Kelelawar Tanpa Sayap 9
Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying Bagian 9
Kelelawar Tanpa Sayap Karya dari Huang Ying Aku rasa jauh lebih aman bila kita tetap tinggal didalam loteng itu, bukankah alat perangkap yang terpasang dalam hutan bambu bertujuan untuk mencegah si Kelelawar meninggalkan tempat ini Keliru! sahut Suma Tang-shia. Baru saja ia selesai bicara, suara tertawa si Kelelawar yang menyeramkan ikut berhenti pula. Semacam perasaan ngeri yang sukar dilukiskan dengan kata segera timbul dalam hati semua orang, disamping muncul pula perasaan bimbang dan ragu. Perasaan itu seperti orang yang sedang berjalan tiba-tiba menginjak tempat kosong dan terperosok ke bawah. Selama Kelelawar masih tertawa, mungkin keadaan masih aman, tapi begitu berhenti tertawa, bisa diartikan dia segera akan turun tangan. Sinar mata dan perhatian semua orang pun serentak dialihkan ke arah Kelelawar. Mendadak tubuh jangkung Kelelawar tampak melambung ke udara dan bersalto berapa kali, tahu tahu dalam genggaman tangan kanannya telah bertambah dengan sebilah golok, golok lengkung. Golok lengkung itu mirip bulan sabit, gagang pedangnya berupa seekor Kelelawar yang sedang mementang sayap, amat menyilaukan mata. Ciu Kiok yang melihat senjata itu kontan menjerit keras. Golok Kelelawar! Darimana dia dapatkan golok Kelelawar yang pernah digunakan dulu? rintih Suma Tang-shia pula. Konon dia memiliki tiga belas bilah golok semacam ini kata Ciu Kiok, dua belas bilah diantaranya telah diberikan kepada orang lain 232 Dihadiahkan untuk dua belas orang perempuan yang paling dia sukai! Suma Tang- shia menambahkan. Lantas ke mana perginya sebilah yang lain? tanya Siau Jit. Ada dirumahku jawab Suma Tang-shia, tapi segera terangnya, setelah Kelelawar berhasil dirobohkan, manusia berikut goloknya dihantar kemari, golok tersebut disimpan ayahku dalam sebuah ruang rahasia di ruang bacanya Itu berarti kalau golok yang berada dalam genggamannya bukan golok tersebut, nyawa salah satu dari ke dua belas perempuan tersebut jadi masalah besar Tapi dia menyukai ke dua belas orang perempuan itu Mungkin saja dia menyukai mereka, tapi apakah ke dua belas orang perempuan itu menyukai dirinya pula? kata Siau Jit, selain itu, benarkah Kelelawar yang kita jumpai hari ini adalah Kelelawar dimasa lampau? Suma Tang-shia termenung sambil berpikir sejenak, kemudian katanya. Memang harus diakui, Kelelawar yang dulu belum pernah membunuh perempuan mana pun Berita yang tersiar dalam dunia persilatan memang begitu Tapi yang kita ketahui sekarang adalah dia telah membunuh nona Lui, bahkan mencincang tubuhnya Setelah tertawa getir, terusnya. Terlepas dari mana dia peroleh golok Kelelawar itu, lebih baik sekarang kita bikin persiapan terlebih dahulu untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan Siaute telah berhati hati Padahal bukan hanya dia, sorot mata semua orang pun tak ada yang bergeser dari tubuh si Kelelawar. Waktu itu si Kelelawar telah mengangkat goloknya keatas dan meletakkan diatas ubun ubunnya. Dipandang dari kejauhan, cahaya terang yang memancar dari golok lengkung itu pada hakekatnya tidak mirip sebilah golok, tapi seolah dari atas kepala si Kelelawar muncul sekilas bianglala berwarna perak. 233 Tiba-tiba bianglala itu berputar, dari melintang berubah jadi tegak lurus, lurus dibawah alis mata si Kelelawar, tiba-tiba saja suasana jadi hening. Mata golok menghadap keluar, gagang golok menindih diatas ujung hidung hingga ke ujung alis mata Kelelawar, cahaya golok pun berubah jadi satu garis, semakin mencolok mata. Dalam pandangan mata Siau Jit, disaat golok lengkung itu berhenti diatas wajah Kelelawar, tiba-tiba saja wajah itu seakan terbelah jadi dua bagian. Mata golok seolah menghujam ke dalam wajah Kelelawar dan membelahnya jadi dua. Apa yang sebenarnya hendak dilakukan Kelelawar itu? Tanpa sadar ingatan tersebut melintas dalam benak semua orang, dan saat itu pula cahaya golok kembali terjadi perubahan. Cahaya golok yang membentuk satu garis itu secepat petir meluncur keluar dari wajah sang Kelelawar, berputar, membalik lalu mencongkel, pagar kayu diseputar panggung batu pun terbabat kutung jadi berapa bagian, kutungan yang kena congkelan langsung beterbangan di angkasa. Para jago yang berada dalam loteng dapat menyaksikan semua kejadian itu dengan jelas, Lui Sin segera berseru. Apa gerangan yang sedang dilakukan bangsat itu? Siau Jit seperti ingin mengucapkan sesuatu namun kembali diurungkan, paras mukanya serius, dari perubahan mimik mukanya, dia seolah tahu kalau si Kelelawar sedang mempersiapkan diri untuk melakukan sesuatu gerakan. Paras muka Suma Tang-shia jauh lebih serius daripada Siau Jit, tampaknya dia pun telah berpikir sampai ke situ. Belum lagi kutungan pagar kayu berjatuhan, golok Kelelawar telah disarungkan kembali. Tampak ia memutar sepasang tangannya, menyambut kutungan batok kayu pagar lalu kembali tertawa. Suara tertawanya kedengaran begitu bangga dan puas. Tiba-tiba ia berseru. Kalian semua adalah orang orang pintar! 234 Tentu saja perkataan itu mengandung banyak arti, Siau Jit dan Suma Tang-shia saling bertukar pandangan sekejap, baru akan menjawab, Lui Sin dengan suara bagaikan geledek telah membentak nyaring. Kelelawar Hahaha, aku berada disini jawab Kelelawar sambil tertawa aneh, boleh tahu Lui toaya ada urusan apa? Saat ini Lui Sin sudah merasa sangat yakin kalau Kelelawar yang berada di panggung batu tak lain adalah Kelelawar yang mereka jumpai pagi tadi, ia cabut keluar golok emasnya, kemudian sambil menuding Kelelawar itu bentaknya. Jadi kau benar benar adalah si Kelelawar? Kelelawar memang hanya ada satu! tiba-tiba tubuhnya berputar kencang. Disaat wajahnya berpaling lagi, ternyata dia telah merubah tampangnya menjadi orang kedua, tanyanya kemudian. Tahukah kalian apa sebabnya bisa begini? Ilmu merubah wajah! teriak Suma Tang-shia tanpa sadar. Biarpun teriakan itu tidak begitu keras, ternyata si Kelelawar dapat mendengar dengan jelas sekali, kembali ia tertawa tergelak. Hahaha, bagaimana pun orang pintar tetap orang pintar Setelah berhenti sejenak, lanjutnya. Orang pintar macam kalian seharusnya tahu bukan tindakan apa yang hendak kulakukan, tentu tahu juga bagaimana harus menghadapinya Begitu selesai bicara, mendadak potongan pagar yang berada dalam genggamannya telah dilempar ke luar, meluncur ke tengah hutan bambu. Berubah paras muka Suma Tang-shia ketika melihat hal itu, jeritnya tertahan. Aduh celaka! Potongan pagar itu tidak dilempar kearah kita............ kata Ciu Kiok. Apa bedanya dengan seseorang yang menerjang masuk ke dalam hutan bambu? tanya Suma Tang-shia sambil tertawa getir. Sementara pembicaraan berlangsung, Blaaam! dari tengah hutan bambu telah terdengar suara ledakan keras diikuti bergetarnya seluruh permukaan tanah. 235 Dapat dibuktikan betapa kuat dan dahsyatnya tenaga timpukan yang dilakukan si Kelelawar. Serentetan suara aneh kembali berkumandang dari balik hutan bambu, suara yang memekakkan telinga itu membuat paras muka Suma Tang-shia berubah jadi makin tak sedap dipandang. Pada saat itulah paras muka Ciu Kiok ikut berubah. Suara tertawa aneh dari si Kelelawar kembali berkumandang, ditengah gelak tertawa, tubuhnya yang jangkung ceking lagi lagi melambung ke tengah udara, kedua belah ujung bajunya dikembangkan, seluruh tubuh pun berubah seakan seekor Kelelawar hitam raksasa yang terbang ke angkasa. Setelah berjumpalitan berapa kali, badannya meluncur ke bawah dengan kecepatan tinggi. Kali ini dia tidak melayang turun diatas panggung batu, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya hilang lenyap. Sementara suara aneh dari balik hutan bambu berkumandang makin nyaring. Paras muka Suma Tang-shia berubah semakin tak sedap dilihat, gumamnya. Semua alat rahasia dalam hutan bambu mulai bekerja! Lantas kita sekarang............ tanya Siau Jit. Kalau ingin menerjang keluar dalam keadaan begini, sama artinya mencari mati Berkilat sepasang mata Siau Jit, ia termenung dan tidak bicara lagi. Masa kita harus berdiam dalam bangunan loteng itu? tanya Han Seng. Ayahku telah memperhitungkan dengan pasti, setelah alat jebakan mulai bekerja, bisa jadi si Kelelawar akan mundur balik ke dalam bangunan loteng ini Han Seng makin tercekat. Jadi maksudmu bersamaan dengan hancurnya hutan bambu, loteng ini pun..... Betul, loteng inipun akan ikut hancur nada suara Suma Tang-shia terdengar berat, aah sekarang alat jebakan ke lima dan ke enam sudah mulai bekerja 236 Sekali lagi berkilat sinar mata Siau Jit, tiba-tiba ujarnya. Memangnya kita tak boleh menggunakan lorong bawah tanah yang digali si Kelelawar untuk meninggalkan tempat ini? Agaknya Suma Tang-shia pun telah mempertimbangkan hal tersebut, segera jawabnya. Rasanya hanya itu satu satunya jalan hidup kita, moga moga saja si Kelelawar tidak memasang alat perangkap atau jebakan dalam lorong bawah tanahnya Setelah berhenti sejenak, lanjutnya. Tapi setelah berada dalam keadaan begini, rasanya kita tak perlu banyak berpikir lagi! Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Sim Ngo-nio, tapi belum sampai ia buka suara, Sim Ngo-nio sudah berkata duluan. Kalau begitu biar aku berjalan duluan! Habis berkata, ia segera meloncat turun ke dalam lorong bawah tanah. Tentu saja semua orang tahu bahwa persoalannya bukan karena dia takut mati atau tidak, andaikata didalam lorong rahasia terdapat jebakan, maka dialah orang pertama yang bakal celaka. Begitu bayangan tubuh Sim Ngo-nio lenyap dibalik lorong, Suma Tang-shia segera menitahkan kedua orang dayangnya. Cepat kalian berdua membimbing Ciu Kiok dan masuk duluan! Kedua orang dayang itu tak berani berayal, cepat mereka memayang tubuh Ciu Kiok dan menerobos masuk ke dalam lorong rahasia. Saat itulah Suma Tang-shia baru berpaling sambil berkata. Lui, Han lo-enghiong........... .. Silahkan nona masuk duluan sahut Lui Sin cepat, biar kami berdua berada dibarisan paling belakang! Sekarang bukan saatnya untuk bersungkan-sungkan tukas Suma Tang-shia sambil menggeleng, aku jauh lebih jelas mengetahui keadaan disini daripada kalian berdua! Belum habis ia berkata, gelombang dahsyat telah terjadi ditengah hutan bambu, batang pohon bambu tampak beterbangan dan meluncur ke tengah udara. Alat perangkap ke sembilan telah mulai bekerja! seru Suma Tang-shia kemudian, kepada Lui Sin dan Han Seng katanya pula, apa lagi yang hendak kalian berdua nantikan? 237 Bagaimana pun Lui Sin dan Han Seng adalah orang yang berjiwa terbuka, mereka tidak banyak bicara lagi dan tergopoh gopoh masuk ke lorong rahasia. Siau kecil, pedangmu! kembali Suma Tang-shia berbisik. Cepat Siau Jit meloloskan pedangnya. Sreeet, sreeet, sreeet suara desingan tajam seketika bergema dari empat penjuru, beratus batang senjata rahasia memancar keluar dari balik hutan bambu dan menerjang bangunan loteng itu dari empat arah delapan penjuru. Tak diragukan semua senjata rahasia itu jelas terlepas dari alat jebakan yang terpasang dalam hutan bambu, kecepatan dan kehebatannya luar biasa. Cepat Suma Tang-shia mengebaskan bajunya menggulung ranjang batu yang kemudian dipakai untuk menahan sebagian serangan senjata rahasia, sedang tangan kanannya digetar keras, sebuah pedang lembek telah diloloskan untuk menyongsong datangnya ancaman. Bersamaan waktu Siau Jit menggerakkan pula pedang pemutus ususnya untuk merontokkan datangnya ancaman. Seolah sudah ada kontak batin diantara kedua orang itu, pada saat yang bersamaan mereka membalik badan dengan punggung menempel punggung, sepasang pedang diputar berbareng melindungi diri dari serangan senjata rahasia, lalu perlahan-lahan bergeser masuk ke dalam Seolah sudah ada kontak batin diantara kedua orang itu, pada saat yang bersamaan mereka membalik badan dengan punggung menempel punggung, sepasang pedang diputar berbareng melindungi diri dari serangan senjata rahasia, lalu perlahan-lahan bergeser masuk ke dalam lorong rahasia. Triiing, triiing hampir sebagian besar senjata rahasia yang berhasil dirontokkan kedua orang itu berupa panah panah tanpa bulu. Ada diantara anak panah itu yang menembusi permukaan tanah, ada pula yang menembusi batang tiang penyangga bangunan, tapi rata rata tembus hingga satu inci lebih. Coba kalau menghujam dibadan, coba kalau menembusi bagian yang mematikan, hanya cukup sebatang anak panah sudah mampu menghant ar kau pulang kampung! 238 Sungguh beruntung mereka berada dalam ruang loteng yang lebih cocok menggunakan pedang, dengan kungfu yang dimiliki Siau Jit berdua, mereka masih sanggup menghadapi serangan yang datang. Coba kalau berada ditengah hutan bambu, pada hekekatnya sulit untuk menggunakan pedang ditengah malang melintangnya bambu, otomatis semakin sulit bagi mereka untuk mengatasi keadaan. Tampaknya Siau Jit memahami akan hal itu, tanpa terasa serunya. Untung sekali kita tidak berada dalam hutan bambu Ehm Baru saja Suma Tang-shia akan mengucapkan sesuatu, tiba-tiba terdengar ledakan dahsyat bergema memecahkan keheningan diikuti menyemburnya cahaya api dari balik hutan bambu. Obat peledak! teriak Siau Jit kaget. Jadi kau sangka toaci sedang bohong? tanya Suma Tang-shia sambil tertawa. Siau Jit hanya tertawa getir. Saat itulah ledakan dahsyat kembali menggelegar membelah angkasa, dengan wajah makin berubah teriak Suma Tang-shia. Cepat kabur! Lebih baik toaci duluan! sahut Siau Jit sambil merangkul bahu Suma Tang-shia dan mendorongnya masuk ke dalam lorong rahasia. Kali ini Suma Tang-shia tidak menampik, cepat dia lari turun ke dalam lorong bawah tanah diikuti Siau Jit. Sementara dia berlarian menuruni anak tangga, ledaka n dahsyat kembali menggelegar dari ke e mpat tiang pancang yang ada dalam ruang loteng dan menghancurkan ruangan itu menjadi berk eping. Tampaknya didalam tiang bangunan pun telah tertanam obat peledak dalam jumlah banyak. Begitu bahan musiu meledak, tiang penyangga bangunan pun hancur berantakan, tak ampun seluruh bangunan loteng ikut ambruk ke tanah. 239 Suara robohnya bangunan ini jauh lebih nyaring daripada suara ledakan, begitu keras hingga memekikkan telinga. Biarpun Siau Jit sudah berada dalam lorong bawah tanah, tak urung telinganya sakit juga karena kerasnya getaran. Tanpa pedulikan debu dan pasir yang mengotori badannya, cepat pemuda itu bergerak maju ke depan. Kini suasana dalam lorong gelap gulita, berapa kali badannya menumbuk diatas dinding, dalam perasaannya, lorong bawah tanah itu sama sekali tak berbentuk lurus. Cepat dia merogoh ke dalam saku ambil keluar obor, baru akan disulut, tiba-tiba badannya menumbuk ditubuh seseorang. Tubuh yang lembut, halus dan menyiarkan bau harum semerbak, bentuk tubuh yang sudah amat dikenalnya. Biarpun tidak melihat, Siau Jit tahu kalau dia adalah Suma Tang-shia. Toaci, aku! cepat Siau Jit berseru sambil menyulur obor. Siau kecil? Cahaya api mengusir kegelapan, sinar terang menerangi lorong bawah tanah, menyinari pula wajah kedua orang itu. Dengan wajah penuh rasa kuatir, Suma Tang-shia menarik lengan Siau Jit sambil serunya. Coba bukan kau, bertemu dengan siapa pun, mungkin saat ini aku sudah jatuh pingsan Bukankah nyali toaci selama ini besar sekali? Kontan Suma Tang-shia tertawa cekikikan. Untung saja hanya kau seorang yang membuntut dibelakangku, andaikata ada orang kedua, sudah pasti dia bukan manusia tapi setan Untuk tempat semacam ini, biar ada setan yang muncul pun tidak aneh kata Siau Jit tertawa. Mendengar perkataan itu Suma Tang-shia bergidik dan tak sanggup tertawa lagi. 240 Saat itulah Siau Jit baru dapat melihat jelas bentuk lorong rahasia itu, ternyata permukaannya tidak rata dan dindingnya penuh dengan bagian yang cekung maupun cembung. Pernah menjumpai lorong semacam ini? tanya Suma Tang-shia. Aku rasa lorong ini dibuat secara tergesa gesa Tidak mungkin Suma Tang-shia menggeleng, coba kau periksa undak undakan didepan sana, bukankah dibuat sangat rapi? Bila Kelelawar sanggup membuat undak undakan sebagus itu, tiada alasan ia tak bisa meratakan permukaan lorong ini Tadi, justru gara gara undakan batu itu rata dan rapi, kusangka permukaan lorong bawah tanah pun pasti datar dan rata, akibatnya berulang kali aku musti menumbuk dinding hingga nyaris jatuh terjerembab Jangan jangan si Kelelawar memang sengaja membuat permukaan lorong seperti ini? Kuatirnya memang begitu setelah termenung, lanjut perempuan itu, terlepas bentuk apapun yang mau dibuat, padahal tak banyak pengaruh baginya Benar, karena dia memang buta Tapi kalau lorong bawah tanah ini digali untuk persiapan diri sendiri, semestinya dibuat lebih baik, dari sini bisa disimpulkan kalau ia sudah menduga bakal terjadi peristiwa seperti hari ini Siau Jit termenung sambil berpikir sejenak, kemudian katanya. Sekalipun Kelelawar lebih banyak berada dalam keadaan tak waras, disaat ia sedang waras, aku yakin kemampuannya tak beda jauh dengan kemampuannya dimasa lalu. Toaci, sekarang siaute mulai mandi keringat dingin Suma Tang-shia sendiripun bergidik, terasa bulu roma pada bangun berdiri. Sementara pembicaraan berlangsung, mereka melanjutkan perjalanan ke depan. Terdengar suara gemuruh yang memekakkan telinga masih bergema dari mulut lorong, begitu nyaring dan kencang ibarat binatang aneh yang sedang meraung. 241 Begitu kalut dan kacaunya suara gemuruh itu hingga susah untuk membedakan mana suara bangunan yang ambruk dan mana suara ledakan mesiu. Permukaan lorong dimana mereka berjalan lewat terasa mulai bergetar dan berguguran, seakan seluruh bumi bergoncang, seolah setiap saat tempat itu bakal ikut roboh. Suma Tang-shia berlarian cepat, paras mukanya makin lama berubah makin pucat. Air muka Siau Jit pun berubah sangat tak sedap, tiba-tiba teriaknya keras. Cepat lari, kemungkinan besar lorong bawah tanah ini bakal ambruk! Belum habis ia menjerit, lorong bagian belakang meledak lalu longsor ke bawah. Suma Tang-shia menjerit kaget, cepat dia bersembunyi dalam pelukan Siau Jit. Cepat kita lari! teriak Siau Jit sambil merangkul tubuh perempuan itu dan berlari kencang. Siau kecil, kau mulai takut? tiba-tiba Suma Tang-shia bertanya. Memangnya toaci tidak takut? Suma Tang-shia menggeleng. Mungkin karena berada disisimu sahutnya. Sayang aku pun hanya seorang manusia, bila lorong ini longsor, kita semua bakal mati Suma Tang-shia menghela napas sedih. Aaai, bisa mati dalam pelukanmu, apa lagi yang musti kusesalkan? bisiknya. Siau Jit tidak menjawab, dia hanya tertawa getir. Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kembali Suma Tang-shia berkata. Walaupun aku sudah bosan hidup, tapi kau masih muda, sayang kalau harus mati dalam kondisi seperti ini, maka dari itu terlepas nasib kita baik atau buruk, yang penting kita harus lari dengan sekuat tenaga! Sejak kapan toaci jadi begitu melankolis? tanya Siau Jit sambil menghela napas. Mungkin inila h sifat asli toaci, hingga disaat menghadapi ancaman ji wa, watak aslinya muncul Siau Jit termenung tanpa menjawab. 242 Blaaam ......! lagi-lagi terjadi ledakan dahsyat, selapis lorong sebelah belakang longsor dengan hebatnya, bahkan merembet lorong disekelilingnya. Berubah hebat paras muka Siau Jit, jeritnya. Toaci, cepat lari! sambil berkata ia langsung mendorong tubuh perempuan itu. Sadar akan bahaya yang mengancam, Suma Tang-shia kabur ke depan sambil berteriak. Hati hati saudaraku! Tentu saja dia pun tahu, bila harus begitu terus, disamping harus menjaga keselamatannya, Siau Jit harus menghadapi longsoran lorong akibatnya mereka berdua bakal mati bersama. Belum sempat Siau Jit menjawab, tanah liat diatas kepalanya kembali sudah longsor jatuh. Sambil membentak, tubuhnya lari ke depan, sementara pedangnya menusuk ke atas. Tusukan itu disertai desingan angin tajam, seketika bongkahan tanah yang longsor tertahan oleh tusukan pedangnya. Ketika bongkahan tanah itu gugur ke bawah, tubuh Siau Jit sudah melesat maju sejauh satu tombak. Ternyata dugaan mereka tak salah, lorong bawah tanah mulai longsor dengan hebatnya diiringi suara ledakan yang memekikkan telinga. Siau Jit melancarkan tusukan berulang kali, menggunakan saat pedangnya menahan bongkahan tanah yang longsor, dia melompat ke depan sambil menyelamatkan diri. Tubuhnya ibarat anak panah yang dibidikkan, pakaian serta kulit luar tubuhnya mulai tersayat dan mengucurkan darah. Tentu saja pemuda ini tak ambil peduli dengan luka luar yang dideritanya. Saat itu obor telah padam, tapi dengan longsornya lorong, cahaya matahari pun ikut menyorot masuk ke dalam, ditengah debu dan pasir yang beter bangan, mengandalkan ketajaman matan ya Siau Jit kabur terus ke depan. Siau Jit tak bisa membayangkan bagaimana bentuk lorong rahasia itu, dia pun tak bisa membayangkan bagaimana bentuk permukaan tanah waktu itu. 243 Tiga belas jebakan maut betul betul sangat menakutkan, sekalipun tidak ia saksikan satu per satu, namun dari kenyataan yang terpampang didepan mata, bisa dibayangkan apa jadinya jika mereka terjebak dalam hutan bambu itu. Tiga belas lapis alat perangkap yang membuang begitu banyak pikiran, tenaga dan uang, ternyata tujuannya hanya untuk mengurung seorang manusia idiot. Berhargakah kesemuanya itu? Sekarang Siau Jit mulai sangsi, mulai curiga, apakah otak Suma Tionggoan sekalian yang ada masalah. Ledakan dan longsoran akhirnya berhenti, tapi Siau Jit sama sekali tidak menghentikan langkahnya, dia masih kabur terus ke arah depan. Setelah kabur lagi sejauh tujuh tombak, sinar matahari terlihat mulai memancar masuk ke dalam lorong, kemudian tampak undak undakan batu menuju ke atas permukaan. Suma Tang-shia sedang menanti dibawah undak undakan dengan wajah tegang, begitu melihat kemunculan Siau Jit, ia baru menghembuskan napas lega. Sambil menghembuskan napas panjang, Siau Jit menyarungkan kembali pedangnya, kemudian dalam dua tiga langkah sudah tiba dihadapan Suma Tang-shia. Dengan penuh kehangatan Suma Tang-shia menggenggam tangan Siau Jit, sekujur badannya gemetar keras, sampai lama kemudian ia baru berbisik. Mari kita naik ke atas Bagaimana keadaan mereka? Kami tidak apa apa suara dari Lui Sin menyahut, lalu sambil melongok tanyanya pula, bagaimana dengan kalian berdua? Aku sangat baik, tapi Siau kecil terluka Hahaha, hanya luka lecet sambung Siau Jit sambil tert awa. Hahaha, melihat kau masih bisa tertawa, kami pun merasa sangat lega ucap Lui Sin sambil tertawa tergelak. Ditengah gelak tertawa, Suma Tang-shia dan Siau Jit sudah naik keatas permukaan tanah. 244 Ternyata mulut keluar dari lorong bawah tanah itu terletak ditengah barisan bunga, padahal sesungguhnya sudah berada ditepi barisan, karena tak perlu berjalan sejauh dua tombak, mereka sudah keluar dari kepungan barisan tersebut. Jarak sejauh dua tombak tanpa persimpangan jalan, hal ini menunjukkan kalau tempat itu berada diluar barisan. Begitu keluar dari lorong bawah tanah dan periksa sekejap sekeliling tempat itu, tiba-tiba Suma Tang-shia menghela napas, katanya. Sekarang, kalau ada orang bilang Kelelawar adalah manusia idiot, akulah orang pertama yang tidak percaya Akupun tidak percaya kalau bilang dia adalah manusia buta Siau Jit menambahkan sambil menghela napas. Tapi semuanya ini adalah kenyataan Apakah toaci benar benar yakin? Padahal sudah menjadi rahasia umum, banyak cianpwee yang tahu hal ini dengan jelas Tapi letak lorong bawah tanah ini benar benar sudah diperhitungkan secara teliti kata Siau Jit setelah tertegun sejenak. Siapa bilang tidak sambung Lui Sin, seorang buta ternyata sanggup menggali sebuah lorong bawah tanah secanggih ini, kejadian inipun sudah aneh dan tidak masuk akal Semua hasil karyanya sepanjang hidup memang membuat orang lain sukar percaya, hanya aku rasa pintu keluar lorong itu kelewat kebetulan bila berada disini Hal ini bukannya tidak mungkin, tapi memang rasanya kelewat kebetulan gumam Han Seng. Anehnya Lui Sin menambahkan, kenapa dia tidak menyerang kita di pintu keluar lorong bawah tanah ini? Dengan kepandaian silat yang kita miliki rasanya........... .. Dia tidak melanjutkan perkataannya, tapi dengan ilmu silat yang dimiliki si Kelelawar, siapa pun bisa membayangkan bagaimana akibatnya bila dia melancarkan serangan bokongan di mulut lorong rahasia itu. Siau Jit menghela napas panjang. 245 Sepak terjang orang ini memang jauh diluar dugaan siapa pun, tapi rasanya mustahil kalau dia kehilangan kewarasannya lagi gara gara dibuat kaget oleh suara ledakan yang maha dahsyat tadi, sehingga lupa berjaga jaga di pintu keluar lorong rahasia kata Suma Tang-shia, tapi bagaimana pun Mungkin saja apa yang kau duga memang benar ceritanya, yang penting kita semua telah berhasil lolos dari bencana besar ini, dan kejadian ini patut kita rayakan Selanjutnya apa yang harus kita lakukan? tanya Lui Sin, kemana kita harus mencari jejak si Kelelawar? Bila terkaanku tak salah, mungkin saat ini dia sudah jauh meninggalkan tempat ini kata Suma Tang-shia. Kemudian setelah berhenti sejenak, tambahnya. Biarpun perkampungan Suma-san- ceng luas, namun tidak banyak tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi, kecuali otaknya kembali tak waras, kalau tidak seharusnya diapun dapat menduga kalau kita bakal mencari jejaknya Mungkinkah seputar hutan bambu dipakai untuk bersembunyi? Aku kuatir daerah seputar hutan bambu sudah rata dengan tanah Sembari bicara, perempuan itu melompat naik keatas sebatang pohon bunga dan menengok ke arah hutan bambu. Siau Jit ikut melompat naik pula keatas sebatang pohon. Tapi begitu melihat, paras muka Siau Jit berubah hebat, sementara Suma Tang-shia sendiri, meski sudah mempersiapkan diri secara baik, tak urung wajahnya berubah juga dengan hebatnya. Ternyata pepohonan yang berada tiga tombak dihadapan mereka, kini sudah hancur berantakan dan rata dengan tanah, dinding pagar tinggi diluar barisan telah roboh, asap dan hancuran dinding berserakan dimana mana, sementara kobaran api masih menyala dengan hebatnya didalam hutan bambu. Kendatipun jarak mereka dengan tempat itu cukup jauh, namun hawa panas yang menyengat terasa sampai disitu. 246 Tak tahan lagi Siau Jit menghembuskan napas dingin, ujarnya. Toaci, aku rasa kobaran api yang sedang membara saat ini tak mungkin bisa dipadamkan dengan kekuatan manusia Tanpa bicara Suma Tang-shia mengangguk. Kembali Siau Jit melanjutkan. Untung saja ada selapis dinding pagar tinggi yang menghadang sehingga jilatan api tak akan merambat sampai disini Suma Tang-shia mengangguk. Menurut dugaanku, memang inilah tujuan ayahku mendirikan pagar dinding tinggi Tapi siaute benar benar tak habis mengerti ujar Siau Jit sambil menggeleng. Tidak mengerti kenapa harus membuang begitu banyak uang dan tenaga hanya untuk menyekap seorang manusia idiot? Siau Jit tertawa getir. Benarkah para jago dan para cianpwee itu begitu kolot dan keras kepala? Suma Tang-shia tidak menjawab. Dalam pada itu secara beruntun Lui Sin dan Han Seng telah melompat naik keatas pohon, setelah menyaksikan perubahan yang terpampang didepan mata, paras muka mereka ikut berubah. Hari ini, boleh dibilang kita baru lolos dari kematian kata Siau Jit kemudian sambil berpaling kearah kedua orang itu. Mula-mula Lui Sin tertegun, kemudian sahutnya. Selamat dari bencana besar, dikemudian hari pasti banyak rejeki, seharusnya kejadian ini merupakan sesuatu yang patut digembirakan Hahaha, betul juga perkataanmu! kata Suma Tang-shi a sambil tertawa, kemudian ia melayang t urun dari atas pohon. Toaci, apa rencanamu selanjutnya? tanya Siau Jit sambil ikut melompat turun dari atas pohon. Kau takut si Kelelawar masih berada diseputar sini hingga jiwaku terancam? Apa boleh buat, mau tak mau aku harus kuatir 247 Suma Tang-shia tertawa. Seandainya dia mengincarku, sejak tadi dia pasti sudah bertindak sesuatu katanya. Tapi sekarang keadaan sudah berubah, rahasianya sudah terbongkar, jadi dia bisa saja menyerang secara terbuka Jadi menurut pendapatmu? Belum sempat Siau Jit menjawab, kembali Suma Tang-shia bertanya. Menurut pendapatmu, tempat mana yang kau anggap paling aman? Siau Jit hanya termenung, tidak menjawab. Gagal menemukannya? desak Suma Tang-shia lagi. Siau Jit tertawa getir. Maka Suma Tang-shia melanjutkan kembali perkataann ya. Sesungguhnya sama sekali tak ada, justru dalam perkampungan Suma-san-ceng seharusnya masih terdapat sebuah tempat yang aman sekali Siau Jit tertegun. Sambil tertawa tanya perempuan itu. Ayahku bisa merancang sebuah tempat sempurna untuk mengurung orang, menurut pendapatmu, mungkinkah dia membangun pula sebuah tempat perlindungan lain yang jauh lebih kokoh? Tentu saja bisa Pada umumnya, setiap perkampungan pasti memiliki sebidang bangunan yang dibuat secara kokoh dan kuat untuk persiapan bilamana diperlukan, tidak terkecuali perkampungan Suma-san-ceng Ehm Sekalipun tak ada tempat yang seratus persen aman, paling tidak, bukan satu pekerjaan yang mudah bagi si Kelelawar bila ingin menyerbu ke dalam tempat tersebut Dia tak akan memiliki begitu banyak waktu, lagipula sejak hari ini, kita pasti akan mengerahkan segenap kekuatan yang dimiliki untuk melacak dan menemukan jejaknya sepantasnya aku pergi bersama kalian, tapi, tentunya kaupun tahu dengan jelas bukan, manusia macam apakah diri toaci 248 Siau Toaci tak pernah suka berkelana ke mana mana, dalam hal ini aku tahu dengan jelas Jit mengangguk. Walaupun aku tidak ikut serta, namun setiap saat kalian harus tetap menjalin kontak denganku, agar setiap saat aku bisa menyusul dan bergabung dengan kalian dalam menghadapi si Kelelawar Toaci tak usah kuatir Suma Tang-shia mengangguk, katanya lagi. Biarpun ilmu pedangmu tangguh, tapi hati hati, sebab selain harus menghadapi si Kelelawar, kau pun harus berhati hati menghadapi Ong Bu-shia, aaai, bayangkan saja, mana mungkin toaci tidak kuatir? Mati hidup sudah kemauan takdir, siaute janji akan berusaha untuk lebih berhati- hati Perlahan Suma Tang-shia berpaling kearah Lui Sin dan Han Seng, lalu katanya pula. Bila kalian berdua tidak keberatan, aku ingin menahan Ciu Kiok bersamaku Lui Sin segera mengangguk. Kami harus menjelajahi banyak tempat untuk melacak jejak si Kelelawar, memang kurang leluasa bila Ciu Kiok bersama kami katanya, bagaimana pun, perkampungan Suma-san-ceng jauh lebih aman daripada perusahaan piaukiok kami. Bila nona bersedia merawatnya, kami pun semakin tenang Siaute pun tidak punya pendapat lain kata Han Seng. Bagi Ciu Kiok sendiri, tentu saja dia terlebih tak punya pendapat lain. ---------------------------------------------------------------------------- ??? ---------------------------------------------------------------------------- IBAWAH cahaya api yang terang benderang, kecuali Lui Sin dan Han Seng tidak ambil peduli, kalau tidak, tak sulit untuk membaca berapa huruf yang terukir diatas panggung. Sekalipun tulisan itu tidak jelas, lagipula guratannya cetek, namun secara dipaksakan masih bisa dikenali. 249 Hek Botan, Pek Huyong, Lau Ci ...... kontan Lui Sin berkerut kening, apa pula maksud tulisan itu? Hanya delapan huruf yang tertera, sementara dibawah huruf Ci baru muncul satu guratan dan diatas guratan itu masih tersisa kuku yang berdarah. Mungkin ke delapan huruf itu mewakili nama dari tiga orang ujar Siau Jit kemudian, Hek Botan....... Tiba-tiba Han Seng menukas. Hek Botan dari Shantung, Pek Huyung dari Hopak! Bukankah kedua orang bocah perempuan itu sudah lama mengundurkan diri dari dunia persilatan? tanya Lui Sin dengan sinar mata berkilat. Siapakah mereka itu? tanya Siau Jit. Mereka adalah dua orang perempuan tersohor dari dunia persilatan banyak tahun berselang, konon ilmu silat mereka bagus, berwajah cantik rupawan, ada suatu masa, nama besar mereka berkibar dimana-mana, tapi kemudian mengundurkan diri dari keramaian dunia, konon dinikahi orang Kapan peristiwa itu terjadinya? tanya Siau Jit lagi. Mungkin sudah belasan tahun sahut Lui Sin, setelah termenung sejenak, lanjutnya, aku pernah bertemu Hek Botan, betul, dia memang cantik jelita, tapi kurang jelas sampai dimana kehebatan ilmu silatnya Kembali Siau Jit termenung tanpa bicara. Tiba-tiba Han Seng berseru. Jangan jangan yang dimaksud Lau Ci.............. mungkinkah Lau Ci-he dari See-hoa-kiam-pay? Mungkin saja orang itu Lui Sin mengangguk berulang kali, mereka memang tokoh tokoh terkenal dari masa yang hampir bersamaan Siau Jit segera mencabut keluar potongan kuku yang tertancap diatas panggung, lalu ujarnya. Tidak diragukan lagi berapa huruf ini digurat oleh si pemilik kuku, bukankah kuku ibu jari tangan kanan nona Hong terlepas dan hilang? Betul sahut Lui Sin dengan wajah berubah, dia sambut potongan kuku itu dari tangan Siau Jit, setelah diamati sejenak, katanya lagi. Seharusnya kuku ini berasal dari ibu jari, karena kita sudah yakin Hong-ji menemui ajalnya ditempat ini, aku rasa hal ini tak perlu diragukan lagi............ 250 Mungkin nona Hong tahu kalau nyawanya bakal melayang, maka dia sengaja mengukir berapa huruf itu dengan harapan kita bisa menemukannya ujar Siau Jit, sayang ketika akan mengukir huruf He, tiba-tiba si Kelelawar turun tangan membunuhnya, lantaran dia orang buta, tentu saja tidak tahu kalau nona Hong telah meninggalkan petunjuk diatas lantai panggung........... .. Petunjuk? Lui Sin berkerut kening. Il Apakah saudara Siau curiga kalau Hek Botan, Pek Huyung sekalian merupakan komplotan dari si Kelelawar? tanya Han Seng. Kalian jangan lupa, sewaktu berada diwarung teh, bukankah si Kelelawar pernah beritahu kepada Ciu Kiok sekalian bahwa dia semuanya memiliki tiga belas bilah golok Kelelawar, dimana dua belas bilah diantaranya telah diserahkan kepada dua belas orang wanita yang paling disukainya? Tentu saja Lui Sin maupun Han Seng tidak melupakan akan hal ini. Kembali Siau Jit berkata lebih jauh. Kemungkinan besar Hek Botan, Pek Huyung, Lau Ci-he merupakan tiga diantara dua belas orang wanita itu Setelah menyapu seluruh ruangan itu sekejap, lanjutnya. Ditinjau dari hasil pahatan yang ada disekeliling ruangan ini, bisa disimpulkan bahwa semua pahatan yang ada telah melalui seleksi dan pemilihan yang ketat dari si Kelelawar, bahkan hanya meninggalkan bagian yang terbaik dan tercantik ditempat ini Lui Sin maupun Han Seng mengangguk berulang kali. Kembali Siau Jit berkata. Kelelawar adalah orang buta, walaupun dia memiliki sepasang tangan yang cekatan, toh mustahil bisa meraba setiap wanita yang dijumpai untuk memilih sasaran yang paling cocok untuk dijadikan contoh pahatan Itu berarti dia mengandalkan........... .. Telinga! sela Siau Jit cepat, setelah termenung ujarnya, bila analisaku tak salah, dia pasti memilih sasarannya berdasarkan pembicaraan orang banyak, sama seperti ketika dia memilih Hek Botan, Pek Huyong..... Dan Lau Ci-he ...... sela Han Seng. 251 Nama besar bocah perempuan ini jauh diatas nama Hek Botan maupun Pek Huyung ujar Lui Sin, bila beritaku tidak keliru, seharusnya perempuan ini masih berkeliaran dalam dunia persilatan Dalam sepuluh tahun terakhir, dalam dunia persilatan telah muncul seorang wanita pembunuh tanpa nama kata Han Seng, dia membunuh bukan lantaran uang, dia pun tak bisa diundang oleh siapa pun Dia membunuh bila ada orang menyalahi dirinya Lui Sin menyambung, barangsiapa menyalahi dirinya, biar kau kabur sejauh ribuan bahkan puluhan ribu li pun, dia tetap akan mengejar, mengejar untuk memenggal batok kepalanya Siau Jit tidak bicara, dia hanya mendengarkan dengan seksama. Terdengar Lui Sin berkata lebih jauh. Ada orang bilang, dia adalah jago pedang wanita dari See-hoa-pay yang bernama Lau Ci-he, menurut apa yang kutahu, banyak orang telah membuktikan kenyataan itu Aku kenal dengan orang ini ujar Siau Jit. Dengan pandangan keheranan Lui Sin menatap wajah Siau Jit. Dia adalah seorang wanita yang sepanjang tahun mengenakan baju berwarna putih, berambut panjang sebahu dan membawa sebilah pedang dengan gagang penuh batu permata Siau Jit menerangkan. Aah, rupanya dia, darimana kau bisa mengenalnya? Kalau dibicarakan kembali, sesungguhnya peristiwa itu merupakan peristiwa lama yang sudah terjadi dua tahun berselang, waktu itu dia terkena jebakan yang disiapkan Tui-hun-cap-ji-sat di mulut lembah Sat-hau-ko hingga terluka parah, disaat dia masih bertempur habis habisan, kebetulan aku lewat disana Dan kau telah selamatkan jiwanya? Manusia macam apakah Tui-hun-cap-ji-sat, semestinya locianpwee tahu juga bukan? Hahaha, aku pun tahu dengan jelas kalau kau adalah seorang pendekar sejati Setelah kejadian itu, dia jatuh pingsan karena lukanya yang parah, sebelum jatuh tak sadarkan diri ia sempat memberitahukan alamat rumahnya ...... 252 Dan kau menghantarnya pulang ke rumah Tempat itu adalah sebuah perkampungan kecil, selain dia, hanya ada seorang nenek ditambah dua orang dayang kecil. Konon nenek itu adalah inang pengasuhnya Setelah termenung sebentar, tambahnya. Hanya itu saja yang kuketahui, dia termasuk orang yang tidak begitu suka bicara dengan orang lain, diapun tak pernah menyinggung masa lalu. Secara beruntun aku berdiam selama tiga hari disana, ketika melihat kondisi lukanya telah membaik, aku pun berpamitan Apa pula yang kemudian ia katakan? tanya Han Seng. Dia bilang, suatu saat pasti akan membalas budi ini, sebab dia paling tak suka berhutang budi kepada orang lain, bila aku membutuhkan, asal sepatah kata saja, terlepas persoalan apa pun, dia bersama pedangnya pasti akan segera datang Bisa membedakan mana budi mana dendam, perempuan ini sesungguhnya bukan orang jahat puji Han Seng. Aku rasa, dimasa lampau mungkin ia pernah mengalami pukulan batin yang amat besar, sehingga sifatnya berubah dan sangat membenci orang lain Seharusnya perempuan semacam ini tak mungkin akan jalan bersama si Kelelawar Bila permasalahan ini tak ada sangkut paut dengan dirinya, aku rasa persoalan jadi semakin rumit Han Seng manggut manggut. -n Mustahil Hong-ji kenal dengan perempuan ini katanya, bisa jadi dia tinggalkan nama tersebut diatas panggung karena pernah mendengar si Kelelawar menyinggungnya Jangan jangan setelah peristiwa ini, rencana berikut si Kelelawar adalah pergi mencari mereka dan membunuhnya? tanya Lui Sin. Aku rasa kemungkinan ini besar sekali seru Siau Jit dengan wajah berubah. Lau Ci-he tinggal dimana? tanya Lui Sin. Diseputar sini, paling setengah hari perjalanan Ooh! 253 Karena itu gampang sekali bila kita ingin bertanya kepadanya ujar Siau Jit, setelah berhenti sejenak, dengan wajah berubah tambahnya, bila Kelelawar ingin membunuhnya, tentu saja hal ini mudah sekali untuk dia lakukan Kalau begitu kita harus secepatnya meninggalkan tempat ini sambil berkata Lui Sin mulai mengawasi tabung logam darimana mereka terperosok tadi. Han Seng ikut memandangnya sekejap, kemudian ujarnya. Aku rasa tidak gampang untuk tinggalkan tempat ini melalui tabung logam itu Setelah memandang sekejap sekeliling ruangan, ia menambahkan. Aku yakin didalam ruang rahasia ini pasti terdapat jalan keluar kedua Waktu itu api yang berada ditangan mereka bertiga, ada dua telah padam, obor ditangan Lui Sin pun sudah mulai redup. Cepat Siau Jit merogoh ke dalam sakunya, ambil keluar sebuah obor lagi, yakni obor terakhir yang dibawa. Ia dekatkan cahaya api dengan permukaan lantai, lalu ikut pula berjongkok. Saudara cilik........... Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo .. seru Lui Sin keheranan. Diatas lantai terdapat bekas kaki, asal mengikuti arah bekas kaki itu, siapa tahu kita bisa temukan pintu keluar Siau Jit menerangkan. Seperti menyadari akan sesuatu, Lui Sin berseru. Aaah betul, tidak mungkin si Kelelawar ikut terperosok dari atas sana Bekas kaki dilantai sangat kalut, namun secara lamat masih terlihat dengan nyata kalau menuju ke arah dinding dimana bertumpuk aneka jenis payudara. Siau Jit bergerak cepat, ia melompat ke arah sana. Dipandang dari jauh masih tidak terasa apa apa, tapi begitu mendekat, kontan Siau Jit merasa kepalanya pusing matanya berkunang kunang, perasaan itu seratus persen dapat dipastikan karena pengaruh dari aneka jenis payudara itu. Walaupun semua payudara itu terbuat dari kayu, namun warnanya hampir tak berbeda dengan warna kulit pada umumnya, bukan saja akurat pahatannya, bahkan tak jauh berbeda dengan bentuk aslinya. 254 Dipandang sekilas, pada hakekatnya seperti ada ratusan orang gadis yang sama- sama menanggalkan bajunya dan maju menyongsong kehadiran mereka. Saat itu kendatipun gerakan tubuh Siau Jit tidak terlalu cepat, namun ia merasa pandangan matanya kabur. Lui Sin serta Han Seng memunyai perasaan yang sama, ketika bergerak mengintil dibelakang Siau Jit, nyaris Han Seng menumbuk diatas dinding ruangan. Menyaksikan kenyataan itu, sambil menghela napas gumamnya. Kelelawar betul betul bukan manusia Jika ada yang mengatakan dia bukan orang sinting, akulah orang pertama yang protes gumam Lui Sin pula. Siau Jit tertawa getir. Andaikata tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri, dipukul sampai mampus pun aku tak akan percaya kalau dikolong langit ternyata terdapat tempat semacam ini Rasanya bukan hanya kau yang berpendapat begitu kata Han Seng sambil menyulut obor kedua. Pada saat yang bersamaan Lui Sin menyulut pula sebuah obor. Pandangan mata mereka mulai bergerak diantara tumpukan payudara itu. Dibawah cahaya api, bayangan bergerak mengikuti pergeseran tubuh mereka, gerakan semacam ini membuat setiap pahatan payudara itu berubah semakin nyata. Lui Sin dan Han Seng adalah jago jago kawakan, semasa muda dulu mereka pun pernah menjalani kehidupan mogor, tapi sejujurnya, kedua orang itu belum pernah menyaksikan payudara dalam jumlah sebanyak itu. Jangan lagi Siau Jit, pemuda kemarin sore. Setiap payudara yang ada disana tampak begitu indah, begitu memukau, membetot sukma, sulit bagi Siau Jit untuk tidak melotot berapa kejap lebih lama. Bagaimanapun juga dia tetap seorang manusia biasa, begitu pula dengan Lui Sin serta Han Seng, oleh sebab itu pandangan mata mereka bergerak tidak terlampau cepat. Tiba-tiba sinar mata Siau Jit membeku, serunya. Disini terdapat sebuah rongga! sambil berkata, ia mendekatkan obornya diatas dinding. 255 Dibawah cahaya api, mereka bertiga dapat melihat dengan nyata bahwa rongga itu memanjang lurus ke atas. Makin dekat api obor itu dengan rongga didinding, makin keras goncangan lidah api karena terhembus angin. Pada saat bersamaan, Siau Jit pun merasakan datangnya hembusan angin dari balik rongga itu, serunya kemudian. Pintu rahasia berada disini! Ia pun mulai mengetuk sepasang payudara yang tertempel diatas dinding itu. Betul saja, terdengar suara pantulan yang membuktikan dugaannya tak salah, dia mencoba mendorong sepenuh tenaga, namun dinding itu sama sekali tak bergerak. Aku yakin pintu rahasia ini tak mungkin bisa dibuka secara gampang kata Lui Sin. Mungkin sudah disantek dari luar kata Han Seng, bagaimana sekarang loko? Hancurkanl perintah Lui Sin tegas, sambil berkata dia loloskan golok emasnya dan langsung dibacok ke depan. Dimana cahaya golok berkelebat, berapa buah payudara terbabat hingga terbelah jadi berapa bagian. Lui Sin segera membuang obornya ke tanah, lalu dengan sepasang tangan menggenggam golok, dia mulai membacok kian kemari. Siau Jit maupun Han Seng tidak tinggal diam, mereka cabut pedang dan membantu Lui Sin membabat bagian disekelilingnya. Diantara ayunan golok dan pedang, payudara berguguran ke tanah menjadi hancuran serbuk kayu, permukaan dinding pun mulai merekah dan muncul sebuah lubang besar, dari sana terasa angin dingin berhembus masuk ke dalam. Lui Sin membentak nyaring, ayunan goloknya semakin cepat. Ditengah bentakan, lubang diatas dinding semakin membesar, dalam waktu singkat lebarnya sudah mencukupi seseorang untuk berjalan lewat. Sudah cukup! seru Siau Jit. Lui Sin menyahut sambil menarik kembali goloknya, sedang Siau Jit langsung melangkah maju menerobos masuk ke balik lubang. 256 Suasana diluar lubang gua itu gelap gulita, dibawah cahaya api, lamat lamat terlihat ada sebuah lorong bawah tanah yang membe ntang jauh ke depan, disana tak nampak seorang man usia pun. Menyusul kemudian Lui Sin dan Han Seng ikut menerobos masuk, tanya Han Seng. Apakah ada orang disana? Tidak ada Tempat apakah itu? Naik saja keatas, semua akan jelas dengan sendirinya Didepan pemuda itu terdapat sebuah undak undakan batu, dia pun melangkah naik ke atas. Buru buru Lui Sin dan Han Seng mengintil dibelakangnya. Undak undakan batu itu tidak terlalu panjang, diujungnya terdapat sebuah lapisan batu. Siau Jit berhenti didepan lapisan batu itu, membuang obor lalu sambil membentak nyaring dia lancarkan sebuah pukulan ke depan. Blaaaam! lapisan batu itu mencelat ke depan, sedang Siau Jit berikut pedangnya meluncur keluar. Disaat bersamaan, pedangnya sudah dilintangkan didepan dada untuk melindungi seluruh bagian tubuhnya. Tubuhnya melambung setinggi satu tombak lebih, ketika meluncur ke luar, Siau Jit dapat melihat dengan jelas bahwa pintu keluar dari ruang rahasia itu terletak disisi serambi ruangan, menjadi satu dengan sebuah lampu batu, sekeliling sana pun tak nampak manusia. Lui Sin menyusul ikut melompat keluar, setelah menyapu sekejap tempat itu, serunya. Pintu rahasia ini dibuat amat sempurna Betul sambung Han Seng yang baru melompat keluar, sekalipun kita sudah berulang kali melewati serambi ini, ternyata tak pernah menaruh curiga dengan lamu batu itu 257 Tentu saja kita tak menaruh perhatian, karena memang tak ada kebutuhan untuk menggeser lampu itu Sembari menggeser kembali lampu batu itu ke posisi semula, ujar Siau Jit. Lebih baik kita tutup kembali pintu keluar ini, siapa tahu suatu hari kita masih membutuhkannya Lui Sin mengangguk. Si Kelelawar telah membuang banyak waktu, tenaga, pikiran dan beaya untuk membangun ruang bawah tanah, memang tidak mungkin dia tinggalkan dengan begitu saja, setelah periksa keadaan Lau Ci-he, lebih baik kita balik lagi kemari untuk memeriksa lebih seksama, bila beruntung, siapa tahu bisa bertemu dengan si Kelelawar! Siau Jit mengiakan dan segera tinggalkan tempat itu. Lui Sin dan Han Seng mengintil dibelakangnya dengan ketat. Ketika mereka bertiga balik kembali ke ruang utama kuil Thian-liong-ku-sat, apa yang terlihat didepan mata membuat paras muka mereka sekali lagi berubah. Tadi, mereka tinggalkan kuda tunggangan ditengah semak dalam halaman luar bangunan kuil, kini, walaupun binatang tunggangan itu tidak pergi jauh, namun semuanya sudah roboh terkapar. Ke tiga ekor kuda itu tidak terkecuali, semuanya muntah darah, tergeletak ditengah semak dan sama sekali tak bergerak. Dengan sekali lompatan Siau Jit menghampiri kuda tunggangannya, ketika diperiksa, ia jumpai sebuah bekas telapak tangan berwarna ungu kehitam hitaman tertera diatas tengkuk kuda. Keadaan dari kuda tunggangan Lui Sin maupun Han Seng tidak jauh berbeda. Setelah memeriksa sejenak, sambil menarik napas dingin gumam Siau Jit. Sebuah pukulan yang amat jahat dan keji! Aku lihat mirip sekali dengan ilmu pukulan Tay-jiu-eng-kang dari aliran Mit-oong? kata Lui Sin dengan kening berkerut. Yaa, memang mirip sekali 258 Mungkinkah si Kelelawar yang melancarkan serangan mematikan ini? Bila perbuatan Kelelawar, tak diragukan lagi tujuannya adalah untuk memperlambat kedatangan kita di kediaman Lau Ci-he Jangan jangan selama ini dia bersembunyi terus disekitar sini dan mendengar pembicaraan kita dalam ruang rahasia tadi? Bila begitu, orang ini amat berbahaya, bukan saja teliti dalam bertindak bahkan amat licik Maksud saudara Siau, dia bahkan sudah mempertimbangkan petunjuk apa yang mungkin bisa kita temukan dalam ruangan itu, dan menduga mungkin kita akan mencari Lau Ci-he untuk mengorek keterangan? Tapi orang ini pernah jadi orang idiot seru Lui Sin. Siapa pula yang dapat memastikan sekarang dia telah berubah jadi bagaimana? Lantas kita........... .. Segera berangkat tukas Siau Jit, sepanjang perjalanan nanti, bila bertemu kuda, mau pinjam, mau beli bahkan bila perlu dirampas pun, kita harus dapatkan kuda tunggangan dengan segera, bila tak menemukan, terpaksa ia lanjutkan perjalanan dengan berlari Lui Sin periksa sejenak keadaan cuaca, kemudian serunya. Dengan menunggang kuda tercepat pun, tengah malam nanti kita baru akan tiba ditempat tujuan, moga moga saja kedatangan kita belum terlambat! Belum selesai ia bicara, Siau Jit telah melesat ke muka dengan kecepatan tinggi, Lui Sin dan Han Seng segera menyusul dari belakang. Mereka bertiga bagaikan tiga panah yang terlepas dari busur, melesat ke depan dengan cepatnya. ooOOoo Malam tidak terlalu kelam. Angin musim gugur berhembus kencang, rembulan yang redup tergantung jauh diatas awan. 259 Suasana ditengah perkampungan sangat hening, dari empat orang yang ada, tiga diantaranya sudah terlelap tidur, terkecuali Lau Ci-he. Perkampungan itu terletak ditengah lembah, walaupun jarak dari kota terdekat tidak terlampau jauh, namun tempat tersebut merupakan sebuah tempat yang sepi, terpencil dan hening. Ayah Lau Ci-he adalah seorang pertapa, dialah yang membangun perkampungan ini, namun ia tak pernah punya niatan untuk membiarkan putrinya berdiam terus disana. Dia hanya memiliki seorang putri yakni Lau Ci-he, tak heran kalau sejak kecil sudah memanjakan dirinya, kuatir putrinya diusik orang, maka sejak masih usia muda telah dilatih kepandaian silat yang tangguh. Dulunya dia adalah seorang jago pedang kenamaan dari perguruan See-hoa-kiam- pay, meski tak suka mencari nama, namun lantaran hatinya yang luhur dan kungfunya yang lihay, dalam deretan perguruan See-hoa-kiam-pay, ia termasuk tiga besar. Lau Ci-he pun merupakan seorang peremuan berbakat bagus, ketika menginjak usia delapan belas, dia telah mewarisi tujuh puluh persen ilmu silat ayahnya. Karena itulah sang ayah dengan perasaan lega membiarkan dia berkelana dalam dunia persilatan seorang diri. Apa mau dikata, kelananya dalam dunia persilatan bukan saja menghasilkan nama besar, bahkan mendatangkan pula sebuah musibah yang amat besar. Kalau dia tidak terlalu kesohor, tak mungkin si Kelelawar akan datang mencarinya. Kalau sang Kelelawar tidak penuju kepadanya, ayahnya yang lihay pun tak bakal mati ditangan Kelelawar. Akhirnya si Kelelawar memahat sebuah patung kayu yang persis dengan tubuhnya, tapi meninggalkan sebilah golok Kelelawar untuk kenangan. Dia merupakan satu diantara dua belas orang wanita yang paling disayang dan paling menarik perhatian si Kelelawar. Mungkin ada sementara orang menganggap hal ini merupakan sebuah kebanggaan. Tapi baginya, peristiwa ini merupakan satu aib yang sangat besar, satu penghinaan yang sangat memalukan. 260 Maka wataknya berubah jadi keji, tidak manusiawi, tindak tanduk dan sepak terjangnya keji, telengas, tak kenal ampun. Dan karena itu pula dia tak pernah lagi menggunakan Lau Ci-he sebagai namanya. Hingga kini, dia tak pernah melupakan aib serta penghinaan ini, selama hampir sepuluh tahun, meski banyak orang merasa keheranan dan tak bisa menebak siapa gerangan dirinya, namun ia tak pernah bisa membohongi diri sendiri. Lau Ci-he tak lebih hanya sebuah nama, sekalipun tidak digunakan, sesungguhnya bagi dia sendiri tak jauh berbeda. Manusia tetap manusia yang dulu, bukan karena tidak menggunakan lagi nama tersebut maka semua aib dan penghinaan itu bisa tercuci bersih dan lenyap tak berbekas. Bajak Laut Kertapati Karya Kho Ping Hoo Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL