Kelelawar Tanpa Sayap 5
Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying Bagian 5
Kelelawar Tanpa Sayap Karya dari Huang Ying Aku dengar memang begitu Paling tidak belum pernah ada hingga saat sekarang, saat sebelum aku mengundurkan diri Aku sendiripun tidak yakin kemampuanku sanggup menandingi dirimu Meski kau tak yakin bisa menangkan aku, namun kau tak akan mundur dari gelanggang? Tentu saja, kau pun tak akan membiarkan aku keluar dari gelanggang ini Memang tak mungkin Apalagi aku memang tak berniat mundur dari sini kat a Siau Jit cepat. Dengan tajam Ong Bu-shia menatap lawannya, tiba-tiba ia tertawa. Aku sangat berharap kau adalah lawan tandingku katanya. Kenapa? Karena aku sudah banyak tahun hidup kesepian. 112 Setelah berhenti sejenak, tambahnya. Selama banyak tahun, belum pernah ada orang berhasil mengalahkan aku, bahkan mencari lawan tanding yang seimbang pun susahnya setengah mati. Karena itu kau merasa kesepian? Betul Siau Jit menatapnya tajam. Terlepas manusia macam apakah dirimu, dalam pertarungan kali ini, aku tak akan memandang enteng dirimu Aku memahami maksudmu ...... kau memang seorang jago silat tulen, seorang pesilat sejati Sama-sama, kita setali tiga uang Tahukah kau apa hubunganku dengan Ong Sip-ciu? tiba-tiba Ong Bu-shia bertanya, Putramu! Betul, dia adalah satu-satunya putraku Sayang putra mu tidak memiliki kegagahanmu walau hanya setengahnya saja Aku hanya memiliki seorang putra, tentu saja dia kelewat manja hingga terbentuk watak yang lemah Kau seharusnya tahu bukan kenapa aku harus membunuhnya? Dalam pandangan kalian orang orang hiap-gi yang mengutamakan kebajikan dan kebenaran, tentu saja semua perbuatan dan sepak terjangnya pantas diganjar dengan kematian, namun dalam pandangan kami orang orang kalangan hitam, ulahnya masih belum terhitung kelewat jahat dan busuk, khususnya dalam pandanganku sebagai ayahnya, apa pun yang telah dia lakukan pantas dimaafkan dan diampuni, dosanya tak perlu ditebus dengan kematian Aku mengerti Bagus sekali seru Ong Bu-shia sambil perlahan-lahan menggeser kakinya. Siau Jit segera ikut menggeser pula langkah kakinya. 113 Kedua orang itu sudah tidak berbicara lagi, seolah pembicaraan apa pun disaat ini sudah tak berguna lagi. Pedang Siau Jit sudah terhunus, tubuh dan pedang seolah telah terwujud jadi satu. Ong Bu-shia menggerakkan pula sepasang tangannya kian kemari, setiap saat dia siap melancarkan serangan. Akhirnya serangan pun dilancarkan! Pergeseran badan Ong Bu-shia dilakukan tidak terlampau cepat, sementara Siau Jit bergeser lebih lambat, ia berdiri diatas meja, berada diatas untuk menghadapi serangan dari bawah, bahkan posisi dimana ia berdiri merupakan sumbu dari perputaran mereka berdua, karena itu dia tak perlu banyak bergerak. Si Hong berdiri persis disamping Siau Jit, pedang lemasnya sudah dipersiapkan untuk setiap saat melancarkan serangan. Ia menatap Siau Jit, sorot matanya sama sekali tak berkedip, tubuhnya pun sama sekali tak bergerak. Hingga Siau Jit berdiri membelakangi dia, tiba-tiba saja ia bertindak, secepat kilat tubuhnya menerkam ke arah Siau Jit, Nguungg! pedang lemasnya digetarkan hingga tegak lurus, bagai ular berbisa langsung menyergap bagian mematikan dipunggung lawan. Serangan pedang yang amat beracun, hati dan pikirann ya jauh lebih beracun! Dia menduga, begitu serangan dilancarkan, tak ayal Ong Bu-shia pasti akan manfaatkan kesempatan itu untuk melancarkan pula serangannya, dengan begitu mereka berdua akan menyergap bersamaan waktu. Dengan ikut serta dalam melancarkan serangan maut itu, niscaya Ong Bu-shia dapat menghabisi nyawa Siau Jit. Mungkin saja apa yang dia bayangkan merupakan kenyataan. Sayang dugaannya meleset jauh, ternyata Ong Bu-shia sama sekali tak bergerak, dia hanya mengawasi gerak serangannya itu dengan pandangan dingin. Seketika itu juga hatinya tercekat, bergidik. Sayang pedangnya sudah terlanjur melancarkan tusukan, tusukan kilat ibarat anak panah yang terlepas dari busur, tak mungkin untuk ditarik balik. 114 Dalam waktu singkat cahaya pedang bagai bianglala telah menghampiri tubuh Siau Jit, dan pada saat yang bersamaan tiba-tiba Siau Jit membalikkan badan. Bersamaan itu pedangnya melepaskan sebuah tusukan! Serangan yang dilancarkan Si Hong sesungguhnya tidak terhitung lambat, dalam sekali tusukan dia telah melepaskan tujuh belas ancaman, tapi sayang gerak pedang Siau Jit jauh lebih cepat, biar menyerang belakangan tapi serangan tiba disasaran lebih awal, tujuh belas tusukan kilat seketika membendung seluruh ancaman yang dilakukan Si Hong. Menyaksikan kejadian itu Si Hong membentak nyaring, berapa kali dia merubah gerakan tubuhnya namun selalu gagal untuk melepaskan diri dari ancaman pedang lawan. Sambil mendengus tangan kirinya berputar, tujuh batang paku bunga li yang sangat beracun siap dibidikkan ke tubuh lawan, siapa tahu baru saja tangan kirinya bergerak, telapak tangan kiri Siau Jit sudah membacok pergelangan tangannya. Dengan ketajaman matanya ternyata ia tak bisa melihat dengan jelas darimana datangnya bacokan itu, dengan kegesitan gerak tubuhnya pun dia tak sanggup berkelit atau menghindarkan diri. Rasa sakit yang luar biasa merasuk hingga ke tulang sumsum, pergelangan tangannya yang ditelikung ke belakang membuat genggaman ke lima jarinya mengendor, paku paku bunga li yang sudah siap ditimpuk pun seketika berjatuhan ke tanah. Selama ini Ong Bu-shia hanya menyaksikan jalannya pertarungan sambil bergendong tangan, sama sekali tak punya niat untuk turun tangan membantu. Menyaksikan hal ini, Si Hong merasa hatinya mencelos, perasaannya makin terperosok dalam. Bersamaan dengan timbulnya rasa takut, tiba-tiba perutnya terasa pedih, panas bagai terbakar dan sakitnya bukan kepalang. Inilah perasaan terakhir yang bisa dia rasakan sepanjang hidupnya! Pedang milik Siau Jit telah menusuk ke dalam perutnya, menghujam dalam dalam. Begitu ujung pedang menembusi perutnya, darah segar pun menyembur keluar bagaikan mata air. 115 Si Hong terpuruk diatas lantai bagai manusia tanah liat yang tergenang air, Traaang! Pedang lemasnya terlepas dari genggaman dan jatuh ke samping. Sementara itu Siau Jit telah menarik kembali pedangnya, perlahan ia berpaling, menatap Ong Bu-shia dengan pandangan dingin. Ternyata gerak serangan pedangnya selain cepat, ganas pun sangat telengas. Ong Bu-shia balas menatap Siau Jit dengan pandangan dingin, tiba-tiba ujarnya. Sekali tusukan memutuskan usus, ternyata nama besarmu memang bukan nama kosong. Kau seharusnya turun tangan selamatkan jiwanya Selama hidup, aku tak pernah mau melakukan pekerjaan yang sama sekali tak berguna Ong Bu-shia memandang sekejap jenasah Si Hong yang terkapar ditanah, lalu ujarnya lagi. Dia tidak seharusnya membokongmu dari sudut tersebut, sebab, walaupun kau berdiri membelakangi dia, namun sudut itu merupakan benteng pertahanan yang kuat bagimu, sudut yang tak mungkin bisa membuahkan hasil. Mencorong sorot mata Siau Jit. Terdengar Ong Bu-shia berkata lebih jauh. Andaikata dia menyerangmu dari sudut kanan, paling tidak kau harus menyambut tiga buah serangan berantainya Sinar mata Siau Jit makin mencorong dingin. Sekalipun dia menyerangku dari sudut kanan, aku yakin kau tetap tak akan turun tangan membantu. Betul! Walaupun dia datang bersamamu, padahal dalam kenyataan dia hanya kelinci percobaanmu, kau ingin gunakan dia untuk menjajal tipu muslihat ilmu pedangku Tepat sekali Dia seharusnya mengerti akan hal ini Sayang tidak banyak orang cerdas dikolong langit saat ini, terlebih orang secerdas kau 116 Setelah berhenti sejenak, lanjutnya. Sayangnya pula, orang yang kelewat cerdas biasanya bukan merupakan satu kejadian yang baik Siau Jit tertawa dingin. Entah sudah berapa kali kudengar perkataan semacam itu? dengusnya. Oya? Bahkan hampir semuanya pasti mengatakan satu hal uApa?n Karena orang yang kelewat pintar, biasanya tidak berumur panjang! Hahaha! Ong Bu-shia tertawa tergelak, katanya samb il manggut manggut, hal seperti ini jelas bukan satu kejadian yang menyenangkan Sayangnya manusia bukan hanya andalkan kecerdasan, seringkali selain pintar, diapun harus berbudi luhur sehingga selalu dilindungi Thian, bahkan berumur panjang Sayang tidak banyak manusia seperti itu Tapi bukan berarti tak ada orang semacam itu Jadi maksudmu, kau adalah salah satu diantaranya? Betul atau tidak, aku sendiri tidak tahu, bahkan aku sendiri pun tak tahu apakah aku termasuk orang pintar atau tidak Kau bisa berkata begitu, hal ini menandakan kalau kau memang seseorang yang sangat cerdas, moga moga saja kau berumur lebih panjang daripada orang cerdas lainnya Kau serius berharap begitu? Siau Jit balik bertanya. Hahaha, tentu saja bohong! Begitu selesai bicara, tiba-tiba tubuhnya mulai bergerak, dia tidak melompat ataupun menerkam, tapi selangkah demi selangkah berjalan mendekat. Siau Jit tidak bergerak, dia hanya mengawasi Ong Bu-shia yang semakin mendekat dengan pandangan dingin. Ong Bu-shia sama sekali tidak berhenti, sampai mendekati meja tersebut, ia baru mulai berputar, bergerak menuju ke sisi kanan anak muda itu. 117 Siau Jit masih berdiri diatas meja dengan pedang terhunus, tubuhnya ikut berputar mengikuti gerakan musuhnya. Ong Bu-shia mulai berputar, makin lama ia bergerak makin cepat, akhirnya dia mengelilingi meja itu dengan kecepatan luar biasa. Siau Jit, tubuh berikut pedangnya ikut berputar. Walaupun dia cepat, namun gerakannya tak sanggup menyusul gerakan tubuh Ong Bu-shia, dalam waktu singkat kakek jangkung itu telah merebut posisi sebelah kanan, bahkan sepasang tangannya langsung membacok, membabat pinggiran meja tersebut. Praaakkkl meja yang lebar lagi kuat itu segera terbelah jadi dua bagian. Berbareng dengan terbelahnya meja itu, Siau Jit ikut melambung ke tengah udara, coba dia baru melambung setelah meja itu terbelah, niscaya keseimbangan badannya akan sangat terpengaruh. Berada ditengah udara, ia bersalto berapa kali, kemudian Wussss! ia berbalik posisi, dengan kepala dibawah kaki diatas, pedangnya langsung menusuk kepala lawan. Dalam posisi begitu, seharusnya Ong Bu-shia ikut melambung untuk melakukan pengejaran, namun dia sama sekali tidak berbuat begitu. Mungkin hal ini dikarenakan ia telah menduga akan serangan kilat yang bakal dilancarkan Siau Jit, dia berdiri tegak sambil menyambut datangnya ancaman tersebut. Bukan saja dia tidak melambung, sebaliknya justru merendahkan badan sambil menyusup ke bawah meja. Babatan pedang Siau Jit segera menyambar dari atas kepalanya, hanya terpaut satu inci dari ujung rambutnya. Dengan cepat orang tua itu merentangkan tangannya ke kiri kanan, ia sambar kaki meja lalu diiringi bentakan nyaring, belahan meja tersebut diangkat keatas dan dihantamkan ke tubuh Siau Jit. Untuk kedua kalinya Siau Jit mencelat ke samping, kini dia telah berbalik posisi dengan kepala diatas kaki dibawah, tubuh berikut pedangnya kembali melambung. Saat inilah Ong Bu-shia baru melompat bangun, tangannya sambil tetap memegang kaki meja yang terbelah merangsek maju ke depan, ternyata gerakan tubuhnya masih tetap cepat. 118 Kini kedua belah lembaran meja yang terbelah itu digunakan sebagai tameng untuk melindungi tubuhnya, dengan kondisi seperti ini dia melanjutkan terjangan. Berulang kali Siau Jit mengubah gerakan tubuhnya, namun selalu gagal melepaskan diri dari jangkauan meja terbelah, akhirnya dia berpekik nyaring, tubuhnya mencelat ke atas, langsung menerjang permukaan genting ruangan. Braaak.......! ditengah suara keras dan hamburan debu serta hancuran genting, tubuh Siau Jit menerobos keluar dari ruangan dengan menembusi langit langit. Pada saat itulah kedua lembar meja yang berada ditangan Ong Bu-shia telah menghantam langit langit, Braaak, braaak............ suara gemuruh bergema makin nyaring, semakin banyak debu dan hancuran genting berhamburan diseluruh ruangan, meledak, meletup dan hancur berantakan. Tidak berhenti sampai disitu, Ong Bu-shia menerobos keatas mengejar musuhnya, begitu berada disamping Siau Jit, lembaran meja ditangannya kembali menyapu ke depan dengan jurus Heng-sau-jian-pit-be (menyapu rata seribu ekor kuda). Kembali Siau Jit melompat ke tengah udara. Gagal dengan sapuannya, Ong Bu-shia menarik tangannya sambil merapat, kedua belah lembar meja itu segera saling berbenturan, Braaak! diiringi suara ledakan, lempengan kayu itu hancur berantakan dan menyebar ke empat penjuru. Bukan begitu saja, paling tidak ada separuh bagian diantaranya langsung meluncur ke tubuh Siau Jit. Berada ditengah udara Siau Jit memutar pedangnya rapat rapat, ia ciptakan selapis bola cahaya yang tajam untuk melindungi tubuh, begitu hancuran kayu menghampirinya, kepingan kayu itu langsung remuk jadi bubuk dan berhamburan ke lantai. Menggunakan kesempatan itu Ong Bu-shia ikut melambung ke udara, sepasang tangannya menerobos masuk ke hadapan lawan, dengan tangan kiri melepaskan tujuh serangan, tangan kanan enam pukulan, dalam saat yang bersamaan dia lancarkan tiga belas buah ancaman berantai. Angin pukulan menderu deru, begitu kuatnya sapuan tersebut memaksa bola cahaya pedang yang diciptakan Siau Jit buyar seketika. 119 Bukan hanya begitu, pukulan ke tiga belas dari Ong Bu-shia ternyata berhasil menghantam pedangnya hingga miring ke bawah, memanfaatkan kesempatan itu satu sodokan maut dihantamkan ke dada lawan. Siau Jit memang bukan jagoan kemarin sore, berada di udara cepat ia berganti posisi, disaat yang paling kritis dia mengigos dari hantaman Ong Bu-shia lalu mencelat keluar halaman. Sambil membentak nyaring tubuhnya meluncur ke bawah bagai seekor burung terbang. Tempat dimana dia melayang turun tak lain adalah jalan raya, ditempat itu pula para tamu rumah makan yang membubarkan diri berkumpul, tapi begitu melihat atap dan kayu berhamburan di udara, apalagi melihat pertarungan ke dua jagoan itu sudah bergeser ke sana, tergopoh orang orang itu kembali membubarkan diri. Baru saja kaki Siau Jit menginjak tanah, Ong Bu-shia telah menyusul tiba, sepasang tangannya dengan jurus Ngo-lui-hong-teng (lima guntur menghantam puncak) menghantam ubun ubun anak muda itu. Kali ini Siau Jit tidak berusaha menghindar, pedangnya diayun keatas menciptakan satu lingkaran cahaya untuk menyongsong datangnya ke dua belah tangan kakek itu. Tidak menunggu sepasang tangannya berhasil menyentuh tubuh lawan, cepat Ong Bu-shia mengigos ke samping. Berdasarkan pengalaman yang dimiliki, tentu saja dia dapat merasakan kelihayan dari serangan anak muda itu. Lingkaran cahaya pedang Siau Jit segera ditarik kembali, dengan pedang bersatu badan, ia balas menyerang Ong Bu-shia dengan kecepatan bagai anak panah terlepas dari busur. Berada ditengah udara, secara beruntun Ong Bu-shia berganti dengan tujuh macam gerakan tubuh sebelum berhasil meloloskan diri dari ancaman itu, begitu kakinya menjejak tanah, tangan kiri dan kanannya secara beruntun melepaskan empat buah pukulan berantai untuk mengunci datangnya ancaman. Kembali Siau Jit menggerakkan tubuhnya, meloloskan diri dari kurungan lawan. Hmm, ternyata kungfu mu hebat juga! ejek Ong Bu-shia sambil tertawa dingin. 120 Setelah berhenti sejenak, terusnya. Disini sudah tak ada hambatan lagi, kita bisa bertarung habis habisan! Belum sempat Siau Jit menjawab, suara derap kaki kuda yang ramai telah bergema dari ujung jalan raya, diikuti munculnya puluhan ekor kuda jempolan. Lui Sin berada dibarisan paling depan, dari kejauhan ia sudah berteriak keras. Siau Jit! Dia sama sekali tidak kenal dengan Siau Jit, tapi piausu disampingnya yang mengenali Siau Jit telah menunjuk ke arah pemuda itu sejak dari kejauhan. Sambil berpaling kata Ong Bu-shia. Teman teman yang datang membantumu telah tiba! Belum tentu mereka sahabatku sahut Siau Jit dengan kening berkerut. Berarti mereka datang mencari gara gara Tidak jelas Terserah siapa pun yang datang, mereka harus menunggu sampai aku roboh diujung pedangmu! Habis berkata kembali Ong Bu-shia melancarkan serangan mengurung tubuh anak muda itu. Angin pukulan yang menderu, membuat ujung baju Siau Jit berkibar kencang. Pada saat itulah si penunggang kuda telah mendekat, masih berada diatas kudanya Lui Sin telah menghardik. Tahan! Begitu bentakan berkumandang, dua orang piausu telah melompat turun dari kudanya, sambil meloloskan senjata, mereka segera memisah Siau Jit serta Ong Bu- shia yang sedang bertarung dari kiri dan kanan. Harap semuanya berhenti! teriak mereka pula. Siau Jit tertegun, belum lagi menarik kembali pedangnya, Ong Bu-shia telah menarik pukulannya sambil menegur. Siapa suruh kau menghalangi kami! seru seorang piausu. Belum selesai dia berkata, Ong Bu-shia telah menukas gusar. Hmm, hanya andalkan kalian berdua, berani benar menghalangi pertarungan kami? 121 Tubuhnya merangsek ke depan, langsung menerjang piausu yang berada disebelah kiri. Menyaksikan hal itu buru buru Siau Jit membentak. Cepat minggir! tubuh berikut pedangnya langsung menerkam Ong Bu-shia. Sayang piausu itu tidak menuruti perintahnya, bukan mundur dia malah mengangkat goloknya bermaksud pukul mundur serangan Ong Bu-shia. Baru saja senjatanya diangkat, pukulan tangan kanan Ong Bu-shia telah bersarang telak diatas dadanya. Pukulan itu datang secepat petir, bagaimana mungkin piausu itu sanggup menghindarkan diri? Kraaakl terdengar suara tulang retak bergema di udara, dada piausu itu sudah terhajar oleh sebuah pukulan dahsyat hingga amblas ke dalam, tubuhnya langsung mencelat ke udara dan terlempar sejauh berapa kaki. Bisa dibayangkan betapa dahsyatnya tenaga pukulan itu. Lui Sin amat terperanjat, tidak terkecuali si pedang perak Han Seng yang berada disisinya, bagaimana pun mereka berdua adalah jago kawakan dalam dunia persilatan, pengetahuan serta pengalaman mereka cukup luas. Dari pukulan yang dilontarkan, mereka segera tahu kalau Ong Bu-shia adalah seorang jagoan kejam yang berhati telengas, menganggap nyawa manusia bagai rumput ilalang. Namun mereka berdua tidak mengenali Ong Bu-shia. Gerak serangan yang dilancarkan Siau Jit meski cepat, dia tetap terlambat satu langkah. Tampaknya anak muda ini sadar kalau ia sudah tak sempat lagi untuk selamatkan nyawa piausu itu, bukannya menyerang kepalan kanan Ong Bu-shia, babatan pedang itu justru menyambar pinggang lawan. Dengan cekatan Ong Bu-shia mengigos ke samping untuk menghindar, lalu melompat mundur dari posisi semula, kali ini dia menghampiri piausu ke dua. 122 Siau Jit sama sekali tak menyangka kalau seorang jagoan yang berilmu begitu tinggi ternyata memiliki jalan pemikiran yang begitu sempit, tak sempat menghalangi perbuatannya, jago muda ini merasa hatinya makin bergidik. Ketika melihat Ong Bu-shia datang menghampiri, buru buru piausu itu mengayunkan goloknya melancarkan tujuh buah bacokan, semua serangan bukan ditujukan ke tubuh lawan melainkan hanya berusaha melindungi diri. Sayang dia berhadapan dengan jagoan tangguh semacam Ong Bu-shia, ingin melindungi diri pun bukan satu hal yang mudah. Ketika bacokan ke tujuh baru saja dilancarkan, tinju Ong Bu-shia sudah bersarang tiga kali diatas dadanya. Biar terdiri dari tiga pukulan, namun pada hakekatnya seolah dilancarkan bersamaan waktu. Seketika itu juga tulang dada piausu itu terpukul hancur hingga amblas ke dalam, sekujur badannya mencelat ke udara hingga menembus diatas dinding pagar. Siapa pun tahu kalau orang itu sudah tak punya harapan lagi untuk melanjutkan hidup. Sambil menuding Ong Bu-shia dengan pedangnya, bentak Siau Jit penuh kegusaran. Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Apa-apaan kamu? Perlahan Ong Bu-shia berpaling, sahutnya tertawa. Lohu hanya tak ingin pertarungan kita berdua diganggu oleh kehadiran orang lain. Belum sempat Siau Jit mengucapkan sesuatu, dengan suara keras Lui Sin telah menghardik. Siapa kau si tua bangka celaka? Kenapa kau bunuh piausu anak buahku? Kau sebut lohu sebagai apa? Ong Bu-shia segera berpaling dan menatap Lui Sin gusar. Tua bangka celaka! Bagus sekali! Apanya yang bagus? Losu sudah mendapat satu alasan yang kuat untuk membunuhmu, memang kurang bagus? Saking gusarnya Lui Sin tertawa keras. 123 Sebenarnya aku hendak mencari Siau Jit untuk membuat perhitungan, tapi tak ada salahnya kalau kubunuh dulu dirimu. Siau Jit tertegun, baru saja dia akan bertanya, Lui Sin telah meloloskan golok emasnya, kemudian sambil menuding wajah Ong Bu-shia, tegurnya. Sebutkan namamu! Sambil bergendong tangan Ong Bu-shia memperhatikan Lui Sin sekejap, lalu katanya. Lebih baik kau tak usah tahu siapa diriku! Hahaha, ternyata kau tak lebih hanya seekor kura kura yang takut menyebut nama sendiri Hmm! Ong Bu-shia mendengus dingin, aku hanya kuatir anggota badanmu jadi lemas setelah mendengar namaku, apa enaknya kalau bertarung dengan orang yang sedang menggigil ketakutan? Memang kau anggap namamu sangat menakutkan? ejek Lui Sin, setelah berhenti sejenak, hardiknya, siapa namamu! Ong Bu-shia! kata kakek itu kemudian sepatah demi sepatah kata. Berubah paras muka Lui Sin, begitu pula dengan si pedang perak Han Seng, apalagi kawanan piausu yang berada di belakang mereka berdua. Bu-shia beracun pembetot sukma menggaet nyawa? lanjut Lui Sin ragu. Tepat sekali! Perlahan-lahan Lui Sin menarik napas panjang, katanya. Ternyata kau si tua bangka celaka! Berubah seram paras muka Ong Bu-shia. Kalau kubiarkan kau mampus kelewat cepat, rasanya keenakan bagimu serunya. Perkataan itu diucapkan dengan nada dingin dan berat, sepatah demi sepatah kata bagaikan gada raksasa yang menumbuk lubuk hati Lui Sin. Tiba-tiba si golok emas Lui Sin tertawa nyaring. Hahaha, walaupun kau tersohor, sayang tak sampai menakutkan diriku! Oya? Ong Bu-shia tertegun. 124 Sambil mengebaskan ujung bajunya tiba-tiba Lui Sin berseru. Teman-teman, mundur semua, masalah ini merupakan urusan pribadi aku orang she-Lui, sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan kalian semua. Kawanan piausu itu baru saja tertegun, Han Seng yang berada disisinya telah berseru sambil tertawa hambar. Toako, dengan perkataanmu itu, sama artinya kau sudah tidak menghendaki aku sebagai saudaramu? Cepat Lui Sin menggeleng. Saudaraku........ Kita dua bersaudara selalu menghadapi tantangan secara bersama, pertarungan yang kita hadapi pun tidak dibawah puluan kali, kapan kita pernah berpisah? Jika kau menghadap raja akhirat seorang diri, aku yakin Giam-ong pasti akan mengusirmu balik. Mendengar perkataan itu Lui Sin hanya bisa tertawa getir. Seorang piausu segera berteriak pula dengan lantang. Congpiautau, jangan kau anggap kami adalah kawanan tikus yang takut mati Rekan rekan semua........... bisik Lui Sin dengan perasaan amat terharu. Sambil tertawa Han Seng menambahkan. Apalagi Ong Bu-shia hanya seorang diri. Orang-orang itu pun hanya ada sedikit perbedaan dibandingkan kalian berdua ejek Ong Bu-shia. Dimana perbedaannya? tanya Lui Sin. Kepandaian silat! Ilmu silat yang kau miliki memang jauh lebih bagus daripada kepandaian yang kami miliki, namun bukan Benarkah begitu? Satu orang mungkin gampang kau taklukkan, belum tentu seribu orang bisa kau lawan Omong kosong! 125 Lui Sin tidak menanggapi lagi, sorot matanya segera dialihkan ke wajah Siau Jit, ujarnya. Orang she-Siau, aku orang she-Lui akan bikin perhitungan denganmu atas hilangnya berapa lembar nyawa. Kembali Siau Jit tertegun. Tanpa banyak bicara Lui Sin mencabut keluar golok emasnya dari sisi pelana, bentaknya. Terima serangan! Tubuh berikut golok langsung ditebaskan keatas kepala Ong Bu-shia. Pada saat yang bersamaan Han Seng ikut bergerak, pedang peraknya diloloskan dari sarung, diantara kilatan cahaya tajam, tubuh berikut senjata bagai anak panah yang lepas dari busur langsung melesat ke arah Ong Bu-shia. Ditengah bentakan nyaring, kawanan piausu itu sama sama melompat turun dari kuda lalu meloloskan senjata dan serentak meluruk ke arah Ong Bu-shia. Hahaha, orang yang menghantar kematian telah berdatangan! ejek Ong Bu-shia sambil tertawa nyaring. Baru selesai gelak tertawanya, golok emas pedang perak telah menyerang tiba, Ong Bu-shia sama sekali tidak berkelit atau menghindar, dia menerobos masuk ke balik lapisan cahaya golok dan bayangan pedang itu, sepasang ujung bajunya dikebaskan berulang kali, plaak, plaaak dia pukul mundur gabungan golok emas dan pedang perak itu hingga tersingkir sejauh satu meter. Tiba-tiba tubuhnya melambung ke tengah udara, melewati atas ujung golok dan mata pedang, dia meluncur langsung ke tengah kerumunan para piausu. Celaka! pekik Lui Sin dan Han Seng hampir berbareng, senjata mereka buru buru ditarik kembali lalu memburu musuhnya. Begitu meluncur turun ke tanah, ke lima jari tangan kanan Ong Bu-shia dipentang bagai kaitan tajam, sreeetl dia cengkeram tenggorokan salah satu piausu yang berada paling dekat dengannya. Tak ampun piausu itu tewas seketika, tubuhnya langsung diangkat ke udara dan diputar bagai gangsingan. 126 Dengan menggunakan mayat piausu itu, Ong Bu-shia merangsek maju lebih ke depan, dia sambut datangnya bacokan senjata kawanan piausu itu dengan mayat tersebut. Tentu saja para piausu tak tega untuk membacok mayat rekan sendiri, siapa sangka baru saja senjata mereka ditarik balik, Ong Bu-shia telah melemparkan mayat tadi langsung menumbuk dada seorang piausu lainnya. Timpukan mayat itu disertai tenaga dalam yang sangat kuat, ibarat tumbukan batu cadas yang keras, blaaam! piausu yang dadanya tertumpuk itu langsung mencelat ke belakang sambil muntah darah segar. Tubuhnya meluncur sejauh satu tombak lebih dan menumbuk diatas dinding rumah, tampaknya nasib orang itu lebih banyak celakanya daripada beruntung. Merah membara sepasang mata Lui Sin, bentaknya. Orang she-Ong, jelek jelek kaupun seorang kangou kenamaan, terhitung jagoan macam apa perbuatan brutalmu itu? Ong Bu-shia tertawa seram. Hahaha, biar kalian tahu rasa, kalau pengin hidup, ayoh cepat mundur dari sini! Kawanan jago itu bukannya mundur, sebaliknya sambil mengayun kan senjata, diiringi bentakan keras serentak menerjang maju ke arah lawan. Lui Sin dan Han Seng merangsek maju duluan, senjata mereka langsung diayunkan ke tubuh kakek ceking itu, tapi Ong Bu-shia tak ambil peduli, kembali dia menerjang ke tengah kerumunan piausu itu, satu sodokan sikut lagi lagi membuat seorang piausu muntah darah, tubuhnya mencelat jauh ke samping. Merah berapi api sorot mata Han Seng melihat kebrutalan lawan, jeritnya. Lihat pedang! Mau dilihat pun bukan sekarang saatnya! sahut Ong Bu-shia sambil tertawa dan mengigos. Tua bangka celaka, terhitung enghiong hohan macam apa dirimu itu! seru Lui Sin gusar. Ong Bu-shia tertawa terbahak-bahak. 127 Hahaha, tua bangka celaka memang bukan enghiong hohan, oleh karena itulah aku akan melahap dulu orang orang itu. Diiringi gelak tertawa seram, kembali tangannya mencengkeram tenggorokan seorang piausu. Meskipun terancam bahaya maut, ternyata piausu itu sama sekali tidak menghindar, dia malah menyerang lebih kalap. Disaat yang paling kritis itulah, mendadak sekilas cahaya pedang melintas lewat dari samping arena. Ternyata serangan pedang dari Siau Jit. Buru buru Ong Bu-shia menarik kembali ancamannya, sambil tertawa aneh teriaknya. Orang she-Siau, jangan lupa, mereka datang untuk membuat perhitungan denganmu. Itu urusan yang berbeda sahut Siau Jit. Ooh... aku hampir lupa, kau memang seorang hiapkek, seorang pendekar sejati ejek Ong Bu-shia. Aku hanya tahu penyelesaian masalah harus urut, mana duluan mana belakangan, lebih baik kita selesaikan dulu perselisihan diantara kita berdua kata Siau Jit. Bagus sekali! Sementara pembicaraan berlangsung, kedua orang ini sudah bertarung hampir ratusan jurus lebih. Serangan serangan pedang Siau Jit tajam bagai sambaran petir, sementara pukulan Ong Bu-shia menimbulkan deruan angin puyuh yang luar biasa, membuat ujung baju orang yang berada disisi arena ikut berkibar. Lui Sin tarik napas dalam dalam, sambil mengayun golok emasnya dia menerobos maju, teriaknya. Orang she-Siau, enyah kau dari situ! Siau Jit, dengar itu ejek Ong Bu-shia sambil mengebaskan bajunya menangkis bacokan, orang lain ogah menerima maksud baikmu! Seharusnya kitalah yang suruh mereka enyah dari situ! balas Siau Jit sambil secara beruntun melancarkan tujuh belas tusukan. 128 Seketika Ong Bu-shia terdesak mundur sejauh tiga langkah, cepat kakek itu membentak, sambil melepaskan tiga pukulan dengan tangan kiri dan tiga pukulan dengan tangan kanan, dia merebut kembali posisinya sejauh tiga langkah. Seorang piausu menggunakan kesempatan itu merangsek maju, tombaknya langsung ditusukkan ke tubuh si kakek. Kurangajar, besar amat nyalimu! bentak Ong Bu-shia, ujung baju kirinya dikebaskan, bagai sayatan golok dia babat gagang tombak, Kraaak! seketika tombak yang meluncur tiba itu terbabat hingga kutung jadi dua bagian. Sambil menjerit kaget piausu itu melompat mundur dari arena. Kembali Ong Bu-shia menggulung batang tombak yang patah itu dengan ujung bajunya, kemudian dikebaskan, batang tombak itu bagai anak panah segera meluncur ke punggung piausu itu. Siau Jit tahu bahaya, cepat dia maju sambil melepaskan satu babatan, Triiing! sambitan batang tombak itu segera kena ditangkis hingga rontok jatuh. Saat itulah Ong Bu-shia menarik tubuhnya sambil merendah. Sreeeet! bacokan golok emas dari Lui Sin menyapu lewat persis dari sisi lehernya. Bacokan ini sungguh berbahaya sekali, namun Ong Bu-shia seakan sudah menduga sebelumnya, dalam keadaan kritis, paras mukanya sama sekali tidak berubah, tiba-tiba tangan kanannya dibalik kemudian balas mencekik tenggorokan Lui Sin. Dia menghindar secara cepat dan balas menyerang dengan gerakan yang amat garang. Sedemikian cepatnya serangan itu meluncur tiba, bagaimanapun Lui Sin mencoba menghindar, tampaknya sulit baginya untuk meloloskan diri. Disaat kritis itulah lagi lagi tusukan pedang Siau Jit m enyambar tiba, secepat kilat menusuk pergelangan tangan kanan Ong Bu-shia. Biarpun tusukan pedangnya tidak secepat pukulan lawan, namun tusukan itu sudah pasti akan menembusi urat nadi pergelangan tangan kanannya disaat dia selesai menyarangkan serangannya ke tenggorokan Lui Sin. Dan apabila tusukan tersebut bersarang telak, niscaya Ong Bu-shia akan kehilangan tangan kanan untuk selamanya. 129 Tentu saja Ong Bu-shia tak sudi mempertaruhkan keutuhan tangannya hanya demi nyawa Lui Sin, pada hakekatnya dia tak pandang sebelah mata pun terhadap congpiautau perusahaan ekspedisi ini. Dia berharap, andaikata harus kehilangan tangan, kehilangan tersebut harus dibayar mahal. Oleh sebab itu dia segera kendorkan tangan sambil melepaskan sebuah sentilan dengan jari tengahnya, Criiing! sentilan itu bersarang di punggung pedang. Bersamaan dengan dilancarkannya sentilan itu, tangan kirinya membabat iga kanan lawan. Cepat Siau Jit mengegos ke samping menghindarkan diri. Lolos dari kematian, dengan perasaan terkejut bercampur ngeri Lui Sin segera berseru. Terima kasih banyak atas bantuanmu! Tak usah banyak adat sahut Siau Jit, kepada Ong Bu-shia serunya pula, lebih baik kita lanjutkan pertarungan diatas genting rumah! Baik! Ong Bu-shia rentangkan sepasang lengannya kemudian melambung ke tengah udara. Siau Jit segera menyusul dari belakang. Ke dua orang itu bagaikan dua ekor burung, dengan cepat melesat lewat dari wuwungan rumah dan meluncur keatas atap bangunan. Menyaksikan kelihayan kedua orang jago itu, Lui Sin serta Han Seng hanya bisa berdiri tertegun sambil menarik napas dingin. Apalagi kawanan piausu itu, mereka hanya bisa berdiri terbelalak dengan mulut melongo. Sebenarnya apa yang telah terjadi dengan mereka berdua? tiba-tiba Lui Sin bertanya. Konon Siau Jit telah membunuh putra Ong Bu-shia sahut Han Seng. Hah, ada kejadian seperti ini? Berita tersebut sudah tersebar luas dalam dunia persilatan, seharusnya merupakan satu kenyataan. 130 Waah, besar amat nyali bocah muda itu! Dalam kenyataan dia memang sangat mengejutkan sahut Han Seng sambil tertawa getir. Sesudah berhenti sejenak, terusnya. Oleh sebab itu aku curiga peristiwa yang menimpa Hong-ji sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan orang ini, bisa jadi ada sedikit kesalah pahaman dibalik kesemuanya itu. Lui Sin termenung sambil berpikir sejenak, ujarnya kemudian. Kalau ditinjau dari serangan pedangnya yang telah selamatkan jiwaku, memang seharusnya kuajak dia untuk berbicara sampai jelas sebelum menantangnya berduel. Sejak awal siaute pun berpendapat begitu. Entah dia masih bisakah balik dalam keadaan hidup tiba-tiba bisik Lui Sin. Bu-shia beracun pembetot sukma penggaet nyawa bukanlah manusia sembarangan, dari caranya melancarkan serangan tadi, bisa terlihat betapa keji dan telengasnya dia, Cuma.... aku rasa nama besar si pedang pemutus usus Siau Jit sama sekali tidak berada dibawah kebesaran namanya! Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang? Bicara dari kemampuan ilmu silat yang kita miliki, aku rasa bukan saja tak bakal membantu banyak, sebaliknya justru membuat Siau Jit tak bisa konsentrasi menghadapinya. Jadi penonton pun tidak boleh? Lebih baik kita putuskan sesuai dengan keadaan nanti. Aaai! Lui Sin menghela napas panjang, rasanya memang hanya bisa begitu. Dia genggam goloknya semakin kencang. ooOOoo Dengan gerakan cepat Ong Bu-shia melompat naik ke atap rumah dan berdiri tegak disitu dengan gerakan Kimrkie-tok-lip (ayam emas berdiri disatu kaki), biarpun angin kencang mengibarkan ujung bajunya, namun dia tetap berdiri kokoh bagaikan bukit Thay-san. Siau Jit yang menyaksikan hal itu kontan memuji. Kagum, kagum! 131 Tak pantas dikagumi sahut Ong Bu-shia sambil menurunkan kembali kakinya. Sambil mengayunkan pedangnya, seru Siau Jit kemudian..Bagai anak panah terlepas dari busur, Ong Bu-shia merangsek maju, sepasang kepalannya melepaskan serangkai pukulan bagai bintang kejora. Jurus serangan yang digunakan tak lain adalah jurus Liu-seng-gan-gwee (bintang kejora mengejar rembulan). Sebetulnya gerakan jurus yang digunakan ini merupakan sebuah jurus yang amat sederhana, namun berada ditangannya, ternyata memancarkan daya kekuatan yang mematikan. Siau Jit tak berani memandang enteng, pedangnya dibabat kedepan menyongsong datangnya sepasang kepalan itu. Ditengah dengungan nyaring, cahaya pedangnya bagaikan petir yang berlapis lapis meluncur ke muka dengan hebatnya. Ong Bu-shia mengigos ke samping menghindari ujung pedang musuh, kemudian sambil merendahkan badan sekali lagi dia hantam dada Siau Jit. Tubuhnya bergerak cepat bagai kuda jempolan, serangan yang dilancarkan pun bagaikan sambaran petir. Siau Jit tak berani berayal, semakin cepat kepalan musuh bergerak, makin cepat pula pedangnya menyambar, kecepatannya merubah jurus sedikitpun tidak berada dibawah kemampuan kakek ceking itu. Puas, puas sekali! teriak Ong Bu-shia nyaring, kepalan demi kepalan dilancarkan semakin gencar. Kepalannya keras bagai martil besar, telapak tangannya tajam bagai mata golok, jarinya runcing bagai ujung pedang, nyaris seluruh bagian tang annya merupakan senjata tajam yang mematikan. Bahkan bukan hanya sejenis senjata saja, tapi berbagai jenis senjata pembunuh yang mematikan. Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ditengah pertarungan yang berlangsung sengit, atap rumah tampak beterbangan di udara lalu mencelat hancur. 132 Tak selang berapa saat kemudian, hampir semua atap yang berada diseputar arena telah tersapu lenyap. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang amat nyaring, rupanya tiang belandar tak kuat menahan tekanan yang timbul hingga patah jadi berapa bagian, tak ampun kedua orang itupun sama-sama terjerumus ke bawah bangunan. Asap, debu dan pasir beterbangan memenuhi angkasa, suasana jadi sangat kalut. Kawanan piausu yang menonton jalannya pertarungan dari jalan raya sama sama terkesima dibuatnya, bukan hanya mereka, bahkan Lui Sin maupun Han Seng ikut berdiri menjublak. Bagaimana kita sekarang? bisik Lui Sin kemudian sambil menarik napas dingin. ---------------------------------------------------------------------------- ??? ---------------------------------------------------------------------------- ALAM semakin kelam, angin berhembus makin kencang, begitu dingin udara malam itu seakan sayatan dari sebilah golok tajam. Siau kecil terdengar Suma Tang-shia berbisik, ada satu hal entah kau sempat memperhatikannya atau tidak? Apakah golok pembunuh itu? tanya Siau Jit. Ada apa dengan golok pembunuh? Ditinjau dari posisi mulut luka, tampaknya jauh lebih tipis daripada luka bacokan pada umumnya , bahkan posisinya melengkung Tepat sekali, lalu? Berbicara soal ketajaman, tak disangkal ketajamannya memang jauh dari ketajaman golok biasa Atau dengan perkataan lain, senjata itu pasti sebilah golok mestika! ujar Suma Tang-shia. 133 Setelah berhenti sejenak dan menghela napas, terusnya. Menurut apa yang kuketahui, golok mustika dalam dunia persilatan yang cukup tersohor. jumlahnya mencapai sembilan belas bilah, diantaranya sebagian besar berbentuk tipis, bila kita melakukan analisa dan pelacakan dari hal ini, bisa jadi akan diperoleh hasil Aku rasa tidak segampang itu Tentu saja tidak gamang, apalagi pemilik golok golok tersebut hamir semuanya merupakan jago-jago kelas satu dari dunia persilatan Yaa, bukan hanya lihay, kebanyakan memiliki perangai dan watak yang sangat aneh, salah salah batok kepala bisa terpisah dari badan Suma Tang-shia tertawa. Padahal tak bisa salahkan mereka seratus persen, siapa pun itu orangnya, bila memperoleh golok mestika yang tak ternilai harganya, watak mereka pasti akan berubah jadi aneh Betul, siapa pun pasti akan berusaha untuk menjaga diri, bila setiap saat musti tegang dan hidup dalam kecurigaan, lambat laun watak mereka tentu akan berubah jadi banyak curiga dan gamang marah ucap Siau Jit. Padahal tidak setiap orang yang datang selalu bermaksud mengincar golok mestika miliknya, bicara dari dia pribadi, memangnya dengan mempunyai golok, lantas dia bisa menjagoi kolong langit tanpa tanding? Yaa, tentu saja tidak Siau Jit menggeleng. Anehnya, kenapa hanya segelintir manusia yang bisa memahami teori semacam ini Justru karena itulah muncul banyak manusia yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sebilah golok mustika atau pedang mustika sebagai senjata andalan Kalau begitu kau harus hati-hati Kenapa harus hati-hati? tanya Siau Jit keheranan. Bukankah pedang pemutus ususmu terhitung sebilah pedang mustika? kata Suma Tang-shia. 134 Untungnya hingga sekarang masih belum ada orang berani mengincar pedangku ini Suma Tang-shia segera tertawa. Mungkin mereka tahu, biarpun ada pedang pemutus usus ditangan, bila tidak memahami ilmu pedang pemutus usus, senjata itu sama sekali tak ada gunanya Semisal benar benar terjadi, berarti aku harus bersikap lebih waspada Jadi sekarang kau mulai kuatir kalau mereka sedang mengincar pedangmu? Ehmm! Kembali Suma Tang-shia tertawa cekikikan. Sekalipun kau tak pandai ilmu pedang pemutus usus, sekalipun pedang pemutus usus tak ada ditanganmu, mereka toh tetap mengincar dirimu, karena lelaki setampan kau memang tak banyak jumlahnya di dunia ini Ahh, lagi-lagi toaci sedang menggoda aku Aku bicara sejujurnya Siau Jit menghela napas. Padahal kaupun tak perlu menghela napas kata Suma Tang-shia, sebab kejadian seperti ini bukan termasuk kejadian buruk Siau Jit segera mengalihkan pokok pembicaraan, katanya. Toaci, menurut pandanganmu, benarkah kita bisa mulai penyelidikan dari hal tersebut? Aku rasa tak ada keharusan untuk berbuat demikian Boleh saja kalian berdua ogah repot, aku orang she-Lui tak akan menyerah dengan begitu saja sela Lui Sin tiba-tiba. Masalahnya bukan ogah repot atau tidak Suma Tang-shia menjelaskan. Bukankah nona sendiri yang bilang, bila penyelidikan dimulai dari bidang tersebut, siapa tahu bakal peroleh hasil seru Lui Sin. Tapi sekarang aku telah berpikir lebih jernih, jagoan pengguna golok seharusnya sama sekali tak ada hubungannya dengan peristiwa ini Seharusnya? kembali Lui Sin tertegun, atas dasar apa nona begitu yakin? 135 Sedikit banyak aku cukup mengetahui keadaan mereka sekarang, ada berapa orang jagoan yang dikabarkan sudah mati, ternyata masih tetap hidup didunia ini, bahkan tinggal tak jauh dari sini, mereka muncul kembali ke dalam dunia persilatan dengan nama pendekar Setelah berhenti sejenak, lanjutnya. Dari sekian banyak jago golok, salah satu orang yang tinggal paling dekat dari sini pun berjarak ratusan li dari tempat ini Dia berpaling kearah Siau Jit, lalu terusnya. Daripada melacak dari bidang ini, kenapa tidak melacak dati tujuan yang mereka lakukan? Tujuan? Siau Jit mulai berpikir. Walaupun peristiwa ini seolah hasil karya orang gila, namun mana ada orang gila yang bisa bertindak begini rahasia dan rapi? Kalau rencana yang begini sempurna bisa dia lakukan, ini berarti orang itu tidak edan dan pasti merupakan sebuah akal muslihat Menurut toaci, apa akal muslihatnya? Semula kusangka tujuannya adalah mengkambing hitamkan dirimu, tapi sesudah dipikir lebih cermat, rasanya kemungkinan ini kecil sekali Atas dasar apa kau berkata begitu? Bagi manusia macam kau, pergi ke mana saja kehadiranmu selalu mencolok mata dan menarik perhatian orang, jadi mustahil pembunuhan ini merupakan hasil karyamu, tidak terlalu susah bagimu untuk mencari alibi, tak sulit membuktikan kalau kau tak pernah hadir di tempat kejadian, dan seharusnya pihak lawan menyadari akan hal itu ...... Setelah berhenti sejenak, dia berpaling dan menatap Lui Sin dan Han Seng sekejap, lanjutnya. Aku yakin Lui dan Han enghiong bukanlah manusia yang tak pakai aturan Merah padam selembar wajah Lui Sin karena jengah, sementara Han Seng mendeham berulang kali kemudian baru berkata. Yang lebih penting lagi, bila ingin mengandalkan kemampuan kami berdua, sudah jelas tak akan mampu menandingi saudara Siau, jadi dia tak ada alasan mencari gara gara dengan kami berdua Itulah sebabnya aku percaya peristiwa ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan Siau kecil Tapi..... bagaimana dengan surat dari Siau-heng yang ditujukan kepada putriku............ 136 sela Lui Sin. Tentu saja surat itu palsu jelas Suma Tang-shia, tujuannya tak lain karena hendak memancing putrimu agar mau datang ke kuil kuno Thian-liong-ku-sat Tapi aku belum pernah dengar kalau putriku pernah berkenalan dengan saudara Siau kembali. Lui Sin berkata dengan kening berkerut. Aku pernah bertemu satu kali dengan putrimu Siau Jit segera menjelaskan. Sekali sudah lebih dari cukup seru Suma Tang-shia. Siau Jit tertegun. Maksud toaci ...... Aku yakin tak seorang wanitapun yang dapat melupakan dirimu setelah bertemu satu kali, jika gadis itu pernah bertemu muka lalu tiba-tiba menerima surat undangan, mungkin tak ada gadis yang tak mau memenuhi undangan itu Siau Jit segera terbungkam, tak sanggup bicara. Sementara itu Suma Tang-shia telah berpaling kearah Lui Sin sambil berkata. Aku percaya putrimu pun tidak terkecuali Kali ini Lui Sin tidak membantah, dia hanya membungkam diri. Kembali Suma Tang-shia menyapu sekejap tumpukan mayat yang berserakan ditanah, kemudian katanya. Berbicara dari ilmu silat yang dimiliki pembunuh itu, bisa saja dia bunuh kawanan jago itu terlebih dulu kemudian baru menghadapi putrimu, dan s eharusnya hal ini bisa dia lakukan dengan gamang sekali, tapi nyatanya dia lebih suka memancin g putrimu agar pergi lebih dulu meninggalk an tempat ini kemudian baru melakukan pembantaian, hal ini membuktikan kalau dia tak ingin pu trimu menderita celaka atau kerugian apapun Jadi maksudmu, tujuan sebenarnya dari si pembunuh adalah mendapatkan putriku tanya Lui Sin. Semestinya begitu Kenapa? 137 Hahaha, kalau soal ini mah musti ditanyakan langsung pada yang bersangkutan Suma Tang-shia tertawa cekikikan. Lui Sin mendelong, dia hanya bisa tertawa getir. Disekitar tempat inipun terdapat seorang jago golok tiba-tiba terdengar Han Seng menyela. Siapa? tanya Lui Sin tanpa sadar. Semestinya toako masih ingat akan hal ini Lui Sin tertegun, berapa saat kemudian jeritnya. Kelelawarl setelah berhenti sejenak, tegasnya, kau maksudkan si Kelelawar? Han Seng mengangguk. Kelelawar yang mana? tanya Siau Jit. Tapi setelah berteriak, dia seakan teringat akan sesuatu, serunya agak tercengang. Apakah kau maksudkan si Kelelawar tanpa sayap? Rasanya dalam dunia persilatan hanya terdapat satu Kelelawar Aku dengar dia adalah seorang jago golok, senjata yang digunakan adalah golok Kelelawar, sebilah golok mustika yang tajamnya luar biasa kata Siau Jit. Betul, golok Kelelawar tajam sekali, selain tipis, konon mampu membelah besi baja bagai membelah tahu! Jangan jangan ......... Persis seperti jenis manusia yang kalian berdua maksudkan Han Seng mengangguk, hanya sayangnya............ Belum selesai dia berkata, Suma Tang-shia telah menyambung. Kelelawar tanpa sayap sudah tak ada lagi di dunia ini Sudah mati? tanya Siau Jit. Benar, sudah mati banyak tahun Kembali Han Seng mengangguk. 138 Lui Sin segera menambahkan. Dia tewas karena dikerubuti delapan orang jago lihay dari Kanglam, dalam pertempuran itu ada tujuh jago yang tewas ditempat, tinggal seorang yang hidup, dia adalah Suma Tiong-goan Dialah ayahku kata Suma Tang-shia. Lui Sin serta Han Seng tertegun, kemudian buru buru mereka berseru. Maaf, maaf Suma Tang-shia tertawa hambar. Dalam pertempuran ini, luka yang diderita ayahku pun sangat parah katanya, tak sampai setengah tahun kemudian, beliau menghembuskan napas terakhir Benarkah Kelelawar tanpa sayap begitu lihay? tanya Siau Jit. Suma Tang-shia mengangguk. Nama besarnya waktu itu cukup membuat para jago persilatan berubah wajah, gabungan tenaga delapan jago paling lihay dari Kanglam pun harus berakhir begitu tragis, bisa dibayangkan betapa lihaynya ilmu silat orang itu Aku dengar Kelelawar tanpa sayap gemar sekali main perempuan, waktu itu ada banyak gadis yang dia culik dan perkosa ujar Siau Jit. Benar, apa yang kau dengar memang kenyataan Suma Tang-shia membenarkan. Untung saja dia sudah mamus dikerubuti delapan jagoan dari Kanglam seru Lui Sin sambil mengusap jidatnya, kalau tidak, sekarang aku benar benar merasa kuatir Sambil menghela napas ujar Han Seng pula. Justru karena siaute merasa bahwa sepak terjang orang itu mirip sekali dengan tingkah laku si Kelelawar dimasa silam, maka aku jadi teringat kembali akan dirinya Tadi pun aku sempat teringat akan orang ini ujar Suma Tang-shia, tapi setelah yakin kalau mustahil dilakukan orang ini, maka nama tersebut tak sampai kusinggung Karena orang ini sudah mati? tanya Lui Sin, dia hidup sebagai orang bejad, setelah mati pun akan menjadi setan bejad, tapi kalau toh sudah menjadi setan, biar akan melakukan kejahatan lagi pun mustahil akan dilakukan ditengah hari bolong Aaah, masa toako percaya juga dengan segala cerita tahayul dan mistik? tanya Han Seng keheranan. 139 Tidak percaya Lui Sin menggeleng, tapi selain Kelelawar tanpa sayap, apakah terpikir olehmu orang lain? Tidak Han Seng tertawa getir. Lui Sin menghela napas panjang. Aaai, sejujurnya aku berharap peristiwa ini merupakan hasil karya Kelelawar tanpa sayap, sebab dengan begitu Hong-ji masih punya harapan hidup Sekalipun tak ada sangkut pautnya dengan Kelelawar tanpa sayap, aku rasa seharusnya putrimu tetap selamat hibur Suma Tang-shia. Betul Han Seng membenarkan, jika bajingan ini berniat mencelakai Hong-ji, bisa saja dia lakukan disegala tempat, kenapa musti memancingnya untuk datang ke kuil kuno Thian-liong-ku-sat? Berkilat sepasang mata Suma Tang-shia, tiba-tiba katanya. Sekarang juga kita harus berkunjung ke kuil Thian-liong-ku-sat Kuil Thian-liong-ku-sat terletak di mulut hutan murbei, sejenak lagi kita akan sampai disana! Han Seng menerangkan, cepat dia melompat naik ke punggung kudanya. Waktu itu Lui Sin sudah tak dapat mengendalikan sabarnya lagi, dia melompat naik keatas kudanya lalu dilarikan kencang. Suma Tang-shia melompat masuk pula ke dalam keretanya, tanpa diperintah lagi, kereta itu ikut meluncur ke depan. Buru buru Siau Jit ikut melomat naik keatas punggung kudanya. Suara roda kereta pun kembali bergema membelah keheningan malam. ooOOoo Angin malam berhembus kencang, menimbulkan perasaan gundah dalam hati setiap orang. Walaupun malam sudah kelam hingga tak nampak daun murbei yang merah disepanjang jalan, namun mereka dapat merasakan suasana sendu ditengah puncak musim gugur ini. Tak lama kemudian kereta kuda sudah keluar dari jalur jalan raya. 140 Bagi Siau Jit, walaupun sudah berapa kali dia melewati kota Lok-yang, namun tidak terlalu hapal dengan situasi diluar kota, karena itu sepanjang jalan dia hanya mengintil terus dibelakang Lui Sin maupun Han Seng. Sebaliknya bagi Lui Sin dan Han Seng, biarpun sudah banyak tahun tidak mengawal barang, namun mereka sangat hapal dan menguasahi sekali dengan situasi diseputar Lokyang. Tentu saja kuil kuno Thian-liong-ku-sat tak mungkin lenyap dengan begitu saja dari tempatnya semula. Dibawah cahaya rembulan, kuil kuno itu tampak lebih menyeramkan. Sambil menghentikan kudanya didepan gerbang kuil, gumam Lui Sin dengan kening berkerut. Kenapa bangunannya jadi begini bobrok dan terbengkalai? Sementara Siau Jit telah menghentikan pula kudanya sambil tertanya. Apakah bangunan ini adalah kuil kuno Thian-liong-ku-sat? Lui Sin manggut-manggut. Ditempat ini hanya ada sebuah bangunan kuil, yakni Thian-liong-ku-sat Lalu kepada Han Seng katanya. Jite, ketika kita lewat disini tempo hari, bukankah bangunan kuil ini masih tampak bagus? Toako, mungkin kau sudah lupa, terakhir kali kita melewati tempat ini sudah berlangsung banyak tahun berselang sahut Han Seng sambil tertawa getir. Lui Sin berpikir sejenak, kemudian manggut-manggut. Ehmm, memang sudah lima-enam tahun berselang, aaaai, waktu berlalu begitu cepat Sampai disini, tak tahan dia menghela napas panjang. Yaa, kuil kuno yang tak pernah diperbaiki dan dibiarkan terbengkalai terus, lama kelamaan juga bakal roboh sendiri Han Seng menimali. Sementara pembicaraan berlangsung, Suma Tang-shia sudah turun dari keretanya, sambil berjalan tegurnya. Kenapa kalian masih berdiam diri disana? Tampaknya aku memang sudah semakin tua 141 dengan kening berkerut Lui Sin melompat turun dari kudanya, reaksi ku terasa semakin lamban saja Dengan langkah lebar dia berjalan masuk terlebih dulu ke dalam ruang kuil. Kuatir terjadi hal yang tak diinginkan, buru buru Han Seng mengintil dari belakang, sedang empat orang piausu dengan membawa lampion bertindak paling depan. Siau kecil bisik Suma Tang-shia kemudian sambil berpegangan bahu Siau Jit, mari kita pun masuk ke dalam Hati hati langkahmu! sahut Siau Jit sambil mengangguk. Suma Tang-shia tertawa geli. Memang kau anggap aku sudah setua nenek nenek berusia enam, tujuh puluh tahunan? Bukan begitu, banyak semak dan onak liar dalam kuil itu, hati hati kalau sampai tertusuk Bagaimana pun kau memang saudaraku yang paling baik, jangan takuti aku dengan ular Suma Tang-shia tertawa merdu. Belum habis ia berkata, Lui Sin yang berada didepan telah menghardik keras. Hati hati, dibalik semak terdapat ular berbisa! Seekor ular yang merambat kakinya seketika kena ditendang hingga mencelat ke udara, berbarengan itu golok emasnya dicabut keluar. Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Karya Hong San Khek Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Tugas Rahasia Karya Gan KH