Ceritasilat Novel Online

Patung Emas Kaki Tunggal 19


Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH Bagian 19


Patung Emas Kaki Tunggal Karya dari Gan K H   "Bohong"   Sentak Li Sek hong dengan muka beringas.   "Bing tho ling cu selamanya tidak pernah meninggalkan tunggangannya, kini unta dan senjata tunggalnya berada di tangan kalian, mustahil kalian tidak tahu jejakanya apakah Kalian sudah mencelakai jiwanya?"   Belum lagi Gwat hoa Hujin menyahut, Jip Hoat sudah menyela bicara.   "Kaulah yang membual, Koan kongcu adalah putra Hujin kami, mana bisa kami membuatnya celaka malah "   Kata katanya ini seketika membuat Li Sek hong serta orang orang dibelakang mengunjuk rasa sangsi dan keheranan setengah tidak percaya. Terpaksa Gwat hoa Hujin menegaskan sambil menghela napas.   "Koan San gwat adalah memang putraku!"   Sikapnya Li Sek hong segera berubah ramah, cepat ia menjura serta berkata "Kami yang rendah tidak tahu bahwa Hujin adalah ibunda Koan kongcu, soalnya Koan kongcu sendiri belum pernah menyinggung hal ini "   "Sudah sekian lama kami ibu beranak berpisah, selama ini tidak tahu berita masing masing, baru setengah bulan yang lalu, secara kebetulan kami jumpa dan berkumpul, namun tidak lebih dua jam kami berkumpul, mendadak ia menghilang tanpa meninggalkan bekas!"   "Menghilang!"   Teriak Li Sek hong terkejut. Gwat hoa Hujin manggut manggut ujarnya "Kuharap dia menghilang, kalau tidak aku tidak akan memberi ampun kepada anak keparat itu!"   Li Sek hong amat gelisah sudah tentu ia tidak sempat hiraukan kata kata orang yang kurang dimengerti itu, katanya."   Bagaimana pun kita harus cepat cepat menemukan Koan kongcu, kekuatan Thian mo kau dibawah pimpinan Cia ling im hari kehari bertambah besar, kalau tidak lekas lekas ditumpas seluruh jagat ini bakal tergenggam di telapak tangan iblisnya.."   "Maksudmu ilmu pedang orang she Cia itu amat mirip dengan jurus pedang permainan pembantuku ini?"   Tadi tiba tiba Gwat ho Hujin menegas.   "Ya, memang ada beberapa orang yang bisa memainkan Siu lo ji sek, namun hanya Cia Ling im seorang yang paling sempurna"   Gwat hoa Hujin menggeleng dengan tidak percaya, katanya.   "Belum tentu! Dari penuturan Koan San gwat kudengar masih ada seorang perempuan lain "   "Tidak mungkin! Cia Ling im adalah Suhengku, diantara kami berempat bersaudara perguruan, tiada seorangpun yang lebih unggul dari dia, kalau tidak, tak perlu kami mengandal tenaga bantuan Koan kongcu."   "Aku percaya putraku tidak akan ngapusi aku, kalau begitu, biarlah aku ikut kalian mencari orang she Cia itu, mungkin dari mulutnya aku dapat menemukan jejak perempuan yang kumaksud itu"   Li Sek hong menjadi bingung dan gopoh oleh berbagai persoalan dan urusan yang dihadapinya ini, sesaat dia menjadi kehilangan akal untuk bertindak, adalah Ling koh sinona kecil yang cerdik ini tampil bertanya .   "Untuk apa Hujin mencari perempuan itu?"   Sejenak Gwat hoa Hujin melongo dan merandek, katanya .   "Perempuan itu pernah menggunakan ilmu pedang itu membunuh suamiku, aku hendak mencarinya untuk menuntut balas kepadanya."   "Apa?"   Teriak Ling koh.   "Maksudmu perempuan itu membunuh ayah Koan San gwat?"   "Apa kau tahu dimana perempuan itu sekarang berada?"   Cepat Ling koh menggoyangkan kedua tangan, serunya "Tidak! Tidak "   Berubah tegang muka Gwat hoa Hujin katanya mendesak "Aku percaya, kau pasti tahu!"   Dibawah tatapan tajam sorot mata Gwat hoa Hujin, nyali Ling koh menjadi kuncup, tanpa sadar akhirnya ia berseru "Jangan kau bertanya kepadaku, Koan kongcu jauh lebih tahu dan jeli dari aku"   Gwat hoa Hujin menggeleng, ujarnya "Dia tidak mau mengatakan!"   Ling koh mengunjuk rasa heran, tanyanya "Kenapa, masakah Koan kongcu sudi melepaakan musuh besar pembunuh ayahnya?"   "Biarlah aku bicara terang Koan San gwat memang putra kandungku, namun dia bukan anak suamiku, malah diantara mereka ada terikat permusuhan yang amat mendalam soal ini amat rumit tidak perlu kujelaskan disini, Gwat tidak mau menjelaskan karena dia punya permusuhan dengan suamiku, tidak bisa aku mendesak dan minta keterangan kepadanya untuk menuntut balas sakit hatinya sumiku "   Perasaan Ling koh rada longgar, ujarnya .   "Hujin, kalau begitu duduknya perkara bolehlah kubantu kau mencari orang itu, bahwasanya orang itu sedang menunggu nunggu untuk menyelesakan persoalan ini." "Apa katamu!"   Tanya Gwat hoa Hujin tidak mengerti "Selama hidupnya Lolo hanya pernah melukai satu orang selama hidupnya ini ia amat tidak tentram dan ganjal dalam sanubarinya karena peristiwa itu.   Pernah beliau menceritakan hal ini kepada kami, minta kami supaya mencari tahu dan menemukan seseorang yang terkutung sebelah lengannya, menurut anggapannya ilmu pedang itu amat tingg, pasti tidak rela menyekam diri menyembunyikan nama sungguh tidak nyana orang yang dimaksud itu ternyata adalah suami Hujin"   Li Sek hong segera menyela bertanya "Ling koh, maksudmu orang itu adalah Sunio?"   Ling koh mangut mangut sesaat ia termenung lalu katanya.   "Tempat bersemayam Lolo dalam waktu dekat tidak akan pindah cepat atau lambat kau kesana, tiada halangannya, kami harap Hujin bantu kami dulu melenyapkan persoalan kita dengan Cia Ling im bagaimana?"   Gwat hoa Hujin menyahut kurang semangat.   "Aku tidak ingin terlibat dalam pertikaian orang orang kangouw "   "Setiap anggota dari Thian mo kau sama mengikat permusuhan mendalam dengan Koan kongcu, musuh utama yang hendak mereka hadapi adalah Koan kongcu pula, kau adalah ibunda Koan kongcu, masakah mandah berpeluk tangan saja?"   Demikian desak Ling koh. Gwat hoa Hujin mendengus hidung, jengeknya "Jadi kau mengajarkan aku cara bagaimana harus bertindak?"   "Mana hamba berani, namun sebelum permusuhan dengan Thian mo kau dapat dibikin selesai, hamba tiada waktu meluangkan tempo mengingat Hujin mencari Lolo, apakah kau sudi menunggu beberapa waktu lagi."   Gwat hoa Hujin mengawasinya sambil tersenyum, katanya.   "Sangkamu aku harus kau tuntun untuk menemukan tempat nya itu?"   Ling koh tertawa, ujarnya "Kecuali hamba dengan Koan kongcu seluruh jagat tiada orang ketiga yang tahu tempat tinggal Lolo, kecuali kau bisa menemukan Koan kongcu dan minta padanya menemani kau, kalau tidak kau harus melulusi permintaan hamba ini."   Terpaksa Gwat hoa Hujin bepikir sejenak, akhirnya berkata tertawa "Budak kecil kau ini cukup licin, agakanya terpaksa aku harus melulusi permintaanmu, tapi coba aku pikir dulu, apakah aku mampu menghadapi manusia she Cia itu?"   "Yang diandalkan Cia Ling im tidak lebih hanyalah Sin lho jit sek nya itu, bahwa suamimu terluka dibawah ilmu pedang itu, menurut pikiran hamba, bila kau tidak punya pegangan yang cukup kuat, betapapun tidak akan keluar menuntut balas!"   Gwat hoa Hujin tidak mampu banyak mulut lagi, katanya manggut manggut.   "Baiklah setan kecil, biar aku ikut kalian meluruk ke Ngo tai san. Tay Su! Urusan sudah ketemu sumbernya, kita tidak perlu main terobosan kemana mana, lekas kau memberi kabar pada Jing Tho dan Sui Ki, suruh mereka segera menyusul kesana. Ingat bila kalian ketemu Yu hu, jangan sekali sekali kalian bentrok dengannya, suruh dia segera berangkat ke Ngo tai san pula, sakit hati ayahnya sudah sepantas nya dia yang menyelesaikan!"   Tay Su mengiakan, ia serahkan kuda Gwat hoa Hujin kepada Jip Hoat lalu membedal tunggangannya sendiri tinggal pergi.   Dalam pada itu Li Sek hong sudah pimpin rombongan maju mendekat, satu persatu Li Sek hong memperkenalkan orang orang tua bawahannya itu.   Gwat hoa Hujin hanya manggut manggut tawar, namun ia jadi ketarik dan keheranan mendengar nama It ouw, Ban li bu in dan It lun bing gwat segala.   Tanyanya mengerut alis.   "Kenapa kalian menggunakan nama nama yang begitu aneh?"   Li Sek hong menjelaskan.   "Mereka adalah tokoh tokoh dari Sian Pang, didalam Liong hwa hwe ditentukan suatu undang undang hanya memanggil julukan tanpa mengenakan nama aslinya."   Tempo hai aku sudah dengar dari penjelasaan Koan San Gwat mengenai apa itu Dewi, iblis dan setan, sebetulnya apakah yang telah terjadi?"   Tanya Gwat hoa Hujin. Li Sek hong menghela napas, ujarnya.   "Ceritanya amat panjang, silahkan Hujin naik kuda, biar kujelaskan sambil berjalan."   Begitulah semua orang sama naik keatas kuda masing masing, rombongan besar ini langsung putar balik keutara.   Disepanjang jalan ini Li Sek hong menemui Gwat hoa Hujin bicara, sementara Ling koh menemui Jip hoat, sembari berjalan mereka mengobrol panjang pendek, sudah tentu pembicaraan mereka berkisar dalan persoalan Liong hwa hwe serta Koan San gwat.   Mereka sama menguatirkan keselamatan Koan San gwat yang menghilang tanpa jejak.   Mereka melampaui Cin tiong memasuki wilayah Siam say, letak Ngo tai san berada di perbatasan antara Siam say dan Hopak, dalam perjalanan ini mereka menghabiskan waktu satu bulan, setelah diperhitungkan, kira kira satu hari lagi baru mereka bisa tiba di bawah Ngo tai san.   Kekuatan Thian mo kau sudah berkembang luas dan bercokol dimana mana, sepanjang jalan ini tidak sedikit orang orang persilatan yang mengawasi gerak gerik mereka dengan mata mencong, jelas mereka adalah mata mata Thian mo kau yang berani bertindak terang terangan secara sewenang wenang, memang rombongan besar ini terlalu menyolok mata, namun kalau mereka tidak mengenal Gwat hoa Hujin dan Jip Hoat, siapa pula ymg tidak kenal pada Li Sek hong dan tokoh tokoh besar dalam Liong hwa hwe dulu, maka sepanjang jalan ini dapatlah mereka menghindari banyak kesulitan.   Hari itu mereka tiba disebuah desa kecil yang terletak, di kaki Ki san, karena di tempat ini tidak ada hotel, mereka terpaksa minta menginap disebuah rumah gedung yang cukup besar milik hartawan setempat, namun toh hanya terdapat dua sisa kamar lain yang cukup besar untuk tidur pulahan orang, kedua kamar tidur ini terbagi untuk kaum pria dan wanita.   Setelah cuaca sudah gelap dan berlarut malam, Li Sek hong dan Gwat hoa Hujin bersimpuh samadi, demikian juga Ling koh tidak ketinggalan berlatih lwekang, hanya Jip hoat seorang yang pulas dalam mimpinya.   Sekonyong konyong dari sebelah kandang kuda di luar sana terdengar sedikit keributan suara, Li Sek hong dan Gwat hoa Hujin membuka mata bersama, gerak gerik Ling koh ternyata jauh lebih cepat dan lincah, sejak tadi ia sudah menerobos keluar pintu berlari kearah sana.   Disaat berdua menyusul tiba disana, tampak kejauhan melesat sebuah bayangan putih besar, di belakangnya mengejar ketat setitik hitam kecil.   Tak perlu dijelaskan bahwa bayangan itu adalah unta sakti milik Koan San gwat, sementara titik hitam kecil adalah Ling koh yang menguntit dengan tangkas.   Unta sakti adalah binatang cerdik yang pandai, kenapa mendadak bisa berlari kabur begitu cepat? Sekilas mereka saling pandang tanpa berjanji secepat kilat berbareng mereka pun melesat mengejar.   Malam amat gelap, mengandal kelap ke lip sinar bintang, mereka menguntit kerat ke arah bayangan yang bergerak gerak dikejauhan depan sana, begitulah kejar mengejar berlangsung cukup lama, dataran semakin tinggi menanjak, agakanya mereka sedang menuju keatas gunung.   Di waktu mereka tiba disebuah pengkolan sebuah puncak gunung, bukan saja kehilangan bayangan putih unta sakti yang besar dan samar samar itu, bayangan Ling kohpun menghilang.   Dinding batu gunung yang tinggi melintang disebelah depan, kesebelah depan lagi tiada jalan yang bisa ditempuh.   Gwat hoa Hujin segera menghentikan langkah dengan heran dan bingung, Li Sek hongpun berkata tak kalah herannya .   "Aneh sekali! Sepanjang jalan ini kita tidak menemukan jalan bercabang lainnya bukan?"   Gwat hoa Hujin tidak bersuara, dengan cermat ia periksa keadaan sekelilingnya akhir nya ia menuju sebuah celah celah kecil dinding batu sebelah samping sana, katanya .   "Kukira binatang dan gadis kecil itu lari lewat jalan sini"   Li Sek hong melengak, katanya "Hujin jangan berkelakar, badan kasar unta itu lebih tinggi dari kuda, celah celah ini hanya satu kaki lebih lebarnya, mana mungkin bisa mendesak masuk kesana."   Sebalikanya Gwat hoa Hujin bicara dengan serius .   "Aku tidak akan membual, kecuali binatang itu tumbuh sayap bisa terbang melampaui lamping gunung setinggi ratusan tumbak ini, kalau tidak, pasti dia lewat tempat ini. Karena disini ada ketinggalan sebuah tapak kakinya."   Malam itu ada hujan rintik rintik, maka unta sakti ada meninggalkan bekas tapak kaki nya ditanah berlumpur, terakhir meninggalkan bekas kotoran berlumpur pula diatas batu cadas pegunungan, kelihatannya analisa Gwat hoa Hujin memang cukup beralasan.   Sudah tentu Li Sek hong menjadi keheranan, katanya .   "Celah yang sedemikian sempitnya bagaimana mungkin bisa diliwati binatang berbadan sebesar itu."   Tengah mereka keheranan dari celah celah sebelah dalam sana mendadak terdengar sebuah suara dingin yang mengerikan .   "Betapa besar dunia ini, tiada sesuatu yang tidak aneh, kaliai memang jarang melihat bayang keheranan."   Keruan Li Sek hong berdua tarsentak kaget, mereka celingukan kian kemari, namun tiada kelihatan bayangan seorangpun, jelas suara itu terdengar di celah celah sebelah dalam tidak kelihatan begitu jelas.   Untuk masuk ke sebelah dalam mereka harus memiringkan tubuh namun mana meraka mau menembus bahaya, musuh atau kawan orang yang bersuara didalam itu belum diketahui, bila menghadapi bokongan secara menggelap didalam celah celah kecil itu, jangan kata mengelit balas menyerang tidak mungkin.   Tidak menjawab jawaban orang didalam celah itu bersuara pula "Seekor unta besar dan seorang gadis kecil memang kena kupancing masuk kedalam lembahku ini, kalau kalian tidak percaya, silahkan masuk sendiri memeriksa kemari."   "Siapa kau?"   Tanya Li Sek hong. Orang didalam celah itu berkata, seru nya .   "Setelah kalian masuk, belum terlambat kita saling berkenalan"   Dengan pandangan tajam Li Sek hong mengawasi Gwat hoa Hujin, seolah olah bertanya apakah mereka harus masuk? "Sudah tentu kami harus masuk"   Demikian jengek Gwat hoa Hujin dingin.   "Tetapi aku tidak akan masuk dari celah celah kecil secara berdesakan."   Orang didalam dinding itu bersuara tertawa "Hanya celah celah kecil itulah satu satunya jalan untuk masuk kedalam lembahku ini."   "Bohong!"   Damprat Gwat hoa Hujin.   "Meski kau punya kepandaian menembus langit menelan bumi, betapapun aku tak akan percaya kau bisa menggeret unta sebesar itu masuk dari celah celah sekecil ini. Lebih tidak percaya pula bila kau bisa masuk melalui celah celah kecil ini seperti ular berlegat legot mendesak masuk kedalam."   Agakanya orang didalam dinding tertegun sebentar, sejenak ia termenung lalu bertanya dengan suara lirih.   "Cara bagaimana kau bisa berpikir mengumpamakan manusia seperti ular?"   "Karena diatas dinding celah celah kecil ini ada ketinggalan kulit ular, jelas sekali bahwa binatang sejenis ular tentu keluar masuk lewat celah celah ini."   Orang didalam tersumbat mulutnya, sesaat kemudian baru bersuara pula "Ucapan mu setengah benar setengah salah.   Untuk masuk kedalam Jian coa kok (lembah ribuan ular) ini, memang ada sebuah jalan lain, unta besar itu memang masuk dari jalan lain itu, akan tetapi aku sediri memang kenyataan keluar masuk dari celah celah kecil itu, kulit ular itu justru bekas kulit yang brungsungi dan rontok dari badanku"   Kontan tersentak dan merinding Gwat hoa Hujin berdua, dengan setengah percaya Li Sek hong bertanya "Kau ini manusia atau ular? Bagaimana mungkin dari tubuhmu bisa menelotok kulit ular ?"   Orang dalam dinding itu tertawa ringan ujarnya "Setelah kalian masuk kemari, tentu akan jelas duduk perkaranya"   Menunggu sebentar baru Gwat hoa Hujin berkata pula .   "Kita tentu akan masuk, dan lewat jalan yang lain itu."   "Bagus sekali!"   Seru orang didalam dinding tertawa.   "Silahkan kalian cari sendiri jalan yang lain itu."   Segera Gwat hoa Hujin mulai bekerja mencari kesekelilingnya, beberapa lama berselang mendadak ia mencabut pedang yang tergantung di pinggangnya, dimana sinar pedang berkelebat, mengincar rumput rumput rotan diatas dinding ia bolang balingkan pedangnya pulang pergi.   Terdengar orang dalam dinding itu memperingatkan .   "Awas, hati hatilah, tempat itu amat berbahaya."   Sedikitpun Gwat hoa Hujin tidak hiraukan peringatan orang, begitu tusukan pedang nya menembus kerumpunan daun daun rotan mendadak menyandal dengan keras, daun dan dahan dahan rotan semua sama berantakan.   Sekonyong konyong dari rontokan daun itu menerjang selarik bayangan abu abu menyongsong kearah ujung pedangnya.   Lekas Gwat hoa Hujin menyapukan dan mengiriskan pedangnya menapak kearah bayangan itu, namun tahu tahu pedangnya kena digubat kencang oleh bayangan abu abu itu.   Lekas ia menyendalkan pedangnya kearah samping, namun tidak kuasa melepaskan libatan bayangan abu abu itu, dibawah cahaya bintang yang kelap kelip, akhirnya baru ia melihat jelas yang menggubat pedangnya adalah seekor ular hijau yang bertubuh kecil panjang badan ular melingkar tujuh delapan gubatan, rasanya berat, kepalanya yang besar persegi tiga sedang tegak berdiri dan berdesis menjulurkan lidah kearah mukanya.   Takut ular adalah menjadi kodrat bagi kaum perempuan, betepapun tinggi kepandaian Gwat hoa Hujin, sifatnya tidak ketinggalan akan kebiasaan ini, seketika ia menjerit keras, pedang bersama ularnya ia lemparkan ke atas tanah.   Begitu menyentuh tanah, ular hijau panjang itu segera melepaskan libatannya dan "Wut"   Tahu tahu menerjang datang kearah Gwat hoa Hujin.   Lekas Li Sek hong mendesak maju, secepat kilat ia mencabut pedang, mengincar kepala ular terus membacok.   Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Badan ular itu cukup liat dan kuat, sedikitpun tidak takut terkena senjata tajam, akan tetapi letak lehernya adalah tempat yang paling lemah, sudah tentu ia tidak kuasa membiarkan dirinya disembelih begitu saja, lekas lekas ia mengkeretkan kepalanya ditengah udara terus melejit kesamping menghindarkan diri.   Mengincar titik kelemahannya ini Li Sek hong merangsak lebih lanjut, pedang panjang nya berkelebat pula, yang diincar tetap adalah batok kepala ular itu, lekas ular itu melingkarkan badannya membundar serta menyusupkan kepalanya kebawah lingkaran badannya.   Pedang Li Sek hong dengan telak mengenai badan ular, namun sedikitpun tidak meninggalkan bekas luka.   Lekas Gwat hoa Hajin memburu kesana menjemput lagi pedangnya.   "Binatang!"   Ma kinya kearah ular itu dengan kebencian.   "Dua bilah pedang sekaligus mengincar jiwamu, cara bagaimana kau hendak menyembunyikan diri pula"   Sembari berkata dengan ujung pe angnya ia menyongkel lingkaran badan ular itu, lalu dari celah celah disebelah bawahnya ia menuduk kearah kepalanya.   Agaknya ular itu insaf jiwanya sedang terancam, sembari mengkeretekan kepalanya semakin kencang, mulutnyapun berdesis keras, kejap lain tiba tiba dari dinding batu yang bersemak daun tebal itu berbondong menjalar keluar puluhan ular yang bersuara mengerikan tanpa kuasa mereka berdua sudah terkepung ditengah.   Agakanya kawanan ular itu tiada maksud menyerang, namun Li Sek hong berdua sudah menjadi kerepotan untuk terjaga jaga tanpa sempat melukai ular tadi, cuma semakin lama mereka terdesak mundur kearah sebelah kanan.   Sekonyong konyong mereka sama tempat berpijak mereka mendadak menjadi amblas kebawah, kontan mereka sama terjungkal masuk kedalam jebakan, bersama ular ular itu mereka sama meluncur kebawah.   Mengandal bekal kepandaian Li Sek hong dan Gwat hoa Hujin sudah tentu tidak begitu gampang mereka kena dijebak begitu saja, soalnya mereka tidak menduga dan kurang waspada, sehingga terlena menginjak jebakan dan yang jelas bahwa jebakan ini terang di kendalikan oleh seseorang, tanpa menunggu mereka bergerak berusaha mengendalikan diri akan terangkat tubuh kebawah, tutup disebelah atas dengan bersuara keras tiba tiba menutup pula.   Sejak semula mereka berdua memang sudah menahan napas dan mengerahkan tenaga, cepat mereka meringankan tubuh sehingga luncuran badan kebawah dapat tertahan sedikit, lalu mereka berusaha melejit keatas mencapai keatas namun sudah terlambat bagian atas sudah tertutup, terpaksa mereka meluncur turun kebawah pelan pelan.   Ular ular yang ikut kejeblos jatuh itu entah kemana tahu tahu sudah menghilang semua, begitu meluncur mencapai jarak tertentu tiba tiba tergerak hati Gwat hoa Hujin, cepat ia berteriak.   "Calaka kita tidak bisa meluncur kebawah lagi "   Li Sek bong menginsafi hal ini, tanpa berjanji keduanya segera menggunakan daya luncur kebawah melayang kesebelah samping untunglah jurang jebakan ini tidak terlalu lebar, tak lama kemudian tangan mereka sudah berhasil menyentuh dinding yang menonjol keluar.   Disaat dinding secara alamiah tumbuh bata batu cadas yang menonjol diatas dinding curam itu, untunglah mereka berdua berhasil memeluk batu batu gunung bergelantungan di tengah udara sehingga badan tidak amblas ke awah.   Sesaat lamanya keduanya berdiam diri menghimpun semangat mengerahkan tenaga, Li Sek hong layangkan pandangan nya kesekelilingnya, keadaan amat gelap tidak kelihatan apa apa, maka dengan perasaan kuatir ia berkata "Dinding batu ini terlalu curam dan tinggi, kalau ada tempat tempat untuk berpijak sudah tentu tidak menjadi soal, kalau tidak, jarak sejauh empat lima puluh tumbak ini, mengandal Yu liong sut saja cara bagaimana bisa merambat sedemikian jauh."   "Tidak menjadi soal,"   Ujar Gwat hoa Hujin.   "   Menurut dugaanku, jebakan ini pasti ada jalan lain yang dikatakan orang itu, cuma jalan itu tentu berada diatas.   kalau sekali tidak berhasil, marilah kita bagi menjadi dua atau tiga kali" "Benar, waktu melayang jatuh tadi kulihat didinding batu sebelah samping terdapat sebuah lubang besar, tentu disanalah letak ujung jalan yang dimakaud itu, cuma sayang jarak sedemikian jauh Yu Iiong sut yang hanya mengandal pertahanan napas panjang, kalau tiada tempat berpijak untuk, mengganti napas mana bisa dibagi menjadi tiga kali."   Mendadak Gwat hoa Hujin tertawa, ujar nya "Dalam hal ini kau tidak perlu kuatir.   Silahkan kau naik lebih dulu, biar kukuntit di belakangmu, disaat kau sudah tidak kuat bertahan lekas kau beritahu kepadaku, aku bisa menyanggah kakimu, supaya kau bisa istirahat mengganti napas."   Li Sek hong heran, tanyanya "Lalu Hujin bertahan dengan apa, meski Yu liong sut mampu menahan seseorang sehingga tidak terjungkal jatuh namun merupakan usaha yang amat berat juga, jangan kata menahan berat badan dua orang "   "Sudah tentu aku punya caraku sendiri, lekaslah kau bekerja saja menurut petunjuk ku."   Li Sek hong tahu dalam keadaan genting ini Gwat hoa Hujin tidak akan bicara main main, maka tanpa banyak pikir lagi segera ia mengiakan .   "Baiklah aku jalan lebih dulu."   Lalu dia membalikkan tubuh menempelkan punggungnya kedinding, dia menarik napas panjang, baru saja ia hendak gunakan kekuatan kaki tangannya pelan pelan mendorong tubuhnya mumbul keatas, tiba tiba didengarnya Gwat hoa Hujin membentak.   "Tunggu dulu kumurlah benda ini dalam mulutmu,"   Dalam kegelapan terbang datang selarik sinar putih kemilau, karena tidak menduga Li Sek hong jadi kurang hati hati dan tidak sempat mengulur tangan menyambuti, maka titik sinar kemilau itu hancur membentur dinding, seperti percikan bintang bintang kecil yang beterbangan sama jatuh kedalam jurang.   Li Sek hong tidak tahu benda apakah ini tapi Gwat hoa Hujin hendak memberikan kepadanya, tentu punya manfaat yang berguna sanggah hatinya amat menyesal, sayang baru saja dia hendak bersuara, Gwat hoa Hujin sudah berkata pula "Untunglah masih ada sebutir, kali ini jangan kau lena lagi!"   Dilain saat selarik sinar putih melayang tiba pula, sudah tentu Li Sek hong sudah waspada lekas ia ulurkan sebelah tangannya menyambut, begitu berada didalam genggamannya baru dia tahu, itulah sebutir mutiara bintang yang sebesar telur burung mengeluarkan cahaya putih kemilau, keadaan sekelilingnya menjadi terang benderang dan lapat lapat terlihat rada jelas.   Saat mana Gwat hoa Hujin bergelantungan diatas sebuah batu disebelah kanan bawahnya, katanya sambil mendongak "Itu adalah Ya bing cu, kau kumur dalam mulut, tonjolkan sebagian keluar mulutmu, ingat harus sering sering kau basahi dengan ludahmu, maka cahayanya akan semakin terang menyala."   Li Sek hong menurut saja, lekas ia masukan kedalam mulut, dengan giginya ia gigit separuh sementara lidahnya terjulur keluar menahan sebelah luar, benar juga begitu basah oleh ludahnya cahaya semakin terang menyala, jarak setumbak lebih dapat dilihatnya dengan jelas.   Kecuali tempat mereka berpijak ini ada batu batu menonjol yang lekak lekuk, kesebelah atas lagi keadaan amat licin seperti kaca.   Malah bisa mereflek cahaya sinar mutiara sehingga kelihatan dindingnya bercahaya putih seperti perak.   "Untung kita cukup waspada,"   Demikian ujar Gwat hoa Hujin tertawa.   "Kalau sampat jatuh kedasar jurang sana, jangan kata untuk merambat keatas, mungkin tenaga untuk mengerahkanpun tidak mampu lagi! Sungguh kejam keparat itu "   Karena mengulum mutiara maka Li Sek hong tidak berani buka suara, namun hatinya pun kebat kebit, setelah menenangkan hati, pelan pelan ia mulai menggeremet naik keatas pula, kaki tangan bekerja sama terus merambat keatas.   Untuk mengetahui keadaan sebelah atas, ia dapat mungkin mendongakan kepala meminjam cahaya mutiara menyinari sebelah atas, sudah tentu caranya bekerja ini amat memakan tenaga, kira kira merambat naik empat lima tumbak kemudian, ia sudah kehabisan tenaga dan lelah sekali.   Dari gerak gerikanya Gwat hoa Hujin dapat mengetahui keadaan nya, lekas ia merambat maju mendekati, dia sangah sebelah bawah kakinya serta menghibur "Jangan kau terlalu memaksa diri, sekali kau menghabiskan tenaga sulit untuk menghimpunnya pula dalam waktu dekat, urusan bisa menjadi berabe."   Karena kakinya mendapat tempat berpijak, barulah Li Sek hong berkesempatan menggerakkan sebelah tangannya menggenggam mutiara dari mulutnya, setelah napasnya teratur ia berkata.   "Terima kasih Hujin, aku sedang gelisah cara bagaimana untuk menjelaskan kepada Hujin!"   "Aku lupa mulutmu mengulam mutiara maka tidak leluasa bersuara, selanjutnya bila kau merasa lelah, gunakanlah hidungmu mendengus keras keras, aku akan segera menolong mu!"   Li Sek hong manggut manggut, waktu ia menunduk melihat kebawah, tampak sebelah tangan Gwat hoa Hujin menyanggah kedua kakinya, sementara sebelan tangan yang lain turun semampai, demikian juga kedua kakinya goyang gontai ditengah udara, cuma bagian pinggang saja yang melekat didinding, malah mukanya menghadap kearah dinding lagi.   Menggunakan cara yang aneh dan lucu ini, ternyata dapat bertahan dibebani berat badan dua orang, karuan Li Sek hong merasa amat kagum.   Sesaat kemudian baru dia berkata .   "Tak nyana lwekang Hujin ternyata sudah dilatih begitu sempurna " "Salah terkaanmu, mungkin memang aku lebih kuat dari kau, tetapi belum mencapai tingkat seperti yang kau bayangkan."   "Lalu dengan cara apa Hujin bisa menahan berat badan kita berdua?"   "Itu merupakan rahasia, saat ini tidak leluasa kujelaskan kepadakau, setelah tiba diatas kau akan paham sendiri"   Li Sek hong setengah percaya setengah curiga, setelah istirahat sekian lamanya, tenaganya sudah pulih kembali, lalu katannya .   "Marilah kita mulai maju lagi."   Gwat hoa Hujin mendongak dan tertawa kepadanya, belum lagi ia bergerak tiba tiba sebelah tangannya mengarahkan tenaga terus menyentak mendorongnya mencelat mumbul beberapa tumbak, sementara mulut berbareng membentak.   "Rapatkan tubuhmu kedinding jangan banyak bergerak!"   Li Sek.hong tidak tahu apa yang terjadi namun keadaan tiada memberi kesempatan padanya banyak berpikir, baru saja ia mengerahkan tenaga dan menempelkan badannya merapat kedinding, tampak Gwat hoa Hujin menyebal sebilah pedang pendek berwarna merah gelap, terus menghujamkan di dalam dinding hingga amblas seluruhnya secepat itu pula tiba tiba badannya terayun bergelantung kesamping meninggalkan dinding batu.   Bersamaan dengan itu tampak pula selarik cahaya kehijauan menyambar lewat dari pinggir badannya terus melayang ketanah.   Dalam pada itu Gwat hoa Hujia sudah tersenyum balik lagi, kini menempel rapat pada dinding lagi katanya menjengek dingin "Tidak lepas dari dugaanku, keparat itu memang amat keji, dalam keadaan yang serba bahaya ini dia berlaku curang main bokong segala "   Semangat Li Sek hong serasa sudah amblas, cepat ia bertanya "Hujin, apakah yang telah terjadi?"   "Keparat diatas itu melepaskan seekor ular berkepala segi tiga membokong kita, sejak tadi sudah kuduga sebelah atas pasti akan bertindak jabat, maka tadi kuperintahkan kepadamu untuk hati hati. Tak nyana disaat kita berbicira itulah dia melancarkan serangan membokong dengan keji, untunglah aku cukup berwaspada, kalau tidak kaulah yang menjadi korban lebih dulu "   Menyesal dan terima kasih pula Li Sek hong katanya tergagap "Terima kasih akan pertolongan Hujin atas jiwaku "   Sekonyong konyong dari sebelah atas terdengar seorang berkata dingin "Jiwa kalian berdua memang cukup panjang, ternyata berhasil dari dua kali tipu dayaku "   Gwat hoa Hujin menjadi gusar damprat nya.   "Bisamu hanya main bokong, terhitung Enghiong apa kau. Kalau punya kepandaian marilah bertanding secara berhadapan "   Orang diatas itu menjengek tawa .   "Kenapa tergesa gesa, menghadapi manusia aku punya kebiasaan yang tidak boleh dirubah, bagi orang yang mampu selamat dari tiga kali tipu dayaku, baru setimpal dia berhadapan dengan aku. Kalian sudah dua kali lolos, ketiga kali nya akan segera kalian hadapi, tunggu sajalah."   Mendengar ancaman itu, kontan mereka berdua meningkatkan kewaspadaan, terutsma Li Sek hong mengangkat mutiara lebih tinggi diatas kepalanya menyinari sebelah atas.   Tapi setelah ditunggu setengah harian, keadaan tetap tening tiada gerak gerik apa apa.   Li Sek hong hanya mengandal menahan napas sehingga dapat menempel diatas dinding, setelah bertahan sekian lamanya akhir nya ia kepayahan lagi, lekas ia lemparkan mutiara ditangannya kepada Gwat hoa Hujin seraya berteriak "Hujin harap sambut "   Belum habis ia bicara badannya sudah melorot turun.   Sebelah tangan Gwat hoa Hujin berpegang diatas gagang pedang pendek, cuma sebelah tangan yang lain bisa bergerak, baru saja ia menyambuti mutiara itu, badan Li Sek hogpun sudah melorot turun, terpaksa ia layangkan sebelah kakinya merendang, kebetulan berhasil menyetop daya luncurannya kebawah.   Berbareng menggunakan sebelah tangan nya yang bebas itu dia meraih baju pakaian Li Sek bong.   Tapi karena tergesa gesa sehingga dia lupa bahwa tangannya menggenggam mutiara, beruntung dia berhasil menahan badan Li Sek hong, namun mutiara itu tidak kuasa digenggamnya, terus melayang jatuh kebawah.   Keadaan sekelilingnya menjadi gelap gulita, Li Sek hong insyaf bahwa dirinya berhasil diselamatkan sekali lagi oleh Gwat hoa Hujin, tanpa terasa dia menarik napas panjang.   Katanya penuh penyesalan .   "Lwekangku memang tidak becus, sehingga membebani Hujin belaka, kenapa pula Hujin tadi menolongku lagi."   Gwat hoa Hujin menjinjing tubuhnya ke atas, serta berkata.   "Jangan banyak mulut, lekas istirahat dan memulihkan tenaga, kita harus naik lebih lanjut. Kali ini biar aku berada diatas, gunakan gigimu menggigit ujung bajuku, bila kau tidak lahan lagi, tentu aku akan merasakan juga, barulah saat itu kita berhenti istirahat pula!"   "Kalau kita dibokong lagi dari sebelah atas bagaimana?"   "Peduli begitu banyak urusan, kalau kuat bertahan itulah untung, kalau tidak pasrah nasib saja."   "Ya, marilah Hujin mulai!"   "Li siancu, bahwa berulang kali kutolong jiwamu, karena aku harap setelah tiba diatas kau dapat membantu kepentinganku, janganlah kau rewel dan putus asa!"   Sesaat Li Sek hong melongo sebetulnya disaat Gwat hoa Hujin mulai bergerak, dia sudah siap hendak memutuskan usaha hidupnya keatas, pura pura tangan terlepas dari pegangan dan terjungkal mampus kebawah, supaya tidak menjadikan beban bagi Gwat hoa Hujin.   Tak nyana Gwat hoa Hujin seperti meraba isi hatinya.   Mendengar orang tidak bersuara, Gwat hoa Hujin tahu bahwa terkaannya tepat mengenai lubuk hati orang, maka berkatalah dia menghela napas "Li sian cu! Karena sikap dan tindak tandukmu terhadap anak Gwat selama ini, maka akupun tidak akan membiarkan kau meninggal dengan cara yang tidak setimpal ini, apalagi kelak masih kuperlukan tenaga bantuanmu, maka kuharap kau tidak bercabang pikiran lagi, kerahkan tenaga dan himpunlah gairah semangatmu!"   Habis bicara ia mulai bergerak naik ke atas tanpa kuasa Li Sek hong terseret naik juga, kira kira empat lima tumbak kemudian Li Sek hong sudah tidak kuat bertahan lagi, Goat hoa Hujin juga merasakan hal ini, cepat ia berhenti, katanya tersekat "Cara ini akan membikin Hujin kecapaian !"   "Tidak menjadi soal, aku bisa meminjam pedang pendek ini untuk mengerahkan tenaga, rasanya tidak begitu meletihkan."   Tergerak hati Li Sek hong, cepat iapun melolos pedang, terus menusuk kedinding gunung, sementara dalam hatinya membodohkan diri sendiri, kenapa sejak tadi tidak pernah memikirkan hal ini. Siapa nyana terdengar suara "Pletak"   Daa "Trang,"   Tangannya tergetar hebat, ternyata ujung pedangnya patah dan batang pedangnyapun tidak kuasa menusuk masuk kedalam dinding. Begitu mendengar suara, Gwat hoa Hujin sudah tahu apa yang terjadi, katanya tertawa ringan .   "   Jangan kau membuang tenaga dinding batu disini betapa sangat kuat dan kerasnya, kecuali pedang pendekku ini, senjata tajam apapun jangan harap bisa menyentuhnya."   Terpaksa Li Sek hong memasukkan kembali pedang buntungnya kedalam serangkanya.   Sejenak keduanya berdiam diri.   Mendadak Li Sek hong berkata"Keparat diatas itu bukankah hendak berlaku licak sekali lagi? Kenapa sampai sekarang tiada kelihatan gerak gerikanya?"   "Entah, mungkin ia belum mendapat akal cara bagaimana hendak menghadapi kita lebih lanjut."   Tengah bicara mendadak Li Sek hong mendongak, segera mulutnya berseru "Itulah sudah datang!"   Dari sebelah atas pelan pelan melorot turun dua titik sinar kehijauan, setelah berjarak kira kira lima enam tumbak, baru terlihat jelas itulah dua titik sepasang mata seekor ular berkepala segi tiga sebesar mengkok.   "Berikan pedangmu kepadaku!"   Pinti Gwat hoa Hujin.   "Ular aneh macam ini kebanyakan berkulit kebal, pedangku ini tiada gunanya "   "Aku tahu, aku hanya hendak menggantikan pedang pendekku ini." -oo0dw0oo-   Jilid 21 LI SEK HONG PAHAM maksudnya, lekas ia keluarkan pedang buntungnya, lalu ia menggeremet naik kesebelah atas katanya.   "Biarlah kugantikan bertahan disana, Hujin bisa bebas bergerak untuk menghadapinya."   Gwat hoa Hujin manggut serta mengiakan, tiba tiba ia mencabut pedangnya, sementara secepat kilat Li Sek hong melesat naik memasukkan pedangnya kedalam bekas lubang pedang pendek itu, sebelah tangan memegang kencang gagang pedang sementara tangan lain memeluk kedua kaki Gwat hoa Hujin serta mengangkatnya keatas, sehingga badan dan kedua tangannya tergerak leluasa.   Gerakan ini dilakukan dalam waktu yang amat singkat dan lagi mencabut pedang dan mengganti pedangnya semua dilakukan dengan meminjam cahaya sinar kedua mata ular yang mendatangi, semakin dekat, sehingga mereka bisa bekerja secara sempurna.   Jarak kedua pihak sudah cukup dekat, luncuran ular itu juga semakin cepat seperti angin lesus saja mendadak menerjang kearah mereka berdua.   Kebetulan Gwat hoa Hujin bisa memapak kedatangannya, pedang pendeknya terangkat keatas menusuk tujuh dim bawah lehernya, gerak gerik kedua pihak sama cepat, maka dengan telak pedang pendek kedalam badan siular, tujuh dim dibawah leher ular justru letak kelemahannya yang mematikan.   Mulut ular terpentang lebat dan berdesis beberapa kali, cahaya matanya semakin guram dan sirna.   Gwat hoa Hujin merasakan badan ular meronta ronta dan akhirnya menjulur turun bergerak lagi, untunglah ia bekerja cekatan, hampir saja pedang pendeknya ikut terbawa jatuh kebawah.   Dari sebelah atas didengarnya helaan napas panjang, disusul cahaya guram bergerak turun lambat lambat.   Gwat hoa Hujin menyangka ular beracun lagi yang meluncur turun lekas ia menyedot napas meningkatkan kewaspadaan.   Tapi setelah jarak menjadi dekat baru mereka melihat jelas, cahaya itu ternyata adalah sebuah kutungan lilin yang menyala.   Karuan Gwat Hoa Hujin melengak heran, serunya keatas.   "Apa apaan maksudmu ini?"   Dari atas terdengar jawaban dingin.   "Kalian bisa tidak mampus dalam sumur jebakan lolos pula dari tipu dayaku, ketiga kali jebakkanku berhasil kau hindari, sudah tentu aku harus menyambut kalian keatas sesuai dengan janjiku tadi ..."   Gwat hoa Hujin jadi ragu ragu dan melongo, apakah dia harus percaya atau tidak. "Menghemat tenaga kalian, kalau kalian tidak percaya, masakah aku sudi memberikan pertolongan cuma cuma, silahkan kalian merambat naik pelan pelan saja."   Habis berkata pelita lilin itu pelan pelan terangkat naik lagi. Karuan Gwat hoa Hajin gugup, cepat ia berteriak."Tunggu sebentar!"   Sebelah kakinya terangkat menjungkir pundak Li Sek hong sehingga badan orang mencelat naik kearah kayu melintang itu.   Sementara Gwat hoa Hujin sendiri pun melejit jumpalitan meraih kayu itu sehingga keduanya terayun ayun goyang gontai di tengah udara.   Kayu itu pelan pelan terangkat naik, dari atas terdengar pula suara dingin itu berkata."Nyali kalian sungguh tidak kecil, masakah tidak takut aku mencelakai pula jiwa kalian?"   Bercekat hati Gwat hoa Hujin, namun mulutnya berteriak."Kami percaya akan ucapanmu, mana berani naik keatas kayu ini, kalau kau memang hendak main main dengan segala akal licikmu silahkan lakukan saja, kami tidak akan perduli!"   Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tengah bicara kayu itu terangkat semakin cepat, sekejap saja sudah tiba dilubang besar yang dikatakan oleh Li Sek hong tadi, disini kayu berhenti, namun tiada kelihatan bayangan seorangpun disini.   Tak tahan segera Gwat hoa Hujin berteriak."Hai, dimana kau!"   Lubang besar itu amat gelap dan tidak terdengar reaksi apa apa, sinar lilin diatas kayu lintang itu memancarkan cahaya kekuningan, menyinari empat lima kaki sekeliling nya, kiranya di sebelah depan sana adalah tanah datar cukup untuk berpijak.   Kejap lain mereka sudah melompat turun dipinggir lubang besar itu, Gwat hoa Hujin angkat lilin diatas kepalanya berjalan kesebelah depan.   Karena orang tadi mengatakan tempat itu adalah Jian coa kok, malah beruntun mereka disergap oleh ular ular berbisa, maka dengan rasa was was dan kebat kebit mereka maju terus kedepan dengan langkah hati hati dan pelan pelan.   Akan tetapi mereka sudah jalan setengah harian, sepanjang jalan ini tiada seekor ularpun yang mereka lihat, demikian juga tiada nampak bayangan seorangpun.   Sedang orang yang bicara disebelah atas tadi entah kemana pula.   Lorong panjang yang mereka lewati cukup lebar dan besar, cuma keadaan disini amat lembab, sehingga hawanya amat apek dan mengganggu pemapasan.   Mereka naik lebih lanjut, tak lama kemudian jalanan menanjak naik semakin tinggi, keadaan disini rada kering, waktu Gwat hoa Hujin angkat kepala, tampak tak jauh didepan sana tampak sebuah lubang keluar, meski cahayanya masih remang remang, namun hati menjadi lega dan senang.   Dengan langkah lebar mereka mempercepat kearah sana.   Jarak menuju kearah lubang terang itu ternyata masih cukup jauh dan harus melewati beberapa jalan bercabang entah menembus kemana, sepanjang jalan ini mereka tidak buka suara, namun baru saja Li Sek hong berkata, tiba tiba didengarnya suara keresekan dari sebelah samping sana, begitu ia memandang kearah sana, tak tahan lagi segera ia menjerit kaget.   Gwat hoa Hujin juga mendengar suara ini, cepat ia mencegat disebelah depan dan membentak."Jangan takut! biar aku yang menghadapinya!"   Dimulut ia berlaku garang, sebenarnya hatinyapun sudah gugup dan kebingungan.   Karena dari sebelah kiri sana sedang mendatangi seekor mahluk aneh yang belum pernah meraka lihat selama hidupnya.   Badannya tinggi seperti manusia, dibawah sinar bintang yang kelap kelip, tampak seluruh tubuhnya dilumuri sisik sisik warna hijau kehitaman, kepala dan kaki tangannya menyerupai bentuk manusia, namun seluruh kulitnya tertutup rapat oleh lembaran sisik yang kecil kecil Gwat hoa Hujin sudah mengacung pedang pendeknya, baru saja ia hendak menyerang mendadak mahluk aneh ini bersuara."Jangan bergerak! Aku tidak ingin bergerak dengan kau ditempat dan disaat ini juga"   Suaranya juga dingin, namun bukan suara yang bicara disebelah atas tadi. Batal menyerang Gwat hoa Hujin masih berlaku waspada, pedang melintang didepan dada, bentakanya."Jangan kau maju mendekat!"   "Li Sek hong!"   Mahluk aneh itu tiba tiba tertawa dingin suaranya jelas adalah seorang perempuan,."Adalah jamak kalau kau tidak menalar bentuk rupaku yang menakutkan ini, masakah suara akupun kau tidak mengenalnya lagi?"   Sembari bicara mahluk aneh itu angkat sebelah tangan meraih keatas muka nya.   Ternyata mukanya mengenakan kedok kulit ular, setelah kedok kulit ularnya itu ditanggalkan, maka terlihatlah seraut wajah yang rupawan, kedua biji matanya yang bundar besar memancarkan cahaya kilat yang dingin.   Begitu melihat raut muka itu, seketika Li Sek hong melengking pula.   "Sumoy!! Bagaimana bisa kau adanya!"   Ternyata mahluk aneh yang mengenakan kulit ular ini bukan lain adalah sumonya Liu Ih yu.   Kata Liu Ih yu tertawa dingin."Li Sek hong, jangan kau panggil aku sumoy lagi, di atas Sin li hong mulai kau bertekad hendak membunuh aku maka hubungan persaudaraan kami sejak kecil sudah putus!"   Li Sek hong menjadi tercengang, ia terdiam membayangkan tindakannya waktu itu yang memang cukup kejam, sesaat ia jadi bingung bagaimana ia harus bicara, setelah merandek dia berkata.   "Sumoy, cara bagaimana kau bisa tiba ditempat ini?" "Aku bukan sumoymu!"   Sentak Liu Ih yu.   "Sumoy, terserah betapa bencimu kepadaku, bagaimana juga kau masih menjadi sumoy ku!"   "Waktu diatas Sin li hong, kaulah yang pertama yang mengusulkan untuk membunuh jiwaku!"   "Memang, karena sejak kecil kulihat kau tumbuh dewasa, aku teramat paham akan segala galamu. Sejak dilahirkan kau mempunyai bawaan watak yang kejam, kalu ada Toa suci dia masih kuasa menekan sepak terjangmu, kalau Koan San gwatpun suka mengawini kau, mungkin mereka bisa merubah watakmu ini tapi begitu orang ini ada di sampingmu maka terpaksa aku harus bertindak tegas. "   Sorot dingin kedua biji mata Liu Ih yu memancar semakin menyala desisnya bengis."Apakah kau sekarang masih juga mau membunuh aku?"   "Ya, asal tenagaku mampu aku tidak akan mengubah niatku itu. Tapi hubungan persaudaraan kita masih tetap ada, mungkin setelah aku berhasil membunuh kau, aku pun bisa menyusul kealam baka. Kubunuh kau supaya kejahatan tidak tumbuh, demi keadilan dan kebenaran, kususul kau mati adalah karena hubungan pribadi."   Ucapannya ini boleh dikata cukup merasuk dan mengetuk sanubari, tetapi sedikitpun Liu Ih yu tidak terpengaruh oleh kata katanya jengeknya dingin."Masakah benar kau sudi mampus bersamanaku?"   Li Sek hong menghela napas ujarnya.   "Kenapa tidak? Masa depan bagaikan mimpi kehidupan akan datang kosong dan hampa, kehidupan jiwa bagi aku sudah tidak perlu di gandoli lagi...."   Kata katanya ini agakanya cukup berpengaruh dan meluluhkan kekerasan hati Liu Ih yu, dengusnya.   "Li Sek hong, orang lain tidak perlu dibicarakan, hanya kau seorang boleh kuberi sedikit maaf, aku percaya didalam tekadmu untuk membunuh aku sedikitpun tidak terkandung rasa jelus atau demi kepentingamu pribadi, akan datang suatu hari disaat aku sudah tidak ingin hidup lebih lama lagi, pasti aku akan menyempumakan keinginanmu, supaya aku mampus di tanganmu, tapi sekarang belum tiba saatnya, masih banyak urus an yang belum sempat kuselesaikan...."   Melihat nada bicara orang sudah lembek segera Li Sek hong bertanya.   "Cara bagaimana kau bisa berada di tempat ini?"   Liu Ih yu menjadi marah pula, katanya."Tidak ketempat ini dimana aku bisa menempatkan diriku.   Kelompok Cia Ling in tidak mau melepaskan diriku, demikian pula kalian mengejar ngejar aku hendak mencabut jiwaku.   Mengndal lwekang dan kepandaianku sekarang belum setimpal aku berlawanan dengan kalian, sudah tentu aku harus menyembunyikan diri disuatu tempat yang tidak mungkin bisa kalian temukan."   "Maksudku cara bagaimana kau bisa berubah bentuk seperti itu?"   "Jangan kau menghina bajuku yang menjijikan ini, asal aku mengenakan pakaian kulit ular sakti ini, siapa saja jangan harap bisa melukai aku."   Pada waktu itu juga di tengah udara terdengar suara desisan yang keras. Liu Ih yu segera mengulap tangan dan berkata.   "Coa Ki (selir ular) suruh aku membawa kalian! Hayolah ikut aku!"   "Siapakah Coa Ki itu?"   Tanyangwat hoa Hujin. Liu Ih yu mendelikkan mata tanyanya."Siapakah Hujin itu?"   "Dia adalah Le Hujin ibu kandung Koan kongcu!"   Liu Ih yu melengak, ujarnya.   "Koan San Gwat masih punya ibu, kenapa dia tidak pernah membicarakan hal ini kepadaku...."   Tergetar hati Li Sek hong sama Gwat hoa Hujin, tanyanya."Kau tahu dimana sekarang Koan kongcu berada?"   Liu Ih yu tersenyum manis, sahutnya.   "Sudah tentu tahu !"   "Dimana?"   Hampir berbareng Gwat hoa Hujin berdua bertanya.   "Disini juga!"   Sahut Liu Ih yu kalem. Lega hari Gwat hoa Hujin, paling ia sudah mengetahui jejak putranya, namun ia masih rada kuatir juga, lalu tanyanya pula.   "Cara bagaimana dia bisa sampai disini?"   "Kalau dikatakan memang kebetulan."   Demikian tutur Liu Ih yu..   "Aku mendapat perintah dari Coa Ki pergi ke Toa cu ho untuk menangkap seekor ular berbisa, hasilnya aku berhasil menjala jenasahnya dari dalam air."   "Dia sudah meninggal...."   Gwat hoa Hujin menjerit.   "Waktu kuangkat dari dalam air, seluruh badannya penuh luka luka, memang keadaannya seperti orang mati, cuma badannya masih rada hangat, untunglah aku berhasil menangkap ular yang kucari itu empedu ular ini bisa mengobati orang yang sudah hampir menemui ajalnya, beruntunglah aku berhasil merenggut nyawanya dari jurang elmaut."   "Oh, terima kasih kepada Thian Yang Maha Esa, bahwa aku masih diberi kesempatan untuk melihat putraku lagi."   Demikian Gwat hoa Hujin berdoa.   "Jangan kau keburu senang,"   Demikian kata Liu Ih yu..   "Mungkin tidak mudah kau dapat menemui dia.   "Kenapa?"   Tanyangwat hoa Hujin melongo.   "Karena ular yang menolong jiwanya itulah, empedu ular yang membawa pengaruh yang amat besar bagi Coa sin (malaikat ular) karena gelisah dan putus asa tanpa pikir aku berikan empedu untuk mengobatinya, sekembalinya hampir aku tidak bisa menyampaikan tugasku, maka Coa sin akan mengeluarkan empedu ular itu dari dalam badan nya!"   "Siapa pula Coa sin itu?"   "Coa sin adalah majikan dari Jian coa kok ini, mahluk aneh yang berbadan setengah ular setengah manusia!"   Gwat hoa Hujin ingin bertanya lagi, namun suara desisan ditengah udara kedengaran semakin gencar, cepat Liu Ih yu berkata."Lekas Coa ki sedang mendesak kita, aku tidak bisa berlaku lambat lambat lagi, urusan yang belum dimengerti Coa ki akan menjelaskan kepada kalian.   dan lagi kuperingatkan kepada kalian, kalau kalian ingin melindungi jiwa Koan San Gwat, jangan sekali kali kalian berbuat salah atau bersikap kasar terhadap Coa ki saat ini hanya dia sajalah yang mampu menghalangi Coa sin membunuh Koan San Gwat...."   Habis berkata bergesa ia putar badan terus berlari kedepan, hati Gwat hoa Hujin dan Li Sek hong dirundung berbagai pertanyaan, namun merekapun tidak berani berayal, cepat mengintil ketat dibelakang.   Setelah melewati dataran lembah yang gelap gulita, sekelilingnya hanya melingkar ular ular besar kecil yang beraneka jenis, namun ular ular itu sudah dijinakan, tiada seekorpun yang menyerang mereka.   Tak lama kemudian mereka tiba dibawah sebuah tebing, diatas tebing ini dibangun beberapa kamar berbatu, dari dalam beberapa kamar itu menyorot keluar sinar lampu.   Diatas pintu kamar batu terbesar melintang sebuah batu besar, diatas batu ini melingkar berbagai jenis ular besar ada pula yang menjulurkan badannya yang besar dan panjang panjang itu diluar pintu seperti kerai.   Dengan tangannya Liu Ih yu menyingkap badan ular teras menerobos masuk.   Sementara Gwat hoa Hujin menggunakan pedang karena kepala kepala ular itu mendongak sambil menjulurkan lidahnya, mulutnyapun berdesis amat menakutkan.   Dari dalam kamar terdengar Liu Ih yu berkata.   "Jangan kuatir masuk saja, ular ular ini tidak dan menggigit kalian, mereka hanya dibuat pajangan untuk menakuti orang saja, tapi bisa kalian bikin mereka gusar sulitlah dibayangkan akibatnya"   Gwat hoa Hujin merandek sebentar, akhirnya ia simpan pedangnya terus menerobos masuk saja, benar saja diwaktu ia maju mendekat ular ular itu lantas melingkarkan badan kesebelah atas memberi jalan kepadanya.   Li Sek hong mengintil dibelakangnya, saking ngeri mukanya sudah pucat pias.   Keadaan dalam kamar ternyata cukup bersih dan teratur, luas lagi, perabot kursi dan meja serta segala keperluan dalam kamar ini semua terbuat dari batu batu, cuma semua perabot itu semua dilembari kulit kulit ular.   Diatas sebuah ranjang duduk bersimpuh seorang perempuan muda yang telanjag bulat berusia sekitar enam tujuh likuran, parasnya amat cantik ayu, terutama seluruh kulit badan nya, boleh dikata laksana batu jade yang tiada cacatnya, putih halus mengkilap lagi.   Yang membuat orang merasa ngeri dan giris di atas badannya itu melingkar seekor ular aneh, ular ini selurah badannya berwarna putih hitam, badannya rada gepeng lebar satu dim lebih, entah berapa panjang badannya, karena melingkar lingkar dibadan gadis rupawan itu, secara kebetulan badannya membelit bagian vital dari badan gadis.   Dalam pada itu Liu Ih yu sudah menanggalkan seluruh pakaian anehnya, sebelah dalam ia mengenakan pakaian sutra warna putih yang ketat, sebetulnya bukan pakaian lagi tepat kalau dikatakan mengenakan bikini, karena hanya pada dada dan bagian bawahnya saja yang tertutup, kedua paha dan perut serta pundakanya kelihatan putih halus juga.   Begitulah Li Sek hong berdua melangkah masuk, gadis itu secara halus dan penuh hormat segara berdiri serta berseri tawa, sapanya.   "Silahkan kalian duduk!"   Tangannya menunjuk kursi kursi batu.   Sekilas Gwat hoa Hujin sedikit membungkuk badan terus duduk tanpa sungkan sungkan.   Sementara Li Sek hong amat jijik akan kulit ular itu, dia terima berdiri saja.   Dengan tangannya Liu Ih yu menunjuk gadis itu serta memperkenalkan.."Dia adalah Coa ki."   "Ih yu"   Tukas Coa ki."Coa ki hanyalah nama yang kugunakan didalam Jian coa kok terhadap orang luar mana boleh kau memperkenalkan namaku demikian? Sebutkan saja nama asliku kepada mereka...."   Liu Ih yu tertegun katanya."Hampir satu bulan aku berada disini, belum pernah Coa ki, beritahu kepadaku nama aslimu!"   Coa ki tertawa geli ujarnya."O.. Kalau begitu akulah yang teledor, namaku hanya pernah kuberitahukan kepada Koan San Gwat kukira dia bisa memberitahu kepada kau!"   Rona muka Liu Ih yu rada berubah namun cepat kembali seperti biasa katanya tertawa."Sejak Koan San Gwat tiba disini aku hanya berkesempatan melihatnya dua kali setiap kali pasti ada Coa sin disampingku perkataan yang bisa kami bicarakan!"   Coa ki manggut manggut, katanya"Kalau begitu biarlah aku memperkenalkan diri sendiri.   Aku she Kang bemama Pan, kukira nama ini jauh lebih enak didengar dan gampang diucapkan dari pada Coa ki.   Cuma selama puluhan tahun menetap didalam Jian coa kok ini, jarang ada orang memanggil nama asliku ini...."   Pertama kali mendengar nama Coa ki semula Li Sek hong menyangka dia pasti seorang perempuan tua buruk rupa yan jahat dan kejam melebihi kuntilanak, kini setelah beradu muka, kesannya jadi tampak beruban malah merasa simpatik pula kepadanya, segera ia tersenyum manis dan berkata."Aku yang rendah Li Sek hong...."   "Aku tahu!"   Ujar Kang Pan,."Tadi Liu Ih yu ada melihat kalian datang Ke Ki san."   Li Sek hong melengak Kang Pan berkata pula dengan tertawa."Karena kalian membawa unta sakti inilah, menurut Ih yu binatang itu adalah peliharaan Koan San Gwat yang paling disayangi, untuk mengambil hatinya, sengaja aku minta Coa ki untuk memancingnya kemari, siapa tahu membuat geger kalian pula, semula orang gadis kecil."   "Itulah dayangku bemama Ling koh, bagaimana dia sekarang...."   "Dia baik baik saja! Coa sin paling suka pada anak anak perempuan, dia tidak akan disakiti! Nyonya ini adalah...."   Pandang mataya tertuju kepada Gwat hoa Hujin. Gwat hoa Hujin tertawa ringan, katanya."Aku bemama Le Ciu kiok, Koan San Gwat adalah putraku!"   Kang Pan berseru heran, kata nya haru."Ternyata kaulah ibunya, Gwat hoa Hujin yang belum lama ini dia temukan bukankah kau bersemayam di Tay pa san? Kenapa berkecimpung juga didunia ramai?"   Tergerak hati Gwat hoa Hujin, katanya."Apakah putraku sudah menjelaskan kepada kau!"   Kang Pang tertawa sahutnya."Kami hanya pernah bicara sekali, sungguh aku amat tertarik akan pengalaman hidupnya yang aneh penuh liku liku dan aneh, aku pun merasa sedih pula akan nasibnya, untunglah tak lama lagi kalian ibu beranak bakal berkumpul kembali."   "Terhadap putraku itu akupun amat menyesal, sebab aku belum menunaikan tanggung jawab seorang ibu kepada putranya, maka masa hidup selanjutnya sampai hari ajal aku bersedia berjerih payah demi kebahagiaannya." "Dia sendiri sih cukup mampu berjuang dalam kehidupan, dia cukup mampu berdiri sendiri, kau tidak perlu kuatir baginya"    Saputangan Berdarah Karya Kho Ping Hoo Sepasang Pendekar Kembar Karya Kho Ping Hoo Jaka Galing Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini