Kedele Maut 4
Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 4
Kedele Maut Karya dari Khu Lung
Namun segala urusan menjadi gawat dan amat mendesak untuk beberapa saat pun dia tak berhasil menemukan cara terbaik untuk menanggulangi kejadian tersebut, sampai-sampai berita penting yg semula telah dipersiapkan secara matangpun sekarang jadi bubar tak karuan.
Ya, hal ini memang bisa dimaklumi, persoalannya sudah menyangkut keselamatan jiwa kakak kandungnya tapi semakin dia panik, pikirannya semakink alut dan tak mampu dikonsentrasikan kembali, otomatis diapn tak berhasil menemukan suatu jalan keluarnya.
Sementara itu tiga ruyung raksasa telah mempersilahkan Kho Beng untuk berjalan didepan sedang mereka bertiga mengiring disampingnya, melihat rumah makan Ui hok lo kian lama bertambah dekat, hampir saja Kho Beng kabur dari situ agar bisa berpikir secara tenang.
Tapi dia mengerti, keadaan dan kondisi tidak mengijinkan dia berbuat begini, terpaksa dia melompat langkahnya dg sengaja, agar waktu yg tersisa itu dapat dimanfaatkan untuk mencari jalan keluar.
Betapapun panjangnya jalan yg harus dilalui, akhirnya bakal habis juga, apalagi jarak sejauh seratus kaki sebetulnya dekat sekali.
Akhirnya Kho Beng melangkah masuk kedalam pintu gerbang rumah makan Ui hok lo, pakaiannya yg kering terhembus angin kini basah lagi oleh keringat.
Tapi yg mengalir sekarang bukan keringat panas melainkan keringat dingin karena dia kelewat tegang dan gelisah.
Meski begitu diapun berhasil juga menemukan dua cara terbaik untuk menangulangi dua kemungkinan yg terjadi.
Setelah masuk kepintu gerbang Ui hok lo, Lo sam dari tiga ruyung raksasa dg memburu masuk lebih dulu kedalam ruangan.
Menanti Kho Beng sudah naik ketangga, terdengar suara Kim losam berseru lantang.
"Cianpwee dan rekan-rekan sekalian, Kho siauhiap yg berhasil menemukan jejak iblis itu sudah tiba dibawah loteng ini, kini ia ditemani toako dan jiko ku, siaute sengaja mengabarkan dulu sehingga kita dapat memberikan sambutan yg meriah."
Perkataan itu diucapkan dg penuh rasa bangga dan gembira seakan-akan bisa berjalan bersama Kho Beng sudah merupakan suatu kebanggaan baginya.
Menanti Kho Beng mencapai ujung loteng, tampaklah lima puluhan jago yg berada dalam ruangan tersebut seretak telah bangkit berdiri untuk memberikan sambutannya.
Sambutan yg begitu meriah dan diluar dugaan ini benar-benar mengejutkan Kho Beng, sekalipun dia sudah mempunyai gambaran sebelumnya dari pembicaraannya dg ketiga ruyung raksasa tersebut.
Dibawah sinar lentera yg terang benderang menerangi seluruh ruangan, ditengah ruangan sudah disediakan enam buah meja perjamuan.
Laki perempuan, tua muda meski tidak menunjukkan sikap yg sama ada yg menatap ada juga yg berdiam, ada yg gagah tapi ada juga yg tenang, naun sorot mata mereka rata-rata tajam seperti sembilu.
Dari sini dapat diketahui bahwa sebagian besar yg hadir adalah jago-jago persilatan kelas satu yg memiliki kepandaian silat amat tinggi didalam dunia persilatan.
Tampak seorang kakek bermuka merah berjenggot panjang yg duduk dimeja tengah segera menjura kepada Kho beng sambil tertawa terbahak-bahak, kemudian serunya.
"Baru siang hari tadi beritanya tiba, kini orangnya sudah mncul, siauhiap benar-benar naga diantara manusia, mewakili segenap umat persilatan yg hadir kuucapkan salut dan kegembiraan kami untuk menyambut kedatangan anda."
Kim Lotoa yg berada disisinya segera menyela.
"Siauhiap, cianpwee ini adalah Liong kiong sincu, Kiong tayhiap dari Kun san yg termasyur diseantero jagat."
Kho Beng segera menjura pula kepada kakek itu sambil sahutnya.
"Kiong locianpwee terlalu memuji, padahal menyelidiki jejak iblis sudah menjadi kewajiban dari kita umat persilatan, janganlah bersikap begitu menghormat, aku yg muda menjadi rikuh rasanya...."
Kemudian sambil menjura kepada kawanan jago lainnya, ia berkata pula.
"Silahkan cianpwee sekalian melanjutkan daharnya, maaf bila kehadiran aku yg muda telah mengganggu kegembiraan kalian."
Lima puluhan jago persilatan itu segera membalas hormat, suasana menjad gaduh. Sambil tertawa tergelak kembali Kiong Ceng san berkata.
"Bagus, bagus sekali, meski membuat pahala namun tidak sombong, memang begitulah ciri sejati dari seorang pendekar muda, mari kita siapkan tempat duduk buat Kho siauhiap, aku mesti menghormatinya dg tiga cawan arak."
Seruan tersebut segera disambut dg kerepotan sangat, para pelayan segera menyiapkan kursi sumpit dan cawan, sementara para jago yg duduk dimeja utama sama-sama bergeser untuk meluangkan sebuah tempat kosong.
Tiga ruyung raksasa segera mempersilahkan Kho Beng enempati meja perjamuan utama, persis duduk bersebelahan dg Liong kiong sincu, sementara mereka sendiri duduk diluar lingkaran meja perjamuan yg tersedia.
Situasi seperti ini tentu saja amat mengejutkan Kho Beng, sampai dia menjadi tegang sekali.
Sejak kecil dia sudah hidup terlantar dan menyendiri, setelah terjun kedalam dunia persilatan, diapun belum pernah menjumpai keadaan seperti ini, terutama sanjungan serta penghormatan seperti yg begini tinggi.
Apalagi setelah dia saksikan pembagian tenpat duduk berbentuk bunga bwee itu, sekalipun sepintas lalu tak nampak perbedaannya, namun dalam kenyataan pembagian dalam tingkatan kedudukan dilakukan sangat telit.
Seperti halnya dg tiga ruyung raksasa, mereka hanya kebagian tempat duduk diurutan paling bawah dekat mulut tangga, jelas menunjukkan kalau kedudukan mereka adalah tingkat paling rendah diantara para jago yg hadir.
Padahal saat ini dia duduk dikursi utama, hal ini menunjukkan kalau dia sangat dihormati,
Jilid 08 Apa sebabnya dia bisa peroleh penghormatan setinggi ini? Tak perlu ditebak pun sudah jelas.
Hal ini disebabkan Kho Beng berhasil membongkar kedok rahasia daei si Kedele Maut hingga membuat sebuah pahala besar.
Atau dg kata lain dialah yg kemungkinan besar akan mendapatkan Buddha Emas dari Siau lim pay dan panji perak dari Bu tong pay, jelas masa depannya amat cemerlang.
Tapi siapa pula yg menduga bahwa sesungguhnya Kedele Maut adalah kakak kandung Kho Beng sendiri? Kho Beng yang berada dibawah perhatian beratus mata benarbenar merasa sangat tidak tenang, bagaikan duduk dikursi berjarum, dia tidak bisa melukiskan bagaimanakah perasaannya waktu itu.
Ketika melihat Kiong ceng san menghormatinya dg arak, meski Kho Beng tak pandai minum, dalam keadaan demikian dia memang perlu meminjam pengaruh alkohol untuk membangkitkan semangatnya, maka tanpa berpikir panjang dia meneguk tiga cawan arak dan membalas dg tiga cawan pula.
Setelah enam cawan masuk keperut, mukanya mulai merasa panas dan semangatnya berkobar pula, tapi ketika jago lain ikut menghormatinya dg arak, pemuda itu mulai mengeluh.
Bila ditolak hal ini berarti tidak menghormati orang lain, jika tidak ditampik, ia pasti akan mabuk padahal keselamatan jiwa encinya sedang terancam Untunglah disaat inilah tiga ruyung raksasa dapat menyelamatkan Kho Beng dari kesulitan.
Buru-buru Kim lotoa berdiri seraya berkata.
"Para cianpwee dan saudara sekalian, baru saja Kho siauhiap tiba disini, sewaktu ditemukan kedua ekor kudanya sudah roboh dan siauhiap sendiri mandi peluh, konon ada berita yang lebih penting lagi hendak disampaikan, aku rasa kita tidak boleh menunda-nunda kesempatan siauhiap untuk berbicara. Ternyata perkataan tersebut segera mendatangkan hasil yg luar biasa, diiringi seruan kaget para jago bersama-sama menghentikan perbuatannya dan duduk kembali dg wajah tegang. Dibawah perhatian begitu banyak orang, seketika itu juga Kho Beng merasakan tekanan yg sangat berat, buru-buru dia berkata.
"Yaa, hampir saja aku melupakan suatu persoalan besar padahal sejak pagi tadi aku menyusul kemari dg menggunakan dua ekor kuda secara bergantian dg menempuh perjalanan sejauh dua ratus li lebih, sebetulnya ada berita tentang Kedele Maut yg hendak kusampaikan..."
Begitu perkataan tersebut diucapkan, seruan kaget kembali bergema memenuhi seluruh ruangan. Sekali lagi paras muka Liong kiong sincu Kiong ceng san berubah hebat, segera tanyanya.
"Apakah kau berhasil mendapatkan penemuan baru?"
Dg berlagak serius Kho Beng berkata.
"Pagi tadi aku telah mendapat serangan gencar, pihak lawan dg segenggam kedele yg dusebarkan seperti bunga hujan mengancam tubuhku dg hebat, andaikata aku tidak tahu diri dan pandai menunggang kuda, mungkin jiwaku telah melayang sejak pagi tadi."
Dg wajah berubah hebat Liong kiong sincu berseru tertahan.
"Kau mengatakan si Kedele Maut telah menyergapmu?"
Kho Beng manggut-manggut.
"Yaa, yg kumaksudkan memang Kedele Maut, disamping itu akupun perlu menerangkan kepada cianpwee sekalian bahwa Kedele Maut telah muncul dg wajah aslinya, ternyata dia adalah seorang peempuan berambut hitam yg berusia tiga puluhan dan bermuka jelek seperti kuntil anak, sebaliknya dua perempuan yg meski berparas agak lumayan namun dandananya justru kebanci-bancian, mirip sekali dg bocah bodoh"
Keterangan bohong yg diutarakan olehnya ini segera menimbulkan seruan kaget daris seluruh jago yg ada. Tak tahan lagi Liong kiong sincu berseru.
"Menurut utusan yg dikirim dari Sam goan bun dijelaskan bahwa Kedele Maut adalah seorang nona berusia dua puluhan berwajah cantik jelita dan menggunakan payung sebagai senjata, sedang dua orang dayangnya menggunakan ikat pinggang perak, apakah utusan dari Sam goan bun telah salah menyampaikan? "Tidak, berita dari utusan Sam goan Bun memang begitulah keterangannya."
"Lalu apa sebabnya wajah kedele maut bisa berubah lagi?"
Tanya Liong kiong sincu tak habis mengerti.
"Menurut dugaanku, bisa jadi Kedele maut yg kujumpai untuk yg pertama kalinya dikota Tong sia tempo hari adalah wajah penyamaran mereka."
Mendengar keterangan tersebut, Liong kiong sincu segera menghela napas panjang.
"Aaaai, kalau begitu pengepungan kita yg ketat disekitar Gak yang dan telaga Tong ting kembali akan sia-sia belaka?"
"Kiong tayhiap jangan keburu putus asa!"
Mendadak dari sisi Kho Beng berkumandang seruan yg berat tapi penuh bertenaga.
Cepat-cepat Kho Beng berpaling, ternyata sipembicara adalah seorang pendeta tua beralis mata putih yg waktu itu sedang mengawasi kearahnya dg pandangan tajam.
Kho Beng sangat terkejut setelah menghadapi kejadian ini, dia tak tahu siapakah pendeta tua ini sebab Kiong ceng san belum sempat memperkenalkan kawanan jago itu satu persatu kepadanya.
Yg membuat dia tak tenteram adalah ketajaman mata sang pendeta yg ibarat pisau tajam siap menyayat hatinya itu, pandangan semacam itu terasa tajam dan menggidikkan hati.
Dia seakan-akan mencurigai Kho Beng tapi seperti juga sedang mencari sesuatu dari tubuh pemuda tersebut, pokoknya pandangan tersebut mengartikan banyak sekali tapi justru karena banyak mengandung maksud hingga pada hakekatnya susah dicernakan dg begitu saja.
Satu ingatan dg cepat melintas dalam benak Kho Beng, pikirnya.
"Mungkinkah dibalik keteranganku tadi terdapat titik kelemahannya? Ataukah mungkin dia sudah mengetahui rencanaku?"
Sementara dia termenung, pendeta tua itu sudah berkata dg suara dalam.
"Siau sicu banyak hal yg tidak kupahami, bersediakah sicu memberi keterangan?"
"Tentu saja, silahkan taysu bertanya?"
"Darimana siau sicu bisa mengatakan bahwa orang yg menyerangmu pagi tadi adalah si kedele maut?"
Terhadap pertanyaan semacam ini Kho Beng memang telah menyiapkan jawabannya, maka sambil tersenyum segera jawabnya.
"Dalam dunia persilatan dewasa ini, selain Kedele Maut, siapa pula yg menggunakan biji kedele sebagai senjata rahasianya? Apalagi sekalipun wajahnya telah berubah namun senjata yg digunakan tetap berupa payung bulat, kalau tidak mana berani kukatakan seyakin ini?"
Pendeta itu segera manggut-manggut, dia kembali berkata.
"Perkataan itu benar juga, apalagi jika dilihat dari tindakan Kedele Maut yg melanggar kebiasaannya dg menyerangmu disiang hari, jelas kalau dia telah berniat membunuhmu, hanya saja masalah yg ingin kuketahui adalah atas dasar apa sicu dapat mengatakan secara yakin bahwa kedele maut yg kaujumpai hari ini adalah wajah aslinya sedang wajah yg kau jumpai dikota Tong sia adalah wajah palsu hasil penyaruannya?"
Dg cepat Kho Beng telah menyadari akan kelihaian si pendeta tua ini, sebab setiap pertanyaannya boleh dibilang seperti pisau tajam yg langsung menusuk ulu hati, andaikata ia tidak melakukan persiapan secara matang sudah pasti semua kebohongannya akan terbongkar.
Maka dg wajah yg kalem dia menjawab.
"Memang sangat beralasan bila taysu mengemukakan kecurigaannya, tapi aku bisa berkata demikian karena berdasarkan dua buah kesimpulan yg kubuat. Pertama, kejadian yg berlangsung pada hari ini terjadi dipagi hari, aku dapat melihat wajahnya dg lebih jelas, terbukti pihak lawan memang tidak mengadakan penyamaran karena kulit wajahnya sewarna dg kulit tangannya, jadi dia tidak mungkin memakaii kedok, sebaliknya dikota Tong sia, hal itu terjadi tengah malam, segala sesuatu yg terlihat sukar dipastikan kebenarannya. Dg dua kali perjumpaan dalam saay yg berbeda serta bentuk yg berbeda pula, maka setelah kupikirkan kembali secara masak-masak, akhirnya kusimpulkan penampilannya pagi tadi barulah merupakan wajah aslinya. Kedua, biarpun dalam dua kali perjumpaan ia muncul dg dua wajah yg berbeda, semua senjata yg digunakan tak berubah, sedang jumlah mereka yg bertiga satu majikan dua dayang pun tak berbeda pula, ditambah lagi nada perkataannya sewaktu hendak membunuhku, sudah pasti dia adalah Kedele Maut. Nah, atas dasar dua hal inilah kusampaikan beritaku tadi. Apakah taysu masih ada yg tidak jelas?"
Pendeta tua itu terbungkam dalam seribu bahasa, tapi wajahnya masih susah diduga bagaimanakah perasaannya sekarang, mukanya tetap tawar dan tatapan matanya tetap tajam, kesemuanya ini membuat Kho Beng tak bisa menduga apa gerangan yg sedang dipikirkan hwesio tersebut.
Liong kiong Kiong ceng san segera menghela napas panjang, katanya.
"Sekalipun penjagaan dan pengepungan yg kita lakukan sangat rapat, mata-mata tersebar dimana-mana dan pos penjagaan berlapis-lapis, namun setelah dilihat dari kenyataannya sekarang, sekalipun Kedele maut belum sampai lolos dari wilayah disekitar sini, rasanya untuk berhasil menangkap mereka pun belum tentu menjadi kenyataan."
Para jago lainnya sama-sama terbungkam dg wajah lesu, jelas keputus asaan Kiong ceng san telah mencerminkan pula perasaan dari kawanan jago lainnya.
Kho Beng segera merasa inilah saat baik untuknya mengundurkan diri, mencari tempat dan berdiam sendirian untuk berpikir lebih jauh, dia ingin memeriksa apakah semua rencananya telah sempurna atau belum, bila terjadi perubahan berarti dia masih sempat menghadapinya dg cara kedua yg telah dipersiapkan.
Tapi ia percaya, dg perbuatannya itu maka tujuannya mengacaukan berita yg sesungguhnya telah tercapai, paling tidak, hal tersebut akan menambah kesulitan dan kebingungan kawanan jago tersebut.
Dg demikian iapun berhasil pula merebut sedikit waktu, agar kakak kandungnya berupaya untuk meloloskan diri dari kepungan pengawasan kawanan jago yg berada seratus li disekeliling telaga Tong ting dan kota Gak yang.
Maka dg berlagak sangat lelah karena menempuh perjalanan jauh, ia menjura kepada para jago disekeliling tempat itu sambil katanya lagi.
"Sejak mengalami penyergapan sampai melakukan perjalanan jauh ketempat ini, aku yg muda belum sempat beristirahat barang sekejappun, aku merasa amat lelah dan mohon maaf jika aku yg muda harus undur diri lebih dulu untuk beristirahat."
"Aaaai benar! Aku tidak berpikir sampai kesitu."
Liong kiong sincu Kiong ceng san segera berkata.
"Kalau begitu biar kumohon tiga bersaudara Kim untuk menemani siauhiap beristirahat ditepi telaga, besok pagi aku akan mengirim orang lagi untuk mengundang sauhiap."
Kho Beng mengucapkan terima kasih dan segera meninggalkan tempat duduknya.
Saat itulah pemuda itu merasa ada sepasang mata yg amat tajam sedang mengawasinya tanpa berkedip.
Pandangan semacam itu delapan puluh persen persis seperti pandangan si pendeta tua tadi.
Pandanga itu beraal dari meja kedua dekat dinding, maka buruburu ia melirik sekejap kesana, ternyata dia adalah seorang sastrawan setengah umur yg memakai baju hitam, wajah orang itu terasa asing baginya.
Sekali lagi Kho Beng merasakan hatinya bergetar keras, tanpa terasa kewaspadaannya ditingkatkan Ia sadar, berhasil atau tidaknya tipu daya yg sedang dilaksanakan untuk melindungi keselamatan jiwa encinya, bisa jadi akan tergantung pada tindakan yg akan dilakukan sastrawan berbaju hitam serta pendeta tua itu.
Biarpun hati kecilnya merasa terkejut, namun paras mukanya sama sekali tidak berubah, dg langkah yg amat santai ia menuruni rumah makan Ui hok lo.
Dibawa bimbingan tiga cambuk Kim kong sam pian, berangkatlah pemuda itu menuju kewisma yg berada ditepi telaga.
Jarak antara wisma dg rumah makan Ui hok lo hanya beberapa kaki, bangunan itu menghadap kearah telaga dg sisi kanannya menghadap pintu gerbang kota Gak yang, sebelah kiri menghadap rumah makan Ui hok lo dan belakangnya menempel bukit Kun san.
Sesungguhnya tempat itu merupakan tempat yg amat strategis.
Akhirnya Kho Beng diajak masuk keruang sebelah kiri dideretan kedua wisma itu.
Sebelum berpamitan, Kim lotoa sempat berpesan.
"Sauhiap, bila kau membutuhkan sesuatu, silahkan saja minta kepada petugas wisma, besok pagi kami akan datang menjenguk sauhiap lagi."
Buru-buru Kho Beng mengucapkan terima kasih.
Sepeninggalnya Kim kong sam pian, iapun menutup pintu dan naik kepembaringan untuk mengendorkan urat-urat badan.
Walaupun rasa lelah dan mengantuk datang menyerang secara bertubi-tubi, Kho Beng tak berani memejamkan mata barang sekejappun, sorot mata sastrawan berbaju hitam dan pendeta tua yg tajam mengiriskan itu selalu berkecamuk didalam benaknya.
Kesemuanya itu membuat anak muda ini mau tidak mau mesti meningkatkan kewaspadaannya agar dapat menghadapi setiap perubahan setiap saat.
Maka dia memaksakan diri menahan rasa kantuk dan lelah yg luar biasa dan duduk bersila diatas pembaringan, lalu mengatur napas menurut ajaran si Unta sakti berpunggung baja.
Setelah mengatur pernapasannya tiga kali, pelan-pelan Kho Beng mulai merasakan hatinya tenang, pikirannya kosong dan memasuki tahap lupa akan sekelilingnya.
Siapa tahu pada saat itulah tiba-tiba pintu kamar dibuka orang, kemudian tampaklah sesosok bayangan manusia menyusup kedalam kamar...
Mendengar desingan suara itu segera Kho Beng membuka matanya kembali, ternyata orang yg menyusup kedalam ruangannya tak lain adalah sastrawan berbaju hitam.
Dg perasaan terkesiap cepat-cepat ia melompat bangun lalu dg lagak keheranan ia menegur.
"Ooooh rupanya saudara, ada urusan apa sih?"
Setelah merapatkan kembali pintu kamar, Sastrawan berbaju hitam itu mengawasi wajah Kho Beng dg pandangan yg amat tajam, kemudian pelan-pelan ia baru bertanya dg suara berat dan dalam.
"Aku hanya ingin bertanya kepada sauhiap, apakah dalam sakumu terdapat suatu benda?"
"Benda apa yg saudara maksudkan?"
Tanya Kho Beng setelah diam-diam tertegun sejenak.
"Sebuah lencana kemala hijau bergambar naga."
Sekali lagi Kho beng merasakan hatinya bergetar keras, segera tegurnya dg suara dalam.
"apa maksudmu menanyakan persoalan ini?"
Dg sikap yg tetap dingin dan kaku, sastrawan berbaju hitam itu berkata.
"Sauhiap masih ingat dg orang yg meninggalkan uang di Kwan tong dan tak pernah muncul kembali?"
Kho Beng menjadi tertegun, setelah agak ragu sejenak, bisiknya.
"Jadi kau....kau adalah..."
"Aku Li sam"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tukas sastrawan berbaju hitam itu.
"Nah sekarang sauhiap dapat memberi penjelasan."
"Li sam..? Li sam..?"
Kho Beng mengulangi nama tersebut sampai beberapa kali. Mendadak ia merasakan semangatnya berkobar, kejut dan gembira segera serunya.
"Jadi kau adalah Li sam yg dimaksudkan Kho lo tia."
Sikap sastrawan berbaju hitam yg semula dingin dan kaku, tibatiba saja berubah menjadi amat sedih, bisiknya lirih.
"Kalau begitu, sauhiap adalah majikan kecil dari Li sam, sungguh amat sengsara hamba mencari jejakmu..."
Sembari berkata, ia segera menjatuhkan diri berlutut diatas lantai... Buru-buru Kho Beng membangunkannya, seraya berbisik.
"Kakak Li sam, harap kau jangan memanggil aku dg sebutan tersebut, bolehkah aku tahu apa hubunganmu dg Kho lo tia?"
"Kami adalah guru dan murid"
Sahut Li sam dg sikap menghormat.
"Hamba sudah lima belas tahun lamanya belajar silat dari dia orang tua..."
"Kho lo tia sangat berhati baik dan setia kepada ayahku, diapun banyak melepaskan budi kebaikan kepada aku Kho beng, dan selanjutnya kita saling menyebut saudara saja, biar kusebut kau Sam toako."
Beberapa patah kata itu diucapkannya dg nada tulus dan jujur. Dg perasaan gugup Li sam segera berseru.
"Aaaah, hal ini mana boleh jadi? Selama lima belas tahun terakhir hamba selain mendengar suhu membicarakan soal majikan muda, ia minta kepadaku untuk berbakti dan setia kepadamu, hubungan kami tak boleh lebih dari hubugnan antara majikan dan hamba, biar hamba bernyali setinggi langit pn tak berani membangkang pesan guruku ini."
Dalam keadaan seperti ini Kho Beng enggan ribut dgnya, maka kembali ujarnya dg sedih.
"Apakah kau sudah tahu bahwa Kho lo tia tewas dibokong orang?"
Dg air mata bercucuran Li sam mengangguk.
"Gara-gara ada urusan, hamba datang terlambat, waktu majikan telah pergi meninggalkan tempat tersebut. Tapi dari penyelidikan hamba sudah terbukti bahwa suhu tewas dikarenakan jarum pembeku darah penghancur tulang Kiang Thian kut, kini jenasah suhu sudah kukebumikan!"
"Sam ko, segala sesuatunya tak usah terburu-buru diselesaikan,"
Hibur Kho Beng dg suara dalam.
"Semua dendam sakit hati mari kita catat dulu menjadi satu, kemdian baru kita tuntut balas satu persatu, mari kita duduk dulu sambil berbincang bincang.
"Tidak"
Tukas Li sam cepat.
"Kedatangan hamba kemari karena ingin memberitahukan suatu urusan penting kepadamu, Majikan kau segera meninggalkan tempat ini!"
"Sebenarnya apa sih yg terjadi?"
"Tahukah majikan muda bahwa Kedele Maut yg digembar gemborkan orang selama ini sesungguhnya enci kandungmu sendiri?"
Kho Beng segera menghela napas panjang.
"Aaaai...justru lantaran aku terlambat mengetahui asal usulku yg sebenarnya sehingga kesalahan yg amat besar ini telah kuperbuat.
Justru karena persoalan inilah tergesa-gesa aku datang kemari dg maksud hendak menanggulanginya secepat mungkin..."
"Majikan muda"
Kata Li sam sambil menghela napas pula.
"Walaupun tindakanmu ini sangat pintar, namun dapatkah kau kelabui kawanan rase-rase tua itu? Mumpung sekarang masih ada kesempatan, cepatlah pergi meninggalkan tempat ini, aku kuatir bila sedikit terlambat lagi, kau tak akan punya waktu untuk meloloskan diri."
Biarpun dalam hati kecilnya Kho Beng merasa amat tegang, namun setelah dipikir sebentar, segera jawabnya lekas.
"Tidak! Aku mesti menyelesaikan dulu persoalan ini sampai sejelas-jelasnya, aku rasa bohongku barusan sangat rapi dan tiada hal-hal yg mencurigakan, bagaimana mungkin mereka bisa mengetahui kebohonganku itu?"
"Majikan muda, walaupun alasan yg kau kemukakan memang sangat jitu dan hebat, namun gerak gerikmu justru sangat mencurigakan."
"Apakah maksudmu si pendeta tua yang menaruh curiga kepadaku?"
Tanya Kho Beng kemudian sambil berkerut kening. Li sam manggut-manggut.
"Majikan muda, tahukah kau siapakah si keledai gundul itu?"
"Siapakah dia?"
"Dia adalah Bok sian tianglo, salah satu diantara Ngo heng ngo cun lima sesepuh lima unsur dari ruang Tat mo wan kuil Siau lim si"
Kho Beng merasa terperanjat sekali, serunya tertahan.
"Aaai, rupanya dialah Bok isan tianglo dari Siau lim pay, waaah....celaka!"
"Persoalannya mah belum sampai serunyam itu, meski si keledai gundul itu sudah menaruh kecurigaan terhadap majikan muda, namun ia belum berani memastikan secara seratus persen bahwa apa yg dikatakan majikan hanya bohong belaka."
"Sebetulnya dari persoalan manakah, si keledai gundul itu bisa menemukan penyakitku?"
"Keledai gundul itu beranggapanmeski apa yg dikatakan majikan masih sukar dibedakan antara sungguh dan tidaknya, namun tindakanmu datang ketelaga Tong ting ini justru menimbulkan masalah besar. Sebab kalau dibilang kau sedang kabur menyelamatkan diri, jalan raya yg menebus keseluruh negeri toh luas dan banyak, mengapa kau justru begitu kebetulan memilih jalan yang yang menuju ketelaga Tong ting? Sebaliknya kalau dibilang kau khusus datang kemari untuk menyampaikan kabar, mengapa berita tersebut tidak kau sampaikan dulu kepada rekan-rekan persilatan yg lain tapi justru jauh-jauh datang ketelaga Tong ting ini? Bukankah tindakan semacam ini jauh dari kebiasaan?"
Kho Beng segera merasakan hatinya menjadi lega setelah mendengar perkataan itu, katanya sambil tertawa ringan.
"Siapa bilang didunia ini tiada kejadian yg kebetulan? Kalau hanya masalah ini yg menjadi titik pangkal kecurigaan keledai gundul itu, aku percaya masih mampu merebut kepercayaan orang lain terhadap diriku!"
"Majikan"
Kembali Li sam memperingatkan dg suara dalam,"konco sikeledai gundul itu sudah mengetahui asal-usulmu yg sebenarnya, malah sejak mula pertama ia sudah menaruh curiga kalau sikedelai maut sebenarnya adalah enci kandungmu.
Atas dasar inilah ia lantas menduga kalau kedatanganmu kemari bisa jadi ada sangkut pautnya dg Keledai Maut itu!"
Sekali lagi Kho Beng merasakan hatinya tercekat, agak terperanjat ia berseru.
"Lihay benar bajingan gundul itu, jadi persoalan inilah yg kau kuatirkan? Tahukah kau tindakan apakah yg hendak mereka perbuat terhadap diriku?"
"Tadi Bok sian sipendeta bajingan itu telah menyelenggarakan rapat rahasia dg ketua istana naga sekalian beberapa orang penanggung jawab dalam operasi ini, hasil rapat tersebut ditetapkan bahwa penjagaan yg dilakukan sekarang tetap dilangsungkan seperti semula, bahkan mereka pun akan mengutus orang untuk mengawasi majikan secara diam-diam, setelah itulah mereka akan mengirim utusan menuju ke Pek eng tong."
"Mengapa mengirim utusan ke Pek eng tong?"
"Dewasa ini, hanya anak murid yg berasal dari Gin san siancu (Dewi payung perak) yg mempergunakan senjata payung dan angkin sebagai senjata andalannya untuk mengarungi dunia persilatan. Oleh sebab itulah keledai gundul itu memutuskan akan mengirim utusan kesana untuk mencari bukti atas hal tersebut."
"Apakah enciku memang anak murid Dewi payung perak?"
Li sam manggut-manggut.
"Yaa benar, dugaan mereka kali ini memang tepat sekali."
Kho Beng segera menghela napas panjang.
"Aaaai....kalau begitu, asal usul cici bakal terbongkar sama sekali...?"
"Dalam soal ini majikan tidak perlu kuatir"
Kata Li sam sambil tersenyum.
"Keberangkatan mereka ke Pek eng tong kali ini pasti tidak menghasilkan apa-apa!"
"Mengapa demikian?"
"Sebab Dewi payung perak telah menghadiahkan segenap tenaga dalam yg dimiliki kepada cicimi dg ilmu Kay goan koan tong, atas perbuatannya ini beliau telah menghembuskan napasnya yang terakhir, itulah sebabnya utusan mereka bakal Cuma menemukan sebuah kuburan dg batu nisan belaka."
"Darimana sam toako bisa memperoleh begitu banyak kabar berita?"
Tanya Kho Beng sesudah termangu sejenak. Sekulum senyum bangga segera menghiasi wajah Li sam.
"Saat ini hamba sudah menjadi salah satu orang kepercayaan dari Bok sian sibajingan gundul itu, jadi semua rahasia mereka tak akan lolos dari pendengaranku, he...he....he...., tentu saja mereka tidak pernah akan menduga kalau aku Li sam adalah mata-mata dari Kedele Maut!"
"Bagus sekali perbuatanmu ini"
Puji Kho Beng sambil menepuk nepuk bahunya.
"Perbuatan sam toako memang tak bakal diduga sama sekali olehnya, mereka pasti akan kebobolan kali ini.."
"Ketika hamba kemari mereka sedang melakukan perundingan rahasia"
Tukas Li Sam tiba-tiba ,"Aku rasa perundingan itu sudah pasti sudah usai sekarang, nah majikan muda kau harus segera mengambil keputusan!"
Setelah termenung sejenak, Kho Beng bertanya lagi.
"Sam toako, dimanakah ciciku sekarang?"
"Nona masih berada didalam kota Gak yang. Aaai.sebenarnya ia telah memutuskan akan berangkat malam ini, tapi sejak berita yg dibawa pihak Sam goan bun tiba disini, ketua istana naga Kiong Ceng san telah menyebar luaskan identitas Kedele Maut kepada segenap umat persilatan yg berada diseputar kawasan ini, aku rasa penjagaan yg mereka lakukan telah diperketat sehingga sulit rasanya bagi nona untuk meloloskan diri."
Baru selesai itu diutarakan, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki manusia bergema dari luar pintu kamar. Li sam kelihatan amat terkejut, buru-buru bisiknya lagi.
"Ada orang datang, hamba tak bisa berdiam lagi disini. Majikan, lebih baik kau segera tinggalkan tempat ini, soal keselamatan nona serahkan saja kepada hamba, nah aku pergi dulu."
Habis berkata ia segera membuka jendela belakang, lalu tanpa menimbulkan sedikit suarapun ia menyelinap dan lenyap dibalik kegelapan sana.
Sementara itu suara langkah menusia telah tiba dimuka pintu, Kho Beng berpikir sejenak lalu cepat-cepat naik keatas pembaringan, melepaskan pakaian dan sepatunya lalu menyelimuti badannya dg selimut dan pura-pura tidur.
Hampir pada saat yg bersamaan tiba-tiba pintu kamar dibuka orang dan masuklah seorang pendeta gundul beralis putih yg membawa sebuah tongkat.
Ternyata orang ini tak lain adalah Bok sian tianglo dari Siau lim pay, orang yg mendatangkan was-was bagi Kho Beng.
Disatu pihak Kho beng baru saja berpura-pura tidur, dipihak lain pintu dibuka orang secara tiba-tiba, kedua kejadian tersebut boleh dibilang berlangsung pada saat yg hampir bersamaan.
Diam-diam Kho Beng merasakan hatinya berdebar keras, ia tak tahu siapakah yg munculkan diri waktu itu, sedang dalam hati kecilnya diam-diam mengkuatirkan identitas sendiri yg terbongkar.
Sementara itu Bok sian tianglo nampak agak tertegun ketika melihat Kho Beng sedang tidur nyenyak diatas pembaringan, alis matanya segera berkerenyit, selintas perasaan bimbang menguasai hatinya.
Tapi sesaat kemudian ia telah menegur dg lirih.
"Sau sicu, apakah kau belum mendusin?"
Dari suara teguran itu, Kho Beng segera mengenali suara Bok sian tianglo, jantungnya berdetak makin keras.
Dalam detik itu, ia tak bisa menduga apa maksud dan tujuan kedatangan hwesio itu kedalam kamarnya, iapun tak tahu jawaban apa yg mesti diberikan atas pertanyaan itu, menyahut? Ataukah membungkam saja? Dalam waktu singkat ia dapat menarik kesimpulan, andaikata ia bangun untuk memberikan jawaban, perbuatannya ini bakal mendatangkan banyak titik kelemahan, tapi andaikata berlagak pulas dg nyenyak, hal inipun dangat mencurigakan, sebab mana ada orang persilatan yg tidak menaruh kewaspadaan meski selagi pulas? Dari dua pertimbangan ini, Kho Beng merasa lebih baik memilih sikap yg lebih gampang dihadapi, ia merasa ada baiknya segera bangun dari tidurnya dan menghadapi hwesio tersebut.
Sebab ia berpendapat, bila ia tetap berlagak tidur terus, tindakan ini dimata seorang jago kawakan yg berpengalaman luas justru akan menimbulkan kecurigaan yg jauh lebih besar lagi.
Begitu keputusan diambil, dia pura-pura menguap keras dan menjawab sekenanya.
"Siapa disitu?"
Pelan-pelan ia bangkit dari tidurnya dan menatap wajah Bok sian tianglo sambil mengucek-ngucek matanya. Bok sian taysu tersenyum, sambil merangkap tangannya didepan dada ia memberi hormat, sapanya.
"Sau sicu, nyenyak benar tidurmu, maafkan kedatangan lolap yg kelewat ceroboh"
Kho Beng tidak membiarkan hwesio itu menyelesaikan katakatanya, dg berlagak terkejut buru-buru ia mengenakan sepatunya lalu turun dari pembaringan dan memberi hormat sambil berkata.
"Ooooh, rupanya taysu. Maaf kalau aku yg muda kurang hormat karena terlelap tidur."
"Sau sicu kelewat merendah"
Bok sian taysu tersenyum ,"Apakah sau sicu sudah merasa segar kembali?"
Sambil berkata ia duduk ditepi meja.
"sEtelah beristirahat sebentar, rasa penat memang rada hilang, tapi....ada urusan penting apakah taysu datang kemari?"
Walaupun diluar ia bersikap sopan dan merendah, padahal diamdiam hawa murninya telah disiap-siagakan, dg tenang ia siap menghadapi segala kemungkinan yg tak diinginkan.
Tampaknya Bok sian taysu tidak menaruh niat jahat, sikapnya tetap ramah dan serius ketika mendengar pertanyaan itu, ia segera menyahut sambil tersenyum.
"Oooh, ketika pertemuan baru bubar tadi, lolap hanya sekalian datang menjengukmu, aku kuatir sau sicu kelewat penat sehingga aku sengaja datang untuk menghadiahkan sebutir pil Gi goan kim wan untukmu."
Sambil berkata ia segera merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan sebutir pil emas sebesar kacang kedele yg segera diangsurkan kehadapan Kho Beng.
Penghormatannya ini bukan saja membuat Kho Beng menjadi tertegun, bahkan satu ingatan segera melintas didalam benaknya.
"Bukankah dia berniat hendak menghabisi nyawaku? Mengapa malah menghadiahkan sebutir pil mestika dari Siau lim pay? Janganjangan isi pil tersebut adalah obat beracun?"
Tapi diluarnya ia bersikap ramah, malah tanpa ragu diterimanya pil itu sambil mengucapkan terima kasih tiada habisnya.
"Maksud baik taysu tak berani kutampik, pemberian ini cukup membuat aku yg muda merasa bahagia sekali!"
Habis berkata ia segera memasukkan pil itu kedalam mulut dan menelannya dg cepat.
Diam-diam ia telah memutuskan, demi keselamatan encinya, sebelum rencana keduanya berjalan menjadi kenyataan, dia tak ingin memperlihatkan sesuatu perbuatan yg mencurigakan.
Ini berarti, sekalipun pil itu benar-benar racun, dg pertaruhkan selembar jiwanya, ia tetap akan menelannya, paling banter disaat racun itu mulai bekerja, dia akan melancarkan serangan terakhir dg sepenuh tenaga.
Ketika pil itu menggelinding masuk kedalam perutnya, bau harum segera menyebar kemana-mana, semangatnya menjadi segar kembali, terbukti betapa mujarabnya pil mestika dari Siau limpay.
Kho Beng yg dicekam rasa tegang, pelan-pelan menjadi lega kembali.
Ia tahu pil tersebut bukan racun, tapi apa maksud Bok sian taysu yg sebenarnya? Persoalan ini menimbulkan tanda tanya besar dalam benaknya....
Sementara itu Bok sian taysu berkata sambil tersenyum ramah.
"Sau sicu, kau jangan kelewat merendah kepada lolap. Oya...mari duduk, kita berbincang-bincang sebentar."
"Terima kasih taysu"
Sahut Kho Beng dg sikap menghormat. Diluar ia bersikap sungkan-sungkan dan menaruh hormat, sebaliknya secara diam-diam tenaga dalamnya telah dihimpun menjadi satu siap menghadapi segala kemungkinan yg tak diinginkan.
"Bagaimana perasaan sau sicu sekarang?"
Tanya Bok sian taysu lagi.
"Tubuhku menjadi segar, kepenatan hilang tak berbekas, nyata sekali obat mestika dari Siau lim pay memang sangat hebat."
Kembali Bok sian taysu tersenyum.
"Barusan lolap telah cekcok dg Kiong tayhiap gara-gara satu masalah, sau sicu kau sebagai anak muda tentu berpandangan lebih terbuka, lolap harap sau sicu dapat memberikan pula pendapatnya tentang persoalan tersebut."
"Taysu terlalu memandang tinggi kemampuan aku yg muda, padahal aku masih muda, kurang pengalaman dan berpengetahuan sangat rendah, bagaimana mungkin bisa dibandingkan dg Kiong locianpwee? Aku kuatir harapan taysu akan menjadi sia-sia belaka!"
Walaupun dia ingin mengetahui persoalan apakah yg dimaksud Bok sian taysu, akan tetapi diapun sadar bahwa lawannya licik dan lihay, dalam menghadapi setiap masalah dia harus hati-hati, karenanya daripada mencari permusuhan atau menyakiti hati lawan, lebih baik ia berusaha mengumpak dan memakaikan topi kebesaran diatas kepalanya.
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Benar juga umpakan tersebut segera termakan, sambil tertawa terbahak-bahak Bok sian taysu segera berkata.
"Sau sicu sendiri pun kelewat merendah, pernah kau dengar pepatah yg mengatakan Sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya toh akan terjatuh juga? Siapa bilang orang pintar tak bisa menjadi bodoh disuatu ketika.?"
"Kalau toh taysu ingin bertanya, tentu saja aku yg muda akan berusaha memberi jawaban sedapatnya, tapi bolehkah aku tahu persoalan apakah yg menjadi pangkal keributan antara taysu dg Kiong locianpwee."
Bok sian taysu menghela napas panjang.
"Keributan itu terjadi berpangkal pada berita yg dibawa sau sicu barusan, setelah menerima berita itu, Kiong lo sicu segera mengajak lolap dan sekalian jago persilatan mengadakan perundingan rahasia membahas kedudukan kami saat ini, ia berpendapat kalau toh sau sicu telah menemukan jejak Kedele Maut yg telah muncul dua ratus li dari kawasan ini, berarti musuh telah lolos dari jaring atau dg perkataan lain semua persiapan dan penjagaan yg dilakukan dalam kawasan seratus li diseputar telaga tong ting dan kota Gak yang menjadi tak ada artinya, karenanya dia memutuskan untuk membubarkan saja penjagaan disini dan mengalihkan perhatian ketempat lain, tapi lolap segera menentang usulan tersebut, akibatnya muncullah dua golongan manusia yg bertentangan pendapat serta ngotot dg prinsip masing-masing, hingga rapat bubar tadi kami belum dapat mengambil suatu keputusan. Nah sau sicu, bagaimana menurut pendapat pribadimu? Tindakan mana yg rasanya paling sesuai untuk kita ambil"
Diam-diam Kho Beng merasa amat terkejut, pikirnya.
"Hwesio gundul ini benar-benar racun tua yg licik dan lihay, tampaknya dia bermaksud menjebakku dg kata-kata, ini berarti tidak gampang untuk menghadapi keledai gundul yg licik ini..."
Berpikir sampai disitu, ia segera tersenyum jawabnya.
"Semestinya usul Kiong locianpwee untuk membubarkan penjagaan disekitar kawasan ini adalah berdasarkan laporan yg kuberikan tadi, jadi seharusnya usul ini kudukung, tapi aku rasa pandangan taysu atas usul inipun didasarkan oleh sesuatu alasan, jadi bukan sengaja hendak mencari keributan. Oleh karena itu bolehkah aku mengetahui lebih dulu apa yg menjadi alasan penentangan taysu itu sebelum aku memberikan pandangan?"
Bok sian taysu manggut-manggut.
"Lolap menentang hal ini karena atas dasar pemeriksaan dari utusanku atas semua penjagaan dan pos yg berada disekitar sini, menurut laporan hingga sekarang mereka belum pernah menemukan seorang perempuan yg mencurigakan melewati pos penjagaan mereka, bukan saja tak pernah menjumpai perempuan bermuka seram seperti apa yg sau sicu lukiskan tadi, mereka pun tidak menjumpai gadis-gadis muda berparas cantik, oleh sebab itu lolap tak percaya kalau Kedele Maut benar-benar sangat ampuh sehingga dapat lolos dari penjagaan yg demikian ketat ini tanpa ketahuan jejaknya. Maka dari itu aku berpendapat lebih baik semua penjaga yg berada diseputar kawasan ini jangan dibubarkan lebih dulu sambil kita nantikan perkembangan lebih lanjut!"
"Kalau begitu taysu menaruh curiga atas berita yg kusampaikan tadi..?"
Tanya Kho Beng pura-pura sangsi. Sambil tersenyum Bok sian taysu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Bukan demikian, ketika berada dikota Kwan tong tempo hari, ada orang yg memberitahukan kepada lolap bahwa jejak Kedele Maut telah muncul disitu, waktu itu adalah seorang lelaki yg berdandan sebagi saudagar. Tapi berdasarkan pemeriksaan atas korban yg berjatuhan ketika itu, kebanyakan mereka tewas oleh tusukan pedang dan tak seorangpun memperlihatkan tanda kalau tewas ditangan iblis tersebut. Karenanya lolap tak percaya kalau saudagar itu adalah Kedele Maut. Kini sau sicu telah memberikan dua berita yg saling bertentangan pula satu dg yg lainnya, karena itu lolap berkesimpulan bahwa pihak musuh tentu mempunyai komplotan. Atas dasar pandangan itulah lolap bersikeras tetap mempertahankan penjagaan diseputar telaga Tong ting dan kota Gak yang, asal kita berhasil membekuk komplotan itu tentu tak sulit pula untuk mencari tahu dalangnya, entah bagaimana menurut pendapat sau sicu?"
Kho Beng segera memuji.
"Kecerdikan taysu memang sangat mengagumkan, belum tentu orang lain bisa mengunggulinya, Kiong locianpwee serta taysu sama pintar, sama-sama lihay. Tapi aku rasa aku yg muda lebih setuju dg usul dari taysu tadi..."
Bok sian taysu tertawa terbahak-bahak.
Haha.ha..sau sicu, kau jangan rikuh menentang usulku itu karena sudah mendengar pendapat lolap barusan.
Ketahuilah lolap selalu mengutamakan kenyataan daripada orangnya.
Asal alasan yg dikemukakan bisa diterima dg akal sehat, lolappun bersedia melepaskan pendapat sendiri dg mendukung usul orang lain."
"Kebesaran jiwa taysu benar-benar mengagumkan, selain cerdas kaupun bijaksanaaaai terus terang saja kukatakan taysu, aku bisa setuju dg usul taysu bukanlah berdasarkan atas alasan yg taysu kemukakan tadi."
"Oya?"
Bok sian taysu kelihatan agak terkejut.
"Sau sicu bila kau ingin mengemukakan sesuatu, katakan saja secara blak-blakan, tak perlu merasa rikuh dan sangsi."
Kho Beng manggut-manggut.
"Semenjak Kedele Maut mulai membunuh orang, apakah taysu berhasil menemukan sesuatu gejala tertentu?"
"Gejala apa maksudmu?"
"Walaupun Kedele Maut gemar membunuh tapi ia tak pernah turun tangan terhadap jago kelas dua atau kelas tiga, setiap kali melakukan pembunuhan, korbannya selain tokoh dunia persilatan atau pemimpin dari suatu perkumpulan."
"Benar!"
"Kini seluruh jago-jago pilihan dari lima propinsi telah berkumpul disini, kecuali Kedele Maut harus mengubah arah tujuannya untuk melakukan pembunuhan di utara, aku rasa diwilayah timur maupun selatan sudah tiada sasaran lagi yg bisa dibunuh, oleh sebab itu aku berpendapat, asal kegemarannya membunuh masih belum berubah, akhirnya ia tentu akan muncul dikawasan telaga Tong ting untuk melakukan pembunuhan. Daripada kita mesti menyebar kekuatan untuk melakukan pelacakan tak menentu, toh lebih baik memasang perangkap disini sambil menunggu kedatangannya? Itulah sebabnya aku rasa usul dari taysu memang tak malu kalau dikatakan suatu usul yg hebat dan jitu!"
Bok sian taysu menghela napas berulang kali.
"Pandangan sau sicu betul-betul mengagumkan, aaaisudah enam puluh tahun lolap berkelana didunia persilatan, namun belum pernah kujumpai orang yg pintar dan luar biasa macam sau sicu, bila saja kau tidak memandang rendah perguruan Siau lim pay, apa salahnya bila kau mengangkat ketua partai kami sebagai gurumu? Lolap jamin tak sampai tiga tahun Siau sicu pasti sudah menjadi tokoh wahid dikolong langit!"
Kho Beng berdiri tertegun, ia tak mengira kalau hwesio tersebut akan mengucapkan perkataan seperti ini.
Andaikata pesan dari ketua Sam goan bun tidakmendengung disisi telinganya juga Li sam yg baru saja menyampaikan kabar kepadanya, ia benar-benar akan mencurigai apakah yg didengar ini benar atau tidak.
Namun tawaran yg disampaikan tersebut justru menyulitkan Kho Beng untuk menjawab, ia enggan menampik tawaran tersebut secara terang-terangan, karena kuatir menambah kecurigaan dihati kecil Bok sian taysu.
Namun iapun tak bisa tidak untuk menampik dendam kesumat sedalam lautan yg terpampang didepan mata, sedang hwesio itu merupakan salah seorang yg dicurigai, bagaimana mungkin ia bisa bergabung kedalam perguruannya? Untuk sesaat lamanya Kho Beng menjadi bimbang, risau dan tak tahu apa yg mesti dikatakan.
Melihat sikap pemuda tersebut, Bok sian taysu kembali bertanya.
"Apakah sicu menjumpai suatu kesulitan?"
Kho Beng terkejut, buru-buru ie memperlihatkan sikap tulus dan kesungguhan hatinya seraya berkata.
"Aku yg muda dungu dan tak becus, tak nyana bisa memperoleh rejeki sebesar ini, tujuh puluh dua macam ilmu silat aliran Siau lim pay sudah lama termashur didunia, akupun sudah lama mengaguminya..."
"Kalau begitu sau sicu bersedia?"
Tukas Bok sian taysu girang.
Sekali lagi Kho Beng menghela napas panjang.
"Sayang sekali aku sudah mempunyai guru, meski aku tak berani menampik tawaran taysu itu, semua persoalan ini harus kulaporkan dulu kepada guruku sebelum diputuskan sendiri oleh suhu."
"Ooooh...rupanya sau sicu sudah mempunyai guru, tapi siapakah gurumu itu?"
Kho Beng termenung sejenak sambil berpikir sebentar, lalu menjawab.
"Guruku adalah Unta sakti berpunggung baja..."
"Aaaahrupanya gurumu adalah Thio lo sicu, salah satu diantara sepasang unta dari selatan"
Tukas Bok sian taysu cepat.
"Tapi lolap dengar, Thio lo sicu telah meninggal dunia baru-baru ini"
Dalam hati kecilnya Kho beng tertawa dingin, tapi diluar buruburu sahutnya.
"Menurut apa yg kuketahui suhu belum meninggal dunia, beberapa hari berselang aku sempat cekcok dg perguruan Sam goan bun gara-gara persoalan ini, akhirnya atas desakanku kuburan itu dibongkar, saat itulah kami temukan peti mati kosong. Karena itulah aku menaruh curiga atas mati hidupnya guruku ini. Aaaaiketua Sam goan bun licik dan sukar diraba jalan pikirannya sekarang ia pasti sedang risau karena masalah tersebut."
Bok sian taysu agak terperanjat, tapi segera katanya.
"Dalam soal ini lolap dapat membantu sicu untuk melakukan penyelidikan, lolap jamin pihak Sam goan bun tak berani akan mengeluarkan permainan dihadapanmu"
"Aaah..atas bantuan taysu sebelumnya kuucapkan banyak terima kasih"
Sambung Kho Beng cepat-cepat. Bok sian taysu segera bangkit berdiri, katanya kemudian.
"Waktu sudah semakin larut, lolap tak akan mengganggu kesempatan sau sicu untuk beristirahat lagi, sampai besok pagi!"
Habis berkata ia lantas mohon diri, buru-buru Kho beng menghantarnya sampai diluar pintu.
Bok sian taysu telah pergi, namun Kho Beng yg berada dalam kamar seorang diri merasakan pikirannya sangat kalut.
Tadi Li sam membujuknya agar pergi, pihak lawan jelas hendak melakukan suatu tindakan berikut yg tidak menguntungkan bagi dirinya, sambil menunggu kabar dari utusan yg dikirim ke Pek eng tong.
Sayang ia tak sempat menanyakan persoalan itu lebih jelas lagi tadi, sedang hwesio tua itu justru menampilkan sikap yg begini ramah dan baik budi, rencana keji apakah yg sebetulnya terselip dibalik kesemuanya ini? Ia tak dapat menduga teka teki dibalik kesemuanya itu, malah sebaliknya ia makin risau memikirkan keselamatan encinya.
Akhirnya setelah mempertimbangkan berulang kali, ia memutuskan akan melaksanakan rencana berikutnya, ia berpendapat dalam tiga hari mendatang pasti tak akan terjadi sesuatu perubahan, berarti ia dapat melaksanakan rencana tersebut dg tenang sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat itu.
Tapi untuk melaksanakan rencananya itu, ia harus mempersiapkan beberapa macam peralatan, padahal menurut Li sam, ia sudah berada dibawah pengawasan musuh, lalu bagaimana caranya untuk mempersiapkan barang-barang yg dibutuhkannya itu/ Setelah putar otak sekian lama, tiba-tiba terlintas satu ingatan dalam benaknya, pemuda itu segera berpikir.
"Yaa..mengapa aku tidak minta bantuan Li sam untuk mempersiapkan barang-barang kebutuhanku? Kenapa tidak kupergunakan pembantu yg amat baik ini? Berpendapat begitu, ia segera memutuskan untuk tidak menunda-nunda lagi, segera bangkit dari pembaringan, ia menuju kejendela belakang dan diam-diam mengintip keluar. Sejak kepergian Li sam tadi, jendela tersebut belum ditutup, dg cepat Kho Beng menyelinap ketepi jendela dan mengintip keluar. Ternyata tempat itu merupakan halaman belakang, tampak pepohonan tumbuh sangat rindang, gunung-gunung gardu istirahat tersebar dimana-mana, suatu tempat dg panorama yg indah. Dibawah cahaya bintang dan rembulan yg redup, suasana dalam kebun hening, sepi tak nampak seorang manusia pun. Dari letak bintang diketahui waktu menunjukkan kentongan pertama, ia menunggu semua orang sudah mulai berangkat istirahat. Kho Beng tidak tahu siapa yg ditugaskan mengawasi dirinya, iapun tak tahu dimanakah orang tersebut ditempatkan, tapi ia sadar alangkah baiknya bila Li sam dapat ditemukan malam ini juga, ia percaya asal tindak tanduknya cukup berhati-hati, tak bakal sampai terjadi hal-hal yg tidak diinginkan. Maka hawa murninya segera dihimpun, bagaikan seekor burung nuri ia menyelinap keluar jendela dan melayang turun ditengah halaman, kemudian sesudah memeriksa sekejap seputar situ, ia menyusup kebelakang sebuah gunung-gunungan, lebih kurang tiga kaki didepan situ. Baru saja ia mendekam dibelakang gunungan dan belum sempat memeriksa diseputar sana, mendadak terdengar ada suara orang yg sedang berbisik-bisik. Dalam kagetnya Kho Beng segera menahan perasaannya, sambil memasang telinga untuk menyadap pembicaraan tersebut. Dari hasil penyelidikannya, dapat diketahui arah suara tersebut, yaitu berasal dari balik gunung-gunungan yg lain, malah salah seorang diantaranya adalah wanita.
"Kebetulan amat"
Pekik Kho Beng dg perasaan terkejut bercampur heran,"
Malam sudah begini larut, siapakah yg masih berpacaran disitu....?"
Sementara ia masih termenung, suara pembicaraan telah bergema kembali, kali ini yg berbicara seorang lelaki, suaranya rendah lagi amat berat.
Namun setelah Kho Beng mendengar secara jelas nada pembicaraan orang itu serta apa yg sedang dibicarakan, hatinya langsung saja bergetar keras sekali.
Ternyata orang yg sedang berbicara dibalik gunungan itu, salah seorang diantaranya tak lain adalah Bok sian taysu dari Siau lim si, pendeta yg belum lama berselang meninggalkan ruangannya.
Terdengar Bok sian taysu sedang berkata.
".....yakinkah li sicu akan hal ini?"
Suara perempuan itu segera menjawab.
"Taysu dapat kukatakan secara pasti bahwa hal itu sama sekali tak pernah terjadi, sebab semejak mendapat tugas untuk datang kemari, barang seketika pun Chin siau kun belum pernah tertidur."
Suasana hening yg kemudian mencekam membuat Kho Beng merasa hatinya amat tegang, tapi berhubung ia tidak sempat mengikuti awal pembicaraan mereka, ia belum dapat memastikan persoalan apakah yg sedang dipermasalahkan kedua orang itu.
Selang beberapa saat kemudian, terdengar Bok sian taysu berkata lagi.
"Aneh betul, sewaktu lolap mendekati kamar tidurnya tadi, sudah jelas kudengar ada orang yg sedang berbicara didalam kamarnya, tapi begitu masuk kedalam kamar ternyata ia masih tertidur sangat sangat nyenyak"
"Bisa jadi Kho sauhiap lagi mengigau lantaran kelewat penat!"
Sela Chin siau kun cepat.
Kho Beng yg menyadap pembicaraan tersebut semakin terperanjat, sekarang ia baru paham, rupanya pembicaraan dg Li sam tadi telah diketahui pihak lawan.
Untung saja Li sam cukup sigap dan cekatan, coba kalau tidak niscaya rahasia mereka sudah terbongkar.
Perempuan yg bernama Chin siau kun itu adalah orang yg ditugaskan untuk mengawasi gerak geriknya selama ini.
Dalam waktu singkat, Kho Beng mulai sadar bahwa keadaannya dewasa ini meski sepintas lalu nampak aman tanpa ancaman bahaya, padahal dalam kenyataan posisinya amat kritis dan berbahaya sekali.
Aaai..jika salah melangkah setengah tindak pun, sudah pasti dirinya akan terjerumus dalam keadaan yg tak tertolong lagi.
Dalam pada itu terdengar Bok sian taysu telah berkata lagi.
"Lolap yakin ia bukan lagi mengigau sebab suara pembicaraannya waktu itu sangat lirih dan lembut, sama sekali tidak mengandung nada yg tinggi rendahnya tidak terkontrol, andaikata ia betul-betul lagi mengigau, tak mungkin akan memperlihatkan gejala semacam itu."
"apakah taysu berhasil mendengar sesuatu?"
"Tidak!"
"Kalau begitu bisa jadi taysu yg salah mendengar."
"Hmmm! Biarpun usia lolap sudah tua, aku yakin belum sampai di idapi penyakit semacam itu."
"Oooh..kalau begitu taysu mencurigai aku telah melalaikan tugas?"
Dibalik perkataan tersebut, jelas mengandung nada tak senang hati. Buru-buru Bok sian taysu menyambung.
"Harap li sicu jangan salah paham, mungkin saja memang lolap salah mendengar"
Kho Beng hanya mengikuti pembicaraan tersebut sampai setengah jalan, dg sangat hati-hati ia segera mengundurkan diri dari situ.
Ia tahu sudah tiada masalah penting yg bisa diperoleh lagi, andaikata ia tidak mengundurkan diri lebih dulu, bisa jadi diapun tak akan bisa kembali kekamarnya lagi.
Tapi dg penemuannya yg tak sengaja ini, setelah berpikir keras beberapa waktu akhirnya Kho Beng memutuskan tak akan pergi mencari Li sam lebih dulu sebelum rencana yg telah ditetapkan terlaksana, meski ia tahu Li sam pasti berdiam diwisma yg sama.
Dg membatalkan niat semula, dg cepat Kho Beng kembali kedalam kamarnya.
Dari buntalannya ia mengeluarkan kertas dan menulis sesuatu yg kemudian disimpan dibawah ranjang.
Malam itupun ia tidur nyenyak hingga matahari mulai muncul diufuk timur.
Kho Beng terbangun ketika ia mendengar ketukan pintu, cepatcepat ia bangun sambil menengok sekitarnya, ternyata sinar matahari sudah memancar kemana-mana.
Ia tahu orang yg mengetuk pintu kamarnya tentu salah seorang dari Kim bersaudara.
Cepat-cepat ia bangun dan sapanya.
"Saudara kim kenapa masih berada diluar kamar? Silahkan masuk "
Belum lagi pakaiannya rapi dikenakan, pintu kamar telah dibuka dan ternyata yg muncul bukanlah seperti dugaannya, yg muncul adalah seorang perempuan.
Jilid 09 Sementara Kho Beng masih termangu-mangu, nona berbaju kuning itu telah berkata sambil tersenyum.
"Oleh karena hari sudah siang, sedang sauhiap belum juga bangun dari tidurnya, maka untuk menghindari hal-hal yg tidak diinginkan, sengaja aku mengganggu tidurmu, tak nyana perbuatanku ini justru mengejutkan sauhiap dari tidurnya."
Kho Beng merasa rikuh sekali berbicara dg lawan jenis, mendengar perkataan barusan, buru-buru ia memberi hormat seraya berkata.
"Padahal aku yg muda pun harus bangun segera, justru akulah yg merepotkan nona. Tadi, aku masih menyangka tiga bersaudara Kim yg telah datang!"
Nona berbaju kuning itu menitahkan pelayan untuk meletakkan dulu air cuci muka serta sarapan diatas meja, menanti kedua orang pelayan tadi telah mengundurkan diri, ia baru berkata sambil tersenyum.
"Fajar tadi telah terjadi suatu peristiwa, kini Kim kong sam pian sedang mendapat tugas untuk meninggalkan Gak yang, itulah sebabnya mereka tak hadir kemari.
Untuk itu Kiong sincu telah mengutus diriku untuk menemani sauhiap, harap sauhiap tidak menganggap asing diriku ini"
"Peristiwa apa sih yg telah terjadi?"
"Kalau dibilang sesungguhnya persoalan itu ada sangkut pautnya dg sauhiap."
Diam-diam Kho Beng merasa terkejut, tapi diluarannya ia bertanya keheranan.
"Persoalan apa sih yg ada sangkut pautnya dg diriku?"
"Fajar tadi secara tiba-tiba muncul utusan dari Sam goan bun yg memberitahukan perintah dari ciangbunjin mereka, konon segenap anggota Sam goan bun yg sedang bertugas diperintahkan untuk segera pulang keperguruan, bahkan mulai hari ini perguruan Sam goan bun menutup diri selama tiga tahun dan tak akan mencampuri urusan dunia persilatan lagi."
Kho Beng merasakan hatinya bergetar keras, segera tanyanya.
"Apakah utusan dari Sam goan bun itu mengemukakan juga sebab atau alasannya?"
Nona berbaju kuning itu tersenyum, sahutnya sambil manggutmanggut.
"Konon gara-gara kematian Unta sakti berpunggung baja, sauhiap telah menunjuk perasaan dg menyerbu kedalam markas mereka, akibat peristiwa tersebut pihak Sam goan bun memutuskan untuk mengundurkan diri secara total."
Kho Beng merasakan hatinya terkesiap tapi diluar ia mendengus dan pura-pura menjengek dg sinis.
"Hmmm, sekalipun kita tidak didukung belasan jago dari Sam goan bun, belum tentu hal ini akan mempengaruhi situasi pada umumnya."
"Biarpun ucapan itu ada benarnya juga, namun orang-orang mereka mengundurkan diri kelewat cepat, disaat berita ini tersiar dibukit Kun san, orang-orang mereka sudah tak nampak batang hidungnya lagi, akibat dari perbuatan mereka ini Siau lim tianglo serta Kiong cioanpwee sempat dibikin sewot"
Diam-diam Kho Beng merasakan hatinya tak tenang, ia tak menyangka dalam keadaan dan situasi macam ini akan timbul persoalan lagi yg sama sekali diluar perhitungan.
Walaupun demikian, diluarnya ia mesti bersikap acuh tak acuh, malah ujarnya kemudian sambil tertawa dingin.
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Segenap jago persilatan telah berkumpul disekitar kawasan telaga Tiong ting dan Gak yang, yg hadir pun rata-rata merupakan jago pilihan yg berkepandaian tangguh, buat apa sih kedua orang cianpwee itu menilai begitu tinggi akan kemampuan Sam goan bun?"
Nona berbaju kuning itu segera tersenyum.
"Justru sauhiap bisa berpendapat demikian karena kau belum mengetahui keadaan yg sebenarnya, meski para petugas yg berjagajaga dikawasan sekitar tempat ini hanya dari kaum keroco yg tak seberapa kemampuannya, asal mereka mendapat tugas dan tanggung jawab berarti orang itu sudah menjadi rangkaian gelang yg tak boleh putus, bila diantara rangkaian gelang-gelang tersebut ada yg pergi meninggalkan tugas tanpa pemberitahuan, sama artinya dg terbukanya titik kelemahan yg semula rapat, akibatnya semua penjagaan yg dilakukan seketat dan sekuat itupun menjadi tak ada artinya lagi."
Dg perasaan tidak mengerti Kho Beng menggelengkan kepalanya berulang kali. Kembali nona berbaju kuning itu tersenyum, jari tangannya yg lentik segera dicelupkan kedalam air the, lalu dibuatnya sebuah gambar kipas diatas meja, ujarnya sambil tertawa.
"Tahukah sauhiap benda apakah ini?"
"Kipas"
"Benar"
Kata nona berbaju kuning itu sambil manggut-manggut.
"posisi penjagaan kita saat ini berupa sebuah kipas dg bukit Kun san sebagai pangkalnya, para jago yg turut serta dalam pengepungan ini masing-masing membentuk grup sendiri yg membentang dari dalam keluar hingga mnyerupai batang-batang tangkai kipas, pihak Sam goan bun bertugas disekitar wilayah Gak yang, kini mereka meninggalkan tugas secara mendadak, hal ini sama seperti seluas permukaan kipas yg utuh tahu-tahu kehilangan setangkai tulang kipas, andaikata iblis dan komplotannya memanfaatkan kelemahan yg ada ini untuk melarikan diri, bukankah semua usaha kita selama ini jadi tak ada artinya? Tak heran kalau Siau lim tianglo serta Kiong cianpwee menjadi sewot!"
Sehabis mendengar penjelasan ini, diam-diam Kho Beng merasa terperanjat sekali, ia tak mengira kalau penjagaan yg dipersiapkan ditempat ini demikian kuat dan rapatnya.
Teringat akan keselamatan enci kandungnya yg makin berbahaya, pemuda ini menjadi makin risau dan masgul sekali.
Namun diluarnya ia harus menunjukkan sikap menyesal, katanya dg cepat.
"Aaah, tak kuduga sama sekali gara-gara urusan pribadiku ternyata berpengaruh besar terhadap situasi ditempat ini"
"Sauhiap pun tak usah merasa sedih hati karena persoalan ini"
Kata nona berbaju kuning itu sambil tersenyum.
"untung persoalan dapat diatasi dg cepat, pihak bukit Kun san telah mengutus Ki, kong sam pian untuk menutup titik kelemahan dikawasan Gak yang tersebut pada setengah jam berselang. Aaah betulbuburmu sudah dingin, silahkan sauhiap segera cuci muka dan sarapan."
Kho Beng manggut-manggut buru-buru dia cuci muka lalu sarapan, selesai bersantap ia baru teringat bahwa nona yg dihadapannya sekarang tidak mirip dg pengurus wisma. Maka segera tegurnya sambil tersenyum.
"Sudah setengah harian kita berbincang, tapi hingga kini belum kuketahui nama nonamaaf akan keteledoranku ini!"
Nona berbaju kuning itu segera tersenyum.
"Sauhiap terlalu merendah, aku adalah Chin Sian kun."
Kontan saja Kho Beng merasakan hatinya bergetar keras, Chin sian kun? Bukankah dia adalah perempuan yg berbicara dg Bok sian taysu dibelakang gunung-gunungan semalam? Sekarang ia baru sadar, rupanya gadis ini mendapat tugas untuk mengatasi setap gerak geriknya, ini berarti sulit baginya untuk bergerak secara leluasa selanjutnya.
Berpikir demikian, diam-diam ia berkerut kening dan memutar otak untuk mencari jalan keluar.
Saat itulah tiba-tiba terdengar seseorang menyapa dari luar pintu.
"Apakah Kho sauhiap ada?"
"Siapa yg berada didepan pintu? Silahkan masuk!"
Jawab Chin sian kun cepat.
Pintu kamar dibuka orang dan muncullah seseorang yg ternyata tak lain adalah Li Sam.
Berkilat sepasang mata Kho Beng melihat kedatangan rekannya ini, seakan-akan bertemu dg malaikat penolong, rasa gembiranya tak terhingga.
Sementara itu Li sam telah berkata sambil tertawa.
"Ooooh, rupanya nona Chin juga berada disini, sauhiap nyenyakkah tidurmu semalam?"
Sambil balas memberi hormat, sahut Kho Beng seraya tertawa.
"Fajar baru menyingsing, pelayanan dari Kiong tayhiap telah datang secara lengkap"
Jelas dibalik perkataan itu masih mengandung maksud lain. Sementara itu Li sam telah berkata kepada Chin Sian kun.
"Berhubung Kim bersaudara masih punya tugas lain sehingga tak bisa hadir disini, maka tianglo serta Sincu menitahkan aku orang she Li untuk mewakili mereka melakukan penyambutan."
Sambil tersenyum Chin Sian kun manggut-manggut.
"Kho sauhiap baru pertama kali ini datang ketelaga Tong ting, Li tayhiap mesti menemaninya secara baik-baik, jangan membuat orang menjadi kecewa."
Li sam tertawa terbahak-bahak.
"Hahahatak perlu nona pesankan lagi"
"Yaaa, nona Chin memang kelewat sungkan"
Sambung Kho Beng pula.
"bukankah hal ini malah membuat aku yg muda semakin rikuh."
"Perahu telah disiapkan, silahkan sauhiap,"
Kata Li sam kemudian.
"Silahkan saudara!"
Sahut Kho Beng pula sambil mempersilahkan. Begitu meninggalkan wisma dan sudah jauh meninggalkan pengawasan Chin sian kun, Kho Beng baru menghembuskan napas panjang, seraya berkata.
"Sam ko, semalam aku berniat mencarimu."
"Hamba mengerti"
Sahut Li Sam tertawa, karena pembicaraan kita semalam belum selesai, maka pagi tadi sengaja aku minta ijin untuk mendapat tugas menemuimu."
"Apakah Sam ko tidak berdiam didalam wisma?"
Tanya Kho Beng agak tertegun.
"Untuk menghadapi perundingan rahasia yg setiap saat bisa diselenggarakan, tianglo menyuruh hamba berdiam di istana naga bukit Kun san"
"Untung aku mengurungkan niatku semalam, kalau tidak perjalananku tentu akan sia-sia belaka!"
Dg suara berat dan dalam Li Sam berkata.
"Dalam situasi seperti ini, lebih baik kurangilah pergerakan yg tidak ada artinya, tahukah cukong siapa perempuan cantik tadi?"
Kho Beng manggut-manggut, katanya sambil tertawa dingin.
"Bukankah dia adalah mawar beracun yg bertugas mengawasi aku?"
Li Sam segera manggut-manggut.
"Kalau toh majikan sudah tahu, hamba pun tak akan banyak berbicara lagi, tapi ketahuilah Walet terbang berwajah ganda mempunyai pamor yg cukup baik disekitar kawasan Sam siang, harap majikan tidak memandang dirinya kelewat enteng."
Kho Beng mendengus dingin.
"hmmm aku tahu. Dari pembaringan tadi, konon pihak Sam goan bun telah menarik kekuatannya secara tiba-tiba dan mengumumkan menutup diri dari kegiatan didunia persilatan, bagaimana reaksi Bok sian taysu serta Kiong sincu atas peristiwa tersebut?"
"Waktu itu mereka menjadi sewot setengah mati, malah mereka sempat mencaci maki ketua Sam goan bun habis-habisan dihadapan anggota Sam goan bun yg membawa berita itu."
"Maksudku, bagaimana reaksi mereka terhadapku?"
Buru-buru Kho Beng meralat. Li sam menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Mereka sama sekali tidak memberikan pernyataan apapun terhadap diri majikan, dalam hal ini hamba sendiripun merasa keheranan."
Kho Beng termenung sebentar, lalu tanyanya lagi.
"apakah Sam ko mempunyai hubungan kontak dg ciciku?"
Kembali Li sam mengangguk.
"Ya ada! Tapi bila tiada urusan yg amat gawat, hamba tak akan melakukannya, daripada jejak mereka ketahuan orang."
"Beritahukan alamatnya kepadaku!"
Desak Kho Beng agak gelisah.
"Majikan, kau ada urusan apa?"
Tanya Li Sam agak terkejut. Kho Beng menggelengkan kepala, katanya setelah menghela napas sedih.
"Kami telah berpisah sejak kecil, walaupun akhirnya pernah bertemu namun kedua belah pihak sama-sama tidak mengenal, itulah sebabnya aku ingin sekali bersua lagi dengannya!"
"Majikan, kau tidak boleh melakukan suatu tindakan hanya atas dasar emosi"
Kata Li Sam dg suara berat,"
Saat dan situasi seperti ini bukan saat yg tepat bagimu untuk berkumpul kembali, dalam masalah ini maaf kalau hamba harus merahasiakannya untuk sementara waktu."
Kho Beng sendiripun cukup mengetahui akan bahayanya persoalan tersebut andaikata sampai bocor, maka ia menghela napas lagi setelah mendengar perkataan tersebut.
"Aaai, dalam selisih jarak sedekat ini kami hanya bisa saling tahu namun tak dapat saling bersua, takdir memang kelewat kejam mempermainkan manusia Sam ko, aku telah mempunyai suatu rencana baik yg bisa mengatur pelolosan ciciku dari kepungan!"
"Apa siasatmu itu?"
Tanya Li Sam lirih setelah memeriksa sekejap keadaan disekelilingnya. Kho Beng segera mengeluarkan kertas yg telah ditulisnya semalam dan diangsurkan ketangan Li Sam, lalu katanya.
"Rencanaku telah kutulis dikertas itu, harap kau jangan membengkalaikannya dan persiapkan segala sesuatu secepatnya, dg begitu rencana tersebut bisa kulaksanakan secepatnya."
Dg wajah tertegun Li Sam membaca sebentar isi surat itu, tibatiba paras mukanya berubah hebat, serunya tertahan.
"Majikan muda, buatbuat apa kaukau membutuhkan kesemuanya itu?"
Saking terperanjatnya, ia sampai tergagap dan tidak lancar bicara. Kho Beng tersenyum.
"Kau harus memahami perasaanku, kali ini kuharap Sam ko tidak berusaha menghalangi keinginanku lagi!"
"Majikan, jangan sekali-kali kau lakukan perbuatan bodoh"
Bujuk Li Sam dg suara berat.
"sekalipun rencanamu dapat terlaksana secara sukses, andaikata kau sendiri sampai melakukan kesalahan, bukankah hasilnya tetap bakal berabe"
"Tidak!"
Tegas Kho Beng.
"kesalahan faham ini timbul dariku, jadi sudah sewajarnya kalau akulah yg bertanggung jawab, apalagi keputusanku ini sudah bulat, kuharap Sam ko tak usah berniat membujuk diriku lagi."
"Bila cicimu mengetahui hal ini, ia pasti tak akan mengijinkan kau untuk melaksanakannya"
Tiba-tiba Kho Beng mendelik dg marah, serunya.
"Jelek-jelek begini aku adalah seorang lelaki juga, kalau untuk melindungi cici saja tak mampu, apa gunanya membicarakan soal dendam sakit hati"
Kemudian setelah berhenti sejenak, ia sengaja menarik muka sambil katanya lagi.
"Sam ko, sebenarnya kau mampu tidak untuk melaksanakannya? Bila menjumpai kesulitan, biar aku sendiri yg pergi berusaha."
Li Sam menjadi terpojok, akhirnya ia menghela napas seraya berkata.
"Aaaai, kalau toh keputusan majikan sudah bulat, tentu saja hamba tak berani membantah!"
Walaupun begitu namun langkahnya tanpa terasa terhenti juga, sementara sinar matanya tertuju kearah secarik kertas yg berada ditangannya, gerak gerik serta sikapnya persis seperti orang yg kehilangan semangat Sebenarnya tulisan apa yg tercantum dikertas Kho Beng? Ternyata isinya hanya sebuah daftar barang.
"Sebuah payung perak, sebotol bahan pewarna, satu stel pakaian perempuan berwarna putih, empat tahil lilin putih, satu kantong kacang kedele hitam, tiga macam perhiasan dan tusuk konde, sebuah topeng kulit kambing"
Semua benda itu harus sudah siap esok malam.
Tak heran Li Sam menjadi gelisah sekali membaca tulisan itu, karena dari daftar kebutuhan yg tercantum, sudah dapat diduga rencana apakah yg hendak dilaksanakan pemuda tersebut.
Melihat sikap Li Sam, buru-buru Kho Beng menegur.
"Sam ko, kenapa kau? Apakah ingin memancing kecurigaan orang terhadap kita."
Li Sam baru mendusin dari lamunannya sesudah mendengar perkataan itu, cepat-cepat ia masukan catatan itu kedalam sakunya lalu berjalan menuju ketepi telaga.
Jarak dari wisma sampai didermaga ditepi telaga paling banter Cuma enam tujuh puluh kaki, tapi dalam waktu yg amat pendek itu mereka berdua telah menyelesaikan urusannya.
Diujung dermaga berkibar sebuah panji besar yg bersulamkan seekor naga emas, sementara ditepi telaga bersandar kurang lebih lima enam puluh sampan yg berjajar sangat rapi.
Kesemuanya membuat Kho Beng berpendapat bahwa pihak istana naga dibukit Kun San ini benar-benar memiliki kekuatan yg luar biasa.
Ketika melihat kehadiran mereka berdua, dua orang kelasi berbaju ungu yg semula berdiri dibawah panji besar itu serentak memberi hormat dan menyingkir kesamping menunggu mereka berdua naik keatas sampan.
Kemudian seorang meloncat keujung perahu dan lainnya melompat keburitan, dg cepat mereka mendayung sampan itu menuu kearah bukit Kun san Dibawah petunjuk Li Sam secara diam-diam, Kho Beng baru mengerti bahwa penjagaan yg dilakukan pada daerah sekitar Kun san benar-benar amat ketat.
Sampan yg hilir mudik diatas permukaan telaga kebanyakan adalah perahu-perahu pengontrol dari pihak Kun san.
Kode rahasia mereka siang malam selalu berubah, jangan hatap orang lain dapat menyusup masuk kedalam wilayah sana tanpa diketahui.
Tiba dipantai bukit Kun san dan sepanjang jalan menuju kepintu gerbang istana naga, pos penjagaan semakin sering, begitu ketatnya penjagaan seolah-olah sedang menghadapi musuh tangguh saja.
Menyaksikan kesemuanya ini, diam-diam Kho Beng menjulurkan lidahnya karena ngeri.
Terasa olehnya situasi semacam ini betul-betul sulit untuk ditembusi dan tanpa terasa ia makin pesimis terhadap kemampuan yg dimilikinya bersama encinya.
Benarkah gara-gara se
Jilid kitab pusaka Thian goan bu boh dunia persilatan telah berubah menjadi demikian repot sampai saling bermusuhan satu sama lainnya.
Kho Beng yakin dibalik kesemuanya ini pasti masih terselip halhal yg tak beres.
Dlm perasaan yg serba kalut dan tegang, ia melangkah masuk keruang tengah istana naga yg kokoh dan megah dan untuk kesekian kalinya bertemu lagi dg Bok sian taysu serta ketua istana naga Kiong Ceng san Dibawah tatapan mata orang banyak, kedua orang tokoh silat ini menunjukkan sikap yg amat hangat terhadap Kho Beng, malah mereka sama sekali tidak menyinggung soal pengunduran diri anggota Sam goan bun secara tiba-tiba pagi tadi.
Tapi situasi demikian bukan berarti melegakan Kho Beng, sebaliknya ia justru semakin tak tenang, ibarat duduk diatas jarum, ia tak pernah bisa tenangkan hatinya.
Tapi Kho Beng cukup pengertian, sikap ramah dan bersahabat dari pihak lawan terhadap dirinya sekarang hanya disebabkan identitas serta asal usulnya belum mereka ketahui.
Kalau bukan demikian, mungkin saja mereka telah turun tangan keji sedari tadi.
Dg susah payahperjamuan baru bisa diselesaikan tengah malam, dg perasaan yg tak karuan Kho Beng kembali kewisma dg menumpang perahu.
Malam itu boleh dikata Kho Beng tak dapat memejamkan mata, ia pergunakan sisa waktu yg ada untuk merencanakan tindakan yg harus dilakukannya esok malam.
Malam ini adalah hari ketiga setelah kedatangan Kho Beng ditelaga Tong ting.
Kentongan pertama belum lagi lewat, sesosok bayangan hitam telah menyelinap dari luar halaman wisma dan menyusup kedalam.
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Baru saja bayangan itu berkelebat lewat dari tengah kebun sudah terdengar seseorang membentak dg suara nyaring.
"Siapa disitu?"
Chin sian kun sampak munculkan diri dari balik gunungan dan maju menghadang jalan pergi bayangan hitam tersebut dg gerakan tubuhnya yg enteng seperti burung walet.
Namun setelah berhasil melihat jelas wajah tamu yg tak diundang itu, seketika itu juga ia dibuat tertegun.
Ternyata pihak lawan adalah seorang perempuan berkerudung putih yg menggembol sebuah buntalan.
Nampaknya tamu yg tak diundang tersebut sudah menguasai penuh situasi disekitar tempat itu.
Dg santai dia m emberi hormat kepada si burung walet berwajah ganda Chin sian kun, lalu serunya melengking.
"Chin lihiap tak usah menghalangi diriku, coba lihat bukankah Siau lim tianglo sedang memanggilmu dari balik jendela sana?"
Sembari berkata, ia menunjuk kearah belakang tubuh Chin sian kun.
Untuk kedua kalinya Chin sian kun tertegun, kemudian berpaling kebelakang dg cepat.
Tapi pada saat itulah, jari tangan kiri perempuan berbaju hitam itu telah menyodok kemuka dg cepat dan langsung mengancam jalan darah kaku tubuh Chin sian kun.
Serangannya sangat cepat bagaikan sambaran kilat, ketepatannya pun sangat mengagumkan.
Dalam keadaan yg sama sekali tak siaga, tentu saja Chin sian kun tak mampu menghindarkan diri, tak ampun jalan darah tidurnya segera tertotok oleh perempuan berkerudung putih itu.
Mungkin sikapnya waktu itu kelewat teledor atau mungkin juga sikap perempuan berkerudung putih itu kelewat santai, ternyata si walet terbang berwajah ganda yg termasyur disekitar wilayah Sam siang dapat dirobohkan ditengah kebun dlm keadaan tak jelas.
Begitu berhasil dg serangannya, perempuan berkerudung putih itu segera melayang kebelakang jendela kamar tidur Kho Beng dan mengetuk tiga kali.
Waktu itu Kho Beng sedang menanti didalam kamar dg gelisah, mendengar suara ketukan tersebut cepat-cepat ia membuka jendela seraya menegur.
"Apakah Li Sam ko yg datang?"
Sesosok bayangan hitam menyelinap masuk kedalam kamar dg gerakan yg amat cepat, kemudian menutup jendela rapat-rapat.
Namun Kho Beng segera dibikin tertegun setelah menyaksikan siapa yg muncul dihadapannya, sebelum ia sempat mengucapkansesuatu, perempuan berkerudung putih itu telah meloloskan kain kerudung muka serta rambut palsunya, ternyata dia tak lain adalah penyaruan dari Li Sam yg ditunggu-tunggunya.
"Sam ko mengapa kau menyaru macam begini?"
Kho Beng segera menegur dg keheranan. Sambil tertawa Li Sam menurunkan buntalan panjang dari bahunya, lalu menjawab.
"Sejak memasuki halaman ini, hamba telah merobohkan si budak Chin sian kun, dg demikian bila kau pulang seusai pekerjaanmu nanti, siapapun tak akan mencurigai dirimu!"
Kho Beng manggut-manggut, dg cepat ia membuka buntalan tersebut., ternyata semua barang kebutuhannya sudah siap sedia.
Maka dia pun segera turun tangan menjahit kulit kambing yg dibentuknya menjadi selembar topeng, tak sampai setengah jam kemudian selembar wajah yg menyeramkan seperti muka kuntilanak telah terbentuk.
Dibawah bantuan Li Sam, ia segera menggerakkan rambut palsu, memakai baju, menggembol kantung kedele dan mempersiapkan diri.
Tak selang beberapa saat kemudian, Kho Beng telah berubah menjadi seorang perempuan berwajah jelek yg mengenakan baju warna putih.
Sambil menggenggam payung putih, Kho Beng mulai berjalan dalam ruangan mempelajari cara berjalan yg tepat, lalu tanyana kepada Li Sam sambil tertawa.
"Miripkah diriku dg sikedele maut?"
Li Sam segera tersenyum.
"Bagaimanapun juga selain kau seorang, belum pernah ada manusia lain yg pernah bersua dg cicimu, asal tidak terkurung, aku pikir orang lain tentu dapat dikelabui."
Kho Beng manggut-manggut, tanyanya lagi.
"Kau sudah memberi kabar kepada ciciku?"
Li Sam menghela napas panjang.
"Hamba telah berkunjung ketempat persembunyian cicimu, yakni kuil Hian tin li tokoan yg berada ditengah kota Gak yang, disitu kutemukan cicimu sudah meninggalkan tempat tersebut, sambil meninggalkan tanda "aman". Oleh sebab itu boleh dibilang saat ini hamba sendiripun telah kehilangan kontak dgnya1"
Kho Beng tertegun.
"Apakah tanda tersebut bisa diartikan ciciku telah meninggalkan kota Gak yang dalam keadaan aman?"
"Bebicara menurut tanda itu, apakah cicimu sudah pergi meninggalkan kota ataukah hanya berpindah tempat persembunyian, hal ini baru bisa diketahui besok pagi."
Kho Beng termenung beberapa saat lamanya, kemudian manggut-manggut.
"Untuk menghindari hal-hal yg tak diinginkan, aku akan tetap melaksanakan rencanaku semula, Sam ko, menurut penilaianmu penjagaan dibagian manakah dari pihak istana naga yg kau anggap paling lemah?"
Li Sam berpikir sejenak, kemudian menjawab.
"Jalan yg menuju kearah timur laut kota Gak yang merupakan bagian yg paling banyak penjagaannya tapi justru bagian tersebut yg paling lemah, daerah sana dijaga Kim kong sam pian, setelah keluar kota maka sepanjang perjalanan dijaga oleh orang-orang Hoa san pay, kecuali Hek pek ji lo dua sesepuh hitam putih dari Hoa san pay, lainnya tak perku dirisaukan.
"Bagus sekali!"
Kata Kho Beng kemudian sambil manggutmanggut.
"Kau harus segera pergi mencari ciciku, suruh dia berusaha meloloskan diri disaat aku memancing kawanan jago lainnya menuju kearah timur laut kota Gak yang."
"Ada tiga persoalan yg perlu hamba laporkan kepada majikan!"
Kata Li Sam setelah manggut-manggut.
"Soal apa?"
"Tanda bahaya yg dipergunakan pihak mereka dimalam hari adalah asap api, apabila asap kuning yg dilepaskan berarti menjumpai bahaya, bila asap putih berarti kesalah pahaman sebaliknya bila muncul asap merah berarti jejak kedele maut telah ditemukan. Ini berarti segenap jago dari pelbagai kawasan akan segera berkumpul dari segala penjuru untuk melakukan pengepungan. Oleh sebab itu apabila cukong menjumpai tanda asap merah janganlah sekali-kali melibatkan diri dalam pertempuran sengit!"
Kho Beng segera manggut-manggut. Li Sam berkata lebih jauh.
"Soal kedua adalah soal telaga Tong ting sebagai pusat kekuatan mereka yg menembus sampai kota Gak yang. Bila menuju kearah timur laut maka penghadangan hanya terdapat pada sepanjang sungai tiang kang hingga telaga Sam hong oh, asal majikan dapat menghindari penjagaan dan mampu melewati telaga Sam hong oh berarti kau telah tiba tempat yg aman, tapi andaikata situasi amat darurat sehingga tak mampu meloloskan diri, silahkan majikan menelusuri sungai kira-kira sejauh lima puluh li, disitu terdapat hutan gelugu yg amat rimbun, asal majikan bersembunyi dibalik gelugu tadi, tentu ada orang yg akan munculkan diri untuk menolong dirimu."
"Siapakah dia?"
Tanya Kho Beng agak tertegun. Li Sam segera tersenyum.
"Sampai waktunya majikan akan mengetahui sendiri."
Selesai berkata ia segera menyembah kepada Kho Beng seraya berpesan lagi dg suara dalam.
"Harap majikan menjaga diri baik-baik, bagaimanapun juga harap kau lebih mementingkan jiwa sendiri daripada persoalan yg lain..."
Kho Beng cepat-cepat balas memberi hormat sambil menjawab.
"Terima kasih banyak untuk nasehat Sam ko, seperti diketahui maksud tuuanku hanya memancing musuh untuk meninggalkan pos penjagaan, bila keadaan tidak terlalu mendesak tak nanti kulibatkan diri dalam suatu pertarungan yg tidak menguntungkan, biarpun dendam kesumat sedalam lautan namun sebelum duduk persoalan menjadi jelas, Kho Beng tak akan melakukan pembunuhan secara besar-besaran, kuharap Sam ko pun bisa membujuk cici ku agar mengurangi sifat suka membunuhnya, apalagi musuh berjumlah sangat banyak, biar dibunuh lebih banyak pun bukan berarti bisa menyelesaikan persoalan!"
Li Sam pun manggut-manggut, maka mereka berdua pun saling bertatapan beberapa saat, seakan-akan setelah perpisahan kali ini entah mereka dapat bersua kembali atau tidak.
Ungkapan perasaan yg amat tulus dan tebalpun terpancar jelas dalam detik-detik seperti ini.
Jendela belakang masih terbuka lebar, akhirnya setelah mengucapkan "jaga diri baik-baik", Li Sam menyelinap keluar dari ruangan tersebut dan lenyap dibalik kegelapan sana.
Waktu itu kentongan pertama sudah menjelang tiba, Kho Beng menunggu sampai sepeminum the lamanya semenjak kepergian Li Sam, setelah membereskan buntalan lalu ia menyusup keluar pula lewat jendela belakang.
Suasana dalam kebun amat sepi, nampaknya belum ada yg tahu kalau si walet terbang berwajah ganda telah dirobohkan orang.
Kho Beng mencoba memperhatikan sejenak suasana sekitar situ, kemudian ia bergerak menuju kearah kiri kemudian menyulut api yg telah dipersiapkan untuk membakar gedung.
Memang inilah rencananya untuk memancing perhatian musuh, menanti api sudah berkobar hingga membumbung keangkasa dan suasana gaduh memecahkan keheningan dalam wisma, ia baru tertawa seram sambil bergerak menuju kearah kota Gak yang.
Dalam gerakan mana, ia sempat melihat asap kuning telah ditembakkan ketengah udara, lalu dibawah cahaya api yg membara, ia melihat dg jelas ada lima enam sosok bayangan manusia sedang mengejar dibelakangnya..
Diam-diam Kho Beng merasa bangga dg hasil pekerjaannya, sambil mempercepat larinya ia melompat tembok kota dan bergerak cepat menuju kearah timur laut.
--------missing page 38 41 ----------- dan merupakan suatu kerjasama yg sangat rapat.
Mau tak mau Kho Beng terkejut juga menghadapi ancaman tersebut, pikirnya.
"Tak aneh kalau pihak lawan begitu tinggi hati ketika bertemu pertama kali dulu, nyatanya ilmu ruyung penakluk iblisnya betulbetul sangat hebat dan tangguh!"
Dg payung menggantikan pedang, pemuda kita tak berani bertarung lebih jauh, serangannya segera diurungkan ditengah jalan dan buru-buru melompat kesamping untuk menghindari serangan musuh.
Baru saja ia bermaksud untuk melepaskan diri dari kepungan, mendadak tampak olehnya Kim losam menyerbu datang, ruyung panjangnya disertai desingan tajam langsung mengancam batok kepalanya.
Bersamaan waktunya, terdengar dua kali bentakan nyaring bergema dari belakang tubuhnya, ia mendengar desingan suara senjata tajam menyambar tiba dan mengancam punggungnya.
Diserang dari muka dan belakang, terpaksa Kho Beng harus membuang badannya kesamping untuk menghindarkan diri.
Sebagaimana diketahui payung Thian lo san yg berada ditangannya adalah benda palsu, meski permukaan payungnya berwarna perak, namun sesungguhnya hanya tempelan kertas.
Itulah sebabnya Kho Beng harus mempergunakannya dg hati-hati sekali, ia tak berani melancarkan serangan balasan, karena takut hasil penyamarannya ketahuan orang sehingga semua rencana gagal total.
Siapa tahu, pada waktu ia sedang berkelit kekiri menghindar kekanan inilah, tiba-tiba terdengar Kim li jin membentak keras, lalu terasa tangannya mengencang Ternyata payung bulatnya telah terlilit oleh senjata ruyung lawan Sementara itu kedua senjata ruyung lainnya telah berkelebat pula ditengah udara, diantara kilauan cahaya, senjata-senjata itu menyambar pula kepinggangnya.
Dalam dua gebrakan sudah terjerumus dalam posisi terdesak, hal ini membuat Kho Beng yg sudah gugup dan kalut pikirannya semakin terperanjat lagi.
Ia tak berani membuang payung itu, namun bila tidak dilepaskan payung tersebut berarti gerakan tubuhnya akan terperangkap kepungan lawan, bukan hanya ancaman ruyung itu saja yg mesti diperhitungkan, terutama sergapan jago tangguh dari belakang tubuhnya.
Berada dalam keadaan seperti ini, mau tak mau Kho Beng harus mempertaruhkan selembar jiwanya.
Hawa murninya segera dihimpun kedalam payung itu kemudian sambil membentak, payung itu digetarkannya keras-keras untuk melepaskan diri dari belenggu ruyung tersebut.
Dalam getaran ini telah disertakan juga tenaga dalam hasil latihan empat puluh tahun dari Bu wi lojin, bisa dibayangkan sendiri bagaimana akibatnya Waktu itu sebenarnya Kim lo ji bermaksud hendak mengunci senjata Kho Beng hingga tak mampu dipergunakan lagi, siapa tahu getaran lawan membuat telapak tangannyanya menjadi belah dan berdarah.
Saking kaget dan ngerinya, ia segera menjerit keras dan melepaskan ruyungnya sambil buru-buru mundur.
Sementara itu Kho Beng telah mengayunkan payungnya mengikuti gerakannya tadi, lagi-lagi ia menggetarkan ruyung kedua sampai mencelat kebelakang.
Walaupun jurus ruyung dari Kim hong sam pian termasyur karena kehebatannya, ternyata sama sekali tidak mampu menahan getaran tenaga dalam lawan.
Dalam terkesiapnya tubuh Kim lotoa dipentalkan sampai terhuyung maju dua langkah, akibatnya ia jadi menghalangi gerak kelima orang lainnya.
Biarpun serangan yg digunakan Kho Beng sekarang belum terhitung merupakan suatu jurus serangan, namun kehebatannya sudah etrbukti dg jelas.
Maka begitu melihat situasi sudah semakin rawan, ia merasa inilah kesempatan terbaik untuk meninggalkan tempat tersebut, karenanya setelah menggetar lepas tiga buah ruyung lawan, ia menerjang maju kemuka dan berseru sambil tertawa dingin.
"Hehe.hekuampuni kedelapan lembar jiwa anjing kalian pada malam ini, sampaikan kepada keledai gundul dari Siau lim bahwa penjagaan yg dilakukan disekitar tempat ini belum cukup mampu untuk menyulitkan Kedele Maut!"
Waktu itu rasa terkejut dan ngeri yg mencekam Kim kong sam pian sekalian belum lenyap, meski Kho Beng sudah bergerak meninggalkan tempat tersebut namun untuk beberapa saat lamanya mereka masih berdiri mematung ditempat semula.
Saat ini, dalam hati kecil mereka sama mempunyai satu pandangan yg sama, yakni Kedele Maut memang nyata bukan musuh sembarangan.
Salam pada itu, dari ujung atap rumah dikejauhan sana telah muncul belasan sosok bayangan manusia, terdengar seorang diantaranya berteriak keras.
"Tanda bahaya asap merah telah dilepaskan, apakah disini telah terjadi sesuatu peristiwa?"
Buru-buru Kim lotoa menyahut.
"Kedele Maut telah melarikan diri kearah timur laut!"
Kemudian sambil memandang sekejap kearah rekan-rekannya, dia mengulapkan tangan sambil berseru lagi.
"Hayo kita kejar!"
Sekali lagi kedelapan orang jago tersebut berkelebat kemuka melakukan pengejaran.
Sesungguhnya kedelapan orang jago ini sudah dibikin keder oleh kelihaian dan kemapuhan tenaga sakti Kho Beng, tapi terdesak oleh situasi dan keadaan terpaksa mereka harus melakukan pengejaran kembali.
Maka suasana didalam kota Gak yang pun menjadi sangat kalut, sekalipun tengah malam sudah menjelang, namun diatas-atas setiap bangunan rumah telah dipenuhi oleh jago-jago lihay dari dunia persilatan, bayangan manusia berkelebat kian kemari dg cepatnya.
Memanfaatkan situasi yg sangat kalut ini, Kho Beng segera menghimpun tenaga dalamnya dan melompati pintu utara kota Gak yang untuk kabur menuju kearah timur laut.
Walaupun ia berhasil lolos dari kepungan, tapi sesungguhnya pemuda ini merasa terkejut juga sampai mandi keringat dingin.
Padahal menurut Li Sam, penjagaan daerah sini terhitung penjagaan terlemah, tapi kenyataannya dg kemampuan yg dimiliki Kim kong sam pian pun nyaris penyamarannya terbongkar, bisa dibayangkan betapa ketat dan kokohnya penjagaan diposisi lain.
Sekarang ia berpendapat untuk sedapat mungkin berlomba dg waktu, atau dg perkataan lain ia harus dapat meninggalkan tempat tersebut setelah lawan melepaskan bom asap merah dan sebelum bala bantuan dari pelbagai penjuru memburu kesitu dan mengepungnya.
Sebab kalau tidak begitu sama artinya rencana yg dilaksanakan menemui kegagalan total, apalagi bila ia sampai terkurung hingga tertangkap, akibatnya tentu susah diramalkan.
Berpikir sampai disitu tanpa terasa ia menambah tenaganya dg dua bagian untuk kabur sekuat tenaga.
Dalam waktu singkat tiga li sudah dilalui, disisi kirinya telah membentang sungai Tiang kang yg luas sementara disisi kanannya adalah lapang datar, dimana jauh beberapa li dari sisi jalan baru kelihatan beberapa rumah penduduk.
Sementara ia masih berlarian kencang, tiba-tiba dari rumah penduduk disisi kanan jalan menyembur keluar bom asap merah yg meledak ditengah udara menyusul kemudian tampak tiga sosok bayangan hitam munculkan diri dari balik rumah dan meluncur sejauh lima kaki di depan.
Dalam waktu singkat mereka telah menghadang ditengah jalan dg pedang terhunus.
Sekarang Kho Beng baru mengerti bahwa pihak jago persilatan telah memanfaatkan pula rumah penduduk sebagai pos penjagaan, tak heran kalau meeka bisa melaksanakan penjagaan siang malam tanpa henti.
Karena para penjaga telah tampilkan diri, mau tak mau kho Beng harus bersikap tenang, sambil mempersiapkan payung bulatnya, pelan-pelan ia mendesak maju kemuka dan berseru sambil melengking.
"apakah murid hoa san pay yg menghadangku? Hmmm, nampaknya kalian sudah bosan hidup!"
Seperti diketahui, umat persilatan sudah mempunyai kesan jelek terhadap Kedele Maut, yakni seorang pembunuh yg buas dan berhati keji, karena itulah dia sengaja menggertak dg maksud merontokkan dulu moril lawan.
Betul juga paras muka ketiga jago Hoa san pay yg berusia antara tiga puluh tahunan dan memakai pakaian ringkas hitam segera berubah hebat, seakan-akan mereka merasakan datangnya ancaman maut yg setiap saat dapat menimpa dirinya atau secara lamat-lamat mereka berpendapat bahwa mereka bertiga pasti akan tewas apabila Kedele Maut sampai turun tangan.
Salah seorang diantaranya segera memandang sekejap kearah rekannya, sambil menempelkan pedang didepan dadanya ia memberi hormat kepada Kho Beng dan berkata dg suara gemetar.
"Berhubung tanda bahaya asap merah telah dilepaskan, Hoa san sam kiam menanti dg hormat kedatangan cianpwee!"
Kho Beng tertegun, reaksi dari lawannya sama sekali diluar dugaan, terutama sekali sebutan "cianpwee"
Tersebut, hampir saja membuatnya tertawa geli. Tapi diluaran dia sengaja mendengus dingin, kemudian dg suara yg tinggi melengking katanya.
"Hmmm, tiga pedang dari Hoa san yg cerdik, rupanya kalian hendak merayuku dg sikap tak hormat?"
Buru-buru pemimpin dari tiga pedang tersebut berkata lagi dg hormat.
"Aku yg muda tak berani bersikap kurang ajar pada Cianpwee, kami hanya berharap cianpwee suka menunggu sebentar saja disini!"
Kho Beng tertawa terkekeh-kekeh, sambil memutar payungnya ia menjengek lagi dingin.
"Ooooh, kau suruh aku menunggu disini agar orang-orangmu datang kemari dan mengeroyokku seorang diri?"
Tiga pedang dari Hoa san pay nampak terkejut, sebelum mereka sempat berkata sesuatu, Kho Beng telah membentak lagi dg suara lengking.
"Hmm, tak nyana kalian menyembunyikan golok dibalik senyuman, bagus sekali jangan kabur dulu rasakan payung saktiku ini!"
Sambil membentak keras gerakan payungnya digetarkan sedemikian rupa hingga tercipta sebuah lingkaran cahaya putih yg amat menyilaukan mata kemudian menerobos kemuka dan menusuk tubuh pemimpin dari ketiga jago pedang tersebut.
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berubah hebat paras muka tiga pedang sakti dari Hoa san karena mereka tidak mengira perbuatan sakti apakah yg tersembunyi dibalik jurus serangannya, ternyata tak seorang berani menangkis atau pun menghadapinya.
Tanpa membuang waktu, serentak mereka bergerak mundur sejauh tiga depa lebih dari posisi semula.
Padahal memang inilah keinginan Kho Beng, memanfaatkan kesempatan tersebut ia menerjang kedepan tiga pedang dari Hoa san seraya membentak lagi.
"Mengingat kalian bersikap sopan kepadaku, untuk sementara waktu kuampuni jiwa kalian pada malam ini, sampaikan kepada ketua partai kalian agar segera menarik kembali anak buahnya dan jangan mencampuri urusan orang lain!"
Berbicara sampai disitu, tubuhnya sudah melompat sejauh dua puluh kaki dari posisi semula.
Mnanti musuhnya sudah pergi jauh, paras muka tiga pedang dari Hoa san lambat laun baru pulih kembali ari ketegangan.
Ketika dilihatnya, dari kota Gak yang telah berdatangan serombongan jago persilatan, buru-buru pemimpin dari Hoa san sam kiam membentak keras.
"Bala bantuan telah datang, mari kita kejar!"
Kho Beng terkejut sekali, rasa tegang kembali menyelimuti seluruh perasaannya.
Ia sadar, tak boleh berdiam lebih lama disitu, bila murid-murid Hoa san pay sampai berhasil mengejar dan mencegatnya sedang jago-jago lihay dari kota Gak yang segera akan berhamburan datang, niscaya ia akan terjepit dan terkepung sama sekali.
Bila hal seperti ini terjadi, tak pelak lagi jiwanya tentu akan terancam bahaya maut.
Setelah berpikir berapa saat akhirnya ia menjadi nekad untuk kabur kedepan lebih jauh.
Lebih kurang satu kentongan kemudian ia berlarian tanpa arah tujuan, akhirnya dari antara pepohonan yg lebat ia berhasil menemukan sebuah jalan setapak yg entah berhubungan sampai dimana.
Dalam keadaan seperti ini, tiada kesempatan lagi buat Kho Beng untuk berpikir panjang, begitu menjumpai jalan setapak ia segera menelusurinya dg cepat.
Siapa tahu belum sampai satu li, tiba-tiba dari balik sebatang pohon terdengar seseorang membentak keras.
"Berhenti! Sobat darimana yg datang kemari tengah malam begini? Ada urusan apa kau kemari?"
Ditengah bentakan, tampak sesosok bayangan manusia meluncur kedepan dg kecepatan tinggi dan menghadang jalan perginya ternyata dia adalah seorang tosu setengah umur yg memakai baju warna kuning.
Kho Beng sama sekali tidak menyangka kalau dijalan sesepi inipun terdapat musuh, dalam kagetnya cepat-cepat dia menghentikan langkahnya sambil memutar senjata payung dan berlagak seolah-olah hendak menyebarkan kedele mautnya.
Lalu dg suara tinggi melengking ia membentak keras.
"Tosu setan! Buat apa kau banyak bertanya, memangnya matamu sudah buta sehingga tak bisa mengenali siapakah diriku?"
Walaupun tosu itu baru berusia tiga puluh tahunan, namun sepasang matanya memancarkan cahaya tajam, jelas kalau dia adalah seorang jago persilatan yg berilmu tinggi.
Tatkala mendengar teguran tersebut, serta merta ia memperhatikan lawannya dg lebih seksama, air mukanya segera berubah hebat, tanpa sadar tubuhnya mundur dua langkah kebelakang, serunya tertahan.
"Jadi andakah si Kedele Maut?"
Kho Beng tertawa dingin.
"Hehehe.setelah tahu siapakah aku, buat apa kalian berdiri mematung terus disitu?"
Ternyata reaksi dari tosu itu cukup cekatan, tiba-tiba dia mengayun kan tangan kirinya dan.
"Sreeeettt."
Sebuah bom udara berasap merah sudah dilepaskan dan meledak ditengah udara. Melihat perbuatan lawannya ini diam-diam Kho Beng tertawa geli, pikirnya.
"Tak nyana perbuatan mereka sama satu dg yg lainnya.Cuma tosu ini dari partai mana? Seingatku, hanya Kio kiong dan Bu tong saja yg beranggota tosu?"
Meskipun ingatan tersebut melintas dalam benaknya, namun ia tak berani berayal lagi, secepat anak panah yg terlepas dari busurnya, dia segera melintas lewat dari samping tosu itu meluncur kedepan dg kecepatan tinggi.
Tosu itu nampak agak tertegun, mungkin lantaran ucapan Kho Beng maka dia masih mengira akan terjadi pertempuran yg amat seru.
Siapa tahu, si Kedele Maut yg sudah termasyur karena keganasannya ternyata meninggalkan korbannya dg begitu saja tanpa terjadi pertarungan barang satu dua juruspun.
Dg cepat ia segera menggerakkan tubuhnya melakukan pengejaran, bentaknya keras.
"Hei, tunggu sebentar!"
"Kho Beng menegur, dia tak menyangka musuhnya masih menghalangi kepergiannya padahal ia sedang berperan sebagai Kedele Maut yg disegani sekarang."
Mau tak mau pemuda tersebut harus menghentikan langkahnya, lalu sambil menatap tosu tersebut dg pandangan dingin, tegurnya keras-keras.
"Apakah kau sudah bosan hidup?"
Tosu setengah umur itu tertawa nyaring.
"Pinto Leng hun menjabat sebagai pemimpin pelindung hukum dari Bu tong pay, meski takut mati namun tak akan kulepaskan iblis keji macam anda dg begitu saja, pinto merasa berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan didunia ini. Apa artinya mati hidup buat diriku ketimbang memberantas kejahatan dari muka bumi? Karenanya sebelum anda dapat membinasakan diriku, jangan harap bisa pergi meninggalkan tempat ini dg leluasa!"
Begitu selesai berkata, pedangnya langsung digetarkan dan menusuk ke uluhati Kho Beng.
Mengingat musuhnya sudah termasyur karena ketangguhan dan keganasannya, maka tosu dari Bu tong pay ini tak berani bertindak gegabah, untuk menghindari segala kemungkinan yg tak diinginkan, begitu turun tangan ia segera mengeluarkan jurus "cahaya hitam bayangan memecah"
Yg merupakan jurus serangan paling tangguh dari ilmu pedang Thian hiam kiam hoat, ilmu andalan Bu tong pay.
Tidak terlukiskan rasa terkejutnya Kho Beng, dg cepat ia eyusut mundur kebelakang kemudian menyilangkan payungnya didepan dada sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yg tak diinginkan.
Ia sadar kalau dirinya sudah terjerumus kedalam kawasan yg dijaga oleh pihak Bu tong pay, dan lebih-lebih tak diduga olehnya adalah sikap jantan dan berani mati yg diperlihatkan musuhnya kendatipun hanya dia seorang.
Padahal Leng hun totiang termasuk pimpinan dari kedelapan pelindung hukum partai Bu tong pay, bukan saja termasuk jago paling muda yg sangat menonjol dalam tubuh Bu tong pay sendiri, sekalipun dalam dunia persilatan pun termasuk jago pilihan.
Serangkaian ilmu pedang Thian hian kiam hoatnya telah mencapai tingkat sempurna yg hampir seimbang dg kemampuan ketua Bu tong pay dewasa ini.
Lebih-lebih lagi, biarpun dia termasuk seorang pendeta, namun keangkuhannya melebihi orang biasa, itu sebabnya sikap, jalan pemikiran maupun tindakannya berbeda sekali dg orang-orang Hoa san pay.
Sudah lama sekali ia berhasrat untuk bertarung melawa Kedele Maut dg harapan bisa menaikkan pamor partai Bu tong pay dimata masyarakat, bayangkan saja bagaimana mungkin dia mau melepaskan kesempatan yg sangat baik setelah bersua dg Kedele Maut gadungan saat ini? Gagal dg serangan yg pertama, ia segera tertawa seram sambil berseru.
"Telah lama kudengar akan kegemaran anda membunuh orang, aku pun dengar tenaga dalammu amat sempurna dan kepandaian silatmu sangat hebat. Sekarang, mengapa kau tak berani turun tangan? Ataukah kau sudah pecah nyali setelah berhadapan dg orang-orang golongan lurus? Nih rasakan dulu kehebatan ilmu pedang Bu tong pay ku ini?"
Ditengah pembicaraan, jurus serangannya "cahaya hitam bayangan berpisah"
Segera diubah menjadi gerakan "langit dan bumi menyatu", pedangnya dg dilapisi cahaya terang segera menyelimuti seluruh badan Kho Beng.
Dua jurus serangan yg dilancarkan berantai, sesungguhnya sararan yg berlawanan, namun kenyataannya bisa dipergunakan sembung menyambung, hal ini membuktikan bahwa ilmu pedang Bu tong pay memang benar-benar luar biasa, kehebatannya tiada bandingannya didunia ini.
Kho Beng merasa terkejut bercampur mendongkol, ia tak berani melayani musuhnya terlalu lama, apalagi tanda bahaya sudah dilepaskan, berarti sebentar lagi kawanan jago akan segera berdatangan, apa jadinya bila ia sampai terkepung?
Jilid 10 Tapi diapun tak bisa melarikan diri dg begitu saja.
Setelah berani berperan sebagai Kedele Maut, otomatis dia tak mau menunjukkan titik kelemahannya ditengah jalan hingga sampai dicurigai lawan.
Disaat kedua persoalan tersebut meragukan pikirannya dan membuat pemuda kita tak berani mengambil keputusan itulah, jurus serangan dari Leng hun totiang telah tiba dihadapannya, diantara percikan cahaya bintang yg amat menyilaukan mata, semua jala darah kematiannya telah berada dibawah ancamannya.
Waktu tidak mengijinkan Kho Beng untuk berpikir lebih jauh, sedang payung Thian lo san palsunya juga tak mungkin bisa dipakai untuk membendung serangan pedang lawan, didalam keadaan apa boleh buat, terpaksa ia mesti meloncat mundur lagi untuk kedua kalinya.
"Tahan!"
Bentaknya melengking.
Sekalipun Kho Beng harus melompat mundur untuk kedua kalinya, namun gerakan badannya sangat ringan dan cepat.
Menghadapi keadaan demikian, biarpun Leng hun totiang merasa curiga, tapi berhubung nama besar Kedele Maut sudah terlanjur termasyur dimana-mana, terang saja ia tak berani memandang enteng lawannya.
Ketika mendengar bentakan tersebut, ia segera menarik pedangnya seraya menegur dingin.
"Anda telah menunjukkan sikap yg berbeda dg kebiasaanmu dimasa silam ataukah ada rencana busuk yg sedang kau persiapkan?"
Kho Beng tertawa melengking.
"Leng hun, ketahuilah bahwa dibawah payung dewimu, belum pernah ada seorang manusia pun yg bisa lolos dalam keadaan hidup, tahukah kau mengapa aku mengalah terus kepadamu?"
Leng hun totiang agak tertegun, lalu jawabnya dingin.
"Maaf, pinto kelewat bodoh dan mohon tahu apa sebabnya?"
Satu ingatan cerdik segera melintas dalam benak Kho Beng, dg dingin katanya kemudian.
"Sederhana sekali, berhubung antara aku dg ketua partai kalian sudah terjalin perjanjian secara pribadi untuk tidak saling mengganggu, maka akupn enggan berselisih paham dg mu, lagi kalau toh kau tetap tak tahu diri sehingga mengobarkan watakku, hmmm lihat saja akibatnya nanti!"
Seusai berkata ia segera membalikkan badan dan berabjak pergi meninggalkan tempat tersebut. Pada mulanya Leng hun totiang merasa agak tertegun, kemudian dg penuh amarah ia membentak.
Perkampungan Hantu -- Khu Lung Legenda Kelelawar -- Khu Lung Anak Naga -- Chin Yung