Ceritasilat Novel Online

Patung Emas Kaki Tunggal 8


Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH Bagian 8


Patung Emas Kaki Tunggal Karya dari Gan K H   "Suamimu? Kapan kalian menikah?"   "Hal ini tidak ada sangkut paut dengan kau, yang benar aku tidak menipukau."   "Tidak, aku harus tahu duduk perkaranya. Pertikaian dengan Unta terbang bukan meliputi perebutan nama julukan saja, masih banyak urusan yang lain..?"   "Baiklah, masih ada urusan apa yang kau tanyakan?"   "Pertama tama aku ingin tahu, siapakah yang membegal dan membunuh orang di Ling ciu?" "Aku! Karena Ciong lam pay berlaku kurangajar terhadap ayahku,"   "Yang menggunakan perintah Unta terbang dan sengaja mencari aku untuk beritanding juga kau?"   "Bukan! Suamiku, karena dia punya alasan khusus untuk berbuat demikian!"   "Alasan apa?"   "Tidak tahu! Dia tidak memberitahu kepadaku."   "Lebih baik kau undang dia kemari, masih ada sebuah urusan besar diantara kita harus diselesaikan, urusan Unta sakti dan Unta terbang, hal ini kau tidak akan bisa mewakili dia dan lagi akupun tidak sudi main tangan dengan kaum hawa seperti kau."   "Orang seh Koan, kalau kau tidak berani lekas berlutut minta ampun saja!"   "Keparat, matipun aku tidak takut, masa gentar menghadapi kau, cuma pertikaian antara Unta sakti melawan Unta terbang teramat besar sangkut pautnya, aku beranggapan kau tidak setimpal menggunakan nama julukan itu untuk menantang aku."   Rona wajah Khong Ling ling menjadi pucat pias, kentara bahwa amarahnya sudah menghantui sanubarinya namun sikap Koan San gwat yang memandang hina dan dingin terhadap dirinya membuat ia tidak kuasa melampiaskan amarahnya, sejenak ia berdiam diri sambil bernapas ngos ngosan, lalu kata nya dengan suara berat.   "Kalau begitu aku menuntut balas bagi kematian ayahku, alasan ini cukup setimpal bukan!"   Sejenak Koan San gwat ragu ragu, sahutnya .   "Untuk ini aku orang she Koan serba sulit menampik!"   Khong Ling ling keprak untanya berlari puluhan langkah berpaling dan berteriak .   "Pegang kencang patung masmu, kita boleh mulai!"   Koan San gwat tidak hiraukan seman orang, ia berbalik kepada Lu bu wi dan berkata.   "Ciangbunjin harap pinjam pedang sebentar !"   Lekas Lu bu wi melolos pedang dan di serahkan kepadanya, sambil menenteng pedang Koan San gwat melompat naik kepung gung untanya, patung emas berkaki atu yang berada di punggung untanya ia lemparkan kc atas tanah.   Terdengar Khoni Ltng Iing berteriak di kejauhan.   "Koan San gwat, kenapa kau tidak pakai patung emas saktimu?"   Koan San gwat tertawa lantang serunya.   "Kim sin (patung emas sakti) adalah perlambang Bing tho ling cu, hanya menghadapi Hwi tho ling cu yang tulen baru akan kugunakan! Aku punya alasan menghadapi kau dengan Pedang ini adalah milik Ciong lam pay dengan pedang ini aku hendak menuntut hutang darah dari puluhan jiwa para murid Ciong lam Pay yang kau bunuh,"   Kong Ling ling berjingkrak gusar seraya berteriak ia keprak untanya maju menerjang begitu dekat pedang terangkat terus membacok. Koan San gwat bercokol tenang dan angker diatas puuggung unta pedangnya terangkat mengkis "tring"   Lelatu api berpercik suaranya berkumandaog dan berguma diudara.   Koan San gwat masih tidak bergeming sebaliknya Khong Ling ling tergentak mundur dua tiga tindak, tapi bukan karena tenga pergelangan tangannya yang kalah kuat adalah unta hitamnya yang tidak kuasa menahan dari tenaga benturan yang dahsyat dari kekuatan raksasa yang saling hantam itu, Koan San gwat terbahak bahak serunya.   "Waktu di Liang cu kau menantang, orang bertanding, unta lawan unta, kini tunggangan siapa lebih unggul sudah dapat dipastikan, lebih baik kau lekas beri tahu kepada suamimu, kalau benar benar ingin mengadu kekuatan dengan aku, harap dia mencari tunggangan lain dan aku, harap dia mencari tunggangan lain yang lebih hebat!"   Saking gusar mendadak Khong Ling Ling mengayun pedangnya kebawah dan "cres"   Kepala Unta hitam tunggaaga nya itu mencelat terbang tertabas kutung dari badannya, sebelum badannya roboh Khong Ling Ling sudah melompat turun di tanah.   "Apa apaan perbuatanmu ini?"   Seru Koan San gwat tertegun.   "Binatang tidak berguna sudah tentu harus di mampuskan saja!"   "Aku hanya omong sambil lalu, sebetulnya unta hitam, ini binatang pilihan juga, kau begitu kejam membunuhnya."   "Barangku sendiri aku punya hak untuk memutuskannya, tak perlu kau banyak, urusan turunlah kita lajutkan diatas tanah!"   Koan San gwat melompat turun seraya berteriak gusar.   "Kau tiada hak berbuat seudelmu sendiri terhadap suatu jiwa!"   Kong Ling ling menjadi sengit teriaknya pula .   "Orang she Koan, jangan takabur, unta putihmu belum tentu seekor binatang tiada tandingan dikolong langit ini, yang kubunuh ini tiada lain barang apkiran belaka, nanti kalau tunggangan suamiku datang, tanggung dia tidak kalah oleh tunggangan milikmu."   "Kenapa suamimu hari ini tidak datang?"   "Bila kau dapat mengalahkan dia, sudah tentu dia akan muncul, sekarang kau tidak perlu banyak tanya."   Seiring dengan ucapannya pedangnya terayun menyerang kepada Koan San gwat, terpaksa Koan San gwat angkat pedang menangkis dan melayani rangsakan lawan.   Karena berada ditanah datar, gerak gerik tidak terhalang, maka tidak perlu setiap gebrak harus mencari peluang mengendalikan tunggangan maka serang menyerang kedua belah pihak berlangsung teramat cepat, dalam sekejap saja puluhan jurus sudah berselang.   Setiap jurus masing masing mengerahkan tenaga dalam yang kuat dan keras setiap dua senjata saling bentur pasti mengiluarkan suara keras dan kercikan letusan api, semakin lama semakin seru dan hebat, diam diam Koan San gwat mencelos hatinya.   Bagi dia yang tenaga raksasa pembawaan sejak kecil, meski senjata yang digunakan hanya sebatang pedang, tapi setiap gerak serangan nya mengandung tenaga ratusan kati beratnya, Khong Ling ling mampu bertahan setanding melawan dirinya, apalagi seorang perempuan bisa memiliki kekuatan yang sedemikian dahsyatnya sungguhnya patut dipuji.   Dan lagi sejurus ilmu pedang yang dia lancarkan memang sangat aneh dan menakjubkan, gerak geriknya lucu dan sulit diraba.   Seperti diketahui Khong Ling ling memperoleh didikan sejak kecil di Kun lun san di bawah asuhan Soat lo Thay Thay, tapi kepandaian silat keluarga Soat itu sudah diturunkan ke pada Thio Ceng Ceng dia sendiri menonton dari pinggir, sedikit banyak ia kenal ilmu silat ajaran keluarga Soat itu.   Tapi ilmu pedang yang dimainkan Khong Liag ling sekarang selamanya belum pernah dilihatnya, setiap jurus serangannya, sulit diraba dan menyelonong tiba dari jurusan yang tidak mungkin diraba sebelumnya, dan lagi serangan itu adalah sedemikian ganas dan keji sekali kena jiwa pasti melayang, maka tidaklah heran beberapa murid Siong lam pay itu hanya beberapa gebrak saja sudah dibunuh olehnya dengan cara yang begitu mudah, jikalau dirinya tidak dibekali ajaran Tokko Bing yang digjaya dan murni itu, sejak tadi mungkin iapun sudah melayang jiwanya oleh keculasan lawannya.   Pertempuran sudah berjalan tiga puluh jurus, tapi Koan San gwat cuma balas menyerang dua jurus, setiap jurus serangan harus ia layani atau tangkis dengan memakai tenaga dalam yang cukup besar pula, sehingga selalu pihak lawan dapat menempatkan diri dalam posisi yang menguntungkan, meraba dingin serangan yang membadai, terpaksa ia hanya membela diri saja.   Rangsakan pedang Khong Ling ling justru semakn gencar dan telengas, sikapnyapun semakin beringas, terdengar ia mengejek dingin.   "Koan San gwat kudengar betapa tinggi namamu di kalangan Kangouw, kiranya cuma nama kosong belaka, Bing tho ling cu menggetarkan dunia, agaknya tidak lebih cuma gentong nasi belaka."   Dengan tenang mantap Koan San gwat melayani rangsangan lawan, sedikitpun tidak terpengaruh oleh lawan, namun Khong Ling ling mangkin mandapat angin tedengar ia menccemooh lagi.   "Dilihat dari permainan pedang yang menyerupai cakar ayam ini, dapatlah dinilaibetapa sebenarnya Tokko Bing, hanya tokoh dungu tidak becus belaka, kalau aku dilahirkan beberapa tahun lebih pagi tanggung didunia ini tidak akan ada Bing tho sebutan yang menyebalkan ini"   Pedang Koan San gwat diputar kencang melindungi seluruh badannya, tak tahan ia balas menjengek dingin.   "Mungkin kau mendapatkan tambahan ilmu dari Ki Houw, berani kau membual mulutmu yang busuk. Kenapa kau tidak gunakan otakmu, dulu pusaka Lo hun kok dari keluarga Kiong besar kalian yaitu Bi seng cu kenapa bisa tearampas dan berada ditangan guruku selama 20 tahun lamanya demikian ayahmu mampus di tangan gentong nasi kalau dibandingkan justru kau ini lebih celaka dari aku yang kau anggap gentong nasi ini."   Dimulut Khong Ling ling mencemoh dan menghina tapi dalam hatipun terkejut dan was was sebab meski setiap permainann pedang Koan San gwat selalu dapat dipatahkan, tapi gerak geriknya sangat mantap dan dapat maju mundur sesuka hatinya tanpa terpengaruh sedikitpun berulang kali ia sudah memancing dengan berbagai tipu yang cukup meyakinkan tapi pertahanan pedang lawan memang tidak tertembuskan, maka sengaja mencemooh dan menghina, tujuannya membakar kemarahan orang sehingga ia berkesempatan menjebol pertahanan orang yang kokoh.   Tak nyana latihan Koan San gwat memang sudah sangat matang, ejekan balasannya sangat tajam ini menusuk perasaan, bukan saja tidak terpancing malah diri sendiri kepermainkan karuan ia naik pitam.   Sambil melancarkan rangsakan membadai mulutnya berteriak beringas.   "Koan San gwat kau memang harus mampus!"   Pedang nya berputar memetakan puluhan kuntum kembang cahaya pedang yang bertaburan keatas dan menukik kebawah, sulit di tentukan yang mana yang kosong dan yang mana yang berisi, sebelah atas lebih dulu atau sebelah bawah lebih cepat menggasak tiba? Menunjak ketiga lobang didada Koan San gwat tawa Khong Ling ling semakin menjadi jadi serunya "Boleh kau tambahi sebuah huruf Bing tho ling menatap lobang didepan dada orang itu.   Karena itulah yang harua dibanggakan oleh Bing tho ling cu yang katanya pernah menundukan dunia."   "Bertanding silat sudah pantas kalau ada yang menang dan kalah, tidak perlu mengudal lidahmu dengan sikap tengikmu itu."   Jelas bahwa dirinya sudah menang dengan pukulan tiga lobang kecil di depan dada orang tapi serta melihat sikap Koan San gwat masih begitu tenang dan seperti acuh tak acuh mau tak mau Khong Ling ling mejengak marah akhinya tidak tertahan ia berjingkrak gusar, serunya.   "Kalau tau begitu, lebih baik ku tusuk dadamu saja!"   "Salahmu sendiri! kenapa kau tidak berbuat demikian?" "Karena suamiku melarang, dia sendiri yang akan membunuh kau!"   "Pendapat suamimu memang, untuk melawan aku memang dia sendiri yang harus maju!"   "Melawan aku saja kau bukan tandingan, masih ingin bertanding dengan suamiku jangan kau bermain api, lekas serahkan lencana unta saktimu, selanjurnya carilah suatu tempat dan menyembunyikan diri!"   "Kalau kelak suamimu benar benar dapat mengalahkan aku, baru aku akan pikirkan lagi."   "Koan San gwat apa kau ini laki laki. Kenapa tidak tahu malu kau masih tidak mengaku kalah!"   Mendadak Koan San gwat menarik muka serunya lantang.   "Orang she Koan laki laki sejati Bing tho ling cu pun sudah menggetarkan Kangouw, soal menang kalah mesti didebatkan kalau kau angggap dirimu sudah menang, coba ketuklah hatimu dan tangannya meraba kedepan dadanya, seketika berubah air mukanya sekian lamanya ia tidak mampu bersuara. Ternyata baju depan dadanya dari kiri, tapi tergores sebuah garis yang lurus, hanya baju luarnya saja yang tergores maka ia tidak merasakan. Tapi ia tidak tahu kapan baju luarnya ini tergores ujung pedang lawan. Terbayang olehnya adegan pertempuran selami tiga puluh jurus tadi, Koan San gwat cuma membalas serangan tiga jurus, dua jurus yang terdahulu ditarik ditengah jalan, hanya jurus terakhir dilancarkan dengaa nekad dengan tujuan gugur bersama, tapi serangan itupun berhasil ia hindari. Pikirannya hanya jurus ini yang terakhir inilah yang besar. Maka dengar menempelkan muka ia bertanya dengan kereng.   "Tipu yang bagus! Apa nama jurus seranganmu itu?" "Meski ada namanya, tapi kedengannya tidak enak yaitu si li kiu seng (mencari hidup dalam kematian)."   Khong Ling ling berpikir sebentar lalu berkata dingin .   "Mesti dengan ini nama kedengarannya "Untuk bisa gagur bersama suatu kejadian yang sulit, itu diperlukan permainan tipu serangan kedua belah pihak seimbang pula kehebatannya, sehingga pihak yang lain berkesempatan membunuh lawannya lebih dulu, tapi ilmu pedang sudah terlatih setaraf kau sekarang, mungkin sulit dicari waktu yang kebetulan itu, maka kita perlu sama sama mengejar waktu yang pendek itu, mungkin kau masih ingat, tadi siapa yang bergerak lebih dulu?"   Berubah pula muka Khong Ling ling mulutnya, terbungkam, menang dan kalah sudah jelas duduk perkaranya, memang gerakan serangan pedang Koan San gwat lebih cepat dari tutulan tiga kali ujung pedangnya, kalau tabasannya itu betul betul dia laksanakan maka ketiga tutulan ujung pedangnya itu tidak mungkin mengenai sasarannya.   Setelah terpaku sekian lamanya, dengan muka menghijau ia berkata .   "Koan San gwat hari ini kepandaianmu lebih tinggi, tapi jangan kau takabur, cepat atau lambat aku pasti menebus kekalahan ini!"   "Sekarang tibalah giliran suamimu, mengunjukkan diri!"   Jengek Koan San gwat.   "Hari ini tidak lain yang lebih penting maka akulah yang mewakili dia kemarin!"   Dengan suara kereng Koan San gwat.   "Urusan apapun tidak sepenting pertemuan ini, seorang manusia tidak punya kepercayaan tiada berharga hidup kalau dia seorang yang tidak dapat dipercaya, aku menyusul mengadakan janji pertemuan disini!"   Berapi api biji mata Khong Ling ling teriaknya "Orang she Khoan, kau sudah bertemu dengan suamiku, kau harus tahu bahwa dia tidak takut terhadap kau, dan lagi kau pasti tahu bila sekarang dia tidak kemari itu menandakan bahwa urusan itu tentu jauh lebih penting."   Koan San gwat berpikir sebentar lalu manggut manggut, sahutnya "Baik aku percaya sekali obrolanmu ini, tapi dapatkah kau beritahu kapan dan dimana perjanjian yang akan datang? "Aku pun tidak tahu,"   Sahut Khong Ling ling menggeleng.   "Tapi aku percaya dia pasti memberi khabar kepada kau!"   "Baik, selalu ku tunggu kabarnya."   Sambil mendengus Khong Ling ling putar tubuh terus tinggal pergi, tapi beberapa langkah ia dihentikan oleh Koan San gwat, sambil membanting kaki Khong Ling ling berseru gusar.   "Ada apa lagi! Apa kau tidak mau melepas aku pergi?"   "Bukan! Kalau aku ingin menahan kau tabasan pedangku tadi tidak melukai cuma menggores baju luarmu saja, kalau hari ini kau terima kalah, maka harus mematuhi satu syaratku!"   "Syarat apa? Jangan kau ajukan persoalan berabe dan serba runyam, aku tidak bisa memberi kepastian kepada kau,"   Tanya Khong Ling ling curiga.   "Sebelum pertemuan kedua dan sebelum adanya adu kepandaian yang akan datang dengan suamimu, aku larang Lencana Unta terbang kalian muncul didunia persilatan."   Khong Ling ling bimbang, Koan San gwat segera menandaskan.   "Kalau tadi kau mewakili Hwi tho ling cu, kau sudah menyerah kalah, maka Hwi tho ling cu tidak boleh di pakai lagi, kalau kau tidak berani mengambil keputusan, suamimu ingkar janji, maka diapun terikat oleh syarat yang kuajukan ini!"   Mendengar alasan ini Khong Lia ling malah tertawa dan perasaan menjadi longgar katanya.   "Boleh karena alasan ini pasti suamiku tiada alasan menolak maka baiklah aku akan meyetujui usulmu ini!"   "Silankan pergi!"   Ujar Koan San gwat mengulapkan tangan.   "Beritahu pada suami mu semakin cepat lebih baik!"   Kini Khong Ling ling pergi tanpa menoleh lagi.   Koan San gwat mendekati Unta saktinya dia berbisik bisik di pinggir telinganya, entah apa yang diucapkan, tapi sang unta selalu manggut manggut atau menggeleng sebagai menjawabnya.   Dengan lesu Lu Bu Wi menuntun kudanya, menghampiri Koan San gwat, katanya "Lingcu Losiu mohon diri lebih dulu!"   "Ciangbunjin hendak kemana?"   Tanya Koan San gwat.   "Ai, pihak Ciong lam pay sudah runtuh total, tiada muka Losiu menduduki jabatan yang memalukan ini, tiada harapan menuntut balas, masa depanmu suram, Losiu ingin membawa jenasah murid pulang gunung, akan ku umumkan penutupan dan pembubaran golongan kami."   "Losiu akan mengasingkan diri saja !"   Koan San gwat membujuk katanya.   "Ciong lam pay sudah ternama puluhan tahun lamanya di Bulim, menderita rugi adalah jamak dalam percaturan dunia persilatan, Ciangbun jin tidak perlu putus asa."   Lu Bu wi menghela napas panjang ujarnya.   "Perguruan mengalami bencana yang menengenaskan, kepandaian sendiri tidak becus lagi, hagaimaa Losiu tidak kecewa!"   Koan Sangwa berpikir sejenak lalu berkata.   "Bagaimaua Kalau Ciangbunjin sementara ini melakukan perjaiananaa dengan Cayhe, siapa tahu dalam waktu yang dekat bisa membalas dendam secara langsung, sekaligus dapat memulihkan muka dan mengangkat nama pula."   Tergerak hati Lu Bu wi Katanianya.   "Ling cu ada petunjuk apa?"   "Beri petunjuk sih tidak berani, mendadak Cayhe teringat suatu persoalan, kalau Ciangbunjin ikut melakukah perjalanan ke barat, mungkin disana bisa memperofeh suatu ketuntungan."   "Untuk apa Lingcu pergi ke barat daya?"   Koan San gwat tertawa sambil menunjuk suaranya, katanya.   "Sahabat tuaku inilah yang memberi tahu kepadaku."   Semua orang melengak tidak mengerti, kata Koan San gwat.   "Untaku ini adalah binatang sakti yang cerdik dari daerah barat, setelah mendapat didikan dan bimbingan dari guru selama beberapa tahun, ia punya banyak kemampuan yang luar biasa, bukan saja dapat menempuh perjalanan ribuan li sehari naik gunung terjun keair dan segala tugas berat apa pun dilakukannya ada pula suara kepandaian khas yang dimilikinya yaitu daya penciuman nya teramat tajam, sippapun bila terendus hidungnya, meski kau sembunyi keujung langit pun dapat dikejar dan menemukan tempat persembunyianmu."   Lu Bu wi kagum dan manggut manggut katanya .   "Unta memang merupakan kapal padang pasir, biasa menjelajah seluruh dunia, untuk ini Losiu tidak akan sangat sedikit pun, entah siapa yang hendak Ling cu kuntit?"   "Sudah tentu Khong Ling ling adanya, dengan menguntit dia dapatlah aku secepat nya berhadapan dengan Unta terbang!"   Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Lu Bu wi termenung tak bersuara, Lok Siau hong berjingkrak kegirangan. Cuma Lau Sam thay yang mengunjuk rasa kuatir, katanya.   "Apaka tujuan Ling cu tidak akan berbahaya?"   Koan San gwat berkata"   Ki Houw mengingkari janjinya, tentu urusannya ini ada sangkut pautnya dengan perkara yang kubayangkan teka teki ini sudah lama tersekap dalam sanubariku, maka aku harus berdaya upaya untuk menbongkar rahasia, dan sekarang tibalah saatnya..   ..   kalau Lau heng merasa tidak leluasa boleh tidak usah ikut soalnya memang Lau heng tiada hubungannya, dengan persoalan ini."   "Kenapa Lingcu bicara demikian!"   Seru Lau Sam thay sambil menggoyangkan tangan.   "Aku orang she Lau hanya kaum keroco di kalangan Kang ouw, namun sejak ikut Ling cu kini akan menyelidiki suatu, rahasia besar kaum Bulim, terhitung hidup ini tidak sia sia, meski harus berkorban jiwa aku orang she Lau tidak perlu menyesal, cuma aku kuatirkan keselamatan Ling cu sendiri."   "Tiada sesuatu yang perlu dikuatirkan bagi diriku."   "Belum tentu, dalam pandangan kaum Bulim sedang terancam malapetaka yang masih terpendam dan bakal meletus dalam waktu tidak lama lagi, keselamatan kaum persilatan hanya tergantung pada usaha Ling cu seorang untuk mengatasinya, kalau tidak sulit lah dibayangkan apa yang bakal terjadi kelak."   "Betapa tinggi penilaian Lau heng terhadap diriku, hakikatnya memang aku sudah terlibat dalam pusaran yang rumit ini, seumpama hendak menyingkir juga tidak mungkin lagi, bukan aku saja nona Lok dan Lau heng sendiri pun sudah tidak bisa berpeluk tangan. Kalianpun pernah bertemu dengan Ki Houw kalian pun sudah tahu sedikit seluk beluk mengenai persoalan ini "   Lau Sam thay tidak bicara lagi, sebalik Lok Siau hong membelalakan matanya serunya.   "Koan toako ditempat tujuan kita apakah dapat betemu dengan bibi?"   "Aku tidak berani pastikan."   Sahut Koan San gwat setelah termenung sebentar.   "Tapi aku percaya sedikit banyak kita bakal memperperoleh bahan bahan sebagai pemikiran kita selanjutnya."   "Tiba tiba Lu Bu wi menyeletuk tanya dengan heran .   "Soal rahasia apa yang sedang kalian perbincangkan?"   "Sekarang belum pasti dapat aku jelaskan Ciangbunjin perlu memastikan mau ikut tidak menempuh bahaya sudah pasti dapat terhindar "Losiu mencari hidup seorang diri, jiwaku sih tak perlu dipikirkan cuma dengan tenaga ku yang tidak becus ini, aku kuatir bukan saja tidak membantu Ling cu malah jadi beban belaka!"   "Cianghunjin jangan merendah, sulit dikatakan sekarang, mungkin banyak urusan yang nanti harus mohon bantuan, dan lagi entah beberapa banyak anggota dari perguruan kalian?"   Lu Bu wi berpikir sebentar lalu katanya.   "Enam diantara sembilan saudara seperguruan kami sudah ajal tinggal tiga orang lagi dimarkas, para murid dari generasi kedua kira kira masih tiga puluhan orang yang tersebar luas dimana mana, dengan sebuah tanda rahasia, Losiu dapat mengumpulkan mereka untuk mendengar perintah seluruhnya!"   "Tidak prlu banyak harap Ciagbunjin mengundang tiga Enghiong yang berada dimarkas itu serta, lima, enam murid yang terdekat saja. Tugas ini lebih baik diserahkan kepada Sun Cit sebagai kurir atau penghubung, suruh mereka menyalin rupa. Tidak usah bertemu muka secara langsung dengan kami, asal memperhatikan tanda rahasia penghubung dari perguruan kalian, harus ketat pula mengikuti jejak kita disaat tenaga mereka benar benar diperlukan, biarlah nanti Ciangbunjin sendiri yang memberi tugas yang perlu dilakukannya."   Lu Bu wi tidak tahu persiapan apa yang sedang dilakukan oleh Koan San gwat namun ia menurut perintah saja, sahutnya.   "Khong ling ling membunuh beberapa saudara perguruan kita, kini berkesempatan ikut Ling cu untuk menuntut balas, tugas mulia yang memang sangat kita harapkan!"   Lalu ia memberikan aba aba kepada Sun Cit, serta menyuruh membereskan jenasah para saudara seperguruannya dan dikirim kembali ke Ciong lam pay untnk dikebumikan."   Setelah segalanya diatur dengan rapi, Koan San gwat mencemplak kepunggung unta saktinya, katanya.   "Mari berangkat! Mungkin perjalananan kita masih bakal menimbulkan gelombang besar yang mendapat seluruh kaum persilatan, mungkin pula seperti mega yang mengembang di angkasa, terhembus lenyap tanpa bekas oleh angin lalu! Tapi apapun yang akan terjadi, inilah jalan satu satunya yang harus kita tempuh!" -o0dw0o-   Jilid 9 HILANG SUARANYA IA LANTAS keprak tunggangannya dan berlari cepat dikeremangan malam menuju kearah depan sana, maka terdengarlah derap kaki kuda yang ramai dibelakangnya mengejar dengan cepat.   Lu Bu wi seketika keprak kudanya mengejar dibelakangnya.   Derab kuda dan langkah unta yang tegap dan berat itu seolah olah menjadi perpaduan musik yang gagah mengiringi mereka maju kemedan laga.   Kira kira setengah bulan kemudian, mereka berempat sudah tiba disungai Pe long kang yang terletak di perbatasan Su cwan dan Kam siok, setelah menyebrang sungai mereka memasuki wilayah Su cwan yang terkenal sulit dan penuh bahaya.   Setelah tiba di daerah sulit perasaan Koan San gwat malah lebih longgar, mereka menginap disebuah rumah penginapan kecil, setiap hari kerjanya cuma makan minum dan pelesir dipinggir sungai besar, melihat pemandangan, sedikit waktu bertemu muka dengan Lu Bu wi, waktunya sebagian besar berada d luar.   Beberapa hari sudah berselang Lok Siau dan Lau Sam thay tidak sadar kalau Lau Sam thay tidak berani banyak bicara, Lok Siau hong sudah tidak tahan lagi, maka pada suatu pagi dikala Koan San gwat sudah siap berangkat, cepat ia memburu serta bertanya .   "Koan toako, kau hendak kemana lagi?"   "Hari ini aku akan tamasya ke Mo thian ling (bukit pencakar langit) konon puncak gunung itu sangat tinggi menembus awan, pemandangan disana lain dari pada yang lain!"   "Koan toako,"   Ujar Lok Siau hong kedatangan kita kesini bukan untuk bertamasya bukan?"   "Aku tahu, hidup ini sangat terbatas, mumpung ada waktu baiklah menikmati tempat tempat indah yang menyenangkan, kelak mungkin tiada kesempatan lagi!"   Lok Siau hong melengak, tanyanya.   "Koan toako apa maksudmu?"   "Tiada maksud apa apa, mungkin kau terlalu iseng karena senggang, baiklah hari ini kau boleh ikut!"   Lok Siau hong paham dimulut kedengarannya Koan San gwat bicara enteng, tapi urusan tentu tidak sepele, serta mendengar Koan San gwat hendak mengajak kesuatu tempat, karuan ia berjingkrak kegirangan.   Mereka menunggang unta dan kuda yang dibedal kencang, tidak lama kemudian sudah menempuh perjalanan pegunungan yang berliku liku menjurus kearah puncak gunung, Mo thian ling termasuk dalam wilayah Bing san, susun bersusun sepanjang ribuan li ke barat memasuki wilayah Ceng hay ketimur menjorok kepropinsi Ouw pak, merupkan pegunungan terpanjang.   Waktu hampir tiba dipuncak bukit, hembusan angin pegunungan sedemikian kerasnya awan menggembung dibawab kaki, seolah olah karena susah berpisah dengan dunia fana ini pohon siong dan Pek menjulang dan berdiri kekar, tumbuh subur dimana mana tersebar luas, burung bangau berterbangan, kera berloncatan dipucuk pohon, ternyata pemandangan di sini memang mempersonakan.   Selama hidup belum pernah Lok Sian hong melihat pemandangan seperti yang disaksikan sekarang, tak tertahan ia tuding sana tnnjuk sini seperti menari saja ia diatas punggung tunggangannya.   "Hati hati, jalananan disini tumbuh lumut dan licin sekali, kendalikan kudamu baik baik, jangan sampai terpeleset, kalau sampai jatuh kau bisa lenyap tanpa bekas!"   "Jangan kuatir, meski kudaku tak sehebat untamu, dia merupakan tunggangan yang lumayan juga, jalan pegunungan begini tidak bakal mempersukar dia."   Tengah bicara tiba tiba kaki depan tunggangannya mendadak tertekuk kedepan entah tersandung apa, hampir saja ia terjengkang ke depan, untung gerak geriknya cekatan gesit sekali ia melesat kedepan, untunglah unya tunggangan Koan San gwat lekas menyusul tiba, leher panjangnya terulur menahan tubuh k da itu sehingga tidak tergelincir jatuh kebawah gunung.   Begitu menginjak tanah Lok Siau hong lantas mengayun cambuknya memecut pantat kudanya seraya memaki "Celaka, baru saja memuji kau, secepat itu pula kau bikin aku sakit"   Cepat menyampok cambuknya. Terdengar Koan San gwat berseru.   "Jangan kau ribut dan main pukul ditempat ini, kalau dia kesak itan dan mergumbar adatnya, sekali loncat tamatlah riwayatnya!"   Lok Siau hong memonyongkan mulutnya katanya bersungut.   "Tamat ya sudah, paling aku turun gunung jalan kaki."   "Enak berkata, dua hari lagi kita harus melanjutkan pejalanan, masa kau hendak menjadi buntut mengejar jalan kaki."   "Jadi harus berangkat lagi?"   Tanya Siau hong tertegun.   "Sudah tentu, kan belum sampat ketempat tujuan, aku sedang menanti bala bantuan dari pihak Ciong lam pay!"   "Tidak heran setiap hati kau bicara dengan Lu bu wi toako, sungguh aku kurang paham untuk apa kau memerlukan sedemikian banyak orang, kalau berkelahi masa mereka bantuan kau?"   "Aku tidak perlu bantuan mereka untuk berkelahi, yang jelas ada tugas lain yang lebih penting perlu bantuan mereka untuk mengerjakan!"   Lok Siau hong hendak bicara lagi tapi Khoan San gwat menggeleng kepala, katanya.   "Kau bukan anak kecil lagi, tapi sifatmu masih suka merengek masa nona besar masih suka merengek!"   Demikiin goda Koan San gwat. Merah muka Lok Siau hong, selanjutnya ia banyak berdiam diri. Sementara itu Koan San gwatpun sudah turun dari tunggangannya matanya menjelajah sekelilingnya akhinya ia menghela napas serta berkata mangut manggut.   "Tempat ini sungguh segar dan menyenangkan, semoga kelak akupun dapat memperoleh tanah subur nan sunyi begini, selama hidup terpisah dari keramaian dunia."   "Apakah baiknya tempat ini.   "sela lok Siau hong.   "Kecuali mega pohon dan gunung serta burung dan binatang liar, kalau seng gang dan iseng untuk mencari orang ajak bicarapun tiada, kadang kala bermain man sih boleh, kalau selama hidup tinggal di tempat yang sepi begini, kalau tidak mati kebal sudah untung!"   "Nanti setelah usia mu dewasa kau akan tahu menikmati kehidupan bersih dan sunyi paling nikmat, akan datang saatnya kaupun bisa menyenangi tempat semacam ini!"   Mata Lok Siau hong berkedip kedip mendadak ia tertawa cekikikan, ujarnya "Koan Toako katamu tempat ini tiada jejak manusia?"   "Ya, pohon siong dan burung bangau yang diselimuti awan putih mengembang, seolah tempat kediaman para dewata saja tempat ini."   Mata Lok Siau hong berputar katanya.   "Dewa yang kau maksud tentu adalah Lu Tong pin dan Thi koay dari dongeng delapan dewa menyebrangi lautan itu bukan!"   "Kenapa kau bicara begitu?"   Tanya Koan San gwat melengak. Lok siau hong berjingkrak sambil bertepuk tangan sahutnya "Karena Lu Tong pin paling suka minum arak, sedang Li Thi koay paling suka gegares (suka makan) sayup sayup sepeti terendus olehku bau arak dan daging panggang!"   Lekas Koan San gwat angkat kepala mengendus endus ia membenarkan ucapan orang katanya keheranan.   "Puncak gunung sedemikian tingginya ada siapa makan minum ditempat ini?"   "Sudah tentu para dewata! Manusia umum nya suka kehiduapan dewata yang sunyi dan suci, Sebaliknya para dewa menyukai arak dan daging buatan manusia, dapat disimpulkan bahwa konatradiksi di dunia fana ini memang terlalu banyak !"   Tergerak hati Kon San gwat dengan sikap serius ia berkata.   "Jangan kelakar, mari kira tinjau kesana!"   Lok Siau hong berloncatan cepat, ia berlari mendahului kedepan, terpakai Koan San gwat menguntit dibelakangnya, mereka menerjang kabut tebal dan langsung mamanjat lebih atas, tak lama kemudian bau arak dan panggang daging semak in keras, tak lama kemudian dia lantas batu besar yang menonjol keluar di kejauhan sana tampak bayangan dua orang sedang duduk berhadapan.   Seorang sedang angkat guci arak menenggak dengan lahapnya, seorang yang lain sedang gegares daging panggang dengan nikmatnya.   Koan San gwat mendekat maju, setelah jarak dekat dengan jelas ia sudah melihat kedua orang itu berusia lanjut pakaiannya biasa seolah olah mereka adalah tukang tebang kayu atau pemburu diatas gunung ini, maka perasaan dan waa was tadi menjadi kendor.   Lok Siou hong sangat terkejut sambil ia berkata kiranya tua bangka.   suaranya keras cepat Koan San gwat menggoyangkan tangan kepadanya maksudnya supaya bicraa perlahan supaya tidak didengar oleh mereka dan menimbulkan perkara, karena dandanan kedua orang ini, Koan San gwat menduga mereka pasti bukan orang sembarangan, bila terjadi pertengkaran, watak Lok siau hong berangasan itu tentu urusan bakal berpanjang.   Tak nyana Lok Siou hong tidak pedulikan isaratnya, dengan suara lantang ia berteriak lagi kukira dewata, ternyata dua kakek rencana hampir mampus, sungguh menyebalkan! Koan San gwat kurang senang, baru saja ia menegor keberandalannya kedua orang tua diatas batu itu sudah bersuara.   Engli heng, ternyata ada manusia yang kita anggap bangsa dewata.   Orang yang bicara ini bermuka gemuk, seorang tua lain masih menenggak araknya, dengan sikap acuh tak acuh bermalas malasan ia menjawab.   "Seumpama kita anggap diri sebagai dewa kan tidak berkelebihan!"   Tergerak hari Koan San gwat, Lok Siau hong menjebirkan bibir dan mencemoh .   "Masa dewa seperti tampang kalian ini?"   Simuka gendut membanting tulans ditangannya, seraya berpaling dia tertawa, katanya .   "Nona cilik, coba katakan seperti apa sebetulnya dewa itu?"   Pertanyaan ini menyegal mulut Lok Siau hong, memang ia tidak bisa menggambarkan seperti apakah sebenarnya bentuk dewa itu.   Sikurus menurunkan guci araknya tertawa gelak gelak, sarunya "Aku Tong pin menengok arak sampai mabuk di Gak yang lau, padahal dia seorang gelandangan yang rudin, Thi koay sian adalah peminta sedekah nasi yang gelandangan sepintas pandang jauh lebih celaka dari kami berdua, masa kita berdua tidak menyerupai dewa malah."   Berdetak jantung Koan San gwat, Lok Siau hong malah bertepak senang, serunya.   "Mendengar percakapan kalian, jadi kalian adalah dewa asli?"   Sambil membersihkan kedua tangannya yang berlepotan minyak kebaju depan dadanya si gendut tertawa ujarnya.   "Kita hidup harus menikmati kesenangan, jiwa adalah yang paling berharga dalam dunia ini, dengan hidup senang dan bebas baru boleh dinamakan dewa"   Tergarak pula hati Koan San gwat, cepat ia bertanya.   "Siapakah gelarmu dewa kalian"   "Sudah menjadi dewa masa perlu gelar lagi, nama sudah cukup dan lebih diagungkan!"   Si kurus cepat menjawab.   "Kalau begitu mohon nama dewa kalian?"   Koan San gwat menambahkan. Si muka gendut terbahak bahak sahutnya.   "Aku bernama It lun bing gwat, dia bernama Ban li bu in"   Dengan tenang dan penuh keyak inan Koan San gwat berkata .   "Kiranya kalian tokoh yang tercantum dalam daftar Sian pang ?"   Kelihatan kedua orang melengak, tapi tidak memperlihatkan reaksi yang berarti akhirnya sikurus bergelak tertawa, ujarnya .   "Siang pang (golongan dewa) atau Kui pang (golongan setan) apa segala! Kami tidak paham!"   Ucapan Kan San gwat memang sengaja hendak memancing belaka, dari sikap mereka terlihat delapan puluh persen ia yak in dugaannya tidak meleset, tapi lahirnya ia tetap tertawa tawa katanya.   "Karena ku dengar kalian menamakan diri sebagai Sian sian (dewa sakti) menyebut nama yang begituan lagi, maka kuurutkan nama kalian kedalam golongan dewa itulah."   "Kalau begitu kau salah terka"   Ujar si muka gemuk.   "Secara serampangan kita menarik sebuah nama untuk apusi kau. Hai, bocah, kau bernama apa?"   Koan San gwat berpikir pula lalu berkata "Banli koan san bu im (berlaksa li sepanjang gunung gunung tiada awan), It lun bing gwat tok bing (bulan sabit memancarkan cahaya tunggal)"   Si muka gendut tersentak kaget air muka nya berubah hampir saja ia hendak berteriak, keburu simuka kurus melorot kepadanya, cepat si muka gendut sadar dan mengubah kata.   "Bagus! It lun gwat tok bing, ucapanmu sungguh agung mengandung arti yang sesungguhnya, agaknya kau bocah ini pernah bangku sekolah, marilah silakan naik ikut merasakan daging panggang!"   Sembari berkata tangannya segera meraih kedepan mencomot segempal daging panggang terus dilempar dari jarak jauh, lekas Koan San gwat angkat tangan menyambuti terasa lemparan siorang tua cukup kuat sampai telapk tangannya tergetar sak it, hatinya jadi lebih mantap, Diwaktu ia menjelaskan makna namanya dia menyinggung nama Tokko Bing gurunya sengaja ia sisipkan nama gurunya ini didalam penjelasan itu, lantas tampak sigemuk terkejut dari mulutnya yang bergerak itu jelas ia hendak berseru.   "Tok,"   Namun karena delikan mata sikurus cepat ia mengubah seruannya, dari sini ia lebih yak in bahwa kedua ini pasti hubungan yang erat dengan Liong hoa hwe, Hong sin pang, Siau se thian dan lain lain yang selalu menjadi pemikirannya.   Akan tetapi sikap orang sangat rahasia betapapun ia harus mencari akal untuk mengorek keterangan mereka, maka sekian lama ia menjublek di tempatnya.   Kelihatannya Lok Siau hong ketarik oleh tingkah lucu kedua orang ini, apalagi setelah perjalanan jauh sejak pagi perutnya memang mulai lapar, dan daging pangang itu merangsang hidungnya lagi, maka air liurnya selalu ditelannya kembali, teriaknya.   "Ai, orang tua kenapa kau begitu kikir, ada daging panggang kenapa tidak bagi bagi kepadaku. Tingkah si gendut yang bernma It lun bing gwat itu lebih jenaka, katanya cengar cengir.   "Nona cilik, kau ingin makan daging panggang tapi ada syaratnya yaitu kau harus menjawab dua pertanyaanku dulu!"   Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Lok Siau hong jengkel, jengeknya "Kedua pertanyaan itu sangat gampang, aku cuma ingin menjajak kecerdikanmu!"   Penjelasan ini menarik Lok siau hong yang masih kekanak kanakan, tanyanya cepat "soal apa yang kau tanyakan?"   Sambil menuding hidung sendiri it lun bing gwat berkata .   "Pertama, kau harus menjelaskan kenapa aku dipanggil it lun bing gwat!"   Lok Siau hong cekikikan sahutnya.   "Wah gampang sekali kulihat mukamu yang gendut banyak dagingnya itu bukan, bukankah seperti bentuk rembulan yang bundar?"   It lun bing gwat tercengang, sebaliknya yang bernama Ban li bu in terloroh loroh, serunya.   "Gendut julukan mu memang cocok keadaanmu, sekali tebak tepat kena sasaran."   It lun bing gwat berpikir sebentar lalu berkata pula "Pertanyaan kedua harus menebak secara jitu pula, daging apa yang kupanggang ini."   Waktu Lok Siau hong pandang daging ditangan Koan San gwat, bentuknya selonjor paha ayam.   Diam diam ia membatin "Bila daging ayam sekali pandang pasti ketahuan, masa aku menebak tapi dari bentuknya ini pasti sebangsa daging burung .   burung yang boleh dimakan sangat banyak, pasti besar kecilnya paha panggang itu dapat diperkirakan bentuk burung itu pasti cukup besar, sesast ia bingung dan sulit ambil kepastian, ia diam berpikir sekian lamanya.   Sebaliknya It lun bing gwat gelisah malah kuatir tidak tertebak sengaja ia menambahkan, daging ini setiap sast dapat didapatkan diatas gunung ini, coba kau memikirkan dari sumber yang dekat saja.   Lok Siou hong masih memeras otak, karena burung digunung bermacam macam, untuk menunjuk salah satu memang sulit, terpaksa It lun bing gwat memberi tambahan pula "Mahluk itu bisa terbang menjulang tinggi di atas awan!"   Cepat Lok Siou hong berteriak daging burung elang.! It lun bing gwat jadi lesu dan murung, katanya kesal.   "Betapa gagah nama julukanku masa gegares daging binatang yang menyebalkan itu!"   "Kalau begitu sulit ditebak,"   Sahut Lok Siou hong sambil merengut.   "Apa mungkin daging bangau?" "Siapa bilang daging bangau,"   Teriak it lun bing gwat sambil menepuk paha.   "Tebakanmu jitu, mari silahkan mencicipi sekerat daging ini!"   Lalu ia mencomot sekerat daging lalu dilemparkan kepada Lok Siau hong.   Meski Lok Siou hong mengulur tangan menerima tapi secepat itu pula ia lempar ketanah hatinya mual karena tadi ia melihat sang bangau bertengger di pucuk pohon, sikapnya yang bebas dan tentram seperti seorang dewa yang mengasingkan di mana terpikir olehnya dagingnya bakal dipanggang dan digares oleh manusia.   Bergegas Ii lun bing gwat melopat turun dari atas batu besar menjemput daging panggang itu seraya menggerutu.   "Nona cilik tidak tahu kebaikan secara baik hati kuberikan panggang daging bangau ini kepada kau, agaknya kau tidak sudi menikmati kehidupan yang serba bebas menyenangkan ini, dibuang buang begini saja sungguh sayang!"   Dengan lapar ia masukan daging panggang kedalam mulutnya lalu dikunyah seperti orang kelaparan air liur membasahi pakaiannya. Lok Siau hong semak in mual, serunya gusar.   "Mengagulkan diri sebagai dewa, sedikitpun tidak punya rasa pengasih, sungguh menyebalkan!"   "Anak perempuan kenapa bicara begitu kasar,"   Ujar It lun bing gwat.   "kau tidak percaya betapa enak dan lezat daging panggang ini, tuh diatas masih ada, mari kau keatas, nanti kau cicipi sendiri!"   Sambil berkata ia ulur tangan hendak menarik lengannya, kontan Lok Siau hong menghardik keras, cambuk ditangannya melecut kepunggung orang, It lun bing gwat masih tersenyum simpul, membalik pergelangan ia mencengkram gagang cambuk orang.   Takkira permainan Ling coa piang hoat Lok Siau hong memang sangat hebat, sedikit pergelangan memelintir, gerak cambuknya berubah menggulung balik mengetuk punggung tangan orang karena perubahannya cepat serangan jitu lagi "plak"   Telak sekali punggung tangannya kena dilecut sekali. Agaknya It lun bin gwat tidak mengira bila permainan cambuk cewek ini sangat menakjubkan, maka tangan tidak terasa sak it tapi merasa malu, bentaknya gusar.   "Nona cilik! Kenapa kau tidak tahu aturan."   Lok Siau hong pun berjingkrak gusar, teriaknya.   "Tua bangka menyebalkan, siapa yang tidak tahu aturan, siapa yang main tangan lebih dahulu?"   "Dengan baik hati Lohu ingin mengajak kau mencicipi daging panggang"   "Aku tidak sudi makan panggang bangau mu!"   Hati Lok Siau hong tidak kalah gasarnya. It lun bing gwat gusar menggerung "Selama hidup belum pernah keinginan Lohu ditolak orang secara mentah, kau harus makan sekerat dagingku ini!"   Sembari berkata jarinya berkembang hendak meraih lengan, lekas Lok Siau hong mengayun cambuknya seperti daun daun pohon berguguran melecut dari berbagai arah keatas kepala dan muka orang.   Adanya pelajaran pertama It Iun bing gwat kali ini berlaku lebih hati hati, meski perawakannya tambun namun gerak geriknya amar gesit dan lincah, kelit kiri menghindar kekanan selalu dapat berputar putar diantara sambaran bayangan cambuk.   Meski Lok Siau hong tidak berhasil menyerang sasarannya, namun permainan cambuk nya yang hebat itu dapat merintangi rangsakan lawan beginilah pergi datang mereka saling menyerang dengan serunya sampai puluhan jurus.   S i kurus Ban li bu in masih ungkang ungkang di atas batu sambil menghirup araknya, terdengar ia menggoda .   "Gendut! Semakin lama kau mak in tidak berguna, di Siau se thian kau diusil orang, untuk ini alasan cukup setimpal, hati ini kau kau dipermainkan gadis cilik serunyam ini, benar benar memalukan, menurut hematku lebih baik kepalamu ditumbuk keatas batu gunung saja biar mampus!"   Karuan It lun bing gwat berkaok kaok teriaknya "Ban li! Jangan kau ngoceh belaka, soalnya Lohu tidak melukai gadis cilik ini, kalau tidak cukup sejurus saja sudah kutamatkan riwayatnya."   Setelah menenggak araknya Ban li bu in , berseru tertawa .   "Menghadapi seorang nona cilik, tidak malu kau bicara demikian, memangnya kau ingin menggunakan Thay im ciang yang jahat. Kini sudah sembilan belas jurus, masih sejurus lagi, bila kau tidak berhasil akan kulihat cara bagaimana kau akan tampil dihadapan orang banyak!"   Mendengar seruan ini cepat It lun bing gwat menerobos keluar dan melompat mundur ujarnya menghela nafas.   "Nona cilik! Kau membuat Lohu celaka, sengaja kau menggunakan akal mempermainkan aku, Lohu sudah terdesak sehingga tidak nyangka hari ini jiwaku bakal melayang ditanganmu!"   Lok Sian hong tercengang, serunya .   "Aku tidak bermaksud membunuhmu."   "Selama bertanding dengan orang, Lohu pantang dari dua puluh jurus sebaliknya aku harus bubuh diri saja, sekarang kita sudah mencapai jurus kesembilan belas masih sejurus belum tentu aku mampu meringkasnya kau ai sudahlah, Lohu tidak ingin dikalahkan gadis cilik lebih baik kuturuti nasihat setan kurus menumbuk kan gunung saja!"   Habis berkata ia putar tubuh terus menerjang kearah batu besar di belakangnya.   Kaget Lok Siau hong bukan kepalang, tak terduga olehnya jiwa orang tua ini demikian keras dan ketus, cepat ayun cambuk hendak menggulungnya kembali, di luar perhitungan gerakan si orang tua terama.   "Blang"   Telak sekali kepalanya sudah menumbuk batu.   Sungguh aneh bin ajaib benturan keras itu ternyata tidak membuat kepalanya pecah malah badannya terpental balik dan sekali raih ia pegang ujung cambuk Lok Siou hong, sementara tangan yang lain menekan pundaknya, serunya sambil bergelak tawa.   "Nona cilik, kali ini berhasil kutangkap kau, mari keatas makan daging panggang."   Seperti bola yang tertendang badannya mencelat naik keatas batu besar yang tinggi itu meski membawa Lok Siau hong gerak geriknya masih sedemikian enteng dan gasiran, tapi baru saja ujung kakinya menginjak ujung batu, tiba tiba ia menjerit keras lekas ia lepaskan Lok Siau hong yang dikempitnya.   Dengan tenang dan cermat Koan San gwat mengikuti pertarungan mereka, ia tahu ilmu Silat kedua orang tua ini sudah mencapai tingkat tinggi, dan lagi dari mulut Ban li bu in tadi ia mendengar disebutnya Siau se thian, lebih meyak inkan pula dan dugaannya bahwa mereka adalah tokoh tokoh yang terdaftar diatas Hong sin pang dari sekian banyak anggota Liong hwa hwe yang serba misterius.   Lok Siau hong jelas bukan tandingan orang, cuma dalam pertarungan ini It hin bing gwat tidak mengerahkan tenaga dalamnya, ia tahu permainan cambuk Lok Siau hong pasti dapat melayani dengan baik maka ia tidak bersedia membantu orang.   Meski akhirnya Lok Siau hong teringkus, ia masih berlaku tenang karena ia tahu jiwa cewek itu tidak bakal terancam tapi dikala Lok Siau hong terbanting jatuh di atas batu besar, badannya terjerumus masuk jurang yang dalam, baru sekarang ia kaget, tepat ia melompat kedepan menangkap gagang cambuk serta menarik sekuatnya, untung jiwanya dapat di selamatkan.   Sambil memegangi sebelah tangan It hun bing gwat berdiri menjublek diatas batu, sebaliknya Koan San gwat gusar, bentaknya.   "Tua bang, kau tidak tahu malu terhadap gadis cilik kau bertindak secara keji."   Dengan bingung It hun bing gwat turun dari aras batu, katanya dengan lesu .   "Terserah apa yang hendak kau katakan! kau ingin berbuat apa kepadaku! Lakukan saja!"   Ban li bu in kelihatan sangat heran, dengan suara penuh prihatin ia bertanya "Bing gwat, kenapa kau, jelas kau sudah berhasil, kenapa kau lepas dia pula ditengah jalan."   It hun bing gwat menunduk murung tanpa bersuara, sebaliknya Lok Siau hong tidak menyadari betapa berbahaya dirinya tadi, dengan riang ia berseru tertawa.   "Koan toako. Aku menggunaka duri Ling coa diujung cambuk menusuknya."   Konta Ban li bu in berjingkrak sambil meletakan guci araknya terus melompat turun teriaknya gusar .   "Walaupun sikap gendut terhadapmu kurang sopan, maksudnya tidak jahat terhadap kau kenapa kau gunakan akal licik, apa kau ingin membunuhnya?"   Lok Siau hong melengak gusar, semprotnya "Siapa ingin membunuhnya."   Ban li bu in menggerung serunya .   "Bila gendut berkelahi dengan orang, batasnya dua puluh jurus bila melampaui batas, dia rela menempuh jalan kematian, sejurus saja sebetulnya kau tidak mampu melawan dia. Tapi dia suka kelekar, maka sengaja dia memberi hati kepada kau, tepat pada jurus kedua puluh baru menundukkan kau, paling dia paksa kau makan daging panggang itu, sebaliknya kau pakai akal licik sehinga melampaui batasnya"   "Kan dia yang membuat undang undang busuk itu, ada sangkut paut apa dengan aku,"   Demikian jengek Lok Siau hong.   "Kau menuduh aku menggunakan akal licik, cara dia meringkus aku tadi apakah tidak menggunakan akal licik."   Mulut Ban li bu in seperti disumbat, terdengar It hun bing gwat menghela napas, ujar nya.   "Sudahlah Kurus! terlanjur banyak bicara tak berguna, aku sendiri yang harus disalahkan kenapa guyon, akhirnya jiwa sendirilah yang harus kupertaruhkan!"   "Bing gwat!"   Ujar Ban li bu in dengan haru dan sedih! "Kematianmu sia sia aku ikut penasaran "   "Takdir sudah menentukan begini, apa gunanya penasaran, bila Sian pang dihidupkan pula masa jayanya, tergantung kepada mu saja ai. Sungguh tidak punya nyana setelah kita rancang bersama sekian lama, dikala tujuan hampir tercapai, aku harus menerima nasibku yang malang ini.."   Mendengar orang menyinggung, Siau pang, Koan San gwat menyeletuk.   "Tadi kutanya apakah kalian tokoh tokoh yang terdaftar dalam Siang pang kalian pura pura tidak tahu, kenapa sekarang mengelu malah apa sebetulnya yang terjadi?"   It lun bing gwat melirik kepadanya, ujar nya.   "Bocah! kau sudah tahu tidak perlu kau banyak tanya!"   "Aku tidak tahu, aku cuma pernah dengar kedua nama itu, maka aku ingin bertanya supaya paham seluk beluknya,"   Demikian sahut Koan San gwat.   "Tapi kami bisa menjelaskan kepada kau memang mulanya kami orang orang yang bercokol disana, karena suatu peristiwa nama kami sudah tercoret dalam daftar itu, sebelum nama kami direhabiliir ( dipulihkan ) tiada hak kamu mempersoalkan hal ini."   Koan San gwat tercengang tanyanya sesaat kemudian.   "Apakah kau betul betul membunuh diri?"   "Apakah urusanku ini boleh dianggap kelakar belaka?"   Semprot It hun bing gwat. Setelah berpikir Koan San gwat bertanya "Apakah tiada jalan untuk menambal kesalahan ini ?" "Meski ada, apa kau kira lohu sudi memerimanya."   "Kalau begitu coba kau jelaskan."   "Kalau lohu tidak ingin mati maka selama hidup ini lohu harus patuh terhadap setiap petunjuk dan perintah nona culik ini, coba kau piker apakah aku harus menjadi kacungnya ?"   "Aku tidak perlu kau patuh dan tunduk padaku, urusan batal saja!"   "Tidak bisa Lohu harus tunduk pada sumpah, hal ini tiada sangkut pautnya dengan kau "Kalau begitu jadi tiada jalan keluar untuk menolong jiwamu"   It lun bing gwat dan Ban ii bu in saling pandang dengan mendelu dan murung, sekian lama mereka bungkam seribu basa. Maka berkata Lok Siau hong.   "Kalau kau harus mampus kenapa menjublek saja?"   Sahut It lun bing gwat dengan suara lirih.   "Lohu sedang menunggu saat untuk melaksanakan suatu urusan demi kepentingan, inipun salah satu dari aturan yang menjadi sumpahku! Bila orang mampu bertahan dua puluh jurus, Lohu tidak bisa mematuhi perintahnya selama hidup, maka aku harus mewak ili dia melakukan suatu pekerjaannya, baru aku bunuh diri !"   "Kau memang aneh, untuk mati saja toh menggunakan cara yang berbelit belit"   It hun bin gwat marah serunya.   "Kau kira urusan ini gampang dilaksanakan? Padahal dalam jagat ini jarang ada orang yang mampu bertahan dua puluh jurus melawan kepandaian silatku, kalau kau tidak becus Lohu mana bisa tipu?"   "Jadi ilmu silatmu sudah mencapai taraf yang tiada tandingan di seluruh dunia ya!" "Tidak, tapi kalau gebrak benar benar dengan mengerahkan seluruh kekuatan yak in dalam dua puluh jurus Lohu dapat menang, kalau menang tak perlu diributkan kalau tentu jiwaku tak akan selamat. Maka sengaja aku main main dengan sumpahku itu sungguh tidak nyana hari ini perahu terjungkal didalam selokan"   Tiba tiba tergerak hati Koan San gwat, cepat ia berbisik dipinggir telinga Lok Siau hong, Lok Siau hong tersenyum girang lalu manggut manggut, katanya kepada It lun bing gwat.   "Katamu kau hendak melakukan sesuatu untukku, apakah urusan itu ada batasnya?"   "Tidak ada batasnya, apapun akan ku laksanakan sekuat tenagaku, bila benar benar tidak mampu akan kutebus dengan kematian"   "Kurasa tidak perlu, urusan yang kuajukan ini sangat gampang, maka kau harus dengar baik baik."   It lun bing gwat menunggu dengan sikap sungguh sungguh dan perihatin, Ban li bu in pun mendengar dengan tegang, maka sepatah demi sepatah Lok Siau hong berseru .   "Aku minta kau menghargai jiwa ragamu sendiri, kalau tidak terpaksa kularang kau sembarangan mencari kematian"   It lun bing gwat, melongo sekian lama, lalu memburu maju dan berseru gugup.   "Tidak boleh begitu, hal ini bertentangan dengan kehendak hatiku sendiri, aku tidak bisa menerima permintaanmu ini."   "Jangan kau lupa, kau sendiri yang membuat aturan itu, tugasmu hanya menerima perintah dan tiada hak menolak atau membangkang, untuk selanjutnya, kau harus makan minum dan hidup seperti biasa sampai hari tua."   It lun bing gwat terlongong, akhir nya berkata lesu .   "Budak kecil kau memang lihay, terpaksa aku harus menghamba kepadamu selama hidup dan mendengar perintahmu" "Apakah kusuruh kau melakukan apapun kau tidak boleh membangkang?"   "Benar,"   Sahut It lun bing gwat manggut manggut.   "Ini berarti aku mengikat diriku dengan ludahku sendiri, selama hdup aku tidak akan bebas dari belenggu ini."   "Baik! Kalau begitu aku ingin kau menjelaskan seluk beluk Liong hwa hwe dan Hong sing pang itu."   Berubah air muka It lun bing gwat, mulutnya ternganga tak bisa bicara.   "Perintah pertama sudah akan kau bangkang ya!"   Dengus Lo Siau hong kereng. It lun menghela napas panjang, baru ia hendak membuka mulut, Ban li bu in segera berteriak.   "Gendut! Bila kau buka mulut, maka aku akan melabrakan, karena itulah kewajiban, aku tidak hiraukan persahabatan kita selama puluhan tahun lagi."   It lun bing gwat rertawa getir, katanya.   "Ban li heng, lebih baik kau bunuh aku saja, supaya aku tidak menderita dalam melanjutkan hidup ini!"   Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Ban li bu in angkat telapak tangan nya yang berwarna kuning emas, It lun bing gwat pejamkan mata dengan tenang ia menunggu kematian. Lok Siou hong cepat berseru.   "Hai kenapa kau tidak melawan!"   "Kalau Kim hud ciang si kurus dilancarkan aku tidak akan bisa hidup lagi, perlu apa aku melawan?"   Lok Siou hong tidak percaya, tanyanya "Apakah dia lebih lihay dari kau?"   "Tidak!"   Ban li malah yang menjawab.   "Thay im ciang sigendut dapat juga membunuh ku dalam satu gebrak hingga mampus bersama, tapi aku yak in ia tidak akan berbuat demikian, karena aku berkewajiban membunuh dia, sebaliknya dia tiada hak buat membunuh aku."   Lok Siou hong jadi serba salah, cepat Koan San gwat memberi tanda kepadanya, cepat iapun berkata.   "Anggap batal, aku tarik kembali perintahku tadi, kini kuminta kau ikut kami meninggalkan tempat ini."   It lun angkat pundak dan menurut saja tanpa bersuara lagi. Sebaliknya Ban li naenjengek dingin.   "Jangan kau kira dengan membawa sigendut ke lain tempat lantas bisa mengompres keterangannya. Aku tidak akan melepas dia, kemana dia pergi kesitu aku datang, setiap waktu ku awasi gerak geriknya!"   "Kalau aku perintahkan mengusir kalian pergi bagaimana?"   Ejek Lok Siau hong.   "Kalau benar benar harus berkelahi kekuatan kedua belah pihak berimbang, akhirnya gugur bersama!"   Lok Siau hong kewalahan, terpaksa ia minta bantuan Koan San gwat untuk menentukan langkah selanjutnya. Agaknya Koan San gwat juga kehabisan akal, setelah termenung sesaat baru ia berkata.   "Baiklah, sementara waktu biar ikut kita, kelak kita bicarakan lebih lanjut."   Karena ribut ribut ini mereka sudah menghabiskan banyak waktu, terpaksa mereka putar balik turun gunung, meski kedua orang tua gendut gering (kurus) ini berjalan kaki, namun langkah mereka ternyata, tidak kalah cepat dengan lari kuda dan unta.    Pedang Wucisan Karya Chin Yung Sepasang Rajah Naga Karya Kho Ping Hoo Pedang Wucisan Karya Chin Yung

Cari Blog Ini