Ceritasilat Novel Online

Pedang Kiri Pedang Kanan 24


Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL Bagian 24


Pedang Kiri Pedang Kanan Karya dari Gan K L   Tajam pandangan Kun-gi, sekian lamanya dia mengamati wajah orang, akhirnya manggut2, katanya.   "Baiklah, nona boleh pakai lagi kedok itu."   Un Hoan-kun segera tempelkan lagi kedok mukanya yang tipis ke wajahnya serta mengelusnya dengan telapak tangan, tanyanya. "Masih ada pesan lain cong-su-cia?" "Nona boleh kembali ke tempat semula,"   Ujar Kun-gi, lalu dia angkat kepala dan berkata pula. "NonaCi-hwisilakan maju."   Ci-hwi segera duduk juga dihadapannya.   "Bukalah kedok nona,"   Kata Kun-gi.   Karena Thay-siang sudah keluarkan perintah, terpaksa dia mencopot kedoknya meski dengan rasa berat.   Duduk berhadapan dengan pemuda gagah cakap ini, setelah kedok mukanya dicopot, tampak wajahnya yang putih halus bersemu merah jengah.   Kun-gi juga mengamati muka orang sekian lama dengan teliti, akhirnya menyuruhnya mengenakan kedok dan kembali ketempatnya.   Para Taycia yang lain tidak luput mengalami pemeriksaan yang sama, semua sama menunduk malu dengan muka merah, enam Taycia sudah di-periksa wajah aslinya, tinggal Hay-siang seorang yang belum diperiksa.   Kun-gi berdiri lalu katanya kepada para Taycia dengan tertawa.   "Sekarang para nona boleh kembali, sementara nona Bi-kui harap tinggal di sini, ada tugas lain untuk nona."   Un Hoan-kun menjura, sahutnya.   "Hamba menunggu perintah."   Lima Taycia mengundurkan diri. Hay-siang bersuara.   "cong-su-cia tiada tugas untukku bukan?" "Tadi sudah kubilang, untuk membongkar peristiwa malam ini, bantuan nona amat diharapkan, sudah tentu kau harus tetap di sini."   Lalu ia berpaling kepada Giok-lan-"cayhe masih menyusahkan congkoan, suruhlah 20 dara kembang yang ada naik kemari." "Dara2 kembang itu dipimpin oleh cap-go-moay (Loh-bi-jin), Cukup hamba memberitahu kepadanya supaya membawanya kemari."   Habis berkata dia keluar dan Cepat sekali sudab kembali pula. Tidak lama kemudian Loh-bi-jin sudah melangkah masuk. katanya membungkuk.   "20 dara kembang sudah hadir seluruhnya, apakahcongsu-ciahendaksuruh merekamasukkemari?" "Tempat ini sempit, suruhlah mereka masuk satu persatu,"   Ujar Kun-gi, Loh-bijin mengiakan lalu menyapa keluar, seorang dara terdepan segera melangkah masuk. Loh-bi-jin berkata. "Gong-su-cia ingin berkenalan dengan kalian, majulah."   Melihat Thay-siang, Pangcu dan lain2 sama hadir, dengan menunduk dan gemetar dia melangkah ke depan Ling Kun-gi, katanya sambil bertekuk lutut dan merangkap kedua tangan. "Hamba menyampaikan hormat kepada cong-su-cia."   Para dara kembang ini tiada yang mengenakan kedok, maka Ling Kun-gi tidak perlu menggunakan banyak waktu, dengan tertawa dia cuma pandang kiri lihat kanan, lalu tanya Siapa namanya dan di Suruhnya keluar.   Dalam waktu Singkat 20 dara kembang telah diperiksanya Semua, dia berdiri memberi Salam kepada Loh-bi-jin.   "Bikin Susah nona saja, boleh kau bawa mereka turun."   Diam2 Loh-bi-jin menggerutu dalam hati, suruh mereka naik, kerjanya cuma menikmati wajah para dara yang jelita dan tanya namanya saja, memangnya apa maksudnya? Tapi dihadapan Thay- siang dan Pangcu sudah tentu dia tak berani bertingkah, lekas dia membungkukserta menjawab.   "Baiklah, hamba mohondiri."   Pek-hoa-pangcu dan So-yok diam2 saja mengawasi tingkah Ling Kun-gi yang mirip pemuda binal sedang memilih kesukaan, mereka heran dan tak habis mengerti apa maksud Kun-gi.   Thay-siang diam saja se-olah2 setuju tindakan Ling Kun-gi..   Semua sudah mengundurkan diri, tinggal Bi-kui seorang yang ditahan disini, memangnya Bi-kui inikah mata2 musuh? Sejak tadi So-yok ber-diri di depan pintu, setelah semua orang pergi, tanpa kuasa dia bertanya.   "cong-su-cia, tugasku sudah selesai?" "Belum, kau belumboleh meninggaikan tugas-mu,"   Ujar Kun-gi. Hay-siang berkata.   "Bayangan yang kulihat terang seorang laki2, orang2 yang diperiksa cong su-cia justeru para saudara kita yang nona, kenapa yang laki2 tidak diperiksa?"   Kun-gi tertawa, katanya.   "Para Taycia dan dara2 kembang ini semuanya belum kukenal. Sementara para Hou-hoat su-cia yang ada boleh di katakan setiap hari berkumpul bersamaku, dan keadaan mereka sudah Kuketahui jelas, sudah tentu tak perlu kuperiksa mereka." "Jadi cong-su-cia sudah memperoleh apa yang diharapkan?"   Tanya Hay-siang. "Belum,"   Ujar Kun-gi menggeleng.   "sekarang giliran nona, harap dudukdan copotkedokmu, biarkuperiksajuga."   Hay-siang malu2, katanya.   "Apakah cong-su-cia mencurigai hamba?"   Pelan2 tangannya mengelupas kedok mukanya yang tipis halus.   Hay-siang memiliki seraut wajah bundar, kulitnya putih mulus, sepasang matanya tampak hidup lincah, bibirnya tipis, memang sesuaisekali dengannamayangdiberikan kepadanya.   Sorot mata Kun-gi mendadak tajam, katanya tertawa.   "Berhadapan dengan wajah molek begini tidak puas hanya memandangnya berhadapan, ingin kududuk disampingnya dan merebahkan diri menikmati kecantikan yang molek ini."   Betul juga dia lantas duduk di sisinya mengawasi wajah Hay-siang dari samping kiri lalu ke samping kanan.   Sungguh aneh, di hadapan Thay-siangdia beranibertindakbegini kasar.   Sudah tentu Pek-hoa-pangcu merasa heran, sedangkan So-yok yang berdiri di depan pintu segera melengos, wajahnya merah bersungut.   Sementara pipi Hay-siang sendiri menjadi merah, katanya menunduk.   "cong-su-cia jangan menggoda."   Kun-gi tidak pedulikan, dia putar ke belakang dan berdiri sejenak seperti seorang pembeli yang sedang menikmati barang pilihannya saja, sementara mulut bersenandung membawakan syair pujangga dinasti Tong.   Sudah tentu Hay-siang tidak tahu apa maksud orang bersenandung, karena dirinya dipuji, hatinya merasa senang.   namun rasa malunya semakin jadi, akhirnya tak tahan dia berkata.   "Sudah puas cong-su-cia?"   Kun-gi goyang2 tangannya.   "Nanti dulu nona"   Dari kantong bajunya dia keluarkan kotak gepeng serta membuka tutupnya, dijemputnya sebutir obat warna madu terus diangsurkan, katanya dengan tertawa tawar.   "Sayang sekali kalau pupur menutupi warna yang asli, kukira nona terlalu tebal memakai pupur, bagaimana kalau nona cuci muka saja?"   Obat bundar berwarna seperti madu itu adalah obat khusus untuk mencuci muka yang telah di make-up, Mendadak berubah hebat sikap Hay-siang, tiba2 dia berjingkrak berdiri, baru saja pergelangan tangannya terayun.   Tapi Kun-gi lebih cepat lagi, jari tangan kiri dengan enteng menyentik, sejulur angin segera menerjang Ki-ti-hiat di pergelangan tangan Hay-siang, mulutpun tertawa.   "Lebih baik nona tetap duduk saja, ada pertanyaan yang ingin kuajukan padamu."   Pada saat Hay-siang berjingkrak berdiri itulah, Bi-kui alias Un Hoan-kun telah bertindak pula di belakang Hay-siang, kedua tangan bekerja cepat, beruntun dia tutuk tiga Hiat-to besar dipunggung orang, lalu menekan pundak orang, bentaknya. "Duduk"   Tanpa kuasaHay-siangtertekanduduk kembali dikursinya. Thay-siang manggut2 dan berkata sambil tersenyum senang. "Ternyata kau memang sudah tahu akan dia."   Serius sikap Ling Kun-gi, katanya.   "Thay-siang serba tahu, soal ini tentunya juga sudah di-ketahui. Waktu hamba memeriksa kamar tadi kudapati jendela terbuka, kucium pula bau pupur yang tertinggal di dalam kamar dan pupur itu sama dengan bau pupur yang dipakainya, cuma waktu itu belum berani kupastikan, kini setelah melihat make-up dimukanya baru aku lebih yakin dan ternyatamemangterbuktibetul adanya."   Thay-siang mengangguk. ujarnya.   "Betul, gurumu ahli rias yang tiada duanya di kolong langit, cara make-up yang dia gunakan ini, sudah tentu takkan bisa mengelabui dirimu yang cukup ahli pula dalam bidang ini."   Kaget dan girang hati So-yok, katanya sambil melerok.   "Kenapa tidak kau jelaskan sejak tadi." "Tentunya Hu-pangcu sudah lihat, baru saja cayhe sendiri memperoleh buktinya."   Sahut Kun-gi. Pek-hoa-pangcu menghela napas, katanya.   "Dia ternyata bukan cap-si-moay, tentu cap-si-moay sudah dia Celakai."   Kun-gi serahkan obat berwarna madu itu kepada Bi kui, katanya.   "Tolong nona, remas saja obat ini di telapak tangan dan poleskan ke mukanya,bahanmakeupdi mukanyaakantercucibersih."   Bi-kui lantas bekerja, obat itu dia taruh di tengah telapak tangan terus di-gosok2 lalu mulai memoles di muka Hay-siang.   Memang aneh sekali, di mana jari2nya bergerak di muka Hay-siang, bahan2 rias di muka Hay-siang seketika mengelotok lenyap.   dengan cepat wajah Hay-siang nan molek itu sudah berganti rupa.   Dia ternyata seorang perempuan berusia sekitar 25, bentuk wajahnya bundar agak mirip Hay-siang yang asli.   Kerena tertutuk Hiat-tonya oleh Bi-kui, kecuali kedua biji matanya yang masih bisa bergerak, mulutpun tak mampu bersuara.   Kun-gi bertanya kepada Bi-kui.   "Nona, buka-lah Hiat-to yang membisukan dia itu."   Bi-kui memukul pelahan di belakang leher Hay-siang. Hay-siang menjerittertahan, gerahamnyatampakbisabergerak. Tiba2 Kun-gi membentak pula.   "Lekas tutuk lagi Hiat-to pembisunya."   UntungBi-kui bekerjacepatdansigap. sekali gerakdiatutuk pula Hiat-to bisunya. Kata Kun-gi.   "Sekarang nona buka lagi tutukan Hiat-to barusan, cuma gunakan tenaga lebih keras sedikit."   Bi-kui menurut petunjuk.   telapak tangan terangkat, dia gablok keras tengkuk Hay-siang.   Kembali Hay-siang menjerit, dari mulutnya mendadak mencelat keluar sebutir obat bungkus lilin sebesar kacang tanah.   Sigap sekali Kun-gi menyambarnya, katanya tertawa.   "Sepatah kata saja belum nona katakan, mana boleh kubiarkan kau mampus?"   Mendelik mata Hay-siang, semprotnya.   "Kau menggagalkan tugasku, aku benci padamu." "Nona harus salahkan dirimu sendiri,"   Ujar Kun-gi.   "Kenapa kau memfitnah diriku?" "Kau kira aku akan mengaku? Hm, mau bunuh atau hendak disembelih boleh silakan, jangan kau harap akan mendapatkan keterangan dari mulutku."   So-yok mengejek.   "Keparat kurang ajar, jiwamu sudah berada di tangan kami masih berani bertingkah? Kalau tidak diberi ajaran kau tidak tahu kelihayanku."   Sembari bicara dia lantas melangkah masuk. Hay-siang menyeringai ejek.   "orang2 Pek-hoa-pang siapa yang tidak tahu kalau kau bertangan gapah dan berhati keji, tidak punya rasa perikemanusiaan, memangnya kau berani berbuat apa terhadap diriku"   Mengelam wajah So-yok saking murka, teriaknya.   "Kau kira aku tidakberani membunuh mu?"   PedangSo-yoksegera menusuk kebelakang kepalaHay-siang.. "Ji-moay .....   "teriakPek-hoa-pangcu. Tapi Kun-gi turun tangan lebih cepat lagi, jarinya menjentik sekali.   "creng", sejalur angin kencang membikin pedang So-yok tergetar sehingga menusuk tempat kosong, katanya.   "Jangan Hupang-cu tertipu olehnya, sengaja dia memancing kemarahanmu, maksudnyasupayabisa matiseketika."   Thay-Siang yang duduk di atas sana manggut2, katanya tersenyum.   "So,-yok, kau memang terburu nafsu, kalau gurumu mau membunuh dia, ketika dia menyambit dengan Som-lo-ling tentu jiwanya sudah amblas, memangnya kau kira gurumu tidak tahu kalau penyerangnya ialah dia ini? Kalau langkahnya tidak gurumu ketahui, sia2lah aku berkedudukan sebagai Thay-siang. Terus terang, gurumu memang sengaja ingin melihat permainan licin apa yang akan dia lakukan pula, di samping itu akupun ingin menguji ketrampilan kerja Ling Kun-gi, sampai di mana kecerdikannya pula, maka peristiwa ini kuserahkan kepada Ling Kun-gi untuk membongkarnya. Kalau menuruti watakmu yang sembrono itu, susah payah Ling Kun-gi setengah malam ini bukankah akan sia2 belaka?"   Merah muka So-yok. katanya menunduk.   "Peringatan guru memang betul."   Kun-gi berdiri tegak lalu menjura ke arah Thay-siang, katanya. "Terlalu tinggi Thay-siang menilai hamba, untuk ini hamba merasa gugup sekali."   Ramah tawa Thay-siang, katanya.   "Kenyataan sudah demikian, kini kau sudah bongkar kejahatan ini, soal mengompes keterangan dari mulutnya tetap kuserahkan padamu, kau harus berhasil memperoleh keterangannya." "Hambaterima perintah,"seruKun-gi sambil menjura.      Tiraikasih Websitehttp.//kangzusi.com   /      Tiraikasih Websitehttp.//kangzusi.com   / Hay siang mengertak gigi, katanya mendesis.   "orang she Ling, kau membongkar kedokku, semakin besar pula kepercayaan Thaysiang terhadap-mu, semakin tinggi pula kedudukkanmu, sekali gebrak berhasil mengangkat dirimu, mungkin kau akan menjadi calon suami sang Pangcu, ini tentu akan memuaskan cita2mu, tapi untuk mengorek keterangan dari mulutku, jangan kau harap"   Tawar tawa Kun-gi, katanya sembari menghampiri Hay-siang, suaranya lembut.   "Nona sendiri sudah dengar, Thay-siang memberi tugas kepadaku untuk mengorek keteranganmu maka kuharap nona tahu diri." "Kau hendak menyiksaku?"   Tanya Hay-siang. "Syukurlah kalau nona tahu?"   Kata Kun-gi. Penuh kebencian nada Hay-siang.   "Kau adalah murid paderi Siaulim yang agung dan kosen, sampai hati kau mengorek keterangan mulut seorang perempuan dengan cara kekerasan, memangnya tidak takut merendahkan derajat dan merusak nama baik perguruanmu?"   Kun-gi bergelak-tawa, katanya.   "Salah nona, guruku Hoan jiu julay sudah keluar dari Siau-lim, maka hakikatnya beliau bukan murid Siau-lim lagi, kalau ada orang bilang aku ini lurus, aku akan bertindak lurus, bila dikatakan aku sesat, aku malah akan bertindak lebih sesat, soal perguruan tidak pernah kupikirkan,jangan kau menakutidirikudengan embel2 itu."   Merandek sejenak lalu dia menyambung.   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Perlu kuberitahu kepada nona, jika kau mau bicara terus terang, menjawab apa yang ...."   Sebelum Kun-gi habis bicara, tiba2 Hay-siang angkat kepala, "cuh", se-keras2nya dia meludah ke muka Ling Kun-gi.   Jarak mereka teramat dekat, sudah tentu Kun-gi tidak sempat menghindar, maka mukanya basah berlepotan ludah.   Bi-kui naik pitam, sekali tempeleng dia gampar muka Hay-siang sekeras2nya, teriaknya.   "Berani kau kurang ajar terhadap cong-sucia."   Hay-siang tertawa dingin, jengeknya.   "Bagus sekali pukulanmu, memangnya kau juga kepincut pada orang she Ling ini. Hm Bok-tan, So-yok. semua rela mengorbankan kesucian sendiri padanya, memangnya kau juga mau ........"   Merah jengah wajah Bok-tan, So-yok dan Giok-lan mendengar ocehan ini. Malu dan murka pula Bi-kui, hardiknya gusar.   "Berani usil mulutmu."   Kembalitanganterayun, diagamparpula mukaorang, Panas muka Kun-gi mendengar ocehan Hay-siang yang terang2an itu, dia angkat lengan baju membersihkan kotoran di mukanya, lalu mencegah gamparan Bi-kui lebih lanjut, katanya kepada Hay-siang.   "Nona juga seorang perempuan kenapa bicara sekotor ini, kalau nona tetap berkeras kepala, jangan salahkan aku tidakkenal kasihan lagi." "Kau boleh bunuh aku saja,"   Teriak Hay-siang. Kun-gi tersenyum, katanya ramah.   "Agaknya nona amat bandel dan tak mau mendengar nasehat-ku, terpaksa kau akan merasakan betapa siksa derita bila darah tubuhmu mengalir sungsang terbalik, seharikautidak bicara, seharijiwamutidakakan melayang, asalkau sanggup bertahan, berapa lama terserah pada dirimu" "Buat apa Ling-heng hanya bicara saja?"   Desak So-yok tak sabar. "Tidak, cayhe harus jelaskan lebih dulu, supaya dia ada waktu untuk mempertimbangkan.   " "Aku tidak akan mengaku, kau boleh mulai dengan siksaanmu,"jawab Hay-siang ketus. "Kuberi waktu satu jam, kau boleh katakan siapa namamu, siapa yang mengutusmu kemari, berapa banyak komplotanmu yang ada di kapal ini?"   Sorot mata Hay-siang diwarnai dendam membara, teriaknya keras.   "Aku adalah ibu gurumu, Hoan-jiu ji-lay yang menyuruhku kemari ......."   Mencorong sorot mata Ling Kun-gi, desisnya dingin.   "Dengan baik hati kuberi nasehat, kau malah bermulut kotor, baiklah biar kau rasakan dulu betapa nikmatnya bila darahmu menyungsang balik,"   Sembari bicara sekaligus ia menutuk delapan Hiat-to di tubuh Haysiang, gerakannya amat cepat, seperti menutuk tapi juga seperti mengusap saja.jelas gayanya berbeda dengan ilmu tutuk umumnya.   Tubuh Hay-siang seketika mengejang gemetar, seperti orang mendadak terserang malaria, terasa darah sekujur badannya mendadak bergolak.   semua menuju ke ulu hati.   "sekarang masih ada waktu kalau kau mau bicara,"   Desak Kun-gi.   Walau sudah kesakitan Hay-siang tetap bandel, dia pejamkan mata tanpa bUka sUara.   Tapi hadirin jelas menyaksikan dalam waktu sesingkat ini, wajahnya yang semula putih halus telah berubah merah melepuh seperti darah, badannya kelejetan, keringat dingin sebesar kacang membasahi mukanya, tapi dia tetap mengertak gigi, bertahan mati2an darisiksaantanpa mau berbicarasepatahkatapun.   Kira2 semasakan air terdengar Hay-siang merintih, teriaknya serak.   "Kau bunuhlah aku saja."   Mendadak tubuhnya terguling, kiranya jatuh pingsan. "Budak bangsat sungguh bandel sekali,"   Thay-siang menggeram dingin. Sekali mengebas tangan kiri, Kun-gi buka Hiat-to di badan orang, lalu menutuknya pula pada dua Hiat-to yang lain, katanya kepada So-yok.   "Hu-pangcu, cayhe ingin pinjam kamarmu, apa boleh?"   Merah muka So-yok. katanya.   "   Untuk apa?"   Kun-gi tersenyum, katanya.   "Untuk ini harap Hu-pangcu jangan tanya."   Kata So-yok.   "Itulah kamarku, silakan masuk." "Terima kasih Hu-pangcu,"   Ucap Kun-gi lalu ia memanggil Bi-kui, katanya "Marilah nona ikut masuk."   Bi-kui ragu2, katanya.   "cong-su-cia ....." "Bi-kui,"   Seru Thay-siang.   "cong-su-cia menyuruhmu, kau boleh ikut masuk tak usah banyak tanya."   Bi-kui membungkuk sahutnya.   "Tecu terima perintah." "Saat latihan sudah tiba. perkara ini kuserahkan padamu untuk membongkar seluruhnya, kekuasaan penuh kuberikan padamu,"   Ujar Thay-Siang sambil berdiri. "Terima kasih Thay-siang, musuh dalam selimut yang ada kapal ini akan hamba jaring seluruhnya,"   Seru Kun-gi sambil menghormat. Thay-siang mengangguk. ujarnya.   "Ya, kau memang anak baik."   Lalu melangkah ke dalam. Setelah Thay-siang masuk. Kun-gi menjura kepada Pek hoa- pangcu dan Hu-pangcu, katanya.   "Pang cu dan Hu-pangcu harap tetap duduk dan tunggu saja di sini."   Lalu dia memanggil Bi-kui. "Marilah, nona ikut cay he."   Karena sudah dipesan oleh Thay-siang, tak berani Bi-kui membantah, terpaksa dia ikut Kun-gi masuk ke kamar So yok. Begituberadadidalamkamar Kuu-gisegera menutup pintu, "Untukapa ini"   TanyaUnHoan-kun lirih. "Kuminta nona suka menyamar seseorang." "Menyamar siapa?" "Janganbanyaktanya, lekasbukakedokmu."   Un Hoan-kun mengelupas kedok mukanya, sementara cepat sekali Kun-gi sudah keluarkan bahan2 rias dalam kotak kayunya, pertama dia cuci bersih wajah Un Hoan-kun.   lalu secara teliti dia merias wajah orang menjadi bentuk lain Kira2 satu jam lamanya baru dia membereskan barang2nya ke dalam kotak serta disimpan dalam baju, katanya.   "Sejak kini nona tidak usah lagi mengenakan kedok, duduk saja di kamar ini, menunggu panggilan baru boleh keluar."   Lembut suara Un Hoan-kun.   "Ya, kuturut segala petunjukmu." "Terima kasih nona,"   Ucap Kun-gi seraya membuka pintu dan keluar, daun pintu dia tutup pula dari luar.   Sudah tentu Bok-tan, So-yok dan Giok-lan tidak tahu apa kerja Kun-gi bersama Bi-kui di-dalam kamar tertutup sekian lamanya? Melihat dia keluar, sorot mata mereka setajam pisau menatapnya.   Anehnya setelah keluar dia tutup pula pintu dari luar, jadi Bi-kui dia kurung didalam kamar.   Dasar suka blingsatan, So-yok tak tahan, tanyanya.   "Ling heng, mana Bi-kui? Apakah dia mata2 musuh?" "Sebentar lagi Hu-pangcu akan jelas duduk persoalannya,"   Sahut Kun-gi. Lalu ia berpaling ke arah Giok-lan, katanya.   "Kini mohon bantuan congkoan lagi" "Tidakapa,"sahutGiok-lan-"Adapesanapacong-su-cia." "Harap congkoan panggil Loh-bi-jin kemari dengan membawa empatdara kembang,"lalu iaberbisik beberapapatahkatapula. Giok-lan berkata.   "Hamba mengerti."   Lalu berjalan keluar. So-yok melerok pada Kun-gi, katanya.   "Ling-heng, sebetulnya langkah apa yang sedang kau atur?"   Pek-hoa-pangcu juga tertawa, katanya "Kukira cong-su cia sudah punya perhitungan matang, buat apa Ji-moay banyak tanya, nonton saja dengan sabar, nanti kau juga akan mengerti." "Aku tidak sabar melihat caranya jual mahal, bikin dongkol saja,"   Omel So-yok. Lebar senyum Kun-gi, katanya membungkuk.   "Rahasia alam tidak boleh bocor, hamba harus berikhtiar dan memutuskan langkah2 yang penting, untuk ini harap pangcu, Hu-pangcu maklum."   So-yok melerok pula, katanya sambil cekikiksan.   "Sekarang Lingheng adalah orang kepercayaan Thay-siang, bila Thay-siang sudah serahkan kuasa padamu untuk membongkar peristiwa ini, memangnya siapa yang berani menyalahkan kau."   Tengah bicara Giok-lan tampak menyingkap kerai berjalan masuk, katanya.   "cap-go-moay telah datang." "silakan dia masuk."   Ujar Kun-gi. Loh-bi-jin mengiakan di luar pintu, lalu katanya kepada orang2 di belakangnya.   "Cucu, kau ikut aku masuk. kalian bertiga tunggu gilirandiluarsini."-Laludiasingkapkeraidanberjalan masuk. Cu-cu ikut di belakang Loh-bi-jin. begitu masuk langsung ia melihat Hay-siang yang meringkuk lemas di lantai dengan wajah yang sudah tercuci bersih, seketika dia bergidik ngeri, serta merta langkahnya agak merandek. "NonaCu-cu,"   KataKun-gitertawa.   "tolongkau papahdia."   Cu-cu mengiakan sembari menghampiri Hay-siang dengan takut2, baru saja dia membungkuk badan secepat kilat telunjuk jari Kun-gi menutuk Hiat-to di belakang badannya.   Tanpa ayal Giok lan maju mengempitnya terus diseret ke kamar So-yok.   Cepat2 Kun-gi dorong daun pintu sembari berkata kepada Bi-kui.   "Lekas nona tukar pakaian dengan dia."   Giok-lan Cepat menutup pintu. Tak lama kemudian pintu terbuka lagi, Giok-lan melangkah, keluar bersama Cu-cu Semua orang tahu Cu-cu yang satu ini adatah samaran Bi-kui. Tanya Kun-gi lirih kepada Loh-bi-jin.   "Apakah nona sudah mempersiapkan seluruhnya?"   Loh-bi-jin mengangguk. sahutnya.   "Sudah kusampaikan pesan sesuaipermintaancong-su-cia, semuanyasudah siap." "Baik sekali, sekarang boleh nona menggusurnya keluar,"   Kata Kun-gi. Dengan bimbang Loh-bi-jin bertanya.   "Apa betul tidak perlu menugaskan beberapa orang lain untuk menjaganya?" "cayhe sudah menutuk beberapa Hiat-tonya, sementara dia kehilangan kepandaian silatnya, nona Cukup bekerja menurut rencana yang telah kuatur itu." "Hamba mengerti,"   Sahut Loh-bi-jin, dia membalik kepintu lalu memanggil "Kalian masuk lagiseorang."   Seorang dara kembang mengiakan dan melangkah masuk. Kata Loh-bi-jin sambil menuding.   "Kalian gusur dia keluar."   Cu-cu tiruan alias Bi-kui dan dara kembang baru ini mengiakan, mereka angkat tubuh Hay-siang terus dibawa keluar. Loh-bi-jin tidak berani gegabah, lekas dia membungkuk. "Hamba mohon diri "   Cepat2 dia ikut keluar menjaga Hay-siang. So-yok bertanya.   "Ling-heng, Cu-cu masih ada dikamarku, apa tindakanmu terhadapnya?" "orang ini lebih penting dari Hay-siang, kita harus mengompes keterangan dari mulutnya, sebentar kumohon Hu pangcu sendiri yang mengompes dia." "Kenapa aku yang mengompesnya?"   Tanya So-yok. "Karena Hu pangcu juga menjabat kepala Hukum, biasanya melaksanakan peraturan sekokoh gunung, seluruh anggota Pang kita sama segan dan hormat kepadamu, kalau Hu pangcu yang tanya dia pasti dia takut dan mau bicara terus terang."   So-yok mencibir,jengeknya.   "Kenapa tidak katakan saja ini perempuan galak dan bawel." "Sebagai pelaksana hukum yang harus memegang teguh peraturan sudah tentu Hu pangcu harus bermuka kaku dingin tanpa kenalbelaskasihan terhadapyangsalah,"ujar Kun-gi. Cerah sorot mata So-yok. katanya tersenyum.   "Kau memang pandai bicara"   Tampak kerai tersingkap. ternyata Bi-kui telah kembali. Kini dia telah ganti seperangkat pakaian warna hijau kembang, mengenakan kedok muka Bi-kui yang asli lagi. "Kiu-moay,"seruSo-yokheran.   "kenapa kau kembali?"   Bi-kui memberi hormat, katanya tertawa.   "cong-su-cia suruh hamba untuk mendengarkan apa2 yang terjadi di sini." "o."   So-yok bersuara singkat, lalu dia bertanya sambil menatap Kun-gi.   "Sekarang boleh mulai?" "Waktu amat mendesak. lebih Cepat lebih baik,"   Ujar Kun gi. So-yok membalik, katanya kepada Pek-hoa-pangcu.   "Toaci silakan duduk di atas,"   Lalu dia berkata kepada Giok-lan dan Bi-kui. "Sekarang harap Sam-moay dan Kiu-moay gusur Cu-cu keluar."   Ruang sidang ini adalah tempat kediaman Thay-siang, tanpa dipanggil para pelayan tidak berani masuk, maka sekarang terpaksa Giok-lan dan Bi-kui harus kerja sendiri, atas perintah So-yok mereka gusur Cu-cu keluar dari kamar.   Kun-gi serahkan sebutir obat mencuci bahan rias pada Giok-lan dan Giok-lan langsung mencuci bersih wajah Cu-cu dengan obat yang diterimanya itu.   Cu-cu yang asli baru berusia 17-an, ternyata gadis yang menyamar jadi Cu-cu ini kelihatan juga baru berusia 17an So-yok duduk pada kursi disebelah bawah tempat duduk Pek- hoa-pangcu, lalu memberi tanda anggukan Kepada Giok-lan dan Bikui.   Sekali gablok Giok-lan buka tutukan hiat-to Cu-cu.   seketika gadis yang menyaru Cu-cu membuka mata dan mendapati dirinya rebah di lantai, sesaat dia melenggong, waktu dia angkat kepala, di lihatnya Pangcu, Hu pangcu, cong-su-cia dan lain2 berada di Sekelilingnya.   diam2 hatinya terkesiap.   bergegas dia merangkak dan menyembah, serunya.   "Hamba menyampaikan sembah hormat kepada Pangcu, Hu pangcu ... ."   Tegak alis So-yok. hardiknya. "Tutup mulutmu, tiada dara kembang seperti dirimu dalam Pang kita, ketahuilah, Hay-siang sudah mengaku terus terang, maka bicaralah secara blak2an juga , memangnya kau ingin disiksa dulu?"   Gemetar gadis yang menyaru Cu-cu, katanya sesenggukan sambil mendekam di lantai.   "Pangcu, Hu pangcu, hamba sungguh penasaran-" "Kiu-moay,"   Kata So-yok angkat tangan.   "serahkan sebuah cermin padanya, biar dia melihat tampangnya sendiri."   Bi-kui memang sudah menyiapkan sebuah cermin bundar terus diangsurkan.   Gadis penyamar Cu-cu masih belum tahu kalau make- up dimukanya sudah dicuci, begitu melihat wajah sendiri di cermin seketika merasa terbang sukmanya, mukanya pucat, bibir gemetar tak mampu bicara lagi.   "Hay-siang berani coba membunuh Thay-siang, kini telah dijatuhi hukuman mati,"   Demikian geram So-yok katanya dingin.   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Sepatah kata saja kau berani bohong, jangan harap kau bisa hidup."   Diam2 Kun-gi memberi isyarat kedipan mata kepada Pek-hoa- pangcu. Segera Pek-hoa-pangcu buka suara.   "Cu-cu, mengingat usiamu masih muda belia, mungkin lantaran dipaksa dan diancam orang sehingga kau menyelundup ke tempat kita ini, tapi asal kau suka bicara terus terang, akan kuberi kelonggaran padamu,jiwamu akan diampuni, sebaliknya kalau berkukuh dan tidak menyadari kesalahanmu, kematian Hay-siang akan menjadi contoh bagimu."   Semakin takut dan gemetar gadis yang menyaru Cu-cu, tangisnya terisak. katanya.   "Pangcu dan Hu pangcu harap periksa, semula aku adalah pelayan yang ditugaskan di bawah cui-tongcu, lantaran Ci-Gwat-ngo yang ditugaskan di sini bilang wajahku mirip Cu-cu, demikian juga usia kami sebaya, maka aku disuruh menyaru jadi Cu-cu dan menyelundup kemari. cui-tongcu menahan ibuku, katanya kalau aku gagal menunaikan tugas ibuku akan dibunuhnya. Mohon Pangcu dan Hu pangcu menaruh belas kasihan terhadap nasibjelekku inidan ampunilahdiriku."   Ci-Gwat-ngo yang di-katakan ini sudah tentu adalah perempuan yang menyamar jadi Hay slang. "cara bagaimana kalian menyelundup kemari""   Tanya So-yok. Tutur gadis yang menyamar Cu-cu.   "Bagaimana cara Gwat-go cici masuk kemari aku tidak tahu, kira2 tiga bulan yang lalu aku diantar ke suatu tempat yang dekat dengan Hoa keh-ceng, lalu Gwat-go cici memancing Cu-cu keluar serta menutuk Hiat tonya, sejakituakudibawanya masuk Hoa-keh-ceng." "Kau tahu berapa lama Ci-Gwat-ngo menyelundup kemari setelah menyaru jadi Hay-siang"   Tanya So-yok. "Entah, hamba tidak tahu,"   Sahut gadis itu.   "agaknya sudah cukup lama" "Setelah kalian berada disini, cara bagaimana pula mengadakan kontakdenganpihak Hek-liong-hwe?" "Itu urusan dan tugas Gwat-go cici, aku sendiri tidak jelas, kalau tidak salah ada seorang lain lagi yang bertugas dalam hal ini."   Kungi manggut2, tapidiadiamsajatidak memberi komentar. Tiba2 Bi-kui menyelutuk.   "Biasanya kalau bertemu dengan CiGwat-ngo, bagaimana sebutanmu kepadanya?" "Di muka umum aku memanggilnya cici dan dia memanggilku Cucu,"   Sahut gadis itu. "Kau pernah melihat orang yang ditugaskan mengadakan kontak rahasia dengan dia?"   Tanya So-yok. "Pernah kulihat sekali,"   Tutor gadia itu.   "dia mengenakan kedok. di malam hari lagi, jadi sukar melihat wajahnya? Tapi Gwat-go cici juga mengenakan kedok, mungkin orang itu juga tidak tahu siapa sebetulnya Gwat-ngo cici." "Mereka sama2 mengenakan kedok. untuk berhadapan dan saling kenal tentu digunakan tanda2 rahasia yang diperlukan?"   Sela Bi-kui lagi.   "Waktu itu Gwat-ngo cici menyuruhku berjaga di sekeliling tempat itu, waktu kami sampai di tempat tujuan, orang itu sudah ada di sana, aku hanya melihat orang itu angkat sebelah tangan kanan serta menekuk jari telunjuk.   sementara Gwat-ngo cici menggerakkan tangan membuat lingkaran ditengah udara lalu menutul ke-tengah2 lingkaran." "Sudah cukup?"   Tanya So-yok berpaling ke arah Kun-gi. Lekas Kun-gi menjura, katanya.   "Memang Hu-pangcu lebih berhasil. Ya, sudah cukup," "Sam-moay,"   Kata So-yok.   "tutuk Hiat-tonya, sementara sekap dia di kamar Hay-siang, tugaskan beberapa orang lagi untuk menjaganya."   Giok-lan menutuk Hiat-to orang terus mengempitnya keluar. "congkoan, biar hamba bantu menggusurnya keluar,"   Kata Bi-kui. "Tidak usah,"   Ujar Giok-lan menoleh,"   Kau masih punya tugas sendiri. Bi-kui putar tubuh serta memberi hormat kepada Kun-gi, katanya.   "Entah cong-su-cia masih ada pesan apa?" "Nona sudah dengar apa yang dikatakan tadi, maka boleh kau bekerja sesuairencana semula." "Hamba terima tugas,"   Sahut Bi-kui. Setelah memberi hormat kepada Pangcu dan Hu pangcu segera dia mengundurkan diri. Bertaut alis Pek-hoa-pangcu, matanya yang bundar besar terbelalak, bibirnya yang tipis bak delima merekah bergerak2, tanyanya.   "cong-su-cia, di atas kapal kita ini adakah mata2 yang lain lagi?"   Kun-gi menepekur sebentar, katanya kemudian.   "Sekarang masih sukar dikatakan, asal rencana ku berjalan dengan lancar, kukira perkara ini segera akan terbongkar."   Sampai di sini tiba2 dia menjura.   "Hari hampir terang tanah, Pangcu dan Hu-pangcu sudah lelah setengah malam, sekarang bolehlahistirahat,hambatidakpunyaurusanlagidan mohondiri."   Fajar menyingsing, sang surya mulai memancarkan cahayanya yang terang benderang.   Lilin masih menyala di ruang makan tingkat kedua.   Di atas meja2 yang berbentuk segitiga itu sudah ditaruh beberapa macam sayur dan bubur yang masih mengepul serta senampan besar bakpau yang banyak jumlahnya.   Kini tiba saatnya sarapan pagi, dari setiap pintu kamar di tingkat kedua beruntun menongol keluar para Busu yang berpakaian seragam Hijau pupus (Hou hoat) dan hijau kelabu (Hou-hoat-su- cia), mereka berbaris menjadi dua baris, tiada seorangpun yang bicara.   Tak lama kemudian pintu kamar disebelah kanan terbuka, munculah coh-houhoat Kiu-cay-boan-koan Leng Tio-cong dan Yu- houhoat coa Liang.   Hanya cong-su-cia saja seorang yang menempati sebuah kamar tersendiri pada tingkat kedua ini, coh-yuhou hoat berdua menempati satu kamar, sementara yang lain2 empat orang satu kamar.   Setelah coh-yu-hou-hoat muncul, para Hou-hoat dan Hou-hoat- su-cia segera membungkuk badan lalu menegak pula sembari berseru.   "Hormat kepada coh-yu-hou-boat."   Kulit muka Leng Tio-cong yang tirus itu kelihatan memancarkan senyum lebar yang licik, sebelah tangannya mengelus jenggot kambing di bawah dagunya, katanya manggut2 dengan mata menyapu hadirin.   "Kalian cukup pagi, silakan semua duduk."   Barang bukti berupa Sam-lo-ling dan jubah hijau ditemukan di kamar Ling Kun-gi, sejak malam tadi tak tampak bayangan Kun-gi setelah digusur naik ke tingkat atas menghadap Thay-siang.   Mereka juga tahu bahwa para dara kembang berbaris naik ke tingkat atas serta turun pula tak kurang suatu apa.   Sejauh ini Thay-siang tidak pernah memanggilcoh-yu-hou-hoatuntukdimintai keterangan, jelas Thay-siang amat ma rah akan usaha pembunuhan atas dirinya, mungkin secara diam2 Ling Kun gi sudah dijatuhi hukuman mati, Cuma berita inibelumdiumumkan saja.   Kalau Ling Kun-gi dihukum mati, maka jabatan cong-su-cia akan kosong, secara langsung se-bagai coh-houhoat, Leng Tio-cong akan dinaikkan pangkatnya mengisi jabatan cong su-cia itu.   Karena itulah sikap Leng Tio cong tampak riang dan bersemangat langsung dia menuju ke meja di sebelah kiri terus duduk, serta merta dia melirik kursi di tengah itu yang masih kosong, baru saja ia hendak bersuara menyuruh hadirin mulai makan, sekilas di lihatnya pintu kamar di ujung kiri sana tiba2 terbuka.   Cong-hou-hoat-su-cia Ling Kun-gi dengan lh-thian-kiam di pinggang dengan jubah hijau yang longgar melambai tiba2 muncul dengan langkah tenang.   Tiada seorangpun tahu kapan Kun-gi kembali ke kamarnya, sudah tentu hadirin kaget dan melenggong.   Sikap Ling Kun-gi yang wajar dengan senyum kemenangan dan gagah lagi se-olah2 tak pernah terjadi apa2, agaknya perkara yang menimpa dirinya telah berhasil dibereskan dengan baik.   Setelah melengak sebentar, hampir seperti berlomba saja hadirin berdiri menyambutnya.   Dengan tertawa lebar Kun-gi berkata.   "Silakan duduk saja"   Dengan langkah tetap dia menuju tempat duduknya. Tajam tatapan mata Sam-gan-sin coa-Liang, tanyanya. "cong-coh tidak apa2 bukan?"   Tawar tawa Kun-gi, ucapnya.   "Terima kasih atas perhatian coa-heng, kalau Thay-siang sendiri berpendapat peristiwa itu tidak menyangkut diriku, sudah tentu tiada apa2 pada diriku."   Kiu-cay-boan-koan Leng Tio-cong berkata.   "orang berani coba membunuh Thay-siang dan memfitnah cong-coh lagi, ini membuktikan bahwa di kapal kita ini ada mata2 musuh, maka soal ini harus diselidiki sampai sedalam2nya, entah bagaimana petunjuk dan perintah Thay-siang selanjutnya." "Betul juga ucapan Leng-heng,"   Ujar Kun-gi.   "Walau Thay-siang amat murka, soalnya perkara ini tiada sumber yang dapat dijadikan sumbu penyelidikan, untuk membongkar jejak mereka tentu amat sukar, Kini hanya ada satu cara ......." "cara apa?"   Tanya Leng Tio-cong. "Tunggu saja, nantidia akan memperlihatkan jejaknyasendiri." "Kalau selanjutnya dia tidak mengadakan aksi apa2, lantas kita tidak mampu menangkap dia"   Kata Sam-gan-sin-Tengah bicara, kerai tersingkap.   tampak para peronda yang bertugas malam hari telah kembali.   Mereka adalah Hou hoat Kongsun Siang dan Song Tek seng, Hou-hoat-su-cia Kik Thian-yu, Ki Yu-seng, Kho Thing song dan Ho Siang-seng.   Keng-sun Siang pimpin mereka memberi hormat serta memberi laporan.   "Lapor cong coh, semalamsuntuk keadaan aman tenteram, hamba beramai telah menunaikan tugas dengan baik."   Yang dikuatirkan oleh Kun-gi adalah keselamatan Kongsun Siang, kini melihat orang kembali dengan segar bugar, maka dia tersenyum lebar sambil manggut2, katanya.   "Kalian sudah letih semalam suntuk. lekas duduk dan makan."   Sorot matanya satu persatu menyapu wajah keenam orang, entah sengaja atau tidak ia melirik dua kali kearah Ho Siang-seng. Kongsun Siang berlima menjura lagi sekali lalu menuju tempat duduknya masing2. Kemudian Kun-gi bertanya..   "Apakah luka2 Nyo Keh-sian dan Sim Kian-sin sudah lebih baik?" "Mereka sudah bisa turun ranjang dan berjalan beberapa langkah,"   Sahut Leng Tio-cong.   "cuma hamba kira kesehatan mereka belum pulih seluruhnya, maka kusuruh koki mengantar makanan ke kamar mereka saja." "Ya, baik,"   Ujar Kun-gi.   Setelah makan Kun-gi langsung kembali ke kamarnya pula, diam2 Kong-sun Siang ikut di belakangnya.   Tapi Kun-gi tidak ajak orang bicara, agaknya dia menaruh perhatian kearah jendela, maka begitu masuk kamar langsung dia menuju ke jendela, dengan teliti dia memeriksa dan meraba.   Kejap lain tampak rona mukanya sedikit berubah, dalam hati dia mengumpat.   "Bedebah, besar sekali nyali orang ini."   Melihat orang hanya memperhatikan jendela tanpa hiraukan dirinya, Kongsun Siang kira orang tidak tahu akan kedatangannya, maka dia berteriak.   "Ling-heng."   Kun gi membalik badan, katanya tertawa.   "Silakan duduk Kongsun heng."   Teko di meja masih mengepulkan bau harum, Kongsun Siang mengambil dua cangkir lalu mengisinya penuh, katanya sambil duduk di kursi sebelah.   "Kudengar semalam ada perkara pembunuhan diatas kapal" "Kongsun-heng sudah tahu?"   Ucap Kun-gi. "begitu kembali dan tiba di kapal aku lantas mendengar kabar ini,"   Ujar Kongsun siang, sembari bicara tangannya mengambil sebuah cangkir teh yang di isinya tadi, katanya pula.   "orang berani menyembunyikan barang bukti di kamar Ling-heng, bagaimana Ling-heng akan menghadapipersoalan ini?"   Kun-gi tertawa tawar, sebelum bicara kedua matanya tiba2 menatap tangan Kongsun Siang, serunya dengan suara rendah. "Tunggu dulu, ku-kira air teh ini tidak boleh diminum."   Kongsun Siang sudah angkat cangkir dan menyentuh bibir, dia melengak mendengar seruan Kun-gi, katanya sambil menatap cangkir ditangan-nya.   "Ling-heng kira orang menaruh racun dalam air teh ini?" "Apakah dia menaruh racun belum bisa dipastikan, tapi setelah aku keluar barusan, terang ada orang masuk kemari." "Dari mana Ling-heng tahu?" "orang itu masuk melalui jendela, jejaknya tak bisa mengelabuhi mataku? Mungkin karena gagal memfitnah diriku, maka dia gunakan cara licik lainnya, segala benda yang ada di kamar ini bisa dipandang mata, untuk melaksanakan tipu daya terhadapku, kecuali menggunakan racun, kukira tiada cara lain yang lebih baik lagi."   Kongsun Siang melenggong, katanya.   "Agaknya Ling-heng amat teliti dan hati2, biasanya aku cukup cermat, kalau akal licik kaum persilatan umum-nya takkan bisa mengelabuhi diriku, tapi dengan menaruh racun di dalam air teh yang masih mengepul hangat seperti ini jelas sukar diketahui muslihatnya, nyata aku tak dapat membedakan tipu daya musuh ini." "Aku hanya menduga saja, apa betul air teh ini beracun biarlah kucoba,"   Ujar Kun-gi, dia sobek kain gordyn jendela yang terbuat dari wool terus direndam ke dalam air teh.   Ujung kain sobekan masuk air dan jadi basah, tapi tidak menimbulkan reaksi apa2, tidak bersuara juga tidak menimbulkan asap tebal, tapi setelah Kun-gi mengangkatnya tinggi2, ujung kain wool yang terendam air itu tampak berubah hitam gelap seperti hangus terbakar.   Berubah air muka Kongsun Siang, serunya.   "Lihay betul racun ini, tak berwarna dan tidak berbau, jadi sukar diketahui."   Kelam air muka Kun-gi, dia menenekur tanpa bersuara. "Kalau demikian, orang yang menyembunyikan barang bukti di kamar ini dan orang yang menaruh racun dalam air teh ini pasti perbuatan satu orang.   " "Yang menyembunyikan barang2 bukti adalah Hay-siang dan dia sudah tertangkap,"   Demikian batin Kun-gi. Maka ia lantas berkata. "Kukira bukan perbuatan satu orang saja."   Kongsun siang berjingkrak. tanyanya.   "Maksud Ling-heng mata2 musuhyangterpendamdi kapalini bukan hanyaseorangsaja?" "Memang tidak cuma seorang saja,"   Kata Kun-gi.   "kalau hanya seorang, apa yang mampu dia lakukan? Saat ini aku memang belum punya keyakinan, tapi aku tidak akan memberi kelonggaran kepada mereka."   Kongsun Siang tepuk dada, katanya.   "Bila Ling-heng memerlukan tenagaku, tugas berat apapun takkan kutolak." "Memang ada tugas yang perlu bantuan Kong-sun-heng, kalau tibawaktunyapastiakan kuberitahu padamu." -oodwoo- Gudang yang berbau apek dan penuh ditimbuni barang2 makanan dan benda rongsok terletak di tingkat paling bawah dari kapal besar ini, di-batasi oleh sebuah dinding papan yang tebal, gudang yang terletak di tengah kapal itu dijadikan dua bagian, depan dan belakang, sehingga kedua bagian ini satu sama lain tidak bisa berhubungan-Bagian belakang dibagi pula menjadi dua kamar gudang besar, kamar disebelah depan peranti menyimpan makanan dan persediaan air, pokoknya kedua rangsum. Sedang kamar belakang adalah tempat tidur para kelasi. Kelasi yang berjumlah dua puluh orang itu hanya menempati sebuah kamar tidur besar, sudah tentu keadaannya serba kotor dan sumpek, baunya apek dan lembab. Paling belakang ada lagi sebuah ruangan, letaknya dipantat kapal, tempatnya sempit dan doyong miring, tak mungkin orang bertempat tinggal di sini, jadi keadaannya kosong. Sementara bagian depan hanya terdapat sebuah ruang besar dan sebuah kamar kecil, ruang besar itu tempat para dara kembang tidur, mereka adalah dara2 manis yang lembut dan belia, ranjang yang mereka pakai selalu bersih dan rapi, sudah tentu tidak sekotor dansumpekseperti tempar parakelasi itu. Siapapun asal bukan perempuan, bila masuk ruang besar ini pasti hidungnya akan terangsang oleh bau parfum yang wangi semerbak. bau pupur yang harum, semangat akan ikut terbang ke-awang2. Kamar kecil itu diperuntukkan Loh-bi-jin yang diserahi tugas mengawasi dan memimpin para dara kembang ini, maka seorang diri dia memperoleh fasilitas yang lebih baik. Kecuali ruang besar dan kamar kecil ini ada pula ruang depan yang kosong, keadaanya seperti pantat kapal, bagian depan kapal inipun serong, cuma miringnya menjurus ke atas, jadi berlawanan dengan buritan yang miring ke bawah. Ci-Gwat-ngo alias perempuan yang menyaru Hay-siang itu dikurung di ruang depan yang miring ini. Semua dara kembang hanya tahu bahwa seseorang semalam coba membunuh Thay-siang, mata2 musuh telah ditangkap. tapi tiada orang tahu kalau perempuan inilah yang menyamar jadi Hay-siang dan hidup rukun sekian lamanya dengan mereka. Memang tata tertib Pek hoa pang amat keras, sesuatu hal yang tidak diberitahukan. Siapapun di-larang mencari tahu atau bisik, main kasak kusuk. Terutama semalam Loh-bi jin sudah memberi peringatan kepada mereka, peristiwa semalam dilarang bocor meski hanya sepatah kata, oleh karena itulah tiada yang berani sembarang buka suara. Ci-Gwat-ngo sudah tertutuk oleh ilmu tutuk khas perguruan Ling Kun-gi, ilmu silatnya sementara telah dibekukan sehingga tak mampu berbuat apa2, tapi dia tetap harus dijaga. Menjadi tanggung jawab Loh-bin-jin untuk menugaskan empat dara kembang bergiliran menjaganya, sudah tentu keempat dara kembang ini sudah mendapat pesan Loh-bi-jin bahwa dikala menjaga Ci-Gwatngo sedapat mungkin ajak orang bicara panjang lebar, seCara halus diharapkan bisa mengorek keterangannya. seperti diketahui walau disiksa oleh tutukan Ling Kun-gi, tapi ci Gwat ngo tetap bandel tidak mau buka suara. Maka Caranya lantas diubah diusahakan dara2 kembang ini akan berhasil mengoreknya dalam obrolan2 yang telah direncanakan lebih dulu. Ternyata Ci-Gwat-ngo memang terlampau bandel, meski para dara kembang itu hampir kering ludahnya mengajaknya bicara, dia tetap bungkam seribu bahasa, malah pejamkan mata lagi, anggap tidak melihat dan tidak mendengar. Maklumlah, kalau dia pantas menyamar Hay-siang sebagai mata2 terpendam di tempat musuh, sudah tentu dia pernah mengalami gemblengan dan ujian berat, hanya beberapa gelintir dara2 kembang pingitan ini masa bisa mengorek keterangan dari mulutnya? Sehari telah lalu tanpa terasa. Sejak pagi sampai malam, dua dara kembang yang bertugas gagal memperoleh keterangan-Bukan saja tak berhasil ajak orang bicara, malah makanan yang diantar sejak pagi hingga malam tidak pernah diusiksnya, semUa dibawa keluar tanpa disentuh sedikit-pun-Hanya gagal menelan pil beracun, perempuan ini ingin menghabisi jiwa sendiri dengan mogok makan. Kini telah tiba saatnya makan malam, terdengar langkah2 mendekati, seorang dara muncul di ruang depan sambil menenteng rantang makanan, kiranya tiba saatnya pula ganti piket. "Siu-kui cici, kau boleh kembali untuk makan,"   Yang datang ternyata Cu-cu.. Pintu terbuka, dengan menenteng rantang makanan yang dibawanya siang tadi, Siu-kiu mencibir, katanya uring2an.   "Buat apa kau bawa makanan itu? Sungguh menyebalkan, setengah hari ini hanya menemani orang sekarat belaka,"   Dengan ber-sungut2 ia lantas berlari keluar.   Cu-cu tersenyum mengawasi perginya, pintu gudang dia tutup pula serta menggantung lampu di atas paku, lalu pelan2 dia turunkan rantang makanan, cepat dia putar tubuh menghampiri Ci- Gwat-ngo seraya memanggil dengan suara lembut.   "cici, kau tidak apa2 bukan?"   Ci-Gwat-ngo yang meringkal itu tiba2 membuka mata, sesaat dia mengawasi Cu-cu, katanya.   "Kau?"   Cu-cu mengangguk. tanyanya penuh perhatian "Kau tidak apa2 bukan?"   Sambil mengawasi orang Ci-Gwat-ngo bangun berduduk.   sekali raih dia tarik tangan kiri Cu-cu sambil menunduk.   entah sengaja atau tidak dia memandang pergelangan tangannya, sorot matanya tiba2 memancarkan rona yang aneh, lalu dia geleng2, katanya.   "Siau-koay, syukurlah kau kemari, hiat-toku tertutuk oleh bocah she Ling itu, tenagapun tak mampu kukerahkan-" "cici,"   Lirih juga suara Cu-cu.   "Hiat-to mana yang ditutuk? Biar kubantu kau membukanya .   "   Kecut tawa Ci-Gwat-ngo, katanya.   "Tutukan khas perguruannya apalagi yang ditutuk adalah urat nadi besar, jangankan dengan kemampuanmu yang Cetek ini, umpama seorang ahli yang punya kepandaian 10 kali lipat daripadamu juga takkan bisa membukanya."   Bertaut alis Cu-cu, katanya kuatir.   "lalu bagaimana?" "Apa boleh buat, ingin matipun aku tidak mampu lagi, terpaksa biarlah begini saja."   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Kesal dan masgul Cu-cu, katanya.   "Apakah mereka bakal membebaskan kau?"   Ci-Gwat-ngo mendengus.   "Mereka ingin mengompes keteranganku."   Cu-cu pura2 kaget, katanya.   "Sudah kau katakan?" "Tidak,"   Berhenti sesaat, lalu Ci Gwat Ngo tertawa, katanya. "Kau kira aku mau bicara? Eh, waktu kau kemari, bagaimana pesan mereka padamu?" . Cu-cu menekan suaranya lebih rendah.   "Waktu mau kemari Lohbi-jin memanggilku ke kamarnya, dia suruh aku mengajak kau mengobrol dan nanti memberi laporan padanya tentang apa saja yang telah kita bicarakan."   Ci-Gwat-ngo mendengus lagi, katanya.   "Mereka ingin mengakali pengakuanku,jangan mimpi,"   Cu-cu berpaling mengawasi rantang makanan, katanya.   "Cici, seharian kau tidak makan apa2, mana kau kuat bertahan, kau harus makan." "Tidak!!akutidakakan makan,cukupasalkautelahkemari."   Dengan mata terbelalak Cu-cu bertanya.   "Cici, masih ada pesan apa?" "o, ya,"   Ci-Gwat-ngo bersuara.   "ada sebuah tugas harus kau lakukan-" "ApaCicihendaksuruhaku memberitahukanseseorang?" "Kau tahu siapa orang yang perlu kau beritahu?"   Ci-Gwat-ngo balas bertanya. "Bukankah orang yang pernah kulihat tempo hari? Tapi aku tidak tahu siapa dia,"   Berkelebat sinar dingin pada sorot mata Ci-Gwat-ngo, katanya.   "Tak perlu kau tahu siapa dia." "Lalu cara bagaimana aku harus memberitahu padanya?" "Asal kau mondar-mandir tiga kali di atas dek tingkat kedua sebelah kanan, lalu akan datang orang itu mengajak kau bicara." "Itu gampang, waktu naik ke kapal Loh Bi-jin pernah bilang bila merasa sumpek berada di tingkat bawah, siapapun boleh naik ke tingkat dua setelah memperoleh persetujuannya untuk cari angin, api....   tapi, carabagaimanaorang ituaku ajakakubicara?" "Kau tahu tanda2 gerakan tangan kita untuk pertemuan itu?" "Ya, tahu."   Ci-Gwat-ngo berpikir sebentar, katanya.   "Cukup asal kau bilang. Rembulan yang hampir terbenam tidak benderang lagi, pasang laut akansemakin tinggi. Dua patahkatainisudah cukup," "Apa maksud dan gunanya kedua patah kata itu?" "Memberi tahu padanya bahwa aku telah tertangkap. bila ada beritaapa2daripihakatasbiardia sendiriyangambil keputusan."   Cu cu ingat betul2, tiba2 dia cekikik tawa, katanya.   "Rembulan saat ini memang hampir terbenam, umpama ocehanku didengar orang juga tidak menjadi soal" "o", CiGwat-ngobersuaradalam mulut. Seperti ingat sesuatu, mendadak Cu-cu mengerut kening, katanya.   "Tapi aku harus ganti piket setelah larut malam nanti, bagaimana baiknya?" "Tidak jadi soal, janji pertemuanku mengadakan kontak dengan dia setelah kentongan keempat nanti."   Cu-cu mengangguk. katanya.   "Baiklah, akan kuingat baik2."   Dia awasi Ci-Gwat-ngo, lalu berkata pula.   "Cici, sedikit2 kau harus makan untuk menjaga kesehatan-"   Dingin kaku muka Ci-Gwat-ngo.   "Tidak perlu,"   Sahutnya. "Tapi kau...." "Jangan banyak omong, cukup asal kau sampaikan pesanku tadi." "Cici jangankuatir, pastikusampaikan pesan-mu itu," "Berani kau menjual aku, kapan saja seseorang akan merenggut jiwamu."   Terunjuk rasa jeri dan takut pada wajah Cu-cu, katanya.   "Masa cici tidak percaya lagi padaku"   Melihat orang ketakutan, Ci-Gwat-ngo ganti sikap. katanya dengan suara lembut.   "Sudah tentu aku percaya padamu, kalau tidak takkan ku-serahkan tugas rahasia ini padamu, tapi kau harus hati2, bocah she Ling itu lebih cerdik dan tajam penciumannya dari pada anjing pelacak." . "Aku akan berlaku hati2, mereka takkan tahu apa yang kulakukan.". Ci-Gwat-ngo manggut2, katanya.   "Syukurlah, legalah hatiku."   Waktu berlalu dengan cepatnya. Mungkin belum tengah malam, tapi pintu sudah gudang itu sudah berkeriut terbuka setelah rantai gembokan berdering nyaring, seseorang memanggil lirih.   "Cu-cu Cici lekas buka pintu, tiba saatnya aku menggantimu."   Kalau dihitung dengan waktu yang tepat, saat mana sebetulnya baru lewat kentongan kedua.   Sudah tentu semua ini sudah diatur dengan baik2.   Cepat2 Cu-cu tarik pintu lalu mengambil rantang makanan beranjak keluar, seorang dara kembang yang lain melangkahmasukdan menutuppintudarisebelahdalam.   Begitu keluar dari ruang kurungan di depan itu, sambil menjinjing rantang makanan, langsung Cu-cu menuju ke kamar Loh-bi-jin untuk memberi laporan kerjanya.   Tapi tak lama setelah dia masuk.   tampak pintu kamar terbuka, muncul seorang gadis belia tinggi semampai mengenakan gaun panjang warna putih, dengan langkah gemulai dia menyusuri tangga naik ke atas kearah tingkat kedua sebelah kiri.   Dia bukan lain ialah salah seorang dari 12 Tay-cia yang bernomor sembilan yaitu Bi-kui adanya.   Sudah tentu Kun-gi belum tidur, dia masih menunggu kabar baik.   Baru saja kentong kedua ber-bunyi lantas didengarnya langkah kaki mendekati kamarnya, ketukan pintu pelahanpun terdengar, suara seorang gadis merdu berkata di luar.   "Cong-su-cia." "Siapa?"   Tanya Kun-gi. "Hamba Bak-ni,"   Sahut gadis di luar.   "Atas perintah Pangcu, Cong-su-cia dipersilahkan naik ke atas."   Kun-gi melangkah keluar, katanya mengangguk.   "Silakan nona kembali dulu, segera aku menyusul."   Bak-ni atausi melatiterus mengundurkandiri. Kun-gi merapatkan pintu kamarnya terus naik ke tingkat ketiga. Tampak Bak-ni dan Swi-hiang bersenjata lengkap berjaga di luar pintu, melihat Kun-gi tiba, mereka membungkuk ke dalam seraya berseru.   "Lapor Pangcu, Cong-su-cia telah tiba."   Suara Pek-hoapangcu berkumandang dari dalam.   "Silakan masuk."   Bak-ni dan Swi-hiang menyingkap kerai kiri-kanan sembari membungkukhormat.   "SilakanCong-su-cia masuk."   Tanpa bersuara Kun-gi masuk ke dalam, dilihatnya Pek-hoa- pangcu, Hu pangcu dan Giok-lan serta Bi-kui sudah duduk mengelilingi meja bundar. Melihat Kun-gi masuk, Pek-hoa-pangcu mendahului berdiri, suaranya nyaring lembut.   "Silakan duduk Congsu -cia."   SudahtentuSo-yok, Giok-lan danBi-kui ikutberdiripula. Dengan berseri tawa So-yok tak mau ketinggalan, katanya. "Muslihat Ling-heng ternyata amat manjur, lekas duduk dan dengarkan kabar gembira."   Kun-gi menjura, katanya.   "Pangcu, Hu pangcu, Congkoan dan Taycia silakan duduk."   Lalu dia tarik sebuah kursi dan duduk di sebelah kiri yang masih kosong, tanyanya sambil menoleh kepada Bi-kui.   "Nona berhasil mengorek keterangan apa?"   So-yok mendahului bicara.   "Bukan saja mengorek keterangan, malah malam ini kita akan dapat membekuk seluruh mata2 musuh yang mengendon di kapal kita ini."   Dengan tertawa Pek-hoa-pangcu berkata.   "Ji-moay memang berwatak keras dan terburu nafsu, duduk persoalannya biar dijelaskan dulu oleh Kiu-moay, Cong-su-cia sendiri yang memimpin operasi ini, dia harus mendengar laporan selengkapnya baru akan memberikan petunjukdan perintahselanjutnya."   Sedikit membungkuk Kun-gi berkata.   "Berat ucapan Pangcu untuk diterima."   Lalu dia mengamati Bi-kui, katanya.   "Bagaimana, hasil kerja nona? Kurasa Ci-Gwat-ngo adalah perempuan yang licin dancerdik, apakah samaran nonatidakdiketahuiolehnya?" "Aku yakin akan ilmu tata rias Cong-su-cia teramat lihay, sedikitpun dia tidak mengunjuk perasaan curiga padaku,"   Lalu Bi-kui ceritakan pengalaman dan pembicaraannya tadi dengan ringkas dan jelas.   Setelah mendengar laporan itu, Kun-gi angkat kepala, katanya.   "Sekarang baru kentongan kedua, masih dua jam lagi baru kentongan keempat ...   ." "Dengan waktu yang cukup kita dapat mempersiapkan diri lebih matang, sekarang silakan Ling-heng mengatur tipu daya dan memberi komando,"   Ujar So-yok. Tawar tawa Kun-gi, katanya.   "Memberi komando, terus terang Cayhe tidak berani."   Pek-hoa-pangcu lantas berkata.   "Thay-siang sudah serahkan kekuasaan kepada Cong-su cia membongkar perkara ini, termasuk aku, Ji-moay dan Sam-moay seluruhnya siap tunduk dan patuh akan petunjuk mu, maka tidak perlu kau sungkan." "Sebetulnya persoalan ini cukup sederhana,"   Ujar Kun-gi,"kalau betul bangsat itu muncul di dek sebelah kanan dan ajak bicara dengan nona Bi-kui, hamba yakin masih punya cukup waktu untuk membekuknya hidup2." "Lalu kami bagaimana? Memangnya kau suruh kami menonton saja?"   Sela So-yok. "Hu pangcu dan Congkoan harap sembunyi di atas dek tingkat ketiga sebelah kanan, begitu melihat orang itu muncul, setelah nona Bi-kui saling memberi tanda gerakan tangan, kalian boleh segera terjun ke bawah mencegat jalan mundurnya,"   Merandek sebentar, Kun-gi menatap Bi-kui.   "Cuma ada satu hal, harap nona suka perhatikan-" "Hal apa?"   Tanya Bi-kui "Nona harus tetap menyaru dan berpura2 lebih lanjut, bila mendadak dia muncul, kau harus pura2 bersikap gugup dan ketakutan sembari mundur, jangan sekali2 kau berusaha merintangi dia," "Kenapa demikian?"   Tanya Bi-Kui.   "Bangsat itu pasti membawa Som-lo sing atau senjata rahasia lain yang jahat, umpama nona tidak berusaha merintangi dia, mungkin karena rahasia sudah terbongkar, dia bisa turun tangan keji untuk menutup mulut nona.   Betapa dahsyat kekuatau Som-lo- ling itu sukar dihindarkan dari jarak dekat, maka kau harus pura2 takut sambil mundur sejauh mungkin untuk menyelamatkan diri dari segala kemungkinan."    Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Pedang Kayu Cendana Karya Gan KH

Cari Blog Ini