Kelelawar Tanpa Sayap 10
Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying Bagian 10
Kelelawar Tanpa Sayap Karya dari Huang Ying Mengingat serta mengenang suatu kejadian adalah sesuatu yang mudah, namun untuk melupakan satu peristiwa, jelas bukan suatu hal yang gampang, kecuali dia berubah menjadi seorang idiot. Tentu saja Lau Ci-he bukan orang idiot. ooOOoo Malam musim gugur yang sama, cahaya rembulan yang tak berbeda. Ditengah malam seperti inilah, dulu ia bertemu Kelelawar, selama belasan tahun, setiap bertemu musim gugur yang diterangi cahaya rembulan, perasaan ngeri, perasaan seram bercampur gusar selalu muncul dan menyelimuti perasaan hatinya. Dalam keadaan seperti ini, Lau Ci-he akan bersembunyi didalam kamarnya, menutup rapat pintu dan jendela dan berusaha mengen dalikan perasaan ngeri, seram dan takutnya yang telah mengakar. Tidak terkecuali pada malam ini. Cahaya lentera yang menerangi ruangan, lembut bagai kedele, Lau Ci-he meski sudah berbaring diatas ranjang namun belum terlelap tidur. Dia mementang lebar matanya sambil memandang ujung kelambu, pikirannya kosong, dibawah redupnya cahaya, ia tampak masih cantik bak bidadari, meski diantara jidatnya telah muncul berapa kerutan. 261 Dia tamak jauh lebih tua daripada usia sesungguhnya. Perasaan takut atau gusar memang sangat gamang menggeroti usia, membuat seseorang lebih cepat tumbuh tua. Begitu pula perasaan murung dan kesal. Tapi ada berapa banyak manusia yang dapat melepaskan diri dari kesemuanya itu? ooOOoo Kertas diatas daun jendela tampak putih pucat tertimpa cahaya rembulan, Brrruk! tiba-tiba muncul bayangan seekor Kelelawar diatas kertas yang pucat. Spontan Lau Ci-he melompat bangun dari atas ranjang, menggerakkan tangan kirinya, menyingkap kelambu didepan pembaringan. Dalam waktu singkat diatas kertas jendela telah bertambah dengan begitu banyak bayangan Kelelawar, Brukk, bruuk....! bunyi benturan bergema silih berganti. Pucat pias wajah Lau Ci-he setelah menyaksikan kejadian itu, serta merta tangannya meraih pedang yang selalu diletakkan disamping bantal. Sarung pedang penuh bertaburkan batu permata, dari sarungnya saja sudah diketahui kalau pedang andalannya adalah sebilah pedang kenamaan. Bersamaan waktu tangan kanannya telah menggenggam diatas gagang pedangnya. Bruuk, brukkk....! suara benturan masih bergema tiada hentinya, kemudian ...... Kraaak! tiba-tiba saja daun jendela terbuka lebar, angin dingin segera berhembus masuk ke dalam ruangan. Berapa ekor Kelelawar berbadan besar ikut terbang masuk melalui jendela yang terbuka. Lau Ci-he mulai bergidik, mulai merinding, bulu kuduknya bangun berdiri, sreeeet! dengan cepat ia cabut keluar pedangnya. Mata pedang bening bagai air telaga, membiaskan cahaya tajam dibawah sinar lentera. Dalam waktu singkat berapa ekor Kelelawar telah menerkam ke hadapannya. 262 Cepat perempuan itu menggerakkan pedang, melepaskan serangkaian babatan, cahaya pedang yang berlapis membias diangkasa, dalam waktu singkat berapa ekor Kelelawar terbabat hingga terbelah jadi dua bagian. Kembali berapa ekor Kelelawar menerjang masuk lewat jendela yang terbuka, suara pekikan aneh menggema dari empat penjuru, menggidikkan perasaan siapa pun yang mendengar. Lau Ci-he membentak nyaring, tubuhnya melambung ke tengah udara, Braaaaakl ia terjang atap rumah hingga jebol, tubuhnya langsung meluncur keluar dari ruangan. Bagai anak panah yang terlepas dari busur dia melesat keluar, cahaya pedang berputar melindungi badan, setelah bersalto di udara dan bergulingan diatas atap, dengan cepat ia melejit sambil melompat bangun. Suara tertawa yang menakutkan segera berkumandang dari samping tubuhnya. Dengan cekatan Lau Ci-he berpaling, dan dia pun melihat si Kelelawar! Kelelawar tanpa sayap! Saat itu sang Kelelawar berada dipuncak bangunan, bajunya yang berwarna putih berkibar terhembus angin, rambutnya yang beruban ikut berkibar dimainkan angin malam. Rembulan tepat bersinar dari belakang tubuhnya, dipandang sekilas, dia seolah hendak terbang ke udara, meluncur ke dalam rembulan. Dengan geram Lau Ci-he menatap Kelelawar, sambil menuding orang tua itu jeritnya. Kau, ternyata benar-benar kau! Kelelawar tertawa terkekeh. Lama tak bersua, apakah tubuhmu tetap langsing padat berisi seperti dahulu? Lau Ci-he tidak menjawab, namun tubuhnya yang terhembus angin tampak gemetar keras. Kembali si Kelelawar berkata sambil tertawa. Kau tak usah takut, kedatanganku malam ini bukan untuk melucuti lagi pakaianmu.............. Tutup mulut! hardik Lau Ci-he. 263 Suaranya yang merdu kini berubah seakan bukan suaranya lagi, suara itu berubah karena terkejut bercampur marah yang membara, dia bahkan seolah telah berubah menjadi orang kedua. Dari balik pupil matanya terpancar amarah yang membara, namun terselip pula perasaan takut, ngeri yang luar biasa. Sudah begitu lama kita tak bersua, tentunya harus berbicara secara baik baik bukan? ucap Kelelawar. Apakah kau belum cukup mencelakai aku? Mau apa lagi kau datang mencari aku? teriak Lau Ci-he keras. Si Kelelawar menggeleng. Kau keliru besar katanya, bukan saja aku tidak mencelakaimu, bahkan telah kubuatkan sebuah patung yang indah sebagai kenangan, kau seharusnya berterima kasih kepadaku! Saking gusarnya Lau Ci-he tertawa keras. Terima kasih, aku memang amat berterima kasih, sayang selama ini aku tak punya kesempatan untuk menyampaikan rasa terima kasihku padamu, karenanya aku selalu merasa menyesal Dengan cara apa kau hendak berterima kasih padaku? tanya Kelelawar sambil tertawa, apakah hendak membacok batok kepalaku dengan pedangmu itu? Kalau hanya membacok batok kepalamu, bagaimana mungkin bisa menyatakan rasa terima kasihku? Lau Ci-he tertawa dingin. Lantas apa yang hendak kau lakukan? Akan kucincang tubuhmu hingga hancur berkeping, kemudian membakar tulangmu hingga hancur menjadi abu! sumpah Lau Ci-he sambil menggigit bibir. Kelelawar segera menghela napas panjang. Aaai, ternyata kau begitu membenciku, untung selama ini aku mempunyai tempat yang aman untuk bersembunyi Perkamungan Suma-san-ceng? Hahaha, ternyata tidak sedikit urusan yang kau ketahui 264 Bukankah kau telah menjadi orang idiot? tanya Lau Ci-he sambil menatap tajam wajahnya. Justru karena itulah aku dapat hidup hin gga sekarang, jago berhati pendekar macam suma Tionggoan tak bakal turun tangan keji terhadap seorang manusia idiot Padahal kau sama sekali tidak idiot Kelelawar tertawa seram. Mereka adalah orang orang lihay, kalau tidak berlagak idiot, mana mungkin bisa mengelabuhi orang orang itu? Maksudmu, dalam keadaan terluka parah, kau hanya sementara waktu berubah jadi manusia idiot, ketika lukamu telah sembuh, dengan cepat pikiranmu pulih kembali jadi normal? Padahal proses berjalan tidak terlalu cepat! Lau Ci-he tertawa dingin. Sejak awal aku sudah berkata, Suma Tionggoan hatinya kelewat lembut, persis seperti pikiran wanita Sayangnya mereka para cianpwee enghiong hohan selalu menganggap tinggi pendapat dan pandangannya, tak bakal akan menaruh perhatian atas pandangan kaum muda Sayang dia mati kelewat cepat, kalau tidak biar tahu apa akibatnya bila punya pikiran kelewat lembek seperti pikiran wanita Yaa, memang patut disayangkan Sayangnya lagi, aku sama sekali tak tahu kalau pikiranmu telah normal kembali lanjut Lau Ci-he, kalau tidak, akulah orang pertama yang akan menyerbu masuk ke dalam perkampungan Suma-san-ceng dan menghabisi nyawamu Betul, betul sekali si Kelelawar mengangguk, memang hal ini patut disayangkan Manusia laknat berhati iblis macam kau ternyata mempunyai nasib sebagus itu, bila Thian punya mata, aku benar benar tak percaya dengan kenyataan ini keluh Lau Ci-he pedih. Kontan saja si Kelelawar tertawa tergelak. 265 Hahaha, bila Thian punya mata, Dia tak nanti akan membiarkan manusia macam aku lahir di dunia ini Thian memang tak punya mata, masih dibilang jaring langit tersebar diseantero jagad, manusia dosa tak akan luput dari hukuman..... makin bicara, Lau Ci-he merasa makin geram. Kau tak usah mengutuk langit, bila tiada manusia jahat macam diriku, darimana kalian bisa tahu betapa menarik dan indahnya manusia manusia baik? Lau Ci-he terbungkam. Kembali Kelelawar berkata. Karena ada jahat, kebaikan baru terlihat keindahannya, sekalipun kemauan takdir memang tak adil, sesungguhnya mengandung arti, makna dan tujuan yang mendalam Lau Ci-he semakin tak mampu bicara. Kembali si Kelelawar berkata. Aku sadar, bila kau tahu kalau aku berada dalam perkampungan Suma-san-ceng, sudah pasti timbul keinginanmu untuk datang membunuhku Sayang aku tak bisa masuk ke sana Ilmu barisan yang dimiliki Suma Tionggoan memang sangat hebat, dia patut diacungi jemol Dalam kenyataan kau berhasil melarikan diri, aku percaya dalam alam baka pun dia tak bisa beristirahat dengan mata meram Sudah seharusnya dia tahu kalau manusia semacam aku tak gampang untuk diselesaikan dengan begitu saja Lau Ci-he menghela napas panjang. Menurut aku, Suma Tionggoan lah manusia idiot sesungguhnya! Mendengar itu, si Kelelawar tertawa tergelak. Sambil menarik muka, sepatah demi sepatah ujar Lau Ci-he. Sejak awal aku sudah berniat untuk membuat perhitungan denganmu, kebetulan sekali kau datang hari ini, dengan begitu keinginanku dapat terkabulkan Kau masih bukan tandinganku ejek Kelelawar sambil tertawa. 266 Bukan tandingan atau tidak, hingga sekarang masih merupakan sebuah tanda tanya besar Wah, kelihatannya selama banyak tahun terakhir, kau telah membuang banyak pikiran dan tenaga untuk memperdalam ilmu silatmu Dan malam ini, aku pun tidak meneguk arak iblis Kelelawar mu Sekalipun begitu, kau tetap masih bukan tandinganku Lau Ci-he tertawa dingin. Kelelawar termenung berapa saat, katanya kemudian. Aku sama sekali tak berniat membunuhmu, kalau tidak, pada pertemuan pertama aku telah menghabisi nyawamu Mau tak mau Lau Ci-he harus mengakui bahwa apa yang ia katakan memang merupakan satu kenyataan. Kau pun seharusnya tahu bahwa aku termasuk seoran g lelaki yang mengerti bagaimana mengasihi dan menyayangi wanita cantik si Kelelawar menambahkan. Lantas mau apa malam ini kau datang kemari? hardik Lau Ci-he. Datang untuk minta kembali semacam benda Golok Kelelawar? seru Lau Ci-he tanpa sadar. Betul, golok Kelelawar, golok Kelelawar yang pernah kuhadiahkan kepadamu waktu itu Lau Ci-he keheranan, ia sampai terperangah. Tedengar si Kelelawar berkata lebih jauh. Golok itu telah kuhadiahkan kepadamu, sesungguhnya tidak pantas bila kuminta kembali Lau Ci-he hanya tertawa dingin, sama sekali tidak menanggapi. Kembali si Kelelawar berkata. Tapi sekarang, mau tak mau aku harus minta kembali golok Kelelawar itu Kenapa? tanya Lau Ci-he tanpa sadar. Aku tak bisa menjawab, itu rahasiaku Kontan Lau Ci-he tertawa dingin. 267 Bukankah kau amat membenciku? Muak padaku? Dendam padaku? Seharusnya kau tak ambil peduli dengan golok Kelelawar itu bukan? lanjut si Kelelawar sambil tertawa. Apa maksudmu? Seharusnya kau tak peduli bila menyerahkan kembali golok itu kepadaku Kau seakan sudah melupakan semua perkataan yang pernah diucapkan waktu itu jengek Lau Ci-he sambil tertawa dingin. Tidak, aku pernah berkata, golok Kelelawar itu terkait dengan sejumlah harta karun yang tak ternilai jumlahnya, aku menghadiahkan golok itu untuk perempuan yang paling kucintai karena aku ingin menggunakan benda itu untuk membayar semua kerugian yang telah mereka derita Kau memang mengatakan begitu waktu itu Aku bahkan pernah berkata, hanya perempuan pintar yang bisa mengetahui rahasia dibalik kesemuanya itu, dan bila ia masih mendendam maka ia bisa menggunakan harta karun tersebut untuk menciptakan sebuah bencana besar yang amat menakutkan Aku percaya inilah tujuan utama mu! Si Kelelawar menghela napas. Aaai, tapi sepuluh tahun sudah lewat dan kalian tak ada yang berhasil mengetahui rahasia itu, maka pada akhirnya aku putuskan untuk menarik kembali semua golok Kelelawar yang ada Nada suaranya berat dan serius, bahkan terselip perasaan terpaksa dan apa boleh buat. Hanya disebabkan alasan itu? tanya Lau Ci-he sambil menatap dingin wajah Kelelawar. Waktu selama sepuluh tahun sudah lebih dari cukup, tapi terbukti kalian tak pernah berhasil menemukan rahasia yang terkandung, hal ini kalau bukan disebabkan kalian kelewat bodoh, berarti kalian memang tak punya rejeki untuk menikmati harta karun yang telah kutinggalkan Lau Ci-he kembali tertawa dingin. 268 Kau yang membuat golok itu, kenapa pula harus menarik kembali golok tersebut? Memangnya kau sudah lupa dimana harta karun itu kau pendam? Mana mungkin aku lupa si Kelelawar menggeleng, golok tersebut harus kuminta kembali karena benda itulah merupakan anak kunci untuk membuka pintu gerbang ruang harta Ooh..... Ada orang berkata, perempuan yang pintar jarang berparas cantik, perempuan yang berparas cantik jarang berotak encer, kalau dipikirkan kembali sekarang, rasanya ucapan itu memang sangat masuk diakal Lelaki pun sama saja balas Lau Ci-he tertawa dingin, contohnya makhluk tua jelek busuk macam kau, kalau sudah bertampang sejelek inipun masih tak berotak, hahaha, benar benar kelewat tragis dan menyedihkan Ternyata si Kelelawar tidak naik darah, emosi pun tidak. Kembali Lau Ci-he berkata. Kejadian ini sudah lewat sepuluh tahun, aneh dan luar biasa bila kau si mata buta masih mampu menarik kembali semua golok yang pernah dihadiahkan kepada orang lain Si Kelelawar tertawa seram. Ketika akan menghadiahkan golok itu kepada orang lainpun, aku telah menghabiskan banyak waktu dan pikiran, tidak gampang untuk menemukan seorang wanita cantik, apalagi berjumlah dua belas orang, toh pada akhirnya tujuanku tercapai juga. Jadi sekarang, meski agak sulit untuk menarik kembali golok golok itu, pada akhirnya aku yakin tetap akan berhasil Dia berbicara dengan nada yang begitu yakin, memang tidak gampang bagi seorang buta untuk memiliki keyakinan sedemian besar. Kembali Lau Ci-he tertawa dingin. Aneh jika malam ini kau masih bisa tinggalkan tempat ini dalam keadaan bernyawa ejeknya. Sepuluh tahun tak bersua, seharusnya ilmu silat yang kau miliki sudah bertambah maju? 269 Tidak sulit bila kau ingin tahu dengus Lau Ci-he sambil memutar pedangnya. Betul, memang gamang sekali setelah bertepuk tangan dan tertawa, lanjut si Kelelawar, tapi sayangnya, sepuluh tahun berselang kau sudah bukan tandinganku, percaya saat inipun sama saja Kau seperti lupa, dengan cara apa kau membekukku pada sepuluh tahun berselang seru Lau Ci-he sambil mendengus. Hahaha, karena kuatir merusak dan melukai tubuhmu yang cantik dan menawan, aku memang telah menggunakan arak Kelelawar Atau dengan perkataan lain, sejak waktu itu kau sudah tak yakin mampu menaklukkan aku dengan ilmu silat Oleh karena dibatasi oleh rasa takut rusak dan terluka, tentu saja aku tak bisa bertarung seenaknya, tapi keadaan sekarang jauh berbeda, apa pun yang bakal menimpa dirimu, itu bukan urusanku lagi, aku tak ambil peduli Bila terpaksa kau ingin membunuhku? Oleh sebab itu lebih baik kau serahkan kembali golok itu, akupun dengan senang hati akan mengampuni selembar jiwamu Golok itu sudah kubuang! Tidak mungkin si Kelelawar menggeleng, tak seorang manusia pun yang bisa tahan menghadapi godaan harta karun dalam jumlah besar, paling tidak hingga sekarang aku belum pernah bertemu dengan seorang manusia macam ini Sekarang kau telah bertemu seorang diantaranya Si Kelelawar hanya tertawa, tiba-tiba ia menggetarkan tangannya, seekor Kelelawar segera terbang keluar dari balik sakunya dan langsung menerkam Lau Ci-he. Cahaya tajam berkelebat, Lau Ci-he telah membabat tubuh Kelelawar itu hingga terbelah jadi dua bagian. Si Kelelawar mendengarkan dengan seksama, kemudian pujinya sambil tertawa. Ilmu pedang bagus, sayang kalau dibandingkan aku, kepandaian mu masih ketinggalan jauh Lau Ci-he hanya tertawa dingin tanpa menjawab. 270 Saat itulaah dari tengah halaman dibawah atap rumah telah muncul tiga sosok tubuh manusia, seorang nenek berwajah penuh keriput dengan rambut berubah serta dua orang dayang kecil. Mereka semua sudah lama mengikuti Lau Ci-he, kepandaian silat yang dimiliki pun terhitung hebat, sementara si nenek adalah inang pengasuh dari Lau Ci-he, dia terhitung seorang cianpwee dalam partai See-hoa-kiam-pay dan merupakan seorang jago pedang. Mengapa seorang cianpwee berilmu tinggi rela menjadi orang bawahan? Mungkin hanya dia sendiri yang dapat menjawab pertanyaan itu. Ketika Lau Ci-he menjebol atap rumah untuk keluar dari ruangan tadi, ke tiga orang itu segera terbangun dari tidurnya karena kaget dan tergopoh gopoh menyusul ke situ. Kini pedang telah diloloskan dari sarung, setiap saat satu pertarungan sengit segera akan berkobar. Terlebih si nenek itu, dia ibarat anak panah yang terpasang di gendawa, setiap saat bakal melesat ke luar. Tampaknya si Kelelawar sama sekali tak ambil peduli dengan kehadiran ketiga orang itu, bukan saja tidak menggubris, bahkan masih mengajak bicara Lau Ci-he dengan santainya. Tampak ia menghela napas dan berkata lagi. Golok itu sejak semula adalah barang milikku, lebih baik kembalikan saja, buat apa kau musti menyerempet bahaya? Lau Ci-he tertawa dingin. Kalau dilihat tamangmu, rasanya kau tak mirip orang idiot, kenapa caramu berbicara justru lebih mirip orang idiot Aku memahami maksud hatimu Saat seperti ini sudah lama kunantikan kata Lau Ci-he sambil menyentil pedangnya. Aku rasa persoalan ini adalah persoalan pribadimu Tentu saja Kalau begitu lebih baik kau suruh ke tiga orang yang berada ditengah halaman itu untuk menyingkir dari sini 271 Tanpa perintahku, mereka tak akan berani turun tangan sahut Lau Ci-he dengan perasaan tercekat. Benarkah begitu? tanya si Kelelawar sambil tertawa. Apa maksudmu? Masa kau tidak merasakan hawa pembunuhan yang terpancar dari tubuh mereka? kemudian sambil berpaling ke arah si nenek yang sedang berdiri dengan mata berapi api, lanjutnya, aku percaya ilmu silat yang dimiliki orang ini sama sekali tidak berada dibawah kemampuanmu Berkilat sepasang mata Lau Ci-he, segera bentaknya. Lolo, kau dan mereka segera mundur dari sini! Siocia, terhadap manusia semacam ini, buat apa kau musti mentaati peraturan dunia persilatan teriak nenek itu. Dia hanya tak ingin menyaksikan kalian menghantar nyawa dengan percuma tukas si Kelelawar. Beruntung sekali, aku memang sudah bosan hidup jengek si nenek sambil tertawa dingin. Kalau memang sudah bosan hidup, itu mah kebenaran, kemari, biar kubantu kau untuk memenuhi keinginan itu! Si nenek tertawa dingin, tubuhnya melesat keatas genting dengan kecepatan tinggi, sebuah tusukan maut langsung dilontarkan ke tubuh si Kelelawar. Tampak cahaya pedang berkelebat bagai halilintas, jangan lihat usia nenek itu sudah lanjut, ternyata gerak geriknya masih lincah dan cekatan. Begitu mendengar suara desingan tajam, sang Kelelawar segera mementangkan sepasang bajunya, bagai seekor Kelelawar yang sedang pentang sayap, dia terbang ke tengah udara. Merasa kehilangan jejak, nenek itu segera menjejakkan kembali kakinya diatas wuwungan rumah, Sreeet, sreeet, sreeeet............ secara beruntun dia lancarkan sebelas buah tusukan. Tusukan yang dilancarkan makin lama semakin cepat, hampir semuanya ditujukan untuk merenggut nyawa lawan. 272 Si Kelelawar mengebaskan ujung bajunya berulang kali, tubuhnya yang berada ditengah udara berapa kali berganti posisi, ternyata secara mudah sekali dia berhasil menghindarkan diri dari ke sebelas tusukan maut itu. Hebat kamu hei si buta! teriak nenek itu, badannya berputar bagai gangsingan, tubuhnya yang menyatu dengan pedang melancarkan satu tusukan bagai bianglala terbang. Tusukan itu melesat lewat persis dari atas kepala si Kelelawar, namun kembali ancaman itu berhasil dihindari. Siapa kau? hardik si Kelelawar sambil melayang turun. Bukan urusanmu! selama mengucapkan perkataan itu, kembali si nenek melancarkan tiga puluh enam buah tusukan. Si Kelelawar berputar kencang menghindarkan diri, serunya. Lagi lagi ilmu pedang See-hoa-kiam-hoat! Kalau benar lantas kenapa? serangan yang dilancarkan nenek itu semakin gencar. Sambil tertawa Kelelawar itu melanjutkan. Ilmu pedang See-hoa-kiam-hoat memang bagus dan hebat, tapi sayang bukannya tanpa titik kelemahan! Begitu meluncur ke bawah, tubuhnya berputar kencang, ibu jari tangan kanannya menyentil ke depan, Traaangl dengan telak dia sentil punggung pedang lawan, membuat gerak serangan nenek itu segera melenceng ke samping. Berubah hebat paras muka nenek itu. Aku tak percaya kalau kau benar benar buta teriaknya. Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Semua orang tahu kalau aku buta, buat apa kau musti menanyakan lagi hal tersebut? Sambut lagi ke tiga buah seranganku ini! bentak si nenek gusar. Pedangnya ditarik sejajar dada, begitu serangan pertama dilancarkan, ia miringkan badan sambil melancarkan serangan kedua dengan jurus Lei-hi-to-ceng-po (ikan lei menembus ombak), setelah itu pergelangan tangannya ditarik ke bawah, dari sisi ketiak dia lepaskan tusukan ke tiga. 273 Tusukan yang satu lebih hebat dari tusukan sebelumnya, sudut dan posisi yang digunakan pun merapat satu dengan lainnya, kecepatan dan kelincahannya sama sekali tak seimbang dengan usianya. Si Kelelawar kontan tertawa tergelak. Hahaha.... rupanya inti sari dari ilmu pedang See-hoa-kiam-hoat terhimpun didalam ke tiga buah serangan itu Ditengah gelak tertawa, ia mengguling ke samping sambil berputar bagai roda kereta, dengan cekatan lagi lagi ia berhasil menghindarkan diri dari ke tiga serangan itu. Tampaknya dia sangat memahami akan seluk beluk ilmu pedang See-hoa-kiam- hoat, bukan saja dapat bergerak santai bahkan cara berkelit pun tepat sasaran. Paras muka si nenek berubah makin hebat, begitu pula dengan Lau Ci-he yang mengikuti jalannya pertarungan, dengan wajah berubah memucat, tanpa ragu lagi dia membentak nyaring, satu serangan segera dilancarkan. Gerak serangan yang ia pergunakan jauh lebih ganas, kejam dan telengas daripada serangan nenek itu. Kalau si nenek dalam serangan mengandung pertahanan, dibalik pertahanan terselip serangan, maka serangan yang dilancarkan Lau Ci-he sangat mematikan, pada hakekatnya dia hanya tahu membunuh musuh tanpa pedulikan keselamatan sendiri. Dengan begitu pertahanan seluruh tubuhnya jadi terbuka, bila orang lain berniat menusuknya, mungkin sulit baginya untuk meloloskan diri dari serangan itu. Dalam sepuluh tahun terakhir, dengan sistim pertarungan semacam inilah ia berhasil merebut sebutan sebagai pembunuh wanita, tapi ketika digunakan untuk menghadapi si Kelelawar, ilmu pedang adu nyawa semacam ini pada hakekatnya sama sekali tak berguna. Ditengah kepungan cahaya pedang, ia mencelat ke tengah udara, sekilas cahaya setengah lingkaran pun muncul secara tiba-tiba membelah angkasa. Akhirnya dia mencabut keluar golok Kelelawar miliknya. Serentak kedua orang dayang cilik itu maju meluruk, melihat itu buru buru Lau Ci- he menghardik. Mundur kalian! 274 Belum selesai dia membentak, si Kelelawar sudah melayang turun diantara kedua orang dayang tadi. Diiringi bentakan nyaring, kedua orang dayang itu memutar pedangnya melancarkan tusukan. Tiba-tiba si Kelelawar menghela napas panjang. Baru saja suara helaan napas itu bergema, cahaya lengkung tampak berkelebat, pedang yang berada ditangan seorang dayang terpapas kutung jadi dua, diikuti tenggorokan gadis itu tersayat sabetan golok, darah segar pun menyembur keluar membasahi permukaan tanah. Buru buru Lau Ci-he dan nenek itu maju menolong, belum lagi serangan mereka berdua tiba disasaran, pedang milik dayang kedua itu sudah terpapas kutung, satu sabetan golok yang persis membelah alis matanya membuat dayang cilik itu menjerit kesakitan lalu roboh terkapar. Kembali golok Kelelawar ditarik balik untuk menyongsong datangnya serangan pedang dari Lau Ci-he, dengan langkah tujuh bintang ia mengigos dari ancaman ke tiga belas tusukan maut si nenek, tiba-tiba badannya berputar satu lingkaran, Wessss! ditengah kilauan cahaya golok, hancuran baju beterbangan di angkasa. Si Kelelawar kembali melambung sambil memutar pinggang, Cring! ia hindari tusukan pedang lawan, sementara tangan kirinya menyodok masuk, tahu tahu dia sudah cengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kanan si nenek yang menggenggam pedang. Tak ampun pedang itu terlepas dari cekalan, belum sempat si nenek menjerit kaget, golok Kelelawar sudah ditemelkan diatas tengkuknya. Berhenti! hardik si Kelelawar sambil membalik tubuh. Tidak sempat memberikan pertolongan, terpaksa Lau Ci-he menghentikan serangannya. Serahkan golok itu, aku tukar dengan nyawa orang ini! ujar si Kelelawar cepat. Belum sempat Lau Ci-he menjawab, mendadak nenek itu berteriak keras. Jangan mimpi! 275 Tengkuknya disodokkan kearah mata golok, percikan darah segera menyembur ke empat penjuru, ternyata ia telah bunuh diri diujung golok Kelelawar. Untuk sesaat si Kelelawar berdiri tertegun, memanfaatkan kesempatan itu Lau Ci- he melancarkan sebuah tusukan kilat ke dep an. Tampaknya sulit bagi si Kelelawar untuk menghindari tusukan itu, siapa sangka disaat yang kritis, tiba-tiba ia betot tubuh nenek itu dan dihadangkan dihadapannya. Creett! ujung pedang langsung menghujam diatas dada nenek itu hingga tembus ke punggungnya. Lau Ci-he menjerit kaget sambil mencabut pedangnya, sayang si Kelelawar bertindak lebih cepat, ia telah menjepit ujung pedang itu kuat kuat. Perubahan yang terjadi berlangsung dalam kecepatan yang sukar dilukiskan dengan kata, namun didalam kenyataan, si Kelelawar telah melakukannya. Seorang lelaki buta ternyata mampu melakukan hal yang mustahil, benar benar sebuah kejadian yang sukar diterima dengan akal sehat. Gerakan tubuh si Kelelawar tidak berhenti sampai disitu, kembali ia membetot sambil berputar, tak tahan tubuh Lau Ci-he ikut berputar bersama mayat nenek itu. Kembali si Kelelawar menyentilkan jari tangannya, langsung menyentil diatas urat nadi ditangan kanan gadis itu. Mau tak mau Lau Ci-he harus lepas tangan, cakar burung si Kelelawar pun segera berputar cepat, mencengkeram tengkuk si nona. Lima jari tangannya yang dingin kaku, bagaikan lima ekor ular berbisa, tahu tahu mencengkeram lehernya. Lau Ci-he betul betul terkesiap, ia merinding, bergidik, bulu kuduknya pada berdiri. Dimana kau sembunyikan golok itu? tanya si Kelelawar sambil tertawa. Ucapan yang dingin, senyuman yang menyeramkan, jarak diantara mereka berdua pun begitu dekat, tanpa sadar perasaan ngeri yang mencekam hati Lau Ci-he makin membara. Untuk sesaat ia berdiri tertegun, membelalakkan sepasang matanya tanpa menjawab. 276 Jawab! hardik Kelelawar. Kerutan wajahnya yang dalam bagai parutan, dalam waktu singkat mengejang keras. Kalau memang dia pandang begitu penting golok Kelelawar, mengapa waktu itu dia hadiahkan kepada orang lain? Hanya terpaut sepuluh tahun, tapi semua keputusan telah berubah, semua pandangan telah berganti arah, bagi seseorang yang pernah menjadi orang idiot, perubahan watak bukanlah suatu kejadian yang aneh dan patut diherankan. Dengan termangu Lau Ci-he mengawasi Kelelawar, ia tidak menjawab tapi sorot matanya mendadak memancarkan sinar yang sangat aneh. Terdengar si Kelelawar kembali berkata. Kalau tidak segera kau jawab, jangan salahkan bila aku bertindak keji! Baru selesai ia berkata, sekonyong-konyong Lau Ci-he menjerit keras. Sebenarnya siapa kau? Sebuah pertanyaan yang sangat aneh. Kelelawar tanpa sayap! jawab sang Kelelawar setelah tertegun sejenak. Bukan, kau bukan, aku tahu kau bukan! jerit Lau Ci-he semakin keras. Si Kelelawar tidak menjawab, dia hanya tertawa dingin tiada hentinya. Terdengar Lau Ci-he berkata lagi. Kau berhasil menirukan suaranya, kaupun berhasil menirukan semua tingkah laku dan gerak geriknya, tapi ada satu hal yang tak mungkin bisa kau pelajari, meniru dengan cara apa pun kau tak akan mampu menirukannya Apa itu? Mata, matamu masih bernyawa, sedang si Kelelawar adalah orang buta! Kau keliru besar! tangan kanan si Kelelawar bagaikan sebuah gagang golok segera menekan disisi mata kirinya, sebiji bola mata segera meloncat keluar dari balik kelopak. 277 Dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanannya dia jepit bola mata itu, kemudian didekatkan ke wajah Lau Ci-he. Kelopak mata bekas bola mata disebelah kiri kini muncul sebuah lubang hitam yang besar, dari balik lubang tadi terbesit cahaya fosfor yang aneh, seakan ada seakan tak ada, khususnya biji mata yang terjepit dijari tangannya, benda itu nampak menggidikkan hati. Tampaknya biji mata itu dipenuhi dengan tenaga kehidupan, cahaya hijau yang menyeramkan memancar kian kemari, seolah sedang menatap Lau Ci-he, seolah hendak menerobos ke dasar tubuh gadis itu. Lau Ci-he merasakan bulu kuduknya bangun berdiri, kalau bisa dia ingin sekali melengos kearah lain, tapi sayang ke lima jari tangan si Kelelawar yang mencengkeram tengkuknya seolah telah berakar, dia sama sekali tak sanggup menggerakkan kepalanya,. Walaupun perasaan ngeri dan takut telah mencekam perasaan hatinya, hal itu tidak membuat cahaya keheranan yang terpancar jadi pupus, tiba-tiba teriaknya keras. Bagaimana dengan mata kananmu? Apakah dapat dilepas juga sekehendak hati? Kontan si Kelelawar menarik muka. Tidak mampu bukan? ejek Lau Ci-he, kau tidak seharusnya berada begitu dekat dengan diriku! Si Kelelawar tidak bersuara. Kembali Lau Ci-he berkata. Daya ingatku tidak sejelek apa yang kau bayangkan, biar si Kelelawar sudah berubah jadi abu pun, aku tetap dapat mengenalinya Omong kosong bentak si Kelelawar sambil tertawa dingin. Tak disangkal, apa yang diucapkan Lau Ci-he memang omong kosong, bila seseorang telah berubah jadi abu, bagaimana mungkin dapat dikenali lagi? Tapi Lau Ci-he berkata lagi sambil tertawa dingin. Aku hanya ingin tegaskan kepadamu, tak mungkin aku tak dapat mengenali si Kelelawar! Kau benar benar amat membencinya? Lau Ci-he tertawa, suara tertawanya tak berbeda seperti seorang sinting, tak waras otaknya. 278 Kelelawar mulai mengernyitkan alis matanya, untuk sesaat dia tak tahu harus berbuat bagaimana. Kau betul betul sedang omong kosong ejek Lau Ci-he lagi. Setelah berhenti sejenak, dengan napas tersengkal tanyanya. Katakan kepadaku, bagaimana keadaan si Kelelawar sekarang? Kalau aku merasa puas, golok itu akan kuserahkan, kalau tidak, biar apa pun yang hendak kau lakukan terhadap diriku, jangan harap golok itu bisa kau temukan! Oya? Keliru besar jika kau menganggap aku kemaruk dengan harta karun itu, aku sengaja menyimpan golok itu karena suatu hari nanti, aku siap mengembalikan kepadanya, langsung disodokkan keatas tenggorokannya! Kau bicara jujur? Seharusnya kau sudah mendengar Kau benar benar tidak takut mati? si Kelelawar semakin mengencangkan ke lima jari tangannya. Sejak dulu, nyawaku sudah mati separuh, aku hidup tak lebih seperti sesosok mayat berjalan! jerit Lau Ci-he. Kau benar benar ingin barter denganku? desak si Kelelawar sambil berkerut kening. Hmm, inilah satu satunya kesempatan yang kau miliki ujar Lau Ci-he sambil tertawa dingin. Akhirnya si Kelelawar mengaku. Walaupun dia belum mati, namun kehidupannya tak berbeda seperti mati Tetap seorang idiot? Rasanya dia sudah tak punya harapan lagi Bagus, bagus sekali! Lau Ci-he segera tertawa tergelak, tertawa nyaring. Sekarang tiba giliranmu, katakan, dimana kau simpan golok itu? tanya si Kelelawar. 279 Masih tertawa nyaring, tanya Lau Ci-he. Sebenarnya siapa kau? Mengapa menyaru jadi Kelelawar? Kenapa kau menginginkan golok Kelelawar itu? Si Kelelawar mendengus gusar, sambil menarik wajahnya kembali ia menghardik. Kau sembunyikan golok itu dimana? Hahaha, walaupun kau cerdas, sayang tetap tertipu! ejek perempuan itu sambil tertawa tiada hentinya. Apa? Kelelawar segera memperkencang cengkeramannya. Kontan gelak tertawa Lau Ci-he terputus ditengah jalan, dengan susah payah ia terengah engah, katanya. Golok itu tergantung diatas dinding kamarku, sebetulnya kau tak usah bersusah payah! Oya? Kelelawar menghembuskan napas lega. Dengan mata melotot Lau Ci-he mengawasi wajah si Kelelawar, ujarnya lagi. Sekarang kau boleh bunuh aku! Ternyata kau memang seorang wanita yang amat cerdas Justru karena cerdas, aku tahu kalau kau tak akan membiarkan aku tetap hidup Sayang perasaan dendam yang berkecamuk dalam pikiran dan hatimu kelewat kental, kalau tidak, mungkin kau sudah menemukan rahasia diatas golok itu Mungkin saja benar Kelelawar tidak bicara lagi, diapun tidak melakukan gerakan apa pun. Sambil tertawa kata Lau Ci-he. Kau tak usah banyak pikir, cara apa yang kau anggap bisa membuat kematianku terasa nikmat, lakukan saja dengan cara tersebut Hahaha, menganggap mati bagai pulang ke rumah, kagum, sungguh kagum! puji Kelelawar sambil tertawa. Jika kau tidak segera turun tangan, jangan salahkan kalau aku akan mulai memaki Kalau aku membunuhmu, perasaan hatiku tentu akan merasa amat sedih, namun kalau tidak membunuhmu pun hatiku akan bertambah pedih! Hahaha, Kelelawar yang tulen tak akan bersikap ragu macam perempuan! ejek Lau Ci-he tertawa keras. 280 Tiba-tiba Kelelawar mengebaskan tangannya, seluruh tubuh Lau Ci-he pun mencelat ke belakang. Saat itulah sekilas cahaya bianglala berkelebat membelah bumi, cahaya golok! Tubuh Lau Ci-he yang terpental seketika berubah jadi kaku, kemudian terbanting keras keras diatas genting rumah. Sekilas bianglala berwarna darah segar memancar ke empat penjuru! Golok Kelelawar telah disarungkan kembali, diujung mata golok tak ternoda setetes darah pun. Golok itu memang sebilah golok mestika! Menyusul kemudian, tubuhnya yang ceking berjumpalitan di udara dan meluncur masuk melalui lubang diatas genting. Cahaya lentera dalam ruangan belum padam, dengan cepat si Kelelawar memandang sekejap sekeliling tempat itu, akhirnya ia berhenti menatap diatas dinding sebelah kanan. Sebilah golok tergantung disana, panjang lagi sempit, berbentuk setengah busur, pada gagang pedang terukir seeekor Kelelawar besar yang sedang mementangkan sayap. Golok Kelelawar! Dengan langkah cepat si Kelelawar maju menghamiri. Golok tergantung disana, sama sekali tidak menimbulkan suara, bila dia benar benar Kelelawar tanpa sayap, sekalipun memiliki pendengaran yang tajam pun jangan harap bisa mendengar kalau golok tersebut tergantung disitu. Lalu siapakah dia? Dengan langkah cepat si Kelelawar berjalan menuju ke bawah dinding, menurunkan golok Kelelawar yang tergantung dan mencabut dari sarungnya. Dibawah sinar lentera, golok mustika itu memancarkan cahaya yang menggidikkan, ketika matanya tertuju keatas golok, sekilas cahaya seakan memancar pula dari balik matanya. Kemudian dia pun memperdengarkan suara tertawa, tertawa penuh kebanggaan. 281 Ditengah gelak tertawa, Triiingl dia sarungkan kembali goloknya, bila ia tidak buta, sudah pasti dapat dilihat kalau golok itu bukan golok Kelelawar palsu. Setelah golok disarungkan, dia pun melangkah keluar dari pintu ruangan. Terdengar suara benturan aneh, tahu tahu dinding ruangan merekah dan muncul sebuah lubang besar berbentuk manusia, dari lubang itulah si Kelelawar melangkah keluar. Suasana diseputar ruangan amat hening, tak ada orang lagi yang datang menghadang. Dalam perkampungan itu hanya ada empat orang, dan sekarang mereka telah berubah jadi orang mati. Rembulan sudah tinggi di angkasa, cahaya rembulan terasa lebih pucat, lebih dingin menggidikkan. ooOOoo I KELELAWAR berjalan dibawah cahaya rembulan, wajahnya tampak semakin pucat, pada hakekatnya seperti dilabur dengan bubuk putih. Ia berjalan menembusi pintu kamar, menuruni anak tangga, menelusuri jalan setapak menuju ke luar halaman. Ia berjalan dengan begitu santai, setiap langkahnya selalu berpijak pada bebatuan, sama sekali tak berbeda dengan langkah manusia normal. Biarpun mata sebelah kirinya adalah mata palsu, namun mata kanannya sudah jelas tak ada masalah. Kalau dibilang dia adalah orang buta, maka lebih tepat kalau dikatakan dia hanya setengah buta. Tapi rahasia ini sudah terkubur bersama jenasah Lau Ci-he, siapa lagi yang bakal tahu? Kalau dia bukan Kelelawar tanpa sayap, lalu siapakah dia? 282 Bebatuan memantulkan cahaya yang redup saat tertimpa sinar rembulan, sekilas memandang, bebatuan itu mirip batu permata yang bertaburan. Langkah kaki Kelelawar amat ringan, dia seakan kuatir kalau pijakan kakinya merusak dan menghancurkan batu permata itu. Berjalan sejauh setengah tombak, ia telah tiba ditengah kebun bunga, tiba-tiba langkah si Kelelawar berubah jadi sangat berat. Bebatuan yang terpijak seketika hancur jadi bubuk, bersamaan waktu diapun menghentikan langkahnya. Ia berhenti secara tiba-tiba. Ia mendongakkan kepala memandang sekejap keadaan cuaca, tiba-tiba ujarnya. Walaupun aku tidak buta sungguhan, bukan Kelelawar tanpa sayap yang asli, namun ketajaman pendengaranku amat luar biasa Dibawah cahaya rembulan dan taburan bintang, walaupun dia seolah sedang bergumam seorang diri, namun tak diragukan, perkataan itu tertuju untuk orang lain, diucapkan karena ada tujuan. Suasana disekeliling tempat itu amat hening, hanya suara dedaunan yang bergoyang terhembus angin, tiada suara manusia, tiada jawaban. Kembali si Kelelawar menanti berapa saat, kemudian ujarnya lagi sambil tertawa dingin. Kau masih tak ingin menampakkan diri? Apakah aku harus memaksamu untuk keluar? Baru selesai ia berkata, dari balik semak disisi kiri muncul tubuh seseorang. Seorang tua berbaju hitam, wajahnya penuh keriput, kulit mukanya bagai disayat dengan pisau, rambutnya yang telah beruban tampak berkibar dimainkan hembusan angin malam. Kau? seru si Kelelawar kemudian agak tertegun. Kau kenal aku? balas kakek berbaju hitam itu tertegun. Ong Bu-shia! Ternyata kakek berbaju hitam itu tak lain adalah Ong Bu-shia, si Bu-shia beracun! 283 Ditatapnya si Kelelawar berapa saat, kemudian katanya. Kalau kau dikatakan buta, mungkin demikian pula dengan diriku Si Kelelawar tertawa dingin. Jangan beritahu kepadaku kalau kau tidak mendengar semua pembicaraan dari Lau Ci-he Ong Bu-shia tertawa. Kalau begitu aku perlu beritahu kepadamu bahwa sejak setengah jam berselang aku telah bersembunyi dibalik pepohonan, semua pembicara an yang kalian langsungkan telah kudengar dengan sangat jelas Tidak bagus! seru Kelelawar. Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sebelum menemukan jejak persembunyianku, kau memang tidak bagus, tapi sekarang akulah yang tidak bagus Ucapan tidak bagus yang kuutarakan tadi memang khusus tertuju untuk dirimu Terima kasih! Kembali si Kelelawar tertawa seram. Sejak kapan kau belajar sopan dan tahu adat Kalau tahu adat, watak jadi tak aneh, bukan begitu? Si Kelelawar mengangguk, katanya sambil tertawa seram. Apakah kau ingin bermusuhan dengan aku? Hubungan kita ibarat air sungai tidak melanggar air sumur, kenapa harus beradu jiwa Seharusnya memang begitu suara tertawa si Kelelawar kedengaran makin menyeramkan, sayang kedatanganmu kelewat awal, tadi, kau memang tidak seharusnya mendengarkan pembicaraan itu Tapi daya ingatku selama ini memang kurang begitu bagus ujar Ong Bu-shia sambil tertawa serak. Justru aku kebalikannya! Sekali lagi Ong Bu-shia tertawa parau, tidak menjawab. 284 Si Kelelawar berkata lebih jauh. Daya ingat yang terlalu baik bukanlah suatu kejadian yang patut dibanggakan Itu tergantung terhadap siapa kita berhadapan Bagaimana kalau terhadap diriku? Tidak Apa hubunganmu dengan keluarga Lau? tiba-tiba si Kelelawar bertanya. Musuh besar! sahut Ong Bu-shia dengan suara berat. Musuh besar? Apa pula yang terjadi? kembali si Kelelawar tertegun. Kau pernah mendengar tentang Tui-hun-cap-ji-sat di mulut lembah Sat-hau-ko? setahuku, nama besar Cap-ji-sat memang luar biasa si Kelelawar manggut manggut. Tentunya kau pun tahu kalau Siau Jit dan Lau Ci-he bekerja sama membantai mereka semua? Soal ini aku kurang tahu Kelelawar menggeleng, apakah terjadi baru baru ini? Pada dua tahun berselang Hahaha, kelihatannya kabar berita ku kurang tajam Ini disebabkan masalah semacam ini bagimu hanya masalah kecil, lagipula tak ada hubungannya dengan dirimu Memang ada hubungannya dengan kau? Lotoa dari cap-ji-sat adalah murid putraku Ooh, kalau itu mah ada kaitan hubungan yang dekat............ Didalam kenyataan, putraku memang telah mewariskan berapa jurus ilmu kepadanya Berarti urusan jadi serius Karena itulah putraku tak bisa berpangku tangan saja atas terbunuhnya mereka 285 Si Kelelawar termenung dan berpikir sejenak, kemudian ujarnya. Aku tak tahu sampai dimana kemampuan ilmu silat yang dimiliki putramu, setahuku, ilmu pedang pemutus usus milik Siau Jit luar biasa hebatnya Kalau bukan karena menggampangkan masalah, semisal mereka bertarung hingga sama sama mampus pun, kejadian ini tak akan menjadi masalah Oh, jadi Siau Jit tidak mati tapi putramu justru tewas diujung pedangnya Kenyataan memang begitu! sahut Ong Bu-shia sambil menarik muka. Konon kau hanya berputra satu? Itupun kenyataan Karena itu kau pergi mencari Siau Jit untuk membuat perhitungan, tentu saja Lau Ci-he pun tak bisa dilepaskan dengan begitu saja Itulah sebabnya malam ini aku datang kemari Kau bukan termasuk orang yang memandang enteng segala persoalan, bukan orang yang suka bekerja tanpa perencanaan bukan? Tidak menunggu Ong Bu-shia menjawab, kembali si Kelelawar melanjutkan. Tentunya kau pun tak akan berkelit dari yang berat mencari yang enteng dengan memilih milih patner tandingan bukan? Ong Bu-shia hanya tertawa dingin tanpa menjawab. Maka si Kelelawar berkata lebih lanjut. Oleh karena itu orang pertama yang harus kau cari ad alah Siau Jit, bukan Lau Ci-he Aku telah mencari Siau Jit jawab Ong Bu-shia dingin. Apakah pertarunganmu di rumah makan Thay-pek-lo? tanya si Kelelawar sambil tertawa. Ong Bu-shia menatap tajam wajah si Kelelawar, namun ia tidak menjawab. Si Kelelawar berkata lebih lanjut. Pertarunganmu di rumah makan Thay-pek-lo telah menggetarkan seluruh jagad, tapi pada akhirnya kau termakan satu tusukan Siau Jit hingga terpaksa harus menjebol tembok untuk melarikan diri, bukan begitu? Tajam juga kabar beritamu dengus Ong Bu-shia. 286 Padahal kemenangan yang diperoleh Siau Jit pun nyaris, pedang miliknya memiliki ukuran satu meter lebih tiga inci, kau terluka diujung pedangnya karena sudah bertindak kelewat ceroboh, kau telah mengabaikan ukuran pedangnya yang tiga inci itu! Dengan pandangan keheranan Ong Bu-shia menatap wajah si Kelelawar, dia merasa heran, darimana si orang buta ini bisa mengetahui begitu banyak tentang kejadiannya. Terdengar si Kelelawar berkata lagi. Ukuran yang tiga inci itu tak cukup untuk merenggut nyawa, pikiran dan perasaanmu jadi kalut lantaran kau jarang terluka, jarang melihat ada begitu banyak darah yang bercucuran, kau sangka lukamu sangat parah maka segera ambil keputusan untuk melarikan diri, kau tak ingin mengambil resiko, karena itu kau berharap menyembuhkan dulu lukamu sebelum mengambil tindakan lain Hmm, tampaknya kau tahu amat jelas Ong Bu-shia mendengus dingin. Tiba-tiba si Kelelawar menggeleng, katanya. Padahal andaikata kau lanjutkan pertarungan waktu itu, belum tentu kau tak mampu membunuh Siau Jit, paling tidak, untuk beradu nyawa pasti bukan masalah Setelah berhenti sejenak, lanjutnya. Biarpun ilmu pedang pemutus usus milik Siau Jit luar biasa, namun berbicara tentang tenaga dalam, kau masih satu tingkat mengungguli dirinya Ong Bu-shia termenung tanpa menjawab. Tapi dengan pergi dari situ, kekalahan sudah pasti berada dipihakmu kata si Kelelawar lagi. Aku tinggalkan medan pertarungan bukan berarti aku kalah, dalam satu pertarungan mati hidup, sebelum ditentukan siapa hidup siapa mati, darimana bisa ditetapkan siapa unggul siapa asor? Aku bilang kau kalah karena kematian mu sudah pasti! Bukankah sampai sekarang aku masih hidup segar bugar? jengek Ong Bu-shia sambil tertawa dingin. Tidakl si Kelelawar tertawa seram, kau tidak seharusnya melepaskan pukulan itu, tapi memang tak bisa disalahkan, disaat seseorang berniat melarikan diri, tentu saja 287 dia akan mengutamakan kecepatan gerak, sedang apa akibatnya, mana mungkin bisa ia pertimbangan dengan lebih seksama? Aku tidak mengerti apa yang sedang kau bicarakan sela Ong Bu-shia. Kau seharusnya mengerti sekali lagi si Kelelawar menggeleng, kadangkala memiliki ilmu silat terlalu baik bukanlah satu kejadian yang menyenangkan, karena bukan setiap masalah dapat diselesaikan dengan ilmu silat, seringkali otak diperlukan, namun biasanya makin licik seseorang, ilmu silatnya pasti makin cetek, karena dia selalu akan menggunakan kelicikannya untuk menambal kelemahannya dalam ilmu silat, tentu saja diluar itu pasti ada, hanya jumlahnya tidak banyak Ong Bu-shia hanya mendengarkan, tidak menimbrung. Si Kelelawar berkata lebih lanjut. Ilmu silat yang kau miliki seharusnya masih berada diatasku, maka dari itu selama berada dihadapanku, lebih baik tak usah bermain akal akalan Bisa kulihat kalau kau memang seorang yang licik Kelelawar tidak menanggapi, ia balik kembali ke pokok pembicaraan, katanya. Ketika ujung pedang sepanjang tiga inci menembusi perutmu, luka tersebut sesungguhnya sangat ringan, namun setelah melepaskan pukulan diatas dinding, dapat kupastikan luka mu bertambah parah Ong Bu-shia tidak menjawab, dia hanya tertawa dingin. Kembali si Kelelawar berkata. Dibawah ujung pedang pemutus usus milik Siau Jit, tak pernah ada korban yang lolos dalam keadaan hidup, hal ini dikarenakan arah yang ditusuk selalu bagian yang mematikan, ketika pedangnya menusuk bagian yang mematikan, sekalipun tidak sampai menyebabkan kematian, luka tersebut pasti tidak ringan. Jika pengalamannya cukup dan waktu itu dia melakukan pengejaran, tak mungkin kau masih bisa hidup sampai hari ini Begitukah kenyataannya ...... dengus Ong Bu-shia sambil tertawa dingin. Jago kawakan macam kau ternyata melakukan kesalahan yang begitu besar, aku ikut sedih untuk dirimu tukas Kelelawar, malam ini kau sengaja datang kemari, bukankah tujuanmu adalah membunuh Lau Ci-he lebih dulu kemudian baru mengajak Siau Jit untuk berduel? 288 Kembali Ong Bu-shia membungkam, tidak menjawab. Si Kelelawar meneruskan kata-katanya. Setelah terperosok dalam kondisi semacam ini, kau memang seharusnya bertindak demikian, tapi sayang waktu yang kau pilih sangat tidak tepat, saat ini adalah saatmu yang paling apes! Sudah selesai semua omong kosongmu? kembali Ong Bu-shia tertawa dingin. Aku tidak omong kosong, masa aku tidak jelas manusia macam apakah dirimu itu? Kau............ Kembali si Kelelawar menukas. Jika lukamu tidak terlampau parah, tak nanti untuk menghadapi seorang Lau Ci-he pun harus menunggu kesempatan dengan bersembunyi dibalik semak belukar, kaupun tak mungkin baru munculkan diri setelah kugertak, terlebih tak mungkin mau bicara omong kosong dengan diriku Paras muka Ong Bu-shia berubah makin tak sedap dipandang. Andaikata aku bertemu kau didepan pintu sana, mungkin masih ada peluang untuk dirundingkan kata si Kelelawar lagi, tapi sekarang, mau tak mau aku harus mencabut nyawamu! Kemudian dengan sepatah demi sepatah kata dia menambahkan. Karena terlalu banyak yang telah kau ketahui! Apa yang kuketahui? Paling tidak kau sudah tahu kalau aku bukan orang buta beneran, kaupun tahu kalau aku bukan Kelelawar tanpa sayap yang sesungguhnya Soal ini........... .. Tahukah kau cara apa yang paling manjur untuk membuat seseorang tetap tutup rahasia? tanya Kelelawar sambil tertawa seram, setelah berhenti sejenak sambungnya, membunuhnya agar dia tetap membungkam terus! Ong Bu-shia tutup mulutnya rapat rapat. Kelelawar mendongak memandang cuaca, katanya kembali. Waktu sudah bertambah larut! 289 Baru bicara sampai disitu, tampak pepohonan bergoyang, dengan sekali lompatan Ong Bu-shia telah munculkan diri, katanya. Baiklah, mari kita selesaikan urusan ini dengan mengandalkan kepandaian masing masing Biarpun ilmu pukulan dan tendanganku terhitung cukup baik, namun ilmu golokku jauh lebih bagus! Hmm, sudah kuduga, kau memang tak becus! Kelelawar tertawa tergelak. Hahaha, percuma kau gunakan taktik semacam itu untuk membangkitkan amarahku, bila aku becus, tak nanti akan menyamar menjadi orang lain! Siapa kau sebenarnya? Sebutkan namamu! bentak Ong Bu-shia gusar. Bukankah kau mengatakan aku tak becus? Katakan! Ong Bu-shia makin naik pitam. Sebentar lagi kau bakal mampus, apa gunanya menanyakan persoalan ini? sembari berkata si Kelelawar meloloskan sepasang goloknya dan diayunkan ke kiri kanan membentuk cahaya tajam. Cahaya golok yang berkilauan terasa menusuk pandangan mata, menyaksikan hal itu, kembali berubah paras muka Ong Bu-shia. Sambil menuding lawannya dengan senjata, seru si Kelelawar. Sudah lama kudengar orang berkata bahwa Bu-shia beracun pandai mencabut nyawa orang, konon setiap jago akan berubah wajah bila mendengar namamu, hahaha... bagus, hari ini aku ingin menjajal sampai dimana kehebatanmu itu Manusia pengecut yang beraninya hanya sembunyikan kepala bagai kura kura, kau tak pantas menjadi lawan tandingku Sayang mau tak mau kau harus turun tangan juga saat ini, lihat senjata............ Diiringi bentakan keras, sepasang goloknya diayun ke depan menciptakan dua gulungan cahaya tajam yang segera mengurung Ong Bu-shia ditengah kepungan. Tergopoh gopoh Ong Bu-shia melompat mundur. 290 Dalam waktu sekejap saja, tempat dimana ia berdiri telah berubah bentuk, semua ranting dan dahan pohon yang berada disitu telah terpapas gundul oleh babatan sepasang golok lawan. Tidak sampai disitu saja, si Kelelawar berikut sepasang golok Kelelawar nya merangsek lebih kedepan, bagaikan kebasan sayap, sepasang golok itu kembali membabat dan menyambar ke bawah. Golok kiri dengan tujuh belas gerakan, golok kanan delapan belas gerakan, semasa masih ditengah udara, dia telah melancarkan tiga puluh lima bacokan maut, semuanya tertuju ke bagian tubuh yang mematikan. Begitu cekatan tangan kanannya melancarkan serangan, sementara kelincahan tangan kirinya sedikitpun tidak kalah dengan kemampuan tangan kanannya. Dalam keadaan begini Ong Bu-shia hanya bisa menghindar, gerakan tubuhnya jelas terlihat tidak selincah dan segesit waktu bertarung melawan Siau Jit. Bila dibandingkan si Kelelawar, jelas terlihat kalau ia ketinggalan jauh. Kelelawar pun melihat akan hal ini, sepasang goloknya diputar makin kencang, ia semakin mendesak Ong Bu-shia dengan serangkaian serangan maut. Dimana goloknya menyambar lewat, kraaakl batang pohon sebesar mulut cawan langsung tertebas kutung, dari sini dapat dibayangkan betapa tajamnya mata golok Kelelawar itu. Menghadapi ratusan bacokan maut itu terpaksa Ong Bu-shia harus berkelit kian kemari, tak lama kemudian wilayah seluas tiga tombak telah berubah menjadi sebidang tanah kosong, semua ranting dan dahan pohon yang tumbuh disana nyaris sudah terbabat kutung dan berserakan diatas permukaan tanah. Sekalipun tidak sampai terluka, bukan pekerjaan yang gampang untuk menghindari serangan dari sepasang golok yang ganas dan tajam itu, kini ia sudah terperosok dalam posisi terdesak hebat, yang bisa dilakukan hanya menghindar dan berkelit, sama sekali tak ada kemampuan untuk menangkis. Rase Emas Karya Chin Yung Tugas Rahasia Karya Gan KH Walet Besi Karya Cu Yi