Pusaka Pedang Embun 12
Pusaka Pedang Embun Karya Sin Liong Bagian 12
Pusaka Pedang Embun Karya dari Sin Liong "Cici, kuharap kau jangan terlalu membohongi aku, sebenarnya Couw-su-ya dengan cara bagaimana ia akan membersihkan darahku yang kotor penuh dosa. Bisakah cici memberi keterangan yang jelas dan jujur agar hatiku tenang, dan tidak berdebar-debar ketakutan seperti ini." "Anak bodoh !" Kata perempuan berpakaian ringkas, sambil tertawa. "Kau besarkan hatimu, Couw-su-ya tidak akan menggunakan golok atau pedang untuk membabat lehermu, ia hanya akan menggunakan alat yang kecil untuk menyedot darahmu yang penuh dosa, juga tidak akan merasa sakit. Bahkan setelah darah kotor yang mengandung dosa itu diisap keluar tubuhmu akan bersemangat, kaki tanganmu terasa lemas sehingga kau mudah untuk naik keatas awan menjadi dewa. Nah tenangkanlah hatimu dan jangan takut-takut lagi." Si gadis yang akan dijadikan korban setelah mendengar keterangan itu, hatinya menjadi tenang dan tentram. Perempuan yang berpakaian ringkas setelah membuat calon korbannya tenang, segera ia membuka jubah yang mengerudungi tubuh gadis yang akan dijadikan korban siluman. Keadaan gadis itu kini sudah telanjang bulat, tampak kulitnya yang putih bagaikan salju tampak sangat nyata, sedang kedua buah dadanya yang menonjol keluar laksana puncak gunung disinari sang matahari pagi, pemandangan demikian bila tampak oleh seorang laki-laki mata keranjang atau Iaki-Iaki yang kurang kuat imannya, niscaya semangatnya akan ketarik dan siang-siang sudah melayang keluar dari tubuhnya. Tak lama kemudian dari arah ruangan Samceng-tian terdengar suara gong dipukul tiga kali, kemudian disusul dengan terdengarnya suara pukulan gong 3 kali dari jurusan kamar sebelah timur. Setelah mendengar suara gong tersebut empat perempuan yang berpakaian ringkas menjadi sibuk, dengan tali yang terbuat dari wool merah mengikat sepasang kaki dan tangan perempuan yang akan dijadikan korban, setelah selesai mengikat perempuan itu, keempat perempuan tadi segera menggerek tubuh korban keatas dua buah patok yang sudah disiapkan, hingga keadaan perempuan yang akan menjadi korban itu tergantung seperti orang yang akan melaksanakan hukuman mati. "Ciecie sekalian ! Harap memberi sedikit kelonggaran kepadaku," Berkata gadis yang menjadi korban. "Kendorkan sedikit ikatan yang mengikat tangan dan kakiku, aku sudah tak tahan lagi, juga lekas dilakukan upacara itu untuk meringankan penderitaanku ini." Keempat perempuan yang mengenakan pakaian ringkas tadi mendengar kata-kata si gadis yang akan menjadi korban hatinya merasa terharu, cepat-cepat mereka mengendorkan ikatan tubuh gadis itu, hingga gadis yang akan dijadikan korban itu tidak merasa sakit akibat ikatan yang mengikat tubuhnya. Pada saat itu tampak dari pintu bunder kamar sebelah timur berjalan mendatangi si Tosu siluman dengan mengenakan jubah Pat-kwa Sia-kim-pauw yang berwarna kuning, kepalanya memakai topi tosu, kakinya memakai sepatu yang agak tinggi, sedang ditangannya memegang kebutan. Dibelakang si tosu siluman berjalan mengikutinya dua orang gadis kecil yang berusia baru 13 tahun, ditangan kedua gadis kecil itu memegang sebuah kaca tembaga enam persegi. Ketika si tosu siluman tiba didalam ruangan sembahyang, dimana sang korban tergantung, keempat orang perempuan yang mengenakan pakaian ringkas lalu berbaris menyambut memberi hormat kemudian memberikan laporan pekerjaannya. Si tosu siluman setelah mendengar laporan keempat perempuan itu segera berjalan menghampiri meja sembahyang yang sudah siap teratur rapi yang katanya untuk menjalankan upacara membersihkan darah yang kotor kepada sang korban agar dikemudian hari sang korban bisa naik menjadi dewa. Si gadis yang dijadikan korban tergantung, seperti seekor kambing yang akan disembelih. Gadis itu dengan memaksakan diri tersenyum getir, dengan mata merah tidak berani memandang si tosu ia berkata perlahan . "hamba penghuni kamar no 17 bernama Cu Loan Ing yang akan mendapatkan budi besar Couw su-ya, maka sebelumnya hamba haturkan banyak terima kasih atas budi kebaikan Couw-su-ya yang sangat besar, hamba tidak akan melupakan budi besar ini sampai hamba mati." "Anak yang baik," Berkata si tosu sambil tertawa. "Kau sungguh baik, tidak percuma aku hari ini mengeluarkan tenaga untuk menolongmu agar dikemudian hari bisa naik jadi dewa." Setelah berbicara begitu si tosu siluman mengambil sebatang pedang-pedangan kayu yang terbuat dari kayu Tho yang terletak diatas meja, pedang-pedangan kayu itu diacungkannya kelangit kemudian kebumi, kemudian tosu siluman itu berjalan mengelilingi meja sembahyang mulutnya berkemak-kemik membaca doa. Bertepatan dengan itu, dari dalam ruangan Samceng-tian nampak berlari datang seorang perempuan muda, perempuan itu memberi hormat pada si tosu kemudian berkata. "Lapor kepada Couw-su-ya waktu upacara sudah tiba." Setelah mendengar laporan itu si tosu siluman menggurat-guratkan pedang-pedangan kayu ke lehernya sendiri kemudian kebagian urat-urat bawah tubuhnya dengan mengikuti arah jalan darah sambil berkemak-kemik. Setelah berbuat demikian, si tosu siluman menyerahkan pedang-pedangan kayu pada si perempuan yang memakai pakaian ringkas. Sedang seorang perempuan lainnya, dengan sikap hormat memberikan peti gading kepada si tosu. Si tosu siluman mengambil dua buah perkakas yang seperti terompet, panjangnya kurang lebih delapan chun, ditangannya masing-masing memegang sebuah benda itu. Dengan tangan kanan memegang sebuah alat seperti terompet si tosu menyingkapkan rambut si gadis yang menjadi korban, mencari jalan darahnya, tangannya terus menyelusuri bagian dada, iga dan perut di mana terdapat jalan-jalan darah ditubuh si gadis. Ketika tiba dipaha si gadis, tangan si tosu dengan masih memegang alatnya meraba-raba sebentar, ia tersenyum kecil setelah mendapatkan jalan darah yang dimauinya, lalu menggapaikan tangan kearah perempuan yang berpakaian ringkas. Perempuan itu segera menghampiri, ditangannya memegang bendera Chit-seng-khie, kemudian bendera itu ditepokkan ke kepala si gadis yang dijadikan korban sambil berkata . "Cici hari ini Couw su-ya akan melepaskan budi kebaikan kepadamu, budi ini kelak tak boleh kau siasiakan...........!" Cu Loan Ing si gadis yang menjadi korban matanya masih meram, ketika kepalanya ditepok oleh bendera Chit-seng-khie, ia merasakan pahanya sakit seperti digigit serangga. Ternyata ketika bendera Chit-seng khie ditepokkan ke kepalanya Cu Loan Ing, si tosu berbareng menusukkan perkakas yang seperti terompet kepaha gadis itu. Ternyata alat itu adalah alat untuk mengisap darah orang. Liok Hap Tojin si tosu siluman menusukkan alat untuk menghisap darahnya dipaha si gadis, ia menyedot darah gadis itu pada bagian pahanya, setelah berlangsung sekian saat barulah ia melepaskan sedotannya dan mencabut kembali alat penghisap darahnya. Cu Loan Ing seorang gadis yang lemah, setelah darahnya dikuras dihisap si tosu siluman Liok Hap tojin, wajahnta berubah pucat laksana kertas, hampir-hampir ia tidak sanggup mempertahankan nyawanya lebih lama lagi hidup dalam dunia. Liok Hap tojin setelah menghisap darah gadis itu, ia meletakkan kembali alatnya diatas tempat peti gadingnya, lalu memijit dua kali pada bagian tubuh Cu Loan Ing, setelah berbuat demikian ia memerintahkan perempuan yang berpakaian ringkas membawa masuk sang korban didalam kamarnya. Cu Loan Ing yang sebagian besar darahnya sudah dihisap si tosu siluman, tubuhnya menjadi lemas, ia tidak kuat berdiri, sehingga terpaksa dipayang oleh empat orang wanita berpakaian ringkas memasuki kamar. Si tosu siluman cuci mulutnya dan kemudian duduk dimuka meja sembahyang. Seorang budak perempuan segera datang menghampiri dengan membawa peles kecil berwarna emas yang tingginya kira-kira 5-7 chun, sedang tutup peles itu berbentuk kepala singasingaan. Liok Hap Tojin lalu membuka tutup peles itu, dari dalamnya ia mengeluarkan dua butir pel berwarna putih sebesar buah seri, berbarengan seorang budak perempuan membawakan segelas air bening. Tak lama datang pula empat orang perempuan berpakaian ringkas dengan membawa seorang perempuan muda yang berusia kira-kira 18--0tahun, perempuan itu sama keadaannya dengan Cu Loan Ing, hanya dikerudungi oleh kerudung tipis. Wajah perempuan itu sangat cantik serta berpotongan tubuh ramping menggiurkan. Keadaan perempuan itu tidak seperti keadaannya Cu Loan Ing korban pertama yang ragu-ragu dan takut-takut menghadapi si tosu, tapi perempuan itu berseri-seri tampak wajahnya gembira sekali. "Perempuan dari kamar No. -. 4 bernama Thio Yok Bwee dibawa menghadap," Berkata salah seorang perempuan yang memakai pakaian ringkas kepada Liok Hap Tojin dengan membungkukkan badan. "Apakah ia baru pertama kali ini menerima pelajaran ?" Bertanya Liok Hap Tojin sambil mengangkat kepala memandang. "Ia naik keatas gunung baru 10 hari lamanya," Berkata si perempuan yang mengenakan pakaian ringkas sambil membungkukkan badan. "Belum pernah mendapatkan sedikit pelajaranpun, atau mendapatkan sumbangan budi Taysu." "Kalau begitu baiklah, segera kau turun tangan membantu pekerjaanku !" Perintah Liok Hap Tojin menganggukkan kepalanya. Keempat perempuan tadi segera membuka kain kerudung yang menutupi tubuh Thio Yok Bwee lalu mengangkat tubuh itu seperti tadi ia lakukan terhadap korban pertamanya. Liok Hap tojin si tosu siluman setelah menyaksikan Thio Yok Bwee diikat tubuhnya segera menempelkan alat penghisap darahnya ketubuh gadis itu. Liong Houw yang menyaksikan adegan itu dari dalam kamar tahanannya darahnya meluap, ia marah dan gusar, hampir saja disangkanya ia sedang mimpi menyaksikan perbuatan terkutuk yang tidak mengenal prikemanusiaan, ia berusaha berontak keluar dari kamar tahanan itu, tapi apa mau dikata, kedua tangannya kini sudah dirantai oleh sebuah rantai yang entah terbuat dari bahan apa, begitu tangannya bergerak ikatan rantai itu semakin erat membuat kedua pergelangan tangannya bertambah sakit. Akhirnya ia menghentikan usahanya yang sia-sia itu. Ia hanya bisa menyaksikan kelakuan si tosu dengan rasa kemendongkolan dan gusarnya meluap-luap melewati batas takeran, tapi semua itu ia hanya bisa ditelan mentah-mentah dan pentang mata selebar-selebarnya, untuk menyaksikan perbuatan yang sangat terkutuk tidak mengenal prikemanusiaan. Sementara itu si tosu siluman ketika telah mendapatkan jalan darah korban kedua, dengan cepat lalu menusukkan alat penghisap darahnya, tapi baru saja mulutnya akan menghisap darah perempuan itu, mendadak ia merasakan ada hawa busuk menyerang masuk kedalam lubang hidungnya, ia mengetahui tentu ada perobahan apa-apa yang terjadi, tapi sudah terlambat untuk menarik kembali alat penghisap darahnya. "Ooooh....Ooooh....Ooooh....." Terdengar si Tosu siluman mengeluh memuntahkan darah, dan berbareng dengan kejadian itu ia rasakan kepalanya terasa pening hampir saja ia jatuh ngusruk, bilamana ia tidak cepat-cepat kendalikan tubuhnya. Kejadian itu membuat keempat pengawal wanita yang berpakaian ringkas terkejut, sehingga menyebabkan muka mereka pucat, dengan cepat mereka pada berlutut untuk menerima hukuman atas kelalaian mereka. Si tosu siluman yang mendadak mencium bau busuk sehingga kepalanya pening dan muntahmuntah, ia hanya menelungkupkan kepala diatas meja sembahyang. Ketika sadar dari mabuknya si tosu siluman menampak keempat wanita pembantu-pembantunya sedang sujut minta ampun atas kelalaian mereka yang menyebabkan peristiwa yang tidak diingini terjadi pada diri si tosu siluman Liok Hap tojin. Si tosu siluman tidak menggubris keempat perempuan yang sedang sujut minta-minta ampun, ia melangkah menghampiri perempuan yang masih telanjang bulat, ia mengangkat tangannya, dari sana meluncur sinar merah melayang keluar menabas putus tubuh korban keduanya dari kamar No. -. 4. Sungguh kasihan nasib perempuan bernama Thio Yok Bwee dari kamar no. -. 4, ia telah menjadi kurban mati seketika dengan tubuh terpotong dua menghadap giam-lo-ong. Keempat perempuan yang sedang sujut meminta ampun begitu melihat kejadian itu tubuhnya gemetaran ketakutan, dan dengan suara gemetaran terputus-putus meratap . "Couw-su-ya harap ampuni jiwa anjing kami, dan sudilah mengampuni semua kelalaian kita yang telah membuat kejadian seperti ini." Diluar dugaan si Tosu siluman bukannya marah malahan tertawa berkakakan lalu berkata . "Anakanak, kalian jangan takut ! Aku tidak akan menghukum orang yang tidak berdosa, aku juga percaya kalian sudah memeriksa diri perempuan itu, maka kejadian ini bukanlah kesalahan kalian, kalian jangan kuatir." Keempat perempuan yang berpakaian secara ringkas setelah mendengar kata-kata si tosu siluman perasaan mereka menjadi girang lalu menghaturkan banyak terima kasih sambil berlutut diatas lantai. Pembaca yang terhormat, mengapa dengan tanpa sebab si tosu siluman dengan mendadak mencium bau yang busuk hamper saja membikin dia pingsan tak sadarkan diri, lalu melepaskan sinar merah mencabut nyawanya Thio Yok Bwee korban keduanya ? Perlu dijelaskan, si tosu siluman sebelumnya mengisap darah sang korban, ia memeriksa keadaan perempuan itu dengan teliti, setiap korbannya diperiksa lebih dulu oleh pembantupembantunya yaitu perempuan-perempuan berpakaian ringkas tadi, setelah itu barulah si tosu siluman melakukan kebiadabannya menghisap darah. Setiap korban yang dihisap darahnya haruslah seorang perempuan yang masih suci yaitu seorang gadis betul-betul masih perawan, barulah ia bisa menghisap darah perawan itu dengan nikmatnya, tetapi bilamana perempuan yang akan dijadikan korbannya bukan seorang gadis, ia mengisap darah perempuan tadi dengan cara lain yang lebih kejam dan lebih biadab. Siapakah perempuan itu yang sebenarnya, dia adalah bukan lain Kim-coa Ie si Ular mas jelita isteri mudanya Cie Tay Peng yang berdarah histeris. Karena mendengar berita digunung Ouw ong-san terdapat seorang tosu yang bisa membuat seorang wanita awet muda dan umur panjang, maka Kimcoa Ie tertarik akan hal itu, segera ia mengembara mencari tempat itu dengan menggunakan nama samaran Thio Yok Bwee, agar ia bisa mendapatkan ilmu awet muda dan panjang umur. Ketika Kim-coa le diperiksa oleh keempat perempuan anak murid Liok Hap tojin, ia mengaku dirinya sebagai perawan bernama Thio Yok Bwee. Karena darah Kim-coa le yang mengaku dirinya bernama Thio Yok Bwee telah kotor akibat perbuatannya sering berhubungan dengan laki mana saja yang ia maui, maka darahnya mengandung bau busuk. Membuat si tosu siluman muntah-muntah dan pening kepala, kejadian itu juga membuat pekerjaan si tosu selama bertahuntahun menghisap darah gadis telah terbuang sebagian, sehingga tenaganya lenyap beberapa bagian, karena itu meluap marahnya, dan membunuh Kim-coa le dengan sinar merahnya. Liong Houw dengan jelas menyaksikan semua kejadian itu, ketika si gadis yang mengaku bernama Thio Yok Bwee itu terpancang telanjang bulat dihadapannya, hati Liong Houw merasa mendongkol setengah mati, ia tahu bahwa orang itu sebenarnya adalah Kim-coa le si Ular mas jelita yang memalsukan namanya menjadi Thio Yok Bwee, pikirnya sungguh sial sekali dirinya sampai dua kali melihat tubuh wanita histeris itu dalam keadaan telanjang bulat, pertama kali ia melihatnya didalam kamar dibukit dibawah berhala kuno Tam-hoa-ko-sie sedang melakukan perbuatan maksiatnya dengan orang bawahan suaminya sendiri. Liok Hap Tojin setelah membinasakan Kim-coa le alias Thio Yok Bwee memerintahkan orangorangnya untuk membawa bangkainya serta memberesi alat-alat upacara penghisap darahnya, kemudian ia berjalan kedalam ruangan sebelah barat. 0odwo0 PADA keesokan harinya, ketika hendak santapan pagi, Liok Hap Tojin merasakan tubuhnya tidak bersemangat seakan-akan kehilangan sesuatu. orang yang baru Liok Hap Tojin cepat duduk bersemedhi menenangkan pikirannya yang kalut tanpa sebab serta memulihkan perasaannya yang tidak tenang membuat tubuhnya menjadi lemas tak bersemangat. Setelah bersemedhi sekian saat, Liok Hap Tojin masih saja merasakan kehilangan semangat, perasaannya kini masih dirasakan tidak enak, maka ia berpikir. "Apakah ini suatu tanda akan adanya mara bahaya yang akan menimpa diriku?" Karena pikiran itu, maka ia pergi berjalan ke jendela sebelah timur, disana ia membakar sebatang hio untuk meramalkan apa yang akan terjadi ? Setelah selesai meramal, tanpa disadari ia mengangguk kepala sambil berkata kepada dirinya sendiri. "Pantas aku merasakan tubuhku tidak bersemangat, sangat lesu dan pikiran tidak enak, ternyata ada sekawanan anjing hutan yang hendak membikin susah padaku ! Baik, aku tidak akan gubris mereka, aku suruh anak-anak muridku saja yang menghadapi mereka untuk mengusir pergi semua anjing hutan yang coba menganggu ketenteramanku, suruh mereka membunuh bunuhi semua anjing-anjing hutan yang tidak mengenal mampus !" Setelah bergumam begitu Liok Hap tojin segera memanggil dua orang pengawal perempuannya, setiap betis perempuan itu ditempeli sebuah jimat Sin-heng (jimat jalan cepat) lalu memerintahkan mereka berdua untuk pergi ke Lok-hong-san dan Leng cu-nia untuk memanggil murid bagian depan dan belakang yang berjumlah-jumlah orang ! Perlu dijelaskan, Liok Hap Tojin mempunyai dua kelompok murid-murid, yang disebut bagian depan dan bagian belakang, murid-murid yang berada dibagian depan berada di Sam-ceng-koan yang berkediaman digunung Lok-hong-san, sedang murid-murid yang berada dibagian belakang berdiam dikelenteng Sam-sam-koan yang terletak dibukit Leng-cu nia. Setiap pada tanggal 1 dan 5, Liok Hap Tojin mengunjungi tempat murid-muridnya untuk melatih mereka yang bertempat tinggal di Samceng-koan dan di Sam-sam-koan untuk memberikan Iatihan-Iatihan ilmu siluman kepada seluruh murid-muridnya. Hasil dari latihan Liok Hap tojin murid muridnya telah paham dan ahli dalam hal ilmu siluman, bahkan sifat-sifat seluruh muridnya itu mengikuti sifat gurunya yang cabul dan tidak berperikemanusiaan. Menerima panggilan sang guru, semua muridmurid Liok Hap Tojin segera berangkat menuju kegunung Ouw-ong-san, dimana sang guru tinggal dan melakukan perbuatan terkutuknya. Anak-anak murid bagian depan disediakan kamar diruangan bagian barat sedang anak murid dari bagian belakang diharuskan tinggal dalam ruangan kamar disebelah timur, dan diharuskan menunggu kedatangan sang guru si tosu siluman, setiap saat menunggu perintah atau lain-lain tugas. Ketika hari sudah menunjukkan waktu Yu-sie (antara jam 5 sampai jam 7 sore) Liok Hap Tojin lalu berganti pakaian, dengan memakai pakaian pertapaan yang berwarna kuning, setelah itu ia berjalan menuju keruangan kamar disebelah barat untuk memberi perintah kepada murid-murid yang bagian depan. Semua anak muridnya ketika menampak sang guru datang, cepat mereka pada berdiri dan memberi hormat, baru kemudian mereka duduk kembali membentuk barisan huruf Pat (delapan), sedikit suara pun mereka tidak berani ucapkan, suasana ditempat itu menjadi sunyi senyap. "Murid-muridku sekalian." Berkata si tosu siluman. "Pun-su dengan tanpa hujan angin telah memanggil kalian datang ketempat ini, disebabkan ada sekawanan berandal dari kalangan Liok-lim yang tidak tahu diri, dengan kurang ajar berani datang ketempat suci ini guna membikin kerusuhan dan membuat susah kalian semua, sebetulnya kita tidak perlu membuat penjagaan yang ketat, cukup bilamana menggunakan sedikit ilmu saja, kita sudah bisa membuat mereka mundur kucar kacir sekaligus, hanya dikarenakan dari jumlah orangorang yang menyatroni tempat kita ini terdapat orang yang berilmu, maka kita tidak boleh pandang enteng mereka, sedapat mungkin kita harus memukul mundur mereka dengan menggunakan ilmu sakti kita, kalian jangan membunuh banyak manusia, hanya kalau mereka keterlaluan tidak tahu diri apa boleh buat, bunuh habis mereka, karena itulah mereka sendiri yang mencari mampus. Ingatlah baik-baik pesanku ini." Semua anak muridnya setelah mendengar katakata itu mereka serentak menyatakan mengerti dan menganggukkan kepala. "Menurut ramalanku," Berkata lagi si tosu siluman. "Nanti malam mereka akan mulai bergerak, maka dari itu kita tidak boleh lengah harus segera membuat persiapan untuk menghadapi mereka." Kembali semua murid-muridnya menyatakan mengerti serta menganggukkan kepala. Si tosu siluman setelah memberikan ceramah kepada murid-murid bagian depan, lalu berjalan keluar ruangan menuju keruangan kamar sebelah timur untuk memberikan perintah kepada murid bagian belakang. Liok Hap Tojin kepada murid-muridnya dibagian belakang ia juga berpidato panjang lebar, intinya sama dengan apa yang ia pernah uraikan kepada murid-muridnya dibagian depan. "Karena ilmu kesaktian kalian sebetulnya masih belum seberapa tinggi," Menambahkan si tosu siluman. "maka aku harap saja kalian cukup berdiri saja disebelah belakang suheng-suheng kalian dari bagian depan, dan berikan bantuan secukupnya kepada suheng-suheng kalian, bilamana nampak mereka berada dalam keadaan terjepit, barulah kalian keluarkan ilmu kepandaian kalian untuk memberikan bantuan menggempur musuh." Semua anak murid dibagian belakang setelah mendengar ucapan itu, dengan suara berbareng mengatakan baik ! Liok Hap tojin setelah memberikan ceramah kepada semua muridnya, dengan tergesa-gesa ia pulang kembali kedalam ruangan belakang. Pada saat itu didalam ruangan tengah sudah teratur delapan meja perjamuan, serta dalam ruangan tersebut diatas telah dihiasi mentereng sekali, juga terpasang lampu-lampu yang berwarna warni memancarkan sinarnya terang benderang, sungguh keadaan didalam ruangan tersebut sangat indah permai. Tak lama kemudian si tosu siluman telah keluar dari sebelah dalam, dan lalu menyilahkan sekalian anak muridnya untuk makan minum dengan riang gembira. Untuk menghibur anak muridnya si Tosu siluman lalu memerintahkan seorang pengawal perempuan menari dan menyanyi sehingga telah membuat ruangan itu jadi ramai pula. Semua anak murid si tosu siluman mendapat perlakuan demikian dari sang guru mereka semua riang gembira. Mereka memuji dan bersorak-sorak bergembira menyaksikan seorang perempuan menyanyi dan menari, keadaan mereka layaknya seperti dalam sorga dunia ! Tiba-tiba sang Tosu siluman bangkit berdiri, murid-muridnya yang menyaksikan sang guru telah berdiri, mereka segera pada bangkit berdiri, mereka tahu kalau sang guru itu berdiri berarti akan memberikan perintah atau pesan apa-apa kepada mereka. Si Tosu siluman menggoyang-goyangkan tangannya lalu berkata. "Malam ini kalian bergembira ria, sengaja aku sediakan untuk kalian berpesta pora. Tapi ingat ! Kalian jangan sekali-kali lalai dalam tugas, karena pada waktu-waktu yang akan mendatang ini, kalian punya tugas berat, nah disini aku menjamu kalian agar kalian melampiaskan kesenangan kalian bersuka ria segembira-gembiranya, kelak apabila kalian menghadapi musuh, kegembiraan itu harus segera kalian Ienyapkan, kalian harus ganti dengan rasa nafsu yang gagah berani tanpa kenal takut untuk menempur musuh yang mengacaukan tempat dewa kita." Setelah mendengarkan pidato sang guru, mereka bersorak-sorai mengucapkan terima kasih kepada guru yang baik berhati siluman itu. Ketika perjamuan telah hampir selesai, mendadak seorang intel perempuan yang ditugaskan dibawah gunung, datang berlarian menghadap si tosu siluman, ia melaporkan . "Dibawah gunung tampak banyak orang-orang asing yang bergerak mendaki gunung, dengan membawa Iampu-Iampu penerangan......" Liok Hap Tojin mendengar berita itu, tanpa disadarinya, ia berkata sambil tertawa . "Bagaimana ? Apakah ramalanku meleset? Sudahlah sekarang mereka sudah datang, cepat panggil Toa-touw jie Kak Cun datang kemari !" Berbarengan dengan akhir ucapannya seorang tosu yang berusia kurang lebih -lebih 8 tahun dan mempunyai wajah bengis berwarna ungu, telah muncul memberi hormat pada Liok Hap tojin! Liok Hap tojin mengetahui muridnya yang tertua datang, ia segera berkata memberikan pesan-pesan yang perlu kepada sang murid, bagaimana harus berbuat, apa yang harus dilakukan lebih dulu, apa yang harus dilakukan kemudian dan seterusnya, semua pesanan itu diberikan sangat wanti-wanti sekali, juga ia menasehati supaya Kak Can jangan terlalu memandang rendah pada musuhmusuhnya yang datang menyerang. Setelah itu ia memanggil pula beberapa murid tertua dari bagian belakang, murid itu bernama It Bok tojin, kepada sang murid dari bagian belakang Liok Hap tojin juga memberikan petunjuk-petunjuk yang perlu, setelah itu lalu ia memanggil lagi 9 murid dari bagian depan dan 9 lagi dari bagian belakang hingga mereka berjumlah 18 orang, pada mereka Liok Hap tojin juga memberikan petunjukpetunjuk yang perlu. Setelah semua persiapan selesai diberikan barulah Liok Hap tojin menyuruh mereka turun gunung untuk memberikan perlawanan terhadap orang-orang yang datang menyerang. Sekeluarnya dari dalam kelenteng Kak Cun dan It Bok lalu berdamai, mereka lalu memencar sutesutenya untuk melakukan penjagaan setelah diambil keputusan Kak Cun yang lebih dulu turun gunung untuk melakukan perlawanan kepada orang-orang yang sedang datang menyatroni gunung musuh. mereka sambil menyelidiki kekuatan O o dkz o O Kita kembali kepada rombongan Sin-kiong-kiam Ong Pek Ciauw yang telah mengatur persiapan menyerang keatas gunung Ouw-ong-san guna membasmi si Tosu siluman yang telah berbuat banyak kejahatan dan juga menolong jiwa Liong Houw dari cengkeraman si manusia siluman. Pie tet Sin-kay memberikan tugas kepada para anggota pengemis tang jumlahnya ternyata sudah terkumpul 100 orang lebih. Perlahan-lahan sang surya tenggelam dibarat, hari sudah menjadi gelap. Semua anggota rombongan para jago menangsal perutnya. Selagi mereka sedang makan, tiba-tiba berlari datang seorang anggota pengemis yang ditugaskan memata-matai gerakan para tosu siluman diatas gunung, anggota pengemis itu memberikan laporan bahwa diatas gunung sudah tampak banyak tengloleng yang terang benderang, tampak juga disana berkelebatan bayangan-bayangan orang. Sin-kiong-kiam Ong Pek Ciauw mendengar laporan anggota pengemis itu tanpa disadari ia tertawa lalu berkata . Pusaka Pedang Embun Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Saudara-saudara sekalian ! Harap jangan gugup tidak keruan, gerakangerakan itu adalah ilmu siluman yang mereka sedang atur untuk menghadapi serangan kita, makanlah dulu." Setelah mendengar perkataan Sin-kiong-kiam Ong Pek Ciauw, anggota pengemis itu lalu berangkat kembali keposnya dimana ia bertugas. Tapi tak lama kemudian anggota pengemis tadi balik kembali kedalam perkemahan dengan mengatakan bahwa diatas gunung telah datang seorang tosu muda yang ingin bertemu dengan pemimpin rombongan, karena ada sesuatu yang akan dibicarakan. Sin kiong-kiam Ong Pek Ciauw memandang kearah Koang-koang Sin-kay dan Pie-tet Sin-kay. Pie tet Sin-kay berkata . "Tentu itulah utusan si tosu siluman yang hendak menyelidiki keadaan kita, mari kita pergi kesana untuk melihat macam apakah rupa tosu itu? Berbentuk manusia ataukah bagaimana?" Ong Pek Ciauw lalu menganggukkan kepala kemudian bersama-sama dengan Thio Thian Su, Koang-koang Sin-kay daa Pie-tet Sin-kay, si pengemis cilik Ho Ho dan para anggota pengemis lainnya mereka naik ke-atas gunung dengan menunggang kuda. Ketika Ong Pek Ciauw telah sampai diatas jurang, mereka menampak diatas berdiri berbaris empat orang berbadan tinggi besar yang gaib, tingginya rata-rata 18 kaki, dibadannya semuanya memakai pakaian perang jaman kuno, dari matanya tampak mengeluarkan sinar mata yang bengis, ditengah-tengah empat orang tinggi besar itu berdiri seorang tosu muda yang memiliki muka bengis, dilihat sepintas lalu saja sudah dapat diketahui bahwa Tosu itu tentulah bukan orang baik-baik. Ketika rombongan Ong Pek Ciauw tiba sejarak kira-kira beberapa ratus tindak, Tosu muda itu tampak mengangkat tangan menggoyang-goyang kebutannya kesebelah bawah, mulutnya berkata. "Kalian yang berada disebelah bawah dengan alasan apa tanpa sebab musabab datang keatas gunung kedewaan tapal batas dari nabi-nabi untuk membuat kekacauan." Ong Pek Ciauw mendengar perkataan itu, tanpa disadari tersenyum dingin kemudian ia bertanya ; "Aku Ong Pek Ciauw dengan memberanikan diri ingin mengajukan pertanyaan padamu, apa yang kau namakan gunung kedewaan itu seumur hidup aku belum mendengarnya dan dimana letaknya? Dan apa itu segala tapal batas nabi-nabi !" "Mm......" Terdengar si Tosu muda berdengus, katanya. "Percuma kalian dijelmakan jadi orang didalam dunia, memiliki mata tidak berbiji, harus kalian ketahui bahwa Pun-su mendapat perintah Liok Hap Tay-su untuk segera membuka kedogolan kalian rakyat desa seumumnya, kau sebagai seorang yang sedikit memiliki kepandaian, aku minta supaya cepat-cepat meninggalkan tempat ini dan ajak bekicot-bekicot konco kalian pergi dari sini, nanti Pun-su beri ampun pada jiwa anjing kalian, jika tidak, hmm.....ketahuilah kesaktian kami tidak ada tandingannya, asal saja kami membaca sekelumit doa, maka dengan cepat turun pasukan-pasukan dari langit untuk membasmi kalian cecunguk, waktu itu keadaan kalian sudah terlambat, meski pun kalian sesambatan minta ampun jangan harap nyawa kalian masih bisa bertahan didalam dunia untuk menangsel perut kalian." Koang-koang Sin-kay berdengus, katanya. "Aku tidak perduli berapa banyak jumlahnya tentara langit yang kau akan turunkan, aku si gembel bangkotan ini tidak takut segala macam ilmu siluman pejajaranmu, jika pemimpinmu mempunyai keberanian, suruh ia datang kemari, jangan kau dibiarkan pentang mulut tidak keruan biarkan Liok Hap Tojin sendiri tongolkan batang hidungnya, jangan hanya bekoar-koar menakutnakuti orang dengan gertak sambel!" Si Tosu muda yang bukan lain dari pada Kak Cun, ketika mendengar ucapan Koang koang Sinkay yang menghina gurunya, hatinya menjadi murka sekali, dengan suara keras ia memaki ; "Binatang tua durhaka, jangan banyak bacot ! Aku segera akan perintahkan empat Malaikat Kim Kong turun tangan untuk membekuk batang lehermu......" Setelah berkata demikian, Kak Cun segera berkemak-kemik, mulutnya membaca doa, dan berbareng dengan itu segera bergerak dua orang tinggi besar yang berdiri disebelah kirinya, dengan senjata masing-masing berbentuk pedang dan ruyung kedua makhluk aneh itu menyerang maju laksana terbang, dengan mengeluarkan gerengan yang keras menyerang kearah Koang koang Sinkay. 0)0od^wo0(0 Jilid ke 11 KEJADIAN itu didalam malam gelap betapa tidak membuat rombongan pengemis menjadi ketakutan setengah mati, sehingga wajah mereka berubah pucat pasi sedang tubuh mereka tampak gemetaran. Ong Pek Ciauw, Pie-tet Sin-kay, Koang koan Sinkay, Thio Thian Su dan si pengemis cilik Ho Ho yang sudah mengenal siapa tosu itu sama sekali tidak merasa takut. Thio Thian Su mengeluarkan dua bilah pisau belati yang sudah dipolesi darah anjing hitam. Serr.......serrr. dua bilah pisau terbang meluncur dengan kecepatan kilat tepat mengenai sasarannya, menembus kedua badan Kim Kong jejadian tadi. Sungguh sangat ajaib sekali, kedua tubuh malaikat Kim Kong yang masing-masing tertancap sebilah pisau belati Thio Thian Su, tubuh itu berubah seperti dua ekor kerbau bergulingan jatuh menggelinding kedalam sungai lalu hancur berantakan. Lenyap ditelan kegelapan. "Ha, ha, haaaa." Terdengar Ong Pek Ciauw tertawa berkakakan, katanya . "Panglima siluman langit ternyata telah menjadi setan tanah ! Tosu siluman, apakah kau mengetahui kematian telah berada didepan matamu.........." Belum lagi ucapan Ong Pek Ciauw selesai, tibatiba meluncur datang lagi dua malaikat Kim Kong sebesar kerbau, menyerang kearah mereka. Dengan cepat si pengemis cilik Ho Ho melemparkan dua biji keliningannya yang juga sudah diolesi darah anjing hitam, tepat mengenai kedua siluman malaikat Kim Kong tadi, tanpa ampun lagi si Malaikat Kim Kong yang sebesar kerbau itu menggelinding bergelundungan jatuh kebawah jurang dengan mengeluarkan suara gemuruh, badan mereka lalu hancur berantakan menjadi satu dengan tanah pegunungan. Sebetulnya apa yang dinamakan Malaikat Kim Kong itu adalah orang-orangan yang dibuat dari tanah, dan hanya bisa mengelabui mata orang. Anggota-anggota pengemis yang tadinya merasa ketakutan dengan munculnya Malaikat Kim Kong ditengah malam diatas pegunungan setelah mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri sang malaikat dengan mudah bisa dihancur leburkan, mereka lalu bertepuk sorak, berteriak-teriak gegap gempita menyaksikan kemenangan itu. Membuat keadaan malam dipegunungan menjadi riuh. Kejadian itu membuat hati Kak Cun tambah mendongkol, kegusarannya telah melewati takeran, selagi ia hendak menggunakan ilmu siluman lainnya untuk menyerang menghajar orang-orang itu, tiba-tiba pentungan Pie-tet Sin-kay yang telah diolesi darah anjing hitam menyambar kearah kepala Kak Cun. Mengetahui datangnya bahaya elmaut mengancam jiwanya, Kak Cun lompat berkelit, tubuhnya melesat masuk kedalam sebuah lubang batu gunung yang banyak terdapat di situ. Lenyap ditelan kegelapan malam. Terdengar si pengemis cilik Ho Ho mengejek . "Hoat-sut pengecut! Kau sungguh tidak beda dengan ayam sayur ! Hi hi hi, Kak Cun hayo keluarkan lagi ilmu silumanmu, mengapa kau sembunyi dilubang gelap, jika kau tidak punya nyali, dari siang-siang saja sebaiknya kau mengkeretkan kepala kura kuramu.....!" Kak Cun yang mendengar ejekan itu, ia gusar, kembali berkemak-kemik membaca doa, dan setelah itu satu setan yang tinggi besar yang mempunyai mata sebesar baskom, mulutnya sebesar tempayan, giginya sebesar pisang ambon menonjol keluar, sedang suara napas setan itu memburu seperti kerbau dipotong, dengan sepasang tangannya yang sebesar batang pisang dan kuku-kuku runcing seperti golok dengan kecepatan laksana terbang si-setan jejadian menyerang kearah si pengemis cilik Ho Ho. Si pengemis cilik Ho Ho yang mendadak mendapat serangan demikian segera mengelak. Setan tinggi besar itu begitu sasarannya, tubuhnya terus sempoyongan kesebelah belakang. kehilangan meluncur Thio Thian Su yang kebetulan berada dibelakang si pengemis cilik Ho Ho, segera menggerakkan pisau belatinya, menyambar tubuh setan itu. "Begggg!" Terdengar suara benturan yang keras sekali, dibarengi dengan rubuhnya setan tinggi besar itu. Ketika ditegasi ternyata setan tinggi besar itu tidak lebih dan tidak bukan adalah sebatang dari kayu kering yang dicat lima warna! "Tosu siluman ! Kau masih memiliki berapa macam permainan apa lagi, hayo cepat keluarkan! Aku ingin menonton," Berkata si pengemis cilik Ho Ho. "Siluman jejadianmu ini tidak berguna, cepat kau keluarkan yang lebih hebat dan lebih seram lagi haaaa.." Kemarahan Kak Cun sudah tidak bisa ditahan lagi sudah meluap keluar dari takerannya, ia berpikir akan mengeluarkan ilmu silumannya pula tapi segera ia menyadari cara demikian tidak ada gunanya pula, toch semua ilmu-ilmu silumannya sudah bisa dipunahkan mereka. Hati si tosu muda heran tidak mengerti, bagaimana rombongan orang-orang ini bisa memecahkan ilmu silumannya yang selama ini dibanggakan. Setelah berpikir bolak-balik, Kak Cun merasa ketakutan, membalikkan tubuh melarikan diri keatas gunung. Tapi baru saja kakinya melangkah tiba-tiba tubuhnya rubuh terjungkal dan mampus disaat itu juga. Ternyata Thio Thian Su yang menyaksikan Kak Cun melesat pergi, dengan menggunakan dua bilah pisau terbangnya menyambar tubuh si siluman hingga tubuh siluman itu terjungkal rubuh. Pisau pertama diluncurkan tepat mengenai geger si siluman Kak Cun sedang yang kedua tepat mengenai sasaran yang berbahaya telah menancap ditengah-tengah geger sehingga tembus kehatinya, maka dengan tanpa ampun lagi tubuh Kak Cun terjungkal terbanting kebawah jurang, sedang jiwanya lantas menghadap Giam-lo-ong. Kejadian matinya Kak Cun membuat para adik seperguruannya yang berjumlah 10 orang menjadi ketakutan setengah mati, karena mereka telah menyaksikan sendiri sang Toa suheng telah binasa dengan mudah oleh lawan-lawan yang datang menyatroni gunung mereka, maka mereka berunding satu sama lain dan mengambil keputusan untuk kembali keatas gunung guna memberikan laporan kepada sang suhu, sedang tugas menjaga disitu diserahkan kepada Kak Jiong. Waktu itu hari sudah mulai terang tanah akan tetapi karena kabut disekitar puncak gunung itu amat tebal, maka sinar matahari belum tertampak muncul sehingga keadaan tetap gelap seperti malam buta. Ong Pek Ciauw cs, ketika mengangkat kepala memandang keatas puncak gunung, ia menampak seorang tosu kecil yang sedang menjaga dengan sikap ketakutan, maka mereka mengetahui bahwa kawanan tosu siluman sudah pergi memberikan laporan kepada Liok Hap tojin tentang kekalahan yang telah diderita malam tadi. "Pie-tet !" Berkata Koang-koang Sin kay. "Apakah kau sudah mengetahui bagaimana rupa itu tosu siluman ? Apakah memiliki kepandaian yang hebat ?" "Sudah tentu !" Jawab Pie-tet Sin-kay sambil menganggukkan kepala. "Kalau dikatakan kepandaian si tosu siluman itu jauh lebih hebat dari pada muridnya Kak Cun yang hanya pandai gegares saja, tapi mengapa sampai saat ini Ceng it Cinjin belum kelihatan muncul ? Bagaimana kalau sekiranya si tosu siluman, karena meramal keadaan pihaknya yang buruk ia segera mengeluarkan ilmu silumannya yang hebat untuk melarikan diri? Bukankah itu berarti membuat kerja percuma saja tanpa hasil yang memuaskan ?" "Menurut pendapatku, Ceng-it Cinjin pasti sudah tiba," Selak Ong Pek Ciauw. "Akan tetapi ia tidak mau menunjukkan muka secara terangterangan, kuatir kalau si tosu siluman itu begitu melihat Ceng-it Cinjin segera kabur, kukira Ceng-it Cinjin menggunakan ilmunya sedapat mungkin untuk membekuk siluman itu........" Berkata sampai disitu dengan mendadak mereka menampak segumpalan awan yang menggelusur dari sebelah timur, semakin lama menjadi semakin tebal, dan menutupi seluruh alam disebelah timur, angin yang bertiup keras sekali, bisa diduga tidak lama kemudian akan turun hujan besar. Ketika awan tebal telah sampai diatas kelenteng Ouw-hong-ko-sat, dari atas udara tiba-tiba terdengar suara guntur yang berbunyi sangat keras menyambar kesebelah dalam kelenteng tersebut ! Blegurrrrrrrr........... Liok Hiap tojin yang sedang duduk, ketika menampak ada guntur menyambar kedalam kelenteng, tidak terasa pula ia jadi gugup sehingga mukanya menjadi pucat laksana kertas, dengan gugup ia lompat turun dari tempat duduknya lalu menjambret kelenengan yang segera digoyangkan berulang-ulang. Klenong, klenong, klenong, klenong...... Mendengar suara kelenengan itu dari kamar sebelah timur dan barat bermunculan 40 lebih orang perempuan muda menghadap tosu siluman Liok Hap Tojin. Liok Hap Tojin ketika menampak murid-murid perempuannya telah muncul dengan suara keras berkata . "Bencana telah tiba, bencana itu akan menimpa diri kalian, bilamana kalian masih ingin hidup menyelamatkan jiwa masing-masing, lekas buka pakaian yang menutupi tubuh kalian, kalian harus telanjang bulat, untuk mengusir datangnya guntur dari langit, dengan demikian guntur itu tidak akan bisa mencelakakan diri kalian, lekas........hayo lekas buka pakaian kalian telanjang bulat....... dimana keempat pengawal perempuanku." Liok Hap tojin mulai gugup. "Disini," Jawab keempat pengawal perempuan yang mengenakan pakaian ringkas suara mereka hampir berbareng. "Kau lekas gusur itu mata-mata musuh yang kemarin kita tangkap bawa ia kemari dan gantung ditiang bendera yang berada di depan pintu," Berkata Liok Hap Tojin. "Ia bisa mewakili kalian untuk menghindarkan dari bahaya kematian." Keempat perempuan pengawal yang berpakaian ringkas segera berlari pergi menuju kekamar sebelah barat dan lalu mereka menggusur tubuh Liong Houw. Blegurrrrr...... Terdengar pula suara guntur menyambar kearah kelenteng, diiringi dengan sinar kilat yang tidak hentinya menyambar kearah kelenteng. Ong Pek Ciauw yang berada dibawah gunung menampak diatas puncak Ko-sian hong dibukit Kopok-nia sebelah barat terdapat seorang tosu yang sedang berdiri sambil menggunakan pedang ditangannya digerak-gerakkan kearah kelenteng Ouw-hong-ko sat, sedang guntur dan kilat yang menyambar kearah kelenteng itu keluar dari pedang tojin itu ! "Pie-tet!" Berkata Ong Pek Ciauw sambil menunjuk kearah jurusan dimana si-tosu memegang pedang. "Kau lihat, diatas puncak Kosian-hong berdiri seorang tosu, apakah itu bukannya Ceng-it Cinjin dengan pedang gunturnya menyerang si tosu siluman dengan kekuatan tenaga gaib." Pie-tet Sin-kay setelah mendengar ucapan itu ia menoleh kearah jurusan yang ditunjuk, betul saja disana ia menampak satu tosu yang sedang berdiri diatas puncak sedang menggerak-gerakkan pedangnya kejurusan kelenteng Ouw-hong-ko-sat. Suara guntur dan kilat berkeredepan menggetarkan bumi sekitar tempat itu, cahaya kilat berkelebat menyambar berulang, tetapi guntur dan sinar kilat berhasil ditolak pergi oleh si tosu siluman yang menggunakan para wanita yang telanjang bulat sebagai tameng, itulah sebabnya guntur dan kilat selalu tidak berhasil menghancurkan kelenteng dan isinya. oo odwo o o Kembali kepada Liong Houw yang digusur keluar dari kamar tahanan oleh empat perempuan pengawal si tosu siluman, ketika ia keluar dari kamar tahanannya, dengan kecepatan kilat menggerakkan sepasang kakinya menendang kearah dua pengawal perempuan yang berada disebelah kanannya. Kontan perempuan itu terjungkal rubuh dilantai tidak berkutik lagi. Setelah merubuhkan kedua perempuan itu Liong Houw lalu membalikkan tubuh menggerakkan kakinya mengirimkan tendangan maut dua kali kepada kedua perempuan yang lainnya yang berada disebelah kirinya. Keadaan dua perempuan itu sama halnya dengan yang tadi, tubuhnya terjungkal rubuh dilantai tidak berkutik lagi. Dikarenakan sepasang tangan Liong Houw masih dirantai, oleh rantai istimewa si siluman, maka ia tidak bisa berbuat lebih dari pada itu, jiwanya masih terancam bahaya maut. Berbarengan dengan kejadian itu tiba-tiba dari pintu bunder sebelah barat terdengar suara orang yang berseru . "Tosu siluman, kematianmu sudah diambang pintu, tapi masih berani berbuat kejahatan mencelakakan orang baik-baik........" Baru saja ucapan itu terdengar pula suara guntur. selesai diucapkan Bleguuurrrr.......... Suara guntur itu keras jauh lebih keras dari suara yang pertama. Maka terjadilah satu keanehan pula, di tengahtengah udara timbul satu mahluk yang panjangnya kira-kira ada 5 60 kaki dengan sepasang mata yang galak diatas jidat binatang itu terdapat satu tanduk yang bercagak dibawah janggutnya terdapat beberapa lembar kumis yang tajam, binatang aneh itu mempunyai empat kaki, ratarata berkuku tajam, binatang itu merupakan binatang siluman jejadian, tepat pada saat itu, tubuh si tosu siluman lenyap dari pandangan mata. Maka lenyap pulalah itu binatang jejadian yang muncul diudara. Liong Houw yang menyaksikan lenyapnya si tosu siluman tidak kepalang herannya, selagi ia masih terheran-heran, muncul Ceng-it Cinjin didalam ruangan itu, begitu menampak keadaan Liong Houw yang terantai tangannya Ceng it Cinjin dengan menggunakan pedang guntur memapas rantai itu menjadi hancur berkeping-keping. Setelah tangannya bebas dari rantai yang mengekang kebebasannya Liong Houw segera berlari kekamar dimana Lie Eng Eng disekap ia segera membebaskan sang kekasih. Tak lama bermunculan disana Sin-kong kiam Ong Pek Ciauw dan kawan-kawan lainnya. Semua perempuan yang telanjang bulat ketika menampak perobahan itu, tidak terasa pula tubuh mereka berkeringat gemetaran mereka berlutut minta diampuni. "Kalian adalah orang-orang yang telah tertipu oleh si siluman," Berseru Lie Eng Eng kepada orang-orang perempuan yang bertelanjang bulat. "Seharusnya kalian memang harus dikasihani, lebih-lebih keadaan kalian sama dengan keadaan diriku yang hampir saja dipengaruhi oleh tipu muslihat dan obat-obat maksiatnya si tosu siluman, maka kami juga tidak akan menghukum kalian, nah cepat masuk kedalam kamar berpakaian." Waktu itu murid tertua si tosu siluman dari bagian belakang It Bok Tojin begitu melihat guntur dan kilat selalu menyambar-nyambar diatas kepalanya sehingga ia jadi ketakutan sekali, dan cepat-cepat lari kedalam kelenteng untuk minta bantuan gurunya, tapi siapa nyata sang guru telah lenyap secara mendadak, ketika tiba didalam ruang tengah disana ia bertemu dengan Liong Houw yang baru saja membebaskan Lie Eng Eng. Liong Houw tanpa ragu lagi menggerakkan kepalan tangannya menghajar jidat It Bok tojin, tanpa ampun kepala si tosu muda bonglak terpecah, darah dan otak berceceran, tubuhnya ambruk dilantai kelojotan kemudian diam tak bergerak nyawanya putus seketika. Dibagian ruang sebelah barat beberapa orang tosu murid si tosu siluman Liok Hap tojin lari serabutan mereka sangat ketakutan sekali. Tiba-tiba terdengar suara bentakan si pengemis cilik Ho Ho yang juga sudah tiba bersama gurunya. "Hai tosu-tosu siluman bilamana kalian sayang jiwamu lekas lucuti senjata masing-masing, jangan lari serabutan tidak keruan." Para murid-murid si tosu siluman tidak berani membantah segera mereka melepaskan senjata masing-masing dengan tubuh gemetaran berlutut dihadapan si pengemis cilik Ho Ho. Liong Houw yang kebetulan baru tiba di tempat itu, tampak sikap pengecut para tosu murid Liok Hap tojin, yang sedang berlutut minta ampun, hawa marahnya meluap menggerakkan kakinya, menendang satu persatu anak murid si tosu siluman, bruk, brang, bruluk gedebuk..... terdengar suara terpentalnya murid-murid si tosu siluman Liok Hap tojin. Si pengemis cilik Ho Ho yang menyaksikan perbuatan sang kakak angkat ia tertawa berkakakan. Menampak kelakuan kedua anak muda itu Ceng-it Cinjin membentak . "Bocah gendeng, apakah kau sudah kemasukan ilmu siluman si tosu keparat...." Mendengar suara bentakan Ceng-it Cinjin, suara tawa si pengemis cilik Ho Ho terhenti diudara, wajah Liong Houw merah karena jengah. Pagi itu tampak asap mengepul diatas puncak gunung Ouw-ong-san, ketiga kelenteng yang menjadi sarang si tosu siluman musnah menjadi abu. kz SELESAI sudah pembakaran markas Liok Hap Tojin si tosu siluman. Lenyapnya dengan mendadak si tosu siluman membuat para jago lebih prihatin, pasti kelak pada suatu hari Liok Hap Tojin akan muncul kembali dengan aneka cara silumannya membuat kegemparan didalam rimba persilatan. Setelah selesai menjalankan tugas membasmi sarang Liok Hap Tojin, Ceng-it Cinjin mengajak para jago turut naik keatas gunung Liong-houwsan untuk mendengarkan tentang riwayat munculnya Pedang Embun dalam rimba persilatan. Singkatnya cerita mereka telah puncak gunung Liong-houw-san pesanggrahan Ceng-it Cinjin. tiba di diatas dalam Hari itu masih pagi suara kicau burung ramai disana sini, dimuka pesanggrahan duduk diatas bangku batu Ong Pek Ciauw, Lie Eng Eng, Liong Houw, Pie tet Sin-kay, si pengemis cilik Ho Ho, Koang-koang Sin-kay. Dihadapan mereka duduk bersila Ceng-it Cinjin. "Thian Su, ambil kotak besi didalam peti batu disudut ruangan dalam goa, hati-hati jangan sampai jatuh." "Baik suhu!" Jawab Thio Thian Su berjalan pergi. Tak lama kemudian Thio Thian Su sudah kembali dengan membawa sebuah peti besi yang berukuran -berukuran 0X30 cm, peti besi itu diletakkan diatas sebuah batu datar persegi dihadapan Ceng-it Cinjin. Ceng-it Cinjin segera membuka tutup peti besi itu, dari dalamnya ia mengeluarkan sebuah bungkusan berwarna kuning. Setelah bungkusan itu dibuka tampak se Jilid kitab kecil yang sudah bulukan disana sini tampak kitab itu sudah koyak-koyak. Para jago yang menyaksikan keadaan kitab itu hatinya tercengang, dengan sepintas lalu saja dapat dilihat keadaan kitab itu sudah begitu tua tidak mungkin bisa terbaca lembaran-lembaran yang terdapat pada kitab itu, sebagai jago-jago tua Ong Pek Ciauw, Koang-koang Sinkay dan Pie-tet Sin-kay sudah bisa menduga bilamana lembaran kitab itu dibuka pasti lembaran-lembaran kitab itu akan hancur berantakan jadi berkeping-keping. Selagi para jago tua memperhatikan keadaan kitab itu dengan perasaan heran dan bingung, Ceng-it Cinjin sudah berkata. "Kitab ini sudah terlalu tua sekali usianua, apabila tersentuh oleh tangan kasar pasti lembaran-lembaran akan hancur berkeping-keping sehingga tidak mungkin untuk membaca isinya. Lohu mendapatkan kitab ini secara sangat kebetulan sekali, pada tigapuluh tahun berselang, ketika terjadi gempa bumi yang menimbulkan tanah longsor digunung Thian-san, lohu menemukan peti besi ini yang tersimpan dalam sebuah goa batu yang baru saja merekah akibat longsor dan gempa bumi. Menampak kitab yang sudah begitu tua usianya, lohu merasa sayang untuk merusaknya, tapi karena keadaan kini sudah berbeda dan kita membutuhkan petunjuk dari kitab ini, maka para sahabat rimba persilatan lohu ajak kemari untuk turut bersamasama menyaksikan dan mendengarkan agar kelak isi kitab ini dapat diselidiki!" "Cinjin," Tiba-tiba si pengemis cilik Ho Ho nyeletuk. "Apakah selama kitab itu dibawa-bawa oleh cinjin tidak menjadi rusak sehingga utuh sampai hari ini, bisakah cinjin menerangkan sebab-sebabnya." Ceng-it Cinjin mengangguk-anggukkan kepala lalu katanya. "Kitab ini bukan dibuat dari kertas tapi terbuat dari bahan sutra yang halus, meski pun usianya sudah tua dan bahan sutera itu sudah lapuk tapi lembaran-lembaran kitab itu masih menempel satu sama lain, hingga tidak akan hancur bila tidak terbuka lembarannya. Bilamana lembar pertama dibuka, maka lembaran itu akan segera hancur, bila tidak dibuka lembarannya ia tetap seperti keadaan seperti sedia kala. Ketika lohu menemukan kitab ini, lohu pernah membuka selembar kulitnya, maka kulit itu berantakan hancur berkeping-keping, maka mendapat kenyataan demikian lohu segera masukan kembali perlahan-lahan kitab ini kedalam tempatnya yang juga terbuat dari bahan besi yang aneh luar biasa ..." "Cinjin," Tanya pula si pengemis cilik Ho Ho. "apakah bunyi lembaran kitab yang hancur berantakan itu?" Pusaka Pedang Embun Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Lembaran pertama yang merupakan kulit dari kitab itu berbunyi . Hikayat pedang Embun." "Aaaaaa....." Terdengar suara kejut tertahan. "Kini karena lembaran pertama sudah hancur maka disini bisa dibaca tulisan pada lembar kedua yang berbunyi; Riwayat terciptanya Pedang Embun......" Seterusnya Ceng-it Cinjin dengan suara tenang membaca lembar demi lembar kitab tersebut, setiap lembar yang tertarik lembarannya, lembaran kitab itu segera hancur berantakan, dengan sangat hati-hati menggunakan tenaga dalamnya Ceng-it cinjin terus membalik dan membaca setiap lembar yang masih utuh. Pie-tet Sin-kay, Koang-koang Sin-kay, Sin-kiongkiam Ong Pek Ciauw beserta ketiga jago muda kita menyaksikan tulisan yang tertera pada kitab itu dan mendengarkan dengan penuh perhatian akan riwayat pedang tersebut. Ternyata isi kitab tersebut menceritakan tentang terciptanya pedang Embun serta rahasia tersimpannya pedang pusaka yang berbunyi sebagai berikut. Pada 500 tahun sebelum tahun Imlek, di dalam goa Pek-lok-tong dipuncak gunung Ngo-lo-long dipegunungan Lu-san, hidup seorang gaib yang hanya makan buah-buahan dan minum air dari sumber air diatas gunung, orang gaib itu sama sekali belum pernah makan makanan yang kena asap api atau makanan dari makhluk bernyawa. Orang gaib itu sebetulnya adalah seorang yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam ilmu To, banyak orang-orang mencari orang gaib itu untuk meminta pelajaran gaib darinya. Meskipun ada beberapa orang yang mendaki gunung berhasil menjumpainya, tapi orang gaib itu tidak pernah membuka suara melayani mereka, hal mana membuat orang-orang itu putus asa dan kembali turun gunung. Jelasnya siapa siapa yang datang kepadanya sudah pasti tidak akan mendapat pelayanan, jangankan pelayanan, bicarapun orang gaib itu tidak pernah. Dengan pengalaman-pengalaman itu, maka tidak lagi seorangpun yang naik keatas puncak gunung Lu-san untuk minta pelajaran dari orang itu. Darah Daging Karya Kho Ping Hoo Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo Bintang Bintang Jadi Saksi Karya Kho Ping Hoo