Ceritasilat Novel Online

Legenda Pendekar Ulat Sutera 21


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 21


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya dari Huang Ying   "Kalau begitu Siau-heng terus terang saja!"   Hati Su Yan-hong tergerak, dia sudah tahu apa yang akan di minta Siau Sam Kongcu.   "Rakyat kecil Siau Sam hanya minta untuk menyerahkan muridku, Su Ceng-cau dan mengampuni dia dari hukuman mati!"   "Su Ceng-cau!"   Kaisar terpaku. Dalam hati dia menarik nafas. Tadinya dia tidak peduli siapapun. Begitu masalah Lam-tiang sudah selesai, kaisar akan membawa Su Ceng-cau ke dalam istana. Su Yan-hong segera menjawab.   "Ceng-cau hanya seorang gadis, melepaskan dia tidak akan menyebabkan akar bencana di kemudian hari. Rakyat di dunia akan memuji baginda mempunyai hati pemaaf. Baginda bisa berpikir dulu!"   "Kalau kau juga sudah berkata begitu dan aku sudah berjanji akan melakukan apa saja untuk Siau Sam, tidak perlu berpikir lagi, jalankan apa yang kalian mau!"   Siau Sam Kongcu segera berlutut untuk berterima kasih. Kata kaisar.   "Tadinya aku ingin menggunakan Su Ceng-cau untuk mengancam Ling-ong agar menyerah. Sekarang aku harus menggunakan cara lain!"   "Kaisar mempunyai budi penyayang dan tidak mau dengan perang membuat rakyat..."   Siau Sam Kongcu segera menyambung.   "Rakyat Siau Sam juga bermaksud begitu, maka harap baginda segera mengirim pengawal elit mengikuti aku ke barat kota Lam- tiang, ke bendungan air sebentar!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 84 "Apa ada gunanya?"   Kaisar merasa aneh.   "Aku tahu! Jika Ling-ong sudah tidak punya cara melawan, dia akan merusak bendungan air. Pada waktu itu air sungai akan banjir. Di Lam-tiang akan terjadi banjir bandang. Akan melanda sekeliling sekitar seribu li tanpa terkecuali. Pasukan dari kedua pihak tidak akan bisa lolos. Rakyat yang dua sisi sungai akan terkena bencana besar!"   Kaisar segera tertegun. Dia sama sekali tidak terpikir tentang ini.   "Apakah kau mempunyai cara untuk mengatasinya?"   "Satu-satunya cara adalah mengambil alih dulu bendungan air ini. Jika hati pasukan Ling-ong sudah tergoncang, kota Lam-tiang tidak perlu di serang, akan pecah sendiri!"   "Baik..."   Kaisar sangat senang, kemudian bertanya.   "Kau adalah guru pedang di Ling-ong-hu, mengapa bisa mengkhianati Ling- ong?"   "Sebenarnya Ling-ong tidak punya rencana macam-macam, tapi Siau-ongya berteman dengan orang Jepang yang berhati serakah. Maka terjadilah peristiwa hari ini. Aku tidak ada rencana apa-apa, hanya tidak tega melihat rakyat yang begitu banyak terkena musibah besar."   "Baik, baik! Mengapa kau tidak mau menjadi seorang pejabat? Kalau tidak, kau pasti adalah seorang pejabat yang baik!"   Kata kaisar.   Kaisar seakan berkata sungguh-sungguh, sebe narnya hatinya tidak seperti itu.   Hanya karena Siau Sam Kongcu telah membantunya kali ini, maka dia berkata seperti itu.   Siau Sam Kongcu tidak terpengaruh.   Dia sudah mengambil keputusan akan mundur dari dunia persilatan.   Su Yan-hong sangat memahami kaisar.   Terhadap Siau Sam Kongcu dia juga sangat memahami, maka dia tidak berkata apa-apa.   196-196-196Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 85 Memang Ling-ong tidak mempunyai keinginan untuk memberontak, hanya Cu Kun-cau seperti sudah terpengaruh oleh sifat orang Jepang.   Dia sama sekali tidak peduli rakyat hidup atau mati.   Demi mencapai tujuan, segala cara dipergunakan.   Setelah La- cai gagal melalukan pembunuhan terhadap kaisar, dia segera memerintahkan Liu Hui-su, Cia Ceng-hong dan Hoa Pie-li untuk membawa orang ke bendungan air, dia siap merusak bendungan air ini.   Su Yan-hong dan Siau Sam Kongcu sudah membawa orang ke sana, maka Liu Hui-su dan lain-lain tidak sanggup melakukan apa- apa.   Cu Kun-cau mengira sudah sampai waktunya tapi tidak ada gerakan apa-apa.   Dia baru tahu kemudian bahwa rencana sudah mengalami perubahan lagi.   Pada waktu itu Ong-souw-jin sudah membawa pasukan untuk menyerang kota.   Pasukan yang menjaga kota sudah ketakutan sebelum berperang.   Pasukan berhasil merebut Ling-ong-hu, tapi mereka baru tahu Ling-ong dan Siau-ongya sudah kabur.   Ular tanpa kepala tidak akan bisa berjalan.   Kota Lam-tiang tidak perlu diserang sudah pecah dengan sendirinya.   Setelah Ong-souw- jin mendapat kabar ini, dia segera melukis gambar dua orang ini, untuk menangkap Ling-ong dan Cu Kun-cau.   Perkiraannya tidak salah.   Ling-ong dan Siau-ongya benar-benar berbaur dengan rakyat.   Mereka ingin memanfaatkan kekacauan kota untuk keluar dari kota Lam-tiang.   Mereka berpenampilan seperti rakyat kecil.   Itu di luar dugaaan Ong-souw-jin.   Di sepanjang jalan, Ling-ong dan putranya aman-aman saja.   Ketika bertemu pasukan yang meme riksa, pasukan hanya melihat- lihat dan segera melepaskan mereka.   Tapi bila ada orang yang mirip dengan sketsa gambar, tetap akan membuat pasukan memperhatikan.   Sampai pemeriksaan ke-8 kali, akhirnya mereka ditahan oleh penjaga.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 86 Dalam ketergesa-gesaan ini, muncul ide Cu Kun-cau, dia memberitahu kepada pasukan bahwa itulah Ling-ong yang menyamar seperti rakyat kecil.   Ling-ong sama sekali tidak menyangka putranya akan mengkhianati.   Di dalam situasi itu, dia segera kabur.   Pasukan segera mengejarnya dan meninggalkan Cu Kun-cau.   Kesempatan ini tidak disia-sia-kan.   Bersama It-to-cian, dia berbaur dengan orang-orang yang berjalan.   Ling-ong melihatnya.   Dia tidak berteriak.   Memang benar harimau galak tidak akan memakan anaknya sendiri.   Apalagi dia bukan seekor harimau galak, dia memilih untuk hancur sendiri.   Waktu dia dibawa ke hadapan kaisar, dia tidak mempunyai semangat lagi dan membiarkan kaisar memutuskan apa yang harus dia terima.   Kaisar sudah mengambil keputusan akan memenggal kepala Ling-ong, untuk memberi pelajaran kepada semua orang.   Seperti kata pepatah, memukul anjing untuk mengajar kera.   Itu akibatnya jika memberontak.   Sampai Su Ceng-cau juga tidak dilepaskan, kaisar bermaksud mengingkari janji.   Tapi Su Yan-hong sudah ada persiapan.   Setelah peristiwa ben-dungan, dia segera menyuruh Siau Sam Kongcu mem bawa Su Ceng-cau pergi untuk mencegah ada peru-bahan lain.   Setelah peristiwa ini, Su Ceng-cau berubah sifatnya seakan seperti orang yang berbeda..Dia menjadi pengertian dan tidak egois.   Ini adalah hal yang paling menghibur bagi Su Yan-hong.   *** Kota Lam-tiang diserang dan berantakan, hal ini sangat membantu Cia Soh-ciu.   Dia masuk Ling-ong-hu untuk mencuri obat.   Awainya tidak semudah ini, tapi karena Ling-ong dan Cu Kun- cau sudah pergi, orang-orang Ling-ong-hu kabur karena takut berada di Ling-ong-hu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 87 Di saat seperti sekarang ini ingin mencari tempat rahasia dan mencuri obat sangat mudah.   Dalam situasi kacau ini meninggalkan kota Lam-tiang mudah, apalagi ada Ciu-ci Lojin yang membantu.   Sebenarnya Ciu-ci Lojin diperintahkan untuk mengawasi Cia Soh-ciu.   Mereka tidak tahu isi hati Cia Soh-ciu yang selalu berada di keluarga Lamkiong.   Apa pun yang terjadi harus mengantarkan obat ini kembali.   Sampai sekarang ini dia masih belum menemukan hal- hal mencurigakan pada Lo-taikun.   Obat sudah ada di tangan.   Lo-taikun benar-benar tertawa.   Obat dicampur dengan Hwe-yang-ko.   Kekuatan Hen-lo-sat bertambah sekali lipat lagi, dia akan bertambah ganas dan bengis.   Hwe-yang-ko datang dari hulu Han-tan di Bu-tong-san.   Wan Fei- yang muncul dan sedang mencari Hwe-yang-ko.   Lo-taikun mendapat kabar dia ingin Hen-lo-sat datang untuk menghadapi Wan Fei-yang.   Mencoba kekuatan Hen-lo-sat sudah mencapai tahap mana.   Jika Wan Fei-yang pun kalah, berarti Hen-lo-sat benar-benar akan menguasai dunia persilatan tanpa ada yang bisa melawannya.   197-197-197 Hulu sungai Han-tan berada di lembah di dalam hutan.   Jalan menuju lembah ini sangat sempit.   Bila menatap langit, hanya akan terlihat satu garis.   Tapi Hwe-yang-ko tumbuh memenuhi tempat ini.   Setelah Wan Fei-yang makan secukupnya, dia mengatur nafas untuk menyebarkan obat ini ke seluruh tubuhnya lalu mengikuti tulisan yang ada di dalam Ie-kin-keng.   Sekali demi sekali, sehari demi sehari dia atur.   Akhirnya luka dalamnya sembuh total.   Tenaga dalam dan ilmu silatnya naik setingkat lagi, dia bisa merasakannya.   Sewaktu dia merasa senang dan siap meninggalkan tempat, Hen- lo-sat muncul.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 88 Wan Fei-yang sadar akan kemunculan pembunuh ini tapi dia sama sekali tidak tahu kalau Hen-lo-sat ini adalah adik perempuannya, Tokko Hong.   Juga sangat beruntung dia tidak tahu.   Kalau tidak, dia akan mendekatinya untuk menyapa dan Hen-lo-sat akan segera membunuhnya secara tiba-tiba.   Akibatnya sulit ditebak.   Dia mulai merasakan aura membunuh yang sangat kuat.   Dia tahu kalau Hen-lo-sat pasti sangat lihai! dia tidak berani bertindak ceroboh.   Setiap saat selalu waspada.   Hen-lo-sat tidak bereaksi.   Karena pengaruh obat-obatan, dia kehilangan akal sehatnya.   Dia hanya tahu harus membunuh orang yang bermusuhan dengannya.   Dia juga merasa kalau lawan mempunyai menyimpan rasa permusuhan.   Tapi dia tidak bisa membedakan siapa lawan, pastinya dia mendengar suara peluit baru bertindak.   Hal itu sudah lama dilatih dan sudah biasa terjadi.   Akhirnya suara peluit terdengar.   Dia segera berlari.   Sepasang golok sudah dikeluarkan.   Waktu itu sepasang goloknya berubah menjadi 2 roda golok dan menggulung ke arah Wan Fei-yang.   Roda golok tampak berkilau, seperti dua buah bola terang.   Belum tiba di depan orang aura membunuhnya sudah terasa.   Wan Fei-yang melihatnya dan tahu dengan 2 tangan kosongnya dia tidak akan bisa menyambut serangan golok.   Dia segera mundur dan mengambil batu yang tergeletak di bawah.   Hen-lo-sat sudah tiba.   Batu yang dilempar oleh Wan Fei-yang di bawah serangan roda golok menjadi bubuk dan tersebar ke sekeliling.   Kerikil mengenai pundak Wan Fei-yang.   Dia merasa sakit.   Tiba- tiba dia merasa terkejut, bertanya.   "Siapa kau?"   Tapi sepasang golok Hen-lo-sat sudah menepisnya. Wan Fei- yang meloncat ke atas dan bertanya lagi.   "Siapa yang menyuruhmu membunuhku?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 89 Yang menjawab tetap sapuan sepasang golok. Suara pecah di angkasa begitu tajam dan menusuk telinga membuat siapa pun akan merasa terkejut. Masuk ke telinga pun tidak nyaman. Yang membuatnya terkejut adalah dengan ilmu meringankan tubuhnya tetap tidak bisa terlepas dari kejaran Hen-lo-sat. Hal ini belum pernah terjadi semenjak dia menguasai Thian-can-kang. Hen-lo-sat benar-benar seperti ulat yang menempel, lalu melilit Wan Fei-yang. Jika luka dalam Wan Fei-yang belum sembuh, mungkin dia sudah terkejar oleh Hen-lo-sat dan harus terluka lagi oleh sepasang golok itu. Tenaga dalam Wan Fei-yang terus dikerahkan. Dia dengan cepat meloncat ke atas dan tidak berhenti di tengah-tengah angkasa. Dinding jurang tidak begitu terjal tapi tetap sulit berdiri. Orang yang bisa melakukannya boleh dikatakan tidak banyak. Tapi Hen-lo-sat bisa. Walaupun sepasang goloknya terus berputar, dia masih bisa melakukannya. Bila Wan Fei-yang tidak perlu menghindar tepisan sepasang golok, dia bisa dengan cepat naik. Kalau Wan-tianglo, sulit bertemu dengan lawan begitu kuat jadi dia akan melawan habis-habisan.. Sekarang Wan Fei-yang hanya ingin terlepas dari kejaran ini. Dia ingin mencari tahu apa yang menyebabkan semua ini terjadi. Puncak jurang teratas adalah tempat datar. Wan Fei-yang belum tahu situasi sekeliling di sana, dia dikejar oleh Hen-lo-sat hingga ke sudut ujung sebelah sana. Dia baru tahu kalau di belakang tempat datar di sana adalah sebuah jurang yang dalam. Di bawah sana tertutup oleh kabut tebal. Entah berapa dalam jurang itu dan jurang tampak lurus seperti habis ditepis, lebih terlihat berbahaya. Dia ingin menghindar ke sana tapi sudah tidak sempat lagi. Kekuatan Hen-lo-sat di sana lebih dahsyat. Tiba-tiba sepasang goloknya berubah menjadi dinding golok dan datang menepisnya. Wan Fei-yang membentak. Thian-can-kang ter kumpul di kedua telapak tangannya. Di depan kedua telapak ini seperti menghasilkanLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 90 sejenis sutera, muncul gumpalan putih. Lapisan sutera ini menyebar di roda golok Hen-lo-sat dan Wan Fei-yang terpaksa terus mundur. Suara benda sobek terus terdengar, dia tergetar dan terbang melayang, terbanting masuk ke dalam jurang yang dalam, Hen-lo-sat tidak ada ekspresi apa-apa. Pelan-pelan dia memasukkan sepasang goloknya ke dalam sarung. Matanya terlihat kosong, tidak terlihat perasaan apa pun. 198-198-198 Bukan pertama kalinya bagi Wan Fei-yang menghadapi ambang kematian, tapi terbanting dari tempat setinggi ini adalah untuk pertama kalinya. Waktu itu pikirannya hampir kosong tapi hanya sebentar berlangsung dan dia sudah kembali normal. Thian-can-kang terus digunakan. Kedua tangannya seperti sayap terus bergerak. Kadang- kadang memukul batu yang ada di sisi dinding jurang. Dengan begitu kecepatannya bisa berkurang saat melayang turun. Setelah puluhan kali memukul, tubuhnya yangjatuh bisa dia kuasai. Untung sekarang siang hari. Matahari sedang terang dan bersinar terik. Walaupun di dasar jurang banyak kabut tapi Wan Fei-yang masih bisa-melihat keadaan sekeliling sana. Entah sudah terjun seberapa dalam Wan Fei-yang tidak bisa menghitung dan memperkirakannya, hanya merasa hal ini berlangsung sangat lama. Se waktu dia melihat, akhirnya dia bisa melihat dasar jurang. Sebenarnya itu sebuah batu yang mencuat di atas sebuah kolam. Kolam tidak begitu dalam tapi jernih, bisa melihat dasar kolam. Sambil mengeluarkan telapaknya untuk terus memukul. Angin telapak terus bergerak, membuat tubuh Wan Fei-yang pelan-pelan turun dan turun ke atas batu aneh itu. Dia sama sekali tidak terluka. Tapi dia melihat seseorang di sana. Orang itu duduk di atas batu aneh itu. Wajahnya penuh dengan cambang, rambutnya berantakan. Dia mengenakan baju yang sudahLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 91 usang. Walaupun begitu, dia tetap terlihat sangat bersemangat. Sekali melihatnya sudah tahu kalau dia bukan orang biasa. Dia terpaku melihat Wan Fei-yang yang baru jatuh dari atas tapi tidak mengeluarkan suara. Setelah Wan Fei-yang agak tenang, dia baru bertanya.   "Tempat apa ini?"   Orang aneh itu seperti tidak mendengar pertanyaannya. Kata Wan Fei-yang lagi.   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Aku Wan Fei-yang, diserang oleh seseorang hingga terjatuh kemari. Siapa nama Tuan?"   Orang itu hanya mendengar tapi tidak menjawab. Wan Fei-yang tidak bertanya lagi. Begitu menengadah ke atas, dinding jurang tampak lurus seperti habis ditepis dan tidak bisa melihat ujung atas jurang. Dia menarik nafas.   "Ini tempat kematian!"   Orang itu akhirnya membuka suara.   "kalau ada jalan, bisa keluar dari sini, aku sudah keluar dari sini!"   "Kalau begitu, terpaksa harus mencoba apakah bisa merangkak naik,"   Usul Wan Fei-yang .   "Kau yang harus mencobanya!"   Ucap orang itu.   "terjatuh dari tempat begitu tinggi, sama sekali tidak terluka berarti ilmu silatmu sangat bagus!"   "Mengapa Tuan tidak mencobanya?"   Orang itu menjawab dengan sedih.   "Aku tidak bisa bersilat seperti kau. Sewaktu terjatuh ke dalam sini, untung aku masih bisa hidup. Tapi kedua kakiku sudah tidak ada!"   Dengan tangan kanannya dia menyibakkan bajunya, terlihat kalau kedua kakinya sudah patah dari lutut.   "Apakah Tuan juga diserang oleh orang lain hingga terjatuh?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 92 "Benar!"   Orang itu menarik nafas.   "keadaan di sini masih lumayan, sangat banyak ikan dan tidak habis-habis untuk dimakan!"   "Tapi Tuan tetap harus naik kembali ke atas!"   "Kalau bisa naik, itu akan sangat bagus!"   "Tapi sayangnya aku harus cepat-cepat ke Pek-hoa-couw. Begitu masalah di Pek-hoa-couw selesai, aku akan segera kembali membawa tali untuk menyelamatkanmu!"   Kata-kata Wan Fei-yang terdengar sangat serius. Dia tidak sembarangan bicara. Tiba-tiba orang itu bengong, dia bertanya.   "Apa yang terjadi di Pek-hoa-couw? keluarga Lamkiong melakukan kejahatan apalagi?"   Wan Fei-yang balik bertanya.   "Apa hubungan Tuan dengan keluarga Lamkiong?"   Orang itu tidak menjawab, dia hanya buru-buru menyuruh Wan Fei-yang menjawab pertanyaannya.   "Cepat beritahu aku bagaimana keadaan keluarga Lamkiong sekarang ini?"   Hati Wan Fei-yang tergerak. Dengan teliti dia menceritakan semuanya, orang itu mendengar ceritanya hatinya semakin bergejolak. Akhirnya dia tertawa sedih sambil menatap langit! "Siluman tua, kau harus membunuh berapa orang baru akan berhenti!"   Tawanya berhenti, orang itu berteriak. Hal ini membuat Wan Fei-yang semakin merasa aneh.   "Siluman tua yang mana yang kau maksud?"   "Lo-taikun yang ada di depan mata kalian!"   Orang itu marah besar. Hati Wan Fei-yang bergerak.   "Apakah dia sebenarnya bukan Lo-taikun yang asli?"   "Tapi sayang aku rasa semuanya sudah terlambat. Kau dipukul hingga masuk ke tempat kema-tian ini!"   Orang itu tiba-tibaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 93 mencengkeram Wan Fei-yang"Lote, dengan cara apa pun kau harus membawaku kembali ke atas agar aku bisa tepat waktu membuka kedok siapa dia sebenarnya!"   "Tuan adalah..."   "Lamkiong Ho..."   Orang itu tertawa dengan sedih.   "kalau dia Lo- taikun asli, mana mungkin dia akan begitu kejam membunuh anak sulungnya?"   Wan Fei-yang menggigil.   "Siapa dia sebenarnya?"   "Pek-lian-kau, Jin-kun dari Thian -te!"   "Gosip di dunia persilatan mengatakan kalau Jin-kun pandai menghias wajah dengan ketrampilan tangan. Dia sangat hebat. Begitu banyak orang di keluarga Lamkiong tidak ada seorang pun yang bisa membedakannya!"   "Sampai aku yang menjadi anak kandungnya pun tidak bisa membedakannya, apalagi orang lain!"   Lamkiong Ho tertawa sedih.   "tapi jejak yang bisa dilacak sedikit banyak pasti ada yang menimbulkan rasa curiga. Satu per satu dibunuh olehnya!"   "Maksudnya laki-laki di keluarga Lamkiong bukan mati oleh perkumpulan besar?"   "Keluarga Lamkiong tidak berambisi ingin menguasai dunia persilatan. Jika tidak, semua perkumpulan sedari awal sudah mengepung dan menyerang, tidak perlu menunggu hingga hari ini dan sekarang ini!"   "Benarkah gosip dunia persilatan yang menga takan demikian?"   Tanya Lamkiong Ho.   "Tidak banyak juga, tapi semua adalah dugaan orang-orang!"   Lamkiong Ho menarik nafas.   "Itu rencana busuk siluman tua itu. Dia tidak hanya menggunakan orang keluarga Lamkiong juga memperalat kekuatan keluarga Lamkiong."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 94 Wan Fei-yang menatap ke atas.   "Lebih baik kita tinggalkan tempat ini terlebih dulu!"   Jurang terjal seperti ditepis golok, ingin kembali ke atas apakah itu mungkin? 199-199-199 Jin-kun yang menyamar menjadi Lo-taikun, dulu dia mencari Hwe-yang-ko hingga datang ke tempat ini.   Karena lupa diri membuat Lamkiong Ho curiga.   Setelah Jin-kun sadar akan hal ini, dia segera memancing Lamkiong Ho ke sisi jurang.   Secara tiba-tiba memukulnya hingga terluka dan jatuh ke dasar jurang.   Jurang sangat dalam dan terjal, Jin-kun sangat hafal dengan keadaan di sana dia meminta Ciu-ci Lojin membawa Hen-lo-sat ke sana untuk menghadapi Wan Fei-yang.   Dia tahu bila Wan Fei-yang jatuh ke sana pasti tidak akan bisa selamat.   Setelah mendapat laporan terakhir, dia tertawa manis.   Bila Wan Fei-yang tidak ada lagi di dunia ini, baginya pasti akan sangat banyak kebaikan.   Dan yang paling membuatnya senang adalah sudah membuktikan seperti apa kelihaian Hen-lo-sat.   Bila ada seorang pembunuh lihai berada di sisinya, ada masalah apa yang tidak akan bisa diberes kan olehnya? Karena terpikir hal yang menyenangkan ini, Jin-kun tertawa lepas.   Saat itu dia berada di kamarnya.   Hanya saat berada di kamarnya sendiri baru bisa membuatnya lupa diri.   Keluarga Lamkiong hanya untuk diperalat saja.   Walaupun dia sedang merasa senang sampai lupa diri tapi dia tetap bersikap waspada.   Dia segera merasa di kamarnya ini ada aura membunuh.   Dia melihat ada samurai keluar dari balik pintu, dia juga merasa kalau tujuan samurai ini datang ke kamarnya bukan untuk membunuhnya, dia tidak menghindar.   Samurai itu benar-benar berhenti di sisi leher nya.   It-to-cian memegang samurai dengan kedua tangan.   Dia memelototi Jin-kun.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 95 "Biln aku ingin membunuhmu, sangat mudah seperti membalikkan telapak tangan!"   "Membunuhku pun tidak ada kebaikannya untuk kalian!"   Kata Jin-kun memutar sorot matanya.   "Siau-ongya sudah kemari, mengapa tidak keluar untuk bertemu denganku?"   Cu Kun-cau keluar dari balik sekat.   "Mata dan telinga Lo-taikun benar-benar hebat tapi reaksimu tidak secepat golok guruku!"   "Ternyata benar Ong-ya. Kami belum melayani Anda!"   "Untuk apa bicara seperti itu?"   "Kalau begitu, apakah Siau-ongya ada perintah?"   "Kota Lam-tiang sudah dikuasai mereka, tapi orang-orang keluarga Lamkiong hanya berpangku tangan, mana mungkin aku berani menurunkan perintah?"   "Kalau begitu, kali ini tujuan kedatangan Anda..."   "Hanya ingin meminta keluarga Lamkiong membantu kami!"   "Keluarga Lamkiong siap menunggu perintah Anda."   "Aku tidak berani merepotkan orang keluarga Lamkiong."   "Apakah Siau-ongya menginginkan uang?"   "Keluarga Lamkiong adalah keluarga terkaya di Kang-lam. 100 tail emas hanya angka kecil. Aku yakin Lo-taikun tidak akan keberatan memberikan!"   Jin-kun mengeruttkan alisnya.   "Aku ingin bertanya lagi, Siau-ongya menginginkan uang begitu banyak, semua itu untuk apa?"   "Dibawa ke Jepang untuk mencari orang yang bisa melatih pasukan lagi!"   Mata Cu Kun-cau terlihat cerah. Jin-kun tertawa terbahak-bahak. Cu Kun-cau merasa tidak enak dan membentak.   "Kau menertawakan apa?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 96 Jawab Jin-kun sambil tertawa.   "Di dunia persilatan Tionggoan banyak orang berbakat yang bisa membantumu menguasai dunia, untuk apa kau harus jauh-jauh pergi ke Jepang, lalu menyuruh orang Jepang membantumu?"   Wajah It-to-cian terlihat marah.   "Apa yang kau katakan barusan?"   "Mengatakan bahwa kalian melakukan semua hal yang tidak ada gunanya dan selalu kalah, kalian tidak tahu diri!"   "Jangan lupa, nyawamu masih ada di tangan ku!"   Bentak It-to- cian.   "Kau kira kau bisa membunuhku?"   Sorot matanya melihat golok samurai.   Tiba-tiba tangannya diangkat, jari tengah menyentil, terdengar CRING! Dia menyentil punggung golok.   Golok samurai segera tersentil tapi reaksi It-to-cian sangat cepat.   Dia berputar.   Golok diayunkan dan menepis, tapi Jin-kun sudah menendang dari balik gaunnya.   Dia menendang ke atas tongkat kepala naga.   Tongkat ditendang ke atas seperti ular beracun terus melata dan menyerang perut It-to-cian.   It;to-cian hanya memperhatikan sepasang tangan Jin-kun.   Sama sekali tidak ada persiapan meng hadapi jurus ini, dia terlempar ke luar.   Tongkat kepala naga memukul.   Walaupun It-to-cian berubah terus menerus tetap tidak bisa menghindar.   Dada terbuka dan 3 kali terkena pukulan.   Dia memuntahkan darah dan roboh.   Cu Kun-cau melihat semuanya.   Walaupun dia mempunyai ilmu tinggi, tapi dalam keadaan seperti itu dia tidak berani membalas.   Jin-kun menarik kembali tongkat naganya.   Pelan-pelan dia membalikkan tubuh.   Menatap Cu Kun-cau.   "Siau-ongya, kau sudah melihat ilmu silat Tionggoan selalu bisa mengalahkan orang Jepang!"   Cu Kun-cau tertawa kecut, Jin-kun datang menghampiri sambil membawa tongkat. Dia tertawa.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 97 Tawa ini membuat Cu Kun-cau menggigil. Dia mundur beberapa langkah lalu jatuh terjengkang ke kursi.   "Lo-taikun, maafkan aku!"   Nada bicara Cu Kun-cau berubah.   "Tenang saja! Aku tidak akan membunuhmu!"   "Lo-taikun..."   "Hari ini kau terlihat sengsara, tapi kau tetap Siau-ongya. Asalkan kau mau mendengar ucapanku, menurut padaku, kau akan berhasil. Mungkin suatu hari nanti negara ini akan menjadi milikmu!"   "Aku tidak mengerti!"   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Nanti kau akan mengerti dengan sendirinya!"   "Kau ingin memperalatku untuk menciptakan pasukan lalu merebut kekuasaan kerajaan Beng?"   Cu Kun-cau bukan orang bodoh, Jin-kun tertawa memang seperti itu maksudnya.   Akhirnya waktu untuk rapat Pek-hoa-couw tiba.   Keluarga Lamkiong sudah ditata ulang, tidak kalah bagus dengan rapat-rapat ilmu pedang dulu.   Bu-tong-pai, Heng-san-pai, dan Kun-lun-pai datang lebih awal.   Banyak teman-teman dunia persilatan datang untuk menonton keramaian ini.   Di antaranya ada 4 orang yang sedari awal selalu menutupi wajah mereka.   Sebenarnya keempat orang ini adalah Siau Sam Kongcu, Tiong Bok-lan, Lamkiong Beng-cu, dan Su Ceng-cau.   Setelah Siau Sam Kongcu menyelamatkan Su Ceng-cau, dia bertemu dengan Beng-cu tahu di mana tempat tinggal Tiong Bok- lan.   Beng-cu ikut ke Hoa-san.   Sebenarnya saat itu dia sedang kabur dan tidak tahu harus pergi ke mana.   Setelah mendengar hal-hal yang sudah terjadi di keluarga Lamkiong, hati Tiong Bok-lan tidak tenang berada di Hoa-san terus.   Pastinya Siau Sam Kongcu menemaninya.   Sifat Su Ceng-cau memang sudah berubah total tapi terhadap hal-hal yang terjadi di dunia persilatan, dia tetap tertarik.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 98 Mereka tidak tinggal di keluarga Lamkiong melainkan langsung pergi menuju Pek-hoa-couw.   VVa laupun wajah mereka ditutup dan hanya terlihat sorot matanya tetap tidak ada yang bertanya pada mereka, sebab orang dunia persilatan ada bermacam macam jenis, penutup wajah bukan hal yang aneh.   Pastinya mereka tidak akan menyapa orang lain.   Mereka duduk dengan diam di pinggir melihat perubahan.   Lo-taikun yang merupakan penyamaran dari Jin-kun diapit oleh Bwe Au-siang dan Cia Soh-ciu.   Benar-benar membuat orang lain merasa keluarga Lamkiong sedang turun statusnya.   Yang pasti Jin-kun tidak mempunyai perasaan seperti itu.   Sepanjang perjalanan dia menyapa tamu-tamu.   Sikapnya tampak tenang seperti tidak terjadi apa-apa.   Yang bertanggung jawab menerima tamu adalah Kiang Hong- sim.   Dia menghampiri dan menyambut Lo-taikun.   "Apakah semua sudah datang?"   Lo-taikun segera bertanya.   "Wan Fei-yang dan Bu-wie Taysu belum terlihat tapi sudah datang 4 orang memakai penutup wajah!"   Jin-kun melihat ke arah yang dimaksud.   Dia berjalan ke sana.   Siau Sam Kongcu melihat mereka yang di-hampiri.   Dia menekan Tiong Bok-lan dan Beng-cu dengan tangannya karena takut mereka yang terlihat tegang akan dicurigai oleh Jin-kun.   Mereka berempat mengenakan baju panjang, berpenampilan seperti laki-laki.   Jin-kun berhenti di depan mereka.   "Kalian berempat adalah..."   "Orang dunia persilatan!"   Dengan suara serak Siau Sam Kongcu menjawab pertanyaan itu.   "Orang dunia persilatan pasti sangat tertarik dengan masalah dunia persilatan!"   Ucap Jin-kun.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 99 "Hanya saja tidak tahu apakah Lo-taikun menyambut kami berempat dengan baik yang merupakan tamu tidak diundang?"   "Rapat Pek-hoa-couw adalah masalah dunia persilatan jadi keluarga Lamkiong tidak akan menolak kedatangan orang dunia persilatan!"   "Terima kasih, Lo-taikun!"   "Kalian berempat tidak perlu memakai penutup wajah!"   Lo- taikun terus mengawasi mereka berempat.   "Kami berempat adalah orang tidak penting, tidak memperlihatkan wajah, tidak apa-apa bukan!"   Siau Sam Kongcu seperti sudah menyiapkan ucapannya.   "Kalau begitu, memang tidak bisa dipaksa!"   Jin-kun bergeser. Berjalan kembali menuju tempat Toan Hong-cu dan Keng-suthay. Mereka berdua menyambutnya. Tanya Jin- kun.   "Waktunya sudah tiba dan orang-orangnya sudah lengkap. Bu- wie Taysu dan Wan Fei-yang menjadi titik permasalahan ini, mengapa mereka belum tiba?"   Sebenarnya mereka sedang membakar emosi orang-orang. Toan Hong-cu dan Keng-suthay mulai tidak bisa bersabar. Begitu mendengar kalimat tadi langsung terpancing.   "Apakah mereka sedang berusaha mengulur waktu?"   Tanya Keng-suthay.   "Paling-paling kita akan memberikan waktu setengah jam lagi. Kalau tidak melihat mereka datang, berarti mereka mengaku kalau Lu Tan adalah pembunuh sebenarnya!"   Ujar Toan Hong-cu.   "Benar! Sampai waktunya tiba mereka tidak datang, Pinni yang akan bertindak!"   Kata Keng-suthay sambil melihat Giok-sik.   "Supaya teman-teman dunia persilatan menge tahui Siauw-Iim- pai memang tidak bertanggung jawab!"   Kata Toan Hong-cu.   Giok-sik tidak tahan lagi.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 100 "Lu Tan adalah orang Bu-tong-pai, kalau dia bersalah harus menyalahkan Bu-tong-pai, tidak ada hubungannya dengan Siauw- lim-pai.   Jika kalian mau membuat perhitungan, seharusnya dengan Bu-tong-pai!"   "Kalau begitu mengapa Bu-tong-pai mencari Siauw-lim-pai untuk membantu mereka?"   Tanya Keng-suthay. Giok-sik tidak menyangka Keng-suthay akan berkata seperti itu. Dia hanya bisa terpaku. Toan Hong-cu memelototinya.   "Giok-sik, kalau kau punya harga diri, segera serahkan Lu Tan. Di depan begitu banyak orang jelaskan semua permasalahan ini!"   "Pinto sudah berkali-kali menjelaskan kalau Lu Tan sudah lama menghilang dan tidak' tahu di mana dia!"   Kata Giok-sik menarik nafas. Toan Hong-cu tertawa dingin.   "Mengapa tidak membiarkan kami mencari hingga ke Bu-tong- san?"   "Kalau kau masih berkata seperti itu, kita terpaksa harus menunggu Bu-wie Taysu!"   Giok-sik tertawa.   "Bila dalam waktu setengah jam lagi Bu-wie Taysu tidak hadir, apa yang harus kau katakan?"   Toan Hong-cu tertawa terbahak-bahak.   Ucapannya baru selesai, ada yang melantunkan ayat-ayat dari kitab suci Budha.   Semua orang melihatnya.   Terlihat Bu-wie Taysu diapit oleh 18 orang hweesio Siauw-lim memasuki tempat, masih ada Su Yan-hong.   Semangat Giok-sik bertambah.   Tapi Keng-suthay dan Toan Hong-cu malah menekuk wajahnya.   Bu-wie Taysu sudah tiba, mereka tidak bisa bertindak seenaknya lagi.   Su Yan-hong segera ke depan Toan Hong-cu dan memberi hormat.   "Paman Guru..."   Toan Hong-cu hanya menjawab.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 101 "He!"   Karena melihat Su Yan-hong berjalan bersama dengan Bu- wie Taysu, dia bertambah marah, tapi tidak bisa dikeluarkan seenaknya.   Bukan karena Su Yan-hong adalah Hou-ya sekaligus dia murid paling berbakat dan bermasa depan cerah, melainkan karena dia tidak melakukan kesalahan dalam masalah ini.   Sekalipun dia bersifat jelek tapi dia adalah orang yang tahu tata karma.   Hanya saja bila sedang marah, dia sendiri pun tidak bisa mengatasinya.   Bu-wie Taysu terus menyapa orang di sana.   Melihat Wan Fei- yang belum datang, dia ingin menunggu sebentar tapi Keng-suthay dan Toan Hong-cu sudah tidak sabar mereka terus mendesak.   Dia terpaksa duduk dan menyuruh Su Yan-hong yang bicara.   Semua merasa aneh tapi Jin-kun sudah bisa menebaknya.   Benar saja Su Yan-hong tidak angkat bicara mengenai masalah Lu Tan, hanya menceritakan tentang keluarga Lamkiong yang bersekongkol dengan Ling-ong, diam-diam melatih pembunuh kemudian mengirim Hen-lo-sat membunuh Ong-souw-jin.   Dia pun mengatakan kemarin ini sewaktu pergi ke Bu-tong-pai, dia dan Bu-wie Taysu dihadang oleh Bwe, Lan, Ju, Tiok, 4 orang pembunuh.   Semua merasa terkejut.   Jin-kun melihat semua orang merasa terkejut.   Dia tidak merasa takut sedikit pun.   Karena sedari awal dia sudah siap bertindak.   Dia tidak melarang Su Yan-hong berbicara.   Begitu Su Yan-hong selesai bicara, setelah itu baru' dengan tenang bertanya.   "Hou-ya sudah banyak bicara, apakah mempunyai bukti?"   Semua sudah berada dalam perkiraan Su Yan- hong.   "Kemarin ini karena gagal dibunuh oleh keluarga Lamkiong bertemu dengan barisan bersenjata api jadi Tong Goat-go yang menjadi menantu ketiga keluarga Lamkiong meninggal dan ada mayat untuk dijadikan saksi."   Jin-kun menggelengkan kepala.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 102 "Tong Goat-go memang menantu keluarga Lamkiong, apa yang dia lakukan di luar sana belum tentu ada hubungannya dengan keluarga Lamkiong.   Semua orang membahas Lu Tan, mengapa Hou-ya harus membicarakan masalah ini dengan orang lain?"   "Benar! Bu-tong-pai harus menyerahkan Lu Tan!"   Seru Keng- suthay. Dia kalah oleh Wan Fei-yang jadi terhadap Bu-tong-pai dia tidak senang. Dia terus melihat Toan Hong-cu. Toan Hong-cu mengangguk.   "Lu Tan tidak mau keluar untuk menjelaskan, semuanya itu hanya omong kosong!"   "Benar..."   Dari angkasa terdengar ada yang datang.   "kalau omong kosong, tidak perlu banyak bicara lagi. Kita bisa mulai bertarung!"   Mendengar suara ini, alis Su Yan-hong segera terangkat.   Orang yang bicara tadi turun naik, melewati kepala semua orang dan mendarat di depan Su Yan-hong.   Dia adalah Wan-tianglo yang hanya ingin berkelahi dan bertarung serta orang yang takut kalau dunia ini terlalu aman! Fu Hiong-kun dan Siau Cu pun datang secara bersamaan.   Mereka mencari Beng-cu, kebetulan bertemu dengan Wan-tianglo.   Untung Fu Hiong-kun pintar dan lincah jadi Siau Cu tidak ditangkap dan dibawa pulang ke Sian-tho-kok oleh Wan-tianglo.   Mereka bisa memancing Wan-tianglo kemari karena bila situasi dibutuhkan, mereka ingin meminjam ilmu silat Wan-tianglo untuk membereskan masalah.   Setelah tahu di Pek-hoa-couw ada rapat akbar ilmu silat, Wan- tianglo sangat senang.   Tapi dia tetap ingin Siau Cu membuat kesepatakan dengannya setelah Pek-hoa-couw selesai Siau Cu dia tetap harus kembali menemaninya selama setengah atau setahun.   Siau Cu setuju karena dia tahu kalau dia tidak setuju dia tidak akan bisa lolos.   Mereka datang di waktu yang sangat tepat.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 103 "Wan-tianglo..."   Su Yan-hong menyapa dengan sangat hormat. Wan-tianglo menatapnya dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, dengan bersemangat dia bertanya.   "Kapan kita bisa bertarung lagi?"   "Nanti bila ada waktu. Sekarang kami sedang mempunyai masalah!"   Jawan Su Yan-hong. ..   "Aku bertemu dengan Lu Tan!"   Kata Siau Cu.   "Kau bertemu di mana?"   Tanya Su Yan-hong buru-buru. Siau Cu segera menceritakannya, sewaktu dia berjalan dan diserang, lalu berkata.   "Reaksi dia dengan Hen-lo-sat tidak berbeda!"   "Kalau tebakanku tidak salah, dia sudah memakan semacam obat sampai akal sehatnya hilang!"   Su Yan-hong mengangguk.   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Benar! Kalau tidak hilang akal sehatnya, dengan sifat Lu Tan sebenarnya dia tidak akan bersembunyi!"   Timbul perasaan aneh di hati Toan Hong-cu dan Keng-suthay tapi Jin-kun Lo-taikun sudah tertawa.   "Siau Cu, sifatmu tetap seperti dulu!"   Kata Jin-kun sambil menggelengkan kepala.   "dulu demi bisa menikah dengan Beng-cu, semua kau lakukan agar bisa mendapatkan cucuku. Sekarang demi menyelamatkan seorang teman, kau mengarang cerita. Kau selalu seperti itu. Terhadap orang lain atau untuk diri sendiri tidak ada gunanya."   "Maksudmu, aku berbohong?"   Siau Cu berteriak.   "Teman tertimpa masalah, yang pasti kita tidak bisa berpangku tangan begitu saja tapi kau harus bisa membedakan, mana yang salah dan mana yang benar!"   Jelas Jin-kun.   "Waktu itu Beng-cu juga berada di sana!"   Bela Siau Cu. Jin-kun terpaku.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 104 "Kalau begitu, di mana Beng-cu sekarang? Mengapa dia tidak datang bersama denganmu?"   "Tadinya Beng-cu bersamaku, terakhir dia pergi entah ke mana!"   Siau Cu menarik nafas.   "Karena kau tahu Beng-cu tidak ada di keluarga Lamkiong jadi kau beralasan kalau Beng-cu juga mengetahui hal ini!"   Siau Cu terpaku. Wan-tianglo tidak sabar lagi. Dia berteriak.   "Hei, Tua Bangka! Siau Cu bicara jujur, kau tidak percaya?"   "Benarkah dia jujur?"   Jin-kun tertawa dan balik bertanya. Wan-tianglo berteriak.   "Aku mengatakan kalau dia jujur ya pasti jujur. Tua Bangka masih mau membantah ucapanku! Kau benar-benar sengaja mencari masalah denganku! Apakah karena ingin bertarung denganku?"   "Bila ada kesempatan pasti akan kutemani!"   "Bukankah sekarang adalah kesempatan yang baik?"   Wan- tianglo mulai mengeluarkan kaki dan kepalannya. Jin-kun menggelengkan kepalanya.   "Masalah di sini belum selesai! Kau tidak tahu asal usul permasalahannya lebih baik kau jangan ikut campur masalah ini!"   Dia tidak peduli dengan reaksi Wan-tianglo. Jin-kun langsung berkata kepada Siau Cu.   "Hanya mendengar ucapanmu tidak akan bisa dijadikan bukti, lebih baik keluarkan bukti-bukti lainnya agar orang-orang percaya!"   Siau Cu marah.   "Waktu itu aku dan Beng-cu melihat Lu Tan. Sekarang Beng-cu tidak ada, siapa yang bisa membuktikan hal ini?"   "Apakah kita harus menunggu Beng-cu muncul di sini?"   Tanya Jin-kun dengan santai.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 105 "Siapa yang mempunyai waktu menunggu? Apa pun yang terjadi, masalah ini harus diselesaikan hari ini juga!"   Tuntut Toan Hong-cu.   "Benar..."   Jin-kun tertawa. Siau Cu marah.   "Jika kalian tidak percaya pada ucapanku, kalian akan menyesal nantinya!"   "Siapa yang bisa membuktikan ucapanmu benar?"   Tanya Toan Hong-cu.   "Aku bisa..."   Terdengar suara seseorang. Semua melihat ke arah suara itu. Salah satu dari 4 orang yang mengenakan penutup wajah berdiri. Pelan-pelan dia membuka penutup wajahnya. Dia adalah Beng-cu. Siau Cu terlihat sangat senang. Cia Soh-ciu berteriak.   "Beng-cu..."   Saat dia akan mendekati putrinya, Jin-kun membentak.   "Kembali..."   Dengan wibawa Lo-taikun, Cia Soh-ciu tidak berani bicara apa- apa. Dengan sikap ketakutan dia kembali. Jin-kun tertawa melihat Beng-cu.   "Apakah kau tidak tahu kalau Nenek meng-khawatirkanmu?"   "Terima kasih atas perhatianmu. Cucumu ini sangat beruntung nyawanya masih tetap ada!"   "Kau harus mengerti kalau aku sangat memperhatikanmu!"   "Tapi aku tidak mengerti mengapa kau berubah menjadi seperti ini?"   Dengan hati bergejolak Beng-cu menatap Jin-kun.   "Aku lihat kau terlalu lelah jadi kau semba-rangan bicara!"   Ujar Jin-kun sambil menggelengkan kepala.   "lebih baik kau beristirahat dulu!"   "Aku tidak sembarangan bicara. Apa tujuan-mu melakukan semua ini?"   Air mata Beng-cu menetes.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 106 "Apa yang kulakukan?"   Seperti tidak terjadi apa-apa.   "Beng-cu kemarilah..."   Cia Soh-ciu memanggil "Maafkan putrimu tidak berbakti, tapi apa pun yang terjadi aku harus menceritakan semuanya agar jangan banyak orang menjadi korban berikutnya!"   "Kita satu keluarga!"   Cia Solvciu menarik nafas.   "Benarkah demikian? Mengapa dia menyuruh orang membunuhku?"   Perasaan Beng-cu semakin ber gejolak. Cia Soh-ciu terpaku. Kata Bwe Au-siang.   "Mengapa bisa terjadi seperti itu?"   Beng-cu berteriak.   "Sebenarnya seperti itu! Yang membunuh Lam-touw adalah dia, paman keempat yang memberi tahukannya padaku! Setelah itu paman keempat pun menghilang..."   Bwe Au-siang menatap Jin-kun. Dia merasa aneh. Beng-cu berteriak lagi.   "Jelas-jelas Lu Tan disembunyikan olehnya. Waktu itu dia ingin membunuhku serta Siau Cu. Ciu-ci Lojin diam-diam menggunakan peluit mengatur dia!"   Su Yan-hong melihat Jin-kun.   "Aku rasa Beng-cu tidak berbohong. Kau menyembunyikan Lu Tan, apa tujuanmu? Apakah kau ingin kami saling bunuh dan kau tinggal duduk diam, kemudian dari belakang mengambil keuntungan dari semua ini?"   Tapi Jin-kun masih bisa tertawa.   "Beng-cu masih kecil, dia dipengaruhi orang lain jadi dia bisa bicara seperti itu. Tapi semua malah percaya!"   Su Yan-hong tertawa dingin.   "Mana mungkin bisa seperti itu!"   "Hou-ya terbuka dan jujur, pasti tidak akan melakukan hal ini, tapi ledua orang ini belum tentu seperti itu!"   Jin-kun menunjukLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 107 orang yang memakai penutup wajah.   "apa kabar, Siau Sam Kongcu?"   Siau Sam Kongcu dan Tiong Bok-lan tidak bisa bersembunyi lagi. Mereka langsung membuka penutup wajah. Jin-kun melihat mereka sambil menggelengkan kepala, menarik nafas.   "Kalian berdua pergi dan tidur bersama tidak apa-apa, mengapa harus menghasut Beng-cu untuk melawan Keluarga Lamkiong?"   Dengan tenang Siau Sam Kongcu berkata.   "Benar, kami sama-sama tinggal di Hoa-san dan kami saling menghormati seperti kakak beradik. Kami tidak merasa ada yang salah di sini. Apa yang dibicarakan orang lain, kami tidak peduli!"   "Apa yang dikatakannya tadi adalah kenyataan sebenarnya, aku tidak dihasut oleh siapa pun!"   "Kalau kalian terbuka dan jujur, mengapa harus memakai penutup wajah seperti tadi?"   Toan Hong-cu dan Keng-suthay mulai goyah. Waktu itu terdengar suara yang berkata.   "Siluman Tua, kau masih bisa berceloteh!"   Yang bicara adalah Lamkiong Ho.   Dia duduk di kursi roda, didorong oleh Wan Fei-yang yang sedang berlari datang ke tempat itu.   Melihat orang itu, Jin-kun segera tahu saatnya memperalat keluarga Lamkiong sudah usai sampai di sini dan tidak bisa diperalat lagi.   Cia Soh-ciu melihat, dia terkejut dan senang dan datang menyambut.   Beng-cu berteriak.   "Ayah..."   Sorot mata Siau Sam Kongcu dan yang lain menatap wajah Wan Fei-yang dan Lamkiong Ho.   Wan Fei-yang melihat ke sekeliling, dia berkata dengan suara keras.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 108 "Demi mencari Hvve-yang-ko, aku mengejarnya sampai di Han- tan lalu aku diserang Hen-lo-sat, dipukul hingga jatuh ke dasar jurang yang sangat dalam.   Sangat beruntung aku tidak mati dan bertemu dengan Lamkiong Ho yang dulunya pun dipukul hingga jatuh!"   "Kalau kalian tidak percaya siapa pun tapi apa yang Lamkiong Ho ceritakan harap kalian percaya!"   Kata Lamkiong Ho.   "Apa yang telah terjadi?"   Tanya Cia Soh-ciu. Lamkiong Ho menunjuk Jin-kun.   "Orang ini sebenarnya adalah Thian Te, bernama Jin-kun dari Pek-lian-kau!"   Begitu kalimat ini masuk ke telinga semua orang, membuat semua terkejut dan sorot mata mereka melihat wajah Jin-kun.   "Di dunia ini memang tidak ada rahasia abadi!"   Ujar Jin-kun seperti tidak merasakan apa-apa.   "sebenarnya setelah rapat Pek- hoa-couw ini selesai, aku akan kembali ke wajah asliku. Sekarang terjadi lebih awal tapi masalah sudah terjadi, aku tidak bisa berbuat apa-apa!"   Dia berhenti pelan-pelan mengelupas topeng kulitnya.   Semua tahu apa yang terjadi.   Tapi begitu melihat apa yang dilakukannya tetap saja merasa terkejut.   Lo-taikun dari keluarga Lamkiong mempunyai kedudukan tertentu di dunia persilatan juga berpengaruh.   Ternyata dia adalah Jin-kun dari Pek-lian-kau yang pandai menyamar dengan kemampuan keterampilan tangan.   Wan Fei-yang bisa dikatakan orang yang paling tenang.   Dia segera bertanya.   "Kau mengelabui keluarga Lamkiong, apakah tujuanmu adalah memecahbelah perkumpulan besar agar mereka saling bermusuhan dan kau tinggal duduk diam menerima keuntungannya?"   Jin-kun tertawa.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 109 "Ini hanya salah satunya. Yang terpenting ada lah uang dan harta keluarga Lamkiong. Kalau tidak, ingin menghasilkan Bwe, Lan, Ju, Tiok, dan Hen-lo-sat, tidak mungkin bisa terjadi."   "Akhirnya kau mengakui semuanya!"   Wan Fei-yang menarik nafas.   "begitu banyak orang mati di tanganmu tapi tidak ada satu pun yang mencurigai-mu bukan?"   "Hanya Lamkiong Po!"   Jin-kun baru akan berkata seperti itu, Bvve Au-siang marah besar. Dia ingin menyerang tapi Cia Soh-ciu menahannya.   "Jangan sampai membuat hatimu bergejolak! Hati-hati bayi yang ada di dalam kandunganmu!"   Jin-kun terpaku. Lamkiong Ho tertawa lepas.   "Thian benar-benar menyayangi keluarga Lamkiong!"   "Baik atau tidak baik jangan bicara terlalu awal!"   Jin-kun tertawa.   Tongkat kepala naga tiba-tiba keluar, dia melemparkannya ke arah Lamkiong Ho.   Lemparan ini dilakukan sekuat tenaga dan secara tiba-tiba.   Wan Fei-yang yang menyambutnya pun tidak sempat menahan, jadi tongkat kepala naga itu terus melaju menembus dada Lamkiong Ho dan membunuhnya.   Cia Soh-ciu sangat sedih.   Dia meloncat ke atas.   Dengan kedua telapaknya menyerang Jin-kun.   Dia menyuruh Bwe Au-siang jangan emosi tapi melihat Lamkiong Ho terbunuh, dia tidak bisa menahan emosinya lagi.   Jin-kun sepertinya tidak memiliki masalah apa pun.   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Dia menyambut dengan kedua telapaknya.   Ter dengar suara seperti petir, Cia Soh-ciu terlempar keluar sejauh 3 tombak.   Dia muntah darah dan terguling.   Beng-cu berteriak.   Tubuh Siau Cu bergerak.   Beng-cu memapah Cia Soh-ciu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 110 "Ibu sudah melakukan banyak kesalahan..."   Cia Soh-ciu seperti banyak hal yang ingin dibicarakan tapi hanya satu kata yang dia keluarkan.   Darah menyembur keluar, dia berhenti bernafas.   Beng-cu sangat sedih.   Dia melihat Jin-kun dan ingin menyerangnya tapi dihalangi oleh Wan Fei-yang, Toan Hong-cu, Keng-su thay, Su Yan-hong, dan Bu-wie Taysu.   Terdengar suara peluit.   Diiringi suara peluit datang Lu Tan dengan keadaan terbang dan menyerang semua orang.   Keng-suthay menyambut 1 jurus.   Dia tergetar hingga mundur selangkah.   Giok-sik menatapnya segera berteriak.   "Lu Tan..."   Tapi Lu Tan tidak bereaksi apa-apa.   Sorot matanya terlihat sangat kejam.   Dia mencabut pedang dan menyerang Toan Hong-cu.   Toan Hong-cu menyambut secara berturut-turut sebanyak 13 jurus.   Dia mundur 3 langkah.   2 murid Bu-tong datang dengan cepat mencegat Lu Tan mereka malah tergetar hingga ke pinggir.   Lu Tan menyerang lagi, menepis murid Bu-tong yang terlambat menghindar, ingin membelahnya menjadi 2 bagian.   Sewaktu Lu Tan masih mengejar seorang yang melarikan diri, Wan Fei-yang sudah tiba.   Dengan ilmu Thian-can-kang dia menekan pedang Lu Tan sebelah tangannya menyambut serangan telapak tangan Lu Tan.   Lu Tan tidak bisa menarik pedangnya, menarik tangannya pun tidak bisa karena menempel oleh Thian-can-kang.   Bu-wie Taysu segera datang menghampiri.   Dia menotok di 7 titik nadi bagian punggung Lu Tan.   Wan Fei-yang tidak lamban, dia juga menotok di 7 nadi bagian dada Lu Tan.   Mereka bekerja sama dengan sangat tepat.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 111 Toan Hong-cu segera membentak.   "Bunuh pembunuh ini!"   Bu-wie Taysu mencegatnya dengan mengangkat tangan.   "Bila ingin membunuh, bunuh Jin-kun dari Pek-Iian-kau yang pantas untuk mati!"   Kata-katanya baru selesai, terdengar suara peluit lagi.   Semua orang melihat ke arah itu, terlihat Hen-lo-sat datang seperti terbang! Keng-suthay langsung mencegat.   Dengan pedang dia menepis tapi Hen-lo-sat dengan kedua telapaknya mendorong dengan tenaga dalam yang kuat.   Dia bisa memaksa pedang Keng-suthay bergeser ke samping dengan telapak tangannya memasuki celah.   Wan Fei-yang dan Bu-wie Taysu dari kiri dan kanan berusaha ingin menyelamatkan tapi tidak sempat lagi.   Telapak kiri Keng- suthay tidak sempat menahan, dadanya terkena pukulan telapak.   Terdengar teriakan memilukan.   Dia terlempar sejauh 3 depa dan muntah darah.   Di sana dia menghembuskan nafas terakhirnya.   Keng-suthay seorang pesilat tangguh tapi tidak sanggup menahan serangan Hen-lo-sat satu jurus pun.   Wan Fei-yang dan Bu-wie Taysu sangat terkejut.   Wan Fei-yang segera berteriak.   "Semua orang hati-hati!"   Hen-lo-sat sudah datang.   Wan Fei-yang dengan kedua tangannya segera menyerang, bersamaan waktu kedua telapak Bu-wie Taysu keluar menyerang.   Dengan tenaga dalamnya, mereka berdua bergabung untuk bertarung.   Orang yang sanggup menahan serangan sepertinya tidak ada terlihat Hen-lo-sat satu-satunya yang bisa.   Dia tidak hanya bisa menyambut dan bisa menggetarkan mereka hingga mundur setengah langkah.   Wajah Bu-wie Taysu berubah.   Walaupun Wan Fei-yang di Han- tan pernah menerima serangan Hen-lo-sat tapi sekarang iniLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 112 menerima serangannya lagi merasa kalau Hen-lo-sat bertambah lihai.   Wajahnya terus berubah.   Hen-lo-sat terus menyerang.   Wan Fei-yang dan Bu-wie Taysu menerima serangannya.   Mereka tergetar hingga mundur selangkah lagi.   Hen-lo-sat terus maju tanpa berhenti.   Dia seperti sebuah anak panah yang mengarah ke dalam kerumunan orang-orang, kedua telapaknya terus menepis.   Ada murid Kun-lun-san yang menyambut.   Satu per satu ditepis mati oleh Hen-lo-sat.   Su Yan-hong dan Wan-tianglo dengan cepat menolong.   Wan Fei- yang dan Bu-wie Taysu pun tidak bergerak lambat, sepasang golok Hen-lo-sat sudah keluar dari sarungnya.   Cahaya terang seperti kilat melesat ke arah semua orang.   Liong-im-kiam milik Su Yan-hong berusaha menahan tapi hanya bisa bertahan 3 jurus.   Wan Fei-yang mengambil pedang yang tergelertak di bawah untuk menyambut serangan itu dan tongkat hweesio milik Bu-wie Taysu sudah dikeluarkan.   Wan-tianglo tidak mau kalah, dia mengambil sebilah pedang dan mengejar Hen-lo-sat.   4 orang pesilat ini adalah pesilat yang bisa dihitung keberadaannya dengan jari tapi mengepung seorang Hen-lo-sat tetap bisa tergetar hingga ke samping.   Jin-kun tertawa dingin.   Dia segera mengayunkan tangan.   Thian- te-siang-kun dan utusan lampu hijau serta murid-murid Pek-lian- kau sudah muncul di sana dan mereka datang mengepung.   Melihat keadaan seperti itu, Wan Fei-yang tahu kalau Jin-kun sudah melakukan persiapan.   Dia bermaksud dalam rapat Pek-hoa- couvv ini menjala habis semua pesilat tangguh.   Dia segera mengambil keputusan dan membentak.   "Semua tinggalkan tempat ini! Hou-ya, Siau Cu, Siau Sam Kongcu, Toan Hong-cu Cianpwee bertugas melindungi. Aku dan VVan-tianglo serta Bu-wieTaysu yang berada paling belakang..."   "Jarang ada kesempatan bisa bertarung begitu senang. Kalian mundur, aku tidak akan mundur!"   Kata Wan-tiangio.   Dia begituLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 113 bersemangat mengeluarkan ilmu silat yang dia pclajari seumur hidupnya untuk melilit Hen-lo-sat.   Wan Fei-yang baru ada waktu untuk bicara.   Dia masih menahan serangan yang baru saja datang dari Thian-te-siang-kun.   Melihat lawan sudah melakukan persiapan, Su Yan-hong tidak tahu pembunuh seperti Hen-lo-sat entah ada berapa orang.   Kalau masih tinggal di Pek-hoa-couw, hanya akan bertambah korban dan akan mengganggu Wan Fei-yang.   Setelah menyapa Siau Sam Kongcu, dia segera memimpin semua orang mundur.   Orang-orang persilatan yang datang menonton keramaian ada beberapa yang mati dan terluka.   Melihat keadaan ini, secara naluri mereka bergabung sambil bertarung mundur.   Siau Cu dan Su Ceng-cau melindungi Bwe Au-siang dan Beng-cu untuk terus mundur.   Beng-cu melihat ayah dan ibunya meninggal membuatnya benar-benar bersedih.   Setelah dinasehati oleh Bwe Au-siang, Siau Cu, dan Su Ceng-cau kesedihannya bisa disimpan dulu.   Sambil bertarung mundur.   18 orang hweesio Siauw-lim yang ikut segera memasang barisan Lo-han untuk menahan murid-murid Pek-lian-kau yang datang menyerang.   Barisan Siauw-lim, Cap-pwe-lo-han sangat ter kenal di dunia persilatan.   Kekuatannya memang sangat besar tapi sayang murid- murid Pek-lian-kau pun sangat banyak.   Diserang dari luar dan dalam ditambah diserang oleh Jin-kun secara tiba-tiba, barisan ini jadi berantakan.   Mereka berusaha tetap melawan dengan gagah berani.   Siau Sam Kongcu, Su Yan-hong, dan Toan Hong-cu melayani 5 orang utusan lampu.   Itu sangat mudah.   Giok-sik dan Toan Hong-cu bahu membahu dalam bertarung.   Dilindungi oleh mereka, Siau Cu dan kelompok berhasil keluar kemudian disusul kelompok Su Yan-hong dan Siau Sam Kongcu.   Mereka mundur dengan susah payah, Jin-kun tiba-tiba menyerang.   Giok-sik tidak berhati-hati dia terkena pukulan hinggaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 114 tewas olehnya.   Toan Hong-cu yang tadinya marah semakin emosi, pedang diayunkan ke arah Jin-kun, memaksa Jin-kun terus mundur.   Su Yan-hong dan Siau Sam Kongcu tidak sempat menghadang, 5 utusan lampu sudah datang.   Wan Fei-yang membentak, sambil mundur terus melawan.   Dengan begitu mereka baru bisa menjaga stamina.   Musuh lebih banyak dan kekuatan mereka berjarak.   Bila terus di sana akan banyak korban.   Saat mereka mundur ke tempat yang lebih aman, Toan Hong-cu terluka karena terkena pukulan Jin-kun.   Dia tetap berusaha melawan dan juga menghadang 5 utusan lampu.   Tapi itu hanya berlangsung beberapa jurus saja dan dia pun tewas.   Wan-tianglo meloncat ke sana sini untuk melilit Hen-lo-sat.   Bu- wie Taysu ingin membantu pun sulit.   Wan Fei-yang dihadang oleh Thian-te-siang-kun.   Walaupun Thian-can-kang sudah dikeluarkan dan Pek-kut-mo-kang dari Thian-te-siang-kun tidak bisa menahan tapi gabungan mereka, ditambah dengan Wan Fei-yang tidak mau terus bertarung maka mereka masih bisa ditahan.   Wan-tianglo melawan dengan keras.   Dia terus menyambut serangan Hen-lo-sat hingga lelah dan kehabisan tenaga.   Akhirnya dipukul hingga roboh oleh Hen-lo-sat, 7 inderanya mengeluarkan darah.   Dia masih sempat menahan 3 kali hantaman, masih bisa berteriak.   "Puas..."   Dia berteriak 3 kali, sudah terpukul hingga hancur. Bu-wie Taysu dengan tongkat hweesionya menghadang Hen-lo-sat dan berteriak.   "Fei-yang, cepat pergi dari sini..."   Wan Fei-yang malah berbalik ke sisi Bu-wie Taysu.   "Taysu yang pergi dulu..."   Bu-wie Taysu menggelengkan kepala.   "Kalau kau tidak pergi dan mati di sini, apa gunanya semua ini?"   "Semua tidak akan bisa pergi..."   Jin-kun sudah datang bersama dengan Thian-te-siang-kun dan utusan 5 lampu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 115 18 hweesio Siauvv-Iim sudah tiada.   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Utusan lampu ingin mengejar tapi dibentak Jin-kun supaya kembali.   Asalkan bisa membunuh Wan Fei-yang, yang lain kabur pun tidak apa-apa.   Ciu-ci Lojin dan Kiang Hong-sim juga datang.   Jin-kun memberi isyarat agar peluit jangan ditiup supaya Hen- lo-sat berhenti menyerang.   Sambil tertawa berkata kepada Wan Fei- yang.   "Nasibmu selalu bagus tapi hanya sampai di sini saja. Walaupun ada jurang yang terjal di depanmu tapi aku ingin kau mati di depanku!"    Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Si Rase Hitam Karya Chin Yung Mustika Gaib Karya Buyung Hok

Cari Blog Ini