Patung Emas Kaki Tunggal 22
Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH Bagian 22
Patung Emas Kaki Tunggal Karya dari Gan K H Kata Koan San Gwat. "Mesti Ko Ciam le gagal dalam usaha membunuh raja lalim namun dia meninggalkan nama harum dalam sejarah, meski kau sekarang membekal kepandaian yang lebih hebat dari dia, namun terima bertekuk lutut dibawah tekanan manusia jahat dan laknat, bukan saja harus malu diri terhadap pahlawan bangsa yang telah mendahului kita kaupun harus malu terhadap senjata aneh yang berada ditanganmu itu." "Binatang kecil!" Tidak perlu kau mengudar teori falsafahmu, selamanya aku berpihak terjang menurut keinginan hatiku sendiri, selamanya tidak perduli lurus atau jahat, hanya ketentraman jiwa dan kesenangan hati saja yang kukejar. Siapa berani menghina aku kepada dialah aku tidak menaruh kasihan lagi." It lun bing gwat segera menyela. "Begitu hina dan rendah penghargaan Cia Ling im terhadapmu, apakah termasuk dia memandang tingi harga dirimu?" Berubah pula air muka Kik Cu seng diam diam Cia Ling im berlaku waspada dan siap siap, siapa tahu air muka Kik Cu seng pulih seperti biasa pula, katanya tawar. "Didalam Liong hwa hwe dulu, kalian suka main sindir dan mengolok kepadaku, hanya Kau cu seorang yang selalu membujuk dan mengendalikan diriku sungguh aku amat berhutang budi terhadapnya, maka akupun tidak perdulikan lagi situasi selanjutnya...." Berlega hati Cia Ling im, katanya. "Kim Cu seng! Kau sungguh bisa mengendalikan diri, kalau sejak lama aku tahu kau membekal kapandaian yang lain dari yang lain ini, betapapun tidak ku kesampingkan bakatmu ini, sekarang aku sedang membutuhkan tenaga untuk membangun dasar Thian Mo kun kita, ku kira kau bisa memaklumi kesulitanku." "Kaucu tidak perlu menjelaskan, hati ku sudah cukup paham sendiri," Demikian sahut Kik Cu seng. "Kalau tidak masakah aku sudi tetap berteduh didalam Thian mo kau!" Kata Cia Ling im "Kalau sejak lama kau pertunjukan bekal kepandaian tunggalmu ini sudah tentu sejak lama pula kumanfaatkan kepandaianmu ini." "Bukan hamba sengaja hendak menyembunyikan kepandainku ini maksudku hanya untuk digunakan perlu saja, bila perlu biar ku sumbangkan tenagaku ini disaat Kaucu menghadapi bahaya yang paling besar, soalnya aku tidak kuat menahan gejolak hati mendengar olok olok mereka yang keterlaluan sehingga kuumbar amarah hatiku." Tak tahan It lun bing gwat segera berteriak. "Kepandaian mu ini terhitung ilmu tinggi apa? Tadi kumaki kau, sekarang tetap kumaki kau juga...." Kik Cu seng tidak memperlihatkan perubahan mimik wajah, angkat batok besinya sememtara cincin ditangan kiri segera mengetuk gagangnya kontan setitik bayangan hitam melesap keluar dari mulut bundar yang rada kecil terus menerjang kearah It lun bing gwat. Kali ini banyak orang sudah berjaga jaga, sebelum titik hitam itu melayang datang, Koan San Gwat, It ouw dan enam tujuh orang serempak tanpa janji sebelumnya masing masing angkat senjata untuk menangkis dan m nyampok jatuh titik hitam itu. Jelas sekali jalan lewat titik hitam itu sudah tertutup rapat, namun semua orang sama menubruk tempat kosong, entah cara bagaimana titik hitam itu bisa menembus pertahanan nan rapat dari berbagai senjata yang menyerang itu. Detik lain terdengar It lun bing gwat menjerit ngeri, kedua tangan mencakar cakar diatas mukanya, sementara badanpun jatuh terjengkang kebelakang, setelah berkelejetan sebentar, badannya tidak bergerak lagi. Yang mengherankan semua orang tampak ditengah tengah hidungnya telak sekali terporot sebuah pelor bundar terbuat dari besi berwarna hitam legam, seolah olah mukanya kini tumbuh sebuah mata ketiga diatas hidangnya. Kejadian kali ini benar benar membuat seluruh hadirin berjingkrak kaget. Cara Kik Cu seng membunuh orang ternyata begitu ganjil, boleh dikata tidak mampu bertahan dan tidak bisa dihindari lagi, bukankah berarti semua orang bakal menjadi sasaran empuk untuk mudah digasak habis habisan jiwanya. Mata Cia Ling im memancarkan cahaya luar biasa tajam, namun hanya sekejap saja sirna ditutupi seri tawa lebarnya, katanya sambil mengacungkan jempol kepada Kik Cu seng."Kepandaian tunggal yang sakti saudara sungguh tiada bandingannya dengan senjata lain ini, kau tiada lawan diseluruh jagad Thian mo kau kita punya seorang tokoh kosen macammu ini, masakah kuatir seluruh jagat ini tiada bakal masuk dalam genggaman tanganku. Kuharap saudara menggunakan senjata aneh ini sekaligus berantas habis seluruh musuh, seluruh anggota Thian mo kau akan bisa tidur nyenyak dalam buaian mimpi..." Siapa tahu Kik Cu seng malah menyimpan senjata tunggalnya itu, sahutnya. "Maaf hal ini hamba tidak bisa menuruti kemauan kaucu !" "Kenapa?" Cia ling im menegas heran. "Kalau kelinci yang lincah dan licik itu sudah habis terbunuh, maka anjing pemburu pun tidak berguna lagi, kalau Kaucu benar benar sudah dapat hidup tenang dan tidur nyenyak tanpa ada yang menggangu, mungkin jiwa hamba inipun tidak akan dapat diperhankan lagi." "Apa apaan ucapanmu ini?" Tanya Cia Ling im. "Hamba amat jelas terhadap seluk beluk Kaucu, mungkin kata kataku ini terlalu kurang ajar, namun aku bicara secara kenyataan kukira Kaucu tidak akan menyangkal kata kataku ini" Cia Lim im berditi terlongong tanpa bergerak tidak menunjukan reaksi. Kata pula Kik Cu seng tertawa "Tapi harap Kauca banyak berlega hati, meski hamba punya sikap yang kurang hormat, namun tiada keinginan untuk berbuat durhaka dan main menghianat, bahwa aku harus meninggalkan beberapa musuh tangguh ini, barulah akupun basa mempertahankan keselamatan jiwamu sendiri. Adapula sebuah hal yang perlu Kaucu ketahui kecuali kepandaian dengan senjata aneh ku ini, aku tidak membekal ilmu kursus lain nya yang lihay, maka tiada pula aku punya angan angan untuk merajai dunia, jiwa ragaku selanjutnya bisa kukorbankan demi kejayaan dan kedudukan Kaucu sekali kali aku tidak akan saling berikut kekuasaan atau jabatan, kuharap Kaucupun tidak perlu main jaga dan waspada secara berkelebihan terhadapku." "Saudara terlalu kuatir, masih banyak tenaga yang kuperlukan dari bantuan saudara masakah perlu ragu ragu lagi akan kesetiaanmu, dulu memang akulah yang ceroboh, tidak tahu bahwa saudara memiliki kepandaian hebat kelak apapun yang menjadi miliku akan berarti pula menjadi milik saudara, apapun yang kukecap akan menjadi kesenanganmu pula" "Tidak perlu sedemikian jauh, Kaucu adalah seorang benggolan sakti yang tiada taranya, dapat bekerja menunaikan bakti kepada Kaucu adalah menjadi cita citaku, maka bila Kaucu sudi mandang diriku, ingin aku punya kedudukan setingkat dengan saudara Lau ini, kiranya cukup puas dan tercapailah cita citaku selama ini, karena Kaucu tidak boleh dijabat dua orang. Kalau Ha Kaucu bertambah seorang lagi rasanya tidaklah menjadi soal!." Cia Ling im segera manggut magggut, sahutnya cepat. "Kenapa tidak boleh, setelah kita pulang kemarkas segera kuundang berkumpul seluruh anggota kita, akan kuumumkan jabatan baru bagi saudara Kik,..." Sembari seri tawar lebar, lekas Kik Cu seng menjura. "Kalau begitu silahkan Kaucu segera kembali kemarkas!" Cia Ling im tertegun, serunya. "Sekarang juga kembali! Bagaimana kita menghadap mereka?" Sekilas melirik kearah rombongan Koan San Gwat barkatalah Kik Cu seng dengan angkuh. "Asal mereka berani mati, silahkan meluruk datang satu li dekat markas kita, biar hamba seorang yang menghadapi mereka, tapi hamba percaya mereka tidak akan punya nyali begitu besar untuk seluruh meluruk datang" Melihat semua lawanya agaknya kena gertak oleh kata kata Kik Cu seng, Cia Ling im tertawa terpingkal pingkal, serunya. "Benar! Satu hari saudara Kik bekerja bagi kepetingan Thian mo kau kita, siapapun jangan harap berani melangkah didalam markas kita, para musuh ini memang ada yang berisi dan ada yang kosong, apa pula yang harus ku kuatirkan lagi." Habis berkata didalam iringan gelak tawa yang ramai menusuk pendengaran, beramai ramai mereka putar balik kearah datangaya semula. Sebun Bu yam dan Ki Houw mengintil dibelakang Cia Ling im tinggal pergi, hanya Lau Yu hu saja yang masih bertengger ditempatnya dengan tawar hidung Kik Cu seng segera mendengus, katanya. "Saudara Lau kau masih punya urusan apa yang belum sempat diselesaikan?" Jawab Lau Yu hu sambil menatap Koan San Gwat. "Persoalan aku dengan orang she Koan itu, bagaimanapan harus kami selesaikan hari ini juga." Jengek Kik Cu seng dingin "Cayhe bakal diangkat menjadi Hu kaucu, jikalau tidak hadir, rasanya amat mengecewakan sekali, masakan saudara Lau tidak sudi memberi muka dan ikut meramaikan upacara pengangkatan diriku?" Sembari berkata tangannya merogoh kedalam bajunya pula, agakanya hendak mengeluarkan senjata ampuhnya itu, dibawah ancaman dan tekanannya, terpaksa Lau Yu hu mengundurkan diri dengan penasaran, lekas ia memberi perintah kepada Hwi Kak. "Pulanglah! Hari ini sementara kita lepas mereka pulang!" Setelah mereka berdua berjalan pergi barulah Kik Cu seng terbahak bahak, baru saja ia hendak putar tubuh tinggal pergi mendadak Koan San gwat memburu maju beberapa langkah, serunya bengis "Berhenti! Aku tidak percaya pelor besi dalam alat senjatamu itu betul betul lihay!" Kik Cu seng tetap langkahkan kakinya kedepan sementara acuh tak acuh ia berkata. "Kalau kau tidak percaya silahkan mengikuti jejak asal satu li sebelum kau tiba dimarkas besar akan kubuat kau mampus tanpa ada tempat untuk liang kuburmu......." Benar benar Koan San Gwat memburu dengan langkah lebar, sudah tentu yang lain menjadi kuatir dan mengintil dibelakangnya, terpaksa Kik Cu seng menghentikan langkah serunya. "Jadi kalian benar benar sudah bosan hidup." "Benar!" Sahut Koan San Gwat angkuh. "Kalau kau mampu silahkan kau bunuh kami semua" Kik Cu seng berpaling kebelakang, dilihatnya Lau yu hu dan Hwi Kak sudah berjalan cukup jauh, buru buru ia merogoh kantong mengeluarkan segulungan kertas, terus di selentikan kearah Koan San Gwat, serunya. "Usiamu masih amat muda, kenapa buru buru ingin mampus" Sembari bicara, beruntun ia memberi isyarat dengan kedipan mata. Koan San gwat menjadi heran dan tidak mengerti, namun Kik Cu seng sudah berlalu pergi dengan langkah cepat, soalnya jarak mereka berhadapan tadi cukup dekat, gulungan kertas yang disambitkan Kik Cu seng langsung terbang masuk kedalan tangannya, jadi tiada orang lain melihatnya, waktu It ouw memburu datang, di lihatnya Koan San gwat masih berdiri menjublek ditempatnya, tak tahan ia bertanya. "Koan kongcu, apakah kita mudah membiarkan mereka pergi begitu saja?" Lekas Koan San gwat mengulapkan tangannya pelan pelan ia membeber gulungan kertas itu, setelah dibaca dengan cepat leka lekas ia masukan kedalam mulutnya lalu dikunyah dan ditelan kedalam perut. Semua orang hanya melihat giginya berkecamuk, seperti mengunyah sesuatu meski mereka tidak paham akan tingkah lakunya ini, namun melihat sikapnya yang serius maka mereka pun tidak terlalu banyak tanya lagi, satu persatu mereka cemplak naik keatas kuda. Koan San Gwat naik kepunggung untanya, serta merta mukanya menampilkan perasaan lega dan senyum dikulum. Setelah rombongan mereka meninggalkan Ngo tai san, akhirnya Koan San Gwat menghentikan rombongannya didalam sebuah hutan untuk istirahat tak tahan lagi Gwat hoa Hujin segera bertanya lebih dulu katanya "Anak Gwat! Sebetulnya tindakan apa yang hendak kau lakukan?" Sebalikanya berkatalah Koan San gwat terhadap Jip hoat berempat dengan sungguh sungguh dan prihatin. "Toaci! Harap kalian suka mencapaikan diri berjaga disekitar hutan, hati hati jangan membiarkan seorangpun mendekat hutan ini, soalnya kaki tangan Thian mo kau tersebar luas, persoalan yang akan rundingan amat penting, sedikit bocor saja bakal menimbulkan bencana bagi kita semua...." Sebetulnya Jip hoat berempat juga ingin tahu persoalan apa yang hendak dijelaskan dan dirundingkan oleh Koan San Gwat, namun melihat sikap Koan San Gwat yang serius dan penuh prihatin, membuat mereka sungkan untuk menampik, maka bersama Sui Ki, Tay su dan Jing Tho berpencar menunaikan. Setelah mereka menenpati posnya masing masing, maka Koan San Gwat mengumpulkan seluruh orang yang masih tinggal, dengan kalem ia menjelaskan persoalan yang hampir saja sulit dapat dipercayai oleh mereka bersama. Ternyata gulungan kertas sambitan Kik Cu seng itu ada bertulisan beberapa baris huruf yang berbunyi. "Saudar sekalian sudah terjebak masuk bahaya, Cia dan Lau dua orang bila tidak mampu menang dalam adu kekuatan hendak menggunakan akal muslihat yang amat keji untuk menjebak kalian. Aku mendapat pesan dari Ui ho, sementara menyerahkan diri terima menghamba kepihak musuh untuk menjadi mata mata dipihak sana, silahkan segera mandur lima puluhan li, nantikan kedatanganku atau akan kukirim seorang untuk memberi kabar lebih lanjut." Setelah mendengar surat itu dibacakan Li Sek hong menanggapi. "Mana mungkin bisa terjadi begitu " Sebalikanya Sian yu it ouw berkata dengan penuh keyakinan. "Mungkin adalah benar, kalau tidak, masakah Ui ho sudi memilih dia sebagai Hwe cu diantara sekian calon calon lain yang lebih tinggi kepandaian silatnya, dan lagi dilihat dari sepak terjangnya tadi " "Sepak terjangnya tadi masakah menunjukkan bahwa dia dapat dipercaya, bahwa dia membekal ilmu hebat yang tunggal itu seharusnya sejak dulu harus sudah membunuh Cia Ling im, akan tetapi dia malah membunuhi dua orang pihak kita" Demikian bantah Li Sek hong. Belum lenyap suaranya, dari atas kepala mereka terdengar seseorang menjawab. "Kematian Ban li bu in dan It lun bing Gwat cukup setimpal, bahwasannya mereka adalah mata mata Cia Ling im yang terpendam dipihak kalian, khusus bertugas mencari berita dan membocorkan segala rahasia..." Seiring dengan kata katanya ini, dari atas pohon melayang turun seorang yang berjubah hijau, jenggot panjang menjulai dipehan dada, kiranya bukan lain Go ay ci hang yang serba misterius itu. Melihat siapa adanya, baru legalah hati It ouw makinya. "Kepala gundul, kenapa kau selalu bertindak main selundup...." Go ay ci hang tersenyum segera ia mencampurkan diri dalam percakapan mereka. "Perhitungan semua ini memang sudah dalam genggaman Lolap, soalnya kedatangan kalian terlalu menempuh bahaya Lolap tidak keburu mencegah terpaksa aku harus kirim kabar kepada Kik Cu seng kusuruh dia bekerja melihat gelagat serta memberi bantuan dan petunjuk kepada kalian betul juga tua bangka ternyata bisa bersandiwara dengan amat baikanya, maka Lolappun tidak perlu unjukkan diri lagi" "Jadi kau sudah menyaksikan apa yang terjadi tadi?" Tanya Li Sek hong. Go hay ci hang manggut manggut ujar nya. "Lolap selalu berada dibelakang kalian sampai saja kalian mengundurkan diri baru lolap mendahului menyembunyikan diri disini." Segera It ouw ikut menyeletuk bicara. "Memang Ki Cu seng masuk Liong hwa hwe atas perkenalan Ui ho, namun setelah dia menjadi anggota, ternyata bergaul lebih rapat dengan Cia Ling im, waktu itu aku sudah amat curiga." "Tiada sesuatu yang perlu dicurigai, kecerdikan Tokko Bing seluas lautan, kalau sahabat yang tidak dia pujikan, tidak mungkin dia mau bersahabat kental padanya tapi usahanya ini menang merupakan tugas berat dan sulit, hanya orang macam Kik Cu seng saja yang baru bisa mendapat kepercayaan langsung dari Cia Ling im...." "Sudahlah, kenapa ngelantur panjang lebar, bicarakan saja mengenai bantuan Kik Cu seng secara rahasia" Demikian tugas Li Sek hong. Dengan penuh perhatian Go hay ci hang menggeleng kepala, ujarnya "Kik Cu seng sendiri tiada persoalan yang perlu dibicarakan Ui ho Sianjin dan Lim Hiang ting Sian Cu tahu bahwa Cia Ling im, punya ambisi besar hendak pegang kekuasaan, tahu bahwa pihak sendiri tidak akan kuat menumpasnya, maka dia mengatur dua rencana untuk menghadapinya. Pertama yaitu Kik Cu seng bersahabat sekental mungkin dengan Cia Ling im, lama kelamanan menjadi tangan kanan yang paling dipercaya. Kedua adalah menuntun Koan si heng masuk menjadi anggota Liong hwa hwe, atas prakasanya dia mendapat pelajaran Hu mo kiam sek dan mendapat Pek hong kiam dapat mengekang Cia Ling im, betapapun harus memakan latihan selama tiga tahun, setelah pedang dapat bersatupadu dengan batin dan raga, baru bisa mengembangkan perbawanya yang tulen. Menurut maksud semula Ui ho hendak mempertahankan berdirinya Liong hwa hwe sampai dua tiga tahun lagi, setelah Koan San Gwat tempat mempelajari ilmu pedangnya, barulah mengambil keputusan positif, siapa tahu Cia Liam im ternyata meletuskan pemberontaan dengan segala muslihatnya, terpaksa harus bekerja cepat mengganti siasat dan mengundurkan diri dari pertemuan besar Liong supaya aku bisa memberi penjelasan kepada kalian." "Utusan yang dikatakan Kik Cu seng apakah Lo siansu adanya?" Tanya Koan San gwat. "Bukan !" Sahut Go hay ci hang menggeleng. "Cuma rada tahu sedikit mengenai seluk beluk ini, baiklah kujelaskan persoalan yang kuketahui, soal tipu muslihat apa yang diatur Cia Ling im, untuk menjebak kalian terpaksa harus kita tunggu dari penjelaaan utusannya, karena Lolap tiada kesempatan bisa berhadapan langsung dengan Kik Cu seng paling paling hanya bisa kabar kepadanya kepada, sebalikanya, tidak bisa memperoleh jawabannya..." Segera Li Sek nong bertanya. "Sebetulnya bagaimana dengan asal usul Kik Cu seng?" Hwa hwe tahun ini jadi Koan sihenglah yang ditugaskan untuk bertindak menguasai suasana secara untung untungan dan menyerempet bahaya...." "Tak heran dengan mengerahkan seluruh kekuatan masih belum kuasa membunuh Cia Ling im," Demikian ujar Koan San Gwat. "Suhu dan Oen lolo kenapa tidak memberi tahu lebih pagi kepadaku...." "Dalam bertempur melawan musuh tangguh bukan saja tergantung pada latihan tinggi rendahnya ilmu silat itu sendiri, juga harus dilandasi keberanian yang berlimpah, kalau sebelumnya memberi tahu kepada kau, muugkin bisa memupuk kepercayaan dan keyakinan hatimu sendiri, perjuangan menyangkut banyak jiwa manusia, terpaksa harus bertindak amat hati hati, untunglah kecerdikan otakmu luar biasa, meski pertempuran itu belum mencapai puncak tertinggi untuk melenyapkan musuh laknat, namun situasi tegang pada waktu itu mau tidak mau banyak berubah dan banyak manfaatnya bagi pihak kita bersama...." "Selanjutnya bagamana ?" Tanya Koan San gwat setelah menepekur sebentar sebentar. Go hay ci hang menggeleng, ujarnya. "Urusan selanjutnya kau adalah kau sendiri yang menimbulkan. Kau mendadak pergi megghilang di Sin li hon dan Bu san, bukan saja membeber rahasia asal usul dirimu, kaupun membuat seorang musuh besar macam Lau Yu hu yang cukup tangguh pula. Kecerdikan Cia bahwasanya tidak lebih asor dari Ui ho, seperti juga Kik Cu seng, dipihak kalianpun sudah menanam mata mata disamping kalian" Jadi Ban li bu in dan It lun bing gwat adanya?" Tanya It ouw. Go hay ci hang manggut manggut, ujarnya "Cara kedua orang ini menyembunyikan nama dan kedudukan mereka memang cukup rapi dan pintar, sengaja Cia Ling im membuat gara gara mengeluarkan mereka dari kelompok Sian pang menyuruh mereka bersikap benci dan mendendam, lalu masuk dalam kelompok kita, maka dengan leluasa mereka dapat mengelabui kalian, untunglah ada Kik Cuseng kalau tidak tiada seorangpun bisa tahu rahasia ini." "Kedua keparat itu memang setimpal di bunuh !" Demikian damprat It ouw. "Yang pantas mampus sudah mati. Dalam membunuh mereka sedikitpun Kik Cu seng tak menunjukkan tanda tanda, mau tidak mau Lolap harus memuji akan kecermatan dan kelihayannya bertindak, dari sini dapatlah dimaklumi, untuk merahasiakan sesuatu ada lebih baik dari jumlah jangan tarlalu banyak asal usul Kik Cu seng hanya Lolap seorang yang tahu. Sebalikanya karena kedua tua bangka keparat itu membocorkan perihal Gwat hoa Hujin kepihak markas besar Thian Mo kau, baru diketahui asal usul mereka oleh Kik Cu seng." "Sungguh menakutkan!" Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Demikian desis Li Sek hong. "Memang kedua orang ini cukup menakutkan, kalau tidak segera diberantas, Cia Ling im selalu akan bertindak selangkah dihadapan kita, baru saja asal usul Koan siheng terbongkar, Cia Ling im segara menemui Lau Yu hu dan menariknya kedalam komplotan nya, lebih jauh dengan akal muslihatnya ia menipu dua pedang mustika kepihanya..." Sesaat kemudian baru Li Sek hong membuka kesunyian. "Kik Cu seng membekal kepandaian tunggal yang tiada taranya, kenapa tidak dia gunakan untuk membunuh Cia Ling im ?" Agaknya kalianpun tertipu olehnya, kepandaian tunggalnya untuk membunuh Ban li bu in dan Se lun hing Gwat memang berkecukupan, kalau untuk menghadapi Cia Ling im terpautnya masih amat jauh. Kalau tidak sejak lama dia sudah bekerja dengan baik masakah perlu diulur ulur sampai sekarang?" It ouw kurang percaya katanya "Waktu dia membunuh It ouw tadi, kami beramai berusaha untuk menggagalkan usahnya namun toh sia sia menghadapi kelihayannya itu, masakah tidak mampu melukai Cia Ling im ?" "Pelor tebang yang keluar dari senjatanya yang aneh itu, bahwasanya dilandasi dengan tenaga khikang, titik hitam yang melesat keluar itu merupakan bentuk yang abstrak, mana mungkin kalian bisa menangkisnya?" Koan San Gwat juga heran dan tidak mengerti, timbrungnya. "Tapi kedua orang yang dibunuhnya itu, kedua hidungnya sama terkena pelor yang melekat dihidungnya." "Itu hanyalah bubuk besi, mengmdal ketukan tenaga dalam dan suaranya untuk menggerakkannya keluar sewaktu mengenai sasarannya baru berkumpul jadi satu membentuk sebutir pelor bundar, Ban li bu in mati karena tidak berjaga jaga, sedang It lun saking ketakutan mereka hanya perhatikan bayangan kosong, tanpa mengerahkan hawa murni untuk bertahan, maka mereka mampus demikian gampang!" Semua orang terbungkus mulutnya, maka berkata pula Go hay ci hang dengan tertawa. "Mengandal latihan ilmu silat Cia Ling im sudah mencapai taraf tidak usah mengerahkan hawa murni, dalam tubuh secara reflek bisa timbul daya perlawanan yang cakup kuat, maka pelor Kik Cu seng tidak! Seharusnya dinamakan pasir terbang dari dalam batoknya lebih tepat, pasir terbang dari dalam batoknya itu untuk mencelakai jiwanya boleh dikata tidak mungkin terjadi, tapi, paling tidak kejadian tadi sudah menggertak dan cukup membuat hatinya rada jeri...." Koan Sau Gwat bepikir sebentar, mendadak ia membanting kaki, serunya. "Kalau kenyataan seperti itu, posisi Kik Cuk seng menjasi amat bahaya, betapa licik manusia seperti Cia Ling im itu, mana dia sudi kena ditekan oleh seorang bawahannya, maka hatinya pasti amat murka dan dendam, meski lidah Kik Cu seng, bisa melimpahkan madu manis Cia Ling im tidak akan berlega hati, maka permainan pasir terbang dari dalam batokanya itu, akhirnya pasti tidak bisa lagi mengelabui matanya." Go hay ci hang manggut manggut ujarnya "Lolap juga pernah memikirkan hal ini, maka pernah kupesan Kik Cu seng didalam keadaan yang amat kepepet baru boleh dia menunjukkan kepandaian tunggalnya itu, saat ini kukira tidak akan ada perubahan apa apa, bukankah dirinya bakal celaka!" Berubah air muka seluruh hadirin, Go hay ci hang yang menjadi gugup. "Benar, Kenapa kita lupa melenyapkan kedua mayat mereka. Omitohud! Semoga Thian yang maha pengasih memberi berkah dan perlindangan padanya, Kik Cu seng sendiri pun dapat memikirkan akan keteledoran ini ." Hati semua orang menjadi gundah dan gelisah, mereka mulai kuatir bagi keselamatan Kik Cu seng. Tak lama kemudian dari luar hutan sana terdengar derap kaki kuda yang dibedal kencang mendatangi, terdengar bagi Koan San Gwat, cepat ia menyongsong keluar hutan katanya penuh dengan semangat. "Mungkin utusan Kik Cu seng sudah tiba!" Semua orang mengikuti dibelakangnya, sebelum mereka tiba diluar hutan didengarnya derap kaki kuda lari kencang semakin menjauh malah, karuan mereka mereka merasa heran dan diluar dugaan, segera mereka mempercepat langkah tampak, Jip hoat yang berjaga diluar hutan sedang menenteng sebuah buntalan, sedang berdiri menjublek dilemparnya jauh kira kira satu li didepan sana tampak setitik hitam sedang membedal kencang lari kudanya. "Jip hoat!" Lekas Gwat hoa Hujin maju bertanya. "Siapakah yang datang!" Dengan terlongong Jip hoat menjawab. "Hwi Kak barusan datang!" Semua orang melengak pula, tanya Koan San gwat cepat. "Hwi Kak! Untuk apa dia kemari." "Dari kejauhan dia melempar buntalan ini kepadaku, tanpa bicara terus memutar kudanya tinggal pergi pula, hamba sendiri sedang kebingungan maksud kedatangannya!" Seketika berubah air muka Koan San Gwat, baru ia menyambuti buntalan itu terus dibuka diatas tanah, disebelah dalam terdapat sebuah buntalan kertas minyak, segera terdengar Koan San Gwat menjerit. "Kik Cu seng tentu menemui bahaya!" -oo0dw0oo- Jilid 24 SEMUA ORANG JUGA MERASA KUATIR dan gugup, karena sebelah lempitan kertas minyak itu ada melelehkan cairan darah kental, apa yang terisi didalam buntalan itu dapatlah dibayangkan sendiri. Dengan tangannya yang gemetar pelan pelan Koan San Gwat membuka lempitan kertas minyak itu, seketika ia terbelalak, itulah batok kepala Kik Cu seng yang berlepotan darah. Disebelah samping terdapat pula senjata batok besi itu yang ikut berlepotan darah pula. Didalam batok itu berisi secarik kain yang bertuliskan dengan tinta darah. Itulah surat pendek yang ditulis menggunakan darah Kik Cu seng sebagai tinta sedang kain itu adalah sobekan dari pakaian Kik Cu seng, pula nada tulisan didalam surat itu, jelas adalah hasil karya Cia Ling im. "Dua lawan satu, kecerdikanku memang tidak seunggul Ui ho, namun sejak kini dua pihak sama putus hubungan, marilah sekarang mengandal kepintaran dan kecerdikan kita masing masing untuk mengukur sampai dimana keunggulan aktifiteit kami. Markas besar Thian mo kau sekokoh benteng mas, kalau kalian ingin main coba coba secara tidak berarti tiga hari kemudian kami akan datang kesuatu tempat, tanyakan kepada Koan San Gwat apakah dia berani datang berhadapan langsung dengan aku? " Kata kata bagian depan ini penuh nada menantang disebelah bawah masih terdapat barisan huruf huruf yang lebih kecil barbunyi. "Perjalanan kali ini aku hanya datang bersama Lau hu kaucu, kalau Koan San Gwat berani dan punya maksud menepati undangan ku ini mungkin ditengah jalan kalian menghadapi berbagai rintangan dan bahaya!" Lekas Go hay ci hang numbuntal kepala dan batok itu terus menggali tanah disitu juga ia pendam kedalam liang kubur yang sederhana itu. Tak tertahan air mata bercucuran, dengan mengheningkan cipta mulutnya berkemik memanjatkan doa. It ouw dan Li Sek hong pun tak tertahan mencucurkan air mata. Dengan muka kecut berkatalah Koan San Gwat. "Dari kejadian ini dapatlah disimpulkan bahwa Cia Ling im, sejak lama sudah mengetahui asal usulnya, kalau tidak meski ia berhasil membongkar keanehan yang ganjil dari pasir terbang dari dalam batok itu, belum tentu ia menurunkan tangan keji." Gwat hoa Hujinpun amat berkuatir, katanya. "Kedua orang macam itu betul betul amat menatakan, Anak Gwat! Kau...." Dengan gagah dan teguh pendirian Koan San gwat angkat kepala, katanya. "Maksud ibu mengenai perjanjiannya ini, sudah tentu aku harus menepati undangnnya!" Tak tahan bertanya Li Sek hong. "Apakah Cia Ling im menyebutkan alamat pertemuan didalam suratnya? " "Mungkin aku bisa meraba, memang sengaja ia hendak menguji kecerdasanku, maka aku tidak boleh unjuk kelemahan, paling tidak harus kubuktikan, bahwa kecerdasan hakikatnya tidak disebelah bawahnya." "Dimaakah tempatnya? Perlukah kami berangkat bersama? " Tanya Li Sek hong pula. "Tidak usah! Dia hanya menjanjikan aku membawa seorang teman, kukira lebih baik menuruti pesannya saja, kalau tidak tindakan apapun bisa dilakukan sesuai dengan ancamannya! Ibu...." Semula Gwat hoa Hujin menyangka Koan San Gwat hendak mengajak dirinya, karena mereka adalah ibu beranak, hendak menghadapi Lau Yu hu pula, lain orangpun merasa Gwat hoa Hujin seoranglah yang pantas mengiringi kaberangkatannya, tak nyana Koan San gwat malah berkata. "Ibu! Kuharap kau sudi pinjamkan Ui tiap kiam kepadaku!" "Anak Gwat! Apakah kau mengajak aku? " "Tidak!" Kali ini aku hanya mengandal pedangmu saja, mengenai siapa yang hendak kuajak, sekarang tidak perlu kuumumkan dan akupun tidak ingin orang lain tahu. Pihak Thian mo kau tidak akan bertindak apa apa lagi terhadap kita, boleh kalian istirahat saja besok pagi pagi silahkan kau bawa seluruh orang pulang ke Khong ham kiong, bangunlah kembali tempat itu jadikan tempat pangkalan kita, disamping itu untuk mengenang jasa jasa ayahku pula." Setelah beragu sebentar, akhirnya gwat hoa Hujin menanggalkan pedangnya dan diberikan kepada putranya. Setelah menyambuti berkata pula Koan San Gwat setelah menghela napas. "Ibu! ada sebuah hal yang harus kujelaskan dulu kepada kau, kalau sekali ini aku kebentur dengan Lau Yu hu sekali bukan karena dendam sakit karena hubungan kami pribadi dia bergaul dan sekongkol dengan manusia macam Cia Ling im itu, tidak akan mungkin lagi bisa kembali kedalam haribaanmu, menjadi puteramu yang tersayang" "Koan kongcu," Tanya Li Sek hong menyela."Kapan kau akan berangkat? " "Nanti tengah malam, aku akan memberi janjiku kepada teman yang akan kuajak secara diam diam meninggalkan kalian! Maka aku minta diri lebih dulu kepada kalian, tiba saatnya tidak perlu membuat gaduh!" Tak tahan It ouw bertanya "Koan kong cu! Sebenarnya siapakah yang kau pilih, kami akan patuh keputusanmu, tidak akan mengalangi keberangkatanmu." Koan San Gwat tersenyum, ujarnya. "Dalam hal ini aku sudah menunjuk satu orang, tapi tidak perlu kukatakan, kukira orang itu juga maklum, aku percaya di waktu aku berangkat dia pasti sudah menunggu kedatanganku di tengah jalan!" Melihat kata katanya penuh arti dan serba rahasia, semua orang jadi risi bertanya lebih jauh. Cuaca sudah mendekati magrib, tabir malam segera menjelang, mereka tahu tidak perlu terlalu gugup, cukup asal nanti malam sedikit menaruh perhatian teka teki ini pasti dapat mereka bongkar. Maka Tay Su berempat segera dipanggil untuk kumpul bersama, semua orang sama berkumpul didalam hutan mengeluarkan bekal rangsum mengenyangkan perut tak lama kemudian mereka mencari tempat untuk istirahat. Tadi siang mereka sama mengalami pertempuran sengit yang habiskan banyak tenaga maka mereka merasa amat letih, namun semua orang menaruh perhatian akan keberangkatan Koan San Gwat nanti, maka tiada seorangpun yang memejamkan mata. Hanya Koan San Gwat seorang yang bersikap amat tenang, duduk membelakangi sebatang pohon dan tidur mendengkur kelelap dalam impiannya. Semua orang sudah menunggu nunggu tanpa melihat reaksi apa apa. Saking lelah tak tertahan lagi akhirnya gwat hoa Hujin memejamkan mata, di waktu ia tersentak bangun oleh dinginnya air embum ditengah malam, Koan San gwat dengan unta saktinya ternyata sudah menghilang. Dalam hutan tinggal dirinya bersama kelima dayangnya orang seorang yang lain tidak kelihatan mata hidungnya, karuan ia melengak heran, tanyanya kepada Jip Hoat yang berada di sampingnya. "Dimana Koan kongcu? " Jip hoat tertawa, tuturnya. "Kongcu berangkat paling akhir, mereka sama mengharap adalah orang yang dipenujui oleh Koan kongcu, maka beramai ramai menuju ke tempat menurut rekaan hati masing masing untuk menunggunya. Entahlah siapa nanti yang tepat meraba ketempat yang benar benar dituju!" "Kau tahu ke mana tujuan Koan kongcu? " Tanya gwat hoa Hujin. Jip hoat tertawa tawa sambil menggigit bibir. Gwat hoa Hujin mendesakanya lagi."Tempat apakah itu? " "Hujin sendiri dan Li siancu pernah ke tempat itu!" Sahut Jip Hoat tersenyum. Hampir saja Gwat hoa Hujin berjingkrak bangun, teriakanya. "Jian coa kok? Mana mungkin terjadi? " "Bukan saja mungkin, malah tidak akan salah lagi. Setelah Hujin pulang dari Jian coa kok bersama Li siancu semua orang merdengar dengan jelas cerita Hujin dan Li siancu bukan mustahil pula Ban li bu in dan Lt lun bing Gwat membocorkan hal ini kepada Cia Ling im, setelah tahu didalam dunia ini terdapat seorang aneh macam itu masakah tidak segera memeras otakanya" "Memeras otakpun tidak berguna, ilmu silat Coa sin maha tinggi Cia Ling im dan Lau Yu hu kuasa apa terhadap dirinya? " Jip hoat menggeleng, katanya "Mereka kesana bukan untuk mencari permusuhan dengan Coa sin, mereka tidak akan takut menghadapi segala penentang!" "Bicaramu semakin aneh," Kata Gwat hoa Hujin menggeleng "Coa sin mana mungkin Coa sin bisa diperalat oleh mereka? " Kata Jip hoat. "Cia Ling im adalab seorang gembong iblis yang amat lihay, kalau toh dia mau bertindak dan punya suatu tujuan, tentu sebelumnya sudah diperhitungkan masak masak dan punya pegangan yang amat kuat." Gwat hoa Hujin jadi gugup ujarnya "Ya, hal ini tidak boleh dipandang enteng, agakanya kita harus segera menyusulnya kesana seorang diri anak Gwat mana bisa menghadapi begitu banyak persolan, jikalau sampai terjadi sesuatu...." Tiba tiba dari berbagai arah berkelebat bayangan orang, mereka adalah Li Sek hong, It ouw dan Go hay ci hang, Hwesio tua segera berkata dengan tertawa. "Hujin tidak usah kuatir, Koan kongcu tidak akan bisa dikalahkan oleh iblis itu." Gwat hoa Hujin berpaling bingung, katanya."Kalian sama pulang, lalu dengan siapa anak Gwat berangkat? " "Silahkan Hujin periksa sendiri kurang siapa diantara kita? " Sahut Li Sek hong. Gwat hoa Hujin celingukan sebentar, dilihatnya Coa Ki Kang Pan tidak hadir, serta merta berkerut alisnya."Nona Kang...." Li Sek hong manggut sambil tersenyum ujarnya. "Pikirannya kami beramai seperti juga jalan pikiran Jip hoat, maka tanpa berjanji sebelumnya beramai ramai menuju jalan pikiran kesana yang sama, tapi setelah kami melihat nona Kang juga menempuh jalan yang sama, secara suka rela kami tahu diri terus mengundurkan diri tanpa memperlihatkan jejak kami, setelah kami melihat dia mengejar bersama Koan kongcu menunggang unta sakti baru kami pulang bersama." Gwat hoa Hujin mengerut kening dan berkata lesu. "Apa gunanya dia ikut pergi? Dia hanyalah seorang gadis yang tidak tahu urusan...." "Kalau menuju Jian coa kok tiada seorangpun yang paling cocok kecuali nona Kang, ilmu silatnya cukup tinggi bakal bantuan, dan lagi terhadap Coa sin ia banyak membawa pengaruh yang bermanfaat, aku percaya orang yang dipenujui oleh Koan kongcu pasti dia adanya." Gwat hoa Hujin tenggelam dalam renungannya. Sebaliknya Go hay ci hang berkata. "Perjalanan Koan kongcu kali ini tidak akan menghadapi kesulitan apa apa, kalian tidak perlu kuatir, marilah kita bekerja menurut pesan Koan kongcu, bangun kembali Khong ham kiong Hujin lebih megah, disana kita nantikan kabar baikanya. Kaki tangan Thian mo kau tersebar luas, untuk berhadapan dan melawan kekuatan mereka, Lolap harus segera mengumpulkan kembali para kawan sehaluan yang tersebar diberbagai tempat. Kitapun perlu menggabung sesuatu kekuatan besar untuk bertanding dan menentukan jantan atau betina dengan Thian mo kau" Belum jauh Koan San Gwat mencongklang unta saktinya, tiba tiba dirasakan sesuatu bergerak disebelah belakangnya, seolah olah selembar daun pohon daun melayang jatuh dibelakangnya dengan enteng. Panca indranya amat tajam, sesaat ia berpaling kebelakang kebetulan ia berpapasan dengan wajah Kang Pan yang ayu jelita sedang tersenyum. "Nona Kang, ternyata betul kau yang datang!" "Jadi kau memang sedang menunggu aku? " "Ya, waktu kulajukan unra saktiku, kulihat beberapa bayangan orang sudah berjalan disebelah depan, aku tahu mereka sedang meraba raba keinginanku dan bergejolak sanubarinya!" "Apa yang kau kuatirkan? " Tanya Kang Pan. "Aku kuatir mereka ikut datang, dan aku pun jadi sulit menampik." "Apa yang dapat kau pikirkan, orang lain pun bisa memikirkan, tapi setelah mereka sama melihat diriku, beramai ramai mereka mundur teratur." Berlega hati Koan San gwat, namun ia masih kurang percaya. Melihat mimik wajah orang, Kang Pan tertawa geli katanya cekikikan . "Apa sih yang belum dapat kau mengerti. Bicara soal ilmu silat, mereka lebih asor, yang paling mereka kuatirkan hanyalah otakku yang tumpul dan berpikir amat sederhana, tidakkah setimpal menjadi pembantu yang setia, akhirnya setelah melihat akupun dapat meraba jalan pikiranmu, terbukti bahwa aku tidak lebih asor dari mereka, apa pula yang mesti mereka kuatirkan? " "Aneh benar, kenapa mereka sama berpikiran bahwa Cia Ling im mengajak aku bertemu di Jian coa kok? Bicara terus terang, aku sendiripun semula ragu ragu!" "Kecuali Coa sin, siapa pula yang dapat melemaskan hati Cia Ling im, kalau rekaanmu tidak melest, bahwasanya tidak perlu kau pedulikan mereka, kecuali Coa sin terhadap siapapun mereka tidak menaruh rasa takur dan gentar!" "Tepat sekali! Begitu pula jalan pikiranku Kecuali Coa sin siapapun yang mereka cari dan temukan tidak perlu ditakuti." Kata Kang Pan dengan sungguh "Kau pun jangan terlalu puas diri, jikalau dugaan mu tidak meleset, urusan jadi sulit diselesaikan, bila Coa sin kena mereka bujuk, siapapun dari pihak kalian jangan harap bisa lolos dari keganasannya," "Ada tiga macam cara untuk menundukkan manusia, pertama dengan ancaman kedua ditipu lalu di rekan, dan ketiga meluluhkan hati orang dengan budi pekerti, ketiga cara ini tidak berguna bagi Coa Sin, ilmu silat Coa sin jauh lebih tinggi dari mereka, gengsi dan nama tidak akan menggerakkan hatinya, apalagi dengan budi pekerti seglaa, jangan dibicarakan lagi." "Tapi jangan kau lupa Coa sin bukan manusia normal, namun dia punya satu cacad seperti manusia umumnya, diapun punya cita cita dan harapan seperti orang lain, demikian pula kesenangan dan keinginan hatinya..." "Hobby apa yang paling disenangi Coa sin? " "Kenapa kau tanyakan kepadaku? " "Sudah sekian lamanya bergaul dengan Coa sin tentu tahu tethadap segala tingkah laku dan kesenangannya," "Sebenarnya sulit kukatakan, Coa sin tidak punya hobby apa apa, dia benci laki laki, suka perempuan, namun hanya terbatas pada suka belaka, karena dia terkekang oleh keadaan jasmaninya, tidak mungkin bisa bergaul lebih intim dengan perempuan, maka sampai sekarang belum bisa kumengerti, mereka dua laki laki pergi menemuinya, dengan kata apa dapat mengetuk hati Coa sin? " Koan San gwatpun tidak habis mengerti maka dia tidak perlu tergesa gesa menempuh perjalanan, sepanjang jalan ini hatinya selalu memikirkan persoalan ini dan mencari pemecahannya, disamping itu juga menganalisa situasi yang bakal dihadapinya nanti. Dari Ngo tai san ke Jian coa kok paling lambat dua hari perjalanan, namun Cia Ling im menjanjikan tiga hari, berarti satu hari lebih lama, sudah tentu menggunakan waktu peluang itu untuk membujuk Coa sin, namun dalam satu hari itu apa saja yang mereka lakukan? Dalam tulisan suratnya Cia Ling im agakanya punya pegangan kuat, seolah olah seratus persen dia pasti dapat berhadapan dengan dirinya didalam Jian coa kok, mengandal apa? Melihat orang selalu bermuram durja bujuk Kang Pan tertawa "Sudahlah jangan murung saja, mungkin tempat perjanjian yang mereka temukan bukan didalam jian coa kok." "Memang kuharap bukan disana, tapi naluriku bicara bahwa tempat yang dia tentukan pasti disana sebab kalau mereka manemukan tempat lain, atau mencari orang lain, berarti orang yang belum pernah kukenal dan kuketahui, tidak bisa tidak Cia Ling im harus menyebutkan nama tempat itu, kecuali dia punya tujuan lain, hakikatnya tidak membuat perjanjian dengan diriku, jadi diapun tidak perlu berbuat atau bertingkah sedemikian rupa." "Ya, anggap saja benar di jian coa kok kan tidak perlu kau menjadi gugup dan gelisah begitu rupa, bukan mustahil begitu tiba disana mereka lantas terbunuh oleh Coa sin." "Kalau benar terjadi seperti itu, sungguh merupakan keberuntungan umat manusia!" "Seandainya mereka capat memikirkan sesuatu cara lain untuk membujuk Coa sin, oh Ling koh berada disana pula, budak kecil ita tentu akan dapat merintangi Coa sin kena ditipu dan dibujuk oleh mereka" Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pikir punya pikir, Koan San gwat berpendapat situasi tidak sedemikian parah seperti keadaannya semula, kata kata Kang Pan terakhir ini banyak menghibur sanubarinya yang bergejolak. Berkatalah Kang Pan. "Marilah kira lekas jalan mendahului tiba di Jian coa kok, mengandal tenaga lari unta saktimu, kita harus tiba di sana lebih dulu dari mereka sehingga mereka tidak berkesempatan bertemu muka dengan Coa sin" "Betul!" Teriak Koan San Gwat girang. "Usulmu ini memang tepat, kita harus menjaga segala kemungkinan sebelum hal itu sendiri terjadi, maka tidak perlu kita kuatir akan segala sesuatu yang bakal terjadi, begitulah segera ia bedal unta saktinya supaya lari kencang, ingin rasanya hari itu juga ia tiba di tempat tujuan. Lewat lohor mereka tiba disuatu kota kecil kebetulan memang perut sudah kelaparan, segera mereka mencari sebuah rumah makan. Perdagangan mereka agakanya cukup makmur, meski hari sudah lewat lohor, namun tamu didalam rumah makan ini masih cukup banyak dan ramai, setelah hidangan tersedia didepan meja, mereka mulai gegares dengan lahapnya, terutama Kang Pan makan dengan bernapsu sekali maklumlah sebesar itu jarang ia menikmati hidangan lezat yang berharga cukup mahal. Tengah mereka makan minum tiba tiba berjalan masuk seorang laki laki pertengahan umur mengenakan jubah panjang dandanan seorang tabib keliling, langsung menghampir ke meja makan mereka serta berkata sambil menjura hormat. "Apakah kalian yang memiliki unta diluar itu? " "Saudara ini ada petunjuk apa? " Pertanyaan San Gwat hati hati. "Aku membekal ilmu membawa berkelana didunia Kangouw, khusus mengobati binatang sakit? " "Binatang tunggangan kami itu amat sehat dan segar bugar" "Unta itu memang cukup gagah dan hebat, jarang terdapat seekor tunggangan sehebat itu. kuharap kalian jangan terlalu kikir untuk mengeluarkan beberapa tail uang untuk ongkos pengobatannya, kalau tidak menyesal pun sudah kasep, ketahuilah bintang kalian sudah terserang semacam penyakit jahat..." Kontan Koan San Gwat menyanggah dan tidak percaya. "Tidak mungkin bisa terjadi hal demikian bahwasanya memang sulit di percaya, karena unta tunggangannya itu cukup cerdik dan bisa dengar perkataan manusia, tidak mungkin begitu gampang terserang penyakit, seumpama benar sakit diapun bisa mencari daun daun obat obatan untuk mengobati diri serdiri. Namun laki laki itu berkata pula dengan tertawa. "Kalau tuan tidak percaya silahkan keluar untuk memeriksanya, penyakit tunggangan tuan sudah cukup parah, paling lama dua tiga hari lagi bakal kumat dan celakalah jiwanya!" "Mana mungkin terjadi," Seru Koan San Gwat gugup. "Selamanya dia tidak pernah kena sakit." "Betapapun kuat dan sehat tunggangan mu ini, dia toh binatang yang tidak dapat bicara, apalagi biasanya unta hidup dipadang pasir, mana bisa tahan lama hidup didalam iklim yang berbeda, bibit penyakitnya sudah lama bersemi dalam badannya, cuma belum kumat dan soal waktu saja...." Karena ucapan orang masuk diakal, Koan San Gwat jadi sangsi, katanya. "Siansing, apakah penyakitnya masih keburu diobati? " "Memang jiwanya belum ditakdirkan mampus, hari ini kebetulan kebentur ditanganku, tapi kalau mau ditolong harus cepat turun tangan, kalau terlambat celakalah jiwa nya...." Demikian kata laki laki itu sembari tertawa tersipu sipu Koan San Gwat bersoja serta katanya. "Harap Siancing suka mencapaikan diri memberi pertolongan padanya, berapa honor yang harus saya bayar silahkan katakan saja kami akan bayar menurut tarifmu...." Laki laki itu bergelak, ujarnya. "Saudara sudah berjanji, akupun tidak perlu banyak bicara lagi, marilah segera dimulai, cuma ditempat ini kurang mencocoki...." "Menurut Siancing dimana lebih sesuai? " "Di luar kota sana ada sebuah aliran sungai, dipinggir sungai terdapat sebidang hutan rindang cukup luas dan nyaman, marilah kita bawa kesana saja." Koan San Gwat manggut manggut, lekas ia tuntun unta sakti mengikuti dibelakang orang, Kang Pan mengintil dibelakangnya. Kira kira setengah li diluar kota, sudah jauh meninggalkan keramaian kota, tibalah meraka ditempat yang diunjuk, memang dimana terdapat sebuah alilan sungai kecil yang bening airnya, disebelah sampingnya terdapat sebidang hutan palawija. Segera laki laki itu menyuruh Koan San gwat menurunkan barang perbekalan dari punggung unta lalu disuruh unta itu berbaring miring sementara ia membuka peti obat yang dibawanya. Dari dalam peti obatnya, dia mengeluarkan sebotol obat cair, setelah diseduh dengan air kali terus diminumkan pada si Unta lalu ia mengeluakan sebuah gayung, sisa dari obat cair itu dituang didalam gayung lalu diisi air penuh setelah diaduk rata, ia memetik daun pohon, dengan daun pohon ini ia menyiram basah seluruh badan unta sakti. Dengan mendelong Koan San gwat meneliti setiap gerak gerikanya, setelah orang bekerja hampir selesai, ia maju mendekat membuka kelepak unta sakti, dilihatnya matanya yang buram tadi kini sudah mulai bersinar pula, demikian pula napasnya rada wajar dan semangat kelihatan pulih pelan pelan. Namun laki laki itu menarik napas panjang dan ujarnya. "Cukup sudah! Dia harus istirahat supaya tenaganya pulih kembali." "Berapa lama dia harus istirahat? " Tanya Koan San gwat. "Menutur keadaan biasa istirahat kurang lebih dua tiga hari, namun kulihat kalian seperti hendak melakukan perjalanan jauh cukup sehari saja kukira tenaganya sudah segar bugar." "Harap Siansing, apakah penyakitnya kelak bisa kumat lagi? " "Sebelum berkecimpung dalam pengobatan puluhan tahun, sekali turun tangan penyakit pasti lenyap selama lamanya!" Demikian dengus laki laki itu rada kurang senang. "Banyak terima kasih akan bantuan Siansing, entah berapa banyak aku harus bayar!" "Kalau binatang biasa, paling paling hanya kutatik tiga atau lima tail, namun unta tua ini merupakan binatang sakti yang tiada keduanya, aku jadi sulit menetapkan berapa tarif nya, terserah berapa saja tuan hendak bayar!" Koan San Gwat berpikir sebentar, lalu katanya. "Seribu tail emas, Siansing tidak merasa terlalu sedikit bukan." "Kenapa begitu banyak? " Seru Kang Pan melengak. Laki laki itupun diluar dugaan, katanya "Aku tidak berani mengharap bayaran yang begitu tinggi, tapi tuan sendiri yang hendak bayar begitu banyak terpaksa kuterima dengan senang hati, siapa nyana hari ini aku bakal ketiban rejeki...." Segera Koan San Gwat mengambil Tok kak kim sin senjata tunggalnya, langsung ia angsurkan kehadapan orang, tiba tiba air mukanya berubah ketus dan kereng, jengekanya dingin. "Membawa yang receh menyulitkan sekali, seluruh uang masku kujadikan seluruh patung mas ini silakan Siagsing memotongnya sendiri sesuka hatimu." "Lho, ini...." Laki laki itu tertegun. "Aku tidak membawa alat potong, tidak membawa timbangan pula, mana bisa memotongnya secara tepat, harap tuan bayar dengan yang lain nya saja, kurang sedikitpun tidak menjadi soal." "Tidak bisa! Lebih baik bayarlah banyak dari pada kurang, patung masku ini seluruh nya berat seribu dua puluh kati, jadi bernilai enam belas ribu tiga ratus dua puluh tail bukan kira kira potong sebagian, terlalu banyak juga tidak menjadi soal." "Agakanya tuan memang sengaja tidak mau bayar, kenapa main pura pura mempersulit orang saja? ah, sebel anggap saja aku yang sial." Habis berkata terus putar badan hendak tinggal pergi. Koan San Gwat nalah tertawa dingin, paung mas diangkat terus mengepruk kebatok kepala orang, lekas laki laki itu berkelit kesamping. Tapi peti obatnya yang menjadi korban pecah berantakan, obat obatan didalamnya tercecer ditanah berumput, sudah tentu pucat air mukanya, tetiaknya gusar. "Aku sudah bersusah payah, sepeserpun tidak kau bayar, apa pula kehendakmu? " "Tinggalkan jiwamu sebagai penebus perbuatan mencelakai tungganganku," Mendengar kata katanya ini, seketika berubah air muka laki laki itu, putar tubuh terus lari sipat kuping. Gerak Kang Pan jauh lebih cepat, sekali melesat tahu tahu ia sudah menghadang didepan orang, agakanya laki laki itu sudah kalap, tanpa ayal lagi segera ia angkat telapak tangan terus menggempur kedepan dada, tanpa mengerahkan pandangan matanya kepada lawan dipepannya, sebat sekali tangan Kang Pan menyelonong maju menggenjot tenggorokkan laki laki itu serangan ini enteng dan cepat luar biasa. Koan San Gwat tahu ilmu silat Kang Pan luar biasa, cepat ia berteriak. "Nona Kang ampuni jiwanya!" Sebetulnya jati Kang Pan sudah menyentuh tenggorokkan orang, serta mendengar teriakkannya gesit sekali telapak tangannya melayang miring dan "plak", dari menceng keram ia ganti sebuah tamparan keras kepipi laki laki itu. Tenaga dalam ini tidak terlalu keras, orang itupun hanya gentayangan mundur empat lima tindak, maka pukulan telapak tangannya yang mengarah dada Kang Pan dengan sendiri mengenai tempat kosong. Lawan balas menyerang setelah dirinya memukul lebih dulu, ditengah jalan cengkeraman diganti sebuah tamparan lagi namun toh masih jauh lebih cepat dari serangan sendiri, ilmu silat macam ini sungguh amat mengejutkan hatinya. Yang dia kuatirkan semula hanyalah Koan San Gwat seorang sungguh diluar dugaannya bahwa gadis ayu ini justru lebih sulit dilayani, bahwa kejut dan ketakutan muka menjadi pucat pasi penuh ditaburi bintik bintik keringat, kakipun gemetar. Koan San Gwat maju mendekat sambil menenteng senjatanya, katanya. "Kawan! Aku tahu kau pasti kaki tangan Thian mo kau yang diutus oleh Cia Ling im, siapakah namamu? " Terlongong setengah harian, baru laki laki itu kuasa menjawab dengan suara lirih "Ma Pek poh!" Mendengar nama orang tak tahan Koan San Gwat tertawa geli, olokanya. "Tampang tuan memang sesuai dengan namamu, kerjamu suka mencelakai binatang tunggangan orang, tak heran unta saktiku kebentur ditanganmu menjadi lesu dan patah semangat." "Koan San Gwat!" Seru Ma Pek poh gusar. "Jangan kau mentang mentang, aku cukup sungkan terhadap binatangmu, kalau tidak segera kuberikan pertolongan, tanggung jiwamu tidak akan bertahan sampai besok pagi." Koan San Gwat mangut manggut, katanya. "Memang benar! untaku sudah mencapai kecerdikan luar bias dan sakti, namun masih jaga kau bokong berarti kau cukup mampu juga, tapi diwaktu kau menaruh racun dan memunahkan racun, gerak gerikmu menunjuk banyak lubang kelemahan, sebenar nya apa tujuanmu? " Ma Pek poh tertawa dingin, jengekanya. "Kaucu memberi batas tiga hari kepada kau sepagi ini kau hendak meluruk kesana, sudah tentu aku dan berusaha merintangi perjalananmu ini...." Tergerak hati Koan San Gwat, katanya mendadak. "Kebetulan malah kalau begitu, aku jadi berkesempatan mengadu kecerdikan dengan Cia Ling im. Nona Kang ringkus keparat ini, berikan sedikit penderitaan, supaya para kamrat kamratnya disebelah depan melihat dan tahu, coba beranikah mereka berlawanan dengan kita!" Kang Tan manggut manggut, dengan langkah gemulai ia minta ampun, karuan berubah pula air muka Ma pek poh, sebelum orang bergerak, ia mendahului menyerang dengan tutukan jarinya menyodok kebawah ketiak orang. Kang Pan berdiri diam sambil tertawa manis, sebalikanya Ma Pek poh menyerang dengan kalap dan hendak mengadu jiwa, tenaga tutukan diujung jarinya segera dilipat gandakan namun baru saja jarinya menyentuh baju Kang Pan, kontan ia berjingkrak mundur dengan hati mencelos. Ternyata dibawah ketiak Kang Pan mengempit sebuah kantong yang menyimpan ular putihnya yang dinamakan Giok tai itu, ular dalam kantong begitu melihat jari tangan orang diangsurkan kemulutnya segera menongolkan kepalanya terus menggigit dengan telak sekali. Ular itupun seekor binatang aneh yang amat cerdik juga, mendengar perkataan Koan San Gwat agakanya iapun cukup paham, maka dikala dia menggigit jari orang, kadar racun yang ditumpahkan dari giginya cukup hanya membuat orang jatuh pingsan dan tidak terlalu parah. Dalam pada itu Ma Pek poh sudah berguling guling ditanah, kecuali kepala dan makanya, seluruh tubuhnya mulai melepuh membesar seperti bola, rasanya panas gatal dan sakit menusuk tulang. "Membawa contoh hidup seperti keadaanmu ini, kukira cukup membuat kamrat kamratnya kuncup nyalinya untuk bertindak secara gegabah.... Kawan tua! Marilah berangkat jangan menghabiskan waktu melulu, agakanya kau harus dibebani seorang lagi" Unta sakti yang sejak tadi berbaring tiba tiba berjingkrak bangun, sikapnya gagah penuh semangat dan segar bugar, sedikitpun tidak kelihatan sakit, sebalikanya keadaan Ma Pek poh sangat menderita, mulutnya mendesis tak mampu bersuara. Tanpa banyak bicara Koan San Gwat menjinjing tengkuknya terus mengikatnya disebelah pantat tunggangannya sebelum berangkat ia beresi dulu barang barang yang ketinggalan ditanah, terus mengundang Kang Pan serta melanjutkan perjalanan. Sudah tentu sepanjang perjalanan ini mereka menimbulkan perhatian orang orang dijalan ini mereka menimbulkan perhatian orang dijalan, maklum yang laki laki gagah kereng yang perempuan cantik rupawan me nunggang seekor unta besar yang gagah berani dan yang lebih kontras adalah keadaan Ma Pek poh yang amat sengsara dengan terikat kencang tidak mampu bergerak lagi. Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo Saputangan Berdarah Karya Kho Ping Hoo Si Rase Hitam Karya Chin Yung