Lima Jago Luar Biasa 12
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong Bagian 12
Lima Jago Luar Biasa Karya dari Sin Liong Keinginannya untuk memperoleh kitab Ciu Im Cin Keng itu sangat kuat, karena dia telah menyaksikan ilmunya lebih hebat dan telah mengurung dirinya di pulau tersebut, dengan harapan kelak jika diadakan pertemuah yang kedua kalinya di Hoa San, dia telah berhasil memiliki ilmu yang jauh lebih tinggi dari Ong Tiong Yang maupun Lam Te, See Tok dan Pak Kay. Sejauh itu Oey Yok Su juga telah memutar otak, untuk menggubah semacam ilmu, untuk memperdalam kepandaiannya. Setelah berdiam diri dipulaunya sampai empat tahun lebih, akhirnya bosan juga. Karena usianya waktu itu belim begitu tua, dia tengah gagahnya dan dia gemar sekali mengumpul-kan barang-barang permata yang berharga dan 380 juga barang-barang antik yang umurnya ribuan tahun, yang semua telah dikumpulkan sebagai penghias pulaunya. Bahkan untuk memperoleh benda antik dan berusia ribuan tahun, Oey Yok Su tidak segan-segan untuk berkeliaran gerayangi istana Kaisar, darimana dia bisa memperoleh banyak sekali barang- barang antik itu. Karena kepandiannya telah mencapai tingkat tinggi dan sempurna, maka Oey Yok Su bisa berkeliaran dengan leluasa, tanpa ada yang bisa mencegahnya. Demikian juga halnya Oey Yok Su sering mendatangi sarang-sarang perampok terkenal, menghajar mereka dan merampas barang-barang antik maupun batu permata yang harganya tidak ternilai. Sebagi pelayan-pelayan di pulaunya, Oey Yok Su telah membawa orang-orang yang diculiknya dan kemudian ditempatkan dipulaunya untuk melayaninya sebagai Raja! Untuk mencegah orang-orang itu jangan sampai melarikan diri dan membocorkan rahasia keadaan di Tho Hoa To, maka Oey Yok Su setiap kali menculik calon pelayannya, segera memotong lidah mereka, dengan demikian dia telah membuat semua pelayannya menjadi gagu tidak bisa bicara. Alasan yang pernah dikemukakan oleh Oey Yok Su waktu Ong Tiong Yang menegurnya karena menganggap perbuatan Oey Yok Su terlalu kejam, Oey Yok Su tertawa lebar, sambil mengatakan bahwa para pelayannya itu umumnya diambil dari para penjahat, karena itu, dengan dibawanya mereka, berarti Oey Yok Su menarik mereka ke jalan yang benar, menjadi pelayan dan tidak melakukan kejahatan lagi. Dengan dipotong lidahnya itulah untuk mencegah orang-orang ini melarikan diri dan banyak cerita mengenai keadaan di Tho Hoa To. 381 Memang menghadapi para pelayannya ini. Oey Yok Su sangat bengis, tidak segan-segan ia menurunkan kematian pada pelayannya yang berusaha melarikan diri dan tertangkap basah olehnya. Disebabkan itu pula, maka para pahlawan Oey Yok Su umumnya ngeri jika coba-coba jika melarikan diri dari Tho Hoa To. Dan pada pagi itu, Oey Yok Su telah memerintahkan beberapa orang pelayannya untuk mempersiapkan perahunua, sebab hari itu dia bermaksud untuk berlayar pesiar. Selama empat tahun lebih mengurung diri di pulaunya. Para pelayannya bekerja dengan cepat, mereka telah mempersiapkan sebuah perahu yang cukup besar, kemudian mengisi dengan perbekalan yang akan dibawa oleh majikan mereka, juga mereka telah membersihkan dayung dan peralatan lainnya. Setelah segalanya rampung lalu mereka melaporkan pada Oey Yok Su. Mereka tidak bisa bicara, karenanya mereka melaporkan dengan gerakan-gerakan kedua tangan belaka sebagai isyarat. Sebelum berangkat, Oey Yok Su berpesan supaya mereka menjaga pulau sebaik mungkin. Dan jika memang ada orang yang "tersesat datang ke pulau ini, agar ditahan untuk menantikan sampai dia kembali dari pesiarnya. Dan orang itu, sengaja atau tidak berkunjung ke pulaunya ini, harus diperlakukan dengan keras, yaitu sepasang kakinya harus dipatahkan, dipukul hancur! Itulah hukuman bagi orang yang berani mendekati Tho Hoa To sejauh garis lingkaran dua ratus tombak! 382 Peraturan itu dipegang teguh oleh Oey Yok Su, jika memang ada seorang nelayan yang tersesat atau terdampar ke pulaunya, nelayan itu akan dihajar patah dan hancur dulu sepasang kakinya, baru kemudian dibebaskan dilepas untuk pulang kembali. Dengan demikian nelayan itu telah menceritakan kengerian yang terdapat di pulau Tho Hoa To, membuat nyali nelayan lainnya pecah dan mereka mengkeret ngeri jika mendengar nama pulau itu. tidak ada seorang dari nelayan di sekitar daerah perairan pulau itu, yang berani dekat- dekat dengan pulau Tho Hoa To! Dengan mempergunakan perahunya yang berukuran cukup besar itu, Oey Yok Su telah mendayung perlahan-lahan, udara waktu itu tidak begitu panas dan cuacapun cukup baik, angin tidak bertiup terlalu kencang, hanya sepoi-sepoi itu menyebabkan lipatan-lipatan di permukaan air laut, gelombang-gelombang kecil yang saling kejar-mengejar. Pemandangan yang indah dan awan yang bergantungan di langit yang saling kejar-mengejar, bagaikan pasangan kekasih yang saling mencintai dan saling berkejaran, lapang sekali hati Oey Yok Su, hatinyapun bergembira sambil mendayung dia berdendang. Angin yang berhembus lembut mengiringi senandung Oey Yok Su, dengan jubahnya yang berwarna hijau, kopiah Siauw- yan-kinnya yang berwarna hijau pula dan tangan yang perlahan-lahan menggerakkan dayungnya memecahkan air laut, perahunya meluncur merejang gelombang yang kecil seperti kerut-kerut cita itu. dengan senandung ditambah pula dengan keadaan disekitar lautan tersebut, maka Oey Yok Su bagaikan seorang Dewa Laut yang tengah pesiar mengelilingi daerah kekuasaannya. 383 Selama beberapa hari Oey Yok Su melakukan perjalanan air berlayar dengan perahunya itu. jika siang dia mendayung dengan gembira, jika malam sebelum mengantuk, iapun mendayung sambil menikmati keindahan rembulan yang memancarkan sinar berpantulan dimuka air laut, sehingga dengan riak gelombang itu permukaan laut bagai dihampari oleh mutu manikam dan permata yang berkilauan indah sekali. **** Tapi pada malam itu waktu Jo sie dan matahari belum turun rendah di ufuk barat, memancarkan sinarnya yang berkilauan, Oey Yok su melihat setitik hitam dikejauhan. Segera ia mendayung lebih cepat, dengan disalurkan iwekang pada lengannya, setiap kali Oey Yok Su menggerakkan dayungnya, perahu itu bagaikan terbang melesat memecah lautan menuju ke arah titik hitam itu, yang diduganya tentu sebuah kapal layar. Karena Oey Yok Su memiliki Iwekang yang sangat sempurna, maka dia bisa mengendalikan perahunya berlayar begitu pesat tanpa mengandalkan hembusan angin. Dan dalam sekejap saja, titik hitam yang dilihatnya itu semakin jelas dalam bentuknya sebuah kapal layar yang cukup besar ukurannya. Namun kapal layar itu bukan hanya satu, karena terpisah beberapa ratus tombak dari kapal layar itu, tampak beberapa buah kapal layar lainnya yang tengah berterot menyusulnya menerjang lautan. Oey Yok Su jadi tambah tertarik, dia ingin mengetahui sesungguhnya kapal apakah itu dan siapa penumpangnya. Sebagai seorang yang memiliki adat yang "kukoay (aneh), Oey Yok Su memang selalu ingin mengetahui apa saja, dan jika memang orang-orang yang berada di kapal layar yang 384 besar itu merupakan hartawan-hartawan kaya, dia akan mempermainkan nya. Jika para tentara Kim, dia akan membajak mereka. Karena itu dia mendayung semakin cepat. Perahunya meluncur semakin cepat bagaikan anak panah terlepas dari busurnya. Lengan jubahnya berkibaran tertiup angin. Disamping itu juga air laut yang diterjang oleh perahu Tocu Hoa to itu telah terbelah memecah kesamping kiri dan kanan, tampak begitu indah sekali bagaikan lautpun jeri pada Tocu Hoa To ini sehingga telah memecahkan diri membuka jalah untuk perahunya pemilik pulau Tho Hoa To tersebut. Waktu perahu Oey Yok Su terpisah beberapa tombak dengan kapal layar yang pertama itu, justru kapal-kapal layar lainnya yang berada dibelakang kapal layar pertama itu telah berhasil menyusul kapal layar tersebut dimana kapal-kapal itu merapat pada kapal layar yang pertama. Dari dalam kapal layar yang menyusul itu, telah melompat puluhan sosok bayangan tubuh yang gesit sekali, melompat naik keatas kapal layar yang pertama itu. Dari dalam kapal layar yang pertama itu telah terdengar jeritan yang cukup ramai, terdiri dari suara jeritan laki-laki dan wanita. Dan juga tampak puluhan sosok tubuh itu telah mengurung disekeliling kapal layar sersebut. Sedangkan kapal layar yang menyusul itu telah mengelilingi kapal layar yang pertama tersebut. Menyaksikan demikian, Oey Yok su segera juga menyadari, tentunya terjadi suatu permpokan. Sedikitnya kapal layar yang menyusul itu berjumlah lima dan memiliki anak buah kapal yang banyak sekali jumlahnya. Jika yang melompat naik kapal layar yang pertama itu sudah erjumlah puluhan orang, sedangkan di kapal-kapal layar lainnya iru masih nampak puluhan orang lainnya, yang berdiri ditepian geladak 385 kapal dengan tangan masing-masing mencekal senjata tajam yang berkilauan tertimpa cahaya matahari sore. "Perampokan. Bajak laut!" Mendengus Oey Yok Su. Dan walaupun Oey Yok Su memiliki adat yang kukoay yang bisa membenarkan yang salah dan mempersalahkan yang benar, namun terhadap kejahatan dia memusuhi seperti juga musuh turunan. Sekarang melihat kapal layar pertama itu hendak dirampok atau dibajak, dia jadi naik darah. Segera dia menggerakkan dayungnya lebih cepat, sehingga perahunya meluncur cepat sekali dan waktu sampai disamping kapal layar yang hendak dibajak itu, Oey Yok Su menjejakkan kakinya, tubuhnya bagaikan anak panah yang meluncur keatas kapal layar itu. dayung ditangannya telah digerakkan sebelum kedua kakinya menginjak landasan kapal itu, sehingga terdengar suara pekik kesakitan dan kaget, tujuh orang bajak telah terhantam terpelanting masuk tercebur kedalam laut! Bajak-bajak laut lainnya yang menyaksikan ini, jadi mengeluarkan suara seruan kaget, terlebih lagi waktu itu, mereka melihat seorang berusia tiga puluh tahun lebih dengan jubah warna hijau dan kopiah Siauw Yan Kin serta dayung ditangan berdiri tegak, jubahnya berkibaran terhembus angin laut, tampaknya agung dan berwibawa, mukanya yang dingin tidak memantulkan perasaan, tampak bagaikan muka mayat, tidak tersenyun juga tidak menampakkan perasaan jeri menghadapi bajak-bajak yang jublahnya banyak sekali, tenang luar biasa, bagaikan seorang Dewa yang baru turun dari kerajaan langit, karena dia tiba begitu mendadak sekali, meluncur dari atas dan hinggap diatas kapal tersebut dengan ringan bagaikan melayang perlahan-lahan dan turun ringan 386 sekali tidak menimbulkan suara sedikitpun juga. Itulah ginkang yang sudah sempurna sekali. Para bajak telah memandang dengan mata yang terbelalak lebar, mereka terkejut dan heran, namun kemudian setelah tersadar, mereka tertawa dengan suara yang ramai sekali, menggerakkan golok dan pedang ditangan masing-masing untuk mengurung Oey Yok Su. "Manusia-manusia rendah yang tidak tahu diri, apakah kalian ingin mampus semua?" Bentak Oey Yok Su dengan suara dingin dan bengis. Para bajak itu telah mengurungnya, salah seorang diantara mereka melompat keluar. "Apa andalanmu sehingga berani membinasakan kami, heh!" Bentak orang itu sambil menggerakkan goloknya, menebas udara kosong. Lalu dengan bengis dia melanjutkan perkataannya. "Hian Pwe Bong (Ular Naga Abu-abu) Kiauw Thay akan memperlihatkan dengan siapa engkau berhadapan! Sekarang kau sebutlah dulu namamu, agar engkau kukirim ke akherat bukan merupakan setan tanpa nama. Oey Yok Su tertawa mengejek, lalu dia berkata dengan dingin dan bengis. "Mulutmu terlalu kurangajar.!" Dan Oey Yok Su menggerakkan pundaknya sedikit, tanpa bisa diikuti oleh pandangan manusia biasa, tubuh Oey Yok Su Berkelebat dan terdengar suara "Plak-plok!" Dua kali, kemudian tampak Hian Pwe Bong Kiauw Thay telah terhuyung mundur beberapa langkah dengan mulut yang jontor mengeluarkan darah, berlumuran sampai ke lehernya. Rupanya Oey Yok Su telah menghadiahkan dua kali tempelengan yang keras, malah tidak sampai disitu saja, waktu Hian Pwe Bong Kiauw Thay terhuyung mundur seperti itu, dia merasakan tangannya dingin 387 tersilir angin laut, karena cekalannya pada golok telah terlepas, golok mana telah pindah ke tangan Oey Yok Su. Oey Yok Su membolang-balingkan golok itu, dia melirik kepada penghuni kapal layar yang tengah ketakutan, berkumpul di sudut geladak. Mereka terdiri dari belasan pria dan wanita yang belasan orang jumlahnya, termasuk juru mudi kapal tersebut. "Hemm, golok karatan yang tidak ada gunanya, dia meremas golok itu, yang telah meluruk menjadi abu!" Semua mata terpentang lebar-lebar mengawasi takjub. Inilah pertunjukan yang benar-benar mengejutkan dan baru pertama kalinya mereka melihatnya, betapa kuatnya telapak tangan Oey Yok Su, karena dia telah meremas golok tersebut, yang terbuat dari baja telah diremas hancur meluruk menjadi abu! Jika memang seorang jago persilatan yang memiliki kepandaian tinggi mematahkan pedang atau golok lawannya dengan mempergunakan Iwekangnya, hal itu memang sering mereka dengar. Namun seorang yang dengan mempergunakan tangannya, meremas golok menjadi hancur jadi abu, benar- benar merupakan pertama kali mereka saksikan! Oey Yok Su telah mengibas-ngibas jubahnya yang berwarna hijau, dia tertawa dingin. "Apakah kalian masih tidak mau cepat-cepat berlutut mengangguk-anggukkan kepala meminta pengampunan dariku?! Bengis sekali suara Oew Yok Su. Hian Pwe Bong Kiauw Thay setelah mengawasi bengong sejenak, ketenangannya telah pulih, dia membentak. "Sungguh berani mati kau! Dengan menghancurkkan golokku itu berarti engkau telah menghina Tiat Ciang Pang!" Dan setelah berkata 388 begitu Hian Pwe Bong Kiauw Thay mengawasi bengis, kemudian baru dia meneruskan. "Tahukah engkau hukuman apa yang akan diterima oleh orang yang berani menghina anggota Tiat Ciang Pang?" Mengetahui bahwa Hian Pwe Bong Kiauw Thay orang- orangnya Thiat Ciang Pang, dia tertawa dingin. "Memang telah cukup lama aku mendengar perkumpulan Thiat Ciang Pang! Hemm didalam hal ini justru aku hendak bertemu dengan pimpinan kalian yang katanya memiliki tangan yang liehay!" "Apakah setelah bertemu dengan pimpinan kami, Tiat Ciang Sui Siang Piauw Khin Cian Jin, kau masih bisa mengharapkan hidup?" Kata Hian Pwe Bong Kiauw Thay. Ditanya begitu Oey Yok Su tertawa bergelak-gelak, suara tertawanya nyaring sekali. "Hebat! Memang aku Oey Yok Su hendak melihat sampai dimana liehaynya tangan Tiat Ciang Sui Siang PiauwKhin Cian Jin agar mataku terbuka lebar.!" "Apa?" Teriak Hian Pwe Bong Kiauw Thay tergagap waktu mendengar orang yang dihadapinya adalah Oey Yok Su, Tocu Tho Hoa To yang sangat terkenal itu, Thong Shia dengan sepak terjangnya yang kukoay itu. "Hemm, kenapa kau terkejut?" Mengejek Oey Yok Su. "Karena kalian anggota Thiat Ciang Pang, maka aku kini menghendaki jiwa kalian!" Muka Hian Pwe Bong Kiauw Thay berobah pucat pias, demikian juga dengan kawan-kawannya yang lain. Mereka berdiri ketakutan bukan main, mereka melihat Oey Yok Su 389 bagaikan melihat momok saja, karena mereka sudah sering mendengar akan sepak terjang Oey Yok Su yang aneh namun memiliki kepandaian yang luar biasa, sebab Oey Yok Su termasuk salah seorang dari kelima jago luar biasa yang ada yang kepandaiannya sulit diukur. "Jika begitu, maafkanlah kami Cianpwe!" Kata Hian Pwe Bong Kiauw Thay sambil menjura dengan muka yang masih pucat pias. "Kami memiliki mata tapi tida bisa melihat gunung Tay San, kami akan segera minta diri!" "Hemm," Mendengus Oey Yok Su. "Kalian meminta maaf dan hendak berlalu begitu saja? Sekarang telah bertemu denganku, tidak mudah untuk pergi begitu saja!" Dingin dan bengis sekali kata-kata Oey Yok Su, sehingga Hian Pwe Bong Kiauw Thay dan kawan-kawannya jadi menggigil ketakutan. "Cianpwe, dengan memandang muka terang guru kami, Tiat Ciang Sui Siang Piauw Khin Cian Jin, tentu Cianpwe tidak akan mempersulit diri kami!" "Hemm, muka terang? Nama besar?" Hemm, justru karena kalian murid-murid Tiat Ciang Sui Siang Piauw Khin Cian Jin maka kalian harus dihajar!" Muka Hian Pwe Bong Kiauw Thay berobah tambah pucat, saking ketakutannya tidak segan-segan dia menekuk sepasang kakinya dan berlutut. "Maafkanlah Cianpwe, ampunilah kami. karena memang kami tidak mengetahui tengah berhadapan dengan Cianpwe, sehingga berlaku kurang ajar!" **** 390 Jilid 11 "BAIK, aku bersedia mengampuni kalian, tapi siapa yang hendak diampuni jiwa anjingnya, harus merangkak lewat selangkanganku!" Muka Hian Pwe Bong Kiauw Thay berobah tidak enak dilihat, itulah penghinaan yang hebat tiat Ciang Sui Siang Piauw Kui Chian Jin bukan orang sembarangan, nama guru mereka setingkat dengan Oey Yok Su, Auwyang Hong, Ang Cit kong, Ong Tiong Yang maupun Toan Hongya. hanya saja Ciang Sui Siang Piauw Kui Chian Jin tidak hadir dalam pertemuan adu pedang di Hoa San karena terhalang suatu persoalah yang tidak bisa ditinggalkannya. Sekarang orang perintahkan dia bersama kawan-kawannya merangkak melalui selangkangan Oey Yok Su, bukankah itu merupakan tamparan yang hebat sekali untuk Ciang Sui Siang Piauw Kui Chian Jin, guru mereka?! Melihat Hian Pwe Bong Kiauw Thay berdiam diri, Oey Yok Su tertawa dingin. "Semula kukira Ciang Sui Siang Piauw Kui Chian Jin merupakan seorang yang dihormati dan merupakan tokoh persilatan yang terpuji, tidak tahunya hanya seorang kepala bajak! Hemm, inilah yang tidak kusangka-sangka!" "Oey Cianpwe.!" Kata Hian Pwe Bong Kiauw Thay dengan sikap tidak senang. "Memang kami sebagai murid- muridnya, tentu saja tidak mempunyai kepandaian yang berarti untuk meminta petunjuk dan pengajaran dari Oey Cianpwe, 391 karena kami tingkatan muda yang tidak bisa berurusan dengan orang-orang yang mempunyai tingkatan yang lebih tua dari kami. tapi jika memang Oey Cianpwe ingin bertemu dengan guru kami.. tentu kami bisa mempertemukannya!" Muka Oey Yok Su jadi bengis dan tampak dingin, tangannya bergerak menghantam kayu disampingnya, begitu terhajar kayu itu sempal. "Hemm, jadi kau ingin mengartikan jika gurumu berada disini aku akan dilemparkan kelaut?" Tanyanya bengis dan dingin. "Mana berani, hanya saja jika memang guru kami berada disini, tentu bisa main-main dengan Locianpwe dengan asyik sekali.!" Waktu itu Oey Yok Su mendelik, mentaknya tambah bengis. "Apakah kalian masih tidak mau merngkak? Atau memang kalian menunggu sampai aku berobah pikiran?" Sedang Hian Pwe Bong Kiauw Thay ragu-ragu, waktu itu dua orang kawannya telah melompat kesamping kapal, maksud mereka ingin melompat kembali ke kapal mereka. Oey Yok Su tertawa dingin melihat keinginan kedua orang itu yang mau kabur begitu saja, tanpa menggerakkan tangannya tahu-tahu kedua orang itu telah rubuh bergulingan sambil menjerit-jerit kesakitan. Rupanya dengan menyentilkan jari tangannya, dari balik lengan jubahnya, Oey Yok Su menghajar kedua orang itu dengan mempergunakan beberapa batang jarum yang halus dan kecil, yang mengenai tepat sekali beberapa jalan darah dari edua orang tersebut, membuat kedua orang itu merasakan sekujur tubuh mereka seperti disayat-sayat dan digigit ribuan semut. Itulah sebabnya, selain lenyap 392 tenaganya telah terjungkal dilantai kapal juga telah terguling- guling sambil menjerit-jerit kesakitan. Oey Yok Su tertawa dingin, diapun mendengus, bentaknya. "Apakah kau tetap tidak memperoleh jalan hidup?!" Hian Pwe Bong Kiauw Thay tengah bingung melihat sikap Oey Yok Su yang bengis seperti itu, dia tambah ketakutan. Tapi untuk menjaga nama baik perguruannya, Hian Pwe Bong Kiauw Thay telah menyahuti. "Baiklah, jika memang Cianpwe ingin juga bentrok dengan kami dari Tiat Ciang Pang dan hendak membunuhku, silakan.. bunuhlan.!" Baru saja Hian Pwe Bong Kiauw Thay berkata sampai disitu, tangan kanan Oey Yok Su telah bergerak, terdengar suara "krakk, krakk", sepasang tangan Hian Pwe Bong Kiauw Thay telah dihajar hancur semplek, sehingga tidak bisa digerakkan lagi! Hian Pwe Bong Kiauw Thay menjerit kesakitan, terhuyung mundur dengan muka yang pucat, dan ketakutan setengah mati. Dia memang sering mendengar kebengisan Oey Yok Su yang sering turun tangan kejam kepada orang-orang yang tidak disukainya. Tadi tangannya bergerak begitu cepat, jangankan untuk berkelit atau menghindarkan pukulan Oey Yok Su, sedangkan untuk melihat jelas saja cara memukul Oey Yok Su, si Ular Naga abu-abu itu tidak dapat melakukannya. Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Jika memang Oey Yok Su menghendaki jiwanya, bukankah itu mudah saja dilakukannya, sama seperti juga Oey Tocu itu membalikkan telapak tangannya sendiri?. Karena telah dihajar seperti itu dan ketakutan Hian Pwe Bong Kiauw Thay cepat-cepat menekuk kedua kakinya dan berlutut, dia mengangguk-anggukkan kepalanya. 393 "Ampunilan boanpwe, Oey Cianpwe. ampunilah boanpwe!" Dia sesambatan, lenyap perasaan malunya dan sirna keinginannya untuk melindungi nama besar gurunya. Yang diingatnya hanya bagaimana dia memperoleh pengampunan dari Oey Tong Shia ini agar bisa dibebaskan. Melihat orang berlutut dan mengangguk-angguk seperti itu, Oey Yok Su jadi tambah sebal dan muak. Memang perangai Oey Yok Su aneh dan kukoay sekali. Jika orang takut dan pengecut menghadapinya dia tambah benci dan akan turun tangan menyiksanya, tapi jika orang memiliki sifar gagah berani, tentu Oey Yok Su akan menghargainya. Sekarang murid dari Tiat Ciang Sui Siang Piauw Khiu Cian Jin telah berlutut mengemis-ngemis pengampun-annya, saat mana sepasang tangannya telah dihajar hancur seperti itu, membuat Oey Yok Su jadi tambah muak melihatnya. Dia menggerakkan kaki kanannya, dan tubuh Hian Pwe Bong Kiauw Thay telah terjngkal bergulingan dilantai kapal sambil menjerit-jerit kesakitan. Oey Yok Su mendengus bengia. Tadi aku telah memberikan jalan hidup agar kalian merangkak lewat selangkanganku, tapi kalian jual mahal dan tidak segera mematuhi! Sekarang, walaupun kalian ingin merangkak pulang pergi sepuluh kali, aku justru tidak mau!" Muka Hian Pwe Bong Kiauw Thay jadi berobah tambah pucat ketakutan. "Oey Cianpwe, apakah. apakah kau tidak mau mematuhi peraturan dalam Kangouw, sehigga demikian sewenang- wenang, yang tua menghina yang muda?!" 394 "Hemm, kau mengatakan aku menghinamu? Baik! aku tidak akan menggunakan kedua tanganku ini untuk menghajarmu! Aku masih mau lihat, apakah masih bisa dibilang yang tua menghina yang muda!" Dan setelah berkata begitu, Oey Yok Su memasukkan kedua tangannya kedalam sakunya, hanya tubuhnya yang sempoyongan kesana kemari, dengan pundaknya dia telah membenturi kawanan orang Tiat Ciang Pang itu dan setiap kali salah seorang diantara mereka itu dibentur, maka seketika itu juga tubuh mereka terpental dab tercebur ke dalam laut!" Oey Yok Su telah membenturi terus menerus, dan tampak belasan anak buah dari Tiat Ciang Pang dibenturi tercebur ke laut sehingga air laut muncrat naik tinggi sekali. Sisanya ketakutan bukan m ain telah bertekuk lutut memohon pengampunan buat mereka. Namun Oey Yok Su tengah merasa sebal terhadap mereka, dia telah menggunakan kedua kakinya menendangi silih berganti. Setiap orang Tiat Ciang Pang yang kena ditendangnya, tubuh mereka terpental keras sekali dan kemudian tercebur kedalam laut dengan terluka didalam yang berat, jika tidak tulang rusuk mereka yang pada patah, tentu tulang tangan dan kaki mereka yang patah dan remuk! Begitu juga dengan orang-orang Tiat Ciang Pang yang dibentur oleh Oey Yok Su tang telah terpental dan tercebut ke laut, mereka bukannya tidak menderit cidera, karena begitu dibentur oleh pundak Oey Yok Su, mereka seperti dibentur oleh kekuatan yang laksaan kati. Dan tubuh mereka terpental dengan seluruh isi perut dan anggota dalam tubuh mereka rusak jungkir balik, terluka didalam dan parah sekali. Orang-orang Tiat Ciang Pang yang berada di kapal-kapal mereka segera menolong kawan-kawannya naik ke kapal 395 mereka dan kemudian cepat-cepat meninggalkan kapal yang hendak mereka bajak. Hian Pwe Bong Kiauw Thay sendiri telah ditendang sampai belasan tombak, tubuhnya nyebur dialut dan kemudian jatuh pingsan. Untung saja kawan-kawannya segera menolongnya, mengangkat Kiauw Thay naik ke kapal mereka kemudian dibawa kabur! Setelah melemparkan orang-orang Tiat Ciang Pang itu ke laut, Oey Yok Su mendengus sengit, tampak dia puas telah berhasil menghajar orang-orang itu kalang-kabutan. Penumpang kapal yang batal dibajak itu bersama juru mudinya telah cepat-cepat berlutut semuanya dihadapan Oey Yok Su, guna menyampaikan rasa syukur dan terima kasih mereka, karena dengan adanya Oey Yok Su, mereka batal menjadi korban keganasan orang-orang Tiat Ciang Pang itu. Oey Yok Su perintahkan agar mereka segera bangun berdiri, kemudian dengan dingin, tidak memperlihatkan perasaan dia mengibaskan lengan jubahnya, dia memutar tubuhnya, melangkah ketepi kapal untuk bersenandung. "Air bergelombang, dunia bergelombang, kerut-kerut merupakan rintangan, dan semua itu merupakan perjalanan yang menggembirakan!" Dan tubuh Oey Yok Su ringan seperti kapas telah melayang turun, dia hinggap di perahunya, dan kemudian mendayung pula perlahan-lahan. "Tunggu. Tunggu dulu Tayhiap!" Tiba-tiba terdengar seorang berteriak dari atas kapal memanggil Oey Yok Su. Sebetulnya Oey Yok Su paling jemu dengan orang-orang diluar rimba persilatan, dia memiliki sifat yang kukoay sekali. Tadi dia telah menghajar kalang-kabut orang-orang Tiat Ciang 396 Pang karena dia membenci kejahatan seperti membenci musuh turunannya, dan bukan untuk menolong orang-orang yang berada dikapal yang mau dibajak tersebut, tetapi kini ada orang yang berteriak meminta agar dia jangan pergi dulu, sepasang alisnya jadi berdiri, dia menahan dayungnya dan menoleh dengan wajah yang dingin, katanya bengis. "Apakah kalian ingin minta dihajar juga?!" Orang diatas kapal jadi ketakutan, muka mereka jadi pucat. Sedangkan orang yang memanggil-manggil meminta Oey Yok Su jangan pergi dulu itu adalah seorang lelaki berusia lima uluh tahun, dengan kumis dan jenggotnya yang kemerah-merahan, tumbuh panjang dan tipis, dan pakaiannya yang mewah memperlihatkan bahwa dia seorang hartawan. Rupanya dia memang sangat berterima kasih sekali pada Oey Yok Su, walaupun dibentak dengan bengis, dan melihat Oey Yok Su yang dingin seperti itu, dia memberanikan diri untuk menyahuti. "Tayhiap, ada yang ingin Lohu katakan!" "Apa yang ingin kau katakan?" Tanya Oey Yok Su dingin. "Banyak.. dapatkah Tayhiap naik dulu sebentar kemari?! tanya hartawan itu. Muka Oey Yok Su berobah semakin dingin, sepasang alisnya berdiri lagi. Dialah ocu dari Tho Hoa To, seumur hidupnya belum pernah ada orang yang berani mengaturnya begini dan begitu. Dipulaunya, dia hidup seperti seorang raja dilayani oeh para pelayannya, dan tidak sepatah katapun juga pelayan-pelayannya itu berani membantah perintahnya. Demikian juga didalam kalangan Kangouw, setiap orang-orang gagah dalam kalangan kangouw bertemu dengannya, sama juga bertemu dengan momok yang menakutkan. Hal itu disebabkan sifat Oey Yok Su yang angin-anginan dan kukoay. Jika dia 397 sedang gembira, dia bisa menolongi orang namun jika dia sedang jengkel dan kesal dia bisa turunkan tangan kejam sekali, menghajar hancur kaki orang, menghantam mati orang yang tidak bersalah karena dari itu, jarang sekali orang- orang persilatan yang berani bentrok muka dengan Tocu Tho Hoa To yang bengis dan angin-anginan ini. Sekarang hartawan itu hendak menahannya, malah memintanya naik ke atas kapal itu. hatinya jadi mendongkol, tabiat angkuhnya jadi terbangun. Dia mendengus tertawa dingin. "Baik! baik! aku akan naik kekapal kalian lagi!" Kata Oey Yok Su dengan berseru nyaring. Dan berbareng dengan itu tubuhnya telah mencelat naik ke kapal. Dia hinggap disamping hartawan itu, tangan kanannya diangkat hendak menghantap pecah batok kepala hartawan tersebut. Waktu itulah terdengar suara teriakan. "Tahan. Jangan sakiti ayahku!" Suara teriakan itu melengking nyaring, suara teriakan seorang wanita. Oey Yok Su menahan tangannya, dia melirik kekiri. Begitu dia melihat orang yang mencegahnya itu, hatinya jadi memukul keras, karena tidak disangkanya dihadapannya kini berdiri seorang wanita berusia enam atau tujuh belas tahun, paras mukanya demikian cantik, walaupun waktu itu sigadis tengah ketakutan namun kecantikannya tidak berkurang. Sepasang alisnya yang melengkung seperti bulan sabit, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang ternganga ketakutan itu demikian manis bergairah dan juga potongan mukanya seperti kuaci, disamping itu, pakaiannya yang indah terhembus oleh angin laut yang sepoi-sepoi menyebabkan gadis itu seperti seorang bidadari yang turun kedunia. Mata 398 Oey Yok Su jadi nanar. Sejak kecil dia memang gemar ilmu silat. Kegemaran terhadap ilmu silat melebihi dari yang lainnya, karena Oey Yok Su sepanjang hudupnya hanya mencurahkan seluruh waktu dan perhatiannya untuk berlatih ilmu silat. Namun sekarang, melihat wanita secantik itu, yang mungkin baru kali ini dijumpainya, walaupun sebelumnya Oey Yok Su banyak sekali bertemu dengan wanita-wanita cantik, hatinya mendadak tergoncang dan berdebaran aneh. Gadis itu telah berlari menghampiri hartawan itu, dipeluknya kuat-kuat dengan memperlihatkan wajah ketakutan yang amat sangat. Hartawan itu sendiri jadi bingung, rupanya dia sendiri masih tidak menyadari bahwa maut sebetulnya sudah tiba diatas kepalanya. "A Heng, kenapa kau?!" Menegur hartawan itu kepada gadis tersebut dengan heran. "Ayah, cepat kau meminta ampun kepada Tayhiap itu!" Kata si gadis dengan wajah yang masih memancarkan ketakutan yang sangat. Waktu itu Oey Yok Su tengah mengawasi si gadis dengan perasaan tidak menentu, wajahnya dingin, sinar matanya begitu guram, dan tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak panjang sekali. Suara itu bergema seperti memenuhi sekitar lautan tersebut, mengejutkan semua penumpang kapal itu, karena merasakan kapal mereka ini terguncang keras, bagaikan tengah dipermainkan oleh gelombang yang besar, seperti juga suara tertawa Oey Yok Su meruntuhkan langit dan mengaduk-aduk air lautan. 399 A Heng, gadis itu semakin ketakutan, dia memeluk hartawan itu, yang rupanya ayahnya, dengan kuat, diapun telah berseru ketakutan. "Ayah, cepat kau meminta maaf kepada Tayhiap itu.. cepat! Jika terlambat akan celakalah kita.!" Hartawan itu benar-benar tidak mengerti akan sikap puterinya ini, dia telah mengawasi putrinya dan Oey Yok Su bergantian sampai akhirnya dia mengangguk. "Baik, baik, aku akan meminta maaf pada Tayhiap itu, minggirlah kau.!" Katanya sambil mendorong puterinya. Waktu itu Oey Yok su telah berhenti tertawa, dia tengah mengawasi si gadis yang tadi dipanggil A Heng oleh ayahnya, sorot mata Oey Yok Su begitu laur biasa, guram sekali, dingin, tapi dibalik semua itu seperti mengandung perasaan yang aneh sekali. A Heng yang ditatap begitu adi mengigil, dia tambah ketakutan. Sesungguhnya gadis itu memiliki otak yang sangat cerdik sekali, dia cerdas bukan main, sejak kecil dia telah mempelajari ilmu surat, dalam usia tujuh tahun dia telah berhasil membaca kitab dan tidak ada satu hurufpun yang terlupa lagi olehnya. Disamping itu kecerdasan yang dimiliki A Heng merupakan kecerdasan yang lain dari pada gadis-gadis lainnya, karena begitu dia melihat sesuatu, dia dapat mengingatnya seumur hidup, tidak akan terlupa pula, Cuma saja, disebabkan dia hanya mempelajari ilmu surat, tenaganya lemah sekali, umumnya dia hanya mempergunakan kecerdikannya. Tadi dia telah melihat ayahnya memanggil Oey Yok Su, memang maksud ayahnya baik dan A Heng mengetahui ayahnya itu mau mengucapkan terima kasih dan menyampaikan hadiah pada tuan penolong itu, namun itulah yang membuat Oey Yok Su gusar. Sebagai seorang gadis yang cerdik luar biasa, segera 400 A Heng melihat ancaman bahaya buat ayahnya, segera dia memburu pada ayahnya untuk meminta maaf. Sebetulnya, ayah dan anak ini tengah melakukan perjalanan untuk menuju Siauwciu karena A Heng baru saja kematian ibunya. Ayah yang merupakan seorang hartawan mangajak pindah ke Siauwciu, menghindarkan diri dari kenangan yang menyedihkan hati. Dengan meninggalkan kampung halaman tentu ayahnya berkurang teringat pada mendiang isteriya. Tetapi tidak diduga dalam perjalanan ini waktu menyewa kapal inipun untuk melakukan perjalanan dan membawa harta benda mereka telah menumpang beberapa orang penumpang lainnya yang terdiri dari pedangang dan pelancong. Ayah A Heng yang memiliki hati mulia, telah mengijinkannya. Dan dalam perjalanan air inilah orang-orang Tiat Ciang Pang telah mencium bahwa di kapal tersebut terdapat saudarag hartawan yang kaya raya, disamping ayah A Heng, yang memang hartanya sangat banyak bermaksud akan merampoknya. Disamping itu juga, kecantikan paras muka A Heng yang bagaikan dewi itu telah tiba pula ditelinganya Kiu Chian Jin yang ingin merampas gadis tersebut untuk dijadikan gundik. Untung saja sebelum segalanya itu terjadi,Oey Yok Su telah datang menolong mereka. Dan sekarang, tuan penolong yang memiliki adat yang aneh ini, justru merupakan seorang yang angin-anginan, dari tuan penolong sekarang berbalik akan mengancam keselamatan ayahnya. Ayah A Heng waktu itu telah merangkapkan sepasang tangannya, katanya. "Tayhiap, jika memang lohu bersalah, harap Tayhiap memaafkan, Lohu bukan hendak menghalangi 401 keberangkatan Tayhiap, hanya disebabkan Tayhiap telah menyelamatkan kami dari para bajak itu, sehingga kami terlolos dari ancaman bahaya maut, maka Lohu selain menyampaikan rasa terima kasih jung ingin menyampaikan semacam bingkisan kepada Tayhiap!" Tapi Oey Yok Su seperti tuli dan tidak mempeduli-kan ayah A Heng, dia hanya mengawasi si gadis dengan sorot mata yang luar biasa, seperti ditempat itu tidak terdapat orang lainnya, A Heng yang diawasi seperti itu jadi berdebar hatinya, memang dia tengah menguatirkan keselamatan ayahnya, dia kuatir Oey Yok Su benar-benar turun tangan kejam. Bukankah tadi A Heng memang telah menyaksikan betapa Oey Yok Su dengan mudah menghajar kocar-kacir orang-orang Tiat Ciang Pang? "Kau!" Kata Oey Yok Su kemudian dengan suara yang dingin, paras mukanyapun dingin sekali. "Mengapa kau mengatakan aku hendak mencelakai ayahmu dan menyuruh ayahmu meminta maaf padaku?!" A Heng telah berusaha menenangkan diri, dia segera menyahut. "Tayhiap sesungguhnya ayah tadi telah melakukan kekhilafan, sehingga menyinggung perasaan Tayhiap.. tidak selayaknya ayah memanggil Tayhiap dan menahan keberangkatan Tayhiap.!" "Hemm, darimana engkau mengetahui eku tersinggung?" Tanya Oey Yok Su dengan suara tambah dingin. A Heng sebagai seorang yang cerdas, mengetahui bahwa jika dia menjawab sejujurnya, tentu Oey Yok Su akan tambah tersinggung, kalau memang dia mengatakan bahwa Oey Yok Su memiliki adat yang aneh, perangai yang kukoay. Bukankah tadi menghadapi orang-orang dari Tiat Ciang Pang tampak 402 jelas sekali bahwa Oey Yok Su memang memiliki perangai yang kuokay dan adat yang aneh? Sebagai seorang yang cerdas, segera juga A Hrng memperoleh jawaban. "Sebetulnya siuawmoay hanya mengetahui dari perasaan hati kecil siauwmoay saja, jika memang hal itu tidak benar, malah siauwmoay bersyukur, tapi jika memang benar Tayhiap tersinggung oleh kekhilapan ayah siauwmoay, tentunya dengan ayah meminta maaf, Tayhiap akan memaafkannya!" Oey Yok Su mengawasi gadis ini. dialah seorang gadis yang cantik sekali, seorang gadis yang lemah lembut. Yang menarik sekali buat Oey Yok Su, gadis ini tampaknya cerdas sekali. Seumur hidupnya baru kali ini Oey Yok Su melihat seorang gadis yang demikian cantik jelita seperti seorang dewi. Setelah berdiam beberapa saat barulah Oey Yok Su bertanya dengan suara dingin. "Tadi ayahmu mengatakan ingin memberikan semacam bingkisan kepadaku! Bingkisan apa?!" Ayah A Heng mendengar perkataan Oey Yok Su seperti itu jadi girang. Dia menduga tentunya pendekar yang gagah tapi aneh tabiatnya ini bersedia untuk menerima hadiah darinya, maka segera dia mengeluarkan sebuntalan kecil dan terbungkus kain merah. Dibungkusan itu terdapat batu-batu permata yang berkilauan ketika kain pembungkusnya dibuka. "Inilah yang hendak Lohu sampaikan kepada Tayhiap sebagai tanda terima kasih kami!" Kata ayah A Heng sambil mengangsurkan bungkusan itu. Oey Yok Sumemandang dingin, dia melihat batu permata didalam bungkusan itu merupakan benda-benda berharga mahal sekali harganya dan tidak mudah untuk memperoleh 403 benda-benda berharga seperti itu. tapi dengan diberi hadiah seperti itu, Oey Yok Su merasakan bahwa itu adalah suatu penghinaan buatnya. Maka dia telah mengangguk, katanya. "Baik, terima kasih atas kebaikanmu! Barang itu kuterima, dan sekarang ingin kuhadiahkan pula barang itu kepada seseorang!" "Menghadiahkan lagi kepada seseorang?!" Tanya ayah A Heng heran. Oey Yok Su mengangguk. "Siapa orang itu?" Tanya ayah A Heng,karena dia jadi kurang senang. Memang menjadi keinginannya memberikan hadiah itu kepada Oey yok Su untuk menyampaikan rasa terima kasihnya. Jika memang Oey Yok Su ingin menghadiahkan kepada orang lain, itu adalah urusan Oey Yok Su, asal jangan diberikannya ketika dia menerima hadiah tersebut. Dengan suara yang dingin Oey yok Su telah menyahut. "Aku hendak menghadiahkan batu permata itu kepada Hay Liong Ong.!" Dan setelah berkata begitu, tangannya bergerak menerima bungkusan batu permata yang kemudian dilemparkannya ke laut! Bukan main kagetnya ayah A Heng dan yang lain-lainnya, mereka sampai mengeluarkan suara tertahan. Mereka semuanya telah memandang ke arah laut, kearah dimana tadi Oey Yok Su melemparkan batu permata itu, mereka merasa sayang benda berharga itu dibuang begitu saja, yang akan lenyap ke dasar laut tanpa bekas. Oey YokSu tertawa bergelak-gelak, sampai kemudian dia berkata. "Terima kasih untuk kebaikan hatimu! Tampaknya 404 engkau seorng hartawan yang kaya raya dan baik hati karena telah mau membalas budi kepadaku dengan membayarku menggunakan batu-batu permata itu! aku tidak pernah merasa melepas budi kepada kalian, tadipun aku bukan hendak menolong kalian, aku hanya benci kepada orang-orang Tiat Ciang Pang yang ternyata manusia-manusia busuk, dan aku membenci kejahatan sama seperti membenci musuh turunanku. Hemm, tapi karena kau telah berbaik hati dan ingin menghadiahkan batu permata itu kepadaku, tentu saja tidak baik kalau kutolak! Dak kukira jika batu-batu permata itu berada di dasar laut, bukankah akan memperindah dasar lautan ini, dimana cahaya batu permata akan berkilauan indah sekali? Bukankah Hay Liong Ong pun akan mengucapkan "terima kasih.. terima kasih sehingga selanjutnya kalian melakukan pelayaran dengan dipayungi Hay Liong Ong Raja Naga Samudera itu, dan tidak akan mengalami bencana sampai tiba ditempat tujuan?" Dan setelah berkata begitu, Oey Yok Su tertawa terbahak-bahak lagi, dia memutar tubuhnya melangkah mendekati tepi kapal , dan kemudian menjejakkan kakinya, tubuhnya seperti melayang terbang meluncur hinggap diperahunya, bagaikan seorang dewa yang baru saja turun dari atas gumpalan awan. A Heng waktu itu telah berdiri mematung, dia mengawasi kepergian Oey Yok Su dengan sorot mata yang aneh pula, bagaikan dia kehilangan semangat. Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Bukan main kagumnya menyaksikan kepandaian Oey Yok Su yang dengan sangat mudah menghajar kocar-kacir orang Tiat Ciang Pang, dan A Heng pun tertarik akan sifat aneh dan perangai luar biasa dari Tocu Tho Hoa To tersebut. 405 Oey Yok Su telah menggerakkan dayungyna perlahan- lahan, perahunya mulai meluncur membelah air laut. Samar- samar terdengar senandungnya . "Rembulan yang tersenyum, matahati yang beringas, laut yang mengganas, semua itu kulalui, tapi mengapa harus bertemu dengan dia.. mengapa?" Rupanya waktu itu Oey Yok Su sendiri telah menyadarinya bahwa dalam pandangannya pertama dia telah jatuh hati, gadis yang luar biasa jelita. Bukan hanya kecantikan yang luar biasa itu merupakan daya tarik yang sangat kuat, tapi kelembutannya dan kegagahan yang dimiliki oleh gadis itu yang berusaha melindungi ayahnya, walaupun dia tampaknya tidak mengerti ilmu silat, namun gadis yang lemah lembut itu memiliki otak yang sangat cerdas dan cerdik sekali dan telah berusaha untuk melindungi ayahnya dengan kemampuan yang ada. Kapal yang ditumpangi oleh hartawan she Ming, ayah A Heng dan saudagar-saudagar lainnya itupun sudah melanjutkan pelayarannya. Air laut diterjang dan terbelah berbuih, kapal layar yang berukuran cukup besar itu meluncur dipermukaan laut. Oey Yok Su masih mendayung terus. Semakin lama perasaannya jadi semakin tidak karuan. Karena waktu itu perahunya meluncur perlahan, kapal layar yang ditumpangi A Heng berlayar disebelah depan dan perahu Oey Yok Su seperti mengikuti kapal itu, mengekor terus. Malam telah tiba, permukaan laut bermain dengan pantulan sinar rembulan, sehingga permukaan air laut itu bagaikan ditabur oleh jutaan butir batu permata mutu manikan. 406 Penumpang kapal layar Ming Wanggwe telah sunyi, karena semua penumpang telah tertidur. Banya beberapa orang anak buah kapal yang masih dengan tugasnya mengemudikan kapal tersebut. Sesosok tubuh yang gemulai tampak berdiri ditepian geladak mengawasi indahnya cahaya rembulan. Dialah A Heng, gadis yang cantik jelita itu. dia tengah menikmati keindahan malam itu. sejak tadi sore hatinya tidak tenang, wktu dia hendak tidur, hatinya resah dan gelisah. Dan A Heng sendiri tidak mengetahui entah mengapa dia harus memiliki perasaan demikian. Dan untuk melapangkan pikiran dan perasaan hatinya, A Heng telah keluar dari kamarnya dan menuju kegeladak. Dia menikmati keindahan malam itu, memandang keindahan rembulan yang tengah memancarkan cahayanya yang kuning keemasan itu. Malam yang demikian sunyi, suara gelombang laut yang selalu menampar-nampar tubuh kapal yang tengah berlayar itu terdengar bagaikan irama musik yang merdu sekali. Dan dikejauhan tampak sebuah perahu kecil tengah meluncur perlahan-lahan dibelakang kapal itu. dibawah cahaya rembulan, tampak penumpang perahu kecil itu menggerak-gerakkan dayungnya perlahan, jubahnya yang hijau dipermainkan oleh hembusan angin, duduk angker dan agung, dialah Oey yok Su, Tocu Tho Hoa To. Melihat Oey Yok Su, jantung A Heng tambah berdebaran tidak karuan, namun dia tetap mengawasi terus. Mengawasi perahu kecil itu semakin lama semakin cepat menghampirinya dan akhirnya sesosok tubuh telah berkelebat. Telah berdiri dihadapannya seorang laki-laki berjubah hijau, ditangan 407 kanannya mencekal sebatang seruling dan tengah tersenyum manis mengawasinya. Keduanya berdiam lama sekali, hanya mata mereka yang saling bertemu. Dan Oey Yok Su pemuda berbaju hijau itu telah membawa serulingnya kedekat bibirnya, dia telah meniup serulingnya membawakan sebuah lagu. Suara seruling itu mengalun, iramanya demikian tenang dan bagaikan irama musik dari kerajaan langit. Ternyata waktu itu Oey Yok Su tengah membawakan lagu "Thian Mo Bu Kiok " (lagu Tarian Hantu Langit), lagu yang luar biasa sekali. Suara seruling begitu tenang, namun didalam suara seruling itu mengandung tenaga Iwekang yang sangat sempurna dan semakin lama suara seruling itu terdengar semakin halus, bagaikan suara bisikan dewi-dewi dari kerajaan langit. A Heng yang memang sejak kecil menyenangi pelajaran Bun (sastera) telah berdiri mematung takjub, karena memang dia kagum sekali mendengar tiupan seruling yang demikian halus demikian memukaunya. Walaupn bagaimana A Heng mengerti akan seni musik dan siapun sesungguhnya pandai meniup seruling. Tapi jika ingin dibandingkan kemahirannya meniup seruling dengan lagu yang tengah diperdengarkan Oey Yok Su, A Heng merasa dirinya masih tidak berarti apa-apa.. karena tiupan seruling Oey Yok Su selain dari lemah-lembut dan halus, bagaikan bisikan para dewi dari kerajaan Langit, juga didalam suara seruling itu seperti mengandung kekuatan gaib yang membuat perasaan A Heng melambung ke dunia lain, terombang-ambing antara perasaan dan hati yang diliputi bermacam kemelut. 408 Akhirnya Oey Yok Su telah menyelesaikan tiupan serulingnya dan telah menjura pada A Heng. "Maafkan sikapku tadi siang yang telah berlaku kasar padamu dan ayahmu.!" Kata Oey Yok Su halus. Waktu itu entah mengapa adat dan perangainya yang biasanya angkuh dan aneh itu telah lenyap. Dan dihadapan gadis ini, Oey Yok Su demikian sabar, demikian lembut dan mengerti. A Heng tersipu, dia seperti baru bangun dari mimpi. Cepat-cepat dia merangkapkan sepasang tangannya, diapun telah memberi hormat, membalas penghormatan Oey Yok Su. "Jangan Tayhiap berkata begitu, karena memang merupakan penghargaan yang tidak ternilai bisa bertemu dengan Tayhiap, dimana kami semua telah tertolong dari bencana!" Kata A Heng dengan suara yang halus. Sesungguhnya Oey Yok Su paling tidk senang dengan adanya peradatan, selamanya dia tidak pernah memakai aturan dalam sepak terjangnya, karena apa yang disenanginya pasti dilakukannya dan apa yang tidak disenanginya tentu akan dihajarnya sampai hancur lebur. Namun dihadapan A Heng, sifat-sifat angkuh aneh dan juga sikap sombongnya sebagai seorang jago luar biasa yang terdapat didaratan Tionggoan, telah lenyap begitu saja, yang ada hanyalah perasaan lembut dan sabar, perasaan menyayangi pada gadis ini, perasaan yang selalu menggoda hatinya sejak sore tadi dia mengikuti kapal ini, disaat dia mendayung dan mengawasi permukaan air laut yang selal pula dia seperti melihat di gadis tengah memandangnya sambil trsenyum. Itulah sebabnya Oey Yok Su mengikuti terus kapal ini, dia mendayung terus perahunya walaupun hari telah larut malam. Dibawah cahaya rembulan dan jutaan bintang di langit, dia 409 melihat diatas kapal ada muncul dewi yang selalu dikenangnya itu, sehingga dia telah mempercepat mendayung perahunya dan melompat naik keatas kapal itu. Di hadapan A Heng, Oey Yok Su seperti juga tidak berdaya untuk membawa adatnya, dan dia jadi terpukau melihat wajah yang demikian cantik luar biasa dibawah cahaya rembulan dan bintang dan juga senyuman A Heng yang seperti meruntuhkan keangkuhannya. Mereka bercakap-cakap saling memperkenalkan diri. A Heng menceritakan bahwa di a bersama ayahnya memang tengah menuju ke Souwciu dan juga nama dia sesungguhnya adalah Ming Sian Heng. Namun pada Oey Yok Su dia minta agar dirinya tetap dipanggil sebagai adik Heng atau memang A Heng. Oey Yok Su telah memberitahukan namanya, telam pula menceritakan keindahan pulaunya, tempat dia berdiam selama ini. mereka bercakap-cakap demikin asyik dan juga A Heng demikian tertariknya mendengar bahwa Oey Yok Su memiliki sebuah pulau terpencil, yang telah diaturnya sedemikian menarik, lengkap dengan segala pohon-pohon bunga yang harum dan indah. Kapal itu berlayar terus dibawah terangnya cahaya rembulan dan jutaan bintang di langit. Pasangan muda-mudi ini telah bercakap=cakap sampai menjelang fajar. Waktu itulah Oey Yok Su baru minta diri untuk kembali ke perahunya. Merekapun berpisah dengan hari masing-masing bungah dan bahagia. Malam keduanya, Oey Yok Su telah datang pula ke kapal itu, mereka telah bertemu dan bercakap=cakap dengan asyik sekali. 410 Begitulah selama belasan hari Oey Yok Su mendayung perahunya mengikuti di belakang kapal tersebut. Selama belasan hari tersebut diluar pengetahuan dari Ming Wangwe, antara Oey Yok Su dan A Heng telah terjalin hubungan yang intim. Sebagai seorang yang memiliki kepandaian yang luar biasa, juga perangai yang aneh sekali, jika memang ia menginginkan membawa pergi A Heng begitu saja dengan secara paksa, bisa saja dilakukan jika dia hendak memaksa A Heng ikut dengannya, siapakah yang bisa mencegah? Bukankah selama hidupnya memang Oey Yok Su selalu melakukan sepak terjangnya tanpa ada yang bisa membendung dan menghalanginya?. Namun terhadap A Heng, entah mengapa Oey Yok Su menaruh hormat yang besar, entah mengapa dia sangat mencintai gadis ini, yang diperlakukan dengan agung sekali. A Heng pun melihat, walaupun Oey Yok Su memiliki adat dan perangai yang aneh, namun dalam diri laki-laki itu terdapat keistimewaan lainnya yang menarik hati A Heng. Begitulah, dua hati telah saling bertautan, akan tetapi selama belasan hari itu mereka berdua tidak pernah membicarakan masalah yang berhubungan dengan perasaan cinta mereka. Keduanya hanya membicarakan soal-soal kitab sastera, membicaraka syair-syair, bertukar pikiran mengenai sajak-sajak kuno. Ternyata yang membuat A Heng lebih kagum lagi, selain ilmu silat Oey Yok Su luar biasa tingginya, juga Oey Yok Su memahami dan menguasai pelajaran Bun mendalam sekali. Bicara soal kecerdikan, sesungguhnya Oey yok Su merupakan seorang yang cerdas. tetapi bicara soal otak yang 411 encer, A Heng memiliki otak yang jauh lebih encer. Dan dalam percakapan mengenai sajak syair-syair Oey Yok Su walaupun paham dan menguasai dunia sastra, tapi dia merasa kagum terhadap pengetahuan A Heng yang luas mengenai jenis pelajaran tersebut. Yang membuat Oey Yok Su lebih kagum dan mencintai gadis itu, A Heng ternyata memang memiliki daya tangkap pada pikirannya yang kuat sekali. Setiap satu patah kata yang diucapkan oleh Oey Yok Su selalu dapat diingatnya dengan baik. bagaimana sulitnya pembicaraan mereka, walaupun baru pertama kali didengarnya, baik tentang ilmu silat, keadaan dalam dunia Kangouw yang diceritakan oleh Oey Yok Su, dia dapat mengingatnya dengan baik sehingga dapat mengimbangi cerita Oey Yok Su dengan baik sehingga diantara mereka semakin terdapat keakraban. Oey Yok Su sendiri tidak mengerti bisa bertemu dengan gadis ini yang luar biasa otaknya. Sebagai seorang yang beradat kukoay, kini bertemu dengan gadis yang lembut dan sama sekali tidak mengerti ilmu silat, benar-benar Oey Yok Su jadi tertarik. Jika biasanya dia berwatak angkuh dan anehnya dihadapan A Heng seperti telah lenyap semuanya. **** Kapal layar itu berlayar terus dan akhirnya telah tiba di pelabuhan Kwie-nam. Ming Wangwe dan puterinya telah mendarat di pelabuhan ini, mereka menyewa emppat buah kereta untuk mengangkut barang-barang mereka guna mencapai Souwciu. 412 Kepada juru mudi kapal tersebut, Ming Wangwe telah memberikan hadiah yang cukup banyak sehingga mereka mengucapkan terima kasih yang tidak habisnya. Iring-iringan kereta itu, melakukan perjalanan ke arah barat, mungkin untuk mencapai Soauwciu harus melakukan perjalanan selama setengah bulan. Selama didalam perjalanan, A Heng sering melongok keluar dari jendela, karena yang membawanya itu untuk melihat apakah Oey Yok Su ikut serta melakukan perjalanan ke souw Ciu. Betapa kecewanya dan berdukanya gadis ini ketika dia memperileh kenyataan satu hari itu walaupun telah puluhan kali ia melongok keluar jendela kereta namun dia tidak melihat bayangan Oey Yok Su, laki-laki yang telah meebut hatinya dan disayanginya itu. Rombongan kereta yang membawa Ming Wangwe dan A Heng terus juga meluncur dengan cepat. Dalam lima hari saja mereka telah dapat lalui ratusan lie. Pada hari keenam mereka telah tiba di kota Liangko. Dikota tersebut Ming Wangwe bermaksud beristirahat dua hari karena kota ini memang merupakan kota yang indah dan ramai, padat penduduknya. Ming Wangwe bermaksud mengajak puterinya untuk menikmati keindahan kota tersebut sambil beristirahat secukupnya. Sejak mendarat dan melakukan perjalanan dengan kereta, A Heng setiap hari memperlihatkan sikap yang lesu. Tidak bergembira dan wajahnya selalu muram seperti diselubungi oleh kabut kedukaan dan kekecewaan. Raja Silat Karya Chin Hung Bangau Sakti Karya Chin Tung Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo