Ceritasilat Novel Online

Lima Jago Luar Biasa 10


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong Bagian 10


Lima Jago Luar Biasa Karya dari Sin Liong   Tidak terlihat seorang manusiapun juga.   Demikian pula halnya dengan Bu Lian, tidak terlihat mata hidungnya.   Dan mengambil jalan rahasia, Ong Tiong Yang masuk ke dalam kuburan Mayat hidup.   Dia yang membangun kuburan Mayat Hidup itu, dia pula yang memperlengkapi dengan segala alat-alat rahasia disekitar kuburan Mayat Hidup tersebut, dan Ong Tiong Yang juga yang mengetahui prihal adanya jalan- jalan rahasia kuburan Mayat Hidup tersebut.   Hanya disebabkan teringat akan cinta kasih Lim Tiauw Eng yang begitu tulus dan besar padanya, maka Ong Tiong Yang melanggar sumpahnya.   Dengan Ilmunya yang sangat 311 tinggi Ong Tiong Yang masuk tanpa diketahui oleh budaknya Lim Tiauw Eng, karena Bu Lian memang waktu itu, karena terlalu letih mengurus jenazah gurunya, tengah tertidur nyenyak.   Dengan berduka bukan main dan kesedihan yang mendalam, Ong Tiong Yang menangis dihadapan jenazahnya wanita yang pernah dicintainya itu.   setelah puas menangis, dia melihat-lihat lagi keadaan di dalam kuburan itu.   Di sebuah ruangan, dia melihat gambarnya dilukis oleh Lim Tiauw Eng.   Ong Tiong Yang berdiri lama sekali, mengawasi lukisan dirinya yang terpasang didinding ruangan tersebut.   Lukisan yang begitu halus dan mirip sekali.   Demikian pandai Lim Tiauw Eng melukis keadaan Ong Tiong Yang.   Tidak ada sehelai rambutpun yang berbeda.   Dari ujung jubahnya sampai pada keadaan raut wajahnya semua sama dan lukisan itu demikian hidupnya, seperti juga gambar Ong Tiong Yang itu merupakan jelmaan dari orangnya.   Disamping itu, Ong Tiong Yang pun meneliti lukisan-lukisan di langit-langit kedua kamar batu dalam kuburan tersebut.   Dia melihat di ruangan yang satu terukir ilmu silat Coan Cin Kauw, sedangkan di ruangan yang satunya terukir ilmu Giok Lie Sim Keng yang diciptakan oleh Lim Tiauw Eng.   Waktu melihat ukiran Ciok Lie Sim Keng, yang setiap pukulannya adalah untuk menjatuhkan ilmu silat Coan Cin Kauw, mendadak saja muka Ong Tiong Yang menjadi pucat.   Dia berdiri menjublek mengawasi ukiran-ukiran dari pelajaran Ciok Lie Sim Keng, lama sekali dia mematung seperti itu, sampai akhirnya dia menghela nafas dan bergegas meninggalkan tempat itu.   dia keluar dari jalan rahasia, sehingga kedatangan Ong Tiong Yang kekuburan Mayat Hidup tersebut sama sekali tidak diketahui oleh Bu Lian sampai kelak 312 Bu Lian menemui ajalnya, dan tidak pernah menyangka Ong Tiong Yang sesungguhnya pernah melihat Ciok Lie Sim Keng.   Sekembalinya Tiong Yang Kiong Ong Tiong Yang jadi tidak tenang dan setiap hari dia merenung diri di kamar semedhinya, dia mengingat-ingat pelajaran Ciok Lie Sim Keng.   Waktu itulah Ong Tiong Yang telah mengambil keputusan untuk hidup mengasingkan diri di sebuah tempat yang sunyi guna menciptakan semacam ilmu yang kelak bisa dipergunakan untuk menindih dan menghadapi Ciok Lie Sim Keng.   Setelah keputusan diambil dan telah menyerah-kan kekuasaan dan pimpinan kuil Tiong Yang Kiong kepada Ma Giok, segera Ong Tiong Yang naik ke atas gunung, dia membuat sebuah gubuk dan selama tiga tahun beruntun tidak pernah turun dari gunung tersebut.   Dia menempati bagian yang paling sulit didatangi orang di puncak Ciong Lam San tersebut.   Dengan demikian, tidak ada orang yang bisa mencari jejak, demikian juga sahabat, murid Coan Cin Kauw, tidak seorangpun bisa bertemu dengannya selama tiga tahun itu.   Secara mendalam Ong Tiong Yang telah meyakin-kan Ciok Lie Sim Keng, dan berusaha untuk mencari semacam ilmu silat yang dapat mengalahkan Ciok Lie Sim Keng.   Dalam beberapa bagian Ong Tiong Yang memang berhasil mencari kelemahan Ciok Lie Sim Keng dan menciptakan jurus-jurus baru yang dapat mengalahkan Ciok Lie Sim Keng.   Sebagai seorang yang memiliki kepandaian yang sangat tinggi dan sempurna, Ong Tiong Yang dalam sekelebatan saja telah mengetahui keunggulan dan kelemahan Ciok Lie Sim Keng.   Selama meyakinkan ilmu itu Ong Tiong Yang melihat 313 betapa kelemahan-kelemahan yang terdapat didalam Ciok Lie Sim Keng boleh dibilang hampir tidak ada, sedangkan keunggulannya memang ilmu tersebut merupakan ilmu yang luar biasa hebatnya.   Ong Tiong Yang juga teringat kepada peristiwa setahun lebih yang lalu, dimana Lim Tiauw Eng telah dilukai oleh Auwyang Hong.   Tentu peristiwa itu terjadi disaat Lim Tiauw Eng belum lagi berhasil mengubah rampung ilmu ciptaannya tersebut, disamping itu memang disebabkan diserang meng- gelap oleh jarum beracun itulah yang menyebabkan Lim Tiauw Eng setelah merampungkan ilmu ciptaan-nya itu, Ciok Lie Sim Keng dia menghembuskan nafasnya yang penghabisan.   Tapi dalam keadaan putus asa seperti itu, tiba-tiba Ong Tiong Yang teringat akan kitab Kiu Im Cin Keng.   Sebenarnya memang Ong Tiong Yang sudah berjanji untuk tidak mempelajari ilmu didalam kitab tersebut.   Namun terdorong oleh perasaan ingin tahunya, dia telah membuka- buka lagi beberapa lembar.   Diwaktu itu Ong Tiong Yang sudah memperoleh gelaran sebagai orang yang ilmu silatnya nomor satu di kolong langit.   Macam-macam ilmu yang terdapat dalam kitab tersebut sekali lihat saja dia sudah mengerti dan bisa memahaminya dengan cepat.   Dia meyakinkan beberapabelas hari dan sudah menyelami isi Kiu Im Cin Keng tersebut.   Jika beberapa waktu yang lalu sebelum Lim Tiauw Eng meninggal, Ong Tiong Yang masih ragu-ragu untuk mempelajari Kiu Im Cin Keng, maka kini karena terdorong oleh perasaan putus harapan dan kecewa gagal menggubah serupa ilmu silat yang hebat untuk mengalahkan Ciok Lie Sim 314 Keng, maka Ong Tiong Yang merobah keputusannya, dia telah meyakinkan Ciu Im Cin Keng.   Waktu yang hanya belasan hari itu justru telah memberikan serupa ingatan dan daya cipta yang luar biasa bagusnya untuk Ong Tiong Yang, karena mendadak sekali setelah dia selesai meyakinkan Kiu Im Cin Keng, dia mengangkat kepalanya dengan memandang ke langit tertawa bergelak-gelak.   Diapun segerak kembali ke kuburan Mayat Hidup dan menulis bagian-bagian Kiu Im Cin Keng yang paling penting-penting dilangit-langit kamar batu yang paling dirahasiakan.   Dan juga memberi petunjuk tentang cara-cara yang terbaik menindih dan mengalahkan Ciok Lie Sim Keng.   Setelah itu, Ong Tiong Yang juga menulis seumlah huruf yang luar biasa kecilnya dibagian jeriji dari gambarnya dendiri yang dilukis oleh Lim Tiauw Eng.   Maksudnya agar dibelakang hari, akhli warisnya Lim Tiauw /eng yang memiliki rezeki, mengetahui bahwa ilmu silat Coan Cin Pay tidak dapat ditaklukkan oleh Ciok Lie Sim Keng.   Setelah melakukan semua itu, Ong Tiong Yang keluar dari kuburan mayat hidup dan pergi ke batu raksasa untuk membaca pula syair yang dulu ditulis ileh Lim Tiauw Eng dengan hanya mempergunakan jari telunjuk tangannya.   Sambil membaca syair itu yang memberi kenangan sedih kepadanya, hati Ong Tiong Yang penuh dengan kebimbangan.   Dia ingat huruf-huruf yang ditulis olehnya di gambar itu sedemikian kecil dan halus.   Sehingga mungkin tidak ditemukan oleh ahli waris dari Kouw Bok Pay.   Akan tetapi, kalau ditulis terang-terangan, rahasia Kiu Im Cin Keng segera akan jadi bocor.   Waktu itulah mendadak dia mendengar suara tangisnya seorang wanita.   Waktu ditanya, wanita itu ternyata she Sun yang pernah ditolong jiwanya oleh Lim Tiauw Eng.   Wanita she Sun ini naik 315 ke gunung dengan tujuan untuk menghaturkan terima kasih, tapi penolongnya sudah meninggal dunia.   Dia ingin sekali bersembahyang di depan jenazahnya, tapi juga tidak dapat pintu.   Ong Tiong Yang merasa kasihan dan lalu menunjukkan padanya jalan masuk kuburan tersebut.   Setelah itu dia berpesan.   "Aku bekali kau dengan enam belas huruf, yang kau harus ingat betul-betul, tapi tidak boleh diberitahukan kepada siapapun juga. Nanti ketika kau sudah akan meninggalkan dunia ini, barulah kau beritahukan kepada majikan dari kuburan itu!"   Wanita she Sun itu menghaturkan terima kasih dan benar saja dengan petunjuknya Ong Tiong Yang, ia dapat masuk ke dalam kuburan itu.   belakangan ia diambil murid oleh budaknya Lim Tiauw Eng, walaupun tidak secara resmi, pelayan Lim Tiauw Eng, Bu Lian, sejak meninggalnya majikannya diwarisi kuburan Mayat hidup dan juga telah memperoleh seluruh warisan kepandaian Lim Tiauw Eng.   Sedangkan wanita she Sun yang berhasil masuk ke kuburan Mayat Hidup itu lewat jalan yang diberitahukan oleh Ong Tiong Yang, belakangan dikenal sebagai Sun Popo.   Enam belas perkataan pesanan Ong Tiong Yang berbunyi.   "Tiong Yang Siansu, turunkan ilmunya kepada yang belakangan, pelajari gambarnya dan selidiki tangannya."   Dan itu ditulis pada sepotong kain putih yang dimasukkan ke dalam baju kapasnya wanita she Sun itu.   Karena kecewa atas meninggalnya Lim Tiauw Eng, disamping memang sangat berduka, Ong Tiong Yang semakin tawar hatinya, apalagi sekarang dia telah berhasil menemukan ilmu yang bisa menindidih dan mengalahkan ilmu Ciok Lie 316 Sim Keng, hatinya puas dan tidak ada yang perlu dikerjakan olehnya lagi.   Ong Tiong Yang pun menyerahkan pimpinan kuil pada Ma Giok, kemudian dia sendiri pergi berkelana.   Hanya sebelum pergi merantau, Ong Tiong Yang berpesan pada semua murid Coan Cin Kauw untuk berlaku sabar dan saling mengalah walaupun menghadapi urusan yang bagaimanapun bentuknya.   Nasehatnya itu diberikan, karena Ong Tiong Yang pun juga mengakui didalam hati kecilnya, bahwa dalam hal kecerdasan otak, dia masih kalah satu tingkat dari Lim Tiauw Eng.   Hal ini disadari oleh Ong Tiong Yang setelah dia menjelang usia tua.   Lim Tiauw Eng telah menggubah Ciok Lie Sim Keng dari otaknya sendiri, sedangkan Kiu Im Cin Keng bukanlah ciptaan atau gubahannya Ong Tiong Yang harus mengakuinya, bahwa yang menindih dan bisa mengalahkan Ciok Lie Sim Keng itu bukanlah ilmu Coan Cin Kauw yang sejati, hanyalah ilmu Kiu Im Cin Keng.   Sedangkan Kiu Im Cin Keng ditulis oleh Tat Mo Cauw Su, cikal bakalnya Siauw Lim Sie! Banyak perbuatan mulia yang dilakukannya.   Pada suatu hari Ong Tiong Yang telah berjumpa dengan Thong Sia Oe Yok Su.   Betapa berdukanya Tong Shia waktu mendengar prihal kematian Lim Tiauw Eng.   Tong Shia merasa sayang, seorang pendekar wanita yang memiliki kepandaian sehebat Lim Tiauw Eng harus menemui kematian yang begitu mengenaskan karena akal busuknya dan cara yang jahat dari Auwyang Hong.   Walaupun Ong Tiong Yang sendiri belum bisa memastikan bahwa kematian Lim Tiauw Eng memiliki hubungan dengan peristiwa dilukainya Lim Tiauw Eng oleh Auwyang Hong mempergunakan jarum beracunnya, namun 317 sebagian besar dugaan ke arah itu memang memiliki kebenarannya.   Dan Tong Shia juga mengutuk akan kebusukan Auwyang hong.   Namun dasarnya Tong Shia Oey Yok Su juga seorang yang aneh dan memiliki perangai yang sulit sekali diterka, diapun telah mengajak Ong Tiong Yang untuk pergi ke See Hek, dia ingin melihat sampai seberapa tinggi kepandaian yang telah dicapai oleh Auwyang hong.   Disamping itu memang Oey Yok Su pun ingin melihat, telah berapa tinggi kepandaian dan kemajuan yang diperoleh Ong Tiong yang.   Bkankah jika mereka telah berada di See Hek dan berhasil mencari Auwyang Hong, Ong Tiong Yang tidak akan berdiam diri dan akan menghajar si Bisa dari Barat itu, karena telah mencelakai Lim Tiauw Eng dengan jarum beracunnya.   Sehingga Lim Tiauw Eng, wanita yang pernah dicintai oleh Ong Tiong Yang menemui ajalnya dalam usia yang tidak terlalu tua.   Namun Ong Tiong Yang juga dapat mengendus maksud Oey Yok Su yang ingin "mengadu dia dengan Auwyang Hong, maka dengan halus Ong Tiong Yang menolak ajakan Oey yok Su.   Dia memberikan alasan bahwa pertamuan di Hoa San telah dekat, dan tentu mereka akan bertemu muka diwaktu itu.   Setelah bercakap-cakap kesana kemari, Ong Tiong Yang menyatakan keheranannya pada Oey Yok Su mengenai kehebatan dari jari telunjuknya Lim Tiauw Eng.   Dia mengatakan jari telunjuk Lim Tiauw Eng dapat memahat batu menulis syair, tapi mengapa menghadapi Auwyang hong, Lim Tiauw Eng dapat dirubuhkan dan dibokong dengan jarum beracunnya.   "Jika memang melihat kepandaian jari tunggalnya yang bisa memabat batu, kepandaian Lim Tiauw Eng beberapa kali lipat berada diatasku, tenaga Iwekangnya benar-benar telah 318 mencapai puncak kesempurnaan, melampaui Iwekangku maupun Iwekangmu saudara Oey! Namun justru Auwyang Hong bisa mencelakainya. inilah yang mengheran-kan sekali, disat dia terluka justru Auwyang Hong tetap dalam keadaan sehat-sehat belaka! Memang kitapun harus mengakuinya bahwa See Tok merupakan manusia yang paling licik dan penuh akal bulus yang busuk, tapi jika dia melukai Tiauw Eng tanpa dirinya mengalami cidera, inilah benar-benar mengherankan."   Oey Yok Su juga tampak berpikir sejenak ketika mendengar keterangan Ong Tiong Yang. Setelah berpikir, Tog Shia tertawa terbahak-bahak, dia berkata.   "Akupun bisa! Hanya sayang aku belum melatih ilmu itu! biarlah aku akan datang mengunjungi Ciong Lam San sebulan kemudian, dimana kita bertemu disana.!"   Karena memang ingin memecahkan kehebatan jari telunjuk Lim Tiauw Eng yang dapat menulis syair di atas batu hanya menggunakan jari telunjuknya belaka, Ong Tiong Yang pun telah kembali ke Ciong Lam San, menantikan kedatangan Oey Yok Su.   Benar saja sebulan kemudian Oey Yok Su telah datang mengunjungi Ciong Lam San.   Tong Shia memang memiliki adat aneh dan aseran dan terlebih lagi sekarang dia tengah berurusan dengan Ong Tiong Yang itu jago nomor satu di kolong langit, maka Tong Shia ingin memberlihatkan kehebatannya.   Lalu bersama-sama dengan Ong Tiong Yang, Tong Shia telah pergi melihat batu besar yang terdapat tulisan syairnya Lim Tiauw Eng.   Waktu itu Lim Tiauw Eng hanya menliskan sampai.   "Memang juga orang luar biasa, Thian tidak gampang- 319 gampang mau turunkan"   Maksudnya jelas, yaitu aagar Ong Tiong Yang ikut mencontoh perbuatannya Thio Liang dan menyembunyikan diri menjadi orang pertapaan.   Waktu itu Tong Shia telah mengawasi syair itu beberapa saat lamanya, dia telah memandang dengan penuh perhatian.   Huruf demi huruf dibacanya perlahan-lahan.   Maka ia telah mempergunakan jari telunjuknya untuk mengikuti tulisan huruf-huruf itu, persis sekali jari telunjuknya itu masuk dalam setiap garis huruf.   Memang ini benar-benar membuktikan huruf-huruf itu ditulis dengan jari tangan, bukan disebabkan pahatan benda keras lainnya.   Setelah mengawasi sekian lama, Oey Yok Su Tertawa, dia menoleh kepada Ong Tiong Yang.   "Tiong Yang Cinjin, aku dapat menulis seperti ini! kau percaya tidak?"   Tanya Tong Shia. Ong Tiong Yang mengawasi menjublek pada batu itu, dia menggumam.   "Menurut dugaanku, hanya seorang Dewa atau Dewi yang bisa menulis di batu ini dengan menggunakan jari telunjuknya! Terus terang saudara Oey, aku tidak mempunyai kesanggupan menulis huruf-huruf diatas batu, memahat dengan hanya mempergunakan jari tangan saja. jika memang benar kau bisa menulis huruf-huruf itu seperti yang dilakukan oleh Lim Tiauw Eng, maka kelak dalam pertemuan yang kedua kalinya di Hok San, tentu engkau yang akan memenangkan pertemuan itu, dimana kau tentu yang terpilih sebagai jago silat nomor satu di kolong langit ini!"   Oey Yok Su tersenyum.   "Tidak! tidak sampai begitu jauh! Ong Cinjin yang akan tetap sebagai orang yang ilmu silatnya nomor satu di kolong 320 langit!"   Kata Tong Shia.   "Terus terang saja, yang akan terpilih sebagai orang yang memiliki ilmu silat kelas satu tetap Ong Cinjin.!"   Dan setelah berkata begitu, Tong Shia tertawa terbahak-bahak.   Lama dan panjang sekali dia tertawa seperti itu, sambil tangan kirinya mengelua-elus batu tersebut, lalu dia melonjorkan tangan kanannya, dia luruskan jari telunjuknya dan mulai menulis! Oey Yok Su mulai menulis menyambung syair yang ditulis Lim Tiauw Eng, dia telah menulis mulai dari perkataan.   "Tapi Tiong Yang yang mendirikan Coan Cin", dimana huruf demi huruf ditulisnya dengan tarikan yang kuat dan indah sekali, jari tangannya begitu tangguh, sehingga batu itu seperti juga tahu, begitu ditusuk, begitu meluruk abunya, dan di batu itu bertambah satu huruf! Sangat mudah sekali Oey Yok Su menulis huruf-huruf di batu itu mempergunakan telunjuk tangannya. Bukan main kagetnya Ong Tiong Yang, kembali dia menjublek menyaksikan pertunjukan yang hebat itu, sama halnya ketika dia menyaksikan Lim Tiauw Eng menulis syairnya di batu tersebut dengan jari telunjuk tangan kanannya! Sekarang untuk kedua kalinya Ong Tiong Yang bisa menyaksikan Oey Yok Su dapat melakukan hal yang sama. Oey Yok Sun sendiri telah tertawa terbahak-bahak dan kemudian melanjutkan menulis lagi. Secara keseluruhan berbunyi .   "Tapi Tiong Yang mendirikan Coan Cin, Dongak kelangit, melebarkan langkah, Dengan sikap seorang gagah perkasa, Menunggu waktu ia ingin berkuasa, 321 Sesudah keliling dunia, baru insyaf melakukan kekeliruan, Menyembunyikan diri dalam suatu kuburan, Menurut kata orang, disini ia mendapat ilmu, Dan disini juga dua dewa saling bertemu, Sekarang dibawahnya gunung Ciang Lam San, Berdiri klenteng indah dengan atas menjulang keawan."   Begitulah syair yang ditulis oleh Oey Yok Su, untuk melanjutkan syair yang ditulis oleh Lim Tiauw Eng.   Selama Oey Yok Su Menulis dengan asyiknya mempergunakan telunjuk tangan kanannya diatas batu itu, dan dsaat bubuk-bubuk batu iru meluruk, Ong Tiong Yang tengah diliputi keheranan dan kebingungan yang sangat.   Ong Tiong Yang benar-benar tidak mengerti, kepandaian Oey Yok Su satu tingkat dibawah kepandaiannya, tapi mengapa Tong Shia bisa memiliki jari tangan yang demikian hebat? Mengapa dia menulis dengan mempergunakan jari tangannya di atas batu, yang seperti diukir dan dipahat itu? Itulah teka-teki yang membuat Ong Tiong Yang merasakan kepalanya sakit namun tidak berhasil memecahkannya.   Ong Tiong Yang telah memutar otaknya, tapi tidak bisa pecahkan teka-teki itu, dalam jengkelnya secara tidak sengaja dia telah menggerakkan tangannya, dia telah menonjok batu itu dengan satu jarinya dan benar-benar mengherankan sekali, batu tersebut dapat ditembusi oleh jari tangannya sampai meninggalkan lobang yang dalam sekali! 322 Diwaktu itulah Ong Tiong Yang memperoleh keterangan dari Oey Yok Su.   Waktu pertama kali Oey Yok Su mendengar prihal Lim Tiauw Eng menulis syair diatas batu dengan hanya mempergunakan jari tangannya, segera juga Oey yok Su menduga bahwa Lim Tiauw Eng mempergunakan Hoa Sek Tan yaitu semacam obat yang dapat melunakkan segala macam batu untuk lamanya sepasangan hio.   Oey Yok Su memang memiliki kepintaran yang luar biasa dari keajaiban tersebut.   Apalagi Tog Shia juga mendengar dari cerita Ong Tiong Yang, sebelum mulai menulis, Lim Tiauw Eng telah mengusap-usap terlebih dahulu batu itu dengan mempergunakan telapak tangan kirinya.   Dugaannya semakin kuat bahwa Lim Tiauw Eng mempergunakan Obat Bubuk Hoa Sek Tan.   Itulah sebabnya menduga Oey Yok Su telah menjanjikan pada Ong Tiong Yang sebulan lagi baru akan datang mengunjungi Ciong Lam San, dimana dia tidak melakukan perjalanan bersama Ong Tiong Yang kembali ke Ciong Lam San, sebab dia ingin membeli obat-obatan guna membuat Hoa Sek Tan itu.   Setelah memperoleh keterangan dari Oey Yok Su, teka- teki yang selama ini mengganggu pikiran Ong Tiong Yang telah dapat dipecahkan.   Dan dia tidak menyesal! Bahwa dirinya telah diperdaya oleh Lim Tiauw Eng, sehingga harus menyerahkan kuburan Mayat Hidupnya pada Lim Tiauw Eng, bahkan harus menuntuk kehidupan sebagai seorang Tosu.   323 Memang untuk pertama kali ketika Ong Tiong Yang menjalankan kehidupan sebagai seorang Tosu, dia tidak betah dan merasa tersiksa sekali.   Namun hari demi hari dia banyyak membaca kitab dan memperoleh kesadaran, segera juga Ong Tiong Yang mengetahui bahwa segala apa adalah takdir dan dia telah dapat melihat segala kekosongan dunia.   Dia terus memperdalam ilmu dan memperluas ajaran agama To, sehingga Coan Cin Kauw merupakan pintu perguruan yang sangat besar dan dihormati oleh seluruh orang-orang kangouw, terutama sekali cikal-bakalnya merupakan orang yang memiliki ilmu silat paling tinggi dan nomor satu dikolong langit ini, Tiog Yang Cinjin..   bahkan kepopuleran dan kehebatan Tiong Yang Cinjin itu tidak akalah jika dibandingkan dengan kehebatan-kehebatan Tat Mo Cauwsu yang dikenal oleh orang- orang kangouw sebagai pencipta kitab Kiu Im Cin Keng dan Kiu Yang Cin Keng tersebut.! Setelah berpisah denga Oey Yok Su, Ong Tiong Yang lebih banyak mempergunakan waktunya untuk memperdalam pelajaran agamanya dan semuanya diselami arti dan maksudnya secara lebih mendalam.   Tentu saja, kepandaian silatnya tak ditelantarkan, terlebih lagi Coan Cin Kau pun telah menerima murid-murid yang banyak jumlahnya, yang semuanya menjadi tosu.   Manusia dikolong langit ini memang tolol, Ada yang gemar bersekolah, Untuk memangku pangkat, Ada yang menggemati emas dan batu kumala, Untuk menjadi budak kemewahan, Ada yang tergila-gila paras elok, Untuk merasakan adanya sorga buatan, 324 Ada yang gemar belajar silat, untuk menjadi jago nomor stu di kolong langit.   Tapi benarkah semua itu? Kosong dan nihil.   Itulah dunia.   Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tui Lian yang ditulis dengan tinta emas itu tergantung besar dan indah di ruang pertama kuil Tiong Yang Kiong.   Begitu besar ukuran tulisan tersebut, juga warnanya yang demikian menyolok, sehingga setiap orang yang mengunjungi kuil tersebut, tentu akan dapat melihatnya.   Dan melangkah yang pertama dilihat adalah Tui Lian tersebut.   Pada pagi itu, waktu kabut dan embun belum lagi tersapu bersih hangatnya sinar matahari, tampak seorang wanita berusia dua puluh tahun lebih tengah berdiri mematung di ruang pertama kuil Tiong Yang Kiong, dengan muka yang pucat, mata yang merah dan digenangi oleh air mata yang turun membasahi pipinya.   Bagaikan wanita itu kehilangan arwahnya, bibirnya yang kecil mungil bentuknya itu, bergetar menggumam perlahan, mengulangi kalimat terakhir Tui Lian itu.   "Tapi benarkah semua itu? kosong dan nihil. Itulah dunia. Itulah dunia. Ya itulah dunia .!"   Dan wanita itu yang parasnya cantik luar biasa, walaupun pakaian yang dikenakannya itu terbuat dari bahan cita yang kasar, tokh tidak mengurangi kecantikan paras mukanya.   Sikapnya yang tengan berdiri mematung itupun memancarkan sikap yang agung dari seorang wanita yang tentunya telah hidup dalam lingkungan bangsawan.   Lama wanita cantik itu mengawasi Tuilian itu, mukanya yang pucat pias itu menunjukkan bahwa dirinya terpendam kedukaan yang mendalam.   325 Dan setelah menghela nafas dalam-dalam, dia menggumam lagi dengan suara yang perlahan dan bibir yang gemetar.   "Tapi kenihilan yang ada jika memang diberi, tentu tidak akan nihil, dan jika kekosongan yang ada itu ingin diisi, tentu tidak pula kosong .. Tapi, cinta itu telah sirna, sepotong hati telah terombang-ambing, dan kasih sayang telah terbawa hanyut dengan perginya sikecil jantung hati."   Wanita itu menghela nafas lagi, dia telah menyusut air matanya.   Dan kemudian dia melangkah perlahan-lahan, mendekati pendopo kuil Tiong Yang Kiong, dia menghampiri meja sembahyang untuk bersembahyang.   Tadi pada "Biokong (penjaga kuil) waktu wanita cantik ini tidak memasuki kuil, dia menyatakan maksud kedatangannya ingin memasang hio untuk sembahyang.   Tapi didasar hatinya, sesungguhnya dia mengandung maksud lain.   Dia ingin menemui seseorang di kuil Tiong Yang Kiong, namun dia tidak berhasil mulutnya menanyakan orang yang tengah dicarinya itu pada biokong tersebut.   Wanita cantik yang muda usia tersebut, yang wajahnya pucat seperti orang telah ditinggal arwahnya, dengan langkah yang agak terhuyung telah tiba didepan meja sembahyang, sia menggumam perlahan, suaranya tidak jelas, hanya sekali-sekali terdengar perkataan.   "Semoga anakku bisa beristirahat selamanya dengan tenang mengampuni ibu Ciu Toako laksaan lie telah dilalui. kehampaan dan kenihilan"   Dan wanita itu kemudian telah menancapkan hio ditangannya pada hiolo.   Diapun telah merangkapkan tangannya menyoja.   Waktu itu dari ruang dalam telah keluar seorang Tosu berusia dua puluh tahun lebih.   Ketika melihat ada orang yang tengah bersembahyang, bahkan seorang wanita, dia telah 326 menghampiri, tanyanya.   "Hujin, apakah ada sesuatu yang bisa pinto bantu?"   Wanita yang keadannya seperti yang tengan tertimpa kesulitan dan kedukaan yang hebat itu telah mengangkat kepalanya, mengawasi tosu muda tersebut, dia menghela nafas dan menyusut air matanya.   "Terima kasih Totiang . memang ada kesulitan yang tengan dialami olehku . dapatkah totiang mempertemukan aku dengan seseorang?!"   "Siapakah orang yang ingin Hujin temui?"   Tanya Tosu muda itu.   "Jika memang dapat pinto bantu, tentu pinto akan berusaha menyampaikan keinginan Hujin pada orang yang bersangkutan!"   Wanita muda yang paras mukanya cantik luar biasa itu telah menunduk, tampaknya dia bimbang, diapun menggumam perlahan.   "Tapi apakah dia mau bertemu denganku? Apakah dia bersedia menerima kedatanganku? Apakah dia mau mendengar ceritaku prihal anaknya.?!"   Tosu muda itu menjadi heran melihat sikap tamunya ini, segera tanyanya.   "Dapatkah Hujin memberitahukan siapakah orang yang ingin Hujit temui itu?"   Wanita itu telah menghela nafas.   "Kukira sulit untuk bertemu dengan orang itu. belum tentu dia mau menemui aku!"   Jawab wanita tersebut.   "Siapakah Hujin dan apakah orang yang Hujin cari itu berada dalam kuil ini, juga salah seorang saudara seperguruanku Pipto?" 327 Wanita itu mengangkat kepalanya, mukanya pucat sekali, air matanya masih menitik, dia mengangguk beberapa kali.   "Ya, dia salah seorang penghuni kuil ini! sudahlah, sekarang dapatkah Totiang mengusahakan agar kau bisa bertemu dengan Ong Cinjin, Tiong Yang Cinjin, Coan Cin Kauwcu kalian."   Mendengar disebutnya Tiong Yang Cinjin, maka muka itu jadi berubah, tampaknya dia kaget dan mengawasi wanita itu dengan mata menyelidik mengandung kecurigaan. Wanita tersebut telah mengawasi Tosu muda itu sambil tersenyum pahit, lalu katanya.   "Sudahlah, memang telah kuduga, tentu Tiong Yang Cinjin juga tidak mungkin mau bertemu denganku!"   Dan wanita itu menghela nafas dalam- dalam, dengan wjah yang tetap pucat, dia hendak berlalu.   "Tunggu dulu Hujin!"   Panggil Tosu muda itu.   jika memang Hujin sungguh-sungguh memiliki urusan yang penting dengan Cauwsu kami, tentu pinto bisa saja memberitahukannya.   Soal diterima atau tidak keinginan Hujin untuk bertemu dengan Cauwsu, itu soal lain lagi, tapi yang penting Hujin harus menunggunya.!"   Wanita cantik itu berdiam sejenak, tampaknya dia bimbang, namun akhirnya mengangguk.   "Terima kasih Totiang, terima kasih!"   Katanya.   "Baiklah, aku menunggu disini!"   Tosu itu lalu berkata.   "Mari Hujin ikut dengan Pinto ke ruang tamu!"   Wanita itu mengangguk.   Dia ikut dengan Tosu menyusuri jalan berbatu krikil.   Kemudian sampai di ruang tamu kuil tersebut yang berbentuk segi delapan.   328 Setelah berpesan kepada seorang Tosu kecil, untuk menyediakan teh pada tamu wanita ini, Tosu itu telah pergi kedalam kuil untuk menyampaikan keinginan wanita ini kepad Tiong Yang Cinjin.   Lama sekali wanita itu duduk di ruang tamu menantikan munculnya Tiong Yang Cinjin, dan selama itu sikapnya tidak tenang.   Wajahnya yang pucat, dengan matanya yang merah karena menangis terlalu banyak memancarkan kedukaan yang hebat dan dalam, disamping itu mukanya yang muram bagaikan dia tengah memiliki kesulitan yang besar.   Keinginannya hanya untuk bertemu dengan Tiong Yang Cinjin, hanyalah untuk menanyakan prihalnya seseorang, walaupun dia tidak begitu yakin bahwa orang yang dicarinya itu masih berdiam di kuil Tioang Yang Kiong ini.   Tidak lama kemudian keluar seorang Tosu, tapi bukan Tiong Yang Cinjin.   Wanita itu memandang dengan sinar mata yang dingin mengandung kekecewaan.   Tosu muda itu telah merangkapkan kedua tangannya, memberi hormat dengan ramah dia bertanya.   "Siapakah Hujin, dan ada keperluan apakah Hujin ingin bertemu dengan guruku Tiong Yang Cinjin?! Silakan Hujin mengatakannya, Pinto Ma Giok tentu akan menyampaikannya. Sesungguhnya bukan guruku tidak berkenan menerima kunjungan Hujin, namun akhir-akhir ini guruku tengah mengurung diri selama sebulan di kamar semedhinya. harap Hujin memakluminya!"   Wanita itu menghela nafas, wajahnya yang pucat tampak kian pucat, benar-benar dia kecewa, karena dia menyadari dengan berkata begitu.   Tosu muda tersebut yang bernama Ma Giok menyatakan penolakan Ciong Yang Cinjin untuk bertemu 329 dengannya.   Dia menghela nafas dalam-dalam sambil memutar tubuhnya.   Tanpa berkata sepatah katapun dia melangkah akan berlalu.   Hanya mulutnya yang menggumam perlahan.   "Kosong dan nihil. Itulah dunia.!"   Ma Giok, Tosu muda itu, heran melihat sikap wanita itu, dia cepat memburunya sambil berkata ragu.   "Hujin tidak ada pesan yang hendak ditinggalkan Hujin buat Guruku?!"   Wanita itu menahan langkah kakinya, dia menatap Ma Giok beberapa saat, kemudian menggelengkan kepalanya.   "Tidak.!"   Katanya.   "Tidak ada sesuatu yang berharga untuk disampaikan pada Tiong Yang Cinjin yang agung itu.!"   Muka Ma Gok jadi berubah merah.   "Hujin,"   Katanya cepat sambil merangkapkan tangannya.   "Janganlah Hujin salah penafsiran, bukannya guruku tidak berkenan menerima Hujin, tapi justru waktunyalah yang tidak bertepatan inilah suatau kebetulan yang tidak menyenangkan!"   "Sudahlah akupun tidak ingin menyampaikan apa-apa, terima kasih atas sambutannya ini Totiang!"   Dan wanita itu telah meneruskan langkah kakinya, perlahan-lahan dan lesu sekali untuk meninggalkan ruangan tamu kuil tersebut.   Ma Giok jadi tartegun berdiri menjublak diam saja, dia mengawasi tidak mengerti kelakuan wanita itu, yang bebar- benar membingungkannya.   Tapi melangkah beberapa tindak lagi, wanita itu merandek.   Dia berdiam ragu kemudian memutar tubuhnya, dia menghampiri Ma Giok lagi sambil katanya.   "Ada yang hendak 330 kutanyakan mengenai seseorang, entah Totiang hendak menjawab dan memberitahukannya atau tidak?!"   "Silakan!, silakan!"   Menyahuti Ma Giok.   "Jika Pinto memang mengetahui, tentu Pinto akan memberitahukan!"   Wanita itu ragu-ragu, namun akhirnya dia berkata.   "Apakah di kuil ini masih berdiam seseorang yang bernama Ciu Pek Thong, yang biasa dipanggil dengan sebutan Loo Boan Tong?"   "Itulah Ciu Susiok kami!"   Berseru Ma Giok tambah heran.   "Totiang belum lagi menjawab pertanyaanku.!"   Kata wanita itu. Ma Giok kembali merangkapkan kedua tangan-nya, dia tahu bahwa tadi dia keliru, karena disebabkan perasaan heran dan tidak mengerti oleh sikap wanita ini, dia sampai melakukan hal yang tidak semestinya.   "Maaf, maaf, maaf! Memang Pinto khilaf..! Benar, Ciu Pek Thong Susiok memang masih berdiam di kuil Tiaong Yang Kiong ini. apakah Hujin kenal dengan Ciu Susiok?!"   Muka wanita itu sekejap berseri, wajahnya yang pucat itu sejenak memerah, tampak sinar kegembiraan. Tapi kemudian kegembiraan itu lenyap dan wajahnya pucat kembali.   "Ya, ya, memang kami saling kenal.!"   Sahutnya perlahan sekali, seperti juga dia berkata-kata untuk dirinya sendiri. Sudahlah, aku permisi saja!"   "Jika memang Hujin kenal dengan Ciu Susiok, biarlah aku panggilkan Susiok untuk menemui Hujin .!"   Kata Ma Giok cepat, dia merasa kasihan melihat keadaan tamunya yang seperti itu, maka pikir Tosu muda ini.   "Jika tokh wanita muda 331 ini memang kenal dengan Susiok Ciu Pek Thong, apa salahnya jika dia memanggil Ciu Pek Thong agar menemui tamu yang seorang ini?"   Wanita ini merandek lagi, wajahnya memperlihat-kan kebimbangan yang sangat. Namun akhirnya dia mengangguk, malah terlihat ketegangan menguasai dirinya.   "Terima kasih Totiang. Kau sangat baik sekali!. kata wanita itu. Ma Giok sekali lagi merangkapkan tangannya, menjura sambil bertanya.   "Maafkanlah kelancangan Pinto, jika boleh Pinto mengetahui, dapatkah Hujin memberitahukan she nama Hujin yang mulia, agar Pinto tidak menemui kesulitan dalam melaporkan hal ini pada Ciu Susiok!"   Wanita itu tambah bimbang, dia mengangkat kepalanya memandang ke langit-langit ruangan itu, mulutnya gemetar ketika menggumam.   "Katakan saja ada seorang sahabat lama dari tempat yang jauh ingin bertemu dengannya kuatir jika memang diberitahu-kan she dan namaku tentu Loo Boan Tong tidak ingin bertemu denganku!"   Ma Giok mengangguk, waktu itu dengan melihat keadaan dan sikap wanita tersebut, segera dia menyadari tentu terdapat sesuatu yang sulit pada diri wanita ini, dia tidak mau bertanya melit-melit dan rewel.   "Baiklah, harap Hujin menanti sejenak! katanya.   "Pinto akan segera mengundang keluar Ciu Susiok!"   "Terima kasih Totiang, terima kasih.!"   Meng-angguk wanita itu.   332 Ma Giok telah meninggalkan wanita tersebut, kembali masuk kedalam kuil untuk mencari Ciu Pek Thong.   Wanita itu menantikan dengan sikap tidak tenang, tampak wajahnya memancarkan kebimbang-an yang sangat, disamping itu matanya tidak henti-hentinya melirik ke arah pintu yang menghubungkan ruang dalam kuil dengan ruang tamu tersebut, dn wajahnya memang semakin pucat, sebentar-sebentar dia menghela nafas.   Tidak lama kemudian terdengar suara langkah kaki.   Wanita itu yang tidak tenang dan tidak sabar telah melompat berdiri memandang ke arah pintu yang menghubungkan dengan ruangan dalam kuil tersebut segera sikap ogah-ogahan seorang yang meiliki tubuh jangkung, dengan mulut yang tengah mengoceh tidak hentinya.   "Kau bilang ada seorang kawan yang ingin bertemu denganku, tentunya hari ini aku akan puas bermain-main karena kawanku itu tentu akan menemaniku bermain-main. sehingga hari ini kau dan adik- adik seperguruanmu yang lain, boleh bebas tidak menemani aku bermain.! Wanita itu memperlihatkan paras yang tegang, dia telah mengenali bahwa lelaki yang dibelakang Ma Giok yang tengah mengoceh terus menerus tidak lain dari Loo Boan Tong yaitu Ciu Pek Thong. Ciu Pek Thong sendiri ketika melangkahkan kaki masuk ke ruang tamu, menganggkat kepalanya. Mulutnya yang tengan mengoceh itu jadi terbuka lebar-lebar, namun tidak keluar suaranya lagi, diam membisu dan berdiri mematung. Lama Ciu Pek Thong dengan sikapnya seperti itu, langkah kakinya juga terhenti, dia berdiri bagaikan patung, membuat 333 Ma Giok melihat dengan heran memandang Ciu Pek Thog dan wanita yang menjadi tamu kuil ini dengan bergantian.   "Ciu Toako..!"   Memanggil wanita cantik itu dengan suara yang bergetar dan mukanya kian pucat, matanya telah mengembang air mata.   "Kaukau Eng?!"   Tiba-tiba Ciu Pek Thong berseru dengan suara yang nyaring, gugup sekali "Tidak!... tidak, jangan kau mencariku lagitidak! jangan kau mendesakku terus melakukan perbuatan dosa.!"   Dan setelah berkata begitu, Ciu Pek Thong memutar tubuhnya, berlari masuk kedalam kuil lagi seperti diburu oleh setan saja.   Wanita itu berdiri dengan wajah yang puct, lesu sekali, sinar matanya luar biasa sekali, seperti juga dia telah ditinggal arwahnya.   Ma Giok juga berdiri tertegun beberapa saat lamanya, karena dia heran dan kaget melihat sikap Ciu Pek Thong seperti itu.   Setelah tersadar, dia cepat-cepat menghampiri wanita itu yang dipanggil oleh Ciu Pek Thong sebagai si Eng.   Dia merangkapkan kedua tangannya memberi hormat, katanya dengan perasaan tidak enak.   "Maafkan.maafkanlah Hujin. memang watak Ciu Susiok agak berandalan, sehingga dia tidk menyambutmu dengan selayaknya.!"   Wanita itu yang dipanggil si Eng telah menyusut matanya, kemusian tertawa pahit, mengandung kedukaan, kekecewaan dan putus asa, katanya.   Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Sudahlah, memang telah kuduga, dia tentu tidak ingin bertemu denganku! Seperti juga halnya dengan Ciong Yang Cinjin yang tidak mau menemui aku!"   Dan 334 setelah berkata begitu, wanita itu si Eng, telah melangkahkan kakinya, dia juga menggumam dengan suara yang bergetar.   "Manusia di kolong langit ini memang sangat tolol, ada yang menggemari uang emas dan batu kumala, untuk menjadi budak kemewahan, ada yang tergila-gila paras elok untuk merasakan adanya sorga buatan.itulah dunia.!"   Ma Giok memandang hea, benar-benar peristiwa hari ini membuat dia tidak mengerti.   Sikap wanita itu,yang keadaannya begitu menyedihkan seperti menyimpan kedukaan dan kesengsaraan yang mendalam dan juga wataknya yang aneh, yang kata-katanya membingungkan.   Lalu juga sikap dari Ciu Pek Thong tadi yang telah lari meninggalkan tamunya ini, seperti juga Ciu Susioknya itu telah melihat hantu yang mengerikan, benar-benar membuat Ma Giok jadi tidak mengerti.   Maka melihat wanita itu telah melihat dengan lesu dia berdiam diri saja tidak mencegahnya.   Ketika tengan menyusuri jalan yang berbatu krikil itu, si Eng, wanita yang mukanya pucat seperti yang telah kehilangan semangat itu telah menyusuri dengan wajah tertunduk.   Sampai suatu kali dia melihat diantara batu-batu krikil itu terdapat sebutir batu yang bentuknya aneh, seperti juga bentuk kepala manusia, bulat dengan lobang-lobang yang letaknya tepat bagaikan bentuk mata, hidung dan mulut.   Wanita itu telah menunduk dan membungkukkan tubuhnya, dia mengulurkan tangannya mengambil batu tersebut, kemudian diperhatikannya.   Dan dia menghela nafas dalam-dalam, diapun menggumam.   "Ya, manusia di dunia memang tolol. Anakku, anakkua, anakkua, engkau kini telah berada ditempatmu yang tenang dan bahagia, tidak seperti ibumu yang harus menyelesaikan beberapa urusan besar yang belum lagi bisa dirampungkan.!"   Setelah berkata begitu, tiba-tiba dia 335 menggerakkan tangannya, dia telah melontarkan batu ditangannya, dan batu itu telah meluncur dengan cepat sekali, melesat menyambar gunung-gunungan, membeletak menimbulkan suara menimbulkan suara benturan yang keras.   Batu yang disambitkan oleh wanita itu telah menerobos masuk kedalam batu gunung-gunungan dalam sekali, mungkin beberapa dim.   Ma Giok yang menyaksikan hal itu jadi tertegun, karena inilah yang tidak disangkanya.   Tenaga sambita wanita itu ternyata kuat sekali dan memiliki Iwekang yang tidak lemah.   Cepat-cepat Ma Giok memburu mendekati wanita itu, dia telah berkata dengan ragu-ragu.   "Akh, Hujin ternyata seorang yang memiliki kepandaian yang tinggi rupanya seorang Locianpwe dengan bersahabat pada Ciu Susiok, tentunya Hujinpun sebelumnya memiliki hubungan yang akrab! Mengapa Hujin tidak mau menanti sebentar lagi, agar Pinto bisa membujuk susiok keluar untuk menemui Hujin?!"   Wanita itu mengehela nafas, dengan paras berduka dia menggeleng lemah.   "Tidak ada gunanya lagi, hatinya memang tidak padaku.! kata wanita itu.   "Hatinya memang tidak padamu?!"   Tanya Ma Giok mengulangi perkataan wanita itu dengan perasaan heran, dan sebagai seorang yang cerdas, Ma Giok juga segera dapat menduga, tentunya antara wanita ini dengan Ciu Susioknya terdapat hubungan yang istimewa.   Maka setelah berdiam sejenak, karena didorong oleh perasaan kasihan, dia bilang.   "Jika demikian, biarlah Pinto usahakan untuk memberitahukan pada guruku, agar guruku yang perintahkan Ciu Susiok keluar menyambut Hujin!" 336 Wanita itu telah melirik, dia menghela nafas.   "Kukira Tiong Yang Cinjinpun tidak mungkin bersedia keluar menemuiku.!"   Katanya.   "Tapi kita mencobanya tokh tidak ada salahnya..?!"   Kata Ma Giok.   "Maukah Hujin menanti sebentar saja, agar pinto memiliki kesempatan untuk memberitahukan guruku?!"   Wanita itu bimbang sejenak, namun dia mengangguk.   Tapi baru saja dia ingin menyahuti, dari dalam kuil itu telah melangkah seseorang dengan langkah yang sabar dan telah merangkapkan kedua tangannya.   Walaupun jarak mereka masih terisah cukup jauh dia telah menjura memberi hormat.   "Tidak kami duga bahwa kuil kami bisa memperoleh kehormatan demikian besar atas kunjungan Lauw Kuihui. maaf, maaf, Pinto terlambat menyambut!"   Otang itu tidak lain dari Ong Tiong Yang.   Rupanya tadi waktu melihat Ciu Pek Thong terbirit-birit masuk lagi ke dalam kuil dengan pucat pias seperti telah bertemu dengan hantu, maka Ong Tiong Yang jadi heran.   Dia segera menanyakan pada Pek Thong apa yang terjadi.   Loo Boan Tong dengan nafas memburu dan muka yang pucat pias telah menceritakan prihal kedatangan Lauw Kuihui.   Ong tiong Yang terkejut, tapi sepat sekali cikal-bakalnya Coan Cin Kauw tersebut dapat menguasai diri, segera dia keluar untuk menyambut Lauw Kuihui, selirnya Toan Hongya atau Eng Kouw itu.   Muka Eng Kouw tersebut masih tetap pucat, dengan segera dia membalas hormat Ong Tiong Yang.   Ma Giok tercengang ketika mendengar bahwa wanita yang keadaannya memang luar biasa ini adalah seorang Kuihui, 337 seorang selir dari seorang kaisar! Dia sampai memandang dengan menjublek saja.   Tapi yang membuat Ma Giok jadi heran, mengapa wanita agung tersebut hanya mengenakan pakaian yang terbuata dari cita biasa, dan bisa kenal dengan Susiok maupun Suhunya? Yang lebih mengherankan, selir itupun memiliki tenaga Iwekang yang cukup kuat, dimana batu yang disambitkannya bisa amblas begitu dalam.   Eng Kouw telah menghampiri Ong Tiong Yang, sambil katanya.   "Yang hina Eng Kouw datang meng-hadap Tiong Yang Cinjin, semoga Tiong Yang Cinjin tidak menghinanya!"   "Mana berani, mana berani!"   Kata Ong Tiong Yang cepat sambil tersenyum ramah.   "Silakan masuk, mari silakan Kuihui mengambil tempat untuk kita bercakap-cakap. Tentu dengan kedatangan Kuihui dari tempat yang begitu jauh, membawa berita yang penting sekali!"   Lauw Kuihui, atau sekarang telah membuang pangkat keselirannya itu, dan hanya menggunakan nama Eng Kouw sejak dia meninggalkan istananya Toan Hongya telah mengangguk.   Dia melangkah ke ruang tamu lagi, duduk ditempatnya semula.   Sedangkan Tiong Yang telah perintahkan Ma Giok agar memanggil Ciu Pek Thong.   Lama Ma Giok pergi kedalam ruangan belakang kuil, dia tidak muncul-muncul lagi.   Sedangkan Ong Tiong yang telah menanyakan sesehatan Toan Hongya dan selir tersebut.   Wajah Eng Kouw berubah muram, dia berkata dengan suara berduka.   "Sekarang aku sudah tidak memiliki hubungan dan sangkut pautnya dengan Toan Hongya.. apakah Toan 338 Hongya dalam keadaan sehat atau sedang sakit parah, itupun tidak kuketahui!"   "Ohhh, jadi Kuihui telah meninggalkan istana?!"   Tanya Ong Tiong Yang terkejut.   "Ya!"   Mengangguk Eng Kouw.   "Dan selanjutnya harap Cinjin tidak memanggilku dengan sebutan Kuihui lagi, cukup dengan memanggilku dengan sebutan Eng Kouw saja!"   Ong Tiong Yang menghela nafas.   "Ya, segalanya memang telah terlanjur terjadi, dan walaupun kita sesali, semua itu tokh segalanya telah terjadi.!"   Kata Coan Cin Kauw tersebut. Eng Kouw tidak menyahuti, dia menunduk dan menangis terisak-isak. Ong Tiong Yang hanya menghela nafas, dia membiarkan Eng Kouw menangis sampai puas. Setelah Eng Kouw mereda tangisnya, baru ia berkata.   "Apakah sekarang Hujin tidak berdiam di Istana Toan Hongya lagi?"   "Untuk selama-lamanya!"   Menyahuti Eng Kouw.   "Dan Toan Hongya telah begitu kejam tidak menolong jiwa anakku, sebingga anakku itu meninggal dengan keadaan yang mengenaskan sekali!"   "Jadi Hujin telah memperoleh seorang anak?!"   Tanya Ong Tiong Yang.   "Lalu apa yang terjadi dengan anak itu?"   Eng Kau lalu menceritakan, anaknya dihajar begitu mengenaskan sekali, sehingga tulang-tulangnya patah dan menderita sekali.   Orang yang menurunkan tangan dan bengis itu tidak diketahui adanya.   Dengan demikian dia telah meminta 339 pertolongan Toan Hongya, namun Hongya itu tidak bersedia memberikan pertolongannya, sampai anak itupun kini sudah tiada lagi, telah meninggal.   Ong Tiong Yang mengerutkan sepasang alisnya, tidak dapat dia mempercayai sepenuhnya cerita Eng Kouw, karena bagaimanapun dia mengenal sifat-sifat Toan Hongya.   Walaupun Ong Tiong Yang telah menjadi Tosu, mugkin untuk kesalehan dan keagungan jiwa dan juga kemuliaan dari hati seorang manusia, dia belum dapat menandingi kemuliaan hati Toan Hongya.   Maka agak aneh bagi pendengarannya jika mendengar cerita Eng Kouw seperti itu.   "Inilah bukan main anehnya.!"   Menggumam Ong Tiong Yang dengan suara ragu-ragu.   "Apakah Toan Hongya tidak mau menolong jiwa anaknya sendiri, lebih baik dia mengawasi saja anak itu yang terluka sampai menemui kebinasaannya?!"   Eng Kouw jadi menangis lagi.   "Anak itu.anak itu .!"   Katanya sesambatan dan tidak bisa meneruskan perkataannya.   "Anak itu kenapa Hujin?"   Tanya Ong Tiong Yang.   "Anak itu bukan anaknya Toan Hongya.."   Menyahut Eng Kouw akhirnya.   "Bukan puteranya Toan Hongya? Jadi anak siapa? Bukankah Hujin tadi mengatakan bahwa anak itu adalah anakmu?!"   "Ya, memang anak itu anakku, tapi bukan diperoleh dari Toan Hongya! Menyahut Eng Kouw. Muka Ong Tiong Yang berubah jadi merah. Segera dia teringat sesuatu dan hatinya jadi tidak tenang. 340   "Apakahapakah anak itu diperoleh dari hubungan Hujin dengan.dengan Ciu Sute?!"   Tanya Ong Tiong Yang tidak lampias. Eng Kouw mengangkat kepalanya mengawasi Ong Tiong Yang sejenak, menyusut air matanya kemudian mengangguk.   "Ya . anak itu adalah puteranya Ciu Pek Thong."   Menjelaskan Eng Kouw.   "Oohh.!"   Ong Tiong Yang mengeluh dalam-dalam, mukanya juga jadi berobah pucat.   Ciu Pek Thong memang berandalan dan selalu membuat keonaran dimana-mana.   Sebagi adik seperguruannya, memang Ong Tiong Yang mengenal betul watak Ciu Pek Thong.   Itulah sebabnya, walaupun Ciu Pek Thong telah menimbulkan keonaran yang hebat di Istananya Toan Hongya, namun sekembalinya ke kuil Tiong Yang King, tokh Ong Tiong Yang tidak menjatuhkan hukuman keras pada sutenya itu dan hanya menghukum melarang Ciu Pek Thong keluar dari kamarnya dan duduk bersila menghadap tembok selama satu tahun saja itupun agar Pek Thong bisa mengurangi keberandalannya dan sifatnya yang gemar bergerak seperti kanak-kanak.   Memang sebelum Pek Thong menjadi sutenya Ong Tiong Yang dan sebelum Ong Tiong Yang menuntut penghidupan sebagai Tosu, mereka berdua, Ciu Pek Thong dan Ong Tiong Yang memang telah berhubungan rapat dan akrab sekali.   Dan juga Ciu Pek Thong banyak sekali membantu Ong Tiong Yang dlam menggerakkan tentara rakyatnya.   Begitulah mereka merupakan sahabat yang intim sekali, sampai akhirnya Ciu Pek Thong menjadi adik seperguruan Ong Tiong Yang.   Dengan demikian Ong Tiong Yang memperlakukan adik 341 seperguruannya dengan baik dan telah mengenal betul akan tabiat dan watak adik seperguruannya itu.   Namun sekarang, ekor dari keonaran yang ditimbulkan Ciu Pek Thong di istana Toan Hongya, justru menghasilkan seorang anak, walaupun kenyataan yang ada Eng Kouw menjelaskan anak itu telah meninggal karena disebabkan lukanya yang hebat dan berat dilukai oleh seseorang yang belum lagi diketahui siapa.   Setelah berdiam diri dengan muka yang berobah-robah tidak hentinya, akhirnya Ong Tiong Yang menghela nafas dalam-dalam, dia berkata pada Eng Kouw dengan suara yang sabar.   "Apakah kedatangan Hujin kemari, dengan melakukan perjalanan yang jauh dari Tayli ke Tionggoan ini memang sengaja hendak bertemu dengan Ciu Sute?"   Eng Kau berdiam diri, tidak segera menyahut, akhirnya dengan wajah penuh kedukaan, dia menyahut juga.   "Jika memang tokh aku ingin menemnuinya, belum tentu Ciu Pek Thong mau bertemu denganku karena memang hatinya tidak berada padaku."   Ong Tiong Yang merangkapkan kedua tangannya, dia menjura dan katanya.   "Karena disebabkan keberandalan Suteku itu, maka hujin telah menderita dan menerima kesengsaraan seperti ini!"   "Itulah bukan kesalahan dan dosanya Pek Thong.!"   Membela Eng Kouw. Ong Tiong Yang tersenyum.   "Lalu siapakah yang dianggap bersalah dalam urusan ini?!"   Tanyanya. 342 Eng Kouw berdiam diri sejenak, baru kemudian menyahut.   "Yang bersalah adalah Toan Tie Hin!"   "A..apa?!"   Tanya Ong Tiong Yang terkejut.   "Ya, yang bersalah adalah Toan Tie hin."   "Toan Hongya?!"   Tanya Ong Tiong Yang seperti tidak mempercayai pendengarannya. Eng Kouw mengangguk.   "Ya,. dialah yang bersalah! Jikahari itu dia tidak memaksa untuk menikahiku, berarti kami belum berpisah, dan jika memang Ciu Toako masih berada disisiku dan mengetahui aku telah hamil, memandang pada benihku yang berada diperutku, pada calon bayinya, tentu dia tidak rela untuk meninggalkanku dan tentu dia akan selamanya berad disisiku.! Dan dengan kepergiannya Ciu Toako, akhirnya anak itu dilukai oleh seseorang yang tidak diketahui siapa, karena anak itu jauh dari ayahnya, sehingga orang berani menghinanya begitu rupa! Hemm, jika memang wktu itu, Ciu Toako juga berada disisiku, tentunya dengan mempergunakan Iwekangnya yang telah sempurna, dia pasti bisa diselamatkan! Hemm..hemm dengan melihat semua itu, apakah dos dan kesalahan itu tidak bisa diserahkan pada Toan Tie Hin? Terlebih lagi dikala anak itu tengah menghadapi kematian, dimana seharusnya Toan Tie hin bisa menolong jiwa anak itu, menyelamatkan dari kematian, namun kenyataannya dia berpeluk tangan, menolak untuk menyembuhka luka itu. dia tidak mau memandang padaku yang pernah merawatnya sekian tahun. Diapun tidak memberi muka pada Ciu Toako yang sesungguhnya merupakan sahabatnya. bukankah nasib anak itu sangat malang? Bukankah Toan Tie Hin berdosa besar sekali?!" 343 Waktu berkata sampai diakhir perkataannya itu, nada suara Eng Kouw makin meninggi dan keras, karena tampaknya dia diliputi oeh perasaan amarah, penasaran, benci dan dendam yang bercampur menjadi satu. Ong Tiong Yang berdiam diri sejenak dengan perasaan bingung. Memang persoalan yang terjadi di Istananya Toan Hongya di Tayli merupakan urusan yang memalukan, dan seharusnya yang bersalah adalah Eng Kouw dan Ciu Pek Thong yang telah mengadakan hubungan gelap diluar tahunya Toan Hongya. Itupun masih bagus Toan Hongya tidak menjatuh-kan hukuman pada Ciu Pek thong maupung Eng Kouw, disamping itu Toan Hongya tidak mengambil tindakan lainnya, yang bisa meruntuhkan nama Ciu Pek thong. Tapi sekarang, Eng Kouw hendak menibakan seluruh keagiban yang ada di istana Toan Hongya itu pada raja tersebut, dan juga mempersalahkan Toan Hongya yang tidak mau menolong jiwa anaknya, anak yang diperoleh dari Ciu Pek Thong. Memang sebagai orang gagah yang mempunyai jiwa yang gagah dan terbuka, tentu saja Toan Hongya harus menolong mahlik kecil yang tidak berdaya itu, yang membutuhkan sekali pertolongannya, tapi sebagaimana sifat manusia, yang juga dipengaruhi oleh perasaan keakuannya jelas Toan Hongya pun memandang dari segi lainnya, yaitu anak itu adalah anak haramnya Ciu Pek Thong, yang diperoleh atas hubungan yang gelap antara Pek Thong dengan Eng Kouw. Jika memang Toan Hongya tidak dapat menolong anak itu, apakah Toan Hongya dapat dipersalahkan untuk menanggung semua dosa itu? bukankan sumber dari keruwetan dan persoalan yang melakukan tersebut herasal dari Ciu Pek Thong dan Eng Kouw? Bukankah Toan Hongya hanya terkena getahnya saja? 344 Teringat semua itu, setelah berfikir panjang pendek, akhirnya Ong Tiong Yang menghela nafas dalam-dalam, kemudian berkata.   "Yang sudah meninggal tidak perlu terlalu disesali dan difikir. tapi yang terpenting sekarang ini bagaimana Hujin menyelesaikan urusan Hujin dengan Ciu Sute?"   Eng Kouw menghela nafas dalam-dalam, dengan wajah duka dia berkata.   "Maksudku datang kemari ingin bertemu dengan Ciu Toako bukan hendak mendesaknya agar dia mengambilku menjadi isteri. Tapi justru aku hanya ingin menyampaikan berita kematian anaknya, anak kami itu.! Jika memang Ciu Toako tidak bersedia bertemu denganku, itupun tidak menjadi persoalan, karena sejak dari Tayli melakukan perjalanan kemari, akupun telah menduganya, bahwa Ciu Toako tentu tidak akan mau bertemu muka dan melayaniku bercakap-cakap, karena jika memang dia sayang padaku, jelas dia tidak akan meninggalkanku!"   Mendengar orang bicara tentang cinta dan sayang.   Ong Tiong Yang jadi menghela nafas.   Sesungguhnya waktu itu Ong Tiong Yang juga tengah berduka karena kematian Lim Tiauw Eng, wanita yang dicintainya.    Raja Silat Karya Chin Hung Jaka Galing Karya Kho Ping Hoo Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung

Cari Blog Ini