Pendekar Pemanah Rajawali 68
Pendekar Pemanah Rajawali Karya Jin Yong Bagian 68
Pendekar Pemanah Rajawali Karya dari Jin Yong Ia berpikir. "Karena budak celaka itu sudah mampus, tentang artinya kitab Kiu Im Cin-keng sekarang aku bergantung hanya kepada dia ini" Karena ini, ia lantas mengangkat tubuh si anak muda, buat dibawa naik ke atas kuda, lalu kuda itu ia kasih lari ke selatan di mana ada sebuah lembah. selagi melewati sebuah kampung, Auwyang Hong masuk ke situ. Ia berniat singgah. Di situ berserakan banyak mayat. Hawa udara sangat dingin tidak membikin mayat-mayat itu rusak. bahkan segala apa juga tidak berubah, maka semua mayat terlihat tegas seperti waktu baru matinya - dipandangnya menggiriskan, sebab semua tubuhnya tidak sempurna lagi. Mereka semua korban kekejaman tentara Mongolia. Beberapa kali Auwyang Hong memanggil, ia tidak mendengar penyahutan dari orang kampung, yang ada hanya suaranya beberapa puluh ekor kerbau dan kambing yang seperti saling sahutan. Mengetahui ada binatang itu, ia senang juga. Ia bawa Kwee Ceng ke dalam sebuah rumah batu. Ia kata. "Kau sekarang tertawan olehku. tidak ada niatku membunuh kau, umpama kata kau dapat melawan aku, kau merdeka untuk pergi." Kemudian ia menangkap seekor kambing, untuk disembelih dan dijadikan penangsal perutnya yang kosong. Kwee Ceng mendelu melihat sikap orang yang sangat bangga akan dirinya sendiri itu. see Tok sangat puas dengan kemenangannya itu. Dari mendelu, ia menjadi gusar sekali. Kemudian Auwyang Hong melemparkan sepotong paha kambing. "Kau dahar biar kenyang, sebentar kita bertempur," Katanya mengejek. " Kalau kau mau bertempur, marilah" Kwee Ceng menjawab gusar. "Buat apa menanti sampai sudah gegares kenyang" Ia lantas berlompat maju dan menyerang see Tok menekuk kedua kakinya, untuk menongkrong, dari mulutnya keluar dua kali suara kera k- kerok. Ia telah lantas menggunai ilmu silat Kedoknya, dengan apa ia membalas menyerang. Maka itu, di situ mereka lantas bertarung. setelah bertempur lebih dari seratus jurus, Kwee Ceng terdesak. Ia masih kalah dalam hal tenaga dalam. Begitu ia dirangsak satu tindak dan kemcungannya ditinju. Ia kaget dan tidak berdaya, maka ia menanti kebinasaannya. Auwyang Hong tidak meneruskan hajarannya itu, dia hanya tertawa. "Hari ini sampai di sini saja" Dia berkata. "Pergi kau melatih ilmu silatmu dari kitab Kiu Im Cin-keng, besok aku nanti melayani pula padamu" "Pui" Menghina si anak muda, yang lantas pergi duduk di bangku. ia menjumput paha kambing, untuk dimakan. sembari makan, ia berpikiri "Dia hendak mempelajari ilmu silat dari kitab, kalau aku berlatih, dia akan menontonnya. Tidak, aku tidak boleh kena diakali Ah, ya, tadi serangannya ke kempunganku itu, bagaimana harus aku menangkis atau mengelakkannya? " Ia lantas berpikir. Ia ingat, belum pernah ia mempelajari sesuatu jurus yang dapat memecahkan serangan lawan itu. Ada juga di dalam kitab, bagian "Hui Sie Keng", ialah ilmu "Kapas Terbang". Ilmu itu, kalau dapat diyakinkan, akan membikin tenaga di kempungan bisa menghindarkan serangan- "Biar aku mempelajarinya di dalam hati, dia hendak menelan juga tidak dia mampu," Pikirnya pula. Maka lekas-lekas ia menghabisi daging kambingnya, terus ia duduk bersila, untuk belajar sambil bersemedhi. Dengan begitu ia bisa memusatkan pikirannya. Ia menghapal bunyinya kitab. Setelah mengerti "It kin toan kut pian", ia sudah mendapati pokoknya ilmu silat, dan sesudah mendapatkan pengajaran dari It Teng Taysu, ia telah memperoleh kemajuan terlebih jauh, maka itu, tidaklah sukar untuk ia meyakinkan "Hui Sie Keng". Belum dua jam, ia sudah berhasil. Ia lantas melirik kepada Auwyang Hong, yang lagi bersemedhi. "Awas" Ia berseru. Ia bangun, lantas ia lompat menerjang, sebelah tangannya melayang. Auwyang Hong telah siap sedia. Ia menangkis. Tadi ia berhasil dengan tinjunya ke kempungan, maka selang tidak lama, setelah melihat lowongannya, ia mengulangi serangannya itu. Hanya sekarang ia menjadi heran- Tinjunya itu melejit lewat, tinju itu seperti mengenai sesuatu yang licin, hingga tubuhnya sendiri sedikit terjerunuk ke depan-Justru itu, tangan kiri Kwee Ceng terbang ke lehernya. "Bagus" Pikirnya. Ia kaget dan girang. Ia menjerunuki tubuhnya terus ke depan, dengan begitu ia bebas dari serangan si anak muda. Setelah itu ia membalik diri, akan berkata. "Bagus ilmumu ini Adakah ini dari dalam kitab? Apakah namanya?" "seecat iet-wi, ayboat kek-ji," Sahut Kwee Ceng. see Tok melengak. Ia tidak mengerti. Tapi segera ia ingat akan penyebutan lafal bahasa sansekerta. Maka ia pikir. "Baik aku melayani dia dengan akal." Karena ini, ia lantas melayani lebih jauh pemuda itu. semenjak itu, sebulan lebih keduanya berdiam di rumah batu itu. Kalau yang satu ingin mencangkok ilmu silat dari Kiu Im Cin-keng, yang lain hendak menuntut balas. saban-saban Kwee Ceng kena dibikin tidak berdaya, selamanya ia tidak dihajar atau dibinasakan, maka terus saban-saban ia meyakinkan secara baru, untuk menandingi setiap pukulan dahsyat dari see Tok. selama itu, terus mereka dahar daging kambing, sampai binatang itu hampir habis. Lama-lama, Kwee Ceng sendiri mendapatkan kemajuan yang tentu, Auwyang Hong sebaliknya cuma dapat berlatih, tidak dapat dia ilmu dari Kiu Im Cin-keng yang diharap-harap itu. Dia malah menjadi bingung. Apa yang dia lihat dari Kwee Ceng ini, tidak cocok sama bunyinya kitab yang dia suruh si pemuda menuliskannya untuknya selama mereka berdiam di dalam perahu dulu hari itu. Karena ini, lama- lama jago dari see Hek ini berkhawatir juga. Dia pikiri "secara begini, selagi aku sendiri tidak mendapatkan artinya kitab, bisa-bisa aku akan menjadi bukan tandingan dia" Dia menjadi jeri sendirinya. selama beberapa hari ini, dengan cara berlatihnya itu di otak. Kwee Ceng mulai mempelajari ilmu silat bersenjata. Ia menggunai pedang pendeknya membuat pedang kayu. Dengan itu ia melayani tongkat ular dari see Tok. sekarang Auwyang Hong memakai tongkat kayu tanpa dibantu ularnya yang istimewa. Ketika dulu dia menempur Ang cit Kong, tongkatnya terlempar lenyap di laut. Kemudian dia membikin tongkat baja, dia melilitkan ularnya di ujung tongkat, tetapi tongkat ini lenyap di kurungan es selama dia digencet es oleh Lou Yoe Kiak. Meski hanya tongkat kayu dan tanpa ularnya, ilmu silatnva tak berubah, dari itu, tongkatnya ini tetap lihay. Beberapa kali pedang kayu si anak muda kena dibikin mental. Coba tongkat itu ada ularnya, pasti lihaynya bertambah. selama itu, kuping mereka mendengar suara terompet, kuda dan tentara, dari tentara Jenghiz Khan yang berangkat kembali ke timur, yang mana berjalan beberapa hari lamanya. semua itu tidak dihiraukan dua orang yang lagi bertarung ini. Adalah pada suatu malam, ketika pasukan Mongolia itu sudah pergi semua, baru mereka merasakan kesunyian. "Malam ini tetap aku tidak bakal dapat mengalahkan kau tetapi juga tongkatmu tidak akan dapat berbuat banyak atas pedangku," Kata Kwee Ceng di dalam hatinya selagi ia berdiri siap. dengan pedang di tangannya. Ia baru dapat memikir satu jurus yang baru dan hendak mencobanya, untuk mana ia menanti lawannya menyerang lebih dulu. Mereka belum mulai bertempur tatkala mendadak mereka mendengar bentakan di atas genting. "Jahanam, kau hendak lari ke mana?" Itulah suaranya Ciu Pek Thong. Dua-dua Kwee Ceng dan Auwyang Hong terbengong. sama-sama mereka memikiri "Kenapa dia datang begitu-jauh kc Barat ini?" Mereka baru mau membuka mulut atau mereka mendengar tindakan kaki, dari dua orang, yang satu di depan, yang lain di belakang, datang mendekati ke rumah batu ini. Inilah mungkin disebabkan- selagi lain-lain rumah kosong, di sini nampak cahaya api. Dengan sebat see Tok mengebut dan apinya padam.Justru itu daun pintu tertolak hingga bersuara dan seorang lari masuk. Didengar dari tindakan kakinya yang enteng, orang yang dikejar Pek Thong itu tak usah kalah ilmunya enteng tubuh dari Loo Boan Tong. Maka heranlah see Tok hingga ia berkata di dalam hatinya. "Dia dapat lari puluhan ribu lie tanpa terbekuk Loo Boan Tong, dia lihay. orang dengan kepandaian seperti dia, sekarang ini tinggal oey Yok su dan Ang cit Kong. Inilah hebat untukku si bisa bangkotan" Di dalam gelap itu terdengar suara orang berlompat naik ke atas penglari di mana dia terus berduduk. terus terdengar tertawanya ciu Pek Thong, yang berkata. "Kau main petak dengan LooBoan Tong, aku senang sekali sekarang jangan kau molos pula" Setelah itu terdengar si tua tukang guyon itu menutup pintu dan mengangkat sebuah batu besar guna dipakai menunjang belakang pintu, sesudah mana, dia berkata. "Eh, bangsat bau, kau berada di mana?" Dia pun bertindak dengan tangannya meraba-raba, seperti lagi mencari sesuatu. Kwee Ceng, yang telah lama berdiam di tempat gelap. dapat melihat samar-samar lagaknya kakak angkat itu, hendak ia menunjuki bahwa orang ada di atas penglari, akan tetapi sebelum ia keburu membuka mulutnya, mendadak Ciu Pek Thong berlompat sambil tertawa, dia menyambar kepada orang yang lagi sembunyi itu. Rupanya dia telah ketahui di mana orang berdiam dan berlagak mencari, untuk bersiap berlompat naik, orang yang dipanggil jahanam itu benar lihay. Tidak menanti sampai ia kena dicekuk. ia mendahului menyingkir dengan lompat jumpalitan turun, hingga sesaat kemudian ia sudah berjongkok di pojok rumah. Pek Thong agaknya jeri juga terhadap sijahanam itu, ia berlaku sangat berhati-hati. sebelum mencari, ia memasang dulu kuping dan matanya. Maka itu sebagai orang lihay, ia lantas mendapat ketahui, kecuali ia sendiri, di situ ada suara bernapas dari tiga orang. Ia heran kenapa orang berdiam saja. Mungkin orang kaget dan takut? Ketika tadi ia mendatangi rumah batu ini, ia juga menduga mesti ada penghuninya dan itu dibuktikan sama padamnya api serta sekarang sama suara bernapas. Akhirnya ia berkata. "Tuan rumah, jangan takut Aku datang ke mari untuk membekuk satu maling cilik, setelah dia terbekuk, akan aku lantas berlalu dari sini." Habis berkata, LooBoan Tong memasang kupingnya. Ia lantas mendengar suara bernapas yang semakin perlahan. ia mendapat tahu, suara bernapas itu datangnya dari tiga penjuru, timur, barat dan selatan- ia terkejut tetapi ia segera berseru. "Hm, jahanam, kiranya di sini kau menyembunyikan kawanmu" Ia tidak mendengar jawaban. Kwee Ceng juga berdiam saja. ia tahu, dengan ciu Pek Thong menghadapi lawan tangguh, Pek Thong tentulah tidak bisa membantu padanya. Ia pikir baiklah ia menanti ketikanya. Habis mementang mulut, Pek Thong bertindak perlahan ke pintu, dari mulutnya keluar ocehan^ Jangan-jangan LooBoan Tong tidak bakal berhasil membekuk orang dan sebaliknya ialah yang nanti kena dicekuk." La bertindak terus. Pendekar Pemanah Rajawali Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Itu waktu dari kejauhan terdengar suara seruan ramai dibarengi sama tindakan kaki kuda yang riuh, rupanya itu dari satu pasukan tentara yang besar. suara itu mendatangi ke arah rumah batu ini. Mendadak terdengar suaranya Ciu Pek Thong. "Bantuanmu makin lama makin banyak, nah, sudahlah, LooBoanTong minta maaf saja, tidak dapat dia menemani kau lebih lama pula" Dia lantas memegang batu besar penunjang pintu itu, agaknya dia hendak menyingkirkannya guna membuka pintu, guna mengangkat kaki. Akan tetapi, setelah batu itu terangkat kedua tangannya, mendadak dia melemparkannya ke arah tempat sembunyinya orang yang dia kejar-kejar itu. Pintu itu menghadap ke selatan dan orang itu jadinya berada di utara. Auwyang Hong dapat mendengar segala apa. Ia berpikir. "Dia menyerang, dengan begitu bagian kanannya menjadi tidak terlindung, baiklah aku hajar padanya, kalau dia sudah mampus, maka berkuranglah bencana untukku di belakang hari, dan kalau nanti terjadi rapat yang kedua di Hoa san, musuhku juga lenyap satu" Begitu berpikir, begitu ia menongkrong, sebelah tangannya diajukan- ia menyerang dengan Kap Moa Kang, ilmu Kedoknya. Dia berada di barat, dari barat dia menyerang ke timur. Kwee Ceng sementara itu tidak berdiam saja. Ia memasang matanya ke segala penjuru, terutama terhadap see Tok. seperti siBisa dari Barat, ia juga sudah biasa dengan tempat gelap itu. Demikian ia melihat sepak terjangnya Auwyang Hong. Bokongan itu berbahaya untuk Pek Thong. Tidak ayal lagi, dengan jurus "Hang Liong yu hui", ia menyerang ke arah manusia licik itu. Di pihak orang yang dikejar-kejar Pek Thong itu, dia pun tidak berpeluk tangan, ketika dia mendapat tahu datangnya serangan, dia memasang kuda-kudanya, terus kedua tangannya dipakai menyambut sambil menolak pergi batu besar itu. Karena ini dengan berbareng empat orang sama-sama mengeluarkan tenaganya. Dengan suara nyaring, batu besar jatuh ke tengah-tengah ruangan. Di situ ada sebuah meja, maka ringsaklah meja itu, suaranya berisik menulikan telinga. Mendengar itu, Kwee Ceng girang, dia tertawa. sebenarnya dia tertawa nyaring sekali tetapi suaranya lenyap di antara seruan riuh pasukan tentara yang mendatangi itu, yang sudah mulai memasuki dusun. sekarang ini Kwee Ceng dapat mendengar lebih nyata. Itulah dua buah pasukan yang lagi bertempur. Rupanya tadi orang main berkejar-kejaran. Itu pula pasukan Khoresmia, yang kalah perang, yang kabur sambil dikejar tentara Mongolia. Mungkin tentara shah Muhammad itu hendak mempertahankan diri di dusun ini atau mereka telah kecandak. Demikian, suara anak panah pun terdengar swang-swing tak hentinya, disusul sama bentrokan pelbagai senjata lainnya. Mendadak Pek Thong mendapatkan ada orang menerobos masuk. Ia menyambar, ia mencekuk orang itu, terus ia melemparkannya keluar. Habis itu ia mengangkat batu, guna dipakai mengganjal pula pintu itu, yang ia telah lantas menutup rapat kembali. sampai itu waktu Auwyang Hong, yang gagal dengan bokongannya karena dirintangi Kwee Ceng, mengasih dengar suaranya. Rupanya menyangka yang ia telah terpergoki. Ia tanya. "LooBean Tong, tahukah kau aku siapa?" Pek Thong tidak segera mengenali suara orang, sebaliknya, dengan sebelah tangan menjaga diri, dengan tangan yang lain, ia menyerang ke arah darimana suara datang. ia lantas mendapat perlawanan. Mulanya tangannya ditangkis untuk ditangkap. terus ia diserang. Ia kaget sekali ketika ia menangkis. "Ha, bisa bangkotan, kau di sini?" Tanyanya heran. Untuk memperbaiki diri, ia menggeser tubuh ke kiri Justru itu, orang yang bersembunyi di utara itu, mendadak menghajar ke punggungnya. Ia lihay, sambil tangan kanannya menyerang see Tok. dengan tangan kirinya ia menangkis ke belakang. Ia menganggap inilah ketika nya yang baik akan mencoba ilmu silat yang ia ciptakan di Tho Hoa To, ialah ilmu kedua tangannya berkelahi masing-masing, yang tadinya ia belum peroleh kesempatannya akan mengujinya. Akan tetapi tangkisannya ke belakang ini telah ditalangi Kwee Ceng. si anak muda berlompat maju, tangan kanannya menangkis tangan kakak angkat itu, tangan kirinya menangkis serangan si lawan belum dikenal. Berbareng sama bentrokan tangan ketiga orang itu, dua seruan terdengar berbareng. "saudara Kwee" Demikian suaranya LooBoan Tong, si tua tukang berguyon-"Kiu Cian jin" Berteriak Kwee Ceng. sudah tentu suara itu membuat Auwyang Hong heran, karena di sini ia dapat bertemu sama LaoBoan Tong serta ketua Tiat Ciang Pang itu. Ketika terjadi pertandingan di Yan ie Lauw itu, lantaran takut ular berbisa, Pek Thong telah menyembunyikan dirinya di wuwungan lauteng, dengan begitu, ia bebas dari panah tentara negeri dan selamat juga dari pagutan ular. Ia berdiam terus di situ sampai kabut buyar dan orang semua bubaran- Habis itu, ia berkeliaran saja. Lewat beberapa bulan, ia bertemu dengan seorang anggota Kay Pang, yang memberikan sepucuk surat kepadanya. Itulah suratnya oey Yong, yang menagih janji padanya. Ia pernah menjanjikan si nona, apa saja yang dia minta, ia tidak bakal tolak. Sekarang oey Yong minta ia pergi membinasakan Kiu Cian Jin. Si nona menulis juga, kalau "tugas" Ini rampung, maka Lauw Kui-hui atau Eng Kouw, tidak bakal mencari pula padanya. Ia menerima baik permintaan si nona. Ia pikir, Kiu Cian Jin toh jahat sudah bersekongkol sama bangsa Kim, sebagai pengkhianat, pantas dia dibinasakan- Maka seorang diri ia pergi ke Tiat Ciang Hong. Mulanya, mereka berimbang, sesudah Pek Thong menggunai kedua tangannya menuruti caranya masing-masing, Kiu Cian Jin keteter, dia kabur, dia lantas dikejar terus-terusan-sebetulnya Cian Jin heran kenapa Pek Thong memusuhkannya, pernah ia minta keterangan, tapi Pek Thong tidak dapat memberikannya. Begitu mereka berkejar-kejaran, sebentar kecandak dan bertempur, sebentar Cian Jin lari pula. Sampai akhirnya tibalah mereka di rumah batu itu di mana justru berada Auwyang Hong dan Kwee Ceng. Kiu Cian Jin lari ke Barat ini dengan pengharapan LooBoan Tong tidak kuat menahan hawa dingin, sedang Pek Thong norek, ia cuma tahu mengejar tak hentinya. Sampai di situ, Kwee Ceng dan Ciu Pek Thong masing-masing mengetahui baik, siapa itu dua orang yang berada bersama mereka di dalam rumah batu itu. Auwyang Hong juga mengetahui mereka itu bertiga dan bahwa Kiu Cian Jin musuhnya Pek Thong. Sebaliknya Kiu Cian Jin itu cuma mengenali Pek Thong dan Auwyang Hong, ia masih ragu-ragu untuk Kwee ceng. Kiu Cian Jin, ciu Pek Thong dan Auwyang Hong adalah orang-orang lihay, yang sebanding kepandaiannya, tetapi juga Kwee Ceng, setelah melayani see Tok sekian lama, pesat kemajuannya, hingga ia jadi berimbang sama mereka itu. Hanya sekarang mereka itu merasakan rintangan dari ruang yang gelap dan suara sangat berisik di luar. Kwee Ceng bebal tetapi sekarang ia dapat berpikiri "Baik aku merintangi see Tok biar Ciu Toako membinasakan Kiu Cian Jin, kemudian berdua kita mengepung si Bisa dari Barat ini." Ia lantas mengambil putusannya. Ia juga bisa berkelahi dengan dua tangannya seperti Pek Thong, maka sekarang ia menggunai ilmu silat yang istimewa itu. Dengan tangan kanan ia menyerang ke dada, dengan tangan kiri menyambut satu serangan. Tapi ketika tangannya bentrok. la terkejut. Ia mengenali ia bentrok sama tangannya Pek Thong Ia lantas lompat, ingin ia menarik tangannya toako itu. Mendadak Pek Thong bergerak mendahului ia, tangan kirinya ditarik pulang tangan kanannya menyerang. Inilah ia tidak sangka, maka tahu-tahu ia terhajar pundaknya. ia merasa sakit dan kaget sekali. "Ah, saudara yang baik, kau hendak menguji aku?" Kata Pek Thong. "Hati-hatilah" Dan dia menyerang pula dengan tangan kirinya. sekarang ini Kwee Ceng telah bersedia^ ia berhasil menangkis. selagi Pek Thong dan Kwee Ceng bertempur, Auwyang Hong juga bergebrak sama Kiu Cian jinCian Jin lantas berpikir. "Kita tidak bermusuh satu dengan lain tetapi di Hoa san nanti, kita bakal bentrok, maka kalau sekarang aku dapat menghajar dia, pasti itulah baik," Maka itu ia menyerang dengan hebat. Hanya, baru beberapa jurus, dua-dua ia dan seeTok mendapat pikiran yang serupa. Itulah disebabkan mereka mendapat kenyataan Pek Thong bertempur sama Kwee Ceng. Mereka berpikir. "Pek Thong ini tidak karuan lagaknya, kenapa sekarang aku tidak mau memberi rasa padanya?" Maka itu, keduanya lantas menanti ketika yang baik, setelah belasan jurus, Pek Thong mendapat tahu kemajuan Kwee Ceng. Ia girang sekali, ia heran juga. Ia tanya. "Eh, saudara yang baik, darimana kau peroleh kepandaianmu?" Suara di luar berisik sekali, Kwee Ceng tidak mendengar, ia tidak menjawab. Pek Thong menjadi gusar. Ia tidak ingat suara berisik itu. "Baik" Katanya. "Kau tidak mau memberitahukan aku Kau main gila, ya" Justru itu datang serangan berbareng dari Kiu Cian Jin dan Auwyang Hong, ia lantas lompat berkelit, terus ia kata kepada si anak muda. "Baiklah, aku membiarkan kau sendiri melawan mereka" Benar-benar, ia tidak melawan kedua penyerangnya. Ia digantikan Kwee Ceng, yang hendak membelai padanya. Auwyang Hong dan Kiu Cian Jin, yang mendapat tahu Ciu Pek Thong mundur, lantas menyerang Kwee Ceng. Anak muda ini menjadi bingung. Tadi ia heran atas serangannya Pek Thong. sekarang ia menghadapi dua musuh tangguh. Satu Auwyang Hong saja sudah hebat. Tapi ia terpaksa mesti berkelahi. Maka ia berkelahi dengan sungguh-sungguh. sesudah bertempur sekian lama, Auwyang Hong dan Kiu Cian Jin menjadi heran. Menurut mereka, siapa saja di antara mereka berdua, pasti akan dapat mengalahkan Kwee Ceng, siapa tahu sekarang, mereka menampak kesulitan. Ke mana mereka menyerang, si anak muda selalu dapat melayani. Akhir-akhirnya, mereka menjadi kewalahan. Ciu Pek Thong beristirahat di atas penglari. Ia tahu berapa lama sudah Kwee Ceng telah menempur dua musuh yang tangguh itu. Ia pikir, ia perlu lekas turun, untuk membantu, kalau tidak adik angkatnya itu bisa susah. Lantas ia turun dengan diam-diam, ia bertindak berindap-indap ke belakang Auwyang Hong. Di dalam gelap itu, ia sengaja menutup kedua matanya. Hanya tangannya yang diajukan ke depan, guna menjambret. Kebetulan ia melanggar punggungnya Auwyang Hong, yang lagi nongkrong guna menyerang Kwee Ceng dengan ilmu Kedoknya. see Tok terkejut, ia segera menyerang ke belakang. Kwee Ceng mendapatkan tidak ada serangan, ia menendang Kiu Cian Jin, habis mana ia berlompat mundur ke pojok. Kebetulan untuknya, Pek Thong datang pada waktunya yang tepat, kalau tidak ia bisa celaka di tangannya si Bisa dari Barat. Ia sudah bernapas memburu. Tapi ia tidak bisa beristirahat lama, segera ia mesti menghadapi pula ketua dari Tiat Ciang Pay, sedang ciu Pek Thong menyambut Auwyang Hong. Atau mereka mesti saling ganti lawan. Yang lucu adalah kalau Pek Thong bertempur pula sama adik angkatnya itu seperti tadi. Di dalam gelap. Pendekar Pemanah Rajawali Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sukar untuk mereka lekas saling mengenali. Pek Thong gembira sekali dengan ini pertempuran kacau. satu kali, selagi melayani Kwee Ceng, ia kata kepada anak muda itu. "Tangan kita masing-masing seperti melayani dua musuh, sekarang aku hendak mencoba, kau melayani empat tangan- Kau anggap mereka berdua hanya satu orang" Kwee Ceng tidak mendengar apa yang orang bilang hanya ia lantas merasa ia seperti dikepung tiga orang. Tentu sekali, itulah berbahaya. Maka ia lebih sering berkelit. "Jangan takut, jangan takut," Kata Pek Thong, yang ketahui orang lebih banyak menolong diri daripada membalas menyerang. Jangan takut, kalau ada bahaya, aku nanti bantu kau" LooBoan Tong boleh mengatakan demikian, tetapi mereka berada di tempat gelap dia bisa terlambat, maka itu, Kwee Ceng menjadi letih pula, sedang begitu ia merasakan tangan kedua lawannya semakin berat. Ia telah memikir untuk lompat naik ke penglari, untuk beristirahat siapa tahu, Pek Thong mendesak kepadanya. Ia kaget dan mendongkol, akhirnya ia kata nyaring. "Ciu Toako, manusia tolol, perlu apa kau mengganggu aku?" Percuma anak muda ini mengasih dengar suaranya, suara itu tak terdengar Pek Thong. Di luar, suara pertempuran ada sangat berisik. Ia lantas mundur. Tiba-tiba kakinya terpeleset, hampir ia roboh. Di saat itu datanglah serangannya Kiu Cian Jin- Sambil terhuyung, ia memungut batu yang ia injak itu, ia angkat tinggi kedadanya, guna dipakai melindungi tubuhnya. Maka itu, serangannya Cian Jin mengenai batu itu. Menyusul itu datang serangannya Auwyang Hong, yang menuju ke kirinya. Ia menggunai terus batunya. Kali ini sambil menangkis, ia melemparkan batu keras sekali ke tinggi. Kesudahannya, batu itu membikin wuwungan bolong, hingga di sana nampak sedikit cahaya terang dan bintang-bintang di langit. Pek Thong gusar melihat cahaya terang itu. Ia membentak "Sekarang segala apa tampak nyata Mana menggembirakan?" Kwee Ceng merasa sangat letih la tidak memperdulikan teguran itu, bahkan ia lompat tinggi sekali, noblos di wuwungan yang bolong itu. Auwyang Hong berlompat naik, untuk menyusul. "Jangan pergi Jangan pergi" Pek Thong berseru-seru. Mari menemani aku bermain-main" Dan ia berlompat juga, guna menyambar kakinya see Tok. Auwyang Hong kaget, ia menendang. Kakinya itu bebas, tetapi karena itu, ia tidak dapat naik terus, ia mesti turun pula. Kiu Cian Jin melihat keadaan orang, tanpa menanti si Bisa dari Barat menginjak lantai, dia berlompat menendang ke dada, karena mana, Auwyang Hong mesti membikin mengkerat dadanya itu, sambil menolong diri, ia juga menotok ke kaki si penyerang. Karena ini, keduanya jadi bertarung pula. sekarang dengan adanya cahaya terang, orang bertempur dengan satu sama lain bisa saling melihat. Hanya ketika itu, di luar, suara berisik telah jadi semakin berkurang. Ciu Pek Thong menjadi lenyap kegembiraannya, ia menjadi mendongkol, karena uring-uringan, ia menyerang Auwyang Hong dan Kiu Cian Jin, ia menyerang dengan hebat sekali. Kwee Ceng dilain pihak lari terus hingga ke luar dusun. ia telah menyaksikan sisa kedua pihak tentara yang terluka dan terbinasa, ia pun mendengar rintihan datang dari sana sini. ia tidak memperdulikan mereka, ia hanya mencari satu tempat sunyi di mana ia segera merebahkan diri, untuk beristirahat. Ia sangat letih, ia merasakan otot-ototnya dan buku-buku tulangnya ngilu dan nyeri. Tanpa merasa ia tidur kepulasan. Lama anak muda ini tidur, ketika besoknya pagi ia mendusin, ia mendusin dengan kaget hingga ia berlompat bangun. Itulah disebabkan ia merasa mukanya terusap-usap sesuatu. Ketika ia berlompat, ia berbareng mendengar meringkiknya kuda, untuk girangnya ia melihat kuda merahnya, yang datang padanya dan menjilati mukanya. Ia menjadi girang sekali ia merangkul leher binatang itu. Ketika si anak muda dikurung Auwyang Hong, kuda itu diumbar saja, dia dapat hidup sendiri Tempo terjadi pertempuran tentara Kim dan tentara Mongolia, dia menyingkir jauh, setelah kedua pihak tentara pergi, dia mencari majikannya itu. Dengan menuntun kudanya, Kwee Ceng berjalan perlahan-lahan kembali ke dalam dusun. sekarang ia melihat tegas sisa pertempuran, mayat serdadu dan bangkai kuda, berserakan di sisi pelbagai senjata. Masih ada serdadu yang terluka, yang merintih. Ia terharu sekali. Terpaksa ia tidak menghiraukan segala itu, ia langsung kembali ke rumah batu. sebelumnya masuk. lamemasang kuping dulu, lalu ia mengintai dari sela pintu, setelah tidak mendengar apa-apa dan tidak melihat sesuatu, dengan perlahan ia menolak daun pintu, untuk bertindak masuk. Tidak ada orang di situ, entah ke mana perginya ciu Pek Thong, Auwyang Hong dan Kiu Cian Jin bertiga. Untuk sejenak. la berdiri menjublak. Kemudian ia keluar dari dalam rumah, untuk naik kudanya, guna berangkat ke arah timur. Ia melarikan binatang tunggangannya itu. Tidak lama ia berhasil menyandak pasukan perangnya jenghiz Khan- Itu waktu Khoresmia telah terpukul hebat, pelbagai kotanya pecah atau diserbu rusak. angkatan perangnya hancur luluh, bahkan rajanya, shah Muhammad ed-Din, kabur entah ke mana. Tapi shah itu, atas titahnya Jenghiz Khan, dicari terus oleh subotai dan Jebe, yang menyusul ke arah Barat.Jenghiz Khan sendiri berangkat pulang dengan kemenangannya itu. subotai berdua telah mengejar sampai di sebelah barat Moskwa, di dekat kota Kiev, di tepi sungai Dnieper, di mana mereka telah melabrak beberapa puluh ribu jiwa serdadu Russia dan Kimchak. dimana pun mereka menghukum hertog dari Kiev serta sebelas pangeran dengan jalan melindas mereka dengan kereta. Ini dia yang dinamakan "Perang Kalka". Demikian padang rumput Russia mengeluh di bawah injakan kaki kuda Mongolia. Jenghiz Khan masgul dan cemas karena hilangnya Kwee Ceng di samarkand, sekarang ia melihat si anak muda kembali, hatinya girang. Pula tak dapat dikatakan girangnya putri GochinBaki. Khu Cie Kie tetap turut di dalam angkatan perang yang pulang ke timur ini, saban-saban ia membujuk pendekar Mongolia itu untuk dia mencintai rakyat dan mencoba mengurangi pembunuhan kepada musuh Jenghiz Khan sangat tidak menyetujui sikap imam ini tetapi karena ia tahu orang ada orang berilmu, ia tidak mau terlalu menentang nasihat itu. Dengan begitu, kata-katanya imam dari Coan cin Kauw ini telah menolong banyak sekali jiwa orang. Di dalam kitab Yuan shih,-j asanya Khu Cie Kie ada tercatat jelas. Untuk pemerintah " Dunia", Cie Kie menasihati janganlah orang gemar membunuh. Ditanya tentang cara memerintah, ia menganjurkan untuk menghormati Thian dan mencintai rakyat. Mengenai pertanyaan ilmu umur panjang, ia menasihati untuk membersihkan hati dan mengurangi seggla nafsu keinginan. Karena ini, ia disebut sin-sian atau dewa dan Jenghiz Khan menganjurkan putra- putranya mencontoh imam ini. Ketika kemudian Mongolia menyerang negara Kim, kembali Khu Cie Kie berhasil menolong banyak jiwa manusia. Untuk pulang dari Khoresmia ke negerinya Jenghiz Khan memerlukan banyak waktu. Ketika akhirnya ia tiba di negaranya, ia membuat pesta besar. Terus ia memelihara tentaranya. Lewat lagi beberapa bulan, timbullah keinginan pendekar ini maju pula ke selatan, guna menyerang bangsa Kim. Untuk itu ia segera mengadakan rapat. Di dalam rapat ini, Kwee Ceng menutup mulut. semenjak pulang, ia senantiasa berduka, sering seorang diri ia pesiar di tanah datar atau dipadang rumput, dengan menunggang kuda merahnya sambil membawa kedua burungnya. Ada kalanya selama bicara, ia berdiam terbengong saja. semua ini disebabkan ia terlalu keras memikirkan oey Yong yang lenyap itu. Putri Gochin membujukinya, ia tidak mengambil perduli, ia seperti tidak mendengarnya. orang tahu ia bersusah hati, sampai tidak ada yang menyebut-nyebut urusan jodohnya. Demikian di harian rapat itu, selagi lain orang bicara banyak ia berdiam saja. Habis rapat,Jenghiz Khan menitahkan semua panglimanya mengundurkan diri. seorang diri ia berdiam di atas bukit, otaknya bekerja. Besoknya pagi ia mengasih titah untuk angkatan perangnya maju di tiga jurusan, untuk menyerang negeri Kim. Tatkala itu Juji bersama subotai masih ada di Barat lagi mengurus negara-negara taklukannya, maka itu sekarang pasukan kesatu dikepalai oleh ogotai, putra nomor tiga pasukan kedua diserahkan di bawah pimpinan Tuli, putra nomor empat. Kwee Ceng dapat tugas pula, untuk memimpin pasukan ketiga. Jenghiz Khan memanggil berkumpul ketiga kepala perangnya itu, ketika ia mau bicara sama mereka itu, ia menitahkan semua pengiringnya mengundurkan diri Lantas ia berkata^ "Pasukan perang Kim dipusatkan diTongkwan- Kota itu sukar dipukul pecah karena keletakannya di selatan nempel sama pegunungan dan di utara berbatas dengan sungai besar. pikiran dari pelbagai perwira pun tidak ada yang akur satu dengan lain- Kalau kita maju dari depan, gerakan kita tentu bakal meminta tempo yang lama. Maka itu aku pikir, jalan yang paling sempurna ialah kalau kita bangsa Mongolia berserikat sama kerajaan song. Aku pikir baiklah kita meminjam jalan dari negara song itu, ialah kita maju dari Tong- ciu dan Teng- ciu untuk menuju langsung ke ibukota Kim, Tay- liang." Mendengar itu, ogotai, Tuli dan Kwee Ceng berlompat untuk saling rangkul, buat bersama-sama berteriak. "Bagus" Jenghiz Khan memandang Kwee Ceng sambil bersenyum. " Kau pandai mengatur tentara, aku senang denganmu," Kata pendekar ini. "sekarang aku hendak tanya kau, setelah Tay- liang kena dipukul pecah, bagaimana?" Kwee Ceng menggeleng kepala. "Tidak menyerang Tay- liang," Sahutnya. ogotai dan Tuli menjadi heran- Terang barusan ayah mereka menyebutnya menyerang ibukota Kim itu. Kenapa sekarang Kwee Ceng membilang demikian? Maka keduanya mengawasi dengan melongo. Jenghiz Khan sebaliknya tetap bersenyum. "Kalau tidak menyerang Tay- liang, bagaimana?" Dia tanya pula. Kwee Ceng menjawab, tenang. "sudah tidak menyerang, bukannya juga tidak menyerang - menyerang tetapi tidak menyerang, tidak menyerang tetapi menyerang" Kedua pangeran itu menjadi heran bukan main. Jenghiz Khan tertawa, ia berkata pada si anak muda "Menyerang tetapi tidak menyerang, tidak menyerang tetapi menyerang. Bagus kata-kata itu Nah, kau menjelaskanlah kepada semua kakakmu ini." Kwee Ceng mengangguk. la berkata. "Aku dapat menerka siasat perang dari Khan yang agung. Kita berpura-pura menyerang ibukota Kim, untuk membasmi musuh di kaki tembok kota. Tay- liang ialah kota tempat kediaman raja Kim, tetapi di sana tentara yang tempatkan tidak banyak. jikalau kita pergi ke sana, pasti sekali raja Kim bakal segera mengirim pasukan dari Tong- kwan untuk menolongnya. Tongkwan terpisah jauh dari Tay- liang kalau tentara dikirim cepat, tentara itu akan keburu lelah di tengah jalan, umpama kata tentara itu dapat tiba tepat, mereka tentulah tidak kuat berperang, dari itu tentara kiTayang besar tinggal melabrak saja kepadanya. Kita pasti menang Kalau bala bantuan musuh itu dapat dipukul hancur, kota Tay- liang bakal jatuh tanpa diserang lagi. sebaliknya kalau langsung kita menyerang Tay- liang, itulah sulit, kita pun bisa digencet musuh dari depan dan belakang." Jenghiz Khan bertepuk tangan sambil tertawa lebar. "Bagus Bagus" Pujinya. Lantas raja ini mengeluarkan sehelai peta bumi, ia membeber itu di atas meja, untuk ketiga panglima perangnya itu melihatnya. Menampak itu, semua ketiga panglima itu heran bukan main. Peta itu ialah peta bumi sekitar kota Tay- liang, di situ terlukis garis untuk dua pasukan tentara - pasukan Mongolia dan musuh. Di situ pun tercatat jelas siasat guna menyerang musuh, buat menghajar bala bantuan dari Tong-kwan selagi bala bantuan itu baru tiba dan masih letih Jadi cocoklah itu dengan pikiran Kwee Ceng barusan. Kota Tay-liang mau diserang, toh tidak diserang - kota itu tidak diserang, toh bakal dirampas. ogotai dan Tuli sating memandang, mereka memandang ayah mereka, lalu mereka memandang Kwee Ceng. Pada wajah mereka terlukis nyata keheranan dan kekaguman mereka. Jenghiz Khan berkata pula. "Dengan penyerangan kita ke selatan kali ini, sudah pasti negara Kim bakal kena dipukul pecah. Di sini ada tiga buah surat tertutup, kamu bawalah seorang satu. Kalau nanti kota Tay- liang sudah dipukul pecah, kamu berkumpul di istana Kim-loan-thian raja Kim, di sana kamu membukanya dengan berbareng, lalu kamu bertindak menuruti apa yang tertera di situ." Sembari berkata, khan agung itu merogoh sakunya mengeluarkan surat tertutup itu atau kim-long atau " Kantong sulam", ia menyerahkannya seorang satu. Kwee Ceng melihat surat itu tertutup dan tersegel, laknya dicap dengan cap khan sendiri "Sebelum kamu memasuki kota Tay-liang,jungan kamu lancang membuka surat tertutup ini. Pendekar Pemanah Rajawali Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Jenghiz Khan memesan. "Maka itu, sebelumnya kamu membuka, mesti kamu mengasih lihat satu pada lain, untuk diperiksa dulu ada atau tidak tanda rusaknya." Ketiga panglima itu menjura seraya berjanji akan mentaati pesan itu "Kau biasanya lambat, kenapa sekarang kau cerdas dan sebat?" Kemudian khan menanya Kwee ceng. Pemuda ini tidak mau mendusta, ia mengaku bahwa. ia telah membaca kitab Gak Hui. Jenghiz Khan lantas menanyakan hal ikhwalnya Gak Hui dan sianak muda menuturkannya Gak Hui itu telah melabrak bangsa Kim di Cu-sian-tin, hingga Gak Hui dipangil "Gak Yaya" Alias " Kakek Gak", sampai timbul sebutan. "Menggoncang gunung gampang, menggoncangkan tentaranya Gak Hui sukar." Mendengar itu, khan ini membungkam, ia jalan mondar-mandir di kemahnya sambil menggendong tangan, kemudian ia menghela napas dan mengatakannya. "Menyesal aku tidak terlahir pada seratus tahun dulu supaya aku bisa bersahabat sama pendekar itu. Sekarang ini di dalam dunia ini siapakah dapat menjadi tandinganku?" Untuk sejenak itu, hati raja jago ini menjadi tawar sendirinya karena menyesalnya Kwee Ceng sendiri, sekeluarnya dari kemah, sudah lantas menuju langsung ke kemah ibunya. saking repot sama tugasnya, sudah beberapa hari ia tidak dapat ketika menjenguk orang tuanya itu. Besok ia mau berangkat perang ke selatan, guna membalas sakit hati negara, jadi hari itu perlulah ia menemani ibunya. Ketika ia sampai di kemah, ia mendapat sebuah kemah kosong, segalanya sudah dibawa pergi. Cuma seorang serdadu tua menjaga di situ. Atas pertanyaan, serdadu itu memberitahukan bahwa atas perintah khan agung, ibunya sudah pindah ke lain kemah. Setelah menanya jelas, ia pergi terus ke kemah yang disebutkan itu. Ia lantas mendapatkan sebuah kemah besar, yang beberapa lipat lebih besar dari kemah yang lama tadi. Dan begitu ia menyingkap pintu, ia terbengong. Di situ terlihat banyak barang berharga yang bergemerlapan, yang tentara Mongolia dapat merampas dari musuh. Putri Gochin juga berada di situ tengah menemani ibunya, yang lagi menutur hal ikhwal ia sendiri di waktu masih kecil. Menampak si anak muda, putri itu berbangkit menyambut sambil bersenyum. "ibu" Kwee Ceng memanggil. "Dari mana semua ini?" "Khan agung membilang selama berperang di Barat, kau berjasa besar, maka semua ini ialah hadiah untukmu," Sahut sang ibu. "sebenarnya kita sudah terlalu biasa dengan penghidupan kecil, semua ini tidak ada perlunya untuk kita" Di kemah itu ada tambah delapan budak. untuk merawati Lie Peng. semua mereka ada budak-budak asal rampasan, maka itu bisa dimengerti kalau mereka ada dari kalangan bangsawan. Ketiganya lantas duduk memasang omong. Tidak lama, putri Gochin mengundurkan diri Ia tahu, anak itu tentu mau bicara banyak sama ibunya, ia tidak mau mengganggu mereka. Hanya, lama ia menantikan di luar, ia tidak melihat si anak muda keluar. "Anak Ceng," Berkata Lie Peng. "Putri menantikan kau di luar, pergi kau bicara sama dia." Kwee Ceng menyahut "ya", tetapi ia tidak bergerak dari tempatnya duduk. Lie Peng menghela napas, ia berkata "Sudah dua puluh tahun kita tinggal di Utara ini, meski benar khan agung sangat memperhatikan kita, akutapinya ingin sangat pulang, maka itu semoga kau berhasil memusnahkan negara Kim, supaya kita berdua bisa lekas kembali ke kampung halaman kita. Kita tinggal tetap di Gu-kee-cun, di tempat kediaman lama dari ayahmu. Kau bukannya seorang yang kemaruk harta dunia dan keagungan, jadi tak usahlah kau datang pula ke sini. Hanya urusan putri sulit" Bab 78. NASIB "TENTANG perjodohanku " Kata Kwee Ceng. "aku pernah membicarakannya dengan Putri. Kalau Yongji mati, aku takkan menikah untuk selamanya." Li Peng menghela napas lagi. "Mungkin Putri sendiri mau mengerti, tapi bagaimana dengan Khan Agung? Aku khawatir sekali..." "Kenapa Khan Agung?" "Beberapa hari ini Khan luar biasa baik padaku. Lihatlah hadiah ini, emas, perak, dan permata. Memang benar katanya hadiah ini untuk jasamu berperang di Barat, tapi aku sudah dua puluh tahun tinggal di sini, kurasa aku telah mengenal baik sifatnya. Aku yakin ada alasan lain!" "Ibu, menurut Ibu apa alasan itu?" "Aku wanita, pendapatku tidak luhur," Sahut sang ibu. "Tapi setelah aku melihat dan memikirkan semua ini, mungkin Khan hendak memaksa kita melakukan sesuatu...." "Tentu dia menghendaki aku menikah dengan putrinya," Kata Kwee Ceng. "Menikah itu urusan baik," Kata sang ibu lagi. "Khan tidak tahu kau tak setuju dengan pernikahan itu, dia tak bisa memaksakannya. Tapi, menurut penglihatanku, kau mengepalai sepasukan tentara besar, kau pun berperang ke Selatan, maka aku khawatir Khan mencurigai kau akan mendapat pikiran untuk berontak..." Kwee Ceng menggeleng. "Aku tidak mempunyai minat untuk kekayaan dan keagungan, Khan tahu hal ini dengan baik," Katanya. "Buat apa aku memberontak?" "Kalau begitu, aku ingat suatu cara." Kata Li Peng. "Mungkin ini dapat dipakai untuk mengetahui apa yang dipikir Khan. Pergilah kau melaporkan pada Khan, bilang aku kangen pada kampung halamanku, aku ingin pulang bersamamu. Coba dengar apa katanya." Kwee Ceng girang mendengar pikiran ibunya itu. "Oh, Ibu, mengapa Ibu tidak mengatakannya dari siang-siang?" Katanya. "Kita pulang bersama, betapa senangnya! Pasti Khan Agung akan memperkenankannya." Pemuda ini lantas keluar dari kemah. Ia tidak melihat Gochin. Mungkin karena menanti terlalu lama, putri itu habis sabar dan berlalu dengan kecewa. Ia lantas menuju markas besar. Ia pergi sekian lama, ketika kembali pada ibunya, ia menunduk lesu. "Khan tidak memperkenankannya, bukan?" Li Peng bertanya. "Anakmu tidak mengerti. Ibu " Sahut Kwee Ceng. "Apa perlunya Khan menghendaki Ibu tetap berdiam di sini?" Sang ibu diam. "Khan bilang," Kwee Ceng menjelaskan. "sesudah Negara Kim dihancurkan, barulah kita bisa berangkat pulang. Katanya waktu itu kita akan pulang dengan kehormatan besar. Aku bilang Ibu sangat kangen dan ingin lekas pulang, lantas Khan tampaknya gusar. Dia menggeleng dan tetap menolak." "Apa lagi kata Khan padamu?" Kwee Ceng memberitahu bahwa dalam rapat tentara, ia diberi tugas serta dibekali dengan kim-long. "Ah." Desah sang ibu masygul. "kalau suhu keduamu dan Yongji berada di sini, mereka pasti dapat menerka maksud Khan ini. Aku merasa tidak enak memikirkan ini, tapi entah apa sebabnya, aku tak tahu...." Kwee Ceng mengeluarkan kim-long-nya, mempermainkannya dengan tangannya. "Ketika Khan menyerahkan ini, kulihat air mukanya beda sekali," Katanya. "Maka aku khawatir jangan-jangan sikapnya berhubungan dengan surat rahasia ini."" Li Peng mengambil kim-long itu, mengawasinya dengan teliti, kemudian menyuruh para pelayannya menyingkir. "Kita buka dan lihat saja," Katanya kemudian. Kwee Ceng terkejut. "Tidak bisa!" Katanya. "Surat ini dicap. Kalau membukanya berarti akan mendapat hukuman mati...." Li Peng tertawa. "Kau tahu kepandaian menyulam dari kota Lim-an sangat tersohor di seluruh negara?" Katanya. "Ibumu ini orang Lim-an. sedari kecil aku telah mempelajari kepandaian itu. Tanpa merusak, aku dapat membuka kantong bersulam ini, dan aku dapat menjahitnya kembali seperti semula." Kwee Ceng percaya pada ibunya, ia jadi girang sekali. Li Peng lantas mengambil jarum halus, dengan itu ia mulai membuka sulaman kantong wasiat itu. Pekerjaannya rapi. Surat itu lantas dibeber untuk dibaca bersama. Segera keduanya tersentak, tubuh mereka langsung terasa dingin tidak keruan. Surat itu berisi titah rahasia Jenghis Khan untuk Ogotai, Tuli, dan Kwee Ceng. Begitu mereka dapat mengalahkan bangsa Kim, mereka harus maju ke Selatan untuk secepat kilat menyerang kota Lim-an dan memusnahkan Kerajaan Song, supaya Mongolia dapat mempersatukan dunia. Dalam perintah rahasia itu ada tambahan. Kalau Kwee Ceng berhasil berjasa besar, ia mesti diangkat jadi raja muda dan dihadiahi besar-besaran; tapi kalau hatinya berubah, Ogotai dan Tuli diperintahkan untuk segera menjatuhkan hukuman mati padanya, ibunyapun harus ikut dihukum picis. "Ibu," Kata Kwee Ceng setelah diam sekian lama. "jika Ibu tadi tidak membuka kim-long ini, jiwa kita berdua tentulah celaka. Kita adalah orang Song, mana bisa kita menjual negara kita sendiri?" "Sekarang bagaimana?" Li Peng bertanya. "Ah, Ibu, biarlah kita tanggung penderitaan ini," Kata sang anak masygul. "Sekarang juga kita lari pulang ke Selatan." "Baik!" Sahut ibunya. "Pergilah kau bersiap-siap. Jagalah supaya rahasia ini jangan terbongkar." Kwee Ceng mengangguk. Ia kembali ke kemahnya untuk berbenah seperlunya. Selain kuda merahnya, ia akan membawa tiga ekor kuda lain. Bagaimanapun, setelah berdiam belasan tahun di gurun pasir ini, ia merasa sedikit berat untuk meninggalkannya. Sebagai kepala perang, Kwee Ceng dapat bergerak dengan leluasa. Juga ketika itu, rombongan Lou Yu Kiak sudah tidak ada bersamanya, mereka sudah pulang lebih dulu ke Selatan. Semua hadiah dari Khan ia tinggalkan. Paling akhir ia membuka seragamnya, dengan pakaian biasa, ia kembali ke kemah ibunya. Begitu menyingkap tenda, ia terkesiap. Ibunya tidak ada, yang ada hanya dua bungkusan yang menggeletak di tanah. "Ibu!" Panggilnya. Tidak ada jawaban, la khawatir dan curiga. Ketika ia hendak keluar, tenda tersingkap dari luar, lantas cahaya api terlihat terang benderang. Chilaun dengan seribu serdadu sudah mengurung tenda itu. "Khan Agung memanggil-menghadap!" Demikian ia mendengar. Kwee Ceng kaget dan bingung. Ia mesti segera mengambil putusan. Kalau ia mau menggunakan kekerasan, Chilaun tidak bakal dapat merintanginya. Tapi ibunya telah ditawan, mana bisa ia kabur seorang diri? Akhirnya ia menyerah, membiarkan Chilaun menggiringnya ke markas besar. Pendekar Pemanah Rajawali Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Di kemah Khan, telah berkumpul barisan pengiring Khan yang terdiri atas dua ribu jiwa. Mereka orang-orang Mongolia pilihan, semua bersenjatakan tombak panjang dan menjaga rapat. Kwee Ceng berjalan masuk dengan langkah lebar. Jenghis Khan terlihat bengis sekali. Ia menggebrak meja. "Kuperlakukan kau dengan baik sekali, dari kecil kau kurawat hingga besar, putriku juga kuserahkan padamu!" Bentaknya. "Eh, bangsat kecil, kenapa kau berani memberontak terhadapku?" Kwee Ceng melihat kim-long yang dibuka ibunya ada di atas meja, maka tahulah ia bahwa jiwanya sudah sukar ditolong lagi. Ia menjadi berani. Ia mendongakkan kepalanya. "Aku rakyat Kerajaan Song, mana bisa aku tunduk pada titahmu?" Katanya gagah. "Mana bisa aku menyerang negaraku sendiri?" Jenghis Khan bertambah gusar melihat sikap melawan pemuda itu. "Seret dia keluar! Hukum mati dia!" Titahnya. Kwee Ceng tidak dapat melawan. Ia telah dibelenggu kuat sekali dan delapan algojo mendampinginya. Tapi ia tetap tidak takut. Ia berkata nyaring. "Kau telah berserikat dengan Kerajaan Song untuk memukul bangsa Kim, di tengah jalan kau mengingkari janjimu. Apakah itu perbuatan pendekar?*' Jenghis Khan makin gusar. Ia mendepak meja. "Sesudah Negara Kim hancur, selesai sudah perjanjianku dengan pihak Song!" Katanya "Kalau kemudian aku menyerang Selatan, mana bisa dibilang melanggar janji? Lekas hukum mati dia!" Banyak panglima mengenal baik Kwee Ceng, tetapi saat itu tidak ada yang berani buka suara. Khan sedang marah besar. Kwee Ceng tidak bilang apa-apa lagi, dengan langkah lebar ia berjalan keluar. Segera terlihat Tuli berlari mendatanginya dari padang rumput. "Tahan! Tahan!'' teriaknya berulang-ulang. Ia bertelanjang dada dan cuma mengenakan celana kulit. Jelas ia baru terbangun dari tidurnya. Ia langsung memasuki kemah ayahnya dan berseru. "Ayah, Anda Kwee Ceng besar jasanya, dia juga pernah menolong jiwaku, biarpun berdosa, jangan hukum mati dia!" Jenghis Khan terpengaruh kata-kata putranya itu. "Bawa dia kembali!" Ia memberikan perintah. Kwee Ceng lantas dibawa kembali. "Kau memberatkan Kerajaan Song, apa ada untungnya?" Khan bertanya. "Kau pernah bicara tentang Gak Hui. Dia begitu setia dan berjasa, tapi akhirnya dia dihukum mati juga! Lebih baik kau membantuku merobohkan Kerajaan Song, aku berjanji padamu, setelah berhasil aku akan mengangkatmu menjadi raja Song!" "Aku bukannya berontak terhadapmu!" Kwee Ceng menyahut. "Tapi kalau kau menghendaki aku menjual negara untuk kehidupan mewah dan agung, biar tubuhku dicincang, tak dapat aku menerima baik permintaanmu ini!" "Bawa ibunya kemari!" Perintah Jenghis Khan. Lantas dua serdadu menggiring Li Peng keluar dari kemah belakang. "Ibu!" Kwee Ceng memanggil, la mendekati ibunya, tapi dihalangi dua serdadu. Ia lantas bertanya dalam hati. "Urusanku ini cuma Ibu dan aku yang tahu. Siapa yang membocorkannya?" Jenghis Khan tidak memberinya kesempatan untuk berpikir, katanya. "Jika kau menerima baik kata-kataku, kalian berdua ibu dan anak akan hidup agung dan berbahagia. Jika tidak, lebih dulu aku akan membunuh ibumu! Itu artinya kau yang membunuh ibumu, dan kau menjadi anak put-hauw" Kaget Kwee Ceng mendengar perkataan Khan, terutama kata put-hauw tidak berbakti. Ia menunduk. "Anda," Kata Tuli. "dari kecil kau tinggal di Mongolia, kau tak ada bedanya dari bangsa Mongolia. Sebaliknya pembesar-pembesar Kerajaan Song temaha sekali, mereka bersekongkol juga dengan bangsa Kim, bahkan mereka telah membunuh ayahmu dan membikin ibumu tak punya tempat untuk pulang. Kalau tidak ada ayahku, dapatkah kau hidup seperti sekarang ini? Kita sudah seperti saudara, tak dapat aku membiarkanmu menjadi anak tak berbakti. Maka kuminta sukalah kau memikirkannya lagi baik-baik." Kwee Ceng menoleh pada ibunya. Sebenarnya ia ingin menerima baik nasihat Tuli itu, tetapi ia segera ingat akan ajaran ibunya. Ia juga ingat dan tahu betul nasib negara-negara di Barat yang ditaklukkan Mongolia, akhirnya rakyat mereka hidup sengsara. Maka ia diam terus. Dengan matanya yang tajam, Jenghis Khan mengawasi anak muda itu. Ia menantikan jawaban. Seluruh kemah menjadi sangat sunyi. "Aku..." Kata Kwee Ceng. Ia telah maju selangkah, lantas berhenti lagi, tidak melanjutkan kata-katanya. "Khan yang Agung," Mendadak Li Peng berkata. "aku khawatir anak ini kurang mengerti. Bagaimana kalau kucoba membujuk dan menasihatinya?" Jenghis Khan girang sekali. "Bagus!" Katanya. "Nasihati dia!" Li Peng mendekati anaknya, menarik lengan pemuda itu. lalu membawanya ke salah satu sudut kemah. Di sana mereka berdua duduk. Karena sikap rajanya sudah mulai sabar, algojo tidak menghalangi Kwee Ceng. Li Peng memeluk putranya. "Dua puluh tahun lalu di Gu-kee-cun. Lim-an, aku telah mengandungmu, Nak," Katanya pelan. "Suatu hari ketika turun hujan salju lebat, Khu Ci Kee, Khu Tootiang, berkenalan dengan ayahmu. Dia memberikan dua bilah belati, yang satu untuk ayahmu, yang lain untuk Paman Yo...." Sembari bicara, sang ibu mengeluarkan belati itu dari saku anaknya. Ia menunjuk ukiran dua huruf yang berbunyi "Kwee Ceng" Pada belati itu, lalu melanjutkan. "Khu Tootiang telah memberi nama Ceng padamu dan Kang pada anak Paman Yo. Tahukah kau apa artinya?" "Khu Tootiang menghendaki aku tidak melupakan peristiwa Ceng Kong yang memalukan," Sahut sang anak. "Benar, Anak Paman Yo itu mengakui musuh sebagai ayah, maka runtuhlah nama dan tubuhnya. Tentang anak itu, tak usahlah disebut-sebut lagi. Tapi kasihan Paman Yo yang gagah itu, kehormatannya dirusak anaknya sendiri...." La menghela napas, tapi lalu melanjutkan. "Dulu aku menahan malu dan menderita, tapi aku tetap terus merawat dan membesarkanmu. Tahukah kau, untuk apa perbuatanku jtu? Mustahil aku hendak memelihara pengkhianat penjual negara hingga ayahmu di alam baka menjadi malu dan menderita!" "Ibu!" Kata Kwee Ceng, lantas ia menangis. Li Peng bicara dalam bahasa Tionghoa, Jenghis Khan semua tidak mengerti, tetapi mereka melihat air mata si anak muda, maka mereka menduga si nyonya takut mati dan telah berhasil membujuk anaknya. Diam-diam mereka girang. "Ada orang berkata, 'Hidup manusia hanya seratus tahun, tempo itu lewat dalam sekejap,'" Li Peng berkata lagi. Ia memang wanita, tetapi ia wanita sejati. "Maka. apalah artinya hidup atau mati? Selama hidup manusia, yang diharap adalah jangan melakukan sesuatu yang membuatnya terhina! Kalau orang lain menyia-nyiakan kita, biarlah, tak usah kita ingat kejahatannya. Ingatlah perkataanku ini!" La menatap wajah anaknya, air mukanya sabar sekali. Kemudian ia menambahkan. "Nak, jagalah dirimu baik-baik...!" Perkataan ini disusul dengan bekerjanya belati itu memutuskan dadung belenggu putranya. Setelah itu ia memutar tubuhnya untuk menikam dadanya sendiri. Kwee Ceng menyingkirkan dadung belenggunya, menyambar ibunya, tetapi sudah kasip. Belati itu sudah menancap di dada ibunya, terbenam sebatas gagangnya. Jenghis Khan melihat itu, ia kaget tidak terkira. "Tangkap!" Ia menitahkan. Kedelapan algojo itu tidak berani melukai huma mereka. Setelah melemparkan senjata masing-masing, barulah mereka berlompatan menubruk Kwee Ceng. Kwee Ceng sangat bersedih. Dengan hati terluka ia memeluk tubuh ibunya. Begitu melihat orang-orang itu menyerbunya, sambil memondong ibunya, ia menyambut dengan sapuan kaki. Dua algojo tersepak. kaki mereka patah. Salah satu algojo disodoknya dengan sikut kirinya, tepat mengenai dada, hingga algojo itu roboh dengan tulang iga patah juga. Menampak begitu, beberapa perwira terkejut, lantas maju. Kwee Ceng melompat ke belakang ke tenda, tangan kirinya membetot, maka separo kemah emas Jenghis Khan roboh menutupi semua perwira. Dalam kekacauan itu, ia berlari dengan membawa kabur ibunya. Segera terdengar bunyi trompet riuh, para perwira berlarian ke kuda masing-masing, menaikinya, lantas mengejar pemuda itu. "Ibu!" Panggil Kwee Ceng sambil menangis. Ia tidak mendapat jawaban. Ketika ia memeriksa hidung ibunya, ia tidak lagi merasakan embusan napas. Ibunya sudah berpulang ke alam lain menyusul arwah ayahnya. Bukan main mencelosnya hati Kwee Ceng. Namun ia sedang terancam bahaya. Dalam kegelapan, ia berlari terus untuk menyingkir dari bahaya. Kupingnya mendengar orang bergerak di empat penjuru, matanya melihat obor menyala. Ia kabur tanpa memilih jalan lagi. Ia bingung, dengan memondong ibunya, mana bisa ia melawan demikian banyak orang? Kalau menunggang kuda merahnya, ia mempunyai harapan. Tetapi sekarang ia Cuma berjalan kaki. Pemuda ini berhenti menangis. Tanpa bersuara ia berlari terus. Ia ingin lekas-lekas tiba di gunung, di sana ia bisa menggunakan ilmu enteng tubuhnya untuk mendaki lereng. Asalkan ia dapat merayap naik, bebaslah ia. Di atas gunung, ia dapat diam sementara waktu. Sekonyong-konyong di depannya muncul sepasukan serdadu yang dipimpin panglima bermuka merah dan berkumis putih. Di bawah sinar api. panglima itu tampak sangat berwibawa. Kwee Ceng mengenali salah satu panglima andalan Jenghis Khan, Chilaun. Panglima itu memegat dan membacok si pemuda. Kwee Ceng berkelit untuk membebaskan diri. Setelah itu, bukannya berlari kembali, ia justru melompat menerjang pasukan Mongolia itu. Semua serdadu kaget hingga berseru. Kwee Ceng menyambar seorang serdadu berpangkat siphu-tio yang menghalang di depannya. Selagi membetot kaki orang itu, kaki kanan Kwee Ceng menjejak tanah untuk melompat, maka tubuhnya mencelat naik ke punggung kuda serdadu itu. Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo Rondo Kuning Membalas Dendam Karya Kho Ping Hoo