Ceritasilat Novel Online

Pedang Darah Bunga Iblis 2


Pedang Darah Bunga Iblis Karya GKH Bagian 2


Pedang Darah Bunga Iblis Karya dari G K H   "Hahahaha, nona Siang, bukankah Thay-kek-tjhiu siang Se-ing adalah ayahmu?"   "Lho apa cianpwe kenal pada ayah?"   "Boleh dikata sahabat lama, maka sudah tentuk dalam peristiwa ini Lohu harus turut campur!"   Merah kedua mata Siang Siau hun ia membungkuk memberi hormat serta berkata.   "Kalau begitu cianpwe adalah seangkatan dengan ayah, harap sukalah memberitahu nama."   "Jangan, tak usah"   Tukas siorang berkedok.   "Sudah lama Lohu mengasingkan diri dan melupakan nama sendiri."   Lalu ia berputar berkata pada Gi Bing.   "Saudara kecil apa kau ada minat turut pergi menyelidiki kedepan sana?"   Otak Go Bing berkerja cepat.   "Agaknya orang berkedok ini berpengalaman luas dikalangan kangouw, menggunakan kesempatan ini baik aku bersahabat dengan dia, dari mulutnya mungkin aku dapat meencari tahu jejak Tiang-Un Suseng!"   Oleh karena itu segera ia melulusi.   "Memang aku bermaksud demikian!"   "Kalau begitu marilah segera kita berangkat."   Dua sosok bayangan dengan kecepatan seperti meteor terbang menghilang dari pandangan mata, tanpa terasa lagi2 dari mulut Siang Siau hun tercetus kata2nya.   "manusia yang bersifat aneh!"   Dalam benaknya terkandung suatu perasaan yang menyegarkan tubuhnya, seakan2 ia kehilangan sesuatu dan seolah2 menemukan sesuatu apa pula! 3.   MEMPEREBUTKAN PEDANG BERDARAH Dalam pada itu, dengan kecepatan lari Go Bing dan orang berkedok itu dalam waktu singkat sepuluh li sudah dicapai, sepanjang jalan sudah mereka teliti dan selidiki namun tidak diketemukan seperti apa yang diceritakan Siang Siau hun tentang orang tua yang terluka berat dan hampir mati, jangan kata mayatnya bayangannya saja tidak kelihatan.   Siorang berkedok menghela napas, katanya.   "gelombang perkitaian dikalangan kangouw sangat berbahaya, agaknya lagi2 suatu peristiwa yang susah dipecahkan."   Gerak kaki mereka semakin lamban, Selama dalam perjalanan sudah berulang kali Go bing hendak membuka mulut menanyakan tentang jejak Tiang-Un Suseng, tapi tidak tahu dia darimana ia harus membuka mulut. Siorang berkedok telah membuka mulut lagi.   "Saudara kecil kemanakah tujuanmu?"   "Tiada tujuan yang menentu, kemana2pun boleh jadi."   "Lohu ingin bersahabat dengan kau, bagaimana pendapatmu?"   "Hal ini. sudah tentu boleh!"   "Saudara kecil lulus dari perguruan mana?"   Go Bing ganda tersenyum, katanya.   "Kita mengikat persahabatan sejati saja, bagaimana?"   "Apa yang dinamakan persahabatan sejati?"   "Tuan tidak perlu menanyakan asal usul dan riwayatku, akupun tidak usah menanyakan nama atau gelaranmu, umpamanya kalau aku minta kau menanggalkan kedokmu, itu bukankah membuat kau serba susah, kalau tuan mengenakan kedok itu tentu mempunyai kesukaran sendiri. Maka itu kita mengikat persahabatan sejati, dua belah pihak sama membawa keuntungan masing2."   Siorang berkedok tertawa gelak2, serunya.   "tepat, sungguh tepat! Tapi lantas bagaimana memanggil nama masing@?"   "Dilihat dari usia tentu kau jauh lebih tua, baiklah kupanggil kau Bong-bian-heng (kakak berkedok), tentang aku, terserah kau mau panggil aku apa?"   "Bagus sekali, aku lebih tua dan menjadi kakak, baiklah kupanggil kau "Saudara kecil"   Saja?" "Aku sih menurut saja."   "Saudara kecil kalau kau tiada apa2 yang perlu dikerjakan."   "Yang dimaksud tiada tujuan tertentu adalah sekarang ini,"   Demikian tukas Go Bing memberi penjelasan.   "Kelak tidak termasuk dalam maksudku itu."   "Baiklah kita persoalkan sekarang ini, kau ikut aku pergi ke suatu tempat, lalu kita sama2 pergi menyelidiki barang yang dititipkan non Siang dan telah tercuri hilang itu, asal kita dapat menemukan barang itu, tentu mudah saja kita mengejar sipembunuh yang telah meracuni adik nona Siang dan Li Bun siang itu."   "Kemana Bong-bian-heng hendak pergi?"   Panggilan ini boleh dikata tidak berarturan dalam garis sopan santun, dasar murid Sia-sin yang terkenal sesat dan suka membangkang dari garis umum sedikit banyak Go Bing ketularan sifat gurunya itu, sedikitpun ia tidak ambil peduli pendapat itu, justeru siorang berkedokpun tidak ambil perhatian malah ia tertawa geli dalam hati.   "Pergi menyambangi seorang sahabat lama."   "orang macam apakah dia?"   "Sahabatku itu sudah meninggal dunia."   "Lalu."   "Pergi sembayang dideapan kuburannya."   "Oh, jadi begitu!"   Selama dua jam Go Bing mengintil dibelakang siorang berkedok sampailah mereka didepan sebuah lereng gunung kecil, benar juga disana dilihatnya sebuah gundukan tanah tinggi diantara semak2 rumpun bambu.   "Inilah dia." "Berapa lama sahabatmu meninggal?"   "Belum lama ini."   Dalam berkata2 itu mereka sudah tiba dideapan kuburan, waktu Go Bing angkat kepala memandang batu nisan, seketika tubuhnya tergetar hebat, meski sudah sekuat tenaga ia menekan gelora hatinya, tapi tidak urung air mukanya berobah juga, sebab apa yang dihadapinya ini benar2 diluar dugaannya, hampir saja ia tidak percaya akan apa yang dilihatnya.   Diatas batu nisan itu jelas tertulis "Tempat istirahat Tiang- Un Suseng Po Djiang".   Delapan hurup besar.   Dia mendapat tugas dari gurunya untuk memenggal kepala Tiang-Un Suseng, sungguh tak terduga olehnya bahwa orang yang tengah dicari itu ternyata sudah terpendam dalam tanah.   Setiap kali ia menyelesaikan tugas gurunya melulusi untuk menjawb satu pertanyaannya, sebetulnya segala ap yang ingin diketahui terlalu banyak, sekarang kesempatan untuk bertanya itu mungkin sudah ludas, justeru yang paling penting dan dikuatirkan mungkin gurunya akan menyesal dan berdua karena kematian musuh besarnya ini.   "Saudara kecil, agaknya kau sangat haru?"   Tanya siorang berkedok. Sadari dari lamunannya terkejutlah hati Gio Bing, sahutnya segera.   "ya, betul memang sangat mengharukan!"   "Apa kau kenal dengan Tiang-Un Suseng?"   "Tidak kenal orangnya tapi pernah kudengar namanya, menurut kabarnya dia seorang pendekar yang menunjung pribudi, namanya tegar dan cemerlang, entah mengapa dia meninggal dunia?"   "Dia meninggal karena menghabisi jiwanya sendiri."   "Bunuh diri?" "Ya, benar"   "Kenapa?"   "Julukannya saja Tiang-un (selalu berduka), sudah tentu dia seorang yang membenci dunia fana ini, akan tetapi yang mendorong dia nekat membunuh diri karena akhir2 ini dia sadar bahwa dahulu kala dia pernah melakukan perbuatan tercela, maka dia bunuh diri untuk menebus dosanya itu."   Tergerak hati Go Bing, tanyanya lagi.   "entah perbuatan apakah itu, masa sedemikian berat?"   "Waktu dia bunuh diri aku tidak disana, ini hanya menurut kabar yang tersiar dikalangan kangouw!"   "Tahu salah tapi tidak memperbaiki, masa dengan bunuh diri lantas bisa."   "Saudara kecil, mungkin perbuatannya itu merupakan kesalahan yang sudah ditolong lagi?"   "Kalau kesalahan tanpa sengaja, kalau sudah salah memang salah, apa perlu ditakutkan lagi!"   "Seumpama kesalaha tanpa sengaja, lantas melahirkan suatu akibat yang berat, umpamanya membahayakan jiwa orang lain, lalu bagaimana dia harus menerangkan perbuatannya itu kepada sahabat2 di kangouw?"   Go bing bungkam seribu bahasa. Siorang berkedok merubah haluan kata2nya.   "Akhir ini, kabarnya ada seorang pemuda yang tidak diketahui namanya, ia mengaku sebagai murid Sia-sin Kho Djiang, mendatangai Pek-hun-ko-sat mengambil batok kepala Tji Khong hwesio, apakah saudara kecil pernah dengar berita ini? ~ sinar matanya yang tajam dingin dengan tajam menatap wajah Go Bing. Terkesiap hati Go bing, waktu berada di Pek-hun-ko-sat ia memperkenalkan diri sebagai Go Bing, mungkin pihak sana salah dengar dan menganggap Bu bing (tak bernama), maka kabar itu mengatakan dirinya sebagai pemuda tak bernama maka dengan pura2 heran dan kejut ia balas bertanya.   "Apa benar ada peristiwa itu?"   "Menurut hematku tidak mungkin kabar itu bohong, akan tetapi urusan ini membuat orang bertanya2."   "Mengapa?"   "Menurut kabarnya, Kho Djiang sisesat dari selatan itu sudah mati pada dua puluh tahun yang lalu, semasa hidupnya ia mempunyai seorang murid, bernama Lo Tju-gi, empat belas tahun yang lalu waktu diadakan du kepandaian dipuncak Hoa- san dia merbut kedudukan tokoh silat nomor satu diseluruh jagat ini, sejak itu dia terus menghilang dari dunia persilatan, lalu darimana pula baru2 ini mendadak muncul soerang muridnya, tapi menurut beritua itu katanya sipemuda tak bernama itu membekal cincin iblis tanpda pengenal dari Lam- sia dan hal ini tidak mungkin palsu."   Baru sekaranglah Go Bing mengetahui bahwa gurunya ternyata pernah mempunyai seorang murid lainnya, tapi menurut kata gurunya bahwa pada dua puluh tahun yang lalu dia sudah bersumpah untuk tidak menerima murid, apa mungkin sumpahnya itu ada hubungan erat dengan Lo Tju-gi atau suhengnya itu? Otaknya berpikir demikian, namun mulutnya berkata "Ya hal itu benar2 membuat heran dan tak mengerti!"   Pada saat itulah tiba2 terdengar suara bentakan2 nyaring dari kejauhan dibalik lereng sebelah sana, sejenak siorang berkedok pasang kuping, lalu berkata.   "mari kita coba lihat!"   Berbareng mereka melesat dan berlari kencang kebalik lereng sebelah sana, dibalik lereng ini adalah sebuah tanah datar kira2 satu bau luasnya, hutan lebat mengelilingi separoh tanah berumput dan ditanah berumput inilah berkelebat banyakan banyak orang, ada tosu ada hwesio dan ada juga orang preman sekitara lima puluhan orang.   Tiga orang tua berpakaian serba hitam terkepung ditengah2 dan disebelah sana seorang laki2 pertengahan umur berbaju abu2 tengah bertempur seru melawan seorang Thau- to (hwesio yang memelihara rambut), teriakan dan bentakan mereka yang keras terdengar sampai jauh.   Bergegas Go Bing dan siorang berkedok menyembunyikan diri diantara rumpun lebat diatas sebuah pohon besar dan dari ketinggian inilah mereka diam2 menonton pertempuran seru ini.   Sebuah bentakan keras disertai suara jeritan yang mengerikan menggetarkan seluruh hadirin, darah segar menyembur deras bagai anak panah dari mulut si Thau-to "Blang"   Tubuhnya terkapar keras diatas tanah. Laki2 pertengahan umur baju abu2 menyapu pandang keempat penjuru, suaranya dingin melengking.   "masih ada kawan mana yang menginginkan pedang berdarah ini, silahkan."   Seorang hwesio gendut yang menyeret Hong-piang-djan (tongkat kaum hwesio) melangkah maju masuk gelanggang. Go Bing tidak tahan bertanya kepada siorang berkedok dengan suara lirih.   "Mereka tengah memperebutkan "pedang berdarah"   Apa."   "Ya, pedang berdarah merupakan gbenda pusaka dari dunia persilatan, juga benda keramat yang membawa bencana."   "Bagaimana maksudnya ini?"   "Setiap orang yang memiliki Pedang berdarah, tiada seorangpun yang selamat jiwanya."   Dalam gelanggang sana, si hwesio yang bersenjata tongkat sudah bertempur seru melawan laki2 berbaju abu2 itu, terlihat bayangan tongkat diputar kencang bagai sebuah gunung, kesiur angin pukulanpun tidak kalah hebatnya bagai badai gelombang menderu2 menggetarkan bumi memekakkan telinga.   Sekilas Go Bing menyapu keadaan gelanggang pertempuran lalu berkata lagi .   "Bong-bian-heng, harap sukalah kau memberi sedikit penjalasan sekdaranya kepada siaute?"   "Menurut berita yang tersiar di Bulim, pedang berdarah menyangkut se   Jilid buku Bu-lim-pit-kip, bagi siapa yang mendapatkan rahasia buku silat ini dapat malang melintang dikolong langit ini tanpa tandingan, tapi kebenarannya siapapun tidak tahu, lima belas tahun yang lalu pedang berdarah itu pernah muncul didunia ini untuk ketiga kalinya, pemiliknya adalah Swu-hay-yu-hiap Suma Hong, begitu berita itu tersiar luas maka semua tokoh2 silat dari segala aliran hitam atau putih mengiri dan mengincar benda keramat itu, akhirnya jejak suami istri Su-hay-yu-hiap Suma Hong berdua ditemukan dipuncak gunung Tiam-Tjong-san, maka dipuncak Hou-thau-hong digunung Tiam-tjong-san itulah terbuka suatu penyembelian besar2an untuk memperebutkan benda berharga itu."   Tanpa meresa tergerak hati Go Bing, bukankah gua tempat tinggal gurunya berada dibawah jurang disamping puncak Hou-thau hong digunung Tian-tjong-san itu. Siorang berkedok menyambung ceritanya lagi.   "Su-hay-yu- hiap Suma Hong (sikelana bebas keempt penjuru angin, bersama istrinya San-hoa-li (wanita penyebar bunga) Ong Fang Lan juga terhitung tokoh silat kelasw satu, dibawah kerubutah ratusan gembong2 silat mereka bertempur dengan gigih sampai titik darah penghabisan, akhirnya mereka rebah tak bergerak lagi dipuncak itu, malah ada pula yang mengatakan ada seorang anak kecil berusia tiga tahun ikut meregang nyawa dalam keributan itu, korban dari pihak pengeroyokpun tidak terhitung banyaknya."   Diluar sadar Go Bing bergidik seram, dalam dunia persilatan sudah menjadikan suatu peraturan tidak resmi bahwa yang kuat pasti malang melintang menindas yang lemah, bunuh membunuh dan balas membalas tiada habisnya.   "Lalu selanjutnya bagaimana?"   "Akhirnya pedang berdarah itu terjatuh ditangah Tang-mo (iblis timur) dan akhir2 ini katanya berpindah ditangan penjahat besar dari aliran hitam Mo-san-dji-kui bersaudara."   "Lalu bagaiamana pula sekarang bisa diperbutkan disini."   "Kejadian di bulim susah diduga, banyak perobahan terjadi diluar kehendak manusia, mungkin Mo-san-dji-kui juga mengikuti jejak Su-hay-yu-hiap suami istri sudah tamat riwayatnya."   Terdengarlah sebuah jeritan lagi dari dalam gelanggang sana, kiranya si hwesio gendut itu sudah menemui ajalnya juga ditangan laki2 baju abu2 itu. Kata siorang berkedok hambar.   "Liau Sing, hwesio bakpau dari Ngo-tai-san akhirnyapun mati diatas pegunungan tanpa tempat kubur yang layak karena ketamakan hatinya sendiri."   "Kepandaian laki2 baju abu2 itu agaknya tidak lemah, tiga orang berseragam hitam dibelakangnya itu agaknya segolongan dengan dia?"   "Apa kau tidak melihat tanda bergambar diatas baju meraka.?"   "Oh, sekuntum bunga bwe, Bwe-hoa-hwe!"   "Laki2 baju abu2 itu berjuluk Tjhit-ou-tjiu, Tjong lun, salah satu dari Tongcu luar dari Bwe-hoa-bwe." "Tokoh macam apakah ketua dari Bwe-hoa-bwe itu?"   "Mungkin tiada seorangpun yang tahu, belum ada sepuluh tahun Bwe-hoa-bwe muncul didunia persilatan, kekuatan mereka sudah menjagoi sampai berbagai aliran dan golongan, gembong2 silat tingkat tinggi yang lihat tak terhitung banyaknya terhimpun dalam kumpulan itu."   Tiba2 gelak tawa aneh yang ngekek bergelombang memekakkan telinga dan menggetarkan sukma mengiringi kedatangan tiga manusia aneh berpakaian aneh pula rambut mereka awut2an dengan langkah lebar memasuki gelanggang. Go Bing berseru heran.   "Ketiga orang tua ini agaknya seperti Lam-hong-sang-hiong."   "Tidak salah, pengalamanmu saudara kecil cukup luas juga."   Lam-hong-sang-hiong (tiga garang dari gunung Lan diselatan) menghentikan langkah setombak lebih didepan Tjit- ou-tjiu Tjong Lun. Tjui-hun-siu (aki mengejar sukma) tertua dari manusia aneh ini perdengarkan ejek tawanya, lalu serunya bengis.   "orang she Tjong, apa kau tahu maksud kedatangan kami bersaudara kemari?"   Suara Tjit-ou-tjiu Tjong Lunpun tidak kalah dinginnya.   "   Semua kawan yang masuk gelanggang hari ini semua satu tujuan, kiranya tidak perlu aku banyak mulut lagi bukan?"   Tjiu-hun-siu mengumbar suaranya lebih keras.   "tjong Lun, apa kau tahu apa hubungan kami bersaudara dengan Mo-sandji- hiong?"   Mo-san-dji-kui dimulut Tjui-hui-siu menjadi Mo-san-dji- hiong, dua setan menjadi dua gagah, tanpa merasa Go Bing tertawa geli. Suara Tjit-ou-tjhiu Tjong Lun masih tetap dingin dan kaku.   "Yang saudara maksudkan adalah Mo-san-dji-kui?" "Ya, tidak salah!"   Pedang Darah Bunga Iblis Karya GKH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Seru Tjui hun siu merah padam.   "Justeru aku belum pernah dengar kalin bersaudara ada hubungan erat apa segala dengan Mo-san-dji-kui?"   "He he, hubungan kita sangat erat bagai saudara sepupu dengan Mo-san-dji-kui, kini Mo-san-dji-kui sudah menggeletak diluar Kim-pi-tong, tapi pedang berdarah itu berada di tanganmu."   "Lalu apa maksud kalian?"   "Menebus keadilan kepadamu."   "Bagaimana aku harus membayar?"   "Serahkan dulu pedang berdarah, urusan belakang."   "Jadi tujuan kalian bertiga hendak menuntut keadilan bagi Mo-san atau hendak minta pedang berdarah?"   "Orang she Tjong, pedang berdarah itu adalah milik sahabat kami, sudah selayaknya harus kami minta kembali tentang utang darah itu sudah tentu harus ditagih."   Sekonyong2 diantara para hadirian diluar gelanggang terdengar suara orang tertawa dingin menjengel, suaranya tidak keras namun semua hadirin mendengar dengan jelas, lalu disusul satu suara dingin berkata.   "Kiranya diseluruh jagat ini masih ada manusia yang tidak kenal rasa malu seperti kalian Lam-hon-sam-hiong!"   Lam-hon-sam-hiong sudah biasa malang melintang dan bersimaharaja didaerah selatan, sudah tentu mereka sangat mendongkol dan murka mendengar ejekan yang menghina ini, berbarang mereka memutar tubuh, segera To-bing-siu (aki pencabut nyawa) tokoh nomor dua dari tiga manusia aneh dari selatan itu membentak gusar.   "Kurcaci darimana yang bicara itu kalau berani silahkan keluar, biar kita bertiga belajar kenal."   Belum habis kata2nya sebuah bayangan orang seringan asap melayang berkelebat masuk ditengah gelanggang, itulah seorang tua berambut uban mengenakan baju kasar dan dipunggungnya terselip sebatan joran dan sebatang dayung.   Begitu melihat kehadiran orang tua ini, berbareng Lamhong- sam-hiong melengak heran, Tjui Hun siu tertawa kaku dibuat2.   "Kiranya saudara Kwe Lih ada pengajaran apakah?"   Kiranya orang tua ini adalah Tang-hay-hi-hu si nelayan lautan timur, Kwe lih yang menggetarkan dunia persilatan daerah timur, begitu melihat kehadiran Tang-hay-hi-hu ini semua hadirin tercekat dan kuatir dalam hati.   Tedengar si nelayan dari lautan timur tengah bicara.   "   Song put tjwan, jangan kau sebut sadara apa segala denga aku, kalian bertiga ada persahabatan kentut apa dengan Mo-san, tujuan kalian pergi ke Kim-pi tong bukankah hendak mengincar pedang berdarah itu, tapi kalian kembali dengan hampa karena didahului orang lain, ya bukan?"   Merah jengah selebar muka Lam hong sikapnya kikuk dan risi karena dikorek boroknya dihadapan sekian banyak orang, dasar licik dan tebal muka segera sip hun siu (aki penyedot sukma) si buncit dari ketiga manusia aneh itu bicara dengan suara serak.   "orang she Kwe lalu apa tujuan kau datang kemari?"   Tang-hay-hi-hu bergelak bebas, sahutnya . aku orang tua selalu berterus terang dant idak perlu menggunakan segala alasan tetek bengek, tujuanku adalah pedang berdarah itu juga."   Ributlah para tokoh silat yang turut hadir dalam gelanggang itu, kala itu Tji ou tjiu tjong Lun sudah mengundurkan diri dan berjajar dengan tiga orang tua berseragam hitam itu. Tjui hun siu mendengus keras, ejeknya.   "Apa tuan bermaksud menjajal kepandaian kami bertiga?" "Barang itu masih berada di tangan orang lain, apa ada harganya perkelahian itu?"   "Lalu bagaimana pendapat tuan?"   "Mengandal kepandaian masing2, siapa berkepandaian tinggi dia berhak memiliki benda itu". Setelah saling berpandangan Lam hong berseru berbarang "Baiklah!"   Mereka memutar tubuh mengambil posisi masing2 menghadapi Tji ou tjiu berempat.   Disebelah sana Tang-hay-hi-hu Kwe Lih pun maju tiga langkah, suasana dalam arena seketika menjadi tegang, semua tokoh 2 silat yang hadir dengan mendelong mengawasi arena tanpa berkedip, sinar mata mereka mengaundung maksud yang sama, itulah sinar mata serakah, licik dan buas bercampur aduk menjadi satu.   Dalam pada itu, Tjit ou tjiu dan tiga orang tua seragam hitam sudah bersiap punggung menduduki satu posisi tersendiri, mereka siap waspada menghadapi segala kemungkinan.   Tiba2 Go Bing bertanya lirih kepada siorang berkedok.   "menurut pendapatmu siapa yang bakal berhasil?"   "Sudah diduga, menurut situasi dalam arena, kepandaian Tang-hay-hi-hu agak lebih tinggi, tapi dalam jumlah Lam hong berada diatas angin, akan tetapi tak peduli siapa yang bakal berhasil mungkin susahlah dapat meninggalkan gelanggang pertempuran ini, orang2 gagah diluar gelanggang itu dimana ada kesempatan pasti juga akan turun tangan dan entah masih berapa banyak tokoh2 lihai lainnya yang main sembunyi, lagipula keempat tokoh lihai dari anggota Bwe hoa bwe itupun bukan olah2 hebat kepandaiannya."   "Apa kamu ada maksud turun campur?"   "Kau sendiri bagaimana?"   Go Bing menggeleng kepala, maka siorang berkedok berkata.   "Akupun demikian."   Dimana terdengar suara bentakn riuh rendah, Lam hong serentak turun tangan menyerang kearah Tjiu ou tjiu, segera tiga orang tua seragam hitam melompat maju menandangi serangan mereka, adalah pada saat yang bersamaan itu si nelayan dari timur telah menuburuk maju kearah Tjong Lun, maka terbentanglah suatu pertempuran mati2an yang seru dan gegap gempita.   Lam hong bertiga masing2 menandangi tiga orang tua seragam hitam dari bwe hoa hwe, kepandaian dan iwekang mereka agaknya seimbang, maka susahlah dapat ditentukan siapa bakal unggul dan siapa asor, lain halnya dengan kepandaian Tang-hay-hi-hu agaknya sedikit unggul dari Tjit ou tjium namun untuk mengambil kemenangan dalam waktu dekat dan memperoleh barang yang diperebutkan ia harus memeras keringat juga.   Delapan orang terbagi dalam empat pasang menunjukkan kepandaian masing2 yang paling hebat dan simpanan yang paling lihai, hingga angin menderu kerikil dan debu berterbangan diselingi suara bentakan dan geraman, malah terdengar juga suara menggeledek dari benturan angin pukulan yang dahsyat.   Tiba2 siorang berkedok berseru kaget dan menyatakan keheranannya.   Go Bing berpaling dan bertanya "Apa yang mengherankan?"   "Gembong2 silat dari bwe hoa hwe tidak terhitung banyaknya, tokoh berkepandaian lebih lihat dari Tjong Lun tidak kurang jumlahnya, benda berharga sangat penting seperti pedang berdarah itu mengapa tidak dilindungi oleh para jagoan yang lebih lihai, malah tidak terlihat adanya penyambutan atau bantuan."   Sekonyong2 terdengar sebuah suara serak dari samping sebelah sana katanya.   "tuan ini terlalu banyak prihatin"   Go Bing dan orang berkedok terperanjat, lekas2 mereka berpaling kearah datangnya suara, tampak diatas sebuah pohon besar yang jauhnya hanya tiga tombak dari tempat mereka sembunyi duduk ongkang2 diatas sebuah dahan seorang tua yang berpakaian serba kuning, siorang tua berpakaian kuning ini sudah sejak tadi sembunyi disitu atau baru saja tiba sedikitpun mereka tidak mengetahui, jika dikatakan baru saja tiba dan tidak diketahui sedikitpun oleh mereka amaka kepadanaian ringan tubuh yang hebat ini benar2 membuat orang merasa kagum dan meleletkan lidah.   Sekilas Go Bing dan orang berkedok melirik kearah si baju kuning, lalu berpaling lagi menyaksikan pertempuran seru dalam gelanggang, mereka tidak bersuara lagi.   Karena sudah sekian lamanya belum dapat mengalahkan ketiga lawan seragam hitan ini, kumatlah sifat buat dan kegarangan Lam hong mereka menggeram dan berteriak2 seperti binatang buas, setiap jurus serangannya adalah pukulan dahsyat yang mematikan, adalah ketiga orang tua berseragam hitam itu masih berlaku sabar dan tidak tamak kemenangan, meereka tetap tenang dan menjaga diri dengan rapat, lebih banyak membela diri daripada menyerang.   Disebelah sana, Tang hay hi hu mendesak Tjit ou tjhiu Tjong Lun sedemikian rupa hingga yang belakangan ini mencak2 kerepotan, setiap saat jiwanya terancam bahaya, dimana tedengar sebuah gerungan keras dan panjang, disusul terdengar seruant ertahan dari empat penjuru, jubah panjang didepan dada Tjit ou tjhiu Tjong Lun tahu2 sudah sobek panjang dan bertepatan dengan itu sebuah buntalan kain berminyak sepanjang satu kaki menggelundung keluar dari dalam bajunya dan jatuh ditengah gelanggang, sedang Tjong Lun sendiripun terhuyung mundur beberapa langkah.   Hati Go Bing berdetak keras, tanpa tertahan iapun berseru heran, cepat2 siorang berkedok sedikit menarik lengannya memberi tanda supaya dia tidak bersuara lagi.   Sementara itu Tang hay hi hu sudah ulurkan sebelah tangannya hendak meraup buntalan kain diatas tanah itu., tiga gelombang angin deras bagai gugur gunung berbareng menerpa tiba mengurung diseluruh tubuh Tang hay hi hu tergetar mundur jumpalitan delapan kaki jauhnya.   Kiranya begitu melihat Tang hay hi hu dapat mengalahkan Tjong Lun lalu hendak menjemput buntalan diatas tanah itu, segera Sam hiong tinggalkan musuhnya lalu berbareng meluruk tiba bersama serta lancarkan tiga pukulan berat kepada tang hay hi hu.   Sam hiong (tiga jahat) bertujuan sama cara turun tangannyapun serentak dalam waktu yang sama pula.   Pada detik2 Tang hay hi hu terpental oleh desakan pukulan gabungan Sam hiong itulah sebuah bayangan orang dengan kecepatan yang susah diukur terbang menyamber buntalan kain diatas tanah itu, sekali raup tubuhnya terus melejit tinggi.   Menubruk tiba, meraup buntalan ditanah lalu melejit tinggi semua ini dilakukan sekaligus boleh dikata secepat kilat.   "In Hong Lokoay, tinggalkanlah barang itu untuk Toayamu"   Bersamaan dengan datangnya suara, sebuah bayangan lain melesat tiba pula dari tengah udara bagai meteor terbang dengan cepatnya.   "Blang"   Kedua bayangan itu saling tumbuk ditengah udara dan keduanya sama2 terpental jatuh diatas tanah, dan buntalan kain itu juga terjatuh lagi diatas tanah ditengah2 antara mereka, situasi yang menegangkan ini benar2 membikin orang menahan gelora hatinya yang susah bernapas.   Kedua orang yang terpental jatuh itu salah soerang adalah In Hong Lokoay dan yang lain adalah Sang Gan Todjin dari Kong tong pay, dan dalam kejap buntalan kain itu terjatuh diatas tanah lagi, kebetulan jarak dimana Sip hun siu satu diantara lam hong sam hiong kira2 hanya lima kaki, gesit luar biasa tanganya diulur hendak mengambil, tapi dengan kecapatan kilat Tang hay hi hu mengayun sebelah tangannya, dimana angin pukulannya menyamber buntalan kain itu tergulung angin menggelundung jauh melesat kearah Tjiu hun sui, hal ini sangat kebetulan bagi tjui hun siu, girang luar biasa ia ulurkan tangan menyambut.   "   Bluk"   "hoak"   Diselingi suara jeritan ngeri tjhiu hun siu menyemburkan darah segar dari mulutnya, tubuhpun sempoyongan mundur delapan kaki jauhnya.   Musuh licik yang memukul mundur tjui hun suiu hingga luka berat ini kiranya adalah In Hong Lokoay, sekali lagi buntalan kain itu terjatuh ditengah gelanggang.   Karena menubruk tempat kosong, Tang hay hi hu sangat gusar, tanpa menghentikan gerak tubuhnya, kedua tangannya menerjang maju kearah Sip hun siu dengan seluruh kekuatan tenaganya maka pukulan ini seakan gugur gunung dahsyatnya, saat mana Sip hun siu tengah kesima karena tidak menduga bukan saja tidak mendapatkan buntalan itu mala tjiu hun siu terluka berat terbokong oleh In Hong Lokoay, sedikitpun ia tidak emnduga bahwa pada saat itu juga dirinya terancam bahaya pukulan Tang hay hi hu waktu dia sadar dan coba berkelitu sudah tidak keburu lagi.   sebuah jeritan panjang yang menggema ditengah udara menambah keseraman gelanggang pertempuran, tubuh Sip hun siu terbang jauh dan muntah darah, bersamaam dengan itu, Sam Gan Todjin dari Kong Tong pay sudah melesat tiba menjangkau buntalan diatas tanah itu.   "   Bkang"   Tanpa ampun Sam Gan Todjin pun juga terhuyung mundur diterpa angin pukulan yang bergulung tiba, agaknya tjit ou tjiu Tjong Lun dari bwe hwa hwe juga tidak tinggal diam melancarkan pukulan hebatnya.   Situasi dalam gelanggang semakin kacau balau, para tokoh2 silat yang menontong diluar gelanggangpun beramai2 merubung maju dan bimbang untuk turut ikut campur, tapi merekapun tidak rela tinggal pergi begitu saja karena tengah ditunggunya kesempatan, ya siapa tahu bahwa dirinya nanti yang bakal ketiban rejeki.   Dua diantara tiga dari Lam hong sam hiong sudah terluka berat, kesempatan untuk menang bagi mereka sudah nihil, terdengan To bing siu mengerung keras.   "In Hong Lokoay, Tang hay hi hu kita bertemu pada lain kesempatan!"   Namun seruannya ini sudah tidak menimbulkan perhatian orang, sebab perhatian orang tengha dicurahkan kepada buntalan kain itu, segera Toh bing siu memanggul sip hun siu dan mengemput tjui hun siu mencawat ekor meninggalkan gelanggang.   Pada waktu itulah mendadak terdengar sebuah suara keras bagai kitat menggeledek disiang hari bolong menggelegar memekakkan telinga semua hadirin.   "Saudara2 sekalian harap berhenti sebentar!"   Tanpa merasa para tokoh silat itu berbareng hentikan pertempurand an berpaling kearah suara itu tedengar, maka terlihat seorang tua berambut putih pendek ekcil gendut lagi mendatangi dengan cepat memasuki gelanggang seperti bola menggelundung, seketika para hadirin mengunjuk rasa heran dan kejut, sudah sekian lama mereka kenal manusia kerdil buntak ini merupakan seorang tokoh yang paling susah dilayangi yaitu Tong sing to gwat (mencuri bintang merampok rembulan) Si Ban-tjwan.   Bintang dilangitpun hendak dicurinya, amaka dapatlah dibayangkan betapa aneh martabat manusia aneh ini, barang berapa apapun bila sudah diincar olehnya, jangan harap kau dapat melindungi atau dapat menyimpannya dengan aman, sebelum barang samapi ditangannya dia takkan berhenti bekerja.   Segera sinelayan lau timur Kwe Lih angkat tangan memberi salam hormat.   "Silahkan Si heng, apa kau juga."   Tiraik asih Websi tehttp.// kangz usi.co m/ Tong sing to gwat Si Ban tjwan segera goyangkan tangan seraya berkata.   "   Eh, sipengail kunasehatkan padamu jangan kau pancing ikan ini."   "Mengapa?"   "Duri ikan akan mencocok tanganmu."   Disebelah samping Sam Gan Todjin tertawa dingin jengeknya.   "Maling tua apa maksud ucapanmu itu?"   Setelah menyapu pandang keempat penjuru segera Tou sing to gwat membuka suara lagi.   "entah mengapa hati Lohu hari ini tidak tenteram dan timbul kewelas-asihan dalam benakku untuk menasehati kepada kalian, kalau kalian tidak mau mati konyol, ada lebih baik kalian jangan sentuh benda keramat yang membawa banyak bencana ini."   Semua hadirin menjadi melongo heran dan saling panang, tiaa seorangpun dapat menebak apa juntrungannya ucapan sipencuri lihai itu? Walaupun terkenal sebagai manusia yang sudah dilayani dan susah diajak kompromi, tapi perkataannya selamanya dapat dipercaya, belum pernah bicara main2 atau ingkat janji.   Susana diseluruh gelanggang menjadi sunyi senyap tanpa suara, adalah In Hong Lokoay agaknya tidak percaya, serunya.   "Maling tua, kau jangan main gertak dengan ucapan teka-tekimu itu, kenapa tidak kau terangkan sejelasnya maksudmu itu?"   "Omonganku sampai disini saja, titik. Percaya atau tidak terserah kalian, aku Maling tua minta diri!"   Habis berkata benar2 dengan cepat ia menggelundung pergi dan menghilang dalam sekejap mata.   4.   PEK HOA T SIAN NIO = DEW Memang tidak mengherankan bahwa pedang berdarah adalah sebuah benda keramat yang dapat menyedot hati manusia, meskipun tahu berbahaya tapi mereka ingin untuk memilikinya, begitulah setelah saling merasa curiga, kuatir dan bimbang, akhirnya pandangan semua mata tertuju lagi kearah buntalan kain diatas tanah itu.   Para tokoh silat yang berada ditengah gelanggang itu rata2 adalah gembong penjahat yang kejam dan telengas, siapa berani turun tangan lebih dulu pasti lawan2nya akan serentak menyerang menamatkan jiwanya, oleh karena itu, beberapa saat itu suasana menjadi agak tenang, dan semua orang mengambil sikap untuk menonton saja sementara.   Tahu2 seorang tua baju kuning dengan langkah tenang dan tetap berjalan memasuki gelanggang dan langsung menghampiri kearah Tjiu ou tjiu Tjong Lun berempat, dihadapan mereka ia hentikan langkahnya, orang tua baju kuning ini bukan lain adalah siorang tua yang sembunyi diatas pohon disamping Go Bing dan orang berkedok it.   Jubah panjang didepan dadanya tersulam bunga bwe besar, jelas menunjukkan kedudukannya.   Pertama2 In Hong Lokoay berseru kejut lalu serunya.   "eh, sungguh diluar dugaan bahwa It tjiang toan hun (sekali pukul menamatkan nyawa) Tjiu Eng lian kiranya juga sudah menjadi anggota Bwe hwa hwe?"   It tjiang toan hun menyahut dingin.   "memangnya kenapa, apa tidak boleh?"   In Hong Lokoay menjengek hina, katanya.   "Setiap orang mempunyai cita2nya sendiri, ah buat apa aku banyak mulut!"   Kedua mata It tjiang toan hun berkilat menyapu pandang keseluruh gelanggang, serunya lantang.   "   Buntalan kain ini menurut perintah ketua kami harus dilindungi dan diantar kemarkas besar, apa didalamnya adalah pedang berdarah atau bukan, cayhe sendiripun tidak mengetahui, kini kupersilahkan para hadirin sekalian berpikir2 dulu sebelum bertindak, jikalau kalian mendengar nasehat berharga dari simaling tua tadi dan tidak turun memperebutkan buntalan ini lagi, biarlah aku mewakili perkumpulan kami menyatakan banyak terima kasih, atau sebaliknya cayhe sedang tugas menurut perintah, terpaksa aku harus melayani setiap kehdank kalian beramai."   Keadaan dalam gelanggang menjadi hening lelap. Dengan penuh keharuan Go Bing berkata keapda siorang berkedok.   "bukankah buntalan kain itu adalah benda yang dititipkan kepada Siang Sian hun dari siorang tua yang hampir mati itu hingga menyebakan kematian Siang Siau moay dan Li bun siang?"   "Benar!"   "Jadi sipembunuh adalah orang dari Bwe hoa bwe?"   "Belum tentu, ucapaan Tou sing to gwat Si Ban tjwan tadi harus diperhatikan, mungkin ada udang dibalik batu!"   "Aku ingin mengambil buntalan kain itu untuk mengejar sipembunuh itu, kalau barang itu sudah berada ditangan kita tidak perlu disangsikan pasti sipembunuh itu akan muncul sendiri?"   "Saudara kecil, apa kau benar2 hendak turut campur?"   "Aku pernah berjanji dihadapan nona Siang untuk menyelidiki jejak sipembunuh itu, apalagi aku sudah bersumpah hendak membunuh manusia durjana yang menggunakan racun tanpa bayangan itu, pada hakekatnya tujuan utamaku bukan melulu merebut Pedang berdarah ini."   "Saudara kecil apa kau ada pegangan untuk dapat merebut barang itu?"   "Akan kucoba sekuat tenagaku", sahut Go Bing.   "Mereka adalah gembong2 besar yang berkepandaian tinggi, kau akan menjadi sasaran empuk bagi mereka!" "Aku tidak peduli akan hal itu."   Pada saat itulah sebuah bayangan kecil lenjir melayang tiba dari tengah udara, setelah jumpalitan tiga kali terus melayang dengan entengnya memasuki gelanggang.   Pertunjukan ilmu ringan tubuh yang mengejutkan ini membuat semua hadirin tergetar kesima.   Orang yang berputar ditengah udara dan hingga ditanah ini ternyata adalah seorang gadis yang cantik molek menggiurkan mengenakan baju serba putih.   Bahwa ilmu ringan tubuh jarang terlihat didunia persilatan dipertontonkan oleh seorang gadis muda belia dan cantik rupawan lagi, benar2 mengejutkan hati semua hadirin.   Go Bing sudah berdiri dan bersiap hendak melompat turun, tapi siorang berkedok keburu mencegah, katanya.   "Saudara kecil, kedatangan gadis ini sangat aneh dan mendadak, kenapa kau tidak sabar sebentar, siapa tahu ada sesuatu kejadian diluar dugaan!"   Pedang Darah Bunga Iblis Karya GKH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Terpaksa Go Bing duduk lagi diatas dahan pohon. Terdengar gadis cantik bagai bidadari itu tengah berkata.   "Sian nio segera akan tiba, sementara kuharap kalian mundur lima tombak jauhnya!"   Ucapan ini menimbulkan suasana bunca dalam gelanggang, tokoh2 silat yang berada ditengah gelanggang mengunjuk rasa kejut dan heran, beramai2 mereka mundur teratur dan menyingkir memberi sebuah jalan, hanya Tang hay hi hu dan beberapa orang yang menganggap dirinya berkedudukan tinggi masih ragu2 tanpa bergerak.   It tjiang toan hun mengekeh tawa dan berseru.   "Kalau Sian nio akan datang, memang kita sekalian harus mengundurkan diri, maka buntalan kain ini sementara waktu biar Lohu simpan kembali, nanti biarlah kita rundingkan lagi bagaimana cara menyelesaikan urusan ini?" ~ dalam berkata2 itu ia melangkah maju dan ulurkan tanganya hendak mengambil buntalan kain itu. In Hong Lokoay dan Sam Gan Todjin berbareng maju satu tindak, disebelah sana Tang hay hi hu pun perlahan2 angkat kedua tangannya, jikalau ti Tjiang toan hun benar2 mengambil buntalan kain itu, ketiga orang ini pasti akan melancarkan serangan berbareng, adalah Tjit ou tjiu dan ketiga orang tua seragam hitampun merapat dibelakang It tjiang toan hun bersiap menjaga segala kemungkinan. Maka suasana dalam gelanggang mulai tegang mendebarkan hati. Sepasang mata gadis cantik yang jeli itu memancarkan sinar tajam yang aneh, suaranya tajam tandas.   "Silahkan kalian mundur lima tombak jauhnya biarkan benda itu tetap ditempatnya!"   Sungguh tak nyana para gembong iblis yang kejam dan ternama itu ternyata takut dan tunduk betul karena bentakan gadis ini, tanpa merasa mereka mundur teratur perlahan2 tapi mereka masih ndablek tiada seorangpun yang mundur sejauh lima tombak.   Go Bing terheran2 dan tak habis mengerti, tanyanya.   "   Bong bian heng, tokoh macam apakah Sian nio itu?"   Siorang berkedok menekan suaranya sedemikian lirih, sahutnya.   "Pek hoat sian nio!"   "Pek hoat sian nio? (dewi rambut putih).   "Benar, Pek hoat sian nio, namanya sudah menggoncangkan dunia kangouw pada 60 tahun yang lampai, selamanya ia jarang muncul didunia persilatan, tentang asal usul atau riwayatnya mungkin tiada seorangpun yang mengetahui!."   "Orang2 yang hadir hari ini adalah tokoh2 lihai yang besar namanya, sungguh tak nyana sedemikian takut mereka terhadap Dewi berambut putih itu." "Betapa tinggi kepandaian Pek hoat sian nio susah diukur, gadis itu adalah muridnya kepandaiannya saja agaknya lebih tinggi dan lebih lihay dari siapa saja yang hadir dalam gelanggang itu"   Diam2 Go bing menimang dalam hati.   "Betapa tinggipun kepandaian Pek hoat sian nio itu masa bisa lebih tinggi dari kepandaian Suhu?"   Sementara itu wajah sigadis semakin kaku dingin, suaranya mengancam.   "Apa kaoian sudah dengar omonganku?"   It tjiang toan hun mendadak mengulapkan tangan bersama tjit ou tjiu berempat perlahan2 mereka mundur lima tombak jauhnya, terpaksa Tang hay hi hu, In Hong Lokoay dan Sam Gan Tojin tiga gembok iblis inipun turut mundur tanpa berani banyak mulut.   Sedemikian sunyi dan hening lelap suasana gelanggang pertarungan yang ramai tadi seumpama jarun jatuhpun bisa terdengar, namun demikian dalam keheningan ini terkandung ketegangan hati yang menggetarkan semangat, Bahwa Pek Hoat sian nio benar akan berkunjung dan turut hadir tanpa diundang benar2 diluar dugaan semua orang, apakah tokoh misterius berkepandaian tinggi susah diukur itu juga hendak ikut merebut pedang darah.   Kalau Pek hoat sian nio benar2 mengincarnya maka semua hadirin harus mengalah dan mandah saja barang itu diambil olehnya.   Sebaliknya Go Bing berpikir, peduli apa dewi atau dewa lebih penting aku mencari tahu jejak sipembunuh dengan menggunakan racun itu habis perkara, kalau dalam otaknya dia berpikir begitu segera ia bertindak mendadak tubuhnya melejit tinggi dan menubruk masuk kedalam gelanggang, Siorang berkedok ingin mencegah tapi sudah tidak keburu lagi, dan karena kehadirannya yang mendadak ini membuat semua orang terperanjat serta melihat tegas kiranya hanya seorang muda yang masih hijau pelonco ini, wajah mereka mengunjuk rasa heran dan bertanya2.   Bola mata sigadis cantik berputar2 tergerak hati kecilnya, sebesar usianya itu baru pertama kali ini dilihatnya seorang pemuda yang gagah ganteng mempunyai daya tarik yang meluluhkan hati setiap insan lawannya, hanya sayang sikap gagahnya itu mengandung kecongkakan.   Begitu menginjak tanah dan berdiri tegak Go Bing langsung menghampiri buntalan kain itu tanpa memperdulikan orang lain dihadapannya.   "Behenti!"   Suara si gadis membentak halus. Tanapa diminta lagi Go bing menghentikan langkahnya dan bertanya.   "Ada keperluan apa nona menghentikan aku? "Apa yang hendak kau buat?"   "Mengurus pekerjaan!"   "Mengurus pekerjaan apa?"   "Tiada perlunya cayhe memberita kepadamu."   Berobah kelam wajah si gadis, timbul hawa membunuh pada air mukanya.   Sementara itu, sekali berkelebat tahu2 Go Bing sudah menjemput buntalan kain itu ditangannya, kecepatan gerak tubuhnya benar2 membuat semua orang melelet lidah.   Para tokoh silat diluar gelanggangpun tunduk mundur lima tombak jauhnya karena gentar mendengar nama Pek ho sian nio, kini pemuda tak bernama dan masih hijau ini secara terang2an berani merebut barang incaran mereka dalam gelanggang, hal ini merupakan suatu kesempatan bagi semua orang malah mereka dapat mengganggap sipemudah sebagai biang keladi dalam kekacauan yang berani membangkang perintah sidewi rambut putih.   Adalah gadis ayu rupawan itu malah tertegun kaget benar2 diluar dugaannya bahwa sipemuda ini ternyata tidak memandang sebelah mata perintah Pek hoat sian nio.   Maka terdengar In Hong Lokoay memelopori membantak.   "Siaucu letakkan buntalan itu!"   Berbareng tubuhnyapun berkelebat menerjang maju dengan kecepatan seperti angin lesus.   "Kembali! ` diselingi suara bentakan nyaring ini terjangan langsing tubuh sigadis berkelebat tangannya membuat sebuah lingkaran terus disorong kedepan menyongsong kedatangan tubuh In Hong Lokoay yang menerjang tdatang, dan karena dorongan ini tubuh In Hong Lokoay terdampar terbang balik ketempatnya, hampir dalam waktu yang bersamaan Sam Gan Tojin pun sudah menubruk tiba sambil mengayun tangan kanan mengenjet muka Go Bing sedang tangan kiri dengan kecepatn kilat mencengkram kearah buntalan itu.   "Bum!"   Diselingi suara tertahan keras, San Gan Tojin terhuyung mundur sepuluh langkah, dari ujung mulutnya melelah darah segar, suasana diluar gelanggang menjadi gempar.   Bahwa nama dan kedudukan Sam Gan Tojin sangat tenar dan tinggi bukan nama kosong belaka, tapi baru setengah jurus saja telah dapat dikalahkan oleh seorang pemuda yang masih hijau benar2 membuat semua orang sangsi akan penglihat sendiri, apalagi cara bagaimana sipemuda melukai Sam Gan Tojin mungkin hanya beberapa orang saja yang dapat melihat tegas.   Hati sigadispun bukan alang kepalang kejutnya, tahu dia bahwa kepandaian sipemuda ini ternyata sangat mengejutkan, sambil mengusap noktah dara dibibirnya Sam Gan Tojin berseru dengan penuh kebencian.   "Siaucu beritahukan namamu?"   Go Bing menyebut dingin.   "Kalau kau tahu gelagat lekaslah mengelinding jauh sedikit!"   Hitung2 nama Sam Gan Tojin sangat ternama dan sangat disegani dikalangan kangouw, mana kuat ia menahan hinaan ini, apalagi lawannya ini hanya seorang pemuda yang berusia belum lebih dari dua puluh tahun, saking gusar ia membentak keras.   "Siaucu biar kubunuh kau!" ` sambil mengerahkan setaker tenagannya tubuhnya merangsak maju melancarkan pukulannya dengan derasnya. Go Bing ganda tertawa dingin dan membentak.   "Kau ingin cari mampus sendiri!" ` buntalan dipindah ketangan kiri, tangan kananpun membalik dan menyurung kedepan segulung gelombang panas dengan perbawa bagai geledek menyambar bergulung2 mendampar kedepan, maka terdengarlah suara ledakan keras yang memekakkan telinga dan menyedot semangat diselingi teriakan panjang mengerikan menggetarkan seluruh arena pertempuran, ditengah gelombang terpaan angin keras itulah tubuh Sam Gan Tojin terbawa terbang setinggi tiga tombak, mulutnya menyembur darah dan terbanting keras tanpa bergerak lagi. Pukulan Go Bing ini telah menggunakan kepandaian sakti Kiy yang sin kang yang menjagoi seluruh dunia, namun karena selama hidup dan mengembara Sia sin jarang menggunakan kepandaian ini maka semua tokoh silat yang hadir termasuk sigadis, tiada seorangpun tahu kepandaian apa yang telah digunakan oleh sipemuda ini. Wajah gadis baju putih berobah asam, sungguh sukar dibayangkan betapa tinggi kepandaian silat pemuda ini, timbul suatu perasaan yang susah dilukiskan dalam hatinya. Sam Gan Tojin terhuyung2 berdiri perlahan2 dia tinggalkan gelanggang sambil beringsut2. Gerak gerik sigadis baju putih adalah sedemikian lemah gemulai terdengar suaranya tawar bertanya kepada Go bing.   "Bolehkan saudara memberitahukan namamu?"   "Ini. agaknya tidak perlu!"   "Saudara datang untuk merebut Pedang darah juga?"   "Boleh dikata betul, tapi juga tidak benar."   "Apa maksudmu ini?"   "Tujuan yang penting tidak terletak pada Hiat kiam ini, tapi dari hiat kiam ini akau akan mencari jejak seorang pembunuh."   "Sian nio segera tiba, silahkan saudara letakkan buntalan itu dan menyingkir keluar gelanggang."   Go Bing mendengus dan menyahut dingin.   "Selamanya aku tidak senang diperintah orang lain."   Berobah air muka sigadis baju putih, suranya mengancamg.   "Apa kau dapat berbuat seenakmu disini?"   "Aku bebas melakukan apa yang ingin kuperbuat, tidak percaya, boleh kau coba2"   Suasana dalam gelanggang mencekik leher lagi, kalau kedua muda mudi ini saling gebrak, bakal terjadilah pertempuran yang dahsyat yang jaring terlihat di bulim, siapa yang takkan senang kalau dunia ini aman tentram tanpa perang, adalah daya tarik hiat kiam itu sedemikian besar sehingga susah menarik pikiran tamak untuk tidak memilikinya.   Pada saat itulah sebuah tandu warna hijau mulus berayun2 memasuki gelanggang, tandu sedemikian besar dipukul begitu enteng bagai memikul kapuk dengan cepat sekali dalam sekejap mata tandu itu sudah tiba ditengah gelanggang, kerai didepan tandu tertutup rapat, tidak kelihatan siapa yang duduk didalamnya, keempat orang pemikul tandu itu adalah gadis2 yang masih muda belia dan cantik2 lagi mengenakan seragam hijau mulus.   Sorot mata semua orang tertuju kearah tandu yang baru datang ini, setelah tandu diletakkan ditanah, keempat gadis baju hijau itu berjajar didua pinggir pintu.   Suasana tegang dan seram meliputi seluruh hadirin, air muka sigadis berobah pucat dengan sinar kebencian yang sangat ia melerok kerah Go Bing lalu berpaling dan menghampiri kedepan tandu, tubuh sedikit membungkuk mulutnya komat kamit mungkin tengah melapor keadaan yang terjadi didalam gelanggang ini.   Tanpa merasa berdetak keras hati Go Bing, tidak lama kemudian, gadis baju putih itu memutar tubuh dan maju beberapa langkah terus menggape kearah Go Bing dan berseru "Sian nio mengundang kau mendekat!"   Go Bing tertegun melongo, tanyanya.   "Maksud non adalah aku?"   "Siapa lagi kalau bukan kau!"   Diam2 Go bing membatin;   "justeru aku tidak percaya segala kabar angin itu, Pek hoat sian nio apa segala dapat mengapakan aku? Maka sambil membusung dada dan mengangkat kepala ia maju mendekat dengan langkah lebar kearah tandu itu, diantara jarak delapan kaki dari tandu itu segera salah satu gadis berbaju hijau itu angkat tangan dan berseru.   "Berhenti disitu!"   Go bing menurut menghentikan langkah, dengan kencang ia masih memegang buntalan kain yang diperebutkan itu.   Kerai tandu terbuat dari anyaman butir2 mutiara yang kecil lembut, orang didalam tandu dapat melihat keluar dengan tegas namun orang diluar susah melihat tembus kedalam tandu, dengan sikap angkuh dingin Go Bing menatap pintu tandu, diam2 hatinya berpikir akan kulihat kau dapat berbuat apa terhadapku?"   Lama dan lama kemudian baru terdengar suara lembut halus dari dalam tandu.   "Siapa namamu?"   Tanapa merasa tergerak hati Go Bing, Pak hoat sian nio serasi dengan nama ini tentu dia adalah seorang nenek2 tua yang sudah berambut uban, tapi didengar dari suaranya yang halus nyaring agaknya usianya masih muda, karena itu dengan sikap kaku ia menyahut.   "Aku yang rendah adalah kaum keroco dikalangan kangouw, reasanya tidak perlu menyebut nama apa segala."   "Kau dari perguruan mana?"   "Hal itu aku tidak dapat memberi tahu!"   "Hm, sedemikian congkak dan sombong kau ini?"   "Jauh dari pada sombong dan congkat, karena memang begini tabiatku!"   Keempat gadis baju hijau dipinggir tandu itu bersama mengunjuk rasa heran dan kejut, baru pertama kali ini mereka melihat dan dengar ada orang berani main bantah dengan Sian nio, lagipula nada ucapan Sian nio pun agak berbeda dengan biasanya.   Sejenak Go Bing ragu2 lantas ia balas bertanya.   "Kau adalah Pek hoat sian nio yang disanjung puji oleh dunia persilatan?"   "Ya, benar, kau datang untuk merebut hiat kiam itu?"   "Bukan, harus dikatakan mencari jejak seorang pembunuh!"   "Tapi hiat kiam itu sudah kau rebut?"   "Justeru dari benda inilah aku hendak mencari jejak manusia kejam itu!" "Apa kau tahu kedatangan semua yang hadir disini justeru hendak merebut benda itu?"   "Itu aku tahu"   "Lalu bagaimana kau hendak menghadapi mereka?"   "Setelah urusanku beres benda ini segera kukembalikan kepada mereka, aku sendiri tidak kepingin memiliki benda pembawa bencana ini."   "Hm, sementara aku dapat percaya ucapanmu itu."   "Apa kedatangan Sian nio juga hendak merebut hiat kiam ini?"   "Tidak!"   Penyahutan pendek dan tegas ini membuat Go Bing melengak, kalau pek hoat sian nio sendiri berkata bahwa kedatangannya bukan karena hendak merebut hiat kiam, hal itu sudah dapat dipercaya, tapi untuk apa dia datang kemari? "Nak, kau tidak percaya bukan?"   Panggilan "nak"   Ini membuat tergetar seluruh tubuh Go Bing, baru pertama kali inilah selama hidup ia mendengar orang memanggilnya dengan sebutan itu, maklum selama bercampur dengan suhunya, Sia sin Kho Djing selalu memanggilnya dengan siaucu, sebutan ini menimbulan suatu perasaan ganjil dalam sanubarinya, tapi selang tak lama teringat olehnya kebiasaan watak Sia sin serta tindak tanduknya, maka dengan sikap kaku dingin ia menyahut.   "Apakah panggilanmu itu tidak berkelebihan."   "Eh, apa makmudmu, usia setuaku ini apa tidak boleh panggil kau anak?"   "Dalam dunia persilatan mengutamakan luhur budi dan bijaksana."   Keempat gadis hijau dipinggir tandu lekas2 menutup mulut dengan lengan bajunya, hampir saja mereka tak kuat menahan rasa gelinya. Berhenti sekian lamanya baru Pek hoat sian nio bicara lagi.   "Komentar aneh, boleh dibandingkan dengan Lam sia dahulu."   Go Bing menjadi tidak sabar, serunya.   "   Kau memanggil aku kemari, hanya untuk omong beberapa patah kata ini.?"   "Sekarang kau kembalikan buntalan ditanganmu itu kedalam gelanggang."   Go Bing menarik muka, suaranya ketus.   "tidak bisa!"   "Benda itu tiada membawa manfaat bagimu."   "Seperti kukatakan aku hanya mengejar jejak seorang pembunuh dengan benda ini."   "Coba kau ceritakan, mungkin Sian nio dapat memberi sedikit sumber penyelidikan untuk kau!"   Sejenak Go Bing bimbang, akhirnya ia ceritakan juga pengalamannya didalam hutan kecil itu. Nadi ucapan Sian nio tandas dan berat.   "menurut ceritamu itu, memang tidak salah sikorban itu mati karena terkena racun tanpa bayangan, tapi diseluruh jagat ini yang mungkin bisa menggunakan racun tanpa bayangan itu hanya racun utara seorang, dan lagi selain seorang putra yang keliwat dimanjakan racun utara tidak mempunyai seorang muridpun."   "Maksud Sian nio adalah."   "Tidak mungkin racun utara campur tangan."   "Dengan bukti apa Sian nio berani memastikan begitu!"   "Menurut martabat dan karakter racun utara ayah beranak, barang apa yang sudah ditangannya tak mungkin dilepas lagi, apalagi benda yang sudah disentuh tangan mereka, tak mungkin orang berani menjamahnya lagi, selain itu juga tidak sedemikian gampang dan murah mereka mau menggunakan racunnya!".   "Maksud pertanyaan saya ialah siapakah orangnya yang menyebar racun itu?"   "Mungkin sukar untuk mencari tahu!"   "namun terang gamblang barang ini berada ditangan orang2 Bwe hoa hwe, tidakkan beres mencari jejak siorang pembunuh ini dari tubuh mereka?"   Pek hoat sian nio tertawa ringan, ujarnya.   "Kau bisa menyesal?"   "Mengapa?"   "Sebab pedang berdarah ditanganmu itu adalah palsu!"   Pedang Darah Bunga Iblis Karya GKH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Palsu?"   Tercetus serusan kaget dari mulut Go bing.   "Ya, memang palsu, maka kusuruh kau melempar kembali ketengah gelanggang."   Otak Go Bing bekerja cepat, setelah itu baru ia membuka lagi.   "tulesn atau palsu tidak menjadi soal, tujuanku yang utama adalah mengejar jejak sipembunuh itu."   "Kau masih hijau dan perbuatanmu ini terlalu semberono."   "Ha, dengan alasan apa kau berkata begitu?"   "Coba kau jelaskan, benda itu direbut orang sebelum adik Siang Siau hun itu keracunan atau setelah keracunan baru direbut orang, kau tahu pasti tidak, lagipula hanya Pak tok Tang bun Lu ayah beranak yang dapat menggunakan racun tanpa bayangan itu, merekapun tidak sembarangan menggunakan racun, dengan kepandaian silat racun utara anak beranak untuk menghadapi non sian itu kalau dia sampai menggunakan racun apakah tidak menimbulkan cercaan dan tertawaan orang bulim, bwe hwa bwe memamerkan pedang berdarah palsu, apakah tujuannya belum dapat diketahui, tapi menurut apa yang kita hadapi ini, kalau pedang berdarah ini adalah tulen, betapa banyak tokoh2 silat lihat yang terhimpun dalam bwe hwa hwe tentu mereka takkan tinggal diam barang yang sudah menjadi milik mereka diperebutkan orang banyak."   Analisa panjang lebar ini membuat Go bing bungkam seribu bahasa, sekali ayun ia lemparkan buntalan kain itu ketempat asalnya, perbuatan diluar dugaan ini membuat semua orang yang hadir melongo heran dan garuk2 kepala, sebab mereka tidak tahu apa yang telah dipercakapkan Pek hoat sian nio dan sipemuda aneh yang berkepandaian hebat ini.   Setelah merandek sejenak Pek hoat sian nio bicara lagi "   Sekarang kau boleh undurkan diri!"   Sekali berkelebat tubuh Go bing melayang mundur lima tombak jauhnya. Gadis baju putih melangkah cepat kearah tandu, setelah mendengarkan apa2 terus memutar tubuh dan bicara lantang .   "   Sian nio mempersilahkan Tang hay hi hu dan Im hong Lokoay berdua maju menjawab pertanyaan."   Setelah saling berpandangan heran, berbareng Tang hay dan Im Hong melangkah maju kedepan tandu, entah apa yang dikatakan oleh Sian nio, yang jelas setelah mendengar, Tang hay dan Im Hong berseru kaget berbareng tubuhnya sempoyongan mundur begitu memutar tubuh terus melejit jauh hendak melarikan diri.   Kerai mutiara yang menjulai turun didepan pintu terbuka sedikit lalu menutup kembali, dibarengi suara jeritan ngeri yang mendirikan bulu roma, tubuh Tang hay dan Im Hong yang terbang tinggi terlempar jatuh bersama terus tak bergerak lagi, mati.   Dua gembong iblis durjana bergelimpangan mati didepan tandu, kenapa Pek hoat sian nio menamatkan jiwa kedua orang ini tiada seorangpun yang tahu, semua hadirin berobah air mukanya kuatir dan takut2, siapa tahu ancaman elmaut itu juga akan menimpa dirinya atau orang2 jahat lainhya? Rasa ketakutan dan bayangan mau tercekam dalam benak masing2 bahwasannya nyawa adalah sangat berharga, dalam keadaan ada sedikit kesempatan menyelamatkan diri ini, banyaklah gembong2 silat itu yang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu secara diam2 dan sembunyi2 mereka pergi.    Si Rase Hitam Karya Chin Yung Mustika Gaib Karya Buyung Hok Wanita Iblis Pencabut Nyawa Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini