Ilmu Ulat Sutera 29
Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 29
Ilmu Ulat Sutera Karya dari Huang Ying Dengan gerakan kilat Fu Giok Su menarik Toya itu dan langsung menyabet pinggang Wan Fei Yang. Dengan lincah Wan Fei Yang menggeser tubuhnya. Telapak tangannya menghantam ke arah ujung toya. Fu Giok Su tidak 1202 menunggu sampai serangan telapak itu tiba. Dari balik pakaiannya dia mengeluarkan sebilah pisau kecil dan menusukkannya ke dada Wan Fei Yang. Anak muda itu menggelinding tubuhnya di atas tanah untuk menghindari serangan tersebut. Tiba-tiba Fu Giok Su melepaskan pisau di tangannya. Dari ujung toya yang satunya lagi dia menarik keluar sebilah golok yang tipis. Ditebasnya golok tersebut dari arah atas ke bawah. Sementara itu dari selipan rantai itu di bagian tengah toya meluncur beberapa batang senjata rahasia dalam waktu yang bersamaan. Sepasang telapak tangan Wan Fei Yang langsung menghantam. Dia berhasil mendorong serangan pisau kecil tadi, kemudian digerakkannya gagang pedangnya untuk menangkis serangan golok yang datang dari belakang. Sekali lagi tubuhnya berkelebat dengan kecepatan yang sulit ditangkap pandangan mata, kembali dia berhasil menghindari senjata rahasia yang sedang meluncur tiba. Cara bergeraknya yang lincah, bahkan kegesitannya dalam menyambut setiap serangan, mungkin apabila masih hidup Ci Siong to jin sendiri akan terpana. Kibasan lengan baju Angin semakin gencar menyerang. Wan Fei Yang membentak sekali kemudian pedangnya berputaran. Kibasan lengan baju Angin laksana seekor kupu-kupu yang sedang menari-nari di taman bunga Tentu saja mala Wan Fei Yang sejak tadi sudah memperhatikan baik-baik perubahan gerakan lengan baju Angin. Ditunggunya waktu yang tepat, lalu menyerang langsung. Pedangnya menerobos lewat kibasan lengan baju Angin Tubuh mereka saling berkelebat. Akhirnya tampak lengan baju Angin terkoyak-koyak menjadi perca-perca kecil tertebas beberapa puluh kali oleh pedang di tangan Wan Fe Yang. Tiba-tiba Angin merasakan ada rasa dingin menyusup di sepasang lengannya. Cepat-cepat dia memperhatikan 1203 tangannya. Ternyata sepasang lengan bajunya yang longgar telah terputus sampai ujungnya. Dia terkejut sekali. Kakinya mencelat mundur beberapa langkah. Tepat pada saat itu juga, pedang di tangan Wan Fei Yang sudah disambit ke arah angin. *** Semua itu diperhatikan Tok ku Bu ti dengan seksama. Semakin dilihat, hatinya semakin tidak enak. Tingginya ilmu silat Wan Fei Yang dan Yan Cong Tian benar-benar di luar dugaannya. Kongsun Hong juga dapat merasakan keadaan yang semakin tidak menguntungkan. Dia menoleh kepada Tok ku Bu ti. "Suhu, lebih baik kita menggunakan kesempatan ini untuk pergi dari sini," Katanya menganjurkan. Tok ku Bu ti mengerutkan keningnya. Dia tidak menjawab sepatah kata pun.. Pada saat itu Yan Cong Tian memalingkan wajahnya ke arah mereka. "Siapa pun jangan harap meninggalkan tempat ini!" Bentaknya penuh wibawa. Ternyata suara Kongsun Hong yang sudah menyerupai bisikan masih juga tertangkap oleh telinganya. "Ayahku toh sedang terluka!" Kata Tok ku Hong tanpa sadar. Yan Cong Tian mendengus dingin. "Hanya luka ringan saja. Aku akan memberi waktu selama dua kentungan baginya untuk mengatur nafas dan menghimpun hawa murninya kembali!" 1204 Belum lagi Tok ku Hong menyahut. Tok ku Bu ti sudah menjatuhkan dirinya duduk bersila di atas tanah. Thian ti tertawa terbahak-bahak. "Tok ku Bu ti, bagaimana kalau kita bergabung?" Tanyanya dengan maksud licik. "Oh?" Sinar mala Tok ku Bu ti berpendar mendengar kata-kata itu. "Kalau berduel satu lawan satu, siapa pun dari kita pasti bukan tandingan manusia she Yan ini. Hanya dengan bergabung kita masih ada harapan untuk menang!" Kata Thian ti selanjutnya. Sambil bertarung Yan Cong Tian terus ber bicara sebelumnya. Tampaknya hal itu tak berpengaruh apa-apa bagi dirinya. Namun begitu Thian ti membuka suara sambil melancarkan serangan, berkali-kali dia terdesak mundur diserang oleh Yan Cong Tian. Hal ini saja sudah dapat membuktikan ilmu siapa yang lebih tinggi di antara keduanya. Melihat keadaan itu, Tok ku Bu ti tersenyum simpul. "Seandainya kita bergabung dan dapat mengalahkan Yan Cong Tian. Bagaimana kelanjutannya?" "Sejak saat ini, dunia Bulim terbagi menjadi dua bagian antara engkau dan aku!" Sahut Thian ti. "Kau dan aku sama-sama mengerti. Kita bukan jenis manusia yang dapat menerima adanya Bengcu lain kecuali diri kita sendiri," Kata Tok ku Bu ti. Thian ti tertawa dingin. "Masalahnya sekarang kita tidak punya pilihan. Lebih-lebih engkau! Kalau kau tidak bersedia bergabung, maka satu-satunya jalan yang dapat kau tempuh hanya kematian!" Tok ku Bu ti masih tenang-tenang saja. "Laki-laki sejati mana takut menghadapi kematian!" 1205 "Bagus! Tok ku Bu ti, anggaplah nyalimu cukup besar!" Berturut-turut dia hantamkan telapak tangannya agar Yan Cong Tian tidak dapat maju mendekatinya. Tok ku Bu ti menggelengkan kepalanya berulang kali. "Coba kau katakan, bagaimana caranya kita memperhitungkan hutang darah ketika orang Siau Yau kok menyerbu dan menghancurkan Bu ti bun?" "Hutang piutang dapat diperhitungkan kapan saja. Tidak diharuskan hari ini bukan? sambil menyahut Thian ti terdesak mundur lagi beberapa langkah. Sekali lagi Tok ku Bu ti menggelengkan kepalanya. "Manusia she Fu, tahukah kau mengapa sampai generasimu ini, Siau Yau kok semakin lama semakin payah?" "Kenapa?" Tanya Thian ti tanpa sadar. Tok ku Bu ti tertawa terbahak-bahak. "Karena tingkah lakumu selama ini sama sekali tidak menunjukkan kewibawaan seorang pemimpin!" Thian ti mendengus dingin. Tepat pada saat itu juga dia mendengar pekikan kesakitan Suara itu dikenalnya dengan baik. Suara Angin! Thian ti melirik ke arah sana. Dia melihat Angin persis seperti seekor laba-laba yang tertancap sebatang pedang dan menembus sampai terpantek di tembok. Ginkang Angin tidak diragukan lagi lebih tinggi dari orang lainnya, namun bila dibandingkan dengan Hui hun cong dari Bu tong pai masih terpaut satu tingkat. Wan Fei Yang meragukan jurus Hui hun cong yang dipadu dengan ilmu pedangnya menikam Angin. Tentu saja orang itu tidak mungkin sanggup menghindarinya. 1206 Wan Fei Yang menarik pedangnya kembali. Kakinya menutul di atas tanah dan tubuhnya melesat ke udara. Pada saat itu juga jarum beracun Hujan meluncur lewat di bawah kakinya. Tubuhnya berjungkir balik dua kali. Telapak tangannya langsung menghantam sekumpulan jarum beracun yang disambitkan oleh Hujan kembali. Jarum-jarum itu terhempas berhamburan oleh segulung kekuatan yang tidak berujud. Kemudian Wan Fei Yang menerobos masuk lewat celah yang dibuatnya lalu menerjang ke arah Hujan dengan gerakan secepat anak panah. Hujan terkejut sekali. Tidak ada waktu lagi untuk menghindar. Terpaksa dia mengulurkan sepasang telapak tangannya untuk menyambut hantaman Wan Fei Yang dengan kekerasan. Tiga kali berturut-turut mereka mengadu telapak tangan. Tubuh Hujan sudah pendek sekali kelihatannya, kakinya melesak ke dalam tanah. Sekali lagi tubuh Wan Fei Yang berjungkir balik. Tenaganya disalurkan ke telapak tangan dan menghantam batok kepala Hujan dari atas. Dari ketujuh lubang panca indera Hujan seketika mengalir darah.. "Plak!" Dua kali berturut-turut. Ternyata hantaman itu demikian kerasnya sehingga urat syaraf Hujan tergetar putus. Tubuhnya terkulai di atas tanah dan nyawanya pun melayang pada saat itu juga. Wan Fei Yang langsung melesat ke samping dengan demikian sekaligus dia berhasil menghindari serangan Coa tiau cap sa- sut yang, dikerahkan Fu Giok Su tubuh Fu Giok Su bergerak dengan gesit. Sepasang jari tangannya membentuk paruh bangau dan menyerang Wa Fei Yang dengan gencar. Sasarannya selalu tenggorokan anak muda tersebut. Perubahan gerakannya demikian cepat. Kadang seperti seekor bangau, kadangkala seper ti seekor ular. Baik kaki maupun tangan selalu menyerang bagian mematikan dari tubuh lawan. Wan Fei Yang sendiri bertarung dengan tenang. Setelah menyambut serangan Fu Giok Su, dia pun membalas 1207 menyerang. Kemudian secepat kilat dia menghindarkan diri kembali, sama sekali tidak berniat menyambut serangan Fu Giok Su dengan kekerasan. Fu Giok Su mengira Wan Fei Yang tidak berani menghadapi Coa tiau cap sa-sut secara langsung. Dia semakin mendesak maju dan menyerang dengan gencar. Hampir seluruh jurus Coa tiau cap sa-sul telah dikerahkan. Mata Wan Fei Yang terbuka lebar-lebar. Dia memperhatikan setiap perubahan yang dilakukan oleh Fu Giok Su. Dia memang sengaja tidak ingin mengadu kekerasan dengan Fu Giok Su, karena dia ingin anak muda itu mengerahkan seluruh jurus Coa tiau cap sa-sut. Fu Giok Su sendiri tidak sadar dirinya telah terpancing. Cara Wan Fei Yang menghindarkan diri dari serangan selalu menempuh bahaya. Setiap kali serangan Fu Giok Su sudah hampir mengenainya, baru dia menghindarkan diri. Fu Giok Su semakin yakin dengan dugaannya sendiri bahwa Wan Fei Yang mulai gentar menghadapinya. Dia semakin gencar melakukan serangan. Semua perubahan dari jurus Coa tiau cap sa-sut dikerahkannya dengan hebat. Akhirnya ketiga belas jurus itu selesai di kerahkan. Tubuh Fu Giok Su berkelebat. Dia mulai bergerak dari awal lagi. Kali ini Wan Fei Yang menghindari serangannya dengan tenang. Tanpa sengaja Thian ti melirik ke arah mereka. Hatinya tergetar. Belum sempat dia meminta Fu Giok Su agar berhati- hati, Wan Fei Yang sudah mengerahkan Coa tiau cap sa-sut dengan serampangan. Meskipun gerakannya tidak tepat dan lancar seperti Fu Giok Su, tetapi dalam hal tenaga dalam sudah pasti kekuatannya jauh di atas pemuda tersebut. Akhirnya Fu Giok Su sadar bahwa dirinya telah terpancing oleh pihak lawan. Dia mendengus dingin berulang kali. "Tidak disangka Wan heng berubah secerdas ini!" 1208 "Hal ini pasti berkat bimbingan Fu Toako selama ini!" Sambil menyahut Wan Fei Yang terus menyerang Fu Giok Su. Dengan Coa tiau cap sa-sut yang baru dipelajarinya tadi. Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Jurus pertama yang digerakkannya lucu sekali. Tapi setiap gerakannya memperlihatkan manfaat yang besar. Pada jurus kedua, dia sudah mulai menguasainya lebih baik dari semula. Ketika dia mengulanginya lagi, dia mulai dapat mengerahkan tenaga dalam ketika memainkan jurus Coa tiau cap sa-sut tersebut.. Semakin lama bertarung, hati Fu Giok Su semakin kebat-kebit. Setiap gerakannya selalu berhasil ditutup oleh Wan Fei Yang. Coa tiau cap sa-sut miliknya semakin lama semakin tidak dapat dikerahkan. Setelah selesai mengulangi untuk kedua kalinya, tiba- tiba Wan Fei Yang merubah gerakan tangannya. Fu Giok Su tahu anak muda itu sekarang sudah bisa mengkombinasikan antara tenaga dalam Tian can sin-kang dengan Coa tiau cap sa-sut. Tubuhnya mencelat ke atas dengan maksud menghalangi gerakan Wan Fei Yang. Tapi begitu bergerak, dia langsung merasakan seakan ada sehamparan jala yang menyelimuti tubuh anak muda itu. Dia sama sekali tidak sanggup menerobos masuk ke dalamnya. Sebaliknya justru jala itu yang mengurung dirinya sendiri, semakin lama semakin ketat. Fu Giok Su cepat-cepat menyurutkan tubuhnya. Tapi ke mana pun dia bergerak, Wan Fei Yang selalu mengintilnya dengan ketat. Tubuh Fu Giok Su berkelebat beberapa kali, namun tetap saja dia tidak dapat melepaskan diri dari Wan Fei Yang. Jerat yang mengurungnya terasa semakin menyempit. Tiba-tiba Yang Cong Tian juga mengerahkan gerakan yang serupa dengan Wan Fei Yang Perasaan aneh dan bingung Fu Giok Su juga sudah dirasakan oleh Thian ti sekarang. Matanya bersinar dan mengerling keadaan sekitarnya. Akhirnya dia mengambil keputusan. Dia meraung keras. Dengan mengerahkan tenaga sepenuhnya dia menerjang ke arah Fu Giok Su. 1209 Yan Cong Tian tertawa dingin. Dengan ketat dia mengintil di belakang Thian ti. Sekali lagi Thian ti meraung murka. Kelima jari tangannya bagai golok yang tajam menebas lurus di antara Fu Giok Su dan Wan Fei Yang yang tengah bertarung dengan sengit. Terdengarlah suara gemuruh yang timbul di antara kedua orang yang sedang bertarung itu. Ternyata lengan baju keduanya telah tertebas koyak oleh jari tangan Thian ti. Fu Giok Su merasa jerat yang menyelimutinya mulai melonggar. Dia baru saja menghela nafas lega. Mulutnya terbuka seakan ingin mengucapkan sesuatu, namun Thian ti sudah membentaknya dengan suara keras. "Cepat pergi!" Fu Giok Su sampai tertegun mendengar kata-katanya. Belum lagi sempat dia menyahut, Thian ti mengangkat sebelah kakinya dan mendepak Fu Giok Su. Tepat pada saat itu dia sudah mengerti maksud hati Thian ti. "Yaya...!" Teriaknya tanpa sadar. "Pergi!" Bentak Thian ti sekali lagi. Tangan kanannya menyambut serangan telapak tangan Wan Fei Yang yang meluncur tiba. Sedangkan telapak tangan kirinya menyambut serangan Yan Cong Tian yang juga sudah menyusul belakangan. "Blammm!" Terdengar suara benturan telapak tangan mereka yang memekakkan telinga. Seluruh Tiong gi tong seakan tergetar hebat. Seperti baru saja terjadi gempa bumi di sekitar sana. Tepat pada saat itu Fu Giok Su sudah menerobos lewat salah satu jendela dalam ruangan. Wajahnya merah padam, tapi dia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk meninggalkan tempat itu meskipun hatinya berat. Baru saja dia melesat beberapa depa, telingannya mendengar raungan murka Thian 1210 ti yang keras menggelegar. Hatinya bagai remuk redam dalam waktu sekejap mata. Giginya mengatup erat-erat. Begitu kencangnya dia menggigit bibir sendiri sehingga terlihat darah mengalir dari ujungnya Tapi walau bagaimana meluapnya kemarahan yang ada dalam hatinya, dia tetap tidak berani kembali untuk melihat apa yang telah terjadi pada kakeknya. Dia terus menerjang ke depan. Kakinya berlari sekencang-kencangnya sehingga debu-debu berhamburan. Gerakannya dibarengi rasa benci yang dalam. Tubuhnya seakan menjadi berat oleh rasa benci yang membara. Dia tidak sanggup mengerahkan tenaganya untuk berdiri lebih cepat lagi. *** Dalam pertarungan satu lawan satu, Thian ti sudah pasti bukan tandingan Yan Cong Tian maupun Wan Fei Yang, apalagi sekarang dia sekaligus menyambut serangan kedua orang itu. Tetapi dia terpaksa menyambut serangan kedua orang itu dengan kekerasan, karena hanya dengan cara demikian, salah satu di antara cucu dan kakek itu baru mempunyai kesempatan hidup lebih lama. Usianya sudah demikian tua. Apalagi ia telah menderita selama terkurung dalam telaga dingin. Meskipun sepasang kakinya dapat pulih kembali, namun bagaimana pun sesuatu yang sudah pernah rusak tentu berbeda dengan yang utuh. Dia yakin ia tidak akan seberuntung Yan Cong Tiau maupun Wan Fei Yang yang dapat meraih keuntungan dari musibah yang mereka alami. Dia tidak mungkin mencapai tahap yang lebih tinggi lagi dalam mempelajari ilmu silat. Hanya Fu Giok Su yang masih mudalah yang masih mempunyai kesempatan tersebut. Oleh ka-rena itu, dia terpaksa mengorbankan diri. Dengan cara demikian baru Fu Giok Su dapat meninggalkan tempat itu dengan selamat. 1211 Begitu menerima kedua hantaman telapak tangan dari Yan Cong Tian dan Wan Fei Yang, dia merasa isi perutnya tergetar demikian hebat sehingga seperti pecah menjadi kepingan- kepingan kecil. Penderitaan sehebat itu belum tentu dapat diterima setiap orang. Oleh karena itu pula, dia meraung murka. Suara raungan itu juga yang terdengar oleh Fu Giok Su seketika melarikan diri. Setelah itu, tubuhnya gemetar seakan seorang yang terserang penyakit demam. Wajahnya berkerut. Terdengar suara "Krek! Krek!" Dari tulang belulang yang patah. Tubuh Thian ti semakin melemah dan perlahan-lahan terkulai. Wan Fei Yang terkejut sekali melihat keadaan itu. Cepat-cepat dia menarik kembali tenaga serangan di telapak tangannya. Dia tidak lupa bahwa dia sudah berjanji kepada Fu Hiong Kun untuk mengampuni jiwa Thian ti, namun tetap dia terlambat satu langkah. Darah segar mengalir dari seluruh lubang panca indera orang tua itu. Tubuhnya masih menggelepar-gelepar bagai ayam disembelih. Pakaiannya ikut berkeresek-keresek seperti selembar daun yang diremas-remas. Perlahan-lahan gerakannya terhenti. Orang tua itu terkulai di tanah seperti sebuah patung dari tanah liat yang belum kering terjemur. Tiba-tiba angin bertiup. Pakaian orang-orang yang ada di sana melambai-lambai seakan mengucapkan selamat jalan kepada Thian ti Mereka merasakan ada segulung rasa iba menyelimuti hati mereka. Semuanya memandang dengan mata terbelalak dan mulut melongo. Yan Cong Tian dan Wan Fei Yang sama-sama terpaku di tempat. .Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa gabungan tenaga mereka dapat menimbulkan kekuatan yang demikian dahsyat. Salah seorang dari mereka saja sebetulnya sudah cukup untuk menghancur leburkan tubuh Thian ti yang sudah uzur itu, apalagi gabungan tenaga mereka berdua. Yan Cong Tian yang pertama-tama tersadar Jari keterkejutannya. "Fei Yang.... Kau diam di sini! Aku akan 1212 mengejar murid murtad itu dan meringkusnya kembali ke sini!" Katanya. Tanpa menunggu jawaban Wan Fei Yang, tubuhnya bergerak dan melesat ke arah Fu Giok Su pergi tadi. Sinar mata Wan Fei Yang mengedar lalu berhenti pada wajah Tok ku Hong. Gadis itu menundukkan kepalanya rendah- rendah. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Mata Tok ku Bu ti yang tadi terbuka lebar ikut-ikutan terpejam. Dia juga tidak memperlihatkan perasaan apa-apa. Kongsun Hong menatap Wan Fei Yang lekat-lekat. Matanya menyorotkan rasa panik yang tidak terkatakan. Dia juga merupakan satu- satunya orang yang paling tegang di tempat itu. Wan Fei Yang tidak memperdulikan mereka. Dia menghampiri Tok ku Hong. "Hong moay, apa yang akan kau lakukan sekarang?" Tanyanya lembut. Tok ku Hong menggelengkan kepala dalam keadaan tertunduk. Tanpa sengaja dia melirik ke arah Tok ku Bu ti. Tidak seorang pun yang mengucapkan sepatah kata. ** * Meskipun ilmu ginkang Fu Giok Su masih terpaut satu tingkat dengan Angin, namun kemampuannya sudah tergolong kelas satu. Dia mengerahkan segenap tenaganya. Tubuhnya meluncur bagai sebatang anak panah. Setelah melintasi tembok pekarangan bekas markas Bu ti bun itu, dia memilih jalan kecil yang menuju daerah perbukitan. Berapa lama Thian ti dapat menghadang Yan cong Tian dan Wan Fei Yang, dia sama sekali tidak dapat memastikan. Namun dia yakin jangka waktu yang ada pasti terbatas sekali. Benar saja, belum seberapa jauh dia meninggalkan bekas markas Bu ti bu n itu. telinganya menangkap siulan panjang dari arah belakang.. 1213 Suara itu tidak syak lagi pasti keluar dari mulut Yan Cong Tian. Hati Fu Giok Su tergetar. Jantungnya berdegup degup. Tubuhnya berputar dan dia membelok ke dalam sebuah hutan yang penuh dengan pohon-pohon rindang. Meskipun pepohonan yang ada di dalam hutan itu cukup rimbun, namun luasnya hanya beberapa depa. Tampaknya tidak mudah mencari tempat untuk menyembunyikan diri. Hati Fu Giok Su semakin tegang. Dia tidak tahu jalan mana yang harus dipilihnya. Pikirannya juga semakin kacau. Dia mengikuti langkah kakinya terus menerjang ke depan. Setelah menerobos keluar dari hutan, terlihatlah beberapa rumah penduduk yang kecil-kecil. Fu Giok Su segera menyelinap ke bagian yang agak terlindung dari sebuah rumah, Yan Cong Tian juga sudah melesat keluar dari hutan. Dedaunan yang disibaknya menimbulkan suara gemirisik. Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Belum lagi kelebatan tubuh Yan Cong Tian yang bergerak secepat angin. Fu Giok Su tidak sempat berpikir panjang lagi. Dia langsung menyelinap ke dalam rumah yang kebetulannya pintunya hanya dirapatkan Di dalam rumah terdapat sepasang suami istri yang sedang duduk dengan santai. Tiba-tiba mereka melihat seseorang menerobos masuk ke dalam rumah, keduanya terperanjat sekali. Perempuan tua itu segera menghambur dan melindungi sebuah keranjang ayunan. Di dalamnya ada seorang bayi laki- laki. Wajahnya gemuk dan montok. Bibirnya tersenyum- senyum meskipun matanya terpejam. Mata Fu Giok Su mengedar ke sekeliling. Kemudian dia menghambur ke arah perempuan tua itu. "Apa... apa yang...?" Perempuan itu gugup sekali. Belum lagi ucapannya selesai, Fu Giok Su mendorongnya ke samping dan langsung mengangkat bayi yang sedang tertidur itu. 1214 "Kalau nanti ada seorang tosu tua yang mengetuk pintu dan menanyakan apakah kalian melihat seseorang melewati tempat ini kalian harus pura-pura tidak tahu. Kalau kalian berani mengatakan sedikit saja keterangan mengenai diriku atau memberi isyarat kepadanya, maka aku langsung akan membunuh anak ini!" Ancamnya kepada kedua orang tua itu. Perempuan tua tadi panik sekali. "Bayi itu masih kecil sekali. Harap jangan berbuat demikian," Ratapnya sedih. "Betul, Kongcu. Apa pun yang kau perintahkan akan kami laksanakan dengan sebaik-baiknya. Jangan mempersulit anak yang masih tidak berdosa itu," Tukas suaminya. Fu Giok Su tertawa dingin. "Semuanya tergantung dari kalian sendiri," Kalanya tenang. "Kami pasti akan menuruti permintaanmu," Sahut perempuan itu dengan wajah melas. Fu Giok Su tidak berkata apa-apa lagi. Dia langsung menyelinap ke dalam sebuah kamar yang terletak di bagian kanan ruangan. Sesaat kemudian terdengar suara ketukan pintu. Sepasang suami istri tua itu saling lirik sekilas. Laki-laki tua itu mengulurkan tangannya dan menepuk bahu istrinya dengan lembut. Dia menenangkan perasaannya sendiri dan berjalan ke arah pintu. Pintu kamar tersebut ditariknya sedikit. Orang yang menongolkan diri di depan pintu sudah pasti Yan Cong Tian adanya. Laki-laki tua itu pura-pura terkejut melihatnya. "Totiang ini...!" Yan Cong Tian melongokkan kepalanya dan memandang ke dalam ruangan sekilas. "Maaf mengganggu kalian dua orang tua. Numpang tanya, apakah kalian melihat seorang anak muda melewati tempat ini?" 1215 Tepat pada saat itu, bayi dalam gendongan Fu Giok Su terjaga. Melihat yang menggendongnya adalah orang asing yang belum pernah dilihatnya, bibirnya langsung tertarik ingin menangis. Melihat keadaan itu, Fu Giok Su panik sekali. Cepat-cepat dia mengulurkan tangan nya untuk mendekap mulut bayi tersebut. Telapak tangannya begitu besar. Sekali menekan, hidung bayi itu pun terdekap olehnya. Tapi dalam keadaan tegang, Fu Giok Su sama sekali tidak merasakan perbuatannya yang akan berakibat fatal bagi sang bayi. Tentu saja bayi sekecil itu tidak sanggup memberontak. Rona wajahnya perlahan-lahan berubah. Dari biasa menjadi merah padam, dan merah menjadi pucat. Fu Giok Su masih belum memperhatikan. Orang tua itu memandang Yan Cong Tian dengan termangu- mangu. Dia seperti tidak mengerti apa yang ditanyakan totiang dihadapannya. "Aku tidak melihat apa-apa." Tidak salah kalau dikatakan ilmu silat Yan Cong Tian sudah mencapai taraf tertinggi, tapi pengalamannya dalam dunia kangouw justru dangkal sekali. Seumur hidupnya dia lebih banyak berkurung di alas Bu tong san mempelajari Tian can sinkang daripada berkelana di dunia kangouw. Dia sama sekali tidak merasa curiga terhadap sepasang suami istri. Malah dia mengira kedatangannya itulah yang membual orang tua itu terkejut. Dia merasa tidak enak hati. "Maaf kalau kalian terkejut!" Selesai berkata, dia langsung menyurutkan kepalanya dan berbalik meninggalkan tempat tersebut. Laki-laki tua itu masih berdiri termangu-mangu. Pintu pun belum dirapatkan. Yan Cong Tian berjalan mengitari sekitar 1216 tempat tersebut, tiba-tiba kakinya menghentak dan tubuhnya melesat ke atap rumah yang lain. Melihat kehebatan Yan Cong Tian, orang tua itu terkejut. Cepat-cepat dia merapatkan kembali pintu rumahnya. Yan Cong Tian menyapu pandangannya ke sekeliling tempat itu. Untuk sesaat dia juga tidak tahu arah mana yang harus diambilnya untuk mengejar Fu Giok Su. Dia berdiri termangu- mangu di atas genting itu. Kemudian dia berteriak memaki. "Fu Giok Su, kau bisa lari hari ini, tapi kau tidak mungkin bersembunyi seumur hidup!" Kemudian dia membalikkan tubuhnya dan melesat dari arah mana dia datang tadi. Suara teriakan Yan Cong Tian tidak terlalu keras, namun setiap patah katanya terdengar jelas oleh Fu Giok Su. Tanpa sadar keringat dingin menetes dari keningnya. Fu Giok Su tetap tidak bergerak. Telinganya dipertajam. Setelah mendengar kibasan lengan baju, barulah hatinya menjadi tenang dan dia dapat menghela nafas lega. "Yan Cong Tian, hutang piutang ini akan kuperhitungkan sampai jelas pada suatu hari nanti," Gumamnya sendiri. Dia masih berdiri terpaku sesaat. Kemudian dia merasakan bahwa bayi dalam gendongannya tidak bergerak lagi sejak tadi. Dia menundukkan kepalanya memperhatikan bayi tersebut. Wajahnya sudah pucat pasi dan tidak sedikit pun kesan bahwa bayi itu masih memperlihatkan tanda-tanda kehidupan. "Mati?" Diam-diam hatinya terkejut sekali. Tangannya cepat- cepat dilepaskan dari mulut bayi itu. Tanpa sadar kakinya melangkah ke depan. Tepat pada saat itu, sepasang suami istri tadi juga maju menghampiri. Melihat tampang Fu Giok Su, mereka segera 1217 sadar telah terjadi sesuatu. Perempuan tua itu menghambur kehadapan Giok Su. "Bagaimana keadaan anak itu?" Tanyanya panik. Terpaksa Fu Giok Su menyodorkan bayi itu ke tangan perempuan tua tadi. Serangkum perasaan tidak enak memenuhi hatinya. Selama bertahun-tahun belakangan, entah sudah berapa banyak orang yang dibunuhnya, tapi seumur hidupnya dia belum pernah membunuh seorang anak kecil apalagi bayi seperti yang digendongnya barusan. Perempuan tua itu menyambut bayi dari tangan Fu Giok Su. Dia mendekatkan wajahnya ke hidung bayi, wajahnya langsung berubah hebat. Tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya membelakangi Fu Giok Su. Dia menangis tersedu-sedu. "Mengapa kau bunuh bayi ini?" Ratapnya sedih. Wajah Fu Giok Su semakin kelam. "Jangan bersuara. Kalau tidak, aku akan membunuhmu sekalian!" Ancamnya. Perempuan tua itu tertegun. Belum lagi dia sempat menyahut sepatah kata pun, suaminya sudah menghampiri dan memeluk bahunya serta meminta agar dia jangan menyahut lagi Fu Giok Su menghampiri jendela dan melongok keluar. Bayangan Yan Cong Tian tidak terlihat lagi. Dia baru menghela nafas lega. Tiba-tiba perempuan tua itu menjatuhkan diri berlutut di atas tanah dan meratap sekeras-kerasnya. "Lun kouwnio, kau yang sudah berada di alam baka. Apalagi melihat kejadian ini jangan sekali- kali menyalahi kami. Bayi ini sudah kami anggap sebagai keturunan kami sendiri.. Tentu kau juga tahu bagaimana kami menyayanginya. Sekarang dia sudah kembali ke sisimu, kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi! 1218 Mendengar teriakan perempuan itu, Fu Giok Su sudah hampir mengamuk. Namun ketika telinganya menangkap kata-kata 'Lun kouwnio,' segulung firasat tidak enak kembali menyelimuti hatinya. "Apakah bayi ini bukan anak kalian?" Tanyanya tanpa sadar. Perempuan tua itu menggelengkan kepalanya dengan air mala berurai. "Nasib anak ini sungguh malang. Setelah melahirkan dia tidak berapa lama, ibunya sudah meninggal dunia, sebelumnya dia menitip anak ini kepada kami agar merawatnya dengan baik. Siapa sangka.... Ai kh.... Siapa sangka akan begini jadinya...!" Kata-kata perempuan tua itu semakin lama semakin tersendat-sendat. Dia tidak dapat meneruskan kata-katanya lagi. Laki-laki tua di sampingnya cepat-cepat membimbing istrinya duduk di atas kursi. Wajah Fu Giok Su semakin tegang. "Lun kouwnio yang kau katakan itu, apa nama lengkapnya?" Desaknya gugup. "Lun Wan Ji!" Sahut laki-laki tua itu sepatah demi sepatah. Tubuh Fu Giok Su tergetar hebat. "Apa? Ibu anak ini bernama Lun Wan Ji?" Dia sangat berharap bahwa pendengarannya tiba-tiba saja menjadi kurang beres. Orang tua itu menganggukkan kepalanya. "Peristiwa itu terjadi setahun lebih yang lalu. Lun kouwnio jatuh tidak sadarkan diri di depan pintu rumah kami. Untung saja kami cepat menolongnya. Keadaannya sudah lemah sekali. Rupanya dia sudah cukup lama berjalan tanpa tujuan. Tidak lama kemudian dia melahirkan anak ini. Karena tubuhnya memang sudah lemah, apalagi setiap hari selalu bersedih, maka setelah melahirkan anak ini tidak berapa lama Lun kouwnio pun berpulang...." 1219 "Benarkah dia bernama Lun Wan Ji?" Fu Giok Su masih berharap terjadinya sebuah keajaiban. Perempuan itu meratap semakin sedih. "Kami memang sudah tua, tapi belum 1inglung. Mana mungkin orang setua kami masih bisa mempunyai anak. Lun kouwnio masih sempat menceritakan bahwa ayah bayi ini she Fu. Dia meminta kepada kami agar kelak bila ada kesempatan antarkan anak ini ke Bu tong san dan berikan kepada ayahnya yang bernama Fu Giok Su." Fu Giok Su terhuyung-huyung. Wajahnya berubah semakin hebat. "Lun kouwnio juga mengatakan bahwa keturunan keluarga Fu banyak yang pendek umur. Tidak disangka kata-katanya memang benar, ternyata anak ini juga sudah...." Air mata Fu Giok Su mengalir dengan deras. Darah dalam tubuhnya seakan menggelegak. Hampir saja dia muntah darah karena pukulan batin yang demikian hebat. Tiba-tiba dia menghambur ke depan perempuan tua itu dan merebut bayi dalam gendongannya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia menerjang keluar dari rumah dan melesat secepat anak panah. Sepasang suami istri tua tersebut berdiri dengan termangu- mangu memandangi keper-gian Fu Giok Su. Bagaimana pun mereka tidak menyangka bahwa anak muda di hadapannya dan yang telah membunuh bayi itu adalah ayah kandung bayi itu sendiri. * ** Angin bertiup sepoi-sepoi. Dedaunan melambai-lambai. Fu Giok Su berlari seperti orang kesurupan setan. Mayat anaknya ia peluk erat-erat. Beberapa kali dia tersandung dan terjatuh di 1220 atas tanah. Dengan tidak memperdulikan keadaan dirinya, Fu Giok Su merangkak bangun dan berlari lagi. Kemudian dia terjatuh kembali. Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Begitulah berturut-turut apa yang terjadi pada dirinya. Setelah beberapa kentungan, akhirnya dia tidak sanggup bertahan lagi. Dia jatuh terkulai di atas tanah. Air mata dan tanah memenuhi wajahnya. Kemudian dia malah menyusupkan kepalanya ke dalam tanah. *** Darah yang membasahi ruangan besar itu masih belum kering. Tok ku Bu ti masih tetap duduk bersila menyembuhkan luka-lukanya. Perasaan Kongsun Hong semakin lama semakin tegang. Dia memandang Wan Fei Yang dengan mata mendelik. Sinar mata Wan Fei Yang malah tidak lepas-lepas dari wajah Tok ku Hong. Sedangkan Tok ku Hong tidak berani beradu pandang dengan anak muda itu. Hanya sekali-kali dia melirik ke arahnya. Angin bertiup semakin kencang. Tiba-tiba Yan Cong Tian menerobos lewat jendela. Melihat keadaan Wan Fei Yang, dia sampai menggelengkan kepalanya berkali-kali. Akhirnya Wan Fei Yang menoleh kepadanya. Pemuda itu menarik nafas panjang. "Meskipun makhluk tua itu bukan orang baik-baik, tapi sampai akhir hidupnya dia rela berkorban demi menyelamatkan cucunya sendiri. Malah Fu Giok Su yang tidak memperdulikan mati hidupnya orang tua tersebut." Yan Cong Tian tertawa dingin. "Apabila suatu hari nanti, bocah itu terjatuh ke dalam tanganku, aku akan membuatnya minta hidup tidak bisa, minta mati pun sulit!" Katanya jengkel. 1221 Wan Fei Yang menarik nafas sekali lagi. "Mati dan hidup merupakan takdir." Yan Cong Tian mendekati Wan Fei Yang dan berbisik di telinganya. "Manusia yang satu ini sanggup melakukan kejahatan apa pun. Membiarkan dia hidup, sama saja mendatangkan malapetaka bagi orang-orang sedunia!" Wan Fei Yang tidak bisa tidak menganggukkan kepalanya membenarkan. Sinar mata Yang Cong Tian beralih kepada wajah Tok ku Bu ti. Pada saat itu juga Tok ku Bu ti membuka matanya dan menghembuskan nafas panjang. "Kau tidak perlu panik," Kata Yan Cong Tian dengan nada dingin. "Aku sudah mengatakan akan memberimu waktu untuk memulihkan kesehatan selama dua kentungan. Apabila waktu lunya belum sampai, aku tentu tidak akan turun tangan." Tok ku Bu ti tertawa sumbang. "Kau tentu mengerti bahwa luka yang kuderita, apabila dikatakan parah memang tidak seberapa parah tapi apabila dikatakan ringan juga tidak. Dalam waktu dua kentungan toh tidak mungkin pula seperti biasa. Lebih baik tidak usah menunggu sampai waktunya, bunuh saja aku sekarang!" Yan Cong Tian mendengus marah. "Baik, apabila itu maumu!" Kakinya maju satu langkah. Telapak tangan kanannya diangkat tinggi-tinggi. Dengan panik Tok ku Hong menghadang di depan Tok ku Bu ti. "Locianpwe, waktunya belum sampai. Lagipula luka yang ayahku derita cukup parah...." "Hongji, biar mereka lakukan apa yang mereka inginkan. Dengan demikian, seluruh Bulim juga akan tahu bahwa sebuah partai lurus seperti Bu tong pai juga bisa 1222 menggunakan kesempatan ketika lawannya sedang terluka!" Tukas Tok ku Bu ti. Yan Cong Tian tambah marah. "Menghadapi manusia sesat seperti engkau ini, sama sekali tidak perlu mematuhi peraturan dunia Bulim!" Tangannya sudah bergerak dengan maksud menghantam ke depan, Tok ku Hong menghampiri Yan Cong Tian. "Locianpwe, aku mohon kau lepaskan ayahku!" Yan Cong Tian memandang Tok ku Hong lekat-lekat. Dia menggelengkan kepalanya. "Tok ku Bu ti, seumur hidupmu kejahatan apa pun pernah kau lakukan!. Tidak disangka Thian masih memberi anak sebaik ini untukmu!" Tok ku Bu ti merasa hatinya terpukul. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain. "Dengan segala macam kejahatan yang pernah kau lakukan, sepuluh kali kematianpun masih belum cukup untuk menebusnya. Sekarang putrimu ini memohonkan pengampunan untukmu. Bagaimana kau harus menghargai apa yang dilakukannya untukmu?" Tok ku Bu ti tidak menyahut sepatah kata pun. Air mata Tok ku Hong berderai semakin deras. "Locianpwe...!" Yang Cong Tian sampai serba salah dibuatnya. Dia mengeraskan hati dan mengibaskan tangannya. "Kau minggirlah ke sudut sana. Biar aku membasmi manusia jahat ini demi kesejahteraan kaum Bulim!" Katanya kemudian. Tok ku hong tidak menepi. Dia tetap menghadang di depan Tok ku Bu ti. "Kalau locianpwe tetap ingin membunuh ayahku, bunuhlah aku terlebih dahulu!" Sahutnya dengan pendirian kukuh. 1223 Yan Cong Tian menggelengkan kepalanya "Aku tidak ingin membunuhmu. Minggirlah!" "Kecuali kalau kau berjanji melepaskan ayahku!" Tok ku Hong menoleh kepada Wan Fei Yang. "Siau Yang, hari itu ketika kau sudah terluka, ayahku juga tidak meneruskan niatnya membunuhmu. Aku harap kau mengingat hal itu dan memohon kepada Supekmu agar mengampuni jiwa ayahku!" Dengan pikiran kacau Wan Fei Yang menatap Yan Cong Tian, kemudian sinar matanya beralih kembali kepada Tok ku Hong. "Aku mohon padamu!" Seru Tok ku Hong dengan nada meratap. Wan Fei Yang membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu namun dia membatalkannya. Sinar mata Yang Cong Tian menyapu ke arahnya. "Siau Fei, bagaimana pendapatmu? Wan Fei Yang menarik nafas panjang. "Demi Bu tong pai dan seluruh umat Bulim, kita memang harus membunuhnya. Tetapi demi Hong kouwnio, aku tidak tahu apa yang harus kita lakukan." Kongsun Hong yang sejak tadi berdiam diri langsung menjatuhkan dirinya berlutut di atas tanah. Dia berteriak dengan suara yang keras kepada Yan Cong Tian. "Harap Locianpwe membuka hati melepaskan Suhu, Kongsun Hong bersedia menggantikan Suhu menerima kematian!" "Benar-benar laki-laki sejati!" Puji Yan Cong Tian tanpa sadar. Dia menoleh ke arah Tok ku Bu ti. "Tok ku Bu ti. aku sungguh-sungguh merasa kasihan sekali padamu!" "Kongsun Ji, Hong Ji!" Bentak Tok ku Bu ti lantang. 1224 Jilid 27 Kongsun Hong dan Tok ku Hong memalingkan kepalanya serentak. Tok ku Bu ti berdiri tegak. "Yang ingin mereka bunuh adalah aku, bukan kalian!" Tok ku Bu ti menoleh kembali kepada Yan Cong Tian.. "Silahkan saudara turun tangan sekarang!" Sekali lagi Yan Cong Tian mengangkat tangannya ke atas. "Lohu akan menyempurnakan keinginanmu!" Tok ku Bu ti membusungkan dadanya. Hong ji, minggir!" Bentaknya lantang.. Tok ku Hong tidak mendengarkan kata-katanya. Dia malah maju ke depan dan berteriak. "Tia pernah mengatakan, selama Bu ti bun masih berdiri, dia tidak akan mengundurkan diri dari dunia kangouw. Sekarang Bu ti bun sudah tidak ada lagi, tentu saja ayahku sudah mempersiapkan diri untuk mengasingkan diri ke tempat yang tenang. Locianpwe adalah seorang manusia yang berbudi luhur, apakah niat ayahku yang ingin mengundurkan diri dari dunia persilatan pun tidak dapat dikabulkan?" Yan Cong Tian tertegun. Dia menoleh ke arah Tok ku Bu ti. "Apakah Buncu memang berniat mengundurkan diri dari dunia kangouw?" Tok ku Bu ti tidak menyahut. "Tia, katakanlah!" Seru Tok ku Hong panik. Tok ku Bu ti tetap berdiam diri. Yan Cong Tian tertawa dingin. "Dia pasti tidak akan mengatakannya, karena dia memang tidak berniat sama sekali." Tok ku Hong mengalirkan air mala sambil memohon. "Tia, cepat katakan!" Ratapnya semakin sedih. 1225 Tok ku Bu ti menarik nafas panjang. Setelah merenung sekian lama, akhirnya dia berkata. "Setelah mengalami kehancuran kali ini, Bu ti bun sulit dibangun kembali. Hal ini lelah membuktikan Bu ti bun bukannya tidak terkalahkan. Apalagi setelah kejadian hari ini, bila aku masih ingin mengangkat nama dalam dunia persilatan juga tidak mudah lagi. Lagipula tidak ada lagi yang dapat dilakukan dengan hanya mengandalkan tenagaku seorang diri. Rasanya memang lebih baik aku mengundurkan diri dan hidup dengan tenang di tempat yang terpencil." Yan Cong Tian mendengarkan sambil menganggukkan kepalanya berulang kali. "Baik! Bila kau memang ingin memulai kehidupan baru, maka mengingat kebesaran Thian, aku akan mengampunimu untuk kali ini!" Katanya. Tok ku Hong segera menjatuhkan diri berlutut di hadapan Yan Cong Tian. "Terima kasih atas kebesaran budi Locianpwe." Yan Cong Tian mendongakkan kepalanya menatap langit sembari menarik nafas panjang. "Kali ini aku melepaskan ayahmu, kemungkinan besar aku seperti melepaskan harimau kembali ke gunung. Mudah-mudahan apa yang aku lakukan tidak keliru." "Harap Locianpwe jangan khawatir." Tok ku Hong segera memapah ayahnya. "Tia pasti akan mengundurkan diri dari dunia kangouw.." Dengan perasaan terpaksa Yan Cong Tian mengibaskan tangannya. "Baik, kalian pergilah." Kongsun Hong juga cepat-cepat menghampiri Tok ku Bu ti dan membimbingnya. Baru saja mereka membalikkan tubuh, Wan Fei Yang sudah maju menghampiri. "Harap Hong kouwnio tunggu sebentar, ada yang ingin aku katakan!" 1226 Tok ku Hong memandang Tok ku Bu ti. "Kami menunggumu di luar halaman," Kata Tok ku Bu ti. Wan Fei Yang memandang Tok ku Bu ti dan Kongsun Hong keluar dari ruangan tersebut. "Hong kouwnio, kemana tujuanmu?" Tanyanya penuh perhatian. "Kemana Tia pergi, di sanalah aku akan mengiringinya," Sahut Tok ku Hong. "Lalu kita...." "Aku mengerti maksud hatimu." Tok ku Hong memandang Wan Fei Yang sambil menggelengkan kepalanya. "Tetapi seumur hidup Bu ti bun dan Bu tong pai merupakan musuh bebuyutan, bagaimana mungkin kita dapat bersatu?" "Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa Bu ti bun sudah tidak ada lagi?" "Pokoknya kita tidak mungkin bersatu Kepala Tok ku Hong menunduk semakin rendah. "Jaga dirimu baik-baik!" Selesai mengucapkan kata-kata itu, Tok ku Hong membalikkan tubuhnya meninggalkan mereka. Wan Fei Yang bermaksud mengejar, namun dicegah oleh Yan Cong Tian. "Siau-fei...!" "Supek...." Wan Fei Yang seperti ingin mengatakan sesuatu namun dibatalkannya. 1227 Yan Cong Tian menatap kepergian Tok ku Hong sampai menghilang di luar halaman. "Jangan berpikir yang tidak-tidak. Meskipun Hong kouwnio memang lumayan orangnya, tapi tetap tidak sesuai untukmu, lain halnya dengan Fu Hiong Kun...." Wan Fei Yang menggelengkan kepalanya. Melihat tampang anak muda itu, kata-kata yang tadinya masih akan berlanjut terpaksa ditahan oleh Yan Cong Tian. Bayangan Tok ku Hong sudah tidak terlihat lagi. Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Wan Fei Yang masih berdiri termangu-mangu di tempatnya. Wajahnya menampilkan kesan seperti orang yang kehilangan sukmanya. Matanya menatap kosong ke depan. *** Malam sudah larut. Rembulan masih bersinar dengan terang. Tok ku Hong berjalan mondar-mandir di depan halaman sebuah kelenteng tua. Berulangkah dia menarik nafas panjang. Tidak usah diragukan lagi, pasti Wan Fei Yang yang menggelayuti pikirannya. Selama beberapa tahun ini memang hanya bayangan Wan Fei Yang yang selalu memenuhi benaknya. Mengapa dia bisa mencintai anak muda itu? Dia sendiri tidak dapat menjawab pertanyaan yang satu ini. Padahal sudah acap kali dia menanyakan apa keistimewaan Wan Fei Yang sehingga dia tidak bisa melupakan sehari pun? Mengapa mereka harus terlahir dalam dua partai yang bertentangan dan menjadi musuh bebuyutan? Kadang-kadang Tok ku Hong merasa seakan Thian mempermainkannya. Meskipun sekarang Bu ti bun sudah hancur, namun apakah dengan demikian dendam ratusan tahun antara Bu Ti bun dan Bu tong pai dapat dihabiskan begitu saja? Tok ku Hong sama sekali tidak berani memastikan. Dia juga tidak dapat membayangkannya. 1228 Sejak meninggalkan bekas markas Bu ti bun Tok ku Bu ti tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia juga tidak menjawab pertanyaan apapun yang diajukan oleh Tok ku Hong. Justru karena dia diam saja, Tok ku Hong dapat merasakan kepedihan hatinya yang tidak terkatakan. *** Cahaya rembulan tidak sampai menyoroti tubuh Tok ku Bu ti. Orang tua itu duduk bersila di sudut ruangan yang gelap. Tampaknya dia sedang termenung, mungkin ada sesuatu yang menggelayuti pikirannya. Mimik wajahnya terus berubah-ubah. Kadang-kadang tampak sedih, kadang tampak pilu, tetapi tiba-tiba dia bisa mengembangkan senyuman. Seulas senyum yang menggidikkan hati. Dengan bibir tersenyum dia berjalan keluar dari ruangan tersebut. Sesampainya di halaman, senyumnya mendadak sirna. Dia berjalan keluar dari ruangan dan menghampiri Tok ku Hong. Gadis itu masih ada di depan halaman, tapi Tok ku Bu ti tidak melihatnya. Orang tua itu mencarinya sekali lagi dan menemukan gadis itu sedang melamun di bawah sebatang pohon yang rimbun. Tok ku Hong tidak menyadari kedatangan Tok ku Bu ti, sampai ayahnya itu memanggil namanya. "Hongji...!" "Tia...!" Tok ku Hong cepat-cepat mengusap air matanya. Setelah itu dia menoleh ke arah ayahnya dan memaksakan diri mengembangkan senyuman seakan tidak ada apa-apa yang terjadi dengannya. "Kau sedang menangis?" "Tidak. Hanya kelilipan debu. Anginnya kencang sekali malam ini." 1229 Tok ku Bu ti menggelengkan kepalanya. "Mengapa harus berbohong? Kau kira kata katamu itu dapat mengelabui Tia?" Kepala Tok ku Hong langsung tertunduk. "Apakah Wan Fei Yang tidak menyukaimu lagi?" Tanya Tok ku Bu ti tidak tersangka-sangka. Tok ku Hong menggelengkan kepalanya sambil menguraikan air mata. "Dia tidak ada keberanian untuk mempersunting dirimu?" Tanya Tok ku Bu ti kembali. Sekali lagi Tok ku Hong menggelengkan kepalanya. "Kalau ini bukan, itu bukan. Apalagi yang kau tangisi?" "Bu tong pai dan Bu ti bun selamanya adalah musuh bebuyutan...." "Bu ti bun sudah tiada lagi. Dari mana datangnya segala macam dendam lagi?" Tok ku Bu ti tersenyum lebar. Tok ku Hong tertegun. Dia mendongakkan kepalanya dan memandang Tok ku Bu ti dengan pandangan kurang percaya. Tok ku Bu t i masih tersenyum simpul. "Tia sudah pikirkan baik-baik. Kau adalah putriku satu- satunya. Sebagai orang tua bagaimana bisa tidak menyayangi putra-putrinya sendiri dan memikirkan kebahagiaanmu yang menyangkut seumur hidup ini. Seandainya kalian memang benar-benar saling mencintai, aku akan merestui hubungan kalian." 1230 Tentu saja Tok ku Hong gembira sekali mendengar kata-kata itu. Namun dia masih juga menundukkan kepalanya dengan wajah tersipu-sipu. "Tia...." "Urusan ini serahkan saja kepada Tia," Kata Tok ku Bu ti dengan bibir tersenyum. Dia mengelus-elus jenggotnya sembari menganggukkan kepalanya berkali-kali. Kelihatannya dia benar-benar berpikir demi kepentingan Tok ku Hong. Siapa yang dapat menduga bahwa sebuah balas dendam yang mengerikan justru mulai timbul dari senyumannya yang lebar? *** Angin gunung menghembuskan harus bunga-bungaan dari jauh. Wan Fei Yang lalu mengikuti arah angin tersebut. Rambutnya acak-acakkan tertiup angin. Malah matanya mulai perih terkena hembusan angin yang kencang itu. Namun dia tidak perduli. Seperti orang kesurupan, dia terus menerjang ke depan. Perasaan hatinya sedang bergejolak. Dia sudah bertemu dengan Tok ku Bu ti dan mendengar keterangan orang tua itu seperti apa yang diucapkannya kepada Tok ku Hong. Wan Fei Yang juga sudah kembali menemui Yan Cong Tian. Meskipun agak sulit melunakkan hati Supeknya yang satu ini, namun akhirnya Yang Cong Tian mengalah dan mengabulkan permintaan Wan Fei Yang. Sejak itulah dia merasakan bahwa dirinya orang yang paling bahagia di dunia ini. Dalam seumur hidupnya belum pernah dia demikian bersemangat. Dan demikian gembira. Setelah mengantar Tok ku Bu Ti, dia langsung berlari kesana kemari. Akhirnya dia berlari di atas padang rumput di hadapan bekas markas Bu ti bun. Tingkahnya seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. Berulang kali dia berjungkir balik di udara. 1231 Dipetiknya segerombolan bunga putih yang terdapat di padang rumput itu. Dia sendiri tidak pernah tahu nama-nama bunga. Dia hanya berpikir bagaimana caranya memberikan bunga itu kepada Tok ku Hong. Tiba-tiba dia melihat seseorang menyelinap keluar dari gerombolan bunga-bunga itu. Orang itu ialah Kongsun Hong. Rona wajahnya tidak sedap dipandang. Mungkin begitu pula perasaan hatinya. Dia menatap Wan Fei Yang lekat-lekat. "Bunga-bunga itu indah sekali!" Katanya dengan nada dingin. "Engkau rupanya!" Wan Fei Yang merasa di luar dugaan. "Mengapa kau bersembunyi dalam gerombolan bunga-bunga itu?" Kongsun Hong tertawa dingin. "Aku memang di sini sejak tadi!" "Oh?" Wan Fei Yang menggaruk-garukkan kepalanya. Untuk sesaat dia sendiri tidak tahu apa yang harus dikatakannya. "Selamat!" Tiba-tiba Kongsun Hong mengucapkan sepatah kata ini. Wan Fei Yang tertegun sejenak. Kemudian dia tertawa lebar. "Apakah kau sudah mempertimbangkannya dengan baik?" Wan Fei Yang menganggukkan kepalanya. "Kau tidak akan menyesal?" "Mengapa harus menyesal?" Wan Fei Yang malah balik bertanya. "Sifat Sumoayku itu bukannya kau tidak tahu." 1232 "Tidak seberapa buruk. Apalagi akhir-akhir ini, dia sudah berubah banyak," Sahut Wan Fei Yang. "Kau juga tidak khawatir kalau orang-orang dunia kangouw akan mengejek dirimu yang telah mempersunting putri seorang iblis?" "Selamanya aku paling tidak perduli apa yang dikatakan orang lain di belakang punggungku." Kongsun Hong mendelikkan matanya lebar-lebar. "Baik, Wan Fei Yang. Aku kagum kepadamu!" Suaranya semakin lama semakin sendu.. "Aku juga sadar tidak dapat menandingimu dalam segala hal. Tapi, aku harap kau akan memperlakukan Sumoayku baik-baik!" Sekali lagi Wan Fei Yang tertawa lebar. Kongsun Hong tidak usah khawatir." "Seandainya suatu hari kudapati engkau memperlakukan Sumoayku dengan semena-mena, biarpun harus kehilangan selembar nyawa ini, aku tetap akan meminta keadilan darimu!" Kata Kongsun Hong tajam. Selesai berkata, dia langsung membalikkan tubuhnya dan pergi dengan cepat. Wan Fei Yang memandangi bayangan punggung Kongsun Hong sampai menghilang. Dia masih berdiri termangu-mangu di tempat semula. Setelah beberapa saat baru dia berjalan kembali ke bekas markas Bu ti bun. *** Sekembalinya ke bekas markas Bu ti bun, Wan Fei Yang langsung menghambur ke kamar Yan Cong Tian. Supeknya itu sedang duduk bersila di atas tempat tidur. Melihat Wan Fei Yang yang masuk ke dalam, wajahnya murung kembali. 1233 "Supek!" Gairah Wan Fei Yang telah pula kembali. "Ada urusan apa lagi?" Tanya Yan Cong Tian dengan nada enggan. Wan Fei Yang tidak ambil hati terhadap sikap supeknya itu. "Supek, kecuali dirimu, aku tidak punya sanak famili lagi." Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kau ingin aku menjadi walimu bukan?" Yan Cong Tian mendengus dingin. "Seandainya Fu Hiong Kun yang kau pilih, tanpa kau katakan apa-apa, aku juga akan mengatur segalanya, tapi putri Tok ku Bu ti itu...." Wan Fei Yang memandangnya dengan heran. "Bukankah Supek juga sangat menyukai Hong kouwnio?" "Sekarang masalahnya bukan aku suka atau tidak!" Yan Cong Tian lagi-lagi mendengus dingin. "Aku benar-benar tidak mengerti hatimu. Meskipun Hong kouwnio orangnya boleh juga, tapi bagaimana pun tidak dapat menandingi Hiong Kun. Mengapa kau tidak bisa menyukai Hiong Kun saja?" "Fu kouwnio memang seorang gadis yang baik." "Baik sudah lebih dari cukup...!" "Urusan cinta kasih, orang lain memang sulit mengerti. Kami juga sukar menjelaskannya. Supek, pernahkah kau menyukai seseorang dalam hidupmu?" "Sejak usia sepuluh tahun aku sudah mulai giat berlatih ilmu silat. Seluruh perhatianku hanya dipusatkan pada ilmu silat. Aku tidak pernah mengenal cinta kasih antara pria dan wanita!" Sahut Yan Cong Tian dengan nada dingin. 1234 "Itulah sebabnya, tidak aneh mengapa Supek tidak mengerti perasaanku. Selama ini aku selalu menganggap Fu kouwnio sebagai adikku sendiri. Sedangkan perasaanku terhadap Hong kouwnio...." "Kau anggap dialah jodohmu yang sebenarnya?" Tanya Yan Cong Tian sambil tertawa dingin. Wan Fei Yang merenung sejenak. "Bu ti bun dan Bu tong pai memang merupakan musuh bebuyutan selama ini. Meskipun sekarang Bu ti bun sudah hancur, kita belum dapat memastikan kalau anggota mereka tidak berusaha untuk membangkitkan kembali perguruan tersebut. Dengan menikahnya aku dengan Tok ku Hong, dendam antara kedua partai tentu dapat diselesaikan sampai generasi ini saja. Lagipula hati Hong kouwnio sebetulnya sangat baik. Dia pasti akan menghalangi ayahnya berbuat yang tidak menguntungkan pihak kita." Mendengar ucapan Wan Fei Yang itu, wajah Yan Cong Tian berubah lebih lembut. Dia mempertimbangkan sejenak. "Apakah kau yakin pasti demikian halnya?" Wan Fei Yang menganggukkan kepalanya dengan yakin. Yan Cong Tian mempertimbangkan kembali. "Seandainya di dunia ini tidak ada lagi Bu ti bun, pasti kita akan merasa jauh lebih tenang daripada sekarang." "Bagus sekali kalau Supek mulai mengerti apa yang Tecu maksudkan." "Kau mempersunting Tok ku Hong, sebetulnya untuk dirimu sendiri atau kau memikirkan kepentingan dunia Bulim?" Tarnya Yan Cong Tian tiba-tiba. Wan Fei Yang tertegun sejenak. "Sebetulnya memang untuk diriku sendiri. Aku benar-benar menyukai Hong kouwnio." 1235 Jawabannya keluar dari hati yang tulus. Wan Fei Yang merasa tidak perlu berpura-pura di depan Yan Cong Tian. Mata Yan Cong Tian mendelik lebar-lebar, kemudian dia menarik nafas panjang. "Aku sungguh tidak mengerti mengapa hatimu sedemikian setia kepada gadis itu?" "Supek " Yan Cong Tian tertawa sumbang. "Tampaknya mau tidak mau aku harus meneguk arak kebahagiaan ini juga." Wan Fei Yang menjatuhkan diri dan berlutut di hadapan Yan Cong Tian. "Terima kasih atas restu Supek!" "Aku hanya berharap setelah menikah degan Tok ku Hong, kalian berdua bisa menasehati Tok ku Bu ti baik-baik. Jangan sampai dia melakukan lagi hal yang mencelakakan orang- orang dunia kangouw." Wan Fei Yang menundukkan kepalanya dalam-dalam. "Murid-murid Bu tong pai yang dipaksa mengikuti Siau Yau kok semuanya masih ada di sini? Kau suruhlah mereka mengurus segalanya." Bagaimana pun Yan Cong Tian orang yang periang. Dia tidak pernah memendam kekesalan hatinya lama-lama. *** Untuk kedua kalinya markas Bu ti bun mengadakan pesta besar- besaran. Tentu saja para murid Bu tong pai gembira sekali Sekarang mereka sudah tahu siapa benar dan siapa yang bersalah. Sikap mereka terhadap Wan Fei Yang berubah seratus delapan puluh derajat. Demikian juga Yo Hong cs. Mereka membantu persiapan pernikahan Wan Fei Yang 1236 dengan senang hati. Dengan sikap enggan Yan Cong Tian juga ikut turun tangan mengurus segala keperluan. Yang paling kacau pikirannya tentu saja Kongsun Hong. Untung saja para anggota Bu ti bun sudah tersebar kocar- kacir. Sisanya hanya kaum keroco yang pasti tidak berani mengatakan apa pun di hadapannya. Hanya Tok ku Bu ti yang masih sering mengucapkan kata-kata yang membuat hati Kongsun Hong tersayat-sayat. Tapi anak muda itu tidak memandangnya sebagai kesengajaan. Mereka sudah kembali ke bekas markas Bu ti bun. Keduanya tinggal di sebuah ruangan yang terpisah. Melihat seluruh persiapan sudah hampir selesai, Tok ku Bu ti memanggil Kongsun Hong datang menghadap. "Sampai di mana persiapannya sekarang?" "Urusan kartu undangan merupakan tanggung jawab Tecu dengan murid Bu Tong yang bernama Yo hong. Semuanya sudah disebarkan kepada teman-teman Bulim. Urusan tetek bengek lainnya juga sudah hampir selesai. Paling butuh waktu beberapa hari lagi," Sahut Kongsun Hong tetap dengan sikapnya yang begitu hormat kepada Tok ku Bu ti. Tok ku Bu ti menarik, nafas panjang. Entah sengaja atau tidak. ' Dibandingkan dengan pesta pernikahan yang aku persiapkan untukmu tempo hari, sekarang ini jauh lebih semarak tampaknya...." Wajah Kongsun Hong berubah hebat. Dia menundukkan kepalanya dalam-dalam. Tok ku Bu ti baru sadar bahwa dia sudah kelepasan bicara. Cepat-cepat dia mengalihkan bahan pembicaraan. 1237 "Pasti masih banyak anggota Bu ti bun yang masih berkeliaran di mana-mana!" "Semuanya sudah memencarkan diri..." Sahut Kongsun Hong tetap dengan kepala tertunduk. "Memang benar apa yang dikatakan oleh Ci Siong tempo hari." Tok ku Bu ti menarik nafas panjang. "Pohon tumbang buahnya pun berserakan!" Kongsun Hong seperti ingin mengatakan sesuatu namun dibatalkannya. Tok ku Bu ti mengibaskan tangannya. "Uruslah pekerjaanmu!" Katanya kemudian. "Baik...." Dengan kepala tetap tertunduk Kongsun Hong mengundurkan diri. Sesampainya di pintu luar, kebetulan dia bertemu dengan Tok ku Hong merasa serba salah bertemu dengan Kongsun Hong, tapi dia tetap menyapanya. Kepala Kongsun Hong tertunduk semakin dalam. "Sumoay..." Balasnya menyapa lalu cepat-cepat pergi meninggalkan tempat itu. Tok ku Hong merasa kasihan terhadapnya, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Diteruskannya langkah kakinya ke dalam ruangan dan berhenti di hadapan Tok ku Bu ti. "Hong ji, apakah ada urusan maka kau datang mencari Tia?" Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Rahasia Si Badju Perak Karya GKH Rase Emas Karya Chin Yung