Ceritasilat Novel Online

Pengelana Rimba Persilatan 1


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Bagian 1


Pengelana Rimba Persilatan Karya dari Huang Yi   Judul asli . JIANG HU LIE REN ~Pengelana Rimba Persilatan~ Karya . Huang Yi Saduran . Liang YZ Editor . Adhi H Penerbit . Tunas Mandiri Jaya Cetakan Kel. Desember 2007 ISBN/KDT . 978-979-1489-14-0 Sumber DJVU Manise dihttp.//dimhad.via.my/ Ebook oleh . Dewi KZhttp.//kangzusi.com   / atauhttp.//http.//dewikz.byethost22.com   / Nama orang, nama tempat dan istilah-istilah lain yang dipakai, semuanya menggunakan bahasa. PING YIN   Jilid ke Satu.   Bab 1 Fu Ke-wei berdiri diatas bukit, mengangkat kepalanya dan menghirup nafas panjang, setelah menutup sepasang matanya, seluruh tubuhnya seperti membeku, tapi setiap otot di tubuhnya mengendur seperti kehilangan tenaga.   Lama...   dia baru kembali mulai bernafas, tingkahnya tadi seperti orang mati, hanya bedanya dengan orang mati, dia masih bernafas.   Di ufuk timur sudah tampak sinar fajar, sekarang keadaan di sekeliling sudah mulai terlihat.   Sekeliling pegunungan itu penuh dengan rimba yang berwarna hijau, rumput liar hijau segar, bunga-bunga liar terdapat dimana-mana.   Dia menghirup hawa segar musim semi, Cuaca bagus di hari Cing-ming (Ceng-beng) yang sulit didapat, berbeda sekali dengan Cing-ming tahun lalu yang hujan mengesalkan orang.   Disini adalah tempat bagus untuk tidur panjang, di belakang ada perbukitan Yin-yang, di depan tidak sampai sembilan li, ada sungai besar berkilau perak, menghadap air membelakangi gunung, gunungnya terang airnya jernih.   Sebelum matahari fajar muncul, dia sudah selesai berlatih silat yang setiap hari harus dilatihnya.'...   Dia memungut pedang yang ditaruh di lapangan rumput, membereskan baju, wajah yang muda, mulai kembali kewajah yang normal, wajah yang tampak merah berdaging sehat.   Setelah berkelana didunia persilatan selama lima tahun, perjalanan ini tidak meninggalkan kerutan di wajahnya, dia tetap muda, sehat, energik.   Lima tahun, didalam ingatannya cukup panjang sekali, hari-hari yang dilewatinya penuh dengan sabetan pedang dan golok, pengalaman keluar masuk pintu hidup atau mati, sekarang dia malas memikirkannya.   Pada usia delapan belas tahun dia sudah keluar gunung, dia semakin matang, matangnya membuat membuat dia mengerti pahit getirnya kehidupan, kematangan yang membuat dia sadar akan lahir, tua, sakit, mati, lingkaran hidup yang tidak bisa diramalkan.   Setiap tahun pada hari Cing-ming, dia selalu datang kesini, membersihkan dan bersembahyang pada makam ayah dan ibunya yang telah meninggal selama delapan tahun, juga gurunya yang sambil duduk semedi meninggalkan hidupnya, gurunya yang telah mendidik dia hingga tumbuh dewasa.   Maka walau dirinya berada puluhan ribu li ditempat liar sana, dia harus sampai ditempat ini pada hari Cing-ming ini, delapan tahun terasa seperti satu hari, dia tidak pernah absen.   Rumah dia berada di depan di bawah lereng gunung, nama tempatnya adalah kampung Liu Jiang, dia tinggal dengan empat-lima puluh kepala keluarga, separuh lebih adalah petani yang rajin.   Sekarang dia tinggal sendirian, beberapa gunung kecil di atasnya ditanami dengan pohon sejenis cemara, usia pohonnya sudah puluhan tahun, sama sekali tidak perlu diurus oleh dia.   Makanya, dia kerasan di dunia persilatan, tidak ada yang dia khawatirkan.   Setelah sembahyang pada ayah ibu dan gurunya, pikiran dia seperti asap, melayang-layang diatas udara.   Dia berpikir.   'manusia begitu kecil dan tidak menentu! Hidup, cuma beberapa puluh tahun, mati, menjadi setumpukan tanah kuning.   Tidak perduli orang suci atau bukan, hidup adalah sama, mati pun juga sama, siapa pun tidak bisa lari dari putaran kehidupan.   Matahari sudah naik diatas gunung sebelah timur, angin gunung bertiup dingin.   Dia^membereskan alat-alat sembahyang, dimasukan ke dalam keranjang jinjing, lalu keluar dari mulut pekuburan, sebelum pergi dia menatap lagi pada pekuburan yang sepi.   Dia tahu, dia sudah harus pergi, pergi kejalan yang dia pilih, pergi ke alam yang sulit ditebak.   Cing-ming tahun depan, apakah dia bisa kembali kepekuburan ini untuk membersihkan dan membetulkan kuburannya? Hanya bisa mengandalkan dugaan saja.   Mungkin, tulang mayat dia sendiri sudah tidak tahu dikubur ditanah kuning mana, dan dimakan oleh belatung.   Akhirnya dia pergi dengan langkah yang mantap, menandakan tekad dia yang akan maju kedepan.   Sampai di bawah bukit, kampung Liu-jiang sudah terlihat.   Dari deretan rumah yang tidak teratur, dia sudah dapat melihat dengan jelas bangunan rumah berderet tiga, didepannya ada pekarangan besar, itulah rumahnya.   Berjarak tiga-empat li, tiba-tiba dia melihat dari bayangan hutan, di depan benteng pekarangannya ada satu bayangan asing berkelebat menghilang.   Dia berdiri, berhenti berjalan.   Pelan-pelan dia menaruh keranjang jinjing nya, berdiri konsentrasi, wajahnya telah berubah, berubah jadi dingin, aneh, sepasang matanya bersinar, seluruh tubuhnya penuh dengan hawa yang menakutkan.   Dia mengambil pedangnya dan diselipkan dipinggang, mengangkat kain mantel panjang disisipkan kepinggangnya, menggulung lengan baju, memeriksa pelindung lengan sebelah kiri dan kanan.   Diluar pelindung tangannya masing-masing ada tiga bilah pisau yang bentuknya tidak aneh tapi bersinar dan melengkung seperti bulan sabit, nama pisaunya adalah Xiu-luo, buatan India.   Karena senjatanya, dia di dunia persilatan dijuluki.   Xie-jian-xiu-luo (Pedang Sesat Pisau Melengkung).   Nama Xie-jian-xiu-luo, didunia persilatan diakui sebagai orang yang paling berani, paling sulit ditebak, paling sulit dihadapi, pesilat muda misterius, tidak perduli pesilat mana baik dari golongan putih atau golongan hitam, semua segan terhadapnya, selain itu perbuatannya tidak pernah bohong dan tidak pernah menyesal.   Walau Xie-jian-xiu-luo menggemparkan dunia persilatan, tapi orang yang tahu nama asli dan wajah aslinya, sangatlah sedikit sekali.   Setelah pagi lewat, didalam kampung hanya tinggal beberapa orang saja.   Semua orang-orang kampung sudah pergi ke gunung membetulkan kuburan atau bersembahyang pada nenek moyang.   Kemudian dia muncul dibawah pohon besar di mulut kampung, di depan satu jembatan kecil dari kayu yang melintang diatas sungai, dia berdiri cliatas jembatan, melihat pekarangan rumah dia yang berjarak setengah li.   Dia tidak melihat lagi kearah kampung, mulutnya menyungging tawa dingin, tiba-tiba dengan langkah besar dia melewati jembatan kecil, dia berjalan pergi meninggalkan tempat itu.   Wajahnya sekali pun tidak menengok Tidak lama kemudian, ada delapan orang, tua, muda, laki-laki, wanita menelusuri jalan kecil mengejarnya.   Yang paling depan adalah seorang tua berusia lima puluhan, dengan wajah berbentuk segi tiga, bermulut besar, berkumis tipis carang, matanya seperti elang bersinar dingin.   Dipinggang-nya terselip sebilah pedang antik panjang, dan menggantung segulung tali dengan kail tiga mata y, ing bersinar.   Delapan orang itu, setiap orangnya juga membawa segulung tali aneh ini, tali yang tidak bisa putus di potong golok.   "Dia harus mati!"   Orang tua setengah baya itu sambil berlari sambil memaki.   "Tidak disangka, setelah sembahyang pada nenek moyangnya, dia tidak kembali kerumahnya, m.ilah langsung pergi, sia-sia kita menunggu dia setengah harian, hingga kehilangan kesempatan baik membunuhnya!"   "Orang tua Lu!"   Kata seorang setengah baya kurus dibelakangnya.   "apa mungkin dia telah melihat kita, makanya dia melarikan diri?"   "Tidak mungkin."   Kata orang tua Lu dengan pasti.   "di saat begini, tidak seorang pun akan menduga ada orang bersembunyi di dalam rumah menunggu dia masuk."   "Mungkin sudah tidak bisa dikejar lagi."   "Omong kosong! Dia cuma berjalan dengan langkah biasa, memangnya bisa jalan seberapa jauh? Jika kita mengejar, paling sedikit lebih cepat dari dia lima kalinya."   "Tuan Lu, bisa mengejar dia juga sudah tidak ada kesempatan untuk mengatur jebakan lagi."   "Asal kita sudah melihat dia, maka kita coba melewati dia dari samping dan di depannnya kita cari tempat mengatur jebakan, itulah sebabnya aku menyuruh marga Li bersaudara mendahului dia."   "Pak Lu, aku selalu merasa ini tidak baik, terlalu berbahaya."   "Kau jangan banyak omong kosong, tidak bagus? Jika takut, kau tidak usah ikut."   Kata tuan Lu dengan tidak senang.   Jalan kecil ini melewati perbukitan yang berliku-liku ke arah selatan, menuju ke kota An qing, disepanjang jalan jarang ada perkampungan, tidak ada manusia, burung dan binatang liar berkeliaran dimana-mana, tidak usah takut bertemu dengan orang.   Setelah beberapa saat mengejar, jalan kecil itu membelok, hutan sudah habis, didepan tampak lapangan rumput, jalan kecil itu melewati bukit barat, di sebelah barat jalan kecil ada satu parit yangjernih.   "Aduh!"   Tuan Lu yang didepan tiba-tiba berteriak terkejut dan mendadak menghentikan langkahnya.   Tujuh orang lainnya yang dibelakang tidak keburu mengerem, hampir saja bertabrakan.   Di bawah pohon kecil disebelah kanan jalan, terbaring dua orang setengah baya berbaju ringkas.   Posisi pedang dan kantung serba gunanya masih tetap ditempatnya, bisa dipastikan mereka tidak pernah mengalami pertarungan.   Wajahnya putih pucat seperti kertas, bibirnya membiru, sepasang matanya melotot besar, titik mata hitamnya sudah buyar.   Siapa pun bisa melihatnya, dua orang ini sudah mati.   Matinya belum lama, karena mayatnya masih hangat.   "Marga Li bersaudara sudah mati!"   Kata tuan Lu sambil menarik nafas dingin.   Di depannya tiba-tiba terdengar ada orang yang bernyanyi.   Mendengar nyanyian itu tuan Lu berteriak dengan marah dan sedih! Nyanyian itu terdengar keluar, sampai di lapangan datar.   Di tengah-tengah lapang, seperti setan bayangan Fu Ke-wei tiba-tiba muncul.   Nyanyian sudah berhenti, orangnya berdiri disana tidak bergerak juga tidak bicara, hawa pembunuhan yang dingin memenuhi sekitar tempat itu, delapan orang yang berada jauh seratus langkah lebih, tetap merasakan tekanan hawa dingin yang tidak terhingga.   Segera tuan Lu mengibaskan tangannya, sambil menggigit gigi berjalan mendekat.   Tujuh orang lainnya membagi diri kekiri dan kekanan, pelan-pelan mengurung, sambil pelan-pelan mendekat, sambil melepaskan gulungan tali dengan tiga mata kail itu.   Fu Ke-wei berdiri seperti gunung, dengan sorot mata bersinar menyambut delapan orang yang datang mengurung.   Delapan orang itu mempercepat langkahnya, dan dua sayapnya semakin melebar, akhirnya berhasil mengurung dari empat penjuru, delapan orang itu membentuk kurungan bulat.   Delapan buah tali dengan tiga mata kailnya mulai diputar, sambil diputar talinya pelan-pelan diulur semakin panjang.   Tapi Fu Ke-wei tetap berdiri tegak, seperti patung batu.   Suara putaran tali semakin lama semakin keras, delapan set mata kailnya semakin diputar semakin kencang bergerak.   Asalkan ada perintah, maka delapan set kail besi itu akan menyatu dari delapan arah, walau kail besi tidak mengenai sasaran, dalam keadaan tertali oleh delapan tali aneh, pasti akan dapat mengikatnya, dan menarik jatuh.   Sulit dapat menghindarnya.   "Anjing kecil, apa kau sudah tahu kami akan datang?"   Tanya tuan Lu menggigit gigi.   "Bukankah kalian sudah datang?"   Katanya dengan tertawa tawar.   "Pasti ada orang yang memberitahukan sebelumnya."   "Jika ada, pasti orang-orang kalian."   "Benar saja ada mata-mata di antara orang-orang kita."   Kata tuan Lu kesal.   "tapi kau tetap telah jatuh di tanganku."   "Kau kira aku tidak sanggup membunuh kalian, bisa sebodoh ini berdiam disini menunggu kalian datang mengepung?"   Wajah Fu Ke-wei semakin dingin.   "sebelum Sepasang Pedang Li mati, mereka telah mengatakan, dipekarangan depan rumahku kalian telah menyiapkan jebakan tali, makanya aku membawa kalian ketempat yang lapang, supaya kalian bisa melakukannya dengan sepenuh kekuatan, supaya mati pun kalian bisa menutup mata. Bukankah kau telah menghabiskan waktu tiga tahun, dan menghabiskan banyak uang untuk memesan tali khusus Penangkap Naga, kalau tidak ada gunanya, disamping itu bagaimana kalian akan puas setelah mati? Sekarang ayo lakukanlah! Aku sudah menunggu kalian!"   Di dalam hatinya, tuan Lu menjadi gentar, jika lawan tidak ada keyakinan, mana mungkin sebodoh itu menunggu musuh datang mengepungnya? Dia jadi ragu-ragu bertindak, yang lebih penting lagi dia sudah kehilangan kesempatan mengendalikan keadaan, hatinya sudah tidak mantap, begitu kehilangan kepercayaan membuat dia ragu-ragu bertindak.   "Ada satu hal yang harus kuberitahu."   Pemuda itu melanjutkan.   "seumur hidupku, perbuatanku terang-terangan, aku sangat benci terhadap perbuatan yang sembunyi-sembunyi, aku sudah berkelana lima tahun didunia persilatan, teman-teman dunia persilatan bisa menjadi saksi. Sepasang Pedang Li dibunuh olehku secara terang-terangan, aku membiarkan mereka diam-diam menyerang dari belakang, lalu secara berhadapan dengan kedua tangan kubunuh mereka. Kalian dirumahku menyiapkan jebakan diam-diam ingin menyerangku, maka aku punya alasan yang cukup membalas perbuatan kalian, sayang aku tidak ada gairah melakukan serangan secara diam-diam, jika tidak, dijalan ini mayat kalian akan nampak berturut-turut, tidak mungkin ada kesempatan untuk kalian menggunakan strategi tali nyamuk ini."   "Disini kami juga harus menelentangkan mayatmu."   Kata tuan Lu dengan geram.   "Aku bukan seorang kejam yang senang membunuh orang, aku tetap ingin memberimu satu kesempatan."   Kata Pemuda itu dengan damai.   "kau sebagai ketua Benteng Tian-long (Naga langit) dengan julukan Pedang Naga Langit (Tian-long-jian), Lu-zhao seorang tetua dan terhormat, termasuk nomor tiga dari tiga pimpinan aliran hitam, dan juga punya potensi menjadi nomor dua, tapi kau telah melakukan perbuatan jahat yang tidak terhitung banyaknya, tanganmu penuh dengan darah,"   Manusia dan langitpun ingin menghukum-nya.   Tapi, aku dengan kau tidak ada permusuhan dan dendam, juga tidak perbah menyaksikan perbuatan jahatmu, kita tidak saling mengganggu.   Tapi, tidak seharusnya saat aku lewat, kau telah mengutus orang diam-diam ingin membunuhku, setelah gagal lalu melakukan pengeroyokan, belum puas kalau belum menghabisi aku, aku terpaksa membunuh dua saudara tirimu, dan dengan senjataku membunuh empat pengawal bentengmu, dalam pertarungan yang adil aku juga telah membunuh adik iparmu.   Selama tiga tahun kau terus mencoba membalas dendam, mengumpulkan teman-temanmu, mengutus orang kemana-mana menyelidik keberadaanku, setiap saat merencanakan diam-diam membunuhku.   Tapi aku selalu merasa permusuhan ini lebih baik didamaikan dari pada dijalin terus, hari ini, kau mengejar sampai kerumahku, menurut aturan tidak seharusnya aku melepaskan kalian, tapi aku tetap ingin memberi satu kesempatan lagi padamu, bawalah teman-temanmu pergi dari sini! Orang yang mati sudah cukup banyak, kalian berdelapan ingin membunuh ku, terus terang saja, itu sama sekali tidak mungkin."   "Aku telah menghabiskan waktu tiga tahun, baru dapat menyelidiki jejak dan kebiasaanmu, hari ini kalau bukan kau maka aku "   "Buat apa? Tuan telah kalah setengah, apakah kau masih tidak bisa melihat, keadaannya tidak menguntungkan buatmu?"   "Delapan banding "   "Tuan, kujamin sekali menggerakan pisau Xiu-luo, dalam sekejap aku bisa membunuh setengah dari kalian.   Jika kalian menganggap dengan menggunakan beberapa tali aneh bisa membunuhku, aku Xie-jian-xiu-luo bagaimana bisa hidup sampai sekarang? Pergilah, selagi masih sempat."   "Jika hari ini aku tidak membunuhmu, aku "   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Baiklah, hidup dan mati tergantung nasib, siapa yang kuat dialah yang hidup."   Wajahnya kembali menjadi dingin menyeramkan.   "silahkan mulai! Orang yang sial sulit bisa lolos, harap hati-hati terhadap pisau Xiu-luo ini, menghadapi pengeroyokan aku tidak akan menaruh hati kasihan."   Dia menyilangkan sepasang tangannya, kakinya pelan-pelan bergerak memasang kuda-kuda, matanya tambah bersinar, hawa pembunuhan mulai memancar, sepertinya seluruh orang disana ditutupi oleh hawa pembunuhan, setiap tempat yang disorot matanya, terasa membawa hawa pembunuhan yang sangat kuat.   Tidak ada orang yang dapat melihat pisau Xiu-luo nya, tampak sepasang tangannya kosong tidak terdapat apa apa.   Delapan set kail besi semakin diputar semakin kencang, delapan orang laki-laki dan perempuan mulai merubah posisi.   "Inilah kesempatan terakhir kalian."   Katanya dengan suara dalam.   "aku tidak berharap akan jadi orang yang mengubur mayat kalian."   Satu teriakan dengan suara dalam terdengar, kedua belah pihak sudah bersama-sama menyerang.   Delapan set kail besi bermata tiga terbang bersama-sama dari delapan arah, membentuk jaring berkumpul kearah tengah, suaranya memecah udara membuat orang mendengarnya kepalanya jadi mati rasa, suatu kerja sama yang tidak ada celahnya.   Andai kata yang diserang adalah seekor macan ganas, juga akan terikat, ditarik dan digulingkan.   Jika seekor naga terbang, juga tidak akan bisa lolos dari jaring langit ini.   Tapi dia bukanlah macan ganas atau naga terbang, tapi dia adalah pesilat tinggi dunia persilatan yang menakutkan.   Bersamaan dengan delapan kail besi itu menyerang, bayangan Fu Ke-wei seperti kilat terbang keutara, saking cepatnya sampai mata orang menjadi kabur, tampak seperti bayangan samar-samar.   Dan dua sinar kilat yang kecil yang sulit dipandang oleh mata telanjang, dari kiri dan kanan menuju kedepan sekali berkelebat langsung menghilang.   Kail besi masih belum berkumpul ditengah, bayangan hijau sudah menembus kepungan, saking cepatnya sulit dipercaya.   "Mmm "   Suara terbekam terdengar lebih dulu. Delapan tali aneh itu berkumpul dan berbelit ditengah. Suara teriakan terkejut terdengar sekali lalu menghilang, bayangan orang mendadak berhenti.   "Buuk! Buuk!"   Tampak dua orang melepaskan dua talinya, berteriak jatuh dilapangan rumput meregang nyawa.   Wanita berbaju hitam yang berusia empat puluh tahuNan-yang berada diutara, dibelit oleh talinya sendiri sampai lima enam gulungan, sepasang tangannya pun tergulung erat, sedang kailnya ditangkap oleh Fu Ke-wei, tenggorokannya diinjak oleh kaki, sepasang matanya menunjukan rasa ketakutan sekali, wanita itu seperti kehilangan roh, mata yang tadinya terang melotot besar, kini sudah tidak tampak lagi.   Asal Fu Ke-wei menambahkan sedikit tenaganya, pasti tenggorokan wanita itu akan terinjak patah.   "Aku sedang berpikir, bagaimana cara menghukum kalian yang ingin membunuhku."   Dia menatap pada Tian-long-jian, Lu-zhao yang wajahnya jadi pucat pasi, tidak tahu harus berbuat apa.   "mengasihi musuh, berarti kejam terhadap diri sendiri, aku Xie-jian-xiu-luo bukan orang yang biasa mengampuni."   Julukan dia adalah Xie-jian-xiu-luo, kata Xiu-luo bukanlah hanya tertuju pada pisau Xiu-luo nya saja, tapi benar-benar ditunjukkan karena kepandaiannya dan cara memperlakukan musuhnya.   Xiu-luo, nama lengkap sebenarnya adalah A Xiu-luo, adalah nama dewa dari kitab suci Budha, salah satu dari delapan naga langit yang sangat sakti dan sering menantang dewa langit Yi, sampai raja langit pun tidak dapat berbuat apa-apa pada dia.   Seseorang jika disebut Xie-jian-xiu-luo, bagaimana bisa menjadi seorang pengikut Budha yang maha pengasih? Diwajahnya tergambar kekejaman, jika sebelumnya dia tidak tahu siasat jahatnya Tian-long-jian Lu-zhao, atau ilmu silatnya lemah dan tenaga dalamnya kurang, sekali kena dibelit oleh sebuah tali saja, akibatnya tidak perlu ditanyakan lagi.   Ada salah seorang lawannya melemparkan talinya dan melarikan diri, pertama-tama hanya seorang, lalu dua orang, tiga orang berturut-turut melemparkan talinya kemudian melarikan diri, cepat seperti ikan terlepas dari jaring.   Orang-orang ini bisa membaca situasi, melihat bahaya lalu lari menyelamatkan diri.   Akhirnya hanya tinggal Tian-long-jian Lu-zhao, dan seorang pria brewokan berusia setengah abad.   "Ampuni aku!"   Teriak wanita berbaju hitam yang ada dibawah kakinya ketakutan. Fu Ke-wei menarik kakinya, dengan dingin menatap wanita yang ketakutan dibawah kakinya.   "Aku aku akan mengundurkan diri dari dunia dunia persilatan"   Kata wanita itu dengan gugup, dibawah tatapan dinginnya dia ketakutan sekali.   Fu Ke-wei melemparkan tali dan kail ditangannya, mengibaskan tangan memberi tanda pada wanita itu supaya cepat pergi.   Barulah wanita berbaju hitam itu berani menggulingkan tubuhnya, melepaskan tali yang menjerat tubuhnya, dengan rambut dan baju acak-acakan dia bangkit berdiri, belum sampai bajunya dibereskan, dia langsung berlari ketakutan.   Hati Tian-long-jian Lu-zhao seperti tenggelam, sambil menggigit gigi, dia membuang tali anehnya, selangkah demi selangkah mendekati Fu Ke-wei.   "Jika berani, jangan menggunakan pisau terbangmu, mari bertarung menggunakan pedang denganku."   Tian-long-jian Lu-zhao dengan keras berteriak.   "benteng Tian-long sudah runtuh oleh perbuatanmu, namanya sudah rusak di dunia persilatan, aku benci padamu dan bersumpah jika ada kau tiada aku, diantara kau dan aku, hanya boleh satu orang yang hidup didunia, sekarang kau berani tidak bertarung dengan adil?"   Pisau Xiu-luo Fu Ke-wei jika digunakan malam hari juga tetap akurat, sungguh pisaunya lebih mengerikan dari undangan raja neraka, apa lagi jika digunakan siang hari.   Makanya Tian-long-jian Lu-zhao tidak ingin musuhnya menggunakan pisau Xiu-luo.   "Aku juga punya perasaan yang sama."   Kata Fu Ke-wei dengan tenang.   "jika kau tidak mati hari ini, dikemudian hari tentu akan menggunakan siasat yang lebih hina lagi menyerangku, lebih baik urusan kita diselesaikan pagi ini."   "Jadi Kau setuju tidak menggunakan pisau terbangmu?"   "Tentu, aku tidak akan gunakan pisau terbang, sekali aku berkata pasti dilaksanakan."   "Srreeng!"   Lu-zhao mencabut pedangnya. Laki-laki brewokan cepat melangkah maju, menahan tangannya Tian-long-jian Lu-zhao.   "Kakak Lu!"   Kata laki-laki brewokan dengan tulus.   "empat tahun lalu ketika Empat Binatang Pintar bertarung melawan Rasi Tujuh Bintang di bukit Guan-re. Pedang Dewa Xi Gang-sheng yang menjadi jago pedang di urutan pertama dari sepuluh jago pedang terbesar di dunia, tampil keluar mencoba mendamaikan, tapi dia hampir saja mengantarkan nyawanya, tubuhnya terkena tiga luka pedang, nyawanya tinggal sekejap lagi, tapi tiba-tiba bocah ini muncul, bukan saja dia telah menolong Xi Gang-sheng dari bahaya kematian, juga dalam sekejap dia telah menghancurkan barisan Rasi Tujuh Bintang, dan hanya dalam tiga jurus dia menundukan Empat Binatang Pintar, akhirnya pertarungan besar itu berhenti tanpa ada yang cidera. Kakak Lu, bertarung dengan dia tidak akan ada harapan, lebih baik kita pergi saja! Orang orang yang terluka ini, harus cepat diobati!"   "Tidak!"   Teriak Tian-long-jian Lu-zhao seperti sudah gila.   "aku ingin bertarung dengannya, dia atau aku yang mati, Saaa. ..V Dalam teriakannya, tiba-tiba Tian-long-jian Lu-zhao maju menerjang, pedangnya diayun seperti geledek, saat lawan tidak bersiap dengan sekuat tenaga dia menyerang.   "Traang!"   Satu suara keras terdengar, tampak satu sinar kilatan memancar, Fu Ke-wei dengan kecepatan yang sulit dibayangkan mencabut pedangnya, dengan tenang menangkis.   Kemudian dengan cara aneh Fu Ke-wei berkelebat dari samping, ujung pedangnya tahu-tahu sudah menempel dibawah pipi kanan Tian-long-jian Lu-zhao, asal didorong sedikit saja, ujung pedang yang tajam akan masuk kedalam tenggorokan.   "Apakah ini yang disebut pertarungan adil?"   Kata Fu Ke-wei dengan suara dingin.   "kau juga seorang pesilat tinggi yang ternama, apakah bisanya hanya belajar menyerang secara mendadak? Aku jadi berpikir, julukan Tian-long-jian mu mungkin didapat olehmu dengan cara ini."   "Aku su sudah mencabut pedang, kau...kau tidak mencabut pedang itu bu...bukan salahku "   "Tidak tahu malu"   Maki Fu Ke-wei keras.   "lepaskan pedangnya!"   "Sebelum mati, pedangku tidak boleh terlepas."   Kata Tian-long-jian Lu-zhao dengan membandel. Satu sinar kilat berkelebat dan "Paak..!"   Pedang Fu Ke-wei sudah diketokan pada pergelangan tangan kanan Tian-long-jian Lu-zhao, tenaga yan g dikeluarkan sangat pas sekali. Tian-long-jian Lu-zhao tidak bisa lagi menggenggam pedangnya "Trang...!"   Pedang panjangnya terlepas dari tangannya, jatuh ketan ah. Ujung pedang Fu Ke-wei kembali menempel di bawah pipi kanan Tian-long-jian Lu-zhao.   "Aku punja cukup alasan membunuhmu."   Kata Fu Ke-wei dengan dingin.   "menghadapi penjahat dunia persilatan yang menggunakan segala cara seperti mu, membunuh dengan cara ini terlalu menguntungkanmu."   "Kau "   "Memusnahkan kepandaianmu jauh lebih bagus, membunuh kau hanya akan mengotori pedangku, biar orang lain saja yang menagih hutang padamu "   Perkataannya belum habis, dia melemparkan pedangnya, lalu iga kanan Tian-long-jian Lu-zhao telah terkena satu pukulan berat.   Tidak menunggu tubuh Tian-long-jian Lu-zhao stabil, telapak dan tinju seperti hujan badai menerpa, sebuah pukulan terakhir menimpa di tulang belakang.   Tian-long-jian Lu-zhao berteriak sekali, lalu jatuh ke tanah menjerit kesakitan! Laki-laki brewokan tidak dapat dan tidak berani melibatkan dirinya, dia melonggo menyaksikan Lu-zhao mendapat hajaran lawannya.   Pedang Fu Ke-wei yang dilemparkan, jatuh di bawah kaki pria brewokan itu, badan pedang berkilauan terkena sinar matahari, tapi terasa dingin sekali.   Laki-laki brewokan justru tidak berani mengambil pedang dan menusuk Fu Ke-wei, walau punggungnya menantang dihadapan laki-laki brewokan itu.   Fu Kei Wei berdiri tegak, melirik sekali pada Tian-long-jian Lu-zhao yang kesakitan, perlahan membalikan tubuh berjalan menuju pria brewokan.   .   "Aku tidak akan tertipu olehmu."   Kata laki-laki brewokan.   "kepandaianku mengambil pedang atau mencabut pedang, pasti tidak akan secepat pisau Xiu-luo mu."   Fu Ke-wei tertawa tawar, lalu berjalan menuju dua orang yang roboh terkena pisau Xiu-luo, mengambil kembali pisau terbangnya, lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu.   Setelah kembali kerumah yang berada dibawah bukit Yin-yang, Fu Ke-wei merasa malas, tidak tahu kenapa rasa kesepian menyelimuti hatinya, rumah yang begitu besar, hanya ada dia seorang diri.   Hari ketiga, dia membawa buntalannya, meninggalkan rumahnya yang penuh debu, kembali terjun ke dunia persilatan.   Di kota Fu Ke-wei menginap tiga hari, dia mendapat kabar bahwa Tian-long-jian Lu-zhao berobat dipenginapan kota, lalu pergi naik perahu, yang ikut bersama dia hanya pria brewokan itu saja.   Di dunia persilatan balas membalas adalah hal yang biasa, sehingga, terhadap masalah ini Fu Ke-wei tidak terlalu disimpan dihati, masalah yang sudah lewat, biarlah berlalu! Orang yang mengikuti Tian-long-jian Lu-zhao naik perahu, sebenarnya bukan hanya seorang laki-laki brewokan, perahu itu disewa mendadak, tapi setelah berlayar dua jam, perahu itu membelok di satu belokan sungai, dan bergabung dengan satu perahu kecil yang misterius, diatas perahu ada empat orang laki-laki dan perempuan, setelah menyambut Tian-long-jian Lu-zhao yang terluka dan pria brewokan, perahu kecil yang misterius itu segera berlayar lagi.   Hari ketiga saat siang hari, perahu itu sudah ditambatkan didekat kota air di tenggara pelabuhan Da-gu-dang.   Ini adalah pelabuhan ikan yang ternama di mulut danau Jun-yang, tempat ini bukan saja ada pasar tempat lelangnya ikan dan barang barang, juga adalah pelabuhannya hasil bumi, sangat sedikit pelancong disana, yang keluar masuk kebanyakan adalah pedagang dan orang-orang kasar yang mencari makan diatas perairan.   Perahu berlabuh dibawah sebuah gunung kecil di selatan, di daerah ini sangat jarang ada orang, tampak empat pria besar menggotong satu kursi besar, diatas kursi duduk Tian-long-jian Lu-zhao yang tidak bisa meluruskan pinggangnya.   Laki-laki brewokan itu maju sendirian di depan membawa jalan, menelusuri jalan kecil menuju satu perumahan besar yang ada bangunan terbuka di tengah pekarangannya.   Perumahan besar itu sepi, tidak terlihat ada orang.   Tapi hari ini ada tamu yang datang dari jauh, setelah lama mengetuk pintu, gerbang besar itu baru dibuka sambil mengeluarkan bunyi, seorang tua yang tampak lesu sebagai penjaga pintu berdiri ditengah pintu, dengan lemah menyipitkan mata.   "Siapa? Apa ada kepentingan?"   Laki-laki brewokan tertawa tawar, tangan kirinya diangkat kedepan dada, telapaknya dibalikan keluar, menjentikan dua kali telunjuk dan jari tengah, setelah itu menurunkan tangan.   "Kami sudah lelah berjalan, dan ingin beristirahat dirumah anda, sambil minta semangkuk air minum, tidak tahu apakah di ijinkan?"   Orang tua penjaga pintu itu tetap berdiri ditengah pintu, tetap dengan wajah lesu yang hidup tidak mati pun tidak, berkata.   "Tidak apa-apa kalau mau istirahat disini, jika ingin air! Ambil sendiri, dipekarangan ada sumur air, mengenai makanan, kalian sendiri yang siapkan."   "Apakah bapak Guan ada dirumah?"   "Ada atau tidak, tidak lama lagi akan tahu Laki-laki brewokan itu mengeluarkan kartu nama dan memberikannya.   "Tolong laporkan, orang yang tertera di kartu ini sengaja datang berkunjung."   Nama diatas kartu itu adalah ketua benteng Tian-long, Lu-zhao.   Orang tua penjaga pintu tertegun, mengangkat alis tuanya, melirik sekali pada Tian-long-jian Lu-zhao yang duduk tidak jauh diatas kursi, matanya menyorotkan tanda tanya, setelah menyuruh menunggu, dia cepat-cepat masuk kedalam.   Semua orang persilatan tentu pernah mendengar nama ketua benteng Tian-long, Tian-long-jian Lu-zhao, kedudukannya di dunia persilatan sangat tinggi, hari ini dia duduk diatas kursi, berjalan sambil digotong orang, sungguh membuat orang menjadi heran, tidak aneh mata si tua itu mengandung pertanyaan.   Tidak lama, pihak tuan rumah datang bertemu dengan tamunya diruang besar.   Tuan rumahnya adalah seorang tua setengah baya berbaju hijau berusia lima puluh tahun lebih, dengan wajah yahg jujur, pertama-tama dia berbasa-basi dulu, tuan rumah tidak memberitahukan namanya, hanya pria brewokan yang memperkenalkan Tian-long-jian Lu-zhao pada tuan rumah, lalu bersama tuan rumah masuk keruangan dalam, beberapa saat kemudian baru meraka kembali keruangan tamu.   Setelah tuan rumah duduk kembali, dia batuk dua kali, pada Tian-long-jian Lu-zhao sambil tertawa berkata.   "Ketua benteng Lu, saudara Gan sudah menceritakan dengan singkat masalah ketua benteng padaku, aku dengan saudara Gan dulu pernah ada urusan dagang, jadi bisa dikatakan ada hubungan dekat, jika dia mengenalkan anda datang kesini, aku terpaksa akan berusaha sebisanya membantu ketua benteng.   Ketua benteng mencari Xie-jian-xiu-luo selama tiga tahun, hal ini sudah bukan satu rahasia lagi, aku sudah lama mendengarnya, tidak diduga akibatnya bisa begini hebat, sangat disesalkan sekali..., aku tidak perlu basa basi lagi, aku ingin bertanya pada ketua benteng apakah tahu hal ini ada seberapa seriusnya?"   "Kenapa anda tidak terus terang saja menjelaskan?"   Kata ketua benteng Thian-long.   "tentu saja, jika tidak ada kesulitan, aku juga tidak akan terima usulnya saudara Gan datang kepada anda. Memang beda usaha seperti beda gunung, aku tidak tahu sampai dimana seriusnya masalah ini, apakah buat anda ada kesulitan atau anda tidak sanggup menerima permintaan aku ini."   "Ini bukan masalah mampu atau tidak."   Tuan rumah seperti tertawa tapi tidak tertawa.   "tapi ini sangat mempengaruhi keadaan ketua benteng dikemudian hari, aku tidak dapat tidak harus memberi ingat terlebih dahulu."   "Maksud anda adalah "   "Bisnis seperti ini, biasanya tidak boleh didengar oleh orang ketiga."   Tuan rumah melirik sekali pada empat orang pria besar.   "walau saudara Gan bisa dikatakan adalah orang yang berkepentingan, tapi sudahlah, jika ada sedikit saja yang bocor, cepat atau lambat pasti ada orang yang mencari ketua benteng, walau teman Xie-jian-xiu-luo tidak banyak, tapi semua pesilat tinggi yang hebat, dan juga yang pengalaman dunia persilatannya sangat banyak, apakah ketua benteng mengerti maksudku?"   "Hal ini anda tidak perlu khawatir, aku sudah jadi orang yang tidak berguna, setelah kembali kebenteng, maka nama benteng Tian-long tidak akan ada lagi, di dunia persilatan tidak akan ada aku lagi, juga teman-temanku ini "   Tian-long-jian Lu-zhao menunjuk pada empat pria yang ada disisinya.   "semua setia, selamanya akan berada dan mengikuti aku, pasti tidak akan ada berita yang bocor, jika benar ada kebocoran juga, pasti bukan bocor dari pihakku."   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Baiklah! Jika ketua benteng sangat percaya diri, aku jadi tidak khawatir lagi."   Kata tuan rumah tawa tawar.   "dipihakku, pasti tidak akan ada berita yang bocor, hal ini dijamin dengan ketenaran nama selama tiga puluh tahun. Kuakui juga selama tiga puluh tahun ini, organisasiku juga pernah ada beberapa kali mengalami kegagalan, tapi walau pun gagal tidak pernah ada catatan yang tidak bagus yang melibatkan pemesan, hal ini mungkin ketua benteng sudah tahu. Makanya jika beritanya bocor, sama sekali bukan tanggung jawab organisasi kami."   "Pendirian diantara kita tidak bertentangan."   "Betul."   Kata Tuan rumah.   "boleh dikatakan kedua belah pihak sudah mendapat saling pengertian."   "Kapan aku bisa bertemu dengan penanggung jawab organisasi anda dan merundingkannya?"   "Tidak perlu."   Tuan rumah langsung menolak.   "aku bisa memutuskannya, penanggung jawab organisasi kami tidak pernah bertemu langsung dengan pelanggan. Asalkan ketua benteng telah mengantarkan tujuh puluh persen uangnya, perjanjian bisnis kita langsung sah."   "Baiklah, dalam waktu setengah bulan aku pasti akan menyuruh orang mengantarkan "   "Masalah ini aku harus bicarakan dulu dengan saudara Gan, menyuruh orang mengantarkan kesini, ketua benteng pasti tidak akan menemukan seorangpun. Organisasi kami melakukan sesuatu sudah ada rencana dan persyaratannya, tidak sembarang melakukannya."   "Kalau begitu, semuanya diserahkan pada saudara Gan saja."   "Mengenai batas waktunya, aku harus pertegas lagi."   Kata Tuan.   "masalah ini sangat besar, tidak boleh terburu-buru, jika terburu-buru bisa gagal, jadi harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Makanya, ketua benteng harus menuruti batasan waktu yang organisasi kami tentukan."   "Tentu saja."   "Baik. Ketua benteng sekarang boleh pergi, tindakan selanjutnya, ketua benteng bisa memperoleh seluruh beritanya dari saudara Gan."   "Apakah aku harus tinggal disini?"   "Jangan bicara seperti orang diluar bisnis."   Tuan rumah tertawa.   "saudara Gan harus bersama ketua benteng, nanti ada orang yang menghubungi saudara Gan."   "Tapi jejakku dengan saudara Lu "   "Mulai dari sekarang, jejak kalian semua dibawah pengawasan kami. Ha ha ha! Jangan lupa orang yang berhubungan dengan kalian, adalah Perkumpulan Qing-lian yang sudah tiga puluh tahun ternama. Saudara Gan, kalian pergilah!"   Perahu berlayar kearah Jiu Jiang, diatas perahu, pria brewokan bermarga Gan berkata pada Tian-long-jian Lu-zhao.   "Kakak Lu, apa kau benar akan menutup benteng Tian-long?"   "Benar."   Kata Tian-long-jian Lu-zhao pasti.   "Apakah harus begitu?"   "Benar.   Saudara Gan, apakah kau tidak melihat? Jika aku tidak mengatakannya, empat saudara aku ini mungkin tidak bisa keluar dari rumah setan itu, kata-kataku itu tidak didengar oleh orang ketiga, sedikit pun tidak mengandung bahaya, tapi api pembunuhan membara membuat orang menjadi dingin hatinya.   Saudara Gan, sebenarnya siapa dia?"   "Aku pun tidak tahu, dulu waktu aku bertemu dengan dia, hanya tahu dia memperke-nalkan dirinya bermarga Tong, yang lainnya semua rahasia."   "Di perkumpulan Qing-lian kedudukan dia..."   "Tidak tahu, sepertinya pencari langganan kelas tiga, yang bertanggung jawab dibagian luar, mungkin dia sendiri belum pernah bertemu dengan orang penting dari perkumpulan Qing-lian.   Kau minta bertemu dengan orang yang bertanggung jawab, itu melanggar pantangan mereka, itu tidak mungkin."   "Kau kira mereka benar-benar bisa mengawasi jejak kita?"   "Aku sangat percaya, mungkin perahu pertama dan berikutnya, paling sedikit ada dua milik mereka.   Jangan berkhayal mencoba kekuatan mereka, itu tidak akan ada gunanya, kita tidak percaya pada mereka, mereka juga sama tidak percaya pada kita, siapa yang berani menjamin, jangan sampai mereka curiga kita mencoba menyelidiki mereka? Asal mereka sekali curiga, bukan saja bisnisnya akan batal, kita juga akan mendapat kesulitan yang amat besar!"   Laki-laki brewokan bermarga Gan berkata dengan hati-hati, dia sudah dapat melihat Tian-long-jian Lu-zhao sudah timbul niat mencoba kekuatan perkumpulan Qing-lian.   "Kau pikir apakah mereka bisa berhasil?"   "Pasti berhasil, menurut yang aku tahu, di dunia persilatan sekarang ada perkumpulan Kembang Merah, perkumpulan Teratai Putih, perkumpulan Qing-lian, tiga perkumpulan besar pembunuh bayaran, perkumpulan Qing-lian yang paling misterius, paling menakutkan dan paling tertutup.   Selama tiga puluh tahun, tidak pernah mendengar ada orang yang tahu seluk beluknya perkumpulan ini, tidak ada orang yang dapat melihat orang penting perkumpulan ini, lebih-lebih tidak pernah terdengar ada orang yang dapat menangkap pembunuh bayaran perkumpulan itu.   Di dunia persilatan ada banyak pesilat tinggi orang-orang ternama yang hilang secara misterius, mungkin ada hubungannya dengan perkumpulan ini."   "Coba kau terka, apakah mereka akan menganga seperti mulut singa?"   "Mungkin, harga anjing kecil itu sungguh terlalu tinggi."   "Kira-kira berapa besar yang mereka minta?"   "Mungkin tidak kurang dari sepuluh ribu liang."   "Oooh! Perlu enam orang untuk mengangkat uang sepuluh ribu liang perak, tapi aku rela mengeluarkannya."   Kata Tian-long-jian Lu-zhao dengan menggigit gigi.   "sepuluh orang yang mengangkat juga aku tidak keberatan, seharusnya sejak dulu aku berhubungan dengan perkumpulan Qing-lian."   "Kakak Lu, jika tidak ada kenalan, kau tidak mungkin bisa mencari mereka."   Orang ber-marga Gan berkata lagi.   "masalah kau bermu-suhan dengan Xie-jian-xiu-luo, kawan-kawan persilatan sudah pada tahu, mereka tidak memer-lukan banyak waktu untuk membuktikan-nya, sehingga, kepastian perjanjian bisnisnya tidak akan lama, waktu untuk kau mengumpulkan uangnya sangat sempit, hati-hati jangan sampai terlambat, kalau tidak perjanjiannya bisa berubah. Sekalian aku ingatkan, mereka hanya mau emas atau perak, tidak mau pusaka yang di nilai dengan uang."   "Tenang saja, tidak akan ada masalah."   Kata Tian-long-jian Lu-zhao dengan pasti, dari matanya yang lesu berkilat sinar kebencian dan kekejaman.   o-o-o Dua bulan kemudian.   Wu-hu berada di selatan Tai-ping, di sebelah selatannnya ada sungai Zhang-jiang, sedang bagian timur lautnya perbukitan, diantara pantai dengan perbukitan banyak terdapat rawa, sungai mengalir melewati kota, dihadapan sepanjang Wu-hu ada sungai Yu, sungai Yu adalah mulutnya sungai buatan.   Sekarang situasi sedang aman sejahtera, sudah tidak terlihat bekas-bekas peperangan.   Kota He-kou yang berada ditepi sungai di sebelah selatan kota, sekarang lebih ramai, lebih hidup dibanding dulu, jalanan panjang sejauh sepuluh li di penuhi pertokoan dan perhotelan, dipinggir sungai berderet rapat perahu besar dan kecil, lebih ramai dibanding dengan pelabuhan Da-jiang yang ada di sebelah barat kota.   Di dalam satu bangunan terbuka di ujung utara pelabuhan Da-jiang, diluar pagar bangunan, Fu Ke-wei berdiri berdampingan dengan seorang laki-laki setengah baya berbaju biru, sambil menikmati pemandangan, sambil berbincang-bincang.   Angin sungai menerpa wajah dan mengibarkan baju, diatas sungai layar perahu berkelompok-kelompok, diatas langit burung-burung beterbangan, gelombang bergulung dengan deras, membentuk satu gambar yang menakjubkan, sangat indah dipandang, enakdihati.   Tapi isi pembicaraan mereka, malah tidak indah dipandang tidak menyenangkan hati.   "Adik Fu."   Orang berbaju biru mengerutkan alis, nadanya tidak stabil.   "lima hari yang lalu pembunuh berdarah dingin itu telah muncul didepan rumah keluarga Yang di gerbang Jin Ma, lalu terjadilah peristiwa berdarah, mendadak keluarga Yang mati di jembatan Tong-ji, kemudian kepala pengurus pelayaran Jiang-han, Dewa Nyamuk Zuo Xian-zhong juga mati terbunuh dengan cara yang sama, tidak ada luka luar tapi semua jeroannya hancur Pelayaran Jiang-han masih bermusuhan dengan Ular Air Qin-ji yang terletak seberang pantai Wu-wei-zhou, permusuhannya masih berlansung terus, makanya si pembunuh pasti tidak akan puas jika belum bisa membunuh Ular Air, sebaliknya lawan juga tidak akan berhenti sebelum membunuh pemilik Pelayaran Jiang-han, sekarang mereka pasti masih bersembunyi di sekitar kabupaten menunggu kesempatan."   "Pemilik Pelayaran Jiang-han telah bersembunyi, tapi pembunuhnya mana bisa lama menunggu kesempatan melakukan pembunuhan?"   Fu Ke-wei mengatakan pendapatnya.   "Wu-feng bukanlah orang bodoh, jika dia muncul didepan rumah Yang di gerbang Jin-ma, pasti tahu orang akan datang mencari dia membalas dendam, setelah mendengar kabar ini, apa dia masih berani tinggal terus disini?"   "Pembunuh itu pandai menyembunyikan diri, dia sudah ahli sekali, dia sama sekali tidak takut orang mencari dia untuk membalas dendam, maka aku menduga dia pasti masih bersembunyi di dalam kota, jika pergi mengejar ke Nan-jing pasti akan melelahkan dan sia-sia."   "Tentu, sebelum mendapat bukti yang pasti, jangan sembarangan mengejar."   Kata Fu Ke-wei menganggukan kepala.   "dan juga, dia belum tentu melarikan diri ke Nan-jing. Walau dia datang dari Wu-chang, siapa pun tidak berani mengatakan dia pasti tidak pulang ke Wu-chang. Begini sajalah! Kau dan aku membagi tugas, menyelidiki gerakan dia, bagaimana?"   "Bagaimana rencanamu?"   "Aku tahu kebiasaan dan hobi orang ini. Jika dia masih berada disini aku akan mendapatkan dia. Kita berpisah sekarang, nanti kita tetap berhubungan."   "Aku menunggu kabar baikmu, pergilah!"   Dua orang itu menelusuri pelabuhan ke arah selatan, tidak lama tampak jalan raya gerbang Shui-xi.   "Apakah adik hafal jalanam di Wu-hu?"   Kata orang berbaju biru sambil jalan sambil bertanya.   "ini adalah pelabuhan besar tempat bercampurnya naga dan ular (Perampok dan penjahat), tempat berburunya berbagai aliran, kota He-kou lebih komplek lagi, kekuasaan ular setempat sangat besar, jika salah menghadapinya, bisa-bisa terjadi seperti perahu terbalik di parit kecil, perlukah aku mengumpulkan teman-teman untuk membantu?"   "Iii...!"   Fu Ke-wei tertegun.   "saudara Pan, jika kau punya teman yang bisa digunakan, buat apa terburu-buru mengutus orang memanggil aku datang kesini?"   "Teman-temanku hanya pantas jadi mata-mata menyebarkan berita."   Orang berbaju biru bermarga Pan tertawa pahit.   "menghadapi pembunuh bayaran seperti Tamu Penggantung Wu-feng yang sulit dilacak, dan ilmu silatnya yang susah diukur, teman-temanku tidak ada gunanya, tidak ada orang yang berani menghadapinya, jadi tidak bisa digunakan untuk itu."   "Kau tahu sifatku selalu bergerak sendirian."   Kata Fu Ke-wei dengan jujur.   "untuk menghindarkan salah-paham, orang-orangmu harus jauh dari aku, jika tidak, akan timbul masalah yang serius. Kau tahu, saat aku dalam kondisi hidup atau mati, akan tidak perdulikan siapa pun orangnya."   "Baik, aku akan berhati hati,"   Kata orang bermarga Pan dengan tenang.   "sebenarnya, teman-teman jika tahu yang akan dihadapi adalah Tamu Penggantung, mungkin tidak ada orangyang berani tampil membantu, tidak menghindar setelah mendapat kabar itu sudah bagus."   "Itu kenyataan."   Fu Ke-wei menganggukkan kepala.   "dari empat penjahat besar di dunia persilatan, Tamu Penggantung menduduki urutan ketiga, sejak lahir dia sudah berdarah dingin, kejam dan jahat, pesilat tinggi kelas satu di dunia persilatan pun kalau mendengar namanya sudah merasa ketakutan, orang yang berani mencari dia bisa dihitung dengan jari. Saudara Pan, aku bukan membesarkan lawan, tapi jika berhadapan dengan penjahat ini, lebih baik kau cepat-cepat menghindar supaya lebih aman, dan juga jangan sampai dia mengetahui bahwa kau mencari aku untuk menghadapi dia, jika tidak, kau akan mendapat mala petaka.... Orang-orang di luar sudah semakin banyak, kita sudah harus berpisah, sampai jumpa."   Di luar gerbang selatan, itulah kota He-kou yang ternama, juga disebut kota He-nan.   Dari tempat He-kou sampai pertemuan sungai Da-jiang yaitu di jembatan Fu-min, benar-benar tempat berkumpulnya semua golongan, pusatnya berbagai usaha, tempat kebutuhan sehari-hari masyarakat Nan-jing.   Jembatan Tong-ji di sebelah timur, adalah jalan raya menuju perkantoran pemerintah Ning-guo, toko-toko di daerah ini pendatang semua, kebanyakan adalah pemilik barang dan pengusaha kecil.   Tamu-tamu penginapan di daerah jembatan Fu-min sebelah barat, kebanyakan adalah pedagang keliling dari aliran sungai Da-jiang, golongannya lebih bermacam-macam.   Mengenai pelabuhan Shui-xi-men, pelancongnya kebanyakan orang-orang yang punyakedudukan.   Makanya di tiga tempat ini, orang yang keluar masuk, secara tidak disengaja terbagi golongan dan kedudukannya, orang yang berpeng alaman dengan mudah bisa membedakan golongan dan kedudukan mereka.   Fu Ke-wei menginap di penginapan Yi-feng yang berada di sebelah timur jembatan Fu-min, dia menyamar sebagai seorang pengusaha kecil yang datang dari Nan-jing dan akan membeli kain sutra merah.   Surat jalan dia dicap oleh kantor pemerintah Jiang-ning, dijamin asli.   Dandanan dia yan g terang tapi tidak berlebihan, cukup menunjukan kantongnya penuh dengan uang, tapi tampangnya tidak terlalu menyerupai seorang pengusaha kecil.   Tentu saja, dia pernah tampil di toko kain Hong-tai di sebelah barat jembatan Tong-ji.   Toko kain Hong-tai di perkantoran Ning-guo punya pabrik kain sendiri, hasil kain sutranya di Nan-jing tidak ada orang yang tidak tahu, pengusaha kecil yang membeli sendiri, mengirim sendiri, semua langsung berhubungan dengan toko kain Hong-tai.   Menurut pemikiran Fu Ke-wei, di Wu-hu hanya ada satu orang yang kenal dirinya, yaitu saudara Pan nya, seorang yang cukup punya nama di dunia persilatan, anggota dari satu organisasi pemburu bayaran yang khusus memburu buronan pemerintah, penjahat yang dosanya tidak bisa diampuni.   Orang-orang yang membicarakan organisasi ini, semua merasa was-was, siapa tahu suatu hari tidak sengaja melakukan pelanggaran hukum, dan ditangkap oleh mereka, karena orang-orang sangat mungkin melakukan pelangaran hukum.   Perkara pembunuhan yang dilakukan oleh Wu-feng, dalam catatan di kantor pemerintah, tidak ada dua puluh tapi pasti lebih dari sepuluh, setiap kabupaten juga ada perintah penangkapan terhadap penjahat kelas kakap ini.   Dipersimpangan jalan antara pesisir pelabuhan Shui-xi-men dengan kota He-nan, di dalam kota disebut jalan belakang, ini adalah tempat kacau, di tempat ini ada gang lampu merah, ada penjual candu yang pintunya setengah terbuka, ada bermacam-macam tempat judi, ada restoran yang menyajikan nyanyian atau tarian, semua adalah tempat membuang uang, di tempat ini banyak terjadi pertengkaran, tempat berkumpulnya dewa, ular setan, sapi, kokok, ayam, anjing, pencuri dan lain lain.   Tidak lama setelah malam hari, Fu Ke-wei muncul di depan bar Jin-lin melalui jalan belakang.   Tidak menunggu dia melangkah masuk ke dalam bar, disebelahnya telah menyerobot keluar seorang brandalan yang menempel padanya, dengan sembunyi-sembunyi berbisik di telinga dia.   "Bos Fu, bisa bicara sebentar?"   "Ooo!"   Fu Ke-wei tersenyum nakal pada lawannya.   "kau malah kenal aku, maaf, maaf."   "Anda menginap di penginapan Yi-feng, pernah ke toko kain Hong-tai membicarakan bisnis selama setengah hari."   Kata pria itu sangat pelan.   "seorang usahawan seperti aku, jika beritanya tidak cepat, mungkin akan minum angin laut saja!"   "Ha ha ha! Sebenarnya kau usaha apa?"   Dia terus berkata.   "penarik tamu? Penyerobot tamu? Atau calo?"   "Sembarangan bicara, aku ini pedagang..."   "Ooo! Pedagang? Kalau begitu sama dengan aku! Maaf maaf. Ha ha ha! Usahamu apa?"   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Bos Fu, bukankah kau mau beli kain sutra?"   "Betul, aku "   "Ada satu partai barang, berkualitas tinggi, ingin cepat-cepat dilepas, harganya lebih murah dari toko kain Hong-tai empat puluh persen, telah diatur dengan baik, dijamin tidak ada masalah."   "Ooo! Aku mengerti sekarang."   Dengan nada seorang ahli dia berkata.   "kau sedang berkelakar, jika ingin membeli barang gelap, aku bisa mencari Naga Setempat Lu-jiu, paling sedikit lebih murah lima puluh persen. Kau sembarangan menawarkan, kau kira aku akan percaya padamu? Bisnis semacam ini aku paling nomor satunya, kau mungkin orang baru, hati-hati Naga Setempat bisa mematahkan kakimu, kau tahu kau sedang merusak bisnisnya, menyerobot mangkuk nasinya, kau tahu tidak? Sudahlah! Saudara...."   Begitu orang itu mendengar, gelagatnya terasa tidak benar, dia langsung melarikan diri seperti seekor tikus.   Fu Ke-wei masuk keruangan makan, lampunya terang benderang, suaranya ribut sekali, teriakan tebakan tangan dengan hukuman minum menggetarkan telinga, tamunya hampir memenuhi isi ruangan, tiga ruangan makan yang besar, hampir ada empat puluh meja, banyaknya tamu yang makan bisa di bayangkan, tentu saja udara-nya penuh dengan asap.   Pokoknya, orang-orang yang minum makan disini, pasti bukan tuan besar yang punya kedudukan.   Dia duduk di meja paling pinggir, memesan pada pelayan beberapa masakan dan tiga teko arak, makan minum sendiri sambil memperhatikan keadaan ruangan.   Disini dia bisa melihat kesegala pelosok ruang makan, bisa mengawas.   orang yang keluar masuk pintu restoran.   Dengan pengalaman dunia persilatan, dia tidak melihat ada yang tidak beres, jika ada orang yang menguntit pun, sekarang sudah tidak akar mendapatkan meja untuk mengawasinya.   Baru saja menghabiskan segelas arak brandalan itu kembali muncul dengan membawE seseorang, seorang pria besar berusia sekitar empal puluh tahunan, dengan alis tebal mata besai bertampang seorang penjahat.   "Orang-orang ini ingin mempermainkar aku."   Didalam hatinya tertawa.   "Naga Setempat Lu jiu tampil sendiri."   Benar saja dua orang itu mendorong oranj mabuk yang menghalangi jalannya, dengan tertawa licik berjalan menuju ke meja Fu Ke-wei.   "Ha ha ha!"   Dia mendahului menyapa.   "Lu jiu, tidak seharusnya kau mengutus orang baru bersandiwara. Kelihatannya kau betul-betul punyj barangnya. Duduklah! Suruh pelayan menambal dua pasang sumpit dan gelas, aku yang traktir."   "Ha ha ha! aku yang harus traktir, aki adalah tuan rumah."   Naga Setempat Lu-jit menarik kursi dan duduk, dengan aba-aba tangar juga menyuruh temannya duduk, dengan wajar berseri-seri dia berkata.   "bos Fu, kau pertama kal muncul ditempatku, aku terpaksa sedikit hati-hati Jujur saja, apakah bos ada minat pada barangku?"   Dia memanggil pelayan, menambah aral masakan sumpit dan gelas.   "Jika sumbernya tidak bau amis, aku tenti berminat. Jika tidak, kau cari saja orang lain."   Dia terus terang berkata lagi.   "jika bau amis, aku tidak bisa mengatasi resikonya. Polisi Lin Wei Yen sangat pintar, tindakannya sangat keras, kau adalal penguasa daerah ini, tahu keadaan dan bisa menghindar, tapi aku jadi kambing hitamnya!"   "Kau tenang saja, barang-barangku selamanya tidak bau amis, jika tidak aku tidak bisa sukses seperti sekarang."   Naga Setempat tidak sungkan menumpahkan arak sendiri.   "Polisi Lin Wei-yen akhir-akhir ini keadaannya tidak baik, beberapa perkara pembunuhan yang tidak bisa dipecahkan membuat dia kewalahan, mana dia ada waktu mengurus hal sekecil ini?"   "Julukan mu Naga Setempat tidak terlalu jelek."   Dia mengangkat gelas memuji.   "dengan ada kata-katamu ini, aku jadi tenang. Begini saja, nanti setelah melihat barangnya, kita baru bicarakan hal detailnya, bagaimana?"   "Satu kata, menurut kau saja."   "Baik, satu kata kita jadi, masalah lain kau yang urus, bagaimana?"   "Baik, satu kata kita jadi, kita sudah sepakat, bos Fu besok malam apakah ada waktu?"   Tanya Naga Setempat dengan gembira.   "Ada."   "Saat menyalakan lampu, kita bertemu di gerbang Jin-ma di ujung jembatan Xiao-lie."   "Baik. Sekarang, aku hormati kau, bersulang untuk bisnis besok malam."   Tiga orang mengangkat gelas.   Orang brandalan yang berwajah licik itu, sejak semula tidak pernah bicara, Naga Setempat juga tidak memperkenalkan kedua belah pihak, sepertinya menganggap dia sebagai pembantunya.   Tapi Fu Ke-wei telah memperhatikannya, dia menyelidiki orang yang berwajah licik ini, pengalaman di dalam hatinya lebih banyak dari pada di wajahnya, sepasang jari tangan yang seperti cakar elang tidak sama dengan orang biasa.    Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Bintang Bintang Jadi Saksi Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini