Beruang Salju 5
Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 5
Beruang Salju Karya dari Sin Liong Ko Tie sendiri tampaknya asyik mengikuti jalan cerita pertunjukan wayang orang tersebut. Rupanya anak ini senang sekali bisa menyaksikan pertunjukan seperti itu. Tetapi Yo Him diam-diam memperhatikan terus tingkah laku dari lelaki berpakaian compang-camping itu, yang tingkah lakunya mencurigakan sekali. Yo Him melihatnya, sambil berjalan perlahan, lelaki berpakaian seperti pengemis tersebut menggerakkan tangannya perlahan ke samping kiri dan kanannya. Tahu-tahu ia telah berhasil menyambar isi saku dari orang-orang yang berada dekat dengannya. Hal itu ia lakukan berulang kali, di mana lelaki berpakaian sebagai pengemis tersebut juga telah berpindah-pindah tempat. Sedangkan orang-orang yang isi sakunya telah berpindah ke tangan si pengemis, sama sekali tidak mengetahui bahwa mereka telah kecopetan. Mereka tengah asyik menyaksikan jalannya pertunjukan wayang orang tersebut. Di mana tengah berlangsung adegan pertempuran antara Lo Cin dengan pihak raja laut Hayliong-ong. Setelah cukup mencopet uang dan barang-milik orang-orang yang berada di lapangan rumput tersebut, lelaki berpakaian compangcamping seperti pengemis itu telah melenggang tenang-tenang meninggalkan tempat tersebut. "Tie-jie, aku hendak pergi sebentar....., kau tontonlah dulu. Nanti kau tunggu aku disini..... aku akan segera kembali dengan segera.....!" Kata Yo Him kepada Ko Tie. Anak itu heran tetapi ia mengangguk juga. Cepat Yo Him mengikuti lelaki berpakaian compang-camping itu, di mana ia melihatnya lelaki berpakaian compang-camping tersebut telah meninggalkan lapangan rumput itu menuju ke pintu kota di sebelah selatan. Ia terus juga menuju ke kiri dan menyusuri jalan kecil berumput, tidak lama kemudian tiba di muka kuil yang besar. Lelaki berpakaian compang-camping itu menghampiri emperan kuil tersebut, meletakkan tongkat kayunya dan kemudian merebahkan tubuhnya di situ. Rupanya ia ingin mengaso. Yo Him mengambil sebutir batu, ditimpukkannya ke bahu pengemis itu. Walaupun tidak terlalu keras, karena Yo Him menimpuknya dengan perlahan tanpa mempergunakan lweekang tokh batu itu telah menyambar mengeluarkan suara desiran yang cukup nyaring. Yo Him bermaksud mempermainkan pengemis itu, tetapi ia jadi kecele sendiri, karena pengemis itu menggoyangkan bahunya tanpa menggerakan tubuhnya yang rebah. Batu itu telah berhasil dielakkannya menyambar terus ke dinding kuil..... "tuk!" Menimbulkan suara benturan yang cukup nyaring. Sedangkan lelaki berpakaian compang-camping itu tetap rebah di tempatnya. Tanpa memperhatikan sekitarnya, bagaikan ia tidak mengetahui sambaran batu itu, dan ia mengelakkan sambaran batu itu seperti secara kebetulan saja. Yo Him tertegun sejenak, lalu mengambil dua butir batu lagi dan menimpuknya. Kali ini Yo Him menimpuk mempergunakan dua bagian tenaga lweekangnya. Ke dua butir batu itu telah menyambar cepat sekali ke arah lutut si pengemis dan yang satunya lagi menyambar pahanya. Tetapi pengemis tersebut tiba-tiba mengangkat kakinya, mengulurkan tangannya, ia memperlihatkan sikap seperti menggaruk. Ke dua butir batu itu telah lolos lagi tidak berhasil mengenai sasarannya menyebabkan Yo Him jadi mengerutkan alisnya. "Hemm rupanya dia memang memiliki kepandaian yang tinggi...... pantas saja tangannya liehay mencopet tanpa korbannya mengetahui bahwa isi saku mereka telah berpindah ke tangan pengemis ini...... Siapakah dia?" Sambil berpikir begitu, Yo Him telah mengambil lagi dua butir batu dan melontarkannya kepada si pengemis dengan mempergunakan tenaga lweekang lima bagian. Ke dua butir batu itu menyambar cepat sekali berkesiuran keras. Dan dengan demikian walaupun orang yang memiliki kepandaian tinggi jika diserang seperti itu oleh Yo Him, tentu sulit mengelakkan diri dalam keadaan rebah seperti itu. Tetapi pengemis itu tetap rebah di tempatnya seperti juga tidak mengetahui menyambarnya ke dua butir batu itu. Waktu ke dua butir batu tersebut menyambar dekat pada lengan dan dadanya, pengemis itu telah menggerakkan tangan kanannya. Tahu tahu dengan mudah ia telah menyambuti ke dua butir batu itu yang kemudian dibuangnya ke samping. Mulutnya juga mengoceh. "Jangan jail...... keluarlah perlihatkan dirimu anak muda!" Yo Him telah keluar melangkah mendekati pengemis itu, kemudian katanya. "Paman pengemis, rupanya engkau seorang yang luar biasa! Tidak kusangka di tempat seperti ini aku bisa menjumpai seorang yang memiliki kepandaian tinggi seperti kau......!" Pengemis itu telah tertawa "Hehehe!" Dan melompat duduk. Ia memandangi Yo Him dan kemudian katanya dengan suara yang tawar. "Pemuda tampan, tampaknya kepandaianmu tinggi sekali, dan aku tidak mungkin bisa menandinginya......! Hemmm. engkau memuji aku tetapi dibalik dari pujianmu itu justeru engkau hendak mengejekku, bukan?" Yo Him tersenyum, ia mengangkat ke dua tangannya yang dirangkapkan kemudian memberi hormat disertai kata-katanya. "Paman pengemis..... aku she Yo dan bernama Him..... tadi secara kebetulan aku melihat engkau telah mencopet uang dan barang milik orang-orang yang tengah menyaksikan wayang orang di padang rumput...... maka aku telah mengikuti ke mari......! Kalau boleh kutahu, siapa engkau adanya, paman pengemis?" Pengemis itu mementang ke dua matanya lebar-lebar. Ia mengawasi Yo Him dengan sorot mata yang tajam dan wajahnya jadi bersungguh-sungguh. "Yo Him? Engkaukah tanyanya kemudian. yang bergelar Sin-tiauw-thian-lam?" Yo Him mengangguk. "Itulah julukan yang diberikan oleh sahabat rimba persilatan......!" Menyahuti Yo Him. Pengemis itu telah melompat berdiri, lalu katanya. "Bagus! Bagus! Tidak disangka akan bertemu dengan putera Sin-tiauw-tai-hiap Yo Ko......! Hahaha, inilah yang dinamakan jodoh. Di mana kita berjodoh bertemu......!" Yo Him heran melihat sikap pengemis itu tetapi ia mengawasi saja. Sedangkan si pengemis telah berkata lagi sambil diiringi tertawanya. "Aku Sin-bok-koay-kay (Pengemis Aneh Berkayu Sakti) Liu Ong Kiang. Akulah si pengemis yang selalu bekerja dengan ke dua tanganku untuk memindahkan isi saku orang lain ke sakuku......! Dan tentunya engkau telah mengetahui kebiasaan dari kami kaum pengemis, bukan? Telah lama aku mendengar namamu, di mana banyak orang-orang rimba persilatan yang memuja akan kepandaianmu yang tinggi dan hebat..... maka aku dengan memberanikan diri telah melakukan perjalanan mengelilingi beberapa propinsi dan puluhan kota serta ratusan kampung untuk menemuimu..... siapa sangka. Hari ini kita berjodoh untuk bertemu!" Yo Him jadi heran, ia bertanya dengan perasaan ingin tahu. "Ada urusan apakah kau mencariku, Liu Lopeh (paman Liu)...? Bolehkah aku mengetahui?" Pengemis she Liu itu telah tertawa. Ia membungkukkan tubuhnya mengambil tongkat kayunya yang ditimang-timangnya, katanya kemudian. "Jika aku tidak memiliki urusan penting, untuk apa aku melakukan perjalanan jauh, mendatangi berbagai tempat berusaha untuk bertemu denganmu, Yo Kongcu? Sekarang baiklah kita duduk-duduk dulu. Nanti akan kujelaskan......!" Yo Him telah duduk di tempat yang ditunjuk oleh pengemis she Liu itu sedangkan pengemis Liu Ong Kiang telah duduk di tempatnya semula, sambil tertawa ia bilang. "Aku Liu Ong Kiang sesungguhnya tidak pernah mengharapkan bantuan orang lain, tetapi sekali ini justru tengah menghadapi suatu urusan yang cukup penting dan juga bisa membahayakan kami kaum pengemis, maka itu sengaja aku mencarimu Yo Kongcu, untuk meminta bantuanmu. Entah kau bersedia atau tidak membantu kami?" "Katakanlah Liu Lopeh, jika memang aku bisa membantumu, tentu aku bersedia membantunya, tetapi justru sekarang ini persoalannya saja belum kuketahui.....!" Menyahuti Yo Him. "Tentu dengan memandang muka Oey Yong Pangcu yang pernah memimpin partai kami, partai Kay-pang, tentu Yo Kongcu bersedia untuk membantu kami......! Sesungguhnya kami tengah dalam kesulitan yaitu dua orang pemimpin kami telah mengalami suatu bencana yaitu ditangkap oleh pihak kerajaan Boan-ciu, di mana mereka sesungguhnya telah berusaha menghindarkan bentrokan dengan pihak Boan-ciu, namun tanpa disengaja telah terjadi urusan yang agak aneh......!" "Urusan aneh, apakah itu Liu Lopeh?" Tanya Yo Him semakin ingin mengetahui. Pengemis itu menghela napas, ia menggerak-gerakkan kayu di tangannya, tongkat itu ditimang-timangnya sambil dipandanginya. Akhirnya ia berkata dengan suara yang agak perlahan. "Ke dua pemimpin kami masing-masing Sun Tianglo dan Khu Tianglo..... setengah tahun yang lalu secara kebetulan mereka berada di kota Po-sun-kwan di dalam bilangan Kang-ouw. "Sebagaimana biasa, mereka tidak pernah mencampuri urusan yang biasa saja, karena mereka sebagai Tianglo kami, tentu tidak sembarangan mencampuri urusan yang tidak penting. Mereka baru turun tangan jika memang benar-benar menyaksikan urusan yang tidak adil, dan itupun jika memang urusan tersebut tidak bisa diselesaikan oleh anggota Kay-pang. "Tetapi pada malam itu, waktu ke dua Tianglo kami tengah tidur di sebuah kuil rusak, yang terdapat di kota tersebut mereka mendengar suara ribut-ribut di luar kuil. Ke duanya sebetulnya merasa segan untuk bangun dari tidur mereka, tetapi suara ributribut itu disusul dengan bentrokan senjata tajam yang ramai sekali, menyebabkan mereka tertarik juga dan keluar untuk melihatnya. "Ketika berada di luar kuil, dilihatnya seorang berpakaian hitam dengan muka yang tertutup topeng terbuat dari kain hitam juga tengah mempergunakan pedang di tangan kanannya telah melakukan perlawanan terhadap puluhan tertara Mongolia yang mengepungnya dengan rapat. Di antara tentara Mongolia itu terdapat juga ahli-ahli silat yang memiliki kepandaian tinggi, sehingga lelaki bertopeng hitam tersebut tidak bisa melarikan diri dan memecahkan kepungan tersebut. "Ke dua Tianglo kami yang menyaksikan jalannya pertempuran itu, jadi tergerak hatinya. Mereka telah menyaksikan ketidak adilan seperti itu, di mana seorang diri si orang bertopeng hitam tersebut dikepung dan dikurung ketat oleh puluhan orang-orang lawannya itu. Apalagi yang mengurungnya itu adalah para tentara Mongolia, dengan begitu, ke duanya akhirnya menerjang maju untuk memberikan bantuannya kepada orang pertopeng hitam itu. "Tetapi tanpa disadari oleh mereka justru ke dua Tianglo kami itu telah melakukan suatu kesalahan. Dengan ikut campurnya mereka dalam urusan tersebut. Mereka telah melibatkan diri dalam urusan yang berekor panjang sekali. Memang dengan majunya ke dua Tianglo kami itu, di mana Sun Tianglo dan Khu Tianglo memiliki kepandaian tinggi, bisa memberikan kesempatan untuk orang bertopeng hitam itu bernapas karena begitu turun tangan ke dua Tianglo kami berhasil melemparkan tiga orang tentara Mongolia yang mengepung orang bertopeng hitam itu. "Dengan datangnya bantuan ke dua Tianglo kami, orang bertopeng hitam tersebut semakin bersemangat. Setelah memutar pedangnya lebih cepat disertai oleh tenaga lweekangnya yang tersalur lewat pedangnya, disamping itu ilmu kiam-hoatnya memang luar biasa telah menyambar-nyambar dengan kuat. Dua orang tentara Mongolia telah berhasil dilukai mereka. Sambil melakukan perlawanannya terus kepada pengepungnya itu, beberapa kali orang bertopeng hitam itu mengucap terima kasihnya kepada ke dua Tianglo kami. Dalam suatu kesempatan, ia melompat ke dekat ke dua Tianglo kami, di mana Khu Tianglo dan Sun Tianglo jadi berdiri saling memunggungi dengan orang bertopeng tersebut. "Tentara Mongolia tersebut rupanya jadi semakin gusar melihat kawan-kawan mereka yang banyak berjatuhan di tangan Khu Tianglo dan Sun Tianglo, disamping itu ada beberapa orang yang telah menjadi korban ketajaman pedangnya si orang bertopeng hitam tersebut. Beberapa orang dari rombongan tentara Mongolia yang memiliki kepandaian tinggi telah memutar senjata mereka dengan ganas menyambar-nyambar pada Sun Tianglo, Khu Tianglo dan orang bertopeng hitam itu. "Sampai akhirnya pertempuran yang berlangsung itu semakin lama jadi semakin seru. Dua orang dari rombongan tentara Mongolia telah berhasil dirobohkan kembali oleh ke dua Tianglo kami, membuat rombongan tentara Mongolia tersebut melakukan kepungan mereka semakin ganas...... Sedangkan beberapa orang di antara mereka telah berteriak kepada orang bertopeng hitam itu. "Sebelum kau menyerahkan kembali peta itu kepada kami, kau akan kami kejar terus, kemanapun engkau melarikan diri. Walaupun engkau mengundang kawanmu, kami bisa saja meminta bantuan dari kota raja untuk melakukan pengejaran ke segala penjuru...... "Sambil berkata begitu, segera rombongan tentara Mongolia tersebut melakukan tikaman, bacokan dan serangan tangan kosong yang semakin kuat dan mendesak. Tetapi ke dua Tianglo kami memiliki kepandaian tinggi, sedangkan orang bertopeng hitam itu juga memiliki kepandaian yang tidak rendah. Dengan demikian rombongan tentara Mongolia tersebut, walaupun berjumlah banyak, tokh tidak banyak yang bisa mereka lakukan. "Setelah bertempur sekian lama lagi, akhirnya orang bertopeng hitam itu berkata kepada Khu Tianglo, katanya. "In-kong..... ada sesuatu yang hendak kami titipkan...... harap in-kong mau menerimanya.......!" Dan sebelum Khu Tianglo sempat menyahuti, di waktu itulah orang bertopeng hitam tersebut menyusupkan sesuatu barang ke dalam tangan Khu Tianglo, dan tahu-tahu tubuh orang bertopeng hitam itu telah melompat berjumpalitan di tengah udara dan tubuhnya seperti seekor burung telah melayang di tengah udara, tiba di luar gelanggang pertempuran itu. Dia tidak berhenti sampai di situ saja, tubuhnya telah melompat lagi dan beberapa kali menjejakkan kakinya. Ia telah terpisah puluhan tombak. Orang bertopeng hitam tersebut bermaksud melarikan diri. "Khu Tianglo kami telah melirik barang yang ada di tangannya, segulung kertas. Rupanya benda ini yang tengah diperebutkan antara orang bertopeng hitam itu dengan rombongan tentara Mongolia tersebut. Melihat orang bertopeng hitam hendak melarikan diri, di waktu itulah tampak beberapa orang tentara Mongolia telah mengejarnya. Namun seorang yang berpakaian sebagai perwira dan rupanya menjadi pemimpin mereka telah membentak. "Kembali, biarkan dia pergi...... peta yang kita kehendaki berada di tangan pengemis itu......!" Maka tentara Mongolia yang beberapa orang itu telah kembali ke gelanggang pertempuran mengepung Khu Tianglo dan Sun Tianglo. "Khu Tianglo sendiri sesungguhnya tidak sudi dititipi barang tersebut karena ia bersama Sun Tianglo hanya berbaik hati hendak membantu orang bertopeng hitam tersebut. Ia tidak menyangka orang bertopeng hitam itu akan menitipkan barang itu dengan cara begitu, tanpa meminta persetujuannya lagi telah menyesapkan gulungan kertas tersebut ke dalam tangannya. Tetapi hendak mengembalikannya juga sudah tidak keburu lagi, karena orang bertopeng hitam itu telah lenyap ditelan kegelapan malam. "Khu Tianglo kami dan Sun Tianglo memberikan perlawanan yang gigih terhadap terjangan tentara Mongolia itu, malah Sun Tianglo telah berkata perlahan pada Khu Tianglo. "Tinggalkan mereka......!" Lalu ke dua Tianglo kami itu dengan gesit telah melarikan diri. Mereka memiliki ginkang yang mahir, dengan demikian mereka bisa meninggalkan para lawannya itu dengan mudah......!" "Lalu bagaimana.....?" Tanya Yo Him yang tertarik hatinya. Liu Ong Kiang menghela napas dalam-dalam, lalu katanya. "Tetapi rupanya memang pihak orang Mongolia telah menyebar orangorang yang sangat banyak, di antara mereka juga terdapat jagojago berkepandaian tinggi yang bertugas di istana Kublai Khan. Rupanya peta yang telah berada di tangan Khu Tianglo dibutuhkan sekali oleh mereka, benda yang sangat berharga sekali. Ke dua Tianglo kami itu dikejar oleh puluhan jago-jago kelas satu dari istana Kublai Khan. Akhirnya dengan cara mengepung yang rapat dan juga dengan mempergunakan segala akal licik, ke dua Tianglo kami itu bisa mereka tawan.....!" Yo Him mengangguk mengerti. "Jadi maksud Liu Lopeh hendak meminta aku agar membantui pihak Kay-pang guna membebaskan ke dua Tianglo kalian dari tangan pemerintah Mongolia?" Tanya Yo Him. Wajah Liu Ong kiang berubah muram. Ia menunduk sejenak, lalu mengangguk perlahan dan mengawasi Yo Him. "Jika memang hendak dikatakan sesungguhnya memalukan sekali. Kay-pang sesungguhnya memiliki cukup banyak jago-jago yang memiliki kepandaian tinggi. Memang harus diakui sejak ditinggal oleh Ang Pangcu, Ang Cit Kong, Kay-pang mengalami banyak kemunduran. Sebab waktu jabatan Pangcu dipegang Oey Yong Pangcu justru seluruh perhatian Oey Pangcu tidak bisa dicurahkan seluruhnya untuk kemajuan Kay-pang. Disamping itu juga memang tengah pecah peperangan antara kerajaan Song dengan tentara Mongolia sehingga Oey Pangcu sibuk untuk berjuang mengerahkan seluruh tenaga dan perhatiannya guna mempertahankan kota Siang-yang. "Setelah itu Oey Pangcu menyerahkan jabatan Pangcu itu kepada Pangcu kami yang sekarang..... selama ini Kay-pang belum lagi dapat memupuk kekuatan tunggal seperti di masanya jabatan Pangcu dipegang oleh Ang Cit Kong Pangcu, di mana banyak juga tokoh-tokoh Kay-pang yang bermaksud memisahkan diri dari Kaypang. Ada yang hendak mengambil jalannya masing-masing, begitu juga dengan pimpinan-pimpinan daerah tidak begitu mematuhi pula perintah dari pusat, mereka seperti berdiri sendirisendiri. Itulah sebabnya kini Kay-pang kekurangan tenaga yang benar-benar memiliki kepandaian benar-benar tinggi....." Yo Him menghela napas, ia ikut menyesali Kay-pang yang mengalami perpecahan seperti itu. Dengan begitu, sebuah partai pengemis yang semula begitu kuat dan disegani oleh seluruh orang-orang rimba persilatan, yang memiliki banyak sekali jagonya dan menguasai seluruh daratan Tiong-goan dengan anggota pengemisnya tersebut, kini tampaknya mulai menuju ke jurang perpecahan. Dengan begitu, berarti Kay-pang semakin lama semakin lemah. Dan jika tidak segera diusahakan untuk memulihkan keadaan Kay-pang, jelas partai pengemis itu akan bertambah lemah juga. "Lalu sekarang apa rencana Liu Lopeh?" Tanya Yo Him. Si pengemis yang bergelar Sin-bok-koay-kay tersebut menghela napas dengan sikap yang mengandung penyesalan, katanya. "Sesungguhnya Khu Tianglo dan Sun Tianglo telah bersepakat untuk memulihkan keadaan Kay-pang, guna membentuk beberapa pimpinan Kay-pang di daerah yang baru, untuk memulihkan kewibawaan Kay-pang. Tetapi itu baru merupakan rencana belaka, dan cita-cita ke dua Tianglo kami itu belum lagi berhasil, mereka telah berurusan dengan peta yang diperebutkan oleh pemerintah Mongolia tersebut, di mana akhirnya mereka telah kena ditawan oleh orang-orang Mongolia. "Sedangkan orang bertopeng hitam itu, yang memang memiliki kepandaian tinggi dan telah menyerahkan gulungan peta itu kepada Khu Tianglo sampai sekarang ini belum lagi diketahui siapa adanya dia......! Aku telah berusaha menyelidiki, tetapi sejauh itu belum juga berhasil mengetahui siapa adanya orang bertopeng hitam itu yang merupakan sumber dari tertangkapnya Khu Tianglo dan Sun Tianglo oleh tentara Mongolia!" Waktu itu Yo Him telah mengerutkan sepasang alisnya. Ia berkata ragu-ragu. "Namun selama berkelana di dalam rimba persilatan, aku belum pernah mendengar ada seorang tokoh persilatan dengan memakai topeng hitam sebagai penutup mukanya.....!" Liu Ong Kiang telah menghela napas, ia berkata lagi. "Namun sebulan yang lalu justru aku telah berhasil mendengar kabar selentingan, bahwa orang yang memakai topeng hitam itu adalah seorang tokoh dari pintu perguruan Bu-tong-pay. Namun sejauh itu kebenaran berita yang kuperoleh dari sahabat rimba persilakan, belum lagi dapat dipastikan.....!" Yo Him memperlihatkan sikap terkejut, lalu tanyanya. "Apakah..... apakah orang Bu-tong-pay akan melakukan tindakan seperti itu? Tidak mungkin! Tidak mungkin! Mereka tentu merupakan orangorang yang memiliki kedudukan tinggi dan terhormat. Tidak mungkin karena disebabkan peta itu, mereka lalu mencuci tangan dan menyebabkan pihak Kay-pang yang berurusan dengan pihak tentara Mongolta......!" Liu Ong Kiang mengangguk, katanya. "Memang kaum Bu-tong-pay merupakan orang-orang, rimba persilatan yang memiliki kedudukan yang dihormati oleh setiap sahabat rimba persilatan. Namun justru orang yang melakukan tindakan ini merupakan murid yang telah keluar dari pintu perguruan tersebut. Ia bekerja hanya seorang diri. Jadi bukan maksudku bahwa ia bekerja atas nama Bu-tong-pay.....!" "Siapakah orang itu Liu Lopeh? Tahukah engkau akan namanya?" Tanya Yo Him. Si pengemis menggelengkan kepalanya perlahan, lalu katanya dengan suara yang mengandung penyesalan. "Aku belum lagi mengetahui...... cuma menurut kabar-kabar selentingan. Orang itu adalah salah seorang murid tingkat ketiga dari Bu-tong-pay." "Mengapa Lopeh tidak menanyakan langsung kepada pihak Butong-pay"?" Tanya Yo Him. "Aku telah mengunjungi dua kali pintu perguruan tersebut. Namun sejauh itu pihak Bu-tong-pay menyatakan bahwa mereka tidak mencampuri lagi urusan murid yang telah diusir dari pintu perguruan tersebut. Dan ketika kutanyakan siapakah adanya murid Bu-tong-pay yang telah diusir dari pintu perguruan tersebut, pihak Bu-tong-pay tidak bersedia menyebutkannya. Karena menurut mereka itulah rahasia rumah tangga pintu perguruan tersebut.....!" "Tetapi lopeh, jika memang kita langsung menemui Ciang-bun-jin Bu-tong-pay dan menceritakan kesulitan yang dialami oleh pihak Kay-pang, di mana jelas akan menimbulkan pergolakan yang tidak menggembirakan di dalam rimba persilatan tentu Ciang-bun-jin Butong-pay bersedia memberitahukan siapa-siapa saja murid Butong-pay yang telah diusir oleh pihak pintu perguruan tersebut......!" Liu Ong Kiang tersenyum pahit, ia berkata. "Justru kami dari pihak Kay-pang juga tidak memiliki muka yang begitu tebal untuk terlalu merendahkan diri pada pihak Bu-tong-pay. Bukankah jika mereka mengatakan bahwa Kay-pang memiliki banyak orang-orangnya yang berkepandaian tinggi, dan kini ternyata tidak memiliki kesanggupan untuk menyelesaikan persoalannya dengan pihak tentara Mongolia itu, akan mendatangkan malu buat kami. Terlebih lagi yang kini ditahan oleh pihak kerajaan Mongolia itu adalah ke dua Tianglo kami, yang memiliki kedudukan tidak rendah dalam Kay-pang. Sampai mereka tidak bisa menyelamatkan diri dari tangan pihak Mongolia tersebut, huh! Itu hanya akan menjadi bahan tertawa yang tidak mengenakkan hati kami pihak Kaypang......!" Yo Him menghela napas. "Lalu tindakan apa yang hendak dilakukan oleh pihak Kay-pang dalam usaha menolong ke dua Tianglo kalian itu, Liu Lopeh?" Tanya Yo Him. "Sesungguhnya dari pihak Kay-pang kami telah menyusun rencana untuk melakukan penyerbuan ke tempat ke dua Tianglo kami itu ditahan, guna membebaskannya dengan mempergunakan kekerasan. Namun kami masih mempertimbangkan akibat yang akan muncul, di mana akan menyebabkan goncangan yang terlalu luas untuk rimba persilatan. Disamping itu akan menimbulkan jatuhnya korban yang tidak sedikit.....!" Dan setelah menyahuti begitu, Liu Ong Kiang menjadi serba salah, lalu ia menghela napas berulang kali dengan wajah yang semakin muram. Yo Him tertawa perlahan untuk menghibur Liu Ong Kiang, pengemis Kay-pang itu, katanya kemudian. "Jika memang Liu Lopeh hendak pergi menolongi Khu Tianglo dan Sun Tianglo dari tangan orang-orang Mongolia itu, tidak perlu sampai mengerahkan anggota Kay-pang seperti apa yang disebut oleh Liu Lopeh tadi. Cukup jika kita bersama beberapa tokoh Kay-pang lainnya yang benar-benar memiliki kepandaian tinggi dan bisa diandalkan untuk pergi menolongnya." Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Liu Ong Kiang menghela napas lagi. Wajah masih bermuram durja seperti tengah berpikir keras, lalu berkata lagi. "kalau saja memang Yo Kongcu bersedia untuk membantu kami tentu urusan akan menjadi beres dengan mudah!" "Tentu saja aku mau untuk membantu pihak Kay-pang terlebih lagi ini merupakan urusan penasaran dari Kay-pang, bukan menipiskan urusan yang buruk. Mengapa aku harus menolak membantu Kaypang? Tetapi sayang justru kini aku tengah berusaha menolong jiwa seseorang......" "Menolong jiwa seseorang......?" Tanya Liu Ong Kiang terkejut. Yo Him mengangguk. "Ya. Seorang sahabat telah terkena racun yang hebat dan kini dalam keadaan yang menguatirkan sekali, maka aku harus mencari obat untuk menyembuhkannya. Waktu dan kesempatan yang ada hanya lima hari saja selewatnya dari waktu itu ia akan menemui kematian dengan cara yang mengerikan sekali, yaitu dengan tubuh mencair busuk......!" Liu Ong Kiang memperlihatkan wajah terkejut, tanyanya. "Racun apa yang yang telah mengendap di tubuhnya?" Yo Him menghela napas. "Sahabat itu dilukai Tok-ong-kiu-cie yang mempergunakan racun Sam-hun-tok yang menurut katanya hanya bisa disembuhkan oleh Sam-touw-liong Wie Go Ciang, iblis yang menetap di Souw-ciu. Tetapi itu tidak mungkin karena dari kota ini tidak mungkin mencapai pulang pergi hanya dalam lima hari..... Kasihan sekali nasib sahabat itu.....!" Mendengar disebutnya nama Tok-ong-kiu-cie dan Sam-touw-liong Wie Go Ciang muka Liu Ong Kiang jadi berobah hebat, katanya dengan suara yang terbata-bata. "Inilah urusan yang tidak mainmain. Tentunya sahabatmu itu Kongcu merupakan seorang rimba peralatan yang memiliki kepandaian tinggi sekali. Siapakah sahabatmu itu. Kongcu?" "Dia she Cin dan bernama Piauw Ho," Menjelaskan Yo Him. "Kini ia tengah rebah tidak berdaya di dalam kamar rumah penginapan......!" "Mari kita melihat keadaannya.....!" Ajak Liu Ong Kiang sambil berdiri dari duduknya. Yo Him mengangguk, katanya. "Tetapi kita harus menjemput Ko Tie dulu......!" "Ko Tie? Siapa dia?" "Seorang sahabat kecil.....!" "Ohh....!" Liu Ong Kiang dan Yo Him telah pergi ke tempat pertunjukan wayang orang, waktu itu pertunjukan tengah berlangsung seru dengan adegan pertempuran. Seluruh penonton tengah asyik menyaksikan pertunjukan tersebut. Begitu juga halnya dengan Ko Tie yang tengah berdiri sambil sekali-sekali bersorak girang. melihat ramenya adegan pertempuran yang terjadi di atas panggung pertunjukan itu. Yo Him segera menghampiri Ko Tie. dan mengajak anak itu untuk kembali ke rumah penginapan. Lie Ko Tie tidak membantah, ia bersama Yo Him dan Liu Ong Kiang telah kembali ke rumah penginapan. Waktu mereka tiba di kamar penginapan, tampak Cin Piauw Ho tengah rebah di atas pembaringnn dengan muka yang pucat kehijau-hijauan. Napasnya juga perlahan dan lemah sekali. Sepasang matanya terpejam rapat. Yo Him menghampiri pembaringan, memegang perlahan tangan Cin Piauw Ho. Kemudian katanya dengan suara yang mengandung kekuatiran. "Cin Toako..... bagaimana keadaanmu? Apa yang engkau rasakan?" Cin Piauw Ho membuka matanya, dan memandang dengan sinar mata lesu tidak bercahaya kepada Yo Him. Kemudian melirik kepada Liu Ong Kiang dan Ko Tie yang bersama Yo Him. "Rasanya sulit sekali bagi aku berharap bisa hidup lebih lama lagi, paling lambat mungkin hari ini aku masih bisa bertahan..... setelah itu mungkin aku akan putus jiwa.....!" Kata Cin Piauw Ho dengan suara yang lemah. Yo Him memaksakan diri untuk tertawa guna menghibur dan memberikan semangat kepada Cin Piauw Ho, lalu katanya. "Kau jangan berkata begitu Cin toako, aku akan berhasil untuk mencarikan obat dan usaha menolong jiwamu dari kematian..... engkau tenang-tenanglah beristirahat..... jangan terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak." Cin Piauw Ho menghela napas, ia tampaknya putus asa. Liu Ong Khang yang sejak tadi mengawasi keadaan Cin Piauw Ho, telah menoleh kepada Yo Him, lalu katanya hati-hati. "Yo Kongcu, aku mengerti sedikit-sedikit mengenai ilmu racun, karena kami kaum pengemis sering menangkap ular dan kalajengking. Dengan begitu aku mengenal beberapa jenis racun. Walaupun Kongcu tadi telah mengatakan bahwa sahabatmu ini terluka oleh racun Samhun-tok, tetapi kukira ada baiknya aku memeriksa lukanya itu dulu.....!" Yo Him girang mendengar perkataannya si pengemis, ia mengangguk sambil katanya katanya. "Jika memang Liu Lopeh ingin menolongi Cin toako, mengapa aku harus menghalangi? Tidak ada salahnya jika Liu Lopeh memeriksa keadaannya. Siapa tahu Liu Lopeh bisa mengobatinya?" "Aku hanya mengerti sedikit sekali mengenai beberapa jenis racun, tetapi aku akan berusaha untuk memperpanjang daya bertahan saudara Cin itu......!" Sambil berkata begitu, Liu Ong Kiang menghampiri ke dekat pembaringan lalu dengan dibantu oleh Yo Him, ia telah melepaskan pakaian atas Cin Piauw Ho, di mana di dekat pundaknya tersebut tampak sebuah luka yang telah bersemu hitam, daging di sekitarnya luka itu mulai membusuk dan menyiarkan bau yang tidak sedap untuk hidung, juga warna hitam gelap itu telah melebur ke dekat punggung serta ketiak. Sekali lihat saja, segera bisa diketahui bahwa Cin Piauw Ho telah terluka berat dan racun mulai bekerja. Memang jika racun tersebut telah menjalar sampai ke jantung, jangan harap Cin Piauw Ho mengharapkan dapat hidup lebih lama lagi dan di waktu itu tubuhnya akan mencair dan membusuk. Liu Ong Kiang mengerutkan alisnya. Wajahnya muram ketika melihat keadaan luka yang diderita oleh Cin Piauw Ho. Malah akhirnya pengemis itu telah menghela napas dalam-dalam, katanya dengan suara perlahan. "Memang racun Sam-hun-tok racun yang sangat dahsyat..... Aku baru kali ini melihat luka yang demikian hebat..... dan tidak kusangka bahwa Sam-hun-tok dapat bekerja perlahan namun kesudahannya demikian hebat. Menurut Yo Kongcu, saudara Cin ini telah diberikan obat oleh tabib, tetapi obat itu rupanya hanya dapat membendung menjalarnya racun untuk waktu yang tidak begitu lama. Menurut penglihatanku, paling lambat besok. Saudara Cin tidak akan sanggup bertahan lagi......!" Dan Liu Ong Kiang menghela napas berulang kali. Yo Him mengawasi kuatir pada pengemis itu dan Cin Piauw Ho bergantian lalu dengan ragu-ragu katanya. "Apakah tidak ada jalan lain untuk menolong Cin toako agar ia bisa bertahan lebih lama lagi?" Liu Ong Kiang berdiam diri sejenak namun akhirnya menyahuti juga. "Bisa, jika saja memperoleh pil Swat-lian-tiat-tan (pil teratai emas besi). Sayang sekali obat yang diramu dengan campuran swat-lian dari puncak Thian-san itu jarang sekali bisa diperoleh! Padaku terdapat pil Kim-lian-tan (pil teratai emas), tetapi aku belum tahu apakah pil yang kumiliki ini bisa mencegah menjalarnya racun Sam-hun-tok lebih jauh. Untuk menyembuhkan dan memunahkan racun Sam-hun-tok dengan mempergunakan pil obatku itu, memang tidak bisa, namun mudah-mudahan saja bisa memperlambat menjalarnya racun yang ganas itu, karena sedikitnya Kim-lian-tan dibuat mempergunakan campuran racun Swat-lian juga hanya sedikit sekali." Dan setelah berkata begitu, Liu Ong Kiang merogoh sakunya. Ia mengeluarkan sebuah botol kecil berwarna merah, di dalam botol tersebut terdapat dua butir pil berwarna coklat tua. Pengemis tersebut lantas saja mengeluarkan sebutir, lalu melanjutkan keterangan. "Pil ini sesungguhnya kuperoleh dari seorang aneh dari Kun-lun yang pernah bertemu denganku secara kebetulan. Ia memberikan aku tiga butir. Tetapi yang sebutir telah dipergunakan untuk mengobati luka seorang anggota Kay-pang, maka pil mujijat ini hanya tinggal dua butir. Tetapi kurasa luka yang diderita oleh saudara Cin itu cukup parah. Untuk mencegah menjalarnya racun Sam-hun-tok lebih jauh, ia harus memakan ke dua butir pil ini. Sekarang dimakannya sebutir dan sore nanti ia baru memakannya sebutir lagi.....!" Sambil berkata begitu, Liu Ong Kiang telah menghampiri pembaringan. Memijit rahang Cin Piauw Ho meminta Cin Piauw Ho membuka mulutnya. Cin Piauw Ho yang memang telah berputus asa dan sudah tidak memiliki harapan hidup, tanpa rewel telah membuka mulutnya. Dan setelah pil Kim-lian-tan dimasukkan ke dalam mulutnya, di mana Cin Piauw Ho merasakan bau harum menyegarkan tersiar dari pil tersebut, ia menelannya. "Nah, sekarang kau istirahat dulu, saudara Cin. Nanti kau harus memakan yang sebutir ini lagi. Mudah-mudahan saja pil Kim-liantan ini bisa memperlambat menjalarnya racun Sam-hun-tok itu.....!" Kata Liu Ong Kiang kemudian. "Terima kasih atas pemberian pil obat itu!" Kata Cin Piauw Ho dengan suara yang tidak begitu lancar. "Pil itu merupakan obat mujijat yang tidak ternilai harganya, dan saudara telah memberikan kepadaku. Entah bagaimana nanti aku membalas budimu......!" Kata kata itu tidak bisa diteruskan, karena Cin Piauw Ho merasakan sakit yang luar biasa pada lukanya. Ia mengerang perlahan sambil meringis. Liu Ong Kiang menghela napas, ia bilang. "Jangan terlalu banyak bicara dan bergerak dulu. Nah, tidurlah! Mungkin lebih baik lagi, bila engkau bisa tidur untuk istirahat, sehingga tidak banyak gerak dan obat bekerja lebih baik, saudara Cin.....!" Cin Piauw Ho hanya mengangguk dan memejamkan matanya rapat-rapat. Namun mukanya masih meringis menahan sakit yang luar biasa. Keadaannya mengenaskan sekali. Menyaksikan itu, Yo Him menghela napas berulang kali, sedangkan Ko Tie yang sejak tadi hanya bisa mengawasi saja, jadi berdiri diam dengan hati yang bingung dan berkasihan. Ia bingung karena memang Ko Tie tidak bisa melakukan sesuatu apapun juga. Berkasihan karena melihat keadaan Cin Piauw Ho seperti itu. Setelah melihat Cin Piauw Ho memejamkan mata rapat-rapat dan akhirnya perasaan sakit yang dideritanya mulai berkurang, sebab mukanya tidak meringis seperti tadi. Yo Him mengajak Ko Tie dan Liu Ong Kiang untuk keluar dari kamar tersebut. Mereka duduk di ruang bawah, di mana Yo Him memesan teh dan beberapa macam makanan kecil. Banyak yang dibicarakan oleh Yo Him dan Liu Ong Kiang yaitu mengenai perkembangan dunia persilatan di saat itu. Waktu Yo Him menceritakan perihal dia menolongi Ko Tie dari tangannya wanita sinting Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan, si pengemis mengerutkan alisnya. "Perempuan sinting itu memang banyak menimbulkan keonaran akhir-akhir ini, karena telah cukup banyak juga jago-jago Kang-ouw yang menjadi korbannya. Dalam tiga tahun, perempuan sinting dengan selalu membawa-bawa mayat bayi yang telah diawetkan itu memang telah dicari oleh beberapa orang tokoh Kangonw untuk ditumpas. Ia bertangan telengas dan juga menurut apa yang sering kudengar, setiap kali turun tangan selalu membinasakan korbannya dengan kejam sekali......!" Setelah berkata begitu, Liu Ong Kiang menghela napas berulang kali, baru melanjuti lagi perkataannya. "Memang belakangan ini, sejak berakhirnya peperangan dan berhasilnya Kublai Khan menguasai daratan Tiong-goan, cukup banyak jago-jago yang bermunculan di dunia Kang-ouw. Dan yang membuat aku heran, mereka umumnya merupakan jago-jago muda yang memiliki kepandaian tidak rendah! Inilah yang merupakan ancaman tidak kecil buat rimba persilatan, karena syukur jika jago-jago muda itu mengambil jalan Pek-to, putih dan lurus. Tetapi jika mereka yang masih berusia muda dan berdarah panas itu memilih jalan Hek-to, maka akan menimbulkan bencana yang tidak kecil buat Kangouw......!" Yo Him mengangguk. "Apa yang dikatakan oleh Liu Lopeh memang tepat," Kata Yo Him. "Dalam hal ini memang harus diperhatikan baik-baik. Karena sepak terjang dari jago-jago muda itu yang bermunculan cukup banyak dengan kepandaian tinggi. Dibiarkan begitu saja mereka mengumbar keganasan mereka, niscaya korban-korban yang berjatuhan akan banyak sekali, sedangkan tokoh sakti yang telah kecewa dengan kekalahan kerajaan kita dan berkuasanya Kubilai Khan di daratan Tiong-goan ini benar-benar mengundurkan diri dan hidup mengasingkan diri di tempat tertentu, sudah tidak mau mencampuri lagi urusan Kang-ouw......!" Liu Ong Kiang berdiam diri sejenak. Namun akhirnya dia mengawasi Ko Tie. Dia mengawasi agak lama dan teliti sekali, seperti juga terdapat sesuatu yang menarik pada diri Ko Tie. "Anak yang baik!" Memuji Liu Ong Kiang akhirnya. "Tampaknya anak ini memiliki bakat dan tulang yang baik sekali untuk mempelajari ilmu silat! Apakah ia murid Yo Kongcu?" Sambil bertanya begitu, Liu Ong Kiang juga telah menoleh kepada Yo Him. Yo Him menggeleng, ia cepat-cepat menceritakan siapa adanya Ko Tie dan bagaimana terjadi pertemuan di antara mereka. Pula Yo Him menceritakan riwayat Ko Tie seperti apa yang pernah Ko Tie ceritakan padanya. Rupanya Liu Ong Kiang tertarik sekali pada Ko Tie yang dipujinya sebagai seorang anak yang memiliki bakat berkepandaian tinggi, bimbingan yang baik dari seorang yang tangguh di kemudian hari. Namun waktu mereka bercakap-cakap seperti itu, tiba-tiba mereka mendengar suara ribut-ribut di luar rumah penginapan. Suara jerit ketakutan dan teriakan teriakan kaget. Yo Him dan Liu Ong Kiang saling pandang. Lalu ke duanya cepat-cepat keluar untuk melihat apa yang tengah terjadi itu. Ternyata di jalan raya tampak orang-orang wanita dan laki-laki berlari-lari sambil berteriak-teriak ketakutan, semuanya tengah mencari tempat persembunyian banyak juga yang lari menerobos masuk ke dalam rumah penginapan dengan muka yang pucat. Yo Him dan Liu Ong Kiang mengerutkan alisnya. Ia melihat dari arah mana orang-orang itu datang berlari ketakutan dan segera juga mereka melihat sesuatu yang mengejutkan. Karena terpisah puluhan tombak dari tempat mereka berada, tampak tengah mendatangi mahkluk yang cukup mengerikan, berbulu putih dan tinggi besar sambil melompat-lompat setengah berlari mengeluarkan suara erangannya yang keras sekali, menyeramkan. Makluk mengerikan itu tidak lain dari seekor biruang putih, yang bulunya bagaikan tumpukan salju...... giginya yang panjang runcing itu tampak mengerikan sekali setiap kali binatang buas tersebut menyeringai. Yo Him dan Liu Ong Kiang jadi heran entah dari mana datangnya binatang buas tersebut, karena inilah merupakan peristiwa yang jarang sekali terjadi bahwa di tengah-tengah keramaian kota muncul makhluk buas seperti itu. Sedangkan biruang berbulu putih yang tinggi besar itu telah berlarilari kecil sambil melompat-lompat dan mengeluarkan sekali-sekali suara erangannya yang menyeramkan di jalan raya yang sepi. Semua orang yang tadi berada di jalan raya telah bersembunyi dengan ketakutan. "Entah darimana datangnya makluk itu?" Menggumam Liu Ong Kiang dengan suara yang perlahan. "Ini tidak boleh dibiarkan saja. Terutama jika biruang itu mengamuk, tentu bisa menimbulkan korban jwa......!" Yo Him mengangguk, namun belum lagi ia menyahut, Liu Ong Kiang menjejakkan kakinya. Tubuhnya melompat ke tengah jalan raya, dengan beberapa kali lompatan lagi. Dia telah berada di depan biruang putih itu, menghadangnya, ingin meringkus. Biruang berbulu putih itu memiliki ukuran tubuh dua kali tinggi dari tubuh Liu Ong Kiang, dan juga kuku jari-jari tangan dan kakinya tampak begitu runcing, mengerikan sekali. Belum lagi taring-taring yang menonjol di mulutnya, di mana tampak menyeramkan setiap kali ia menyeringai. Melihat ada seseorang yang merintangi jalannya, biruang putih itu telah menepuk-nepuk ke dua tangannya pada dadanya dan mengeluarkan raungan yang keras sekali. Liu Ong Kiang tidak jeri menghadapi binatang buas tersebut, ia telah bersiap-siap untuk membekuk binatang yang sangat menyeramkan itu. Sin-bok-koay-kay ini memang seorang pengemis yang lihay, ia merupakan seorang tokoh Kay-pang, dengan demikian, kepandaiannyapun tinggi sekali. Menghadapi makhluk buas seperti ini, sama sekali ia tidak kuatir akan kena dicengkeram atau akan dirobek-robek karena memang Sin-bokkoay-kay Liu Ong Kiang bisa saja mempergunakan ginkangnya yang tinggi untuk menghadapinya. Setelah meraung keras seperti itu, tahu-tahu makhluk buas tersebut menubruk akan memeluk Liu Ong Kiang. Gerakan yang dilakukannya sangat cepat sekali. Liu Ong Kiang yang telah bersiap-siap segera melompat menyingkir ke samping, biruang berbulu putih itu menubruk tempat kosong. Penasaran sekali binatang buas tersebut ia telah mengerang lagi dengan keras dan menubruk kembali. Tubuhnya yang tinggi besar bergerak secepat kilat, sehingga seperti juga gulungan warna putih belaka yang menerjang kepada Liu Ong Kiang. Diam-diam Liu Ong Kiang terkejut karena cara menerjang biruang putih itu sangat lincah, dan juga anehnya menurut gerakan dari ilmu ginkang yang biasa dipelajari oleh manusia! Tetapi Liu Ong Kiang telah menjejakkan kakinya lagi, tubuhnya terapung ke tengah udara di waktu mana kaki kanannya menjejak punggung binatang buas tersebut. Tendangan yang dilakukan oleh kaki kanan si pengemis sesungguhnya sangat kuat sekali, karena ia menjejak dengan mempergunakan tenaga dalamnya. Namun begitu telapak kakinya berhasil menjejak punggung biruang yang lunak-lunak keras tersebut, ia tidak herhasil sedikitpun untuk merubuhkan binatang buas itu. Malah waktu kaki kanan Liu Ong Kiang menjejak punggungnya, biruang berbulu putih itu tanpa memutar tubuhnya, telah menggerakkan ke dua tangannya akan menjambret ke belakang. Liu Ong Kiang tambah heran, gerakan yang dilakukan oleh biruang berbulu putih itu merupakan salah satu jurus ilmu silat yang dikenal dengan nama "Naga Sakti mengebutkan Ekor", dan juga ke dua tangan dari biruang berbulu putih itu mengandung tenaga yang dahsyat. Liu Ong Kiang memang sebelumnya telah berpikir, ia memang tidak jeri menghadapi biruang itu, namun makluk itu memiliki tenaga yang sangat kuat sekali. Sekali saja ia tertangkap kena dicengkeram, tentu tubuhnya akan dibeset, dirobek-robek oleh makluk buas tersebut. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Jalan yang paling terbaik untuk dapat ia menghadapi lawan yang istimewa ini, memang hanya mengandalkan kegesitannya, dan nanti baru berusaha merubuhkannya. Diluar dugaannya, makluk buas tersebut ternyata memang memiliki gerakan yang lincah. Tubuhnya yang tinggi besar itu rupanya tidak menjadi rintangan baginya untuk dapat melompat gesit dan lincah. Malah semakin lama, Liu Ong Kiang semakin heran dan bingung. Karena biruang berbulu putih tersebut telah bertempur dengannya mempergunakan gerakan-gerakan ilmu silat, di mana setiap gerakan tangan dan kakinya mempergunakan berbagai jurus ilmu silat yang biasa dipergunakan oleh manusia. Inilah peristiwa yang benar-benar sangat aneh dan tidak dimengerti oleh Liu Ong Kiang. Sampai ia mau menduga, apakah binatang buas ini memang telah dipelihara oleh seorang jago Kang-ouw, yang mendidik dan melatihnya ilmu silat?! Untuk beberapa saat lamanya, Liu Ong Kiang hanya melompat ke sana ke mari, berkelit dan mengelakkan diri, karena ia jadi tertarik dan ingin mengetahui, sampai berapa jauh binatang buas tersebut menguasai ilmu silat. Yo Him yang mengawasi jalannya pertempuran yang istimewa dan aneh itu, antara seorang manusia dengan seekor binatang buas, yang sanggup menjalankan jurus-jurus ilmu silat telah berpikir. "Binatang buas ini bisa muncul di tengah-tengah keramaian kota, dan juga ia bisa menjalankan jurus ilmu silat, setiap gerakan ke dua tangannya, merupakan pukulan dan cengkeraman yang aneh dan kuat sekali, juga badannya yang besar bergerak cukup lincah. Tentu binatang buas ini telah dipelihara oleh seseorang yang memiliki kepandaian tinggi dan juga majikan binatang buas ini telah mengajari dan mendidiknya dengan baik! Namun siapakah jago Kang-ouw yang telah mendidik biruang ini?" Sedang Yo Him berpikir begitu, di hatinya juga menduga beberapa orang tokoh Kang-ouw. Ko Tie yang telah keluar juga, malah menyaksikan pertempuran yang telah terjadi antara Liu Ong Kiang dengan biruang itu dengan tertarik beberapa kali anak kecil itu berseru. "Bagus!" Jika memang dilihatnya biruang itu menerjang dan menyerang Liu Ong Kiang dan pengemis tersebut berhasil mengelakkan diri. Setelah melewatkan waktu beberapa saat, Liu Ong Kiang telah melihat bahwa biruang itu memang benar-benar setiap kali menerjang selalu mempergunakan jurus-jurus ilmu silat, bahkan teratur sekali. Ia akhirnya memutuskan untuk menotok lumpuh binatang itu karena telah cukup membiarkan binatang buas tersebut selalu menyerang dirinya. Dengan gesit, Liu Ong Kiang telah melompat ke sana ke mari, dan ke dua tangannya juga bergerak sangat lincah sekali. Ia menotok berbagai tubuh biruang berbulu putih itu. Setiap totokan yang dilakukan oleh Liu Ong Kiang memang selalu tepat mengenai berbagai jalan darah di tubuh binatang buas tersebut, tetapi binatang itu benar-benar kuat, ia sama sekali tidak rubuh. Jika seorang manusia terkena totokan seperti itu, tentu akan rubuh dalam keadaan tidak berdaya. Tetapi rupanya memang biruang putih itu memiliki kekuatan yang sangat hebat, sehingga totokan yang dilakukan oleh Liu Ong Kiang bagaikan garukan dan cuwilan perlahan pada tubuhnya, yang dilindungi bulu putih yang tebal itu. Malah karena Liu Ong Kiang telah menotok beberapa kali, berulang kali hampir saja tangan Liu Ong Kiang kena dicengkeram oleh binatang buas tersebut. Dengan demikian pengemis itu bertindak lebih hati-hati lagi. Yo Him setelah mengawasi sekian lama memperoleh kenyataan bahwa Liu Ong Kiang tentu tidak mudah merubuhkan binatang buas yang aneh ini. Benar Liu Ong Kiang memiliki kepandaian yang tinggi, pengemis itu memang liehay, namun menghadapi binatang buas yang seperti kedot dari totokan, di mana tubuhnya kebal dari setiap totokan dan tidak terpengaruh sama sekali tentu akhirnya Liu Ong Kiang sendiri yang mulai letih dan kehabisan tenaga. "Aku harus segera membantuinya.....!" Berpikir Yo Him, maka ia telah melompat mendekati gelanggang pertempuran itu, yang terjadi di tengah jalan tersebut. Dengan gerakan yang sangat ringan tubuhnya berkelebat ke sana ke mari, dia pun menyerang biruang itu dengan pukulan-pukulan yang cukup kuat. Memang bisa saja Yo Him menghajar sekalian membinasakan biruang itu, dengan menghantam hancur batok kepalanya atau juga mempergunakan pedangnya itu menikam sampai binasa binatang buas tersebut, kenyataannya Yo Him tidak mau melakukan hal seperti itu, karena ia memang bermaksud hanya melumpuhkan binatang buas tersebut. Yo Him telah yakin, bahwa biruang pasti memiliki majikan, yang terdiri dari seorang tokoh Kang-ouw yang memiliki kepandaian tinggi, sebab binatang tersebut bisa membawakan jurus-jurus ilmu silat dengan baik. Maka Yo Him tidak mau sembarangan turun tangan mencelakai biruang itu, karena jika binatang buas itu terbinasa di tangannya, pasti akan timbul bentrokan dengan orang yang telah memelihara biruang tersebut. Disamping itu, memang Yo Him juga tertarik sekali melihat biruang ini bisa dilatih menjalankan ilmu silat, yang berarti bahwa binatang buas tersebut merupakan binatang yang cukup menarik, sayang jika dibinasakannya. Begitulah, dengan melompat-lompat ke sana ke mari mempergunakan ginkangnya, Yo Him dan Liu Ong Kiang telah mempermainkan biruang tersebut, yang selalu gagal menubruk salah seorang di antara mereka. Semakin lama biruang semakin menjadi penasaran, dan juga jadi kalap. Dengan mengeluarkan suara raungan yang sangat keras sekali, tahu-tahu dia telah melompat menerkam dengan mementangkan ke dua tangannya ke arah Yo Him, yang maksudnya hendak dipeluk dan dicengkeramnya. Tetapi Yo Him bisa bergerak cepat sekali, kaki kanannya menendang biruang itu dan tubuhnya telah melesat mundur meminjam tenaga tendangan itu, maka di waktu ke dua tangan biruang tersebut memeluk, dia memeluk angin alias tempat kosong. Sedangkan Liu Ong Kiang juga mempergunakan kesempatan tersebut menggerakkan tangan kanannya, menghantam kuat sekali punggung binatang buas itu. "Bukkkk!", pukulan itu telah menyebabkan biruang tersebut terjerunuk ke depan, namun tidak sampai terjerembab mencium tanah. Rupanya pukulan yang dilakukan Liu Ong Kiang kali ini, menimbulkan perasaan sakit juga di punggungnya, biruang itu telah meraung dengan suara yang kuat sekali. Dia tengah murka dan kalap disamping penasaran, di mana kalau sampai binatang buas itu kalap, tentu bisa menimbulkan bahaya yang tidak kecil untuk orang lain kalau saja Liu Ong Kiang dan Yo Him tidak bisa menguasainya. "Yo Kongcu, apakah kita binasakan saja binatang buas ini?" Teriak Liu Ong Kiang dengan suara yang nyaring, karena pengemis ini merasakan ia cukup lelah setelah menghadapi binatang buas yang kuat dan tangguh itu sekian lama. "Jangan!" Teriak Yo Him. "Kita harus dapat melumpuhkannya saja, tetapi jangan membinasakan binatang ini! Coba kita lihat saja, apakah pemiliknya akan memperlihatkan diri atau tidak!" Berkata sampai di situ, Yo Him terpaksa melompat ke samping kanan, untuk mengelakkan terjangan kuat dan berbahaya dari binatang buas tersebut. Tetapi Yo Him juga bukan hanya sekedar menyingkir, cepat bukan main ke dua tangannya dirangkapkan dan dia memukul dengan mempergunakan lima bagian tenaga dalamnya. Pukulan seperti ini mengandung tenaga yang bisa menghancurkan batu, maka begitu mengenai telak kepala binatang buas itu, tubuh biruang berbulu putih itu telah terhuyung-huyung, kemudian terjatuh duduk dengan kepala yang pusing dan mata yang nanar. Hanya mulutnya yang terpentang lebar mengeluarkan suara erangan marah. Yo Him telah tertawa menghampiri Liu Ong Kiang, katanya. "Sesungguhnya, binatang buas seperti ini harus dibinasakan, karena dengan adanya dia di tengah-tengah keramaian kota, tentu bisa mencelakai manusia...... tetapi anehnya, binatang buas ini bagaikan terpelihara baik dan pandai sekali mempergunakan jurus-jurus ilmu silat. Seperti tadi aku telah melihatnya Liu Lopeh, biruang ini membawakan jurus-jurus ilmu silat dengan teratur sekali. Entah siapa pemiliknya......?!" Liu Ong Kiang telah mengangguk, ia menghela napas sambil melirik mengawasi biruang itu, lalu katanya. "Benar aku yakin biruang ini pasti peliharaan orang Kang-ouw yang memiliki kepandaian tinggi...... entah siapa dia?" Biruang putih itu, yang duduk dengan kepala digerak-gerakan ke kiri dan ke kanan, seperti juga tengah merasa pusing bukan main, telah berusaha untuk berdiri. Semula ia mengerang-erang dengan tidak hentinya, setelah berdiri, walaupun tubuhnya masih sempoyongan bagaikan hendak jatuh kembali. Ia telah membuka ke dua tangannya memukuli dadanya, dan mengerang dengan suara raungan yang seperti menggentarkan sekitar tempat itu. Suara raungannya begitu panjang dan menyeramkan, membuat semua orang yang tengah bersembunyi di berbagai tempat, yang menyaksikan hal itu, telah menggigil ketakutan. Ketika biruang putih ini muncul di kota tersebut, sesungguhnya waktu itu di jalan raya cukup ramai oleh manusia-manusia yang sibuk dengan kebutuhan mereka masing-masing. Namun begitu binatang buas tersebut muncul, mereka jadi kaget dan ketakutan, dengan panik mereka telah berlari-lari mencari tempat bersembunyi. Sekarang melihat biruang itu telah dihajar oleh Yo Him dan Liu Ong Kiang, bukannya jadi lumpuh dan pergi meninggalkan tempat itu, malah telah meraung dengan sikapnya yang bertambah ganas dan juga bertambah kalap, membuat orang-orang itu tambah ketakutan. Karena kalau sampai terjadi biruang itu mengamuk dan Yo Him bersama Liu Ong Kiang tidak bisa menguasainya, niscaya akan menimbulkan kerusakan yang cukup hebat untuk toko-toko dan rumah-rumah penduduk di sekitar jalan tersebut, juga yang dikuatirkan akan jatuhnya korban manusia di tangan binatang buas itu......! Biruang putih itu meraung terus, namun tidak menerjang lagi kepada Yo Him atau Liu Ong Kiang. Dengan sikapnya seperti itu, segera juga Yo Him dan Liu Ong Kiang dapat menduga, bahwa biruang tersebut seperti tengah memanggil seseorang. Dan tentunya yang dipanggil binatang buas dengan isyarat suara raungannya itu, adalah majikannya, orang yang telah memeliharanya...... Apa yang diduga oleh Yo Him dan Liu Ong Kiang memang tepat. Karena setelah biruang putih itu meraung berulang kali dengan suara yang begitu menyeramkan, tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara raungan seperti biruang putih itu, karena suara raungan itu adalah suara raungan dari seorang manusia. Malah tidak lama kemudian tampak berkelebat mendatangi sesosok bayangan, yang gesit sekali. Disusul deagan kata-katanya. "Siapa yang telah berani menghina Pek-swat-jie (Anak Salju Putih)?" Baru saja kata-katanya itu habis diucapkan, orangnya sudah tiba di samping biruang putih itu. Dia adalah seorang lelaki bertubuh tinggi besar, dengan pakaian yang aneh sekali terbuat dari kulit binatang, dan juga mukanya memerah segar. Usianya mungkin limapuluh tahun lebih, sikapnya gagah dan tenaganya tampak kuat sekali. Dilihat dari keadaannya, orang itu seperti juga bukan orang daratan Tiong-goan. Sepasang matanya telah mencilak ke sana ke mari, mengawasi sekelilingnya, mendelik Yo Him dan Liu Ong Kiang. Biruang itu telah merangkul lelaki tersebut, ia mengeluarkan suara erangan perlahan, bagaikan tengah mengadu bahwa ia telah dihina oleh Yo Him dan Liu Ong Kiang. Sedangkan lelaki itu yang aneh sekali cara berpakaiannya, telah mengangguk-angguk berulang kali. Yo Him dan Liu Ong Kiang mengawasi saja, mereka tidak mengetahui entah siapa lelaki luar biasa ini. Namun melihat cara datangnya tadi menunjukkan bahwa ginkangnya memang sangat tinggi sekali. Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo Rase Emas Karya Chin Yung Pedang Darah Bunga Iblis Karya GKH