Patung Emas Kaki Tunggal 21
Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH Bagian 21
Patung Emas Kaki Tunggal Karya dari Gan K H Koan San Gwat menepuk lehernya, katanya penuh iba. "Kawan tua, hampir saja kita tidak bisa bertemu lagi. kali ini untunglah berkat pertolonganmu pula sehingga aku bisa lolos dari segala kesulitan!" Kang Panpun manggut manggut, katanya "Unta sakti tunggangan Koan koncu ani memang binatang yang cerdik benar henar sakti, Ih yu hanya membawa pedangmu diayun ayunkan sekitar udara pegunungan sini, dia lantas dapat mengendus baunya, secepat terbang terus berlari menyusul kemari, sampai Ih yu yang berlari begitu cepatpun kena disusul!" Karena orang mengingatkan pedang, sontak Koan San Gwat menjerit kaget. "Celaka! Dimana pedangku?" "Wah, keadaan semakin menyulitkan!" Demikian timbrung Li Sek hong. "Kalau pek hong kiam berada ditangannya, mungkin jauh lebih berbahaya dari ketiga ular itu?" Kang Pan ikut ketarik, tanyanya. "Apakah pedang itu punya keistimewaan?" "Ya! Pedang itu peninggalan dari jaman kuno, merupakan sebilah pedang tajam yang dapat mengiris besi seperti memotong tahu, masih lebih banyak lagi manfaatnya!" "Aku tidak sependapat dengan kau!" Ujar Kang Pan. "Dengan mata kepalaku sendiri Coa sin pernah mencoba ketajaman pedang itu, katanya pedang biasa saja yang tak maupu menusuk tembus kulit ular yang dikenkan oleh Ih yu itu. Kukira pedang pendek milik Lehujin yang dipatahkan Coa sin itu jauh lebih berharga malah!" Li Sek hong melengak mendadak ia bertanya kepada Gwat hoa Hujin. "Apakah pedang pendek milik Hujin itu benama Meh tai?" "Benar! Darimana Li Siancu bisa tahu?" "Sayang! Sayang sekali! Pedang itu jauh lebih berhanga dari Pek hong kiam" Agakanya Gwat hoa Hujin acuh tak acuh katanya tawar. "Berhargapun tiada gunanya! Begitu direbut oleh Coa sin dengan gampang saja dia patahkan menjadi dua. Kau belum pernah melihat pedang yang dibawa putraku itu." "Bagaimana dengan pedang yang dibawa Lau Yu hu?" Tanya Koan San Gwat. "Pedang itu dinamakan Ci seng....." "Ci seng!" Li Sek hong menjerit kaget. "Bagaimana mungkin Ngo ih kiam beruntun bisa muncul dalam terbuka ini?" Memang diwaktu Koan San Gwat petama kali melihat Pek hong kiam ditempat kediaman Cen Kiau dulu pernah mendengar kisah ini, tapi Gwat hoa Hujin tidak tahu menahu tentang hal itu, tanyanya heran. "Apa yang dinamakan Ngo ih kiam?" "Guruku almarhum pernah memperoleh se Jilid buku pelajaran pedang, didalam buku itu, ada tercatat nama nama aneh dari kelima pedang mustika itu, masing masing dinamakan. "Ci seng, Ceng so, Meh tai, Ui tiap, dan Pek hong kiam, Pek hong kiam adalah yang terendah nilainya" Sedikit berubah tegang air muka Gwat hoa Hujin, dengan terlongong mulutnya berkemik menyebut kelima nama nama pedang itu. Sementara Li sek hong meneruskan berkata. "Ngo ih kiam merupakan pedang pusaka terbesar pula pada jaman ini, tak nyana Hujin bisa memperoleh dua diantara kelima itu" "Tidak! Salah ucapanmu! Nama Ngo ih kiam menurut yang kau sebutkan, kecuali Pek hong kiam, empat yang lain semua terjatuh ditanganku!" Li Sek hong terbelalak, agakanya ia tidak percaya, kata Gwat hoa Hujin tertawa. "Keempat pedang itu semua dibawa pulang oleh Lau Ih yu, sepulangnya merantau." "Darimana ia mendapatkan keempat pedang itu aku tidak jelas, mengenai keistimewaan keempat pedang masing masing aku cukup mengetahui, malah pernah kudengar juga bahwa pedang pedang itu terbagi dalam lima warna, hijau, ungu, hitam, kuning dan putih, kalau kelima pedang itu bisa memperoleh semua menjadi koleksi pribadi seseorang digunakan bersama oleh lima orang yang memiliki ilmu pedang tingkat tinggi, seluruh jagat ini tidak akan menemui tandingan. Bahwa akhirnya dia sampai kena dilukai dan menanam permusuhan dengan orang karena dia akhirnya mengetahui bahwa Pek hong kiam terjatuh ditangan seorang perempuan. Untuk merebut pedang itu sehingga ia bertempur, tak nyana akhirnya dia sendiri yang kena dikalahkan dan terkutung sebelah lengan nya...." "Benar dan orang yang dimaksudkan itu adalah Oen Cianpwe!" Gwat hoa Hujin lantas melirik kearah Koan San Gwat. Koan San Gwat tersiap bahwa dia sudah kelepasan omong, lekas ia tutup mulut dan menundukkan kepala. Gwat hoa Hujin sudah paham akan maksud hatinya, katanya tertawa. "Nak kau tak usah merasa sulit, Ling koh sudah menjelaskan Mo li Oen Kiau kepadaku, kelak bila aku bentrok sama dia, kau sudah tidak punya tanggungjawab lagi." Dengan heran Koan San Gwat hendak bertanya, namun Li Sek hong menyela lebih dulu. "Hujin! Dimana sekarang keempat pedang itu?" "Setelah Lau Ih yu meninggal," Demikian tutur Gwat hoa Hujin. "Sekarang Ceng so kiam menemani jenasahnya di Khong ham kiong, Ci seng dia berikan kepada putranya Lau Yu hu, Ui tiap diberikan kepadaku sedangkan Meh tai diberikan kepada Tam kiam, setelah Tam ktam mati, kebetulan waktu aku hendak turun gunung mencari anak Gwat lantas kubawa serta, tak kira akhirnya kena dipatahkan oleh Coa sin!" "Lalu dimana sekarang Ui tiap kiam?" Tanya Li Sek hong. "Wakru berada di Khong ham kiong, aku jarang menggunakan pedang, maka pedang itu kuberikan pada Pelayan dekatku Coh bing untuk menyimpannya, sekarang masih tertinggal di Khong ham kiong...." "Bagaimana juga harap Hujin segera mengirim orang untuk membawa Ui tiap kiam itu kemari selekasnya dan diserahkan kepada Koan kongcu untuk dipakai. Kalau tidak situasi terlalu menyulitkan bagi kita!" "Anak Gwat, perlukah kau menggunakan pedang itu?" Tanya gwat hoa Hujin. Koan Sau gwat berpikir sejenak, sahutnya. "Perlu! Tanpa pedang Tay lo kiam hoat tidak mampu kukembangkan." "Diantara Ngo ih kiam hanya Ceng so saja yang kuasa menandingi Ci seng, lebih baik kalau mengeluarkan Ceng so" Demikian Li Sek hong mengusulkan. "Jangan, jangan hanya karena sebilah pedang lantas menbongkar kuburan orang." "Kalau kita hanya menghadapi Cia Ling im dan Liu sumoy saja sih cukup menggunakan Ui tiap kiam, tapi dari penuturan Hujin tempo hari bahwa Koan kongcu hampir saja menemui ajalnya dibawah tekanan hebat dari Ci seng kiam itu, kalau kali ini mereka bentrok sekali lagi, aku jadi tidak berani membayangkan bagaimana akibatnya." Demikian Li Sek hong coba membentangkan situasi. Agaknya teregrak hati Gwat hoa Hujin, sesaat ia menepekur mempertimbangkan. Adalah Koan San gwat malah berkata "Kukira tidak perlu, pertandingan pedang tergantung dari kematangan latihan ilmu pedangnya bukan terletak pada senjatanya." "Anak Gwat kurasa uraian Li siancu memang cukup beralasan, Ci seng kiam ditangan Lau Yu hu itu memiliki dayanguna yang ajaib sikapnya terhadapmu kau sendiri sudah melihatnya, kalau kelak kalian bentrok lagi, akupun akan tidak kuasa melerai lagi, jelas aku sudah kehilangan dia, masakah aku harus kehilangan sekali lagi....." Koan San Gwat maklum akan maksud hati ibunya, namun dengan tegas dia berkata "Tidak Bu! Meski Lau Yu hu sakit hati dengan ayah, namun pertikaian diantara mereka sulit dijelaskan, sekarang mereka sudah sama meninggal, pertikaian kesumat ini biarlah turut berlalu ditelan masa ." Merah muka Gwat hoa Hujin. Sebalikanya Li Sek hong berkata. "Kongcu, jangan kau lupa, Lau Ya hu tidak berpikiran seperti kau!" "Aku tahu, banyak alasannya kenapa dia amat membenci aku, bukan hanya persoalan dendam sakit hati angkatan tua kami!" "Maka kau harus berlaku hati hati menjaga segala kemungkinan! Rasa bencinya terhadap kau meresap ketulang sumsum." "Aku mengerti! Diwaktu pertanding pedang di Khong ham kiong dulu, dia sudah berniat membunuh aku.. diatas Bong Gwat hong, sekali lagi dia mengatur tipu muslihat untuk mencelakai aku..." "Benar diakah yang mengatur muslihat hendak mencelakai jiwamu? waktu aku memeriksa keadaan tempat itu, aku masih tidak percaya bahwa dialah yang berbuat." "Mungkin juga bukan dia, yang terang pasti mendapat petunjuknya, tapi kejadian itu hanya bisa menyalahkan aku sendiri, kenapa tidak berlaku hati hati, sehingga tertipu mentah mentah oleh budak kecil yang bemama Siu hong itu...." Mereka tidak saling debat lagi, sejak itu mereka turun ganung tanpa membuka suara, Koan San Gwat disebelah depan bersama Kang pan diiringi unta sakti, sementara Li Sek hong dan Gwat hoa Hujin disebelah belakang sedang bisik bisik, membicarakan banyak persoalan yang serba rahasia. Waktu cuaca masih remang remang menjelang fajar, romboagan mereka kembali tiba dipondok desa dimana mereka menginap. Betul juga Sian yu It ouw, Jip hoat dan lain lain karena Gwat hoa Hujin, Li Sek hong mendadak menghilang tanpa karuan mereka sedang ribut dan gelisah. Setelah melihat Gwat hoa Hujin berdua kembali serta membawa pulang juga Koan San Gwat, karuan bukan kepalang girang mereka. Begitulah suasana dalam pondok desa itu dari suasana ribut dan kalut semula kini menjadi pesta pora dalam suasana yang riang gembira, betapa mereka takkan takjub mendengar cerita seperti di dalam dongeng saja. Untuk mengambil Ui tiap kiam dan diberikan kepada Koan San Gwat, maka Gwat hoa Hujin mengutus Jip boat kembali ke Khong ham kiong di Tay pa san. Untuk menyerapi gerak gerik Cia Ling im yang berpangkalan di Ngo tay san dengan Thian mo kau nya, Koan San Gwat merasa tidak leluasa sembarang bergerak diluaran supaya tidak menimbulkan sesuatu peristiwa yang tidak diinginkan, mereka beramai terus menetap didalam pondok desa itu, tak lupa Ban li bu in dan it lun bing Gwat diutus keluar untuk mencari berita dan menyelidiki situasi di luar. Soalnya kedudukan mereka di Liong hwa hwe rada rendahan, seumpama kebentur oleh anggota Thian mo kau tentu tidak akan membuat perhatian mereka. Memangnya nganggur dan tiada pekerjaan apa apa, dari pemilik pondok Gwat hoa Hujin membeli bahan pakaian dan membuatkan baju dan celana untuk Kang Pan. Karena ada ular yang membelit badannya itu, jadi Li Sek hong sulit untuk mengukur badannya terpaksa main raba dan langsung dijahit begitu saja, tak lupa merekapun membuatkan sebuah kantong dari karung untuk menyembunyikan ular putih Kang Pan itu. Saking tegang, kalau tidak bercakap cakap dengan It ouw dan lain lain tentu Koan San Gwat bercengkerama dengan unta saktinya, atau dia menceritakan pula adat istiadat dan tata kehidupan manusia ramai kepada Kang Pan, hari hari mereka lewatkkan dengan aman dan tenang. Tapi didalam ketenangan itu ada kalanya hatinya bergejolak pula bila memikirkan nasib Thio Ceng ceng. Dikala ia hidup berdampingan dengan Thio Ceng ceng tidak pernah dirasakan oleh nya batapa besar pengaruh anak gadis itu terhadap relung hatinya. Kini setelah dia tahu betapa besar dan murni cinta Thio Ceng ceng terhadap dirinya, baru ia sadar betapa besar ia mengharap harap cemas akan bertemu dengannya Thio Cog ceng berada dicengkeraman Lau Yu hu, tentu dari mulur Lau Yu hu dia sudah mendengar kematian Koan San Gwat. Didalam renungannya sering berbagai pertanyaan yang berbeda beda mengetuk sanubari nya, dan oleh berbagai pertanyaan itulah hatinya semakin risau dan gelisah. Keadaan semacam ini belum pernah terjadi selama ini. Sejak dia mulai berkecimpung di Kangouw dia sudah hidup didalam perjuangan demi menegakan keadilan dan kebenaran, dalam lemparan keperwiraan yang gagah berari, belum pernah terpikirkan olehnya akan persoalan cinta asmara muda mudi. Serta merta timbul rasa kebencian yang meluap luap terhadap Lau Yu hu. "Kalau Ceng ceng sampai ajal karena aku, pasti aku tidak akan mengampuni dia !" Ini hanya tekad dalam sanubarinya saja. "Kalau Ceng ceng merubah haluan, dan merubah cintanya kepada Lau Yu hu bagaimana? Apakah pantas aku merebut Ceng ceng dari pelukan Lau Yu hu! Aku akan tinggal pergi secara diam diam, biar mereka menempuh hidup baru dan bahagia sampai hari tua biarlah aku mengendam dan mendambakan cinta kasihnya didalam khayalan belaka, akan kupersembahkan jiwa ragaku ini demi kepentingan umat manusia..." Amat sulit untuk mengambil keputusan ini, siapa akan terima melihat kekasih sendiri di rebut orang lain? Tapi Koan San Gwat merelakan hal ini, watak lurusnya yang suci murni membuat ia mengambil keputusan yang cukup bajik dan mengubah kelapangan jiwanya, dan sebab yang utama dan keputusan yang drastis ini adalah karena cinta Lau Yu hu kepada Thio Ceng ceng serta pengorbanannya jauh lebih besar dan setimpal dibanding apa yang pernah dia berikan sebagai imbalan cinta Thio Ceng ceng. Suasana tenang itu mereka lewatkan sepuluh hari. Desa kecil ditengah pegunungan yang biasanya sunyi sepi mendadak menjadi ramai dan gaduh. Keramaian ini terjadi karena berdatangan pula serombongan orang. Terutama benda mengejutkan yang dibawa pulang oleh It lun bing Gwat dan Ban li bu in hasil penyelidikkan mereka, yaitu bahwa Hu kaucu (wakil Kaucu) Thian mo kau ini dijabat Sebun Bu yam, kini sudah diganti orang. Koan San gwat adalah orang yang paling kaget dan mencelos hatinya, karena Hu kaucu dari Thian mo kau ini dijabat oleh saudara lain bapaknya sendiri, yaitu Lau Yu hu adanya. Tak lama kemudian kelima pembantu Koan ham kiongpun sama berdatangan, ternyata Jing Tho, Sui Ki pun diajak datang pula oleh Tay Su. Sedang Jip hoat secara kebetulan bersuara dengan Coh Bing. Seperti diketahui Coh Bing ditugaskan untuk menjaga dan merawat Khong ham kiong, kenapa sekarang diapun ikut datang? Hal inipun merupakan berita yang amat mengejutkan bagi Gwat hoa Hujin. Ternyata Lau Yu hu sudah pulang kandang, langsung dia membongkar kubuaran ayahnya sendiri dan membawa pergi Ceng so kiam, celakanya pedang pusaka itu kini sudah diberikan kepada Cia Ling im. Ada lagi sebuah berita mengenai Thio Ceng ceng, katanya setelah mendapat berita akan kematian Koan San Gwat setiap hari kerjanya hanya mengangis dan sesambatan. Wajahnya menjadi pucat bersih dicucuri oleh air matanya kira kira tiga hari yang balu dikabarkan dia menghilang secara misterius. Kemana dia? Cara bagaimana dia menghilang? Tiada seorangpun yang bisa memberi jawaban. Kejadian yang beturut turut ini sungguh sungguh merupakan suatu pukulan berat bagi Gwat hoa Hujin dan Koan San Gwat beramai terutama perubahan sepak terjang Lau Yu hu yang keliwat batas ini. Bagaimanapun mereka harus lekas lekas bertindak dan mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan ini. Perubahan apapun yang terjadi, mereka harus benar benar berlawanan dengm pihak Thian mo kau. Setelah Lau Yu hu menjadi Hu kaucu seperti macan tumbuh sayap, sekali kali Cia Ling im akan semakin brutal dan bersimaharaja, jiwa mereka sewaktu waktu terancam bahaya, apalagi Ceng so dan Ci seng dua pedang terlihay dari Ngo ih kiam berada ditangan mereka. Untunglah meski harus mempertaruhkan jiwa Coh bing berhasil menyelamatkan diri. Membawa lari pula Ui tiap kiam, hanya pedang pusaka terakhir inilah yang menjadi andalan terampuh untuk memberantas musuh musuh laknat yang jahat itu, disamping Ui tiap kiam, Koan San Gwat pun hanya mengandal Tay oo kiam hoatnya saja. Adanya perubahan besar diluar dugaan ini, mereka tidak bisa terlalu lama menetap di desa pegunungan itu lagi, maka Koan San Gwat pimpin rombongan besar dari puluhan orang itu siap membuat pertempuran secara berhadapan dengan orang Thian mo kau. Dari Ki sin menuju ke Ngo tai hanya berjarak ratusan li, mengandal kekuatan langkah unta sakti, cuma memakan waktu satu hari, tapi kuda tunggangan orang orang lain tidak mungkin bisa menempuh jarak sejauh itu dengan cepat, terpaksa ia harus menunggu dan menunggu dengan sabar untuk tiba ditempat tujuan bersama. Waktu berlalu dengan cepat, akhirnya mereka memasuki daerah pegunungan Ngo tay san, tapi masih amat jauh untuk tiba dipuncak tertinggi Ngo tai san. Mereka berbondong dijalan raya yang lebar, menurut terkaan Koan San Gwat, pihak Thian mo kau sudah tentu mulai begerak lagi , betul juga di luar kota Hap tai sin dipangkalan Ngo tay san, Ki How menuggang seekor unta hitam sedang menghadang ditengah jalan. Liong Hwa hwe sudah bubar, tiada ikatan kedudukan dan tingkatan lagi diantara mereka, namun sikapnya masih amat pongah dan takabur, mungkin karena Cia Ling im sudah mengajarkan Siu lo jit sek kepadanya, jelas bahwa tingkat kedudukannya didalam Thian mo kau tentu tidak rendah. Begitu rombongan Koan San Gwat mendekat, unta sakti segera mengumbar adat menerjang maju lebih dulu. Agaknya unta hitam itu sudah menjadi takut karena kekalahannya tempo hari melihat musuh besarnya menerjang tiba ia jadi gugup dan ketakutan, beruntun mundur lagi. Dengan mengumpat caci Ki Hou melompat turun terus menendang pantatnya keras keras makinya. "Binatang tidak berguna!" Melihat wibawa dan keangkerannya menakutkan unta hitam itu, unta sakti mendongkol dan mengembor keras dan panjang sikapnya amat senang dan puas. Dengan tertawa Koan San gwat menepuk nepuk lehernya serta katanya. "Kawan tua! Sungguh hebat kau, didalam negara kebinatangan kau boleh dianggap sebagai jagoan yang tergagah dan nomor satu, tiada seekor binatang tunggangan macam apapun yang kuasa menandingi kau" Dari punngung unta hitamnya Ki Hau menurunkan sebuah buntalan, didalamnya terbungkus sebuah senjata yang berbentuk aneh dan khusus dibuat untuk dirinya. Senjata ini adalah sebuah patung patung berkaki tunggal warna hitam legam menyerupai patung mas berkaki tunggal milik Koan San Gwat. Cuma kepalanya lebih besar, dengan gigi yang menyeringai muka setan. Untuk senjatanya ini dia menamakan Tok kak kui ong (raja setan berkaki tuggal). Sambil mengayunkan senjatanya itu Ki Hauw menantang. "Koan San Gwat mari turun, lawanlah aku tiga ratus jurus!" "Aku tiada tempo main main dengan kau lekas panggil Cia Ling im kemari!" "Tanpa kau bisa menjebol pertahananku ini, jangan harap kau bisa berhadapan dengan Kaucu kami!" It ouw merasa sebal melihat kelakuan tengikanya, apalagi kedudukannya di Liong hwa hwe dulu lebih tinggi dari pemuda lakanat ini, segera ia maju beberapa langkah serta seraya "Koan kongcu berikan kepada Lohu, biar kugencet mampus bocah kurangajar ini!" Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Belum Koan San Gwat sempat bersuara, Kang Pan pun yang jelita segera ikut tampil kedepan, serunya "Lo siansing! Jangan kau yang maju!" "Kenapa Lohu tidak boleh maju?" "Apakah Lo siansing hendak melawannya dengan bertangan kosong mungkin cukup segebrak saja, jiwamu kau angsurkan kepadanya" "Lohu tidak percaya, biar kucoba coba dulu!" Lenyap suara tiba tiba badannya betkelebat menerjang kearah Ki Houw seraya melontarkan sebuah pukulan tangan. Ki Houw mandah tersenyum ejek pelan pelan ia angkat patung hitamnya menyapu miring mengetuk kejari It ouw. Disaat kedua lawan sentuh, dari samping menyelinap sesosok bayangan, entah bagimana tahu tahu sudah menyela di tengah tengah mereka seraya mengebutkan lengan bajunya, telak sekali ia menyampok gada setan Ki Houw menyelonong kesampuag It ouw menjadi gusar, sahutnya."Apa apaan tingkah lakumu ini nona Kang?" Kang Pan tertawa sahutnya. "Lo siansing jangan marah, dengan kosong melawan senjata terang kau tidak akan ungkulan, apalagi diatas senjatanya ini ada dilumuri racun jahat, kenapa kau harus mengorbankan jiwa mu dengan sia sia !" Mencelos hati It ouw, matanya terbelalak. Benar juga dilihatnya mata Ki Hou memancarkan sorot tajam dengan senyum sinis, Tok kak kui ong ditangannya sudah diangkat pula, cepat Kang Pan berkelebat maju pula menghadang maju pula didepannya serta kata nya. "Kalau kau memang ingin berkelahi, hanya akulah yang cocok menghadapi kau, aku tidak takut menghadapi racunmu!" Karena kibasan lengan baju orang tadi, senjata Ki Hou kena disampok menyelonong kesamping maka Ki Hou tahu bahwa gadis ayu ini memiliki lwekang yang cukup ampuh dan lagi memang orang benar benar tidak takut pada racunnya, hal ini benar benar membuat dia mati kutu, hatinya menjadi jeri dan tidak berani gebrak melawannya. Akan tetapi kali ini merupakan kesempatan paling baik, ia jadi merasa getol tidak bisa tercapai keinginannya, tiba tiba biji matanya berputar, sengaja ia tertawa besar dan sesumbarnya. "Koan San Gwat, apakah kau ini laki laki sejati, kok menggunakan tenaga perempuan menjadi anjing pelindungmu?" Terbakar hati Koan San Gwat, baru saja ia hendak melabrak maju, lekas Li Sek hong berseru mencegah "Koan kongcu! Kau harus mementingkan tugasmu yang utama, segala apa yang harus bisa tahan sabar, rombongan Cia Ling im masih memerlukan kamu untuk menghadapinya, jangan kau bekerja membawa adatmu kemari !" Apa boleh buat Koan San gwat menghela napan, katanya berpaling kearah Kang pan. "Nona Kang ! Mencapaikan kau saja!" "Tidak apa! Orang ini memang jahat, aku perlu menghajarnya supaya kapok. Dihadapanku dia berani mentang mentang main racun, nanti bila kubekuk biar kusuruh Siau giok (nama ular putihnya) menggigitnya sekali, biar dia rasakan betapa nikmat orang kena racun!" Sembari berkata ia melangkah menghampiri Ki Hou melangkah mundur. "Lho, kenapa lari bukankah mulut cukup garang tadi, kiranya nyalimu lebih kecil dari pada tikus, bukankah kaupun seorang laki laki sejati, masakah takut menghadapi anak perempuan?" Merah padam muka Ki Houw, karena olok olok ini ia tidak mundur lagi mulutnya gerung sambil mengayun senjatanya. "Perempuan lakanat! Kau terlalu menghina!" "Ya, keluarkan segala kemampuanmu, mari lawanlah aku!" Seperti orang kalap segera Ki Houw mengobat abitkan senjatanya maju menerjang dengan membabi buta, rangsakan senjatanya itu boleh di kata cukup hebat dan cepat namun ujung baju orang saja dia tidak mampu menyentuhnya, suatu ketika Kang Pan merasa sebal cukup dia kibaskan pula lengan bajunya, kontan Ki Hou tergentak mundur setengah tumbak. Kang Pan tertawa ejek. "Bebalmu masih terlalu jauh, mengandal kepandaian serendah ini sudah berani bermulut besar mengagulkan diri, menjegal jalan segala, sungguh tidak tahu diri!" Gerak gerik Kang Pan yang acuh tidak acuh dan seenakanya itu cukup menggentak mundur terjangan Ki Hou dengan senjatanya yang dahsyat, bukan saja Ki Hou yang jadi lawannya amat kaget, Koan San Gwat dan lain lainpun ikut tercengang, hanya diantara mereka yang secara langsung pernah bentrok dengan Ki Houw dan tahu mengukur sampai dimana tingkat lwekang Ki Houw, tak nyana sekarang begitu kena dipukul gentayangan cukup degnan kebasan lengan baju belaka, lawan yang semula seganas harimau, begitu berhadapan dengan Kang Pan menjadi seperti tikus. Ki Houw merandek sebentar, diam diam ia mengerahkan tenaga murninya sambil kertik gigi ia melabrak maju pula sambil mengayun senjatanya. Kali ini Kang Pan bekerja tidak kepalang tanggung, cepat lengan bajunyapun dikebas keluar memapak senjata lawan, cukup sekali sendal lengan bajanya sudah membelit senjata lawan, cukup sedikit angkat pergelangan tangan, sementara mulut membentak. "Pergilah!" Bersama senjata beratnya tak terkendali Ki Houw mencelat terbang ketengah udara seperti layang layang putus benang, secara kebetulan melayang jatuh keatas kepala Koan San Gwat melihat gelagat yang jelek ini cepat Li Sek hong melejit maju sembari berteriak memperingatkan. "Koan kongcu, lekas minggir!" Buru buru ia mengejar tiba, jarinya yang berkuku panjang segera mencakar ketengah udara mengarah pundak Ki Houw. Ki Houw menyeringai sadis dan begelak tertawa panjang, dari atas tubuhnya meluncur turun seraya mengeprukan senjata yang besar dan berat laksana sebuah batu gunung menindih keatas kepala Koan San Gwat. Begitu besar niat Li Sek hong untuk menolong Koan San Gwat, maka dia dulu yang terkena pulutnya dengan menubruk maju tanpa hiraukan keselamatan jiwa sendiri. Tapi Koan San gwatpun tidak tinggal diam, kuatir Li Sek hong terluka oleh senjata lawan yang berbisa, lekas ia jejakkan kedua kakinya sembari kerahkan tenaganya, ia ayun kim sin ditanganya menyanggah keatas. Karena senjata gada patung mas berkaki tunggal panjang tiga empat kaki meski ia bergerak rada belakang, namun senjatanya menyambar tiba didepan Li Sek hong. "Trang!" Kembang api beterbangan ditengah udara, badan Ki Houw seperti seekor burung terbang yang terkena panah ditengah udara, pertama, tergentak mumbul lagi satu tumbak lebih lalu menukik turun pula, lekas ia memburu kedepan dan menyerampangkan patung emasnya dengan setakar tenaga pula, suatu benturan kedua senjata lebih keras memekakkan telinga, gada raja setan ditangan Ki Houw kontan berbentur hancur lebur tercerai berai. Lekas Ki Houw menjatuhkan diri ketanah terus mengelundng beberapa tumbak jauhnya, beruntung ia terhindar dari gempuran ketiga Koan San Gwat yang lebih dahsyat. Waktu ia berdiri tegak, telapak tangannya berlepotan darah. Itulah karena tenaga hantaman gada mas Koan San Gwat teramat hebat, pada benturan kedua, bukan saja Tok kak kui ong milik Ki Houw, celakanya telapak tangannya tergetar pecah dan berdarah, lebih mengenaskan lagi dua jari Ki Houw berpindah dari tangannya. Ki Houw mengertak gigi, menahan sakit dan merasa geram, segera ia menyobek lengan bajunya untuk membalut luka lukanya katanya menyeringai bengis. "Bagus! Koan San Gwat. Dalam jangka begini pendek, lwekangmu ternyata maju begitu pesat, waktu bertanding di sin li hong tempo hari, lwekangmu masih berada dibawahku, tidak lebih kau menang karena mengandal permainan tipu tipu permainan gada mu sehingga menang sejurus, tak nyana hari ini kau sudah membekal lwekang yang begitu hebat sungguh aku harus memuji dan salut kepada kau!" Koan San Gwat sendiri juga keheranan, sungguh iapun tidak habis mengerti, dulu memang dirinya bukan tandingan Ki Houw, tapi kenyataan hari ini dia berhasil mengalahkan Ki Houw dengan gemilang, jelas bahwa lwekang Ki Houw pasti sudah lebih maju dari dulu, adalah lwekang sendiri pun maju berlipat ganda sungguh mengejutkan. Meski terluka dan kesekitan, sedikit pun Ki Houw tidak berubah air mukanya, ujarnya "Perduli lwekangmu setinggi langit, toh kou tidak lepas dari tipu dayaku, beruntun kau terkena racun Bu ing hoat hiat sin diatas senjataku, kini tentu sudah meresap masuk kedalam isi perutmu. Aku harus segera membawa pulang berita baik ini kepada Kaucu , nanti sebentar biar aku kemari lagi untuk mengantar jenasahmu!" Sehabis berkata segera dia lari sekencang kencangnya tanpa menoleh lagi. Koan San Gwat tahu orang takut dibalasi oleh Kang Pan, namun ia tiada minat mengejarnya, lekas dia berkata kepada Kang Pan "Nona Kang! Bisakah ularmu memunahkan racun?" "Tidak bisa lagi! Ludahnya sudah kering kalau disuruh membersihkan racun diatas senjatamu, mungkin jiwanya bisa terancam bahaya, kau harus hati hati, jangan sampai orang lain tersentuh olehnya!" "Bukan racun diatas senjataku, racun dalam tubuhku maksudku...." Kang pan tertawa geli, ujarnya. "Badanmu mana terkena racun. Kau pernah menelan empedu ular wulung, minum darah ular sanca sakti lagi badanmu sekarang sudah kebal terhadap ratusan jenis racun, kecuali beberapa jenis ular yang terbatas dapat mengancam jiwamu, segala racun apapun tidak akan berguna pada dirimu!" Koan San Gwat terlongong, demikian pula orang lain ikut merasa lega, kata Li Sek hong sembari menghela napas. "Kenapa tidak kau jelaskan sejak tadi, hampir saja aku ikut berkorban jiwa." "Salahmu sendiri yang bertindak terlalu tergesa gesa. Memang sengaja kulempar kearah Koan kongcu, karena senjatanya itu hanya Koan kongcu saja yang mampu menghancukannya karena dia pernah menelan empedu ular wulung bertanduk tunggal, sehingga tenaga nya amat besar...." -oo0dw0oo- Jilid 23 BARU SEKARANG KOAN SAN GWAT sadar dan paham duduk perkatanya, katanya. "Tak heran lwekang ku mendadak maju berlipat ganda ternyata demikian duduk perkaranya!" "Begitulah!" Ujar Kang Pan menjelaskan lebih lanjut "Sayang diwaktu kau menelannya keadaanmu amat payah, sehingga kasiat obat itu menjadi berkurang sebagian besar, karena untuk menolong kehidupan jiwamu, kalau tidak dalam dunia ini mungkin tiada seorang pun yang kuasa melawan kekuatanmu!" "Apa yang kumiliki sekarang sudah jauh lebih dari cukup dan akupun cukup puas. Aku tidak ingin menjadi tokoh kosen nomor satu diseluruh jagat, cuma besar keinginanku menyumbangkan kehidupan ini, demi kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia damai dibumi sentosa dalam kehidupan. Di kala seluruh orang orang jahat diselusruh dunia ini sudah tersapu bersih, aku rela memunahkan seluruh kepandaian silatku, menjadi manusia biasa....." Semua orang merasa takjup dan tepekur oleh ucapan Koan San Gwat yang keluas dari relung hatinya yang paling dalam, timbul rasa hormat dan segan mereka kepadanya. Akhirnya It ouwlah yang membuka suara. "Marilah lekas kita pergi! Cia Ling im bersama kamrat kamratnya mungkin sedang kegirangan mendengar bahwa Koan siheng sudah keracunan marilah kita melurukanya ke sana biar mereka merasa terkejut dan heren." "Tidak usah tergesa gesa, mereka sendiri yang akan meluruk kemari, Cia Ling im pasti akan berusaha merintangi nona Kang memberi pengobatan kepada Koan kongcu, karena mereka tidak tahu perkembangan disini, kuduga secepat mungkin mereka sudah akan tiba, malah yang datang tentu tidak sediklah jumlahnya," "Apakah Lau Yu hu juga pasti ikut datang?" Tanya Gwat hoa Hujin. "Sekarang dia sebagai Hu kaucu, dapatlah kita bayangkan akan penghargaan Cia Ling im terhadapnya, sudah tentu ia harus datang!" "Binatang itu, setelah kulihat kedatanpan nya, pasti akan kubunuh dia !" Demikian desis Gwat hoa Hujin geram. Tengah mereka bicara, dari jalan raya sebelah depan sana tampak serombongan orang yang berjumlah besar memenuhi jalan sedang memburu datang dengan langkah lebar. Yang berjalan paling depan memang Cia Ling im dan Liu Yu hu, disebelah belakangnya lagi adalah Sebun Bu yam dan Hwi Kak, dan dibelakangnya lagi Ki Houw dan Ki Cu seng, salah satu Hwecu yang pernah dikalahkan oleh Koan San Gwat dulu. Begitu tiba perhatian mereka semua tertuju kepada Koan San Gwat. Waktu mereka melihat Koan San Gwat berdiri paling depan dengan masih segar bugar, serempak mereka berpaling kepada Ki Houw dengan mata mendelik, agakanya menyaksikan pambicaraannya yang membual. Ki Houw kelihatan amat gugup dan berkeringat dingin, menggaruk garuk kepala yang tidak gatal, dengan gelagapan akhirnya ia menunjuk ketanah, katanya. "Kau cu! Ucapan hamba bukan bohong belaka, lihatlah besi besi pecahan senjataku yang hancur tadi...." Cia Ling im hanya mendengus tawar, perhatiannya kini tertuju pula kepada Koan San Gwat. Dengan muka tidak menunjukkan perasaan hatinya, Koan San Gwat menyapa. "Kalian para dedemit kerbau dan siluman siluman ular tidak sedikit ya jumlahnya." Cia Ling im tersenyum, ujarnya "Jumlah kalian pun tidak sedikit bukan? Kita harus main keroyokan atau maju satu satu?" Koan San Gwat berpaling kearah orang orangnya dibelakang, meski jumlah pihakanya mungkin kelebihan satu dua orang, namun bila bertempur secara keroyokan belum tentu pihaknya bisa menang, terutama pihak musuh membekal dua pedang pusaka yang hebat perbawanya, sementara pihak sendiri cuma punya Ui Ciap kiam yang paling diandalkan. Kalau di pertimbangkan ada lebih baik bertempur satu lawan satu saja, maka dengan tawar dia menanggapi. "Thian mo kau hanya kau seorang belaka yang durjana, aku hanya ingin melenyapkan jiwamu saja, tidak perlu merembet yang lain." Cia Ling im bergelak tertawa, serunya "Pendapatmu ini ternyata cocok dengan keinginanku, Thian mo kau belum lama berdiri, pihak kita sedang perlu tenaga tenaga berbakat, kulihat beberapa orang di pihakmu bisa kami pakai, soalnya mereka sama mengandalkan dirimu, setelah kau kami lenyapkan pasti mereka akan suka rela menghambakan diri pada pimpinanku!" "Jadi urusan hari ini cukup diselesaikan antara kau dan aku saja?" "Boleh dikatakan demikian. Tapi masih ada seorang yang ingin mengadu jiwa pula dengan kau ." Lau Yu hu tidakatahan sabar lagi segera tampil kedepan, teriakanya bengis. "Koan San gwat, serahkan Ceng Ceng kepadaku!" Seketika Koan San Gwat melenggong katanya. "Apa katamu?" Merah padam muka Lau Yu hu, teriaknya lebih bengis. "Jangan pura pura pikun, bukankah Ceng ceng sudah kau rebut kembali." Baru sekarang Koan San gwat paham orang anggap menghilangnya Thio Ceng ceng sebagai perbuataanya, keruan iapun gusar, dengusnya. "Didalam Khong ham kiong dengan tipu muslihat tendah kau bendak mecelakai aku, menculik Ceng ceng pergi pula, sampai sekarang aku belum pernah melihatnya, belum sempat aku meluruk padamu minta pertanggungan jawabmu, kini kau mencak mencak di hadapanku mengenai Ceng ceng, sungguh dunia sudah terbalik agaknya." Lau Yu hu tampak tercengang, katanya lebih kalem. "Apa! Jadi orang berkedok malam itu bukan kau." "Kalau aku datang se Ngo tai san tentu datang secara terang terangan, tidak bakal mengenakan kedok menutupi muka segala dan lagi kalau aku berhasil memasuki markas Thian mo ka kalian, tidak bakal hanya Thio Ceng ceng saja yang kubawa keluar." Sekian lama Lau yu hu menjublek di tempatnya tanpa bersuara lagi, tiba tiba Cia Ling im menyeringai dingin, ujarnyu. "Lau lote! Jangan kau dengar obrolannya menurut para penjaga pedang yang dibawa orang berkedok itu adalah Pek hong kiam, siapa lagi kalau bukan bocah keparat ini?" "Orang itu membawa Pek hong kiam?" "Aku tidak tahu, hari kebetulan kami tiada dimarkas kalau tidak masa kami membiarkan orang itu membawa lari Ceng ceng?" "Pek hong kiam semula memang berada ditanganku, tapi sepuluh hari yang lalu Liu Ih yu, jelas orng yang menculik Ceng ceng pasti Liu Ih yu adanya." "Siapa itu Liu Ih yu?" Tanya Lau Yu hu. "Dia adalah sumoyku." Sahut Cia Ling im. "Lote tidak usah kuatir kalau begitu, kalau nona Thio jatuh ditangannya, kutanggung dapat kaudapatkan kembali, cuma satu hal harus kau ingat, meski nona Thio dapat kami bawa pulang, diapun tidak akan mau ikut kau....." Lau Yu hu mamicingkan mata mengawasi Koan San Gwat, mukanya kaku dan menampilkan perasaan jelas yang berkelebihan,. "Sheng" Tiba tiba ia mencabut Ci eng kiam yang tergantung dipinggangnya. "Binatang kau!" Segera Gwat hoa Hujin, maju beberapa langkah sambil menudingnya. "Masihkah kau kenal padaku?" Sejenak Lau Yu hu menjublek ditempat nya, akhirnya dengan dingin ia berkata"Ihh, kalau kau hendak merintangi aku bunuh Koan San gwat aku tidak akan mengakuimu lagi! Pucat pias selebar muka Gwat hoa Hujin, mendadak ia mencabut Ui tiap kiam serta makinya pula. "Binatang! Biar kubunuh kau dulu!" Lau Yu hu mundur selangkah, lalu dengan suara berat berkata. "Ibu! Kuharap kau tidak mendesakku, meski ilmu pedangku kebanyakan adalah kau yang mengajarkan, tapi jangan kau lupa ayahku ada meninggalkan pelajaran ilmu pedangnya kepadaku, sekarang kau bakan menjadi tandinganku!" Gemetar seluruh badan Gwat hoa Hujin, desisnya. "Baik, biar aku mampus dibawah pedangmu!" "Bila perlu biar kubunuh kaupun tidak menjadi soal, terhadap ayah, boleh dikata kau sudah bukan menjadi istrinya!" "Keparat!" Tiba tiba Koan San Gwat menghardik dengan murka. "Apa kau ini manusia begitukan kau berkata terhadap ibu kandungmu sendiri!" "Justru karena itulah aku harap kau lekas menampilkan diri, jangan memaksa aku untuk melawannya!" "Bu!" Ujar Koan San gwat berpaling. "Serahkan pedang itu kepadaku!" "Tidak!" Sahut Gwat hoa Hujin tegas. "Biar aku sendiri yang menghukumnya, sejak saat ini dia bukan menjadi putraku sendiri!" Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Memangnya sejak dulu aku sudah bukan menjadi putramu, maka kubongkar tulang tulang belulang ayahku dan membakar habis seluruh Khong ham kiong karena tempat itu milik Ban Sin Gwat, aku tidak akan membiarkan tulang belulang ayahku diselubungi rasa malu.? Saking murka badan Gwat hoa Hujin sampai bergetar dan berkeringat dingin, Koan San Gwat hendak merebu pedangnya, namun kena didorong minggir, begitu pergelangan tangan dipelintir ujung pedangnya tahu tahu menusuk kearah Lau Yu hu. Lekas Lau Yu hu angkat pedangnya menangkis, Cia Ling im segera melolos pedang, dan maju ketengah gelanggang, katanya. "Lau lote! Betapapun kau rada kurang leluasa gebrak ini berikan saja kepadaku!" Lekas Liu Yu hu melompat mundur sambil menjinjing pedang ia terus menerjang kearah Koan San gwat makinya "Bedebah mari...." Apa boleh buat terpaksa Koan San gwat gerakkan Tok kak kiam sin menyambut kedatangannya, maka terjadilah dua babak pertempuran dari ke empat orang ini, serang menyerang dengan kalap dan seru. Pertempuran kedua kelompok ini bukan saja adu kekuatan, yang jelas adalah berlawanan antara lurus dan sesat, jahat dan baik, dari pertempuran kali ini akan mejadikan titik tolak keselamatan dan kesejahteraan bagi umat persilatan seluruh dunia. Dengan berdirinya Thian mo kau merupakan puncak kejayaan kaum sesat yang secara langsung dikepalai oleh Cia Ling im yang merupakan gembong penjahat terbesar dan kiai muncul pula seorang wakilnya yang terjeblos kedalam jurang kesesatan sehingga kekuatan mereka bertambah lipat ganda. Terjunnya Gwat hoa Hujin didalam percaturan tegang antara sesat dan lurus ini sungguh merupakan suatu hal yang diluar dugaan adalah Koan San gwat tempat dimana seluruh kaun persilatan yang berjiwa lurus dan luhur mendambakan kemenangan atas dirinya. Maka seluruh perhatian semua orang tertuju kepada babak pertarungan mereka berdua kakak beradik sama ibu lain bapak. Akan tetapi pertempuran pihakanya jauh tidak setegang dan sesengit pertempuran antara babak yang lain, soalnya senjata perlawanan kedua pihak jauh berbeda, senjata Lau Yu hu adalah Ci seng kiam, merupakan pedang mestika terampuh pada jaman ini. Mski pedang itu mengandung keajaiban, namun kebentur Tok kak kim sin milik Koan San Gwat yang tidak kalah ampuhnya segala keajaiban itu sirna tanpa guna. Entah terbuat dari babat apa pula Tok kak kim sin senjata Koan San gwat itu, keras dan liat sekali, tajam pedang pusaka membacok telak diatas kepala patung emas berkaki tunggal, hanya meninggalkan segaris bekas geresan belaka. Dari taraf karuan tidak berarti yang diderita oleh senjata Koan San gwat ini paling tidak harus dibacok dan diiris untuk berapa ribu kali baru bisa membacokanya kutung, tapi sudah jelas bahwa pertempuran antara kedua lawan setanding ini tidak akan kuat betahan sampai sedemikian banyak jurus. Sebaliknya demikian juga bagi Koan San gwat, tok kak kim sin merupakan senjata pondasi yang amat kokoh dasarnya. Justru karena terlalu berat bobotnya, maka diapun tidak mampu mengembangkan seluruh kemampuannya dengan sempurna. Untunglah Kim sin tidak kena pengaruh oleh ketajaman Ci seng kiam serta keajaibannya, sehingga banyak orang berlega hatinya maka segera ia, kembangkan ilmu ajaran gurunya memainkan senjata beratnya ini dengan tenang, tanpa bura buru mengejar kemenangan maka semua jurus permainannya boleh dikata jarang menyerang daripada membela diri dengan rapat mengandal latihan dan tenaga raksasa pembawaan sejak lahir, dengan mantap dan tenang dia layani rangsakan pedang lawan yang gencar. Adalah pertarungan antara Cia Ling im dengan Gwat hoa Hujin jauh lebih seru dan ramai, menarik lagi keduanya adalah ahli ahli dalam ilmu pedang senjata yang dipakai pun pedang mestika. Hawa pedang Ceng so kiam menguap berwarna kehijaun sementara cahaya pedang Ui tiap kiam cemerlang seperti bulu bangau kekuningan dan keajaiban kedua pedang masing masing sesuai benar dengan namanya. Hawa pedang Ceng so kiam berwarna kehijauan melintir lintir seperti seutas tali tambang besar, bergerak aneh dengan segala perubahannya mengikati tipu tipu pedangnya yang lihay, liku liku tidak dalam satu garis melingkar besar seperti sebuah gubatan besar, lambat laun mengkeret manjadi kecil dan ketat jikalau lwekang lawan lebih rendah dan kalah kuat, sejak tadi tentu sudah terkekang dan terikat tidak mampu bergerak lagi, namun Gwat hoa Hujin bukanlah seorang lawan yang biasa yang berkepandaian rendah. Memang wibawa atau kekuatan Ui tiap kiam memang lebih asor dibandingkan dengan Ceng so kiam. Untunglah pedangnya ini mempunyai suatu keanehan yang amat berguna, hawa pedang ini ternyata merupakan titik titik besar kecil yang menyerupai kupu kupu kuning yang sedang menari dan berloncatan timbul tenggelam dalam sangkar, maka ia jauh lebih leluasa bergerak menghindar daya lengket dari kekuatan lwekang lawan yang dilancarkan melalui batang Ceng so kiam, maka sedemikian jurus dia masih dapat melawan dengan tenang dan mantap, tapi untuk menjebol keluar dan meloloskan diri dari kepungan hawa pedang Ceng so kiam yang ketat itu agaknya merupakan suatu perjuangan yang amat berat baginya. Bahwa keempat orang itu bertempur mati matian, para penontonpun ikut menjadi tegang, karena pertempuran ini adalah tokoh utama dari kedua pihak yang Sedang mempertaruhkan jiwa dan raga, menang atau kalah dalam pertempuran ini bakal menjadikan keputusan nasib mereka. Begundal begundal yang dibawa Ca Ling im tidak banyak, Hwi Kak datang ikut Lau Yu hu, yang termasuk menjadi kaki tangannya yang paling diandalkan cuma Sebun Bu yam dan Kik Hoa serta Kik Cu seng. Kepandaian Sebun Bu yan masih setingkat dibawah Li Sek hong, sementara Sian yu it ouw jelas dapat menglahkan Kik Cu seng, cuma kepandaian Ki Houw saja agakanya jauh lebih tinggi dan keluar batas kedudukannya, tapi belum tentu dia bisa menang melawan keroyakan Ban li bu in dan It lun bing gwat. Setelah terluka melawan Koan San Gwat tadi. Soal Hwi Kak kiranya cukup dihadapi oleh dayang dayang Goat kiong yang dikepalai oleh Jip Hoat apalagi pihak sini masih ada seorang senderan yang cakup kuat dan ampuh yaitu Kang Pan. It ouw dapat melihat gelagat yang mengutungkan ini, diam diam segera ia berbidik kepada Li Sek hong. "Li siancu, untuk memberantas kaki tangan Cia Ling im, kinilah saatnya yang paling tepat, Cia Ling im terlihat tak mampu membagi awak, musuh musuh yang lain tiada artinya bagi kita...." Sudah tentu Li Sek hong juga maklum akan hal ini, namun baru saja ia hendak bicara, pihak sana didahului oleh Hwi Kak sudah tampil ke depan sambil menjinjing pedang, serunya. "Kalau kalian hendak main keroyokan marilah silahkan maju rasakan betapa tajam pedangku ini." Watak Sui Ki berangasan, segera ia memburu kedepan, dampratnya. "Perempuan jalang, sebagai dayang Gwat kiong, berani kau membangkang majikan mendurhakai dunungan. Melawan Hujin, dosamu tidak terampunkan, serahkan jiwamu!" Senjatanya adalah sebuah papan catur yang selalu dibawanya kemana ia pergi, sekali kepruk ia hendak gecak kepala orang. Tapi Hwi Kak mandah tersenyum dingin, pedang panjangnya terangkat miring terus disendal kesamping dengan gampang ia sampok catur Sui Ki, terpental beberapa jauhnya. Sui Ki amat keget diantara sepuluh dayang dari Khong ham kiong, bicara soal pedang termasuk Tam Kiam saja yang paling hebat dan tinggi, setelah Tam Kiam meniggal dunia hanya Jip Hoat saja yang berkepandaian paling matang dan lihay. Bicara soal ilmu silat kepandaian Hwi Kak paling rada unggul sedikit dari Coh Bing yang berusia paling tua, namun tangkisan pedang atas senjata Sui Ki tadi agakanya cukup lihay dan jauh lebih unggul. Jing Hoat dan Tay Su juga merasakan akan hal ini, tanpa berjanji segera melabrak maju, Jing Tho mennggunakan harpanya, sedang Tay Su menggunakan senjata potlot, masing masing adalah senjata khusus sesuai dengan bakat dan pembawaan mereka, bersama papan Catur Sui Ki, tiga macam senjata yang aneh aneh itu memberondong gencar menghujani Hwi Kak, tapi gerak gerik Hwi Kak amat lamban dan seperti berlenggang saja ditengah gempuran gencar ketiga lawannya, pedangya balas menyerang amat leluasa dan berkecukupan menghadapi ketiga rangsakan musuh. Akhirnya Jip Hoatpun takatahan lagi, ajaran silatnya paling banyak ragamnya, kini dengan bertangan kosong ia ikur terjun dalam arena pertempuran, kekuataanya seorang agakanya tidak dibawah ketiga kawannya. Tapi dengan empat melawan satu, mereka tetap terbendung diluar kiblatan sinar pedang Hwi Kak yang kokoh dan rapat, paling paling hanya mampu bertahan ditempat masing masing tidak sampai tersurut mundur namun mereka tidak kuasa menerjang masuk meski sejurus tipu serangan yang bagaimana lihaynya. Melihat adu kekuatan secara menyeluruh sudah dimulai, It ouw segera melolos pedang pula terus menentang Kik Cu seng. "Marilah kitapun jangan nganggur!" Kik Cu seng tidak hiraukan tantangannya, malah Ki Houw lah yang menandingi seringainya. "Tua bangka! Kau ingin mati mari biar aku saja menyempurnakan kau!" Sian yu it ouw menggerung gusar, dampratnya. "Bedebah kau! Kau ini terhitung barang apa?" Ki Houw menjadi murka, tanpa ayal lagi segera ia gerakkan pedangnya terus menerjang dengan serangan yang cukup ganas dan keji, It ouwpun tidak berani pandang rendah lawannya, cepat iapun menggerakan pedangnya melawan dengan sengit, pertempuran menjadi kacau balau, dimana mana terdengar berdentingnya senjata tajam dan teriak keras memberi semangat dan kesakitan. Tanpa ditantang Sebun Bu yam segera menantang Li Sek hong seraya mencabut pedangnya. "Li suci! Kita termasuk satu perguruan, tapi kalian yang cantik rupawan selalu merendahkan derajat aku yang bermuka, buruk, selama ini memang aku mencari kesempatan untuk melampiaskan penasaranku hari inilah tiba kesempatan itu, marilah beri aku beberapa gebrak petunjuk, biar kenyataan menentukan kau lebih unggul atau aku asor! Li Sek hong tidak banyak suara ia pun mengeluarkan senjata, kejap lain merekapun sudah berhantam dengan main kekerasan, tidak peduli hubungan seperguruan segala, yang jelas mereka serang menyerang dengan tidak kalah sengitnya. Situasi semakin gaduh dan ramai seluruh gelanggang terbagi lima kelompok pertempuran, dengan tiga belas orang saling labrak dan terjang. Babak yang kelihatan enteng adalah pihak Li Sek hong yang melawan Sebun Bu yam, maklum mereka berdua tamat dari ajaran perguruan yang sama, meski ajaran yang mereka terima berlainan namun satu sama lain dapat menyelami intisari permainan lawannya maka selintas pandang, seoloh olah mereka sedang berlatih belaka. Yang paling ramai adalah kelompok di mana Hwi Kak dikeroyok empat sekoleganya pedang panjang diputar secepat angin lesus menunjukan perbawa yang amat hebat. Waktu berada di Khong ham kiong, meski Hwi Kak membekal kepandaian silat yang dipelajari secara diam diam, namun tidak berani ia mengunjukan kemampuan sendiri, maka keempat temannya ini selalu memandangnya rendah, diapun mandah saja dihina dan menelan rasa penasaran selama ini, maka pedangnya berkali kali memantulkan jurus jurus aneh dengan tipu serangan yang cukup keji dan culas, untunglah keempat pengeroyoknya dapat bekerja sama secara ketat dan rapat, kalau tidak mungkin sejak tadi satu diantara mereka sudah mampus ditembus pedangnya. Yang tinggal menganggur kini cuma empat orang, pihak Cia Ling im tinggal Kik cu seng, sementara pihak Koan San Gwat masih ada Ban li bu in dan It lun bing gwat serta Kang Pan. Watak Kang Pan masih kekanak kanakan dan lincah, tidak pernah ia memikirkan diman dirinya berpihak, ia minggir saja menjauh menonton dengan penuh perhatian dan kesenangan, peduli pihak manapun yang kena serangan atau terluka dan kena pukulan hingga terjungkir segera ia berjingkrak sambil tepuk tangan. Setelah menonton sebentar, Ban li bu in dan it lun bing gwat hanya Kik Cu seng, seorang saja yang menjadi musuhnya, namun agaknya mereka tiada minat turun gelanggang itulah karena mereka terpengaruh oleh kata kata It ouw tadi. Didalam Liong hwa hwe dulu kedudukan Kik Cu seng jauh lebih tinggi dari mereka, namun setelah melihat tampapang dan sikap serta kedudukannya sekarang, mereka jadi segan tidak sudi turun tangan melawannya. Seolah hanya mengotori tangan belaka. Adalah Kik Cu seng sendiri yang akhirnya tidak kuat menahan sabar katanya menantang. "Kalian berdua apakah tiada minat melemaskan otot?" Ban li bu in menyeringai dingin ejekanya "Sebetulnya kami tidak bersedia nganggur, namun tiada semangat untuk melabrak manusia macam tampangmu ini" Dari malu Kik Cu seng menjadi murka, dampratnya. "It ouw bicara demikian masih bisa kuterima, kalian berdua teramasuk barang permainan apa?" "Meski kami bukan barang permainan masakah sudi berhantam dengan angkatan muda tak berguna seperti tampangmu ini, justru karena kau tuan besar ini terlalu besar dan agung, maka kami jadi segan minta petunjuk!" Demikian olok It lun bing gwat. Membesi muka Kik Cu seng, ejekanya tiada kalah pedasnya. "Jadi kalian sendiri yang cukup ternama dan berkedudukan tinggi, kenapa terlalu mengekor dan berontak mengikuti jejak Koan San Gwat, bukankah dia pun seorang anak hijau yang masih berbau bawang apakah karena terima menjadi anak buyut Ui ho yang setaraf lebih rendah dari muridnya?" Ban li bu in tertata bergelak, ujarnya. "Apakah Ki Houw cukup setimpal dijajarkan dengan Koan San Gwat? Ingat kami ikut dalam rombongan Koan kongcu ini bukan untuk menerima perintahnya, Koan kongcu selalu menyapa aku dengan sebutan Cinpwe! Bagaimana dengan Ki Houw? Tak ku dengar secara langsung dia memanggil nama kasarmu namun toh rada rada kedengaran cukup sungkan terhadap kau...." Menggelap air muka Kik Cu seng, tanpa bicara lagi tiba tiba mengeluarkan sebuah senjata yang berbentuk amat aneh, seluruh nya terwarna hitam legam, bentuknya membulat menyerupai batok yang peranti untuk wadah nasi bagi kaum Hwesio, cuma disebelah belakangnya disambung dengan sebuah gagang kayu yang pendek, Ban li bu in bergelak tawa menjadi jadi serunya. "Kik Cu seng, kenapa semakin tua kau semakin celaka dan rudin agaknya. Apakah pihak Thian ko kau tidak memberi makan sedekah padamu, sehingga kau haru mengemis dikota dari rumah kerumah...." Kik Cu seng tidak hiraukan olok olok yang tajam dan memalukan ini, mukanya semakin gelap membesi, tangan kiri perlahan lahan diangkat, dimana pada jari kelingkingnya mengenakan sebentuk cincin terbuat dari besi baja, dengan ringan saja ia ketukan di atas gagang pendek itu, disusul dengan terdengarnya suara jepretan yang berbunyi aneh dari dalam batok yang bermulut rada kecil membundar itu terbang melesat segulung bayangan hitam, dengan cepat dia tidak bersuara sedikitpun melesat kearah Ban li bu in. Acuh tak acuh segera Ban li bu in mengebaskan lengan bajunya, meski ia tidak melihat jelas benda hitam apa yang menyambar kearahnya, tapi karena daya luncurannya tidak begitu keras dan kuat pikirnya cukup dengan sekali kebas saja untuk menyampoknya jatuh. Akan tetapi kenyataan justru jauh diluar dugaannya, titik hitam itu seperti berbentuk namun tiada kelihatan nyata jadi sulit dibedakan, yang terang titik hitam itu menerjang tembus kebasan lengan bajunya, dan tahu tahu terporot tepat mengenai hidungnya. Tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, badan Ban li bu in kontan terbanting terjengkang ke belakang. Waktu It lun bing Gwat memburu maju memeriksanya, ternyata jiwanya sudah melayang. Cara membunuh orang macam ini sungguh amat aneh dan menakjupkan serta menakutkan sekali, kejut dan murka pula It lun bing Gwat dibuatnya, begitu angkat kepala matanya mendelik kearah Kik Cu seng seperti kelereng yang hampir mencelat keluar dari kelopak matanya, teriakanya beringas. "Dengan cara apa kau turun tangan keji..." Kik Cu seng angkat batokanya sembari menyeringai sadis, ejeknya. "Mainan inilah apakah kau pernah lihat?" Mengawasi batok besi hitam legam di tangan orang It lun bing gwat terlongong, sekian lamanya, sekilas pandang batok besi ini tidak menimjukan suatu keanehan tapi kenyataan jiwa Ban li bu in melayang tanpa dia sempat membela dari. Dengan nenangkat senjata anehnya Kik Cu seng dengarkan tawa panjang yang mengiriskan, nada tawanya mengandung kegetiran hati dan sendu, namun mengandung kepuasan hati pula sesaat kemudian baru dia bersuara. "Kukira kaupun tidak akan mengenalnya senjata kuno sejak Ko Ciam le dulu, sampai sekarang sudah tiada orang yang mengenalnya lagi, kalau jaman dulu Ko Ciam le dapat melatih diri sampai ketingkat seperti keadaanku sekarang, kukira meski Cin Si ong mempunyai pasukan pelindung laksaan jumlahnya juga tidak akan terhindar dari kematiannya. Dengan meninggalnya Ban li bu in yang aneh ini, serta merta dua pihak yang sedang bertarung menghentikan perkelahiannya masing masing, mereka terbagi dua rombongan pula yang saling berhadapan, masing masing menunggu perkembangan lebih lanjut. Mendengar penjelasan Kik Cu seng orang orang dari dua pihak sama mencelos dan kejut. Pertama tama Koan San Gwat yang bersuara heran. "Itukan Cu ...." "Benar," Tukas Kik Cu seng. "Kalau tidak darimana namaku Kik Cu seng kuperoleh?" Semua orang sama bungkam. Semua orang yang hadir sama pernah mendengar cerita sejarah ini dimana seorang patriot bangsa dari negeri Tio Cian le pada suatu pertunjukkan dihadapan Cin si ong yang lalim itu berusaha membunuhnya menggunakan kepandaian mengetuk batok manyambitkan peluru besinya yang amat lihay, sayang dia seorang yang buta sehingga tujuannya tidak tercapai malah harus berkorban diri dengan badan hancur lebur batok kepalanya dibacok ratusan golok para pasukan pengawal raja. Adalah diluar dugaan tahu mereka bahwa begituan bentuk senjata yang aneh dan pernah menggemparkan jagat itu, tak mereka nyana pula bahwa Kik Cu seng berhasil mempelajari ilmu aneh dengan menyambitkan pelor dari dalam batokanya, malah Cia Ling im sendiri juga merasa terheran heran, maka air muka nya pun seperu juga orang lain mengunjuk rasa heran dan kagum. Pendekar Bunga Karya Chin Yung Sejengkal Tanah Percik Darah Karya Kho Ping Hoo Golok Sakti Karya Chin Yung