Ceritasilat Novel Online

Pedang Kiri Pedang Kanan 18


Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL Bagian 18


Pedang Kiri Pedang Kanan Karya dari Gan K L   "maksud Sam-moay ...." "Hamba kira dia membawa sesuatu obat yang khusus dapat menawarkan segala macam racun, adalah jamak bagi setiap insan persilatan selalu membekal obat2an macam ini, mungkin secara kebetulan obat yang dibawanya itu bisa menawarkan getah beracun."   Memang tidak malu Giok-lan diangkat menjadi congkoan Pek- hoa-pang, pandangan dan pendapatnya memang Cermat dan lebih mengena sasaran daripada orang lain Pek-hoa-pangcu manggut, ujarnya.   "Betul, kulihat sorot matanya amat tajam, hakikatnya tidak mirip seorang yang terkena racun pembuyar Lwekang, kalau dia selalu bawa obat penawar racun, maka racun pembuyar Lwekang itupun tentu sudah punah dari tubuhnya."   Sampai di sini tiba2 dia menepuk meja sambil tertawa, katanya.   "Ya, pasti begitu, waktu Giok-je dicegat orang2 Hek-lionghwe di tengah sungai, katanya ditolong seorang berkedok yang mengalahkan Dian Tiong-pit dan begundalnya, hari ini setelah melihat dia lantas timbul rekaan dalam benakku bahwa orang berkedok itu pasti dia"   Pada saat itulah, di luar sana seorang pelayan bersuara lantang.   "Hamba menyambut kedatangan Hu pangcu."   Mendengar yang datang adalah Hu-pangcu atau wakil Pangcu Pek-hoa-pang, cepat Kun gi sedikit menyingkap kerai dan mengintip keluar. Segera Pek-hoa-pangcu angkat kepala dan berseru.   "Apakah Jimoay yang datang?"   Tampak kerai tersingkap. muncullah seorang gadis remaja berbaju kuning ketat, langsung ia menjura kepada Pek-hoa-pangcu, katanya.   "Siaumoay memberi hormat kepada Toaci."   Lalu ia tanggalkan mantel serta mencopot cadar kuning yang menutup mukanya.   Kini Kun-gi dapat melihat jelas.   Usia gadis ini sebaya dengan Pekhoa-pangcu, wajahnya berbentuk kwaci, alisnya melengkung laksana bulan sabit, dagunya laksana lebah bergantung, matanya jeli seperti bintang kejora, pinggangnya ramping diikat sabuk kain merah, di mana terselip sebatang pedang bersarung kulit ikan cucut, sepatunya kulit hitam tinggi, kelihatannya gagah dan angker, itulah seorang gadis yang sudah terlatih dan gemblengan.   Ternyata dia tidak mengenakan kedok.   "Silakanduduk Ji-moay,"kataPek-hoa-pangcu.   Sementara itu Giok-lan berdiri menyambut, katanya sambil menjura kepada gadis baju kuning.   "Hamba memberi hormat kepada Hu-pangcu."   Gadis baju kuning mengangguk, katanya tersenyum. "Sam-moay juga ada di sini, sesama saudara sendiri buat apa sungkan?"   Wajahnya kelihatan berseri tawa, tapi sedikitpun tidak kentara rasa simpatik pada nada bicaranya. Dia duduk pada kursi sebelah kiri Pek-hoa-pangcu, lalu berkada pula.   "Sam-moay betul2 cerdik pandai melebihi orang lain, Thay-siang (junjungan maha tinggi) menyerahkan jabatan congkoan padamu memang sangat tepat."   Tiba2 tergerak pikiran Kun-gi.   "Jadi jabatan congkoan ini diperoleh dari Thay-siang, bukan di angkat langsung oleh Pek-hoapangcu, jadi masih ada lagi Thay-siang-pangcu. Memangnya gadis2 remaja yang cantik molek. bukan saja berkepandaian tinggi, malah berani membentuk serikat segala, sudah tentu semuanya hasil didlkan seseorang dan orang itu pasti adalah Thay-siang-pangcu yang dimaksudkan itu."   Setelah gadis baju kuning duduk barulah Giok-lan ikut duduk. katanya.   "Justeru karena Thay-siang yang menyerahkan jabatan ini padaku, maka sedikitpun aku tidak berani lena dalam menjalankan tugas."   Pek-hoa-pangcu menyela.   "Tengah malam begini Ji-moay kemari, entah ada petunjuk apa dari Thay-siang?" "Thay-siang mendapat kabar bahwa orang2 Hek-Liong-hwe telah menimbulkan onar di sini, beliau amat marah, bahwa markas pusat Pek-hoa-pang sampai dikunjungi orang luar, menimbulkan huruhara lagi, jelas ini merupakan kecerobohan kita, lebih celaka, musuh masih meloloskan diri lagi ..." "Memanghambayangtidak becus,"kataGioklan. "Kami terima kenyataan ini, soalnya penyatron berkepandaian tinggi, beruntung dua diantara tiga musuh dapat kita bunuh,"   Kata Pek-hoa-pangcu. Dengan kedua tangan membetulkan letak rambutnya, gadis baju kuning berkata sambil miringkan kepala ke arah Pek-hoa-pangcu.   "Letak tempat kita dikelilingi air, orang2 kita juga meronda di atas air, umpama tumbuh sayap juga musuh takkan mungkin lolos, memangnyasetelah menemukanjejak musuh lalu kitatidaksuruhan orang menggeledah perairan?" "Begitu tahu ada orang luar menyelundup ke-mari lantas kuperintahkan orang mengadakan razia, ternyata Ui-Liong-tongcu dari Hek-Liong hwe yang bernama Jik Hwi-bing cukup cerdik, dia tinggalkan dua pembantu di atas perahu, kedua orang itu adalah Dian Tiong-pit dan Hou Thi-jiu, Liok dan Li berdua Sucia yang bertugasdisanatertutukoleh mereka malah." "Thay-siang suruh Siau-moay kemari untuk memeriksa peristiwa ini, Liok dan Li berdua Sucia tidak menunaikan tugas dengan semestinya, cukup setimpal dicurigai ada berkomplot dengan musuh, memangnya Pek-hoa pang kita boleh membiarkan orang luar keluar masuk dimarkas besar ini dengan sesukanya?"   Pek-hoa-pangcu menghela napas, katanya kemudian.   "Bicara soal ilmu silat memang sulit dibedakan, terang kepandaian Liok dan Li berdua sucia memang terpaut jauh dengan musuh sehingga dengan mudah kena dibekuk musuh, semua kesalahan tak boleh dijatuhkan kepundak mereka."   Gadis baju kuning cekikikan, katanya.   "Biasanya Toaci memang bijaksana, masa engkau tidak pernah menduga, bukan mustahil mereka berdua yang sengaja menolong orang she Jik itu meloloskan diri?" "Itu tak mungkin, Liok dan Li amat setia mungkin membiarkan musuh lolos,"   Kata Pek-ho-pangcu tegas. Kembali baju kuning cekikikan, katanya.   "Umpama betul mereka biasanya setia dan kerja keras, kenyataan bahwa orang she Jik dibiarkan lolos, kalau yang satu ini tidak dihukum untuk peringatan kepada yang lain, selanjutnya siapa saja boleh menggunakan alasan yang sama untuk membebaskan musuh, demi menegakkan undang2 Pang kita, maka pantas kalau kedua orang ini dihukum mati ."   Waktu mengucapkan kata2 "Mati"   Wajahnya tampak diliputi hawa nafsu membunuh. Pek-hoa-pangcu tertawa tawa, katanya.   "Seolah2 Ji-moay membela undang2 setegak gunung, sedikit2 lantas main bunuh, umpama betul Liok dan Li tidak menunaikan tugas semestinya, dosa-nya belum setimpal dihukum mati." "Inilah yang dinamakan bunuh yang dua ini untuk peringatan bagi yang lain, Siau-moay sudah hukum mati mereka,"   Kata gadis baju kuning. "Ji-moay telah bunuh mereka?"   Seru Pek-hoa-pangcu kaget. Gadis baju kuning tertawa lebar, katanya.   "Itulah maksud Thaysiang, para Hou-hoat-sucia ini sudah biasa makan kenyang kerja malas2an, sudah biasa hidup senang, maka perlu diberi peringatan supaya selalu waapada dan hati2 setiap menjalankan tugas."   Peh-hoa-pangcu tampak serba kikuk. katanya kemudian sambil manggut.   "Thay-siang memang bijaksana, tindakan demikian memang tepat" "Thay-siang juga bilang, Toaci memang cocok menjadi Pangcu pada waktu damai, kalau jaman kalut dan perlu menggunakan tindakan keras, maka harus pakai cara kejam, oleh karena itu Toaci selalu menjadiorang baik, dan biarlah Siaumoay jadiorang jahat."   Sampai di sini tiba2 dia angkat kepala dan bertanya.   "o,ya, orang yang menyaru Cu Bun-hoa itu sudah berada ditempat kita, Thaysiang amat perhatikan obat penawar getah beracun itu, apalagi setelah orang Hek-liong-hwe mencari setori kemari maka obat penawar harus diusahakan secepatnya, sebetulnya dia yakin tidak akan menemukan obat itu ...?" "Kami sudah bekerja sesuai petunjuk Thay-siang, semuanya sudah dipersiapkan dengan baik, nama asli orang ini adalah Ling Kun-gi, menurut laporan Giok-Je, dia sudah berhasil mengubah getah beracun jadi air bening, pagi tadi akupun sudah bicara sama dia supaya secepatnya bekerja, maka boleh Ji-moay sampaikan semua ini kepada thay-siang supaya beliau berlega hati."   Agaknya dia tidak berani berterus terang kepada Thay-siang, maka semua persoalan yang menyangkut diri Ling Kun-gi tidak dia jelaskan seluruhnya...   "Thay-siang suruh Siau-moay menyampaikan perintahnya kepada Toaci, dalam jangka tiga hari, dia harus sudah berhasil menyelesaikan tugasnya"demikian katasi gadisbaju kuning.   "Apa?"   Seru Pek-hoa-pangcu bergidik.   "Dalam tiga hari harus menunaikan tugas?" "Bagaimana?."   Gadis baju kuning cekikkan.   "Tiga hari masih belum cukup?, Di Coat Sin-san-ceng, dia sudah berhasil di situ, cukup dia meracik obat2nya sekali lagi, kukira sehari juga sudah bisa selesai." "Tiga hari mungkin tidak bisa, Ling Kun-gi bilang, secara tidak sengaja dia berhasil punahkan getah beracun jadi air bening, untuk benar2 menemukan racikan obatnya yang tulen, mungkin memerlukan tenaga dan pikirannya pula, jadi harus diusahakan kembali dari permulaan, hal ini tidak boleh didesak, apa lagi harus buru2, nanti, kalau Ji-moay pulang bolehlah kau mohon kepada Thay-siang agar suka undurkan lagi batas waktunya beberapa hari?"   Giok-lan menimbrung.   "Demikianlah, Ling Kun-gi juga berjanji akan bekerja sekuat tenaga untuk menemukan obat itu, hasil permulaan sudah dicapai, asal Thay-siang sudi memberi kelonggaran beberapa hari, pasti hasilnya akan jauh lebih memuaskan." "Wah, cara kalian bicara, Toa-ci dan Sam-moay, se-olah2 akulah yang memutuskan waktu tiga hari ini, kalian kan tahu juga , setiap perintah Thay-siang harus segera dilaksanakan, memangnya siapa yang berani membantah? Toa-ci, suruhlah Sam-moay menyampaikan hal ini kepada orang she Ling supaya dia selekasnya menyelesaikan tugasnya, sebaiknya jangan lewat batas waktu yang ditentukan,"   Walau dia tertawa, namun wajahnya tidak kelihatan berseri, nada suaranyapun dingin, kalau tak berhadapan tentu orang tidak mau percayabahwadiabicarasambiltertawa. Sambil mengawasi Giok-lan, akhirnya Pek-hoa-pangcu manggut2, katanya.   "Sam-moay, besok kau beritahukan padanya, coba saja apakah dalam jangka tiga hari dia bisa menyelesaikan? "   Giok-lan manggut sambil mengiakan. Mendadak gadis baju kuning berseri tawa, matanya yang indah mengawasi Pek-hoa-pangcu tanyanya.   "Kudengar orang she Ling itu muda, malah sangat cakap. apa benar? Sayang waktu sudah larut malam, kalau tidak ingin siau-moay menemuinya,"   Lalu dia berdiri sambungnya pula.   "Toaci, perintah sudah kusampaikan, aku harus lekas kembali memberi laporan kepada Thai-siang"   Cadar dia kenakan pula, lalu mengenakan mantel lagi, setelah menjura dia lantas melangkah pergi. Setelah gadis baju kuning berlalu, tiba2 tergerak hati Ling Kun-gi, batinnya.   "Agaknya dia akan pulang memberi laporan kepada sang Thay-siang". Thay-siang mendidik sedemikian banyak gadis2 remaja dan mendirikan Pek-hoa-pang, tentu punya suatu rencana dan tujuan tertentu. Apa lagi dia ingin selekasnya menggunakan obat penawar getah beracun, naga2nya bukan hanya untuk menghadapi senjata orang2 Hel-Liong-hwe yang dilumuri getah beracun tentu masih ada maksud lainnya lagi? "   Pek hoa-pangcu dan lain2 mahir menggunakan Hwi Liong-sam- kiam, sudah tentu ilmu pedang ini hasil didikannya pula Tapi dirinya kemari memang hendak menyelidiki kedua hal ini, kini setelah tahu di atas Pek-hoa-pangcu masih bercokol lagi seorang Thay-siangpangcu, maka sasaran yang diincarnya ikut beralih pula.   Sekilas berpikir cepat dia bertindak.   kesempatan baik ini tak boleh di-sia2kan, sekali berkelebat sebat sekali dia meluncur ke luar jendela, di atas wuwungan paling tinggi matanya menjelajah ke tempat jauh, dilihatnya bayangan ramping gadis baju kuning yang bermantel melambai2 tengah meluncur cepat di kejauhan sana.   Segera Kun-gi melayang turun, dengan alingan bayangan semak2 bunga, dia menguntit dari kejauhan- Sudah tentu gadis baju kuning tidak pernah berpikir di belakangnya dikuntit orang, apa lagi Kun-gi selalu menguntit dalam jaraktertentu sehingga lebih sulit diketahui.   Bagai dua titik bintang meluncur keduanya terus menyusuri tanaman bunga, yang terbentang luas, akhirnya tiba di ujung taman.   Tanpa berhenti gadis baju kuning melejit ke atas melompati pagar tembok dengan gaya yang indah gemulai.   Waktu Kun-gi melejit ke atas tembok dilihatnya bayangan gadis baju kuning sudah puluhan tombak jauhnya, gerak-geriknya cepat bagai terbang, tujuannya ke arah danau.   Tempat itu berada sebuah semenanjung tepi Phoa-yang-ouw, taman bunga keluarga Hoa letaknya di bawah sebuah bukit kecil, luasnya ada dua tiga li persegi.   Seringan mega mengambang Kun-gi terus me-nguntit, Kira2 setengah li kemudian, gadis baju kuning tiba dipinggir danau disana terdapat sebuah batu cadas, dengan enteng dia melompat ke atas batulalu kebawah, dibaliksanasebuah perahusudah menunggu, di situ, seorang laki2 baju hijau di atas perahu segera kerjakan penggayuhnya, perahupun laju ke tengah danau.   Kun-gi jadi berpikir.   "Agaknya Thay-siang-pangcu tidak tinggal di sini,"   Dengan rasa kecewa terpaksa dia putar balik langsung masuk kamar terus tidur. Esoknya baru saja Kun-gi selesai berdandan didangarnya suara Sin-ih berkata di luar pintu.   "Ling-kongcu congkoan datang."   Ling Kun-gi tahu maksud kedatangan orang, maka dia mengiakan dan menyambut keluar. pakaian Giok-lan tetap serba putih laksana salju, dia sudah menunggu di ruang tamu, melihat Kun-gi keluar, segera dia berdiri, katanya dengan tersenyum manis.   "Selamat pagi Ling kongcu, hamba mengganggu."   Lekas Kun-gi menjura, katanya.   "Selamat pagi nona, silahkan duduk"   Setelah sama duduk. Sin-ih menyuguh teh, lalu menyiapkan sarapan pagi, katanya.   "Ling-kongcu silakan sarapan." "o, Ling-kongcu belum sarapan, silakan saja, tidak usah sungkan,"kata Giok-lan. Kun-gi tertawa tawar, katanya.   "Tidak apa, nona datang begini pagi, entah ada pesan apa, silahkah bicara saja"   Mata Giok-lan yang hitam bening mengerling kearah Kun-gi, katanya tertawa.   "Ling-kongcu sepandai dewa meramal, memang ada dua persoalan yang akan hamba bicarakan"   Heran dan ketarik Kun-gi, katanya dengan tersenyum.   "ada urusan apa silahkan nona katakan saja."   Ragu2 sesaat dia awasi orang lalu berkata.   "Bentrokan Pang kita dengan Hek-Liong-hwe sudah terjadi, yang harus kita kuatirkan adalah senjata mereka yang beracun, setiap korban takkan tertolong jiwanya, petaka mungkin bisa menimpa Pang kita, maka hamba perlu kemari pagi2 untuk merundangkan soal ini dengan Kongcu, mungkinkah obat penawar itu dapat dihasilkan lebih cepat?"   Hambar senyum Kun-gi, tanyanya.   "Lalu maksud Pangcu dan congkoan, berapa hari kiranya cayhe harus menyelesaikan tugas ini?"   Agaknya pertanyaan ini diluar dugaan Giok-lan, katanya kemudian.   "Kau minta aku sebutkan jangka waktunya?" "Pengarang kalau tidak didesak takkan rampung hasil karyanya, apalagi cayhe sudah biasa bermalas2an, kalau nona tentukan waktunya, cayhe akan bekerja giat dan rajin, tentu hasilnyapun akan lebih cepat."   Giok-lan tersenyum, katanya.   "Bagaimana kalau tiga hari?"   Diam2 Kun-gi geli, tapi dia pura2 mengerut kening, katanya."   Waktu tiga hari sebetulnya terlalu buru2, tapi baiklah, tiga hari juga boleh.". Giok-lan ragu2 malah, katanya sambil menatap tajam.   "Ling- kongcutidakbergurau bukan?" "Memangnya nona minta aku menulis surat perjanjian?" "Tidak, aku percaya padamu,"   Katanya sambil mengerling penuh arti.   "Kuyakin Kongcu pastiberhasil, akupun takperlu kuatir lagi." "Tadi nona bilang ada dua persoalan, lalu ada soal apa lagi?"   Tanya Kun-gi. "Mohon keterangan Kongcu, kedatanganmu kemari apakah sepanjang jalan ada teman yang menguntit?"   Kun-gi melenggong, katanya.   "cayhe kan di-selundup keluar dan diblus nona Giok-je serta di-bawa kemari, mana mungkin ada teman yang menguntit kemari? Memangya Ada..." "Baiklah, ingin hamba tahu apakah Kongcu punya saudara?"   Semakin heran tapi juga ketarik hati Kun-gi, jawabnya.   "Aku sebatang kara." "Jadi beberapa orang itu tidak kau kenal?" "Siapa mereka, coba nona sebutkan namanya." "Mereka berlima, masing2 bernama Ban Jin-cun, Kho Keh-hoa, Cu Jing, Tong Bun-khing dan Ling Kun-ping.. Ketiga nama yang pertama tidak dikenal oleh Kun-gi, tapi waktu mendangar nama Tong Bun-khing, tergerak hatinya setelah Giok-lan menyebut nama Ling kun-ping, ia melonjak kaget, pikirnya. "Tong Bun-khing tentu nona dari keluarga Tong itu, sedangkan Ling Kun-ping adalah samaran Pui Ji-ping, mungkinkah mereka sedang mencariku?"   Dengan gelisah segera dia bertanya.   "Mereka ditawan oleh Pang kalian?"   Giok-lan menggeleng, katanya.   "Bukan, mereka ditawan orang2 Hek-liong-hwe."   Kun-gi betul2 kaget, serunya.   "Ditawan pihak Hek-liong-hwe? Darimana nona tahu?" "Kau kenal mereka?" "Ling Kun-ping adalah adik angkatku, Tong Bun-khing adalah sahabat karibku, bagaimana merceka bisa jatuh ke tangan Hekliong-hwe? Sudikah nona menjelaskan?"   Dari lengan bajunya Giok-lan keluarkan sepucuk surat, katanya sambil diangsurkan.."inilah surat dari Hek-liong-hwe kepada Pang kita, mereka kira kelima orang itu adalah Hou-hoat su-cia kita, maka syaratnya adalah menukar Ling-kongcu dengan jiwa mereka."   Setelah membaca surat itu, berkeringat telapak tangan Kun-gi, Pui Ji-ping dan Tong Bun-khing adalah perempuan, kalau dia tertawan kawanan jahat itu bagaimana baiknya. Karena gelisah dia gosok2 telapak tangan, katanya.   "Bagaimana baiknya sekarang?"   Giok-lan tertawa, katanya.   "Buat apa gugup, Hek-liong-hwe minta mereka di tukar Cu Bun-hoa, dalam waktu dekat terang tak perlu dikuatirkan, jadi titik tolak persoalannya terletak pada usaha Ling-kongcu sendiri dalam mengerjakan obat penawar getah beracun, kalau secara mendadak kita sergap mereka tentu dengan mudah dapat menolong mereka."   Cara ini memang tidak jelek.   yang jelas Ling Kun-gi hanya memiliki Pi tok-cu, memangnya dia punya cara meracik obat pemunah? Jadi Pek-hoa pang sudi membantu dengan syarat Ling Kun-gi harus cepat menyelesaikan pembuatan obat pemunah getah beracun, Sebenarnya soal menolong orang tidak jadi soal bagi Ling Kun-gi, cuma di mana letak sarang Hek-liong-hwe, untuk ini dia perlu bantuan Pek-hoa-pang.   Maka persoalan hanya bergantung dari obat penawar itu, sebelum obat penawar diserahkan pada Pek-hoa-pang, mereka takkan memberi tahu dimana letak sarang Hek-liong-hwe.   Untuk ini cukup lama Kun-gi memeras otak.   sambil merentang tangan dia mondar-mandirdidalamkumar, akhirnyadiaduduk menepekur.   Mendadak timbul suatu ilham aneh dalam benaknya.   cepat2 ia berdiri menuju ke almari di sebelah utara, membuka almari bawah serta mengeluarkan buli2 berisi getah beracun, diambilnya sebuah mangkuk porselen, dengan hati2 dia tuang getah beracun ke dalam mangkuk kecil ini, lalu dia pergi ke belakang mengambil segayung air jernih, semua dia taruh di atas meja.   Lalu dia buka beberapa laci mencomot berbagai macam obat, dan dimasukkan ke dalam lumpang besi dan menumbuk obat2 itu menjadi bubuk.   dituangnya ke dalam sebuah guci kecil.   Semua kerja ini sudah tentu memang sengaja dia lakukan karena waktu berjongkok mengambil buli2 berisi getah beracun tadi, dia dapati seorang bersembunyi di belakang almari mengintip gerak-geriknya.   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Terang Pek-hoa-pang suruhan orang mengawasi dirinya secara diam2.   Siang hari belong mengintip gerak-geriknya terang hanya ada satu tujuan, yaitu memperhatikan dan mencatat semua obat2an yang diambilnya, cara bagaimana meraciknya hingga bisa menawarkan getah beracun.   Maka Kun-gi pura2 tidak tahu, dia tetap bekerja, di waktu membalik badan, Pik-tok cu sudah dia keluarkan dan dimasukkan ke dalam air jernih yang diambilnya, ia berpindah ke sebelah, dengan sendok perak dia mengaduk bubuk obat tadi di dalam guci hingga kira2 sepempat jam kemudian baru berhenti.   Dia keluar kembali ke kamar buku, duduk dikursi serta menuang secangkir teh lalu di minumnya pelan2.   Kira2 setengah jam kemudian dia kembali dengan gayung berisi air jernih, waktu memutar tubuh secepat kilat Pi-tok-cu di dalam gayung dia jemput dan disimpan ke dalam lengan baju.   Waktu di Coat Sin-san-ceng dia pernah mencoba mutiara mestika itu, ternyata berhasil mengubah getah hitam kental itu menjadi air jernih.   Maka timbul ilhamnya yang aneh yaitu coba2 merendam mutiara ini di dalam air, dengan air rendaman mutiara ini mungkin berkasiat untuk menawarkan getah beracun.   Kalau berhasil berarti obat penawar getah beracun yang dituntut Pek-hoa-pang tidak akan jadipersoalan lagi, Selama urusanjadiberes.   Dengan menjinjing gayung berisi air jernih pelan2 dia tuang ke dalam guci berisi bubuk obat serta diaduk beberapa kali, kemudian air obat ini ia saring sedikit lalu dituang kedalam mangkok berisi getahberacun..   Kaliinitidakterjadi perubahandrastis sepertitempo hari waktu dia masukkan mutiara kedalam getah yakni mengeluarkan suara serta mengeluarkan asap kuning.   tapi setelah dituangi air obat, getah kental hitam sekarang pelan2 mulai cair dan berubah warnanya, berubah bening seperti air jernih.   Dengan tajam Kun-gi ikuti perubahan ini, tanpa terasa sorot matanya memancarkan cahaya terang, Wajahnya nan cakap mengulum senyum puas kemenangan.   Dia berhasil.   Sebetulnya dia tidak yakin akan ilhamnya yang aneh dan hanya ingin coba2, tapi ternyata berhasil dengan baik, keruan bukan kepalang senang hatinya.   Tapi dia tahu, ada orang mengawasi gerak geriknya dari pintu rahasia.   Maka dengan wajar dia lalu pindah mangkok berisi getah beracun tadi ketempat yang agak jauh, kembali dia ambil cangkir teh serta menghirupnya seteguk.   lalu menengadah seperti memikirkan sesuatu.   Tiba2 dia letakan cangkir dengan cara terburu2, dengan langkah lebar menuju ke almari obatan, dari sini ,sekenanya pula dia mencomot dua tiga puluh macam obat2an, kali ini dia tidak menumbuknya dengan lumpang besi, tapi diusap di telapak tangannya, obat2an itu segera diusapnya jadi bubuk yang lembut.   Tiba2 di luar ada orang mengetuk pintu, lalu terdengar Sin-ih berteriak.   "Ling-kongcu"   Tanpa berpaling Kun-gi menjawab.   "Masuklah"   Pelan2 daun pintu terbuak. Sin-ih melangkah masuk, biji matanya yang jeli mengawasi Kun-gi, katanya heran.   "Ling-Kongcu apa yang sedang kau lakukan"   Kun-gi sebarkan bubuk obatnya ke atas meja sambil menjawab tertawa.   "Malas aku menumbuknya, maka ku-usap2 saja." "Kenapa tidak serahkan pada hamba untuk menumbuknya?" "Pekerjaan ringan saja kenapa harus menyusahkan orang lain-Baiklah nona bantu aku ambil segayung air hujan saja, lalu masukkansemua bubukobatyangdimejaini." "Hamba tahu, hidangan makan siang sudah tersedia, hamba kemari memanggil kongcu untuk makan,"   Lalu dia kumpulkan bubuk obat yang terserak di atas meja dan dibungkusnya kertas terus di bawa ke belakang.   Lekas Kun-gi ambil mangkok berisi getah beracun yang sudah menjadi air jernih itu dan dibuang keluar taman, lalu ia kembali ke kamar buku.   Hidangan memang sudah tersedia.   Setelah berhasil membuktikan air bekas rendaman Pi tok-cu juga berkhasiat menawarkan getah beracun, legalah perasaan Kun-gi, maka makannya jadi tambah lahap.   Sin-ih keluar dari kamar buku, katanya.   "Hamba sudah rendam racikan obat didalam air."   Kun-gi mengangguk, Sin-ih lalu meladeni dia makan-Selesai makan Sin-ih angsurkan handuk pada Kun-gi untuk cuci muka. Setelah membersihkan muka dan cuci tangan Kun-gi berkata.   "Aku perluistirahat, nonatidakusah meladeni lagi." "Hamba ditugaskan membantu Ling Kongcu, kalau nanti di tanya congkoan, bagaimana hamba harus menjawab?" "Baiklah, setelah kau makan, ada satu hal boleh kau kerjakan." "Tugas apa yang Kongcu serahkan pada hamba?" "Dua macam racikan obat yang direndam air harus diaduk dengan sendok perak. tugas ini kuserahkan padamu,"   Habis bicara dia melangkah ke kamar buku. "Hamba terima tugas,"   Seru Sin-ih berseri sengan. Belum lama Kun-gi duduk di kursi ma las, Sin-ih sudah datang menyuguhkan teh, "Letakkan saja di meja, kau boleh pergi makan,"   Katanya. Manis tawa Sin-ih, katanya.   "Hamba sudah makan, sekarang juga mulai bekerja,"   Setelah meletakkan cangkir dan poci teh lantas berlari keluar.   Pelan2 Kun-gi pejamkan mata, ia istirahat di kursi malas sambil menenangkan pikiran, di dengarnya suara lirih di belakang almari, kiranya orang yang sembunyi dan mengawasi dirinya sedang mengundurkan diri.   Kun-gi tersenyum, lekas dia berdiri, lalu menuang setengah mangkuk getah beracun pula ditaruh di meja.   Lalu cepat2 dia tarik setiap laci, 72 macam obat2an yang ada tanpa ukuran asal comot terus di-gosok2 di telapak tangan sehingga jenis obatnya sukar dibedakan lagi, semuanya dia bagi menjadi tujuh tumpuk, lalu disingkirkan satu persatu, setelah itu di kembali ber-malas2an di kursi malas.   Tak lama kemudian di dengarnya langkah pelahan masuk.   terang Sin-ih yang masuk.   Kun-gi bertanya.   "Apakah Sin-ih?" "Ya, inilah hamba,"   Sahut Sin-ih, sekilas dia melirik, maka dilihatnya tujuh kelompok obat2 di atas meja, dengan suara heran dia bertanya.   "Ling-kongcu mau diapakan ketujuh tumpuk obat bubuk ini?"   Kun-gi menggeliat lalu berbangkit, katanya. "Boleh nona merendam ketujuh, kelompok obat bubuk itu dengan air hujan, di dalam tujuh guci yang berbeda,"   Lalu dia berbangkit dan katanya pula. "Setelah obat2 ini direndam nona harus mengaduknya dengan sendok perak. aku terlalu penat, ingin kembali kekamar, kalau tiada urusan, jangan ganggu aku"   Lalu dia kembali ke kamar tidurnya..   Sin-ih mengiakan.   Sesuai pesan Kun-gi, dia masukkan tumbukan obat bubuk itu ke dalam tujuh guci, kecil, lalu direndam dengan air hujan dan pada setiap guci dia mengaduk sekian lamanya secara bergiliran.   ..   Pada saat dia sibuk mengaduk.   terdengar suara Giok-lan sang congkoan memanggil.   "Sin-ih"   Lekas Sin-ih letakkan sendok. serta menyahut. "Hamba ada di sini."   Buru2 dia berlari keluar, dilihatnya sang congkoan Giok-lan mengiringi Hu-pangcu So-yok (bunga melur) sudah masuk kamar buku. Ter-sipu2 dia menekuk lutut memberi hormat seraya berkata.   "Hamba menyambut kedatangan Hu-pangcu dan congkoan." "Berdirilah."   Kata Giok-lan "sedang apa kau barusan?"   Sin-ih berdiri lurus, sahutnya.   "Atas pesan Ling kongcu hamba sedang mengaduk obat" "Mana Ling Kun-gi?"   Tanya So-yok. sang Hu-pangcu. "Ling-kongcu kembali ke kamarnya, katanya mau tidur"   Sahut Sin-ih. So-yok berdehem keras2, jengeknya "Memangnya dia kemari untuk tetirah?"   Merandek sebentar, dia berpesan.   "Pergi kau panggik dia, katakan aku sengaja kemari menengoknya."   Sin-ih mengiakan, lalu membungkuk badan dan berkata dengan serba susah.   "Lapor Hu-pangcu, Ling-kongcu sudah tidur, tadi dia berpesan, kalau tiada urusan penting dilarang mengganggu dia." "Huh, bertingkah, besarkepala,"jengek So-yokuring2an "Dia tidak tahu kalau Hu-pangcu akan datang, ia pesan Sin-ih supaya tidak mengganggu, betapapun dia adalah tamu kita, silahkan Hu-pangcu duduk di kamar buku untuk menunggu sebentar,"   Lalu Giok-lan berpaling memberi kedipan mata pada Sin-ih, katanya.   "Lekas seduhkan secangkir teh untuk Hu-pangcu."   Sin-ih mengiakan dan buru2 mengundurkan diri. So-yok tersenyum, katanya.   "Sam-moay memang pintar jadi tuan rumah, teramat sayang pula kepada tamu,"   Kata2nya bernada menyindir. Merah muka Giok-lan, katanya serba salah.   "Kita mengundang Ling-kongcu untuk membuat obat penawar getah beracun, urusan menyangkut kepentingan Pang kita, adalah jamak kalau kita melayaninyasebagaitamu terhormat."   So-yok mendekati rak obat, dia melihat getah beracun yang ada di dlam mangkuk, katanya.   "Thay-siang minta dia di dalam tiga hari menyelesaikan obat penawarnya, kalau setiap siang dia harus tidur, kapan dia bisa menunaikan tugas?" "Hamba sudah sampaikan perintah ini kepada Ling-kongcu, dia berjanjiakan menyelesaikantugasnyadalamtigahari." "Sam-moay juga katakan kalau gagal Thay-siang akan memenggal kepalanya?" "Hamba pikir dia berjanji menyelesaikan tugas dalam tiga hari, jadi tidak kukatakan perintah ini." "Memangnya kuduga Sam-moay tenntu rikuh mengatakan hal ini kepadanya, maka sengaja aku kemari untuk membereskan soal ini."   Waktu mereka bicara Sin-ih sudah datang membawa dua cangkir teh yang masih mengepul, katanya.   "Hu-pangcu, congkoan, silahkan minum." "Sin-ih.."   Tanya So-yok.   "Ling Kun-gi menyuruhmu mengaduk kedua guci air obat ini?" "Ya, semuanya ada sembilan guci." "Apa sembilan guci?"   Seru So-yok heran.   "Giok-je bilang pertama kali dia mengambil enam belas macam obat lalu ambil dua puluh tiga macam, semua hanya direndam jadi dua guci, bagaimana bisa jadi sembilan?"   Kiranya yang sembunyi di belakang almari mengintip gerak-gerik Ling Kun-giadalahGiok-je, "Semula memang merendam dua guci, akhirnya ditambah lagi sembilan guci, ini dilaksakan setelah makan Siang, Sin-ih menerangkan"   So-yok melengak, tanyanya.   "obat apa saja yang dia ambil, apa kau masih ingat?" "Ling-kongcu sendiri yang mengambilnya, dari laci, waktu hamba masuk. semua sudah dibagi menjadi tujuh kelompok. semuanya sudah jadi bubuk. jadi sukar diketahui obat apa yang telah dia ambil" "Memangnya permainan apa yang sedang dia lakukan?"   Kata Soyok bingung. "Hakikatnya Ling-kongcu tanpa menggunakan lumpang besi, dia hanya menggosok2an obat ditelapak tangannya, semua lantas hancur jadi bubuk"   Berubah air muka So-yok, katanya sambil berpaling pada Giok- lan-"orang ini mampu menggosok obat menjadi bubuk, Lwekangnya tentu tidak lemah.   " "Menggosok batu jadi bubuk. sudah teramat sukar dilakukan kaum persilatan umumnya, tapi di hadapan Hu-pangcu kepandaian sepele ini tentu tidak jadi soal"   Demikian Giok-lan mengumpak. "Kepandaian setaraf itu, Sam-moay sendiri kan juga sanggup"   Kata So-yok. Terdengar pintu di seberang sana berkeriut di buka orang lalu terdengar suara berkumandang .   "Sin-ih, siapa yang datang?" "Ling-kongcu,"   Seru Sin-ih berjingkrak girang.   "Inilah Hu-pangcu dan congkoan yang kemari menengokmu."   Terdengar langkah cepat mendatang, tampak pemuda cakap gagah melangkah masuk. Seketika terbeliak mata So-yok. dengan tajam dia tatap wajah Kun-gi, lalu berkata dengan tertawa lebar.   "Sam-moay, inikah Lingkongcu?" "Ling-kongcu"   Sambut Giok lan.   "Inilah Hu-pangcu, kami sengaja datang menemui kongcu."   Kun-gi tertawa ramah, dia menjura kepada So-yok, katanya. "Hupangcu sudi berkunjung, cayhe terlambat menyambut, sungguh kurang hormat, harap di maafkan-... ."   Gemerlap biji mata So-yok, katanya sambii menbalas hormat. "Ling kongcu cakap ganteng dan gagah perwira, beruntung aku dapat bertemu" "Hu-pangcu terlalu memuji,"   Ujar Kun-gi. "Kabarnya Kongcu berhasil menyelesaikan tugas dalam tiga hari di Coat Sin-san-ceng, tentunya mahir dan ahli dalam ilmu obat2an, entah siapakah guru besarmu?"   Biasanya sikapnya dingin dan angkuh terhadap siapapun, tapi setelah berhadapan dengan Ling Kun-gi, entah kenapa sikap dinginnya lantas berubah, wajahnya dihiasi senyuman gembira.   "Guruku, seorang pelancongan yang suka mengembara di Kangouw, beliau tidak suka diketahui namanya harap Hu-pangcu maaf." "Tidak apa2,"   "ujar So-yok.   "gurumu seorang kosen, kalau tidak boleh diketahui namanya, kongcu tidak usah merasa rikuh."   Diam2 Giok-lan membatin.   "Entah kenapa hari ini Ji ci berubah sikap?"   Tiba2 So-yok. menegurnya "Sam-moay, kenapa kau diam saja dan membiarkan aku ngoceh?"   Lalu dengan tertawa dia menambahkan.   "silakan duduk Ling- kongcu."   Setelah berduduk. So-yok mengawasi Kun-gi dan berkata. "Kudengar dari Sam-moay bahwa Kongcu berjanji dalam tiga hari akan membuatkan obat penawarnya, entah bagaimana hasil usahamu?"   Kun-gi tertawa, katanya.   "cayhe sudah meracik tujuh macam obat, terbagi menjadi tujuh guci dan direndam air, apakah bisa untuk menawarkan getah beracun, besok baru dapat diketahui setelah dicoba"   Mata So-yok mengerling, katanya.   "Agaknya Ling-kongcu sudah punya persiapan dan yakin akan berhasil."   Kun-gi tertawa dan katanya.   "Kalau cayhe tidak yakin mana beraniberjanjitigahari menunaikantugas?" "Syukurlah kalau begitu,"   Ujar So-yok.   "kalau Ling-kongcu betul2 dapat membuat obat penawar dalam tiga hari, betapa senang hati suhu."   Tergerak hati Kun-gi, tanyanya.   "Entah cianpwe siapa kah guru Hu-pangcu?"   So-yok tertawa, katanya.   "Suhu adalah Thay-siang-pangcu dari Pang kita, setelah kau berhasil membuat obat penawar, akan kubawa kau menghadap beliau." "Setelah cayhe menyelesaikan tugas hanya satu keinginanku,"   Ujar Kun-gi.. ...   "cobakatakan keinginanmu,"tanyaSo-yokberseri. "cayhe harap Pang kalian suka memberitahu di mana sarang Hek-Liong-hwe sebenarnya." "Apa?"   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Seru So-yok terbeliak heran.   "Kau ingin pergi ke sarang Hek-Liong-hwe.?"   Giok-lan segera menimbrung "Dua teman Ling-kongcu ditawan orang2 Hek-Liong-hwe."   Sesaat So-yok menepekur, lalu bersuara lagi.   "Jejak orang2 Hek-Liong-hwe amat rahasia dan tersembunyi, sudah tentu sarang merekapun sukar diketahui, jangan kata Pang kita, orang? Hek-Liong-hwe sendiripun hanya beberapa gelintir saja yang tahu, dipihak kita kecuali Thay-siang mungkin tiada orang kedua yang tahu."   Lalu dengan cekikikan dia menambahkan.   "Jangan kuatir, setelah kutanya kepada Thay-siang, nanti kuberitahukan padamu." "Terima kasih atas bantuan Hu-pangcu, soal ini tidak perlu terburu2, Bila cayhe berhadapan dengan Thay-siang belum terlambat kuajukan pertanyaan ini." "Begitupun baik, akan kunanti kau bicara, asal Suhu mengangguk, seluruh Pek-hoa-pang akan bantu kau meluruk ke Hek-liong-hwe dan menolong kawanmu." "cayhe hanya ingin tanya alamat mereka saja, soal menolong orangtakberaniakubikinrepotPang kalian-" "Kalau begitu Ling-kongcu kurang simpatik,"   Ujar So-yok.   "kau telah bantu kesulitan kami, kan jamak kalau kami Bantu kau menolong temanmu?"   Tanpa menunggu Kun-gi bersuara segera dia menambahkan.   "Baiklah, hal ini diputuskan begini saja, besok aku datang untuk melihat Ling-kongcu melakukan percobaan, entah kehadiranku diperbolehkan tidak?" "Berat ucapan Hu-pangcu,"   Jawab Kun-gi.   "Mencoba obat bukan soal rahasia, Hu-pangcu dan congkoan kalau berminat boleh saja datang dan akan kusambut dengan senang hati" "Baik besok aku pasti datang"   Kata So-yok dengan tertawa, lalu ia berbangkit, serunya. Sam-moay hayolah kita pergi."   Giok-lan lantasiringi So-yokkeluar. Kun-gi mengantar sampai depan pintu, katanya.   "Maaf cayhe tidak mengantar lebih jauh."   Setelah kedua orang itu pergi, Sin-ih unjuk tawa lucu penuh arti, katanya.   "Ling-kongcu baru pertama kali hamba melihat Hu-pangcu bersikap begini ramah terhadap tamu."   Kun-gi tertawa, katanya.   "Apakah biasanya Hu-pangcu galak?". "Dalam Pang kita hanya Hu-pangcu saja yang sukar diajak bicara, semua orang tak berani banyak bicara sama dia, kuatir kalau kelepasan omong."   Mendadak dia merendahkan suara, katanya.   "Kabarnya semalam Hu-pangcu menjatuhkan hukuman mati kepada dua Hou-hoat-sucia lantaran seorang Hek-Liong-hwe, berhasil lolos, tapi sikapnya tadi ramah dan gembira terhadap Kongcu, baru hari ini dia betul2 tertawa." "Memangnyatertawasajaadabetuldansalah?"goda Kun-gi..   "Memang ada, biasanya kalau Hu-pangcu tertawa suaranya terasa dingin kaku, tidak seperti tadi"   XXdewiXX Kentongan pertama baru saja lewat, Kun-gi bersimpuh di atas ranjang mulai bersemedi, mendadak indranya merasakan sesuatu di luar.   Setiap insan persilatan dikala bersemadi mengerahkan kekuatan batinnya, dalam jarak dua puluhan tombak umpama ada jarum jatuh di atas tanah juga dapat didengarnya dengan jelas.   Maka dalam perasaannya sayup2 ada sesosok bayangan orang melompat masuk ke dalam pekarangan.   Tergerak pikirannya, segera dia pasang kuping mendengarkan lebih cermat, terasa gerak-gerik oranginiamathati2dan waspada.   Malah me-runduk2 maju mepet dinding, kalau dirinya tidak selalu waspada tentu takkan mendengar apa2, setelah berada di pekarangan orang itu lewat kamar tengah dan cepat menuju ke rumah kecil di belakangh taman Kun-gi membatin.   "Rumah kecil di belakang itu adalah tempat tinggal nenek tua yang bekerja di dapur bersama Sin-ih, orang ini diam2 masuk kesana untuk apa?"   Sembari berpikir sekenanya dia raih jubah luarnya, baru saja hendak buka pintu untuk periksa keluar, tiba2 didengarnya pula suara lambaian pakaian orang tertiup angin, orang itu sudah bergerak keluar pintu pula dari belakang, kali ini gerak-geriknya lebih berani, agaknya tidak main sembunyi lagi, arahnya ke kamarnya.   Sudah tentu Kun-gi tidak tahu orang itu kawan atau lawan? Tapi dia berani pastikan bahwa orang diluar adalah seorang gadis.   ini dapat dibedakan dari langkahnya yang lembut dan ringan, malah ginkang orang ini amat tinggi, rasanya lebih unggul daripada Giokje, Tangan Kun-gi yang terulur hendak membuka pintu tak bergerak.   soalnya dia hendak melihat gerak-gerik orang selanjutnya, maka dia berdiri diam menunggu.   Setelah sampai di depan pintu, orang itu juga menghentikan langkah dan lantas mengetuk pintu dua kali, ketukan yang amat pelahan serta memanggil lirih.   "Ling-siangkong."   Melenggong Kun-gi mndengar panggilan ini, batinnya.   "Siapa dia?Kukenal suaranya."Segeraiapun membukapintu. Tampak seorang gadis berperawakan ramping semampai, padat dan menggiurkan berdiri anggun di depan pintu, kedua bola matanya tampak bersinar bak bintang kejora di malam gelap. Begitu mala saling pandang, timbul suatu perasaan aneh dalam benak Kungi, terasa olehnya sorot mata inipun sudah amat dikenalnya, sekilas dia melenggong, tapisegeraiabertanya."Nona. ..."   Tanpa bersuara gadis itu menyelinap masuk kamar. Cepat Kun-gi putar badan seraya membentak dengan suara tertahan.   "Siapa kau?". Mungkin teramat gelap. kalau Kun-gi dapat melihat jelas orang, tapinonaitu tidak jelas melihat keadaankamar. Terdengar nona itu telah menyalakan sebatang obor kecil, katanya dengan suara lembut.   "Kalau mau bicara, tunggulah setelah aku menyulut api."   Dia mendekati meja menyulut lentera, lalu membalik, suaranya tetap lembut.   "Aku bernama Bi-kui (bunga mawar)."   Sudah tentu Kun-gi tidak kenal siapa Bunga mawar, jelas iapun orang Pek-hoa-pang, namun sorot matanya yang memancarkan kasih mesra ini semakin dipandang semakin mengetuk hatinya, katanya kemudian.   "Malam2 nona datang kemari, entah ada keperluan apa?"   Tiba2 gadis itu tertawa, katanyanya.   "Lantaran kau maka aku kemari, memangnya Ling-siangkong tidak ingat padaku lagi?"   Kikuk juga Kun-gi, katanya.   "cayhe memang seperti kenal sorot mata nona, tapi nona pakai topeng, bagaimana aku bisa tahu? Silahkan duduk nona." "Akutidak mau duduk."sahutgadis bajuhitam. "Kurasa kedatangan nona tentu ada urusan, betul tidak?" "Kalau tidak ada urusan, untuk apa aku kemari?"   Kata gadis tiu cekikikan-Kali ini Kun-gi merasa kenalsuaranya, sekilas iatertegun, dengan tajamdia tatap orang, katanya.   "Kau ... ."   Gadis baju hitam sudah angkat sebelah tangan membuka topengnya, katanya tertawa manis.   "Sekarang tentu Ling-siangkong dapat mengenalku?" "Ternyata betul kau"   Seru Kun-gi kaget dan heran. Gadis baju hitaminiternyataUnHoan-kunadanya, lekasdia menutup pintu. "Siangkong tak usah kuatir,"   Kata Un Hoan-kun.   "Sin-ih berdua takkan siuman sebelum terang tanah."   Kun-gi mendekati nona itu, tanyanya pelahan.   "pulau ini dikelilingi air dan penjagaan amat ketat, bagaimana kau bisa menyelundup kemari?"   Dengan kedua tangan Un Hoan-kun membetulkan rambut dipelipisnya, katanya tertawa dengan kepala mendongak.   "Aku punya lencana dan paham sandi rahasia mereka, sudah tentu dapat keluar masuk dengan leluasa." "Apa tujuanmu menyelunduk ke Pek-hoa-pang"   Tanya Kun-gi. Merah muka Un Hoan-kun, katanya sambil mengerling.   "Apa tujuanku? Soalnya kau disekap dalam karung dan dibawa masuk ke Pek-hoa-pang ini, aku... kuatir, maka kuikut kemari."   Terharu hati Kun-gi, kedua tangan terulur memegang pundak orang, katanya halus.   "Memang cayhe sengaja membiarkan mereka mengangkut kemari. Terus terang hanya karung saja takkan mampu mengurungku, kenapanonaharusmenempuhbahayabeginibesar."   Un Hoan-kun biarkan saja orang pedang pundaknya, katanya. "Aku tahu Pek-hoa-pang takkan kuasa menahanmu, tapi aku tetap kuatir, maka kuikuti kau kemari dengan adanya aku di antara mereka, sedikitbanyakbisa membantumujuga."   Kini Kun-gi ganti pedang kedua tangan orang, katanya lembut.   "Betapa haru dan terima kasihku akan kebaikan nona, tapi kau lihat aku tidak kurang suatu apapun, kalau nona berada di antara mereka, rasanya juga berbahaya, bila jejakmu konangan pasti menggagalkan urusan, lebih baik nona cepat meninggalkan tempat ini."   Pelas2 Un Hoan-kun tarik tangannya, katanya.   "Mereka meladenimu sebagai tamu terhormat lantas tidak berbahaya bagimu?" "Paling tidak. dalam waktu dekat ini aku tidak akan mengalami bahaya." "Kalau tidak ada bahaya, memangnya untuk apa malam2 begini aku mengunjungimu?"   Ling Kun-gi melengak. tanyanya.   "Nona mendengar khabar apa?" "Tujuan mereka menculikmu kemari supaya kau membuatkan obat penawar getah beracun bukan?, Thay-siang suruh kau menyelesaikan tugas dalam tiga hari, betul tidak?" "Betul, kenapa?" "Ketahuilah, Thay-siang sudah memberi perintah kepada Hu- pangcu, kalau dalam tiga hari kau tidak bisa menyelesaikan tugasmu, dia harus membawa kepalamu menghadap beliau?" "Hal ini aku memang tidak tahu,"   Kata Kun-gi.   "tapi tidak perlu tiga hari, besok juga aku sudah berhasil menyelesaikan tugas."   Kini ganti Un Hoan-kun yang tertegun, katanya dengan suara ragu2.   "Kau sudah berhasil membuat obat itu?" "Belum,"   Sahut Kun-gi meng-geleng2.   "tapi aku sudah ada akal,"   Lalu dia jelaskan cara bagaimana dia merendam mutiara ke dalam air dan ternyata bisa menawarkan getah beracun itu..   "Kau pernah bilang mau mencari jejak bibi yang hilang, kini kenyataan bahwa bibi tidak berada di Pek-hoa-pang ini, buat apa kau harus membuat obat itu pula?" "Nona hanya tahu yang satu dan tak tahu yang lain, bahwa aku rela disini sementara, maksudku hendak mencari tahu asal usul getah beracun dan Hwi-Liong sam-kiam." "Hwi-Liong sam-kiam?"   Hoan-kun menegas. "Hwi-liong-sam-kiamsebetulnya ilmu pedang warisan keluargaku, tapi Tin-pang-sam-kiam (tiga jurus pelindung Pang) dari Pek-hoapang ternyata Hwi-liong-sam-kiam keluargaku." "Bisa demikian?"   Seru Un Hoan-kun heran.   "Ehm, sudah kau selidiki?" "Belumsempat, tapisekarang ketambahan lagi suatukejadian." "Kejadian apa?"   Tanya Hoan-kun.   "Beberapa temanku khabarnya ditawan orang2 Hek-Liong-hwe, disangka bahwa mereka dijadikan sandera disangka bahwa mereka adalah Hou-hoat-su-cia dari Pek-hoa-pang, maka mereka dijadikan sandera supaya Pek-hoa-pang menyerahkan diriku sebagai imbalannya."   Bertaut alis Un Hoan-kun, tanyanya.   "Lalu apa tindakanmu? "Kecuali Thay-siang, tiada orang kedua yang tahu letak sarang Hek-Liong-hwe, terpaksa aku harus tanya kepada Thay-siang."   Un Hoan-kun kaget, serunya.   "Kau mau menemui Thay-siang?" "Hu-pangcu sudah berjanji, bila aku selesai membuat obat, dia akan membawaku menemuiThay-siang." "Kudengar Hu-pangcu So-yok, perempuan yang berdarah dingin, cantikrupanya, kejamhatinya, banyakcuriga dangampang berubah pendirian, kau harus hati2" "Aku dapat melayaninya."   Un Hoan-kun melirik. mencibirnya serta berkata dengan tertawa.   "Kelihatannya kau banyak akal, kudengar Pek-hoa-pangcu Bok-tan amatramahterhadapmu, mungkinSo-yokjuga." "Kiranya Pek-hoa-pangcu bernama Bok-tan."   Merah muka Kun-gi, katanya lirih.   "Nona jangan kuatir, aku bukan laki2 bergajul."   Pipi Hoan-kun jadi merah, tapi hatinya merasa bahagia, kepala terunduk mulutpun menggerutu.   "Memangnya aku peduli padamu."   Lalu ia menambahkan.   "Waktu sudah larut, aku harus lekas pergi." "Kuharap nona selekasnya meninggalkan tempat ini saja,"   Bujuk Kun-gi. Hoan-kun sudah melangkah beberapa tindak. tiba2 berpaling. "Setelah kau menanyakan sarang Hek-Liong-hwe, aku akan pergi bersamamu."   Begitu pintu terbuka, cepat ia berkelebat keluar.   Setelah Un Hoan-kun pergi, sementara sudah mendekati kentongan kedua, Kun-gi dorong pintu kamar buku langsung menuju kamar masak obat, ia mengeluarkan Pi-tok-cu terus dimasukkan ke dalam guci yang merendam obat bubuk.   lalu kembali menutup pintu dan masukke kamartidur.   Ooo d-w ooO Mataharisudahtinggi,Kun-gi masihtidurnyenyak.   Pagi2 Hu-pangcu So-yok bersama congkoan Giok-lian sudah datang, mereka duduk menunggu di kamar buku.   Giok-lan mondar-mandir tidak sabar, katanya kepada Sin-ih.   "coba dilihat apakah Ling-kongcu sudah bangun?"   So-yok menggoyang tangan, katanya tertawa.   "Sam-moay, kenapa tabiatmu sekarang lebih gopoh daripadaku, kita sudah menunggu, lebih lama sedikit tidak jadi soal Sin-ih, biarkan Lingkongcu tidur lebih lama, jangan ganggu dia."   Sin-ih mengiakan lalu berdiri meluruskan tangan Sudah tentu Giok-lan tahu Hu-pangcu yang biasanya bertabiat kasar, angkuh dan tinggi hati serta suka aleman ini, ternyata sekarang begini sabar, rupanya dia telah jatuh hati pada Ling Kongcu Dia cukup kenal Thay-siang, kalau Ling Kun-gi tidak berhasil membuat obat, jiwanya tentu amblas.   Umpama betul dia berhasil membuat obat, Thay-siang juga takkan gampang memberi kebebasan padanya untyuk meninggalkan Pek-hoa-pang.   Maka sejak mula dia sudah berpikir, pemuda seperti Kun-gi, jalan paling baik adalah melamarnya menjadi Huma, kalau tidak nasibnya tentu akan menyedihkan.   Tentunyahalini jugasudah terpikirolehToaci(Pekshoa-pangcu), ini dapat dilihat sikapnya waktu dia menyambut dan menjamu Ling Kun-gi.   Pada hal dia baru merancang cara bagaimana untuk merangkap perjodohan ini, tahu2 sekarang dilihatnya Ji-ci (So-yok) juga kepincut pada Kun-gi, sudah tentu urusan bisa runyam.   Dikala hatinya gundah itulah, didengarnya pintu kamar Kun-gi berkeriut dan pelan2 terbuka.   Cepat Sin-ih berlari kesana, serunya.   "Ling-siangkong sudah bangun, sebentar hamba ambilkan air buat Cuci muka"   Kun-gi menggeliat, katanya tertawa.   "Hampir tengah hari, hari ini tiada kerja apa2, lebih baik tidur lebih lama"   Habis berkata dia putar kembali ke kamarnya.   Sin-ih sudah dipesan oleh Hu-pangcu agar jangan bilang mereka berdua sudah menunggu di kamar buku, maka dia tidak berani banyak mulut, dia membawa sebaskom air dan melayani Kun-gi membersihkan badan-Lalu dia menyuguhkan sarapan pagi.   Setelah makan Kun-gi mendongak melihat cuaca, katanya.   "Waktu hampir tiba, nona Sin-ih, siang nanti mulai meracik obat, pergilah kau panggil Hu-pangcu dan congkoan kemari."   Sin-ih tertawa, katanya.   "Hu-pangcu dan congkoan sudah sejak tadi menunggu di kamar buku." "Apa?"   Kun-gi pura2 berjingkrak bangun dengan kaget.   "Hupangcu dan congkoan sudah datang, kenapa kau tidak bilang?"   Bergegas dia melangkah ke kamar buku. Terdengar tawa So-yok semerdu kelinting dan berkata.   "Jangan Ling-kongcu salahkan Sin-ih, akulah yang suruh dia jangan mengganggu tidurmu."   Bayangan merah menyala tahu2 berdiri semampai di depan pintu, bau harum seketika merangsang hidung pula, Hari ini So-yok mengenakan gaun panjang berkembang sakura berwarna dasar merah mulus, buatannya sopan, tepat didepan dadanya bersulam sekuntum bunga melur yang indah hingga menambah asri dandanannya, wajahnya nan ayu dihiasi senyum manis, ternyata hariini diabersolek lebih daripadabiasanya.   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Ber-ulang2 Kun-gi menjura, katanya.   "Maaf Hu-pangcu, soalnya obat yang direndam barus menunggu waktu baru bisa dicampur, karena kerja sampai jauh malam dan mengingat pagi ini tiada pekerjaan, maka tidurku sampai kesiangan-"   Dengan berani So-yok mengawasi Ling Kun-gi muda belia, gagah dan tampan.   "kulihat kau terlalu hati2 dan membatasi diri, selanjutnyatidakperlu kau bicarabegini sungkan kepadaku."   Giok-lan berdiri di belakang, segera dia menimbrung. "Hu-pangcu seorang yang terbuka dan suka blak2an, harap Ling kongcu tidak usah sungkan-"   Setelah berada di kamar buku, masing2 menempati tempat duduknya, So-yok lantas buka suara lebih dulu.   "Mendapat laporanku, Thay-siang sangat senang, beliau bilang kalau percobaan berhasilakudisuruhsegeramembawamu mememuibeliau." "Hari ini baru akan diadakan percobaan pertama, bagaimana hasilnya belum diketahui, kenapa buru2 dilaporkan, kalau gagal, bagaimana cayhe harus bertanggung jawab?" "Kau pernah berhasil sekali, aku yakin Kongcu pasti akan berhasil pula, kalau pertama gagal boleh diulangi sampai berhasil, kepada Thay-siangakan kubantu memberipenjelasan." "Terimakasih Hu-pangcu"   Kun-gi menjura pula. "Kapan Ling-kongcu akan mulai?"   Tanya Giok-lan.   "apa yang harus dipersiapkan?" "Tiada yang perlu dipersiapkan, waktunya sudah tiba, cukup asal menuang getahberacundidalammangkuksaja." "Biar hambayang menuangnya,"kataSin-ih. "Jangan nona, getah itu amat beracun, biar aku sendiri yang turun tangan-"   Kata Kun-gi.   "sekarang kau kumpulkan seluruh wadah yang tersedia disini dan dijajar di atas meja." "He, di almari ada seratus wadah porselen, apa semua harus dikeluarkan?"   Tanya Sin-ih. "Sembilan guci, kalau satu sama lain semuanya begiliran harus dicampur, seluruhnya berjumlah 9x9 -81, cukup kau keluarkan 81 saja."   Sin-ih mengiakan, segera dia bekerja.   Sementara Kun-gi keluarkan buli2 berisi getah beracun, So-yok dan Giok-lan tidak bersuara, mereka ikut mondar-mandir mengikuti Kun-gi.   Sementara itu, sesuai pesan Kun-gi, Sin-ih sudah keluarkan wadah dan dibaris di atas meja.   Kun-gi membuka tutup buli2, dengan hati2 ia pegang buli2 serta menuang ke dalam sembilan wadah, masing2 diisi setngah getah beracun, lalu dia taruh buli2, mengambil sendok perak mengaduk guci obat yang pertama, lalu mengedus baunya, mulutnya bergumam.   "Ya,sudah boleh"   Dia taruh sendok ganti menyambar cangkir kecil, dari dalam guci dia menyendok sedikit air obat terus dicicipi dengan mulut seperti membedakan kadar obatnya.   So-yok, Giok-landan Sin-ih menyaksikan dengandiamsajadanterbeliak.   Lalu Kun-gi berpaling, katanya "Sembilan guci obat ini adalah hasil yang kucapai waktu berada di coat-sin-san-ceng untuk memunahkan getah beracun, cuma waktu itu aku belum punya keyakinan,jadi sudah lupa obat2 apa saja yang kuracik dan akhirnya berhasil menawarkan getah beracun? Kalau malam itu nona Giok-je tidak menyelundupkan diriku keluar, satu dua kali percobaan lagi mungkin obat penawarnya sudah kuperoleh.   Jadi tidak perlu mengulang lagi seperti sekarang."   So-yok manggut2, ujarnya.   "Memang, kenapa Giok-je terburu nafsu waktu itu." "Ini tak bisa salahkan Giok-je,"   Sela Giok-lan.   "malam itu juga coat-sin-san-ceng digempur bobol oleh gabungan kekuatan para Hwesio dan orang2 keluarga Tong, kalau tidak, mana kita bisa mengundang Ling kongcu kemari?"   Sementara Ling Kun-gi sedang menggunakan sendok yang terbuat dari Giok untuk mengambil air obat, lalu pelan2 dituang ke dalam wadah yang berisi getah beracun.   Getah beracun itu kental gelap.   setelah dituangi sesendok air obat, sedikitpun tidak memperlihatkan sesuatu perubahan.   SertamertaSo-yokdanGiok-lanangkatkepala, memandangLing Kun-gi.   Tapi yang dipandang tetap tak acuh, seperti apa yang dikatakannya, untuk menemukan obat penawar getah yang tulen paling tidak dia harus mengadakan delapan puluh satu kali percobaan.   Kini baru yang pertama, sudah tentu belum berarti gagal.   Dengan sendok perak yang lain Kun-gi kembali mengaduk guci obat kedua seperti cara semual, percobaan kedua inipun tidak berhasil.   Sudah tentu semua ini memang disengaja diatur oleh Kungi.   Sebetulnya dalam hati dia sudah punya perhitungan matang, cuma sengaja dia hendak menggunakan beberapa guci obat itu untuk mencoba supaya permainan sandiwaranya kelihatan sungguh2.   Getah beracun dalam buli2 berturut telah dia tuang kedalam beberapa wadah pula, semua dia masih gunakan cangkir kecil untuk menciduk air obat, belakangan karena tak sabar dia angkat gucinya terus dituang kesana kemari, beruntun puluhan kali telah dia lakukan, betapapun cerdik otak So-yok dan Giok-lan juga sukar pula untuk mengingatnya campuran obat2 dari guci yang mana? Memangnya inilah tujuan Kun-gi supaya mereka kebingungan sendiri.   Setengah jam telah berselang, getah beracun yang digunakan percobaan sudah 36 wadah, kini Kun-gi kembali memegangi buli2, sedang mengadakan percobaan ulang yang kelima kalinya, dia isi sembilan wadah dengan getah kental hitam itu.   Lalu dengan cangkir kecil dia menciduk sedikit air obat, setelah diaduk dengan sendok lalu pelan2 dituang ke dalam getah beracun pada wadah ke 37.   Kali ini dia sudah perhitungkan air obat pada guci inilah yang pernah dia rendam mutiara.   Jika khasiat mutiara untuk menawarkan getah beracun masih bekerja, maka percobaan kali ini pasti berhasil.   cuma satu hal yang membuatnya kuatir, yakni apakah air bekas rendaman mutiara ini setelah bercampur dengan racikan obat2an itu masih berkhasiat seperti semula.   Dengan tegang dan seksama So-yok, Giok-lan dan Sin-ih mengawasi setiap tetes aitr obat itu masuk kedalam wadah, napas tertahan jantungpun ikut berdebar keras.   Tetes pertama air obat tetap tidak membawa perubahan-Kini tetes kedua telah jatuh.   Jidat Kun-gi sendiri juga telah dibasahi keringat.   Ketika tetes ketiga jatuh, terlihat seperti setetes air kecemplung dipermukaan cat berminyak.   tetes air obat ketiga seketika menjadi bening dan bergerak2 kian kemaridipermukaan getahkental itu.   "Nah, kali ini takkan salah lagi,"   Seru So-yok terbelalak tegang. "Semoga demikian,"   Ujar Kun-gi, tetes ke empat dia jatuhkan pula kedalam wadah, perubahan kini semakin nyata dan kerja perpaduan obat dengan getahpun cepat sekali, getah kental hitam itu kini sudah mulai cair dan berubah warnanya, dengan cepat berubah menjadiairbening.   So-yok bersorak girang sambil berkeplok.   "Ling-kongcu, kau berhasil."   Kun-gi menengadah sambil tertawa, katanya.   "Akhirnya cayhe menemukan obat penawarnya". Sepasang mata Giok-lan memancarkan cahaya terang, bukan kepalang senang hatinya, serunya.   "Ling-kongcu, kuaturkan selamat padamu"   Sin-ih juga terbelalak. serunya.   "Ling-kongcu hanya pakai empat tetes obat dan getah setengah wadah ini telah tawar sama sekali, airobatinitentuamat lihay."   Tiba2 So-yok bertanya.   "dari guci yang mana kau tadi mengambil air obat itu, apa kau masih ingat?"    Keris Pusaka Nagapasung Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini