Tugas Rahasia 11
Tugas Rahasia Karya Gan KH Bagian 11
Tugas Rahasia Karya dari Gan K H Lekas sekali perahu sudah menepi, pemegang galah agaknya cukup mahir mengendali perahu, dalam jarak tiga / tombak sebelum perahu menyentuh daratan, jangkar yang terikat rantai sudah dilempar keatas daratan jangkar amblas kedalam tanah, laki-laki itu lantas menarik ramai hingga perahu lebih cepat merapat, gadis yang duduk dtujung perahu segera berdiri, setelah membetulkan sanggulnya dia menurunkan cadarnya, maka tampak wajahnya yang ayu jelita, gadis ini bukan lain adalah Hui Lian, putri Kui bo Hun Hwi-nio pemilik Hiat-lui-kiong. Pemegang galah bambu itu ternyata beralis tebal, juga seorang perempuan, siapa lagi kecuali Li pi-lik. begitu perahu menepi Hun Lian mendahului lompat kedarat. dengan mulut cemberut Li-pi-lik seperti dirundung persoalan, dia ikut naik kedarat sambil menuntun kedua ekor kuda itu. Hun Lian langsung menceplak kepung-gung kuda. katanya . "Berapa jauh tempat ini dengan Kim-hou-po ?" "Hanya tiga puluhan li, rombongan orang itu mungkin sudah berada didepan." Bercokol dipunggung kuda Hun Lian mengawasi arus sungai yang bergolak deras, katanya . "Lalu di mana sebetulnya Liong-bun-pang mendirikan pangkalannya " Li pi lik tertawa getir, sesaat baru menggeleng kepala. Hun Lian berkata kurang gembira.Kau sebagai salah satu dari tiga saka sungai besar ini. padahal Liong-bun-pang juga beroperasi disekitar sungai, apa betul kau tidal tahu letak markas mereka?" Mulut Li-pi-lik tetap cemberut lalu geleng kepala tiba-tiba Hun Lian mendengus, katanya gemes;" Jangan kau banyak pikiran.'' Agaknya Li-pi-lik sudah sekian lama memendam perasaan yang tak terlampias mendadak dia berteriik;"Aku bukan banyak pikiran. Kau hanya bertemu muka dua kali didalam Kim-hou-po. aku sebaliknya pernah dipeluk didalam air dan / dibopong naik keatas darat, sudah selayaknya kalau aku lebih merindukan dia dari pada engkau.'' Hun Lian melotot, desisnya dingin".,,Berani kau bilang begitu lagi, selamanya jangan kau bertemu lagi dengan aku." Bibir Li-pi-lik sudah terbuka, namun dia urungkan omongan yang hampir terlontar segera diapun melompat kepurugung kuda serta mengepraknya pergi. Lekas Hui Lian juga larikan kudanya, kedua kuda putih ini dibedal tanah gersang hingga menimbulkan kepulan debu tinggi dibelakang. Jalan raya sejajar dengan sunrai yang menuju keutara ini ternyata sepi lengang ke cuali mereka berdua yang menunggang kuda tiada manusia atau binatang lain dijalan raya ini. Kini Hun Lian larikau kudanya disebelah depan Li pi-lik disebelah belakang. Kanan kiri jalan hanya ditumbuhi beberapa pucuk pohon yang jarang-jarang rasanya tiada tempat untuk orang sembunyi disana, maka Hun Lian tidak pernah melirik kiri atau kanan. kuda terus dilarikan dengan kencang. Li pi-lik masih ikut d belakangnya Disaat mereka melewati pula beberapa gerombol pohon mendadak sebatang pohon d sebelah kanan tak jauh disebelah depan pelan-pelan roboh melintang dijalan, menyusul selarik sinar berlebat, Li-pi-lik merasa sejalur angin kencang membawa sebuah benda menungkrup ke atas rapalnya. Kejadian mendadak secara tidak terduga lagi, lagi pula Li pi-lik tidak perhatikan sebelum dia melihat jelas, namun hidung sudah mengendus bau amis, sebelum dia sempat berteriak lehernya tiba tiba seperti dijirat, lalu tubuhnya terangkat mumbul. Padahal Li-pi-lik bukan kaum lemah, tapi perobahan ini terjadi secara cepat, disaat tubuhnya terangkat mumbul itu sempat didengarnya kuda tunggangannya masih lari ke-depan, namun kejap lain dia merasa dada terasa dingin, tenaga merontapun belum sempat dia kerahkan dia sudah tidak ingat apa-apa lagi / Sementara batang pohon yang barusan ambruk ketengah jalan itu kini telah tegak berdiri pula, ternyata dahan pohon merekah dan bolong bagian tengahnya ditempat yang itu tampak sembunyi satu orang, orang ini berperawakan tinggi kurus, jikalau saat itu dia sedang menarikan kedua tangannyaa, sepintas lalu orang akan menyangka dia patung kayu, bukan manusia hidup Tampak tangan kirinya memegang sebuah gelang besi, dia tas gelang besi diikat tali lemas, diujung tali itu, terpasang sebuah jaring tembaga, kepala Li-pi lik sudah terjaring rapat, darah tampak mengalir dari pinggir jaring yang menjirat kencang sementara tangan kanan juga memegang seutas tali, tali itu tertarik mengencang mencabut sebatang pisau runcing dari dada Li-pi lik. Tubuh Li-pi-lik sudah menggeletak ditanah rumput, sekali sendal tangan kiri, jaring benang baja itu terlepas dan mencelat mumbul keudara menaburkan darah segar. Agaknya Li-pi-lik sudah ajal dengan leher terjirat dan dada tertusuk pisau, agaknya dia mati penasaran maka kedua matanya mendelik besar. Tapi pembunuh itu tidak hiraukan mayatnya, kepalanya, terangkat memandang jauh kedepan. Orang kurus kering ini bertindak secara cepai dan cekatan, kematian Li pi-lik hanya berlangsung dalam sekejap. tanpa mengeluarkan suara terus roboh ketanah. Selesai membunuh Li pi lik, sementara Hui Lian masih terus mencongklang kudanya sejauh tiga puluhan tombak, gelagatnya dia tidak tahu bahwa lawan asmaranya ini sudah menemui ajal secara penasaran di tangan musuh yang tidak dikenal. Maklum kuda tunggangan Li-pi-lik masih terus berlari d belakang. Orang kurus itu menggerakkan kedua tangan, jaring baja dan pisau runcing diujung talinya itu segera dia simpan dan diikat dipinggang terus mengembangkan Ginkang meluncur kedepan. / Sungguh sebat gerakan orang kurus ini, begitu dia meluncur kedepan, ternyata menimbulkan deru angin yang menggulung ke-pinggir hinggi debu pasir dijalan raya beterbangan, lekas sekali dia sudah menyusul tiba, sekali enjot kaki .dengan enteng dia hinggap di punggung kuda yang tadi dinaiki Li-pi lik. Pelan pelandia tepuk tengkuk kuda, kuda itu segera mempercepat larinya hingga jaraknya lebih dekat dibelakang Hun Lian. Setelah mendengar ucapan Li-pi-lik yang blak blakan tadi. mungkin Hun Lian merasa dongkol dan masgui maka dia tidak pernah menoleh lagi meski mendengar lari kuda di belakangnya menyusul makin dekat, karena dia tidak nenduga bahwa Li-pi-lik sudah mati, penunggang kuda sudah ganti orang lain yang juga mengancam jiwanya Kuda itu dibedal makin kencang dan jarak juga makin dekat, kini tinggal lima kaki di belakang Hun Lian, tampak orang kurus itu mendekam tubuh kedepas, dari punggung kuda itulah dia menjulurkan jarinya langsung menutuk ke Sin tong hiat dipunggung Hun Lian. Serangan orang kurus ini teramat cepat dan lihay, dalam keadaan tidak siaga dan tidak menduga, sepantasnya serangannya pasti kena sasaran dengan telak. Tapi Kungfu Huin Lian tidak bisa dibanding kepandaian Li pi-lik. begitu orang itu menuding dengan tutukannya yang keras, Hun Lian lantas merasakan adanya gejala tidat beres dibelakang firasat mengatakan bahwa seseorang membokong dirinya dari belakang, maka secara reflek dia mendoyong badan kepinggir. Dalam waktu sesingkat itu susah dia menduga siapa gerangan yang membokong dirinya, maka dia menduga karena keki dan dendam mendadak timbul maksud jahat Li-pi-lik hendak membunuh dirinya, maka begitu dia mendoyong tubuh kepinggir sekaligus dia membentak . "Ingin mampus kau." / Serangan itu amat cepat, ternyata gerakan menghindar Hun Lian lebih cepat lagi. "ser" Tutukan jari nyerempet lewat dipinggang Hun Lian Baru sekarang Hun Lian melihat jelas pembokong dirinya ternyata adalah jari-jari angan yang kurus kering seperti cakar burung, jarinya panjang luius dan runcing. jelas ini bukan jari-jari Li-pik-li, baru sekarang dia tersirap kaget. Dengan mendoyong tubuh kepinggir tubuhnya masih bergelantung di punggung kuda, kuda juga masih mencongklang kedepan begitu merasa gelagat jelek, secara reflek tangannyapun menepuk balik kearah cakar kurus kering itu. Begitu tutukan luput orang itupun segera menarik tangan, namun pada saat itu pula tubuh Hu Lian sudah meninggalkan punggung kuda. melebat miring keluar ditengah udara tuhunnya berputar seratus delapan puluh derajat baru kakinya hinggap ditanah, bentaknya . "Siapa kau ?" Ternyata gerakan orang kurus iui juga amat tangkas, hampir dalam waktu yang sama diapun meninggalkan punggung kuda langsung menubruk. Begitu cepat tubrukan orang hingga Hun Lian tidak sempat melihat jelas tampang lawannya, cuma dia melihat bayangan orang yang bertubuh kurus kering tinggi langsung menubruk kearahnya. Kaiuan hati Hun Lian kaget tercampur gusar, dite- Tigah hardikannya pergetangan tangan terbalik selarik benang merah kontan melesat kedepan. Benang merah ini pernah dipaksa balik oleh Sin-san lng Lui Ang-ing waktu masih di Hiat-lui-liong tempo hari, Kui-bo Hun Hwi-nio pernah memotongnya separo, namun panjangnya masih ada lima enam tombak, apalagi benang merah ini adalah senjata ampuh yang sejak kecil dibuat mainan oleh Hun Lian, begitu dia kerahkan tenaga benang merah itu bisa mengencang lurus seperti kawat, maka kali ini bayangan orang itu langsung ditusuknya dengan benang merah yang tegak kencang, dengan serangannya ini Hun Lian yakin dirinya / berada dipihak unggul, diluar dugaan, disaat sinar merah berkelebat itu, bayangan orang itu mendadak juga melejit keatas udara. "Plok" Karena saluran tenaga dalam Hun Liau benang merah itu menjadi kaku lurus dan menusuk bolong baju bagian bawah orang, namun karena orang itu melayang keatas maka bajunya yang bolong tampak koyak besar. Gerakan orang kurus ternyata cepat luar biasa, begitu tubuh melambung tanganpun bergerak, Hun Lian rasakau tubuhnya ditindih satu benda kemilau yang berat. Pada bal dia masih bercokol dipunggung kuda, sejak merasakan dirinya dibokong orang, dia sudah mendapat firasat bahwa orang ini tidak gampang dilayani, maka diapun sudah waspada, begitu jaring baja itu menungkrup turun, tubuhnya lantas miring dan meluncur minggir keluar. Sebelum kakinya menyentuh tanah, jaring baja itu jatuh dipunggung kuda maka kuda iiu yang terjirat serta meringkik kesakitan, darah tampak muncrat dari tubuh sang kuda. Sudah tentu Hun Lian terperanjat, pengalamannya berkecimpung di Kangouw bukan cetek, namun senjata macam apa sebetulnya jaring baja yang tajam ini, ternyata dia belum pernah tahu atau melihatnya. Sejauh peristiwa ini berlangsung dia belum sempat melihat siapa pembokong dirinya, maklum dalam keadaan gawat begini sudah tentu tak sempat dia pikirkan hal ini, ditengah udara tubuhnya bersalto, begitu kaki menyentuh bumi kontan dia menimpuk tiga buah senjata rahasia yang bersinar kemilau kearah musuh. Sejak kecil Hun Lian sudah dididik oleh sang ibu, kepandaian silat Kui-bo Hun Hwi-nio teramat tinggi. Hampir mencangkok seluruh inti ilmu silat berbagai perguruan lain senjata rahasia yang dipelajari juga mendapat warisan keluarga Tong di Sujwan, malah setiap am-gi yang digunakan sudah dia bubuhi atau direndam racun yang diraciknya sendiri. Tiga biji teratai besi yang ditim-pukan Hun Lian sekali ini juga / beracun jabat. Waktu menimpukan senjata rahasia, Hun Lian melihat lawan masih terapung diudara, tapi begitu tiga biji teratai besi meluncur dengan desis suaranya yang nvaring, tampak orang itu seketika melorot jatuh terus bergulingan di tanah, sebilah pisau terbang tahu-tahu melesat dari tangan kiri orang itu bagai kilat mengincar tenggorokan Hun Lian. Tampak oleh Hun Lian pisau terbang lawan diikat benang lemas, secara reflek Hun Lian juga mengayun benang merahnya Tidak menangkis atau membelit pisau terbang, tapi arah benang merah Hun Lian untuk menggubat benang dibelakang pisau terbang lawan, begitu benang saling sentuh, seperti ular saja benang merah Hun Lian lantas menggubat kencang. Gebrak serangan menyerang ini berlangsung dalam waktu singkat dan cekat sekali, kesempatan ganti napaspun hampir tiada, Hun Lian tabah hati karena senjata rahasia yang dibawa cukup banyak, walau dia tahu lawan masih bersenjata jaring baja yang tajam, pada hal benda apa dan bagaimana bentuknya dia tidak tahu, namun dirinya harus waspada menghadapinya, sekarang dia merasa perlu menggubat pisau terbang lawan, paling tidak untuk cari kesempatan mengelabui orang macam apa sebetulnya lawannya ini. Berhasil menggubat benang pisau terbang lawan, Hun Lian lantas menarik mundur tangannya. Ternyata dalam waktu yang sama orang itu juga menarik tangan, maka benang dan tali kedua orang saling tarik menjadi kencang. Terpaksa orang itu menghentikan gerakannya, Hun Lian baru melihat jelas tampang orang, kedua matanya cekung, tubuhnya kurus tinggi seperti genter kulit badannya hitam coklat tulang pipinya menonjol, rambutnya ikal lebat, melihat tampangnya jelas dia bukan oiang bangsa Han. Hun Lian langsung membentak . "Siapa kau ?" Disaat Hun L an membentak orang itu-pun berteriak aneh, tapi apa maksud teriakan orang Hun Liau tidak tahu. Hun Lian / disuruh berangkat dulu untuk mengatur orang-orang gagah yang sudah berangkat bergerombol ke Kim-hou-po, tak pernah terpikir olehnya disaat dirinya hampir mencapai tujuan, ditengah jalan muncul jago kosen yang aneh ini hendak membunuh dirinya Karuan amarahnya terbakar, sambil tetap menarik benang beruntun tangan yang lain terayun beberapa kali puluhan senjata rahasia bertahuran dari tangannya. Semua mengundang dikala meluncur diudara, dlbawah sinar matahari tampak puluhan senjata rahasia yang bertahuran itu seluruhnya berbentuk bundar seperti uang tembaga yang bolong tengahnya, tipis dan tajam pinggirnya ditingkah sinar matahari memancarkan kemilau hijau tua. Gaya timpukan Hun Lian boleh dikata menggunakan gaya serangan yang paling top dari kepandaian menimpuk senjata rahasia, dinamakan Boan-thian-say kim ci (menabur uang ketengah udar ) menurut kebiasaannya, bila empat puluh sembilan keping uang emas di timpukan, paling celaka juga pasti ada satu keping yang mengenai sssaran. Apalagi empat puluh sembilan keping mata uang emas itu semua beracun cukup sekeping saja dapat menamatkan jiwa orang. Begitu mata uang emas bertaburan dengan suara mendengung, wajah orang itu mengunjuk rasa heran dan aneh, seperti orang linglung yang lupa menyelamatkan jiwa. dalam keadaan tertegun, jelas tubuhnya akan menjadi sasaran empuk empat puluh sembilan keping mata uang iiu. Pada saat gawat itulah, dari belakang pohon tak jauh dipinggir jalan mendadak kumandang gerungnn keras, bayangan seorang laksana setan berkelebat maju. kecepatan gerak tubuhnya sungguh luar biasa, langsung menerjang kearah orang aneh yang berdiri melongo itu. Watau cepat terjangannya. namun empat puluh sembilan mata uang mas itupun sudah membrondong tiba, bayangan yang menubruk maju itupun menimbulkan pusaran angin kencang hingga pakaiannya me-lambai keatas. Dalam sekejap ada dua puluhan mata uang emas itu berjatuhan diatas badan / bayangan itu. namun terdengarlah suara Trang, tring", seluruh mata uang yang menyentuh tubuhnya semua terpental jatuh berhamburan. Sigap sekali bayangan yang menubruk tiba ini ulur tangannya, dengan dua jari tangannya dia menjepit tali hingga putus, berbareng tangan yang lain memukul balik hingga orang aneh yang tertegun itu dipukulnya jungkir balik kebelakang. Kejadian berlangsung dalam waktu singkat, be gtu badan kedua orang ini jungkir baiik beberapa kaki jauhnya, sisa mata uang ejias timpukan Hun Lian baru berjatuhan diatas tanah sederas hujan ja uh dipermukaan empang menimbulkan kepulan debu. Dalam keadaan yang sudah terdesak mendadak lawan kedatangan bantuan hingga jiwa orang itu diselamatkan, melihat mata uang emas sendiri juga tidak mempan diatas badan penolong itu, diam-diam Hun Lian terkejut dia tahu pendatang baru ini pasti memiliki kepandaian yang lebih tinggi dari orang aneh semula yang menyergap dirinya, satu lawan atu dirinya belum tentu kuat melawan apalagi lawan kedatangan tenaga baru, sudah tentu Hun Lian merasa waswas Begitu kedua orang itu jungkir balik dan mata uangnya berhamburan di-tanah, Hun Lian segera mengempos semangat terus melayang mundur. Kedua pihak mundur tiga tombak, bila Hun Lian berdiri tegak memandang kearah depan sementara kedua orang itupun sudah berdiri pula. Laki laki kurus tinggi berkulit coklat itu sedang bicara dengan suara keras, sikap dan mimiknya menunjukan bahwa dia amat marah, tapi apa yang diucapkan Hun Lian tidak tahu. Bila dia melihat orang ke jua yang baru datang, rasa kejutnya bertambah besar. / Kalau laki-iaki kurus tinggi berkulit coklat itu kelihatan bukan bangsa Tionghoa, namun bangsa Persia, Arab atau Eropa atau India sudah pernah Hun Lian melihatnya. Tapi orang yang baru datang ini betul-betul ganjil dan belum pernah dilihatnya. Perawakan orang ini juga tinggi besar, rambutnya kuning emas berkilauan ditingkab matahari hingga mirip sutra emas yang mengkilap. Demkian pula brewoknya berwarna kuning emas gelap, hidungnya besar, bola matanya bewarna biru kulit badannya puiih bersemu merah, anehnya diapun sedang bicara seperti orang kurus tinggi coklat itu, sambil bicara tangannya bergerak-gerak hingga tampak bulu tangan dipunggung telapak tangannya juga warna emas. Hun Lian belum pernah melihatnya sudah tentu dia tidak mengenalnya bahwa orang ini bukan lain adalah pejabat Liong-bun-pang Pancu yang sebarang asalnya dari Barat, menghadapi keperkasaan orang aneh ini Hun Lian sampai berdiri kesima. Tampak Liong-bun Pangcu seperti berdebar sengit dengan orang kurus tinggi, wajahnya juga kelihatan marah, akhirnya Liong-bun Pangcu menoleh dan berkata. "Nona Hun tentu kaget, Cayhe Liong-bun Pangcu." Pada hal bentuk orarig jauh berbeda dengan bangsa Han kita, tapi begitu buka suara dia fasih berbahasa Han dengan lancar. Begitu orang buka suara Hun Lian lantas kenal suara orang ini memang mirip suara yang pernah didengernya di Hiat-lui-kiong tempo hari, suara yang bicara dari dalam tandu, waktu itu mimpipun orang banyak takkan menduga bahwa Liong-bun-pang Pangcu ternyata adalah manusia berbentuk aneh seperti mahluk yang menakut Pembaca sekarang tentu sudah tahu bahwa suku bangsa didunia ini terdiri beribu macam ras yang berbeda, makluk masa itu kehidupan masih serba primitif, sejak jaman dulu daratan Tiongkok tertutup oleh bangsa lain, hingga tidak tahu adanya lain ras kecuali bangsa Tionghoa mereka, maka di sini / perlu kami jelaskan bahwa Liong-bun-pang Pangcu berasal dari Eropa barat, dinegerinya dia terhitung laki-laki gagah ganteng, tapi bagi pandangan orang-orang Tionghoa masa iiu, seperti Hun Lian umpamanya, laki-laki berambut merah bermata biru ini dianggapnya manusia setengah binatang, masih untung kalau Hun-Lian yang kenal huruf pandai membaca ini hanya beranggapan demikian, tapi orang lain mungkin Liong-bun Pangcu bisa dianggap lutung emas atau siluman. Hun Lian menyeringai dingin, dia tahahkan hati, katanya. "Kenapa aku harus takut terhadapmu?" Liong-bun Pangcu tertawa, katanya" "Kepandaian menimpuk senjata rahasia nona Hun barusan sungguh amat lihay, kejadian ini kurasa hanya karena salah paham, pada hal aku hanya mohon bantuan saudara ini berunding dengan nona Hun, tak kira tabiatnya terlalu berangasan, tanpa bicara dia menyerang nona Hun malah." Laki-laki kurus tinggi itu seperti tahu apa yang diucapkan Liong-bun-pang Pangcu, dengan wajah penasaran dia mendengus geram. Mendengar penjelasan Liong-bun Pangcu, Hun Lian malah naik pitam, serunya. "Jangan ngomong seenak udel nu sendiri, tahukah kau seorang murid, guruku sudah dibunuhnya?" Liong-bun Pangcu seperti terkejut, segera dia menoleh dan bertanya dengan bentakan bengis kepada laki laki kurus tinggi. Apa yang diucapkan Liong-bun Pangcu, Hun Lian juga tidak paham, namun sikap orang tinggi kurus seperti amat murka dan tidak terima, kedua orang ini lantas ribut dan bertengkar. Mungpung kedua orang ini bertengkar sebetulnya Hun Lian mau tinggal pergi saja, di-saat dia bimbang itulah, kejadian telah bero-bah, makin bertengkar kedua orang ini makin / ngotot, sama-sama murka. "Wut" Mendadak Liong-bun Pangcu layangkan tinjunya kemuka laki-laki kurus, pukulan lurus dan lugu seperti tidak mengandung jotosan lihay Lekas laki-laki kurus mengegos, samhil menggerung dia balas munyendal jaring baja di tangannya mengepruk ke batok kepala Liong-bun Pangcu. Kembali Liong-bun Pangcu menggerung, tinjunya yang lain kontan menjotos kearah jaring baja orang "Tang" Jotosannya kena telak. Hun Lian melihat jelas begitu terpukul jala baja itu lantas mendekuk gepeng, celakanya jala baja. Yang gepeng ini terpukul balik menerjang kearah dada tuannya. Laki-laki kurus itu memekik keras sambil melompat mundur tali yang dipegang dibuang terus lari sipat kuping. Gerak gerik laki-laki kurus tinggi ini boleh dikata amat cepat dan tangkas, namun kecepatan jala baja yang dekuk terpukul Liong bun Pangcu itu lebih kencang lagi, baru saja laki-laki kurus membalik tubuh dan berlari bebsrapa langkah, jala bajanya itu sudah menumbuk punggungnya, kontan dia menjerit pula dengan nada aneh. Darah-pun man emour dari mulutnya. Sambil berteriak aneh, darah berhamburan tubuhnya masih tersungkur maju menumbuk pohon besar di pinggir jalan Sesaat baru dia membalik badan perlahan lalu berdiri menggelendot pohon, napasnya empas empis, wajahnya yang berkulit coklai gelap kini berobah pucat menakutkan. Tampak jarinya terangkat menuding Liong-bun Pangcu seperti hendak omong apa, mendadak Liong-bun Pangcu menghardik keras kearahnya. Jarak Hun Lian dengan Liong-bun Pangcu ada enam tombak, namun hardikan Liong-bun Pangcu sungguh sekeras guntur hingga genderang kupingnya seperti hampir pecah, sekian saat masih mendengung sakit. Celaka adalah laki laki kurus itu. Mendadak tubuhnya mengejang kaku lalu pelan-pelan roboh terjerembab dipinggir jalan, darah masih beibamburan dari mulutnya, setelah terluka parah, akhirnya / dia mati kaget dan terputus seluruh urat nadi badannya oleh hardikan Liong-bun yang mengguntur. Segera Liong bun Pangcu membalik, wajahnya masih tampak gusar, menuding mayat laki laki kurus, dia berkata kepada Hun Lian. "Coba saksikan nona Hun.dia bertindak sesuka hatinya, berani bermusuhan dengan nona Hun, maka aku membunuhnya." Sergapan laki-laki kurus tadi amat cepat dan lihay, Hun Lian dibuat kerepotan, untung dia mahir menggunakan senjata rahasia baru lawan balik d desaknya, maka dia dapat mengukur sampai dimana taraf kepandaiannya. Tapi dalam segebrak saja ternyata dia sudah mampus ditangan Liong-bun Pangcu maka dapat dibayangkan betapa tinggi kepan daian Liong-bun Pangcu, hardikan mengguntur Liong-bun Pangcu tadipun membuat perasaan Hun Lian bergolak, jantung seperti hampir copot, sampai sekarang masih berdebar-debar, katanya.,,Ya, aku sudah melihatnya." Tugas Rahasia Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Mohon nona Hun ikut aku untuk bertemu dengan Cia-saucengcu "pinta Liong-bun Pangcu. Menyinggung nama Cia Ing-kiat, berdebar pula jantung Hun Lian, teriaknya tertahan "Di .... dimana dia sekarang? Liong-bun Pangcu tersenyum . "Baik-baik saja, dia amat merindukan kau," Tanpa sadar Hun Lian menghampiri beberapa langkah. Maka. Liong bun Pangcu lantas berkata.. "Ikutlah aku." Habis bicara tubuhnya lantas meluncur kedepan. Ternyata Hun-Lian membuntuti dibelakangnya. Waktu lewat dipinggir mayat laki laki kurus tinggi itu, kaki Liong bun Pangcu menendang hingga jala tembaga itu mencelat terbang delapan tombak jauhnya jatuh keselokan dipinggir jalan Tampak oleh Hun Lian waktu jala bundar itu melayang diudara dibagian dalamnya seperti dipasang banyak duri atau / pisau tajam yang bergerak, sayang hanya sekilas pandang hingga tidak begitu jelas. Sudah tentu tak pernah terpikir oleh Hun Lian, bila laki-laki kurus tinggi ini tidak mati ditangan Liong bun Pangcu senjatanya yang ampuh dan jahat itu mungkin sudah berkembang dan mengganas serta merenggut banyak jiwa manusia tak usah menunggu tiga ratus tahun kemudian, disaat dynasti Jing bertahta, baru senjata ini dikenal orang dan menggemparkan kalangan persilatan, yaitu Hiat te-cu yang telah merenggut entah berapa banyak jago-jago silat di Tionggoan. Dengan Ginkaog tinggi Hun Lian. Menguntit dibelakang Liong-bun Pangcu, lekas sekali mereka sudah tiba dipinggir sungai. Keadaan disini sepi lengang, tiada bayangan seorangpun di sini, setiba dipinggir sungai Liong-bun Pangcu bersiul panjang dan pendek suaranya nyaring menjulang tinggi eniah sampai berapa jauhnya, maka dari iemak-se muk tak jauh dipinggir sungai sana muncul bayangan beberapa orang. Cepat sekali bayangan orang itu sudah meluncur tiba sambil memikul sebuah tandu, tidak asing bagi Hun Lian. Melihat tandu yang telah dilihatnya di Hiat. Lui Liong, waktu itu memikul tandu ada delapan orang, dua diantaranya terpukul mati oleu Hu-lo Popo, namun pemikul tandu sekarang tetap delapan orang, dua orang yang mati sudah dicari gan tinya. Bila tandu sudah berhenti didepan Liong bun Pangcu, dia berkata dengan tertawa. "Silakan naik ketandu " Secara otomatis pintu tandu terbuka, waktu Hun Lian memandang kedalam pajangan tempat duduknya amat mewah dengari dinding yang dilembari beludru hijau, luas-nya cukup untuk duduk empat orang. Hun-Lian bimbang, maka dia bertari ya."Dan kau?" Liong-bun Pangcu seperti tahu maksud hati Hun Lian, dengan gelak tawa dia berka-ta."Aku akan mengintil dibelakang tandu." / Bahwa jawaban Liong-bun Pangcu secara blak-blakan dan sering ini sungguh diluar dugaan Hun Lian. Dia sudah menunduk hendak melangkah sedalam tandu, tapi baru satu kakinya bergerak, mendadak didengarnya Liong-bun Pangcu membentak . ..Siapa hayo keluar." Bentaknya ini mendadak dan keras laksana gunrur, Lwekang Hun Lian sudah setaraf kelas satu, tak urung dia berjingkrak kaget dan pekak telinganya. Tahu bahwa perobahan akan terjadi pula, lekas dia membalik badan, maka dilihatnya seluruh rambut emas Liong bun Pangci turun naik seperti berombak, kelihatannya amat ganjil sepasang matanya yang biru memancarkan cahaya terang, tubuhnya sedikit jongkok kedua tangan lurus kedepan lantas menepuk deras. Arah ke mana dia mendorong kedua telapak tangannya terdapat segundukan tanah liat dalam jarak dua setengah tombak tinggi nya juga hanya lima enam kaki, Kelihatannya seperti dinding tanah yang sudah ambruk. Kejadian hanya sekilas saja sikap dan kelakuan Liong-bun Pangcu kelihatan kereng buas dan menakutkan segalak singa yang mengamuk, dorongan kedua telapak tangannya menimbulkan gemuruh angin yang melanda kedepan, walau yang digempur hanya segunduk tanah, tapi Hun Lian dan delapan pemikul tandu tak urung tersibak minggir, pakaian mereka berderai. Tertiup angin kencang. "Bumm" Gundukan tanah yang terpukul itu mendadak meledak, tanah liat mencelat berhamburan keudara, dari bawah gundukan yang terpukul roboi berhamburan itu mendadak menongol satu orang. Padahal deru pukulan Liong bun Pangcu tidak berhenti begitu saja, hamburan batu dan tanah yang melayang diudara berjatuhan dibadan orang ini, hingga rambut kepalanya yang awut-awutan kotor tertiup angin pukulan menutupi mukanya. Tampak jidatnya lebar, bentuk wajahnya lonjong, walau rambut yang kusut tidak karuan menutup mukanya yang pucat, namun bentuk / badannya kelihatan membawa wibawa yang menakutkan. Padahal betapa deras samberan angin pukulan Liong-bun Pangcu, tapi orang itu berdiri tegak melawan angin bergelak tawa lagi. Begitu orang ini menongol dari bawah tanah Liong-bun Pangcu sudah menarik kedua tangannya, berdiri tegak siaga. Orang itu tertawa lalu berkata . "Dapat melihat ujud asli Liong bun Pangcu, adalah kejadian yang menggem birakan." Begitu orang ini buka suara, seketika Hun Lian tercengang. Orang ini dia belum pernah melihat, namun suaranya cukup dia kenal adalah suara Hu lo Popo yang pernah didengarnya di Hiat lui-kiong. Setelah Liong-bun Pangcu menculik Cia Ing kiat, Hu-lo Popo berbincang dengan Kui-bo Hun Hwi-nio serta membuat tubuhnya melar, hingga orang banyak tahu bahwa dia bukan Hu lo popo yang asli, namun siapa dia sebetulnya tiada seorangpun yang tahu. Terutama Hun Lian, sejak percakapan orang ini dengan ibunya yang mengandung rahasia itu, dia sudah menaruh perhatian terhadap orang aneh ini, namun sejak kejadian itu berulang kali dia tanya kepada ibunya, namun sang ibu tidak mau memberi penjelasan malah marah dan melarang dirinya bicara tentang hal itu lagi, maka rasa curiga dan ingin tahunya makin tebal, kini dia mendengar suara orang ini mirip orang aneh yang menyamar Hu lu Popo maka hatinya kaget bercampur girang. Terdengar Liong-bun Pangcu tertawa dingin, jengeknya . "Kungfu tuan memang hebat, namun kenapa seperti tikus sembunyi d bawah tanah." Orang aneh itu membelakan kedua matanya, sikapnya tidak marah, katanya . ..Pangcu, aku ingin bicara dulu dengan nona Hun Lian .ini. / Entah kenapa mendengar permintaan orang aneh, mendadak Liong bun Pangcu menerjang dengan tubrukan kilat. Aksinya amat mendadak, rambut emasnya tampak kaku berdiri. Di mana dia ayun kedua tangannya menggempur seperti seekor orang hutan yang mengamuk hendak mencabik mangsanya. Orang aneh itu juga menggembor aneh, kedua tangannya juga terayun. Betapa cepat gerakan Liong-bun Pangcu dengan ketajaman mata Hun Lian ternyata tidak mampu melihat jelas bagaimana kedua orang ini saling labrak, terdengar kedua orang sama-sama menggembor pula sekali lalu bayangan mereka tertolak mundur beberapa langkah,orang aneh itu berseru nyaring . "Bagus baru sekarang aku tahu dilipat langit masih ada langit, orang pandai yang lebih pandai." Liong-birn Pangcu juga memuji . "Ternyata memang hebat, tidak sia-sia aku datang keTiong-tho (maksudnya Tiongkok). Dari percakapan kedua orang ini Hun Lian menyimpulkan dalam segebrak baku hantam barusan, kedua pihak sama-sama merasakan kehebatan Kungfu lawannya, maka kedua pihak saling memuji. Setelah mengucapkan pujiannya sebat sekali Liong-bun Pangcu melesat mundur ke-belakang, kemudian Hun Lian rasakan segulung tenaga besar mendesak dirinya, hakikatnya dia tidak sadar apa yang terjadi, tahu tahu tubuhnya sudah terdesak mundur, pandangan seketika menjadi gelap, dia rasakan dirinya seperti jatuh kedalam tandu. Kejap lain terasa tandu sudah terangkat terus melesat pergi bagai terbang. Gerak gerik Liong bun Pangcu memang teramat cepat dan tangkas, begitu Hun Lian terdesak masuk kedalam tandu dia sendiri juga menyelinap masuk terus menutup pintu, sementara kedelapan pemikul itu tanpa diperintah sudah angkat tandu terus lari bagal terbang, hanya sekejep sudah puluhan tombak dicapai. Orang aneh itu tetap berdiri ditempatnya. Ternyata tidak mengejar, pada hal tandu makin / jauh dan sudah tiga puluhan tombak, tandu dipikul menyusuri pinggir Sungai. Pada saat itulah dan semak rumput dipinggir sungai sebelah depan muncul bayangan seorang Ternyata yang mencegat adalah Lui Ang ing, begitu berdiri tangannya lantas terayun maka meluncurlah belasan batang akar alang-alang, dipingir sungai memang banyak terdapat alang alang , siapapun bisa memetik atau mencabut sesuka hatinya, tapi akar alacg alang yang ditimpukan kali ini dilembari tenaga dalam Lui Ang-ing yang hebat luar biasa, maka daya luncurnya yang cepat dengan kekuatannya tidak kalah dari lembing besi. Pada hal tandu sedang melaju kencang kedepan, Lui Ang-ing muncul secara mendadak menyergap secara keji pula, jarak hanya setombak lebih, maka empat pemikul tandu disebelah depan seketika menjerit ngeri, leber, dada atau perut tiada satupun yang luput dari tusukan alang alang yang tajam itu. Bahwa empat pemikul didepan roboh binasa, namun empat pemikul yang di belakang tidak tahu. Mereka masih menggenjot langkah dengan kencang sehingga tandu doyong kedepan dan jungkir balik, sehingga empat pemikul tandu dibelakang ikut terangkat ke atas dengan teriakan yang kaget. Gerakan Lui Ang-ing memang teramat cepat, begitu tandu terbalik, tangannya sudah mencomot pula akar alang-alang didekat kakinya terus ditimpukan keudara, namun daya luncur alang-alang itu mendadak sirna tergulung oleh lengan baju Liong-bun Pangcu yang mendadak menerobos keluar dari dasar tandu. Ditengah udara Liong bun Pangcu pentang kedua cakar tangannya sambil menubruk kearah Lui Ang-ing. Pada saat genting inilah orang aneh itu berteriak dari kejauhan . "Awas." Wajah Lui Ang-ing kelihatan pucat pias, disaat Liong-bun Pangcu menubruk dengan kecepatan kilat menyambar, dia tetap berdiri tegak tak bergeming, padahal daya tubrukan / Liong bun Pangcu membawa deru angin puyuh yang hebat sekali telah membelit tubuhnya, tapi dia tetap tak bergerak, hanya tangannya terangkat pelan-pelan, telapak tangannya terkembang kearab Liong-bun Pangcu yang menubruk tiba. Kalau tubrukan Liong-bun Pangcu laksana guntur menggelegar, sebaliknya gerakan Lui Ang-ing justru amat lambat, seolah-olah dia terbelenggu oleh pusaran angin puyuh yang dibawa oleh tekanan tubrukan Liong-bun Pangcu sehingga gerak genknya berat tertunda. Tapi disaat Liong-bun Pangcu hampir menubruk Lui Ang ing. Kedua tangan Lui Aug-ing juga terbentang hingga nampak sebentuk medali segi tiga dari batu jade warna hijau pupus. Begitu medali hijau ini muncul ditelapak tangan Lui Ang-ing, terdengar Liong-bun Pangcu mengeluarkan gemboran keras, tubuh yang menubruk dengan kecepatan kilat menyambar itu mendadak seperti direm dan ditahan suatu tenaga besar yang tidak kelihatan, tubuhnya terhemti ditengahi udara lalu melorot turun. "Bluk" Kedua kaki menyentuh bumi Dalam detik itulah telapak tangan Lui Ang-ing yang menepuk kedepan itu telah menyelonong kemuka Liong-bun Pangcu, sambil mengerang tertahan tampak tubuh Liong-bun Pangcu mengegos kepinggir terus melompat kepinggir Tepukan Lui Ang-ing seperti melayang dan enteng, temponya juga tepat disaat Liong-bun Pangcu tepat menyentuhkan kedua kaki kebumi maka serangan ini boleh dikata amat tepat dan telak, namun gaya dan cara Liong-bun Pangcu menyelamatkan jiwa ternyata juga indah dan mempesona Begitu Liong-bun Pangcu mengegos ke-pinggir, tubuh Lui Ang-ing yang semula tersaruk kedepan itu mendadak tertahan tegak lalu menepuk balik secara,terbalik. Gaya pukulan telapak tangan ini lebih aneh lagi, karena tubuhnya masih bergerak kedepan. / Namun telapak tangannya justru menepuk kebelakang, sebetulnya serangan cara begini apalagi yang dijadikan sasaran tokoh kosen seperti Liong bun Pangcu. Serangan itu sebetulnya amat berbahaya dan bisa berakibat fatal. Bahwa Lui Ang-ing berani menempuh bahaya, jelas dia sudah bertekad memang karena telapak tangannya memegang medali batu jade hijau itu. Waktu medali jade hijau ini muncul di Hiat-Iui kiong tempo hari, hanya Liong-bun Pangcu saja yang membongkar asal usulnya, sudah tentu dia tidak berani melawan, menangkis atau pantang kena serangan lawan. Betul juga, walau serangan Lui Ang-ing itu bisa membahayakan jiwa sendiri, tapi Liong-bun Pangcu sendiri menjerit aneh malah, sebat sekali tubuhnya melayang keluar kalangan sejauh tiga tombak, setiba diatas tanggul sungai dia tetap mengeluarkan teriakan-teriakan aneh. Begitu tepukan telapak tangannya luput, sebat sekali Lui Ang-ing sudah mengudak dengan ketat. Pada saat itulah tampak orang aneh itu membentang kedua tangannya meluncur ke depan, teriaknya . ."Jangan kejar." Kedatangan orang aneh amat gesit, maka keempat pemikul tandu segera berdiri jajar lalu menyongsong orang aneh dengan pukulan serempak. Tapi orang aneh seperti tidak merasa dicegat langkahnya tetap terayun lurus kedepan. Maka terdengar suara tumbuk-an keras dua kali, empat pemikul nu semula berdiri jajar adu pundak, tapi dua yang di tengah ketumbuk lebih dalu hingga menjerit ngeri, tubuhnya melayang keudara seperti layang-layang yang putus benangnya, terlempar tinggi jungkir balik diudara lalu terbanting delapan tombak jauhnya dan Byur, byur, keduanya tercebur kesungai menimbulkan gelombang diarus sungai yang deras itu. Ternyata daya luncuran orang aneh tidak terhambat karena tumbukan ini, memangnya dia menerjang sambil membuka kedua tangannya, begitu tubuh menumbuk dua pemikul. / Sekaligus tangan kanan kirinya mencengkram leher dua pemikul yang lain. Seketika melotot biji mata kedua pemikul tandu hingga tampangnya amat mengerikan. Meski kedua tangan mencengkram dua tubuh manusia, gerakan orang aneh tidak tertunda sedikitpun, agaknya dia melihat adanya gelagat yang gawat sehingga gerakannya seperti amat gugup dan tergesa-gesa. -ooo-dw-ooo- Jilid 10 Sementara itu Lui Ang-ing sedang me-ngudak Liong-bun Pangcu yang aneh berkaok-kaok, begitu kedua pemikul itu jatuh ke air. dari pinggir sungai mendadak muncul kepala belasan orang, semua berpakaian ketat warna hitam dari kulit ikan hiu, tangan masing-masing memegang sebuah bumbung kemilau kuning, begitu muncul dipermukaan air mereka tidak naik kedarat, namun mem bidikan bumbung tembaga ditangan mereka kearah Lui Ang-ing, dibawah komando salah seorang diantaranya, belasan bumbung tembaga itu serempak menyemprotkan panah-panah air dengan daya luncuran yang keras. Begitu di tembakan belasan jalur panah air itu simpang siur saling tindih dan silang menyilang menyerupai jaring yang rapat, semuanya meluncur kearah Lui Ang-ing. Begitu melihat orang ini muncul dari air, Lui Ang-ing sudah tahu bahwa lawan sudah siaga sebelumnya, tapi beruntun dia menggunakan cara nekad berhasil memukul mundur Liong-bun Pangcu, maka sikapnya kurang serius menghadapi perkembangan selanjutnya, dia pikir kalau Liong-bun Pangcu yang lihay juga dipukulnya mundur dan merat, umpama pibak Liong-bun pang banyak mengerahkan tenaga juga takkan mampu berbuat banyak kepada dirinya. / Setelah puluhan panah air disemprotkan kearah dirinya baru dia merasa kaget. Semprotan air hitam yang beracun ini begitu kencang, baiupun bisa kesemprot bolong, hal ini sudah pernah dia saksikan sendiri wakiu di Hiat-lui-kiong, udara seluas empat lombak sudah terjaring oleh semprotan airhitam musuh, selusuhnya meluruk kearah dirinya, betapa dia takkan kaget dan ngeri ? Saking takut danbingung dia berdiri melongo tak tahu apa yang harus dilakukan. Untung pada saat genting itulah orang aneh membentak keras . "Berdiri saja jangan bergerak." Sejak Lui Ang ing bergebrak dengan Liog bun Pangcu, orang aneh ini sudah dua kali memberi peringatan kepadanya, bukan Lui Ang-ing tidak me.idengar, namun dia memang sengaja tidak pedulikan peringatannya, kini setelah dirinya menghadapi elmaut. dalam detik-detik yang menentukan ini baru dia mematuhi seruan orang aneh, berdiri tegak tidak bergerak, namun kepala mendongak mengawasi semprotan air sederas hujan dengan baunya yang amis memualkan, jelas ke manapun dirinya takkan bisa menyingkir atau selamat dari ancaman elmaut ini. Sejak kecil Lui Ang-ing dibesarkan di Kim hou po, biasanya dia berkuasa dan selalu memerintah orang lain, kapan pernah mengalami ancaman bahaya seperti ini, se- ketika keringatnya gemerobios. Sebetulnya kejadian ini berlangsung dalam waktu singkat, namun Lui Ang ing seperti mengalaminya dengan tekanan batin dan lahir yang cukup panjang. Seraya memberi peringatan orang aneh lempar tubuh dua orang pemikul yang ter-cen kram mati itu keatas kepala Lui Ang-ing dengan luncuran kencang hingga menimbulkan sampukan angin keras. Kebetulan saat itu Lui Ang-ing sedang mendongak, deru angin yang dibawa luncuran tubuh kedua pemikul tandu itu berhasil menyapu panah-panah air beracun hingga tersibak / keempat penjuru. Sementara orang aneh itu sudah menerobos kesamping Lui Ang-ing, sekali ulur dia meraih tubuh Lui Ang-ing lalu dibawanya menggelundung ke-pinggir. Dalam waktu yang sama. Liong bun Pangcu menjejak kaki sekuatnya hingga tubuhnya mercelat tinggi melampaui tingginya sembaran panah-panah air itu. Tubuhnya terapung begitu tinggi melampaui semburan air beracun, disaat tubuhnya melesat itulah sekalian tangannya menepuk dua kali kebawah kejap lain tubuhnya sudah turun dipinggir joli- Fada saat yang sama kebetulan Hun Lian sedang menampakan dirinya dari dalam joli, maka Liong bun Pangcu segera menarik tangannya, tahu-tahu tubuhnya sudab melesat kedepan. Semburan air beracun warna hitam yang berhamburan diudara itu, karena tepukan tangan Liong-bun Pangcu sehingga seluruhnya tertekan turun kebawah dengan daya laju lebib cepat,,yang terdengar lebih dulu adalah suara "Pak. pak,", mayat dua pemikul joli yang dilempar oleh orang aneh jatuh terbanting lebih dulu, menyusul hujan lebat dari semburan air hitam itu menyiram tanah dau sekujur badan kedua mayat itu. Air hitam yang mengenai benda apapun seketika mengeluarkan suara "Ces, ces lalu mengepul asap hijau, orang aneh dan Lui Ang-ing menggelundung jauh di tanah, begitu cepat gerakan mereka, tapi air hitam yang paling dekat hanya berjarak beberapa kaki saja, sungguh berbahaya keadaan mereka. Setelah belasan tombak jauhnya baru orang aneh dan Lui Ang-ing melompat bangun. Sementara itu hamburan air hitam itu-pun sudah jatuh seluruhnya, tampak Liong-bun Pangcu bersama Hun Lian sudah melesat tiba dipinggir sungai, sekali menjejak batu dipinggir sungai tubuhnya terapung lagi ke-udara, saat itulah ditengah sungai muncul dua puluhan orang / baju hitam yang menyung-gi sebuah rakit yang terbuat dari kulit kerbau, cepat sekali rakit kulit ini terbawa arus deras. Berdiri diataa rakit kulit itu Liong bun Pangcu bersera dengan suara bagai genta . "Selamat bertemu.'* Detak jantung Lui Ang-ing belum berhenti, waktu dia meneliti, belasan orang baju hitam yang menyemprotkan air hitam tadi sudah lenyap entah ke mana. Dengan santai orang aneh itu mengintil dibelakang Lui Ang-ing, sekaligus mereka lari sejauh tiga puluhan li, baru Lui Ang-ing berkata . "Hampir tiba di Kim-hou-po." Daerah ini adalah tanah tegalan yang bergunduk tinggi, tanahnya kuning berdebu, selepas mata memandang, dikejauhan tampak bayangan gunung yang remang-remang, jaraknya masih sekitar enam puluhan li, orang aneh itu menganggukan kepala, katanya . ,,Entah rombongan Oh-sam Siansing ditempai mana menunggu kedatangan Kui-bo?" Lui Ang-ing menyeringai dingin tanpa bersuara, agaknya rombongan orang-orang kosen iiu tidak dalam perhatiannya. Maka orang aneh ltn tersenyum, katanya. .Jangan kau pandang enteng mereka, mereka sudah terkekang oleh perintah Kui-bo, demi mempertahankan hidup, urusan apapun yang harus mereka lakukan pasti bekerja dengan nekati dan adu jiwa, jago libay sebanyak itu. apakah Kim-hou-po mampu melawan mereka ?" Lui Ang-ing berwatak angkuh, segar dia raenjengek dingin . "Kim-hou-po tidak perlu dibantu siapapun. tadi kau menolongku, aku amat berterima kasih, tapi jangan kau salah sangka bahwa Kim-hou po bakal kalah tanpa bantuanmu." Orang aneh juga bersikap tak acuh, katanya tertawa . "Sungguh mirip ayahmu di waktu muda dulu, agaknya dugaanku tidak keliru." / Lui Ang ing lirik sekejap kearah orang aneh, katanya . "Sering ayah berkisah tentang seluk Deluk tokoh Bulim. rasanya beliau tidak pernah menyinggung kau orang tua." Orang aneh itu tertawa, katanya. "Apakah kau masih meuaruh curiga terhadap Kungfuku " Lui Ang-iug geleng kepala, katanya . "Bukan curiga, cuma asal usulmu ... " Orang aneh angkat sebelah tangannya mencegah kelanjutan omongan Lui Ang-ing, kerut merut dimukanya memang sudah banyak, kini seperti bertambah banyak lagi, sikapnya cemberut seperti orang kesusahan. Sikapnya ini memberi jawaban, bahwa dia tidak senang menyinggung atau membicarakan riwayat hidup sendiri. Sesaat lamanya baru dia berkata perlahan. , Lui pocu belum tentu tahu asal usul seluruh tokoh-tokoh ko-sen di dunia ini, siapakah Liong-bun Pangcu itu. mungkin ayahmu juga tidak tahu." Lui Ang-ing menyeringai, katanya. ,,Kau terlalu meremehkan kemampuan ayah. sejak lama sudah dia jelaskan kepadaku, laksaan li didunia barat terdapat sekelompok suku bangsa, gagah dan garang, pandai berlayar dilautan, konon dinamakan Wi-kian-jin. Waktu beliau berkelana menjelajah dunia, pernah dia bertemu dengan seorang suku bangsa Wi kian ini. Kungfu orang ini amat tinggi, kemungkinan besar sekarang dia menjabat Liong-bun Pangcj itulah." Tugas Rahasia Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Orang aneb mengangguk sambil menghela napas, entah apa maksud sikapnya ini. SambU bicara kedua orang ini terus melaju kedepan, beruntun mereka sudah naik turun puluhan gunduk tanah tinggi, tak jauh dide-pan sudah kelihatan tegak berdiri sebuah ngarai, dia tas ngarai terdapat sebuah benteng besar, di bawah pancaran sinar surya yang cemerlang, walau jarak masih cukup jauh tapi dua ekor harimau emas diatas pintu gerbangnya yang mengkilap sudah kelihatan. / "Bagus, sungguh megah dan angker." Demikian puji orang aneh tertawa, langkahnya tidak jadi lambat, lak lama kemudian, mereka sudih mtlampaui beberapa deret rumah dibawah bukit langsung memanjang keatas ngarai, lekas sekali mereka sudah tiba dipinta gerbang Kim-hou-po. Begitu tiba d.depan pintu Lui Ang ing menuditg keatas dengan jari tangannya, tubuhnya lantas melejit miring keatas. kelihatannya gerak tubuhnya amat gemulai dan lamban, tapi dapat meluncur tinggi dan hinggap diatas tembok benteng. Begitu berdiri tegak diatas benteng Lui Ang-ing lantas menoleh kebawah, didengarnya orang aneh dibawah menghardik perlahan, tahu tahu tubuhnya sudan melebat dibela -kangnya. Lui Ang-ing tidak menoleh lagi, langsung dia melesat kedepan, tembok benteng Kim-hou-po tebalnya ada satu setengah tombak, setelah meluncur puluhan tombak mendadak Lui Aug ing menghentikan langkah, tampak didepannya mendadak menjeplak sebuah papan besi setebal satu kaki, maka muncullah sebuah lobang persegi, Lui Ang-iag langsung melompat kedalam lobang. Bila Lui Ang-ing hinggap di dalam pusat benteng, orang aneh itupun sudah melayang turun. Walau didalam dinding, tapi pajangan di sini ternyata tidak kalah menterengnya dari sebuah kamar istana Dua orang segera menyambut, meski menjura kepada Lui Ang ing tapi dua orans ini menatap orang aneh, agaknya mereka heran dan curiga. Ternyata Lui Ang-ing tidak balas menghormat, katanya. , Ada kejadian apa dalam benteng," "Tiada kejadian apa apa," Sahut kedua orang. "anak-anak penurut semuanya.'' terangkat alis Lui Ang-ing, katauya* ,.Memangnya mereka berani tidak menurut? Kalian boleh keluar, aku akan menghadap Pocu.' / Kedua orang itu masih mengawasi orang aneh. ingin bicara tapi urung, akhirnya berkata. Siau pocu bukankah aturan Pocu . ." Seperti tahu apa yang akan diucapkan kedua orang itu, segera Lui Ang ing mendengus, katanya. "Aku sudah tahu. Menurut aturan Kim-hou-po, siapapun dilarang mem-bawa orang tua kemari." Sikap kedua orang itu tampak gugup, katanya. ,,Ya, kami menang tidak pantas banyak mulut "." Sekembali kcdalam Kim-hou-po, sikap Lui Ang-ing ternyata amat angkuh dan angker, sebelum orang bicara habis dia sudah menukas sambil mengulap largan. ,.Lekaslah pergi. Aku akan menghadap Pocu, buat apa kalian cerewet?" Kedua orang ini masing-masing bertubuh kurus tinggi, tengkorak mukanya dibungkus Kulit kering, namun kedua Thay-yang-hiatnya lernyua menonjol besar, bila bicara benjolan dikedua pelipisnya ini sampai bergoyang turun naik, seperti ada katak dibalik kulit keringnya iiu, jelas Khi kang dari aliran Lwekeh yang diyakinkan sudah mencapai taraf yang tigggi- Bentuk seorang yang lain lebih aneh lagi, mukanya kuning seperti malam, tampangnya mirip orang yang sudah mati. Namun sepalang bola matanya memancarkan cahaya benderang, tegak berdiri kokoh dan kuat, sekilas pandang, siapanun akan tahu bahva dia juga seorang kosen kelas wahid. Tapi sikap kedua orang ini justru amat hormat dan munduk-munduk kepada Lui Ang-ing, begitu Lui Ang-ing mengulap tangan suruh mereka pergi, mereka lantas mengiakan terus mundur sambil membungkuk. Begitu Lui Ang-ing beranjak kedepan, orang aneh segera membutmi dibelakangnya. Begitu Lui Ang-ing dan orang aneh lewat kedepan, kedua orang yang hanya menyingkir kesamping ini juga lantas / mengintil dibela-kang mereka, puluhan langkah kemudian mereka tiba didepan sebuah lobang yang menjurus kebawah, undakan batu terbuat dari batu putih, undakan putih menjurus turun panjang berbelak belok, entah berapa dalamnya gua bawah tanah ini. Lui Ang-ing menuruni tangga bersama orang aneh, demikian pula kedua orang itu. Undakan yang menjurus kebawah ini ber putar seperti ular raksasa, ratusan langkah ke mudian baru terlihat ujungnya, mereka d ha dang sepasang daun pintu emas. Tinggi kedua daun pintu emss ini ada deiapan kaki, kelihatannya seluruhnya terbuat dari emas murni, diatas pintu terukir dua ekor harimau gagah yang siap menerkam. Setiba didepan pintu Lui Ang-ing berdiri tegak lalu berseru; "Yah aku sudah pulang." Agaknya sejak tadi dia sudah mempersiapkan diri, maka begitu buka mulut suaranya terdengar jernih runcing, mengalun tinggi dan kuat sampai terdengar jauh. Beberapa kejap kemudian, baru mendengar suara jawaban dari dalam pintu.,,Masuklah," Seiring dengan suara .masuklah' kedua daun pintu yang terbuat dari emas murni itu perlahan bergerak mundur kebelakang, didalam gelap pekat, apapun tidak kelihatan. Pintu sudah terbuka tapi Lui Ang-ing tidak masuk, katanya "Yah, aku membawa pulang seorang, katanva adalah kenalanmu yang lama, dia tahu siapa yang menaruh racun ditubuhku dia hilang punya cara untuk menawarkan racun dalam tubuhku, maka a-ku membawanya kemari." Perkatannnya dilontarkan kedalam pintu menimbulkan gema suara lagi. agaknya dibalik pintu adalah sebuah iorong panjang. Tapi setelah Lui Ang-ing habis bicaradan menunggu sekejap, ternyata tiada jawaban dari dalam. Lui Ang-ing yang berdiri dide-pan pintu sikapnya kelihatan amat tegang. Orang aneh me idadak bergelak tawa, katanya. "Saudara Lui sahabat lamamu yang dahulu berkumpul di Hou hun hong di Cin nia / sudah datang, apakah kau tidak sudi menerima ke-da tanganku?" Begitu orang aneh bersuara, dua orang di belakangnya tampak mundur dengan mata terbeliak kaget,air mu k a pun berobah. Perkataan orang aneh yang dilonta-kan dengan tekanan tenaga dalam menimbulkan gema suara yang keras dan lama dilorong panjang itu. cukup lama kemudian baru terdengar suara jawaban dari dalam sana. , Ma-suklah" Sepasang alis Lui Ang ing berdiri, lalu melangkah lebar kedalam, orang aneh berada dibelakangnya Begitu mereka melangkah masuk, daon pintu emas itu segera menutup sendiri, keadaan dalam lorong menjadi gelap gulita. Agaknya Lui Ang-mg sudih apal jalanan di sini, langkahnya tetap hingga ratusan langkah kemudian baru membelok sekail, didepan tampak cahaya terang, maju lagi beberapa langkah, tampak mereka memasuki sebuah pendopo besar. Panjangan pendopo ini lebih mentereng dan serba antik, bayangan tubuh seorang berperawakan tinggi kekar duduk membelakangi, mereka, makin maju sinar terasa makin padang, ternyata dilangit-langit pendopo dipasang kaca krital yang besar lebarnya dua tombak persegi, keadaan diatas kaca kristal dapat terlibat dengan jelas, kelihatannya berada didasar sebuah empang, berbagai jenis ikan tampak berenang bebas di-dalam air, malah tampak jelas pula beberapa kail menjuntai turun didalam air menunggu ikan mencaploknya. Bayangan orang yang memegang joran dipinggir empang juga kelihatan samar-samar, semua duduk diam tidak bergerak seperti boneka kayu. dipandang dari bawah pemandaugan kelihatan aneb serba ganiil. Perlu pembaca ketahui, empans diatas yang ie lihat oleh orang aaeb dari bawah ini, adalah empang di mana Cia Ing-kiat pernah mancing ikan waktu dia menyelundup kedalam Kim hou po dulu, mungkin mimpi-pun tak pernah diduga / olehnya bahwa dasar empang itu terbuat dari kaca kristal, dibawahi kaca kristal ini terdapat sebuah pen-dopo di mana Kim-hou-po cu menetap. Pendekar Dari Hoasan Karya Kho Ping Hoo Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo