Dendam Sejagad 23
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung Bagian 23
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya dari Khu Lung
Burung gagak bersarang dirumput dikala senja.
(Han sia cau)..Cinta kasih berlangsung dari muda sampai tua.
Memetik kampak membuat lagu.
Nadanya dendam! Menitik air mata darah untuk siapa Hati pilu menanggung derita, menyesal sepanjang masa.
Dendam kesumat membentang bagai jagad, Ji koan pernah berbuat salah.
Menyandang golok menunggang kuda, apalah gunanya? Salju terbang air laut semuanya hambar.
Dendam kesumat membentang bagai jagad.
Curah hujan membuyarkan awan.
Air mengalir akhirrya surut.
Dendam kesumat tak akan luntur.
Suara nyanyiannya amat keras tapi bernada sedih dan memilukan hati, apalagi dibawakan dalam suasana begini, pada hakekatnya menambah rawannya suasana...
Sesungguhnya Ku See hong membawakan bait lagu Dendam sejagad tersebut tanpa mengandung sesuatu maksud tertentu, dia hanya ingin melampiaskan rasa pedihnya dengan membawakan bait lagu yang dasar nya memang memilukan hati.
Siapa tahu, suatu penemuan yang tak terduga pun segera berlangsung, setelah dia habis membawakan lagu Dendam sejagad tersebut ....
Begitu selesai membawakan bait Dendam sejagad, tiba-tiba Keng Cin sin yang ikut mendengarkan nyanyian tersebut berteriak penuh kegembiraan.
'Han sin cau ....
rumput burung gagak ...
sekarang teringat aku, yaaa, aku teringat sekarang ....
nama rumput tersebut telah di singgung dalam bait lagu dendam sejagad!"
Hoa Soat kun turut merasakan hatinya bergetar keras, buru-buru dia bertanya.
"Apa? Kau sudah teringat tentang rumput Han sia cau? Dimanakah benda itu terdapat?."
"Berada dimanakah benda tersebut, kini aku belum tahu, namun kita dapat menyelidikinya"
Ku See hong sendiripun merasa terkejut bercampur gembira setelah mendengar perkataan itu, ujarnya dengan cepat. ' Nona, kau maksudkan bait kedua dari syair Dendam sejagad mengartikan rumput Han sia cau?"
"Betul!"
Keng Cin sin tertawa.
"coba kau camkan arti yang sebenarnya dari kata- kata bait kedua tersebut, bukankah bait tersebut mengartikan rumput langka tersebut!"
"Benar, Han sia cau memang dapat di temukan dalam bait syair tersebut, tapi dimanakah kita harus menemukan rumput mestika yang sangat langka itu?' Keng Cin siu kembali tertawa.
"Sekarang, tenangkan dahulu perasaan hatimu, asal pikiran kita tenang niscaya rahasia ini dapat kita pecahkan, Bun ji koan su adalah seorang manusia yang berbakat dan pintar, sudah pasti bait syair Dendam sejagad yang dia susun tersebut mengandung arti dan makna yang mendalam sekali, kalau toh nama Han sia cau dapat kita peroleh dari bait lagu itu. berarti rumput Han Sia cau termasuk benda mestika yang sangat langka. Mungkin Bun ji koan su tidak berhasil memperolehnya, tapi mungkin juga dia tidak sampai menggunakannya, maka sengaja nama rumput itu disimpan dalam bait syairnya, dengan harapan kau dapat memecahkan teka- teki ini atau tidak? "Sebagaimana diketahui, setiap benda mestika didunia ini hanya akan diperoleh bagi mereka yang berjodoh, maka dia baru berbuat demikian ......
"Buktinya seperti syair pada bait pertama, bukankah mengandung petunjuk kalau kitab pusaka Cang ciong pit kip tersimpan didalam kuil Ngo-siang bio di wilayah sungai Cho go kang? "Dalam bait ke dua syair Dendam sejagad yang mengertikan rumput Han sia cau ini, ia tidak menerangkan dimanakah rumput tersebut dapat diperoleh, ini bisa diartikan bahwa rumput tersebut telah berhasil diperolehnya dan disimpan didalam kuil kuno dimana ia menemui ajalnya.
"Sekarang coba kau pikirkan kembali, apakah Bun ji koan su pernah memberi sesuatu petunjuk kepadamu menjelang saat ajalnya. Setelah mendengar pembicaraan dan pemecahan yang dilakukan perempuan berkerudung ini, baik Ku See hong maupun Hoa Soat kun diam-diam merasa kagum sekali atas kecermatan serta ketelitian perempuan ini. Dengan cepat Ku See hong memutar otaknya untuk merenungkan kembali pesan terakhir apa saja yang pernah diutarakan Bun ji koan su menjelang saat ajalnya dulu, dia pun mencoba untuk merenungkan kembali segala petunjuk dan gerak gerik yang pernah dilakukan olehnya .... Sekarang seluruh ruangan seolah-olah menjadi beku dan kaku, perasaan Keng Cin sin dan Hoa Soat kun terasa berat sekali. Kurang lebih seperminum teh kemudian.
"Aaah!, tiada sesuatu apapun yang mencurigakan!"
Kata Ku See hong tiba-tiba sambil menghela nafas. Mendengar ucapan tersebut, dengan gusar Seng sim cian li Hoa Soat kun membentak.
"Coba ulangi lagi beberapa kali"
"Sudan enam kali kupikirkan, kejadian waktu itu' kata Ku See hong dengan sedih tetapi sewaktu suhu meninggal dunia, kecuali jenasahnya berdiri kaku sambil jari tangannya seperti rnenunjukkan sesuatu benda beliau tidak melakukan gerakan apa- apa. Padahal jari tangan yang merupakan gerakan terakhir dari tiga jurus Ho-han seng huan yang sedang di wariskan kepadaku. ."
"Yaa, yaaa, benar kalau begitu, sudah pasti begitulah yang dimaksudkan"
Seru Keng Cin sin mendadak dengan gembiranya.
"persoalan ini tak boleh ditunda lagi, mari sekarang juga kita berangkat ke kuil tersebut, aku kuatir tidak sempat lagi kita mencapai tempat itu.' "Bila kita berangkat sekarang juga, mungkin besok senja kita sudah tiba di kuil itu, kalau toh keadaan sudah begini, terpaksa kita mesti menggantungkan diri pada nasib"
Pada saat itulah, 'Mendadak... Dari balik ruangan sana berkumandang suara panggilan yang lirih, lemah tapi lembut.
"Engkoh Hong, dimanakah kalian?"
"Anak Im, aku segera akan datang, semua berada disini...!"
Ku See hong menyambar sebuah lentera dan buru-buru lari masuk ke ruang dalam, sedangkan Keng Cin sin dan Hoa Soat kun buru-buru mengikuti pula dibelakangnya.
Perabot yang berada dalam ruangan itu sangat sederhana, sebuah pembaringan kayu membentang disudut ruangan sana, seorang gadis berwajah pucat pias berbaring lemah disana, meski mukanya pucat namun tidak menutupi kecantikan wajahnya.
Im Yan cu yang menyaksikan kehadiran Ku See hong sekalian, segera mengulumkan senyuman yang amat lembut dan halus, katanya agak manja.
"Engkoh Hong, tadi aku bermimpi pergi berpesiar ke suatu tempat, tempat itu indah sekali, bahkan banyak terdapat kaum lelaki dan perempuan, tapi wajah mereka kelihatan riang gembira dan berseri-seri, ketika aku bertanya tempat manakah ini, mereka jawab tempat itu adalah sorga.
"Engkoh Hong, setelah mati nanti aku tentu akan naik ke sorga, cuma aku....aku tak ingin naik ke sorga seorang diri"
Ku See-hong tersenyum.
"Adik Im, kau tak usah berpikir yang bukan-bukan, besok penyakitmu itu tentu akan sembuh kembali seperti sedia kala."
Im Yan cu tertawa sedih.
"Engkoh Hong, kau tidak usah membohongi aku, aku tahu sebentar lagi aku akan mati, Padahal mati pun bukan suatu masalah besar bagiku sebab hatiku akan selalu berada bersamamu.. dengan demikian akupun tak usah merasa kesepian"
Dengan suara lembut Keng Cin sin segera berkata pula.
"Adik lm, apa yang dia katakan benar, sebab baru saja kami berhasil mendapat tahu tentang rumput mestika yang dapat menyelamatkan jiwamu itu"
Sambil tertawa Im Yan cu segera berpaling kearah Hoa Soat kun, kemudian bertanya. 'Suhu, sungguhkah perkataan ini?' Dengan penuh kasih sayang Hoa Soat kun membelai rambutnya yang hitam mulus itu lalu berbisik pelan.
"Im ji, semuanya ini benar-benar terjadi, karena suhupun merasa berat hati untuk meninggalkan dirimu"
Sekalipun Seng sim cian li Hoa Soat kun berwatak dingin kaku aneh dan tidak berperasaan, sesungguhnya dia adalah seorang yang amat mengasihi muridnya ini, apalagi sebagian besar dari wataknya sekarang sebagai akibat dari patah hati yang pernah dialaminya tempo hari.
Ketika mendengar ucapan tersebut, wajah Im Yan cu tidak mencerminkan perasaan gembira atau senang yang meluap, diawasinya langit-langit ruangan sejenak, kemudian dia baru berkata sambil menghela napas panjang.
"Suhu, sesungguhnya Im ji pun merasa berat hati untuk berpisah dengan kalian, namun aku tahu pelbagai persoalan tak mungkin bisa berlangsung dengan lancar dan berkenan dihati. Sekarang, masa sadarku tinggal sedikit, apabila aku sadar kembali nanti mungkin saat ajalku sudah tiba, oleh sebab itu mumpung aku masih dapat berbicara sekarang, aku hendak menyampaikan pesan-pesan yang mungkin dapat ku utarakan, tentu saja aku pun berharap bisa melanjutkan hidup ini lebih jauh" -ooo0dw0ooo-
Jilid 40 Rupanya semua pembicaraan yang berlangsung antara Keng Cin sin dengan Ku See hong telah didengar pula oleh Im Yan cu dengan jelas, oleh karena itu dia tidak berani mempercayai kalau dia masih punya harapan untuk melanjutkan hidup di dunia ini, sebab obat mustajab tersebut belum tentu dapat ditemukan.
Dengan suara pelan Ku See hong berkata.
"Adik Im, mengapa sih kau selalu berpikir kearah yang jelek.....?"
Im Yan cu tidak menjawab pertanyaan dari Ku See hong secara langsung, tiba-tiba saja ujarnya sambil tertawa.
'Engkoh Hong, tempo hari kau pernah bilang, jikalau aku mati maka kau akan mendirikan sebuah kuburan besar untukku, kemudian kau akan membangun sebuah rumah disamping kuburan dan selalu mendampingiku, bukankah begitu?"
Ku See hong menghela napas sedih, kemudian menjawab.
"Adik Im, seandainya kau mati, pasti akan kubangun sebuah kuburan yang besar sekali, kemudian akupun akan berpuasa didalam kuburan tersebut sampai mati"
"Engkoh Hong, kau tidak boleh mati, bagaimana dengan adik Him Ji im serta enci Keng Cin sin.' Ketika mendengar perkataan itu, hampir saja air mata Keng Cin sin jatuh bercucuran. Dengan air mata membasahi kelopak matanya, Ku See hong berbicara.
"Adik Im, kau tak boleh meninggalkan aku lagi, mereka berdua telah meninggalkan aku' "Apa"
Seru Im Yran cu terkejut.
"mengapa mereka tinggalkanmu? Apakah kau telah ribut dengan mereka berdua?" 'Tidak, Keng Cin sin telah mati, sedangkan Him Ji im meninggalkan aku karena membunuh ibunya sendiri, sekarang dia sudah mencukur rambutnya menjadi pendeta dan hidup menyepi dibiara, bukankah hal ini sama halnya mereka telah pergi meninggal kan aku"
Sebenarnya Hoa Soat kun mengetahui siapakah Keng Cin sin, tapi berhubung dia sudah berjanji kepada Keng C in sin akan merahasiakan hal tersebut, maka hingga kini dia tidah sampai mengutarakan hal tersebut kepada Ku See hong, bahwasanya perempuan berkerudung warna warni yang selalu berada di di sisinya tak lain adalah Keng Cin sin.
Im Yan cu termenung beberapa saat lamanya, kemudian kembali dia berkata.
"Engkoh Hong, apakah kau menduga enci Keng Cin sin benar- benar sudah mati?` Ku See hong menghela nafas sedih.
"Walaupun aku belum sempat menyaksikan jenazahnya, namun jeritan ngeri menjelang saat ajalnya masih mendengung disisi telingaku hingga kini, lagi pula si pedang emas Cia Tiong giok telah berkata kepada ku kalau dia telah mati, maka aku rasa tipis sekali kemungkinan baginya untuk tetap hidup di dunia ini. Im Yan cu segera menghela napas sedih.
"Aaaai, kalau begitu kehidupanmu di dunia ini akan kesepian sekali?"
"Itulah sebabnya setelab kau mati nanti akupun .tak ingin hidup tersiksa seorang diri di dunia ini!"
"Engkoh Hong, kau jangan mati, aku pikir, adik Him Ji im mungkin akan berubah pikiran, lagi pula..."
Tiba-tiba dia mengalihkan sorot mata nya ke wajah Keng Cin sin, kemudian setelah tertawa katanya kembali.
"Lagipula enci ini toh akan selalu mendampingimu?"
Ku See hong membungkam dalam seribu bahasa, sedangkan Keng Cin sin lebih tak mampu berbicara lagi, padahal Ku See hong memang mencintai perempuan ini, namun apa mau dikata kalau dia justru menolak cintanya.
Menyaksikan ke dua orang itu membungkam dalam seribu bahasa, kembali Im Yan cu menghela napas.
"Cici"
Katanya kemudian.
"sebelum adik meninggalkan dunia yang fana ini, bolehkah kuajukan sebuah permintaan kepamu?' Tentu saja Keng Cin sin tahu apa yang akan diajukan oleh gadis tersebut, terpaksa sahutnya pelan.
"Adik Im, apapun yang kau minta, pasti akan kukabulkan"
Im Yan cu tersenyum. ' Cici, kuminta kau sudi menemaninya, janganlah membiarkan dia hidup kesepian, mau bukan?"
Keng Cin sin tidak tega untuk menampik permintaannya itu, setelah tertawa getir dia menyahut.
"Aku mengabulkan permintaanmu itu, sekarang beristirahatlah dengan hati yang tenang, kami akan berusaha untuk mengobati lukamu itu hingga sembuh"
Im Yan cu kelihatan gembira sekali setelah mendengar kesanggupan dari perempuan itu, ujarnya.
"Ooooh, betapa indahnya kalau hal ini bisa terjadi, dengan demikian aku pun bisa mati dengan perasaan tenang. Engkoh Hong, kau boleh mendirikan kuburanku disamping rumah kalian, agar setiap malam aku datang muncul untuk bermain bersama-sama kalian"
Ketika mendengar perkataan itu, Ku See hong segera memperlihatkan senyuman getirnya yang mengenaskan.
dia tahu perempuan berkerudung warna warni itu cuma berniat menghibur hati Im Yan cu saja...
Aaaaai, Im Yan cu sendiripun menganggap dirinya bakal mati, mungkinkah apa yang diucapkan itu benar-benar akan terjadi? Benarkah gadis yang begitu cantik dan begitu polos akan mati dalam usia semuda ini? Tidakkah hal ini terlalu disayangkan? 000de-wi000 SUARA roda yang berputar dan ringkikan kuda yang menghela kereta bergema memecahkan keheningan.
Angin barat berhembus kencang, matahari senja sudah mulai condong kebalik bukit...
Ditengah sebuah jalanan yang jauh di tengah bukit, tampak sebuah kereta kuda berlarian mendekat dengan kecepatan tinggi.
Itulah sebuah kereta yang dihela empat ekor kuda jempolan, debu tampak beterbangan di angkasa, ini menunjukkan betapa cepatnya kereta itu dilarikan orang.
Tiba diatas bukit, lari kereta itu menjadi lebih pelan, saat itulah baru nampak orang yang duduk disamping kiri adalah seorang pemuda tampan serta seorang perempuan berkerudung warna warni.
Tak salah lagi mereka adalah Ku See hong serta Keng Cin sin, sedangkan orang yang berada didalam ruang kereta bukan lain adalah Im Yan cu dan Seng sim cian li Hoa Soat kun.
..
"Masih berapa jauh?"
Bisik Keng Cin sin tiba-tiba dengan suara lirih. Ku See hong tampak berat sekali perasaannya, dengan wajah murung bercampur sedih dia menyahut.
"Mungkin masih ada dua jam perjalanan lagi!" ' Sekarang matahari sudah condong ke langit barat, jaraknya sampai tengah malam nanti masih ada enam jam, aaaai... nampaknya kita harus beradu nasib!"
"Apakah nona tak dapat memperpanjang waktu kambuhnya racun itu....?"
Keng Cin sin menghela napas sedih.
'Aaaai, dari batas waktu tengah malam aku sudah melebihkan waktunya satu jam lagi, tak mungkln waktu tersebut dapat diperpanjang kembali, tapi semua kejadian didunia ini memang seringkali berada jauh diluar dugaan orang, kita hanya dapat mengharapkan terjadinya keajaibau saja.
"Apabila semuanya bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, rumput Han sia cau tersebut dapat kita temukan secepatnya, walaupun saat kambuhnya mungkin satu dua jam lebih awal, rasanya kita masih dapat menyusulnya, yang dikuatirkan justru apabila rumput Han sia cau tersebut tidak dapat kita temukan dengan segera sehingga banyak waktu yang terbuang dengan percuma"
"Jika seandainya dia sampai mati, aku benar-benar tidak memiliki keberanian untuk hidup terus' Sekalipun Ku See hong berbicara dengan mengikuti perasaannya, tapi sekarang dia bermaksud untuk menjajaki sampai dimanakah perasaan serta tanggapan dari Keng Cin sin, sebab semalam gadis itu telah menyanggupi permintaan Im Yan cu untuk mendampinginya sepanjang hidup. Tapi Ku See hong sangat kecewa, Keng Cin sin sama sekali tidak menjawab atas pertanyaannya itu. Kini arah kereta dari barat telah menuju ke timur, dalam waktu singkat mereka telah memasuki sebuah jalan bukit dan tiba dibawah sebuah tebing yang dalamnya ratusan kaki. Sementara itu senja telah larut, matahari bersinar kemerah- merahan memancar ke empat penjuru .... Mendadak... Ringkikan kuda yang amat ramai bergema memecahkan keheningan... Dua diantara empat ekor kuda yang menghela kereta tersebut mendadak mengangkat sepasang kakinya ke atas sambil meringkik panjang, jelas didepan situ telah terjadi suatu peristiwa yang sama sekali diluar dugaan. Mendadak, dari dalam ruang kereta berkumandang suara teguran dari Hoa Soat kun.
"Apa yang telah terjadi?"
Semertara itu Ku See hong dan Keng Cin sin telah melompat turun ke atas tanah dengan kecepatan luar biasa, ke empat mata mereka yang tajam dengan cepat memandang sekejap ke dua belah kaki dua ekor kuda yang diangkat tinggi-tinggi itu.
Titik darah kental nampak meleleh keluar dari ke empat kaki tersebut.
Keng Cin sin segera berseru.
"Nampaknya kuda kita terluka, bisa jadi telah berlangsung suatu peristiwa yang sama sekali diluar dugaan!"
Ternyata ke dua belah kaki kedua ekor kuda itu sudah terluka oleh paku persegi tiga yang tajam sekali, sementara satu kaki disekeliling tempat itu penuh tersebar paku-paku lain yang gemerlapan tertimpa sinar.
Berubah hebat paras muka Ku See hong, secepatnya dia mencabut keluar paku-paku persegi tiga dari kaki kedua ekor kuda itu.
Sebaliknya Keng Cin sin segera mengayunkan telapak tangannya ke depan, segulung angin pukulan yang maha dahsyat langsung saja menyapu paku-paku persegi tiga itu sehingga tersebar ke sisi jalan.
Tentu saja mereka tahu pasti ada orang yang sengaja menghalangi perjalanan tersebut.
Tapi sekarang, waktu bagi mereka lebih berharga daripada emas, apalagi dalam keadaan terdesak begini, tak sempat lagi bagi mereka untuk mencari banyak urusan.
Terpaksa sambil menahan hawa amarahnya, mereka berlagak seakan-akan tak tahu urusan.
Ku Se hong dan Keng Cin sin dengan cepat melompat naik kembali ke atas kereta.
Mendadak, pada saat itulah...
Kuda mereka kembali meringkik panjang dengan ketakutan.
Menyusul kemudian ....
"Blaaammm! "
"Blaaammm! "
Dua kali benturan keras berkumandang memecahkan keheningan.
Tiba-tiba saja dari belakang tebing melayang turun dua buah benda besar yang persis terjatuh disisi kereta.
Ternyata ke dua benda itu adalah dua sosok mayat yang berlumuran darah, seorang dewasa dan seorang kanak-kanak.
Begitu melihat ke dua sosok mayat itu Keng Cin sin segera menjerit kaget.
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aaaah, mereka adalah adik Khi dan Bian ih siu Hoa Siong si locianpwee... Dengan cepat Ku See hong menerjang ke samping jenasah tersebut, tak salah lagi mayat yang kecil itu tak lain adalah Kho It khi, si bocah yang pernah ditemui dalam perkampungan yang terpencil dan menyeramkan itu. Sedangkan seorang yang lain adalah seorang sastrawan setengah umur yang berbaju perlente. Sementara itu Seng sim cian li Hoa Soat kun kebetulan melompat keluar dari ruang kereta, begitu sorot matanya melihat jenasah Hoa Siong si, dengan cepat dia menubruk ke sisi mayat sambil berteriak sedih.
"Adik Si, adik Si..."
Sambil menjerit dia berteriak, air mata Hoa Soat kun mengucur keluar dengan amat derasnya, ia nampak sedih sekali..
Rupanya Bian ih siusu Hoa Siong si adalah saudara kandung Seng sim cian li Hoa Soat kun, tiga puluh tahun berselang oleh karena suatu perselisihan ke dua orang kakak beradik ini telah bentrok, di mana Hoa Siong si pergi meninggalkan encinya dalam keadaan marah dan mendongkol.
Itulah sebabnya Hoa Soat kun berpesan kepada Im Yan cu dulu agar mencari dua orang jago persilatan, selain Leng hun koay seng Ku See hong, orang kedua adalah Hoa Siong si ini.
Bagaimana mungkin Hoa Soat kun tidak bersedih hati setelah menyaksikan saudaranya yang telah berpisah selama tiga puluh tahun dengannya, tiba-tiba ditemukan dalam keadaan tewas.
Beberapa titik air mata jatuh berlinang pula membasahi wajah Keng Cin sin, air mata tersebut menunjukkan perasaan dendam serta amarahnya meluap-luap.
Ku See hong segera menyadari betapa gawatnya situasi, sudah jelas orang yang mencari gara-gara dengan mereka berjumlah banyak dan berilmu tinggi, ini terbukti dari kemampuan mereka untuk membinasakan Hoa Siong si serta Kho It khi.
Dengan sorot mata yang tajam dia memandang sekejap semak belukar disekeliling tebing itu, kemudian sambil meloloskan pedang Hu thian seng kiamnya, dia membentak nyaring.
'Kawanan manusia laknat yang tak tahu malu, cepat keluar untuk menerima kematian!.
Baru selesai dia berkata, gelak tertawa aneh dan pekikan nyaring yang memekikkan telinga telah berkumandang memecahkan keheningan.
Menyusul kemudian dari balik hutan, sekeliling tebing dan balik batuan cadas, bagaikan sukma-sukma gentayangan melayang keluar sebelas sosok bayangan manusia Memandang orang-orang itu, Keng Cin sin merasakan darah panas didalam dadanya seperti mendidih dengan hebatnya.
Rupanya salah seorang diantaranya tak lain adalab musuh besar bebuyutannya yang pernah juga menjadi gurunya dia pemilik istana Huan mo kiong dari Lam hay, Pedang sakti dari langit Cia Cu kim adanya.
Empat diantara pendatang tersebut menyoren pedang, selain Han thian it kiam C ia Cu kim, mereka adalan ketiga orang anak buahnya masing- masing Hek ki thamcu, Ang ki thamcu serta Lan ki thamcu.
Sebenarnya thamcu ini terdiri dari empat orang, tapi berhubung thamcu panji putih sudah tewas lebih dahulu ditangan Keng Cin sin maka jumlahnya kini tinggal tiga orang.
Sedangkan tujuh orang lainnya adalah tujuh kakek berbentuk aneh yang semuanya berbentuk badan aneh, ada yang cebol, ada yang kurus, ada yang gemuk, ada yang tinggi.
Begitu Keng Cin sin berjumpa dengan ke tujuh orang itu, dalam hati kecilnya segera dapat menduga kalau mereka tak lain adalah Bu lim jit hun (tujuh sukma gentayangan dari dunia persilatan) yang pernah mempermainkan dirinya sewaktu di kuburan tempo hari.
Benar, ketujuh manusia aneh ini memang Bu lim jit hun, mereka berdiri berjajar menurut urutannya.
Yang berada disebelah kanan adalah sukma gentayangan pertama, dia berperawakan kurus kering lagi jangkung, namun kehilangan sebuah mata kirinya, dia menyebut diri sebagai Jiat leng hun (sukma cacad mata)' Menyusul kemudian si kakek yang kehilangan telinga dia bernama Jiat oh hun (sukma cacad telinga).
Setelah itu Jiat pit hun (sukma cacad lengan), Jiat tai hun (sukma cacad kaki), Jiat cui hun (sukma cacad mulut) seorang kakek aneh yang bermulut sumbing, Hong lui hun (sukma romantis) seorang kakek aneh kurus kecil berkepala botak, hanya kakek ini bertubuh utuh dan terakhir adalah Khi si hun (sukma kematian) dia berwajah lesu, murung seperti orang mampus.
Orang terakhir inipun mempunyai anggota badan yang utuh, kecuali hidungnya datar seperti kena di papas orang.
Setelah melihat jelas orang orang tersebut Keng Cin sin segera berbisik kepada Ku See hong.
"Ketujuh manusia aneh ini adalah Bu lim jit hun, sedangkan sisinya adalah manusia-manusia Huan mo kiong di lautan selatan.. Siang khi hun yang mendengar ucapan tersebut, segera memperdengarkan suara tertawanya yang menyeramkan, kemudian serunya.
"Hiat mo buncu, kaupun kenal dengan Bu lim jit hun? Heeeeehh... heeeeehhh..... heeeeehhh.... Hong liu hun, kali ini kau akan menikmati pesta besar. Kalau merasa tidak cocok dengan perempuan jelek ini, si perempuan berambut putih itu toh cukup montok dan bahenol.' Mendadak Seng sim cian li Hoa Soat kun mendongakkan kepalanya, dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu dia awasi sekejap Siang khi hun yang barusan berbicara. Betapa terperanjatnya Bu lim jit hun setelah menyaksikan sorot mata Hoat Soat kun yang tajam menggidikkan hati itu, serentak mereka berpikir.
"Waaah ... tajam amat sepasang mata siperempuan berambut putih ini ...."
Sementara itu Ku See hong yang mendengar perkataan dari Keng Cin sin segera berpikir pula.
"Aneh benar perempuan ini, mengapa di dalam sekilas pandangan saja dia bisa mengenali kalau ke empat orang itu adalah para manusia laknat dari istana Huan mo kiong... Han thian it kiam Cia Cu kim dari Huan mo kiong sudah pernah bertarung melawan Ku See hong, oleh sebab itu dengan cepat pemuda itu dapat mengenalinya. berhadapan kembali dengan musuh besarnya Ku See hong segera merasakan darah panas yangg mengalir di dalam dadanya bergolak keras. Sepasang alis matanya berkerut, hawa napsu membunuh yang menggidikkan hati menyelimuti seluruh wajahnya, serentetan sinar tajam seperti kilauan golok menyapu pula wajah Cia Cu kim dengan penuh kegusaran, tegurnya dengan suara dingin.
"Cia Cu kim, hari ini kau telah menghantarkan dirimu sendiri, dengan begitu akupun tidak usah bersusah payah pergi mencarimu..."
Han thian it kiam Cia Cu kim tahu, pemuda gagah yang berada di hadapannya sekarang tak lain adalah orang yang berhasil dihantam sampai mampus olehnya di pantai pesisir laut selatan.
Mimpipun dia tidak menyangka kalau dia dapat hidup kembali, bahkan orang tersebut ternyata bukan lain adalah Leng hun koay seng Ku See hong yang namanya sangat menggetarkan dunia persilatan.
Sementara itu Cia Cu kim telah berkata dengan suara sedingin salju.
"Ku See hong, tidak kusangka kau di berkahi umur panjang, tapi jangan harap kau bisa lolos dari cengkeraman malaikat elmaut pada malam ini, kendatipun kau memiliki keampuhan yang diluar dugaan. Sekarang aku ingin bertanya kepadamu, apakah kau telah membantai semua jago-jago istana Huan mo kiong kami?' Yang dia maksudkan sebenarnya adalah kawanan jago istana Huan mo kiong yang dipimpin si pedang emas Cia Tiong giok dan kemudian tewas ditangan Keng Cin sin. Rupanya setibanya dilembah Yu cui kok diluar kota Heng yang, ia tak berhasil menjumpai si pedang emas Cia Tiong giok sekalian, tapi akhirnya dipuncak tebing tersebut ia temukan jenasah Pek ki thamcu sekalian yang telah dibantai secara kejam, namun jenasah Cia Tiong giok tidak berhasil dijumpai. Menurut perkiraannya, orang yang dapat membantai Cia Tiong giok sekalian sudah pasti memiliki kepandaian silat yang sangat hebat, padahal dalam dunia persilatan dewasa ini, hanya Leng hun koay seng Ku See hong serta Hiat mo buncu yang memiliki kemampuan demikian, kemudian diapun berpendapat bahwa Hiat mo buncu tidak pernah mengikat tali permusuhan atau sakit hati dengan Huan mo kiong, mustahil tokoh silat itu melakukan pembantaian secara besar-besaran dengan cara yang begitu keji. Tidak heran kalau kemudian ia mencurigai Ku See hong, sebab memang pemuda inilah yang mempunyai permusuhan dengan mereka, lagi pula memiliki kemampuan untuk berbuat demikian. 000de0wi000 BAB 63 PADAHAL dia mana tahu kalau Hiat mo buncu tersebut bukan lain adalah muridnya Keng Cin sin yang sudah hilang semenjak setahun lewat ...... Rupanya semua anggota Huan mo kiong melakukan aksi menutup mulut rapat-rapat terhadap peristiwa tragis yang menimpa Keng Cin sin, oleh sebab itu Cia Cu kim sama sekali tidak mengetahui akan peristiwa tersebut. Namun diapun pernah memperoleh kabar yang mengatakan bahwa Keng Cin sin telah mati. Sementara itu Keng Cin sin telah menyahut setelah mendengar pertanyaan itu.
"Segenap anggota Huan mo kiong dari laut selatan telah mati ditanganku ...."
Berubah hebat paras muka Cia Cu kim, segera bentaknya dengan suara menggeledek.
"Apakah putraku si pedang emas Cia Tiong giok tewas pula ditanganmu .....? Keng Cin sin kuatir kalau Ku See hong sampai menaruh curiga apa sebabnya dia sampai bermusuhan dengan orang-orang Huan mo kiong, terpaksa sahutnya dingin.
"Darimana aku bisa tahu siapakah putra kesayanganmu itu? Tapi diantara mereka yang kuhadapi memang ada seorang di antaranya yang membawa pedang emas, tentu saja dia pun tidak dapat terhindar dari kematian secara tragis.... ' Tak terlukiskan rasa sedih Cia Cu kim setelah mendengar perkataan ini, titik air mata segera jatuh berlinang membasahi wajahnya, gemetar keras sekujur tubuhnya, menunjukkan kalau batinnya sangat terpukul setelah mendengar kabar buruk yang menimpa putranya itu. Disaat dia sedang membunuh orang lain, gembong iblis berhati keji yang gemar membunuh orang tanpa berkedip ini tak pernah memikirkan bagaimanakah perasaan dari orang tua serta sanak saudara dari korbannya, tapi sekarang dia baru merasakan akan kesedihan tersebut. Mencorong sinar buas dari balik mata Cia Cu kim, bentaknya keras-keras..
"Dendam sakit hati apakah yang terjalin antara kau dengan orang-orang Huan mo kiong? Mengapa kau bertindak begitu keji dengan membantai mereka semua? Kau .... kau.... cepat utarakan kepadaku!"
Keng Cin sin tertawa dingin.
"Dendam sakit hati apa? Soal tersebut bukan prasyarat wajib bagiku untuk membunuh orang, pokoknya setiap manusia laknat yang banyak melakukan kejahatan dan kekejaman, kami orang- orang Hiat mo bun tak akan melepaskan dalam keadaan hidup"
Mendadak Cia Cu kim tertawa seram, pedangnya segera di putar membentuk lingkaran-lingkaran hawa pedang yang berlapis-lapis, Seakan-akan cahaya yang membumbung diangkasa, cahayanya amat menyilaukan mata.
Secara ganas sekali serangan tersebut langsung menggulung ketubuh Keng Cin sin.
Dengan cepat Keng Cin sin memutar telapak tangan kirinya membentuk suatu gerakan melingkari, gulungan angin pukulan berpusing seperti angin puyuh yang menyapu tanah, langsung menyongsong datangnya hawa pedang dari Cia Cu kim.
Begitu Cia Cu kim menggerakkan serangan nya serentak semua jago yang hadir diarena turut melibatkan diri dalam pertarungan sengit itu.
Mula pertama Seng sim cian li Hoa Soat kun yang bertindak lebih dulu, sepasang telapak tangannya diputar dan diputar lagi membentuk gerakan membusur, segulung demi segulung angin pukulan yang dahsyat sedalam samudra seperti amukannya gelom- bang samudra yang dihembus topan, dengan hebatnya menyapu tubuh Bu lim jit hun.
Hoa Soat kun merasa gusar dan mendendam sekali atas kematian yang menimpa adik kandungnya, maka tidak heran kalau serangan yang dilancarkan olehnya mempergunakan segenap tenaga dalam yang di milikinya .
Tetapi Bu lim jit hun bukan manusia sembarangan yang lemah kemampuannya, sambil tertawa dingin dengan seramnya, masing- masing pihak segera melepaskan pula sebuah pukulan dahsyat ..
Angin pukulan yang maha dahsyat seperti gulungan ombak ditengah samudra langsung meluncur ke depan diiringi deruan angin yang memekikkan telinganya, pusaran angin berpusing memancar ke empat penjuru dan menyapu semua benda yang ditemui.
Hoa Soat kun tidak gentar, mempergunakan gerakan tubuhnya yang amat cepat seperti sambaran petir, dia menyelinap masuk ke tengah barisan Bu lim jit hun tin dan menyabet setiap musuh yang dijumpai nya.
Di dalam waktu singkat, ke delapan orang itu sudah terlibat dalam suatu pertarungan masal yang luar biasa...
Sementara Cia Cu kim memutar pedang nya menyerang Keng Cin sin secara ganas Ang ki thamcu, Hek ki thamcu serta Lan ki thamcu serentak meloloskan pula pedang masing-masing...
Ku See hong yang menyaksikan kejadian ini tentu saja tidak membiarkan lawan-lawannya bertindak sekehendak hati.
Pedang mestika Hu thian seng kiamnya berputar menciptakan serangkaian cahaya pelangi yang amat menyilaukan mata, kemudian setelah menciptakan lapisan hawa pedang seperti jaring langsung menyergap ke tiga orang thamcu tersebut.
Telapak tangan kirinya tidak ambil diam, dengan suatu gerakan aneh dia berputar sambil meletik ke muka, hawa serangan bagaikan rentetan ledakan bercampur dengan hawa pedang langsung menyerang ke tiga orang itu.
Berbicara soal kepandaian silat yang di miliki, ke tiga orang thamcu dari istana Huan mo kiong ini, boleh dibilang mereka terhitung jago silat nomor wahid dikolong langit dewasa ini.
Menyaksikan datangnya ancaman yang sangat membahayakan keselamatan ini, serentak mereka mengayunkan pula telapak tangan kiri masing- masing melancarkan serangkaian serangan berantai.
Sementara pedang merekapun bersama-sama memancarkan hawa pedang yang tak kalah tajamnya, menyongsong kedatangan pedang Hu thian seng kiam itu.
Di dalam waktu singkat seluruh angkasa diliputi bayangan telapak tangan yang menyilaukan mata, hawa pedang membumbung tinggi ke angkasa, angin serangan menderu-deru seperti bukit karang yang mau roboh.
Untuk melakukan taktik pertempuran cepat, Ku See hong tidak menghendaki musuhnya mempunyai waktu untuk ganti napas, pedang Hu thian seng kiamnya segera melancarkan serangkaian serangan dahsyat dengan jurus-jurus yang ampuh, bagaikan naga sakti yang terbang di udara, cahaya pelangi menggulung dan menyambar ke sana ke mari tiada hentinya.
Tatkala pertempuran berlangsung sampai pada puncaknya, jurus pedang, angin pukulan, bayangan tendangan secara berantai dilancarkan beruntun.
Seperti jaring langit perangkap bumi yang di sertai kekuatan maha dahsyat saja, serangan tersebut menggulung keluar dengan amat hebatnya.
Di dalam waktu singkat, sekeliling tempat itu sudah tidak terdapat tempat luang kosong lagi, bahkan sejengkal tempat kosong yang bisa dipakai untuk bernrfas dengan leluasa pun tak ada ....
Empat belas jago yang hadir di arena sekarang termasuk jagoan nomor wahid di kolong langit dewasa ini, dan kini mereka terlibat dalam suatu pertempuran sepenuh tenaga yang amat mengerikan hati..
Suasana waktu itu selain menggidikkan hati orang, ketegangannya sanggup mencopot jantung siapa pun.
Bu lim jit hun mengandalkan jumlah anggotanya yang banyak dengan rata-rata memiliki kepandaian silat yang hebat.
Meskipun Hoa Soat kun terhitung jago kelas satu di dalam dunia parsilatan dewasa ini, toh untuk beberapa saat lamanya ia dibuat tak berdaya untuk melukai mereka, bahkan sebaliknya dia kena terdesak sehingga harus berputar tiada hentinya.
Dipihak lain, Han thian it kiam Cia Cu kim sangat berhasrat untuk membalaskan dendam bagi kematian putranya, jurus-jurus pedang yang dipergunakan otomatis jurus ganas, dahsyat dan mengerikan, serangan demi serangan dilancarkan secara berantai, namun semuanya tidak berhasil untuk melukai seujung rambutpun dari Keng Cin sin ....
Keng Cin sin sendiripun agak segan untuk melancarkan serangan dengan sepenuh tenaga, hal ini disebabkan Cia Cu kim pernah menjadi gurunya.
lagipula banyak melepaskan budi kepadanya karena memelihara dan mendidiknya semenjak kecil, coba kalau bukan demikian, niscaya Cia Cu kim sudah dibikin kalang kabut tak karuan ....
Pertarungan antara mati hidup yang berlangsung sekarang sungguh merupakan suato pertarungan sengit yang belum pernah terjadi selama beberapa ratus tahun terakhir ini, terutama sekali pertarungan antara Hoa Soat kun melawan tujuh sukma gentayangan dari dunia persilatan.
Sedemikian sengitnya pertarungan ini, sehingga dunia seakan- akan terbalik dan bumi ikut bergoncang keras....
Hawa pukulan dan hawa pedang yang dipancarkan ke empat belas orang ini saling menyambar dan beradu satu sama lain hingga menimbulkan pusaran angin kencang serta desingan angin yang memekikkan telinga.
Bukan cuma batuan cadas dipermukaan tanah, rumput, dahan daun dan aneka tumbuhan lain yang tumbuh disekitar tempat itu turut bertumbangan ke atas tanah.
Angin serangan yang amat dahsyat itu pun memaksa ke empat ekor kuda penghela kereta tersebut meringkik panjang tiada hentinya, tanpa di sadari kereta tersebut sudah bergerak mundur terus sampai sejauh delapan kaki lebih.
Sedemikian hebatnya ancaman itu, siapa pun yang turut menyaksikan peristiwa ini tentu akan bergidik dibuatnya.
Telapak tangan kiri, pedang di tangan kanan, kaki kiri serta kaki kanan Ku See hong bergerak kian kemari tiada habisnya seperti malaikat bengis yang sedang memperlihatkan keperkasaannya.
Dia menerjang ke kanan, menghantam ke kiri, kemudian berkelebat kian kemari seperti sukma yang lagi gentayangan..
Mendadak suatu pekikan keras yang membentot sukma berkumandang memecahkan keheningan...
tiba-tiba Ku See hong menyelinap keluar dari balik lingkaran hawa pedang yang dipancarkan oleh ketiga orang thamcu tersebut, kemudian berada ditengah udara, bagaikan seekor burung rajawali raksasa dirinya melayang kian kemari dengan indahnya.
Pedang Hu thian seng kiam yang berada dalam genggamannya tidak ambil diam pula, dengan memakai jurus ke tiga dari ilmu Cong ciong ciat mia kiam si yang dinamakan Keng pian cing tee jian kut hui (Topan maut menyapu bumi, tulang berhamburan seperti abu) dia melepaskan sebuah serangan yang maha dahsyat dan sungguh menggidikkan hati ....
Cahaya pelangi yang memandang bagaikan seekor naga sakti yang sedang berpesiar di udara, tiba-tiba saja berputar, menggulung dan menyelinap berulang kali ditengah udara, cahaya yang memancar dan membentuk selapis kabut berlapis-lapis seperti bukit, lalu bagaikan air bah yang menjebolkan bendungan langsung menggulung ke depan.
Ketiga orang Ki thamcu dari istara Huan mo Kiong di lautan selatan ini segera merasakan betapa sekeliling tubuh Ku See hong diliputi oleh hawa pedang yang amat tebal, cahaya tajam yang berkilauan memancar ke empat penjuru, bagaikan matahari senja yang siap turun gunung, secara aneh dan dahsyat menyelimuti seluruh angkasa....
Tak terlukiskan rasa terperanjat mereka menghadapi keadaan seperti ini, sudah barang tentu mereka pun tak berani menyambut tibanya ancaman tersebut dengan keras lawan keras.
Mendadak mereka bertiga memencarkan diri ke arah yang saling berlawanan..
Siapa tahu--- Dari balik bayangan pedang yang memancarkan cahaya pelangi tersebut, tahu-tahu memancar keluar dua gulung sinar tajam yang aneh sekali.
"Sreeeet...!"
"Sreeeet....!"
Dua kali desingan angin tajam yang memekikkan telinga, mendadak memancar ke udara dan langsung menyergap tubuh Ang ki thamcu (Thamcu bendera merah) serta Lan ki thamcu (Thamcu berbendera biru).
Dua kali jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang memecahkan keheningan, teriakan mereka menjelang saat akhir dari hidupnya itu segera mendengung diseluruh angkasa.
Ke dua orang thamcu itu segera menemui ajalnya tersambar hawa pedang yang sangat tajam, darah segar menyembur ke luar dari dada mereka seperti pancuran.
Ku See hong memang tak pernah mengenal ampun terhadap musuh-musuh besarnya, setiap korban yang tewas ditangannya selalu diperlakukan sama dan adil, hanya perbedaannya terletak pada soal waktu, lebih awal atau lebih lambat.
Cahaya pelangi yang menyilaukan mata sekali lagi memancar ditengah udara, lagi-lagi suatu jeritan ngeri yang menyayat hati bergema memecahkan keheningan..
Kali ini Hek ki thamcu (thamcu panji hitam) yang menjadi korban berikutnya, tubuhnya tersayat hancur menjadi tiga empat bagian, ia tewas dalam keadaan yang sungguh mengenaskan.
Dipihak sini jeritan ngeri yang menyayat hati baru saja bergema memecahkan keheningan, dipihak lain dua kali jeritan ngeri yang menggidikkan hati seperti tangisan setan ataupun lolongan serigala telah berkumandang pula secara beruntun.
Begitu selesai membinasakan Hek ki thamcu, seenteng kapas Ku See hong melayang turun keatas permukaan tanah, tapi setelah mendengar jeritan ngeri tadi, dengan cepat dia berpaling kearah mana berrasalnya jeritan tersebut.
Apa yang kemudianrterlihat membuatnya segera menjerit kaget.
"Aaaah .... Hay jin ciang! Pukulan unggas laut!"
Sementara itu, Keng Cin sin telah berhasil meloloskan diri dari lingkaran cahaya pedang musuh dan melayang turun di samping Ku See hong.
Han thian it kiam Cia Cu kim yang menemukan ketiga orang Ki thamcunya telah tewas semua diujung pedang Ku See hong, untuk beberapa saat lamanya ia tertegun dan berdiri kaku dengan perasaan amat terkesiap.
Dengan demikian, tinggal pertarungan antara Seng sim cian li Hoa Soat kun melawan Bu lim jit hun (tujuh sukma gentayangan dari dunia persilatan) yang masih berlangsung dengan seru dan sengit nya .....
Tapi dari antara tujuh sukma gentayangan dunia persilatan, sekarang hanya tinggal lima orang yang masih mempertahankan diri secara gigih.
Hong liu hun (sukma romantis) serta Khi si hun (Sukma kematian) telah tewas ditangan Hoa Soat kun yang mengeluarkan jurus ampuh Hay jin jut sian (Unggas laut menampakkan diri) sehingga tubuhnya hancur berantakan tak berwujud lagi.
Ke dua sosok mayat yang berada dalam keadaan rusak tersebut, kini terkapar di atas tanah lapangan lebih kurang empat kaki jauhnya dari medan pertempuran.
Hoa Soat kun masih saja melancarkan serangan dengan amat hebatnya, tubuh yang tinggi semampai bergerak kian kemari dengan indah dan gesitnya, sementara jurus-jurus serangan dilepaskan seperti bidadari yang sedang menari ditengah udara setiap langkah, setiap gerakan semuanya di tujukan ke arah ke lima sukma gentayangan yang masih tersisa.
Serangan demi serangan yang dilancarkan, nampaknya saja seolah-olah begitu enteng, begitu ringan dan sama sekali tidak berisi, padahal setiap gerakan dan setiap geseran tubuhnya selalu disertai dengan tenaga serangan yang berputar menggidikkan hati.
Sedemikian dahsyatnya dan gencarnya serangan-serangan itu, hingga memaksa lima sukma gentayangan dari dunia persilatan itu terdesak hebat dan harus bertahan serta menangkis dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya.
Namun, jurus-jurus serangan yang dipergunakan Hoa Soat kun saat ini pun tidak mirip jurus-jurus mematikan yang ampuh dan menggidikkan hati, dia seperti menggunakan taktik pertarungan bergerilya.
Padahal bila orang yang cukup memahami rahasia dari ilmu pukulan tersebut, akan mengetahui dengan pasti bahwa semua yang terlihat sekarang sebenarnya hanya permulaan dari kekuatan yang terpancar dari ilmu pukulan Hay jin ciang, bila serangan sudah meningkat, saat itulah hawa pembunuhan yang menggidikkan hati akan berhamburan dengan kuatnya.
Lima sukma gentayangan dari tujuh sukma gentayangan dunia persilatan yang masih hidup, kini benar-benar sudah dibikin naik pitam, kalau bisa mereka ingin sekali membinasakan Hoa Soat kun dalam 'sekali pukulan.
Segenap jurus serangan paling ampuh, paling keji dan paling dahsyat yang mereka miliki telah dipergunakan semua, bahkan digunakan hingga mencapai puncaknya.
Angin pukulan, tendangan kilat semuanya dipergunakan dengan tenaga serangan yang tajam bagaikan sayatan pisau dan kecepatan yang memekikkan telinga, seluruh angkasa telah dipenuhi deruan angin yang menyesakkan napas.
Sedemikian dahsyat dan gencarnya serangan itu, ibaratnya air bah yang menjebolkan bendungan, sangat menggidikkan hati.
Bentakan nyaring bergema secara tiba-tiba memecahkan keheningan.
Tubuh Hoa Soat kun yang indah menawan itu tahu-tahu terhembus oleh lima gulung angin serangan yang sangat dahsyat itu sehingga terlempar sejauh dua kaki lebih ke tengah udara.
Berada ditengah udara, tubuh Hoa Soat kun berputar dan bergeser secepat kilat lalu berpusing seperti gangsingan...
Diantara perputaran badannya yang cepat tapi sangat aneh itu, sepasang telapak tangan Hoa Soat kun tidak ambil diam, secara beruntun dia melancarkan serangkaian pukulan ke sekeliling arena...
Tampak serangan tersebut menyambar secara berlapis-lapis, angin serangan menderu-deru bagaikan guntur yang menggelegar di tengah hari bolong, sedang tubuh perempuan itu menari kian kemari seperti kupu-kupu yang beterbangan ditengah aneka bunga.
Mendadak......
Tubuh Hoa Soat kun yang sedang berputar kencang itu terhenti ditengah udara, namun sepasang telapak tangannya justru pelan- pelan ditekan ke arah bawah ....
Dimana gerak serangan itu menyambar ke arah bawah, sekonyong-konyong...
Dari permukaan bumi muncul deruan angin yang sangat kencang dan dahsyat memenuhi seluruh angkasa, bagaikan selapis cahaya terang yang pelan-pelan mengurung kearah bawah, seketika itu juga daya tekanan yang muncul disekeliling tempat itu bertambah besar, lambat laun semakin berat sehingga akhirnya seperti ditindih dengan bukit karang yang berat sekali.
Bu lim ngo hun (Lima sukma gentayangan dari dunia persilatan) merasa terperanjat sekali, serentak mereka berlima berjongkok ke atas tanah, kemudian....
'Haai ttt ....!"
Di ringi bentakan keras yang memekikkan telinga, lima orang itu bersama-sama mengayunkan telapak tangannya kedepan, sementara tubuhnya turut berdiri tegak pula.
Lima gulung angin pukulan yang aneh tapi kuat, seperti air bah yang menjebolkan bendungan, segera meluncur keluar tiada habisnya....
Tenaga serangan yang kedahsyatannya melebihi keadaan pada umumnya ini disertai pula dengan kekuatan yang mengerikan langsung menggulung ke arah atas, kemudian memencarkan diri kesudut-sudut yang aneh dan menerobos masuk melalui celah-celah udara yang sempit ....
Dalam waktu singkat dua gulung tenaga serangan telah beradu satu sama lainnya.
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suatu ledakan yang memekikkan telinga segera menggelegar diseluruh angkasa.
Angin serangan berpusing dan memancar kemana-mana, ditengah ledakan yang keras...
Suatu jeritan aneh yang melengking dan menembusi awan menggema diseluruh lembab bukit itu ......
Jiat cui hun (Sukma cacad mulut), Jiat pit hun (Sukma cacad lengan) Jiat tui hun (sukma cacad kaki) dan Jiat oh hun (Sukma cacad telinga) empat sukma gentayangan tahu-tahu dipisahkan satu sama lainnya secara mengerikan sekali.
Percikan darah segar dan hancuran daging badan langsung berhamburan kemana-mana, seakan-akan dihempaskan saja keatas batu cadas.
Rupanya hanya Jiat leng hun (Sukma cacad mata) seorang yang berhasil meloloskar diri dari serangan maut jurus Hay jin hui sia (Unggas laut berpusing) dari ilmu pukulan Hay jin ciang yang dipergunakan Hoa Soat kun ini.
Mungkin dia dibikin terkesiap oleh keadaan yang sangat mengerikan itu dan tubuhnya terlempar oleh hawa sakti yang memancar keempat penjuru di ringi suara pekikan aneh, tubuhnya kembali melejit ke tengah udara....
Hoa Soat kun yang masih berada ditengah udara segera tertawa panjang dengan seramnya...
Tiba-tiba tubuhnya meluncur ke arah bawah, ujung bajunya yang berkibar terhembus angin seperti bintang yang meluncur di tengah angkasa...
Ia seperti seekor burung manyar raksasa yang membentangkah sayapnya dengan sepasang lengan direntangkan lebar-lebar dan kecepatan gerak yang amat menyilaukan mata, dengan cepat meluncur ke arah Jiat leng hun (sukma cacad mata).
Begitu hampir mencapai pada korbannya, sepasang lengannya yang terpentang itu mendadak dirapatkan satu sama lainnya...
' Weeesss....!"
Segulung desingan angin tajam yang menggidikkan hati berkelebat membelah angkasa..
Menyusul kemudian...
Suatu jeritan ngeri yang memilukan hati bergema memenuhi seluruh angkasa ...
Tubuh Jiat leng hun (Sukma cacad mata) telah terhajar sampai hancur berkeping-keping, percikan darah segar berhamburan disekeliling tempat itu.
Dalam keadaan yang mengenaskan dan mengerikan inilah Tujuh sukma gentayangan dari dunia persilstan telah menemui ajalnya terhajar ilmu Hay jin ciang dari Hoa Soat kun..
Menyaksikan kedahsyatan dan keampuhan ilmu pukulan Hay jin ciang yang maha dahsyat tersebut, mau tak mau Ku See hong menghela napas panjang, katanya.
"Aaaai......! Setelah menyaksikan sendiri keampuhan ilmu pukulan Hay jin ciang, aku baru sadar bahwa ilmu pukulan ini memang tak malu disebut ilmu pukulan nomor wahid di kolong langit dewasa ini, tak heran kalau guruku sendiripun agak jeri terhadap kelihayan ilmu pukulan ini"
Keng Cin sin turut memuji pula tiada hentinya.
"Hoa Soat kun locianpwee, kau memang tak malu disebut jago lihay nomor wahid dalam dunia persilatan dewasa ini"
Dipihak lain Han thian it kiam Cia Cu kim telah dibuat terkesiap dan berdiri sambil membelalakkan matanya lebar-lebar setelah menyaksikan keampuhan dari ilmu pukulan Hay jin ciang tersebut...
Dengan sinar mata memancarkan amarah yang meluap-luap serta perasaan dendam yang amat tebal, Ku See hong memandang sekejap kearah Cia Cu kim, kemudian sambil tertawa dingin ujarnya.
"Cia Cu kim, secara keji kau telah membantai tua muda puluhar lembar jiwa manusia dari perkumpulan Kim to pang, (perkumpulan golok emas), sekarang tibalah saatmu untuk membayar semua hutang tersebut"
Seraya berkata, bagaikan sukma gentayangan Ku See hong segera mendesak maju ke depan..
Sekarang, Han thian it kiam Cia Cu kim baru benar-benar merasakan betapa ngeri dan seramnya menghadapi kematian, dari balik matanya terpancar keluar sorot mata penuh perasaan kaget dan ngeri, sementara tubuhnya tanpa terasa mundur terus kearah belakang...
Kalau tadi Keng Cin sin sengaja tidak membunuh Cia Cu kim, hal ini disebabkan dia ingin melepaskan selembar jiwanya.
Bagaimana pun juga, Cia Cu kim adalah bekas gurunya dan orang yang telah memeliharanya dari kecil, namun setelah menyaksikan sikap ketakutan bercampur ngeri yang ditunjukkan bekas gurunya ini, timbul juga perasaan pedih yang tak terlukiskan dengan kata- kata ....
Tapi ia sadar banwa dirinya tak mampu menolong bekas gurunya lagi, sebab dia cukup memahami bahwa Ku See hong dengan dirinya terpaut suatu dendam berdarah yang tak terkirakan.
Andaikata Keng Cin sin turut menyaksikan adegan ngeri yang dialami puluhan lembar jiwa anggota Kim to pang, sudah pasti dia tak akan merasa kasihan.
Sekulum senyuman yang dingin dan keji tersungging diujung bibir Ku See hong, ujarnya.
"Cia Cu kim, sekarang aku ingin menanyakan satu hal kepadamu, apakah murid perempuanmu Keng Cin sin masih hidup di dunia ini ....?"
Ketika mendapat pertanyaan tersebut, Han thin it kiam Cia Cu kim merasakan hatinya bergetar keras, ia tidak menjawab pertanyaan dari Ku See hong ini.
Melihat musuhnya tidak menjawab, Ku See hong mengira Keng Cin sin sudah mati, paras mukanya segera berubah semakin tak sedap dipandang.
Kini, dia telah berada hanya beberapa kaki saja dihadapan Cia Cu kim.
Suasana disekeliling tempat itu segera di cekam oleh suasana yang amat tegang, hawa pembunuhan yang semakin tebal menyelimuti seluruh angkasa, begitu tegang dan mengerikannya keadaan disekitar situ, sehingga mendebarkan hati siapa pun yang menghadirinya.
"Sreeeet...!"
Desingan angin tajam yang memekikkan telinga berkumandang memecahkan keheningan.
Pedang Hu thian seng kiam yang berada di tangan Ku See hong telah berubah menciptakan beribu-ribu jalur sinar tajam yang semuanya bersama-sama meluncur ke setiap bagian tubuh yang mematikan di badan Cia Cu kim.
Jurus serangan ini amat aneh, tapi sakti dan kejinya bukan alang kepalang.
Cia Cu kim membentak keras, pedangnya secepat kilat menciptakan pula selapis cahaya perak yang menyilaukan mata, di ringi desingan angin tajam, sinar keperak-perakan segera meluncur ke arah sinar tajam tersebut.
"Blaaamm! Blaaammm! Blaammm ....! ' Beberapa kali letupan keras yang menggetarkan telinga berkumandang di udara... Tahu-tahu hawa pedang yang dipancarkan oleh Ku See hong telah dipunahkan sama sekali oleh gerakan pedangnya sehingga lenyap tak berbekas. Ku See hong tertawa dingin, pedang Hu thian seng kiamnya bagaikan sambaran kilat menyusup masuk melalui sebuah sudut yang aneh serta memancarkan serentetan sinar merah yang secara langsung menyergap jalan darah Sim kan hiat ditubuh Cia Cu kim. Jurus serangan ini dilancarkan secara mendadak, gerakannya pun sangat aneh, di tambah lagi jarak diantara mereka berdua sedemikian dekatnya sampai Cia Cu kim sama sekali tidak sempat untuk menghindarkan diri. Tapi.... Cia Cu kim tertawa seram secara tiba-tiba, pedangnya mendadak disambitkan ke arah Ku See hong langsung menusuk jalan darah Khi hay hiatnya. Tindakan nekad Cia Cu kim yang mempergunakan sistim beradu jiwa ini mau tak mau membuat Keng Cin sin amat terperanjat sehingga hampir saja ia menjerit keras. 'Trii nggg! Tri inggg....! Traaang.."
Serentetan suara gemerincingan nyaring segera berkumandang memecahkan keheningan....
Jeritan ngeri yang memilukan hati kembali berkumandang di udara ....
Pedang yang berada ditangan Cia Cu kim itu tahu-tahu sudah terhajar oleh pedang Hu thian seng kiam milik Ku See hong sehingga hancur berkeping-keping...
Dua buah semburan darah segar memancar keluar dari dada Han thian it kiam Cia Cu kim dan membasahi seluruh permukaan tanah, akan tetapi tubuhnya masih tetap berdiri kaku ditempat.
Sinar mata yang keji dan penuh kebencian mencorong keluar dari balik matanya dia memandang wajah Ku See hong dengan gusar, sementara noda darah membasahi ujung bibirnya, kulit mukanya yang pucat mengejang keras menciptakan beberapa buah garis- garis memanjang yang sungguh menggidikkan hati.
Tampaknya manusia yang pernah memimpin kawanan iblis di istana Huan mo kiong lautan selatan ini merasa tak rela untuk mati dalam keadaan demikian.
Dia berusaha untuk mempertahankan dirinya dengan sepenuh tenaga, bahkan kalau dapat, dia ingin mempergunakan sisa-sisa kekuatan yang dimilikinya untuk membalas sakit hati atas tusukan lawan pada dadanya itu.
Dia memang boleh berusaha, ia boleh saja berharap agar apa yang di harapkan dapat terpenuhi, sayang sekali keadaan tidak berlangsung seperti apa yang diharapkan.
Mendadak....
Ku See hong tidak ingin memberi kesempatan kepada musuhnya untuk banyak bertindak, dengan ganas dia maju sambil mengayunkan pedangnya.
Cia Cu kim mendengus tertahan, tubuhnya tahu-tahu sudah terpapas kutung menjadi tiga bagian.
Keng Cin sin meghela napas sedih, helaan tersebut bisa pula diartikan dengan leganya perasaan gadis ini, sebab musuh-musuh besarnya telah berhasil dibasmi semua.
Roda kereta berguling, secepat kilat kereta itu bergerak kembali menuju ke tengah bukit.
ooo0dw0ooo BAB 64 BINTANG bintang bertebaran menghiasi langit yang gelap, malam ini adalah malam yang cerah.
Kini, tengah malam sudah lewat.
Kuil terpencil yang terpisah dbari keramaian mjanusia berdiri gdalam suasana abngker dan menyeramkan.
Yang memenuhi seluruh angkasa waktu itu hanya irama keheningan yang cukup mendirikan bulu roma siapa pun jua ....
Angin barat berhembus dengan kencang nya membawa udara dingin yang menusuk tulang, hembusan tersebut seperti isak tangis seorang gadis yang ditinggalkan kekasihnya..
Pepohonan cemara yang gundul langsing seperti bayangan setan yang sedang memen-tangkan cakar mautnya.
Di dalam suasana seperti inilah tiba-tiba keheningan malam itu di cabik-cabik oleh suara putaran roda yang mengelinding dan menindih permukaan batu.
Dari balik kabut malam yang gelap serta deruan angin dingin yang mencekam muncul sebuah kereta kuda yang segera terhenti di muka kuil kuno itu.
Ku See hong menghela napas panjang, gumamnya.
"Sekarang tengah malam sudah lewat... aaaai, entah... entah......."
Seng Sim cian li Hoa Soat kun segera menyelinap keluar dari balik ruang kereta, selapis hawa sedih dan kemurungan tebal menyelimuti seluruh wajahnya.
Ia tidak berbicara, membungkam dalam seribu bahasa, seolah- olah ia mengerti bahwa banyak berbicara pun tak ada gunanya.
Dengan suara pedih Keng Cin sin berkata.
Tengah malam sudah lewat, namun racun perangsang yang berada dalam tubuhnya belum kambuh, sudah pasti ada suatu kejadian aneh yang bakal dialaminya...
'Tapi keanehan yang dialaminya dapat memperpanjang masa hidupnya hingga kapan?"
Gumam Ku See hong.
"Yaaa. memang sukar untuk di duga, apa lagi dalam suasana begini, terpaksa kita harus menyerahkannya kepada nasib"
"Ku See hong!'. dengan suara dingin Seng Sim cian li Hoa Soat kun menegur, ' sekarang lindungilah dirinya ditempat ini, berjaga-jagalah terhadap segala kemungkinan yang bakal terjadi."
Keng Cin sin menghela napas panjang.
"Sekarang, waktunya sudah benar-benar sangat mendesak, Hoa locianpwee, mari kita masuk ke dalam secepatnya"
Dia berseru cemas.
Dibawah petunjuk Ku See hong yang bertindak sebagai penunjuk jalan, Hoa Soat kun dan Keng Cin sin segera berangkat memasuki kuil kuno itu.
Oleh sebab Ku See hong sangat menguasai daerah disekitar sana, maka tanpa menghadapi sesuatu halangan pun, terutama sekali ancaman alat jebakan yang maha dahsyat, dengan cepatnya mereka telah tiba di depan ruang sian si.
"Kraakkk ....."
Di ringi suara gemeretak yang memekikkan telinga, pintu ruangan terpentang lebar..
Dengan suatu gerakan yang sangat cepat Keng Cin sin menyelinap masuk ke ruang dalam, sementara sorot matanya yang tajam dengan cepat memandang sekejap sekeliling ruangan tersebut...
Tampak sesosok tulang tengkorak manusia yang utuh berdiri kaku diatas permukaan tanah, sementara lengannya seakan akan sedang menuding sesuatu ke arah bawah...
Memandang tulang tengkorak manusia tersebut, keng Cin sin segera dapat menduga kalau tulang belulang tersebut merupakan tulang dari Bun ji koan su Him Ci seng, dengan hormat sekali dia menjura dalam- dalam ke arah tengkorak itu sebagai pertanda dari rasa hormatnya yang sangat mendalam.
Sebaliknya Seng sim cian li Hoa Soat kun yang menyaksikan bekas kekasihnya dulu, kini telah berubah menjadi sesosok tulang kerangka manusia, hatinya menjadi pedih dan amat sedih sehingga sekujur badannya gemetar keras.
Jelaslah sudah betapa besarnya gejolak perasaan hatinya pada saat ini...
Yaaa, cinta memang memberikan suatu dorongan tenaga yang besar sekali, dan kekuatan mana tak pernah dapat dilawan oleh siapa saja.
Tempo dulu, Hoa Soat kun pernah membenci setengah mati terhadap Bun Ji koan su, ia benci karena ketidaksetiaan kekasihnya itu, terutama sekali pada peristiwa pematahan pedang yang berlang-sung lima puluh tahun berselang, kalau bisa dia ingin sekali membinasakan Bun ji koan su.
Walaupun demikian, sesungguhnya dalam hati kecilnya dia sangat mencintai orang ini.
Atau dengan perkataan lain, semakin dalam cintanya, semakin dalam perasaan bencinya.
Dan kini setelah menyaksikan tulang belulang dari kekasihnya, rasa sedih yang dirasakan olehnya sekarang mungkin tidak terlukiskan pula dengan kata-kata.
Tapi dari sini pula dapat ditarik kesimpulan kalau cinta Hoa Soat kun terhadap Bun ji koan su sebetulnya sudah merasuk sampai ketulang sumsum.
Walaupun dalam hidupnya ia tak pernah menerima pernyataan cinta darinya, namun penyesalan Bun ji koan su sebelum meninggal serta ucapan tulus yang disuruh Ku See hong menyampaikan kepadanya, sudah cukup membuat Hoa Soat kun merasa terharu sekali.
Hanya saja dia memang berwatak sangat aneh, perasaan tersebut enggan dia utarakan keluar.
Namun sekarang, keadaannya sama sekali berbeda, dengan mata kepala sendiri ia telah menyaksikan jenasah dari Bun ji koan su, otomatis dia pun tak sanggup untuk mengendalikan perasaan sedih yang mencekam perasaannya sekarang.
Memandang sikap Hoa Soat kun yang mirip orang kehilangan sukma, Keng Cin sin menghela napas sedih.
Pelan-pelan dia mendekati batu bata merah diatas dinding seperti apa yang dituding kerangka Bun ji koan su itu, lalu diam diam ia berdoa didalam hati.
"Moga-moga saja rumput Han sia cau tersimpan dibalik batu bata ini sehingga adik Im Yan cu dapat diselamatkan jiwanya... Tangan Keng Cin sin yang putih halus telah memegang ujung batu bata tersebut, sekilas perasaan girang segera menghiasi wajahnya, ternyata batu bate itu tidak melekat keras diatas dinding tersebut.
"Kraaakkk...!"
Bata-bata tersebut sudah diambil olehnya dari atas dinding tersebut, namun apa yang kemudian terlihat segera membuat Keng Cin sin merasa kecewa sekali .....
Rupanya dibalik batu bata yang diambil memang terdapat sebuah ruang kosong namun isinya bukan rumput Han sia cau, melainkan segulung kertas kecil.
Dengan cepat Keng Cin sin mengambil keluar kertas tersebut dari dalam dinding.
Lalu kertas itu dibuka dan dibaca isinya, kira-kira surat tersebut berbunyi demikian.
"Bait pertama dari lagu Dendam sejagad memberi petunjuk tentang tempat penyimpanan kitab pusaka Cang ciong pit kip yang berada di kuil Ngo siang bio di sungai cho go kang. Sedanghan pada bait ke dua syair tersebut menunjukkan tentang terdapatnya sebatang rumput Han sia cau yang langka tapi tak ternilai harganya, rumput ini bernama Han sia dan merupakan semacam raja burung gagak. Oleh karena rumput itu sudah berjuta tahun menghisap sari bumi akhirnya berubah menjadi benda mestika yang berubah menjadi semacam rumput biasa, sedemikian biasanya rumput mana sehingga orang yang tidak mengenalinya tak akan tahu. Rumput Han sia cau ini memiliki kemampuan untuk menghidupkan kembali orang yang hampir mati, bagi orang belajar silat yang memakan rumput itu dapat menambah tenaga dalamnya. Rumput ini bersama Tee liong hiat poh (darah mestika naga bumi) dan mutiara Thian hong im yang sin cu disebut tiga benda mestika dari kolong langit. Hanya rumput ini mempunyai kasiat yang jauh lebih luas dari pada benda-benda lainnya. Rumput Han sia cau ini tumbuh di dalam lembah Han sia kok yang terletak di atas salah satu bukit Han ciong san. Tempat yang persis dan cara untuk mendapatkan rumput Han sia cau bisa diperiksa pada halaman berikut. Tertanda. Bun ji koan su Him ci seng"
Selesai membaca surat itu, dengan perasaan gelisah, Keng Cin sin segera berseru.
"Hoa locianpwee, kita harus meninggalkan tempat ini secepatnya, rumput Han sia cau berada di lembah Han sia kok di bukit Han ciong san ...."
Ketika mendengar teriakan tersebut, Seng sim cian li Hoa Soat kun segera mendusin dari lamunannya, dia segera menghela napas sedih.
"Aaaai, nona Keng, jarak bukit Han Ciong san dari sini masih ada lima hari perjalanan, apakah dia mampu untuk bertahan sampai lima hari lagi?"
Buru-buru Keng Cin sin berseru.
"Tengah malam sudah lewat, namun nyatanya racun obat perangsang tersebut tidak sampai kambuh kembali, ini menandakan kalau sudah terjadi suatu kejadian yang luar biasa, kita tak boleh membuang waktu lagi. sekarang juga kita berangkat......"
Hoa Soat kun dan Keng Cin sin dengan cepat berlarian menuju ke pintu depan.
Mendadak .....
Dari arah pintu terdengar suara isak tangis yang amat memilukan hati berkumandang memecahkan keheningan, suara tangisan tersebut sedemikian memedihkan hati sehingga dunia seolah-olah turut kiamat.
Isak tangis tersebut dengan cepat menghentikan langkah kaki kedua orang itu, bagaikan terkena aliran listrik bertegangan tinggi, mereka berdiri kaku ditempat.
"Adik Im... oooh, adik Im....mengapa kau meninggalkan aku..? Oooh, adik Im.... mengenaskan sekali kematianmu ini .......
"
Suara tangisan tersebut sudah amat parau dan rendah, namun nadanya betul-betul memilukan hati siapa pun. Tak tertahankan lagi titik-titik air mata jatuh berlinang membasahi wajah Seng sim cian li Hoa Soat kun ujarnya dengan sedih.
"Tampaknya inilah kemauan takdir! Nampaknya inilah kemauan takdir... tapi nasib yang dialami anak Im betul-betul terlalu tragis.".
"Nona Keng, pergilah! Lakukanlah seperti apa yang telah kau sanggupi kepada anak Im, sepanjang hidup lonio tak akan kutinggalkan lagi kuil ini, akan kutemani terus tulang belulangnya sampai akhir dari hidupku nanti..."
Keng Cin sin menjerit keras dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran petir dia segera menerjang ke arah kereta kuda itu.
Sedangkan Seng sim cian li Hoa Soat kun dengan membawa tubuhnya yang terasa makin berat dan tua melangkah masuk ke dalam kuil kuno itu.
000dw000 MATAHARI senja sudah condong ke langit barat, sinar berwarna kemerah-merahan memancar menyelimuti jagad dan meninggal kan suasana yang seram.
Senja kembali menjelang tiba.
Sinar mata hari senja, memancarkan cahayanya menyoroti sebuah pemandangan alam nun jauh disana.
Menyinari sebuah bangunan rumah yang sederhana serta sebuah kuburan baru.
Di depan kuburan itu, berdiri seorang pemuda yang sebatang kara dan nampak kesepian.
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia masih berusia sangat muda, namun musibah menimpa dirinya secara beruntun, membuat ia nampak seperti seorang lelaki setengah umur yang kenyang dengan pengalaman.
Sekarang ia seperti sebatang kayu yang lapuk, setangkai daun yang mulai layu.
Segala macam perbuatan, kedudukan, kegagahan dan nama besar yang pernah diperolehnya dalam dunia persilatan, kini sudah hilang lenyap mengikuti air yang mengalir ke samudra, yang tertinggal kini hanya kenangan yang penuh kedukaan.
Dibawah sorotan cahaya matahari senja yang berwarna kemerah- merahan, tampak air matanya setetes demi setetes meleleh keluar dan membasahi pipinya .....
Mendadak ia menghela napas panjang, lalu dengan suara yang memedihkan hati ia bergumam.
"Aaaai, dari dulu hingga sekarang, musibah dan tragedi seolah-olah datang tiada hentinya. Yang muncul hanya siksaan dan penderitaan yang seakan-akan tak pernah berakhir... Oooh,Thian! mengapa kau bersikap tak adil kepadaku ....? Kini adik Im Yan cu telah meninggal dunia... Keng Cin sin pun meninggal dunia... Him Ji ijm meninggalkan aku secara diam-diam untuk mencukur rambut menjadi pendeta..' Perempuan misterius yang berkerudung warna warni pun pergi meninggalkan aku...
"
Nada yang berduka, putus asa dan kecewa, suara yang memedihkan dan memilukan hati membuat orang lain merasa terharu dan sedih.
Nasibnya memang benar-benar terlalu tragis.
Memandang pohon liu yang tumbuh di depan empang, tanpa terasa Ku See hong mendongakkan kepalanya, sambil membawa kan senandung Ku Siu ci.
Dulu menanam pohon itu, bersusah, payah ....
Kini memandang pohon bergoyang.
Menghiasi sungai dan empang.
Pohon pun demikian.
Bagaimana dengan si manusia? Pohon pun demikian.
Bagaimana dengan si manusia...! Dunia terasa kosong dan sama sekali tak berarti lagi bagiku, mengapa aku harus sengsara? Aaaai.
lebih baik kuakhiri saja hidupku yang penuh siksaan ini .......
Sambil berkata, Ku See hong menggerak kan tangan kanannya dan meraba pedang Hu thian seng kiam yang tersoren dibelakang bahunya.
Mendadak...
pada saat itulah..
Dari arah belakang terdengar seseorang memanggil dengan suara yang merdu dan lembut.
"Engkoh Hong.. kau...."
Suara panggilan itu terasa sangat dikenal olehnya bahkan memberikan dorongan yang sangat besar bagi Ku See hong untuk mempertahankan hidupnya.
Dengan cepat dia membalikkan badannya, lalu memandang ke arah mana berasalnya suara itu dengan sorot mata tajam...
Tampak seorang perempuan berkerudung warna warni yang mengenakan baju putih sedang meluncur datang dengan kecepatan luar biasa, begitu sampai di depan si anak muda itu, tangan kanannya cepat melepas kain kerudung yang menutupi wajahnya hingga terlihatlah raut wajah aslinya yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan.
Dengan perasaan terkejut Ku See hong segera berteriak.
' Adik Keng, kau ...."
Sekarang ia betul-betul merasa terkejut bercampur gembira, dengan cepat ia menerjang kemuka menyongsong kedatangan nya, lalu dengan sepasang tangannya yang kuat memeluk pinggangnya erat-erat.
Keng Cin sin pun sedapat mungkin menempelkan seluruh tubuhnya diatas badan kekasihnya, dia seperti terjerumus ke dalam samudra luas yang tak terkirakan dalamnya, diapun meraba tubuhnya seakan-akan tidak berada dalam dunia lagi.
Rupanya dua lembar bibir mereka telah saling menempel satu sama lainnya, mereka sedang berciuman dengan penuh kehangatan dan kemesraan.
Entah berapa lama sudah lewat.
Akhirnya mereka dapat menyelesaikan ciuman yang penuh kenikmatan.
Ku See hong seolah-olah kuatir akan kehilangan kekasih hatinya lagi, dengan sepasang tangannya yang kuat dia tetap memeluk pinggang gadis itu erat-erat.
"Adik Sin"
Dia menggerutu.
"mengapa kau membohongi aku selama ini.. atau.. mungkinkah aku sedang bermimpi .... Adik Sin, kau tak boleh meninggalkan diriku lagi, tentunya kau... kau berjanji bukan?"
Air mata bercucuran dengan derasnya membasahi seluruh wajah Keng Cin sin, dia menyahut lembut.
"Engkoh Hong, kau tidak bermimpi, semuanya adalah kenyataan.... kau tak usah kuatir, aku tak akan meninggalkan dirimu lagi, selamanya aku tak pernah akan meninggalkan dirimu lagi...."
"Oooh, adik Sin....."
"Engkoh Hong...` Sepasang bibir mereka kembali saling menempel satu sama lainnya kencang-kencang. Angin lembut berhembus lewat menggoyangkan pohon Liu ditepi empang, suara yang gemerisik menimbulkan serangkaian irama pada yang lembut dan syahdu, seolah-olah Thian mengucapkan selamat atas perjumpaan sejoli ini. Sang arwah yang berada dalam kuburan pun turut tertawa, arwahnya tak pernah akan kesepian, sebab ada dua orang yang akan mendampinginya sepanjang masa. Him Ji im yang berada di biara pun hidup dengan tenang dan sentausa, dia selalu berdoa agar ke dua orang tersebut dapat melewati hidup yang penuh kebahagiaan sepanjang jaman. Walaupun mereka berdua sama-sama pernah mengalami peristiwa tragis yang amat mengenaskan, namun setelah itu mereka justru memperoleh kehidupan yang amat bahagia. Setahun kemudian, Keng Cin sin telah memberikan seorang putra untuk Ku See hong, mereka bertiga pun melewati kehidupan yang tenang dan penuh kebahagiaan ditempat tersebut. Dan sampai disini pula kisah "DENDAM SEJAGAD"
Ini, semoga pembaca sekalian puas. T A M A T
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung Mayat Kesurupan Roh -- Khu Lung