Ceritasilat Novel Online

Beruang Salju 20


Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 20


Beruang Salju Karya dari Sin Liong   Yeh-lu Chi sendiri telah menggerakkan sepasang tangannya memukul ke kiri dan ke kanan kepada jago-jago istana itu dengan pukulan yang kuat.   Dia bersama lima orang Kay-pang lainnya, telah menerjang ke dekat sebelah barat, untuk menghajar kocar kacir barisan tentara kerajaan.   Ciu Pek Thong sambil melompat ke sana ke mari telah mencabuti kopiah dari para tentara kerajaan.   Setiap kali tangannya bergerak, dia telah mencopoti kopiah dari tentara itu, kemudian tangan yang satunya telah bergerak lagi menghantam dengan hebat membuat tentara itu terpelanting dengan mengeluarkan jerit kesakitan, rubuh pingsan kemudian tidak sadarkan diri.   Ciu Pek Thong mempergunakan ilmu Kong-beng-kun nya.   Dia menyerang silih berganti dengan ke dua tangannya, membuat para tentara kerajaan itu kucar kacir karenanya.   Demikianlah, para jago itu telah mengamuk dengan hebat.   Namun karena jumlah lawan memang sangat banyak, dengan sendirinya tetap saja mereka terkepung.   Malah pasukan panah dari tentara kerajaan mulai melepaskan anak-anak panah, yang seperti hujan menyerang Yo Ko dan yang lainnya.   Dengan menyambarnya anak-anak panah itu, membuat Ciu Pek Thong tertawa bergelak-gelak gembira, dia mengibaskan tangannya ke kiri dan ke kanan menyambuti anak-anak panah itu, kemudian dia melontarkan lagi ke arah para tentara kerajaan itu.   Dengan demikian, anak-anak panah itu telah menancap di tubuh para tentara tersebut.   Dan dengan begitu pula korban telah berjatuhan seorang demi seorang terkena panah itu sendiri, yang berarti senjata makan majikan.   Tetapi Tiat To Hoat-ong sendiri tetap dengan perintahnya agar kepungan diperketat.   Dan waktu itu, memang terlihat para tentara kerajaan yang mengepung semuanya merupakan jago-jago pilihan, dan juga pengawal istimewa dari istana, maka mereka melakukan pengepungan yang ketat sekali tanpa memperdulikan keselamatan dirinya.   Yo Ko juga melihat bahwa mereka tidak bisa menghadapi lawanlawannya dengan cara seperti itu terus menerus, dan dia telah berseru kepada Yo Him agar yang terpenting menyelamatkan ke dua anak kecil yang bersama mereka, yaitu Ko Tie dan Yeh-lu Kie.   Yo Him juga mengerti maksud ayahnya.   Dia telah mengiyakan, dan telah melompat kembali ke dalam rumah.   Sambil menggendong Ko Tie di tangan kanan dan mengempit Yehlu Kie di tangan kiri, Yo Him melompat keluar lagi untuk menerjang kepungan.   Yo Ko dan yang lainnya telah mengelilinginya untuk melindunginya sambil membuka jalan.   Di waktu itu, terlihat Yo Him telah berhasil berlari-lari satu lie lebih, dengan dikepung terus menerus oleh pasukan tentara kerajaan.   Malah hujan anak panah juga telah berhamburan menyambar ke arahnya.   Untung Yo Him memang memiliki kepandaian yang telah tinggi, dengan gerakan yang lincah dan gesit, dia berhasil menghindarkan diri dari sambaran anak-anak panah itu, juga dia bisa melindungi ke dua anak kecil dikempitnya itu dengan baik.   Yo Ko dan Kwee Hu berada di sebelah kanan dibantu oleh Ciu Pek Thong, sedangkan pangeran Ghalik bersama-sama dengan para pahlawannya dan Hek Pek Siang-sat telah berusaha untuk membuka jalan di sebelah samping lainnya.   Dan Ciu Pek Thong bersama-sama dengan Yeh-lu Chi dan para pengemis lainnya juga berusaha untuk membendung terjangan musuh.   Merekalah yang telah berusaha membendung terjangan lawan.   Jika ada juga tentara kerajaan yang berhasil menerobos hadangan mereka, maka Yo Ko dan yang lainnya akan menghajarnya.   Bukan main gusarnya Tiat To Hoat-ong.   Koksu ini telah membentak bengis.   "Kejar. terus, jangan biarkan mereka lolos.....!"   Bahkan kepada dua orang pengawal yang berada dekat dengannya, dia telah perintahkan untuk memanggil bala bantuan.   Lalu Tiat To Hoat-ong berusaha menerjang kepada Ciu Pek Thong, pertempuran itu berlangsung beberapa jurus, sampai Swat Tocu telah melompat menghantamkan telapak tangan kanannya pada punggung Tiat To Hoat-ong.   Koksu segera menyadarinya, jika sampai tepukan telapak tangan itu mengenai pundaknya, dia bakal celaka, karena lawannya yang seorang ini memiliki ilmu Inti Es yang dingin luar biasa.   Jangankan sampai telapak tangannya itu mengenai lawan, sedangkan angin dari serangannya saja bisa dibungkus lawannya dengan selapis es.....   Cepat-cepat Tiat To Hoat-ong telah menyingkir ke samping kanan.   Swat Tocu tidak berhenti di situ saja, cepat luar biasa dia telah menyerang lagi, kali ini ke dua tangannya yang bergerak dengan beruntun.   Pertempuran seperti itu benar-benar membuat Tiat To Hoat-ong jadi sangat mendongkol.   Dia juga jadi sibuk sekali.   Lawannya terdiri dari orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi, sulit buat menangkap mereka.   Dilihatnya diantara orang-orang yang menjadi lawannya, hanya pangeran Ghalik dan beberapa orang pengemis rombongan Kou Sie-ko itu yang paling lemah kepandaian ilmu silatnya.   Tiat To Hoat-ong setelah menyingkirkan diri dari Swat Tocu, memberikan perintahnya agar pasukannya lebih memperketat kepungannya kepada pangeran Ghalik dan beberapa orang pengemis itu.   Memang waktu itu dua orang pengemis bawahan Kou Sie-ko telah terluka oleh anak panah pada pundak lengannya, mereka bergerak tidak leluasa.   Demikian juga pangeran Ghalik, dia memang mempunyai kepandaian yang cukup tinggi, namun disebabkan setiap hari hidup dalam kemewahan dan juga latihannya kurang sekali, membuat dia agak lemah.   Dengan diperketat kepungan terhadap dirinya, pangeran Ghalik jadi sibuk sekali.   Dia berhasil merubuhkan dua orang lawannya dengan bacokan goloknya, namun dia juga telah terluka di beberapa bagian anggota tubuhnya.   Keadaan pangeran Ghalik semakin lemas, darah mengucur banyak sekali.   Sasana yang melihat keadaan ayahnya seperti itu telah memutar pedangnya dengan cepat sekali sehingga pedang itu seperti titiran, dan waktu itu, telah terlihat betapa pedang itu berhasil merubuhkan tiga orang lawannya.   Kemudian mempergunakan waktu kepungannya itu lowong, Sasana melompat ke dekat ayahnya, dia memutar pedangnya menghalau beberapa serangan lawan kepada pangeran Ghalik.   Cepat luar biasa segera terlihat betapa serangan itu berulang kali merubuhkan lawannya.   Dan memang terlihat jelas sekali, betapapun juga orang-orang yang mengepung pangeran Ghalik itu berlaku nekad, membuat Sasana harus memusatkan seluruh kekuatan dan kepandaian yang dimilikinya.   Pangeran Ghalik dalam keadaan terluka harus memutar goloknya dengan mempergunakan seluruh kekuatan yang ada padanya.   Maka jelas ke duanya tengah berada dalam ancaman bahaya, sebab dua kali Sasana terluka oleh tikaman pedang lawan-lawannya, dan pangeran Ghalik sendiri telah memperoleh tambahan luka juga Melihat itu Yo Him mengeluarkan suara bentakan gusar, dia hendak memutar tubuhnya untuk membantui.   Namun Yo Ko yang berada disampingnya telah berseru.   "Kau selamatkan ke dua anak itu, biar aku yang menolong mereka.....!"   Yo Him baru tersadar bahwa di ke dua tangannya terkempit dua orang anak kecil yang harus diselamatkan, yaitu Ko Tie dan Yehlu Kie.   Dengan demikian, membuat dia jadi tersadar tugasnya, dan melanjutkan pula larinya.   Sedangkan Yo Ko telah menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya telah ringan sekali melompat ke dekat pangeran Ghalik dan Sasana.   Dalam waktu-waktu seperti itulah, tangan tunggal Yo Ko telah bergerak, bahkan lengan bajunya yang kosong itu telah dipergunakan juga untuk melibat senjata lawan lalu menghentak merampasnya kemudian melontarkan lawannya dengan satu kali sampoknya.   Dengan demikian kepungan terhadap pangeran Ghalik dan Sasana dapat dihancurkam oleh Yo Ko, karena dalam beberapa kali gebrakan saja telah belasan orang yang berhasil digulingkan dan dirubuhkannya.   Waktu itu, tampak Sasana yang dalam keadaan marah karena telah terluka seperti itu, menggerakan pedangnya menikam beberapa kali sehingga beruntun lawannya itu tertikam binasa.   Waktu kepungan itu melonggar, karena beberapa orang pengepung telah melompat mundur menjauhi diri, bersama-sama dengan Yo Ko dan pangeran Ghalik, Sasana telah menyusul Yo Him.   Ciu Pek Thong juga tengah gembira bukan main mempermainkan para tentara kerajaan itu, dia berulang kali telah menyerangnya, menghantam memukul atau juga timbul jailannya, setelah mencopoti topi dari salah seorang tentara kerajaan, diapun mempergunakan kesempatan itu menarik rambut tentara kerajaan, yang rambutnya di tou-cang (dikepang).   Kemudian dia menggerahkan tenaganya, memutar-mutar tawanannya itu yang dibolang-balingkan menghantam belasan orang tentara kerajaan.   Dengan demikian Ciu Pek Thong berhasil membuka jalan.   Sedangkan Yo Ko melihat keadaan seperti itu, mengikuti caranya Ciu Pek Thong.   Tangan tunggalnya telah menjambak punggung salah seorang tentara kerajaan, kemudian sambil melindungi Yo Him yang mengempit Ko Tie dan Yeh-lu Kie, dia telah membolang balingkan tawanannya itu.   Maka diapun berhasil membuka jalan dengan cepat.   Para pengemis Kay-pang yang telah menerjang dengan hebat, untuk ikut meloloskan diri dengan rombongan Yo Ko.   Swat Tocu yang tengah gusar, berhasil membinasakan lima atau enam orang lawannya dengan mempergunakan pukulan Inti Es nya, lalu diapun menyusul rombongan Yo Him.   Hek Pek Siang-sat dan juga enam orang pahlawannya pangeran Ghalik telah menggerakkan senjata mereka dengan hebat.   Entah berapa puluh tentara kerajaan yang rubuh di tangan mereka, sesampai diakhirnya tentulah merekapun bisa bergabung dengan rombongan Yo Him, yang telah menyingkir jauh.   Tiat To Hoat-ong yang semula ingin mengejar terus dengan pasukan tentaranya, akhirnya berpikir dua kali menyaksikan korban-korban yang berjatuhan seperti itu.   Jika dia mengejar terus, jelas korban-korban yang berjatuhan lebih banyak lagi, sedangkan waktu itu Lengky Lumi dan Gochin Talu memang tengah dalam keadaan terluka dan perlu ditolong keselamatannya.   Maka Koksu negara ini akhirnya memanggil para tentara kerajaan, menariknya pulang dengan tangan yang nihil.   Yo Ko telah mengajak rombongannya menyingkir jauh sekali, sampai puluhan lie.   Barulah mereka mengasoh untuk mengurangi perasaan lelah.   Juga dalam kesempatan itu, Yo Him telah mengobati luka Sasana dan pada pengemis-pengemis Kay-pang itu.   Diapun telah memberikan obat bubuk untuk luka kepada Sasana, agar gadis itu mengobati luka ayahnya, pangeran Ghalik.   Setelah beristirahat beberapa saat lamanya mereka telah melanjutkan perjalanan lagi.   Yang terpenting buat mereka adalah menjauhi diri dari kotaraja.   Begitulah rombongan pangeran Ghalik tersebut mengambil arah ke barat, mereka bermaksud turut pergi ke Ban-san-kwan.   Di kota itu pangeran Ghalik ingin menemui seseorang, yaitu seorang panglima perang yang sebelumnya menjadi bawahan dan sahabatnya.   Dia ingin mencari jalan keluar dari kesulitannya ini dengan berunding bersama sahabat merangkap juga sebagai bawahannya itu......   Tetapi ketika mereka tiba di kota Bun-san-kwan, dan Yo Ko bersama Yo Him telah menyelidikinya, ternyata panglima yang menjadi sahabat dan merangkap bawahan pangeran Ghalik itu, yaitu panglima Thio Su Kwang, telah ditangkap oleh kerajaan, semua itu atas perintah Kaisar.....   Dengan demikian pangeran Ghalik menyadari, bahwa semua orang-orang bekas bawahannya pun telah mengalami bencana karena fitnah Tiat To Hoat-ong kepadanya, di mana persoalan telah jadi meluas seperti itu, dan dia harus mengambil tindakan yang tepat guna mengatasinya.   "Jika demikian, aku harus mengambil tindakan!"   Kata pangeran Ghalik dengan wajah berduka kepada Yo Ko dan yang lainnya, ketika malam itu mereka berkumpul di sebuah kuil tua yang telah rusak dan tidak berpenghuni.   "Dan walaupun aku sangat mencintai rakyat, mencintai negara dan merupakan pangeran yang setia kepada Kaisarnya di mana semula aku tidak memiliki maksud-maksud yang kotor untuk menodai kepercayaan Kaisar kepadaku. Namun sekarang menyaksikan semua itu, aku harus bertindak dengan mengadakan suatu gerakan..... Bukan tujuan utamaku untuk menggulingkan Kaisar, tetapi..... tetapi aku memang ingin membuktikan, bahwa Kaisar keliru dengan tindakannya ini! Terutama sekali pada Tiat To Hoat-ong, Kok-su yang biadab dan busuk itu. Dia perlu memperoleh pengajaran yang setimpal dengan perbuatannya.....!"   Yo Ko tersenyum mendengar pangeran Ghalik hendak mengadakan pergerakan.   Sebagai seorang pangeran yang sebelumnya memegang kekuasaan terbesar dalam angkatan perang Mongolia.   Jika dia bergerak dan mengadakan suatu pergerakan, jelas masih banyak pengikut-pengikut setianya yang akan membantu dan mendukungnya.   "Jika memang Tay-jin ingin mengadakan suatu pergerakan, itulah hal yang harus dipikirkan dua kali......!"   Kata Yo Ko.   "Pertama-tama yang perlu dipikirkan adalah keselamatan rakyat jika sampai terjadi peperangan pula, bukankah rakyat yang akan terjadi korban dan bersengsara?!"   Yo Ko mengemukakan pikiran seperti itu, karena dia berpikir cepat sekali di waktu itu.   Jika memang pergerakan pangeran Ghalik berhasil, sehingga dia bisa meruntuhkan Kaisar Kublai Khan, dan dia naik takhta, bukankah sama saja keadaannya seperti sekarang, di mana Tionggoan tetap dijajah oleh orang Monggolia, oleh kerajaan Boan? Bukankah pangeran Ghalik pun belum tentu lebih baik dari Kaisar Mongolia! Malah ancaman yang lebih hebat lagi mungkin terjadi, karena pangeran Ghalik ini memiliki otak yang jauh lebih cerdik dari Kaisar, di mana dialah merupakan tulang punggung utama waktu merubuhkan kerajaan Song, mengadakan siasat-siasat keji mengadu domba antara para jago-jago Tiong-goan.   Karena dari itu, walaupun terkejut mendengar maksud pangeran Ghalik yang ingin mengadakan pergerakan dan menghimpun sisa-sisa pengikutnya yang setia, Yo Ko tidak memperlihatkan perasaan terkejutnya itu, dia hanya berusaha mencegah maksud dari pangeran ini dengan cara yang halus.   Tetapi pangeran Ghalik waktu itu telah menghela napas dalamdalam.   "Yo Tayhiap. memang telah lama sekali aku mendengar akan kehebatanmu, dan beberapa waktu yang lalu kitapun telah terlibat dalam permusuhan akibat peperangan itu, tetapi kukira sekarang ini tentunya engkaupun mau menghabisi semua itu dan bersedia untuk membantuku bukan?!"   Yo Ko berdiri, dia mengangkat tangan tunggalnya, dia telah memberi hormat, sambil katanya.   "Ya, untuk kebaikan dan perikemanusiaan aku bersedia membantu, tetapi jika memang Tayjin bermaksud mengadakan pergerakan yang bisa mengancam keselamatan rakyat dan mengganggu kesejahteraannya, maafkanlah, aku si orang she Yo tidak bisa menerimanya......!"   Pangeran Ghalik menghela napas. Dia menunduk dalam-dalam, lalu dia mengangkat kepalanya menoleh kepada Hek Pek Siangsat, katanya.   "Kalian merupakan orang-orangku yang setia, kalian telah mati-matian berusaha melindungi aku..... dan kalian berenam......!"   Pangeran Ghalik mengawasi keenam orang pahlawannya yang setia.   "Kalian juga merupakan pengikutku yang setia dan tenaga serta perjuangan kalian untuk melindungi aku benar-benar merupakan budi yang besar. Tetapi mendengar perkataan Yo Tayhiap, akupun telah memikirkan kemungkinan-kemungkinan mengadakan pergerakan itu sangat tipis. Jika aku memaksakan diri, jelas hanya akan mendatangkan gelombang belaka. Maka biarlah dalam beberapa hari ini kita beristirahat dulu, mempertimbangkan hal itu masak-masak.....!"   Dan aku akan Yo Ko tidak memberikan komentar apa-apa atas sikap pangeran itu, hanya saja di hati kecilnya dia kurang begitu menyukai pangeran ini.   Jika tokh memang sekarang dia telah membantu secara tidak langsuag pada pangeran Ghalik, itulah disebabkan dia memandang puteranya, Yo Him, yang tampaknya memiliki hubungan yang intim dan mesra dengan puteri pangeran Ghalik, yaitu Sasana....."   Rombongan pangeran Ghalik telah mengasoh beberapa hari di kuil rusak itu.   Sedangkan Swat Tocu terus menerus mendesak Kwee Hu agar mereka melanjutkan perjalanan memisahkan diri dari pangeran Ghalik, untuk mencari Kwee Ceng dan Oey Yong, untuk mengukur ilmu siapa yang lebih tinggi.   Namun sekarang ini, Kwee Hu tidak berani berlaku kurang ajar, dia telah berkata dengan sungguh-sungguh, bahwa kepandaian Swat Tocu sangat sempurna sekali.   Diakui oleh dia, bahwa dulu dia hanya memancing Swat Tocu agar Tocu itu bergusar dan mengajak dia bersama suami dan puteri meninggalkan pulau salju itu, sebab jika memang mereka meninggalkan pulau salju tanpa Swat Tocu ikut serta dengan mereka, Kwee Hu mengakui dia bersama suami dan puterinya akan mengalami ancaman bencana yang tidak kecil di lautan, tentunya mereka memang tidak memiliki kapal yang baik, untuk dipergunakan dalam mengarungi lautan itu, hanya sebuah perahu kecil belaka.....   Swat Tocu mendongkol bukan main mendengar pengakuan Kwee Hu, tapi dia tetap bersikeras hendak bertemu dengan Kwee Ceng dan Oey Yong untuk mengadu ilmu.   Ciu Pek Thong yang mendengar hal itu, telah tertawa.   Memang sejak masih muda Ciu Pek Thong gemar dan keranjingan mempelajari ilmu silat, dengan sendirinya sekarang mendengar Swat Tocu, seorang tokoh persilatan yang kepandaiannya mungkin tidak berada di sebelah bawah kepandaian Oey Yok Su dan Yo Ko, dia jadi terbangun semangatnya.   Dia telah menantangnya untuk Swat Tocu main-main seribu jurus dengannya.   Swat Tocu tentu saja tidak menampik tantangan itu dan merekapun telah bertempur untuk mengadu ilmu.   Tampak ke duanya telah mengerahkan tenaga dan kepandaian mereka.   Jika Swat Tocu mempergunakan ilmu Inti Es nya, maka Ciu Pek Thong telah mempergunakan ilmu Kong-beng-kun dan lain-lainnya.   Ternyata mereka berimbang.   Tidak ada seorangpun di antara mereka yang kalah atau menang, tidak ada juga di antara mereka yang terdesak.   Akhirnya, setelah bertanding seratus jurus, Ciu Pek Thong melompat mundur, dia telah berseru.   "Sudah! Kita beristirahat dulu! Nanti kita Lanjutkan lagi!"   Jago yang menjadi Tocu dari pulau salju itu, ternyata merupakan jago yang gemar juga akan ilmu silat yang aneh-aneh, dan sekarang ini melihat Ciu Pek Thong memang benar-benar memiliki kepandaian yang luar biasa, dia telah tertarik bukan main.   Maka dia telah menyanggupinya untuk sebentar lagi, setelah beristirahat, segera melanjutkan pertandingan mereka.   Begitulah telah beberapa kali mereka bertanding dan beristirahat, namun sejauh itu masih juga belum dapat ditentukan siapa yang lebih rendah atau siapa yang lebih tinggi kepandaiannya.   Dengan demikian mereka semakin bersemangat saja, untuk bertanding terus.   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Selama berdiam di tempat itu Ciu Pek Thong jadi gembira sekali, sepanjang hari dia hanya mengadu ilmu dengan Swat Tocu.   Ilmuilmu yang luar biasa dan aneh telah mereka pergunakan, namun sejauh itu mereka tetap berimbang tanpa melihat tanda-tanda salah seorangpun diantara mereka yang akan jadi pecundang......   Yo Ko sendiri akhirnya tertarik menyaksikan permainan menarik dari Ciu Pek Thong dan Swat Tocu, dia ikut mengambil bagian untuk ikut bertanding mengadu ilmu, guna melewati waktu-waktu senggang.......   Selama itu pula pangeran Ghalik telah merundingkan dengan orang-orangnya, tempat yang baik buat mereka menyembunyikan diri menyingkir dari kejaran tentara kerajaan yaitu di salah sebuah gunung di Selatan.   Karena mereka bisa memilih tempat yang baik untuk hidup menyepi menghindar dari gangguan Tiat To Hoat-ong dan orang-orangnya.   Yo Ko sendiri telah memberikan usul, dia bersedia mengajak pangeran Ghalik ke pulau Tho-hoa-to.   Semula memang Yo Ko masih menyangsikan pangeran ini karena dia kuatir pangeran ini bersandiwara dengan Tiat To Hoat-ong untuk memancing jago734 jago Tiong-goan.   Namun sekarang dia telah melihat bahwa pangeran Ghalik benar-benar telah difitnah dan mengalami bencana untuk keluarganya dan juga kedudukan maupun pangkatnya telah hancur porak poranda.   Karena dari itu, Yo Ko bermaksud mengajak pangeran Ghalik ke pulau Tho-hoa-to, di sana dia kelak menganjurkan pangeran itu menuntut penghidupan yang tenang, tidak mencampuri lagi keruwetan dunia.......   Pangeran Ghalik girang bukan main.   Dia memang telah sering mendengar perihal pulau Tho-hoa-to, pulaunya Oey Yok Su itu, maka sekarang orang ingin mengajaknya ke sana, dengan sendirinya dia jadi menyetujuinya.   Begitulah rombongan.   pangeran Ghalik telah berangkat pada keesokan harinya, untuk menuju ke pulau Tho-hoa-to.   Y Oey Yok Su sejak mudanya memang memiliki personal yang aneh dan ku-koay, dia benci sekali jika orang berani lancang datang ke pulaunya, dan tentu akan menghukumnya dengan bengis.   Tetapi belakangan ini, sejak jatuhnya dan runtuhnya kerajaan Song, di mana para jago-jago dan orang-orang gagah Tiong-goan yang membantu mempertahankan Siang-yang, akhirnya gagal, mereka ditampung di pulaunya.   Dan sejak waktu itulah, banyak para jago luar biasa yang gagal menyelamatkan Siang-yang itu datang ke Tho-hoa-to untuk berunding dengan Oey Yok Su.   Namun Oey Yok Su selalu mengatakan dia telah lanjut usia dan tidak ingin dipusingi oleh urusan duniawi, apalagi soal politik yang merencanakan untuk mengadakan pergerakan membangun kerajaan Song kembali.   Dia hanya mengijinkan orang-orang itu berkumpul di pulaunya untuk mengadakan perundingan guna mengadakan suatu pergerakan, namun dia sendiri tidak mencampuri.   Itulah sebabnya Yo Ko telah mengajak pangeran Ghalik ke Oey Yok Su, untuk merundingkan apakah pangeran Ghalik dimanfaatkan untuk pergerakan mereka atau memang hanya akan menganjurkan pangeran Mongolia itu, yang tengah apes nasibnya, agar hidup menyepi saja......   Oey Yok Su menyambut kedatangan mereka dengan gembira, dan semua pelayannya yang gagu dan tuli itu, telah melayani tamutamu ini dengan baik.   Yo Ko setelah menceritakan segalanya, berkata kepada tuan rumah ini.   "Oey Pehpeh jika pangeran Ghalik berdiam untuk satu atau dua tahun di pulau Oey Pehpeh, apakah hal ini tidak akan memberatkanmu?!"   Oey Yok Su tidak segera menyahuti, dia mengawasi pangeran Ghalik. Pangeran Ghalik sendiri di dalam hatinya telah berpikir.   "Memang tidak percuma Oey Yok Su memiliki nama besar, dia memang seorang yang gagah sekali..... baru kali ini aku melihatnya. Sikapnya demikian angker dan menurut cerita orang-orangku dulu, kepandsian Oey Yok Su sudah sulit diukur.....!" Setelah mengawasi pangeran Ghalik beberapa saat, Oey Yok tertawa, dia bilang.   "Dengan berdiamnya Tayjin di pulauku ini sesungguhnya tidak akan merugikan aku, karena Tong Shia tidak pernah sayang pada berasnya untuk menyediakan santapan tiga kali seharinya kepadamu dan orang-orangmu. Hanya yang membuat aku harus berpikir dua kali ialah mengenai pulauku ini..... Apakah dengan berdiam satu atau dua tahun di pulau ini Tayjin dapat mempelajari dengan seksama dan nanti datang kembali ke mari dengan membawa sepuluh atau sekian laksa tentara untuk menangkap dan merebut pulauku ini?!"   Muka pangeran Ghalik berobah merah, tapi dia tidak mendongkol oleh perkataan tuan rumah, dia anggap wajar tuan rumah, mencurigainya.   Bukankah sebelumnya dialah panglima yang berkuasa penuh atas seluruh angkatan perang Mongolia? Bukanlah dia pula yang telah mengatur untuk siasat mengadu domba antara para jago-jago Tiong-goan? "Oey Loocianpwe, sesungguhnya memang pernah aku berpikir untuk mengadakan pergerakan melawan rajaku sendiri, walaupun bukan maksudku sekali-kali hendak berkhianat, namun aku telah didesak demikian rupa.   Namun Yo Tayhiap telah mengingatkan kepadaku bahwa pergerakan itu akan membawa penderitaan buat rakyat, yang akan jadi bersengsara karenanya.....   "Itulah sebabnya sementara ini aku hanya ingin berdiam diri hidup menyepi. Jika memang kemungkinan-kemungkinan ke arah itu tidak mungkin, maka biarlah aku melewati hari tuaku di tempat yang tenang saja tanpa perlu melihat dan mendengar lagi urusan negara!"   Oey Yok Su mengangguk.   "Itulah pikiran yang bijaksana sekali. Nama dan pangkat, semuanya itu merupakan hal kosong..... Selama Tayjin tidak bisa membuang dua hal itu, selama itu pula seumur hidup Tayjin tidak mungkin bisa mencicipi hidup yang tenang dan tentram.....   "Tetapi jika memang sekarang aku Tong Shia mengatakan, jika saja Tayjin mau membantu memberikan keterangan-keterangan yang Tayjin ketahui mengenai urusan kerajaanmu itu kepada para enghiong yang akan mengadakan pergerakan membangun kerajaan Song, itupun sudah merupakan hal yang sangat baik sekali, dan merupakan pahala yang tidak kecil. Muka pangeran Ghalik berobah dia menggeleng perlahan.   "Maafkanlah, hal itu tidak bisa kulakukan,"   Katanya dengan nada suara mengandung penyesalan.   "Walaupun leherku digorok tidak mungkin aku mencelakai kerajaanku sendiri......!"   Oey Yok Su tertawa bergelak-gelak.   "Tetapi kau telah diperlakukan tidak baik oleh Kaisarmu, bahkan hampir saja kau dan keluargamu hancur di tangan Kaisarmu. Jika saja tidak ada enghiong-enghiong di daratan Tiong-goan ini mengulurkan tangan membantumu, tayjin, apakah dengan adanya peristiwa ini engkau tidak bersakit hati karenanya? "Bukankah Tayjin juga telah mengatakan batwa engkau sendiri sesungguhnya hendak mengadakan sebuah pergerakan untuk menentang rajamu itu..... Apa bedanya jika sekarang engkau membantu pergerakan dari para eng-hiong dengan keteranganketerangan berhargamu?!"   Pangeran Ghalik kembali menghela napas dalam, dia bilang.   "Untuk urusan ini, biar apapun yang terjadi, aku tidak akan mengkhianati bangsaku! Karena, di dalam hati ini yang bersalah adalah Tiat To Hoat-ong yang telah memfitnah diriku, sehingga aku mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan ini, karena dari aku akan berurusan langsung dengan Tiat To Hoat-ong. Jika maksudku mengadakan pergerakan, itupun bukan hendak menumbangkan kekuasaan Kaisar Kublai Khan, aku hanya ingin menumpas Tiat To Hoat-ong......!"   Oey Yok Su tersenyum.   "Sekarang memang terlalu tergesa-gesa jika Tayjin mengatakan ya atau tidak mengenai usulku si tua she Oey ini, tetapi silahkan Tayjin pikirkan dulu beberapa hari lagi! Perlu Tayjin ingat, biarpun sekarang kami bersedia untuk bersahabat dengan Tayjin, belum tentu para enghiong-enghiong lainnya bersedia menerima kehadiran Tayjin di antara mereka. Terlebih lagi buat mereka itu yang pernah sanak keluarganya, saudaranya atau juga sahabat mereka, yang semuanya ditumpas oleh Tayjin di waktu-waktu yang lalu. Tidak mudah begitu saja Tayjin akan dapat hadir di antara mereka!" "Hal itu memang telah kupikirkan maka sekarang jika Oey Locianpwee bersedia menerima dan mengijinkan aku berdiam beberapa saat di pulau ini, tentu budi yang besar itu tidak akan kulupakan seumur hidupku......"   Oey Yok Su tertawa lebar, dia bilang.   "Janganlah kita bicarakan soal budi dan kebaikan, karena manusia hidup di dunia ini belum tentu selamanya, baik dan belum tentu selamanya jahat..... Siapa tahu? Hati manusia, siapa yang dapat menerkanya terlebih dulu?"   Mendengar perkataan Oey Yok Su yang merupakan sindiran buat dia, muka pangeran Ghalik jadi merah.   Dia tahu, Oey Yok Su ingin artikan, boleh jadi dikemudian hari pangeran Ghalik malah akan memusuhi jago-jago Tiong-goan.   Malah setelah mengetahui keadaan di pulau Tho-hoa-to kemungkinan bisa saja terjadi kelak dia akan datang ke pulau itu bukan hanya seorang diri, namun membawa serta pasukannya.....! Tetapi pangeran Ghalik tidak mengatakan suatu apapun juga, dia tersenyum saja untuk kecurigaan tuan rumah ini.   Waktu malamnya, Yo Him telah menceritakan urusan yang menyangkut dengan diri Wang Put Liong, yang di dirinya terdapat sebuah peta harta karun, yang tersimpan di dalam lapisan kulit dadanya.   Kini Wang Put Liong juga tengah berada di markas Kayparg, karena telah ikut bersama-sama dengan Liu Ong Kiang.   Harta karun itu, jika dipergunakan untuk biaya pergerakan para enghiong yang ingin menegakkan kembali dan membangun kerajaan Song tentu besar sekali artinya....!"   Yo Him telah mengakhiri keterangannya.   Semua orang jadi mengangguk girang, dan mereka telah merencanakan bagaimana nanti menjemput Wang Put Liong, untuk menerima peta harta karun itu dan yang kemudian diserahkan kepada para enghiong yang tengah berjuang dalam pergerakan membangun kerajaan Song kembali.   Yeh-lu Chi sendiri menyatakan juga kepada Oey Yok Su, sebetulnya pangeran Ghalik merupakan musuh besar Kay-pang.   Seperti diketahui Yeh-lu sendiri telah memerintahkan beberapa orang Tianglo, termasuk Wie Liang Tocu dan Tianglo lainnya, untuk pergi mencari pangeran Ghalik, membalas sakit hati mereka, karena Kay-pang memiliki urusan yang cukup luar biasa dengan pangeran itu.   Yeh-lu Chi menceritakan segalanya kepada kakek mertua tersebut dengan memberikan juga keterangan-keterangan mengenai urusan Kay-pang dengan pangeran Ghalik.   Ternyata akhir-akhir ini pihak Kay-pang telah berhasil menyelidiki, bahwa Louw Pangcu, Louw Yoe Kiak, yang telah terbinasa dengan tongkat kuasa tertinggi Kay-pang lenyap di tangannya, rupanya dicelakai oleh pangeran Ghalik.   Memang semula jago-jago Kaypang menduga yang mencelakai bekas pangcu mereka itu adalah, jago-jago Mongolia.   Namun setelah diselidiki dengan seksama, setelah lewat puluhan tahun, barulah terungkap bahwa sumber kecelakaan yang dialami oleh Louw Yoe Kiak disebabkan pangeran Ghalik, yang telah mengatur jagonya pada waktu itu mengepung Louw Yoe Kiak.   Itulah sebabnya Yeh-lu Chi telah perintahkan para Tianglo Kaypang untuk mengadakan pembalasan sakit hati kepada pangeran Ghalik.   Dan Yo Him baru mengerti, mengapa Wie Liang Tocu telah datang menyatroni istananya pangeran Ghalik pada malam itu.   Banyak yang dibicarakan pada orang-orang gagah itu, merundingkan bermacam-macam urusan yang telah mereka alami dan akan kerjakan di hari mendatang nanti.   Oey Yok Su juga terkejut mendengar cerita perihal Hosing Polong yang tangguh dengan ilmu sihirnya, yang telah berhasil menguasai Yo Ko dan yang lain-lainnya dengan mempergunakan ilmu sihirnya itu.   "Dialah seorang pendeta India, yang memang namanya belakanngan ini banyak disebut-sebut!"   Kata Oey Yok Su.   "Waktu aku dua tahun yang lalu berkelana keluar dari pulau ini, untuk mengumpulkan beberapa macam obat-obatan yang hendak kuramu, aku telah banyak mendengar cerita perihal diri pendeta India yang pandai ilmu sihirnya memang benar-benar hebat, sampai kau Ko-jie dan yang lainnya terkena pengaruhnya......!"   Dan setelah berkata begitu, Oey Yok Su menghela napas.   Diapun sekarang baru mengakui, bahwa di atas yang tinggi ada yang lebih tinggi, di atas yang pandai ada yang lebih pandai.   Walaupun ilmu silatnya tidak tinggi, namun ilmu sihirnya Hosing Polong itu memang luar biasa sekali.   Bukankah jika tidak ada Yo Him semuanya akan celaka? Begitulah mereka bercakap-cakap dan berkumpul sampai jauh malam, barulah mereka masuk tidur.   Cuma Oey Yok Su bersama Swat Tocu yang masih bercakap-cakap Mereka merupakan tokoh tua yang memiliki kepandaian telah sempurna sekali.   Dengan demikian, jelas di antara mereka terdapat kecocokan satu dengan lainnya untuk membicarakan dan merundingkan ilmu silat.   Sedangkan Ciu Pek Thong lebih senang bermain dengan Ko Tie, anak itu dilarangnya untuk pergi tidur, harus menemaninya bermain, disamping menemani gurunya! Sebetulnya, Ko Tie sudah mengantuk, tetapi dasar Swat Tocu juga seorang yang ku-koay, bukannya dia perintahkan muridnya tidur, tokh dia malah menganjurkan muridnya itu bermain dengan Ciu Pek Thong di tengah malam buta rata itu......   Dan Yo Him bersama Sasana juga asyik tengah memadu janji......   Keesokan harinya, Yo Ko telah membicarakan urusan puteranya dengan Oey Yok Su.   Dan meminta pendapat Oey Yok Su.   Oey Yok Su tidak keberatan jika memang Yo Him mencintai Sasana, tetapi pangeran Ghalik harus meninggalkan kerajaan Boan sebagai negaranya.   Selama pangeran Ghalik masih bersetia kepada Kaisarnya, niscaya perkawinan Yo Him dengan Sasana akan membawa bencana tidak ringan untuk pemuda itu sendiri.   Walaupun Oey Yok Su yang memang agak ku-koay dan juga selalu melakukan apapun tidak memperdulikan peradatan yang ada, dia bersedia untuk menikahkan Yo Him dengan Sasana di pulaunya ini.   Namun Yo Ko telah menyatakan dia ingin merundingkan dulu hal itu dengan Siauw Liong Lie, isterinya yang waktu itu tengah berada di Giok-lie-hong, di puncak Bidadari, tempat mereka berdiam.   "Nanti jika kami telah membicarakan dan Liong-ji setuju, waktu itu barulah kita mengambil keputusan, untuk menilai keadaan pangeran Ghalik itu yang sesungguhnya dapat diterima dalam kalangan kita atau tidak.....   Janganlah perkawinan antara Yo Him dengan puteri pangeran itu akan membawa bencana besar untuk anakku itu!"   Oey Yok Su mengangguk mengiyakan.   Diapun menasehati Yo Ko agar lebih hati-hati terhadap pangeran Ghalik, karena tampaknya pangeran itu licik, diingatkan oleh Oey Yok Su.   Bukankah dulu merekapun telah dipermainkan oleh pangeran Ghalik yang mengatur tipu muslihatnya yang keji, yang mengadu dombakan antara jago-jago Tiong-goan satu dengan yang lainnya.   Yo Ko juga menyatakan terima kasih atas nasehat yang diberikan Oey Yok Su.   Mendekati fajar, barulah mereka berpisah untuk tidur.   Y Pangeran Ghalik di dalam kamarnya sepanjang malam itu sesungguhnya tidak tidur.   Dia termenung memikirkan bencana yang telah menimpah dirinya.   Yang mendukakan hatinya adalah tindakan Kaisar yang telah tidak mempercayainya dan menerima begitu saja fitnah Tiat To Hoat-ong, sehingga dirinya ini dicap sebagai pemberontak dan penghianat.   Sejak muda, dia telah berjuang sepenuh tenaga untuk membantu Kublai Khan menaklukkan dan merebut daratan Tiong-goan menghancurkan kerajaan Song.   Dan jasa yang telah dibangun oleh pangeran Ghalik memang tidak sedikit, bahkan dia telah menerima kepercayaan Kaisar Kublai Khan untuk memegang kekuasaan tertinggi atas semua angkatan perang Mongolia.   Tetapi sekarang, cuma hanya disebabkan pengaruh Tiat To Hoat-ong yang memfitnahnya, Kaisar telah mengambil tindakan seperti itu yang benar-benar menyakitkan hatinya.   Sekarang, diapun tengah berada di Tho-hoa-to, di mana berkumpul jago-jago daratan Tiong-goan, yang dulu merupakan lawannya.   Bahkan di antara para jago-jago itu ada yang telah menolonginya dan menyelamatkan dia dan puterinya dari tangan Tiat To Hoat-ong.   Untuk mengadakan suatu pergerakan.   Jelas itupun, memakan waktu yang sangat lama sekali disamping itu pula, diapun memerlukan dukungan dari para jago-jago daratan Tiong-goan.   Sekarang dia berada di antara para jago-jago Tiong-goan, yang sebagian dari mereka itu telah bersakit hati karena perbuatannya dulu yang membasmi dan menumpas jago-jago daratan Tionggoan lainnya, maka jika sekarang dia diterima untuk berada di antara mereka, itupun merupakan hal yang tidak sepenuhnya, di mana dirinya masih dicurigai.   Memang pangeran Ghalik merupakan seorang panglima yang setia kepada raja dan negaranya.   Tidak mungkin dia memberikan keterangan-keterangan perihal kelemahan dari kerajaan Boan, agar pergerakan dari para jago-jago daratan Tiong-goan yang hendak membangun kembali kerajaan Song itu berhasil.   Pangeran Ghalik menyadarinya, dalam beberapa hari mendatang tentu Oey Yok Su akan mendesak dia untuk memberikan keterangan serta gambaran-gambaran mengenai kelemahan kerajaan Boan.   Dan inilah yang tidak diinginkannya.   Keruntuhannya sebagai seorang panglima yang semula memiliki kekuasaan yang tertinggi dan menguasai semua angkatan perang Boan, sekarang malah menjadi buronan dan dikejar-kejar oleh pasukan Kaisarnya, mendatangkan kedukaan yang sangat bagi diri pangeran Ghalik.   Kedukaan itu semakin memuncak jika dia teringat akan permintaaa Oey Yok Su, agar dia memberikan data-data dan keteranganketerangan mengenai kekuatan kerajaan Boan.   Jika saja dia bersedia memberikan, bukankah sama saja dia menghianat dan meruntuhkan Kaisarnya sendiri? Bukankah semula dia sebagai panglima yang berkuasa penuh atas semua angkatan perang Mongolia? Dan dengan demikian sekali saja dia membuka mulut memberikan keterangan kelemahankelemahan dari pasukan kerajaan Boan, maka pergerakan dari para orang-orang gagah yang ingin membangun kerajaan Song itu akan berhasil.   Namun jika sampai hal itu terjadi bukankah fitnah Tiat To Hoat-ong telah terbukti bahwa ia memang telah mengkhianati bangsa dan negaranya? Bukankah Kaisar pun akan melihat bahwa dia benarbenar seorang pengkhianat dan dosanya tidak berampun lagi? Di mata Kaisar, dia akan menjadi duri yang perlu dibasmi.   Karena kedukaan yang kian memuncak, akhirnya pangeran Ghalik mengambil keputusan nekad.   Dia berdiri sambil menghampiri meja tulis yang berada di kamarnya itu, dia menulis sepucuk surat yang panjang lebar.   Setelah selesai, dia membuka ikat pinggangnya dan kemudian melibatkan di langkan.   Akhirnya dia memasukkan kepalanya dilibatan tali itu.   Tidak lama kemudian tubuhnya telah bergelantung tidak bernapas lagi.   Y Keesokan paginya jago-jago yang tengah berkumpul di Tho-hoato jadi panik dan kaget, mengetahui kematian yang dialami pangeran Ghalik.   Sasana yang pertama-tama menemui ayahnya mati tergantung seperti itu.   Dia menangis sampai matanya bengul dan merah.   Yo Him berusaha membujuknya namun gadis itu tetap dengan kedukaannya.   Hek Pek Siang-sat pun telah membaca surat peninggalan pangeran Ghalik itu, yang bunyinya antara lain.   "Puteriku Sasana dan sahabat-sahabat lainnya. Kukira memang telah tiba waktunya aku memutuskan menentukan langkah-langkah apa yang paling bijaksana untuk diriku. Dengan demikian, jelas tidak akan mempersulitkan diri kalian.   "Apa yang telah kulakukan di masa lalu adalah untuk kejayaan dan ke-cemerlangan negaraku, namun tidak kusangka, di saat Mongolia telah berhasil menancapkan kekuasaannya di daratan Tiong-goan, telah berhasil meruntuhkan kerajaan Song dan membangun kerajaan Boan-ciu, di mana kukira perjuanganku tidak sedikit di dalamnya, akhirnya harus pula aku mengalami perlakuan yang menyedihkan sekali dari Kaisar.   "Inilah yang benar-benar tidak dapat kuterima. Namun jika aku mengambil langkah-langkah kekerasan, berarti untuk seumur hidupku Kaisar akan mempercayai fitnah Tiat To Hoat-ong, bahwa akulah seorang pengkhianat yang tidak berampun lagi. Dosa-dosanya sangat besar, dan hal itu akan dicatat oleh sejarah bahwa akulah si pengkhianat bangsa dari negaraku, yang telah dipupuk demikian megah oleh Kha Khan yang agung! "Untuk mencegah tanggapan seperti itu, aku telah memutuskan, bahwa akulah yang harus mundur dalam urusan ini. Puteriku, aku hanya berpesan kepadamu, usahakanlah, balaskanlah sakit hati ayahmu pada Tiat To Hoat-ong. Selama Tiat To Hoat-ong, sumber dari malapetaka yang kualami ini belum terbinasa di ujung pedangmu dan mempergunakan jantung dan hatinya menyembahyangi arwahku, selama itu pula aku tidak akan tenang dan bermata meram di akherat......! "Mengenai pergerakan yang dilakukan oleh jago-jago Tionggoan yang ingin membangun kerajaan Song, disini ingin sekali memberikan sedikit tanggapan. Mereka tak akan berhasil! Selama sepuluh tahun ini, aku telah berhasil menghimpun pasukan perang Mongolia yang terdiri dari sepuluh lapis. Sepuluh lapis itu ialah sepuluh macam kekuatan yang tidak mungkin akan dapat dihancurkan oleh taktik peperangan yang bergerilya seperti dilakukan oleh para orang-orang Han yang ingin membangun kerajaan Songnya kembali. Dari sia-sia dan nanti menjatuhkan korban-korban manusia yang tidak berdosa, lebih bijaksana mereka menghentikan usaha mereka.   "Walaupun kekuasaan angkatan perang Mongolia itu tidak berada di bawah pengawasanku lagi, namun semua panglima yang memimpin angkatan perang Mongolia telah terlatih dengan baik, dan mereka menguasai medan perang dengan baik! Sepuluh lapis angkatan perang Mongolia itupun telah tersebar dalam lima propinsi di daratan Tiong-goan, ke arah mana saja pergerakan yang diadakan oleh bangsa Han itu, akan sia-sia dan akan menghancurkan mereka. Karena begitu mereka menerima instruksi dari atasan, sepuluh lapis dari angkatan perang Mongolia di propinsi itu akan dapat mengepung dengan cepat pasukan lawan.   "Inilah sedikit nasehatku, karena perjuangan untuk membangun kerajaan Song itu akan sia-sia belaka. Nasehat ini kuberikan mengingat akan budi kebaikan kalian yang telah menyelamatkan jiwaku dan puteriku beberapa saat yang lalu dan kuberikan dengan hati yang tulus.   "Pesan terakhirku, semoga saja Yo kong-cu, Yo Him, dapat memperlakukan puteriku dengan baik. Nah, selamat tinggal sahabat, dan puteriku..... "Surat ini bisa kalian berikan kepada Kaisar Kublai Khan, jika memang kalian ingin membantuku untuk membersihkan nama baikku.....!"   Di bawah surat itu ditanda tangani oleh pangeran Ghalik.   Rupanya menjadi harapannya, agar surat peninggalannya ini dapat disampaikan kepada kaisar Kublai Khan.   Untuk memperlihatkan, jika memang dia tidak bermaksud untuk berkhianat dan juga tidak bermaksud untuk menggulingkan kaisarnya.   Sebagai seorang yang pernah memegang pimpinan tertinggi dan berkuasa penuh atas tentara dan angkatan perang Mongolia, tentu dia dapat saja menghimpun kekuatan.   Bukankah bagian-bagian pertahanan yang lemah dari angkatan perang Mongolia itu diketahui dengan jelas olehnya? Dan sekarang di dalam suratnya itupun dia masih berpesan, agar pergerakan yang akan diadakan oleh orang-orang gagah yang ingin membangun kerajaan Song, agar dihentikan.   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Hal itu menunjukan bahwa dia tetap bersetia kepada Kaisar dan negaranya.   Sasana telah menangis terisak-isak, tetapi Yo Him telah membujuknya terus dengan sabar.   Sampai akhirnya, si gadis telah dibawa ke luar dari ruangan itu, membiarkan orang-orang lainnya yang mengurusi jenazahnya pangeran Ghalik.   Hek Pek Siang-sat yang telah kehilangan majikan mereka, jadi berduka bukan main.   Mereka merupakan pengawal-pengawal setia dari pangeran Ghalik, dengan demikian, diapun selain berusaha untuk melindungi junjungan mereka tersebut, namun siapa tahu, justru majikan mereka itu telah mengambil tindakan nekad dan pendek seperti itu......   Pemakaman dari jenazah pangeran Ghalik telah dilangsungkan keesokan harinya, dengan upacara sederhana dan selayaknya.   Dia dikuburkan di pulau Tho-hoa-to.   Tidak mudah sesungguhnya, seseorang mengharapkan untuk dapat dikubur di pulau Tho-hoato, karena tidak sembarangan orang akan dapat beristirahat diakhir hidupnya di pulau itu.....   Y Lewat setengah bulan, setelah kedukaan Sasana berkurang, Oey Yok Su telah menganjurkan kepada Yo Him, agar menikahi puteri pangeran itu.   Tetapi Yo Him menolaknya dengan halus karena pernikahannya itu diharapkan agar ibunya ikut hadir juga.   "Urusan itu dapat ditunda dulu, Suhu! Memang selama ini, tentu aku akan memperlakukannya dengan baik! Dan, sekarang tentu sudah tidak ada keraguan pula, karena dengan kematian pangeran Ghalik, berarti Sasana tidak perlu memperoleh hambatan karena kecurigaan terhadap ayahnya itu.....!"   Oey Yok Su mengangguk.   "Hanya saja, ada satu tugas yang harus kita laksanakan. Siapa yang akan menyampaikan surat peninggalan pangeran Ghalik kepada Kaisar Kublai Khan. Permintaannya yang terakhir itu harus kita penuhi......!" Yo Him menyanggupi untuk menerima tugas itu. Maka dua hari kemudian dia bersama Sasana telah meninggalkan pulau Thohoa-to, dengan janji setahun lagi mereka akan datang ke Giok-liehong, puncak Bidadari, untuk menemui ayah dan ibunya, dan sekalian untuk melangsungkan pernikahannya dengan si gadis Mongolia. Begitulah, setelah berunding beberapa hari lagi dengan Oey Yok Su, Yo Ko dan lainnya juga, telah pamitan. Hanya Ciu Pek Thong bersama Swat Tocu yang masih senang berdiam di pulau Tho-hoato, dan Oey Yok Su juga senang sekali bisa memperoleh sahabat baru seperti Swat Tocu. Dalam waktu senggang dan kesempatan yang ada, mereka telah merundingkan ilmu silat...... Disamping itu Lie Ko Tie juga telah menerima didikan yang tetap dari Swat Tocu, disamping banyak menerima petunjuk dari Oey Yok Su. Dengan demikian Ko Tie memperoleh kemajuan yang pesat. Banyak yang diceritakan oleh Swat Tocu mengenai pulaunya, yaitu pulau salju. Dia mengatakan.   "Jika memang Tho-hoa-to memiliki keindahan tersendiri dengan segala pohon bunganya, justru pulau saljunya itu terdiri dari sebuah pulau yang diselubungi sepanjang tahun dengan lapisan salju, bahkan di tengah-tengah pulau itu terdapat bagian yang tumbuh subur, rumput maupun pohon bunga."   "Jika ingin diperbandingkan, sesungguhnya pulauku itu tidak kalah keindahannya dengan pulaumu ini, Oey Loo-shia! Hemmm, jika memang nanti engkau memiliki waktu, aku akan mengundangmu untuk singgah di pulauku itu. Jangan kuatir, di sana aku akan memperlakukan dan melayani kau sebagai seorang Kaisar.....!"   Oey Yok Su telah tertawa, demikian juga dengan Swat Tocu, tampaknya mereka gembira sekali.   Oey Yok Su juga telah menyatakan menerima undangan Swat Tocu, hanya nanti dia ingin merundingkan ilmu silat di pulau salju itu dengan pemilik pulau tersebut sampai sepuluh hari sepuluh malam.   "Itulah hal yang menarik sekali!"   Kata Swat Tocu.   "Aku sudah janjikan kepadamu, aku akan melayani kau sebagai seorang Kaisar, maka apa yang kau inginkan, dan jika memang dapat kulakukan, tentu akan kulakukannya untukmu.....!"   Oey Yok Su setelah tertawa menghela napas dalam-dalam, dia bilang.   "Hanya saja, dalam waktu-waktu dekat ini aku memiliki sebuah tugas yang cukup penting, yaitu tugas untuk menemui Wang Put Liong di markas Kay-pang, guna menjemput dan melindunginya. Karena peta harta karun yang dimilikinya itu berguna sekali untuk para sahabat yang tengah melakukan pergerakan dan perjuangan untuk membangun kembali kerajaan Song."   Swat Tocu tertawa.   "Kau sudah lanjut usia, tetapi kau masih mau dipusingi oleh segala urusan anak muda....."   Kata Swat Tocu.   "Inilah tugas untuk seorang rakyat negeri yang negaranya tengah terjajah.....!"   Menyahuti Oey Yok Su bergurau.   Begitulah mereka telah bercakap-cakap lagi beberapa saat, sampai akhirnya mereka bertanding dengan ilmu silat mereka, piebu untuk melihat, berapa jauh kepandaian yang telah berhasil mereka sempurnakan.   Yang menggembirakan, Oev Yok Su, sejak matinya Ong Tiong Yang, Auwyang Hong, Ang Cit Kong, maka selain It Teng Taysu, dia tidak pernah bertemu tandingan yang benar-benar berarti.   Sekarang dia bisa pie-bu dengan Swat Tocu, yang memiliki kepandaian tidak berada di sebelah bawah kepandaiannya, dengan sendirinya mengasyikkan sekali.   Kwee Hu bersama suaminya dan juga puterinya, yaitu Yeh-lu Kie, setelah berdiam lagi beberapa hari di pulau Tho-hoa-to, akhirnya telah pamitan pada kakeknya.   Mereka akan kembali ke markas Kay-pang untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk nanti kakeknya ini mengadakan penyambutan pada Wang Put Liong.   Yang terutama sekali ialah Yeh-lu Chi telah menerima tugas dari Oey Yok Su untuk melindungi Wang Put Liong selama Oey Yok Su belum datang untuk menjemputnya.   Karena jika sampai berita mengenai peta harta karun itu tersiar dan terdengar oleh pihak Boan, tentu urusan akan menjadi lain lagi.   Niscaya pihak kerajaan Boan akan mengirim orang-orangnya yang memiliki kepandaian tinggi untuk merebut Wang Put Liong.   Inilah yang harus dicegah, karena walaupun bagaimana Wang Put Liong harus dilindungi dan diselamatkan, agar peta harta karun yang terdapat di dalam lapisan kulit di dadanya itu bisa diselamatkan, tidak terjatuh ke dalam tangannya orang-orang Boan.......   Y Waktu itu adalah Jie-gwe (Bulan Kedua).   Musim semi, tahun Kaykong keenam dari Kaisar Lie-cong kerajaan Song, atau juga kini mempergunakan tahun Boan-sek ketiga dari berkuasanya Kaisar Kublai Khan sejak berhasil dia merebut daratan Tiong-goan dan berkuasa penuh di seluruh daratan Tiong-goan ini.   Walaupun mempergunakan hitungan tahun Kay-kong dan tidak mau menghitung menurut penanggalan Boan-sek, namun waktu itu kekuasaan Kublai Khan semakin meluas dan semakin melebar di kalangan rakyat.   Bahkan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Kaisar itu harus dipatuhi seperti halnya mentao-cang rambut dan lainlainnya.   Memang sebagai kerajaan yang telah dijajah dengan sendirinya martabat orang-orang Boan di daratan Tiong-goan lebih tinggi dari derajatnya orang-orang Han, yang telah runtuh kerajaan Songnya.....   Waktu itu, di tempat penyeberangan Hong-leng-touw, di tepi utara sungai Huang-ho (kuning) terdengar ramainya suara manusia, berderit-deritnya roda-roda kereta dan juga meringkiknya kudakuda terdengar ramai sekali.   Dan memang selama beberapa hari terakhir ini hawa udara berobah hangat dan salju yang telah membeku di sungai itu mulai mencair, sehingga semua pelancong yang tertahan di tempat penyeberangan itu, segera bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan mereka menyeberangi sungai.   Namun mendadak sekali sebelum mereka berangkat, angin utara telah kembali menyambar-nyambar berhembus hebat dan salju kembali turun.   Dengan terjadinya perobahan cuaca itu, es yang sudah mencair, kembali membeku menjadi es pula, sehingga perahu tidak bisa meluncur di permukaan sungai, yang airnya bercampur es itu.   Dengan demikian para pelancong itu, terutama saudagar-saudagar yang semula ingin pergi ke selatan melanjutkan perjalanan mereka, terhambat pula di Hong-lengtouw.   Di tempat penyeberangan Hong-leng-touw terdapat beberapa rumah penginapan.   Tapi karena mengalirnya manusia dari segala jurusan, terutama dari jurusan utara yang datang tidak hentihentinya, maka siang-siang beberapa rumah penginapan sudah terisi penuh.   Banyak sekali yang tidak ke bagian kamar dan beberapa orang yang beradat berangasan segera saja mencaci maki, menggumam rewel pada pengurus rumah penginapan......   Rumah penginapan yang paling terkenal di tempat penyeberangan itu adalah An-touw Loo-tiam, yang bukan saja besar dan megah gedungnya, tapi juga luas pekarangannya.   Maka dari itu, orangorang yang tidak ke bagian kamar di penginapan lain telah datang ke An-touw Loo-tiam untuk minta pertolongan.   Dengan susah payah dan setelah membujuk-bujuk serta tawar menawar dengan para tamu, si pengurus penginapan berhasil menjajal empat atau lima orang di setiap kamarnya.   Walaupun demikian, masih juga terdapat belasan orang para tamu-tamu itu yang tidak ke bagian tempat dan mereka semuanya terpaksa berdiam di ruang tengah.   Sebagai tindakan darurat, pelayanpelayan menyingkirkan meja dan kursi membuat sebuah perapian di ruangan itu! Sambil menarik napas panjang pendek, mereka mengawasi kembang salju yang masih turun terus menerus tidak hentinya.   Tampaknya mereka masgul dan jengkel sekali, sebab belum tentu besok mereka bisa melanjutkan perjalanan mereka, berangkat meninggalkan tempat penyeberangan ini.   Dengan demikian, berarti mereka akan bersengsara selama beberapa hari tanpa memperoleh kamar di rumah penginapan.   Perlahan-lahan siang mulai berganti dengan malam, dan semakin lama turunnya salju jadi semakin besar.   Dan hal ini membuat masgul tamu-tamu yang tidak ke bagian kamar dan para saudagar yang sesungguhnya perlu mengejar waktu dalam perjalanan mereka, yang jadi terlambat dan terhalang oleh turunnya salju yang bukannya meredah, malah telah semakin deras itu.   Waktu malam itu, di depan rumah penginapan telah berhenti dua orang penunggang kuda.   "Ada lagi tamu .yang datang!"   Kata seorang tamu di ruang tengah yang melihat kedatangan ke dua orang penunggang kuda itu. Beberapa saat terdengar suara seorang wanita.   "Ciang-kui, (pengurus rumah penginapan), sediakan dua kamar kelas satu!"   "Maaf, maaf!"   Kata si pengurus rumah penginapan yang menyambut kedatangan ke dua tamu itu sambil tertawa.   "Penginapan kami sudah penuh, tidak ada tempat lagi.....!"   "Baiklah jika begitu, aku hanya minta satu kamar saja!"   Kata tamu wanita itu. "Benar-benar aku memohon maaf....., maaf.....!"   Kata Ciang-kui itu.   "Kedatangan kalian merupakan hal yang selalu diharap-harap oleh kami. Namun hari ini, sungguh tidak kebetulan sekali. Penginapan kami sudah penuh benar.....!"   Wanita itu telah mengawasi Ciang-kui tersebut.   Dialah seorang gadis yang mengenakan baju warna merah, celana warna kuning dan memiliki paras yang cantik.   Namun dilihat dari matanya yang kebiru-biruan dan hidungnya yang mancung, tampaknya dia bukan seorang wanita Han.   Walaupun dia berpakaian sebagai seorang gadis pada umumnya.   Disampingnya, kawan seperjalanan itu, ternyata seorang pemuda yang berusia duapuluh tahun lebih, parasnya juga cakap dan kulitnya putih.   Dia mengenakan baju yang berwarna hijau, dengan pakaian luarnya yang terbuat dari kulit.   Dilihat dari keadaan ke dua tamu ini, tampaknya mereka tidak jeri dengan serangan hawa dingin, sebab pakaian mereka itu bukan terbuat dari bahan yang tebal.   Waktu itu si gadis telah berkata lagi kepada Ciang-kui rumah penginapan.   "Tolong kau usahakan buat kami sebuah kamar yang tidak terlalu besarpun tidak apa-apa..... kami telah melakukan perjalanan yang cukup jauh, meletihkan sekali dan kami perlu beristirahat.....! Ciang-kui rumah penginapan itu telah angkat tangannya, memberi hormat, sambil katanya.   "Maaf..... maaf memang sesungguhnya di rumah penginapan kami telah penuh. Jika memang nyonya ingin mencobanya untuk menanyakan di rumah penginapan lainnya, mungkin masih terdapat kamar kosong di sana.....!"   "Kami telah mutar-mutar menanyakan beberapa ruman penginapan. Semua telah penuh. Mereka juga menganjurkan kami ke mari karena menurut pengurus rumah penginapan itu, inilah rumah penginapan yang terbesar, dan mungkin An-touw Loo-tiam bisa menerima kedatangan kami dan mengusahakan sebuah kamar untuk istirahat.....!"    Karena Wanita Karya Kho Ping Hoo Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung

Cari Blog Ini