Beruang Salju 21
Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 21
Beruang Salju Karya dari Sin Liong "Memang jika kami membiarkan kalian berdua terlantar di luar dalam cuaca yang seburuk ini, tentu kami keterlaluan!" Kata Ciangkui itu sambil tersenyum. "Namun jika memang kalian hanya sekedar ingin istirahat, silahkan masuk untuk sambil menghangatkan tubuh juga bisa minum satu dua cawan teh hangat..... tetapi jelas kami tidak bisa menyediakan kamar untuk kalian.....!" Gadis itu mengkerutkan alisnya, dia menoleh kepada si pemuda di sampingnya, tanyanya. "Bagaimana Toako? Daripada kita kedinginan dan terlantar di perjalanan, lebih baik kita berteduh dulu di sini.....!" Pemuda itu mengangguk, dia hanya menjawab singkat. "Terserah padamu saja adikku." Maka gadis itu telah menoleh lagi kepada Ciang-kui itu, katanya. "Baiklah, kami akan menumpang untuk beristirahat di sini beberapa waktu, menanti sampai salju meredah......!" Ciang-kui itu telah mempersilahkan ke dua tamunya ini untuk masuk, dan memberikan tempat di sudut ruangan kantor rumah penginapan itu, di mana di tengahnya tampak ada perapian yang baranya tengah menyala marong. Dan juga di sisi kiri kanan dari perapian itu duduk berdesakan puluhan orang tamu lainnya yang tidak ke bagian kamar. Si gadis dan si pemuda telah menurunkan buntalan mereka, dan telah duduk dengan perasaan lega, karena sekarang mereka bisa menghangat tubuh, tidak perlu ditimpah terus menerus oleh hujan salju yang dingin menusuk tulang. Malah gadis itu telah sibuk membersihkan sisa-sisa bunga salju yang melekat di pakaian si pemuda. "Perjalanan ke kota raja tentu masih memakan waktu belasan hari lagi. Jika memang sslju ini tidak juga meredah dan tempat penyeberangan ini tidak bisa dipergunakan dalam beberapa hari, niscaya kita akan tiba lebih lama lagi..... Kemungkinan besar, sebulan kemudian kita baru mencapai tempat tujuan kita....." Kata si pemuda dengan suara yang tidak begitu keras. Si gadis mengangguk mengiyakan, dan dia pun menyambungi. "Benar Toako, kita sambil pesiar juga, bukankah untuk mengantarkan surat itu kita tidak perlu terlalu tergesa?!" Tapi baru saja berkata begitu, wajah si gadis telah berobah murung. Semua tamu-tamu yang berkumpul di ruangan itu mengawasi si gadis, yang cantik luar biasa. Mereka memperoleh kenyataan gadis itu seperti juga seorang dewi yang baru turun dari kerajaan Langit. Dan yang membuat para tamu-tamu itu tertarik, adalah bola mata si gadis agak kebiru-biruan dan hidungnya yang mancung. Dalam berpakaian sebagai seorang gadis Han, dengan rambut yang disanggul tinggi, betapa cantik dan jelitanya. Maka tidak ada seorang tamu lelaki di ruang itu yang tidak memuji di dalam hati mereka akan kecantikan gadis tersebut. Demikian juga halnya dengan si pemuda, yang tampaknya lebih tua beberapa tahun usianya dari gadis itu, memiliki kulit yang putih bersih, raut wajah yang tampan dan rambutnya walaupun telah melakukan perjalanan jauh seperti apa yang dikatakan, masih rapih, hanya terdapat beberapa bunga salju yang melekat dan mencair. Sepasang muda-mudi itu seperti juga Giok Hong dan Cin Touw, pasangan dewa dewi yang memang serasi dan cocok satu dengan yang lainnya. Jika yang gadis cantik jelita, yang pemudanya tampan dan ganteng. Hanya yang membuat para tamu itu tak berani memandang terlalu lama dan juga hanya melirik secara mencuri, itulah disebabkan di pinggang si gadis maupun si pemuda, masing-masing tergantung sebatang pedang panjang. Tampaknya mereka berdua orangorang Kang-ouw yang memiliki kepandaian silat yang tinggi. Dengan demikian, orang yang berkumpul di ruang itu telah melengos membuang pandang ke arah lain ketika si pemuda telah angkat kepalanya dan menyapu sekeliling ruangan dengan sinar mata yang tajam, bibir tersenyum. Tampaknya pemuda itu gagah sekali..... Si gadis tertawa kecil. Dia bilang kepada si pemuda. "Toako, kita telah hampir satu bulan melakukan perjalanan, selama itu, kau selalu memperlihatkan sikap seperti juga kita ini tengah mengejar waktu untuk menyelesaikan sebuah tugas yang penting..... Bukankah kita hanya perlu menyampaikan surat itu, dan tugas kita selesai? Berarti waktu kita tidak terlalu terdesak dan dalam melakukan perjalanan ini kita juga bisa sekalian untuk berpelesiran, menikmati keindahan alam dari daerah yang kita lalui.....?!" Pemuda itu menghela napas, tapi kemudian dia tersenyum sambil katanya. "Adikku, dalam menyelesaikan urusan ini, sebetulnya memang merupakan urusan yang tidak terlalu penting, walaupun surat itu besar artinya untuk ketenangan arwah ayahmu! Namun yang terpenting ialah bagaimana kita bisa menyelesaikan tugas ini secepat mungkin agar kita bisa segera kembali untuk berkumpul di markas Kay-pang. Di sana kita akan menerima tugas yang jauh lebih berat lagi, untuk menyelamatkan Wang Toako......!" Begitulah, si gadis mengangguk, dan selanjutnya mereka bicara bisik-bisik. Mendengar selintasan dari percakapan muda mudi ini, seketika para tamu di ruang tengah itu mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang Kang-ouw. Dengan sendirinya, para tamu-tamu itu tidak berani memperlihatkan sikap yang lancang atau kurang ajar, bisa-bisa mereka celaka kalau si pemuda atau si gadis naik darah oleh sikap mereka. Tetapi di antara para tamu itu, rupanya terdapat seorang lelaki berusia lanjut, mungkin usianya telah enampuluh tahun, dia tengah duduk setengah rebah dengan tubuhnya agak menyender pada dinding. Dan dia juga terus menerus mengawasi muda mudi itu. Malah ketika melihat muda-mudi itu bicara bisik-bisik dia menguap dengan suara cukup nyaring, susuli dengan perkataannya. "Salju turun terus menerus, hawa udara demikian dingin dan buruk. Sungguh menjengkelkan sekali, sehingga si tua bangka yang ingin cepat tiba di kotaraja jadi terhambat dan akan terlambat karenanya.....!" Orang tua itu berkata-kata dengan suara yang nyaring, rupanya pada dirinya dia itu sengaja agar si gadis dan si pemuda mendengarkannya. Dan memang gadis dan pemuda itu telah melirik ke arahnya. Ketika itu si pemuda memperoleh kenyataan, orang tua dengan kumis yang tumbuh tidak teratur itu, dan usianya telah lanjut, dengan tubuh yang kurus tertutup oleh pakaian luarnya yang tebal terbuat dari bulu tiauw yang telah botak di beberapa bagiannya. Yo Him mengetahui, bahwa orang itu bukanlah seorang pelancong atau saudagar umumnya, dari sinar matanya terlihat bahwa orang tua ini memiliki lweekang yang tinggi. Si gadis juga telah berbisik. "Orang itu mencurigakan sekali, Toako!" Pemuda itu mengangguk. Dia telah bangun dari duduknya menghampiri orang tersebut, dia mengangkat tangannya memberi hormat. "Lopeh, maukah Lopeh menghilangkan iseng bercakap-cakap dengan kami?!" Tanya pemuda itu. Orang tua itu telah mengangkat kepalanya mengawasi Yo Him dengan mulut tersenyum lebar, dia kemudian mengangguk. "Tentu saja mau, jika memang kalian tidak memandang rendah kepadaku untuk mengikat tali persahabatan! Memang sungguh menjemukan sekali berdiam di tempat seperti ini terhambat perjalanan karena turun salju celaka itu! Jika memang memperoleh sahabat yang bisa melenyapkan kelanggengan dan kesunyian ini, bukankah itu menggembirakan sekali?!" Dan sambil berkata begitu, lelaki tua tersebut telah bangun. Dia telah menggeser barang-barangnya untuk pindah duduk ke tempat si pemuda dan si pemudi. "Siapakah nama kalian?!" Tanya orang tua itu setelah duduk dengan benar di hadapan si pemuda dan si pemudi. "Siauwte she Yo, dan bernama Him. Ini adalah adikku, namanya Sasana.....!" Menjelaskan pemuda itu, yang tidak lain dari Yo Him dan si gadis adalah Sasana. "Ohh, aku si orang tua sudah lama tidak mempergunakan namaku, sehingga selama itu tidak pula aku ingat namaku sendiri. Hanya saja sahabat-sahabatku biasanya memanggil aku si Kwie Losam (Setan Tua). Kukira, kalian juga bisa memanggil aku dengan sebutan Kwie Losam itu pula." Yo Him dan Sasana tersenyum mendengar nama orang ini yang cukup aneh. Tapi mereka tidak memperlihatkan sikap memandang enteng. Karena umumnya orang dengan keadaan seperti ini, yang dari matanya menunjukkan memiliki lweekang yang tidak rendah, dan juga namanya yang begitu aneh tidak seperti nama umumnya, maka mereka menduga tentunya orang tua ini adalah orang Kangouw yang, memiliki kepandaian tinggi dan sepak terjangnya cukup aneh, sehingga dia diberi julukan sebagai Kwie Losam. Dan tentunya Kwie Losam ini pun merasa keberatan untuk memberitahukan siapa dirinya sebenarnya, di mana namanya tidak mau diberitahukannya. Tentunya dia memiliki kesulitan tertentu, sehingga Yo Him dan Sasana tidak mendesak lebih jauh. "Tadi kudengar kalian ingin menuju ke kota raja, benarkah itu?!" Tanya Kwie Losam lagi. Yo Him mengengguk. "Benar, Lopeh......!" Menyahuti Yo Him. "Jika begitu, kita memiliki tujuan yang sama, karena akupun memang ingin pergi ke kota raja. Jika boleh kuketahui, ada keperluan apakah kalian melakukan perjalanan dalam cuaca demikian buruk ke kota raja? Tentunya kalian memiliki urusan yang penting sekali di sana!" Yo Him tersenyum. "Hanya ingin menjenguk seorang sanak famili kami yang tengah menderita sakit berat..... Sebulan yang lalu kami telah menerima berita mengenai keadaannya. Itulah sebabnya kami cepat-cepat melakukan perjalanan untuk menjenguknya, walaupun keadaan cuaca demikian buruk," Berdusta Yo Him. Orang tua itu mengangguk. Walaupun dia meragukan alasan yang diberikan oleh Yo Him, dia tidak melanjutkan lebih jauh mendesak pemuda itu. "Ada yang ingin kukatakan kepada kalian!" Kata Kwie Losam kemudian sambil menguap. "Seperti kalian ketahui, bahwa melakukan perjalanan darat untuk mencapai kota raja, kita harus melewati penyeberangan itu. Begitu juga orang-orang dari utara yang herdak pergi ke selatan juga harus mempergunakan penyeberangan ini. "Dengan demikian daerah penyeberangan di tepi sungai Huang-ho ini selalu ramai hiruk pikuk oleh orang-orang yang menuju ke selatan atau juga sebaliknya. Tetapi, apakah kalian pernah mendengarnya, bahwa menuju ke selatan, terpisah tigapuluh lie dari daerah penyeberangan ini, tempat itu tidak aman dan banyak perampok yang kejam dan telengas?!" Yo Him mengawasi orang tua itu. "Perampok yang kejam dan bertangan telengas?!" Tanya Yo Him menegasi. "Siapakah mereka itu, Lopeh?!" "Aku sendiri baru mendengarnya belakangan ini, karena menurut orang-orang yang pernah mengalami perampokan di tempat itu, para perampok tersebut baru tiga tahun menguasai daerah itu. Yaitu sejak berhasilnya orang-orang Mongolia menguasai negeri kita, di mana orang-orang Boan itu berkuasa. Daerah itu merupakan daerah runtuhan peperangan, korban dari lintasan pasukan tentara Mongolia. "Dengan demikian di tempat yang seperti itu, para perampok itu menghimpun kekuatan. Dan walaupun sekarang negeri bukan dalam keadaan perang, tokh dalam keadaan aman ini orang yang berlalu di daerah itu jadi diliputi perasaan takut dan gelisah, karena mungkin saja terjadi, mereka akan dibegal di tengah jalan dan akhirnya membuang jiwa dengan percuma......!" Yo Him tersenyum. "Terima kasih atas peringatan Lopeh....!" Kata Yo Him. "Kami berdua akan berlaku lebih hati-hati dan waspada.....!" Kwie Losam telah tersenyum. "Aku sendiri tengah bingung juga, jika nanti salju telah meredah dan bisa mempergunakan tempat penyeberangan itu, di mana aku dapat meneruskan perjalananku ke Selatan, aku kuatir justru mereka akan mengganggu diriku!" "Jika memang demikian, apakah Lopeh tidak keberatan untuk melakukan perjalanan bersama kami? Sedikitnya kami pernah mempelajari ilmu silat, dan jika memang mereka akan mengganggumu, kami bisa melindungimu......!" Orang tua itu mengangguk. "Aku telah melihat pedang di pinggang kalian masing-masing, aku mengetahui, kalian pendekar-pendekar muda yang budiman tentunya. Dan dengan membawa pedang di pinggang kalian masing-masing, tentunya ilmu silat kalian juga tidak rendah..... Memang menggembirakan sekali jika saja aku bisa melakukan perjalanan bersama-sama kalian, karena dengan adanya kalian bersamaku, tentunya sepotong jiwa tuaku ini bisa dilindungi dari tangan telengas para pembegal kejam itu.....!!" Yo Him tersenyum, diapun bilang untuk menghibur orang ltua itu. "Lopeh tidak perlu kuatir, karena kami akan melindungimu! Inilah benar-benar tidak kami sangka sebelumnya, di saat negeri mulai berangsur aman, di daerah itu timbul perkumpulam pembegal yang ganas seperti itu. Berarti rakyat di daerah itu mengalami kesengsaraan dua kali! "Pertama kali kami bersengsara karena peperangan, dan kesengsaraan ke dua kalinya karena perbuatannya sebagai para pembegal itu. Demikian, tentunya para pembegal itu tidak boleh dibiarkan saja dengan perbuatan jahat mereka, dengan adanya mereka di daerah itu, tentunya para saudagar akan jeri melakukan perjalanan..... "Ini bisa mengganggu perdagangan di sekitar tempat itu pula. Berarti akan membuat rakyat di daerah tersebut lebih menderita lagi, karena dengan sedikitnya jumlah barang yang tersedia, harga yang diminta oleh para pedagang di sana jauh lebih mahal lagi. Orang tua itu, Kwie Losam, tertawa sambil menganggukkan kepalanya beberapa kali, dia bilang. "Tepat! Tepat! Jika saja aku memiliki kepandaian silat tentu aku akan pergi menumpas para begal itu!" Bersemangat sekali waktu Kwie Losam berkata begitu. Yo Him menghela napas. "Kerajaan Boan telah berhasil meruntuhkan negara Song kita, merekapun kini telah berkuasa penuh, tetapi mengapa pembesar setempat tidak cepat-cepat berusaha memulihkan keamanan di tempat tersebut?!" "Inilah yang ingin kukatakan! Para tentara Boan yang telah menang perang, sekarang hanya menjadi babi-babi yang gembul perutnya. Mereka itu hanya kepandaiannya makan dan menilai barangbarang berharga, merampas milik rakyat yang mereka inginkan. Itupun disebut sebagai perampokan secara terselubung! "Hemmm, mereka mana mau mengurusi keamanan di daerah itu, bukankah yang bersengsara bukan rakyat Boan? Bukankah yang menderita hanyalah rakyat jajahan itu? Untuk apa mereka bersusah payah, untuk menindas perampokan-perampokan di daerah menumpas bersih para pembegal tersebut?!" Yo Him mengangguk, dia anggap beralasan juga perkataan orang tua itu. "Siapakah pemimpin dari pembegal-pembegal di daerah itu, Lopeh?!" Tanya Yo Him kemudian. "Menurut apa yang kudengar, pembegal-pembegal di sana telah dihimpun dan diketuai oleh seorang jago Gwa-khe, yaitu seorang ahli ilmu luar, yang memiliki tenaga seribu kati. Dengan mengandalkan kepandaiannya yang tinggi, pemimpin pembegal itu telah bertindak sebagai seorang raja kecil di tempat itu...... "Dia bergelar To-eng-sian (Golok Rajawali Dewa). Mengenai namanya masih belum diketahui, karena semua orang hanya mengetahui gelarannya itu dan jarang yang mengetahui nama pimpinan begal tersebut....." Yo Him baru sekali ini mendengar To-eng-sian, dia mengerutkan alisnya. Di saat rakyat baru saja terlepas dari kesengsaraan karena peperangan, justru di daerah itu muncul pembegal-pembegal yang telengas dan kejam itu, menambah penderitaan rakyat di daerah tersebut yang belum lagi sembuh dan pulih. Sasana juga telah berkata kepada Yo Him. "Jika demikian, nanti kalau kita lewat di daerah itu baiklah kita sekalian menumpas mereka!" Yo Him mengangguk, diapun telah menoleh kepada Kwie Losam, sambil katanya. "Lopeh aku tidak berjanji kepadamu untuk membasmi perampok itu, tetapi kami akan berusaha untuk menumpasnya. Syukur jika memang usaha kami nanti berhasil dengan baik! Itu memang sudah menjadi tugas kami....!" Orang tua itu, Kwie Losam telah tertawa. "Tetapi Yo Siauwhiap, engkau harus hati-hati, jumlah pembegal itu besar sekali, mungkin ribuan orang. Jika memang engkau hanya mau menjaga diri dan berusaha menghindar dari mereka, dengan mengandalkan kepandaianmu mungkin masih bisa. Tetapi jika engkau berkeinginan untuk menumpas mereka, dengan hanya kalian berdua saja, kukira..... kukira ini sama saja dengan kalian mengantarkan jiwa kalian ke liang maut......!" Yo Him tersenyum, dia tidak tersinggung. Orang tua ini tidak yakin bahwa dia akan dapat menghadapi para pembegal itu. Tak lama kemudian, pelayan telah mengantarkan makanan dan arak. Makanan di rumah penginapan ini ternyata cukup baik, araknya pun sedap dan wangi. Untuk mengurangi serangan hawa dingin, Sasana telah ikut meminum dua cawan arak, sedangkan Yo Him perlahan-lahan menghabiskan tiga cawan arak. Orang itu, Kwie Losam, juga telah ikut minum bersama mereka. Mereka bertiga telah bercakap-cakap membicarakan banyak hal. Terutama tentang keramaian di tempat penyeberangan Hong-lengtouw di tepi sungai Huang-ho ini. Selama bercakap-cakap seperti itu, Yo Him juga memperhatikan keadaan orang tua tersebut. Dia memperoleh kesan, bahwa orang tua ini seperti juga hendak menyembunyikan dirinya, untuk menutupi keadaannya yang sebenarnya. Karena waktu orang tua itu, Kwie Losam mengangkat cawannya, cara dia mengulurkan tangannya dan mengangkat cawan itu, tampak jelas merupakan seorang ahli silat yang memiliki kepandaian tinggi sekali, karena arak di dalam cawan itu sama sekali tidak bergerak, walaupun cawan itu diambil seenaknya dengan gerakan yang cepat. Karena dari itu, Yo Him diam-diam juga berwaspada, karena dia kuatir kalau-kalau orang tua ini hanya pura-pura memberikan cerita mengenai pembegal-pembegal di seberang penyeberangan itu, padahal dia sendiri yang mengandung maksud buruk. Tentunya dia merupakan seorang jago yang liehay ilmunya dan tidak mau berterus terang dengan keadaannya. Waktu itu Yo Him telah mengundang Kwie Losam untuk ikut dahar beberapa makanan, dan Kwie Losam memang tidak menampiknya. Sekarang giliran Yo Him menanyakan perihal orang tua itu. Kwie Losam bercerita, bahwa dia sesungguhnya seorang tabib, tetapi dia menegaskan bahwa dialah seorang tabib rudin yang tidak memiliki harta dan rumah, hanya berkeliling dari daerah yang satu ke daerah lainnya mencari sesuap nasi. Sungguh tidak beruntung juga buat Kwie Losam ini. Menurut dia kepandaian ilmu ketabibannya itu juga dipelajarinya tidak sempurna, sehingga banyak orang-orang yang menderita penyakit aneh-aneh tidak bisa disembuhkannya. Karena dari itu, selamanya juga aku jadi si tabib rudin yang pernah memperoleh keberuntungan, dan tidak pernah berhasil untuk memiliki sejumlah uang yang berarti, karena jarang orang berani mempercayai aku untuk mengobati seorang sahabat atau sanak famili mereka untuk berobat padaku...... "Akhirnya aku jadi masgul dan sebal sendirinya, akupun meninggalkan pekerjaanku sebagai tabib dan kerjaku sekarang ini hanya berkelana ke sana ke mari tanpa tujuan dan pekerjaan..... "Karena dari itu aku bermaksud untuk pergi ke kota raja untuk mengadu untung di sana. Siapa tahu, peruntunganku di sana jauh lebih baik, sehingga aku bisa membuka kembali praktek sebagai tabib. Dan juga mudah-mudahan saja, penyakit yang diderita oleh orang-orang di kota raja itu tidak terlalu aneh-aneh, dan aku dapat menyembuhkannya, sehingga pekerjaanku ini dapat berjalan lancar......!" Yo Him tersenyum mendengar cerita Kwie Losam. Hati kecilnya sulit menerima cerita itu karena dia melihat tidak ada tandatandanya sedikitpun juga, Kwie Losam memiliki potongan sebagai seorang tabib. Tetapi Yo Him tidak mau menanya rewel dan melitmelit, dia hanya mengiyakan saja. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Begitulah, mereka telah meneruskan makan dan minum, dan arak memang bisa membantu mereka untuk menghangati tubuh dari serangan hawa dingin. Perapian di tengah-tengah ruangan juga masih menyala dengan baranya yang marong...... Di antara para tamu-tamu yang berkumpul di tempat itu ada yang telah melenggut-lenggut hendak tertidur oleh kantuknya yang tidak tertahankan lagi. Sedangkan salju yang turun masih saja deras, tampaknya sampai besok pagi juga salju tidak akan berhenti turun atau meredah..... Waktu itulah, di luar rumah penginapan telah datang lima orang penungggang kuda. Mereka adalah lima orang lelaki yang bertubuh tinggi besar. Bersama mereka juga terdapat sebuah joli yang dihias indah yang digotong oleh dua orang lelaki bertubuh tinggi tegap. Di dalam joli itu duduk seorang nyonya setengah baya yang wajahnya masih cantik dan pakaiannya serta perhiasannya reboh bukan main. Pengurus rumah penginapan telah menyambut mereka untuk menyampaikan penyesalan pada tamu-tamunya ini yang tidak bisa diluluskan permintaannya untuk kamar-kamar yang mereka pesan, karena telah penuh. Tetapi salah seorang di antara ke lima penunggang kuda itu, yang berewokan, telah menepuk meja dengan keras dan galak, sehingga semua tamu telah mengawasi kepadanya, memandang jemu padanya. Begitu juga tamu-tamu yang sebelumnya telah melengut-lengut tertidur, akibat tepukan keras pada meja, telah terbangun. Mereka jadi memandang tidak senang kepada lelaki kasar itu. "Ada atau tidak kamar buat kami, kau harus menyediakan dan mempersiapkannya, Ciang-kui! Hemmm, jika kau gagal menyediakan empat buah kamar kelas satu buat kami, hemmm hemmm, ini!" Dan sambil berkata. "Ini!" Tangannya telah ditempelkan pada lehernya, dia memperlihatkan gerakan seperti menggorok leher. Berarti lelaki berewok itu telah mengancam Ciang-kui tersebut akan digorok lehernya atau dibunuh kalau saja pengurus rumah penginapan itu gagal mempersiapkan kamar untuk mereka. Ciang-kui itu melihat orang demikian galak dan mukanya bengis. Jumlahnya mereka juga tampaknya banyak, dan wanita di dalam joli itu juga rupanya bukan wanita sembarangan, seperti isteri seorang pembesar, maka dia jadi ketakutan. Dia telah membungkukkan memberi hormat dalam-dalam sambiI katanya. "Sungguh menyesal sekali..... benar-benar menyesal sekali...... Memang semua kamar telah penuh. Jika memang masih ada, tokh tidak mungkin kami menampik kunjungan tuan-tuan tamu yang memang setiap hari kami harapkan!!" "Hemm, kami tidak mau perduli apakah kamar telah terisi penuh atau tidak! Yang penting, kau harus mempersiapkan empat buah kamar kelas satu buat kami! Jika memang perlu, kau usir keluar penghuni ke empat kamar itu. Jika mereka marah biar nanti kami yang menghajar mereka. Cepat laksanakan!" Ciang-kui itu jadi serba salah. Dia telah membungkuk berulang kali sambil katanya. "Mana boleh begitu..... mereka telah datang terlebih dulu, mereka juga membayar.....!" Tetapi baru saja Ciang-kui itu berkata demikian, orang berewokan dan mukanya kasar itu menepuk meja lagi dengan sikapnya yang bengis, dia membentak. "Mereka membayar, akupun membayar dengan uang. Bahkan kami akan membayar berlipat besar dari pembayaran mereka! Cepat kau siapkan kamar untuk kami!" Benar-benar pengurus rumah penginapan itu jadi bingung dan sibuk sendirinya. Dia berusaha memberikan pengertian kepada tamu-tamunya ini. Tetapi rupanya orang tertubuh tinggi tegap berewokan itu tidak mau mendengar ocehan si pengurus rumah penginapan. Tahutahu tangannya telah menjambret baju si pengurus rumah penginapan, diiringi bentakannya. "Kau mau melaksanakan perintah kami atau tidak?" Pengurus rumah penginapan itu tambah ketakutan. Dia meringis dengan muka yang pucat pias, dia juga merasakan dadanya sakit sekali, karena cengkeraman lelaki berewok itu bagaikan jari-jari tangannya itu jepit besi saja. "Oh tuan tamu, jangan marah. Aku mau saja untuk berusaha membujuk para tamu-tamu itu agar mereka mengalah...... Tetapi aku tidak berani berjanji akan memenuhi keinginan tuan-tuan tamu...... Lepaskanlah dulu cengkeramanmu ini..... aku...... aku akan pergi membujuk mereka!!" "Cepat pergi usir keluar semua tamu-tamu itu!" Bentak lelaki berewok itu sambil mendorong tubuh si pengurus rumah pinginapan itu. Dorongan yang dilakukannya itu bukanlah dorongan yang ringan, karena begitu didorong begitu tubuh si pengurus rumah penginapan tersebut terjungkal bergulingan di lantai. Waktu dia bangun merangkak berdiri, maka di keningnya telah tambah sebuah "telur" Dan hidungnya mengucurkan "kecap merah" Yang cukup banyak. Bukan main mendongkol dan gusarnya si pengurus rumah penginapan atas sikap kasar tamu-tamunya itu. Dia menahan kemendongkolannya itu, karena dia juga merasa takut dan jeri untuk wajah orang yang bengis, tubuhnya yang tinggi besar dan tenaganya yang begitu kuat..... Dia telah mengeloyor untuk masuk ke dalam. Sedangkan lelaki berewok itu telah memperdengarkan suara tertawa dingin, tangannya mengebut bunga-bunga salju yang melekat di pakaiannya. Ke empat kawannya juga telah melompat turun dari kuda masing-masing. Salah seorang di antara mereka menggapai tangannya memanggil pelayan. Seorang pelayan dengan sikap ketakutan, setengah berlari menghampiri. Dia telah melihat Ciang-kui nya tadi "dihajar" Oleh salah seorang dari tamunya, maka dia jadi jeri, kalau-kalau diapun akan menerima "hajaran" Dari tamunya itu. Dia tidak berani berayal sedikitpun juga dan telah menyambuti ke lima ekor kuda itu untuk diurus. "Setelah itu, cepat kau siapkan makanan dan arak untuk kami!" Kata lelaki berewok itu. Diapun telah merogoh sakunya, dia mengeluarkan sebuah pecahan uang emas, dan lemparkan ke lantai, itulah kepingan uang emas bernilai limabelas tail! "Ambil untukmu!" Pelayan itu jadi memandang dengan mulut terbuka lebar. Dia berdiri seperti patung, karena tidak percaya apa yang didengarnya. Namun setelah tersadar, dia bertanya gaga-gugu. "Apakah..... apakah uang itu untuk perhitungan nanti, toaya?'" Tanyanya. "Bukan, untuk kau! Ambil, aku menghadiahkannya untukmu! Tetapi kau harus merawat kuda kami baik-baik!" Pelayan itu merasakan kakinya lemas karena terlalu girang bukan main. Betapa tidak. Limabelas tail emas! Itulah jumlah uang yang tidak sedikit! Limabelas tail mungkin cukup untuk tinggal selama seminggu di rumah penginapan ini mengambil kamar kelas satu dan makan minum yang lezat. Namun sekarang, tamu ini justru telah menghadiahkannya uang sebesar itu. Bukan kepalang kaget, girang, takjub dan heran, sampai pelayan itu menganggap kupingnya yang salah dengar. "Mengapa kau tidak cepat-cepat menerimanya?" Bentak lelaki berewok itu ketika melihat lagak si pelayan yang seperti orang yang kehilangan semangat dan bloon. "Atau memang hadiah yang kuberikan itu masih kurang?!" Pelayan itu segera juga menyambar uang itu, dia telah mencekal kuat-kuat, dia menekuk ke dua kakinya mengucapkan terima kasihnya. Karena terlalu girang, dia bukan hanya sekedar memberi hormat mengucapkan terima kasih, tanpa segan-segan dia berlutut di depan tamunya, benar-benar terbuka tangannya..... Lalu dia cepat-cepat membawa ke lima ekor kuda tunggangan tamunya, untuk dirawat dengan baik, lebih istimewa dari kuda-kuda tamu lainnya. Sedangkan ke lima lelaki itu telah berdiri berbaris di depan pintu masuk rumah penginapan. Sikap mereka jadi menghormat sekali ketika membungkuk ke arah joli indah itu, yang telah diturunkan oleh ke dua penggotongnya. Yang masing-masing berdiri di sisi joli tersebut. "Silahkan Hujin turun untuk beristirahat.....!" Kata lelaki berewok itu, suaranya menghormat sekali. Tirai joli itu telah disingkap dan keluarlah wanita setengah baya, pakaiannya reboh dengan segala macam perhiasan itu. Dia melangkah perlahan-lahan masuk ke dalam rumah penginapan. Langkah kakinya ringan. Yo Him dan Sasana jadi terkejut. Yo Him yang telah melihatnya lebih dulu. Setiap kali melangkah, kaki wanita itu telah melesak ke dalam lantai sedalam beberapa dim. Setiap kali dia mengangkat kakinya, maka di lantai itu telah ditinggalkannya bekas tapak kakinya, yang legok beberapa dim dalamnya! Itulah lweekang kelas tinggi yang sulit dicari duanya. Dan keluar biasaan yang menakjubkan itu belum lagi berakhir. Justru ke dua penggotong joli itu, yang berjalan di belakang si wanita yang rupanya adalah junjungannya, telah berjalan dengan sepasang kaki diseret-seret. Lantai yang semula telah legok dalam oleh tindakan kaki si wanita, telah tersapu rata kembali, seperti semula dan tidak terlihat tanda-tanda rusak! Itulah pertunjukan yang luar biasa sekali! Bagi orang-orang yang tidak mengerti ilmu silat, mungkin mereka beranggapan wanita itu tengah memperlihatkan suatu permainan ilmu sihir saja. Namun buat Yo Him dan Sasana, itulah pertunjukan yang mengejutkan hati. Bukan hanya wanita setengah baya itu saja yang memiliki lweekang yang tinggi dan kesempurnaan seperti itu. Karena ke dua penggotong joli itu, yang bisa memulihkan lantai jadi tidak legok dan rata kembali dengan mempergunakan sepasang telapak kaki mereka yang digeser, merupakan pertunjukan yang juga cukup hebat, lweekangnya pun telah cukup tinggi! Diam-diam Yo Him jadi menaruh perhatian penuh kepada tamutamu istimewa yang baru datang ini, karena tampaknya mereka bukan orang sembarangan dalam Rimba Persilatan. Sedangkan Kwie Losam sendiri sejak kedatangan tamu-tamu istimewa, yang galak itu, bola matanya tidak hentinya telah mencilak-cilak mengawasi tajam. Namun setelah si wanita di dalam joli turun dan masuk ke dalam rumah penginapan, di ruang tengah itu, dia menundukkan kepalanya dan pura-pura sibuk dengan makanannya...... Hanya Yo Him melihatnya. Sekali-kali Kwie Losam telah melirik kepada si wanita yang telah duduk di sebuah kursi yang dibawakan seorang pelayan. Ke lima lelaki bertubuh tinggi besar, bersama ke dua orang penggotong joli itu, telah berdiri berbaris di belakang si wanita setengah baya tersebut. Mereka mengawasi semua orang di dalam ruangan dengan sorot mata yang tajam dan wajah yang bengis. Sedangkan wanita setengah baya itu juga telah menyapu seluruh ruangan dengan sorot mata berkilat. Bibirnya tersenyum sedikit, tetapi senyumnya itu lenyap ketika sorot matanya jatuh pada diri Sasana dan Yo Him. Mukanya berobah sedikit, lalu dia mendehem. Seorang penggotong joli yang berdiri di sebelah kanan telah menunduk mendekatkan telinganya. Wanita setengah umur itu membisikkan sesuatu, dan penggotong joli itu menganggukangguk beberapa kali dengan matanya melirik kepada Sasana dan Yo Him. Yo Him dan Sasana yang melihat hal itu telah tidak mengawasi lebih jauh. Mereka kuatir jika memang mereka mengawasi terus, walaupun mereka memang tidak mengandung maksud tertentu, dikuatirkan akan terjadi bentrokan. Waktu itu penggotong joli yang dibisiki wanita setengah baya tersebut telah melangkah menghampiri Yo Him dan Sasana. Mereka mengawasi si penggotong joli itu, yang ketika tiba di hadapan mereka, si penggotong joli itu berkata dengan sikap yang kasar. "Kalian dipanggil oleh majikan kami!" Yo Him mengerutkan alisnya. Walaupun wanita setengah baya itu seandainya seorang isteri pembesar, tidak dapat dia mengundang secara kasar begitu. Maka Yo Him setelah melirik sejenak pada Sasana, lalu pura-pura tuli, membuang pandang ke arah lain. Seperti juga tidak mengetahui bahwa penggotong joli itu tengah bicara kepada mereka. Sedangkan Sasana juga telengos dan pura-pura membetulkan anak rambutnya yang turun ke mukanya. Penggotong joli itu rupanya jadi gusar melihat lagak muda mudi itu, maka dia telah membentak lagi dengan suara yang bengis. "Apakah kalian tuli, heh? Tidakkah kalian dengar Loyamu mengatakan bahwa kalian dipanggil menghadap oleh Hujin kami?!" Yo Him dan Sasana tetap duduk di tempat mereka tanpa bergeming sedikitpun juga. Hanya Yo Him yang telah mengangkat kepalanya. Dia telah menunjuk kepada dirinya sendiri sambil tanyanya. "Apakah kau maksudkan kami berdua?!" Orang itu, si penggotong joli yang seorang ini, jadi gusar bukan main. "Pemuda kurang ajar, kau rupanya minta dihajar, heh?!" Dan sambil berkata begitu, dia telah melangkah dua tindak ke depan, sambil mengulurkan tangannya untuk mencengkeram pundak Yo Him. Namun waktu itu Kwie Losam yang tengah sibuk dengan makanannya, tiba-tiba telah menjatuhkan sepotong daging, diapun berseru. "Dagingku jatuh...... ai bisa kotor.....!" Dan tangannya telah diulurkan untuk mengambil daging itu. Dia duduk di samping Yo Him, maka orang itu, yaitu si penggotong joli, jika ingin menghampiri Yo Him harus berada di dekatnya. Dan waktu tangan Kwie Losam diulurkan untuk mengambil dagingnya, justru kaki si penggotong joli itu tengah menindak dan waktu itulah Kwie Losam telah memutar tangannya. Telapak tangannya jadi menghadap ke atas dan telapak kaki orang itu menginjak telapak tangannya. Kwie Losam menjerit kesakitan sambil berseru. "Aduhhh, aduhhh...... tanganku terinjak!" Dan dia telah menghentak tangannya itu. Tidak ampun lagi si penggotong joli itu merasakan dirinya seperti dihentak oleh satu kekuatan yang hebat, namun tidak terlihat. Tubuhnya terlontar dan terguling di lantai! Mukanya jadi merah ketika dia melompat berdiri dengan cepat. Kwie Losam telah memegangi tangan kanannya itu, yang diuruturut dengan tangan kirinya, dia masih mengaduh-aduh dengan muka yang meringis, diapun menggumam. "Aduh, tanganku diinjak-injak..... manusia kurang ajar, mengapa kau menginjak tanganku, heh?!" Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dan sambil berkata begitu, Kwie Losam juga telah mendeliki si penggotong joli yang baru saja melompat berdiri dengan muka merah padam, tampaknya penggotong joli itu tengah gusar sekali. Dan sekarang, setelah dia yang dibikin terguling begitu oleh Kwie Losam, justru sekarang dia yang ditegur dan juga dideliki seperti itu, dengan sendirinya membuat si penggotong joli marah bukan main. Dia melangkah menghampiri, dia telah menggerakan tangan kanannya sambil bentaknya. "Kau main-main dengan tuan besarmu, heh?!" Kepalan tangannya itu mengandung kekuatan yang bisa memukul hancur batu, karena belum lagi tinjunya tiba pada sasaran, Kwie Losam telah merasakan sambaran angin yang kuat sekali. "Hei, hei, tidak karuan-karuan. Setelah menginjak tanganku, sekarang kau mau main pukul? Atau memang kau tidak takut pada hukum yang ada?!" Teriak Kwie Losam dengan suara yang seperti gusar dan gugup. Tubuhnya telah bergoyang goyang dengan tangan kirinya masih mengusap-usap tangan kanannya yang tadi "terinjak" Oleh kaki si penggotong joli itu. Kepalan tangan si penggotong joli telah menyambar cepat. Namun ketika kepalan tangan itu hampir mengenai dada, mendadak Kwie Losam memiringkan tubuhnya, seperti bergoyang tanpa diseagaja, sehingga kepalan tangan itu menyambar lewat di pinggir dadanya. Dan Kwie Losam seperti orang yang kaget telah mengulurkan tangan kirinya mencekal tangan si penggotong joli, sambil teriaknya. "Hei, hei, mengapa kau memukul aku?!" Rupanya Kwie Losam ini mencekal tangan si penggotong joli itu bukan untuk menahan tinju lawannya, melainkan dia malah telah mendorong. Dengan sendirinya tangan si penggotong joli itu jadi meluncur lebih cepat lagi ke depan, tubuh si penggotong joli itu jadi terjerunuk ke depan. Dan waktu itu tenaga pukulan di tambah dengan tenaga dorongan tangan Kwie Losam, membuat pukulan itu keras bukan main, menghantam telak sekali tembok ruangan. "Duukkk!" Terdengar suara benturan yang sangat kuat sekali, disusul juga oleh jerit ke sakitan si penggotong joli itu, yang telah berjingkrakan sambil menjerit-jerit tidak hentinya dan mengipasngipas tangannya yang kanan, yang waktu itu telah merah bengkak, karena pukulannya pada tembok itu luar biasa kuatnya, sampai tembok itu saja gempur sebagian! Menyaksikan semua, wanita setengah baya menggerakkan alisnya, tahu-tahu dia menjentik jari tangannya. Sulit dilihat gerakannya, tapi tahu-tahu Kwie Losam merasakan sambaran angin yang tajam di arah punggungnya. Kwie Losam seperti orang yang kebakaran jenggot telah melompat berdiri, dia telah mengebut-ngebut baju bulu Tiauwnya, seperti orang yang mendongkol. "Hanya membikin baju kotor, dasar manusia kasar!" Tapi kebutannya pada baju Tiauwnya itu sesungguhnya merupakan tangkisan terhadap serangan senjata rahasia si wanita setengah baya itu. Rupanya wanita itu telah menyerang dengan mempergunakan jarum rahasia yang halus, dan semua jarumjarum itu telah menancap di baju bulu Tiauwnya Kwie Losam. "Hu, hu, rupanya ada semut atau binatang lainnya yang kurang ajar! Bajuku ini mengapa jadi gatal dipakainya?!" Teriak Kwie Losam sambil membuka baju bulu Tiauwnya itu. Dia memeriksanya, kemudian dia mencabut tiga batang jarum yang halus-halus. "Hi, rupanya bajuku ini tertusuk jarum-jarum celaka ini, untung saja tidak sampai melukai tubuhku! Entah di mana bajuku ini dihinggapi jarum-jarum celaka ini.....!" Dia telah melemparkannya dengan sembarangan tanpa menoleh lagi, tetapi sesungguhnya ke tiga batang jarum itu telah menyambar balik ke arah ke tiga orang lelaki yang berdiri paling depan di dekat wanita setengah baya itu! Jarum itu meluncur dengan cepat sekali, dengan kekuatan yang sangat deras sekali, sehingga ke tiga lelaki itu terkejut dan telah melompat dengan gesit ke atas dua tombak lebih. Dengan demikian mereka bisa menyelamatkan diri dari sambaran jarum-jarum itu. Ketiga batang jarum itu telah menancap di tiang, dan amblas tidak meninggalkan bekas! Itulah cara menimpuk yang mempergunakan lweekang tingkat tinggi! Kwie Losam waktu itu telah berseru lagi seperti orang yang tengah mendongkol. "Sialan benar, bajuku jadi berlobang..... malah sampai tiga lobang. Jika kujual, tentunya baju ini akan turun harganya..... Hu! Hu!!" Yo Him dan Sasana yang melihat tingkah laku Kwie Losam jadi tersenyum saja. Memang buat tamu-tamu lainnya, mereka mengira bahwa Kwie Losam benar-benar tengah mendongkol karena baju bulu Tiauwnya itu rusak. Mereka tidak mengetahui bahwa tadi telah terjadi urusan yang bisa minta korban jiwa. Dan soal tergulingnya si penggotong joli itu dianggap mereka sebagai peristiwa kebetulan, di mana memang tanpa disengaja si penggotong joli itu menginjak tangan Kwie Losam, sehingga dia tergelincir dan jatuh. Mereka tidak menyangka bahwa semua itu adalah perbuatan dan permainan Kwie Losam. Di saat itu, si penggotong joli yang tadi telah dirubuhkan, menghampiri Kwie Losam lagi. Kali ini dia tidak membentak, tanpa mengeluarkan sepatah perkataan, dia melompat sambil mengayunkan kepalan tangannya. Kwie Losam yang tengah mengibas-ngibaskan bajunya itu, seperti tidak melihat pukulan lawan, dia telah membungkukkan tubuhnya untuk mengangkat ujung baju Tiauwnya itu. Dengan membungkuk seperti itu, tinju penggotong joli tersebut telah menyambar lewat di atasnya. Dengan demikian, tubuh si penggotong joli itu jadi terjerunuk lagi, dan waktu itulah Kwie Losam telah mengangkat kaki kanannya menendang ke belakang dan "Dukkk!" Tubuh si penggotong joli itu telah terlempar pula. Namun sekarang dia telah bersiap sedia dan berwaspada. Walaupun dia ditendang hebat oleh Kwie Losam toh dia hanya terlempar tanpa perlu terguling lagi, karena dia telah hinggap di atas lantai dengan ke dua kaki terlebih dulu! Hanya mukanya saja yang merah padam karena gusar. Begitu ke dua kakinya mengenai lantai, segera tubuhnya telah melambung lagi, dia menerjang kepada Kwie Losam. Malah sepasang tangannya telah bekerja dengan cepat sekali, di mana tampak ke dua tangan itu menghantam saling susul. Itulah cara menyerang yang sangat dahsyat. Yo Him sendiri yang melihat cara menyerang orang itu, yang mempergunakan ilmu Kuku Garuda atau Eng-jiauw-kang tersebut, yang ingin mencengkeram dan menampar dengan telapak tangannya, merupakan ilmu yang telah dilatihnya cukup baik. Diantara berkesiuran angin serangan itu, tampak Kwie Losam tidak menjadi gugup. Dengan gerakan tubuh yang sangat ringan sekali dia telah menyingkir ke samping kanan. Namun waktu dia menyingkir begitu, dia bukan tinggal berdiam diri, tangan kanannya diulurkan, ingin menotok jalan darah yang ada di punggung si penggotong joli tersebut. Gerakannya itu sangat gesit sekali, terutama jari tangannya yang menyambar, tahu-tahu telah menempel pada baju si penggotong joli tersebut. Penggotong joli itu rupanya jadi kaget, mengetahui lawannya ini memang tangguh sekali, disamping memiliki ginkang yang sempurna. Karenanya, dia telah mengeluarkan suara seruan yang bengis sambil merobah gerakan tubuhnya, yang waktu itu masih terapung di tengah udara, hanya saja tangannya dengan kuat menyampok ke belakang. Benturan tangan yang terjadi telah membuat si penggotong joli itu meminjam tenaga tersebut untuk meluncur terpisah dua tombak dari Kwie Losam. Waktu itulah, ke lima orang bertubuh tinggi besar dan bengis, telah melompat mengepung Kwie Losam. Dan juga penggotong joli yang seorangnya lagi, telah ikut melompat untuk menyerang Kwie Losam tanpa membuang-buang waktu lagi. Gerakan yang dilakukannya itu bukan main cepatnya, di mana dia menyerang dengan dahsyat sekali, karena melihat kawannya seperti juga dipermainkan oleh Kwie Losam dan serangan jarum dari si nyonya setengah baya itu gagal mengenainya, malah ke tiga batang jarum yang halus itu telah dikembalikan lagi oleh Kwie Losam menyerang mereka bertiga, maka kali ini dia telah menyerang dengan pukulan tanpa sungkan-sungkan lagi. Kwie Losam sendiri rupanya mengetahui bahwa orang-orang ini memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi, dan tidak boleh dipandang remeh karenanya, diapun telah berwaspada. Di kala dia menerima serangan yang saling susul dari penggotong joli yang ke dua itu, dia telah berhasil menemukannya, dan gerakan demi gerakan telah menyebabkan pukulan yang dilancarkan oleh si penggotong joli yang ke dua tersebut mengenai tempat kosong. Waktu itu, cepat luar biasa Kwie Losam bukan hanya sekedar berkelit, kaki kanannya telah menyambar lagi untuk menghantam. Gerakannya bukan hanya merupakan tendangan biasa, karena selain menendang, juga Kwie Losam telah mempergunakan lweekangnya. Sehingga si penggotong joli yang ke dua itu harus cepat-cepat menyelamatkan menghindarkan tendangan lawan pada kepungannya. Kwie Losam rupanya tidak diberi kesempatan bernapas oleh lawan-lawannya, karena waktu itu ke lima orang lelaki bertubuh tinggi besar itu telah menerjang maju. Mereka telah menyerang bergantian, seperti juga mereka mempergunakan pengepungan dari sebuah barisan tin pengepung, yang disebut Ngo-heng-tin, barisan lima bintang. Dengan demikian, jika seorang dari mereka berlima gagal menyerang Kwie Losam, dia segera mundur, dan kedudukannya dirobah, dia menggantikan kedudukan kawannya, sedangkan kawannya itu menyerang Kwie Losam. Dengan demikian, jurus demi jurus telah lewat, dan secara bergantian mereka telah menyerang tidak hentinya. Dengan diiringi suara tertawa yang nyaring tahu-tahu Kwie Losam telah mengeluarkan ilmu pukulan yang kuatnya seperti angin topan, menderu-deru menyerang ke delapan penjuru, karena sepasang tangannya telah bergerak dengan cepat sekali, menyambar, menghantam dan juga menotok, sehingga dia bertempur seperti serabutan. Dia ingin memukul pecah barisan tin lawannya. Tetapi ke lima orang bertubuh tinggi besar tersebut benar-benar memiliki barisan tin yang terlatih baik. Mereka dapat bekerja sama dengan kompak, membela diri dan menyerang secara bergantian dengan teratur sekali, sehingga selama itu pula Kwie Losam jadi terkepung terus dalam barisan yang mirip-mirip dengan barisan yang disebut Ngo-heng-tin. Wanita setengah baya i,tu masih duduk tenang-tenang di tempatnya. Dia mengawasi jalan pertandingan antara Kwie Losam dengan ke lima orangnya itu dengan sikap acuh tak acuh, matanya saja yang memancarkan sinar tajam luar biasa. Dan waktu itu, Yo Him telah berdiri menantikan kesempatan untuk membantui Kwie Losam, kalau saja Kwie Losam terdesak dan berada dalam ancaman maut. Demikian juga halnya dengan Sasana, gadis itu berdiri dengan tangannya mencekal gagang pedang. Setiap saat jika memang diperlukan, dia akan segera mencabutnya, untuk dipergunakan menyerang ke lima lelaki itu. Ke dua penggotong joli telah kembali ke samping si wanita setengah baya, salah seorang di antara mereka berdua telah membungkukkan tubuh, membisikkan sesuatu kepada wanita setengah baya itu, yang mengangguk beberapa kali. Pertempuran antara Kwie Losam dengan ke lima orang bertubuh tinggi besar yang mempergunakan barisan Ngo-heng-tin itu berlangsung terus. Ciang-kui, pengurus rumah penginapan itu, telah keluar pula. Dia telah gagal untuk membujuk tamu-tamunya. Jangankan untuk mengosongkan empat buah kamar, sedangkan mengosongkan sebuah kamar saja sulit. Tidak ada tamunya yang mau mengalah. Dengan demikian, dia tengah memikirkan kata-kata yang diucapkannya nanti kepada tamu-tamunya yang galak itu, namun ketika dia melangkah keluar. Ciang-kui rumah penginapan itu jadi berdiri menjublek dengan muka yang pucat. Karena dia menyaksikan jalannya pertempuran tersebut, dia jadi tambah ketakutan. Sedangkan para pelayan juga telah menyingkir jauh-jauh, mereka kuatir kalau-kalau mereka akan jadi sasaran dari pukulan orangorang yang tengah bertanding itu. Pelayan yang tadi menerima hadiah sebesar limabelas tail, telah berdiri ragu-ragu, antara mendoakan tamunya yang istimewa dan terbuka tangannya memperoleh kemenangan atau memang diapun jeri untuk tamu-tamu itu yang mungkin bisa saja menghantam dia dengan tiba-tiba. Bukankah Ciang-kuinya tadipun telah dihajar begitu rupa? Para tamu lainnya hanya mengawasi jalannya pertempuran itu dengan perasaan yang sama, yaitu mengharapkan tamu istimewa yang galak itu dapat dikalahkan oleh Kwie Losam, karena mereka umumnya tidak menyukai tamu-tamu itu yang galak dan jual lagak dengan tepuk-tepuk meja dan menyiksa Ciang-kui rumah penginapan tersebut. Dengan demikian, mereka mulai girang jika saja ke lima lelaki bertubuh tinggi besar itu bisa dihajar oleh Kwie Losam. Bukankah para tamu-tamu galak itu mempergunakan aturan, yaitu ingin memaksa tamu-tamu yang lebih dulu datang ke rumah penginapan ini untuk mengosongkan kamar mereka dan mengalah kepadanya? Bukankah itu keterlaluan? Karena dari itu, beberapa kali tampak di antara tamu-tamu tersebut bersorak girang, jika Kwie Losam tengah mendesak salah seorang lawannya. Namun setiap kali habis bersorak girang, tamu itu yang jadi mengkeret ketakutan sendiri. Dia jeri kalau Kwie Losam nanti yang dirobohkan, dan tamu-tamu istimewa yang galak itu, terutama lelaki yang berewokan tersebut, akan menghajar mereka..... Setelah menyaksikan sekian lama masih tidak ada yang dirubuhkan, nyonya setengah baya itu rupanya sudah tidak sabar lagi. Dia membentak dengan suara yang perlahan, suaranya itu juga suara antara mau dan tidak untuk bicara. Dia seperti berkata seenaknya saja. "Manusia-manusia tidak punya guna, menyingkirlah kalian.....!" Ke lima orang itu, yang mempergunakan barisan Ngo-heng-tin, rupanya mengerti bahwa junjungan perintahkan mereka agar mundur, maka setelah mendesak Kwie Losam satu kali lagi, segera ke lima lelaki bertubuh tinggi besar itu telah melompat mundur, meninggalkan Kwie Losam. Kwie Losam melihat ke lima lawannya melompat mundur, segera dia mengebut-ngebut bajunya sambil memaki panjang pendek. "Celaka! Sungguh celaka! Kukira di tempat penyeberangan di tepi sungai Huang-ho ini merupakan tempat yang ramai dan menarik untuk dijadikan tempat pelesiran, tidak tahunya banyak begal dan copet yang hendak menggerayangi barang-barangku! Hemmm! Hemmm! Bajuku juga jadi kotor.....!" Maka ke lima lelaki bertubuh tinggi besar itu jadi berobah merah mendengar perkataan Kwie Losam, mereka mengerti telah diejek oleh Kwie Losam. Mereka berjumlah lima orang, tetapi mereka tidak berdaya melakukan satu apapun juga untuk merubuhkan lawannya yang hanya seorang diri itu. Sehingga telah membuat ke lima lelaki bertubuh tinggi besar itu jadi malu sendirinya! Dan kini, tampaknya nyonya junjungan mereka itu telah menggusari mereka, yang disebut sebagai manusia-manusia tidak punya guna. Dengan demikian pula, ke lima lelaki bertubuh tinggi besar itu, walaupun telah berdiri di pinggir si nyonya setengah baya itu, tokh mata mereka masih mendelik mengawasi Kwie Losam, dan jika saja memang mereka memiliki kesempatan lagi, tentu mereka akan segera menerjang maju untuk mengepung lagi. Sedangkan si nyonya setengah baya itu telah berkata dengan suara yang tawar, ditujukan kepada Kwie Losam. "Manusia celaka, apa maksudmu menimbulkan onar di sini?!" Kwie Losam telah menoleh kepada nyonya setengah baya itu. Kemudian dia memperlihatkan sikap seperti terkejut, lalu mengangkat ke dua tangannya, dia telah menjura memberi hormat, sambil katanya. "Maaf, maaf, tidak tahunya tengah berhadapan dengan Sun Kauw-cu yang mulia!" Wanita setengah baya telah mengerutkan sepasang alisnya, dia berkata tawar. "Jika kau telah mengenali aku, mengapa engkau masih ingin menimbulkan kesulitan buat dirimu dan tidak cepatcepat menggelinding enyah dari depan biji mataku, agar engkau bisa melindungi selembar jiwa bututmu itu?!" Kwie Losam telah tertawa lagi, dia menjura sambil katanya. "Aku sama sekali tidak pernah bermaksud menganggu orang-orangmu, Sun Kauw-cu. Tetapi seperti yang kau saksikan, merekalah yang telah mengganggu ketenangan dan selera makanku...... dan juga, memang kau sendiri Sun Kauw-cu, telah mempergunakan jarumjarum pusakamu untuk menggaruki tubuhku yang kebetulan sedang gatal! Terima kasih! Terima kasih! Apakah sekarang aku boleh melanjutkan makan?!" Muka Sun Kauw-cu itu telah berobah merah, tampaknya dia gusar sekali. "Kwie Losam, kau jangan terkebur, walaupun engkau memiliki kepandaian yang tinggi, belum tentu engkau bisa malang melintang sekehendak hatimu tanpa perlu kuatir akan dirubuhkan orang!" Dan setelah berkata begitu Sun Kauw-cu mendengus beberapa kali dia lalu bilang. "Baiklah, aku yang akan memperlihatkan kepadamu, bahwa kepandaianmu itu sebenarnya tidak ada artinya apa-apa di mataku.....!" Belum lagi habis perkataan Sun Kauw-cu itu, tahu-tahu dia telah berdiri. Cara dia berdiri tidak bisa diikuti oleh mata manusia biasa, karena dia berdiri dengan cepat sekali, tahu-tahu tubuhnya telah tegak. Tangan kanannya telah merogoh saku bajunya, tahu-tahu dia telah mengeluarkan sebuah Khim (alat musik seperti kecapi) berukuran kecil sekali seperti barang mainan saja. Dan kecapi kecil itu diperlengkapi dengan tali-talinya, di saat ketika tali-tali itu dipetik oleh Sun Kauw-cu, ternyata bisa menimbulkan suara yang melengking nyaring! Inilah senjata yang luar biasa sekali, karena biarpun bentuknya kecil. Khim itu, yang ukurannya tidak lebih dari sejengkal tangan, telah menimbulkan suara yang nyaring menusuk telinga. Yo Him sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, segera mengetahui bahwa Sun Kauw-cu memetik kecapinya itu bukan asal memetiknya saja, karena dia telah menyalurkan tenaga lweekangnya pada ujung jari telunjuknya. Dengan demikian suara Khim itu juga merupakan suara yang hebat sekali. Ciang-kui rumah penginapan itu sendiri sampai memekik kaget dan ke dua tangannya segera menutupi ke dua telinganya, rupanya suara Khim telah menyakiti telinganya. Demikian juga dengan para pelayan dan para tamu yang berada di ruangan tersebut. Semuanya merasakan telinga mereka sakit sekali. "Celaka! Wanita ini memang memiliki lweekang yang sempurna sekali. Jika dia mementil terus Khim nya itu, niscaya tamu-tamu di rumah penginapan ini akan menjadi korbannya...... Aku harus cepat-cepat mencegahnya!" Pikir Yo Him terkejut. Tetapi belum lagi dia sempat bergerak, Kwie Losam telah tertawa, dia bilang. "Sun Kauw-cu, jika memang engkau ingin mengadu kepandaian denganku si tua Kwie Losam, maka engkau jangan menantangku di sini karena orang-orang yang tidak berdosa dan tidak bersalah itu semuanya akan menjadi korban tangan jahatmu! Hemmm, akupun mengetahui, kau bersama beberapa orang kaki tanganmu ini melakukan perjalanan tentunya ingin melakukan suatu perbuatan busuk lagi, bukan?!" Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Perbuatan busuk? Apa maksudmu?!" Bentak Sun Kauw-cu dengan suara yang mengandung kemarahan, dia telah mementil satu kali lagi Khim nya, suara yang mendengung halus namun tajam telah menerjang pendengaran semua orang di ruangan itu. Ciang-kui rumah penginapan dan juga para tamu-tamu lainnya jadi berteriak-teriak kesakitan. Telinga mereka seperti tertusuk sesuatu yang tidak tampak, jantung mereka tergoncang hebat. Tanpa berjanji terlebih dulu, tanpa memperdulikan waktu itu bunga-bunga salju tengah turun deras, mereka serabutan berlari keluar ruangan. Kwie Losam telah berkata lagi dengan suara yang dingin. "Aku tahu engkau tentu ingin pergi ke kota raja, bukankah benar dugaanku itu?!" Tanyanya. Diapun telah menyambungi lagi tanpa memperdulikan muka Sun Kauw-cu itu berobah merah. "Kau ingin menekuk lutut bekerja pada Kaisar Mongolia itu, engkau ingin memperhamba diri, mengajak semua perkumpulan Lang-kauw (Perkumpulan Serigala) menekuk lutut pada Kublai Khan. Kau akan bekerja untuknya, menerima pangkat, lalu mengerahkan seluruh Lang-kauw untuk mengobrakabrik orang-orang Han yang tidak mau tunduk di bawah pemerintah raja Mongolia itu! Bukankah begitu, Sun Kauw-cu yang mulia.....?!" Muka Sun Kauw-cu jadi berobah merah padam, dia berseru. "Sungguh tajam kupingmu! Hemmm, jika benar, apa yang ingin kau lakukan? Jika tidak, apa yang kau ingin kau bilang. Aku berhak untuk mengurusi diriku sendiri, mengapa engkau ingin mencampuri urusanku?" Kwie Losam tertawa. "Jika memang hanya engkau seorang diri yang ingin memperhamba diri kepada Kaisar Mongolia itu, memang hal itu tidak menjadi persoalan buatku..... Tetapi justru engkau bermaksud mengajak semua anggota Lang-kauw, agar menekuk lutut bekerja menjadi anjingnya orang-orang Boan itu! Tidakkah itu merupakan hal yang memalukan! Belum lagi ancaman yang bisa kalian telah timbulkan, yaitu kau sekalian bermaksud akan mengobrak-abrik orang-orang Han yang tak mau tunduk pada Kublai Khan. Sungguh cita-cita yang luar biasa hebatnya! Haha haha, membuat aku bisa tertawa sampai mati.....!!" Bara Naga Karya Yin Yong Bara Naga Karya Yin Yong Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung