Ceritasilat Novel Online

Pedang Kiri Pedang Kanan 34


Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL Bagian 34


Pedang Kiri Pedang Kanan Karya dari Gan K L   Sampai di sini dia berdoa, tak tertahan lagi air matanya lantas bercucuran.   Kun-gi diam saja menyaksikan tingkah laku orang yang dianggapnya aneh dan semakin tebal rasa curiganya.   Masa Leliong-cu warisan keluarganya ada sangkut pautnya dengan Hek-liong- hwe? Tengah dia melenggong, dilihatnya Yong King-tiong menyeka air matanya sambil berdiri, dia sodorkan Le liong-pi-tok-cu, sorot matanya mendadak berubah tajam dingin menatap wajah Kun-gi, sikapnya serius dan teguh, katanya dingin.   "Kau bernama Ling Kun gi?"   Kun-gi terima kembaliLeliong-cu, sahutnya. "Betul, Cayhe memang Ling Kun-gi."   Yong King-tiong manggut2, katanya.   "bagus sekali, sudah 20 tahun Losiu menunggumu, sekarang hanya ada satu kesempatan hidup bagimu, nah, loloslah pedangmu, lawanlah Losiu dengan sekuat tenagamu."   Tangan terangkat.   "creng, tahu2 dia sudah melolossebatangpedangpandakwarna hitamgelap. Sikapnya yang semula ramah dan kini mendadak berubah bermusuhan sungguh membingungkan Kun-gi. Katanya dengan melenggong.   "Lo-tiang ada permusuhan apa dengan Cayhe?"   Yong King-tiong tampak gelagapan oleh pertanyaan ini, tapi mendadak dia berjingkrak murka, serunya.   "Tak usah banyak tanya, kalahkan dulu pedang ditanganku, bicara lagi nanti belum terlambat.' Kata Kun-gi bimbang.   "Lotiang membawaku kemari hanya untuk bertanding?" "Janganbanyakomong, nah, keluarkansenjatamu." "Jadi kita betul2 harus berkelahi?" "Kalau kau ingin keluar dari kamar ini dengan hidup, kalahkan dulu Losiu."   Pelahan Kun-gi melolos Seng-ka-kiam, katanya.   "Baiklah, silakan Lotiang memulai. ."   Yong King-tiong sudah tak sabar, jengeknya.   ""Nah hati2lah?"   Pedang pendek ditangannya bergetar, selarik sinar gelap tiba2 membabat dari samping, terasa oleh Kun-gi gerakan menyapu miring yang kelrihatan sepele itni, ternyata meqnimbulkan tekarnan yang amat berat. Diam2 Kun-gi kaget dan membatin.   "Betapa hebat dan sempurna kepandaian ilmu pedang orang ini, sungguh luar biasa."   Pedang pandak ditangannya segera bergerak menutul ke depan terus menyontek ke atas.   Sementara itu pedang ditangan Yong King-tiong tampak bergoyang naik turun, sekaligus dia menyerang tiga jurus dalam sekali gerakan.   Tiga jurus serangan ini menimbulkan lingkaran sinar gelap yang menimbulkan tekanan hawa pedang yang berlapis dan menebal, kekuatannya sungguh bukan olah2 dahsyatnya,.   Begitu gebrak Kun-gi lantas terdesak dibawah angin, hampir saja dia tak mampu mengembangkan kemahirannya, terpaksa dia mundur tiga langkah baru dapat menghindari rangsakan lawan.   Maklumlah darah mudanya gampang terbakar, karena terdesak hatinya merasa penasaran, mendadak dia menghardik keras, Seng- ka-kiam mendadak dia pindah ke tangan kiri, ia melompat maju, pedang menusuk serta membabat dan memotong, Tat-mo-kiam- hoat dari Siau-lim-pay seketika dia kembangkan, ilmu silat pelindung Siau-lim-pay yang amat dibanggakan ini setelah dimainkan secara kidal oleh Ling Kun-gi ternyata berbeda pula perbawa serta gaya permainannya, setiap jurus permainan yang berlawanan dengan kebiasaan umum ini, sudah tentu jauh lebih rumit dan lebih lihay pula serta sukar diselami.   Sekilas Yong King-tiong tampak melengak, katanya keheranan.   "Kau ini murid Hoanjiu-ji-lay?"   Ling Kun-gi mengejek.   "Lotiang memang punya pandangan tajam."   Di tengah percakapan ini, gaya pedang kedua orang tetap bergerak laksana kilat saling samber, masing2 kembangkan kemampuan ilmu pedangnya, sedikitpun tak menjadi kendur.   Dalam kamar batu yang agak sempit ini lama kelamaan terasa semakin dingin diliputi hawa pedang yang bergolak, sungguh amat dahsyat adu kekuatan kedua jago pedang kelas wahid ini, Lekas sekali lima puluh jurus telah lalu dalam pertempuran sengit ini.   Ilmu silat Yong King-tiong ternyata amat luas, rumit dan serba bisa, gaya pedangnyapun aneh, setiap jurus serangan pasti mencakup tipu2 pedang dari berbagai aliran kenamaan di Kangouw, jurus2 yang semestinya tidak berhubungan, tapi dapat dimainkannya secara berantai dengan wajar dan bebas olehnya, maka daya serangannya terasa semakin berat dan mengejutkan.   Ling Kun-gi juga mengembangkan Tat-mo kiam-hoat dengan tangan kidal, tapi menghadapi perlawanan Yong King-tiong yang berpengalaman dan membekal banyak ragam ilmu pedang, se-olah2 sekaligus dia menghadapi puluhan macam ilmu pedang dari berbagai aliran kelas tinggi dan lihay, keruan lama kelamaan dia merasa kewalahan.   Apalagi Lwekang lawan teramat tangguh setiap gerak pedangnya.   terasa satu lebih berat dari yang lain, schingga tekanan yang timbulpun semakin hebat, dan secara bergelombang menggempur Kun-gi, permainan pedang Kun-gi selalu terkunci dan dihadang, hampir saja dia tidak mampu mengembangkan pedangnya.   Di tengah adu kekuatan ini, terdengar Yong King-tiong membentak.   "Ling Kun-gi, memangnya kecuali Tat-mo-kiam-hoat yangkaupelajaridariHoanjiu-ji-lay ini, kautakpernah mempelajari ilmu warisan keluargamu?"   Tergerak hati Kun-gi mendengar seruan ini, pikirnya.   "Ilmu warisan keluarga? Yang dimaksud tentunya Hwi-liong-sam kiam?"   Tanpa terasa ia mengikuti gerak pikirannya, tiba2 mulutnya bersiul badanpun segera melejit tinggi ke atas, pedang memancarkan cahaya kemilau hijau, pada saat terapung di udara, pedang pandak dia pindah ke tangan kanan, dengan ringan pergelangan tangannya bergetar membundar, lapisan sinar pedang bagaikan hujan beterbangan memancur ke segenap penjuru Iiu bertaburan ke atas kepala, Yong King-tiong.   Sinar pedang Yong King-tiong bertaburan, beruntun dia lancarkan jurus Giok-toh tio-thian dari Kunlunkiam-hoat, lalu Sam-hoa-kik-ting dari Bu-tong-pay dan Pat-poh-thianliong dari Tat-mo-kiam-hoat milik Siau lim-pay.   Namanya saja ketiga jurus ini terdiri dari tiga aliran ilmu pedang, tapi di tangan Yong King-tiong ketiga jurus ini dikom-binasikan dan dilancarkan dalam satu rangkaian gerak tipu yang lihay.   Maka terdengarlah suara "tring-tring"   Yang ramai.   Pedang pandak hitam Yong King-tiong ternyata terpapas kutung ber-keping2 oleh Seng ka-kiam Ling Kun-gi, tapi untung dia berhasil meloloskan diri dari lingkupan sinar pedang Ling Kun-gi, tiba2 dia ter-bahak2 sambil membuang gagang pedangnya, katanya.   "Harap berhenti Ling-kongcu!"   Mendengar seruannya Kun-gipun berhenti, di lihatnya Yong King-tiong berwajah cerah penuh rasa riang, kedua tangan terangkap bersoja, katanya dengan air mata ber-kaca2.   "Memang itulah Sin liong jut-hun, ternyata kau memang Ling seheng adanya, maafkan akan kekasaran Losiu barusan."   Tanya Ling Kun-gi dengan nada heran.   "Dari mana Lotiang tahu bahwa jurus yang kulancarkan tadi adalah Sin liong jut hun?"   Yong King tiong tertawa, katanya.   "Hwi-liong-sam-kiam merupakan ilmu pedang pelindung Hwe kita, bagaimana Losiu tidak mengenalnya? Cuma sudah dua puluh tahun lebih Losiu tidak pernah melihatnya lagi."   Keterangannya terasa aneh dan sukar dimengerti.   Seperti diketahui Hwi-liong-sam-kiam atau tiga jurus ilmu pedang naga terbang adalah ilmu pedang warisan keluarga Ling Kun-gi, bahwa Pek-hoa-pang menganggapnya sebagai Tinpang.   sam-kiam (tiga-jurus ilmu pedang pelindung-Pang), kini Yong King-tiong mengatakan pula sebagai Tinhwesam-kiam, atau tiga jurus ilmu pedang pelindung Hek-liong-hwe.   Semakin bingung Kun-gi, ia yakin di balik semua ini pasti ada latar belakangnya, maka dia ber-tanya.   "Lotiang ...........   "   Yong King tiong goyang2 tangannya, katanya.   "Silahkan Kongcu duduk saja, bila kabut sudah mulai timbul di Hek-liong-tam, Losiu akan membawamu ke sana."   Kun-gi bagai orang linglung mendengar ucapan orang yang tidak dimengerti ini, tanyanya.   "Untuk apa Lotiang hendak membawaku ke Hek-liong-tam?"   Heran dan kaget sorot mata Yong King-tiong, katanya sambil menatap tajam.   "Apakah sebelum Kongcu kemari, ibumu tidak memberitahukan apa2 padamu?" "Lotiang juga kenal ibundaku?" "Ibumu adalah Hwecu-hujin (nyonya Hwecu), bagaimana Losiu tidak mengenalnya." "Hwecu-hujin", sebutan atas ibundanya ini membuat kepala Kungi serasa hampir meledak, matanya terbeliak, tanyanya.   "Apa ucapmu, Yong-lotiang?" "O, harap Kongcu tidak salah paham, maksud Losiu adalah Hwecu dari perkumpulan kita pada dua puluh tahun yang lalu, jadi bukan Hwecu sekarang yang gila hormat dan tamak harta, pengkhianat yang menjual kawan demi mengejar kedudukan." "Dari nada pernbicaraannya", demikian batin Kun-gi.   "mungkin ayah adalah bekas Hwecu dari Hek-liong-hwe dua puluh tahun yang lalu, tapi kenapa selama ini ibu tidak pernah membicarakan hal ini padaku."   Karena itu sorot matanya serta merta mencorong tajam, tanyanya menatap Yong King-tiong.   "Apakah Lotiang tidak salah mengenal orang?"   Sambil mengelus jenggot, Yong King-tiong tertawa, katanya.   "Kongcu membawa Leliong-cu, barusan kusaksikan sendiri melancarkan Hwi-liong-sam-kiam, kau she Ling lagi, mana mungkin Losiu salah mengenalimu." "'Tapikenapa ibu tidak pernah menyinggungsemua inipadaku?"   Sejenak Yong King-tiong berpikir, katanya kemudian sambil menghela napas.   "Hal itu tak perlu dibuat heran. Dahulu waktu ibumu lolos dari kejaran elmaut, betapa banyak manusia yang rendah martabatnya telah mengejar jejaknya, dunia memang luas, hampir saja dia tiada tempat berteduh, setelah mengalami segala penderitaan syukurlah Kongcu dilahirkan, tapi kekuatan musuh makin bertambah besar dan merajalela, sebagai perempuan yang lemah, sebatang kara lagi, mungkin juga dia anggap Kongcu masih muda usia, maka soal dendam kesumat keluarga belum diberitahukan padamu." "Dendam kesumat", dua patah kata ini seketika menggelorakan darah di rongga dada Ling Kun-gi, katanya haru.   "Lotiang, tadi kau bilang ayahku almarhum dulu adalah Hwecu Hek-liong-hwe, apakah kemudian beliau mengalamibencana dicelakai musuh?"   Muram rona muka. Yong King-tiong, katanya.   "Tatkala Hwecu tertimpa musibah, boleh dikatakan beliau gugur sebagai pahlawan bangsa, seharusnya Losiu mengikuti langkah Hwecu ke alam baka, bahwa selama 20 tahun aku mencari hidup ini lantaran kutahu setelah Hujin berhasil lolos, dia sedang mengandung, kudambakan akan datang suatu hari, akan tibalah saatnya menuntut balas secara total, bila Losiu mati demikian saja, musibah besar yang penuh rahasia itu pasti takkan diketahui orang luar."   Sampai di sini tak tertahan matanya bercucuran, tangisnyapun sesenggukan. Kun-gipun dirundung kesedihan, air mata membasahi selebar mukanya.   "Duk", tiba2 dia berlutut serta menyembah ber-ulang2, serunya.   "Luhur, budi Lotiang, cita2mu yang penuh pahit getir, pasti dulu engkau adalah kawan seperjuangan ayahanda almarhum, sudikah kiranya engkau menceritakan duduk periatiwa yang sebenarnya."   Yong King-tiong menyeka air matanya dia membimbing Kun-gi bangun, katanya.   "Lekas engkau berdiri, jangan kau menyiksa Losiu lagi, selama 20 tahun ini, saat seperti inilah Losiu nanti2kan, cuma terlalu panjang untuk berkisah peristiwa lama, kita hanya ada waktu singkat saja, paling2 hanya kukisahkan secara ringkas, nanti setelah Kongcu berhasil mengambil barang itu baru akan kuceritakan lebih jelas." "Hanya ada waktu singkat saja?"   Demikian pikir Kun-gi.   "barang apa pula yang harus kuambil? Pastilah suatu barang yang amat penting artinya."   Kembali dua orang duduk berhadapan, Yong King tiong menghirup secangkir teh, lalu katanya.   Cerita ini harus kumulai dari masa gugurnya Siante (Kaisar Gi-cong almarhum di medan bakti sehingga menimbulkan pemberontakan laskar rakyat di mana2, Tuan Puteri dengan badan sucinya akhirnya masuk biara mempelajari agama, tapi beliau selamanya takkan lupa akan dendam keluarga dan kejatuhan negara, secara diam2 dia masih membangun kekuatan terpendam untuk membalas dendam, selama puluhan tahun berkecimpung di Kangouw, akhirnya beliau dapat menyusun kekuatanparapahlawanbangsadiberbagai daerah."   Sampai di sini ceritanya dia menarik napas panjang, setelah menghirup napas segar baru menuturkan kiaahnya.   "Waktu itu ada seorang panglima she Thi. setelah pasukannya kalah dan dihancurkan musuh, dia berhasil menyusun sekelompok kekuatan yang dipelopori kaum persilatan, di Kunlunsan inilah mereka akhirnya membentuk Hek-liong-hwe dengan mengibarkan panji perlawanan kepada penguasa kerajaan ....... "Jadi panglima she Thi itulah yang mendirikan Hek-liong-hwe, bahwa Kunlun san dipilih sebagar markas pusatnya karena di perut gunung ini terdapat banyak lorong2 gua ciptaan alam yang ber-liku2 membingungkan, tembus kian kemari laksana sarang tawon, asal sedikit dipugar atau diperbaiki tempat ini akan menjadi tempat tersembunyi yang paling aman dan rahasia, musuh takkan mudah menemukan tempat ini." "Jadi lorong2 gua ini sudah mengalami pemugaran waktu itu,"   Kata Kun-gi. "Lorong2 gua ini semula memang ciptaan alam tapi lebih banyak pula yang dipugar oleh tenaga manusia, hampir 30 tahun lamanya Lohwecu memugarnya,"   Demikian tutur Yong King-tiong lebih lanjut.   "di waktu membuat lorong tembus di gua gunung yang harus melewati celah2 batu gunung tanpa sengaja Lohwecu menemukan sebuah ruang gua lain, di atas dinding dalam gua itu tergambar bentuk manusia yang sedang bermain pedang, kabarnya gambar itu adalah peninggalan Tiong-yang Cinjin dari Coancinkau, di sana Lohwecu berhasil menyelami dan mempelajari tiga jurus ilmu pedang yang tiada taranya, yaitu Hwi-liong-sam-kiam." "NamaLohwecushe Thiitu apakah Tiong-hong?"   TanyaKun-gi. Yong King-tiong manggut2, katanya.   "Kiranya Ling-kongcu pernah dengar cerita orang,"   Tanpa tanya dari siapa Kun-gi mendapat tahu, Yong King-tiong melanjutkan kiaahnya.   "Pernah Losiu dengar cerita dari Lohwecu bahwa ilmu pedang yang tertera di dinding sebetulnya bukan cuma tiga jurus saja, maklumlah usianya pada waktu itu sudah setengah abad, dibatasi bakat dan usia, maka hanya tiga jurus itu saja yang dapat dipelajarinya dengan baik ......Ai, terlalu jauh aku ngelantur."   Kini nadanya menjadi lebih kalem.   "Dikala membuat lorong tembus ke pusar bumi itu pula Lohwecu menemukan suatu sumber racun, air yang mengalir dari sumber itu beracun, bukan saja kental, warnanya juga hitam gelap, manusia mati seketika bila tersentuh meski hanya satu tetes saja " "Getahberacun!"seru Kun-gitanpaterasa. "Betul,"   Ujar Yong King-tiong manggut2.   "akhirnya kita namakan air itu getah beracun. Kemudian lohwecu membuat sebuah perigi kecil, getah beracun itu dialirkan ke dalam perigi itu, dari situlah timbulnya lama Hek-liong-tam."   Setelah sekian lamanya mendengar kisah orang dengan sabar, tapi orang tetap belum menyinggung soal ayahnya, diam2 Kun-gi resah dan gelisah. Yong King-tiong malah menghirup secangkir teh pula baru melanjutkan ceritanya.   "Dalam usia setengah baya itu, Lohwecu tetap belum dikurniai putera, padahal waktu itu kebetulan sedang musim kemarau panjang, di-mana2 geger kelaparan, rakyat hidup tertindas. Pada suatu ketika Lohwecu turun gunung, pulangnya membawa seorang orok perempuan dan diangkat sebagai puterinya dan dinamakan Ji-giok, Thi-hujin memandang orok perempuan ini sebagai anak kandungnya sendiri, amat kasih sayang. Tak nyana dua tahun kemudian, Thi-lohujin malah melahirkan sendiri seorang puteri dan diberi nama Ji-hoa. Sekejap mata 20 tahun telah lalu, sepasang kakak beradik inipun tumbuh dewasa laksana kembang mekar, Lohwecu tidak pernah membedakan kedua puterinya ini, setiap ada waktu senggang, dia ajarkan ilmu silat kepada kedua nonaini...."   Mendengar sampai di sini, lapat2 Kun-gi sudah dapat meraba dan mengerti, di antara sepasang kakak beradik ini pasti satu di antaranya adalah ibundanya dan seorang lagi pastilah Thay-siang dari Pek-hoa-pang.   Terdengar Yong King-tiong melanjutkan ceritanya.   "Waktu itu tuan puteri mulai bergerak di daerah Kanglam, dia sendiri yang memimpin gerakan2 di sana, partai2 besar persilatan memang tidak kelihatan turut campur, tapi secara diam2 mereka membantu dengan segala daya upaya, malah para muridnya dianjurkan untuk membantu sekuat tenaga dengan menyaru kaum persilatan umumnya dan ikut membentuk barisan2 penentang kerajaan lalim yang berkuasa. Musim semi tahun itu, Siau-lim Hongtiang Kay-to Taysu memperkenalkan seorang pemuda kepada Lohwecu untuk menjadi anggota Hek-liong-hwe, pemuda ini she Ling bernama Tiang-hong, muridKay-teTaysusatu2nyadarigolonganpreman." "Apakah dia ini ayahku almarhum?"   Tanya Kun-gi.   "Padahal ibunda memberitahupadakubahwaayahbernamaSwi-toh." "Kongcu masih muda, bahwa ibumu tidak menceritakan kiaah masa lalu ini, sudah tentu diapun tak akan memberitahukan nama terang ayahmu,"   Sambil mengawasi reaksi Ling Kun-gi sejenak, lalu dia menambahkan.   "waktu itu ayahmu juga baru berusia likuran tahun, berwajah cakap dan gagah, masih segar dalam ingatan Losiu tatkala dia baru tiba di Hek-liong-hwe, Lohwecu memberi jabatan kepala barisan ronda, kalau tidak salah ayahmu kepala dari kelompok ke21, Losiu dari kelompok ke 22, sering kami bertugas bersama, satu lama lain saling membantu, oleh karena itu hubunganku cukup akrab dengan ayahmu."   Kun-gi segera berdiri tegak khidmat dan bersoja, katanya. "Ternyata paman adalah sahabat karib ayah almarhum, maaf akan kekurangajaran Siautit barusan." "Kongcu tak usah banyak adat,"   Ucap Yong King-tiong.   "Losiu hanya seorang hamba dari ayahmu, mana berani dijajarkan sebagai kawan karibnya segala?" "Ayahmu masih muda tapi sudah punya cita2 luhur, matang dalam pengalaman dan sempurna dalam tata kehidupan, tindak tanduknya tegas dalam menjalankan tugas, dalam waktu tiga tahun, dari seorang kepala ronda sekaligus dia sudah berhasil menanjak ke atas karena jasa2nya dan diangkat menjadi Hwi-liong-tong Tongcu, dia merupakan orang kepercayaan yang selalu mendampingi Lohwecu, bukan saja Hwecu sudah ada maksud untuk mengawinkan puteri sulungnya padanya, malah kelak kemungkinan akan mewariakan jabatan Hwecu Hek-liong-hwe .......' Sampai di sini, kembali dia menghirup secangkir teh, setelah kerongkongan basah baru dia bercerita pula.   "Tiga tahun sejak ayahmu berada di Hek liong-hwe, pada musim rontok tahun itu Lohwecu lantas mengawinkan puteri sulungnya Ji-giok dengan ayahmu, tapi pada malam pengantin ayah bundamu itulah, nona Jihoa mendadak menghilang, minggat entah kemana ......"   Agaknya masih panjang lebar ceritanya, tapi seperti rada hal2 yang sengaja hendak dia sembunyikan, maka cerita ini dia putus sampai di sini.   Sudah tentu Kun-gi dapat menangkap arti pembicaraan orang, ceritera Yong King-tiong pada bagian terakhir ini agak kabur, secara tidak langsung dia mau bilang bahwa minggatrya nona Ji-hoa lantaran ada sangkut pautnya dengan pernikahan ayah bundanya.   Tapi sebagai seorang anak, sudah tentu tak enak Kun-gi mendesak ceritera orang akan kejadian masa lalu ayah bundanya, maka dia hanya mendengarkan tanpa bersuara dan tidak memberi reaksi apa2.   "Lohwecu sudah berusia lanjut, bahwa puteri tunggalnya mendadak minggat, sudah tentu Lohwecu suami iateri sangat bersedih, terutama Lohujin, saking kangen dan menguatirkan keselamatan puterinya itu, akhirnya dia jatuh sakit dan rebah diranjang tak bisa bangun lagi.   Pada waktu itulah pihak kerajaan juga mendapat berita bahwa Hek-liong-hwe sedang siap2 hendak bangkit dan berontak, maka jago2 keraton yang berkepandaian tinggi diutus untuk mencari jejak dan menggeledah seluruh pelosok pegunungan Kunlunsan.   Tapi pihak kita juga sudah mendapat kabar, apalagi markas pusat Hek-liong-hwe berada di perut gunung, sudah tentu kawanan alap2 kerajaan itupun tak berhasil menunaikan tugasnya."   Tak tertahan akhirnya Kun-gi menyeletuk.   "Memangnya Hek- liong-hwe berpeluk tangan membiarkan kawanan cakar alap2 itu bertingkahdidepanpintu markasnya?" "Di sinilah letak keberhasilan Lohwecu dalam bertindak dan berkeputusan, maklumlah kekuatan kerajaan pada waktu itu sedang mencapai kejayaannya, pahlawan2 bangsa yang tersebar di berbagai tempat sudah tidak sedikit yang menjadi korban demi mempertahankan kekuatan, maka Hwecu berkeputusan tidak mau sembarang bertindak."   Sampai di sini mendadak dia menghela napas, katanya pula.   "Tapi sungguh tidak pernah terduga bahwa, di antara para Siwi (jago pengawal raja ada seorang muridnya Sinswi-cu.   Perlu diketahui bahwa seluruh peralatan rahasia yang terpasang di lorong2 gua dalam markas kita ini diciptakan oleb Sinswi-cu, sudah tentu muridnya juga paham akan ilmu ciptaan gurunya, maka di bawah petunjuknya jago2 keraton segera menyerbu masuk lewat Ui-liong-tong.   Karena rahasia sudah terbongkar, terpaksa Lohwecu bertindak cepat dan tegas, kalau satu saja dari cakar alap2 musuh lolos, buntut peristiwa ini tentu amat panjang, maka malam itu seluruh kekuatan kita dikerahkan, untunglah delapan belas jago kerajaan akhirnya berhasil ditumpas seluruhnya.   Lohwecu sendiri dalam pertempuran sengit itu berhasil membinasakan lima jago alap2, tapi beliaupun terluka oleh senjata rahasia beracun salah seorang musuh yang terbunuh .......   " "Leliong-cu dapat menawarkan segala macam racun di dunia ini, apakah Lohwecu ......" "Betul, Leliong cu memang dapat menawarkan segala macam racun di dunia ini, tapi Lohwecu terluka oleh jarum beracun yang ditiupkan oleh orang Biau, jarum tiup itu lembut seperti bulu kerbau, orang yang terkena jarum itu sendiripun tidak merasakan apa2, padahal Lohwecu sendiri dengan penuh semangat telah menumpas musuh2nya, hakikatnya beliau tidak tahu kalau dia kena dibokong orang. setelah musuh tertumpas seluruhnya dan kembali ke ruang pendopo, racunpun sudah merangsang jantung, mendadak beliau jatuh pingsan. Waktu itu belum ada orang yang tahu Hwecu terkena jarum berbisa, orang banyak mengira beliau kehabisan tenaga dalam usianya yang sudah lanjut setelah membunuh para musuhnya, tapi setelah tabib berusaha memberi pertolongan dan dia tetap dalam keadaan pingsan, saat itu barulah diadakan pemeriksaan dan berhasil menemukan setitik hitam di pundak kiri Hwecu, seorang ahli memastikan bahwa titik hitam itu adalah bekas tusukan jarum lembut yang amat beracun, lekas Leliong-cu dikeluarkan untuk menawarkan racunnya, namun sayang sudah terlambat, sebelum fajar menyingsing beliaupun wafat, sepatah katapuntaksempatdia meninggalkanpesannya. "Selanjutnya bagaimana?"   Kata Kun-gi. "Suatu organiaasi tak boleh tanpa pimpinan, maka dihadapan layon Lohwecu, kami mengadakan rapat dan secara mutlak mengangkat ayahmu untuk mengisi jabatan Hwecu yang kosong itu." "Dan cara bagaimana pula ayah almarhum di celakai orang?"   Tanya Kun-gi. Tiba2 Yong King-tiong menghela napas panjang, katanya kemudian.   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Waktu itu ayahmu baru berusia likuran tahun, baru empat tahunan berada dalam Hek-liong-hwe, berkat bimbingan Lohwecu-lah dia memperoleh kemajuan pesat, dari seorang kepala ronda terus menanjak menjadi Tongcu dari Hwi-liong-tong, sebelum Lohwecu wafat beliau memang sudah sering memperbincangkan tentang ahli warisnya dengan orang banyak, maka pengangkatan ayahmu sebagai Hwecu menggantikan Lohwecu mendapat dukungan mutlak. Tapi Hek-liong-hwe sudah berdiri sejak tiga puluh tahun yang lulu, meski ayah-mu memiliki kecerdikan dan kepandaian yang tinggi, betapapun dia masih terlalu muda dan cetek pengalaman, sukar dia memikul beban berat dan menunaikan cita2 dan harapan orang banyak ........" "Itu berarti ada sementara orang merasa sirik dan kurang senang akan pengangkatan ayah?" "Bukan begitu soalnya,"   Ucap Yong King-tiong.   "semula beberapa Tianglo (tertua) yang dahulu ikut Lohwecu mendirikan Hek-lionghwe memang merasa ayahmu terlalu muda, sukar memikul tugas berat, tapi setelelah Lohwecu mangkat, selama setahun Hek-lionghwe di bawah pimpinan ayahmu, ketenaran Hek-liong-hwe justeru lebih menjulang tinggi di kalangan Kangouw, kebesaran Hek-lionghwe boleh dikatakan belum pernah terjadi sejak sejarah berdirinya selama tiga puluh tahun, akhirnya beberapa Tianglo itu baru betul2 merasa bahwa pilihan Lohwecu atas ayahmu memang tepat dan bijaksana, maka dengan sekuat tenaga mereka menyokong dan bantu kerja keras, sampaipun Ceng-liong-tong Tong-cu Han Janto yang selamanya bertentangan pendapat dengan ayahmupun berubah pendirian dan mendukung sepenuhnya kepemimpinan ayahmu, tahun itu boleh dikatakan masa jaya2nya Hek-liong-hwe." "Jadi siapakah biang keladi yang mencelakai ayah?"   Tanya Kun-gi bingung.   Rawan sikap Yong King-tiong, katanya setelah menghela napas.   "Bahwa delapan belas jago ko-sen kerajaan tiada satupun yang kembali dalam menunaikan tugas, sudah tentu pihak kerajaan tidak berpeluk tangan.   Setelah diselidiki, akhirnya diketahui bahwa ke18 jago kosen dari keraton itu seluruhnya terbinasa di tangan orang2 Hek-liong-hwe, sudah tentu kaisar sangat murka "   Kenapa kau tidak menungguku?" "Nona mau ke mana? "Kau menyamar lagi bukankah ka hendak menemuka pengejaranmu?" , u n "Betul, kenapa?" "Ak ik t b l h tid k?"   Memperoleh laporan ini, maka gubernur Soa-tang diperintahkan untuk gentar, umpama berlaksa bala tentara sekaligus menyerbu pegunungan Kunlunsan juga takkan membawa hasil yang diharapkan, yang menggemaskan justeru di dalam Hek-liong-hwe kita sendiri ternyata ada manusia gila yang lupa akan ajaran leluhur dan terima menjadi antek musuh dan menjual bangsa.".   BergetarhatiKun-gi.   "Siapa?"b, teriaknyaterd-beliak. "Yaitu Hek-liong-hwe Hwecu yang sekarang, Han Janto,"   Rasa geram bergejolak dalam rongga dada Kun-gi, tanyanya.   "Cara bagaimana dia berhasil menjual Hek liong-hwe kepada musuh?" "Gubernur Soa-tang Kok Thay adalah antek perdana menteri Hokun yang berkuasa di istana, semula Kok Thay adalah bajingan yang sering mengisap darah rakyat dengan penindasan kejam, waktu dia memperoleh perintah dari istana, bukan saja ketakutan juga kebingungan sampai ter-kencing2...   dia punya seorang penasihat yang bernama Ci Kunjin, bergelar Im-su-boan koan (hakim akhirat), kabarnya orang ini dulu adalah tabib kelilingan di Kangouw, entah bagaimana akhirnya bisa memperoleh pangkat dan kedudukan dikalangan pemerintahan dan menjadi orang kepercayaan Kok Thay, dari nasihat dan petunjuk Ci Kunjin inilah kejahatan Kok Thay semakin merajalela, demikian juga dalam hal ini, dia pula yang mencari akal muslihat keji, dia bilang bahwa pasukan besar pasti takkan berhasil, maka dia menulis beberapa huruf di telapak tangannya sebagai usulnya." "Tipu muslihat apa yang dia tulis di telapak tanganya?"   Tanya Kun-gi.   "Memberantas pemberontakdengan pemberontak." "Memberantas pemberontakdengan pemberontak?" "Betul, muslihatnya ini boleh dikatakan amat keji, tujuannya adalah memecah belah, dia memancing dengan harta benda serta pangkat, jika bukan manusia gila yang durhaka, mana mungkin berhasil mengadukdidalamHek liong-hwekita?"   Setelah menarik napas panjang, akhirnya Yong King-tiong meneruskan.   "Mungkin juga lantaran sudah ditakdirkan, kebetulan Han Janto si keparat itu berselisih paham dengan ayahmu, akhirnya malah ayahmu yang mendapatkan jabatan Hwecu, lahirnya memang kelihatan dia ikut mendukung, tapi dendam hatinya ternyata semakin mendalam. "Perlu diketahui bahwa Han Janto adalah putera adik angkat Hwecu sendiri, ayahnya gugur di medan laga demi membela panji kebesaran Hek-liong-hwe, selama ini Lohwecu memandangnya sebagai keponakan, malah kedudukannyapun terus menanjak dan akhirnya diangkat sebagai Ceng-liong-tong Tongcu, jika tiada ayahmu, memang mungkin dialah yang akan mewarisi jabatan Hwecu kelak."   Cerita ini kedengarannya cukup jelas, tapi siapapun pasti akan merasa bahwa dibalik cerita ini ada sesuatu yang sengaja ditinggalkan sehingga orang sehingga rangkaian cerita ini hakikatnya tidak sempurna. Kun-gi berkata.   "Umpama betul dia berselisih dengan ayah, itukan persoalan pribadi, tidak seharusnya dia menjual Hek-lionghwe." "Itulah yang dikatakan mabuk harta dan gila pangkat, dia lupa bahwa bapaknyapun gugur di tangan musuh, soalnya pihak kerajaan berjanji bila dia berhasil dengan usahanya, bukan saja tidak menjatukan hukuman padanya sebagai pemberontak, malah dia akan diangkat menjadi pembesar, ada hadiahnya lagi, oleh karena janji muluk2 inilah sehingga dia rela menjual kawan demi mencari keuntungan pribadi, sekaligus untuk ber-muka2 dan membalas dendam, secara suka rela dia menyerahkan peta rahasia dari seluruh markas pusat ini sebagai usahanya. pertama mendarma baktikan diri pada kerajaan ..... ... '. Pucat wajah Kun-gi, katanya.   "Di bawah gerebegan ketat jago2 kosen pihak kerajaan, Hek-liong-hwe masih tetap jaya malah berkembang semakin besar, semua itu berkat lorong2 rahasia di dalam gunung ini, orang luar tiada yang tahu rahasianya, bahwa dia rela menyerahkan peta rahasia markas pusat, itu berarti telah menyerahkan seluruh kekuat-an Hek-liong-hwe kepada musuh. Terkepal kencang kedua tangan Yong King-tiong, katanya dengan geregetan.   "Memangnya tiga puluh tahun lebih Lohwecu mendirikan Hek-liong-hwe, betapa jerih payah Sinswi-cu menciptakan alat2 rahasia itu, sejak itu semua terjatuh ke tangan musuh." "Bagaimanakejadiannya,harappamansuka menceritakan,"pinta Kun-gi. Jelek sekali air muka Yong King-tiong, sorot matanya setajam pisau, katanya sambil mengertak gigi.   "Penegak Hek liong-hwe, kecuali Lohwecu masih ada sembilan Tianglo lagi, mereka sehidup semati dalam perjuangan sebagai saudara angkat, waktu Lohwecu meninggal masih ada lima Tianglo saja yang hidup, usia mereka waktu itu juga sudah lebih setengah abad, keparat she Han yang durhaka itu bukan saja menyerahkan peta rahasia kita, ternyata diapun tega berlaku kejam, di bawah hasutan dan petunjuk cakar alap2 musuh, secara diam2 ia telah menaruh racun, beruntun kelima Tianglo kita dibunuhnya .......   " "Apakah tiada orang yang membongkar muslihatnya ini?"   Tanya Kun-gi.   "Tidak, kerja keparat itu amat cermat, cerdik dan licik lagi, apalagi racun yang dia gunakan pemberian dari istana raja, para korban tidak meninggalkan bekas keracunan, dalam waktu satu bulan kelima Tianglo kita itu beruntun meninggal satu per-atu, sudah tentu peristiwa ini menimbulkan kecurigaan, tapi para Tianglo itu kelihatan mati dengan wajar, tidak ada gejala2 aneh sedikitpun, meski dalam hati semua orang menaruh curiga, tapi tiada yang bisa berbuatapa2...   ...", Alis Kun-gi menegak, desisnya geram.   "Bangsat keparat itu memang pantas dicacah lebur ber-keping2." "Dua puluh tahun yang lalu, pada malam Toanngo (Pek-cun), hampir dua bulan sejak Tianglo terakhir meninggal dunia, selama itu tak pernah terjadi apa2 dalam Hek-liong-hwe kita, maka kewaspadaan kita menjadi kendor, Toanngo adalah hari raya besar, setiap tahun seperti lazimnya Hwecu pasti mengumplkan ketiga Tongcu dan tiga puluh enam panglima untuk berpesta pora di ruang pendopo, demikian pula para kepala ronda dari masing2 seksi juga diundang........." "Kembali dia menggunakan racun?"   Tak tertahan Kuangi bertanya. Yong King-tiong tidak rnenjawab langsung, katanya.   "Dikala hadirin makan minum dengan riang gembira, seorang she Sim, kepala ronda dari Ceng-liong-tong, tiba2 berlari masuk dengan terburu2, langsung dia ber-bisik2 ditelinga Han Janto"   Tampak Han Janto mengunjuk wajah berseri, segera dia bangkit dan berkata dengan suara lantang.   "Hadirin sekalian, hari ini adalah hari raya Toanyang, kebetulan para saudara hadir di sini, ada beberapa patah kata ingin kusampaikan. Hek-liong-hwe kita sudah berdiri sejak 30 tahun yang lalu, tujuan semula adalah membangkitkan kembali kerajaan Beng, tapi selama 30 tahun ini pernerintahan Boan sudah amat kukuh dan sudah berkuasa di seluruh negeri, harapan untuk membangkitkan kerajaan Beng sudah nihil, dengan kekuatan kita yang hanya beberapa gelintir manusia ini jelas takkan mampu melawan kekuasaan raksasa kerajaan seka-rang, bak telur membentur batu belaka, daripada ber-tahun2 kita tetap hidup di perut gunung, jarang sekali melihat sinar matahari, apalagi selama 30 tahun ini tiada kemajuan yang kita capai, orang kuno juga bilang adalah bijaksana kalau kita tunduk pada firman Thian, sebaliknya menentang takdir pasti akan hancur lebur, maka menurut hematku, lebih baik kita menyerah kepada kerajaan Boan saja, kita terima pengampunan dan anugerahnya, masa depan kita masih terbentang luas di depan mata. Kira2 begitulah pidatonya waktu itu. Ai, sungguh memalukan bahwadiaberanibicaraserendah itu." "Bagaimanareaksiayahpadawaktu itu?"tanyaKun-gi. "Waktu itu hadirin mengira dia terlalu banyak menenggak arak, maka kata2nya ngelantur, tapi hal itupun sudah merupaka pelanggaran serius yang tidak boleh didiamkan, sudah tentu hwecu tidak berpeluk tangan, segera dia membantak. `Hantongcu, gila kau, berani kau omong sekotor itu, menurut aturan kita, kau pantas dihukum pancung dan dipreteli anggota badanmu.' "Han Janto malah terbahak mendongak, serunya. 'Ling Tiang- hong, jangan kau pamer kewibawaanmu sebagai Hwecu dihadapan tuan Hanmu ini, coba pentang lebar matamu, kalian kaum pemberontak ini, jangan harap satupun bisa lolos.' Mendadak ia membanting cangkir arak di tangannya. Membanting cangkir adalah isyarat, maka dalam sekejap dari delapan pintu rahasia yang ada di ruang pendopo sekaligus memberondang keluar puluhan jago2 kosen kerajaan." "Kekuatan inti Hek-liong-hwe berada semua di ruang pendopo, kecuali mereka menggunakan senjata rahasia yang amat jahat, masa puluhan cakar alap2 musuh tak mampu mereka memberantasnya?"tanya Kun-gi. Berkerut gigi Yong King-tiong, katanya pedih dengan suara berat.   "Cakar alap2 itu tiada yang menggunakan senjata rahasia, tiada pertempuran yang terjadi di ruang pendopo karena tiada perlawanan sedikitpun dari kita, dengan mata mendelong semuanya di telikung dan dibelenggu tanpa bisa berkutik."   Mencelos hati Kun-gi, serunya.   "Semuanya terkena racun?!"   Guram sorot mata Yong King-tiong, katanya.   "Di dalam arak Han Janto telah mencampurkan bubuk pelemas tulang, semua orang kehilangan daya tahannya, apalagi untuk melawan ........." "Bagaimana ayah?"   Tanya Kun-gi gugup. Berlinang air mata Yong King-tiong, katanya.   "Waktu itu Losiu sudah menjabat Hek liong-hwe Congkoan, karena tugas maka aku tidak hadir dalam perjamuan itu, kejadian ini akhirnya kudengar dari cerita orang. Melihat gelagat tidak menguntungkan. Hwecu menggigit lidah dan bunuh diri, dia gugur sebagai pahlawan bangsa dalam tugasnya.". Bercucuran air mata Kun-gi, tiba2 dia menjatuhkan diri dan berlutut, ratapnya.   "Yah, anak berjanji pasti akan membunuh bangsatsheHan itudengantanganku sendiriuntuk membalassa-kit hatimu."   Sambil menyeka air mata Yong King-tiong berkata.   "Kongcu tak usah sedih, setelah kembali dari Hek-liong-tam, pasti dengan mudah kau dapat menuntut balas, memangnya bangsat she Han itu dapat lari kemana?"   Kun-gi bangkit berdiri, mendadak dia tanya dengan prihatin.   "Lopek (paman), cara bagaimana ibu dapat melarikan diri waktu ilu?" "Mungkin sudah suratan takdir, ibumu waktu itu sudah bunting, karena sering muntah2, maka dia tidak hadir dalam perjamuan, kawanan cakar alap2 itu sedang sibuk menerima tugas dan berebut kedudukan, apalagi di-mana2 masih ada perlawanan, maka ibumu mendapat kesempatan lari setelah mendengar perubahan situasi, ketika mereka sadar, namun ibumu sudah lolos lewat jalan rahasia.." "Bangsat she Han itu sudah menjual Hek-liong-hwe, cara bagaimana dia bisa menjadi Hwecu Hek-liong-hwe pula?" "Dengan menjual Hek-liong-hwe berarti dia telah berjasa besar bagi kerajaan, kini dia sudah menjadi pemimpin komandan pasukan bayangkari keraton, di samping kedudukan sampingannya sebagai Hek liong-hwe Hwecu, dan semua ini merupakan suatu rencana keji yang mengandung banyak muslihat." "Memangnyaada muslihat kejiapa pula?"tanyaKun-giheran.   Yong King-tiong menenggak secangkir teh, katanya kemudian.   "Semua ini ada sangkut pautnya dengan Losiu, demikian pula erat hubungannya dengan Kongcu sendiri." "O,"   Kun-gi melongo keheranan.   "Dua puluh tahun yang lalu, kelompok2 penentang kerajaan Boan dan pembangkit kerajaan Beng tersebar luas di selatan dan utara sungai besar, semuanya berada di bawah komando Tuan Puteri, sebagian tertumpas oleh musuh, banyak pu-la yang menyembunyikan diri dan sejak itu tiada gerakan2 lagi, hanya Hekliong-hwe karena mempunyai kedudukan strategis, maka dia tetap berdiri jaya dan menjulang di kalangan Kangouw, boleh dikatakan Hek-liong-hwe merupakan kelompok terakhir yang masih aktip.   Bahwa pihak kerajaan sekarang masih tetap mempertahankan Hekliong-hwe tujuanya adalah untuk menggaruk sisa gerakan rakyat yang terpendam, maksud utama mereka adalah menumpas habis ke akar2nya kaum patriot yang hendak membangkitkan kerajaan Beng ...   '' "Memangnya ini ada sangkut paut apa dengan dia dan aku?"   Diam2 Kun-gi membatin dalam hati.. "Kecuali itu masih ada sebab lainnya pula,"   Sambung Yong Kingtiong.   "iniadahubungannyadengan Hek-liong-tam...."   Mendengar orang kembali menyinggung Hek-liong-tam, padahal tadi dikatakan bahwa pihak kerajaan menyerahkan kekuasaan pimpinan Hek-liong-hwe kepada keparat she Han itu ada sangkut pautnya dengan diriku, kini dikatakan pula ada hubungan dengan "kolam naga hitam", maka dapatlah disimpulkan bahwa di kolam naga hitam itu tentu tersembunyi sesuatu yang ada sangkut pautnya dengan dirinya.   Sebelum Kun-gi mendesak, Yong King-tiong telah melanjutkan kisahnya.   "Kemudian Losiu di-tawan, karena dia anggap paling akrab dengan ayahmu, selama setahun lebih aku disekap dalam penjara, belakangan Losiu mendapat tahu bahwa ibumu berhasil lolos dengan membawa lari Leliong-cu dan musuh tak berhasil menemukan jejaknya, maka Losiu pikir harus bertahan hidup, malah aku berusaha untuk tetap memegang jabatan Congkoan dalam Hekliong-hwe, karena dalam memangku jabatan itulah baru aku punya harapan untuk menunggu kedatangan Kongcu, maka terpaksa aku merendahkan diri terima diperintah dan dihina, malah sengaja kubocorkan juga sesuatu rahasia besar yang cukup penting sebagai penebus hukumanku ......."   Mendengar sampai di sini tak tertahan Kun-gi bertanya.   "'Entah rahasiapentingapayang Lopekbocorkan kepada mereka?" "Kecuali ibumu hanya Losiu seorang saja yang tahu akan rahasia ini,"   Ujar Yong King-tiong ter-tawa.   "yaitu sebuah kamar gua yang terletak di dasar Hek-liong-tam yang dulu ditemukan Lohwecu di waktu membuat lorong rahasia, di dalam kamar gua itulah ada peninggalan gambar yang terukir di dinding tentang ilmu pedang maha sakti dari peninggalan Tiong-yang Cinjin. Waktu Tuan Puteri mengadakan inspeksi ke Hwe kita, beliupun berpendapat bahwa letak kamar gua itu amat strategis dan rahasia, maka daftar nama dan tokoh2 dari berbagai aliran besar yang ikut menjadi anggota Thay-yang-kau (agama memuja matahari) disimpannya juga di sana, mengingat betapa penting beratnya tugas serta tanggung jawab ini, maka Lohwecu minta kepada Sinswi-cu untuk menciptakan suatu alat rahasia, dari gua sebelah atas mengalirkan getah beracun ke dalam kamar gua itu, sehingga terciptalah kolam naga hitamitu." "Lopek membocorkan rahasia ini kepada musuh, bukankah berarti menjual seluruh anggota Thay-yang-kau yang didirikan oleh Tuan Puteri?" "Teguran Kongcu kuterima dengan lapang hati, soalnya kalau Losiu tidak membocorkan rahasia ini, tak mungkin aku memperoleh kepercayaan mereka, itu berarti tak mungkin aku menjabat Congkoan di Hek-liong-hwe, mana mungkin pula selama dua puluh tahun ini aku menunggu tibanya Kongcu?" "Yang terang Lopek telah mengorbankan jiwa, para anggota Thay-yang-kau, memangnya apa pula gunanya meski telah berhasil menunggu kedatanganku. ." "Terus terang Losiu juga pernah bersumpah berat di hadapan malaikat Matahari, masa aku berani menjual sesama saudara anggota? Apalagi soal ini menyangkut laksaan jiwa para anggota yang lain umpawa daftar itu betul2 terjatuh ke tangan musuh, itu berarti Losiu menjadi manusia yang paling berdosa di dunia ini, seribukali kematiankupunbelum mengimpasidosa2ku" "Bukankah Lopek bilang sudah membocorkan rahasia ini kepada mereka?" "Tadi Losiu bilang, oleh Lohwecu Sinswi-cu diminta membuat suatu saluran getah beracun sehingga hakikatnya kamar gua itu berada di dasar kolam naga hitam, jelasnya kamar gua itu terletak dua puluhan tombak di dasar kolam, setetes getal saja dapat melayangkan jiwa manusia, apalagi getah sedalam dua puluhan tombak, umpama dewa atau malaikatpun takkan mungkin selulup ke dasarnya." "O,"sampaidisinibaruKun-gipaham,"aku mengerti!' Mengerti soal apa? Yaitu kenapa pihak Hek-liong-hwe dan Pek- hoa-pang sama berlomba berusaha mencari obat penawar getah beracun. Kini jelas tujuan Hek-liong-hwe adalah untuk mengambil daftar nama anggota Thay-yang-kau. Demikian pula Thay-siang dari Pek- hoa-pang, tujuannya tentu pada ajaran ilmu pedang yang tertera di dinding gua peninggalan Tiong-yang Cinjin. Kini persoalannya semakin jelas lagi bahwa Thay-siang Pek-hoa- pang itu adalah puteri tunggal Lohwecu yang minggat, yaitu nona Ji-hoa. Dengan mengelus jenggot Yong King-tiong bertanya.   "Kongcu mengerti soal apa?" "Bahwa Hek-liong-hwe sengaja menculik Tong-losianseng dari Sujwan, Unlocengcu dari Ling-lam, Lok-san Taysu dari Siau-lim-si serta Cu-cengcu pemilik Liong-binsanceng, mereka ditekan dan diperas untuk menciptakan obat penawar getah beracun, tujuannya terang adalah daftar anggota yang berada didasar kolam." "Betul,"   Yong King-tiong mengangguk.   "tapi ada satu hal yang mereka lupakan, yaitu kenapa ibumu membawa lari pula Leliong-cu." "Leliong-cu, apakah dapat menawarkan getah beracun dalam kolam?" "Agaknya ibumu tidak menjelaskan seluruh persoalan ini kepada Kongcu, tak heran kau kebingungan." "Memangnya masih ada rahasia lainnya?"   Tanya Kun-gi terbeliak. "Leliong-cu memang dapat menawarkan segala macam racun2 aneh di dunia ini, tapi mutiara itu masih punya khasiat lainnya pula, yaitu masuk air tidak basah, maka iapun dinamakan juga Huncuicu,"   Sampai di sini dia menatap Kun-gi, katanya pula.   "sekarang tentu Kongcu maklum kenapa Losiu rela hidup terhina selama dua puluh tahun ini, karena dengan penuh harapan menunggu kedatangan Kongcu." "Jadi Lopek ingin Siautit terjun ke dasar kolam masuk ke kamar gua itu?"   Mendadak sikap Yong King-tiong tampak serius, katanya.   "Betul, kini Kongcu memikul dua tugas berat yang amat penting artinya. Pertama untuk menuntut balas kematian ayahmu kau harus pelajari seluruh ilmu pedang peninggalan Tiong-yang Cinjin secara lengkap, karena sejak kecil Han Janto dibimbing dan diasuh oleh Lohwecu, Lohwecu telah mengajarkan segala kemampuannya tanpa batas kepadanya, apa yang ibumu ajarkan padamu, tentu diapun bisa, bicara soal Hwi-liong-sam-kiam, dalam hal Lwekang jelas dia lebih kuat daripada kau, maka hanya bila kau berhasil mempelajari seluruh ilmu pedang itu secara lengkap baru kau akan bisa mengalahkan dia."   Ling Kun-gitertunduk sambil mengiakan.   "Kedua, daftar anggota Thay-yang-kau yang tersimpan dalam kamar gua itu harus segera kau hancur leburkan." "Lho, kenapa dihancurkan malah?" "Daftar itu dibuat pada puluhan tahun yang lalu, waktu itu Tuan Puteri ada kontak dengan semua aliran dan golongan patriot hendak bergerak dan penguasa sekarang, tapi hal itu ber-larut2 sampai sekarang, padahal kerajaan Boan kini sudah bercokol kukuh dan kuat berkuasa, di samping kelompok2 anggota Thay-yang-kau yang tersebar luas di-mana2 banyak yang sudah bubar atau tida aktif lagi, maka daftar anggota itu sudah tidak berarti pula, tapi bila daftar ini terjatuh ke tangan pihak kerajaan, entah betapa banyak jiwa yang akan menjadi korban, daripada menimbulkan bencana bukankah lebih baikdihancurkan saja"   Kun-gi berdiri, katanya.   "Siautit perhatikan pesan ini, lalu bagaimana cara untuk pergi ke Hek-liong-tam?" "Silakan duduk Kongcu, Hek-liong-tam dibangun oleh Sinswi-cu secara cermat dan mengagumkan sekali, umpama sudah memiliki Leliong-cu, kalau tidak tahu cara mengatasi dan tidak punya kunci rahasia pembukanya juga sia2 belaka. Setelah meninggalkan kamar ini kita takkan boleh berbicara lagi, maka di sini Losiu perlu menjelaskan semua rahasia yang ada di dalamnya kepadamu,"   Sembari bicara dari lengan bajunya dia merogoh keluar segulung kertasyangterbuatdarikulitdomba, terusdibeber di atasmeja.   Dia menuding gambar2 yang tertera diatas kertas, katanya.   "Luas kolam ini dua puluh empat tombak.   pada dinding curam sebelah utara terdapat sebuah patung batu berbentuk kepala naga, pancuran getah beracun keluar dari mulut kepala naga ini, getah beracun terus mengalir tidak pernah putus, dengan Pia-houkang (ilmu cicak merayap) kau harus melorot turun ke bawah sampai dasar kolam, untung Leliong-cu dapat memberi penerangan, di bawah kau bisa melihat sebuah gelang baja yang kuning mengkilap, dengan tenaga Tay-lat-kim-kong-jiu-hoat dari Siau-lim-si, tariklah sekuat tenagamu, maka aliran getah dari mulut naga akan berhenti, sementara getah di dalam ko-lam akan mengalir keluar melalui delapan lubang ke jembangan yang tersembunyi di dasar lain, volume air akan cepat menurun, di dasar kolam terdapat sebuah batu karang yang menonjol keluar ke permukaan, setelah itu baru kau lepaskan gelang baja itu dan melompat ke atas batu karang, kembali dengan Tay-lat-kiwi-kong-jiu kau harus menggeser sebuah batu bundar raksasa di atas batu ka-rang itu, di bawah batu itulah ada jalan rahasia menuju ke kamar gua ...." "Kalau air berhenti mengalir dari mulut naga.   air kolam akan menurun, apakah orang-orang Hek-liong-hwe tidak akan tahu?"   Tanya Kun-gi. "Pertanyaan bagus,"   Ujar Yong King-tiong.   "bagian dalam di antara himpitan tebing curam da-ri Hek-liong-tam itu setiap waktu tertentu pasti menimbulkan kabut tebal, terutama pada kentongan keempat dan kelima, begitu tebal kabut di sana sampai berdiri berhadapanpun takkan bisa melihat wajah lawan, kabut akan pudar dan sirna setelah fajar menyingsing, para penjaga di luar lembah dilakukan secara bergiliran, maka tak perlu kuatir akan di ketahui orang, sekarang kau harus perhatikan lukisan ini serta mengingat letaknya di luar kepala." "Baiklah, Siautit sudah mengingatnya." "Bagus sekali,"   Ujar Yong King-tiong, dia jemput kertas kulit kambing itu lalu meremasnya serta di-gosok2 di antara kedua telapak tangannya, kertas kulit kambing itu seketika hancur luluh dan berhamburan dilantai. "Lopek,"   Seru Ling Kun-gi kaget.   "kenapa kau menghancurkannya?"   Yong King-tiong menghela napas, katanya.   "Kondcu sudah datang, gambar ini tidak perlu disimpan lagi, lebih baik dihancurkan saja."   Lalu dari kantong bajunya dia keluarkan sebuah benda kuning emas yang berbentuk ikan emas sepanjang dua dim, dengan hati2 dan serius dia serahkan mainan ikan emas itu, kepada Kun-gi, katanya.   "Inilah salah satu dari benda Hek-liong-hwe yang paling rahasia dan amat penting serta besar artinya. Leliong cu dikuasai oleh Hwecu sendiri, sementara ikan emas ini diserahkan kepada Cong-koan untuk menyimpannya, di dalam perut ikan ada tersimpan kunci untuk membuka kamar gua di dasar kolam, beruntung hal ini hanya diketahui oleh Hwecu dan Hek-liong-hwe Congkoan saja, sudah dua puluh tahun lebih Losiu menyimpannya, aku sendiri belum pernah melihatnya tentang cara membukanya, hanya Hwecu sendiri yang tahu, setelah berada dilorong menuju ke kamar gua itu boleh kau bekerja menurut keadaan, untuk ini lo-siu tak bisa memberipetunjukapa2 lagi."   Kun-gi terima mainan ikan emas itu, terasa bobotnya amat enteng, badan dan ekor ikan dapat bergerak, sisiknya mengkilap, mirip sekalidengan ikanasli, bagussekalipembuatannya."   Yong King tiong berdiri, katanya.   "Baiklah, sekarang hampir kentongan keempat, marilah kita berangkat."   Kun-gi ikut berdiri.   Sekali kebut Yong King-tiong padamkan api lilin dan menghampiri dipan batu dan didorongnya pelan2.   Melihat caranya mendorong, jelas dipan batu itu amat berat, maka terdengarlah suara geseran gemuruh dari dasar lantai.   Akhirnya Yong King-tiong berpaling, katanya.   "Inilah alat rahasia yang kutiru dari ciptaan Sinswi-cu, maka tiada orang kedua yang tahu akan pintu rahasia ini, memang terlampau berat tapi yakin takkan konangan oleh siapapun ....... ."   Waktu bicara dipan batu sudah terdorong mundur lima kaki, tapi dia masih terus mendorongnya.   Dari bawah lantai tampak mulai timbul gerakan seiring dengan dorongan dipan batu itu, maka tampaklah sebuah lubang persegi di bawahnya.   "Apakah semua ini bikinan Lopek sendiri?"   Tanya Kun-gi.   Yong King-tiong sudah berhenti mendorong, katanya tertawa.   "'Sudahtentu, Losiu mempunyaiduabelasahlipedang sebagaibnak buah, tapi kecuali Siau-tao tadi, tiada bseorangpun yang menjadi orang kepercayaanku, untuk membuat pinto rahasia ini, aku sudah menghabiskan waktu 10 tahun."   Setiap malam selama 10 tahun, tanpa tidur dan mengenal lelah membuat jalan rahasia di bawah tanah, betapa besar semangat dan ketekunan kerjanya sungguh harus dipuji.   Dari dalam kantongnya Yong King-tiong mengeluarkan sebuah bumbung tembaga, kiranya sebuah obor, langsung dia menerobos turun lebih dulu ke dalam lubang di bawah tanah, katanya.   "Biarlah Losiu menuujukkan jalannya.." "Creet"   Di bawah dia menyalakan obor terus melangkah turun melalui undakan batu.   Kun-gi mengikuti langkahnya, kira2 puluhan undakan kemudian baru jalan terasa datar dan lebar.   Yong King-tiong serahkan bumbung obor kepada Kun-gi.   lalu membalik, ternyata diatas dinding ada terasang roda besi, dengan kedua tangan dia pegang roda besi terus diputarnya pelan2.   Kelihatan dia mengerahkan tenaga dan memutarnya dengan kuat.   Setelah roda besi bergerak, dari dalam dinding lantas berkumandang suara gemuruh, papan batu di atas kepalanya mulai bergerak terus menutup seperti asalnya.   Ternyata Yong King-bong tidak berhenti, ia masih terus memutar roda, Kun-gi tahu orang sedang mengalihkan dipan batu ke tempat asalnya.   Kira2 tiga puluhan putaran kemudian pelan2, Yong King-tiong menghentikan kerjanya, katanya dengan tertawa.   "Alat rahasia ini teramat berat, kalau dibandingkan ciptaan Sinswi-cu, bedanya bagai langit dan bumi, tapi Losiu sudah merasa puas. Seorang yang asing dalam ilmu peralatan rahasia seperti ini ternyata dapat juga menciptakan alat2, rahasia seberat ini dengan kedua tangan sendiri." "Bagi seseorang yang teguh iman dan penuh kerja yang tak kenal putus asa pasti akan mencapai cita2nya, bahwa Lopek seorang diri dapat membuat lorong rahasia ini, sungguh harus dipuji." "Siang malam yang kuharapkan hanya satu, yaitu semoga Kongcu dapat masuk ke dasar kolam dengan selamat, menghancurkan daftar anggota Thay-yang-kau dan mempelajari ilmu pedang peninggalan Tiong-yang Cinjin dengan sempurna, sehingga semua aliran dan golongan di kalangan Kangouw bisa bertahan hidup sejahtera, demikian purla anak cucu para pembesar kerajaan yang terdahulu yang tersebar di mana2 bisa mempertahankan kehidupan keluarganya, asal bibit2 Thay-yang-kau masih ada dan bersemi dalam sanubari mereka, pasti akan datang suatu ketika kekuatan perlawanan terhadap pemerintahan kerajaan yang lalim, sehingga bangsa dan tanah air dapat bebas dari jajahan musuh, itulah cita2 Losiu. Di samping itu akan kubantu Kongcu sekuat tenaga memberantas para penjahat dan keparat jahanam itu untuk menuntut balas sakit hati Hwecu, Losiu terhina selama dua puluh tahun ini, umpama kedua cita2 ini berhasil dengan baik, matipun aku bisa meram,"   Sampai di sini, mendadak dia bersuara lirih. "Awas, Kongcu, di depan ada sebuah pengalang batu raksasa, jangan kau membenturnya."   Maklumlah lorong ini dibuka oleh Yong King-tiong seorang diri dengan kedua tangannya, sudah tentu bentuknya tidak selebar dan serata lorong gua lainnya.   Bukan saja terasa naik turun, demikian pula langit2 gua juga banyak terdapat batu2 padas yang menongol keluar, maka mereka harus jalan setengah merunduk, sudah tentu Ling Kun-gi bisa berjalan hati2 karena matanya bisa melihat di tempat gelap apalagiada penerangan obor.   Begitulah kira2 semasakan air akhirnya mereka tiba di ujung lorong, di mana terdapat sebuah dinding pengalang.   Yong King- tiong berdiri tegak, kembali dia serahkan bumbung obor kepada Ling Kun-gi, di bawah penerangan tampak di dinding terdapat pula sebuah roda besi sebesar mulut mangkuk besar.   Dengan kedua tangan Yong King-tiong pegang roda besi itu serta mendorongnya pelan2, katanya.   "Turun dari sini, kira2 lima tombak tingginya baru akan sampai di tanah datar dan letaknya tepat di sebelah kiri Hekliong-tam, apa yang Losiu uraikan tadi apa kau sudah ingat betul?" "Siautit mengingatnya dengan baik,"   Sahut Kun-gi.   Begitu didorong sekuat tenaga oleh Yong King-tiong, sebuah batu besar bentuk bulat pelan2 lantas terdorong keluar, maka terbukalah sebuah mulut bundardidinding, takubahnyasepertijendela sebuah gedung.   Di roda ternyata ada sebuah rantai besi sebesar lengan tangan, maka batu besar bulat yang terdorong keluar itu tidak sampai jatuh ke bawah.   "Baiklah kau boleh turun,"   Ucap Yong King-tiong.   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "ingat, sebelum fajar kau sudah harus naik kemari, itu berarti kau hanya punya waktu satu kentongan (kira2 satu jam) berada di kamar gua di dasarkolam, nanti Losiu akan membantumudaripinggir kolam." "Siautit akan perhatikan pesan Lopek,"   Sahut Kun-gi, lalu dia menerobos keluar dari lubang bulat itu, tampak di luar gua sudah diliputi kabut tebal yang ber-gulung2, pemandangan serba remang2, tiada sesuatu apapun yang bisa dilihatnya.    Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong Perangkap Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini