Beruang Salju 10
Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 10
Beruang Salju Karya dari Sin Liong Dengan tubuh menggigil, ia telah menggerakkan perlahan-lahan ke dua tangannya. Soboc memang hebat, karena tidak lama kemudian hawa dingin yang mempengaruhi tubuh pendeta itu berangsur-angsur telah berkurang. Swat Tocu sendiri terkejut. Berulangkali ia mengempos semangat dan tenaganya untuk mengirim tenaga Inti Es nya. Namun setiap kali pula tenaganya itu seperti terbendung oleh suatu kekuatan. Dan akhirnya lenyap tidak berbekas, sama sekali tidak memberikan hasil, kepada lawannya yang seorang itu tenaga Inti Es nya seperti tidak memiliki keampuhan lagi. Diam-diam Swat Tocu kaget bukan main. Ia penasaran. Karena sejak ia telah melatih sempurna tenaga Inti Es nya itu. Tidak pernah ada yang sanggup menghadapinya. Terlebih lagi jika ia telah mempergunakan sampai tingkat kedelapan. Namun sejauh itu Swat Tocu memang tidak mempergunakan sampai ketingkat delapan begitu juga sekarang, dikala ia menghadapi Tiat To Hoatong, baru mempergunakannya sampai tingkat keenam. Namun melihat tenaga Inti Es nya itu tidak berpengaruh apa-apa terhadap Tiat To Hoat-ong, Swat Tocu menambah lagi kekuatan Inti Es nya itu, di mana ia telah mempergunakan kekuatan tingkat ke tujuh. Maka hawa dingin yang mengurung Tiat To Hoat-ong semakin dingin dan lapisan es yang seperti akan membungkus tubuh Tiat To Hoat-ong semakin tebal juga. Namun Tiat To Hoat-ong dengan ilmu Soboc nya itu juga telah mengerahkan kekuatan murninya, di mana ia menggetarkan tubuhnya semakin cepat juga, dan di saat itu tampak Tiat To Hoatong tengah berusaha membuyarkan seluruh pengaruh hawa dingin yang menerjang dirinya. Jika memang ia berhasil memunahkan hawa dingin itu, dan juga berhasil membendung kekuatan tenaga Inti Es yang dipergunakan Swat Tocu, berarti ia akan dapat segera membalas menyerang dengan ilmunya kepada Tocu pulau salju itu. Dengan semakin cepat dan kerasnya tubuh Tiat To Hoat-ong yang menggigil itu, dan juga bulu-bulu di sekujur tubuhnya yang semakin tegak berdiri dengan pori-pori kulit yang semakin besar terbuka, telah menyebabkan hawa yang muncul menguap dari tubuhnya itu semakin tebal. Daya pertahanannya semakin kuat, sehingga hawa dingin dari Swat Tocu tidak bisa mendekatinya, walaupun Swat Tocu telah mempergunakan ilmunya itu sampai tingkat ke tujuh! Yo Him dan Wang Put Liong yang tengah menyaksikan jalannya pertempuran itu dari tempat persembunyian mereka, memandang kagum. Itulah suatu pertempuran yang jarang sekali terjadi di dalam Kang-ouw. Begitu juga Cek Tian dan Auwyang Phu, di mana ibu dan anak ini mengawasi takjub dan kagum. Cek Tian dan Auwyang Phu memang telah melatih ilmu warisan Auwyang Hong. Seperti diketahui bahwa Auwyang Hong adalah salah seorang dari kelima jago luar biasa juga. Dengan diwarisinya kepandaian tersebut, yang tertulis seluruh kepandaiannya di kitab yang telah diberikan kepada Cek Tian, berarti Cek Tian maupun puteranya itu telah melatih dengan baik. Hanya saja, yang kurang buat Auwyang Phu adalah latihan dan pengalaman. Dan bagi Cek Tian, dia memang telah berusia cukup lanjut, pula ia seorang wanita. Waktu Auwyang Hong menciptakan ilmunya itu untuk dipergunakan oleh laki-laki, maka tidak sesuai dipergunakan oleh wanita. Itulah sebabnya Cek Tian tidak bisa melatih diri lagi dengan sempurna. Pangeran Ghalik yang memiliki kepandaian yang tidak rendah, walaupun tidak setinggi kepandaian Tiat To Hoat-ong, namun dia memiliki kepandaian yang tidak sembarangan. Ia juga memiliki pengetahuan yang luas, pengalaman yang cukup. Melihat jalannya pertempuran seperti itu, ia jadi kagum bukan main. Diam-diam di hatinya berpikir. "Orang aneh itu yang menjadi lawan Koksu itu memang benar-benar hebat. Kepandaiannya itu jarang sekali terdapat di dalam rimba perailatan. Jika saja dia bisa kutarik ke dalam tanganku. Dia dapat diberikan kedudukan sebagai wakil ataupun sebagai pemimpin dari seluruh jago-jago yang bekerja di bawah perintahku......" Berpikir seperti itu, Pangeran Ghalik telah mengawasi jalannya pertempuran yang luar biasa itu dengan sikap bersungguhsungguh. Namun hati kecilnya terus juga berpikir. "Memang belakangan ini kulihat ada gejala kurang baik pada Koksu. Sikapnya padaku tidak seperti beberapa waktu yang lalu. "Walaupun dia selalu bersikap manis, namun di balik sikapnya yang manis itu lewat sinar matanya, tampak jelas dia seperti juga membenciku...... Malah menurut laporan terakhir dari orang kepercayaanku, bahwa Koksu kemungkinan tengah menghimpun jago-jago di bawah kekuasaannya untuk melakukan sesuatu. Yang jelas dia ingin menindih pengaruhku!" Karena berpikir begitu, maka pangeran Ghalik telah mengawasi Koksu Tiat To Hoat-ong yang tengah memusatkan seluruh kekuatan tenaga Soboc nya untuk membendung hawa dingin lawannya di mana Swat Tocu memang tengah mengerahkan tenaga Inti Es nya tersebut pada tingkat ke tujuh. Tubuh Tiat To Hoat-ong tergetar cukup keras, karena disamping dia mengerahkan tenaga, lagi pula dia pun menerima gempuran yang hebat mengandung hawa dingin yang luar biasa. Jika memang Swat Tocu hanya menyerang dengan gempuran tenaga biasa tentu Tiat To Hoat-ong akan dapat menghadapi dengan mudah mempergunakan Soboc nya ini, tetapi justeru di balik kekuatan tenaga dalam setiap gempuran Swat Tocu, mengandung hawa dingin yang melebihi dinginnya es, sehingga tubuh Tiat To Hoat-ong seperti juga akan dibungkus oleh lapisan es, yang tidak tampak sangat namun dingin sekali. Swat Tocu juga tampaknya penasaran bukan main, berulang kali tangannya itu telah diulurkannya, dia berulangkali mengempos hawa dingin untuk membungkus tubuh Tiat To Hoat-ong, agar Koksu negara ini tidak bisa untuk memberikan perlawanan lebih lanjut. Namun yang membuat Swat Tocu memperoleh kesulitan tidak kecil, justru dari sekujur tubuh Tiat To Hoat-ong telah menguap semacam uap tipis yang membuyarkan setiap hawa dingin yang menyelubungi sekujur tubuhnya, di mana hawa dingin yang dikirim Swat Tocu lewat pukulan-pukulannya itu seperti telah buyar sendirinya. Pangeran Ghalik waktu itu masih berpikir lebih jauh. "Beberapa orang-orangku telah berhasil menyelidiki juga bahwa Koksu berusaha untuk merebut kedudukanku dan mengambil alih pengaruhku. Telah ada beberapa jago di bawah perintahku yang telah di pengaruhinya. Dia memang liehay dan memiliki kepandaian yang sempurna, dia merupakan saingan yang berat jika memang dia memiliki maksud-maksud yang tidak baik. Di samping aku harus hati-hati mengawasinya dengan ketat, akupun harus berusaha menyelidiki terus apa yang dilakukan oleh Koksu akhir-akhir ini. Karena belakangan ini, dia jarang hadir dalam rapat-rapat yang kuadakan, di mana dia sering tidak berada di istana, dan telah pergi ke suatu tempat yang tidak ingin disebutkannya......!" Dan setelah berpikir begitu, tanpa dikehendakinya pangeran Ghalik telah menghela napas berulang kali. Tetapi perhatiannya terhadap pertempuran yang tengah berlangsung dengan hebat antara Swat Tocu dan Tiat To Hoat-ong tetap tercurahkan dengan baik. Dan diapun merasakan menyambar-nyambarnya hawa dingin yang terpancarkan dari setiap pukulan yang dilakukan oleh Swat Tocu pada Tiat To Hoat-ong, sehingga si pangeran tersebut harus mundur menjauhi diri dari kalangan tiga tindak...... Tiat To Hoat-ong sendiri heran bercampur kaget. Heran karena dia tidak menyangka ada ilmu seperti itu, yang demikian luar biasa, memiliki hawa yang demikian dingin menggigilkan tubuh. Waktu dia mulai melatih Soboc nya, hal itu tidak pernah terpikirkan olehnya. Dia memang melatih tenaga lweekangnya yang bisa dipergunakan dengan leluasa, yaitu jika lawannya menyerang keras, maka perlawanan dari tenaga latihan Soboc nya akan menolak lebih kuat dan keras. Jika lawan menyerang mempergunakan cara yang lunak, perlawanan itu akan melibat dengan lunak pula, sehingga tenaga lawan bisa dilibatkan dan di balikkan untuk menghantam lawan itu sendiri. Namun sama sekali Tiat To Hoat-ong tidak menyangka bahwa sekarang ada orang yang bisa menyerang dengan begitu kuat, disamping dalam tenaga gempurannya itu terkandung hawa yang demikian dingin, yang melebihi dinginnya es......! Memang tenaga pukulan lawannya bisa dihadapinya, ditolaknya, namun hawa dingin itu yang seperti juga ingin membungkus tubuhnya, tidak bisa dilenyapkan oleh Tiat To Hoat-Ong, karena hanya hawa panas yang menguap dari sekujur tubuhnya, lewat tenaga latihan Soboc nya, maka hawa dingin itu bisa dibuyarkan. Itu hanya untuk sedikit, kemudian hawa dingin itu mengurung tubuhnya lagi. Buyar lagi, dan datang lagi. Begitu seterusnya. Tentu saja telah membuat Tiat To Hoat-ong harus memutar otak mencari jalan untuk dapat menghadapi ilmu yang aneh seperti itu. Sedangkan Swat Tocu sendiri semakin lama semakin penasaran. Semakin cepat dia menggerakkan ke dua tangannya semakin hebat hawa dingin yang berhamburan menerjang ke tubuh Tiat To Hoat-ong. Di mana tampak Swat Tocu berusaha untuk membungkus sekujur tubuh Tiat To Hoat-ong dengan pengaruh hawa dinginnya itu. Memang Swat Tocu juga merasakan betapa uap tubuh Tiat To Hoat-ong sering menolak padanya tenaga yang kuat sekali, mengembalikan tenaga gempurannya. Dengan demikian Swat Tocu juga kagum untuk kekuatan tenaga dalam yang dimiliki Koksu negara tersebut. Namun sebagai tokoh sakti yang memiliki ilmu yang luar biasa, yang seumurnya belum pernah bertemu tandingan, Swat Tocu mana mau menerima keadaan seperti ini begitu saja? Setelah gagal beberapa dengan serangannya, Swat Tocu merubah cara menyerangnya. Sekarang sambil menggerakkan terus ke dua tangannya yang silih berganti menyerang kepada Tiat To Hoat-ong, juga ke dua kakinya telah melangkah menghampirinya, jarak mereka terpisah semakin dekat. Tiat To Hoat-ong mengkerutkan alisnya. "Manusia aneh, ini memiliki ilmu yang hebat luar biasa, siapakah dia? Tampaknya dia telah menguasai pusat inti bumi yang bisa dilatihnya dan bisa menyalurkan hawa yang demikian dingin...... Aku harus berusaha merubuhkannya dengan segera. Karena jika tidak, sekali saja dia bisa menguasai diriku, di mana tubuhku terkurung oleh hawa dinginnya. Peredaran darahku membeku, sehingga tidak leluasa aku menggerakkan ke dua tangan dan sepasang kakiku ini, dia segera bisa mencelakaiku!" Mereka tampaknya bertempur dengan seru, tapi hati mereka berpikir terus berusaha untuk mencari jalan guna merubuhkan lawan masing-masing. Pikiran mereka pun bekerja terus, sedangkan mata mereka telah memandang dengan sorot yang bengis dan mereka telah bertekad untuk menyelamatkan jiwa masing-masing. Dalam pertempuran ini, bukan lagi dipersoalkan kalah atau menangnya. Karena justeru dengan terjadinya pertempuran antara dua orang tokoh yang memiliki kepandaian yang begitu hebat dengan sendirinya sekali saja mereka lengah dan dapat termakan oleh lawan, jelas mereka akan bercelaka......! Waktu itu, Swat Tocu telah beberapa kali melangkah maju mendekati Tiat To Hoat-ong. Jarak pisah mereka semakin dekat juga, mereka telah berhadapan tidak lebih terpisah dari setombak. Wang Put Liong telah berbisik di pinggir telinga Yo Him, katanya. "Tiat To Hoat-ong merupakan Koksu negara dari Mongolia, dia seorang luar biasa. Kepandaiannya juga terlalu dahsyat...... sedangkan lawannya itupun bukan lawan yang ringan, maka jika memang mereka bertempur dengan cara seperti itu, tentu akan membuat mereka celaka bersama-sama. Yo Him mengangguk. "Ya, Swat Tocu seorang tokoh yang memiliki kepandaian luar biasa juga. Tetapi tampaknya, mereka akan segera menghentikan pertempuran karena ke duanya rupanya berimbang jika tidak ada salah seorang yang terluka tentu mereka akan menghentikan pertempuran itu dengan segera. Jika tidak mereka akan terlibat dalam pertempuran yang tak berkesudahan selama berhari-hari, itu bisa mencelakai diri mereka masing-masing. Di mana tenaga lweekang mereka akan punah sebagian!" Wang Put Liong menghela napas. "Jika melihat ke dua orang itu, segera aku menyadari bahwa kepandaian yang kumiliki sesungguhnya tidak memiliki apaapa......, dengan demikian, berarti untuk dapat malang melintang dalam kalangan Kang-ouw, memang tidak pantas untukku......! Hai, aku telah duapuluh tahun lebih berlatih diri namun kepandaian yang kami miliki tidak seujung kuku ke dua orang itu.....!" Setelah berkata begitu, muka Wang Put Liong jadi guram. Yo Him tertawa. "Mereka merupakan tokoh-tokoh yang hebat, sedangkan aku sendiri belum tentu bisa menghadapi mereka, Cianpwe!" Kata Yo Him. "Kepandaian mereka mungkin berimbang dengan kepandaian ayah ibu." Wang Put Liong menghela napas lagi. "Ya, jika saja sekarang ini ada Yo Tayhiap tentu mereka bisa dipisahkan,..... aku perlu diselamatkan keluar dan tempat ini......." Yo Him tersenyum. "Walaupun ayah tidak mau mencampuri lagi urusan dalam dunia persilatan, tetapi aku sebagai anaknya tentu tidak akan membiarkan cianpwe terlantar di sini......! Jangan kuatir, walaupun pangeran Ghalik memiliki banyak pahlawan-pahlawannya yang gagah, nanti aku menolongmu keluar dari tempat ini!" Wang Put Liong tersenyum pahit, katanya. "Sesungguhnya aku tidak memikirkan perihal keselamatan diriku, hanya yang membuatku jadi tidak tenang adalah tempat penyimpanan harta karun ini. Jika sampai terjatuh ke dalam tangan pangeran Ghalik, maka sia-sia belaka usahaku, selama ini......!" Beberapa kali Wang Put Liong menghela napas lagi, wajahnya semakin guram saja. Waktu itu Yo Him ingin menghiburnya lagi, tetapi dia dikejutkan oleh suara teriakan Tiat To Hoat-ong di luar ruangan, di mana tampak Tiat To Hoat-ong sambil memutar ke dua tangannya itu berulang kali untuk mendesak Swat Tocu, dia telah mengeluarkan pekik yang mengguntur. Hebat cara dia menyerang, demikian dahsyat cara dia mendesak, sehingga tenaga gempuran yang disalurkan oleh Swat Tocu bagaikan terbentur dengan lapisan dinding yang tebal sekali, dan berbalik malah menghantam Swat Tocu sendiri! Pemilik pulau Es itu tidak berdiam diri saja, dia telah mengeluarkan suara tertawa bergelak-gelak yang nyaring kemudian katanya. "Memang hebat sekali kepandaian lawanku ini...... sungguh menggembirakan! Sungguh menggembirakan!" Dan sambil berkata begitu, tampak Swat Tocu telah mengempos semangatnya. Dia telah menerjang lagi dengan ke dua tangan dimajukan lurus ke dada lawannya disamping itu tenaga gempuran yang dipergunakannya semakin hebat. Tiat To Hoat-ong juga mengempos semangatnya. Ke dua jago yang memiliki kepandaian begitu luar biasa, telah berhadapan dengan tubuh menggigil. Jika Tiat To Hoat-ong mulai dikuasai oleh hawa dingin yang membuatnya menggigil, namun muka dan tubuhnya basah oleh butir-butir keringat akibat pengerahan hawa tenaga murni Soboc nya, maka waktu itu Swat Tocu juga terhuyung-huyung dengan tubuh bergoyang-goyang seakan-akan ingin jatuh. Tapi ke dua kakinya tidak berobah kedudukan, di mana dia tetap berada di tempatnya. Dengan demikian, ke dua orang ini memang tengah saling memusatkan seluruh kekuatan mereka yang terhebat, berusaha untuk saling menindih lawannya. Dalam keadaan tegang seperti itu, di mana dua orang tokoh sakti tengah mengadu kekuatan untuk mempertaruhkan mati hidupnya jiwa mereka, dari dalam ruangan terdengar suara seruan tertahan seorang gadis. Kemudian tampak berlari keluar seorang gadis berusia tujuh atau delapanbelas tahun, di mana gerakan tubuhnya gesit sekali, dan dia telah melangkah mendekati pangeran Ghalik. Dia pun telah memanggil. "Ayah......!" Pangeran Ghalik telah menoleh dan tersenyum, katanya. "Kau Sasana? Pergilah kau masuk kembali, di sini ada orang jahat...... nanti jika urusan telah selesai, aku akan segera menemuimu!" Tetapi gadis cantik jelita itu, seorang gadis Mongolia, yang ternyata merupakan puteri dari pangeran Ghalik, yang bernama Sasana itu telah tersenyum dengan manis. "Tidak ayah!" Katanya menggeleng perlahan. "Justeru aku ingin menyaksikan keramaian! Jika memang ayah memaksa aku masuk ke istana, maka biarlah untuk selanjutnya aku tidak mau makan dan minum......!" Ayah itu kewalahan, dia memang sangat memanjakan puterinya tersebut, yang merupakan Puteri tunggalnya, jadi terlalu manja. Akhirnya pangeran Ghalik telah mengangguk. "Baiklah, tetapi jika memang keadaan tidak mengijinkan. Engkau harus meninggalkan tempat ini. Sebab bisa membahayakan dirimu......!" Katanya. Sasana mengangguk. "Ayahku seorang pahlawan raja, memiliki pengaruh dan kekuasaan besar. Juga gagah perkasa! Siapa yang berani menghina aku?" Menyahuti puteri itu dengan manja dan memperlihatkan sikap jenaka dengan meleletkan lidahnya. Pangeran Ghalik tersenyum, dia menarik tangan puterinya agar berdiri di sampingnya. Kemudian ayah dan gadisnya itu telah menyaksikan lebih lanjut pertempuran yang tengah berlangsung antara Swat Tocu dengan Tiat To Hoat-ong. Sedangkan Auwyang Phu waktu melihat munculnya gadis itu, telah memandang dengan mata tidak berkedip. Memang baru pertama kali ini dia telah melihat gadis secantik itu di mana selain pakaiannya yang reboh, juga demikian cantik jelita. Matanya yang gemerlapan, bagaikan kerlap kerlipnya bintangbintang di langit, sikapnya yang manja dan luwes itu, disamping dengan kejelitaannya yang memukau benar-benar merupakan seorang gadis yang sempurna kecantikannya. Lama dia memandang ke arah gadis itu, sampai suatu kali Sasana telah menoleh kepadanya, dan telah tersenyum pada pemuda bertubuh pendek kecil itu! Hati Auwyang Phu tergoncang keras, mukanya merah, dia juga balas tersenyum, namun segera membuang pandang ke arah pertempuran di tengah gelanggang. Jantungnya berdegup keras sekali. Ibunya Cek Tian telah melihat sikap puteranya. Ia menarik lengan baju anaknya itu, bisiknya. "Dia puteri musuh besar kita, matamu jangan jelalatan seperti itu!" Auwyang Phu hanya mengiyakan dengan pipinya yang berobah merah lagi. Dia jengah ibunya mengetahui lagaknya tadi. Waktu itu Tiat To Hoat-ong telah mengeluarkan suara bentakan lagi, tangan silih berganti mengebut ke arah depannya, pada Swat Tocu. Setiap kali dia menggerakkan salah satu tangannya, yang digerakkan perlahan dan lambat sekali, bagaikan tangannya itu berat bukan main. Ke dua kaki Tiat To Hoat-ong telah melesak beberapa dim di lantai. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dan lantai yang terdiri dari batu hijau itu telah hancur, kemudian kaki itu semakin melesak ke dalam. Setiap kali Tiat To Hoat-ong menggerakkan ke dua tangannya, setiap kali itu pula ke dua kakinya melesak semakin dalam sampai akhirnya telah melesak sebatas betisnya! Swat Tocu waktu itu keadaannya tidak separah Tiat To Hoat-ong. Namun diapun tidak kurang berbahayanya, karena dirinya seperti juga terancam oleh kekuatan lweekangnya Tiat To Hoat-ong setiap waktu. Jika ia memang lengah, tentu dirinya akan terluka parah. Serangan hawa dingin yang terpancar dari setiap pukulannya itu seperti juga sudah tidak memiliki pengaruh apa-apa untuk Tiat To Hoat-ong lagi. Sekujur tubuh Tiat To Hoat-ong bagaikan telah terlindung dan terlapis oleh kekuatan Soboc nya yang menguap hawa panas yang semakin tebal juga. Tetapi Swat Tocu tidak mau menerima keadaan seperti itu, karena dia penasaran bukan main. Beberapa kali dia telah mengempos semangatnya. Walaupun memang terlihat dia menang dalam satu tingkat itu dari Tiat To Hoat-ong, namun sulit sekali baginya untuk dapat merubuhkan Koksu negara itu dalam waktu yang singkat sekali. Sedangkan Tiat To Hoat-ong sendiri memang telah menyadari, tidak mungkin dia bisa merubuhkan lawannya, namun diapun tidak mungkin bisa dirubuhkan lawannya. Yang jelas dan pasti, jika memang mereka bertempur terus menerus seperti itu tentu akan menyebabkan mereka terluka di dalam, sama-sama bisa bercelaka. Kemungkinan besar merekapun akan binasa bersamasama......! Yo Him yang menyaksikan jalannya pertempuran seperti itu berpikir. "Alangkah sayangnya jika ke dua orang itu sampai terluka...... Mereka merupakan dua orang tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian yang luar biasa, tentunya dilatih dan diperoleh tidak dengan mudah...... Alangkah sayangnya jika sampai mereka berdua tercelaka......! Sedang Yo Him berpikir seperti itu, tiba-tiba mata pemuda itu jadi terpentang lebar-lebar, karena waktu itu dilihatnya muka Tiat To Hoat-ong bengis bukan main, mimik mukanya keras sekali, yang heran, ke dua kakinya biarpun terpendam dalam tanah, tokh tubuhnya itu telah bergoyang-goyang, sebentar ke depan sebentar ke belakang, dengan demikian dia seperti juga orang yang akan rubuh ke depan atau kejengkang ke belakang. Sedangkan tubuh Swat tocu tetap berdiam dari di tempatnya. namun mukanya sebentar merah, sebentar hijau, sebentar kuning pucat..... Ke dua orang itu benar-benar tengah menghadapi detik-detik yang menentukan dalam pertempuran itu. Semua orang-orang hadir di tempat itu jadi memandang dengan tegang. Sedangkan Swat Tocu dan Tiat To Hoat-ong masing-masing mengerahkan seluruh kekuatan yang ada pada mereka, untuk mengatasi keadaan yang demikian membahayakan jiwa masingmasing...... Dalam kesunyian seperti itu, tiba-tiba berkelebat sesosok bayangan hijau, gerakannya begitu ringan dan cepat sekali. Disusul dengan teriakan kaget pangeran Ghalik. "Sasana......!" Rupanya di waktu Tiat To Hoat-ong dan Swat Tocu dalam keadaan terancam seperti itu di mana ke duanya terlibat dalam pertempuran yang menentukan, dengan secara tiba-tiba Sasana telah melompat dengan gesit sekali. Gerakannya begitu ringan yang tahu-tahu telah melompat ke tengah gelanggang. Tentu saja perbuatan Sasana membuat pangeran Ghalik jadi terkejut bukan main. Dia berkuatir sekali. Untuk mencegah perbuatan putrinya yang selalu dimanjakan itu, sudah tidak keburu lagi. Jika memang Sasana menyelak di tengah-tengah ke dua orang yang tengah saling mengadu kekuatan untuk mati dan hidup itu, tentu tubuh Sasana akan hancur tergempur dua kekuatan tenaga raksasa.....! Tetapi apa yang dikuatirkan oleh pangeran Ghalik ternyata berlebihan. Sebab waktu itu, Sasana yang tiba di pinggiran Tiat To Hoat-ong dan Swat Tocu, tidak berdiam diri. Dia memang menyelak di tengah, namun ke dua tangannya digerakan cepat sekali. Tangan kirinya diulurkan untuk menyampok tangan Tiat To Hoat-ong, sedangkan tangan kanannya telah mengebut perlahan tangan Swat Tocu. Gerakan yang dilakukannya seperti juga tidak mempergunakan tenaga. Ke dua jago yang tengah mengadu ilmu itu telah letih sekali. Walaupun mereka bertempur belum setengah harian, namun mempergunakan kekuatan tenaga mereka itu yang berlebihan, sebab merekapun memang menemukan tandingan yang setimpal, dengan kepandaian yang sama-sama tinggi dari sempurna. Hebat, kesudahan dari dorongan ke dua tangan Sasana, karena tubuh Swat Tocu telah terdorong melangkah mundur satu tindak ke belakang dan Tiat To Hoat-ong terdorong dengan tubuh seperti akan terjengkang, karena ke dua kakinya telah tertancap ke dalam bumi, dengan sendirinya, hanya tubuhnya itu saja yang seperti ingin kejengkang. Kemudian, Sasana telah melompat menjauh dua tindak, sambil berkata. "Hentikan......!!" Swat Tocu dan Tiat To Hoat-ong yang terpisah dari libatan kekuatan tenaga masing-masing, telah berdiri tertegun sejenak. Apa yang dilakukan oleh Sasana sesungguhnya berbahaya. Dia meminjam kekuatan ke dua tenaga dalam dari ke dua orang yang tengah bertarung, dengan cara "setail melontarkan seribu kati" Sehingga dengan cara yang tepat. Walaupun dengan tenaga yang tidak begitu besar si gadis bisa memisahkan ke dua tokoh persilatan yang lihay itu. Jika memang harus menghadapi salah seorang dari ke dua jago itu Sasana tidak akan sanggup, karena kepandaiannya masih berada di tingkat bawah terpaut jauh sekali. Semula mereka menduga orang yang menyelak di antara mereka, untuk melepaskan mereka dari libatan dua kekuatan yang tengah saling bentur itu adalah seorang tokoh persilatan yang telih lanjut usia. Tetapi kenyataannya seorang wanita yang demikian cantik jelita, juga masih berusia muda sekali. Dan yang paling terkejut adalah Tiat To Hoat-ong. Segera saja ia mengenali orang yang telah memisah dia dengan Swat Tocu adalah puteri dari pangeran Ghalik. Sama sekali dia tidak menduga bahwa Sasana memiliki kepandaian yang hebat! Semua orang juga jadi berdiri bengong mengawasi gadis itu. Demikian halnya juga dengan pangeran Ghalik. Semula dia kuatirkan keselamatan puterinya itu, tetapi setelah melihat apa yang terjadi dia jadi lebih kaget dan bercampur girang, karena kaget mengetahui puterinya itu memiliki kepandaian yang demikian hebat, sedemikian girang. Dia sama sekali tidak pernah mengetahui bahwa puterinya itu sesungguhnya merupakan salah seorang pandai yang memiliki kepandaian silat jauh di atasnya? Jangankan untuk memisahkan Tiat To Hoat-ong dengan Swat Tocu yang tengah terlibat dalam suatu pertempuran yang seru dan menentukan itu, sedangkan untuk ikut maju ke tengah gelanggang saja, berdiri di dekat ke dua orang itu mungkin pangeran Ghalik sudah tidak sanggup! Tetapi puterinya itu...... Sasana justeru telah berhasil memisahkan ke dua orang yang memiliki kepandaian yang luar biasa tingginya itu dengan hanya satu gerakan! Setelah tersadar dari bengongnya, pangeran Ghalik telah berlari memburu kepada Sasana, tegurnya. "Sasana kau membuat aku hampir mati kaget!" Tetapi Sasana yang cantik jelita itu telah tersenyum manis. "Ayah, sudah ku katakan, kau tak perlu berkuatir atas diriku...... aku sudah besar ayah!" "Aku bisa jaga diri baik-baik!" Kata Sasana. "Tapi...... kepandaianmu itu...... siapa yang telah mewarisinya? Siapa gurumu?" Tanya pangeran Ghalik. Sasana tersenyum. "Tidak ada orang yang mengajari, akupun tidak memiliki kepandaian apa-apa, ayah!" Menyahuti Sasana sambil tertawa lebar, sehingga terlihat jelas betapa barisan giginya yang putih berkilauan itu. Tiat To Hoat-ong telah menghapus keringat di kening dan mukanya, lalu dia membungkukkan sedikit tubuhnya. Sambil tangan kanannya diletakkan di dada, katanya. "Terima kasih atas pertolongan Kuncu (puteri)! Hebat sekali tenaga lweekangmu itu, hampir saja aku tidak sanggup menerima tolakan tanganmu itu!" Sasana tersenyum. "Koksu, itu hanya kebetulan saja, kau telah letih, maka mudah saja aku mendorong untuk memisahkan kalian, bukan?" Menyahuti Sasana. Sedangkan Swat Tocu berbeda dengan Tiat To Hoat-ong. Dia gusar sekali, penasaran bukan main. Dialah seorang tokoh yang memiliki kepandaian luar biasa. Tak sembarang orang menerima tangannya dan serangannya. Tetapi ktika di waktu dia tengah memusatkan kekuatan hebat untuk menindih Tiat To Hoat-ong, si gadis yang muda usia itu, didengarnya telah dipanggilnya oleh Tiat To Hoat-ong sebagai Kuncu (Puteri), dengan sekali gerakan tangannya berhasil mendorongnya sampai mundur satu langkah ke belakang, kudakuda ke dua kakinya juga tergempur. Inilah pengalaman pertama yang pernah dialaminya. "Siapa kau?" Tanyanya bengis. "Atau kau memang ingin menggantikan orang Mongolia si gundul itu untuk berurusan denganku?" Sasana tersenyum manis. "Maaf, maaf paman!" Katanya cepat dengan sikap yang jenaka. "Jangan paman marah! Aku hanya ingin memisahkan kalian saja! Mana berani aku bersikap kurang ajar padamu?" Swat Tocu mengetahui jika memang dia tadi bisa mengerahkan tenaganya seperminuman teh lagi kemungkinan besar dia bisa merubuhkan Tiat To Hoat-ong. Karena dia merasakan tenaga dalam Koksu itu telah terguncang tidak karuan, daya lawan dan daya bendungnya tidak sekuat semula. Dalam keadaan seperti itu Tiat To Hoat-ong memang telah jatuh di bawah angin. Tapi siapa sangka, gadis ini telah memisahkan mereka. Dengan demikian, jelas si gadis bukan memisahkan mereka, hanya sengaja menolongi Tiat To Hoat-ong. Rupanya Sasana juga mengetahui, jika pertempuran itu berlangsung beberapa saat lagi lamanya. Tentu Tiat To Hoat-ong akan bercelaka...... Swat Tocu mendengus dingin. Dia merupakan golongan tua, tidak bisa dia turun tangan terhadap gadis muda jelita itu yang termasuk golongan muda. Namun hatinya mendongkol dan penasaran sekali, maka dia menggerakkan tangan kanannya. "plakk" Batu gunung yang ada disampingnya telah ditamparnya semplak besar sekali, meluruk jadi abu! Itulah tamparan yang mengandung tenaga yang luar biasa kuatnya. "Hem, beritahukan siapa gurumu?" Kata Swat Tocu dingin. "Suruh dia keluar untuk bertemu denganku!" Karena melihat gadis ini memiliki lweekang yang luar biasa, jelas gurunya itu seorang liehay yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali. Sasana telah bersenyum. "Maafkan aku telah berlaku kurang hormat, guruku itu jarang sekali muncul dalam Kang-ouw, maka itu jarang sekali orang mengetahui namanya dan diapun tidak ingin namanya disebut-sebut..... maafkan!" Dan Sasana telah merangkapkan sepasang tangannya, dia telah menjura memberi hormat. Sedangkan Swat Tocu telah mengawasi dengan mata mencilak, tahu-tahu dia mengebut dengan tangan kanannya. Dari mana muncul angin yang menerjang kuat sekali kepada Sasana. Sasana menundukkan tubuhnya sedikit, yang membungkuk ke depan, maka lewatlah serangan Swat Tocu. Dia hanya merasakan hawa dingin yang mempengaruhi punggungnya, tetapi itu tidak lama, kemudian lenyap. "Hebat kepandaianmu, usiamu masih muda namun engkau bisa memunahkan serangan itu dengan mudah! Baiklah, suatu saat kelak, aku ingin sekali berkenalan dengan gurumu itu!" Setelah berkata begitu, dengan masih mendongkol, Swat Tocu telah bersiul nyaring. Dari luar istana yang mirip perbentengan itu telah terdengar suara mengerang aneh sekali, kemudian berkelebat sesosok bayangan putih yang melompat masuk. Ternyata itulah seekor biruang, yang tak lain dari biruang salju peliharaan Swat Tocu. Kemudian dengan gerakan yang ringan sekali, Swat Tocu telah melompat ke punggung biruang itu. Dia duduk di punggung biruang tersebut yang membawanya melompat dinding yang tinggi itu, meninggalkan tempat tersebut! Sedangkan Pangeran Ghalik telah menghela napas dalam-dalam kemudian menoleh kepada Auwyang Phu dan Cek Tian, tanyanya. "Kalian telah menimbulkan kekacauan di tempat ini, dosa kalian tidak ringan! Tangkap ke dua orang itu!" Dan perintah yang terakhir itu ditujukan kepada anak buahnya. Cek Tian telah tertawa dingin, sama sekali dia tidak takut. Malah katanya. "Hmmm. kami berani datang ke mari berarti kami memang bersedia untuk menerima apa yang akan terjadi pada diri kami! Kami akan mempertaruhkan jiwa kami untuk kebinasaanmu ini.....!" Tetapi Auwyang Phu mengambil sikap lain dengan ibunya. Walaupun tubuhnya bercacad, ukurannya yang pendek seperti anak kecil itu, namun otaknya tidak demikian dangkal, dia cerdik sekali. Dilihatnya, disamping pangeran Ghalik yang memang memiliki kepandaian yang tidak rendah, juga terdapat pahlawanpahlawannya pangeran itu yang semuanya memiliki kepandaian sangat tinggi dan terutama sekali juga terdapat Tiat To Hoat-ong yang lihay dan puteri pangeran itu yang tampaknya memiliki kepandaian yang luar biasa, maka Auwvang Phu tidak berlaku nekad, dia menarik tangan ibunya, katanya; "Ibu mari kita pergi......!" Ibunya telah menoleh kepada anaknya itu dengan sorot mata yang tajam. "Apa kau bilang?" Tanyanya, diapun telah melihat pahlawanpahlawannya pangeran Ghalik telah mengurung mereka. "Kita pergi meninggalkan tempat ini, jika memang kelak kita memiliki kesempatan lagi tentu kita akan berkunjung lagi untuk bertemu dengan si Ghalik itu!" "Hm, apakah kau takut menghadapi mereka?" Tegur Cek Tian jadi gusar bukan main. Auwyang Phu menggeleng. "Tidak ada gunanya menghadapi mereka dalam keadaan seperti sekarang......!" Menyahut Auwyang Phu. "Kalian menyerahlah untuk kami ringkus......," Bentak salah seorang pahlawan pangeran Ghalik sambil melintangkan goloknya dan mengeluarkan rantai borgolan. "Jangan kalian mempersulit diri kalian sendiri......" Dan pahlawan yang seorang ini melangkah maju untuk memborgol ke dua tangan Auwyang Phu. Mendongkol Auwyang Phu oleh sikap pahlawan pangeran yang seorang tersebut tahu-tahu dia angkat kaki kanannya dan mendupak. Pahlawan yang seorang ini merupakan pahlawan yang memiliki kepandaian cukup tinggi, tidak mudah dia didupak seperti itu. Dia telah mengelakkan diri dari tendangan si pemuda bertubuh pendek bulat kecil itu. Tetapi dia jadi kaget, karena Auwyang Phu begitu gagal menendang ,justru dia telah menekuk ke dua kakinya setengah berjongkok dan tahu-tahu tangannya mendorong ke arah si pahlawan tersebut. "Bukk!" Tubuh pahlawan itu terpental seperti daun kering, kemudian terbanting dikejauhan tiga tombak lebih. Auwyang Phu tanpa memperdulikan korbannya itu telah menarik tangan ibunya. "Mari kita berangkat bu!" Cek Tian tidak membantah lagi, hanya matanya mendelik bengis mengawasi selintas pada pangeran Ghalik penuh dendam, kemudian melangkah akan ikut puteranya meninggalkan tempat itu dengan jalan melompati tembok yang tinggi itu. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Namun belasan orang pahlawannya pangeran Ghalik telah melompat untuk mengurung. Tiat To Hoat-ong juga telah melompat untuk membekuk pemuda bertubuh pendek she Auwyang tersebut. Sasana menoleh kepada ayahnya. "Biarkan mereka pergi, ayah......!" Kata gadis itu. Pangeran Ghalik bimbang, namun akhirnya dia berseru. "Biarkan mereka pergi! Jangan diganggu!?" Perintah Pangeran Ghalik tidak berani dibantah oleh para pahlawannya itu, yang segera mengundurkan diri membuka kepungan mereka. Demikian juga Tiat To Hoat-ong, yang sebetulnya waktu itu baru saja mengulurkan tangan kanannya guna menjambak punggung Auwyang Phu namun mendengar teriakan Pangeran Ghalik, ia telah menarik pulang tangannya. Namun dari mukanya terlihat dia tidak puas. "Hmm, mereka hendak mencelakaimu, mereka mengandung maksud buruk padamu, tetapi kau seenaknya membiarkan mereka pergi!" Berpikir Tiat To Hoat-ong di dalam hatinya. Tetapi Koksu negara ini tidak mengutarakan pikirannya itu, dia hanya berdiam diri. Namun hatinya semakin tidak puas kepada pangeran ini. Auwyang Phu bersama ibunya telah melompat dengan ringan, dan mereka telah berlalu lenyap dari pandangan mata semua orang. Sedangkan pangeran Ghalik telah menoleh kepada puterinya, tanyanya. "Mengapa kau minta agar mereka dibebaskan begitu saja? Tentunya kau mempunyai alasan tertentu, Sasana?" Sasana tersenyum. "Mereka merupakan orang-orang Kang-ouw yang memiliki kepandaian yang tidak rendah juga. Tadi aku telah melihat pemuda pendek itu mempergunakan jurus ilmu silat Ha-mo-kang ilmu silat kodok yang merupakan kepandaian tunggal Auwyang Hong yang terkenal, yang kuburannya pernah dibongkar oleh ayah belasan tahun yang lalu! "Kita sementara ini tidak boleh mencari bentrokan dengan orangorang Kang-ouw karena bukankah baru beberapa tahun kita menancapkan kaki di daratan Tiong-goan dan Kaisar kita berkuasa belum lagi mantap. Jika memang kita mencari urusan dengan orang-orang Kang-ouw, sehingga mereka selalu mengganggu pihak kita, bukankah kita memperoleh kesulitan yang tidak kecil? Hmm, bukankah ayahpun menerima tugas untuk menghimpun para jago-jago untuk tunduk bekerja di bawah perintah ayah untuk memusuhi mereka?!" Ayah itu telah menepuk keningnya. "Ai, kau benar! Memang ayah telah melupakan hal yang penting itu! Mereka telah datang untuk memusuhi ayah, tanpa pikir panjang lagi ayah ingin mempergunakan tangan besi. Tetapi memang itu keliru, suatu kekeliruan yaug tidak kecil! Seharusnya ayah menyambutnya dengan baik-baik, merangkulnya agar mereka tunduk di bawah perintah ayah, karena tampaknya mereka anak dan ibu memang memiliki kepandaian yang tidak rendah......!" Puteri itu telah tersenyum. "Namun belum lagi terlambat, biarlah nanti puterimu yang pergi mempengaruhinya! Yang menarik sekali, tampaknya mereka ibu dan anak itu memiliki hubungan yang dekat dengan Auwyang Hong. Jelas warisan dari Auwyang Hong telah diperoleh mereka, karena ilmu tunggal yang sakti dari Auwyang Hong tampaknya dikuasai dengan baik oleh pemuda itu!" "Tetapi Sasana......" Pangeran Ghalik tampaknya ragu-ragu sekali. "Apakah ayah ingin menyatakan kekuatiranmu terhadap keselamatan diriku?" Tanya puterinya sambil tetap tersenyum. Pangeran Ghalik telah tertawa. "Tidak, justru kulihat engkau memiliki kepandaian yang luar biasa, dan tidak pernah kuduga sebelumnya! Sama sekali ayah tidak mengetahui bahwa engkau memiliki kepandaian yang begitu hebat. Anak, siapakah sebenarnya gurumu, mengapa kau tidak memperkenalkan kepada ayah?'' "Dia seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian luar biasa! Yang bisa menandinginya bisa dihitung dengan jari tangan. Tetapi maaf ayah, seperti pesan yang diberikan oleh guru, maka sementara ini anakmu belum bisa memberitahukan siapa adanya guruku itu!" "Apakah dia berada dalam istana ini bersama-sama kita?" Tanya pangeran Ghalik lagi. Puterinya mengangguk. "Ya, tetapi ayah jangan sekali-kali coba menyelidikinya, karena jika guruku itu tersinggung dan pergi, bukankah anak yang akan menderita rugi, karena untuk selanjutnya tidak memperoleh bimbingannya lagi? Itu masih belum seberapa, karena jika sampai guruku gusar dan menegur aku, jelas aku bisa celaka, karena telah melanggar pesannya......" Pangeran Ghalik mengangguk, dia mengerti kesulitan puterinya ini. Walaupun masih diliputi keheranan yang bukan main, namun pangeran Ghalik tidak banyak bertanya lagi. Dia hanya girang mengetahui bahwa puterinya ternyata telah memiliki kepandaian yang luar biasa hebatnya. Walaupun menghadapi Tiat To Hoatong, belum tentu puterinya itu dengan mudah dirubuhkan oleh Koksu negara itu. Tiat To Hoat-ong sendiri sejak tadi hanya mendengarkan saja percakapan antara anak dan ayahnya. Dia pun ikut heran dan menduga-duga, entah siapa guru puteri dari pangeran Ghalik ini. Tetapi Tiat To Hoat-ong tidak menanyakan hal ini hanya dalam hati dia berpikir. "Kelak aku akan menyelidikinya.....!" Waktu itu pangeran Ghalik telah mengibaskan tangannya. Semua pahlawannya segera mengundurkan diri. Begitu juga halnya dengan Liong Tie Siang dan yang lainnya telah meninggalkan tempat itu. Tiat To Hoat-ong telah membungkukkan tubuhnya sedikit, diapun telah mengundurkan diri. Waktu pangeran Ghalik mengajak puterinya untuk kembali ke istana mereka. Puteri itu mengatakan bahwa, dia ingin beranginangin di tempat ini dulu. Ayahnya tidak mencegah, dan pangeran Ghalik telah melangkah pergi meninggalkan puterinya. Sasana melangkah perlahan-lahan ke sana ke mari dengan sepasang alis mengkerut. Tampaknya ada sesuatu yang tengah dipikirkannya. Kemudian dia telah melangkah ke arah barat, ke arah tempat di mana Yo Him dan Wang Put Liong berada. Gadis itu telah mengawasi tajam sekali, karena dia melihat tidak ada pengawal di depan pintu ruang tahanan itu. Kemudian terdengar dia tertawa dingin. "Apakah kau ingin berdiam terus di situ sampai tua?" Tegurnya dengan suara tawar. "Mengapa tidak keluar memperlihatkan diri!" Yo Him memang sejak tadi telah merasa kagum akan kepandaian nona itu, terutama kecantikan si puteri itu yang begitu menawan hati. Sekarang melihat bahwa Sasana mengetahui mereka berdua bersembunyi di dalam ruang tahanan itu, dia tambah kagum lagi. "Ternyata matanya tajam sekali!" Pikir Yo Him. Namun pemuda ini sama sekali tidak jeri, dia telah menarik tangan Wang Put Liong, lalu digendongnya untuk dibawa keluar. Sasana mengawasi mereka, kemudian katanya dengan tawar. "Apakah kau anggap mudah untuk keluar dari perbentengan ini?" Yo Him tersenyum, sabar sekali. "Nona...... rupanya memang nona segaja ingin membiarkan kami pergi tanpa memperoleh gangguan, karena nona sama sekali tidak memberitahukan kepada ayahmu perihal kami walaupun nona rupanya telah mengetahui sejak tadi......!" "Yo kongcu!" Kata Sasana kemudian dengan sikap bersungguhsungguh. "Ayahku telah demikian baik padamu, mengundang ke mari. Untuk dijamu dan diberikan kedudukan yang baik buatmu, namun engkau seperti mencari kesulitan untuk dirimu sendiri! Sesungguhnya, apakah kau memang tidak mau menerima kebaikan ayahku itu? Atau memang pertolongan yang telah diberikannya menyembuhkan luka yang diderita oleh kawanmu itu dianggap oleh kau sebagai perbuatan yang tiada artinya?" Yo Him tersenyum tawar. "Nona, tentu saja aku si orang she Yo tidak akan melupakan budi kebaikan dari pangeran Ghalik, tetapi...... jelas dalam persoalan ini, aku pun tidak bisa bekerja di bawah perintahnya!" "Jika memang engkau tidak bersedia menerima tawaran ayahku guna memegang pangkat dan kedudukan, mengapa kau menerima dan menyanggupi? Apakah itu perbuatan seorang lakilaki gagah? Hmm, ucapan seorang gagah tidak akan ditarik pula, walaupun apa yang terjadi! Apakah demikian rendah harga derajat dan dirimu?" Muka Yo Him berubah merah, diapun mendongkol. Sebetulnya dia hendak mengatakan bahwa dia jelas tidak bisa tunduk pada Pangeran Ghalik, karena pangeran itu hanyalah bermanis budi untuk merangkul guna mencapai maksud dan tujuannya. Jadi bukan sesungguhnya berbaik hati padanya. Tetapi akhirnya Yo Him batal untuk mengutarakannya, dia hanya bilang. "Aku memiliki suatu kesulitan yang sukar sekali kujelaskan padamu......!" "Hm!" Tertawa dingin gadis itu. "Lalu apa maksudkan kau dengan membawa-bawa orang she Wang yang menjadi tawanan kami itu!" "Kami adalah sahabat-sahabat, dan kulihat dia menerima perlakuan demikian macam, perlakuan yang demikian manis dari ayahmu. Hmm, jelas tidak dapat aku melihat saja tanpa berbuat sesuatu pada keadaannya ini.......!" Sasana telah tertawa dingin lagi. "Apakah kau yakin bisa membawa pergi orang she Wang itu?" Tanyanya. "Akan kuusahakan......!" Menyahut Yo Him berani. Tiba-tiba Sasana telah tertawa keras dan nyaring, namun suara sangat merdu. "Kau memandang rendah pada kami, kau meremehkan kami. Tahukah kau, jangankan untuk membawa keluar dari perbentengan ini, sesungguhnya untuk membawanya keluar dari pintu ruang tahanan itu saja tidak mudah, jika memang aku tidak sengaja membiarkannya! Tidak perlu aku atau guruku yang mencegah. Cukup jika Koksu kami atau beberapa orang pahlawan ayahku yang merintangi, seumur hidup kau jangan harap bisa keluar dan meninggalkan kamar tahanan itu!" Setelah berkata begitu, Sasana memandang dengan sorot mata yang tajam. Kemudian dia berkata lagi dengan sikap yang dingin waktu melihat Yo Him berdiam diri saja. "Sesungguhnya seluruh perihal keadaanmu telah "kuketahui', begitu kau menjejakkan kaki di tempat ini. Telah kuperhatikan gerak gerikmu. Hanya saja Yo kongcu, karena aku memandang muka terang ayahmu yaitu Yo Tayhiap yang masih memiliki hubungan dengan guruku, maka aku berlaku lunak padamu. Tidak kulakukan hal-hal yang sama merugikan kau!" Yo Him tidak jeri, walaupun gadis itu telah menggertaknya secara halus, malah ia telah tertawa sambil tetap menggendong Wang Put Liong, tanyanya dengan suara yang tetap sabar walaupun hatinya mendongkol sekali. "Bolehkah aku mengetahui nama dan gelaran guru nona yang mulia?" "Hmmmmmm, jangankan kau, sedangkan ayahku saja tidak akan kuberitahukan! Cuma di sini dapat kutegaskan bahwa guruku memiliki hubungan yang cukup dekat ayahmu! Karena itu jika memang kau berbuat sesuatu yang bisa merugikan kedudukan ayahku, hmmm, hmmm, tentu akupun tidak bisa selalu berpegang pada memberi muka terang pada ayahmu, jelas aku akan bertindak! Maaf, bukan aku bermaksud hendak mempersulit dirimu, tetapi janganlah engkau mencari kesulitan untuk dirimu sendiri!" Setelah berkata sampai di sini, Sasana berdiam diri sejenak, mukanya jadi bersungguh-sungguh waktu dia meneruskan lagi berkata dengan suara yang tegas. "Kembalikan Wang Put Liong ke ruang tahanan itu!" Yo Him tertawa dingin, katanya. "Maafkan nona, bukan aku orang she Yo tidak mau mematuhi perintah seorang puteri agung seperti kau...... Wang Put Liong harus kubawa pergi dari tempat ini.....! Dia telah disiksa demikian mengenaskan sekali. Maka harus diselamatkan dari tangan-tangan manusia biadab seperti ayahmu nona......!" Muka si gadis telah berubah merah padam, tetapi itu hanya sejenak. Kemudian dia telah tertawa dingin dengan sikap tidak acuh, dan memandang remeh pada Yo Him, tanyanya. "Apakah engkau telah memikirkan dua kali akan maksud hatimu itu, Yo kongcu?" "Ya, apapun yang terjadi, Wang Put Liong harus dibawa keluar dari perbentengan ini! Dan perihal maksud ayahmu nona yang ingin menarik menjadi orangnya, itu bisa dibicarakan nanti di belakang hari!" Sasana tiba-tiba tertawa keras lagi bergelak-gelak lalu katanya. "Baiklah! Baiklah Yo kongcu! Yo Tayhiap merupakan tokoh rimba persilatan yang memliki kepandain tinggi sekali! Aku memang telah banyak dengar dari keterangan guruku......! Kebetulan di sini ada kau sebagai puteranya, maka ingin meminta petunjukmu!" Dan puteri pangeran Ghalik yang nampaknya begitu lincah dan gesit, telah bersiap-siap untuk mengirimkan satu serangan kepada Yo Him. Tapi Yo Him tidak jeri, ketika dia mendengar Sasana berkata. "Bersiaplah, Yo kongcu, aku akan segera meminta petunjukmu.....!" Yo Him juga telah memusatkan kekuatan lweekangnya pada ke dua tangannya. Dia telah menggendong Wang Put Liong di tangan kiri, sedangkan tangan kanannya telah diluruskan turun ke bawah, setiap detik bisa dipergunakan untuk menghadapi segala kemungkinan. Sasana melangkah dua tindak mendekati Yo Him, dan tangan kanannya tahu-tahu bergerak menotok ke arah ketiak Yo Him. Gerakan yang dilakukannya itu lambat dan perlahan sekali, bagaikan gadis itu memang bermaksud hanya menunjuk belaka, tetapi dari ujung jari telunjuknya itu telah meluncur keluar angin yang tajam sekali. Yo Him terkejut. Semula melihat cara menyerang gadis itu, dia menduga bahwa Sasana itu mempergunakan ilmu It-yang-cie, ilmu turunan raja raja Tayli, yang dimiliki oleh Toan Hong It Teng Taysu. Namun setelah memperhatikan dengan seksama, walaupun memang sama-sama menyerang dengan mempergunakan jari telunjuk, namun ilmu yang dipergunakan oleh Sasana bukanlah Ityang-cie. Angin yang tajam itu seperti juga mata pedang yang menerobos pertahanan Yo Him. Sebagai seorang pemuda yang memiliki kepandaian yang tinggi sekali, Yo Him cepat mengelak ke samping. Tapi untuk kagetnya, jari telunjuk gadis itu bergerak cepat sekali, tahu-tahu ujung jarinya itu telah ikut miring ke samping dan menempel di baju Yo Him! Itulah gerakan yang luar biasa cepat dan gesitnya. Tapi memang Yo Him telah menyaksikan, betapa Sasana berhasil memisahkan Tiat To Hoat-ong yang tengah bertempur hebat dengan Swat Tocu, hal itu membuktikan bahwa tenaga dan kepandaian gadis ini memang luar biasa. Karena itu, Yo Him pun berlaku hati-hati. Menghadapi keadaan seperti ini, Yo Him sama sekali tidak gugup. Cepat sekali dia telah menggerakkan tangan kanannya. Dia bukan ingin menangkis, hanya akan mencengkeram muka si gadis. Terpaksa Sasana menarik pulang serangannya, gadis itu mundur dua langkah, menghindarkan mukanya dari cengkeraman Yo Him, kemudian tanyanya. "Bagaimana, apakah dalam satu jurus ini kau telah bisa berpikir dengan baik untuk maksudmu membawa pergi orang she Wang itu?" Yo Him tertawa tawar, katanya. "Memang nona memiliki kepandaian yang mengagumkan sekali! Tapi maafkanlah, aku orang she Yo terpaksa harus mengiringi kemauan nona......!" Setelah berkata begitu, Yo Him kembali bersiap-siap, dia menantikan serangan lagi. Sasana tidak segera menyerang. Tadi dia telah menyerang dengan mempergunakan jurus yang sesungguhnya merupakan jurus yang berbahaya sekali. Jarang orang bisa menghindarkan serangan seperti itu, jika memang kepandaiannya tanggung. Tapi Yo Him, dengan mudah bisa menyelamatkan dirinya. Ini memperlihatkan bahwa Yo Him pun bukan lawan yang ringan. "Yo kongcu, ayahku bermaksud baik, dan engkau diperlakukan baik pula!" Kata Sasana. "Apakah engkau tidak mau melihat sebelah mata terhadap semua itu......?" "Sayang sekali kami memiliki pandangan yang berlainan, terlebih lagi yang harus di ingat, ayah nona seorang pangeran yang memiliki kedudukan mulia dan agung..... sedangkan aku ini? Hmm, tentu aku tidak pantas menerima kebaikan-kebaikannya itu"!" "Tetapi bicara soal bangsa, banyak juga jago-jago dari daratan Tiong-goan yang bersedia bekerja pada ayahku!" Menyahuti si gadis. "Janganlah Yo kongcu berpandangan bahwa ayah seorang pangeran Mongolia, maka terputus hubungan antara kalian! Tidakkah jika memang Yo kongcu menerima uluran tangannya, maka di antara kita ini akan terikat pula hubungan tali persahabatan yang menggembirakan." Yo Him menghela napas. "Satu tawaran yang menarik......!" Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Katanya. "Apakah Yo Kongcu bersedia untuk mengambil sikap baik-baik dalam memutuskan persoalan ini?' tanya Sasana lagi sambil menatap tajam sekali. "Nona......" Menyahuti Yo Him. "Nona adalah puteri dari pangeran Ghalik, jelas engkau akan berdiri di pihak ayahmu. Kepandaianmu juga tidak rendah! Engkau seorang wanita yang luar biasa, memiliki segala-galanya! Wajahmu cantik, kepandaianmu tinggi benarbenar mengagumkan sekali, jarang ada seorang wanita yang sehebat engkau! "Tapi sekarang aku ingin bertanya padamu, jika saja aku menawarkan padamu nona bahwa engkau akan diberikan kedudukan yang tinggi dalam suatu pemerintahan di daratan Tiong-goan, oleh bangsa Han kami, apakah kau akan menerimanya dengan meninggalkan ayah dan juga bangsamu?" Disanggapi seperti itu, muka Sasana telah berobah jadi merah, dia telah berkata dengan tawar. "Jika memang kedudukan yang ditawarkan itu memang menggembirakan dan menguntungkan, mengapa harus ditolak? Tetapi sayang, sayang sekali..... justru untuk kedudukan mulia telah kumiliki, ingat, aku adalah puteri dari seorang pangeran. Pangeran Ghalik yang merupakan tangan kanan dari Kaisar kami, dan memiliki kekuasaan yang besar tidak terbatas! Jadi kau salah alamat jika bertanya seperti itu padaku......!" Dan setelah berkata begitu, si gadis tertawa dengan sikapnya yang angkuh sekali, keagung-agungan. Yo Him tertawa tawar, katanya. "Tetapi pertanyaanku tadi adalah jawaban yang hendak kuberikan! Jika nona menjawab dengan jujur hati atas pertanyaan itu, maka demikian pula jawabanku!" "Jadi benar-benar Yo Kongcu memang tidak bersedia bekerja sama dengan ayahku?" Tanya Sasana. "Kita bicara ke sana ke mari mutar-mutar, tetapi akhirnya tujuannya satu, yaitu nona berusaha untuk mendesak agar aku menerima tawaran ayah nona bukan?" Sasana tidak menyahuti, dia mengawasi Yo Him beberapa saat lamanya, sampai akhirnya mukanya berohah guram, dia menunduk sejenak. Wang Put Liong yang berada dalam gendongan Yo Him telah berbisik. "Yo Siauwhiap, biarlah kau kembalikan aku ke dalam ruang kamar tahanan itu, tapi kau ambillah dulu peta harta karun di dadaku. Setelah itu kau berusaha untuk meloloskan diri dari tempat ini......!" Yo Him tidak menyahuti, dia hanya menggelengkan kepalanya. Dan matanya mengawasi Sasana dengan tajam. Waktu itu Sasana telah mengangkat kepalanya, dia menghela napas. "Sesungguhnya Yo kongcu," Kata Sasana kemudian. "Kau masih belum mengerti duduknya hal......!" "Jika memang boleh kutahui, persoalan apakah itu nona?" Tanya Yo Him dengan sikap yang tenang. Sasana menghela napas, wajahnja tetap muram, seperti juga ada sesuatu yang mengganjel hatinya. "Kau tentu menduga, bahwa ayahku bekerja dengan setia menyerahkan jiwa dan raganya untuk Kaisar, bukankah begitu?" Yo Him mengangguk. "Memang seorang pangeran yang telah menerima kekuasaan dan kepercayaan dari Kaisarnya tentu akan melakukan tugasnya sebaik mungkin......!" "Memang benar, tapi ayahku tengah menghadapi kesulitan yang tidak kecil.....!" "Apakah nona ingin mengatakan bahwa ayah nona akan berhadapan dengan kami, para kesatria daratan Tiong-goan?" Tanya Yo Him dengan sikap mengejek. "Bukan!" Menggeleng si gadis. "Lalu?" Tanya Yo Him. "Justru ayahku tengah mengalami gangguan dalam dari orangorangnya sendiri!" Kata Sasana. Yo Him mengerutkan alisnya, kemudian tertawa tawar. "Kukira itu tidak ada perlunya diceritakan nona!" Katanya kemudian. "Tetapi, tahukah Yo kongcu, bahwa sekarang ayahku dalam keadaan terancam? Bukan kami ayah dan anak memberatkan kedudukan kami, tetapi justru keselamatan kami......! Di mana orang kepercayaan ayah, yang sangat diandalkan, ternyata merupakan musuh dalam selimut......" Yo Him diam saja. "Kongcu tentu kenal dengan Koksu kami, yaitu Tiat To Hoat-ong bukan?" Tanya Sasana. Yo Him mengangguk. "Dialah Koksu negara kalian yang tangguh berkepandaian tinggi sekali. Ayahpun telah beberapa kali beradu tangan dengannya......?!" Menyahuti Yo Him. Sasana menghela napas lagi, diapun telah memperlihatkan wajah yang murung. "Justru Tiat To Hoat-ong sekarang ini tengah berusaha menghimpun suatu kekuatan, untuk menggeser pengaruh ayahku!" Kata Sasana. Yo Him memandang tertegun pada si gadis tetapi kemudian katanya tawar. "Itulah urusan di antara kalian. Tentu tidak dapat aku memberikan komentar......!" "Benar!" Mengangguk si gadis. "Ayahkupun tidak mengetahui maksud buruk dari Tiat To Hoat-ong. Baru aku seorang yang telah berhasil mengetahui dengan jelas maksud Koksu kami itu yang ingin menggeser dan meruntuhkan ayahku, menindih pengaruhnya, mempengaruhi Kaisar kami agar ayah terpojokkan...... Bara Naga Karya Yin Yong Perintah Maut Karya Buyung Hok Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL