Si Rase Hitam 3
Si Rase Hitam Karya Chin Yung Bagian 3
Si Rase Hitam Karya dari Chin Yung Tetapi sekali ini kata2 yang diucapkannya antara tangis yang cukup keras telah mengejutkan semua orang berbareng juga sangat menggembirakan sekali semua yang msndengarnya. terutama Yok Lan dan Ouw Hui walaupun menjadi malu. Yang diucapkan Biauw Jin Hong adalah pemberitahuan kepada arwah Giehang dan Giesunya saudara angkat dan istri saudara angkat, bahwa demi menebus dosanya serta untuk membuktikan terhapusnya tali permusuhan antara keluarga2 mereka dia bermaksud menjodohkan puterinya dengan Ouw Hui. Dia menyatakan pula kepercayaannya bahwa arwah kedua orang tua Auw Hui itu akan menyetujui maksudnya dan senantiasa akan merestui hidup sepasang orang muda itu. Kepada arwah Leng So dia menghaturkan terima kasihnya yang tidak terhingga dan meminta maafnya karena tidak mengetahui di mana sigadis she Thia tersebut berada, dia belum pernah memberikan penghormatan kepada arwah gadis itu Setelah bangkit Bian Hud meminta Peng Ah Sie bertindak sebagai wali Ouw Hui karena dia bermaksud melangsungkan pernikahan itu. Pertama kalinya Peng Ah Sie menolak, di katakannya bahwa dia tidak pantas menjadi wali Ouw Hui. Tetapi Bian Hud mendesaknya. "Tinggi rendah derajat bukanlah ditentukan oleh kepandaian atau kedudukan dalam masyarakat. Yang terpenting adalah jiwanya. Peng Siete sendiri telah membuktikan kebesaran dan keagungan jiwamu dengan melindungi dan memelihara Huijie. Tanpa menghiraukan bahaya dan kesengsaraan yang harus kau alami, kau telah melakukan semua itu. Dan semua itu hanya disebabkan kau baru sekali saja menerima budi Ouw Toako Terlebih lagi sebagai seorang yang telah mengasuh Huijie sejak kecil jika bukan kau siapa lagi yang berhak menjadi walinya?" Dari ucapannya itu jelas bahwa Biauw Jin Hong bukan menganggap Peng Ah Sie seorang pelayan. Memang dia merasa sangat berterima kasih sekali terhadap orang yang sangat jujur itu yang telah menggantikannya mengasuh dan membesarkan Ouw Hui. Dalam kata2nya itu Kim Bian Hud juga telah merobah sebutannya kepada Ouw Hui sendiri yaitu Huijie, anak Hui dan bukan Hiantet, keponakan yang baik, seperti pada hari-hari sebe lumnya. Ketiga jago bersaudara she Ciong juga ikut mendesak agar Peng Ah Sie menerima tugas itu maka akhirnya Peng Ah Sie bersedia untuk bertindak sebagai wali Ouw Hui. Dengan ikut disaksikan oleh ketiga jago bersaudara she Ciong itu, dilangsungkan upacara pernikahan yang sederhana, Setelah selesai kembalilah mereka kekuil untuk ber-kemas2 meninggalkan daerah Congciu. Ouw Hui menyadari bahwa dia kini sudah tidak bebas lagi seperti sebelumnya. Dimasa lalu dia tidak pernah memikirkan soal rumah. Dia berkelana kemana dia senang dan tinggal di mana saja ditempat yang disukainya. Tetapi setelah berlangsungnya pernikahan tersebut kini dia bertanggung jawab atas diri Yok Lan dan tidak dapat memikirkan soal tempat tinggal. Keesokan harinya ketiga jago bersaudara she Ciong itu sudah ingin berpisah dengan rombongan Kim Bian Hud maka malam itu mereka tidak ingin tidur dan mengajak kedua orang itu mertua dan menantu untuk ber-cakap2. Ketika mereka menanyakan Ouw Hui mengenai rencananya dalam menempuh hidup baru di-masa2 mendatang, serta mendengar Ouw Hui belum memiliki tempat tinggal yang tetap, mereka mengusulkan agar dia ikut saja bersama tiga bersaudara Ciong untuk tinggal di Ouwpak Utara Dengan halus Ouw Hui menolak tawaran-tersebut. Dijelaskan oleh Ouw Hui bahwa dia tidak berani menyeret ketiga jago she Ciong tersebut ke dalam libatan bahaya. Sejak sembilan tahun yang lalu dia selalu di cari2 oleh pemerintah Boan, sehingga jika dia menerima tawaran mereka Ciong Sie Sam Hiong akan ikut dianggap musuh pula oleh pemerintah Boan. Terlebih lagi menurut Ouw Hui, setelah kini dia berkeluarga ingin sekali dia mencari tempat tinggal yang tenang, jauh dari pergaulan umum agar dia tidak perlu terus menerus berwaspada ber-jaga2 terhadap serangan musuh. Bukan kah seperti umumnya terjadi, setelah namanya kini terkenal sebagai jago yang sulit dicarikan tandingannya tentu akan mengundang banyak sekali tokoh2 rimba persilatan yang penasaran dan ingin berusaha menguji kepandaiannya? Dan juga peristiwa demikian hendak dihindarinya se-tidak2 nya untuk sementara waktu. Pernyataan Ouw Hui yang diucapkan dengan ber-sungguh2 itu telah memperoleh dukungan Kim Bian Hud pula, sehingga ketiga orang bersaudara she Ciong itu tidak dapat memaksa terus. Seperti telah diketahui, Biauw Jin Hong juga sudah jemu akan pertempuran2 sepanjang hi upnya yang harus dilakukannya terus menerus tanpa hentinya, oleh karena itu dia pun ingin hidup menyendiri di Leng Ko Tha dengan hanya beberapa sahabatnya yang akrab mengetahui tem pat persembunyiannya. Diantara beberapa sahabatnya itu terdapat Tauw Sat Kauw yang kemudian ternyata seorang sahabat palsu belaka. Setelah kini terbukti Tauw Sat Kauw berpihak kepada pemerintah Boan-atau lebih tepat menjadi kaki tangan pemerintah Boan maka tempat persembunyian Kim Bian Hud bukan pula merupakan tempat yang dapat dirahasiakan. Walaupun untuk sementara waktu Touw Sat Kauw tentu tidak akan berani mendatangi rumahnya di Leng Ko Tha itu tapi kelak lambat atau cepat dia tentu akan datang dengan membawa banyak sekali kawan2nya yang liehay. Jika memang terjadi peristiwa seperti itu dapat atau tidak dia harus melakukan pertempuran mati2an pula dan mungkin juga akan membunuh banyak jiwa manusia pula sedangkan pekerjaan seperti itu sudah memuakkan hatinya. Dan percakapan selanjutnya Ouw Hui kemudian mengemukakan pendapatnya agar mereka sebaiknya pergi ke wilayah perbatasan barat laut. Ouw Hui mengetahui bahwa di daerah tersebut sangat sunyi dan di sampingnya dengan menetap di daerah tersebut dia dapat berdekatan d ngan kakak angkatnya Tio Poan San sahabat2nya dari Ang Hwa Hwe. Sarannya itu segera juga disetujui Kim Bian Hud yang juga sudah sejak lama merasa kagum kegagahan dari orang Ang Hwa Hwe. Tanpa terasa mereka sudah ber-cakap2 terus sehingga menjelang fajar. Yok Lan dan lain2nya sudah bangun untuk memasak nasi dan mempersiapkan bekal. Tidak lama kemudian semuanya telah selesai dipersiapkan dan dengan saling mendoakan untuk keselamatan mereka, kedua rombongan itu telah berpisah untuk menempuh jalan masing2. Tujuan rombongan Kim Bian Hud pertama adalah Leng Ko Tha di mana dia masih harus menyelesaikan beberapa soal dan mengambil beberapa barang berharga yang akan dibawa pindah ke wilayah barat laut. Dalam perjalanan itu mereka tidak menemui kesulitan dan tiga bulan kemudian mereka tiba di daerah Hui Kiang. Kedatangan mereka disambut gembira oleh orang2 gagah dari Ang Hwa Hwe. Hanya Tio Poan San yang tidak berhasil di jumpai karena pemimpin ketiga dari Ang Hwa Hwe itu sedang pergi ke Tionggoan untuk melakukan pembersihan dalam lingkungan partai perguruannya. Dengan bantuan kawan2 dari Ang Hwa Hwe kemudian Ouw Hui telah memilih tempat tinggal yang sekarang dimana mereka dapat hidup dengan tenang dan tenteram sampai berputera. -ooo0dw0ooo-- "BENAR-BENAR sangat mengagumkan sekali" Kata Tio Poan San setelah Auw Hui selesai bercerita. "Alangkah cepatnya sang waktu telah lewat begitu saja. Masih kuingat benar dengan jelas bagaikan baru terjadi kemarin, bagamana kita untuk pertama kali bertemu di Siang-ke-po sembilan belas tahun yang lalu. Waktu itu kau masih merupakan seorang anak yang kurus kecil dan kini kau sudah menjadi seorang ayah" Dan selesai dengan kata2nya itu Tio Paan San telah tertawa ber-gelak memperlihatkan bahwa dia tengah diliputi kegembiraan yang sangat. "Kau pernah berada di Siang Ke Po sembilan tahun yang lalu ?" Tanya Biauw Jin Hong dengan heran. "Mengapa kau berada di rumah keluarga Siang itu ? Tahukah kau siapa mereka sesungguhnya ?" Tidak mengherankan jika Biauw Jin Hong terkejut mendengar Ouw Hui berkenalan dengan Poan San di tempat tersebut. Dalam ceritanya tentang riwayat hidupnya disaat masih kecil dengan sengaja Ouw Hui telah menyembunyikan pengalamannya di Bu Teng Kwan. Kalau dia menceritakan pengalamannya itu, yaitu selama di Siang Ke Po, Kim Bian Hud tentu ingin mengetahui hagimana dia bisa berada dirumah musuh besar nya itu. Sebagai seorang yang tidak bisa berjusta kalau Kim Bian Hud telah mendesaknya, dia tidak mungkin tidak untuk bercerita sejujurnya dan membuat orang tua itu akan teringat peristiwa menyedihkan dan memalukan yang terjadi waktu itu. Mudah dimengerti, bahwa kini dia menjadi ingat waktu mendengar pertanyaan Kim Bian Hud. Tetapi setelah terlanjur kepalang basah Poan San telah menimbulkan persoalan tersebut dia terpaksa harus bercerita, Tetapi hatinya tetap tidak mengijinkan. Untunglah bahwa sejenak kemudian dia telah memperoleh akal. Dia mulai menceritakan di saat diterimanya Peng Ah Sie dan dia sendiri bekerja di rumah itu dan seterusnya sampai akhirnya peristiwa itu telah memusnahkan juga Siang Ke Po dimakan api yang hampir saja menewaskan banyak sekali akhli2 silat ternama. Sambil meng-angguk Poan San memberikan komentarnya . "Itulah sebabnya Biauw Tai Hiap mengapa aku seorang tua bangka Jadi bersumpah mengangkat saudara dengan seorang anak kecil kurus" Kata Tio Poan San dengan disertai oleh senyumnya. "Dan aku merasa kagum sekali akan keperwiraannya dan semakin bangga memiliki adik angkat sebagai menantumu." Bagi Poan San dan kedua saudara Siang sikap ragu2 Ouw Hui tadi memang wajar yaitu karena Ouw Hui segan menimbulkan pujian bagi pendengarnya. Tetapi Biauw jin Hong memperoleh kesan lain dalam hatinya dia yakin bahwa Ouw Hui masih menyembunyikan sesuatu, Rupa2 pertanyaan telah muncul di dalam hatinya tetapi dia segan bertanya belit2 dan cerewet, mungkin juga Ouw-Hui memiliki alasan tertentu untuk menyembunyikan sebagian dari pengalamannya. Demikianlah mereka telah ber cakap2 dengan asyiknya dan saling menceritakan pengalaman masing2 dan menimbulkan kembali soal2 yang lampau, diselingi gelak tertawa mereka yang sangat riang sekali. Kalau memang bukannya ada Yok Lan yang mengingatkan mereka tentu akan lupa makan. Memang kalau orang2 yang sefaham dan secita2 berkumpul dan ber-cakap2 biasanya yang pendiampun bisa menjadi periang dan lincah, tidak terkecuali halnya dengan Kim Bian Hud. Malara itu Poan San dan kedua kawannya bermalam di rumah Ouw Hui. Keesokan harinya setelah menyaksikan latihan ketiga anak itu dan saudara Siang telah memberikan beberapa pelajaran pula kepada murid akuan mereka yaitu sepasang anak kembar Ma It Hong, berpamitanlah ketiga tamu itu untuk kembali ke tempat kediaman para kesatria Ang HwajHwe. Sejak hari itu lima tahun telah lewat dengan tenang. Selama lima tahun itu dengan giat Ouw Hui mendidik kedua muridnya. Kedua anaknya Ma It Hong itu kini sudah menjadi dua orang pemuda tampan sekali. Hal itu tidaklah terlalu mengherankan karena memang putera2 Hok Kong An yang di masa mudanya terkenal sebagai pemuda yang tertampan di Pakkhia. Asal usul mereka sendiri tidak diketahui oleh kedua pemuda itu. Karena mengingat bahwa rahasia itu hanya diketahui beberapa orang saja, sedangkan diantaranya sebagian sudah meninggal dunia maka kepada mereka tak pernah Ouw Hui menjelaskan; walaupun seperti ibu dari pemuda Cie Ceng. Waktu kecil kedua anak itu tak punya nama. Cie Ceng segan memberikan nama kepada mereka karena sesungguhnya bukan anaknya sendiri Waktu itu mereka hanya disebut A Toa dan A Jie yang besar dan yang kedua setelah dirampas Hok Kong An dan dibawa ke istananya entah nama apa yang diberikan kepada mereka. Tetapi apapun bentuk nama pemberian Hok Kong An tak pernah ingin diketahui oleh Ouw Hui dan dia sendiri memberikan nama yang tertua Cie Beng berarti terang dan Cie Jin untuk yang berusia lebih muda yang berarti luhur mulia. Kini keduanya telah berumur 22 tahun. ---ooo0dw0ooo--- Jilid 3 KEPADA mereka, Ouw Hui telah menurun kan pelajaran ilmu silat yang tersendiri. Dan ilmu itu sesungguhnya bersumber dari Ouw Kee To Hoat, ilmu silat golok pusaka keluarga Ouw, yang telah dirobahnya sedemikian rupa, agar sesuai untuk dipergunakan oleh mereka ber dua secara ber- sama2 dengan bersenjatakan pedang, bukan golok. Disamping pelajaran dari Ouw Hui, kedua pemuda itu telah memperoleh pelajaran Siang Hek Cie dan Siang Pek Cie sebagai murid tidak resmi. Berkat asuhan akbli kelas tinggi dan memiliki kepandaian yang sangat tinggi dan hebat maka tidak mengherankan jika kepandaian Cie Beng dan Cie Jin sudah dapat disejajarkan dengan akhli2 silat kelas utama. Disamping itu memang Cie Beng dan Cie Jin juga sangat cerdas sekal, setiap pelajaran ilmu silat yang diturun kan kepada mereka selalu berhasil dikuasai-nya dengan cepat. Putera Ouw Hui telah diberi nama Ho, untuk melambangkan hapusnya permusuhan antara keluarga Ouw dan Biauw, Dalam usianya yang baru sembilan tahun, sudah terlihat bakat2nya yang luar biasa. Ouw Ho sangat cerdas sekali dan bisa segera memahami setiap pelajaran yang diberikan ke padanya, bukanlah sesuatu yang terlalu mengherankan. Bukankah dia keturunan keluarga yang terkenal akan kecerdasannya ? Yang benar2 aneh ialah wajahnya, yang buruk dan juga sangat hitam sekali, disamping sangat menakutkan. Ouw Hui, yang memiliki ayah berwajah hitam menyeramkan, tetapi memiliki ibu sangat cantik, ternyata telah mewarisi wajah ibunya, walaupun agak kasar. Yok Lan berayah Kim Bian Hud, yang berwajah kasar dan buruk pula, tetapi dia menjadi seorang wanita cantik seperti ibunya. Sebaliknya walaupun ayahnya berwajah cukup tampan dan ibanya cantik, kian besar Ouw Ho semakin buruk dan hitam. Warna kulitnya yang hitam kelam seperti Ouw lt To, sedangkan bentuk tubuhnya seperti Kim Bian Hud, tinggi kurus dan bertulang kasar. Tetapi dibalik dari keadaan lahiriah yang begitu buruk, tersembunyi kecerdasan otak yang sangat mengagumkan sekali dan jiwa bocah itu luhur dan melambangkan jiwa seorang lelaki jantan dan sejati, Berkat bakat2 yang luar biasa yang dimillkinya, walaupun usianya masih demikian muda kepandaiannya sudah sangat hebat. Hampir seluruh ilmu pusaka kedua keluarga, Ouw dan Biauw telah berhasil dipahaminya. Yang masih kurang padanya ialah latihan Iwekang dan pengalaman. Dalam pelajaran Bun sastra dan ilmu2 pengetahuan lainnya, dia pun seorang murid yang sulit dicari keduanya. Dengan hidup hanya dikelilingi Oleh orang2 yang jauh lebih tua dari dia dan semuanya melimpahkan kasih sayangnya, tentu saja dia menjadi nakal sekali. Untung saja, bahwa darah kesatria yang mengalir dalam tubuhnya dapat memberikan keseimbangan yang secukupnya, sehingga kenakalannya itu terbatas hanya kenakalan sifat kanak2 belaka, yang kadang2 menimbulkan peristiwa2 yang lucu Setelah sepuluh tahun menyingkir dari Tiong goan dan selama itu tidak mengalami gangguan, Kim Bian Hud dan Ouw Hui lambat laun sudah melupakan permusuhan2 mereka dengan pihak2 tertentu. Sebagai pahlawan2 keadilan, dimasa lampau mereka telah menghajar tidak sedikit jago2 jahat yang melakukan perbuatan se-wenang2 terhadap rakyat jelata. Diantara jago2 tangguh2, tetapi memiliki sifat buruk itu, sebagian masih merasa penasaran dan menaruh dendam yang sangat besar sekali kepada Kim Bian Hud maupun juga kepada Ouw Hui. Setelah beberapa tahun mati2an meyakinkan ber-macam2 kepandaian yang jauh lebih tinggi, tanpa mengenal lelah telah mencari kedua jago ternama dan tanpa tanding itu. Mereka telah ber usaha untuk dapat mencari jejak dari Kim Bian Hud dan juga Ouw Hui. Usaha mereka itu memang terlihat jelas, betapapun mereka memang menaruh dendam yang sangat kuat dan akan ber usaha mencari kedua musuhnya itu untuk me lampiaskan dendam mereka. Sebelum usaha ar reka berhasil! maka musuh dari kedua jago2 tanpa tanding itu tidak akan berhenti dalam usahnya Untuk hidup keluarganya, Ouw Hui tidak segan2 membanting tulang mengeluarkan tenaga diladangnya dan disamping itu juga, diapun sering pergi berburu kepegunungan Thiansan diwaktu tiada pekerjaan di ladang. Sedangkan peternakan dombanya juga berbiak dengan baik, walaupun demikian, tidak sel ruh kebutuhannya dapat dihasilkan sendiri- Misal nya saja garam. bahan2 pakaian dan lain2nya lagi. Semuanya bahan2 itu harus dibeli di-kota terdekat, karena itu untuk keperluan tersebut, setiap setengah tahun sekali dia harus pergi ke Ui atau Kulja untuk menjual kulit binatang dan bulu domba. Biasanya dia disertai si kembar Cie Beng dan Cie Jin, Ouw Ho sesungguhnya sudah lama ingin ikut, tetapi karena dia masih terlalu kecil, maka ayahnya belum pernah membawanya ikut serta. Setelah usianya cukup sembilan tahun, untuk pertama kalinya dia diperbolehkan ikut. Alangkah girangnya sinakal. Disepanjang ja lan tiada habisnya dia menunjuk ini dan menanyakan itu dan terlalu sering dia membelokkan kudanya untuk mendekati sesuatu yang menarik perhatiannya. Kota Ui tidak seberapa besar, tetapi artinya penting sekali. Di si tulah bertemunya dua jalur jalan kafilah penting, yang satu menuju kebarat laut, ke Siberia utara yang lainnya kebarat daya Si-beria selatan dan terus ke Persia dan kepantai laut tengah. Karena itu, tidak mengherankan jika kota itu selalu ramai dikunjungi rupa2 bangsa. Bagi Ouw Ho, yang baru pertama kali melihatnya, semuanya itu tentu saja serba menarik dan membuat dia kagum tidak habisnya. Karena tibanya di Ui sudah menjelang tengah hari, maka setelah memesan kamar dipenginapan, Ouw Hui segera mengajak puteranya ke sebuah rumah makan. Mereka memilih sebuah meja didekat jendela, agar Ouw Ho bisa menikmati pemandangan lalu lintas yang beraneka ragamnya. Selain mereka, diruang itu sudah ada beberapa belas tamu lain. Dan disebuah meja di sudut sebelah sana tampak empat orang Han. Dilihat dari pakaiannya, agaknya keempat orang itu saudagar2 keliling. Mula2 Ouw Hui tidak meja perhatikan mereka, tetapi ketika dia kebetulan menoleh, tiba2 dia agak terkejut. Orang2 itu ternyata j iga tengah memperhatikannya. Wajah salah seorang diantara mereka agaknya tidak asing baginya, hanya saja Ouw Hui ti dak ingat pula dimana dia pernah berjumpa dengan orang itu. Diwaktu pandangan mereka bertemu satu dengan yang lainnya, sekilas tampak orang itu seperti terkejut. Hanya sekejap mata saja terlihat perobahan wajah orang itu, tetapi cukuplah sudah bagi Ouw Hui untuk mengetahui; bahwa orang itupun telah mengenalinya. Diam2 Ouw Hui telah mulai memperhatikan keadaan keempat orang itu. Mata mereka memancarkan sinar yang tajam sekali, suatu tanda bahwa mereka memiliki lwekang yang tidak dapat diremehkan. Dengan berpakaian seperti saudagar mereka memang bisa mengelabui mata orang2 biasa, tetapi bagi Ouw Hui sudah jelaslah bahwa dia, itu merupakan ahli2 silat kelas utama. Si Rase Hitam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Semakin diperhatikan, semakin bercurigalah Ouw Hui terhadap keempat orang yang memiliki gerak gerik mencurigai itu. Terus keempat orang itu telah kasak-kusuk, dan kadang2 mereka melirik kearahnya secara sembunyi2. Ouw Hui sia2 mengasah otak untuk berusa ha meng-ingat2 dimana dia pernah berjumpa dengan keempat orang tersebut. Lewat sejenak, Ouw Ho juga telah melihat sikap dan kelakuan keempat orang itu. Sebagai seorang anak kecil, pikirannya tentu saja masih sederhana dan hatinya tidak menjadi curig? seperti ayahnya. Tetapi tingkah laku orang2 itu membuatnya jadi mendongkol. Dengan sikap kasak-kusuk terus-menerus, orang2 itu tentu tengah memper-elok2 keburukan wajahnya dan wajah ayahnya, pikirnya. Dan Ouw Ho jadi tersinggung sendiri nya. Karena mendongkol, dia sudah hendak memaki mereka, tetapi Ouw Hui cepat2 mencegahnya. Betapapun nakalnya anak itu tetapi terhadap ayahnya dia masih bisa menuruti cegahan ayahnya. Demikianlah, dia tidak jadi memaki orang2 itu. Hanya saja hatinya masih penasaran dan dengan mata dipentang lebar2 Ouw Ho telah mendelik kearah keempat orang itu. Hanya hatinya telah mengambil keputusan untuk memberikan hajiran kepada keempat orang itu jika dijumpainya lagi. Sedikitpun dia tidak memikirkan, bahwa orang2 itu semuanya bertubuh jauh lebih besar dari dia, dan juga berjumlah ejipat orang, sedangkan dia hanya seorang diri. Sebagai keturunan dari dua keluarga pahlawan2, sama sekali dia tidak mengenal apa artinya takut. Tidak lama kemudian, keempat tamu itu telah meninggalkan rumah makan itu, dan lewat beberapa waktu pula Ouw Hui juga sudah selesai makan dan mengajak puteranya kembali kepenginapannya. Kuasa dan para pelayan penginapan itu sudah mengenal Ouw Hui sebagai seorang yang tangannya selalu terbuka dan ramah sekali. Karena itu mereka selalu memperhatikan segala kebutuhan Ouw Hui. Kepada mereka itu, yaitu para pelayan itu, Ouw Hui minta tolong melihat2 anaknya, di-saat sementara waktu dia pergi untuk menjual kulit binatang dan bulu dombanya, sedangkan kepada puteranya dia telah berpesan agar tidak na kal dan menerbitkan huru hara. Dan juga Ouw Hui telah berpesan agar Ouw Ho tidak pergi ke-mana2 selama sang ayah pergi. Setelah ayahnya pergi. Ouw Ho berdiri di depan pintu penginapan, melihat2 pemandangan dijalan. Tidak jemu2nya dia memandang suasana yang asing baginya itu. Sebentar kemudian dia melihat kekanan dan sesaat pula dia telah menoleh kekiri. Dan suatu saat, tiba2 dia melihat keempat orang tadi dan serentak amarahnya telah timbul lagi. Tanpa melepaskan perhatiannya dari orang2 itu, cepat2 dia telah menyelinap kedalam. Orang2 itu ternyata justru menghampiri penginapannya. Agaknya mereka juga hendak menginap disitu, dan benar saja mereka minta di sediakan kamar. Melihat pakaian orang2 itu yang cukup mewah, para pslayan penginapan menganggap mereka itu tentunya saudagar2 kaya raya. Dengan sikap yang hormat sekali, salah seorang pelayan mengantarkan mereka me-lihat2 kamar2 yang masih kosong. Dan pelayan itu sambil mengantarkan keempat tamunya, reiah menjawab rupa2 pertanyaan tamunya itu. Akhirnya tamu2 itu memilih kamar disebelah kamar Ouw Hui. Sementara itu, sambil bersembunyi dibalik pintu lorong, Ouw Ho telah mendengar percakapan mereka. Dia mendengar, bagaimana, setelah memperoleh keterangan sipelayan tentang siapa yang menempati kamar sebelah, orang2 itu segera memilih kamarnya tadi. "Aha, agaknya mereka menang sengaja mau mencari gara2." Berpikir Ouw Ho "Biarlah nanti kuhajar mereka." Lupalah Ouw Ho akan pesan ayahnya, agar tidak menerbitkan huru-hara, sebagai seorang anak yang masih polos hatinya, sedikitpun tidak terpikirkan olehnya bahwa dibalik sikap dan ke lakuan orang2 itu, murgkin teisembunyi soal lain yingijauh lebih penting Dengan pikirannnya yang masih sedeihana, dia menduga bahwa mereka hanya sengaja hendak menganiaya, berdasarkan wajahnya yang hitam. Dan serupa ingatan telah menyelinap didalam hati anak kecil ini, yaitu keempat orang itu mengincer barang2 ayahnya, yang ingin di rampasnya. Kalau mereka memang hanya hendak merampok, dia percaya bahwa mereka akan mengalami kekecewaan dalam tangan ayahnya dan dia tidak usah perduli. Tetapi dengan berdasarkan pikirannya atas jiwa ke- kanak2annya, yaitu dengan.menduga bahwa keempat orang itu justru ingin memper-olok2 dirinya karena wajahnya yang hitam legam itu, maka Ouw Ho jadi bermaksud untuk mempermainkan keempat orang itu. Dan Ouw Ho menduga begitu, karena dia mengetahui setiap kali ingin keluar rumah, ayahnya pasti akan menghitamkan wajahnya dan mengenakan kumis dan jenggot palsu. "Tentu mereka sengaja memilih kamar di-sebelahku, agar bisa memperoleh lebih banyak kesempatan untuk menghina kami berdua. Tentu mereka menyebut kami sebagai setan2 hitam besar dan kecil, yang berwajah sebagai pantat kuali" Demikianlah jalan pemikirannya dan semakin dipikir olehnya, semakin yakinlah dia a-kan kebenaran dugaannya. Sete!ah keempat tamu baru itu masuk keka mar mereka, cepat2 dia keluar dari persembunyi annya dan memasuki kamarnya sendiri. Kamarnya dan kamar disebelah itu hanya dipisahkan dinding papan. Mengintai kesana dia tidak bisa, karena sela2 antara papan itu telah diisi oleh dempul, Tetapi samar2 dia bisa menangkap beberapa bagian dari percakapan mereka, antara lain na ma ayahnya di-sebut2 sebagai "Setan hitam Swan San Hui Ho Ouw Hui" Dan dia sendiri sebagai "setan hitam yang kecil". Tentu saja darahnya jadi meluap mendengar ucapan2nya itu. Dia kini tidak bimbang pula, bahwa mereka telah memperolok keburukan muka Tentu saja Oaw Ho jadi murka bukan main. Tidak perlu mendengar pula terlalu lama baginya. Cukuplah sudah kata'2 itu baginya. Kalau bukannya takut kelak ditegur dam digusari ayahnya, tentn Ouw Ho sudab menghampiri mereka dan mencacinya atau juga menyerang mereka. Kini dia hanya dapat memaki didnlam hati sambil memikirkan suatu cara untuk melampiaskan kemendongkolannya tanya bisa diketahui ayahnya. Sebagai seorang anak yang nakal sekali, otaknya yang cerdas memang biasa penuh dengan bermacam2 akal anak2. Tanpa berpikir terlampau lama dia sudah menyusun suatu rencana, dan ketika ayahnya pulang, dia tidak memberitahukan apa2. Tetapi sebelum hari menjadi gelap, menjelang seaja dia sudah mengajak ayahnya pergi makan. Dikatakannya bahwa perutnya sudah lapar sekali. Sekembalinya dari rumah makan dia bahkan segera naik keatas kang (sebuah balai2 batu dengan perapian dibawahnya) dan menyatakan bahwa dia sudah mengantuk sekali. Walaupun bukan menjadi kebiasaan si nakal untuk tidur siang2, sedikitpun Ouw Hui tidak curiga, bahwa anaknya itu sengaja bersandiwara dihadapannya. Hal itu disebabkan Ouw Hui menduga bahwa anaknya itu mungkin terlalu letih setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh dan juga telib ber- jalan2 me-lihat2 keramaian kesana-kemaii. Sesungguhnya hatinya juga agak lega melihat puteranya itu siang2 sudah ingin tidur. Dengan demikian dia jadi bisa bebas minum arak sambil mengobrol dengan yang kuasa rumah penginapan itu. Dari mulut kuasa rumah penginapan tersebut Ouw Hui bisa mendengar berbagai berita dari daratan Tionggoan yang dibawa oleh para pedagang keliling yang singgah disitu. Sedikitpun juga Ouw Hui tidak menduga bahwa dibalik kelakuan anaknya tersembunyi sesuatu. Ouw Ho setelah memperhitungkan bahwa keempat orang dikarrsr sebelah itu tentu dapat dipergunakannya untuk mempersiapkan rencananya. Siang2 dia telah menyediakan seutas tali kecil yang dan doa batang paku agak besar. Secepat langkah2 ayahnya sudah tidak terdengar lagi, dia segera bangkit dari Kang dan keluar keperkarangan melalui jendela setelah terlebih dulu memadamkan lilin. Dengan sikap yang hati2, dia lalu menghampiri jendela kamar keempat orang itu. Seperti telah diduganya, disaat itu mereka benar2 sedang keluar semuanya. Dengan leluasa dia dapat menancapkan dua batang paku itu dibingkai kanan dan kiri dari jendela itu, dengan mempergunakan sebuah batu sebagai martilnya. Setelah itu diikatnya tali tadi, yang kini ternyata telah dihitamkannya, melintang dimulut jendela itu, dari paku yang satu kepaku yang satunya. Kemudian Ouw Ho bersembunyi dibawah jendela tersebut. Tidak perlu terlalu lama dia menanti, belum sampai setengah jam kemudian, terdengarlah ke empat lawannya itu memasuki kamar dan menyalakan lilin. Lagi2 Ouw Ho mendengar mereka me nyebut2 perkataan "sihitam" Meluaplah darahnya dan hampir2 dia berteriak, balas memaki mereka. Untung saja bahwa segera juga dia sadar dan bisa menindih perasaannya. Dengan sabar dia berdiaji terus, menantikan tibanya saat untuk mempermainkan keempat orang itu. Dikota kecil yang letaknya terpencil diperbatasan itu, orang biasa tidur agak siang, berbeda dengan kebiasaan orang2 dikota besar di Tionggoan. Tidak lama setelah keempat orang itu kembali, suasana disekeliling penginapan itu sudah sunyi sepi. Didalam kamar masih terdengar percakapan orang itu dengan suara kecil, yang dari tempat Ouw Ho hanya terdengar seperti gumam yang tidak jelas. Dari barisan jendela2 kamar disisinya itu. hanya jendela yang dijaganya itulah yang terang. 3aat itu, justru yang dinantikan Ouw Ho telah tiba, dia telah meraup segenggam tanah, yang lalu dicampurnya dengan ludah dan dipuiungnya menjadi beberapa butir kecil. Sebutir demi sebutir telah dilontarkannya butiran2 tanah basah itu dlatas genting, sehingga menimbulkan suara bagaikan ada yang tengah berjalan ber-indap2 diatas atap kamar tersebut. Seketika itu siraplah percakapan didalam dan padamlah api penerangan itu. Per-lahan2 Ouw Ho mengetuk jendela beriama dengan mendesisnya kata2 . "Pengecut2 yang didalam, keluarlah kalau benar laki2". Dengan berbisik, atau mendesis secara demikian, dia berhasil membuat suaranya tidak dapat dikenali sebagai suara seorang anak2. Sedangkan didalam kesunyian itu, cukup jelaslah terdengar nya dari dalam. Segera juga terdengar langkah ber-indap2 di dalam kamar itu, dan terdengarnya perlahan sekali mendekati kearah jendela. Didengar dari suara langkah kaki itu, menunjukkan bahwa dua orang yang tengah menghampiri dari dua arah. Untuk lebih membakar dan memanaskan hati mereka, Ouw Ho mendesis pula "Lekas keluar menyerahkan kepalamu." Tiba2 jendela terbuka dengan kaget, disusul Melayangnya sebatang senjata rahasia, tetapi tidak seorangpun tampak melompat keluar. Sebagai orang Kargouw yang berpengalaman mereka memang tentu saja tidak akan melompat keluar jendela secara ceroboh. Hal itu sudah diduga oteh Ouw Ho, yang sementara itu sudah mempersiapkan beberapa batu. Dengan cepat, dilontarkannya batu itu berturut-turut dari tempatnya ke-tengah2 pekarangan, sehingga terdengarnya bagaikan ada seseorang berlari menjauhkan diri dari jendela. Sekali ini umpan yang dipasang Ouw Ho telah berhasil dan dimakan pihak keempat orang itu. Dalam kegelapan malah seperti itu, keempat orang didslam memarg tidak dapat melihat apa apa, tetapi bunyi langkah2 itu tidak dapat dibimbangkan lagi Segera tampak sesosok bayangan hitam melayang keluar dari jendela. Hanya anehnya bayangan itu tiba tiba berjumpalitan dan tahu-tahu jatuh dibawah jendela dengan mengeluarkan bunyi mendentum. Ouw Ho, yang memang sudah menantikan disamping jendela, segera mengulurkan tangannya, dan orang itu terkulai tanpa sarggup berteriak lagi. Sedangkan yang pertama itu tengah rubuh ketengah, dari dalam sudah menyusul yang kedua, dan diapan mengalami nasib yang sama. Dua orang lainnya juga ber turut2 rubuh terkulai tanpa bersuara. Jendela itu terbuka kedalam, sehingga tali hitam yang dipasang Ouw Ho tidak terganggu dengan terbukanya daun jendela tersebut. Karena warnanya hitam, maka dalam kegelapan orang2 itu tidak melihat adanya tali yang melintang dimulut jendela. Ketika yang pertama tadi melompat keluar kakinya tiba2 telah keserimpet tali yang melintang itu, sehingga jatuhnya dia sambil berterik tertahan karena terkejut. Ouw Ho memang sudah ber-siap2 dan segera menotok jalan darahnya, bagian Taog Tiong Hiat, diulu hati orang itu, yang segera pimgsan sebelum menyadari mengapa dia jatuh- Apa yana terjadi dengan tiga orang yang lain hanyalah ulangan dari peristiwa yang pertama. Teriakan2 kaget itu mungkin tidak ada yang mendengar atau kalau ada juga, yang mendengar itu tentu menduga, bahwa ada seseorang mengigau. Tidak heranlah karena itu peristiwa tersebut tidak ada yang perhatikan. Terlebih lagi memang peristiwa itu terjadi dalam waktu yang sangat singkat sekali, hanya terjadi dalam satu dua detik saja. Sambil tertawa kecil, Ouw Ho kemudian melepaskan talinya dari paku itu, dan mengikat keempat pasang pergelangan tangan korban2nya itu menjadi satu. Tidak puas deagan itu, diapun segera mengikat Taocang atau kuncir mereka menjadi satu pula Ouw Ho mengetahui, bahwa tenaganya memang belum seberapa, terlebih lagi dia tadi menotok dengan agak perlahan, sehingga orang2 itu tidak akan mati karenanya, bahkan mungkin dalam waktu kurang lebih satu jam lagi sudah akan tersadar dari totokan. Karena itu dia tidak dapat mem-buang2 waktu lebih lama, karena mengingat bahwa ayahnya setiap saat bisa kembali kekamar mereka. Cepat3 dia telah melompat kedalam kamar dan membawa bungkusan perbekelannya dan disembunyikannya diantara semak disudut kebon tersebut, lalu kain pembungkusnya diisi dengan bungkusan ternak, yang siang tadi dilihatnya berada didekat dinding pekarangan. Keempat bungkusan itu lalu dibawanya masuk kembali. Setelah merapatkan jendela kamar itu, dia cepat2 kembali kedalam kamarnya sendiri dan. tidur dengan hati yang puas. Ouw Hui menemukan puteranya tidur nyenyak dengan bibir melukiskan senyuman manis. "Alangkah senangnya orang menjadi anak kecil, yang belum mengetahui apa2. Entah apa yang dilihatnya dalam mimpinya sehingga dia tersenyum begitu bahagia", pikirnya seorang diri. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, ayah beranak itu telah dikagetkan oleh suara heboh, yang diterbitkan caci maki beberapa orang pelayan rumah penginapan tersebut, kemudian di tambah pula dengan suara yang geram dari kuasa rumah penginapan itu. Entah mengapa mereka dipagi hari seperti itu telah ribut, agaknya mereka tengah saling salah mempersalahkan satu dengan yang lainnya. Hanya anehnya, suara2 itu keluar dari kamar disebelah kamar Ouw Hui. Sedangkan Ouw Hui jadi heran sekali dan Ouw Ho, yang sesungguhnya sudah dapat menerka apa yang telah terjadi, telah ikut pura2 heran juga. Mereka segera keluar uniuk mengetahui sebab musabab keributan itu. Ternyata keempat orang tamu yang menempati kamar disebelah itu, semalam telah pergi dengan diam2 tanpa membayar uang sewa kamar dan kini kuasa dan pelayan2 rumah penginapan itu masing2 tidak mau bertanggung jawab. Tepat sebagai perkiraan Ouw Ho, tidak sampai satu jam kemudian orang2 itu telah tersadar dari totokan. Betapa mendongkol mereka, ket'ka, mendapatkan diri mereka dalam keadaan begitu, dan juga betapa mereka malu Sekali, karena sebagai jagc-2 silat yang tidak lemah mereka telah dirubuhkan tanpa sanggup melakukan perlawanan sama sekali. Lebih penasaran lagi justru tidak diketahuinya siapa lawan yang dirubuhkan mereka. Per-tama2 mereka hendak menduga Ouw Hui, tetapi keempatnya masih ingat bahwa ketika tadi terdengar kedatangan musuh Itu, mereka masih mendengarkan suara dan tertawa Ouw Hui dikamar kuasa rumah penginapan itu, sehingga tidak mungkin Ouw Hui yang mengerjakan mereka, terkecuali jika Ouw Hui memang sanggup memecah tubuhnya menjadi dua. Karena itu, mereka segera menduga bahwa ada seseorang yang telah membantui Ouw Hui secara diam2. Karena belum apa2 mereka sudah harus mengalami peristiwa yang memalukan seperti itu, maka untuk sementara waktu nafsu mereka untuk membalas dendam telah padam. Ingin sekali mereka cepat2 pergi, kalau memang bisa, Tetapi dengan tangan dan taocang diikat menjadi satu walaupun kaki mereka bebas tidak dapat mereka pergi. Lebih dulu mereka harus melepaskan ikatan itu. Dengan mengerahkan seluruh tenaga dan menahan perasaan sakit sedapat mungkin, akhirnya berhasillah mereka memutuskan tali pengikat tangan mereka. Kiai mereka masih harus membuka ikatin taocang mereka. Tetapi dengan diikatan erat2, sehiagga belakang kepala mereka saling menempel satu dengan lainnya, tidak mudah bagi mereka untuk membukanya. Karena ter-gesa2, dalam dan mendongkolnya, mereka jadi semakin tidak bisa membuka ikatan itu. Lama Kelamaan mereka jadi semakin tidak sabar dan delapan tangan masing2 telah saling rebut menggerayangi rambut mereka. Tentu saja usaha kacau seperti itu semakin menipiskan harapan akan berhasilnya dengan saling tarik dan membetot tidak hentinya. Dan juga telah menambah penderitaan untuk mereka berempat belaka. Beberapa kali terdengar salah seorang di antara mereka memekik perlahan karena kesakitan. Akhirnya salah seorang diantara mereka memperoleh akal. Dia merabah sakunya dan mengeluarkan sebilah belati. Setelah meminta kawan2nya menyingkir tangan masing2, dia segera memotong ikatan rambut itu. Kini bebaslah sudah ke-empat2nya, tetapi taocang mereka juga ikut terlepas dari kepala masing2. Untuk saat itu, setiap pria di Tionggoan yang tidak memakai toacang tentu akan dicemooh oleh masyarakat disekelilingnya. Karena itu, dapatlah dimengerti betapa malunya mereka oleh peristiwa seperti itu, waLu pun pada saat itu tidak ada yang melihat atau menyaksikannya, Cepat2 mereka telah masuk kedalam kamar untuk mengambil bungkusan masing2 meninggal kan penginapan itu tanpa pamit dan tanpa membayar sewa kamar. Keesokan harinya Ouw Hui sudah menjual semua kulit binatang dan bulu domba yang dibawanya. Kini dia tinggal berbelanja untuk keperluan dirumah dan setelah itu dapat jalan2 semau hatinya. Untuk menggembirakan puteranya, maka sekali ini dia mengijinkan Ouw Ho untuk ikut ke pasar. Sebagaimana biasanya seorang anak kecil, melihat begitu banyak barang2 yang diperagakan pa Ta pedagangnya, tentu saja banyak sekali yang dimintanya agar dibelikan oleh ayahnya. Sebentar saja sudah penuh kedua tangannya memegang rupa2 bungkusan. Setelah kenyang berkeliling pasar, mereka lalu menuju kerumah makan untuk sekedar mengisi perut sebelum berbelanja lagi. Disaat mereka tengah makan; tiba2 Ouw Hui teringat bahwa dia belum membeli garam, sedangkan para pedagang garam biasanya sudah menutup kedai siang2, Karena itu, dia lalu berpesan kepada anaknya, agar tidak pergi ke-mana2 dan menjaga barang-barang pembelian mereka, dia sendiri segra pergi kepasar lagi. Setelah menanti sekian lama dan ayahnya be lum kembali, Ouw Ho jadi tidak betah menanti didalam kedai itu seorang diri. Barang2 itu dibawanya kepada kasir rumah makan tersebut untuk dititipkan sementara ia ingin me-lihat2 ke adaan diluar. Karena setiap kati berkunjung ke Ui, Ouw Hui selalu makan dirumah makan tersebut, maka kasir juga telah mengenalnya dan diapun tak merasa keberatan menerima titipan barang2 itu. Dengan gembira Ouw Ho lalu berdiri diluar pintu sambil memandang kiri-kanan menikmati pemandangan jalan yang ramai itu. Tiba2 dia melihat ada tiga orang yang berpakaian seperti bangsa Han telah menghampirinya. "Eng engko kecil, apakah engkau she Ho, anak Ouw Hui?" Tegur salah seorang diantara mereka sambil disertai tertawanya. Dengan perasaan heran bukan main Ouw memandang ketiga orang itu bergantian. Belum pernah bertemu dengan mereka, mengapa mereka bisa mengenalnya? "Maaf Samwie Toasiok, aku belum mengenal kalian, bagaimana kalian mengenal dan mengetahui namaku ?" Tanyanya kemudian. "Aha, jika demikian memang engkau benar putera Ouw Hui. Mari, mari ikut kami. Ayahmu meminta kami mengajakmu menyusulnya ke kedai disana. Katanya, kau akan dibelikan mi inan yang indah sekali". Kalau mereka mempergunakan alasan lain, yang lebih masuk akal, mungkin mereka bisa berhasil membujuknya. Atau jika yang membujuknya itu seorang anak biasa, tentu bujukannya itu juga akan berhasil. Tetapi kini justru yang dihadapi mereka adalah Ouw Ho, seorang anak ysng bukan hanya sukar sekali ditipu, tetapi juga sudah biasa menipu orang2 dewasa. Kata2 mereka itu ternyata hanya membangkitkan perasaan curiga belaka di hati Ouw Ho. "Kalian pergilah dulu, sebutkan saja kemana aku harus menyusul, nanti setelah memberitahukan kuasa rumah makan ini. bahwa aku akan segera kembali, aku akan pergi kesana" Jawabnya. "Baiklah" Kata juru bicara dari ketiga orang itu. "Pergilah kau memberitahukan kuasa rumah makan bahwa ayahku memanggil kau kepasar seebun, pintu barat, biarlah kami berangkat dulu, tetapi engkaupun jangan lama2". Dengan wajah girang, Ouw Ho lalu masuk, tetapi seketika itu juga sudah melewati pintu dia berbalik dan mengintai keluar. Ouw Ho telah melihatnya, betapa ketiga orang itu memang hendak menipunya, karena m reka bertiga memperlihatkan sikap yang mendatangkan kesan sangat mencurigakan sekali. Kalau mereka benar2 diminta oleh ayahnya untuk menjemputnya dirumah makan ini, tentu Ia telah dipesan agar menunggu untuk mengantarkan Ouw Ho, karena bukankah Ouw Ho belum mengenal tempat tersebut dan tentu ayahnya tidak akan menbiarkan dia pergi seorang diri. Sesaat kemudian dia telah membuktikan maksud ketiga orang itu yang memang kurang baik. Dari sela2 pintu dia melihat bagaimana mereka berhenti ditikungan kurang lebih sepuluh'Tutnah dari tempat itu dan bersembunyi dibelakang bilik sebuah kedai. Ketiga orang itu sedikitpun tidak menduga bahwa siasat mereka telah diketahui oleh Ouw Ho, Tadi mereka melihat, bahwa anak itu agak ragu2 ketika pertama kali disapa. Untuk melenyapkan kecurigaannya, mereka sengaja tidak mau memaksanya. Pertama kali mereka memang sudah merencanakan untuk mempergunakan paksaan untuk memaksa anak itu. Tetapi berhubung tempat itu sangat ramai, mereka kuatir jika nanti ada yang merintangi maksud mereka, karena siapa yang tahu bahwa di sekitar tempat, itu terdapat orang berkepandaian tinggi yang kebetulan tengah lewat. Dengan pertimbangan itulah, akhirnya mereka tidak ingin mempergunakan paksaan untuk membawa Ouw Ho hanya mempergunakan siasat belaka. Dengan gembira mereka melibat bahwa seketika mereka tidak memaksa, wajah sianak ber -muka hitam itu berobah tidak menaruh kecurigaan lagi, bahkan tampak girang. Keluar dugaan mereka, muka gembira dan Ouw Ho ternyata hanya untuk menipu mereka agar mereka cepat2 pergi. Bukan karena takut Ouw Ho menginginkan kepergian orang2 itu cepat2 hatinya bahkan ingin mengetahui, api sesungguhnya maksud orang2 itu, dan Ouw Ho bermaksud mempermainkan mereka. Tetapi dia tidak berani melanggar larangan ayahnya, yaitu agar dia jangan menerbitkan onar dan huru-hara. Dari tempat mengintainya dia melihat bagaimana tiga orang itu telah melihat kanan kiri dengan sikap yang mencurigakan sekali di tikungan jalan, dan agaknya mereka heran melihat Ouw Ho belum juga muncul. Diam2 Ouw Ho mentertawai mereka. "Biarlah mereka langak-longok disitu seperti pencuri. Hemm, mereka menduga aku setolol itu," Si Rase Hitam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pikirnya dalam hatinya, dan Ouw Ho telah mengintai pula. Kelakuan orang itu dianggapnya lucu sekali, dan semakin lama hatinya semakin geli. Kalau sudah mengintai sekali dan dia segera pergi dari pintu itu, mungkin Ouw Ho tidak akan mengalami peristiwa apa2. Tetapi justru Ouw Ho walaupun sangat cerdas, tetap saja hanya seorang anak kecil juga. Belum dapat Ouw Ho menguasai perasaannya bahkan sering kali perasaan ingin mempermainkan dan ingin tahunya menguasai diri dan hatinya. Demikianlah, kali inipun setelah diam2 dia mentertawai ketololan ketiga orang yang masih saja menantinya di sudut jalan, maka akhirnya perasaan ingin tahunya dan juga perasaan ingin mempermainkan ketiga orang tersebut telah membuat Ouw Ho akhirnya mau mencoba2 untuk melihat berapa tinggi sesungguhnya kepandaian keti ga orang itu, yang berani mencoba2 membentur ayahnya dengan jalan seperti ini. "Biarlah aku mempermainKan mereka sejenak, asal tidak sampai terlalu lama, ayah tidak akan mengetahui bahwa aku baru berkelahi", demikian pikirnya dengan penuh keyakinan, bahwa dengan mudah dia akan dapat mengalahkan mereka. Dia sama sekali tidak mem pertimbangkan bahwa dia mungkin akan kalah dan juga jadi diculik. Dengan muka berseri2, keluarlah dia dan langsung menuju kearah tikungan tadi. Dengan pura-pura tidak melihat, bagaimana ketiga orang penjahat itu menyelinap kedalam sebuah kedai tersebut dia segera berjalan terus dengan sebentar2 menoleh kekiri dan kekanan bagaikan tengah merasa kagum melihat toko2 dan kedai2 yang berbaris disepanjang jalan tersebut. Sesungguhnya, setiap kali menoleh, dia se kalian melirik kebelakang untuk melihat apakah orang2 itu sudah keluar dari persembunyiannya mereka dan sudah mulai mengikutinya dari belakang. Setelah dia berjalan pula sejauh kurang le bin dua puluh langkah melampaui tikungan tadi tampaklah orang2 itu keluar. Dia berusaha men-coba2 memperlambat jalannya dan dia mendapatkan kenyataannya, bahwa ketiga orang itupun memperlambat langkahnya. Jika Ouw Ho berjalan lebih cepat, ketiga orang itupun tentu akan mempercepat langkah kaki mereka. Tiba2 dia telah memutar tubuhnya dan sam bil tertawa menegur untuk mengejutkan ketiga orang itu. "Eh, Sam Wie Tosiak betapa lambat jalanmu. Tadi kalian telah pergi lebih dahulu, lama sekali aku sebelumnya keluar dari rumah makan, Mengapa kalian bisa berada dibelakangku?" Gelak tertawanya semakin men-jadi2 ketika dia melihat muka ketiga orang tersebut. "Akhh, mengapa kalian tampaknya terkejut? Apakah kalian terkejut melihat kepandaian meringankan tubuhku, sehingga bisa melampaui kalian ? Sesungguhnya, bukan aku yang berjalan cepat sekali, tetapi mungkin juga kalian yang berjalan terlampau lambat bagaikan tiga orang kakek yang sudah tidak memiliki tenaga dan hanya (memiliki sebelah kaki, karena kaki kalian yang satu sudah berada diliang kubur. Mungkin kalian memang sudah setua itu ? Apakah kalian mempunyai Hanlam (putera) ? Kalau tidak, biarlah aku nanti yang mengurus jenasah kalian". Ketika tadi Ouw Ho memutar tubuhnya dengan cara yang tiba2 seperti itu, dan menegur mereka disertai tertawanya, untuk beberapa saat ketiga orang itu tidak bisa mengucapkan kata2nya dan mereka jadi bengong heran dan kaget. Tetapi waktu mendengar ejekan anak nakal itu, meluaplah darah mereka. Seorang anak yang belum hilang bau pupuknya berani mengatakan bahwa mereka tidak punya guna, seperti juga kakek2 yang sudah hampir mati. Itulah sebuah ejekan yang sangat kurang ajar dari anak bermuka hitam seperti pantat kuali itu. Dan juga Ouw Ho memang terlalu berani mempermainkan mereka bertiga, yang merupakan jago2 yang di Tionggoan telah memiliki nama yang sangat hebat dan disegani oleh jago2 rimba persilatan. Sambil mengeluarkan serangan, mereka telah menubruk anak itu, tetapi mereka hanya bisa menangkap angin. Dengan satu lompatan yang ringan sekali Ouw Ho telah menyingkir dari tangan mereka. Sekali lagi mereka telah melompat dan terulang pula peristiwa yang seperti tadi, dimana Ouw Ho berhasil menghindarkan diri dari terkaman mereka dengan menyelinap dibawah ketiak mereka. Siku sianak kecil bermuka hitam itu telah bekerja dengan cepat sekali, dan dia telah menyikut ketiak salah seorang diantara ketiga orang lawannya tersebut, sehingga orang itu seketika itu pula merasakan iganya menjadi sakit bukan main karena sikutan yang dilancarkan oleh Ouw Ho. Kini mengertilah mereka, bahwa sianak yang sudah memiliki kepandaian yang tidak dapat diremehkan, bahkan sudah mengerti ilmu menotok jalan darah, tidak boleh dipandang ringan. Untung saja bahwa tenaga Ouw Ho memang belum seberapa. Dengan mengerahkan lwekang-nya, orang yang tertotok tadi berhasil memunahkan pengaruh totokan itu. Ketiga orang itu memang merupakan jago2 yang sudah berpengalaman. Setelah kedua kali nya menelan pil pahit dari Ouw Ho, mereka segera mengganti siasat. Ketiga jago itu kini telah memecah diri, dap mereka tidak serentak melompat dan menubruk Ouw Ho secara ber-sama2 pula. Perobahan cara bertempur ketiga orang itu ternyata tidak sia2, karena lewat lagi beberapa saat, Ouw Ho sudah kewalahan dan sibuk sekali menghadapi ketiga lawannya. Ouw Ho jadi terkejut ketika memperoleh kenyataan bahwa semakin lama ketiga lawannya itu semakin hebat dan dia sulit sekali menghindarkan diri dari samberan tangan orang2 itu. Untuk menyingkir, lebih2 tidak ada harapan. Walaupun sudah demikian terdesak sedikitpun dia tidak takut dan sedapat mungkin dia telah mengadakan perlawanan terus, sambil mencari akal. Tiba2 dia telah memperoleh sebuah pikiran yang baik untuk menipu ketiga lawannya itu. Dia melihat bahwa ditepi jalan sudah banyak sekali orang yang berkerumun, menyaksikan ialanaya pertempuran yang ganjil itu. Dengan jalannya pikirannya yang memang masih ke- kanak2an, dia yakin bahwa lawan2nya tentu akan ketakutan, jika dia memberitahukan orang2 itu, bahwa mereka ke- tiga2nya adalah culik jahat, yang ingin menculiknya. Demikianlah, tiba2 sekali Ouw Ho telah ber teriak . "Culik! Culik! Mereka ini culik! Mere ka ingin menculik aku...... .. " Walaupun cerdas sekali, dalam seusia semuda itu tentu saja dia belum mengerti bahwa tidak semua orang berpendirian sama. Sejak kecil dia hanya mengenal orang2 yang mengutamakan nama baik. Dia sendiri juga sangat takut disebut jahat. Dia memang sering melanggar larangan orang tuanya, tetapi dia melakukannya dengan diam2 agar tidak ketabuan orang. Perbuatan orang2 yang kini dihadapinya itu juga disamakan dengan perbuatannya sendiri kalau dia mela kukan sesuatu yang terlarang. Oia percaya bahwa mereka akan segera lari dengan perasaan malu begitu dia membuka kedok ketiga orang itu. Alangkah terkejutnya dia, ketika gertakannya tidak dihiraukannya, bahkan agaknya membuat ketiga orang lawannya itu jadi semakin bengis dan garang. Dalam kagetnya, dia jadi lengah dan dia segera sudah terpegang oleh salah seorang itu. Dengan nekad, dia berusaha meronta, memukul kepala orang itu se-kena2nya. Tetapi usahanya sia2 belaka. Sebentar pula sekujur tubuhnya terasa lemas dan habislah sudah perlawanannya. Jalan darahnya telah berhasil ditotok dan dengan mudah dia kemudian dipanggul dipundak orang itu, yang segera lari se-keras2nya di susul oleh kawan2nya. Diantara orang banyak, ternyata tidak ada seorangpun yang berani menolonginya, karena agaknya merasa takut terhadap ketiga orang ter sebut. Dengan keras ketiga penculik itu ber-lari2 kearah utara. Mereka baru berhenti setelah tiba di muka kedai minuman, dimana terdapat tiga ekor kuda tertambat dimuka pintu. Salah seorang diantaranya lalu masuk dan tidak lama kemudian telah keluar kembali dengan membawa tiga buah bungkusan kain Agaknya mereka telah menitipkan bekal dan kuda disitu, dan kini kembah untuk mengambil nya. Ketiganya segera melepaskan tambatan ke tiga ekor kuda itu dan menaikinya. Tanpa mem-buang2 waktu mereka lalu melarikan kuda2 itu keluar pintu utara. Walaupun tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya, Ouw Ho ternyata masih sadar. Dengan jengkel sekali dan kualir, dia melihat bahwa dirinya dibawa keluar kota Ui, sedangkan disepanjang jalan ketiga orang penculiknya itu sama sekali tidak pernah memperlambat larinya kuda tunggangan mereka Entah kemana ketiga orang penculikannya itu ingin menbawa lari Ouw Ho. Dalam jengkel dan gusarnya, Ouw Ho telah memaki dirinya sendiri yang di-sebut2 sebagai sitolol dan diapun menyesal bahwa di telah melalaikan pesan ayahnya. Tiba 2 Ouw Ho teringat akan ayahnya, yang tentu akan kuatir sekali memperoleh kenyataan dia tidak berada dirumah makan tadi. Dia jadi makin menyesal. Tanpa dikehendaki, air matanya mulai turun mengalir membasahi pipinya. Dengan kepandaian yang sudah berhasil diyakinkannya, Ouw Ho seharusnya tidak bisa dikalahkan begitu cepat, kalau saja dia bisa berlaku tenang. Tetapi dia sama sekali tidak memiliki pengalaman bertempur. Dengan menetap didaerah terpencil selama itu, sejak dilahirkan dia belum pernah berkelahi dengan orang lain. Karena itu, maka walaupun dia tidak takut menghadapi ketiga penculiknya itu, dia tidak dapat meremehkan ketiga lawannya Setelah terlambat, barulah dia menyadarinya hahwa musuh2nja itu tidak mudah dipermainkannya olehnya, tetapi justru karena dia ceroboh dan gugup, sehingga dengan mudah dia ditawan. Keadaannya sekarang itu memang tidak menggembirakan sekali, bahkan dapat dibilang bahwa dia tengah menghadapi bahaya. Tetapi sesuai dengan prinsip Im Yang lam setiap persoalan memang terdapat dua unsur bertentangan yang saling mengimbangi. Bersama dengan kerugian yang harus dialaminya dalam peristiwa yang pahit itu, Ouw Ho telah berhasil memetik pelajaran yang tidak nilai harganya. Kini Ouw Ho baru mengetahui bahwa semua orang memiliki pendirian yang sama, cukup banyak orang yang tidak takut kehilangan nama. Diapun jadi mengerti bahwa orang tidak boleh terlalu meremehkan kesanggupan orang dan bahwa silat memandang rendah itu lebih banyak mendatangkan kerugian. Disamping itu Ouw Ho juga sekarang mengetahui bahwa dalam penghidupan didunia ini, orang tidak dapat mengharapkan bantuan orang lain, dan terutama bisa mengandalkan kesanggupan dan kemampuan diri sendiri, setelah dilihat dari sikap orang banyak tadi hanya tinggal diam ketika dia dibawa lari. Sekarang dia juga mengerti bahwa nafsu tidak dapat dituruti begitu saja, bahkan sebaiknya harus dapat dikendalikan sebaik mungkin. Bukankah kalau tadi dia bisa menguasai nafsunya, dia tidak akan meninggalkan rumah makan itu dan tidak usah menderita menerima hinaan seperti sekarang ini ? Pengetahuan yang telah diperolehnya dengan jalan tersebut, dengan adanya peristiwa itu, kelak ternyata sangat bermanfaat sekali dalam kehidupan Ouw Ho berkelana didalam rimba persilatan. Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo