu hari kau pasti akan merasa menyesal"

   Ceng Lan hiang sudah tak mampu untuk menahan diri lagi, mendadak ia membentak dengan suara menggeledek.

   "Suheng berdua thamcu bertiga! Kalian cepat bekuk orang ini, serahkan urusan Ku See hong kepadaku"

   Dengan cemas Ku See hong segera berseru.

   "Nona, kau saja yang menghadapinya, biar aku yang membunuh kawanan manusia laknat ini!"

   Ditengah pembicaraan serentetan cahaya pelangi sudah menyambar di tengah udara...

   Akan tetapi Ceng Lan hiang te!ah bertindak jauh lebih cepat lagi, dengan suatu gerakan yang aneh tiba-tiba saja dia mendesak kesisi tubuh Ku See hong, lalu jari tangannya disentilkan ke depan, serentetan hawa serangan yang amat tajam dengan cepat menyerang jalan darah penting di pergelangan tangan kanan Ku See hong.

   Tanpa berpikir panjang lagi Ku See hong segera mengeluarkan gerakan tubuh Mi khi biau tiong sin hoat untuk berkelit ke kiri dan 1222 mengigos ke kanan, secara sakti dan aneh dia menghindarkan diri dari sergapan jari tangan lawan.

   Sementara itu Pedang Hu thian seng kiam nya melancarkan serentetan cahaya tajam yang berkilauan, lalu bagaikan ular sakti menyelinap ke depan dan menggulung tubuh ke tiga orang thamcu tersebut.

   Cahaya pedang yang berwarna merah secara berlapis-lapis menggulung diangkasa.

   membuat siapa pun tak dapat menebak ke arah manakah serangan pedang itu di tujukan.

   Tiga orang thamcu tersebut tak berani menghadapi serangan lawan dengan kekerasan, serentak mereka memisahkan diri ke empat penjuru.

   Gagal dengan serangannya Ceng Lan hiang menggerakkan tubuhnya lagi siap menerkam Ku See hong.

   Saat itulah tiba tiba Keng Cin sin membentak nyaring, tubuhnya menyelinap datang dari arah samping, kemudian sepasang telapak tangannya membuat satu gerakan melingkar didepan dada dan bersama-sama ditolakkan ke depan.

   Segulung angin pukulan yang maha dahsyat segera meluncur keluar menyusul gerakan menolak tadi dan menyerang tubuh Ceng Lan hiang..

   Serangan yang dilancarkan dengan mengerahkan segenap tenaga ini membawa serta pula desingan angin tajam seperti suara guntur yang menggelegar membelah bumi, dahsyatnya tak terlukiskan dengan kata-kata.

   Gulungan angin yang berpusing diikuti deruan angin puyuh langsung menyapu seluruh permukaan tanah dengan hebatnya.

   Berubah hebat paras muka Ceng Lan hiang menghadapi datangnya ancaman tersebut, tubuhnya yang ringan segera menyelinap ke dalam gulungan angin serangan yang maha dahsyat tersebut, sementara ujung bajunya yang berkibar terhembus angin menggulung ke kiri dan ke kanan secara aneh.

   Serangan angin puyuh yang dilancarkan oleh Keng cin sin ini seakan-akan terjerumus ke balik se lapis hawa kekuatan yang lembek, tiba-tiba saja hilang lenyap tak berbekas seperti menguap ke udara saja.

   Tidak menunggu sampai pihak lawan merubah gerakan, Keng Cin sin segera mengayunkan kaki kirinya melancarkan sebuah tendangan kilat.

   Deruan angin serangan yang tajam dengan cepat meluncur kemuka dan mengancam jalan darah Thian ci hiat dipinggang sebelah kiri Ceng Lan hiang.

   Pertarungan antara jago lihay memang berbeda sekali dengan pertarungan-pertarungan biasa, sebab dalam satu gerakan yang amat sederhana sekalipun dapat membawa korbannya menuju ke tepi jurang kehancuran total .....

   Tendangan kilat itu dilepaskan amat cepat, aneh, dahsyat dan mematikan.

   Kendatipun Ceng Lan hiang memiliki kepandaian silat yang sangat lihay, toh ia tak berani menyambut datangnya tendangan kilat tersebut dengan kekerasan.

   Kaki kirinya segera berputar ke belakang, kemudian secara indah sekali dia melayang mundur sejauh tiga langkah ke belakang.

   Keng Cin sin tahu pertarungan antar jago lihay sangat berbeda dengan pertarungan biasa, yang terpenting adalah berusaha merebut posisi yang lebih menguntungkan.

   Maka sambil membentak nyaring, tidak sampai kaki kirinya ditarik kembali, tubuh nya sudah melambung ke udara, kemudian kaki kanannya sekali lagi diayunkan ke depan menendang jalan darah In hou hiat di tenggorokan lawan.

   Ilmu tendangan semacam ini merupakan perubahan ilmu tendangan Lian huan tui dari aliran utara yang tertera dalam kitab pusaka Cang ciong pit kip, kedahsyatannya benar-benar luar biasa.

   Ceng Lan hiang yang bermata jeli dan bertubuh gesit cepat-cepat miringkan kepala nya ke samping, telapak tangan kiri nya melancarkan bacokan miring kesamping, sementara telapak tangan kanannya diayun kan ke muka, dua gulung angin serangan yang dahsyat secepat kilat meluncur ke depan secepat kilat dan menyapu apa saja yang ditemui ......

   Begitu serangan tersebut dilancarkan, dua gulung angin pukulan itu satu dari atas yang lain dari bawah tiba-tiba saling bertemu ditengah jalan, angin pukulan yang berpusing segera memancar ke empat penjuru...

   Tiba-tiba saja kedua gulung angin serangan tersebut berubah menjadi belasan gulung desingan angin jari tangan yang mendesis diangkasa, lalu seperti sepuluh bilah pedang langsung menyergap sepuluh buah jalan darah penting di seluruh badan Keng Cin sin.

   Ternyata dalam suatu gebrakan itu Ceng Lan hiang berniat hendak melukai Keng Cin sin, itulah sebabnya disaat melancarkan dua gulung serangan tadi, diam-diam ia telah mempersiapkan serangan lainnya.

   Disaat yang terakhir inilah ke sepuluh jari tangannya mendadak disentilkan ke depan dan melepaskan serangan dahsyat.

   Berada ditengah udara Keng Cin sin merasakan ditengah gulungan angin serangan yang dahsyat terselip sepuluh gulung desingan angin jari yang membawa desingan dahsyat, bahkan seperti jaring langit saja, langsung mengurung jalan darah penting disekujur badannya.

   Dalam terkesiapnya buru-buru dia mengeluarkan ilmu simpanannya yang pernah dipelajari dari kitab pusaka Cang ciong pit kip, sepasang tangannya diputar kencang melancarkan selapis hawa serangan yang amat tangguh.

   Rupanya kedua tangannya itu bukan sembarang berputar dengan begitu saja, tampak ke sepuluh jari tangannya mencakar dan menyambar tiada hentinya sehingga kesepuluh gulung angin serangan dari Ceng Lan hiang berhasil pula dipunahkan tanpa menimbulkan sedikit suarapun.

   Keng Cin sin dan Ceng Lan hiang memang merupakan sepasang musuh bebuyutan yang seimbang, serentak mereka membentak nyaring dan maju bersama kedepan, jurus-jurus simpanan yang ganas, dahsyat dan mematikan pun dilancarkan tiada hentinya ....

   Sodokan jari tangannya, bacokan tangan tendangan kilat.

   Kebasan, getaran dan bentakan hampir semuanya dilancarkan secara beruntun.

   Anggota badan mereka seakan-akan sudah berubah menjadi senjata yang mematikan, untuk beberapa saat tampak bayang kaki dan telapak tangan membukit diangkasa, seperti jaring langit yang disertai gulungan angin pukulan yang dahsyat seperti gulungan ombak ditengah samudra, pada hakekatnya sama sekali tidak ditemukan setitik tempat kosong pun.

   Sebagaimana diketahui, kedua orang itu sama-sama bergerak dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, jurus-jurus serangan yang mereka pergunakan pun rata-rata merupakan jurus serangan yang jahat dan mematikan.

   Sehingga ancaman yang tiba pun seperti hujan badai yang menyapu jagad.

   Sebagai dua orang jago lihay yang sama-sama berilmu tinggi, yang satu merupakan ahli waris dari kitab pusaka Ban sia cinkeng, sedangkan yang lain adalah ahli waris dari kitab pusaka Cang ciong pit kip, kedua belah pihak sama-sama memiliki kelebihan mau pun kekurangan, jadi boleh dibilang pertarungan kedua orang ini menjadi pertarungan antara kaum sesat dan lurus.

   Padahal kalau di bandingkan sesungguhnya, kitab pusaka Cang ciong pit kip masih terhitung paling tangguh, alasannya adalah Keng Cin sin baru setahun saja mempelajari isi kitab pusaka itu semenjak dia memperoleh nya, tentu saja masih banyak ilmu sakti yang mendalam sekali yang belum dapat dipelajari olehnya, bahkan jurus serangan yang dipelajari dalam waktu singkat pun tak bisa dipergunakan dengan matang, oleh sebab itu Keng Cin sin yang bisa 1226 bertarung seimbang dengan Ceng Lan hiang membuktikan kalau kitab pusaka Cang ciong pit kip masih setingkat lebih lihay.

   Sedangkan mengenai tenaga dalam, kedua orang itu sama-sama mempunyai cara untuk menambah kekuatan, yang satu menggunakan cara sesat dengan menghisap sari lelaki untuk memperkuat tenaga, sedangkan yang lain mempergunakan bantuan dari mutiara sakti Thian hong im yang sin cu.

   Walaupun demikian, tenaga dalam Keng Cin sin boleh dibilang jauh lebih lemah, karena waktunya untuk berlatih diri amat singkat, padahal kesempurnaan tenaga dalam seseorang terpupuk dari latihan yang cukup lama.

   Dengan selisih kekuatan masing-masing inilah mereka berdua melangsungkan suatu pertarungan yang mengerahkan segenap kemampuan yang dimiliki...

   Pertempuran ini boleh dibilang mengerikan sekali, tapi untuk sementara waktu keadaan masih tetap seimbang, siapa pun tidak dapat mengungguli lainnya.

   Ku See hong sendiri memang berniat untuk membunuh beberapa orang dengan ilmu pedangnya yang sakti sehingga dapat melenyapkan kepercayaan musuh atas kemampuan sendiri.

   Mendadak dia memperdengarkan suara pekikannya yang amat keras dan mendengung sampai ditengah udara.

   Pedang Hu thian seng kiam yang berada di tangannya diputar kencang, cahaya tajam berkilauan diangkasa, dua gulung hawa pedang dengan membawa desingan tajam yang memekikkan telinga secara berpisah menyerang pedang sakti kayu besi Cu Pok serta Telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim.

   Sedemikian cepatnya serangan tersebut, boleh dibilang jarang ditemui dikolong langit saat ini.

   Pedang sakti kayu besi Cu Pok serta telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim menjadi terperanjat sekali, mimpipun mereka tidak menyangka kalau ilmu pedang yang dimiliki Ku See hong sudah mencapai taraf yang sedemikian cepatnya.

   Berada dalam keadaan begini tidak sempat lagi bagi Cu Pok untuk meloloskan pedang kayu besinya, serentak mereka mengayunkan telapak tangan masing-masing dan melepas kan enam buah pukulan secara beruntun sehingga kedua orang itu melepaskan dua belas buah serangan dahsyat.

   "Blammm, blammm, blamm, ....blamm....?"

   Ledakan demi ledakan bergema memecahkan keheningan.

   Ke dua gulung hawa pedang yang dilancarkan Ku See hong segera terdesak mundur oleh tenaga gabungan dari kedua orang itu.

   Pekikan keras yang memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan .......

   Pedang sakti Hu thian seng kiam yang berada ditangan Ku See bong segera diputar menciptakan lapisan cahaya yang membukit dan berlapis-lapis menggulung ke muka seperti air bah yang menjebolkan bendungan.

   Ditengah lapisan bayangan pedang yang menyilaukan mata, pedang Hu thian seng kiam tersebut sudah melancarkan enam gulung hawa pedang yang tajam, angin pedang yang menyayat tubuh menggidikkan hati orang dan mendirikan bulu roma siapa pun.

   Seluruh badan Ku See hong telah terlindung oleh cahaya tajam dari pedang Hu thian seng kiam tersebut, cahaya yang menyilaukan mata memancar ke empat penjuru, dahsyatnya bukan kepalang.

   Yang membuat orang pusing adalah arah dari serangan tersebut sulit untuk ditebak, serangan itu hendak mengancam tubuh Cu Pok kah atau Tu Pak kim ataukah mengurung tiga orang thamcu yang kebetulan sedang menyerbu datang.

   Sekalipun demikian, baik Cu Pok, Tu Pak kim ataukah ketiga orang thamcu tersebut cukup mengetahui betapa lihaynya jurus serangan tersebut, tanpa di sadari ke lima orang itu berdiri membentuk satu garis dan sepasang tangan mereka buru-buru diayun kan ke muka melepaskan segulung angin pukulan yang dahsyat seperti gulungan ombak samudra.

   Menyusul serangan itu, tubuh ke lima orang itu bergerak mundur secepat angin puyuh.

   ..

   Disaat mereka bergerak mundur itu, masing-masing orang melancarkan lagi dua gulung angin pukulan lagi yang segera membentuk segulung aliran hawa serangan yang kuat seperti angin puyuh langsung menggulung ke arah ke enam hawa pedang yang dilancarkan Ku See hong itu.

   Tiba-tiba saja gulungan angin pukulan yang dahsyat seperti amukan ombak samudra itu sudah saling membentur dengan hawa pedang...

   "Blaammm. blaaammm.... blaaammm! "

   Serentetan ledakan yang memekikkan telinga segera berkumandang memecahkan keheningan ....

   
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Perlu diketahui lima orang tokoh kelas satu dari dunia persilatan ini memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, kendati pun Ku See hong memiliki tenaga dalam Kan kun mi siu khikang yang dahsyat, rasanya sulit juga baginya untuk memunahkan tenaga gabungan dari orang-orang itu.

   Ku See hong merasakan dadanya bergetar keras, dan..

   "Uaaak!"

   Dia menumpahkan darah segar wajahnya mengejang keras sementara sepasang matanya memancarkan sinar kebuasan yang menggidikkan hati..

   Pada saat itulah, tiba-tiba....

   Pedang sakti kayu besi dan Thian jian tee ciat telah meloloskan senjata masing- masing, tapi sebelum menyerang dengan senjata tersebut, kelima orang tersebut kembali melancarkan sepuluh buah serangan dahsyat yang memekikkan telinga dan menyapu datang dari empat arah delapan penjuru...

   Ku See hong melotot gusar, mendadak pekikan nyaring yang menggetarkan perasaan bergema memecahkan keheningan..

   Tubuhnya melambung di tengah angkasa dan berputar tiga lingkaran, lalu seperti seekor burung raksasa dengan enteng sekali menyelinap kian kemari.

   Ku See hong yang berada ditengah udara segera memutar badannya sambil membentak keras, setelah itu meluncur turun ke bawah, ujung bajunya yang berkibar seperti cahaya berkedip diangkasa yang gelap.

   Hu thian seng kiam yang berada di tangannya tidak berdiam sampai disitu saja.

   Gerakan serangan seperti hembusan angin puyuh menciptakan selapis bukit pedang yang memancarkan hawa pedang yang berlapis-lapis, kemudian menyerang tubuh Cu Pok yang menerjang datang lebih dulu serta Im hong thamcu Thian jian tee ciat Si Hun sia yang menyusul kemudian.

   Perlu diketahui, jurus pedang yang dipergunakan oleh Ku See hong ini bukan lain adalah jurus pertama dari ilmu pedang Cang ciong ciat mia kiam dari Si to lojin yang disebut Hui hong cha ki hiat seng wi (Bianglala terbang bau darah memancar"

   Baik Cu Pok maupun Thian jian tee ciat tiba-tiba saja merasa ada segulung hawa pedang yang menusuk tulang menyergap pula. Cu Pok cukup mengetahui kelihayan dari jurus pedang itu, ia segera menjerit kaget.

   "Si thamcu, Cepat mundur!"

   Ditengah bentakan, tubuh Cu Pak melompat mundur pula sejauh dua kaki dengan gerakan tubuh yang sakti ajaran Bun ji koan su tempo dulu.

   Sebaliknya Thian jian tee ciat Si Hun sia amat terkejut setelah mendengar seruan dari Cu Pok tadi, sayang keadaan sudah terlambat untuk berkelit, ia segera mendongakkan kepalanya dan 1230 memperdengarkan suara tertawa anehnya yang menyeramkan seperti tangisan setan atau lolongan serigala.

   Dengan senjata bambu yang berada di tangannya ia melancarkan sebuah serangan yang mematikan, serentetan bayangan toya bagaikan anak panah yang tajam langsung meluncur ke muka menembusi lingkaran bayangan pedang dari Ku See hong...

   Sudah barang tentu Ku See hong tidak memandang sebelah matapun terhadap jurus serangan tersebut, cahaya berwarna warni memancar dari pedang Hu thian Seng kiam nya, lalu diantara gerakan menusuk dan memuntah toya bambu yang berada ditangan Si Hun sia telah termakan oleh bayangan pedangnya yang tajam sehingga hancur menjadi kepingan-kepingan kecil.

   Si Hun sia yang buas dan jahat sekarang nyawanya sudah berada di ujung tanduk, mendadak timbul niat jahat didalam hatinya, dengan suatu gerakan yang tiba-tiba dia menerjang ke arah tubuh Ku See hong.

   Sistim pertarungan yang lebih mendekati perbuatan nekad untuk beradu jiwa ini benar-benar membuat hati orang merasa bergidik dan ngeri.

   Berkilat sepasang mata Ku See hong menghadapi ancaman tersebut, tiba-tiba tubuhnya yang masih melambung di udara miring kesamping, sementara cahaya pedang berkilauan sambil memutar....

   Serentetan jeritan ngeri yang menyayat hati segera berkumandang memecahkan keheningan.

   Menyusul kemudian..

   Dengusan tertahan bergema di angkasa.

   Ku See hong yang masih melambung di udara, tiba-tiba rontok ke atas tanah lalu agak sempoyongan dia terhuyung-huyung mundur sejauh tujuh delapan langkah lebih, paras mukanya yang semula memang pucat pias, kini semakin bertambah pucat.

   -oo0dw0oo-

   Jilid 37 RUPANYA menjelang saat kematian tadi, Si Hun sia telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk melancarkan sebuah pukulan maha dahsyat yang langsung menghantam bahu kiri Ku See hong, sebaliknya dia sendiri termakan bacokan Hu thian seng kiam sehingga tubuhnya terpapas menjadi tiga bagian.

   Kepalanya menggelinding keujung lapangan, tubuhnya jatuh kebawah sementara bagian pinggang mencelat kebawah mencelat sejauh beberapa kaki dari situ...

   Darah segar memancar membasahi seluruh permukaan rumput, tiga bagian potongan badan itu masih kelihatan bergetar-getar....

   Menyaksikan pemandangan seperti ini orang akan merasa mual saking ngerinya.

   Thian leng thamcu si Kakek berlengan iblis Khong Yu sian serta Tee hun thamcu si Penginjak salju tanpa bekas Tham Hun khi yang menyaksikan Ku See hong menderita luka parah.

   serentak membentak keras, kemudian bersama-sama menerkam ke arah Ku See hong dengan ganasnya .....

   Thi bok sin kiam Cu Pok juga tidak ketinggalan, pedang kayu besinya segera di putar membentuk selapis cahaya hitam yang secepat sambaran kilat menusuk ke punggung Ku See hong.

   Menghadapi ancaman yang bertubi-tubi ini secara aneh tubuh Ku See hong menggegos ke samping, begitu lolos dari ancaman pedang Cu Pok, telapak tangan kirinya diputar menciptakan selapis hawa serangan yang kuat dan membendung datangnya serangan gabungan dari kedua orang thamcu tersebut.

   Sekulum senyuman menyeringai yang sinis dan penuh rasa bangga segera menghiasi wajah Cu Pok, di ringi bentakan nyaring pedang kayu besinya secepat kilat menerobos masuk melalui sebuah sudut yang sangat aneh sambil melancarkan selapis cahaya berwarna kehitam-hitaman.

   Persis bagian tengah dari cahaya tersebut, pedang Thi bok kiam langsung menyergap jalan darah sin kin hiat ditubuh Ku See hong.....

   Jurus serangan ini datangnya sangat tiba-tiba, gerakannya pun aneh sekali, di tambah lagi jarak antara kedua belah pihak begitu dekat, dalam waktu singkat Ku See bong sudah terancam diujung pedang Thi bok kiam tersebut.

   Ku See hong benar-benar amat terkesiap, mendadak dia mengeluarkan ilmu gerakan tubuh Mi khi biau tiong sin hoat, badannya berputar dengan enteng lalu berkelebat ke samping.

   Sekalipun begitu, gerakan serangan dari Cu Pok dengan pedang Thi bok kiamnya begitu cepat bagaikan sambaran kilat ......

   "Sreeett....!"

   Dengusan tajam bergema memenuhi seluruh angkasa, tahu-tahu pakaian bagian bahu kiri Ku See hong sudah tersambar robek, darah kental segera menyembur keluar bagaikan pancuran ....

   Si kakek berlengan iblis Khong Yu siang dan si Penginjak salju tanpa bekas Tham Hun khi tidak ambil diam, secara cepat dan ganas mereka berdua melancarkan terkaman lagi.

   ooo0dw0ooo BAB 57 KU SEE HONG mendengus dingin, pedangnya diputar dengan cepat sambil melepaskan bacokan maut ......

   Cahaya tajam yang menyilaukan mata segera membelah angkasa dan menguasai seluruh jagad ....

   Hawa pedang yang menyeramkan diiringi suara desingan tajam mendengung memekik kan telinga.

   Cahaya pedang yang amat dahsyat itu dengan cepat dan aneh membacok ketubuh dua orang thamcu tersebut.

   Jurus serangan ini selain dilancarkan secara aneh, juga mencapai kecepatan yang mengerikan.

   Si penginjak salju tanpa bekas dan kakek berlengan iblis merasa terperanjat sekali, gerakan tubuh mereka yang melakukan tubrukan segera ditahan ditengah jalan dan berputar ke samping kiri dan kanan....

   Hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh wajah Ku See hong, dia tertawa seram.

   Tubuhnya bagaikan sukma gentayangan, tahu-tahu sudah menyelinap ketengah-tengah musuhnya yang sedang berkelit kekiri dan kanan itu, kemudian sambil melakukan suatu gerakan berputar yang sangat aneh Pedang Hu thian seng kiamnya ikut berputar pula membentak suatu lingkaran...

   Cahaya pedang kembali berkelebat...

   jeritan ngeri yang menyayat hati pun bergema memecahkan keheningan, semburan darah segar seperti pancuran air memancar keluar dan menyembur ke mana- mana.

   Tiga macam kejadian yang berbeda ternyata berlangsung pada saat yang hampir bersamaan.

   Tubuh si penginjak salju tanpa bekas Tham Hun khi dan kakek berlengan iblis Khong Yu siang terpapas kutung sebatas pinggang, darah kental menyembur keluar membasahi seluruh tubuh Ku See hong, sehingga membuat pemuda itu berubah menjadi manusia darah ....

   Di bawah kerubutan lima orang tokoh persilatan yang berilmu tinggi, ternyata secara beruntun Ku See hong berhasil membinasakan tiga orang lawannya, kesempurnaan tenaga dalam seperti ini benar-benar menggidikkan hati.

   Baru saja Ku See hong berhasil membinasakan ke dua orang thamcu tersebut dan berdiri tegak, suara tertawa seram telah berkumandang dari sisi kirinya...

   Entah sedari kapan, si telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim telah menyelinap ke sisi kiri Ku See hong bagaikan sukma gentayangan, tahu-tahu telapak tangan kanannya yang bersinar keemas-emasan telah menghantam enam inci di samping kiri Ku See hong.

   Si anak muda itu hanya sempat mendengar gelak tertawa seram bergema dari sisi tubuhnya, lalu iga kirinya terasa sakit sekali di samping panas menyengat badan, semacam udara panas yang aneh segera menusuk tubuhnya dan merambat keatas...

   Perlu diketahui, si telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim adalah seorang manusia yang amat licik dan berakal busuk, sewaktu melancarkan serangan tadi tenaga dalamnya sama sekali tidak dipancarkan secara langsung.

   Menanti telapak tangannya sudah hampir menyentuh tubuh lawan inilah, tenaga serangannya baru dilancarkan secara tiba-tiba..

   Itulah sebabnya, tatkala Ku See hong menyadari datangnya ancaman bahaya maut dan bersiap sedia hendak menghindarkan diri, telapak tangan Tu Pak kim sudah berada hanya tiga inci saja dari sisi tubuhnya.

   Dalam terperanjatnya, buru-buru Ku See hong mengeluarkan ilmu gerakan tubuh Mi khi biau tiong sin hoat nya untuk berusaha menghindarkan diri...

   Sayang sekali keadaan sudah terlambat.

   Baru saja Ku See gong memutar badannya setengah lingkaran, sebuah pukulan beracun Sian bun kim than dari Tu Pak kim sudah bersarang telak dipunggung kanan Ku See hong, Teriakan keras yang memekikkan telinga segera bergema memenuhi angkasa.

   Terlihat tubuh Ku See hong mencelat sejauh satu kaki lebih dari posisi semula, namun dengan cepat dia meronta bangun dan melompat dari atas tanah...

   Kini rambutnya sudah terurai kusut, seluruh badannya penuh bermandikan darah sedang dari ujung bibirnya darah kental masih meleleh keluar tiada hentinya.

   Bukan cuma begitu, seluruh kulit wajah nya mengejang keras, sepasang matanya memancarkan sinar kebuasan yang menggidikkan hati, dipandangnya wajah si pedang Sakti kayu baja Cu Pok dan Telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim dengan penuh amarah.

   Sikapnya yang seram dan mengerikan ini, cukup menggidikkan hati siapa pun yang memandangnya.

   Pedang Hu thian seng kiamnya kini di genggam dalam tangan kanan, sementara kelima jari tangan kirinya dipentangkan lebar-lebar, cahaya pedang yang menyoroti wajahnya membuat pemuda itu selain mengerikan juga menggidikkan hati setiap orang.

   Tangan kirinya bagaikan cakar iblis saja yang siap menerjang mangsa nya.

   Keadaannya waktu itu cukup membuat orang merasa tegang dan berdiri semua bulu kuduknya.

   Baik si Pedang Sakti kayu baja Cu Pok maupun telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim, kedua-duanya merasa bergidik setelah menyaksikan keadaan musuhnya, tanpa sadar mereka berdua bersama-sama mundur sejauh dua langkah.

   Terutama si telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim, hatinya lebih lebih merasa terkejut bercampur terkesiap.

   Seperti yang diketahui, ilmu pukulan telapak tangan emas sukma cacadnya termasuk ilmu pukulan yang paling beracun di dunia ini, Ku See hong yang nyata-nyata sudah termakan sebuah pukulannya, ternyata tidak segera tewas, kejadian ini sudah cukup membuatnya terperanjat, apa lagi setelah terluka oleh pukulannya ditambah pula 1236 dengan beberapa pukulan yang lain, namun pemuda itu masih tangguh dan perkasa, ini baru membuat hatinya keder.

   Ku See hong masih tetap berdiri tak berkutik ditempat semula.....

   Suasana hening dan sepi yang mencekam seluruh angkasa, sekali lagi membuat perasaan Cu Pok serta Tu Pak kim bertambah tak tenang, mereka menduga serangan balasan yang dilancarkan Ku See hong berikut ini bisa jadi akan segera menentukan nasib mereka.

   Suasana tegang, seram dan mengerikan segera menyelimuti seluruh angkasa.

   Malam.....

   Membuat suasana bertambah mengerikan.

   Dipihak sini suasana hening dan sepi, sebaliknya dipihak lain pertarungan antara Keng Cin sin melawan Ceng Lan hiang masih berlangsung dengan serunya.

   Mereka berdua sama-sama pernah memperoleh se

   Jilid kitab pusaka, jurus sakti yang dilawan dengan jurus sakti membuat pertarungan itu berimbang dan sukar di tentukan siapa yang lebih unggul dan siapa yang lebih lemah.

   Berbicara tentang kesempurnaan tenaga dalam, maka Ceng Lan hiang jauh lebih sempurna ketimbang lawannya, maka dari itu sepanjang pertarungan berlangsung.

   Ceng Lan hiang selalu melakukan sistim pertarungan adu kekerasan.

   Segulung angin pukulan yang maha dahsyat sekali lagi meluncur kedepan menghantam tubuh Keng C in sin.

   Akan tetapi dengan suatu gerakan yang lincah dan cekatan serta mempergunakan jurus serangan yang lihay Keng Cin sin berhasil memunahkan hawa pukulan yang maha dahsyat itu.

   Kendatipun demikian, adakalanya Keng Cin sin kena terdesak juga sehingga mundur terus berulang kali, tentu saja dia berada diposisi bawah angin.

   Namun gerak serangan dari Keng Cin sin tidak menjadi kalut karena kejadian ini, malah jurus serangan yang dipergunakan makin lama bertambah aneh, angin pukulan yang dilepaskan juga makin lama semakin bertambah tangguh.

   Ceng Lan hiang benar-benar dibuat terkejut, sebenarnya dia mengira Keng Cin sin tak akan mampu menahan sepuluh jurus serangannya, tapi kini walaupun seratus gebrakan sudah lewat, lawannya masih tetap tangguh.

   Disamping itu, dia pun merasa jurus serangan yang digunakan Keng Cin sin rada mirip dengan jurus-jurus serangan yang di cantumkan dalam kitab pusaka Cang ciong pit kip, tapi bila diperhatikan lebih seksama, ternyata jurus serangan itu berbeda, pokoknya dia semakin dibuat kesemsem oleh kelihayan musuhnya.

   Padahal dia mana tahu jurus serangan yang dipergunakan Keng Cin sin pun berasal dari kitab pusaka Cang ciong pit kip, hanya dia tak sempat mempelajari ilmu silat yang tercantum dalam kitab pusaka Cang ciong pit kip bagian bawah saja.

   Pertarungan antar jago lihay memang jauh lebih bermutu daripada pertarungan pertarungan lainnya, kadangkala gerakan mereka tampak enteng dan sederhana seakan-akan tiada sesuatu yang hebat, tapi ada kalanya serangan tersebut justru mengeledek dan cukup mengerikan hati.

   Padahal setiap gerakan yang mereka lakukan sudah cukup menentukan mati hidup seseorang.

   Pertarungan yang berlangsung di antara ke dua orang ini benar- benar menggidikkan dan menyilaukan mata siapa pun.

   Tampak bayangan manusia saling menyambar, angin pukulan menyayat badan, membuat pasir dan rumput beterbangan di angkasa.

   Suasana bertambah dahsyat dan mengerikan, seakan-akan dunia mau kiamat saja.

   Ditengah berlangsungnya pertarungan sengit itu...

   Mendadak satu ingatan melintas didalam benak Ceng Lan hiang..

   Menyusul kemudian sekulum senyuman licik yang amat sinis menghiasi wajahnya.

   Telapak tangannya yang putih mulus tiba-tiba diputar membentuk gerakan setengah lingkaran busur, lalu dengan cepat mendorongnya ke depan ....

   Bagaimana mungkin Keng Cin sin bisa menduga kalau Ceng Lan hiang telah berbuat licik? Rupanya disaat sepasang tangan perempuan jalang itu diputar membuat gerakan setengah lingkaran busur sambil melancarkan pukulan tadi, secara diam-diam jari tengah dan telunjuk tangan kirinya telah merogoh ke dalam sakunya mengambil sesuatu benda.

   Angin pukulan Ceng Lan hiang yang maha dahsyat seperti gulungan ombak besar itu dengan cepat menggulung ke tubuh Keng Cin sin .....

   Mencorong sinar benci yang mengerikan dari balik mata Keng Cin sin, telapak tangan nya balas diayunkan ke muka melepaskan pukulan yang tak kalah dahsyatnya.

   "Blaaammm .....!"

   Serentetan ledakan keras yang memekik kan telinga segera bergema memecahkan keheningan.

   Akibat dari bentrokan kekerasan ini, Keng Cin sin serta Ceng Lan hiang sama-sama tergetar mundur sejauh satu langkah lebih....

   Disaat kedua belah pihak mundur selangkah itulah, pelan-pelan Ceng Lan hiang mengangkat telapak tangan kirinya keatas dadanya, kemudian mengarahkan ujung jari tengah dan telunjuknya ke arah Keng Cin sin dengan tangan kanan melindungi mulut, sorot matanya yang tajam mengawasi terus gerak gerik lawannya tanpa berkedip.

   Sebaliknya Keng Cin sin yang sedang mundur ke belakang menyilangkan pula sepasang telapak tangannya didepan dada, dia mengira Ceng Lan hiang kembali akan melancarkan serangan dengan sekuat tenaga.

   Maka dia cepat-cepat menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.

   Mendadak...

   Keng Cin sin mengendus bau harum semerbak yang sangat aneh menyebar di seputar situ, segera menyadari kalau gelagat tidak beres, pikirnya.

   "Habis sudah aku, rupanya keparat ini telah menggunakan siasat licik!", bersamaan itu pula Ceng Lan hiang memperdengarkan suara tertawa jalangnya yang penuh diliputi rasa bangga .... Tubuhnya secepat kilat menerjang maju lagi ke depan. Dalam pada itu, begitu Keng Cin sin mengendus bau harum yang aneh, ia segera merasakan kepalanya pusing tujuh keliling dan matanya berkunang-kunang, segenap kekuatan yang dimilikinya ikut punah pula hingga lenyap tak berbekas. Ceng Lan hiang tidak menyia-nyiakan kesempatan baik ini, jari tangannya dengan cepat disodok ke muka menotok jalan darah Keng Cin sin.... Dengusan tertahan bergema memecahkan keheningan. Akibat dari totokan itu, Keng Cin sin segera roboh lemas ke atas tanah. Gelak tertawa jalang sekali lagi berkumandang memenuhi angkasa .... Kini Ceng Lan hiang membalikkan badan, waktu itu Thi bok sin kiam Cu Pok, Tian hun kim ciang Tu Pak kim serta Ku See hong masih saling berhadapan dengan tubuh kaku, hanya ketiga pasang mata mereka yang berkilauan dan saling menatap dengan penuh amarah. Untuk beberapa saat lamanya Ceng Lan hiang tidak mengetahui permainan busuk apakah yang sedang mereka lakukan, sambil tertawa ringan tegurnya kemudian.

   "Hei, memangnya kalian sedang beradu banteng? Atau sedang taruhan ayam jago?"

   Rupanya si telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim serta si Pedang sakti kayu besi Cu Pok sedang dibuat terkesiap oleh kemampuan Ku See hong melancarkan serangan.

   Teguran dari Ceng Lan hiang barusan terdengar pula oleh mereka berdua, cuma kedua orang ini tak berani bersuara atau pun berkutik, sebab mereka sedang menghimpun segenap hawa murni yang dimilikinya untuk menghadapi setiap serangan yang mungkin akan ditujukan ke arahnya.

   Kini Ceng Lan hang sudah berjalan mendekati pemuda itu, sepasang matanya yang tajam bagaikan sembilu memandang seluruh tubuh Ku See hong dari atas hingga ke bawah, kemudian sambil tertawa jalang tegurnya.

   "Hei saudara cilikku, begitu parah luka dalam yang telah kan derita, Oooh... sungguh kasihan, biar cici segera mengobati luka mu itu"

   Ditengah pembicaraan, Ceng Lan hiang telah menyusup ke depan dan berada hanya tiga depa saja dari sisi tubuh si anak muda itu. Ku See hong mendengus tertahan, pedang Hu thian seng kiam yang berada ditangan kanannya segera digetarkan keras-keras...

   "Cri ing!"

   Mendadak pedang Hu thian seng kiam itu terjatuh dari genggamannya.

   Menyusul kemudian seluruh tubuh Ku See hong gemetar keras, tampaknya dia segera akan roboh ke atas tanah.

   Ceng Lan hiang tertawa merdu, tangannya bertindak cepat dengan menyambar tubuh Ku See hong yang terjatuh kemudian memeluk nya kencang-kencang.

   Perubahan yang berlangsung secara tiba-tiba ini sama sekali diluar dugaan siapapun, kontan saja si pedang Sakti kayu baja Cu 1241 Pok serta si telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim menjadi melongo dan berdiri tertegun.

   Ceng Lan hiang melirik sekejap wajah kedua orang itu, kemudian umpatnya sambil tertawa.

   "Kalian berdua betul-betul bloon, begitu juga engkau sebagai kakak seperguruannya, Huuuh aku, lihat nyali kalian berdua sudah dibuat pecah oleh kehebatannya"

   Rupanya luka parah yang diderita Ku See hong secara berulang- ulang telah membuat hawa darah didalam tubuhnya mengalami goncangan yang amat keras.

   Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sedangkan diapun secara beruntun harus menggunakan jurus- jurus gerangan sakti untuk meneter lawannya, kesemuanya itu membuat hawa murninya menderita kerugian yang amat besar.

   Keadaan ini semakin bertambah parah setelah Tu Pak kim berhasil menyarangkan pukulan Jian hun kim ciangnya.

   Waktu itu boleh dibilang seluruh tubuhnya sudah tidak nampak setitik tenagapun.

   Akan tetapi wataknya sangat keras kepala membuat pemuda ini enggan roboh ke tanah sebelum tenaganya betul-betul habis terkuras, maka sambil memaksakan diri dia mempertahankan terus posisi pedangnya untuk menggertak lawan, padahal waktu itu dia sudah tidak berkekuatan lagi untuk melancarkan serangan.

   Maka menggunakan kesempatan disaat Si Pedang sakti kayu baja Cu Pok dan si telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim dibuat keder oleh gerakannya, diam-diam dia mencoba menghimpun tenaga dalamnya untuk memulihkan kembali kekuatannya didalam waktu singkat.

   Tapi luka yang dideritanya terlampau parah, setiap kali hawa murninya coba digerakkan, ulu hatinya segera terasa sakit sekali bagaikan ditusuk-tusuk dengan pisau.

   Tatkala Ceng Lan hiang mendekatinya, diapun mengetahui gerakan lawan tersebut, sebenarnya dia ingin menggunakan pedang Hu thian seng kiamnya untuk membunuh perempuan ini.

   Tapi sewaktu dia menggerakkan tubuhnya untuk melancarkan tusukan, seluruh badannya segera menjadi sakit sekali, tulang belulangnya seperti pada terlepas dari badannya, disamping rasa sakit yang merasuk sampai ketulang sumsum.

   Saking tak tahannya menghadapi siksaan badan ini, akhirnya dia roboh dan tidak sadarkan diri.

   Ketika si pedang sakti kayu besi Cu Pok dan si telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim mendengar perkataan itu, tanpa terasa mereka berpikir dihati.

   "Haah, sungguh memalukan!". Tapi Si telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim segera berkata sambil tertawa nyaring.

   "Kepandaian silat yang dimiliki sumoay betul-betul lihay dan luar biasa, Ih heng sekalian benar tak becus dan tak mampu menandingi lagi"

   "Yaa, kalian berdua memang seperti gentong nasi saja"

   Seru Ceng Lan hiang sambil tertawa ringan.

   "Benar, benar sumoay, memang gentong nasi"

   Pedang sakti kayu baja Cu Pok menimpali sambil tertawa licik.

   "Hmmm, memangnya kalian gentong nasi semua, kalau tidak, manusia macam apakah kalian?"

   Si pedang sakti kayu besi Cu Pok yang menyaksikan tingkah laku perempuan itu diam-diam merasa kegelian, umpatnya di hati.

   "Kau perempuan jalang, tampaknya begitu tergila-gila dengan keparat busuk ini, sekarang dia sudah menderita luka yang begitu parah, akan kulihat dengan cara bagaimana kau hendak mengajaknya bermain cinta, hmm, suatu ketika kau si perempuan jalang pasti akan mampus lantaran kejalanganmu itu"

   Si telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim tidak ketinggalan dia berkata pula.

   "Sumoay, seluruh tubuhnya penuh dengan darah, ini akan mengotori tubuhmu yang bersih, lebih baik ......."

   Mendadak paras muka Ceng Lan hiang berubah sangat hebat, bentaknya nyaring.

   "Mengapa menghajar dirinya sampai separah ini lukanya? Hmmm, makin lama kalian berdua semakin berani memandang rendah diriku . ....."

   Pedang sakti kayu besi Cu Pok tertawa hambar.

   "Tidak berani, tidak berani, kami hanya melaksanakan perintah dari sumoay, kalau tidak dengan kesalahan yang telah dilakukan nya terhadap perkumpulan kita, mungkin sejak dulu jiwanya sudah dicabut, masa dia masih dapat hidup sampai sekarang"

   Ceng Lan hiang segera membungkukkan badannya memungut kembali pedang Hu thian seng kiam tersebut dan dimasukkan kembali kedalam sarungnya yang masih menggembol dibahu Ku See hong, setelah itu katanya dingin.

   "Sudah, tak usah banyak berbicara lagi, cepat bawa mereka dari sini!"

   Keng Cin sin terkena obat pemabuk, jalan darahnya tertotok pula, kini dia berada dalam keadaan tak sadar.

   Pelan-pelan Jian hun kim ciang Tu Pok kim membopong tubuhnya dan berlalu dari situ menuju ke markas besar perkumpulan Ban sia kau .....

   Waktu itu tengah malam sudah menjelang tiba.

   Cahaya lentera tampak memancar ke luar dari beberapa deret bangunan yang berlapis-lapis dalam kompleks markas besar perkumpulan Ban sia kau, sementara suasana hening mencekam sekeliling tempat itu.

   Didalam sebuah kamar kecil disuatu bangunan yang terpencil letaknya, tampak seorang gadis berbaju putih yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan sedang duduk dibawah cahaya lentera.

   Selapis perasaan sedih dan murung menghiasi seluruh wajahnya yang rupawan.

   Dia duduk tenang beberapa saat lamanya, kemudian pelan-pelan berjalan menuju ke depan jendela.

   memandang bintang yang bertaburan diangkasa, ia menggeleng sambil menghela napas sedih.

   "Aaaai, hingga sekarang mengapa dia belum nampak juga......"

   Ternyata gadis berbaju putih ini adalah Him Ji im, si nona yang punya janji dengan Keng C in sin untuk berjumpa tengah malam ini.

   Sejak berpisah dengan Ku See hong, sampai kini dia disekap terus didalam ruangan tersebut.

   Pada mulanya Him ji Im mengira Ku See hong sudah mati terjatuh kedalam jurang, tapi satu ingatan selalu memenuhi benaknya, dia yakin Ku See hong tak akan mati dalam keadaan begitu, namun seandainya di kemudian hari terbukti kalau pemuda itu sudah tewas.

   maka dia pun tak ingin hidup seorang diri dikolong langit ini...

   Dalam hatinya, dia benar-benar amat membenci ibunya Ceng Lan hiang.

   Tapi, sekalipun dia amat membenci Ceng Lan hiang, gadis ini tak berani menentang apalagi melawannya secara terang-terangan.

   Dalam hal ini Him Ji im sendiripun tidak tahu apa yang menyebabkan dia sampai begitu? Mungkin saja hal ini dikarenakan perasaan hormatnya dari seorang anak terhadap ibunya, atau mungkin juga dikarenakan sifat Him Ji im yang penuh welas asih.

   Tapi seandainya ada seorang yang dicintai mendukungnya agar berhianat kepada Ceng Lan hiang, maka tanpa memperdulikan segala akibatnya Him Ji im dapat menuruti perkataan orang itu, tentu saja orang itu adalah Ku See hong.

   Tengah hari kemarin, tiba-tiba saja ia mendapat berita kalau kekasihnya berhasil ditangkap Ceng Lan hiang dan dibawa ke istana Cun kiong tian untuk diajak..

   Mendengar berita busuk yang sangat memalukan ini, hampir saja dia mati saking malu dan gusarnya, sebab setiap manusia di dunia ini mengutuk dan menyumpahi hubungan senggama diantara manusia semacam ini.

   Peristiwa tersebut benar-benar mengerikan dan menakutkan dirinya...

   Untung kekasihnya berhasil diselamatkan oleh seorang manusia berkerudung warna warni, kalau tidak, mungkin dia sudah tak punya muka lagi untuk melanjutkan hidupnya didunia ini.

   Maka dia semakin membenci ibunya, kalau bisa ingin membunuhnya sampai mati meski sebagai akibat dia harus menanggung dosa sebagai anak yang tak berbakti tapi ia bertekad hendak membunuhnya.

   Bila niat tersebut dapat terlaksana, maka untuk menebus dosanya dia akan mencukur rambut menjadi pendeta dan hidup terpencil untuk menebus dosa sendiri maupun dosa ibunya.

   Karena dia tahu, nasibnya amat sedih sudah ditakdirkan untuk hidup dalam penderitaan, sekalipun dia amat mencintai Ku See hong, namun bagaimanapun juga dia merasa tak punya muka untuk hidup bahagia dengannya.

   Karena dia malu dengan perbuatan ibunya, dia malu menjadi putrinya, dalam hati kecilnya dia seolah-olah kekurangan sesuatu benda...

   Mendadak Him Ji im merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan se

   Jilid kitab, kemudian gumamnya dengan sedih.

   "Bila enci itu tidak kemari, secara diam-diam aku akan pergi meninggalkan tempat ini dan menghantar kitab ini kepadanya, kalau tidak Im Yan cu cici, kekasih engkoh Hong pasti akan mati dalam keadaan mengenas kan, dengan demikian engkoh Hong tentu akan lebih menderita, lebih sengsara dan kesepian.

   Engkoh Hong......

   Ooooh Engkoh Hong, tahukah kau bahwa aku pun tak dapat hidup sebagai suami istri denganmu? Aaaaa....

   Enci Keng Cin sin yang hendak dicari engkoh Hong entah sudah ditemukan belum? Engkoh Hong bilang dia amat mirip dengan ku, bukankah enci berkerudung warna warni pun sangat mirip dengan wajahku? Entah siapakah enci itu? Dia betul-betul amat misterius, sedang ilmu silatnya juga lihay sekali, apalagi enci itu begitu menyayangi aku, meski aku hanya berkumpul sehari saja dengannya, tapi dia menganggapku sebagai saudara sendiri saja, bila diapun mencintai engkoh Hong, hal ini pasti akan lebih baik..

   "Menurut catatan didalam kitab Ban sia cin keng, obat yang merupakan pemunah racun Im hwee si hun wan adalah Han sia cau, tapi tumbuhan macam apakah rumput Han sia ciu tersebut? Kemanakah harus di cari rumput itu. Rupanya Him ji im telah manfaatkan kesempatan disaat Ceng Lan hiang dengan membawa kawanan jago lihay dari Ban sia kau untuk melakukan pengejaran terhadap Ku See hong tadi untuk menjumpai Keng Cin sin kemudian mencuri kitab pusaka Ban sia cin keng yang tiada ternilai harganya itu. Dalam kitab pusaka Ban sia cin keng memang dicantumkan obat penawar racun bagi obat perangsang Im hwee si hun wan tersebut, yakni rumput Han sia cau. Setelah bergumam seorang diri, pikiran Him Ji im kembali tenggelam ke dalam lamunannya, sementara titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya yang halus, mungkin dia sedang memikirkan kembali nasib jelek yang dialaminya selama ini. Mendadak... Serentetan suara tertawa licik yang menyeramkan dan menggidikkan hati memotong jalan pikirannya yang belum habis itu. Dengan cepat Him Ji im memasukkan kembali kitab pusaka Ban sia cin kengnya ke dalam saku, kemudian membalikkan badan nya. Didepan pintu kamarnya tahu-tahu sudah muncul seorang pemuda yang lengan kirinya belum lama terpapas kutung, wajahnya amat pucat sementara sekulum senyuman cabul yang keji dan menyeramkan menghiasi ujung bibirnya, membuat siapa pun yang berjumpa dengannya tentu timbul perasaan seram dan ngeri. Begitu menyaksikan kemunculan pemuda itu, dengan gusar Him Ji im segera membentak.

   "Ciu Heng thian, tahukah kau bahwa tempat ini merupakan daerah terlarang yang ditetapkan kaucu?"

   Pemuda berwajah pucat ini tak lain adalah si Pedang ular perak Ciu Heng thian yang cabul, kejam dan tak berperi kemanusiaan itu. Mendengar teguran mana, dia segera mencibirkan bibirnya dan memperdengarkan suara tertawa cabulnya yang memuakkan.

   "Adik Im, mengapa kau harus menampik kebaikan orang yang bersusah payah datang menjengukmu? Orang lain boleh sampai disini, mengapa aku tak boleh kemari? Tahukah kau bahwa aku sangat mencintai mu."

   Merah padam selembar wajah Him Ji im karena jengah setelah mendengar perkataan itu, segera bentaknya.

   "Manusia laknat yang tak tahu malu, rupanya kau sudah bosan hidup ....?"

   Dengan sikap yang sinis dan menghina si pedang ular perak Ciu Heng thian mendengus dingin.

   "Hmmm, benarkah Ih heng adalah manusia laknat yang tak tahu malu? Apakah lebih laknat dan tak tahu malu ketimbang ibumu itu? Heeehh....heeehh.... heeehh...."

   "Adik Im, tahukah kau bahwa ibumu sekarang sedang berangkat ke sorga dan ia bersama Ku See hong? Sedangkan manusia berkerudung warna warni yang sedang kau nantikan sekarangpun sedang disekap di ruangan hukuman?"

   "Adik Im, aku sudah lama sekali menantikan dirimu, kalau toh ibumu begitu cabul dan jalang, sebagai anak kau tak usah menuruti perkataannya lagi. mari kita kabur sejauh-jauhnya dari sini malam ini juga, asal kita bersembunyi diujung langit sana, bukankah kitapun masih bisa hidup dengan bahagia?"

   Ketika mendapat tahu kalau Ku See hong dan Keng Cin sin kembali tertangkap ibunya, Him Ji im benar-benar merasa amat terperanjat, dia merasa kepalanya seperti disambar geledek ditengah hari bolong, kontan pikirannya menjadi kalut dan dengan sempoyongan mundur kebelakang sebelum terjatuh ke atas pembaringan.

   Yang membuat hatinya amat sedih adalah perbuatan ibunya yang sedang.....

   dengan kekasihnya.

   Si pedang ular perak Ciu Heng thian tertawa licik, sorot matanya mulai memancarkan sinar penuh dengan napsu birahi, ditatapnya wajah Him Ji im yang cantik dan halus itu tanpa berkedip, sementara napsu birahinya makin lama semakin memuncak.

   Pelan-pelan dia mulai menggeserkan badannya menghampiri Him Ji im, lalu sambil tertawa dingin katanya.

   "Adik Im, kau anggap Ku See hong adalah seorang lelaki sejati ....? Hmm....hmm .. tahukah kau betapa tergila-gilanya dia atas ibumu ... ... Ketika berbicara sampai disitu, mendadak si pedang ular perak Ciu Heng thian menerjang maju ke muka dan secepat kilat menubruk keatas tubuh Him J i im ...... Him Ji im membentak gusar, sambil membalikkan tubuhnya tahu- tahu dalam genggaman tangan kanannya telah bertambah dengan sebilah pisau belati yang tajamnya luar biasa, secara ganas dia tusuk perut Ciu Heng thian. Tindakan yang dilakukan olehnya ini sama sekali diluar dugaan siapapun, sudah barang tentu tak sempat bagi si pedang ular perak Ciu Heng thian untuk menghindarkan diri. Bahu kirinya disekitar bekas kutungan lengannya segera tersayat pisau belati itu, sehingga muncul sebuah mulut luka yang panjangnya tiga inci, darah kental segera memancar keluar dengan derasnya. Ciu Heng thian menjerit kesakitan, sambil merintih dia mundur tiga empat langkah ke belakang dengan sempoyongan. Mencorong sinar gusar yang penuh kekejian dari balik mata si pedang ular perak Ciu Heng thian, serunya sambil menahan rasa benci yang meluap-luap.

   "Adik Im, dengan penuh kasih sayang aku selalu melindungimu secara diam-diam, siapa tahu kau justru tidak tahu diri, air susu kau dibalas dengan air tuba. ini berarti kau sendiri yang mencari penyakit, jangan salahkan lagi jika aku akan bertindak kejam kepadamu!"

   "Manusia laknat tak tahu malu, aku akan membalaskan dendam bagi cici Im Yan cu,"

   Bentak Him Ji im penuh amarah.

   Sambil membentak nyaring, Him Ji im memutar senjata belatinya menciptakan selapis cahaya tajam, kemudian langsung ditusukkan ke dada Ciu Heng thian.

   Menghadapi ancaman tersebut, si pedang ular perak Ciu Heng thian segera tertawa dingin, jengeknya.

   "Kepandaian silatmu masih ketinggalan jauh sekali..."

   Sedikit saja Ciu Heng thian miringkan tubuhnya, tusukan pisau belati itu sudah mengenai sasaran kosong, kemudian sambil menggerakkan sepasang bahunya bagaikan sukma gentayangan saja secara aneh tapi cepat dia sudah mendesak semakin mendekati tubuh Him Ji im..

   Gerakan tubuhnya benar-benar cepat luar biasa, tak sampai Him Ji im menggerakkan pisau belatinya, telapak tangannya sudah melepaskan sebuah bacokan yang keras sekali memaksa gadis tersebut mundur terus ke belakang.

   Perlu diketahui kepandaian silat yang dimiliki Him Ji im sesungguhnya sangat lihay, namun oleh karena pikirannya sedang kalut dan perasaannya kacau balau hal mana membuat tenaga dalamnya amat terpengaruh, coba kalau demikian, bukan suatu pekerjaan yang gampang bagi Ciu Heng thian untuk menaklukkannya dalam waktu singkat.

   Disaat Ciu Heng thian mengayunkan telapak tangan kanannya melancarkan bacokan tadi, tubuhnya turut menerjang pula ke depan, lalu secepat kilat mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kiri Him Ji im.

   Ilmu Ki na jiu hoat yang dipertunjukkan ini meski nampaknya seperti tiada keistimewaan apa pun, namun kecepatan nya selain luar biasa, bahkan arah sasarannya membuat orang sulit untuk menghindarkan diri.

   Apabila orang-orang biasa selalu mencengkeram pergelangan tangan kanan musuh yang menggenggam pisau belati, maka sasaran yang diarah oleh Ciu Heng thian adalah pergelangan tangan kirinya, oleh karena itu Sebelum Him Ji im sempat mengetahui keadaan yang sebenarnya, dia sudah kena dicengkeram secara telak.

   Tak terlukiskan rasa kaget dan ngeri Him Ji im menghadapi situasi seperti ini, secepat kilat pisau belati ditangan kanannya langsung ditujukan ke atas jalan darah sim kan hiat di tubuh Ciu Heng thian..

   Ciu Heng thian segera menggoyangkan pergelangan tangan kiri si nona yang di cengkeram itu sehingga Him Ji im merasakan seluruh badannya menjadi kaku, darahnya bergolak keras dan kekuatannya seakan-akan punah dengan begitu saja.

   Tusukan pisau belatinya persis menusuk diatas pakaiannya dan "Traangg!"

   Senjata itu jatuh ke atas tanah.

   Sepasang mata si pedang ular perak Ciu Heng thian yang diliputi cahaya kecabulan itu mulai memancarkan kobaran napsu birahi yang menyala-nyala, ditatapnya sekujur badan Him Ji im dari atas sampai ke bawah, kemudian sambil tertawa terkekeh-kekeh tiada hentinya dia berkata.

   "Adik Im, apakah Im Yan cu yang tadi kau maksudkan itu adalah perempuan yang telah menelan pil Im hwee si hun wan tersebut...?"

   "Heeehh....heeehhh....heehhh... adik Im, sesungguhnya aku sangat mencintaimu, namun kau tak tahu diri, maka terpaksa aku harus menempuh dengan caraku sendiri, sekarang aku masih mempunyai sebutir pil Im hwee si hun wan, dan pil ini akan kuhadiahkan untukmu"

   Ketika mendengar ucapan tersebut, Him Ji im menjadi terperanjat sekali hingga paras mukanya berubah hebat, akan tetapi urat nadinya sudah tercengkeram sehingga kekuatannya punah, dalam keadaan begini dia tak mampu berkutik lagi.

   Agaknya hawa napsu birahi yang membara didada si pedang ular perak Ciu Heng thian sekarang sudah mencapai pada puncaknya, dia sudah tak sabar untuk menunggu lebih lama.

   Mendadak tangan kanannya mengendorkan cengkeremannya pada urat nadi di pergelangan tangan kiri Him Ji im.

   kemudian menggunakan kesempatan di saat hawa murni gadis itu belum pulih, dengan gerakan cepat Ciu Heng thian mengayunkan kembali tangan kanannya untuk menotok jalan darah Him Ji im.

   Setelah itu dia membopong tubuh si nona dan membaringkannya ke atas ranjang, sementara tangan kanannya merogoh ke dalam saku dan mengeluarkan sebutir pil.

   ooo0dw0ooo BAB 58 SEBAGAIMANA telah diketahui, pil yang baru saja dikeluarkan dari saku Ciu Heng thian itu tak lain adalah obat perangsang yang paling cabul didunia saat ini, Im hwee si hun wan.

   Si pedang ular perak Ciu Heng thian kembali mengulangi cara yang pernah dilakukan untuk menghadapi Im Yan cu tempo hari, yakni pertama-tama ditotoknya jalan darah ya ci hiat dimulut Him J i im, kemudian menotok jalan darah yang tiong hiat pada sepasang lengannya agar gadis itu tak mampu menghabisi nyawa sendiri guna melindungi kesucian tubuhnya.

   Kemudian sambil memperlihatkan pil perangsang Im hwee si hun wan yang berada ditangan kanannya, Ciu Heng thian memperdengarkan suara tertawa liciknya yang menyeramkan.

   "Heeehh..... heeehh.. .heeehh.... adik Im, aku yakin kau cukup memahami khasiat dari obat perangsang Im hwee si hun wan ini sehingga aku tak perlu menerangkan lagi, obat ini merupakan obat milik ibumu yang dihadiahkan sebanyak dua butir kepadaku, tentu dia tak pernah mengira kalau akhirnya putri sendiri yang menjadi korban, sekarang kau tentu sangat membenci ibumu bukan? Yaa, ibumu memang perempuan paling cabul dikolong langit dewasa ini, heeehh ..heeehh....

   "

   Kembali dia perdengarkan suara tertawa nya yang licik, sinis dan menyeramkan.

   Titik-titik air mata kembali jatuh bercucuran membasahi wajah Him Ji im yang cantik, perasaan sedih yang dialaminya sekarang betul-betul tak terlukiskan dengan kata-kata.

   Dia membenci kebuasan dan kecabulan manusia laknat ini.

   Diapun membenci ibunya yang cabul dan banyak melakukan perbuatan terkutuk.

   Dia membenci langit yang tidak adil kepadanya.

   Dia membenci kepada diri sendiri karena tak bisa membela kesucian tubuhnya sampai mati .....

   Dia benci karena tak dapat bersua dengan kekasih hatinya dan harus berpisah untuk selamanya.

   Diapun benci karena tak dapat membantu kekasih Ku See hong yaitu Im Yan cu untuk membebaskan diri dari pengaruh racun.

   Dia membenci karena tak dapat melihat jenazah ayahnya dan berziarah kesana untuk mewujudkan kebaktiannya sebagai seorang anak terhadap orang tuanya.

   Tujuh macam kebencian ini segera mencabik-cabik hatinya sehingga hancur tak berwujud lagi.

   Kini, Him Ji im tak mampu bersuara, tak bertenaga untuk meronta, ibarat seekor domba yang sudah diikat kencang-kencang, siap menerima perlakuan apapun dari orang lain.

   Hanya bedanya, jika domba masih dapat memperdengarkan suara mengembiknya yang mengenaskan pada saat akhir hidup nya, maka ia tak dapat berbuat demikian.

   Memandang rasa benci yang terpancar keluar dari balik mata Him Ji im itu, si pedang ular perak Ciu Heng thian memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang sinis dan keji, katanya.

   "Heeehh....heeehh...heeehh. .. adik Im, tampak nya kau seperti sudah tak mampu menahan diri lagi, padahal akupun sudah tak sabar untuk menunggu lebih lama, mari kita manfaatkan kesempatan yang ada ini dengan sebaik-baiknya untuk bermain cinta, pil Im hwee si hun wan ini akan kuberikan kepadamu sekarang juga!"

   Selesai berkata, Ciu Heng thian lantas mengambil pil berwarna merah itu dan siap dicekokkan kemulut si nona....."

   Siapa tahu disaat yang paling kritis itulah...

   Mendadak...

   Berkumandang suara tertawa panjang yang dingin, rendah dan amat berat! Suara tertawa tersebut tinggi melengking dan amat menusuk pendengaran, tapi kedengarannya kecil bagaikan suara nyamuk.

   Cuma saja dibalik gelak tertawa tadi terkandung rasa benci, sedih..

   serta rasa dendam yang meluap-luap! Begitu mendengar suara tersebut, si pedang ular perak Ciu Heng thian sudah tahu kalau orang yang datang berilmu sangat tinggi.

   Tentu saja dia tidak akan menyangka kalau orang ini tak lain adalah manusia nomor wahid dikolong langit dewasa ini.

   Ciu Heng thian segera memutar lengan kanannya yang masih utuh dan siap melancarkan sapuan kearah mana datangnya suara tertawa tadi.

   
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Siapa sangka baru saja lengannya akan digerakkan, tahu-tahu dari belakang tubuh nya telah muncul sebuah tangan yang putih mulus dan langsung mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kanannya, seketika itu juga hilang lenyap seluruh kekuatan yang dimilikinya.

   Tak terlukiskan rasa kaget dan ngeri si pedang ular perak Ciu Heng thian menghadapi kejadian seperti ini, cepat-cepat dia berusaha untuk mengerahkan tenaga Tay ih kun goan khikang nya untuk mencoba membebaskan diri dari pengaruh cengkeraman maut itu.

   Tapi kenyataannya, jangan lagi melepaskan diri dari cengkeraman, tenaga Tay ih kun goan khi kang saja sudah tak mampu lagi, dengan demikian dia baru betul-betul ketakutan setengah mati, sukmanya serasa melayang meninggalkan raganya, sebab dari sini dapat diketahui kalau kepandaian silat yang dimiliki orang itu jauh lebih tangguh dari pada dirinya.

   Dengan cepat dia berpaling ke belakang, kebetulan sekali sorot matanya saling membentur dengan sorot mata yang tajam dari orang itu, tak kuasa lagi hatinya bergidik dan merinding.

   Ternyata pihak lawan adalah seorang perempuan berwajah cantik, dan berambut putih.

   Orang ini bukan lain adalah Seng sim-cian li Hoa Soat kun! Sambil memberanikan diri si pedang ular perak Ciu Heng thian segera menegur.

   "Siapakah kau? Apa maksudmu mendatangi markas besar perkumpulan Ban sia kau kami?"

   Seng Sim cian li Hoa Soat kun tidak menanggapi pertanyaan dari Ciu Heng thian tersebut, sorot matanya yang tajam segera dialihkan kewajah Him Ji im yang masih tergeletak diatas pembaringan, kemudian ujarnya dingin.

   "Kau adalah Him Ji im?"

   Dalam keadaan tertotok jalan darahnya, tentu saja Him Ji im tak sanggup berbicara, sedang dihati kecilnya sungguh merasa terkejut atas ketangguhan ilmu silat yang dimiliki orang ini, bahkan yang lebih mengejutkan lagi adalah dia mengetahui namanya, ini menunjukkan bahwa...

   Mendadak...

   Seng sim cian li Hoa Soat kun mengebaskan tangan kirinya, segulung angin pukulan segera menyambar ke tubuh Him Ji im.

   Tiba-tiba saja Him Ji im bersin berulang kali, jalan darahnya yang tertotok pun segera menjadi bebas kembali, Sambil melompat bangun, Him Ji im segera berseru.

   "Him Ji im mengucapkan banyak terima kasih atas pertolongan dari locianpwee.. Seng sim cian li Hoa Soat kun manggut-manggutkan kepalanya sebagai tanda membalas hormat, lalu pujinya "Kau memang cantik jelita, bagaikan bidadari dan tenang serta halus ...."

   Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih jauh.

   "Semalam, bukankah ada seorang manusia berkerudung warna warni datang mencari mu? Apakah ia telah berhasil mendapatkan kitab pusaka Ban sia cin keng?"

   Dengan wajah berseri karena gembira Him J i im segera berseru.

   "Locianpwee, jadi kau adalah gurunya enci Im Yan cu, Seng sim cian li Hoa Soat kun locianpwee?"

   Sementara itu si pedang ular perak Ciu Heng thian sudah merasakan hatinya dingin separuh, apalagi setelah mengetahui siapa gerangan manusia yang berada dihadapan nya sekarang, sadarlah dia bahwa nasibnya jauh lebih banyak buruk nya ketimbang satu keberuntungan.

   Pelan-pelan Seng sim cian li Hoa, Soat kun mengangguk, lalu berkata dingin.

   "Apakah Hiat mo buncu telah datang?"

   Seakan-akan teringat akan sesuatu, tiba-tiba Him ji im menjerit kaget, kemudian katanya.

   "Barusan manusia laknat ini mengatakan bahwa enci tersebut beserta Ku See hong telah tertangkap semua, mari kita segera menyelamatkan mereka"

   "Untuk sementara waktu mereka tak bakal mati, kita tak perlu terlalu terburu nafsu untuk mencari mereka"

   Ucapan mana kontan membuat Him ji ini menjadi tertegun lalu pikirnya kemudian.

   "Aneh, mengapa sikapnya begitu dingin seperti es, seakan-akan dia memang seorang manusia berdarah dingin ....."

   Sementara dia masih berpikir, Seng sim cian li Hoa Soat kun telah berpaling ke arah Ciu Heng thian, kemudian dengan sorot mata memancarkan hawa pembunuhan menggidikkan hati, ia berkata dengan suara sedingin es.

   "Jadi kau yang bernama si pedang ular perak Ciu Heng thian....."

   Dengan pandangan ketakutan bercampur ngeri, si pedang ular perak Ciu Heng thian memandang sekejap ke arah Hua Soat kun kemudian membungkam diri dalam seribu bahasa. Kembali Seng sim cian li Hoa Soat kun berkata.

   "Manusia laknat, kau ingin mampus dengan cara yang bagaimana ........?"

   Waktu itu, si pedang ular perak Ciu Heng thian sudah benar- benar putus asa, tapi dasar licik dan banyak akal muslihatnya, tiba-tiba saja dia mendengus sinis, lalu dengan wajah yang tenang dan sama sekali tidak menampilkan perasaan takut barang sedikitpun jua, katanya dengan dingin.

   "Kau adalah seorang Bu lim cianpwee, tapi dalam kenyataannya menggunakan cara yang begini licik dan rendah untuk menguasahi orang, hmm kejadian ini benar- benar membuat hatiku merasa sangat tidak puas..

   "Manusia bedebah, laknat cabul yang tak tahu malu, dalam keadaan begini kau masih mencoba untuk gagah gagahan? Hmm, akan kubunuh kau!"

   Bentak Him ji im dengan gusar.

   Gadis itu menyambar pisau belatinya dari atas tanah, kemudian diantara kilatan cahaya tajam, ia sudah melancarkan sebuah tusukan kedada Ciu Heng thian.

   Seng sim cian li Hoa Soat kun yang mencengkeram pergelangan tangan kanan Ciu Heng thian segera membetotnya kesamping, seluruh tubuh Ciu Heng thian segera terbetot sehingga bergeser sejauh tiga depa lebih dari posisi semula dan terhindar dari tusukan pisau belati Him ji im.

   Menyaksikan kejadian ini Him ji im jadi tertegun dan berdiri melongo, dia tak habis mengerti mengapa manusia laknat tersebut tidak dibiarkan mampus saja.

   Dengan suara sedingin salju Seng sim cian li Hoa Soat kun berkata.

   "Keenakan jika manusia semacam ini dibiarkan mampus dengan begitu saja, paling tidak dia mesti merasakan dulu siksaan hidup"

   Pucat pias paras muka pedang ular perak Ciu Heng thian setelah mendengar ucapan ini, sedemikian pucatnya wajahnya sampai seperti mayat yang muncul dari liang kubur, kulit wajahnya turut mengejang keras menahan penderitaan dan siksaan hatin yang menghebat.

   lnilah siksaan hatin yang berat dari seseorang yang sedang menghadapi ancaman bahaya maut.

   Dengan nada yang seram ia segera berteriak.

   "Kau manusia laknat, bila berani menggunakan cara yang terkutuk untuk menyiksa diriku, sampai matipun aku orang she Ciu tak akan memejamkan mata dengan meram. Dengan gusar Seng sim cian li Hoat Soat kun segera membentak nyaring.

   "Lebih banyak manusia lain yang mati secara mengenaskan ditanganmu, toh mereka mati juga dengan mata yang meram.

   "Hmm..siapa menanam pohon kebajikan, dia akan peroleh buah kebajikan siapa menanam pohon kejahatan, dia akan peroleh buah kejahatan pula, hari ini, aku akan mempergunakan cara yang pernah kau lakukan terhadap orang lain untuk menyiksa dirimu, akan kulihat sampai dimanakah kau si manusia laknat dapat mempertahankan diri..... Walaupun pedang ular perak C iu Heng thian sendiri tak ingin cepat-cepat mati tapi dia tahu dirinya bakal menderita siksaan yang paling keji dan paling kejam terlebih dulu sebelum mati sungguhan, dari pada tersiksa dia lantas memutuskan untuk bunuh diri saja.... Berpikir demikian dia lantas membuka mulutnya dan siap akan menggigit putus lidahnya... Sayang sekali Seng sim cian li Hoa Soat kun terlalu cermat, sorot matanya pun sangat tajam, baru saja dia menggerakkan bibirnya, tahu-tahu jalan darah Ya-si hiat Ciu Heng thian sudah ditembusi oleh desingan angin tajam sehingga menjadi kaku. Dengan suatu gerakan cepat Hoa Soat kun melepaskan pula beberapa totokan yang menghajar seluruh jalan darah penting di tubuhnya, setelah itu dia baru mengendorkan cengkeramannya pada pergelangan tangan kanannya. Kepada Him Ji im diapun bertanya.

   "Apakah kau mempunyai cara yang paling keji untuk menghukum dia...? Selamat hidup Him Ji im sangat jarang membunuh orang, lagipula diapun tidak mempunyai sesuatu tujuan, sudah barang tentu gadis ini tidak memiliki sesuatu cara untuk menyiksa pemuda cabul tersebut. Dengan suara lembut Him Ji im lantas berkata.

   "Hoa locianpwee, terserah dengan cara apa kau hendak menghukum dirinya"

   Tiba-tiba dari balik mata Seng sim cian li Hoa Soat kun mencorong keluar serentetan cahaya tajam dan buas, katanya dengan gemas.

   "Untuk menghadapi manusia laknat seperti ini, lonio ingin menyuruh dia rasakan cara kematian yang paling keji dan paling berarti di dunia ini"

   "Dengan cara apakah locianpwee ingin membunuhnya?"

   Pelan-pelan Seng sim cian li Hoa Soat kun mengangkat tangan kanannya, lalu menjawab dengan suara berat.

   "Akan kucekokkan pil Im hwee si hun wan ini ke dalam mulut nya... Tiba-tiba merah selembar wajah Him Ji im karena jengah, ujarnya agak tergagap.

   "Locianpwee, apabila dia menelan pil tersebut, sudah pasti perempuan lain akan menjadi korban dari kerakusannya"

   Maksud Him Ji im, setelah menelan pil Im hwee si hun wan nanti, Ciu Heng thian tentu akan terangsang dan menjadi gila, dalam keadaan demikian sudah pasti dia akan mencari perempuan lain untuk melampiaskan napsu birahinya.

   Sambil tertawa dingin Seng sim cian li Hoa Soat kun berkata.

   "Akan kukutungi lengan dan sepasang kakinya, akan kulihat dengan cara bagaimana dia akan pergi meninggalkan tempat ini?"

   Serasa terbang nyawa pedang ular perak Ciu Heng thian setelah mendengar perkataan itu, tiba-tiba saja dari balik matanya mencorong ke luar sorot mata minta belas kasihan, artinya dia memohon agar dapat diberi kematian secara utuh.

   Perlu diketahui, barang siapa telah menelan pil Im hwee si hun wan tapi tak dapat melampiaskan napsu birahinya secara leluasa, dia akan merasakan sesuatu siksaan yang maha berat, nadinya akan meledak dan pecah, sudah barang tentu penderitaannya menjelang saat kematian tak akan terlukiskan dengan kata-kata.

   Seng sim cian li Hoa Soat kun tertawa dingin lagi dengan sinis, kemudian ujarnya.

   "Oooh, rupanya kau pun takut mati? Terus terang saja kukatakan kepadamu, mati karena pecahnya urat nadi masih belum terhitung kematian yang paling keji, sebelum itu akan kutotok dulu ke delapan urat nadi penting ditubuhmu agar nadimu tak sampai pecah, namun darah akan mendidih didalam tubuhmu kemudian memancar keluar melalui setiap pori-pori ditubuhmu, aku pikir hanya cara kematian semacam inilah yang paling sesuai untukmu"

   Mendadak Him Ji im berseru dengan gelisah.

   "?Hoa locianpwee, kalau hendak turun tangan, lakukanlah dengan segera, Enci Hiat mo buncu disekap mereka didalam ruang hukuman, sedangkan Ku See hong telah dibawa.....

   dibawa ibuku menuju ke istana Cun kiong tian, apabila kita tidak secepatnya menolong mereka, akan merasa menyesal sepanjang masa...."

   Mendadak paras muka Seng sim cianli Hoa Soat kun berubah menjadi amat tak sedap dipandang, ujarnya dengan suara dingin.

   "Him Ji im, tahukah kau akan dosa-dosa ibumu?"

   Menyinggung kembali tentang dosa-dosa ibunya, Him Ji im merasakan hatinya amat sedih, sebab setiap perbuatan dari ibunya merupakan perbuatan terkutuk yang sangat memalukan, sebagai putri Ceng Lan hiang tentu saja dia sendiripun merasa tak punya muka untuk bertemu dengan orang.

   Titik titik air mata segera jatuh bercucuran membasahi wajahnya, dengan sedih dia berkata.

   "Hoa locianpwee, aku... aku mengerti akan hal ini. aku... aku hendak membunuhnya dengan tanganku sendiri..."

   Saat itu, Him Ji im benar-benar merasa sedih sekali, dia merasa hatinya hancur lebur karena pedihnya.

   Tiba-tiba Seng sim cian li Hoa Soat Kun ikut menghela napas panjang, nadanya pun penuh kedukaan.

   Suara gemerincing nyaring bergema memecahkan keheningan.

   Tahu-tahu Seng sim cian li Hoa Soat kun telah meloloskan pedang ular perak yang menggembol dibelakang bahu Ciu Heng thian .....

   Kini wajahnya dingin dan kaku, sama sekali tidak berperasaan barang sedikitpun jua, tangan kirinya ketika diayunkan ke depan di ringi lekukan jari tangan, memancarlah delapan gulung hawa serangan yang serentak menghajar delapan buah jalan darah penting ditubuh Ciu Heng Thian.

   Menyusul kemudian pil Im hwee si hun wan dilemparkan pula ke dalam mulutnya yang langsung mengggelinding ke dalam perut.

   Ketika cahaya perak berkelebat lewat...

   Semburan darah segar memancar ke empat penjuru ....

   Dalam keadaan tertotok jalan darahnya, tak sempat lagi bagi Ciu Heng thian untuk memperdengarkan jeritan ngerinya, tahu-tahu kedua belah kakinya sebatas lutut sudah terpapas kutung, sementara badannya segera terjatuh ke atas tanah.

   Secara beruntun Seng sim cian li Hoa Soat kun mengayunkan pula tangan kirinya melancarkan beberapa buah pukulan jari tangan.

   Beberapa buah jalan darah disekitar lutut segera tertotok sehingga darah yang mengalir segera terhenti dan menghindarkan manusia laknat itu mati karena kehabisan darah.

   Menyusul kemudian jalan darah diatas bahu lengan kanannya ikut tertotok pula.

   ..

   Dimana cahaya tajam berkelebat lewat, lengan kanan Ciu Heng thian kembali terpapas kutung sebatas bahu.

   Sekarang, Ciu Heng thian telah berubah menjadi seorang manusia yang sama sekali tidak beranggota badan, ia tidak mengeluh ataupun mengerang kesakitan, tapi wajahnya mengejang sangat keras, peluh sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran bagaikan hujan, sepasang matanya melotot besar dan memancarkan sinar kemerah-merahan.

   Tampaknya rasa benci Seng sim cian li Hoa Soat kun belum mereda, pedang ular perak yang berada ditangannya tiba-tiba memancarkan cahaya tajam dan memperdengarkan suara yang memekikkan telinga...

   Sekarang seluruh wajah Ciu Heng thian yang pucat pias bagaikan mayat berubah menjadi merah darah, sementara batang hidungnya lenyap entah ke mana.

   Mimik mukanya kini sudah berubah menjadi mengerikan sekali seperti iblis buas Namun sepasang matanya masih melototi Hoa soat kun dengan pandangan gusar dan penuh kebencian...

   Tentu saja sorot mata itu penuh dengan pandangan sinar benci dan dendam...

   Dia seakan-akan hendak membalas dendam terhadap siksaan keji yang ditimpakan kepadanya sekarang.

   Namun hal ini sudah jelas tak mungkin terjadi, karena mustahil dia dapat menuntut balas dengan keadaan seperti sekarang, dia hanya memperoleh bagian siksaan dan penderitaan belaka ....

   Sambil mendengus dingin Seng sim cian li Hoe Soat kun berkata lagi.

   "Hmmm"

   Matamu berani melototi aku! Bagus, akan ku suruh kau jadi setan buta di akhirat nanti!"

   Secara keji Hoa Soat kun mengangkat pedang ular peraknya lalu melakukan gerakan mencungkil ke depan, sepasang mata Ciu Heng thian segera terkorek keluar Tidak, bukan terkorek keluar ....

   Coba lihatlah! Sepasang biji matanya bukan melotot ke luar berikut kulit kelopak mata, melainkan biji kelopak mata itu menggelinding sendiri ke sisi telinga sebelah kiri dan kanannya, sambil bergetar tiada hentinya.

   Namun berhubung biji matanya masih terikat oleh otot dan urat lainnya, maka kedua benda indera itu tidak sampai terjatuh ke bawah, melainkan hanya bergelantungan belaka.

   Darah kental yang berbau amis mengucur ke luar dengan derasnya dari balik kelopak matanya yang berlubang mengalir lewat biji matanya dan membasahi kedua biji bola mata tersebut sebelum menetes ke atas tanah.

   Pemandangan semacam ini benar-benar menggidikkan hati siapa pun yang memandangnya.

   Bahkan orang akan merasa ngeri untuk memperhatikan lebih lanjut....

   Him ji im segera berpaling ke arah lain, ia tak berahi menyaksikan pemandangan yang mengerikan itu.

   Untuk menghindari musuhnya keburu mati karena kehabisan darah sebelum siksaan di alaminya, cepat-cepat Seng Sim cian li Hoa Soat kun mengayunkan tangan kirinya melancarkan serentetan hawa murni untuk menyumbat jalan darah pada sepasang kaki lawan.

   Kemudian tangan kanannya diayunkan ke depan dan pedang ular perak tersebut dengan berubah menjadi sekilas cahaya putih langsung meluncur keluar melalui jendela.

   Dengan nada suara yang kaku dan tidak berperasaan, perempuan itu berkata.

   "Nah, silahkan kau menunggu siksaan dan penderitaan yang lebih hebat dalam keadaan seperti ini!" -ooo0dw0ooo- BERBICARA sampai disitu, Seng sim cian li Hoa Soat kun berpaling kearah Him Ji im sambil berkata pula.

   "Mari kita tinggalkan tempat itu!"

   Dari balik mata Him Ji im tiba-tiba memancar keluar sorot mata yang penuh dengan nada memohon, katanya dengan sedih.

   "Hoa locianpwee, kumohon kepadamu untuk mengampuni ibuku, bebaskanlah dia dari penyiksaan semacam ini, biar.... biarlah aku sendiri yang membunuhnya, harap kau..... kau jangan turun tangan kepadanya."

   Bagaimanapun bejadnya moral Ceng Lan hiang, perempuan itu tetap merupakan ibunya, meski Ceng Lan hiang tak pernah memberikan kasih sayang seorang ibu kepadanya selama ini, namun 1265 ia merasa tak tega membiarkan ibunya mengalami siksaan dan penderitaan yang begitu kejam.

   "Kau sungguh-sungguh berani membunuh ibumu sendiri?"

   Tegur Seng sim cian li Hoa Soat kun dingin. Him Ji im menghela napas panjang.

   "Ibuku jahat, kejam dan banyak mencelakai umat persilatan, meski sudah matipun sukar untuk menebus dosa-dosanya itu, apalagi dia telah membunuh ayahku, akupun akan membunuhnya, sebab aku harus membalaskan dendam bagi kematian ayahku"

   Menyinggung kembali tentang ayah perempuan ini, Seng sim cian li Hoa Soat kun menghela napas panjang, dia merasa luka didalam hatinya kembali tersentuh. Begitulah, setelah menghela napas panjang dengan amat sedihnya dia berkata.

   "Baiklah, memang sudah seharusnya kau yang turun tangan sendiri!"

   Berbicara sampai disini berangkatlah mereka berdua menuju ke ruangan hukuman dari perkumpulan Ban sia kau untuk menyelamatkan Keng Cin sin.

   Jeritan ngeri yang menyayat hati kedengaran bergema memenuhi angkasa, itulah jeritan dari Ciu Heng thian yang mulai tersiksa diatas tanah.

   Sekujur badannya mulai bergetar keras bagaikan gelombang samudra karena sakit dan menderitanya .......

   Sementara kedua biji bola matanya yang melompat keluar turut bergema pula seolah-olah bisa melompat kesana kemari.

   Rupanya racun obat perangsang Im hwee si hun wan yang bersarang dalam tubuhnya sudah mulai menyebar dan menunjukkan daya kerjanya .....

   Kini, seluruh badannya dipenuhi aliran nafsu birahi yang panas menyengat, aliran birahi tersebut menerjang ke seluruh bagian nadi pentingnya sehingga menimbulkan penderitaan yang tak terlukiskan dengan kata-kata.

   Penderitaan semacam ini amat hebat dan luar biasa sekali .....

   Padahal saat ini dia berada dalam keadaan lemah, tiada satu bagian pun dari anggauta badannya yang mampu merasakan penderitaan dan siksaan dahsyat yang munculnya dari dalam.

   Kulit wajahnya yang menyeringai seram, kini semakin mengejang keras hingga berkerut kencang.

   Sedang kedua biji bola matanya yang menonjol keluar turut bergetar pula dengan hebatnya ....

   Tapi bergetarnya bola mata tersebut, mendatangkan semacam penderitaan baru yang jauh lebih hebat baginya.

   Kejernihan otak Ciu Heng thian saat ini masih tetap utuh, sedang hati kecilnya benar-benar merasa benci sekali kepada Thian, karena memberi siksaan yang begitu berat menjelang saat ajalnya, dia ingin berteriak ingin menjerit, ingin mendesis ......

   Namun tak sebuah pun yang bisa dia lakukan.

   Dia seakan-akan harus menerima siksaan dan penderitaan tersebut dengan mulut membungkam.

   Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Yaa, benar! Dia memang harus menerima segala sesuatunya itu tanpa berbicara.

   Sebab inilah buah dari semua perbuatan yang pernah dilakukannya selama ini, semacam pembalasan yang dirasakannya.

   Haruskah dia membenci langit? Ataukah membenci kepada sesama manusia? Tidak! Dia hanya membenci diri sendiri menyesali diri sendiri yang telah banyak berbuat dosa dan kesakitan dimasa lampau.

   sebab hanya dengan cara inilah dia baru dapat melepaskan sukmanya dari semua penderitaan.

   Seringkali manusia memang menjatuhkan dirinya sendiri ke lembah kehancuran, ada kalanya disaat dia hendak melakukan suatu perbuatan jahat, walaupun sadar dirinya bahwa perbuatan itu akan memperoleh pembalasan, toh ia tetap bersikeras melakukannya.

   lnilah yang dinamakan napsu berhasil mengalahkan kesadaran seseorang? Tidak! tidak mungkin begitu!, karena kesadaran manusialah yang seringkali menangkan segala sesuatunya.

   Kalau dia sampai melakukan kejahatan, berarti watak jeleknya yang mendorong ia berbuat begitu.

   Tentu saja ada sementara orang yang menyadari kesalahannya dan bertobat bila saat ajalnya dan saat pembalasan telah tiba, namun sayang waktu demikian ini sudah tak sempat lagi, karena sudah tiada harapan untuk tertolong lagi.

   Cuma, menyesal dan bertobat sebelum ajal memang jauh lebih baik dari pada sama sekali tidak bertobat.

   Seperti apa yang diajarkan dalam agama penyesalan serta bertobat merupakan pelepasan sukma dari beban berat.

   Oleh sebab itu, penyesalan dan bertobat menjelang kematian hanya semacam pelepasan belaka bagi sukma dari beban berat, bukan berarti bisa menghilangkan segala dosa dan kesalahan yang pernah di lakukannya sepanjang hidup.

   Walaupun jiwanya telah kembali kealam baka, namun nama busuknya tetap tertinggal sepanjang jalan di alam semesta ini.

   Ciu Heng thian bukan termasuk seorang manusia yang mau menyesal dan bertobat menjelang saat ajalnya, rohnya boleh di bilang merupakan roh yang jahat dan penuh dosa.

   Penderitaan dan siksaan badan yang dialaminya, kian lama kiau bertambah hebat dan kuat menyusul berlalunya sang waktu.

   Penderitaan tersebut tidak terbatas pada salah satu bagian tubuh saja, melainkan seluruh bagian tubuhnya.

   Baik dikulit, didaging maupun dalam tulang belulang ....

   Berada dalam keadaan seperti ini, dia bersedia mati secepatnya, namun panca indra serta segenap bagian tubuhnya tak sebuahpun yang bersedia mentaati keinginannya itu, maka diapun harus menerima segala sesuatunya dengan membungkam.

   Menerima...

   Menerima.

   ...

   Mendadak ....

   Lamat-lamat terendus bau amisnya darah yang sangat tebal menyelimuti seluruh angkasa.

   Rupanya dari setiap lubang pori-pori tubuh Ciu Heng thian yang tergeletak di tanah, lamat-lamat memancar keluar noda darah yang segera membasahi seluruh pakaiannya.

   Mengikuti berlalunya sang waktu, tubuh Ciu Heng thian yang mengejang keraspun makin mereda sebelum akhirnya sama sekali menjadi tenang...

   Setiap titik darah yang berada dalam tubuhnya telah mengalir keluar melalui pori-pori badannya.

   Maka diapun matilah, mati setelah menerima siksaan dan penderitaan yang paling keji di kolong langit, Thian pun tidak memberi kesempatan kepadanya untuk melakukan apa yang lazimnya dilakukan seseorang yang mendekati ajalnya, atau paling tidak jeritan ngeri serta keluhan duka...

   -ooo0dw0ooo-

   Jilid 38 KU SEE HONG telah ditangkap Ceng Lan hiang dan di bawa menuju ke istana Cun kiong tian.

   Ceng Lan hiang, si perempuan cabul ini benar-benar bersikap istimewa terhadap Ku See hong, bahkan ia tak segan-segan mempergunakan berbagai macan obat-obatan yang mahal harganya untuk mengobati luka yang diderita Ku See hong.

   Apakah dia bertujuan untuk merasakan kepuasan seksual dari Ku See hong yang gagah dan perkasa! Ataukah pelampiasan rasa cinta dan kasihnya terhadap Ku See hong ....? Kalau mesti dijawab pertanyaan di atas, maka jawabannya adalah kedua-duanya.

   Watak Ceng Lan hiang memang cabul dan jalang, boleh dibilang sampai matipun ia tak dapat merubah kebiasaannya ini.

   Seperti misalnya dengan jelas ia sudah mendapat tahu kalau antara putrinya dengan Ku See hong sudah mempunyai hubungan suami istri, sebagai seorang ibu, seharusnya dia tak sampai berbuat mesum dengan menantu sendiri.

   Tapi dalam kenyataannya, dia tetap bertekad hendak memperoleh kepuasaan seks dari Ku See hong.

   Kalau ditanya mengapa? Maka bisa di jawab hal ini disebabkan Ceng Lan hiang amat mencintai Ku See hong, benar-benar mencintainya setulus hati.

   Sepanjang hidupnya di dunia ini, boleh di bilang dia hanya mencintai Ku See hong seorang.

   Ku See hong tetap berbaring diatas pembaringan di ruang Cun kiong tian dalam ruangan setengah telanjang, sepasang matanya terpejam rapat-rapat, tampaknya ia belum sadarkan diri.

   Luka-luka diseluruh tubuhnya telah ditaburi bubuk obat, bahkan sudah merapat dan tumbuh kulit baru.

   Sebagaimana diketahui, Ku See hong pernah minum darah mestika naga bumi yang langka dan tak ternilai harganya, maka walau pun sedang menderita luka dibadan, wajahnya tetap merah padam dan bersinar terang.

   Justru wajahnya yang merah bercahaya inilah merupakan daya pikat bagi kaum wanita.

   Disisi tubuhnya berbaring pula sesosok tubuh yang berada dalam keadaan telanjang bulat, kulit badannya halus dan putih bagaikan susu, benar-benar sesosok tubuh yang cukup membuat hati orang bergetar.

   Dengan sepasang matanya yang genit memikat dan memancarkan rangsangan napsu birahi yang membara, tiada hentinya dia awasi wajah Ku See hong yang masih tertidur ....

   Tampaknya dia sudah tak sanggup menahan kobaran napsu birahinya yang memuncak, tidak menunggu sampai Ku See hong sadar, dia mulai melakukan gerakan-gerakannya yang erotik...

   Dengan cepat dia merangkul tubuh Ku See hong, kemudian membalikkan badan dan menindih diatas pemuda tersebut.

   Sementara bibirnya yang kecil mungil mulai menciumi dan bergeser tiada hentinya ke seluruh wajah Ku See hong .

   ...

   Sikapnya sekarang bagaikan seseorang yang sudah seratus tahun tak pernah mencicipi rasanya daging saja, begitu birahinya memuncak, maka ibaratnya bendungan yang jebol diterjang air bah, betul-betul meluber dan tak terbendung lagi ...

   Yaa, Ceng Lan hiang memang tersohor karena napsunya yang kelewat besar, boleh dibilang saban hari dia membutuhkan dua kali permainan senggama untuk memuaskan nafsu birahinya.

   Padahal selama beberapa hari belakangan ini, ia tak pernah menjamah seorang lelakipun, bahkan berhubunganpun tidak, bayangkan saja bagaimana mungkin keadaannya tidak sedemikian rakusnya seperti seratus tahun tak pernah ketemu daging saja...

   Disaat permainan cinta akan dilanjutkan ke babak yang lebih menyeramkan.

   Pada saat itulah, dari balik pintu kamar pelan-pelan muncul seseorang, dia adalah seorang gadis berbaju putih.

   Dengan cepat gadis itu dibuat terperana oleh pemandangan panas yang terbentang di depan mata.

   Lalu paras mukanya dengan cepat berubah menjadi merah membara karena jengah.

   Titik-titik air mata jatuh berucucuran membasahi kelopak matanya yang indah.

   Pemandangan yang terbentang didepan matanya membuat ia sakit hati, perasaannya bagaikan disayat-sayat dengan pisau sehingga mengucurkan darah.

   Yaa, gadis itu sangat sedih.

   Diapun merasa malu ....

   Benci...Sambil menggertak gigi, dengan cepat ia meloloskan sebilah pisau belati dari dalam sakunya..

   "Oooh ibu... kau tak tahu malu...

   "

   Teriakan keras di ringi keluhan pedih bergema memecahkan keheningan.

   Secepat sambaran kilat Him ji im segera lari kedepan dan menerkam kearah pembaringan.

   Teriakannya yang keras dan memekikkan telinga itu segera membangunkan Ku See hong yang sedang tertidur nyenyak.

   Sambil membentak keras, tiba-tiba hawa murninya dihimpun kedalam telapak tangan kanannya dan sekuat tenaga melepaskan sebuah pukulan kedepan.

   "Blaaaammmm.....!"

   Benturan keras yang memekikkan telinga segera berkumandang memecahkan keheningan.

   Tubuh Ceng Lan hiang bagaikan seekor ular air segera mencelat dari atas pembaringan dan terlempar kedepan sana ....

   Waktu itu Him Ji im sedang menerkam dengan kecepatan tinggi, sedangkan tubuh Ceng Lan hiang yang terhantam mencelat pula ke belakang dengan kecepatan yang tak kalah pesatnya...

   Tak ampun lagi pisau belati yang tajam itu persis menusuk diatas punggung Ceng Lan hiang sampai tembus ke dalam dadanya...

   Teriakan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang memecahkan keheningan.

   Menyusul kemudian...

   "Blaaammm... .!"

   Benturan keras yang menggelegar segera bergema pula memenuhi seluruh angkasa.

   Pisau belati yang menancap di atas punggung Ceng Lan hiang itu tembus sampai tinggal gagangnya, darah kental segera menyembur keluar dan membasahi kulit badannya yang putih bersih.

   Pelan-pelan Ceng Lan hiang membalikkan badannya, dengan sorot mata yang memancarkan sinar kebuasan dan kebencian dia awasi Him Ji im yang tertegun mematung itu tanpa berkedip.

   Kemudian telapak tangan kanannya pelan-pelan diangkat ke tengah udara....

   Him Ji im segera menjerit sedih.

   "Ibu .... aku telah membunuhmu, aku telah membunuhmu ...."

   Ditengah teriakan keras tersebut, telapak tangan kanan Ceng Lan hiang pelan- pelan diturunkan kembali ....

   Sorot matanya yang memancarkan kebuasan dan kebencian itu segera hilang lenyap tak berbekas.

   Pada saat itulah dari balik pintu kamar menyelinap masuk dua orang perempuan, mereka adalah Keng Cin sin dan Seng sim cian li Hoa Soat kun.

   Tampak mereka sudah bisa menduga kalau kejadian seperti ini dapat berlangsung.

   Oleh sebab itu mereka tidak menunjukkan perasaan terkejut ataupun terkesiap! namun perasaan mereka berdua nampak berat sekali.

   Ku See hong telah mengenakan kembali pakaiannya, dengan cepat kemudian sambil menubruk ke muka serunya sedih.

   "Adik Im, kau..."

   "Engkoh Hong..."

   Pekik Him Ji im sangat sedih.

   Rasa sedih yang menyayat hatinya sekarang benar-benar tak terlukiskan lagi dengan kata-kata .....

   Sementara itu, Ku See hong telah merangkul tubuh Him Ji im kencang-kencang, sedang air matanya jatuh bercucuran membasahi seluruh wajahnya.

   Memandang sikap mesra ke dua orang itu, paras muka Ceng Lan hiang yang pucat pasi seperti mayat itu nampak mengejang keras, sementara sorot matanya yang buas kembali mencorong dari balik matanya ....

   Pelan-pelan telapak tangan kanannya diangkat kembali ke atas seakan-akan hendak melancarkan serangan...

   Serentak Seng sim cian li Hoa Soat kun dan Keng Cin sin menyelinap maju ke muka dengan cepat tenaga dalam yang mereka miliki segera dihimpun menjadi satu, asal Ceng Lan hiang melancarkan serangan pembunuhan, mereka akan segera melepaskan pula serangan yang mematikan.

   Namun dalam hati kecil mereka berduapun timbul suatu kecurigaan yang sama....

   Benarkah sampai saat ajalnya Ceng Lan hiang masih belum bertobat? Benarkah dia berniat membunuh putri sendiri? Padahal, dari mana mereka berdua bisa menduga kalau Ceng Lan hiang sesungguhnya sangat mencintai Ku See hong.

   Ketika menyaksikan Ku See hong tidak menggubris kasih sayangnya, tapi bersikap begitu mesra kepada putrinya, rasa cemburu yang amat besar segera membara dalam hatinya.

   -000d0w000- BAB 59 AKAN tetapi .....

   Pelan-pelan Ceng Lan hiang menurunkan kembali tangannya ..

   Apakah dia sudah tak bertenaga lagi untuk membunuh mereka....

   Bukan begitu ......

   Seandainya Ceng Lan hiang nekad menghimpun sisa hawa murni yang dimilikinya untuk melancarkan serangan terakhirnya yang terkeji, mungkin Ku See hong dan Him Ji im akan mati bersama seketika itu juga.

   Sekalipun disitu hadir Keng Cin sin dan Seng sim cian li Hoa Soat kun yang siap memberikan bantuan, hal ini sudah tak sempat lagi.

   Dia telah sadar akan kekhilafannya? Ataukah merasa tak tega untuk mencelakai mereka? Yaa, memang demikianlah keadaannya.

   Mendadak titik air mata jatuh bercucuran membasahi kelopak mata Ceng Lan hiang...

   Air mata tersebut boleh dibilang merupakan air mata yang untuk pertama kalinya jatuh berlinang, tapi boleh dibilang juga sebagai terakhir kalinya.

   Memandang wajah sedih ibunya, remuk rendam perasaan Him Ji im, dia segera berpekik.

   "Ibu .... aku telah membunuhmu..."

   Nada suaranya amat memilukan hati, membuat siapapun yang ikut mendengar merasakan hatinya pedih. Ceng Lan hiang tertawa sedih.

   "Im ji, kau telah membunuhku ...."

   Walau pun Him Ji im begitu membenci ibunya, begitu bertekad ingin membunuhnya namun dia toh tetap darah daging Ceng Lan hiang, apalagi dia telah membunuh ibunya sekarang, rasa sedih dan perih dalam hatinya benar-benar tidak terlukiskan dengan kata-kata.

   Air matanya segera jatuh bercucuran seperti mutiara yang putus benang, setetes demi setetes jatuh bercucuran tiada hentinya ...

   Dengan suara pedih Him J i im berpekik.

   "Aku telah membunuh ibu kandungku sendiri, aku.... dosaku benar-benar tak terampuni..."

   Ceng Lan hiang mendongakkan kepalanya memandang ke arah Him Ji im, kemudian setelah tertawa pedih katanya.

   "Im ji, seharusnya aku adalah ibumu, namun aku tak pernah memberi cinta kasih seorang ibu kepadamu, aku terlalu memikirkan napsuku sendiri.. Walaupan kau telah membunuhku sekarang, namun kau sama sekali tidak berdosa, kau tahu ibumu jahat dan penuh dengan dosa, bahkan aku telah turun tangan segera membunuh ayahmu sendiri, apa yang berakibat dengan diriku sekarang boleh dibilang merupakan hukum karma yang harus kuterima, kau memang seharusnya membalaskan dendam bagi kematian ayahmu.."

   Sekarang dia sudah sadar, sudah mulai menyesal dengan segala perbuatannya ....

   Tapi segala sesuatunya sudah terlambat, sebab dia hanya tinggal beberapa menit lagi hidup didunia ini....

   Di tengah ucapan Ceng Lan hiang yang memedihkan hati, air matanya jatuh bercucuran dengan teramat derasnya...

   "Ibu...."

   Pekik Him Ji im dengan pedih.

   Dia meronta dan melepaskan diri dari pelukan Ku See hong kemudian menerjang ke dalam rangkulan Ceng Lan hiang sambil menangis tersedu-sedu ....

   Isak tangisnya yang begitu memilukan hati sungguh membuat hati orang merasa hancur lebur ....

   Ku See hong, Keng Cin sin, Hoa Soat kun, semuanya ikut merasa berduka dan sedih .....

   Seluruh ruangan Cun kiong tian segera diliputi kabut kedukaan yang sangat tebal.

   "Ibu!"

   Him Ji im mendongakkan kepalanya sambil berpekik.

   "aku merasa amat menyesal karena telah membunuhmu"

   
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Ceng Lan hiang menghela napas panjang.

   "Aaai, Im ji kau tak usah menyesal...

   "Sekarang aku baru sadar.. barang siapa senang melakukan perbuatan jahat maka dia akan memperoleh akibatnya, entah cepat atau lambat datangnya pembalasan tersebut. Oleh sebab itu, manusia seperti ibu cepat atau lambat pasti akan mati juga ditangan orang lain. Bila aku sampai mati ditangan orang, mungkin aku tidak akan sesadar sekarang ini.

   "Malam ini aku telah mati ditanganmu, boleh dibilang semua dosa dan kesalahanku akan berakhir, memang seharusnya demikian, daripada aku banyak melakukan pembunuhan- pembunuhan yang tak berguna lagi, dan akupun sudah seharusnya mati di tanganmu. Im ji! Kau tidak salah membunuh, kau dengarkanlah perkataanku ini"

   "Ibu... kau tidak akan mati, kau harus hidup terus!"

   Pekik Him Ji im dengan pedih. Ceng Lan hiang segera tertawa.

   "Im ji, sepanjang hidup ibu sudah melakukan kejahatan, walaupun tubuh harus hancur, sulit bagiku untuk menebus semua dosa-dosaku ini, aai...

   "Cuma sayang, penyesalanku agak terlambat...

   "Ibu sudah banyak menikmati kesenangan yang maksiat didunia ini, sekarang sudah sewajarnya aku merasakan penderitaan di neraka!!"

   "Ibu, semua dosa dan kesalahanmu biar Im ji saja yang menanggung, kau.... kau tak bakal masuk neraka.."

   Seru Him Ji im sambil menangis tersedu-sedu.

   "Anak bodoh, bagaimana mungkin dosaku dapat kau pikul? Dengan demikian meski aku sudah mati dan berada dialam baka hatiku tidak akan merasa tenang"

   Mendadak Ceng Lan hiang mengalihkan sorot matanya yang lembut dan halus ke wajah Ku See hong, kemudian setelah tertawa rawan ia berkata.

   "Ku See hong kau memang membuat orang gampang tertarik kepadamu, sebelum ajalku tiba, sekarang ada satu hal inginku utarakan kepadamu secara berterus terang, tatkala aku menangkapmu sekali lagi ini, sesungguhnya bukan niatku dan hawa napsu birahiku.

   "Sesungguhnya aku berbuat demikian karena aku benar-benar sangat mencintaimu, sekarang aku dapat berkata demikian dan mungkin kau anggap aku tak tahu malu, tapi sebenarnya ucapanku tersebut sejujurnya dan tidak enak bila tidak ku utarakan keluar.

   "Cinta memang sesuatu yang aneh, sepanjang hidupku hanya kau seorang yang pernah kucintai dengan sepenuh hati, sedangkan lainnya tak lebih hanya pemuas bagi napsu birahiku.

   "Sekarang aku telah serahkan satu-satunya putri kesayanganku ini kepadamu, harap kau mencintainya dengan sepenuh hati, menyayanginya, semenjak kecil nasibnya sudah jelek, penuh kedukaan dan kepedihan, kebahagian dimasa mendatang dan kegembiraan mungkin hanya kau yang dapat memberikan kepadanya. Budi kebaikanmu tersebut pasti akan kubayar di dalam penitisan yang akan datang.

   "Sekarang aku harap kau sudi memberikan janjimu kepadaku, janji yang menandakan bahwa kau dengan sepenuh hati akan merawat serta melindungi putriku ini"

   "Kau tak usah kuatir, aku orang she Ku tidak akan menyia- nyiakan dirinya". sahut Ku See hong dengan suara lantang. Ceng Lan hiang segera tersenyum.

   "Nah, kalau begitu aku harus menyampaikan selamat tinggal kepada kalian semua.... Begitu selesai berkata, dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya Ceng Lan hiang segera menotok jalan darah Pak hwee hiat diatas jidat sendiri. Tanpa mengeluarkan sedikit suarapun dia terjatuh dan roboh kedalam pelukan Him Ji im. Ketua Ban sia kau yang termashur karena kejalangan serta kecantikannya dalam dunia persilatan ini segera tewas dalam pelukan putrinya.

   "Ibu.."

   Dengan suara yang amat pedih Him Ji im berteriak keras Suara selanjutnya segera tenggelam di balik isak tangisnya yang memilukan hati.

   Begitu memilukan dan memedihkan hati isak tangisnya, membuat seluruh dunia seolah-olah hendak terbalik...

   Siapapun yang kebetulan mendengar suara tangisannya tersebut, pasti akan turut terharu dan beriba hati.

   Kalau dilihat dari kebejadan moral Ceng Lan hiang sepanjang hidupnya, dia memang pantas untuk mati, akan tetapi penyesalan dan cara tobatnya menjelang kematiannya, cukup membuat orang turut merasa terharu.

   Dia telah banyak buat kejahatan didunia ini, dan harus menerima buah kejahatan yang telah dilakukannya, masih adakah hukuman yang jauh lebih berat bagi seorang manusia yang banyak melakukan kejahatan didunia ini daripada suatu kematian? Kalau mesti dijawab, maka dapat dikatakan ada.

   


Pedang Tetesan Air Mata -- Khu Lung Golok Bulan Sabit -- Khu Lung /Tjan Id Anak Rajawali -- Chin Yung

Cari Blog Ini