Lima Jago Luar Biasa 13
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong Bagian 13
Lima Jago Luar Biasa Karya dari Sin Liong Hal itu pula yang menyebabkan Ming Wangwe melihat keadaan puterinya seperti itu, telah bermaksud mengiburnya dua hari singgah di Liangko. 413 Sejauh itu juga Ming Wangwe menduga-duga entah disebabkan apa puterinya jadi pemurung dan wajahnya selalu muram, tak bergembira seperti biasanya. Berulang-kali Ming Wangwe telah mendesak menanyakan sebab-sebabnya namun puterinya itu tak pernah mau menjelaskannya, hanya A Heng selalu menghela nafas panjang pendek. Malam itu di Liangko sangat ramai, memang kota yang padat penduduknya ini boleh dikatakan hidup terus, selama siang dan malam toko-toko buka siang dan malam. Bahkan ditengah malam banyak yang berdagang, terutama sekali rumah-rumah penginapan dan rumah makan yang tetap buka menerima kunjungan para tamu. Ketika pada kentongan kedua, Ming /wangwe tengah bercakap-cakap dengan pemilik rumah penginapan dimana rombongan ini singgah, sedangkan A Heng tengah berdiam di kamarnya, duduk termenung menyesali mengapa pertemuannya dengan Tocu Tho Hoa To begitu singkat, mengapa mereka dipertemukan dan kemudian berpisah kembali? Dan selalu pula A Heng teringat kepada laki-laki yang disayanginya itu, yang sampai sekarang tidak terlihat mata-hidungnya lagi. Dan A Heng juga menyesal, mengapa dia tidak selamanya berlayar diatas laut? Bukankah jika berlayar terus diatas permukaan laut, selamanya dia berada di atas kapal selama itu pula dia akan bertemu, selalu akan bercakap-cakap dengan menggembirakan bersama Tocu Tho Hoa To itu? Sedang A Heng dirundung kekesalan seperti itu ,tiba-tiba terdengat suara ribut-ribut di ruang bawah rumah penginapan. Semula A Heng tidak memperhatikan suara ribut-ribut tersebut, dia sedang kesal dan jengkel, maka dia tidak mau memperhatikan segala apapun juga. Namun disebabkan suara ribut-ribut itu disertai suara pekik ketakutan dan seruan bengis, 414 membuat A Heng jadi heran dan ingin juga mengetahui apa yang terjadi. Dia membuka pintu kamarnya dan dia pergi ke ruang depan rumah penginapan, waktu dia memasuki ruang depan, gadis ini jadi berdiri tertegun, karena diwaktu itu didepan rumah penginapan itu telah penuh dengan orang-orang yang berwajah menyeramkan yang semuanya ditangan masing- masing tercekal senjata tajam. Pemilik penginapan, para pelayan dan juga para tamu telah dikumpulkan di sudut ruangan depan itu, mereka dikelilingi oleh tujuh atau delapan orang yang bersenjat golok dan pedang yang mukanya menyeringai mengerikan sekali, mengandung hawa pembunuhan dan kekejaman. Belasan orang bermuka menyeramkan dan bertubuh tegak dengan kumis dan jenggot yang kasar, muka mereka ada yang bercacat, semuanya membekal senjata tajam, yang telah mengurung ruangan depan rumah penginapan itu. malah salah seorang diantara mereka, yang bertubuh tinggi besar yang kedua tangannya dibalut, tengah membentak-bentak bengis dan menggunakan kakinya menendang berulangkali pada Ming Wangwe, seperti dia menanyakan sesuatu. Ming Wangwe tampak menggelengkan kepalanya beberapa kali, mukanya ketakutan bukan main, dia dalam keadaan berlutut. Disebelah kanannya berdiri seorang lelaki berusia empat puluh tahun, memelihara jenggot yang tidak begitu panjang namun telah terdiri dari dua warna aada sebagian yang telah memutih, matanya tajam seperti mata elang, hidungnya seperti paruh burung dan bibirnya lebar seperti mulut seekor kera, disamping itu rambutnya menutupi belakang tengkuknya. Dia berdiri dengan muka yang dingin, mulutnya selalu bergerak-gerak seperti memperlihatkan sikap menakut-nakuti Ming Wangwe, tidak sepatah katapun diucapkannya. 415 "Sungguh sungguh. Lohu tidak tahu menahu tentang orang itu.!" Kata Ming Wangwe berulang kalikarena diliputi ketakutan yang sangat. Ming Wangwe seperti hendak menangis. Melihat keadaan ayahnya seperti itu, A Heng mengeluarkan jeritan kaget dan telah cepat-cepat menghampiri untuk memeluk ayahnya itu. Tapi, belum lagi dia bisa menghampiri mendekati ayahnya, dua orang bertubuh tinggi besar, dengan senjata golok di tangan masing-masing telah mencekal lengannya, menahannya, walaupun A Heng meronta, dia tidak bisa melepaskan cekalan kedua orang itu. "Inilah anak gadisnya, Pangcu!" Teriak kedua orang itu hampir berbareng. "Diapun mengetahui orang itu, dan juga dialah yang ingin diambil oleh Pangcu, dimana kami gagal memboyongnya ke markas kita!" Bola mata lelaki bertubuh tinggi besar dengan jenggot yang telah dua warna itu mencilak mengawasi A Heng, kemudian mulutnya yang memang telah lebar itu jadi semakin lebar karena dia menyeringai, dengan perlahan-lahan dia menghampiri. "Sungguh cantik!" Menggumam laki-laki berjenggot dua warna itu, kembali dia menyeringai. Kemudian mengulur tangan kanannya mencolek dagu A Heng, sambil berkata. "Engkaukah puterinya hartawan she Ming itu?" A Heng waktu itu melihat ancaman untuk ayah dan dirinya sendiri, diapun segera mengenali bahwa orang yang kedua tangannya dibalut itu adalah Hian Pwee Bong Kiauw Thay. Sebagai seorang yang cerdik, segera dia dapat menduga 416 tentunya Hian Pwee Bong Kiauw Thay membawa kawan- kawannya ini untrk datang mencari mereka ayah dan anak, tentunya mencari Tocu Tho Hoa To, Oey Yok Su.!" "Siapa kau mengapa menghina kami ayah dan anak demikian rupa?!" Tanya A Heng setelah berhasil menenangkan perasaannya. Orang berjenggot dua warna itu telah tertawa menyeringai sambil katanya kemudian. "Nona manis, tidak tahukah engkau tengah berhadapan dengan Khiu Toaya? Justru kedatangan kami hendak menjemput karena Khiu Toayamu bermurah hati ingin mengambil kau sebagai gundiknya, tentu dihari-hari mendatang nenti engkau akan menjadi nyonya terhormat yang disegani dan dihormati oleh seluruh orang Kangouw!" Muka A Heng jadi berubah. Dia tahu Khiu Toaya ini yang ternyata tidak lain dari Tiat Ciang Siu Siang Pauw Khiu Cian Jin, seorang kangouw yang tidak segan-segan melakukan perbuatan kejam menganiaya mereka ayah dan anak. Karena itu A Heng menyadari pula walaupun bagaimana tidak dapat dia menghadapi orang semacam Khiu Cian Jin ini dengan sikap yang keras, akhirnya dia mengangguk. "Baik, baik jika memang Khiu Toaya memiliki maksud baik seperti itu, tentunya merupakan hal yang menggembirakan sekali!" Kata A Heng kemudian. "Apa?!" Mendengar perkataan A Heng, Khiu Cian Jin jadi tertegun heran, seperti dia kaget sendirinya. Karena semula dia membayangkan gadis itu tentu akan meronta-ronta dan menangis menggerung-gerung. Tapi sekarang justru apa yang dilihatnya berlainan dengan apa yang diduganya. A Heng mengangguk. 417 "Bukankah seperti yang Khiu Toaya katakan, dengan bermurah hati Khiu Toaya ingin mengambilku menjadi gundikmu? Bukankah Khiu Toaya orang yang sangat terkenal didunia persilatan? Dengan menjadi Nyonyanya Khiu Toaya, tentu akupun akan dihormati dan disegani oleh orang-orang rimba persilatan! Bukankah begitu Khiu Toaya?!" Khiu Cian Jin berdiam sejenak, kemudian tertawa bergelak-gelak. "Bagus! Bagus! Kau ternyata seorang yang selain sangat cantik, juga sangat mengerti sekali yang bia melihat selatan!" Memuji Khiu Cian Jin yang jadi girang bukan main. "Ayahmu berarti akan menjadi mertuaku, dengan demikian aku harus bersikap hormat sekali padanya!" Dan kembali Khiu Cian Jin tertawa erbahak-bahak. Dia kemudian mendadak sekali menghentikan tertawanya, matanya mendelik kepada kedua orang murid Tiat Ciang Pang yang waktu itu masih mencekal kuat-kuat lengan A Heng. "Mengapa kalian masih merbuat kurang ajar seperti itu, atau memang kalian ingin mamps? Cepat minta maaf pada Pangbo (Istreri Pangcu)!" Kedua murid Tiat Ciang Pang kaget bukan main, mereka cepat-cepat melepaskan cekalan masing-masing dan menekuk kedua kaki mereka berlutut dihadapan A Heng sambil berkata. "Harap Pangbo mengampuni kekurang-ajaran kami!" A Heng mengangguk saja dan kedua murid Tiat Ciang Pang menyingkir ke samping. Sedangkan Kiu Cian Jin telah menghampiri Ming Wangwe, sambil tertawa dia berkata. "Gakhu (mertua).. harap menerima hormatnya mantumu..!" 418 Ming Wangwe memperlihatkan sikap terheran-heran, karena dia kaget dan heran, sampai dia bengong saja menerima hormatnya si "baba mantu" Ini! Setelah memberi hormat pada Ming Wangwe, Khiu Cian Jin mengibaskan tangan, katanya bengis "Kalian semua menunggu di luar, sungguh manusia-manusia gentong nasi yang membikin Gakhu Tayjin jadi kaget. Kalian perlu diberikan hukuman!" Murid-murid Thiat Ciang Pang segera cepat-cepat meninggalkan ruangan tersebut, mereka menunggu diluar rumah penginapan. Khiu Cian jin telah menoleh kepada tamu-tamu dan pemilik rumah penginapan dan para pelayan, katanya. "Kalian boleh pergi, maafkan atas kejadian ini yang hanya mengejutkan kalian saja!" Dan Khiu Cian Jin tertawa lagi. Jika tokh dia melepaskan semua orang itu, karena memang KhiuCian jin tengah bergirang-hati, karena tidak disangka-sangkanya si nona manis yang memang tengah diincarnya itu bisa memberikan sambutan seperti itu. dan tentu saja dihadapan bakal mertuanya ini dia ingin memperlihatkan watak yang sebaik mungkin. Ming Wangwe setelah berdiam bengong sejenak, kemudian tersadar dengan wajah yang pucat, katanya. "Apa.. apa artinya semua ini, mengapa.. mangapa Tayhiap memanggilku dengan sebutan Gakhu?" Khi Cian Jin menoleh sambil menyeringai, katanya. "Apakah Gakhu belum mengetahui? Aku mantu Gakhu, dan puterimu itu telah pinuju denganku.. hahaha!" Muka Ming Wangwe jadi berobah merah padam, walaupun dia erasa takut pada seorang ini, dia ngeri melihat 419 sikap yang garang dan anak buahnya begitu banyak, namun urusan ini adalah urusan puterinya. "Mana bisa begitu saja.. kau mana bisa berkata seenakmu begitu saja, belum pula kau meminta persetujuanku, belum lagi melamar dan kalian belum lagi menikah, bagaimana kau memanggilku dengan sebutan Gakhu jika tokh memang antara kau dan anakku terdapat kesepakatan, itupun harus dibicarakan perlahan-lahan!" "Oh begitu?" Tanya Khiu Cin Jin sambil tersenyum menyeringai lagi. "Tentu sana mantu hanya menuruti keinginan Gakhu. Soal pesta perkawinan puterimu denganku jangan kuatir, karena mantumu akan menyelenggarakan pesta yang besar dan meriah, tidak akan kalah meriahnya dengan jika seorang kaisar melangsungkan perkawinannya mengambil Hong Houw (permaisuri)!" Ming Wangwe melihat lagak Khiu Cin Jin semakin tidak menyukai. Memang dia mengetahui orang-orang kangouw umumnya kasar berandalan, tapi urusan ini justru menyangkut soal masa depan puterinya, bagaimana mungkin dia bisa main- main menghadapinya? Maka Ming Wangwe menggeleng- gelengkan kepalanya, katanya. "Maafkan Tayhiap, tidak bisa soal ini dibicarakan sekarang. Kami tengah dalam perjalanan ke Souwciu, ketempat kediaman kami yang baru. Jika memang kami telah tiba disana, silakan Tayhiap nanti mengirim orang untuk menemui kami, dan waktu itulah kita membicarakan soal itu.!" Muka Khiu Cian jin berobah, dia berkata dengan sikap tidak senang. "Jadi Gakhu tidak mau menerima mantumu ini?!" Tanyanya. 420 Ming Wangse jadi mengkeret melihat sorot mata yang bengis dari "calon mantu ini, tapi kemudian dia memaksakan diri untuk mengangguk. "Bukan menolak, tapi soal keputusan soal diterima atau ditolak, itu tergantung dari hasil pembicaraan kita kelak di Siauwciu, urusan pernikahan antara Tayhiap dengan puteriku itu bukanlah urusan remeh, itulah urusan seumur hidup, karena dari itu harus kita bicarakan perlahan-lahan.!" Khiu Cian Jin berobah wajahnya semakin tidak enak, dia menyeringai dengan wajah yang tidak sedap dilihat dan bengis sekali, sorot matanya juga tajam, dia berkata. "Terserah pada Gakhu mau menyetujui ata tidak, tapi yang terpenting puterimu itu telah penuju denganku, dan calin isteriku itu akan kubawa serta sekarang ini untuk dibawa ke rumahku.. jika Gakhu setuju, boleh ikut serta untuk hadir dalam pesta perkawinan kami, jika tidak, Gakhupun tidak dipaksa untuk ikut dengan kami!" Muka Ming Wangwe jadi berubah sebentar merah sebentar pucat kehijau-hijauab, dia gusar bukan main, tapi dalam gusarpun bercampur jeri, dia tidak berani memperlihatkan kegusarannya itu, hanya katanya. "Saat ini tidak bisa diputuska begitu saja sepihak dari Tayhiap, karena sebagai ayahnya Lohupun belum lagi membicarakannya dengan anakku itu!" "Hemm, tadi Gakhu telah mendengar sendiri tentunya, bahwa puterimu itu penuju denganku, maka sekarang Gakhu tidak perlu banyak cara lagi, jangan terlalu rewel...!" "Tapi!" "Tapi apa?!" Bentak Khiu Cian jin habis sabar, dan dia menggerakkan tangannya, maksudnya hendak menempeleng 421 Ming Wangwe, tangannya yang telah diangkat itu tergantung diudara, tidak jadi diturunkan untuk menempeleng, karena dia teringat dengan segera, walaupun bagaimana lelaki tua dihadapannya itu adalah "Gakhu nya yang tentu saja tidak pantas ditempeleng dihadapan A Heng calon gundiknya. "Sudah, kau menyingkir kesana!" Bentak Khiu Cian Jin. Muka Ming Wangwe waktu itu pucat, dia memandang pada Khiu Cian Jin antara takut dan kuatir, diapun tidak mau menyingkir, karena kuatir kalau-kalau puterinya nanti main paksa dibawa begitu saja oleh orang she Khiu yang tampaknya berangan ini. A Heng yang melihat keadaan ayahnya seperti itu, telah cepat-cepat menghampiri Khiu Cian Jin, katanya "Khiu Toaya, bukankah engkau mengatakan mau membahagiakanku dihari- hari mendatang, janganlah engkau memperlakukan ayahku seperti itu, karena hatiku jadi sakit dan berduka!" "Oh, tidak manis, tidak.. aku hanya meminta ayahmu menyingkir agar kami tidak bertengkar. Tokh pertengkaran tidak membawa kebaikan untukmu?" Sahut Khiu Cian jin. "Soal perkawinan kita, memang benar apa yang dikatakan ayah, kitapun biar telah saling cocok satu dengan yang lain dan telah bersepakat, namun harus menghormati orang tua, terlebih lagi pernikahan kita bukan urusan yang remeh, merupakan urusan seumur hidup! Jika memang Khiu Toaya mencintaiku, tentunya Khiu Toaya tidak akan meremehkan urusan itu, sama juga Khiu Toaya tidak memberi muka sedikitpun padaku!" "Ohh.. mana boleh begitu, mana boleh begitu?" Kata Khiu Cian Jin cepat. "Lihatlah justru aku telah datang kemari untuk menjemputmu! Tidak sembarangan aku bersedia 422 menjemput seperti ini, dengan kedatanganku ini, tanpa mengirim utusan, berarti aku menghormati kalian ayah dan anak!" "Tapi Khiu Toaya !" A Heng tidak meneruskan perkataannya. "Tapi kenapa. Manisku?" Tanya Khiu Cian Jin. "Bukankan kedatangan Khiu Toaya ingin mencari seseorang?" Tanya A Heng hati-hati dan diam-diam dia memperhatikan Khiu Cin Jin, dilihatnya muka Khiu Cin Jin berseri-seri. "Benar! Benar!" Katanya cepat. Memang aku sedang mencari seseprang. Kebetulan sekali, tentunya aku bisa minta keterangan darimu manis!" "Siapakah yang sedang Khiu Toaya cari?" Tanya A Heng. "Dia she Oey dan bernama Yok Su, yang waktu itu telah menghajar kalang kabutan murid-murid Tiat Ciang Pang di kapal yang ditumpangi kalian bisakah kau menjelaskan, manis, orang she Oey itu pergi kemana? Apakah dia tidak memberitahukan tujuannya kepada kalian kemana dia akan pergi?" A Heng menggelengkan kepalanya. "Sayang sekali orang itu tidak mengatakan apa-apa!" Katanya kemudian. "Sepatah katajuga dia tidak memberitahukan apapun juga?! Tanya Khiu Cian jin. A Heng menggeleng lagi. Khiu Cian Jin tersenyum. 423 "Jika memang demikian, biarlah, janganlah kita terlalu memperhatikan urusan itu, karena nanti terganggu kegembiraan kita, disaat-saat bahagia akan memasuki hari perkawinan seperti ini.!" Muka A Heng berobah merah, dia jengah dan mendongkol! Deia membatin. "Hemm, siapa yang sudi menjadi isterimu? Lebih baik aku mati daripada menjadi isteri seorang manusia kasar sepertimu!" Namun belum lagi A Heng berkata-kata untuk mengulur- ulur waktu, tiba-tiba terdengar suara seruling yang mengalun perlahan namun merdu. Lagipula dalam nada suara seruling itu bagaikan mengandung suatu kekuatan gaib yang memukau! A Heng jadi berseri-seri girang memperoleh harapan, karena segera juga dia mengenali, itulah lagu "Thian Mo Bu Kiok (lagu tarian hantu langit) yang pernah didengar A Heng ketika Oey Yok Su meniupkan lagu itu di kapal untuk A Heng mendengarkannya. Dan lagu itu kini terdengar lagi, sebentar perlahan dan jauh sekali, tapi tidak lama kemudian terdengar meninggi dengan suara yang tetap lembut, bagaikan dekat sekali, seperti suara seruling itu berada dipinggir telinganya. Muka Khiu Cian jin jadi berobah, tampaknya dia keget bercampur girang, diapun telah berjingkrak sambil berseru. "Itu dia cepat cari!" Murid-murid Tiat Ciang Pang segera beramburan keluar rumah penginapan. Namun waktu Khiu Cian Jin hendak keluar juga, disaat itulah terdengar orang berkata dengan suara dingin. "Aku berada disini!" 424 Khiu Cian Jin memang memiliki kepandaian yang tinggi, Iwekangnya juga sempurna. Dia tadi memperhatikan suara itu, seperti juga berada diluar rumah penginapan, namun waktu mendengar per-kataan seseorang itu datangnya dari atas panglarian, segera dia mengangkat kepalanya, maka dia melihat seseorang tengah duduk tenang-tenang disitu dengan wajah yang dingin dan mata yang bengis. Ditangannya tercekal sebatang seruling, mengenakan jubah warna hijau gan berkopiah Shiauw-yan-kin. A Heng ketika melihat orang yang duduk dipenglarian itu jadi girang bukan main, dia sampai berseru tanpa disadarinya dengan kegirangan yang meluap. "Oey Toako!" Orang itu memang tidak lain daripada Oey Yok Su. Malah waktu itu Oey Yok Su tengah menoleh memandang pada A Heng, melihat si gadis yang tengah berseri-seri dalam kegembiraan yang meluap seperti itu, wajah Oey Yok Su jadi berobah cerah, jika semula dingin tidak berperasaan, kini mukanya itu tampak bersinar cerah dan matanya mengawasi lembut, penuh kasih sayang pada A Heng. Begitu hangat sorot mata tersebut, sehingga A Heng tanpa diinginkannya telah melangkah beberapa tindak kedepan, dan katanya. Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Oey toako Oey toako, mereka menghina kami!" Oey Yok Su mendengus. "Hemm, perlahan, tahu-tahu tubuhnya seperti seekor rajawali telah terbang turun hinggap disamping A Heng, katanya lembut dan sabar. "Jangan kuatir A Heng, aku akan menghajar mereka agar hatimu puas!" Setelah berkata begitu, Oey Yok Su menoleh kepada Khiu Cian Jin, wajahnya jadi dingin dan bengis, katanya. "Engkau rupanya Pangcu Thiat Ciang Pang, yang terkenal dengan "Ngo Tok Sin Ciang Kang (Tangan Besi Yang Beracun).! 425 Kebetulan sekali kita bisa bertemu, aku orang she Oey ingin sekali meminta petunjuk tangan beracunmu itu!" Muka Khiu Cian Jin berobah merah karena mendongkol dan gusar, dia telah menyahuti dengan sengit. "Bagus! Engkau telah rubuh ditangan Ong Tiong Yang dalam pertempuran di Hoa San. sungguh tidak tahu malu, apakah sebagai jago pecundang sekarang engkau hendak membuka mulut lebar? Aku Khiu Cian Jin waktu itu tengah memiliki urusan yang tidak bisa ditinggalkan dan kerenanya, aku tidak bisa hadir dalam pertemuan di Hoa San, dengan begitu, aku tidak bisa memperluhatkan kebolehanku! Hemm, jika tidak, kalian berlima, Ong Tiong Yang dengan kau, See Tok, Lam Te dan Pak Kay, tentu bukan menjadi tendinganku, dimataku kalian tidak lebih dari bocah-bocah nakal belaka.!" Mendengar perkataan Tiat Ciang Sui Siang Piauw Khiu Cian Jin, Oey Yok Su mendengarkan dengan suara dingin, mukanya dingin tidak berperasaan dan bengis sekali. Dia memang telah cukup lama mendengar nama besar Khiu Cian Jin. Memang jago ini memiliki tangan yang beracun sekali. Beberapa tahun Khiu Cian Jin telah melatih dan memahamkan Ngo Tok Sin Ciang Sin Kang yang sangat beracun sekali, semacam ilmu yang luar biasa, justru waktu diselenggarakan pertemuan pertama di Hoa San, latihan Ngo Tok Sin Ciang Sin Kang belum sempurna diyakininya, maka dia tidak ikut serta sebab dia jeri pada Ong Tiong Yang yang memiliki ilmu yang sempurna. Karena dari itu, dia telah melatih diri terus dengan giat untuk menyempurnakan ilmunya itu, untuk dapat ambil bagian dalam pertemuan kedua di Hoa San, guna merebut gelar "Bu Kong Thian Hie It (Jago nomor satu dikolong langit ini). "Baiklah, aku telah menyaksikan , betapa seorang Pangcu yang ternama, yang memiliki ilmu yang luar biasa hebatnya, 426 yang demikian perkasa, hingga bisa membuat orang mengkeret ketakutan, tidak peduli pria ataupun wanita, sungguh membuat aku Oey Yok Su jadi kagum bukan main!" Kata Oey Yok Su kemudian. Itulah ejekan buat Khiu Cian Jin, dia mengawasi Oey yok Su dengan sorot mata yang merah menyala karena murka, sampaiakhirnya berkata dengan suara yang menahan kegusarannya itu. "Baik, baik orang she Oey, jika memang di Hoa San kita tidak memiliki kesempatan untuk bertemu muka, maka aku hendak mengajakmu main-main, guna melihat, apakah engkau nanti panta atau tidak turut serta dalam pertemuan di Hoa Sah yang kedua kalinya.. jika memang sekali ini engkau rubuh ditanganku, berarti engkau sudah tidak memiliki hak untuk ambil bagian dalam pertemuan kedua di Hoa San!" Mendengar perkataan Khiu Cian Jin seperti itu, Oey Yok Su tertawa dingin, katanya dengan tawar. "Baik, baik aku ingin melihat tangan beracunmu itu hebat sampai ditingkat keberapa dan apakah bisa melumpuhkan Tong Shia .. jika memang Tong Shia harus tunduk kepadamu hari ini, maka aku tegaskan disini saja, untuk selanjutnya aku tidak mau dipusingi lagi dengan segala urusan pertemuan di Hoa San dan juga gelar Bu Kong Thian Hee Tee It sudah tidak ingin kuperebutkan lagi! Malah jika memang kau mau memiliki gelar Bu Kong Thian Hee Tee It itu, aku Oey Yok Su akan mempersembahkan dengan kedua tanganku!" Dan setelah berkata begitu, Oey Yok Su mengibaskan serulingnya, simana dia telah menyampok udara kosong, sambil katanya. "Mari kita main.!" 427 "Mari kita mulai..!" Kata Khiu Cian Jin sambil mengerahkan tenaga dalamnya ke telapak tangannya. Diam- diam dia memang bermaksud sekali turun tangan membinaakan Oey Yok Su. Dia memang mengetahui bahwa Oey Yok Su merupakan salah seorang jago luar biasa yang memiliki kepandaian telah sempurna dan tidak boleh dipandang ringan. Jika tadi dia bersikap acuh tak acuh dan tidak memandang sebelah mata pada Oey yok Su, itu untuk memperlihatkan sikap keagung-agungan, bagaikan Oey yok Su tidak berarti dimatanya. Kedua jago yang memiliki kepandaian sempurna ini telah saling berhadapan. Oey Yok Su sendiri memang belum pernah bertemu muka dengan Khiu Cian Jin. Cuma saja dia telah mendengar banyak prihal Pangcu Tiat Ciang Pang ini, yang menurut cerita orang memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali dan boleh jadi diatasnya kepandaian Ong Tiong Yang. Namun sebagai orang yang berperingai aneh, Oey Yok Su tidak jeri menghadapinya. Khiu Cian Jin setelah merasa cukup mengerahkan tenag dalamnya pada telapak tangannya, yang telah dilatihnya dengan direndam racun selama tahunan itu, telah melayangkan tangan kanannya, tahu-tahu dia menyampok ke arah Oey Yok Su. Sama sekali dia tidak bermaksud untuk menyerang mengenai sasaran, tapi angin serangan yang menebarkan bau amis itu telah menerjang Oey Yok Su dan Oey Yok Su dan menyebabkan harus mundur karena menyadari itulah hawa racun yang hebat sekali. Tapi Oey Yok Su juga mundur bukan untuk berdiam diri, karena dia telah melompat kesamping sambil menggerakkan serulingnya, membabat kearah pergelangan tangan Khiu Cian 428 Jin, sebab ujung seruling itu telah meluncur akan menotok jalan darah Kie hiat-hiat dari orang she Khiu tersebut. Khiu Cian jin menarik pulang tangannya sehingga hawa pukulan yang menebarkan bau amis dan mengandung racun telah tidak menyelubungi Oey Yok Su lagi. Tocu Tho Hoa To itu turun tangan tidak tanggung- tanggung, melihat lawannya menarik pulang tangannya, serulingnya yang tengah bergerak untuk menyerampang tangan Khiu Cian Jin telah diteruskan sehingga kini meluncur lurus sekali, akan menotok dada Khiu Cian Jin. Khiu Cian Jin melompat lagi kesamping dengan tubuh yang bergoyang kebelakang, guna menjauhkan diri dari ujung seruling itu. dengan gerakan seperti itu Khiu Cian Jin memang telah berhasil mengelakkan diri dari totokan tersebut. Tapi Oey Yok Su sama sekali tidak mau membuang-buang waktu lagi, dalam waktu yang sangat singkat dia telah menotok lima atau enam kali yang dilakukannya dengan beruntun. Dan Khiu Cian Jin juga telah balas menyerang dengan cepat sekali, sepasang tangannya itu bergerak-gerak dan dari kedua telapak tangannya itu telah meluncur angin pukulan yang mengandung racun yang hebat dan bisa mematikan, sehingga Oey yok Su mersakan angin pukulan yang amis dan memuakkan. Kala itu Khiu Cian jin sendiri telah melihat bahwa kepandaian Oey Yok Su memang bukan sembarangan. Karena biarpun Oey Yok Su menyerang baru beberapa jurus, namun kenyataan yang ada, dia telah memperlihatkan tingkat Iwekang dan kepandaiannya yang sempurna. Sebagai seorang yang telah memiliki kepandaian sempurna, sekali melihat begitu saja Khiu 429 Cian Jin telah mengetahui bahwa Oey Yok Su memang memiliki kepandaian yang tidak berada disebelah bawah kepandaiannya dan kemungkinan juga masih berada diatasnya! Memang Tocu Tho Hoa To itu memiliki kepandaian yang aneh sekali disamping hebat. Sebagai seorang yang memiliki Iwekang yang sempurna dan juga mengerti ilmu Cu Kat Bu Hauw yaitu ilmu delapan penjuru langkah yang menurut jalannya Pat Kwa, maka Oey Yok Su bisa menyerang Khiu Cian Jin selalu dari berbagai jurusan, sebab tubuh Oey Yok Su sebentar berada disebelah kanan, lalu disebelah kiri, mendadak sekali disebelah belakang, dan tiba-tiba didepannya lagi. Dengan tindakan yang ringan dan enteng sekali, Oey Yok Su seperti tidak menginjak tanah dan setiap kali serulingnya bergerak menyerang, maka sasaran yang dicecarnya itu merupakan jalan darah yang bisa mematikan atau setidaknya mengakibatkan terluka didalam kalau saja salah satu jalan darah Khiu Cian Jin kena tertotok. Waktu itu, A Heng yang mengawasi jalannya pertempuran itu tengah mengawasi dengan hati yang berdebran kuatir sekali, dia telah menghampiri ayahnya. Mereka Ayah dan anak telah menyeksikan jalannya pertempuran itu. sedangkan tamu-tamu lainnya didalam rumah penginapan itu dan pemilik rumah penginapan bersama beberapa orang pelayan, telah ikut menyaksikan jalannya pertempuran tersebut dengan hati mengkeret, karena mereka mengetahui kedua orang itu memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Mereka berdoa agar Oey Yok Su yang memperoleh kemenangan, sebab jika Khiu Cian Jin yang memperoleh kemenangan, tentu mereka bisa celaka di tangan Khiu Cian jin Pangcu dari Tiat Ciang Pang yang terkenal sangat kejam itu. 430 Murid-murid Thiat Ciang Pang yang mendengar suara ribut-ribut di dalam, telah menyerbu masuk dan waktu meluhat Pangcu mereka tengah bertempur dengan seseorang, yang merupakan orang yang tengah mereka cari, yaitu Oey Yok Su, mereka mengepung sekitar ruangan tersebut, senjata mereka dicekal kuat-kuat, karena jika pangcu mereka mengalami ancaman bahaya, tentu mereka bisa menyerbu untuk mengeroyok Oey Yok Su, dan diwaktu itu, mereka juga telah melihatnya di ruangan tersebut bahwa pangcu mereka memang agak terdesak, trutama sekali Pangcu dari Tiat Ciang pang tersebut berulangkali harus mundur. Khiu Cian Jin sendiri jadi sangat penasaran sekali dan gusar, karena selama dia meyakinkan ilmunya, Ngo Tok Sin Cian Sin Kang, dia yakin akan dapat mempergunakan ilmunya tersebut menghadapi Ong Tiong Yang, si manusia yang berkepandaian nomor satu di kolong langit ini, sedangkan menghadapi Oey Yok Su saja, jago yang memiliki kepandaian satu tingkat dibawah kepandaian Oang Tiong Yang, bukannya dia bisa merubuhkan lawannya, malah dirinya sendiri yang terdesak berulang-kali. Waktu itu Khiu Cian jin, setelah melihat cara menyerang Oey Yok Su dan masih juga mempergunakan serulingnya untuk menotok, telah merobah cara bertempurnya, dia telah menggerakkan kedua tangannya yang didorongnya silih berganti. Dalam keadaan seperti inilah tampak jelas sekali, betapa jelas sekali, betapa angin yang mengandung hawa racun menggempur bertubi-tibi pada Oey Yok Su. Oey Yok Su ketika melihat bertempurnya Khiu Cian jin yang lain dari semula dan waktu itu juga, selain tenaga pukulan lebih kuat, pula mengandung racun lebih hebat, telah merobah 431 pula cara bertempurnya. Dia mendekatkan seruling kebibirnya, kemudian meniupnya dengan suara merayu-rayu. Sambil meniup serulingnya itu, tubuh Oey Yok Su juga berkelebat kesana kemari mengelilingi Khiu Cian Jin dan Khiu Cian Jin seperti melihat Oey Yok Su telah berobah menjadi puluhan Oey Yok Su, dimana hal itu disebabkan cepatnya Oey Yok Su mengelilinginya berpindah-pindah tempat dari yang satu ketempat lainnya, dari samping kebelakang, dari belakang kedepan lagi, dari depan kesamping kiri atau kekanan. **** Jilid 12 BEGITU seterusnya. Dan Khiu Cian Jin seperti dikurung oleh bayangan Oey Yok Su. Dengan demikian terlihat betapa Khiu Cian Jin jadi repot sekali menghindarkan diri maupun melompat kesana kemari menghindarkan serangan Oey Yok Su, yang sekali-sekali menggunakan kakinya untuk me-nendang, menotok dengan memper- gunakan ujung sepatunya. Begitulah kedua orang ini telah terlibat dalam sebuah pertempuran yang benar- benar seru sekali. Semua orang yang mengawasi jalannya pertempuran tersebut jadi mengawasi dengan mata terpentang lebar-lebar. Waktu itu anak murid Tiat Ciang Pang, walaupun mereka masing-masing mencekal senjata tajam, namun mereka tidak berani sembarangan menyerbu maju untuk mengeroyok Oey 432 Yok Su. Pertama, mereka tidak berani menerjang maju sebelum mendapat perintah dari pangcu mereka. Kedua, karena memang mereka mengetahui Oey Yok Su memiliki kepandaian yang tinggi sekali, dengan demikian, jelas jika mereka main terjang saja, menyebabkan mereka menerima bencana yang tidak kecil. Bukankah sudah ada contoh kawan-kawan mereka yang dihajar kalang kabutan oleh Oey Yok Su diatas perahu beberapa waktu yang lalu? Dan bukankah telah ada contoh pula betapa Hian Pwee Bong Kiauw Thay telah dihajar hancur sepasang tangannya sehingga Hian Pwee Bong Kiauw Thay menjadi manusia bercacat? Waktu itu setelah berkelebat-kelebat beberapa saat dan lagu yang dimainkannya telah habis, maka Oey Yok Su telah berkata. "Sekarang sudah tiba waktunya aku menghajarmu!" Dan tampak Oey Yok Su sudah merobah cara bertempurnya, tubuhnya berkelebat semakin cepat, dan Khiu Cian Jin merasakan angin serangan yang bertubi-tubi menyambar kearahnya, menyambar dengan hebat dan kuat, mengincar bagian-bagian yang mematikan disekeliling dirinya. Khiu Cian Jin sendiri mencelos hatinya. Sekarang dia baru menyadari bahwa dirinya memang bukan tandingan Oey Yok Su. Jangankan hendak merubuhkan Ong Tiong Yang, sedangkan dengan Oey Yok Su yang kepandaiannya satu tingkat dibawah Ong Tiong Yang, dia dibuat tidak berdaya. Malah sebagai orang yang memiliki kepandaian yang sangat tinggi dan juga Iwekang yang kuat, segera juga Khiu Cian Jin menyadarinya, sedikitnya dia berada satu tingkat dibawah kepandaian Oey Yok Su! Diantara angin serangan yang menderu-deru dan bayangan tubuh kedua jago yang mengukur kepandaian itu, yang 433 berkelebat-kelebat dengan gesit sekali tidak bisa dilihat jelas, terdengar Oey Yok SU telah berkata. "Sekarang kau terimalah ini!" Dan tahu-tahu Oey Yok Su telah menyentil dengan jari telunjuknya. Gerakan yang dilakukan itu nampak perlahan sekali, namun tenaga menyentilnya itu hebat sekali, sehingga mendatangkan gelombang angin serangan yang luar biasa dahsyatnya. Khiu Cian Jin mati-matian berusaha meng-elakkan diri, dan dia memang berhasil menghindari telunjuk Oey Yok Su, namun justru yang menjadi korban adalah lengan jubahnya yang kena ditotok jari telunjuknya Oey Yok Su, sampai lengan jubahnya itu berlobang. Khiu Cian Jin melompat mundur dengan wajah yang merah padam, karena dia gusar dan malu, dia telah membentak. "Orang she Oey, hari ini memang aku mengakui telah dirubuhkan olehmu, tapi kelak dalam pertemuan yang kedua kalinya di Hoa San, kita akan bertemu pula, disana kita akan mengadu kepandaian sepuas hati..!" Lalu tanpa menantikan jawaban Oey Yok Su, Khiu Cian Jin telah memutar tubuhnya, dia telah mengisyaratkan murid-murid Tiat Ciang Pang agar meninggalkan tempat tersebut. Oey Yok Su tidak menahan kepergian lawannya itu, diapun tidak mengejaknya, hanya dia mengawasi dengan wajah yang dingin dan sorot mata yang tajam. **** Setelah Khiu Cian Jin dan murid-muridnya berlalu, maka Ming Wangwe dan tamu-tamu rumah penginapan lainnya, 434 termasuk pemilik rumah penginapan dan para pelayan telah memberi hormat kepada Oey yok Su yang telah datang untuk mengusir Khiu Cian Jin dan murid-muridnya itu. Terlebih lagi pemilik rumah penginapan itu, yang telah memperlakukan Oey Yok Su dengan sikap yang manis dan mempersilakan tuan penolong ini memilih sebuah kamar istimewa yang paling bagus di rumah penginapannya ini! Ming Wangwe sambil merangkapkan tangannya dan membungkuk memberi hormat, telah berkata. "Terima kasih atas pertolongan kali ini Tayiap telah dua kali Tayhiap menyelamatkan kami ayah dan anak dari tangan manusia- manusia jahat itu entah bagaimana caranya aku orang she Ming harus membalas budi besar Tayhiap!" Oey Yok Sy hanya mengangguk saja, katanya. "Aku hanya melakukan apa yang ingin kulakukan sudahlah, diantara kita tidak terdapat budi dan kebaikan, karena apa yang kusenangi tentu akan kulakukan. Jika memang aku tidak menyukai kalian, tentu aku bisa saja membantu Khiu Cian Jin untuk menyiksa kalian!" Ming Wangwe tercengang sejenak, didalam hatinya dia berkata. "Dasar orang Kagouw, kasar-kasar semua, tidak tahu peradatan dan sopan santun!" Tentu saja apa yang dipikirkannya itu tidak berani diutarakannya, dia tersenyum sambil katanya. "Tayhiap, bagaimana jika kami mengundang Tayhiap makan-makan bersama kami? Lohu mengundang Tayhiap, untuk menyampaikan rasa terima kasih kami!" Jika dalam keadaan biasa tentu Tecu Tho Hoa To ini akan mengejek atas keinginan Ming Wangwe yang mau menjamunya, tapi kali ini justru lain. Dia melirik dulu pada A Heng, yang waktu itu si gadis tengah mengawasinya dengan 435 bibir tersungging senyuman, matanya yang bersinar mengandung kegirangan yang meluap dan juga pancaran perasaan mencintai. Maka Oey Yok Su tidak tega untuk menolak keinginan ayah si gadis yang disayangnya itu, disamping itu nanti bisa A Heng berduka. Maka Oey Yok Su kemudian mengangguk. "Baiklah, terima kasih Ming Wangwe!" Kata Oey Yok Su perlahan. Bukan main girangnnya Ming Wangwe, segera dia perintahkan pelayan untuk mempersiapkan sebuah meja perjamuan yang lengkap dengan segala makanan yang lezat- lezat. Disamping itu Ming Wangwe dalam girangnya telah memesan sebuah meja perjamuan lainnya, menjamu para kusir kereta, agar mereka ikut meramaikan perjamuan itu, untuk ikut bergembira. Oey Yok Su duduk dengan wajah yang dingin, sedangkan Ming Wangwe menjamunya dengan menghormat sekali. Demikian juga pelayan pemilik rumah penginapan yang ikut berpesta juga, memperlakukan Oey Yok Su dengan menghormat sekali, karena mereka telah melihat betapa Oey Yok Su memiliki kepandaian yang begitu tinggi, memiliki kehebatan yang menakjubkan, dengan mudah telah bisa mengusir Khiu Cian Jin dan murid-muridnya! Tapi perlakuan dan pelayanan yang diterima oleh Oey YokSu tidak menggembirakan Oey Yok Su. Dipulaunya sendiri dia hidup bagaikan seorang kaisar, dia dilayani oleh pelayan-pelayannya. Pelayan-pelayan yang telah dipotong lidahnya sehingga menjadi gagu semua, pelayan-pelayan yang telah ditusuk telinganya sehingga menjadi tuli. Dimama Oey 436 Yok Su dilayani dengan sikap menghormat, dilayani bagaikan seorang Kaisar belaka.! Memang para pelayannya itu adalah para mantan penjahat, yang latar belakang kehidupannya telah diselidiki dengan benar oleh Oey Yok Su, mereka merupakan manusia-manusia busuk, karena dari itu Oey Yok Su telah memaksa dan membawa mereka ke pulaunya, dipotong lidahnya, ditusuk telinganya, sehingga gagu dan tuli. Lalu diperintahkan kepada mereka untuk melayani dirinya, dan sikap Oey Yok Su terhadap mereka selalu bengis, dimana tidak segan-segan Oey Yok Su akan menurunkan tangan kejam mengandung kematian buat pelayannya yang berani melarikan diri. Bahkan Oey Yok Su sendiri pernah berkata. "Aku Oey Yok Su, aku bukan seorang Kauwcu, kaum Kangouw menyebut aku Tong Shia, si sesat dari Timur maka dengan sendirinya tidak dapat bergaul dengan bangsa budiman. Bujang-bujang, semakin dia jahat, semakin tepat untukku!" Dan memang Tong Shia memiliki adat dan perangai yang aneh, malah oleh sahabat-sahabatnya dia dikenal sebagai orang yang agak sesat sepak terjangnya. Hal itu disebabkan oleh Oey Yok Su memang selalu membawa cara hidupnya, tidak pernah mau mentaati segala peradatan yang terdapat dalam pergaulan antara sesama manusia. Dia bilang hitam, harus hitam, dia bilang putih harus putih. Maka yang hitam dibilang putih, orang lain harus menurutnya, tidak ada seorangpun yang boleh membantah perkataannya, sebab jika ada orang berani membantah perkataannya, niscaya Oey Yok Su akan sebal dan muak, berarti bisa saja dia turunkan tangan kejam mencelakai orang itu, jika tidak dibinasakannya, tentu akan disiksanya agar orang itu menjadi bercacat. 437 Waktu itu, Oey Yok Su yang mendapat pelayanan istimewa dari Ming Wangwe dan puterinya, telah menerima pelayanan tersebut dengan girang pula, karena disampingnya memang ada A Heng si gadis yang sangat dicintainya. Rupanya Ming Wangwe telah melihat juga, betapa puterinya memperlakukan Oey Yok Su dengan sikap manis luar biasa, juga Oey Yok Su selama memandang A Heng dengan sorot mata mencintai, maka orang tua itu hanya senyum-senyum dan pura- pura pilon tidak mengetahuinya, hanya dia selalu menyediakan dan mengisi cawan arak yang telah habis diteguk oleh Oey Yok Su dengan arak baru dari pocinya. Begitulah Oey Yok Su telah memperoleh kamar yang cukup besar dan diatur bersih sekali oleh pemilik rumah penginapan tersebut. Mereka berpesta bersama para tamu rumah penginapan yang lainnya sampai larut malam, barulah mereka berpisah kembali ke kamar masing-masing. Malam itu tampaknya Ming /wangwe gembira sekali. Tapi keesokan paginya, ketika dia terbangun dari tidurnya, dan setelah bersalin pakaian, Ming Wangwe jadi terkejut dan berduka, dia tidak melihat puterinya dan hanya menemukan sepucuk surat yang menyatakan bahwa puterinya ini ikut dengan Oey Yok Su, untuk jadi isteri Tocu Tho Hoa To tersebut. Dan Oey Yok Su didalam surat itu juga menjelaskan bahwa dia tidak pernah menuruti peradatan yang ada dan meminta Gakhunya itu memaafkan tindakannya yang main ajak begitu saja pada puteri orang she Ming tersebut. Ming Wangwe hanya bisa menghela nafas dalam-dalam. Dia memang mengetahui bahwa orang-orang kangouw terdiri dari manusia-manusia kasar, tapi dia sama sekali tidak 438 mengetahui bahwa Oey Yok Su sesungguhnya seorang tokoh besar dalam kalangan Kangouw, seorang yang kepandaiannya telah sempurna dan sudah tidak ada lawannya lagi selain keempat tokoh besar lainnya. Disamping itu juga memang Oey Yok Su mem-punyai perangai yang aneh dan bertindak sesuai kata hati belaka. Maka terhadap A Heng, dikala gadis itu memang mencintainya juga, maka Oey Yok Su telah mengajukan lamarannya langsung pada gadis itu setelah bubarnya pesta, dia mendatangi kamar si gadis, menanyakan apakah cintanya itu bersambut. Dan setelah memperoleh jawaban bahwa A Heng junga mencintainya maka Oey Yok Su telah membawa pergi gadis tersebut. Ming Wangwe benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan, selain keesokan paginya dia melanjutkan perjalanan menuju ke Souwciu. **** OEY YOK SU yang mengajak A Heng telah mengempit gadis itu dan berlari dengan cepat dan pesat sekali, karena dia telah mempergunakan ginkangnya yang telah sempurna. A Heng merasakan betapa tubuhnya seperti melayang- layang diangkasa. Gadis ini telah memejamkan matanya, dia tidak berani melihat sekitarnya yang dilaluinya. Setelah fajar menjelang datang dan matahari pagi mulai memancarkan sinarnya, Oey Yok Su baru menurunkan si gadis. Mereka telah berada disebuah permukaan hutan yang tidak begitu lebat. Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Setelah beristirahat beberapa saat lamanya, Oey Yok Su telah bersembahyang kepada Langit dan Bumi, buat 439 meresmikan pernikahan mereka. Barulah kemudian mereka meneruskan perjalanan, dimana Oey Yok Su ingin membawa pengantin barunya ini pulang ke Tho Hoa To, untuk hidup bahagia disana. Sepanjang dalam perjalanan, Oey Yok Su menceritakan pada A Heng, bahwa sesungguhnya dia selalu mengikuti ayah dan anak itu, secara diam-diam telah melindunginya. Tetapi ketika melihat Khiu Cian Jin, dia sengaja hendak melihat dulu apa yang dilakukan oleh Khiu Cian Jin, baru kemudian memperlihatkan dirinya. Oey Yok Su juga mengatakan, di pulaunya yang indah itu, A Heng akan diperlakukan sebagai ratunya.! Dengan demikian Ming Sian Heng, puteri dari Ming Wangwe, telah resmi menjadi Nyonya Oey Yok SU. Mereka merupakan pengantin baru yang berbahagia sekali. Walaupun Ming Sian Heng atau A Heng meras berat berpisah dengan ayahnya, namun karena cintanya yang begitu besar pada Oey Yok Su, akhirnya dia memang bahagia disisi suaminya, terlebih lagi Oey Yok SU memang sangat mencintai dan memanjakannya. Tidak ada satu permintaan dari A Heng yang tak pernah diturutinya. Dan Oey Yok Su yang mempunyai perangai yang aneh itu memang tunduk sekali pada isterinya, karena memang dia sangat sayang pada A Heng, sedapat mungkin dia ingin membahagiakan puterinya tersebut. **** ONG TIONG YANG yang telah memiliki Iwekang sempurna dan ilmu silat yang telah mencapai puncak 440 kesempurnaan, mengetahui bahwa detik-detik terakhir dari hidupnya tidak akan lama lagi. Karena sebagai seorang yang telah memiliki kepandaian begitu sempurna dan sulit ditakar, Ong Tiong Yang bisa mengetahui kapan detik-detik hidupnya akan berakhir dan kapan meninggalnya!" Didalam rimba persilatan Ong Tiong Yang sudah tidak ada tandingannya lagi, karena dialah orang yang berkepandaian paling tinggi dan nomor satu di kolong langit. Untuk itu dia telah memperoleh pengakuan resmi dari empat tokoh besar lainnya. Namun justru, akhirnya dia menyerah juga pada usia tuanya, dimana kematian tokh akan menjelang datang. Namun yang membuat Orn Tiong Yang berat adalah prihal Kiu Im Cin Keng, karena jika dia menutup mata, kitab itu tntu akan menjadi rebutan kembali dari orang-orang rimba persilatan, dengan demikian akan menimbulkan korban yang banyak sekali. Inilah yang tidak diinginkan oleh Ong Tiong Yang. Waktu Ong Tiong Yang ikut serta dalam pertemuan pertama di Hoa San, tujuan utamanya bukanlah untuk memperoleh gelar "Bu Kong Thian Hee Tee Ie (Jago Nomor Satu di Kolong Langit). Ikut sertanya Ong Tiong Yang hanyalah untuk memperoleh kitab Kiu Im Cin Keng. Dan juga bukan sekali-sekali Ong Tiong Yang ingin menyerakahi kitab Kiu Im Cin Keng tersebut. Bukan untuk memiliki dan mempelajari isi kitab tersebut, karena tujuannya yang utama, karena dia ingin menyimpan kitab tersebut agar tidak diperebutkan lagi oleh orang-orang kangouw. Dengan demikian, korban-korban yang berjatuhan disebabkan saling memperebutkan kitab Kiu Im Cin Keng itu dapat dicegah. 441 Ong Tiong Yang memang merupakan jago yang berkepandaian nomor satu di kolong langit ini. dengan demikian, jika ia mempelajari ilmu dalam kitab Kiu Im Cin Keng, dia tokh memang tetap merupakan jago nomor satu dikolong langit. Karena dari itu, belajar atau tidak akan isinya Kiu Im Cin Keng buat Ong Tiong Yang sama saja, namun yang utama adalah menyelamatkan orang-orang kangouw, jangan sampai jatuh korban karena kitab Kiu Im Cin Keng tersebut yang tidak habis-habisnya diperebutkan. Sekarang karena dia telah mengetahui bahwa tidak lama lagi dia tentu akan menutup mata, maka Ong Tiong Yang jadi berduka dan bingung juga, sebab tidak tahu kepada siapa kitab itu akan diwariskannya. Jika memang dia mewariskan untuk Ciu Pek Thong, tokh jago-jago lihay lainnya akan berduyun- duyun mendatangi Pek Thong untuk memperebutkan Kiu Im Cin Keng tersebut. Terlebih lagi jika dia memberikan kitab tersebut kepada murid-muridnya. Karena dari itu, akhirnya Ong Tiong Yang telah memutuskan tidak akan memberikan kitab itu baik kepada Pek Thong maupun pada Ma Giok dengan keenam sutenya itu. Akhirnya Ong Tiong Yang memutuskan saja kitab Kiu Im Cin Keng dibakar saja, untuk menghindari kekacauan dikemudian hari dalam rimba persilatan. Sebelumnya kitab Kiu Im Cin Keng itu telah disembunyikan oleh Ong Tiong Yang dibawah tindihan batu yang sangat besar dan berat, sehigga tidak mudah untuk diangkat oleh sepuluh orang atau lebih, maka kitab tersebut boleh dianggap tersimpan dengan baik. Dan memang Ong Tiong Yang juga menyadari, selama kitab itu berada didalam tangannya tentu tidak akan ada 442 seorangpun yang berani datang untuk mencurinya, baik Oey Yok Su, Auwyang Hong, Lam Te Toan Hongya maupun Pak Kay Ang Cit Kong, begitu juga dengan jago-jago lihay lainnya. Namun justru disaat-saat pada akhir dari hidupnya ini, Ong Tiong Yang kuatir tokoh-tokoh besar maupun jago-jago lihay lainnya akan berdatangan untuk mem-perebutkan kitab Kiu Im Cin Keng itu begitu dia menutup mata. Sore itu, Ong Tiong Yang telah memanggil Ciu Pek Thong, kepada adik seperguruannya ini, dia perintahkan untuk mengambil kitab Kiu Im Cin Keng. Ciu Pek Thong segera mengambil kitab itu, dia dibantu oleh Ma Giok bertujuh. Memang Pek Thong dan para keponakan muridnya itu memiliki kepandai-an yang tinggi, maka mereka dapat mengangkat batu besar yang menindih kitab pusaka tersebut. Segera Pek Thong membawa kitab Kiu Im Cin Keng itu kepada Ong Tiong yang, menyerahkannya dengan hati yang menduga-duga, entah apa yang hendak diperbuat oleh suhengnya ini terhadap kitab pusaka tersebut, yang telah membuat mengiler para jago dikalangan dunia persilatan. Kemudian Ong Tiong Yang juga telah perintahkan Pek Thong untuk menyalakan api di perapian, dia bermaksud untuk membakar kitab pusaka itu diperapian tersebut untuk dimusnahkan. Pek Thong terkejut mendengar niatan kakak seperguruannya itu. "Suheng?" Katanya dengan suara agak tergetar. Ong Tiong Yang mengawasi adik seperguruannya ini. "Ada apa sute?!" Tanyanya dengan suara yangsabar, dan 443 tangannya telah mengusap-usap kitab pusaka Kiu Im Cin Keng itu, sambil menantikan marongnya api di perapian tersebut. "Apakah.. apakah kitab itu.. kitab itu akan dimusnahkan?" Tanya Pek Thong. Ong Tiong Yang menghela nafas, dia tidak segera menyehuti, matanya menatap ke arah api yang menyala cukup besar. Setelah menghela nafas beberapa kali, barulah Ong Tiong Yang berkata seperti menggumam. "Inilah hasil capai lelah capai hati Tat Mo Cauwsu Locianpwe yang akhirnya berhasil menciptakan kitab pusaka luar biasa ini, mana dapat kitab pusaka ini termusnah ditanganku? Mana dapat kitab pusaka yang merupakan pekerjaan yang tidak ringan dan telah mensia-siakan waktu Tat Mo Couwsu Locianpwe itu banyak tahun termusnah begitu saja ditanganku?" Dan setelah berkata dengan suara menggumam seperti itu, Ong Tiong Yang menghela nafas lagi beberapa kali, baru kemudian melanjutkan lagi perkataannya itu. "Air memang dapat menampung perahu, namun juga dapat membuat perahu menjadi karam karenanya. Karena dari itu haruslah dilihat, bagaimana orang-orang dijaman mendatang dapat mempergunakan kitab ini yang mungkin bisa membawa kebaikan bisa pula membawa kekacauan dan korban. Hanya orang-orang partai kita, siapapun tak dapat menyaksikan ilmu ini, agar jangan sampai orang luar mengatakan aku merampas kitab sebab aku serakah." Setelah berkata begitu, Ong Tiong Yang memejamkan matanya, kemudian dia membuka lagi, katanya pada Ciu Pek Thong. "Dan harap engkau mau menjaga dan mencegah kerusuhan hanya disebabkan oleh kitab ini!" Kemudian Ong Tiong Yang memejamkan matanya lagi, kali ini dia 444 memejamkan matanya itu untuk tidak dibuka lagi. Dia ternyata telah menutup mata dalam keadaan duduk bersemedhi. **** Malam itu, seluruh kuil diliputi kedukaan yang sangat hebat. Pek Thong menangis menggerung-gerung sampai berjam-jam lamanya, bagaikan air matanya itu tak pernah kering. Bahkan Pek Thong karena terlalu berdukanya, dia sampai tidak bisa menahan diri dan bergulingan di lantai, sampai sibuklah Ma Giok dan yang lainnya berusaha membujuknya. Akhirnya Pek Thong sendiri yang tersadar dan berkata. "Benar! Aku tidak boleh menangis terus-terusan! Jika memang aku mau menangis, aku boleh menangis setelah selesainya penguburan jenazah Ong Suheng.! Waktu itu barulah aku boleh menangis lagi!" Jenazah Ong Tiong Yang ditahan di kuil untuk bedok dimandikan dan diurus serta disembahyangi. Waktu itu belum lagi menjelelang jam tiga malam,telah terjadi keonaran yang tak pernah diduga sebelumnya. Malam itu, dikuil Tiong Yang Kiong tampak sunyi dan sadhu sekali, diliputi kedukaan. Dan juga daun-daun pohon dihutan dekat kuil Tiong Yang Kiong tersebut seperti ikut berduka atas meninggalnya seorang tokoh utama rimba persilatan, seorang yang memiliki kepandaian ilmu silat nomor satu dalam rimba persilatan dan di kolong langit ini yang akhirnya menyerah kalah dan juga pada usia tuanya dimana dia harus menutup mata karena memang ajalnya telah sampai, 445 dipanggil pulang untuk menghadap Raja Akherat.! Ong Tiong Yang jago yang bergelarThiong Sin Tong, si jago nomor satu di kolong langit, yaitu Bu kong Thian He Tee It, yang telah diakui dengan resmi oleh jago-jago lainnya. Dari kuil Tiong Yang Kiong terdengar orang membaca ayat-ayat suci, dimana begitu sendu sekali, para pendeta di kuil tersebut yang telah menemani jenazah dari Coan Cin Kauwcu dan merangkap Cauwsu mereka juga yang merupakan cikal bakal Coan Cin kauw. Memang dalam diliputi kedukaan seperti itu, keadaan disekitar kuil Tiong Yang kiong sangat sunyi. Ciu Pek Thog bersama murid-murid Coan Cin Pay telah menemani jenazah cikal bakal pintu perguruan tersebut yang telah berpulang selamanya. Waktu itu mereka semuanya tengah diliputi kedukaan bukan main. Sedangkan Ciu Pek Thong dengan menunduk sedih, duduk disamping peti jenzah tengah menggumam tidak henti- hentinya. "Suheng mengapa engkau harus berpulang begitu cepat? Mengapa Suheng? Ohh, jika saja Suheng mau bertahan hidup didunia beberapa tahun lagi, tentu aku akan memperoleh petunjukmu yang jauh lebih berharga. Aku benar-benar sangat menyesal bahwa selama ini aku hanya banyak bermain-main, sehingga melalaikan nasehat yang diberikan oleh Suheng.!" Dan berulang kali Ciu Pek Thong menghela nafas, tampaknya dia memang berduka sekali. Sedangkan Ma Giok dan sute-sutenya, seperti Tam Cie Toan, Luw Cie Hian, Khu Cie Kie. Ong Cie It, Cek Tay Thong dan Sun Put Jie, tengah membaca kitab suci, untuk membacakan ayat-ayat suci untuk jenazah guru mereka. Dalam keadaan yang begitu sunyi, waktu tengah malam tiba, tiba-tiba murid-murid Coan Cin Kauw dan juga Ciu Pek 446 Thong telah dikejutkan mendengar suara langkah kaki yang ringan sekali diatas genting, suara langkah kaki itu demikian ringannya, bagaikan suara jatuhnya daun-daun kering saja. Tapi dalam kesunyian dan kedukaan yang sangat, Ciu Pek Thong dan ketujuh murid Coan Ciu Kauw dapat mendengar dengan jelas. Kemelut Blambangan Karya Kho Ping Hoo Badik Buntung Karya Gkh Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying