Ceritasilat Novel Online

Pengelana Rimba Persilatan 10


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Bagian 10


Pengelana Rimba Persilatan Karya dari Huang Yi   Jendela sebelah kiri juga ada yang membukanya, nona Peng muncul di luar jendela, berkata.   "Ternyata penjahat itu namanya Hong-hao, aku tidak percaya dia larinya bisa lebih cepat dari pada serigala."   Sepuluh orang lebih jadi terkejut, semua menyembunyikan diri.   Tapi bayangan orang yang diluar jendela telah menghilang, Huang-jit-ye juga sembunyi di kamar dalam, di ruangan jadi kosong kembali.   0-0-0 Hari belum terang Fu Ke-wei dan Ouw Yu-zhen sudah meninggalkan penginapan, menggendong bungkusan baju malam-malam pergi menyeberang sungai kota.   Jalan lewat arah timur sungguh jelek sekali, melalui jalur dalam selatan gunung Tai-hang, jalannya jalan setapak, tempat beraksi para perampok, tidak ada penginapan, juga sedikit sekali kampung, dalam jarak ratusan li binatang liar keluar masuk, puluhan li tidak bertemu dengan manusia.   Di ujung barat, di Hu-guan ada markas tentara, sebelah tenggara, di Yu-xia baru ada pasukan keamanan, di tengah-tengah, orang sekali masuk, mati hidup hanya tergantung nasib.   Pegunungan Tai-hang bersambung ribuan li, di jalur selatan daerah ini yang paling liar, di hutan yang lebat gunung yang tinggi ini, setiap saat bisa terjadi hal yang tidak terduga.   Demi memudahkan perjalanan, Ouw Yu-zhen menyamar jadi seorang pemuda, Fu Ke-wei tetap bermantel hijau, memakai mantel berjalan di pegunungan, sunguh-sungguh dia bisa tahan.   Hari sudah terang, dua orang telah jalan sampai dibawah gunung Fu-kou, masuk ke Fu-kou membeli alat-alat yang diperlukan untuk berjalan di gunung dan makanan kering, menanyakan dengan jelas arah jalan, cepat-cepat melanjutkan perjalanan.   Mereka harus bisa mendahului Lang-ye, harus sampai lebih dulu di Shan-dong.   Jalan kecil keluar dari timur sebenarnya ada beberapa jalan, hanya jalan Fu Kou ini jalannya lebih bagus, karena jalan ini sering dipatroli oleh pasukan keamanan, makanya kelompok-kelompok orang bepergian menganggap jalan ini adalah jalan besar, dan memang juga adalah jalan besar menuju ke kota Zhang-de di He-nan, tidak akan sampai tersasar didalam hutan.   Orang yang bepergian keluar kota sudah pergi di bagi menjadi 3 kelompok, di jalan sering terlihat orang-orang yang kampungnya dekat berlalu lalang.   Diwaktu hampir tengah hari dua orang itu sudah menyusul kelompok pertama dari ratusan orang yang bepergian, mereka terus berjalan lagi, hingga tinggal mereka berdua saja! Tepat untuk mempercepat langkahnya, tidak perlu takut bisa mengejutkan masyarakat.   Menurut perkiraan Fu Ke-wei, Lang-ye seharusnya sudah berada di belakang mereka.   Penjahat itu walau belum pernah bertemu, sebutannya asing, tapi mendengar nada bicara Tian-ya-koay, penjahat itu tidak akan berjalan di siang hari, sangat mungkin bersembunyi dulu di sekitar Fu-kou menunggu hari gelap.   Dia memutuskan jika perlu siang malam berjalan terus mengejar waktu, Lang-ye pasti tidak bisa lebih cepat sampai di Shan-dong memberi kabar.   Setelah lari beberapa saat, mengeliling bukit sekitar dua puluh li lebih, keadaannya semakin menanjak, tumbuhan sudah tidak seperti tadi yang subur, sudah terlihat bukit yang gundul dari kejauhan, Fu Ke-wei tahu, jika berjalan ke depan lagi, maka mereka akan masuk ke daerah yang berbahaya.   Di depan terlihat ada tiga pejalan kaki, dua orang menggendong bungkusan baju, seorang menuntun seekor keledai dengan bawaan di punggungnya, ketiga orang itu semuanya membawa senj ata untuk pertahanan diri.   Fu Ke-wei dengan Ouw Yu-zhen memperlambat langkahnya, berjalan dengan santai.   Sesudah dekat, orang yang menuntun keledai secara tidak sengaja melirik kebelakang, melihat dia.   "Hey! Sobat, kalian berani berjalan hanya berdua saja?"   Sapa orang yang menuntun keledai sambil tersenyum kepada mereka.   "didaerah ini kemarin dulu ada terjadi perampokan, jalan bersama lebih berarti banyak dari pada dua pedang kalian, paling sedikit bisa menakuti perampok kecil, bagaimana?"   "Aku tidak banyak membawa uang, perampok kecil juga tidak akan mau merampok kami."   Fu Ke-wei sambil bicara dengan Ouw Yu-zhen berjalan dengan langkah besar melewati mereka.   "bila benar membawa terlalu banyak uang, lebih banyak tiga atau lima pedang juga tidak bisa menghadang para perampok yang ingin kaya mendadak. Lagi pula, lebih banyak sepasang kaki, jalannya akan lebih lambat."   "Ha ha! Teman, kalian berdua berjalan terburu-buru, tidak akan bertahan lama."   Kata seorang pejalan yang membawa golok.   "berjalan di pegunungan harus berjalan dengan santai dan mantap, ingin cepat malah tidak akan tercapai."   "Terima kasih atas kebaikan hati saudara."   Mereka berdua sudah berada di depan.   "kami masih muda, lari sebentar tidak akan apa-apa."   Setelah menjauh dua li lebih, sudah tidak terlihat tiga pejalan kaki tadi.   Turun dari satu kaki gunung, jalan kecil di depan jalan memecah menjadi dua, di tengah pertigaan ada satu papan penunjuk jalan, di kiri tertulis.   ke Lu-cheng.   Dikanan tertulis.   ke Fu-guan.   Mereka berdua tanpa pikir jalan kearah Fu-guan.   Yang dinamakan Fu-guan, bukanlah menunjuk pada Fu Kou-guan, tapi menunjuk pada kota kabupaten Fu-guan, jika salah maka akan sia-sia berjalan, menurut jadwal perjalanan yang dia tahu, tidak perlu melalui Fu-guan, arah yang ditunjuk papan penunjuk jalan, di tengah jalan pasti ada satu jalan cabang yang mengarah ke timur.   Ingin cepat malah tidak tercapai, benar saja tidak salah perkataan itu.   Dia dengan Ouw Yu-zhen tidak tahu daerah, mereka ingin cepat sampai, tapi tidak memperhatikan jalan lama di sekitar ini, tidak pernah di pasang papan penunjuk jalan, tapi papan penunjuk jalan yang terbuat dari batu dan panah jenderal, ini ada kegunaannya, tidak takut di tiup angin, kena hujan atau terik matahari.   Dan juga papan penunjuk jalan ini yang permukaannya licin ini, tulisannya seperti belum kering.   Hidup manusia didunia, jika setiap saat harus perhatikan setiap keadaan apakah ada bahaya tidak, itu sungguh merepotkan sekali, hidup ini sungguh tidak ada banyak artinya.   Melewati dua gunung, aneh! Kenapa jalannya semakin sempit, jejak manusia dan telapak kuda juga sudah tidak ada.   Dua orang berhenti, melihat jauh ke depan.   Hm...! Mungkin benar telah salah jalan.   Dua li didepan sepertinya ujungnya jalan kecil, di depan hutan nampak satu rumah gubuk, di bawah pohon besar di depan rumah, terikat seekor keledai kecil.   "Biar aku pergi tanyakan jalan."   Kata Ouw Yu-zhen.   "Tidak, biar aku saja yang bertanya."   Fu Ke-wei menghadang Ouw Yu-zhen yang akan melewatinya.   "situasinya sepertinya tidak normal, kau sementara sembunyi di dalam hutan, tunggu siulan aku baru bergerak."   Pintu papan tidak tertutup rapat, dia mendorong membuka pintu teriak.   "Hey! Apa ada orang?"   Di dalam ruangan kosong tidak ada orang, satu meja empat kursi, dan beberapa barang serta alat pertanian.   Jalan yang menuju kebelakang rumah sangat kecil, di dalam tiba-tiba terdengar suara tua berkata.   "Siapa itu? Silahkan duduk dulu, aku segera keluar."   Fu Ke-wei masuk kedalam, sampai disisi meja, baru saja akan melepas bungkusan baju beristirahat, tiba-tiba merasa kaki amblas ke bawah, hatinya terangkat keatas.   Peristiwa ini sangat mendadak sekali, punya kemampuan sebesar langit juga sia-sia, tidak menunggu dia bereaksi, tubuhnya dengan cepat telah jatuh ke bawah, sedalam kurang lebih empat zhang, dia baru dapat menggerakan kaki dan tangan menstabilkan tubuh, mengangkat tenaga dalam supaya sampai kebawah.   Untung saja lubangnya sedalam lima zhang, dia masih sempat bereaksi, buug...   satu suara dengan mantap menyentuh tanah.   Di atas, lubang telah ditutup, gelap hingga mengulurkan tangan juga tidak bisa melihat lima jari.   Dia menenangkan diri, dengan tenang berpikir, tangan kirinya meraba-raba, dia tahu ini adalah lubang jebakan sebesar satu zhang dua, dasarnya dari batu, permukaan batu tidak terlalu kasar.   Dia merasa aneh, meja dan kursi kenapa tidak ikut jatuh kebawah? Setelah dipikir lagi, dia jadi sadar.   Ternyata meja dan kursi itu terpaku diatas papan jebakan, setelah jatuh, lalu ditarik lagi ketempat semula, menutup kembali lubang jebakan.   Kalau begitu, papan jebakannya seharusnya terbuat dari kayu, tidak akan menyulitkan dia, asal bisa naik keatas......   Dia melepaskan tali mendaki gunung, diujung tali ada kail kecil, melemparkannya keatas, mencoba dahulu papan jebakan itu.   "Traang!"   Suara kail, mental kembali jatuh kebawah.   Celaka! Papannya dari besi.   Dia menggunakan tangan mengukur tali, tingginya ada empat zhang lima chi.   Dalam bahaya kematian mencari kehidupan, dia harus mencari satu jalan hidup, tidak bisa duduk terus menunggu kematian, orang yang suaranya tua itu, mungkin sedang mencari cara menghadapi dia! Dia melepaskan bungkusan bajunya, dia menempelkan punggungnya di sudut dinding, kaki dan tangan digunakan, menggunakan ilmu cecak satu langkah demi satu langkah satu cun demi satu cun merayap keatas.   Dasar jebakan adalah lapisan batu, di tengah adalah dinding tanah, satu zhang lebih dekat mulut lubang, adalah dibangun dengan batu besar, naik keatas tidaklah sulit.   Tapi, begitu mengusap tutup lubang yang rapat, hatinya menjadi dingin.   ternyata tutup lubangnya terbuat dari baja, ketebalan bajanya tidak bisa dihadapi dengan golok atau pedang biasa, punya tenaga super juga tidak bisa digunakan karena tidak ada tempat pijakan.   Dia telah mencoba beberapa kali, tapi sia-sia.   Kecuali menunggu mati, sedikit pun tidak ada jalan untuk lolos.   Tidak lama, di atas ada gerakan.   "Ha ha ha ha......"   Terdengar tawa keras.   "sobat, kawan-kawannya Serigala tua berhasil menunggumu. Kau bisa tidak mati karena jatuh, sungguh luar biasa!"   Dengan pengalamannya, dia tahu dirinya terjebak, pasti bukan jatuh ke tangan para penjahat setempat, tapi lawan telah merencanakan jebakan menunggu dia.   "Sungguh hebat jebakanmu."   Dia terpaksa berkata.   "orang yang pintar dan waspada pun, juga tidak akan curiga di dalam rumah ada jebakan, jebakan ini dibangun sangat bagus, di luar sedikit pun tidak ada celah, mengagumkan sekali."   "Anda terlalu memuji. Kau bermarga Fu, apa benar adalah Xie-jian-xiu-luo?"   "Tidak salah, tapi bukan Xie-jian-xiu-luo. Ooo! Mungkin kau temannya Huang-jit-ye."   "Betul, dia memastikan kau pasti melalui jalan ini. Dimana temanmu?"   "Dia jalan lewat jalan cabang satunya lagi. sobat, apakah kita sudah kenal?"   "Tidak kenal, hanya saudara Huang orang yang tahu orang macam kau ini, aku belum pernah dengar orang sepertimu."   "Kau ingin berbuat apa?"   "Menyerahkanmu pada saudara Huang, aku sudah mengutus orang menyampaikan beritanya."   "Sobat, apa kalian orang yang membantu Huang-jit-ye di depan kuil gunung kemarin?"   "Kemarin hanya kami bertiga saudara dari Tie Han Ling yang ikut serta, kami tahu kau amat lihay, makanya harus menggunakan siasat untuk menangkapmu. Tenang saja istirahat di bawah! Tunggu sampai saudara Huang tiba, baru menentukan kau mati atau hidup."   "Sobat, bisakah kita berunding?"   Tidak ada jawaban, tidak terdengar sedikit pun ada gerakan, walau dia teriak-teriak dengan keras, juga tidak ada orang yang menjawab.   Saat ini yang paling dia khawatirkan adalah, keselamatannya Ouw Yu-zhen, jika dia lama tidak menerima isyarat darinya, dalam keadaan gelisah akan melabrak masuk, tentu akan terkena jebakan, sehingga tidak ada lagi orangyang bisa menolong.   Entah lewat berapa lama, pokoknya makanan kering untuk makan sehari itu sudah habis dimakan, sisanya hanya untuk makan sehari lagi, sekarang rasa haus menyerangnya, bau dasar lubang semakin menyengat.   Jika keadaannya begini terus, rasa hausnya lambat laun akan merengut nyawanya.   Dia sudah mencoba merayap dua kali, dua kalinya tidak bisa menggoyahkan tutup lubang dari baja yang sangat berat itu.   Sungguh susah menahan rasa haus, perutnya terasa mengepul asap, hawa yang dihembuskan panas, bibir mulai kering merekah.   Makanan kering untuk dua hari sudah habis dimakan, kecuali haus, kelaparan segera akan menyerang dia.   Huang-jit-ye masih belum datang, di atas juga tidak ada kabar beritanya.   Selama tujuh delapan tahun, dia telah lolos dari pintu kematian entah berapa kali, dia pernah mengalami, entah berapa banyak terjangan angin topan dan bahaya.   Tapi dia tetap sukses, dia juga pernah mengalami kegagalan, tapi belum pernah merasakan rasa kelaparan dan kehausan di bawah lubang, yang kali ini dia rasakan.   Di ambang hidup atau mati, orang pemberani bisa menghadapi tantangan dengan tenang, keinginan hidup yang kuat menahan dirinya, membuat memangatnya tidak sampai hancur.   Ketika dia sedang berusaha tenang, menahan sakit perutnya, dari atas masuk bau wangi yang aneh, setelah dia merasakan ada yang salah, dia telah menghirup udara wangi tidak sedikit, terasa kepala jadi berat, tangan dan kaki menjulur, sesaat dia telah hilang kesadarannya.   Saat dia terbangun, dia merasa seluruh tubuhnya lemas, sinar petang menembus dari lubang di depan gua, di depannya duduk bersila tiga orang asing.   Akhirnya dia sadarkan diri sepenuh-nya.   Ternyata dirinya berada di dalam gua batu yang di luarnya kecil dalamnya besar, dalamnya sekitar dua zhang, dirinya menyander di dinding gua, kakinya dirantai, sepasang tangannya terbuka, masing-masingjuga dirantai ke dinding batu, tebalnya borgol ada setebal tiga fen, dan dipaku mati, sampai gajah besar pun jangan harap bisa melepasnya.   Akhirnya lumayan juga, mulut sudah tidak haus lagi, mungkin lawan tidak berniat supaya dia mati kehausan, setelah dia diangkat keatas, diberinya minum yang banyak.   "Tempat apa ini?"   Suaranya tampak serak, lemas, tapi dia tahu dirinya sudah sedikit pulih.   Tiga orang pria besar setengah baya sedang makan daging, minum arak, baki keramik untuk menaruh masakan ditaruh di atas tanah, araknya tersimpan di hulu, menggunakan tangan mengambil potongan besar daging, memasukan ke mulut, cara makannya sangat kasar.   "Ini adalah Tie-han-ling, kami semuanya orang gua."   Kata orang yang rambutnya kacau wajah penuh brewok.   "mau makan sedikit?"   Baru sekarang dia bisa melihat wajah ketiga orang ini dengan jelas, juga dapat merasa ada yang tidak beres.   "Beri aku sedikit sup daging."   Dengan suara serak dia berkata.   "mungkin seumur hidup kalian tidak pernah ke kota."   "Omong kosong!"   Laki-laki brewokan bangkit berdiri membawa baki, menyuapi dia sup daging rusa yang segar.   "kami sering keluar masuk kota, pernah hidup di kota Hu-zhou dan Zi-zhou."   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Tapi kalian tidak berani muncul di siang hari. Terima kasih, sudah cukup! Tidak bisa makan terlalu banyak, perutku tidak akan tahan."   Dia menyamankan posisi duduk.   "kalian tidak merampok di satu tempat, tentu tidak ada hubungan dengan para perampok Tai-hang-shan!"   "Apa itu perampok Tai-hang."   Pria besar brewokan dengan kasar memaki.   "mereka itu, siapa pun dirampoknya, dan dibunuh supaya tidak ada saksi, mulut berkata setia kawan, tapi yang di lakukan adalah sangat tidak manusiawi. Kami adalah kaum gelandangan di dalam gunung, mana bisa dibandingkan dengan para perampok itu. Jangan bicarakan hal yang tidak ada guna ini, kau juga tidak ada banyak waktu untuk bicara lagi."   "Katamu aku tidak banyak waktu bisa hidup?"   "Betul, begitu Huang-jit-ye datang, itulah saat kau dipenggal kepalanya."   "Kapan dia datang?"   "Tidak tahu, dia dikejar oleh seorang wanita dan seorang pengemis tua sampai tidak tahu lari kemana, dia tidak dapat lari naik ke atas gunung. Tapi, mungkin tidak lama lagi akan tiba."   "Jika dia tidak datang?"   Dia tahu siapa wanita dan pengemis tua.   "pengemis tua dan nona itu, tadinya mengejar Lang-ye, berbalik mengejar Huang-jit-ye, sulit bisa meloloskan diri."   "Kami tidak perduli hal lainnya."   Laki-laki besar brewokan berkata.   "Huang-jit-ye memberi kami uang tiga ratus liang perak untuk membeli nyawamu, kami telah menunggu dia tiga hari, tapi dia belum datang juga, makanya kami mengangkat kau keatas. Malam ini jika dia masih belum datang, besok pagi kami akan penggal kepalamu, mengantarkannya ke rumah Huang, selesai sudah. Hm! Oh betul, temanmu itu bersembunyi didalam hutan, kemarin juga terperangkap ke dalam jebakan kami, dia bukan buruan kami, setelah masalah kau selesai, kami akan melepaskan dia."   Fu Ke-wei tertegun, lalu menggelengkan kepala tertawa pahit.   "Aku marga Fu cuma di hargai tiga ratus liang perak, sungguh menyedihkan."   Dia malah tertawa.   "saudara, lepaskan aku, dalam tiga hari, aku beri kalian tiga ribu liang perak."   "Kami tidak menerima uang dari kedua belah pihak, sudahlah! Ini adalah aturan, tiga puluh ribu liang perak juga tidak dapat membeli nyawamu."   "Baik, kalian sangat berpegang aturan."   Dia tahu harta tidak bisa mempengaruhi orang-orang yang diam-diam berhubungan dengan Huang-jit-ye.   "itu daging rusa bukan? Beri aku beberapa potong, bagaimana? Orang yang akan segera di mati pecutnya juga harus kenyang, betul tidak?"   "Tiga hari di dalam lubang tidak makan tapi tidak mati, kau ini pria hebat."   Pria besar brewokan membawa baki mendekat, mengambil sepotong daging dimasukan ke dalam mulutnya.   "Sayang, demi aturan, kami harus memenggal kepalamu yang bagus ini."   Berturut-turut dia makan lima potong daging, perut sudah tidak sakit lagi. Setelah makan beberapa potong daging, semangatnya telah kembali.   "Siapa ketua kalian?"   Dia sembarangan bertanya.   "apakah Raja Kun-tian?"   "Bukan, Raja Kun-tian jauh di Liao-zhou, berjarak dengan kami ada delapan belas ribu li."   Pria besar brewokan kembali ketempatnya.   "aku sudah katakan kami ini bukan perampok, hanya masyarakat luar yang bisa makan dan minum, adalah rakyat baik. Huang-jit-ye juga orangnya baik, dengan anak buah Raja Kun-tian berhubungan erat, dengan kami masyarakat luar juga hubungannya tidak jelek. Tapi jika benar terjadi masalah, orang-orangnya Raja Kun-tian tidak bisa membantu dia, ini yang disebut air jauh tidak bisa menolong api yang dekat. Ketua kami namanya Ho-gang, tidak punya julukan, bicara tentang ilmu silat! Raja Kun-tian belum tentu lebih tinggi dari dia. Dia membawa orang-orangnya pergi membantu Huang-jit-ye, kau akan bertemu dengan dia nanti."   "Aku jadi ingin cepat-cepat bertemu dengan dia. Berilah aku sedikit supnya." 0-0-0   Jilid KEDUA Bab 11 Tidak lama, hari semakin gelap, di dalam goa telah dinyalakan obor cemara.   Tiga laki-laki besar telah berkurang satu, mungkin keluar menjemput orang.   Salah seorang laki-laki brewokan yang bertubuh besar berjaga pintu keluar goa, seorang lagi yang kaki dan tangannya panjang, berbaring di bawah dinding, sorot matanya tidak henti-hentinya menatap pada Fu Ke-wei, bukan karena takut Fu Ke-wei melarikan diri, tapi arahnya memang menghadap pada Fu Ke-wei, dibawah pengawasan yang ketat ini, manusia super atau gajah besar pun tidak bisa lolos.   "Saudara, obat wangi yang dilemparkan kedalam lubang jebakan itu, punya siapa?"   Dia menanyakan pada laki-laki besar.   "begitu tercium langsung pingsan, sungguh lihay sekali!."   "Obat itu punya seorang pengelana persilatan, yang beberapa tahun lalu dibunuh oleh ketua di Zi-zhou, ketua juga merampas satu botol puder ini, harimau yang ganas juga bisa pingsan oleh obat ini, memang lihay."   "Ooo! Di mana bungkusan baju dan pedangku?"   "Masih ada di dalam lubang jebakan, belum sempat mengambilnya."   Mendadak, dari kejauhan terdengar suara siulan aneh! "Mereka sudah datang."   Teriak laki-laki besar brewokan di luar goa.   "adik ketiga, rapihkan di dalam goa, tambah dua obor."   Wajah Fu Ke-wei tampak senyum yang sinis dan dingin, setelah makan dan minum, tenaganya pulih dengan cepat sekali.   Tapi, penampilannya, sangat tidak karuan, jenggot dan kumis telah tumbuh, bibirnya kering retak, bajunya kotor dan kusut, penampilannya sangat kacau sekali, dibandingkan beberapa hari lalu yang bertampang seperti seorang pangeran tampan, bedanya jauh sekali? Suara orang sangat ramai, Hong-gang yang tubuhnya tegap besar pertama-tama masuk ke dalam goa, di belakang diikuti oleh Huang-jit-ye yang wajahnya muram, dan lima enam orang laki-laki.   Di luar goa juga ada enam tujuh orang yang tidak ikut masuk, memang di dalam goa tidak dapat menampung begitu banyak orang.   Huang-jit-ye melihat Fu Ke-wei, wajahnya timbul hawa membunuh.   Wajah Hong-gang tampak sangat galak, kasar dan tegap, keadaan wajahnya sudah cukup menakutkan orang.   "Jit-ye, orangnya masih hidup aku serahkan padamu."   Suara Hong-gang seperti geledek.   "goa untuk menahan tawanan ini juga sementara boleh kau pergunakan, aku harus keluar mengurus anak buah, bersiap-siap menghadapi orang yang mengejarmu, mungkin sebelum hari terang, mereka sudah mencari kemari."   "Tunggu sebentar."   Huang-jit-ye berkata.   "setelah aku tanyakan satu hal dengan jelas, aku ikut saudara Hong menghadapi mereka."   "Boleh juga, cepatlah kalau begitu!"   Hong-gang tanpa ragu menyetujui. Huang-jit-ye mendekati Fu Ke-wei, sambil mencabut golok di pinggang temannya, dengan sorot mata yang keji menatap wajah Fu Ke-wei.   "Kita sama-sama orang yang bermain nyawa."   Kata Huang-jit-ye sambil menggigit gigi.   "jawab pertanyaanku, aku nanti akan memberi kematian dengan cepat. Jika tidak, aku akan mencincangmu, apakah kau tidak ingin mati cepat?"   Ujung golok digoyang-goyangkan di depan wajah Fu Ke-wei, lalu pelan-pelan di pindahkan kedadanya.   "Jika kau tidak berkata terus terang."   Huang-jit-ye melanjutkan.   "aku akan menggunakan hatimu sebagai teman minum arak, lebih baik kau percaya, perkataanku dapat dipertanggung jawabkan. Katakan, kau mencari adik seperguruanku ada masalah apa?"   "Ini adalah rahasia antara aku dengan adik seperguruanmu, harus berhadapan langsung dengan dia, baru dapat membicarakannya dengan jelas."   Kata Fu Ke-wei sedikit pun tidak ketakutan.   "aku orang kecil di dunia persilatan, bertindak memakai segala cara, tapi jika perbuatannya benar-benar tidak terbukti, aku pasti tidak akan membunuh orang. Makanya aku hanya bisa memberitahumu, sebelum adik seperguruanmu mengakui kebenarannya, aku sama sekali tidak akan memberitahukan pada orang ketiga, terserah kau yang menentukannya, kau sudah tahu, kita adalah orang-orang yang mempermainkan nyawa, bagaimana cara matinya, tidak perlu dibicarakan secara detail. Aku bisa dengan jelas memberitahu, orang persilatan antara dendam dan budi harus dibedakan dengan jelas, jika kedua belah pihak bertarung, golok putih masuk golok merah keluar, kalau mati mengakulah kalah, kau bunuh aku, aku bunuh kau itu biasa, jika kedua belah pihak tidak mati, tidak perlu membicarakan dendam atau budi. Tapi dengan keadaan seperti sekarang, kau menggunakan cara ini memperlakukan aku, ini adalah siasat busuk berdarah dingin, apakah kau mengerti artinya siasat busuk berdarah dingin?"   Huang-jit-ye naik pitam, sekali berteriak marah golok dibacokan ke tangan kirinya.   Tapi dari samping sebuah tangan besar mengulur, laki-laki besar brewokan dengan tangannya yang besar bertenaga menangkap lengan Huang-jit-ye yang memegang golok.   "Jit-ye, membunuh orang hanya membuat kepala jatuh ke bawah."   Kata laki-laki besar brewokan dengan nada dalam.   "saudara ini adalah seorang jantan, kau tidak bisa menyiksa dia seperti ini, jika mau, penggal saja kepala dia, betul tidak?"   "Kau......"   "Ini adalah perhargaan untuk seorang jantan."   Kata laki-laki besar brewokan.   "laki-laki sejati menghargai sikap laki-laki jantan, membunuh orang seperti ini harus cocok buat seorang laki-laki sejati. Kau sedikit-sedikit membacok dia, juga tidak akan mendapatkan apa yang kau ingin ketahui."   "Saudara Huang!"   Hong-gang melanjutkan.   "setelah dia mati, masalah dia dengan adik seperguruan anda juga selesai, buat apa membiarkan dia memaki kau sebelum mati? Bunuh saja langsung dengan satu kali bacokan saja."   Huang-jit-ye melepaskan tangan dari laki-laki besar brewokan, sekali menggigit gigi, goloknya telah diangkat.   Wajah Fu Ke-wei tersenyum dingin.   Goloknya masih belum turun, di mulut goa tiba-tiba terdengar suara tertawa keras yang menusuk telinga, tampak seorang laki-laki besar jatuh ke tanah, seorang laki-laki besar lagi juga terbang melayang masuk kedalam goa.   "Ha ha ha ha......"   Suara tawa keras terdengar menggetarkan telinga, Tian-ya-koay seperti setan, muncul di mulut goa, tangan kanannya menggenggam sebilah golok pembelah gunung, di tangan kirinya ada satu pipa pelontar bertenaga besar sepanjang satu chi yang dipergunakan oleh anak buahnya Huang-jit-ye.   Nona Peng dan Ouw Yu-zhen yang berdandan laki-laki juga muncul di belakangnya pengemis tua itu, tiga orang itu menghadang mulut goa.   "Kalian semua ada disini."   Kata Tian-ya-koay tertawa.   "ini disebut menangkap kura-kura di dalam gentong, ha ha ha! Keluarlah! Lihat siapa yang mati duluan, di dalam pipa pelontar ada lima peluru, pelontar Mei-hua semacam ini dijamin bisa menembus tubuh manusia, tidak pernah gagal."   "Aku juga berhasil merebut sebuah."   Nona Peng juga mengulurkan keluar pelontar di tangan kirinya.   "ini adalah penghadang kedua, coba lihat siapa yang bisa menghadapinya."   Ouw Yu-zhen hanya menggenggam belati, di tangannya tidak ada pelontar. Orang di dalam goa membagi menjadi dua, menempel di dinding menyembunyikan diri.   "Pengemis tua, kau hanya bisa menembak mati dua orang saja dari kami."   Hong-gang berteriak marah.   "enam belas lawan tiga, apa kalian dapat menghadang kami?"   "Enam belas lawan empat."   Suara Fu Ke-wei dengan jelas terdengar.   Tiga buah obor apinya membara, di dalam goa sangat terang, enam belas orang semua menempel di kedua dinding menyembunyikan diri, di dekat Fu Ke-wei tidak ada orang yang berani mendekat, tempat dia di dinding dalam, menghadap pada mulut goa.   Kata-katanya menarik perhatian semua orang, seseorang mengeluarkan makian.   "orang ini sungguh tidak tahu mati!"   Tapi peristiwa aneh telah terjadi, sepasang .   tangan Fu Ke-wei tiba-tiba berubah jadi lemas seperti tidak bertulang, tanpa kesulitan keluar dari borgol besi, telapak tangannya lemas mengikuti borgol mengempis dan mengembang.   Tidak ada orang yang bisa percaya telapak tangan yang begitu besar bisa menggelincir keluar dari borgol besi yang begitu kecil, tapi kenyataannya benar-benar menggelincir keluar dalam pandangan mata semua orang.   "Kelontraang......"   Sepasang rantai borgol besi membagi jadi dua, jatuh menggantung kebawah tidak bergerak lagi.   Dia mengeliat, seperti tidak terjadi apa-apa membungkukan tubuh dan mengulurkan tangan, menangkap rantai kaki yang berat, sekali tarik, dua paku besi itu tiba-tiba terlepas.   Dengan tenang dia lalu bangkit berdiri, dengan dingin melirik pada orang-orang yang terkejut ketakutan.   "Ilmu Mengerutkan Tulang!"   Teriak Hong-gang terkejut.   "Kau kurang pengetahuan!"   Tian-ya-koay dengan keras berkata.   "menurut kabar, ini adalah ilmu aneh, dua ratus tahun lalu, pendiri Wu-dang, Zhang San-feng memiliki ilmu dao ini."   Fu Ke-wei menggendong tangan, satu langkah demi satu langkah menuju Huang-jit-ye yang wajahnya telah menjadi pucat. Huang-jit-ye yang sudah putus asa, tiba-tiba membacokan goloknya sambil berteriak.   "Setan!"   Tapi goloknya sudah dikunci oleh Fu Ke-wei dengan kuat, tiba-tiba TAK... satu suara dan batang golok itu patah jatuh kebawah.   "Seharusnya aku membunuhmu."   Kata Fu Ke-wei dingin.   "tapi aku belum pernah dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejahatanmu, kau terdesak bertarung denganku, ini adalah sifat manusiawi, aku memaafkan dirimu, sudah berapa lama Lang-ye pergi?"   "Su...sudah pergi em...empat hari..."   Kata Huang-jit-ye dengan tubuhnya gemetaran.   "Apakah pergi ke perumahan Qing-yun?"   "Mungkin iya.   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Aku...aku sumpah, sungguh aku ti...tidak tahu hubungan Lang-ye dengan adik seperguruanku, aku hanya tahu mereka dulu pernah tinggal bersama beberapa saat."   "Aku harap bisa mempercayaimu, tapi hubungan mereka tidak ada sangkut pautnya denganku, aku tidak bisa salahkan kau."   Sorot mata Fu Ke-wei pindah kewajah Hong-gang.   "Hong-gang, kau harus dihukum."   Hong-gang mengeluarkan kapak besar pembuka gunung yang dikepitnya, melapangkan dada, dia melangkah ketengah goa.   "Aku tidak takut padamu."   Kata Hong-gang dengan suara yang seperti geledek.   "hidup mati itu hal biasa, orang yang bermain nyawa tidak ada yang harus ditakuti, jika takut mati jangan bermain nyawa. Mari mari mari! Bertarunglah dengan sepuasnya."   Fu Ke-wei melemparkan golok patah di tangannya pada Hong-gang.   Hong-gang dengan berani mengulurkan kapak memukul.   Hal aneh terjadi, kapak besar selebar satu chi malah tidak dapat memukul golok patah yang dilempar dengan pelan, malah sebaliknya kapaknya terlepas dari tangannya.   "Traang!"   Terdengar suara getaran keras, kapak menabrak dinding batu mengeluarkan bunga api dan jatuh ke bawah.   Golok patah itu jatuh di dada Hong-gang, Hong-gang seperti terhukum melihat air, sepasang matanya melotot, seluruh tubuhnya gemetar, mengikuti golok patah itu dia duduk di tanah.   Seorang laki-laki besar brewokan meloncat keluar, menghadang di depan Hong-gang, sambil mencabut golok bersiap-siap.   "Jangan mendekat."   Teriak laki-laki besar brewokan pada Fu Ke-wei yang mendekat.   "jika tidak, bukan kau maka aku yang akan terkapar."   "Kau adalah laki-laki yang baik, seorang jantan."   Kata Fu Ke-wei setengah memuji setengah tidak tertawa.   "memukulmu, sangat tidak adil. Makanya, aku putuskan tidak menghukummu."   Di bawah tatapan semua orang, dia berjalan menuju Tian-ya-koay yang menghadang di mulut goa.   "Tetua Jie, aku tahu kau dengan para pendekar sangat berhubungan erat dan sangat menghormati Satu Pedang Utara Chen Rou-yi, kau tidak akan percaya ketua perumahan ini bisa menerima Yun-sang-nie wanita iblis ini menjadi tamu di rumahnya.   Makanya, aku minta tetua tidak diam-diam mengikuti aku dari belakang, melihat buktinya."   Katanya dengan tulus.   "yang aku cari adalah Yun-sang-nie, tidak ada hubungannya dengan Satu Pedang Utara, dia menerima Yun-sang-nie sebagai tamu, itu bukan salahnya, pesilat ternama yang punya hubungan intim dengan Yun-sang-nie bukan hanya dia seorang. Aku bukanlah seorang suci, mana ada waktu mengurusi hubungan intim antara laki-laki dan wanita? Makanya tetua tidak perlu mengkhawatirkan dia."   "Aku tahu ketua perumahan Chen doyan wanita, tapi laki-laki mana di dunia ini yang tidak suka wanita."   Tian-ya-koay tertawa pahit.   "jujur saja, ketua perumahan Chen walau bagaimana dia seorang yang cukup jantan dan jujur di aliran pendekar, jika perumahan Qing-yun di hancurkan, sungguh hal yang amat disayangkan oleh teman-teman pendekar. Jika kau tidak pergi tidak ada masalah, tapi jika pergi pasti perumahan Qing-yun akan musnah."   "Mungkin."   Fu Ke-wei menganggukkan kepala.   "demi kehormatan ketua perumahan Chen, mungkin tidak akan perduli akibat bertarung denganku."   "Makanya, apakah saudara kecil bisa sedikit memperlambat perjalanannya, aku akan pergi dulu membicarakannya dengan dia?"   "Ini......"   "Saudara kecil, pandanglah aku, supaya aku dapat menyumbangkan sedikit tenaga demi pergolakan dunia persilatan yang terjadi."   "Lang-ye sudah berangkat empat hari lalu, saat ini mungkin telah melewati kota Zhang-de. Walau tetua segera berangkat, juga sudah tidak bisa menyusulnya. Makanya, aku menjanjikan pada tetua, memberi tetua waktu tiga hari."   "Apa! Tiga hari? Kau kira aku bisa terbang?"   "Maksud aku tiga hari setelah tetua tiba di perumahan Qing-yun. Selanjutnya, harap ketua perumahan Chen tidak melibatkan diri, tidak mengganggu urusanku."   Kata Fu Ke-wei dengan serius.   "orang yang melindungi Yun-sang-nie, keselamatannya tanggung jawab sendiri, bagaimana?"   "Baik, aku setuju."   "Sepakat, tetua, sampai jumpa."   Tian-ya-koay membalikan tubuh langsung pergi, menghilang didalam hutan gunung yang gelap.   Fu Ke-wei berdiri di mulut goa, lalu membalikan tubuh menatap pada para jagoan.   "Hong-gang, malam ini aku pinjam goamu untuk istirahat, tidak perduli kau mengizinkan atau tidak.   Dan lagi, tolong suruh orang ke lubang jebakan, ambilkan bungkusan baju dan pedang aku.   Barang-barang yang kau rampas dari aku, juga tolong sekalian dikembalikan.   Hey! Disekitar sini apakah ada air?"   "Kenapa tidak istirahat di kamar tamu di belakang gunung?"   Tampak keganasan Hong-gang telah hilang.   "kami ingin berteman denganmu."   "Kek kek kek! Menjadi seorang pengelana dunia persilatan saja sudah kacau begini, apa ingin menarik aku jadi perampok? Tidak mau."   Dia tertawa keras.   "goa batu ini cukup bagus, musim dingin terasa hangat, musim panas terasa dingin, aku ingin tinggal semalam, besok langsung pergi, syukur-syukur kau bisa mengantarkan makanan buat kami."   "Aku segera menyuruh orang menyiapkannya."   Hong-gang berkata.   "di sebelah kanan ada satu parit kecil, mudah sekali."   "Terima kasih."   Fu Ke-wei membalikan tubuh, tersenyum pada nona Peng yang menatap dia dengan bengong.   "nona Peng, terima kasih kau dan pengemis tua telah menolong temanku. Sekarang, kau sudah bisa menyimpan pelontar Mei Hua itu, para perampok ini sangat memegang janji, dijamin tidak akan mengganggu kau lagi. Ooo! Apakah kau akan kembali kekota?"   Nona Peng menembakan lima buah anak panah di dalam pelontar, lalu membuang pelontarnya, berdiri disamping.   Ouw Yu-zhen juga menyimpan kembali belatinya lalu mundur, membiarkan Hong-gang dan Huang-jit-ye keluar dari goa, membiarkan mereka membangunkan para perampok yang pingsan karena diserang mendadak oleh mereka dan Tian-ya-koay.   "Aku tidak kenal jalan."   Kata nona Peng.   "aku bersama pengemis tua mengejar di pegunungan liar selama tiga hari, sungguh repot sekali."   "Kenapa kalian tidak mengejar Lang-ye?"   Tanya Fu Ke-wei.   "Pengemis tua tidak percaya Lang-ye telah pergi, maka kembali mencari Huang-jit-ye, pas bertemu Huang-jit-ye yang sedang membawa orang-orangnya keluar melarikan diri, terjadilah kejar-kejaran sampai di tempat ini, tanpa sengaja menolong kakak....   Ceritanya di lanjutkan besok pagi saja, mungkin dengan adanya kau disini, semua menjadi sangat aman."   "Kau seorang nona muda, cantik, di mana pun tidak akan aman."   Kata Fu Ke-wei berjalan ke dalam goa.   "kau berkelana di luar lebih berbahaya lagi. Di sudut itu ada rumput kering, kau dan Xiao Zhen bisa tidur bersama."   "Jika disisimu saja tidak aman, di dunia ini mungkin tidak ada tempat yang lebih aman lagi."   Kata nona Peng dengan polos.   "asap obor ini sangat tidak enak, bagaimana kalau mematikan dua obor lain?"   "Tidak dimatikan juga tidak lama lagi akan habis. Nona, terima kasih kau dengan pengemis tua telah merepotkan Huang-jit-ye selama tiga hari."   "Tidak merepotkan dia, kau juga tidak takut..."   "Belum tentu, mereka mungkin mencari cara membunuh aku di dalam lubang jebakan dulu, baru mengeluarkan aku."   Seorang laki-laki besar brewokan membawa satu orang, mengantarkan bungkusan baju, pedang, dan satu bungkus-barang barang yang dirampas, masih ada satu keranjang makanan, dua buah lampu minyak sapi.   "Saudara Fu, apa sungguh tidak ingin istirahat di ruang tamu?"   Kata laki-laki besar brewokan.   "tolong percayailah ketulusan kami......"   "Aku tidak percaya pada siapa pun."   Dia menolaknya.   "saudara, terima kasih, di sekitar sini harap jangan ada orang yang tinggal, supaya tidak terjadi kesalah-pahaman."   "Tenang saja saudara Fu, tidak ada orang yang berani mendekati dirimu yang seperti setan ini."   Laki-laki besar brewokan tertawa.   "kau bukanlah manusia, menakutkan! Jika tidak ada keperluan lain, aku pamit saja, sampai ketemu besok."   "Sampai bertemu besok."   Setelah mengantar pergi laki-laki besar brewokan, Fu Ke-wei mengambil baju dan yang lainnya.   "Nona Peng, Xiao Zhen, kalian makan dulu, jangan tunggu aku."   Dia membawa baju pergi keluar goa.   Saat kembali dia seperti telah berubah, bermantel tipis warna hijau danau dengan lengan baju besar, kecuali masih terlihat pecahan kering dibibirnya, sudah tidak terlihat bekas-bekas kesulitan yang dialami selama tiga hari itu, yang tampak di depan para nona, adalah seorang pangeran, dengan satu sikap yang santai.   Dua wanita itu telah menyusun makanan di atas tutup keranjang makan, nona Peng memperhatikan dia dengan pandangan tidak mengerti.   "Sungguhkah kau ini adalah Xie-jian-xiu-luo yang oleh para penjahat, begitu mendengar saja sudah ketakutan?"   Nona Peng dengan sorot mata tidak percaya menatap dia.   "mana mungkin? Kau lihat, bukankah kau terlihat seperti putra seorang bangsawan?"   "Apa aku pernah mengatakan aku adalah Xie-jian-xiu-luo?"   Dia duduk di bawah.   "jika ingin melakukan pekerjaan dengan sukses, memakai dandanan seperti Hong-gang yang seperti manusia liar, sangat sulit untuk bisa sukses. Makanlah! Aku harus bisa tidur nyenyak."   Satu malam berlalu, tidak ada cerita lagi.   Setelah sarapan pagi, Hong-gang sendiri membawa orang mengantar mereka keluar gunung, mengantar sampai keluar dari bukit Tie Han, setelah menunjukan jalannya dengan jelas baru berpamitan.   Mereka berjalan menuju barat, empat puluh li di sebelah barat itulah Fu Kou-guan.   Dia menghentikan langkah di pertigaan, di sisi jalan ada satu panah jenderal, satu yang mengarah ke timur laut terukir.   menuju Hong Di-guan sembilan puluh li.   "Aku merubah perjalanan jadi melalui Hong Di-guan."   Dia berkata pada nona Peng.   "tidak mengantar kau lagi, nona hati hati."   "Saudara Fu."   Kata nona Peng ragu.   "Apakah kalian benar-benar tidak perlu bantuan? Hanya berdua pergi melabrak perumahan Qing-yun?"   "Benar."   "Tambahkan satu pedangku, bagaimana? Aku bersungguh-sungguh!"   "Nona, suami bibi anda Tian-wai-liu-xing pendekar besar Jie, jika tidak mengeluarkan kartu undangan pendekar mencari aku, itu baru hal aneh."   "Sembarangan omong......"   "Kenyataannya begitu."   Dia memutus pembicaraan nona.   "jika nona mau membantu, ceritakanlan apa yang terjadi disini pada suami bibi anda, menghindarkan suami bibi anda mempercayai cerita sepihak ketua perumahan Chen, dan membela perumahan Qing-yun."   "Pasti aku lakukan."   Nona berkata.   "aku sekarang segera pulang."   "Kalau begitu terima kasih! Hati-hati dan sampai jumpa."   Nona Peng dengan perasaan tidak ingin berpisah melihat Fu Ke-wei dengan Ouw Yu-zhen yang menjauh, baru berguman sendiri.   "aku percaya dia pasti ada alasan yang benar mencari Yun-sang-nie, aku harus menasihati suami bibi untuk tidak melibatkan diri di dalam perselisihan antara dia dengan perumahan Qing-yun."   Disini adalah kota kecil An-ping di kabupaten Yang-gu, orang setempat menyebutnya kota kecil Zhang-qiu, dari selatan jalan seratus li lebih, adalah rawa yang telah kering, sarangnya para perampok.   Perumahan Qing-yun berada lima enam li sebelah barat kota.   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tian-ya-koay tiba di kota kabupaten Yang-gu sekitar tengah hari.   Dia tidak mencari penginapan, begitu keluar dari gerbang Chao-yang, menelusuri jalan raya, dia pergi menuju perumahan Qing-yun, sejauh lima li lebih, sudah dapat melihat bangunan gerbang besarnya perumahan.   Jalan lurus yang besar sepanjang setengah li bersambungan dengan jalan raya, lebih lebar dari padajalan raya.   Keluarga Chen adalah tuan tanah besar setempat, seratus tahun yang lalu sudah merupakan keluarga kaya setempat, di dalam perumahan ada bangunan sekitar lima enam puluhan rumah.   Berjarak dari belokan jalan masih satu li lebih, sudah terlihat tiga orang polisi membelok ke jalan raya, memecut kuda lari ke kota An-ping.   "Celaka! Lang-ye sudah lebih dulu tiba dari padaku."   Dengan gelisah dia berkata sendiri.   "jika saudara Chen mengandalkan kepolisian, maka, peristiwa dia menerima kedatangan Yun-sang-nie menjadi benar, harus bagaimana aku? Jika dia mau mempersilahkan wanita iblis itu pergi, dia tidak akan meminta bantuan kepolisian. Tampaknya, mungkin aku tidak bisa menasihati dia, apakah dia malah mau berhubungan dengan Lang-ye, seorang penjahat dunia persilatan yang bodoh?"   Perumahan Qing-yun sangat besar sekali! Jalan dari gerbang perumahan sampai bangunan utama, ada satu li panjangnya, lapangan untuk latihan silat tersedia bermacam-macam senjata, dari batu rancatan batu kunci hingga lapangan tonggak bunga Mei yang luas, semuanya tersedia.   Sejak kemarin perumahan Qing-yun tiba-tiba mengeluarkan perintah larangan keluar, alasan dikeluarkannya perintah adalah akan ada pesilat tinggi yang tidak jelas asal-usulnya datang membalas dendam, seluruh murid jika tidak perlu, dilarang keluar, diatas bangunan bedug dikibarkan bendera lima warna, siang hari adalah bendera, malam hari adalah lentera, dibantu dengan terompet tanduk sapi, musuh tidak perduli datangnya dari arah mana, semua bisa dihadang melalui aba-aba yang dikeluarkan oleh bangunan bedug.   Begitu Tian-ya-koay belok masuk kejalan menuju gerbang perumahan, sudah diketahui oleh penjaga di atas bangunan bedug, tiga orang setengah baya segera melewati jembatan gantung, di ujung jembatan menyambut tamu yang datang.   Pengemis tua ini adalah orang ternama di dunia persilatan, dari jarak satu li dia sudah dikenali oleh orang perumahan.   Dia mendapat sambutan yang meriah, beberapa teman lama mempersilahkan dia hingga kebangunan utama, tuan rumahnya juga sudah lebih dulu turun dari tangga menyambut, setelah basa-basi, tuan rumah serta tamu dengan gembira masuk kedalam ruangan.   Ketua perumahan, Satu Pedang Utara Chen Ruo-yi, usianya sekitar lima puluh lebih, wajahnya pesegi dan merah bersinar, memelihara kumis dan janggut, berhidung singa mulutnya besar, sepasang matanya bersinar-sinar, dalam keanggunannya tampak ramah, tidak salah disebut orang berpengaruh di dunia persilatan.   Kedua belah pihak duduk di tempat duduk tuan rumah dan tamu, pelayan menyuguhkan teh.   Bungkusan bajunya pengemis tua tidak diijinkan diambil oleh pelayan, bungkusan itu di taruh di bawah kakinya, jelas maksudnya setiap saat bisa pamit.   "Wajah kakak penuh debu, sepertinya telah berjalan jauh."   Kata ketua perumahan Chen dengan gembira.   "tiga tahun tidak bertemu, semangat kakak tampak lebih bagus lagi. Aku dengar akhir-akhir ini kakak berada di He-nan, apakah pernah berbincang dengan Tian-wai-liu-xing saudara Jie?"   "Aku memang telah lari ke beberapa tempat,"   Tian-ya-koay tertawa.   "kau tahu, saudara Jie sangat beruntung, di rumahnya dia hidup senang tidak mau mengurusi lagi masalah diluar, tapi aku pengemis tua paling suka melibatkan diri meskipun masalah kecil, seorang yang tidak disukai, mana berani aku pergi bertamu? Malah di Shan-xi aku bertemu dengan murid kesayangannya, putri keluarga Peng. Orangnya baik, ilmu silatnya juga cukup bagus, anak muda itu selalu melibatkan diri dalam masalah. Dia mengejar Lang-ye yang membunuh, merampok orang di He-nan, melarikan diri ke Shan-xi tapi di sepanjang perjalanan masih tetap melakukan kejahatan, dia telah banyak membantuku, sayang penjahat itu tetap saja bisa meloloskan diri."   Dia sambil bicara, sambil memperhatikan perubahan wajah ketua perumahan Chen, saat menceritakan Lang-ye Hong-hao, wajah ketua perumahan Chen tidak ada perubahan.   "Lang-ye Hong-hao? Orang ini puluhan tahun pernah melakukan beberapa kejahatan di Shan-dong, dikejar-kejar oleh Tiga Kawanan Tai-shan, yang menghancurkan sarang rahasianya dan mengambil seluruh kekayaannya, hasil rampokannya ternyata ada puluhan ribu liang, selanjutnya Lang-ye menghilang, menurut kabar dia telah mati karena terluka parah, kenapa bisa ada kabar dia melakukan kejahatan di He-nan dan Shan-xi?"   Kata ketua perumahan Chen dengan tenang.   "mungkin bukan dia? Apakah kakak telah melihat dia dengan jelas?"   "Tidak, aku mengejar sampai ke Shan-xi, dari mulut temannya, memang nyata dia orangnya. Adik, apa kau tidak kenal orang ini?"   "Aku belum pernah bertemu dengannya, aku dengar penjahat ini tidak pernah bertemu orang di siang hari, menurut kata-kata Tiga Kawanan Tai-shan, penjahat ini wajahnya tampan, tapi mempunyai gigi taringyang panjang dan tajam, setiap merampok pasti melukai orang, sangat serakah dan kejam."   "Mungkin dia sudah melarikan diri ke daerahmu."   "Apa betul? semoga dia tidak melakukan kejahatan di daerahku."   "Belum tentu."   Kata Tian-ya-koay.   "apa saudara pernah dengar Sepasang Cantik dari Jiang-nan?"   "Pernah, tapi beberapa tahun ini, sudah tidak ada orang yang bercerita tentang mereka!"   "Kalau Yun-sang-nie, Bai Ru-lian?"   Tian-ya-koay langsung menanyakan maksudnya.   "Aku pernah dengar, tapi belum pernah bertemu.   Di dunia pelacuran Jiang-nan, ada beberapa pelacur ternama yang bisa menyanyi menari, menulis, dan menggambar, hingga harga dirinya tinggi.   Menurut yang aku tahu, wanita ini memang tidak pernah terjun di dunia pelacuran, dia tadinya seorang penyanyi di satu keluarga bangsawan, orangnya cantik.   Tapi dia telah menghilang belasan tahun, terakhir ada orang bertemu dia, sepertinya di Jin-ling.   Ah...! Kakak menanyakan wanita ini, tujuannya apa?"   "Menyelidik satu hal yang membingungkan."   Kata Tian-ya-koay tertawa pahit.   "Ada hubungannya denganku?"   "Aku melihat penjagaan perumahanmu sangat ketat, tidak seperti biasanya."   Tian-ya-koay membicarakan hal lainnya.   "Apa ada kesulitan?"   "Dua malam yang lalu aku kedatangan seseorang, kehebatan ilmu meringankan tubuhnya, sangat jarang ada di dunia persilatan."   Wajah ketua perumahan Chen tampak sinar kemarahan.   "Setelah mengacau selama satu jam, akhirnya dengan pisau dia mengirim surat, lalu dengan tenangnya menghilang, Aku sudah terbiasa hidup damai, aku tidak bisa menerima penghinaan ini, jadi perumahanku mempertinggi kewaspadaan, mengambil kesempatan ini melatih, juga menghadapi teman-teman dari segala penjuru."   "Tidak ada jejak?"   "Tidak ada."   "Apa yang tertulis disana?"   Tanya Tian-ya-koay mendesak.   "Hanya delapan huruf.   tidak menyerahkan orang, hati-hati nyawa anjing."   "Menyerahkan siapa?"   "Siapa yang tahu? Ini sungguh penghinaan paling besar yang aku terima seumur hidupku.   Si anjing ini pasti akan datang kembali, jika tidak datang ya sudah, jika datang, hm...!"   "Hmm...! Banyak sekali pertanyaan."   "Kakak telah mendengar kabar apa? Tentu bukan sengaja berjalan ke daerahku berkunjung?"   Tanya ketua perumahan Chen seperti tidak mengerti, seperti ada yang disadarinya.   "Harap jawab pertanyaanku dengan jujur."   Kata Tian-ya-koay dengan serius.   "adik benar-benar tidak tahu masalahnya Yun-sang-nie dengan Lang-ye?"   "Kakak, aku jamin dengan kepala, yang aku tahu tadi sudah diceritakan pada kakak."   Kata ketua perumahan Chen dengan tegas.   "beberapa tahun ini, paduka raja sering turun ke selatan mengontrol, setiap kali melewati daerah ini, supaya tidak menjadi perhatian kerajaan, aku hampir menutup pintu tidak menerima tamu, sama sekali tidak berani keluar berkelana. Lang-ye dan Yun-sang-nie dua orang kecil ini, aku masih tidak sudi memperhatikan mereka!"   "Aku percaya padamu. Kelihatannya, Huang-jit-ye ingin mengalihkan perhatian, si bangsat itu rasanya sudah bosan hidup."   "Siapa Huang-jit-ye?"   "Kakak seperguruannya Yun-sang-nie, Kail Dewa Cakar Elang Huang Yung-sheng yang namanya sangat tenar di Shan-xi."   "Aku pernah mendengar orang ini, tapi hanya tahu sedikit, dia......"   "Kau jangan menyela dulu, setelah aku habis cerita baru kau boleh bicara. Masalahnya begini..."   Tian-ya-koay menceritakan pertemuannya dengan Fu Ke-wei di Shan-xi, dan juga mengatakan kecurigaan didalam hatinya, Fu Ke-wei mungkin adalah Xie-jian-xiu-luo. Terakhir dia berkata.   "kecuali Huang-jit-ye berniat mengalihkan perhatian, ada satu kemungkinan Yun-sang-nie menutupi wajah aslinya, sembunyi di rumahmu menghindar bahaya. Karena peristiwa perampokan di Jiang-ning terlalu besar. Asalkan kau periksa seluruh wanita di seluruh perumahan ini, lihat siapa saja dalam sepuluh tahun ini yang datang keperumahanmu? Asal sedikit teliti, tidak akan sulit menemukan jejaknya."   "Para anjing ini sungguh harus mati!"   Ketua perumahan Chen memukul meja memaki.   "Xie-jian-xiu-luo juga bukan orang baik-baik, dengan hak apa berani minta orang padaku? Tidak tahu aturan, Hmm... Biarkan saja dia datang, aku mau melihat dia bisa berbuat apa!"   "Saudara......"   "Walau aku bisa menemukan Yun-sang-nie, aku juga tidak akan memberi tahu pada dia. Kakak, kau jangan libatkan diri pada masalah ini, jika dia berani masuk satu langkah saja ke perumahan Qing-yun, aku pasti akan mengubur dia."   Ketua perumahan Chen dengan keras berteriak marah.   "Saudara jangan emosi, ini menyangkut nama baikmu, masalah ini harus dihadapinya dengan tenang.   Xie-jian-xiu-luo bukan orang yang tidak tahu aturan, jika tidak ada bukti, dia tidak akan menggunakan cara tidak normal menghadapi mu......"   "Silahkan dia gunakan cara tidak normal."   Ketua perumahan Chen semakin bicara semakin marah.   "aku juga akan gunakan cara tidak normal menghadapinya. Telah berapa tahun dia makan nasi, sampai begitu tidak tahu diri. Kakak tinggallah disini tiga-limahari, lihat bagaimana aku menghadapi orang yang tidak tahu diri ini."   Di dalam hati Tian-ya-koay merasa sulit, dia tidak tahu harus berbuat bagaimana? Menghadapi ketua perumahan Chen yang marah, dia juga tidak berani mengatakan ilmu silat Fu Ke-wei yang begitu menakutkan, dia tidak ingin menimbulkan rasa tidak senang pada ketua perumahan Chen.   Tian-ya-koay jadi tinggal di perumahan.   Bersamaan itu, ketua perumahan segera melakukan pemeriksaan, dengan teliti memeriksa wanita yang masuk perumahan dalam sepuluh tahun ini, diantaranya termasuk istri tuan muda ketiga yang baru menikah, walau menantu ketiga ketua perumahan Chen baru berusia enam belas tahun, dan Yun-sang-nie adalah wanita yang hampir berusia empat puluh tahun.   Tidak bisa disalahkan kalau ketua perumahan Chen terlalu hati-hati, karena menurut kabar, ilmu penyamarannya Yun-sang-nie sangat hebat, di dunia persilatan ada cara ilmu penyamaran ratusan malah ribuan, tidak sulit mengatur pemalsuan yang masuk akal.   Pekerjaan ini sangat lamban garakannya.   Karena selama sepuluh tahun, jumlah pegawai yang keluar masuknya pegawai sangat banyak dan keluarganya juga banyak sekali, jumlah keponakannya keluarga Chen juga tidak sedikit, memperkerjakan wanita pembersih, menantu sangatlah banyak, ingin memeriksanya dengan akurat sungguh bukan hal yang dalam waktu singkat bisa menyelesaikannya.   Malam itu jam sembilan, satu bayangan hitam merayap keluar perumahan dari parit pembuangan air kotor di sebelah timur perumahan, dan menghilang di kegelapan sawah.   Dan satu bayangan hitam yang bersembunyi di pinggir parit sebelah timur perumahan, juga diam-diam menghilang.   Bayangan hitam ini sudah tiga malam datang, setiap malam bersembunyi di tempat yang sama.   Di luar perrumahan berjarak lima-enam li, adalah kota An-ping.   Jalan di sebelah barat adalah daerah pertokoan, ada seratus toko lebih, barang-barangnya komplit.   Bayangan hitam yang menyusup keluar perumahan Qing-yun, menghilang di pekarangan belakang penginapan Dong-chang.   Di ujung jalan barat, adalah pelabuhan sungai buatan.   Daerah ini semakin hari semakin dangkal karena sungai yang mengalir setiap tahun membawa banyak pasir, dulu perahu garam dan perahu pelabuhan menggunakan pelabuhan kota ini sebagai tempat berlabuh dan berangkat.   Sekarang perahu yang berlabuh semakin menurun, perahu garam dan perahu pelabuhan yang singgah, semua pindah berlabuh ke pelabuhan Dong-he.   Qiu-jiang sudah kehilangan keramaiannya, tapi perahu kecil yang berlayar di sungai buatan juga kadang-kadang masih berlabuh disini.   Sebuah perahu kecil berlayar keatas melawan arus, pada hampir tengah hari berlabuh di pelabuhan Qiu-zhang.   Seorang sastrawan tampan, mengipas perlahan kipas tilap yang di sepuh mas dengan santai melangkah naik ke pelabuhan.   Di belakangnya ada seorang tua setengah baya membawa seorang bocah, seorang lagi menggendong bungkusan pakaian dan seorang menggendong kotak buku, mengikuti sastrawan dari belakang berjalan menuju kota.   Perahu kecil itu setelah satu jam kembali berlayar pulang, perahu di sebelahnya mendapat kabar perahu ini datangnya dari Ji-nan, setelah penumpang sampai ditujuan dengan perahu kosong kembali ke Ji-nan, tidak menunggu sastrawan itu kembali dari kota.   Penginapan Dong-zhang adalah penginapan tua yang cukup ternama di kota ini, pemilik penginapan Luo-hai-zhao mendekor penginapannya dengan bagus, tamunya kebanyakan orang yang punya kedudukan.   Begitu sastrawan ini masuk ke penginapan, sudah membuat para pelayan merasa senang.   Karena sastrawan yang menyebut dirinya Yu Qin-yu ini bukan saja ramah, tidak ada tingkah sombong, tidak memandang orang seperti putra bangsanwan biasanya, dan juga sangat royal memberi tip sepuluh liang perak pada pelayan pembersih kamar.    Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL Leak Dari Gua Gajah Karya Kho Ping Hoo Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini