Legenda Pendekar Ulat Sutera 19
Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 19
Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya dari Huang Ying Kata Siau Cu semangat. "Baiklah! Kita tidak ada pekerjaan di sini. Mari ambil kesempatan untuk berpikir!" Su Yan-hong tertawa bersemangat. "Kau berpikir, orang aneh itu biar aku yang hadapi! Asal bisa menggulingkan dia, selelah apapun aku akan kuat!" "Aku lihat dia tidak mudah melepaskan aku!" "Kau bisa pura-pura sakit. Orang aneh ini, asal-kan ada orang menemaninya bertarung, dia tidak akan berpikir panjang!" 171-171-171 Berpura-pura sakit di depan VVan-tianglo bukan hal yang mudah. Tapi Siaii Cu beberapa tahun mengikuti Lam-touw berkelana di dunia persilatan, sedikit banyak mengerti ketrampilan menghias wajah Dia mampu menghias Su Yan-hong sehingga terlihat benar-benar seperti orang sakit.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 18 Tapi bukan sakit berat, hanya sakit bagian pen cernaan. Kemudian Siau Cu terus menyalahkan Wan-tianglo yang hanya memberi makan buah-buahan. Akhirnya bisa menipu Wan-tianglo. Agar Wan-tianglo tidak mengganggu Su Yan-hong, Siau Cu berusaha melayani Wan-tianglo dengan baik. Dengan pengalaman dan ilmu silatnya, Siau Cu berusaha sekuat tenaga melayaninya. Sebenarnya itu bukan hal yang sulit. Siau Cu mengikuti kemauannya, sambil mena nyakan perubahan jurus-jurusnya. Tujuannya adalah mengulur waktu. Itu sangat cocok dengan keinginan Wan-tianglo. Hal ini membuat Siau Cu memperoleh lebih banyak kepandaian lagi. Tiga hari berturut-turut seperti itu, Siau Cu benar-benar tersiksa. Di sisi lain, Su Yan-hong sama sekali tidak mendapatkan hasil. Tapi dia tidak kecewa. Siau Cu juga tidak mengomel, dia malah memberi semangat. Dari perkataan Su Yan-hong, sepertinya tidak ada harapan. Kecuali muncul mujizat, kalau tidak, keinginan untuk sampai ke Bu-tong-san sudah tidak mungkin tercapai. Mujizat benar-benar muncul. Pada hari keempat pagi, ketika Su Yan-hong bangun, dia mendengar suara Siau Cu dan Wan-tianglo sedang bertarung. Kemudian dia melihat banyak bekas telapak kaki di lantai. Terlihat sangat kacau balau, horisontal dan vertikal saling bertum-pangan, tapi semua mengikuti susunan Pat-kwa. Hatinya bergerak, dia melangkah mengikuti telapak kaki dengan berurutan dan bergerak dengan alami. Thian-liong-pat-sut bisa diperagakan di sana. Setelah selesai Thian-liong-pat-sut berubah menjadi jurus yang lain. Tapi jurus ini adalah perubahan dari Thian- liong-pat-sut, dicampur dengan intinya Thian-liong-pat-sut kemudian menyatu lagi. Terlihat kekuatan jurus ini di atas Thian- liong-pat-sut. Bekas telapak kaki bisa membuat Su Yan-hong mengerti perubahan Thian-liong-kiu-sut, itu di luar dugaan Su Yan-hong.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 19 Saat itu dia benar-benar terkejut juga senang. Dia bolak-balik berlatih Thian-liong-kiu-sut, dia hampir tertawa lepas. Siau Cu tidak melihat bekas telapak kaki di lantai. Setelah bertarung dengan Wan-tianglo, dia kelelahan dan tergopoh-gopoh, hampir terguling di bawah. Su Yan-hong memapahnya, melihat tawa Su Yan-hong, Siau Cu merasa heran. "Coba kau lihat bekas telapak kaki di lantai ini!" "Kau yang membuatnya?" Su Yan-hong menggelengkan kepala. Siau Cu tertawa kecut. "Aku tidak melihat ada keistimewaan pada bekas telapak kaki itu. Apakah kau mau memberi tahu kepadaku bahwa Thian-liong-kiu- sut sudah kau kuasai?" "Aku hanya memberitahu kabar ini kepadamu!" Siau Cu meloncat. "Betulkah kau sudah menguasainya?" "Bukan hasil yang aku pikirkan, melainkan tadi pagi begitu bangun, aku melihat telapak-telapak kaki ini dan aku mengikutinya, dan jadilah Thian-liong-kiu-sut!" "Siapa yang membuatnya?" "Tadinya aku mengira adalah kau, tapi kalau dipikir-pikir tidak mungkin. Di tempat ini selain Wan-tianglo, masih ada siapa lagi?" "Tidak mungkin dia yang melakukan!" Siau Cu menggelengkan kepala. "Apakah dia tidak takut setelah kau menguasai Thian-liong-kiu- sut, kau akan mengalahkannya? Apalagi sifat dia yang aneh. Dia akan langsung memberitahu kepadamu. Kalau tahu kau pura-pura sakit, dia akan memukulmu, tidak mungin diam-diam masuk dan meninggalkan bekas telapak ini." "Betul, tapi siapa? Dan apa maksudnya?" Tanya Su Yan-hong.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 20 "Hanya pesilat tangguh baru bisa melihat tuju anku berlatih Thian-liong-pat-sut, dan hanya teman baru bisa membantuku mengikuti perubahan Thian-liong-pat-sut." "Siapapun yang melakukannya, kau sudah berlatih Thian-liong- kiu-sut, masih menunggu apalagi. Kita keluar mencari orang aneh itu dan menghajarnya." Su Yan-hong mengangguk. Kata Siau Cu. "Jangan sekarang, lebih baik kau beristirahat dulu, aku juga mengambil kesempatan ini untuk mengatur nafas dan beristirahat. Bila dibutuhkan aku bisa membantumu!" "Baik!" Kata Su Yan-hong mulai duduk bersila. "kalau sekarang tidak bisa mengeluarkan kekuatan Thian-liong-kiu-sut dan tidak bisa mengalahkan dia, kita harus mengakui nasib buruk kita!" Siau Cu tertawa. "Saat kau menggunakan Thian-liong-pat-sut, dengan sekuat tenaga dia baru bisa memecahkan. Kalau Thian-liong-kiu-sut, apakah dia bisa tahan?" Walaupun begitu, hatinya tetap curiga. Su Yan-hong melihat pikiran Siau Cu. Walaupun tidak mengucapkan kata-kata terima kasih, tapi dia bertekad untuk berjuang mati-matian. Wan-tianglo tidak tahu tentang Thian-liong-kiu-sut dan bekas telapak kaki. Tapi begitu melihat kegembiraan ini, dia sudah tahu. "Apakah perutmu sudah sembuh? Seharusnya dari awal kau sudah sembuh. Dengan ilmu silat mu, mana mungkin tidak bisa menyembuhkan sakit perutmu!" Su Yan-hong ingin mengatakan sesuatu, tapi Wan-tianglo berkata lagi. "Hitung-hitung kau tahu diri segera datang melayani aku. Beberapa hari ini hanya satu Siau Cu, aku tidak puas!" Siau Cu tertawa dingin.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 21 "Kau benar-benar tidak mempunyai hati nurani. Aku melayanimu, kau masih berkata tidak tertarik, tidak puas, kemarin kau berkata apa?" "Hari ini adalah hari ini, untuk apa membicarakan kemarin lagi!" Kata Wan-tianglo. Dia segera melambaikan tangan. "lebih baik kalian berdua datang bersamaan!" Siau Cu melihat Su Yan-hong. "Aku kuras dulu sebagian tenaga dalamnya!" Wan-tianglo tertawa. "Bocah, kau bisa menghabiskan berapa banyak tenaga dalamku?" Siau Cu tidak menjawab. Dia menyerang dengan sekuat tenaga. Wan-tianglo adalah orang yang gila berlatih ilmu silat, asal ada orang ingin bertarung keras dengannya, dia semakin senang. Setelah beberapa hari berlatih, Siau Cu sudah ada kemajuan besar. Sebenarnya tidak mudah bagi Wan-tianglo untuk merobohkan dia, benar-benar harus menghabiskan banyak tenaga. Su Yan-hong tidak bisa membiarkan Siau Cu dipukul roboh. Dia ikut menyerang. Sekali menyerang, Thian-liong-pat-sut sudah dikeluarkan. Tenaganya kuat dan ganas. Hal ini membuat Wan-tianglo semakin senang. Dengan serius dia melawan. Setelah Thian-liong-pat-sut selesai, Su Yan-hong sudah mundur 1 tombak. Tapi Thian-liong-kiu-sut segera dikeluarkan, langkah-langkah Su Yan-hong sangat lincah dan berilusi. Dengan jari menjadi pedang, mengeluarkan suara-suara tajam. Mata Wan-tianglo menjadi terang. Dia bertanya. "Ilmu silat apa ini?" Ketika mengucapkan kata-kata ini, dia sudah dipaksa mundur tujuh langkah oleh Su Yan-hong. Su Yan-hong belum menjawab, dia bertanya lagi.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 22 "Kau belajar dari mana? Lihai, lihai! Hebat, hebat...." Kata-katanya belum selesai, dia sudah terkena tiga pukulan. Kalau orang lain pasti sudah roboh, tapi Wan-tianglo sangat lincah. Reaksinya cepat. Tiga kali pukulan seperti menggaruk-garuk tubuhnya. Thian-liong-kiu-sut baru selesai dilatih, tenaga dalamnya belum bisa dikeluarkan sepenuhnya, maka bisa memukul Wan-tianglo juga tidak banyak gunanya, tapi bisa mengenai Wan-tianglo sudah membuat dia senang! Siau Cu dengan senang menepuk, berteriak. "Gulingkan dia! Robohkan dia!" "Mana bisa semudah itu!" Wan-tianglo masih bisa tertawa. Kata-katanya belum selesai, dia terkena pukul an lagi. Tubuh meloncat ke atas. Saat tubuhnya turun dia menyerang Su Yan-hong lagi. Siau Cu melihatnya, dia tidak sabar lagi, dia ikut menyerang Wan-tianglo dari samping. Serangan dia tidak meleset. Tapi saat kepalan tangan Siau Cu ingin memukul tubuh Wan-tianglo, pergelangan tangannya sudah dicengkram dan ditarik oleh Wan-tianglo. Tubuhnya akan menabrak Su Yan-hong. Terlihat tindakannya sudah dalam perhitungan Wan-tianglo, baru bisa dimanfaatkan dengan tepat. Su Yan-hong cepat menarik kembali jurus-jurusnya. Wan- tianglo mengambil kesempatan ini masuk, menendang Su Yan-hong sampai terguling. Siau Cu juga terguling di samping Su Yan-hong. Dia tahu dia sudah membuat kesalahan dan ingin segera meloncat bangun. Tapi jalan darah di tubuhnya sudah ditotok. Su Yan-hong terkena tendangan, jalan darah juga tertendang. Dia melihat Siau Cu, dengan lemas berkata. "Kita terlalu tergesa-gesa!" "Aku yang salah!" Kata Siau Cu. Su Yan-hong menggelengkan kepala.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 23 "Tenaga dalamku belum bisa bersatu dengan jurus yang aku gunakan, percuma saja terus bertarung!" "Jurus apa yang kau gunakan tadi?" Tanya Wan-tianglo. "Tidak ada hubungannya denganmu!" Wan-tianglo tertawa licik. "Kalian tidak mau memberitahu tidak apa-apa. Nanti setelah beberapa kali bertarung, aku akan bisa tahu rahasia apa yang terkandung di dalamnya." "Kalau kami tidak mau bertarung denganmu, apa kau bisa cari tahu?" "Tidak mau betarung denganku juga tidak apa-apa!" Siau Cu menutup mulutya. Wan-tianglo melihat Su Yan-hong. "Kau sangat licik. Mengurung diri beberapa hari, tujuannya adalah berlatih jurus baru. Sebenarnya kau bisa jujur memberitahuku, aku tidak akan menghadangmu, mungkin aku akan membantumu!" Siau Cu berteriak lagi. "Kami tidak butuh bantuan orang sepertimu!" "Aku seperti apa?" "Kau sendiri juga tidak tahu dirimu seperti apa?" Su Yan-hong tertawa dingin. "Katakan! Katakan!" "Egois!" Su Yan-hong tertawa dingin. "Katamu akan membantu kami, tapi kau tetap memikirkan diri sendiri!" "Aku bisa membantumu berlatih ilmu silat agar lebih baik!" "Apa tujuannya?" Tanya Su Yan-hong. "Ingin kalian berkelahi denganku." "Ternyata kau hanya teori saja!" "Yang aku tahu sekarang, kami harus pergi ke Bu-tong-san. Melayanimu berkelahi sekarang tidak ada artinya!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 24 "Tapi aku tidak mempunyai perasaan seperti itu." "Itu namanya egois." Su Yan-hong ingin berkata lagi tapi meihat wajah Wan-tianglo berseri-seri, dia tahu apa yang akan dikatakan percuma saja, maka dia memutar kepala. Wan-tianglo seperti tidak merasa bersalah. Dia bertanya lagi. "Kau belum memberitahu ilmu silat apa itu." "Aku beritahu kepadamu..." Siau Cu tertawa. "Aku siap mendengar!" Wan-tianglo tertawa. "Kalau kali ini terjadi sesuatu pada Bu-tong-san, kecuali kau membunuhku, kalau tidak, aku akan membunuh kera-kera di sini!" Siau Cu melayangkan dua kepalannya. Su Yan-hong menekan dia. "Jangan terlalu bersemangat. Mungkin adalah kehendak Thian bila Bu-tong-pai harus terkena musibah. Kalau benar, kita ke sana pun tetap akan sama." "Kehendak Thian..." Siau Cu tertawa kecut. Su Yan-hong tertawa kecut. Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Yang pasti kita harus menyumbangkan sedikit tenaga!" Siau Cu dengan marah melihat Wan-tianglo. "Hanya kau yang tidak punya hati nurani!" "Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Bagi orang yang berlatih silat, yang paling penting adalah terus berlatih." "Aku tidak mau bicara lagi dengan orang ini!" Kata Siau Cu. "Tidak perlu bicara dengannya lagi. Tapi sayang ketika Bu-tong- pai mengalami bencana besar kita tidak bisa menyumbangkan sedikit tenaga." Ada suara datang pada waktu itu. "Di Bu-tong-pai terjadi masalah apa?" Tidak hanya Su Yan-hong, Siau Cu, Wan-tianglo juga merasa terkejut, mereka menoleh bersamaan. Mereka bertiga berteriak.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 25 "Wan Fei-yang..." Wan Fei-yang keluar dari semak-semak. Dia terlihat segar bugar. Tapi di antara alisnya tetap terlihat kecemasan dan rasa prihatin. Siau Cu dan Su Yan-hong menyambut. "Wan-toako..." Suara Siau Cu terharu. Wan Fei-yang memegang pundak Siau Cu. Su Yan-hong bertanya. "Lote, mengapa kau berada di sini?" "Bukankah kau sudah lama meninggalkan Sian-tho-kok?" Tanya Siau Cu. "Aku sama sekali belum pernah meninggalkan Sian-tho-kok!" Kata Wan Fei-yang tertawa. "Orang aneh itu mengira kau sudah kabur dari sini, maka dia mencarimu di luar!" "Kalian anak muda tidak ada yang baik. Semua adalah siluman rubah!" Wan Fei-yang tidak melayaninya. Dia bertanya kepada Siau Cu. "Di Bu-tong-pai terjadi keributan apa?" Su Yan-hong menarik nafas. "Pada rapat pedang di Pek-hoa-couw, Coat-suthay mati karena pedang beracun. Lu Tan yang dicurigai. Satu-satunya putra keluarga Lamkiong, Lamkiong Po mati terbunuh dan orang yang dicurigai adalah Lu Tan juga." "Lu Tan bukan orang seperti itu. Sekarang di mana dia berada?" "Tidak ada jejaknya, maka semua orang berjanji akan pergi ke Bu-tong-san untuk bertanya dan meminta Bu-tong-pai menyerahkan Lu Tan. Mereka juga mencurigai itu adalah rencana busuk Bu-tong-pai!" Wan Fei-yang tertawa kecut. Siau Cu berkata. "Kita harus segera pergi ke Bu-tong-san, kalau terlambat tidak sempat lagi!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 26 Wan Fei-yang mengangguk. Tapi Wan-tianglo sudah menggelengkan kepala dan tertawa. "Tidak semudah itu kalian ingin pergi!" Wan Fei-yang tidak mempedulikan dia. Dia melihat Siau Cu dan Su Yan-hong. "Kalian berdua demi Bu-tong-pai..." "Lote jangan berkata begitu. Yang memberi petunjuk kepadaku agar aku bisa berlatih Thian-liong-kiu-sut adalah..." "Telapak kaki itu adalah peninggalan Wan-toako!" Teriak Siau Cu. "Aku berpikir sudah lama tapi tidak mendapatkan hasil. Kata orang, Lote adalah orang nomor satu di dunia ini, benar-benar tidak salah!" "Hou-ya jangan berkata begitu. Aku hanya menonton di samping sehingga dapat melihat dengan lebih jelas." "Apakah Wan-toako sudah sehat?" Siau Cu bertanya penuh perhatian. "Masih sedikit lagi!" Wan Fei-yang menghembuskan nafas. "Berarti belum bisa memukul mati orang aneh ini!" Siau Cu merasa kecewa tapi alisnya segera melayang. "kita bertiga, apalagi Thian-liong-kiu-sut sudah dikuasai Hou-ya!" Dia segera berteriak senang. Wan Fei-yang melihat dia kemudian melihat Wan-tianglo. "Tadinya rencanaku setelah beres semua hal, baru benar-benar berunding dengan dia." "Tapi aku tidak sabar menunggunya! Sekarang ada kalian bertiga giliran melayaniku, aku tidak akan merasa kesepian lagi!" "Cianpwee terus-menerus memaksakan keinginan sendiri, terpaksa kami harus melakukan tindakan yang tidak sopan!" "Apa yang disebut tidak sopan itu yang aku minta, mari..." Mata Wan Fei-yang berputar.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 27 "Bagaimana kalau kita ganti cara bertarung?" "Terserah! Mana mungkin aku takut pada mu!" Tubuh Wan Fei-yang bergerak. Dia bergeser ke pinggir sejauh 3 tombak, lalu mengambil tiang bambu yang tingginya sekitar 2 tombak. Kemudian dia menancapkan bambu ke tanah. "Kita bertarung di atas bambu?" Tanya Wan- tianglo. "Siapa yang meninggalkan bambu ini, dia kalah. Yang kalah harus menurut pada yang menang!" Kata Wan Fei-yang. "Kau pasti akan kalah!" "Kalau aku kalah, kita bertiga tinggal di sini. Setiap pagi, siang, malam bertarung denganmu satu kali!" "Kalau aku yang kalah, aku akan mengijinkan kalian pergi!" "Kita berjanji..." "Aku selalu menepati janji. Kata-kataku sudah diucapkan, empat kuda pun sulit mengejarnya!" Kata Wan-tianglo. Kemudian dia melihat Wan Fei-yang; "Kulihat kau sudah sembuh dari sakit maka kau begitu sombong!" "Silakan..." Tangan Wan Fei-yang melayang. Wan-tianglo tertawa. Dia meloncat lalu bersalto ke atas tiang bambu, dia melakukan gerakan dan gaya yang berbahaya. Wan Fei-yang melihat Siau Cu dan Su Yan- hong. "Meninggalkan tiang bambu berarti kalah!" Su Yan-hong dan Siau Cu segera mengingat kata-kata ini. Wan Fei-yang meloncat naik ke atas tiang bambu dan berteriak. "Harap Cianpwee memberi petunjuk..." Wan-tianglo berkata. "Aku biarkan kau mengeluarkan tiga jurus dulu!" "Betulkah? Kau yang berjanji!" Wan Fei-yang tertawa. Wan-tianglo menjadi tegang, dia mengerti keadaan ini sangat merugikan. Wan Fei-yang sudah tahu sifat Wan-tianglo.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 28 Su Yan-hong dan Siau Cu saling pandang, mereka segera mendapatkan ide. Kata Siau Cu. "Orang aneh itu memberi tiga jurus kepada Wan-toako, kalau dia balas menyerang sebelum 3 jurus, itu juga termasuk kalah. Lebih baik kita ambil kesempatan ini untuk kabur?" Su Yan-hong pura-pura ragu. "Memang baik, tapi..." "Jangan tapi-tapi an lagi, masalah Bu-tong-pai lebih penting!" Siau Cu segera membalikkan tubuh pergi. Wan-tianglo di atas tiang bambu mendengar dengan jelas. "Apa yang kalian lakukan, cepat berhenti!" "Sulit mendapatkan kesempatan bagus, kalau tidak dipergunakan adalah orang bodoh." Su Yan-hong tertawa. "Wan Fei-yang sudah berjanji..." Su Yan-hong tertawa. "Kita tidak pernah berkata tidak akan kembali kalau dia kalah. Kalau masalah Bu-tong-pai sudah selesai, kita pasti kembali untuk melayanimu!" Dia juga membalikkan tubuh berjalan. Wan-tianglo cemas. Dia membentak Wan Fei-yang. "Cepat mulai!" "Aku sedang berpikir jurus apa yang harus kukeluarkan." Kata Wan Fei-yang santai. "Untuk apa berpikir, cepat keluarkan jurusmu!" Wan-tianglo terus berteriak. "Baik, jurus pertama adalah 'Pek-coa-tok-sim'." (Ular putih menjulurkan lidah). "Baik, baik sekali! Cepat, cepat!" Wan-tianglo sangat cemas. "Tidak! Tidak! Lebih baik jurus 'Tok-pi-hoa-san'..." Tapi Wan Fei-yang menggelengkan kepala lagi. (Sebelah tangan menghantam Hoa-san).Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 29 Wan-tianglo dan Wan Fei-yang masih dalam pembicaraannya, Su Yan-hong dan Siau Cu sudah berada di pinggir hutan. Wan- tianglo cemas, dia kelepasan berkata. "Kau pikirkan dulu jurus apa yang akan di keluarkan jurus apa, aku akan menangkap dua bocah yang kabur itu, baru kembali lagi bertarung denganmu." Selesai berkata, dia sudah turun. Wan Fei-yang segera berteriak. "Pek-coa-tok-sim..." Telapaknya sudah keluar. Tapi Wan-tianglo sudah meloncat turun. Tiga kali bersalto, dia sudah berada di depan Su Yan-hong dan Siau Cu. Dia membentak. "Kalian mau ke mana..." Su Yan-hong tertawa. "Ke mana saja sama..." "Mau ke mana harus bertanya dulu kepadaku!" Wan-tianglo tertawa. "Kau sudah turun dari tiang bambu, berarti kau sudah kalah. Kemanapun kita mau pergi tidak ada hubungannya denganmu!" "Siapa bilang aku kalah? Aku dan Wan Fei-yang belum mulai bertarung, darimana bisa ada yang kalah atau menang?" "Apakah kau tidak mendengar teriakan Wan-toako 'Pek-coa-tok- sim'?" Potong Siau Cu. "Dia berteriak, itu urusan dia..." "Apakah kau tidak melihat jurus Pek-coa-tok-sim sudah dikeluarkan? Jurus Pek-coa-tok-sim memang bagus, sampai kau tidak berani menerimanya dan kabur tergesa-gesa dari tiang bambu!" Siau Cu tertawa. "Wan-toako benar-benar adalah pesilat nomor satu di dunia ini! Benar-benar bukan hanya nama kosong saja!" "Apa yang kau katakan?" Wan-tianglo berteriak. Wan Fei-yang yang di atas tiang bambu segera berkata. "Terima kasih sudah mengalah..."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 30 Wan-tianglo baru sadar apa yang terjadi. Dia berteriak. "Kalian bersekongkol merencanakan siasat busuk untuk mencelakakanku..." "Jangan berkata begitu!" Kata Siau Cu dengan senang. "kata- katamu sudah diucapkan, empat kuda pun sulit mengejar kembali, kau adalah orang terkenal di dunia persilatan, Cianpwee di dunia persilatan, yang pasti tidak akan berkata kau telah salah bicara!" "Aku..." Wan-tianglo marah. "Hanya satu jurus Wan-toako sudah, mengalahkan Wan-tianglo, berita ini akan tersebar luas di dalam dunia persilatan!" Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kata Siau Cu senang. "Sembarangan bicara kau..." "Bukankah tadi sudah berjanji siapa yang turun dari tiang bambu, dia kalah?" Siau Cu bertanya lagi. "bukankah satu jurus belum kau keluarkan, sudah meninggalkan tiang bambu dan turun ke bawah?" "Karena kalian berdua..." Wan-tianglo menim juk Siau Cu dan Su Yan-hong. "Tapi dari awal tidak ada perjanjian bahwa kita tidak boleh berbicara! Hahaha! Wan-toako cepat turun, kita berangkat ke Bu- tong-san sekarang juga!" Wan Fei-yang meloncat turun. Wan-tianglo segera berlari ke sisinya. "Marga Wan, kulihat kau bukan orang kerdil yang licik!" "Cianpwee juga bukan orang kerdil yang sudah mengeluarkan kata-kata tapi tidak bisa dipercaya?" Wan-tianglo terpaku, lama kemudian baru tertawa. "Baik! Baik! Hitung-hitung kalian bertiga pintar bisa menipuku hanya satu kali. Lain kali aku tidak akan mudah tertipu lagi!" "Kami terpaksa!" Wan Fei-yang memberi hormat. Dengan dingin Wan-tianglo berkata kepada Wan Fei-yang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 31 "Aku akan mencarimu lagi!" "Setelah selesai masalah Bu-tong!" Kata Wan Fei-yang. "Dengan tenaga kita bertiga, belum tentu akan kalah di tanganmu. Bila kau datang, kami akan memukulmu untuk melampiaskan kemarahan karena kau telah menyiksa kami!" Wan-tianglo menghentakkan kaki sambil marah. "Bocah tengik, kau sekarang mulai bisa bicara. Kalau berani, keluar untuk bertarung!" "Aku tidak ada waktu, sampai bertemu nanti!" Siau Cu melayangkan tangan, dia orang pertama yang mulai pergi. Wan Fei-yang dan Su Yan-hong ikut pergi. Wan-tianglo melihat mereka tapi tidak menghadang. Dia berdiri terpaku, sampai mereka bertiga menghilang di dalam hutan, dia baru berjalan berputar- putar di tanah kosong. Tidak lama kemudian dia seperti setan terus berteriak sambil bersalto. Kera-kera di sana ikut berteriak. Sian-tho-kok yang tadinya sepi sekarang menjadi kacau. 172-172-172 Keluar dari Sian-tho-kok, Siau Cu memberi ide lebih baik naik kuda ke Bu-tong-san. Wan Fei-yang yang pasti mendukung. Dia menarik nafas. "Orang dunia persilatan yang lurus sudah tidak banyak, tapi masih saling membunuh. Kalau terus begitu, apa ada harapan?" Su Yan-hong juga menarik nafas. "Kalau tidak ada bukti menyatakan Bu-tong-pai tidak bersalah, kelihatannya pertempuran sulit dihindari." Wan Fei-yang mengangguk. "Maka aku kira lebih baik mengundang Bu-wie Taysu dari Siauw-lim-pai untuk memimpin keadilan." "Baik..." Kata Su Yan-hong. "Bu-tong-san tidak bisa tidak ada Lote, serahkan hal ini kepadaku!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 32 Tidak menungggu Wan Fei-yang menjawab, dia sudah berlari pergi. Memang waktu sudah sangat sempit. *** Siang malam terus berjalan. Ketika mereka sampai di Bu-tong- san, murid-murid Kun-lun, Heng-san-pai sudah di bawah pimpinan Toan Hong-cu dan Keng-suthay. Orang keluarga Lamkiong tidak hadir di sana, hanya ada sepucuk surat yang memberitahu Toan Hong-cu dan Keng-suthay bahwa setelah Lamkiong Po meninggal, keluarga Lamkiong hanya tinggal janda-janda dan anak perempuan. Maka masalah Bu-tong-san diserahkan kepada mereka, biar mereka yang mengambil keputusan. Sebenarnya orang-orang keluarga Lamkiong sudah datang. Mereka bersembunyi menonton keramaian. Toan Hong-cu dan Keng-suthay mana mungkin bisa mengetahuinya. Maka hati yang berpihak kepada keluarga Lamkiong semakin banyak, juga semakin membuat mereka marah kepada Bu-tong-pai. Lu Tan tidak ada di Bu-tong-san, jadi tidak mungkin Bu-tong-pai bisa menyerahkan Lu Tan untuk menyelesaikan pertentangan ini. Maka Toan Hong-cu dan Keng-suthay segera menggeledah Bu-tong- pai. Kemarahan ini tidak bisa dibendung. Ketua Bu-tong-pai segera menyuruh murid-murid mema sang Jit-seng-tin dan berjanji kepada Toan Hong-cu dan Keng-suthay, asal mereka bisa memecahkan jit-seng-tin maka akan membiarkan mereka menggeledah Bu-tong-pai. Selain Jit-seng-tin, Bu-tong-pai sekarang tidak mempunyai apa- apa lagi yang bisa mereka keluarkan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 33 Ji-t-seng-tin dari Bu-tong-pai sangat terkenal di dunia persilatan, tapi untuk mengeluarkan kehebatan Jit-seng-tin, murid-murid harus mempunyai ilmu silat yang hebat, sekarang orang-orang berbakat di Bu-tong-pai sudah tidak ada, dari mana mereka mencari tujuh orang murid yang berilmu bagus. Tapi mereka tidak punya pilihan, selain Jit-seng-tin sudah tidak ada yang lain lagi. Murid-murid yang paham barisan adalah murid yang terbaik sekarang tapi mereka belum menguasai perubahan-perubahan barisan. Maka begitu Toan Hong-cu masuk ke dalam barisan ini, tidak perlu 10 jurus barisan tersebut sudah berantakan. Pedang 7 orang murid Bu-tong terlepas dan mereka terguling di bawah. "Apakah ini Jit-seng-tin?" Toan Hong-cu terlihat sangat kecewa. Giok-sik hanya bisa tertawa kecut. Toan Hong-cu melihatnya. "Jit-seng-tin sudah pecah, apa lagi yang mau kau katakan?" Giok-sik belum menjawab. Toan Hong-cu langsung berkata lagi. "Kalau tidak ada, kami akan mulai menggeledah gunung!" "Tunggu..." Giok-sik menghadang dengan pedang. "Apakah kau mau mengingkari janji?" Toan Hong-cu tertawa dingin. "Aku sudah mengeluarkan kata-kataku, tidak akan mengingkari janji!" Giok-sik menarik nafas panjang. "aku adalah Ketua Bu-tong- pai tapi tidak bisa menjaga kehormatan Bu-tong-pai, maka aku hanya bisa dengan mata hati berterima kasih kepada nenek moyang Bu-tong-pai!" "Itu adalah masalahmu dengan Bu-tong-pai!" "Bila kalian ingin menggeledah Bu-tong-san, bunuhlah aku dulu, aku tidak akan membalas!" "Kau mau mengancam dengan kematian? Ketuanya seperti itu, pantas Bu-tong-pai bisa hidup terlunta-lunta seperti ini!" Kata Toan Hong-cu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 34 "Bila ingin membunuh, bunuhlah! Untuk apa cianpwee berkata seperti itu!" Kata Giok-sik. "Apakah kau kira aku tidak berani membunuhmu?" Toan Hong- cu membentak. Pedang sudah diayunkan. Giok-sik melotot kepada Toan Hong-cu. Di wajahnya tidak ada rasa ketakutan sedikitpun. Toan Hong-cu marah, dia segera menepis pedang. Saat itu Wan Fei-yang melesat datang dan membentak. "Berhenti..." Murid-murid Bu-tong-pni begitu melihat Wan Fei-yang, langsung bersorak dan mendekat padanya. Hati Giok-sik bergejolak, tapi dia tidak bergeser. Dia tetap menghadang Toan Hong-cu dan Keng-suthay. Hati yang paling bergejolak adalah Fu Hiong-kun yang berdiri di samping Keng-suthay. Dia tidak mendekat, tapi matanya terus mengawasi. Toan Hong-cu bertanya kepada Keng-suthay. "Siapa yang datang itu?" Keng-suthay menggelengkan kepala. Wan Fei-yang mendekat, dia memberi hormat kepada Giok-sik. "Ciang-bun-jin, Suheng..." "Tidak perlu sungkan. Akhirnya kau pulang juga!" Wan Fei-yang berkata kepada Toan Hong-cu dan Keng-suthay. "Boanpwee Wan Fei-yang menemui jiwi Lo-cianpwee!" "Wan Fei-yang?" Toan Hong-cu dan Keng-suthay terpaku. Wan Fei-yang mengangguk kepada Fu Hiong-kun. Fu Hiong-kun seperti ingin mengatakan sesuatu tapi kata-katanya tidak keluar. Toan Hong-cu melihat Wan Fei-yang dari atas ke bawah. "Kau adalah Wan Fei-yang yang disebut-sebut sebagai orang pendekar nomor satu di dunia ini?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 35 "Lo-cianpwee terlalu memuji!" "Tampaknya masalah Bu-tong-pai tetap harus diputuskan olehmu!" Kata Toan Hong-cu, lalu bertanya lagi. "dengan syarat apa kau baru mau menyerahkan Lu Tan?" Wan Fei-yang melihat Giok-sik. "Suheng, apakah Lu Tan ada di sini?" "Tidak ada..." Giok-sik menghela nafas. "aku menyuruh dia pergi ke Pek-hoa-couw, dan sampai sekarang dia belum pulang, Jiwi Lo- cianpwee menuduhnya sebagai pembunuh. Dengan ilmu silat Lu Tan, mana mungkin bisa membunuh Tiong Toa-sianseng dan Coat- suthay?" "Kalau kau tidak percaya dia pembunuh, mengapa tidak menyerahkan dia?" "Tapi dia benar-benar tidak ada!" Giok-sik menarik nafas panjang. "Sebenarnya dia bukan pembunuh!" Kata Siau Cu menyela. "Aku dan dia adalah teman baik, aku sangat mengenal siapa dia!" "Kau siapa?" Toan Hong-cu dengan tidak sudi melihat dia. "apa hubunganmu dengan Bu-tong-pai?" Siau Cu ingin marah, Wan Fei-yang menahan nya. "Jiwi Lo-cianpvvee, Boanpwee dengan nyawa menjamin Ln Tan bukan orang yang seperti itu!" "Apakah kau mengira hanya dengan beberapa kata-katamu, kita sudah bisa mempercayaimu? Kau kirasiapa dirimu?" "Aku percaya jiwi Lo-cianpwee adalah orang yang menjaga keadilan, Terhadap masalah ini akan membereskan dengan adil!" Kata Wan Fei-yang. "Maksudmu sekarang ini kami tidak ada aturan?" Toan Hong-cu melotot.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 36 "Kami tidak berani!" Wan Fei-yang menarik nafas. Dari Su Yan- hong dia tahu sifat Toan Hong-cu seperti apa. Ternyata benar-benar tidak salah. Kata Keng-suthay. "Kalau kau tahu Lu Tan adalah orang yang seperti apa, mengapa kau tidak menyerahkan dia?" Sebenarnya ini adalah pengulangan kata-kata Toan Hong-cu. Keng-suthay juga tidak mempunyai akal sehat. Wan Fei-yang benar- benar merasa terkejut, tapi dia tetap dengan sabar berkata. "Memang Boanpwee baru pulang, tapi ketua sudah mengatakan dengan jelas bahwa Lu Tan belum pulang!" "Kalau begitu mengapa tidak membiarkan kita menggeledah gunung?" Toan Hong-cu mengulang kembali kata-kata ini. "Sebuah perkumpulan punya kehormatan sen diri!" Wan Fei- yang tetap bersikap sangat tenang. "Omong kosong!" Kata Toan Hong-cu. Siau Cu berteriak. "Kalian adalah orang yang keras kepala, yang tidak mempunyai hati nurani!" Wajah Toan Hong-cu dan Keng-suthay berubah. Wan Fei-yang segera menahan Siau Cu. "Ini adalah masalah Bu-tong-pai!" Siau Cu mengangguk, kemudian dia menunjuk Toan Hong-cu dan Keng-suthay. "Kalau kalian sembarangan menuduh Lu Tan lagi, begitu turun gunung aku akan bertarung sampai kalian mengerti." "Kau benar-benar bocah yang tidak tahu diri dan suka mengeluarkan kata-kata sombong!" Siau Cu masih mau berdebat. Wan Fei-yang segera mencegat, dia memberi hormat kepada Toan Hong-cu dan Keng-suthay, katanya. "Harap Jiwi Lo-cianpwee bisa sedikit bersabar. Kalau kita sudah menemukan Lu Tan, pasti ada keadilan!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 37 "Untuk apa sengaja mengulur waktu?" Bentak Toan Hong-cu. "Kita bukan sengaja mengulur waktu. Di jalan aku sudah berpesan kepada An-lek-hou Su Yan-hong untuk pergi ke Siong-san mengundang Bu-wie Taysu dari Siauw-lim untuk menegakan keadilan!" "Kau mengenal Su Yan-hong?" Toan Hong-cu terpaku. "Aku sudah beberapa tahun mengenal dia." "Betulkah Bu-vvie Taysu akan datang?" Tanya Toan Hong-cu. "Kalau tidak ada halangan, tiga hari kemudian dia pasti akan tiba!" Setelah mengucapkan kata-kata ini Wan Fei-yang segera merasa menyesal. "sekarang ini bila terjadi hal yang tidak terduga, itu bukan hal yang aneh!" Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Toan Hong-cu segera berkata. "Baik! Tiga hari dari sekarang kita akan datang lagi!" "Bagaimana kalau Bu-vvie Taysu tidak datang?" Tanya Keng- suthay. "Boanpwee terpaksa harus menerima jurus kalian berdua!" Wan Fei-yang menarik nafas. "Orang dunia persilatan menyebut Thian-can-kang adalah nomor satu di dunia ini, aku ingin mencoba juga!" Kata Toan Hong- cu. Wan Fei-yang menghela nafas. Fu Hiong-kun melihatnya, juga menghela nafas. Di sepanjang jalan Fu Hiong-kun selalu memikirkan cara bagaimana membantu Bu-tong-pai. Tapi dia tidak menemukan cara yang baik. Kemunculan Wan Fei-yang di satu sisi membuat hatinya tenang, tapi me-munculkan kekhawatiran di sisi lain. Kalau Bu-wie Taysu tidak datang tepat waktu, apa yang akan terjadi? Tidak ada yang mengharapkan terjadinya korban dari pihak manapun. 173-173-173Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 38 Bu-wie Taysu dan Su Yan-hong terus berjalan menuju Bu-tong- san. Keluarga Lamkiong sudah mendapat kabar ini, wajah Lo-taikun berubah seram. "Tiga hari lagi mereka akan sampai!" Kiang Hong-sim melapor kepada Lo-taikun. "Wan Fei-yang menunggu Bu-wie Taysu datang untuk mem-bela kebenaran!" "Bu-wie Taysu tidak boleh sampai ke Bu-tong-san!" Perintah Lo- taikun. "Maksud Lo-taikun?" "Serahkan tugas ini kepada pembunuh Bwe, Lan, Ju, Tiok, 4 pembunuh. Bagaimana pendapat-mu?" Lo-taikun coba bertanya. "Dengan ilmu silat mereka menghadapi Su Yan-hong, pasti bisa!" Kata Kiang Hong-sim. Lo-taikun mengangguk. Dia melihat Cia Soh-ciu. "Kau yang melatih ilmu silat mereka, kalian pasti tahu dengan sangat jelas!" "Tentang ini Lo-taikun tenanglah!" Jawab Cia Soh-ciu. "Kulihat dia bukan lawan 4 pembunuh!" Kata Kiang Hong-sim. "Hal ini aku serahkan kepada kalian!" Lo-taikun duduk kembali di kursi. Kiang Hong-sim meniup peluit. 4 pembunuh segera keluar seperti setan gentayangan. "Apakah perlu menguji mereka lagi?" Tanya Kiang Hong-sim. "Tidak perlu..." Lo-taikun menggelengkan kepala. "jangan mengganggu mereka! Bu-wie adalah pesilat tinggi yang bisa dihitung jari, ditambah lagi Su Yan-hong. Ingin membereskan mereka bukan hal yang mudah!" "Kami akan berhati-hati!" Jawab Kiang Hong- sim. "Sebelum berangkat, beri obat sekali lagi untuk beijaga-jaga!" Pesan Lo-taikun. 174-174-174Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 39 Su Yan-hong dan Bu-wie Taysu tidak tahu bahaya sedang mendekat. Sepanjang jalan mereka merasa aman. Kuda sudah lelah. Karena di gunung tidak ada orang, maka tidak memungkinkan bila ingin mengganti kuda. Su Yan-hong dan Bu- wie Taysu turun dari kuda, berjalan kaki sambil menuntun kuda. "Apakah Taysu lelah?" "Seorang hweesio harus bekerja tidak kenal lelah. Pinceng naik kuda sudah cukup berdosa." Bu-wie tersenyum. "tapi kalau berjalan kaki akan telat sampai ke Bu-tong-san. Bila terjadi musibah, kita akan lebih berdosa lagi!" "Taysu seorang yang pengasih dan penyayang, Tecu benar-benar kagum!" "Pinceng seringkali ditertawai sebagai orang kuno, bekerja keras, tapi sebenarnya kita bisa melihat situasi. Kadang-kadang hal yang kita tahu berdosa tetap kita lakukan!" Tiba-tiba Bu-wie Taysu berhenti. Dia membaca bacaan Budha. Su Yan-hong merasa aneh dan berhenti. "Taysu..." "Jika aku tidak masuk ke neraka, siapa yang masuk neraka?" Bu- wie Taysu membaca lagi bacaan Budha. Sekarang Su Yan-hong mulai merasakan sesuatu. Dia meletakkan tangannya pada pegangan pedang. Sorot mata Bu-wie Taysu berputar. "Aura membunuh yang begitu kuat!" "Akhirnya Tecu merasakan juga!" "Lawan datang sengaja untuk membunuh kita maka ada aura membunuh begitu kuat!" "Guru sudah lama tidak berada di dunia persi latan, maka orang yang datang pasti ingin membunuh Tecu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 40 "Tujuannya adalah menghadang kedatangan kita ke Bu-tong- san. Bukankah Hou-ya pernah berkata Bu-tong-san mungkin dituduh dan dicelakakan?" "Betul!" Tiba-tiba terdengar suara peluit. Bwe, Lan, Ju, Tiok sudah muncul dari semak-semak. Bu-wie Taysu melihat mereka. Dia membaca bacaan Budha dan bertanya. "Apakah kau mengenal mereka?" "Suara peluit ini pernah kudengar, apakah mereka adalah satu kelompok?" Tiba-tiba dia teringat Hen-lo-sat. Kalau 4 perempuan ini seperti Hen-lo-sat, akan sulit menghadapi mereka. "Taysu hati-hati..." Dia mengingatkan Bu-wie Taysu. "Empat orang ini bukan orang biasa, Hou-ya juga hati-hati!" Empat pembunuh perempuan sudah semakin mendekat. Dengan sungkan Su Yan-hong bertanya. "Siapa kalian berempat?" Yang pasti tidak ada orang yang menjawab. Dia bertanya lagi. "Apakah kalian ingin menghadang kita pergi ke Bu-tong-san!" Jawabannya adalah serangan empat buah pedang. Pedang sama- sama menyerang. Su Yan-hong segera mencabut pedang. Bu-wie Taysu juga memutar tongkatnya, tapi dihadang oleh empat pedang. Hanya bertarung satu jurus, Bu-wie Taysu dan Su Yan-hong sudah tahu mereka bertemu musuh yang kuat. Tongkat dan Liong- im-kiam segera diayun kan untuk melayani serangan 4 pembunuh ini. Cara 4 pembunuh menyerang seperti tidak mempedulikan nyawa, sikap mereka boleh dikatakan seperti orang gila. Semakin bertarung Su Yan-hong semakin terkejut. Walaupun 4 perempuan ini tidak selihai Hen-lo-sat, tapi terlihat mereka satu kelompok dengan Hen-lo-sat, tidak pernah takut mati.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 41 Bu-wie Taysu sudah melihat 4 perempuan mempunyai masalah pada otak mereka. Begitu ada celah, dia segera masuk. Dengan tongkat memukul ke pundak kirinya tapi perempuan ini seperti tidak merasakan, dia malah balik menyerang. Hal ini membuat Bu- wie Taysu bertambah yakin. Dia cepat menghindar dan berteriak. "Mereka bukan orang normal, jangan bertarung keras dengan mereka!" Sambil berbicara dia terpaksa harus melawan dengan keras, dua perempuan ini baru tergetar mundur, sekarang maju menyerang lagi. Pada waktu yang bersamaan Su Yan-hong dipaksa mundur oleh 2 pembunuh yang lain. Walaupun dia sudah menguasai Thian- liong-kiu-sut, tapi lawan menyerang begi tu gila-gilaan, membuat dia tidak berkesempatan mengeluarkan Thian-liong-kiu-sut. Su Yan-hong dan Bu-wie Taysu mulai merasa kesulitan menghadapi mereka. Kekuatan barisan pedang mereka benar-benar seperti gunung yang runtuh dan air yang tumpah. Suara peluit terdengar lagi. Tenaga dalam 4 perempuan sama- sama dikeluarkan. Jurus pedang mereka semakin ganas. Su Yan-hong dan Bu-wie Taysu mulai merasa sesak nafas. Bu- wie Taysu terus berpikir. Tiba-tiba dia membentak. "Usahakan mendesak mereka mundur dulu.." Segera tenaga dalam memenuhi kedua tangan nya. Dengan tongkat dia menyapu. Su Yan-hong juga menepis dengan pedang. Diiringi suara seperti petir, 4 perempuan masing-masing terdorong mundur sejauh 7 kaki. Suara peluit berbunyi lagi, mereka segera menyerang lagi. Bu-wie Taysu menancapkan tongkat hweesionya ke tanah. Dua tangannya melakukan gerakan untuk mengangkat tenaga dalam. Baju kasanya terus bergerak tanpa tertiup angin. Tiba-tiba bajunya membesar seperti tersimpan banyak udara. "Hou-ya tutup telinga..." Begitu mengucapkan ini, Bu-wie Taysu membuka besar mulutnya, raungan keras segera keluar.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 42 Raungan ini benar-benar keras, melewati awan melampaui suara peluit, benar-benar membuat bumi dan langit seperti tergetar. Daun-daun di sekeliling hutan terus tergetar rontok dan menari-nari kencang di antara bumi dan langit. Empat perempuan ini seperti tersambar petir. Tubuh mereka bergetar. Tubuh mereka terlempar di udara dan terjatuh menabrak tanah. Bu-wie Taysu masih terus meraung. Walau pun Su Yan-hong sudah menutup telinga dengan dua telapaknya, dia tetap merasa telinganya tergetar dan kepalanya seperti mau pecah. Wajah 4 perempuan ini menunjukkan ekspresi sakit, sorot mata mereka buyar. Mereka terjatuh, berguling dan merintih. Peluit yang dipegang Kiang Hong-sim tergetar jatuh karena suara auman singa. Sedangkan Cia Soh-ciu masih memegang peluitnya. Dia mencoba meniup lagi, tapi peluit pecah karena auman singa. Hal ini membuat mereka terkejut. Auman singa berhenti sejenak tapi segera ada auman kedua. Kali ini auman lebih dasyat lagi! Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim berteriak seperti terkena petir, kemudian tergetar jatuh dari pohon. Pada saat suara auman pertama kali berhenti 4 perempuan masih bisa merangkak bangun, tapi pada auman kedua mereka terjatuh lagi. Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Bu-wie Taysu meraung lagi. Tubuh Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim tergetar, darah menyembur dari mulut mereka. Mereka cepat-cepat berlari pergi, 4 perempuan juga muntah darah dan lari tergopoh-gopoh. Mengeluarkan tiga kali auman singa, wajah Bu-wie Taysu berubah dari merah menjadi pucat. Dia mencengkram tongkat hweesio yang ditancapkan ke tanah baru bisa mementapkan tubuhnya. Keringat terus menetes dan nafasnya terengah-engah. Su Yan-hong dengan susah payah membuka mata. Melihat daun yang rontok, kemudian melihat Bu-wie Taysu, dia segera berteriak.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 43 "Taysu..." Pelan-pelan Bu-wie Taysu bisa pulih kembali, dia berkata. "Aku sudah membuat Hou-ya terkejut!" Su Yan-hong baru tenang. "Apakah ilmu yang guru peragakan tadi adalah Say-cu-houw (Ilmu auman singa) dari agama Budha?" "Aku malu di hadapan Hou-ya. Aku sudah berlatih hampir 20 tahun lebih, tapi hanya mencapai 60%. Untung lawan tidak berilmu tinggi!" "Taysu benar-benar lelah..." "Empat orang ini sudah tidak punya akal sehat manusia. Mereka seperti orang gila. Kecuali meng gunakan auman singa, Pinceng sudah tidak punya cara lain lagi!" "Kelihatannya mereka dikendalikan oleh suara peluit!" "Dan mereka seperti sudah makan suatu jenis obat, sehingga otaknya sudah tidak bisa berpikir, dapat dikuasai peluit dan tidak takut mati, juga mengeluarkan jurus-jurus yang berbahaya!" Su Yan-hong melihat bekas darah mereka di tanah. "Mereka sudah terluka oleh auman singa. Kita kejar dan tangkap mereka. Tidak sulit menangkap orang yang berada di belakang mereka!" "Semua ini pasti ada kaitan dengan Bu-tong-pai. Jika bisa menangkap mereka, masalah Bu-tong-pai akan bisa diselesaikan!" Bu-wie Taysu memapah tongkat, pelan-pelan berdiri. Su Yan-hong melihat dan terkejut. "Bagaimana dengan Taysu?" "Auman singa telah menguras banyak tenaga dalamku. Hou-ya tidak perlu melayaniku, lebih baik kau tangkap mereka!" Bu-wie Taysu menghembuskan nafas. Su Yan-hong menggelengkan kepala.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 44 "Musuh di tempat gelap, kita di tempat terang, mana mungkin Tecu membiarkan Taysu sendiri." Bu-wie tertawa kecut. "Pinceng hanya takut perjalanan kita terganggu dan tidak sempat ke Bu-tong-san!" Setelah berbicara, Bu-wie Taysu jatuh terduduk di bawah. Dia bernafas dengan terengah-engah. Auman singa telah menguras sangat banyak tenaga dalamnya. 175-175-175 Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim mengira Su Yan-hong dan Bu- wie Taysu pasti akan mengejar mereka. Setelah berlari lama, mereka menoleh. Ketika melihat hanya ada 4 pembunuh di belakang mereka, mereka manerik nafas lega. Melihat pohon besar di sisi, mereka segera naik ke atas pohon dan melihat dengan jelas hanya ada 4 pembunuh. Sebelum sampai pohon ini, 4 pembunuh sudah roboh. Ke tujuh indera mereka mengeluarkan darah, wajah mereka terlihat merah. Cia Soh-ciu terkejut, dia turun memeriksa pernafasan mereka. 4 pembunuh sudah berhenti bernafas. "Bagaimana dengan mereka?" Kiang Hong-sim turun dari pohon. "Semua sudah mati!" "Si botak yang lihai! Ilmu apa itu?" Tanya Kiang Hong-sim. "Kalau tidak salah tebak, itulah ilmu auman singa dari kalangan Budha!" Kata Cia Soh-ciu. "Auman singa? Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Kiang Hong-sim. "Kembali melapor kepada Lo-taikun, melihat apakah ada petunjuk dari Lo-taikun." Cia Soh-ciu tertawa kecut, dia membalikkan tubuh berlari pergi. Kiang Hong-sim juga ikut berlari.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 45 176-176-176 Hari kedua, jam tiga subuh. Wan Fei-yang belum tidur. Fu Hiong-kun datang mengunjungi. Begitu membuka pintu dan melihat Fu Hiong-kun, Wan Fei-yang merasa terkejut. Tapi sikapnya segera tenang kembali. "Mengapa sudah malam begini kau belum tidur?" Nada Wan Fei- yang bisa tenang. "Aku tidak bisa tidur! Perpisahan di Siong- san..." "Kau masih menyalahkan aku?" Fu Hiong-kun melihat dia. "Yang sudah lewat jangan diceritakan lagi. Beberapa lama ini aku selalu memohon kepada Thian agar luka dalammu cepat sembuh supaya bisa memulihkan nama Bu-tong-pai!" "Hiong-kun..." Dengan terharu Wan Fei-yang berkata. "Apa yang harus kukatakan, singkatnya..." "Aku mengerti semua, tapi sayang aku tidak bisa membantumu, seperti masalah Lu Tan..." "Apa yang kau perkirakan?" "Aku sangat mengenal dia. Hanya saja dalam setiap hal dia selalu tidak beruntung, dan sampai sekarang dia masih menghilang." Wan Fei-yang menarik nafas. "Karena itulah hal ini menjadi repot. Jika waktu yang dijanjikan sudah sampai dan Bu-wie Taysu tidak sempat datang, pertarungan akan terjadi!" "Menghadapi Thian-can-kang yang kau miliki, ketua Pek-lian- kau pun kalah. Susiok-bo dan Toan Hong-cu Cianpwee pasti tidak terkecuali." "Kau khawatir aku akan melukai mereka?" Fu Hiong-kun menundukkan kepala. Wan Fei-yang melihat dia dan menarik nafas.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 46 "Aku mengerti keadaanmu, tapi nama Bu-tong-pai berdiri beberapa ratus tahun, semua terikat dalam pertarungan kali ini!" "Wan-toako...aku harap kau bisa berbelas kasihan, jangan melukai mereka!" "Kau tidak perlu khawatir, aku tahu batas!" Kata Wan Fei-yang. "Aku tidak muda lagi, tidak emosi seperti dahulu!" Fu Hiong-kun merasa sedih. Di matanya, Wan Fei-yang masih begitu muda tapi pemikirannya sudah berubah dewasa. Apa yang membuat dia berubah? Fu Hiong-kun tahu tapi tidak tahu bagaimana harus menasehati nya, dan dia sendiri juga berubah seperti sudah tua. 177-177-177 Lo-taikun marah besar. Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim melapor bahwa Bu-wie Taysu menggunakan ilmu auman singa. Awalnya Lo-taikun terkejut, tapi mendengar mereka kabur dengan tergesa-gesa, dia marah. Lalu mendengar 4 pembunuh mati semua, dia semakin marah. "Auman singa dari kalangan Budha menghabiskan tenaga dalam sangat besar. Biasanya, jika belum sampai di ujung kematian, mereka tidak akan menggunakan auman singa. Semua tenaga Bu- wie terkumpul dalam tiga auman itu. Setelah itu, dia akan seperti orang biasa yang harus beristirahat 8-10 hari baru bisa pulih. Seharusnya kalian mengambil kesem patan ini untuk menyerang dan mencabut nyawanya." Tongkat kepala naga dipukulkan tiga kali ke bawah. "Menantu tidak tahu, kesempatan ini sudah hilang!" Kata Cia Soh-ciu. "Si botak itu tampak belum pergi jauh, bagaimana kalau kita mengejarnya..." Kata Kiang Hong- stm. "Sudahlah..." Kata Lo-taikun melayangkan tangan. "dengan ilmu silat kalian, belum tentu bisa mengalahkan An-lek-hou. Yang penting mereka belum tentu bisa sampai ke Bu-tong-san tepatLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 47 waktu. Bu-tong-san tetap akan terjadi pertempuran berdarah. Hanya 4 pembunuh sudah mati oleh auman singa, Hen-lo-sat baru bisa pulih sebentar lagi maka tidak bisa mendapat keuntungan apa- apa!" Dia sama sekali tidak mempedulikan nyawa 4 pembunuh, hanya peduli apakah dalam pertarungan Bu-tong dia bisa mendapatkan beberapa keuntungan. Terlihat dia memang adalah orang kejam dan tidak berperasaan. 178-178-178 Akhirnya tiga hari batas waktu yang ditentukan sudah tiba. Toan Hong-cu dan Keng-suthay sudah membawa murid-murid mereka menunggu di lapangan. Toan Hong-cu melihat Wan Fei- yang. "Sekarang apa yang akan kau katakan!" "Silahkan kalian berdua menyerang!" Wan Fei-yang menarik nafas. Toan Hong-cu menggelengkan kepala. "Apakah kau membuat kami menjadi tidak adil? Walaupun Thian-can-kang tidak ada tandingan nya, tapi kita tetap harus satu lawan satu dan kita harus meminta keadilan dari Bu-tong-pai!" "Biar Pinni yang duluan bertarung!" Kata Keng-suthay. "Bagaimana kalau Boanpwee kebetulan menang..." "Kita segera turun gunung, tidak merusak satu pohon atau satu rumput Bu-tong-pai!" Terlihat Keng-suthay dan Toan Hong-cu sudah bersepakat maka berkata seperti itu. "Bagaimana jika kau kalah? Jangan ada alasan lain menghadang kami untuk menggeledah!" Kata Toan Hong-cu. "Itu sudah pasti..." Toan Hong-cu melihat Ketua Bu-tong-pai. "Termasuk ketua Bu-tong-pai, jangan ada gerakan menghadang orang."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 48 Giok-sik menarik nafas. Wan Fei-yang sangat mengerti, maka menepuk-nepuk pundaknya. Keng-suthay maju tiga langkah, dia mencabut pedang. "Sekarang bisa mulai!" "Maaf!" Wan Fei-yang segera berlari keluar kemudian menyerang dengan telapak. Walaupun tidak menggunakan tenaga dalam tapi Keng-suthay tetap bisa melihat pada gerakan Wan Fei- yang, tidak ada celah bisa diserang. Gerakan yang benar-benar sempurna maka dia tidak berani ceroboh. Setelah menyambut satu jurus, jurus-jurus Giok-lie-kiam-hoat dari Heng-san-pai sudah dikeluarkan. Dengan tangan kosong Wan Fei-yang menyambut, dengan cepat dia sudah menemukan jurus-jurus perubahan Giok-lie-kiam-hoat. Wan Fei-yang sama sekali tidak mengerti Giok-lie-kiam-hoat dari Heng-san-pai. Dia mempelajari cara mencari tahu jurus-jurus pedang lain dari Wan-tianglo. Ketika berada di Sian-tho-kok, Wan- tianglo tidak henti-hentinya memaksa dia bertarung, maka sedikit banyak dia belajar dari sana. Wan-tianglo menguasai ilmu silat semua perkumpulan. Setelah dicerna, dia mengubahnya menjadi jurus yang lain. Walaupun tidak begitu sama tapi tetap ada kemiripan. Semua ini adalah intinya, juga sumber perubahan. Setelah menguasai sumber perubahan, pasti bisa mencari perubahan yang lain! Kelihatannya mudah, tapi tidak semudah yang kita perkirakan. Dengan perubahan jurus Wan-tianglo yang cepat, untung Wan Fei- yang mempunyai sorot mata yang tajam dan pengalaman dalam menghadapi musuh, kalau tidak mana mungkin dia bisa mengerti. Keng-suthay adalah orang yang sangat berpengalaman di dunia persilatan. Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dia melihat ilmu pedang Giok-lie-kiam-hoat sama sekali tidak berguna, maka dia segera mengubah jurus, mencampur dua jenis ilmu pedang sambil terus menyerang gila-gilaan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 49 Wan Fei-yang menyambut sampai 30 jurus. Lalu tubuhnya maju, telapaknya berubah tujuh kali. Terakhir, perubahannya menekan pergelangan tangan kanan Keng-suthay. Dia tidak ingin Keng-suthay mendapat malu tapi Keng-suthay malah tidak terima. Dia memaksa Wan Fei-yang dengan menyerang jalan darah penting nya. Diam-diam Wan Fei-yang menarik nafas. Setelah perubahan Keng-suthay habis, sekali lagi dia menekan pergelangan kanan Keng-suthay. Kali ini memakai tenaga lebih kuat. Keng-suthay merasa pergelangan tangan kanannya mati rasa, pedang tidak bisa dicengkram lagi. Akhirnya pedang terlepas dan terjatuh. Reaksi Keng-suthay sangat cepat, segera kaki kanannya diangkat, sudah mengait pedang dan mencengkramnya kembali. Wan Fei-yang sudah mundur 3 tombak, dia memberi hormat dan berkata. "Terima kasih, anda telah mengalah..." Keng-suthay ingin mengejar tapi tidak bisa. Dia menghentakkan kaki dan memasukkan pedang ke sarung. "Wan Fei-yang, kau benar-benar mempunyai ilmu silat yang hebat!" "Boanpwee masih kurang belajar ilmu silat. Aku sudah sekuat tenaga baru beruntung menang satu jurus!" Kata-kata sungkan ini membuat wajah Keng-suthay berubah warna. "Memang ilmu silat Pinni tidak bagus, mengapa kau tidak berkata terus terang?" Wan Fei-yang tertawa kecut. Dia tidak bicara. Keng-suthay berkata kepada Toan Hong-cu. "Lo-totiang, sekarang harapan ada padamu!" Toan Hong-cu maju tiga langkah.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 50 "Baik! Wan Fei-yang kita mulai!" "Harap memberi petunjuk..." Kata Wan Fei-yang dengan tenang. Toan Hong-cu mengeluarkan pedang. Pedang yang panjangnya tiga kaki itu terus bergetar. Tenaga dalamnya tampak kuat. Maka begitu keluar langsung melancarkan jurus Thian-liong-pat-sut dari Kun-lun-pai. Tapi dia tidak tahu bahwa demi membantu Su Yan- hong ketika di Sian-tho-kok, Wan Fei-yang sudah paham terhadap Thian-liong-pat-sut. Sampai Thian-liong-kiu-sut juga dia sudah paham. Maka Thian- liong-pat-sut sama sekali tidak bisa mengancamnya. Toan Hong-cu tidak tahu. Dia masih mengira Wan Fei-yang adalah orang berbakat di bidang ilmu silat. Thian-liong-pat-sut sudah habis dikeluarkan tapi tidak bisa mengancam Wan Fei-yang. Maka dia mundur dan berkata. "Kita bertarung tenaga dalam saja..." Kata-katanya baru selesai, pedang di tangannya sudah mengeluarkan cahaya berkilauan. Tubuhnya pelan-pelan seperti mengeluarkan asap, membuat orang menjadi bingung. Wan Fei-yang tahu itulah ilmu andalan Kun-lun 'Giok-sik-ku- pan' (Batu giok membakar semua). Semua tenaga dalam dikarahkan pada pukulan kali ini. Tapi dia sadar jurus ini bukan jurus yang mudah dihadapi. Thian-can-kang segera terkerahkan. Rambutnya jadi acak-acakan, walau tidak ada angin tapi terus bergerak, bajunya juga seperti gelombang terus bergerak. Tidak ada yang tahu pukulan ini akan menang atau kalah, tapi bisa terbayang kekuatannya yang dashyat. Fu Hiong-kun menarik nafas. Dia membalikkan tubuh, tapi wajahnya segera terlihat berseri. Dari arah kejauhan terdengar ada yang membaca bacaan Budha. "Kita semua adalah orang yang punya satu jalan, mengapa harus saling melukai?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 51 Semua orang melihat. Terlihat Su Yan-hong sedang mendorong sebuah kereta kayu, datang dari jauh. Bu-wie Taysu sedang duduk di atas kereta. Wajahnya pucat, sambil berkata dia menghembuskan nafas. Wan Fei-yang cepat menyambut. Toan Hong-cu dan Keng- suthay juga ikut menyambut. Jika bicara generasi, Bu-wie Taysu berada di atas mereka. Kereta kayu berhenti. Bu-vvie Taysu kembali membaca bacaan Budha. "Pinceng telah terlambat setengah langkah, tapi sangat beruntung masih sempat, tidak membuat kesalahan yang besar!" Toan Hong-cu dan Keng-suthay memberi hormat.. "Apa kabar Taysu?" "Tidak perlu sungkan!" Bu-wie Taysu melihat Wan Fei-yang dan tersenyum. "apakah Sicu baik-baik saja?" Rahasia Si Badju Perak Karya GKH Kidung Senja Di Mataram Karya Kho Ping Hoo Si Bungkuk Pendekar Aneh Karya Boe Beng Giok