Ceritasilat Novel Online

Beruang Salju 13


Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 13


Beruang Salju Karya dari Sin Liong   Waktu itu, Tiat To Hoat-ong yang melihat kedatangan ke enam pengemis tersebut, juga jadi terkejut.   Dia telah sering mendengar akan kehebatan Kay-pang, dan dilihat dari cara berpakaian ke enam pengemis itu, yang walaupun merupakan baju tambalan, tokh mereka tampaknya merupakan pengemis yang bersih.   Segera ia menyadari ke enam pengemis ini adalah pengemispengemis Kay-pang.   Malah tadi Tiat To Hoat-ong telah menyaksikan cara datangnya ke enam pengemis itu yang gerakan tubuhnya begitu ringan menunjukkan ginkang mereka hebat sekali.   "Apakah dia orangorang undangan pangeran?"   Diam-diam Tiat To Hoat-ong juga jadi berpikir di dalam hatinya.   Koksu ini pun segera berpikir, untuk memanggil keluar orangorangnya yang masih berada di dalam ruangan rahasia, jika memang terjadi pertempuran, orang-orangnya itu bisa membantuinya.   Namun, justru di tempat tersebut juga ada pangeran Ghalik, di mana jika Tiat To Hoat-ong memanggil keluar orang-orangnya yang berada di dalam ruangan rahasia itu, jelas hal itu sama saja dengan membuka kedoknya sendiri, yang telah berkomplot untuk merencanakan sesuatu, karena orang-orang itu adalah pahlawan-pahlawannya pangeran Ghalik juga, yang telah berpaling muka dan berkhianat pada pangeran tersebut.   Tengah Tiat To Hoat-ong bersangsi seperti itu, justru Swat Tocu yang tidak memperhatikan keadaan di sekitar tempat itu, telah melancarkan gempuran yang beruntun kepada Tiat To Hoat-ong.   Hawa dingin dari tenaga Inti Es nya semakin hebat, bergulunggulung hendak membungkus Tiat To Hoat-ong dengan lapisan es.   Bukan main sibuknya Tiat To Hoat-ong harus menghindar ke sana ke mari mengelakkan diri dari setiap serangan yang dilancarkan oleh Swat Tocu.   Akhirnya pendeta Mongolia yang menjabat Koksu negara itu menyadari bahwa dalam keadaan demikian tidak dapat dia memecahkan perhatiannya, karena dia tengah menghadapi maut, dan harus memusatkan seluruh perhatiannya.   Maka segera juga Tiat To Hoat-ong mengempos semangatnya, dia berusaha untuk dapat menyanggah semua gempuran hawa dingin itu dengan Soboc nya, sehingga dari tubuh Tiat To Hoat-ong mengepul uap yang panas sekali, tidak urung keringatnya tetap membeku keras karena terlalu dinginnya hawa serangan lawannya.   Namun disebabkan Tiat To Hoat-ong mengerahkan seluruh hawa murninya, untuk sementara itu dia masih bisa mempertahankan diri.   Swat Tocu beberapa kali memperdengarkan suara tertawa dingin, dia telah merasa yakin dalam beberapa jurus lagi tentu dapat merubuhkan Tiat To Hoat-ong.   Bukan main girang hatinya, semangatnyapun terbangun dan menyerang beruntun beberapa kali lagi.   Yo Him yang menyaksikan jalannya pertempuran telah sampai ke tingkat yang menentukan seperti itu, mengawasi dengan penuh perhatian.   Sama sekali tidak disangkanya bahwa kepandaian Swat Toou demikian hebat.   Jika memang Yo Him sendiri yang menghadapinya diapun belum begitu pasti apakah akan sanggup menerima hawa tenaga Inti Es nya Swat Tocu tersebut.   Wie Liang Tocu yang melihat jalannya pertempuran itu beberapa saat lamanya, akhirnya menoleh kepada pengemis-pengemis lainnya, katanya.   "Apakah kalian telah melihat! Itulah merupakan tenaga Inti Es yang sangat terkenal sekali. Dan yang seorang itu, adalah Koksu negara Mongolia yang ternama dan terkenal akan kegagahannya. Hahaha! Hebat sekali kepandaiannya, lihatlah butir-butir keringatnya pun bisa menjadi butir-butir es!"   Jelas bahwa Wie Liang Tocu memang sengaja mengejek Tiat To Hoat-ong.   Waktu itu napas Tiat To Hoat-ong telah memburu keras dan cepat, mukanya pun sebentar pucat sebentar merah.   Dia merasa terdesak hebat sekali.   Namun mendengar ejekan Wie Liang Tocu, dia jadi murka bukan main.   Dan Koksu negara ini jadi nekad.   Dengan mengeluarkan suara bentakan, tahu-tahu dia mementang ke dua tangannya, dia telah mempergunakan seluruh sisa tenaganya, di mana dia bermaksud akan mengadu jiwa dengan Swat Tocu.   Di saat itu Swat Tocu telah mengeluarkan bentakan juga, karena dia telah menyerang dengan hebat sekali, dia pun memang tengah ingin merubuhkan Tiat To Hoat-ong pada jurus ini.   Hebat benturan dua kekuatan raksasa itu, yang satu mengandung hawa dingin bagaikan es juga satunya lagi tenaga dengan hawa panas melebihi api.   Dan benturan itu menimbulkan suara yang menggelegar.   Semua orang yang menyaksikan itu jadi memandang tertegun, sebab kesudahannya benar-benar menakjubkan sekali.   Tubuh Tiat To Hoat-ong tidak tergeser dari tempatnya berdiri.   Cuma saja di seluruh tubuhnya telah terlapis oleh lapisan es, yang lapisannya retak dan pecah, malah beberapa potong es telah berjatuhan ke lantai menimbulkan suara "ting, ting"   Yang cukup nyaring.   Swat Tocu sendiri memang masih berdiri di tempatnya.   Namun sama sekali tidak bergerak.   Sepasang matanya terpejamkan, karena waktu itulah dia merasakan dadanya sesak sekali dan hawa murninya tergoncang sekali sehingga dia menyadari bahwa tenaga dalamnya tergempur hebat.   Yang parah adalah keadaan Tiat To Hoat-ong.   Setelah berdiri diam beberapa saat dengan tubuh yang diselubungi lapisan es itu, akhirnya rubuh kejengkang ke belakang dengan mengeluarkan suara keluhan pendek.   Pendeta itu merangkak untuk duduk, lalu duduk bersemedhi mengatur pernapasannya.   Pendeta-pendeta Mongolia yang sejak tadi menyaksikan jalannya pertempuran itu dengan hati yang kebat-kebit berkuatir, dan beberapa kali gagal untuk menerjang maju memberikan bantuannya pada Tiat To Hoat-ong, telah melompat ke dekat Tiat To Hoat-ong untuk membantu Koksu itu dengan menempatkan telapak tangan mereka berlima di punggung Tiat To Hoat-ong.   Mereka masing-masing telah mengempos lweekang yang mereka salurkan ke dalam tubuh Tiat To Hoat-ong.   Waktu itu sesungguhnya Tiat To Hoat-ong tengah tergempur tenaga dalamnya oleh tenaga inti es yang membuat ratusan jalan darah di tubuhnya membeku.   Jika memang terlambat untuk membuka seluruh sumbatan dari jalan-jalan darah yang membeku itu, jika memang tidak menemui kematian tentu Tiat To Hoat-ong akan jadi bercacad seumur hidupnya.   Namun berkat ke lima pendeta Mongolia yang menyalurkan lweekang mereka kepada Tiat To Hoat-ong, jalan darah yang membeku itu jadi bisa lancar kembali karena hawa panas dari gabungan para pendeta Mongolia itu banyak membantu semedhinya Tiat To Hoat-ong.   Swat Tocu sendiri setelah berdiri diam dengan sepasang mata terpejamkan itu, telah berhasil mengatur jalan pernapasannya yang menjadi lurus kembali.   Dia membuka matanya dan berkata perlahan.   "Ternyata memang cukup hebat tenagamu, pendeta gundul!"   Tiat To Hoat-ong tidak melayani perkataan Swat Tocu.   Dia tetap duduk diam dengan sepasang mata terpejamkan mengerahkan seluruh sisa tenaganya, untuk mengatur pernapasannya dan mempergunakan tenaga Soboc nya, untuk menghangatkan tubuhnya agar jalan darah di sekujur tubuhnya yang telah membeku itu bisa beredar lancar kembali.   Sedangkan Swat Tocu telah tertawa bergelak-gelak, seakan-akan keadaan di sekitar tempat itu jadi tergetar oleh suara tertawa Swat Tocu, yang tertawa dengan disertai tenaga lweekangnya.   Sedangkan pangeran Ghalik yang melihat keadaan sudah sampai seperti itu, mengerling memberi isyarat kepada ke dua orang pengawalnya itu, yang hitam dan putih itu.   Dan juga kepada belasan orang pahlawannya yang lain sehingga mereka yang mengetahui akan arti dari isyarat tersebut, telah melompat mengurung Swat Tocu.   Malah, orang yang bermuka hitam seperti pantat kuali itu, telah berkata dengan dingin.   "Kami Hek Pek Siang-sat ingin meminta pengajaran dari kau, orang pandai!"   "Hmmm, Hek Pek Siang-sat? Dua orang jago dari Persia yang banyak disebut-sebut oleh sahabat-sahabat rimba persilatan?! Hem! Hem! Majulah, aku Swat Tocu tentu tidak akan mengecewakan harapan kalian.....!"   Dan Swat Tocu walaupun tadi telah mempergunakan tenaga yang banyak sekali dan masih letih.   Namun di waktu itu telah bersiap-siap untuk melakukan pertempuran lagi dengan Hek Pek Siang-sat.   Di kala itu Hek Pek Siang-sat telah saling memandang satu dengan yang lainnya, lalu Hek Pek Siang-sat telah berkata kepada belasan pahlawan pangeran Ghalik yang lainnya.   "Biarlah kami berdua yang menghadapinya untuk meminta beberapa petunjuknya!"   Belasan orang pahlawan itu telah mengiyakan dan telah melompat mundur ke dekat pangeran Ghalik lagi.   Sedangkan Hek Pek Siang-sat telah bersiap-siap untuk bertempur.   Di kala itu tampak Hek Pek Siangsiat mengeluarkan suara erangan, tubuh ke dua tergetar keras sekali, karena mereka tengah memusatkan dan mengempos semangat serta hawa murni mereka.   Cepat sekali mereka telah menyalurkan hawa murni kepada telapak tangan masing-masing.   Sesungguhnya semangat Swat Tocu belum lagi terkumpul semua, karena waktu itu dia boleh dibilang belum berhasil untuk mengerahkan dan mempersatukan tenaga dalamnya yang tadi telah tergempur dan dipergunakan untuk merubuhkan Tiat To Hoat-ong.   Namun sebagai tokoh persilatan yang memiliki nama sangat disegani setiap jago rimba persilatan, dengan sendirinya Swat Tocu tidak mau memperlihatkan kelemahannya, dia menerima tantangan Hek Pek Siang-sat.   Ke dua jago hitam dan putih itu memang merupakan jago-jago yang hebat sekali, memiliki latihan tenaga Yoga yang digabung dengan ilmu dari Barat, di mana mereka berasal dari Persia.   Dan sudah cukup lama membantu pemerintah Mongolia terutama mereka bekerja di bawah perintah pangeran Ghalik.   Mengenai Hek Pek Siang-sat ini bisa pembaca jumpai dalam Sin-tiauw-thian-lam.   Tetapi di saat Swat Tocu akan segera bertempur dengan Hek Pek Siang-sat, waktu itulah terdengar seseorang berseru.   "Tahan......!"   Lalu tampak dua sosok bayangan yang melompat keluar dari balik batu gunung-gunungan yang tidak lain dari Sasana dan Yo Him.   Mereka telah melompat ke dekat pangeran Ghalik.   Semula belasan orang pahlawannya pangeran Ghalik terkejut dan serentak mencabut senjata untuk melindungi pangeran Ghalik ketika ke dua sosok tubuh itu melompat ke dekat junjungan mereka.   Namun setelah mengenali ke dua sosok tubuh itu tidak lain dari Sasana dan Yo Him, mereka telah memasukkan senjata tajam mereka ke dalam kerangkanya masing-masing.   "Ayah!"   Kata Sasana kepada pangeran Ghalik yang memandangi puterinya dengan heran.   "Perintahkan Hek Pek Siang-sat Locianpwe agar mundur......!"   "Kenapa?"   Tanya tertegunnya. pangeran Ghalik setelah tersadar dari "Swat Tocu secara tidak langsung telah membantu ayah mengapa harus dipersulit oleh ayah. Cepat perintahkan Hek Pek Siang-sat Locianpwe agar mundur. Nanti akan kujelaskan semuanya.....!"   Pangeran Ghalik bimbang sejenak namun akhirnya dia telah perintahkan Hek Pek Siang-sat agar kembali ke dekatnya. Swat Tocu telah memperdengarkan suara tertawa dingin waktu Hek Pek Siang-sat menarik diri ke dekat pangeran Ghalik pula.   "Ayah! Koksu telah berserikat dengan beberapa orang pahlawan ayah yang berkhianat, mereka adalah......!"   Tetapi baru saja Sasana berkata sampai di situ telah terdengar seseorang berseru dengan suara yang nyaring.   "Dusta! Dusta!"   Itulah suaranya Tiat To Hoat-ong, yang telah membuka ke dua matanya dan melompat berdiri, walaupun mukanya masih pucat namun seluruh jalan darahnya telah terbuka dan darah bisa beredar kembali dengan lancar.   "Semua yag dikatakan itu dusta pangeran.....! Dan tadi telah menyusup ke mari Tocu keparat itu. Dia berusaha untuk mencelakai pangeran. Namun telah kepergok denganku, maka niatnya itu jadi gagal, di mana kami jadi bertempur!"   Sasana tertawa dingin.   "Semua rencana busukmu telah siang-siang diketahui oleh ayah!! Mengapa engkau harus pengecut seperti itu. Tak tahu malu, berusaha untuk memungkirinya?"   Mendengar ejekan Sasana, muka Tiat To Hoat-ong jadi berobah merah padam, katanya.   "Lalu apa yang diinginkan Kuncu?"   "Tidak banyak, hanya menghendaki pengakuanmu yang jujur, Koksu! Bukankah kau berusaha untuk menindih pengaruh ayah dan juga akan melontarkan finah yang keji kepada ayah? Hmm, tidakkah kau mengakui semua itu?"   Muka Tiat To Hoat-ong tambah merah padam, dan belum lagi dia sempat menyahut, waktu itu Sasana telah berkata lagi.   "Dan di kamar rahasia itu terdapat Liong Tie Siang, Lengky Lumi dan Gochin Talu serta beberapa orang pahlawan ayah yang telah berkhianat itu!"   Rupanya Tiat To Hoat-ong terdesak oleh kata-kata Sasana, akhirnya dia jadi nekad.   "Kuncu, di sini aku yang memegang kekuasaan keamanan pangeran dan seluruh penghuni istana, tak mungkin aku hendak mencelakai pangeran. Jika memang aku memiliki niat tidak baik, mengapa aku harus milih bertempur dengan manusia keparat itu untuk berusaha membekuknya? Hemm, Kuncu kau telah bicara dengan memutar lidah...... sesungguhnya...... sesungguhnya.....!" "Sesungguhnya, sesungguhnya apa?"   Bentak Sasana berani sekali.   "Justru waktu Swat Tocu Locianpwe itu tiba di sini, kalian tengah berunding untuk melakukan sesuatu yang bisa mencelakai ayahku! Nah sekarang mari kita mendengar keterangan Swat Tocu. Karena sebelum bertempur dengan kau, kebetulan sekali Swat Tocu juga telah mendengar perihal rencana jahat kalian!"   Muka Tiat To Hoat-ong sebentar merah. Dia gusar bercampur penasaran namun, dia juga tidak berdaya dalam keadaannya seperti itu. Maka dia hanya berdiam diri. Sasana telah menoleh kepada Swat Tocu, tanyanya dengan suara nyaring disertai senyumnya.   "Swat Tocu Locianpwe. Bukankah apa yang kukatakan tadi itu memang benar dan tidak ada sepatah kata yang kutambahi atau kukurangi?"   Swat Tocu mengangguk sambil memperdengarkan tertawa dinginnya.   "Memang benar si gundul itu tengah merencanakan sesuatu bersama kawan-kawannya untuk mencelakai junjungannya! Tetapi aku tak mau mencampuri urusan ini dan aku hanya ingin menguji kepandaian si gundul itu saja!"   Muka pangeran Ghalik berobah walaupun tadi dia telah mendengar segala sesuatunya dari Sasana puterinya tokh pangeran Ghalik masih bertanya.   "Koksu benarkah apa yang dikatakan oleh puteriku?"   Tiat To Hoat-ong tidak menyahuti hanya matanya memandang dengan bengis kepada Sasana. Kemudian baru menyahuti pertanyaan Pangeran Ghalik.   "Jika memang benar apa yang dikatakan puterimu, mengapa aku harus takut mengakuinya? Hmm, terserah kepadamu. Kau ingin mempercayai perkataannya itu atau tidak terserah kepadamu! Besok aku akan pulang ke kota raja dan akan kulaporkan segala sesuatunya yang terjadi di sini dengan sebenarnya......!"   Pangeran Ghalik menghela napas.   "Koksu, ada sesuatu yang tidak dimengerti olehku,"   Kata pangeran itu.   "Mengapa Koksu bermaksud untuk mencelakaiku, malah menurut laporan-laporan yang masuk padaku menyatakan bahwa Koksu bermaksud melemparkan fitnah kepadaku yang akan meruntuhkan kedudukanku ini, yaitu dengan memberikan laporanlaporan yang tidak benar kepada Kaisar!"   Muka Tiat To Hoat-ong berobah semakin tidak enak dipandang, sampai akhirnya dia berkata.   "Jika memang pangeran mempercayai segala omongan kosong dari puterimu itu dan aku tidak bisa bilang sesuatu apapun juga! Terserah kepada pangeran! Jika memang pangeran menuduh aku bermaksud melakukan sesuatu yang tidak baik untuk kedudukanmu, akupun tidak bisa membantahnya, karena percuma saja dan akan sia-sia belaka kalau tokh aku bermaksud untuk membantahnya!"   "Hemm!"   Mendengus pangeran Ghalik.   "Tetapi apa maksud Koksu dengan selalu sering mengadakan perundingan-perundingan dengan beberapa orang tertentu, seperti Lengky Lumi, Gochin Talu dan Liong Tie Siang? Begitu juga dengan beberapa orang pahlawan lainnya yang telah ikut berunding dengan Koksu dan kabarnya mereka telah berdiri di pihak Koksu untuk menentangku! Benarkah itu? Coba Koksu jelaskan agar persoalan menjadi jelas......!"   Tiat To Hoat-ong tampak gusar bukan main namun dalam keadaan seperti itu jelas dia tidak bisa berbuat sesuatu terlebih lagi dengan pangeran Ghalik ada pahlawan-pahlawan pilihan, seperti Hek Pek Siang-sat dan di situ juga terdapat Swat Tocu.   Maka akhirnya Tiat To Hoat-ong hanya menyahuti.   "Sesungguhnya aku tengah berunding dengan mereka mengenai keamanan di istana ini, karena setelah aku berangkat ke kota raja bukankah tampuk pimpinan di sini akan dipegang oleh Gochin Talu! Aku tengah memberikan petunjuk-petunjuk pada mereka sepeninggal aku ke kota raja agar mereka dapat mengadakan pengawalan yang ketat dan rapi untuk keselamatan pangeran juga?"   Pangeran Ghalik telah menghela napas beberapa kali.   Baru saja dia ingin berkata, saat itu tampak Yo Him telah melompat ke dekat Wie Liang Tocu.   Waktu itu memang Wie Liang Tocu tengah memandang bengong kepada Yo Him.   Sejak Yo Him muncul berdua dengan Sasana dari tempat persembunyian mereka, pengemis tersebut telah mengawasi tertegun seperti juga dia kenal dengan Yo Him, sampai akhirnya Yo Him telah melompat ke dekatnya sambil berseru.   "Toako!"   "Ahh benar-benar kau, Yo hiante!"   Berseru Wie Tocu. Ke duanya telah saling rangkul dan berpelukan melepaskan rindu. "Telah lama sekali kita berpisah dan tidak bertemu. Ternyata sekarang engkau telah menjadi pemuda yang gagah dan tampan sekali!"   Kata Wie Liang Tocu dengan senyum lebarnya.   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Bagaimana? Apakah kau telah bertemu dengan ayahmu?"   Yo Him mengangguk.   "Ya, Toako!"   Sahutnya.   "Malah aku telah bertemu dengan mereka berkumpul beberapa lamanya."   "Mengapa kau berada di sini, Yo Hiante?"   Tanya Wie Liang Tocu lagi.   "Inilah urusan yang panjang sekali ceritanya, Wie Toako! Nanti setelah persoalan Koksu itu selesai baru kita bicarakan lagi persoalan tersebut. Dan tentunya Toako pun memiliki urusan yang penting datang ke mari?"   "Ya, mencari seseorang sahabat kami....., seorang Kay-pang yang telah lenyap....., kabarnya berada di sini!"   Menyahuti Toako itu yang mendadak mukanya jadi guram.   "Siapakah orang yang Toako cari itu?"   Tanya Yo Him ingin mengetahui. Wie Liang Tocu tidak segera menyahuti. Hanya matanya telah mencilak melirik ke arah pangeran Ghalik.   "Sejak dulu waktu kau masih kecil. Orang-orang rimba persilatan di daratan Tiong-goan telah diacak-acak dan diadu domba oleh dia!"   Dan tangan Wie Liang Tocu telah menunjuk kepada pangeran Ghalik.   "Dan sampai sekarang diapun masih tetap dengan usahanya yang ingin menimbulkan kekacauan.   Dan tak segan-segan satu dengan yang lain juga di daratan Tiong-goan yang tidak berhasil dibujuknya untuk bekerja di bawah kekuasaan Kaisarnya, telah diadu domba, agar jago-jago daratan Tiong-goan menjadi lemah dan di waktu itulah akan ditumpas olehnya......!"   Berkata sampai di situ Wie Liang Tocu telah berhenti sejenak. Kemudian baru meneruskan perkataannya lagi.   "Dan Kay-pang juga tidak terlepas dari tipu busuknya itu. Di mana dia mengutus beberapa orang kepercayaan untuk menyusup ke dalam Kaypang. Menjadi anggota kami, dan akan selalu mengadakan pemberontakan di berbagai Kay-pang cabang daerah, sehingga selama puluhan tahun ini Kay-pang menjadi kacau balau. Ada yang berusaha untuk meruntuhkan perkumpulan kami itu.   "Hemm, semula kami tidak mengetahuinya. Namun setelah menyelidiki dengan seksama, rupanya memang semua itu hasil perbuatan dari dia itu!"   Yang dimaksudkan oleh Wi Liang Tocu dengan perkataan "dia"   Itu adalah pangeran Ghalik. Pangeran Ghalik mendengar perkataan Wie Liang Tocu telah melirik kepada Hek Pek Siang-sat, maksudnya agar orangorangnya itu berwaspada. Sedangkan Wie Liang Tocu telah melanjutkan perkataannya.   "Sesungguhnya usiaku telah lanjut, dan akupun tidak lama lagi tentu akan masuk liang kubur. Tapi dalam hal ini, aku tentu harus dapat menyelesaikan persoalan yang terjadi di Kay-pang. Karena itu walaupun hatiku sesunggguhnya berat sekali harus kembali berkecimpung dalam Kang-ouw, tokh keselamatan Kay-pang lebih penting. Terlebih lagi akhir-akhir ini kami menerima laporan bahwa salah seorang anggota kami berada di tangan pangeran busuk itu yang ditawannya......!"   "Siapa orang Kay-pang itu, Toako?"   Tanya Yo Him tidak sabar.   "Dia Liu Ong Kiang bergelar Sin-bok-koay-kay, Pengemis Aneh Berkayu Sakti!"   Sahut toako itu.   "Oh, kiranya Liu Ong Kiang Locianpwe!"   Kata Yo Him Sambil tertawa.   "Memang Liu Locianpwe berada bersama-sama denganku, Toako! Jangan kuatir kesehatannya baik dan dia tidak mengalami sesuatu apapun juga!"   Wie Liang Tocu tampak terkejut bercampur girang.   "Benarkah Yo Hiante?"   Tanyanya kemudian sambil mencekal tangan Yo Him.   "Ahh.....! Di mana sekarang adanya Liu Ong Kiang?"   "Dia berada di tempat yang aman, Toako tidak perlu kuatir tentang keselamatannya! Sekarang yang terpenting kita lihat penyelesaian yang bagaimana akan dilakukan pangeran itu terhadap Koksu yang ingin mengkhianatinya?"   Wie Liang Tocu telah mengangguk saja sambil tersenyum. Kemudian melirik kepada pangeran Ghalik dan memperdengarkan suara tertawa dinginnya beberapa kali. "Hmm Hmm!"   Waktu itu Tiat To Hoat-ong juga telah mendengus "Bagus! Rupanya pangeran telah mengundang ke istana manusiamanusia berandalan dan pengemis busuk seperti itu!"   "Mereka bukan diundang olehku!"   Kata pangeran Ghalik cepat.   "Baiklah! Memang bagus juga, dengan berkumpulnya mereka di sini manusia-manusia yang menjadi musuh kerajaan tentu pangeran memang mengandung maksud-maksud tertentu! Tetapi kuharap saja tidak benar dugaanku, bahwa pangeran memiliki maksud tertentu ingin memberontak terhadap kaisar!"   Dan setelah berkata begitu, Tiat To Hoat-ong mendengus tertawa dingin beberapa kali lagi. Muka pangeran Ghalik berobah. Dia memandang mendelik pada Tiat To Hoat-ong dengan sorot mata yang tajam lalu katanya.   "Koksu, kau jangan bicara sembarangan! Justru aku datang ke sini karena mendengar keributan di sini sedangkan dengan mereka aku sama sekali tidak memiliki hubungan apapun juga."   Namun Tiat To Hoat-ong telah tertawa dingin.   "Lihatlah betapa mesranya hubungan Kuncu dengan pemuda she Yo itu. Mungkin juga pangeran memang mengandung maksud untuk berbesan dengan Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko? Syukur jika memang dugaanku tidak benar!"   Mata pangeran Ghalik jadi bertambah semakin merah padam di mana dia telah berkata dengan murka.   "Koksu, kau terlalu lancang sekali. Baiklah, perlu kujelaskan di sini bahwa telah lama aku mengawasi gerak-gerikmu Koksu, terutama sekali dengan rencana jahatmu yang ingin meruntuhkan kedudukanku! Mengenai maksudmu yang hendak melontarkan fitnah padaku kepada Kaisar, itupun telah kuketahui......!"   Namun Tiat To Hoat-ong tidak mau kalah bicara, dia telah bilang dengan suara yang nyaring.   "Pangeran! Justru menurut apa yang kusaksikan di sini, dan juga menurut laporan-laporan dari orangorangmu seperti Lengky Lumi, Gochin Talu dan Liong Tie Siang, begitu juga dengan beberapa pahlawanmu yang lainnya di mana mereka bersedia memberikan kesaksian mereka apa yang dilihat dan juga apa yang dilakukan oleh pangeran selama ini yang hendak berserikat dengan para jago-jago Tiong-goan, untuk melakukan sesuatu yang merugikan kedudukan Kaisar......!"   Bukan main gusarnya pangeran Ghalik, karena sudah jelas Tiat To Hoat-ong yang hendak meruntuhkan kedudukannya dan menindih pengaruhnya dengan mempengaruhi pahlawan-pahlawannya.   Namun sekarang justru Koksu itu telah melemparkan fitnahnya yang menyatakan pangeran Ghalik ingin memberontak pada Kaisar mereka.   Inilah tuduhan tidak bisa diterimanya.   Baru saja dia ingin membentaknya, di saat itulah terdengar Tiat To Hoat-ong telah berteriak dengan suara yang nyaring.   "Keluarlah kalian....., mari kita buka kartu di hadapan pangeran!"   Segera dari balik batu gunung-gunung itu telah melangkah keluar beberapa orang ternyata mereka adalah Lengky Lumi, Gochin Talu dan Liong Tie Siang serta beberapa orang pahlawan lainnya.   "Nah, mereka telah berada di sini!"   Kata Tiat To Hoat-ong dengan suara yang nyaring.   "Dan merekapun bersedia untuk memberikan kesaksian mereka mengenai apa yang mereka ketahui perihal maksud dan apa yang telah dilakukan oleh pangeran."   Kemudian Tiat To Hoat-ong telah menoleh kepada Lengky Lumi, katanya.   "Lengky Lumi, sekarang coba kau katakan apa yang telah kau laporkan kepadaku!"   Lengky Lumi, Gochin Talu, Liong Tie Siang dan yang lainnya waktu berdiam di ruangan rahasia itu telah mendengar semua percakapan Tiat To Hoat-ong dengan pangeran Ghalik, maka sekarang Lengky Lumi diperintahkan seperti itu oleh Tiat To Hoatong maka segera dia mengerti apa yang diinginkan oleh Koksu tersebut.   Dia dengan lancar telah berkata dengan suara yang nyaring.   "Pangeran Ghalik telah berusaha untuk mengadakan kontak dengan jago-jago daratan Tiong-goan yang pernah membantu kerajaan Song melawan raja kita! Dan Pangeran Ghalik juga merencanakan agar semua jago-jago daratan Tiong-goan, yang menjadi musuh kerajaan kita itu untuk mengganggu keagungan dan keangkeran Kaisar kita.....   "Itulah rencana busuk. Kami tidak berani mencegahnya, kamipun tidak berani memberikan saran, karena jika kami mencegahnya, tentu pangeran akan turun tangan bengis pada kami, maka jalan satu-satunya yang ada pada kami karena tidak rela jika pangeran Ghalik dengan maksudnya untuk mengganggu kewibawaan dan keangkeran Kaisar kita, kami hanya bisa memberikan laporan selengkapnya kepada Koksu negara agar bisa disampaikan kepada Kaisar.....! "Itulah yang telah membuat kamipun meninggalkan pangeran Ghalik. Jadi kami bukan berkhianat atau coba-coba berontak padanya, namun demi kewibawaan dan keangkeran Kaisar, untuk keselamatan Kaisar juga, kami rela dicap sebagai pemberontak oleh pangeran Ghalik! Namun kami yakin bahwa Kaisar kami seorang yang biijaksana, tentu Kaisar lebih mengetahui segalanya dengan baik!"   Setelah berkata begitu, Lengky Lumi menoleh kepada Gochin Talu dan Liong Tie Siang tanyanya.   "Bukankah kalian pun mengetahui hal itu juga?"   Gochin Talu, Liong Tie Siang telah mengangguk serentak.   Demikian juga halnya dengan beberapa orang pahlawan lainnya yang telah menjadi pengikutnya Tiat To Hoat-ong, dengan serentak telah membenarkan keterangan Lengky Lumi.   Bukan main gusarnya pangeran Ghalik, mukanya sampai merah padam dan tubuhnya menggigil keras di mana dirasakan dadanya hendak meledak.   Demikian juga Sasana, karena gadis ini diliputi kemarahan yang sangat.   "Ngaco balau!"   Teriak gadis itu.   "Aku sendiri yang telah mendengarnya kalian telah mengatur rencana busuk yang hendak mencelakai ayahku!"   "Kuncu bisa berkata begitu, karena pangeran Ghalik adalah ayahmu! Adakah seorang puteri yang hendak memberatkan dosa dan kesalahan ayahnya? Kuncu berusaha untuk meringankan dosa ayahmu maka telah melemparkan semua kesalahan ke punggung kami! Hmm, dengan memutar balik urusan bahwa kami yang ingin memberontak. Kuncu bermaksud melindungi ayahmu dengan niatnya yang buruk terhadap Kaisar?"   Dan setelah berkata begitu, Tiat To Hoat-ong tertawa bergelak-gelak. Pangeran Ghalik sudah tidak menahan kemarahan hatinya, dengan suara bengis dia membentak.   "Tangkap penghianat itu!"   Hek Pek Siang-sat merupakan dua orang jago Persia yang memang telah lama bekerja di bawah kekuasaan pangeran Ghalik, dengan demikian, mereka telah banyak melakukan pekerjaan untuk kebaikan pangeran.   Tentu saja merekapun bersetia pada pangeran tersebut.   Sekarang mendengar perintah pangeran dengan sendirinya mereka telah meloncat dengan serentak kepada Tiat To Hoat-ong, yang ingin dibekuknya.   Waktu itu Tiat To Hoat-ong tengah dalam keadaan lemah sekali, kerena mukanya selain masih pucat, juga memang seluruh kekuatan hawa murninya belum lagi pulih semuanya.   Karena itu jika Hek Pek Siang-sat menyerang di waktu itu, tentu Tiat To Hoatong tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan dirinya.   Tapi Lengky Lumi, Gochin Talu maupun Liong Tie Siang tidak berdiam diri.   Dengan gesit sekali ke tiga orang itu telah berdiri di sekelilingnya Tiat To Hoat-ong.   Waktu Hek Pek Siang-sat ingin melompat menyerang Tiat-to Hoatong, Lengky Lumi telah menggerakkan tangan kanannya, di mana dia menangkis gempuran yang dilakukan oleh Hek Siang-sat, si Hitam itu.   Benturan terjadi dengan kuat, terdengar suara yang keras sekali.   Tubuh Lengky Lumi terhuyung dua langkah demikian juga dengan Hek Siang-sat telah melangkah mundur setindak lebih.   Memang selama ini, Lengky Lumi berada di bawah perintah Hek Pek Siang-sat, dan ini tidak memuaskan hati Lengky Lumi.   Sejak lama karena dia menghendaki, dia hanya berada di bawah perintah langsung pangeran Ghalik.   Sekarang dia memiliki kesempatan untuk jadi pengikut Tiat To Hoat-ong yang menjanjikan padanya.   Jika berhasil meruntuhkan pangeran Ghalik sehingga kelak keamanan negara dan seluruh kekuasaan atas angkatan perang Mongolia berada di tangan Koksu ini, Lengky Lumi akan diangkat sebagai panglima perang untuk angkatan darat sedangkan Gochin Talu jadi panglima angkatan lautnya dan Liong Tie Siang akan diangkat sebagai panglima keamanan kotaraja.   Dengan janji-janji muluk seperti itulah ketiga orang tersebut yang semula adalah pahlawannya pangeran Ghalik, akhirnya telah menjadi pengikutnya Tiat-to Hoat-ong.   Lengky Lumi bertiga Gochin Talu maupun Liong Tie Siang masing-masing memang memiliki banyak sekali anak buah.   Maka dengan berpalingnya mereka menjadi pengikutnya Tiat To Hoat-ong dengan sendirinya merekapun telah mengajak semua anak buah mereka untuk berpihak pada Tiat To Hoat-ong.   Sedangkan Hek Siang-sat mendongkol bukan main tidak berhasil serangannya yang dirintangi Lengky Lumi.   Beruntun dia menyerang beberapa kali, namun Lengky Lumi telah menghadapinya dengan gagah sekali, mati-matian berusaha melindungi Tiat To Hoat-ong.   Demikian juga halnya dengan Gochin Talu dan Liong Tie Siang yang menghadapi Pek Siang-sat si Putih, di mana mereka telah bertempur dengan seru.   Tiat To Hoat-ong yang melihat perkembangan telah terjadi seperti itu, segera menyingkir ke pinggiran, ke dekat para pahlawan yang jadi pengikutnya, yang semuanya telah mencabut senjata mereka masing-masing untuk bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan dan melindungi keselamatan Tiat To Hoat-ong.   Waktu itu tampak pengeran Ghalik sendiri telah mencabut senjatanya, goloknya, dengan itu diapun telah melompat ke dekat Tiat To Hoat-ong karena dia penasaran sekali dituduh hendak memberontak pada Kaisarnya.   Maka pangeran Ghalik bernafsu sekali untuk membinasakan Tiat To Hoat-ong.   Pangeran Ghalik juga menyadari bahwa kepandaiannya memang masih berada di bawah kepandainnya Tiat To Hoat-ong.   Namun sekarang lain, Tiat To Hoat-ong tengah terluka dan tenaga dalamnya belum pulih kembali dan biarpun jalan darah di sekujur tubuh berjalan lancar, tokh semangatnya itu belum bisa dikumpulkan buat dipergunakan bertempur.   Golok pangeran Ghalik menyambar cepat sekali dan bertenaga sangat kuat sekali.   Di waktu itu para pahlawan yang melindungi Tiat To Hoat-ong pun ragu-ragu karena mereka sebelumnya memang merupakan anak buah pangeran Ghalik walaupun kini mereka telah berkhianat dan berdiri di pihaknya Tiat To Hoat-ong.   Tokh melihat pangeran Ghalik yang berada dalam keadaan murka seperti itu mereka terpengaruh juga dan memandang ragu-ragu.   Hanya beberapa orang saja yang menggerakkan senjata mereka berusaha menangkis bacokan pangeran Ghalik.   Pangeran Ghalik menarik kembali goloknya dengan muka merah padam dan mata mendelik dia membentak.   "Kalian mundur tinggalkan Koksu sendiri!"   Bentakan itu berpengaruh para pahlawan itu ragu-ragu dan senjata mereka diturunkan sebagian ada yang menundukkan kepalanya. Namun di saat itulah Tiat To Hoat-ong berkata nyaring.   "Kalian hadapi dia. Jika ada yang bisa menangkapnya tentu jasanya tak akan dilupakan oleh kaisar dan akan kuberitahukan jasanya pada Kaisar agar memperoleh imbalan yang setimpal dengan jasanya itu!"   Perkataan Tiat To Hoat-ong memiliki pengaruh yang tidak kecil, karena waktu itu empat orang pahlawan telah melompat ke depan Tiat To Hoat-ong untuk melindungi Koksu itu.   Mereka menghadapi pangeran Ghalik dengan sikap menantang dan senjata terhunus! Bukan main murkanya pageran Ghalik, dia melompat akan membacok lagi, namun Sasana telah berteriak.   "Ayah tahan.....!"   Pangeran Ghalik menahan goloknya yang melayang di tengah udara melirik pada puterinya.   "Kenapa?"   "Biarlah aku yang menghadapi mereka!"   Kata Sasana dengan suara yang nyaring. Tubuhnya telah melompat ke dekat ayahnya. Pangeran Ghalik memang pernah melihat kelihayan puterinya, dia mengangguk.   "Mari kita membereskan mereka bersama-sama!"   Dan setelah berkata begitu tampak tubuh pangeran Ghalik telah melompat dengan gesit, goloknya berkelebat membacok seorang pahlawan yang menghalangi di depannya Tiat To Hoat-ong.   Golok itu bergerak cepat, pun mengandung tenaga yang kuat sekali, angin bacokan itu menderu-deru.   Pahlawan itu mengangkat goloknya menangkis keras beradu senjata itu.   Namun disertai dengan suara "trang!"   Golok pahlawan itu tertebas putus menjadi dua potong dan potongan golok itu jatuh ke lantai dan menimbulkan suara berkentrongan nyaring sekali.   Pangeran Ghalik tidak membuang-buang kesempatan lagi, dia menyusul dengan bacokan melintang dari samping kiri menebas ke kanan, pun bacokan itu cepat sekali.   Pahlawan yang seorang itu tengah terkesiap kaget karena goloknya tertebas putus dan kini dia diserang lagi dengan bacokan yang hebat dengan sendirinya telah membuat pahlawan tersebut jadi mengeluh dan berusaha mengelakkan diri.   Walaupun dia mengetahui terlambat baginya untuk menghindarkan diri dari bacokan.   Tapi belum lagi serangan pangeran Ghalik tiba, di waktu itulah pahlawan yang seorangnya lagi telah menangkis golok pangeran Ghalik dengan kuat.   Kembali golok pahlawan itu telah tertabas putus, karena golok yang dipergunakan oleh pangeran Ghalik ternyata merupakan golok mestika.   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Walaupun begitu tokh pahlawan yang seorang itu telah tertolong jiwanya dari kematian.   Dan di saat seperti ini pula, Sasana telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah mencelat ringan sekali sambil mengulurkan tangan kanannya untuk menotok Jing-kin-hiat dari pahlawan yang seorang itu.   Pahlawan tersebut berusaha untuk mengelakkan diri dengan melompat ke samping.   tapi dia berlaku kurang cepat dari jari telunjuk Sasana telah menotok tepat sekali Jing-kin-hiat nya, sehingga tubuh pahlawan itu seketika terkulai lemas tidak bertenaga dan tidak bisa bergerak lagi.   Sasana tidak berhenti hanya sampai di situ saja karena dengan gerakan yang cepat luar biasa tampak dia telah menyerang lagi dengan bacokannya beberapa kali.   Dua kali mengenai sasaran di mana dua orang pahlawan lain telah dilukai tidak berkutik lagi karena telah tertotok jalan darahnya, sedangkan dua totokan lainnya yang dilancarkan Sasana kepada Tiat To Hoat-ong mengenai tempat kosong.   Waktu itu keadaan memang tidak menguntungkan buat Tiat To Hoat-ong, di mana Koksu tersebut juga menyadari bahwa dia harus cepat-cepat meloloskan diri dari tempat itu.   Pangeran Ghalik yang tengah diliputi kegusaran yang sangat, telah meloncat lagi dengan goloknya yang membacok ke arah kepala Koksu itu.   Gerakannya cepat, dia yakin bacokannya kali ini tentu akan berhasil sebab Koksu telah terluka di dalam, jelas tak mungkin bisa menghindarkan diri dari bacokannya itu.   Tapi di saat golok tengah meluncur dengan tenaga yang kuat dan Koksu dalam keadaan terancam maut, dan memang Koksu itu tidak memiliki kesempatan untuk berkelit lagi, tampak sesosok bayangan yang bergerak cepat dan gesit sekali sambil menangkis golok pangeran Ghalik dengan pedangnya sehingga berbunyi nyaring sekali dan golok pangeran Ghalik tersampok ke samping.   Rupanya orang yang menolong Koksu tak lain dari Liong Tie Siang, di mana Liong Tie Siang yang mencekal sebatang pedang mestika.   Setelah ditangkisnya yang pertama berhasil menyelamatkan Tiat To Hoat-ong, dia telah membarengi lagi dengan tusukan yang beruntun sampai tiga kali mengincar tiga tempat yang mematikan di tubuh pangeran Ghalik.   Tikaman-tikaman maut seperti itu memaksa pangeran Ghalik harus mengelakkan diri dengan melompat mundur dua tindak ke belakang.   Dia juga memutar goloknya untuk melindungi tubuhnya dari tikaman selanjutnya dari Liong Tie Siang.   Kemudian dengan suara yang bengis pangeran Ghalik telah membentak.   "Liong Tie Siang apakah engkau benar-benar hendak memberontak? Tahukah kau hukuman apa yang bisa kau terima jika semua persoalan di sini kulaporkan pada kaisar?"   Tapi Liong Tie Siang rupanya memang telah nekad. Dia tertawa dingin, katanya.   "Pangeran Ghalik, kau jangan memutar balik persoalan. Engkau yang ingin memberontak dan bermaksud hendak mengganggu keselamatan kaisar. Tapi sekarang engkau menuduh kami yang ingin memberontak! Terimalah tikaman ini! Nanti di hadapan Kaisar, akupun ingin melihat, apakah kau yang dapat menuduh kami atau memang Kaisar lebih mempercayai keterangan Koksu!" Membarengi dengan perkataannya itu, tampak Liong Tie Siang bergerak cepat sekali pedangnya beruntun telah menikam dan menusuk dengan cepat dan juga jurus yang dipergunakan begitu luar biasa. Pedangnya itu berkelebat-kelebat cepat bagaikan secercah sinar perak yang bergulung-gulung di sekitar pangeran Ghalik seperti juga seekor Naga putih yang tengah mengamuk. Pangeran Ghalik sendiri sesungguhnya memiliki kepandaian yang cukup tinggi, di mana diapun memiliki ilmu silat yang boleh diandalkannya. Karena waktu Kaisar Mancu meninggal di tangan Yo Ko, dan pasukan tentara Mongolia telah ditarik mundur pulang ke tanah air mereka, waktu itu pangeran Ghalik memang telah berguru pada seorang aneh yang memiliki kepandaian tinggi. Namun sejauh itu nama gurunya itu tidak diketahuinya, karena guru tersebut seorang Han, tidak mau memberi tahukannya. Namun seluruh kepandaian dan ilmu dari gurunya telah diwariskannya. Kini di saat dia tengah marah seperti itu maka pangeran Ghalik telah mengeluarkan ilmu goloknya. Goloknya juga menderu-deru menyambar dahsyat sekali, mengimbangi pedang Liong Tie Siang yang bergulung-gulung sangat hebat. Ke duanya sama-sama mempergunakan senjata mustika, karena itu mereka dapat bertempur dengan seru, tidak ada salah seorang di antara mereka yang terdesak. Malah semakin lama tampak mereka seperti tidak memperdulikan keselamatan jiwa mereka lagi, telah terkurung oleh gulungan-gulungan sinar pedang dan golok, tubuh mereka hanya berkelebat seperti bayangan belaka. Sasana yang bertempur dengan tubuhnya yang lincah, telah menghadapi beberapa orang pahlawan pengikut Tiat To Hoat-ong, tangan si gadis berkelebat-kelebat cepat dan berbahaya, karena biarpun dia mempergunakan jari telunjuknya namun setiap totokan yang dilancarkan bisa melumpuhkan lawannya. Malah jika saja totokan itu mengenai jalan darah yang mematikan tentu lawannya itu akan menemui kematian, atau sedikitnya akan bercacad. Waktu itu Hek Pek Siang-sat juga lebar-lebar mengawasi jalannya Ghalik dengan Liong Tie Siang. terancam bahaya, ke duanya menolonginya. telah mementang mata mereka pertempuran antara pangeran Karena jika junjungan mereka akan segera turun tangan Gochin Talu yang menyaksikan pertempuran telah dimulai, di mana keadaan kacau seperti itu, telah melompat ke samping Tiat To Hiat ong hatinya pun berpikir.   "Yang terutama sekali Koksu yang harus diselamatkan dulu!"   Tangan kanannya juga cepat sekali melingkari pinggang Tiat To Hoat-ong, dia telah berkata perlahan sekali.   "Mari kita menyingkir, Koksu.....!"   Di mana Gochin Talu telah menjejakkan kakinya, tubuhnya mencelat ringan membawa kabur Tiat To Hoat-ong.   Koksu itu girang bukan main karena dia melihat Gochin Talu memang tetap berdiri di pihaknya, bahkan sekarang tengah berusaha untuk menyelamatkan dirinya.   Dia yakin, Gochin Talu tentu akan dapat membawanya pergi keluar dari istana yang menyerupai perbentengan itu.   Tapi Gochin Talu belum lagi bergerak jauh baru beberapa tombak, telah berkelebat sesosok tubuh dengan gerakan yang gesit bukan main.   Belum lagi tubuhnya berhasil menyandak, Gochin Talu yang ingin melarikan Tiat To Hoat-ong, di waktu itu telah berkesiuran angin pukulan yang dingin luar biasa, seperti juga selapis es dingin membungkus Gochin Talu dan Tiat To Hoat-ong.   Tapi Gochin Talu telah cepat-cepat melompat ke pinggir untuk menghindarkan diri dari pukulan itu.   Namun gerakannya jadi terhambat oleh pukulan tersebut, dan juga orang yang menghalanginya telah berada di hadapannya.   Orang itu tidak lain dari Swat Tocu! "Hmm!"   Mendengus Swat Tocu dengan suara yang dingin.   "Hendak dibawa lari kemana si gundul itu?"   Swat Tocu bukan hanya mengejek melainkan tangan kanannya telah digerakkan untuk menghantam Gochin Talu.   Kemudian menyusul tangan kirinya menyambar lagi akan menghantam lebih kuat.   Cara menyerang Swat Tocu merupakan serangan yang mengandung tenaga Inti Es yang dahsyat sekali, karena itu sekujur tubuh Gochin Talu dan Tiat To Hoat-ong telah diliputi oleh selapis uap dingin yang luar biasa.   Gochin Talu yang mengetahui bahwa Swat Tocu bukan orang sembarangan, dan menyadari walaupun dia mengerahkan seluruh kepandaiannya tidak mungkin bisa menghadapi Swat Tocu, hanya memikirkan cara untuk meloloskan diri.   Karena diserang dahsyat seperti itu oleh Swat Tocu, dan dalam keadaan terdesak dengan membawa-bawa Tiat To Hoat-ong yang membuat gerakan Gochin Talu kurang begitu leluasa, dia berusaha untuk menyingkir ke pinggir kiri kemudian menjejakkan kakinya pula, untuk melarikan diri lagi.   Melihat orang ingin menyingkir, Swat Tocu tertawa dingin, katanya.   "Jangan harap kau bisa angkat kaki seenakmu begitu saja! Tinggalkan si gundul itu!"   Dan tangan kanannya telah bergerak cepat sekali, kembali segumpal uap dingin yang menusuk tulang menyambar lagi ke arah Gochin Talu.   Tiat To Hoat-ong tengah terluka di dalam walaupun dia telah berhasil membuka jalan darahnya yang semula membeku itu, tokh dia tidak bisa mempergunakan Soboc nya lagi, karenanya, begitu Gochin Talu disrang beruntun dengan pukulan tenaga Inti Es dari Swat Tocu, Tiat To Hoat-ong dalam gendongan Gochin Talu jadi mengigil keras sekali karena dia merasakan hawa yang dingin melebihi es itu bagaikan menyusup ke dalam tulang sumsumnya, membuat tubuhnya menggigil dan giginya berceratukan menahan hawa dingin yang meliputi sekujur tubuhnya.   Tiat To Hoat-ong juga menyadari, jika keadaan seperti ini berlangsung terus, niscaya akan menyebabkan dia terluka di dalam lagi.   Berarti dia akan mengalami luka yang tidak ringan dan kemungkinan besar akan membuat dirinya jadi bercacad.   Tapi Gochin Talu memang tidak berdaya untuk cepat-cepat menyingkirkan Tiat To Hoat-ong dari tempat tersebut.   Terlebih lagi memang Swat Tocu, tokoh rimba persilatan yang liehay luar biasa itu tidak mau melepaskannya dan telah melancarkan pukulannya berulang kali, sehingga hawa dingin itu semakin tebal dan juga semakin mengigilkan tubuh.   Gochin Talu sendiri telah menggigil menahan dingin dan ia masih berusaha untuk bertahan agar dirinya tidak rubuh karena hawa dingin itu.   Swat Tocu memang tidak ingin membiarkan Tiat To Hoat-ong dibawa pergi Gochin Talu, karena dia telah menyerang terus dengan pukulan Inti Esnya itu.   "Tinggalkan si gundul. Kau boleh angkat kaki!"   Bentak Swat Tocu dengan suara yang dingin.   Waktu itu Gochin Tolu, yang sesungguhnya memiliki kepandaian yang tinggi, tengah memutar otak untuk mencari jalan meloloskan diri.   Jika menghadapi jago-jago biasa, tentu Gochin Talu tidak memperoleh kesulitan.   Cuma saja, sekarang justru yang merintanginya adalah Swat Tocu, seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian yang luar biasa dan sulit diukur tingkatannya.   Dengan nekad, akhirnya Gochin Talu mempergunakan tangan kiri untuk menyerang kepada Swat Tocu, dia bermaksud begitu Swat Tocu mundur menghindarkan pukulannya itu, dia ingin mempergunakan kesempatan itu untuk berusaha melarikan diri lagi.   Namun yang membuat Gochin Talu jadi kaget bukan main, di saat itu tampak pukulannya seperti lenyap tidak berbekas dan tidak memberikan hasil apa-apa.   Malah Swat Tocu telah menyerang lagi dengan tangan kanannya, segumpal hawa sangat dingin menerjang ke diri Gochin Talu dan Tiat To Hoat-ong.   Gochin Talu mengeluh, dia berusaha membuang diri bergulingan di tanah bersama Tiat To Hoat-ong.   Swat Tocu tertawa tawar, katanya dengan dingin.   "Hemmm, mengapa engkau tetap hendak melarikan si gundul? Tinggalkan dia dan engkau boleh pergi dari sini!"   Tapi Gochin Talu yang telah bergulingan di lantai, tetap merangkul Tiat To Hoat-ong, yang dipeluknya kuat sekali, kemudian mengerahkan tenaga dalamnya pada ke dua tangannya.   Tahutahu dia melontarkan tubuh Tiat To Hoat-ong sejauh empat tombak lebih sambil katanya.   "Menyingkirlah lebih dulu Koksu!"   Walaupun tubuh Tiat To Hoat-ong tinggi besar, namun dia telah berhasil dilontarkan begitu jauh, membuktikan tenaga dalam Gochin Talu memang tidak lemah.   Tiat To Hoat-ong sendiri walaupun dalam keadaan terluka namun masih bisa turun di tanah tanpa terbanting.   Sebagai seorang yang licik dan cerdik, tentu saja Tiat To Hoat-ong pun kenal bahaya, begitu ke dua kakinya menyentuh tanah, segera dia menjejakkan lagi kdua kakiya tubuhnya telah melompat sejauh dua tombak lebih, dia berusaha untuk melarikan diri.   Swat Tocu tidak memperdulikan Gochin Talu, tahu-tahu tubuhnya telah berkelebatan dan berdiri di hadapan Koksu itu, kemudian katanya.   dengan tawar.   "Kau hendak menyingkir ke mana?!"   Muka Tiat To Hoat-ong berobah merah padam, dia telah menatap Swat Tocu dengan bola mata terpentang lebar-lebar mendelik pada Swat Tocu.   "Jika kau ingin membunuhku, bunuhlah! Aku tak takut! Lakukanlah, jangan menghinaku terlebih jauh!"   Keras sekali suara Tiat To Hoat-ong. Swat Tocu tertawa mengejek.   "Hemm, jika memang engkau berani untuk menerima kematian, tentu sejak tadi tidak ada niatan untuk melarikan diri! Baik! Baik! Jika memang engkau meminta aku mengirimmu menghadap ke Giam-lo-ong aku tentu tidak akan mengecewakanmu, aku akan meluluskan keinginanmu itu. Dan setelah berkata begitu, Swat Tocu menggerakkan ke dua tangannya, yang siap akan dihantamkan kepada Tiat To Hoat-ong. Sedangkan Tiat To Hoat-ong telah mengawasi dengan hati mengeluh, karena dia yakin dirinya segera akan terbinasa. Begitu hawa Inti Es dari Swat Tocu menerjang dirinya, tentu tubuhnya akan membeku dan dia menemui kematian. Namun dia tidak memiliki jalan lain untuk meloloskan diri, untuk memberikan perlawananpun dia sama sekali tidak berdaya, karena tengah terluka seperti itu. Dengan sendirinya Tiat To Hoat-ong hanya menantikan tibanya kematian. Cuma yang membuat dia menyesal, dirinya harus menerima kematian dengan cara yang mengecewakan seperti ini......   "Tahan Swat Tocu Locianpwe!"   Tiba-tiba ada suara yang berteriak nyaring, disusul sesosok tubuh yang melompat ke samping Swat Tocu.   Swat Tocu menahan gerakan tangannya yang telah berada di tengah udara setengah terangkat itu, dia melirik.   Dilihatnya orang yang mencegahnya itu tidak lain dari Yo Him.   "Kenapa?!"   Tanya Swat Tocu dengan suara yang dingin.   "Locianpwe!"   Kata Yo Him cepat.   "Kumohon agar kau jangan membinasakannya.....!"   Kata Yo Him itu disusul dengan tubuhnya yang membungkuk memberi hormat. Swat Tocu telah mendengus lagi.   "Si gundul itu terlalu bertingkah, jika memang aku hendak membunuhnya. Siapa yang berani melarangku?!"   Yo Him tersenyum sabar, diapun telah menyahut.   "Tapi Locianpwe, jika memang dia dibinasakan tentu akan menimbulkan badai yang tidak kecil dalam kalangan Kang-ouw, karena Kaisarnya jelas akan mengerahkan seluruh pahlawannya untuk melakukan penangkapan dan membinasakan jago-jago daratan Tiong-goan, di mana jlas yang akan menjadi korban kelak nanti orang-orang yang tidak bersalah! Karena bisa saja Kaisarnya menuduh bahwa yang telah mencelakainya adalah kita orangorang Han!"   Swat Tocu berdiam sejenak, namun akhirnya dia tertawa dingin.   "Aku tidak perduli semua itu!"   Katanya.   "Ada hubungan apa denganku? Aku hanya berurusan dengan si gundul ini!"   "Tapi Locianpwe! Akibatnya sangat besar sekali buat orang-orang Han yang lemah. Untuk keselamatan mereka, bebaskan pendeta itu. Nanti boanpwe akan menjelaskan lagi urusan yang jauh lebih penting!" Swat Tocu ragu-ragu, tapi akhirnya dia telah mengangguk juga.   "Baiklah!"   Katanya.   "Memandang muka terang ayahmu Sin-tiauwtay-hiap, mau juga aku memenuhi permintaanmu ini!"   Waktu itu Tiat To Hoat-ong tertawa dingin.   "Mengapa kau belum turun tangan juga?"   Ejeknya.   "Jika memang kau ingin membinasakanku, ayoh turun tangan cepat. Aku ingin melihat apakah engkau memiliki keberanian untuk membunuhku!"   Muka Swat Tocu jadi berubah merah padam karena gusar.   Tadi telah menyanggupi permintaan Yo Him untuk tidak membunuh Tiat To Hoat-ong, namun sekarang pendeta ini menantang sedemikian rupa, maka matanya memancarkan sinar yang sangat tajam sekali.   Dia bermaksud akan menyerang lagi pada Tiat To Hoat-ong.   "Biarlah Swat Tocu Locianpwe, jangan locianpwe membunuhnya. Kita akan mengurus suatu urusan yang jauh lebih penting......!"   Kemudian Yo Him berkata kepada Tiat To Hoat-ong katanya dengan tawar.   "Pergilah! Jika memang kelak ternyata engkau mencelakai orang-orang Han yang tidak bersalah, aku tentu akan mengajak locianpwe-locianpwe lainnya untuk mencarimu! Waktu itu biarpun engkau berlutut sambil menangis memohon pengampunan tidak akan kami layani......!"   Tiat To Hoat-ong tertawa dingin. dia mengebutkan lengan jubahnya! "Bocah, apakah engkau tidak menyesal?" "Pergilah!"   Menyahuti Yo Him. Tapi Tiat To Hoat-ong tidak segera berlalu. Waktu itu Swat Tocu telah melangkah dua tindak ke depan, dia bilang dengan bengis.   "Jika memang aku tidak ingin memberi muka terang kepada Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko, tentu jiwamu itu telah kukirim pergi menghadap pada Giam-lo-ong! Sekarang kau bertingkah pura-pura tidak takut mampus dan tidak mau segera angkat kaki! Hmmm, inilah tanda mata dariku!"   Dan tangan kanan Swat Tocu bergerak menghantam Tiat To Hoat-ong, dan dia menghantam jalan darah Leng-jin-hiatnya si pendeta, untuk membuat si pendeta bercacad seumur hidupnya menjadi manusia lumpuh.   Yo Him terkejut, namun dia tidak bisa mencegahnya karena Swat Tocu melakukan pukulan itu cepat sekali.   Tapi di saat Tiat To Hoat-ong terancam bahaya, terdengar suara orang tertawa hahaha hihihi, disusul dengan sesosok tubuh yang berkelebat sangat gesit sekali.   Malah telah menghadang di depan Swat Tocu, mempergunakan tangan kanannya untuk menyanggahi pukulan tangan Swat Tocu.   "Plakk!"   Terdengar suara benturan yang sangat kuat sekali, dan di waktu itulah tampak jelas tubuh Swat Tocu bergoyang-goyang akan terhuyung ke belakang, namun kuda-kuda ke dua kakinya masih tetap di tempatnya.   Begitu juga orang yang baru datang itu tubuhnya bergoyang-goyang.   Swat Tocu lalu mementang matanya lebar-lebar dilihatnya yang berdiri di hadapannya adalah seorang lelaki tua dengan keadaan yang luar biasa.   Sebab selain rambutnya yang telah putih itu tumbuh panjang menutupi bahunya, juga kumis dan jenggotnya yang telah berwarna putih itupun tumbuh panjang sampai ujungnya menyentuh tanah.   Yo Him pun terkejut, tidak terkecuali Tiat To Hoat-ong.   Karena mereka segera mengenalinya bahwa orang yang keadaannya luar biasa itu tidak lain dari Ciu Pek Thong!.   "Ciu Locianpwe!"   Berseru Yo Him girang bukan main. Si tua berandalan telah tertawa dengan sikapnya yang jenaka, dia pun membalas sapaan Yo Him.   "Yo Hiante! Ai, ai kau menimbulkan kerusuhan di sini, sehingga aku terpaksa harus memperlihatkan diri! Ai, engkau telah membuat aku jadi salah tingkah, semua ini adalah gara-garamu. Berdiam di tempat persembunyian salah, keluar juga salah harus berhadapan dengan begundal ini!"   Dan sambil berkata begitu Ciu Pek Thong, si tua berandalan itu telah menunjuk kepada Tiat To Hoat-ong.   "Muridku telah menceritakan segalanya, memang si gundul ini jahat sekali! Dulu, waktu engkau belum terlahirkan, si gundul inipun telah mengganggu ayah ibumu sehingga ibumu melahirkan tanpa didampingi ayahmu!"   Dan setelah berkata begitu, Ciu Pek Thong mementang matanya lebar-lebar memperlihatkan sikap jenaka, katanya lagi meneruskan bicaranya tadi.   "Dan akhirnya terlahirkan seorang bocah nakal seperti kau yang sekarang memiliki kepandaian yang tinggi dan disebut-sebut selalu oleh muridku, hua ha haa haaa!"   Ciu Pek Thung tertawa bergelak dengan suara yang nyaring sekali.   Loo491 boan-tong tampaknya tidak memperdulikan bahwa di tempat itu berkumpul banyak sekali orang, dan juga ada beberapa orang tengah bertempur hebat sekali mempertaruhkan jiwanya.   Yo Him girang bukan main, dia telah maju untuk memberi hormat pada Loo-boan-tong kemudian bertanya dengan perasaan heran.   "Mengapa Ciu Locianpwe meninggalkan Tho-hoa-to?!"   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Aku bosan menemani Oey Lo Shia!"   Sahut Ciu Pek Thong.   "Setiap hari hanya main catur diam seperti patung, akhirnya aku ingin pesiar. Oey lo Shia juga tidak melarang keinginanku ini, maka aku telah meninggalkan pulaunya.....!"   "Apakah puteri pangeran Ghalik, nona Sasana, murid Ciu Locianpwe?"   Tanya Yo Him.   "Tepat, tidak salah!"   Mengangguk si tua berandalan itu. Waktu itu Sasana yang tengah dikepung oleh beberapa orang pahlawan yang jadi pengikut Tiat To Hoat-ong telah berseru girang.   "Suhu, akhirnya kau mau juga keluar......!"   Ciu Pek Thong mendengar seruan muridnya dia tertawa terbahakbahak kemudian menyahuti.   "Muridku, teruskan menghajar kurcaci itu.....! Aku sendiri akan mengikir kepala gundul Tiat To Hoat-ong ini jadi lebih licin!"    Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Kembalinya Pendekar Rajawali Karya Chin Yung Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung

Cari Blog Ini