Ceritasilat Novel Online

Legenda Pendekar Ulat Sutera 10


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 10


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya dari Huang Ying   Ide ini juga membuat dia ingin tertawa.   Dia mengira setelah melewati peristiwa Liu Kun, kaisar akan berubah.   Tapi ternyata baru selesai masalah Liu Kun, sifat kaisar sudah kambuh lagi.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 106 Maka terhadap pilihannya untuk mengundurkan diri, dia sama sekali tidak menyesal, dan malah merasa beruntung.   Sampai di An-lek-hu, dia tidak bertemu Thio Gong maupun Fu Hiong-kun.   Dia tidak tenang, dia takut Thio Gong sudah menjemput Fu Hiong-kun dan pergi melalui jalan lain.   Sampai melihat Thio Gong masih menunggu di dalam ruangan tamu, dia baru tenang.   Setelah bertanya, dia baru tahu Fu Hiong-kun membawa Ih-lan keluar bermain.   Su Yan-hong baru menarik nafas lega.   Dia cepat- cepat mencari alasan untuk ke belakang rumah, ketika bertemu dengan Tiong Toa-sianseng, dia menjelaskan hal ini.   Mendengar kaisar menginginkan Fu Hiong-kun masuk ke kamar cinta, Tiong Toa-sianseng terkejut dan marah.   Dia segera pergi melalui pintu belakang untuk mencegat Fu Hiong-kun.   Kesabaran Thio Gong memang luar biasa.   Tapi yang membawa Ih-lan pulang adalah Tiong Toa-sianseng.   Thio Gong dengan tergesa-gesa menyambut.   "Mengapa Nona Fu tidak kelihatan?"   "Nona Fu ada perlu, dia sudah keluar kota!"   "Katanya dia tidak akan pergi!"   Kata Ih-lan.   "Tapi mengapa sekarang dia pergi?"   Ih-lan menggelengkan kepala. Thio Gong men coba bertanya.   "Dia pergi dari arah mana?"   "Pintu An-teng!"   Thio Gong segera berpesan kepada 8 kasim yang menyertai kedatangannya ke An-lek-hu.   "Cepat kita kejar!"   Dia juga berpamitan pada Su Yan-hong.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 107 Setelah mereka pergi jauh, Ih-lan tertawa. Su Yan-hong segera membentak.   "Lan-lan!"   Tiong Toa-sianseng ikut tertawa dan menyela.   "Lan-lan benar-benar pintar dan lincah. Dia juga pintar berpura- pura. Hanya dia yang bisa membuat Thio Gong percaya!"   "Mana Hiong-kun..."   Tanya Su Yan-hong cemas.   "Ada di sini..."   Fu Hiong-kun keluar dari sekat.   "Hou-ya, aku sudah membuatmu khawatir!"   Hati Su Yan-hong benar-benar tenang.   115-115-115 Thio Gong mengejar dari jalan keluar An-teng-bun sejauh tiga li, tetapi mereka tidak melihat Fu Hiong-kun.   Dia juga tidak mendapat kabar Fu Hiong-kun.   akhirnya terpaksa kembali ke kaisar untuk melapor.   Setelah kaisar mendengar laporan Thio Gong, dia hanya tertawa.   "Ayah adalah harimau, anak juga bukan anak anjing. Ih-lan benar-benar pintar dan lincah!"   Thio Gong segera mengerti.   "Hamba segera pergi ke An-lek-hu untuk melihat lagi!"   "Tidak perlu! An-lek-hu begitu tegang. Kelihatannya dia memang menyukai Fu Hiong-kun. Aku tidak mau karena seorang perempuan, membuat dia tidak suka kepadaku!"   "Oh?"   Thio Gong pura-pura tidak mengerti.   "Karena aku masih punya banyak hal yang memerlukan bantuannya. Sulit mendapatkan orang yang berbakat seperti dia. Mana mungkin semba-rangan dilepaskan dan diperalat?"   Tawa kaisar bertambah besar.   Thio Gong diam-diam melihat kaisar.   Dia merasa bergetar dingin.   116-116-116Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 108 Setelah Ih-lan sudah tertidur, Fu Hiong-kun baru keluar dari kamarnya.   Su Yan-hong masih berdiri di kebun.   Ketika melihat Fu Hiong-kun keluar, dia baru berbicara.   "Besok kita akan pergi ke Kanglam!"   "Aku mau pulang ke Heng-san!"   "Apakah kau tidak suka bersama dengan kami?"   Fu Hiong-kun menggelengkan kepala.   "Aku masih ada urusan penting yang harus kulakukan!"   Su Yan-hong mengeluh.   "Apapun yang terjadi, kau harus mengingat kami adalah teman!"   Fu Hiong-kun mengangguk.   "Kemana pun sama saja, hanya harus ingat memperhatikan Lan- lan. Jangan biarkan dia terkejut lagi!"   "Aku akan berhati-hati! Tapi kalau kau pergi, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kusampaikan pada dia!"   "Kau belum tahu, dia adalah anak yang kuat!"   Su Yan-hong terpaku. Kata Fu Hiong-kun kemudian.   "Aku akan kembali ke kamar untuk bersiap-siap dulu!"   Su Yan-hong masih terpaku di sana.   Ih-lan sebenarnya berada di balik pintu.   Melihat Fu Hiong-kun akan pergi, dia meneteskan air mata.   117-117-117 Sebemarnya kepergian Lam-touw ke Kanglam adalah untuk mengikuti Kiang Hong-sim.   Dia mempunyai kecurigaaan terhadap perempuan ini.   Meminta maaf kepada Lo-taikun adalah cara Lam- touw agar Kiang Hong-sim bisa mengurangi kewaspadaan, sehingga Lam-touw bisa mencari celah-celahnya.   Keluarga Lamkiong tinggal di penginapan In-lay.   Dia segera datang ke sana.   Walaupun beberapa hari ini tidak mendapatkan hasil, tapi tidak merasa kecewa.   Begitu melihat ada kesempatan, dia terlihat sangat senang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 109 Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim berada di garis yang sama.   Hal ini benar-benar di luar dugaan Lam-touw.   Dia melihat Kiang Hong-sim keluar dari kamar.   Tidak disangka Kiang Hong-sim bertemu dengan Cia Soh-ciu di kebun.   Sebatang pipa kecil dan panjang tampak di tangannya, makin ditarik makin panjang, panjangnya melebihi daun dan ranting, mengulur ke arah berdirinya Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim.   Waktu Lam-touw mencuri dengar, ada juga orang lain yang melakukannya.   Siapa yang mengikuti siapa, hanya mereka berdua yang tahu.   Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim sepertinya tidak mengetahui Lam-touw sedang mencuri dengar pembicaraan mereka.   "Apakah orang itu sudah dihubungi?"   Yang sedang berbicara adalah Cia Soh-ciu. Itu adalah kalimat pertama yang Lam-touw dengar. Kiang Hong-sim menjawab dengan sangat jelas.   "Sudah! Satu jam kemudian kita akan bertemu di hutan dekat penginapan!"   "Apakah membutuhkanku untuk turut ke sana?"   "Tidak perlu. Hanya hal ini jangan beritahu orang lain!"   Setelah itu Kiang Hong-sim segera pergi.   Sebenarnya ada masalah apa? karena ingin tahu, Lam-touw harus mengikuti Kiang Hong-sim.   118-118-118 Hutan itu dipenuhi pohon-pohon besar.   Kiang Hong-sim baru saja sampai di depan hutan, seorang yang berbaju hitam dan bertutup wajah muncul seperti hantu gentayangan.   Lam-touw membuntuti Kiang Hong-sim sampai ke sini.   Dia bersembunyi di balik semak-semak.   Waktu ingin memasang pipa panjang, orang berbaju hitam berbisik kepada Kiang Hong-sim.   Kiang Hong-sim terus mengangguk, kemudian dia berlari kembali melalui jalan ketika dia datang tadi.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 110 Orang berbaju hitam setelah melihat Kiang Hong-sim sudah pergi jauh, baru membalikkan tubuh berjalan pergi.   Jalannya tidak cepat.   Ini sangat cocok dengan keinginan Lam-touw, dia terus mengikuti orang itu.   Sesampainya di tengah hutan, orang berbaju hitam pelan-pelan membalikkan tubuh dan berkata.   "Kau benar-benar berani!"   Sebelum dia membalikkan tubuh, Lam-touw sudah berputar ke balik sebuah pohon. Dia terkejut.   "Cepat keluar!"   Orang berbaju hitam menunjuk tempat persembunyian Lam-touw di balik pohon. Lam-touw terpaksa keluar karena keberadaannya sudah diketahui oleh lawan.   "Apakah kau tahu siapa aku?"   Tanya orang berbaju hitam.   "Suaramu seperti pemah aku dengar!"   Lam-touw tertawa. Orang berbaju hitam melayangkan tangan, menyalakan api unggun. Melihat api unggun itu Lam-touw baru sadar lawan sudah mempunyai persiapan, sekarang dia tahu dia sudah masuk perangkap. Tapi dia tetap tertawa.   "Lo-heng adalah..."   Orang berbaju hitam segera membuka penutup wajah. Ternyata dia adalah Lo-taikun dari leluarga Lamkiong.   "Kau?"   Bermimpi pun Lam-touw juga tidak akan menyangkanya. Kata Lo-taikun dengan dingin.   "Kau terus menerus mengikuti orang-orang keluarga Lamkiong, mencari tahu tentang keluarga Lamkiong, apa tujuanmu?"   "Lo-taikun sudah salah paham!"   Lam-touw tetap tertawa.   "Pencuri hanya tidak sengaja lewat dan kebetulan bertemu dengan anda!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 111 "Sampai sekarang kau masih ingin membela diri?"   Lo-taikun melayangkan lengan baju. Cia Soh-ciu dan Tong Goat-go meloncat turun dari pohon besar. Kiang Hong-sim juga muncul dari semak-semak tidak jauh di belakang Lam-touw.   "Kalian bertiga juga ikut meramaikan?"   Kata Lam-touw. Wajah mereka bertiga tidak menunjukkan ekspresi apapun. Wajah Lo-taikun ditekuk, dia tertawa dingin.   "Kita tidak ingin bermusuhan dengan teman dunia persilatan, tapi teman tidak mau melepaskan kami dan selalu berseberangan dengan kami!"   "Aduh...Lo-taikun salah, aku...."   "Kau hanya mencari tahu, keluarga Lamkiong sudah ada lima orang janda, apakah kau masih belum puas?"   Hati Lam-touw bergetar.   "Sepertinya kita ada kesalahpahaman..."   "Bukankah sudah sangat jelas?"   Lo-taikun mengambil tongkat kepala naga yang menancap di belakang pohon.   "Laki-laki yang baik tidak mau bertarung dengan perempuan!"   Kata Lam-touw pada dirinya.   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Kau benar-benar meremehkan perempuan!"   Tongkat kepala naga sudah berada di tangan Lo-taikun, dia menarik nafas.   "Pantas mati, aku salah bicara lagi!"   Lam-touw menggampar wajah sendiri.   "mengapa tidak berkata laki-laki yang baik tidak mau dirugikan?"   "Kau mau pergi?"   "Seharusnya aku tidak mengatakan apa yang kupikirkan, benar- benar pantas mati!"   Dia menggampar dirinya sendiri lalu bersalto ke belakang.   Kiang Hong-sim tidak mau kehilangan kesempatan ini.   Sepasang pedang sudah dia keluarkan, kemudian menendang.   Di ujungLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 112 sepatunya terpasang sebuah pisau tajam.   Jika tertendang olehnya, pasti akan terluka parah.   Pedang lemas Tong Goat-go turut datang menyerang.   Cia Soh- riu menyerang dengan lengan ke arah kepala Lam-touw.   Dengan tenang Lam-touw menghindar, tapi dia terpaksa harus turun.   Tiga perempuan ini segera datang menyerang.   Jurus-jurus mereka sangat ganas dan berbahaya, mereka seperti mempunyai dendam besar dengan Lam-touw.   Lam-touw sangat berpengalaman.   Hanya beberapa jurus dia sudah bisa merasakannya.   Dia juga merasa aneh.   Dia mengira ada sesuatu yang sudah membuat mereka salah paham, tapi sulit baginya untuk menjelaskan sulit dan tidak terlihat ada kesempatan.   Dengan ilmu silatnya, menghadapi tiga perem puan ini sebenarnya bukan hal yang sulit, hanya dia tidak tega membunuh.   Maka bertarung dengan mereka menjadi sangat sulit.   Dia juga tahu untuk jangan bertarung lama-lama, bila ada kesempatan harus kabur.   Lo-taikun selalu melihat dari pinggir.   Begitu melihat Lam-touw meloncat ke sebuah pohon besar, Lo- taikun segera datang menghantam dengan tongkat kepala naga.   Yang dia hantam bukan tubuh Lam-touw, melainkan ranting kayu.   Pukulan ini di luar dugaan Lam-touw.   Tubuhnya turun tergetar oleh pukulan pada ranting itu.   Reaksi Lam-touw sangat cepat dan lincah, dia segera meloncat ke atas.   Lo-taikun meminjam tenaga pohon jatuh untuk meloncat ke atas.   Dia kembali menghantam dengan tongkatnya, saat itu Lam- touw sedang berada di atas.   Arah pukulan tongkat sangat aneh.   Lo- taikun memukul kaki kiri Lam-touw.   Terdengar suara tulang patah.   Lutut kanan Lam-touw hancur.   Dia menahan untuk tidak berteriak kesakitan.   Tongkat Lo-taikun belum berubah.   Ekor tongkat menusuk ke lutut kiri Lam-touw.   Terdengar lagi suara tulang patah.   Akhirnya Lam-touw terpelanting ke bawah.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 113 "Ilmu yang bagus!"   Dia berusaha merangkak bangun. Tongkat Lo-taikun sudah berada di depannya.   "Ilmu yang bagus!"   Tubuhnya segera bersalto ke belakang.   Tapi tongkat lebih cepat datang menyapu ke dadanya, membuat tubuh Lam-touw sekali lagi terlempar sejauh beberapa depa, menabrak pohon dan terjatuh lagi.   Lam-touw muntah darah.   Tangan kiri menarik kantong kulit yang di pinggang.   Tangan kanan segera masuk.   "Hati-hati senjata rahasia!"   Teriak Tong Goat-go.   dia benar-benar adalah anggota keluarga Tong-bun.   Yang pertama dia ingat adalah senjata rahasia.   Tapi yang Lam-touw keluarkan adalah seekor merpati abu-abu.   Burung itu segera terbang.   Lo-taikun berempat terpaku.   Waktu mereka ingin mencegat, merpati itu sudah menghilang dalam kegelapan.   "Aku ingin tahu siapa yang bisa datang menyelamatkanmu!"   Kata Lo-taikun. Lam-touw muntah darah lagi, dia tertawa.   "Aku hanya ingin mengabarkan, tidak berani berharap ada yang datang menyelamatkan!"   "Mengabarkan kepada siapa?"   "Bila kau bisa mengejar ke sana, kau akan tahu!"   "Sampai mati juga mulutmu masih tidak mau kalah!"   Tongkat Lo-taikun mengantar ke depan dada Lam-touw.   Dada Lam-touw segera cekung ke dalam, dia mengalami pendarahan yang parah, akhirnya dia tewas.   Seumur hidup Lam- touw sangat hati-hati dan berpengalaman, tapi kali ini dia tidak melihat adanya perangkap sehingga nyawa pun melayang.   Tong Goat-go dan Cia Soh-ciu tidak tega melihatnya.   Lo-taikun menarik kembali tongkat kepala naga dan menarik nafas.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 114 "Dia sampai tidak melepas kita janda-janda.   Jika kita tidak kejam, nyawa kita akan melayang!"   "Memangnya keluarga Lamkiong masih ada berapa nyawa lagi?"   "Maka kita harus membunuh terlebih dulu agar mereka tidak menganggap remeh keluarga Lamkiong!"   Kata Kiang Hong-sim dengan marah.   "Belum waktunya!"   Lo-taikun menggelengkan kepala.   Kapan baru tiba waktunya? Sebenarnya apa yang terjadi? 119-119-119 Ketika Siau Cu muncul di penginapan In-lai, hari sudah larut.   Tubuhnya tidak lelah, yang lelah adalah hatinya.   Baru memasuki penginapan, dia segera dicegat pelayan.   "Ada apa kau masuk?"   "Apakah ini bukan penginapan?"   Pelayan melihat Siau Cu.   "Apakah kau datang untuk mengemis?"   Siau Cu baru melihat dirinya, tubuhnya terlihat kumal. Dia mengeluarkan satu tail perak.   "Apakah ini belum cukup untuk aku tinggal satu malam?"   Mata pelayan langsung menjadi terang, tapi kemudian dia menggelengkan kepala.   "Kau bisa membayar berapa pun percuma, karena penginapan ini sudah diborong dan tidak boleh ada tamu lain!"   "Kau sengaja mempersulit aku?"   Karena emosi, Siau Cu segera marah dan mencengkram dada baju pelayan.   "Memang begitu kenyataannya!"   Kata pelayan.   "Ada masalah apa?"   Lamkiong Po keluar. Melihat Siau Cu, dia terpaku dan berteriak.   "ternyata adalah kau!"   Siau Cu juga merasa aneh.   Baru mau bertanya, pelayan itu ribut lagi.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 115 "Lamkiong Kongcu, anda datang tepat waktu! Orang ini tidak percaya bahwa penginapan Im-lai sudah dipesan semua.   Dia tetap ingin menginap di sini..."   "Tuan ini adalah teman keluarga Lamkiong!"   Kata Lamkiong Po. Dia tertawa pada Siau Cu.   "mari kita masuk dan mengobrol di dalam..."   Pelayan masih bengong.   Siau Cu juga tidak mempersulitnya.   Siau Cu segera mengikuti Lamkiong Po masuk.   120-120-120 Cia Soh-ciu, Tong Goat-go, Bwe Au-siang, Tiong Bok-lan, Bing- cu berada di ruangan tamu penginapan.   Melihat Siau Cu, semua orang terkejut.   Dari Siau Cu mereka tahu Lam-touw terbunuh, hal ini terlebih membuat mereka terkejut.   Cia Soh-ciu dan Tong Goat-go yang sudah tahu masalah ini pura- pura tidak tahu.   Bing-cu yang pertama berbicara.   "Lam-touw Cianpwee berilmu tinggi dan berpengalaman, orang yang membunuh dia pasti adalah seorang pesilat tangguh!"   "Siapapun dia, kecuali kalau aku tidak bertemu, kalau tidak aku akan bertarung mati-matian dengan dia!"   Siau Cu marah.   "Di dalam hatimu apakah ada orang yang kau curigai?"   Tanya Cia Soh-ciu.   "Tidak ada!"   "Apakah ada tanda-tanda yang ditinggal?"   Tanya Lamkiong Po. Siau Cu menggelengkan kepala. Dari kantong kulit pinggang mengeluarkan burung merpati.   "Hanya merpati ini yang menuntun aku mencari. Aku percaya hanya dia yang tahu wajah asli pembunuh!"   Cia Soh-ciu dan Tong Goat-go melihat burung merpati itu.   Mendengar lagi kata Siau Cu, hati mereka bergetar dan mereka saling pandang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 116 Burung merpati itu entah benar mengenal Tong Goat-go dan Cia Soh-ciu, matanya terus berputar-putar dan terus mengeluarkan suara.   "Ku...ku..."   Cia Soh-ciu dan Tong Goat-go merasa seperti dilihat terus oleh burung merpati itu tapi mereka masih bisa berpura-pura seperti tidak terjadi sesuatu.   Tong Goat-go membalikkan kepala, tidak berani melihat burung merpati itu.   Reaksi Cia Soh-ciu sangat cepat.   Dia sengaja maju dua langkah untuk menutupi Tong Goat-go dan berkata.   "Tapi sayang burung merpati tidak bisa berbicara bahasa manusia dan manusia juga tidak mengerti bahasa burung!"   Siau Cu menarik nafas.   "Guruku paling sayang merpati ini. Aku membawanya juga tidak ada guna, aku akan melepas kan burung ini. Biarlah dia bebas terbang ke mana pun. Ada waktu dia bisa terbang ke depan kuburan guru untuk menemani guru!"   "Ide bagus!"   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Kata Cia Soh-ciu, karena melihat burung merpati ini membuat dia merasa tidak nyaman. Tangan Siau Cu diangkat melepaskan burung merpati, burung merpati segera terbang keluar melewati Cia Soh-ciu dan Tong Goat- go. Cia Soh-ciu baru tenang dan bertanya.   "Apa rencanamu sekarang?"   "Waktu di ibukota, guru dan Tiong Toa-sianseng sangat akrab, mungkin aku bisa mencari tahu tentang guru dari Tiong Toa- sianseng. Informasi ini mungkin bisa sedikit membantu dalam mencari pembunuh guru!"   Mata Siau Cu memancarkan sorotan berharap.   "Kapan kau berangkat?"   Tanya Bing-cu.   "Semakin cepat semakin bagus!"   Siau Cu berdiri,"hanya ada satu penginarpan di daerah sini..."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 117 "Hari sudah larut, lebih baik kau bermalam di sini! Besok baru pergi!"   Kata Bing-cu. Siau Cu belum menjawab, Bing-cu segera bertanya.   "Bagaimana pendapat paman ke empat?"   Lamkiong Po seperti sedang memikirkan sesuatu. Dia tidak berbicara dari tadi. Setelah mendengar pertanyaan Bing-cu, dia seperti tersadar dan baru menjawab.   "Baiklah!"   "Aku takut menganggu kalian!"   Kata Siau Cu. Lamkiong Po mencegat.   "Aku kira kau tidak perlu sungkan! Kita adalah orang dunia persilatan, tidak perlu sungkan. Bila kita mendapatkan informasi, kita akan mem-beritahu kepadamu!" 121-121-121 Memang Lamkiong Po berkata begitu, tapi dia tidak melakukannya. Setelah bertemu Siau Cu, dia segera menemui Lo- taikun. Cia Soh-ciu sedang berada di sana. Melihat Lamkiong Po masuk, dia seperti tahu Lamkiong Po ingin berbicara dengan Lo-taikun, maka dia mencari alasan untuk pergi. Lo-taikun melihat Lamkiong Po.   "Katanya kau menyetujui Siau Cu tinggal di penginapan ini?"   "Hanya satu malam!"   "Katanya gurunya terbunuh?"   "Betul, aku berjanji akan membantu dia mencari pembunuhnya!"   "Oh?"   Lo-taikun tertawa.   "beberapa hari ini melakukan hal demi keluarga Lamkiong, kau pasti lelah. Ibumu sudah tua, setelah rapat Pek-hoa-couw selesai, aku harus pensiun dan urusan keluarga Lamkiong akan kuserahkan kepadamu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 118 "Ananda tidak berpengalaman, mempunyai niat dalam banyak hal tapi tidak sanggup melakukan!"   Lamkiong Po mengeluh.   "Apa yang kau katakan?"   "Beberapa tahun ini, Ananda tetap tidak berhasil mencari musuh keluarga Lamkiong!"   "Pasti akan ditemukan!"   "Ananda tidak berguna, harus membuat ibu terus membunuh orang yang tidak bersalah!"   Lamkiong Po terlihat sedikit emosi.   "Maksud..."   Lo-taikun terpaku.   "Lam-touw!"   Kata Lamkiong Po.   "Kau kira Lam-touw dibunuh olehku?"   "Ananda hanya menebak!"   Lo-taikun tertawa.   "Mempunyai putra yang cerdik dan tajam otaknya, seharusnya aku senang!"   Lamkiong Po bengong melihat Lo-taikun.   "Betul! Akulah yang membunuh Lam-touw. Walaupun aku sedikit emosi, tapi orang ini sudah beberapa kali masuk ke keluarga Lamkiong. Terlihat dia mempunyai maksud lain. Sebenarnya dia pantas mati!"   "Tapi.."   "Kau terlalu baik! dunia persilatan sangat ^ kejam, kadang- kadang kita tidak berbuat kesalahan tapi orang lain akan mencari kesempatan!"   Lamkiong Po menundukkan kepala.   "Sudahlah! Ibu berjanji kepadamu tidak akan banyak membunuh lagi!"   "Ananda juga demi keluarga Lamkiong..."   "Aku mengerti! Apakah kau yang menyuruh Siau Cu tinggal di sini?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 119 Hati Lamkiong Po bergetar. Dia berkata.   "Ibu..."   Tangan Lo-taikun memukul, Cia Soh-ciu segera masuk.   "Turunkan perintahku, tidak ada yang boleh membuat Siau Cu repot!"   Setelah Cia Soh-ciu pergi, Lo-taikun baru bertanya kepada Lamkiong Po.   "Apakah kau merasa puas?"   "Terima kasih ibu!"   Hati Lamkiong Po menjadi tenang.   122-122-122 Siau Cu tidak berada di kamar.   Begitu masuk, dia sudah dipanggil Bing-cu diam-diam.   Setelah berpisah di ibukota, dia mengira akan lama baru bisa bertemu Bing-cu, tapi siapa tahu mereka begitu cepat sudah bertemu lagi.   Kalau bukan karena kematian Lam-touw, tidak diragukan lagi dia akan sangat senang.   Bing-cu sangat mengerti pikiran Siau Cu, tapi dia tetap bertanya.   "Bila bertemu dengan orang yang membunuh gurumu, apa yang akan kau lakukan?"   "Membunuh dia, membalas dendam guru!"   "Setelah itu apa yang akan kau lakukan?"   "Berkelana di dunia persilatan dan menjadikan dunia persilatan sebagai rumahku!"   "Apakah tidak ada hal yang lain?"   "Berlatih ilmu silat yang baik agar bisa berhasil di dunia persilatan!"   "Tidak ada yang lain lagi?"   Siau Cu tidak memperhatikan, dia menggelengkan kepala.   Dia masih ingin mengatakan sesuatu tapi Bing-cu sudah membalikkan tubuh.   Dia adalah orang yang cerdik, dia segera mengerti dan berkata.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 120 "Bila ada waktu, aku pasti datang menengokmu!"   Bing-cu membalikkan tubuh lagi dan melihat Siau Cu, sambil mengeluh.   "Apakah kau tidak berpikir tidak baik kita terus bertemu seperti ini?"   "Kalau begitu harus bagaimana?"   "Lebih baik kau menjadi murid ibuku, bukankah kau bisa terus tinggal di keluarga Lamkiong? Ibu selalu menyayangi aku, dia pasti akan setuju!"   "Tentang ini, sementara aku masih belum bisa..."   "Mengapa? Apakah kau tidak suka bersama denganku?"   "Sejujurnya, aku masih punya satu masalah yang belum diselesaikan!"   "Tentang apa?"   "Aku belum bisa menjelaskan sekarang!"   "Kalau kau mau bohong, kau harus bisa mencari alasan yang lebih baik!"   Bing-cu membalikkan tubuh.   "Sebenarnya ini adalah ketika guru menggantungkan Bi-giok- leng dari Pek-lian-kau ke leher burung merpati untuk diberikan kepadaku. Ini pasti ada sebabnya!"   Siau Cu mengeluarkan Bi-giok- leng.   "coba kau lihat!"   Begitu melihat Bi-giok-leng, Bing-cu segera merasa barang ini bukan barang sembarangan. Dia tidak tahu itu adalah Bi-giok-leng dari Pek-lian-kau. Dia juga tidak melihat ada kegunaan apa, tapi dia percaya apa yang dikatakan Siau Cu.   "Kalau kau benar-benar ada penting, selesaikanlah dulu!"   Bing- cu adalah orang yang pengertian.   Siau Cu menarik nafas lega.   Dia menaruh kembali Bi-giok-leng di dada.   Karena terus memperhatikan Bing-cu, dia tidak melihat Kiang Hong-sim bersembunyi di balik semak-semak untuk melihat dan mencuri dengar.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 121 Melihat lempengan Bi-giok-leng, mata Kiang Hong-sim menjadi besar.   Terlihat dia ingin keluar untuk merebutnya, tapi akhirnya tidak dia lakukan.   123-123-123 Selain Kiang Hong-sim, masih ada Tiong Bok-lan yang tahu Siau Cu dan Bing-cu bertemu.   Setelah kembali ke kamar, Tiong Bok-lan duduk di ranjang menunggu Bing-cu datang.   "Bibi ke lima, Bing-cu merasa aneh!"   "Tutup pintu dahulu baru berbicara!"   Bing-cu menutup pintu dan berjalan ke depan Tiong Bok-lan. Baru Tiong Bok-lan bertanya.   "Tadi kau ke mana?"   "Hanya keluar untuk jalan-jalan!"   Bing-cu menjawab dengan malu-malu.   "Bing-cu, apa aku juga tidak kau per-cayai?"   "Aku mencari Siau Cu!"   Akhirnya Bing-cu berkata jujur.   "Kita hanya..."   "Tidak perlu menjelaskan pada bibi ke lima, aku juga pernah muda, mana mungkin tidak mengerti hatimu! Tapi harap kau jangan mengulangi lagi kesalahan yang sudah dibuat!"   Tiba-tiba Bing-cu berkata.   "Siau Cu adalah orang baik!"   "Tapi keluarga kalian tidak setara, boleh dikatakan terlalu jauh. Aku kira Lo-taikun akan menentang!"   "Apakah bertemu dengan berbicara dengannya juga tidak boleh?"   "Sebagai perempuan, akan selalu mendapat rugi!"   "Kalau begitu apa yang harus aku lakukan?"   "Kalau bisa kau menghindar, kalau terpaksa, harus melihat takdir Thian!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 122 "Waktu kau mencari Siau Cu tadi, apakah ada yang melihat?"   "Seharusnya tidak ada!"   "Kelak harus lebih berhati-hati lagi. Kalau aku tahu tidak menjadi masalah, tapi bila dia tahu..."   "Dia itu siapa?"   Tiong Bok-lan tidak memberitahu siapa, hanya berkata.   "Yang penting kau ingat, di keluarga keluarga Lamkiong ada begitu banyak orang, belum tentu semuanya orang baik!"   Bing-cu tidak menjawab.   Mungkin karena dia mengira Tiong Bok-lan adalah orang yang keras kepala, mungkin juga karena dia sudah tahu.   Malam ini adalah malam yang paling sulit dilewati oleh Bing-cu.   Dengan susah melewati malam, hari baru terang.   Pagi-pagi Siau Cu sudah pamitan dengan Lamkiong Po.   Walaupun Bing-cu sempat mengantar Siau Cu, tapi karena ada Lamkiong Po maka dia tidak berkata apa-apa.   Tapi dari pancaran matanya sudah terlihat dia berat hati ditinggal Siau Cu.   Lamkiong Po tidak menahan dia.   Terhadap Siau Cu dia merasa bersalah.   Walaupun dia sudah tahu siapa yang membunuh Lam- touw, tapi dia tidak bisa mengatakan.   Apakah kelak Siau Cu akan mengetahui pembunuh gurunya adalah keluarga Lamkiong? Apakah pada waktu itu akan ada perubahan? Itu bukan sesuatu yang bisa dia hadang.   Siau Cu tidak tahu setelah berpisah dengan Bing-cu semalam, dia banyak mengalami peristiwa aneh.   Dia terus membalikkan kepala melihat Bing-cu.   Walaupun merasa bingung tapi hatinya tetap terasa manis.   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      124-124-124 Karena tidak enak hati, maka Siau Cu berjalan tidak cepat.   Sampai siang hari dia sudah jauh dari penginapan In-lai.   Dia mulai merasa aneh, waktu mau beristirahat, dia mendengar suara aneh di pinggir jalan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 123 Dia bisa tahu suara apa itu dan ketika melihat, ada seseorang yang sedang mengipas-ngipas di bawah pohon.   Orang itu adalah utusan lampion biru, Lan Ting-ji.   Itu benar-benar di luar dugaannya.   Dia segera meloncat berdiri.   Di belakang segera ada yang membaca.   "O-mi-to-hud!"   Dia melihat ke belakang.   Utusan lampion kuning Bu-sim sedang berdiri di belakangnya.   Kemu dian ada suara orang tertawa dari atas pohon.   Waktu Siau Cu melihat ke atas, utusan lampion merah duduk di atas pohon.   Sorot mata Siau Cu terus mencari.   Lan Ting-ji melihat dia dan berkata.   "Tenanglah, yang datang hanya kami bertiga, apakah belum cukup?"   "Apakah kalian ingin membalaskan dendam Liu Kun?"   Lan Ting-ji menggelengkan kepala.   "Liu Kun sudah mati. Orang mati tidak bisa hidup kembali, untuk apa kita melakukan hal yang tidak berguna?"   "Kami masing-masing demi atasan baru membuat permusuhan. Sekarang keadaan sudah tenang maka dendam sudah ikut menghilang!"   "Bukankah tadi kalian ingin memberitahu kepadaku bahwa kalian hanya kebetulan lewat di jalan dan bukan sengaja menunggu aku di sini?"   "Sebenarnya tidak begitu! Di sini tidak ada meja atau kursi. Sekarang kau ada di sini maka kita bereskan di sini!"   "Kita tidak ada dendam, hanya ingin meminjam sesuatu darimu!"   Kata Bu-sim.   "Barang apa?"   Siau Cu tidak terpikir.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 124 "Bi-giok-leng! Barang ini tidak ada gunanya untukmu. Kita sudah saling mengenal, lebih baik kau berikan kepada kami!"   "Bi-giok-leng?"   Tangan Siau Cu tidak sengaja memegang kantong kulit di pinggang.   "siapa yang memberitahu kalian Bi-giok-leng ada di tanganku?"   "Asal kau mengaku Bi-giok-leng di tanganmu, siapa yang memberitahu itu sama saja!"   Utusan lampion merah tertawa.   "Kalian yang membunuh guruku?"   "Pek-lian-kau berani melakukan pasti berani mengakui! Tapi sayang itu bukan kami!"   Kata Bu-sim.   "Kalian pasti tahu sedikit banyak!"   "Tapi sayang kami tidak tahu. Bi-giok-leng di tanganmu tidak ada gunanya, mengapa tidak berikan kepada kami?"   Kata Lan Ting- ji.   "Bila kalian mau bertarung, sekarang boleh dimulai!"   "Suseng, apakah..,"   Utusan lampion merah tertawa.   "Arak yang terhormat biasanya tidak ada orang yang suka meminumnya!"   Lan Ting-ji menggelengkan kepala.   "Ini persetujuan dari hweesio!"   Tiba-tiba Bu-sim mengangkat tongkat dan menyapunya ke pinggang Siau Cu.   Suara baru terdengar, tongkat dan orang sudah sampai.   Siau Cu lebih cepat.   Tongkat belum sampai, tubuhnya sudah seperti panah melesat keluar.   Tongkat mengenai pohon tempat Siau Cu berdiri tadi, pohon pun patah.   Pohon patah mencegat Lan Ting-ji yang ingin mengejar Siau Cu.   Utusan lampion merah yang ingin meloncat dan mengejar juga terhadang oleh pohon patah.   Siau Cu dan Lu Tan adalah orang yang sifatnya bertolak belakang.   Kalau Lu Tan jelas-jelas sudah tahu akan kalah, dia tetapLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 125 bertarung sampai akhir.   Sedangkan Siau Cu kalau tahu akan kalah dia akan kabur, kecuali terpaksa.   Tidak hanya Bu-sim yang merasa di luar dugaan.   Lan Ting-ji dan utusan lampion juga sama merasa di luar dugaan mereka.   Waktu mereka melewati pohon patah, Siau Cu sudah berada 13 tombak jauhnya.   "Kejar!"   Teriak Bu-sim.   Lan Ting-ji dan utusan lampion merah segera mengejar.   Kalau lawan hanya satu orang, Siau Cu pasti tanpa pikir panjang bersembunyi di semak-semak hutan.   Tapi lawan ada tiga orang dan masing-masing adalah pesilat tangguh.   Bukan hal yang mudah untuk menipu mata mereka, maka Siau Cu terpaksa berlari ke depan.   Ilmu meringankan tubuh Lan Ting-ji dan utusan lampion merah sangat bagus.   Bu-sim yang membawa tongkat berat juga tidak tertinggal jauh.   Tapi untuk mengejar Siau Cu, mereka harus berusaha keras.   Yang merugikan Siau Cu adalah setelah berlari jauh, di depan malah terbentang tanah datar.   Mereka sudah semakin mendekat.   Dahi empat orang ini sudah berkeringat, kekuatan mereka terus berkurang dan tidak ada kesempatan untuk memulihkan tenaga.   Setelah melewati hutan, ada dinding gunung yang menghadang.   Siau Cu menarik nafas.   'Mungkin Thian ingin aku mati!' Waktu dia membalikkan tubuh siap bertarung, tiba-tiba dia melihat di sebelah kiri tidak jauh pada dinding gunung ada sebuah celah retakan yang panjang.   Dia berpikir.   'Thian memang tidak menghentikan usahaku!' Dia segera berlari ke celah itu.   Lebar celah retak itu sekitar 3 depa, dengan kedalamannya sekitar 3 tombak.   Di sana ada sebuah patung kera.   Dua tanganLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 126 patung kera memegang piring yang terbuat dari batu.   Dia sedang menghidangkan buah persik yang juga terukir dari batu.   Siau Cu tidak melihat patung kera lebih lama lagi, dia meloncat melewati kepala kera dan terus berlari.   Lan Ting-ji, utusan lampion merah, dan Bu-sim sudah sampai.   Melihat patung kera, mereka berhenti.   "Apakah ini adalah Sian-tho-kok?" (Lembah dewa persik). Lan Ting-jin berpikir sambil melihat patung kera itu.   "Tidak peduli apa itu, yang penting bisa mendapatkan Bi-giok- leng!"   Utusan lampion merah segera berlari ke sisi patung kera itu.   Tapi kemudian muncul siulan aneh.   Ribuan , batu segera dilempar.   Untung utusan lampion merah bergerak cepat, dia menjemput beberapa batu dan segera berlari mundur.   Batu-batu jatuh seperti hujan.   Setelah itu S berhenti.   Waktu mereka melihat ke atas, terlihat di 'i kiri dan kanan dinding gunung kera yang besar dan j kecil, entah ada berapa ribu ekor kera.   Tangan kera masing-masing memegang batu, mata kera terus me-lototi mereka.   Lan Ting-ji tertawa kecut.   "Aku kira tempat ini hanya mitos, ternyata benar ada tempat seperti ini!"   "Apakah kita takut kepada kera-kera ini?"   Utusan lampion merah bertanya.   "Kera-kera itu tidak perlu ditakuti. Tuan mereka lah yang akan membuat kita repot!"   Kata Bu-sim.   "Mitos dunia persilatan berkata di Sian-tho-kok tinggal seorang Cianpwee bernama Wan. Dia sulit dihadapi. Tidak ada yang tahu ilmu silatnya setinggi apa!"   "Itu karena pengetahuanmu sempit dan dangkal!"   Kata Bu-sim tertawa.   "Hweesio tahu seberapa banyak tentang Wan-tianglo?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 127 "Yang lain tidak kita bicarakan. Katanya guru Siauw-lim-pai Sim-tan, begitu mengangkat bicara tentang orang ini juga menggelengkan kepala. Tapi saying, selihai apa orang ini, selain menggelengkan kepala dia tidak menjelaskan lebih jauh! Sepenge- tahuanku, Sim-tan-cianpwee bukan orang yang takut kerepotan, dia adalah orang yang sangat sabar!"   Lan Ting-jin melipat kipasnya.   "Maksudku lebih baik kita pulang dan meminta petunjuk dulu?"   "Lebih baik, salah satu dari kita bertiga masuk untuk melihat agar tahu kelihaiannya seperti apa. Tapi aku percaya dari kita bertiga, tidak ada yang mau melakukan ini!"   "Tadinya aku mau. Tapi setelah mendengar cerita ini lebih baik aku melepaskan niat ini!"   Kata utusan lampion merah.   "Sayang!"   Kata Bu-sim.   "Entah Siau Cu yang kita kejar ada hubungan ada dengan Wan-tianglo?"   "Sedikit banyak pasti ada kaitan. Kalau tidak, untuk apa dia berlari kemari?"   Kata Lan Ting-ji.   "Yang lain tidak perlu kira urus. Asal tahu dia berada di sini, kita ada alasan melapor kepada Ji-wi Kaucu. Itu sudah cukup!"   Kata Bu- sim.   Dia segera membalikkan tubuh dan pergi.   Lan Ting-ji dan utusan lampion merah ikut berjalan.   Kera-kera itu tidak melemparkan batu lagi.   Patung kera seperti lambang batas kera-kera.   Asal tidak melewati batas patung kera, mereka tidak akan bertindak.   125-125-125 Jalan dari celah retakan ke dalam adalah suatu lembah.   Di sini terdapat banyak pohon persik.   Mungkin ada beberapa puluh ribu pohon.   Pohon sangat tinggi dan penuh dengan buah persik.   Di sana juga ada banyak kera.   Ada kera yang memanjat di pohon rotan dan berayun-ayun.   Siau Cu belum pernah melihat tempat seperti ini maka dia merasa aneh.   Sesuatu melayang datang menuju dirinya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 128 Gerakannya seperti kera.   Begitu melihat jelas, ternyata adalah seorang tua.   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Siau Cu dicengkram oleh orang tua itu dan dibawa ke tempat pohon-pohon tumbuh lebat.   Orang tua ini bertubuh pendek dan kecil tapi kedua tangannya sangat panjang, panjang tangannya mencapai lutut.   Dia bermulut lancip dan pipinya cekung ke dalam.   Orang tua ini terlihat sangat aneh, membuat orang ingin tertawa.   Tapi dia tidak terlihat jahat.   Gerakannya sangat cepat.   Walaupun Siau Cu melihat orang tua ini tidak mempunyai niat jahat, tapi dia juga tidak mau ditangkap seperti anak ayam.   Dia mau melawan tapi sudah terlanjur dicengkram.   Orang tua hanya menangkapnya dengan lima jari, tapi dua jarinya begitu tepat menekan di jalan darah Siau Cu, membuatnya merasa pegal dan linu juga merasa nyaman, sedikitpun tidak merasa sakit.   Maka dia meregangkan tubuh.   Setelah melewati hutan persik, di depan tampak dataran tinggi.   Terlihat sebuah rumah berbentuk aneh yang terbuat dari batang pohon.   Pak tua melempar Siau Cu di depan rumah itu.   Siau Cu merangkak bangun.   "Terima kasih Cianpwee sudah menyelamatkan Siau Cu!"   "Orang dunia persilatan memanggilku Wan-tiangli!"   Siau Cu tidak tahu. Dia tertawa lepas.   "Teman dunia persilatan memanggilku Siau Cu."   "Siau Cu, dasar ilmu silatmu bagus, kau termasuk dalam perkumpulan mana?"   "Tidak ada perkumpulan. Aku hanya menjual teknik sulap di jalan!"   "Betulkah?"   "Kalau anda tidak percaya, aku bisa mempera gakan untukmu!"   "Tidak perlu!"   Lalu dia tertawa.   "siapapun kau, Thian telah mengantarkanmu kemari, berarti kau milikku!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 129 "Aku tidak mengerti!"   "Kalau begitu dengar baik-baik. Ilmu yang kulatih adalah 'Tai- seng-sin-kang' (Ilmu sakti Sun Ngo-kong). Seharusnya langkah- langkah perubahan terdiri dari 64 jurus. Setelah diteliti dan diubah, sekarang perubahan mencapai 284 macam. Asal kau sanggup, kau bisa menahan seranganku lama!"   "Aku semakin tidak mengerti!"   Siau Cu meng gelengkan kepala.   "apa maksud anda memberitahu tentang ini kepadaku?"   "Maksudku adalah aku berharap kau bisa bertahan lebih lama, kalau sekali bertarung kau sudah jatuh, itu membosankan!"   "Maksudmu kau ingin bertarung denganku?"   "Dunia begitu besar, tidak ada tempat yang lebih indah daripada tempat ini. Aku sudah tua, aku malas keluar mencari orang yang mau bertarung denganku. Sedangkan kau, kau sendiri yang datang kemari!"   Maka Wan-tianglo tertawa sendiri. Dia terlihat sangat senang. Siau Cu melihat Wan-tianglo dan menggeleng kan kepala.   "Kau sudah tua dan pernah menyelamatkanku, aku tidak tega melukaimu. Apalagi aku masih punya hal penting yang harus kulakukan. Siau Cu pamit pergi!"   Dia benar mau pergi dan baru melangkah, dua tangan Wan- tianglo bergerak.   Rotan yang selalu berada di tangannya segera terbang ke arah Siau Cu.   Rotan yan panjangnya puluhan depa terlihat akan melilit dua kaki Siau Cu.   Tapi waktu Siau Cu meloncat ke atas, rotan dari bawah meloncat ke atas, melilit leher Siau Cu.   Siau Cu ingin membuka lilitan kaki, tapi dia sudah ditarik ke depan Wan-tianglo.   Memang leher tidak patah tapi tidak nyaman rasanya.   "Kau sudah tahu kaki dan tanganku gatal ingin bertarung tapi kau tidak menolongku, malah ingin kabur!"   Wan-tianglo marah.   "kalau kau tidak mau bertarung denganku, aku akan mencabut nyawa mu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 130 Kemudian dengan cepat dia melilit Siau Cu dengan rotan itu.   "Lepaskan aku dulu!"   Siau-cu tertawa.   "Berarti kau ingin bertarung denganku!"   "Bagaimana jika aku bisa mengalahkan-mu?"   "Apa yang kau suka akan kuberikan!"   Wan-tianglo tertawa.   "Bagaimana kalau aku kalah?"   "Yang pasti harus tinggal di sini, setiap hari bertarung denganku sampai kau bisa mengalahkan aku!"   Sambil berkata, dia melepaskan Siau Cu. Siau Cu tertawa kecut.   "Berarti aku tidak bisa membiarkanmu!"   "Bocah, sombong sekali kau!"   Siau Cu mengambil nafas.   Dengan beberapa gerakan dia membuat otot-ototnya rileks.   Dia segera menyerang.   Dia tahu Wan- tianglo bukan orang yang mudah dikalahkan, maka sekali menyerang dia langsung menggunakan jurus andalan dari perguruannya.   Dia berharap dengan beberapa kali serangan tiba- tiba bisa membuat Wan-tianglo roboh dan dia bisa meninggalkan tempat ini.   Dia juga tahu seperti gurunya Lam-touw, Kao Siau-thian, orang aneh di dunia persilatan ini memang memiliki sifat yang aneh, tapi mereka sangat menepati janji.   Maka dengan cara apapun dia akan merobohkan orang tua ini.   Yang dia pikirkan adalah perhitungan dia sendiri, tapi begitu dia menyerang, Wan-tianglo seperti bisa berubah.   Dari depan, belakang, kiri, dan kanan berputar-putar, kemudian menyerang kaki, tangan, kepala, dari semua arah menyerangnya.   Siau Cu tahu itu adalah ilusi.   Dia tahu ilusi ini terjadi karena perubahan yang cepat di tubuh Wan-tianglo, ditambah dengan sudut-sudut tertentu maka mengganggu pandangannya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 131 Kata-kata Wan-tianglo tidak dilupakan, tapi sekarang dia sudah tidak tahu yang mana yang benar dan yang tidak.   Im atau Yang, sampai-sampai keberadaan Wan-tianglo juga tidak bisa dia pastikan.   Kalau begini, mana bisa bertarung? Dia tertawa kecut, akhirnya dia bisa melihat sedikit.   Karena pendengarannya sangat tajam, dia menyerang dengan kepalan.   Tapi perubahan Wan-tianglo benar-benar cepat, gerakan dia sama sekali tidak terkejar.   Baru sebentar, Siau Cu sudah ditendang dan dipukul beberapa kali.   Tendangan dan pukulannya tidak ringan, membuat tubuhnya bergoyang ke sana-sini.   Dengan susah payah bisa berdiri tegak tapi serangan yang lain sudah datang lagi.   Hal ini membuat dia terguling ke bawah.   Dia terbaring di bawah.   Wan-tianglo segera berhenti menyerang.   Dia berjongkok di depan Siau Cu dan melayangkan tangan.   "Terus! Teruskan..."   Siau Cu menggelengkan kepala dan sudah bernafas terengah- engah.   "Aku mengaku bukan lawanmu!"   "Tapi tetap harus terus bertarung!"   "Aku tidak ada dendam denganmu, bagaimana kalau aku terluka? Apakah kau tega melihatnya?"   "Tenanglah! Kalau kau terluka, aku akan mengobatimu. Bangun! Bangun!"   Wan-tianglo tidak peduli.   Dia memaksa Siau Cu bangun.   Siau Cu mengambil kesempatan menyerang dengan kepalan tapi kepalan belum sampai, tangan Wan-tianglo sudah terlepas.   Siau Cu mengejarnya.   Tidak lama tubuh Wan-tianglo berubah seperti tadi lagi, kemudian dengan tendangan dan kepalan memukul Siau Cu sampai terguling lagi.   Siau Cu mulai marah.   Dia meloncat bangun.   Semua ilmu yang diajarkan Lam-touw dikeluarkan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 132 "Ini baru benar!"   Wan-tianglo sangat senang.   Setelah bertarung ratusan jurus, Siau Cu tetap di pukul sampai roboh.   Kali ini tangan dan kaki Siau Cu terbuka lebar.   Dia memejamkan mata dan tidak merangkak bangun lagi, Wan-tianglo berhenti.   Dia meraba wajah Siau Cu yang terlihat tidak berekspresi lagi.   Dia menggelengkan kepala.   "Begitu cepat sudah selesai!"   Dia segera berjalan mendekati gentong di sisi rumah.   Terlihat dia belum mau berhenti dan ingin menyiram Siau Cu dengan air supaya dia sadar.   Ketika dia membalikkan tubuh, Siau Cu segera membuka sebelah mata dan meloncat bangun.   Dia berlari ke arah hutan buah persik.   Wan-tianglo segera menge tahuinya.   Tangannya bergetar, rotan yang di bawah segera terbang keluar dan mengikat Siau Cu dengan kencang.   Walaupun di tangan Wan-tianglo tidak ada rotan, tapi tubuhnya berguling dan kemudian mengulurkan tangan, dia segera mencengkram rotan dan menarik.   Siau Cu langsung ditarik kembali dan terguling di bawah.   Belum sempat menarik nafas, kepalan Wan-tianglo sudah memukulnya.   Dia terpaksa menahan dan menyerang lagi.   Siau Cu sudah lelah, semua ilmu silat sudah dikeluarkan.   Wan- tianglo merasa bosan, tapi dia tetap memukul Siau Cu sampai roboh.   Siau Cu berusaha bangun tapi roboh lagi.   Wan-tianglo melihat dia memang tidak bisa bertarung lagi, maka menariknya bangun dan berkata.   "Baiklah, hari ini sampai di sini saja!"   Siau Cu sudah tidak ada reaksi lagi karena dia sudah pingsan. Wan-tianglo menggendong dia dan berjalan ke rumah pohon sambil mengomel.   "Siau Cu memang kalah dengan yang itu tapi lumayan juga. Kelak kalian berdua harus bergiliran melayaniku, itu baru namanya kesenangan."   Baru menyelesaikan kata-katanya, dia melempar Siau Cu masuk ke rumah pohon melalui jendela.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 133 Di dalam rumah pohon tergantung sebuah ranjang besar yang dianyam dengan rotan.   Seorang laki-laki berambut panjang dan acak-acakan sedang berbaring di sana.   Siau Cu terlempar di sisinya tapi dia sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa-apa.   Siau Cu cepat berusaha untuk sadar.   Walau pun setengah sadar dia masih tahu apa yang terjadi.   ' Melihat orang di sisi, dia segera mendorongnya.   Orang itu tetap tidak ada reaksi, walaupun digoyang I dengan kuat juga sama saja.   "Tidak diragukan lagi, dia pasti disiksa oleh , orang aneh itu sampai seperti ini. Kelihatannya aku ! juga akan seperti ini!"   Karena terlalu lelah, Siau Cu pingsan lagi.   Waktu dia sadar kembali, malam sudah larut.   Di sisinya ada sebuah piring kayu dan beberapa buah persik yang besar, juga ada setengah ekor ayam bakar yang masih panas.   Dia tidak sungkan, langsung makan sampai kenyang.   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Siau Cu melihat orang itu l tetap terbaring di sana.   Dia mencoba memeriksa pernafasan dari hidung, nafasnya sangat lemah.   Siau Cu sulit menjaga diri, bila terpikir gurunya Lam-touw terbunuh, dia benar-benar ingin kabur.   Melihat di rumah pohon tidak ada orang lain, dia merangkak dari ranjang rotan ke depan jendela.   Di luar jendela sangat sepi, hanya ada seekor kera kecil sedang berjongkok di sana.   Setelah mendengar sebentar, dia meloncat keluar dari jendela.   Kera kecil itu segera melotot.   Siau Cu memberi isyarat agar jangan ribut dan diam-diam berjalan terus.   Kera kecil itu seperti merasa aneh melihatnya, kemudian berteriak.   Begitu kera kecil berteriak, kera-kera di sekeliling segera berteriak.   Siau Cu baru melihat di sekeli- lingnya banyak kera yang sedang tidur.   Wan-tianglo keluar dari rumah pohon, dia sedangLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 134 meng-gendong seekor kera kecil.   Siau Cu ingin bersem-bunyi tapi tidak sempat lagi.   "Baiklah! Apakah kau sudah beristirahat dan ingin bertarung denganku di bawah sinar bulan?"   Begitu melihat adalah Siau Cu, Wan-tianglo segera berkata dengan senang.   "Kau sudah salah paham, aku keluar karena ingin melihat bulan!"   Siau Cu segera bersalto kembali ke rumah pohon dan berbaring lagi di ranjang rotan itu. Suara tawa Wan-tianglo terdengar.   "Kau tidak perlu berpura-pura, kau tidak akan bisa kabur, lebih baik kau tidur dengan baik dan besok baru bertarung lagi denganku!"   Siau Cu tidak menjawab.   Wan-tianglo juga tidak bicara lagi.   Kera-kera yang berteriak juga berhenti.   Tapi ada suara keluar dari orang yang berbaring itu.   Awalnya dia menarik nafas pelan-pelan kemu dian nafasnya semakin kencang.   Nafasnya bukan seperti manusia sedang terengah-engah, tapi seperti seekor binatang.   "Ada apa denganmu?"   Tanya Siau Cu terkejut. Orang ini hanya bisa bernafas terengah-engah. Dia seperti sangat kesakitan. Siau Cu tidak bisa apa- apa, dia segera teringat Wan- tianglo. Pintu kamar tiba-tiba terbuka, yang masuk adalah Wan- tianglo.   "Orang ini..."   Siau Cu baru ingin memberi tahu, Wan-tianglo sudah meloncat ke atas ranjang dan turun di sisi orang itu.   Dia segera menotok puluh an nadi di punggung orang itu kemudian membalikkan tubuh orang itu.   Menotok puluhan nadi di tubuh bagian depan dan menghembuskan nafas.   "Tidak akan terjadi apa-apa!"   Dia segera keluar kamar dan menutup kembali pintu. Orang itu merangkak bangun. Siau Cu memapah dia.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 135 "Bagaimana keadaanmu sekarang?"   "Tidak apa-apa lagi!"   Orang itu mengangkat kepala.   Sinar bulan menyinari wajahnya.   Dia bukan orang lain, dia adalah Wan Fei- yang.   Hanya saja Siau Cu tidak mengenal Wan Fei-yang.   Dia hanya merasa orang ini tidak mirip orang jahat.   Wan Fei-yang juga tidak banyak berbicara.   Dia duduk bersila untuk mengatur nafas.   Siau Cu bisa melihat dan tidak mengganggunya.   Mungkin dia teringat besok masih harus bertarung lagi dengan Wan-tianglo.   Dia berbaring lagi dan siap tidur dengan nyenyak.   126-126-126 Akhirnya hari terang juga.   Waktu Siau Cu bangun, Wan Fei-yang sudah selesai mengatur nafas dan membuka mata.   "Apakah kau sudah tidak apa-apa?"   Tanya Siau Cu.   "Terima kasih atas perhatianmu!"   Wan Fei-yang tersenyum.   "apakah kau juga tertangkap oleh Wan-tianglo?"   "Orang aneh itu benar-benar aneh. Umurnya sudah tua tapi masih suka bercanda!"   "Siapa namamu?"   Tanya Wan Fei-yang.   "Aku adalah bayi yang dibuang, tanpa marga dan nama. Guru memanggilku Siau Cu. Orang lain juga memanggilku begitu."   Teringat akan guru, Siau Cu merasa sedih lagi.   "Oh?"   Wan Fei-yang sedikit terharu melihat Siau Cu.   "Namaku Wan Fei-yang!"   "Wan Fei-yang?"   Siau Cu terpaku kemudian tertawa.   "sayang hanya nama dan marga yang sama. Jika kau adalah Wan Fei-yang dari Bu-tong-pai yang aku kenal, kau tidak akan takut dengan orang aneh itu!"   "Di mana kita pemah mengenal?"   Siau Cu terpaku.   "Apakah kau adalah Wan Fei-yang dari Bu-tong-pai? Kau sudah menguasai Thian-can-kang. Di Tai-san kau mengalahkan Tokko Bu-Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 136 ti. Di Siong-san mengalahkan Put-lo-sin-sian. Apakah kau adalah Wan Fei-yang itu?"   "Semua sudah menjadi masa lalu..."   Wan Fei-yang menarik nafas.   "Benar-benar ada mata yang tidak mengenal ksatria ini!"   Siau Cu tertawa.   "Sebenarnya aku tidak mengenalmu, tapi dua temanku mengenalimu. Dari mulut mereka, aku tahu kau adalah seorang ksatria. Maka bisa mengenalmu aku sangat beruntung!"   "Dua temanmu itu adalah?"   "Yang satu adalah Lu Tan!"   "Lu Tan?"   Kata Wan Fei-yang, dia segera teringat.   "orang ini sangat berbakat tapi sayang tidak berada di Bu-tong-san untuk belajar ilmu silat!"   "Yang satu lagi seharusnya kau lebih mengenalnya. Dia adalah Fu Hiong-kun.. Tubuh Wan Fei-yang bergetar.   "Bagaimana keadaan mereka sekarang?"   "Karena membunuh Liu Kun, Lu Tan diberi jasa maka bisa membersihkan nama ayahnya yang disebut pemberontak, tapi dia tidak tertarik untuk menjadi seorang pejabat. Dia memilih kembali ke Bu-tong-san dan katanya ingin menjadi seorang pendeta, dia juga ingin berlatih ilmu silat untuk mengabdi pada Bu-tong."   "Benar-benar bagus! Bagaimana dengan Fu Hiong-kun?"   "Baik!' "Apakah dia sudah mempunyai kekasih?"   Tanya Wan Fei- yang. Siau Cu tidak terpikir apa maksud Wan Fei-yang bertanya akan hal ini dan dia sama sekali tidak merasa aneh. Dia menjawab.   "Tidak begitu jelas tapi An-lek-hou sepertinya suka kepadanya!"   "An-lek-hou Su Yan-hong?"   "Apakah kalian saling mengenal?"   Wan Fei-yang mengangguk.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 137 "Apakah dia baik kepada An-lek-hou?"   "Lumayan!"   Wan Fei-yang tertawa kecut tapi merasa terhibur dan berkata sendiri.   "Kalau Fu Hiong-kun bisa melupakan masa lalu, dia baru bisa gembira!"   Tapi Siau Cu tidak mendengar.   "Betul, Wan-toako kau mempunyai ilmu silat yang hebat dan membuat dunia persilatan bergetar. Semua orang berharap kau bisa menjaga keadilan, mengapa kau kemari?"   Wan Fei-yang melihat Siau Cu.   "Sebenarnya bukan rahasia apa-apa. Waktu bertarung di Tai- san, walaupun aku mengalahkan Tokko Bu-ti, tapi aku terluka oleh ilmu 'Thian-mo-kay-te-tay-hoat'. Waktu itu An-lek-hou memberikan 'Cian-iian-ciap-su' kemudian Guru Bu-go dari Siauw-j lim dengan ilmu tusuk jarum menyambung nadiku , yang putus. Maka aku bisa pulih sekitar 70%-80%. ' Waktu bertarung lagi dengan getaran kecapi yang bernama Jit-sat dari Pek-lian-kau, Put- lo-sin-sian, aku terpaksa melawannya dengan sekuat tenaga. Nadi-nadiku tergetar dan putus. Jika bukan Guru Bu-wie yang memberitahukan cara menggunakan 'Ih-kin-keng' dan melakukan pengobatan sendiri, mungkin aku sudah mati!"   Walaupun baru bertemu tapi entah mengapa . terhadap Siau Cu, Wan Fei-yang merasa suka, pembicaraan mereka pun menjadi banyak.   "Maka kau bersembunyi di sini?"   "Apakah Ih-kin-keng ada gunanya, Guru Bu-wie juga tidak yakin. Jika benar akan mati, aku diam-! diam tinggal sendiri, itu sudah cukup, untuk apa mengejutkan teman dan membuat mereka sedih?"   Kata Wan Fei-yang sambil tertawa.   "tadinya aku ingin mencari suatu tempat di mana tidak ada orang datang menganggu, tapi sebelum mendapatkan tempat itu, Wan-tianglo sudah datang mencari!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 138 "Untuk apa orang aneh itu mencarimu?"   "Orang ini berlatih ilmu silat sampai menjadi gila, setiap hari selalu mencari pesilat tangguh untuk bertarung. Orang-orang dunia persilatan takut dan menghindari dia agar tidak menjadi repot. Dia tahu aku adalah pesilat tangguh, mana mungkin dia melepaskan kesempatan ini!"   "Kau kalah bertarung dengannya?"   "Luka dalamku belum sembuh. Belum sampai tiga jurus aku sudah muntah darah dan roboh. Tapi dia tidak melepaskanku dan mengantarku kemari. Setiap malam dengan ilmu Tay-seng-sin- kang membantuku melancarkan jalan darah. Ditambah aku menggunkan Ih-kin-keng untuk mengobati diri sendiri maka bisa bertahan hidup sampai sekarang!"   "Tujuan dia hanya ingin bertarung denganmu?"   "Sekarang satu hari satu kali!"   "Dia tetap menang?"   "Ilmu silat orang ini tidak berada di bawah Tokko Bu-ti dan Put- lo-sin-sian."   "Aku lihat jika belum membuat kita sampai benar-benar lelah, dia tidak akan berhenti. Luka dalammu belum sembuh, setiap hari pasti sangat sakit bagimu."   "Tapi banyak kebaikan yang bisa kita dapatkan!"   "Tapi dengan begitu kau tidak ada waktu untuk beristirahat, kapan luka dalammu akan sembuh?"   Terdengar ada suara, pintu sudah terbuka. Wan-tianglo datang sambil tertawa.   "Sekarang aku akan mencari orang untuk bertarung, di antara kalian berdua siapa yang maju duluan?"   "Aku!"   Siau Cu langsung menjawab.   Wan Fei-yang ingin menarik dia tapi Siau Cu sudah meloncat keluar.   Setelah di depan pintu, tiga kepalan sudah menyerang.   Wan-Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 139 tianglo terus mundur, sampai di lapangan luar rumah dia baru membalas.   Setelah itu serangan Siau Cu semakin gencar.   Semangat Wan- tianglo terlihat semakin bertambah.   Wan-tianglo berteriak.   "Baik!"   Dia meloncat juga berguling-guling seperti seekor kera.   Dia santai juga senang, tapi bersifat tidak sabar.   Ilmu Tay-seng-sin- kang sudah dikeluarkan dan posisinya terus berganti-ganti, membuat mata Siau Cu kacau.   Kemudian Siau Cu terkena pukulan dan terjatuh.   Dia meloncat bangun.   Kaki dan tangan bergerak menyerang lagi.   Di dalam tawanya, Wan-tianglo berputar lagi.   Siau Cu tertawa kecut, waktu dia siap dipukuli, tiba-tiba suara Wan Fei-yang terdengar.   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Cong-kang, Cou-hong-bun, Tan-hong-cau-yang, Beng-houw- sin-yo!" (semua adalah nama-nama jurus). Reaksi Siau Cu sangat lincah. Dia segera bergerak. Ilusi yang di depan mata menghilang. Waktu memperagakan Beng-houw-sin-yo, sepasang kepalan menyerang ke dada Wan-tianglo. Wan-tianglo bertahan ke kiri dan kanan, kemudian berbalik ke bela kang Siau Cu. Siau Cu menendang tapi tidak mengenai sasaran dan melihat ilusi terjadi lagi. Wan Fei-yang membentak lagi.   "Lan-lo-ta-kun (keledai malas berguling), Yu-tai-wie-yau (tali ikat pinggang), Ouw-liong-pak-bwe (naga hitam menggoyangkan ekor)."   Dua jurus di depan menutupi serangan Wan-tianglo. Jurus terakhir menyapu dengan kaki, memak sa Wan-tianglo berbalik kembali.   "Baik! Ada pesilat tangguh yang memberitahu memang berbeda!"    Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Pedang Angin Berbisik Karya Han Meng Satria Gunung Kidul Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini