Anak Naga 33
Anak Naga Karya Chin Yung Bagian 33
Anak Naga Karya dari Chin Yung "Terima kasih, Paman," Ucap Thio Han Liong. Malam harinya, Kam Ek Thian mengadakan perjamuan. Mereka bersantap sambil bersulang, sehingga suasana malam itu tampak semarak. Beberapa hari kemudian, berangkatlah Thio Han Liong dan An Lok Kong cu kembali ke Tionggoan. Bab 64 Berjumpa Teman Lama Sampai di Tionggoan, Thio Han Liong mengajak An Lok Kong cu berpesiar ke berbagai tempat yang indah panorama nya. Itu sungguh menggembirakan An Lok Kong cu, sehingga wajah gadis itu terus berseri-seri. "Kakak Han Liong," Ujar An Lok Kong cu ketika mereka duduk beristirahat di bawah sebuah pohon. "Alangkah indahnya pemandangan di sini, rasanya aku betah bermalam di sini." . "oh?" Thio Han Liong tersenyum. "Tapi lebih baik kita bermalam di penginapan saja agar engkau tidak digigit nyamuk hutan." "Udara di sini amat dingin, bagaimana mungkin ada nyamuk hutan?" "Nyamuk hutan tidak takut dingin. Ayolah, mari kita pergi." Ajak Thio Han Liong. An Lok Kong cu mengangguk, kemudian mereka meninggalkan tempat itu. Ketika hari mulai senja, mereka sudah memasuki sebuah kota kecil. "Kakak Han Liong, aku sudah lapar," Bisik An Lok Kong cu. "Kita makan dulu baru mencari penginapan. " "Baik." Thio Han Liong manggut-manggut. Mereka memasuki sebuah rumah makan, kemudian seorang pelayan menghampiri mereka dengan sikap menghormat sekali. "Tuan mau pesan makanan dan arak apa?" Tanya pelayan itu. "Beberapa macam hidangan istimewa dan arak wangi," Sahut An Lok Kong cu. "Ya, Nyonya" Pelayan itu mengangguk, lalu melangkah pergi. "Adik An Lok, pelayan itu menyebutmu nyonya," Bisik Thio Han Liong. "Engkau...." Wajah An Lok Kong cu memerah. "Konyol ah" Thio Han Liong tertawa kecil. Tak segerapa lama kemudian pelayan itu menyajikan hidangan-hidangan dan arak wangi. Thio Han Liong dan An Lok Kong cu mulai bersantap. Pada saat bersamaan seorang lelaki dan seorang wanita memasuki rumah makan itu Begitu melihat dua orang itu, Thio Han Liong terbelalak dan wajahnya tampak berseri. "Kakak Han Liong" An Lok Kong cu heran. "Engkau kenal mereka?" "Kenal." Thio Han Liong mengangguk. "Mereka adalah suami isteri. Lelaki itu bernama seng Hwi, isterinya bernama su Hong sek, ketua partai Kay Pang." "oh?" An Lok Kong cu langsung memperhatikan mereka. Thio Han Liong bangkit dari tempat duduknya dan berseru dengan penuh kegembiraan. "saudara tua saudara tua" Lelaki itu menoleh kepalanya. Ketika melihat Thio Han Liong, ia pun terbelalak dengan mulut ternganga lebar. "Suamiku, siapa pemuda itu?" Tanya su Hong sek "Dia adalah Thio Han Liong." "Apa?" Su Hong sek tertegun. "Dia... Thio Han Liong?" "Ya." Seng Hwi mengangguk. "Mari kita ke sana" Mereka menghampiri Thio Han Liong. Seketika juga Thio Han Liong dan An Lok Kong cu bangkit berdiri "saudara tua" Thio Han Liong memberi hormat. "saudara kecil...." Seng Hwi menatapnya dengan penuh perhatian. "Tidak salah, engkau memang Thio Han Liong Ha ha ha..." "Han Liong...." Su Hong Sek memandangnya dengan penuh kegembiraan. "Tak disangka kita berjumpa di sini" "Betul." Thio Han Liong tersenyum. "sungguh di luar dugaan" "Han Liong," Tanya seng Hwi. "siapa gadis ini?" "An Lok Kong cu." Thio Han Liong memberitahukan. "Dia adalah tunanganku." "oh?" Seng Hwi tersenyum. "Kalau begitu, kami harus mengucapkan selamat kepadamu." "Terima kasih," Ucap Thio Han Liong dengan wajah kemerah-merahan. "Ayoh, mari kita duduk" Mereka duduk. Pelayan segera menambah arak wangi. Mulailah mereka bersulang sambil tertawa riang gembira, setelah itu barulah mereka bercakap-cakap. "saudara kecil, kenapa kalian berada di kota ini?" Tanya seng Hwi. "Kami pesiar ke sana ke mari, maka tiba di kota ini." Sahut Thio Han Liong menutur. "Kami dari gunung Altai." "Dari gunung Altai?" Seng Hwi tercengang. "Ada apa di sana?" "Kami ke sana untuk mengembalikan sebuah kitab Lian Hoa Cin Keng." Thio Han Liong menutur. "Kini kami pesiar ke sana ke mari." "sungguh menakjubkan" Ujar su Hong sck sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Lelaki bisa berubah menjadi wanita, itu agak tak masuk akal." "Pemuda itu mempelajari kitab Lian Hoa Cin Keng, lalu berubah menjadi banci," Ujar seng Hwi menjelaskan. "Kemudian makan buah Im Ko pemberian Han Liong. Buah itu membantu proses tubuhnya, sehingga dirinya berubah menjadi wanita." "Kalau begitu..." Su Hong Sek mengerutkan kening. "Apabila ia berubah jahat, bukankah akan menimbulkan bencana dalam rimba persilatan?" "istriku" Seng Hwi menggeleng-gelengkan kepala. "Kini dalam rimba persilatan telah timbul suatu petaka." "saudara tua sudah tahu tentang kemunculan seorang iblis tua dan muridnya?" Tanya Thio Han Liong. "Aaah..." Seng Hwi menghela nafas panjang. "Murid si iblis Tua itu...." "Apa yang telah terjadi?" Tanya Thio Han Liong sambil menatapnya. "Apakah si iblis Tua dan muridnya itu juga membunuh para anggota Kay Pang?" "Tidak, tapi...." Seng Hwi menghela nafas panjang lagi. "Mereka menculik Putra kami." "oh?" Thio Han Liong terbelalak. "Kalian sudah punya anak?" "Ya." Seng Hwi mengangguk. "Anak lelaki, kini sudah berumur lima tahun, dia bernama seng Kiat Hiong." "saudara tua, siapa yang menculik Putramu?" Tanya Thio Han Liong. "Tan Beng song." Seng Hwi memberitahukan. "Dia murid si iblis Tua itu." "Kapan dia menculik Putramu?" Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Dua bulan yang lalu." Seng Hwi menghela nafas panjang. "Hingga saat ini kami belum bisa membunuh Tan Beng Song. Kami khawatir... dia telah membunuh Putra kami." "saudara tua," Ujar Thio Han Liong. "Aku yakin dia belum membunuh Kiat Hiong." "Kok engkau yakin itu?" Seng Hwi heran. "Kalau dia mau membunuhnya, tentunya tidak usah menculiknya," Sahut Thio Han Liong. "Bisa saja membunuhnya di tempat. Ya, kan?" "Betul." Su Hong sek ketua Kay Pang mengangguk. "Kalau begitu, kami agak tenang." "Tetua Kay Pang tidak berusaha mencarinya?" Tanya Thio Han Liong. "ci Hoat dan coan Kang Tianglo juga sedang mencarinya," Sahut su Hong sek. "Mudah-mudahan mereka berhasil mencarinya, sebab kami berdua harus segera kembali ke markas" "Kalau begitu...," Ujar Thio Han Liong sungguh-sungguh. "Kami akan membantu kalian mencarinya." "Terimakasih," Ucap su Hong sek dan seng Hwi serentak. "oh ya sucouwku memberitahukan, kalau tidak salah Si iblis Tua itu berasal dari pulau Ban Tok To," Ujar Thio Han Liong dan mengingatkan. "Jika kalian berjumpa iblis Tua itu, lebih baik menjauhinya. Karena dia memiliki ilmu pukulan beracun, bahkan sekujur badannya pun beracun. siapa yang tersentuh badannya pasti mati seketika." "oh?" Seng Hwi terkejut. "Kalau begitu... siapa yang dapat membasminya?" "Han Liong," Tanya su Hong sek sambil menatapnya. "Apakah engkau mampu membasminya?" "Entahlah." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala. "Tapi... aku dan Adik An Lok kebal terhadap racun apa pun." "Syukurlah" Ucap seng Hwi. "Aku yakin kalian ber dua dapat membasmi si iblis Tua itu" "Mudah-mudahan" Thio Han Liong manggut-manggut "Han Liong," Pesan seng Hwi. "Apabila engkau berhasil mencari Putraku, aku harap kalian segera ke markas Kay Pang" "Baik." Thio Han Liong mengangguk. "Han Liong...." Su Hong sek memberi hormat. "Seharusnya aku menghaturkan terima kasih kepada kalian." "Jangan berkata begitu" Thio Han Liong dan An Lok Kong cu segera balas memberi hormat. "Aku dan saudara tua adalah kawan Baik, tentunya kami harus bantu dalam hal itu." "Han Liong...." Betapa terharunya su Hong sek "Kami tidak akan melupakan budi kalian." "jangan berkata begitu, aku jadi tidak enak" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala. "oh ya" Tiba-tiba su Hong sek teringat sesuatu, kemudian memandang An Lok Kong cu seraya bertanya. "Engkau adalah Putri Kaisar?" "Ya." An Lok Kong cu mengangguk. "Bagus" Su Hong sek tersenyum. "Tapi apakah ayahmu merestui kalian?" "Ayahku sudah bertemu ke dua orangtua Kakak Han Liong," Jawab An Lok Kong cu memberitahukan. "Telah sirna kesalahpahaman mereka, kini mereka akrab kembali, karena ayahku sudah minta maaf kepada Paman Bu Ki." "oooh" Su Hong sek manggut-manggut. "Syukurlah kalau begitu, sebab kami semua tahu bahwa Thio Bu Ki yang berjasa." "Betul." An Lok Kong cu mengangguk. "Ayahku pun mengaku begitu, Paman Bu Ki telah memaafkan ayahku." "Ha ha ha" Seng Hwi tertawa. "Kalian berdua memang merupakan pasangan yang serasi, aku mengucapkan selamat kepada kalian. Kapan kalian menikah, jangan lupa undang kami" Bagian 33 "Baik," Thio Han Liong mengangguk dengan wajah agak kemerah-merahan. Mereka bercakap-cakap lagi, setelah itu barulah mereka berpisah. Seng Hwi dan Su Hong Sek pulang ke markas Kay Pang, sedangkan Thio Han Liong dan An Lok Kong Cu ke penginapan. Keesokan harinya, Thio Han Liong dan An Lok Kong Cu meninggalkan kota itu menuju ke arah Selatan. Mereka pesiar sambil mencari Seng Kiat Hiong, Putra Seng Hwi yang diculik Tan Beng Song. Ketika Thio IHan Liong dan An Lok Kong Cu sedang menikmati panorama di sekitar lembah. Tiba-tiba mereka mendengar suara rintihan di balik sebuah batu besar, dan itu membuat mereka saling memandang. "Adik An Lok" Thio Han Liong memberitahukan. "Itu adalah suara rintihan orang teriuka parah." "Oh?" An Lok Kong cu mengerutkan kening. "Kalau begitu, mari kita ke sana melibat siapa dia" "Baik," Thio IHan Liong mengangguk. Mereka berdua melesat ke balik batu itu. Tampak dua orangtua berpakaian compang-camping tergeletak di sana. Begitu melihat ke dua orangtua itu, tersentaklah hati Thio Han Liong, karena ke dua orangtua itu adalah Ci Hoat dan coang Kang Tiang lo dari Kay Pang. "Locianpwee Locianpwee" Thio Han Liong segera memeriksa mereka, namun kemudian menggeleng-gelengkan kepala. "Kakak Han Liong," Bisik An Lok Kong cu. "Bagaimana mereka, apakah masih bisa ditolong?" "Tidak tertolong lagi," Sahut Thio Han Liong. "sebab racun telah menyerang jantung mereka." "Anak muda...." Ci Hoat Tianglo mulai bersuara. "Engkau...." "Locianpwee, aku Thio Han Liong. Locianpwee pasti masih ingat kepadaku," Ujar Thio Han Liong. "Thio Han Liong...." Wajah Ci Hoat Tianglo agak berseri. "Kami... kami sedang mencari seng Kiat Hiong, tapi...." "Locianpwee, kami sudah berjumpa dengan seng Hwi dan su Hong sek. Kami sudah tahu tentang itu. oh ya, siapa yang melukai Locianpwee?" "Ban... Ban Tok Lo Mo," Sahut Ci Hoat Tianglo lemah. "Thio... Thio siauhiap. tolong... tolong beritahukan kepada su... su Hong seki bahwa... kami belum... berhasil mencari... seng... Kiat Hiong...." "Aku pasti memberitahukan kepadanya." "Terimakasih, Thio... siauhiap... kami minta tolong... cari... seng Kiat... Hiong...." "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Te... terima kasih...." Kepala Ci Hoat Tianglo terkulai dan nafasnya putus seketika. "Aaah..." Thio Han Liong menghela nafas panjang. Tak disangka Ci Hoat dan Coan Kang Tianglo mati secara mengenaskan" "Kakak Han Liong," Tanya An Lok Keng cu. Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ban Tok Lo Mo (iblis Tua selaksa Racun) adalah orang yang diceritakan sucouw?" "Mungkin tidak salah." Thio Han Liong manggut-manggut. "Kini dia membunuh ke dua Tianglo Kay Pang itu, pihak Kay Pang pasti akan menuntut balas." "Kakak Han Liong," Tanya An Lok Kong cu memandang ke dua sosok mayat itu. "Bagaimana kalau kita mengubur ke dua mayat itu?" "Baik," Thio Han Liong mengangguk, setelah mengubur ke dua mayat itu, barulah mereka meninggalkan lembah tersebut. Kini perasaan mereka agak tercekam, karena menyaksikan kematian ke dua Tianglo itu. "Aaah..." Thio Han Liong menghela nafas panjang. "Adik An Lok, menurutmu apakah Ban Tok Lo Mo akan pergi ke gunung Bu Tong?" "Menurutku...," An Lok Keng cu berpikir sejenak lalu berkata. "Sementara ini Ban Tok Lo Mo masih tidak berani ke gunung Bu Tong, karena dia pasti merasa segan kepada sucouw." "Tapi...." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala. "Sucouw sudah begitu tua, aku khawatir...." "Jangan khawatir...." An Lok Kong cu tersenyum. "Aku yakin sucouwmu masih kuat menghadapi Ban Tok Lo Mo." "Kok engkau begitu yakin?" "sebab sucouw tidak pernah kawin, maka Lwee-kangnya pasti tinggi sekali." "oh?" Thio Han Liong tertawa. "Kalau begitu, aku pun tidak mau kawin...." "Apa?" An Lok Kong cu melotot. "Kalau engkau tidak mau kawin, bagaimana aku?" "Bukankah masih banyak pemuda lain...." "Engkau...." Mendadak An Lok Kong cu mencubit lengannya dan itu membuat Thio Han Liong menjerit kesakitan. "Aduuuh" "Rasakan" "Kenapa engkau mencubit lenganku?" "Siapa suruh engkau bicara yang bukan-bukan? engkau mau menyia-nyiakan diriku ya?" "Adik An Lok" Thio Han Liong tersenyum. "Aku cuma bercanda." "Hmm" Dengus An Lok Kong cu. "Kalau benar engkau begitu, aku pasti bunuh diri lo" "Adik An Lok...." Thio Han Liong cepat-cepat menggenggam tangannya. "Maafkanlah aku Tadi... aku cuma bercanda, maka jangan disimpan dalam benakmu" An Lok Kong cu tersenyum. "Kakak Han Liong, Aku... aku bicara begitu cuma ingin mengejutkanmu." "Adik An Lok, mulai sekarang aku tidak akan bicara yang bukan-bukan lagi" Ujar Thio Han Liong berjanji. "Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu mendekap di dadanya. "Adik An Lok" Thio Han Liong membelainya dengan penuh kasih sayang. Thio Han Liong dan An Lok Kong cu pesiar ke lempat yang indah. Hari itu mereka duduk di bawah sebuah pohon di pinggir sungai. "Kakak Han Liong," Ujar An Lok Kong cu sambil memandang air sungai itu. "Sungguh jernih air sungai itu, rasanya ingin sekali aku mandi." "Kalau rasanya ingin sekali, mandilah" Sahut Thio Han Liong. "Aku tidak akan mengintip. percayalah" "Kalau engkau mau mengintip. itu pun tidak apa-apa," Sahut An Lok Kong cu sambil tersenyum. "Asal jangan orang lain yang mengintipku." "Adik An Lok...." Thio Han Liong tertawa, namun mendadak mengerutkan kening, dan itu mengherankan An Lok Kong cu. "Ada apa?" "Aku mendengar suara pertarungan." "Oh?" An Lok Kong cu segera pasang kuping. Lama sekali barulah ia mendengar suara itu. "Betul. Itu memang suara pertarungan." "Heran?" Gumam Thio Han Liong. "siapa yang bertarung di tempat sepi ini?" "Kakak Han Liong," Ajak An Lok Kong cu. "Kita pergi lihat yuk?" Thio Han Liong berpikir sejenak, kemudian mengangguk, la bersama An Lok Kong cu melesat ke arah suara pertarungan itu. sampai di sana, mereka melihat seorang nenek sedang bertarung dengan lelaki tua, tampak pula seorang anak kecil berdiri di tempat itu. Begitu melihat nenek dan lelaki tua itu, air muka Thio Han Liong berubah, dan itu tidak terlepas dari mata An Lok Kong cu. "Engkau kenal mereka?" Tanya gadis itu. "Nenek itu adalah Im sie Popo-Kwee In Loan." Thio Han Liong memberitahukan. "Lelaki tua itu... Tan Beng song. Kenapa mereka bertarung?" Di saat bersamaan, terdengarlah seruan anak kecil itu sambil bertepuk tangan. "Popo Hajar lelaki jahat itu Popo, tampar pipi kirinya" Plak Ploook.. Im sie Popo menampar pipi Tan Beng song, kemudian tertawa terkekeh-kekeh. "He he he Anak manis, popo sudah menampar pipinya," Seru Im sie Popo. "Lihatlah pipinya, bukankah sudah membengkak?" "Hi hi Hi" Anak kecil itu tertawa geli. "Popo, hajarlah dia lagi" "Baik" Im sie Popo manggut-manggut. "Popo akan menghajarnya lagi, popo ingin tahu pipinya masih tahan ditampar apa tidak" "Dasar nenek gila" Bentak Tan Beng song sambil menyerangnya dengan ilmu pukulan beracun. Namun Im Sie Popo berkelit ke sana ke mari dengan gampang sekali, kemudian mendadak tangannya bergerak. Plak Plok Plaaak "Aduuuh" Jerit Tan Beng song kesakitan. la terhuyunghuyung ke belakang beberapa langkah. "Hi hi Hi" Anak kecil itu tertawa gembira. "Popo sungguh hebat Popo sungguh hebat" Di saat itulah Thio Han Liong dan An Lok Kong cu memunculkan diri Begitu melihat kemunculan mereka, Tan Beng song langsung melesat pergi. "Mau kabur ke mana?" Teriak Im sie Popo. "Popo Biar dia pergi" Seru anak kecil itu. Padahal Im sie Popo sudah mau melesat pergi mengejar Tan Beng song, tapi begitu mendengar suara seruan anak kecil itu, langsung dibatalkan nya. "Anak manis...." Im sie Popo membalikkan badannya, dan ia terbelalak ketika melihat Thio Han Liong dan An Lok Kong cu. "Im sie Popo" Thio Han Liong memberi hormat. "Apakah Popo masih ingat padaku?" "Siapa kalian?" Im sie Popo menatap mereka dengan mata tak berkedip. "Aku Thio Han Liong dan dia An Lok Kong cu," Sahut Thio Han Liong sambil mendekati anak kecil itu. "Jangan mendekati anak manis itu" Bentak Im sie Popo. "Popo," Sahut anak kecil itu sambil tersenyum. "Paman ini bukan orang jahat, biar dia mendekatiku." "Ya." Im sie Popo mengangguk. "Adik kecil," Tanya Thio Han Liong. "engkau bernama seng Kiat Hiong?" "Betul." Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Anak kecil itu manggut-manggut. "Kok Paman tahu aku bernama seng Kiat Hiong?" "Aku sudah berjumpa dengan kedua orangtua mu." Thio Han Liong memberitahukan. "Aku dan ke dua orangtuamu adalah kawan Baik, maka engkau tidak perlu takut padaku." "Paman tampan sekali, tentunya bukan orang jahat," Sahut seng Kiat Hiong lalu memandang An Lok Kong cu. "Bibi amat cantik, pasti isteri paman." "Adik manis...." Wajah An Lok Kong cu kemerah-merahan. Mendadak Im sie Popo melesat ke hadapan seng Kiat Hiong, kemudian memeluknya erat-erat. "Cucuku, jangan takut, Popo pasti melindungimu" "Terimakasih, Popo," Ucap seng Kiat Hiong. Cucuku, Popo harus mengajarmu ilmu silat," Ujar im sie Popo. "Jadi engkau tidak akan diculik penjahat lagi." "oh?" Seng Kiat Hiong tampak gembira sekali. "Betulkah Popo mau mengajarku ilmu silat?" "Betul." Im sie Popo mengangguk. "Engkau mau menjadi muridku?" "Mau." Seng Kiat Hiong segera berlutut di hadapan im sie Popo. "suhu, terimalah hormatku" "He he he" Im sie "Popo tertawa gembira. "Muridku bangunlah" Seng Kiat Hiong bangkit berdiri Im sie Popo segera menariknya untuk meninggalkan tempat itu, namun Thio Han Liong cepat-cepat menghadang mereka. "Tunggu" "Eeeh?" Im sie Popo melotot. "Mau apa engkau?" Thio Han Liong tidak meladeninya, melainkan berkata kepada seng Kiat Hiong dengan wajah serius. "Kiat Hiong, aku telah berjanji kepada ke dua orang tuamu, bahwa apabila aku berhasil mencarimu, maka aku akan membawamu pulang ke markas Kay Pang." "oh?" Wajah seng Kiat Hiong berseri. "Betulkah itu?" "Betul." Thio Han Liong manggut-manggut sambil tersenyum lembut. "Tidak boleh" Bentak Im sie Popo mendadak. "Dia muridku, maka harus ikut aku" "Im sie Popo," Sahut Thio Han Liong. "sebaiknya engkau ikut seng Kiat Hiong ke markas Kay Pang" "Tidak mau" Im sie Popo menggeleng-gelengkan kepala. "Kiat Hiong," Bisik An Lok Kong cu. "Bujuk Popo itu agar mau ikut ke markas Kay Pang, sebab ke dua orangtua mu amat mencemaskanmu" "Ya." Seng Kiat Hiong manggut-manggut, kemudian memandang Im sie Popo seraya berkata. "Suhu, mari ikut Kiat Hiong ke markas Kay Pang, ke dua orangtua ku pasti senang sekali." "oh?" Im sie Popo menatapnya. "Engkau senang, kalau aku ikut ke markas Kay Pang?" "Senang sekali, suhu." "Bagus" Im sie Popo tertawa. "Tapi panggillah aku Popo, jangan memanggilku suhu" "Ya, Popo." Seng Kiat Hiong mengangguk. Itu membuat Im sie Popo girang bukan main, dan langsung menggendongnya sambil berlari-lari kecil. Thio Han Liong dan An Lok Kong cu saling memandang, setelah itu mereka pun tersenyum. "Aku tak menyangka Im sie Popo begitu sayang kepada anak kecil," Ujar Thio Han Liong. "Kakak Han Liong," Tanya An Lok Kong cu. "Engkau tidak bisa mengobatinya?" "Syaraf otaknya telah rusak, tidak bisa diobati lagi." Sahut Thio Han Liong dan menambahkan. "Lebih baik dia begitu, jadi dia tidak berhati jahat." "Dulu dia berhati jahat?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Dia bernama Kwee In Loan, mantan ketua Hiat Mo Pang." "oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut. "Paman," Tanya seng Kiat Hiong mendadak. "Kapan kita berangkat ke markas Kay Pang?" "Sekarang," Sahut Thio Han Liong. "im sie Popo, tolong gendong dia" "Hi hi Hi" Im sie Popo tertawa. "Dia cucuku, tentu aku harus menggendongnya." "Terimakasih, Popo," Ucap seng Kiat Hiong. "Hi h H i" Im sie Popo tertawa gembira. "Im sie Popo, ikuti kami" Ujar Thio Han Liong lalu menarik An Lok Kong cu untuk diajak melesat pergi. Im sie Popojuga melesat pergi. la menggendong seng Kiat Hiong sambil terus tertawa gembira. Betapa gembiranya seng Hwi dan su Hong sek tapi ketika melihat Im sie Popo menggendong seng Kiat Hiong berubahlah air muka mereka, sekaligus memandang Thio Han Liong. Thio Han Liong cepat-cepat memberi isyarat, agar seng Hwi dan su Hong sek berlega hati. "Ayah ibu" Seru seng Kiat Hiong yang masih dalam gendongan im sie Popo. "Kiat Hiong" Panggil Su Hong sek dengan mata basah. "Popo, dia adalah ibuku, cepat turunkan aku" "Baik," Im sie Popo segera menurunkan seng Kiat Hiong. "Ibu...." Seng Kiat Hiong langsung mendekap di dada ibunya. "Popo itu yang menolongku" "oh?" Su Hong sek segera memberi hormat. "Terimakasih...." "Hi hi hi" Im sie Popo tertawa. "Aku Poponya dan dia cucuku." "silakan duduk, Popo" Ucap seng Hwi, kemudian berbisik. "Han Liong, bukankah dia adalah Kwee In Loan? Kenapa menjadi gila?" "Dia terpukul ke bawah jurang...." Thio Han Liong memberitahukan. "Dia tidak mati, tetapi berubah menjadi tidak waras. Itu ada baiknya juga, karena dia tidak berhati jahat lagi." "oooh" Seng Hwi menarik nafas lega. "Han Liong," Tanya su Hong sek. "Di mana engkau berjumpa dengan mereka?" Thio Han Liong memberitahukan dan su Hong sek manggut-manggut. "Ayah, Ibu," Ujar seng Kiat Hiong. Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Popo berkepandaian tinggi sekali, katanya mau mengajarku ilmu silat" "Betul, betul," Sahut Im sie Popo sambil tertawa. "Dia cucuku dan juga muridku" "Popo boleh mengajarnya ilmu silat, namun harus di markas ini," Ujar su Hong sek. "Tidak boleh mengajaknya ke mana-mana." "Ya, ya." Im sie Popo mengangguk. "Kiat Hiong," Ujar seng Hwi. "Ajak Popo ke belakang" "Ya, ayah," Seng Kiat Hiang segera mengajak Im Sie Popo ke belakang. Sambil tertawa nenek itu mengikuti seng Kiat Hiong ke belakang. "Han Liong, kenapa Kwee In Loan menjadi gila?" "Mungkin urat syarafnya terbentur sesuatu di dasar jurang, maka dia berubah menjadi gila," Jawab Thio Han Liong. "Apakah tidak membahayakan Kiat Hiong?" Tanya seng Hwi. "Tidak," Thio Han Liong tersenyum. "sebab kini dia tidak berhati jahat lagi, malahan sebaliknya amat menyayangi anak kecil itu." "Syukurlah" Ucap seng Hwi. "oh ya" Thio Han Liong teringat sesuatu, kemudian berkata dengan wajah murung. "Aku... telah berjumpa dengan ci Hoat dan Coan Kang Tianglo...." "oh?" Hatisu Hong sek berdebar-debar tegang. la telah melihat perubahan wajah Thio Han Liong, maka yakin telah terjadi sesuatu atas diri ke dua Tianglo itu. "Bagaimana mereka?" Tanyanya. "Mereka...." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kemala. "sudah mati." "Haah?" Mata su Hong sek langsung basahi sedangkan seng Hwi menghela nafas panjang. "Han Liong, siapa yang membunuh mereka?" "Ketika kutemukan, mereka sudah sekarat." Thio Han Liong memberitahukan. "Tapi ci Hoat Tianglo masih sempat memberitahukan kepadaku, siapa yang melukai mereka." "siapa yang melukai mereka hingga binasa?" Tanya seng Hwi. "Ban Tok Lo Mo, guru Tan Beng song," Sahut Thio Han Liong dan menambahkan. "Aku dan Adik An Lok yang mengubur mereka." "Di mana engkau mengubur mereka?" Tanya seng Hwi. Thio Han Liong memberitahukan, setelah itu ia pun berpesan. "saudara tua, untuk sementara ini janganlah engkau . mencari Ban Tok LoMo" "Kenapa?" Tanya seng Hwi. "sebab, kepandaian si iblis Tua itu amat tinggi. lagipula mahir menggunakan racun. Itu akan membahayakan dirimu," Sahut Thio Han Liong. "oleh karena itu kalian harus bersabar." "Tapi...." Su Hong sek manangis terisak-isak. "Kematian ke dua Tianglo...." "Memang harus dibalas kematian ke dua Tianglo, namun harus pula memperhitungkan kepandaian Ban Tok Lo Mo." "Aaah..." Su Hong sek menghela nafas panjang. "Han Liong, apa yang engkau katakan memang benar." "Kalau begitu...." Seng Hwi menggeleng-gelengkan kepala. "Kapan kami boleh mencari Ban Tok Lo Mo?" "Jangan pergi mencarinya" Sahut Thio Han Liong. "Biar dia yang ke mari. Tapi sebelum dia ke mari, kalian harus mengatur suatu jebakan." "Ngmm" Seng Hwi manggut-manggut. "Kepandaian Im sie Popo juga amat tinggi. Kelihatannya dia menuruti perkataan Kiat Hiong. Apabila Ban Tok Lo Mo ke mari, Kiat Hiong harus menyuruh Im - sie Popo menghadapinya . " "Han Liong...." Wajah Seng Hwi berseri. "Idemu sungguh cemerlang. Aku pun yakin Im sie Popo masih dapat melawan Ban Tok Lo Mo, sedangkan kami akan menjebaknya." "Terus terang, aku ingin membasmi Ban Tok Lo Mo, tapi tidak tahu dia berada di mana," Ujar Thio Han Liong sungguhsungguh. "Kalau kami bertemu Ban Tok Lo Mo, kami pasti membasminya . " "Han Liong" Seng Hwi menatapnya. "Engkau dapat membasminya?" "Mudah-mudahan" Sahut Thio Han Liong sambil tersenyum. "Han Liong," Ujar su Hong sek. "Aku yakin engkau dapat membasmi Ban Tok Lo Mo itu." "Terima kasih atas keyakinanmu padaku," Ucap Thio Han Liong, kemudian mengambil beberapa butir obat pemunah racun dan diberikan kepada seng Hwi. "saudara tua, sebelum menghadapi Ban Tok LoMo, makanlah obat pemunah racun ini dulu" "Terima kasih, Han Liong." Seng Hwi menerima obat itu, kemudian diserahkan kepada su Hong sek untuk disimpan. "Harus diberikan kepada Im sie Popo juga," Pesan Thio Han Liong. "Apabila dia akan menghadapi Ban Tok LoMo." "Ya." Seng Hwi mengangguk. "Baiklah." Thio Han Liong dan An Lok Keng cu bangkit berdiri "Kami mau mohon pamit." Seng Hwi menahannya. "Jangan begitu cepat, esok pagi saja" "Tapi...." Thio Han Liong memandang An Lok Keng cu seakan minta pendapat. An Lok Kong cu manggut-manggut seraya berkata. "Kakak Han Liong, memang ada baiknya kita bermalam di sini." "Bagus, bagus" Seng Hwi tampak gembira sekali. "Ha ha ha..." "Malam ini aku akan mengadakan perjamuan. Kita bersantap bersama sambil bersulang," Sela su Hong sek sambil tersenyum. Malam harinya, seng Hwi dan su Hong sek betul-betut menjamu mereka. Hadir pula Im sie Popo dan seng Kiat Hiong. Im sie Popo bersantap sambil tertawa-tawa gembira, bahkan sering mengambil makanan untuk seng Kiat Hiong. Keesokan harinya, Thio Han Liong dan An Lok Kong cu meninggalkan markas Kay Pang. Mereka melakukan perjalanan tanpa arah tujuan, namun amat menggembirakan. Bab 65 Pertandingan Di Pulau Khong Khong To Panorama di gunung Pek Yun san sungguh indah menakjubkan. Tampak Thio Han Liong dan An Lok Kong cu berdiri di puncak gunung itu sambil menikmati keindahannya. "Kakak Han Liong," Ujar An Lok Kong cu dengan suara rendah. "Bukan main indahnya pemandangan di sini, rasanya kita berada di sorga." "Adik An Lok" Thio Han Liong memberitahukan. "Pemandangan di pulau Hong Hoang To lebih indah. Di sana banyak kabut, sedangkan di sini banyak awan putih." "oh?" An Lok Kong cu tersenyum. "Kalau begitu, bagaimana kalau engkau ajak aku ke sana?" "Setelah kita resmi menjadi suami isteri, barulah aku akan mengajakmu ke sana." Sahut Thio Han Liong. "Lho? Memangnya kenapa?" Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kita harus kembali ke Kotaraja untuk menikah, lalu berangkat ke pulau Hong Hoang To. Kalau sudah berada di pulau itu, kita sudah jarang ke Tionggoan lagi." "oooh" An Lok Kong Cu manggut-manggut. "Tapi bukankah kita sekarang boleh ke pulau Hong Hoang To?" "Memang boleh, namun...." Thio Han Liong mengerutkan kening. "Ada apa?" Tanya An Lok Kong cu dengan penuh rasa heran. "Aku sedang memikirkan Ban Tok Lo Mo dan muridnya," Sahut Thio Han Liong sambil menghela nafas panjang. "Engkau khawatir mereka akan menyerang Bu Tong Pay?" Tanya An Lok Kong cu mendadak. "Memang itu yang kukhawatirkan," Thio Han Liong manggut-manggut. "Sebab Sucouw sudah begitu tua." "Kakak Han Liong," Ujar An Lok Kong cu sambil tersenyum. "Aku punya usul." "Usul apa?" "Kita ke gunung Bu Tong saja." "Itu...." Wajah Thio Han Liong tampak berseri. "Sebetulnya aku memang berpikir begitu, tapi aku khawatir engkau tidak mau, maka... aku diam saja, tidak berani bertanya padamu." "Kakak Han Liong" An Lok Kong Cu tersenyum. "Lain kali kalau ada apa-apa, jangan disimpan dalam hati, curahkan saja" "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Engkau memang berpengertian, aku gembira sekali." "Kakak Han Liong, mari kita berangkat.Jangan buangbuang waktu di sini " "Baik, Mari kita berangkat sekarang" Kedatangan Thio Han Liong dan An Lok Kong cu, tentunya amat mengherankan Jie Lian Ciu, song Wan Kiauw dan lainnya, tapi juga menggembirakan mereka. "Kakek...." Thio Han Liong dan An Lok Kong cu memberi hormat. "Han Liong " Jie Lian ciu menatap mereka sambil tersenyum lembut. "Tak kusangka kalian ke mari lagi" "Han Liong," Tanya song Wan Kiauw. "Engkau membawa suatu berita penting ke mari?" "Cukup penting," Sahut Thio Han Liong dan bertanya. "Apakah Ban Tok Lo Mo tidak pernah muncul di sini?" "Ban Tok lo Mo?" Song Wan Kiauw tercengang. "Ban Tok Lo Mo adalah si iblis Tua itu." Thio Han Liong memberitahukan. "Ban Tok Lo Mo memang orang yang diceritakan sucouw." "oh?" Song wan Kiauw mengerutkan kening. "Karena itu kalian ke mari?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Duduklah" Ucap Jie Lian ciu. Thio Han Liong dan An Lok Kong cu duduk, setelah itu barulah Thio Han Liong berkata. "Kami bertemu seng Hwi dan su Hong sek, ketua Kay Pang. Mereka sedang mencari Putra mereka." "siapa yang menculik seng Kiat Hiong?" Tanya Jie Lian ciu. "Tan Beng song, murid Ban Tok Lo Mo," Jawab Thio Han Liong, lalu menutur tentang kejadian itu "Kini im sie Popo tinggal di markas Kay pang." "oooh" Jie Lian ciu manggut-manggut. "Tapi...." Thio Han Liong menghela nafas panjang. "ci Hoat dan Kang Tianglo sudah meninggal." "oh?" Jie Lian ciu dan lainnya terkejut. "siapa yang membunuh mereka?" "Ban Tok Lo Mo," Sahut Thio Han Liong. "Racun telah menyerang jantung mereka, dan aku tidak bisa menyelamatkan nyawa mereka." "Aaah..." Jie Lian ciu menghela nafas panjang. "Tak disangka ci Hoat dan coan Kang Tianglo mati begitu mengenaskan" "Han Liong" Song Wan Kiauw menatapnya. "Kalian datang ke mari karena urusan itu?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Tapi juga khawatir Ban Tok Lo Mo dan muridnya menyerbu ke mari." "oooh" Song Wan Kiauw tersenyum. "Han Liong, engkau sungguh baik sekali" "Kakek song, jangan berkata begitu" Ujar Thio Han Liong. "oh ya bagaimana keadaan Sucouw?" "Baik-baik saja," Jawab song Wan Kiauw. "Tapi... guru telah berpesan, jangan ada yang mengganggunya." "Kalau begitu aku tidak perlu menengoknya," Ujar Thio Han Liong. "Agar tidak mengganggunya." "Ngmm," Song Wan Kiauw manggut-manggut. "Han Liong, tentunya engkau dan An Lok Kong Cu akan tinggal di sini. Ya, kan?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Sebab aku mau menunggu kemunculan Ban Tok Lo Mo dan muridnya, aku harus membasmi mereka." "Han Liong," Ujar Jie Lian ciu. "Ban Tok Lo Mo dan muridnya itu memang harus dibasmi, engkau tidak boleh memberi ampun kepada mereka." "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Han Liong," Ujar Jie Lian ciu. "An Lok Kong cu tidur di kamar tamu, engkau tidur di kamar belakang," "Baik, Kakek Jie." Thio Han Liong tersenyum. "Hanya saja... kami telah merepotkan Kakek." "Ha ha ha" Jie Lian ciu tertawa gelak. "sesungguhnya kamilah yang merepotkanmu, karena engkau dan An Lok Kong cu harus kemari melindungi Bu Tong pay." "Kakek...." Thio Han Liong menggelengkan kepala. "Jangan berkata begitu, membuat hatiku jadi tidak enak" "Baiklah." Jie Lian ciu tersenyum. "sekarang antar-lah An Lok Kong cu ke kamarnya," "Ya." Thio Han Liong mengantar An Lok Kong cu ke kamar tamu. sampai di sana, Thio Han Liong membuka pintu kamar itu. "Adik An Lok, bagaimana? Engkau merasa cocok dengan kamar ini?" "Cocok." An Lok Kong cu mengangguk, lalu melangkah ke dalam lalu duduk di pinggir ranjang. "Bersih sekali kamar ini, aku pasti bisa tidur nyenyak di sini." "Syukurlah" Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ucap Thio Han Liong sambil tersenyum. "Nanti menjelang senja, aku akan mengajakmu ke puncak gunung ini untuk menikmati keindahan panoramanya." "oh" An Lok Kong cu girang bukan main. "Kakak Han Liong, engkau baik sekali terhadapku." "Engkau calon isteriku, tentunya aku harus baik dan menyayangimu," Ujar Thio Han Liong dengan suara rendah, kemudian menggenggam tangan gadis itu erat-erat. "Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu langsung mendekap di dadanya. "Adik An Lok" Thio Han Liong membelainya. Ketika hari mulai senja, Thio Han Liong menemani An Lok Kong cu pergi ke puncak gunung untuk menikmati panorama di senja hari. oo Sementara itu, dalam sebuah kuil tua yang terletak di gunung Wu san, tampak dua orang sedang duduk. seorang sudah tua sekali, dan yang seorang lagi berusia lima puluhan. siapa mereka? Mereka ternyata Ban Tok Lo Mo dan Tan Beng song muridnya. "Ha ha ha" Ban Tok Lo Mo tertawa gelak. "Aku sudah membunuh ke dua Tianglo Kay Pang itu. Pihak Kay Pang pasti kalut sekali Ha ha ha..." "Guru memang hebat-" Ujar Tan Beng song. "Tapi engkau malah tidak becus" Sahut Ban Tok Lo Mo. "sungguh memalukan gurumu" "Guru, aku...." "Diam" Bentak Ban Tok Lo Mo. "Tujuh delapan tahun yang lampau, kukira diriku sudah berkepandaian tinggi, maka aku pergi ke Tionggoan. Tak tahunya begitu banyak jago di sana, akhirnya aku dipaksa untuk pulang ke pulau Ban Tok To. sejak itu aku terus berlatih, dan kini aku telah berhasil menguasai berbagai macam ilmu pukulan beracun Ha ha ha..." "Kalau begitu..," Ujar Tan Beng song dengan suara rendah. "Guru harus membunuh para ketua partai besar, barulah Guru bisa disebut jago tanpa tanding di kolong langit." "Ngmm" Ban Tok Lo Mo manggut-manggut. "Kudengar dalam rimba persilatan Tionggoan, muncul seorang pendekar muda, bernama Thio Han Liong. Betulkah itu?" "Betul." Tan Beng song mengangguk. "Kepandaian-nya sungguh tinggi sekali, tiada seorang jago di Tionggoan dapat menandinginya." "oh?" Ban Tok Lo Mo tertawa dingin. "Apabila bertemu aku, dia pasti mampus di tanganku" "Aku yakin Guru dapat membunuhnya." "Ha ha ha"Ban Tok Lo Mo tertawa terbahak-bahak. "Siapa yang mampu menangkis ilmu pukulan beracunku? Begitu pula Thio Han Liong itu Ha ha ha..." "Guru..." Ujar Tan Beng song. "Dulu aku pernah mendengar, Guru bermusuhan dengan pihak pulau Khong Khong To." "Betul." Ban Tok Lo Mo mengangguk. "Beberapa puluh tahun yang lalu, aku pernah dikalahkan oleh ayah Tong Hai sianjin. Kami cuma bertanding sepuluh jurus, pada jurus ke sembilan, aku terpental beberapa depa, sedangkan ayah Tong Hai sianjin hanya terdorong beberapa langkah saja. Itu pertanda Lweekangku lebih rendah, maka aku mengaku kalah." "Kalau begitu....," Ujar Tan Beng song hati-hati. "Pihak pulau Khong Khong Tojuga berkepandaian tinggi." "Tidak salah," Sahut Ban Tok Lo Mo. "Tapi kini mereka semua sudah bukan tandinganku lagi." "oh?" Wajah Tan Beng song tampak berseri. "Guru aku punya usul." "Usui apa?" Ban Tok Lo Mo menatapnya. "Beritahukan Kalau usulmu itu bagus dan bisa dipakai, pasti kuterima." "Guru" Tan Beng song tersenyum. "Alangkah baiknya kalau kita ke pulau Khong Khong To." "Ke Khong Khong To?" Ban Tok Lo Mo mengerutkan kening. "Untuk apa kita ke sana?" "Menaklukkan Tong Hai sianjin," Sahut Tan Beng song serius. "Setelah Guru menaklukkan Tong Hai sianjin, sudah barang tentu pihak Khong Khong To di bawah perintah Guru." Ban Tok Lo Mo manggut-manggut. "Maksudmu menaklukkan pihak Khong Khong To untuk membantu kita?" "Ya." Tan Beng song mengangguk. "Kalau pun pada waktu itu para ketua bergabung, kita sudah tidak takut kepada mereka." Ban Tok Lo Mo tertawa gelak. "Ha ha ha Usulmu tepat mengenai sasaran, maka kuterima dengan Baik," "Terimakasih, Guru," Ucap Tan Beng song dengan wajah berseri-seri. "Aku yakin Guru pasti bisa meraih gelar sebagai jago tanpa tanding di kolong langit." Tambahnya. "Ha ha ha" Ban Tok Lo Mo tertawa terbahak-bahak. "Itulah tujuanku datang di Tionggoan" "Guru, kapan kita berlayar ke pulau Khong Khong To?" "Besok pagi kita berangkat ke pesisir Timur, lalu berlayar kepulau itu," Sahut Ban Tok Lo Mo. "Ha ha ha Tong Hai sianjin pasti tidak menduga kita akan ke sana Ha ha ha..." Keesokan harinya, berangkatlah Ban Tok Lo Mo dan muridnya kepesisir Timur untuk berlayar kepulau Khong Khong To. Ban Tok Lo Mo dan Tan Beng song telah tiba di pulau Khong Khong To. Mereka, guru dan murid itu duduk di hadapan Tong Hai sianjin, sedangkan di samping Tocu itu duduk Tong Hai sianli. Gadis itu menatap Ban Tok Lo Mo dan Tan Beng song dengan dingin sekali. "Sungguh menggembirakan kedatangan ciancwee" Ujar Tong Hai sianjin. "Bolehkah aku tahu, ada urusan apa Cianpwee datang ke mari?" "Ha ha ha"Ban Tok Lo Mo tertawa. "Aku ke mari tentunya punya suatu urusan penting." "Harap cianpwee sudi memberitahukan" "Puluhan tahun yang lalu, ayahmu pernah mengalahkan aku. oleh karena itu...." Ban Tok Lo Mo memberitahukan. "Tujuanku ke mari untuk menebus kekalahan itu." "Maksud Cianpwee bertarung dengan aku?" Tanya Tong Hai sianjin dengan kening berkerut. "Bukan bertarung, melainkan bertanding," SahutBan Tok Lo Mo. " Cukup bertanding sepuluh jurus saja." "Cianpwee...." "Jangan menolak" Ban Tok Lo Mo menatapnya tajam. "Kalau engkau dapat bertahan sampai sepuluh jurus, maka aku dan muridku akan meninggalkan pulau ini. Tapi apabila engkau kalah, maka kalian semua harus di bawah perintahku." "omong kosong" Bentak Tong Hai sianli. "sok Ceng" Tong Hai sianjin menatapnya. "Jangan turut bicara" "Ha ha ha"Ban Tok Lo Mo tertawa gelak. "Putrimu amat cantik, tapi galak sekali." "Cianpwee" Kening Tong Hai sianjin berkerut-kerut. "Jadi kita harus bertanding dengan syarat itu?" "Ya." Ban Tok Lo Mo manggut-manggut. "Baiklah" Tong Hai sianjin mengangguk, lalu berjalan ke tengah-tengah ruangan itu "Ha ha" Ban Tok Lo Mo meloncat ke hadapannya. "Kalau engkau dapat bertahan sepuluh jurus, aku pasti meninggalkan pulau ini Tapi apabila engkau kalah, kalian semua harus dibawah perintahku" Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Baik" Tong Hai sianjin mengangguk sambil mengerahkan Lweekang. "Bersiap-siaplah" Ujar Ban Tok Lo Mo. "Ilmu pukulanku amat beracun engkau harus berhati-hati" "Terimakasih atas peringatan Cianpwee" Sahut Tong Hai sianjin. "Aku sudah siap menerima pukulan Cianpwee" "Bagus" Ban Tok Lo Mo tertawa, kemudian mendadak menyerang dengan ilmu pukulan beracun. "Hati-hati, Ayah" Seru Tong Hai sianli cemas. Di saat bersamaan, Tong Hai sianjin berkelit. Namun serangan susulan dari Ban Tok Lo Mo sudah mengarah kepadanya. Apa boleh buat Tong Hai sianjin menangkis, sehingga menimbulkan suara benturan. "Hah?" Ban Tok Lo Mo tertegun. "Engkau tidak apa-apa?" "Terima kasih atas kemurahan hati Cianpwee" Ucap Tong Hai sianjin. "Karena tidak melukaiku dengan pukulan beracun" "Hmm" Dengus Ban Tok Lo Mo dingin. "Tak kusangka engkau kebal terhadap racun Nah, coba tangkis Ban Tok ciang (ilmu Pukulan selaksa Racun)" Tong Hai sianjin tidak menyahut, melainkan terus mengerahkan ilmu Ih Kin Keng yang belum lama dipelajarinya. Mendadak Ban Tok Lo Mo menyerangnya. Bukan main terkejutnya Tong Hai sianjin, sebab sepasang telapak tangan Ban Tok Lo Mo mengeluarkan asap kehijau-hijauan. Tong Hai sianjin tidak berani menangkis, melainkan berkelit ke sana ke mari menghindari serangan-serangan yang dilancarkan Ban Tok Lo Mo. Tak terasa pertandingan mereka telah melewati delapan jurus, dan itu sungguh membuat Ban Tok Lo Mo penasaran. Tiba-tiba ia memekik keras, lalu menyerang Tong Hai sianjin dengan sepenuh tenaga. Tong Hai sianjin masih dapat berkelit pada jurus kesembilan, namun terpaksa menangkis pada jurus ke sepuluh, karena tidak sempat berkelit. Blaaam Terdengar suara benturan keras. Blaaam. Ban Tok Lo Mo terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah, begitu pula Tong Hai sianjin. setelah berdiri tegak Tong Hai sianjin berkata sambil tersenyum. "Ban Tok Lo Mo Cianpwee, aku dapat bertahan sepuluh jurus," "Engkau...." Ban Tok Lo Mo terbelalak. "Engkau kebal terhadap racun?" "Ya." Tong Hai sianjin mengangguk. "Sesuai dengan janji, maka Cianpwee harus segera meninggalkan pulau ini." "Baik," Ban Tok Lo Mo mengangguk. "Beng song, mari kita pergi" Setelah mereka pergi, Tong Hai sianli segera melesat ke arah Tong Hai sianjin. "Ayah Ayah" Wajah gadis itu berseri-seri. "Tak kusangka kepandaian ayah sudah begitu maju pesat. "Nak, Tong Hai sianjin menggeleng-gelengkan kepala. "Mari kita ke kamar, ayah ingin bicara" "Ya." Tong Hai sianli mengangguk, Mereka berdua menuju ke kamar. sampai di kamar itu, Tong Hai sianjin langsung membaringkan dirinya ke tempat tidur "Nak,..," Ujar Tong Hai sianjin dengan suara rendah. "Ayah telah terkena pukulan beracun." "oh?" Bukan main terkejutnya Tong Hai sianli. "Bagaimana keadaan ayah?" "Aaah..." Tong Hai sianjin menghela nafas panjang. "Ayah menggunakan ilmu In Kin Keng, maka dapat menggeserkan racun itu kejalan darah Wan Kut Hiat dipergelangan tangan. Tapi, kalau dalam waktu dua bulan tidak memperoleh obat pemunah racun, racun itu pasti menjalar dan nyawa ayah pun pasti melayang." "Ayah...," Wajah Tong Hai sianli berubah pucat pasi. "Harus bagaimana?" "Terus terang...," Ujar Tong Hai sianjin memberitahukan. "Hanya ada satu orang yang dapat menyelamatkan ayah." "Siapa orang itu?" "Thio Han Liong." "Dia?" Tong Hai sianli terbelalak. "Ya." Tong Hai sianjin manggut-manggut. "Dia mahir ilmu pengobatan, ayah yakin dia pasti dapat menyelamatkan ayah." "Kalau begitu aku akan segera berangkat ke Tionggo.an mencarinya," Ujar Tong Hai sianli, yang telah mengambil keputusan itu. "Baik." Tong Hai sianjin manggut-manggut. "Ajaklah beberapa orang dan ingat, jangan lewat dua bulan" "Ya, Ayah." Tong Hai sianli mengangguk. "Kalau begitu, aku berangkat sekarang saja. Aku akan mengajak Bibi Ciu dan Bibi Gouw." Tong Hai sianjin menatapnya, kemudian menghela nafas panjang. "Tionggoan begitu luas, bagaimana mungkin engkau dapat mencarinya?" "Ayah tenang saja Aku pasti dapat mencarinya, percayalah" Ujar Tong Hai sianli, lalu meninggalkan kamar itu. Thio Han Liong, An Lok Kong Cu , Jie Lian ciu dan lainnya duduk bercakap-cakap di ruang depan. "Heran" Gumam Jie Lian ciu. "Ban Tok Lo Mo dan muridnya tidak ke mari, bahkan tiada kabar beritanya. Bukankah itu sungguh mengherankan?" "Memang mengherankan," Sahut Thio Han Liong sambil mengerutkan kening. "Mungkinkah Ban Tok Lo Mo dan muridnya sudah pulang ke pulau Ban Tok To?" "Mungkin." Song Wan Kiauw manggut-manggut. "Kalau tidak bagaimana mungkin tiada kabar beritanya?" "Masuk akal." Jie Lian ciu mengangguk. "Tapi... kenapa mendadak mereka pulang ke pulau Ban Tok To?" "Mungkinkah ada seorang jago mengalahkan mereka, maka mereka terpaksa pulang ke pulau itu?" Ujar Thio Han Liong, menduga. Jie Lian ciu manggut-manggut. "Itu memang mungkin...." Mendadak salah seorang murid Jie Lian ciu me masuki ruangan itu, lalu memberi hormat dan melapor. "Guru, Tong Hai sianli ingin bertemu Thio siauhiap" "Apa?" Jie Lian ciu tertegun. "Kok dia tahu Thio Han Liong berada di sini? Ada urusan apa dia ingin bertemu Han Liong?" "Katanya ada urusan penting," Sahut murid Jie Lian ciu itu. "Baik." Jie Lian ciu manggut-manggut. "Undang dia ke mari" "Ya." Tak segerapa lama kemudian, tampak Tong Hai sianli berjalan ke dalam bersama Bibi ciu dan Bibi Gouw. Begitu melihat Thio Han Liong, berserilah wajah gadis itu. "Han Liong" Seru Tong Hai sianli tak tertahan, lalu memberi hormat kepada Jie Lian Ciu dan lainnya. "Silakan duduk, ucap Jie Lian ciu sambit menatapnya tajam. Tong Hai sianli dan ke dua wanita itu duduk. sedangkan An Lok Kong Cu terus menatapnya. "Nona," Tanya song Wan Kiauw. "Ada urusan apa Nona ke mari menemui Han Liong?" "Ayahku terluka, hanya Han Liong yang dapat mengobatinya," Sahut Tong Hai sianli. "Maka aku ke mari mencarinya." "Kok engkau tahu aku berada di sini?" Thio Han Liong heran. "Aku ke kuil siauw Lim sie bertanya kepada Kong Bun Hong Tio. Padri tua itu menyuruhku ke mari," Jawab Tong Hai sianli. "Sungguh kebetulan engkau berada di sini" "Siapa yang melukai ayahmu?" Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tanya Jie Lian ciu. "Ban Tok Lo Mo." Tong Hai sianli memberitahukan, lalu menutur tentang itu dan menambahkan. "Ayahku mengeluarkan ilmu Ih Kin Keng, maka dapat menggeserkan racun itu ke jalan darah Wan Kut Hiat yang di pergelangan tangan. Tapi... itu cuma dapat bertahan dua bulan, setelah itu racun akan menjalar dan nyawa ayahku pasti melayang." "Engkau sungguh beruntung" Ujar Thio Han Liong. "Kalau aku tidak berada di sini, ayahmu pasti tidak akan tertolong." "Han Liong, cepatlah ikut aku ke pulau Khong Khong To" Tong Hai sianli tampak tidak sabaran. "Aku tidak perlu ikut ke sana," Sahut Thio Han Liong sambil tersenyum. "Aku akan memberikanmu dua butir obat pemunah racun untuk ayahmu. setelah ayahmu makan obat pemunah racun ini, dalam waktu tiga hari pasti pulih." "oh?" Tong Hai sianli kurang percaya. "Engkau tidak bohong?" "Untuk apa aku membohongimu?" Thio Han Liong tersenyum, kemudian memberikan dua butir obat pemunah racun kepada Tong Hai sianli. "Terimakasih, Han Liong," Ucap Tong Hai sianli sambil menerima obat itu "Bungkus dengan kertas ini" Thio Han Liong juga memberikannya selembar kertas. "Terimakasih" Tong Hai sianli membungkus ke dua butir obat pemunah racun itu, lalu disimpan ke dalam bajunya. setelah itu, ia memandang Thio Han Liong seraya bertanya. "Nona itu tunanganmu?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk dan memperkenalkan mereka. Mereka berdua saling memberi hormat. Tong Hai sianli memandang An Lok Kong Cu sambil tersenyum. "Engkau sungguh cantik, pantas Han Liong begitu mencintaimu" "Engkau pun cantik sekali," Sahut An Lok Keng Cu dengan tersenyum lembut. "Kakak Han Liong sudah menceritakan tentang dirimu kepadaku." "oh?" Tong Hai sianli tertawa kecil. "Dia memang pemuda yang amat Baik, bahkan setia sekali. Dia sama sekali tidak mau menyeleweng di belakangmu. Terus terang, aku sudah jatuh hati padanya ketika pertama kali bertemu." "oh, y a? " An Lok Keng Cu tersenyum lagi. "Tapi...." Tong Hai sianli menggeleng-gelengkan kepala. "Dia memberitahukan kepadaku, bahwa dia sudah punya tunangan. Nah, itu membuktikannya amat setia. Kalau pemuda lain, mungkin sudah bermain cinta denganku. Namun Han Liong Tidak, itu sungguh mengagumkan" "Kakak Han Liong juga sudah menceritakan kepadaku tentang itu...." "An Lok Kong cu, engkau sungguh beruntung" Ujar Tong Hai sianli. "Punya calon suami yang begitu mencintaimu. Aku... aku jadi cemburu nih" "Tong Hai sianli," Ujar An Lok Keng cu. "Engkau adalah gadis yang cantik dan baik budi, aku yakin engkau akan bertemu pemuda idaman hatimu." "Mudah-mudahan" Sahut Tong Hai sianli. setelah itu ia bangkit berdiri sambil memberi hormat. "Maaf, aku mohon pamit" "Baiklah." Thio Han Liong manggut-manggut. "Engkau memang harus segera pulang. oh ya, simpan baikbaik obat itu" "Ya." Tong Hai sianli menatapnya. "Han Liong, kami pihak pulau Khong Khong To berhutang budi kepadamu." "Jangan berkata begitu" Thio Han Liong tersenyum. "Ketua Bu Tong...." Tong Hai sianli memberi hormat kepada mereka. "sampai jumpa" Tong Hai sianli dan pengikutnya meninggalkan ruang itu sampai di pintu gadis itu menoleh untuk memandang Thio Han Liong. setelah itu barulah ia melesat pergi. "Aaaah..." Jie Lian ciu menghela nafas panjang. "Tak disangka Ban Tok Lo Mo dan muridnya datang di Khong Khong To" "Pantas sekian lama tiada kabar beritanya," Ujar Song wan Kiauw sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Entah ada permusuhan apa di antara Ban Tok Lo Mo dengan ayah Tong Hai sianli?" "Han Liong," Tanya Jie Lian ciu. "Engkau yakin, dua butir obat pemunah racun itu dapat menyelamatkan nyawa ayah Tong Hai sianli?" "Aku yakin," Sahut Thio Han Liong manggut-manggut. "sebab Tong Hai sianjin memiliki ilmu In Kin Keng, maka dia dapat bertahan dua bulan. setelah makan obat pemunah racun itu, dia pasti pulih." "syukurlah" Ucap Jie Lian Ciu. "Kakek.." Ujar Thio Han Liong. "Kini Ban Tok Lo Mo pasti sudah berada di Tionggoan. Aku dan Adik An Lok terpaksa harus tinggal di sini lagi." "Tidak apa-apa," Sahut Jie Lian Ciu sambil tertawa. "Kami senang sekali kamu tinggal di sini." "Terima kasih, Kakek Jie," Ucap Thio Han Liong. "Aaah...." Mendadak song Wan Kiauw menghela nafas panjang. "Tak disangka Tong Hai sianli merupakan gadis yang baik, bahkan tahu diri dan bersikap terbuka pula." "Benar." Thio Han Liong mengangguk. "Ketika dia sampai di pintu, kenapa menoleh lagi memandangmu?" Tanya An Lok Keng Cu mendadak tidak bernada cemburu. "Mungkin dia tahu..." Sahut Thio Han Liong menduga. "sulit berjumpa dengan kita lagi." "oooh" An Lok Kong Cu manggut-manggut. "Kelihatannya dia amat mencintaimu lho" "Kira- kira begitulah." Thio Han Liong tersenyum. "Tapi aku yakin dia akan bertemu pemuda idaman hatinya." "Itu yang kuharapkan," Ujar An Lok Keng cu. "Kini Ban Tok LoMo dan muridnya sudah berada di Tionggoan, entah apa yang akan terjadi lagi?" Song wan Kiauw menggeleng-gelengkan kepala, kemudian menghela nafas panjang. "Aaaah..." Tong Hai sianli telah tiba di pulau Khong Khong To. Tidak sampai satu bulan ia sudah pulang. Betapa gembiranya Tong Hai sianjin yang berbaring di tempat tidur. la memandang putrinya dengan rasa haru. "Nak..." "Ayah" Panggil Tong Hai sianli dengan mata basah. "Aku... aku sudah bertemu Han Liong" "Kenapa dia tidak ikut ke mari?" Tanya Tong Hai sianjin. "Dia bilang tidak usah ke mari, tapi memberiku dua butir obat pemunah racun." Tong Hai sianli memasukkan ke dua butir obat pemunah racun itu ke dalam mulutnya. "Kata Han Liong, setelah ayah makan obat pemunah racun ini, Dalam waktu tiga hari ayah pasti pulih." "oh?" Tong Hai sianjin tersenyum, dan sekaligus menelan ke dua butir obat pemunah racun yang di dalam mulutnya. "Ayah...." Mendadak air mata Tong Hai sianli meleleh. "Nak" Tong Hai sianli tercengang. "Kenapa engkau?" "Aku... aku sudah berjumpa dengan An Lok Keng Cu, tunangan Han Liong," Sahut Tong Hai sianli terisak-isak. "Gadis itu memang cantik sekali, bahkan lemah lembut pula." "oooh" Tong Hai sianjin menghela nafas panjang. "Engkau menangis di hadapan mereka?" "Tidak," Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tong Hai sianli menggelengkan kepala. "Di hadapan mereka aku justru bersikap biasa dan gembira, tapi... hatiku seperti tertusuk-tusuk ribuan jarum...." "Nak" Tong Hai sianjin tersenyum. "Sudahlah Jangan dipikirkan lagi, kelak engkau pasti bertemu pemuda idaman hati, percayalah" "Ayah" Tong Hay sianli menggeleng-gelengkan kepala. "Sulit bertemu pemuda seperti Han Liong." "jangan khawatir" Hibur Tong Hai sianjin. "Ayah yakin engkau pasti akan bertemu pemuda seperti Han Liong. Engkau harus percaya itu" "Aaah..." Tong Hai sianli menghela nafas panjang. "oh ya" Tong Hai sianjin mengalihkan pembicaraan. "Di mana engkau bertemu mereka?" "Di gunung Bu Tong." Tong Hai sianli memberitahukan. "Begitu aku tiba di Tionggoan, aku langsung ke kuil siauw Lim sic bertanya kepada Keng Bun Hong Tio. Ketua siauw Lim Pay itu menyuruhku ke partai Bu Tong, maka aku segera berangkat ke sana. Kebetulan Han Liong dan An Lok Keng cu berada di sana." "Nak" Tong Hai sianjin membelainya. "Kalau Han Liong tidak berada di sana, nyawa ayah pasti melayang." "Ayah...." Tong Hai sianli terisak-isaki "Aku baru jatuh cinta, tapi...." "Nak," Tong Hai sianjin menggeleng-gelengkan kepala. "Jangan dipikirkan lagi tentang itu" Tong Hai sianli mengangguk, namun air matanya tetap berderai-derai membasahi pipinya. Dua hari kemudian, Tong Hai sianjin sudah sembuh. Betapa gembiranya Tocu itu, kemudian bangun dari tempat tidur. "Ayah...." Tong Hai sianli terkejut ketika melihat ayahnya bangun. "Ayah sudah sembuh?" Tong Hai sianjin mengangguk. "Kini racun itu telah punah, ayah sudah pulih." "Ayah...." Tong Hai sianli menghela nafas panjang. "Kita berhutang budi lagi kepada Han Liong. Entah bagaimana kita membalasnya?" "Nak. " Tong Hai sianjin menarik nafas dalam-dalam. "Dia tidak berharap kita membalas budinya. Dia pendekar muda yang berhati bajik," "Ayah kalau dia sudi menerima, aku pun rela menjadi pelayannya," Ujar Tong Hai sianli sungguh-sungguh. "Nak...." Tong Hai sianjin menggeleng-gelengkan kepala. Hatinya merasa iba terhadap putrinya. "sudahlah jangan terus memikirkan Han Liong, anggaplah dia adalah kakakmu...." Walau sudah dua bulan berlalu, Thio Han Liong dan An Lok Kong cu masih tetap tinggal di gunung Bu Tong. Dalam kurun waktu dua bulan, sama sekali tidak ada kabar beritanya mengenai Ban Tok Lo Mo dan muridnya, dan itu sungguh mengherankan Han liong, An Lok Kong Cu Jie Lian ciu dan lainnya. "Tiada kabar beritanya mengenai Ban Tok LoMo dan muridnya, mungkinkah mereka sudah pulang ke pulau Ban Tok To?" Ujar lie Lian ciu sambil mengerutkan kening. "Alangkah baiknya kalau dia dan muridnya pulang kepulau itu," Sahut song Wan Kiauw. "Rimba persilatan jadi aman." "Apakah mungkin Ban Tok Lo Mo dan muridnya pulang kepulau itu?" Gumam Thio Han Liong. "Aku justru khawatir...." "Apa yang engkau khawatirkan, Han Liong?" Tanya Jie Lian ciu. "Ban Tok Lo Mo dan muridnya sedang mengatur rencana busuk" Sahut Thio Han Liong. "itu tidak mungkin. "jie Lian ciu menggelengkan kepala. "Aku malah yakin dia dan muridnya telah pulang ke pulau Ban Tok To." "Mudah-mudahan begitu" Ucap song Wan Kiauw. "Han Liong...." Jie Lian ciu menatapnya seraya berkata. "seharusnya kalian berdua pergi pesiar, tapi... tertahan di sini, sehingga waktu kalian tersita habis disini...." "Kakek Jie, jangan berkata begitu," Ujar Thio Han Liong. "sebaliknya justru kami yang merepotkan Kakek Jie." "Han Liong "jie Lian ciu tersenyum. "Menurut aku, Ban Tok Lo Mo dan muridnya tidak akan muncul di sini. Kalau kalian ingin pergi pesiar, tentunya kami tidak akan menahan." "Lebih baik tunggu beberapa hari lagi," Sahut Thio Han Liong. "setelah itu barulah kami akan pergi." "Baiklah." Jie Lian ciu manggut-manggut. Malam harinya Thio Han Liong dan An Lok Kong cu duduk di halaman sambil bercakap- cakap. "Adik An Lok," Tanya Thio Han Liong lembut. "Be-berapa hari lagi kita akan meninggalkan gunung Bu Tong ini. Kita mau pergi pesiar atau kembali ke Kota raja?" "Itu terserah engkau saja," Sahut An Lok Keng cu sambil tersenyum. "Aku menurut kemauanmu." "Menurut aku...."Thio Han Liong berpikir, kemudian berkata. "Rasanya pesiar kita sudah cukup, lebih baik kita kembali ke Kota raja menemui ayahmu." "Baik," An Lok Keng cu mengangguk. "Ayah pasti gembira sekali melihat kita pulang." "Betul." Thio Han Uong manggut-manggut. "oh ya Adik An Lok Bagaimana kalau kita...." "Kenapa kita?" "Mohon restu ayahmu." "Maksudmu kita menikah?" Tanya An Lok Keng cu dengan wajah agak kemerah-merahan. "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "setelah itu kita menikah di istana, barulah kita berangkat ke pulau Hong Hoang To." "Aku setuju, Kakak Han Liong," Ujar An Lok Keng cu lembut. "Tapi...." Thio Han Liong menarik nafas dalam-dalam. "Kita harus menunggu beberapa hari lagi, karena aku khawatir Ban Tok Lo Mo dan muridnya akan muncul di sini." Pusaka Pedang Embun Karya Sin Liong Pusaka Pedang Embun Karya Sin Liong Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung