Ceritasilat Novel Online

Lima Jago Luar Biasa 15


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong Bagian 15


Lima Jago Luar Biasa Karya dari Sin Liong   Ciu Pek Thong memang mengetahui Oey Yok Su seorang jago luar biasa, kepandaiannya pun telah sempurna, dia mau mempercayai jiwa jago ini tidak buruk seperti Auwyang Hong yang licin dan licik itu.   Tong Shia walaupun memiliki tabiat dan perangai yang aneh dan luar biasa, namun perkataannya bisa dipegang, dia bilang hitam tentu hitam, dia bilang satu tentu satu.   Tapi kitab Kiu Im Cin Keng merupakan urusan yang sangat penting sekali, dimana dia telah diserahi tugas yang berat itu dari suhengnya yang telah almarhum, dengan demikian Pek Thong tidak berani gegabah dan ceroboh.   Karena dari itu, walaupun dia tekah dibujuk seperti itu oleh Oey Yok Su tetap saja Ciu Pek Thong menggelengkan kepalanya berulang kali.   Melihat ini, Oey Yok Su berubah mukanya, tampangnya jadi tidak senang.   Bahkan dia telah berkata.   "Mustahil aku tidak menyadari dan menginsyafi akan kesulitanmu? Jika memberi kesempatan untuk isteriku untuk melihat satu kali saja kitab Ciu Im Cin Keng itu, nanti akan datang saatnya aku membalas budi pada kalian pihak Coan Cin Kauw! Jika memang kau tetap menampik dan tidak meluluskan keinginan dan permintaan isteriku ini, terserah kepadamu! Siapa yang suruh kita bersahabat? Dengan pihak Coan Cin Kauw, semua anggotanya tidak kukenal sama sekali. Ciu Pek Tong tercekat hatinya, dia mengerti apa maksud perkataan Tong Shia. Tong Shia selalu melakukan apa saja yang dia bilang. Memang buat Tong Shia jelas tidak akan enak baginya mengganggu Ciu Pek Thong, tapi dia dapat saja mencari-cari 480 alasan untuk mengganggu Ma Giok dan murid-murid Ong Tiong Yang lainnya yang dikatakan oleh Tong Shia tidak dikenalnya itu, yang berarti tidak ada hubungan apa-apa dan bisa saja dia mencari benterok dengan mereka. Oey Yok Su liehay sekali, ilmunya juga sangat sempurna, maka berbahaya kalau sampai dia gusar dan mengandung maksud untuk mencari-cari alasan untuk bentrok dengan murid-murid Coan Cin Kauw, yang semuanya menjadi murid keponakan dari Pek Thong. Karena berpikir begitu. Pek Thong segera berkata pada Oey Yok Su.   "Oey Loo Shia, jika kau hendak melampiaskan penasaranmu, hanya disebabkan aku tidak memenuhi dan meluluskan permintaan dan keinginan isterimu untuk pinjam melihat kitab Kiu Im Cin Keng, kau carilah aku Loo Boann Tong. Perlu apa cari segala keponakan muridku itu?!"   Melihat Oey Yok Su dan Ciu Pek Thong sudah seperti mulai bertengkar, wajah mereka berdua juga sudah tidak enak dilihat, dimana suasana perjamuan yang diselenggarakan oleh Pek Thong untuk menyampaikan ucapan selamatnya terhadap pasangan pengantin baru itu, A Heng telah tertawa manis berkata.   "Ciu Toako benar-benar gemar berkelakar!"   Pek Thong menoleh kepada nyonya Oey itu, tanyanya.   "Mengapa aku berkelakar? Aku Loo Boan Tong memang benar-benar dan bersungguh-sungguh, jika Oey Loo Shia penasaran dan bersakit hati, bukankah seharusnya dia mencari aku untuk melampiaskan penasaran dan sakit hatinya itu? sekarang justru mengapa dia malah berpikir jauh untuk mencari gara-gara dengan segala keponakan muridku?"   Bukankan dengan begitu dia tidak menghargai dirinya sendiri? Salahkah perkataanku itu?" 481 A Heng tersenyum lagi, dia menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali.   "Ciu Toako, jika memang aku mengatakan engkau berkelakar, itupun tidak ada salahnya. Julukanmu itu membuat aku seperti diklitik-klitik, jadi tidak bisa menahan tertawaku! Loo Boan Tong? Itulah julukan yang benar-benar lucu sekali, dan sekarang baiklah Ciu Toako janganlah mengotot terus, lebih baik kita pelesiran. Mengenai kitab mustikamu itu, tidak apalah jika memang engkau merasa keberatan dan memiliki kesulitan untuk memperlihatkan kepadaku!"   Setelah berkata begitu, dengan bibirnya yang mungil indah bentuknya itu, A Heng menoleh kepada Oey Yok Su, suaminya, diapun berkata.   "Rupanya kitab Kiu Im Cin Keng itu sudah kena dirampas oleh orang Auwyang itu, maka Ciu Toako tidak sanggup untuk memperlihatkan kitab mustika itu padaku. maka juga apa perlunya kita memaksa Ciu Toako, sehingga nanti jadi bisa hilang muka. Mendengar perkataan isterinya, Oey Yok Su mengangkat kepalanya, dongak sambil tertawa terbahak-bahak dan tangannya beneouk paha berkali-kali, baru kemudian setelah tertawanya merendah, dia berkata.   "Mengapa aku tidak berfikir seperti itu? memang apa yang kau katakan itu benar! Eh Pek Thong, marilah! mari aku bantu kau mencari si tua beracun See Tok, untuk mengadakan perhitungan dengannya!"   Ciu Pek Thong walaupun wataknya edan-edanan dan berandalan serta nakal namun otaknya bukannya bebar-benar tumpul.   Dia tahu bahwa dirinya tengah dikocok pulang pergi oleh pengantin baru ini, dimana pasangan suami isteri itu bermain koprol untuk memancing kemendongkolannya.   482 Waktu itu walaupun Ciu Pek Thong mengetahui bahwa dirinya tengah dipancing untuk mendongkol dan panas, namun diapun tidak mau mengalah, maka dia telah cepat-cepat berkata.   "Kitab Kiu Im Cin Keng itu ada padaku sekarang ini! pula tidak ada halangannya untuk memperlihatkannya kepada Enso! Tapi kau tidak memandang mataku, benar-benar kau meremehkan Loo Boan Tong dengan mengatakan bahwa aku tidak sanggup melindungi kitab itu. inilah yang membuat aku benar-benar tidak mau mengerti! Coba kau jelaskan, apakah syarat-syaratmu?"   Oey Yok Su melihat bahwa Pek Thong telah berhasil dipancing kemendongkolannya dan ke-marahannya, maka ia tertawa terbahak-bahak lagi.   Sengaja dia ingin memancing terus agar kemaarahan orang meluap dan diwaktu itu Pek Thong akan melakukan hal-hal yang tidak terkendalikan lagi, dan tentu akhirnya Pek Thong akan memperlihatkan juga kitab Kiu Im Cin Keng pada A Heng isterinya.   Setelah puas tertawa, Oey Yok Su berkata.   "Jika kita ber-tempur, kita jadi sama saja mencari urusan untuk merenggangkan hubungan kita, dan hal itu membuat aku jadi tidak enak hati! Engkau situa bangka yang nakal, aku pikir apakah tidak lebih baik kita mengadu sesuatu seperti bocah-bocah kecil tengah bermain-main.?!"   Belum lagi Ciu Pek Thong memberikan jawabannya, A Heng telah menepuk-nepuk tangannya dan berkata.   "Bagus, bagus! Baiknya kalian mengadu kepandaian bermain kelereng.!"   Bermain gundu atau kelereng itu adalah kegemaran Ciu Pek Thong dan dia memang pandai sekali mengendalikan kelereng, karena hampir setiap kali memiliki kesempatan, tentu Ciu Pek Thong akan mencari teman bermain.   Tak peduli teman mainnya itu seorang bocah berusia enam atau tujuh tahun, tapi 483 yang pasti Pek Thong memang selalu gembira jika tengah bermain kelereng seperti itu.   Sekarang dia mendengar isteri Oey Yok Su menyarankan antara dia dengan Tong Shia bermain kelereng, segera juga Loo boan Tong menjawab.   "Mengadu ilmu dengan permainan kelereng, ya baik, kita bermain kelereng, mustahil aku takut!"   Mendengar perkataan Ciu Pek Thong, dan terlebih lagi melihat lagaknya yang tengah kesal seperti itu, A Heng tertawa lagi geli bukan main dengan tangan menutupi mulutnya.   Melihat sikap isteri Oey Yok Su, Ciu Pek Thong jadi terbakar hatinya, dan waktu dia ingin berkata lagi, A Heng telah mendahuluinya.   "Ciu Toako, jika kau kalah, kau berikan kesempatan padaku untuk meminjam lihat kitab pusaka Kiu Im Cin Keng itu. jika kau yang menang, nah, nah kau menginginkan apa dari kami?!"   Mendengar pertanyaan isterinya pada Ciu Pek Thong seperti itu, Oey Yok Su segera menyambungi.   "Coan Cin Kau memiliki mustika, mustahil Tho hoa To tidak?!"   Dan diapun segera menurunkan buntalannya. Dia membuka, dari buntalan tersebut, dikeluarkan serupa barang berwarna hitam, semacam baju yang ada durinya.   "Pek Thong!"   Kata Oey Yok Su sambil angkat baju berduri itu, yang dibeber didepan mata Ciu Pek Thong.   "Kau liehay, kau tidak membutuhkan ini untuk melindungi dirimu.   "Hanya kalau dimelakang hari kau menikah dengan sibocah wanita yang nakal, sama berandalannya denganmu, lalu dia melahirkan bocah yang nakal juga, jika bocah itu mengenakan pakaian lapis Joan Wie Kah, faedahnya tentu bukan kepalang! Jika memang engkau bisa memperoleh kemenangan dalam 484 permainan adu kelereng nanti diantara kita berdua, pusaka Tho Hoa To ini akan menjadi milikmu!"   Mendengar perkataan Oey Yok Su, Ciu Pek Thong mengawasi barang itu, Joan Wie Kah, dia telah memperhatikan sekian lama, akhirnya dia menyahuti.   "Si bocah nakal itu akan terlahirkan tapi baju lapismu itu sangat kesohor didalam kalangan Kangouw, jika memang aku yang mengenakannya, pasti aku terlihatnya aksi sekali! Dengan demikian biarlah diketahui oleh seluruh orang rimba persilatan bahwa Tocu dari Tho Hoa To telah roboh ditangan Loo Boan Tong sibocah tua nakal!"   Dan setelah berkata begitu, Ciu Pek Thong tertawa terbahak-bahak, tampaknya dia jadi girang sekali dan tertarik oleh pertaruhan ini. Waktu itu A Heng telah berkata.   "Ayo jangan bicara saja, ayo kalian berdua segera mulai permainan kalian, pertaruhan ini biar kusaksikan, karena akupun ingin melihat diantara kalian berdua siapakah sebetulnya yang memperlihatkan kemahiran bermain kelereng yang sempurna, suamiku atau memang si Loo Boan Tong yang gemar berkelakar itu!"   Ciu Pek Thong tidak tersinggung oleh perkataan nyonya tersebut, malah Loo Boan Tong dasarnya si bocah tua nakal, dia telah tertawa terbahak-bahak, dengan kegembiraan yang meluap-luap karena Oey Yok Su akan menemaninya bermain kelereng, malah merekapun bertaruh dalam permainan kelereng ini, lalu berkata.   "Bagus! Mari kita mulai!"   Sampai disitu, cocoklah sudah segalanya, segala-nya sudah diatur bagaimana syarat dan hasil dari permainan kelereng ini, dan barang-barang apa yang akan jadi hadiah dan apa yang harus dilakukan.   Segera juga Oey Yok Su dan Ciu Pek Thong mulai dengan permainan mereka.   Masing-masing keduanya 485 memegang sembilan butir kelereng, dan mereka telah membuat delapan belas lobang.   Pemenangnya adalah siapa yang kelerengnya masuk lebih dulu.   Memang Ciu Pek Thong selalu membawa-bawa kelerengnya, kemana saja dia pergi setiap saat jika saja dia bertemu dengan seseorang yang bersedia untuk diajak bermain kelereng, berarti kelereng itu telah tersedia.   Dan mereka bertiga telah keluar, ketanah datar dari rumah makan itu.   Waktu keluar dari rumah makan itu, diam-diam dia telah memperhatikan gerak-gerik isterinya Oey Yok Su, dan segera juga dia memperoleh kenyataan bahwa A Heng memang benar- benar tidak mengerti ilmu silat, langkah kakinya berat dan tubuhnya tidak ringan, serta gerak-geriknya memang gerak geriknya bukan seorang ahli silat.   Ciu Pek Thong sengan kegembiraan yang meluap-luap, karena dia yakin akan memperoleh ke-menangan, segera juga membuat lobang-lobang yang diperlukan.   Setelah lobang- lobang itu selesai dibuat, Ciu Pek Thong perintahkan Oey Yok Su yang mulai dulu.   Dalam hal menggunakan senjata rahasia, Oey Yok Su liehay dan istimewa sekali, dia lebih menang dari Ciu Pek Thong.   Tapi dalam hal main kelereng, ada lain cara dan tipunya, dan setiap hari Ciu Pek Thong selalu bermain kelereng, setiap waktu senggangnya digunakan untuk bermain kelereng, maka seperti juga dia mengetahui sifat-sifat kelerengnya dan taktik yang terbaik untuk memperoleh kemenangan bermain kelereng.   Jika bermain kelereng, lobang-lobang yang dibuat oleh Ciu Pek Thong telah dibuat sedemikian rupa dan istimewa.   Jika kelerengnya masuk ke dalam salah satu lobang, maka kelereng 486 itu akan melejit keluar lagi.   Untuk Ciu Pek Thong memang harus pandai mengimbangi menyentik kelereng itu.   dengan demikian, kelereng itu jadi dapat berdiam terus didalam lobang.   Tiga kali Oey Yok Su menyentil, tiga-tiganya kelerengnya masuk tepat, hanya begitu masuk, ketiga-tiganya kelereng tersebut telah melejit keluar lagi.   Oey Yok Su liehay, dia mencoba menyusul tapi selalu gagal, karena Pek Thong telah berulang kali telah berhasil memasukkan kelerengnya kedalam lobang itu.   Ciu Pek Thong girang bukan main, dan dia juga yakin bahwa dia akan memperoleh kemenangan, karena bagaimana sulit buat Oey Yok Su memasukkan kelerengnya itu berdiam didalam lbang tanpa melejir keluar lagi.   Oey Yok su memang berbeda dengan Pek Thong, jika ek Thong hampir setiap kali memiliki kesempatan dia bermain kelereng, dan karena memiliki cara menyentil kelereng yang istimewa.   Sedangkan Oey Yok Su sendiri, barulah pertama kali ini dia bermain kelereng, maka wlaupun dia telah menyentil tepat sekali, kelereng masuk ke lobang namun selalu melejit keluar akibtat tenaga sentilannya itu yang tidak sesuai dengan keadaan lobang yang dibuat Pek Thong.   Oey Yok Su boleh mahir dalam menggunakan senjata rahasia, dan dia mahir pula menggunakan tenaga Iwekangnya yang sempurna itu, namun kenyataannya selalu pula kelerengnya itu melejit keluar, sehingga beberapa kali muka Oey Yok Su berubah dingin dan muram setiap kali menyaksikan kelerengnya yang telah berhasil disentil masuk tepat kedalam lobang, lalu melejit dan keluar pula.   Oey Yok Su jadi memperhatikan dengan seksama.   Dia memang cerdik sekali, maka dia bisa menerkanya apa yang tengah dilakukan oleh Pek Thong.   Dan dia memang dapat menyedari dan menginsyafinya bahwa Pek Thong memang 487 mahir didalam bermain kelereng, cara permainan bocah-bocah kecil, dan dia sendiri barulah pertama ini bermain kelereng, dengan sendirinya membuat Oey Yok Su memutar otak mencari jalan yang sekiranya dapat merebut kemenangan dari Pek Thong.   Dasarnya memang Oey Yok Su cerdas dan cerdik bukan main serta otaknya pun terang sekali, segera dia menemukan sebuah cara untuk mengalahkan permainan kelerengnya Pek Thong.   Oey Yok Su tidak mau mempergunakan akal kasar, dia memdadak telah mengerahkan Iwekangnya dan setiap kali ia me-nyentil, dia menghajar kelerengnya Ciu Pek Thong, dengan demikian kelerengnya Ciu Pek Thong pecah hancur, sedangkan kelerengnya Oey Yok Su telah masuk kedalam lobang.   Itulah karena Iwekang yang mahir, dengan demikian dapat dia mengimbangi tenaga sentilannya Ciu Pek Thong hancur setiap kali terbentur dengan kelereng Oey Yok Su, sedangkan kelerengnya Oey Yok Su tetap utuh tidak gompal sedikitpun juga.   Dan dengan sisa ketiga kelereng Pek Thong telah kena disentil hancur seperti itu maka Pek Thong sudah tidak memiliki kelereng untuk jalan lagi, dia hanya bisa menyaksikan Oey Yok Su bermain sendiri sehingga satu persatu kelerengnya itu masuk ke dalam lobang.   488 Ciu Pek Thong berjingkrak-jingkrak, dia berteriak.   "Oey Loo Shia, kau bermain curang.!"   Tapi Oey Yok Su tidak mempedulikan protes Ciu Pek Thong, dia terus juga menyentil kelerengnya itu, sehingga akhirnya seluruh kelerengnya masuk kedalam lobang.   Karena terlalu seringnya menyentil terus menerus, akhirnya Oey yok Su pun bisa mengetahui dimana kelemahannya dan berapa besar tenaga sentilan yang harus dipergunakannya dan dengan cara bagaimana dia bisa menyentil kelerengnya itu masuk kedalam lobang tanpa perlu kelereng itu melejit keluar lagi.   Sebagai seorang yang cerdas, akhirnya oOey Yok Su berhasil menguasai cara menyentil kelerengnya yang istimewa, sehingga setiap kali kelerengnya telah berhasil disentil masuk kedalam lobang, kelereng itu tidak keluar pula.   Dengan begitu kalahlah Ciu Pek Thong, dan Oey Yok Su sebagai pemenangnya! "Oey Loo Shia, aku tidak bisa menerima kekalahan ini! engkau bermain curang, dan cara kau menghajar kelereng- kelerengku tidak masuk dalam hitungan!"   Teriak Ciu Pek Thong ngambul, dia juga tetap berjingkrak seperti bocah kecil yang tengah kalah dalam permainannya. Oey Yok Su mengangkat kepalanya, dongak menengadahkan kepalanya memandang langit, lalu dia tertawa terbahak-bahak.   "Pek Thong, kukira engkau tidak akan bersikap rendah dan hina! Sudah jelas aku yang menang, bagaimana engkau bisa mengatakan bahwa semua itu tidak masuk dapam hitungan?!"   Katanya kemudian tawar.   "Tapi engkau telah berbuat curang!"   Teriak Ciu Pek Thong. 489   "Berbuat curang? Curang bagaimana?!"   Tanya Oey Yok Su pura-pura pilon.   "Engkau telah menyentil ketiga kelerengku dan telah hancur karenanya.!"   Kata Ciu Pek Thong lagi. Oey Yok Su tertawa dingin.   "Engkau terlalu mencari-cari alasan saja!"   Kata Oey Yok Su.   "Sudah jelas engkau kalah, sekarang engkau tidak mau menerima kekalahanmu itu dengan mengada-ada! Hemm, baiklah, tadi aku tanpa disengaja telah menyentil kelerengku yang telah menghantam kelerengmu, dan itulah pecah tanpa disengaja! Jika memang ketidak sengajanku itu kau anggap merupakan perbuatan curang, sekarang silakan engkau mengambil tiga butir dan engkau boleh menyentil tiga kali tiga kelereng lainnya. Jika memang kelereng itu bisa hancur seperti yang tadi telah kau alami, maka hitung-hitung kau yang menang!"   Waktu itu Ciu Pek Thong tengah mengambul, dia tidakmenduga sama sekali bahwa sikap mengalah Oey Yok Su sesungguhnya tipu daya untuk menjatuhkannya.   Maka mendengar perkataan Oey Yok Su yang mengijinkannya untuk menyentil tiga kali dengan kelerengnya, Ciu Pek Thong sangat kegirangan.   Segera dia mengambil tiga butir kelereng dan segera dia mulai menyentil untuk menghajar kelereng yang lainnya, kedua kelereng yang saling bentur itu telah pecah berantakan.   Tiga kali Pek Thong mengulanginya, dan tiga kali itu pula setiap kali dia menyentil menghajar kelereng lainnya, kedua kelereng itu sama-sama hancur! Tidak demikian halnya dengan Oey Yok Su yang menyentil kelerengnya tadi menghajar ketiga kelereng Pek Thong, dan hanya kelereng Pek 490 Thong yang hancur, sedangkan kelerengnya Oey Yok Su tetap utuh, tidak gompal sedikitpun juga.!"   Dengan demikian, Pek thong jadi mengakui kekalahannya itu, dia harus menerima kekalahannya itu walaupun dengan hati yang tidak rela! Sesungguhnya Ciu Pek Thong telah diingusi oleh Oey Yok Su, karena Iwekang Oey Yok Su telah sempurna sekali, beberapa tingkat berada diatas Iwekang Ciu Pek Thong, karena dari itu, leluasa buat Tocu Tho Hoa To itu untuk menyentil kelerengnya menghajar kelereng Ciu Pek Thong, dia sedemikian rupa mengendalikan tenaga sentilannya sehingga ketika kelerengnya itu telah menghajar kelerengnya Ciu Pek Thong, tenaga sentilannya itu telah terkendali benar dengan tepat, dan jika kelereng Ciu Pek Thong yang hancur berantakan, justru kelerengnya Oey Yok Su yang tetap utuh.   Karena menderita kekalahan itu, akhirnya Ciu Pek Thong telah menoleh kepada isterinya Oey Yok Su, dia berkata.   "Enso Oey, sekarang aku akan berikan kitab mustikaku untuk kau lihat, tapi itu hanya untuk sebentar, dan sebelum menjelang malam kau harus telah mengembalikannya padaku!"   A Heng mengangguh beberapa kali sambil tersenyum girang dan mengucapkan terima kasih. Dan secara iseng-iseng Ciu Pek Thong juga telah menambahkan lagi.   "Bukankah kita tidak menetap-kan waktu mengenai pinjam meminjam kitab mustika ini? dan berapa lamanya kau akan membaca? Maka itu. jika memang kau sudah melihat semua atau belum, begitu menjelang malam, engkau harus mengembalikannya padaku kitab mustika itu!" 491 Ciu Pek Thong berkata begitu, karena dia kuatir nanti Oey Yok Su dan isterinya tidak sudi mengembalikan kitab pusaka Ciu Im Cin Keng padanya, bisa saja terjadi mereka akan meminjamnya selama sepuluh tahun atau seratus tehun lamanya. Karena kata-kata Ciu Pek Thong seperti itu, nyonya Oey telah berkata sambil tertawa.   "Ciu Toako, kau dijuluki Loo Boan Tong si bocah tua nakal, tapi kau tidak tolol! Bukankah kau kuatirkan aku nanti jadi seperti Lauw Pie yang meminjam kota Kengciu untuk selamanya? Baiklah, aku akan duduk disini, segera aku akan mengembalikannya begitu aku selesai membacanya, tidak usah sampai menjelang malam! Kau jangan kuatir, kau boleh duduk menantikannya!"   Apakah engkau bicara sungguh-sungguh, Enso Oey?"   Tanya Pek Thong dengan sorot mata tidak mempercayai. A Heng mengangguk, dia mengiyakan. Oey Yok Su melihat sikap Ciu Pek Thong jadi kurang senang, karena tampaknya Ciu Pek Thong tidak mau mempercayai perkataan isterinya, maka dia berkata.   "Pek Thong, apa yang dibilang isteriku putih tentu putih, dan engkau tidak perlu kuatir, karena kami tidak mungkin melanggar janji kami! atau engkau memang tidak memandang muka pada Tong Shia, sehingga engkau kuatir isterinya menipu kau?!"   Ciu Pek Thong menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali, tapi dia diam saja, hanya tangannya yang merogoh sakunya, dia mengeluarkan kitab Ciu Im Sin Keng yang kemudian diberikan kepada A Heng.   Dengan membawa kitab itu, A Heng telah menuju kebawah sebatang pohon, diatas sebuah batu yang terdapat 492 dibawah pohon tersebut.   A Heng duduk dan mulai membolak- balik lembaran kitab tersebut.   Selama itu Oey Yok Su rupanya memperhatikan gerak- gerik Ciu Pek Thong.   Dia memperoleh kenyataan bahwa Loo Boan Thong tidak tenteram, dia seperti juga tengah digerayangi kutu-kutu dan juga sebentar menatap kepada A Heng, sejenak lagi melirik Oey Yok Su, kedua tangannyapun tidak bisa diam, gelisah sekali tampaknya.   Menyaksikan itu Oey yok Su tertawa sambil katanya.   "Pek Thong, dijaman sekarang ini ada berapa orangkah yang dapat mengalahkan kita berdua?!"   Ditanya seperti itu, Ciu Pek Thong jadi mengawasi dengan sorot mata yang tajam, tampaknya dia ragu-ragu, namun akhirnya Loo Boan Tong menyahuti juga.   "Yang dapat mengalahkan engkau belum tentu ada, tapi yang dapat mengalahkan aku terhitung kau sendiri ada empat aatau lima orang!"   Oey Yok Su tertawa.   "Kau terlalu mengangkat-angkat aku,"   Katanya.   "See Tok, Tong Shia, Lam Te dan Pak Kay, berempat mereka memiliki kepandaiannya sendiri-sendiri, mereka tidak dapat saling mengalahkan untuk memperoleh kemenangan. Jelasnya mereka memang berimbang. Auwyang Hong telah dirusak ilmu Ha Mo Kongnya oleh totokan Jari Telunjuk Matahari, dalam waktu sepuluh tahun tidak dapat ia lakukan sesuatu apapun juga terhadap kita. Di dunia Kangouw sudah tersiar kabar ada Thiat Ciang Sui Siang Piauw Kiu Cian Jin, tapi belum lama yang lalu aku telah merasakan tangan besinya dimana tidak ada artinya apa-apa, aku telah menghajar dia sampai angkat kaki.!"   "Apa?"   Tanya Ciu Pek Thong Kaget dan heran.   "Kau telah menghajar Kiu Cian Jin?" 493 Oey Yok Su tersenyum.   "Tong Shia selalu mengatakan apa yang se-benarnya. Atau memang engkau anggap aku telah mengibuli engkau?!"   Tanyanya.   "Hemm, memang dia coba mengganggu isteriku, waktu itu kami belum menikah, dan aku telah enghajarnya, sehingga dia bersama murid-muridnya telah angkat kali! Isteriku pun menyaksikan peristiwa itu! Loo Boan Tong, mengenai kepandaian ilmu silat yang engkau miliki, aku telah mengetahui dengan baik sekali, selain beberapa orang yang kusebutkan tadi, engkaulah yang nomor satu. Maka itu, jika kita bersatu, siapapun tidak bisa melawan kita berdua!"   Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Untuk perkataan Oey Yok Su seperti itu, Loo Boan Tong segera mengangguk dan jawbnya.   "Memang!"   "Maka dari itu, mengapa hatimu tidak tenteram? Dengan kita berdua berada disini, siapakan di kolong langit ini yang sanggup merampas kitab ini?!"   Ciu Pek Thong jadi bengong, dia mengawasi Oey Yok Su beberapa saat.   Namun akhirnya dia pikir memang yang dikatakan oleh Tong Shia memang benar, maka hatinya jadi agak lega.   Segera Ciu Pek Thong menoleh mengawasi A Heng, disaat mana sinyonya masih saja membalik-balikkan lembaran kitab.   Jelas dia membaca dari semula.   Mulutnya berkemak- kemik tidak henti-hentinya.   Melihat sikap dari nyonya itu, Ciu Pek Thong jadi merasa lucu sendiri.   Isi Kiu Im Cin Keng merupakan rahasia ilmu silat yang sulit dipahami, walaupun A Heng pandai ilmu surat, dengan dia tidak mengerti ilmu silat, tidak nantinya dia dapat 494 menangkap artinya.   Dia membaca dengan perlahan dan Ciu Pek Thong sendiri jadi tidak sabaran.   Ketika isteri Oey yok Su telah membaca habis halaman terakhir, Ciu Pek Thong beranggapan habislah sudan nyonya itu membacanya.   Siapa tahu, nyonya itu telah mengulanginya lagi dari halaman pertama pula.   Hanya kali ini dia membaca cepat sekali, boleh dikatakan hanya selama sepeminum teh saja, habislah sudah dia membaca kitab tersebut.   Sambil bangkit dan tertawa, Oey Hujin atau nyonya Oey itu telah mengembalikan kitab Kiu Im Cin Keng itu kepada Pek Thong dan dia berkata.   "Ciu Toako, kau telah kena diperdayai oleh See Tok, kitab ini bukannya Kiu Im Cin Keng!"   Perkataan A Heng bagaikan petir yang meledak ditepi telinga Ciu Pek Thong ssampi dia kaget bukan main.   "Kenapa bukan kitab Ciu Im Cin Keng?"   Tanya Pek Thong kemudian sambil mementang matanya lebar-lebar.   "Inilah kitab wrisan kakak seperguruanku, bukupun serupa macam. Nyonya Oey itu berkata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan.   "Apa gunanya jika memang keadaan yang serupa? Kitabmu ini merupa-kan kitab tenungannya situkang meramalkan!"   Ciu Pek Thong waktu itu jadi pucat, dia berdiri mengawsi Oey Hujin dengan mata yang mencilak-cilak, dia benar-benar diliputi keraguan yang sangat, sampai dia mau berpikir, apa mungkin Auwyang Hong telah menukarnya selama Ong Tiong Yang belum keluar dari peti mati? Waktu itu Ciu Pek Thong benar-benar tengah diliputi oleh kebingungan dan ketidak-percayaan, namun perkataan nyonya Oey itupun tidak bisa begitu saja dipercaya olehnya.   Terlebih 495 lagi memang Pek Thong juga menyadari bahwa Oey Yok Su sangat licin dan cerdik sekali.   Rupanya A Heng melihat bahwa Ciu Pek Thong bersangsi, maka katanya.   "Ciu Toako, bagaimana bunyinya kitab Kiu Im Cin Keng yang tulen? Tahukah kau?!"   Ditanya seperti itu, Ciu Pek Thong tertegun lagi, akhirnya dia gelengkan kepalanya.   "Semenjak kitab Ciu Im Cin Keng ini berada ditangan suhengku, tidak pernah ada orang yang membacanya. Kakak seperguruankupun pernah memberitahukan, selama tujuh hari tujuh malam dia bergulat untuk mendapatkan kitab itu, maksudnya untuk menyingkirkan suatu akan dan bibit bencana besar bagi kaum rimba persilatan, sama sekali dia tidak pernah memikir untuk memilikinya sendiri. Maka dari itu, Ong Suheng telah berpesan kepada semua murid-murid Coan Cin Kauw, siapapun tidak boleh meyakinkan ilmu didalam kitab Ciu Im Cin Keng ini!"   Oey Hujin mengangguk perlahan, dia telah menghela nafas dan barulah katanya.   "Ong Cinjin demikian jujur, dia mendatangkan hormat siapapun juga. Hanya saja disebabkan kejujurannya itulah, maka ia telah kena diperdayai orang, Ciu Toako, coba kau periksa kitab itu!"   Ciu Pek Thong tambah bimbang dan bersangsi, tapi mengingat pesan kakak seperguruannya, dia tidak jadi berani memeriksan kitab tersebut. Dia menggeleng perlahan.   "Aku tidak boleh melihat kitab ini, karena Ong Suheng telah berpesan kepadaku agar murid-murid Coan Cin Kauw, termasuk aku tidak boleh melihat atau mempelajari kitab Ciu im Cin Keng ini. jika memang aku melihatnya, walaupun 496 hanya sekelebatan saja, jelas aku akan segera mengerti dan selanjutnya sulit pula untuk ingatan terhadap jurus-jurus yang telah kulihat itu untuk dilenyapkan! Karena dari itu aku tidak mau melihatnya.!"   A Heng tidak tersinggung oleh sikap Loo Boan Tong, malah dia tertawa. Kemudian katanya.   "Itulah kitab ramalan yang terdapat dimana-mana di wilayah kanglam,"   Dan nyonya Oey telah menghela nafas.   "Kitab itu harganya tidak setengah peser juga! Lagi pula. Seandainya memang itu adalah kitab Kiu Im Cin Keng yang tulen dan kau tidak ingin mempelajarinya, jika hanya engkau melihat sepintas saja, apakah halangannya?"   Ciu Pek Thong jadi terdesak, terlebih pula dia tengan penasaran A Heng telah mengatakan bahwa kitab Kiu Im Cin Keng itu adalah kitab amalan yang tidak ada harganya setengah peser juga dan banyak ada diwilayah kanglam juga.   Tentu saja urusan ini bukan urusan sembarangan, dan Pek Thong juga mengetahui, walaupun bagaimana dia harus mem-buktikannya, untuk mengetahui apakah perkataan nyonya Oey itu memang hanya bergura belaka atau memang sungguh-sungguh.   Akhirnya Ciu Pek Thong membalik-balik kitab itu, dia melihat sepintas.   Dilihatnya, dikitab terdapat berbagai pelajaran ilmu silat serta rahasiana, sama sekali bukan buku ramalan atau peta-petaan.   Waktu Ciu Pek Thong tengah memeriksa, nyonya Oey telah berkata.   "Kitab itu telah kubaca habis semenjak aku berusia lima tahun, aku telah dapat membacanya diluar kepala dari permulaan sampai diakhirnya, semua anak-anak di kanglam, dalam sepuluh orang, sembilan sudah pernah bersekolah, jika kau tidak percaya, mari aku membacanya diluar kepala untuk kau dengar!" 497 Ciu Pek Thong memandang ragu-ragu pada Oey hujin, namun setelah melirik pada Oey Yok Su yang waktu itu tengah berdiri tersenyum-senyum memandang padanya, Ciu Pek Thong mengangguk.   "Baiklah, aku akan mendengarkannya!"   Kata Ciu Pek Thong.   Sedangkan A Heng benar-benar mulai membaca dari permulaan sampai diakhir dari kitab tersebut, bunyinya tepat dan tidak ada yang salah sepatah katapun juga, diapun telah membacanya dengan lancar.   Ciu Pek Thong selama A Heng menghafal seperti itu telah mengawasi kitab Kiu Im Cin Keng, memperbandingkan bacaan Oey Hujin dengan bunyi-nya kitab Kiu Im Cin Keng, dan waktu dia mendengar Oey Hujin membacakan sepatah demi sepatah tanpa ada huruf-huruf yang salah atau tertinggal, semuanya tepat sekali seperti bunyi huruf-huruf didalam kitab itu, ciu Pek Thong merasakan tubuhnya ringan, mukanya pucat, keringat dingin telah membanjir keluar membasahi tubuhnya.   Selesai membaca kitab Kiu Im Cin Keng itu sampai habis yang menurut Oey Hujin merupakan kitab ramalan, nyonya tersebut tertawa, dia berkata.   "Ciu Toako, halaman yang mana saja kau cabut dan tanyakan asal kau menyebutkan kalimat yang pertama, aku dapat membacanya diluar kepala. Buku itu yang telah dibaca sejak masih kecil, sampai tua juga aku tak pernah melupakannya!"   Ciu Pek Thong menjadi penasaran bukan main, dia telah mencobanya, karenanya dia telah uji nyonya itu beberapa kali.   Benar-benar mengejutkan dan membuat Pek Thong takjub.   Karena dengan lancar tanpa ada sepatah katapun yang salah, 498 Oey Hujin selalu dapat menghafal diluar kepala setiap halaman dan bagian yang dikehendaki oleh Pek Thong.   Semuanya tepat,dan tubuh Pek Thong semakin dingin dengan muka yang semakin pucat pias.   Waktu itu Oey Yok Su telah tertawa terbahak-bahak.   Bukan main mendongkolnya Ciu Pek Thong.   Dia sampai mengomel panjang pendek sambil merobek-robek kitab itu, terus ia membakarnya sampai hangus dan abynya kertas dari kitab itu telah beterbangan naik keatas udara terbawa siliran angin.   Disaat Ciu Pek Thong tengah uring-uringan seperti itu, Oey Yok Su dan istrinya hanya mengawasi saja tingkah laku Loo Boan Tong, mereka hanya tersenyum-senyum.   Setelah kitab kiu Im Cin Keng itu dibakar oleh Ciu Pek Thong, barulah Oey Yok Su berkata padanya.   "Loo Boan Tong, tidak perlu kau mengambul seperti itu dengan tabiat bocahmu. Nah ini adalah baju lapisku yang berduri, mustika dari Tho Hoa To, aku hadiahkan padamu!"   Ciu Pek Thong sama sekali tidak menginsyafi bahwa dirinya sesungguhnya telah dikibuli oleh pasangan suami isteri itu.   Dia tidak menduga bahwa Aheng telah mendustainya.   Kitab yang dibakar oleh Ciu Pek Thong sesungguhnya memang kitab Kiu Im Cin Keng yang tulen.   Dan apa yang telah dihafal oleh A Heng merupakan bunyinya Kiu Im Cin Keng yang tulen, jadi bukan ilmu pedang atau ilmu meramal seperti yang diutarakan A Heng.   Hanya saja, memang tidak masuk diakal, hanya dalam sekali melihat saja, kemudian juga melihat selintasan lagi Aheng telah dapat menghafal bunyinya kitab Kiu Im Cin Keng 499 tersebut.   Dan memang seperti telah disinggung dibagian depan dari kisah ini bahwa A Heng memiliki otak yang terang sekali, yang tidak dimiliki oleh orang lain, suatu keistimewaan yang sulit dijumpai pada manusia lainnya.   Otaknya demikian encer, waktu dia telah membaca Ciu Im Cin Keng, maka semua bunyinya seperti telah tercetak diotaknya, dan selanjutnya A Heng akan mengingat-nya dengan baik.   Itulah sebabnya mengapa A Heng justeru sekali melihat Kiu Im Cin Keng, dia telah bisa menghafalnya kembali.   Justeru karena telah meng- akali Ciu Pe Thong, untuk selanjutnya yang me-ngetahui prihal Kiu Im Cin Keng hanya dia seorang diri belaka.   Oey Yok Su telah mengangusrkan baju wasiatnya, katanya.   "Sudahlah Loo Boan Tong, kau ambillah baju wasiat ini sebagai hadiah untukmu!"   Akan tetapi Ciu Pek Thong menggeleng, dia menola pemberian Oey Yok Su.   "Tidak! tidak! aku tidak menghendaki barangmu!"   Katanya dengan muka yang masam. Diapun telah menoleh kepada Oey hujin, katanya dengan suara yang masih mengandung kemendongkolan.   "Biarlah kita berpisah disini saja!"   Setelah berkata begitu, tanpa menoleh lagi kepada Oey Yok Su dan tanpa pamitan dia telah memutar tubuhnya dan pergi dari tempat tersebut.   Oey Yok Su tersenyum, A Heng pun tersenyum sambil melirik kepada suaminya.   Sambil bergandengan tangan suami isteri ini telah melangkah perlahan-lahandengan mesra.   **** 500 CIU PEK THONG yang tengah urung-uringan telah berlari cepat sekali bagaikan bayangan belaka, dia tidak menoleh kekiri dan kekanan, hanya melesat kedepan dengan pesat sekali.   Pikiran Loo Boan Tong waktu itu tengah diliputi penasaran mendongkol, karena tidak habis mengerti, kenapa Kiu Im Cin Keng yang diwarisi dari suhengnya , yang dipandang sebagai barang yang sangat keramat dan berharga sekali, ternyata tidak lebih hanya se   Jilid kitab petang-petangan belaka.   Setelah berlari-lari lagi sekian lama, akhirnya Ciu Pek Thong berhenti didekat sebuah tikungan dikaki sebuah bukit, keadaan ditempat itu sepi sekali.   Dengan jengkel Ciu Pek Thong duduk dibawah sebatang pohon dan merenungi dirinya beberapa saat lamanya dan juga menghela nafas tidak hentinya.   Angin yang berhembus dengan silirnya yang sejuk, agak menenangkan hatinya.   Sibocah tua bangka itu telah mengerutkan alisnya, dia mengawasi kelangit.   "Suheng! Suheng!"   Katanya dengan suara menggumam.   "Jika saja kau masih hidup, tentunya kaupun akan penasaran sekali mengetahui kitab Kiu Im Cin Keng yang begitu kau agungkan ternyata tidak lain pula dari se   Jilid kitab petang- petangan belaka! Hai, mengapa bisa terjadi seperti ini?!"   Sedang Ciu Pek Thong mengeluh seperti itu, justeru dia teringat sesuatu. 501 Sambil mengeluarkan seruan tertahan Ciu Pek Thong telah melompat berdiri sambil menepuk-nepuk pahanya.   "Benar, mengapa aku tidak berpikir lebih tenang? Pasti! Pasti! Memang semua ini permainan busuknya ...!"   Mengguman Ciu Pek Thong.   Dan setelah mengguman seperti itu Ciu Pek Thong seperti baru tersadar, dia telah berlari-lari lagi dengan pesat, dia telah berlari-lari lagi dengan pesat, dia kembali dari arah mana tadi mendatangi, ketempat dimana dia bertemu dengan Oey Yok Su dan A Heng.   Akan tetapi waktu Ciu Pek Thong tiba di tempat tersebut, ternyata Oey Yok Su dan A Heng sudah tidak terlihat bayangannya lagi.   Beberapa saat lamanya Ciu Pek Thong telah berlari-lari mengelilingi sekitar tempat tersebut dan tetap sja dia tida berhasil menemui orang yang dicarinya.   Akhirnya dengan lesu Ciu Pek Thong berulangkali mengutuki dirinya.   "Ini merupakan kesalahanku juga! Hai-hai! Jika saja apa yang kuduga itu benar, tentu kelak di akherat Suheng aka memarahiku habis-habisan!"   Rupanya Ciu Pek Thong setelah agak tenang sedikit dapat berpikir lebih jauh.   Dia jadi teringat kemungkinan bahwa A Heng mendustainya dan semua itu atas petunjuk yang diberikan oleh Oey Yok Su kepada isterinya.   Akan tetapi yang membuat dia jadi menyesal mengapa dia keburu nafsu mengumbar adat, dimana dia telah merobek- robek kitab Kui Im Cin Keng dan membakarnya.   Bukankan kterangan Oey hujin belum lagi bisa dipercaya sepenuhnya? 502 Penyesalah yang timbul dihati Ciu Pek Thong membuat dia tambah uring-uringan.   Dia memaki pulang pergi sambil sebentar-sebentar memukul kepalanya.   **** Sambil melangkah perlahan-lahan meninggalkan tempat tersebut, Ciu Pek Thong berulang kali telah mengutuki dirinya sendiri, dan tidak jarang juga dia menekuk kedua kakinya berlutut sambil memanggut-manggutkan kepalanya, ia berseru- seru.   "Suheng, maaf, Sutemu yang ceroboh ini, janganlah kau memarhiku, karena memang aku sangat bodoh, telah diakali begitu mudah oleh Oey Loo Shia si tua bangka itu!"   Sedang Ciu Pek Thong berjalan seorang diri, tiba-tiba pendengarannya yang tajam telah mendengar suara berkesyuran yang aneh, yang bukan merupakan desiran angin biasa.   Sebagai seorang yang memiliki kepandaian yang tinggi, segera Ciu Pek Thong menyadari bahwa kesyuran angin tersebut merupakan seorang tengah mengadakan latihan silat ditempat yang tidak begitu jauh.   Ciu Pek Thong telah menoleh kekiri dan kekanan, dia tidak melihat manusia seorangpun juga.   Dasarnya memang Loo Boan Tong, dia nakal dan selalu penasaran kalau sesuatu belum lagi bisa dipecahkan dan diketahui olehnya, maka dia memasang teling baik-baik, dia memperhatikan darimana datangnya suara kesyuran angin tersebut, yang ternyata dari arah selatan.   Secepat kilat tubuhnya telah melesat kearah selatan, dan sejenak dia melupakan kemendongkolan dan penyesalan hati 503 karena dia tertarik sekali ingin mengetahui entah siapa orang yang tengah berlatih diri itu.   Setelah berlari-lari sekian lama, Ciu Pek Thong tiba didepan sebuah hutan.   Tanpa berpikir panjang, bocah tua bangka yang nakal melesat masuk ke hutan itu.   Karena ginkang yang dimilikinya telah mencapai tingkat yang sangat tinggi, langkah kakinya tidak terdengar dan dia dapat memasuki hutan itu dengan mudah.   Dan diapun telah menempatkan dirinya dicabang sebuah pohon yang tumbuh tinggi.   Dari tempat persembunyiannya itu Ciu Pek Thong dapat melihat sekitarnya.   Ternyata terpisah tidak jauh dari tempatnya berada, diantara gerombolan pohon bunga, tampak seorang wnita berumur sekitar tigapuluh tahun tengah berlatih silat dengan gerakan-gerakan yang sangat lambat sekali.   Akan tetapi yang membuat Ciu Pek Thong tertarik dan heran, tenaga dalam dari wanita tersebut sangat kuat.   Setiap kali dia menggerakkan tangannya, maka berkesyuran angin yang sangat kuat sekali.   Ciu Pek Thong mementang matanya, hatinya berdenyut- denyut tertarik.   Dia tertarik bukan disebabkan wajah wanita itu yang memang cukup cantik dan bentuk tubuhnya menggiurkan, akan tetapi justeru Siu Pek Thong tertarik akan ilmu wanita tersebut yang tengah dilatihnya dengan cara yang luar biasa seperti itu.   Setalah mengawasi sekian lama, akhirnya Ciu Pek Thong tidak bisa menahan diri, sebab dia merasakan hatinya seperti 504 juga diklitik tidak hentinya, tahu-tahu dia nyeletuk.   "Jika memang disertai kekuatan tenaga "Im tentu akan bertambah hebat lagi!"   Wanita yang tengah berlatih itu terperanjat, dia sampai berhenti berlatih dengan segera. Bola matanya yang celi itu mencilap menoleh kepada Ciu Pek Thong, mukanya merah karena gusar.   "Siapa kau, dan apa maksudmu mencuri lihat latihanku?!"   Bentak wanita itu.   Dia rupanya bukan hanya membentak saja, sebab cepat dan sebat sekali, tangan kanannya telah digerakkan menghantam kepada Ciu Pek Thong.   Gerakan yang dilakukannya itu benar sangat luar biasa, karena begitu dia menyerang, seketika menyambar angin serangan yang berkesyuran sangat dahsyat, yang lebih luar biasa lagi justru pohon dimana Ciu Pek Thong tengah bersembunyi telah bergoyang-goyang bagaikan dihantam badai.   Ciu Pek Thong tertawa cekikikan girang, dia melompat ke pohon yang lainnya.   Karena wanita itu menyerangnya, malah Ciu Pek Thong terbangun kegembiraannya.   Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Hanya saja wanita tersebut jadi tambah penasaran melihat serangannya itu tak memberikan hasil.   Dia membentak nyaring lagi dibarengi dengan gerakan kedua tangannya, maka berkesyuranlah angin yang sangat hebat, sehingga setiap kali Pek Thong melompat ke pohon lainnya, maka serangan wanita itu tiba dengan segera.   505 Terakhir Ciu Pek Thong justeru telah me-ngelakkan serangan wanit itu dengan cara tidak menyingkir ke pohon lainnya, dia justru melompat turun sambil tertawa tidak hentinya.   "Sungguh menggembirakan! Apakah hujin ber-sedia main- main beberapa jurus denganku?"   Tanya Ciu Pek Thong.   Bola mata wanita tersebut mencilak-cilak tidak hentinya, dia telah menperdengarkan suara men-dengus, tahu tahu tanpa menjawab, tangan kanannya telah digerakkan menghantam lagi.   Ciau Pek Tong tidak berkelit, dia telah mengangkat tangan kirinya.   Aneh, tenaga serangan wanita tersebut yang demikian kuat ternyata seperti juga telah ditangkis oleh sesuatu kekuatan yang membuat tenaga itu punah dengan sendirinya.   Wanita tersebut mengeluarkan seruan kaget dan heran waktu merasakan betapa tenaga serangannya seperti punah tidak dapat mengenai sasarannya, diapun sangat penasaran sekali, karenanya dia telah berseru dan menyerang lagi.   Kali ini serangan yang dilakukan lebih hebat, karenanya sekarang dia mengetahui bahwa Ciu Pek Thong bukan orang sembarangan dan memiliki kepandaian yang tinggi.   Akan tetapi Ciu Pek Thong tetapp berdiri tenang-tenang ditempatnya sambil tertawa-tawa.   Ketika angin serangan itu menyambar tiba, justru Ciu Pek Thong mengangkat tangannya lagi, dan kekuatan tenaga serangan dari wanita itu telah lenyap pula.   506 Berulangkali wanita tersebut mencoba menyerang Ciu Pek Thong, akan tetapi Ciu Pek Thong selalu dapat memunahkan tenaga serangannya.   Setelah terakhir kalinya wanita itu tetap gagal dengan serangannya, walaupun dia telah mempergunakan seluruh kekuatan Iwekang yang dimilikinya, wanita tersebut mengeluarkan seruan tertahan, mendadak sekali ia menekuk kedua kakinya berlutut dihadapan Ciu Pek Thong.   "Tentunya Lojinke (kau orang tua) adalah dew yang turun dari kerajaan langit."   Berseru wanita itu.   "Terimalah hormat Siauwlie.!"   Melihat wanita itu berhenti menyerang, bahkan berlutut dihadapannya, membuat Ciu Pek Thong kaget tidak terkira.   "Eh, eh, mengapa begitu? Ayo bangun! ayo bangun! Teriaknya sambil meloncat menyingkir. Akan tetapi wanita tersebut telah merubah kedudukan dirinya, dia tetap berlutut menghadap Ciu Pek Thong. Dan Loo Boan Tong sendiri jadi tambah kelabakan, karena dia gugup bukan main, dan setelah berteriak-teriak agar wanit itu tidak berlutut terus dihadapannya. Sedangkan wanita itu tetap berlutut sambil berkata dengan suara yang terus meneerus seperti minta dikasihani dan minta agar dirinya diterima sebagai murid. Ciu Pek Thong jadi melompat kesana kemari tidak hentinya, dan diapun sambil berseru-seru sambil berteriak.   "Ayo bangun! Aku bukan dewa. Ayo bangun! Aku manusia biasa!" 507   "Dewa yang baik hati, tentu kau turun ke dunia dengan maksud menolongku bukan?"   Tanya wanita itu sambil terus berlutut dan mengangguk-anggukkan kepalanya.   "Aku bukan dewa. ayo bangun! ayo bangun! teriak Ciu Pek Thong kelabakan dan melompat kesana kemari tiada hentinya. Akan tetapi wanita tersebut tetap berlutut.   "Jika memang dewa tidak mau menerimaku menjadi muridmu, aku tidak akan bangun selamanya!"   Kata wanita tersebut.   "Siauwlie she Tiang dan bernama Kie Giok!"   "Aku bukan Dewa! aduh, bagaimana aku dapat menjelaskan kepadamu, bahwa aku bukan dewa!"   Teriak Ciu Pek Thong tambah gugup saja. Waktu itulah terlihat betapa wanita itu menangis sambil mengangguk-angguk.   "Sesungguhnya Siauwlie tengah dalam kesulitan, dimana seluruh keluarga Siauwlie telah dibinasakan oleh musuh Siauwlie dan Siauwlie tengah berlatih diri untuk meyakinkan ilmu luar biasa! Akan tetapi justeru sekarang Thian berkasihan kepada Siauwlie dan telah mengirim dewa untuk menemui Siauwli, dan menolong Siauwlie dari kesulitan yang ada!"   Melihat wanita itu menangis, Ciau Pek Thong jadi tambah sibuk dan bingung.   "Jangan menangis, jangan menangis anak manis!"   Teriak Ciu Pek Thong sambil menghampiri dan telah mengulurkan tangannya buat mengangkat tubuh wanita tersebut.   Ciu Pek Thong memang tidak pernah mengikuti adat peradatan, juga istiadat antara pria dan wanita, karena dari itu 508 tidak segan-segan dalam keadaan gugup seperti itu dia telah memegang kedua lengan wanita itu dan mengangkatnya.   Wanita itu, Tiang kie Giok, telah berlutut terus, sambil menangis dalam posisi berlutut, walaupun tubuhnya telah diangkat oleh Ciu Pek Thong.   Melihat sikap wanita tersebut, Ciu Pek Thong tambah gugup.   "Jika memang engkau tidak mau berdiri, bagaimana kita dapat bicara baik-baik?!"   Tanyanya dengan sibuk. Wanita tersebut telah mengangkat kepalanya, tubuhnya masih terapung ditengah udara tergantung oleh cekalan Ciu Pek Thong, lalu dia berkata.   "Dewa yang baik hati, apa saja perintah darimu, tentu akan kupatuhi. berikanlah petunjuk dan juga tolonglah aku dari penderitaan ini dengan menerima Siauwlie menjadi muridmu.. tolonglah aku dewa.!"   "Ya, kau berdirilah, aku akan menolongmu!"   Kata Ciu Pek Thong yang telah kewalahan.   Coba wanita itu tidak menangis, tentu Ciu Pek Thong akan meninggalkannya dengan ginkangnya yang tinggi.   Jika memang Ciu Pek Thong mempergunakan ginkangnya buat mengelakkan diri dari wanita tersebut, jangan harap wanita tersebut dapat mengejarnya.   Akan tetapi justru wanita itu tengah menangis, membuat Ciu Pek Thong tidak sampai hati meninggalkannya.   Wanita itu masih menangis terus, dia telah berdiri.   "Kau dengarlak baik-baik, aku bukan dewa sperti yang kau katakan tadi, aku Loo Boan Tong!" 509   "Loo Boan Tong?!"   Tanya wanita tersebut sambil mementang matanya lebar-lebar. Tampaknya dia tertegun heran, karena lucu sekali gelaran orang ini, si bocah tua bangka yang nakal. Ciu Pek Thong mengangguk.   "Benar, memang gelaranku Loo Boan Tong, semua orang dalam rimba persilatan memanggilku dengan sebutan seperti itu!"   Menyahut Ciu Pek Thong.   "Apakah . apakah memang benar Lojinke bukan seorang dewa?!"   Tanya wanita tersebut. Ciu Pek Thong menggeleng.   "Sejak tadi telah kukatakan bahwa kau bukan dewa, aku Loo Boan Tong!"   "Kalau begitu.. kalau begitu., sia-sia saja harapanku!"   Menangis wanita itu dan tiba-tiba saja telah duduk numprah, tangisnya semakin keras. Melihat wanita itu menangis, Ciu Pek Thong. Ciu Pek Thong tambah sibuk bukan main.   "Ini kau jangan menangis, aku akan membantumu jika memang kau mempunyai kesulitan! Aku memang bukan dewa, akan tetapi aku bisa membantumu!"   Dan berulangkali Ciu Pek Thong telah membujuknya.   Namun wanita terus juga menangis tidak mau berhenti membuat Ciu Pek Thong sibuk sekali menghiburnya.   Akan tetapi karena wanita itu masih juga menangis, walaupun telah dibujuk terus menerus oleh Ciu Pek Thong habis sabar, katanya.   "Baiklah, kau menangislah terus, biar 510 yang kau keluarkan adalah air mata darah!"   Dan setelah berkata begitu, Ciu Pek Thong memutar tubuhnya buat berlalu.   "Oh, tunggu dulu Lojinke. maafkan Siauwlie telah menggusarkan hati dan perasaanmu!"   Teriak Tiang Kie Giok. Ciau Pek Thong menahan langkah kakinya.   "Apakah kau masih mau menangis?"   Tanya Ciu Pek Thong sambil mengawasi wanita itu. Tiang Kie Giok menggeleng.   "Tidak!"   Sahutnya sambil menghapus air matanya.   "Bagus!"   Kata Ciu Pek Thong.   "Memang kau tidak boleh menangis lagi!"   "Tetapi.. tetapi Lojinke.."   "Tetapi kenapa?"   Loo Boan Tong membuka matanya lebar-lebar.   "Aku sedang bersedih..!"   "Sedih? Ayo menangis lagi!"   "Tadi lojinke perintahkan tidak boleh menangis lagi!"   Kata Tiang Kie Giok.   "Tetapi jika memang menar-benar kau tengah bersedih, ayo menangislah!"   Benar-benar Tiang Kie Giok menangis. Ciu Pek Thong duduk bengong memandangi Tiang Kie Giok yang sedang menangis. **** 511   Jilid 14 (TAMAT) WAKTU ITU terlihat Tiang Kie Giok seringkali melirik dan melihat Ciu Pek Thong tengah mengawasi dirinya dengan sikap bengong dan bloon seperti itu, muka si wanita itu jadi berobah merah karena dia merasa malu.   Tiba-tiba sekali tanpa diduga oleh Ciu Pek Thong, Tiang Kie Giok telah menubruk dan merangkul Ciu Pek Thong, dengan rangkulannya sangat kuat sekali.   "Lojinke.. tolonglah aku jika memang kesulita Siauwli dapat diselesaikan, apa saja perintan Lojinke akan Siauwli turuti dan juga.. tubuh dan diri Siauwli akan menjadi milik Lojinke!"   Mendengar itu, Ciu Pek Thong kelabakan, lebih-lebih wanita itu telah merangkul kuat-kuat.   "Eh, eh, mana boleh begini, ayo lepasan rangkulanmu, teriak Ciu Pek Thong, bahkan dia juga telah meronta. Akan tetapi dia tidak berhasil melepaskan diri dari rangkulan Tiang Kie Giok, sebab wanita ini telah merangkul terus dengan ketat. Karena kebingungan, Ciu Pek Thong talah mendorong agar si gadis melepaskan rangkulannya. Apa lacur justru tangan Ciu Pek Thong mendorong dada wanita itu, sehingga dia mendorong sesuatu yang lunak. 512 Bagaikan disengat kalajengking Ci Pek Thong menarik pulang tangannya dan berseru kaget. Sedangkan Tiang Kie Giok tetap merangkul dengan ketat, katanya.   "Jika memang Lojinke tidak mau menerima Siauwlie menjadi muridmu, biarlah Siauwlie akan merangkul terus!"   Mendengar ancaman seperti itu, Ciu Pek Thong telah kelabakan dan gugup.   "Ayo lepaskan dulu, nanti kita bicara secara baik-baik!"   Teriak Ciu Pek Thong.   "Tidak!"   "apanya yang tidak?!"   "Siauwlie tidak akan melepaskannya!"   "Ayo lepaskan!"   "Tidak!"   "Oh Thian, bagaimana ini?!"   "Jika memang Lojinke mau menerima Siauwlie menjadi murid Lojinke, barulah Siauwlie akan melepaskan rangkulan ini!"   Kata Tiang Kie Giok.   "Soal pengangkatan guru dengan murid dapat dibicarakan nanti!"   Kata Ciu Pek Thong kelabakan.   "Tidak! sekarang juga Lojinke harus berjanji akan menerima Siauwlie menjadi murid Lojinke!"   "Mana bisa begitu?!"   "Jika Lojinke mau tentu bisa saja!"   Menyahuti Tiang Kie Giok. 513   "Akan tetapi aku tidak bisa menerima murid secara sembarangan seperti ini!"   Teriak Ciu Pek Thong.   "Apakah Lojinke malu mempunyai murid seperti aku?!"   Tanya Tiang Kie Giok.   "Tetapi itu bisa dibicarakan nanti saja!"   "Siauwlie ingin sekarang Lojinke memutuskannya!"   Bersikeras Tiang Kie Giok. Malah wnita ini tidak segan-segan lagi menciumi Ciu Pek Thong, sedangkan rangkulannya semakin keras. Ciu Pek Thong semakin kelabakan.   "Lepaskan! Lepaskan.!"   "Tidak! jika memang Lojinke belum berjanji akan menerima Siaulie menjadi nurid Lojinke, biarlah Siauwlie memeluk terus!"   "Oh..aku.aku."   "Lojinke bersedia menerima Siauwlie menjadi murid Lojinke bukan?!"   "Tidak! mana bisa begitu? Kau dengan demikian sama saja memaksaku!"   "Bukan memaksa, hanya meminta kerelaan Lojinke agar au menerima Siauwlie menjadi murid Lojinke!"   "Tidak.jika hanya menurunkan beberapa jurus kepandaian aku bersedia!"   Teriak Ciu Pek Thong. Mendengar perkataan Ciu Pek Thong yang terakhir, Tiang Kie Giok jadi girang.   "Begitu juga boleh!"   Katanya. 514   "Ayo lepaskan!"   Teriak Ciu Pe Thong. Tiang Kie Gie melepaskan rangkulannya. Ciu Pek Thong menghela nafas dalam-dalam sambil menyeka keringat dingin dan juga telah menepuk-nepuk keningnya.   "Celaka! Benar-benar celaka!"   Menggerutu Loo Boan Tong.   "Kenapa Suhu?!"   Tanya Kiang Kie Giok. Ciu Pek Thong tersentak kaget.   "Kau memanggilku Suhu?!"   Tanyanya tergagap.   Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Ya, bukankah tadi Suhu telah berjanji akan mengajari aku beberapa jurus?!"   "Bukan menjadi gurumu, hanya menurunkan beberapa jurus saja!"   "Begitupun boleh!"   "Akhh, kau nakal!"   Tiang Kie Giok tersenyum. Diapun telah membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada Ciu Pek Thong. Akan tetapi Ciu Pek Thong telah menghindarkan diri dari pemberian hormat tersebut. Tiang Kie Giok memutar tubuhnya kembali, diapun memberi hormat.   "Jangan pakai peradatan, kita bersahabat saja!"   Kata Ciu Pek Thong. 515   "Baik! baik! Lojinke!"   "Kau jangan memanggilku dengan sebutan Lojinke lagi!"   Kata Ciu Pek Thong.   "Kenapa?"   Tanya Tiang Kie Giok.   "Yang terpenting aku tidak mau kau memanggilku dengan sebutan Lojinke!"   "Lalu harus mempergunakan panggilan apa?"   Tanya Tiang Kie Giok heran dan merasa lucu.   "Cukup kau memanggil dengan sebutan Loo Boan Tong saja, menyahuti Ciu Pek Thong. Wanita itu tertawa.    Si Angin Puyuh Tangan Kilat Karya Gan Kh Si Rase Hitam Karya Chin Yung Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL

Cari Blog Ini