Si Racun Dari Barat 2
Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong Bagian 2
Si Racun Dari Barat Karya dari Jin Yong Usai membentak, orang-orang yang dalam ke-adaan mabuk itu menerjang ke arah mereka berdua sambil memukul pula. Pada hal sesungguhnya, kalau Oey Yok Su mau turun tangan, orang-orang itu pasti roboh seketika. Akan tetapi, Oey Yok Su justru tidak melakukannya, karena masih yakin Ouw Yang Hong bukan orang biasa, kelihatannya memiliki sedikit Iwee kang, hanya tidak pernah belajar Iwee kang tingkat tinggi. Mungkin juga dia berpura-pura di hadapan Oey Yok Su, agar Oey Yok Su tidak tahu dia berkepandaian tinggi. Kalau begitu, bukankah Oey Yok Su yang baru memasuki daerah Tionggoan akan tertipu olehnya? Kini dia tidak mau turun tangan, ingin melihat cara bagaimana Ouw Yang Hong menghadapi para setan mabuk itu? Karena berpikir demikian, maka dia segera mundur. Justru menyusahkan Ouw Yang Hong, sebab orang-orang mabuk itu terus memukulnya. Betapa gusarnya Ouw Yang Hong, dan dia membentak sekeras-kerasnya. "Kalian kok pukul orang? Sudah gila ya?" Walau dia membentak begitu keras, tapi orang-orang mabuk itu terus memukulnya. Ouw Yang Hong bertambah gusar karena kesakitan dan dia pun mencaci. "Bangsat! Jahanam! Mengapa kalian memukulku?" Ow Yang Hong pun mulai menggerakkan se-pasang tangannya. Itu memang merupakan jurus-jurus ilmu silat, namun bukan jurus-jurus ilmu silat yang hebat dan lihay. Salah seorang dari mereka yang mabuk itu tertawa dingin, dan menatapnya dengan mata merah seraya berkata. "Bagus! Bagus! Kau harus merasakan kelihay-anku!" Usai berkata, orang mabuk itu pun memukul Ouw Yang Hong dengan sekuat tenaganya. Duuuk! Ouw Yang Hong terpukul jatuh di lantai. Dia mulai panik dan berteriak-teriak. "Saudara Oey, mengapa kau masih belum mau turun tangan? Cepat hajar mereka, agar mereka tahu akan kelihayanmu!" Oey Yok Su memandangnya. Memang Ouw Yang Hong tidak terluka parah, namun nafasnya sudah mulai memburu. Sementara beberapa orang mabuk pun mulai memukul Oey Yok Su, tapi Oey Yok Su masih tidak mau membalas memukul mereka. Dia hanya ter-senyum sambil menyahut. "Saudara Ouw Yang, aku masih dapat bertahan, biar mereka memukul terus!" Sedangkan Ouw Yang Hong mulai menjerit-jerit, sebab mukanya sudah membengkak. "Aduh! Aku akan mati dipukul! Akan mati dipukul!" Orang-orang mabuk yang memukulnya menyahut, tapi tidak berhenti memukulnya. "Mati ya sudah, tidak usah menjerit! Cepat katakan, tiga ekor katak punya berapa mata?" "Kau tuh anak anjing! Ibumu punya tujuh buah mata!" Sahut Ouw Yang Hong dengan gusar. Orang itu melotot, kemudian mencaci. "Makmu punya tujuh buah mata, punya tiga suami!" Teman-temannya menyambung. "Betul! Maknya punya tujuh buah mata, punya tiga suami!" Mereka mulai memukul Ouw Yang Hong lagi. Sedangkan para pelayan rumah makan itu tampak panik, namun mereka tidak berani meleraikan, karena takut dipukul juga. Berselang sesaat, pakaian Ouw Yang Hong dan Oey Yok Su sudah tidak karuan, dan muka mereka pun kelihatan membengkak. "Kalian berdua sudah tunduk?" Tanya salah seorang dari mereka. Betapa gusarnya Ouw Yang Hong. Dia me-nyahut dengan penuh kegusaran. "Tunduk? Tunduk apa? Aku akan pukul mati kalian! Pukul mati kalian!" Ouw Yang Hong menerjang ke arah mereka, sekaligus melancarkan pukulannya. Akan tetapi, orang-orang mabuk itu pun me-nyerangnya, sehingga membuat Ouw Yang Hong terdesak mundur kembali sambil menjerit-jerit. Di saat bersamaan, Oey Yok Su menyeka noda darah yang di bibirnya, kemudian berkata kepada mereka. "Aku bernama Oey Yok Su, berasal dari Pulau Tho Hoa To di Laut Tong Hai. Aku membawa emas, harap kalian sudi memandang mukaku me-lepaskan temanku ini, emas yang kubawa itu akan kuberikan pada kalian!" Walau orang-orang itu dalam keadaan mabuk, namun begitu mendengar Oey Yok Su membawa emas, seketika juga mereka berhenti memukul Ouw Yang Hong, dan salah seorang dari mereka langsung berkata. "Baik! Baik! Kalau benar punya emas, kami pasti mengampuni kalian berdua! Tapi kalau kalian mempermainkan kami, kami pasti memukul kalian hingga mampus!" Oey Yok Su pura-pura ketakutan, dan segera manggut-manggut lalu berkata. "Tidak berani! Tidak berani mempermainkan kalian. Kalau tiada emas, kalian boleh memukul kami lagi!" "Betulkah temanmu itu punya emas?" Tanya salah seorang dari mereka kepada Ouw Yang Hong. Ouw Yang Hong tertegun. Dia memandang Oey Yok Su, kelihatan diam saja. Ouw Yang Hong tahu dia mempermainkan orang-orang mabuk itu. Ka-rena Oey Yok Su sudah naik pitam, kemungkinan besar dia akan membunuh orang-orang mabuk itu. Oleh karena itu, Ouw Yang Hong akan mencegah orang-orang mabuk itu mempercayainya. "Sudahlah! Bagaimana mungkin dia punya emas, dia ..." Sahutnya. Orang itu melotot. "Apa? Dia tidak punya emas?" "Mungkin ... cuma hanya sedikit," Sahut Ouw Yang Hong. Orang itu tampak girang. "Bagus! Kalau begitu, cepat berikan kepada kami! Asal ada emas, kami tidak akan pukul kalian lagi!" Oey Yok Su tertawa dalam hati. Kelihatannya mereka sama sekali tidak tahu penyakit. Aku harus menghajar mereka! Kata Oey Yok Su dalam hati, namun tetap bersikap seolah-olah penuh ketakutan. "Kalian jangan memukul kami! Jangan me-mukul kami! Aku pasti memberikan emas kepada kalian, percayalah!" Salah seorang segera berkata. "Baik! Kalau begitu, cepat berikan emas itu kepada kami!" Kata orang itu. Oey Yok Su mengeluarkan sebuah kantong kain, sekaligus membukanya. Begitu melihat, semua orang itu terbelalak, karena di dalam kantong kain tersebut memang berisi uang emas. Dengan hati berdebar-debar mereka mulai menjulurkan tangan untuk mengambil uang emas itu, namun mendadak terdengar suara bentakan keras. "Berhenti!" Orang-orang itu tertegun dan tak bergerak lagi. Ternyata yang membentak itu adalah teman mereka yang berbadan tinggi besar. Orang itu memandang Oey Yok Su sambil ter-tawa, lalu berkata. "Saudara, tadi kami memang berlaku agak kasar, harap Saudara sudi memaafkan kami! Kalau kita tidak berkelahi tidak akan saling kenal. Aku ingin mengundang kalian berdua ke tempat kami. Bagaimana?" Oey Yok Su tertawa dalam hati dan membatin. Kalian semua adalah penjahat kecil, bagaimana aku tidak tahu rencana busukmu? Hari ini kalian bertemu denganku, pasti akan mati di tanganku! Walau berkata demikian dalam hati, namun wajahnya tetap tampak biasa. "Tidak baik kami mengganggu kalian!" Sahut-nya. "Jangan berkata begitu, kini kita sudah menjadi teman! Ayolah! Mari kita pergi!" Kata orang itu dengan ramah. Orang itu memberi isyarat kepada teman-temannya, dan teman-temannya segera mengiring Oey Yok Su dan Ouw Yang Hong meninggalkan rumah makan itu. Ouw Yang Hong diam saja, namun mengerti. Bagaimana mungkin Oey Yok Su akan menyerah-kan uang emasnya kepada orang-orang itu? Ten-tunya dia ingin menghajar mereka di tempat yang sepi. Kemudian dia menggerutu. "Gara-gara kau ..." Salah seorang langsung memhentak samhil memukul Ouw Yang Hong. "Jangan hergerutu, cepat jalan!" Ouw Yang Hong melotot, tapi tidak berani melawan. Orang yang berbadan tinggi besar berteriak-teriak. "Cepat jalan! Cepat jalan! Kita ke pinggir ko-ta!" Berselang beberapa saat mereka sudah sampai di pinggir kota. "Berhenti, sudah sampai!" Seru orang yang berbadan tinggi besar. Oey Yok Su dan Ouw Yang Hong berhenti, lalu berdua menengok ke sana ke mari. Tempat itu amat sepi dan tidak tampak sebuah rumah pun, yang terlihat hanya sebuah sungai kecil. "Apakah di sini tempat tinggal kalian? Kok tidak ada rumah?" Tanya Ouw Yang Hong. Orang berbadan tinggi besar itu tertawa gelak, begitu pula teman-temannya, Usai tertawa, orang berbadan tinggi besar itu berkata. "Kami tidak punya rumah, justru amat mem-butuhkan uang emas itu! Kalau tidak diberikan pada kami, bagaimana akibatnya tentunya kalian tahu!" Mereka tertawa gelak lagi, sedangkan Oey Yok Su pura-pura melongo, memandang mereka seraya berkata. "Ternyata kalian ... kalian membohongi kami. Mengapa kalian membohongi kami?" Orang berbadan tinggi besar menyahut sengit. "Aku menghendaki nyawa kalian, cepat serah-kan uang emas itu!" Oey Yok Su bersikap apa boleh buat, kemudian menaruh kantong uangnya ke tanah. "Semua ada di sini, silakan kalian ambil!" Orang-orang itu langsung menyerbu ke arah kantong uang itu. Ouw Yang Hong mengira Oey Yok Su akan segera turun tangan, tapi ternyata tidak, hanya tertegun memandang mereka. Mereka sudah memperoleh uang emas, sehingga wajah mereka tampak gembira sekali. Akan tetapi, mendadak orang berbadan tinggi besar itu membentak. "Cepat taruh kembali." Orang-orang itu terkejut, tapi tiada seorang pun menaruh uang emas itu ke bawah. Wajah orang yang berbadan tinggi besar ber-ubah bengis, maka semua orang tampak ketakutan dan cepat-cepat menaruh uang emas itu ke tempat semula. Oey Yok Su tertawa gembira lalu berkata. "Bagus! Bagus! Saudara adalah orang baik, sedangkan mereka berhati tamak, aku sungguh kagum padamu!" Orang berbadan tinggi besar menatap Oey Yok Su. "Kau memang bodoh, aku justru ingin mem-bunuh kalian berdua!" Katanya dalam hati. Kemudian dia tertawa dan berkata sepatah demi sepatah. "Setelah aku melihat uang emas itu, timbullah niatku untuk membunuh kalian berdua!" Oey Yok Su kelihatan terkejut, lalu berteriak-teriak dengan suara gemetar. "Jangan ... jangan membunuh kami, aku akan meuyerahkan uang emas itu kepadamu dan tidak akan ke kota melapor! Aku mohon kalian jangan membunuh kami!" "Maaf, aku terpaksa membunuh kalian berdua! Kalau kalian ingin melapor, silakan lapor ke alam baka saja!" Sahut orang berbadan tinggi besar. Usai menyahut, dia mengeluarkan sebiah pisau vang amat tajam, lalu mendekati Oey Yok Su dan )uw Yang Hong. Sedangkan Oey Yok Su terus memandang Ouw Yang Hong. Orang itu kelihatan tenang sekali, dia pasti mahir ilmu silat. Kalau tidak, bagaimana mungkin dia kelihatan begitu tenang? Pikir Oey Yok Su. Setelah berpikir demikian, mendadak dia berteriak-teriak. Bukan main gusarnya orang berbadan tinggi besar itu. "Mengapa berteriak? Kau kira akan muncul orang menolongmu?" Bentaknya sengit. "Aku memohon kepadamu ..." Sahut Oey Yok Su ketakutan. Orang berbadan tinggi besar itu tertawa gelak. "Ha ha ha! Kau mau mohon apa?" Oey Yok Su memandang Ouw Yang Hong se-jenak, kemudian menyahut. "Aku mohon kepadamu, bunuh dia dulu! Kalau sudah melihat dia mati, aku pun tidak akan mati penasaran." Orang berbadan tinggi besar itu manggut-manggut. "Baik! Karena memandang uang emas itu, maka aku mengabulkan permohonanmu. Kami akan bunuh dia dulu, lalu membunuhmu!" Dia segera mengayunkan pisaunya ke arah Ouw Yang Hong. Kalaupun Ouw Yang Hong mengerti ilmu silat, kelihatannya sulit untuk berkelit, dan dia pasti akan mati di bawah sambaran pisau tajam itu. Oey Yok Su diam saja, tapi tangannya telah menggenggam sebuah batu kecil. Apabila pisau itu hampir mengena leher Ouw Yang Hong, barulah dia akan menyentil batu kecil itu untuk menye-lamatkannya. Akan tetapi, justru mendadak Ouw Yang Hong berteriak-teriak. "Tidak bisa! Tidak bisa!" Orang berbadan tinggi besar itu berhenti mengayunkan pisaunya, lalu menatap Ouw Yang Hong seraya bertanya. "Mengapa kau bilang tidak bisa?" "Coba kau bilang, kami berdua siapa kantong-nya yang berisi uang emas?" Orang berbadan tinggi besar itu tertawa. "Kantongnya yang berisi uang emas!" Ouw Yang Hong manggut-manggut. "Betul! Kantongnya yang berisi uang emas, kalau kantongnya tidak berisi uang emas, apakah kalian tidak akan membunuh kami?" Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Orang berbadan tinggi besar dan teman-temannya tertawa gelak, kemudian salah seorang menyahut. "Kalau kalian tidak punya uang emas, kami pun malas membunuh kalian!" "Karena dia memiliki uang emas, sehingga menimbulkan urusan ini. Seharusnya kalan membunuhnya dulu. Bagaimana mungkin membunuhku duluan? Aku tidak punya uang emas, sungguh malang nasibku akan mati di sini. Kalau aku mati, bukankah aku akan menjadi arwah penasaran? Oleh karena itu, lebih baik kalian bunuh dia dulu!" Kata Ouw Yang Hong. Orang berbadan tinggi besar dan teman-temannya saling memandang. Di saat itulah Oey Yok Su berseru. "Kalian ingin membunuhku duluan?" "Betul!" Sahut orang berbadan tinggi besar. Kemudian dia menerjang ke arah Oey Yok Su sambil mengayunkan pisaunya. Akan tetapi, mendadak Oey Yok Su mengibaskan tangannya. Orang berbadan tinggi besar itu terpental seketika, lalu jatuh ke dalam sungai. Plum! Tidak tampak orang berbadan tinggi besar itu timbul lagi. Bukan main terkejutnya teman-temannya. Mereka ingin kabur, tapi sudah terlambat, karena Oey Yok Su sudah mulai turun tangan terhadap mereka. Sungguh cepat gerakannya, sehingga mereka satu persatu terpental ke dalam sungai. Kini hanya tinggal Ouw Yang Hong, yang berdiri di hadapan Oey Yok Su dengan mata terbelalak. Berselang sesaat dia berkata. "Aku pernah dengar dari orang ketika berada di daerah See Hek, bahwa orang yang berkepandaian tinggi, begitu tangannya bergerak pasti mematikan pihak lawan. Aku tidak percaya, namun setelah menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri, aku sudah percaya sekarang." Oey Yok Su manggut-manggut, lalu menatap-nya seraya berkata. "Aku bertanya kepadamu, mengapa kau menghendaki mereka membunuhku lebih dulu?" Wajah Oey Yok Su amat tak sedap dipandang. Kalau Ouw Yang Hong tidak memberi jawaban yang memuaskannya, pasti akan turun tangan membunuhnya. Memang gampang sekali baginya membunuh Ouw Yang Hong, cukup menotok jalan darahnya saja! Ouw Yang Hong menyahut dengan wajah tak berubah. "Karena aku tahu kau tidak akan membiarkan mereka membunuhmu, lagi pula aku pun tahu, mereka tidak akan dapat membunuhmu." "Bagaimana kalau mereka dapat membunuh-ku?" Tanya Oey Yok Su lagi. Ouw Yang Hong tertawa lalu menyahut. "Kalau kau mati di tangan mereka, aku pun pasti mati pula." Tersentak Oey Yok Su mendengar itu, sebab jawaban Ouw Yang Hong amat tepat. Dia meman-dangnya seraya membatin. Orang itu amat ber-bakat dan licik. Sekarang dia belum mengerti ilmu silat, namun kelak apabila dia berhenti mempela-jari ilmu silat tingkat tinggi, dia akan terkenal. Apakah aku perlu membunuhnya saat ini? Mendadak Ouw Yang Hong tertawa, dan me-mandang Oey Yok Su dengan mata tak berkedip. "Ha ha! Kau sedang berpikir apakah perlu membunuhku kan?" "Tidak salah. Aku tahu kalau aku membunuh-mu, maka kejadian hari ini tiada seorang pun mengetahuinya Katakanlah! Apakah aku perlu membunuhmu?" Sahut Oey Yok Su dengan per-lahan. Sesungguhnya Ouw Yang Hong amat tegang dalam hati, tapi ketegangannya itu tidak diperlihatkan pada wajahnya. Dia tertawa hambar seraya berkata. "Kalau ada orang bilang, Saudara Oey adalah orang gagah di kolong langit, aku akan percaya tadi. Tapi kini, aku sudah tidak percaya lagi." "Mengapa kau tidak percaya lagi?" Tanya Oey Yok Su. "Entah sudah berapa kali kau ingin menjajal kepandaianku. Kalau aku berkepandaian tinggi, tentunya aku sudah turun tangan. Tidak akan membiarkan bajingan-bajingan itu memukulku. Seandainya kelak aku berkepandaian tinggi, aku pasti akan bertanding denganmu, aku pasti lebih kuat darimu," Sahut Ouw Yang Hong. Oe Yok Su menatapnya dalam-dalam, kemudian mendadak tertawa gelak sambil menunjuknya. "Lihatlah dirimu, kalau kau ke neraka bertemu Giam Lo Ong, dia pasti akan terkejut mendengar perkataanmu barusan." Ouw Yang Hong tertawa sambil bertepuk ta-ngan. "Dirimu sendiri lebih mengenaskan dariku." Terdengar suara tawa gelak, ternyata Oey Yok Su juga ikut tertawa, sedangkan Ouw Yang Hong terus tertawa hingga matanya terpejam. Ketika matanya melek, di hadapannya sudah tidak tampak bayangan Oey Yok Su, yang terlihat hanya sungai dan rimba itu. Ouw Yang Hong memandang sungai tesebut. Semua orang yang terpukul jatuh ke sungai, tiada seorang pun yang timbul, semuanya telah mati di tangan Oey Yok Su. Ouw Yang Hong manggut-manggut, kemudian berkata dengan suara lantang. "Betul! Betul! Jadi orang memang harus begitu, mengerjakan sesuatu jangan kepalang tanggung!" Bab Setelah berpisah dengan Oey Yok Su, Ouw Yang Hong seorang diri kembali ke kotaraja. Dia tahu ilmu silatnya amat rendah, maka tidak berani menimbulkan masalah, hanya ingin jalan-jalan di kotaraja, kemudian kembali ke Gunung Pek Tho San, mencari Ouw Yang Coan saudaranya untuk belajar ilmu silat. Dia berjalan sambil berpikir. Tiba-tiba melihat seorang pengemis muda yang sedang melangkah perlahan sambil bernyanyi kecil. "Orang sukses kau harus kagum, jangan membiarkan masa muda berlalu begitu saja. Ketika hidup kau minum arak wangi, punya uang makan enak. Tapi setelah mati, kau membawa apa ...?" Ouw Yang Hong tahu pengemis muda itu bukan orang biasa. Dia segera tersenyum kepadanya sekaligus menyapanya. "Hei! Sobat, tadi kau bernyanyi tentang minum dan makan, kau kira semua orang yang hidup di kolong langit, hanya minum dan makan saja?" Pengemis itu memandang Ouw Yang Hong dan mendadak sepasang matanya bersinar terang, lalu tertawa seraya berkata. "Betul! betul! Oh ya, ke mana Oey Yok Su yang bersamamu itu?" Pertanyaan tersebut membuat Ouw Yang Hong tersentak kaget. Dia makin yakin pengemis itu pasti orang luar biasa yang berkepandaian tinggi. Kemudian Ouw Yang Hong tertawa dan menyahut. "Dia pergi ke tempat tujuannya, aku pergi ke tempat tujuanku. Kau bertanya kepadaku tentang dia, bagaimana aku tahu?" Pengemis itu manggut-manggut, lalu berkata. "Kau tahu orang yang hidup di kolong langit harus bagaimana?" "Lihatlah diriku, seandainya kelak aku dapat mencapai sukses, pertama-tama yang harus kulakukan, yakni mengumpulkan beberapa gadis cantik untuk melayaniku. Menurutku itu jauh menyenangkan daripada makan dan minum," Sahut Ouw Yang Hong lalu tertawa gelak. Sebaliknya pengemis itu malah menggoyang-goyangkan kepala dan bertanya. "Namamu?" "Namaku Ouw Yang Hong!" Jawabnya. Pengemis itu menggeleng-gelengkan kepala. "Tidak baik, tidak baik! Nama itu tidak baik! Dulu ada seseorang bernama Ouw Yang Siu, dia amat terkenal. Bagaimana kalau namamu diganti Ouw Yang Siu saja?" "Apa baiknya Ouw Yang Siu? Dia tidak becus jadi pejabat, bahkan juga tidak pandai menulis. Di mana letak kepandaiannya?" Pengemis itu tertegun, lalu menatap Ouw Yang Hong seraya bertanya. "Kau anggap dirimu lebih pandai darinya?" Ouw Yang Hong tertawa lalu menyahut. "Bagaimana aku tidak lebih pandai darinya? Dia hanya pandai menulis beberapa buah syair, lalu menjadi pejabat beberapa hari." Kelihatan Ouw Yang Hong amat memandang rendah Ouw Yang Siu, pengemis itu menggeleng-gelengkan kepala lagi, kemudian bertanya. "Kau mahir kungfu?" Ouw Yang Hong tertegun, sebab dia paling pusing kalau ada orang mengajukan pertanyaan tersebut kepadanya. Kalau dia jawab mahir, justru amat rendah ilmu silat yang dimilikinya. Seandainya bilang tidak bisa, dia justru berasal dari See Hek Gunung Pek Tho San. Pada hal ilmu silat aliran Gunung Pek Tho San amat terkenal, bagaimana mungkin orang akan percaya kalau dia bilang tidak bisa? Dia termenung sejenak, akhirnya menyahut. "Cuma bisa sedikit, tidak setinggi ilmu silatmu." Pengemis itu tertawa gelak, lalu berkata. "Tentu! Tentu! Apabila ilmu silatmu lebih baik dariku, bagaimana mungkin aku si Pengemis Tua ini akan gembira? Dan bagaimana mungkin aku akan menyuruhmu mendengarkan perkataanku?" Ouw Yang Hong terperangah, sebab pengemis itu baru berusia dua puluhan, tapi menyebut dirinya 'Aku si Pengemis Tua'. Bukankah itu aneh sekali? Tapi mungkinkah pengemis itu awet muda? Ouw Yang Hong terus menatapnya, sedangkan pengemis itu tampak puas dan bangga. "Bolehkah aku tahu namamu?" Tanya Ouw Yang Hong. Pengemis itu tertawa sambil manggut-manggut. "Baik! Baik! Kau ingin tahu namaku, sebetulnya aku cuma merupakan pengemis tua yang tak berharga, begitu pula namaku. Tidak apa-apa kuberitahukan namaku, aku bermarga Ang dan nomor tujuh di rumah. Orang memanggilku Ang Cit Kong, kau juga harus memanggilku Ang Cit Kong." Ouw Yang Hong menggelengkan kepala. "Tidak baik! Tidak baik!" Katanya. Ang Cit Kong tercengang, lalu bertanya dengan mata terbelalak. "Mengapa tidak baik?" "Usiamu masih muda tapi dipanggil Cit Kong (Kakek Ketujuh). Kalau aku bertemu orang lain, bukankah harus dipanggil Ouw Yang Kong (Kakek Ouw Yang) juga?" Begitu menyebut Ouw Yang Kong, mereka berdua saling memandang, kemudian tertawa gelak. Ternyata di Pak Song (Song Utara), orang yang amat terkenal bernama Ouw Yang Siu, semua orang memanggilnya Ouw Yang Kong. Kini Ouw Yang Hong menyebut dirinya Ouw Yang Kong, maka tidak heran mereka berdua tertawa gelak. Setelah tertawa gelak, Ang Cit Kong berkata dengan suara lantang. "Baiklah! Kau mau memanggilku Ang Cit atau Ang Cit Kong juga terserah! Oh ya, maukah kau ke dapur istana mencicipi hidangan-hidangan lezat di sana?" Ketika berbicara mengenai dapur istana, wajah Ang Cit Kong tampak gembira sekali, tersenyum sambil melanjutkan. "Ouw Yang Hong, di dapur istana amat ramai, di sana sibuk hingga malam. Tahukah kau kaisar makan berapa kali sehari? Berapa macam hidangan yang dinikmatinya, dan ketika kaisar mau bersantap, apa yang dibicarakan? Kau pasti tidak tahu semua itu, bukan? Kuberitahukan, di dapur istana terdapat begitu banyak tukang masak yang terkenal. Hidangan-hidangan yang akan disantap kaisar, terlebih dulu harus dicatat dan lain sebadainya. Bukankah itu aneh sekali?" Mendengar itu, Ouw Yang Hong amat tertarik sekali. Dia berminat pergi ke dapur istana, namun kalau kurang berhati-hati, kepala pasti akan melayang. Ang Cit Kong menatapnya, kemudian tertawa seraya berkata. "Kau (akut ya? Kali itu aku berada di dapur istana hampir sepuluh hari, sungguh menyenangkan di sana!" Ang Cit Kong tertawa gembira, menunjuk Ouw Yang Hong sambil melanjutkan. "Aku lihat kepandaianmu tidak begitu tinggi, tapi aku pasti mengajakmu ke sana, lalu membawamu keluar lagi. Bagaimana? Kau mau ikut?" Ouw Yang Hong bukan orang bernyali kecil, maka dia manggut-manggut lalu menyahut. "Baik, Cit Kong, aku ikut." Setelah itu, Ouw Yang Hong memberi hormat kepada Ang Cit Kong, dan itu membuat Ang Cit Kong terbelalak. "Eeeh? Kenapa kau memberi hormat kepadaku?" "Kepandaianku memang amat rendah, maka akan mengalami bahaya di dapur istana, harap Cit Kong melindungiku!" Sahut Ouw Yang Hong. Karena Ouw Yang Hong terus memanggilnya Cit Kong, tentunya amat menggirangkannya. "Baik, Ouw Yang Hong. Kau tidak usah kuatir, aku pasti menjagamu. Pokoknya kita akan makan sekenyang-kenyangnya di dapur istana." Mereka berdua terus mengobrol, hingga tak terasa hari sudah mulai gelap. Mendadak Ang Cit Kong berubah serius. "Ouw Yang Hong, ikut aku!" Ouw Yang Hong mengangguk, tapi ilmu gin-kangnya amat rendah, maka tidak dapat berlari cepat. Ang Cit Kong tampak tidak sabaran. Dia langsung menyambarnya lalu mengerahkan ginkang meninggalkan tempat itu. Walau sebelah tangan Ang Cit Kong menjinjing Ouw Yang Hong, namun dia masih dapat berlari bagaikan terbang. Bukan main kagumnya Ouw Yang Hong, kemudian dia berkata dalam hati. Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kelihatannya kepandaian pengemis ini masih di atas kepandaian kakekku. Dulu aku tidak begitu mau belajar ilmu silat, itu sungguh merupakan kesalahan besar. Lihat Ang Cit Kong ini, dia berani ke dapur istana mencicipi berbagai macam hidangan. Apabila aku berkepandaian tinggi, bukankah aku dapat berbuat semaunya? Seandainya kali ini aku bisa pulang ke Gunung Pek Tho San, aku pasti memohon kepada kakak agar mengajariku ilmu silat tingkat tinggi. Aku ingin menjadi seorang pendekar besar. Sementara Ang Cit Kong terus mengerahkan ginkangnya agar cepat sampai di istana. Tentunya dia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Ouw Yang Hong. Tak seberapa lama kemudian, sampailah mereka di belakang istana. Ouw Yang Hong yang masih dijinjing Ang Cit Kong merasa amat tegang, dun dia pun berkata dalam hati pula. Ouw Yang Hong! Ouw Yang Hong! Kau sungguh gegabah karena ikut seseorang yang tak dikenal ke dapur istana. Kalau kurang hati-hati, bukankah kau akan mati? Ang Cit Kong itu berkepandaian tinggi, apabila terjadi sesuatu, dia pasti dapat meloloskan diri. Sedangkan kau sendiri ... bukankah akan celaka? Ouw Yang Hong terus berpikir dan tahu, bahwa kemungkinan dirinya akan mati di dalam istana. Sementara Ang Cit Kong telah menjinjingnya meloncat ke atap istana, kemudian berkata dengan suara rendah. "Kalau kau merasa takut boleh tidak ikut. Aku akan menurunkanmu ke bawah, lalu kau seorang diri kembali ke rumah penginapan." Ucapan Ang Cit Kong itu membuat hati Ouw Yang Hong tersinggung, lalu dia berkata dalam hati. Ang Cit Kong! Kau hanya mahir ilmu silat, tapi di kolong langit ini masih banyak orang yang berkepandaian tinggi! Hanya dikarenakan aku tidak mau belajar ilmu silat, maka berkepandaian rendah. Apabila aku mau belajar, saat ini kepandaianku tidak akan di bawahmu! Walau Ouw Yang Hong berkata demikian dalam hati, namun tidak diperlihatkan pada wajahnya. Kemudian dia memandang Ang Cit Kong sambil tertawa dan berkata. "Apakah Cit Kong tidak mau mengajakku ke dapur istana? Pada hal tadi kau bilang, sudah sering ke dapur istana. Apakah kau cuma membual? Lagi pula kalau kau mengajakku ke dapur istana, mungkin akan menimbulkan bahaya, sehingga kau merasa takut. Ya, kan?" Mendengar itu, Ang Cit Kong langsung melotot, dan langsung menjambak leher baju Ouw Yang Hong seraya membentak. "Kau bilang apa? Kau bilang aku takut membawamu ke sana?" "Cit Kong, aku tahu kau adalah orang gagah dan berkepandaian tinggi. Tapi di sini adalah istana. Kalau kau mengajakku ke dalam, apakah kau berani menjamin keselamatanku? Seandainya aku mati di dalam istana, memang tidak apa-apa, namun akan mencemarkan namamu. Inilah yang kusayangkan ..." Sahut Ouw Yang Hong dengan sungguh-sungguh. Ang Cit Kong terus menatap Ouw Yang Hong. Sepasang matanya bersinar aneh dan kemudian dia tertawa gelak. "Ha ha ha! Baik, baik! Kau berani memanasi hatiku, tahukah kau, aku sama sekali tidak takut apa pun? Aku akan membawamu ke dalam istana, hingga esok aku akan membawamu keluar. Pokoknya kau akan tahu kehebatanku." Ouw Yang Hong tersenyum, sedangkan Ang Cit Kong sudah menjinjingnya lagi. Ketika melayang turun ke halaman istana, dia berpesan. "Hati-hatilah!" Halaman istana itu amat luas. Setelah kakinya menginjak tanah, Ang Cit Kong segera melepaskan Ouw Yang Hong, kemudian memungut beberapa batu kecil, sekaligus disambitkannya ke arah lentera yang bergantung di sana. Lentera-lentera itu padam semua dan seketika terdengar suara bentakan. "Siapa?" Guguplah Ouw Yang Hong. Dia nyaris menyahut tapi mulutnya langsung dibekap Ang Cit Kong. Tampak beberapa pengawal istana berjalan ke luar. Mereka menengok ke sana ke mari, tidak melihat apa pun, lalu kembali ke dalam. Ouw Yang Hong menarik nafas lega. Ang Cit Kong menariknya ke samping istana, lalu berendap-endap berjalan ke belakang. Berselang sesaat sampailah mereka di dapur istana. Ang Cit Kong memandang Ouw Yang Hong sambil tertawa. "Ha ha! Gampang sekali kan? Kita sudah sampai di dapur istana!" Pada hal sesungguhnya, Ouw Yang Hong amat takut, tapi tetap manggut-manggut. Dia tidak mau memperlihatkan rasa takutnya di hadapan Ang Cit Kong, sebab Ang Cit Kong pasti akan mentertawakannya. Ang Cit Kong mengajak Ouw Yang Hong ke dalam, kemudian bersembunyi di tempat yang gelap. Barulah Ouw Yang Hong berlega hati dan mulai mengintip ke luar. Sungguh besar dapur istana itu! Di dalamnya terdapat beberapa meja dan puluhan panci tembaga yang berisi masakan lezat. Tampak pula beberapa orang di sana. Ternyata mereka semua adalah tukang masak dalam istana. Salah seorang mencicipi semacam masakan, kemudian bergumam. "Betul tidak? Betul tidak? Tidak! Bukan begini rasanya, salah! Salah! Bukan begini rasanya!" Orang itu terus mengerutkan kening, kelihatannya sedang memikirkan suatu masalah. Berselang beberapa saat, mendadak dia melompat, lalu menyambar sayur dari atas meja, sekaligus mengendus-endusnya. Sementara Ang Cit Kong terus memperhatikan orang itu. Sebaliknya Ouw Yang Hong mulai cemas. Dia ingin mengajak Ang Cit Kong pergi, namun sulit untuk mengatakannya. Orang itu mengambil sebuah buku, lalu dibacanya dengan penuh perhatian. Ternyata buku tersebut adalah buku petunjuk tentang masakan. "Harus ditambah bumbu ini dan itu, kemudian ..." Gumam orang itu sambil berjalan mondar-mandir. Ouw Yang Hong menyaksikan tingkah orang itu lalu berbisik. "Orang itu amat rajin belajar, apakah dia ingin menjadi pejabat?" Ang Cit Kong tertawa dingin lalu menyahut. "Kau tahu apa? Dia bukan sedang belajar, melainkan membaca petunjuk mengenai masakan. Dia tukang masak dalam istana, membuat masakan untuk kaisar, harus hati-hati sekali, sebab kalau terdapat kesalahan, lehernya pasti putus." Ouw Yang Hong terperangah, lalu diam tidak banyak bicara lagi. Sedangkan tukang masak itu mulai masak, dan tak lama terciumlah aroma masakan yang amat harum, membuat Ouw Yang Hong menelan air liur. Ang Cit Kong tertawa kecil. "Ouw Yang Hong, bagaimana? Harum sekali kan? Karena itu, aku sering ke mari!" Ketika Ouw Yang Hong baru mau menyahut, mendadak terdengar seseorang berkata sambil tertawa. "Siauw Cih Cu! Coba kau bilang, kaisar sedang berbuat apa sekarang?" "Maaf, budak tidak berani mengatakannya!" Sahut Siauw Cih Cu dengan takut-takut. "Siauw Cih Cu, kau jangan kira aku tidak tahu. Apa yang kau katakan kepada si Pendek, sudah kudengar semua. Kalau kau tidak mau bilang ..." Anak itu tampak ketakutan. "Bukan budak tidak mau bilang, melainkan merasa takut," Jawabnya terputus-putus. Orang itu tertawa. "Siauw Cih Cu, apa yang kau takutkan? Kaisar tidak tahu kau sedang berbuat apa sekarang. Kau sering melayani kaisar, tentunya kau tahu apa yan^ sering dilakukan kaisar. Beritahukankah padaku! Kau tidak usah takut sebab hanya kita berdua yang tahu!" Anak itu memang merasa takut, namun juga merasa takut kepada orang itu, maka tidak berani untuk tidak memberitahukannya, dan akhirnya dia berkata. "Hari ini kaisar bersama seorang gadis penari. Kaisar memuji akan keindahan tariannya. Gadis itu tidak tahu peraturan dalam istana, tapi berani menari bersama kaisar. Kalau ketahuan para selir, gadis itu pasti celaka." "Siauw Cih Cu, mungkin kau keliru. Para dayang dalam istana, asal memperoleh perhatian dari kaisar, pasti akan hidup senang," Kata orang itu dengan suara rendah. "Apakah kau tidak tahu, begitu banyak dayang di dalam istana? Malam ini kaisar bersama salah seorang dayang, lusa sudah melupakannya. Bukankah ada seorang dayang mati secara tengenaskan gara-gara dipermainkan kaisar?" Sahut Siauw Cih Cu. Orang itu terkejut bukan main, lalu cepat-cepat memberi isyarat. "Ssst! Omong jangan kencang-kencang!" Mereka berdua tidak berani bercakap-cakap lagi, hanya menggeserkan badan saja, justru berdiri di hadapan tempat Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong bersembunyi. Kemudian orang itu berseru. "Lu Sam! Lu Sam!" Terdengar suara sahutan. "Ya!" Tampak seseorang berlari-lari ke hadapannya, lalu bertanya. "Kalian berdua ... mau membawa hidangan untuk kaisar?" "Betul. Lu Sam, cepat siapkan! Kalau terlambat, lehermu pasti putus," Sahut orang itu. "Kaisar punya urusan besar apa? Tentunya cuma dikarenakan urusan itu saja!" Kata Lu Sam sambil menepuk dada. "Lu Sam, kau sudah gila ya? Berani mengatai kaisar?" Bentak Siauw Cih Cu. Lu Sam kelihatan sedikit mabuk, maka dia menyahut dengan suara keras. "Orang lain memang tidak tahu, mengira kaisar setiap hari mengurusi urusan kerajaan, sehingga sibuk sekali. Tidak tahunya kaisar menyibukkan apa setiap hari? Hanya Lu Sam yang tahu, setiap hari kaisar cuma bersenang-senang dengan para selir dan dayang saja. Hari itu aku melihat para dayang melewati sisiku, mereka ..." "Kau berani mencela kaisar?" Kata Siauw Cih Cu dengan gusar. Lu Sam menarik nafas dalam-dalam, lalu menyahut. "Mana berani aku mencela kaisar? Hanya saja ... aku melihat para dayang berlutut di hadapan kaisar, aku melihat ..." Orang yang bersama Siauw Cih Cu tertawa. "Ha ha! Kau pasti melihat dada dan paha para dayang itu! Ya, kan?" Lu Sam diam. Sebaliknya Siauw Cih Cu dan orang itu malah tertawa terpingkal-pingkal. Berselang sesaat, barulah Lu Sam berkata. "Jangan kan kaisar, kalau aku yang melihat juga akan ..." Mendadak terdengar suara tawa dingin dan berkata. "Lu Sam, kau pasti mati! Sebab kau berani berlaku tidak hormat terhadap kaisar!" Bukan main terkejutnya Lu Sam. Dia langsung berlutut sambil memohon. "Miau Toaya (Tuan Besar Miau)! Miau Toaya! Ampunilah aku! Aku cuma bergurau ..." Miau Toaya tertawa dingin, lalu berkata. "Lu Sam, kau bergurau atau tidak, yang jelas kau pasti mati! Kau harus tahu, di luar tembok masih terdapat telinga lain! Kalau aku tidak membunuhmu, aku pasti dihukum mati oleh kaisar!" Mendengar itu, Lu Sam tahu percuma memohon lagi, maka mendadak dia menerjang ke arah Miau Toaya. Akan tetapi, Miau Toaya langsung mengibaskan tangannya. Lu Sam terpental seketika menimpa meja, sehingga semua hidangan yang ada di atas meja itu tertumpah semuanya. Buk! Lu Sam jatuh ke bawah. Tubuhnya tergeletak di lantai, di hadapan Ouw Yang Hong. Ternyata nyawanya telah melayang. Betapa tegangnya Ouw Yang Hong, sebab apabila orang itu memeriksa tempat tersebut, pasti akan menemukan mereka berdua. Akan tetapi, Miau Toaya tidak memeriksa tempat itu, melainkan berkata kepada Siauw Cih Cu dan orang yang bersamanya. "Kalian berdua harus tahu, bahwa kaisar tetap kaisar! Kalian berdua jangan tahu urusan kaisar, kalian berdua tidak dihukum mati!" Usai berkata begitu, Miau Toaya lalu menyeret mayat Lu Sam pergi. Kini cuma tinggal Siauw Cih Cu dan orang itu. Mereka berdua sama sekali tidak berani bersuara, dan cepat-cepat mengambil apa yang dibutuhkan, kemudian meninggalkan tempat itu. Setelah mereka pergi, barulah Ouw Yang Hong menarik nafas lega. "Cit Kong, bolehkah kita keluar sekarang?" Tanyanya dengan suara rendah. Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ang Cit Kong merasa gembira sekali, karena Ouw Yang Hong memanggilnya 'Cit Kong'. Dia tertawa gelak seraya menyahut. "Kau kira masih ada orang ke mari? Di sini hanya tinggal kita berdua. Apa yang berada di sini merupakan hidangan-hidangan untuk kaisar, kau boleh mencicipinya." Ang Cit Kong meloncat ke luar dari tempat persembunyian, kemudian mengambil berbagai macam makanan untuk disantap. Begitu pula Ouw Yang Hong, dia pun mulai bersantap sambil tertawa-tawa. Akan tetapi, mendadak Ang Cit Kong mencegahnya bersantap, dan itu membuat Ouw Yang Hong terheran-heran. "Perlahan dikit! Perlahan dikit!" "Kenapa harus perlahan dikit? Kau mengajakku ke mari bukankah untuk makan? Kenapa kau malah menyuruhku perlahan dikit?" Ang Cit Kong tertawa. "Ha ha! Ouw Yang Hong, kau justru tidak tahu kalau makanan yang di dalam panci itu tidak boleh di makan." Ouw Yang Hong tercengang. "Kenapa?" "Kalau kau makan, pasti tidak akan tahan. Sebab biasanya setelah makan kaisar pasti bersenang-senang dengan para selirnya. Itu merupakan makanan yang telah dicampuri obat kuat. Maka kalau kau mau makan, harus cari perempuan di sini." Ouw Yang Hong tersentak mendengar penuturan itu, dan dia baru tahu mengapa Ang Cit Kong melarangnya makan makanan itu. Oleh karena itu, dia tidak berani sembarangan makan, hanya mengikuti Ang Cit Kong. Itu membuat Ang Cit Kong mengerutkan kening, lalu berkata dengan suara keras. "Hei! Bagaimana kau? Di sini begitu banyak makanan, tapi kenapa kau ikut aku makan? Kau boleh pilih makanan lain!" Ouw Yang Hong melotot. "Tadi kau melarangku makan makanan itu, tapi sekarang ..." Ang Cit Kong tertawa gelak. "Ha ha ha! Kecuali makanan yang di dalam panci itu, makanan lain boleh kau makan!" Ouw Yang Hong manggut-manggut, kemudian mulai makan lagi. Di saat dia sedang makan dengan lahap, mendadak Ang Cit Kong berkata. "Tidak boleh! Tidak boleh!" Ouw Yang Hong terbelalak, dan segera bertanya. "Apa maksudmu?" "Kau harus ingat, semua ini adalah hidangan untuk kaisar. Kau tidak boleh makan begitu banyak. Sebab kalau kau makan begitu banyak, berarti kau maling lho!" Ouw Yang Hong mengangguk. "Ya! Ya!" Ang Cit Kong tertawa lagi dan berkata. "Coba kau katakan, bagaimana selera kaisar?" "Tentunya luar biasa. Kalau tidak, bagaimana mungkin makanan di sini begitu lezat?" Sahut Ouw Yang Hong. Ang Cit Kong tertawa gelak. "Ha ha ha! Betul! Betul! Semua makanan di sini amat lezat, tidak terdapat di luar!" Ouw Yang Hong juga ikut tertawa, kemudian mulai bersantap lagi. Akan tetapi, mendadak Ang Cit Kong berbisik. "Celaka! Ada orang datang!" Bukan main terkejutnya Ouw Yang Hong. Pada waktu bersamaan Ang Cit Kong menyambarnya untuk bersembunyi. Tak seberapa lama, muncullah beberapa orang, yang langsung memasuki ruang dapur, mereka berjumlah lima orang. Bab Setelah berada di dalam ruang dapur itu, salah seorang dari mereka berkata dengan suara lantang. "Kaisar mau minum teh, kita harus segera menyeduh teh istimewa untuk kaisar!" Empat orang lainnya manggut-manggut. Orang itu langsung duduk, tapi yang lain tetap berdiri. Kelihatannya dia merupakan pemimpin. Ouw Yang Hong dan Ang Cit Kong mengintip. Orang itu memang tampak sombong. Salah seorang bawahannya membawakan sebaskom air. Dia itu mencuci tangannya perlahan-lahan, bahkan juga membersihkan kukunya yang panjang. Setelah itu, barulah dia bangkit berdiri, lalu menghampiri sebuah tungku. Diambilnya sebuah kipas, lalu mulai mengipas. Tak lama tungku itu mulai menyala. Dia kembali duduk. Salah seorang bawahannya segera memasak air, sedangkan yang lain memijit-mijit bahunya. Berselang sesaat, air yang dimasak itu sudah mulai mendidih. Orang itu bangkit berdiri, lalu menghampiri tungku. Dia melihat sejenak lalu mengambil sebuah botol kecil. Ternyata botol itu berisi daun teh, yang kemudian dituangnya ke dalam teko. Setelah itu, dia pun menambah sedikit bahan lain. Tak lama kemudian, terciumlah aroma teh yang amat harum. Orang itu tertawa gembira, kelihatan bang;' sekali. "Di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan' Tidak sia-sia setiap hari aku membaca kitab kuno! Kemarin aku menemukan semacam resep rahasia, sepertinya berasal dari jaman Cin Sie Ong! Siap;; yang makan, pasti akan awet muda!" Katanya. Begitu mendengar perkataannya, yang lain tampak tertegun dan kurang percaya. "Benarkah itu?" Tanya salah seorang di antara mereka. Orang itu tertawa dingin, karena keempat temannya itu tampak kurang percaya. "Kalian kira aku cuma omong besar? Kalian akan menyaksikannya!" Keempat orang temannya diam saja. Orang itu mengeluarkan sebuah tabung dan sebuah bungkusan kecil lalu ditaruhnya di atas meja. "Lihatlah agar kalian percaya! Resep aneh kelihatan memang seperti resep biasa, tapi justru ada keajaibannya. Pokoknya lihatlah, kalian pasti akan menyaksikan sesuatu yang tidak pern.H kalian saksikan," Katanya sambil membuka bungkusan kecil itu. Keempat orang itu juga merupakan tukang masak yang cukup terkenal dalam istana, tentunya mereka ingin tahu, orang itu menemukan resep rahasia apa. Orang itu mulai menyebut beberapa macam bahan sambil menunjuk bungkusan yang sudah dibukanya. Keempat orang itu tampak terkejut, begitu pula Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong yang sedang bersembunyi. Tenyata orang itu menyebut beberapa jenis binatang berbisa. "Ulat berdarah dari Gunung Hwa San, selalu menghisap darah ayam hutan. Belut dari Gunung Tiang Pek San ditambah semacam rumput obat, semua itu dicampur jadi satu, akan menghasilkan semacam belatung. Tabung itu berisi belatung tersebut, warnanya putih dan bercahaya." Usai berkata, orang itu mengeluarkan seekor belatung dari dalam tabung tersebut, lalu ditaruh di atas meja. Keempat orang itu segera memandang ke situ. Tampak belatung itu berbentuk aneh dan memancarkan cahaya putih. Mereka berempat kelihatan tercengang, karena tidak tahu maksud orang itu rvsengeluarkan belatung. Sambil tersenyum orang itu mengambil secangkir air, lalu dimasukkannya belatung itu ke dalamnya. Setelah itu digoyang-goyangkannya cangkir itu sejenak, lalu diangkatnya belatung itu sekaligus dimasukkannya lagi ke dalam tabung. Wajah orang itu tampak serius, kemudian berkata sungguh-sungguh. "Kalian saksikan saja!" Keempat temannya manggut-manggut, sedangkan orang itu mulai meneguk air yang di dalam cangkir tersebut. Setelah meneguk, dia mulai batuk-batuk, lalu tangannya gemetar seakan kedinginan. Keempat orang itu terkejut bukan main menyaksikannya. "Kau tidak apa-apa? Perlukah kau minum obat pemunah racun?" Tanya mereka serentak dengan rasa cemas. Ternyata mereka berempat menganggap orang itu telah keracunan. Akan tetapi, orang itu justru telah berhenti batuk, bahkan tangannya tidak gemetar lagi. Dia memejamkan mata, kelihatannya sedang menikmati suatu rasa yang amat memuaskannya. Badannya bergoyang-goyang ringan, kemudian bernyanyi-nyanyi kecil pula. "Jadi manusia sungguh tak gampang. Selalu memikirkan berbagai macam urusan, sehingga rambut berubah putih. Banyak istri banyak masalah, banyak harta jadi penyesalan, banyak anak banyak kepusingan. Sungguh tak gampang jadi manusia! Minum arak untuk bermabuk-mabukan, hidup manusia seperti berada di atas papan catur." Keempat orang itu terus memandangnya, begitu pula Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong. Akan tetapi tiada seorang pun tahu, apa yang telah terjadi atas diri orang itu. Mendadak salah seorang berseru. "Mabuk tak merasakan apa-apa, melayang-layang seakan berada di sorga ...!" Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong tidak paham, mengapa orang itu secara tiba-tiba kelihatan seperti kehilangan kesadarannya. Apakah terpengaruh oleh air yang diminumnya tadi? Kalau begitu, belatung yang di dalam tabung itu pasti merupakan binatang langka yang amat bermanfaat. Sementara keempat orang itu pun mulai meneguk air yang di dalam cangkir. Persis seperti yang dialami orang tadi, mereka pun batuk-batuk, tangan gemetar, mata terpejam dan badan ber-goyang-goyang. Namun wajah mereka tampak berseri-seri, seakan merasa puas dan nyaman. Ada yang duduk di kursi dan ada pula yang berbaring di lantai sambil menikmati apa yang dirasakannya. Berselang beberapa saat, orang yang minum lebih dulu itu telah sadar kembali. Dia tertegun melihat keempat temannya, tapi tidak memperlihatkan reaksi apa pun. Tak lama keempat orang itu pun sadar. Mereka segera memberi hormat kepada orang itu seraya bertanya. "Kau sungguh hebat! Apa nama resep rahasia itu?" "Saudara sekalian, kita semua sudah bersusah payah, namun aku yang beruntung menemukan resep rahasia itu, maka tidak perlu diherankan!" Sahut orang itu sambil tertawa. Keempat orang itu amat sirik dalam hati, namun tidak diperlihatkan pada wajah, sebaliknya malah berlaku amat sungkan. "Kalau begitu, bolehkah kami tahu nama minuman itu?" Tanya salah seorang dari mereka. "Minuman itu amat bermanfaat, namun justru disebut Sari Air Hitam! Itu sungguh tak sedap didengar, bukan?" Keempat orang itu manggut-manggut. "Menurutku, itu amat tak sedap didengar. Bagaimana kalau nama itu kita ganti dengan Sari Cin Cu (Mutiara)?" Keempat orang itu saling memandang, kemudian salah seorang dari mereka menyahut dengan wajah serius. "Itu masih kurang tepat. Kita harus memilih sebuah nama yang paling tepat dan sedap didengar untuk minuman itu." "Ng ..." Orang itu manggut-manggut. "Baik. Kira-kira nama apa yang tepat dan sedap didengar untuk minuman itu?" Mereka berlima mulai berpikir, namun tidak mendapatkan nama yang cocok untuk minuman tersebut, akhirnya salah seorang dari mereka ber-kata. "Bagaimana kalau minuman itu kita beri nama Sari Wan Yo (Nama Burung Langka)?" Sari Wan Yo? Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong yang bersembunyi itu saling memandang, kemudian manggut-manggut seakan setuju minuman itu diberi nama Sari Wan Yo. Salah seorang berkata lagi dengan kening ber-kerut. "Kalau kaisar minum Sari Wan Yo, pasti akan seperti kita, batuk-batuk dulu. Itu ... mungkin tidak baik." Yang lain diam, sebab apabila kaisar minum lalu batuk-batuk, sudah pasti marah besar, bahkan kemugkinan besar mereka berlima akan dihukum mati karena dituduh meracuni kaisar. Berselang beberapa saat kemudian, salah seorang dari mereka berkata. "Menurutku, terlebih dahulu aku harus men-jelaskan kepada kaisar akan manfaat minuman itu. Kalau hatinya tergerak, beliau pasti akan menyuruh salah seorang Thay Kam (Sida-Sida) minum dulu. Kita pun harus memberitahukan kepada kepala bagian dapur istana. Bagaimana menurut kalian?" Yang lain manggut-manggut setuju, sebab apabila kepala bagian dapur istana mengetahui itu, pasti akan melapor kepada kaisar maka mereka berlima akan memperoleh hadiah dari kaisar. Betapa gembiranya kelima orang itu. Mereka langsung membawa minuman itu untuk memberitahukan kepada kepala bagian dapur istana. Di saat bersamaan, Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong pun berpikir, itu merupakan minuman aneh, kalau tidak mencicipinya, pasti akan menyesal selama-lamanya. Kini kelima orang itu telah melangkah pergi. Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Orang yang membuat minuman tersebut membawa cangkir berisi minuman itu. Mereka sama sekali tidak tahu, bahwa ada dua orang berniat mencuri minuman tersebut. Orang yang membawa minuman itu terus ber-jalan dengan wajah berseri-seri. Ternyata dia sedang memikirkan hadiah yang akan diterimanya dari kaisar. Mendadak dia menjerit kaget, karena tangan-nya yang membawa minuman itu terasa sakit sekali, sehingga cangkir itu terlepas dari tangannya. Di saat itulah, tampak sosok bayangan berkelebat laksana kilat menyambar cangkir itu, lalu menghilang entah ke mana. Kelima orang itu tidak tahu siapa yang mencuri minuman tersebut. Tidak tampak tumpahan minuman itu di lantai, dan di tangan mereka berlima pun tidak memegang cangkir itu. Hilang ke mana cangkir yang berisi Sari Wan Yo? Itu sungguh mengherankan sekali! Wajah orang yang membuat minuman itu tam-pak dingin. Dia menatap keempat orang seraya berkata dengan dingin pula. "Saudara sekalian, aku adalah teman kalian, bergurau harus pada waktunya. Aku yang membuat minuman itu, sudah barang tentu kalian pun akan mendapat keuntungan. Apabila kaisar merasa suka akan minuman itu, kalian pun akan memperoleh hadiah besar. Siapa di antara kalian yang mencuri minuman itu, harap segera kembalikan kepadaku, agar aku tidak perlu turun tangan dan merusak hubungan baik kita selama ini." Keempat orang itu tampak tercengang. Tiada seorang pun tahu siapa yang mencuri minuman itu. Akan tetapi, mereka berempat bergirang dalam hati karena minuman itu telah hilang, maka kaisar pun tidak akan menikmati minuman yang dibuat orang itu, sehingga dia tidak akan memperoleh hadiah apa pun dari kaisar, jadi sia-sialah penemuannya itu. Berselang sesaat, salai ..curang dari mereka menyahut. "Aku cuma melihatmu menjerit, karena itu, aku pun maju dengan maksud ingin memapahmu, sebab badanmu kelihatan sempoyongan. Tidak disangka minuman yang berada di tanganmu malah hilang begitu saja." "Aku melihat sebuah tangan menjulur, tapi aku kira itu adalah tanganmu. Lagi pula kau pasti kuat memegang minuman itu, bagaimana mungkin aku mencurinya?" Sambung temannya. Orang itu kelihatan terheran-heran, kemudian berkata dengan kening berkerut. "Kok aku tidak melihat tangan itu, bagaimana begitu cepat?" "Menurutku, kau tidak usah memikirkan itu. Bukankah esok kau masih bisa membuat minuman itu lagi untuk kaisar?" Kata salah seorang lagi. Yang lain juga mengatakan begitu, akhirnya orang itu menggeleng-gelengkan kepala seraya menyahut. "Kalian harus tahu, aku telah memeras otak membuat bahan-bahannya, barulah dapat mem-buat secangkir minuman itu. Kalian pun harus tahu, di dalam tabung itu berisi berbagai macam bahan, salah satunya adalah rumput Rusa yang hanya tumbuh di Gunung Thian San. Bersusah payah aku mencarinya, hanya sedikit yang kudapatkan, dan tidak gampang aku mendapatkannya lagi. Mendengar ucapannya, keempat orang itu lalu berkata dalam hati. Sungguh memeras tenaga orang itu memperoleh bahan-bahan tersebut, itu hanya demi menyenangkan kaisar agar mendapat hadiah! Tapi tak disangka minuman yang dibuatnya itu malah menghilang seperti dicuri setan. Mereka berempat merasa sayang juga merasa girang. Karena kalau minuman itu tidak hilang, orang itu pasti akan hidup senang selamanya, sebab berhasil membuat minuman itu untuk menyenangkan kaisar. Sementara orang itu pun berkata dalam hati. Aku cuma merasa tanganku sakit, justru tidak tahu siapa di antara mereka berempat yang mencuri minuman itu. Kelihatannya aku telah keliru menilai mereka berempat, salah seorang di antara mereka pasti berkepandaian tinggi. Kini harus mengatakan apa, kepandaiannya jauh lebih rendah dari orang tersebut. Dia justru masih tidak mengerti, bagaimana orang yang dimaksud itu, begitu turun tangan, cangkir yang berisi minuman buatannya langsung hilang begitu saja. Berpikir sampai di situ, orang itu mengeluh dalam hati, bahwa dirinya amat sial. Orang itu terus berpikir, lebih baik meninggalkan tempat ini, tentunya orang yang mencuri minuman buatannya itu tidak akan membawa pergi minuman tersebut. Setelah berpikir demikian, orang itu berkata. "Sudahlah! Hari ini aku memang sial sekali. Aku tidak akan menuduh kalian yang mencuri minuman itu. Kalian bilang tidak mencurinya, aku harus mempercayai kalian. Mari kita pergi, jangan lama-lama di sini!" Keempat orang itu paham, sesungguhnya orang tersebut tidak mempercayai mereka berempat, sebab di tempat tersebut banyak terdapat cangkir yang berisi berbagai macam minuman, entah disembunyikan di mana minuman Sari Wan Yo itu. Akan tetapi, mereka berempat tahu bahwa tiada seorang pun di antara mereka yang mencuri minuman tersebut, maka mereka berempat tidak merasa takut maupun cemas. "Baik, baik! Mari kita keluar semua!" Sahut mereka serentak. Mereka berlima segera melangkah meninggal-kan tempat itu. Seketika suasana di dapur itu ber-ubah menjadi hening. Sedangkan Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong berlega hati. Mereka berdua keluar dari tempat persem-bunyian sambil meluruskan pinggang. Saat itu Ouw Yang Hong baru melihat tangan Ang Cit Kong memegang cangkir yang berisi minuman Sari Wan Yo. Dia memandang cangkir itu seraya bertanya. "Apa itu?" Ang Cit Kong tertawa puas. "Jangan berisik! Ini adalah minuman Sari Wan Yo yang mereka ributkan tadi!" Ouw Yang Hong tersentak. Kini dia bertambah yakin, bahwa Ang Cit Kong berkepandaian amat tinggi. Tadi dia cuma melihat badannya berkelebat, tak disangka minuman itu sudah berada di tangannya, bahkan tak seorang pun melihatnya sama sekali. "Ang Cit Kong, untuk apa kau mengambil minuman itu?" Tanyanya. Ang Cit Kong tertawa. "Ha ha! Aku sering minum minuman buatan orang itu! Aku tahu dia amat ahli dalam hal mem-buat minuman dan masakan, maka aku harus mencicipi minuman ini!" Ouw Yang Hong manggut-manggut. "Jangan terus bertanya, mari kita minum!" Kata Ang Cit Kong. Ouw Yang Hong terbelalak. "Kau menghendakiku ikut minum juga?" Ang Cit Kong manggut-manggut. "Tidak salah! Ini merupakan minuman istimewa. Kau tidak mau minum ya terserah, tapi kalau kau tidak mencicipinya, justru tidak tahu akan kesenangan." Ouw Yang Hong berpikir sejenak, Ang Cit Kong berani minum, kenapa dia tidak? Itu merupakan minuman istimewa, apabila tidak mencicipinya, bukankah sayang sekali? Setelah berpikir sejenak, barulah Ouw Yang Hong mengangguk. "Baik! Aku minum, aku minum!" Mereka berdua lalu meneguk minuman ter-sebut. Keduanya terbatuk-batuk sebentar dan kemudian badan mereka bergemetar. Akan tetapi, mereka berdua justru merasa nyaman dan enak sekali. Berselang beberapa saat, Ang Cit Kong bertanya. "Ouw Yang Hong, pernahkah kau menikmati minuman yang amat istimewa seperti ini?" "Bagaimana mungkin aku pernah menikmati minuman istimewa seperti ini? Sebetulnya minuman apa ini?" Ouw Yang Hong balik bertanya. "Apakah tadi kau tidak mendengar, mereka menamai minuman ini Sari Wan Yo, dibuat dari lima macam racun!" Sahut Ang Cit Kong. Ouw Yang Hong terbelalak. "Oh? Bagaimana cara membuatnya? Kalau kita bisa membuatnya dan minum setiap hari, bukankah itu merupakan kesenangan selamanya?" Ang Cit Kong menggeleng-gelengkan kepala. "Kau kira gampang memperoleh bahan-bahan-nya? Kau jangan bermimpi di siang hari bolong!" Kini Ouw Yang Hong mulai merasa dirinya melayang-layang. "Ang Cit Kong, bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanyanya. Ang Cit Kong menatapnya. Sepasang mata Ouw Yang Hong tampak sulit dibuka, sehingga membuat Ang Cit Kong tertawa gelak. "Ha ha ha! Ouw Yng Hong, kalau kau tertidur, aku akan meninggalkanmu, agar dihukum kaisar, janganlah kau menyalahkanku!" Ouw Yang Hong tahu dia bergurau, tapi karena merasa dirinya berkepandaian rendah, cemas juga hatinya ketika mendengar kata-kata itu. Dia memandang Ang Cit Kong seraya berkata. "Kalaupun aku bernyali besar, juga tidak berani tidur di sini. Sebentar lagi pasti ada orang ke mari. Kalau mereka melihat diriku, aku pasti ditangkap, dan mungkin juga aku akan disuruh membuat minuman Sari Wan Yo itu." Ang Cit Kong tersenyum. "Kalau mereka menyuruhmu membuat minuman itu, aku pasti akan mencicipinya ..." "Maksudku kalau aku ditangkap, pasti akan dicincang untuk dijadikan bahan membuat minuman Sari Wan Yo," Selak Ouw Yang Hong. Ang Cit Kong tertawa gelak. "Ha ha ha! Itu lebih bagus, sebab aku akan mencicipi Sari Wan Yo yang dibuat dari dagingmu, rasanya pasti enak sekali!" Ouw Yang Hong tahu Ang Cit Kong cuma bergurau, namun tersentak juga hatinya sebab apabila dia tertangkap, entah akan dijadikan apa dirinya? Saat ini dia memang tidak dapat membangkitkan semangatnya, akhirnya terkulai dan tertidur seketika. Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL Rondo Kuning Membalas Dendam Karya Kho Ping Hoo Raja Silat Karya Chin Hung