Beruang Salju 19
Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 19
Beruang Salju Karya dari Sin Liong "Sabar.....!" Kata Kou Sie-ko kemudian. "Kalian dengar dulu..... hal itu belum sampai demikian jauh, karena akupun tetap mengikuti mereka. Perasaanku pada waktu itu sama seperti perasaan kalian, yaitu menguatirkan keselamatan Pangcu, isterinya dan puterinya itu. Maka aku berusaha menguntit dengan hati-hati sekali, agar aku tidak dipergoki pendeta gemuk itu. Bukankah jika diapun mempergunakan ilmu sihirnya kepadaku, maka akan membuat urusan jadi berantakan?!" Setelah berkata sampai di situ, Kou Sie-ko menghela napas beberapa kali, baru dia melanjutkan lagi ceritanya. "Dan waktu itu, si pendeta gemuk tersebut telah membawa Pangcu, Sin-tiauw-tayhiap dan juga orang yang berpakaian aneh, isteri Pangcu, puterinya dan bocah kecil ke sebuah hutan yang lebat sekali. Dia mengajak mereka memasuki sebuah goa yang luas, yang terdapat di dalam hutan itu. Itulah goa buatan. "Aku tidak berani terlalu dekat dengan mereka, aku hanya mengintai dari kejauhan ssja. Maka dari itu, ketika si pendeta gemuk tengah bicara kepada Pangcu dan yang lainnya, aku tidak mendengar perkataannya itu. Aku hanya melihat Pangcu dan yang lainnya telah melangkah kaku memasuki goa itu dengan tindakan kaki yang berat. Namun dari mereka tidak terlihat sedikitpun sikap perlawanan karena mereka telah melangkah dengan patuh sekali.....!" "Dan bagaimana dengan Sin-tiauw-tay-hiap.....?!" Tanya salah seorang kawan Kou Sie-ko. "Diapun sama. Tayhiap itu mengalami nasib sama seperti Pangcu dan yang lainnya. Sin-tiauw-tay-hiap telah memasuki goa itu dengan langkah kaki yang berat dan kaku......!" "Aku...... aku kurang begitu yakin.....!" Kata salah seorang pengemis itu. "Kau kurang yakin...? Kurang yakin bagaimana?" Tanya Kou Sieko. "Aku kurang yakin jika Sin-tiauw-tay-hiap itu patuh terhadap perintah si pendeta gemuk itu. Walaupun sempurna dan tingginya kepandaian pendeta gemuk itu, tidak dapat dia memperlakukan Sin-tiauw-tay-hiap seperti itu..... Bukankah di jaman ini Sin-tiauwtay-hiap merupakan satu-satunya manusia yang memiliki kepandaian ilmu silat tertinggi di kolong langit, merupakan jago nomor satu.....!" "Maka dari itu, bukankah sejak dari semula aku telah mengemukakan dugaanku. Kemungkinan besar pendeta gemuk itu telah mempergunakan ilmu sihirnya untuk menguasai Sin-tiauwtay-hiap dan yang lainnya? "Bicara soal kepandaian silat, tentu saja hal itu tidak bisa dikatakan untuk masalah ini. Biarpun, Sin-tiauw-tay-hiap memiliki ilmu silat yang tinggi serta sempurna namun satu kali saja dia dikuasai oleh ilmu sihir si pendeta, jelas untuk itu dia akan terpengaruh dan patuh pada setiap perintah si pendeta, tanpa dia dapat mengeluarkan kepandaiannya untuk melabrak si pendeta gemuk tersebut.....!" "Lalu bagaimana terusnya cerita itu?" Tanya salah seorang di antara pengemis-pengemis tersebut. "Aku seharian telah bersembunyi di tempat yang agak jauh dengan goa itu. Aku hanya mengintai saja, dan menyaksikan betapa si pendeta telah berulang kali memerintahkan Sin-tiauw-tay-hiap bersilat, untuk membawakan beberapa jurus ilmu silat andalannya. Sedangkan pendeta itu mengawasi saja, rupanya dia tengah memperhatikan untuk mempelajari jurus-jurus ilmu silat......!" Yo Him kaget bukan main. Inilah berbahaya. Jika memang apa yang diceritakan oleh si pengemis yang dipanggil dengan sebutan Kou Sie-ko itu benar, maka ayahnya tengah terancam bahaya yang tidak kecil, disamping itu ilmu silat ayahnya bisa dikorek habis oleh si pendeta. Memang benar, untuk kepandaian silat mungkin ayahnya tidak ada tandingannya lagi, namun jika memang ayahnya itu dipengaruhi oleh semacam pengaruh ilmu sihir, inilah sulit untuk dibilang juga. Jika memang Yo Him tidak berhasil untuk menindih perasaannya itu, tentu dia sudah lompat keluar untuk menanyakan lebih jelas perihal ayahnya pada Kou Sie-ko itu. Namun akhirnya Yo Him bisa juga menahan diri. Dia mendengarkan pula ceritanya Kou Sie-ko yang waktu itu telah meneruskan ceritanya pula. "Kulihat Yo Tayhiap telah bersilat dengan tangan tunggalnya, mukanya begitu kaku, dibilang tertawa bukan tertawa, dibilang menangis bukan menangis. Dia bersilat dengan bola mata yang memandang lurus-lurus tidak pernah bergerak, maka dilihat selintasan, jelas dia seperti juga mayat hidup yang bisa bergerak. Sedangkan Pangcu dan yang lainnya hanya berdiri kaku seperti patung di pinggiran, sama sekali tidak bergerak, mereka benarbenar telah dipengaruhi oleh suatu kekuatan sihir. "Setelah Sin-tiauw-tay-hiap bersilat beberapa saat, akhirnya pendeta gemuk itu tertawa bergelak-gelak, diapun telah bilang. "Bagus! Bagus! Sekarang aku ingin mengetahui ilmu andalanmu yang disebut Am-jian-sio-hun-kun!! Dan waktu itu, seperti juga seorang yang tidak memiliki perasaan lagi, Sin-tiauw-tay-hiap telah mengangguk, malah telah bersilat dengan jurus-jurus dari ilmu silat yang diinginkan oleh pendeta gemuk tersebut! "Setiap gerakan tangan yang dilakukan Sin-tiauw-tay-hiap mengandung desiran angin yang kuat menderu-deru, dan memiliki kekuatan yang bisa menghancurkan batu-batu kerikil yang kena diterpa oleh terjangan angin pukulan itu. Malah waktu itu, daundaun pohon telah berguguran dan ranting-ranting telah patah kena diterjang oleh gempuran tenaga ke dua tangan Sin-tiauw-tay-hiap, sedangkan si pendeta gemuk itu telah tertawa terbahak-bahak." Hebat cerita Kou Sie-ko ini, karena dia bukan hanya bercerita dengan mimik muka bersungguh-sungguh, malah Yo Him yang mendengarkan telah tergoncang hatinya. Ilmu Am-jian-sio-hun-kun merupakan ilmu gubahan ayahnya yang sangat hebat dan merupakan kepandaian andalannya Sin-tiauwtay-hiap Yo Ko. Dan Yo Him sendiri memang telah menerima pelajaran ilmu tersebut, memperolehnya langsung dari ayahnya, di mana dia telah berhasil menguasainya dengan baik. Am-jian berarti kedukaan yang sangat. Sio Hun berarti kehilangan roh, atau kehilangan semangat. Tapi jika Am-jian-sio-hun-kun dirangkap menjadi satu, empat huruf itu memiliki arti "perpisahan", maka dari itu Am-jian-sio-hun-kun berarti "ilmu silat Perpisahan". Dengan lain perkataan, ilmu itu digubah sebagai peringatan dari perpisahan yang mendukakan sangat ketika Yo Ko harus berpisah dengan Siauw Liong Lie. Ilmu Am-jian-sio-hun-kun ini terdiri dari tujuhbelas jurus, semuanya berisikan ilmu pukulan yang luar biasa sekali, yang tersusun sebagai berikut. Kie-jin-yu-thian (Kesedihan Yang Melampaui Batas), Bu-tiongseng-yu (Dalam Kekosongan Terdapat Isi), Toh-nie-tay-sui (Menyeret Lumpur Membawa Air), Sim-khia-jiok-tiauw (Hati Takut Daging Meloncat), Bu-beng-kie-miauw (Tak Tahu Apa Kebagusannya, berarti heran), Jiak-yu-so-sit (Seperti Juga Kehilangan Sesuatu), To-heng-gek-sie (Jalan Jungkir Balik), Keksie-sio-yang (Di balik Sepatu Menggaruk Rasa Gatal), Lat-putciong-sin (Kemauan Besar, Tenaga Kurang), Heng-sie-cauw-jiok (Mayat Berjalan) Yong-jin-cu-yu (Sigoblok Kejengkelan Sendiri), Bin-put-tui-tee (Karangan Tak Cocok Dengan Kalimat), Liok-sinput-an (Pikiran Tak Tenteram), Kiong-touw-bwee-louw (Menemui Jalan Buntu), Bin-bu-jin-sek (Di muka Tak Ada Cahaya Manusia), Hua-phia-ciong-kie (Menggambar Kuwe Menghilangkan Lapar), Siong-jip-hui-hui (Pikiran Melantur). Itulah ke tujuhbelas jurus dari ilmu Am-jian-sio-hun-kun yang telah diciptakan oleh Yo Ko, Sin-tiauw-tay-hiap itu, waktu dia tengah merana disebabkan perpisahannya dengan Siauw Liong Lie, Kouw-kouwnya yang sangat dicintai dan akhirnya menjadi isteri. Dalam kedukaan yang mendalam seperti itulah, akhirnya Yo Ko berhasil menggubah ilmu silat yang aneh dan luar biasa hebatnya itu. Dengan demikian, sekarang mendengar bahwa Yo Ko tengah dipengaruhi oleh pendeta gemuk yang pandai ilmu sihir itu, dan juga ayahnya itu tengah dipengaruhi untuk dikorek ilmu silatnya tersebut, membuat Yo Him sangat berkuatir sekali. Dengan tidak diinginkannya dia telah mengucurkan keringat dingin dan telah memasang telinga terus untuk mendengarkan lebih jauh cerita dari si pengemis tersebut. Waktu itu Kou Sie-ko telah melanjutkan ceritanya lagi, dia bilang. "Memang luar biasa sekali, bukan hanya Sin-tiauw-tay-hiap saja yang menurut dan patuh pada pendeta gemuk itu, bahkan tidak lama kemudian Pangcu dan juga kawannya, maupun isteri Pangccu, telah bersilat membawakan ilmu silat masing-masing untuk diperlihatkan kepada pendeta gemuk itu." "Si pendeta gemuk sambil menyaksikan mereka bersilat, telah berulang kali memuji-muji. "Bagus, bagus! Hemm, tidak lama lagi, kalian harus menuruti perintahku membasmi orang-orang rimba persilatan..... Hahaha, jika aku berhasil mengumpulkan ilmu silat dari seluruh aliran yang ada di daratan Tiong-goan ini, tentu aku menjadi seorang jago nomor satu di kolong langit ini tanpa ada tandingannya lagi!" Dan pendeta gemuk itu telah tertawa bergelakgelak keras sekali. Hati Yo Him jadi tergetar, karena dia mendengar perkataan dari Kou Sie-ko itu, yang membawakan ceritanya demikian rupa mengenai perkataan pendeta gemuk itu mengandung maksud yang bisa membahayakan jago-jago Kang-ouw. Dengan citacitanya yang ingin mempengaruhi semua jago-jago yang memiliki kepandaian hebat dengan mempergunakan ilmu sihirnya, lalu memaksa jago-jago itu, untuk mengeluarkan kepandaiannya, sehingga si pendeta gemuk itu bisa mencangkoknya. Dengan demikian telah membuat Yo Him bisa menduga. Badai yang akan ditimbulkan oleh pendeta gemuk itu di dalam kalangan Kang-ouw tentu hebat sekali. Belum lagi sekarang negeri tengah dijajah oleh kerajaan Boan dan peperangan baru saja selesai, di mana rakyat masih juga bersengsara. Jika memang terjadi badai dan gelombang hebat serta banjir darah di kalangan Kang-ouw oleh tingkah pola dari pendeta gemuk itu, niscaya akan berjatuhan korban yang sangat banyak sekali. Waktu itu Kou Sie-ko telah meneruskan perkataannya lagi, menyambung ceritanya, dia bilang. "Jika memang hendak dibilang, sungguh membuat hati jadi tidak mengerti. Aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri, kusaksikan benar dan tidak salah lihat, bahwa Sin-tiauw-tay-hiap, Pangcu dan juga yang lainnya, setelah selesai bersilat, membungkuk memberi hormat kepada pendeta gemuk itu, yang tetap duduk dengan sikap seorang Kaisar tengah menghadapi bawahannya. "Acap kali dia hanya mengebutkan lengan jubahnya, barulah Sintiauw-tay-hiap dan yang lainnya menyingkir ke samping. Waktu pendeta gemuk itu menunjuk ke arah goa besar itu, maka berbarislah Sin-tiauw-tay-hiap dan juga yang lainnya, telah memasuki goa itu. "Peristiwa itu terjadinya di daerah mana?" Tanya kawan-kawannya Kou Sie-ko. "Tidak jauh dari tempat ini..... jika memang kalian berjanji tidak menimbulkan onar, aku akan mengajak kalian, mengajaknya ke sana. Tetapi jika memang belum ada kesempatan yang baik, jangan sekali-kali kalian mencoba untuk menolong Pangcu, sebab bukan kita akan berhasil dengan usaha untuk menolongi Pangcu justru kita sendiri bisa-bisa ditawan pendeta gemuk itu juga. Dengan demkian, tentu akan membuat usaha kita selanjutnya siasia belaka, di mana kita tidak akan bisa memberikan laporan ke markas Kay-pang.....!" "Hemm, walaupun bagaimana tangguhnya pendeta gemuk itu, tetap jika semua Tianglo kita turun tangan, tentu dengan mudah pendeta gemuk itu akan dirubuhkan dan Pangcu akan dapat tertolong.....!" "Atau salah seorang di antara kita pergi ke markas untuk memberikan laporan kepada para Tianglo...... agar mereka segera bisa datang ke mari, guna memberikan pertolongan kepada Pangcu kita.....!" Usul salah seorang di antara pengemis-pengemis itu. "Jika memang ada di antara kita yang bersedia untuk pergi ke markas guna memberikan laporan pada para Tianglo itulah memang lebih baik lagi!" Dan setelah berkata begitu, maka segera juga Kou Sie-ko telah mengawasi kawan-kawannya itu, tanyanya lagi. "Siapa di antara kalian yang ingin melakukan tugas tersebut?" "Baiklah, biarlah aku akan pergi memberitahukan peristiwa ini kepada para Tianglo..... dan juga, jika memang kalian tidak bertemu dengan para Tianglo dalam lima hari, berarti terdapat kesulitan kami, namun kami usahakan dalam lima hari untuk tiba di tempat ini.....!" Kou Sie-ko telah mengangguk, dan diapun telah berpesan. "Jika memang dapat diusahakan, para Tianglo itu datang dengan beberapa Hu-tianglo......! Tampaknya pendeta itu bukanlah lawan yang ringan.....!" Pengemis yang seorang telah mengiyakan. "Tunggu dulu.....!" Tiba-tiba Yo Him telah melompat dari tempat persembunyiannya, diapun tahu-tahu telah berada di hadapan Kou Sie-ko dan pengemis-pengemis yang lainnya. Gerakannya itu memperlihatkan ginkangnya memang telah sempurna sekali. Para pengemis jadi terkejut sekali, karena tahu-tahu pemuda itu telah berada di hadapan mereka. "Siapa kau?!" Bentak Kou Sie-ko dengan terkejut dan melompat berdiri, matanya mencilak memandang penuh curiga pada pemuda she Yo tersebut. Yo Him telah angkat tangannya memberi hormat, diapun bilang. "Kou Locianpwe, jika memang Kou Locianpwe tidak keberatan, maukah Kou Locianpwe membawa aku untuk pergi menemui Yo tayhiap, karena aku ingin menolonginya!" Kou Sie-ko dan kawan-kawannya telah memandang curiga, diapun telah bertanya. "Siapa kau sebenarnya?!" Yo Him tersenyum, dia menyahuti. "Aku she Yo dan bernama Him, dan akulah putera dari Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko......!" "Apa?!" Tanya Kou Sie-ko dengan suara yang terkejut dan dia telah memandang setengah percaya dan tidak, tapi kemudian dia menyahuti juga. "Jika demikian tentunya kau bisa memperlihatkan kepada kami, bahwa dirimu benar-benar putera Tayhiap itu....!" Mendengar perkataan Kou Sie-ko, Yo Him telah tersenyum. "Apakah itu ada perlunya untuk para Locianpwe? Bukankah tadi Kou Locianpwe telah menceritakan bahwa ayahku tengah berada dalam bahaya, maka dari itu aku hanya mohon pada Kou Locianpwe untuk mengajakku ke tempat pendeta gemuk itu. Nanti akan ku perlihatkan apakah aku sesungguhnya putera Yo Tayhiap atau bukan.....! Nanti kalian boleh melihat pula, setelah pertemuanku dengan ayahku itu, apakah aku berdusta atau tidak.....!" Kou Sie-ko telah memandang dengan sorot mata mengandung kecurigaan, lalu tanyanya dengan hati-hati. "Apakah kau bukan..... bukan orangnya si pendeta gemuk itu.....?!" Yo Him tersenyum, dia telah memanggil. "Sasana, ke mari kau!" Sasana telah melompat keluar, dia kemudian menjura kepada para pengemis itu. "Inilah muridnya Ciu Locianpwe, Ciu Pek Thong!" Menjelaskan Yo Him. "Dan jika memang kalian masih tidak mempercayainya, aku akan mengajak kalian bertemu dengan Ciu Locianpwe, karena memang Ciu Locianpwe bersama kami tengah melakukan perjalanan......!" Para pengemis itu telah memandang Yo Him dengan sikap yang tidak dingin seperti tadi, dan Kou Sie-ko telah berkata. "Baiklah, kami akan mengajak Yo kongcu untuk menemui pendeta gemuk itu, tapi dia memiliki ilmu sihir. Jika memang benar apa yang kau katakan, bersama kalian ikut serta Ciu Locianpwe maka ajak saja Ciu Locianpwe bersama kita, dengan demikian, tentu kita bisa menghindarkan bahaya yang tidak kita inginkan.....!" Yo Him tersenyum, dia mengerti arti perkataan dari Kou Sie-ko itu, yaitu memang pengemis ini masih mencurigainya, maka dari itu secara tidak langsung pengemis ini ingin bertemu dengan Ciu Pek Thong. Yo Yim beranggapan memang ada baiknya juga dia mengajak pengemis-pengemis tersebut bertemu dengan Ciu Pek Thong. Bukankah dengan adanya bantuan Ciu Pek Thong, dia lebih leluasa untuk menghadapi pendeta gemuk. Menurut cerita dari Kou Sie-ko, pengemis yang menggemblok lima lembar karung tersebut, memang pendeta gemuk itu belum tentu memiliki kepandaian ilmu silat yang tinggi, tetapi yang dikuatirkannya adalah ilmu sihirnya yang tangguh, di mana Yo Ko dan juga Yeh-lu Chi dan yang lainnya telah dipengaruhi oleh ilmu sihir itu. Dengan demikian telah membuat Yo Him mengangguk menerima permintaan Kou Sie-ko tersebut. Begitulah, Yo Him dan Sasana telah mengajak para pengemis itu untuk pergi menemui Ciu Pek Thong. Setelah bertemu dengan Ciu Pek Thong, barulah para pengemis itu percaya habis, bahwa Yo Him adalah puteranya Yo Ko. Dengan demikian, merekapun telah menceritakan sekali lagi semuanya dialami oleh Kou Sie-ko. Ciu Pek Thong kaget bukan main mendengar Yeh-lu Chi tertawan oleh pendeta gemuk itu. Seperti diketahui bahwa Yeh-lu Chi adalah murid kesayangannya. Pangcu pengemis itu dalam bahaya yang cukup besar, maka Ciu Pek Thong sambil berjingkrak tidak sabar telah menarik tangan Yo Him, kemudian katanya. "Ayo cepat ajak aku pergi ke tempatnya pendeta gemuk itu.....!" Kou Sie-ko yang jadi penunjuk jalan, dia telah mengajak Ciu Pek Thong dan yang lainnya ke sebuah permukaan hutan yang lebat, terpisah belasan lie dari tempat di mana Ciu Pek Thong dan rombongan pangeran Ghalik berada. Hutan itu besar dan lebat sekali. Selama dalam perjalanan menuju ke tempat itu tampaknya Ciu Pek Thong tidak sabar, karena selain Yo Him, yang lainnya memiliki ginkang yang tidak begitu tinggi, sehingga beberapa kali Ciu Pek Thong harus menunggui orang-orang itu, harus menanti dengan gelisah, karena dia memikirkan keselamatan muridnya itu. Akhirnya mereka tiba juga di hutan itu. Keadaan di sekitar tempat tersebut sepi sekali. Kou Sie-ko telah berkata. "Kita harus hati-hati..... jika pendeta itu mengetahui kedatangan kita dan dia mendahului mempergunakan ilmu sihirnya, celakalah kita......!" Ciu Pek Thong yang sudah tidak sabar segera melompat ke dalam hutan itu. Benar saja, tidak jauh dari tempatnya berada, di antara pohon yang besar, tampak sebuah goa yang sangat besar. Dan goa itu juga tidak kosong, tampak beberapa orang yang tengah duduk termenung. Dan yang membuat terkejut Ciu Pek Thong segera dia mengenalinya orang-orang itu tidak lain dari Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko, Yeh-lu Chi, Kwee Hu, Yeh-lu Kie, Swat Tocu dan Ko Tie! Yo Him tidak kurang terkejutnya, malah Yo Him telah lari menghampiri ayahnya. "Ayah.....!" Panggilnya. Namun Yo Ko tidak bergerak dari tempat duduknya, dia hanya mengawasi Yo Him dengan sorot mata yang kosong, seperti juga arwahnya telah meninggalkan raganya, di mana dia seperti tidak kenal pada Yo Him, anaknya. Di samping Yo Ko tampak duduk Yeh-lu Chi dan Kwee Hu. Begitu juga keadaan ke dua orang ini sama seperti Yo Ko, mereka diam saja walaupun Ciu Pek Thong telah menggoyang-goyangkan tubuh Yeh-lu Chi, sambil sang guru itu telah memanggil-manggil muridnya ini. Bukan main gusarnya Ciu Pek Thong melihat keadaan Yeh-lu Chi dan yang lainnya seperti itu. Dia sampai berjingkrak dan berseru. "Pendeta busuk itu entah telah mempergunakan ilmu siluman apa, sehingga membuat muridku seperti patung ini?" Sambil berseru begitu, Ciu Pek Thong beberapa kali telah menotok beberapa jalan darah di tubuh Yeh-lu Chi, namun Yeh-lu Chi tetap dengan keadaannya itu, yang berdiam seperti patung. Jadi sudah jelas bahwa Yeh-lu Chi bukan dalam keadaan tertotok. Ciu Pek Thong jadi berjingkrakan bingung sekali, dia pun telah berseru-seru dengan panik, karena ilmu totokannya sama sekali tidak memberikan hasil. Seumur hidupnya baru kali ini dia meng hadapi kejadian seperti ini. "Mana pendeta busuk itu? Mana dia si pendeta busuk itu?!" Berseru-seru Ciu Pek Thong berulang kali. Dia juga telah memandang sekelilingnya untuk melihat dan mencari-cari si pendeta gemuk itu untuk mengadakan pembalasan. Namun keadaan di sekitar hutan itu sunyi sekali, tidak ada orang lainnya, selain Yo Ko, Kwee Hu, Yeh-lu Chi, Yeh-lu Kie. dan juga Swat Tocu dan Ko Tie, yang semuanya dalam keadaan seperti patung itu. Pendeta yang mereka cari itu tidak terlihat batang hidungnya. Bukan main penasarannya Ciu Pek Thong, dia pun tengah murka melihat keadaan muridnya seperti itu. Dengan gerakan gesit sekali Ciu Pek Thong mengelilingi hutan itu, namun orang yang dicarinya itu masih juga belum dapat ditemuinya. Di waktu itu, Yo Him juga bingung bukan main, sedangkan Kou Sieko dan pengemis-pengemis lainnya telah duduk di hadapan Yehlu Chi, mereka menguatirkan sekali keselamatan Pangcu mereka ini. Tapi mereka tidak berdaya untuk menolong Pangcu mereka, yang keadaannya seperti patung itu. Setelah berputaran ke sana ke mari di hutan itu, maka Ciu Pek Thong kemudian kembali lagi ke tempat dekat goa itu. Dia menggerutu seorang diri. "Jika memang aku berhasil menemui pendeta itu, hemm, hemm, akan kupatahkan batang lehernya menjadi bubur.....!" Dan ocehan itu tidak hentinya diucapkan oleh Ciu Pek Thong. Tetapi baru saja Ciu Pek Thong hendak mencoba menotok lagi Yeh-lu Chi guna menolonginya dari keadaannya yang seperti patung itu, tiba-tiba terdengar suara tertawa yang keras panjang sekali. Suara tertawa yang mengalun seperti juga suara gelombang lautan yang datang sambung menyambung tidak hentinya, merupakan suara tertawa yang disertai tenaga lweekang yang sangat kuat sekali. Ciu Pek Thong telah melompat gesit, dia berlari seperti terbang menuju ke arah datangnya suara tertawa itu, karena dia menduga orang yang tertawa panjang itu adalah si pendeta gemuk, yang tengah dicarinya. Begitu cepatnya Ciu Pek Thong berlari ke arah datangnya suara tertawa tersebut sehingga dalam waktu sekejap mata saja dia telah lenyap dari pandangan mata semua orang. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sedangkan Yo Him sendiri sebetulnya ingin ikut mengejarnya, namun dia membatalkan niatnya, karena dia segera teringat untuk menjaga ayah dan yang lainnya, yang keadaannya seperti patung itu. Dengan Ciu Pek Thong seorang diri saja juga sudah lebih dari cukup. Lama juga Ciu Pek Thong pergi, tetapi tidak lama kemudian dia telah kembali, dia melangkah perlahan-lahan, di depannya berjalan seorang pendeta gemuk. Ciu Pek Thong yang biasanya berandalan dan jenaka, kali ini berjalan dengan langkah kaki satusatu bagaikan patung saja. Yo Him dan yang lainnya ketika melihat keadaan Ciu Pek Thong jadi tertegun, apalagi di depannya berjalan pendeta gemuk itu, yang segera diduga oleh Yo Him sebagai pendeta yang tengah dicari oleh mereka, yaitu si pendeta yang tangguh ilmu sihirnya. Sedangkan si pendeta gemuk itu telah melangkah dengan bibir tersungging senyuman. Hanya matanya saja yang memancarkan sinar yang sangat tajam, di balik sinar matanya itu mengandung hawa pembunuhan yang buas...... "Locianpwe.....!" Berseru Yo Him setelah tersadar dari tertegunnya. Dia melompat ke dekat si pendeta gemuk. Tetapi pendeta gemuk itu telah menggerakkan ke dua tangannya, mulutnya telah berkomat-kamit tidak hentinya, seperti tengah membaca mantera. Yo Him mengeluarkan seruan panjang, karena dia merasakan matanya mendadak saja berkunang-kunang. Diapun telah mengeluarkan seluruh tenaga lweekangnya, menghantam dengan tangan kanannya pada pendeta itu. Si pendeta terkejut, semula dia membaca manteranya maka Yo Him akan dapat dipengaruhinya seperti juga yang lainnya. Namun betapa terkejutnya ketika memperoleh kenyataan Yo Him tidak segera dapat dikuasainya, malah kini menghantamnya dengan pukulan yang begitu dahsyat. Cepat-cepat si pendeta gendut telah melompat ke samping, dia membaca terus manteranya. Yo Him merasakan kepalanya seperti juga dihantam oleh pukulanpukulan martil besi, sakitnya luar biasa, di samping matanya berkunang-kunang. Namun mengetahui bahwa pendeta ini tangguh ilmu sihirnya, Yo Him berusaha untuk mengendalikan dirinya agar tidak sampai dikuasai oleh ilmu sihirnya si pendeta. Dengan demikian, segera juga terlihat betapa pendeta itu berusaha merubuhkannya dengan menteranya. Yo Him juga beberapa kali menyerangnya. Pendeta itu jadi kelabakan. Memang tangguh ilmu sihirnya, tapi bicara soal ilmu silat, dia hanya memiliki kepandaian yang tidak seberapa. Maka diserang membabi buta oleh Yo Him seperti itu, dia jadi sibuk luar biasa, beberapa kali dia harus menggulingkan dirinya di tanah, karena terdesak hebat. Sedangkan Yo Him telah mempergunakan seluruh lweekang yang ada padanya untuk menyerang si pendeta dengan gencar. Dan pengaruh dari si pendeta memang dapat dibendung dengan mengerahkan seluruh lweekangnya. Karena diserang membabi buta seperti itu, si pendeta jadi tidak bisa memusatkan seluruh manteranya guna menguasai Yo Him. Sebetulnya, di dalam peristiwa ini terdapat suatu hal yang secara kebetulan sekali. Seperti diketahui, jika ingin dibandingkan hal ilmu silat, maka biarpun Yo Him memiliki ilmu yang tinggi sekali, namun dia belumlah mencapai puncak kesempurnaan seperti Ciu Pek Thong atau Yo Ko. Tetapi di saat ke dua orang itu berhasil dikuasai oleh pendeta gemuk itu, demikian juga halnya dengan Swat Tocu yang kepandaiannya tidak berada di bawah kepandaiannya Yo Ko pun berhasil dikuasai oleh ilmu sihir si pendeta, adalah Yo Him gagal dikuasai si pendeta. Itu disebabkan pada diri Yo Him terdapat berbagai macam latihan lweekang, ke dua dia merupakan seorang yang polos jiwa dan pikirannya. Di jamannya itu hanya ada dua orang yang keadaan jiwanya seperti Yo Him, yaitu yang seorang lainnya adalah Kwee Ceng. Hanya bedanya jika Kwee Ceng agak tolol dan pikirannya sederhana, justru Yo Him memang cerdik. Tetapi kepolosan jiwanya itulah membuat lweekang yang dimilikinya dari berbagai aliran itu jadi lurus, dan ilmu sesat seperti ilmu sihir yang dipergunakan si pendeta tidak dapat mempengaruhinya dengan sepenuhnya. Memang ada juga pengaruh yang dirasakan oleh Yo Him atas ilmu sihir si pendeta, yaitu dia merasakan kepalanya sakit dan juga, tangannya mulai linu. Namun Yo Him masih sanggup mempergunakan lweekangnya untuk menyerang si pendeta dan membuat pendeta itu jadi sibuk bukan main berkelit ke sana ke mari, sehingga dia tidak bisa untuk mencurahkan seluruh ilmu sihirnya guna menguasai Yo Him. Malah semakin lama Yo Him semakin bisa menguasai dirinya dan menyerang semakin hebat. Maka ketika suatu kali si pendeta tengah berkelit ke samping kanan, Yo Him membarengi dengan memukul mempergunakan tangan kirinya. Si pendeta kembali cepat-cepat ingin menyingkir tetapi Yo Him rupanya hanya menggertak dengan tangan kirinya itu. Dia telah menyusuli dengan pukulan tangan kanannya yang mengenai telak sekali dada si pendeta, sampai tubuh si pendeta terjungkir balik beberapa kali, bergulingan di tanah, dan tubuhnya yang bulat gemuk besar itu telah membentur keras sekali batang pohon. Yo Him tidak membuang-buang kesempatan itu, dia telah melompat ke samping si pendeta dan menotoknya. Maka segera juga si pendeta tidak berkutik, karena jalan darah Kie-cie-hiat nya telah tertutup oleh totokan Yo Him, dia tidak bisa bergerak lagi. Malah Yo Him tidak berhenti sampai di situ saja, dia telah menotok pula Ah-hiat, jalan darah gagu dan juga jalan darah penting di tubuh si pendeta, yang terletak di pundak kiri dan kanan. Dengan ditotok seperti itu, jangan harap si pendeta dapat membebaskan diri sebelum dua hari!! Yo Him merasakan pengaruhnya ilmu sihir si pendeta telah lenyap, kepalanya yang semula sangat sakit telah hilang. Dan kemudian Yo Him berjongkok, dia memijit jalan darah Lung-cie-hiat si pendeta, diapun membentak. "Dengan ilmu apa kau pengaruhi ayahku dan yang lainnya itu.....? Cepat bebaskan mereka.....!" Si pendeta cuma diam, matanya saja yang menatap Yo Him dengan sorot yang sangat tajam. Dan waktu itu, Yo Him telah menggerakkan tangan kanannya, dia menghantam jalan darah tung-su-hiat si pendeta, dengan tepukan yang kuat sekali, sampai pendeta itu meringis kesakitan. Jalan darah itu adalah jalan darah yang sangat penting di tubuh manusia, jika kena ditepuk dan jalan darah itu jadi terhambat, niscaya akan membuat orang tersebut bercacat dan juga akan membuat orang yang menjadi korban tepukan di jalan darah itu menderita kesakitan yang hebat. Tubuh si pendeta telah menggigil, karena dia menahan rasa sakit yang luar biasa. Akhirnya dia mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali, dia dalam keadaan tertotok dengan demikian dia tidak bisa bicara. Yo Him yang melihat pendeta itu menganggukangguk, barulah dia membuka totokannya pada Ah-hiat si pendeta. "Katakan, kau mau memulihkan keadaan ayahku dan yang lainnya itu atau engkau ingin mampus dengan cara yang tersiksa?!" Bentak Yo Him dengan suara yang bengis. Pendeta India itu menyadari, jika dia berkeras kepala tidak mau memulihkan keadaan Sin-tiauw-tay-hiap dan yang lainnya dan Yo Him naik darah, lalu menghantamnya, dia akan terbinasa. Jika mati dengan segera, itu masih bagus. Tetapi jika pemuda itu menyiksanya terus menerus? "Baiklah...... aku akan memulihkan keadaan mereka!" Kata si pendeta. Yo Him telah membebaskan si pendeta dari totokaanya, dan dia bisa bergerak. Namun karena si pendeta menyadari kepandaiannya tidak bisa menandinginya Yo Him, ia menurut saja. Mulutnya berkomat-kamit perlahan sekali membaca mantera, dan dia telah memulihkan keadaan Yo Ko dan yang lainnya, yang waktu itu telah tersadar dari keadaannya, seperti juga mereka dari mimpi. Yo Ko dan yang lainnya terheran-heran, tetapi setelah mendengar cerita Yo Him, yang menceritakan kebusukan pendeta itu, bukan main murkanya Swat Tocu. Tanpa bisa mengendalikan diri lagi, Swat Tocu telah melompat, di mana tangannya bergerak, akan menghantam batok kepala si pendeta. Namun tubuh si pendeta telah mencelat, melarikan diri......" Yo Ko dan Ciu Pek Thong yang waktu itu telah tersadar dari "tenungan" Si pendeta, sebetulnya hendak mencegah, namun mereka terlambat. Karena tubuh mereka masih dalam keadaan lemah, akibat bekas pengaruh ilmu sihir si pendeta yang luar biasa sekali. Sedangkan Yo Ko juga telah menceritakan, bahwa dia sesungguhnya tengah berkelana untuk mencari Yo Him, untuk diajaknya pulang ke tempat mereka, karena Yo Ko baru saja berhasil merampungkan seluruh ilmu ciptaannya, yang telah disempurnakan. Dia bermaksud akan mewarisi seluruh kepandaiannya kepada Yo Him. Tetapi siapa sangka dia bertemu dengan pendeta itu, dengan demikian dia telah kena di "tenung" Oleh pendeta tersebut yang mempergunakan ilmu sihirnya, membuat dia akhirnya tidak ingat diri. Si pendeta sebetulnya berasal dari Thian-tiok, India. Dia bernama Hosing Polong. Memang sejak dilahirkan pada tubuh dan pancaran mata Hosing Polong ada semacam kekuatan gaib. Sehingga ketika dia berusia lima tahun, seorang pendeta sakti dari India telah tertarik hatinya untuk mendidik Hosing Polong dengan ilmu sihir dan ilmu silat. Pada usia duapuluh tahun Hosing Polong telah memiliki ilmu sihir yang luar biasa hebatnya, juga ilmu silatnya cukup tinggi. Sehingga ketika latihan mengadu kekuatan ilmu sihirnya dengan gurunya, bahkan gurunya yang mendidiknya itu bisa dipengaruhi oleh kekuatan ilmu sihirnya. Sehingga di negara India, Hosing Polong sudah tidak ada tandingannya lagi. Banyak tokoh-tokoh sihir dari India yang dirubuhkannya dengan mudah. Alkisah pernah suatu ketika Hosing Polong, pergi ke istana raja India dan dapat memasuki kamar raja dengan mudah sekali. Semua pengawal-pengawal raja dan panglima-panglima kerajaan dapat disihirnya dengan mudah. Sehingga apabila Hosing Polong bermaksud mencelakai rajanya, dia dapat melaksanakannya dengan mudah sekali. Namun karena Hosing Polong hanya bermaksud untuk main-main saja dan tidak mempunyai niat jahat, maka dia hanya mencuri kitab-kitab kuno kerajaan untuk dipelajarinya. Raja India tidak menjadi marah atas perbuatan Hosing Polong, maka raja India telah mengirimkan utusan dengan membawa satu peti permata untuk membujuk Hosing Polong agar mau menjadi Koksu Negara. Namun karena Hosing Polong ingin hidup bebas, dia menolak permintaan rajanya. Demikanlah nama Hosing Polong sangat terkenal sekali di India, sehingga dia dijuluki sebagai "Dewa Sihir" Oleh jago-jago sihir India, yang mengakui Hosing Polong sebagai rajanya jago-jago sihir. Akhirnya Hosing Polong merasa bosan juga tinggal di India, karena dia sudah tidak ada tandingannya lagi di negara itu. Pada suatu hari Hosing Polong mendengar bahwa di Tiongkok banyak sekali tokoh-tokoh saktinya, terutama yang paling menonjol yaitu nama-nama Yo Ko, Oey Yok Su, Ciu Pek Thong, It Teng Taysu dan lain-lainnya. Maka pergilah Hosing Polong ke daratan Tiong-goan untuk mengajak bertanding tokoh-tokoh sakti tersebut. Sekalian apabila tokoh-tokoh itu telah bisa dikuasai oleh ilmu sihirnya, maka ia akan menyuruh tokoh-tokoh sakti itu untuk mengeluarkan ilmu silat simpanannya yang ada guna dicangkoknya. Karena walaupun Hosing Polong memiliki ilmu sihir yang luar biasa hebatnya, tetapi ilmu silatnya tidak begitu tinggi. Demikianlah Yo Ko yang dalam keadaan tertidur, Swat Tocu yang tidak percaya ilmu sihir dan menganggap ringan lawannya, serta tokoh-tokoh Tiong-goan lainnya, dapat dipengaruhi ilmu sihirnya. Yo Ko yang kena dikuasai oleh pengaruh ilmu sihir Hosing Polong menjadi kagum kepada pendeta India itu, karena di daratan Tionggoan tiada seorangpun tokoh sihir yang dapat mempengaruhi diri Yo Ko, walaupun dalam keadaan tertidur. Namun Swat Tocu yang beradat berangasan ketika telah tersadar, dia melompat ingin menghajar batok Hosing Polong. Tapi secepat kilat tokoh sihir itu telah melarikan diri. Demikianlah Hosing Polong yang disegani dan dihormati di negaranya sebagai "Dewa Sihir" Harus melarikan diri guna menyelamatkan nyawanpa dari tangan tokoh-tokoh sakti daratan Tiong-goan yang sangat marah atas perbuatannya yang menyihir tokoh-tokoh tersebut. Setelah saling berkenalan satu dengan yang lainnya, di antara Sasana dengan Swat Tocu dan yang lain-lainnya, maka rombongan Yo Ko dan Swat Tocu telah diajak untuk bertemu dengan pangeran Ghalik. Memang semula dalam pertemuan antara Yo Ko denyan pangeran Ghalik terdapat suatu ganjalan, namun setelah tukar pandangan beberapa saat di antara mereka, dan mendengar nasib buruk yang menimpa keluarga pangeran Ghalik, malah melihat hubungan yang intim antara Yo Him, puteranya itu dengan Sasana, puteri pangeran Ghalik, Yo Ko akhirnya mau juga melenyapkan ganjalan itu. Dia hanya mengharapkan agar pangeran Ghalik mengundurkan diri dari dunia politiknya. "Apakah gunanya nama dan pangkat, terlebih lagi Tayjin telah difitnah sedemikian rupa oleh Tiat To Hoat-ong, dan diperlakukan oleh Kaisar tidak selayaknya, bukankah terlebih baik Tayjin mengambil jalan hidup sebagai rakyat jelata saja....?!" Kata Yo Ko. Pangeran Ghalik tidak segera menyahuti, dia menghela napas, dan termenung beberapa saat lamanya, sampai akhirnya dia menyahuti. "Ya, apa perlunya nama dan pangkat. Bukankah jika memang aku melepaskan pangkat dan kedudukan, aku dapat melewati hari-hari tuaku dengan tenang.....!" Dan setelah berkata demikian, pangeran Ghalik menghela napas lagi, lalu kemudian iapun berkata lagi. "Tetapi sulit buat aku menghilangkan jejak, karena Tiat To Hoat-ong dan orangorangnya akan tetap melakukan pengejaran kepadaku. Disamping itu, Kaisar juga tentu akan menyebarkan jago-jagonya untuk mencari jejakku.....!" "Jika memang Tayjin terbentur akan hal itu, dapat kami janjikan bantuan untuk berusaha menghadapi mereka. Inipun jika memang 'l'ayjin kelak dipersulit oleh mereka, orang-orangnya Kaisar dan Tiat To Hoat-ong.....!" Pangeran Ghalik menyatakan terima kasihnya, dan dia telah mengatakan ingin memikirkan dulu selama beberapa hari perihal usul yang diberikan Yo Ko. Malam itu, Yo Ko menceritakan pengalamannya kepada Yo Him dan yang lainnya, mengapa dia sampai bisa terjatuh dalam pengaruh ilmu sihirnya Si pendeta India yang bernama Hosing Polong itu. Sesungguhnya, jika saja Yo Ko disihir dalam keadaan sadar, belum tentu dia bisa dipengaruhi ilmu sihir si pendeta. Namun justru si pendeta telah melancarkan ilmu sihirnya itu untuk mempengaruhi Yo Ko di saat Sin-tiauw-tay-hiap ini tengah tertidur nyenyak di kamar dalam rumah penginapan tempat persinggahannya. Dan sekali dia kena dipengaruhi, seterusnya dia dipengaruhi dengan mudah sekali oleh pendeta itu, di mana Yo Ko setelah diperalat oleh pendeta itu tanpa dia sadari dan setiap perintah dari si pendeta India itu akan di patuhinya dengan segera tanpa memiliki daya lawan sedikitpun juga...... Lweekang Yo Ko sudah sempurna, jika berhadapan berterang, pendeta itu jangan harap dapat menguasainya. Berbeda dengan Swat Tocu yang tidak mempercayai akan ilmu sihir. Waktu itu dia bersama-sama dengan Yeh-lu Chi, Kwee Hu, Ko Tie dan Yeh-lu Kie tiba di daratan Tiong-goan, dan tengah melakukan perjalanan untuk diajak oleh Kwee Hu ke tempat berdiamnya Kwee Ceng dan Oey Yong, justru mereka melihat Yo Ko, yang keadaannya begitu luar biasa maka mereka segera juga mengikutnya. Namun Yo Ko dan si pendeta telah keburu melenyapkan jejaknya. Dengan demikian, mereka mengejarnya terus setelah memperoleh keterangan dari Cu Kun Hong. Dengan demikian, mereka telah berhasil bertemu dengan si pendeta gemuk itu, dan karena Swat Tocu tidak mempercayai akan ilmu sihir, waktu dia akan menyerang si pendeta, tahu-tahu dia lenyap kesadarannya, dan telah dikuasai oleh si pendeta. Dengan demikian, semua ilmu dan kepandaian silatnya yang begitu sempurna jadi tidak ada artinya lagi..... Apa lagi Yeh-lu Chi, Kwee Hu dan yang lainnya, mereka memang memiliki lweekang di bawah Swat Tocu, dengan demikian mudah sekali Hosing Polong menguasai mereka dengan ilmu sihirnya itu. Dengan terjadinya peristiwa itu, maka semua jago-jago itu jadi kumpul di situ. Yo Ko memberikan kesanggupannya untuk membantu pangeran Ghalik memberikan hajaran pada Tiat To Hoat-ong. Waktu itu, Sasana jadi girang bukan main, karena dengan berkumpulnya tokoh-tokoh persilatan yang memiliki ilmu sulit dicari tandingannya di kolong langit ini, niscaya Tiat To Hoat-ong akan dapat mereka hadapi. Sedangkan Ciu Pek Thong jadi sibuk sekali mengajak Yo Ko bercakap-cakap. Malah Ciu Pek Thong tidak hentinya meminta adik angkatnya itu agar bercerita padanya tentang kerajaan Langit..... Yo Ko yang mengetahui tabiat dari kakak angkatnya ini telah tersenyum dan meluluskan permintaan orang, dia segera menceritakan berbagai dongeng mengenai keadaan di kerajaan Langit..... Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Y Tiat To Hoat-ong berhari-hari telah menyebarkan orang-orangnya untuk melakukan penyelidikan dengan ketat. Selama itu memang Tiat To Hoat-ong selalu diliputi penasaran dan dia bertekad, walaupun bagaimana harus dapat mencari jejak Ciu Pek Thong dan Yo Him. Karena itu, dengan demikian Tiat To Hoat-ong mengerahkan kurang lebih seribu orang jago-jago istana untuk melakukan penyelidikan terhadap jejak Ciu Pek Thong dan Yo Him. Usaha yang dilakukan oleh Tiat To Hoat-ong ternyata tidak sia-sia, sebab akhirnya, pada hari ke tujuh, dua orang penyelidik dari istana telah berhasi1 mengetahui tempat berdiam atau bersembunyinya Ciu PekThong dan Yo Him. Malah pengawal istana yang telah berhasil dalam penyelidikannya itu melaporkan, disamping Ciu Pek Thong dan Yo Him masih terdapat Yo Ko, yaitu Sin-tiauw-tay-hiap itu, Yeh-lu Chi, Yeh-lu Kie, Ko Tie, Swat Tocu, pangeran Ghalik, dan juga Hek Pek Siang-sat dan beberapa orang jago-jago yang menjadi pahlawannya pangeran itu. Tiat To Hoat-ong girang bercampur terkejut. Dia tidak menyangka bahwa pangeran Ghalik bisa menarik Yo Ko untuk membantu pihaknya. Namun dengan Yo Ko membantu pangeran Ghalik, dengan sendirinya hal itu lebih mempermudah Tiat To Hoat-ong melontarkan fitnahnya kepada pangeran itu. Hasil penyelidikan itu telah dilaporkannya kepada Kaisar, dan dengan demikian Kaisar pun telah mengeluarkan perintah untuk menangkap pangeran Ghalik dan semua "kaki tangan"nya. Sekarang Kaisar mempercayai penuh laporan yang diberikan oleh Tiat To Hoat-ong. Sama sekali raja itu tidak menyangka bahwa itu hanya merupakan laporan palsu dan fitnah belaka yang ditujukan kepada pangeran Ghalik, yang sesungguhnya cinta negara dan rakyatnya serta pada kerajaannya, yaitu kerajaan Boan. Bahkan berhasilnya Kaisar Kublai Khan merebut Tiong-goan meruntuhkan kerajaan Song hanyalah disebabkan kerja kerasnya pangeran Ghalik. Sekarang mendengar laporan bahwa pangeran Ghalik memperoleh bantuan Yo Ko, yaitu orang yang memang tengah dikejar-kejar, Kaisar semakin membenci pangeran Ghalik yang disangka benar-benar hendak meruntuhkannya dan menghianatinya. Pasukan yang diperintahkan menangkap pangeran Ghalik itu berjumlah duaribu tentara. Di dalam pasukan itu juga ikut serta jago-jago kelas satu dari istana. Bahkan Tiat To Hoat-ong, Koksu negara itu telah ikut pula dalam pasukan itu. Dia yang telah memimpinnya sendiri, dibantu oleh Gochin Talu dan Lengky Lumi dan jago-jago Tiong-goan yang bekerja di bawah perintahnya. Daerah sekitar rumah penduduk di mana pangeran Ghalik dan yang lainnya berkumpul telah dikepung ketat sekali. Tiat To Hoat712 ong juga mempersiapkan pasukan panah yang siap dengan busur dan anak panah yang telah direntang, yang setiap detik dapat dilepaskan menyerang kepada rombongan pangeran Ghalik. Pangeran Ghalik melihat keadaan seperti itu, tidak menjadi panik, dia hanya menghela napas dengan wajah yang muram mengandung kedukaan, dia bilang. "Hai, hai, aku tidak menyangka sebelumnya bahwa aku akan mengalami peristiwa seperti ini, di mana Kaisar meragukan kesetiaanku...... dan Kaisar juga mempercayai begitu saja fitnah yang dilontarkan Tiat To Hoatong......!" Yo Ko telah bilang. "Sudahlah Tayjin, mari kita hadapi mereka untuk merobos keluar dari kepungan yang diatur oleh Koksu mereka..... Aku lihat Tiat To Hoat-ong kali ini tak main-main, dia berusaha untuk menyapu bersih kita semua, yang hendak dibasmi.....! Dan memang sebenarnya sudah lama juga kami tidak pernah bertemu, justru inilah suatu kebetulan yang menggembirakan, di mana aku akan dapat meminta pengajaran darinya." Waktu itu Kwee Hu telah menoleh kepada Swat Tocu, dia bilang sambil tertawa. "Saat sekarang ini merupakan saat yang baik untuk kau menguji kepandaianmu, kepandaian Tiat To Hoat-ong tidak berada di sebelah bawah dari kepandaian ayah ibuku. Jika memang kau bisa menghadapinya dengan baik Koksu itu, barulah kau memiliki arti untuk menjadi lawan ibu dan ayahku. Jika memang Tiat To Hoat-ong tidak berhasil kau rubuhkan, tentunya.....!" Baru saja Kwee Hu berkata begitu, Yeh-lu Chi telah memotongnya. "Adik Hu, jangan bergurau.....!" Kwee Hu monyongkan mulutnya, dia telah bilang kepada Yo Ko. "Yo Ko, apa yang kukatakan tadi benar atau tidak? Tiat To Hoatong memiliki kepandaian yang tinggi sekali, mungkin dia tidak berada di sebelah bawah dari kepandaian ayah dan ibuku. Apakah aku salah dalam kata-kata itu.....?!" Yo Ko tersenyum, dia menyahuti. "Memang Koksu itu memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi itu tidak terlalu istimewa dan tidak melebihi kami, juga tidak melebihi kepandaian ayah dan ibumu.....!" Swat Tocu juga telah ikut berkata, dia bilang. "Hemmmmm, engkau hendak memancing lagi agar aku mengajar si kepala gundul Monggol itu, bukan?! Baik! Baik! Aku akan memperlihatkan kepadamu, bagaimana si gundul itu kuhajar babak belur..... Dulu aku pernah menghajarnya, sampai dia terluka di dalam, cuma aku masih tidak mengetahui duduknya persoalan...... aku menghajarnya setengah hati.....!" Kwee Hu sengaja memperdengarkan tertawanya, dia bilang. "Justru soal yang lalu itu, tidak kusaksikan. Aku menginginkan bukti, karena dari itu aku ingin kau menghajar si gundul itu sekarang agar aku bisa melihat bahwa engkau memang benarbenar memiliki kepandaian yang berarti, sehingga engkau pantas menjadi lawan ayah dan ibuku.....!" Mendengar perkataan Kwee Hu seperti itu rupanya Swat Tocu sudah tidak bisa menahan sabar lagi, dia telah menoleh kepada Ko Tie, dia bilang. "Kau tunggu di sini dulu, aku ingin pergi menghajar si gundul itu, agar engkau bisa melihat bahwa gurumu bukan orang yang mudah diejek dan dianggap tidak punya guna......!" Setelah berkata begitu, dengan gerakan yang ringan sekali, Swat Tocu telah melompat ke dekat pintu, dan dia menerobos keluar. Di luar memang terdengar ramainya suara para tentara kerajaan yang mengepung. Yo Ko sebetulnya hendak menahan keinginan Swat Tocu yang menerjang keluar namun dia tidak keburu mencegahnya, karena waktu itu Swat Tocu telah melompat keluar menerjang kepada pasukan kerajaan. Sepasang tangannya telah digerakkan dengan cepat bergantian, dari telapak tangannya telah keluar tenaga Inti Es nya, sehingga tubuh para tentara kerajaan yang terkena angin pukulannya seketika menjadi beku seperti dibungkus oleh lapisan es, dan napas mereka juga segera berhenti.....!!!" Dalam waktu yang singkat sekali, telah puluhan tentara kerajaan yang dibinasakan oleh Swat Tocu dengan cara seperti itu, di mana setiap kali tangannya bergerak, maka di waktu itulah tanpa menjerit lagi tubuh-tubuh tentara kerajaan itu terbungkus oleh lapisan es dan jiwanya melayang. Lengky Lumi dan Gochin Talu yang menyaksikan hal itu, jadi terkejut bercampur gusar. Ke duanya segera menjejakkan kaki. Mereka melompat ke dekat Swat Tocu, di mana mereka berdua telah menggerakkan sepasang tangan mereka, berusaha untuk menyerang Swat Tocu, dengan maksud hendak membendung sepak terjang Tocu pulau es itu. Karena biarpun bagaimana mereka harus dapat mencegahnya, jika terlambat, maka korbanlah yang berjatuhan di pihaknya akan bertambah dengan cepat. Tetapi Swat Tocu yang tengah mendongkol dan penasaran, telah menggerakkan ke dua tangannya ingin menghalau Lengky Lumi dan Gochin Talu. Ke dua telapak tangannya telah bergerak menyampok hebat sekali, dari ke dua telapak tangannya itu telah meluncur hawa yang dingin bukan main menggigilkan tubuh. Lengky Lumi dan Gochin Talu terkejut. Jika biasanya, kalau mereka menerimanya serangan lawan yang tangguh, berarti mereka harus mempergunakan tenaga yang sangat kuat untuk membendungnya. Namun kali ini justru berbeda sekali, di mana tubuh mereka menggigil, menggigil keras karena hawa dingin menyelubungi diri mereka. Sehingga ke duanya disamping kaget, juga cepat-cepat mengempos semangat dan hawa murni mereka, untuk menahan dan membendung hawa dingin yang menyelubungi mereka. Dengan demikian, telah membuat Gochin Talu dan Lengky Lumi tidak bisa berbuat lain, hanya melompat mundur. Jika mereka berayal dan Swat Tocu menyerang mereka lagi, niscaya akan mereka terluka di dalam oleh dinginnya hawa serangan Swat Tocu. Tiat To Hoat-ong juga telah melihat semua itu, dia telah menyadarinya jika memang keadaan seperti itu dibiarkan begitu saja, anak buahnya akan mengalami celaka. Sedangkan dia sendiri pernah terluka hebat di tangan Swat Tocu, dia juga telah mengakui akan ketangguhan lawan yang seorang ini. Terlebih lagi memang Swat Tocu memiliki ilmu yang aneh, yang selalu memancarkan hawa dingin kepada lawannya, sehingga membuat lawan menggigil kedinginan, yang lebih hebat lagi adalah setiap tubuh lawannya akan dibungkus, diselubungi oleh es! Sedangkan dulu saja, walaupun Tiat To Hoat-ong mempergunakan ilmu Sobocnya, dia masih gagal menghadapi Swat Tocu. Namun sekarang ini dia melihat ada Gochin Talu dan Lengky Lumi yang akan membantunya menghadapi Swat Tocu. Dengan demikian, Tiat To Hoat-ong melompat ke dekat Swat Tocu, dia juga telah berkata. "Aku ingin meminta pelajaran darimu.....!" Dan berkata begitu, dia juga telah menggerakkan tangannya menghantam kuat sekali mempergunakan tenaga dari ilmu Soboc nya. Waktu itu Swat Tocu telah memperdengarkan suara tertawanya yang bergelak-gelak melihat Tiat To Hoat-ong, diapun telah berseru dengan suara yang nyaring. "Bagus! Bagus! Dengan demikian, aku pun tidak perlu sulit-sulit mencarimu, aku memang ingin menghajarmu, kepala gundul.....!" Dan berbareng dengan perkataan itu, Swat Tocu memukul beberapa kali. Dia merasakan tubuhnya menggigil karena kedinginan, dan beberapa kali pula Tiat To Hoat-ong harus mengerahkan tenaga Sobocnya untuk menolak hawa dingin itu, agar tubuhnya tidak diselubungi oleh lapisan es. Lengky Lumi maupun Gochin Talu juga tidak tinggal diam, karena mereka masing-masing telah memusatkan seluruh tenaga lweekang mereka untuk menyerang. Lengky Lumi maupun Gochin Talu bukan merupakan jago-jago biasa, mereka memiliki kepandaian yang tinggi sekali, walaupun belum berhasil mencapai tingkat seperti Tiat To Hoat-ong. Dengan adanya mereka bertiga yang mengepung Swat Tocu, biarpun Swat Tocu liehay sekali, tokh kenyataan Swat Tocu agak sibuk juga. Dia telah memutar sepasang tangannya, memusatkan serangan tenaga Inti es nya dengan cepat sekali. Bagaikan lima langkah dari sekeliling tubuhnya, dilapis oleh tenaga yang berbentuk lapisan es, dingin luar biasa, membuat lawannya itu sama sekali tidak bisa mendesak maju mendekatinya. Biarpun Tiat To Hoat-ong mempergunakan ilmu Sobocnya berulang kali, tokh dia selalu gagal. Dan tidak pernah Tiat To Hoat-ong berhasil mendekati Swat Tocu. Dengan demikian segera juga terlihat bahwa Swat Tocu telah mulai mendesak lagi. Dia bergantian melakukan penyerangan, sesekali menghantam pada Tiat To Hoat-ong, dan di kala Koksu negara itu tengah mengelakkan diri, Swat Tocu telah menyerang Gochin Talu, maka waktu lawan yang seorang ini terdesak, dia telah mengalihkan gempurannya kepada Lengky Lumi. Dengan demikian, Swat Tocu menyerang bergantian. Di antara menderu-derunya angin serangan yang hebat itu, karena yang tengah bertempur itu adalah jago-jago yang sangat tinggi kepandaiannya. Para tentara yang mengepung sekitar tempat itu tidak ada yang maju, karena mereka tidak berani lancang bertindak sebelum menerima perintah dari Tiat To Hoat-ong. Sedangkan jago-jago istana yang ikut serta, hanya bersiap-siap dengan senjata mereka. Kepungan terhadap rumah di mana rombongan pangeran Ghalik berada telah dikepung dengan rapat sekali. Pemilik rumah itu bersama keluarganya, telah ketakutan, bukan main dan telah tersembunyi di dalam sebuah kamar. Yo Ko yang melihat keadaan seperti itu, di mana Swat Tocu dikepung bertiga dengan Tiat To Hoat-ong dibantu Gochin Talu dan Lengky Lumi, telah melirik kepada Yo Him. Puteranya itu mengerti, dan dia segera mencelat keluar, disusul oleh Yo Ko. Gerakan mereka sangat ringan sekali, belum lagi tubuh mereka menginjak tanah, ke duanya telah menyerang. Gochin Talu dihantam punggungnya oleh telapak tangan kanan Yo Him, sedangkan Yo Ko telah mengibaskan lengan tunggalnya itu ke arah Lengky Lumi. Ke dua jago itu jadi kaget bukan main, mereka mengeluarkan seruan kaget dan cepat-cepat menyingkir. Namun Yo Him yang mengetahui bahwa waktu itu tidak bisa dia membuang-buang waktu. Dalam turun tangan kali ini telah mempergunakan seluruh kepandaian yang ada padanya, di mana dia telah menyerang berulang kali. Ke mana saja Gochin Talu jadi sibuk bukan main. Sedangkan Yo Ko juga dalam turun tangan kali ini sama sekali tidak berlaku sungkan-sungkan lagi. Dia telah menggerakkan tangan tunggalnya itu mempergunakan Am-jian-sio-hun-kan. Dia menyerang Lengky Lumi pun hebat sekali, di mana lawannya ini berhasil untuk menghindarkan diri selama empat jurus. Lalu pada jurus ke lima tubuh Lengky Lumi telah terpental keras sekali. Tubuhnya melayang di tengah udara, dan waktu itu terbanting kuat sekali, menggelinding di tanah dengan luka parah di dalam tubuhnya, sebab begitu dia merangkak, segera dia memuntahkan darah segar. Sedangkan jago-jago istana telah berseru kaget melihat apa yang terjadi itu, mereka telah meluruk menyerbu untuk mengeroyok Yo Ko. Namun Yo Ko telah bergerak lincah sekali, menerjang ke sana ke mari dengan tangan tunggalnya, diselingi dengan suara deruan angin lweekang pukulannya. Waktu itu juga terdengar beberapa kali suara jerit kesakitan dari jago-jago istana, di mana mereka telah terpelanting karena hantaman tangan tunggal Yo Ko. Dengan demikian, segera terlihat beberapa orang jago-jago itu memuntahkan darah dengan muka yang pucat pias dan tidak bisa segera melompat bangun. Tetapi pihak kerajaan telah mengerahkan jago-jagonya yang banyak sekali, rubuh tiga orang, maju enam orang lainnya. Sehingga segera terlihat Yo Ko telah dikepung oleh belasan orang jago lainnya. Sedangkan Yo Him juga telah dikepung hebat sekali oleh jago-jago istana, dan waktu itu, Swat Tocu sendiri telah dikepung puluhan orang jago istana dibantu oleh Tiat To Hoat-ong yang sekali-kali menghantam hebat sekali kepada Swat Tocu. Menyaksikan jalan pertempuran seperti itu, pangeran Ghalik telah berkata. "Mari kita menyerbu keluar saja, biarpun kita harus menghadapi ancaman bahaya, kita harus menghadapinya......!" Dan berkata begitu, pangeran Ghalik telah melompat keluar, untuk membantui Swat Tocu dan kawan-kawannya yang lain, goloknya telah diputar dengan kuat sekali untuk menyerang beberapa orang jago-jago istana yang berada di dekatnya. Ciu Pek Thong, Sasana dan juga Yeh-lu Chi berama Kwee Hu telah menerjang keluar. Sebelum menerjang keluar, Kwee Hu sempat berpesan kepada Ko Tie dan Yeh-lu Kie, agar ke dua anak itu berdiam saja di dalam rumah. Begitulah, pertempuran yang kalut telah terjadi, tetapi karena Yo Ko dan kawan-kawannya memiliki kepandaian yang tinggi, mereka telah bertempur menghantami lawan-lawannya itu tidak kepalang tanggung, korban-korban berjatuhan. Dalam keadaan seperti ini, rupanya Yo Ko telah memutuskan untuk membuka jalan dengan mengambil jalan berdarah. Badik Buntung Karya Gkh Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo Jaka Galing Karya Kho Ping Hoo