Ceritasilat Novel Online

Kelelawar Tanpa Sayap 12


Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying Bagian 12


Kelelawar Tanpa Sayap Karya dari Huang Ying   Kalau begitu siaute hanya ingin menanyakan satu hal kepada toaci, mau dijawab atau tidak, kami segera akan pergi tinggalkan tempat ini Saudara...........   ..   Lui Sin tampak gelisah.   Bila ingin mengetahui duduk perkara yang sebenarnya, kita bisa tanyakan hal ini kepada Kelelawar tanpa sayap gadungan, dan sepantasnya hanya bertanya kepada dia tukas Siau Jit.   Lui Sin mengerutkan alis matanya yang tebal, namun akhirnya mengangguk.   Maka Siau Jit bertanya lebih lanjut.   Toaci, sekarang ke mana perginya Kelelawar tanpa sayap gadungan itu? Apa rencana kalian? Puluhan lembar nyawa anggota Tin-wan piaukiok, Lau Ci-he berempat...........   ..   Kau ingin menuntut keadilan dari si Kelelawar? Betul! jawaban Siau Jit sangat tegas.   Kau anggap aku bakal memberitahukan hal ini kepada kalian? kembali Suma Tang- shia bertanya.   Siau Jit menghela napas, belum sempat mengucapkan sesuatu, Suma Tang-shia telah berkata lagi.   Semua yang hendak kusampaikan telah selesai kuucapkan, tinggal satu yang belum kukatakan! 322 siaute siap mendengarkan Mulai malam ini, hubungan kita berdua putus sampai disini! Siau Jit tertegun.   Dengan gerakan cepat Suma Tang-shia telah meloloskan pedang miliknya.   Pedang yang telah keluar dari sarungnya bergetar di angkasa, dibawah pantulan cahaya lentera tampak sekilas cahaya yang menyilaukan mata.   Serentak Lui Sin dan Han Seng ikut meloloskan senjata, mereka siap siaga menghadapi segala kemungkinan.   Siau Jit tidak meloloskan pedangnya, ia berkata.   Toaci, walaupun kita sudah bukan teman lagi, aku tak bakal menganggap kau sebagai musuhku, pertemuan malam ini kita sudahi sampai disini saja, siaute mohon diri Saudara Siau, ini...........   ..   Lui Sin berteriak cemas.   Siau Jit ulapkan tangannya sambil menukas.   Jangan kuatir cianpwee, cayhe sudah mempunyai perhitungan Lui Sin berkerut kening, tapi akhirnya dia menurut.   Baik, aku turuti perkataanmu Bicara sampai disitu, ia segera berjalan mendekati mayat Ciu Kiok dan siap membopongnya.   Saat itulah Suma Tang-shia telah menyentil pedangnya, Nguuung! dengungan nyaring b ergema memekikkan telinga, dengan gerakan refleks Lui Sin melompat mundur.   Untuk memasuki bangunan loteng ini memang gampang, tapi bukan urusan gampang lagi bila ingin tinggalkan tempat ini! seru perempuan itu.   Maksud toaci...........   ..   Terobos dulu pedangku ini! Selain cara itu............   Tak ada pilihan lain! jawaban Suma Tang-shia amat serius.   Kembalu Lui Sin mendengus.   323 Hmm, sudah lama aku orang she-Lui ingin menjajal sampai dimana kehebatan ilmu pedang Tui-mia-kiam dari keluarga Suma Makanya inilah kesempatan baik untukmu, jangan kau lepaskan dengan begitu saja............   Kau tak usah kuatir! Kembali Suma Tang-shia mengalihkan pandangan matanya ke wajah Siau Jit, serunya.   Cabut keluar pedang pemutus usus mu! Dengan cepat Siau Jit menggeleng.   Toaci, diantara kita berdua seharusnya masih tersedia jalan lain Sebenarnya ada, hanya sayang kalian menerjang masuk kemari, jadi tak mungkin bisa dibicarakan jalan lain, aku percaya kau pasti paham bukan Siau Jit terbungkam.   Han Seng yang selama ini hanya berdiam diri, tiba-tiba ikut menimbrung.   Nona pun seorang yang tahu urusan dan mengerti keadaan, kalau memang tidak tersangkut dalam urusan ini............   Siapa bilang aku tidak tersangkut dalam peristiwa ini? tukas perempuan itu cepat.   Aku yakin kematian yang menimpa rombongan pengawal barang dari Tin-wan- piaukiok sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan nona Itu memang kenyataan Yang mencincang tubuh Hong-ji dan menggorok leher Ciu Kick pun bukan nona Inipun kenyataan Tapi dengan nada dingin perempuan itu menambahkan.   Walaupun semua kejadian tak ada kaitannya dengan aku, namun aku bersikeras tetap ingin mencampurinya.   Meski hal tersebut sukar dipahami, tapi aku percaya kalian tentu bisa memahaminya bukan? Kontan Han Seng terbungkam.   Sambil menyilangkan pedangnya didepan dada, kembali Suma Tang-shia berkata.   Seharusnya saat ini aku sudah tidak berada disini, aku tetap disini karena memang sengaja hendak menunggu kedatangan kalian 324 Aaai, ternyata toaci pun seorang yang cerdas Siau Jit menghela napas panjang.   Begitu juga dengan kau kata Suma Tang-shia dengan suara berat, bisa sampai disini sebelum fajar menyingsing, membuktikan bahwa aku tidak salah melihat Ucapan terakhir Ong Bu-shia menjelang ajalnya sangat membantu kami Sejak awal, peristiwa ini memang mengandung banyak titik kelemahan, sekalipun tak ada petunjuk dari Ong Bu-shia, cepat atau lambat kalian toh tetap akan datang kemari Mungkin saja Siau Jit seperti ingin mengucapkan sesuatu, tapi kemudian diurungkan.   Perlahan-lahan Suma Tang-shia mengalihkan pandangannya ke ujung pedang, ujarnya lagi dingin.   Pedang adalah benda yang tak kenal belas kasihan, aku harap kau lebih berhati hati Bahkan nama panggilan pun kini telah dirubah.   Siau Jit menghela napas, ujarnya.   Biarpun pedang tak kenal belas kasihan, namun manusia punya perasaan, kalau tidak, tak nanti toaci akan peringatkan aku agar berhati hati Aku tak lebih hanya suruh kau hati hati Begitu selesai bicara, ia sudah bangkit berdiri, udara seputar sana pun seketika diselimuti hawa pembunuhan yang kental.   Mimik muka Siau Jit ikut berubah jadi serius dan berat.   Berkilat sinar mata Lui Sin, serunya.   Saudara Siau, apa yang harus kami lakukan? Belum lagi Siau Jit menjawab, Suma Tang-shia telah berkata lebih dulu.   Bukan dia yang akan memutuskan apa yang harus kalian lakukan! Lalu siapa? Aku! Pedang dalam genggamanku! Tiba-tiba ia membentak keras.   Lihat pedang! Mendadak tubuhnya melambung sambil menerjang ke depan.   325 Belum lagi serangannya tiba, hawa pedang yang kuat telah menyelimuti seluruh ruangan, seketika cahaya lentera ikut padam.   Serangan itu terdiri dari tiga gerakan, masing masing menusuk Siau Jit, Lui Sin dan Han Seng.   Hampir setiap tusukan yang dilakukan cepat lagi telengas, yang diancampun tempat mematikan ditubuh ke tiga orang itu.   Tusukan untuk Siau Jit terarah ke jantungnya, tusukan untuk Lui Sin diarahkan ke tenggorokan, sementara tusukan untuk Han Seng tertuju ke ujung antara kedua alis matanya.   Semula pedang Siau Jit masih berada dalam sarung, namun dengan gerakan cepat tahu tahu sudah dicabut keluar dan menangkis tusukan yang terarah ke jantung itu.   Triiiing! percikan bunga api memancar ke empat penjuru disaat kedua bilah pedang itu saling membentur, andaikata Siau Jit tidak menghindar atau menangkis, niscaya tusukan itu akan menembusi jantungnya.   Pada saat yang bersamaan, Lui Sin dan Han Seng telah menangkis pula ancaman yang tertuju ke arahnya.   Sambil merangsek maju, teriakan Han Seng.   Dengan tiga melawan satu, biar kami berhasil merobohkan diri pun tidak dianggap sebagai kemenangan yang sah, bahkan orang persilatan pasti akan menuduh kami sebagai orang dewasa tak tahu diri yang pandainya menganiaya anak perempuan ......   Suma Tang-shia tertawa dingin, tukasnya.   Pertarungan pada malam ini hanya diketahui kita berempat, buat apa kau ngaco belo omong kosong! Kalau begitu biar aku orang pertama yang akan menghadapi dirimu! bentak Han Seng nyaring.   Pedangnya segera dikembangkan, diantara kilauan cahaya perak, secara beruntun dia lancarkan belasan tusukan ke tubuh perempuan itu.   Dengan cekatan Suma Tang-shia bergerak kian kemari, sambil berkelit ejeknya.   Bagaimana kalau kau kalah? Biar harus gadaikan nyawa pun aku tetap akan turun tangan! Baikl seru Suma Tang-shia.   326 Ia bergerak cepat, Triiing, triiing, triiiing! secara beruntun dia sambut tiga buah serangan dari Han Seng sembari melancarkan satu serangan balasan, arah yang diserangpun posisi titik kelemahan dari sistim pertahanan Han Seng, yang mau tak mau harus dilindungi.   Han Seng terkesiap, buru buru dia melompat mundur.   Menggunakan kesempatan itu Suma Tang-shia merangsek maju, secara beruntun dia lancarkan tiga tusukan yang semuanya tertuju ke satu sasaran yang sama.   Untuk kesekian kalinya Han Seng mundur.   Suma Tang-shia sama sekali tidak mengendorkan serangannya, kembali dia lancarkan tiga belas tusukan, dalam waktu singkat seluruh tubuh Han Seng sudah terbungkus dalam lapisan cahaya lawan, serangan itu diakhiri dengan sebuah tusukan kilat yang langsung menusuk ujung alis matanya.   Han Seng segera mencongkel pedangnya keatas menyongsong datangnya ancaman itu, siapa tahu serangan maut dari Suma Tang-shia itu hanya serangan kosong.   Ketika Han Seng mencongkel pedangnya ke atas, mendadak ia berganti gerakan, tahu tahu ia tusuk ketiak kiri Han Seng, dimana pedangnya tak mungkin bisa dipakai untuk menangkis.   Triiing! ternyata ujung pedang itu menusuk diatas mata golok lawan.   Rupanya Lui Sin yang menyaksikan datangnya bahaya segera melancarkan satu bacokan yang persis menerima datangnya tusukan ke arah tubuh Han Seng itu.   Berubah hebat paras muka Han Seng, sambil menghentakkan kakinya dia langsung mundur.   Lui Sin segera menggantikan posisinya maju menyerang, golok emasnya menciptakan segulung angin serangan menyapu kaki Suma Tang-shia dari bawah.   Serangan golok belum tiba, Suma Tang-shia sudah melambung ke udara dan melompat naik keatas bangku.   Dibawah berkelebatnya sinar golok, bangku itu seketika hancur berantakan, tapi disaat cahaya serangan itu menggulung tiba, tubuh Suma Tang-shia telah melambung 327 kembali ke udara, lalu sambil berputar bagai roda kereta, ia menyelinap ke belakang Lui Sin dan turun dipunggung bangku yang lain.   Tanpa mengubah gerak serangan goloknya, Lui Sin bergerak cepat dengan ikut menggelinding ke arah sana.   Walaupun posisinya saat itu membelakangi Suma Tang-shia, namun dari desingan angin, ia sudah tahu ke arah mana perempuan itu bergerak.   Tapi baru saja tubuh berikut goloknya menggelinding kearah bangku itu, tiba-tiba saja ia menghentikan semua gerakannya.   Rupanya jenasah Ciu Kiok berada dibangku itu, andaikata ia melanjutkan serangan, niscaya bacokan goloknya akan menghajar jenasah tersebut.   Begitu ia berhenti sejenak, Suma Tang-shia berikut pedangnya telah meluncur balik.   Selisih jarak kedua orang itu sangat dekat , bagaimana pun reaksi yang bakal dilakukan Lui Sin, tampaknya sudah berada dalam perhitungan dan target perempuan itu, tusukan pedang yang dilancarkan persis mengarah titik kelemahan itu.   Cahaya pedang berkilat cepat, buru buru Lui Sin menangkis dengan goloknya, sementara langkah tubuhnya mundur sejauh setengah tombak.   Bacokan golok itu gagal membendung seluruh serangan pedang lawan, kendatipun dia mundur tepat waktu, tak urung pakaian dibagian dadanya tersambar juga hingga robek panjang.   Suma Tang-shia sama sekali tidak melakukan pengejaran, dengan pedang disilangkan didepan dada, ia tatap Siau Jit dengan pandangan dingin.   Dipihak lain, Lui Sin sudah siap menerjang maju lagi setelah mundur dan memutar goloknya, tapi pada saat bersamaan Suma Tang-shia telah berpaling, tegurnya sambil menatap tajam wajah lawan.   Kau sudah kalah, mau apa sekarang? Hmm, mencari kemenangan dengan menggunakan akal licik, tidak terhitung kepandaian sesungguhnya dengus Lui Sin.   Suma Tang-shia tertawa dingin.   328 Hmm, mencari kemenangan dengan menggunakan akal licik, tidak terhitung kepandaian sesungguhnya dengus Lui Sin.   Suma Tang-shia tertawa dingin.   Ilmu silat, tenaga dalam serta kecerdasan otak merupakan berapa syarat yang tak boleh kurang bagi seorang jagoan katanya.   Walaupun pedangmu berhasil merobek baju dibagian dadaku, toh aku belum mati! kata Lui Sin lagi sambil tertawa dingin.   Suma Tang-shia menatap tajam wajah Lui Sin, tiba-tiba pergelangan tangan kanannya diputar, sreeet, sreeet, sreeet! ia lancarkan tiga tusukan ke udara kosong, lalu katanya.   Bagaimana kalau kutambahi dengan tiga tusukan ini? Menyaksikan hal itu, berubah hebat paras muka Lui Sin.   Terdengar Suma Tang-shia berkata lebih lanjut.   Bila kulancarkan ke tiga tusukan ini, Siau Jit pasti akan ikut campur, karena menusuk sama seperti tidak melakukannya, maka aku urungkan niatku itu! Sekarang sudah tiba giliranku kata Siau Jit tiba-tiba sambil melangkah maju.   Kita tak boleh.............   ..   Belum selesai Lui Sin berseru, Suma Tang-shia telah berpaling kearah Han Seng sambil berkata.   Apakah perkataan kau orang she-Han masih masuk hitungan? Sebelum Han Seng menjawab, Siau Jit telah menyela.   Sebagai orang persilatan, setiap patah kata yang telah diucapkan, tak akan bisa ditarik lagi Perkataan saudara Siau benar sekali mau tak mau Han Seng menyahut.   Kemudian kepada Suma Tang-shia ujarnya.   Kepandaian silat maupun kecerdasan nona masih jauh diatas kemampuan kami, aku orang she-Han harus menerima kekalahan ini tanpa membantah lagi Ilmu pedang yang kau pelajari adalah ilmu pedang adu nyawa, tapi dalam pertarungan tadi kau sama sekali tak berniat untuk adu jiwa, otomatis semua titik kelemahan pun terlihat jelas, dalam hal ini aku yakin kau pasti lebih tahu Il Sungguh tajam penglihatanmu Han Seng menghela napas, aku rasa biar musti beradu nyawa pun, aku masih bukan tandingan nona 329 Suma Tang-shia tertawa dingin.   Paling tidak kau dapat menguras tenagaku sehingga disaat bertarung melawan golok emas, aku tak dapat meraih kemenangan semudah itu Setelah berhenti sejenak, tambahnya.   Oleh karena itu aku tetap harus berterima kasih kepadamu katanya.   Han Seng menghela napas panjang, walaupun kekalahannya disebabkan ia tak tega, namun dalam kenyataan dia benar benar tak sanggup untuk melancarkan serangan adu jiwa.   Kepada Lui Sin kembali Suma Tang-shia berkata.   Perasaan anda pun kurang ganas dan telengas.   Aku tak habis mengerti dengan cara apa kalian berkelana dalam dunia persilatan dimasa lalu, tapi untuk jagoan macam kalian, aku rasa lebih baik tetap tinggal dirumah saja, karena berkelana dengan pikiran semacam ini hanya bikin orang kuatir saja Lui Sin mendengus tapi ia tidak menjawab.   Maka sambil tertawa Suma Tang-shia berkata lebih jauh.   Manusia kasar yang semberono dan berangasan macam kau, bila tak ada pedang perak yang selama ini memperhatikan dirimu, aku yakin sejak lama nyawamu sudah melayang Lebih baik kau tak usah banyak bicara seru Lui Sin gusar.   Aku tahu, apa yang kuucapkan memang sampah dan omong kosong, karena kau bukan saja sudah ternama dalam dunia persilatan, bahkan dapat hidup hingga sekarang Kepada Siau Jit katanya kemudian.   Ilmu pedangmu cukup telengas, perasaan hatimu juga cukup keras dan tegas, semestinya aku tak perlu banyak omong kosong lagi denganmu Toaci...........   ..   Rubah panggilanmu! tukas Suma Tang-shia.   Siau Jit menghela napas tanpa menjawab.   Kembali Suma Tang-shia berkata.   Bagaimana kalau kita bertaruh? 330 Bertaruh apa? Lui Sin mewakili Siau Jit bertanya.   Jika Siau Jit menang, aku tak akan bicara apa apa lagi, sebaliknya kalau kalah, kalian harus sudahi sampai disini saja! Ini tidak adil Kalau aku sudah jadi orang mati, apa lagi yang bisa kukatakan? Lui Sin tertegun.   Sambil tertawa dingin seru Suma Tang-shia.   Aku sangka kau bukan orang yang goblok, tak disangka kau tidak memahami maksudku Lui Sin terbungkam tidak bicara.   Kembali Suma Tang-shia berpaling kearah Siau Jit sambil bertanya.   Kau mau bertaruh tidak? Apakah aku bisa tidak bertaruh? Tidakl sahut perempuan itu tertawa.   Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Senyumannya lebih dingin dan beku daripada salju, begitu juga nada ucapannya, begitu selesai bicara, pedangnya telah bergerak melancarkan serangan.   Cahaya pedang berkilauan dibawah sinar lentera, bagai sambaran petir langsung menusuk tenggorokan lawan.   Siau Jit segera menangkis dengan pedangnya, jurus dan gerakan yang dia lakukan tidak lebih lambat dari Suma Tang-shia, begitu pedangnya menyambar, perubahan jurus pun dilakukan silih berganti, Triiing, triiing, triiing dalam waktu singkat ia sudah menyambut sembilan belas jurus serangan lawan.   Sungguh hebat gerak serangan dari Suma Tang-shia, jurus yang satu lebih cepat daripada jurus yang lain, begitu kuat dan hebatnya kekuatan tubuh perempuan ini, bukan saja membuat Lui Sin dan Han Seng terperanjat, Siau Jit sendiripun sempat dibuat tercengang.   Pemuda itu tak berani gegabah, namun ia hanya bertahan tanpa melakukan serangan balik.   331 Triing, triiing dentingan nyaring berkumandang tiada hentinya, serangan yang dilancarkan Suma Tang-shia telah mencapai puncak kehebatannya, dalam sekejap mata ia sudah melancarkan seratus tujuh puluh dua tusukan.   Setiap tusukan mengandung kekuatan yang mampu mencabut nyawa Siau Jit.   Dengan cepat lawan cepat Siau Jit hadapi setiap serangan yang tiba, ketika mencapai jurus ke seratus tujuh puluh satu, dia sudah tak mampu mempertahankan diri lagi.   Satu tusukan kilat dari Suma Tang-shia langsung tertuju ke ulu hati anak muda itu.   Tak disangkal lagi gerak serangan yang dia lakukan jauh lebih cepat daripada Siau Jit, walaupun selisih tidak banyak, namun sudah lebih dari cukup.   Siau Jit sadar kalau dia tak akan mampu mempertahankan diri, tangkisan pedangnya juga tak bakal berhasil, cepat dia melompat mundur.   Suma Tang-shia tidak berhenti sampai disitu, dengan gerak serangan tak berubah, ia menyusul dari belakang.   Bicara tentang ilmu meringankan tubuh, sudah jelas kemampuannya masih diatas Siau Jit, akibatnya walaupun pemuda itu sudah mengubah gerakan tubuhnya dengan belasan ilmu, ia masih gagal melepaskan diri dari kejaran lawan.   Namun pemuda itu tidak putus asa, kembali ia berganti dengan tiga gerakan badan dan akhirnya berhasil juga meloloskan diri.   Toaci serunya kemudian, kepandaian ilmu pedangmu sangat hebat, jauh melebihi kemampuanmu dimasa lampau, siaute benar benar merasa kagum! Suma Tang-shia tertawa dingin.   Jika kau tetap tidak membalas, tak usah tiga ratus gebrakan pun kau pasti akan terluka diujung pedangku! katanya.   Aku percaya! Sementara pembicaraan masih berlangsung, kedua orang itu kembali bertarung ratusan gebrakan.   Bila kau mampu menyambut Tui-mia-samrkiam dari keluarga Suma, aku tak akan banyak bicara lagi! seru perempuan itu.   332 Tubuhnya yang dilapisi cahaya pedang segera melambung ke udara, pedang yang berada dalam genggaman pun tiba-tiba berubah jadi ratusan bilah pedang yang secara bersama menusuk tubuh Siau Jit.   Berkilat mata Siau Jit melihat hal itu, pedangnya cepat berubah, secara beruntun dia mengubah diri sebanyak tujuh kali.   Dengan gerakan pertama dari tujuh jurus Toan-ciong-jit-si, dia patahkan serangan jurus pertama dari Tui-mia-kiam yang dilakukan Suma Tang-shia.   Kembali Suma Tang-shia melambung ke udara, dari s ana ia mengubah gerakan tubuhnya tiga kali dan berganti jurus tiga kali.   Selapis jaring pedang yang rapat segera tersebar keluar dari tubuhnya, mengurung sekujur badan Siau Jit.   Bersamaan waktu Siau Jit ikut berganti jurus serangan, selain menyerang diapun bertahan, tiga gerakan dari ilmu pedang Toan-ciang-jit-si dilancarkan dengan gencar untuk membuyarkan kurungan jaring pedang lawan.   Suma Tang-shia membentak nyaring, bayangan pedangnya ditarik lalu secepat kilat menusuk keluar.   Kali ini dia hanya melancarkan sebuah tusukan, namun dibalik tusukan itu justru terkandung perubahan yang amat rumit, luar biasa hebatnya! Lui Sin dan Han Seng yang mengikuti jalannya pertarungan dari sisi arena pun tak dapat melihat arah mana yang menjadi sasaran.   Begitu juga dengan Siau Jit, ia tak bisa meraba bagian mana yang bakal diserang perempuan itu, empat jurus pertahanan segera dilancarkan.   Dalam empat jurus tadi tersimpan dua puluh delapan jenis perubahan, namun tetap gagal membendung tusukan maut dari Suma Tang-shia.   Tusukan itu bagai air raksa yang tersebar di lantai, dengan kecepatan tinggi menyusup masuk melalui posisi yang sama sekali tak terduga.   Cepat Siau Jit melancarkan lagi dua gerakan serangan, satu gerakan dengan tujuh perubahan, dua gerakan dengan empat belas kemungkinan, hingga perubahan ke empat belas ia baru mendengar suara Triiingl , hampir pada saat bersamaan ia dapat melihat dengan jelas kalau tusukan dari Suma Tang-shia sedang diarahkan ke tenggorokannya.   333 Tusukan pedang itu pada akhirnya terhadang oleh perubahan terakhir dari enam jurus serangannya, sekalipun gagal menghadangnya namun arah sasaran terlihat jelas.   Dengan gerakan spontan Siau Jit menggetarkan pedangnya, jurus terakhir dari Toan-ciang-jit-si pun dengan cepat dilancarkan.   Jurus serangan ini tetap mengandung tujuh jenis perubahan.   Perubahan pertama, pedang telah mengunci datangnya serangan, perubahan kedua menempel diatas mata pedang lawan, perubahan ketiga, sebuah tangkisan yang membuat senjata Suma Tang-shia terkunci diluar, perubahan ke empat membabat ke bawah, perubahan ke lima berputar kencang lalu pedang itu pun menusuk ke dalam perut perempuan itu.   Semua perubahan berlangsung dengan kecepatan luar biasa, sebab bila Siau Jit tidak menggunakan gerakan ke tujuh dari ilmu pedang pemutus ususnya, dia pasti akan tewas tertembus tusukan pedang Suma Tang-shia yang mengarah tenggorokannya.   Dan begitu serangan dilancarkan, maka tiada peluang lagi baginya untuk membatalkan.   Bahkan dia sendiripun tak sanggup mengendalikan perubahan dari gerak serangannya.   Triiiingl pedang dalam genggaman Suma Tang-shia terjatuh ke tanah, kemudian sepasang tangannya digunakan untuk memegangi perut sendiri.   Serangan telah berhenti, pedang pemutus usus telah dicabut keluar dari perut Suma Tang-shia, semburan darah segar pun berhamburan dari balik mulut luka.   Ketika tetesan darah pertama belum jatuh ke tanah, Siau Jit telah menancapkan pedangnya ditanah, dia gunakan sepasang tangannya untuk merangkul tubuh Suma Tang-shia sambil jeritnya.   Toaci...........   ..   Ubah panggilanmu! Tak mungkin bisa dirubah! dengan cepat Siau Jit menotok berapa buah jalan darah penting ditubuh perempuan itu.   Suma Tang-shia tertawa sedih, ujarnya.   Tahukah kau, semuanya itu tak berguna, orang pintar macam kau, kenapa harus melakukan perbuatan sebodoh ini? Siau Jit tak sanggup berkata kata lagi.   334 Setelah menghela napas ujar Suma Tang-shia.   Aku tahu, tujuh jurus ilmu pedang pemutus usus mu pasti dapat mematahkan tiga jurus ilmu pedang pengejar nyawa dari keluarga Suma, sungguh tak kusangka perubahan pedangmu ternyata begitu banyak dan tak terhingga Nada suaranya telah berubah sedikit parau.   Siau Jit menghela napas panjang, bisiknya.   Toaci............   Sudah berulang kali kusaksikan ilmu pedang pemutus usus mu, dalam perkiraanku semula, aku telah berhasil menguasahi semua perubahan yang kau lakukan, ternyata.....   kau memang jagoan masa depan, aku tak mampu menandingimu! Kepandaian toaci pun tak kalah hebatnya Suma Tang-shia menggeleng, ujarnya.   Kalau bukan aku pernah melihat jurus pedangmu, ilmu pedang pengejar nyawa dari keluarga Suma paling banter hanya mampu menyambut lima jurus seranganmu Setelah tertawa lanjutnya.   Nama besar ilmu pedang pemutus usus ternyata memang bukan nama kosong, Siau kecil, kepandaianmu luar biasa Senyumannya kelihatan begitu sendu dan pedih, membuat Siau Jit merasakan hatinya hancur lebur, keluhnya.   Toaci, sejujurnya aku tak ingin membunuhmu Sayang kau sama sekali tak mampu mengendalikan perubahan dari gerak seranganmu, dan sungguh beruntung kau tak mampu mengendalikan, kalau tidak bukan aku yang mati, melainkan kau! Setelah tertawa merdu, tambahnya.   Sejak awal aku sudah pengen mati diujung pedangmu, sekarang harapanku sudah terkabulkan, apa lagi yang harus kukatakan Senyuman itu kelihatan begitu manja dan menawan, namun dalam pandangan Siau Jit justru terasa begitu memedihkan, begitu memilukan hati.   Sambil tertawa bisik Suma Tang-shia.   Siau kecil, kau harus baik baik jaga diri..............   Belum selesai berkata, kepalanya sudah roboh ke samping, dengan senyuman masih dibibir ia menghembuskan napas terakhir dalam pelukan Siau Jit.   Ketika matanya terpejam, tiba-tiba air mata meleleh keluar membasahi pipinya.   335 Siau Jit tidak bergerak, diapun tak bersuara, hanya berdiam diri disitu bagai patung.   Menyaksikan hal itu, Han Seng dan Lui Sin merasa ikut bersedih hati, untuk berapa saat mereka ikut berdiri termangu.   Angin berhembus masuk lewat jendela, cuaca diluar kamar tampak semakin hitam pekat, biarpun malam belum mencapai ujungnya namun jaraknya dengan fajar masih amat jauh.   Entah berapa lama sudah lewat, akhirnya Siau Jit menghembuskan napas dan menggunakan tangannya untuk mengusap air mata di wayah Suma Tang-shia.   Air mata belum mengering, tapi sudah berubah jadi dingin karena tiupan angin malam.   Kulit badan Suma Tang-shia mulai berubah jadi dingin dan kaku, tanpa mengucapkan sepatah kata pun Siau Jit membopong jenasah Suma Tang-shia, bergeser ke depan pembaringan dan membaringkannya disana.   Dia menarik selimut yang ada dipembaringan dan ditutupkan ke tubuh Suma Tang- shia, sesudah menurunkan kelambu baru mundur dari situ.   Kini pakaian berwarna putih yang dia kenakan telah berpelepotan darah, itulah pakaian yang dijahit Suma Tang-shia untuk dirinya, bahkan perempuan itu pula yang membantunya untuk kenakan, tapi sekarang telah dinodai oleh darah dari Suma Tang- shia.   Kalau dibilang inilah kehendak takdir, rasanya kelewat ironis, kelewat memedihkan hati.   Siau Jit berjalan menghampiri pedangnya, mencabut keluar pedang pemutus usus itu dari tanah, tiada noda darah barang setetespun yang membasahi senjatanya.   Setelah menghela napas panjang, katanya.   Mari kita pergi! Pergi ke mana? tanya Lui Sin seolah baru mendusin dari impian buruk.   Thian-liong-ku-sat! Kembali Lui Sin tertegun.   Mau apa pergi ke kuil Thian-liong-ku-sat? Mencari Kelelawar 336 Kelelawar gadungan? Mungkin saja yang asli pun berada disana Mana mungkin mereka akan pergi ke kuil Thian-liong-ku-sat? tanya Han Seng keheranan.   Tentu saja, karena mereka sedang mencari harta karun milik Kelelawar Ia berbicara dengan nada yakin, membuat Han Seng dan Lui Sin yang mendengar jadi tercengang, belum sempat bertanya, Siau Jit telah berkata lagi.   Ciu Kick bukan tewas ditangan Suma Tang-shia Tadi, Suma Tang-shia sudah mengakui sahut Han Seng.   Tak diragukan lagi, sang pembunuh adalah si Kelelawar ......   Kelelawar tanpa sayap gadungan Seharusnya begitu Setelah membunuh Lau Ci-he dan merampas golok Kelelawar milik gadis itu, seharusnya dia mendahului kita dengan pergi mencari Hek Botan dan Pek Hu-yung, tapi nyatanya dia malah terburu buru balik kemari, hal ini hanya menjelaskan akan satu hal Tergerak hati Han Seng.   Apakah dengan mendapat tambahan golok Kelelawar milik Lau Ci-he, ia telah menemukan rahasia yang berada dalam golok golok tersebut? Siau Jit mengangguk.   Padahal sarang Kelelawar yang terdekat adalah kuil Thian-liong-ku-sat Rasanya apa yang kau katakan sangat beralasan Kalau dilihat sepintas seakan tak ada apa apanya disana, karena Kelelawar gadungan pasti tak akan melepaskan setiap jengkal tempat yang berada dalam kuil Thian-liong-ku-sat Rasanya begitu 337 Tapi manusia sepintar Kelelawar, bila dia ingin menyimpan sebuah rahasia, sudah pasti akan dicarikan sebuah cara yang sama sekali diluar dugaan dan amat susah ditemukan Sebenarnya rahasia apa yang ada disana? Mungkin saja harta karun milik Kelelawar yang tak terhitung jumlahnya, mungkin juga kitab pusaka ilmu silatnya yang menakutkan, tapi yang pasti barang barang itu sudah tentu bukan patung pahatan yang kita temukan Patung pahatan itu...........   ..   Han Seng tertegun.   Itulah karya seni yang dibuat dan dikumpulkan si Kelelawar sepanjang hidupnya, mungkin dalam pandangan orang lain, barang barang itu hanya sampah, sama sekali tak ada harganya, tapi bagi Kelelawar pribadi, mungkin tiada benda lain yang bisa ditandingkan dengan karya karya seninya itu Bila dalam kenyataan harta karun yang dimaksud hanyalah karya seni itu, setelah tahu duduk perkara yang sebenarnya, mungkin Kelelawar gadungan bisa mati saking jengkelnya Kemungkinan seperti itu kecil sekali, kalau hanya barang seni, kenapa Kelelawar musti menyimpan rahasianya dalam tiga belas bilah golok Kelelawar? Padahal tidak susah untuk menemukan ruang rahasia dalam kuil Thian-liong-ku-sat Han Seng termenung sebentar, katanya kemudian.   Kelelawar meninggalkan pula rahasia itu untuk orang awam, padahal dimata orang awam, tiada benda lain yang lebih menarik daripada harta karun dalam jumlah banyak Konon Kelelawar memiliki kekayaan melebihi sebuah negeri, disaat dia lenyap, setahuku banyak orang persilatan yang mulai melacak dan mencari jejak harta peninggalannya, oleh karena itu rahasia yang dimaksud sudah pasti rahasia harta karun Menurut dugaan kalian, siapakah Kelelawar gadungan itu? tiba-tiba Han Seng bertanya.   Suma Tionggoan, dan hanya Suma Tionggoan yang bisa memaksa Suma Tang- shia untuk bersikap begitu 338 Siau Jit menghela napas panjang, katanya.   Tadi, walaupun toaci tidak menjelaskan, namun dari nada pembicaraannya, dia sudah mengakui akan hal itu Betul Tapi persoalannya sekarang adalah Suma Tionggoan pun seseorang yang kaya raya, buat apa lagi dia mencari uang sebanyak itu? Mendadak Lui Sin mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak.   Han Seng tidak habis mengerti, diamatinya saudara tuanya itu dengan tertegun.   Setelah tertawa keras, ujar Lui Sin.   Itulah sebabnya saudaraku, kau tak pernah berhasil menjadi seorang pedagang sukses, masa persoalan sekecil inipun tidak kau pahami? Silahkan toako jelaskan Kapan kau pernah mendengar ada orang menampik punya uang banyak? Benar juga sahut Han Seng setelah termenung.   Semakin kaya seseorang semakin suka dia dengan uang, kalau dia tak suka uang, tak mungkin dia akan jadi orang berduit, semakin suka uang tentu saja makin banyak dia semakin senang Aaai, aku rasa inilah alasannya mengapa ia berbuat begitu Han Seng menghela napas.   Lui Sin berpaling dan memandang jenasah Suma Tang-shia sekejap, katanya kemudian.   Aku rasa nona Suma benar benar kelewat bodoh Siau Jit ikut menghela napas, ujarnya.   Selama ini aku selalu tak habis mengerti kenapa ia hidup uring uringan dan tak pernah gembira, lelaki macam apa pun tak pernah dipandang sebelah mata olehnya, tapi sekarang, akhirnya aku tahu juga jawabannya Kelelawar terkutuk, entah berapa banyak anak gadis yang dicelakai olehnya sumpah Lui Sin.   Suma Tionggoan pun pantas mampus kata Han Seng pula, sudah tahu anak gadisnya jadi korban kebrutalan Kelelawar, kenapa ia justru menyaru jadi Kelelawar dengan mencelakai anak gadis lain 339 Mungkin dia sudah mendekati edan Harta karun memang gampang membuat orang jadi edan, demi mendapatkan rahasia dari Kelelawar, mungkin dia telah menggunakan segala cara, oleh karena tidak berhasil maka pada akhirnya dia menempuh cara ini, menyamar jadi Kelelawar tanpa sayap Aku tetap masih belum mengerti ujar Lui Sin.   Kelelawar telah menjadi orang idiot kata Siau Jit, bila ingin dia mengungkap rahasianya, aku percaya hanya ada satu cara.....   yakni memulihkan kembali daya ingatannya! Ooh? Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, dia harus memberikan rangsangan yang besar kepada Kelelawar, tentu saja aku tak bisa menjelaskan apa alasannya, tapi yang pasti ketika seorang yang kehilangan ingatan melihat seseorang yang hampir mirip dengan dirinya dan menyaksikan dia melakukan pelbagai perbuatan yang pernah dia lakukan dimasa lalu, aku percaya perlahan lahan daya ingatnya pasti akan pulih kembali Seharusnya begitu teriak Han Seng sambil bertepuk tangan, kenapa selama ini kita tak pernah memikirkannya? Hal ini dikarenakan selama ini kita tak tahu kalau terdapat dua orang Kelelawar tanpa sayap Yaa, siapa yang menduga? gumam Lui Sin sambil tertawa getir.   Mengenai apakah Kelelawar tanpa sayap gadungan benar Suma Tionggoan atau bukan, meski sampai sekarang belum dapat dipastikan, tapi untuk membuktikan kebenarannya, kita masih harus mendapatkan bukti Jika dugaanmu tak salah, seharusnya masalah ini segera akan jadi terang benderang Siau Jit mengangguk, tanpa bicara lagi ia berjalan meninggalkan ruang kamar itu.   Kegelapan malam masih mencekam seluruh jagad, meski fajar sudah hampir tiba, namun masih selisih jangka waktu yang cukup lama.   340 ALAM semakin kelam, angin berhembus makin kencang.   Rerumputan ilalang bergoyang menimbulkan suara gemerisik, seakan ada begitu banyak sukma penasaran yang bergerak kian kemari, bergerak tiada hentinya.   Cahaya rembulan terasa begitu redup, bayangan hitam dibalik bangunan yang bobrok tampak bagai setan gentayangan yang sedang bersembunyi disana.   Sesungguhnya kuil kuno Thian-liong-ku-sat memang sebuah tempat yang menyeramkan, khususnya ditengah malam buta seperti ini, pada hakekatnya tidak mirip dengan bangunan di dunia.   Namun pada saat itulah terlihat ada dua orang manusia sedang berjalan ditengah semak, dibalik kuil.   Kedua orang itu memiliki perawakan tubuh yang hampir sama, dengan dandanan yang sama, bahkan raut muka mereka pun sama satu dengan lainnya.   Baju berwarna hitam pekat dengan raut muka pucat pasi, warna semacam itu boleh dibilang merupakan warna dari kematian, warna mendekati maut.   Rambut mereka yang terurai panjang berkibar terhembus angin malam, suasana mengerikan yang tak terlukis dengan kata, menyelimuti sekeliling tempat itu, dengan munculnya kedua orang tadi, suasana disitu pun terasa makin dingin menggidikkan.   Semak belukar yang semula tak berkabut, tiba-tiba kini diselimuti kabut tebal.   Kabut malam yang dingin seakan terbawa oleh hembusan angin, seolah pula memancar keluar dari tubuh kedua orang itu.   Bila hal ini merupakan kenyataan, maka asap putih itu bukanlah kabut malam, melainkan hawa setan.   Meskipun kedua orang itu mirip dengan setan gentayangan, namun bila dilihat lebih cermat, rasanya sama sekali tak mirip.   Menurut cerita, setan tak punya bayangan, tapi kedua orang itu punya.   341 Dibawah sinar rembulan, bayangan mereka bergeser mengikuti langkah kaki, melayang ditengah semak, melambung diatas dinding bangunan.   Hembusan angin menggoyangkan rerumputan membuat semak belukar seakan dibelah dengan golok, membuat bayangan mereka terbelah jadi ribuan keping, namun tatkala bayangan mereka bergeser keatas dinding, bayangan itu menyatu dan utuh kembali.   Ada banyak orang mempunyai pengalaman seperti itu, tapi jarang ada bayangan seaneh bayangan mereka.   Gerak gerik orang yang berada didepan jauh tampak normal, tapi orang yang berada dibelakang pada hakekatnya seperti patung, gerak geriknya begitu kaku, seolah setiap organ badannya dibelenggu dengan tali yang kuat.   Tali yang kuat itu seakan dipegang dan dikendalikan orang yang berjalan dimuka, sehingga setiap gerakan yang dilakukan orang dibelakang pada hakekatnya hanya menirukan setiap gerakan orang didepannya.   Cahaya rembulan menyinari pula wajah mereka, siapa pun yang kebetulan menyaksikan mereka berdua saat itu, dapat dipastikan bakal terperanjat, terkesiap.   Walaupun raut muka mereka tidak begitu buruk, namun memancarkan sinar menyeramkan yang tak terlukis dengan perkataan.   Yang lebih aneh lagi adalah raut muka kedua orang itu sama satu dengan lainnya, ibarat pinang dibelah dua.   Orang yang berjalan didepan adalah si Kelelawar, sedang orang yang mengikuti dibelakangnya juga si Kelelawar.   Kelelawar tanpa sayap! Rumput ilalang gemetar ditengah hembusan angin malam, lalu patah terinjak kaki ke dua Kelelawar.   Setelah menembusi halaman belakang, mereka tiba diserambi panjang, didepan lamu batu.   Kelelawar yang berada didepan menghentikan langkahnya, memperhatikan sekejap lampu itu kemudian membungkukkan badan dan menggeser lampu batu itu ke samping.   342 Sebuah lorong rahasia pun muncul didepan mata.   Turun! Kelelawar itu berkata.   Kelelawar yang berada dibelakang selalu menirukan gerak gerik Kelelawar didepannya, dia ikut menjerit.   Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Turun............   Gerak geriknya yang semula kaku pun berubah lebih lincah dan hidup, diiringi suara tertawa yang aneh, selangkah demi selangkah dia berjalan masuk ke dalam lorong, menuruni undak undakan batu.   Kelelawar yang menggeser lampu batu itu ikut masuk ke dalam lorong, kemudian menggeser balik lampu batu itu ke posisi semula.   Ke dua orang Kelelawar itupun lenyap dengan begitu saja dibawah permukaan tanah.   Meski mereka sudah lenyap, suasana menyeramkan yang mencekam tempat itu tidak berubah karenanya.   Tempat itu sesungguhnya memang sebuah tempat yang menyeramkan.   ooOOoo Angin malam berhembus kencang di jalan raya.   Dahan dan ranting yang bergoyang karena hembusan, menimbulkan suara yang riuh, riuh bagai tangisan setan gentayangan.   Malam ini, suasana di jalan raya itupun terasa ikut mengerikan, menggidikkan hati.   Dalam suasana seperti inilah tiga ekor kuda tampak berlarian kencang ditengah jalan raya.   Siau Jit berada dipaling depan, wajahnya sama sekali tak nampak letih, dibalik tampangnya yang ganteng justru terselip perasaan sedih dan murung yang sangat dalam.   Lui Sin dan Han Seng mengikuti dibelakangnya, walaupun mereka tak dapat menyaksikan paras Siau Jit, namun tahu bagaimana perasaan hati anak muda itu sekarang.   Karenanya mereka pun tidak bersuara.   Setelah berbelok satu tikungan, tibalah mereka didepan warung teh.   343 Warung yang roboh masih berserakan ditepi jalan, sekalipun mayat disana telah diangkut semua, noda darah masih berceceran diseluruh lantai, kendatipun waktu itu sudah mengering.   Ditengah udara, tiada terendus lagi bau anyirnya darah.   Tapi Lui Sin seolah mengendus lagi anyirnya darah, tanpa terasa ia teringat kembali dengan saudara saudaranya yang telah tewas, cairan darah yang mengalir dalam tubuh tiba-tiba saja mendidih, bergelora.   Kalau boleh, dia ingin sekali berteriak keras.   Sekarang juga aku berangkat untuk balaskan dendam kematian kalian! Han Seng sendiripun merasakan gejolak itu.   Belum sempat mereka berteriak, kuda tunggangan mereka justru berteriak lebih dulu, berteriak secara mendadak bahkan sangat mengerikan.   Tidak terkecuali kuda yang ditunggangi Siau Jit.   Ditengah ringkikan panjang, ke tiga ekor kuda itu mengangkat kaki depannya tinggi tinggi dan tak mau bergerak maju lagi, mereka seakan merasakan rasa kaget dan takut yang luar biasa.   Tak ada bayangan manusia didepan sana, lalu mengapa kawanan kuda itu gugup dan ketakutan? Sambil berusaha mengendalikan kuda tunggangannya, Han Seng dan Lui Sin saling bertukar pandangan, saling memandang dengan perasaan kaget bercamur tercengang.   Hati hati! tiba-tiba terdengar Siau Jit membentak nyaring.   Baru selesai dia membentak, buuuk, buukkk.....   suara gaduh berkumandang dari emat penjuru, disusul munculnya sekelompok Kelelawar dari balik hutan, terbang cepat di angkasa langsung menyerang ke tiga kuda tunggangan itu.   Ringkikan kuda makin kencang, rontaan mereka makin kuat, hampir saja ke tiga orang itu tak sanggup mengendalikan diri.   Golok emas pedang perak serentak dicabut keluar dari sarungnya, pedang pemutus usus pun sudah tergenggam ditangan, ketiga orang itu dengan tatapan tajam mengawasi bangunan warung teh itu tanpa berkedip.   344 Dalam waktu singkat kawanan Kelelawar itu mulai menyerang, mulai menerkam dengan ganasnya.   Golok emas berkelebat lewat, diantara kilatan cahaya tajam kawanan Kelelawar itu satu demi satu terbabat kutung dan berguguran ke tanah.   Han Seng tak berani mengayal, cahaya pedang berkilat, kawanan Kelelawar itu kembali tersambar hingga hancur berkeping.   Hanya Siau Jit yang tidak bergerak, sementara kawanan Kelelawar itu pun tak ada yang langsung menerjang tubuhnya, begitu tiba disekelilingnya langsung buyar ke arah lain.   Rupanya meski pedang tidak dicabut keluar, namun hawa pedang telah memancar diseputar sana.   Sekalipun hawa pedang itu tak dapat melukai orang, namun cukup membuat rontoknya nyali.   Begitu pula keadaannya ketika digunakan untuk menghadapi serangan Kelelawar, apakah kawanan Kelelawar itupun dapat merasakan pekatnya hawa pedang? Lui Sin dengan golok emasnya tidak berhenti menyerang, secara beruntun dia sudah menusuk belasan ekor Kelelawar yang datang menyergap, begitu melihat pedang Siau Jit masih dalam sarung dan kawanan Kelelawar itu seakan hendak menerjang kearahnya, tanpa sadar ia berteriak keras.   Saudara Siau, hati hati! Gara gara sedikit berayal, seekor Kelelawar terbang masuk menembusi jaring goloknya, nyaris menubruk pipinya.   Dengan kaget Lui Sin mengebaskan ujung bajunya, Plaaak! Kelelawar itu mencelat ke samping, ditengah kilatan cahaya golok, lagi lagi dia membabat binatang itu hingga terpotong jadi dua bagian.   Kawanan Kelelawar itu hanya menakut nakuti kita, tak bisa membunuh orang! terdengar Siau Jit menyahut.   Sementara pembicaraan berlangsung, tatapan matanya masih terarah ke sebelah depan, ucapan itu seolah tertuju untuk Lui Sin, tapi seakan bukan.   Ooh! Lui Sin segera menarik kembali senjatanya, dia amat mempercayai Siau Jit, seperti dia amat mempercayai goloknya.   345 Pada saat bersamaan Han Seng menarik pula senjatanya.   Dikedua sisi kuda tunggangan mereka telah berserakan puluhan ekor Kelelawar, bau anyir darah segera merambah seluruh udara.   Kawanan Kelelawar itu masih saja datang menerkam, bahkan ada berapa ekor yang menempel ditubuh kedua orang itu.   Selama hidup belum pernah Han Seng dan Lui Sin mengalami kejadian seperti malam ini, tanpa terasa timbul perasaan ngeri dan seram dihati kecilnya, namun kedua orang itu tidak sampai menjerit.   Hanya berapa saat berapa ekor Kelelawar itu menempel ditubuh mereka berdua, kemudian kawanan binatang itu kembali terbang melayang ke udara.   Lalu mereka pun terbang menari disekeliling tubuh ke tiga orang tersebut.   Kuda kuda tunggangan mereka meringkik ketakutan sambil berusaha meronta, untung ketiga orang jagoan itu berhasil mengendalikan, kawanan kuda yang lambat laun mulai terbiasa menghadapi kawanan Kelelawar yang beterbangan pun mulai bisa menenangkan diri dan berhenti meringkik dan meronta.   Tatapan mata Siau Jit sama sekali tidak berubah, saat itulah dia baru berseru lagi.   Sudah saatnya anda menampakkan diri! Suara tertawa dingin segera bergema dari arah depan sana, diikuti munculnya seseorang dari balik pepohonan.   Orang itu berbaju hitam, berwajah pucat dan berambut kusut tak rapi.   Kelelawar tanpa sayap! Kelelawar tanpa sayap ke tiga! Tentu saja Siau Jit bertiga tidak tahu kalau dalam kuil Thian-liong-ku-sat telah muncul dua orang Kelelawar tanpa sayap, disaat kemunculan Kelelawar itu, mereka bertiga hanya terpikirkan satu hal.   Kelelawar yang menampakkan diri ini gadungan atau yang asli? Disekeliling Kelelawar itupun tampak kawanan Kelelawar yang terbang mengiringi, mereka tidak menukik, pun tidak menempel, seakan kawanan dayang, kawanan menteri yang sedang mengiringi raja nya.   346 Langkah kaki Kelelawar itu sangat lambat, ia berhenti kurang lebih satu meter diluar hutan, membiarkan seluruh tubuhnya terbungkus dibalik bayang bayang kegelapan.   Siau Jit masih menatap Kelelawar itu tanpa berkedip, ia belum menegur maupun melakukan sesuatu tindakan, Lui Sin dan Han Seng yang berada disamingnya tak kuasa menahan diri lagi, tiba-tiba mereka berteriak keras.   Sebetulnya kau si Kelelawar asli atau gadungan? Si Kelelawar tidak menjawab, sepasang lengannya digetarkan sambil berpekik nyaring, kawanan Kelelawar yang sedang beterbangan di angkasa pun seketika menukik ke bawah dan menyerang secara membabi buta.   Bersamaan itu, tubuhnya yang ceking turut melambung ke tengah udara.   Cahaya berkilauan ditengah udara, ditangan kanan si Kelelawar tahu tahu sudah bertambah dengan sebilah pedang.   Pedang sepanjang satu meter itu secepat kilat menusuk ke arah kuda tunggangan dari Siau Jit.   Serbuan kawanan Kelelawar itu telah mengalutkan pikiran Siau Jit, seharusnya dapat mengalutkan pula pandangan matanya.   Kecepatan maupun sudut serangan yang dilancarkan pedang itu lebih lebih diluar dugaan siapa pun.   Sejak awal Lui Sin dan Han Seng sudah berjaga jaga bila Kelelawar melancarkan serangan secara tiba-tiba, begitu melihat pihak lawan bergerak, serentak mereka tinggalkan kuda masing masing dan menyongsong kedatangannya dari kiri dan kanan.   Sekalipun begitu, ternyata mereka gagal mengejar kecepatan dari serangan tersebut, belum lagi bacokan golok dan pedang mereka mendekati sasaran, tusukan pedang si Kelelawar telah tiba duluan didepan dada Siau Jit.   Triiing! suara dentingan nyaring segera berkumandang.   Pada detik terakhir sebelum serangan musuh tiba, Siau Jit telah mencabut pedangnya dan menangkis serangan itu hingga terpental ke saming.   Dengan satu lompatan cepat ia tinggalkan kuda tunggangannya, meminjam tenaga getaran yang terjadi ia bersalto berulang kali di udara lalu melayang turun di belakang Kelelawar.   347 Gagal dengan tusukan mautnya si Kelelawar segera merendahkan badan sambil memutar separuh badan, kembali tiga tusukan berantai dilancarkan.   Pada tusukan yang pertama, dia masih selisih setengah meter dari posisi Siau Jit, tapi pada tusukan kedua dan ketiga, ujung pedangnya sudah cukup jarak untuk menghabisi nyawa lawan.   Kesempurnaan ilmu pedang yang dimiliki orang ini jelas masih berada diatas kemampuan Suma Tang-shia.   Ternyata jurus pedang yang dia pergunakan adalah ilmu pedang Tui-mia-kiam-hoat dari keluarga Suma.   Jangan jangan dia adalah Suma Tionggoan? Belum habis ingatan itu melintas lewat, tiga serangan maut dari si Kelelawar telah dilancarkan, tiga jurus menyatu jadi satu, cepat, kilat dan amat lincah.   Hanya dalam satu malaman, untuk kedua kalinya Siau Jit harus berhadapan dengan Tui-mia-sam-kiam, bahkan kali yang satu lebih dahsyat daripada kali berikutnya.   Cahaya pedang bergerak bagai sambaran petir, ditengah malam seperti ini, kilatan tersebut masih terasa amat menyilaukan mata.   Serangan ini sedikit pun tidak lebih jelek daripada serangan dari Suma Tang-shia.   Tak diragukan lagi, hal ini sama sekali tak ada hubungannya dengan bentuk pedang, hanya saja ilmu pedang serta tenaga dalam yang dimiliki orang ini masih jauh melebihi kemampuan Suma Tang-shia.   Dalam pada itu Lui Sin dan Han Seng telah menyusul tiba, namun sulit bagi mereka untuk menembusi jala pedang yang terbentuk.   Tujuh jurus ilmu pedang pemutus usus dari Siau Jit telah dilancarkan serentak.   Dua bilah pedang segera saling beradu ditengah udara, Criiing, criiing, ......   percikan bunga api pun berhamburan ke empat penjuru.   Tubuh kedua orang itu bergerak cepat, bayangan mereka seolah telah menyatu jadi satu bayangan, dua bilah pedang yang saling menyerang pun seolah menyatu jadi sebilah pedang saja.   348 Bayangan pedang memenuhi angkasa, selapis jala pedang yang rapat dan kuat pun terbentang di tengah udara, dihiasi kilauan cahaya yang memancar ke empat penjuru.   Lui Sin serta Han Seng hanya bisa berdiri tertegun, walaupun mereka dapat menyaksikan butiran keringat sebesar kacang kedele telah membasahi wajah mereka berdua, namun kedua orang itu hanya bisa menonton dengan perasaan panik bercampur gundah.   Sesungguhnya mereka ingin sekali membantu Siau Jit, namun sayang kekuatan mereka tak mampu untuk turut campur, tentu mereka pun sadar, membantu tanpa mengetahui keadaan yang sebenarnya bukan saja tak akan membantu, bahkan bisa jadi malah akan mencelakakan Siau Jit.   Mereka cukup mengerti akan kelihayan ke tiga jurus ilmu pedang pengejar nyawa dari keluarga Suma.   Dengan kemampuan yang dimiliki sekarang, merekapun tahu kalau belum mampu menghadapi ke tiga jurus serangan dari Suma Tang-shia, sedang Siau Jit pasti dapat melayaninya, namun dia pun terdesak dalam posisi yang amat berbahaya.   Dan sekarang mereka pun dapat melihat bahwa kepandaian silat yang dimiliki si Kelelawar masih jauh diatas kemampuan Suma Tang-shia.   Walaupun sadar akan kelihayan lawan dan posisi berbahaya dari Siau Jit, apa mau dikata mereka pun tak tahu bagaimana harus terjunkan diri ikut dalam pertarungan itu.   Perubahan maupun gerak serangan pedang Siau Jit dan Kelelawar kelewat cepat, kelewat rapat hingga sama sekali tak meninggalkan peluang bagi mereka untuk masuk.   Tujuh jurus ilmu pedang pemutus usus cepat, tepat, telengas, begitu pula dengan tiga jurus ilmu pedang keluarga Suma, tak diragukan lagi mati hidup mereka segera akan ditentukan dalam sekejap mata.   Tangan Lui Sin dan Han Seng yang menggenggam senjata telah meradang, otot hijau pada menonjol keluar, bila dalam penentuan mati hidup nanti Siau Jit lah yang roboh, maka tanpa ragu mereka segera akan menerkam maju dan menyerang habis habisan.   Biarpun golok emas pedang perak masih belum mampu mengungguli kemamuan Siau Jit, namun serangan total yang dilancarkan dengan sepenuh tenaga seharusnya masih mampu untuk menghabisi nyawa si Kelelawar.   349 Sebab menurut perkiraan mereka, sekalipun Siau Jit roboh, namun kondisi si Kelelawar pun pasti tak jauh berbeda, biar tidak sampai mati pun tentu menderita luka parah.   Terhadap ilmu pedang pemutus usus milik Siau Jit, mereka menaruh kepercayaan yang sangat tinggi.   Golok dan pedang sudah siap melancarkan serangan, ketegangan mereka pun ibarat anak panah yang sudah ditarik diatas gendawa.   Peluh dingin makin deras membasahi badan.   Criiing, criiiing! tiba-tiba terdengar suara dentingan nyaring, bayangan pedang lenyap, dua sosok bayangan manusia saling melintas lewat.   Siau Jit meluncur kearah kanan sejauh satu tombak setengah, pedangnya menghadap ke bawah, tetesan darah mengalir dari ujung pedang, peluh sebesar kacang membasahi pula wajahnya.   Hanya tetesan keringat! Sebaliknya si Kelelawar meluncur kearah kiri, tangan kirinya meraih dan berpelukan disisi sebatang pohon, pedangnya menancap ke atas tanah.   Darah segar menyembur keluar dari perutnya, membasahi seluruh permukaan tanah, akhirnya dia buka suara.   Ternyata pedang pemutus usus memang bukan bernama kosong! Ternyata suara seorang wanita.   Siau Jit tertegun, begitu pula Lui Sin dan Han Seng, untuk sesaat mereka berdiri mematung.   Dengan sorot mata yang sayu dan mulai redup, si Kelelawar memandang sekejap kegelapan langit, lalu gumamnya lagi.   Kau jangan salahkan aku, sesungguhnya aku telah berusaha dengan sepenuh tenaga...........   ..   Belum selesai ia berkata, badannya yang memeluk batang pohon sudah roboh, Braaaam! ia roboh ke tanah, pedang yang menancap ditanah pun ikut patah jadi dua bagian.   Kulit wajahnya yang tergesek kulit pohon seketika mengelupas, ternyata dibalik kulit wajahnya masih tersisip kulit wajah lain, wajah seorang wanita.   350 Wajah perempuan itu tidak terlampau asing bagi pandangan Siau Jit bertiga.   Sim Ngo-nio! teriak Lui Sin kaget.   Ternyata perempuan itu tak lain adalah adik seperguruan Suma Tionggoan yang rela jadi budak, Sim Ngo-nio yang selama ini melayani kebutuhan Suma Tang-shia.   Kenapa bisa dia? seru Han Seng sambil maju dua langkah.   Aku tahu, nenek ini pasti sedang berusaha untuk menghalangi kepergian kita ke kuil Thian-liong-ku-sat ujar Lui Sin dengan kening berkerut.   Ini berarti Suma Tionggoan pasti berada dalam kuil Thian-liong-ku-sat Han Seng menambahkan.   Pasti! jawab Lui Sin yakin, saat itulah ia baru teringat akan Siau Jit, buru buru dihampirinya sambil menegur.   Saudara Siau...........   ..   Aku tidak apa-apa jawab Siau Jit sambil menggeleng.   Sembari membesut keringat yang membasahi jidat, Lui Sin tertawa keras.   Hahaha, sudah kuduga, ilmu pedang pemutus usus mu memang tiada tandingan dikolong langit Siau Jit tertawa getir.   Andaikata aku tidak bertarung lebih dulu melawan toaci sehingga mengetahui perubahannya, yang roboh terkapar saat ini meski bukan aku, paling tidak separuh nyawa ku sudah lenyap Begitu lihaykah si nenek itu? Toaci sama sekali tidak membohongi kita, tak diragukan dia memang adik seperguruan Suma Tionggoan Kenapa......    Darah Daging Karya Kho Ping Hoo Tugas Rahasia Karya Gan KH Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong

Cari Blog Ini