Ceritasilat Novel Online

Si Racun Dari Barat 16


Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong Bagian 16


Si Racun Dari Barat Karya dari Jin Yong   "Jen It Thian! Kau kira dengan mengandalkan ular-ular beracun ini kau akan berhasil?"   Ben-taknya gusar. Dia kelihatan tidak takut terhadap Pek Tho San San Kun maupun terhadap ular-ular beracun itu.   "Jen It Thian! Kalau kau tahu gelagat, cepatlah pergi bersama ular-ular beracunmu, agar kau tidak menyesal nanti!"   Hetaknya lagi.   Jen It Thian tertawa.   "Ouw Yang Hong, aku dengar wanita itu adalah kakak iparmu! Tapi mengapa kau menariknya ke dalam pelukanmu? Itu tidak baik! Itu tidak haik! Bokyong Cen, kau ingin bersama berapa lelaki haru merasa puas? Celaka! Aku sama sekali tidak tahu kau punya begitu banyak lelaki! Sungguh penasaran! Aku sungguh penasaran!"   Mendadak nada suara alat yang di mulutnya berubah meninggi, membuat ular-ular beracun itu merayap lebih cepat, bahkan di antaranya sudah ada yang merayap di atas ranjang.   Ketika mendengar kata-kata Pek Tho San San Kun itu, wajah Bokyong Cen langsung berubah memerah.   Dia ingin bangkit berdiri meninggalkan Ouw Yang Hong.   Akan tetapi, Ouw Yang Hong bergerak cepat menotok jalan darahnya hingga membuatnya tidak bisa bergerak.   Ouw Yang Hong berkata kepadanya.   "Maafkanlah aku!"   Setelah itu, dia pun berseru.   "Jen It Thian, hati-hatilah kau, aku ingin membunuhmu! Dan itu merupakan hal yang wajar karena aku ingin menyelamatkan kakak iparku!"   "Ouw Yang Hong, benarkah kau ingin menyelamatkan kakak iparmu? Wanita cantik berada di dalam pelukan, kau mau berbuat yang bukan-bukan pun bisa! Sungguh kau tak tahu malu!"   Sahut Tay Mok Sin Seng Teng Khie Hong dengan lantang. "Keluarga Ouw Yang memang begitu! Apalagi ditambah wanita itu!"   Sambung Sang Seng Kiam Giok Shia dengan dingin.   Bokyong Cen tersindir.   Pada hal dia hidup dengan bersih, namun selalu dipermalukan orang, itu membuatnya amat gusar.   Namun jalan darahnya dalam keadaan terto-tok, dia tidak bisa bergerak sama sekali.   Maka, walau amat gusar, dia tidak bisa berbuat apa pun.   Sementara ular-ular beracun itu semakin mendekat.   Ouw Yang Hong menjulurkan kedua jarinya untuk menjepit salah seekor ular beracun itu.   Dia hanya mengerahkan sedikit tenaganya, namun kepala ular itu hancur.   Akan tetapi, ular-ular beracun itu amat banyak, bagaimana mungkin dapat dihadapi seorang diri? Lagi pula dia harus melindungi Bokyong Cen, maka hatinya menjadi gugup dan cemas.   Di saat bersamaan, mendadak dia teringat akan kejadian di Gunung Cong Lam San.   Ong Tiong Yang menepuk-nepukkan sepasang sepatunya hingga mengeluarkan suara dan Toan Hong Ya membaca doa untuk melawan suara suling Oey Yok Su.   Teringat akan kejadian itu, Ouw Yang Hong segera bersiul.   Suara siulannya amat aneh, ba-gaikan lengkingan burung elang yang menembus angkasa nan gelap itu.   Ular-ular beracun itu merayap ke arah mereka berdua mendengar suara alat tiup di mulut Pek Tho San San Kun.   Kini begitu mendengar suara siulan Ouw Yang Hong, ular-ular itu menjadi gugup dan ketakutan, bahkan mulai kabur.   Semula Pek Tho San San Kun amat puas, sebab yakin tidak lama lagi Ouw Yang Hong akan di-mangsa ular-ular beracunnya.   Akan tetapi, ketika mendengar suara siulan, tersentaklah hatinya, apalagi setelah melihat semua ular beracunnya kabur ketakutan.   "Bunuh dia!"   Serunya. Seketika juga tampak empat sosok bayangan menerobos ke dalam kamar melalui jendela. Ke-empat orang itu adalah murid-murid kesayangannya. "Kau berani menghina San Kun, maka harus mati!"   Bentak Tay Mok Sin Seng Teng KhieHong.   Dia menjulurkan tangannya, jari tangannya bagaikan cakar elang, langsung menyerang Ouw Yang Hong.   Di saat bersamaan, Sanj Seng Kiam Giok Shia juga membentak sambil mengayunkan sepasang pedangnya menyerang punggung Ouw Yang Hong, Wan To Ma Sih dan Sang IPwe Jeh Nuh menyerang dari kiri serta kanan.   Mereka berempat betul-betul ingin membunuh Ouw Yang Hong.   Bokyong Cen yang berada di dalam pelukan Ouw Yang Hong, justru malah tenang-tenang saja.   Sejak menikah dengan Ouw Yang Coan, Bokyong Cen sering memikirkan Ouw Yang Hong.   Ternyata dia amat membenci Pek Bin Lo Sat yang menjodohkannya dengan Ouw Yang Coan, karena dia tahu bahwa mereka guru dan murid mempunyai hubungan yang luair biasa.   Lagi pula selama menjadi istri Ouw Yang Coan, suaminya itu tidak pernah menjamahnya.   Kini ketika melihat keempat orang itu menyerang Ouw Yang Hong, hati Bokyong Cen amat berduka.   Namun dia sudah mengambil keputusan, apabila Ouw Yang Hong mati, dia pun ikut mati.   Oleh karena itu, hatinya menjadi tenang.   Ouw Yang Hong mengerutkan kening ketika melihat serangan-serangan itu, dan langsung menggerakkan sepasang tangannya yang penuh mengandung lwee kang.   Itu membuat senjata di tangan Sang Pwe Jeh Nuh terpental.   Sementara itu badan Ouw Yang Hong bergerak ke samping, sehingga golok Wan To Ma Sih menyerang tempat kosong.   Mendadak Ouw Yang Hong meloncat turun dari ranjang, tetap merangkul Bokyong Cen erat-erat, kemudian menuding mereka berempat dengan sebelah tangannya seraya berkata.   "Lebih baik kalian jangan bergerak! Kalau kalian bergerak, dengan sebelah tanganku ini aku masih dapat membunuh kalian!"   Tay M ok Sin Seng Teng Khie Hong tertawa dingin.   "Ouw Yang Hong! Kalau Ouw Yang Coan berada di sini, nyawanya pun akan melayang malam ini! Apalagi kau? Agar kau tidak mati secara mengenaskan, lebih baik serahkan Nona Bokyong pada kami, lalu kau membunuh diri!"   Ouw Yang Hong tidak menyahut, hanya tersenyum dingin sambil berpikir.   Guru mengajariku harus menjadii penjahat besar di kolong langit.   Selama ini aku tidak menganggap serius akan hal itu.   Kini melihat mereka itu, semuanya merupakan penjahat besar.   Untuk apa aku membiarkan mereka hidup? Alangkah baiknya aku membunuh mereka, agar mengurangi penjahat di kolong langit.   Setelah mengambil keputusan itu, dalam hatinya timbul nafsu membunuh.   "Jen It Thian, kau terlampau mendesak orang! Dulu kau menghina Nona Bokyong lalu aku dan kakakku menolongnya! Kini kau mendesakku, aku tidak akan berlaku sungkan lagi terhadapmu! Kalau kalian herani bergerak, semuanya pasti mati!"   Katanya sengit.   Si Kerdil Pek Tho San San Kun tertawa dingin.   Dia tahu Ouw Yang Hong memiliki kungfu, namun tidak memperdulikannya.   Sebab siapa yang belajar kungfu tinggi, paling sedikit harus berlatih sepuluh tahun.   Kalau tidak, pasti tiada hasilnya.   Ouw Yang Hong yang begitu macam, paling juga belajar beberapa jurus kepada kakaknya, maka apa yang perlu ditakuti? Pikir si Kerdil Pek Tho San San Kun, lalu tertawa dingin lagi.   "Habiskan dia! Cepat bunuh dia!"   Bentaknya kemudian.   Sang Seng Kiam Giok Shia ingin mengambil hati gurunya.   Maka ketika mendengar suara ben-takan gurunya, gadis itu langsung menyerang Ouw Yang Hong.   Pedang berikut orangnya menerjang ke arah Ouw Yang Hong secepat kilat.   Saat ini Ouw Yang Hong bersandar pada dinding.   Matanya terus menatap pihak musuh sambil menaruh Bokyong Cen ke bawah.   Setelah itu, dia memasang kuda-kuda seperti orang yang baru belajar kungfu.   Menyaksikan sikapnya itu, Sang Seng Kiam Giok Shia tertawa dalam hati.   Dengan kuda-kuda itu, apakah dapat menangkis sepasang pedangku? Sementara Ouw Yang Hong mulai mengangkat sepasang tangannya, untuk menarik nafas dalam-dalam.   Ternyata dia sedang mengerahkan lwee kang Ha Mo Kang.   Akan tetapi, Sang Seng Kiam Giok Shia masih menerjang ke arahnya.   Kelihatannya wanita itu tidak takut terhadap ilmu Ha Mo Kang yang dimiliki Ouw Yang Hong.   Sikapnya itu justru membuat Ouw Yang Hong tercengang.   Mungkin dia tidak kenal akan ilmu Ha Mo Kangku ini, pikirnya sambil tertawa dalam hati.   Sedangkan Sang Seng Kiam Giok Shia ber-girang dalam hati.   Dia yakin pasti dapat membunuh Ouw Yang Hong.   Sepasang pedangnya mengarah dada Ouw Yang Hong yang memasang kuda-kuda setengah jongkok.   Betapa cemasnya hati Bokyong Cen.   "Cepat menyingkir, bodoh!"   Serunya.   Ouw Yang Hong sama sekali tidak menghiraukan seman itu.   Sepasang matanya melotot menatap Sang Seng Kiam Giok Shia, dan mulutnya mengeluarkan suara seperti kodok.   Di saat bersamaan, terdengar suara seruan si Kerdil Pek Tho San San Kun Jen It Thian.   "Celaka!"   Tampak si Kerdil itu melesat ke arah Sang Seng Kiam Giok Shia, Tay Mo k Sin Seng Teng Khie Hong berseru kaget, sedangkan Wan To Ma Sih memandang Ouw Yang Hong dengan mata ter-belalak.   Sebab di saat itu terdengar seperti suara ledakan, yang disusul oleh suara jeritan Sang Seng Kiam Giok Shia.   Badan wanita itu terpental ke luar membentur dinding hingga dinding itu berlubang, orangnya terbang ke luar entah ke mana.   Ketika melihat Ouw Yang Hong mendorongkan sepasang tangannya ke depan, si Kerdil Pek Tho San San Kun sudah tahu tidak beres, maka dia segera melesat ke arah Sang Seng Kiam Giok Shia dengan maksud ingin menyelamatkannya, namun terlambat, karena murid perempuan itu sudah terbang ke luar entah ke mana.   Mereka berempat berhambur ke luar.   Tampak Sang Seng Kiam Giok Shia tergeletak di tanah, nafasnya sudah putus.   Tay Mok Sin Seng Teng Khie Hong memandang Sang Seng Kiam Giok Shia.   Wajahnya pucat pias.   "Sumoi! Sumoi! Bangun, bangunlah!"   Serunya dengan suara gemetar. Sedangkan Wan To Ma Sih segera memegang badan Sang Seng Kiam Giok Shia. "Sumoi! Sumoi!"   Panggilnya dengan mata bersimbah air. Sementara Sang Pwe Jeh Nuh hanya berdiri mematung di tempat. "Kalian berseru apa? Sumoi sudah mati! Sumoi sudah mati! Ouw Yang Hong! Kau harus membayar nyawa sumoiku!"   Pekiknya.   Sang Pwe Jeh Nuh menerjang ke dalam rumah.   Ternyata mereka bertiga mencintai Sang Seng Kiam Giok Shia secara diam-diam.   Kini sang sumoi itu telah mati.   Sudah barang tentu kematiannya itu membuat mereka bertiga berduka.   Maka Sang Pwe Jeh Nuh langsung menyerang Ouw Yang Hong.   Ouw Yang Hong berdiri tak bergerak di dalam rumah.   Di saat Sang Pwe Jeh Nuh menerjang ke dalam, si Kerdil Pek Tho San San Kun berteriak.   "Jeh Nuh, cepat berhenti!"   Sang Pwe Jeh Nuh berhenti. "Kau harus membayar nyawa sumoiku! Kau harus membayar nyawa sumoiku ..."   Gumamnya. "Ouw Yang Hong, tadi kau menggunakan ilmu apa?"   Tanya si Kerdil. Ouw Yang Hong tertawa gelak. Dia amat gembira telah membunuh Sang Seng Kiam Giok Shia. "Jen It Thian, katakanlah! Kau ganas atau aku yang ganas? Kau jahat atau aku yang jahat?"   Sahutnya.   Si Kerdil Pek Tho San San Kun memandang wajah Ouw Yang Hong yang begitu dingin tak berperasaan, betul-betul nyalinya menjadi ciut.   Dia ingin melarikan diri, namun ketiga muridnya tidak sepertinya.   Kelihatannya mereka ingin mengadu nyawa dengan Ouw Yang Hong.   Sang Pwe Jeh Nuh mendekati Ouw Yang Hong perlahan-lahan, lalu berdiri di sebelah kirinya.   Mereka bertiga sudah siap mengadu nyawa dengan Ouw Yang Hong.   "Kalau kalian bertiga berani bergerak, aku pasti membunuh kalian bertiga!"   Ancamnya sepatah demi sepatah sambil menatap mereka bertiga.   Tay Mok Sin Seng Teng Khie Hong, Sang Pwe jeh Nuh dan Wan To Ma Sih saling memandang.   Mereka bertiga telah menyaksikan bagaimana cara Ouw Yang Hong membunuh Sang Seng Kiam Giok Shia, maka mereka bertiga ingin menyerangnya dengan cara serentak, agar Ouw Yang Hong tiada kesempatan untuk membalas.   Mendadak mereka bertiga membentak keras, dan dengan serentak menyerang Ouw Yang Hong dengan senjata.   Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Pertarungan kali ini sungguh seru, sebab ketiga orang itu sruSah siap mati hesama Ouw Yang Hong, maka serangan-serangan mereka amat dahsyat.   Ouw Yang Hong tidak dapat menggunakan ilmu Ha Mo Kang, karena diserang secara bertubi-tubi.   Maka dia terpaksa menggunakan ilmu Hong Hoang Lak untuk berkelit kesana kemari.   Walau demikian, badan Ouw Yang Hong tidak terluput dari sambaran senjata Sang Pwe Jeh Nuh dan Wan To Ma Sih, sehingga pakaiannya tersobek sana sini.   Betapa gusarnya Ouw Yang Hong.   Mendadak mulutnya mengeluarkan suara seperti kodok dan badannya dijongkokkan sedikit.   Kemudian dia mencelat ke atas dan berjungkir balik sambil mendorongkan sepasang tangannya ke arah Wan To Ma Sih.   Seketika terdengar suara jeritan.   "Aaaakh ..."   Wan To Ma Sih terpental, lalu roboh tak bernyawa lagi.   Tay Mok Sin Seng Teng Khie Hong dan Sang Pwe Jeh Nuh bertambah dendam terhadap Ouw Yang Hong.   Mereka berdua menyerangnya tanpa menghiraukan nyawa sendiri.   Sementara Ouw Yang Hong bertarung dengan mata memerah.   Dalam hatinya hanya berniat membunuh mereka.   Sang Pwe Jeh Nuh menyerang Ouw Yang Hong secara membabi buta.   Ouw Yang Hong berkelit dan mendadak menangkap sebelah tangan Sang Pwe Jeh Nuh lalu dihetotnya sekuat tenaga, sehingga tangan orang itu putus seketika.   Ouw Yang Hong tidak berhenti sampai di situ.   Ditangkapnya lagi lengan Sang Pwe Jeh Nuh yang tinggal sebelah itu lalu dihetotnya pula.   Sang Pwe Jeh Nuh menjerit, lalu roboh dan pingsan seketika dengan darah bercucuran di kedua bahunya.   Tay Mok Sin Seng Teng Khie Hong berdiri mematung di tempat.   Orang macam apa pun per-nah dijumpainya, dan dia tidak pernah merasa gentar.   Tapi kini melihat Ouw Yang Hong, nyalinya menjadi ciut.   "Aku mau memhunuh orang! Aku mau membunuhmu!"   Seru Ouw Yang Hong sengit.   Dia langsung menyerang Tay Mok Sin Seng Teng Khie Hong.   Sedangkan Tay Mok Sin Seng Teng Khie Hong sudah tidak bisa menangkis, maka pukulan yang dilancarkan Ouw Yang Hong tepat mendarat di dadanya.   Buuuk! Tay Mok Sin Seng Teng Khie Hong menjerit.   "Aaaakh!"   Dia roboh seketika dan nyawanya pun melayang.   Sungguh kasihan nasib mereka berempat malang melintang belasan tahun di daerah Gurun Pasir See Hek, namun kini harus mati secara mengenaskan di tangan Ouw Yang Hong.   Setelah memhunuh keempat murid Pek Tho San San Kun, Ouw Yang Hong berdiri termangu-mangu.   Sepasang tangannya berlumuran darah.   Berselang sesaat, dia menengok kesana kemari mencari si Kerdil Pek Tho San San Kun.   Namun m Kerdil itu sudah tidak kelihatan, entah menghilang ke mana.   Karena tidak melihat si Kerdil Pek Tho San Sais Kun, maka Ouw Yang Hong mengira si Kerdil ity sudah melarikan diri.   Dia menarik nafas dalam-dalam, lalu masuk ke rumah.   Ketika dia ingin memapah Bokyong Cen bangun, justru melihat si kerdil Pek Tho San San Kun bersembunyi di belakang Bokyong Cen, tangannya ditaruh di atas kepala Bokyong Cen.   "Ouw Yang Hong, kau jangan coba-coba kemari! Kalau kau kemari, aku pasti membunuhnya!"   Katanya dengan lantang. "Kau berani menyentuhnya, aku pasti membunuhmu!"   Sahut Ouw Yang Hong dingin. Si Kerdil Pek Tho San San Kun memandang Ouw Yang Hong dengan rasa takut. "Kau jangan bergerak! Kau jangan bergerak! Kalau kau bergerak, aku pasti menir "Ouhnya!"   Katanya dengan suara gemetar. "Bukankah kau ingin membawanya pulang untuk ditaruh di dalam peti? Bagaimana mungkin kau membunuhnya?"   Sahut Ouw Yang Hong. "Tidak, tidak! Kau jangan kemari, kau kemari, wanita ini pasti mati!"   Kata si Kerdil. "Jen It Thian, kalau kau melepaskannya, aku pun akan melepaskanmu!"   Kata Ouw Yang Hong dengan suara ringan. Si Kerdil Pek Tho San San Kun tidak mempercayainya. Dia malah mendorong Bokyong Cen berjalan ke luar. Di saat bersamaan, mendadak muncul Ceh Liau Thou. Si Kerdil Pek Tho San San Kun segera membentak. Bab 24   "Jangan bergerak! Siapa berani bergerak, aku pasti membunuh wanita ini!"   Ouw Yang Hong tidak berani turun tangan terhadap si Kerdil Pek Tho San San Kun, hanya menatapnya dengan dingin.   Setelah sampai di luar, si Kerdil Pek Tho San San Kun berseru lantang.   "Ouw Yang Hong, kalau kau berkepandaian, datanglah ke tempatku! Aku pasti menunggumu! Kau datang tidak?"   Dia lalu membawa Bokyong Cen pergi sambil tertawa-tawa.   Hari sudah terang.   Sementara itu Ouw Yang Coan terus memandang Pek Bin Lo Sat yang sedang tidur pulas di pangkuannya.   Wajah Pek Bin Lo Sat tampak berseri.   Ouw Yang Coan memandangnya seraya berpikir.   Suhu, aku tetap bersamamu.   Kalau adikku bisa mempunyai keturunan, apa yang perlu kuresahkan lagi? Aku bersamamu, kalau kau ingin mati, mari kita mati bersama! Berpikir sampai di situ, Ouw Yang Coan pun tersenyum.   Hari semakin terang.   Tampak cahaya sang Surya menerobos ke dalam goa es, sehingga goa es itu menjadi gemerlapan.   Tak seberapa lama kemudian Pek Bin Lo Sat terjaga dari tidurnya.   "Anak Coan, kau tidak tidur semalaman kan?"   Tanyanya sambil memandang Ouw Yang Coan. "Suhu, aku hanya melihatmu ..."   Sahut Ouw Yang Coan. Pek Bin Lo Sat tertawa ringan. "Anak Coan, kau terus memanggilku, suaramu amat menggetarkan kalbu ..."   Ouw Yang Coan tersenyum. "Kalau begitu, saat ini Suhu pasti amat menyukaiku!"   Pek Bin Lo Sat cemberut. "Omong kosong!"   Wanita itu membelai Ouw Yang Coan perlahan-lahan. "Suhu, kini adikku sudah pulang. Aku ingin memberitahukan kepadanya tentang masalah kita. Biar dia yang mengurusi rumah itu. Aku tidak akan meninggalkan goa es ini, selamanya bersamamu . ."   Bukan main girangnya hati Pek Bin Lo Sat. "Anak Coan, jangan begini! Itu ... itu akan membuatmu sengsara ..."   Katanya dengan suara ringan. Ouw Yang Coan memeluknya erat-erat. "Suhu, aku merasa bahagia sekali bersamamu,"   Katanya berbisik.   Pek Bin l^o Sat menghela nafas panjang, sedang Ouw Yang Coan melanjutkan ucapannya.   "Suhu, aku akan memberitahukan kepada Bokyong Cen, biar dia pergi saja."   "Oh ya! Bukankah kau pernah bilang, sesungguhnya Bokyong Cen menyukai adikmu?"   Ouw Yang Coan mengangguk. "Tidak salah!"   Pek Bin Lo Sat manggut-manggut.."Anak Coan, bagaimana kalau kau berpisah dengannya lalu tetap bersamaku di dalam goa es ini? Kalau tidak, aku amat kesepian di sini."   Ouw Yang Coan mengangguk.   Apa yang dikatakan Pek Bin Lo Sat, Ouw Yang Coan pasti menurut.   Pek Bin Lo Sat memandangnya.   Dalam hatinya dia sudah punya suatu ide, hanya merasa tidak enak mengatakannya.   Dia membelai-belai rambut Ouw Yang Coan sambil berkata dengan lembut.   "Anak Coan, maafkan aku! Tidak seharusnya aku menyuruhmu memperistrinya ..."   "Suhu, katakanlah! Aku harus bagaimana? Harus bagaimana?"   "Anak Coan, aku punya suatu rencana ..."   "Suhu, rencana apa?"   "Rencanaku ...   kau harus membiarkan adikmu bersama Bokyong Cen lagi."   Ouw Yang Coan menggeleng-geleng kepala. "Suhu, dia ... dia tidak akan mau ..."   Pek Bin Lo Sat memandangnya seraya berkata perlahan. "Anak Coan, kau bukan seorang lelaki, kau adalah anak Coanku. Kau bukan seorang lelaki, kau hanya merupakan anak Coanku. Kau sendiri juga tahu itu ..."   Wajah Ouw Yang Coan berubah menjadi murung. "Suhu, kalau begitu aku harus bagaimana?"   Tanyanya sambil menghela napas panjang. "Anak Coan, kau sulit melakukan itu, biar aku saja yang pergi melakukannya. Bagaimana?"   Sahut Pek Bin Lo Sat.   Ouw Yang Coan manggut-manggut.   Mereka berdua lalu berangkat ke rumah.   Akan tetapi, ketika sampai di rumah tersebut, mereka berdua terbelalak karena Lo Ouw dan Ceh Liau Thou sedang memberesi barang-barang yang ada di dalam rumah, sedangkan rumah itu sudah beran-takan tidak karuan.   Ouw Yang Coan segera berlari ke dalam, sambil berseru-seru.   "Adik! Adik! Kau baik-baik saja?"   Terdengar sahutan dari dalam, yaitu suara Ouw Yang Hong. "Kakak, aku baik-baik saja! Kau pergi ke mana?"   Ketika Ouw Yang Coan baru mau menjawab, seseorang telah mendahuluinya. "Dia pergi ke tempatku!"   Sahut orang itu. Ouw Yang Hong mendongakkan kepala. Dilihatnya Pek Bin Lo Sat berdiri di belakang kakaknya. "Bagus, Ouw Yang Hong! Kini kau sudah kembali!"   Kata Pek Bin Lo Sat.   Ouw Yang Hong tidak mengerti maksud ucapan Pek Bin Lo Sat.   Apakah guru kakaknya juga amat merindukannya? Ouw Yang Hong segera memberi hormat.   "Terimakasih atas kebaikan Cianpwe, yang telah pergi ke daerah Utara mencariku! Aku amat berterimakasih pada Cianpwe."   Pek Bin Lo Sat tertawa ringan. "Ouw Yang Hong, semoga kau tidak membenciku!"   Usai berkata begitu, Pek Bin Lo Sat menengok kesana kemari. "Anak Coan, bagaimana kalau kita pergi mencarinya?"   Hati Ouw Yang Coan amat kacau.   Dia mengangguk dan berjalan ke luar.   Menyaksikan sikap kakaknya itu, Ouw Yang Hong lalu berkata dalam hati.   Kakak dan gurunya tidak memperdulikanku.   Apakah mereka berdua belum tahu bahwa aku sudah berkepandaian tinggi, sudah merupakan seorang jago tangguh? Mereka mau pergi mencari kakak ipar, mengapa tidak memberitahukan padaku? Apakah mereka tidak membutuhkan hantuanku? Kemudian dia berseru.   "Kakak, aku ikut!"   "Baiklah!"   Sahut Ouw Yang Coan.   Mereka bertiga melesat ke arah Pek Tho San Cun.   Tak lama kemudian sudah tiba di perkampungan tersebut.   Di pintu perkampungan itu tampak beberapa penjaga.   Masing-masing memegang senjata tajam.   Mereka bertiga terus berjalan, tanpa menggubris para penjaga itu.   "Si Kerdil menculik kakak ipar.   Aku tidak bisa turun tangan, karena si Kerdil itu mengancam kakak ipar.   Tangannya ditaruh di atas kepala kakak ipar, kalau aku bergerak, dia pasti membunuhnya,"   Kata Ouw Yang Hong. Ouw Yang Coan manggut-manggut, tapi tidak mengatakan apa pun. Mereka bertiga sudah sampai di depan pintu perkampungan. "Cepat buka pintu! Aku ingin bicara dengan majikan kalian!"   Seru Ouw Yang Coan. "Kau Ouw Yang Coan, kan? Majikan kami sudah berpesan, kalau kau kemari harus disambut dengan panah, agar kau mati tertembus panah! Lebih baik kau pergi, jadi kami tidak usah turun tangan!"   Sahut para penjaga.   Kemudian tampak para penjaga itu mengeluarkan busur, siap memanah mereka bertiga.   Para penjaga itu berada di atas benteng.   Mereka mulai melepaskan panah, namun tidak ada satu pun anak panah yang mengenai sasarannya, karena jarak mereka begitu jauh.   Ouw Yang Coan gusar sekali.   Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Suhu, bagaimana kalau kita ke atas?"   Tanyanya kepada Pek Bin Lo Sat.   Pek Bin Lo Sat tidak menyahut, hanya manggut-manggut.   Mereka berdua lalu mengerahkan ginkang melesat ke atas.   Betapa terkejutnya para penjaga yang di atas.   Mereka langsung melepaskan panah ke arah Pek Bin Lo Sat dan Ouw Yang Coan.   Ouw Yang Coan dan Pek Bin Lo, Sat berjungkir balik menghindari serangan panah-panah itu.   Akan tetapi, mendadak Ouw Yang Coan menjerit.   "Aduh!"   Ternyata Ouw Yang Coan terpanah, dan badannya langsung merosot ke bawah.   Bukan main terperanjatnya Ouw Yang Hong.   Dia cepat-cepat dengan maksud ingin menyambut kakaknya.   Tapi mendadak Ouw Yang Coan justru berhenti merosot.   Ternyata sebelah tangannya memegang dinding benteng yang agak menonjol ke luar.   Ouw Yang Hong cemas sekali, karena tahu para penjaga di atas pasti memanah lagi.   Tiba-tiba dia melihat beberapa batang anak panah tergeletak di tanah.   Dia segera memungut panah-panah itu, lalu disamhitkannya ke atas.   Salah seorang penjaga sudah siap memanah Ouw Yang Coan yang bergantung di dinding ben-teng.   Akan tetapi, secara mendadak sebuah panah meluncur ke arahnya.   Penjaga itu ingin berkelit, namun terlambat, maka panah itu menembus tenggorokannya.   "Aaaakh ...!"   Penjaga itu terjatuh.   Keberhasilannya itu membuat Ouw Yang Hong bertambah semangat.   Dia terus menyamhitkan panah-panah yang di tangannya ke atas dan berhasil membuat tiga orang lagi jatuh dari atas.   Menyaksikan kejadian itu, penjaga lain sudah tidak berani lagi memanah Ouw Yang Coan dan Pek Bin Lo Sat.   Ouw Yang Coan dan Pek Bin Lo Sat memanfaatkan kesempatan itu untuk melesat ke atas, dan kali ini mereka berdua berhasil.   Begitu sampai di atas, Pek Bin Lo Sat langsung melancarkan beberapa pukulan ke arah para penjaga, sehingga membuat penjaga-penjaga itu lari terbirit-birit.   Ketika melihat badan Ouw Yang Coan terkena panah, Pek B'm Lo Sat segera bertanya.   "Anak Coan, kau tidak apa-apa?"   "Suhu, aku tidak apa-apa.   Panah ini cuma menancap di bahuku." Kemudian Ouw Yang Coan mencabut panah yang menancap di bahunya.   Setelah itu mereka berdua menengok kesana kemari, namun tidak ada seorang pun di sekitar mereka.   Sementara Ouw Yang Hong sudah melesat ke atas dengan menggunakan ilmu ginkang Hong Hoang Lak.   Bukan main! Hanya sekali melesai dia sudah mencapai belasan depa.   Kemudian dia berjungkir balik, sepasang kakinya menendang dinding benteng, sehingga badannya melayang ke atas.   Pek Bin Lo Sat dan Ouw Yang Coan ingin membantunya, namun ketika menyaksikan gin-kangnya, mereka berdua malah terbelalak dan tahu bahwa ginkang Ouw Yang Hong lebih tinggi dari mereka.   Ouw Yang Hong sudah sampai di atas.   Dan tahu bahwa Pek Bin Lo Sat dan Ouw Yang Coan terheran-heran padanya, lapi dia pura-pura tidak tahu.   "Kita ke dalam?"   Tanyanya. Pek Bin Lo Sat dan Ouw Yang Coan mengangguk, kemudian mereka bertiga berjalan ke da-lam. Ada sebuah jembatan kecil yang tampaknya agak licin. "Hati-hati!"   Kata Pek Bin Lo Sat. Ouw Yang Coan mengangguk. "Ya!"   Ouw Yang Coan langsung melesat ke arah jembatan itu. Mendadak terdengar suara 'Kreeeek!' Ouw Yang Hong segera berseru.   "Hati-hati, kak!"   Di bawah jembatan itu terdapat jurang yang amat dalam.   Ketika diinjak oleh Ouw Yang Coan jembatan itu nyaris putus.   Pek Bin Lo Sat tidak berlaku ayal lagi.   Secepat kitat dia melesat ke sana, lalu menyambut Ouw Yang Coan sekaligus membawanya ke seberang.   Melihat Pek Bin Lo Sat dan kakaknya sudah berada di seberang, Ouw Yang Hong segera melesat ke sana menggunakan ilmu Hong Hoang Lak.   Badannya tampak ringan melayang-layang ke seberang.   Bukan main kagumnya Pek Bin Lo Sat dan Ouw Yang Coan menyaksikannya.   Mereka bertiga lalu memasuki perkampungan itu.   Tampak sebuah rumah yang amat besar, namun tiada seorang pun di sekitar rumah itu.   Mereka hertiga berendap-endap mendekati rumah besar itu.   Mendadak terdengar suara di dalamnya, sepertinya seseorang sedang bergumam.   Mereka bertiga saling memandang sejenak, setelah itu menerjang ke dalam.   Tampak si Kerdil Pek Tho San San Kun sedang duduk di kursi.   Dia bertepuk-tepuk tangan sambil tertawa, kelihatannya gembira sekali.   Di hadapannya terdapat sebuah peti besar.   Peti itu berlubang-lubang.   Terlihat pula cahaya gemerlapan menyorot ke luar.   Si Kerdil Pek Tho San San Kun memandang Pek Bin Lo Sat, Ouw Yang Coan dan Ouw Yang Hong.   "Kalian sudah datang?"   Katanya acuh tak acuh. Kemudian dia memandang peti itu lagi seraya berkata dengan lembut. "Katakanlah! Aku cuma ingin main-main denganmu, tapi mereka justru memusuhiku! Katakan! Apakah aku perlu membunuh mereka?"   Dia tertawa.   "Dulu aku tahu kau merupakan sebuah giok yang amat indah, tiada cacat sama sekali. Tetapi setelah kau menikah dengan Ouw Yang Coan, kau pun tidak cacat sedikit pun, bukan? Dia bukan seorang lelaki, bukan? Kau masih ..." Betapa gusarnya Ouw Yang Coan, ketika mendengar kata-kata si Kerdil itu. "Jen It Thian, tutup mulutmu!"   Hentaknya. Si Kerdil Pek Tho San San Kun menatapnya seraya herkata. "Mengapa aku harus tutup mulut? Pernahkah kau memberikan kebaikan padaku, maka aku harus tutup mulut? Kau bukan seorang lelaki, kau mau apa kemari?"   Ouw Yang Coan sudah tidak dapat menahan diri.   Dia ingin menerjang ke arah si Kerdil, tapi Pek Bin Lo Sat segera mencegahnya.   Pek Bin Lo Sal sudah berpengalaman di dunia persilatan, maka ketika melihat si Kerdil begitu tenang, timbul kecurigaannya, jangan-jangan si Kerdil itu sudah memasang perangkap, maka mencegah Ouw Yang Coan bertindak ceroboh.   Si Kerdil Pek Tho San San Kun tersenyum, lalu menatap Ouw Yang Hong.   "Ouw Yang Hong, aku pun ingin membuat perhitungan denganmu! Kau telah membunuh keempat muridku.   Kalau kau membunuh Tay Mok Sin Seng Teng Khie Hong, Sang Pwe jeh Nuh dan Wan To Ma Sih, tidak jadi masalah.   Tapi kau telah menimbulkan masalah besar karena membunuh Sang Seng Kiam Giok Shia! Aku mendapatkannya dari Tionggoan, bahkan aku pun amat menyukai-nya! Pek Bin Lo Sat merusak wajahnya, kau membunuhnya! Kau harus membayar nyawanya!"   "Kau pun harus mati, lalu siapa yang harus membayar nyawamu?"   Sahut Ouw Yang liong dengan dingin.   "Ouw Yang Hong, kau kira begitu gampang membunuhku? Coba saja! Kalau hari ini kau tidak dapat membunuhku, aku pasti akan membunuhmu! Kalian bertiga pasti akan mati satu persatu! Aku punya sebuah ide baru, Nona Bokyong ini akan kujadikan mummi, agar tidak rusak selamanya! Bagaimana menurut kalian?"   Dia tertawa gembira lalu memandang peti besar itu.   "Di dalam peti besar ini berisi Nona Bokyong yang sedang kalian cari. Kalian tidak usah mencarinya lagi, sebab aku akan menjadikannya sebuah mummi! Jadi aku bisa melihatnya selama-lamanya!"   Betapa gusarnya Ouw Yang Coan dan Ouw Yang Hong mendengar itu.   Tanpa berjanji mereka berdua melangkah maju.   Si Kerdil Pek Tho San San Kun segera membentak.   "Jangan bergerak! Kalau kalian bergerak lagi, dia pasti mati! Kalian mau melihat, apa yang dilakukannya di dalam?"   Mendadak Si Kerdil Pek Tho San San Kun bertepuk tangan.   Seketika itu juga pintu peti besar itu terbuka.   Ternyata di dalamnya memang ada Bokyong Cen, duduk dengan mata terpejam dan tak bergerak.   Kelihatannya seperti tidur pulas, tapi juga mirip sudah mati.   Ouw Yang Coan dan Ouw Yang Hong ingin menerjang ke sana, namun Si Kerdil Pek Tho San San Kun pun membentak.   "Kalian lihat baik-baik, kalau kalian berani menerjang ke sana, dia pasti mati."   Ouw Yang Hong segera mencegah kakaknya maju, sebab dia sudah melihat ada ketidakberesan pada tubuh Bokyong Cen.   Ternyata tubuh Bokyong Cen ditutupi dengan sehelai kain tipis.   Sekujur badannya mengkilap, karena sudah dipolesi semacam minyak.   Si Kerdil Pek Tho San San Kun tertawa terkekeh.   "Ouw Yang Hong, kau memeluk kakak iparmu! Kalau terlihat kakakmu, apa pula yang akan terjadi? Ouw Yang Coan, adikmu menyukai istrimu, bagaimana kalau kau berikan padanya? Kalian berdua menyukai seorang wanita, itu tidak baik! Menurutku, lebih haik diberikan padaku saja! Jadi kalian berdua tidak perlu berebut lagi, agar tidak merusak hubungan kalian sebagai saudara!"   Ouw Yang Coan dan Ouw Yang Hong terus menatap Si Kerdil itu.   Sepertinya mereka ingin menelannya bulat-bulat.   "Kalian lihat! Bukankah dia amat sedap dipandang? Tubuh, rambut, tangan, dan kakinya amat indah! Sulit lagi mencari wanita seperti nona Bokyong ini, pantas kalian berdua begitu menyukainya!"   Ouw Yang Hong terus menatap Si Kerdil Pek Tho San San Kun, dia sedang mempertimbangkan, apabila dia menerjang ke sana, apakah Si Kerdil dapat membunuh Bokyong Cen secepat itu? Dia tidak berani memandang Bokyong Cen, sebab tubuhnya yang mulus indah itu memang merangsang.   Terdengar lagi suara Si Kerdil Pek Tho San San Kun.   Kali ini kepada Ouw Yang Hong.   "Ouw Yang Hong, kuberitahukan padamu! Kalau kau berani bergerak, aku pasti melancarkan sebuah pukulan ke arahnya! Minyak yang kupoles-kan pada tubuhnya itu akan segera lumer, dia pasti mati!"   Ouw Yang Hong dan Ouw Yang Coan tidak tahu harus herbuat apa, mereka berdua hanya saling memandang.   Bersamaan dengan itu pula, mendadak Pek Bin Lo Sat tertawa ringan, ke-mudian berkata pada Si Kerdil.   "Jen It Thian, kau salah! Kau sudah salah besar ...."   Si Kerdil Pek Tho San San Kun nampak tertegun mendengar kata-kata Pek Bin Lo Sat itu.   "Pek Bin Lo Sat, di mana letak kesalahanku? Bagaimana aku bisa salah?"   "Jen It Thian, kau adalah orang aneh di kolong langit, aku salut padamu! Kau tidak cuma aneh, tapi juga memiliki berbagai macam benda mustika yang tak ternilai harganya, bahkan juga mengumpulkan manusia hidup, menganggapnya sebagai benda mustika.   Karena itu, apabila kau membunuh nona Bokyong, bagaimana mungkin kau menyak-sikannya lagi? Kalau dia dijadikan mummi, sudah pasti tidak bisa tertawa maupun menangis! Tidak mungkin jadi wanita tercantik di kolong langit! Ya, kan?"   Ouw Yang Hong mengerti akan maksud ucapan Pek Bin Lo Sat, maksudnya agar Si Kerdil Pek Tho San San Kun tidak membunuh Bokyong Cen.   Mendengar apa yang dikatakan Pek Bin Lo Sat, Si Kerdil Pek Tho San San Kun jadi tertegun.   "Kau bilang orang mati tidak seperti orang hidup? Kau kira aku tidak tahu itu? Kalau dia sudah mati, apa yang tidak baik? Dia tidak bisa bicara, tapi aku akan bicara padanya! Walaupun dia tidak bisa tertawa dan menangis, aku tetap akan merasa puas dan gembira memandangnya!"   "Jen It Thian, lebih baik kau melepaskannya! Kami pasti mengampuni nyawamu, kau pun boleh pergi!"   Ancam Ouw Yang Hong, tegas.   Si Kerdil Pek Tho San San Kun tertawa.   "Kau mengampuni nyawaku, aku harus mengampuni nyawa siapa? Kau memperbolehkanku pergi, lalu semua benda mustika ini akan diberikan kepada siapa? Juga perkampunganku ini harus diserahkan kepada siapa? Kau menghendakiku pergi, itu jangan harap!"   Ouw Yang Hong mengerutkan kening, kemu-dian mendekati Si Kerdil Pek Tho San San Kun dengan langkah perlahan. "Berhenti!"   Bentak Si Kerdil Pek Tho San San Kun begitu melihat Ouw Yang Hong maju. Ouw Yang Hong tidak berhenti. "Kau memiliki kepandaian tinggi, boleh be-tarung denganku!"   Tantangnya. "Kalaupun harus bertarung, aku akan bertarung dengan Pek Bin Lo Sat, sebab dia telah merusak wajah Sang Seng Kiam Giok Shia. Aku punya dendam dengannya!"   Sahut Pek Tho San San Kun.   Tercengang Ouw Yang Hong mendengarnya.   Aku yang membunuh muridnya itu, tapi dia tidak mau bertarung denganku, malah ingin bertarung dengan Pek Bin Lo Sat, bukankah itu amat mengherankan? Pikir Ouw Yang Hong.   Mendadak dalam hati Ouw Yang Hong timbul suatu ide aneh.   "Jen It Thian, menurutku lebih baik ...   kau bertarung denganku! Kalau kau menang, dia tetap bersamamu! Apabila kau kalah, aku akan mem-bawanya pergi.   Bagaimana?"   Si Kerdil Pek Tho San San Kun tertawa. "Mengapa aku harus bertarung denganmu? Kungfumu amat mengejutkan, aku tidak mampu melawanmu!"   Sahut Si Kerdil itu.   Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Bagaimana kalau aku melawan barisan ular beracunmu? Kalau aku menang, kau harus mem-perbolehkannya ikut kami pergi.   Seandainya aku kalah, kami akan segera meninggalkan tempat ini.   Tidak akan datang mengganggumu lagi!"   "Cara bagaimana kau bertarung dengan barisan ular beracunku?"   Tanya Si Kerdil. "Itu terserah kau saja!"   Mendengar itu, Si Kerdil Pek Tho San San Kun bergirang dalam hati.   Ouw Yang Hong, kau pasti mampus! Kau kira enak bertarung dengan barisan ular beracunku? Kalau kau sudah terkepung oleh barisan ular beracunku, kau pasti tinggal tulang belulang saja! Karena berpikir begitu, Si Kerdil Pek Tho San San Kun pun tertawa terkekeh.   "Ouw Yang Hong, lebih baik kau jangan memaksa diri! Apabila kau terkepung oleh barisan ular beracunku, kau pasti mampus! Sementara Ouw Yang Coan berkeluh dalam hati.   Adik! Kau sama sekali tidak berpengalaman, kalau kau bertarung dengan barisan ular beracun itu, kau pasti mati! Lalu tiba-tiba Ouw Yang Coan membentak.   "Jen It Thian! Lepaskan istriku, aku akan bertarung denganmu!"   Si Kerdil Pek Tho San San Kun tidak menggubris Ouw Yang Coan, hanya menatap Ouw Yang Hong.   "Bagaimana? Apa yang kau katakan tadi tidak masuk hitungan lagi?"   "Bagaimana perkataanku tidak masuk hitungan? Asal kau setuju, aku pasti bertarung dengan barisan ular beracunmu itu!"   Sergah Ouw Yang Hong, tampak kesal. Si Kerdil Pek Tho San San Kun tertawa gembira. "Baik! Baik! Aku setuju kau bertarung dengan barisan ular beracunku!"   Dia tertawa lagi, kemudian bertepuk tangan.   Terdengar suara 'Kreek!' Di lantai muncul sebuah lubang.   Kalau tadi Ouw Yang Coan dan Ouw Yang Hong menerjang ke sana, mereka berdua pasti akan terjatuh ke dalam lubang itu.   Ternyata di situ terdapat sebuah perangkap.   Oleh karena itu, Ouw Yang Hong mengambil Keputusan dalam hati, biar bagaimana pun hari ini harus membunuh Si Kerdil itu.   Setelah mengambil keputusan tersebut, dia pun berkata kepada Si Kerdil Pek Tho San San Kun.   "Jen It Thian, kau boleh turun tangan!"   "Kau lihat, itu adalah lubang ular beracun! Aku menghendakimu melihat baik-baik! Itu agar kau tidak menyesal!" Ouw Yang Hong memandang ke dalam lubang ular beracun itu. Gelap gulita di dalam, tidak terlihat apa pun, hanya terdengar suara mendesis-desis. "Ada orang menyukai kegelapan, tapi aku justru tidak suka! Karena sulit memandang wanita cantik dalam kegelapan!"   Ouw Yang Hong tidak mau banyak bicara dengannya, diam saja tanpa bersuara sedikit pun. "Kalau aku menaruh seseorang ke dalam lubang itu, pasti sedap sekali dipandang! Kalian tidak pernah menyaksikannya, kan? Nah, kalian harus menyaksikannya!"   Si Kerdil Pek Tho San San Kun menggerakkan tangannya, maka terdengar suara hiruk-pikuk di dalam lubang itu.   Tak lama tampak sebuah keran-jang besar terangkat ke atas.   Di dalam keranjang besar itu berisi entah berapa banyak ular beracun.   Akan tetapi, ular-ular beracun itu tak bergerak sama sekali.   "Ouw Yang Hong, kalau kau berani duduk di dalam keranjang besar itu selama sepasang hio, aku pasti melepaskan nona Bokyong!"   Ouw Yang Coan segera berkata pada Ouw Yang Hong. "Adik, itu tidak boleh!"   Ouw Yang Hong tidak menyahut, hanya bertanya kepada Si Kerdil Pek Tho San San Kun.   "Jen It Thian, bolehkah aku membunuh ular-ular bera-cunmu itu?"   Si Kerdil Pek Tho San San Kun melihat Ouw Yang Hong tidak takut, hatinya jadi tersentak.   Apakah orang itu tidak takut pada ular beracun? Itu tidak mungkin!Dia cuma berlagak gagah saja! Setelah berpikir demikian, si Kerdil Pek Tho San San Kun tertawa ringan, lalu berkata sungguh-sungguh.   "Ouw Yang Hong, kalau kau berkepandaian, duduklah di dalam keranjang besar itu, agar ular-ular beracun itu menggigitmu! Apabila kau membunuh mereka, itu bukan terhitung kepandaian, siapa pun bisa membunuh ular beracun! Ya, kan?"   Ouw Yang Hong diam.   Sementara ular-ular beracun itu tetap tidak bergerak.   Si Kerdil Pek Tho San San Kun mengeluarkan sebuah alat tiup, lalu ditaruh ke mulutnya.   Dia mulai meniup perlahan-lahan.   Seketika ular-ular beracun itu mendongakkan kepala, bahkan tampak saling menjulurkan lidah, mengerikan.   Menyaksikan itu, hati Pek Bin Lo Sat dan Ouw Yang Coan jadi dingin.   Mereka berdua pun ber-pikir, kalau mereka yang duduk di dalam keran-jang besar penuh berisi ular-ular beracun itu, sudah jelas akan mati keracunan.   Ouw Yang Coan segera berkata dengan penuh kecemasan.   "Adik ..."   Akan tetapi, Ouw Yang Hong malah tertawa, lalu berkata pada Si Kerdil Pek Tho San San Kun. "Baiklah! Jen It Thian, aku akan menurutimu!"   Si Kerdil Pek Tho San San Kun manggut-manggut.   Mendadak tangannya bergerak, maka tutupan keranjang besar itu terbuka.   Ouw Yang Hong langsung meloncat ke dalam keranjang besar itu.   Beberapa ekor ular beracun ingin menggigitnya.   Namun Ouw Yang Hong menggeserkan ular-ular dengan tangannya, kemudian duduk di dalam keranjang besar itu.   Si Kerdil Pek Tho San San Kun langsung meniup alat suara di mulutnya.   Seketika ular-ular beracun itu mulai menggigiti badan Ouw Yang Hong.   Menyaksikan itu, air mata Bokyong Cen bercucuran.   Ia tak pernah menyangka Ouw Yang Hong herani berkorban demi dirinya.   Sementara ular-ular beracun terus melilit badan Ouw Yang Hong, sehingga badannya penuh ular beracun.   Bukan main terkejutnya Pek Bin Lo Sat dan Ouw Yang Coan, melihat kejadian itu.   Wajah me-reka berubah pias, khawatir dan takut.   Ouw Yang Coan berseru-seru dengan suara bergemetar.   "Adik! Adik ...!"   Ouw Yang Hong tidak menyahut.   Sepasang matanya dipejamkan, mulai menghimpun Iwee kang Ha Mo Kang.   Ouw Yang Coan dan Pek Bin Lo Sat terus menyaksikan itu dengan mata tak berkedip, namun hati mereka amat tegang dan tercekam.   Sedangkan Ouw Yang Hong terus duduk diam di dalam keranjang besar itu.   Beberapa lama ke-mudian Ouw Yang Hong masih tetap duduk diam.   Pek Bin Lo Sat tertawa melihat keberanian Ouw Yang Hong itu.   "Anak Coan, tak kusangka adikmu memiliki kepandaian itu ..."   Ujarnya, kagum.   Si Kerdil Pek Tho San San Kun terus meman-dang Ouw Yang Hong.   Dia yakin Ouw Yang Hong pasti mati digigiti ular-ular beracun itu.   Maka terus meniup dengan nada tinggi, sehingga ular-ular beracun itu terus menggigiti Ouw Yang Hong.   Akan tetapi, sungguh mengherankan, Ouw Yang Hong tidak berubah jadi manusia darah, sebaliknya dia masih tetap duduk diam, persis seperti padri sedang bersamedi.   Sementaa hio yang dipasang Si Kerdil Pek Tho San San Kun sudah habis terbakar.   Mendadak Ouw Yang Hong membuka matanya, memandang Si Kerdil Pek Tho San San Kun.   "Jen It Thian, apakah aku sudah boleh keluar?"   Tanyanya kemudian.   Bukan main terkejutnya Si Kerdil Pek Tho San San Kun.   Dia sama sekali tidak menduga, Ouw Yang Hong bisa selamat dari gigitan ular-ular beracun itu.   Dia melongo hingga mulutnya ternganga lebar.   Ouw Yang Hong meloncat ke luar dari keranjung besar itu, dan berdiri di hadapan si Kerdil Pek Tho San San Kun.   Itu membuat si Kerdil Pek Tho San San Kun mundur selangkah.   "Bagus! Kau memang luar biasa! Aku serahkan nona Bokyong padamu, kau sudah mempertaruh-kan nyawamu demi memperoleh wanita cantik itu, maka jangan diberikan kepada siapa pun!"   Mendadak Si Kerdil Pek Tho San San Kun bertepuk tangan, maka terdengar suara 'Kreeek!' Peti besar itu terbuka.   Dia lalu mendorong Bokyong Cen ke arah Ouw Yang Hong.   Apa boleh buat! Ouw Yang Hong harus menyambutnya, tapi tidak berani memandang Bokyong Cen.   "Kakak! Kakak ...!"   Serunya kepada Ouw Yang Coan. OuwYang Hong melempar Bokyong Cen ke arah Ouw Yang Coan. Namun Pek Bin Lo Sat yang bergerak cepat menyambut Bokyong Cen. "Pakaian!"   Teriak Pek Bin Lo Sat kepada Ouw Yang Coan. Ouw Yang Coan segera mencari pakaian, dia mengambil pakaian wanita dari sebuah lemari, kemudian diberikan pada Pek Bin Lo Sat, namun Pek Bin Lo Sat berkata. "Pakaikanlah!"   Ouw Yang Coan segera memakaikan pakaian itu pada Bokyong Cen.   Setelah itu dia pn mem-bebaskan totokannya, sedangkan Bokyong Cen diam saja.   Namun saat itu rupanya Si Kerdil Pek Tho San San Kun sudah menghilang entah ke mana.   Karena tidak berhasil menemukannya, akhirnya mereka membakar rumah besar itu.   Dalam sekejap, api sudah menjalar ke mana-mana.   Ketika mereka berada di luar perkampungan Pek Tho San Cung, api itu sudah membesar, tam-pak para penghuni berlari tunggang-langgang me-nyelamatkan diri.   Sedangkan mereka bertiga, se-gera membawa Bokyong Cen meninggalkan per-kampungan itu.   Pek Bin Lo Sat, Ouw Yang Hong, dan Bokyong Cen sudah sampai di rumah.   Namun mereka tahu tidak bisa tinggal di situ lagi, maka segera me-nyuruh Lo Ouw dan Ceh Liau Thou berkemas.   Setelah itu mereka semua pindah ke tempat lain tak jauh dari goa es.   Kebetulan di situ terdapat be-berapa rumah batu, untuk dijadikan sebagai tempat tinggal oleh mereka.   Bokyong Cen jarang bersama mereka.   Setiap hari dia memandang ke bawah gunung.   Di tempat itu terdapat beberapa rumah batu, Bokyong Cen memilih sebuah rumah batu yang paling kecil.   Jika malam tiba gadis itu selalu mengunci pintu.   Siapa pun yang memanggilnya tak pernah ia membu-kakan pintu.   Ouw Yang Coan tidak pernah pergi mencarinya ke rumah itu.   Setiap malam dia duduk di atas sebuah batu, entah apa yang dipikirkannya.   Setelah semua lampu di rumah-rumah batu itu dipadamkan, harulah Ouw Yang Coan pulang.   Sebelum tertidur selalu saja Ouw Yang Hong ber-tanya dari mana saja Ouw Yang Coan.   Namun kakaknya tak pernah menjawab, hanya duduk diam atau langsung saja tidur.   Malam itu Ouw Yang Coan duduk di atas batu, matanya terus memandang rumah-rumah batu.   Kemudian dia juga memandang ke arah Pek Tho San Cung.   Hatinya merasa heran, mengapa Si Kerdil Pek Tho San San Kun menganggap wanita cantik sebagai suatu benda mustika, itu apa artinya? Di saat Ouw Yang Coan berpikir seperti itu mendadak terdengar suara langkah yang amat di-kenalnya, lalu disusul suara yang amat lembut.   "Anak Coan, kau berbuat apa di sini? Apakah kau tidak mau pulang menemaninya?"   Ouw Yang Coan mendongakkan kepala perlahan-lahan, memandang Pek Bin Lo Sat seraya menyahut.   "Dia tidak akan memperdulikanku lagi, dia anggap diriku telah berdosa terhadapnya, maka dia tidak memperdulikanku ..."   "Anak Coan, apakah kau merasa rendah diri?"   Ouw Yang Coan tidak menyahut, namun air matanya berlinang-linang.   Pek Bin Lo Sat segera memeluknya, kemudian berkata dengan lembut.   "Anak Coan, yang berdosa bukanlah kau, melainkan aku.   Tahukah kau, kalau malam itu aku tidak berbuat seperti itu, sudah pasti kau akan pulang menengok istrimu.   Begitu kau dapat membantu adikmu, dia juga tidak akan ..."   Maksud Pek Bin Lo Sat, Bokyong Cen tidak akan jatuh ke tangan Si Kerdil Pek Tho San San Kun, tidak akan terjadi apa pun. Berselang sesaat, Pek Bin Lo Sat melanjutkan. "Anak Coan, hatimu resah sekali, kan?"   Sesungguhnya Ouw Yang Coan memang amat berduka dalam hati.   Dia tidak tahu harus bagai-mana, sebab Bokyong Cen tidak mau berbicara dengannya, bahkan tak ingin berada bersamanya.   Inilah yang membuatnya merasa malu sekali.   Pek Bin Lo Sat memandang muridnya itu.   "Anak Coan, menurutku kau harus meninggalkannya.   Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Apakah kau merasa berkeberatan me-ninggalkannya?" Ouw Yang Coan menggelengkan kepala, tidak menyahut.   "Kau harus membiarkan adikmu bersamanya, perlukah aku pergi mengatakannya?"   Ouw Yang Coan memandang Pek Bin Lo Sat.   Dia tahu kalau dirinya yang mengatakan kepada Ouw Yang Hong sungguh tidak pantas.   Memang lebih baik gurunya yang menyampaikan.   Namun, apakah gurunya dapat mengatakan hal itu? Sebab Pek Bin Lo Sat sendiri seorang wanita.   Dia tak yakin gurunya bisa melakukan hal itu, menyam-paikan tentang perasaannya kepada orang lain.   "Anak Coan, hanya dengan cara ini, aku akan mengatakan pada Ouw Yang Hong, sekarang aku ke sana!"   Ouw Yang Coan manggut-manggut.   Pek Bin Lo Sat pun segera melesat pergi.   Sementara Ouw Yang Hong sedang berlatih Iwee kang di dalam rumah batu.   Kini lwee kangnya bertambah maju.   Dia juga tahu ilmu Ha Mo Kang-nya jauh lebih hebat dari gurunya.   Mendadak dia mendengar suara langkah ringan menuju ke rumah batunya.   Dia sudah menduga itu suara langkah kakaknya atau Pek Bin Lo Sat.   Pintu rumah terbuka, lalu tampak seseorang berjalan ke dalam.   Orang itu tak lain Pek Bin Lo Sat, guru kakaknya.   Pek Bin Lo Sat melangkah ringan ke hadapan Ouw Yang Hong.   "Ouw Yang Hong, aku ingin bicara denganmu!"   Ujarnya, memandang pemuda itu. Ouw Yang Hong tercengang, namun manggut-manggut. "Cianpwe, mau bicara apa, bicaralah!" "Ouw Yang Hong, apa yang ingin kubicarakan, punya hubungan besar dengan keluarga Ouw Yang. Kau sudi mendengarnya?"   Tanya Pek Bin Lo Sat yang tampak ragu. "Cianpwe adalah guru kakakku, bagaimana aku berani tidak mendengarnya?"   Air muka Pek Bin Lo Sat berubah aneh, membuat Ouw Yang Hong terheran-heran.   Namun yakin Pek Bin Lo Sat akan membicarakan hal yang amat penting, entah hal penting apa.   Pek Bin Lo Sat menarik nafas dalam-dalam, kemudian berkata perlahan-lahan.   "Ouw Yang Hong, aku pernah bilang pada kakakmu, bahwa kau berbakat belajar ilmu silat dan kau pun akan menjadi seorang pesilat tangguh.   Namun ketika itu, aku tidak mau menerimamu sebagai murid.   Tentunya kau merasa heran mengapa aku menolakmu, mungkin kau kira aku pilih kasih.   Sesungguhnya tidak.   Kini aku akan memberitahukan padamu, aku dan kakakmu berada di dalam goa es belajar ilmu yang mengandung Iwee kang dingin.   Kaum lelaki yang belajar ilmu itu akan kehilangan kejantanannya.   Sedangkan kaum waniCa, akan menjadi mandul, tidak bisa punya anak selamanya.   Oleh karena itu, aku menolakmu.   Pada waktu itu, aku tidak herani memberitahukan padamu ..."   Tersentak hati Ouw Yang Hong mendengar itu.   Namun mengapa kakaknya tidak pernah mem-beritahukan padanya? Tiba-tiba Ouw Yang Hong teringat sesuatu, yaitu Bokyong Cen.   Bokyong Cen adalah kakak iparnya, sedangkan kakaknya tidak dapat berbuat sebagai seorang suami.   Lalu bagaimana dengan kakak iparnya? Tidak heran, malam itu Bokyong Cen ke kamarnya dua kali.   Lagi pula setiap hari dia memandang ke ujung langit, terus memikirkan daerah Kang Lam dan vihara Cin Am.   Mungkin ada kaitannya dengan ini.   Setelah diam sejenak, Pek Bin Lo Sat melanjutkan.   "Aku akan memberitahukan padamu, bahwa aku dan kakakmu amat intim!"   Mendengar kata-kata itu Ouw Yang Hong jadi tertegun.   Dia tak tahu harus bagaimana.   Bahkan hatinya jadi risau.   Guru kakak sedang bicara apa? Dia berbuat intim dengan kakak? Mungkin itu dulu.   Kini kakak sudah punya istri.   Mendadak Ouw Yang Hong tersadar akan satu hal.   Dia menoleh, memandang Pek Bin Lo Sat, tapi tidak tahu harus bicara apa.   Pek Bin Lo Sat tersenyum, namun senyumannya kelihatan berduka, kemudian berkata dengan suara ringan.   "Kau adalah seorang sastrawan, tentunya tidak tahu kesulitan orang yang belajar ilmu silat.   Aku datang ke daerah See Hek ini, karena punya seorang musuh.   Dia melukaiku, tiada seorang pun mampu menyembuhkan lukaku.   Maka aku terpaksa mengobati lukaku dengan batu es yang amat dingin itu.   Pada suatu hari, kakakmu terjatuh ke dalam goa es.   Aku yang menyelamatkannya, sekaligus mengajarnya ilmu silat.   Sejak itu hubungan kami amat baik, kami berkumpul belasan tahun, hingga tanpa sadar terlahir rasa cinta kasih.   Dia tidak bisa berpisah denganku, aku pun tidak bisa berpisah dengannya.   Kami berdua saling mengasihi.   Aku yakin kini kau sudah paham ..."   Tertegun dan tersentak hati Ouw Yang Hong mendengar itu.   Namun tetap saja dia tidak tahu harus mengatakan apa.   Belum sempat dia menemukan kata-kata, Pek Bin Lo Sat telah melanjutkan.   "Padahal, sesungguhnya kakakmu menyelamatkan Bokyong Cen, itu demi dirimu .   ."   "Mengapa demi diriku?"   Tanya Ouw Yang Hong menyelak.   "Kakakmu bilang padaku, bahwa Bokyong Cen tertarik padamu.   Ia amat menyukaimu.   Aku memperbolehkan kakakmu menolong Bokyong Cen, juga karena hal ini.   Siapa yang mengira saat kalian berangkat ke Tionggoan, kau justru jatuh ke tangan Si Racun Tua.   Aku dan anak Coan pergi mencarimu, namun perkampungan Liu Yun Cun itu telah berubah puing-puing, tiada seorang hidup di sana.   Kami jadi putus asa dan segera pulang ke See Hek, anak Coan tidak tahu harus bagaimana baik-nya, aku yang mendorongnya untuk memperistri Bokyong Cen ..."   Ouw Yang Hong yang mendengar semua itu tampak tercenung diam.   Sementara Pek Bin Lo Sat yang tidak tahu keraguan hati Ouw Yang Hong terus saja melanjutkan.   "Ouw Yang Hong, karena kau tidak ketahuan rimbanya, maka aku pun mengatur suatu siasat.   Apabila punya kesempatan, aku akan mencari se-orang lelaki, agar membuat Bokyong Cen hamil."   "Apakah kakakku tahu semua itu adalah ide Cianpwe?"   Tanya Ouw Yang Hong dengan mata membelalak, heran. Pek Bin Lo Sat tertawa getir. "Aku tahu jelas bagaimana sifat kakak Coan-mu. Kalau dia tahu semua itu adalah ideku, bagaimana dia akan mengabulkannya?"   Ouw Yang Hong diam. Kini dia sudah dapat meraba apa tujuan Pek Bin Lo Sat mencarinya. Ditatapnya Pek Bin Lo Sat dengan dingin. "Cianpwe ingin mencari seorang lelaki, tentunya bukan diriku. Ya, kan?"   Pek Bin Lo Sat tertawa terkekeh, sambil memandang Ouw Yang Hong. "Mengapa bukan kau? Ouw Yang Hong dan Ouw Yang Coan saudara kandung. Kakakmu boleh dikatakan adalah kau. Kau adalah kakakmu! Apa bedanya kalian berdua?"   Ouw Yang Hong terdiam.   Baginya urusan ini tidak terjangkau dengan akal sehat, bahkan juga membuatnya aneh dan tak habis pikir.   Di saat Ouw Yang Hong tercenung, mendadak Pek Bin Lo Sat tertawa besar, namun tawanya mengandung kedukaan, juga agak menyeramkan.   "Cianpwe menertawakan apa?"   "Ouw Yang Hong, kau bilang ketika berada di perkampungan Liu Yun Cun, Si Racun Tua Cen Tok Hang telah mengangkatmu sebagai murid.   Betulkah itu?"   Ouw Yang Hong mengangguk.   "Betul!"   Pek Bin Lo Sat tertawa dingin.   "Setahuku Si Racun Tua Cen Tok Hang banyak melakukan kejahatan, dia paling senang jadi penjahat.   Kau jadi muridnya, bukan penjahat besar juga bukan penjahat kecil.   Jiwamu seperti itu, bagaimana mungkin jadi penjahat besar?"   Ouw Yang Hong mengerutkan kening sambil berpikir.   Kakak adalah kakak, bagaimana mungkin berbuat yang tidak-tidak dengan kakak ipar? Boleh menjadi penjahat di dunia persilatan, namun tidak boleh berbuat seperti itu.   "Ouw Yang Hong, kau adalah orang pintar.   Kau bersedia atau tidak dengan Bokyong Cen? Mau atau tidak kau membahagiakannya? Kalau kau menghendaki keluarga Ouw Yang punya turunan, kau harus bersamanya.   Racun ulat salju yang ber-sarang dalam tubuhnya masih belum punah semua.   Kau memiliki tenaga sakti, tentunya dapat mem-bantunya.   Kalau kau sungguh-sungguh menyukai-nya, jika tak berbuat demikian, lalu harus berbuat apa?"   Ouw Yang Hong menundukkan kepala, terus berpikir, tapi tidak menemukan jalannya.   Dia adalah seseorang penjahat, telah membunuh Ciok Cuang Cak dan lainnya dengan ilmu Ha Mo Kang.   Bahkan juga telah membunuh keempat murid Pek Tho San San Kun.   Kini dia sudah merupakan penjahat besar, perduli apa dengan pergunjingan orang.   Namun urusan ini menyangkut kakaknya, bagaimana mungkin dia melakukan itu? Apakah istri kakaknya harus dijadikan wanitanya? Padahal hatinya memang menyukai Bokyong Cen ...   Bokyong Cen duduk seorang diri di dalam ru-mah batu.   Ia terus duduk tercenung, entah apa yang sedang dipikirkannya.   Ouw Yang Coan mendorong pintu dan masuk ke dalam.   Bokyong Cen sama sekali tidak menengoknya, juga tidak berbicara.   Ouw Yang Coan berdiri termangu-mangu.   Lama kemudian barulah membuka mulut.   "Malam itu aku ke tempat guru ..."   Bokyong Cen tetap diam. Ouw Yang Coan memandangnya seraya melanjutkan. "Aku ke sana menengoknya. Kita sudah menikah lima enam bulan. Aku tidak ke sana menengoknya, takut dia akan kesepian ..."   Bokyong Cen masih juga diam, namun keningnya berkerut-kerut.   Bibirnya tampak bergerak seakan ingin bicara, tapi tidak mengeluarkan suara.   "Dugaanku memang tidak meleset, malam itu jantungku berdetak lebih cepat.   Aku tahu pasti terjadi sesuatu atas diri guruku, aku segera kegoa es itu.   Guru sudah dalam keadaan pingsan.   Kalau aku terlambat ke sana, guru pasti sudah mati ..."   Mendadak Bokyong Cen membentak keras.   "Gurumu! Gurumu! Setiap hari gurumu! Dalam tidur pun mengigau gurumu! Kalau kau menyukai gurumu, kawin saja dengannya! Kau tidak bisa meninggalkan gurumu, lalu mengapa harus memperistriku? Kau bukan seorang lelaki, bagai-mana boleh punya istri?"   Usai berkata begitu, Bokyong Cen menangis sedih dengan air mata bercucuran.   Urusan sudah jadi begini, Ouw Yang Coan bingung, harus berkata apa lagi.   Matanya memandang Bokyong Cen dengan iba, sambil menjulurkan tangannya ingin membelai istrinya itu.   Namun Bokyong Cen membentak.    Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Nagapasung Karya Kho Ping Hoo Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung

Cari Blog Ini