Beruang Salju 26
Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 26
Beruang Salju Karya dari Sin Liong Angin pagi yang berhembus mengenai dirinya terasa mulai hangat. Agak lama juga Wie Liang Tocu berdiam diri di situ, dia beristirahat sejenak lamanya lagi baru kemudian berusaha untuk bangun berdiri. Akhirnya dia berdiri sendiri. Akan tetapi sepasang kakinya masih gemetaran lemas tidak bertenaga. Cepat-cepat Wie Liang Tocu duduk pula, karena dia tidak mau terlalu memaksakan diri, karena jika dia terlampau mengerahkan seluruh kekuatannya, bisa membuat dia terluka di dalam yang tidak ringan. Maka Wie Liang Tocu telah duduk bersemedhi kembali. Di antara kesunyian pagi seperti itu, tiba-tiba pendengaran Wie Liang Tocu yang sangat tajam mendengar suara langkah kaki seseorang yang tengah menghampiri ke arah tempat di mana dia berada. Wajah Wie Liang Tocu berobah, karena menduga tentunya Tiat To Hoat-ong yang telah perintahkan kaki tangannya melakukan pengejaran terhadap dirinya. "Keadaanku sedang demikian lemah. Jika mereka berhasil mencariku dan menemui jejakku niscaya aku akan menghadapi kesulitan yang tidak kecil.....!" Diam-diam Wie Liang Tocu membathin di dalam hatinya. "Akan tetapi, biarlah aku akan mengadu jiwa dengan mereka. Jika memang aku bisa membinasakan tiga orang dari mereka, itupun sudah lebih dari cukup sebagai imbalannya......!" Karena berpikir seperti itu, diliputi oleh semangat untuk berbuat nekad, Wie Liang Tocu sudah tidak memperdulikan akan kesehatan tubuhnya yang belum pulih. Dia menyalurkan seluruh sisa kekuatan tenaga dalamnya, kemudian memusatkan pada ke dua telapak tangannya. Karena Wie Liang Tocu bermaksud begitu lawan memperlihatkan diri, dia akan menyerangnya dengan hebat untuk mengadu jiwa. Suara langkah kaki semakin dekat juga. Malah Wie Liang Tocu yang memiliki pendengaran sangat tajam seketika mengetahui bahwa suara langkah kaki itu bukan hanya seorang saja, sedikitnya terdiri dari empat orang. Menyadari bahaya yang mengancam keselamatan dirinya membuat Wie Liang Tocu selain berbuat nekad dan bersiap sedia untuk menghadapi kematian bersama-sama dengan lawanlawannya itu, juga dia telah berpikir keras untuk mencari daya lain yang sekiranya lebih baik. Saat itu Wie Liang Tocu mendengar suara langkah kaki itu semakin dekat juga. Dia membuka matanya lebar-lebar mengawasi ke arah dari mana didengarnya suara langkah kaki itu mendekati. Dan akhirnya dilihatnya beberapa sosok bayangan yang telah munculnya dari bagian sebelah kanannya. Wie Liang Tocu mengempos semangatnya. Dia mengawasi lebih tajam lagi menantikan kesempatan untuk mendahului lawannya yang akan dibinasakannya dengan satu kali pukulan maut dari seluruh sisa tenaga yang masih dimilikinya. Ke empat sosok bayangan tubuh yang muncul itu ternyata empat orang laki-laki bertubuh kurus, dengan usia yang tidak sama. Ada yang berusia limapuluh tahun lebih, ada yang berusia empatpuluh lima tahun, akan tetapi yang termuda di antara mereka, ada yang berusia empatpuluh tahun. Ke empat orang itu berpakaian compang camping, pakaian mereka penuh tambalan. Wie Liang Tocu waktu melihat ke empat orang tersebut, yang ternyata merupakan empat orang pengemis, ia mengeluarkan seruan tertahan karena heran dan girang. "Wie Liang Tocu.....!" Berseru ke empat orang itu yang melihat Wie Liang Tocu dengan kegirangan yang meluap-luap. "Kami mencari Wie Liang Tocu kemana-mana dengan bersusah payah, kiranya Wie Liang Tocu berada di sini, terimalah hormat kami!" Wie Liang Tocu sudah tidak sempat mendengar terus perkataan ke empat pengemis itu, karena dirasakan seluruh tenaganya telah habis. Tubuhnya lemah dan dia lunglai tidak sadarkan diri, pingsan. Ke empat orang pengemis itu terkejut melihat keadaan Wie Liang Tocu. Salah seorang di antara mereka segera maju untuk memeriksanya, dan mereka jadi saling pandang satu dengan yang lainnya. Waktu mereka memperoleh kenyataan Wie Liang Tocu terluka di dalam yang tidak ringan, juga tampaknya Tianglo dari Kay-pang ini pun dalam keadaan pingsan disebabkan kehabisan tenaga. Tanpa berjanji terlebih dulu, mereka telah mengangkat tubuh pemimpin mereka ini. Dua orang mengangkat kaki, dua orang lagi mengangkat punggung Wie Liang Tocu, yang mereka bawa lari dengan gesit sekali. Wie Liang Tocu sendiri tidak mengetahui bagaimana kelanjutan dari pertemuan dengan ke empat orang pengemis itu. Dia hanya merasakan dirinya melayang-layang, dan kemudian pandangan matanya gelap sekali, lenyaplah kesadarannya..... Y Ke empat orang pengemis tersebut lain dari ke empat orang tokoh Kay-pang yang memiliki tingkatan delapan karung, mereka memiliki kepandaian yang tidak lemah. Akan tetapi mereka pun tidak berani sembarangan untuk berusaha mengobati Tianglo mereka ini dengan mempergunakan lweekang masing-masing, walaupun mereka telah melihatnya bahwa Wie Liang Tocu terluka di dalam yang cukup berat. Karena itu mereka cepat-cepat membawa Wie Liang Tocu ke tempat mereka, untuk menemui salah seorang tokoh Kay-pang, agar tokoh Kay-pang itu, yang memiliki lweekang berada di atas tingkatan mereka, dapat mengobati luka Wie Liang Tocu. Dengan berlari-lari cepat di pagi itu, dalam waktu sekejap mata saja telah puluhan lie yang mereka lalui dan telah meninggalkan kota raja semakin jauh juga. Memang Wie Liang Tocu tengah dicari oleh pihak Kay-pang, karena sebagai tianglo tentu saja kehadirannya di tempat rapat besar Kay-pang sangat diperlukan sekali. Karena itu, banyak murid-murid Kay-pang yang telah diperintahkan untuk mencari Wie Liang Tocu guna diundang hadir di Hou-ciu, dalam rapat besar Kay-pang yang akan diselenggarakan malaman Cap-go di bulan mendatang. Siapa sangka, ke empat pengemis delapan karung itu, telah berhasil menemui Wie Liang Tocu, di saat Tianglo itu tengah dalam keadaan sekarat, karena terluka begitu parah. Disamping girang, juga ke empat murid Kay-pang tersebut berkuatir sekali. Mereka begitu bergegas untuk kembali ke tempatnya membawa Wie Liang Tocu. Setelah berlari-lari lagi sejenak lamanya, waktu mendekati tengah hari, sampailah mereka di muka sebuah dusun. Dusun itu tidak terlalu besar, rumah penduduk di situpun tidak padat, satu dengan yang lainnya terpisah cukup jauh, sehingga keadaan di tempat itu tenang sekali. Dan ke empat murid Kay-pang itu telah melarikan Wie Liang Tocu ke arah selatan dari dusun tersebut, di mana akhirnya, di permukaan sebuah bukit, dekat kaki bukit sebelah barat, berdiri sebuah kuil yang tidak begitu besar. Kuil tersebut adalah kuil tua yang merupakan tempat sembahyang penduduk dusun itu. Akan tetapi disebabkan tidak ada yang merawatnya, kuil tua itu semakin rusak dan ada bagiannya yang telah gugur. Maka semakin sedikit sekali orang-orang dusun tersebut yang datang bersembahyang di kuil itu. Akhirnya kuil tua itu merupakan kuil tua yang kosong dengan tidak terawat sama sekali. Dan dengan demikian segera juga kuil itu dijadikan tempat berkumpul dari anggota-anggota Kay-pang yang berada di sekitar kota itu. Dan sekarang ke empat pengemis delapan karung itu telah membawa Wie Liang Tocu ke kuil tua tersebut, karena memang mereka ingin menemui seorang tokoh Kay-pang yang didengarnya berada di kuil tersebut. Ketika ke empat pengemis tingkat delapan karung yang membawa Wie Liang Tocu tiba di muka kuil tersebut, mereka melihatnya bahwa di depan kuil duduk bersemedhi dua orang pengemis muda. Ke dua pengemis muda itu walaupun tampaknya tidur sesungguhnya tidak tidur. Merekalah dua orang penjaga dari golongan Kay-pang kalau ada orang asing yang datang ke kuil tersebut. Karenanya, begitu mereka melihat empat orang pengemis Kay-pang dari tingkat delapan karung mendatangi, mereka terkejut dan cepat-cepat melompat bangun untuk berlutut di hadapan ke empat pengemis itu. "Jangan banyak peradatan!" Perintah salah seorang dari ke empat pengemis itu. "Cepat beritahukan kedatangan kami kepada Samcie-sin-kay!" Sam-cie-sin-kay adalah Pengemis Sakti dengan Tiga Jari, yang di dalam kalangan Kang-ouw sangat terkenal sekali, sebab kepandaiannya yang sangat tinggi. Akan tetapi perangai pengemis tersebut sangat aneh. Setiap turun tangan dia selalu tidak pilih bulu dan mengambil sikap keras. Hanya kepada murid-murid Kay-pang belaka Sam-cie-sin-kay bersedia menolong kesulitan si murid Kay-pang. Akan tetapi untuk orang luar, walaupun orang itu menangis sambil berlutut memohon agar dirinya ditolong dari suatu kesulitan, tidak nantinya Sam-ciesin-kay mau menolonginya. Ke dua murid Kay-pang itu, yang merupakan murid Kay-pang tingkat tiga karung telah mengiyakan cepat sekali. Mereka mempersilahkan dulu ke empat pengemis itu agar masuk ke dalam kuil, lalu mereka berlari ke dalam untuk memberikan laporan. Tidak lama kemudian keluar seorang pengemis tua berusia limapuluh tahun lebih, dengan langkah lebar. Di belakangnya mengikuti pengemis yang tadi. Ke empat pengemis delapan karung itu di waktu melihat si pengemis tua tersebut, cepat-cepat merangkapkan sepasang tangan masing-masing, karena mereka telah meletakkan Wie Liang Tocu yang rebah pingsan di atas sebuah kursi panjang. "Harap Toako menerima hormat kami," Kata ke empat pengemis itu berbareng. "Kami datang dengan membawa sedikit persoalan buat partai kita!" Pengemis tua yang baru keluar itu tidak lain dari Sam-cie-sin-kay. Dia cepat-cepat membalas hormat ke empat pengemis yang tingkatannya di dalam Kay-pang setingkat dengannya. "Jangan terlalu banyak peradatan, walaupun bencana apa saja yang terjadi, tentu membuat Sam-cie-sin-kay mempertaruhkan jiwanya guna membela Kay-pang!" Setelah berkata begitu Samcie-sin-kay dengan memperlihatkan sikap sungguh-sungguh telah berkata lagi. "Nah, sekarang katakanlah, apakah sekiranya persoalan yang kalian sebutkan tadi?!" Ke empat pengemis itu kembali memberi hormat. Walaupun Samcie-sin-kay merupakan tokoh Kay-pang tingkat delapan karung sama halnya dengan mereka, akan tetapi justru ke empat pengemis tersebut mengindahkan sekali Sam-cie-sin-kay yang memiliki suatu keahlian yang melebihi mereka, bahkan memiliki ilmu andalan yaitu ilmu pengobatan yang sangat hebat. Setiap anggota Kay-pang yang terluka bagaimana berat dan parahnya tentu akan dapat disembuhkan oleh Sam-cie-sin-kay. "Kami ingin minta pertolongan dari Toako guna menyembuhkan Wie Liang Tocu Tianglo.....!" Menjelaskan salah seorang dari ke empat pengemis itu. Mendengar disebutnya Wie Liang Tocu Tianglo, wajah Sam-ciesin-kay berobah, bola matanya mencilak memain tidak hentihentinya. "Wie Liang Tocu Tianglo? Apa yang telah terjadi pada diri Wie Tianglo!" Waktu bertanya begitu, bola mata Sam-cie-sin-kay melirik kepada Wie Liang Tocu yang rebah pingsan di kursi panjang. Diapun bukan hanya melirik saja, dengan gerakan yang ringan sekali dia nelompat ke samping Wie Liang Tocu, kemudian mengeluarkan seruan kaget, katanya dengan murka. "Siapa yang demikian kurang ajar telah berani melukai Wie Tianglo sedemikian rupa?" Suaranya menggeledek sekali. Ke empat pengemis yang membawa Wie Liang Tocu jadi terkejut, mereka cepat-cepat merangkapkan tangan masing-masing memberi hormat. "Maafkan dan ampunilah kami murid-murid yang tidak punya guna, sehingga kami hanya kebetulan belaka menemui Wie Tianglo dalam keadaan yang telah terluka parah. Belum lagi kami sempat untuk memberi hormat dan meminta keterangan, Wie Tianglo telah jatuh pingsan di depan sebuah hutan belukar..... "Dengan demikian kami tidak mengetahui siapa yang telah melukai Wie Tianglo! Tetapi jika memang Wie Tianglo telah tertolong dan tersadar dari pingsannya, tentu Wie Tianglo dapat memberikan keterangan siapa yang telah menganiaya dirinya! Kami berempat bersumpah, walaupun harus membuang jiwa di dalam kobaran api dan rendaman minyak yang mendidih, kami akan mempertaruhkan jiwa kami untuk membalaskan sakit hati Wie Tianglo!" Bola mata Sam-cie-sin-kay mencilak beberapa saat, kemudian katanya dengan semangat yang terbangun. "Kukira kalian membawa persoalan apa! Tidak tahunya persoalan Wie Tianglo! Jangankan kalian yang meminta pertolongan dan bantuanku agar menolongi Wie Tianglo, jika tidak meminta, itu sudah jadi kewajibanku untuk menyelamatkan jiwa Wie Tianglo.....!" Setelah berkata begitu Sam-cie-sin-kay cepat-cepat memeriksa keadaan Wie Tianglo. Setelah sekian lama memeriksa dia memperoleh kcnyataan bahwa luka di dalam tubuh Wie Tianglo sangat parah sekali, karena banyak urat-urat halusnya yang telah hancur dan putus. Dengan demikian, hawa murninya tidak dapat diatur seperti semula. Disamping itu pula memang hawa murni dari Wie Tianglo tampak mengalir kacau sekali, tidak teratur. Jantungnya berdegup lemah sekali dan darahnya beredar acak-acakan. Selesai memeriksa, Sam-cie-sin-kay menghela napas. "Entah siapa yang memiliki tangan begitu telengas melukai Wie Tianglo, dengan cara seperti ini.....?!" Menggumam Sam-cie-sinkay dengan suara mengandung kemarahan. "Apakah Wie Tianglo masih bisa diselamatkan, Toako?!" Tanya ke empat pengemis itu dengan suara berkuatir sekali. Sam-cie-sin-kay tidak segera menyahuti, dia berdiam diri bagaikan berpikir keras. mulutnya menggumam perlahan. "Sam-cie-hiat yang hancur, Bo-liang-hiat yang putus, Tiang-ku-hiat yang remuk dan beberapa jalan darah terpenting di tubuh yang tersumbat. Semua itu merupakan tanda-tanda dari korban keganasan ilmu tenaga dalam yang dahsyat! Entah siapa yang telah turunkan tangan demikian keji pada Wie Tianglo dan siapa orang liehay itu.....!" Sambil menggumam seperti itu, tidak hentinya Sam-cie-sinkay memeriksa terus tubuh Wie Liang Tocu Akhirnya, sambil bangkit, dia menghela napas, katanya kepada ke empat pengemis yang membawa Wie Tianglo padanya. "Walaupun tidak sampai menemui kematian akan kukuatirkan luka Wie Tianglo akan membuatnya bercacad seumur hidup.....!" Kata Sam-cie-sin-kay. "Apakah...... apakah Toako tidak bisa menolongnya agar Wie Tianglo sembuh tanpa kurang suatu apapun juga?" Tanya ke empat pengemis itu. Mereka seperti juga memohon kepada Sam-cie-sinkay, karena mereka mengetahui benar bahwa Sam-cie-sin-kay mengerti dan liehay ilmu pengobatannya. Sam-cie-sin-kay menghela napas lagi, tampak dia seperti berpikir lama sekali. Baru kemudian dia berkata lagi. "Aku akan berusaha untuk menolongi jiwa Wie Tianglo, walaupun dengan cara pengobatan yang akan kutempuh itu kemungkinan bisa mengorbankan sebagian dari tenaga lweekangku, hal itu tidak menjadi soal. Namun yang tengah kupikirkan, jika saja pengobatan seperti itu gagal, tentu akan membuat Wie Tianglo cacat seumur hidup! Ada satu ramuan obat yang bisa meringankan luka Wie Tianglo dan hanya satu-satunya di dunia obat tersebut yang bisa menyalamatkan jiwa Wie Tianglo.....!" "Obat apakah itu Toako?" Tanya ke empat pengemis tersebut serentak. "Obat itu sangat sulit diperoleh, hanya tumbuh satu kali dalam seratus tahun! Karena itu, jarang sekali, boleh dibilang hampir sama sekali tidak ada orang yang memiliki obat tersebut.....! Karena itu, untuk memperoleh obat itu, jika tidak secara kebetulan, jangan harap kita bisa memperolehnya......!" "Katakanlah Toako, obat apakah itu? Kami berempat akan berusaha mencari sahabat-sahabat kami. Seumpama di antara mereka ada yang menyimpan obat yang toako maksudkan! Yang terpenting jiwa Wie Tianglo dapat diselamatkan.....!" Sam-cie-sin-kay menghela napas tagi, dia tersenyum pahit, katanya kemudian. "Memang kalian berempat mungkin memiliki banyak sahabat dan bisa saja meminta pertolongan dan bantuan mereka kalau-kalau mereka menyimpan obat yang kumaksudkan itu! Tetapi aku yakin, walaupun kalian mengelilingi seluruh permukaan dunia ini untuk mencari sahabat-sahabat kalian, belum tentu obat itu berhasil ditemukan......!" Setelah berkata begitu, Sam-cie-sin-kay menghela napas lagi berulang kali, wajahnya muram sekali. Ke empat pengemis itu tampak penasaran, tanya mereka dengan serentak. "Tetapi tidak ada salahnya jika Toako memberitahukan kami obat apakah yang ingin dipergunakan itu, dan tidak salahnya juga, jika kami berusaha mencarinya!" "Tetapi percuma dan akan sia-sia. Dalam waktu dua kali duapuluh empat jam pengobatan terhadap diri Wie Tianglo sudah harus dilakukan. Jika terlambat satu hari saja, berarti keselamatan jiwanya sulit ditolong lagi..... Maka dari itu, untuk memperoleh obat mujarab tersebut, bagaimana mungkin kalian bisa menemuinya hanya dalam dua hari saja?!" Muka ke empat pengemis itu berobah pucat, merekapun tampaknya jadi muram sekali. Malah salah seorang di antara mereka, telah duduk numprah di lantai dan menangis menggerung-gerung. Di antara ke empat pengemis itu mungkin dialah yang paling lemah hati dan perasaannya, sehingga tanpa malu-malu lagi, karena terlalu berkuatir dan berduka memikirkan keselamatan jiwa Wie Tianglo, dia menangis terisak-isak. Waktu itu Sam-cie-sin-kay telah menghiburnya. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Sudahlah, kalian jangan berduka seperti itu! Aku akan berusaha untuk menolongi jiwa Wie Tianglo! Kita berusaha, tentang berhasil atau tidaknya usaha kita, saja serahkan kepada Thian!" Setelah berkata begitu Sam-cie-sin-kay perintahkan pada pengemis tingkat tiga karung itu untuk mempersiapkan kamar buat ke empat tamunya, ke empat pengemis yang sama tinggi tingkatnya dengan dia dan juga sebuah kamar untuk Wie Liang Tocu. Pengemis tingkat tiga karung itu bekerja cepat sekali, karena sebentar kemudian dia telah datang melapor kepada Sam-cie-sinkay bahwa kamar yang disiapkan untuk Wie Lieng Tocu dan ke empat pengemis itu telah selesai dan telah dibersihkan maka dengan dibantu oleh ke empat pengemis Kay-pang itu, Sam-ciesin-kay mengangkat Wie Tianglo ke sebuah kamar. Wie Tianglo adalah seorang tokoh Kay-pang dia telah menggemblok sembilan lapis karung, dengan demikian berada satu tingkat di atas kedudukan Sam-cie-sin-kay. Dengan begitu pula, Sam-cie-sin-kay ingin berusaha sedapat mungkin untuk menolongi jiwa Tianglonya ini. Wie Tianglo ini yang sebenarnya adalah tocu sebuah pulau, sangat cepat sekali naik tingkatnya dalam partai Kay-pang. Pertama masuk Kay-pang dia dianugerahi kedudukan tujuh karung oleh pangcu Kay-pang yaitu Yeh-lu Chi. Dan setelah dia mengangkat saudara dengan Yo Him (dalam cerita Sin-tiauw-thian-lam) karena memang ilmu silatnya yang sangat tinggi dan jasanya yang tidak sedikit dalam Kay-pang, maka dalam waktu yang singkat dia naik tingkat menjadi delapan karung..... Dan kemudian sekarang tingkatnya telah naik pula menjadi Tianglo Kay-pang dengan karung sembilan. Semua anggota Kay-pang serta pangcu Kay-pang sendiri menaruh rasa hormat dan segan pada Wie Tianglo ini. Setelah meletakkan dengan baik Wie Liang Tianglo di atas pembaringan, Sam-cie-sin-kay mulai bekerja untuk menolongi Tianglo ini. Pertama-tama dia menotok puluhan jalan darah di tubuh Wie Liang Tocu, kemudian dia menguruti sekujur tubuh Tianglo itu, sampai keringat membasahi seluruh tubuh Sam-cie-sin-kay. Namun Samcie-sin-kay tidak berhenti dan terus juga menguruti dan menotok berbagai bagian anggota tubuh Wie Liang Tocu, dengan demikian tampak dia letih bukan main. Ke empat orang pengemis yang bertingkat delapan karung berdiri di samping pembaringan mengawasi dengan berkuatir. Sebenarnya mereka ingin menanyakan kepada Sam-cie-sin-kay apakah mereka berempat diperkenankan untuk bantu menyalurkan lweekang mereka guna menguruti tubuh Wie Liang Tocu. Walaupun bagaimana lweekang ke empat pengemis itu sangat tinggi sekali, hanya saja mereka tidak mengerti ilmu pengobatan. Dengan demikian mereka tidak bisa turun tangan bantu menolongi Tianglo mereka yang seorang itu. Tetapi jika mereka berempat berdiam diri saja juga membuat mereka jadi tidak tenang, karena melihat betapa Sam-cie-sin-kay telah mandi keringat seperti itu, tampaknya sangat lelah bukan main. Sedangkan Wie Liang Tocu masih berada dalam keadaan pingsan. Salah seorang di antara ke empat pengemis itu rupanya sudah tidak dapat menahan diri. Dialah yang tadi menangis duduk numprah di atas lantai, dialah yang memiliki perasaan sangat halus dan hati yang lemah. Sekarang menyaksikan keadaan seperti itu, segera juga dia bertanya kepada Sam-cie-sin-kay. "Toako, apakah..... apakah aku diperbolehkan untuk bantu menguruti mewakili kau sejenak, asal kau memberitahukan jalan darah mana yang perlu ditotok. Dengan demikian Toako dapat beristirahat dengan baik, agar toako pulih kembali!" Sam-cie-sin-kay berhenti menguruti. Dia mengerutkan sepasang alisnya, tanpa menjawab tampaknya dia ragu-ragu. Akan tetapi setelah dia berpikir beberapa saat, akhirnya dia mengangguk. "Baiklah!" Katanya. "Memang ada baiknya kita bergantian dan aku akan memberitahukan bagian-bagian mana yang perlu diurut dan bagian mana yang perlu ditotok!" Setelah berkata begitu, tampak Sam-cie-sin-kay bangun dari pembaringan itu, dan meminta pengemis karung delapan itu duduk di pembaringan. Dengan duduk di samping pembaringan, Sam-ciesin-kay telah memberikan petunjuknya. "Totok jalan darah Gu-peng-hiat, Sam-tiang-hiat, lalu Kian-huhiat..... totok pula jalan darah Ma-liang-hiat, lalu mengurut jalan darah Huang-cie-hiat, kemudian jalan darah Gu-sie-hiat..... lalu menotok jalan darah.....!!" Begitulah seterusnya Sam-cie-sin-kay telah memberikan petunjuknya seperti juga dia tengah menghapal. Sedangkan pengemis delapan karung telah menuruti setiap petunjuk yang diberikan oleh Sam-cie-sin-kay, jalan darah mana yang ditotok, jalan darah mana yang harus diurutnya. Sebentar kemudian keringat telah memenuhi tubuh pengemis itu, napasnya memburu. Setiap kali dia menotok, dirasakannya dari ujung jari telunjuknya seperti menerobos keluar hawa yang panas sekali. Itulah tanda bahwa tenaga dalamnya telah mengalir keluar. Dengan begitu pula jelas dia telah membuang tenaga dalamnya yang tidak sedikit. Rupanya cara pengobatan yang tengah dijalankan oleh Sam-ciesin-kay merupakan cara yang sangat luar biasa, di mana membutuhkan lweekang yang mahir dan tinggi sekali. Jika seorang yang berusaha menolong itu memiliki sinkang dan lweekang yang tidak terlalu tinggi, malah akan membuat orang itu sendiri yang terluka di dalam dan kemungkinan bila memperoleh kematian! Waktu itu, melihat si pengemis telah bermandikan keringat yang banyak dan deras sekali. Segera juga Sam-cie-sin-kay memintanya untuk diganti pula olehnya. Akan tetapi dengan serentak ke tiga pengemis lainnya menawarkan diri mereka untuk menggantikan kedudukan teman mereka. Sam-cie-sin-kay, tidak keberatan, segera meluluskannya permintaan mereka, di mana tampak mereka telah bergantian menyalurkan kekuatan lweekang masing-masing menotok jalan darah dan mengurut berbagai jalan darah yang disebutkan oleh Sam-cie-sin-kay. Cepat sekali seorang demi seorang mereka telah bermandikan keringat yang deras sekali, juga tampak mereka sangat lelah. Terakhir, setelah ke tiga pengemis itu bergiliran menotok dan mengurut berbagai jalan darah di tubuh Wie Liang Tocu, segera juga digantikan pula oleh Sam-cie-sin-kay, yang telah menotok dan mengurut tubuh Wie Liang Tocu. Akan tetapi Wie Liang Tocu tetap berada dalam keadaan pingsan. Tidak terlihat sedikitpun kemajuan yang diperoleh atas pengobatan itu. Setelah menotok dan mengurut sekian lamanya, di mana keringat telah membanjiri sekujur tubuh Sam-cie-sin-kay, tampak Sam-ciesin-kay menggumam dengan suara yang perlahan. "Walaupun bagaimana tidak ada jalan lain hanya mempergunakan obat mujarab itu barulah Wie Liang Tocu bisa diselamatkan jiwanya!" Waktu mengucapkan perkataannya itu Sam-cie-sin-kay memperlihatkan wajah yang suram. Ke empat pengemis itu, yang masing-masing tengah berkuatir dengan hati yang berdebar keras, serentak bertanya. "Toako, tolong kau beritahukan pada kami sesungguhnya obat apakah yang kau maksudkan itu?" Wajah Sam-cie-sin-kay tampak masih muram, ia menghela napas beberapa kali tanpa menyahuti pertanyaan ke empat orang pengemis itu. Walaupun bagaimana keadaan Wie Tianglo memang menguatirkan sekali, membuat ke empat pengemis itu tidak bisa bersabar lagi. Malah salah seorang di antara mereka berkata. "Apakah toako dapat lebih cepat memberitahukan kepada kami, sesungguhnya obat apa yang dapat menyembuhkan luka dalam yang diderita oleh Wie Tianglo? Jika terlambat, kami kuatir bisa membahayakan jiwanya!" Setelah berkata, beberapa kali ke empat pengemis tersebut menghela napas sambil memperlihatkan wajah suram mengandung kedukaan yang sangat. Sam-cie-sin-kay melihat keadaan ke empat orang pengemis tersebut jadi tidak tega hati untuk berdiam diri terlalu lama, akhirnya dia berkata. "Baiklah, aku akan memberitahukan pada kalian obat mujarab yang kumaksud itu!" Setelah berkata begitu, Sam-cie-sin-kay memandang lagi bergantian kepada ke empat pengemis tersebut, katanya lagi. "Jika memang ingin dibicarakan lebih jauh, luka Wie Liang Tianglo sangat berat sekali. Banyak urat dan jalan darahnya yang terputus, dengan demikian sulit untuk menyembuhkannya. Jika tokh berkat obat mujarab itu kesehatannya bisa pulih, tokh itupun belum berarti Wie Liang Tianglo akan sehat keseluruhannya. "Kemungkinan ia akan lumpuh atau bercacad dengan punahnya seluruh latihan tenaga dalamnya. Karena dari itu, semula aku tidak bermaksud memberitahukan kepada kalian tentang obat mujarab tersebut. "Namun apa salahnya jika memang kalian berempat tokh berusaha untuk mencari obat itu karena kulihat kalian memang bertekad walaupun bagaimana ingin menolongi jiwa Wie Liang Tocu dari kematian dan dari kecacatan yang bakal terjadi! Hemmm, walaupun hanya tinggal waktu dua hari, di mana dalam dua hari kalian sudah harus memperoleh obat yang kumaksudkan itu, dan tidak yakin bahwa kalian akan dapat berhasil mencarinya. "Namun tidak ada salahnya jika memang aku memberitahukan agar kelak kalian tidak penasaran dan merasa puas telah berusaha mencari obat tersebut.....! Dengarkanlah oleh kalian baik-baik. "Obat itu semula merupakan Swat-lian dari Thian-san, akan tetapi berkat kecerdasan dari seorang Locianpwe pada ribuan tahun yang lalu, telah mempergunakan teratai salju itu sebagai pohon induk yang "dikawinkan" Dengan pohon Jin-som dari Tibet, maka terlahir semacam pohon yang luar biasa sekali khasiat dan kegunaannya, hasil dari perkawinan yang terjadi antara Swat-lian dan Jin-som yang telah berusia ribuan tahun! "Itulah baru berhasil setelah locianpwe itu bersusah payah membuang waktunya selama tigapuluh tahun! Pohon yang ditemukannya dari hasil perkawinan tersebut diberi nama Liansom. Dan pohon itu baru berkembang puluhan tahun dari kembang sebelumnya. Semula memang dalam sepuluh tahun pohon tersebut memberikan hasil bunga pertamanya hanya dalam tigapuluh tahun, bunga gelombang ke dua empatpuluh tahun, dan limapuluh tahun kemudian baru memperoleh kembang gelombang ke tiga. "Begitu seterusnya setiap kali bertambah sepuluh tahun. Semakin tua usia pohon itu, makin jarang sekali berkembang..... dan jarang pula orang yang mengetahui perihal pohon Lian-som tersebut. Karena dari itu, jika memang tidak kebetulan jangan harap kita bisa memperoleh kembang pohon mujarab dan ajaib tersebut..... Bukan disebabkan harganya, akan tetapi khasiat yang dimiliki pohon tersebut memang sangat luar biasa.....!" Setelah berkata begitu, Sam-cie-sin-kay menghela napas berulang ka1i dengan wajah yang muram. Sedangkan ke empat pengemis yang memiliki tingkat delapan karung itu jadi berobah wajah mereka pucat pias. Merekapun mengeluh. Karena didengar dari keterangan Sam-cie-sin-kay memang tidak mudah buat mereka memperoleh Lian-som, pohon ajaib dan mujijat tersebut. Semangat mereka untuk mencari kembang dari Lian-som tersebut pun menurun separoh. Jika sebelumnya mereka memiliki harapan besar untuk berusaha memperoleh pohon Lian-som, sekarang setelah mengetahui asal usul pohon itu, mereka jadi berkurang keyakinannya. "Kepada siapa kalian ingin mencari kembang Lian-som itu? Nah, semuanya telah kuberitahukan, karena itu jika memang Wie Liang Tianglo memiliki usia panjang dan juga diberkahi oleh Thian, tentu dalam dua hari secara mujijat dan ajaib sekali kalian bisa menemukan kembang pohon Lian-som tersebut!" Ke empat pengemis itu memandang dengan muka yang kaku dan muram mengandung kedukaan dan kekuatiran. Walaupun bagaimana merekapun kini diliputi perasaan bingung, karena memang mereka sendiri tidak mengetahui kemana harus mencari pohon ajaib yang dimaksudkan oleh Sam-cie-sin-kay. "Kalian berempat boleh pergi mencari pohon bunga ajaib itu, sedangkan aku akan tetap di sini mengobati dan menotok seluruh jalan darah dari Wie Liang Tianglo. Dengan demikian, kekuatan daya tubuh Wie Tianglo bisa lebih panjang. Akan tetapi perlu kujelaskan dan kutegaskan di sini, selewatnya dua hari, akupun tidak berdaya apa-apa lagi untuk menyelamatkan jiwa Wie Tianglo......" Setelah berkata begitu, Sam-cie-sin-kay menghela napas penuh putus asa. Jika sekarang dia ingin menotok dan mengurut sekujur tubuh dan jalan darah Wie Tianglo, itulah disebabkan agar Wie Tianglo memiliki daya tahan yang jauh lebih kuat. Dan apa yang dikatakannya tadi memang benar. Jika saja terlambat memperoleh kembang Lian-som, dalam dua hari, selewatnya dari waktu itu jiwa Wie Tianglo sudah sulit dilindungi lagi. Tetapi ke empat pengemis itupun menyadari dari diam pasrah melihati saja betapa Wie Tianglo menghadapi detik-detik kematiannya, maka alangkah baiknya jika dalam dua hari ini mereka berusaha untuk mencari Lian-som. Memang untuk mencari kembang itu di toko-toko obat sudah tidak mungkin, namun untuk mencarinya di sahabat-sahabat mereka yang banyak sekali berdiam di kota raja, atau juga berusaha mencari dan mencuri dari istana raja Boan, kemungkinan besar kembang Lian-som itu akan dapat diperoleh. Teringat kepada istana Kaisar, semangat ke empat pengemis itu terbangun. "Baiklah!" Kata salah seorang di antara mereka. "Kami akan berusaha mencarinya di istana Kaisar Boan. Siapa tahu kembang Lian-som terdapat di sana, dan kami akan berusaha untuk mencurinya..... Jika saja kami berhasil mencuri bunga itu, jelas jiwa Wie Tianglo akan dapat ditolong......!" Setelah berkata begitu pengemis ini membungkukan tubuhnya memberi hormat kepada Sam-cie-sin-kay. Demikian juga halnya dengan ke tiga pengemis lainnya, mereka pun telah memberi hormat. Akan tetapi Sam-cie-sin-kay tersenyum. "Kalian akan menyatroni istana Kaisar Boan itu?!" Tanyanya dengan suara yang tawar dan tersenyum pahit. "Aku bukan tidak mempercayai akan kepandaian kalian yang tinggi di mana kepandaian kalian kemungkinan besar berada di atas kepandaianku sendiri, akan tetapi di istana Kaisar Boan itu banyak sekali terdapat jago-jagonya yang memiliki kepandaian sangat tinggi! "Aku sendiri telah puluhan tahun berkeliaran di kota raja ini, dengan demikian aku mengetahui dengan jelas semua jago-jago di istana Kaisar Boan itu..... terutama sekali Koksu atau guru negara yang bernama Tiat To Hoat-ong. Dia memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali. Jika memang kalian dipergoki olehnya, tentu kalian sulit untuk meloloskan diri dari tangannya......!" Setelah berkata begitu Sam-cie-sin-kay mengawasi ke empat pengemis itu, maksudnya ingin menasehati ke empat sahabatnya itu agar tidak menerjang bahaya menyatroni istana Kaisar Boan tersebut. Namun ke empat pengemis tua yang telah bulat tekad dan yakin akan kesanggupan mereka dan juga memang mereka ingin mempertaruhkan jiwa tanpa memikirkan resikonya, karena walaupun bagaimana mereka ingin mempertaruhkan jiwa mereka masing-masing, asal dapat memperoleh kembang Lian-som. "Baiklah Toako, terima kasih atas nasehatmu..... Kami akan tetap pergi ke istana Kaisar Boan itu untuk mencari kembang Lian-som." Setelah berkata begitu, ke empat pengemis merangkapkan tangan mereka memberi hormat dan mengundurkan diri. Sam-cie-sin-kay menghela napas dia tidak mencegah terlebih jauh. Hanya saja segera juga dia mulai menotok dan menguruti tubuh Wie Liang Tianglo, yang waktu itu masih berada dalam keadaan pingsan. Y Ke empat orang pengemis dengan tingkat delapan karung itu sebenarnya di dalam kalangan Kang-ouw terkenal sebagai Empat Hantu dari Kay-pang. Mereka dijuluk sebagai Sie-mo-kay-pang atau Empat Hantu dari Partai Pengemis. Hal ini disebabkan mereka memiliki kepandaian yang sangat tinggi juga setiap tindakan mereka luar biasa, jika membasmi penjahat, mereka tidak memandang bulu, juga selalu menurunkan tangan berat. Yang paling tua bernama Yang Kiong Sian sedangkan yang ke dua bernama Phoa Tiang Ie yang ke tiga Sun Kiang Lo dan yang ke empat dan paling muda usianya adalah Bo Siang Hong. Mereka berempat selalu bersama, dan setiap kali melakukan suatu pekerjaan, diselesaikan oleh mereka berempat. Sehingga orang-orang rimba persilatan baik yang menaruh hormat dan segan padanya, maupun yang merasa jeri dan takut menamakan mereka sebagai Sie-mo-kay-pang, Tetapi ke empat pengemis tersebut tidak keberatan menerima gelaran seperti itu, karena mereka beranggapan gelaran tidak membawa persoalan apa-apa buat mereka, yang terpenting justru tindak tanduk dan perbuatan mereka dalam rimba persilatan. Biarpun orang menggelari mereka dengan sebutan Empat Iblis atau Empat Hantu, tetapi yang pasti mereka berempat selalu berdiri di jalan yang benar dan adil. Sekarang untuk berusaha menolongi jiwa Wie Liang Tocu, mereka bermaksud mendatangi istana Kaisar Boan, untuk mencari kembang Lian-som. Jika memang di istana Kaisar Boan itu terdapat kembang Lian-som tersebut, walaupun harus mempertaruhkan jiwa mereka, ke empat pengemis Kay-pang itu akan berusaha untuk mencuri kembang Lian-som tersebut. Dari ke empat pengemis Sie-mo-kay-pang itu yang memiliki kepandaian tertinggi adalah Yang Kiong Sian, karena ia memang memiliki bermacam-macam kepandaian yang aneh-aneh di samping itu juga ilmu totokannya yang istimewa. Setiap korban yang telah ditotokannya niscaya tidak akan dapat dibuka totokan itu, jika memang bukan Yang Kiong Sian sendiri yang membukanya. Sekarang mereka berempat telah bertekad untuk menyatroni istana Kaisar karenanya begitu meninggalkan kuil tua tersebut, mereka berempat dengan mengandalkan ilmu lari cepat telah melesat bagaikan empat sosok bayangan saja, di mana mereka berlari-lari menuju ke arah kota raja. Waktu itu telah menjelang sore hari, dan ketika mereka tiba di dekat pintu kota, keadaan di sana mulai banyak orang yang mereka jumpai. Karenanya agar tidak menarik perhatian orangorang itu, ke empat Sie-mo-kay-pang ini tidak mempergunakan ginkang mereka, hanya berjalan dengan langkah lebar memasuki kota raja. Keadaan di kota raja memang berbeda jika dibandingkan dengan kota-kota lainnya, sebagai tempat bermukimnya Kaisar. Jelas kota raja merupakan kota yang sangat ramai dan besar sekali dengan bangunan-bangunan yang tinggi menjulang dengan kemewahannya. Juga sepanjang hari keadaan di kota raja ini selalu ramai, di mana banyak rumah penginapan dan rumah makan yang buka sepanjang hari, siang dan malam, karena di kota raja selalu saja ramai baik siang maupun malam hari. Yang Kiong Sian telah menganjurkan kepada ke tiga orang adiknya itu bahwa mereka baru bergerak jika hari telah menjelang malam. Dengan begitu, mereka akan lebih leluasa dan mudah berkeliaran di dalam istana Kaisar. Jika saja mereka memaksakan diri bergerak di sore itu juga, jelas mereka akan memperoleh banyak kesulitan, yang akan menghambat dan kemungkinan menggagalkan pekerjaan mereka untuk memperoleh kembang Lian-som tersebut. Ke tiga orang adik Yang Kiong Sian telah menyetujui pendapat kakak tertua mereka, begitulah mereka berempat telah mengelilingi kota raja untuk menyelidiki keadaan di tempat tersebut, kalau-kalau nanti mereka dapat dipergoki oleh para pahlawan Kaisar dan mereka tentu akan melarikan diri, meloloskan diri dari jalan-jalan yang telah mereka kenali sekarang ini. Menjelang tengah malam, ke empat pengemis itupun bersiap-siap. Yang Kiong Sian waktu itu memberitahukan kepada ke tiga orang adiknya bahwa mereka akan bekerja dengan membagi diri menjadi dua rombongan. Yang Kiong Sian akan bersama-sama Phoa Tiang Ie memasuki istana dari sebelah barat, sedangkan Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong memasuki istana dari sebelah timur. Dengan demikian mereka akan dapat bekerja lebih cepat sehingga seluruh tempat dan bagian istana kemungkinan dapat mereka datangi untuk diselidiki. Jika memang mereka berempat bergabung jelas hanya akan membuat perhatian para pahlawan di kota raja lebih besar, malah kemungkinan mereka akan dipergoki lebih mudah. Phoa Tiang Ie, Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong menyetujui rencana yang diatur oleh Yang Kiong Sian. Begitulah mereka segera membagi diri menjadi dua rombongan. Di saat kentongan ke dua tiba, ke empat pengemis itu membagi diri menjadi dua rombongan, Phoa Tiang Ie bersama Yang Kiong Sian telah pergi ke bagian barat dari sebelah istana Kaisar yang tampak begitu megah, dan Sun Kiang Lo bersama Bo Siang Hong tentu mengambil bagian timur. Keadaan di istana Kaisar waktu itu sangat ketat sekali pengawalnya. Mereka semua melakukan penjagaan dengan rapat dan boleh dibilang tidak ada bagian yang lowong dari pengawasan mereka. Karenanya ke empat pengemis dari Kay-pang itu bukannya mudah untuk menerobos ke dalam istana. Malah menurut pengamatan ke empat orang pengemis Kay-pang itu justru para pahlawan raja yang mengadakan penjagaan dengan ketat itu umumnya memiliki kepandaian yang lumayan. Yang Kiong Sian bersama Phoa Tiang Ie yang mengambil bagian barat dari istana Kaisar ternyata tidak bisa segera bekerja, karena di bagian barat dari istana Kaisar, penjagaan sangat ketat sekali. Untuk sementara waktu Yang Kiong Sian bersama Phoa Tiang Ie telah berdiam diri bersembunyi di balik batu-batu marmer yang menyerupai tugu yang terdapat di bagian istana tersebut. Mereka menantikan kesempatan yang baik baru mulai bekerja. Dikala itu, tampak yang mengadakan penjagaan, yang terdiri dari belasan orang pengawal kerajaan yang berpakaian seragam dan mereka semuanya memiliki wajah yang keras dan tubuh yang tinggi tegap. Dilihat dari langkah kaki mereka, para pengawal istana tersebut memiliki kepandaian yang tidak rendah. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Karena itu Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie tidak berani bergerak sembarangan. Sekali saja mereka bergerak ceroboh dan jejak mereka terendus oleh para pengawal itu, niscaya akan membuat mereka sulit bekerja di waktu-waktu mendatangnya. Disebabkan itu pula Phoa Tiang Ie telah membisiki Yang Kiong Sian. Jika memang pengawalan di bagian istana di tempat mereka berada itu berlangsung sampai pagi hari, mereka terpaksa harus bertindak dengan mempergunakan kekerasan dan berusaha untuk membinasakan para pengawal tersebut, karena mereka tidak dapat menanti terlalu lama. Mereka hanya memiliki kesempatan hanya dua hari. Jika hari ini mereka tidak bekerja, dan besok mereka menemui rintangan, niscaya rencana mereka untuk menerobos istana Kaisar gagal sama sekali. Yang Kiong Sian pun menyetujui pendapat kawannya, karena itu mereka mengawasi dengan ketat, di mana mereka memperhatikan gerak gerik dari belasan orang pengawal istana itu. Setelah mendekati kentongan ke tiga, waktu udara malam dingin sekali, tampak beberapa orang di antara mereka telah duduk beristirahat dengan menyenderkan tubuh di tempat penjagaan mereka. Rupanya untuk beristirahat atau memang mereka telah dipengaruhi oleh hawa mengantuk. Sedangkan beberapa orang sisanya lagi telah berkeliling untuk memeriksa keadaan di sekitar tempat itu. "Mari kita mulai bekerja.....!" Bisik Phoa Tiang Ie. Akan tetapi Yang Kiong Sian menggeleng perlahan, bisiknya. "Jangan, kita tunggu sampai beberapa orang yang tengah meronda berkeliling itu kembali. Waktu itu kita lihat apakah mereka akan beristirahat dan tidur atau memang meronda terus.....!" Phoa Tiang Ie mengangguk mengiyakan, begitulah mereka memasang mata dengan tajam mengawasi terus. Tampak tidak lama kemudian beberapa orang pengawal kerajaan yang tadi berkeliling telah kembali. Mereka semua tampak mengantuk dan letih sekali. Dan juga beberapa orang di antara mereka telah menguap. "Dari hari ke hari kita mengadakan penjagaan, keadaan selalu seperti ini-ini saja!" Kata salah seorang di antara mereka. "Mana ada lalat yang berani memasuki mulut singa? Hem lebih baik kita tidur saja..... Bukankah keadaan selalu aman?!" "Akan tetapi jika terjadi sesuatu, tanggung jawab kita sangat besar, kemungkinan leher kita akan dipotong....." Bergurau salah seorang kawannya. Tetapi orang yang tadi bicara menganjurkan untuk tidur itu tidak memperdulikan gurau kawannya. Dia telah merebahkan dirinya di kursi yang terdapat di tempat penjagaan itu, dan mereka telah memejamkan matanya bersama-sama dengan para pengawal yang terlebih dulu telah rebah di situ. Sisanya para pengawal itupun rupanya merasa mengantuk dan mereka beranggapan memang apa yang dikatakan oleh kawan mereka bahwa keadaan selalu aman, membuat mereka pun terangsang lebih kuat oleh rasa kantuk. Akhirnya mereka kalah dengan perasaan kantuk tersebut, membuat mereka memilih tempat masing-masing untuk duduk. Walaupun mereka tidak tidur, akan tetapi bermaksud untuk beristirahat. Menyaksikan keadaan seperti itu, Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie jadi girang bukan main, karena mereka yakin, jika saja para pengawal kerajaan itu kalah oleh rasa kantuk mereka dan tertidur, mereka akan dapat bekerja dengan leluasa. Dengan demikian, ke dua pengemis itupun berdoa tidak hentinya memohon kepada Thian agar membantu usaha mereka dalam hal mencari kembang Lian-som. Tidak lama kemudian beberapa orang pengawal kerajaan yang semula tidak ingin tidur itu, telah terkalahkan oleh kantuknya. Mata mereka terpejam dan kepala mereka sering lunglai dan akhirnya tertidur, terdengar suara menggeros mereka. Yang Kiong Sian memberi isyarat kepada Phoa Tiang Ie, begitulah setelah menanti sekian lama lagi, dan merasa bahwa keadaan aman untuk mereka bertindak. Ke duanya berindap-indap keluar dari tempat persembunyian mereka. Dengan gerakan tubuh yang sangat gesit sekali, tampak ke dua pengemis itu telah melompat melewati beberapa batang pohon di tempat itu dan melewati juga batu-batuan gunung buatan. Dengan tidak menimbulkan suara sedikitpun juga, mereka berdua telah memasuki ruangan dalam istana di bagian tersebut. Keadaan di dalam istana ternyata sunyi. Rupanya penghuni istana tengah dibuai oleh tidur mereka yang nyenyak sekali. Dikala itu tampak Yang Kiong Sian telah melompat ke belakang sebuah tiang besar, tangannya melambai kepada Phoa Tiang Ie, yang segera menyusul menempati dirinya di belakang tiang itu di sisi Yang Kiong Sian. Tidak lama kemudian waktu mereka memasang mata, tampak seseorang tengah melangkah dengan tindakan kaki yang lunglai dan tubuh sempoyongan dan mata setengah terpejamkan. Tampaknya orang ini berjalan dalam keadaan mengantuk. Yang Kiong Sian mengedipkan mata kepada Phoa Tiang Ie, dia ingin memberitahukan bahwa inilah kesempatan baik mereka untuk menangkap orang itu. Karenanya, waktu orang itu lewat di dekat tempat mereka bersembunyi, dengan gerakan yang sangat gesit sekali Yang Kiong Sian telah melesat keluar dari balik tiang besar itu sambil mengulurkan tangannya. Sedangkan orang yang berpakaian sebagai pelayan istana itu merasakan sambaran angin di sisi tubuhnya, segera dia membuka matanya untuk melihat. Akan tetapi, ketika melihat seseorang yang tidak dikenalnya berdiri bengis disampingnya, dia jadi kaget. Dan rasa kaget nya itu terlambat, sebab belum lagi dia bisa bertanya atau berteriak, justru tangan Yang Kiong Sian telah bekerja menotok beberapa jalan darahnya, seketika lenyap tenaga orang itu, tubuhnya lunglai dan rubuh di lantai. Yang Kiong Sian bekerja cepat sekali, dia menyeret tubuh orang tersebut. Kemudian dia membuka totokannya, lalu katanya dengan suara yang bengis sekali. "Jangan menimbulkan keributan. Jika kau berteriak atau menimbulkan kegaduhan, sekali totok jiwamu akan kukirim ke Giam-lo-ong.....!" Orang yang berpakaian sebagai pelayan istana itu, yang baru berusia antara tigapuluh tahun lebih, ketakutan bukan main, dia mengangguk berulang kali. "Aku..... aku akan menurut.....!" Katanya dengan suara yang kaku mempergunakan bahasa Han, karena tampak jelas dia merupakan seorang pelayan suku bangsa Mongolia, yang mungkin belum begitu lama dibawa ke daratan Tiong-goan. "Kau harus menjawab setiap pertanyaanku dengan benar dan juga jujur. Sekali saja kau berdusta, maka jiwamu akan kukirim ke neraka! Mengerti kau?" "Mengerti!?" "Hemm, di mana letak ruangan tempat penyimpan obat Kaisar?! Cepat katakan!" Bentak Yang Kiong Sian dengan suara bengis, namun perlahan sekali. Muka orang itu memang telah pucat. Waktu ditanya perihal ruangan tempat penyimpanan obat-obatan milik Kaisar, mukanya jadi semakin pucat dan dia bingung. "Aku tidak begitu jelas mengetahui tempat penyimpanan obat itu karena aku bertugas di bagian dapur.....!" Berkata orang tersebut dengan suara gemetar. "Dusta.....!" Bentak Yang Kiong Sian semakin bengis. "Bagaimana mungkin kau tidak mengetahui ruangan tempat penyimpanan obatobatan milik Kaisar, sedangkan kau termasuk sebagai salah seorang penghuni istana ini!" Orang itu tambah ketakutan, katanya. "Aku tidak akan berdusta..... aku mengatakan yang sebenarnya. Memang aku tidak mengetahui jelas di mana letak ruangan tempat penyimpanan obat-obatan Kaisar...... Akan tetapi yang kudengar dari cerita-cerita kawanku, katanya ruangan itu berada di sebelah selatan dari istana ini, di mana berhadap-hadapan dengan kamar pribadi Kaisar......!" Yang Kiong Sian merasa cukup dengan keterangan tersebut, dia mengangguk sambil katanya. "Baiklah, terima kasih atas keteranganmu itu, dan agar kau tidak menimbulkan kerewelan, lebih baik kau beristirahat disini dulu...... Jika memang kau tidak berdusta dan kelak kami telah menemui ruangan tempat penyimpanan obat-obatan Kaisar, kami akan kembali ke mari. Selain untuk membebaskan kau, juga kami akan menghadiahkan kepadamu beberapa tail emas sebagai tanda terima kasih kami!" Berbareng dengan habisnya perkataan Yang Kiong Sian, tangan pengemis ini telah bekerja dengan cepat sekali, dia menotok beberapa jalan darah di tubuh pelayan istana tersebut. Dengan demikian tubuh pelayan istana tersebut jadi kaku tidak bisa bergerak dan juga tidak bersuara. Dalam keadaan seperti itu, tampaknya Yang Kiong Sian ingin bekerja dengan cepat. Dia bersama dengan Phoa Tiang Ie telah melompat ke arah sebelah selatan dari bagian istana itu, di mana mereka mencari kamar pribadi Kaisar. Waktu mereka tiba di sebuah ruangan yang mewah, ruangan yang merupakan ruangan untuk sidang Kaisar. Tampak penjagaan di tempat itu tidak ada sama sekali. Akan tetapi begitu melewati ruangan mewah tempat bersidang Kaisar tersebut, Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie telah melihat di depan sebuah kamar berpintu berukiran emas, tampak berjaga dua orang Thaykam dengan perlengkapan senjata. Segera juga Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie menduga bahwa kamar yang dikawal itu tentunya kamar pribadi Kaisar. Ke dua pengemis Kay-pang itu segera bekerja. Mereka berdiam diri di tempat persembunyian mengawasi keadaan di sekitar tempat itu. Juga Yang Kiong Sian telah menduga, tentu ke dua pengawal itu adalah dua orang pengawal yang memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Karena ke dua pengawal itupun bertanggung jawab jika terjadi sesuatu atas diri kaisar, karenanya mereka harus mengadakan penjagaan yang ketat. Walaupun setiap hari mereka mengadakan penjagaan dan tidak pernah terjadi sesuatu yang luar biasa, tidak pernah ada penjahat yang datang, akan tetapi mereka tidak pernah kenal bosan melakukan penjagaan itu. Dengan demikian, penjagaan di depan kamar pribadi Kaisar itu walaupun hanya dikawal dua orang saja, tokh keadaan ini sulit sekali untuk Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie menerobosnya. Karena ke dua pengawal itu selain memiliki kepandaian yang tinggi sekali tentunya, juga mereka melakukan dan mengadakan pengawal dengan ketat, dengan sepasang mata yang selalu terpentang lebar-lebar. Yang Kiong Sian berbisik di sisi telinga Phoa Tiang Ie dengan suara yang perlahan sekali. "Sulit buat kita menerobos masuk, atau memang kita berusaha untuk memasuki kamar di seberang kamar itu saja, yaitu kamar tempat penyimpanan obat-obatan Kaisar..... Lihatlah kamar di seberangnya itu tidak dikawal..... berarti kita bisa memasuki jauh lebih mudah.....!" Phoa Tiang Ie mengangguk beberapa kali. Begitulah mereka telah mencari kesempatan yang baik. Selama itu mereka melihat bahwa ke dua pengawal itu tidak pernah lengah. "Jalan satu-satunya kita harus memasuki kamar obat-obatan itu dari balik jendela yang berada di belakang kamar tersebut. Jika memang kita berusaha memasukinya dari depan niscaya ke dua pengawal itu akan mengetahui..... Lihatlah mereka tidak pernah lengah sedikitpun juga.....!" Phoa Tiang Ie telah memberikan usulnya. Yang Kiong Sian menyetujui usul kawannya. Begitulah mereka berdua telah jalan memutar untuk mengelilingi ruangan tersebut. Mereka mencari jendela dari kamar tempat penyimpanan obat-obatan Kaisar. Dan mereka berhasil. Mereka menemui sebuah jendela. Seketika itu juga tampak Yang Kiong Sian tanpa membuang-buang waktu lagi telah bekerja. Ia telah membongkar jendela terbuka, dan cepat sekali daun jendela dapat dibukanya. Waktu itu Phoa Tiang Ie sendiri selama Yang Kiong Sian membongkar jendela telah mengawasi sekeliling tempat itu, kalaukalau ada pengawal istana yang lewat. Selama itu mereka dapat bekerja dengan aman, karena tidak seorangpun yang lewat di tempat itu. Tidak lama kemudian daun jendela itu dapat dipentang lebih lebar. Segera juga Yang Kiong Sian melompat masuk, menyusul Phoa Tiang Ie. Mereka setelah berada di dalam kamar obat-obatan itu, segera iapun menutup kembali daun jendela, karena jika kebetulan ada pengawal yang lewat, tentu pengawal istana itu tidak akan menaruh kecurigaan apa-apa. Setelah berada di dalam kamar obat itu, Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie melihat banyak sekali obat-obatan yang tersimpan di situ, juga botol obat beraneka warna dan macamnya memenuhi kamar tersebut. Dengan begitu jelas terlihat bahwa Kaisar Boan-ciu ini memang menyimpan berbagai macam obat-obatan yang jarang bisa diperoleh di luaran, dan juga merupakan obat-obat mujarab yang langka sekali di dunia. Di antara bau obat-obatan tersebut, Phoa Tiang Ie dan Yang Kiong Sian telah memeriksa setiap botol obat itu. Menurut keterangan dari Sam-cie-sin-kay bahwa Lian-som merupakan hasil perkawinan antara Swat-lian dan Jin-som. Dengan demikian mereka mencari obat atau kembang Lian-som dari baunya, yang mereka duga tentu menyiarkan dua macam bau harum, yaitu harumnya Swat-lian dan Jin-som. Akan tetapi mereka mencari ke sana ke mari, telah ratusan botol yang mereka buka dan ciumi, akan tetapi tetap saja mereka tidak berhasil menemui obat yang mereka cari itu. Sedang mereka bergelisah mencari terus tanpa kenal putus asa, tiba-tiba mereka mendengar suara langkah kaki yang ringan di luar kamar itu, di arah dekat jendela. Muka Phoa Tiang Ie dan Yang Kiong Sian jadi berobah, mereka saling pandang. Mereka menduga tentu ada pengawal istana yang mengendus jejak mereka. Ke duanya segera juga bersiap siaga. Yang lebih mengejutkan mereka, justru waktu itu didengarnya jendela seperti dikorek. Muka Phoa Tiang Ie dan Yang Kiong Sian berobah semakin pucat. Mereka pun jadi was-was dan bersiapsiap untuk menghadapi segala kemungkinan, karena jendela itu hanya tertutup daunnya belaka dan tidak terkunci. Dengan begitu, sekali dikorek, tentu akan terbuka dan akan diketahuinya bahwa ada orang yang memasuki kamar obat tersebut. Daun jendela itu memang terbuka dengan mudah dan di luar melompat dua sosok tubuh dengan gesit. Salah seorang di antara ke dua sosok tubuh itu telah mengeluarkan seruan tertahan. Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie yang melihat ke dua sosok tubuh yang melompat masuk, jadi berbalik girang, karena seketika dia mengenali bahwa ke dua sosok tubuh itu tidak lain dari dua orang sahabat mereka, yaitu Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong, yang semula memasuki istana dari sebelah timur. Cepat-cepat Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie melompat keluar. Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong yang melihat dua sosok tubuh melompat keluar dari balik lemari obat-obatan jadi terkejut bukan main. Tangan mereka dikibaskan untuk bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan karena mereka menduga bahwa ke dua sosok tubuh yang keluar itu tidak lain dari dua orang pengawal yang berada di kamar obat-obatan Kaisar ini. Namun cepat sekali mereka dapat mengenali ke dua orang tersebut, yaitu Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie "Yang Toako.....!" Berseru Bo Siang Hong dan Sun Kiang Lo dengan suara tertahan. "Kalian berdua telah berada disini?" Begitulah mereka telah bertemu dengan girang, karena berempat mereka telah berhasil berada di kamar obat-obatan ini. Hanya sekarang yang membuat mereka bingung bagaimana caranya mencari kembang Lian-som. Walet Besi Karya Cu Yi Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL