Ceritasilat Novel Online

Beruang Salju 33


Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 33


Beruang Salju Karya dari Sin Liong   Karenanya Yo Ko telah bertekad, walaupun bagaimana Tiat To Hoat-ong harus dibinasakan, dimusnakan.   Itulah sebabnya Yo Ko tanpa membuang-buang waktu telah mengerahkan tenaga dalamnya yang tertinggi dan menyerang beruntun tanpa memberikan kesempatan sedikitpun kepada Tiat To Hoat-ong.   Tiat To Hoat-ong bukan main mendongkolnya, beberapa kali dia berseru memaki ka- lang kabutan serabutan dengan bahasa Boan.   Di saat itu terlihat Tiat To Hoat-ong telah terdesak hebat sekali.   Berulang kali Tiat To Hoat-ong juga mengeluh di dalam hatinya.   Koksu negara ini yakin bahwa dalam beberapa jurus lagi dia tentu tidak akan sanggup menghadapi serangan Yo Ko, karena telah terkandung niat dalam hatinya buat meneriaki orang-orangnya, agar mereka ikut menyerbu dan dengan mempergunakan kesempatan di mana tengah terjadi kakacauan, Tiat To Hoat-ong ingin meloloskan diri.   Yo Ko sendiri telah memperhebat serangannya.   Sebagai tokoh sakti Yo Ko mengetahui paling lambat tujuh jurus lagi tentu dia akan dapat merubuhkan Tiat To Hoat-ong.   Sedangkan waktu itu Tiat To Hoat-ong memang sudah tipis sekali harapannya buat dapat menghadapi Yo Ko, dan dia telah mengambil keputusan.   Dia telah berseru dengan nyaring sekali.   "Serang semuanya, keluarlah kalian.....!"   Berbareng dengan aba-aba yang diberikan Tiat To Hoat-ong, tampak beberapa ratus orang pengemis telah menerjang maju ke tengah gelanggang.   Mereka semuanya berpakaian sebagai pengemis, sehingga mempersulit orang-orang Kay-pang sendiri buat mengenali mana kawan dan mana lawan.   Seketika terjadi pertempuran yang sangat kacau sekali, karena tampak beberapa orang pengemis yang tidak bisa mengenali mana kawan dan mana lawan, telah terbunuh di dalam arena pertempuran tersebut.   Yeh-lu Chi jadi terkejut, cepat-cepat dia melompat ke tempat yang tinggi, dia telah berseru nyaring.   "Semua murid Kay-pang mengambil tempat di kanan dan menghadapi mereka dengan tabah!" Maka dari itu, bergeraklah barisan pengemis ke sebelah kanan, dan mereka telah berusaha untuk memisahkan diri dari pihak lawan yang menyamar dengan berpakaian sebagai pengemis juga. Akan tetapi orang-orang Tiat To Hoat-ong juga tidak tolol. Melihat bahwa para pengemis itu berusaha memisahkan diri ke sebelah kanan, sehingga kelak akan diketahui mana kawan dan mana lawan, segera juga tanpa membuang waktu mereka pun berduyun-duyun ke sebelah kanan. Sambil bergerak ke kanan, merekapun telah menggerakkan senjata mereka, maka korban telah berjatuhan lagi dengan jumlah yang banyak. Yeh-lu Chi yang menyaksikan ini jadi berkuatir sekali, karena anggota Kay-pang sendiri telah bingung, selamanya mereka tidak bisa mengenali mana kawan dan mana lawan. Hanya saja jika memang mereka diserang oleh pengemis lainnya, maka mereka beranggapan pengemis yang menyerang mereka itu adalah pengemis palsu yang menyamar, dan mereka memberikan perlawanan. Akan tetapi dengan keadaan seperti itu, sangat kacau sekali keadaan di lembah tersebut. Rapat besar Kay-pang yang semula diselenggarakan untuk mengambil keputusan dan tekad dalam menghadapi bangsa penjajah itu, telah dibanjiri oleh darah..... Sedangkan para orang-orang gagah yang menyaksikan pertempuran yang tengah berlangsung itu telah berusaha untuk mencari-cari mana murid Kay-pang yang sebenarnya dan mana yang menyamar. Akan tetapi selama itu mereka tidak berhasil membedakannya. Dan para orang-orang gagah itu yakin bahwa mereka pasti akan berhasil menemukan tanda pengenal dari pengemis-pengemis palsu itu. Sebab walaupun bagaimana, di antara mereka, pihak musuh, akan ada tanda pengenal buat mereka mengenali satu dengan yang lainnya. Karena dari itu, setelah memperhatikan sekian lama, akhirnya Oey Yong yang sangat cerdik sekali telah bisa melihat ada kelainan pada pengemis-pengemis lawan. Dia menyaksikan betapa di setiap pinggang dari pengemis yang menyerang anggota Kay-pang tentu membawa sebatang pisau pendek yang diselipkannya di antara tengah-tengah pinggang mereka. Segera juga Oey Yong mengambil kesimpulan bahwa pisau pendek itulah sebagai tanda pengenal mereka. Seketika Oey Yong telah bersiul nyaring dia melompat ke samping Yeh-lu Chi. Dengan mengerahkan lweekangnya dia berseru nyaring.   "Semua murid Kay-pang dengarlah baik-baik! Setiap pengemis yang membawa pisau pendek di pinggang mereka adalah lawan kita, bunuhlah mereka.....!"   Dengan adanya pemberitahuan seperti itu, seketika para murid Kay-pang telah memperhatikan setiap pengemis di pinggangnya, dan jika memang terdapat sebilah pedang pendek di pinggang mereka, maka murid-murid Kay-pang telah menyerangnya dengan hebat.   Sekarang mereka sudah tidak ragu-ragu lagi, sebab memang mereka telah mulai dapat melihat mana kawan dan mana lawan.   Sedangkan pengemis-pengemis palsu itu sama sekali tidak berani melepaskan pedang pendek mereka dari pinggang masingmasing.   Walaupun mereka menyadari bahwa rahasia isyarat mereka telah diketahui oleh pihak lawan, sehingga tanda pengenal mereka itu malah membawa malapetaka buat mereka.   Jika mereka melepaskan pisau pendek tersebut, justru mereka kuatir akan dianggap oleh kawan-kawan mereka sebagai murid Kay-pang yang sebenarnya, dan murid Kay-pang juga akan menyerangnya, disamping kawan-kawan mereka sendiri yang akan menyerangnya.   Karena dari itu, segera juga mereka memperhebat perlawanan tanpa membuang pisau pendek di pinggang mereka.   Dengan demikian menentukan.   terjadi pertempuran mati hidup yang Mereka sudah tidak memandang siapa lawan mereka.   Jika memang pengemis palsu dengan pisau di pinggang melihat pengemis tanpa pisau di pinggangnya, segera menyerangnya dengan hebat dan mematikan.   Demikian juga sebaliknya.   Begitulah, banjir darah terjadi di lembah tersebut.   Sedangkan para orang gagah yang menjadi sahabat Kay-pang telah ikut turun tangan juga.   Dalam pertempuran tersebut, karena mereka memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi, banyak pengemis palsu yang telah dibinasakan.   Sedangkan para pengemis palsu itu, yang.merupakan anak buah dari Tiat To Hoat-ong berusaha memberikan perlawanan yang gigih.   Dalam kekacauan seperti itu, tiba-tiba di tengah udara terlihat cahaya terang yang memijar dan seketika terlihat kobaran api di beberapa tempat.   Seketika timbul kepanikan dan kebingungan dari para pengemis itu.   Rupanya ada orang-orang yang telah membakar beberapa bagian dari lembah tersebut.   Terutama sekali bagian yang menuju keluar dari lembah itu, api telah berkobar sangat besar.   Jika mereka tidak berhasil menemukan jalan keluar dari lembah ini, niscaya akan menyebabkan mereka tertembus hidup-hidup di dalam lembah tersebut.   Karena itu pertempuran semakin kacau, selain mereka berusaha untuk membunuh dan membinasakan lawan mereka, juga masingmasing berusaha agar dapat meninggalkan lembah tersebut.   Akan tetapi, tampaknya tidak mudah buat mereka meninggalkan tempat itu.   Sebab pertempuran yang terjadi begitu kalut, sehingga membuat mereka selalu terlibat dalam pertempuran yang kacau balau.   Dan mereka sendiri tidak mengetahui harus melakukan apa selain hanya menggerakkan senjata buat membinasakan lawan mereka yang terdekat.   Pertempuran antara Yo Ko dengan Tiat To Hoat-ong juga semakin hebat.   Dalam kekacauan seperti itu, beberapa kali Tiat To Hoat-ong berusaha melepaskan diri dari libatan Yo Ko, karena dia bermaksud akan melarikan diri.   Akan tetapi Yo Ko sama sekali tidak mau melepaskannya, dia terus menyerang Tiat To Hoat-ong dengan hebat.   Swat Tocu yang menyaksikan pertempuran yang telah kalut seperti itu, segera melompat ke samping muridnya, yaitu Ko Tie, dia telah berseru menganjurkan agar muridnya itu melompat ke punggungnya, buat menggemblok di situ.   Segera juga Ko Tie menuruti perintah dari gurunya, dia telah melompat ke punggung Swat Tocu.   Dengan demikian Swat Tocu tidak perlu menguatirkan lagi keselamatan muridnya di dalam keadaan yang begitu kacau.   Dengan segera Swat Tocu dapat menggerakkan tangannya menghantami pengemis-pengemis yang memiliki pedang pendek di pinggangnya.   Setiap kali Swat Tocu menggerakkan tangannya, maka akan berjatuhan korban.   Dengan begitu korban yang berjatuhan semakin banyak korbannya.   Tiat To Hoat-ong melihat dengan keadaan seperti itu tentu tidak akan menguntungkan dirinya dan pihaknya.   Beberapa kali dia berseru dalam bahasa Boan, memberikan petunjuk kepada anak buahnya.   Sedangkan Yo Him yang tengah terlibat dalam pertempuran dengan Lengky Lumi dan Gochin Talu, juga tidak kurang serunya.   Dia menghadapi ke dua lawannya yang berusaha untuk merubuhkannya, sebab mereka bermaksud untuk segera membantui orang-orangnya.   Akan tetapi kepandaian Yo Him sangat tinggi, jangankan merubuhkan dan membinasakan Yo Him, sedangkan buat mendesak Yo Him saja mereka tidak sanggup.   Bahkan, tampak beberapa kali Yo Him membuat mereka kelabakan dan berusaha memperbaiki kedudukan mereka agar dapat memberikan perlawanan yang lebih gigih pada Yo Him.   Sasana yang melihat keadaan telah kacau seperti itu, pun tidak tinggal diam.   Gadis tersebut mencabut pedangnya, yang dibolang-balingkan.   Dia mendengar bahwa pengemis yang membawa pisau pendek di pinggangnya adalah musuh, maka pedangnya bekerja dengan cepat sekali kepada pengemis-pengemis yang membawa pedang pendek di pinggang mereka.   Sasana sambil bertempur mempergunakan pedangnya, dia juga berusaha mendekati Yo Him.   Akhirnya gadis tersebut berhasil menggeser kedudukan dirinya, dia telah berada di dekat Yo Him.   "Him Koko, jangan kuatir, aku akan segera membantumu!"   Berseru si gadis.   Sambil berseru begitu pedangnya juga telah menikam dengan sebat sekali ke arah punggung Lengky Lumi, yang waktu itu berada dekat sekali dengannya.   Sebenarnya Lengky Lumi tengah mencurahkan seluruh perhatiannya pada serangan-serangan Yo Him, dan dia jadi kaget tidak terkira waktu merasakan dari punggungnya telah menyambar angin serangan yang tajam sekali.   Cepat-cepat Lengky Lumi mengelakkan serangan itu, akan tetapi gerakannya terlambat sedikit maka pundaknya telah terluka dan darah mengalir keluar......   Y Dengan kalap tampak Lengky Lumi telah mencabut senjatanya, yaitu sepasang Tia-kauw, yaitu gaitan yang menyerupai poankoan-pit, hanya saja senjata ini bisa dipergunakan buat menggaet senjata lawannya.   Dengan menggerakkan sepasang senjatanya tersebut, maka Lengky Lumi bisa memberikan perlawanan kepada tikamantikaman pedang Sasana.   Begitu juga halnya dengan Gochin Talu, yang telah mencabut senjatanya, sehingga Yo Him harus melayaninya dengan hati-hati dan waspada sekali, sampai akhirnya Yo Him juga telah mencabut keluar pedangnya, dia bersilat dengan tangkas sekali.   Pertempuran yang terjadi di lembah itu benar-benar sangat kacau sekali.   Swat Tocu yang melihat Yo Ko masih belum berhasil merubuhkan Tiat To Hoat-ong, segera juga melompat sambil ngulur tangannya dengan bermaksud mencengkeram pundak Tiat To Hoat-ong.   Swat Tocu bermaksud dengan membantui Yo Ko, dia bisa menyudahi pertempuran tersebut lebih cepat, sehingga mereka berdua dapat menawan Tiat To Hoat-ong, yang bisa dipergunakan buat menggertak anak buah si Koksu Mongolia itu.   Akan tetapi Tiat To Hoat-ong benar-benar sangat licik.   Dia memiliki pundak yang licin dan keras seperti belut.   Memang cengkeraman Swat Tocu berhasil mengenai sasarannya, akan tetapi dia tidak berhasil mencengkeramnya, karena jari-jari tangannya telah melejit.   Dalam keadaan seperti ini, Swat Tocu jadi penasaran sekali, dia membisiki Ko Tie, katanya.   "Kau saksikan, aku akan menyerang dengan hebat lagi!"   Sambil berkata begitu, Swat Tocu telah mengerakkan tangannya lagi, dia telah menghantam dari dua jurusan ke punggung Tiat To Hoat-ong.   Sedangkan waktu itu Tiat To Hoat-ong tengah menghadapi serangan Yo Ko, yang datang menyambar dengan hebat.   Tiat To Hoat-ong jadi dikepung dari dua jurusan, membuat Koksu negara itu mengeluh.   Jika dia menyambuti serangan Yo Ko dengan kekerasan dia akan menerima hantaman dari Swat Tocu.   Akan tetapi jika memang dia menghindarkan diri dari serangan Swat Tocu, tentu dia akan dihantam oleh gempuran Yo Ko.   Karena itu pula, Tiat To Hoat-ong jadi serba salah, benar-benar dia dalam keadaan terdesak sekali.   Diantara berkesiuran angin serangan yang sangat hebat sekali, dan hanya di dalam beberapa detik itu, Tiat To Hoat-ong segera mengambil keputusan yang nekad.   Dengan mengeluarkan suara raungan yang sangat bengis, Tiat To Hoat-ong mempergunakan tangan kirinya menangkis serangan Yo Ko, sedangkan tangan kanannya menyanggah serangan Swat Tocu.   Gerakan yang dilakukan Tiat To Hoat-ong sebenarnya sangat berbahaya sekali bagi dirinya.   Jika memang dia kurang tinggi tenaga dalamnya, dia bisa saja terbinasa tergencet dan tertindih di antara tekanan ke dua tenaga tenaga raksasa yang hebat itu.   Waktu itu dua kekuatan tenaga yang menyerang dirinya, tenaga Yo Ko dan Swat Tocu telah sampai dan saling bentur dengan tangan Tiat To Hoat-ong.   Akan tetapi Tiat To Hoat-ong hanya sebentar saja mempergunakan kekerasan menangkis kekuatan tenaga ke dua lawannya, hanya satu-dua detik belaka.   Segera dia segera mengambil sikap lunak, sehingga ke dua macam tenaga itu seperti dapat disalurkan dari tangan kiri ke tangan yang kanan.   Jelasnya tenaga Yo Ko disalurkan ke tangan kanan buat menghadapi gempuran tenaga Swat Tocu, sedangkan tenaga Swat Tocu disalurkan ke tangan kiri untuk menghadapi tenaga Yo Ko.   Dengan cara memindah dan meminjam tenaga lawan, Tiat To Hoat-ong berhasil dengan baik.   Memang sesungguhnya Koksu negara tersebut dengan perbuatan nekadnya itu mempertaruhkan jiwanya.   Jika dia gagal memindahkan dua kekuatan tenaga raksasa tersebut, niscaya dia akan terbinasa dengan tubuh yang hancur lebur.   Dalam keadaan seperti ini, segera juga Tiat To Hoat-ong membarengi dengan mengeluarkan bentakan nyaring sekali, tubuhnya telah melompat bergulingan di tanah.   Sedangkan Yo Ko sendiri merasakan tubuhnya tergoncang keras, walaupun tidak sampai merobah kedudukan ke dua kakinya, namun itu membuktikan tenaga yang menerjang kepada dirinya sangat kuat sekali.   Begitu pula halnya dengan Swat Tocu, yang kaget bukan main.   Selain tenaganya sendiri seperti lenyap, dia juga merasakan sambaran tenaga yang dahsyat sekali.   Swat Tocu telah mengetahui berapa tinggi dan kuatnya tenaga dalam dari Koksu Mongolia tersebut, dan sekarang tenaga menangkisnya begitu hebat, sehingga ia jadi bercuriga.   Hanya saja disebabkan memang dia memiliki lweekang yang sempurna, dia telah berhasil mencegah kuda-kuda kakinya tergempur.   Cepat sekali Swat Tocu mengatur pernapasannya.   Begitu pula halnya dengan Yo Ko.   Mereka berdiam diri sejenak buat meluruskan pernapasan mereka.   Mempergunakan kesempatan ini Tiat To Hoat-ong melompat bangun, dia segera bermaksud angkat kaki dari lembah itu, dia ingin melarikan diri.   Baru saja dia bergerak beberapa langkah, telah berkelebat sesosok bayangan putih.   Waktu Tiat To Hoat-ong mementang matanya lebar-lebar, segera terlihat betapa orang yang menghadang di depannya itu adalah Oey Yong, nyonya Kwee Ceng.   Hati Tiat To Hoat-ong tercengang dan kecut kaget, karena dia mengetahui siapa adanya Oey Yong dan berapa tinggi kepandaian yang dimiliki nyonya tersebut.   Oey Yong waktu itu telah mengejek.   "Hemmm, Koksu yang mulia, hendak kemanakah kau? Apakah semua anak buahmu akan ditinggalkan begitu saja!?"   Halus suara nyonya itu, ramah sikapnya, akan tetapi sinar mata Oey Yong sangat tajam sekali.   Muka Tiat To Hoat-ong jadi berobah dan waktu itu dia melihat kesempatan satu-satunya adalah berlaku nekad menerjang Oey Yong, karena jika dia terlambat dan Yo Ko bersama Swat Tocu berhasil telah meluruskan pernapasan mereka, tentu ke duanya akan mengejarnya.   Segera juga terlihat betapa Tiat To Hoat-ong tanpa mengatakan sesuatu apapun juga, telah melompat menerjang kepada Oey Yong, dia telah menghantam dengan ilmu sobocnya.   Oey Yong memperdengarkan suara tertawa dia berkelit ke samping dengan salah satu gerakan Tah-kauw-pang-hoat dari pintu perguruan Kay-pang.   Waktu itu terlihat Tiat To Hoat-ong tidak mau berhenti sampai di situ saja, karena dia telah menyerang lebih hebat lagi.   Lima atau enam kali serangan Tiat To Hoat-ong dielakkan dengan mudah oleh Oey Yong.   Dan pada jurus ketujuh, waktu Tiat To Hoat-ong akan menyerangnya lagi, di saat nyonya Kwee Ceng tersebut mulai membalas menyerang.   Serangan Oey Yong aneh sekali, dia seperti dapat melihat Tiat To Hoat-ong, sehingga Koksu negara tersebut seakan tidak memiliki jalan keluar buat meloloskan diri dari libatan Oey Yong.   Beberapa kali Tiat To Hoat-ong yang mulai gugup serta bingung telah melancarkan serangan yang dahsyat, namun Oey Yong selalu dapat memunahkannya dengan mudah, dan nyonya Kwee Ceng itu membalas dengan totokan-totokan ke dua tangannya.   Akan tetapi Tiat To Hoat-ong benar-benar licin, hingga selalu saja ia bisa menghindar diri.   Dalam keadaan seperti itu Tiat To Hoatong juga telah berpikir keras, karenanya di saat Oey Yong bermaksud menotoknya lagi, tangan kanan Tiat To Hoat-ong merabah jubahnya, dia telah mengeluarkan sesuatu dan melemparkan kepada Oey Yong.   Benda itu tidak sampai mengenai sasaran telah meledak di tengah udara dengan suara ledakan yang nyaring.   Asap bergumpal tebal sekali.   Oey Yong terkejut, dia menduga pada asap beracun, karena itu dia melompat mundur.   Tiat To Hoat-ong tanpa mensia-siakan kesempatan itu telah melompat berdiri, tanpa menoleh lagi, dia telah mementang ke dua kakinya dengan mempergunakan ginkangnya dia berlari sangat cepat sekali.   Oey Yong yang jadi mendongkol dan penasaran telah membentak.   "Mau kemana kau?"   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Sambil membentak begitu, Oey Yong telah mengerahkan ginkangnya untuk mengejar.   Pertempuran yang berlangsung di lembah tersebut bertambah kacau.   Kwee Ceng yang memang memiliki hati mulia dan pengasih, tidak mau turunkan tangan keras.   Dia hanya menghantam pingsan setiap lawannya, tanpa melukai mereka.   Sedangkan Kwee Hu yang pada dasarnya memang memiliki tabiat yang aseran dan agak telengas (ingat.   tangan kanan Yo Ko ditabas buntung oleh Kwee Hu), telah turun ke gelanggang dengan menggerakkan pedangnya membinasakan puluhan orang pengemis palsu yang membawa pedang pendek di pinggang masing-masing.   Setiap kali pedang Kwee Hu menyambar tentu akan meminta korban jiwa.   Loo-boan-tong yang memang memiliki sifat jenaka, dia telah mempermainkan pengemis-pengemis yang membawa pedang pendek di pinggang mereka.   Baru kemudian setelah puas dia menghajar pingsan orang tersebut.   Begitulah, pertempuran tersebut berlangsung dengan kacau balau, sedangkan api yang berkobar tinggi dan besar di beberapa bagian dari lembah tersebut semakin mengerikan, karena banyak pohonpohon yang telah termakan oleh jilatan lidah api tersebut.   Asappun telah memenuhi lembah tersebut, karena angin berhembus keras sekali.   Disamping itu, hawa panas yang luar biasa membuat semua orang yang berada di dalam lembah itu merasakan tubuh mereka seperti di panggang dan juga keringat telah membasahi sekujur tubuh mereka.   Diantara teriakan dan jerit kematian, tampak korban-korban telah menggeletak memenuhi sekitar lembah tersebut.   Yeh-lu Chi juga tidak tinggal diam.   Pangcu Kay-pang ini bersama dengan beberapa orang Tianglo pengemis tersebut telah melabrak musuh.   Akan tetapi justru ada tiga orang Tianglo yang telah berbalik menyerang Yeh-lu Chi.   Mereka adalah Pheng Tianglo dengan ke dua kawannya, yang berusaha membokong Yeh-lu Chi.   Di waktu itulah Yeh-lu Chi baru menyadarinya bahwa ke tiga Tianglo inilah yang merupakan musuh dalam selimut.   Sambil menghadapi mereka bertiga, Yeh-lu Chi berulang kali telah berteriak, memberitahukan kepada semua kawan-kawannya, maupun orang-orang Kay-pang, agar mereka berhati-hati terhadap Pheng Tianglo bertiga, yang tampaknya berhianat.   Dan karena Pheng Tianglo bertiga telah terbuka kedoknya, mereka segera mengeluarkan aba-aba agar anak buah mereka berbalik menyerang Kay-pang.   Sekarang keadaan lebih kacau lagi, karena justru pengemis yang tidak membawa pisau pendek menyerang pengemis yang sama tidak membawa pedang pendek.   Begitu juga terhadap pengemis yang membawa pedang pendek dengan pengemis yang memihak kepada Yeh-lu Chi, mereka telah bertempur dengan kacau balau.   Sekarang antara kawan dan lawan benar-benar sudah sulit dikenalkan lagi, karena sekarang mereka asal menggerakkan senjata saja.   Oey Yong yang mendengar teriakan Yeh-lu Chi seperti itu jadi sangat gusar.   "Engko Ceng, ke mari kau!"   Teriaknya memanggil Kwee Ceng.   Kwee Ceng waktu itu tengah menghadapi beberapa orang pengemis yang ingin mengeroyoknya, para pengemis itu membawa pisau pendek di pinggang masing-masing.   Mendengar panggilan isterinya, segera juga Kwee Ceng telah mengibaskan ke dua tangannya, maka para pengemis itu terpental keras sekali, terpelanting bergulingan di tanah dengan keadaan tidak sadarkan diri.   Cepat dan gesit sekali, Kwee Ceng menghampiri Oey Yong.   Belum lagi dia mendekati isterinya, Oey Yong telah berseru.   "Engko Ceng, kita harus menangkap si gundul keparat itu dulu, baru kita bicara menghadapi semua orang-orangnya!"   Kwee Ceng yang jujur, percaya bahwa apa yang dikatakan oleh isterinya, yang memang diketahuinya sangat cerdik dan pandai mengatur, telah mengiyakan.   Tanpa sungkan-sungkan Kwee Ceng telah menyerang dengan jurus keenam dari Hang-liong-sip-pat-ciang.   Hebat serangan yang dilakukan Kwee Ceng.   Tiat To Hoat-ong tengah kehabisan tenaga dan sekarang justru dia dihantam oleh seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian sangat sakti seperti Kwee Ceng, karenanya dia menjadi gelagapan.   Mati-matian Tiat To Hoat-ong berusaha menghadapinya dengan ilmu Sobocnya.   Akan tetapi Tiat To Hoat-ong dalam keadaan letih dan kehabisan tenaga, setelah menghadapi tiga kali serangan Kwee Ceng, yang lalu menyerang mempergunakan jurus Hang-liong-sip-pat-ciang, membuat Tiat To Hoat-ong akhirnya terpental keras, sambil memuntahkan darah segar! Koksu negara tersebut pun tidak bisa segera bangun berdiri lagi.   Di waktu itu Oey Yong tidak tinggal diam, dia telah melompat menyerang kepada ketiak Koksu itu.   Walaupun dalam keadaan terluka dan pandangan matanya tengah berkunang-kunang, Tiat To Hoat-ong tidak menerima begitu saja totokan Oey Yong.   Dia menyadari dirinya sudah tidak bisa menghindarkan diri dari totokan tersebut.   Karenanya dia jadi nekad sekali dan telah menghantam kepada Oey Yong tanpa berusaha menangkis totokan yang dilakukan nyonya Kwee Ceng tersebut, dengan mempergunakan seluruh sisa tenaganya.   Oey Yong tertawa mengejek.   Dia mana mau adu jiwa dengan lawannya tersebut.   Cepat sekali Oey Yong menarik pulang totokannya, kemudian dia mengulangi lagi menotok setelah mengelakkan diri dari serangan Tiat To Hoat-ong.   Kali ini Tiat To Hoat-ong tidak berdaya mengelakkan diri dari serangan Oey Yong, segera juga jalan darah Yang-kie-hiat nya kena tertotok.   Lemaslah tubuhnya dan punah tenaganya.   Di waktu itu cepat sekali Oey Yong meminta Kwee Ceng agar menelikung Tiat To Hoat-ong, sedangkan Oey Yong sendiri telah mengeluarkan sebatang pedang pendek.   "Dengarlah semua.....!"   Oey Yong telah berseru dengan suaranya yang nyaring sekali.   "Sesungguhnya, di dalam hal ini jika memang kalian masih mencintai Koksu kalian, cepat buang senjata kalian dan berlutut menyerah!"   Sambil mengancam begitu, Oey Yong telah mengandalkan mata pedang pendeknya di tenggorokan Koksu negara tersebut.   Walaupun dalam keadaan tertotok dan tidak berdaya karena tenaganya seperti telah lenyap semuanya, tokh Tiat To Hoat-ong masih dapat mengetahui dengan baik apa yang terjadi pada dirinya, karena pikirannya masih terang.   Dia jadi gelisah dan bingung, karena jiwanya sekarang benar-benar terancam.   Sedangkan para pengemis palsu yang menjadi pengikut Tiat To Hoat-ong telah terkejut dan bingung.   Akhirnya setelah saling pandang satu sama lainnya, mereka melemparkan senjata masing-masing dan berlutut tanda menyerah.   Oey Yong telah menoleh kepada semua orang gagah dan kemudian kepada Yeh-lu Chi.   "Yeh-lu Pangcu, mintalah pertolongan kepada semua Ho-han, buat menangkapi semua pengkhianat Kay-pang!"   Yeh-lu Chi menyadari tugas apa yang harus dilakukannya, segera dia mengiyakan.   Dengan ikut sertanya Yo Ko, Swat Tocu, Ciu Pek Thong dan para orang gagah lainnya, maka Pheng Tianglo bertiga, juga para pengikutnya telah berhasil diringkus.   Pengemis-pengemis palsu itupun telah diringkus oleh pengemispengemis Kay-pang.   Ternyata, walaupun mereka berpakaian sebagai pengemis, skan tetapi di dalamnya mereka mengenakan pakaian alat negara.....! Segera juga kepanikan dan kegaduhan di lembah tersebut dapat di atasi.   Waktu itu Kwee Ceng masih mencekal menelikung Tiat To Hoatong, yang dalam keadaan tidak berdaya.   Walaupun dalam keadaan tidak bertenaga dan tidak berdaya seperti itu, Tiat To Hoat-ong sama sekali tidak memperlihatkan perasaan gentar waktu para orang-orang gagah mendatangi.   Mereka ditatapnya dengan sorot mata yang bengis sekali.   Lengky Lumi dan Gochin Talu tidak berani memberikan perlawanan lebih jauh, karena mereka kuatir begitu mereka melakukan gerakan, mungkin Tiat To Hoat-ong akan segera dibinasakan.   Demikian juga halnya dengan Cing Pang An dan tokoh-tokoh kerajaan yang lainnya.   Semuanya tidak berani menimbulkan gerakan yang bisa mendatangkan kecurigaan.   Dalam keadaan seperti ini, Yo Ko telah bertanya kepada Tiat To Hoat-ong, tampak berwibawa sekali.   "Tiat To Hoat-ong, kami sudah tidak mencampuri urusan pemerintahan, di mana Kaisar Boan itu sekarang berkuasa, akan tetapi kalian telah datang ke mari menimbulkan korban-korban yang tidak sedikit jumlahnya, seperti sekarang? Mengapa pihak kerajaan memusuhi pihak Kay-pang?!"   Tiat To Hoat-ong yang tertotok jalan darahnya yang membuat tenaganya lenyap, sebenarnya masih bisa bersuara, sebab Ah-hiat (jalan darah gagu) nya tidak ditotok Oey Yong.   Akan tetapi Koksu negara tersebut terlalu angkuh buat menjawab pertanyaan Yo Ko.   Dia hanya mengawasi mendelik, tidak sepatah perkataan juga yang disahutinya.   Yo Ko yang melihat sikap dari Tiat Ta Hoat-ong telah tersenyum.   "Lihatlah, bukankah dengan kedatangan kalian ke mari jelas-jelas kalian mencari kesulitan buat diri kalian sendiri!"   Katanya lagi.   "Ciissss! Phuiiii!"   Tiat To Hoat-ong tiba-tiba meludah.   "Jika memang kau ingin membunuhku, bunuhlah!"   Yo Ko tersenyum, dan menoleh kepada Kwee Ceng.   "Kwee Pehhu, tolong kau lepaskan Koksu ini, agar boanpwe bisa meminta pengajaran yang baik darinya!"   Kata Yo Ko.   "Dia memiliki keperkasaan yang lumayan, di mana dia tidak memperlihatkan sikap gentar dan penakut, walaupun telah terjatuh ke dalam tangan kita! "Keberaniannya seperti ini, disamping ketabahan yang dimilikinya benar-benar harus dibuat sayang, karena justru berada pada orang yang tidak tepat, di mana dia seorang manusia yang jahat dan telengas sekali! Hemmm, lepaskanlah Kwee Pehhu!" Kwee Ceng menurut, dia membebaskan Tiat To Hoat-ong, bahkan totokan pada diri Koksu itu juga telah dibebaskan. Tiat To Hoat-ong menggerak-gerakkan tangannya, dia tertawa dingin waktu melancarkan jalan darahnya itu.   "Hemm, mengapa kalian tidak berani membunuhku?!!"   Ejeknya. Yo Ko tetap membawa sikap yang tenang dan sabar.   "Kami bukan tidak berani membunuhmu, Koksu!"   Sahutnya.   "Akan tetapi justru kami menghargai akan keberanian dan ketabahanmu itu. Nah, jika memang engkau ingin pergi, pergilah!"   Tiat To Hoat-ong tercengang, sehingga dia memandang Yo Ko dengan mata terpentang lebar-lebar. Kemudian dia memandang Kwee Ceng dan yang lain-lainnya. Sampai akhirnya Tiat To Hoat-ong bertanya ragu-ragu.   "Kalian akan membiarkanku pergi!"   Yo Ko mengangguk.   "Ya!"   Sahutnya sambil tersenyum.   "Kalian tidak akan menyesal!"   Yo Ko hanya menggeleng.   "Hemmm, sesungguhnya inilah suatu tindakan yang tolol sekali!"   Kata Tiat To Hoat-ong sambil memperdengarkan suara tertawa dingin.   "Tahukah kalian, dengan membebaskan diriku, tentu di waktu-waktu mendatang kalian akan berurusan lagi denganku, berarti kerugian akan berada di pihak kalian!"   Yo Ko sabar sekali, dia hanya tersenyum. Akan tetapi Oey Yong, walaupun telah menjadi nenek, tokh tetap saja tidak dapat menahan diri. Nyonya yang nakal ini telah menyahuti.   "Hemmm, engkau tidak perlu sesumbar disini. Jika memang kami ingin mencincang dirimu sekarang, tentu akan dapat kami lakukan! Setelah Sin-tiauw-tay-hiap membebaskanmu, mengapa kau tidak cepat-cepat berlutut mengucapkan terima kasih dan cepat-cepat angkat kaki buat menyembunyikan ekor."   Mendengar ejekan dari Oey Yong, muka Tiat To Hoat-ong berobah merah padam karena menahan gusar.   "Hemmm, kau tidak perlu terlalu memandang rendah seperti itu kepadaku!"   Katanya dengan suara yang bengis.   "Nah, jika kalian ingin membinasakan diriku, bunuhlah!"   Sambil berkata begitu, Tiat To Hoat-ong membuka jubahnya. Yo Ko mengulap-ngulapkan tangannya......! "Tidak perlu sampai begitu!"   Katanya sambil tetap tersenyum.   "Pergilah! Akan tetapi ada satu yang ingin kumohonkan kepada Koksu entah mau menerimanya untuk disampaikan kepada Kaisarmu itu atau tidak.....?!!" "Apa pesanmu?"   Tanya Tiat To Hoat-ong setelah berdiam diri beberapa saat.   "Yang kuminta justru tidak banyak dan tidak akan memberatkan. Agar Kaisar kalian tidak memancing untuk menimbulkan kerusuhan mendatangkan korban jiwa yang tidak sedikit lagi! Terutama sekali supaya Kaisar kalian memerintah dengan baik! Asal rakyat dapat hidup senang dan makmur, kami tentu tidak akan berusaha mengganggunya!"   Mendengar perkataan Yo Ko seperti itu, muka Tiat To Hoat-ong bersinar, akan tetapi dia sengaja memperdengarkan suara tertawa dingin.   "Hemmm, sekarang pun memang rakyat telah hidup senang dan makmur di bawah pemerintahan Kaisar kami!"   Katanya dengan angkuh sekali.   "Akan tetapi disamping semua ini, masih banyak yang ditindas, itulah yang membuat kami tidak gembira!"   Menyahuti Yo Ko dengan senyum ditahan, sabar sekali. Tiat To Hoat-ong mengangguk.   "Baik! Baik! Akan kusampaikan permintaanmu itu kepada Kaisar kami!"   Kata Koksu tersebut.   Dan tampak Koksu itu telah memutar tubuhnya, sedangkan Gochin Talu dan Lengky Lumi serta orang-orang Koksu yang lainnya telah bersiap-siap untuk meninggalkan tempat tersebut.   Waktu itu Tiat To Hoat-ong melangkah di samping Yo Ko, tiba-tiba dibenaknya timbul serupa pikiran.   "Hemmm, jika si buntung keparat ini dapat kuserang mampus dengan sekali pukulan, tentu yang lainnya tidak begitu sulit buat dihadapi!"   Karena timbul pikiran semacam itu, justru Tiat To Hoat-ong memiliki pikiran jahat terhadap Yo Ko.   Kebetulan waktu dia melirik, Yo Ko tengah menoleh kepada Kwee Ceng seperti ingin mengatakan sesuatu.   Segera Tiat To Hoat-ong mengempos seluruh kekuatan sinkangnya di telapak tangannya, dia bermaksud mempergunakan seluruh ilmu dan tenaga Sobocnya untuk ingin menghajar satu kali dan Yo Ko segera terbinasa.   Apa yang dipikirkannya memang dibuktikannya.   Dengan kecepatan yang di luar dugaan, Tiat To Hoat-ong telah menggerakkan tangan kanannya menghantam dada Yo Ko.   Jarak mereka dekat sekali, karena dari itu, serangan Tiat To Hoat-ong sangat berbahaya.   Walaupun seandainya Yo Ko memiliki sepasang sayap, tokh tidak mungkin dia akan bisa menghindarkan serangan dari Koksu negara tersebut.   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Karenanya, terlihat Yo Ko terancam bahaya kematian.   Para orang gagah yang menyaksikan keadaan seperti itu, jadi sangat terkejut.   Mereka mengeluarkan jeritan gusar bercampur kaget.   Tiat To Hoat-ong girang bukan main, dia yakin bahwa serangannya akan berhasil membinasakan Yo Ko.   Yo Ko sendiri sangat kaget menyaksikan lawannya yang licik dan tidak tahu malu telah menyerang secara membokong seperti itu.   Akan tetapi sebagai tokoh sakti yang memiliki kepandaian telah sempurna, walaupun dia merasakan angin serangan yang begitu panas menyambar dirinya, tokh Yo Ko tidak jadi gugup.   Dengan gerakan yang sulit diikuti oleh pandangan mata, tampak Yo Ko telah menggeser sedikit tubuhnya dimiringkan.   "Breeetttt.....!"   Ternyata Yo Ko telah mengambil keputusan yang cepat sekali, hanya di dalam beberapa detik itu, di mana dia telah mengorbankan lengan baju sebelah kanan yang kosong itu.   Karena dia memutar tubuhnya sengaja membiarkan lengan bajunya yang sebelah kanan tersebut yang menjadi sasaran dari serangan Tiat To Hoat-ong, sehingga lengan baju tersebut menjadi robek putus! Semua orang mengeluarkan jeritan kaget, karena mereka menduga Yo Ko telah terserang.   Tiat To Hoat-ong kaget tidak terkira waktu tenaga serangannya mengenai tempat kosong dan hanya berhasil merobek lengan baju Yo Ko.   Belum lenyap kagetnya itu, justru Yo Ko telah membarengi menghantam dengan tangan kirinya kepada Koksu tersebut.   Serangan tangan kiri Yo Ko hebat sekali, jarak mereka pun terlalu dekat, Tiat To Hoat-ong pun belum menarik pulang tenaga serangannya.   Karenanya tidak ampun lagi dadanya tergempur hebat sekali, sampai seluruh tulang dadanya hancur remuk ke dalam! Oey Yong yang melihat Yo Ko terancam keselamatannya, dalam berapa detik itu telah melompat untuk menyerang Tiat To Hoatong.   Waktu serangan Oey Yong pada punggung pendeta itu tiba, justru baru saja Tiat To Hoat-ong terkena gempuran Yo Ko, di mana tulang dadanya baru saja remuk.   Dan sekarang serangan Oey Yong tiba, tulang punggung Koksu itu jadi remuk hancur, sehingga jelas, dia sudah tidak memiliki kesempatan buat menjadi manusia lebih lama lagi.   Dengan mengeluarkan suara jeritan yang menyayatkan, dan dari mulutnya menggelogok darah yang sangat banyak sekali, karena jantungnya telah pecah, tubuh Tiat To Hoat-ong telah terlempar ke depan.   Dia rubuh dan tidak bergerak lagi, karena jiwanya telah melayang! Y Gochin Talu dan Lengky Lumi terkejut menyaksikan apa yang telah dialami oleh Tiat To Hoat-ong.   Akan tetapi di waktu semua orang tengah kesima memandang peristiwa tersebut, justru tampak Gochin Talu telah melompat akan menghantam batok kepala Ko Tie yang berada digendongan Swat Tocu.   Maksudnya dia ingin mengambil jiwa itu, karena dia yakin bahwa dirinya sudah tidak mungkin bisa terelak dari kematian.   Lengky Lumi sendiri tidak tinggal diam, yang berada di dekatnya Kwee Hu, karenanya dia telah menghantam dengan ke dua telapak tangannya.   Hebat bukan main cara menyerang Gochin Talu dan Lengky Lumi.   Akan tetapi Swat Tocu yang tengah menggendong Ko Tie, mana bisa membiarkan muridnya itu dihantam kepalanya oleh Gochin Talu.   Karena dari itu, waktu sambaran angin serangan Gochin Talu telah dekat, dengan gerakan yang sangat hebat, Swat Tocu memutar tubuhnya, kemudian dia menyambuti serangan Gochin Talu dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya balas menghantam.   Tubuh Gochin Talu menggigil hebat, karena seketika dia merasakan dirinya seperti dibungkus es.   Dengan disertai oleh keluhan perlahan, tubuhnya mengejang kaku dan rubuh menggetetak di tanah tidak bergerak lagi, sepasang matanya mendelik.   Rupanya dia telah terbinasa dengan cara yang sangat mengenaskan sekali.   Rupanya angin serangan dari tenaga dingin yang dilontarkan Swat Tocu telah membuat seduruh darah di tubuh Gochin Talu telah membeku.   Kematian yang dialami oleh Gochin Talu telah dilihat oleh Lengky Lumi.   Dia jadi kaget bukan main, pada waktu itu dia telah menyerang Kwee Hu.   Bicara soal kepandaian walaupun Kwee Hu liehay, tokh dia belum setangguh Lengky Lumi.   Karena dari itu, waktu dirinya diserang hebat seperti itu, telah membuat Kwee Hu jadi terkejut, dia mengeluarkan seruan kaget dan mempergunakan pedangnya buat menabas tangan Lengky Lumi.   Akan tetapi Oey Yong yang melihat puterinya terancam bahaya yang tidak kecil, segera juga membentak nyaring.   Dia telah melompat sambil menghantam dengan tangan kanannya.   Telak sekali telapak tangan Oey Yong menghantam tulang iga Lengky Lumi.   Tulang rusuk itu remuk dan juga seluruh isi perutnya telah hancur.   Lengky Lumi rubuh, masih sempat mengeluarkan jerit kematian yang sangat panjang, kemudian terguling beberapa kali di tanah dan diam tidak bergerak lagi.   Jiwanya telah melayang.   Oey Yong menghela napasnya dalam-dalam.   "Dia mencari mati sendiri!"   Menggumam nyonya Kwee Ceng waktu suaminya menegurnya, menyatakan Oey Yong menurunkan tangan terlalu keras.   Yo Ko juga menghela napas.   Dia telah melihat tokoh-tokoh kerajaan telah terbinasa demikian rupa, karena mereka ingin berbuat curang.   Cing Pang An yang waktu melihat peristiwa tersebut, hatinya kebat kebit.   Waktu semua orang tidak memperhatikan dirinya, segera juga diam-diam memutar tubuhnya.   Dia bermaksud akan melarikan diri.   Akan tetapi baru saja beberapa langkah Cing Pang An berlari, di waktu itu ke dua kakinya digaet sesuatu, sehingga dia terjerembab dan bergulingan di tanah.   Mukanya berlumuran darah, karena dari hidungnya telah bocor darah segar......   Ternyata yang teliah menggaet kaki Cing Pang An tidak lain dari Ciu Pek Thong.   Malah cepat sekali Ciu Pek Thong telah menjambak punggung orang she Cing tersebut.   Dia telah membantingnya lagi ke tanah.   Cing Pang An merasakan matanya berkunang-kunang dan pusing, dia mengeluh dan dengan tidak mengenal malu dia sesambatan minta diampuni.   Akan tetapi Yeh-lu Chi yang telah gusar, karena melihat bahwa orang-orang seperti Cing Pang An lah yang telah menimbulkan kerusuhan di lembah ini pada rapat besar Kay-pang, menghampiri dengan penuh kemarahan.   "Hemmmm, jika kami terjatuh di dalam tangan kalian, belum tentu kalian memiliki belas kasihan terhadap kami!"   Sambil berkata begitu, tangan Yeh-lu Chi telah bergerak menghantam batok kepala Cing Pang An, yang seketika remuk dan ia binasa di waktu itu juga .   Semua orang gagah yang menyaksikan kini menghela napas, mereka berusaha mencari jalan keluar dari lembah tersebut dengan menggiring para tawanan mereka, karena mereka bermaksud menghindarkan jilatan lidah api yang masih tetap berkobar sangat besar sekali.   Bau sangit terbakarnya mayat-mayat manusia tercium memuakkan.   Akhirnya para orang gagah itu berhasil menemukan jalan keluar disela lamping yang agak curam.   Mereka dengan hati-hati meninggalkan lembah tersebut......   Y Penutup Rapat besar Kay-pang tetap diselenggarakan tiga hari kemudian di lembah tersebut.   Dalam rapat besar tersebut telah diambil permufakatan dan tekad bersama untuk meneruskan perjuangan mereka menentang pemerintah penjajah.   Bahkan semua orang gagah yang berkumpul di dalam kesempatan rapat besar tersebut menyatakan tekad mereka juga, yang akan membantu Kay-pang, jika saja ada anggota Kay-pang yang mengalami kesulitan di waktu-waktu mendatang.   Begitulah, rapat besar Kay-pang telah menghasilkan tiga keputusan.   Keputusan pertama mengadakan kerja sama yang erat dengan semua para orang-orang gagah di dalam rimba persilatan yang setia negara, dan ke dua merupakan persetujuan bersama untuk menghadapi penjajah dengan gigih, walaupun harus menebus dengan jiwa dan raga, keputusan yang ke tiga menegaskan jika memang ada anggota Kay-pang yang berkhianat, maka pasti akan dihukum berat sekali.   Begitulah, keputusan tersebut disiarkan di dalam rimba persilatan, sehingga semua orang-orang gagah di dalam rimba persilatan menaruh hormat kepada Kay-pang.   Di bawah pimpinan Yeh-lu Chi, memang Kay-pang mengalami kemajuan yang pesat, terutama sekali memang Kwee Ceng dan Oey Yong bersedia menyediakan waktu mereka buat membantu Yeh-lu Chi dalam memimpin Kay-pang.   Banyak persoalan besar yang dihadapi Kay-pang diselesaikan oleh Oey Yong dan Kwee Ceng, ke dua pendekar besar di jaman ini.   Yo Him dan Sasana juga telah meresmikan hubungan mereka dalam bentuk sebuah perkawinan, atas desakan Yo Ko dan Siauw Liong Lie.   Hal ini disebabkan Siauw Liong Lie, maupun Yo Ko, memang ingin cepat-cepat menggendong cucu, itulah sebabnya mereka mendesak agar Yo Him sngera menikah dengan Sasana.   Walaupun gadis itu keturunan Boan-ciu, tokh dia seorang gadis yang baik.   Begitulah perkawinan Yo Him dengan Sasana telah dimeriahkan sebuah pesta yang sangat ramai sekali, di mana hampir seluruh orang gagah dari segala macam golongan telah hadir di dalam pesta perkawinan tersebut.   Hanya saja yang membuat hati Sasana sering tidak tenang.   Dia bermaksud untuk meninggalkan daratan Tiong-goan dan hidup di tempat terpencil.   Selama dia masih berada di daratan Tiong-goan, selalu dia teringat kepada nasib buruk yang dialami ayahnya, sehingga selalu mendatangkan kesedihan belaka.   Beruntung Yo Him sangat mencintainya dan pandai sekali buat menghiburnya, karenanya dengan demikian Sasana dapat dikurangi kedukaannya.   Begitulah hari demi hari telah berlalu cepat sekali, sedangkan Kaisar Mongolia yang telah berkuasa penuh di daratan Tiong-goan semakin kuat kedudukannya, sehingga tipislah harapan dari para orang-orang gagah itu buat mengusir penjajah dari tanah air mereka.   Yo Ko dan Siauw Liong Lie telah hidup mengasingkan diri di sebuah tempat yang sulit sekali dicari manusia.   Tidak ada seorangpun yang mengetahui di mana Siauw Liong Lie bersama Yo Ko menyembunyikan diri maupun mengasingkan diri di hari tua mereka, karena dari itu, mereka telah hidup sebagai dewa dan dewi belaka.   Yo Him dan Sasana sendiri tidak mengetahui di mana beradanya ke dua orangtua mereka.   Waktu Yo Ko dan Siauw Liong Lie akan berpisah dengan Yo Him dan mantu mereka, kedaanya tidak mau menyebutkan di mana mereka akan menetap.   Itulah sebabnya mengapa Yo Him sendiri tidak mengetahui di mana ayah dan ibunya berada pada waktu itu, yang menurut kabar-kabar yang tersiar di dalam dunia Kang-ouw, Yo Ko dan Siauw Liong Lie telah berhasil menyempurnakan ilmu mereka.   Ke duanya telah sempurna dan akhirnya naik menjadi dewa dan dewi.   Waktu Yo Ko dan Siauw Liong Lie meminta diri kepada semua orang-orang gagah yang berkumpul di dalam pesta perkawinan Yo Him dengan Sasana, justru Ciu Pek Thong ngotot ingin ikut bersama ke dua manusia dewa itu.   Dan akhirnya memang Yo Ko bersama Siauw Liong Lie meluluskan permintaan Ciu Pek Thong.   Sejak saat itu, tidak pernah terdengar lagi sepak tcrjang Ciu Pek Thong maupun Yo Ko dan Siauw Liong Lie......   Y Yo Him mengajak Sasana untuk berkelana, banyak yang mereka lakukan, untuk berusaha membangun kembali kerajaan dan bangsanya yang telah diinjak-injak oleh orang Mongolia, yang kini menjajah daratan Tiong-goan tersebut.   Disamping itu, Yo Him juga berhubungan dengan para orang gagah di seluruh daratan Tiong-goan, dalam mengumpulkan bahan-bahan yang sekiranya menghadapi penjajah Mongolia.   dapat dipergunakan untuk Akan tetapi keadaan di daratan Tiong-goan waktu itu sudah mengalami banyak sekali perobahan sejak Kublai Khan, Kaisar penjajah dari Mongolia tersebut mengeluarkan berbagai peraturan yang pelaksanaannya mengalami pengawasan yang ketat sekali.   Sejak kematian Tiat To Hoat-ong, bukan kepalang amarah dan murkanya Kaisar Kublai Khan.   Kaisar ini mengerahkan seluruh bala tentara dan para pahlawannya untuk mengejar pembunuhpembunuh Tiat To Hoat-ong.....   Kematian Koksu negara tersebut telah mendatangkan kegoncangan yang tidak kecil di daratan Tiong-goan, terutama sekali di kota raja.   Hal ini disebabkan karena memang Tiat To Hoat-ong orang yang penting dalam kerajaan Mongolia tersebut, juga sangat dimanjakan oleh Kaisar Kublai Khan.   Dan sekarang Koksu yang sangat disayang oleh Kaisar telah tiada.   Karena dari itu bisa dibayangkan betapa murka dan sakit hatinya Kaisar Kublai Khan terhadap para pembunuh Koksu tersebut.   Perintah yang dikeluarkan oleh Kublai Khan merupakan perintah yang keras sekali.   Dan kekuasaan yang diberikan kepada para panglimanya yang melakukan pengejaran kepada para pembunuh Tiat To Hoat-ong diberikan kekuasaan yang penuh.   Sehingga mereka berhak buat menangkap orang yang dicurigai dan menahannya serta memeriksanya.   Jika perlu, kalau orang yang ditangkap karena dicurigai itu tidak mau bicara, boleh dibunuh.   Kekuasaan untuk membunuh yang diberikan oleh Kaisar Kublai Khan ini telah menimbulkan kegoncangan yang tidak kecil di daratan Tiong-goan, di mana rakyat jadi begitu ketakutan.   Sebab bisa saja jika seorang tentara kerajaan Mongolia merasa tidak senang atau tidak menyukai seorang penduduk, ia lalu mempergunakan alasan bahwa orang tersebut mencurigakan, dan ditangkap, kemudian tanpa diperiksa lagi dibunuhnya dengan kejam.   Banyak pembesar tua Mongolia yang agak arif, telah mengajukan tentangan terhadap perintah Kaisar yang satu itu, yaitu melakukan pengejaran terhadap para pembunuh Tiat To Hoat-ong.   Yang mereka tentang sekali justru kekuasaan yang diberikan oleh Kaisar terhadap para panglimanya untuk memiliki hak membunuh dengan bebas tanpa memeriksa dan mencari bukti-bukti terhadap kesalahan orang yang dicurigai itu.   Akan tetapi Kaisar Kublai Khan yang telah kehilangan Tiat To Hoatong, Koksu yang sangat disayanginya itu, tidak memperdulikan tanggapan dari para pembesar itu.   Usul mereka yang mengatakan keberatan dengan adanya perintah dan kekuasaan istimewa yang diberikan kaisar kepada para panglimanya, telah dibekukan dan sama sekali.   Tidak dilayani oleh Kaisar tersebut.   Yo Him bersama Sasana dan juga para orang-orang gagah di daratan Tiong-goan yang melihat keadaan seperti itu yang tengah berlangsung di daratan Tiong-goan, jadi berduka sekali.   Kemana mereka sekali-kali bertemu dengan para tentara Mongolia yang tengah melakukan keganasan, akan tetapi merekapun tidak bisa selamanya turun tangan buat membinasakannya.   Terdapat cukup banyak bala tentara Mongolia yang dikerahkan Kaisar Kublai Khan.   Karena dari itu, jika Yo Him dan Sasana membinasakan satu atau dua orang bala tentara Mongolia yang tengah melakukan keganasan, tentu di tempat lainnya terdapat bala tentara lainnya yang tengah melakukan keganasan dan kejahatan juga.   Karenanya hal ini telah membuat Yo Him dan Sasana merasa bahwa semua itu hanya menimbulkan kedukaan yang semakin mendalam, jika saja mereka tetap menyaksikan kemelut yang timbul di daratan Tiong-goan.   Akibat matinya Koksu negara Mongolia tersebut, entah telah berapa ribu rakyat yang akhirnya menjadi korban, karena mereka menjadi sasaran dari keganasan bala tentara Mongolia tersebut, yang dilindungi kekuasaan yang diberikan Kaisar mereka.   Dengan begitu pula, akhirnya Yo Him memutuskan untuk mengajak Sasana hidup menyepi di sebuah tempat yang sangat sunyi dan juga jarang sekali didatangi orang.   Semula Sasana keberatan untuk mengikuti keinginan suaminya tersebut, di mana Sasana mengemukakan bahwa mereka masih muda usia dan tidak selayaknya mengikuti jejak ke dua orang tua mereka, Yo Ko dan Siauw Liong Lie yang kini telah hidup menyepi.   Tetapi Yo Him mengatakan, jika memang mereka masih menyaksikan keganasan-keganasan yang dilakukan oleh para tentara Mongolia, tentu mereka selalu akan berduka dan merasa sedih menyaksikan semua itu, di mana rakyat menjadi korban keganasan dari semua tindakan dan perbuatan para tentara Mongolia itu.   Akhirnya Sasana menyarankan agar mereka selama beberapa tahun ini tetap berkelana.   Walaupun tenaga mereka tidak seberapa jika dibandingkan dengan jumlah rakyat Tiong-goan yang menderita atas keganasan dari para tentara Mongolia tersebut, tokh semua tindakan dan perbuatan mereka mempunyai arti yang sangat penting, di mana mereka bisa menolong meringankan sebagian dari rakyat yang tengah menderita itu.   Jika memang mereka hidup mengasingkan diri dan menyepi, berarti mereka lari dari hidup kenyataan, melepaskan tanggung jawab sebagai orang-orang gagah dan meninggalkan begitu saja rakyat yang tengah menderita.   Alasan yang dikemukakan oleh Sasana memang dapat diterima oleh Yo Him, di mana akhirnya Yo Him membatalkan maksudnya buat menyepi.   Dan dia bertekad untuk sebanyak mungkin menolong rakyat yang tengah dalam keadaan bersengsara dan tertindas oleh keganasan tentara Mongolia tersebut.   Itulah sebabnya, banyak yang dilakukan Yo Him dan Sasana.   Mereka selalu dengan segera turun tangan membunuh atau juga menghajar para balatentara Mongolia yang tengah melakukan kejahatan dan keganasan.   Dan mereka walaupun hanya berdua, akan tetapi mereka memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali.   Dengan begitu tidak bisa para tentara tersebut melakukan perlawanan.   Akhirnya Yo Him dan Sasana merupakan momok yang sangat mengerikan di mata para tentara Mongolia.   Karena bagi mereka, jika memang mereka bertemu dengan Yo Him atau Sasana, sama mereka bertemu dengan malaikat elmaut.   Karena dari itu, jika saja para tentara Mongolia tersebut mendengar bahwa Yo Him dan Sasana berada di sekitar tempat mereka berada, para tentara negeri tersebut tidak berani melakukan keganasan mereka mengganggu penduduk.   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Yo Him dan Sasana telah bertindak bagaikan sepasang manusia sakti yang sangat dihormati oleh semua orang-orang gagah di daratan Tiong-goan.   Walaupun mereka berusia muda belia, tokh orang-orang gagah dan golongan tua di dalam rimba persilatan, tetap menghormati mereka dan merasa kagum atas tindakan mereka melaksanakan perbuatan yang gagah perkasa dengan menolong rakyat yang tengah tertindas.   Tidak jarang juga Yo Him dan Sasana berkumpul dengan Yeh-lu Chi, pangcu dari Kay-pang, untuk tukar pandangan dan pikiran, guna menentukan langkah-langkah apa yang perlu mereka ambil.   Terlebih lagi sekarang, setelah kematian Koksu negara Mongolia tersebut, di mana semua anggota Kay-pang sangat dibenci dan dimusuhi oleh tentara Mongolia, yang mengetahui bahwa kematian Koksu mereka terjadi di dalam rapat besar Kay-pang tersebut.   Yeh-lu Chi sendiri telah beberapa kali mengalami kesulitan dalam menghadapi gangguan bala tentara kerajaan Mongolia yang berusaha untuk mempersulit Kay-pang.   Sedangkan para pengemis Kay-pang yang memiliki kepandaian masih rendah, jika melihat serombongan tentara negeri, tentu akan berusaha mengelak dan menyingkirkan diri.   Sebab mereka menyadarinya tidak mungkin mereka bisa menghadapi para tentara kerajaan tersebut.   Yo Him sangat murka mendengar semua cerita Yeh-lu Chi, kebenciannya kepada Kaisar Mongolia jadi semakin menjadi-jadi.   Terlebih lagi dari Yeh-lu Chi didengarnya, betapa Kaisar Mongolia tegas-tegas telah mengeluarkan perintah, untuk menangkap orang-orang tokoh Kay-pang.   Para pahlawan Kaisar, yang umumnya memiliki kepandaian sangat tinggi telah dikerahkan untuk penangkapan tersebut.   Walaupun usaha dari Kaisar Mongolia tersebut tidak berhasil, namun memang terlihat jelas, banyak kerusakan yang dialami oleh Kay-pang.   Juga beberapa tokoh penting Kay-pang telah tertawan dan mereka dibawa ke kota raja, untuk diadili langsung oleh Kaisar, yang hendak mengorek keterangan dari mulut mereka.   Yeh-lu Chi yakin bahwa tokoh-tokoh Kay-pang tersebut tentu akan lebih rela mati dari pada harus membongkar seluruh rahasia Kaypang.   Karena dari itu, hatinya tidak begitu gelisah.   Ia hanya berikhtiar untuk berusaha menolongi tokoh-tokoh Kaypang yang telah tertawan tersebut.   Yo Him dan Sasana yang mendengar keterangan seperti itu, menganjurkan kepada Yeh-lu Chi, agar mengambil tindakan yang lebih berani dan nekad, yaitu menyatroni istana Kaisar, buat berusaha menolongi tokoh-tokoh Kay-pang yang tertawan itu.   Akan tetapi Yeh-lu Chi telah menolak saran tersebut dengan ragu.   Menurut Yeh-lu Chi justru sekarang-sekarang ini Kaisar Mongolia tersebut telah menempatkan penjagaan yang sangat ketat sekali, banyak jago-jago yang memiliki kepandaian hebat telah didatangkan dari Mongolia.   Karena dari itu, jika memang mereka menyatroni istana Kaisar Mongolia tersebut dalam saat-saat seperti sekarang, niscaya sama saja seperti mereka mengantarkan diri dalam jaring.   Yo Him dan Sasana berpikir memang apa yang dikatakan oleh Yeh-lu Chi beralasan.   Hanya saja mereka tetap tidak rela jika tokoh-tokoh Kay-pang yang tertawan itu tetap berada di bawah pengawasan dari tentara Mongolia tersebut di mana mereka berada dalam keadaan yang tidak menggembirakan.   Jelas bahwa tokoh-tokoh Kay-pang itu merupakan orang-orang gagah yang tidak akan membuka mulut dan keterangan sepatah perkataanpun juga.   Akan tetapi yang pasti mereka juga akan menerima siksaan yang sangat hebat serta sadis sekali.   Karena itu, Yo Him dan Sasana tetap bermaksud untuk menolong membebaskan mereka.   Bahkan Yo Him telah memajukan dirinya bersama Sasana, di mana mereka berdua yang akan pergi ke kota raja untuk menyelidiki keadaan para tokoh Kay-pang yang telah terjatuh ke dalam tangan orang-orang Mongolia tersebut Yeh-lu Chi akhirnya menyetujui keinginan Yo Him dan Sasana.   Ia hanya berpesan agar mereka berhati-hati dan waspada.   Mereka hanya boleh menyelidiki dan tidak boleh turun tangan.   Hal ini untuk mencegah agar mereka tidak mengalami ancaman bahaya yang lebih hebat.   Walaupun kepandaian Yo Him dan Sasana memang sangat tinggi dan Yeh-lu Chi juga mengagumi mereka, namun menurut pendapat Yeh-lu Chi, sekarang-sekarang ini Kaisar Mongolia telah mendatangkan dan mengundang banyak sekali para jago-jago sakti dari Mongolia, yang didudukan sebagai pengawal pribadinya, menjadi pahlawan-lawan istananya.   Dengan demikian walaupun bagaimana, Yo Him dan Sasana yang hanya berdua, tidak mungkin dapat menghadapi mereka dengan baik.    Karena Wanita Karya Kho Ping Hoo Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini