Beruang Salju 11
Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 11
Beruang Salju Karya dari Sin Liong "Sejauh itu...... Koksu kami itu telah berhasil menghimpun banyak sekali jago-jago silat di daratan Tiong-goan, diapun telah mendatangkan beberapa orang jago liehay dari negeri kami yaitu Mongolia......! Aku yang mengetahui kedudukan ayahku terancam, sebagai puterinya, apakah tidak layak jika memang akupun berusaha untuk menghimpun suatu kekuatan, yang akan membantu dan melindungi ayahku?" Yo Him tertawa tawar. "Memang di kalangan atas, sering terjadi permainan saling caplok seperti itu, saling makan satu dengan yang lainnya!" Menyahuti Yo Him. "Aku sebagai rakyat jelata, tentunya tidak mengetahui dan tidak mengerti dengan persoalan seperti itu!" Sasana telah menghela napas waktu wajahnya memperlihatkan kesungguhan, waktu dia berkata lagi. "Tetapi Yo Kongcu adalah maksud dan tujuanku agar kau bersedia mau membantu ayah, dengan adanya kau yang kuketahui memiliki kepandaian tinggi serta sempurna, tentu keselamatan ayahku bisa terjamin! Dalam hal ini yang memberatkan hatiku, bukanlah kedudukan ayah! Walaupun ayah dicopot gelar kebangsawanannya dan menjadi rakyat jelata biasa, aku rela......! Namun justru dari golongan Tiat To Hoat-ong terkandung maksud buruk yang ingin membasmi kami sekeluarga......!" Yo Him jadi memandang tertegun pada si gadis. Dia tidak mengerti, mengapa puteri dari pangeran Ghalik, yang baru pertama kali ini bertemu. Telah dapat membuka urusan yang penting tersebut padanya. "Cukup jika memang Yo Kongcu menyanggupi untuk membantu melindungi ayahku, maka budi Yo Kongcu tidak akan kulupakan. Mengenai Wang Put Liong, juga persoalan lainnya, di mana mengenai sahabat Yo Kongcu aku tentu tidak akan mempersulit mereka, akan kuusahakan agar mereka bisa meninggalkan tempat ini dengan aman tanpa memperoleh gangguan apapun juga......!" Yo Him memandang tajam pada si gadis. "Apa maksud nona?" Tanyanya. "Begini saja, kita adakan jual beli!" Menyahuti si gadis. "Untuk sekarang ini Yo Kongcu membantu kami, untuk menghadapi Tiat To Hoat-ong dan orang-orangnya itu. Dan kawan-kawan Yo Kongcu akan kami lepaskan......!" Yo Him ragu-ragu. Itulah tawaran yang menarik. Memang bisa saja Yo Him segera menyanggupi permintaan si gadis, agar Wang Put Liong serta Liu Ong Kiang dan Cin Piauw Ho bisa meninggalkan perbentengan ini tanpa memperoleh gangguan suatu apapun juga. Tetapi tentu saja Yo Him tidak mau berdusta, karena itu dia tidak dapat mengiyakan tawaran itu. Dia hanya bilang. "Jika memang nona telah menawarkan bantuan seperti itu padaku, inilah hal yang menggembirakan sekali! Begini saja, bebaskan dulu sahabat-sahabatku, jika mereka telah meninggalkan perbentengan ini, barulah nanti kita bicarakan pula persoalan ini. Bagaimana pendapatmu?" Sasana telah mengawasi bimbang, namun akhirnya mengangguk. "Baiklah, mereka akan dibebaskan dua hari lagi. Jika besok, tentu akan mendatangkan kecurigaan pada Tiat To Hoat-ong, Koksu negara kami. Maka, mereka harus meninggalkan perbentengan ini secara diam-diam, sedangkan Koksu kami itu besok akan menerima perintah dari ayah untuk pergi memberikan laporan pada Kaisar, sehingga terbuka kesempatan yang luas. Yo Him mengangguk. "Tetapi Yo Kongcu," Kata Sasana lagi. "Kuharap saja kau tidak merubah pikiranmu lagi......!" Setelah berkata begitu. puteri pangeran Ghalik telah bersenyum, manis sekali. Yo Him hanya mengawasi kepergian puteri dari pangeran Ghalik. Lama sekali Yo Him berdiri di tempatnya itu. Sama sekali dia tidak menyangka bahwa pangeran Ghalik memiliki seorang puteri selain demikian cantik rupawan, juga memiliki kepandaian yang demikian tinggi. Entah siapa gurunya, yang dirahasiakannya itu? Setelah bayangan si gadis lenyap dari pandangannya, Yo Him menghela napas. Di saat itulah Wang Put Liong telah berkata menyadarkan Yo Him dari lamunannya. "Gadis itu memiliki kepandaian yang begitu tinggi. Dia juga puteri dari pangeran Ghalik, kau harus waspada menghadapinya, Yo Siauwhiap!" Yo Him mengangguk. "Jangan sampai kau terkena tipu dayanya......!" Kata Wang Put Liong lagi. "Entah yang diceritakannya itu mengenai Tiat To Hoat-ong benar atau memang hanya merupakan karangannya belaka?" Menggumam Yo Him. Dengan menggendong Wang Put Liong, Yo Him telah kembali ke kamarnya. Dilihatnya Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang tengah menantikannya. Ko Tie juga tampak bergelisah sekali. Satu hari telah lewat, tidak terjadi suatu apapun juga. Hanya mendekati sore terlihat beberapa orang pahlawan pangeran Ghalik yang lewat dengan sikap tergesa-gesa. Merekapun seperti tengah membicarakan sesuatu, namun Yo Him tidak mengerti bahasa mereka. Malam itu keadaan di perbentengan tersebut sunyi sekali. Yo Him bulak-balik di pembaringan dengan pikiran yang agak resah. Dilihatnya kesehatan Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang telah mengalami kemajuan yang pesat. Malah Cin Piauw Ho, walaupun tidak bisa disembuhkan keseluruhannya dari lukanya, dan racun yang mengendap di tubuhnya itu tidak bisa dilenyapkan, namun Cin Piauw Ho telah dapat berjalan dengan langkah perlahan-lahan. Yang diperlukan oleh Cin Piauw Ho adalah obat penawar racun yang bisa memunahkan seluruh racun yang mengendap di tubuhnya itu. Tapi dengan memperoleh pengobatan dari tabibtabibnya pangeran Ghalik, racun itu untuk sementara bisa dibendung daya kerjanya sehingga Cin Piauw Ho mungkin bisa hidup tiga-empat bulan selama belum memperoleh obat penawar racun yang tepat. Dalam kesunyian malam seperti itu, Yo Him memikir keras. Banyak teka-teki yang dihadapinya di perbentengannya pangeran Ghalik. Karena segala yang dialaminya demikian beruntun dan belum bisa dipecahkan rahasianya. Seperti munculnya Swat Tocu, Cek Tian dan puteranya, yaitu Auwyang Phu, dan juga putri dari pangeran Ghalik, yaitu Sasana, yang memiliki kepandaian tinggi serta sempurna itu. Juga Yo Him jadi teringat akan cerita Sasana mengenai niat busuk Tiat To Hoatong yang ingin menindih pengaruh dari pangeran Ghalik. Memang urusan itu bukan menjadi urusannya, karena itu persoalan dari orang-orang Mongolia tersebut. Malah membawa suatu keuntungan yang tidak kecil untuk orang-orang Han, yaitu dari kerajaan Song yang telah musnah, namun masih tersebar di seluruh daratan Tiong-goan, dengan harapan suatu saat bisa membangun negeri mereka lagi. Jika terjadi perpecahan di dalam pemerintahan penjajah itu, niscaya akan menyebabkan mereka lemah dan kelak mudah untuk dirubuhkan dan diusir dari tanah air mereka. Namun Yo Him kini menghadapi persoalan yang tidak ringan, karena selain Tiat To Hoat-ong sendiri memiliki kepandaian yang tinggi bukan main, juga pangeran Ghalik bersama dengan para pahlawannya itu bukan lawan yang enteng. Apa lagi dibantu oleh Sasana, puterinya pangeran tersebut, yang memang memiliki kepandaian sangat tinggi. Yo Him juga mengetahui maksud pangeran Ghalik membujuknya agar mau tunduk dan bekerja di bawah perintahnya. Hanyalah ingin dimanfaatkan untuk mengorek keterangannya di mana adanya para jago-jago yang membantu kerajaan Song, yang hendak ditumpas oleh pangeran Ghalik ini. Sedang Yo Him rebah gulak gulik di pembaringannya itu, tiba-tiba dia mendengar suara yang ringan sekali di luar jendela kamarnya dibarengi kemudian dengan ketukan perlahan. "Yo kongcu, mari kau ikut aku......!" Terdengar suara yang halus di luar jendela. Yo Him terkejut, dia telah melompat turun dari pembaringan. Liu Ong Kiang dan Cin Piauw Ho pun telah terbangun dari tidur mereka. Rupanya ke dua orang inipun telah mendengar suara ketukan di jendela itu, dan ke duanya sedang memandang pada Yo Him dengan sorot mata tanda tanya. Ko Tie dan Wang Put Liong waktu itu tengah tertidur nyenyak. Yo Him mengangguk pada Liu Ong Kiang dan Cin Piauw Ho, dia mendekati jendela. Dia mengenali bahwa suara orang di luar jendela itu adalah suaranya Sasana puteri dari pangeran Ghalik yang telah bertemu dengannya malam ke marin. Didorongnya daun jendela itu dengan waspada karena dia kuatir nanti Sasana berlaku licik membokongnya. Tetapi hanya angin malam menghembus. Tampak sesosok bayangan tengah berlarilari dengan tangan dilambaikan padanya. Yo Him hanya bimbang sejenak, kemudian katanya pada Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang. "Aku akan pergi sebentar, segera aku kembali!" Dan tubuh Yo Him gesit sekali melompat keluar dari jendela itu. Sosok tubuh yang tengah berlari-lari itu yang tidak lain dari Sasana, berlari gesit dan cepat sekali. Di bawah sinar cahaya rembulan, tampak tubuh yang langsing itu bagaikan selembar daun yang melayang-layang di tengah udara. Yo Him mengejarnya. Tetapi Sasana tidak menghentikan larinya. Dia berlari terus menuju ke arah timur, dan akhirnya tiba di suatu tempat yang banyak sekali ditumbuhi pohon-pohon bunga beraneka warna. Itulah taman dari istana atau perbentengan pangeran Ghalik tersebut. Yo Him pun telah tiba dengan cepat. Sasana sudah tidak berlari lagi, dia berdiri agung dan cantik sekali. Pakaiannya yang reboh, dengan paras mukanya yang cantik dan rambutnya yang disanggul dua, tampak dia bagaikan seorang dewi yang baru turun dari kahyangan, yang tengah menantikan Yo Him dengan bibir tersungging senyuman yang manis. Yo Him telah merangkapkan tangannya, tanyanya. "Ada urusan apakah di malam larut seperti ini nona mengundangku datang ke tempat ini?" Sasana mengawasi Yo Him sejenak, kemudian dia menyahut. "Ada sesuatu yang penting ingin kubicarakan denganmu Yo kongcu!" "Urusan apakah itu?" Tanya Yo Him heran. "Apakah tidak lebih baik jika memang besok siang saja nona menyampaikannya?" Sasana menggeleng perlahan. "Inilah untuk keselamatanmu juga Yo kongcu juga kawankawanmu itu......!" Menjelaskan Sasana. Yo Him heran, diapun terkejut, hatinya tercekat, tanyanya. "Apakah itu nona? Apa maksudmu dengan mengatakan untuk keselamatan kami?" Sasana menghela napas. "Sesungguhnya aku sebagai puteri dari ayahku, tidak dapat aku memberitahukan rahasia ini kepadamu, tetapi kemarin malam aku telah menjanjikan padamu akan bantu membebaskan kawanmu itu...... karena itu aku terpaksa harus memberitahukan juga urusan ini padamu......!" Yo Him berdiam saja mendengarkan dengan penuh perhatian, dan diam-diam hatinyapun memuji akan kecantikan gadis di hadapannya ini, yang memang memiliki kecantikan yang luar biasa. "Sesungguhnya, Tiat To Hoat-ong telah diperintahkan ayah untuk pergi ke kotaraja guna memberikan laporan kepada Kaisar mengenai perkembangan dunia Kang-ouw belakangan ini dan dia memang menerima tugas itu, namun mminta pengunduran waktu keberangkatannya itu selama tiga hari!" Menjelaskan Sasana. "Kukira urusan Koksu negara kalian itu tidak ada hubungannya dengan kami!" Kata Yo Him. Sasana mengangguk. "Seharusnya memang begitu!" Menyahuti Sasana. "Tetapi sekarang ini lain urusannya. Tiat To Hoat-ong rupanya mengajukan permintaan untuk pengunduran hari keberangkatannya itu, rupanya memang memiliki rencana sendiri, yang ingin dilakukannya di luar tahu ayahku!" "Urusan apakah yang nona maksudkan?" Tanya Yo Him akhirnya. "Rupanya Tiat To Hoat-ong tidak puas atas sikap ayahku yang berusaha untuk memperlakukan kau dengan baik, juga telah perintahkan tabib-tabib ayah untuk mengobati penyakit dan luka dari kawan-kawanmu itu..... Dia memiliki maksud yang terkandung di hatinya, maksud yang jahat dan buruk sekali...... di mana Koksu negara kami itu ingin membinasakan kalian semua, yang telah diatur sedemikian rupa agar tampaknya kalian terbinasa karena kecelakaan......!" Muka Yo Him berobah. Sedangkan Sasana telah meneruskan ceritanya. "Kebetulan sekali sore itu aku tengah berada di ruangan belakang istana ayah. Aku melihat sesosok bayangan yang berkelebat gesit sekali. Aku mengejarnya secara diam-diam untuk membuntutinya. Dia adalah Lonang Shing, orang kepercayaan Tiat To Hoat-ong, yang baru sebulan lebih tiba di Tiong-goan ini datang dari Mongolia atas undangan Koksu......! "Aku mengikuti terus, di mana Lonang Shing menuju ke kamarnya Tiat To Hoat-ong, mereka bicara kasak-kusuk. Aku tidak berani menghampiri terlalu dekat jendela kamar Koksu karena itu aku tidak bisa mendengar jelas percakapan mereka, hanya tidak lama kemudian kulihat Lonang Shing telah keluar pula dari kamar Koksu dan menuju ke tempat berkumpulnya para pahlawan ayah......! "Lonang Shing telah menemui beberapa orang pahlawan secara diam-diam, aku telah berhasil pula mendengar percakapan mereka. Ternyata mereka mengandung maksud buruk terhadap kalian. Yang akan dibinasakan besok menjelang magrib, di mana kalian akan diundang untuk menghadiri jamuan perpisahan atas keberangkatan Tiat To Hoat-ong dalam perjamuan itu, kalian akan diracuni......!" "Ah!" Berseru Yo Him kaget. Sasana menghela napas dan katanya lagi. "Inilah memang kebetulan sekali, kuketahui maksud buruk mereka! Itu belum hebat, ternyata rencana mereka bukan hanya sekedar membinasakan kalian berempat yaitu kau bersama she Cin dan Liu beserta si bocah kecil yang bersama kalian. Tetapi urusan ini memiliki ekor yang tidak singkat buat ayahku, karena Tiat To Hoatong pun telah mempersiapkan laporan yang akan disampaikan kepada Kaisar, bahwa ayahku telah berserikat dengan kau untuk melakukan pemberontakan! Itulah fitnahan yang dilontarkan kepada ayahku!" Yo Him jadi heran berbareng kaget. "Bukankah pangeran Ghalik itu merupakan orang kepercayaan Kaisar kalian? Ayahmu memiliki kekuasaan penuh untuk seluruh angkatan perang Mongolia......" Sasana mengangguk mengiyakan, namun dia menerangkan. "Benar apa yang kau katakan itu, Yo kongcu. Tapi Tiat To Hoatong pun bukan manusia tolol. Dia mengerti dan yakin bahwa Kaisar tentu tidak akan mempercayai begitu saja laporannya. Tentu Kaisar kami akan mengirim orang-orangnya untuk melakukan penyelidikan. "Tetapi Tiat To Hoat-ong telah memiliki bahan yang cukup kuat untuk fitnahnya itu, di mana dia jika berhasil membinasakan kau bersama ketiga orang kawanmu itu. Bukankah dia dapat saja meyakinkan Kaisar bahwa memiliki hubungan dengan Sin-tiauwtay-hiap Yo Ko dan para pendekar bekas kerajaan Song kalian? Bukankah kau terbunuh di dalam istananya ayahku? "Dan engkaupun telah diperlakukan demikian manis oleh ayahku, yang telah mengundang dan menjamu kalian, di mana hampir seluruh penghuni istana ini melihatnya? Jika memang utusan Kaisar datang melakukan penyelidikan, tentu Tiat To Hoat-ong menang angin, sedikit banyak cerita dari penghuni istana ini akan memperkuat fitnahnya itu......!" Yo Him hanya berdiam diri saja dengan mengerutkan sapasang alisnya. Dia tidak menyangka sama sekali di antara pangeran Ghalik dengan Koksu negara Mongolia tersebut terdapat bentrokan seperti ini, saling cakar demikian rupa. Padahal, Yo Him pernah melihat bahwa Tiat To Hoat-ong merupakan jago andalan dari pangeran Ghalik. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Maka agak luar biasa jika terjadi pangeran Ghalik dengan Tiat To Hoat-ong cakar-cakaran merebut pengaruh. "Mengenai urusan ini," Kata Sasana lagi. "Ayahku belum lagi mengetahuinya. Ayahku baru dapat menduga-duga tentang maksud buruk Tiat To Hoat-ong namun belum mengetahui keseluruhnya. Hanya aku yang secara keseluruhan mengetahui rencana busuk dari koksu itu. "Lalu apa yang ingin nona lakukan?" Tanya Yo Him. "Tentu saja, tanpa bukti tidak bisa aku bertindak," Kata Sasana. "Tiat To Hoat-ong setelah mencelakai kalian segera akan meninggalkan tempat ini untuk pergi ke kotaraja. Racun yang dipergunakannya itu adalah racun yang bekerja lambat sekali, di mana baru bekerja selewatnya lima hari. "Biarpun bekerja lambat, racun itupun merupakan racun yang tidak pernah dapat ditarik jiwanya dari genggaman elmaut! Racun itu diolah dari nyalinya ular berbisa, nyali kelabang, nyali kalajengking, nyali kodok hitam, dan juga beberapa macam nyali dari binatangbinatang berbisa lainnya, sehingga merupakan racun yang luar biasa......!" Yo Him tercekat hatinya. Walaupun bagaimana dia tak menyangka bahwa Tiat To Hoat-ong akan mengambil tindakan sekeji itu. "Jika memang Tiat To Hoat-ong telah berangkat ke kotaraja. Lewat beberapa hari racun itu baru bekerja, dengan demikian pihakmu akan menduga bahwa ayahku yang telah meracuni kalian dan itu merupakan suatu keuntungan buat Tiat To Hoat-ong, karena dia berhasil mengadu domba antara pihakmu dengan ayahku? Sedangkan pada Kaisar dia bisa menyampaikan bahwa itu adalah jasanya dan juga akan melontarkan fitnah yang berat sekalipada ayahku!" "Jadi maksud nona?" Tanya Yo Him. "Seperti yang telah kukatakan padamu bahwa aku ingin mengadakan jual beli denganmu. Persoalan ini belum diketahui oleh ayahku maka dari itu, aku yang memberikan janji padamu, bahwa ketiga orang sahabatmu akan kubebaskan, setelah itu kau sendiri harus membantu aku untuk melindungi ayahku, menghadapi orang-orangnya Tiat To Hoat-ong!" Yo Him bimbang, dia berdiam diri sejenak lamanya, tidak memberikan jawaban terhadap "tawaran" Istimewa gadis tersebut. Sasana mengawasi Yo Him dengan sinar mata yang berkilauan. Di bawah sinarnya rembulan yang menerangi tempat itu, dengan berada di taman bunga yang penuh pohon-pohon bunga beraneka warna, si gadis demikian cantik. Sinar matanya itupun menggoncangkan perasaan Yo Him. Tetapi cepat sekali Yo Him bisa mengendalikan perasaannya, dia mengangguk. "Baiklah, jika memang benar apa yang dikatakan oleh nona mengenai rencana busuk Tiat To Hoat-ong terhadap diriku dan kawan-kawan itu, aku bersedia membantumu! Tetapi perlu kutegaskan di sini, bahwa aku tidak menjanjikan untuk membantu ayahmu. "Jika sekarang aku menyanggupi itupun hanya untukmu, dengan adanya jual beli di antara kita! Juga bantuanku hanya terbatas melindungi ayahmu dari tangan jahat Tiat To Hoat-ong aku tidak mengatakan akan melindungi keseluruhannya. Sebab di luar dari urusan ayahmu dengan Tiat To Hoat-ong, bukanlah menjadi urusanku lagi!" "Itupun telah lebih dari cukup!" Kata Sasana sambil tersenyum dan wajahnya berseri-seri. "Terima kasih Yo kongcu dengan kesediaanmu untuk membantuku, maka semua urusan tentu dapat dibereskan dengan baik! Jiwa ayahku tentu bisa terhindar dari bencana!" Yo Him mengawasi si gadis beberapa saat lamanya, di mana tampak wajah Sasana berseri-seri dan di bawah cahaya rembulan begitu cantik, senyumnya pun menawan sekali. Pemuda ini jadi menghela napas. katanya dengan suara yang agak perlahan. "Nona, mengenai janjiku itu memang akan kutepati, tetapi aku tidak berani memastikan akan berhasil membantumu menghadapi Tiat To Hoat-ong dengan orang-orangnya. Aku hanya berjanji akan membantumu sekuat tenaga dan engkau juga akan membebaskan kawan-kawanku, sedangkan mengenai kekuatan Tiat To Hoat-ong dengan orang-orangnya itu hanya engkau juga yang mengetahuinya. "Benar, itu adalah urusanku. Tapi yang kubutuhkan adalah bantuanmu, Yo kongcu, karena hanya engkau yang pasti dapat menghadapi Tiat To Hoat-ong, sedangkan orang-orangnya itu adalah urusanku dan ayahku di mana kami akan sanggup menghadapinya. Asal memang kau sedia membantu kami dan menepati janjimu, semuanya akan beres." Setelah berkata begitu, Sasana telah mengerling sejenak pada Yo Him, lalu melanjutkan lagi perkataannya. "Besok malam kawankawanmu itu akan kubebaskan...... dan Yo Kongcu kau boleh memberitahukan pada mereka agar bersiap-siap!" Yo Him mengangguk. Sasana telah memutar tubuhnya untuk berlalu. Yo Him pun telah kembali ke kamarnya. Dia menceritakan semuanya ini pada Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang. Sedangkan Wang Put Liong yang waktu itu telah terbangun juga mendengarkan cerita tersebut. Tampaknya Wang Put Liong jadi gelisah sekali. "Wang Locianpwe, kau boleh menungguku di markas Kay-pang bersama dengan Liu Locianpwe!" Kata Yo Him. Kemudian dia menoleh kepada Cin Piauw Ho, katanya. "Kesehatanmu telah pulih walaupun racun yang mengendap di tubuhmu belum bisa dilenyapkan, Cin toako! Maka jika memang kau berhasil meninggalkan tempat ini, tentu kau bisa pergi ke Cialeng-kwan. Mudah-mudahan saja kau bisa memperoleh penawar racun yang tepat dalam waktu-waktu yang dekat, namun disamping itu akupun akan mencari obat untukmu Cin toako. Jika urusan di sini telah selesai, aku akan segera menyusulmu ke Cialeng-kwan." Cin Piauw Ho menghela napas dalam-dalam, kemudian katanya. "Baiklah, terima kasih atas bantuan yang selama ini diberikan Yo Siauwhiap!" Yo Him juga telah berpesan kepada Liu Ong Kiang untuk membawa serta Ko Tie meninggalkan tempat itu, di mana Yo Him menjanjikan dalam beberapa bulan mendatang nanti ia akan mengunjungi markas Kay-pang untuk menjemput Ko Tie kembali, disamping itu tentu karena pada orang tersebut terdapat urusan yang penting sekali. Juga Yo Him telah berkata kepada Liu Ong Kiang, agar setelah nanti keluar dari istana pangeran Ghalik ini Liu Ong Kiang boleh menyelsaikan urusan Kay-pang yang tengah goyah mengalami perpecahan itu. Liu Ong Kiang tidak membantah, hanya saja yang memberatkan hatinya ia kuatirkan keselamatan Yo Him. Sebab dengan berada seorang diri di dalam istananya pangeran Ghalik ini sama saja Yo Him dengan berada di kandang harimau, yang sewaktu-waktu bisa menerkamnya. Malah Liu Ong Kiang meragukan Sasana, yang dikuatirkannya justeru tengah memasang penangkap untuk Yo Him di mana pangeran Ghalik memang sengaja memperalat puterinya yang jelita itu untuk menjebak Yo Him. Namun Yo Him telah tetap dengan keputusannya. Keesokan malamnya, dalam kesunyian malam yang telah begitu larut dan juga kepekatan di sekitar istananya pangeran Ghalik, tampak beberapa sosok tubuh tengah bergerak perlahan-lahan menuju ke pintu istana pintu gerbang yang besar dan megah itu. Dua orang penjaga yang melihat sosok tubuh itu segera membentak dengan suara yang keras. "Siapa?" "Aku! Cepat buka pintu!" Menyahuti salah seorang sosok tubuh itu dengan suara yang nyaring, suara seorang wanita. Salah seorang penjaga pintu istana itu mengangkat tinggi-tinggi pelita tengtoleng di tangannya, sehingga dia dapat melihat jelas orang di depannya. Seorang gadis yang cantik jelita sedangkan di belakangnya tampak empat orang lelaki yang dikenalnya sebagai "tamu istimewa" Dari pangeran Ghalik, bersama mereka juga tampak seorang anak lelaki. "Oh Kuncu?" Seru mereka kaget. Dan tanpa banyak rewel lagi mereka segera membuka pintu gerbang istana. Ternyata gadis yang cantik jelita itu tidak lain dari Sasana bersamasama, dengan Yo Him, Cin Piauw Ho, Liu Ong Kiang, Wang Put Liong dan Ko Tie. Setelah pintu gerbang terpentang Yo Him merangkapkan tangannya memberi hormat kepada Cin Piauw Ho, Liu Ong Kiang dan Wang Put Liong, di mana waktu itu Wang Put Liong yang sepasang tangannya masih terborgol oleh rantai besi, tengah digendong oleh Cin Piauw Ho, sedangkan Ko Tie digendong oleh Liu Ong Kiang. "Cin toako, Wang Locianpwe, selamat jalan! Juga kau Ko Tie, selama dalam perjalanan, kau tidak boleh nakal, ya?! Kau tunggu aku di tempatnya Liu Locianpwe. Nanti aku akan datang menjemputmu!" Ko Tie mengiyakan, padahal di hati bocah itu merasa berat untuk berpisah dengan Yo Him, namun dia tidak berani mengemukakan perasaannya. Begitulah, Cin Piauw Ho, Wang Put Liong, Liu Ong Kiang dan Ko Tie telah meninggalkan istana yang mirip perbentengan tersebut. Namun baru saja mereka melangkah beberapa tindak tiba-tiba dari arah belakang mereka telah menyambar angin yang berkesiuran cepat sekali ke punggung Liu Ong Kiang. Ternyata itulah beberapa batang jarum yang tengah menyambar ke jalandarah-jalandarah yang mematikan di tubuh Liu Ong Kiang dan Cin Piauw Ho. Yo Him yang mengetahui itu, jadi terkejut. Dilihatnya jarum-jarum itu menyambar dengan tenaga timpukan yang sangat kuat sekali. Maka Yo Him telah mengebut dengan lengan bajunya, di mana jarum-jarum itu telah runtuh ke tanah sebelum tiba pada sasarannya. "Mau pergi kemanakah, tuan?" Tegur suara yang dingin, namun bengis sekali. "Apakah pelayanan kami selama ini kurang baik, sehingga kalian ingin meninggalkan tempat kami secara diamdiam seperti ini?!" Semua orang menoleh, tampak beberapa sosok tubuh berdiri di dekat tembok istana ini, di tempat yang agak terhindar dari penerangan api tengtonglengnya si penjaga pintu gerbang tersebut. Salah seorang di antara mereka yang berdiri paling depan, yang memiliki bentuk tubuh yang tinggi besar, dan juga dilihat dari cara berpakaiannya itu tidak lain dari Tiat To Hoat-ong. Muka Sasana jadi berobah ketika melihat Koksu negaranya itu. Dia telah mengawasi sejenak, namun puteri pangeran Ghalik ini cepat dapat menguasai perasaannya. Dia telah berkata dengan disertai senyumnya. "Oh, Koksu? Kebetulan sekali, ada sesuatu yang ingin kusampaikan?" Tiat To Hoat-ong melangkah maju beberapa langkah ke depan, membungkukkan tubuhnya sedikit memberi hormat lalu dengan muka yang bengis dan dingin. Dia bilang. "Kuncu, kebetulan sekali aku lewat di tempat ini dan melihat kalian......! Tetapi yang membuatku jadi heran, mengapa mereka ini, tamu-tamu kita yang terhormat tampaknya ingin meninggalkan istana ayahmu. Merekapun tampaknya semuanya membawa perbekalan seperti juga akan melakukan suatu perjalanan yang jauh......!" Sasana mengerti, itulah kata-kata sindiran dari Koksu negara. Tetapi Sasana telah tersenyum, katanya dengan sikap yang tenang. "Mereka telah menemui ayahku, telah meminta ijin untuk meninggalkan tempat ini!" "Lalu pangeran telah mengijinkan mereka pergi?" Tanya Tiat To Hoat-ong sambil memperdengarkan suara tertawa dingin. "Ya!" Sasana mengangguk. "Memang ayahku telah memberikan ijin......!" "Hmmm seperti Kuncu ketahui, setiap orang di dalam istana ini, kecuali pangeran dan aku, maka yang hendak keluar dari istana ini harus memiliki "surat jalan" Yang ditandatangani oleh pangeran! Tentu peraturan yang, dikeluarkan oleh ayah Kuncu diketahui jelas olehmu, bukan?!" Muka si gadis jadi berobah merah, ternyata Tiat To Hoat-ong memang mendesaknya terus. Dan belum lagi si gadis sempat mencarikan jawaban yang tepat, Tiat To Hoat-ong telah menoleh kepada Yo Him dengan sorot mata yang tajam bengis sekali, namun ia membungkukkan sedikit tubuhnya dengan agak memberi hormat, dia bilang dengan suara yang dingin. "Hawa udara di malam selarut ini dingin sekali, harap tuan-tuan kembali ke tempat kalian. Karena salah-salah nanti kesehatan kalian terganggu." Yo Him memandang pada Sasana, dia seperti menantikan keputusan dari puteri pangeran Ghalik tersebut. Sedangkan Sasana waktu itu telah mengambil keputusan, diapun berkata dengan suara yang nyaring. "Koksu! Kau dengarlah! Untuk sekali ayah tergesa-gesa, sehingga ayahku lupa untuk memberikan surat jalan yang seperti Koksu katakan tadi! Memang merekapun adalah merupakan tamu-tamu istimewa, sehingga mereka tidak memerlukan segala macam peraturan seperti itu! Mereka adalah kesatria ternama, maka jika memang harus ikuti peraturan yang ada itu tentunya kukira kurang begitu menyenangkan untuk mereka......!" "Begini saja Kuncu, kita kembali dulu ke dalam, di mana kita pergi menghadap pada ayah Kuncu, dan nanti setelah pangeran menyatakan mereka memang tidak perlu surat jalan untuk keluar dari istana ini, akupun tentu tidak berani untuk merintanginya......! "Terlebih lagi selama berada di sini, aku bertugas untuk menjaga keselamatan pangeran dan juga seluruh istana ini berada dalam penguasaanku, itu semua untuk keselamatan kalian juga! Tidak bisa aku bersikap sembarangan, setidak-tidaknya setiap peraturan yang telah diadakan oleh pangeran jelas tidak bisa dilanggar oleh siapapun juga. Semua ini untuk keselamatan dari seluruh penghuni istana ini juga! Maafkanlah Kuncu aku hanya sekedar menjalankan tugas......" Muka Sasana berubah merah. Biasanya Tiat To Hoat-ong tidak pernah membantah perkataannya. Sebagai puteri dari pangeran Ghalik, yang menjadi orang kepercayaan utama dari kaisar dan memiliki kehidupan yang mutlak, mutlak terhadap angkatan perang kerajaan, tentu saja Sasana merupakan orang yang agung dan dihormati sekali. Namun malam ini, tampaknya Tiat To Hoat-ong memang ingin mencegah kepergian dari Cin Piauw Ho dan yang lain-lain tersebut, tanpa memperdulikan Sasana pula. "Koksu!" Kata Sasana dengan suara yang nyaring. "Apa yang kukatakan adalah yang sebenarnya! Apakah memang Koksu tidak mempercayai perkataanku? Jika memang kita pergi menemui ayahku, akan sama pula jawabannya......!" Tiat To Hoat-ong tersenyum dengan sikap tawar. "Tetapi jika memang aku mendengarnya langsung dari pangeran, tentu hal itu berarti aku tidak menyalahi tugasku ini!" Menyahuti Tiat To Hoat-ong. Melihat keadaan semakin runyam seperti ini, tiba-tiba Sasana teringat sesuatu maka katanya sambil mengawasi Tiat To Hoatong. "Koksu kudengar malam ini seharusnya Koksu sudah berangkat ke kota raja untuk memberikan laporan kepada Kaisar! Tapi mengapa Koksu belum berangkat? Lagi pula kekuasaan untuk keamanan istana ini, seluruhnya telah diserahkan kepada Gochin Talu!" Koksu negara tersebut tersenyum. "Kebetulan sekali kesehatanku terganggu, memang benar perkataan Kuncu bahwa keberangkatanku ke kota raja ditunda dua hari lagi sampai kesehatanku pulih!" Menyahuti Koksu tersebut. "Karena itu, walaupun seluruh wewenang mengadakan penjagaan untuk keamanan istana ini telah diserahkan kepada Gochin Talu, tokh aku tetap bertanggung jawab penuh akan keamanan di tempat ini selama aku berada di sini? Bukankah Gocin Talu ini, hanyalah memang merupakan wakilku semata jika aku tidak berada di tempat?" Tiat To Hoat-ong tersenyum. Sasana terdesak lagi, sedangkan Yo Him telah melihat keadaan semakin tidak beres, sedangkan anak buah Tiat To Hoat-ong, tujuh orang pendeta Mongolia yang berpakaian sama dengan Tiat To Hoat-ong, hanya usia mereka semuanya mungkin baru tigapuluhan tahun, telah menghampiri berdiri di belakang Tiat To Hoat-ong, menahan kepergian Cin Piauw Ho dan yang lainnya mempergunakan jarum rahasianya itu, maka memperlihatkan bahwa Tiat To Hoat-ong tidak main-main untuk mencegah kepergian mereka. Jelas walaupun bagaimana koksu negara itu akan berusaha menahan kepergian Cin Piauw Ho dan lainnya. "Kuncu," Kata Yo Him kepada Sasana. "Jika memang urusan yang dikatakan oleh Taysu itu merupakan suatu peraturan di sini, apa salahnya jika Kuncu tolong pergi mengambilkan "surat jalan" Yang dimaksudkan oleh Taysu? Bukankah Kuncu bisa pergi menemui ayahmu dan meminta "surat jalan" Itu?" Tiat To Hoat-ong tertawa menyeringai, katanya. "Ya, jika memang Kuncu bersedia untuk pergi menghadap pangeran hanya seorang diri, itupun tidak ada halangannya. Tetapi kuharap tuan-tuan kembali dulu ke tempat kalian! Kukira alangkah baiknya jika kalian meninggalkan tempat ini besok pagi, dengan melakukan perjalanan di tengah malam begini bukankah merupakan perjalanan yang menyebalkan?" Setelah berkata begitu Tiat To Hoat-ong mengambil sikap seperti mempersilahkan Yo Him dan yang lainnya untuk kembali ke dalam istana. Sedangkan Sasana mengawasi Koksu itu dengan sepasang alis yang mengkerut, otaknya bekerja keras sekali, untuk mencari jalan guna menyingkirkan Koksu tersebut. Dilihatnya ke tujuh pendeta muda, yang diketahui oleh Sasana merupakan kawan-kawan Tiat To Hoat-ong, yang baru datang dari Mongolia belum lama yang lalu, telah memperlihatkan sikap bersiap-siap untuk menghadapi sesuatu. Merekapun tampaknya memiliki kepandaian yang tidak rendah. Diam-diam di hati Sasana juga telah menimbang-nimbang menakar kekuatan. Yo Him memang bisa menghadapi Tiat To Hoat-ong. Walaupun belum dapat dipastikan Yo Him bisa merubuhkan Koksu negara yang sangat lihay itu di mana kepandaiannya tinggi sekali. Namun sedikitnya Tiat To Hoat-ong juga tidak bisa berbuat banyak pada Yo Him. Sedangkan yang diragukan Sasana adalah ke tujuh orang anak buah Tiat To Hoatong itu. Sasana mungkin bisa menghadapi dua orang di antara mereka. Lalu yang lima orang lagi siapa yang menghadapinya? Cin Piauw Ho baru saja sembuh dari keracunan itupun belum sembuh keseluruhan, di mana racun yang mengendap di tubuhnya belum lagi bisa dipunahkan. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dengan demikian, tenaga dalamnya belum lagi dipergunakan karena tidak bisa dikerahkan. Sekali saja Cin Piauw Ho mengempos semangat dan tenaga lweekangnya, sehingga hawa murninya bergolak, berarti bisa membahayakan keselamatannya, racun yang mengendap dalam darahnya akan menerjang ke jantung. Begitu pula Liu Ong Kiang, diapun tengah terluka, walaupun lukanya itu telah mulai pulih tokh semangatnya tidak bisa dipergunakan penuh keseluruhannya. Dan yang paling utama Liu Ong Kiang tidak dapat bergerak dengan leluasa. Wang Put Liong pun dalam keadaan terborgol. Sedangkan Ko Tie tidak memiliki kepandaian apa-apa. Jika memang sampai terjadi pertempuran di antara mereka berarti yang akan menderita kerugian adalah pihaknya. Maka Sasana akhirnya mengambil sikap lunak, katanya. "Baiklah, jika memang Taysu menghendakinya begitu, biarlah nanti aku akan memberitahukan pada ayah. Agar ayah bisa memberikan apa yang dikehendaki oleh Taysu! Nah Yo kongcu, marilah ajak kawankawanmu untuk kembali......!" Tiat To Hoat-ong memperdengarkan tertawa dingin, sikapnya sinis sekali. "Kuncu, jika memang beberapa hari mendatang nanti aku telah berangkat ke kota raja, kuharap saja, tidak terjadi peristiwa seperti sekarang ini, di mana pangeran lupa memberikan "surat jalan" Yang diperlukan para tamu-tamu kita itu. Engkau yang harus mengingatkannya, karena kukira Gochin Talu tidak akan mengambil sikap seperti yang kulakukan. Dia seorang yang memiliki sifat yang kasar dan tidak mengenal kesopanan, dikuatirkan nanti dia melakukan sesuatu yang bisa mendatangkan malu untuk kita...... di mana dia bertindak kurang hormat pada tamu-tamu kita ini!" Sasana mengerti, itulah ancaman yang diberikan oleh Tiat To Hoat-ong. Sama saja arti perkataannya itu dengan ingin mengatakan bahwa Gochin Talu adalah anak buahnya juga. Kemungkinan besar jika terjadi Sasana berusaha meloloskan "tawanan istimewa" Tersebut, berarti Gochin Talu akan mengambil tindakan tegas dengan meperlakukan mereka dengan tindakan yang agak kasar. Untuk kata-kata itu Sasana telah tertawa tawar. Kemudian bersama-sama Yo Him serta yang lainnya telah kembali ke dalam. Sedangkan Tiat To Hoat-ong telah mengawasi kepergian Sasana bersama dengan tamu-tamu istimewa tersebut. Setelah mereka lenyap dari pandangan mata, Koksu negara itu telah menoleh kepada ke tujuh pendeta Mongolia katanya. "Kalian berdiam di sini, larang setiap orang keluar dari pintu gerbang ini, tidak seorangpun diijinkan untuk meninggalkan istana ini. Siapa yang bersikeras dan memaksa, kalian boleh menangkapnya dan menahannya!" "Kami menerima perintah Koksu!" Menyahuti ke tujuh pendeta itu. Merekapun memperlihatkan sikap yang menghormat sekali. Tiat To Hoat-ong bergegas menuju ke tempat kediaman pangeran Ghalik, yaitu di dekat bagian tengah istana itu. Di mana penjagaan di istana tersebut ketat sekali. Tetapi karena Koksu yang masuk, maka tidak ada seorang penjaga yang mencegahnya. Ketika sampai di ruangan dalam, Tiat To Hoat-ong melihat di muka sebuah kamar, berdiri dua orang, yang tidak lain dari Liong Tie Siang dan seorang pendeta Mongolia berusia empatpuluh tahun. Ke dua orang tersebut yang melihat Tiat To Hoat-ong segera menghampirinya dengan segera. Malah Liong Tie Siang telah mengedipkan matanya, tangannya menunjuk ke dalam kamar. "Pangeran Ghalik berada di kamarnya, tampaknya ada sesuatu yang tengah menyusahkan hatinya!" Bisik Liong Tie Siang perlahan pada Koksu negara itu. Tiat To Hoat-ong mengangguk, dia menoleh kepada pendeta Mongolia yang berusia empatpuluh tahun lebih, katanya. "Lengky Lumi sejak sekarang kau memiliki tugas baru! Awasi manusia she Yo itu dan kawan-kawannya. Jika memang mereka melakukan sesuatu yang mencurigakan, segera laporkan kapadaku. Jika memang terpaksa engkau boleh segera turun tangan untuk menangkap atau membinasakan mereka! "Tadi ada seorang kawan kita yang telah melaporkan maksud mereka yang hendak meninggalkan istana secara diam-diam, untung aku masih keburu menghalanginya, sehingga mereka tidak sampai keburu meninggalkan tempat ini. Tampaknya Kuncu Sasana berdiri di pihak mereka, dan juga putri dari pangeran Ghalik itu telah mengetahui maksud kita. Dia yang berusaha meloloskan orang-orang itu! Rencana yang telah kita atur sebelumnya berjalan sebagaimana telah ditetapkan......" Lengky Lumi telah merangkapkan tangan memberi hormat, diapun berlalu meninggalkan tempat itu. Lengky Lumi adalah seorang pendeta Mongolia yang tangguh, ia memiliki latihan Yoga yang tinggi sekali, terutama sekali ilmu gulatnya. Memang baru empat bulan lebih dia datang ke daratan Tiong-goan, untuk diperbantukan pada pangeran Ghalik. Namun diam-diam, dia pun telah berhasil dipengaruhi oleh Tiat To Hoat-ong, di mana Lengky Lumi akhirnya bekerja untuk Tiat To Hoat-ong, bukannya mengawal keselamatan pangeran Ghalik. Malah Lengky Lumi merupakan mata-mata yang selalu mengawasi pada setiap gerak geriknya pangeran tersebut yang selalu melaporkan sesuatunya kepada Tiat To Hoat-ong. Setelah Lengky Lumi pergi, Tiat To Hoat-ong berkata pada Liong Tie Siang. "Dan kau tetap diam di sini. Nanti jika ada sesuatu yang penting aku akan segera memanggilmu. Aku hendak pergi menemui pangeran.....!" Liong Tie Siang mengangguk, dilihatnya Tiat To Hoat-ong dengan langkah lebar telah mendekati pintu kamar. Kamar itu adalah kamar pribadi pangeran Ghalik, di mana pangeran tersebut memang berada di dalamnya. Tadi pangeran Ghalik telah perintahkan Liong Tie Siang dan Lengky Lumi untuk mengadakan penjagaan di muka kamarnya, siapapun dilarang mengganggunya. Tetapi justru sekali yang ingin masuk ke dalam kamar itu adalah Tiat To Hoat-ong dengan demikian Liong Tie Siang berdiam diri saja. Tiat To Hoat-ong telah sampai di depan pintu kamar, Koksu ini telah berdiam sejenak mendengarkan. Dia mendengar suara langkah kaki yang berat satu-satu. Tampaknya pangeran Ghalik memang belum tidur. Tengah berjalan mondar-mandir dalam kamarnya. Setelah mendengarkan sekian lama akhirnya Tiat To Hoat-ong mengetuk pintu itu. "Siapa?" Terdengar suara pangeran Ghalik yang bertanya dengan mempergunakan bahasa Mongolia. "Ada sesuatu yang penting hendak dilaporkan. Apakah aku boleh mengganggu sebentar?!" Menyahuti Tiat To Hoat-ong. "Hmm!" Terdengar suara pangeran Ghalik disusul kemudian dengan suara dibukanya pintu, lalu daun pintu terpentang. Tampak pangeran Ghalik sendiri yang membuka pintu tersebut. "Ada urusan penting apakah malam selarut ini koksu menghadap?" Tiat To Hoat-ong membungkukkan sedikit tubuhnya, katanya. "Baru saja tadi aku dapat menyelesaikan suatu urusan yang mungkin tidak kecil, dan ingin memperoleh keterangan dari pangeran mengenai keadaan yang sebenarnya!" Kemudian Tiat To Hoat-ong melangkah masuk. Pangeran Ghalik mempersilahkan Koksu negara yang memiliki kepandaian tinggi itu untuk duduk di sebuah kursi di hadapannya. Dipandanginya Tiat To Hoat-ong dengan sorot mata menyelidik, kemudian tanyanya. "Urusan apa yang ingin dilaporkan Koksu hingga tampak Koksu begitu tergopoh-gopoh dan hendak melaporkan sendiri?!" Tiat To Hoat-ong memperlihatkan senyum tawar. Dia bilang dengan sikap sinis. "Tadi Kuncu Sasana ingin mengijinkan orang she Yo dan beberapa orang tawanan lainnya, termasuk orang she Wang yang kita tahan di kamar khusus itu, untuk meninggalkan istana ini. Menurut Kuncu, semua itu adalah atas persetujuan dari pangeran! "Tetapi, karena seperti peraturan,yang telah dikeluarkan oleh pangeran, selain pangeran dan aku berdua, maka setiap orang yang hendak meninggalkan istana harus membawa surat ijin keluar dari pangeran. Namun mereka tidak memiliki surat ijin keluar itu, maka telah kularang mereka meninggalkan istana. Sekarang, yang ingin kuketahui, apakah semua itu benar atas perintah pangeran?!" Muka pangeran Ghalik berobah, dia memandang heran pada Tiat To Hoat-ong beberapa saat lamanya, sampai akhirnya mengangguk perlahan. "Benar....! Memang semua itu atas ijinku!" Muka Tiat To Hoat-ong berobah merah, tampaknya dia tidak puas. Lalu katanya. "Tetapi pangeran, bukankah orang she Yo itu merupakan tawanan penting, dari dia kita bisa memperoleh keterangan-keterangan penting yang kita butuhkan mengenai keadaan orang-orang yang pernah membantu kerajaan Song yang telah runtuh itu? Dengan dilepasnya mereka, jelas hal ini akan mempersulit kita juga......!" Pangeran Ghalik tidak segera menyahuti, dia telah bangun dari duduknya, berjalan perlahan-lahan ke arah jendelanya. Lama dia memandang keluar jendelanya, mengawasi kegelapan malam. Waktu itu otaknya tengah bekerja keras. Karena sebelum Tiat To Hoat-ong datang menghadap, sore tadi memang Sasana pernah mengungkapkan pada ayahnya ini, bahwa Tiat To Hoat-ong tengah menyusun suatu kekuatan untuk menindih pengaruh pangeran tersebut. Bahkan Sasana telah menceritakan segala apa yang telah dilakukan oleh Tiat To Hoat-ong. Hanya saja Sasana waktu itu mengatakan, dia belum begitu jelas siapa-siapa saja yang benar-benar berada di pihak Tiat To Hoatong, dan belum lagi bisa memastikan pahlawan-pahlawan pangeran Ghalik yang mana-mana saja yang telah berpihak pada Koksu tersebut. Sasana hanya meminta perhatian ayahnya, agar lebih waspada menghadapi Koksu tersebut. Kini Koksu itu menyampaikan laporan mengenai sepak terjang puterinya itu. Dan pangeran Ghalik yakin tentu Sasana memiliki rencana sendiri. Sebab itu, walaupun dia tidak pernah mengijinkan Sasana untuk membebaskan Yo Him dan yang lainnya, tokh dia telah mombenarkan pertanyaan Tiat To Hoat-ong itu. "Pangeran.....!" Panggil Tiat To Hoat-ong tambah tidak senang, tampaknya dia mulai tidak sabar. "Sesungguhnya, aku memang harus tahu diri, bahwa disini aku hanya bawahan pangeran, seluruh kekuasaan mutlak berada di tangan pangeran. Aku hanya seorang Koksu negara, dan hanya dapat memberikan nasehatnasehat kepada Kaisar kita. "Namun, disini pula letak ketidak mengertianku. Jika memang orang she Yo dan kawan-kawannya itu, malah termasuk juga orang she Wang yang kita duga menyimpan peta tempat penyimpanan harta karun bekas kaisar Song itu, dilepaskan begitu saja, bukankah pangeran pun akan mempersulit kedudukanku? Laporan apa yang harus kuberikan kepada Kaisar? Dan apa yang harus kujelaskan jika memang Kaisar menanyakan perihal diri orang she Wang itu, yang memang tidak mau mengatakan di mana beradanya peta tempat penyimpanan harta karunnya bekas raja Song itu?" Pangeran Ghalik telah menghela napas, dia memutar tubuhnya, mengawasi Tiat To Hoat-ong dengan sorot mata yang tajam, katanya. "Koksu, seperti yang telah kupesankan kemarin, di mana sebelum tertundanya keberangkatan Koksu ke kotaraja untuk memberikan laporan kepada Kaisar, aku telah menitipkan laporanlaporan yang terperinci mengenai kegiatan kita paling akhir ini, bukan?!" Tiat To Hoat-ong hanya mengangguk. "Dan kukira dalam laporan tersebut telah dijelaskan keseluruhannya! Mengenai orang she Yo dan beberapa orang temannya itu, yang sengaja kubiarkan untuk meninggalkan istana, hanyalah merupakan pancingan belaka. Itu adalah kebijaksanaanku, untuk melempar umpan memperoleh hasil yang kita harapkan! Nanti akan kujelaskan kepada Koksu jika memang Koksu telah kembali dari kotaraja!" Tetapi Tiat To Hoat-ong tidak puas, dia masih bertanya juga. "Tentang peraturan yang melarang siapapun meninggalkan istana tanpa membawa surat ijin keluar, apakah masih berlaku?!" Pangeran Ghalik mengangguk. "Ya," Sahutnya. "Memang peraturan itu masih tetap berlaku, tidak bisa siapapun sembarangan keluar meninggalkan istana." "Tapi pangeran, kukira hal itu masih kurang sempurna. Ada saran yang hendak kusampaikan kepada pangeran, entah dapat atau tidak kukatakan?!" "Katakanlah, apa saran Koksu?" "Menurut pendapatku, alangkah lebih baik dan bijaksana jika ijin keluar istana dikeluarkan oleh Gochin Talu yang akan memegang tugas menggantikan diriku selama pergi ke kota raja. Karena dengan Gochin Talu yang mengeluarkan surat ijin keluar itu, berarti segalanya bisa diatur lebih baik dan teliti. Sedangkan pangeran, tidak selamanya berada di istana, bukankah sewaktu-waktu akan berada di luar istana untuk satu urusan yang mendadak? Mungkin kesempatan seperti itu akan dipergunakan oleh orang-orang tertentu untuk melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan!" "Saran yang baik, akan kupertimbangkan dulu beberapa hari, walaupun nanti Koksu telah berangkat, jika memang kukira saran itu sempurna dan baik, tentu kekuasaan penuh akan kuberikan pada Go-chin Talu!" Menyahuti pangeran Ghalik. Tiat To Hoat-ong sesungguhnya masih ingin menyatakan ketidak puasan hatinya, namun melihat sikap pangeran Ghalik yang telah memperlihatkan sikap seperti meminta dia meninggalkan ruangan, Koksu itu telah memberi hormat dengan membungkukkan sedikit tubuhnya, lalu berlalu. Seperginya Tiat To Hoat-ong, pangeran Ghalik telah berjalan mundar-mandir dalam kamarnya dengan sepasang alis yang mengkerut. Tampaknya banyak sekali persoalan yang belum dapat dipecahkan. Sampai akhirnya pangeran Ghalik telah memanggil Liong Tie Siang, yang diperintahkan untuk memanggil Sasana, agar segera menghadap padanya. Liong Tie Siang segera berlalu untuk melaksanakan tugasnya. Namun dalam perjalanan ke istananya Sasana, puteri pangeran tersebut, Liong Tie Siang telah singgah di tempat Tiat To Hoat-ong, memberitahukan bahwa Kuncu Sasana dipanggil menghadap pangeran Ghalik. Tiat To Hoat-ong hanya berpesan pada Liong Tie Siang agar benar-benar mengikuti pembicaraan mereka. Kuncu Sasana waktu mengetahui dirinya dipanggil ayahnya, segera bisa menduga bahwa panggilan itu ada hubungannya dengan peristiwa tadi, di mana dia gagal mengeluarkan "tawanan" Istimewa ayahnya. Tetapi Sasana cepat-cepat menghadap ayahnya. Pangeran Ghalik telah memperhatikan puterinya tajam sekali waktu Sasana telah duduk dihadapannya, di kamarnya. Baru kemudian katanya. "Sasana, segala yang kau lakukan memang demi kebaikan ayah. Ayahpun yakin, engkau tentu telah menyusun segala sesuatunya untuk menghadapi maksud jahat Tiat To Hoatong, seperti apa yang pernah kau ceritakan kepadaku. Tapi mengenai maksudmu membebaskan beberapa orang tawanan kita itu, inilah yang tidak dimengerti olehku.....! Tadi Koksu telah menghadap padaku, menceritakan segalanya, di mana dia telah melarang tawanan-tawanan itu meninggalkan istana!" Sasana tersenyum, katanya. "Ayah, seperti yang pernah kulaporkan, bahwa Tiat To Hoat-ong memang bukan manusia baik-baik. Koksu mengandung maksud yang paling buruk untukmu! Seperti juga ditangguhkannya keberangkatan Koksu ke kota raja, ini merupakan sesuatu yang mencurigakan sekali. "Kulihat, dia sehat dan segar bugar, tidak ada penyakit yang mengendap padanya. Namun dengan alasan sakit dan kesehatannya itu terganggu, dia menangguhkan keberangkatannya ke kota raja! Mengenai maksudku yang ingin membebaskan tawanan-tawanan itu, hal itu bukanlah urusan yang terlalu penting......!" Pangeran Ghalik telah memandang puterinya dengan sinar mata yang tajam, sampai akhirnya dia bilang. "Coba kau jelaskan duduk persoalannya yang sesungguhnya, agar ayah bisa mengetahuinya dengan jelas dan jika memang perlu, ayah dapat mengambil tindakan yang seperlunya!" Sasana mengangguk. Dia segera menceritakan kepada ayahnya mengenai maksud buruk Tiat To Hoat-ong, yang telah memupuk suatu kekuatan, yang hendak menindih pengaruh pangeran Ghalik. Bahkan juga mengenai pahlawan-pahlawan dari pangeran Ghalik yang telah berbalik untuk tunduk pada Tiat To Hoat-ong, yang sebagian, dari mereka telah bersedia menjadi kaki tangannya Koksu itu. Karena itu Sasana juga menegaskan, agar ayahnya itu lebih berhati-hati terhadap para pahlawannya itu, yang kekemungkinan bukannya semata-mata mengawasi keselamatannya, bahkan akan menjadi duri atau musuh dalam selimut. Setelah mendengar jelas cerita Sasana mengenai maksud Tiat To Hoat-ong, yang juga ingin memfitnahnya pada Kaisar, pangeran Ghalik jadi murka bukan main. Namun dia seorang pangeran yang ulung dan cerdik, tidak mau pangeran itu mengambil tindakan yang tergesa-gesa. Bahkan dalam waktu sesingkat itu, dia ingin segera mengadakan pembersihan dalam pasukan pahlawannya. Bukankah dalam satu-dua hari lagi Tiat To Hoat-ong akan pergi ke kota raja, dan dalam kesempatan itulah pangeran Ghalik akan bertindak. Sasana juga telah menceritakan tentang jual-beli yang dilakukannya dengan Yo Him. "Kawan-kawan orang she Yo itu bukanlah manusia-manusia yang berarti, mereka pun tidak terlalu penting, hanya Wang Put Liong seorang saja yang tetap harus kita perhatikan. Walaupun anak ingin membebaskan mereka, tokh aku telah memerintahkan beberapa orang kepercayaanku untuk mengikuti terus orang she Wang itu. Malah jika ada kesempatan, maka orang she Wang itu akan ditawan lagi, tetapi itulah dilakukan di tengah perjalanan, kemudian ditahan di suatu tempat, sehingga orang she Yo tersebut sama sekali tidak mengetahui! "Kepandaian orang she Yo itu liehay, dia putera Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko, juga telah mewarisi kepandaian ke dua orang tuanya, juga tokoh-tokoh persilatan lainnya telah menurunkan ilmunya padanya. Dengan demikian dia merupakan tenaga yang cukup penting buat kita, di mana dapat kita pergunakan untuk menghadapi Koksu. "Memang aku bisa meminta bantuan guruku, mungkin ilmu guruku itu luar biasa dan di atas dari kepandaian orang she Yo, namun dia seorang yang luar biasa. Adatnya pun ku-koay sekali. Sedangkan namanya saja dilarang tidak boleh kusebutkan pada siapapun juga, begitu juga halnya pada ayah, tidak boleh kuberitahukan perihal dari guruku itu......! Tetapi ayah, jika memang waktunya telah tiba dan keadaan benar-benar genting sekali, terpaksa aku akan memohonnya juga, agar guruku itu bersedia untuk membantu kita......!" Pangeran Ghalik telah mengelah napas dalam-dalam, kemudian katanya. "Baiklah Sasana, keteranganmu telah cukup, kau boleh kembali ke tempatmu!" Puteri itu memberi hormat pada ayahnya dan mengundurkan diri. Sedangkan pangeran Ghalik telah berpikir keras untuk mencari jalan yang tepat menghadapi Tiat To Hoat-ong Koksu, secara yang di luar tampaknya tunduk padanya, di dalam memiliki maksud busuk yang ingin menindih pengaruhnya, bahkan hendak memfitnahnya pada Kaisar. Inilah urusan yang tidak boleh dipandang remeh, walaupun Kaisar tidak akan begitu saja mempercayai keterangan Koksu tersebut, namun sedikit banyak akan mempengaruhi juga pandangan Kaisar terhadapnya. Dan jika memang kebetulan terjadi dia melakukan suatu kesalahan, ditimpali dengan fitnah dari Koksu tersebut, jelas akan membuat kedudukannya terjepit..... Tapi tanpa disadari oleh pangeran Ghalik bahwa seluruh percakapannya dengan Sasana telah diketahui oleh Tiat To Hoatong yang menerima laporan dari Liong Tie Siang....... Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Y Yo Him waktu itu tengah berunding dengan Cin Piauw Ho dan yang lainnya. Mereka juga telah mengetahui bahwa di dalam istana ini terdapat dua kekuatan yang saling bentrok satu dengan yang lainnya. Golongan yang pertama adalah pangeran Ghalik, yang ingin menancapkan kekuasaannya di mana dia ingin membasmi seluruh jago-jago yang pernah membantu kerajaan Song, dan jika memang tidak mau tunduk padanya, berarti akan memperoleh kematian. Sedangkan golongan yang lainnya, yang memiliki kekuasaan tidak kalah besarnya seperti pangeran Ghalik, adalah Tiat To Hoat-ong si Koksu yang ingin menindih kekuasaan pangeran Ghalik, dan membasmi semua jago-jago daratan Tionggoan tanpa pamrih lagi, dia ingin membabat sampai keakarakarnya. Pertentangan yang terdapat pada ke dua golongan tersebut, yang belum lagi terlihat dengan jelas, hanya menanti waktu-waktu tertentu untuk meledak. Yang dibicarakan oleh Yo Him adalah cara-cara untuk dapat meninggalkan istana pangeran Ghalik. Memang antara Yo Him dengan puteri pangeran Ghalik tersebut telah terdapat kata sepakat mengenai maksud "jual-beli'" Yang bisa menguntungkan ke dua belah pihak, antara Yo Him dengan pangeran Ghalik. Tetapi, justru disamping itu terdapatnya Tiat To Hoat-ong, yang merupakan golongan yang lainnya, yang menyebabkan "jual-beli" Itu jadi batal dengan sendirinya. Tetapi Yo Him mengerti, bahwa diapun tidak dapat mempercayai sepenuhnya keterangan yang diberikan oleh puteri Sasana, sebab dalam urusan itu terkandung urusan yang lainnya. Jika tokh memang dia menerima tawaran yang diajukan oleh puteri Sasana, itu hanya disebabkan dia ingin menyelamatkan Cin Piauw Ho, Wang Put Liong, Liu Ong Kiang dan Ko Tie dari istana pangeran Ghalik ini. Karena jika hanya dia seorang diri, jika kelak menghadapi peristiwa yang bagaimana hebat sekalipun, tentu bisa dihadapinya dengan baik olehnya. Namun justru usaha untuk meloloskan Wang Put Liong dan yang lain-lainnya dari istana ini, telah mengalami kegagalan. "Kita lihat saja perkembangan selanjutnya!" Kata Yo Him akhirnya. "Menurut dugaanku, Tiat To Hoat-ong setelah mengetahui maksud puteri Sasana yang ingin meloloskan kita dari istana ini jelas tidak akan dibiarkan olehnya begitu saja.....!" Yang lainnya hanya menyatakan setuju. Pedang Karat Pena Beraksara Karya Tjan ID Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long