Ceritasilat Novel Online

Rajawali Sakti Langit Selatan 4


Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long Bagian 4


Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya dari Sin Long   Yang pahatannya dan bentuknya mirip dengan Cauwsu (nenek guru) mereka.   Kenyataan seperti itu memang lebih menggembirakan, karena tanpa memikirkan persoalan-persoalan yang tidak-tidak dan belum pasti mereka dapat menikmati keindahan yang terdapat di Hoa San.   Memang Hoa San terkenal sekali memiliki103 banyak tempat-tempat yang indah.   dan keindahan yang terdapat di Hoa San tidak kalah jika dibandingkan dengan keindahan di Himalaya maupun Thian san.   o0o^d!w^o0o   Jilid 04 CIU Pek Thong memang memiliki sifat berandalan, dia tidak bisa berdiam lama-lama di-kuil kecil dipuncak Bidadari, dan dia meminta ijin dari Yo Ko dan Siauw Liong Lie untuk mengelilingi bagian-bagian lainnya di gunung itu.   Yo Ko dan Siauw Liong Lie tidak mencegahnya, karena memang mengenal sifat Loo Boan Tong.   Sedangkan Yo Ko dan Siauw Liong Lie menikmati keindahan dipuncak Giok Lie Hong dengan hati yang bahagia, terlebih lagi mereka teringat bahwa tidak lama lagi mereka akan menjadi ayah dan ibu dari seorang bayi yang mungil.   "Jika anak kita telah berusia dua tahun, kita harus mendidiknya baik-baik, disaat itu kita harus mulai menurunkan pelajaran lweekang sehingga disaat dia berusia lima belas tahun lweekangnya telah sempurna seperti kita sekarang ini...!"   Bisik Yo Ko dengan suara yang halus. Siauw Liong Lie mengangguk manja, dia merebahkan kepalanya dibahu Yo Ko yang kanan, yang tidak terdapat lengannya, dia mempermainkan hidung suaminya dengan usapan yang lembut dan mesra sekali.   "Kojie kau mengharapkan anak lelaki atau anak perempuan ?"   Tanya Siauw Liong Lie.   "Jika Thian memberi anak laki-laki, aku sangat bersyukur tetapi jika Thian menganugerahkan anak perempuan, akupun bahagia sekali..."   Menyahuti Yo Ko.104   "Kalau aku justru mengharapkan kedua-duanya sekaligus, mudah-mudahan kita memperoleh anak kembar", kata Siauw Liong Lie seperti juga menggumam sendirinya.   "Liongjie, jika memang kita memperoleh anak kembar, kau tentu terlalu letih.. !"   Halus sekali suara Yo Ko.   Disamping itu mereka menikmati keindahan disekitar tempat itu dengan penuh kebahagian, dunia seperti dimiliki mereka berdua.   Ciu Pek Thong yang meninggalkan Yo Ko dan Siauw Liong Lie dipuncak Giok Lie Hong, telah putar kayuh tidak ada tujuan.   Semua pemandangan disekitarnya, walaupun indah namun dia tidak tertarik.   Tidak ada yang luar biasa yang bisa menyalurkan kenakalannya.   Tanpa disadarinya, akhirnya dia telah tiba disebelah barat gunung Hoa San, ditempat mana kedua kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong yang letaknya berdampingan itu berada.   Semula Ciu Pek Thong hanya ingin memaki-maki kuburan Auwyang Hong, untuk melampiaskan kemendongkolannya karena tidak memperoleh permainan yang menarik disekitar Hoa San tidak berhasil menjumpai seseorang yang bisa di permainkan dan digodanya.   Tetapi waktu tiba dihadapan kuburan Ang Cit Kong dan Auwyang Hong, Ciu Pek Thong di berdiri tertegun bagaikan patung, memandang kearah kedua kuburan itu, yang batu nisannya telah hancur, disamping itu juga gundukan tanah kuburan itu telah tidak karuan, meninggalkan dua buah lobang dan kosong tidak ada isinya.   Setelah tersadar dari kagetnya, Ciu Pek Thong berjingkrak karena gusarnya, dia telah be teriak-teriak sambil memandang sekelilingnya.105 Disaat itu, disekitar tempat tersebut tidak ada seorang manusiapun.   Dan setelah puas memaki-maki kalang kabutan, Ciu Pek Thong berjongkok dan memeriksa kedua kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong yang telah kosong itu.   Ternyata kedua kuburan dari kedua tokoh rimba persilatan itu telah kosong.   Bekas-bekas tanah yang berserakan itu memperlihatkan bahwa tanah digali bukan dengan mempergunakan pacul melainkan dalam bentuk cakar-cakaran benda tajam.   Melihat itu Ciu Pek Thong ingin menduga tentu ada harimau atau macan kelaparan yang menggali kuburan tersebut.   Tetapi kemudian Ciu Pek Thong telah membantah sendiri pendapatnya itu, karena tidak mungkin harimau membongkar kuburan.   Disamping itu, Ciu Pek Thong juga telah melihatnya bongpay hancur berantakan karena di hantam oleh suatu kekuatan yang pasti disertai oleh lwekang yang sempurna sekali.   Siapakah orangnya yang telah merusak kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong .   sungguh berani selali orang yang melakukan perbuatan itu ? Apakah surat undangan yang diberikan oleh It Teng Taisu memiliki hubungan dan sangkut paut dengan urusan ini ?, Karena tidak bisa memutuskan sendiri, bagaikan angin Ciu Pek Thong telah ber lari-lari menuju ke Giok Lie Hong.   Hanya menelan waltu yang tidak terlalu lama, karena Ciu Pek Thong mempergunakan ilmu meringankan tubuhnya sehingga dia bisa berlari secepat angin, Loo Boan Tong telah tiba dipuncak Giok Lie Hong.   Saat itu, Yo Ko dan Siauw Liong Lie tengah menikmati keindahan yang terdapat dil muka kuil kecil yang terdapat disitu, mereka jadi heran bukan main melihat Loo Boan Tong106 berlari-lari seperti dikejar setan, muka si tua nakal itu juga pucat disamping napasnya yang memburu keras sekali.   "Yo Hiante....celaka Yo Hiante......!"   Suara Ciu Pek Thong memburu keras sekali.   "Loo Boan Tong, seumur hidup kami baru kali ini kami melihat kau gugup dan ketakutan! seperti dikejar-kejar setan !"   Menggoda Sauw Liong Lie sambil tersenyum.   "Benar ! Benar ! Hari ini aku benar bertemu dengan setan....Justru setan penasaran. Setannya Auwyang Hong dan Ang Cit Kong yang telah bangkit dari liang kuburnya !"   Masih Loo Thong berusaha berjenaka dalam keadaan gugupnya seperti itu. Keruan Yo Ko dan Siauw Liong Lie jadi kaget bukan main.   "Setan penasaran!"   Tanya mereka hampir serentak.   "Ya...mari kalian ikut bersamaku kuburan Pak Kay dan See Tok telah kosong. Mengangguk Ciu Pek Thong, Yang dimaksud dengan Pak Kay adalah Ang Cit Kong sedangkan See Tok adalah julukan Auwyang Hong semasa masih menduduki urutan Ngo Ciat. Keruan saja Yo Ko dan Siauw Liong Lie jadi kaget bukan main, tanpa banyak bertanya lagi mereka segera mengikuti Ciu Boan Thong untuk melihat keadaan kedua kuburan dari kedua tokoh rimba persilatan itu. Waktu mereka tiba dihadapan kedua kuburan yang telah kosong itu, Yo Ko dan Siauw Liong Lie jadi berdiri menjublek Bukan main terkejutnya mereka, disamping juga merekapun murka sekali.   "Siapa manusia kurang ajar yang berani mati melakukan pekerjaan seperti ini ?"   Menggumam Yo Ko dengan gusar.   Tubuhnya, tampak menggigil menahan kemurkaannya yang bukan main.107 Segera juga Yo Ko dan Siauw Liong Lie melakukan pemeriksaan disekitar bekas kedua kuburan itu, yang telah kosong dan menyiarkan bau busuk dari mayat manusia...   Seperti juga halnya Ciu Pek Thong, maka pasangan suami isteri tersebut menemui bekas cakaran-cakaran ditanah yang berserakan itu.   "Aneh ?"   Tiba-Tiba Siauw Liong Lie telah berseru.   "Apanya yang aneh ?"   Tanya Ciu Pek Thong cepat, sambil mengawasi nyonya Yo itu. Sedangkan Yo Ko hanya mengawasi isterinya menantikan keterangan isterinya. Siauw Liong Lie menghela napas dalam-dalam.   "Kedua orang ini telah meninggal dunia dalam waktu yang cukup lama, mengapa baru sekarang kuburan mereka dibongkar orang ? Terlebih lagi, apa gunanya mayat-mayat yang hanya tinggal rangka belaka ? Apakah ada sesuatu yang tengah dicari oleh orang yang membongkar kuburan ini ? Bukankah ini sangat aneh sekali ?". Yo Ko mengangguk.   "Mungkin juga surat undangan It Teng Taisu kepada kita memiliki hubungannya dengan peristiwa ini......!"   Yo Ko coba mengemukakan pikirannya. Siauw Liong Lie menggeleng.   "Tidak !"   Katanya tegas.   "Mengapa tidak ?".   "Ya, mengapa tidak ?"   Ikut bertanya Ciu Pek Thong, karena si tua jenaka itu memang penasaran sekali.   Siauw Liong Lie kembali menghela napas "Jika memang It Teng Taisu mengundang kita hanya disebabkan kedua kuburan ini dibongkar orang, tentu dia tidak akan mengatakan di dalam suratnya sebagai urusan besar.   Juga untuk urusan108 seperti ini, pasti It Teng Taisu tidak akan ribut-ribut, dia pasti dapat menyelidiki sendiri.   Namun, kukira didalam persoalan ini pasti terselip urusan yang aneh dan seperti yang dibilang oleh It Teng Taisu, yaitu urusan yang besar...".   Yo Ko mengangguk membenarkan pendapat isterinya, Tetapi Loo Boan Tong telah menggeleng-gelengkan kepalanya.   "Tidak tepat......."   Dia menggumam.   "Bagaimana pendapatmu, Ciu Toako ?"   Tanya Yo Ko.   "Menurut dugaanku, Lam Ceng sudah tua dan pikun, waktu secara kebetulan sekali dia mengetahui kedua kuburan ini dibongkar orang, dia merasakan tenaganya sudah tidak memadai akibat usianya yang telah lanjut. Maka dia telah meminta bantuan kepada sahabat-sahabat untuk menyelidikinya. Tentu saja didalam persoalan ini, yang disebutnya sebagai urusan besar, tidak lain dari urusan pendeta gundul dari Mongolia Tiat To Hoat-ong itu .....!".   "Tepat !"   Berseru Siauw Liong Lie.   "Dibongkarnya kedua kuburan ini oleh seseorang tentu memiliki hubungannya dengan kedatangan pendeta Mongolia itu kedaratan Tionggoan ".   "Jika melihat demikian, tentu akan muncul urusan yang cukup hebat ..."   Menggumam Yo Ko.   "Hebat atau tidak semuanya memang sudah tulisan takdir, dan semua kita harus hadapi,"   Kata Loo Boan Tong.   "Yang terpenting adalah justru mencari dulu kedua mayat See Tok dan Pak Kay, kasihan jika tulang kerangka mereka diberikan untuk disantap anjing-anjing buduk ". Dalam keadaan seperti itu, Loo Boan Tong masih bisa berjenaka dia telah tertawa terkekeh-kekeh. Sedangkan Yo Ko telah mengerutkan sepasang alisnya, kerena dia tengah berpikir keras.109 Secara beruntun telah bermunculan urusan yang membuatnya jadi bertanya-tanya. Seperti munculnya Liang Ie Tu yang mencurigakan, munculnya pengantar surat It Teng Taisu. Lalu Tiat To Hoat ong, yang kepandaiannya luar biasa tingginya. Dan kini kedua kuburan Ang Cit Kong dan Auwyang Hong telah dibongkar orang sehingga tulang-tulang mereka lenyap tidak karuan parannya...... Dan juga, siapakah wanita yang berpakaian pecah-pecah yang mengantarkan surat It Teng Taisu kepada Ciu Pek Thong ? semua itu merupakan pertanyaan-pertanyaan yang saling rangkai tidak hentinya. Disaat seperti itu, ditengah udara terdengar suara pekik burung rajawali. Waktu Yo Ko bertiga mengangkat kepala memandang keatas, mereka melihat Sin Tiauw tengah terbang melayang-layang akan menerkam mangsanya, yaitu seekor kelinci berbulu putih. Kelinci itu tampak ketakutan, dia telah berlari-lari kesana kemari dengan dikejar olah Sin Tiauw dari tengah udara. Waktu kelinci itu lewat didekat mereka, Yo Ko maupun Siauw Liong Lie mengetahui walaupun bagaimana kelinci itu pasti akan berhasil ditangkap oleh Sin Tiauw yang sakti itu. Anehnya Sin Tiauw tidak segera meluncur terbang turun menukik untuk mencengkeram mangsanya itu, walaupun kelinci tersebut telah berlari-lari dilapangan terbuka seperti itu. Karena ketakutan sekali dikejar-kejar terus oleh Sin Tiauw yang seperti ingin mempermainkan dirinya, kelinci itu akhirnya berlari kearah lobang bekas kuburan Auwyang Hong. Disaat itulah, Sin Tiauw telah menukik secepat kilat, sayapnya yang lebar terpentang lebar lebar, sehingga bayangan hitam meliputi sekitar kedua kuburan itu, disaat itulah Sin Tiauw telah memekik dan walaupun jarak mereka, yaitu jarak Sin Tiauw dangan kelinci itu masih terpisah empat tombak dan disaat kelinci itu akan menyelusup masuk110 kedalam lobang kuburan itu, sayap kanan dari Sin Tiauw telah mengibas. Luar biasa kibasan sayapnya itu, karena tubuh kelinci tersebut terangkat dari tanah dan terlontarkan ketengah udara. Disaat tubuh kelinci itu terapung ditengah udara, Sin Tiauw telah dengan cepat sekali mencengkeram mangsanya dan membawanya terbang tinggi sekali.   "Bagus ! Bagus "   Berseru-seru Ciu Pek Thong kagum melihat cara menangkap yang dilakukan oleh Sin Tiauw, yang lain dengan cara-cara burung rawajali lainnya jika menangkap mangsanya yang biasa hanya menukik dan mencengkerem.   Tetapi disebabkan Sin Tiauw memang memiliki ilmu silat kelas satu, kibasan sayapnya mengandung kekuatan yang luar biasa sekali ...   !111 Dengan hati berduka dan berat Yo Ko menghela napas dalam-dalam.   Siauw Liong Lie dapat menyelami perasaan hati suaminya tersebut, dan kini kuburannya dibongkar seseorang, tulang belulangnya lenyap, bukankah hal itu menimbulkan kedukaan ? Baru saja Siauw Liong Lie ingin menghibur suaminya, Yo Ko telah berkata perlahan;   "Ternyata sampai matinya dia tidak bisa beristirahat dengan tenang, tulang-tulangnya masih juga diganggu orang ....   "Inilah takdir, semasa hidupnya See Tok beracun sekali, tidak mengherankan banyak yang membencinya !"   Kata Ciu Pek Thong sambil tertawa.   "Tetapi, apakah Pak Kay Ang Cit Kong juga beracun?"   Tanya Yo Ko. Ciu Pek Thong tertegun, dia memandang diam sejenak, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, katanya .   "Sudahlah, aku tidak tahu apa sesungguhnya yang terjadi, tetapi yang jelas kita harus membekuk pembongkar kuburan ini. Yo Ko mengangguk.   "Ya, tetapi kita harus menantikan dulu It Teng Taisu, walaupun bagaimana urusan ini terlampau berbelit dan membingungkan sekali. It Teng Taisu tentu dapat memberikan penjelasan yang membuka tabir rahasia membingungkan ini. Waktu yang dijanjikannya tinggal dua hari lagi"   "Tetapi Kojie, jika dilihat tanah yang berserakan ini, tampaknya kuburan dibongkar belum lama. Jika kita hanya berpeluk tangan menantikan It Teng Taisu selama dua hari lagi bukankah penjahat itu sudah melarikan diri jauh sekali ?"   Tanya Siauw Liong Lie. Yo Ko diam sejenak, seperti juga tengah berpikir keras. Akhirnya dia mengangguk112   "Baiklah, sambil menantikan kedatangan It Teng Taisu dan Kwee Peehu dan Peebo, kita mencari penjahat itu. Tiauw-heng mungkin akan dapat membantu banyak."   Dan setelah berkata begitu, Yo Ko bersiul nyaring sekali, dan tidak lama kemudian Sin Tiauw terbang mendatangi dengan cepat, Kelinci buruannya masih dicengkeramnya dan waktu burung rajawali itu tiba, Siauw Liong Lie telah mengambil kelinci itu.   "Tiauw-rteng"   Kata Yo Ko kemudian bersungguh-sungguh.   "kami membutuhkan sekali bantuanmu, mungkin kau bisa memecahkan teka teki yang tengah kami hadapi ini."   Burung rajawali itu seperti mengerti perkataan Yo Ko karena dia telah mengangguk-angguk perlahan sambil mengeluarkan suara pekikan berulangkali.   "Kini kau coba endus dulu bau dari kedua kuburan itu, lalu Tiauw-heng pergi mencari penjahat yang membongkar kedua kuburan itu disekitar. tempat ini, mungkin mereka belum pergi jauh"   Kata Yo Ko lagi.   Burung rajawali itu telah mengangguk lagi, lalu menghampiri kedua lobang kuburan yang telah kosong itu, dia segera memperhatikan sejenak, lalu dia mengeluarkan suara pekikan, tubuhnya telah melayang ketengah udara, terbang tinggi sekali.   Sayapnya yang lebar dan besar itu terdengar berbunyi berkepak-kepak tidak hentinya, semakin lama semakin menjauh, sehingga akhirnya hanya terlihat titik belaka dan kemudian lenyap dari pandangan Yo Ko bertiga.   Yo Ko menghela napas.   "Jika dilihat perkembangan yang ada seperti sekarang ini, tampaknya sulit bagi kita untuk hidup tenang tenteram, Liongjie"   Kata Yo Ko. Siauw Liong Lie mengangguk.   "Ya, jika dilihat demikian memang sulit kita hidup tenang dan tenteram, karena persoalan yang muncul tentu persoalan yang cukup luar biasa, yang memaksa kita untuk melibatkan diri ... ! Sebagai contoh,113 dapat kita lihat dibongkarnya kuburan See Tok dan Pak Kay ..!"   Yo Ko mengangguk mengiyakan.   "Dan yang terpenting lagi adalah persoalan munculnya Tiat To Hoat-ong, kakak seperguruan Kim Lun Hoat-ong, jelas memaksa kita harus ber siap-siap untuk menghadapinya, karena yang pasti Tiat To Hoat ong tidak datang seorang diri, sedangkan kepandaian pendeta itu tampaknya jauh lebih tinggi dari Kim Lun Hoat-ong"   Yo Ko diam tidak menyahuti, karena nyonya Yo tersebut tengah berpikir keras.   Persoalan yang tengah mereka hadapi itu memang tidak bisa diremehkan, karena jika sampai daratan Tionggoan telah diinjak oleh orang-orang atau jago- jago Mongolia, ancaman untuk ketenteraman negara Song tersebut mulai terlihat lagi.   Terlebih pula, dalam tiga tahun terakhir ini, sejak Kublai mengajak pasukan perangnya mundur ke Utara pulang kenegeri mereka, ia telah memperoleh kemajuan yang pesat untuk membentuk pasukan perang yang kuat dan dahsyat, jauh lebih berhasil dari Kaisar Mangu, maka hal itu jelas merupakan ancaman yang tidak kecil dan disadari oleh rakyat tionggoan.   Namun mereka benar-benar tidak berdaya disebabkan raja dan pembesar Song umumnya telah mabok oleh kemenangan yang diperoleh, selalu menenggelamkan diri dengan pesta berfoya-foya lupa daratan, tidak ada perhatian mengurusi negeri.   Lebih lagi memang banyak menteri-menteri bermuka dua, yang secara diam-diam telah dihubungi Kublai dan menyatakan kesediaannya untuk menyambut pasukan perang negeri asing itu dari dalam.   Itulah ancaman yang tidak kecil.   Yo Ko dan Siauw Liong Lie maupun beberapa orang-orang gagah lainnya memutuskan untuk hidup mengasingkan diri, karena muak melihat ke tidak sanggupan pembesar-pembesar114 Song mengurus negara.   Namun sebagai pecinta tanah air, merekapun tidak bisa berpeluk tangan saja jika melihat negara mereka terancam bahaya yang tidak kecil itu.   Ciu Pek Thong gelisah sendirinya karena Yo Ko maupun Siauw Liong Lie seperti tenggelam dalam ke ragu-raguannya.   sedangkan dia juga tidak memiliki kesempatan mengajak mereka ber cakap-cakap.   si kakek tua jenaka itu jadi gatal kakinya dan berangkat untuk menyusul Sin Tiauw guna ikut mencari penjahat yang telah membongkar kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong.   Namun, belum lagi dia menyatakan niatnya itu kepada Yo Ko, tiba-tiba terdengar suara pekik Sin Tiauw dikejauhan dan disusul kemudian dengan tampaknya burung rajawali itu terbang mendatangi sambil mengeluarkan suara pekikan tidak hentinya.   Walaupun bagaimana, sikap yang diperlihatkan oleh rajawali merupakan kelakuan yang belum pernah terjadi, Yo Ko dan Siauw Liong Lie jadi terkejut.   Mereka segera menduga, jelas ada sesuatu yang telah terjadi dan tidak dapat dihadapi oleh burung rajawali tersebut.   Cepat-Cepat Siauw Liong Lie melepaskan kelinci yang sejak tadi dipeganginya, lalu bersama Yo Ko mereka memapak burung rajawali mereka, yang telah hinggap disamping mereka.   Begitu melihat apa yang terjadi didiri Sin Tiauw, Yo Ko dan Siauw Liong Lie mengeluarkan seruan kaget, dan cepat memeriksa sayap burung tersebut, yang tampak mengucurkan darah dan beberapa helai bulunya telah copot.   Ternyata beberapa batang jarum yang halus telah menempel disayap burung tersebut, dan darah yang mengucur keluar berwarna gelap kehitam-hitaman.   "Jarum beracun ?"   Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Berseru Siauw Liong Lie dengan suara ditenggorokan, tidak lancar.115 Yo Ko mengernyitkan alisnya dia mengambil dua batang ranting untuk mencabut keluar jarum-jarum yang melukai burung rajawali kesayangan mereka tersebut, dilihat dari bentuk jarum yang gagangnya berwarna gelap ke hitam- hitaman.   Yo Ko memang yakin jarum itu merupakan jarum beracun.   Dia bekerja cepat sekali setelah selasai mencabuti jarum-jarum itu Yo Ko menempelkan tangan kanannya di punggung rajawali sakti tersebut, mengempos semangatnya menyalurkan lweekangnya ketubuh burung itu.   Rajawali itu seperti mengerti, dia berdiam diri saja, hanya sekali-kali terdengar suara pekik perlahan bagaikan keluhan.   Tidak berselang lama, tampak dari bekas luka-luka itu mengucur darah yang berwarna hitam, semakin lama semakin merah dan akhirnya merah bersih.   Terbebaslah rajawali sakti itu dari keganasan racun jarum-jarum itu.   "Siapa yang telah melukaimu, Tiauw heng ?"   Tanya Siauw Liong Lie. Rajawali itu memekik sambil menggerakkan sayapnya yang satu menunjuk dari arah mana tadi dia terbang mendatangi.   "Biar aku melihatnya kesana......!"   Kata Ciu Pek Thong sambil menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat pesat sekali tanpa menanti jawaban Yo Ko maupun Siauw Liong Lie. Yo Ko juga telah menoleh kepada Siauw Liong Lie sambil katanya.   "Liong-jie, kau lindungi Tiauw-heng, biar aku melihat siapa yang melukainya ..."   Siauw Liong Lie mengangguk dengan hati gelisah.   Nyonya Yo liehay ilmu silatnya, tetapi melihat cara jarum-jarum yang tadi melukai Sin Tiauw, yang letak kedudukannya mengambil bentuk pat-kwa, maka tahulah dia bahwa orang yang melepaskan jarum-jarum itu tentu memiliki kepandaian yang tinggi sekali.116 Disamping itu, Siauw Liong Lie menguatirkan sekali kapan kalau racunnya masih mengendap ditubuh rajawali tersebut, maka dia telah menempelkan lagi tangan kanannya, dia menyalurkan tenaga lwekangnya berusaha mendorong darah keluar dari luka-luka di-sayap rajawali tersebut.   Tetapi setelah melihat darah yang mengucur keluar memang berwarna merah bersih, hati nyonya Yo baru lega dan agak terhibur.   Dengan penuh kasih sayang, dia meng usap-usap burung ke sayangannya itu.   Sebetulnya, nyonya Yo seringkali duduk di-punggung rajawali tersebut berkeliling-keliling dilembah Siauw-hong, namun kini dia tidak tega untuk meminta Tiauw heng nya itu membawanya terbang untuk menyusul Yo Ko dan Ciu Pek Thong, maka akhirnya Siauw Liong Lie hanya bisa menanti didekat kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong bersama rajawali sakti tersebut, menantikan kembalinya Yo Ko dan Ciu Pek Thong.   Ciu Pek Thong telah berlari dengan cepat sekali kearah dari mana Sin Tiauw tadi terbang mendatangi dalam keadaan terluka, dengan gerakan yang gesit sekali dia telah melompati dua buah jurang kecil dan kemudian tiba dipermukaan sebuah rimba.   Ditempat itu tidak terlihat seorang manusiapun juga, sehingga membuat Ciu Pek Thong jadi penasaran.   Kakek tua yang biasanya jenaka ini telah berlari lagi dua lie lebih, tetapi tetap saja dia tidak berhasil menjumpai seorang manusiapun disekitar tempat tersebut.   Akhirnya karena mendongkol bercampur gusar, Ciu Pek Thong jadi memaki- maki kalang kabutan seorang diri.   Yo Ko yang telah datang menyusul tidak lama kemudian, juga tidak berhasil menemui seorang manusiapun juga.   "Orang itu tentu telah melarikan diri !"   Kata Ciu Pek Thong dengan suara mendongkol.   "Sungguh-Sungguh seorang117 bangsat, berani melukai Tiauw heng, tetapi tidak berani mempertanggung jawabkan perbuatannya ini"   Yo Ko tidak melayani ocehan Ciu Pek Thong, dia memandang sekitar tempat dimana mereka berada.   Dan matanya yang awas telah melihat sesuatu yang mencurigakan dibawah sebatang pohon.   Cepat-Cepat Yo Ko menghampiri pohon itu, dia telah berjongkok dan mengambil sesuatu.   Ciu Pek Thong telah cepat-cepat menghampirinya.   "Apa yang kau ambil. Yo Hiante?"   Tanyanya tertarik. Yo Ko mengangsurkan sebuah jepitan rambut, yang terbuat dari perak.   "Ini tentu milik orang yang telah melukai Tiauw-heng .. mungkin terjatuh tanpa diketahuinya. Dilihat demikian, yang melukai Tiauwheng tentu seorang wanita..."   Ciu Pek Thong memegangi jepitan rambut itu dengan geleng-geleng kepala gusar sekali.   "Jika aku berhasil menangkapnya, tentu rambutnya akan kupotong habis agar kepalanya menjadi gundul!"   Mengomel si kakek jejaka itu.   Yo Ko berusaha mencari-cari jejak orang itu diatas tanah, tetapi dia tidak berhasil hanya sekali-sekali dia melihat beberapa batang rumput yang patah, dan segera juga Yo Ko Mengetahui orang yang tengah mereka cari itu pasti seorang yang memiliki Ginkang atau ilmu meringankan tubuh yang sempurna sekali.   Hal itu dibuktikan karena walaupun berjalan ditanah pegunungan tersebut orang itu tidak meninggalkan jejak, dan rumput-rumput yang terinjak olehnya tidak menjadi patah atau rusak, hanya beberapa batang rumput saja yang rusak.   Tentunya orang itu mempergunakan ilmu berjalan semacam "Tiu Hong Hoat Su", ilmu mengejar angin, yang telah mencapai puncak kesempurnaannya.118 Yang membuat Yo Ko jadi heran justru akhir-akhir ini dia justru bertemu dengan orang-orang yang memiliki kepandaian yang sempurna sekali.   Seperti Tiat To Hoat-ong kakak seperguruan Kim Lun Hoat- ong, yang memiliki kepandaian begitu sempurna, tentu sudah merupakan lawan yang tangguh.   Dan sekarang burung rajawali yang sangat disayanginya telah dilukai oleh seseorang, bukan orang itupun tampaknya memiliki kepandaian yang luar biasa tingginya.   Apakah orang telah melukai Tiauw hengnya itu memiliki hubungan dengan persoalan pembongkaran kuburan Auwyang Hong maupun Ang Cit Kong? Yo Hiante, mari kita kejar terus orang itu"   Kata Ciu Pek Thong penasaran.   "Tentu orang itu belum pergi jauh !"   Yo Ko mengangguk.   Dengan mengambil patokan arah dari patahnya beberapa batang rumput itu Yo Ko telah mengambil kearah jurusan barat dari gunung Hoa San, yaitu yang menuju ke Giok Lie Hong.   Yo Ko telah mengempos semangatnya dan telah berlari secepat kilat.   Hanya dalam waktu seminuman teh, dia telah tiba dikuil kecil dipuncak Bidadari itu, meninggalkan Ciu Pek Thong jauh dibelakang.   Seperti diketahui, ilmu lari cepat Yo Ko telah mencapai puncak kesempurnaan, karena beberapa tahun yang telah lalu saja waktu dia mengejar-ngejar Leng-ho milik si nenek Eng Kauw, Yo Ko telah memperlihatkan keterampilannya yang luar biasa, yang dapat berlari dengan kecepatan bagaikan kilat dan tubuhnya seperti bayangan atau gumpalan warna belaka.   Terlebih lagi kini memang dia telah meyakini ilmunya kian sempurna selama tiga tahun terakhir, sehingga boleh dibilang didalam jagat ini sudah tidak ada orang yang bisa menandingi kehebatan ilmu lari cepat Yo Ko.119 Seperti diketahui, untuk kepandaian ilmu silat Ciu Pek Thong memang sempurna dan jarang sekali ada yang bisa menandingi kepandaian si kakek tua jenaka itu.   Yo Ko pun tidak bisa merubuhkannya walaupun Ciu Pek Thongpun tidak bisa berbuat banyak terhadap Yo Ko, Tetapi kenyataan yang ada, Yo Ko hanya memiliki tangan kiri tunggal, dengan tangan kanan yang telah tiada karena lengan kanannya telah buntung ditabas Kwee Hu.   Namun dengan hanya mengandalkan tangan kirinya yang telah terlatih oleh cara-cara latihan yang aneh, yang diperolehnya dari Sin Tiauw, yang membuat dia melatih diri dengan gelombang laut, maka lwekang Yo Ko berada di atas Ciu Pek Thong.   Dan begitu pula ilmu lari cepatnya, telah berada diatas Ciu Pek Thong.   Dalam mengejar lawan, Yo Ko yang tengah dalam gusar dan mendongkol akibat terbongkarnya kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong oleh seseorang yang belum diketahui dan kini Sin Tiauw dilukai orang, maka Sin Tiauw Tai-hiap ini telah mengerahkan seluruh kesanggupannya untuk berlari secepat mungkin dan meninggalkan Loo Boan Thong terpisah puluhan lie.   Namun waktu tiba dimuka pintu kuil kecil diatas puncak Giok Lie Hong, Yo Ko jadi mengeluarkan seruan terkejut dan menatap keundakan tangga pintu kuil dengan muka yang berobah serta mengawasi tertegun .   Ada sesuatu yang dilihatnya agak luar biasa Seorang wanita tua, dengan muka yang keriput, dengan pakaiannya yang berwarna kuning dan rambut yang disanggul tinggipun telah putih keseluruhannya, tengah duduk seenaknya melintangkan kaki.   dan tengah bernyanyi kecil.   "Akhh..."   Tanpa dikehendakinya Yo Ko jadi mengeluarkan keluhan pendek. Nenek tua itu menoleh, mukanya dingin120 namun lebih dingin lagi tatapan matanya yang seperti ingin menembus keulu hati Yo Ko.   "Letih?"   Tanyanya dengan teguran suara yang halus dan perlahan-lahan. Cepat-Cepat Yo Ko mempergunakan tangan kirinya yang didekap kedadanya, dia membungkuk memberi hormat.   "Lotaipo (nenek tua) aku yang rendah Yo Ko menghunjuk hormat,"   Kata Yo Ko. dia mengambil sikap seperti itu karena dia menyadari wanita tua tersebut tentu bukan seorang nenek sembarangan "Lotaipokah yang telah melukai rajawaliku?"   Si nenek tertawa kecil, walaupun telah lanjut usia, namun suara nenek tua itu masih merdu didengar.   "Melukai rajawalimu ? Kalau benar bagaimana ? Kalau tidak benar bagaimana?"   Menyahuti si nenek. Melihat sikap si nenek yang angin-anginan seperti itu, tentu saja membuat Yo Ko jadi mendongkol.   "Kalau memang tidak benar, tentu aku yang rendah ingin menyampaikan maaf, tetapi jika memang benar, yang pasti tentu saja kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu itu"   Kata Yo Ko mendongkol.   "Begitu ?"   Tanya si nenek sambil, menggeser duduknya dan dia telah duduk tegak menghadapi Yo Ko.   "Engkau si buntung ini tentunya yang biasa disebut sebagai Sin Tiauw Taihiap bukan ?"   Mendengar dirinya disebut sebagai "si buntung", keruan darah Yo Ko jadi meluap. Tetapi mengingat yang dihadapinya adalah seorang nenek, dia menindih kegusaran dihatinya.   "Tidak berani aku menerima gelar yang berat itu, dan itu hanya gurau sahabat-sahabatku saja...!"   Kata Yo Ko merendah.121   "Hmmm......."   Mendengus nenek tua itu dengan suara yang dingin.   "Engkau berani terima atau tidak itu bukan persoalanku. Tetapi yang ingin kutanyakan, apakah engkau merasakan diri mu sebagai pendekar nomor satu dijaman ini ?"   Yo Ko jadi tertegun mendengar pertanyaan si nenek tua yang tidak dikenalnya tersebut.   Cara bertanya si nenek bersungguh-sungguh, wajah dan matanya yang dingin itu memperlihatkan, sesuatu maksud yang terkandung.   Perlahan suaranya, tetapi pengaruhnya hebat, seperti juga dia bicara dengan mempergunakan lwekang yang tinggi.   Tentu saja Yo Ko tambah mendongkol tidak hujan tidak angin nenek tua ini seperti sengaja ingin mencari-cari urusan dengannya.   "Biarlah aku coba-coba main-main beberapa jurus", pikir Yo Ko. Setelah berpikir begitu, Yo Ko menggeleng.   "Tingginya langit sulit diukur, dalamnya laut sukar diterka, gunung yang tinggi ada yang lebih tinggi, mengapa harus mempergunakan perkataan "jago nomor satu dijaman ini"? diluar gunung terdapat gunung, diluar manusia terdapat manusia lainnya, diluar kepandaian tinggi terdapat yang lebih tinggi, bagaimana seseorang dapat bersikap sombong dan congkak menepuk dada sendiri memuji diri, seperti juga air laut yang mengasinkan airnya sendiri..."   Si nenek mengetahui dirinya disindir tetapi dia tidak memperlihatkan sikap mendongkol atau marah, dia telah tertawa.   "Justeru aku hendak bertanya, apakah kau asin sendiri atau memang diasini sahabat-sahabatmu ?"   Kata si nenek tawar. Yo Ko habis sabar, dia melangkah maju menghampiri.   "Maaf Lotaipo aku ingin lewat...."   Dan waktu berkata begitu, kakinya sudah diangkat untuk lewat disamping si122 nenek, Sambil berbuat begitu, Yo Ko mengerahkan tenaga lwekangnya dikaki kanannya, dan disaat kaki itu diayunkan muncul gelombang tenaga yang dahsyat sekali, karena kaki itu digerakkan untuk melangkah, sama halnya seperti juga menendang, Dan justru disebabkan Yo Ko mengambil arah di sebelah kanan, maka tidak mengherankan angin yang menerjang dari kakinya menyambar kepunggung si nenek.   Yo Ko telah memperhitungkan, jika si nenek ternyata hanya memiliki kepandaian yang rendah.   dia akan segera menarik pulang tenaganya begitu hampir mengenai sasaran dan tetap hanya merupakan langkah biasa.   Tetapi jika memang si nenek tidak menangkis dan memang memiliki kepandaian yang tinggi menerima angin yang muncul dari langkah kaki Yo Ko.   pendekar Rajawali Sakti tersebut akan menggerakkan tenaga dalamnya itu untuk mencoba kekuatan tenaga dalam nenek tua yang aseran tersebut.   Diluar dugaan Yo Ko, nenek tua itu hanya mendengus dingin dan sama sekali tidak menggerakkan tubuhnya, tetap duduk kaku di tempatnya, bahkan tangan kanannya digerakkan untuk menggaruk kepalanya yang tampaknya gatal.   Dengan gerakannya itu, dengan tangannya yang kiri dibiarkan dipangkuannya dan tangannya diangkat sikut tangannya itu menyambuti kaki Yo Ko.   Benturan yang dilakukan seperti tidak sengaja itu hebat luar biasa.   Tubuh si nenek bergoyang-goyang, sedangkan Yo Ko meresakan kakinya kesemutan.   Tetapi Yo Ko telah melangkah berada didalam.   Si nenek tua itu diam-diam terkejut bukan main, dia sampai mengeluarkan seruan kecil, tampaknya murka bukan main, sebab mukanya dan matanya makin dingin saja.123 Yo Ko juga terkejut bukan main, karena tadi waktu kakinya dibentur oleh sikut si nenek tua itu, tenaga benturan yang terjadi memang hebat bukan main.   Disamping itu, juga Yo Ko merasakan semacam getaran tajam yang berusaha menerobos masuk kedalam kulit kakinya, tenaga itu benar-benar merupakan ilmu lwekang yang sejati, yang bisa meremukkan tulang dengan hanya benturan seperti itu.   Keruan saja Yo Ko jadi heran juga.   Jika dilihat dari cara si nenek melancarkan lwekang-nya itu, maka tampaknya dia bukan mempergunakan ilmu silat dari daratan Tionggoan.   Se tidak-tidaknya dia memang menyadari, kepandaian si nenek walaupun tidak berada diatasnya, tetapi juga sulit untuk dilayani.   "Bocah, benar-benar memang kau si buntung yang sudah asin !"   Kata si nenek dengan suaranya yang dingin.   "Baik, baik, aku justru ingin melihatnya apakah benar-benar kau asin luar dalam, atau memang hanya asin bagian luarnya, lalu dalamnya tawar". Setelah berkata begitu, tampak si nenek tua tersebut melompat berdiri, dengan gerakan yang gesit sekali. Gerakannya itu bukan main cepatnya, dia juga telah melepaskan ikatan pinggangnya, dengan ikat pinggang yang berwarna hijau itu, dia mengibas, dan di tengah udara terdengar suara mengaung. Itulah hebat sekali, ikat pinggang terbuat dari secarik kain yang lemas dan tidak memiliki tenaga yang keras, tetapi dengan dikibas begitu, dan dengan cepat mengeluarkan suara yang mengaung keras, keruan saja membuktikan lwekang si nenek luar biasa. Yo Ko yang dalam keadaan mendongkol yang berulang kali mendengar dirinya disebut si buntung, telah berlaku lebih124 waspada, dan dia telah melancarkan serangan yang mengincar bagian berbahaya ditubuh si nenek. Yo Ko melakukan serangan yang cepat seperti itu, karena dia tidak mau mem buang-buang waktu lagi dia telah bermaksud untuk merubuhkan si nenek didalam waktu yang singkat dan mendesaknya agar dia mengaku apakah dia yang melukai rajawalinya atau memang bukan. Jika memang bukan si nenek yang melukai rajawalinya, tentu dia bisa mengejar penjahat yang sesungguhnya. Si nenek juga telah berteriak "Bagus !"   Sambil cepat sekali dia berkelit kesamping, dan membarengi dengan itu dia telah menggerakkan tangannya yang memegang ikat pinggangnya.125 Gerakannya cepat sekali, ujung ikat pinggangnya itu seperti seekor ular naga, telah menyambar kearah mata kanan Yo Ko ! Benar-Benar luar biasa.   Si nenek telah melancarkan serangan dengan serangan yang sekaligus memilih bagian yang terlemah dari lawannya, tentu saja Yo Ko ber tambah yakin bahwa si nenek bukan seorang nenek tua yang bisa dipandang remeh.   Disamping memang dia bersikap lebih waspada, juga Yo Ko jadi bertanya-tanya didalam hatinya, entah siapa adanya nenek tua itu.   Walaupun bagaimana Yo Ko tidak bisa berpikir terlalu lama karena si nenek dengan mengeluarkan seruan "awas !"   Telah menggerakan ikat pinggangnya lagi, kali ini ikat pinggang itu menyambar-nyambar dengan gerakan berliku-liku bagaikan seekor ular yang menuju kearah Yo Ko dan disaat ujungnya hanya terpisah kurang lebih empat dim, tahu-tahu ikat pinggang itu telah menjadi lurus dan ujungnya menyambar tepat keulu hati YoKo.   Keruan Yo Ko terkejut.   Semula dia menduga nenek tua itu ingin mempergunakan tenaga lembek, namun kenyataannya si nenek telah mempergunakan sekaligus tenaga lunak dan keras yang digabung menjadi satu dan digerakkan dengan sekehendak hatinya, karena dia bisa mempergunakan tenaga lunak untuk melibat lawan, kemudian disaat lawan lengah, dia membarengi dengan serangan tenaga keras, dimana ikat pinggangnya berobah sifatnya menjadi keras melebihi lempengan baja.   Tetapi Yo Ko mana memandang sebelah mata serangan seperti itu? Dia hanya heran mengapa si nenek tua ini baru dijumpainya sekarang? Mengapa sebelumnya dia belum pernah mendengar atau melihatnya? Bukankah si nenek tangguh sekali? dan sesungguhnya ada permusuhan apakah diantara dia dengan si nenek tua itu sehingga memusuhinya demikian rupa ?"126 Dengan kegesitan yang luar biasa, Yo Ko telah berkelit dari ujung ikat pinggang itu dan begitu pula sampai ber ulang kali.   Yo Ko telah mengelakkan serangan yang dilancarkan oleh si nenek, karena Yo Ko ingin melihat dulu sampai berapa tinggi sesungguhnya ilmu si nenek dan berasal dari pintu perguruan silat yang mana.   Tetapi, cara menyerang si nenek ngawur sekali.   Walaupun memang hebat.   Sesaat dia mempergunakan ilmu pedang Siauw Lim Sie, walau pun dengan mempergunakan ikat pinggangnya, jurus ilmu pedang Siauw Lim Kiam hoat itu hebat bukan main.   Tetapi baru dua tiga jurus dia telah mempergunakan jurus-jurus dari pintu perguruan Ngo Tek Kiamhoat, ilmu pedang dari Lima Bintang.   Keruan saja Yo Ko jadi tambah heran dan bingung, tidak bisa dia menerka asal usul dari nenek tua itu.   Dengan mengeluarkan suara siulan cukup nyaring, tampak Yo Ko memutar tubuhnya, akhirnya suatu kali ikat pinggang si nenek menyambar datang, Yo Ko tidak berkelit, dia telah mengeluarkan tangannya, dia telah mencekal ujung ikat pinggang itu dengan kuat, sehingga tidak bergeming.   Nenek tua yang luar biasa itu telah berusaha untuk menariknya, tetapi dia tidak berhasil menariknya terlepas dari cekalan tangan Yo Ko.   Disamping itu.   si nenek tua juga telah berusaha mengerahkan tenaga dalamnya membuat ikat pinggang itu menjadi lurus keras kaku, lalu mendorong sekuat tenaganya untuk menusuk Yo Ko, tetapi usahanya itupun gagal.   "Lotaipo, bisakah aku yang rendah mengetahui nama dan she mu yang harum ?"   Tanya Yo Ko kemudian dengan suara yang nyaring sambil memegangi terus ujung ikat pinggang si nenek tua tersebut.   "Dan ada ganjelan apakah diantara kita berdua ?".127 Si nenek telah berobah mukanya menjadi pucat kehijau- hijauan, dia murka bukan main, karena dia merasakan dirinya dipermainkan oleh Yo Ko.   "Apa perdulimu untuk mengetahui nama dan she ku ? Ciss, manusia seperti engkau tidak berharga mendengarnya."   Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Dan membarengi bentakannya itu,dengan cepat sekali tampak si nenek telah mengibaskan tangan kirinya, dengan menimbulkan suara srrrr, srrrr tampak tiga jarum kuning telah menyambar pesat sekali ke arah Yo Ko.   Tangan kiri Yo Ko tengah tengah mencekal ikat pinggang si nenek, dan diapun terpisah dalam jarak yang tidak begitu jauh, maka jarum-jarum yang menyambar datang ketiga jalan darahnya itu merupakan serangan jarak dekat yang sulit dielakkan jika memang Yo Ko tidak mau melepaskan cekalannya di ujung ikat pinggang si nenek.   Tetapi Yo Ko memang telah memiliki ilmu yang sempurna sekali dia tidak menjadi gugup atau terkejut melihat datangnya serangan seperti itu, dengan mengeluarkan seruan yang nyaring nampak Yo Ko mengibaskan lengan jubah kanannya yang kosong itu.   Ujung jubah yang kosong itu menyampok ketiga batang jarum si nenek, dan membarengi jarum terpental Yo Ko menghentak keras ujung ikat pinggangnya si nenek sambil mengerahkan tenaga dalamnya, maka tidak ampun lagi tubuh si nenek telah terangkat dan melambung ketengah udara, karena si nenek tidak mau melepaskan ikat pinggangnya.   Sambil menghentak begitu.   Yo Ko tidak mencekali terus ujung ikat pinggang si nenek, melainkan dia melepaskan, maka tubuh si nenek tua yang luar biasa itu seperti dilemparkan saja, melayang ditengah udara, menuju kedinding batu gunung yang akan ditubruknya,128 Sedangkan Yo Ko begitu melepaskan cekalannya segera berjongkok, dia telah mengambil tiga batang jarum si nenek diperhatikannya baik-baik mukanya jadi berobah.   Dikenalnya jarum yang dipergunakan nenek tua itu juga sama bentuk dan rupanya dengan jarum-jarum yang telah melukai Sin Tiauw.   Disaat itulah muncul murkanya.   Dengan mengeluarkan suara seruan yang keras Yo Ko menotolkan kakinya ditanah, tubuhnya telah melambung dengan gerakan yang cepat sekali, dia juga telah mengulurkan tangankirinya mencekal punggung si nenek tua itu, yang dicengkeramnya keras sekali.   Tubuh si nenek yang semula melayang menyambar dinding batu itu telah berhasil ditahan oleh YoKo.   Dengan sengit Yo Ko melontarkan tubuh nenek tua itu ketanah.   "Apakah kini kau mau mengakui bahwa rajawaliku telah dilukai oleh kau ?"   Tegur Yo Ko bengis. Si nenek walaupun baru saja menghadapi bahaya maut, tetap memperlihatkan sikap yang aseran dan angin-anginan, dengan tertawa dingin dia telah menyahuti.   "apa pedulimu jika memang benar-benar aku yang melukai rajawali kurang ajar itu ?, hmm, engkau memang benar-benar memiliki kepandaian cukup tinggi, mungkin satu atau dua tingkat lebih tinggi dariku. Tetapi rubuhnya aku ditanganmu, karena akupun baru mempelajari delapan bagian ilmuku yang belum kupelajari rampung. Jika kau benar mengakui dirimu sebagai seorang lelaki gagah lepaskan aku, dua tahun lagi nanti aku akan mencarimu untuk mengadu kepandaian lagi, untuk menentukan siapa yang tinggi dan siapa yang rendah...!"   Yo Ko berdiam diri sejenak, dia mengawasi si nenek.   Sesungguhnya hatinya saat itu tengah digeluti oleh kemarahan yang berkobar-kobar.   Coba, kalau saja yang melukai rajawalinya itu seorang lelaki, tentu dia telah129 mengayunkan tangannya untuk menghajar mati.   Tetapi kini ternyata yang telah melukai burung rajawalinya itu seorang wanita tua yang telah ubanan seperti itu, membuat dia jadi serba salah menentukan langkah.   "Pergilah........!"   Akhirnya Yo Ko mengusir dengan suara yang dingin.   "Pergilah kau menggelinding dari hadapanku, dua tahun atau sepuluh tahunpun akan kutunggu !"   Si nenek telah menatap dingin, kemudian menjerit seperti menangis keras, tubuhnya melompat ketengah udara, lalu kedua kakinya menotok dinding disampingnya, tubuhnya melambung sangat tinggi sekali dan kedua kakinya menotok pula, sehingga berulang kali tubuhnya melambung semakin tinggi, Gerakan yang dilakukan itu sangat cepat sekali dalam waktu yang sangat singkat sekali dia telah lenyap dari pandangan Yo Ko.   Yo Ko menghela napas, baru saja dia ingin kembali ketempat dimana Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw tengah menantinya, dia mendengar suara Ciu Pek Thong yang menegurnya;   "Mengapa dilepaskan ... ?"   "Sudahlah Ciu Toako .   "   Kata Yo Ko.   "Nenek tua seperti itu tidak perlu dilayani.   "Tetapi kau belum menanyakan, apakah dia yang telah merusak kuburan Ang Cit Kong dan Auwyang Hong......"   Kata Ciu Pek Thong, yang baru tiba itu setelah berlari-lari keras cukup lama. Yo Ko menggeleng.   "Kukira bukan dia"   Katanya.   "Ehhh, mengapa kau bisa menduga begitu ?"   Tanya Ciu Pek Thong heran.   "Ada seseorang yang tengah mempermainkan kita...   "   Jawab Yo Ko.130 Ciu Pek Thong masih ingin bertanya lagi, tetapi Yo Ko telah mengajaknya untuk kembali ketempat Siauw Liong Lie.   "Mungkin Liongjie dan Tiauw-heng menanti kita terlampau lama...!"   Kata Yo Ko sambil menjejakkan kakinya melompat gesit sekali "Mari kita kembali."   Ciu Pek Thong terpaksa harus mengikutinya menuruni puncak Giok Lie Hong, dan lari berendeng dengan Yo Ko, karena Yo Ko tidak lari sekuat tadi.   Tetapi waktu mereka tiba ditempat kedua kuburan Ang Cit Kong dan Auwyang Hong yang telah dirusak seseorang itu, Yo Ko maupun Ciu Pek Thong tidak melihat Siauw Liong Lie.   Begitu pula Sin Tiauw, tidak terlihat disekitar tempat itu.   "Liongjie !"   Memanggil Yo Ko dengan suara yang keras sekali.   Tetapi tidak ada sahutan.   Yo Ko juga telah bersiul keras dengan hati yang kuatir bukan main.   Suara siulannya itu memanggil Rajawali saktinya.   Namun hanya suara siulan itu saja yang menggema dan burung rajawali itu tidak terlihat, entah burung rajawali dan Siauw Liong Lie pergi kemana.   Yo Ko dan Ciu Pek Thong jadi panik, mereka tambah berkuatir.   Dengan cepat Yo Ko memusatkan tenaga dalamnya di tantian, lalu dia mengerahkannya sambil berteriak memanggil ;   "Siauw Liong Lie"   Suara Yo Ko menggema keras disekitar gunung tersebut, seperti mengaumnya harimau dan meraungnya naga.   Suaranya itu menggetarkan gunung itu, bagaikan terjadi gempa.   karena tenaga dalam yang dipergunakannya merupakan tenaga dalam yang telah mencapai puncak kemahiran.   Walaupun Siauw Liong Lie berada didalam jarak131 yang terpisah puluhan lie, tentu dia akan mendengarnya suara Yo Ko yang keras luar biasa itu dapat terdengar sampai lima puluh lie lebih.   Ciu Pek Thong sendiri menggidik mendengar suara panggilan Yo Ko itu, bulu tengguknya berdiri, karena telingganya seperti tuli dan jantungnya tergoncang bukan main kagumnya Ciu Pek Thong, karena sebagai salah seorang yang duduk dalam urutan Ngo Ciat dia masih menggidik dan jantungnya tergoncang mendengar suara teriakan Yo K o.   Hal itu telah membuktikan betapa hebat dan sempurnanya lwekang yang dimiliki To Ko.   sedangkan Yo Ko jadi pucat dan gugup sekali karena dia jadi berkuatir bukan main waktu melihat teriakannya yang begitu keras dan dapat terdengar jauh, tidak memperoleh sahutan sama sekali.   Lalu dia berlari-lari kesana kemari dengan panik sambil memanggil-manggil dengan keras, Tetapi tetap saja Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw seperti lenyap kedasar bumi.   Salah satu diantara keduanya, baik Siauw Liong Lie maupun Sin Tiauw tidak terlihat bayangannya.   Ciu Pek Thong yang ikut gugup, tidak jarang ber jingkrak- jingkrak, karena kakek jenaka itu binggung karena mereka telah berlari-lari disekitar tempat itu untuk mencari Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw, tetapi usaha mereka tetap tidak memberikan hasil.   Yo Ko sampai ingin menduga apakah Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw telah dilukai seseorang dan ditawan orang ?, tetapi mengingat kepandaian Siauw Liong Lie yang tidak berada dibawahnya, maka Yo Ko tidak yakin ada yang berhasil melukai atau menawan mereka.   Suara Yo Ko bergema keras disekitar Hoa San sambung menyambung, sebentar terdengar diutara kemudian dibarat,132 lalu diselatan ....   karena Yo Ko telah berlari-lari seperti lupa ingatan sambil memanggil-manggil Siauw Liong Lie dengan suara nyaring dan keras luar biasa, disertai oleh menyalurkan tenaga dalam.   Yang membuat Yo Ko berkuatir justru Siauw Liong Lie tengah berisi, dalam keadaan hamil Siauw Liong Lie sering merasakan matanya gelap berkunang-kunang dan kepalanya mabok.   Apakah disaat Yo Ko meninggalkannya bersama Sin Tiauw, Siauw Liong Lie justru dalam keadaan mabok dengan mata yang berkunang-kunang dan pinggang sakit, dan juga disaat itu musuh muncul mempergunakan kesempatan baik itu untuk menawan Siauw Liong Lie ? Berpikir begitu, Yo Ko jadi semakin panik dalam kekuatiran yang sangat, dia terus juga menggigil.   "Liongjie ! Liongjie ... Liongjieee ...!"   Suaranya itu sambung menyambung.   Pohon-Pohon terhembus angin lembut bergerak perlahan, mega memenuhi langit, suara Yo Ko terdengar terus, tetapi Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw tetap lenyap tidak meninggalkan jejak ...   Kemanakah perginya Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw ? Ternyata ketika Yo Ko dan Ciu Pek Thong berlalu untuk mengejar orang yang telah melukai Sin Tiauw, Siauw Liong Lie menantikan dengan tidak sabar dan berkuatir sekali.   Walaupun Siauw Liong Lie mengetahui bahwa Yo Ko memiliki kepandaian yang sangat tinggi, tetapi entah mengapa sejak dia mengandung perasaan dan hatinya jadi kecil dan selalu menguatirkan keselamatan suaminya jika tengah menghadapi suatu urusan yang tidak mengembirakan.   Disamping itu Siauw Liong Lie merasakan hatinya sering tergoncang dan lebih lemah dari sebelumnya.   Latihannya selama dikuburan Mayat Hidup, disaat dia berguru dan melatih diri menindih dan membuyarkan perasaan, ternyata membawa manfaat terlalu besar disaat133 telah menjadi nyonya Yo.   Berbagai perasaan, seperti sedih, senang, gembira dan jengkel seringkali menggoda hatinya.   Dan memang Siauw Liong Lie menyadari, bahwa gejala- gejala yang dirasakannya seperti akhir-akhir ini adalah gejala- gejala yang wajar dari seorang wanita yang tengah hamil, sebab Siauw Liong Lie sebagai seorang pendekar wanita yang mungkin nomor satu didalam rimba persilatan dijaman itu, telah mengetahui letak dan perobahan yang terjadi pada otot- otot perutnya maupun munculnya kelenjar-kelenjar baru atas kehadiran si jabang bayi diperutnya.   Tetapi, Siauw Liong Lie juga tidak menghendaki jika dirinya terlalu dikuasai oleh emosi dan perasaannya, maka dia selalu berusaha untuk mengatasi diri.   Setiap Kali selesai melatih lweekang dilembah puncak Siauw Hong, Siauw Liong Lie memecahkan perhatiannya untuk bergurau dan bermain-main dengan Sin Tiauw, dengan disaksikan oleh Yo Ko.   Dan penghidupan dilembah puncak Siauw Hong memang merupakan penghidupan yang bahagia sekali bagi pasangan suami isteri itu.   Tetapi kini karena mereka memenuhi undangan It Teng Taisu mereka mulai berurusan dengan beberapa persoalan yang mungkin akan berakhir dengan peristiwa-peristiwa yang hebat dan mengerikan.   Tetapi sebagai pasangan suami isteri yang memiliki kepandaian telah mencapai puncaknya sama halnya seperti Yo Ko; Siauw Liong Lie pun tidak pernah takut terhadap siapapun juga.   Waktu itu setelah menanti sekian lama Yo Ko dan Ciu Pek Thong belum juga kembali, Siauw Liong Lie mulai gelisah bukan main.   Dia duduk disamping Sin Tiauw, mengusap-usap dan merapikan bulu burung rajawali itu.134 Tetapi sejenak kemudian dia telah berdiri dan memandang jauh, mengharap-harap kalau dia bisa melihat Yo Ko dan Ciu Pek Thong yang telah kembali.   Tetapi kedua orang itu telah pergi sekian lama tak muncul lagi.   Bahkan dari kejauhan, dari arah puncak Giok Lie Hong didengarnya memantul suara yang cukup aneh, seperti suara tangis, seperti suara tawa.   Diam-iiam Siauw Liong Lie jadi terkejut Sekali dia telah memasang pendengarannya lebih baik dan mengawasi sekitar tempat itu.   Dan telinganya yang tajam itu seperti mendengar napas seorang yang tidak jauh disekitar tempat itu.   Kembali nyonya Yo ini terkejut sekali, dia menyadarinya bahwa ada seseorang yang tengah bersembunyi di dekat tempatnya berada.   Tetapi Siauw Liong Lie membawa sikap yang tenang, dia tidak mau menimbulkan kecurigaan bagi orang yang tengah tersembunyi itu karena Siauw Liong Lie bermaksud membekuknya.   Dia telah membungkuk mengambil dua butir batu kecil, sebesar ukuran kacang tanah.   Kemudian tanpa mengeluarkan suara apa-apa.   Siauw Liong Lie menyentil kedua batu kecil itu kearah suara desah napas itu.   Seketika terdengar suara jerit kesakitan dan kemudian keadaan ditempat itu sunyi kembali.   Siauw Liong Lie menghampiri segerombolan pohon bunga dia melibat dibalik dari pohon bunga yang rimbun itu tampak sesosok tubuh lelaki yang menggeletak tidak bergerak.   Dengan mempergunakan ujung kakinya Siauw Liong Lie menendang keluar sosok tubuh itu yang rebah terlentang ditanah.   Ternyata korban timpukan batu kecil yang dilontarkan Siauw Liong Lie itu seorang pemuda berusia tujuh belas tahun, wajahnya tidak terlalu cakap, tetapi pakaiannya perlente sekali.   Saat itu, karena jalan darah Tiang-bu-hiat135 didekat bahunya tertotok, sekujur tubuh pemuda itu jadi kaku tidak bisa digerakkan dan hanya bola matanya yang bergerak- gerak memancarkan perasaan takut yang bukan main.   Tadi, waktu dia bersembunyi dibalik pohon bunga yang rimbun itu, dia merasakan bahunya ngilu dengan tiba-tiba dan kemudian dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya lagi.   Itulah yang telah membuat dia jadi mengeluarkan suara jeritan.   Semula, dia tidak menyangka Siauw Liong Lie akan mengetahui tempat persembunyiannya.   Karena disamping jaraknya yang terpisah cukup jauh, pohon-pohon bunga itupun lebat sekali.   Tetapi dia tidak menyangka bahwa Siauw Liong Lie memiliki pendengaran yang tajam sekali, walaupun jarak mereka terpisah cukup jauh, kenyataannya nyonya Yo berhasil mendengar desah napas si pemuda yang sangat perlahan itu, yang akhirnya telah membuat nyonya Yo menimpuk dengan batu kecil untuk menotok jalan darahnya.   "Siapa kau ?"   Bentak Siauw Liong Lie sambil mengerutkan alisnya.   "Mengapa kau bersembunyi disitu ?". o0o^d!w^o0o   Jilid 05 PEMUDA itu tengah ketakutan setengah mati ditanya demikian segera juga dia menangis.   "Ampun...ampunilah aku, Liehiap...aku......aku tidak sengaja bersembunyi disitu. Tadi secara kebetulan aku tiba ditempat ini dan mendengar suara yang ribut-ribut, kukira ada serombongan Ouw pak (perampok), maka cepat-cepat aku bersembunyi"136 Siauw Liong Lie tersenyum tawar, dia mengetahui pemuda itu bicara justa. Tetapi karena nyonya Yo tengah memikirkan suaminya dan Ciu Pek Thong yang belum juga kembali dan juga melihat orang itu hanya merupakan seorang muda yang tidak memiliki kepandaian apa-apa maka dia telah menendang dengan ujung sepatunya membuka totokan jalan darah pemuda itu.   "Pergilah kau !"   Katanya dengan suara yang dingin.   Pemuda itu tanpa sempat mengucapkan terima kasih telah cepat-cepat pentang langkah lebar untuk berlalu dari tempat itu.   Siauw Liong Lie menghela napas sambil kembali menghampiri Sin Tiauw, kemudian duduk disamping rajawali itu.   Tetapi disaat itu telah terdengar suara seseorang yang berkata dingin sekali.   "Sungguh perbuatan mulia...buaya darat kejam dilepas begitu saja, sedangkan tikus botak ditangkap !"   Siauw Liong Lie terkejut sekali dia seperti mengenal suara itu. tetapi nyonya Yo sudah tidak mengingatnya lagi entah dimana.   "Siapa yang bicara ? Mengapa tidak memperlihatkan diri ?"   Dari mana datangnya suara itu.   "Ha, ha, kita sahabat-sahabat lama, mustahil nyonya sudah lupa kepadaku "   Terdengar lagi suara itu, dingin dan seperti juga mengejek.   Dan membarengi dengan selesainya suara tersebut, tampak berkelebat keluar sesosok tubuh dari balik sebuah batu gunung yang cukup besar, yang berada disebelah kanan dari kuburan Auwyang Hong.   Gerakan orang itu ringan sekali dan dalam sekejap mata saja dia telah berdiri dihadapan Siauw Liong Lie sambil tertawa tidak sedap didengar.    Keris Maut Karya Kho Ping Hoo Si Rase Hitam Karya Chin Yung Pedang Karat Pena Beraksara Karya Tjan ID

Cari Blog Ini